Ceritasilat Novel Online

The Name Of Rose 6

The Name Of The Rose Karya Umberta Eco Bagian 6


membengkak karena mereka yang memang sudah menjadi anggota Kataris atau Waldensian di tempat-tempat lain akan ikut bergabung. Rasul-rasul Fra Dolcino berkhotbah tentang pembasmian fisik pejabat gereja dan tuan tanah, dan terlibat dalam banyak tindak kekerasan; sedangkan kaum Waldensian menentang kekerasan, dan begitu pula kaum Fraticelli. Tetapi aku yakin bahwa pada masa Fra Dolcino ada banyak dalam kelompoknya yang pernah mengikuti khotbah kaum Fraticelli atau Waldensian. Orang biasa tidak bisa memilih kebidahan pribadi mereka sendiri, Adso; mereka bergantung pada orang yang berkhotbah di daerah mereka, yang melewati desa mereka atau khusus berkhotbah di alun-alun. Ini
yang dimanfaatkan oleh musuh mereka. Mereka menggunakan teknik berkhotbah yang baik dengan menyajikan suatu kebidahan tunggal di hadapan mata orang-orang itu, yang mungkin pada waktu yang sama memberi kesan tentang penolakan terhadap kenikmatan seksual dan komuni tubuh. Namun, ini menunjukkan kebidahan sebagai sekumpulan kontradiksi menjijikkan yang menantang akal sehat."
"Jadi, tidak ada hubungan di antara mereka, dan Iblis memang mau membuat seorang biasa yang ingin jadi seorang Joachimit atau seorang Spiritual jatuh ke dalam tangan kaum Kataris, dan sebaliknya""
"Tidak, tepatnya tidak begitu. Biar kucoba menjelaskan lagi dari awal, Adso. Tetapi percayalah, aku sedang berusaha menjelaskan kepadamu
sesuatu yang tentang itu aku sendiri tidak yakin apa aku punya kebenaran itu. Kukira kesalahannya adalah memercayai bahwa mula-mula ada kebidahan dulu, baru kemudian ada orang biasa yang ikut bergabung (dan mengutuk diri sendiri karena itu). Dalam kenyataan, yang mula-mula ada adalah kondisi sebagai orang biasa, baru kebidahan." "Apa maksud Anda""
"Kau punya satu konsep yang jelas tentang u-mat Tuhan. Sekawanan besar domba baik dan domba jelek dijaga agar teratur oleh anjing-anjing ras para kesatria atau pemerintah-duniawi Kaisar, dan bangsawan, di bawah bimbingan gembala, pejabat gereja, para penafsir sabda Tuhan. Gambarannya langsung."
"Tetapi salah. Para gembala itu berkelahi dengan anjinganjing, karena masing-masing iri kepada hak satu sama lain."
"Betul, dan ini tepatnya yang membuat sifat kelompok itu tidak pasti. Saling memedulikan sekaligus saling membunuh, anjing dan gembala tidak lagi menjaga para domba. Sebagian gembala tercecer di luar."
"Apa maksudnya di luar""
"Di perbatasan. Petani: hanya saja mereka bukan petani yang sebenarnya karena tidak punya tanah, atau hasil tanah mereka tidak cukup untuk dimakan. Dan warga kota: hanya saja mereka bukan warga yang sebenarnya, karena tidak menjadi anggota gilda atau suatu kelompok kerja; mereka orang kecil, mangsa dari siapa saja.
Pernahkah kau melihat kelompok orang lepra di pinggiran kota""
"Ya, aku pernah melihat sampai seratusan. Tubuh tidak berbentuk lagi, daging mereka rusak dan semua keputih-putihan, tertatih-tatih pada kruk mereka, dengan kelopak mata membengkak, mata berdarah. Mereka tidak bicara atau berteriak; mereka mencicit, seperti tikus."
"Bagi orang Kristen mereka orang lain, mereka yang tetap berada di tepi kelompok. Kelompok itu membenci mereka, mereka membenci kelompok yang berharap semua orang lepra seperti mereka mati saja."
"Ya, aku ingat cerita tentang Raja Markus, yang mengutuk Isolda yang cantik dan hampir membawanya naik ke tiang pembakaran ketika datang sekelompok lepra dan mengatakan kepada Raja bahwa hukum bakar itu ringan dan bahwa ada yang lebih buruk. Dan mereka berteriak kepada Raja: Serahkan Isolda agar bisa menjadi milik kami semua, sakit kami membuat nafsu kami membara, berikan dia kepada orang-orang lepramu. Lihat baju kami yang sobek-sobek, menempel pada luka-luka kami yang mengerang. Perempuan, yang ada di sisimu, mengenakan baju lena halus dengan bulu tupai dan permata-permata, kalau dia menyaksikan halaman kami, kalau dia sudah masuk ke pondok kami dan tidur bersama kami, maka ia akan benarbenar mengenali dosanya dan menyesali onggokan kayu api yang lembut ini."
"Wah, meski seorang novis dari Benediktin, kau
telah membaca hal-hal aneh," komentar William. Aku tersipu karena tahu bahwa seharusnya aku tidak membaca buku roman, tetapi buku-buku itu beredar di kalangan kami yang masih muda di Biara Melk dan kami membacanya pada malam hari dengan cahaya lilin. "Tetapi itu tidak apa-apa," lanjut William, "kau telah paham maksudku. Orang-orang lepra terbuang itu dengan senang hati mau menyeret segala sesuatu ke dalam kehancuran mereka. Dan makin dibuang, mereka jadi jauh lebih jahat; dan makin digambarkan sebagai sekumpulan lemur yang menginginkan kehancuranmu, mereka akan merasa makin terbuang.
Santo Fransiskus menyadari hal ini, dan kepu-tusannya yang pertama adalah pergi dan hidup di kalangan orang lepra. Umat Tuhan tidak
bisa diubah sebelum orang terbuang itu dikembalikan ke kelompoknya yang semula."
"Tetapi Anda bicara tentang orang terbuang lainnya; bukan orang lepra yang membentuk gerakan orang bidah."
"Jemaah itu seperti serangkai lingkaran konsen-trik, dari kisarannya yang terkecil sampai yang paling luas. Orang lepra adalah tanda pengucilan umum. Santo Fransiskus memahami itu. Ia tidak hanya ingin membantu orang lepra; andaikan ya, tindakannya sudah tentu akan merosot karena memberi derma yang buruk dan tak berguna. Ia ingin menandai sesuatu yang lain. Apakah kau sudah mendengar khotbahnya tentang burung""
"Oh, ya, aku telah mendengar cerita indah itu,
dan aku mengagumi santo yang senang ditemani makhluk-makhluk Tuhan yang lembut itu," kataku dengan penuh semangat.
"Yah, apa yang diceritakan kepadamu itu salah, atau, tepatnya, itu suatu cerita yang sekarang sudah diperbaiki oleh ordo.
Setelah Fransiskus bicara kepada penduduk kota dan dewan kota, dan melihat bahwa mereka tidak memahaminya, ia pergi ke makam dan mulai memberi khotbah kepada burung gagak dan magpie yang suka mencuri, kepada burung elang, kepada burung pemakan bangkai."
"Mengerikan sekali!" kataku. "Kalau begitu, mereka bukan burung yang baik!"
"Mereka adalah burung pemangsa, burung terbuang, seperti orang lepra. Fransiskus jelas sedang memikirkan ayat dalam Kitab Wahyu yang mengatakan: 'Aku melihat seorang malaikat berdiri di tengah matahari dan dengan suara nyaring berseru kepada semua burung yang terbang di tengah langit, katanya, Marilah ke sini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar, supaya kamu makan daging semua raja dan daging semua panglima dan daging semua pahlawan dan daging semua kuda dan daging semua penunggangnya dan daging semua orang, baik hamba maupun yang merdeka, baik yang kecil maupun besar!'"
"Jadi, Fransiskus ingin mendorong orang-orang buangan itu untuk memberontak""
"Tidak, itu yang diinginkan oleh Fra Dolcino dan
para pengikutnya, andaikan memang begitu. Fransiskus ingin memanggil orang buangan, siap memberontak, untuk menjadi bagian dari umat Tuhan.
Jika jemaah mau dikumpulkan lagi, orang-orang buangan itu harus ditemukan kembali. Fransiskus gagal, dan menurutku dengan amat pahit. Untuk mengembalikan orang buangan tersebut ia harus bertindak di dalam gereja, untuk bertindak di dalam gereja maka Regulanya harus mendapat pengakuan, yang dari situ akan muncul suatu ordo, dan ordo ini, ketika muncul, akan membentuk lagi gambaran lingkaran tersebut, dengan orang-orang buangan tetap berada di pinggiran. Jadi, apa sekarang kau paham mengapa ada kelompok Fraticelli dan Joachimit yang mengumpulkan kembali orang-orang buangan di sekitar mereka sendiri""
"Tetapi kita tidak sedang membicarakan tentang Fransiskus; kita sedang membicarakan bagaimana orang biasa dan orang buangan menghasilkan kebidahan."
"Ya. Kita sedang membicarakan tentang mereka yang dikucilkan dari kawanan domba. Selama berabad-abad, sementara paus dan kaisar saling berebut kekuasaan, mereka yang dikucilkan, seperti orang lepra, tetap hidup di pinggiran. Tentang mereka, sebenarnya orang lepra hanyalah ilustrasi yang dititahkan oleh Allah untuk membuat kita memahami perumpamaan yang mengagumkan ini, sehingga ketika menyebut 'orang lepra' mungkin saja artinya orang 'buangan, miskin, biasa, terkucil,
diusir dari pedesaan, dihina dalam kota'. Tetapi kita tidak mengerti: misteri penyakit lepra terus menghantui kita karena kita belum mengenali sifat dari pertanda itu. Karena dikucilkan dari kawanan seperti itu, mereka semua mau mendengarkan, atau mengulang kembali, setiap khotbah yang, sementara memperingatkan lagi akan sabda Kristus, tentunya mau mengutuk perilaku para anjing dan gembala dan berjanji suatu hari akan menghukum mereka. Penguasa selalu menyadari ini.
Mengembalikan orang buangan berarti hak-hak istimewa orang yang berkuasa harus dikurangi, maka kalau mereka jadi menyadari bahwa dikucilkan, mereka harus dibakar sebagai orang bidah, apa pun doktrin mereka. Dan akan halnya diri mereka sendiri, karena dibutakan oleh pengucilan merek
a, mereka tidak sungguh-sungguh tertarik kepada doktrin apa saja. Ini ilusi dari kebidahan. Setiap orang bidah, setiap orang ortodoks. Yang diperhitungkan bukan iman yang dinyatakan oleh suatu gerakan, tetapi harapan yang ditawarkan gerakan tersebut. Semua kebidahan adalah panji-panji dari suatu realitas, suatu keistimewaan. Kalau kebidahan itu kaukelupas, maka kau akan menemukan orang lepra. Setiap perang melawan kebidahan hanya punya satu tujuan: membiarkan orang lepra seperti apa adanya. Akan halnya orang lepra, apa yang dapat kauminta dari mereka" Bahwa mereka berbeda dalam dogma Triniti atau definisi Ekaristi, seberapa benar dan seberapa salah"
Ayolah, Adso, ini permainan untuk kita orang
terpelajar. Orang biasa punya masalah sendiri. Dan ingat, mereka menyelesaikan semua masalah itu dalam cara yang salah. Itulah sebabnya mereka menjadi orang bidah."
"Tetapi mengapa ada orang yang mendukung mereka""
"Karena ini membantu tujuan mereka, yang jarang berkaitan dengan iman, dan lebih sering berupa perebutan kekuasaan."
"Apa itu sebabnya Gereja Roma menuduh semua cabangnya bidah""
"Itulah sebabnya, dan itu juga sebabnya setiap kebidahan yang bisa dikembalikan ke bawah kekuasaan mereka diakui oleh Gereja Roma sebagai kolot, atau harus menerima karena kebidahan sudah menjadi terlalu kuat. Tetapi tidak ada aturan yang tepat: tergantung pada perorangan, atau lingkungan. Ini juga terjadi bagi bangsawan sekuler. Kadang-kadang dewan kota membesarkan hati orang bidah untuk menerjemahkan Injil ke dalam bahasa setempat: sekarang ini bahasa setempat adalah bahasa kota, Latin adalah bahasa Roma dan biara. Dan kadang-kadang dewan kota mendukung kaum Waldensian, karena mereka menyatakan bahwa semua, lelaki dan perempuan, golongan rendah dan berpangkat, dapat mengajar dan berkhotbah, dan buruh yang menjadi seorang murid selama sepuluh hari, berburu untuk mendapat murid lain sehingga ia bisa jadi gurunya
"Dan dengan begitu, mereka melenyapkan perbedaan yang membuat golongan gereja tak
tergantikan! Tetapi, kalau begitu, mengapa bisa terjadi bahwa dewan kota yang sama itu memberontak melawan orang bidah dan membantu gereja untuk membakar mereka""
"Karena mereka menyadari bahwa pertumbuhan orang bidah juga bisa mengganggu hak istimewa orang awam yang menggunakan bahasa daerah itu. Dalam Sidang Lateran tahun 1179 (nah, jadi masalah ini sudah ada sejak seratus lima puluh tahun yang lalu), Walter Map mengingatkan akan apa yang bakal terjadi jika orang-orang Waldensian yang tolol dan tidak berpendidikan itu diberi kepercayaan. Katanya, jika aku tidak salah ingat, karena tidak punya tempat tinggal tetap, mereka pergi ke mana-mana dengan kaki telanjang dan tidak punya apa-apa, sambil menganggap segala sesuatu sebagai milik umum, sementara mengikuti ketelanjangan Kristus yang telanjang: mereka mulai dalam cara hidup amat bersahaja ini karena mereka orang buangan, tetapi jika diberi terlalu banyak keleluasaan, mereka akan mengusir setiap orang lainnya. Inilah sebabnya mengapa kota-kota lebih menyukai ordo pengemis, dan khususnya kita orang Fransiskan: kita mendorong keseimbangan yang serasi antara gereja dan para pengemis, memedulikan perdagangan mereka
"Apa waktu itu tercapai keserasian antara cinta kepada Tuhan dan cinta kepada perdagangan""
"Tidak, gerakan pembaruan spiritual dihalangi; mereka disalurkan di dalam batas-batas suatu ordo yang diakui oleh Paus. Tetapi apa yang beredar di
bawahnya tidak disalurkan. Di satu pihak ini mengalir ke dalam gerakan flagelan yang tidak membahayakan siapa pun, atau ke dalam kelompok bersenjata seperti kelompok Fra Dolcino, atau ke dalam ritual sihir dari rahib-rahib Montefalco yang diceritakan oleh Ubertino
"Tetapi siapa yang dulu benar, siapa yang sekarang benar, siapa yang dulu salah"" tanyaku kebingungan.
"Cara mereka semua benar, dan semua keliru."
"Dan Anda sendiri," teriakku, dalam nada hampir memberontak, "mengapa Anda tidak mengambil sikap, mengapa Anda tidak mau memberitahukan di mana letak kebenaran itu kepadaku""
William berdiam diri selama beberapa saat, sambil mengangkat lensa ya
ng sedang ia kerjakan ke arah cahaya. Kemudian ia menurunkannya ke meja dan menunjukkan sebuah alat kepadaku, melalui lensa itu, "Lihat," katanya kepadaku. "Apa yang kaulihat""
"Alat itu, sedikit lebih besar."
"Nah: paling banter kita akan bisa melihat lebih dekat."
"Tetapi alat itu ukurannya tetap sama."
"Naskah Venantius pun, akan tetap sama kalau, berkat lensa ini, aku sudah bisa membacanya. Tetapi mungkin kalau sudah membaca naskah itu, aku akan tahu sebagian dari kebenaran dengan lebih baik. Dan mungkin kita akan mampu membuat kehidupan biara ini menjadi lebih baik."
"Tetapi itu tidak cukup."
"Yang ingin kukatakan sebenarnya lebih banyak daripada yang tampak dari luar, Adso. Ini bukan pertama kalinya aku telah bicara tentang Roger Bacon kepadamu. Mungkin ia bukan orang paling bijaksana sepanjang waktu, tetapi selama ini aku selalu terpesona oleh harapan yang mengilhami cintanya kepada pengetahuan. Bacon memercayai kekuatan, kebutuhan, penemuan spiritual orang biasa. Ia tidak mungkin jadi seorang Fransiskan yang baik, jika tidak berpendapat bahwa orang miskin, terbuang, idiot dan tuna aksara itu, sering bicara dengan mulut dari Allah kita. Orang biasa punya sesuatu yang lebih daripada para doktor terpelajar, yang sering lalu tersesat dalam pencarian hukum umum yang luas. Orang biasa punya suatu rasa individual, tetapi rasa ini, dengan sendirinya, tidak cukup. Orang biasa hanya menangkap kebenaran mereka sendiri, mungkin lebih benar daripada kebenaran para doktor dari gereja, tetapi kebenaran itu lalu mereka hancurkan sendiri karena bertindak tanpa pikir panjang. Apa yang harus dilakukan" Mengajari orang biasa" Terlalu mudah, atau terlalu sukar. Para guru Fransiskan mempertimbangkan masalah ini.
Bonaventura yang agung mengatakan bahwa orang bijak harus mempertinggi kejelasan konseptual dengan kebenaran yang secara tidak langsung tampak dalam tindakan orang biasa
"Seperti rapat umum Perugia dan memori tajam Ubertino, yang mengubah imbauan kepada orang biasa untuk hidup miskin, menjadi keputusan teologis," kataku. "Ya, tetapi seperti sudah kauketahui, keputusan sudah terlalu terlambat, dan ketika dikeluarkan, kebenaran orang biasa sudah berubah menjadi kebenaran orang berwenang, lebih berguna bagi Kaisar Louis daripada bagi seorang Imam Saudara Dina. Bagaimana caranya agar kita tetap dekat dengan pengalaman orang biasa, maksudnya, mempertahankan kebajikan operatif mereka, kapasitas untuk berusaha mengubah dan memperbaiki dunia mereka" Ini masalah bagi Bacon. 'Quod enim laicali ruditate turgescit non habet effectum nisi fortuito,' katanya: 'Pengalaman orang biasa punya akibat yang liar dan tak terkendali. 'Sed opera sapientiae certa lege vallantur et in fine debitum efficaciter diriguntur.' Yang maksudnya, bahkan dalam menangani hal-hal praktis, entah itu pertanian, mekanik, atau memerintah sebuah kota, diperlukan semacam teologi. Ia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan alam baru seharusnya jadi upaya hebat baru dari orang terpelajar: untuk mengoordinasi, melalui pengetahuan lain tentang proses alam, kebutuhan elementer yang juga mewakili tumpukan harapan, kacau tetapi betul dan tepat caranya, dari orang biasa itu. Ilmu baru itu, keajaiban alam baru. Menurut Bacon, upaya ini harus diarahkan oleh gereja, tetapi aku yakin ia mengatakan ini karena pada zamannya, komunitas pejabat gereja disamakan dengan komunitas orang terpelajar. Sekarang tidak lagi begitu: orang terpelajar di luar biara dan katedral semakin
banyak, bahkan di luar universitas. Jadi kupikir, karena aku dan teman-temanku sekarang percaya bahwa bukan gereja yang seharusnya mengatur manajemen masalah manusia, tetapi sekumpulan orang, maka di masa depan, komunitas orang terpelajar akan harus mengusulkan teologi baru dan manusiawi yang berupa filsafat alam dan gaya tarik positif ini."
"Suatu upaya yang hebat sekali," kataku, "tetapi apa itu mungkin""
"Bacon mengira begitu." "Dan Anda sendiri""
"Aku juga berpikir begitu. Tetapi untuk memercayainya kita harus merasa yakin bahwa orang biasa memang memiliki rasa individual, yang merupakan satu-satunya
hal yang baik. Bagaimanapun juga, jika rasa individual itu hanya satu satunya yang baik, bagaimana sains akan berhasil menyusun kembali hukum universal yang melalui itu, dan yang dipakai menafsirkan, maka gaya tarik yang baik itu akan bermanfaat""
"Ya," kataku, "apa bisa""
"Aku tidak tahu lagi. Aku sudah berdebat di Oxford dengan temanku William dari Ockham, yang sekarang tinggal di Avignon. Ia sudah membuat pikiranku ragu-ragu. Karena, jika yang baik hanya rasa individual itu, maka dalil bahwa penyebab yang serupa akan punya efek yang serupa akan sukar dibuktikan. Di satu tempat, tubuh manusia bisa panas atau dingin, nyaman atau resah, basah atau kering dan tidak di lain tempat. Bagaimana
hubungan universal yang mengatur semua hal itu bisa ditemukan jika aku tidak bisa mengangkat satu jari tanpa menciptakan entitas baru yang jumlahnya tak terbatas" Karena dengan suatu gerakan semacam itu, semua hubungan posisi antara jariku dan semua benda lainnya akan berubah. Hubungan itu adalah cara yang dipakai pikiranku untuk menerima hubungan antarentitas tunggal, tetapi apa jaminannya bahwa ini universal dan stabil""
"Tetapi Anda tahu bahwa suatu ketebalan kaca tertentu cocok untuk suatu kekuatan penglihatan tertentu, dan karena mengetahuinya maka Anda sekarang bisa membuat lensa-lensa seperti yang hilang itu; kalau tidak, bagaimana bisa""
"Suatu pertanyaan yang pintar, Adso. Terus terang, aku sudah memecahkan dalil ini: ketebalan yang sama harus cocok dengan kekuatan penglihatan yang sama. Aku sudah memastikannya karena pada kesempatan lain, aku sudah punya wawasan individual yang jenisnya sama. Untuk pastinya, setiap orang yang menguji kandungan kuratif dari tumbuhan obat tahu bahwa masing-masing tumbuhan obat dari spesies yang sama punya sifat sama dengan efek yang serupa terhadap pasien, dan oleh karenanya penguji itu memformulasikan dalil bahwa setiap tumbuhan obat dari suatu jenis tertentu menyembuhkan demam, atau setiap lensa dari suatu jenis semacam itu pada derajat yang sama akan memperbesar pandangan. Ilmu yang dibicarakan Bacon tak pelak lagi berkutat pada dalil ini. Kau paham, Adso, aku harus percaya
bahwa dalilku bisa dipakai, karena aku mempelajarinya lewat pengalaman; tetapi untuk memercayainya, aku harus mengandaikan bahwa hukum universal itu ada. Namun, aku belum bisa membicarakan tentang itu, karena konsep itu, yang mengatakan bahwa hukum universal dan suatu urutan mapan itu ada, secara tidak langsung akan menunjukkan bahwa Tuhan dibatasi oleh keduanya, sedangkan Tuhan merupakan sesuatu yang sepenuhnya bebas, sehingga jika Ia menginginkan, dengan satu tindakan saja dari kehendak-Nya Ia bisa membuat dunia ini berbeda."
"Dan dengan begitu, kalau aku tidak salah memahami, Anda berbuat sesuatu, dan Anda tahu mengapa Anda melakukannya, tetapi tidak tahu mengapa Anda tahu bahwa Anda tahu apa yang Anda lakukan."
Aku harus mengatakan dengan bangga bahwa William memandangku dengan kagum. "Mungkin begitu. Bagaimanapun juga, ini akan membuatmu paham mengapa aku merasa begitu tidak yakin akan kebenaranku, meskipun jika aku memercayainya."
"Anda lebih mistik daripada Ubertino!" kataku jengkel.
"Bisa jadi. Tetapi seperti kau lihat, aku mengerjakan hal hal dari alam. Dan dalam penelitian yang sedang kita kerjakan, aku tidak ingin tahu siapa yang baik atau siapa yang jahat, tetapi siapa yang berada dalam skriptorium itu tadi malam, yang mengambil kacamata itu, siapa yang meninggalkan jejak kaki seseorang yang menyeret orang lain
dalam salju, dan di mana Berengar sekarang berada. Ini semua fakta. Setelah itu aku akan berusaha menghubungkan fakta-fakta itu jika mungkin, karena sulit untuk mengatakan efek apa yang dihasilkan oleh penyebab apa. Campur tangan seorang malaikat akan cukup untuk mengubah segala sesuatu, jadi tidaklah mengherankan bahwa satu hal tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab hal lain. Bahkan jika orang harus selalu berusaha, seperti yang sedang kulakukan."
"Wah, hidup Anda rumit sekali," kataku.
"Tetapi aku menemukan Brunellus," seru William sambil mengenang episode kuda itu dua hari sebelumnya.
"Kalau begitu ada suatu aturan dalam dunia," seruku penuh kemenangan.
"Kalau begitu, isi kepalaku yang malang ini sedikit teratur," jawab William.
Pada saat itu Nicholas kembali dengan gagang yang hampir selesai, sambil mengacungkannya penuh kemenangan.
"Dan kalau gagang ini ditaruh di atas hidungku yang malang," kata William, "mungkin isi kepalaku yang malang justru akan lebih teratur."
Seorang novis datang untuk memberi tahu bahwa Abbas ingin bertemu William, dan sedang menunggu di kebun. Waktu kami mau berangkat, William menepuk keningnya, seakan saat itu baru ingat sesuatu yang ia lupakan.
"Oh, ya," katanya. "Aku sudah memecahkan tanda-tanda kabalistik Venantius."
"Semuanya" Kapan""
"Waktu kau tidur. Dan itu tergantung pada apa yang kaumaksudkan dengan 'semua'. Aku telah memecahkan tanda-tanda yang dimunculkan oleh cahaya lampu itu, yang kausalin. Catatan dalam bahasa Latin harus menunggu sampai aku punya kacamata baru."
"Oh, ya" Apa itu rahasia dari finis Africae""
"Ya, dan kuncinya cukup gampang. Dalam penyelesaiannya, Venantius pakai dua belas tanda zodiak dan delapan tanda lainnya: untuk kelima planet, dua bintang dan bumi. Seluruhnya dua puluh tanda. Cukup untuk mengasosiasinya dengan huruf alfabet Latin, karena kau bisa menggunakan huruf yang sama untuk mengungkapkan dua huruf awal dari 'unum' dan 'velut'. Kita sudah tahu urutan huruf itu. Lalu bagaimana dengan urutan tanda itu" Aku berpikir tentang urutan langit, dengan meletakkan kuadran yang bersifat zodiak di tepi yang jauh. Jadi, kalau begitu: Bumi, Bulan, Merkurius, Venus, Matahari, dan seterusnya, dan sesudah itu tanda tanda zodiak dalam urutan tradisionalnya, seperti yang diklasifikasikan oleh Isidore dari Seville, mulai dari Aries dan waktu siang malam berkaitan dengan musim semi, dan berakhir dengan Pisces. Nah, jika kau mencoba kunci ini, pesan Venantius jadi punya arti."
Ia menunjukkan perkamen itu kepadaku, di atasnya ia telah mentranskrip pesan itu dalam huruf-huruf Latin yang besar: "Secretum finis Africae manus supra idolum age primum et
septimum de quatuor." "Jelas"" tanyanya.
"Penyerahan karya-karya berhala pada yang pertama dan ketujuh dari empat Aku mengulangnya sambil geleng-geleng kepala.
"Sama sekali tidak jelas!"
"Aku tahu. Pertama-tama kita harus tahu apa yang dimaksudkan oleh Venantius dengan 'idolum'. Suatu penampakan, hantu, sosok"
Dan apa maksudnya 'empat' yang punya suatu 'yang pertama' dan suatu 'yang ketujuh'" Dan apa yang harus dilakukan dengan itu semua" Digerakkan, didorong, ditarik""
"Jadi, kita tidak tahu apa-apa dan kita masih berada di tempat kita mulai," kataku dengan amat kecewa.
William berhenti dan memandangku dengan ekspresi yang tidak sepenuhnya kebapaan. "Anakku," katanya, "di hadapanmu ada seorang Fransiskan malang yang, dengan pengetahuan secukupnya dan sedikit keterampilan berkat kekuatan abadi Allah, selama beberapa jam telah berhasil menguraikan suatu kode rahasia yang pengarangnya yakin bakal tertutup bagi semua orang kecuali dirinya sendiri ... dan kau, anak nakal bodoh yang berengsek, berani mengatakan bahwa kita masih berada di tempat kita mulai""
Aku minta maaf dengan amat kikuk. Aku telah melukai rasa bangga guruku, dan toh aku tahu dia amat bangga karena bisa menyimpulkan dengan cepat dan akurat. William sungguh-sungguh telah
melakukan suatu pekerjaan yang layak dipuji, dan bukan salahnya jika Venantius yang licik itu tidak hanya telah menyembunyikan penemuannya di balik suatu alfabet berkaitan dengan zodiak yang tidak jelas, tetapi telah merencanakan lebih jauh suatu teka-teki yang tidak dapat diuraikan.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, tidak usah minta maaf," William memutus kata-kataku. "Bagaimanapun juga, kau betul. Masih terlalu sedikit yang kita ketahui. Ayo ikut." []
Vespers Dalam cerita ini Abbas bercakap-cakap lagi dengan kedua tamunya, dan William punya beberapa ide mengagumkan untuk memecahkan teka-teki labirin dan bisa berhasil dalam cara yang paling rasional. Kemudian William dan Adso makan keju kocok.
Abbas itu sudah menunggu kami dengan
wajah murung dan cemas. Ia membawa sehelai kertas.
"Aku baru saja menerima surat dari Abbas dari Conques," katanya.
"Ia memberitahukan nama dari orang yang diberi kepercayaan oleh Paus Yohanes untuk memimpin serdadu Prancis dan bertanggung jawab atas keselamatan delegasinya. Ia bukan tentara, ia bukan orang pengadilan, dan ia akan sekaligus menjadi anggota duta Takhta Suci."
"Suatu kombinasi langka dari kemampuan yang berbeda beda," kata William, juga waswas. "Siapa dia""
"Bernard Gui, atau Bernardo Guidoni, terserah mau kaupanggil apa."
William mengatakan sesuatu dalam bahasanya sendiri yang aku tidak mengerti, begitu pula Abbas itu, dan mungkin itu yang terbaik bagi kami berdua,
karena kata yang diucapkan William mengandung desis yang jorok.
"Aku tidak suka ini," ia langsung menambahkan. "Selama bertahun-tahun Bernard menjadi momok orang bidah di kawasan Toulouse, dan ia telah menulis buku Practica officii inquisitionis heretice pravitatis, sebagai pedoman bagi mereka yang harus menjatuhkan hukuman dan menghancurkan orang Waldesian, Beghard, Fraticelli, dan Dolcinian."
"Aku tahu. Aku sudah membaca buku itu, amat pintar."
"Amat pintar," ulang William. "Ia setia kepada Yohanes, yang selama tahun-tahun belakangan ini telah memberinya banyak tugas di Flanders dan di Italia Utara sini. Dan bahkan ketika ditahbiskan menjadi Uskup Galicia, ia tidak pernah melihat diosesenya, tetapi tetap bertugas sebagai inkuisitor. Kupikir ia sekarang sudah mengundurkan diri ke Keuskupan Lodeve, tetapi sudah jelas Yohanes memanggilnya kembali untuk bertugas, tepat di Italia Utara sini. Tetapi mengapa Bernard, dan mengapa dengan sepasukan tentara
"Ada suatu jawaban," kata Abbas itu, "dan ini menegaskan semua ketakutan yang kuungkapkan kepadamu kemarin. Kau tahu benar bahkan jika kau tidak mau mengaku kepadaku bahwa keputusan tentang kemiskinan Kristus dan gereja yang dikeluarkan oleh rapat umum Perugia, meskipun didukung oleh banyak sekali argumentasi teologis, adalah sama dengan yang dianut oleh banyak gerakan bidah, dengan amat kurang bijaksana dan
dalam gaya yang amat kurang ortodoks.
Tidak terlalu sulit untuk menunjukkan bahwa keputusan Michael dari Cesena, didukung oleh Kaisar, adalah sama seperti keputusan Ubertino dan Angelus Clarenus. Dan sampai titik ini, kedua duta akan sepakat. Tetapi Gui bisa melakukan lebih banyak, dan dia punya keterampilan: dia akan berusaha mendesak bahwa tesis Perugia sama dengan tesis Fraticelli, atau tesis Rasul-Palsu."
"Itu sudah bisa diduga. Maksudku, kita tahu bahwa segalanya bisa sampai kepada hal ini, bahkan tanpa kehadiran Bernard.
Paling banter Bernard akan bertindak lebih efektif dibandingkan orang-orang kuria yang tidak terampil itu, dan perdebatan dengan dia perlu dibuat lebih halus."
"Ya," kata Abbas itu, "tetapi pada titik ini kita menarik kesimpulan yang berlawanan dengan pertanyaan yang muncul kemarin.
Jika sampai besok kita belum menemukan orang yang bersalah atas dua, mungkin tiga, kejahatan itu, aku harus mengizinkan Bernard mengontrol masalah-masalah biara ini. Aku tidak bisa menutupnutupi dari seorang yang punya kekuasaan seperti yang dimiliki Bernard (dan karena kita tidak boleh melupakan kesepakatan kita bersama) bahwa di dalam biara ini, telah terjadi, dan masih akan terjadi, peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dijelaskan. Kalau tidak, pada saat ia mengetahuinya, akan terjadi (demi Tuhan, jangan) peristiwa misterius lagi, tentu saja ia berhak berteriak akan
adanya pengkhianatan "Betul," gumam William cemas. "Tetapi tidak ada yang bisa dilakukan.
Mungkin ini justru baik: kalau sibuk dengan pembunuhan itu Bernard bakal punya waktu lebih sedikit untuk berpartisipasi dalam perdebatan itu."
"Bernard yang sibuk mencari pembunuh itu akan menjadi duri bagi wewenangku; ingat itu. Bisnis gelap ini akan mengharuskan aku untuk pertama kalinya menyerahkan sebagian kekuasaanku di dalam dinding-dinding ini, dan merupakan satu belokan baru dalam sejarah, bukan hanya sejarah biara ini, tetapi sejarah ordo Cluny sendiri. Rasanya aku mau melakukan apa saja untuk menghindari ini. Di mana sih, Beren
gar" Apa yang telah terjadi kepadanya" Apa saja yang kaukerjakan""
"Aku cuma seorang rahib yang, bertahun-tahun yang lalu, melakukan beberapa penelitian bersifat inkuisisi yang efektif. Kau tahu bahwa kebenarannya tidak akan ditemukan dalam dua hari. Dan bagaimanapun juga, kekuasaan apa yang kauberi-kan kepadaku" Apa aku boleh memasuki perpustakaan" Bolehkah aku mengajukan semua pertanyaan yang kuinginkan, selalu didukung oleh otoritasmu""
"Aku tidak melihat hubungan antara kejahatan itu dan perpustakaan," kata Abbas itu marah.
"Adelmo adalah seorang pelukis, Venantius seorang penerjemah, Berengar asisten pustakawan
William menjelaskan dengan sabar.
"Dalam artian ini keenam puluh rahib semuanya
mengerjakan sesuatu yang berkait dengan perpustakaan, seperti halnya kewajiban mereka di gereja. Jadi, mengapa kau tidak menyelidiki gereja"
Bruder William, kau melakukan suatu penyidikan atas mauku, dan di dalam batas yang sudah kutetapkan. Yang selebihnya, di dalam lingkup dinding-dinding ini, aku satu-satunya penguasa setelah Tuhan, dan demi kemuliaan-Nya. Dan ini juga akan berlaku bagi Bernard. Kapan saja," tambahnya dalam nada lebih lembut, "Bernard mungkin tidak khusus datang ke sini untuk menghadiri pertemuan. Abbas dari Conques menulis kepadaku bahwa Paus sudah minta Kardinal Bertrand del Poggetto untuk datang dari Bologna dan menjadi ketua duta Takhta Suci. Bisa saja Bernard akan datang ke sini untuk menemui kardinal itu."
"Yang, dalam perspektif lebih luas, akan lebih buruk. Bertrand adalah momok bagi orang bidah di Italia Tengah. Pertemuan antara kedua pemenang perang melawan orang bidah ini akan mencanangkan suatu serangan yang lebih luas di negeri
ini, akhirnya melawan seluruh gerakan Fransiskan..."
"Dan ini akan segera kita laporkan kepada Kaisar," kata Abbas itu, "tetapi dalam hal ini bahayanya tidak akan langsung muncul.
Kita akan harus waspada. Sampai ketemu lagi."
William berdiam diri sejenak ketika Abbas itu pergi. Kemudian ia bilang kepadaku, "Yang pertama-tama, Adso, kita harus berusaha agar jangan sampai diri kita sendiri dikuasai oleh keinginan untuk
buru-buru. Ini semua tidak dapat diselesaikan dengan cepat kalau harus mengumpulkan begitu banyak pengalaman kecil-kecil, individual, menjadi satu. Aku akan kembali ke laboratorium, karena di samping mencegahku untuk membaca naskah itu, tidak ada gunanya bagiku untuk kembali ke perpustakaan malam ini tanpa lensa."
Saat itu Nicholas dari Morimondo datang berlari-lari ke arah kami, wajahnya amat murung. Sementara tengah berusaha menggerinda lensa terbaik agar lebih halus, satu lensa yang sudah sedemikian rupa diharapkan oleh William, lensa itu pecah. Dan yang lainnya, yang seharusnya mungkin bisa menggantikan, retak ketika ia berusaha memasangnya ke dalam gagang itu. Nicholas, dengan amat sedih, menuding ke langit. Sekarang sudah menjelang jam ibadah vespers, dan hari sebentar lagi gelap. Untuk hari itu ia sudah tidak bisa bekerja lagi. Satu hari lagi hilang. William mengakui dengan pahit, sambil menahan (seperti yang diakuinya kelak) godaan untuk mencekik pandai-kaca itu, meskipun Nicholas sudah cukup merasa rendah diri.
Kami membiarkan Nicholas mengatasi kekecewaannya sendiri dan pergi untuk mencari tahu tentang Berengar. Tentu saja, belum ada yang menemukannya.
Kami merasa telah sampai ke jalan buntu. Kami jalan-jalan sebentar di dalam kloster, merasa tidak yakin mau melakukan apaapa lagi. Tetapi tidak lama kemudian aku melihat William asyik berpikir, sambil
menatap ke depan, seakan tidak melihat apa-apa.
Beberapa saat sebelumnya ia telah mengeluarkan dari dalam jubahnya sebatang ranting dari tumbuhan obat yang kulihat dia kumpulkan beberapa minggu sebelumnya, dan mengunyahnya seakan itu memberi semacam rangsangan yang menenangkan baginya. Dalam kenyataan, ia terlihat kosong, tetapi sebentar-sebentar matanya bercahaya seolah telah muncul suatu ide baru dalam kekosongan pikirannya; kemudian sekali lagi ia akan tercebur ke dalam kekosongan pikirannya yang aktif dan aneh itu. Tiba-tiba saja ia bilang, "Tentu saja, kita bisa
"Apa"" tanyaku.
"Aku tengah memikirkan suatu cara untuk menentukan tempat kita di dalam labirin itu. Ini tidak sederhana, tetapi mungkin efektif .... Bagaimanapun juga, pintu keluar masuknya ada di menara timur; ini kita tahu. Sekarang, seandainya kita punya sebuah alat yang menunjukkan kepada kita di mana utara itu. Apa yang akan terjadi""
"Tentu saja, tinggal belok ke sebelah kanan kita, maka kita akan menuju ke utara. Kalau tidak, cukup belok ke arah sebaliknya dan kita akan tahu bahwa kita akan menuju menara selatan. Tetapi, bahkan seandainya alat ajaib semacam itu ada, labirin itu nyatanya sebuah labirin, dan begitu kita berjalan menuju timur, kita akan sampai pada sebuah dinding yang mencegah kita untuk terus lurus, dan kita akan tersesat lagi aku mengajukan pendapat.
"Ya, tetapi alat yang kusebutkan tadi akan selalu menunjuk arah utara, bahkan jika kita mengubah rute kita, dan pada setiap titik, alat itu akan memberi tahu kita harus belok ke mana."
"Tentunya bakal luar biasa. Tetapi mestinya kita harus punya alat ini, dan baru bisa mengenali utara pada malam hari dan di dalam ruangan, yang di dalamnya kita tidak bisa melihat bintang atau matahari .... Dan aku tidak percaya apa Bacon teman Anda pun punya alat semacam itu," aku tertawa.
"Tetapi kau salah," kata William, "karena alat semacam itu sudah dibuat, dan sudah dipakai beberapa navigator. Tidak diperlukan bintang atau matahari, karena mesin itu memanfaatkan kekuatan dari suatu batu luar biasa, seperti yang kita lihat dalam klinik Severinus, batu yang menarik besi itu. Dan itu dipelajari oleh Bacon, dan oleh seorang tukang sihir di Picard, Pierre dari Maricourt, yang menjelaskan kegunaannya yang banyak."
"Tetapi apa Anda bisa membuatnya""
"Dengan sendirinya, itu tidak akan sulit. Batu itu bisa dipakai untuk menghasilkan banyak keajaiban, termasuk sebuah alat yang bergerak secara abadi, tanpa kekuatan apa pun dari luar, tetapi penemuan paling sederhana itu juga dijelaskan oleh seorang Arab, Baylek al-Qabayaki. Isi sebuah mangkuk dengan air dan masukkan ke dalamnya sepotong gabus yang ditusuk dengan sebatang jarum, biarkan mengambang. Lalu pegangi batu magnetis itu di atas permukaan air, sampai jarum tersebut mendapat kandungan magnet yang sama seperti batu tadi. Pada titik ini, jarum itu meskipun mungkin batu itu pula yang mengerjakannya jika punya kapasitas untuk bergerak di seputar sebuah sumbu akan bergerak dan menunjuk arah utara, dan jika kaugerakkan itu di dalam mangkuk, jarum itu akan selalu bergerak ke arah utara. Jelaslah, jika kau selalu ingat akan utara dan juga dengan menandai tepi mangkuk itu dengan posisi timur, selatan, dan barat, maka kau akan selalu tahu ke mana harus belok di dalam perpustakaan untuk mencapai menara timur."
"Luar biasa!" seruku. "Tetapi mengapa jarum itu selalu menunjuk arah utara" Aku tahu batu itu menarik besi, dan aku membayangkan bahwa besi yang banyak sekali menarik batu itu.
Tetapi kemudian ... ke arah bintang kutub, di batas paling jauh bulatan bumi ini, ada tambang besi besar sekali."
"Terus terang saja, sudah ada yang mengusulkan seperti itu.
Kecuali bahwa jarum tersebut tidak menunjuk persis ke arah bintang siang tersebut, tetapi ke arah titik potong garis meridian bumi. Suatu tanda bahwa, seperti sudah dikatakan, 'hic lapis gerit in se similitudinem coeli', kutub-kutub magnet itu menerima kecenderungan mereka dari kutub-kutub langit, bukan dari kutub-kutub bumi. Ini satu contoh bagus tentang gerakan yang didorong dari jauh, bukan oleh sebab-akibat material langsung: suatu masalah yang tengah dipelajari oleh temanku
mereka dibunuh, istana dibakar, para kardinal mengajukan pemohonan kepada Raja, yang menyatakan bahwa ia tidak pernah menginginkan Paus meninggalkan Roma dan mereka harus sabar dan membuat pilihan yang bagus .... Lalu Philip yang Tampan itu meninggal, sekali lagi hanya Tuhan yang tahu caranya
"Atau Setan yang tahu," kata Ubertino sambil membuat tanda salib, yang diikuti oleh semua yang lainnya.
"Atau Setan yang tahu," Hugh mengiyakan dengan sinis. "Bagaimanapun juga, raja lain menggantikan, bertahan selama de
lapan belas bulan, dan meninggal. Bayinya yang baru lahir juga meninggal beberapa hari kemudian, dan walinya, adik Raja, naik takhta
"Dan dia adalah Philip V. Raja itulah yang, waktu masih menjadi Count dari Poitiers, mencegah para kardinal yang melarikan diri dari Carpentras," kata Michael.
"Ya," Hugh melanjutkan. "Ia memasukkan lagi para kardinal ke dalam konklaf untuk memilih Paus di Lyons, dalam biara Dominikan, sambil bersumpah akan menjamin keselamatan mereka dan tidak menjadikan mereka tawanan. Tetapi begitu mereka menyerah ke dalam kekuasaan raja, Philip tidak hanya mengunci mereka (memang sudah kebiasaan), tetapi setiap hari mengurangi makanan mereka sampai mereka mencapai suatu keputusan. Dan setiap orang berjanji mendukung haknya atas takhta. Waktu ia naik takhta, para kardinal itu
sudah begitu letih menjadi tawanan selama dua tahun, dan begitu takut kalau harus tinggal di sana seumur hidup, dengan makanan buruk, sehingga mereka menyepakati segala sesuatunya, dan di atas takhta Petrus itu mereka mengangkat si kerdil tersebut, yang sekarang umurnya sudah lebih dari tujuh puluh
"Kerdil, ya, betul," kata Ubertino sambil tertawa. "Dan agak seperti penderita penyakit paru-paru, tetapi lebih kuat dan lebih lihai daripada perkiraan siapa saja."
"Anak tukang sepatu," gerundel salah seorang.
"Kristus sendiri anak tukang kayu," Ubertino membantahnya.
"Bukan itu yang penting. Yohanes orang yang pandai, belajar hukum di Montpellier dan kedokteran di Paris, ia mengolah cara persahabatannya dalam cara yang paling cocok untuk memenangkan takhta kepausan dan topi kardinal kalau kelihatannya menguntungkan baginya, dan sebagai kanselir dari Robert yang Bijak di Naples ia membuat banyak orang heran akan kecerdasannya. Ketika jadi Uskup Avignon, ia memberi semua nasihat yang betul (betul, yakni, demi hasil dari upaya jorok itu) kepada Philip yang Tampan tentang caranya menghancurkan Templars. Dan setelah terpilih, ia berhasil menggagalkan suatu persekongkolan para kardinal yang ingin membunuhnya .... Tetapi bukan ini yang ingin kubicarakan: aku bicara tentang kemampuannya untuk mengkhianati sumpah tanpa dituduh mengucapkan sumpah palsu. Agar dipilih, ia
berjanji akan mengembalikan takhta suci ke Roma kepada Kardinal Orsini, dan setelah dipilih ia bersumpah di depan hosti suci bahwa jika tidak memenuhi janjinya, ia tidak akan naik kuda atau keledai lagi.
Yah, kau tahu apa yang telah dilakukan rubah itu" Setelah ia sendiri dimahkotai di Lyons (bertentangan dengan kehendak Raja yang ingin upacara itu dilaksanakan di Avignon), ia naik kapal dari Lyons ke Avignon."
Para rahib itu semua tertawa. Paus itu licik, tetapi tidak bisa disangkal bahwa ia punya kepintaran tertentu.
"Ia tidak punya malu," komentar William. "Bukankah Hugh mengatakan bahwa Yohanes tidak berusaha menutupi imannya yang buruk"
Bukankah kau, Ubertino, yang telah menceritakan apa yang ia bilang kepada Orsini pada hari ia tiba di Avignon""
"Yang jelas," kata Ubertino. "Ia bilang kepada Orsini bahwa langit Prancis begitu indah sampai ia tidak bisa memahami mengapa ia harus menginjakkan kaki dalam sebuah kota yang penuh reruntuhan, seperti Roma. Dan lantaran Paus, seperti Petrus, punya kekuasaan untuk mengikat dan mengendorkan, maka ia menggunakan kekuasaan ini: dan memutuskan untuk tetap tinggal di tempat ia berada, tempat yang disukainya. Dan ketika Orsini berusaha mengingatkannya bahwa Paus wajib tinggal di atas Bukit Vatikan, dengan pedas ia menyuruh Orsini taat dan menutup
pembicaraan itu. Tetapi aku belum selesai dengan kisah tentang sumpah itu. Waktu turun dari kapal, Yohanes harus menunggang seekor kuda putih, untuk diikuti para Kardinal yang menunggang kuda hitam, menurut tradisi. Sebagai gantinya ia berjalan kaki ke istana kepausan.
Aku juga belum pernah dengar ia naik kuda lagi. Dan inilah orang itu, Michael, kau berharap mematuhinya dengan jaminan yang akan ia berikan kepadamu""
Michael lama berdiam diri. Lalu ia bilang, "Aku bisa memahami keinginan Paus untuk tetap tinggal di Avignon, dan aku tidak akan menentangnya. Tetapi ia tidak bisa men
entang hasrat kita akan kemiskinan dan interpretasi kita tentang contoh yang diberikan Kristus."
"Jangan sok jujur, Michael," tukas William, "kemauanmu, kemauan kita, membuatnya tampak sinis. Kau harus menyadari bahwa selama berabad-abad belum pernah ada orang yang lebih rakus yang menduduki takhta suci itu. Pelacur Babylon yang biasa dikecam dengan keras oleh Ubertino kita ini, paus-paus korup yang dilukiskan oleh para penyair negerimu seperti Alighieri itu, semuanya domba lembek dan waras dibandingkan dengan Yohanes. Ia seekor burung magpie pencuri, seorang lintah darat Yahudi; perdagangan di Avignon lebih banyak daripada di Florence! Aku sudah mendengar tentang transaksi tercela dengan keponakan Clement, Bertrand dari Goth, pembantai Carpentras itu (yang
selama itu, secara tidak sengaja, para kardinal tidak mengenakan permata). Ia telah menjarah harta kekayaan pamannya, yang tidak sedikit, dan Yohanes tidak memedulikan apa saja yang telah dicuri Bertrand: dalam Cum Venerabilis Yohanes memang mencatat secara tepat jumlah uang emas, bejana perak dan emas, buku, permadani, batu berharga, ornamen ... Bagaimanapun juga, Yohanes pura-pura tidak tahu bahwa Bertrand telah merampas lebih dari satu setengah juta florin uang emas selama pembantaian di Carpentras; dia hanya menanyakan tentang tiga puluh ribu florin yang oleh Bertrand diakui telah ia terima dari pamannya untuk suatu 'masalah suci', yaitu untuk suatu perang salib. Lalu disepakati bahwa Bertrand boleh menyimpan yang separuh untuk perang salib itu dan mendermakan yang setengahnya lagi kepada takhta suci. Dan Bertrand tidak pernah melakukan perang salib, atau paling tidak ia belum melakukannya, dan Paus tidak pernah melihat satu florin
"Kalau begitu, ia tidak terlalu pintar," tukas Michael.
"Hanya sekali itu ia tertipu dalam masalah uang," kata Ubertino. "Kau harus kenal baik saudagar macam apa yang akan kauajak berdagang. Dalam setiap kesempatan ia telah memamerkan keterampilan jahatnya dalam mengumpulkan uang. Ia seorang Midas: segala sesuatu yang ia sentuh berubah menjadi emas dan mengalir ke dalam peti uang Avignon. Setiap kali aku masuk apartemennya, aku menemukan bankir, penukar-uang, dan meja
penuh dengan emas, petugas gereja menghitung florin dan menumpuk satu demi satu keping emas dengan rapi .... Dan kau akan menyaksikan istana yang katanya sudah ia bangun untuk dirinya sendiri itu, dengan kekayaan yang hanya pernah dimiliki oleh Kaisar Byzantium atau Khan yang Agung dari bangsa Tartar. Dan sekarang kalian paham mengapa ia mengeluarkan bulla untuk menentang cita-cita kemiskinan.
Tetapi tahukah kalian bahwa ia telah memberi semangat kepada kaum Dominikan, yang membenci ordo kita, untuk mengukir patungpatung Kristus bermahkota kerajaan, mengenakan tunik warna ungu dan emas, dan sandal mewah. Di Avignon mereka memasang salib dengan salah satu tangan Kristus dipaku dan tangannya yang lain menyentuh kantong uang yang menggantung pada sabuknya, untuk menunjukkan bahwa ia mengesahkan penggunaan uang untuk tujuan religius
"Oh, memalukan sekali," seru Michael. "Tetapi ini sungguhsungguh penghujatan!"
"Ia sudah menambahkan," William melanjutkan, "mahkota ketiga pada tiara kepausan, ya, kan, Ubertino""
"Tentu saja. Pada awal milenium, Paus Hilde-brand sudah punya satu, dengan tulisan 'Corona regni de manu Dei';[Mahkota Kerajaan dari Tangan Allah- penerj.] kelak Bonifacius yang jahat menambahkan mahkota kedua, bertuliskan 'Diadema imperii de manu Petri',[Mahkota Kekaisaran dari Tangan Petrus- penerj.] dan Yohanes hanya sekadar
menyempurnakan simbol itu: tiga mahkota, kekuatan spiritual, duniawi, dan surgawi. Suatu simbol yang senilai dengan simbol raja-raja Persia, simbol penyembah berhala
Ada seorang rahib yang sampai saat itu masih diam saja, sibuk dan tekun menyantap makanan lezat yang dihidangkan Abbas di meja itu. Dengan mata kosong ia mengikuti berbagai diskusi tersebut, sekali tempo ia tertawa sinis mendengar pemborosan Paus, atau menggumam mengiyakan seruan menentang dari rahib lainnya. Tetapi kalau tidak, ia rajin menyeka dagunya yang belepotan saus
atau remah makanan yang meleleh dari mulutnya yang besar namun tak bergigi itu, dan ia hanya mengucapkan satu patah kata kepada salah seorang di sampingnya untuk memuji kelezatan. Kelak aku tahu bahwa ia adalah Guru Jerome, Uskup Kaffa yang, beberapa hari sebelumnya, dikira sudah mati oleh Ubertino. (Aku harus menambahkan bahwa berita kematiannya dua tahun sebelumnya itu sampai lama terus beredar sebagai kebenaran di seluruh wilayah Kristen, karena sesudah itu aku masih mendengarnya lagi. Dalam kenyataan ia meninggal beberapa bulan setelah pertemuan kami itu, dan aku masih mengira ia mati karena dikuasai kemarahan besar pada pertemuan keesokan harinya; aku hampir membayangkan bahwa ia langsung meledak, tubuhnya begitu lemah dan humornya begitu besar.)
Pada saat itu ia menyela diskusi tersebut, sambil bicara dengan mulut penuh makanan, "Dan kemudian, kalian tahu, bajingan itu mengeluarkan suatu konstitusi mengenai taxae sacrae poeniten-tiariae,[Pajak suci penitensi- penerj.] yang di dalamnya ia mengeksploitasi dosa keagamaan dengan tujuan memeras lebih banyak uang. Jika seorang biarawan melakukan dosa jasmaniah, dengan seorang biarawati, dengan seorang sanak keluarga, atau bahkan dengan seorang perempuan biasa (karena ini juga terjadi!), ia baru akan diberi absolusi setelah membayar enam puluh lima keping uang emas dan dua belas pence. Dan jika orang itu melakukan hal yang bersifat kebinatangan, pembayarannya lebih dari dua ratus keping, tetapi jika ia hanya melakukannya dengan pemuda atau binatang, dan tidak dengan orang perempuan, pembayarannya dikurangi seratus keping.
Dan seorang biarawati yang menyerahkan diri kepada banyak lelaki, entah dalam waktu yang bersamaan atau berbeda-beda, di dalam atau di luar biara, jika kelak ingin menjadi kepala biara, ia harus membayar seratus tiga puluh satu keping emas dan lima belas pence
"Nah, nah, Messer Jerome," protes Ubertino, "kau tahu betapa kecil cintaku kepada Paus, tetapi dalam hal ini aku harus membelanya! Ini fitnah yang beredar di Avignon. Aku belum pernah melihat konstitusi itu!"
"Ada," Jerome menyatakan dengan keras. "Aku juga belum melihatnya, tetapi ada."
Ubertino geleng-geleng kepala, dan lainnya
terdiam. Aku menyadari bahwa mereka terbiasa untuk tidak memberikan perhatian besar kepada Guru Jerome, yang lusa kemarin William sudah menyebutnya orang tolol. William berusaha mengembalikan percakapan itu, "Bagaimanapun juga, entah itu betul atau tidak, rumor itu menunjukkan kepada kita tentang iklim moral di Avignon, di mana semua, yang memanfaatkan dan yang dimanfaatkan, tahu bahwa mereka berdiam dalam suatu pasar dan bukan dalam wilayah wakil Kristus.
Ketika Yohanes naik takhta, ada rumor bahwa kekayaannya berjumlah tujuh puluh ribu florin dan sekarang ada yang bilang ia sudah mengumpulkan lebih dari sepuluh juta."
"Mari kita berusaha jujur," kata Michael. "Kita tahu bahwa orang kita sendiri juga melakukan perbuatan yang keterlaluan. Aku sudah mendengar tentang rahib Fransiskan yang melakukan serangan bersenjata ke biara biara Dominikan dan merampok rahib-rahib lawannya untuk memaksa agar mereka hidup miskin .... Inilah sebabnya aku tidak berani menentang Yohanes tentang kejadiankejadian di Provence .... Aku ingin mengadakan kesepakatan dengannya; aku tidak akan mengejek kesombongannya, aku hanya ingin minta agar dia tidak mengejek kesahajaan kita. Aku tidak akan membicarakan uang dengan dia, aku hanya akan minta agar dia menyetujui suatu interpretasi kuat dari Kitab Suci. Dan inilah yang harus kita lakukan dengan dutanya besok pagi. Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang teologi, dan tidak
semua akan rakus seperti Yohanes. Kalau beberapa orang bijak telah menetapkan suatu interpretasi dari Kitab Suci, Yohanes tidak akan mampu-"
"He"" Ubertino memutus kata-katanya. "Heran, kau masih belum tahu tentang kebodohannya dalam bidang teologi! Ia sungguh-sungguh ingin mengikat segala sesuatu dengan tangannya sendiri, di atas bumi dan di surga. Kita sudah menyaksikan apa yang ia lakukan di atas bumi. Akan halnya di surga .... Yah, ia belum mengungkapkan ideide yang tidak dapat kukatakan kepadamu paling sedikit tidak di depan umum tetapi aku tahu pasti bahwa ia sudah membisikkannya kepada orang-orang dekatnya. Ia tengah merencanakan dalil yang begitu gila jika tidak bisa disebut dalil jahat, yang akan mengubah isi pokok doktrin itu dan bakal mencabut izin khotbah kita sama sekali."
"Apa saja itu"" banyak yang tanya.
"Tanya saja Berengar, ia tahu, ia yang kasih tahu aku."
Ubertino sudah menoleh kepada Berengar Tal-loni, yang selama tahun-tahun yang lalu menjadi musuh Paus yang paling keras di rumahnya sendiri. Karena datang dari Avignon, ia bergabung dengan kelompok orang Fransiskan lainnya dua hari sebelumnya dan datang bersama mereka ke biara ini.
"Ini suatu cerita yan aneh dan sulit dipercaya," kata Berengar. "Agaknya Yohanes merencanakan untuk menyatakan bahwa orang benar baru akan menikmati penampakan suci setelah kiamat.
Selama beberapa waktu ia telah merenungkan
bait kesembilan dari Kitab Wahyu bab enam, yang membicarakan tentang dibukanya lima meterai itu, di mana di bawah mezbah tampak jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh karena firman Allah dan karena kesaksian yang mereka miliki. Kepada mereka masing-masing diberi jubah putih, dan kepada mereka dikatakan bahwa mereka harus lebih lama lagi bersabar .... Suatu pertanda, menurut Yohanes, bahwa pada dasarnya mereka tidak akan mampu melihat Allah sebelum pengadilan terakhir terpenuhi."
"Ia mengatakan hal ini kepada siapa saja"" tanya Michael, ketakutan.
"Sejauh ini hanya kepada beberapa orang dekat, tetapi ceritanya sudah tersebar; mereka bilang Paus sedang menyiapkan suatu deklarasi terbuka, tidak segera, mungkin beberapa tahun lagi. Ia mulai berkonsultasi dengan para teolognya."
"Ha ha!" Jerome mengejek sambil makan.
"Dan lebih lagi, kelihatannya ia ingin melanjutkan lebih jauh dan menyatakan bahwa neraka juga tidak akan terbuka sebelum hari itu ... bahkan tidak bagi setan-setan!"
"Tolonglah kami, Tuhan Yesus!" seru Jerome. "Dan apa yang harus kita katakan kepada para pendosa kalau begitu, jika kita tidak mengancam mereka dengan langsung masuk neraka pada saat mereka mati""
"Kita berada di tangan seorang gila," kata Ubertino. "Tetapi aku tidak paham mengapa ia ingin mengatakan hal-hal ini
"Seluruh doktrin indulgensia hilang bagai asap," keluh Jerome, "dan bahkan dia sendiri tidak akan mampu menjual apa saja setelah itu. Mengapa seorang imam yang telah melakukan dosa melakukan perbuatan bersifat binatang harus membayar begitu banyak uang emas untuk menghindari suatu hukuman yang masih jauh seperti itu""
"Tidak terlalu jauh," kata Ubertino tegas. "Waktunya sudah dekat!"
"Kau tahu itu, Saudara terkasih, tetapi orang biasa tidak tahu itu. Ini yang terjadi!" seru Jerome, yang tampaknya sudah tidak bisa lagi menikmati makanannya. "Sungguh suatu ide yang jahat; para imam pengkhotbah itu tentu telah menaruh ide itu ke dalam pikirannya .... Ah!" Dan ia menggelengkan kepala.
"Tetapi mengapa"" Michael dari Cesena kembali kepada pertanyaan ini.
"Aku tidak percaya ada alasannya," kata William. "Ini suatu ujian yang ia buat sendiri, suatu tindak kesombongan. Ia ingin sungguh-sungguh menjadi satu satunya yang mengambil keputusan untuk surga dan bumi. Aku tahu bisik-bisik ini William dari Ockham sudah menulis surat kepadaku. Kelak kita akan melihat apakah ini cara Paus itu atau cara para teolog itu, suara seluruh gereja,
keinginan sebenarnya dari umat Allah, para uskup..."
"Oh, tentang masalah doktrin ia bahkan bisa menundukkan para teolog itu untuk menuruti kemauannya," kata Michael sedih.
"Tidak selalu begitu," jawab William. "Kita hidup pada zaman ketika mereka yang punya pengetahuan tentang hal-hal suci tidak takut menyatakan Paus sebagai orang bidah. Tujuan dari mereka yang punya pengetahuan tentang hal-hal suci adalah suara orang Kristen. Dan bahkan Paus sendiri tidak dapat melawan mereka sekarang."
"Lebih buruk, lebih buruk lagi," gumam Michael, ketakutan. "Di satu pihak ada seorang Paus gila, di lain pihak ada umat Allah, yang bahkan jika melalui kata-kata para teolog-Nya, tidak lama lagi akan menuntut un
tuk menginterpretasi Kitab Suci secara bebas ....
"Mengapa" Apa bedanya dengan yang dilakukan orang kita di Perugia," tanya William.
Michael bereaksi seperti tersengat. "Itulah sebabnya aku ingin menemui Paus. Kita tidak bisa berbuat apa-apa jika ia tidak setuju."
"Kita akan lihat, kita akan lihat," kata William dalam nada bingung.
Guruku memang amat tajam. Bagaimana ia bisa meramalkan bahwa Michael sendiri kelak akan mendukung para teolog kerajaan itu dan mendukung orang banyak mengutuk Paus" Bagaimana William bisa meramalkan bahwa, dalam waktu empat tahun, waktu Yohanes untuk pertama kalinya mengumumkan doktrinnya yang tak bisa dipercaya itu, akan timbul pemberontakan di sisi semua Kristianitas" Jika dengan cara demikian maka penampakan suci itu akan ditunda, bagaimana yang mati bisa memohonkan pengampunan bagi yang masih hidup"
Dan akan jadi apa dengan kultus para santo itu" Adalah kaum Minorit sendiri yang bisa memulai kekerasan dalam mengutuk Paus, dan William dari Ockham akan berada di garis depan, argumentasinya keras dan tak tergantikan. Konflik itu akan berlangsung selama tiga tahun, sampai Yohanes, hampir meninggal, memperbaiki sebagian. Bertahun-tahun kemudian, waktu ia muncul dalam satu acara pengukuhan pada Desember 1334, lebih pendek daripada yang terlihat sebelumnya, renta oleh usia, berumur delapan puluh lima dan hampir meninggal, wajahnya pucat, kudengar ia menjelaskan dan mengatakan (rubah ini, begitu lihai bermain kata-kata, tidak hanya mengingkari sumpahnya sendiri tetapi juga menyangkal kebebalannya sendiri): "Kami mengakui dan percaya bahwa jiwa-jiwa dipisahkan dari tubuh dan sepenuhnya dimurnikan di surga, di firdaus dengan para malaikat, dan dengan Yesus Kristus, dan bahwa mereka melihat Tuhan da-lam inti sucinya, dengan jelas, berhadapan muka
dan kemudian, setelah berhenti sebentar dan tidak pernah diketahui apakah itu disebabkan ia sulit bernapas atau punya keinginan jahat untuk memberi tekanan kepada klausul terakhir itu sebagai keharusan "sampai sejauh mana keadaan dan kondisi jiwa yang terpisah itu memungkinkan." Keesokan harinya, suatu hari Minggu, ia membaringkan diri di atas kursi panjang dengan sandaran, dan ia menerima para kardinal, yang mencium tangannya, dan ia meninggal.
Tetapi sekali lagi aku menyeleweng, dan menceritakan hal-hal yang lain yang tidak seharusnya kuceritakan. Namun, bagaimanapun juga, percakapan selebihnya di meja itu tidak menambah banyak kepada pemahaman akan peristiwa-peristiwa yang mau kuceritakan.
Orang-orang Minorit itu menyepakati sikap yang akan diambil pada hari berikutnya. Mereka memperkirakan lawan mereka satu per satu.
Dengan prihatin mereka mengomentari berita, yang diumumkan oleh William, tentang Bernard Gui. Dan bahkan tentang kenyataan bahwa Kardinal Bertrand del Poggetto akan mendahului kedatangan duta Avignon. Dua inkuisitor terlalu banyak: suatu tanda mereka merencanakan untuk menggunakan argumentasi tentang kebidahan melawan orang Minorit.
"Yang juga lebih buruk," kata William. "Kita akan memperlakukan mereka sebagai orang bidah."
"Tidak, tidak," kata Michael, "mari kita maju dengan hatihati; kita tidak boleh merusak setiap kesepakatan yang mungkin."
"Sejauh yang bisa kulihat," kata William, "meskipun aku juga ikut mengusahakan realisasi pertemuan ini, dan kau tahu itu, Michael, aku tidak percaya orang-orang Avignon akan datang ke sini untuk mencapai hasil positif apa saja. Yohanes menginginkan kau pergi ke Avignon sendirian, dan tanpa jaminan. Tetapi paling sedikit pertemuan itu akan punya satu fungsi: untuk membuat kau memahaminya. Tentunya akan lebih buruk lagi jika kau sudah ke sana sebelum mendapat pengalaman
ini." "Jadi kau sudah bekerja keras, dan selama berbulan bulan, untuk menghasilkan sesuatu yang kau yakin sia-sia," kata Michael dengan pahit.
"Aku diminta, oleh Kaisar dan oleh kau," kata William. "Dan akhirnya akan sama sekali bukan hal yang sia-sia untuk mengenal musuh seseorang secara lebih baik."
Pada saat itu mereka datang untuk memberitahukan bahwa delegasi kedua sudah hampir memasuki biara. Orang-orang Minorit i
tu bangkit dan keluar untuk menemui orang-orang Paus. []
Nona Dalam cerita ini Kardinal del Pogetto tiba, bersama Bernard Gui dan orang Avignon lainnya, dan kemudian masing masing melakukan sesuatu sendiri-sendiri.
Orang-orang yang sudah lama saling kenal, orang-orang yang belum saling kenal tetapi


The Name Of The Rose Karya Umberta Eco di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah mendengar tentang satu sama lain, saling menyapa di halaman, jelas dengan malu-malu. Di samping Abbas, Kardinal Bertrand del Poggetto bersikap seperti orang yang biasa berkuasa, seakan ia sendiri pada dasarnya seorang paus kedua, dan kepada semua orang, khususnya para Minorit, ia membagikan senyum ramah, sambil memberi harapan baik akan tercapainya kesepakatan luar biasa dalam pertemuan esok hari dan terang-terangan menyampaikan keinginan untuk perdamaian dan kebaikan (ia sengaja menggunakan ekspresi yang menyenangkan buat kaum Fransiskan) dari Yohanes XXII.
"Hebat," katanya kepadaku ketika William ber-baik hati untuk memperkenalkan aku sebagai sekretaris dan muridnya. Kemudian ia bertanya apa aku tahu Bologna dan dengan bangga ia menceritakan keindahannya, makanannya yang lezat dan universitasnya yang hebat, sambil mengundangku untuk mengunjungi kota itu, daripada pulang kelak, seperti yang ia katakan, untuk hidup di kalangan bangsa Jermanku yang membuat tuan kita Paus amat menderita.
Kemudian ia mengulurkan cincinnya untuk kucium, sambil tersenyum kepada seseorang yang lain. Karena itu, perhatianku langsung pindah kepada orang yang akhir-akhir ini kudengar banyak dibicarakan: Bernard Gui, seperti orang Prancis menyebutnya, atau di tempat-tempat lain ia dipanggil Bernardo Guidoni atau Bernardo Guido.
Ia seorang Dominikan berusia sekitar tujuh puluh tahun, kurus dan tegak. Aku terpana oleh matanya yang kelabu, mampu menatap tanpa ekspresi apa-apa; nantinya aku akan melihat mata itu sering mengilat dengan cahaya membingungkan, pintar dalam menyembunyikan sekaligus dalam menyampaikan pikiran dan kegairahannya secara terbuka.
Selama acara penyambutan dan saling menyapa itu, Bernard Gui tidak menunjukkan kasih sayang atau keramahan seperti lainnya, tetapi selalu dan cuma sekadar sopan. Waktu bertemu Ubertino, yang sudah ia kenal, ia bersikap amat tak acuh, tetapi menatapnya dalam suatu cara yang membuatku bergidik gelisah. Waktu menyapa Michael dari Cesena, senyumnya sukar ditebak, dan ia menggumam tanpa kehangatan, "Kau sudah lama ditunggu di sana," suatu kalimat yang di dalamnya
aku tidak bisa menangkap suatu isyarat senang sekali atau agak ironis, bukan semacam perintah atau, dalam hal itu, suatu saran menarik. Ia bertemu William, dan waktu tahu siapa dia, ia memandangnya dengan sopan tetapi bermusuhan: bukan karena wajahnya menutupi perasaan rahasianya, aku yakin itu (bahkan meskipun aku tidak yakin bahwa ia menunjukkan perasaan sama sekali), tetapi karena ia pasti menginginkan William merasa bahwa ia bermusuhan. William membalas sikap bermusuhan itu, sambil tersenyum kepadanya dengan keramahan yang berlebihan dan berkata, "Sudah lama aku ingin bertemu seseorang yang ketenarannya sudah merupakan pelajaran bagiku dan suatu saran untuk banyak keputusan penting yang sudah mengilhami hidupku."
Sudah jelas merupakan kata-kata memuji, hampir menyanjung, bagi siapa saja yang tidak tahu, namun Bernard tahu betul, bahwa salah satu keputusan terpenting dalam hidup William adalah meninggalkan kedudukannya sebagai inkuisitor. Aku mendapat kesan bahwa, andaikan William akan dengan senang melihat Bernard dalam suatu penjara kerajaan, sudah tentu Bernard akan senang melihat William tiba-tiba direnggut oleh kematian yang tidak disengaja dan mendadak; dan karena pada hari-hari itu Bernard memimpin pasukan bersenjata, aku mengkhawatirkan jiwa guruku yang baik itu.
Tentunya Bernard sudah diberi tahu oleh Abbas tentang kejahatan yang terjadi di biara itu.
Nyatanya, sambil pura-pura mengabaikan racun dalam kata-kata William, ia berkata, "Kelihatannya bahwa sekarang, sesuai dengan permintaan Abbas, dan dengan tujuan memenuhi misi yang dipercayakan kepadaku menurut persyaratan kesepakatan yang menyatukan kita semua
di sini, aku harus melibatkan diriku sendiri dengan beberapa kejadian amat menyedihkan yang di dalamnya nyata sekali ada bau busuk Setan. Ini kukatakan kepadamu karena aku tahu bahwa dulu sekali, waktu kau lebih dekat denganku, kau berjuang seperti yang sudah kulakukan dan seperti mereka yang seperti aku dalam padang itu di mana kekuatan kebaikan disiapkan melawan kekuatan kejahatan."
"Betul," kata William dengan kalem, "tetapi kemudian aku menyeberang ke sisi lain."
Bernard menerima baik pukulan itu. "Dapatkah kau menceritakan kepadaku apa saja yang bisa membantu tentang perbuatan kriminal tersebut""
"Sayang sekali, tidak," jawab William sopan. "Aku tidak mempunyai pengalamanmu di bidang perbuatan kriminal."
Mulai saat itu aku kehilangan jejak setiap orang. William, setelah mengobrol lagi dengan Michael dan Ubertino, mengundurkan diri ke skriptorium. Ia minta izin Maleakhi untuk memeriksa bukubuku tertentu, tetapi aku tidak bisa mendengar judulnya. Maleakhi memandangnya dengan aneh tetapi tidak bisa tidak memberi izin.
Anehnya, buku-buku itu tidak perlu dicari dalam perpustakaan.
Semuanya sudah ada di atas meja Venantius, semuanya. Guruku begitu asyik membaca, dan aku memutuskan untuk tidak mengganggunya.
Aku turun ke dapur. Di sana aku melihat Bernard Gui. Mungkin ia ingin memahami peta biara itu dan berjalan ke mana-mana. Aku mendengar dia menginterogasi para tukang masak dan pembantu lainnya, dengan dialek setempat yang diperbarui. (Aku ingat bahwa ia sudah pernah menjadi inkuisitor di Italia Utara.) Tampaknya ia minta informasi tentang panenan, organisasi kerja di biara itu.
Namun bahkan sementara mengajukan pertanyaan yang paling tidak berbahaya, ia akan memandang teman bicaranya dengan mata menembusi, lalu akan secara tiba-tiba mengajukan pertanyaan lain, dan pada saat itu korbannya akan pucat dan bicara dengan terbatabata.
Aku menyimpulkan bahwa, dengan suatu cara istimewa, ia tengah melakukan suatu inkuisisi, dan tengah memanfaatkan suatu senjata amat kuat yang, dalam melaksanakan fungsinya, dimiliki dan dipakai oleh setiap inkuistor: yakni rasa takut orang lain.
Karena setiap orang, kalau ditanyai, biasanya menceritakan kepada inkuisitor, karena takut dicurigai tentang sesuatu, apa pun yang bisa membuat seseorang lain dicurigai.
Selama sisa malam itu, karena berjalan berkeliling pelanpelan, aku melihat Bernard terus melanjutkan gayanya ini, entah di kilang atau di kloster. Tetapi ia hampir tidak pernah menghadapi
para rahib: selalu saudara-saudara awam atau petani. Sampai sejauh ini, itu berlawanan dengan strategi William. []
Vespers Dalam cerita ini Alinardo seakan mau memberi informasi berharga dan William mengungkapkan metodenya untuk sampai pada suatu kemungkinan kebenaran melalui serangkaian kesalahan yang tidak bisa diragukan.
Nantinya William turun dari skriptorium dengan gembira. Sementara menunggu saat
makan malam, kami bertemu Alinardo di kloster.
Karena ingat akan permintaannya, sehari sebelumnya aku sudah mengambil sedikit kacang dari dapur dan memberikannya kepadanya.
Ia mengucapkan terima kasih sambil memasukkan kacang itu ke dalam mulutnya yang ompong, mulut yang berliur. "Kau lihat, Nak"" katanya.
"Mayat yang lain juga terbaring di mana buku itu sudah mengumumkan akan terjadi .... Sekarang tunggu bunyi sangkakala keempat!"
Aku bertanya kenapa ia mengira bahwa kunci urutan kejahatan itu terletak dalam Kitab Wahyu. Ia memandangku keheranan, "Buku rasul Yohanes itu menawarkan kunci untuk segala sesuatu!" Dan dengan seringai pahit ia menambahkan, "Aku tahu itu, sudah lama sekali aku bicara banyak tentang itu .... Aku adalah orang, kau tahu, yang
menyarankan kepada Abbas ... Abbas waktu itu ... untuk mengumpulkan sebanyak mungkin komentar tentang Kitab Wahyu. Waktu itu aku mau jadi pustakawan ... tetapi kemudian Abbas yang lain itu berhasil pergi sendiri ke Silos, di mana ia menemukan naskahnaskah paling bagus, dan ia pulang dengan barang rampasan yang luar biasa .... Oh, dia tahu di mana harus mencarinya; ia juga menguasai bahasa orang kafir .... Dan dengan begitu
, perpustakaan itu ia urus sendiri, dan bukan aku. Tetapi Tuhan menghukumnya, dan mengirimnya ke kerajaan kegelapan sebelum saatnya. Ha ha Ia tertawa menjijikkan, lelaki
tua yang sampai saat itu tersesat dalam kesalehan usia tuanya, bagiku terlihat seperti seorang anak kecil yang masih murni.
"Siapa rahib yang tengah kaubicarakan"" tanya William.
Ia memandang kami, terpana. "Siapa yang kubicarakan Aku tidak ingat ... itu sudah lama sekali. Tetapi Tuhan menghukum, Tuhan memusnahkan, Tuhan bahkan memperburam ingatan. Banyak tindakan angkuh dilakukan di perpustakaan itu. Terutama setelah perpustakaan itu jatuh ke tangan orang asing. Tuhan masih terus menghukum
Kami tidak bisa mengorek lebih jauh dari dia, dan kami meninggalkannya ke dalam lamunannya yang tenang dan pahit itu. William menyatakan dirinya amat tertarik dalam percakapan itu, "Alinardo adalah orang yang harus didengarkan; setiap kali bicara, ia mengatakan sesuatu yang
menarik." "Apa yang ia katakan kali ini""
"Adso," kata William, "menyelesaikan suatu misteri, tidak sama dengan mengambil dari prinsip-prinsip pertama. Juga tidak sekadar menumpuk untuk mengumpulkan sejumlah data khusus dari situ untuk menarik suatu hukum umum. Ini justru lebih berarti, ambil satu atau dua data khusus yang jelas tidak mengandung sesuatu yang sama, dan sambil mencoba membayangkan apakah data itu bisa mewakili begitu banyak contoh dari suatu hukum umum yang belum kauketahui, dan mungkin belum pernah disebarluaskan. Untuk pastinya, jika kau tahu, seperti dikatakan para filsuf, bahwa manusia, kuda, dan keledai semua bisa bertahan hidup lama tanpa empedu, maka kau bisa membuat spekulasi dari prinsip bahwa binatang tanpa empedu bisa hidup lama. Tetapi coba ambil contoh binatang bertanduk. Mengapa mereka bertanduk" Tiba-tiba kau menyadari bahwa semua binatang bertanduk tidak punya gigi pada rahang atasnya. Ini suatu penemuan yang bagus, jika kau juga belum menyadari bahwa, astaga, ada binatang yang rahang atasnya tidak bergigi yang, toh, tidak bertanduk: misalnya saja, unta.
Dan akhirnya kau menyadari bahwa semua binatang yang rahang atasnya tak bergigi punya empat perut. Nah, kalau begitu, kau bisa menduga bahwa binatang yang tidak bisa mengunyah dengan baik tentu memerlukan empat perut untuk mencernakan makanan dengan lebih baik. Tetapi
bagaimana dengan tanduk" Kau lalu membayangkan alasan material untuk tanduk itu katakanlah, kekurangan gigi melengkapi binatang itu dengan suatu ekses benda keras yang harus muncul di tempat lain. Tetapi apa penjelasan itu cukup" Tidak, karena unta tidak punya gigi pada rahang atas, punya empat perut, tetapi tidak punya tanduk. Dan kau juga harus membayangkan suatu alasan terakhir. Benda keras itu hanya muncul dalam bentuk tanduk dalam binatang yang tidak punya cara pembelaan yang lain. Tetapi unta punya kulit yang amat keras dan tidak memerlukan tanduk. Jadi, hukumnya bisa
"Tetapi apa hubungan tanduk itu dengan apa saja"" tanyaku tidak sabar. "Dan mengapa Anda memikirkan binatang yang punya tanduk""
"Aku sendiri tidak pernah memikirkannya, tetapi Uskup Lincoln amat tertarik kepada itu, sementara mengikuti ide dari Aristoteles. Jujur saja, aku tidak tahu apakah kesimpulannya benar, aku juga belum pernah memeriksa di mana letak gigi unta atau berapa banyak perutnya. Aku hanya mau mengatakan kepadamu bahwa pencarian tentang hukum-hukum yang tidak bisa dijelaskan dalam fakta alami dikerjakan dalam suatu gaya yang meletihkan. Di hadapan beberapa fakta yang tidak bisa dijelaskan itu kau harus berusaha membayangkan banyak hukum umum, yang tidak kauketahui hubungannya dengan faktamu. Lalu tiba-tiba, dalam hubungan yang tidak terduga dari suatu hasil, suatu situasi khusus, dan salah satu hukum ini, kau mendapat
suatu garis penalaran yang kelihatannya lebih meyakinkan daripada lain-lainnya. Coba kauterap-kan itu pada semua kasus yang serupa, gunakan itu untuk membuat prediksi, dan kau akan tahu bahwa intuisimu betul. Tetapi sebelum kau mencapai ujungnya, kau tidak akan pernah tahu prediksi mana yang bisa dimasukkan ke dalam penalaranmu dan mana yang h
arus dibuang. Dan ini yang sedang kukerjakan sekarang. Aku menjajar begitu banyak unsur yang terpisah-pisah dan melakukan spekulasi dengan beberapa hipotesis. Aku harus banyak berspekulasi, dan banyak di antaranya yang begitu absurd sehingga aku tentu malu menceritakannya kepadamu. Kau lihat, dalam kasus Brunellus, waktu aku melihat tanda-tanda, aku memikirkan banyak hipotesis yang berlawanan dan melengkapi: mungkin itu seekor kuda yang melarikan diri, mungkin juga Abbas telah mengendarai kuda bagus untuk menuruni lereng gunung, bisa jadi bahwa seekor kuda, Brunellus, telah meninggalkan jejak dalam salju dan kuda lain, Favellus, sehari sebelumnya, bulu ekornya tersangkut di semak-semak, dan mungkin ada orang yang mematahkan ranting-ranting itu.
Aku baru tahu hipotesis mana yang benar ketika melihat Kepala Gudang dan para pelayan sibuk mencari-cari. Maka aku paham bahwa hipotesis tentang Brunellus itu yang betul, dan aku berusaha membuktikannya bahwa itu betul, dengan mengatakan begitu kepada para rahib itu. Aku menang, tetapi mungkin saja bisa kalah. Yang
lain-lainnya percaya bahwa aku bijaksana karena aku menang, tetapi mereka tidak tahu bahwa beberapa detik sebelum aku menang, aku tidak yakin aku tidak akan kalah. Nah, untuk kejadiankejadian di biara ini, aku punya banyak hipotesis bagus, tetapi tidak ada fakta jelas yang memungkinkan aku untuk mengatakan mana yang terbaik. Jadi, daripada nantinya tampak bodoh, aku tidak mau tampak pintar sekarang. Biarkan aku tidak memikirkan apa-apa lagi, paling sedikit sampai besok pagi."
Saat itu aku mengerti metode penalaran guruku, dan bagiku tampak cukup berbeda dari metode filsuf itu, yang membuat penalaran melalui prinsip pertama, sehingga inteleknya hampir mengambil cara-cara intelek suci. Aku memahami bahwa, kalau tidak punya jawaban, William mengusulkan banyak jawaban kepada dirinya sendiri, satu dari lainnya amat berbeda. Aku tetap bingung.
"Tetapi kalau begitu aku mencoba mengomentari, "Anda masih jauh dari penyelesaian
"Oh, sudah amat dekat," kata William, "tetapi aku tidak tahu yang mana."
"Jadi, Anda tidak punya satu jawaban tunggal untuk masalah itu""
"Adso, jika sudah punya, seharusnya aku mengajar teologi di Paris."
"Apa di Paris mereka selalu punya jawaban yang benar""
"Tidak pernah," kata William, "tetapi mereka a-mat yakin akan kesalahan mereka."
"Dan guru sendiri," kataku dengan kebandelan anak kecil, "tidak pernah melakukan kesalahan""
"Sering," jawabnya. "Tetapi daripada hanya menarik satu jawaban, aku justru membayangkan banyak, maka tidak ada yang memperbudak diriku."
Aku mendapat kesan bahwa William sama sekali tidak tertarik kepada kebenaran itu, yang bukan apa-apa kecuali penyesuaian antara benda itu dan intelek itu. Sebaliknya, ia menghibur diri dengan membayangkan betapa banyak peluang yang mungkin ada.
Pada saat itu, aku mengakui, aku putus asa dengan guruku dan ternyata aku berpikir, "Ada baiknya inkuisitor itu sudah datang."
Aku memihak kehausan akan kebenaran yang mengilhami Bernard Gui itu.
Dan dalam suasana hati yang patut dicela ini, lebih buruk daripada Yudas pada malam Kamis Putih, aku pergi bersama William ke ruang makan untuk menyantap makan malamku. []
Komplina Dalam cerita ini Salvatore menceritakan tentang suatu mantra yang amat manjur.
Makan malam bagi para duta itu luar biasa. Abbas itu pasti tahu betul kelemahan manusia sekaligus kebiasaan dewan kepausan (yang, perlu kukatakan, tidak membuat kaum Minorit dari Bruder Michael tidak senang). Tukang masak sudah memberi tahu kami bahwa babi yang baru saja disembelih akan menghasilkan puding darah menurut resep Monte Cassino. Tetapi kematian Venantius yang mengerikan telah mengharuskan mereka membuang semua darah babi itu, meskipun akhirnya mereka harus menyembelih beberapa ekor babi lagi. Aku yakin bahwa pada masa itu setiap orang tidak menyukai ide tentang menyembelih ciptaan Allah. Bagaimanapun juga, kami disuguhi daging merpati cincang, dicelup dalam anggur hasil kawasan itu, kelinci panggang, kue Santa Clara, nasi dengan kenari dari perbukitan hidangan mas
a puasa, yaitu tart boras, zaitun isi, keju goreng, daging domba saus merica, kacang putih, dan manisan, kue Santo
Bernard, pai Sinterklas, kue bola Santa Lusia, dan anggur, dan minuman rempah yang membuat setiap orang gembira, bahkan Bernard Gui yang biasanya serius: minuman obat dari lemon verbena, anggur kacang amandel, anggur antiencok, dan anggur gentian.
Akhirnya, semua berdiri dengan amat bahagia, ada yang bilang tidak enak badan sebagai alasan untuk tidak ikut komplina. Tetapi Abbas itu tidak melarang. Tidak semua punya hak istimewa dan kewajiban yang oleh ordo kami dianggap suci itu.
Setelah para rahib itu meninggalkan ruang makan, rasa ingin tahuku membuatku tinggal lebih lama di dapur, di mana mereka mulai bersiap-siap untuk mengunci pintu dapur selama malam hari.
Aku melihat Salvatore menyelinap ke arah kebun sambil mengempit sebuah bungkusan. Aku jadi lebih ingin tahu lagi. Aku mengikuti dan memanggilnya. Ia berusaha menghindariku, tetapi ketika kutanyakan ia menjawab bahwa dalam bungkusan itu (yang bergerakgerak seakan berisi sesuatu yang hidup) ia membawa seekor kadal.
"Basilischium gua! Raja ular naga, begitu penuh racun sampai seluruhnya racun! Che dicam, il veleno, bahkan sengatnya keluar racun dan bisa membunuhmu! Meracunimu ... Dan ia punya bintik hitam pada punggungnya, dan kepala seperti gadis cantik, dan setengah tegak di atas tanah, dan setengah melata seperti ular lainnya. Dan ia membunuh bellula
"Bellula""
"Oh! Binatang parvissimum, cuma sedikit agak panjang daripada tikus, dan juga disebut tikus kesturi. Dan begitulah ular dan botta itu. Dan kalau mereka menggigitnya, bellula itu lari ke fenicula atau ke cicerbita dan mengunyahnya, dan kembali ke battaglia. Dan mereka bilang ini keluar lewat oculi, tetapi kebanyakan bilang mereka salah."
Aku menanyakan buat apa kadal itu, dan ia bilang itu urusannya sendiri. Karena sekarang aku benar-benar ingin tahu, aku bilang bahwa hari-hari itu, dengan semua kematian itu, seharusnya jangan ada rahasia lagi dan aku akan bilang kepada William. Lalu Salvatore memohon dengan keras untuk tetap diam, sambil membuka bungkusan itu, dan menunjukkan kepadaku seekor kucing hitam. Ia menyuruhku mendekat dan, dengan senyum cabul, bilang bahwa ia tidak ingin Kepala Gudang, yang kuat, atau aku, muda dan tampan, menikmati cinta gadis desa lagi, sedangkan ia tidak bisa karena buruk rupa dan malang. Tetapi ia tahu suatu mantra manjur yang bisa menaklukkan setiap perempuan. Kau harus membunuh seekor kucing hitam dan mengeluarkan kedua matanya, lalu menaruhnya dalam dua telur dari seekor ayam hitam, satu mata dalam satu telur, satu dalam telur lainnya (dan ia telah menunjukkan kepadaku dua butir telur yang ia bersumpah sudah diambil dari ayam yang betul). Lalu kau harus membiarkan telur-telur itu membusuk dalam tumpukan kotoran kuda (dan ia sudah membuat sebuah tumpukan di suatu pojok yang tidak dilewati orang), dan seekor
setan kecil akan lahir dari masing-masing telur, dan nanti akan melayanimu, menyediakan bagimu semua kesenangan dunia ini. Tetapi, astaga, katanya kepadaku, agar mantra ajaib ini bisa berhasil, perempuan yang cintanya ia inginkan harus meludahi telur itu sebelum ditanam di dalam kotoran, dan masalah itu membuatnya gelisah, karena ia harus menemukan perempuan yang ia inginkan malam itu, dan menyuruh perempuan itu melakukan ritual tersebut tanpa tahu maksudnya.
Tiba-tiba diriku serasa panas, di wajah, atau perut, atau dalam seluruh tubuhku, dan dengan suara lirih aku bertanya apa malam itu ia akan mengajak masuk gadis yang sama. Ia tertawa, menertawakan diriku, dan menuduhku sungguh-sungguh tercengkam oleh nafsu yang besar (aku bilang tidak, aku hanya ingin tahu saja), dan kemudian ia bilang bahwa ada banyak perempuan di desa, dan ia bisa mengajak perempuan lain, jauh lebih cantik daripada yang kusukai. Kukira ia berbohong kepadaku agar aku pergi. Dan toh apa yang harus kulakukan" Mengikutinya sepanjang malam, sementara William menungguku untuk masalah yang amat berbeda" Dan sekali lagi bertemu dengan gadis itu (andaikan dia perempuan betul) yang sel
eraku mendorongku mendekatinya sementara akal sehatku mendorongku menjauh dan yang seharusnya tidak pernah kutemui lagi meskipun aku memang berkeinginan menemuinya lebih lanjut" Sudah pasti tidak. Jadi, aku membujuk diriku sendiri bahwa Salvatore tidak
bohong, sejauh berkaitan dengan perempuan.
Atau mungkin ia mau berbohong tentang segalanya, dan mantra yang ia jelaskan hanyalah fantasi dari pikirannya yang naif dan takhayul, dan ia tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Aku jadi jengkel terhadapnya, dengan kasar kukatakan kepadanya bahwa malam itu lebih baik ia pergi tidur karena para pemanah akan berpatroli di dalam biara. Ia berkata bahwa ia kenal biara ini lebih baik daripada para pemanah, dan kabut akan membuat tak seorang pun bisa melihat siapa saja. Memang, katanya kepadaku, kalau aku lari sekarang, kau tidak akan bisa melihatku lagi, bahkan jika aku menikmati gadis yang kauinginkan di tempat yang cuma dua kaki jauhnya. Ia mengungkapkan dirinya sendiri dengan kata-kata yang berbeda, tetapi ini maksud kata-katanya. Aku pergi dengan marah, karena tidak ada gunanya bagiku, yang seorang novis dan bangsawan, bertengkar dengan orang semacam itu.
Aku bergabung dengan William dan kami melakukan apa yang harus dikerjakan. Yaitu, mengikuti komplina di samping gang-tengah gereja, sehingga kalau ibadat itu selesai, kami akan siap melaksanakan perjalanan kami yang kedua (bagiku yang ketiga) kedalam isi perut labirin itu. []
Setelah Komplina Dalam cerita ini mereka mengunjungi labirin lagi, mencapai ambang dari finis Africa, tetapi tidak bisa masuk karena tidak tahu maksud dari yang pertama
dan yang ketujuh dari empat itu, dan akhirnya, meskipun dia terpelajar, penyakit cinta Adso kambuh.
Kunjungan ke perpustakaan itu menuntut
kerja berjam-jam. Kalau dijelaskan dengan -kata-kata, pembuktian yang ingin kami lakukan itu sederhana, tetapi perjalanan kami dengan penerangan lampu sambil membaca tulisan pada perkamen, menandai gang-gang dan dinding buntu di atas peta, mencatat tanda-tanda, mengikuti berbagai rute di mana kami menemukan halangan dan permainan celah-celah itu, amat lama. Dan sukar.
Hawanya dingin menggigit. Malam itu tidak ada angin, dan kami tidak mendengar siulan lirih yang telah mengagetkan kami pada malam pertama itu, tetapi udara lembap dan amat dingin masuk dari celah-celah sempit itu. Kami harus mengenakan sarung tangan wol agar bisa menyentuh buku-buku itu tanpa tangan kami jadi kaku.
Tetapi sarung tangan yang kami kenakan adalah yang dipakai untuk menulis pada musim dingin, jadi
ujung jarinya terbuka, dan kadang-kadang kami harus menempelkan jari-jari kami ke dada atau menangkupkannya sambil melompat-lompat setengah beku.
Karena itulah kami tidak bisa mengerjakan seluruh tugas itu secara terus-menerus. Kami berhenti untuk memeriksa kotak-kotak buku, dan sekarang karena William dengan kacamata baru di atas hidungnya bisa membaca buku-buku itu sebentar, pada setiap judul yang ia temukan ia berseru gembira, entah karena ia kenal buku itu, atau karena ia sudah lama mencarinya, atau akhirnya karena belum pernah mendengar judul itu dan amat gembira dan bergairah.
Singkat kata, baginya setiap buku bagaikan seekor hewan luar biasa aneh yang ia temukan dalam suatu negeri asing. Dan sementara membuka-buka halaman suatu naskah, ia menyuruhku mencari yang lain.
"Coba kau lihat apa yang ada di kotak itu!"
Dan aku, sambil menguraikan dan memindah-mindah buku, berkata, "Historia anglorum oleh Bede .... Dan juga oleh Bede, De aedificatione templi, De tabernaculo, De temporibus et computo et chronica et circuli Dionysi, Ortographia, De ratione metrorum, Vita Sancti Cuthberti, Ars metrica..."
"Tentu saja, kumpulan karya lengkap dari orang Mulia .... Dan lihat ini! De rhetorica cognatione, Locorum rhetoricorum distinctio, dan banyak ahli gramatika, Priscian, Honoratus, Donatus, Victorinus,
Metrorius, Eutiches, Servius, Phocas, Asper .... Aneh, mula-mula kupikir ada para penulis dari Anglia .... Mari kita lihat di bawah
"Hisperica ... famina. Apa itu""
"Puisi Hibernia. Dengarkan:
Hoc spumans mundanas obvallat Pelagus oras terrestres amniosis fluctibus cudit margines. Saxeas undosis molibus irruit avionias. Infima bomboso vertice miscet glareas asprifero spergit spumas sulco, sonoreis frequenter quatitur flabris ..."
Aku tidak memahami artinya, tetapi waktu William yang membaca, ia seakan menggelindingkan kata-kata itu dalam mulutnya sehingga seakan terdengar bunyi ombak dan buih laut.
"Dan ini" Aldhelm dari Malmesbury. Dengarkan: 'Primitus pantorum procerum poematorum pio potissimum paternoque presertim privilegio panegiricum poemataque passim prosatori sub polo promulgatas' .... Semua kata tersebut dimulai dengan huruf yang sama!"
"Orang-orang dari kepulauanku semua agak sinting," kata William dengan bangga. "Mari kita lihat kotak lain."
"Virgil." "Apa yang Virgil buat di sini" Virgil apa" Geor-gics""
"Bukan. Epitomae. Aku belum pernah mendengarnya."
"Tetapi ini Virgil dari Toulouse, pakar retorika itu, enam abad setelah kelahiran Tuhan kita. Dia dianggap seorang petapa agung
"Di sini dikatakan bahwa seni adalah poema, rethoria, grama, leporia, dialecta, geometria .... Tetapi dia menulis dalam bahasa apa""
"Latin. Latin hasil temuannya sendiri, yang ia anggap jauh lebih indah. Baca ini; ia bilang bahwa astronomi mempelajari tanda-tanda zodiak, yakni, mon, man, tonte, piron, dameth, perfellea, belgalic, margaleth, lutamiron, taminon, dan raphalut."
"Apa dia sinting""
"Aku tidak tahu: ia bukan berasal dari kepu-lauanku. Dan dengar ini; ia bilang bahwa ada dua belas cara untuk menetapkan api: ignis, coquihabin (quia incocta coquendi habet dictionem), ardo, calax ex calore, fragon ex fragore flammae, rusin de rubore, fumaton, ustrax de urendo, vitius quia pene mortua membra suo vivificat, siluleus, quod de silice siliat, unde et silex non recte dicitur, nisi ex qua scintilla silit. Dan aeneon, de Aenea deo, qui in eo habitat, sive a quo elementis flatus fertur."
"Tetapi tak ada yang bicara seperti itu!"
"Untunglah. Tetapi itu adalah masa-masa ketika, untuk melupakan dunia yang jahat, para pakar gramatika menikmati pertanyaanpertanyaan yang muskil. Aku dikasih tahu bahwa pada masa itu, selama lima belas hari dan lima belas malam, Gabundus dan Terentius, keduanya pakar retorika, berdebat tentang vokatif dari kata 'ego', dan akhirnya mereka saling menyerang, dengan senjata."
"Tetapi ini, juga. Dengar Aku sudah meraih sebuah buku yang diberi ilustrasi begitu indah dengan labirin sayuran di mana kera-kera dan ular mengintip di sela-selanya. "Dengar kata-kata ini: cantamen, collamen, gongelamen, stemiamen, plasmamem, sonerus, alboreus, gaudifluus, glaucicomus
"Kepulauanku," kata William, sekali lagi dengan nada mesra.
"Jangan terlalu keras dengan rahib-rahib dari Hibernia yang jauh itu. Mungkin, jika biara ini ada dan jika kita masih bicara tentang Kerajaan Romawi Suci, kita berutang budi kepada mereka.
Pada waktu itu, Eropa yang selebihnya tinggal setumpuk puing; suatu hari mereka menyatakan semua baptis yang diberikan oleh imam-imam Galilea tertentu tidak sah, karena mereka membaptis 'in nomine patris et filiae'[Dalam nama Bapa dan Putra- penerj.] dan bukan karena mereka mempraktikkan suatu kebidahan baru dan menganggap Yesus seorang perempuan, tetapi karena mereka tidak bisa lagi berbahasa Latin."
"Seperti Salvatore""
"Kira-kira begitu. Orang Viking dari Utara Jauh turun melalui sungai-sungai untuk merampas Roma. Kuil-kuil pemujaan berhala hancur berkeping-keping, dan orang Kristen belum ada. Waktu itu hanya ada rahib Hibernia yang menulis dan membaca, membaca dan menulis, dan menggambar dalam biara mereka, dan kemudian melompat ke dalam perahu-perahu kecil terbuat dari kulit binatang dan
berlayar ke arah tanah-tanah ini dan mengajarkan agama kepada mereka seakan kau orang kafir, paham" Kau sudah pernah ke Bobbio, yang didirikan oleh Santo Columba, salah seorang dari mereka.
Jadi, jangan risau jika mereka menemukan bahasa Latin baru karena melihat sudah tak ada orang yang bisa berbahasa Latin kuno di Eropa. Mereka orang-orang hebat. Santo Brendan sampai ke Kepulauan Blest dan berlayar di sepanjang pant
ai-pantai neraka, di mana ia melihat Judas dirantai pada sebuah batu, dan suatu hari ia berlabuh di suatu pulau dan naik ke darat dan menemukan seekor monster laut. Tentu saja mereka semua gila," ulangnya dengan puas.
"Gambar-gambar ini adalah .... Aku hampir tidak bisa memercayai mataku! Begitu berwarna-warni!" kataku sambil menikmati semuanya.
"Dari suatu negeri yang tidak punya banyak warna, hanya sedikit warna biru dan banyak warna hijau. Tetapi kita tidak boleh berdiri di sini sambil mendiskusikan rahib Hibernia. Apa yang ingin kuketahui adalah mengapa mereka berada di sini bersama orang Inggris dan para pakar gramatika dari negeri lainnya. Lihat petamu; seharusnya kita sekarang berada di mana""
"Dalam ruangan-ruangan dari menara barat. Aku juga sudah menyalin gulungan-gulungan perkamen itu. Jadi, kalau begitu, setelah meninggalkan ruang buntu, kita memasuki ruang heptagonal, dan di situ hanya ada satu jalan ke ruang satu-satunya dari menara itu; hurufnya yang berwarna merah adalah
H. Kemudian kita pergi dari satu ruang ke ruang lainnya, mengelilingi menara, dan kita kembali ke ruang buntu. Urutan huruf-hurufnya berbunyi .... Anda betul! HIBERNI!"
"HIBERNIA, jika dari ruang buntu kita kembali memasuki heptagonal itu, yang, seperti semua lainnya, punya huruf A untuk kata Apocalypsis (Kitab Wahyu), di sana akan ada karya para pengarang dari Ultima Thule, dan juga karya para pakar gramatika dan retorika, karena orang-orang yang mengatur perpustakaan ini berpendapat bahwa seorang pakar gramatika tentunya dekat dengan pakar gramatika Hibernia, bahkan jika berasal dari Toulouse. Ini satu kriteria. Paham" Kita mulai memahami sesuatu."
"Tetapi dalam ruang-ruang menara timur, dari mana kita masuk, kita membaca FONS ... apa artinya""
"Baca petamu dengan cermat. Baca terus huruf dari ruang-ruang selanjutnya, dalam urutan masuknya."
"FONS ADAEU "Bukan, Fons Adae; U adalah ruang buntu timur kedua, aku ingat itu; mungkin itu cocok dimasukkan urutan lain. Dan apa yang sudah kita temukan dalam Fons Adae itu, yang ada, dalam surga dunia itu (ingat bahwa di sana ada ruang dengan altar yang menghadap matahari terbit)""
"Ada banyak kitab Injil di sana, dan komentar tentang kitab Injil, dan hanya buku-buku dari Injil Suci."
"Dan dengan begitu, kau lihat, kata God cocok dengan surga dunia, yang katakan saja letaknya jauh sekali ke arah timur. Dan di sini, ke arah barat: Hibernia."
"Jadi, rancangan perpustakaan ini menghasilkan peta dunia""
"Itu mungkin saja. Dan buku-buku tersebut diatur menurut negeri asal mereka, atau tempat kelahiran pengarangnya, atau, seperti dalam contoh ini, tempat di mana seharusnya pengarang itu lahir. Dalam hati, para pustakawan mengatakan bahwa salah kalau pakar gramatika Virgil lahir di Toulouse; seharusnya ia lahir di negeri Barat. Mereka membetulkan kesalahan alam."
Kami berjalan lagi. Kami melewati serangkaian ruangan yang penuh dengan kitab-kitab Wahyu yang luar biasa, dan salah satunya adalah ruangan di mana aku sudah mendapat penampakan. Memang, kami melihat bara itu lagi dari kejauhan. William mendongakkan hidungnya, dan lari untuk mematikan bara itu sambil meludahi abunya. Lewat sisi yang aman, kami bergegas melewati ruangan itu, tetapi aku ingat bahwa aku sudah melihat Wahyu indah berwarnawarni dengan mulier amicta sole dan naga itu. Kami merekonstruksi urutan ruang-ruang itu, dimulai dari ruang yang kami masuki terakhir, yang dimulai dengan huruf Y yang berwarna merah. Dengan membaca mundur kami mendapat kata YSPANIA, tetapi A yang terakhir juga yang A untuk HIBERNIA. Suatu tanda, kata William, bahwa ada beberapa ruangan yang di
dalamnya disimpan karya-karya yang sifatnya campuran.
Bagaimanapun juga, kawasan yang meliputi YSPANIA agaknya diisi dengan banyak naskah kuno Kitab Wahyu, semua dibikin secara luar biasa, yang dikenali William sebagai seni Hispanik. Kami berpendapat bahwa perpustakaan itu mungkin punya koleksi paling besar dari salinan buku penulis Injil yang masih ada di Kerajaan Kristiani, dan banyak sekali komentar atas naskah tersebut. Bukubuku yang besar hanya memuat ko
mentar Kitab Wahyu oleh Beatus dari Liebana. Teks tersebut kurang lebih selalu sama, tetapi gambar-gambarnya amat bervariasi dan fantastis. William mengenali beberapa yang ia duga sebagai gambaran para pelukis paling hebat dari kawasan Asturia: Magius, Facundus, dan lain-lainnya.
Sementara meneliti ini dan mengobservasi lainnya, kami tiba di menara selatan, yang sudah kami datangi malam sebelumnya. Ruang S dari YSPANIA tak berjendela menuju ke dalam suatu ruang E, dan setelah pelan-pelan kami mengelilingi lima ruang dari menara itu, kami sampai pada yang terakhir, tanpa jalan lainnya, yang punya huruf merah L. Dengan membaca mundur lagi kami menemukan kata LEONES.
"Leones: selatan. Pada peta kita, kita berada di Afrika, hie sunt leones.[Di sini ada singa/berbahaya- penerj.] Dan ini menjelaskan mengapa kita telah menemukan begitu banyak teks karya penulis kafir."
"Dan masih ada lebih banyak," kataku sambil mencari-cari dalam kotak-kotak itu. "Canon tulisan Avicena, dan naskah kuno dengan kaligrafi indah yang tidak kukenali
"Dari hiasannya aku berani mengatakan itu sebuah Al Qur'an, tetapi sayangnya aku tidak bisa bahasa Arab."
"Al-Qur'an, Kitab Injil orang kafir, suatu buku jahat
"Suatu buku yang berisi suatu kebijaksanaan yang berbeda dari kebijaksanaan kita. Tetapi kau mengerti mengapa mereka menaruhnya di sini, di mana ada singa dan monster-monster. Itulah sebabnya kita menganggap buku itu tentang binatang buas, di mana kau juga menemukan unicorn. Tempat yang dinamai LEONES ini berisi bukubuku yang oleh para pencipta perpustakaan ini dianggap buku kebohongan.
Di sana itu apa""
"Buku-buku Latin, tetapi karya orang Arab. Ay-yub al Ruhawi, suatu risalat tentang hidrofobia anjing. Dan ini buku tentang kekayaan. Dan ini De aspectibus oleh Alhazen
"Kau lihat, di antara buku tentang monster dan kebohongan mereka juga menaruh karya-karya sains yang harus banyak dipelajari oleh orang Kristen. Itulah cara berpikir mereka waktu perpustakaan ini dibangun
"Tetapi kenapa mereka juga menaruh sebuah buku dengan unicorn di antara buku kebohongan"" tanyaku.
"Jelaslah bahwa pembangun perpustakaan ini punya ide-ide aneh.
Mereka tentunya percaya bahwa buku ini, yang bicara tentang hewan dan binatang buas fantastis yang tinggal di negeri-negeri amat jauh, termasuk dalam katalog kebohongan yang disebarkan oleh orang kafir
"Tetapi apa unicorn itu suatu kebohongan" Ia binatang paling cantik dan suatu simbol agung. Ini mewakili Kristus, dan kemurnian; ia hanya bisa ditangkap dengan meletakkan seorang perawan dalam hutan, sehingga hewan itu, karena menangkap wanginya yang paling murni, akan datang dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan perawan itu, sambil menawarkan dirinya dijadikan mangsa pemburu yang kejam."
"Konon begitu, Adso. Tetapi banyak yang cenderung percaya bahwa itu dongeng binatang, penemuan para penyembah berhala."
"Sungguh mengecewakan," kataku. "Aku akan senang bertemu dengan seekor unicorn kalau lewat hutan. Kalau tidak, apa sih senangnya lewat hutan""
"Binatang itu belum tentu tidak ada. Mungkin bentuknya berbeda dari gambar dalam buku-buku itu. Seorang Venesia yang melakukan perjalanan ke tanah-tanah yang jauh, hampir sampai di firdaus bumi seperti yang digambarkan dalam peta-peta itu, dan ia melihat beberapa unicorn. Tetapi menurutnya binatang itu ternyata kasar dan kikuk, dan amat jelek dan hitam. Aku yakin ia melihat seekor binatang nyata dengan sepucuk tanduk
pada keningnya. Mungkin itu binatang yang sama dengan yang mula-mula digambarkan dengan amat persis oleh para ahli kuno. Mereka tidak pernah sepenuhnya salah, dan telah mendapat kesempatan dari Tuhan untuk melihat hal-hal yang belum kita lihat. Kemudian, deskripsi ini, disampaikan dari satu pelukis ke lain pelukis, berubah lewat latihan-latihan imajinatif yang berurutan, dan jadilah unicorn seekor binatang yang ajaib, putih dan lembut. Jadi, jika kau mendengar bahwa ada seekor unicorn di hutan, jangan pergi ke sana bersama seorang perawan: binatang itu mungkin lebih mirip dengan gambaran orang Venesia itu daripada yang digambarkan dalam buku ini."
"Tetapi, apakah para ahli kuno itu kebetulan menerima wahyu tentang sifat unicorn yang sebenarnya dari Tuhan""
"Bukan wahyu: pengalaman. Mereka cukup mujur karena lahir di negeri tempat unicorn hidup, atau pada masa-masa ketika unicorn hidup di negeri kita sendiri."
"Kalau begitu, bagaimana kita memercayai kebijaksanaan kuno, yang jejaknya selalu Anda cari, jika itu di sampaikan oleh bukubuku bohong yang telah menginterpretasikannya secara bebas seperti itu""
"Buku tidak dibuat untuk dipercayai, tetapi untuk dipertanyakan. Dalam mempertimbangkan sebuah buku, kita tidak boleh bertanya dalam hati, apa yang dikatakannya, tetapi apa yang dimaksudkannya, suatu dalil yang dengan jelas
dipikirkan oleh para komentator buku-buku suci itu. Unicorn itu, seperti yang diceritakan oleh buku-buku tersebut, mengandung suatu kebenaran moral, atau alegorikal, atau analogikal, tetapi yang tetap merupakan kebenaran, seperti ide bahwa ketidaktahuan adalah suatu kebajikan agung. Tetapi akan halnya kebenaran harfiah yang mempertahankan ketiga kebenaran lainnya itu, kita masih harus mempelajari pengalaman asli apa yang melahirkan tulisan itu.
Objek harfiah itu harus didiskusikan, bahkan jika artinya yang lebih tinggi tetap baik. Dalam suatu buku, dituliskan bahwa intan hanya bisa dipotong dengan darah seekor kambing jantan. Guruku yang agung, Roger Bacon, bilang bahwa itu tidak betul, sekadar karena ia sudah mencoba tetapi gagal. Namun, jika hubungan antara sebutir intan dan darah kambing punya arti yang lebih mulia, itu tetap betul."
"Jadi, kebenaran yang lebih tinggi dapat diungkapkan meskipun tulisan itu bohong," kataku. "Namun, aku sedih memikirkan bahwa unicorn ini tidak ada, atau tidak pernah ada, atau suatu hari tidak akan ada lagi."
"Adalah terlarang untuk membuat batasan atas kemahaesaan Tuhan, dan jika Tuhan berkehendak begitu, unicorn juga bisa ada.
Tetapi jangan sedih, unicorn ada dalam buku-buku ini, yang, jika tidak bicara tentang keberadaannya yang nyata, tentu tentang kemungkinan keberadaannya."
"Kalau begitu, apa kita lalu harus membaca buku tanpa kepercayaan, padahal itu suatu kebajikan teologis""
"Juga ada dua kebajikan teologis lainnya. Harapan bahwa yang mungkin itu sekarang ada. Dan kemurahan hati, kepada mereka yang percaya dalam iman yang baik bahwa yang mungkin itu dulu ada."
"Apa manfaat unicorn bagi Anda jika intelek Anda tidak memercayainya""
"Bagiku manfaatnya sama dengan manfaat jejak-jejak Venantius di salju setelah ia diseret ke belanga babi itu. Unicorn dari buku-buku itu seperti sebuah jejak. Jika jejak itu ada, tentunya ada sesuatu yang memiliki jejak itu."
"Tetapi Anda bilang lain dari jejak."
"Tentu saja. Jejak itu tidak selalu punya bentuk yang sama seperti tubuh yang meninggalkannya, dan tidak selalu berasal dari tekanan suatu tubuh. Berkali-kali ini menghasilkan kembali kesan suatu tubuh yang hanya ada dalam pikiran kita: itu adalah jejak dari suatu ide. Ide adalah tanda dari hal-hal, dan gambaran adalah tanda dari ide itu, tanda dari suatu tanda. Tetapi dari gambar yang kurekons-truksi, jika bukan jejak tubuh itu, jejak ide yang dipunyai oleh lain-lainnya."
"Dan ini cukup bagi Anda""
"Tidak, karena pengetahuan yang betul tidak boleh puas dengan ide-ide, yang adalah, memang, tanda-tanda, tetapi harus menemukan hal-hal dalam kebenaran pribadinya. Dan dengan begitu aku
ingin kembali dari jejak suatu jejak kepada seekor unicorn yang berada pada awal rantai itu. Seperti aku ingin kembali dari tanda-tanda tidak jelas yang ditinggalkan oleh pembunuh Venantius (yang mengacu kepada banyak hal) kepada tanda-tanda dari seorang pribadi saja, pembunuh itu sendiri. Tetapi ini tidak selalu mungkin dikerjakan dalam waktu singkat, dan tanpa bantuan tandatanda lain."
"Kalau begitu aku bisa selalu dan hanya bicara tentang sesuatu yang bicara kepadaku tentang sesuatu yang lain, dan seterusnya.
Tetapi sesuatu yang terakhir itu, yang paling betul apa itu tidak pernah ada""
"Mungkin ada: itu adalah unicorn individual tersebut. Dan jangan khawatir, suatu hari kau akan menemuinya, entah itu mungkin jelek ata
u hitam." "Unicorn, singa, pengarang Arab, dan Moor pada umumnya," kataku saat itu, "tidak heran inilah Afrika yang dibicarakan oleh para rahib."
"Memang tidak diragukan lagi. Dan jika memang itu, kita harus menemukan para penyair Afrika yang disebutkan oleh Pacificus dari Tivoli."
"Dan nyatanya, kalau kita sudah melacak lagi langkah kita dan kembali ke ruang L lagi, kita menemukan koleksi buku karya Floro, Fronto, Apuleius, Martianus Capella, dan Fulgentius dalam satu kotak."
"Jadi, inilah seharusnya tempat yang oleh Berengar dikatakan sebagai penjelasan dari suatu rahasia tertentu," kataku.
"Hampir di sini. Ia menggunakan ungkapan 'finis
Africae', dan inilah ungkapan yang membuat Maleakhi amat marah. Finis itu mungkin ruang terakhir ini, kecuali..." Ia berseru, "Demi tujuh gereja dari Clonmacnois! Apa kau tidak memerhatikan sesuatu"" "Apa""
"Ayo kita kembali ke ruang S, tempat kita mulai tadi!"
Kami kembali ke ruang buntu yang pertama, di mana baitnya berbunyi "Super thronos viginti quatuor". Ruang itu punya empat celah pada dinding. Satu menuju ruang Y, yang pintunya membuka ke bagian dalam oktagon. Yang lain menuju ruang P, yang melanjutkan, sepanjang teras luar, urutan YSPANIA. Celah itu menghadap menara menuju ruang E, yang baru saja dilewati. Kemudian ada sebuah dinding kosong, dan akhirnya satu celah yang menuju ruang buntu kedua dengan tanda U. Ruang S adalah ruang yang ada cerminnya untungnya cermin itu pada dinding yang persis di kananku, kalau tidak tentu aku tercekam ketakutan lagi.
Sementara memandang petaku dengan cermat, aku menyadari keanehan dari ruang itu. Seperti ruang-ruang buntu dari ketiga menara lainnya, seharusnya ini menuju ke ruang heptagonal pusat.
Jika tidak, jalan masuk ke heptagon itu tentunya berada di ruang buntu sebelahnya, ruang U. Tetapi ruang ini, yang melalui satu celah memasuki ruang T dengan satu jendela pada oktagon itu, dan lewat ruang lain yang dihubungkan dengan ruang S, punya tiga dinding yang dipenuhi kotak buku. Sambil memandang sekeliling, kami menetapkan
bahwa sekarang jelas dari peta itu: untuk alasan logika maupun simetri ketat, menara itu seharusnya punya ruang heptagon, tetapi tidak ada.
"Tidak ada," kataku. "Ruang semacam itu tidak ada."
"Tidak, bukan begitu. Jika tidak ada heptagon, ruang ruang lain tentu akan lebih besar, sedangkan ruang-ruang itu sedikit banyak ukurannya sama dengan ruang-ruang seberang yang paling ujung. Ruang itu ada, tetapi tidak dapat dimasuki."
"Ditutup dinding""
"Mungkin saja. Dan di sana ada finis Africae itu, itulah tempat di mana rahib-rahib yang sekarang sudah mati bergentayangan, karena masih ingin tahu. Ini ditutup dinding, tetapi tidak berarti tidak punya jalan masuk. Memang, jelas ada, dan Venantius sudah menemukannya, atau mendapatkan deskripsinya dari Adelmo, yang mendapatkannya dari Berengar. Mari kita baca catatannya lagi."
Kisah Membunuh Naga 13 Pendekar Naga Putih 35 Pendekar Gila Pukulan Si Kuda Binal 4

Cari Blog Ini