Ceritasilat Novel Online

Pendekar Lengan Buntung 6

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 6


Soan Li lah yang membawamu ke tempat ini melarikan diri dari Thay-lek-hui-mo
dan di sini ini, kulihat ia menyembuhkan luka jarum di pundakmu. Apa ini dikata
jahat" Hemm, menurut tafsiranku.. . . gadis itu.. . . merasa suka padamu! Seperti.. . .
maksudku kau juga cinta sama Soan Li, bukan
Ditanya begini langsung Kong Hwat merasa seakan-akan diserang tusukan
pedang yang langsung menembus jantungnya. Wajahnya menjadi merah sampai
ke telinganya dan dengan gagap ia menjawab:
-lote Akhirnya Kong Hwat mengangguk. Mukanya merah.
cukup pantas dilindungi. Ia memang berwatak aneh dan akan tunduk jika dapat
memena -sungguh untuk mengalahkannya,
tadi itu kulihat kau banyak mengalah terhadap Soan Li, sedangkan dia mati-matian
untuk men -mudahan jika ia tertemu denganku lagi
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 265
yoza collection Sesungguhnya ia tak ingin bertempur dengan gadis perkasa yang meruntuhkan
pertahanan hatinya itu. Kong Hwat tersenyum mengenang Soan Li.
hendak ke Wu-nian. A pelan. -nian" Kabarnya di sana itu tengah terserang bahaya kelaparan dan
wabah penyakit di sepanjang sungai Sinangkan
oleh kaisar sudah kukirim ke Wumenyelamatkan sumbangan kaisar yang kabarnya dirampok orang di kaki gunung
Fu- hati-hatilah mempercayai orang. Kebanyakan manusia hatinya nggak jujur setelah
Kong Hwat menoleh. Kagetlah hatinya. Ia seakan-akan diingatkan sesuatu
a berangkat ke WuHo Siang mengangguk.
Maka berangkatlah kedua orang muda itu menuju Wu-nian. Mereka berlari
dengan amat cepat sekali keluar dari hutan lebat ini dan terutama Kong Hwat ia
ingin cepat-cepat segera sampai untuk melihat perkembangan panitia korban
bencana alam yang dititipkan uang limaribu tail emas itu. Hatinya kuatir kalau-kalau
uang yang disumbangkan dari kaisar itu akan habis digerogoti oleh tikus-tikus yang
bisa melakukan penyelewengan dan korupsi dan yang mementingkan dirinya
sendiri saja! ooOOoo Kita tinggalkan dulu Ho Siang dan Kong Hwat yang tengah berangkat menuju
ke Wu-nian, dan marilah untuk sejenak kita mengikuti pengalaman-pengalaman
Nyuk In di Kotaraja yang hendak menemui suhengnya yang bernama Oey Goan itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 266
yoza collection Telah lama ia mendengar akan tindak tanduk suhengnya yang menjadi kepala
pengawal perajurit di Kotaraja, dan disamping itu banyak sudah ia mendengar akan
perbuatan-perbuatan suhengnya yang berlaku sewenang-wenang dalam
memimpin barisannya. Oleh karena selentingan-selentingan itulah ia hendak
menyelidiki keadaan suhengnya di Kotaraja.
Sudah barang tentu, nama si Cambuk Sakti Oey Goan sangat dikenal di Kotaraja.
Begitu gadis itu bertanya kepada salah seorang penduduk, semua orang dapat
mengenalnya. Hanya yang sangat disayangkan adalah Oey Goan ini jarang sekali bertugas di
Kotaraja. Ia sering keluar kota, mengadakan perjalanan keliling meninjau rakyat dan
menjaga keamanan! Siang hari itu, karena udara demikian panas terik, Nyuk In memasuki sebuah
rumah makan. Rumah makan Hai-lam cukup besar dan terkenaI di kotaraja. Karena
itulah ia memasuki rumah makan. Begitu ia masuk, dengan ramah tamah seorang
pelayan menghampiri sambil memberi hormat membungkukkan badannya.
uduk! Hendak memesan masakan apakah"
Mengambil tempat duduk di sebelah kiri ruangan. Dilihatnya ruangan itu ada
tiga orang lelaki memandangnya. Nyuk In mengalihkan pandangan pura-pura tidak
melihat. Di pojok sebelah sana, tiga meja jauhnya nampak seorang pemuda cakap
dengan pedang di punggung, bercakap-cakap dengan seorang wanita muda cantik.
Mereka bercakap-cakap amat perlahan sekali.
Akan tetapi tentu saja pendengaran Nyuk In yang tajam dan terlatih ia dapat
juga mendengar pembicaraan dua orang muda itu. Nyuk In pura-pura tidak melihat,
akan tetapi ia memasang telinga!
-nian, apakah t tanya pemuda di depan wanita yang dipanggil Biauw Eng itu. Dan matanya tajam.
tugasku amat berat. Aku hendak meninjau Wu-nian dari dekat dan sekalian hendak
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 267
yoza collection Pemuda yang bernama Hok Sun mengangkat sumpitnya. Makan bakmi dengan
tenang dan gadis yang Biauw Eng nampak merasa penasasaran dan kurang
senang. ayahmu marah, aku tidak tanggung jawab, bukan aku yang mengajakmu, tapi
ng bertanggung jawab. Hendak kulihat Wu-nian yang dikabarkan orang
-kiang kuning airnya.. . . . ikan-ikan pada mati, akan tetapi jauh di sebelah selatan katanya
dusun-dusun menjadi telaga karena digenangi air dan hujan turun terus menerus.. . .
-siang (Kaisar) tidak mau meninjau hanya mengirim sumbangan-sumbangan saja. Akan
tetapi anehnya wabah penyakit dan kelaparan masih terus merajalela tak ada
habis-habisnya! -moay, bicara jangan sembarang. Tidak boleh kita menyinggungnyinggung Hong-siang, kalau ada orang jail mendengar dan melapor bisa celaka
Sementara tiga orang laki -laki yang duduk di meja sebelah depan, salah
-lalat hijau membisingkan telinga
saja. Diam! Jangan mengoceh melulu! Disini rumah makan, untuk makan bukannya
Nyuk In menoleh ke belakang. Dilihatnya, yang membentak tadi adalah seorang
laki-laki muka hijau, rambutnya diikat, golok di atas meja melintang. Matanya
melotot lebar memandang kedua orang muda yang duduk di meja ketiga.
Keruan saja Biauw Eng dan Hok Sun menoleh.
ya tiga orang kasar dari HuangBiauw Eng berkata kepada Hok Sun. Akan tetapi Hok Sun tidak mau mencari ribut
cuma memberi isyarat saja dengan kedipan mata.
Si muka hijau menjadi panas. Dengan kasar sekali ia menarik bangku sehingga
nenimbulkan suara berderit keras dan tiba-tiba tangannya terangkat. Bangku itu
meluncur cepat menyambar Hok Sun yang membelakanginya. Pelayan-pelayan dan
tamu-tamu hadir di situ terkejut dan berteriak ngeri.
Nyuk In melirik. Dan alangkah terkejut dan herannya semua orang melihat
betapa bangku yang tadi meluncur keras menimpa belakang pemuda itu, kini
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 268
yoza collection bagaikan ada daya sedot yang luar biasa, bangku bunder itu menancap di punggung
Hong Sun. Pemuda ini menoleh dan berkata kepada tiga orang di belakangnya.
sayang matamu, barangkali sudah buta, tidak melihat bahwa aku sudah
mendapatkan tempat duduk mengapa harus memakai bangku dua, biar
Dengan menggerakkan tubuh sedikit, bangku yang tadi menempel di
punggungnya terlepas dan bagaikan peluru kendali meluncur menyambar si muka
hijau. Amat cepat sekali luncuran bangku itu sehingga tak keburu si muka hijau
menangkis, mulutnya tersambar kaki bangku dan keruan saja mengeluarkan kecap.
Sambil mengusap mulut yang berdarah si Muka Hijau membentak marah,
-hauw-huang-ho" Aku Ong Lun, si Harimau
muka Hijau yang telah malang melintang di sepanjang sungai Huang-ho, kini
menghadapi lalat-lalat hijau seperti kau ini, hem, biarlah kepalanku yang memberi
Si Harimau Muka Hijau Ong Lun melangkahkan kakinya dan kepalan tangannya
yang berat penuh bulu itu menyambar ke arah si pemuda, akan tetapi entah
bagaimana caranya, tahu-tahu
tinggi besar terlempar dan memegangi perut yang terasa melilit kepingin berak.
Ong Lun jadi meringis. Matanya jelalatan dan tiba-tiba dengan berlari cepat ia
memasuki rumah makan. Keruan saja para pelayan menjadi panik hatinya. Akan
tetapi begitu si Harimau Muka Hijau Ong Lun menerjang pintu kakus yang tertutup
dan mendengar suara keras yang memberobot, keruan saja pelayan-pelayan di situ
jadi tertawa sambil memegangi hidungnya!
Dua orang teman si Muka Hijau berdiri saking marahnya. Si gemuk pendek yang
bertubuh seperti buntalan bak-pao, mengangkat goloknya dan maju menghampiri
Hok Sun. memandang Hok Sun. Akan tetapi Biauw Eng telah menggebrak meja sambil
Begitu tangan gadis itu menepuk pinggiran meja, lima pasang sumpit kayu
meluncur cepat menyambar si gendut pendek yang menjadi gelagapan memutar
goloknya menangkis serangan-serangan sumpit terbang yang lihai itu. Hebat sekali
gerakan golok si gendut pendek ini, begitu golok diputar terdengar suara mengaung
dan sumpit-sumpit terpotong dua tersambar golok yang amat tajam itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 269
yoza collection Akan tetapi saking kerasnya tangkisan golok si gendut itu, beberapa potong
sumpit yang terbelah dua mental dan meluncur cepat ke arah temannya, satu
batang mengemplang si teman itu dan satunya lagi dengan kerasnya memukul
batang hidung yang bengkok itu. Amat kerasnya sambaran potongan sumpit itu
menyambar hidung bengkok, sehingga dari dalam hidung itu keluar kecap melele
mengalir ke sela-sela kumis yang jarang dan kaku, kaya kawat berduri itu.
Tentu saja si Hidung Bengkok menjadi marah bukan main. Sekali tangannya
bergerak, tiga buah piauw (pisau terbang) menyambar si gadis. Akan tetapi Biauw
Eng dengan kecepatan luar biasa telah mengangkat tangan kirinya dan menjepit
tiga buah pisau terbang yang meluncur ke arahnya.
-unjuki kepadaku, terimala
suara mendesing. Tiga buah pisau terbang menyambar ke arah si hidung bengkok.
Si Hidung bengkok terkejut sekali, cepat ia membuang diri ke belakang dan
bergulingan. Tiga buah piauw meluncur di atas kepalanya dan menancap dalam pada tiang
penglari. Pisau itu bergoyang-goyang saking kuatnya!
Akan tetapi secara kebetulan sekali si Hidung Bengkok bergulingan dekat meja
Nyuk In. Dengan cepat sekali kaki gadis itu menendang mencongkel, dan tubuh si
hidung bengkok melayang keluar dan kepalanya beradu dengan patung singasingaan yang memang sengaja dipasang sebagai hiasan di muka pintu masuk
rumah makan itu. Keruan saja kepala yang membentur patung batu itu
mengeluarkan jendol sebesar telur bebek.
Dengan menggereng seperti harimau terluka, si Hidung Bengkok berdiri dan
mengangkat patung batu singa-singaan itu sampai di atas kepalanya. Dan
melempar ke arah gadis yang membelakangi itu!
Melihat ini Hok Sun dan Biauw Eng hampir saja mencelat hendak menyambar
batu yang menimpah kepala gadis itu. Akan tetapi, ke dua orang muda itu tertegun
melongo melihat batu singa-singaan yang besar dan berat itu kini berdiri tertahan
di bawah sebatang sumpit di tangan si gadis.
bengkok, kurang ajar sekali kau mengganggu aku yang sedang makan. Minggatlah
Batu singa-singaan itu berputar-putar di atas sebatang sumpit dan dengan
cepat sekali meluncur ke arah si Hidung Bengkok yang sudah siap siaga memasang
kuda-kuda menyambut datangnya luncuran batu itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 270
yoza collection Begitu batu itu ditangkapnya, ia terjengkang ke belakang, dadanya tertindih batu
dan untuk beberapa lama muntahkan darah segar. Melihat kawannya yang hampir
semaput ini, si gendut pendek cepat meloncat keluar dan mengangkat batu singasingaan yang menindih temannya.
Sementara itu dengan wajah pucat, si muka Hijau keluar dari dalam rumah
-orang muda yang hebat, kami Sam-hauw Huang-ho mengaku kalah, akan tetapi kami mengundang
kedatangan kalian di Kotaraja di kelenteng Sung-thianHabis berkata kemudian, bagaikan ular kena penggebuk, ketiga orang yang
dijuluki Tiga Harimau Sungai Huang-ho mengangkat pantatnya dan pergi
meninggalkan rumah makan itu!
Hok Sun dan Biauw Eng kagum sekali melihat demontrasi lwekang yang tadi
dipertunjukkan oleh gadis yang di meja sebelah sana itu. Cepat Hok Sun dan Biauw
N - mperkenalkan Hok Sun. yang gagah, perkenalkanlah namaku Cung Nyuk In. Hemm, kalian tadi ditantang oleh
tiga lalat hijau itu untuk ke kelenteng Sung-thiana orang tadi memang tidak tahu diri, nona Nyuk In, mungkin mereka
hendak memanggil temanSun.
Merengut! hendak melihat-lihat di kelenteng Sung-thian-hok,
Bangkit berdiri. manakah Pendekar Lengan Buntung - Halaman 271
yoza collection -sungkan. Bermalamlah di rumah Biauw Eng kawanku
ini rumah Sun berkata. berkelebat dan tahu-tahu telah lenyap di tempat itu.
Hok Sun jadi bengong dan heran, tanpa disadarin
-katanya begitu menoleh, dilihatnya wajah Biauw Eng sebentar pucat sebentar merah,
merengut! - a Biauw Eng nampak kesal dan
gemetar. Mereka berdua meninggalkan rumah makan itu
Hok Sun berjalan di samping Biauw Eng tak henti-hentinya membujuk supaya
itu tidak marah-marah lagi. Akan tetapi Biauw Eng masih marah-marah ia ketika ia
memasuki rumahnya dan membantingkan diri di kamar, membenamkan dirinya
dalam tangis yang tak bersuara.
ooOOoo Siapakah Hok Sun dan Biauw Eng"
Para pembaca pernah sekali saja diperkenalkan dengan gadis yang bernama
Biauw Eng ini. Waktu itu Biauw Eng dan ayahnya yang bernama Sie Tek Peng masih
tinggal di sebuah dusun Ting-ling-bun yang minus dan tengah terancam bahaya
kelaparan. Orang tua she Sie ini, sejak kedatangan mendiang Swie It Tianglo yang menegur
karena pemerasan terhadap orang-orang dusun yang miskin, sejak itu ia
mengundurkan diri dan pindah ke kotaraja. Karena orang she Sie ini banyak uang,
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 272
yoza collection sebentar saja ia sudah berpengaruh di Kotaraja dan dengan jalan menyogok
seorang pembesar atasan ia berhasil mendapat sebuah kedudukan dan bekerja di
sebuah perpustakaan di Istana Kaisar.
Tentu saja sebagai seorang kutu buku, orang she Sie ini gemar sekali membaca
cerita-cerita sejarah Tiongkok kuno. Pada suatu hari ia membawa sebuah buku
kuno, akan tetapi karena ia tidak mengerti ilmu silat maka buku kuno itu
disimpannya di rumahnya. Kebetulan diketemui oleh Biauw Eng, anaknya dan
dibacanya. Ternyata buku kuno itu adalah kitab pelajaran silat.
Maka dengan diam-diam Biauw Eng mempelajari isi kitab itu di dalam
kamarnya. Ia melatih diri dengan cara bersiulan dan melatih pernapasan. Baru
setelah tiga bulan kemudian ia sampai pada pergerakan tangan dan kaki bersilat
tangan kosong. Alangkah sukarnya bersilat tanpa bimbingan seorang guru. Beberapa kali ia
melakukan gerakan yang salah dan berlainan. Kesal sekali hati gadis ini. Akan tetapi
tekadnya yang besar untuk bisa bersilat, ia terus melatih diri di dalam kamarnya.
Dan berkat kesabaran dan ketekunan yang luar biasa inilah akhirnya Siauw Eng
berhasil menguasai kitab pelajaran dari ilmu silat yang terdapat dalam kitab kuno
itu. Pada suatu malam yang dingin, tatkala semua orang sudah masuk ke dalam
kamarnya dan bersembunyi di balik selimut tebal dan melelapkan diri dalam tidur
yang nyenyak, Biauw Eng masih berada dikamarnya sedang bersiulan. Meskipun ia
nampak seperti orang tertidur akan tetapi perasaan dan pendengarannya yang
tajam dapat menangkap gerakan-gerakan kaki di atas genteng rumahnya.
Dengan cepat ia meniup lampu dan dari jendela ia melompat ke atas genteng.
Sesosok bayangan berkelebatan dari genteng ke genteng lainnya dan berhenti di
genting rumah yang paling tinggi. Orang itu celingukan sebentar tiba-tiba ia
melayang turun. Memasuki sebuah kamar dari jendela yang didongkel.
Biauw Eng menanti orang yang berkerudung hitam mukanya itu. Ia mendekam
di balik wuwungan rumahnya. Pada saat itu sebuah gerakan yang amat gesit
berkelebat pula bagaikan seekor walet, bersembunyi. Biauw Eng terkejut sekali


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat bayangan putih itu. Akan tetapi ia menahan diri!
Tidak lama kemndian sesosok bayangan hitam melayang ke atas genting
dengan gerakan yang luar biasa gesitnya. Bayangan itu bertubuh langsing dan agak
tinggi kurus, pakaiannya tertutup jubah hitam dan pada mukanya terdapat kerudung
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 273
yoza collection hitam yang terbuat dari pada sutera hitam yang menutup bagian muka sampai di
bawah mata. Matanya yang tidak tertutup berkilat-kilat tajam melirik ke sana ke mari. Di
punggungnya nampak gagang sebuah pedang. Dan pada saat itu ia menggendong
dua buah kantong kain kuning yang besar dan berat.
Sebuah bayangan putih yang tadi bersembunyi di balik wuwungan berkelebat
Dari balik kerudung itu terdengar suara dengusan halus, matanya tajam
menyambar bayangan yang berkelebat menyambar buntalan pada punggungnya.
Dengan sedikit mengegoskan diri ke samping pemuda baju putih itu menyambar
cengkraman angin. orang penjaga gedung Lim-wangwe yang memiliki kepandaian silat tinggi mengejar
ke atas genteng dengan pedang dan golok di tangan.
Akan tetapi, bayangan hitam di atas genteng itu amat lihay dan luar biasa.
Begitu penjaga-penjaga meloncat ke atas genteng, tiba-tiba tangan bayangan hitam
itu bergerak dan angin besar berdesir menyambar dan keruan saja tiga orang
penjaga terpelanting saking kuatnya angin pukulan itu.
Bayangan hitam itu menoleh sejenak dan tertawa lirih. Terkejut sekali Biauw
Eng mendengar suara tawa dari balik kerudung hitam Itu. Suara tawa seorang
wanita yang nyaring dan bersih.
Sinar pedang berkeredepan menyambar bayangan hitam, akan tetapi dengan sekali
menggeserkan kakinya, bayangan hitam itu sudah terluput dari serangan pedang
Biauw Eng. Baru saja ia hendak mencelat pergi, sesosok bayangan putih sudah
menerjangnya dengan pukulan dahsyat dari tangan kiri sedangkan pedang di
tangan kanan menyambar luar biasa cepat dan kuatnya. Terkejutlah bayangan
hitam itu. Dengan gerakan cepat tangannya telah mencabut pedang dan memekik
keras menerjang kedua orang muda yang lihai ini.
Sementara itu penjaga-penjaga di bawah telah memasang obor.
Sinar terang menerangi ke atas. Biauw Eng dapat melihat sinar mata yang
tajam dan tubuh yang langsing dari maling wanita ini. Ia mainkan pedangnya
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 274
yoza collection demikian dahsyat, sedangkan tangan kirinya menggunakan pukulan ilmu silat kongciak-sin-na yang ia dapat pelajari dari kitab kuno ini.
Ketiga orang yang bertempur di atas itu hebat dan seru, nampaknya berimbang.
Apalagi kini setelah ruangan di atas genting itu sudah menjadi terang benderang
oleh para penjaga yang memasang obor.
Lim Wan-gwe dan keluarganya menjadi kaget dan heran bukan main melihat
wanita muda yang luar biasa yang bermain pedangnya itu. Ia mengenal betul puteri
Sie Tek Peng ini, tidak disangkanya puteri Sie-tayjin yang lemah lembut dapat
memainkan ilmu pedang demikian lihai.
Seorang pemuda baju putih juga lihai ilmu pedangnya. Ia mendesak hebat
kepada maling perempuan yang hebat luar biasa ini. Pada saat maling wanita
mengeluarkan jeritan aneh dan menggeletar-geletar, lemaslah tubuh Biauw Eng
dan pemuda baju putih itu.
Inilah pengerahan sin-kang tingkat tinggi yang luar biasa dan dua sosok
bayangan berkelebat menyerbu Biauw Eng dan pemuda baju putih, salah satu
bayangan hitam yang juga berkerudung, itu berseru nyaring, suara wanita merdu,
Mendengar suara ini, maling wanita yang membawa buntalan kuning di
punggungnya meloncat cepat dan dua orang penjaga, cepat mengeluarkan
piauwnya, lalu menggerakkan tangan mereka. Empat batang piauw ke arah
punggung maling wanita yang melarikan diri itu.
Akan tetapi sungguh mengagumkan. Tanpa menoleh lagi bagaikan
punggungnya bermata yang melihat datangnya senjata-senjata rahasia itu,
bayangan hitam itu mengelak ke samping dan ketika sebatang piauw menyambar
dekat, ia gerakkan tangan kanannya menangkap piauw itu tanpa melihat. Betapa
tinggi ilmu silatnya dan ketajaman pendengarannya!
Dua bayangan hitam yang lainnya, juga terdiri dari wanita-wanita yang memiliki
tubuh langsing dan kecil, menggerakkan pedangnya dan sekali ia melompat jauh
dan menghilang di dalam gelap! Para penjaga masih mencoba dan mencari-cari,
akan tetapi ketiga bayangan hitam itu sudah lenyap dari pandangan mata.
Biauw Eng hendak meloncat pergi, tetapi pemuda baju putih sudah
Biauw Eng hanya mengerling sebentar dan mencelat pergi.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 275
yoza collection Demikianlah sejak malam itu, Sie-tayjin telah mengetahui bahwa anaknya
pandai bermain silat. Dan seluruh pembesar-pembesar istana mengetahui bahwa
Biauw Eng mempunyai ilmu pedang yang hebat dan luar biasa.
Dan pemuda baju putih itu, adalah Lim Hok Sun, putera Lim Wangwe. Ia adalah
murid seorang tokoh sakti Bu-thong-pay perantauan. Dan karena gin-kangnya tinggi
ini, dan kepandaian yang luar biasa maka orang muda ini dijuluki Hui-eng (si Garuda
Demikianlah, sejak pertemuan malam itu, Biauw Eng dan Hok Sun menjadi
kawan yang akrab dan secara diam-diam, gadis puteri Sie Tek Peng ini menaruh
hati kepada Hok Sun, si Garuda Terbang.
Pada sore hari itu Hok Sun menyamperin Biauw Eng untuk menepati janji atas
undangan tiga orang Sam-hauw-huang-ho di kelenteng Sung-thian-hok.
Sore hari itu agak sedikit mendung, udara sejuk dan agak basah. Biauw Eng dan
Hok Sun melarikan kudanya keluar Kotaraja dengan cepat dan membedal kudanya.
Sebetulnya tadi itu diam-diam Hok Sun mencari nona Nyuk In yang katanya tinggal
di hotel. Akan tetapi ternyata gadis yang dicarinya itu sudah berangkat!
Memang Nyuk In sudah berangkat. Ia cepat-cepat mencari keterangan letak
kuil kelenteng Sung-thian-hok. Kelenteng tua yang letaknya seratus lie dari pintu
gerbang Kotaraja. Dalam waktu setengah jam saja ia berlari cepat menggunakan
gin-kangnya, ia telah sampai di halaman depan kelenteng yang nampaknya tidak
terurus. Sangat sepi sekali suasana di tempat ini. Nyuk In berhati-hati dan waspada!
Akan tetapi, baru saja ia menginjak pintu depan kelenteng itu, tiba-tiba
menyambar berpuluh-puluh anak panah mengeluarkan suara mendesing keras.
Nyuk In menggerakkan pit dan kipas tahu-tahu duapuluh batang anak panah telah
runtuh di tanah! Tiba-tiba berkelebat bayangan dan tahu-tahu di depan kelenteng tua itu sudah
berdiri tiga orang Sam-hauw-huang-ho yang tadi dikenalnya di sebuah rumah
makan di Kotaraja. Dan di belakang mereka nampak berdiri banyak orang yang
dilihat dari cara pakaiannya seperti bajak laut. Tahulah gadis itu bahwa lawanlawannya ini tentu golongan bajak dan perampok-perampok jahat.
t datang nona cantik, ternyata kamu menepati janji yang
seorang dari Sam-hauw-huang-ho, yang bertubuh gendut pendek bertanya sambil
tertawa mengejek. Nyuk In maju selangkah, kipas hitamnya bergerak terbuka.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 276
yoza collection ini yang akan mengobrak-abrik kumpulan kalian yang jahat dan mengganggu
rakyat saja, eh, Sam-hauw-huangyuk
In bertanya. Pit dan kipas di tangan kanan dan kiri melintang.
nya nyaring itu diiringi berkelebat sesosok tubuh dan
tahu-tahu telah berdiri di depan Nyuk In, dan tersentak kaget melihat kipas dan pit
di tangan gadis itu. -li-pay belum lama erudung hitam itu bertanya keren. Nyuk In dapat melihat tatapan
pandangan mata yang tajam dan berwibawa dari gadis yang berkerudung hitam
itu. Bidadari akan tetapi siapa sangka gadis cantik di sana tidak bisa menghormati
tamu, sehingga banyak tamu yang datang tidak betah tinggal di sana karena nenek
terdengar berdesing. Tiga orang Sam-hauw Huang-ho berkata horm
Gadis kerudung itu mendengus. Membiarkan tiga orang harimau Huang-ho ini
maju. Ia sendiri menonton. Ia melihat tiga orang harimau Huang-ho telah maju
menerjang Nyuk In dengan golok dan pedang. Akan tetapi dengan enaknya saja
Nyuk In mengelak ke kiri dan menggerakkan pitnya memutar menangkis golok.
Terdengar suara keras dan bunga api memercik kecil-kecil dan si gendut pendek
yang memegang golok terkejut hatinya merasa telapak tangannya perih dan
hampir saja goloknya terlepas dari pegangan tangannya.
Ia menggereng marah. Si Hidung Bengkok menggerakkan tangannya dan tiga
buah pisau terbang menyambar amat cepat mengarah dada si gadis.
Melihat kekejaman Si Hidung Bengkok ini, Nyuk In menjadi marah. Kipasnya
bergerak mengebut dan tiga buah pisau terbang yang menyambarnya mental
kembali dan meluncur ke arah si penyambit.
Terdengar suara jeritan ngeri waktu pisau itu tepat menyambar leher si Hidung
Bengkok. Untuk sesaat orang itu berkelojotan dan napasnya telah putus.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 277
yoza collection Gadis kerudung hitam terkejut sekali melihat kelihaian gadis berkipas hitam ini.
Dengan cepat dilepaskan burung pos yang membawa tulisan tangannya. Burung
itu terbang tinggi dan sebentar itu pula lenyap dalam pandangan mata. Memang
gadis-gadis Sian-li-pay ini memakai burung pos sebagai penghubung memanggil
bala bantuan. Melihat si Hidung bengkok sudah mati. Dua orang Sam-hauw-huang-ho menjadi
marah. Mereka menerjang maju, diikuti dengan kawanan bajak yang berjumlah
sekitar duapuluh orang itu. Dan sebentar saja Nyuk In sudah dikeroyok oleh puluhan
bajak laut yang berkepandaian cukup tinggi itu.
Tentu saja merasa dirinya dikeroyok oleh puluhan bajak ini ia menjadi marah
dan sambil mengeluarkan lengkingan tinggi gadis itu mainkan kipas hitamnya dan
pit di tangan kanan dengan amat hebat luar biasa. Tiap kali kipas itu dikebut,
nampak angin besar menyambar kuat sekali membuat beberapa orang bajak yang
di dekatnya terpental jatuh dan disusul oleh gerakan pit menotok orang itu.
Amat cepat sekali gerakan gadis ini, sehingga bagi pandangan mata biasa
sukarlah mengikuti pergerakan kipas dan pit di tangan kanan dan kiri gadis itu.
Begitu pit bergerak, terlihat beberapa orang bajak roboh dan dalam keadaan
tertotok. Sebentar saja di tempat itu ada sekitar sepuluh orang bajak yang
berkepandaian tak begitu tinggi telah menggeletak tersambar kipas dan totokan pit!
Biarpun Nyuk In lihay dan luar biasa sekali gerakan-gerakan kipas pit di tangan
kanan dan kiri itu, akan tetapi dikeroyok oleh limabelas orang-orang bajak yang
berkepandaian tinggi ini, ia menjadi repot juga. Sedikit saja ia lambat atau lengah,
niscaya tubuhnya akan hancur tersayat pedang dan golok yang berkelebat saling
berganti dan bertubi-tubi itu!
Sementara di atas awan hitam memberat hendak hujan. Angin bertiup dengan
amat kerasnya menggoyangkan pepohonan dan merontokkan daun-daun yang
bertebaran jatuh di tanah dan melayang lagi tertiup angin.
Nyuk In mainkan pit dan kipasnya dengan cepat dan tubuhnya berkelebatan ke
sana ke mari dengan amat cepat. Pada saat itu, terdengar suara bentakan nyaring
dengan diiringi melayang sesosok tubuh yang telah terjun ke dalam pertempuran
itu dan menggerakkan pedangnya.
Tiga orang bajak laut yang tidak menduga-duga akan serangan dari orang yang
di belakang ini, menjadi terkejut bukan main. Cepat mereka membuang diri ke
samping menghindarkan samberan pedang yang dapat ditangkap oleh
pendengaran telinganya itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 278
yoza collection Akan tetapi betapa kaget hati mereka ketika sebuah angin pukulan
menyambarnya dengan cepat. Tak keburu mereka mengelak, terpaksa mereka
mengangkat tangan menangkis.
Eng menggerakkan pedangnya lagi, dan matilah salah seorang yang tak keburu
menghadapi sambaran pedang yang aneh dan amat cepatnya itu.
Hok Sun yang telah sampai di situ menjadi kaget setengah mati melihatkan
keganasan Biauw Eng ini. Iapun maju menerjang mendekati gadis itu sambil berkata:
Memang entah mengapa gadis ini masih kesal hatinya kepada pemuda ini.
Hatinya merasa panas seperti dibakar ketika tadi melihat Nyuk In telah berada di
kelenteng ini, malah iapun segera menghadapi musuh-musuhnya dengan gagah
perkasa. Ia menjadi panas, seakan-akan gadis itu hendak memamerkan kepandaian di
depanku, pikirnya. Oleh sebab itulah begitu ia muncul, dalam segebrakan itu ia telah
membunuh tiga orang bajak yang tak keburu menangkis pukulannya.
Kedatangan dua orang ini, membuat dua orang Sam-hauw-huang-ho menjadi
keder hatinya. Apalagi menghadapi gadis yang baru datang ini ilmu pedangnya
aneh dan kuat, lama kelamaan si gendut yang pendek sangat terdesak, dan dengan
permainan goloknya menjadi kacau. Bentakan-bentakan Biauw Eng ini membuat
permainan goloknya menjadi lemah.
Pada saat itu ia menerjang membacok, Biauw Eng mencelat ke atas dan sekali
menggerakkan kakinya menendang, golok di tangan si gendut pendek terlepas dari
pegangannya. Dan menyusul tendangan kedua dari gadis itu dengan sengitnya
membuat si gemuk pendek terjengkang, pedang Biauw Eng berkelebat menyambar.
menggereng seperti babi disembelih, kemudian ia terkulai lemah dan matilah ia
dengan mata melotot menakutkan.
Hok Sun kaget sekali melihat keganasan gadis ini, berkali-kali ia mencegah
Biauw Eng, semakin dicegah semakin bernapsu gadis ini untuk membunuh
lawannya! Nyuk In juga melihat keganasan gadis yang baru datang itu. Akan tetapi ia tidak
bilang apa-apa. Memang sudah sepatutnya bajak-bajak laut ini mampus! Pikirnya.
Kipasnya menyambar menampar dan orang ketiga dari Sam-hauw-huang-ho yang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 279
yoza collection bernama Ong Lun itu terjengkang dan menyusul pit panjang menotok robohkan
orang bajak itu. Sebentar saja habislah duapuluh tiga bajak-bajak laut itu berikut tiga orang yang
berjuluk Sam-hauw-huang-ho. Ong Lun yang tertotok tak dapat bangun itu
sudah membasmi bajak-ong-pang tidak akan membiarkan
penghinaan ini, sebentar lagi Hay-ongPedang Biauw Eng menyambar leher orang yang tengah memaki itu. Keruan
saja Ong Lun tak dapat meneruskan kata-katanya dan lehernya putus tersambar
pedang. Hok Sun kaget sekali melihat keganasan Biauw Eng. Ia menoleh, pandangannya
menegur gadis yang menatapnya, pula menantang.
menyatakan kemengkalan hatinya.
- anggap salah" Mer Akhirnya Hok Sun bo-hwat atau kehabisan akal, menghadapi gadis ini, dia tahu
kalau Biauw Eng sedang marah seperti itu, tak boleh diganggunya. Akan tetapi yang
membuat ia heran, mengapa gadis ini masih marah terhadapnya"
Padahal ia telah minta maaf tadi siang, hemm, begitu besarkah cemburu Biauw
Waktu ia menoleh dilihatnya Nyuk In sudah berhadapan saling pandang dengan
gadis kerudung hitam seakan-akan dengan pandangan masing-masing mereka
mengukur tingkat kepandaiannya. Tiba-tiba terdengar suara mendesing keras.
Pedang di tangan gadis kerudung hitam ke luar dari sarung dan tanpa berbicara
apa-apa lagi ia menerjang gadis di depannya yang telah siap dengan kipas dan pit
di tangan! sambaran pedang gadis kerudung hitam yang mengeluarkan suara mendesing
saking kuatnya, segera ia ayunkan tangan kirinya membalas. Sebuah angin pukulan
yang keluar dari kipas hitam bergelombang menyambar dada si gadis kerudung
hitam yang dapat berkelit dengan baik pula!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 280
yoza collection puluhan jarum halus menyambar mengeluarkan angin lembut.
Menghadapi serangan senjata rahasia yang berbahaya ini, Nyuk In
memperlihatkan kepandaiannya. Ia tahu bahwa ia tak dapat berkelit, maka ia
menggunakan kipasnya mengebut hingga beberapa jarum yang menyambar
tuhuhnya dapat dipukul runtuh.
mukanya tapi kini ia berada dekat dan menyerang dengan pedangnya.
Nyuk In menangkis dengan pit di tangan kanan dan balas menyerang. Hebat
sekali kepandaian gadis kerudung dari Sian-li-pay ini dengan mengandalkan ginkangnya yang tinggi dan ilmu pedangnya yang luar biasa itu, ia dapat menghadapi
serangan Nyuk In yang bersenjata kipas hitam dan pit ini. Hanya kadang-kadang ia
terhuyung-huyung apabila kipas hitam di tangan gadis yang lihai itu membentur
pedangnya. Memang dalam hal tenaga lwekang rupanya gadis kerudung hitam ini kalah
setingkat dengan Nyuk In! Hanya mengandalkan kelincahan tubuhnya inilah gadis
kerudung hitam ini berhasil menghindarkan serangan pit yang lihai dan pukulan
yang mengeluarkan tenaga dahsyat itu.
Gadis kerudung itu berkelebat ke sana ke mari di atas serangan ujung pit yang


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambar-nyambar dahsyat, hingga merupakan seekor kupu-kupu terbang
bermain di atas bunga-bunga yang tengah mekar! Diserang dan kadang-kadang
terbungkus oleh gerakan-gerakan kipas dan pit yang mengeluarkan sinar hitam
bagaikan kilat menyambar!
Limapuluh jurus lewat, sebetulnya Hok Sun ingin membantu gadis itu, akan
tetapi melihat wajah Biauw Eng yang masih merengut tak senang, ia urungkan
maksudnya dan menonton dengan dada berdebar tegang. Kagum dan terkejut ia
melihat dua orang gadis yang bertempur dengan amat serunya ini, mereka itu
sama-sama lihay, sama-sama mempunyai kepandaian silat tinggi! Hemm, melihat
ilmu silat gadis kerudung hitam itu, belum tentu ia dapat menandingi, pikirnya.
Tibadan tangan gadis kerudung hitam itu melepaskan bola hitam merupakan pelor yang
menyambar ke arah pundak Nyuk In.
Ketika Nyuk In mengebut dengan kipasnya, pelor hitam itu mental ke samping
akan tetapi begitu pitnya menyambar membentur pelor itu, tiba-tiba benda bulat
hitam itu meledak dan dari dalamnya menyambar berpuluh-puluh jarum beracun
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 281
yoza collection ke arah Nyuk In. Tentu saja gadis ini menjadi terkejut sekali dan dengan gugup
tubuhnya mencelat ke udara.
Tapi karena serangan jarum-jarum beracun itu amat banyak dan cepat seperti
seekor panah yang melesat dari busurnya, tak urung sebuah di antara jarum
beracun itu menancap di kaki Nyuk In. Gadis itu merasa kakinya panas sekali dan
kepalanya pening maka dari atas gadis itu meluncur jatuh dengan kepala lebih dulu!
Biauw Eng dan Hok Sun kaget bukan main, mereka hendak memburu bergerak
menolong, akan tetapi gadis kerudung hitam yang telah mencelat di depan mereka
memandang ke arah gadis itu.
Ternyata Nyuk In biarpun sudah terluka dan keracunan jarum pada kakinya, ia
masih dapat mengumpulkan tenaganya. Ketika tubuhnya melayang jatuh, ia
mengerahkan pit dan kipas memukul tanah dan tubuhnya membal lagi ke atas dan
berpok-say (membuat salto) tiga kali, ia turun dengan terhuyung-huyung dan
pingsan! gan memasukkan pil ke dalam mulut Nyuk In.
-tiba Hok Sun berseru dan cepat ia mendorong tubuh Biauw Eng
dan ia sendiri bergulingan.
Suara halus terdengar ketika puluhan jarum lewat di atas kepalanya. Melihat
kecurangan gadis kerudung hitam ini, Biauw Eng membentak marah dan mengirim
tusukan pedang. menyerbu maju menyerang gadis kerudung hitam yang terdengar tertawa
mengejek dan mengelak dari sambaran pedang.
Pada saat itu, berkelebat beberapa sosok bayangan. Dan tahu-tahu di sekitar
kelenteng tua ini bermunculan orang-orang tua yang berpakaian seperti pengemis,
penuh tambalan dan warna pakaiannya berkembang-kembang. Orang yang di
depan itu adalah seorang kakek pengemis, sudah tua sekali, tubuhnya bongkok dan
memegang tongkat butut, bergoyang-goyang tubuhnya waktu menuding ke arah
Biauw Eng yang sudah meloncat mundur.
tikus, berani kurang ajar terhadap Sian-li-pay dan tidak
memandang mata kepada Hwa-ie-kay-pang (Perkumpulan pengemis baju kembang.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 282
yoza collection Aneh sekali, begitu tongkat butut itu ditudingkan, baik Hok Sun maupun Biauw
Eng tergetar kakinya dan terus melosoh lumpuh. Inilah totokan yang dikirimkan
melalui suara tadi. Suara yang hanya dapat digunakan bagi orang yang sudah
mempunyai kepandaian lwekang tingkat tinggi.
Hok Sun dan Biauw Eng terkejut bukan main. Biauw Eng hendak memaki, akan
tetapi urat lehernya sakit dan ia tak dapat berbicara, karena urat gagunya telah
ditotok. Inilah hebat. Kakek pengemis bongkok baju kembang-kembang itu menjura hormat kepada
-liGadis kerudung hitam itu menggelengkan kepala,
Gadis kerudung hitam mengangguk dengan angkuh ia mengedikkan kepalanya
dan memerintah, -ie-kay-pang, kutitipkan mereka bertiga ini kepadamu, untuk
seterusnya yang bersenjatakan kipas dan pit harus diserahkan kepada Sian-li-pay!
a Sian-li-pay itu sudah mencelat pergi. Kakek pengemis bongkok yang memegang tongkat butut itu berjalan perlahan
menghampiri Nyuk In yang masih pingsan.
-lira yang serak dari kakek pengemis itu terdengar
mengakak, menggeletar-geletar!
Sekali tongkat butut di tangan kakek bongkok pengemis itu bergerak, tubuh
Nyuk In yang masih pingsan itu terlempar sejauh lima meter dan jatuh di dekat
kaki seorang pengemis baju kembang-kembang.
-cu Sian-li-pay bahwa gadis itu berada di Hwa-ie-kaymarkas, laporkan kepada Sianli KuPendekar Lengan Buntung - Halaman 283
yoza collection memondong tubuh Nyuk In dan memerintahkan kepada pengemis baju kembang
lain untuk membawa tubuh Hok Sun dan Biauw Eng yang tak berdaya pingsan.
Maka hari itu, biarpun bulan muncul sedikit akan tetapi sinarnya masih cukup
terang untuk mengusir kekelaman malam. Bagaikan setan-setan bergentayangan,
berkelebat bayangan hitam yang berlari mereka yang lincah dan riang mudah
diduga bahwa pengemis Hwa-ie-kay-pang ini berkepandaian cukup tinggi.
Biauw Eng dan Hok Sun tak berdaya dalam pondongan pengemis yang lihai ini
sementara ia melirik ke arah tubuh Nyuk In legakan hati mereka melihat gadis itu
sudah sadar dari pingsannya dan perlahan-lahan menggerakkan kepala. Akan tetapi
tentu saja gadis itupun tidak berdaya dalam pondongan kakek pengemis yang
berlari dengan amat cepatnya.
Angin malam menerpa tubuh mereka yang dipondong dibawa lari cepat. Ada
kira-kira sepuluh orang kakek pengemis yang berlari-lari cepat mengikuti di
belakang, sedangkan kakek pengemis bongkok sudah tidak kelihatan lagi, entah
kemana! Di dalam keremangan malam itu, samar-samar terlihat sebuah gedung besar
dan mentereng berdiri dengan megahnya. Mereka memasuki gedung itu dan
langsung masuk ke ruang dalam. Ruangan dalam amat terang oleh sinar lilin besar
yang menyala di pojok ruangan.
Beberapa pengemis tua, berpakaian seragam baju kembang berdiri tegak
seperti penjaga. Mengangguk hormat waktu rombongan pengemis yang
memondong tubuh Nyuk In berlalu di depannya beberapa pengemis lain berpencar.
Dua orang pengemis yang memondong tubuh Hok Sun dan Biauw Eng dibawa
masuk ke ruangan lain, membelok ke kiri dan apabila di depan pintu yang tertutup
rapat, seorang pengemis mengetuk pintu itu. Tiga kali ia mengetuk.
pintu itu terbuka, seorang gadis berkerudung hitam pada mukanya muncul dan
ngan Niocu, kami membawa dua orang tawanan.
Gadis kerudung hitam yang dipanggil Sianli oleh pengemis baju kembang
menoleh, mengawasi kedua orang tawanan dalam pondongan kedua orang
pengemis itu. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 284
yoza collection g wanita cantik dan pemuda tampan.. . . silahkan masuk Jie-wie
Kedua orang pengemis itu masuk ke dalam, ternyata ruangan dalam di sini
begitu luas dan angker nampaknya. Seorang wanita tua berusia sekitar limapuluhan,
duduk di bangku yang terbuat dari kulit harimau, sedangkan di kanan kiri nenek itu
berdiri dua orang wanita muda, cantik dan gagah, berpakaian indah mentereng dan
kedua pipi yang halus putih itu diulas tipis-tipis gincu yang berwarna merah muda.
Nampak cantik sekali ke dua wanita muda yang berdiri di kanan kiri si nenek.
Akan tetapi sepasang mata itu menyambar berkilat-kilat waktu melihat kakek
pengemis baju kembang memondong seorang pemuda. Pemuda tampan dan gagah
akan tetapi tak berdaya dalam totokan. Tubuhnya lemas dan lunglai waktu
diturunkan oleh kakek pengemis baju kembang. Begitu juga dengan Biauw Eng.
Ke dua orang pengemis itu berlutut.
-hauw-huang-ho dan anak buah bajak laut. Pangcu menyerahkan kedua orang muda iai untuk mendapat
itu membuka suara sambil berlutut.
Sepasang mata nenek itu menyambar tubuh Hok Sun dan Biauw Eng.
Memandang tajam ke arah dua orang muda ini. Suaranya terdengar nyaring dan
-hauw-huangAkan tetapi, tentu saja kedua orang muda ini tidak dapat berkata, karena urat
gagu mereka telah tertotok.
Mengetahui ini, si nenek memerintahkan kepada ke dua orang pengemis yang
Dua orang kakek pengemis itu menurut perintah. Dua kali tangan mereka
bergerak ke arah leher Hok Sun dan Biauw Eng, ke dua orang muda itu telah
terbebas dari totokan. Biauw Eng mencelat berdiri. Diikuti oleh Hok Sun. Berdiri dengan gagahnya
menghadap si Nenek. Sun yang tinggi tegap dan menyelusuri wajah yang tampan itu.
Melihat dua orang muda ini berdiri tegak, tidak berlutut seperti ke dua orang
kakek pengemis baju kembang, seorang gadis kerudung hitam yang tadi
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 285
yoza collection Biauw Eng menoleh. Memandang gadis yang berkerudung pada mukanya,
- -cu kami, hayo -koay, hemm, apa perlunya kami berlutut, dia
Baru saja si gadis kerudung hendak membuka mulut memaki, tiba-tiba
Gadis kerudung hitam yang dipanggil A Lan oleh si Nenek Sianli Ku-koay
-cu, biar teecu memberi Berkata demikian, A Lan mencabut pedangnya.
Melihat ini, Hok Sun cepat-cepat menghadan
- Sun memegang lengan Biauw Eng, akan tetapi gadis itu mengibaskan lengannya.
Eng telah mencabut pedangnya.
Melihat gadis ini menarik pedang, tahulah nenek itu bahwa A Lan belum tentu
dapat menghadapi gadis ini, akan tetapi ia membiarkan ketika A Lan mulai
menyerang Biauw Eng, suara pedang terdengar beradu.
Dalam segebrakan itu kedua duanya mencelat mundur. Berdiri berhadapan,
saling memandang, seakan-akan tengah mengukur kepandaian lawannya masingmasing melalui pandangan mata.
Hok Sun berdiri memandang gadis temannya itu. Ia tahu bahwa Biauw Eng
mempunyai watak yang keras dan tak mungkin dapat disabarkan lagi. Dengan
tegang ia berdiri memandang kedua orang gadis yang sudah saling gempur dengan
amat serunya. Biauw Eng memainkan ilmu pedangnya dari kitab kuno yang pernah ia pelajari.
Karena waktu ia baca kitab itu, banyak huruf-huruf yang sudah tidak dapat dibaca
dan agak kabur, maka ia tidak mengenal jurus-jurus yang ia mainkan. Ia hanya
menurut gerak ilmu silat pedang yang ia pelajari dari gambar-gambar yang tertera
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 286
yoza collection pada kitab kuno, maka sudah barang tentu setiap jurus ia namai sendiri menurut
kehendak hatinya. Sebetulnya gadis ini juga tidak mengenal siapa pencipta kitab kuno itu, maka
boleh dibilang ia sama sekali tidak mengerti dari golongan mana ilmu pedang ini.
Akan tetapi sesungguhnya luar biasa sekali ilmu pedang yang ia mainkan ini, sinar
pedangnya berkeredep cepat dan kadang-kadang nampak percikan bunga api di
udara waktu kedua pedang itu beradu.
Ke dua-duanya tergetar hebat. Nampak ke dua-duanya terhuyung ke belakang.
Melihat ini tahulah Hok Sun bahwa kepandaian Biauw Eng setingkat dengan gadis
kerudung hitam itu. Selama Biauw Eng mempelajari ilmu pedang dari kitab kuno yang dia pelajari,
baru kali ini ia menghadapi lawan yang cukup tangguh. Biauw Eng yang berwatak
keras menjadi penasaran dan marah.
Ia mainkan pedangnya lebih cepat lagi sementara mulutnya melengking tinggi
membuat gerakan pada pukulan-pukulan tangan kiri dan sesudah ada kurang lebih
limapuluh jurus mereka bertempur, nampak tubuh keduanya terbungkus oleh sinar
pedang yang berkelebat ganas. Gadis kerudung hitam juga nampak menjadi sengit,
mainkan ilmu silatnya lebih hebat lagi!
Pandangan mata Sianli Ku-koay berkilat-kilat memandang pertempuran yang
tengah berlangsung dengan serunya. Ia tahu, bahwa A Lan tak dapat menandingi
gadis itu. Tiba-tiba terlintas sebuah pikiran yang membuat bibir nenek itu
tersenyum girang. Gadis ini, demikian lihay, belum lagi pemuda tampan yang berdiri itu, belum ia
tahu sampai di mana tingkat kepandaian pemuda itu, kalau ia dapat menaklukkan
orang-orang muda yang lihay ini dan menjadi pembantunya, hemm, merupakan
tenaga muda yang boleh diandalkan, demikian Sianli Ku-koay berpikir.
Tiba-tiba Nenek ini berteriak kaget. Hampir saja ia mencelat menyambar tubuh
A Lan yang dengan entah dengan cara bagaimana tahu-tahu A Lan terpental ke
atas dan meluncur turun dengan kepala di bawah pada saat itulah dengan gerakan
kilat dan aneh, pedang Biauw Eng menyambar membabat.
Hok Sun kaget sekali melihat gerakan ini, ia sudah bersiap-siap hendak melerai
kalau seandainya Biauw Eng menjatuhkan tangan maut kepada gadis kerudung
hitam. Akan tetapi, ia menarik napas lega dan berganti dengan rasa kagum yang
hebat, karena begitu tubuh A Lan, meluncur dengan kepala ke bawah dan kaki di
atas, pada saat ia mendengar suara pedang berdesing menyambar lehernya,
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 287
yoza collection dengan bentakan keras ke dua tangannya memukul lawan Biauw Eng menyambut
pukulan tangan lawannya itu dengan dorongan tangan kiri.
Pada saat itulah, dalam detik yang amat cepat A Lan meminjam tenaga
dorongan lawan untuk mencelat lagi ke atas, tubuhnya membal ke udara,
sementara pedang Biauw Eng luput dari sasaran. Gemas sekali Biauw Eng, ia
memburu, mengelebatkan pedangnya waktu tubuh lawannya masih melayang di
udara. -sai tiga kali di udara dan hinggap di atas tiang penglari yang amat tinggi itu!
anli-Kumengelebatkan pedangnya.
-koay memerintah. . . . . biar Jie-wi Lokay menghadapi pemuda tampan, Eh, A
Kedua pengenais baju kembang yang disebut Ji-wie Lokay, bangkit dan menjura
kepada Sianli Kumel -koay memerintah. -apaan ini, mengapa aku dan Biauw Eng diuji seperti
Kau berkenan mengunjungi Hwa-ie-kay-pang, memang
penyambutan kami begitu. Setiap orang luar yang datang ia harus diuji, barang
siapa yang kalah oleh orang-orangku yang kutunjuk sebagai penguji, ia itu harus
mati! Akan tetapi jika kalian menangkan orang-orangku, kami akan menyambutmu
dua orangHok Sun maju selangkah menjura dengan sikap hormat.
-ikutan memanggil nenek ini dengan sebutan Nio-cu
se jangkerik aduan" Kami tidak ingin berkelahi NioPendekar Lengan Buntung - Halaman 288
yoza collection -kay itu" Orang muda apakah kau
li Ku-koay, menatap tajam.
Merah wajah Hok Sun dikata takut. Ia paling pantang untuk disebut penakut.
Seorang gagah, tidak mengenal kamus penakut di dalam hatinya.
Maka dengan gagah dan dengan dada sedikit agak membusung, Hok Sun
dengan dua lokay itu, atau dengan siapapun.. . . akan tetapi
aku tidak sudi dijadikan binatang aduan seperti jangkrik. Niocu.. . . sebaiknya kau
perbuatanmu. Engkau kutantang menghadapi kedua orangku apakah kau tidak mau
melayaninya" Apakah kau.. . . hemm, kau bilang kau bukan pemuda penakut.. . . nah
diri.. . . berani kau menantang Hok Sun biarlah aku menghadapi dua jembel busuk
-ko, mereka menantangmu, mengapa kita
mlah, Engmenyarungkan pedangnya. Biauw Eng mengesut mundur ke belakang akan tetapi
matanya berapi-api memandang Sianli Ku-koay.
Dua orang kakek pengemis baju kembang yang dipanggil A Hok dan A Pin telah
mencabut pedangnya masing-masing. A Hok kakek pengemis kurus tinggi,
berjenggot putih menghampiri Hok Sun dan menegur dengan nada mengejek,
i.. . . akan tetapi engkau telah menawanku dan
binatang aduan. Kalau memang nenek itu hendak merasai tajamnya pedangku, biar
Merah wajah nenek Sianli Ku-koay, ia memandang marah kepada Hok Sun dan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 289
yoza collection rnyali, sini turun, biar aku yang


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatinya membentak dan mengirim serangan tusukan pedang yang dahsyat.
Biauw Eng menangkis, menggerakkan tangannya mendorong ke muka sambil
-tutup apakah wajahmu penuh
Angin pukulan menyambar ke muka A Lan, akan tetapi dengan cepat A Lan
mengegoskan lehernya ke samping dan membalas memukul, tak lama kemudian
kedua gadis itu sudah bertempur lagi dengan amat serunya. Kali ini ke duanya
bertempur dengan amat hebat dan masing-masing saling berlumba untuk cepatcepat menjatuhkan lawannya. Ke dua-duanya sudah sama-sama panas hati dan
Sementara itu, Hok Sun juga terpaksa sudah mencabut pedangnya didesak oleh
Jie-wie-lokay (dua pengemis), terkejut bukan main ia melihat betapa kedua orang
kakek pengemis ini demikian lihai permainan pedangnya. Diam-diam Hok Sun
mengeluh, kesini menghadapi lawan-lawan yang tangguh. Baru saja menghadapi dua
pengemis baju kembang ini, ia sudah merasa terdesak apalagi kalau sampai si
Nenek itu turun tangan. Wah, serba berabe. O ya, belum lagi dua orang gadis cantik
Akan tetapi ia mainkan pedangnya lebih hebat lagi.
Hok Sun tidak berani semberono, dan ia lalu mengeluarkan ilmu pedang Hwiehay-liong-kiam-sut bagian mempertahankan diri yakni gerakan naga laut mandi di
air. Gerakan ini amat kuat dan merupakan benteng pertahanan yang sukar
ditembusi oleh pedang lawan, pedangnya berputar merupakan segumpalan sinar
perak yang melindungi dirinya.
Akan tetapi biar bagaimana lihay, menghadapi kedua pedang di tangan dua
pengemis baju kembang ini, ia harus berlaku hati-hati dan waspada. Ia sengaja
belum mau membalas, memang ia sengaja hendak mengukur sampai di mana
tingkat lawan. Bukan main kagum hati Sianli Ku-koay melihat kepandaian ilmu pedang yang
kuat dan mantap di tangan pemuda tampan itu, melihat sepintas dia, tahu dia bahwa
dua orang pengemis ini setingkat kepandaiannya dengan pemuda itu! Akan tetapi
diam-diam ia merasa sayang kepada pemuda tampan ini.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 290
yoza collection Memang inilah watak Sianli Ku-koay, meskipun wajahnya sudah keriput dan
usianya sudah mencapai limapuluh lebih, akan tetapi melihat pemuda tampan ia
masih tertarik dan bergairah, apalagi melihat potongan pemuda itu, tubuh yang
bidang kuat dan wajah yang tampan.. . . diam-diam Nenek ini menelan air liurnya.
Semangat mudanya bergelora-gelora, berdebar-debar darahnya, matanya
berkilat penuh cinta dan napsu! Memang Sianli Ku-koay ini, sejak gadisnya pun
telah menjadi gadis berandal.
Entah berapa banyak lelaki yang telah menjadi korbannya. Dan sampai menjadi
nenek-nenek sekalipun, ia masih doyan bermain cinta dan nafsu berahi!
Jilid 10 I LAIN PIHAK, kedua pengemis baju kembang itu menjadi kagum dan
juga merasa penasaran menyaksikan kepandaian permainan pedang
yang kuat dari pemuda lawannya ini, maka A Hok, si pengemis tua yang
bertubuh kurus kering itu berseru keras dan tiba-tiba ia menambahi
serangan-serangan pedangnya dengan pukulan kiri yang penuh hawa sin-kang.
Begitu kepalan tangan kirinya menyambar, Hok Sun merasakan angin pukulan
yang bergelombang menyambarnya. Terkejut sekali ia merasakan hawa panas dari
tangan kiri si kakek pengemis yang memukulnya itu.
Maka dengan mengandalkan gin-kangnya, ia mencelat ke sana ke mari
menghindarkan diri dari pukulan tangan kiri A Hok yang bertubi-tubi, sedangkan si
kakek pengemis baju kembang yang dipanggil A Pin, sudah mengeluarkan sebuah
cambuk hitam. Dengan pedang dan cambuk di tangan A Pin, lama kelamaan
pemuda itu terdesak hebat, gerakannya mulai kacau dan lemah.
-koay yang tiba menjadi kuatir atas
keselamatan pemuda itu berseru memperingati dua pengemis yang tengah
menerjang lawannya dengan hebat.
Tentu saja bagi kedua pengemis baju kembang ini, mereka sudah dapat meraba
kemana maksud tujuan Niocu nya yang memperingatinya mereka tadi. Diam-diam
mereka merasa tak puas kepada wanita tua ini, yang mereka tahu nenek itu mata
keranjang! Akan tetapi tentu saja ketidak puasan hati mereka ini, tidak berani diutarakan
secara terang-terangan. Hanya mereka bertambah ganas mainkan pedangnya,
bertambah sengit karena hati yang mendongkol!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 291
yoza collection Sebetulnya, tak perlu lagi Hok Sun dikuatirkan, karena pemuda yang memang
sangat berlaku hati-hati ini telah maklum pula akan kehebatan pedang lawan, maka
tiba-tiba gerakan pedangnya berubah dan dengan amat cepat luar biasa ia telah
mainkan ilmu pedang bagian menyerang yang disebut gerakan rajawali sakti
menyambar api. Sinar pedang berkelebat dan angin pukulan yang datang dari
tangan kiri pemuda itu bergerak-gerak menimbulkan hawa panas.
Angin pukulan yang panas ini, sekarang dapat menangkis dan menolak kembali
serangan-serangan pukulan tangan kiri A Hok, sedangkan pedangnya yang
bergerak cepat bagaikan rajawali sakti menyambar di udara mendesak permainan
cambuk di tangan kiri pengemis baju kembang yang bernama A Pin itu, tentu saja
mengalami perobahan yang tidak disangka-sangka dahsyatnya ini. A Pin berlaku
waspada dan mainkan ilmu cambuknya lebih hebat lagi, sehingga di ruang itu
terdengar suara lecutan cambuk dan pedang beradu, membuat api lilin bergoyanggoyang tersambar lecutan cambuk.
Tak terasa lagi si nenek Sianli Ku-koay berseru memuji:
Diam-diam nenek Sianli Ku-koay ini menjadi girang dan bangga ternyata
kepandaian pemuda itu lebih setingkat dari kepandaian gabungan dua orang kakek
pengemis baju kembang. Ia terus memperhatikan jalannya pertempuran dengan
wajah berseri-seri, dilihatnya pedang Hok Sun bagaikan telah berubah menjadi
seekor rajawali sakti yang menyambar-nyambar dan menyemburkan hawa panas
dari mulutnya! Namun, dua orang pengemis baju kembang inipun lihai sekali. Biarpun kini ia
terdesak hebat, namun berkat pengalaman dan keuletan tenaga yang digabung
menjadi satu, mereka ini merupakan sebuah batu karang yang sukar sekali
dirobohkan oleh ombak dahsyat yang selalu datang menghempasnya bertubi-tubi!
Sungguh lawannya ini amat ulet dan keras!
Hampir seratus jurus, Hok Sun mengeluarkan jurus-jurus Hwie-hay-liong-kiamsut, akan tetapi belum juga ia dapat merobohkan dua orang pengemis ini. Peluh
diwajahnya bercucuran.. . . akan tetapi ia terus mendesak dua pengemis baju
kembang itu mengeluarkan jurus-jurus simpanan!
Sianli Ku-koay maklum bahwa kalau dilanjutkan juga akhirnya ke dua orang
pengemis itu akan kalah, maka ia memikir lebih baik dipisahkan saja sebelum kedua
kakek itu roboh di tangan orang muda yang gagah ini, maka bagaikan layanglayang putus talinya, Sianli Ku-koay telah melompat dan dengan sekali mengangkat
tongkatnya.. . . . tahu-tahu baik Hok Sun maupun ke dua orang pengemis baju
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 292
yoza collection kembang sudah terlempar ke belakang tiga langkah. Sambil bergebrak demikian si
Nenek itu membentak, mendatangkan kegembiraan dihatiku. Marilah kita bicara sebagai seorang sa
Hok Sun yang tadi dibuat kaget oleh gebrakan si Nenek yang telah membuat
pukulan tangan kirinya dan kuda-kudanya tergempur hebat memandang kagum
kepada Nenek ini. Lalu pandangannya beralih ke arah Biauw Eng yang sedang seruserunya melawan nona kerudung hitam.
Sianli Ku-koay juga menoleh. Begitu tangan kirinya mendorong ke depan. Tahutahu dua orang gadis yang tengah bertempur itu melayang jatuh terlempar tiga
meter jauhnya dalam keadaan masih berdiri.
ini menoleh kepada Biauw Biauw Eng tak berkata apa-apa. Ia menghampiri Hok Sun. Berdiri sambil
memegang pedang telanjang di samping pemuda itu.
memberi isyarat dengan kedipan mata. Didengarnya si Nenek sakti itu bertepuk
tangan tiga kali. Beberapa or sesudah berkata demikian si nenek itu menoleh kepada Biauw Eng dan Hok Sun,
Nenek itu berjalan menuju tempat duduknya dan tak lama kemudian, gadisgadis cantik dengan amat cekatan dan teratur telah memasang meja bundar dan
hidangan berupa makanan-makanan yang lezat dikeluarkan, arak wangi dan musik
membaur di ruangan itu. ong, kalian mengagumkan hatiku. Ketahuilah bahwa kami adalah
persekutuan Hwa-ie-kay-pang, ketua kami sedang ada urusan dengan seorang
sahabat di Sian-li-koay mewakili
pangcu Hwa-ie-kay- Pendekar Lengan Buntung - Halaman 293
yoza collection cu ini adalah wakil ketua Hwa-ie-kaymenganggukapakah itu Hwa-ie-kay-su ini mungkin baru terjun ke dunia kang-ouw sehingga belum
mengenal akan pergerakan Hwa-ie-kaysebelah kiri Sianli Ku-koay bertanya, suaranya lantang dan merdu.
Biauw Eng menjadi melotot memandang gadis cantik itu. Ingin sekali ia
menggebrak meja dan memaki, akan tetapi Hok Sun, telah mendahuluinya
membuka suara. Si gadis tersenyum manis.
-ie-kayie-kay-tokoh Hwa-ie-kay-pang di gedung sebelah kanan ini, Cong-su. Hwaie-kay-pang mempunyai dua sayap, sayap pertama adalah kami inilah Niocu, Jielokay dan beberapa bidadari dari Sian-li-pay sedangkan sayap kiri adalah.. . . orangorang gila yang sudah miring otaknya dan tidak waras, akan tetapi mereka lihai,
pimpinan sepasang iblis gila yang disebut Jing-tok-siang-lomo, sedangkan sayap
tengah adalah Hwa-ie-kay-pang dipimpin oleh pangcu Hwa-ie-kay-pang sendiri.. . . O
Nio, akan tetapi kami berdua dijuluki Lam-hay-nioterang saja
karena kami tertarik akan kepandaian kalian yang amat hebat, maka kami
mengeluarkan tangan untuk mengikat persahabatan dengan kalian. Ketahuilah
bahwa Hwa-ie-kay-pang ini, luas sekali pergerakannya, baik dalam gerakan politik
dan sosial dan ke mendengar tentang bencana alam misalnya, wabah penyakit dan kelaparan di
sepanjang sungai SinHok Sun tertarik sekali.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 294
yoza collection -nian dan melihat saudara-saudara yang
kabarnya menderita kelaparan dan banyak yang terserang penyakit. Hemm, siapa
sangka kami bertemu dengan tiga bajak laut yang menamakan dirinya Sam-hauwhuang-nian, Sun-ie-kayKu-koay menyelak sambil meneguk arak wangi. Pandangan matanya menatap
kagum ke arah pemuda di depannya itu.
Hok Sun dan Biauw Eng terkejut bukan main, hampir berbareng mereka berseru:
-lokay membawamu ke sini.. . . melihat-lihat saudara yang terancam bahaya kelaparan dan penyakit.
-wie enghiong ingin melihatHwaie-kay-pang mendirikan sebuah panitia khusus menanggulangi korban kelaparan
mulia ini, kami sangat mengharapkan pertolongan ji-wie untuk membantu
pergerakan kami, tentu ji-ie-kay-moay, jangan berkata begitu. Ingat bukankah rencana kita juga hendak
membantu pergerakan panitia penolong korban kelaparan dan bencana alam,
mengambil keputusan. Sun-pagi
boleh kau ikut serta dengan panitia penanggulangan korban bahaya kelaparan yang
akan bertugas akan membagi-bagikan sumbangan dan bahan makanan kepada
penduduk di sepanjang sungai Sin-kiang.
Sianli Ku-koay tersenyum manis kepada Biauw Eng, akan tetapi pandangannya
berkilat tajam dan pada akhirnya mengeluarkan senyum mengejek.
-ie-kay-pang, apalagi dalam
tugas mulia menolong sesama manusia, tentu saja kami setuju.. . . akan tetapi
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 295
yoza collection bagaimana dengan kawan kami yang satunya yang juga tertawan oleh seorang
anggota Hwa-ie-kaykbaik oleh orang-orang kami, besok pagimenyahut si gadis yang duduk di sebelah kiri Sianli Ku-koay. Tersenyum memikat
kepada Hok Sun. Diam-diam panas hati Biauw Eng. Gadis-gadis di sini sungguh berani dan genit,
pikirnya memaki! Akan tetapi ia diam saja. Menahan kemengkalan hatinya terhadap orang-orang
yang memuakkan baginya ini, Biauw Eng tidak banyak bicara lagi. Ia mendengarkan
saja si Nenek mengobrol ke barat dan ke timur menceritakan pergerakan Hwa-iekay-pang yang dipuji-pujikannya itu.
Sementara Hok Sun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja
mendengarkan cerita si nenek yang menurut anggapannya memang amat menarik
dan hebat! Betapa tidak" Kalau Hwa-ie-kay-pang adalah perkumpulan yang luas dan
banyak hubungan dengan tokoh-tokoh di dunia kang-ouw dan merupakan
perkumpulan sosial yang suka menolong rakyat dengan mendirikan panitia korban
banjir dan panitia korban kelaparan yang mengancam penduduk di sepanjang
sungai Sin-kiang dan Tiongkok selatan, tentu saja ia bersedia dengan senang hati
membantu perkumpulan ini!
Apa lagi setelah didengarnya bahwa temannya yang tadi siang baru dikenalnya
itu, katanya diperlakukan secara baik-baik oleh orang-orang Hwa-ie-kay-pang di
gedung yang agak terpisah. Lega hati Hok Sun!
Lain lagi dengan Biauw Eng, gadis ini bertambah mendongkol akan kegenitan
gadis-gadis di Hwa-ie-kay-pang sayap kanan. Apa lagi, setelah gadis-gadis
kerudung hitam membuka kerudungnya. Alangkah cantik dan manis.
Entah mengapa hati Sie Biauw Eng menjadi panas dan tidak senang apalagi
kepada si nenek waktu mempersilahkan mereka istirahat, pernah nenek itu berkata,
Begitu dara-dara cantik mengantarkan mereka ke kamar, Hok Sun berkata
k Pendekar Lengan Buntung - Halaman 296
yoza collection ediakan tempat untukku, biarlah
Bianw Eng mendongkol. Pandangan matanya melongok ke dalam kamar, sebuah tempat tidur yang
sudah terhias rapih dan indah, bersepray putih bersih, dari dalam kamar terhendus
olehnya hio wangi yang menebarkan harum semerbak, harum yang merangsang
hidung. Hok Sun juga heran sekali melihat kamar yang begini indah dan wangi
seperti kamar pengantin saja layaknya.
ah kalau kau tidak berkeberatan, kami minta
Hok Sun mengangguk. tayhiap, Niocu hanya meny
menyediakan kamar, mengapa mengundang kami. Sun-ko muak aku melihat tata
cara di Hwa-ie-kay-pang yang gila ini, mari kita
Biauw Eng yang berwatak keras hati itu membalikkan tubuhnya dan berjalan
cepat. Akan tetapi sekali mengenjotkan tubuh, seorang gadis Hwa-ie-kay-pang
sudah berdiri di depan Biauw Eng.
Biauw Eng mencabut pedangnya.
Hok Sun cepat menghampiri gadis temannya yang sudah mencabut pedang ini
Pada saat itu mendatangi Sianli Ku-koay.
Nenek Sianli Ku-koay bertanya.
Sianli Ku-koay menatap Biauw Eng tajam kemudian ia tersenyum.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 297
yoza collection r biar Akan tetapi Biauw Eng tidak menyahut. Merengutkan mukanya sambil
memasukkan pedangnya kembali ke sarung.
hemm, Merah muka Hok Sun dan Biauw Eng mendengar perkataan si nenek ini, apa
lagi kerling itu menyambar genit memberi arti, bertambah panas hati Biauw Eng.
Ingin sekali menurut hatinya gadis itu menerjang maju, mengamuki gadis-gadis
genit di Hwa-ie-kay-pang ini, akan tetapi.. . . ia menahan kemarahan yang hendak
meledak itu dan berjalan mengikuti si Nenek ke kamar lain yang khusus disediakan
untuknya! Akan tetapi, betapa terkejutnya Biauw Eng ketika begitu memasuki kamar yang
terhendus hio wangi yang menyesakkan hidungnya, tiba-tiba dirasakannya
kepalanya pening bukan main, dan ia menggeletak pingsan, di atas sprey putih
bersih yang berkasur empuk itu. Bersamaan dengan itu terdengar suara tertawa
genit dari gadis Sian-li-pay, menyingkap paha Biauw Eng dan menusukan jarum
Di kamar lain, terjadi kejadian yang sama. Begitu tidak lama Hok Sun memasuki
kamar yang mengeluarkan bau harum dari hio wangi. Tiba-tiba dirasakannya
kepalanya pening dan terasa amat ngantuk pada kelopak matanya, rasa ingin tidur
yang hebat membuat pemuda itu merebahkan dirinya di pembaringan dan tidak
tahu lagi apa yang terjadi pada dirinya!
ooOOoo Bagaimana dengan Nyuk In" Benarkah ia diperlakukan baik-baik seperti kata
Sianli Ku-koay kepada Hok Sun dan Biauw Eng.
Tentu saja kedua orang muda itu tidak mengetahui apa yang terjadi pada diri
Nyuk In di gedung sebelah kiri, gedung ini agak jauh terpisah dari gedung-gedung
yang lain. Dihuni oleh sepasang iblis gila yang terkenal dengan julukan Jing-toksiang-lomo, A Thiong dan A Mey.
Kedua Iblis yang berkepandaian lihai ini ternyata dapat ditawan oleh pangcu
Hwa-ie-kay-pang dan karena pengaruh racun hitam yang ditusukkan ke paha ke
dua iblis ini melalui sebuah tusukan jarum, keruan saja sepasang Iblis jadi
bertambah hilang ingatannya dan menjadi penurut yang taat atas perintah ketua
Hwa-ie-kay-pang. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 298
yoza collection Orang-orang Hwa-ie-kay-pang membangun gedung di sebelah kiri dan
menculik pemuda-pemuda laki-laki gagah untuk diracuni otaknya sehingga
merusak ingatan mereka menjadi gila seperti sepasang Iblis Gila Jin-tok-siang-lomo
ini! Tak heran begitu Nyuk In, dibawa ke gedung yang semuanya terdiri dari orangorang gila ini, ia menjadi barang permainan laki-laki kasar gila, anak buah Jin-toksiang-lomo, akan tetapi gadis itu sudah sadar, meskipun sudah terluka dan


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya masih terasa lemah, ia masih gesit dan dapat menghindarkan diri dari
sergapan dan tangkapan-tangkapan kasar dari anak buah Sepasang Iblis gila Jintok-siang-lomo.
Untungnya, kakek pengemis Hwa-ie-kay-pang ini memesan kepada Nenek dan
kakek gila untuk tidak mengganggunya, sehingga begitu si nenek A Mey dan si
Kakek A Thiong muncul, tak berani lagi orang-orang gila itu mengganggu Nyuk In.. . .
Nyuk In dimasukkan ke dalam kerangkeng.
Sementara anak buah Jing-tok-siang-lomo menari-nari seperti monyet yang
mengagumi barang permainan yang menarik dan aneh!
Melihat orang-orang ini bertingkah kegila-gilaan, diam-diam Nyuk In merasa
kasihan sekali kepada orang-orang gila ini, anehnya meskipun mereka tertawatertawa girang, akan tetapi dari pelupuk matanya mengalir air mata yang menetesnetes dan sinar mata mereka nampaknya kuyu dan penuh penderitaan.
Sementara orang-orang gila itu menari-nari di luar kerangkeng, Nyuk In
meramkan matanya. Bersemedi untuk menyembuhkan racun hijau yang menjalar
pada kakinya. Mengerahkan tenaga sin-kang dan mencari kesempatan untuk keluar
dari dunia orang gila ini!
ooOOoo Beberapa tahun yang lalu daerah Tiongkok selatan terserang bencana alam
yang cukup hebat. Musim kemarau amat panjang, untuk berbulan-bulan tak
setetespun air yang membasahi bumi, sehingga sungai-sungai besar mengalami
kekeringan dan membawa bibit-bibit penyakit menular yang menjangkiti penduduk.
Sawah-sawah pada kering merekah dan retak-retak karena panas yang
membakarnya dan semua sumur menjadi kering. Karena sungai-sungaipun menjadi
kering dan ikan-ikan yang mati hingga penderitaan rakyat bukan main hebatnya.
Semua tanaman mengering dan layu, sawah-sawah menjadi tandus dan
merupakan lautan tanah gersang yang tak dapat ditumbuhi tetanaman lagi.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 299
yoza collection Rakyat kecil, terutama golongan kaum tani menjerit-jerit mengharapkan
datangnya hujan. Akan tetapi sampai berbulan-bulan itu hujan belum juga turun.
Udara bukan main panasnya.
Rakyat di daerah selatan menjerit-jerit karena persediaan bahan makanan
semakin menipis, terutama sekali kesengsaraan ini terasa benar bagi rakyat kecil,
rakyat yang tak mampu untuk menampung gandum, sedangkan hari demi hari
terasa benar bahaya kelaparan mengancam penduduk. Terutama rakyat pinggiran,
para petani dan orang-orang miskin yang tak mampu lagi untuk membeli beras
yang bukan saja sukar didapat, melainkan seandainya ada, harganya pun mencekek
leher. Tak terjangkau oleh rakyat kecil!
Bibir-bibir manusia mengering dan bibir merekah pecah-pecah. Mata menjadi
merah karena terlalu banyak menangis dan karena hawa terlampau panas seperti
dibakar. Hewan ternak banyak yang mati kepanasan dan kehausan. Tubuh-tubuh
manusia dan hewan menjadi kurus kering kekurangan makan, hari demi hari
berjatuhan korban-korban yang mati kelaparan!
Doa-doa dinaikkan dari bibir-bibir yang kering merekah, dari jiwa yang haus
dan lapar. Penduduk dusun bersembahyang siang malam memohon datangnya
hujan. Dan pada saat yang amat genting, hujanpun datanglah.
Jutaan manusia menyambut datangnya hujan pertama ini, mereka berlari lari
ke halaman rumahnya menengadah kelangit mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Menadahi kedua tangan menghirup air hujan yang membawa harapan bagi jiwajiwa yang lapar dan berdahaga.
Para petani mulai berseri-seri wajahnya menampakkan harapan-harapan di
dada sambil menyeret cangkul dan arit kembali ke sawah, menggiring kerbaukerbau mereka yang nampak sudah kurus kering dan lemah, akan tetapi binatangbinatang inipun seakan-akan merasa suka cita yang besar untuk turut gembira
berjalan sambil mengibas-ngibaskan ekornya dan menguak panjang! Menjejakjejakkan kakinya pada tanah yang mulai berair dan berlumpur!
Hujan tak juga mau berhenti. Berhari-hari hujan turun tak henti-hentinya,
bertambah lebat. Mengamuk, dan menyeret apa saja yang tergenang dalam banjir.
Rumah-rumah pondok para petani habis disapu angin hujan yang semakin
menggila. Air sungai Sin-kiang meluap, membanjir ke sawah-sawah, memasuki rumahrumah pondok, menenggelamkan segala apa yang dapat diseret hanyut. Tak perduli
ia itu manusia ataupun binatang, ataupun pondok-pondok, semuanya dihanyutkan!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 300
yoza collection Mayat manusia mengapung dimana-mana, tersangkut pada tempat-tempat
yang amat tinggi, menggeletak di dalam gubukAmukan alam yang memperlihatkan kekuasaannya ini terasa sekali oleh
penduduk sekitar kota Wu-nian, dusun-dusun di sekitar itu, terancam bahaya
kelaparan yang mau tidak mau menarik perhatian pemerintah pusat. Mendengar
laporan ini, Hong-siang (kaisar) mengirimkan sumbangan-sumbangan berupa uang
dan bahan makanan. Para hartawan yang berhati dermawan mengirimkan
sumbangan-sumbangan mereka melalui kota Wu-nian.
Akan tetapi, sayang seribu kali sayang, alamat yang kirim dari orang-orang
dermawan di kotaraja tidak menuju sasaran yang tepat! Sumbangan itu nyasar ke
alamat yang lain, masuk kantong panitia-panitia yang berkedok sebagai panitia
korban banjir, semakin menipis, semakin tersangkut sumbangan itu dan baru
sebagian kecil itu, sampai ke dusun-dusun, itupun tidak dapat berbuat banyak!
Apa lagi belum lama berselang ini, beberapa bulan yang lalu muncul
perkumpulan pengemis baju kembang yang menamakan dirinya perkumpulan
Hwa-ie-kay-pang. Mendirikan gedung yang besar dan megah.
Perkumpulan inilah yang menampung sumbangan-sumbangan yang datang
dari kotaraja! Dan perkumpulan Hwa-ie-kay-pang inilah yang menjadi panitia
Korban Banjir, mengerahkan para pengemis meminta sumbangan kepada
penduduk kota. Dan tak lama kemudian muncul lagi gadis-gadis kerudung hitam dari Sian-lipay yang katanya mendukung Hwa-ie-kay-pang ini. Sudah barang tentu kota Wunian menjadi ramai dan pusat kegiatan budaya dan sosial!
Bantuan pemerintah berupa sumbangan-sumbangan korban banjir terus
mengalir dan belum lama ini, dikabarkan Kaisar mengirim limaribu tail emas untuk
korban banjir! Hem, suatu perbuatan yang mulia dan patut dipuji. Manusia-manusia
di luar daerah korban banjir menarik napas lega, mengharapkan bahwa saudarasaudaranya di daerah bencana banjir itu dapat ditanggulangi!
Pada suatu hari, tatkala matahari sudah naik tinggi dan menyinarkan
cahayanya di atas kepala, di luar pintu gerbang kota berjalan dua orang muda
memasuki pintu gerbang Wu-nian, akan tetapi sampai di pintu gerbang itu, mereka
dihadang oleh dua orang kakek pengemis yang berpakaian tambal-tambalan dan
warna bajunya berkembang-kembang, sepasang kaki mereka telanjang dan tidak
memakai sepatu. Dengan membongkokkan diri kedua pengemis itu mengangsurkan
kaleng yang bertulisan: Pendekar Lengan Buntung - Halaman 301
yoza collection Keruan saja membaca tulisan ini, tergerak hati kedua orang muda itu dan
mereka merogoh saku dan mengeluarkan dua tail perak, mencepluskan ke dalam
kaleng yang diberi lubang kecil di atasnya.
Akan tetapi alangkah heran hati ke dua orang muda itu, ketika setelah seorang
Kedua orang muda itu, yang tak lain adalah Kong Hwat dan Ho Siang
berpandangan, tiba-tiba Ho Siang tersenyum dan merogoh lagi sakunya
mengeluarkan setail perak, dimasukkan lagi ke dalam kaleng sumbangan.
-nian ya" Hemm, kalau ingin
masuk.. . . tambahlah kaleng sumbang ini dengan limapu
masih hitam itu riap-riapan ke pundak tidak tersisir rapih, kedua kakinya juga
telanjang hingga ia nampak seperti seorang pengemis jembel.
Sambil menimang-nimang uang satu tail itu si kakek mengekeh, mengepalkan
tangannya yang memegang uang logam satu tail itu dan begitu tangan si kakek
pengemis dibuka, nampak uang logam itu sudah hancur berkeping-keping menjadi
lima potong. Melihat cara kakek ini meminta sumbangan dengan cara yang tidak sedap ini,
berdasarkan hati rela dan suka, sama sekali tidak diharuskan menentukan besarnya
sumbangan biar menyumbang sedikit asal memberinya dengan senang hati dan
ikhlas, seharusnya diterima dengan baik! Mana ada aturan minta sumbangan
Si kakek pengemis yang bertubuh kurus itu menjadi marah dan balas
an kau berkata lancang ya! Apakah kau tidak
mengenal Hwa-ie-kayKong Hwat menggelengkan kepala. Tertawa lebar.
pengemis hanya meminta dan memohon dengan cara halus, sehingga
menggerakan hati orang untuk menaruh belas kasihan kepadanya dan memberi
sedikit uang. Kau ini pengemis macam apa, pakaianmu belentang belentong,
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 302
yoza collection bukan penduduk kota ini, aku
mengampunimu asalkan kau berlutut dan menyembah padaku tiga kali, hayo
tangannya menekan pundak Kong Hwat.
Akan tetapi alangkah herannya dia ketika merasa tangannya membentur benda
yang lunak seperti kapas, tiba-tiba entah bagaimana caranya tahu-tahu tubuhnya
menjadi kaku seperti patung. Berdiam setengah membongkok dalam keadaan
tangan kanan melonjor ke depan yang tadi menekan pundak Kong Hwat.
Melihat temannya sudah tertotok menjadi kaku seperti patung hidup, pengemis
yang satunya, yang bertubuh pendek kate menjadi marah dan tahulah ia bahwa
dua orang muda ini tentu mempunyai kepandaian silat, maka tanpa sungkansungkan lagi pengemis pendek itu sudah menerjang maju menggerakan tongkatnya
yang tadi dipakainya untuk menunjang tubuhnya yang pendek itu.
Serangan kakek ini kuat dan lihay, akan tetapi begitu Kong Hwat bergerak yang
kedua kali, seperti temannya tadi, pengemis pendek inipun telah tertotok dalam
keadaan seperti orang menyerang, cepat pemuda itu membawa kedua orang itu ke
depan pintu gerbang kota dan ditaruh di kanan kiri pintu gerbang seperti sebuah
patung. Keruan saja melihat kejadian ini, penduduk kota yang menonton menjadi heran
dan terkejut. Akan tetapi diam-diam mereka senang juga melihat ke dua pengemis
yang sombong dan suka memaksa orang meminta sumbangan itu kini
dipermainkan oleh ke dua orang muda yang tak mereka kenal!
Setelah merobohkan kedua orang pengemis baju kembang itu dan meletakkan
ke duanya di depan pintu gerbang kota, Ho Siang bertanya kepada seorang
penduduk kota yang tengah memandangnya kagum.
mereka itu ditugaskan oleh panitia korban banjir untuk mem
akan tetapi berkepandaian hebat. Ketahuilah bahwa kedua kakek pengemis itu
adalah anggota Hwa-ie-kay-pang yang terkenal di kota ini. Semua sumbangansumbangan korban banjir ditampung oleh perkumpulan ini.
-ie-kay-pang yang berhak meminta sumbangan untuk
-orang Hwa-ie-kay-pang tidak adil tayhiap, mereka sering meminta
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 303
yoza collection memberi keterangan, lantas keduanya dengan cepat memasuki kota Wu-nian dan
tak lama kemudian tampak Ho Siang dan Kong Hwat sudah memasuki sebuah
rumah makan yang cukup besar dan terkenal!
Akan tetapi, kembali kedua orang muda itu dibuat heran karena begitu mereka
masuk, nampak dua orang gadis kerudung hitam menghampiri dan menyodorkan
kaleng sumbangan untuk korban banjir.
terdengar merdu dan nyaring.
Kong Hwat menoleh, dan apabila pandangan mereka terbentur kepada muka
yang tertutup sutera hitam, baik Ho Siang maupun Kong Hwat menjadi terheran.
Teringat mereka akan gadis-gadis yang pernah ditemuinya di Pulau Bidadari,
hemm, apakah gadis-gadis inipun dari Sian-li-pay"
ng hitam itu berkata lagi. Kong
Hwat mengeluarkan uang satu tail, diceploskan ke dalam kaleng sumbangan.
enggak mau. Orang menyumbang menurut keikhlasan hati dan kekuatan kantong.
gablek duit mengapa kau sok cukong menyumbang-nyumbang segala, huu,
keluar lagi dari rumah makan.
Merah muka Kong Hwat dikatai sok cukong oleh si gadis, kalau saja tidak buruburu Ho Siang mencegah, tentu ia akan mendamprat gadis itu lagi.
-li-gadis Sian-lipay itu selalu tertutup mukanya.. . . ahh, mungkinkah Sian-li-pay beroperasi hingga
Ho Siang tak menyahut. Seorang pelayan mendatangi sambil memberikan
daftar makanan yang tersedia. Diterima oleh Ho Siang dan memesan beberapa
macam masakan. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 304
yoza collection O ya, justru sekarang kepingin kuselidiki. Pernah beberapa hari yang lalu
kuberitahu kepada salah seorang panitia, akan tetapi, bukan Hwa-ie-kay-nian-sam-eng (Tiga Pendekar Wu-nian)
-ie-kay-pang yang menguasainya"
Seorang pelayan membawakan masakan yang tadi dipesan.
-jalan sebentar. Hwa-ie-kay-pang harus kita
selidiki. O ya, Hwat-lote kau hendak menemui Wu-nian-sampadanya. Mari kita makan cepatdemikian Kong Hwat makan tanpa berkata-kata lagi.
Ho Siang juga meraih mangkok dan mengisi sedikit nasi dan menyendok
masakan Tung-wang yang terkenal itu. Asap seakan membaur sedap melaparkan
isi perutnya yang sejak sedari pagi ini belum menerima makanan apa-apa.
Kong Hwat banyak sekali makan.
Memang pemuda itu paling banyak makan, apalagi menghadapi masakan yang
lezat ini. Rasanya baru kali ini ia merasakannya masakan yang benar-benar lezat.
Tentu saja baginya selama mengikuti suhunya, Koay Lojin, ia hanya selalu tiap
hari dihadapkan dengan masakan-masakan sederhana, dan ikan-ikan laut melulu
hasil suhunya memancing. Jarang sekali suhunya membawa dia makan di rumah
makan, biasanya ia makan hanya dengan ikan hasil tangkapan atau paling-paling
dengan sayur-sayuran yang dimasak suhunya dengan amat sederhana sekali.
Sebentar itu pula pemuda itu sudah menghabiskan tiga mangkok nasi putih dan
sayur cap-cay yang amat lezat bagi lidahnya itu!
Melihat temannya makan dengan gembul dan bernafsu, Ho Siang tertawa lebar
sambil m Kong Hwat menggeleng-gelengkan kepala dan menghabisi makanan di
buncit kekenyangan makan.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 305
yoza collection Ho Siang berdiri, berjalan menuju tempat pembayaran makanan dan
mengeluarkan uang. Sekembalinya, Kong Hwat sudah menanti di depan sambil
memegangi perutnya yang terasa mulas.
-datang Ho Siang bertanya sambil
perutnya yang terasa mulas.
Tentu s - Kong Hwat setengah berlari masuk ke dalam rumah makan.
Ho Siang menunggu di luar sambil melihat-lihat orang-orang berlalu di jalan.
Amat ramai sekali siang hari itu, orang-orang yang lalu-lalang di depan rumah
makan ini. Tiba-tiba, serombongan orang-orang berkuda lewat di depan rumah makan dan
Ho Siang melihat perajurit kerajaan berjalan berbaris dengan amat rapih, sedangkan
barisan di depan. Orang-orang yang di pinggir jalan berhenti memandang barisan
perajurit dari kotaraja. Nampak penunggang kuda yang di tengah adalah seorang
jenderal setengah tua dengan diapit oleh dua orang wanita tua dan seorang hwesio
tua muka hitam dengan jubah berwarna kuning.
Inilah rombongan Bong Bong Sianjin atau yang terkenal dengan sebutan Bonggoanswe dan Hok Losu, bersama Nenek Kepalan Dewa Tanpa Tandingan yang
terkenal dari Sian-li-pay, sedangkan nenek yang satu lagi adalah Sianli Ku-koay
yang menjemput datangnya tamu-tamu agung yang mereka hormati.
Nampak di antara rombongan itu seorang lelaki tua berusia empatpuluh tahun,
akan tetapi nampak sudah amat tua lagi dengan tubuhnya yang kurus kering
seperti tinggal tulang terbungkus kulit. Orang inilah Pay-cu Hek-lian-pay yang
bernama Hek-sin-tung Pay-cu Teng Kiat.
Berjalan dengan pandangan menghina menyapu orang-orang yang terdiri di
pinggir jalan memandang rombongan yang lewat ini. Dan di belakang barisan
berkuda, nampak gerobak barang yang didorong oleh perajurit-perajurit kerajaan.
Hadir juga disitu, Oey Goan si Cambuk sakti yang mengepalai barisannya!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 306
yoza collection Melihat rombongan yang terdiri dari tokoh-tokoh yang sebagian besar memang
sudah dikenalnya, tertarik sekali hati Ho Siang dan diam-diam ia membututi
rombongan itu. Sebelumnya ia meninggalkan sepucuk surat untuk Kong Hwat yang
sedang buang air, dan dititipkan kepada pelayan rumah makan.
Akan tetapi betapa terkejut hati Ho Siang. Begitu rombongan dari Kotaraja itu
masuk ke sebuah gedung yang dan bercat merah, nampak tiga komplek bangunan
yang besar-besar itu. Tiba-tiba pintu gerbang yang bertulisan,
Hwa-ie-kay-pang itu tertutup tidak diperbolehkan seorangpun yang diijinkan masuk. Dengan hati
penuh bertambah curiga Ho Siang kembali ke rumah makan yang tadi dan bertanya
kepada seorang pelayan yang dititipkan surat untuk Kong Hwat.
-nian-sam-eng, kenalkah kau kepada
tiga orang pendekar dari Wu-nian-sam-eng, tentu saja semua orang kenal kepada mereka. Tiga orang
gagah yang tadinya menjadi panitia Korban banjir.. . . akan tetapi.. . . kabarnya, tiga
orang gagah itu juga dapat diperalat oleh Hwa-ie-kay-pang.. . . kongcu, sekarang
yang berkuasa di sini adalah Hwa-ie-kaysetengah berbisik. Ia hendak berkata lagi, akan tetapi didengarnya pemilik rumah
makan itu memanggilnya dengan panggilan keras dan nyaring:
mangkuk-mangkuk itu, bawa ke belakang, kembali membawa arak Hang-ciu dan
h kepada Ho Siang, Ho Siang keluar dari rumah makan itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 307
yoza collection Ia berjalan menuju ke jalan Naga. Akan tetapi tak didapati Kong Hwat di jalan
itu. Sedangkan Wu-nian-sam-eng, tidak berada di tempat itu, mungkin di gedung


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hwa-ie-kay-pang! Ho Siang berdiri di depan pintu gerbang gedung Hwa-ie-kay-pang. Ingin sekali
ia menerobos masuk, akan tetapi ia tahu bahwa kalau terlihat oleh anggota-anggota
Hwa-ie-kay-pang akan tindakannya ini, tentu ia akan dicurigai.
Maka jalan satu-satunya, menanti datangnya malam. Pada waktu malam ia akan
leluasa bergerak. Berpikir demikian, ia meninggalkan gedung Hwa-ie-kay-pang yang
kelihatannya angker dan megah itu!
Ia berjalan-jalan di sepanjang jalan di Kota Wu-nian sambil bertanya-tanya
kepada penduduk. Akan tetapi ia menjadi kecewa, karena tidak banyak penduduk
yang mau bercerita banyak tentang Hwa-ie-kay-pang itu!
Hanya mereka mengatakan bahwa, sejak Hwa-ie-kay-pang berdiri di Wu-nian
segala kekuasaan pemerintah pusat yang tadinya dikuasai oleh wali kota Wu-nian,
kini beralih dipegang oleh Hwa-ie-kay-pang. Segala sumbangan untuk korban banjir
harus melalui partai itu. Seorangpun tidak diperkenankan mendirikan panitia korban
banjir! Dan pada malam yang gelap dan dingin dengan gerakan cepat dan gesit, Ho
Siang dapat meliwati penjagaan dan melompat ke atas tembok mempergunakan
kegelapannya malam sehingga ia dapat masuk ke komplek gedung Hwa-ie-kaypang tanpa terlihat oleh siapapun juga.
Ternyata di dalam tiga gedung komplek Hwa-ie-kay-pang dijaga dengan ketat
oleh kakek pengemis baju kembang. Akan tetapi, dengan gerakan gesit pemuda itu
berhasil meloncat ke sebuah gedung sebelah kiri yang terdekat dengan tembok
komplek Hwa-ie-kay-pang. Melihat suasana di dalam gedung itu agak gelap dan sepi, dan melihat komplek
gedung yang di tengah amat terang dan terdengar suara orang bercakap-cakap
segera dengan kepandaiannya yang tinggi, Ho Siang berhasil mengintai ke dalam.
Di ruang tengah ia melihat Bong Bong Sianjin yang berpakaian jenderal sedang
bercakap-cakap dengan dua orang nenek yang kelihatannya sangat angkuh dan
agung sedang duduk di atas kursi kebesarannya.
Kedua orang nenek itu adalah Sianli Ku-koay, dan Bu-tek Sianli Pay-cu dari
Sian-li-pay, dan di meja bunder itu duduk pula seorang hweshio tua bermuka hitam
yang pernah ia kenal dan rasai kelihayannya waktu di hutan tempo hari bersama
Nyuk In. Hweshio itu adalah Hok Losu, yang dulu pernah mengalahkannya. Dan
beberapa tokoh-tokoh sakti lain yang belum dikenalnya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 308
yoza collection Terkejut sekali Ho Siang melihat tokoh-tokoh yang nampaknya tengah
mengadakan perundingan. Dan yang membuat dadanya berdebar tegang dan heran
adalah seorang gadis, gadis yang amat dikenalnya.
Di tengah-tengah ruangan itu Nyuk In nampak tengah tertotok tak berdaya.
Seluruh urat saraf pemuda itu, menegang dan ia mengintai dengan hati-hati dan
waspada. -cu.. . . si Nenek Sianli KuBu-tek Sianli menatap gadis yang tertunduk itu.
Ia menoleh kepada seorang dara Sian-liGadis yang dipanggil Ang Hwa ini menatap tajam ke arah gadis yang tertunduk,
tangannya menjambak rambut Nyuk In dan mengawasi wajah itu,
Sianli Ku- -cu, apakah hanya orang ini yang dapat kalian
adalah orang-orang dari Kotaraja. BongSianli Ku-koay menunjuk ke arah kedua orang muda yang berdiri mematung seperti
orang yang hilang semangat. Melihat seorang gadis cantik yang dikenal sebagai
puteri Sie-tayjin, tentu saja Bong Bong Sianjin dapat mengenalnya.
heran. -goanswe, akan tetapi gadis itu keras kepala dan terpaksa
-cu Bu-tek Sianli Yang Mulia, sekarang bocah binal yang pernah mengacau
Sian-li-pay kami serahkan kepadamu,
koay berkata hormat. Bu-tek Sianli mengetuk tongkat bidadari tiga kali di tanah dan dengan suara
hukuman mati, Ang Hwa.. . . bunuh gadis bina
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 309
yoza collection Gadis Sian-li-pay yang bernama Ang Hwa maju ke depan dan berlutut di depan
Bu-tek Sianli. tek Sianli menggerakan tangan kirinya.
Sebuah benda berkeredep menyambar Ang Hwa, akan tetapi dengan cekatan
gadis itu menggerakan tangannya dan beberapa detik kemudian sebuah pisau
tajam telah berada di tangannya. Dengan gerakan yang lemah gemulai gadis Sianli-pay itu maju ke depan mendekati Nyuk In.
Akan tetapi mana Nyuk In sudi berlutut. Ia malah melototkan matanya menatap
tajam ke arah gadis yang memegang pisau yang berkilat-kilat saking tajamnya
tersentuh cahaya lilin. Diam-diam gadis Sian-li-pay ini terkejut melihat tatapan mata gadis yang
mencorong tajam. Akan tetapi dengan senyum mengejek sambil menudingkan
pisau belati, gadis Sian-li-pay yang bernama Ang Hwa itu berkata sombong,
di tangan Ang Hwa berkelebat, hampir saja menggores muka Nyuk In.
-tek Sianli berkata heran. Menatap tajam jenderal
yang telah berlutut di depannya.
suhengku Bu- kau memberi pertimbangan kepada gadis itu. Dia adalah murid
- - tek Sianli bertanya. y-beng Sianjin juga harus mampus di
tanganku. Goanswe jangan kuatir urusan si pertapa dari Thang-la, biar aku yang
membereskan.. . . ka - Pendekar Lengan Buntung - Halaman 310
yoza collection Aneh sekali, mendengar suaranya Bu-tek Sianli yang berwibawa ini, Bong Bong
Sianjin seperti anjing kena gebuk, dengan membungkuk-bungkuk hormat dia
mundur dan kembali ke tempat duduknya.
Hok Losu menyambut dengan tert
-goanswe tidak perlu kuatir,
seandainya Bu-beng Sianjin tidak senang, biarlah tanganku yang mengetok
-tek Sianli membentak. Ia ingin
segera melihat gadis itu mati dengan tusukan belati dan menerima jantung gadis
itu. Seperti biasanya, ia paling senang melihat para hukuman mati berkelojotan
dengan jantung dan hati yang tercabut keluar dan kelak jantung dan hati itu
disimpannya untuk obat kuat. Inilah kekejaman Nenek Bu-tek Sianli!
Ang Hwa maju ke depan, ia menyambar rambut gadis itu dan mengangkat
kepala, memandang wajah Nyuk In. Sedikitpun gadis itu tidak berkedip melihat
hukuman sudah di depan mata, malah dengan beraninya menatap tajam kepada
Ang Hwa. Kalau saja Nyuk In tidak dalam keadaan tertotok, tentu gadis perkasa ini akan
ngamuk seperti banteng luka, akan tetapi sayang sekali ia tak berdaya, totokan
Sianli Ku-koay membuat seluruh tubuhnya lemas tak bertenaga, hanya dengan
ketabahan dan kepasrahan hati ia menyerahkan dirinya kepada orang-orang
berhati iblis ini! Ang Hwa menarik rambut gadis tawanan yang tak berdaya itu menatap ke arah
leher yang jenjang dan tiba-tiba sambil menjerit keras pisau belatinya berkelebat.
Amat cepat sekali gerakan Ang Hwa ini, para pengemis baju kembang yang
menonton penyembelian yang hebat ini menarik napas, waktu sinar perak
berkelebat dan mengharap jatuhnya sebuah kepala manusia yang sudah penggal.
Akan tetapi, jauh di luar dugaan mereka bahkan Pay-cu Sian-li-pay berdiri
saking herannya melihat bahwa yang jatuh menggelinding bukannya kepala
tawanan, melainkan kepala Ang Hwa itulah yang menggelundung jatuh tanpa dapat
bersambat lagi, darah merah memercik membasahi lantai.
Pada saat yang tegang itu terdengar bentakan keras, dengan dibarengi
melaya Tahu-tahu tubuh Ho Siang sudah berdiri di samping Nyuk In dan sekali tangan
pemuda itu bergerak, Nyuk In telah terbebas dari totokan dan mengerahkan hawa
sin-kang. Tadi ketika melihat Ang Hwa yang dengan cara keji hendak memenggal
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 311
yoza collection leher gadis kekasihnya ini, dengan marah sekali Ho Siang menggerakan tangannya
dan mengirim pukulan menampar ke arah belati yang menyambar leher Nyuk In.
Karena saking cepatnya gerakan belati dan hawa pukulan dari atas yang
menyambar pisau belati di tangan Ang Hwa, entah bagaimana telah membalik dan
menyambar lehernya sendiri! Dalam kekagetan itu Ang Hwa tak dapat menjerit lagi
karena lehernya sendiri telah putus tersambar pisau di tangannya!
Bu-tek Sianli, Hok Losu dan Bong Bong Sianjin terkejut sekali melihat pemuda
baju putih yang tahu-tahu telah berada di situ. Nenek Bu-tek Sianli ini cepat
menggerakan tongkatnya dan mencelat turun dari kursi kehormatan diikuti oleh
kedua orang pembantunya. menginjak lantai, tongkat dan ujung jubah si hwesio muka hitam menyambar dari
kanan kiri. Akan tetapi Ho Siang sudah mencelat menjauhi Nyuk In, memberi kesempatan
kepada gadis untuk memulihkan tenaganya. Tentu saja melihat kedatangan Ho
Siang yang tiba-tiba ini, girang hati Nyuk In, bagaikan ada semangat yang mengalir
ke segenap tubuhnya ia segera mengerahkan sin-kang dan sebentar saja
tenaganya sudah pulih kembali dan ia melirik ke arah Hok Sun dan Biauw Eng yang
seperti orang kehilangan ingatan ini.
Dengan gerakan cepat ia mencelat dan menyambar kedua orang muda itu dan
menotoknya, mengepit Biauw Eng dan Hok Sun. Dan sekali menggerakan tubuhnya,
gadis itu sudah melompati orang Hwa-ie-kay-pang yang memburu kepadanya.
-koko, aku harus cepat pergi dari tempat ini dan menyelamatkan kedua
Sambil menangkis jubah hwesio tua yang lihay ini pemuda itu sempat melirik,
Nyuk In menggerakan tubuhnya, mencelat ke atas wuwungan genteng yang
tertinggi. Akan tetapi, baru saja kakinya menginjak genteng, terdengar hentakan
Ternyata di tempat itu telah dikurung oleh gadis-gadis Sian-li-pay dan para
pengemis Hwa-ie-kay-pang. Terkejut sekali gadis ini, menghadapi lawan yang begini
banyak telah mencelat ke atas mengurungnya, tidak gampang-gampang ia dapat
meloloskan diri. Berpikir demikian Nyuk In mengeluarkan kipas hitam dan pitnya. Menangkis
serangan tongkat yang menyambar kepalanya. Dengan cepat ia meletakkan tubuh
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 312
yoza collection Hok Sun dan Biauw Eng di atas wuwungan. Dan menerjang lawan-lawannya dengan
sengit. Sekali kipas dan pit bergerak, dua orang kakek pengemis baju kembang
terpental ke belakang dan bergulingan jatuh dari atas genting.
-ie-kayli-pay menerjang maju, menggerakan pedangnya, sinar pedang berkeredep di udara,
sebentar itu pula, repotlah Nyuk In menghadapi lawan-lawan yang banyak ini dan
begitu muncul Sianli Ku-koay, ia jadi terdesak hebat.
Akan tetapi dengan beraninya ia terus menerjang dan memainkan ilmu kipas
dan pit dengan luar biasa! Pengemis-pengemis Hwa-ie-kay-pang ini menjadi
terkejut dan kagum melihat permainan kipas si gadis yang mengeluarkan tenaga
dahsyat laksana angin puyuh menyambarnya.
Pada saat itu berkelebat tiga sosok bayangan manusia dan seorang di
antaranya membe -orang Hwa-ie-kay-pang terlalu dan tak dapat
dipercaya, menindas rakyat dan merusak aparat negara. Hari ini kalian harus
Bentakan itu disusul berkelebatnya sebuah tongkat kecil dan terdengar suara
jeritan ngeri ketika tangan seorang gadis Sian-li-pay terserempet tongkat yang
mengeluarkan cahaya kemerahan dan sekali tongkat itu menarik, terdengar lagi
seruan kaget dari ketua Hek-lian-pay yang tergores pundaknya oleh sebuah benda
tajam yang menyembul dari dalam tongkatnya.
Gerakan pemuda yang bukan lain adalah Kong Hwat, disusul oleh berkelebat
sinar panjang melengkung dari seorang pemuda cebol dan pukulan tangan kiri dari
seorang gadis jelita. Seperti kita ketahui, pemuda itu adalah Sin Thong dan Siauw
Yang yang pernah kita kenal.
Ke dua anak muda ini, memang sengaja mendapat tugas oleh si Raja obat Yokong Lo Ban Theng untuk mengunjungi Wu-nian dan menyumbangkan bahan obatobatan kepada panitia korban banjir di kota ini, akan tetapi siapa sangka, begitu Sin
Thong dan Siauw Yan meninjau langsung daerah korban banjir, alangkah
terkejutnya hati mereka melihat kehidupan rakyat di luar kota Wu-nian, terutama di
dusun-dusun yang terserang banjir, demikian sengsara dan melarat.
Jerit tangis terdengar di mana-mana, dan keluh kesah menjulang setinggi langit,
membawa rasa kecewa dan seakan-akan manusia yang tengah sekarat hendak
mati kelaparan ini menuduh bahwa Tuhan tidak adil, Tuhan tidak mendengar jerit
tangis mereka.. . . Tuhan begitu kejam membiarkan hujan turun terus tak henti. ah, entah berapa banyak mulut dan hati yang menuduh bahwa Tuhan
telah menutup telinga dan tidak mendengar jerit tangis mereka!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 313
yoza collection Sin Thong dan Siauw Yang berjalan di dusun-dusun yang tengah meratap oleh
tangis dan keluhan-keluhan, hati mereka bagai diiris-iris waktu melihat
pemandangan-pemandangan yang sangat menyayat hati. Uang mereka bawa tidak
berarti bagi kesengsaraan penduduk, lapar mereka tidak dapat dilenyapkan dengan
uang. Mereka perlu gandum, mereka perlu air dan makan, bukan memerlukan uang!
Seandainya Sin Thong dan Siauw Yang memberikan uang, untuk apakah uang"
Di dusun-dusun tidak ada orang yang menjual gandum dan bahan makanan, di
dusun-dusun tidak memerlukan uang, akan tetapi gandum, ya gandum, bahan
makanan buat pengisi perut yang lapar!
Sin Thong dan Siauw Yang menyesal, mengapa mereka tidak datang ke sini
dengan membawa gandum dan bahan makanan" Mengapa"
Alangkah marahnya kedua orang muda ini, ketika mendengar keterangan dari
seorang penduduk bahwa sejak berdirinya partai Hwa-ie-kay-pang di Wu-nian,
jarang sekali bala bantuan bahan makanan yang datang, malahan bantuan dari
-ie-kay-pang itu dan tidak dapat
berlangsung sampai ke dusun-dusun yang tengah terancam bahaya kelaparan itu!
Marah sekali hati Sin Thong dan Siauw Yang, demikianlah pada malam itu
mereka menyerbu gedung Hwa-ie-kay-pang dan kebetulan sekali, begitu mereka
mencelat ke atas genteng, dilihatnya seorang gadis cantik dikeroyok oleh
pengemis-pengemis baju kembang dan gadis-gadis kerudung hitam langsung
mereka menyerbu dan bertempur dengan amat serunya.
Kini empat orang muda yang gagah dan berkepandaian lihai diserbu oleh
anggota-anggota Hwa-ie-kay-pang dan Hek-lian-pay dan Sian-li-pay, hebat sekali
pertandingan yang berlangsung di atas genteng Hwa-ie-kay-pang ini!
Sementara itu di dalam gedung tengah, terjadi pertempuran yang tidak kalah
seru oleh pertempuran di atas genteng. Ho Siang dikeroyok oleh banyak orang
gagah Hek-lian-pay dan Hwa-ie-kay-pang, serta beberapa gadis Sian-li-pay.
Dikeroyok oleh banyak orang yang berkepandaian cukup tinggi ini Ho Siang tidak
mau membuang banyak waktu lagi, ia mainkan sulingnya di tangan kanan dan
mengeluarkan suara mengaung yang bergetar oleh suara sabetan suling yang
amat luar biasa ini. Sebentar itu pula tiga orang kakek pengemis baju kembang dan dua orang
kakek Hek-lian-pay sudah tertotok jatuh, tak kuasa untuk bangun lagi. Bu-tek Sianli,
Hok Losu, Bong Bong Sianjin mendesak hebat pemuda itu dengan senjata tongkat
dan pedang di tangan, akan tetapi Ho Siang kali ini benar-benar mencurahkan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 314
yoza collection seluruh kepandaiannya yang pernah ia pelajari di Anapurna dari gurunya
Nakayarvia. Tingkat kepandaian pemuda ini telah menguasai pelajaran dari pertapa sakti
Nakayarvia itu. Suling hitam di tangan pemuda itu merupakan senjata yang amat
berbahaya bukan saja lihay dalam menotok lawan, akan tetapi mengeluarkan suara
mengaung yang aneh dan seakan-akan menggetarkan jantung lawan yang tidak
seberapa tinggi kepandaiannya.
Inilah pengerahan sin-kang yang luar biasa, ditambah lagi dengan gerakangerakan kilat yang pernah ia pelajari dari suhunya yaitu gerak tipu Sin-tiauw-siupo (Rajawali sakti sambut mustika) yakni sebuah jurus dari ilmu silat ciptaan
Nakayarvia sendiri Sin-tauw-sin-na (Ilmu Silat Rajawali Sakti).
Dengan mempergunakan jurus ini, ia merangsek si Nenek sakti Bu-tek Sianli
yang amat ia benci melihat hampir saja kekasihnya, Nyuk In menjadi korban
kekejian Nenek ini, maka dalam sekejap mata sebelum si Nenek Sian-li-pay tahu
apa yang telah terjadi, tongkat bidadarinya telah kena dirampas oleh tangan kiri Ho
Siang. Pemuda sakti ini tidak berhenti sampai disini, dan pada saat kedua kakinya
sudah menginjak lantai, tangan kanannya bergerak melakukan pukulan Sin-tiauwsiu-po, menghantam ke arah tongkat yang memukul dari kanannya!
tek Sianli sambil meloncat ke belakang. Mukanya merah dan berkerut dalam.
Ia memandang ke arah tongkat Bidadari kehormatannya yang sudah hancur.
Merasa dirinya diinjak-injak oleh pemuda ini, dengan menggereng marah Pay-cu
Sian-li-pay ini melancarkan serangan dahsyat.
Hok Losu, hwesio tua muka hitam itu mencelat ke dekat Bu-tek Sianli dan
Setelah berkata demikian, tangan hwesio tua itu mendorong ke muka. tubuhnya
Sambil menangkis datangnya serangan tongkat dari salah seorang pengemis
baju kembang, Ho Siang berseru kepada hwesio tua
jangan banyak tingkah! Kalau kau gagah dan memang sanggup, tangkaplah aku!
ini disusul oleh sebuah tamparan ujung jubah ke arah dada Ho Siang, akan tetapi


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tamparan dilakukan sedemikian rupa, sehingga kalau pemuda ini menangkis, ia
akan membabat suling sekuat tenaga. Inilah gerak tipu Tian-hud-kiat-ciang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 315
yoza collection (Mengulur Jubah Memotong Tangan) sebuah tipu sabetan jubah dari partai Siauwlim-pay yang lihay.
Namun siasat ini terhadap Ho Siang tidak mempan sama sekali karena pemuda
ini sudah tahu akan maksud lawan, sungguhpun ia tidak mengerti akan kebutan
jubah yang mendatangkan angin besar itu. Akan tetapi alangkah kagetnya hati Hok
Losu ketika tiba-tiba pemuda itu miringkan tubuh, lalu menyusul dengan serangan
balasan yang serupa yakni membalas tamparan ujung jubah dengan tangkisan
suling hitamnya. Ujung jubah Hok Losu, membentur suling hitam di tangan pemuda itu. Akan
tetapi alangkah herannya hwesio itu merasa tamparan jubahnya itu seakan-akan
amblas ke dalam air dan meleset menampar dada si pemuda, dalam kagetnya dan
rasa penasaran itu, hwesio ini berteriak keras dan dua tangannya berputar di atas
kepala. Inilah gerak pukulan Menyembah Budha Memangku Raga, angin dingin
berpusing. Sementara dari arah kiri menyambar pula hawa pukulan yang panas yang
datangnya dari Bu-tek Sianli yang sudah menyerbu dengan pukulan Sin-kun-bu-tek
yang terkenal kedahsyatannya itu, sedangkan tongkat hitam ketua Hek-lian-pay
menyambar dahsyat ke arah kepala pemuda itu, dibarengi lagi serangan tusukan
pedang yang mematikan dari Bong Bong Sianjin yang mengarah lambung lawan!
Ho Siang menjadi kaget setengah mati!
Serangan yang mendadak dari tokoh-tokoh sakti kaum sesat itu tak mungkin
lagi untuk dihindarkan semuanya. Dengan pekikan dahsyat ia memutar sulingnya,
menggerakan jurus Dewi Kwan-im Membuka Payung, sedangkan tangan kirinya
menolak datangnya hawa pukulan dari Hok Losu dan Bu-tek Sianli. Sementara
sulingnya berkelebat cepat memutar, melindungi tubuh dari serangan senjatasenjata lawan yang bergerak dengan serentak.
Tumbal Mahkota Ratu 2 Pendekar Rajawali Sakti 141 Dendam Gadis Pertapa Elemen Kekosongan 3

Cari Blog Ini