Mockingjay Buku Terakhir Trilogi The Hunger Games Karya Suzanne Collins Bagian 4
Bagaimana kau tahu" kataku, sebagian lebih untuk menutupi rasa maluku. Pernahkan kau mencium seseorang yang mabuk" Kurasa Gale bisa saja mencium banyak gadis di Distrik 12. Jelas banyak gadis yang naksir padanya. Aku tak pernah memikirkannya sebelum ini.
Gale hanya menggeleng. Tidak pernah. Tapi tak terlalu sulit untuk dibayangkan.
Jadi, kau tak pernah mencium gadis lain" tanyaku.
Aku tidak bilang begitu. Kau tahu kan, umurmu dua belas waktu kita bertemu. Selain hidup dalam penderitaan, aku punya kehidupan di luar berburu bersamamu, katanya, sambil mengambil kayu bakar.
Tiba-tiba aku penasaran. Siapa yang kaucium" Dan di mana"
Terlalu banyak untuk kuingat. Di belakang sekolah, di atas tumpukan sisa batu bara, kausebut saja di mana tempatnya, katanya.
Aku memutar bola mataku. Jadi sejak kapan aku jadi istimewa" Saat mereka mengangkutku ke Capitol"
Tidak. Sekitar enam bulan sebelumnya. Tepat setelah Tahun Baru. kita berada di Hob, makan di tempat Greasy Sae. Dan Darius menggodamu tentang menukar kelinci dengan ciumannya. Dan aku sadar bahwa... aku keberatan, Gale memberitahuku.
Aku ingat hari itu. Dingin menggigit dan langit gelap pada pukul empat sore. Kami habis berburu, tapi salju tebal membuat kami harus kembali ke kota. Hob penuh sesak dengan orang yang mencari perlindungan dari udara dingin. Sup buatan Greasy Sae, yang dibuat dari kaldu rebusan tulang anjing liar yang kami panah seminggu sebelumnya rasaya di bawah standar masakan Greasy Sae. Namun sup itu hangat dan aku kelaparan ketika aku menyuapkannya ke mulutku. Aku duduk bersila di konternya.
Darius bersandar di tiang kedai, menggelitik pipiku dengan ujuk kepangku, sementara aku memukul tangannya menjauh. Darius menjelaskan kenapa salah satu ciumannya seharga seekor kelinci, atau mungkin dua ekor, karena semua orang tahu pria berambut merah adalah pria paling jantan. Aku dan Greasy Sae tertawa terbahak-bahak karena Darius bersikap sangat konyol dan keras kepala serta menunjuk gadis-gadis di sekitar Hob yang dia bilang membayar lebih dari kelinci untuk menikmati bibirnya. Lihat" Yang pakai selendang hijau" Sana tanyakan padanya. Jika kau butuh refrensi.
Jutaan mil dari sini, triliunan hari yang lalu, semua itu terjadi. Darius cuma bercanda, kataku.
Mungkin. Meskipun kau tak pernah tahu apakah dia bercanda atau tidak, Gale memberitahuku. Cotohnya Peeta. Aku. Atau bahkan Finnick. Aku mulai cemas dia naksir padamu, tapi Finnick sepertinya sudah kembali ke jalan yang benar.
Kau tidak kenal Finnick kalau kau bilang dia mencintaiku, kataku.
Gale mengangkat bahu. Aku tahu dia putus asa. Hal itu bisa membuat orang melakukan macam-macam perbuatan gila.
Mau tidak mau aku jadi berpikir bahwa pernyataan itu ditujukan padaku.
Keesokan paginya, pada dini hari yang cerah, orang-orang cerdas berkumpul untuk mengatasi masalah di Nut. Aku diminta untuk datag ke pertemuan, walaupun aku tidak banyak menyumbang apa-apa di sana. Aku menghindari meja konfrensi dan duduk di ambang jendela yang memperhatikan pemandangan gunung yang jadi permasalahan sekarang. Komandan dari Distrik 2, wanita setengah baya bernama Lyme, mengajak kami melakukan tur virtual di Nut, bagian dalamnya dan bentengnya, lalu menjelaskan berapa kali mereka berusaha dan gagal menguasainya. Aku bersilangan jalan denganna beberapa kali sejak kedatanganku kemari, dan aku dihantui perasaan bahwa aku pernah bertemu dia sebelumnya. Dia cukup mudah diingat, dengan tinggi lebih dari 180 sentimeter dan berotot. Tapi baru pada saat aku melihat videonya di lapangan, memimpin penyerbuan di pintu masuk utama Nut, aku langsung ingat dan tahu bahwa aku melihat pemenang lain. Lyme, peserta dari Distrik 2, yang memenangkan Hunger Games lebih dari satu generasi lalu. Effie mengirimi kami video rekamannya, di antara rekaman-rekaman lain, ketika bersiap menghadapi Quarter Quell. Aku mungkin melihat penampilannya sekilas pada Hunger Games selama bertahun-tahun, tapi dia tidak suka menonjolkan diri. Dengan pengetahuan baruku tentang Haymitch dan perlakuan mereka terhadap Finnick, yang terpikir olehku adalah: Apa yang dilakukan Capitol padanya setelah dia menang"
Ketika Lyme selesai memberikan presentasinya, kelompok orang cerdas mengajukan pertanyaan-pertanyaan padanya. Waktu berlalu, makan sang datang dan pergi, saat mereka berusaha menyusun rencana realistis untuk merebut Nut. Sementara Beetee mengira dia bisa menembus sistem komputer tertentu, ada pembicaraan untuk memanfaatkan beberapa mata-mata yang sudah ditempatkan di dalam, tak ada seorang pun yang benar-benar memiliki pikira inovatif. Ketika hari berlalu, percakapan berulang kembali ke strategi yang sudah dicoba berkali-kali menyerbu jalan masuk. Aku bisa melihay kekesalan Lyme bertambah karena begitu banyak varias dari rencana ini yang gagal, banyak prajuritnya yang gugur. Akhirnya Lyme berteriak, Yang selanjutnya menyarankan agar kita menyerang jalan masuk sebaiknya punya cara brilian untuk melakukannya, karena orang itulah yang akan memimpin misi tersebut!
Gale yang terlalu gelisah untuk duduk di meja selama lebih dari beberapa jam, berjalan mondar-mandir dan duduk di ambang jendela bersamaku. Pada awalnya, sepertinya dia menerima pernyataan Lyme bahwa mereka tidak bisa merebut jalan masuk, dan meninggalkan percakapan tersebut sepenuhnya. Selama satu jam terakhir, dia duduk diam, kedua alisnya bertaut memusatkan perhatian, memandangi Nut dari balik kaca jendela. Dalam keheningan yang mengiringi ultimatum Lyme, Gale bicara. Apakah kita perlu mengambil alih Nut" Atau cukup melumpuhkan saja"
Itu merupakan langkah menuju arah yang benar, kata Beetee. Apa yang kau pikirkan"
Pikirkan tempat itu seperti sarang
anjing liar, Gale melanjutkan. Kau takkan menyerag masuk. Jadi kau punya dua pilihan. Memerangkap anjing-anjing itu di dalam sarang atau mengusir mereka keluar.
Kamu berusaha mengebom jalan masuk, kata Lyme. Markas mereka berada terlalu jauh di dalam gua hingga tidak bisa melakukan kerusakan berarti.
Aku tidak berpikir seperti itu, kata Gale. Aku berpikir untuk memanfaatkan gunung. Beetee berdiri dan bergabung bersama Gale di jendela, memandang mereka melalui kacamatanya yang terpasang tidak pas. Lihat" Di lereng gunung"
Jalur longsor, kata Beetee sambil berbisik. Akan sulit. Kita harus merancang rangkaian ledakan dengan amat hati-hati, dan sekali diledakkan, kita tidak bisa mengendalikannya.
Kita tidak perlu mengendalikannya jika kita menyerah dan tak lagi memikirkan gagasan untuk menguasai Nut, kata Gale. Hanya menutupnya.
Jadi kau menyarankan agar kita memulai longsor dan menutup jalan masuk" tanya Lyme.
Betul, kata Gale. Memerangkap musuh di dalam, memutus persediaan mereka. Sehingga mereka tidak mungkin bisa mengirim pesawat ringan.
Sementara semua orang memikirkan rencana itu, Boggs membalik-balikkan cetak biru dari Nut, lalu mengerutkan dahi. Kau berisiko membunuh semua orang di dalam. Lihat sistem ventilasinya. Tidak sempurna. Tidak seperti yang kita miliki di Tiga Belas. Markas ini bergantung sepenuhnya pada pemompaan udara dari lereng gunung. Tutup ventilasi-ventilasi itu dan semua orang yang terperangkap di dalamnya akan mati kehabisan udara.
Mereka masih bisa melarikan diri melalui terowongan kereta api menuju alun-alun, kata Beetee.
Tidak jika kita meledakkannya, kata Gale dengan kasar. Niat Gale sesungguhnya kini jelas sudah. Ia tidak punya niat menyelamatkan nyawa-nyawa orang-orang di Nut. Tidak ada niat mengurung mangsa untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
Ini salah satu perangkap mautnya.
BAB LIMA BELAS MAKSUD dan akibat dari saran Gale menyesap perlahan-lahan dalam ruangan. Reaksinya tergambar jelas di wajah orang-orang di sana. Ekspresinya bermacam-macam, mulai dari senang sampai gelisah, dari sedih sampai puas.
Mayoritas pekerja adalah penduduk dari Distrik Dua, kata Beetee berusaha netral.
Memangnya kenapa" tanya Gale. Kita takkan pernah bisa memercayai mereka lagi.
Paling tidak, beri mereka kesempatan untuk menyerah, kata Lyme.
Itu kemewahan yang tak diberikan pada Distrik Dua Belas ketika mereka membumihanguskannya, tapi kalian di sini hidup lebih nyaman bersama Capitol, ujar Gale. Melihat wajah Lyme, kupikir dia akan menembak Gale, atau paling tidak menonjoknya. Mungkin Lyme malah lebih unggul daripada Gale dengan segala latihan yang dijalaninya. Tapi kemarahan Lyme justru makin menyulut emosi Gale hingga dia berteriak, Kami melihat anak-anak tewas terbakar dan tak ada yang bisa kami lakukan!
Aku harus memejamkan mataku sesaat, ketika bayangan-bayangan itu melintas di depan mataku. Bayangan tersebut menghasilkan efek yang diinginkan. Aku ingin semua orang di gunung itu mati. Aku hendak mengatakannya. Tapi aku kemudian ingat... aku juga gadis dari Distrik 12. Bukan Presiden Snow. Aku tidak bisa menahan diriku. Aku tidak bisa menjatuhkan hukuman mati pada siapa pun sebagaimana yang disarankan Gale. Gale, kataku, sambil merangkul lengannya dan berusaha bicara dengan nada yang logis. Nut adalah tambang tua. Ini seperti menimbulkan kecelakaan tambang batu bara yang dahsyat. Pastinya kata-kata ini cukup untuk membuat semua orang dari 12 berpikir dua kali tentang rencaa ini.
Tapi tidak secepat kecelakaan tambang yang membunuh ayah kita, tukasnya. Apakah ini yang jadi masalah semua orang" Bahwa musuh kita mungkin punya waktu beberapa jam untuk merenungi kenyataan bahwa mereka sedang sekarat, bukannya langsung hancur berkeping-keping"
Dulu, ketika kami cuma anak-anak yang berburu di luar 12, Gale sering mengucapkan kata-kata seperti ini, terkadang lebih buruk. Tapi pada masa itu kata-kata hanyalah kata-kata. Di sini, kata-kata dipraktikka, dan jadi perbuatan yang takkan pernah bisa ditarik lagi.
Kau tidak tahu bagaimana orang-orang dari Distrik Dua b
isa berada di Nut, kataku. Mereka mungkin dipaksa. Mereka mungkin ditahan di sana, bukan karena keinginan mereka mungkin ditahan di sana juga mata-mata kita. Apakah kau akan membunuh mereka juga"
Ya, aku akan mengorbankan beberapa orang, untuk menyingkirkan sisanya, sahut Gale. Dan jika aku mata-mata di sana, aku akan bilang, Luncurkan saja longsornya!
Aku tahu Gale bicara jujur. Bahwa dia akan mengorbankan hidupnya seperti ini demi tujuan yang lebih besar tak ada seorang pun yang meragukannya. Mungkin kami semua akan melakukan hal yang sama jika kami jadi mata-mata dan kami diberi pilihan semacam itu. Kurasa aku juga begitu. Tapi ini adalah keputusan yang kejam jika kami memutuskannya bagi orang lain dan mereka yang mencintainya.
Kau bilang kita punya dua pilihan, kata Boggs pada Gale. Memerangkap mereka atau mengusir mereka keluar. Menurutku kita coba melongsorkannya tapi kita tidak perlu menutup terowongan kereta. Orang-orang bisa melarikan diri ke alun-alun, di sana kita akan menunggu mereka.
Kuharap kita bersenjata lengkap, kata Gale. Kalian bisa memastikan bahwa mereka akan bersenjata.
Mari kita beritahu Tiga Belas tentang rencana ini, kata Beetee. Biar Presiden Coin ikut memberi masukan.
Dia akan menutup terowongan, kata Gale yakin.
Ya, kemungkinan besar begitu. Tapi kau tahu tidak, Peeta ada benarnya dalam propo-propo"-nya. Tentang bahayanya membunuh orang-orang kita sendiri. Aku sudah menghitung-hitung. Menyusun jumlah korban tewas dan terluka dan... kupikir paling tidak kita harus membicarakannya, kata Beetee.
Hanya beberapa orang yang diundang untuk jadi bagian percakapan itu. Aku dan Gale dilepaskan bersama yang lain. Kuajak Gale berburu agar dia bisa menyalurkan emosnya, tapi dia tidak mau membicarakannya. Mungkin dia terlalu marah padaku karena melawannya.
Akhirnya terjadi juga, keputusan sudah diambil, dan pada sore hari aku sudah memakai pakaian Mockingjay, dengan busur yang tersampir di bahuku dan alat pendengar yang menghubungkanku dengan Haymitch di 13 untuk berjaga-jaga seandainya ada kesempatanbagus untuk propo. Kami menunggu di atap Gedung Pengadilan agar bisa memandang sasaran dengan jelas.
Pesawat-pesawat ringat kami pada awalnya diabaikan oleh para pemimpin di Nut, karena di masa lalu mereka cuma dianggap lalat yang terbang di atas stoples madu. Tapi setelah dua kali pengeboman di bagian atas gunung, pesawat-pesaewat itu menarik perhatian mereka. Pada saat senjata-senjata antipesawat Capitol mulai menembak, semuanya sudah terlambat.
Rencana Gale berhasl melebihi perkiraan semua orang. Beetee benar tentang tak ada seorang pun yang bisa mengendalikan longsor begitu dimulai. Lereng-lereng gunung pada dasarnya tidak stabil, tapi ledakan-ledakan tadi membuatnya makin lemah, sehingga tampak seakan mencair. Seluruh bagian Nut runtuh di hadapan kami, menghapus petunjuk bahwa manusia pernah ada di tempat itu. Kami berdiri kehilangan kata-kata, merasa kecil dan tak berarti, ketika gelombang bebatuan menggelinding turun di sepanjang lereng. Mengubur jalan masuk dengan jutaan bebatuan. Awan berdebu dan puing-puing membuat langit jadi gelap. Mengubah Nut menjadi kuburan.
Kubayangkan neraka di dalam gunung itu. Sirene meraung-raung. Lampu berkedip-kedip lalu gelap. Debu dari runtuhnya bebatuan menyergap udara. Jeritan panik, terperangkap selagi pontang-panting mencari jalan keluar, hanya untuk menemukan bahwa jalan masuk, landasan peluncuran, dan lubang ventilasi tersumbat tanah dan batu yang masuk makin dalam. Kabel-kabel mencelat keluar, api menjalar, reruntuhan membentuk jalur yang simpang-siur. Orang-orang saling mendorong mendesak, berhamburan seperti selimut ketika bukit sarangnya diruntuhkan, hendak meremukkan tempat pelindungan mereka yang rapuh.
Katniss! Suara Haymitch terdengar di alat pendengarku. Aku berusaha menjawab ketika kusadari tanganku menutup mulutku erat-erat. Katniss!
Pada hari ayahku tewas, sirine berbunyi pada jam makan siang di sekolah. Tak ada seorang pun yang mengunggu izin pulang dari sekolah, dan sekolah pun tidak berharap anak-anak meminta izin. Respon
s terhadap kecelakaan tambang berada di luar kendali siapa pun, bahkan Capitol sekalipun. Aku lari ke kelas Prim. Aku masih mengingatnya, bertubuh mungil pada usia tujuh tahun, sangat pucat, tapi duduk tegak dengan tangan terlipat di atas meja. Menungguku menjempunya seperti yang kejanjikan seandainya sirine berbunyi. Dia melesat turundari kursinya, menarik lengan bajuku, dan kami bergerak di antara arus manusia yang keluar ke jalan menuju jalan masuk tambang yang dipenuhi orang-orang yang menunggu. Kami melihat ibu kami memegang erat-erat tali yang dipasang untuk memagari kerumunan massa. Jika kupikirkan kembali, seharusnya saat itu aku tahu ada masalah, karena kenapa kami yang mencari Ibu, bukankah seharusnya Ibu yang mencari kami"
Evalator-evalator menderit, naik-turun tak kenal lelah ketika mereka memuntahkan pekerja-pekerja tambang yang hitam kena asap ke atas tanah yang siang benderang. Diiringi pekik kelegaan, saak saudara berjalan ke bawah tali untuk menjemput suami-suami, istri-istri, anak-anak, dan saudara-saudara mereka. Kami berdiri dalam udara yang dingin menggigil ketika senja pun tiba, salju yang ringan mulai mengotori tanah. Evalator bergerak makin pelan sekarang dan mengangkut makin sedikit orang. Aku berlutut di tanah, kedua tanganku menekan sisa arang, berharap bisa menarik ayahku keluar dari tambang. Aku tak tahu apakah ada perasaan tak berdaya lebih daripada perasaan berusha menggapai seseorang yang kaucintai yang terperangkap di bawah tanah. Mereka yang terluka. Mayat-mayat. Menunggu sepanjang malam. Orang asing yang menyelimuti bahumu. Secangkir minuman panas entah apa isinya yang tak kauminum. Akhirnya, pada dini hari, ekspresi duka di wajah pemimpin penambang yang hanya bisa diartikan satu hal.
Apa yang baru kami lakukan"
Katniss" Kau ada di sana" Haymitch mungkin sudah berencana untuk memasangkan belenggu kepala padaku saat ini.
Kuturunkan kedua tanganku. Ya.
Cepat masuk. Untuk berjaga-jaga seandainya Capitol berusaha membalas serangan dengan sisa angkatan udaranya. Perintah Haymitch.
Ya, ulangku. Semua orang yang berada di atap, kecuali mereka yang memegang senapan mesin mulai bergerak masuk. Ketika aku menuruni tangga, aku tak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh dinding marmer yang putih bersih. Dinding itu dingin dan indah. Bahkan gedung di Capitol pun tak bisa menandingi kemegahan gedung tua ini. tapi tak ada yang bisa diberikan oleh keindahan ini hanya kulitku yang takluk dengan menyerahkan kehangatannya. Batu mengalahkan manusia, selalu.
Aku duduk di dasar salah satu pilar raksasa di ruang depan lantai marmer yang luas menuju tangga ke alun-alun. Aku ingat betapa muaknya aku dan Peeta ketika menerima ucapan selamat di sana karena telah memenangkan Hunger Games. Lelah karena Tur Kemenangan, gagal dalam usahaku menenangkan distrik-distrik, menghadapi kenangan tentag Clove dan Cato, terutama kematian Cato yang pelan-pelan dan mengerikan oleh para mutt
Boggs berjongkok di sampingku, kulitnya yang pucat tampak di balik bayangan. Asal kau tahu ya, kita tidak mengebom terowongan kereta api. Sebagian dari mereka mungkin berhasil keluar.
Lalu kita tembak saat mereka menunjukkan wajah mereka" tanyaku.
Hanya jika memang perlu, jawabnya.
Kita bisa mengirim kereta ke gunung. Membantu evakuasi mereka yang terluka, kataku.
Tidak. Sudah diputuskan untuk membiarkan terowongan di tangan mereka. Dengan cara itu mereka bisa menggunakan semua jalur kereta untuk membawa orang-orang keluar, kata Boggs. Selain itu, kita jadi punya waktu untuk menyiapkan sisa pasukan kita di alun-alun.
Beberapa jam lalu, alun-alun adalah tanah tak bertuan, garis depan pertempuran antara para pemberontak dan Penjaga Perdamaian. Ketika Coin memberi persetujuan untuk rencana Gale, para pemberontak meluncurkan serangan dan memaksa tentara Capitol mundur beberapa blok agar kami bisa mengontrol stasiun kereta jika Nut jatuh. Nah, sekarang Nut sudah jatuh. Kenyataannya mulai masuk ke kepala. Orang-orang yang selamat dari longsor akan kabur ke alun-alun. Aku bisa mendengar baku tembak dimulai lagi, ketika pasukan P
enjaga Perdamaian pasti berusaha menyerbu untuk bisa menolong rekan-rekan mereka. Pasukan kami juga ikut disertakan untuk menahan serbuan ini.
Kau dingin, kata Boggs. Coba kucarukan selimut. Dia pergi sebelum aku sempat protes. Aku tidak mau selimut, bahkan jika marmer terus mengisap panas tubuhku.
Katniss, kata Haymitch di telingaku.
Masih di sini, jawabku. Ada kerjaan menarik dengan Peeta siang ini. kupikir kau mau tahu, katanya. Menarik tidak berati bagus. Tidak berati lebih baik. Tapi aku tak punya pilihan lain selain mendengarkan. Kami menunjukkan padanya video kau sedang menyanyikan lagu Pohon Gantung. Video itu tak pernah ditayangkan, jadi Capitol tak bisa menggunakannya ketika mereka membajak Peeta. Peeta bilang dia mengenali lagu itu.
Selama sedetik, jantungku seakan berhenti. Lalu aku sadar bahwa dia mengalami kebingungan karena serum tawon penjejak. Dia tidak mungkin tahu, Haymitch. Dia tak pernah mendengarku menyanyikan lagu itu.
Bukan kau. Ayahmu. Peeta pernah mendengar dia menyanyikannya ketika ayahmu datang ke toko roti untuk berbarter. Peeta masih kecil, mungkin umurnya sekitar enam atau tujuh tahun, tapi dia mengingatnya karena dia khusus mendengarnya untuk melihay apakah burung-burung benar berhenti bernyanyi, kata Haymitch. Kurasa memang benar burung berhenti bernyanyi.
Enam atau tujuh tahun. Itu pasti sebelum ibuku melarang lagu tersebut. Mungkin pada saat aku mempelajari lagu itu. Apakah aku juga ada di sana"
Kurasa tidak. Dia tidak menyebut keberadaanmu. Tapi itu hubungan pertama denganmu yang tidak memicu kehancuran mentalnya, kata Haymitch. Paling tidak, itu ada artinya, Katniss.
Ayahku. Sepertinya dia berada di mana-mana hari ini. tewas di tambang. Bernyanyi menuju kesadaran Peeta yang kacau. Hadir di dalam tatapan Boggs ketika dengan penuh perlindungan dia membungkus bahuku dengan selimut. Aku merindukan ayahku hingga nyeri rasanya.
Baku tembak berlangsung sengit di luar. Gale bergegas bersama sekelompok pemberontak, tak sabar masuk ke medan perang. Aku tidak mengajukan diri untuk bergabung dengan pejuang dalam perang, lagi pula mereka takkan mengizinkanku. Aku tak sanggup melakukannya, darahku tak cukup panas. Kuharap Peeta ada di sini Peeta yang lama karena dia akan bisa mengatakan dengan jelas kenapa salah melakukan baku tembak ketika orang-orang, siapa pun orangnya, berusaha keluar dari gunung dengan susah payah. Atau sejarah hidupku yang membuatku terlalu sensitif" Bukankah kami sedang berperang" Bukankah ini Cuma satu cara untuk membunuh musuh kami"
Malam tiba dengan cepat. Lampu-lampu sorot yang terang dan besar dinyalakan menerangi alun-alun. Pasti semua lampu dinyalakan dengan kekuatan penuh di dalam stasiun kereta. Bahkan dari posisiku di seberang alun-alun, aku bisa melihat dengan jelas dari balik kaca bening tebal di bagian depan gedung yang panjang dan sempit. Tidak mungkin para prajurit tidak melihat kedatangan kereta atau bahkan kedatangan satu orang. Tapi jam berlalu dan tak ada seorang pun yang keluar. Seiring waktu berlalu, makin sulit bagiku membayangkan ada orang yang bisa selamat dari serangan terhadap Nut.
Sudah lewat tengah malam ketika Cressida datang menempelkan mikrofon khusus di kostumku. Untuk apa ini" tanyaku.
Terdengar suara Haymitch memberikan penjelasan. Aku tahu kau takkan menyukainya, tapi aku butuh kau untuk berpidato.
Pidato" tanyaku, mendadak merasa mual.
Aku akan mendiktekannya padamu, kata demi kata, Haymitch menenangkanku. Kau hanya perlu mengulang apa yang kukatakan. Dengar, tak ada tanda-tanda kehidupan dari gunung itu. Kita sudah menang, tapi perjuangan terus berlanjut. Jadi kami pikir, kau bisa keluar ke tangga Gedung Pengadilan dan menyatakan dengan jelas mengatakan pada semua orang bahwa Nut sudah ditaklukkan, bahwa kekuasaan Capitol di Distrik Dua sudah berakhir kau mungkin bisa membuat sisa tentara mereka menyerah.
Aku menyipitkan mata memandang kegelapan di luar alun-alun. Aku bahkan tidak bisa melihat tentara mereka.
Itulah gunanya mirkrofon, kata Haymitch. Kau akan disiarkan, suaramu disiarkan melalui siste
m audio darurat mereka, dan fotomu akan mucul di hadapan orang yang berada di depan layar.
Aku tahu ada dua layar raksasa di alun-alun. Aku melihatnya ketika Tur Kemenangan. Cara ini mungkin berhasil, jika aku jago dalam urusan begini. Sayangnya aku tidak jago. Mereka berusaha memberikan dialog ketika pertama kali mereka mencoba membuat propo, dan gagal total.
Kau bisa menyelamatkan banyak nyawa, Katniss, kata Haymitch akhirnya.
Baiklah. Akan kucoba, aku menjawabnya.
Aneh rasanya berdiri di luar di puncak tangga, memakai kostum lengkap, disorot lampu terang, tapi tanpa ada seorang penonton pun yang kelihatan untuk mendengar pidatoku. Seakan-akan aku tampil untuk bulan di atas sana.
Kita buat cepat saja, kata Haymitch. Kau terlalu terekspos.
Kru televisiku, yang ditempatkan di alun-alun dengan kamera-kamera khusus, memberi tanda bahwa mereka sudah siap. Kuberitahu Haymitch untuk melanjutkan, lalu aku menghidupkan mikrofon dan mendengarkan dengan saksama ketika Haymitch mendiktekan kalimat pertama dar pidatoku. Foto besar diriku muncul di salah satu layar di alun-alun ketika aku mulai bicara. Penduduk Distrik Dua, ini Katniss Everdeen bicara pada kalian dari tangga Gedung Pengadilanmu di mana...
Dua rangkaia kereka berderit masuk berdampingan. Ketika pintu-pintu kereta membuka, orang-orang berjatuhan keluar dalam kabut asap yang dibawa dari Nut. Mereka pasti sudah punya firasat apa yang menanti mereka di alun-alun karena mereka terlihat menghindari serangan. Kebanyakan dari mereka tiarap di lantai, dan seburan peluru dari dalam gerbong menembak ke lampu-lampu. Mereka datang bersenjata, seperti yang diperkirakan Gale, tapi mereka juga datang dalam keadaan terluka. Erangan-erangan kesakitan terdengar dalam udara malam yang hening.
Ada yang mematikan lampu-lampu di tangga, membuatku bisa terlindung dalam bayangan gelap. Api memercik di dalam stasiyn kereta salah satu kereta pasti terbakar dan asap hitam menerpa jendela. Tanpa ada pilihan lain, orang-orang mulai bergerak ke alun-alun, tersedak asap namun tanpa kenal menyerah melambaikan senjata mereka. Mataku memandang ke sekeliling atap yang melingkari alun-alun. Di sepanjang atap dilengkapi dengan pemberontak-pemberontak bersenapan mesin. Cahaya bulan terpantul di laras senapan yang sudah diminyaki.
Seorang pemuda berjalan terhuyung-huyung keluar dari stasiun kereta, satu tangannya memegangi kain berdarah di pipinya, tangan lainnya menyeret senjata. Ketika dia terpeleset dan jatuh terjembab dengan wajah terlebih dulu menyentuh tanah, aku melihat bekas terbakar di bagian belakang kemejanya, daging merah meradang di baliknya. Dan tiba-tiba, dia seperti korban yang terbakar dari kecelakaan tambang.
Kakiku melayang turun menjejak tangga dan aku langsung berlari menghampirinya. Stop! aku berteriak kepada para pemberontak. Tahan tembakanmu! kata-kataku bergema di sekeliling alun-alun dan di luar sana karena mikrofon menambah keas suaraku. Stop! aku mendekati pemuda itu, membungkuk membantunya, ketika dia berlutut dan menodongkan senjatanya ke kepalaku.
Secara naluriah aku mundur beberapa langkah, mengangkat busurku ke atas kepala untuk menunjukkan bahwa aku tidak berniat jahat. Kini setelah dia memegang senjatanya dengan kedua tangan, aku memperhatikan bahwa lubang di pipinya disebabkan sesuatu mungkin batu yang jatuh menembus hingga ke dagingnya. Dia juga berbau hangus, rambut dan daging dan bahan bakar. Tatapannya berkabut ketakutan dan kesakitan.
Berhenti, Haymitch berbisik di telingaku. Aku mengikuti perintahnya, menyadari bahwa pasti inilah yang sedang dilihat seluruh Distrik 2, mungkin malah seantero Panem. Nasib Mockingjay berada di tangan seorang pria yang dalam keadaan nekat.
Ucapannya yang seperti orang kumur-kumur nyaris tak bisa kupahami. Beri aku satu alasan kenapa aku tidak harus menembakmu.
Seluruh dunia seakan berhenti. Hanya ada aku yang memandang mata pria dari Nut yang kepayahan, yang menanyakanku satu alasan. Tentunya aku bisa memberinya ribuan alasan. Tapi kata-kata yang teruap dari bibirku adalah Aku tak bisa.
Berdasarkan logika, yang b
erikutnya terjadi adalah pria itu menarik pelatuk. Tapi dia bingung berusaha memahami kata-kataku, aku ikut merasakan kebingunganku ketika aku menyadari bahwa apa yang kukatakan memang sepenuhnya benar, dan dorongan hatiku untuk bersikap mulia yang membuatku berlari menyeberangi alun-alun digantikan rasa putus asa. Aku tak bisa. Itulah masalahnya, kan" Kuturunkan busurku. Kami meledakkan tambangmu. Kau membumihanguskan distrikku. Kita punya banyak alasan untuk saling membunuh. Jadi lakukan saja. Buat Capitol gembira. Aku sudah tidak mau lagi membunuhi budak mereka, Kujatuhkan busurku ke tanah dan kutendang pelan dengan sepatu botku. Busurku meluncur melewati batu dan berhenti di lututnya.
Aku bukan budak mereka, gumam pemuda itu.
Akulah budak mereka, kataku. Itu sebabnya aku membunuh Cato... dan dia membunuh Thresh... dan dia membuhuh Clove... dan Clove berusaha membunuhku. Terus berputar seperti lingkaran setan, dan siapa yang menang" Bukan kita. Bukan distrik-distrik. Selalu Capitol yang menang. Tapi aku muak jadi pion dalam permaina mereka.
Peeta. Di atap pada malam sebelum Hunger Games pertama kami. Dia memahaminya bahkan sebelum kami menjejakkan kaki di arena. Kuharap Peeta menonton sekarang, agar dia mengingat kejadia malam itu, dan mungkin bisa memaafkanku ketika aku mati.
Teruslah bicara. Beritahu mereka tentang melihat gunung yang longsor, Haymitch berkeras.
Ketika aku melihat gunung longsor malam ini, kupikir... mereka berhasil melakukannya lagi. Membuatku membunuhmu pendududuk di distrik. Tapi kenapa aku melakukannya" Distrik Dua Belas dan Distrik Dua tidak bermusuhan kecuali karena apa yang diberitahu Capitol. Mata pemuda itu berkedip memandangku tak mengerti. Aku berlutut di depannya, suaraku bernada rendah dan mendesak. Lalu kenapa kau berperang dengan para pemberontak yang ada di atap" Melawan Lyme, yang adalah pemenangmu" Melawan orang-orang yang adalah tetanggamu, bahkan mungkin masih ada hubungan keluarga denganmu"
Aku tidak tahu, jawab pemuda itu. Tapi dia tidak melepaskan moncong senjatanya dariku.
Aku berdiri lalu berbalik perlahan, menunjuk senapan-senapa mesin di atap. Da kau yang ada di atas sana... aku berasal dari kota tambang. Sejak kapan penambang menghabisi nyawa penambang lain dengan kematian semacam itu, lalu menunggu untuk membunuh siapa pun yang berhasil lolos dari reruntuhan"
Siapa musuh di sini" bisik Haymicth.
Orang-orang ini Aku menunjuk orang-orang yang terluka di alun-alun bukanlah musuh kalian! Aku berbalik lagi ke arah stasiun kereta api. Para pemberontak bukanlah musuh kalian! Kita semua punya satu musuh yang sama, dan musuh kita adalah Capitol! Ini kesempatan kita untuk mengakhiri kekuasaan mereka, tapi kita membutuhkan setiap orang di semua distrik untuk melakukannya!
Kamera-kamera menyorot wajahku lekat-lekat ketika aku mengulurkan tanganku ke pemuda itu, kepada orang yang terluka, kepada para pemberontak yang masih setengah hati di seantero Panem. Mari! Bergabunglah bersama kami!
Kata-kataku menggantung di udara. Aku memandang layar, berharap melihat mereka merekam semacam gelombang perdamaian di antara kerumunan massa.
Namun malahan aku melihat diriku tertembak di layar televisi itu.
BAB ENAM BELAS "SELALU." Di ambang kesadaran dalam pengaruh morfin, Peeta membisikkan kata itu dan aku bergegas mencarinya. Aku ber-ada dalam dunia yang ungu, berkabut tipis, tanpa ada ujung-ujung yang nyata, dan banyak tempat untuk bersembunyi. Aku menembus lautan awan, mengikuti jejak-jejak samar, mencium aroma kayu manis. Sekali aku merasakan sentuhan tangannya di pipiku dan berusaha menahannya di sana, tapi tangan itu lenyap seperti kabut di antara jemariku.
Ketika aku akhirnya mulai sadar di dalam kamar rumah sakit yang steril di Distrik 13, aku pun ingat. Aku di bawah pengaruh sirup tidur. Tumitku terluka setelah aku memanjat dahan pohon di atas pagar listrik lalu jatuh di dalam Distrik 12. Peeta menemaniku di tempat tidur dan aku memintanya tetap bersamaku ketika aku jatuh tertidur. Dia membisikkan sesuatu yang tak kudengar dengan jelas. Tapi sebagian otakk
u memerangkap satu kata jawaban dan kubiarkan jawaban itu
mengalir dalam mimpi-rnimpku untuk mengejekku sekarang. "selalu"
Morfin menumpulkan ujung-ujung tajam dari semua emosi, bukannya aku merasakan tusukan penderitaaan, aku hanya merasakan kehampaan. Ruang hampa berisi tanaman yang layu di tempat yang tadinya adalah bunga-bunga bermekaran. Sayangnya, tak ada cukup obat tersisa di aliran darahku agar bisa mengabaikan rasa sakit di sisi kiri tubuhku. Kedua tanganku meraba-raba perban tebal yang membungkus bagian rusukku dan aku bertanya-tanya kenapa aku masih ada di sini.
Bukan dia pelakunya, pemuda yang berlutut di depanku di alun-alun, yang mengalami luka bakar dari Nut. Bukan dia yang menarik pelatuk. Pelakunya adalah orang yang berada jauh di antara kerumunan. Ketika ditembus peluru, rasanya tidak sekuat seperti jika dihantam palu godam. Setetah tembak-an keadaan langsung kacau-balau akibat baku tembak. Aku berusaha duduk, tapi yang bisa kulakukan cuma mengerang.
Tirai putih yang memisahkan ranjangku dengan pasien se-belah tersingkap keras, dan Johanna Mason melotot me-mandangku. Mulanya aku merasa terancam, karena dia pernah menyerangku di arena. Aku harus mengingatkan diriku sendiri bahwa dia melakukannya untuk menyelamatkanku. Tindakan itu adalah bagian dari rencana pemberontak. Tapi itu tetap tidak berarti dia tidak membenciku. Mungkin perlakuannya terhadapku hanya akting untuk Capitol"
"Aku hidup," kataku dengan suara parau.
"Pintar sekali, otak udang." Johanna berjalan menghampiri dan mengempaskan tubuhnya di ranjangku, mengirimkan ge-lombang rasa sakit di dadaku. Ketika dia nyengir melihatku kepayahan, aku tahu kami tidak sedang bereuni mengenang yang indah-indah. "Masih sakit ya"" Dengan tangan yang kompeten, dengan cepat Johanna melepas infus morfin dari lenganku dan memasangnya ke rongga infus yang terpasang ke lengannya. "Mereka mulai mengurangi morfinku beberapa hari yang lalu. Mereka takut aku jadi seperti orang aneh dari Enam. Aku harus meminjamnya arimu saat situasi aman. Kuptkir kau tidak keberatan."
Keberatan" Bagaimana mungkin aku keberatan ketika dia nyaris disiksa sampai mati oleh Snow setelah Quarter Quell" Aku tidak punya hak untuk keberatan, dan Johanna tahu itu.
Johanna mendesah ketika morfin memasuki aliran darahnya "Mungkin mereka yang di Enam memang kecanduan. Buat dirimu sampai teler dan lukiskan bunga-bunga di tubuhmu. Bukan hidup yang buruk. Mereka sepertinya lebih bahagia daripada kita semua."
Beberapa minggu sejak aku meninggalkan 13, berat badan Johanna bertambah. Rambut halus mulai tumbuh di kepalanya yang dicukur botak, dan menyamarkan sejumlah bekas luka- nya. Tapi jika dia perlu menyedot morfinku, artinya dia pasti berjuang keras juga.
"Mereka punya dokter jiwa yang datang setiap hari. Dia seharusnya membantuku pulih. Memangnya orang yang tinggal seumur hidup di liang kelinci ini bisa menyembuhkanku" Tolol banget. Dalam setiap sesi paling sedikit dua puluh kali dia mengingatkanku bahwa aku aman sepenuhnya." Aku ber-usaha tersenyum. Sungguh bodoh mengatakan kalimat se-macam itu, terutama kepada seorang pemenang Hunger Games. Seakan-akan keadaan aman semacam itu pernah ada, di mana pun, bagi semua orang. "Bagaimana denganmu, Mockingjay" Kau merasa aman sepenuhnya""
"Oh, ya. Sampai aku tertembak," jawabku.
"Tolong ya. Peluru itu bahkan tak pernah mengenaimu. Cinna sudah mengantisipasinya," kata Johanna.
Aku teringat pada lapisan-lapisan pelindung di pakaian Mockingjay-ku. Tapi rasa sakitnya berasal dari ternpat lain. "Rusuk yang patah""
"Tidak. Memar yang cukup parah. Benturannya membuat limpamu bocor. Mereka tidak bisa memperbaikinya." Johanna me-lambaikan tangan tak peduii. "Jangan cemas, kau tidak mem-butuhkannya. Dan jika kau butuh, mereka akan mencarikannya untukmu, ya kan" Sudah jadi tugas semua orang untuk menjagamu agar tetap hidup."
"Itu sebabnya kau membenciku"" tanyaku.
"Sebagian," jawabnya mengakui. "Jelas kecemburuan ada bagiannya di sini. Aku juga menganggapmu sulit dipercaya. Dengan drama cinta murahan dan akting membela-kaum-lemah-mu itu. Hanya saja semua itu bukan
akting, sehingga membuatku makin tidak tahan padamu. Silakan Iho untuk menganggap komentarku ini menyerangmu secara pribadi."
"Kau seharusnya jadi Mockingjay. Tak ada seorang pun yang harus membisikkan dialog padamu," kataku.
"Betul. Tapi tak ada seorang pun yang menyukaiku," kata-nya.
"Tapi mereka percaya padamu. Untuk mengeluarkanku dari arena," aku mengingatkannya. "Dan mereka takut padamu."
"Di sini, mungkin. Di Capitol, kau satu-satunya yang me-reka takutkan sekarang." Gale berdiri di ambang pintu, dan dengan rapi Johanna melepaskan slang infus lalu memasang kembali infus morfin kepadaku. "Sepupumu tidak takut pada-ku," katanya penuh rahasia. Dia merosot turun dari raniangku dan berjalan ke pintu, menyenggol kaki Gale dengan pahanya ketika dia melewatinya. "Benar kan, ganteng"" Aku dan Gale bisa mendengar gema tawanya ketika dia menghliang di kori-dor.
Aku mengangkat alis memandang Gale ketika dia menggenggam tanganku. "Ngeri," katanya tanpa suara. Aku tertawa tapi aku segera mengernyit kesakitan. "Tenang" Dia membelai, wajahku sementara rasa sakit itu menyurut. "Kau harus berhenti lari menuju masalah."
"Aku tahu. Tapi ada orang yang meledakkan gunung," sahutku Bukannya mundur, Gale malah mendekat, memandangiku lekat-lekat. "Kau menganggapku tidak berperasaan."
"Aku tahu kau memang tidak berperasaan. Tapi aku takkan mengatakan padamu bahwa tidak apa-apa seperti itu," kata ku.
Kini Gale langsung menarik diri, nyaris terkesan tidak sabar. "Katniss, sesungguhnya apa bedanya, antara menimbun musuh kita di tambang atau meledakkan mereka di angkasa dengan salah satu anak panah rancangan Beetee" Hasilnya sama saja."
"Aku tidak tahu. Satu hal yang berbeda, kita di bawah serang-an ketika di Delapan. Rumah sakit sedang diserang," kataku.
"Ya, dan pesawat-pesawat itu berasal dari Distrik Dua," sahut Gale. "Jadi dengan menghabisi mereka, kita mencegah serangan-serangan lebih lanjut."
"Tapi dengan pemikiran semacam itu... kau bisa mengubah-nya menjadi argumen untuk membunuh orang kapan pun kau mau. Kau bisa membenarkan dirimu untuk mengirim anak-anak ke Hunger Games untuk mencegah distrik-distrik agar tidak berbuat macam-macam," kataku.
"Aku tidak percaya omong kosong itu," kata Gale.
"Aku percaya," jawabku. "Pasti sebabnya karena kunjungan-kunjunganku ke arena."
"Baiklah. Kita tahu bagaimana caranya berbeda pendapat," tukas Gale, "Kita selalu begitu. Mungkin itu bagus. Antara kita saja ya, kita dapat Distrik Dua sekarang."
"Benarkah"" Selama sesaat aku merasakan kemenangan membara di hatiku. Lalu aku teringat orang-orang di alun-alun. "Apakah ada pertempuran setelah aku tertembak""
"Tidak lama. Para pekerja dari Nut menyerang tentara-tentara Capitol. Para pemberontak cuma duduk dan menonton tara saja," katanya. "Sesungguhnya, seluruh negeri hanya duduk dan menonton."
"Yah, memang itulah yang paling bisa mereka lakukan," kataku.
Kaupikir kehilangan organ utama dalam tubuh membuatmu boleh berbaring bermalas-malasan selama beberapa minggu ke depan, tapi karena alasan tertentu, dokter-dokter di sini ingin aku segera bangun dan bergerak. Bahkan dengan bantuan morfin, rasa sakit di dalam tubuhku amat menyakitkan selama beberapa hari pertama, tapi kemudian mereda lumayan cepat. Namun rasa nyeri dari rusuk yang memar tetap bertahan se-lama beberapa lama. Aku mulai kesal melihat Johanna men-curi persediaan morfinku, tapi aku tetap membiarkannya mengambil sebanyak yang dia mau.
Kabar burung tentang kematianku sudah menyebar dengan heboh, jadi mereka mengirim tim untuk merekamku terbaring di ranjang rumah sakit. Kuperlihatkan pada mereka jahitan lukaku dan memar yang mengagumkan dan memberi selamat pada distrik-distrik atas keberhasilan mereka untuk bersatu. Lalu aku memperingatkan Capitol agar bersiap-siap menanti kedatangan kami.
Sebagai bagian dari proses pemulihanku, aku berjalan-jalan singkat di atas setiap hari. Suatu siang, Plutarch ikut berialan bersamaku dan memberikan informasi terbaru tentang keadaan saat ini. Kini setelah Distrik bersekutu bersama kami, para pemberontak mengambil jeda istirahat sejenak dari perang untuk menyat
ukan diri. Kami mernperkuat jalur persediaan, merawat yang terluka mengorganisir pasukan. Capitol seperti 13 pada Masa Kegelapan, sepenuhnya terputus dari dunia luar sementara mereka waspada menghadapi ancaman serangan nuklir dari musuh-musuhnya. Tidak seperti 13, Capitol tidak siap membangun kembali dan mengidupi sendiri distriknya.
"Oh, kota di Capitol mungkin bisa mengais-ngais makanan untuk sementara," kata Plutarch. "Mereka jelas punya persediaan cadangan untuk keadaan darurat. Tapi perbedaan yang menonjol antara Tiga Beias dan Capitol adalah apa yang harapkan dari pencluduknya. Tiga Belas terbiasa hidup susah, sementara di Capitol, yang mereka tahu hanyalah Panem et Circences."
"Apa artinya"" Aku mengenali kata Panem, tentu saja, tapi sisanya tidak kupahami.
"Itu pepatah dari ribuan tahun lalu, ditulis dalam bahasa yang disebut sebagai bahasa Latin tentang kota bernama Roma," dia menjelaskan. "Terjemahan Panem et Circences adalah 'Roti dan Sirkus.' Penulis pepatah itu bermaksud me-nyatakan bahwa sebagai ganti perut kenyang dan hiburan, rakyatnya menyerahkan tanggung jawab politik mereka, dan dengan sendirinya juga menyerahkan kekuasan mereka."
Aku memikirkan Capitol. Makanan berlimpah. Dan hiburan tanpa henti. The Hunger Games. "Jadi itulah gunanya distrik-distrik di Panem. Untuk menyediakan makanan dan hiburan."
"Ya. Dan selama keduanya berlangsung, Capitol bisa me-ngontrol kerajaan kecilnya. Saat ini, tak satu pun yang bisa di-berikan Capitol, paling tidak bukan seperti standar yang biasa dinikmati penduduk di sana," kata Plutarch. "Kita punya makanan dan aku hendak merancang propo hiburan yang pasti akan populer. Lagi pula, semua orang pasti suka pernikahan."
Aku langsung berhenti melangkah, muak mendengar idenya.
Entah bagaimana dia merancang pernikahan yang menjijikkan antara aku dan Peeta. Aku tidak sanggup melihat kaca satu arah yang memperlihatkan kondisi Peeta sejak aku kembali, berdasarkan permintaanku, aku hanya memperoleh informasi tentang kondisi Peeta dari Haymitch. Dia jarang mem-bicarakan Peeta. Mereka sudah mencoba beragam teknik. Tak pernah ada cara untuk menyembuhkannya. Dan sekarang mereka ingin aku menikahi Peeta demi propo"
Plutarch segera menenangkanku. "Oh, bukan, Katniss. Bu-kan pernikahanmu. Pernikahan Finnick dan Annie. Yang perlu kaulakukan hanyalah datang dan pura-pura bahagia untuk mereka."
"Itu salah satu dari sedikit hal di mana aku tak perlu pura-pura, Plutarch," kataku.
Hari-hari berikutnya berlalu diisi kegiatan yang berlangsung kabur di otakku ketika mereka merencanakan acara pernikah-an. Perbedaan-perbedaan antara Capitol dan 13 ditunjukkan dengan perbedaan tajam dalam acara tersebut. Saat Coin bicara soal "pernikahan" maksudnya adalah dua orang me-nandatangani selembar kertas dan mereka mendapat kompar-temen baru. Bagi Plutarch pernikahan artinya ratusan orang berpakaian bagus dalam perayaan tiga hari. Lucu rasanya me-lihat mereka tawar-menawar soal detail pernikahan. Plutarch harus tarik urat untuk setiap tamu, setiap nada dalam musik yang dipakai. Setelah Coin memveto acara makan malam, hiburan, dan alkohol, Plutarch berteriak, "Apa gunanya propo jika tak seorang pun bersenang-senang!"
Sulit membuat ketua juri Pertarungan membuat rencana ber-dasarkan anggaran. Tapi perayaan sesederhana apa pun sudah menimbulkan kehebohan di 13, di sana mereka sepertinya tidak punya hiburan sama sekali. Ketika diumumkan bahwa anak-anak dibutuhkan untuk menyanyikan lagu pernikahan Distrik 4, nyaris semua anak-anak muncul mengajukan diri. Tak pernah ada kekurangan relawan untuk membuat dekorasi. Di ruang makan, orang-orang tampak bersemangat membicarakan acara tersebut.
Mungkin ini lebih dari sekadar pesta. Mungkin kami semua mendambakan ada sesuatu yang indah terjadi dan kami inin menjadi bagian dari keindahan itu. Itulah sebabnya ketika Plutarch naik pitam mengenai baju pengantin, aku mengajukan diri untuk mengajak Annie ke rumahku di 12, di sana Cinna meninggaikan banyak gaun malam di lemari penyimpanan besar di lantai bawah. Semua gaun pengantin yang dirancang Cinna untukku sudah dibawa k
e Capitol, tapi ada beberapa pakaian yang kupakai di Tur Kemenangan. Aku agak sangsi soal Annie karena yang kutahu tentang dia cuma Finnick mencintainya dan semua orang menganggapnya gila. Di dalam pesawat ringan, aku memutuskan bahwa dia lebih bisa dibilang tidak stabil daripada gila. Dia tertawa di bagian obrolan yang salah lalu terdiam begitu saja. Mata hijaunya tertuju pada titik tertentu dengan intensitas yang berusaha kaupahami ketika yang dilihatnya hanyalah udara kosong. Kadang-kadang, tanpa alasan, kedua tangannya menekan telinganya seakan ingin menghalau suara yang menyakitkan. Baiklah, dia memang aneh, jika Finnick mencintainya, itu sudah cukup buatku.
Aku mendapat izin agar tim persiapanku ikut serta, jadi aku tidak perlu membuat keputusan-keputusan dalam bidang fashion. Ketika aku membuka lemari, kami Iangsung terdiam karena kehadiran Cinna terasa amat kuat dalam kain-kain yang terhampar di sana. Lalu Octavia jatuh berlutut, mengeluskan rok di lemari ke pipinya, kemudian menangis terisak. "Sudah lama sekali," isaknya, "aku tidak melihat barang-barang indah,"
Meskipun ada keengganan dari sisi Coin bahwa pernikahan ini terlalu mewah dan dari sisi Piutarch yang bilang ini terlalu hemat, pernikahan tersebut jadi acara yang memukau. Tiga ratus tamu yang beruntung dipilih dari 13 dan banyak pengungsi yang memakai pakaian mereka sehari-hari, dekorasi-nya dibuat dari dedaunan musim gugur, musiknya berasal dari paduan suara anak-anak yang diiringi pemain biola yang berhasil lolos dari 12 dengan membawa biolanya. Jadi pernikahan ini sederhana, hemat kalau menurut standar Capitol. Tapi semua itu tidak penting karena tak ada yang bisa me-nyaingi keindahan pasangan pengantin. Bukan karena baju indah pinjaman Annie memakai gaun sutra hijau yang ku-pakai di 5, Finnick memakai salah satu jas Peeta yang sudah disesuaikan ukurannya meskipun pakaian yang mereka pakai memesona. Siapa yang tidak bisa melihat betapa berbinarnya wajah pasangan pengantin ini, hingga nyaris berkilau saking terang binarnya" Dalton, peternak dari 10, menjadi pemimpin upacara pernikahan ini, karena tata cara Distrik 4 mirip de-ngan distriknya. Tapi ada sentuhan unik dari Distrik 4. jaring yang dianyam dari rumput-rumput panjang yang menaungi kepala pasangan pengantin selama mengucapkan janji mereka, saling menyentuh bibir satu sama lain dengan air laut, lagu pernikahan kuno, yang menyamakan pernikahan dengan perjalanan laut.
Tidak, aku tidak perlu berpura-pura bahagia untuk mereka.
Setelah ciuman yang mengesahkan ikatan pernikahan mereka, dan bersulang dengan sari buah apel, pemain biola memainkan nada yang membuat semua penduduk dari 12 menoleh. Kami mungkin distrik paling miskin dan paling kecil di Panem, tapi kami tahu caranya menari. Dalam jadwal acara pernikahan saat ini adalah acara bebas, tapi Plutarch yang mengatur propo dari ruang kendali, pasti berharap kami melakukan sesuatu. Dengan sigap, Greasy Sae menarik tangan Gale dan membawanya ke bagian tengah ruangan dan berdiri berhadapan dengannya. Orang-orang mulai bergabung denganya, membentuk dua baris. Dan tarian pun dimulai.
Aku berdiri di pinggir, bertepuk tangan sesuai irama, ketika sebuah tangan kurus mencubit bagian atas sikuku. Johanna mengomel padaku. "Kau mau melewatkan kesempatan menunjukkan tarianmu pada Snow"" Dia benar. Apa lagi yang bisa menyuarakan kemenangan Iebih lantang daripada Mockingjay yang bahagia berputar menari diiringi musik" Aku melihat Prim di antara kerumunan orang. Karena malam-malam musim dingin memberi kami banyak waktu latihan, aku dan Prim adalah pasangan menari yang bagus. Aku mengabaikan kekuatiran Prim terhadap rusukku, dan kami ikut berbaris. Rusukku sakit, tapi kepuasan membayangkan Snow melihatku menari bersama adik perempuanku membuat rasa sakit itu lenyap tak berbekas.
Tarian mengubah kami. Kami mengajari tamu-tamu dari Distrik 13 langkah-langkahnya. Kami berkeras memaksa pe-ngantin pria dan wanita ikut menari. Tangan-tangan yang ber-taut bergandengan membentuk lingkaran besar yang berputar dan orang-orang memamerkan tarian dengan gerakan kaki. Sudah la
ma tak ada peristiwa yang konyol, menggembirakan, dan menyenangkan semacam ini. Tarian ini bisa berlangsung sepanjang malam jika tak ada acara terakhir yang direncana-kan dalam propo Plutarch. Aku tidak tahu acara apa, tapi kudengar ini akan jadi kejutan.
Empat orang mendorong kue pengantin besar dari samping ruangan. Sebagian besar tamu mundur, memberi jalan pada kue pengantin indah berwarna biru-hijau, dengan lapisan berupa gelombang putih dengan ikan yang berenang dan perahu layar, anjing-anjing laut dan bunga-bunga laut. Tapi aku desakkan diriku melewati kerumunan orang untuk memastikan apa yang sudah kuketahui sejak pertama kali melihat kue tersebut. Sama pastinya seperti aku yakin pada bordiran yang ada di gaun Annie adalah hasil buatan tangan Cinna, bunga-bunga hiasan di kue itu adalah buatan tangan Peeta.
Mungkin ini cuma hal kecil, tapi hasilnya luar biasa. Haymitch menyimpan banyak rahasia dariku. Anak lelaki yang terakhir kulihat, yang menjerit-jerit, berusaha melepaskan diri dari ikatannya, takkan pernah bisa membuat kue semacam ini. Dia harus bisa fokus, menjaga tangannya tetap mantap, dan merancang sesuatu yang sempurna seperti ini untuk Finnick dan Annie. Seakan mengantisipasi reaksiku, Haymitch berdiri di sampingku.
"Mari kita bicara," katanya. Di koridor, jauh dari kamera, aku bertanya, "Apa yang ter-jadi padanya""
Haymitch menggeleng. "Aku tidak tahu. Tak seorang pun tahu. Kadang-kadang dia terlihat rasional, lalu tiba-tiba tanpa ada alasan, dia kumat lagi. Membuat kue seperti terapi untuk-nya. Dia sudah membuatnya selama berhari-hari. Melihatnya... dia tampak seperti sebelumnya."
"Jadi dia sudah keluar jalan-jalan di tempat ini"" tanyaku. Pikiran itu membuatku gelisah dalam banyak hal.
"Oh, tidak. Dia menghias kue dalam peniagaan ketat. Dia masih dikurung di ruang terkunci. Tapi aku sudah bicara dengannya". Kata Haymitch.
"Behadapan langsung"" tanyaku. "Dan dia tidak ngamuk""
"Tidak. Marah padaku, tapi karena alasan-alasan yang benar. Karena aku tidak memberitahunya tentang rencana pemberontak dan apa saja yang kusembunyikan." Haymitch terdiam sejenak, seakan ingin memutuskan sesuatu. "Dia bilang dia ingin bertemu dengamu."
Aku berada di atas kapal layar hiasan itu, terombang-ambing di atas gelombang biru-hijau, geladak bergerak di bawah kakiku. Kedua telapak tanganku menekan dinding agar aku bisa menguatkan diri. ini bukan bagian dari rencana. Aku sudah mencoret nama Peeta di Distrik 2. Kemudian aku akan ke Capitol, membunuh Snow, dan membiarkan diriku ditangkap. Luka tembakku hanyalah kemunduran sementara. Aku tak pernah mengira akan mendengar kata-kata Dia bilang dia ingin bertemu denganniu. Tapi sekarang aku sudah mendengarnya, dan tak ada alasan untuk menolaknya.
Pada tengah malam, aku berada di luar pintu selnya. Kamar rumah sakit. Kami harus menunggu Plutarch selesai menyusun potongan-potongan rekaman acara pernikahan, yang meskipun menurutnya kurang gaduh, tapi tetap membuatnya senang. "Pada dasamya hal terbaik yang dihasilkan oleh Capitol ka-rena mengabaikan Dua Belas selama ini adalah orang-orang di sana masih punya spontanitas. Penonton menerimanya bulat-bulat. Seperti saat Peeta menyatakan cintanya padamu atau kau membuat tipuan dengan buah berry. Bagus untuk ditayangkan di televisi."
Aku berharap bisa bertemu Peeta berduaan saja. Tapi se-rombongan dokter sudah berkumpul di balik kaca satu arah, siap dengan buku catatan, dan bolpoin di tangan. Ketika Haymitch memberiku tanda oke Iewat alat pendengar, per-lahan-lahan aku membuka pintu.
Mata birunya langsung memandangku lekat-lekat. Ada tiga alat pengikat di masing-masing lengannya, dan tabung yang bisa menyalurkan obat bius seandainya dia kehilangan kontrol. Namun dia tidak berjuang untuk melepaskan diri, hanya memandangiku dengan tatapan cemas yang dimiliki seseorang ketika berhadapan dengan mutt. Aku berjalan mendekat sampai aku berdiri sekitar satu meter dari ranjang. Kedua tanganku menganggur, jadi aku merangkul rusukku sebelum aku bicara. "Hei."
"Hei," sahutnya. Suaranya seperti suaranya, nyaris seperti suaranya, namun ada sesuatu yang
baru dalamnya. Nada mencela dan curiga.
"Haymitch bilang kau ingin bicara denganku," kataku.
"Coba lihat dirimu." Seakan-akan Peeta menungguku ber-ubah menjadi serigala jejadian di depannya. Dia memandangi-ku lama hingga aku melirik sembunyi-sembunyi ke kaca satu arah, berharap mendapat petunjuk dari Haymitch, tapi alat pendengarku tetap hening. "Tubuhmu tidak besar, ya" Kau juga tidak terlalu cantik""
Aku tahu Peeta sudah melalui derita panjang hingga neraka dan kembali lagi ke bumi, namun komentarnya terhadap diri-ku membuatku tersinggung. "Yah, kau sendiri tidak setampan dulu."
Saran Haymitch yang menyuruhku mundur tersamar oleh suara tawa Peeta. "Dan sikapmu sama sekali tidak manis. Bicara begitu padaku setelah apa yang kulalui."
"Yeah. Kita sudah melewati banyak hal. Dan kau yang biasanya dikenal dengan sikap baikmu. Bukan aku." Semua tindakanku salah. Aku tak tahu kenapa aku merasa amat defensif. Dia sudah disiksa! Dia sudah dibajak! Ada apa denganku" Tiba-tiba, aku merasa hendak meneriakinya meski-pun aku tak yakin apa alasannya jadi aku memutuskan untuk keluar dari topik itu. "Dengar, aku tidak enak badan. Mungkin aku mampir kemari lagi besok."
Aku baru sampai ke pintu ketika suara Peeta menghentikan langkahku. "Katniss. Aku ingat tentang roti itu."
Roti. Momen hubungan nyata kami sebelum Hunger Games.
"Mereka menunjukkan rekaman ketika aku bicara tentang roti itu"" tanyaku.
"Tidak. Apakah ada rekama kau membicarakannya" Kenapa Capitol tidak menggunakannya untuk mengacaukanku"" tanyanya.
"Aku membuatnya pada hari kau diselamatkan," jawabku. Rasa sakit dadaku membelit rusukku seperti tanaman rambat. Menari adalah kesalahan. "jadi apa yang kauingat""
"Kau. Di bawah hujan," katanya lembut. "Mengorek-ngorek tempat sampah. Roti yang hangus. Ibuku memukulku. membawa roti keluar untuk diberikan pada babi tapi aku malah memberikannya untukmu."
"Betul. Itulah yang terjadi," kataku. "Keesokan harinya, se-pulang sekolah, aku ingin berterima kasih padamu. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya."
"Kita ada di luar sesudah jam pulang sekolah. Aku berusaha memandang matamu. Kau memalingkan wajahmu. Lalu... entah apa alasannya, kupikir kau memungut bunga dandelion." Aku mengangguk. Ternyata dia ingat. Aku tak pernah men-ceritakan momen itu pada siapa pun. "Aku pasti sangat men-cintaimu."
"Memang." Suaraku pecah dan aku pura-pura batuk.
"Dan apakah kau mencintaiku"" tanyanya. Mataku tetap memandangi ubin di lantai. "Semua orang bilang aku mencintaimu. Semua orang bilang itu sebabnya Snow menyiksamu. Untuk menghancurkanku."
"Itu bukan jawaban," kata Peeta. "Aku tak tahu harus ber-pikir apa ketika mereka menunjukkan padaku sebagian rekamannya. Dalam arena pertama, sepertinya kau berusaha membunuhku dengan tawon penjejak."
"Aku berusaha membunuh kalian semua," kataku. "Kau membuatku terperangkap di atas pohon."
"Selanjutnya, ada banyak ciuman. Sepertinya ciuman darimu tidak tulus. Apakah kau suka menciumku"" tanyanya.
"Kadang-kadang," aku mengakui. "Kau tahu kan orang-orang mengawasi kita sekarang""
"Aku tahu. Bagaimana dengan Gale"" Peeta lanjut bertanya.
Kemarahanku timbul kembali. Aku tidak peduii pada pemulihannya ini bukan urusan orang-orang di balik kaca. "Ciumannya juga tidak buruk," jawabku tak lama kemudian.
"Dan oke-oke saja denga kami berdua" Kau mencium pria lain"" tanyanya.
"Tidak. Tidak oke-oke saja dengan kalian berdua. Tapi aku tidak meminta izinmu," kataku.
Peeta tertawa lagi, dingin, dan tak acuh. "Hmm, kau memang luar biasa, ya""
Haymitch tidak protes ketika aku berjalan keluar dari kamar. Berjalan menuju koridor. Melewati deretan kompartemen. Menemukan pipa yang hangat di balik ruang cuci. Butuh waktu lama untuk tahu kenapa aku amat kesal. Terlalu mengerikan mengakui apa yang kulakukan. Selama berbulan-bulan aku tidak menghargai pemikiran Peeta yang meng-anggapku hebat, dan kini berakhir sudah. Akhirnya, dia bisa melihat siapa diriku sebenarnya. Kejam. Tak bisa dipercaya. Manipulatif. Mematikan.
Dan aku membenci Peeta karenanya.
BAB TUJUH BELAS KAGET. Itulah yang kurasakan ketika Haymitch memberi-tahuku di ruma
h sakit. Aku berlari menuruni tangga me-nuju Ruang Komando, pikiranku berputar cepat, dan aku langsung masuk ke rapat perang.
"Apa maksudmu aku takkan pergi ke Capitol" Aku harus pergi! Aku ini Mockingjay!" aku berseru.
Coin bahkan tidak mengangkat wajahnya dari layar. "Dan sebagai Mockingjay, tujuan utamamu menyatukan distrik-distrik melawan Capitol telah tercapai. Jangan kuatir jika semuanya lancar, kami akan menerbangkanmu untuk menemui mereka yang menyerah."
Yang menyerah" "Itu artinya sudah terlambat! Aku akan ketinggalan per-tempurannya. Kau membutuhkanku aku pemanah terbaik yang kau punya!" Aku berteriak. Biasanya aku tidak mem-bangga-banggakan diriku tentang ini, tapi aku yakin aku tidak salah. Gale pergi."
"Gale ikut latihan setiap hari kecuali dia melaksanakan tugas lain yang sudah disetujui. Kami yakin dia bisa urus dirinya sendiri di lapangan," kata Coin. "Kira-kira sesi latihan yang kauikuti selama ini""
Tidak ada. Itulah jumlah latihan yang kuikuti. "Kadang-aku berburu. Dan... Aku berlatih dengan Beetee di Persenjataan Khusus."
"Itu tidak sama, Katniss," kata Boggs. "Kita semua tahu kau cerdas, berani, dan pemanah ulung. Tapi kami membutuhkan prajurit di lapangan. Kau sama sekali tidak paham soal me-matuhi perintah, dan fisikmu bukan dalam kondisi prima."
"Keadaanku tidak mengganggumu ketika aku berada di Delapan. Atau Dua," sahutku.
"Awalnya kau jugs tidak diperintahkan untuk bertempur dalam dua distrik tersebut," kata Plutarch, yang melirikku untuk memberi tanda bahwa aku hampir membongkar terialu banyak.
Pengeboman di 8 dan campur tanganku di 2 dilakukan secara spontan, tanpa pikir panjang, dan pastinya tanpa izin.
"Dan dalam dua kejadian itu akibatnya kau terluka," Boggs mengingatkanku. Mendadak, aku bisa melihat diriku dari sudut pandangnya. Gadis kecil tujuh belas tahun yang masih ke-payahan terengah-engah karena luka di rusuknya belum sembuh benar. Berantakan. Tidak disiplin. Dalam masa pe-nyembuhan. Bukan tentara, tapi seseorang yang harus dijaga.
"Tapi aku harus pergi," kataku.
"Kenapa"" tanya Coin.
Aku tidak bisa bilang bahwa aku harus pergi untuk mem-balas dendam secara pribadi kepada Snow. Atau aku tak sanggup membayangkan gagasan bahwa aku hanya tinggal di sini di 13 bersama Peeta versi terbaru sementara Gale pergi berperang. Tapi aku tak pernah kekekurangan alasan untuk ingin berperang melawan Capitol. "Karena Dua Belas. Karena mereka menghancurkan distrikku."
Presiden memikirkan ini sejenak. Mempertimbangkan aku. "Kalau begitu, kau punya tiga minggu. Bukan waktu yang, tapi kau bisa mulai latihan. jika Dewan penugasan menganggapmu layak pergi, mungkin kasusmu akan dipertimbangkan kembali."
Selesai. Itulah harapan terbaikku. Kurasa ini karena kesalahanku sendiri. Aku memang melanggar jadwalku setiap hari kecuali aku memang kepingin melakukannya. Sepertinya berlari-lari di lapangan dengan membawa senjata sementara ba-nyak hal Iain yang berlangsung bukan menjadi prioritasku. Dan sekarang aku membayar kelalaianku.
Di rumah sakit, aku melihat Johanna dalam keadaannyang sama dan sedang mengamuk. Kuberitahu dia tentang apa yang diucapkan Coin. "Mungkin kau bisa ikut latihan juga."
"Baik. Aku akan latihan. Tapi aku akan pergi ke Capitol sialan bahkan jika aku perlu membunuh kru dan terbang ke sana sendiri," kata Johanna.
"Mungkin sebaiknya kau tidak menyinggung hal itu saat latihan," kataku. "Tapi senang mendengar bahwa aku bisa dapat tumpangan ke sana."
Johanna nyengir, dan aku merasa ada sedikit perubahan namun penting dalam hubungan kami. Aku tidak tahu apakah kami bisa berteman, tapi kata sekutu sepertinya lebih akurat. Bagus. Aku akan perlu sekutu.
Keesokan paginya, ketika kami meiapor untuk latihan pada pukul 07.30, aku dihantam oleh kenyataan. Kami didaftarkan pada kelas pemula, anak-anak empat belas atau lima belas tahun, yang sepertinya menghina kami sampai kemudian ter-lihat bahwa kondisi mereka jauh lebih baik daripada kami. Gale dan lainnya yang sudah terpilih untuk Capitol dalam kondisi berbeda, mereka sudah dalam tahap latihan yang lebih berat. Setelahkami meregangkan tubuh yang menya
kitkan ada dua jam latihan memperkuat tubuh yang menyakitkan dan lari sejauh lima mil yang membuatku setengah mati. Bahkan dengan hinaan-hinaan Johanna yang memacu motivasi-ada dia sejauh Setelah kami meregangkan tubuh yan-latihan memperkuat tubuh bera jani iima mil yang membuatku setengah mati. kBua untuk melanjutkan, aku harus berhenti ketika baru berlari sejaull satu mil.
"Rusukku," aku menjelaskan pada pelatih, wanita parobaya yang galak, yang harus kami panggil dengan sebutan Prajurit York. "Masih memar."
"Kuberitahu ya, Prajurit Everdeen, memarmu butuh waktu paling sedikit sebulan lagi untuk sembuh dengan sendirinya," kata wanita itu.
Aku menggeleng. "Aku tidak punya waktu sebulan."
Dia memandangku dari atas ke bawah. "Para dokter belum menawarimu pengobatan apa pun""
Mockingjay Buku Terakhir Trilogi The Hunger Games Karya Suzanne Collins di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah ada pengobatan"" tanyaku. "Mereka bilang akan sembuh sendiri."
"Itu kan kata mereka. Tapi mereka bisa mempercepat proses penyembuhanmu jika aku merekomendasikannya. Tapi kuper-ingatkan ya, caranya tidak menyenangkan," katanya padaku.
"Tolonglah. Aku harus ikut ke Capitol," jawabku.
Prajurit York tidak mempertanyakan hal ini. Dia mencoret-coret sesuatu di notesnya dan menyuruhku langsung ke rumah sakit. Aku ragu-ragu. Aku tidak mau ketinggalan latihan lagi "Aku akan kembali untuk sesi latihan siang." Aku berjanji Prajurit York hanya memonyongkan bibirnya.
Dua puluh empat tusukan jarum kemudian di rusukku, aku terbaring telentang di ranjang rumah sakit, mengatupkan gigi-ku rapat-rapat agar tidak memohon mereka menyuntikkan morfin ke tubuhku. Morfin ada di samping raniangku dan aku bisa memakainya sebanyak yang kubutuhkan. Belakangan aku jarang memakainya, tapi aku menyimpannya demi Johanna. Hari ini mereka memeriksa darahku untuk memastikan bahwa tubuhku bersih dari penghilang rasa sakit, karena campuran dua jenis obat morfin dan entah apa yang mereka suntikkan dan membuat rusukku seperfi terbakar memiliki efek samping yang berbahaya. Mereka sudah menjelaskan bahwa aku akan kesakitan dalam dua hari ke depan. Tapi kukatakan pada mereka untuk melaniutkan pengobatan.
Malam yang buruk di kamar kami. Aku tidak mungkin bisa tidur. Kupikir aku bisa mencium lingkaran kulit di dadaku terbakar, dan Johanna sedang melawan ketagihannya. Sebelurnnya, ketika aku minta maaf karena harus memutuskan pasokan morfinnya, Johanna hanya melambaikan tangan, seraya berkata bahwa itu memang harus terjadi. Tapi pada jam tiga pagi, aku jadi sasaran caci maki dengan bermacam-macam kata-kata kasar dari Distrik 7. Menjelang pagi, Johanna menarikku turun dari ranjang, bertekad untuk menyuruhku latihan.
"Kurasa aku tidak sanggup melakukannya," kataku.
"Kau bisa melakukannya. Kita berdua bisa. Ingat, kita ini kan pemenang" Kita adalah orang-orang yang selamat dari apa pun yang mereka lemparkan pada kita," Johanna membentak-ku. Wajahnya tampak pucat kesakitan, dan dia pun gemetaran. Aku berganti pakaian.
Kami pasti pemenang karena bisa selamat hingga pagi ini. Kupikir johanna akan meninggalkanku saat kami menyadari bahwa di luar ternyata hujan. Wajahnya makin pucat dan dia seakan berhenti bernapas.
"Itu cuma air. Takkan membunuh kita," kataku. Dia me-ngertakkan giginya dan berjalan dengan langkah mantap ke dalam lumpur. Hujan menguyupkan kami ketika latihan fisik dan membuat becek jalur lari. Aku berhenti lagi setelah berlari dan aku harus melawan godaan untuk melepaskan kausku agar air dingin bisa membasuh rusukku yang terbakar. Aku memaksa diriku menelan makan siangku terdiri atas ikan lembek dan sup sayuran bit. Johanna berhasil menyantap setengah isi mangkuknya sebelum muntah. Sore harinya, kami belajar memasang senjata. Aku berhasil, tapi Johanna tidak bisa menghentikan tangannya agar tidak gemetar untuk bisa menyusun bagian-bagian senjata itu. Ketika York memunggungi kami, aku membantunya. Meskipun hujan turun tanpa henti, sore itu kami mengalami kemajuan karena kami berada di lapangan tembak. Pada akhirnya, aku bisa me-lakukan sesuatu yang mahir kulakukan. Perlu waktu sejenak untuk menyesuaikan diri dari busur ke senapan, tapi ketika hari berakhir, aku mendapat nilai ter
baik di kelasku. Kami berada di balik pintu rumah sakit ketika Johanna ber-kata, "Ini harus dihentikan. Kita tinggal di rumah sakit. Semua orang memandang kita sebagai pesakitan."
Itu bukan masalah buatku. Aku bisa pindah ke kompartemen keluargaku, tapi Johanna tak pernah mendapat kompartemen. Saat dia berusaha dipulangkan dari rumah sakit, mereka tak setuju membiarkannya tinggal sendirian, bahkan jika dia datang setiap hari untuk konsultasi dengan dokter jiwa. Kurasa mereka sudah tahu tentang kecanduan morfinnya dan masih ditambah dengan pandangan mereka bahwa dia tidak stabil. "Dia takkan sendirian. Aku akan sekamar dengannya," kataku. Ada ketidak-setujuan, tapi Haymitch mendukung kami, dan ketika jam tidur tiba, kami punya kompartemen di seberang kompartemen Prim dan ibuku, yang setuju untuk mengawasi kami.
Setelah aku mandi, dan Johanna hanya mengelap tubuhnya dengan kain basah, dia memeriksa tempat itu dengan saksama. Ketika dia membuka laci yang menyimpan beberapa barang pribadiku, dia langsung menutupnya. "Maaf."
Aku teringat isi laci Johanna Cuma pakaian resmi dari pemerintah. Dia tak punya barang yang disebut sebagai barang pribadinya. Tidak apa-apa. Kau boleh melihat barangku jika kau mau.
Johanna membuka bandul kalungku, memperhatikan foto ale, Prim, dan ibuku. Dia membuka parasut perak mutiara dan mengeluarkanan alat sadap dan memasangnya di jari kelingkingnya Melihatnya saja, aku jadi haus." Lalu dia melihat mutiara yang diberikan Peeta untukku. "Apakah ini..."
Yeah, kataku. Entah bagaimana masih terbawa olehku. Aku tidak ingin bicara tentang Peeta. Satu hal yang bagus dari latihan adalah membuatku berhenti memikirkannya.
Haymitch bilang dia membaik," kata Johanna.
Mungkin. Tapi dia berubah," kataku.
Kau juga. Aku juga. Finnick, Haymitch, dan Beetee juga. Jangan sampai aku mulai bicara tentang Annie Cresta. Arena Hunger Games membuat kita lumayan kacau ya" Atau apakah kau masih merasa seperti anak perempuan yang mengajukan diri menggantikan adiknya"" tanya Johanna padaku.
Tidak," jawabku. Kurasa dokter jiwaku mungkin benar tentang satu hal. Tak ada jalan kembali. Jadi sebaiknya kita terima saja keadaan ini. Dengan rapi dia mengembalikan benda-benda kesayang-anku ke dalam laci dan naik ke ranjang di seberangku tepat ketika lampu dimatikan. "Kau tidak takut aku akan membunuh-mu malam ini""
"Memangnya kaupikir aku tidak bisa melawanmu"" jawab-ku. Kemudian kami berdua tertawa.Karena tubuh kami ber-dua sudah letih kepayahan, butuh keajaiban jika kami bisa bangun besok pagi. Tapi kami bisa. Setiap pagi, kami bangun. Dan pada akhir minggu, rusukku nyaris terasa seperti baru, dan Johanna bisa memasang senapannya tanpa bantuan.
Prajurit York mengangguk, memberi tanda bahwa kami bekerja dengan baik saat hari berakhir. "Bagus, Prajurit."
Ketika karni sudah berada di luar jarak pendengaran, Johanna bergumam, Kupikir memenangkan Hunger Games lebih mudah. Tapi wajahnya terlihat senang.
Kenyataannya, kami dalam kondisi semangat yang bagus ketika masuk ke ruang makan, di sana Gale menungguku untuk makan bersama. Porsi besar sup daging sapi juga tidak merusak suasana hatiku. "Kiriman makanan pertama tiba pagi ini," kata Greasy Sae. "Itu daging sapi sungguhan, dari Distrik Sepuluh. Bukan daging anjing liar."
"Seingatku kau tidak pernah menolak daging anjing," tukas Gale
Kami bergabung di satu meja yang terdiri atas Delly, Annie, dan Finnick. Ada yang berbeda melihat perubahan yang ter-jadi pada Finnick sejak pernikahannya. Perwujudan dirinya sebelum ini pujaan hati Capitol yang bejat yang kutemui se-belum Quell, sekutu yang penuh tanda tanya di arena, pemuda yang hancur yang berusaha menguatkan diri diganti-kan oleh seseorang yang memancarkan kehidupan. Pesona Finnick dengan humornya yang penuh sindiran pada diri sendiri dan sifatnya yang santai tampak untuk pertama kalinya. Dia tak pernah melepaskan tangan Annie. Tidak melepaskan-nya saat berjalan, atau bahkan saat makan. Aku yakin dia tak pernah ingin melepaskannya. Annie juga berada dalam kabut kebahagiaan. Ada beberapa saat ketika aku bisa melihat ad
a sesuatu yang terlintas dalam benaknya dan dunia lain meutup Annie dari kami. Tapi beberapa kata dari Finnick yang mengembalikan Annie ke alam nyata.
Delly, kukenal sejak kanak-kanak tapi jarang kuingat, sudah makin dewasa seperti yang kuperkirakan. Dia diberitahu apa yang dikatakan Peeta padaku pada malam setelah pernikah an, tapi dia bukan penggosip. Haymitch bilang Delly adalah pembela utamaku ketika Peeta meledak mengamuk terhadapku. Dia selalu mendukungku. Menyalahkan pandangan-pandangan negatif Peera pada siksaan Capitol. Delly memiliki pengaruh pada Peeta daripada kami semua, karena Peeta benar-benar mengenalnya. Jika dia membumbui cerita tentangku agar jadi lebih aik, aku menghargai usahanya. Sejujurnya aku butuh sedikit bumbu itu.
Aku kelaparan dan sup itu lezat sekali daging sapi, kentang, lobak, da bawang di dalam kuah yang kental dan aku harus menahan diri agar tidak makan terlalu cepat. Di dalam ruang makan, kami bisa merasakan efek pembangkit semangat yang dihasilkan oleh makanan lezat. Bagaimana makanan itu bisa membuat orang-orang jadi lebih baik, lebih lucu, lebih optimis, dan mengingatkan mereka bahwa terus melanjutkan hidup bukanlah kesalahan. Jauh lebih baik daripada obat apa pun. Jadi aku berusaha membuatnya bertahan lebih lama dan bergabung dalam percakapan. Aku mengelap sisa kuah dengan rotiku, lalu mengunyah roti itu sambil mendengar Finnick menceritakan cerita konyol tentang kura-kura laut yang kabur dengan topinya. Aku tertawa sebelum menyadari bahwa dia berdiri di sana. Tepat di seberang meja, di belakang kursi kosong di samping Johanna. Memandangiku. Aku tercekat sejenak ketika roti menyangkut di tenggorokanku.
"Peeta!" kata Delly. "Senang melihatmu keluar... dan jalan-jalan."
Dua penjaga bertubuh besar berdiri di belakangnya. Peeta memegang nampannya dengan canggung, yang diseimbangkan di atas jemarinya karena pergelangan tangannya dibelenggu dengan rantai pendek.
"Kenapa pakai gelang mewah itu"" tanya Johanna.
"Aku belum bisa dipercaya sepenuhnya," kata Peeta. "Aku bahkan tidak bisa duduk di sini tanpa izinmu." Dia mengedikkan kepalanya ke arah para penjagam
Tentu dia boleh duduk di sini. Kami teman lama, kata Johanna, sambil menepuk kursi di sampingnya. Dua penjaga itu mengangguk dan Peeta pun duduk. Aku dan Peeta mendapat sel yang bersebelahan di Capitol. Jadi sudah tidak asing lagi dengan jeritan satu sama lain.
Annie, yang duduk di sisi lain Johanna, melakukan hal yang biasa dilakukannya untuk keluar dari kenyataan yaitu dengan menutup telinganya. Finnick menatap marah pada Johanna sementara lengannya merangkul Annie.
Apa" Dokter jiwaku bilang aku sebaiknya tidak menyensor pikiranku. Ini bagian dari terapi," sahut Johanna.
Kegembiraan mengucur keluar dari pesta kecil kami. Finnick menggumamkan kata-kata di telinga Annie sampai dia perlahan-lahan melepaskan tangannya. Ada keheningan yang panjang ketika orang-orang pura-pura makan.
"Annie," kata Delly dengan nada riang, "kau tahu tidak Peeta ini yang menghias kue pengantinmu" Di distrik dulu, keluarganya punya toko roti dan dia yang membuat hiasannya."
Dengan hati-hati Annie melihat melewati Johanna. "Terima kasih, Peeta. Indah sekali."
"Dengan senang hati, Annie," kata Peeta, dan aku mendengar nada lembut dalam suaranya yang kupikir sudah lenyap selamanya. Memang kata-kata itu tidak ditujukan padaku. Tapi tetap saja ada di sana.
"Jika kita ingin tepat waktu untuk jalan-jalan, sebaiknya kita pergi sekarang," kata Finnick pada Annie. Dia mengatur nampan mereka agar bisa membawanya dengan satu tangan sementara tangan satunya menggenggam erat tangan Annie. "Senang bertemu denganmu, Peeta."
"Baik-baiklah padanya, Finnick. Atau aku akan berusaha dan merebutnya darimu. Kata-kata itu bisa saja terdengar sebagai candaan, jika nadanya tidak sedingin itu. Segala yang tersampaika di sana terdengar salah. Ketidakpercayaannya pada Finnick, maksud tersirat bahwa Peeta bisa jadi menyukai Annie, dan Annie bisa meninggalkan Finnick, dan aku bahkan tak ada di sini.
Oh, Peeta, kata Finnick santai. Jangan membuatku menyesal sudah menghidupkan jantu
ngmu lagi." Dia menarik Annie menjauh dan memandang kuatir padaku.
Setelah mereka pergi, Delly langsung mencela sikap Peeta, Dia sudah memelamatkanmu, Peeta. Lebih dari sekali.
Demi gadis itu. Peeta mengangguk singkat padaku. Demi pemberontakan. Bukan demi aku. Aku tidak berutang apa pun padanya.
Tidak seharusnya aku termakan pancingan ini, tapi aku tidak tahan. Mungkin tidak. Tapi Mags tewas dan kau masih ada di sini. Seharusnya itu berarti sesuatu.
Yeah, banyak hal yang seharusnya berarti sesuatu yang ternyata tidak seperti itu artinya, Katniss. Aku punya banyak kenangan yang tak masuk akal, dan menurutku Capitol tidak mengutak-atik kenangan itu. Malam-malam di kereta, contoh-nya, kata Peeta.
Sekali lagi dia menyatakan maksud terselubung. Bahwa apa yang terjadi di kereta waktu itu lebih dari apa yang sekadar terjadi. Apa yang terjadi di kereta malam-malam ketika aku hanya bisa menjaga kewarasanku karena lengan Peeta merangkulku tak lagi penting. Semuanya dusta, semuanya hanya cara memanfaatkan dirinya.
Peeta membuat gerakan kecil dengan sendoknya, menghubungkan aku dan Gale. Jadi, kalian berdua sekarang resmi jadi pasangan, atau mereka masih mengulur cerita pasangan kekasih bernasib malang itu"
Masih mengulur, kata Johanna,
Kedua tangan Peeta langsung kejang-kejang dan memaksanya mengepalkan tangannya kuat-kuat, lalu telapak tangannya terentang aneh. Apakah itu dilakukannya untuk menahan tangannya agar tidak mencekik leherku" Aku bisa merasakan keteganga otot Gale yang berada di sampingku, dan aku takbakal terjadi pertengkaran hebat. Tapi Gale hanya berkata, "Aku takkan percaya jika tidak melihatnya sendiri.
Apa" tanya Peeta. Kau, jawab Gale. Kau harus lebih spesifik, kata Peeta. "Ada apa dengan-ku""
"Katanya mereka sudah menggantimu dengan versi mutt-iblis yang serupa denganmu," ujar Johanna.
Gale menghabiskan susunya. "Kau sudah selesai"" tanyanya padaku. Aku berdiri dan kami melintasi ruangan untuk menaruh nampan-nampan kami. Di pintu, seorang pria tua meng-hentikanku karena aku masih memegangi sisa roti yang sudah dicelup ke kuah. Ada sesuatu di raut wajahku, atau mungkin kenyataan bahwa aku tidak berusaha menutupi rotiku, membuat sikapnya tidak terlalu keras terhadapku. Dia membiarkanku memasukkan roti ke mulutku lalu berjalan pergi. Aku dan Gale sudah hampir tiba di kompartemenku ketika dia bicara lagi. "Aku tidak mengira bakal seperti tadi."
"Sudah kubilang dia membenciku," kataku.
"Caranya membencimu. Terasa sangat... familier. Aku biasa merasa seperti itu," katanya mengakui. "Saat aku melihatmu menciumnya di televisi. Hanya saja aku tahu bahwa aku tidak sepenuhnya bersikap adil. Dia tidak bisa memahami itu."
Kami tiba di pintu kompartemenku. "Mungkin dia hanya memahamiku sebagaimana sesungguhnya diriku. Aku harus tidur."
Gale memegang lenganku sebelum aku bisa menghilang. Jadi itu yang kau pikirkan sekarang" Aku mengangkat bahu. Katniss, sebagai teman lamamu, percayalah padaku saat kubilang dia tidak memahamimu sebagaimana sesungguhnya dirimu. Gale mencium pipiku lalu pergi.
Aku duduk di ranjangku, berusaha memasukkan informasi dari buku Taktik Militer ke dalam otakku sementara kenangan-kenagan tentang malam-malam di kereta bersama Peeta mengganggu konsentrasiku. Setelah lewat dua puluh menit, Johanna datang dan melempar tubuhnya di ujung ranjangku. "Kau melewatkan bagian terbaik. Delly kehilangan kesabaran pada Peeta karena perlakuannya padamu. Dia bisa jadi cerewet sekali. Rasanya seperti ada orang yang berulang-ulang menusukkan garpu ke tikus. Perhatian semua orang di ruang makan tertuju padanya."
"Apa yang dilakukan Peeta"" tanyaku.
"Dia berdebat dengan dirinya sendiri seakan ada dua orang yang bicara. Penjaga-penjaga datang untuk membawanya pergi. Pada bagian lain yang menyenangkan, tak ada seorang pun yang sepertinya sadar aku menghabiskan sup milik Peeta." Johanna mengelus-elus perutnya yang menggembung. Aku melihat kotoran yang berlapis-lapis di bagian bawah kukunya. Aku jadi penasaran apakah orang-orang di 7 kenal yang namanya mandi.
Kami menghabiskan dua jam saling bertanyajawab tentang istilah-istilah militer. Aku mengunjungi ibuku dan Prim sebentar. Ketika aku kembali ke kompartemenku, mandi, dan memandangi kegelapan, aku akhirnya bertanya, "Johanna, kau bisa benar-benar mendengarnya menjerit""
"Teriakan itu bagian dari siksaan," kata Johanna. "Seperti burung jabberjay di arena. Hanya saja teriakan ini nyata. Dan tidak berhenti setelah satu jam. Tik, tok."
Tik, tok, Bunga mawar. Mutt serigala. Para peserta. Hiasan kue lumba-lumba. Teman-teman. Mockingjay-mockingjay. Para penata gaya. Aku.
Semuanya menjerit dalam mimpiku malam ini.
BAB DELAPAN BELAS AKU latihan seperti orang kalap. Makan, hidup, dan bernapas dalam olahraga, latihan, latihan senjata pelajaran tentang taktik. Beberapa orang dari kami dipindahkan ke kelas tambahan yang memberiku harapan bahwa aku mungkin bisa diperhitungkan dalam perang sungguhan. Para tentara me-nyebutnya Block, tapi tato di lenganku tertulis S.P.J, singkatan ciari Simulasi Pertarungan Jalanan. Jauh dalam 13, mereka membangun blok kota Capitol. Instruktur memecah pasukan kami ke dalam delapan kelompok dan kami berusaha menjalankan misi memperoleh posisi, menghancurkan sasaran, mencari pangkalan seakan kami benar-benar bertempur untuk memasuki Capitol. Segalanya sudah diatur agar semua kemungkinan kesalahan yang bisa terjadi menimpamu. Langkah yang salah memicu ledakan ranjau darat, para penembak jitu di atap gedung, senapanmu macet, tangisan anak kecil membawamu ke dalam penyergapan, pemimpin pasukanmu yang hanya berupa suara terprogram terkena ledakan mortir dan kau harus memikirkan apa yang harus kaulakukan tanpa ada perintah. Sebagian dirimu tahu bahwa ini cuma latihan dan mereka takkan benar-benar membunuhmu. Jika kau memicu ledakan ranjau, kau mendengar ledakan dan harus jatuh dan pura-pura mati. Tapi selain itu, rasanya seperti sungguhan di sini tentara-tentara musuh berpakaian seragam Penjaga Perdamaian, kekacauan karena bom asap. Mereka bahkan menembakkan gas pada kami. Hanya aku dan Johanna yang memakai masker tepat waktu. Sisa pasukan kami pingsan selama sepulu menit. Gas yang katanya tidak berbahaya itu sempat kuhirup sedikit dan membuatku pusing seharian.
Cressida dan kru filmnya merekam aku dan Johanna di lapangan tembak. Aku tahu Gale dan Finnick juga difilmkan. Ini adalah bagan dari seri propo baru untuk menunjukkan para pemberontak bersiap-siap untuk menyerang Capitol. Secara keseluruhan, keadaan berlangsung baik.
Lalu Peeta mulai muncul untuk olahraga pagi. Beienggunya sudah dilepas, tapi dia masih setia didampingi sepasang pen-jaga. Setelah makan siang, aku melihatnya di seberang lapang-an beriatih dengan sekelompok pemula. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Jika omelan dari Delly bisa membuat-nya berdebat dengan diri sendiri, seharusnya dia tidak perlu belajar memasang senjata.
Ketika aku menanyakannya pada Plutarch, dia meyakinkanku bahwa itu cuma untuk rekaman. Mereka punya rekaman Annie menikah dan Johanna menembak sasaran, tapi seantero Panem ingin tahu nasib Peeta. Mereka perlu melihatnya ber-juang demi pemberontak, bukan demi Snow. Dan mungkin mereka bisa mendapatkan rekaman kami berdua, tidak perlu berciuman, hanya perlu tampak bahagia bersama
Aku langsung meninggalkan percakapan saat itu juga. Itu takkan terjadi. Pada saat-saat gundahku yang jarang terjadi, dengan gelisah aku memperhatikan persiapan pserangan melihat peralatan dan rasum disiapkan, berbagai divisi disatukan. Aku bisa meliahat kapan seseorang menerima perintah karena rambut mereka dipangkas amat pendek, tanda bahwa orang itu akan maju ke medan perang. Ada banyak omongan tentang serangan pembuka, yaitu dengan menguasai terowongan kereta yang masuk hingga ke Capitol.
Hanya beberapa hari sebelum pasukan pertama diterjunkan, tanpa kuduga York memberitahuku dan Johanna bahwa dia merekomendasikan kami untuk ikut ujian, dan kami harus segera melapor. Ada empat bagian dalam ujian ini; Latihan halang rintang yang menguji konsisi fisik kami, ujian taktik tertulis, tes wawancara terhadap senjata, dan simulasi tempur di Block. Aku bahkan tak punya waktu untuk gelisa
h dalam ujian pertama dan berhasl menyelesaikannya dengan baik, tapi pada penundaan di Block. Ada semacam masalah teknis yang harus mereka kerjakan lebih dulu. Kelompok kami saling bertukar informasi. Sejauh in sepertinya informasi yang kuterima benar. Kau masuk sendirian. Tak ada yang bisa menebak seperti apa situasi tempur yang kami masuki. Seorang aak lelaki bilang, dengan napas terengah-engah, bahwa, stuasinya dirancang untuk menyesar kelemahan masing-masing orang.
Kelemahanku" Aku tak mau mengetahuinya. Tapi aku menemukan bagian yang lemah dan berusaha memperhitungka apa kemungkinan kelemahanku. Panjangnya daftar kelemahan yang kumiliki membuatku tertekan. Kurangnya kekuatan fisik. Latihan dalam porsi minimal. Dan entah bagaimana statusku yang menonjol sebagai Mockingjay sepertinya tidak menguntungkan dalam situasi di mana mereka berusaha menyatukan kami dalam kelompok. Mereka bisa menggunakan banyak hal untuk menghantamku.
Johanna dipanggil tiga nama lebih dulu daripada aku, dan aku mengangguk memberinya dukungan. Kini aku berharap aku dipanggil lebih dulu karena aku jadi berlebihan memikirkan segalanya. Pada saat namaku dipanggil, aku tak tahu strategi apa yang harus kupakai. Untungnya setelah aku berada di Block, latihan yang kuperoleh muncul secara otomatis. Aku menghadapi situasi penyergapan. Para Penjaga Perdamaian muncul nyaris seketika dan aku harus sampai ke titik pertemuan untuk bergabung dengan anggota pasukanku yang lain, mengahabisi Penjaga Perdamaian sebari jalan. Dua ada di atap di sebelah kiriku, yang lain ada di ambang pintu di depan. Ujian ini menantang, tapi tak sesukar yang kuperkirakan. Ada perasaan yang mengganggu bahwa jika ujian ini terlalu sederhana, aku pasti melakukan kesalahan. Jarakku dengan tempat tujuanku hanya terpisah dua gedung ketika keadaan memanas. Enam prang Penjaga Perdamaian menyerbuku dari tikungan. Mereka menang senjata dariku tapi aku memperhatikan sesuatu. Ada drum minyak yang tergeletak di selokan. Itu dia. Ujianku. Meledakka drum itu adlaah satu-satinya caraku menyelesaikan misiku. Tepat ketika aku hendak melakukannya, pemimpin pasukanku, yang sejauh ini tidak membantu apa-apa, perlahan-lahan memerintahkanku untuk tiarap. Seluruh insting yang kumiliki menjerit untuk mengabaikan suara itu, menarik pelatuk dan meledakkan para Penjaga Perdamaian itu. Mendadak aku menyadari apa yang dianggap kelemahan terbesarku oleh pihak militer. Sejak awal Hunger Games" ketika aku berlari untuk mengambil ransel oranye itu, hingga pertempuran di 8, dan berlari mengikuti dorongan hatiku di alun-alun 2. Aku tidak bisa menerima perintah.
Aku segera menjatuhkan tubuhku ke tanah dengan keras dan cepat, sepertinya aku bakal mencabuti kerikil yang menancap di daguku sampai seminggu ke depan. Ada orang lain yang meledakkan tangki gas. Para Penjaga Perdamaian tewas. Aku berhasil tiba di titik pertemuan. Ketika aku keluar dari Block, seorang tentara memberi selamat padaku, memberi cap nomor pasukan 451 ke tanganku, lalu memberitahhuku untuk melapor ke Ruang Komando. Snagking girangnya karena berhasil, aku berlari di sepanjang koridor, berbelok cepat di tikungan, melompati tangga karena evalatornya terlalu lama. Aku memasuki ruangan sebelum menyadari keanehan situasi ini. seharusnya aku tidak berada di Ruang Komando; seharusnya rambutku dicukur. Orang-orang di meja bukanlah prajurit baru, tapi mereka adalah para pengambil keputusan.
Boogs tersenyum dan menggelengkan kepalanya ketika melihatku. Coba lihat. Dengan ragu, aku mengulurkan tanganku yang sudah dicap. Kau bersamaku. Unit khusus penembak jitu. Bergabunglah dengan pasukanmu. Dia mengagguk ke sekelompok orang yang berbaris di dinding. Gale. Finnick. Lima orang lagi yang tidak kukenal. Pasukanku. Tidak hanya aku ikut berperang, aku bisa berada di bawah Boggs. Bersama teman-temanku. Aku menahan diriku supaya tetap tenang, berjalan dengan langkah ala tentara bergabung bersama mereka, bukannya melompat-lompat kegirangan.
Kami juga pasti penting, karena kami berada di Ruang Komando, dan ini tak ada kaitannya dengan Mockingjay. Plutarch berdiri
di dekat panel lebar yang datar di tengah meja. Dia menjelaskan sesuatu tentang apa yang akan kami hadapi di Capitol. Kupikir ini presentasi yang buruk karena biar berjinjit pun aku tidak bisa melihat apa yang ada di panel sampai dia menekan tomboi. Gambar hologram blok di Capitol terproyeksi ke udara.
Contohnya, ini, area yang mengelilingi salah satu barak-barak Penjaga Perdamaian. Bukannya tidak penting, bukan salah satu dari sasaran utama, tapi lihat." Plutarch memencet deretan kode di papap ketik, dan lampu mulai menyala. Ada berbagai macam lampu dan berkedip-kedip dengan kecepatann berbeda. Maisng-masing lampu disebut kapsul. Mewakili penghalang yang berbeda, yang bisa berupa apa saja mulai dari bom sampai yang ada di dalamnya dirancang untuk menjebak atau membunuhmu. Sebagian kapsul ada yang sudah ada sejak Masa Kegelapan, yang lain dikembangkan selamabertahun-tahun. Sejujurnya, aku merancang beberapa di antara-nya. Program ini, yang sempat dibawa lari oleh salah satu orang kita ketika kabur dari Capitol, adalah informasi terbaru yang kita miliki. Mereka tidak tahu kita memilikinya. Meski-pun demikian, kemungkinan ada kapsul-kapsul baru yang diaktifkan selama beberapa bulan terakhir. inilah yang akan kalian hadapi."
Aku tidak menyadari kakiku bergerak mendekati meja hingga aku cuma berjarak beberapa sentimeter dari hologram. Tanganku terulur dan menangkup lampu hijau yang berkedip cepat.
Seseorang bergabung denganku, tubuhnya tegang. Finnick, tentu saja. Karena hanya pemenang yang ingin segera melihat apa yang kulihat. Arena pertarungan penuh dengan kapsul-kapsul yang dikendalikan oleh para Juri Pertarungan. Jemari Finnick membelai lampu merah yang tak berkedip di ambang pintu. "Saudara-saudara sekalian..."
Suara Finnick pelan, tapi suaraku menggema di ruangan. "Maka dimulailah Hunger Games Ketujuh Puluh Enam!"
Aku tertawa. Cepat-cepat. Sebelum ada seseorang yang me-nyadari arti tersirat dalam kata-kata yang kuucapkan. Sebelum alis terangkat, keberatan diucapkan, lalu mereka mengartikan maksudku, dan solusinya adalah menjauhkanku dari Capitol sejauh mungkin. Karena pemenang yang marah dan mampu berpikir sendiri dengan bekas luka psikologis yang terlalu dalam untuk bisa ditembus mungkin bukan orang yang kau inginkan bergabung dalam pasukanmu.
Aku tidak tahu kenapa kau repot-repot membuat Finnick dan aku harus latihan, Plutarch, kataku.
Yeah, kami berdua prajurit terbaik yang kau punya, tambah Finnick pongah,
Jangan kalian kira kenyataan itu tak terpikir olehku, kata Plutach sambil melambaikan tangan tak sabar. Kembalilah ke barisan, Prajurit Odair dan Everdeen. Aku harus menyelesaikan presentasi.
Kami mundur ke barisan kami, tidak memedulikan tatapan-tatapan penuh tanda tanya yang ditujukan pada kami. Aku menerapkan sikap yang menunjukkan konsentrasi penuh ketika Plutarch melanjutkan presentasinya, mengangguk beberapa kaii, mengubah posisi agar bisa melihat dengan lebih baik, sementara daiam hati aku mengingatkan diriku agar bertahan sampai aku bisa masuk ke hutan dan berteriak. Atau memaki. Atau menangis. Atau ketiganya sekaligus.
Jika ini semacam tes, aku dan Finnick sama-sama lulus. Ketika Plutarch menuntaskan presentasi dan pertemuan ini selesai, aku punya perasaan tak enak bahwa akan ada perintah khusus untukku. Tapi ini disebabkan aku tidak perlu cukur rambut ala militer karena mereka ingin penampilan Mockingjay sebisa mungkin tetap seperti gadis di arena untuk meng-antisipasi Capitol menyerah. Demi kamera. Aku mengangkat bahu untuk menyampaikan maksudku bahwa panjang rambutku sama sekali bukan sesuatu yang kupedulikan. Mereka lalu menyuruhku keluar tanpa berkomentar lagi.
Aku dan Finnick mengendap-endap bertemu di koridor. "Aku harus bilang apa pada Annie"" tanyanya berbisik.
"Tidak bilang apa-apa," jawabku. "Itulah yang juga akan didengar oleh ibu dan adikku. Sudah cukup buruk bagi mereka jika kami kembali ke arena yang penuh marabahaya. Tak perlu lagi mengabarkan pada orang-orang yang kami cintai.
Kalau dia sampai melihat hologram tadi... kata Finnick.
Dia takkan melihatnya. Itu informasi r
ahasia. Pasti ditutupi, kataku. Lagi pula, ini tidak seperti Hunger Games. Banyak orang yang akan selamat. Kita Cuma bereaksi berlebihan karena yah, kau tahu kenapa. Kau masih mau pergi, kan"
"Tentu saja. Keinginanku menghancurkan Snow sama besar-nya dengan keinginamu," katanya.
Ini tidak seperti lainnya, kataku dengan tegas, juga ber-usaha meyakinkan diriku sendiri. Kemudian aku menyadari keindahan yang sesungguhnya dari situasi ini. "Kali ini Snow juga akan jadi pemain."
Haymitch keburu muncul sebelum kami meneruskan obrolan. Dia tidak ikut pertemuan, pikirannya tidak tertuju pada arena tapi pada hal lain. "Johanna dirawat lagi di rumah sakit."
Kupikir Johanna baik-baik saja, lulus ujian, tapi tidak di-tugaskan ke unit penembak jitu. Dia hebat dalam melempar kapak tapi kemampuan menembaknya hanya rata-rata. "Apa-kah dia terluka" Apa yang terjadi""
"Kejadiannya ketika dia di Block. Mereka berusaha me-mancing keluar kelemahan prajurit. Jadi mereka membuat jalanan banjir untuknya," kata Haymitch.
Penjelasannya tidak membantu. Johanna bisa berenang. Paling tidak, aku sepertinya ingat dia bisa berenang ketika di Quarter Quell. Tidak sejago Finnick, tentu saja, tapi memang tak seorang pun yang berenang sepandai Finnick. Memangnya kenapa""
Itulah cara mereka menyiksanya di Capitol. Merendamnya ke air lalu menyetrumnya, kata Haymitch. Di Block dia teringat penyiksaan di masa lalu itu. Kemudian dia panik dan tidak ingat di mana keberadaannya saat itu. Saat ini dia diberi obat penenang. Aku dan Finnick Cuma bisa berdiri terperangah, seakan kami kehilangan kemampuan untuk menjawab. Kuingat bahwa Johanna tak pernah mandi. Bagaimana dia memaksakan diri masuk ke dalam hujan seakan air yang turun adalah air asam ada hari itu. Aku juga membuatnya menderita dengan menarik jatah morfinnya,
Kalian harus menjenguknya. Kalianlah yang cukup dekat dengannya untuk bisa dibilang sahabat, kata Haymitch.
Ucapan Haymitch membuat keadaan makin buruk. Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi atara Johanna dan Finnick. Tapi aku aku nyaris tidak mengenal Johanna. Dia tidak punya keluarga. Tak punya teman-teman. Bahkan tak ada barang kenangan dari 7 selain seragam di lacinya. Tak ada apa pun.
Sebaiknya aku pergi memberitahu Plutarch. Dia pasti tak-kan senang," lanjut Haymitch. "Dia ingin sebanyak mungkin pemenang yang bisa disorot kamera di Capitol. Menurutnya itu akan lebih baik saat tayang di televisi."
Apakah kau dan Beetee juga ikut"" tanyaku.
"Sebanyak mungkin pemenang yang masih muda dan me-narik," Haymitch meralat ucapan sebelumnya. "Jadi, tidak. Kami akan berada di sini."
Finnick langsung berjalan menemui Johanna, tapi aku tetap berada di luar selama beberapa menit sampai Boggs keluar. Dia komandanku sekarang, jadi kurasa aku harus meminta padanya kalau aku punya permintaan khusus. Setelah aku memberitahunya apa yang ingin kulakukan, dia membuatkanku surat izin agar aku bisa ke hutan pada jam Renungan, selama aku berada jarak pandang para penjaga. Aku berlari ke kompartemenku, berpikir untuk menggunakan parasut, tapi benda itu penuh dengan kenangan buruk. Jadi, aku menyeberangi koridor dan mengambil perban katun putih yang kubawa dari 12. Segi empat. Kuat. Tepat seperti yang kubutuhkan.
Di hutan, aku menemukan pohon pinus dan mencabut beberapa genggam jarum-jarum pinus yang wangi dari dahannya. Setelah membuat tumpukan jarum pinus yang rapi di tengah perba, aku melipat bagian sisi perban, menekuk ujungnya, dan mengikatnya erat-erat dengan sulur, sehingga membentuk buntelan kecil seukuran buah apel.
Di pintu kamar rumah sakit, aku melihat Johanna sejenak, menyadari bahwa sebagian besar kebuasannya ada dalam sifat kasarnya. Tanpa itu semua, seperti sekarang ini, hanya ada gadis kurus, sepasang matanya yang lebar berusaha keras tetap terjaga melawan kekuatan obat bius. Takut membayangkan apa yang terjadi pada dirinya jika tertidur. Aku berjalan menghampirinya dan menyodorkan buntelanku.
"Apa itu"" tanyanya dengan suara serak. Ujung-ujung ram-butnya yang basah membentuk jarum-jarum kecil di dahi-nya.
"Aku membuatnya untukmu. Su
paya bisa kausimpan di laci-mu." Kutaruh buntelan itu ke tangannya. "Ciumlah."
Dia mengangkat buntelan itu ke hidungnya dan mengendus ragu-ragu. "Wanginya seperti rumah." Air mata membanjiri matanya.
"Kuharap begitu. Kau kan dari Tujuh," kataku. Ingat tidak waktu kita bertemu" Kau jadi pohon. Yah, walaupun cuma sebentar."
Tiba-tiba, Johanna menggenggam pergelangan tanganku dengan amat kuat. "Kau harus membunuhnya, Katniss.
Jangan kuatir. Aku melawan godaan untuk menarik lepas tanganku dari genggamanya.
Bersumpahlan. Demi apa pun yang kausayang, desisnya.
Aku bersumpah. Demi hidupku. Tapi dia tidak melepaskan genggamabta.
Demi hidup keluargamu. Katanya berkeras,
Demi hidup keluarhaku, aku mengulangnya. Kurasa kepedulianku pada keselamatanku sendiri tidak cukup menari. Dia melepaskan tangaku dan aku menggosok pergelangan tanganku. Kaupikir kenapa aku mau pergi, bodoh"
Kata-kataku membuatnya tersenyum simpul. Aku hanya perlu mendengarnya. Johanna menekan buntelan jarum pinus itu ke hidungnya lalu memejamkan matanya.
Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat. Setelah olahraga singkat setiap pagi, pasukanku berada di lapangan tembak untuk latihan penuh. Seringnya aku berlatih dengan senjata api, tapi mereka meluangkan waktu satu jam setiap hari untuk senijata-senjata khusus, yang berarti aku bisa menggunakan busur Mockingjay, Gale dengan senjata beratnya. Trisula yang dirancang Beetee untuk Finnick memiliki banyak kemampuan khusus, tapi yang paling hebat adalah dia bisa melemparnya, menekan gelang logam di pergelangan tangannya, dan trisula itu bisa kembali lagi tanpa perlu repot-repot dikejar.
Kadang-kadang kami menembaki boneka-boneka Penjaga Perdamaian agar makin mengenali kelemahan dalam pakaian pelindung mereka. Bisa dibilang, mencari di mana saja celah dalam baju zirah. Jika kau mengenai dagingnya, kau dapat hadiah cipratan darah palsu. Boneka-boneka kami bersimbah cairan merah.
Aku merasa tenang melihat betapa tingginya tingkat ke-akuratan tembak kelompok kami secara keseluruhan. Selain Finnick dan Gale, dalam pasunkan kami ada lima prajurit dari 13. Jackson, wanita paro baya yang menjadi orang kedua setelah Boggs, tampak agak melempem tapi bisa mengenai sasaran yang tidak bisa dilihat oleh kami tanpa bantuan teropong. Lebih jelas melihat jarak jauhm kataya. Ada dua perempuan kakak-beradik. Berusia dua puluhan bernama Leeg kami memanggil mereka Leeg 1 dan Leeg 2 supaya tidak tertukar karena mereka mirip sekaii saat berseragam. Aku tidak bisa membedakan mereka sampai aku memperhatikan bahwa Leeg 1 memiliki bintik kuning aneh di matanya. Dua pria yang lebih tua, Mitchell dan Homes, keduanya tidak banyak bicara tapi bisa menembak debu di sepatu botmu dalam jarak lima puluh meter. Aku melihat pasukan lain yang juga hebatnya, tapi kami tidak sepenuhnya memahami status kami sampai pada pagi hari ketika Plutarch datang bergabung.
"Pasukan Empat-Lima-Satu, kalian terpilih melaksanakan misi khusus," katanya. Aku menggigit bagian dalam bibirku, sungguh-sungguh berharap misi kami adalah membunuh Snow. "Kita punya banyak penembak jitu, tapi kekurangan kru kamera. Maka dari itu, kami memilih kahan berdelapan untuk menjadi pasukan yang kami sebut 'Pasukan Bintang . Kalian akan menjadi wajah-wajah yang tampil di layar pada saat penyerangan."
Rasa kecewa, kaget, lalu marah mengalir dalam kelompok kami. "Jadi maksudmu, kami takkan berada dalam pertempur-an yang sesungguhnya"" bentak Gale.
"Kalian akan ikut pertempuran, tapi mungkin tidak selalu di garis depan. Kita bahkan tidak bisa menyebut di bagian mana garis depan dalam perang semacam ini," kata Plutarch.
"Tak satu pun dari kami yang mau seperti itu." Pernyataan Finnick tersebut diikuti gumaman setuju dari yang lain, tapi aku tetap diam. "Kami mau bertempur."
Kalian akan bermanfaat bagi perang ini sebanyak yang bisa kalian lakukan, kata Plutach. Dan sudah diputuskan bahwa kalian lebih berharga di layar televisi. Coba lihat efek yang dihasilan Katniss hanya dengan berlari-lari dalam seragam Mockingjay-nya. Dia mengubah posisi pemberontakan ini. coba kalian perha
tikan, dia satu-satunya yang tidak mengeluh. Itu karena dia memahami kekuatan layar televisi.
Sesungguhnya, Katniss tidak mengeluh karena dia tidak berniat tetap bersama-sama Pasukan Bintang , tapi dia menyadari bahwa dia perlu berada di Capitol sebelum bisa melaksanakan rencana lainnya. Namun, menjadi terlalu penurut bisa membangkitkan kecurigaan juga.
Tapi tidak semuanya pura-pura, kan" tanyaku. Itu artinya menyia-nyiakan bakat yang berharga.
Jangan kuatir, Plutarch menjelaskan padaku. Banyak sasaran sungguhan yang bisa kalian tebak. Tapi jangan sampai kalian jadi sasaran. Aku sudah cukup sibuk tanpa perlu memikirkan sapa penggantimu. Sekarang pergilah ke Capitol dan tampillan dengan bagus.
Pada pagi hari kami diberangkatkan, aku mengucapkan selamat tinggal pada keluargaku. Aku belum memberitahu mereka seberapa besarnya kemiripan pertahanan Capitol dengan snjata-senjata di arena Hunger Games, tapi kepergianku untuk ikut berperang sudah cukup buruk tanpa perlu ditambah dengan ketakutan lain. Ibuku memelukku erat-erat lama sekali. Aku merasakan air matanya mengalir di pipiku, dulu waktu aku ikut Hunger Games ibuku menahan air matanya. Jangan kuatir.aku akan aman seratus persen. Aku bahkan bukan prajurit sunggugan. Hanya salah satu boneka televisinya Plutarch, kataku berusaha menenangkannya.
Prim menemaniku berjalan hingga sampai pintu rumah sakit. Bagaimana perasaamu"
Lebih baik, karena tahu kau berada di tempat yang tak bisa dijangkau Snow, jawabku.
Saat kita berjumpa lagi, kita akan terbebas dari Snow, ujar Prim tegas. Lalu kedua lengannya merangkulku. Hati-hati.
Aku mempertimbangkan untuk mengucapkan salam perpisahan terakhir pada Peeta, namun kuputuskan itu bisa berakibat buruk buat kami berdua. Tapi aku menyelipkan mutiara ke dalam kantong seragamku. Tanda mata dari anak lelaki yang memberiku roti.
Dari semua tempat yang dikuasai pemberontak, pesawat ringan membawaku ke 12. Di sana area transportasi sementara sudah dibangun di luar zona tempur. Kali ini tak ada lagi kereta api mewah, tapi gerbong baeang yang penuh dengan prajurit berseragam abu-abu gelap sebanyak yang bisa ditampung di dalamnya, tidur hanya berbantalkan ransel. Seteah perjalanan selama dua hari, kami turun di dalam salah satu terowongan di dalam gunung yang mengarah menuju Capitol, lalu kami melanjutkan sisa perjalanan selama enam jam dengan berjalan kaki, dengan hati-hati kami hanya memijak jalur yang bercat hijau berkilau yang artinya jalan ini aman dilalui.
Kami berjalan keluar dan muncul di kamp pemberontak, jaraknya sepuluh blok di luar stasiun tempat aku dan Peeta turun. Tempat ini sudah penuh dengan tentara. Pasukan 451 sudah mendapat tempat untuk membangun tenda.wilayah ini sudah diamankan selama lebih dari seminggu. Para pemberontak memukul mundur Penjaga Perdamaian, dengan mengorbankan nyawa ratusan orang. Tentara Capitol mundur dan berkumpul jauh ke dalam kota. Di antara kami terbentang jalan-jalan yang penuh jebakan, kosong dan menungdang. Semua jebakan harus disapu bersih dari kapsul sebelum kami bisa melewatinya.
Mitchell bertanya tentang pengeboma dengan pesawat ringan kami merasa amat telanjang dalam wilayah terbuka seperti ini tapi Boggs bilang itu bukan masalah. Sebagian abesar pasukan udara Capitol dihancurkan di 2 atau pada saat penyerangan. Jika ada pesawat yang tersisa, daat ini disimpan untuk mereka.mungkin supaya Snow dan lingkara terdekatnya bisa kabir di saat terakhir menuju semacam bunker kepresidenan jika diperlukan. Pesawat-pesawat ringan kami juga tidak diterbangkan setelah rudal-rudal antipesawat Capitol menghancurkan gelombang-gelombang awal serangan. Perang ini akan dilaksanaka di jalanan, yang kuharap, hanya menimbulkan kerusakan kecil pada infrastuktur dan seminimal mungkin korban manusia. Para pemberontak menginginkan Capitol, sama seperti Capitol menginginkan 13.
Setelah tiga hari, sebagian anggota Pasukan 451 berkemungkinan melarikan diri karena bosa. Cressida dan timnya-merekam kams ketika sedang menembak. Mereka memberitahukan bahwa kami adalah bagian dari tim pengalihan informasi. jika par
a pemberontak hanya merekam kapsul-kapsul Plutarch, hanya dalam waktu dua menit Capitol akan sadar bahwa kami memiliki hologram. Jadi banyak waktu yang kami habiskan untuk menghancurkan barang-barang yang tidak penting, untuk mengaiihkan perhatian mereka dari tujuan utama. Seringnya kami hanya menambah tumpukan kaca warna-warni yang diledakkan dari bagian luar gedung-gedung berwarna permen. Kurasa mereka akan memadukan rekaman ini dengan ke-hancuran sasaran-sasaran penting Capitol. Sesekali jasa pe-nembak jitu diperlukan. Delapan tangan terangkat, tapi Gale, Finnick, dan aku takpernah dipilih.
"Salahmu karena kau selalu sadar kamera," kataku pada Gale. Seandainya tatapan bisa membunuh, aku pasti sudah mati.
Kurasa mereka tidak tahu harus berbuat apa pada kami bertiga, khususnya padaku. Aku membawa seragam Mockingjay, tapi aku direkam hanya dengan seragamku yang biasa. Kadang-kadang aku menggunakan senapan, kadang-kadang mereka memintaku menembak dengan busur dan panah. Seolah-olah mereka tidak mau kehilangan Mockingjay sepenugnya, tapi mereka ingin menurunkan peranku sebagai prajurit yang berjalan kaki. Karena aku tidak peduli, aku merasa geli bukannya marah membayangkan pedebatan-perdebatan seperti apa yang berlangsung di 13.
Sementara aku menyatakan ketidakpuasanku karena minim-nya partisipasi nyata kami, aku juga sibuk dengan tujuanku sendiri. Kami semua memiliki peta kertas Capitol. Kota ini bentuknya nyaris persegi sempurna. Garis-garis membagi peta menjadi kotak-kotak persegi yang lebih kecil, dengan huruf-huruf di bagian atas dan angka-angka di bagian samping membentuk kisi-kisi jaringan. Aku menghafaikannya habis-habisan, mengingat setiap persimpangan dan sisi jaian, tapi peta ini masih butuh perbaikan. Para komandan di sini bekerja menurut hologram Plutarch. Masing-masing komandan memegang alat aneh yang disebut Holo, yang bisa memancar-kan gambar-gambar seperti yang kulihat di Ruang Komando. Mereka bisa menyorot lebih jauh ke area mana pun di kisi-kisi jaringan dan melihat kapsul-kapsul apa pun yang me-nunggu mereka. Holo adalah unit terpisah, peta yang hebat sebenarnya, karena benda ini tak bisa mengirim atau menerima sinyal. Tapi ini jauh lebih bagus daripada versi kertas yang kumiliki.
Holo diaktifkan dengan suara spesifik dari sang komandan yang menyebutkan nama. Setelah Holo aktif, benda itu me-respons suara-suara lain dalam pasukan, jadi seandainya Boggs tewas atau tidak mampu bertugas, ada orang yang bisa menggantikannya. Jika ada seseorang dalam pasukan yang mengulang penguncian tiga kali berturut-turut, Holo akan meledak, meledakkan segalanya dalam radius lima meter hingga hancur berkeping-keping. Tindakan ini untuk alasan keamanan jika pasukan tertangkap musuh. Sudah jelas bajwa kami semua akan melakukan ini tanpa keraguan sedikit pun.
Jadi yang perlu kulakukan adalah mencuri Holo milik Boggs yang duah diaktifkan dan kabur sebelum dia tahu. Kurasa akan lebih mudah mencuri giginya daripada mencuri Holonya.
Pada pagi keempat, Prajurit Leeg 2 menembak kapsul yang salah perkiraan isinya. Kapsul itu tidak mengeluarkan kawanan agas mutan, yang sudah siap-siap dihadapi para pemberontak, tapi mengeluarkan kilatan-kilatan anak-anak panah logam. Seseorang menemukan pecahan otaknya. Leeg 2 tewas sebelum para medis tiba. Plutarch berjanji akan segera memberikan penggantinya.
Malam selanjutnya, anggota terbaru pasukan kami pun tiba. Tanpa belenggu. Tanpa penjaga. Berjalan keluar dari stasiun kereta dengan senapan tersampir di bahunya. Ada keterkejutan, kebingungan, dan penolakan, tapi 451 tertera di punggung tangan Peeta dengan cap yang masih baru. boggs menuyuhnya menyerahkan senjata lalu pergi menelepon.
Tidak ada gunanya, Peeta memberitahu kami semua. Presiden sendiri yang menugaskanku. Dia memutuskan bahwa propo butuh adegan-adegan yang lebih seru,
Mungkin mereka benar. Tapi jika Coin mengirim Peeta kemari, dia juga sudah memutuskan sesuatu. Bahwa baginya aku lebih bermanfaat dalam keadaan mati daripada hidup.
Bagian III Sang Pembunuh Bab Sembilan Belas AKU tak pernah benar-benar melihat Boggs mar
ah. Dia tidak marah ketika aku mengabaikan perintahnya atau memuntahinya, atau bahkan ketika hidungnya patah oleh Gale. Tapi dia marah ketika kembali sehabis menelepon Presiden. Ia langsung memerintahkan Prajurit Jackson, orang keduanya, agar mengatur dua orang petugas untuk menjaga Peeta 24 jam penuh. Lalu dia mengajakku berjalan, melewati tenda-tenda yang menyebar sampai kami berada jauh dari pasukan kami.
Dia pasti tetap akan berusaha membunuhku, kataku. Terutama di sini. Terlalu bayak kenangan buruk di tempat ini yang bisa memicunya.
Aku akan menahannya, Katniss, kata Boggs.
Kenapa Coin ingin aku mati sekarang" tanyaku.
Dia tidak mengakuinya, jawab Boggs.
Tapi kita tahu itu benar, kataku. Dan setidaknya kau pasti punya teori.
Boggs memandangku lama dan lekat-lekat sebelum menjawab. Cuma ini yang kutahu. Presiden tidak menyukaimu. Dia tidak pernah menyukaimu. Peeta-lah yang ingin dia selamatkan dari arena, tapi tak ada orang lain yang setuju. Keadaan adi makin memburuk ketika kau memaksanya memberikan kekebalan kepada pemenang-pemenang lain. Tapi semua itu bisa diabaikan jika mengingat betapa bagus penampilanmu.
Lalu apa penyebabnya" aku berkeras ingin tahu.
Di masa depan yang tak lama lagi, perang ini akan usai. Mereka akan memilih pemimpin baru, kata Boggs.
Aku memutar bola mataku. Boggs, tak ada seorang pun yang berpikir aku akan jadi pemimpin.
Tidak. Memang tidak, Boggs sependapat denganku. Tapi kau bisa memberikan dukungan pada seseorang. Apakah kau akan mendukung Presiden Coin" Atau orang lain"
Aku tidak tahu. Aku tak pernah memikirkannya, jawabku.
Jika jawaban pertamamu bukan Coin, makan kau adalah ancaman. Kaulah wajah pemberontakan. Kau mungkin punya pengaruh lebih banyak daripada siapapun, kata Boggs. Diluaran, yang kaulakukan hanyalah menyabarkan diri menghadapinya.
Jadi dia akan membunuhku untuk membuatku bungkam. Saat aku mengatakannya, aku tahu apa yang kuucapkan itu benar.
Saat ini dia tidak membutuhkanmu untuk menggalang dukungan. Seperti yang dikatakannya, tujuan utamamu untuk menyatukan distrik-distrik sudah berhasil, Boggs mengingatkanku. Propo-propo terbaru ini bisa dilaksanakan tanpa dirimu. Tinggal satu hal yang bisa kaulakukan untuk menambah api dalam pemberontakan.
Mati, kataku pelan. Ya. Memberi kami martir sebagai alasan berjuang, kata Boggs. Tapi itu takka terjadi di bawah pengawasanku, Prajurit Everdeen. Aku berencana agar kau punya umur panjang.
Kenapa" Pemikiran semacam ini hanya akan menyulitkan. Kau tidak berutang apa-apa padaku.
Karena kau layak mendepatkannya, kata Boggs. Sekarang kembalilah ke pasukanmu.
Seharusnya aku merasa dihargai karena Boggs sudah mempertaruhkan dirinya untukku, tapi yang kurasakan sesunggugnya hanyalah rasa frustasi. Maksudku, bagaimana aku bisa mencuri Holo-nya dana kabur sekarang" Sudah cukup rumit jika aku mengkhianatinya tanpa harus merasa berutang padanya. Aku sudah berutang padanya. Aku sudah berutang padanya. Aku sudah berutang padanya karena telah menyelamatkanku.
Dua Menara 7 Fear Street - Bulan Merah Bad Moonlight Dendam Empu Bharada 39
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama