Ceritasilat Novel Online

Misteri Singa Gugup 2

Trio Detektif 16 Misteri Singa Gugup Bagian 2


Saat itu Hans datang menghampiri.
"Masih ada lagi yang bisa kukerjakan, Bos?" tanyanya pada Mr. Jones. "Aku
masih punya waktu untuk membereskan barang-barang."
Mr. Olsen memandang pembantu perusahaan yang bertubuh kekar itu. Matanya
yang bersinar dingin bergerak-gerak. Kemudian ia menyergah.
"Sudahlah, kalau begitu aku tidak jadi membeli! Uangku bisa kupakai untuk
keperluan lain!" Jupiter memperhatikan mobil orang itu, yang dengan cepat meninggalkan tempat
itu. Jupiter senang sekali, ingin rasanya merangkul pamannya.
Beberapa menit kemudian, Trio Detektif sudah berada dalam Markas. Jupiter
mengintai sebentar " lewat teropong kapal selam yang mencuat ke atas lewat atap
karavan. Ia mengamat-amati kompleks pangkalan.
"Aman," katanya setelah beberapa saat. "Mr. Olsen tidak muncul lagi."
"Bukan main!" kata Bob. "Aku tadi kaget sekali ketika pamanmu ternyata malah
mendukungmu." "Enam ribu dollar!" kata Pete kagum. "Padahal kau saja kuanggap sudah sinting!"
Jupiter mengangguk. "Perasaanmu itu bisa kumengerti, Dua," katanya. "Tapi kesayangan Paman Titus
pada sirkus, jauh melebihi naluri bisnisnya mendapat keuntungan lumayan."
"Aku tidak mengerti, apa sebabnya dengan tiba-tiba saja seakan-akan semua orang
kepingin membeli batang-batang besi tua," kata Bob.
"Kau perlu bertanya pada Bibi Mathilda, siapa pembeli peflama, yang memborong
seluruh batang-batang dan pipa-pipa besi," kata Pete pada Jupiter.
Ketika Jupiter hendak menjawab, pesawat telepon berdering.
"Halo! Di sini Jupiter Jones."
Suara orang yang menelepon terdengar jelas lewat alat pengeras suara yang
disambungkan pada pesawat telepon.
"Hal, Jupe! Di sini Mike Hall. Bisakah kalian datang lagi ke tempat kami malam
ini?" "Itu belum bisa kukatakan sekarang, Mike," jawab Jupiter. "Kenapa" Ada yang
tidak beres di 'Jungle Land"'"
"Bukan begitu," kata Mike. "Aku cuma mengira, kalian tentunya ingin melihat
gorila yang kuceritakan itu. Baru saja datang!"
"0 ya?" kata Jupiter menanggapi. "Bagaimana
besar atau tidak?" Mike tertawa. "Lumayan," jawabnya. "Kalian memang tidak perlu buru-buru datang untuk
melihatnya, karena ia akan tetap di sini tapi George masih tetap sangat
memusingkan kami. Dan kalian tentunya belum lupa, begitu hari sudah malam, Ia
mulai gelisah." "Kami belum lupa, Mike. Kami bahkan sudah membicarakan soal itu, yaitu bahwa
saat ini kami belum tahu apa yang terjadi di sana begitu hari sudah gelap."
"Nah ini kan kesempatan bagi kalian untuk mengetahuinya," kata Mike.
"Baiklah, kalau begitu. Akan kami usahakan agar kami diizinkan pergi malam ini.
Setelah itu, tinggal mengurus soal pengangkutan saja ke sana."
"Bagus," kata Mike. "kutunggu kalian nanti di pintu gerbang. Kalian akan datang
dengan truk kecil lagi?"
"Kurasa tidak," jawab Jupiter. "Rasanya, kali ini kami akan datang naik RollsRoyce." Terdengar bunyi napas tersentak di seberang sambungan.
"Kau punya Rolls-Royce?" tanya Mike. Kemudian Ia tertawa.
"Tanyakan padanya, kenapa Ia tertawa," kata Bob.
"Aku sudah mendengar pertanyaanmu itu," kata Mike. "Aku tertawa, karena
merasa geli. Mr. Jay Eastland kan berlagak seolah-olah dia itu orang hebat dan
penting. Dan mobil itulah yang dipakainya untuk membuat orang lain terkesan
melihatnya." Jupiter memandang arlojinya.
"Kami nanti datang sekitar pukul sembilan, Mike sehabis makan malam. Segera
setelah aku menghubungi Worthington."
"Worthingthon?" tanya Mike. "Siapa itu?"
"Supir kami." Dari seberang sambungan terdengar suara terbahak.
"Wah!" kata Mike, setelah gelaknya menyurut. "Baiklah, jadi sampai nanti!"
Jupiter mengembalikan gagang telepon ke tempatnya.
"Mestinya aku tadi menjelaskan padanya, bahwa Rolls-Royce itu sebenarnya
bukan milik kita, dan Worthington bukan supir pribadi kita."
"Ah, biar saja," kata Bob. "Dengan begitu, kita setidak-tidaknya sudah
menyebabkan Mike bisa tertawa. Kurasa itu diperlukannya, mengingat situasi di
'Jungle Land' saat ini."
Tepat pukul sembilan malam itu, mobil Rolls-Royce kuno yang kemilau meluncur
dengan mulus, menghampiri pintu gerbang masuk ke 'Jungle Land'.
Jupiter menjengukkan kepalanya ke luar.
"Kusangka Mike tadi mengatakan, Ia akan menyongsong kita di sini."
Di atas pintu gerbang terpasang lampu yang menerangi tempat itu. kompleks
'Jungle Land' sendiri nampak gelap. Dedaunan pohon palem berdesir dihembus
angin malam. Di kejauhan terdengar suara berceloteh.
Pete keluar dan mobil lalu membuka pintu gerbang. Mobil Rolls-Royce memasuki
kompleks. Pete menutup pintu kembali, lalu masuk lagi ke dalam mobil mewah itu.
"Enak rasa hatiku, karena kita masuk diantar Worthington," katanya. "Tempat ini
menyeramkan kalau malam."
Dengan Pete sebagai penunjuk jalan, Worthington mengemudikan Rolls-Royce
melewati beberapa persimpangan, serta jalan samping. Ketika supir yang selalu
bersikap anggun itu hendak membelok masuk ke jalan yang menuju ke rumah
putih besar di atas bukit, Pete menepuk bahunya.
"Berhenti sebentar, Worthington," katanya.
Alis Jupiter terangkat. "Ada apa, Pete?"
"Aku merasa seperti mendengar suara berteriak-teriak di depan serta bunyi-bunyi
lain." Mereka menunggu dalam mobil yang berhenti sambil memasang telinga. Mereka
mendengar berbagai suara malam dalam belukar. Kemudian mereka mendengar
raungan sirene di kejauhan.
Bob menunjuk ke tempat yang gelap.
"Lihat!" katanya. "Itu, di sana lampu-lampu sorot!"
Sementara mata mereka terpaku memandang jalur sinar yang bergerak-gerak
menembus kegelapan, mereka mendengar bunyi gemerisik ribut. Datangnya tepat
dari arah depan. Sekejap kemudian terdengar suara napas terengah-engah. Detik
berikutnya, seseorang muncul dari tengah rimba. Lampu-lampu besar mobil RollsRoyce menerangi orang itu ketika Ia berlari melintasi jalan.
Mata orang itu terbelalak. Mukanya yang kotor bersimbah keringat di bawah topi
lebar model Australia. "Hank Morton!" seru Bob, mengenali orang itu.
"Lari pontang-panting dalam rimba dengan wajah ket"kutan," sambung Pete. "Apa
lagi yang baru dilakukannya sekarang?"
Laki-laki yang tersengal-sengal itu menerobos masuk dan menghilang ke tengah
belukar di seberang jalan. Bunyi langkahnya berlari semakin menjauh.
Setelah itu anak-anak yang masih berada dalam Rolls-Royce mendengar suara
orang berteriak-teriak marah. Datangnya dari arah depan. Mereka melihat sorotan
sinar senter bergerak-gerak.
"Ada keributan rupanya," kata Bob, sambil memandang ke luar.
"Yuk, kita lihat," seru Jupiter mengajak. Dengan segera ketiga remaja itu sudah
keluar dari mobil, lalu berlari-lari menghampiri. Mereka mendengar suara orang
berseru memanggil-manggil.
"Jupiter! Bob! Pete!"
Jupiter berpaling. Ia memandang dengan sikap sangsi, berusaha menembus
kegelapan. Nampak sorotan senter, memberi tanda. "Di sini! Ini aku Mike!"
Remaja itu menunjukkan jalan dengan sinar senternya sampai ketiga remaja yang
datang menghampiri sudah sampai di tempatnya. Jupiter melihat bahwa Mike
terengah-engah. Di belakangnya, nampak samar beberapa orang berjalan lambatlambat
merintis rimba, sambil menggerak-gerakkan senter yang menyala.
Sebentar-sebentar disorotkan ke tanah, lalu setelah itu ke atas, ke arah pepohonan.
Beberapa dari mereka menyandang senapan.
Napas Jupiter tersentak menyaksikan adegan menyeramkan itu.
"Ada apa?" tanyanya. "George lepas lagi?"
"Sekali ini bukan George," kata Mike tersengalsengal. "Ada kesulitan yang lebih
besar lagi." "Apa yang terjadi tadi?" tanya Bob. "Kulihat orang-orang itu ada yang membawa
senapan. Kalian mencari Hank Morton?"
"Siapa?" "Hank Morton," kata Pete. "Kami baru saja melihatnya lari memintas dengan
wajah ketakutan. Ia muncul dari tengah hutan di kaki bukit itu, lalu menyeberang
jalan. "Jadi dia rupanya!" kata Mike Hall dengan geram. "Sudah kusangka begitu!"
"Apa, Mike?" tanya Bob. "Apa sebetulnya yang terjadi di sini?"
"Gorila yang kuceritakan tadi," kata Mike, "Ia terlepas dari kandangnya lalu lari."
"Kapan kejadiannya?" tanya Pete. "Maksudmu, saat ini ada gorila berkeliaran di
sini?" "Kejadiannya tadi petang, langsung setelah Doc Dawson datang untuk
memulangkan George."
"Gorilla liar, serta seekor singa," gumam Jupiter. "Aku tidak tahu, bagaimana
sikap kedua binatang itu jika bertemu, Mike! Takutkah gorila melihat singa,
sehingga mendobrak kandang lalu lari?"
"Kalau soal itu, Jim Iebih tahu," kata Mike sambil mengangkat bahu. "Tapi dari
kata kalian tadi, aku kini tidak yakin bahwa Ia lepas karena perbuatannya sendiri."
"Apa maksudmu, Mike?" tanya Pete.
"Maksudku, kemungkinannya ada yang melepaskan. Seseorang yang begitu benci
pada pamanku Jim, sampai nekat melakukan hal itu. Kalian sendiri tadi
mengatakan, melihat orang itu lari melintas. Aku berani bertaruh, pasti Hank
Morton-lah yang melepaskan gorilla itu!" katanya dengan getir.
Bab 10 DI TENGAH KEGELAPAN JUPITER menggelengkan kepalanya.
"Hank Morton lari dalam hutan tadi bisa karena berbagai sebab. Itu bukan bukti
bahwa Ia yang melepaskan gorila kalian. Jika kami boleh melihat kandangnya,
mungkin kami nanti bisa menemukan beberapa petunjuk," katanya.
"Baiklah, kalian kan yang menyelidiki urusan ini," kata Mike. "Mungkin saja
kalian nanti menemukan sesuatu." Diajaknya ketiga remaja itu naik ke atas bukit.
"He mana mobil Rolls-Royce, yang menurutmu tadi akan kalian pakai untuk
datang kemari, Jupe?"
"Di bawah, di kaki bukit," kata Bob. "Worthington sudah mengenal kebiasaan
kami. Ia akan menunggu terus di situ sampai kami muncul lagi."
Mike terkekeh. Diajaknya ketiga penyelidik remaja itu ke suatu tempat lapangan di
sisi rumah. Lampu-lampu kamar di rumah itu menyala semua, menerangi daerah
sekitar. Mike menuding. Trio Detektif melihat sebuah kandang besar. kandang itu
kosong. "Kiriman datang tadi sore, tidak lama setelah kalian pergi. Dua buah kandang, dan
-" "Dua buah kandang?" tanya Jupiter.
Saat itu juga ia berpaling dengan cepat. Ia kaget, karena mendengar suara
menyembur-nyembur galak di belakangnya. Bob dan Pete tersentak ketakutan.
"Astaga!" kata Bob. "Apa itu?"
Mike menyorotkan senternya ke sisi rumah yang agak jauh.
"Aku tadi mestinya memperingatkan kalian. Lihatlah bagus, ya?"
Jupiter serta kedua rekannya memandang dengan hati berdebar-debar. Mereka
melihat seekor binatang menakutkan dalam sebuah kandang yang letaknya tidak
sampal tujuh meter dari tempat mereka berada. Binatang itu menggeram lagi,
sementara anak-anak mendekati.
"Macan tutul," kata Mike. "Kalian senang melihatnya?"
Sepasang mata kuning berkilat-kilat menatap tanpa mengedip dari balik jeruji besi
kokoh. Ketika anak-anak maju selangkah lagi dengan hati-hati, macan tutul itu
mendesis. Mulutnya dingangakan, menampakkan sepasang taring runcing dan
panjang. Anak-anak mundur lagi dengan cepat.
Bob meneguk ludah. "Aku senang saja melihatnya, asal ia tetap terkurung dalam kandang.
"Bukan main!" seru Pete kagum. "Perhatikan otot-ototnya! Menurutku, macan
tutul ini nampak lebih galak daripada George!"
Tahu-tahu binatang buas itu menyergah, lalu menubruk jeruji besi dengan keras. Ia
seakan-akan Ia hendak menegaskap ucapan Pete. Anak-anak mundur selangkah
lagi, sambil mengamat-amati binatang itu dengan sikap curiga.
"Singa lawan macan tutul pasti akan sengit perkelahiannya," kata Mike. "Macan
kumbang, sebenarnya macan tutul juga cuma bulunya hitam mulus, tidak bertutultutul.
Gerakan mereka kalau menyerang, sangat cepat. Cakar mereka sangat tajam,
begitu pula taring mereka. Tapi janganlah kalian salah menduga George, kalau
melihat tingkah lakunya yang ramah seakan-akan tolol itu. Ia tetap singa - singa
yang lumayan besarnya, karena beratnya lebih dari dua ratus kilo. Ia terlalu besar
dan kuat! Macan tutul takkan mampu melawannya. Belum pernah ada macan tutul
yang bisa menang berkelahi melawan singa sepanjang pengetahuanku. Kalau
macan belang, lain persoalannya!"
Anak-anak membisu sambil memperhatikan binatang buas yang mondar-mandir
dengan sikap gelisah di dalam kandang.
"Aku sependapat dengan Pete," kata Bob kemudian. "Macan ini kelihatannya
benar-benar ganas dan juga ulet. Bagaimana pendapatmu, Jupe?" Bob menoleh,
mencari-cari. "Jupe?"
Penyelidik Pertama Trio Detektif itu sudah berdiri di dekat kandang kosong, yang
semula ditempati gorila. Ia menggamit, menyuruh mereka datang.
"Ada apa, Jupe?" tanya Bob sambil menghampiri.
"Kandang ini diutik-utik orang," kata Jupiter pada teman-temannya. "Kalau bukan
Hank Morton yang melapaskan gorila itu, pasti orang lain! Binatang itu tidak
terlepas sendiri!" "Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" tanya Pete.
Jupiter menunjuk sisi kandang. Sikapnya dramatis.
"Kalian lihat itu" Ada jeruji yang dilepaskan dari tempat itu, sedang dua jeruji di
sampingnya bengkok. Jarak antara masing-masing jeruji sekitar lima belas senti.
Kurasa orang yang m"lepaskan batang jeruji itu memberi peluang pada gorila
untuk keluar dari kandang. Kedua jeruji lainnya dibengkokkan sedemikian rupa,
sehingga binatang liar itu bisa menyusup ke luar lewat situ. Kaukatakan gorila itu
besar, Mike. Seberapa besarnya?"
"Belum seperti gorila yang sudah dewasa. Tapi cukup besar," kata Mike. "Kuranglebih
sebesar kita-kita jni." Diamat-amatinya sejenak ketiga remaja yang ada
bersamanya, lalu menggelengkan kepala. "Tapi ukuran sebegitu jangan
diremehkan. Tenaganya luar biasa! Dua kali lipat dari orang dewasa!"
"Dari mana asalnya?" tanya Jupiter.
"Dari Ruanda, di Afrika Tengah. Kami memang mengharapkan akan mendapat
seekor gorila yang masih muda dari kawasan itu. Lama juga kami menunggununggu.
Pamanku, Cal, mengembara " di kawasan tempat gorila bermukim. Ia ke
Ruanda, Kongo, begitu pula Uganda. Akhirnya Ia menyurati kami dari Ruanda.
Dalam surat itu Ia mengabarkan bahwa Ia sudah berhasil menangkap seekor gorila,
tapi kemudian mengalami kesulitan dalam usaha mengirimnya ke luar negeri.
Gorila termasuk satwa langka yang nyaris punah jadi hanya kebun binatang, atau
ilmuwan saja yang bisa mendapat izin untuk membawa ke luar negeri. Lama juga
Paman Cal harus berurusan dengan pihak berwenang di sana, sampai akhirnya Ia
berhasil meyakinkan mereka bahwa "Jungle Land" ini juga semacam kebun
binatang. "Wah!" kata Pete. "Apakah tidak lebih gampang jika dicari saja jenis gorila yang
lain?" "Gorila lain memang ada, yaitu yang hidup di dataran rendah," kata Mike
menjelaskan. "Tapi untuk jenis itu pun ada larangan pengiriman ke luar negeri.
Aku sebenarnya tidak tahu pasti, jenis mana yang dikirimkan pamanku kemari."
"Gorila pegunungan jantan yang masih muda," kata seseorang dari tempat gelap.
Orang itu Jim Hall. Ia datang menghampiri, lalu menganggukkan kepala pada
Jupiter, Bob, dan Pete. "Ia sudah ditemukan kembali?" tanya Mike.
Jim Hall menggeleng. Wajahnya nampak capek dan kotor kena debu.
"Aku baru saja mendengar bahwa ada yang melihatnya dekat ngarai. Aku ingin
memeriksa sebentar kemari sebelum berangkat ke sana."
"Apakah yang terjadi dengan Mr. Eastland?" tanya Jupe. "Betulkah George yang
menyerang Rock Randall?"
Jim Hall tertawa getir.

Trio Detektif 16 Misteri Singa Gugup di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu ternyata omong kosong saja!" katanya. "Rupanya Randall berkelahi dengan
seseorang di lokasi pembuatan film. Mereka berkelahi di tempat yang berbatubatu.
Randall berdarah-darah, Sehingga kelihatannya memang bisa saja bahwa Ia
diserang George. Tapi dokter yang memeriksanya mengatakan, luka-luka begitu
tidak mungkin disebabkan binatang. Persoalan itu beres, tapi sekarang datang lagi
kesulitan baru. Senang hatiku melihat kalian bisa datang lagi malam ini! Kalian
bisa melihat sendiri sekarang bahwa Alfred Hitchcock tidak melebih-lebihkan
ketika Ia mengatakan pada kalian bahwa ada yang tidak beres di "Jungle Land"."
Saat itu terdengar suara berteriak-teriak di kejauhan. Jim Hall mengibaskan
tangannya dengan kesal. "Aku harus berangkat sekarang untuk menjebak gorila itu sebelum terjadi apa-apa
nanti," katanya. "Binatang itu kurasa sangat berbahaya jika kita berjumpa dengan dia," kata Pete.
"Mungkin Ia sekarang ketakutan mendengar ribut-ribut di sekelilingnya. Tapi
kalian tidak perlu takut jika nanti kebetulan berjumpa dengannya. Kalian
menghindar saja." Bob terkejap kaget. "Apa" Kami tidak perlu takut bertatapan muka dengan gorila" Bagaimana
caranya?" Jim Hall tertawa. "Bisa kuceritakan sesuatu tentang gorila, tapi yang secara umum juga berlaku
untuk sekian banyak binatang liar," katanya. "Gorila hampir tidak pernah bersikap
agresif. Kalau menggertak itu biasa mereka lakukan. Berteriak-teriak, dan bergerak
seolah-olah hendak menyerbu. Begitulah cara mereka mengusir binatang di dekat
mereka, yang nampaknya bisa berbahaya bagi mereka. Tapi gorila biasanya hidup
damai dan menyendiri. Mereka mencari makan di lingkungan sama dengan gajah,
misalnya. Tapi tidak pernah terjadi apa-apa, walau makanan mereka serupa."
"Lalu apa yang terjadi jika gorila bertemu dengan gajah?" tanya Bob.
"Mereka saling tidak peduli," kata Jim Hall, sambil mengangkat bahu. Setelah itu
Ia melirik arlojinya sebentar. "Itu pasti Doc," katanya, ketika saat itu terdengar
bunyi tuter mobil di depan. Jim Hall melambai, lalu metangkah pergi.
Sesaat kemudian Ia lewat naik jip dengan kap terbuka. Laki-laki kurus berkumis
yang duduk di sampingnya memangku senapan.
"Tidak aneh jika Doc Dawson langsung muncul untuk memberi bantuan," kata
Mike sambil tersenyum. "Ia sangat sayang pada binatang."
Pete menoleh ke arah jip yang sementara itu sudah menjauh membawa kedua
penumpangnya. Kedua orang itu nampaknya sudah siap untuk beraksi.
"Jika Ia memang penyayang binatang, kenapa membawa senapan?" tanyanya.
"Itu bukan senapan biasa " tapi berisi anak panah yang dibubuhi obat bius," kata
Mike menjelaskan. "Binatang yang kena tembak tidak luka, melainkan hanya
pingsan saja " selama beberapa waktu."
"Jim Hall rasanya pasti akan berhasil menemukan gorila itu bersama regu pencari,"
kata Jupiter. "Sebaiknya kita sekarang melihat-lihat di sekitar sini, mumpung ada
kesempatan. Mungkin saja kita akan bisa mengetahui, apa yang sebetulnya ada di
balik kejadian-kejadian lepasnya binatang-binatang. Mula-mula George, lalu
sekarang gorila." "Yah George kelihatannya sudah biasa lagi sekarang," kata Mike. "Saat ini Ia
sedang tidur di rumah setelah dibius oleh Doc Dawson dan diberi obat antitetanus.
Doc juga sudah membersihkan lukanya. George besok pasti sudah dapat beraksi di
depan kamera, sehingga ada uang masuk untuk kami."
"George kadang-kadang dikandangkan juga?" tanya Jupiter, sambil memandang
berkeliling. "Tidak! Kandangnya sudah kami singkirkan sebulan yang lalu," kata Mike. "Ia
sekarang tidur dalam rumah bersama aku serta Jim. Untuknya ada kamar khusus,
tapi ia lebih suka tidur menemani Jim.
Jupiter memandang sebentar ke arah rumah yang diterangi lampu-lampu.
"Katamu, pasti ada orang yang melepaskannya. Tidakkah hal itu bisa terjadi lagi?"
Mike merogoh kantungnya, lalu mengeluarkan sebuah anak kunci.
"Sekarang rumah kami selalu terkunci. Cuma aku serta Jim saja yang memiliki
anak kunci untuk membukanya."
Jupiter berpikir-pikir sebentar.
"He, Mike kau mengatakan, George belakangan ini suka menjadi gugup dan
gelisah apabila hari sudah malam. Bagaimana jika kita memeriksa ke sekeliling
rumah sebentar, untuk melihat kalau-kalau bisa menemukan penyebab
kegelisahannya itu. kita mulai saja dengan memeriksa di dekat rumah."
"Oke," kata Mike menanggapi. "Seperti bisa kalian lihat sendiri, rumah kami
terletak di tempat lapangan, di puncak bukit. Di sebelah sana ada bangsal tempat
perkakas dan kayu bakar. Itu sebetulnya garasi, tapi Jim memarkir mobilnya di
luar, di sini. Jalan di ujung jalan keluar mengarah ke utara dan bersambung dengan
jalan-jalan lainnya."
Diantarnya teman-temannya berkeliling melihat-lihat. Malam sunyi, setelah
keributan sebelumnya. Sementara itu bulan sudah muncul di langit tak berawan.
Jupiter mengangguk puas setelah mereka selesai mengelilingi rumah. Mereka
kembali ke tempat kandang-kandang. kandang gorila masih tetap kosong. Macan
kumbang dalam kandang yang satu lagi berbaring diam sambil menatap anak-anak
dengan sikap bermusuhan. Hanya ekornya yang panjang saja yang bergerak-gerak.
Jupiter beserta kedua rekannya mengikuti Mike menuruni bukit masuk ke dalam
rimba. "Sambil berjalan, aku akan bercerita tentang "Jungle Land".Jadi kalau kalian
datang lagi lain kali, kalian akan sudah tahu jalan, tanpa perlu kuantarkan lagi."
"Berapa luaskah kompleks "Jungle Land?"" tanya Bob. "Kelihatannya sangat luas,
sehingga sulit mengetahui apa saja yang mungkin terjadi di sini."
"Luasnya sekitar 100 acre, dan sedang bentuknya segi delapan. Memang cukup
luas, tapi selama ini kami tidak pernah mengalami kesulitan untuk mengetahui halhal
yang terjadi di sini."
(1 acre = 0,4 hektar) "Di manakah tempat Jay Eastland membuat filmnya?" tanya Pete.
"Sebelah utara dari sini, sekitar lima menit kalau naik mobil," kata Mike. "Saat ini
kita sedang menuju ke timur, ke arah pagar batas yang paling dekat"
Jalan setapak yang mereka lalui menurun dengan terjal, melewati belukar, batubatu,
serta celah-celah. Sinar bulan nampak samar, menembus ke bawah lewat
celah-celah dedaunan rimbun di atas kepala.
"Di manakah letak ngarai yang menurut pamanmu tadi gorila itu terlihat?" tanya
Bob. "Pamanmu tadi kelihatannya juga mengarah ke utara."
"Memang, tapi kemudian membelok ke kiri, memasuki jalan lain. Letak ngarai itu
di sebelah barat laut, sekitar lima belas menit dan sini. Tidak jauh dari situ ada
bidang tanah seluas beberapa acre yang kelihatannya seperti padang rumput di
Afrika, datar dan ditumbuhi rumput panjang. Kami memelihara sejumlah gajah di
sana, dibatasi parit dalam. Dengan begitu mereka tidak bisa berkeliaran ke luar.
Tapi kalian bisa mendengar suara mereka menerompet." Mike tertawa nyengir.
"Aku senang mendengar suara mereka."
"Aku juga, sekarang," kata Pete, "karena sudah tahu bahwa mereka tidak bisa
keluar." Sambil berjalan menurun, Mike meneruskan cerita tentang "Jungle Land".
"Di batas sebelah barat jadi ke arah berlawanan terletak bagian yang dibangun
khusus untuk atraksi wisata. Atraksi utama kami dulu binatang-binatang liar serta
rimba ini tapi banyak orang yang nampaknya lebih menyukai Wild West.
karenanya kami lantas membangun kota cowboy lengkap dengan kompleks
pekuburan " tentu saja hanya tiruan belaka " begitu pula kota hantu, serta acara
pesiar naik kereta pos untuk anak-anak. Kuda-kuda kami dipelihara dekat tempat
itu." (Wild West: Alam kehidupan gembala sapi zaman dulu, di daerah barat amerika
serikat) "Di selatan terdapat jalan masuk yang sudah kalian kenal, serta hutan rimba luas.
Di bagian tengah ada danau. Di sebelah utaranya rimba lagi. Di situlah Eastland
saat ini sedang membuat filmnya. Ujung sebelah utara dibatasi pegunungan,
dengan sebuah jurang yang dalam. Tempat itu sering dijadikan lokasi pembuatan
film, dalam mana jagoannya harus meloncat ke air dari tubir tebing yang tinggi.
Klinik Doc Dawson terletak di arah itu."
Saat itu terdengar suara celoteh serta teriakan. Anak-anak berhenti. Mereka
memandang Mike. "Itu suara monyet serta burung hantu," kata Mike menjelaskan. "Kami juga
memelihara ular dalam kandang yang letaknya di arah timur laut dari sini. Tapi
ular tidak berisik. Kami menaruh mereka di tempat yang paling jauh, karena
mereka paling sulit ditemukan lagi jika terlepas. Jenis yang kami pelihara macam
macam. Ada ular berbisa dari daerah gersang sebelah barat negara kita ini, lalu
seekor ular air bersetrip-setrip, serta seekor ular raja yang lumayan besarnya."
Jupiter menoleh ke belakang. Ia memandang dengan mata terpicing.
"Sudah seberapa jauh kita sekarang dari rumah kalian, Mike?"
"Sekitar lima ratus meter. Di ujung bawah lereng ini ada pagar -"
"Ssst!" desis Pete. "Apa itu?"
Dengan segera semua sudah mendengarnya. Bunyi lambat dan berat, dengan irama
tetap. Trio Detektif berpandang-pandangan. Bunyl berat itu semakin jelas
terdengar. Arahnya seperti mendekat ke tempat mereka. Bulu tengkuk ketiga
remaja itu meremang. kemudian mereka mendengar bunyi lain. Awalnya berupa
dengingan bernada rendah, yang makin lama makin meninggi.
"Perasaanku tidak enak," kata Pete dengan suara parau. "Mungkin sebaiknya kita
kembali saja." Mata Jupiter juga terbelalak karena takut. Tapi juga nampak bertanya-tanya.
"Bunyi itu -" katanya, "kedengarannya seperti -"
Sementara Ia masih mencari-cari kata, suara mendenging itu sudah semakin
meninggi, menjadi jeritan melengking. Suara itu seolah-olah datang dari segala
arah, menyelubungi keempat remaja itu.
"Aku lari!" seru Bob berteriak.
Seketika itu juga kedua rekannya ikut berpaling, lalu lari.
"Tunggu!" seru Mike.
Ketiga remaja itu tertegun. Mereka berpaling, memandang remaja itu dengan
bingung. Mike tertawa keras-keras.
"Kalian tidak perlu takut pada bunyi itu," serunya, "itu kan cuma mesin
pencincang logam!" Bab 11 MENYONGSONG BAHAYA Bunyi mendenging tinggi itu melemah kembali, menjadi seperti suara siulan
bernada rendah. "Alat pencincang logam?" ulang Jupiter bingung.
Mike menunjuk ke arah depan, ke suatu tempat di balik pepohonan.
"Ya, Jupe," katanya. "Di balik pagar, di seberang kompleks "Jungle Land". Di sana
ada tempat penimbunan besi tua. Tempat itu penuh dengan mobil rongsokan, serta
bermacam-macam besi tua lainnya."
"Apa yang dilakukan alat pencincang logam kecuali menakut-nakuti orang?" tanya
Bob. "Alat itu merupakan sarana daur ulang modern untuk memperoleh logam berharga
yang biasanya tercampak begitu saja," kata Mike. "Itu merupakan bagian dari
kegiatan pelestarian lingkungan, yang belakangan ini mulai digalakkan. Dulu,
mobil- mobil bekas tidak dipakai lagi hanya dipadatkan saja, lalu dijual sebagai
besi tua. Tapi sekarang ada alat baru ini semacam cakar raksasa, yang kerjanya
dikendalikan dengan komputer. Kerjanya memilih serta memroses. Cakar raksasa
itu merobek-robek badan mobil. Lalu logam dipisahkan dari bahan-bahan lainnya,
sedang logam-logam yang lebih berharga seperti tembaga misalnya dipilih dan
dipisahkan dari besi dan baja."
Pete menghembuskan napas lega.
"Jadi ternyata cuma itu saja?" katanya. "Kalau mendengar bunyinya, kusangka ada
kawanan gorila sedang mengadakan rapat!"
Jupiter mencubit-cubit bibir bawahnya. Ia memandang arlojinya sebentar.
"Setengah sepuluh," katanya. "Kira-kira waktu beginikah George biasanya mulai
nampak gelisah, Mike?"
"Kadang-kadang sudah lebih dulu, tapi kadang-kadang baru nanti," jawab Mike
sambil mengangkat bahu. "Aku tidak tahu persis waktunya. Pokoknya, selalu
apabila hari sudah gelap."
"Selalu malam hari" Tidak pernah sewaktu siang?"
"Tidak pernah," kata Mike dengan tegas. "Tapi siang ini tidak ikut
kuperhitungkan. Tadi George tidak lagi gelisah tapi sudah galak. Kurasa karena
kakinya yang luka." "Apa sebetulnya pikiranmu, Jupe?" tanya Bob. "Kau menduga, bunyi pencincang
logam itu yang membuat George gelisah?"
"Binatang lebih peka terhadap bunyi dibandingkan dengan manusia," kata Jupiter.
"Mungkin George gelisah karena telinganya menangkap bunyi lengkingan alat
pencincang logam." "Tapi kalau begitu Ia seharusnya gelisah terus," sela Pete, "dan bukan cuma malam
saja." "Komentarmu itu tepat, Dua," kata Jupiter. "Apakah alat itu siang hari juga
bekerja, Mike?" "Kadang-kadang,"jawab Mike. "Aku sudah tidak memperhatikan bunyi itu lagi
sekarang. Di rumah kami, bunyinya tidak begitu terdengar senyaring di sini."
"Hmm," gumam Jupiter. "Sudab berapa lama alat itu bekerja, Mike?"
"Bisa dibilang baru-baru ini, Jupe," jawab Mike. "Kalau tempat timbunan besi tua
itu sendiri sudah lama ada di situ. Sudah beberapa tahun. Begitu pula halnya
dengan instalasi penghancurnya. Tapi alat pencincang itu, kurasa baru bulan
terakhir ini mulal bekerja."
"Jadi baru satu bulan," kata Jupiter mengulangi. "Dan sudah sejak berapa lama
George nampak gugup dan gelisah"
"Sejak sekitar tiga bulan yang lewat," kata Mike. "Aku ingat. Ia mulai begitu tidak
lama sebelum awal musim penghujan, ketika Jim memutuskan untuk mengajak
George tinggal di dalam rumah."
Kening Jupiter berkerut nampaknya bingung.
"Jangan lupa, tidak setiap malam ia gelisah," kata Mike menambahkan. "Kadangkadang
ia begitu, tapi kemudian sudah biasa-biasa lagi. Tapi selama sekitar
sepekan belakangan ini keadaannya semakin gawat. Sejak saat itu, setiap malam Ia
selalu gelisah. "Jadi Ia sudah gugup sebelum alat pencincang logam itu ada," kata Bob.
Jupiter berpikir-pikir. "Kelihatannya George tjdak biasa terkurung dalam rumah saat malam hari.
Barangkali itulah alasan kegugupannya. Sedang alat pencincang logam bisa
merupakan penambah kegugupannya tapi bisa juga tidak. Mungkin saja masih ada
penyebab-penyebab lainnya."
"Mungkin Ia gugup karena harus ikut main film," kata Pete mengomentari sambil
nyengir. "Para aktor banyak yang gugup sepanjang malam, karena harus
menghapal teks untuk pengambilan film hari berikutnya."
Jupiter menjentikkan jarinya. "Komentarmu itu kaumaksudkan untuk melucu, Pete - - tapi mungkin saja ada
benarnya," katanya. Kemudian ia berpaling pada Mike. "Sudah berapa lama Jay
Eastland beserta awaknya bekerja di "Jungle Land" sini?"
"Begitulah sekitar dua bulan," kata Mike. "Tapi waktu selama itu, sebagian besar
dipakai untuk mencek lokasi, mengatur letak kamera, memilih latar belakang yang
cocok, dan sebagainya. Rombongan selengkapnya untuk pembuatan film, baru
datang kira-kira dua minggu yang lalu."
"Mereka juga bekerja malam hari?" tanya Jupiter.
"Kadang-kadang."
Kening Jupiter berkerut lagi.
"Katamu, lokasi pengambilan film mereka letaknya sekitar lima menit dari
rumahmu kalau naik mobil. Mungkinkah suara alat pencincang logam tertangkap
oleh alat perekam suara mereka?"
"Itu mungkin saja," kata Mike. "Terus-terang, aku tidak tahu. Yang jelas, Mr.
Eastland selama ini tidak pernah mengeluh tentang itu!"
"Mungkin Ia tidak langsung merekam suara sewaktu mengambil gambar di sini,"
kata Pete, bersandarkan pada pengetahuan yang diperolehnya dari Mr. Crenshaw,
ayahnya. "Kadang-kadang suara baru direkam kemudian termasuk teks para
pemeran. Teknik begitu disebut dubbing."
Jupiter mengangguk "Bagaimana dengan para aktor serta awak film" Mereka juga tinggal di sini?" "Kebanyakan dari mereka pulang, apabila hari sudah malam," kata Mike. "Jalan
rayat tidak jauh dari sini, sedang kebanyakan dari mereka tinggal di tempat-tempat
yang termasuk dekat Westwood, Hollywood, Los Angeles. Naik mobil, palingpaling
cuma setengah jam." "Bagaimana dengan Mr. Eastland?" tanya Jupiter. "Ia tinggal di sini?"
"Kalau mau, bisa saja! Ia membawa karavan kemari, begitu pula masing-masing
satu lagi untuk kedua pemeran utamanya, Rock Randall dan Sue Stone. Mereka
bisa tinggal di sini kalau mau, karena pamanku menyewakan seluruh "Jungle Land"
pada mereka. Pintu gerbang selalu terbuka, jadi mereka bisa keluar-masuk kapan


Trio Detektif 16 Misteri Singa Gugup di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja. Aku tidak pernah memeriksa. Jim juga begitu."
"Jadi mungkin saja mereka malam-malam ada di sini," kata Jupe berkeras.
"Mereka malam-malam bisa saja menyelin"p dekat rumah kalian, sehingga George
gugup karenanya." "Tapi untuk apa mereka berbuat begitu, Jupe?" tanya Bob.
"Kalau alasannya, aku juga tidak tahu," jawab Jupiter. "Aku cuma mengatakan,
kemungkinan itu ada!"
"Yuk, kita terus," kata Mike mengajak. "Kita ke pagar, lalu setelah itu mengambil
jalan memutar, menuju sisi rumah kami yang satu lagi."
Bunyi asing yang datang dari tempat penimbunan besi tua mulai terdengar lagi,
sementara anak-anak menghampiri pagar pembatas. Bunyi gemeretak dengan
irama beraturan itu kemudian menghilang, digantikan suara mendenging tinggi.
Kali ini anak-anak sudah tahu bahwa bunyi yang mirip jeritan manusia itu akan
terdengar. Karenanya mereka tetap tenang.
"Selamat mencincang!" teriak Bob, sambil menutup telinga dengan tangan. "Aku
heran, kenapa binatang-binatang kalian belum menjadi gila semuanya karena bunyi
begini, Mike!" Jupiter memandang pagar yang nampak berkilat kena sinar bulan. Tonggaktonggak
besi terhunjam ke tanah dengan jarak beberapa meter sebagai sandaran
pagar kawat. "Apakah seluruh kompleks dikelilingi pagar begini, Mike?" tanya Jupiter.
"Ya," jawab Mike. "Pagar ini terus ke utara, melewati batas kompleks penimbunan
besi tua. Lalu ada parit lebar di belakangnya, yang letaknya sejajar terus. Tinggi
pagar di mana-mana enam kaki - seperti di sini dan cukup kokoh, sehingga
binatang-binatang bisa dibilang tidak mungkin keluar dan kompleks jika mereka
terlepas." Anak-anak menyusur tepi pagar, benjalan terus ke arah utara. kemudian membelok
dan mulai mendaki bukit, menyusur di bawah pepohonan dan merintis rumput
tinggi. Tiba-tiba Pete berhenti berjalan.
"Ada apa, Pete?" kata Bob.
Temannya yang jangkung itu menuding dengan tangan gemetar. Arah tudingannya
lurus ke depan. "Kalian dengar tidak?" bisiknya.
S"lama sesaat suara mesin di tempat penimbunan besi tua berhenti. Anak-anak
membisu. Semua memasang telinga.
"Di mana, Pete?" tanya Jupiter. "Bunyi apa yang kaudengar?"
Pete menuding lagi. "Di sana!" Saat itu terdengar bunyi gemerisik di tengah rerumputan tinggi, disusul suara napas
berat. "Itu!" bisik Pete lagi, dengan suara serak karena
Teman-temannya mengikuti arah telunjuknya. Mereka menatap ke dalam gelap.
kemudian mereka melihat suatu bayangan bergerak.
Keempat remaja itu terpaku di tempat masing-masing. Semua menahan napas.
Ada sesuatu yang muncul dari balik sebatang pohon. Sosok gelap itu melangkah
maju dengan gerakan aneh. Kemudian anak-anak melihat kepala yang bergerakgerak,
di atas bahu tegap dan ditumbuhi bulu.
Menurut Jim Hall, situasi sebenarnya tidak berbahaya. Kini mereka tidak yakin
lagi - sementara gorila itu semakin mendekat. Bunyi napasnya yang berat terdengar
jelas! Bab 12 BERBAGAI BUNYI DALAM KEGELAPAN MALAM
JUPITER yang paling dulu menyadari bahaya itu.
"Lari!" serunya.
Ketiga anggota Trio Detektif berbalik, lalu lari. Mike ragu-ragu, antara keinginan
lari atau melakukan tugas. Sesaat ditatapnya gorila yang datang. Dilihatnya
sepasang mata berpinggiran merah memandangnya dari bawah kening berbulu
yang menjorok ke depan. Sambil lari, Jupiter menoleh sebentar ke belakang. la berteriak, "Lari, Mike!
Mungkin saat ini ia berbahaya!"
Makhluk hutan itu mengangkat lengannya yang panjang, sambil memamerkan
sepasang taring yang panjang. Napas Mike tersentak. Tekadnya goyah. Akhirnya
rasa takutnya menang. Ia lari, menyusul yang lain-lain.
Gorila itu memukul-mukul dadanya, lalu berbelok dan menghilang ke tengah
rumput tinggi. "Ke mana dia?" seru Bob.
"Masuk ke tengah rumput. Kurasa Ia takut melihat kita!" balas Mike sambil
berseru pula. "Yuk " kurasa sebaiknya kita langsung pulang saja sekarang."
Dengan sikap waspada, mereka mengambil jalan mengitari tempat berbahaya itu.
Jantung mereka berdebar keras. Ketika sudah hampir mencapai puncak lereng,
tahu-tahu rumput di depan mereka tersibak. Mereka melihat makhluk berbulu tebal
tadi keluar dari situ. Mereka hendak lari tapi sudah terlambat!
Keempat remaja itu terpaku ketakutan. Makhluk bertubuh tegap itu mengangkat
kedua lengannya. Mulutnya ternganga lebar. Anak-anak mendengar suara aneh
keluar dari kerongkongannya.
Tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan suara keras.
"Tiarap!" Seketika itu juga an"k-anak menjatuhkan diri ke samping. Mereka mendengar
bunyi mantap, lalu menoleh ke arah asal bunyi itu. Mereka melihat Jim Hall
bersama dokter hewan yang berdiri dengan senapan terangkat.
Gorila itu goyah. Mukanya yang hitam menampakkan keheranan. Kemudian
binatang itu mengerang, lalu roboh berdebam ke tanah.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Jim Hall. Keempat remaja itu hanya bisa
mengangguk, karena masih tercekam rasa ngeri.
"Tembakan Anda jitu, Doc," kata paman Mike.
Dokter hewan itu mengangguk dengan air muka datar. Ia melangkah maju dengan
cepat. Ia berdiri memandang gorila yang tengeletak di tanah. Lengan dan kaki
binatang itu bengerak-gerak lemah.
"Ia tidak cedera," kata dokter hewan itu pada anak-anak yang datang
mengerubung. "Obat bius baru akan benar-benar bekerja dalam beberapa detik
lagi. Setelah itu gorila ini akan tertidur. Ia akan cukup lama pulas, sehingga kita
bisa mengangkutnya dengan aman kembali ke kandangnya."
"Ternyata tepat pada waktunya kami kembali," kata Jim Hall dengan wajah suram.
"Kepergian kami ke ngarai ternyata sia-sia saja. Rupanya ada orang yang sengaja
menyesatkan! Kemungkinannya, selama ini gorila itu bersembunyi terus dalam
hutan di sekitar sini."
"Siapa yang mengatakan bahwa ia ada dalam ngarai?" tanya Jupiter.
"Jay Eastland," jawab Jim Hall singkat.
Doc Dawson membungkuk, memperhatikan gorila yang sementara itu sudah
tergeletak tanpa bergerak-gerak lagi.
"Ia sudah tidak sadarkan diri lagi, Jim," katanya. "Tolong aku menggotongnya ke
mobil." Jim Hall membungkuk. Dengan cekatan diikatnya gorila itu. Kemudian
digotongnya binatang yang pingsan itu pergi bersama Doc Dawson. Anak-anak
mengikuti dari belakang, sementara kedua orang dewasa ini menjunjung gorila ke
bagian belakang jip. "Akan Anda angkut ke mana sekarang, Mr. Hall?" tanya Jupiter.
"Kembali ke kandangnya. Mudah-mudahan saja Ia tidak lepas lagi."
"Paman Jim," sela Mike, "Jupiter tadi melihat bahwa salah satu jeruji kandang itu
tidak ada lagi. Sedang dua jeruji di sisi kiri-kanannya bengkok. karena itulah Ia
bisa terlepas." Jim Hall menatap Jupiter dengan tajam.
"Memang begitulah kejadiannya," kata pengelola Jungle Land itu. "Nampaknya
ada orang yang hendak menyabot kita!"
"Kelihatannya memang begitu, Sir," kata Jupiter. "Tapi yang saya pikirkan
sekarang, kalau gorila ini dimasukkan kembali ke kandangnya, apakah Ia akan
tetap tinggal di situ?"
"Itu soal gampang," kata Jim Hall menanggapi. "Saat ini seorang pekerja sudah
kusuruh mengqanti jeruji yang hilang,serta meluruskan batang-batang yang
bengkok. " Jip bergerak menyusur jalan setapak, diikuti oleh Jupiter serta kawan-kawannya
yang berlari-lari kecil. Ketika mereka sampai di rumah, nampak beberapa orang
pekerja sedang sibuk membetulkan kandang gorila.
Seorang laki-laki dengan rambut dipotong sangat pendek berpaling menatap
mereka. Lengan orang itu kekar. Satu di antaranya dihiasi gambar tato. Ia
menggenggam palu bertangkai panjang.
"Sudah beres lagi," kata orang itu pada Jim Hall. Kemudian Ia menoleh ke arah
Doc Dawson. "Sudah ketemu" Cepat sekali, Doc!"
Jim Hall menghampiri kandang yang sudah dibetulkan. Para pekerjanya yang
bertubuh kekar meluangkan jalan untuknya. Jim Hall menggenggam jeruji-jeruji
yang baru dibetulkan, lalu menarik-narik serta mengguncang-guncangnya, sambil
menggerak-gerakkan tubuhnya menyamping.
"Oke! Kurasa Ia takkan bisa keluar lagi, Bo. Terima kasih." Ia berpaling, kembali
ke jip. "Coba tolong kami menggotong Kong ke kandangnya."
"Baik!" Laki-laki berlengan kekar tadi mencampakkan palu besarnya ke tanah.
"Nanti dulu!" kata Doc Dawson. "Sebelumnya, aku ingin memeriksa kandang itu
dulu. Aku tidak ingin berkeliaran lagi sepanjang hari sampai malam, mencari-cari
binatang yang lepas. Masih ada kesibukanku yang lain."
Pembantu Jim Hall mengangkat bahu dengan sikap tidak peduli.
"Silakan, Doc," katanya sambil nyengir. "Anda ingin kami kurung di dalam untuk
melihat apakah Anda bisa keluar lagi?"
"Sangat lucu, Jenkins," kata Dawson dengan nada membentak.
Dokter hewan itu maju, lalu mengambil palu besar yang tergeletak di tanah.
Dengan alat pemukul itu diketuk-ketuknya tiap-tiap jeruji kandang yang belum
berisi gorila. Ia melakukannya sambil mendekatkan kepala dengan penuh minat,
seakan-akan meneliti kalau-kalau terdengar bunyi yang menunjukkan adanya cacat
pada logam jeruji. Kemudian dipegangnya jeruji-jeruji itu dengan tangannya yang
nampak kekar dan dimakan cuaca. Tiap-tiap jeruji ditarik-tarik dan disentakkan,
didorong-dorong dan berbagai sudut.
"Puas?" tanya Bo Jenkins.
"Kelihatannya beres," kata Dnc Dawson dengan suara menggerutu. "Jeruji-jeruji
ini kuat menahan tenagaku tapi aku tidak sekuat gorila." Ia menatap Bo Jenkins
dengan pandangan dingin. "Dan kau juga tidak! Tapi jika kau hendak
menggantikan kedudukan Hank Morton di sini, kau sedikit pun tidak boleh
melakukan kesalahan!"
"Kemampuan Bo cukup baik, Doc," kata Jim Hall sambil menandang Doc
Dawson. "Andalah yang mengatakan Ia bisa menggantikan Hank Morton serta bisa
bekerja dengan baik. Sampai sekarang aku cukup puas dengannya. Kenapa Anda
merongrongnya?" "Aku cuma ingin ia selalu siaga! Cuma karena itu saja," tukas Dawson. "Kita
harus menghindarkan terjadinya insiden lagi di sini." Ia melangkah mundur.
Dipandangnya kandang yang masih kosong itu sekali lagi, lalu menggelenggeleng.
"Aku tidak mengerti, bagaimana jeruji itu bisa sampai dilepaskan.
Sebaiknya kandang macan tutul kuperiksa juga sebentar."
Dengan cepat dihampirinya kandang yang terletak di sebenang sambil membawa
palu. Kucing besar berbulu hitam legam itu meloncat bangkit dengan cepat,
mendesis dan menyembur-nyembur. Doc Dawson mengelilingi kandang sambil
memukul-mukulkan palu ke tiap-tiap jeruji.
"Ia kelihatannya mencari-cari cacat pada logam jeruji," kata Jupiter pacla temantemannya.
"Aku pernah mendengar tentang kemungkinan itu, yang istilahnya
kelelahan pada logam. Pesawat terbang biasa diuji secara berkala untuk
menghindari kecelakaan yang disebabkan karena kelelahan logam."
"Dengan palu?" tanya Bob.
"Mungkin Doc Dawson mempunyai metodenya sendiri," kata Jupiter sambil
mengangkat bahu. "Bagaimanapun juga, Ia sudah cukup berpengalaman dengan
binatang-binatang yang dipelihara dalam kandang."
Akhirnya Doc Dawson kembali. Ia menganggukkan kepala, kelihatannya Ia merasa
puas. "Oke, Jim," katanya. "Sejauh yang bisa kusimpulkan, jeruji-jeruji kandang itu
cukup kokoh. Tidak ada yang retak, dan semuanya terpasang kokoh di tempat
masing-masing. Kurasa gorila itu bisa kita masukkan sekarang.
Jim Hall memberi isyarat pada para pekerja. Mereka menjunjung gorila yang
masih pulas, lalu memasukkannya ke dalam kandang. Jim Hall melepaskan tali
pengikatnya, lalu dengan cepat menutup dan menggembok pintu.
Doc Dawson naik ke kendaraannya.
"Kurasa semuanya sudah beres lagi sekarang, Jim," katanya dari belakang kemudi
jip. "Aku rnasih punya pekerjaan lain, mengurus kuda-kuda di kandang. Kalau aku
kauperlukan lagi, tinggal panggil saja!"
"Mudah-mudahan sementara ini tidak perlu lagi, Doc," jawab Jim Hall. "Sekali
lagi terima kasih atas pertolongan Anda."
"Catat saja pada rekenjng" seru Dawson dari mobilnya. Ia melambai, lalu pergi.
Bob menyikut Jupiter. "Akan ada keramaian lagi," bisiknya. "Jay Eastland datang!"
Mobil station wagon yang panjang datang dengan laju. Kendaraan itu dihentikan
dengan mengejut. Sutradara yang berkepala botak itu meloncat ke luar. Bibir Jim
Hall menipis ketika melihatnya.
Eastland datang menghampiri dengan bergegas-gegas. Ia membungkukkan kepala,
memandang ke dalam kandang gorila.
"Akhirnya berhasil juga kau menangkapnya kembali, ya?" tukas sutradara itu.
"Agak lama waktu yang kauperlukan untuknya, Hall! Para pekerjaku sudah
setengah mati ketakutan karenanya!"
"Ya, Ia sudah kami tangkap kembali," kata Jim Hall lambat-lambat. "Sebetulnya
itu bisa lebih segera kami lakukan - tapi ada orang yang memberi petunjuk yang
keliru. Ia ternyata tidak ada di kawasan ngarai, melainkan di sekitar sini - dekat
pagar." Jay Eastland mengangkat bahu.
"Yah pokoknya aku mendengar bahwa Ia terlihat dekat ngarai, lalu kuteruskan
kabar itu padamu." Nada suaranya meninggi. "Bagaimana aku bisa membuat film,
jika kau tidak mampu mengurus agar binatang-binatangmu tidak ada yang
terlepas" Para aktorku sudah gelisah sekali membayangkan kemungkinan setiap
saat diserang salah satu binatangmu lagi yang terlepas!"
"Aku sendiri juga menyesal atas kejadian-kejadian itu, Eastland," kata Jim Hall
dengan suara tenang. "Memang telah terjadi beberapa insiden, tapi urusan itu tidak
sampai membahayakan siapa-siapa. Dan kini semuanya sudah bisa kami
kendalikan lagi. Katakan pada aktor-aktor Anda, mereka tidak perlu khawatir.
Kembalilah membuat film Anda, jangan ganggu kami. Kedatangan Anda hanya
membuat binatang-binatangku gelisah."
Air muka Eastland menjadi merah-padam. Ia mundur beberapa langkah, lalu
mengacung-acungkan kepalan tinjunya. "Jangan coba-coba mendikteku, Hall!"
bentaknya. "Aku menyewa tempat ini, dan ?"
Tiba-tiba terdengar semburan nyaring di belakang sutradara itu. Eastland terkejut,
lalu membalikkan tubuh dengan cepat. Macan tutul yang ada dalam kandang
menerjang maju. Eastland menjerit ketakutan, sementara kucing besar berbulu
hitam itu menubruk jeruji kandangnya. Macan tutul itu mundur sambil mendesisdesis.
Tampang sutradara itu pucat lesi. Matanya berputar-putar. Kemudian dilihatnya
Jupiter serta teman-temannya, yang memperhatikan kejadian itu.
"Kenapa anak-anak ini ada di sini?" bentaknya.
"Mereka ada di sini atas undanganku, Eastland," kata Jim Hall. "Mereka sedang
melakukan sesuatu untukku di sini. Sekarang, masih ada lagi yang kaurasakan
mengganggu?" Eastlahd mendelikkan matanya. Dadanya kembang-kempis.
"Pokoknya, jaga agar jangan ada lagi binatangmu yang lepas!" tukasnya. "Kalau
itu terjadi lagi, pasti kau akan menyesal nanti!"
Setelah itu Ia pergi, dengan kepala tertunduk seperti hendak menyeruduk.
Jupiter memperhatikan station wagon yang melesat pergi. Ia merasa bingung.
"Orang itu tingkah-lakunya sama sekali tidak seperti suiradara film, Pete," katanya
mengomentari, "Ia yah, tingkah-lakunya sangat emosional!"
Pete tersenyum. "Dia itu dalam bisnis perfilman dijuluki sutradara borongan, Jupe," katanya.
"Mereka hanya berminat menghasilkan produksi mereka dengan cepat dan
mengeruk keuntungan dengan lebih cepat lagi. Menurutku, Mr. Eastland sedang
terlibat kesulitan keuangan. Karena itulah Ia marah-marah terus! Keberisikannya
itu merupakan pelampiasan perasaannya."
"Ngomong-ngomong tentang berisik," kata Jupe, "sudah agak lama juga bunyi alat
pencincang logam tidak kedengaran lagi. Yuk, kita kembali sebentar ke pagar. Aku
ingin melihat-lihat sebentar di sana sebelum kita pergi."
"Aku sebetulnya mau saja ikut dengan kalian, Jupe tapi di sini masih banyak tugas
menunggu," kata Mike. "Jadi kita berpisah di sini saja."
Jupiter memandang arlojinya sebentar.
"Kami cuma akan sebentar saja melihat-lihat," katanya. "kami akan berusaha


Trio Detektif 16 Misteri Singa Gugup di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang lagi besok untuk melanjutkan penyidikan."
Setelah itu Ia pergi, menuju ke tempat gelap. Bob
dan Pete hanya bisa mengangkat bahu, lalu menyusul teman mereka itu.
"Nah sekarang kita akan menguji tembok suara itu lagi," kata Bob. "Lain kali
tolong ingatkan aku, ya agar jangan lupa membawa penutup telinga."
"Lain kali tolong ingatkan, bahwa aku lebih baik tidak ikut saja kemari," kata Pete
menggerutu. "Aku sudah cukup mengalami ketegangan malam ini, diuber-uber
gorila tadi." Mereka menuruni lereng. Dengan segera Jupiter sudah tersusul. Teman mereka itu
sedang merunduk di balik sebatang pohon dekat kaki lereng.
"Kenapa " kata Pete. Tapi Ia langsung berhenti, karena melihat Jupiter mengangkat
tangannya. Sambil menempelkan jari ke bibir, Jupiter memberi isyarat agar kedua temannya
mendekat. Keduanya bergegas menghampiri sambil membungkuk-bungkuk.
Mesin pencincang logam tidak terdengar suaranya. Tapi ketiga remaja itu
mendengar bunyi lain. Bunyi berat, disusul dentangan, lalu bunyi gemerisik.
"Di tempat penimbunan," bisik Jupiter. "Ada orang di sana. Coba kalian
perhatikan - pernahkah kita melihat orang itu?"
Pete dan Bob menajamkan mata, memandang dengan tekun ke balik pagar. Mereka
mengamat-amati tempat penimbunan besi tua, yang saat itu diterangi cahaya bulan.
Tiba-tiba nampak nyata terang. Orang yang ada di situ menyalakan rokok.
Wajahnya nampak jelas selama rokok dinyalakan.
"Muka Kapak!" bisik Pete. "Orang yang datang ke pangkalan!"
"Ya, betul itu memang dia," kata Bob berbisik-bisik pula. "Ia mengaku bernama
Olsen, kan" Apa yang sedang dilakukannya di sini?"
"Ssst dengar!" kata Jupe pelan.
Mereka mendengar suara gemerisik . Laki-laki dengan potongan wajah lancip itu
membungkuk. Di tangannya ada sesuatu yang nampak berkilat. Bibirnya bergerakgerak.
Kemudian terdengar lagi bunyi gemerisik seperti tadi.
"Walkie-talkie," kata Jupe. "Muka Kapak mengirim berita dengan radio."
Bab 13 DIUBER! "YUK," ajak Jupiter sambil berbisik. "Aku harus ikut mendengarnya."
Ia menuding miring ke depan, ke arah kerumunan pohon ekaliptus yang tumbuh
persis bersebelahan dengan pagar. Dahan-dahan pepohonan itu menjulur rendah,
sehingga anak-anak bisa bersembunyi di situ asal mereka bisa mendatangi tempat
itu tanpa ketahuan. Dengan berhati-hati Jupiter merayap maju, diikuti oleh Bob dan
Pete. Tidak lama kemudian ketiga remaja itu sudah sampai dengan selamat di
bawah pohon-pohon yang dituju, terselubung di bawah dedaunan ekaliptus yang
berminyak dan berbau seperti obat. Mereka mengintip ke luar, ke balik pagar.
Mereka melihat Olsen. Orang itu berdiri tidak sampai tujuh meter dan tempat
mereka mengintip. Dari walkie-talkie yang dipegang orang itu terdengar bunyi gemerisik. Olsen
membungkukkan kepala, lalu berbicara. Kini anak-anak dapat mendengar katakatanya
dengan jelas. "Datanglah kemari," kata Muka kapak Walkie-talkie di tangannya gemerisik.
"Oke," jawab teman bicaranya.
Sesosok tubuh gelap nampak berjalan lambat lambat, melintasi tempat penimbunan
besi tua yang berserakan. Orang itu juga memegang walkie-talkie, yang antenanya
terjulur tinggi ke atas. Olsen, atau Muka kapak, menyapanya.
"Sudah ada hasil yang kaucapai, Dobbsie?"
Orang yang datang menggeleng. Ia terus berjalan sambil meneliti besi tua yang
berserakan di tanah. "Belum." katanya. Suaranya terdengar lewat walkie-talkie yang ada di tangan
Olsen. "Kalau begitu cari terus." kata Muka kapak. "Mungkin juga tertimbun."
Ia membungkuk. Dilemparkannya sebuah bumper mobil ke samping. Terdengar
bunyi berdentang ketika bumper itu jatuh. Olsen mengulangi perbuatannya dengan
sebuah bumper lagi, lalu sebuah tutup radiator. Tempat di sekelilingnya diamatamatinya
dengan tekun. Kemudian Ia menggeleng.
Sementara itu orang yang satu lagi sudah dekat. Ia pun mengangkat berbagai benda
yang dijumpai, Iaiu dicampakkan kembali ke tanah. Akhirnya kedua laki-laki itu
sudah saling berdekatan. Orang yang datang berpakaian serupa seperti Olsen, yang
mengenakan setelan rapi berwarna gelap.
Keduanya memasukkan antena walkie-talkie masing-masing.
"Rasanya seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami," keluh orang yang
baru datang. Suaranya terdengar capek.
"Ya, aku tahu," sahut Olsen. "Tapi kita tidak bisa mengambil risiko kehilangan
lagi. Jumlah yang terlibat terlalu tinggi, tidak bisa kita lepaskan saja."
"Bagaimana dengan tempat yang satu lagi?"
"Maksudmu, pangkalan yang berjual-beli barang-barang bekas" Kelihatannya
bersih " tapi kita perlu memperhatikannya terus. Anak gendut yang ada di sana,
mungkin mengetahui sesuatu. Dia perlu kita tangani lagi nanti!"
Jupiter berpandang-pandangan dengan kedua rekannya. Ketiga remaja Itu tahu,
hanya Jupiter saja anak gendut yang ada hubungannya dengan pangkalan barang
bekas. Jupiter meneguk ludah. Ia tidak senang disebut gendut. Tapi Ia lebih-lebih
merasa tidak enak mendengar nada mengancam dalam kata-kata terakhir yang
diucapkan oieh Olsen. Laki-laki yang satu lagi tertawa meringis. Mukanya pucat, berbentuk persegi,
dengan hidung melesak ke dalam, serta sepasang mata kecil yang menatap tajam.
"Bagaimana dengan dua yang baru saja datang di tempat Hall" Tidakkah itu juga
perlu kita ambil?" Olsen menggeleng. Ia merogoh kantungnya. Dikeluarkannya secarik kertas, lalu
diamat- amatinya dengan tekun.
"Jangan sekarang," katanya. "Risikonya terlalu besar, dan nanti burung-burung
kita terbang. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya ke kertas yang sedang dipegang.
Informasi yang kita petik dari pemberitahuan Dora, memberikan petunjuk pada
kita. DOX ROX NOX EX REX BOX. Enam 'X', berturut-turut. Itu bisa berarti
sandi kawat. Atau kalau tidak, mereka berbicara tentang enam ratus K. Itu nilainya
sekitar setengah juta dollar, Dobbsie. Lumayan, kan. Tidak sedikit batu sejumlah
itu." Temannya yang bermata kecil dan tajam mengangkat bahu.
"Memang dan jika kita masih lama lagi menunggu, jangan-jangan kita nanti
terlambat. Kenapa tidak kita sergap saja orang itu?"
Muka kapak memasukkan kertas yang dipegangnya ke dalam kantung.
"Kita menunggu," ujarnya mantap. "Nanti ia pasti melakukan sesuatu, yang
memberikan peluang pada kita. Malam ini ada yang ceroboh. Jika batu-batu itu
bisa lebih dulu kita temukan, kemudian keduanya kita ringkus."
"Baiklah. Kau yang menentukan."
"Memang!" kata Olsen dengan tegas. "Sekarang aku akan menyelidiki, apakah
Eastland ada sangkut-pautnya dengan urusan ini. Saat ini Ia sedang perlu uang, dan
mungkin gorila itu dilepaskannya dengan alasan tertentu. Jangan lupa, Ia akan bisa
menagih pembayaran lima puluh ribu dari Hall apabila terjadi sesuatu."
Temannya tertawa nyengir, lalu memukulkan kepalan tinjunya ke telapak tangan
yang satu lagi. "Aku kepingin sekali melakukan pembalasan terhadap orang itu. Bayangkan, aku
diusirnya seperti anjing!" Muka Kapak tertawa. "Ah kalau aku, soal begitu takkan kupedulikan!" katanya. "Oke, Dobbsie, besok
pada waktu yang sama kita memeriksa lagi."
Olsen melambaikan tangannya. Setelah itu Ia berpaling dengan cepat, lalu pergi.
Temannya berjalan ke arah berlawanan, melintasi tempat penimbunan besi tua.
Pete menyikut Jupe, untuk memberi isyarat. Setelah itu Ia menunjuk ke arah pagar
yang sedang dituju oleh Olsen. Kawat pagar di situ, yang semula tegak, kini
nampak kendur. Ketiga remaja yang mengintip memperhatikan laki-laki berbentuk muka lancip ke
bawah itu melangkahi pagar kawat yang sudah terbongkar. Setelah menyeberang,
orang itu menghampiri sebuah tonggak yang condong. Tonggak itu ditegakkannya,
sehingga pagar kawat terentang kembali. Olsen berbalik, menepuk-nepukkan
tangan sebentar, lalu mulai mendaki lereng. Ia berjalan ke arah rumah tempat
tinggal Jim Hall serta keponakannya. Dengan segera ia sudah lenyap dalam
kegelapan rimba. Bunyi langkahnya masih bisa terdengar selama beberapa saat
lebih lama. Tapi kemudian lenyap.
Trio Detektif menunggu sebentar di tempat persembunyian mereka. Kemudian
mereka bangkit lambat-lambat. Tempat penimbunan besi tua nampak sunyi.
Rupanya malam itu tidak bekerja. Laki-laki bermata kecil juga sudah tidak
kelihatan lagi di sana. Jupiter dan kedua rekannya melangkah, kembali mendaki
bukit. Tiba-tiba Jupiter mendesis. Ketiga remaja itu langsung berdiri seperti patung.
Mereka mendengar bunyi menyelinap di tengah rumput. Denyut nadi mereka
melaju. Kemudian terdengar langkah lembut. Mereka mundur dengan sikap ragu,
sementara perhatian mereka terarah ke dalam rimba yang gelap.
Sesosok tubuh besar dan gelap muncul dari balik sebatang pohon, lalu datang
menghampiri. Ketiga remaja itu langsung memutar tubuh, lalu lari. Tapi tahu-tahu
kaki Jupiter tersangkut akar pohon. Ia jatuh terjerembab. Tangannya menyentuh
sesuatu yang terasa dingin dan keras. Di belakangnya terdengar suara menggeram.
Dengan cepat Jupiter menggenggam benda yang tersentuh, lalu bangun dengan
cepat. Benda yang ditemukannya itu ternyata sepotong pipa logam.
Pete menyambar lengan Jupiter, lalu menariknya agar ikut lari. Dari tempat gelap
terdengar suara orang berteriak dengan marah. Tahu-tahu mata ketiga remaja itu
disilaukan sinar senter. Terdengar langkah berat bergegas-gegas merintis belukar. Jupiter lari, ditarik oleh
Pete. Jupiter masih tetap menggenggam pipa yang ditemukannya tadi. Bob lari di
depan mereka. Larinya laju melintasi lereng. Tahu-tahu ia terjatuh. Pete dan Jupiter
yang ada di belakangnya, langsung mengangkat teman mereka itu, lalu
menyeretnya sambil lari terus.
Sorotan senter menyinari mereka lagi. Mereka mendengar suara keras berteriak
menyuruh berhenti. Tapi ketiga remaja itu malah mempercepat lari mereka.
Mereka lari melintasi bukit, dengan napas memburu. Mereka mengikuti Pete, yang
tidak pernah salah arah. Beberapa saat kemudian mereka muncul dari dalam hutan,
memasuki jalan yang menuju ke rumah Jim Hall. Mobil Rolls-Royce tampak tidak
jauh di depan. Ketiga remaja itu lari menghampiri kendaraan yang diparkir dengan
lampu dinyalakan. Begitu sampai, Jupiter langsung membuka pintu dengan cepat, lalu menjatuhkan
diri ke jok belakang. "Kita pergi, Worthington! Cepat!" serunya.
Bob dan Pete menyusul masuk dengan cepat, sementara supir berkebangsaan
Inggris yang duduk di belakang kemudi menjawab dengan tenang, "Baik, Master
Jones." Dengan segera mesin mobil sudah dihidupkan. Worthington memutar kendaraan
besar itu. Sementara mobil meluncur ke arah pintu gerbang, mereka melihat seorang laki-laki
muncul dari dalam rimba. Orang itu menerpa ke arah mobil. Rupanya ia hendak
mencegat. Tapi Worthington cukup sigap. Seketika itu juga ia membanting
kemudi. Sekilas nampak muka orang yang hendak mencegat itu. Sambil
menyeringai marah, orang itu mengejar sambil mengacung-acungkan tinju.
"Huhh!" Pete menghembuskan napas lega. "Itu tadi Bo Jenkins, pekerja yang baru
dijadikan pengurus binatang."
Anak-anak menoleh, memandang lewat kaca belakang. Mereka melihat Bo
Jenkins, yang sementara itu tidak mengejar lagi. Orang itu menggerak-gerakkan
kepalan tinjunya yang besar dengan sikap mengancam. Anak-anak langsung
merunduk, walau mereka sebenarnya sudah tidak mungkin dikejar lagi.
Ketika menghampiri pintu gerbang, Pete bergegas meloncat ke luar, sementara
Worthington memperlambat jalan mobil. Pete membukakan pintu gerbang, lalu
menutupnya kembali begitu mobil sudah lewat. Setelah itu Ia bergegas masuk lagi.
Ia duduk bersandar sambil menggelengkan kepala lambat-lambat.
"Kenapa itu tadi?" katanya.
Jupiter tidak bisa menjawab. Keningnya berkerut sementara tangannya masih
menggenggam batang pipa yang hendak dijadikan senjata tadi.
Pete, Bob, dan Jupiter berdiri dekat gerbang utama Jones Salvage Yard.
Worthington sudah pergi lagi dengan Rolls-Royce yang dikemudikannya. Anakanak
sudah diantarnya sampai ke tempat itu, dan mereka pun sudah mengucapkan
terima kasih sebelum berpisah.
"Saat ini sebenarnya sudah agak larut," kata Jupiter, "tapi kurasa kita masih perlu
berembuk sebentar. Kita harus mengupas pembicaraan Muka Kapak Olsen,
maksudku dengan laki-laki yang satu lagi, yang disapa dengan sebutan Dobbsie.
Mungkin dari pembicaraan itu kita nanti bisa mendapat petunjuk yang diperlukan
guna membongkar misteri ini."
Ia bergegas mendului ke Markas. Pipa logam yang ditemukannya di dekat pagan
"Jungle Land" dicampakkannya ke meja kerja di bengkelnya. Setelah itu Ia
membungkuk, menyusup masuk ke Lorong Dua. Sesampai di Markas, ketiga
remaja itu langsung berkerumun menghadapi meja tulis. Bob mengeluarkan buku
catatannya. "Kurasa kejadian kita dikejar Bo Jenkins tadi bisa kita kesampingkan," kata Bob.
"Sama sekali tidak ada yang misterius mengenainya karena orang itu sudah jelas
sinting." "Untuk sementara, kita kesampingkan dulu urusan Bo Jenkins," kata Jupiter
sependapat. "Kurasa Ia tadi cuma sedang berpatroli, menjaga keamanan kompleks.
Mungkin Ia memang berhak mengusir orang-orang yang ada di dalam tanpa izin,
karena bisa menyebabkan binatang-binatang terganggu."
"Aku tidak begitu yakin tentang hal itu," kata Pete membantah. "Kita kan bukan
orang yang tidak dikenal di tempat itu. Bo Jenkins sudah melihat kita sewaktu Mr.
Hall dan Doc Dawson membawa gorila kembali ke kandangnya. Menurutku, tidak
sepantasnya Ia bersikap segalak tadi."
"Itu memang betul," kata Jupiter, "tapi kita tadi kan berada di tempat gelap. Bisa
saja Bo Jenkins tidak bisa melihat kita dengan jelas, sehingga mengira kita ini
anak-anak yang secara lancang berani masuk ke situ. Kurasa sebaiknya kejadian
itu kita lupakan saja dulu, dan membahas pembicaraan antara Olsen dengan
Dobbsie." Ketiga remaja itu berusaha mengingat kembali percakapan yang mereka tangkap,
sementara Bob mencatatnya dengan tekun. Setelah itu mereka membicarakan
makna yang mungkin terkandung.
"Apa yang kemungkinannya mereka cari-cari dengan begitu cermat" Benda itu
mestinya terletak di tanah," kata Bob.
"Dan benda itu mestinya kecil," kata Pete, "karena orang yang kemudian muncul
mengatakan, rasanya seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami."
"Itu belum merupakan petunjuk bahwa barang yang dicari berukuran kecil," kata
Jupiter. "Mencari sesuatu yang kelihatannya seperti barang-barang lainnya di
tengah tumpukan besi tua di sana itu, bukan merupakan pekerjaan gampang. Dan
itulah arti perumpamaan yang diucapkan oleh orang itu."
"Jadi kemungkinannya, barang apa yang mereka cari?" tanya Bob.
"Aku belum tahu," kata Jupiter. "Tapi kita mempunyai petunjuk-petunjuk tentang
itu. Coba kaubacakan lagi catatanmu mengenai pembicaraan mereka, Bob! Itu,
yang mengenal batu-batu, serta "X" yang disebutkan berturut-turut."
"Baik," kata Bob, lalu menatap catatannya. "Pembicaraan mereka tadi begini." Bob
membacakannya, ?"Informasi dari Dora, memberi petunjuk DOX POX NOX EX
REX BOX." Kurasa kata-kata itu semuanya berakhir dengan huruf "X", karena
orang yang mengatakannya kemudian menambah," kata Bob menarik kesimpulan,
lalu membaca lagi, "Enam "X". Itu mungkin sandi. Atau boleh jadi berarti enam
ratus K. Itu sekitar setengah juta dollar, Dobbsie. Tidak sedikit batu sebegitu.?"
"Ya, kurang lebih begitulah kata-kata yang diucapkan Muka Kapak tadi," kata
Jupiter. "Tapi Olsen tidak hanya menyebut "sandi" saja, melainkan "sandi kawat".
Kita tidak tahu Dora itu siapa, tapi pemberitahuannya kedengarannya seperti
dikirim dengan kawat. Kata-katanya singkat, dan hanya yang penting-penting saja.
Dan seperti sering dilakukan dalam mengirim kawat, kawat-kawatnya merupakan
bahasa sandi. Orang-orang yang ingin rahasia bisnis mereka tidak diketahui orang
lain, biasa saling berhubungan dengan bahasa atau angka-angka sandi, yang sudah
disepakatkan. Biasanya ada satu hunuf atau kata kunci, untuk menguraikan pesanpesan
sandi pihak pengirim."
"Tapi kita tidak mengenal kunci bahasa sandi ini," kata Pete.
"Kurasa itu juga tidak perlu," sambut Jupiter. "Semua kata-kata itu
kemungkinannya berakhir dengan huruf "X", kata Bob tadi. Tapi kebanyakan
daripadanya, dengan mudah dapat dialihkan dalam bahasa Inggris biasa. Bunyi
"X", dapat pula dituliskan dengan "CKS" dalam bahasa Inggris. Lalu kata dengan
awalan 'KN', umumnya hanya N -nya saja yang kedengaran. Begitu pula halnya
dengan huruf-huruf awalan "WR", yang terdengar hanya "R"-nya. Dengan begitu,
pemberitahuan, "DOX ROX NOX DC REX BOX", mungkin saja seharusnya
berbunyi, "DOCKS ROCKS KNOCKS EX WRECKS BOX." Jupiter menuliskan


Trio Detektif 16 Misteri Singa Gugup di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata-kata yang diucapkannya dalam buku catatan Bob.
"Hebat," kata Pete. "Lalu apa artinya?"
"Aku tidak tahu pasti tapi aku bisa menduga-duga," kata Jupiter. Ia menegakkan
sikap. Nampak bahwa ia bersemangat. "Kurasa, ROCKS merupakan kata yang
penting di sini. Olsen mengatakan, ada sesuatu yang nilainya sekitar setengah juta
dollar, lalu menambahkan bahwa tidak sedikit batu sebegitu. Ada gambaran yang
kalian peroleh mengenainya?"
"Mengenai rocks jadi batu senilai setengah juta dollar?" kata Pete dengan bingung.
"Batu yang diambil dari tanah" Mana mungkin" Maksudku, siapa sih yang mau?"
"Batu", masih ada artinya lain, Pete," kata Jupiter. "Dalam bahasa kasar, itu juga
berarti "uang". Olsen dan Dobbsie pasti sedang mencari-cari uang tadi! Setengah
juta dollar! Kurasa mereka berdua terlibat dalam salah satu persekongkolan yang
melanggar hukum. Tingkah-laku mereka mirip penjahat " dan uang sebanyak itu,
kedengarannya seperti hasil rampokan!"
"Wah itu perkiraan yang sangat berani," kata Bob dengan sikap sangsi. "Tapi
katakanlah dugaanmu itu benar - lalu apa arti sisa pemberitahuan itu?"
Kening Jupiter berkerut. "Aku tidak tahu, Bob," katanya. "kemungkinannya petunjuk di mana uang itu bisa
ditemukan. Mungkin pembicaraan selebihnya bisa memberi petunjuk pada kita."
"Bagaimana dengan ucapan yang mengatakan, keduanya akan diringkus?" tanya
Pete. "Tentang siapakah Olsen tadi berbicara?"
Bob membaca dari buku catatannya.
?"Jika batu-batu itu bisa lebih dulu kita temukan, kemudian keduanya kita
ringkus." Jupiter menggeleng. "Mula-mula keduanya berbicara tentang satu orang. Teman Olsen mengatakan,
"Kenapa tidak kita sergap saja orang itu" Kemudian Muka kapak berkata, "Ia akan
membuka peluang bagi kita. Malam ini ada yang ceroboh."
"Siapa yang ceroboh itu?" tanya Pete.
Bob menyimak catatannya. "Jika ceroboh itu dihubungkan dengan melepaskan gorila, mereka menduga
kemungkinannya Eastland yang melakukan hal itu."
"Aku tidak melihat alasan baginya untuk mengambil risiko itu," kata Jupiter
sambil merenung. "Memang, berdasarkan kontrak yang sudah disepakatkan, Jim
Hall harus membayar lima puluh ribu dollar pada Eastland sebagai ganti rugi jika
terjadi kecelakaan. Tapi kurasa Eastland takkan setolol itu. Gorila itu berbahaya!
Aku lebih cenderung menduga, Hank Morton lagi yang hendak membalas
dendam!" " "Baiklah tapi itu sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan batu-batu," kata
BobJ "Kita cuma berputar-putar terus."
Jupiter berpikir-pikir, sambil mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja.
"Kita melupakan perjumpaan kita yang pertama kali dengan Olsen," katanya
kemudian. "Orang itu kan kemari katanya ingin membeli kandang-kandang.
Kemudian, tadi ia rasa-rasanya berbicara tentang diriku, serta tentang kandangkandang
itu." Jupiter mengernyitkan muka, karena teringat bahwa Olsen menyebut
dirinya dengan, "anak gendut"."
"Mungkin "a beranggapan, batu-batunya bisa ditemukan dalam kandang-kandang
itu," kata Pete dengan nada mengejek.
"Jangan tertawa," kata Jupiter. "Nanti dulu! "0 Box dalam berita kawat itu, bisa
berarti peti, tapi mungkin juga berarti "kandang"! WRECKS BOX; dengan begitu
mungkin berarti bongkar kandang maka uang itu akan ditemukan!"
"Kandang-kandang itu tidak perlu dibongkar lagi, karena memang sudah rusak,"
kata Pete membantah. "Lagi pula Olsen tampaknya tidak menilai kandang-kandang
itu terlalu berharga. Ia cuma menawarkan pembayaran sebanyak dua puluh dollar
saja." "Ya, memang," kata Jupiter mengakui. "Itu tidak bisa kujelaskan. Tapi mungkin
juga Olsen sebenarnya mencari kandang yang lain."
"Ya, di tempat penimbunan besi tua " di tengah rongsokan mobil," kata Pete,
dengan nada kurang percaya. "Ah - kurasa kita semua sudah capek, dan karena itu
pikiran kita buntu."
Jupiter berdiri, lalu menggeliat.
"Kurasa kau benar, Pete. Lebih baik kita hentikan sampai di sini dulu. Kita belum
bisa sampai pada kesimpulan yang tegas tapi setidak-tidaknya, satu hal sudah bisa
kita pastikan." "Apa itu?" tanya Bob.
"Ada misteri yang perlu diusut," kata Jupiter dengan puas.
Bab 14 BOB MENEMUKAN SESUATU KETIKA turun ke bawah untuk sarapan keesokan paginya, Bob masih tetap
merasa bingung. Bahkan, semakin bingung! Begitu banyak yang terjadi sehari
sebelumnya, dan begitu sedikit yang dapat dimengerti. Ia bertanya-tanya pada
dirinya sendiri, jangan-jangan Jupiter main terka saja dalam menarik kesimpulan
tentang makna kalimat sandi edan itu.
Bob mengucapkan selamat pagi pada ayahnya Mr. Andrews hanya mendengus saja
dari balik surat kabar pagi yang sedang dibaca. Ia baru minum secangkir kopi, jadi
rupanya belum kepingin diajak berbicara. Bob mencari-cari sesuatu yang bisa
dibaca. Tulisan pada benda-benda yang terletak di atas meja sarapan sudah
dibacanya semua. Karenanya ia meraih ke arah tumpukan surat kabar luar kota
yang terletak di atas rak dekat meja makan. Ayahnya wartawan. Ia sering
membawa pulang harian-harian terbitan daerah lain, Ia mengatakan pada Bob, satu
harian saja takkan mungkin bisa memuat semua berita penting, dan karenanya Ia
suka melihat berita-berita apa saja yang dianggap pantas dimuat oleh surat kabar
lain-lainnya. Bob membalik-balik halaman sebuah surat kabar, membaca bagian komik, serta
melihat judul berita-berita secara sekilas. Setelah itu diambilnya surat kabar lain.
Perhatiannya tertarik melihat suatu berita tertentu. Berita itu dikirim kantor berita
UPI dari Koster, Afrika Selatan. Bob membacanya:
PRIA 79 TAHUN MEMBUKA PERBURUAN INTAN DI AFRIKA
Walau sudah berusia lanjut, Pieter Bester melonjak tinggi-tinggi sambil bersorak
keras, menyambar sertifikat hak penggaliannya, lalu lari ke luar.
Dengan disaksikan sekitar 3.000 penonton yang bersorak-sorai, dengan demikian
Ia membuka peristiwa yang mungkin merupakan perburuan intan terakhir secara
sah di Afrika. Seratus enam puluh lima pencari intan saling dahulu-mendahului
hari Rabu yang lalu untuk mengadu nasib di ladang intan daerah Swartrand.
Pencari intan kawakan, Hendrik Swanpoel, 72 tahun, yang menemukan ladang
intan itu, bernasib mujur lagi. Saat menggali di lokasi pertama yang dipilihnya, Ia
langsung menemukan sebuah intan seberat 48.12 karat, yang kemudian dijualnya
dengan harga $42.000. "Aku tidak ingin mematahkan semangat teman-teman," kata Swanpoel sambil
tertawa lebar, "tapi batu-batu terbaik, kebanyakan sudah kuambil."
Artikel itu selanjutnya diteruskan dengan perincian tentang perburuan intan yang
disponsori pemerintah itu. Kawasan yang diberitakan terletak sekitar 75 mil di
sebelah barat laut Johannesburg, yang dulu pernah dikenal dengan penamaan
Negeri Intan. Semasa kegemilangan usaha pencarian intan, tahun 1927 dan 1928,
sebanyak 150.000 pencari intan berhasil menggali batu permata bermutu tinggi
senilal $28 juta dari Jokasi penggalian Grasfontein dan Bakerville, 50 mil di
sebelah barat. Peraturan menentukan bahwa para calon pencari intan harus
memasukkan kertas dengan nama masing-masing ke dalam sebuah topi, lalu hanya
orang-orang mujur yang namanya ditarik saja yang kemudian diizinkan turut
bersiap di garis start. Tiap-tiap peserta diizinkan mengambil tiga tempat
penggalian, yang masing-masing sudah ditetapkan ukurannya. Para penggali
veteran menyewa pelari-pelari setempat untuk berlomba bagi mereka guna
memilih lokasi-lokasi yang dirasa paling banyak memberi harapan. Atau kalau
tidak, mereka diwakili anak laki-laki mereka, setelah dilatih dengan tekun.
"Wah!" desah Bob. "Empat puluh dua ribu dollar untuk sebutir intan saja! itu
bukan uang yang sedikit!"
Ia membalik ke halaman berikut. Di situ ada lagi berita yang menarik
perhatiannya. Ia mulai membaca.
BEKAS PEJABAT DITUNTUT DALAM KASUS INTAN Porto Ferraro, bekas asisten menteri pertambangan di Koster, Afrika Selatan, hari
Selasa lalu dituntut oleh pengadilan tinggi federal dengan dakwaan tahun lalu
menyelundupkan intan ke Amerika Serikat. Ia ditangkap di pelabuhan udara
internasional di Los Angeles.
Para petugas bea cukai menemukan lima bungkusan pada dirinya, masing-masing
berisi intan yang sudah diasah dan dipoles. Berat keseluruhan intan-intan itu
659.14 karat, sedang harga penjualannya dinilai sebesar $750,000. Ferraro
dituduh melakukan dua tindakan melanggar hukum, yaitu masing-masing
penyelundupan serta menghindari kewajiban membayar bea impor. Masingmasing
tuduhan mengandung kemungkinan hukuman dua tahun penjara ditambah
denda $5.000. "Wow!" seru Bob terkesan. Ia tidak menyangka, bahwa intan sebegitu mahal
nilainya. "Ada apa?" tanya ayahnya. Mr. Andrews meletakkan surat kabarnya, lalu
menghirup kopi yang terhidang di atas meja.
"Aku baru saja membaca dua berita tentang intan," kata Bob menjelaskan. "Di sini
dikatakan, intan seberat 48 karat dijual dengan harga $42.000. Uang sebegitu kan
tidak sedikit" Karat itu sebenarnya apa, Ayah?"
" Karat itu satuan berat yang dipakai untuk batu permata. Satu karat terbagi dalam
seratus point, seperti satu dollar terbagi dalam seratus sen. Intan satu point kecil
sekali. Sedang yang seratus point atau intan satu karat, lumayan besarnya."
"Kalau begitu, intan 48 karat berapa besarnya?"
"Besar sekali, untuk intan! Nanti dulu ada sebutir intan yang sangat termasyhur
berasal dari India. Intan itu dikenal dengan nama The Sancy. Ukurannya kurang
lebih sebesar biji buah persik. Beratnya 55 karat. Jadi intan 48 karat yang
kautanyakan itu sedikit lebih kecil daripada biji buah persik."
"Berapa nilai satu karat, Ayah?" tanya Bob.
"Tidak tentu, karena tergantung batunya. Tapi kalau intan " begitulah, sekitar
seribu dollar. Tapi itu juga tergantung kualitas serta kecemerlangannya. Tadi
kaukatakan, intan 48 karat itu dijual dengan harga $ 42.000. Dan situ bisa ditarik
kesimpulan bahwa kualitasnya tidak sempurna. Atau banyak yang terbuang dalam
pengasahan." "Pengasahan?" tanya Bob.
Mr. Andrews mengangguk. "Ukuran dan kualitas memang penting menaksir harga intan. Tapi harga intan
belum bisa ditentukan selama belum diasah dan dipoles. Kadang-kadang dalam
proses pengasahan banyak yang terpaksa dibuang. Soalnya, intan yang ditemukan
di ladang atau dalam tambang, masih berupa batu kasar, yang kelihatannya seperti
kerikil atau batu biasa saja ?"
"Astaga!" seru Bob. "Maaf, Yah! Terima kasih, tapi aku sekarang perlu lekas-lekas
menelepon!" Mr. Andrews hanya tersenyum saja, sementara anaknya bergegas-gegas
mendatangi pesawat telepon. Baginya sudah tidak aneh lagi, bahwa Bob tahu-tahu
menghentikan pembicaraan, lalu pergi bergegas-gegas.
Bob menelepon Jupiter. "He, Jupe!" serunya, ketika suara temannya itu sudah terdengar di seberang
sambungan. "Tahukah kau, bahwa intan yang belum diasah kelihatannya seperti
batu biasa?" Setelah itu diceritakannya hal-hal yang baru diketahuinya dari surat
kabar serta dan penjelasan ayahnya. "Jadi kemungkinannya yang dicari-cari Olsen
itu intan! Yang dimaksudkannya dengan batu, sebenarnya intan!"
"Ya, tentu saja!" kata Jupiter bersemangat. "Dalam bah"sa penjahat, intan memang
biasa disebut begitu." Ia membisu sesaat, lalu menyambung, "Bagus, Bob!
Informasimu itu cocok dengan kesimpulan-kesimpulan yang sudah kutarik pagi
ini. " Bisakab kau datang kemari dengan segera. Tadi Mike Hall menelepon. Hari
ini George akan tampil di depan kamera, dan Mike ingin agar kita ada di lokasi
pembuatan film." "Bisa saja," kata Bob. "Tapi kusangka kau ada kerja lain hari ini."
"Paman Titus memutuskan untuk membereskan pekerjaannya di rumah hari ini,
jadi aku tidak diperlukan. Bagiku malah kebetulan! Aku mempunyai firasat, bahwa
masih akan terjadi berbagai hal lagi di "Jungle Land" selama kita belum berhasil
membongkar misteri di sana. Datanglah selekas mungkin ke Markas. Aku akan
sudah ada di situ. Pete sudah berangkat kemari."
"Konrad tadi menawarkan untuk mengantar kita ke "Jungle Land"," kata Jupe pada
kedua temannya ketika mereka semua sudah berada dalam Markas. "Kita hanya
punya waktu beberapa menit saja untuk membicarakan masalah serius yang baru
timbul. Jika kesimpulanku ternyata tepat, mungkin itu akan mengarahkan usaha
penyidikan jika kita sudah tiba di sana."
"Ada apa sih?" tanya Bob, sambil memandang Pete.
Pete hanya mengangkat bahu.
"Berdasarkan informasi yang baru dari Bob serta kesimpulan-kesimpulanku
sendiri," kata Jupiter dengan bersungguh-sungguh, "aku berpendapat bahwa
keluarga Hall terlibat dalam kegiatan penyelundupan."
"Apa?" Bob benar-benar tercengang. Ia merasa bahwa itu mustahil.
"Cal Hall mengirimkan binatang-binatang pada saudaranya di sini," kata Jupiter
melanjutkan. "Kurasa pengiriman itu cuma kedok saja bagi penyelundupan intan
yang dilakukan dari Afrika."
"Tapi intan kan berasal dari Afrika Selatan, sedang Cal Hall beroperasi di Afrika
Tengah," kata Bob. "Bukankah letak kedua kawasan itu terpisah jauh?"
"Menurut Mike, Cal Hall berada di Ruanda untuk menangkap gorila pegunungan,"
kata Jupiter menjelaskan. "Tapi selaku pemburu dan penjelajah, Ia pasti biasa
berkeliaran ke mana-mana di benua itu. Di samping itu, kecuali Afika Selatan
masih banyak lagi negara lain di sana yang menghasilkan intan. Kongo, Ghana,
Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Republik Afrika Tengah " semuanya
mengekspor intan." Ia mengambil buku peta bumi dari sebuah rak, lalu mencari bagian yang
menampakkan benua Afrika.
"Di Afrika Timur ada sebuah negara, letaknya tidak jauh dari Ruanda. Dulu
namanya Tanganyika. Nih " ini negara yang kumaksudkan itu! Bertetangga
dengan Uganda, serta Kenya. Sekarang namanya Tanzania. Di sana juga ada
tambang-tambang intan. Begitu pula satwa liar yang paling banyak jumlahnya di
Afrika Timur, menurut atlas ini. Cal harus pergi ke timur untuk mengirimkan
binatang-binatang tangkapannya dengan kapal. Dan untuk itu, Ia harus melewati
daerah Tanzania. Ini " di sini ada sebuah kota pelabuhan yang besar. Dar es
Salam, yang sekaligus juga merupakan ibu kota Tanzania."
Pete bersiul pelan. "Dar es Salam " rasanya seperti sudah pernah kudengar nama itu. Coba
kauperiksa buku catatanmu, Bob."
Bob mengeluarkan buku catatannya, dan dicarinya catatan tentang perernbukan
malam sebelumnya. "Informasi dari Dora," katanya sambil membaca. Kini ia juga bersiul pelan. "Dora!
Kalau tidak salah " Olsen kemarin malam masih menyebut sesuatu lagi sesudah
itu, cuma tak terdengar jelas. Dora " Dar es " Dan es Salam " mungkin itu
sebenarnya yang dikatakan olehnya."
"Kita belum tahu, apa sebabnya Olsen mengetahui adanya berita kawat itu," kata
Jupiter. "Tapi rupanya Cal Hall mengirimkannya pada saudaranya dari tempat
pengiriman barang dilakukan, untuk memberi tahu tentang adanya pengiriman
intan." Matanya bersinar-sinar. "Sekarang bisa kumengerti, apa sebetulnya arti kata yang pertama, sambungnya.
DOX " dieja menjadi "docks", berarti dermaga. Jadi dermaga dari mana binatangbinatang
yang dikirimkan dinaikkan ke kapal."
Bob menuliskan isi pesan dalam bentuknya yang asli di atas kertas, lalu
menambahkan penafsiran mereka di bawahnya.
DOX ROX NOX EX REX BOX DOCKS ROCKS KNOCKS EX WRECKS BOX
"Kita sekarang menarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan "ROCKS"
" batu " adalah intan, lalu kau beranggapan bahwa WRECKS BOX berarti
membongkar kandang," kata Bob. "Bagaimana dengan kata-kata selebihnya?"
"Kata-kata ketiga dan keempat belum bisa kutafsirkan maknanya," kata Jupiter.
"Tapi kurasa aku keliru menafsirkan kata REX menjadi WRECKS. Mestinya tetap
REX, karena dengan begitu semuanya cocok!"
Ia berhenti sebentar. "Sudahlah, katakan saja, Jupe!" desak Pete.
"Rex dalam bahasa latin berarti raja. Singa biasa dijuluki raja hutan. Dengan
begitu, REX BOX dapat berarti kandang tempat George! Dan George dulu dikirim
dari Afrika. Kurasa berita itu menyangkut urusan penyelundupan intan ke negara
kita ini bersama George serta kandangnya. Selanjutnya aku juga menduga bahwa
kemudian intan-intan yang diselundupkan itu tercecer entah di mana, lalu orang
yang mencari-carinya terlalu sering muncul " sehingga George menjadi gelisah


Trio Detektif 16 Misteri Singa Gugup di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karenanya!" Pete mengangguk. "Anjing penjaga biasa pun akan mulai gelisah, jika ada orang tak dikenal
berkeliaran malam-malam di dekat rumah!" katanya.
"Tapi Jim Hall kan bukan orang yang tak dikenal," bantah Bob. "Sedang menurut
Jupe, ial termasuk kawanan penyelundup."
"Memang, Jim Hall takkan membuat George gelisah. Jadi mestinya itu orang lain."
"Bagaimana dengan Jay Eastland?" kata Pete. "Siapa pun pasti akan gugup jika Ia
datang." "Itu bisa saja," kata Jupiter. "Tapi saat ini aku tidak melihat hubungannya."
"Hank Morton!" kata Pete, sambil menjentikkan jari. "Menurutku, Ia pasti terlibat!
Ingat, mungkin dialah yang waktu itu melepaskan George. Ia mungkin melakukan
penbuatan itu agar bisa memeriksa kandang singa itu."
"Kau lupa, kandang itu sudah tidak ada lagi," kata Jupiter. "Mike kan
menceritakannya pada kita mereka telah menyingkirkannya, dan bahwa sejak itu
George diperbolehkan tinggal dalam rumah."
"Bagaimana dengan Olsen serta Dobbsie?", tanya Bob. "Apa peranan mereka
dalam urusan ini" Mereka nampaknya tahu apa yang mereka cari dan di mana
harus mencari!" "Keduanya memang jelas perlu dicurigai," kata Jupiter dengan yakin. "Mungkin
saja mereka termasuk komplotan Jim."
"Kalau begitu, kenapa mereka mencari-cari di tempat penimbunan besi tua?" tanya
Pete. "Mungkin saja intan-intan itu tercecer di sana," kata Jupe. "Ingat apa yang
dikatakan orang itu " seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami."
Bob membalik-balik buku catatannya, lalu membacakan keras-keras.
"Dan pembicaraan antara Olsen dengan temannya, aku tidak mendapat kesan
bahwa keduanya bekerja sama dengan Hall bersaudara," katanya kemudian.
"Mungkin saja mereka bentrokan, dan kini berusaha merampas intan selundupan
itu," kata Jupiter mencoba menebak. "Atau bisa juga mreka itu termasuk
komplotan saingan!" "Wah, rumit sekali kedengarannya!" kata Bob. "Aku ingin tahu, apakah Mike tahu
apa-apa tentang segala urusan penyelundupan ini."
"Kurasa tidak," kata Jupiter. "Kita harus berhati-hati dalam menghadapinya.
Jangan langsung menuduh Jim Hall, karena ia sangat mengagumi pamannya itu.
Begitu pula Cal Hall. Itu baru kita lakukan, jika kita sudah benar-benar yakin.
Setuju?" Bob dan Pete mengangguk. Jupiter berdiri, lalu menggeliat.
"Baiklah! Konrad sudah menunggu di luar. Mungkin dengan kedatangan kita
sekali ini ke 'Jungle Land", kita akan berhasil membongkar misteri yang ada di
tempat itu." Mereke keluar dengan wajah suram. Mereka gemar menyelidiki misteri, tapi
pengusutan yang mereka lakukan kali ini nampaknya akan menyebabkan
kesedihan bagi beberapa orang. Jupiter menggigit-gigit bibirnya. Ia memikirkan
cara sebaiknya untuk menyampaikan berita itu pada Mike Hall.
Bab 15 PEMBUNUH HITAM MIKE Hall sudah menunggu anak-anak di rumahnya. Mereka diajaknya melewati
suatu jalan, yang merupakan pintasan menuju ternpat Jay Eastland membuat
filmnya. Lokasi itu berupa lingkungan rimba alamiah, berupa dataran terbuka yang
berbatasan dengan pepohonan yang besar-besar, serta semak-belukar lebat. Di sisi
sebelah utara berserakan batu-batu besar, di kaki tebing yang rendah tapi terjal.
Sebagian dan lereng tebing itu menjorok ke depan, tidak begitu jauh dari tanah.
Lokasi pembuatan film itu penuh dengan kesibukan. Para pekerja memasang
kabel-kabel serta cermin-cermin pemantul yang tinggi untuk lampu-lampu yang
dipasang di atas kaki tiga yang besar-besar. Eastland berdiri agak ke tepi. Ia sedang
sibuk berbicara dengan sekelompok pemain film serta memeriksa posisi masingmasing.
Sementara itu beberapa orang mendorong pesawat kamera ke posisi yang
sudah ditentukan. "Sudah mulaikah mereka?" tanya Bob, sambil memperhatikan kesibukan di tempat
itu. Mike menggeleng. "Udara mendung terus sejak pagi," katanya.
"Tapi matahari sudah muncul sekarang, dan kurasa sebentar lagi mereka akan
mulai. George akan tampil dalam adegan yang akan paling dulu diambil."
"Bagaimana keadaannya tadi malam?" tanya Jupiter. "Gugup lagi?"
"Tidak, tidur nyenyak terus sejak diberi suntikan penenang oleh Doc Dawson,"
kata Mike. "Untung saja, karena macan tutu! itu hampir sepanjang malam berisik."
"Aduh," keluh Pete, "Jangan-jangan kita menghadapi misteri baru lagi sekarang "
macan tutul yang gugup!"
"Kurasa Ia cuma masih harus membiasakan diri dengan kehidupan di sini."
"Bagaimana dengan kaki George yang luka, Mike?"" tanya Bob.
"Sudah bisa dibilang sembuh. Bekasnya nyaris tidak kelihatan lagi."
Mike menunjuk ke sudut tempat itu. Jim Hall berdiri seorang diri di situ bersama
singa di sisinya. Orang itu melihat Jupiter serta anak-anak yang lain. Ia melambai,
menyuruh. mereka datang. Anak-anak datang menghampiri, tapi sambil
memperhatikan George dengan sikap berjaga-jaga. Binatang besar berbulu kuning
kecokelatan itu duduk dengan tenang. Matanya yang kuning menatap ke kejauhan.
Ekornya yang panjang bergerak-gerak ketika Jim Hall menggosok-gosok
telinganya. "Untung kalian bisa datang," kata Jim Hall pada Trio D"tektif. "Seperti kalian
lihat, hari ini George berada dalam keadaan yang sangat baik. Ia sudah dilatih
beberapa kali untuk penampilannya dalam adegan yang akan pertama-ama diambil
nanti. Ia sudah tahu dengan tepat, apa saja yang harus diperbuatnya."
Jim Hall memandang sekilas ke arah sutradara merangkap produser yang nampak
sangat sibuk. "Mudah-mudahan Eastland akan mulai dengan segera dengan
pengambilan film, sementara George masih tenang."
Singa besar itu mengangakan mulutnya lebar-lebar. Ia menguap, memamerkan gigi
panjang kekuningan. Dari kerongkongannya terdengar suara geraman berat.
Jim Hall tersenyum melihat Jupe serta kedua rekannya agak gelisah.
"Ia mendengkur," katanya. "Itu tanda baik, karena berarti bahwa Ia sedang
senang." Jim memandang lagi ke arah Jay Eastland dengan sikap kurang sabar.
"Ayolah, kita mulai saja sekarang, gumamnya.
Sutradara gendut itu melintasi lapangan. Ia menuju ke tebing, lalu menyerukan
berbagai instruksi dengan suara keras, dan bernada cerewet.
"Kemarikan kamera itu!" serunya.
Setelah itu dipelajarinya catatan yang tertulis di atas selembar kertas.
"Kita harus bekerja dengan rapi dalam pengambilan adegan ini," katanya.
"Memang cuma pendek saja, tapi kita harus langsung berhasil dengan pengambilan
pertama. Mengerti?" "Biayanya akan bisa ditekan jika tidak ada pengulangan," bisik Pete pada Jupiter.
Eastland menggamit seorang aktor dan seorang aktris, menyuruh keduanya datang.
"Miss Stone, Anda dan Rock Randall berdiri di sana." Ia menunjuk ke bawah
bagian tebing yang menjorok ke luar. "Singanya nanti berdiri di atas bagian yang
menonjol itu, memandang ke bawah. Kalian berdua bergulat. Lalu saat Randall
membelakangi tebing, singa menerpanya. Sudah jelas" Masih ada pertanyaan, Sue"
Tidak" Bagaimana dengan Anda, Randall" Juga tidak" Baiklah, kalau begitu."
Jay Eastland berpaling pada juru kamera.
"Kamera kautahan saat George nanti menerpa ke bawah. Randall akan berusaha
membebaskan diri, Ialu keduanya bergulat. Rekam adegan itu sebanyak beberapa
meter. Kemudian Randall terhenyak ke tanah, singa mencengkeram " selesai. "
"Sementara kita menyiapkan pengambilan berikut dengan Sue, Hall bisa datang
untuk menenangkan singanya. Mudah-mudahan saja tidak ada kesulitan nanti."
Jim Hall langsung naik darah.
"George sudah tahu apa yang harus dilakukannya nanti, Eastland " asal Randall
benar-benar tetap terbaring di tanah, dan tidak berusaha berdiri lagi. Jika itu
dilakukannya, George pasti akan menamparnya sehingga roboh kembali. Kalau itu
tidak dilakukannya, aku berani menjamin bahwa takkan ada kecelakaan nanti."
Jay Eastland mengangguk sambil menyeringai.
"Mudah-mudahan saja tidak," katanya, lalu menoleh ke arah pemeran utama pria.
"Dan kau, Rock " mudah-mudahan kau tidak lupa memhayar iuran asuransimu,"
Aktor itu nampak ketakutan. Mukanya pucat.
"Aduh, Jay " jangan suka berkelakar yang bukan-bukan."
Rock Randall menjauh dengan sikap gelisah, lalu menyalakan rokok.
"Rock Randall gugup sekali kelihatannya," bisik Jupiter pada teman-temannya.
"Sedang Eastland bukannya menenangkan, tapi malah bersikap seakan-akan tidak
percaya bahwa George bisa diandalkan."
Pete memandang singa besar yang duduk dengan tenang di samping tuannya.
"Kegugupan Randall bisa kumengerti," katanya kemudian. "Bagaimana tidak
gugup kalau nanti akan diterpa seekor singa besar!"
"Tapi George sudah terlatih baik," kata Mike. "Ia nanti cuma pura-pura
menyerang. Ia takkan sampai menimbulkan cedera."
"Kusangka Rock Randall terlibat dalam perkelahian kemarin," kata Bob. "Sama
sekali tidak tampak bekas-bekasnya."
"Keahlian juru rias," kata Pete, yang memang berpengetahuan luas tentang selukbeluk
perfilman. Jay Eastland menghampir Sue Stone, aktris yang memainkan peran utama.
"Adegan Anda dengan George akan kita ambil sesudah yang itu, Sue," katanya.
"Anda sedang tidur dalam tenda. Kepala George tersembul dari balik kelepak
penutup, lalu Ia masuk. Ia sebenarnya, hanya ingin tahu saja. Tapi begitu Anda
terbangun dan melihatnya, Anda langsung berteriak. George mengangakan mulut,
lalu mengaum. Oke" Anda jangan macam-macam nanti " seperti lari ke luar atau
memukulnya. Anda cukup duduk dengan cepat, menutup tubuh dengan selimut,
sambil menjerit, Oke?"
Aktris itu menjamah kerongkongannya.
"Saya selama ini belum pernah tampil bersama singa, Mr. Eastland. Anda tahu
pasti, singa itu nanti tidak apa-apa?"
Eastland tersenyum. Diambilnya selembar kertas terlipat dari kantungnya, lalu
dilambai-lambaikan. "Begitulah yang dikatakan Jim Hall, pemilik dan sekaligus pelatihnya. Jaminannya
itu tertulis pada kertas ini."
Aktris itu berpaling. Nampak jelas bahwa perasaannya galau.
Pete menyentuh bahu Jupiter, lalu menoleh Jupiter mengikuti arah pandangannya.
Dilihatnya laki-laki bermuka lancip seperti kapak sedang memperhatikan
kesibukan awak film. Orang itu berdiri di pinggir. Jupiter mendekatkan kepalanya
pada Mike. "Ssst, Mike " orang yang di sana itu " kau tahu, siapa dia?"
"Laki-laki berwajah lancip itu" Ya, aku tahu " namanya Dunlop. Ia bekerja di
sini, melakukan salah satu tugas untuk Mr. Eastland."
"Dunlop, katamu" Kau tahu pasti" Bukan Olsen namanya"
"Betul, memang Dunlop. Aku mendengar Eastland menyapanya dengan nama itu.
Kurasa dia ahli senjata api."
Jupe memandang sekilas ke arah Pete dan Bob untuk melihat apakah mereka juga
mendengar penjelasan itu. Keduanya mengangguk. Orang yang ternyata dikenal
dengan nama Dunlop itu pergi meninggalkan lokasi dengan langkah santai, tanpa
menoleh ke belakang. Jupiter mengerutkan keningnya. Ia teringat, laki-laki itu
Ching Ching 10 Roro Centil 29 Dendam Dan Cinta Gila Seorang Pendekar Munculnya Ratu Siluman Darah 1

Cari Blog Ini