Ceritasilat Novel Online

Vampire Academy 5

Vampire Academy Karya Richelle Mead Bagian 5


Tidak ada artinya bagi keluarga yang terdiri atas Strigoi, ya kan"
Tapi kau bukan tunggu. Karena itulah dia merasa cocok denganmu, aku tiba-tiba menyadari.
Karena aku akan menjadi Strigoi" tanya Christian sinis.
Bukan & karena kau juga kehilangan orangtuamu. Kalian berdua melihat orangtua kalian meninggal.
Lissa melihat orangtuanya meninggal. Aku melihat orangtuaku dibunuh.
Aku tersentak. Aku tahu. Maafkan aku, itu pasti sangat & well, aku tidak tahu bagaimana rasanya mengalami semua itu.
Kedua mata biru jernih Christian terlihat tidak fokus. Rasanya seperti melihat satu pasukan Kematian menerobos masuk ke dalam rumahku.
Apa maksudmu & orangtuamu"
Christian menggeleng. Para pengawal yang datang untuk membunuh orangtuaku. Maksudku, yeah, orangtuaku memang mengerikan, tapi bagiku mereka masih kelihatan seperti orangtuaku hanya saja agak lebih pucat. Mata mereka sedikit kemerahan. Tapi mereka ma
sih berjalan dan berbicara dengan cara yang sama. Aku tidak menyadari ada yang aneh pada diri mereka, tapi bibiku menyadarinya. Dia sedang mengasuhku saat mereka datang mencariku.
Mereka berniat untuk mengubahmu juga" Aku lupa pada misi awalku berada di sini karena terlalu hanyut dalam cerita Christian. Saat itu kau masih sangat kecil.
Kurasa mereka berniat untuk mengurusku sampai lebih besar, lalu mengubahku. Bibi Tasha tidak membiarkan mereka mengambilku. Mereka berusaha untuk membujuk bibiku, mengubahnya juga, dan saat dia tidak mau mendengar permintaan mereka, mereka mencoba untuk membawanya dengan paksa. Bibi Tasha melawan keadaan sangat kacau kemudian para pengawal datang. Mata Christian kembali tertuju padaku. Dia tersenyum, tapi tidak ada kebahagiaan dalam senyum itu. Seperti yang kubilang tadi, satu pasukan Kematian. Menurutku kau sudah gila, Rose, tapi jika kau akhirnya berubah menjadi seperti mereka, kau akan menjadi sangat berbahaya. Bahkan aku pun takkan berani macam-macam denganmu.
Aku merasa sangat buruk. Hidup Christian menyedihkan, dan aku sudah mengambil satu dari sedikit hal indah dalam hidupnya. Christian, aku menyesal sudah merusak hubunganmu dengan Lissa. Perbuatanku itu sangat bodoh. Lissa ingin bersamamu. Kurasa sekarang pun dia masih menginginkannya. Kalau saja kau mau
Sudah kukatakan, aku tak bisa.
Aku mengkhawatirkan Lissa. Dia menjerumuskan diri bersama para bangsawan karena menurutnya hal itu bisa membalaskan dendamnya pada Mia dia melakukannya untukku.
Dan kau tidak merasa bersyukur karenanya" Sarkasme Christian sudah kembali.
Aku cemas. Lissa tidak akan sanggup menghadapi semua permainan politik yang licik ini. Semua itu tidak baik untuknya, tapi dia tak mau mendengarku. Aku butuh & aku butuh bantuan.
Lissa yang butuh bantuan. Hei, jangan kelihatan kaget seperti itu aku tahu ada sesuatu yang aneh padanya. Dan aku bahkan tidak sedang membicarakan masalah pergelangan tangannya.
Aku terlonjak. Apa Lissa memberitahumu soal itu &" Kenapa tidak" Lissa memberitahu Christian mengenai hal lainnya.
Dia tak perlu melakukannya, kata Christian. Aku punya mata. Wajahku pasti terlihat sangat menyedihkan, karena Christian menghela napas dan menyapukan tangan pada rambutnya. Dengar, kalau aku melihat Lissa sedang sendirian &. Aku akan mencoba bicara padanya. Tapi sungguh & kalau kau memang ingin menolong Lissa & well, aku tahu aku sendiri seharusnya bersikap anti-pemerintah, tapi kau akan mendapat bantuan yang lebih baik jika meminta bantuan dari orang lain. Kirova. Laki-laki pengawalmu. Entahlah. Seseorang yang mengerti. Seseorang yang kaupercaya.
Lissa takkan mau. Aku mempertimbangkannya. Begitu pula denganku.
Yeah, well, kita semua harus melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Begitulah hidup.
Tombol sinisku langsung menyala. Memangnya kau siapa, seorang ahli mengenai kehidupan di luar sekolah"
Senyuman samar terlintas pada wajah Christian. Kalau kau tidak terlalu gila, kau orang yang menyenangkan untuk diajak bergaul.
Lucu, aku juga merasakan hal yang sama mengenai dirimu.
Christian tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi cengirannya bertambah lebar, dan dia pun berjalan pergi.
BAB TUJUH BELAS BEBERAPA HARI KEMUDIAN, Lissa menemuiku di luar aula bersama dan menyampaikan sebuah berita yang sangat mengagumkan.
Paman Victor mengajak Natalie keluar kampus akhir pekan ini, untuk berbelanja di Missoula. Untuk keperluan pesta dansa. Mereka bilang aku boleh ikut.
Aku tidak berkata apa-apa. Lissa terlihat kaget melihat sikap diamku.
Bukankah itu kabar bagus"
Untukmu, kurasa. Tidak ada mall maupun pesta dansa di dalam masa depanku.
Lissa tersenyum penuh semangat. Paman Victor bilang pada Natalie bahwa dia boleh mengajak dua orang lagi selain aku. Aku meyakinkan Natalie untuk mengajakmu dan Camille.
Aku mengangkat kedua tangan. Well, terima kasih, tapi aku bahkan tidak diizinkan untuk pergi ke perpustakaan sepulang sekolah. Takkan ada yang mengizinkanku pergi ke Missoula.
Paman Victor bilang dia bisa membujuk Kirova agar mengizinkanmu pergi. Dimitri juga ikut m
engusahakannya. Dimitri" Yeah. Dia harus ikut jika aku meninggalkan kampus. Lissa nyengir, mengira ketertarikanku pada Dimitri sebagai ketertarikanku untuk pergi ke mall. Mereka akhirnya mengurus tabunganku aku mendapatkan tunjangan lagi. Jadi kita bisa membeli beberapa barang yang cocok dengan gaunnya. Dan kau tahu kan, kalau mereka mengizinkanmu untuk pergi ke mall, maka mereka pasti mengizinkanmu pergi ke pesta dansa juga.
Apa sekarang kita mulai menghadiri pesta dansa" aku berkata. Sebelumnya kami tidak pernah menghadiri pesta dansa. Acara-acara yang diselenggarakan oleh sekolah" Tidak, terima kasih.
Tentu saja tidak. Tapi kau tahu kan akan ada banyak pesta rahasia. Kita akan memulainya dengan datang ke pesta dansa, lalu menyelinap kabur. Lissa menghela napas bahagia, Mia sangat iri hingga dia nyaris tak sanggup menghadapinya.
Lissa terus mengoceh soal toko-toko yang akan kami datangi, juga soal barang-barang yang akan kami beli. Harus kuakui, aku agak bersemangat jika mengingat akan mendapatkan baju-baju baru, tapi aku meragukan kemungkinan diriku mendapatkan penghiburan dari berbelanja yang seakan sudah menjadi mitos ini.
Oh, hei, Lissa berkata dengan penuh semangat. Kau harus lihat sepatu yang dipinjamkan Camille. Aku tidak tahu kalau kami memiliki ukuran yang sama. Tunggu sebentar. Lissa membuka ransel dan mulai mengaduk-aduk isinya.
Tiba-tiba, gadis itu berteriak dan melemparkan ranselnya. Buku-buku dan sepatu berhamburan keluar. Begitu pula dengan seekor burung merpati yang sudah mati. Jenis merpati berbulu cokelat pucat yang biasa bertengger di kabel sepanjang jalan bebas hambatan dan di bawah pepohonan di dalam kampus. Tubuh burung itu bersimbah darah hingga sulit untuk memastikan letak lukanya. Siapa yang mengira makhluk sekecil ini memiliki darah sebanyak itu" Meksipun demikian, burung itu jelas sudah mati.
Lissa menutup mulut dengan tangan, menatap burungnya tanpa kata, kedua matanya terbelalak.
Bangsat, umpatku. Tanpa ragu, aku mengambil sepotong ranting dan mendorong tubuh kecil berbulu itu ke samping. Saat binatang itu sudah disingkirkan, aku mulai memasukkan barang-barang Lissa ke dalam ranselnya lagi, berusaha untuk tidak memikirkan kuman-kuman yang berasal dari burung mati. Kenapa hal ini terus-terusan Liss!
Aku melompat dan merenggut tubuh Lissa, menariknya menjauh. Lissa sudah berlutut di tanah, dengan tangan yang terulur pada burung merpati. Kurasa dia bahkan tidak menyadari apa yang hendak dilakukannya. Insting yang ada di dalam dirinya sangat kuat, sehingga bertindak atas kehendak sendiri.
Lissa, aku berkata, mempererat rangkulanku pada tubuhnya. Dia masih membungkuk ke arah burung itu. Jangan. Jangan lakukan itu.
Aku bisa menyelamatkannya.
Tidak, kau tak bisa. Kau sudah janji, ingat" Ada beberapa makhluk yang terpaksa tetap mati. Relakan burung ini pergi.
Aku masih bisa merasakan ketegangan sahabatku, sehingga aku pun memohon padanya. Kumohon, Liss. Kau sudah janji. Tidak ada penyembuhan lagi. Kau sudah bilang takkan melakukannya. Kau sudah janji padaku.
Setelah beberapa saat, aku merasakan tangannya tenang, dan tubuhnya bersandar pada tubuhku. Aku benci ini, Rose. Aku membenci semua ini.
Tepat pada saat itu Natalie berjalan keluar, sama sekali tidak menyadari pemandangan mengerikan yang sedang menunggunya.
Hei, apa kalian ya Tuhan! Natalie menjerit ketika melihat burung merpati itu. Apa itu"
Aku membantu Lissa berdiri. Em, lelucon yang lain.
Apa burung itu & mati" Natalie mengernyitkan wajah dengan jijik.
Ya, aku berkata dengan yakin.
Natalie, yang mulai merasakan ketegangan di antara kami, menatap kami berdua bergantian. Apa ada masalah lain"
Tidak ada. Aku mengembalikan ransel Lissa. Ini cuma lelucon bodoh dan gila, dan aku akan melaporkannya pada Kirova agar mereka bisa membereskannya.
Natalie berbalik pergi, wajahnya terlihat pucat kehijauan. Kenapa orang-orang terus melakukan ini padamu" Mengerikan sekali.
Aku dan Lissa bertukar pandang.
Aku tak mengerti, aku berkata. Namun, saat aku berjalan menuju kantor Kirova, aku mulai mempertanya
kannya. Saat kami menemukan rubah, Lissa menduga pasti ada seseorang yang mengetahui soal burung gagak. Aku tidak memercayainya. Malam itu kami sendirian di dalam hutan, dan Ms. Karp tidak mungkin memberitahu siapa pun. Tapi bagaimana jika memang ada seseorang yang melihatnya" Bagaimana jika ada seseorang yang terus-menerus melakukan ini bukan untuk menakuti Lissa, tapi untuk mencari tahu apakah dia bisa melakukannya lagi" Apa yang tertulis pada kertas catatan yang ada pada bangkai kelinci" Aku tahu siapa kau.
Aku tidak mengatakan semua ini pada Lissa, kurasa aku memiliki terlalu banyak teori konspirasi hingga Lissa takkan sanggup menghadapinya. Lagi pula, saat aku bersama dengan Lissa keesokan harinya, sepertinya dia sudah melupakan burung merpati itu karena adanya sebuah kabar baik; Kirova mengizinkan aku pergi akhir pekan itu. Prospek untuk berbelanja sanggup mencerahkan banyak situasi kelam bahkan pembunuhan seekor binatang dan aku menyingkirkan kekhawatiranku sendiri.
Hanya saja, ketika saatnya tiba, aku mengetahui bahwa liburan yang kudapat ini ada bayarannya.
Menurut Kepala Sekolah Kirova kau sudah berperilaku baik sejak kepulanganmu ke Akademi, kata Dimitri.
Selain memulai perkelahian di kelas Mr. Nagy"
Dia tidak menyalahkanmu atas hal itu. Tidak sepenuhnya. Aku meyakinkannya bahwa kau butuh istirahat & dan bahwa kau bisa menggunakannya sebagai latihan praktik"
Latihan praktik" Dimitri memberi penjelasan singkat saat kami berjalan keluar untuk menemui mereka yang akan pergi bersama kami. Victor Dashkov masih sakit seperti kemarin-kemarin ada di sana bersama para pengawalnya, dan Natalie bisa dibilang terkurung bersamanya. Victor tersenyum dan memeluk Natalie dengan hati-hati, pelukan itu berakhir saat batuk tanpa henti mengambil alih. Kedua mata cewek itu melebar dengan khawatir saat dia menunggu semuanya berlalu.
Victor mengaku kuat menemani kami pergi, dan meskipun aku mengagumi tekadnya, menurutku dia hanya akan menyiksa dirinya untuk berbelanja bersama sekelompok gadis remaja.
Kami berkendara selama dua jam menuju Missoula dengan van sekolah berukuran besar, dan berangkat setelah matahari terbit. Banyak kaum Moroi yang tinggal terpisah dari manusia, tapi banyak juga yang tinggal di tengah-tengah mereka, dan jika kau ingin berbelanja di dalam mall manusia, maka kau harus melakukannya pada jam mereka. Kaca jendela belakang van dicat untuk menyaring cahaya matahari dan menjauhkan efek terburuknya dari para vampir.
Kelompok kami terdiri dari sembilan orang: Lissa, Victor, Natalie, Camille, Dimitri, aku, dan tiga orang pengawal lain. Dua orang pengawal, Ben dan Spiridon, selalu bepergian bersama Victor. Sedangkan pengawal yang terakhir merupakan pengawal sekolah; Stan, bajingan yang sudah mempermalukanku pada hari pertamaku kembali ke Akademi.
Camille dan Natalie belum memiliki pengawal pribadi, Dimitri menjelaskan. Mereka berdua berada dalam lindungan pengawal keluarga mereka. Karena mereka adalah murid Akademi yang sedang pergi meninggalkan kampus, maka ada seorang pengawal sekolah yang menemani mereka Stan. Aku ikut karena aku adalah pengawal yang bertanggung jawab atas Lissa. Sebagian besar gadis seumuran Lissa belum memiliki pengawal pribadi, tapi keadaan membuatnya berbeda dari yang lain.
Aku duduk di bagian belakang van bersama Dimitri dan Spiridon, jadi mereka bisa berbagi petuah pengawal padaku sebagai bagian dari latihan praktik. Ben dan Stan duduk di depan, sedangkan yang lain duduk di tengah. Lissa dan Victor banyak mengobrol, saling berbagi kabar. Camille, dibesarkan untuk bersikap hormat di hadapan bangsawan lain, tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala menanggapi obrolan mereka. Meskipun begitu, Natalie kelihatan terabaikan dan terus-menerus berusaha mengalihkan perhatian ayahnya dari Lissa. Usahanya tidak berhasil. Jelas terlihat bahwa Victor sudah terlatih untuk mengabaikan ocehan Natalie.
Aku berpaling pada Dimitri lagi. Dia seharusnya punya dua orang pengawal. Para putri dan pangeran selalu memiliki dua orang pengawal.
Spiridon seumuran dengan Dimitri. Rambut pirangnya bermodel
spike dan sikapnya lebih santai. Meskipun namanya adalah nama Yunani, dia memiliki aksen Selatan. Jangan khawatir, dia akan memiliki banyak pengawal jika saatnya tiba. Dimitri sudah menjadi salah satunya. Ada kemungkinan kau akan menjadi satu di antara mereka juga. Dan karena itulah sekarang kau ada di sini.
Bagian dari latihan, aku menebak.
Yup. Kau akan menjadi pasangan Dimitri.
Sejenak suasana terasa canggung, mungkin tidak ada yang menyadarinya selain aku dan Dimitri. Kami pun berpandangan.
Pasangan pengawal, jelas Dimitri meskipun tidak perlu, seakan-akan dia juga berpikir mengenai jenis pasangan lainnya.
Yup, tegas Spiridon. Tidak menyadari ketegangan yang terasa, Spirirdon terus menjelaskan mengenai tata cara pasangan pengawal bekerja sama. Semua itu merupakan hal standar, persis sama dengan yang ada di dalam buku teks, tapi sekarang terasa lebih berarti karena aku akan melakukannya di dunia nyata. Para pengawal ditugaskan menjaga Moroi berdasarkan kepentingan. Pengelompokan yang umum terdiri dari dua orang, jenis yang mungkin akan kujalani bersama Lissa. Satu orang pengawal tetap berada dekat dengan target; pengawal lainnya berdiri di belakang dan mengawasi keadaan di sekitar mereka.
Bisa ditebak, orang-orang yang memegang posisi-posisi itu disebut dengan pengawal dekat dan jauh.
Kau mungkin akan menjadi pengawal dekat, kata Dimitri. Kau seorang perempuan dan usiamu sama dengan sang putri. Kau bisa dekat-dekat dengannya tanpa terlihat mencurigakan.
Dan aku tak boleh melepaskan pengawasan darinya, aku menghafal. Begitu pula denganmu.
Spiridon tertawa lagi dan menyikut Dimitri. Kau punya murid teladan. Apa kau sudah memberinya sebuah pasak"
Tidak. Dia belum siap. Aku akan siap jika seseorang mau mengajariku bagaimana cara menggunakannya, bantahku. Aku tahu setiap pengawal yang ada di dalam van ini memiliki pasak dan pistol yang tersembunyi di dalam pakaian mereka.
Menggunakan pasak tidak sesederhana itu, Dimitri berkata dengan gayanya yang dewasa dan bijaksana. Kau masih harus belajar untuk menguasainya terlebih dahulu. Dan kau mesti membuat dirimu sanggup membunuh mereka.
Memangnya kenapa aku tidak akan sanggup membunuh mereka"
Sebagian besar Strigoi dulunya adalah Moroi yang sengaja mengubah diri. Terkadang, mereka adalah Moroi atau dhampir yang diubah dengan paksa. Semua itu tak masalah. Ada kemungkinan besar kau mungkin mengenal salah satu dari mereka. Apa kau sanggup membunuh seseorang yang pernah kaukenal"
Seiring menit yang berlalu, perjalanan ini menjadi semakin terasa kurang menyenangkan.
Kurasa begitu. Aku harus sanggup, ya kan" Pilihannya adalah kalau bukan mereka, maka Lissa &
Kau mungkin akan ragu-ragu, kata Dimitri. Dan keraguan itu akan membunuhmu. Juga Lissa.
Kalau begitu bagaimana caranya kau memastikan agar dirimu tidak ragu-ragu"
Kau harus terus meyakinkan diri sendiri bahwa mereka bukanlah orang yang sama lagi. Mereka sudah berubah menjadi sesuatu yang kelam dan licik. Sesuatu yang tidak alami. Kau harus melepaskan semua kenangan dan melakukan apa yang benar. Jika mereka memiliki sedikit jiwa mereka yang dulu, mungkin mereka akan berterima kasih.
Berterima kasih karena sudah membunuh mereka"
Jika seseorang mengubahmu menjadi Strigoi, apa yang kauinginkan" tanya Dimitri.
Aku tidak tahu harus menjawab apa, maka aku diam saja. Dimitri tidak melepaskan pandangannya dariku, dan terus memaksa.
Apa yang kauinginkan jika tahu dirimu akan diubah menjadi seorang Strigoi di luar kehendakmu" Jika kau tahu bahwa kau akan kehilangan semua moral dan pemahaman mengenai apa yang benar dan salah" Jika kau tahu bahwa kau akan menjalani sisa hidupmu hidupmu yang abadi dengan membunuhi orang-orang tak bersalah" Apa yang kauinginkan"
Suasana di dalam van menjadi sangat sunyi dan canggung. Aku menatap Dimitri, merasa terbebani oleh semua pertanyaannya, dan tiba-tiba mengerti mengapa dia dan aku memiliki rasa saling tertarik yang aneh seperti ini, terlepas dari wajah tampannya. Aku tidak pernah bertemu dengan orang lain yang menganggap tugasnya sebagai pengawal dengan s
eserius ini, seseorang yang sangat memahami segala konsekuensi hidup dan mati. Sudah pasti tidak seorang pun teman sebayaku yang memahaminya; Mason tidak bisa memahami alasan dari sikapku yang tidak bisa merasa santai dan minum-minum saat pesta. Dimitri pernah bilang bahwa aku memahami tugasku dengan lebih baik daripada pengawal yang berumur lebih tua dariku, dan aku tidak mengerti apa penyebabnya terutama jika mereka sudah lebih sering melihat kematian dan bahaya. Tapi pada saat itu juga aku tahu kalau Dimitri benar. Aku memang memiliki pemahaman mengenai bagaimana hidup dan mati, kebaikan dan kejahatan saling bekerja sama.
Begitu pula dengan Dimitri. Kami mungkin kadang-kadang merasa kesepian. Kami mungkin terpaksa menunda kesenangan kami. Kami mungkin takkan bisa menjalani hidup yang kami inginkan untuk diri kami sendiri. Tapi memang begitulah adanya. Kami saling memahami satu sama lain, memahami bahwa kami memiliki orang lain yang harus dilindungi. Hidup kami takkan pernah mudah. Dan membuat keputusan seperti ini merupakan bagian dari semua itu.
Jika aku menjadi Strigoi & aku ingin agar seseorang membunuhku.
Begitu pula aku, kata Dimitri pelan. Aku tahu bahwa dia menyadari hal sama yang baru saja kurasakan barusan, rasa cocok yang terjalin di antara kami berdua.
Hal itu mengingatkanku pada Mikhail yang memburu Sonya, Victor bergumam dengan serius.
Siapa Mikhail dan Sonya" tanya Lissa.
Victor terlihat kaget. Kupikir kau mengenalnya. Sonya Karp.
Sonya Kar & apa maksudmu, Ms. Karp" Apa yang terjadi padanya" Lissa memandangiku dan pamannya secara bergantian.
Dia & menjadi Strigoi, kataku, tanpa menatap mata Lissa. Atas kehendak sendiri.
Aku tahu suatu saat Lissa pasti akan mengetahuinya. Itu merupakan bagian akhir dari saga Ms. Karp, sebuah rahasia yang kusimpan sendiri. Sebuah rahasia yang selalu membuatku khawatir. Wajah Lissa dan ikatan batin kami menunjukkan kekagetan yang sangat besar, yang meningkat saat dia menyadari bahwa aku sudah tahu dan tidak pernah memberitahunya.
Tapi aku tak tahu siapa Mikhail, tambahku.
Mikhail Tanner, kata Spiridon.
Oh. Garda Tanner. Dia dulu tinggal di Akademi sebelum kami melarikan diri. Aku mengernyit. Kenapa dia mengejar Ms. Karp"
Untuk membunuhnya, Dimitri menjawab datar. Mereka sepasang kekasih.
Aku melihat masalah Strigoi ini dengan cara pandang baru. Berhadapan dengan seorang Strigoi yang kukenal di tengah panasnya sebuah pertempuran merupakan hal yang sulit. Sengaja memburu seseorang & seseorang yang kusayangi, well, aku tidak tahu apakah aku sanggup melakukannya, bahkan jika itu memang hal yang benar.
Mungkin sudah saatnya membicarakan hal lain, kata Victor dengan lembut. Hari ini bukan waktu yang tepat untuk membahas topik menyedihkan.
Kurasa kami semua merasa lega saat tiba di mall. Aku menjalani peran sebagai seorang pengawal Lissa, terus berada di sampingnya saat berkeliaran dari satu toko ke toko lain, melihat-lihat semua mode terbaru yang ada di sana. Senang rasanya bisa berada di tengah keramaian lagi dan melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama sahabatku tidak melibatkan politik Akademi yang kelam dan licik. Rasanya hampir seperti dulu lagi. Aku merindukan saat-saat kami hanya berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu bersama. Aku merindukan sahabatku.
Meskipun saat ini baru pertengahan November, mall sudah dihiasi dekorasi hari raya yang berkilauan. Aku memutuskan bahwa aku memiliki pekerjaan yang paling hebat. Harus kuakui, aku merasa agak tersisihkan saat menyadari bahwa para pengawal yang lebih tua bisa saling berhubungan dengan menggunakan alat komunikasi canggih berukuran kecil. Saat aku mengeluh karena tidak memilikinya, Dimitri berkata bahwa aku akan belajar dengan lebih baik tanpa menggunakan alat tersebut. Jika aku bisa melindungi Lissa dengan cara kuno, maka aku bisa mengatasi apa pun.
Victor dan Spiridon tetap bersama kami, sedangkan Dimitri dan Ben menyebar, berusaha agar tidak terlihat seperti lelaki penguntit yang sedang mengawasi gadis-gadis remaja.
Ini cocok sekali untukmu, kata Lissa di Macy s, seraya menyerahkan se
helai tank top berleher rendah yang dihiasi renda. Aku akan membelinya untukmu.
Aku menatapnya dengan perasaan mendamba, langsung membayangkan diriku memakainya. Kemudian, seraya melakukan kontak mata teratur dengan Dimitri, aku menggelengkan kepala dan menyerahkannya lagi pada Lissa. Musim dingin sebentar lagi tiba. Aku akan kedinginan.
Hal itu tidak pernah menghentikanmu sebelumnya.
Seraya mengedikkan bahu, Lissa menggantung kembali bajunya. Lissa dan Camille mencoba berbagai macam baju tanpa henti, tunjangan mereka yang sangat besar memastikan bahwa harga bukan masalah. Lissa menawariku untuk membeli sesuatu yang kuinginkan. Kami berdua selalu murah hati terhadap satu sama lain sepanjang hidup kami, dan aku tidak ragu-ragu menerima tawarannya. Pilihanku membuat Lissa terkejut.
Kau memilih tiga kaus tangan panjang dan sebuah jaket bertudung, Lissa mengingatkanku, seraya memilah-milah setumpuk celana jins bermerek BCBG. Pilihanmu membosankan.
Hei, aku juga tidak melihatmu membeli atasan genit.
Bukan aku yang biasa memakainya.
Terima kasih banyak. Kau tahu apa yang kumaksud. Kau bahkan menata rambutmu ke atas.
Itu memang benar. Aku menuruti saran Dimitri dan mengikat rambutku menjadi sebuah cepol tinggi, yang membuahkan senyuman darinya saat melihatku. Jika aku punya tanda molnija, pasti akan langsung terlihat.
Lissa melirik ke sekeliling, dan memastikan yang lain tak bisa mendengar kami. Perasaan yang mengalir melalui ikatan batin berubah menjadi sesuatu yang lebih menggelisahkan.
Kau tahu soal Ms. Karp. Yeah. Aku mendengarnya kira-kira sebulan setelah kepergiannya.
Lissa menyampirkan sepotong celana jins berhias bordir pada lengannya, tanpa melihat ke arahku. Kenapa kau tidak memberitahuku"
Kau tidak perlu mengetahuinya.
Apa menurutmu aku takkan sanggup menghadapinya"
Aku menjaga ekspresi wajahku tetap datar. Saat aku menatap Lissa, pikiranku kembali pada masa itu, dua tahun yang lalu. Aku sedang menjalani hari kedua hukumanku atas tuduhan menghancurkan kamar Wade saat rombongan bangsawan mengunjungi sekolah. Saat itu aku diizinkan untuk menghadiri resepsi, tapi dengan penjagaan ketat untuk memastikan bahwa aku takkan mencoba berbuat macam-macam.
Dua orang pengawal mengawalku ke aula bersama dan sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol dengan pelan.
Dia membunuh dokter yang merawatnya dan nyaris membunuh separuh pasien dan suster yang berpapasan dengannya saat menuju pintu keluar.
Apa mereka tahu ke mana dia pergi"
Tidak, mereka melacaknya & tapi, well, kau tahu kan bagaimana keadaannya.
Aku tidak pernah menduga dia bisa melakukan semua ini. Dia tidak terlihat seperti seseorang yang sanggup melakukannya.
Yeah, Sonya memang gila. Apa kau sadar betapa kasarnya dia pada saat-saat terakhir" Dia sanggup melakukan apa saja.
Sejak tadi, aku berjalan bersama mereka dengan merana, namun tiba-tiba saja aku mendongakkan kepala.
Sonya" Apa yang kalian maksud adalah Ms. Karp" tanyaku. Dia membunuh seseorang"
Kedua orang pengawal itu saling bertukar pandang. Akhirnya, salah satunya berkata dengan muram, Dia berubah menjadi Strigoi, Rose.
Aku berhenti berjalan dan melongo. Ms. Karp" Tidak & dia tak mungkin &
Sayangnya memang begitu, pengawal lainnya menjawab. Tapi & kau harus merahasiakannya. Ini tragedi. Jangan dijadikan gosip sekolah.
Aku menjalani sisa malam itu dengan kalut. Ms. Karp. Karp Sinting. Dia membunuh seseorang agar bisa menjadi Strigoi. Aku tak bisa memercayainya.
Setelah resepsi berakhir, aku berhasil menyelinap pergi dari para pengawalku dan mencuri beberapa saat yang berharga bersama Lissa. Saat itu ikatan batin kami sudah bertambah kuat, dan aku tidak perlu melihat wajah Lissa untuk mengetahui betapa menderita dirinya.
Ada masalah apa" tanyaku. Kami sedang berada di sudut selasar, tepat di luar aula bersama.
Mata Lissa terlihat kosong. Aku bisa merasakan bahwa dia sedang sakit kepala; rasa sakitnya mengalir padaku. Aku & aku tak tahu. Aku hanya merasa aneh. Aku merasa seperti ada yang mengikuti, seperti harus berhati-hati, kau mengerti"
Aku tidak tahu harus berkata apa. Menurutku tidak ada yang mengikuti Lissa, tapi Ms. Karp dulu sering berkata seperti itu juga. Dia selalu bersikap paranoid. Mungkin itu tidak berarti apa-apa, aku berkata ringan.
Mungkin, Lissa menyetujui. Kedua matanya tiba-tiba menyipit. Tapi tidak begitu dengan Wade. Dia tak mau tutup mulut soal apa yang sudah terjadi. Kau takkan percaya apa yang dikatakannya mengenai dirimu.
Sebenarnya aku bisa membayangkannya, tapi aku tak peduli. Lupakan dia. Dia sama sekali tidak penting.
Aku membencinya, kata Lissa. Suara sahabatku terdengar tajam, tidak seperti biasanya. Aku menjadi panitia bersamanya untuk acara penggalangan dana. Aku benci mendengar mulut gemuknya mengoceh setiap hari dan melihatnya menggoda makhluk apa pun yang berjenis kelamin perempuan yang lewat di hadapannya. Seharusnya kau tidak dihukum atas apa yang dilakukannya. Dia harus membayarnya.
Mulutku terasa kering. Tak apa-apa & aku tak peduli. Tenanglah, Liss.
Aku peduli, bentak Lissa, mengalihkan amarahnya padaku. Kuharap ada cara untuk membalas dendam. Cara untuk menyakitinya seperti dia menyakitimu. Lissa meletakkan kedua tangan di belakang punggung dan berjalan mondar-mandir dengan marah, langkah kakinya berat dan penuh tekad. Kebencian dan amarah mendidih di dalam dirinya. Aku bisa merasakannya melalui ikatan batin kami. Perasaan itu bagaikan sebuah badai, dan membuatku ketakutan setengah mati. Dan di sekeliling perasaan itu ada ketidakpastian, sebuah kelabilan yang seakan mengatakan bahwa Lissa tidak tahu apa yang harus dilakukannya, tapi dia putus asa ingin melakukan sesuatu. Apa pun itu. Ingatanku berkelebat pada malam yang melibatkan tongkat baseball. Kemudian aku memikirkan Ms. Karp. Dia menjadi seorang Strigoi, Rose.
Itu adalah saat paling menakutkan dalam hidupku. Lebih menakutkan daripada melihat Lissa saat berada di dalam kamar Wade. Lebih menakutkan daripada melihatnya menyembuhkan burung raven. Lebih menakutkan jika aku ditangkap oleh para pengawal. Karena pada saat itu aku sama sekali tidak mengenali sahabatku. Aku tidak tahu apa yang sanggup dilakukannya. Setahun sebelumnya, aku akan tertawa jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Lissa ingin menjadi Strigoi. Namun, setahun sebelumnya aku juga akan menertawakan siapa pun yang mengatakan bahwa Lissa ingin menyayat pergelangan tangannya sendiri, atau membuat seseorang membayar kesalahannya.
Pada saat itu, aku tiba-tiba percaya bahwa Lissa sanggup melakukan hal yang semula terlihat mustahil untuk dilakukannya. Dan aku harus memastikan dia tidak melakukannya. Selamatkan dia. Selamatkan dia dari dirinya sendiri.
Kita pergi, aku berkata, menarik lengannya dan menuntunnya menyusuri selasar. Sekarang juga.
Sejenak kebingungan menggantikan amarah Lissa. Apa maksudmu" Apa kau ingin pergi ke hutan atau semacamnya"
Aku tidak menjawab. Ada sesuatu dalam sikap maupun ucapanku yang membuat Lissa terkejut, karena dia tidak bertanya lagi saat aku membawanya keluar dari aula bersama, memotong jalan dengan menyeberangi kampus menuju tempat parkir yang menjadi jalan masuk para tamu. Tempat itu dipadati oleh mobil tamu yang hadir. Di sana ada sebuah Lincoln Town Car, dan aku melihat supirnya menyalakan mesin.
Ada yang pulang lebih cepat, aku berkata, mengintip si supir dari semak-semak. Aku melirik ke belakang dan tidak melihat apa-apa. Mereka mungkin akan tiba sebentar lagi.
Lissa akhirnya mengerti. Waktu kaubilang, Kita pergi, apa maksudmu & tidak. Rose, kita tak bisa meninggalkan Akademi. Kita takkan mungkin bisa melewati para penjaga dan pos pemeriksaan.
Kita tidak perlu melakukannya, aku berkata mantap. Dia yang akan melakukannya.
Tapi bagaimana dia bisa membantu kita"
Aku menarik napas dalam, menyesali apa yang akan kukatakan namun melihatnya sebagai pilihan yang sedikit lebih baik. Kau tahu bagaimana kau membuat Wade melakukan semua itu"
Lissa tersentak, namun mengangguk.
Aku ingin kau melakukan hal yang sama. Datangi laki-laki itu dan katakan padanya untuk menyembunyikan kita di dalam bagasi mobilnya.
Rasa kaget dan takut mengalir deras dari diri
Lissa. Dia bingung dan ketakutan. Sangat takut. Lissa sudah merasa takut selama seminggu terakhir, sejak kejadian menyembuhkan, lonjakan suasana hatinya yang selalu berubah-ubah, dan Wade. Lissa sedang rapuh dan sangat rentan akan sesuatu yang sama sekali tidak kami pahami. Namun di atas semua itu, Lissa memercayaiku. Dia percaya bahwa aku selalu bisa melindunginya.
Oke, katanya. Dia berjalan beberapa langkah menghampiri laki-laki itu, lalu berbalik untuk menatapku. Kenapa" Kenapa kita melakukan semua ini"
Aku memikirkan amarah Lissa, keinginannya untuk melakukan apa pun untuk membalas dendam pada Wade. Lalu aku memikirkan Ms. Karp Ms. Karp yang cantik dan labil yang berubah menjadi Strigoi. Aku sedang menjagamu, aku berkata. Kau tak perlu mengkhawatirkan apa pun selain itu.
Di mall di Missoula, saat berdiri di antara rak-rak baju rancangan desainer, Lissa bertanya lagi, Kenapa kau tidak memberitahuku"
Kau tidak perlu mengetahuinya, ulangku.
Lissa berjalan menuju ruang ganti, masih berbisik-bisik padaku. Kau khawatir aku akan kehilangan kewarasanku. Apa kau takut aku akan berubah menjadi Strigoi juga"
Tidak. Tak mungkin. Itu kan Ms. Karp. Kau takkan pernah melakukan hal itu.
Bahkan kalau aku sudah gila sekalipun"
Tidak, kataku seraya berusaha membuat sebuah lelucon. Kau hanya akan mencukur rambutmu sampai botak dan hidup bersama tiga puluh ekor kucing.
Perasaan Lissa bertambah kelam, namun dia tidak mengatakan apa-apa. Gadis itu berhenti tepat di luar ruang ganti, dan menarik sebuah gaun hitam dari rak. Wajahnya terlihat sedikit lebih cerah.
Kau dilahirkan untuk memakai gaun ini. Aku tidak peduli betapa praktisnya kau sekarang.
Gaunnya terbuat dari bahan selembut sutra, modelnya strapless dan terlihat anggun, panjangnya kira-kira selutut. Meskipun gaun itu agak melebar di bagian bawah, bagian lainnya jelas-jelas terlihat membutuhkan sesuatu sebagai tempat bergantung. Sangat seksi. Bahkan bisa dibilang seksi yang menantang-aturan-berbusana-sekolah.
Itu memang gaun untukku, aku mengakui. Aku terus-terusan memandanginya, sangat menginginkannya hingga dadaku terasa sakit. Ini jenis gaun yang akan mengubah dunia. Jenis gaun yang akan membentuk sebuah agama baru.
Lissa mengambil gaun dengan ukuranku. Cobalah.
Aku menggelengkan kepala dan hendak mengembalikannya. Aku tak bisa. Itu akan mempertaruhkan keselamatanmu. Sebuah gaun tidak sepadan dengan kematianmu yang tragis.
Kalau begitu kita akan membelinya tanpa mencoba. Lissa membeli gaun itu.
Sore hari terus berjalan, dan aku mendapati diriku merasa lelah. Selalu waspada dan berjaga-jaga mendadak saja terasa tidak terlalu menyenangkan. Saat kami mendatangi toko terakhir sebuah toko perhiasan aku merasa agak lega.
Ini dia, Lissa berkata sambil menunjuk salah satu kotak berisi perhiasan. Kalungnya cocok dengan gaunmu.
Aku melihatnya. Sebuah rantai emas tipis yang dilengkapi dengan liontin mawar emas dan berlian. Ukuran berliannya lebih besar daripada emas.
Aku benci bentuk mawar. Lissa selalu senang memberiku barang-barang berbentuk mawar kurasa hanya untuk melihat reaksiku. Saat melihat harga kalung itu, senyumnya menghilang.
Oh, coba lihat ini. Bahkan kau pun punya batasan harga, godaku. Akhirnya pengeluaranmu yang gila-gilaan berakhir juga.
Kami menunggu Victor dan Natalie selesai berbelanja. Sepertinya Victor membelikan sesuatu untuk Natalie, dan gadis itu terlihat seakan-akan baru saja menumbuhkan sayap pada tubuhnya dan terbang ke udara saking bahagianya. Aku merasa senang. Natalie mati-matian menginginkan perhatian seperti ini. Mudah-mudahan Victor membelikan Natalie sesuatu yang sangat mahal untuk menebusnya.
Kami berkendara pulang dalam kesunyian karena sudah lelah. Jadwal tidur kami kacau-balau karena perjalanan yang dilakukan siang hari ini. Aku duduk di samping Dimitri, bersandar pada kursi dan menguap, sepenuhnya sadar kalau lengan kami bersentuhan. Sensasi kedekatan dan perasaan terhubung terasa membakar kami berdua.
Jadi, aku takkan pernah bisa mencoba pakaian lagi" aku bertanya pelan-pelan karena tak ingin membangunkan
yang lainnya. Victor dan para pengawal masih terjaga, tapi cewek-cewek lain sudah terlelap.
Saat kau sedang tidak bertugas, kau bisa melakukannya. Kau bisa melakukannya saat sedang cuti.
Aku tak pernah menginginkan waktu cuti. Aku ingin selalu menjaga Lissa. Aku menguap lagi. Apa kau melihat gaun itu"
Aku melihat gaun itu. Apa kau menyukainya"
Dimitri tidak menjawab. Aku menganggapnya sebagai ya.
Apa aku akan membahayakan reputasi jika memakainya ke pesta dansa"
Saat Dimitri menjawab aku nyaris tak bisa mendengarnya. Kau akan membahayakan seisi sekolah.
Aku tersenyum dan tertidur.
Saat aku bangun, kepalaku tersandar pada bahu Dimitri. Mantel panjangnya duster menutupi tubuhku bagaikan selimut. Van sudah berhenti, kami sudah kembali ke sekolah. Aku membuka duster itu dan turun setelah Dimitri, mendadak merasa sepenuhnya terjaga dan bahagia. Sayang sekali kebebasanku nyaris berakhir.
Kembali ke penjara, keluhku seraya berjalan di samping Lissa menuju aula bersama. Mungkin kalau kau pura-pura terkena serangan jantung, aku bisa menyelinap keluar dari sini.
Tanpa membawa bajumu" Lissa menyerahkan tas padaku, dan aku mengayunkannya dengan bahagia. Aku tidak sabar ingin melihat kau memakai gaun itu.
Aku juga. Jika mereka mengizinkan aku pergi. Kirova masih berusaha untuk memutuskan apakah kelakuanku sudah cukup baik.
Tunjukkan kaus-kaus membosankan yang kaubeli padanya. Dia pasti akan langsung koma. Aku saja nyaris koma.
Aku tertawa dan melompat naik ke salah satu bangku kayu, menyamai langkah Lissa sambil berjalan di sepanjang bangku. Aku melompat turun lagi saat tiba di ujung. Kaus-kausku tidak semembosankan itu.
Aku tidak tahu harus berpendapat apa mengenai Rose yang baru dan bertanggung jawab ini.
Aku melompat naik ke atas bangku lain. Aku tidak sebertanggung jawab itu.
Hei, panggil Spiridon. Dia dan yang lainnya berjalan di belakang kami. Kau masih bertugas. Tidak boleh bersenang-senang di sana.
Tidak ada yang bersenang-senang di sini, aku menjawab, menyadari adanya tawa dalam suara Spiridon. Aku bersumpah 3sial.
Aku sedang berada di atas bangku yang ketiga, nyaris sampai di ujungnya. Otot-ototku menegang, siap untuk melompat turun lagi. Hanya saja saat aku mencoba untuk melakukannya, kakiku tidak ikut bersama tubuhku. Kayu bangku itu, yang sesaat sebelumnya terlihat keras dan padat, ambruk di bawah tubuhku, seakan-akan terbuat dari kertas. Kayunya amblas. Kakiku terperosok, pergelangan kakiku tersangkut pada lubang itu sementara tubuhku yang lain berusaha bergerak ke arah lain. Bangku itu memegangiku, mengayun tubuhku ke tanah sementara kakiku masih tersangkut di dalam lubang. Pergelangan kakiku tertekuk ke arah yang tidak wajar. Aku tersangkut ke tanah. Aku mendengar suara berderak yang bukan berasal dari bangku kayu. Rasa sakit terburuk yang pernah kurasakan seumur hidup mengaliri tubuhku.
Lalu aku pingsan. BAB DELAPAN BELAS AKU TERBANGUN DENGAN MEMANDANGI langit-langit klinik yang berwarna putih dan membosankan. Seberkas cahaya temaram disesuaikan untuk pasien Moroi menyinari tubuhku. Aku merasa aneh, agak bingung, tapi tidak kesakitan.
Rose. Suara itu terdengar bagaikan sutra di kulitku. Lembut. Terdengar menyenangkan.
Saat memalingkan kepala, aku mendapati kedua mata Dimitri yang berwarna gelap. Dia sedang duduk di samping tempat tidurku, rambut cokelatnya yang sepanjang bahu menggantung ke depan dan membingkai wajahnya.
Hei, aku berkata, suaraku terdengar sangat serak.
Bagaimana perasaanmu"
Aneh. Sedikit kaku. Dr. Olendzki memberimu sesuatu untuk mengatasi rasa sakitnya kau kelihatan cukup parah saat kami membawamu ke sini.
Aku tidak ingat &. Berapa lama aku pingsan"
Beberapa jam. Obatnya pasti ampuh sekali. Pasti masih ampuh sampai sekarang. Beberapa detail kejadian mulai kuingat. Bangku kayu. Pergelangan kakiku yang tersangkut. Aku tidak ingat banyak setelah kejadian itu. Merasa kepanasan lalu kedinginan, lalu kepanasan lagi. Ragu-ragu, aku berusaha untuk menggerakkan jempol kakiku yang sehat. Aku tidak merasa sakit sama sekali.
Dimitri menggeleng. Tidak.
Karena kau tidak terluka parah.
Suara pergelangan kakiku yang patah mulai kuingat lagi. Apa kau yakin" Aku ingat & bagaimana pergelangan kakiku tertekuk. Tidak. Pasti ada sesuatu yang patah. Aku berhasil duduk, jadi aku bisa melihat pergelangan kakiku. Atau setidaknya terkilir.
Dimitri maju untuk menghentikan aku. Hati-hati. Pergelangan kakimu mungkin baik-baik saja, tapi kau belum sepenuhnya pulih.
Aku bergeser dengan hati-hati ke pinggir tempat tidur dan menunduk. Celana jinsku digulung ke atas. Pergelangan kakiku terlihat sedikit memerah, tapi tidak ada lebam maupun bekas luka yang terlihat mengkhawatirkan.
Ya Tuhan, aku beruntung. Kalau aku terluka, hal itu akan membuatku berhenti latihan sementara waktu.
Dimitri tersenyum, dan kembali ke kursinya. Aku tahu. Kau terus-terusan mengatakan hal itu saat aku membopongmu. Hal itu membuatmu sangat kesal.
Kau & kau membopongku kemari"
Setelah kami membelah bangku kayu itu dan membebaskan kakimu.
Ya ampun. Aku ketinggalan banyak hal. Satu-satunya hal yang lebih hebat daripada membayangkan Dimitri membopongku adalah membayangkan Dimitri bertelanjang dada saat sedang membopongku.
Kemudian aku menyadari kenyataan dari situasi yang kualami ini.
Aku dikalahkan bangku kayu, erangku.
Apa" Aku berhasil melewati sehari penuh mengawal Lissa, dan kalian bilang aku melakukannya dengan baik. Lalu, aku kembali ke Akademi dan menerima kekalahanku dalam bentuk sebuah bangku kayu. Ugh. Apa kau tahu betapa memalukannya itu" Dan kalian semua melihatnya juga.
Itu bukan salahmu, kata Dimitri. Tak ada yang tahu kalau bangku kayunya sudah lapuk. Awalnya kelihatan baik-baik saja.
Tapi seharusnya aku tetap berjalan di trotoar seperti orang normal. Para novis lain pasti akan meledek habis-habisan saat aku kembali.


Vampire Academy Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dimitri menahan senyuman. Mungkin hadiah-hadiah bisa membuatmu ceria.
Aku duduk lebih tegak. Hadiah-hadiah"
Senyum Dimitri menghilang, dan dia menyerahkan sebuah kotak kecil yang disertai selembar kertas.
Ini dari Pangeran Victor.
Aku terkejut karena tidak menduga Victor akan memberiku sesuatu, lalu membaca pesannya. Pesannya hanya terdiri dari beberapa kalimat yang ditulis dengan terburu-buru.
Rose Aku senang kau tidak menderita luka serius apa pun akibat jatuh yang kaualami. Sesungguhnya, itu adalah keajaiban. Kau menjalani hidup yang diberkahi, dan Vasilisa beruntung memilikimu.
Dia baik sekali, kataku sambil membuka kotak tersebut, dan melihat apa isinya. Whoa. Baik sekali.
Isinya adalah kalung mawar yang ingin Lissa belikan untukku tapi tak sanggup dibelinya. Aku mengangkatnya, melingkarkan rantainya pada tanganku sehingga liontin mawar yang bertatahkan berlian berkilau itu menggantung dengan leluasa.
Kalung ini sangat berlebihan untuk hadiah yang dimaksudkan sebagai ucapan lekas sembuh, pikirku saat mengingat harganya.
Sebenarnya dia membeli kalung itu untuk menghargai hari pertamamu sebagai pengawal resmi yang sudah kaujalani dengan sangat baik. Dia melihatmu dan Lissa sedang memandangi kalung itu.
Wow. Hanya itu yang sanggup kukatakan. Aku tidak menganggap diriku melakukan tugas sebaik itu.
Aku beranggapan begitu. Aku nyengir, dan meletakkan kembali kalungnya ke dalam kotak, lalu meletakkannya di meja yang ada di dekatku. Tadi kau bilang hadiah-hadiah, ya kan" Maksudmu lebih dari satu"
Dimitri tertawa suaranya langsung membungkus tubuhku bagaikan belaian. Ya Tuhan, aku sangat menyukai suara tawa Dimitri.
Ini hadiah dariku. Dimitri menyerahkan sebuah tas kecil polos. Aku merasa bingung dan penasaran, lalu membukanya. Lip gloss, jenis yang kusukai. Aku sering mengeluh pada Dimitri bahwa aku kehabisan lip gloss, tapi aku tidak menduga dia memperhatikannya.
Bagaimana kau bisa membelinya" Aku selalu melihatmu selama berada di mall.
Rahasia pengawal. Untuk apa hadiah ini" Untuk merayakan hari pertamaku"
Tidak, kata Dimitri dengan ringan. Karena kupikir hadiah ini akan membuatmu senang.
Tanpa memikirkannya sedikit pun, aku mencondongkan tubuh dan memeluk Dimitri. Terima kasih.
Jika melihat posisi tubuhnya yang kaku, s
udah pasti aku membuatnya terkejut. Dan yeah & aku sendiri pun terkejut. Namun, beberapa saat kemudian Dimitri merasa santai lagi, dan saat dia mengulurkan tangan ke balik tubuhku dan meletakkannya di punggung bawahku. Kupikir aku akan mati saat itu juga.
Aku senang kau sudah merasa lebih baik, kata Dimitri. Suaranya terdengar seakan-akan berasal dari rambutku, tepat di atas telingaku.
Waktu aku melihatmu jatuh &
Kau pasti berpikir, Wow, dia benar-benar seorang pecundang.
Bukan itu yang kupikirkan.
Dimitri menarik diri sedikit, sehingga dia bisa melihatku dengan lebih baik, tapi kami tidak mengatakan apa-apa lagi. Kedua mata Dimitri terlihat sangat gelap dan dalam sehingga aku merasa ingin menyelaminya. Memandangi kedua mata itu membuat seluruh tubuhku terasa hangat, seakan-akan di dalamnya ada api yang menyala. Perlahan-lahan dan hati-hati, jemari Dimitri yang panjang terulur dan menelusuri tepian tulang pipiku, lalu naik menuju sisi wajahku. Saat merasakan sentuhan pertamanya pada kulitku, tubuhku menggigil. Dimitri melingkarkan helaian rambutku pada salah satu jarinya, sama seperti yang dilakukannya di gedung olahraga.
Aku menelan ludah, dan memalingkan mataku dari bibir Dimitri. Selama ini aku memikirkan bagaimana rasanya menciumnya. Pikiran itu membuatku penasaran sekaligus takut, yang bisa dikatakan sebagai hal bodoh. Aku sudah pernah mencium banyak laki-laki dan tidak pernah terlalu memikirkannya. Tidak ada alasan mengapa laki-laki lain apalagi yang lebih tua dariku membuatnya menjadi masalah sebesar itu. Namun, pikiran mengenai Dimitri yang semakin merapat pada tubuhku dan mengarahkan bibirnya pada bibirku membuat dunia ini serasa berputar.
Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu, dan aku cepat-cepat bersandar lagi. Dr. Olendzki mengulurkan kepalanya ke dalam. Kupikir aku mendengar kalian mengobrol. Bagaimana keadaanmu"
Perempuan itu menghampiri dan menyuruhku berbaring lagi. Dia menyentuh dan menekuk pergelangan kakiku, memeriksa lukanya, dan akhirnya menggelengkan kepala saat sudah selesai.
Kau beruntung. Dari suara ribut yang kudengar saat kau dibawa kemari, kupikir kakimu harus diamputasi. Mungkin hanya kaget saja. Dr. Olendzki mundur lagi. Aku akan lebih tenang kalau kau libur dari semua latihan rutinmu besok, tapi selain itu kau sudah boleh pergi.
Aku mengembuskan napas lega. Aku tidak ingat sikapku yang histeris dan sesungguhnya merasa malu karena sudah bersikap seperti itu tapi ternyata dugaanku mengenai masalah yang akan kudapatkan jika pergelangan kakiku patah atau terkilir memang besar. Aku tidak boleh menyia-nyiakan waktu dengan berada di tempat ini, aku harus mengikuti semua ujian dan lulus pada musim semi mendatang.
Dr. Olendzki mengizinkan aku keluar dari klinik, lalu dia pergi meninggalkan ruangan. Dimitri berjalan menuju kursi lain untuk membawakan sepatu dan mantelku. Saat melihatnya, aku merasakan lagi embusan hawa hangat yang menyapu tubuhku saat mengingat apa yang terjadi sebelum dokter itu masuk.
Dimitri mengamatiku saat sedang memakai sepatu. Kau memiliki seorang malaikat penjaga.
Aku tak percaya pada malaikat, aku memberitahunya. Aku percaya pada apa yang bisa kulakukan untuk diriku sendiri.
Kalau begitu, kau punya tubuh yang sangat mengagumkan.
Aku mendongak dan menatapnya dengan bertanya-tanya.
Maksudku dalam hal kesembuhan. Aku mendengar soal kecelakaan itu &
Dimitri tidak menjelaskan kecelakaan mana yang dibicarakannya, tapi hanya ada satu kecelakaan yang dimaksud olehnya. Biasanya membicarakan hal itu membuatku gelisah, tapi bersama Dimitri aku merasa sanggup membicarakan apa pun.
Semua orang bilang seharusnya aku takkan bisa selamat, aku menjelaskan pada Dimitri. Mengingat tempat dudukku dan bagaimana posisi mobil saat menabrak pohon. Lissa adalah satu-satunya yang berada di posisi terlindung. Aku dan Lissa berhasil selamat hanya dengan beberapa luka gores saja.
Dan kau tak percaya pada malaikat maupun keajaiban.
Tidak. Aku Sungguh, ini adalah keajaiban. Kau memiliki hidup yang diberkahi &
Dan hanya seperti itu, aku langsung teringat pada jutaan pemi
kiran. Mungkin & mungkin aku memang memiliki seorang malaikat penjaga &.
Dimitri langsung menyadari perubahan perasaanku. Ada apa"
Aku meraih ke dalam benakku, berusaha memperlebar ikatan batin dan menyingkirkan efek obat penghilang rasa sakit. Beberapa perasaan Lissa yang lain mulai mengalir pada tubuhku. Cemas. Kesal.
Di mana Lissa" Apa dia di sini"
Aku tidak tahu dia di mana. Dia tak mau meninggalkanmu saat aku membawamu ke sini. Dia duduk di samping tempat tidur sampai dokternya datang. Kau langsung tenang saat Lissa duduk di sampingmu.
Aku menutup mata dan merasa seperti akan pingsan. Aku menjadi tenang saat Lissa duduk di sampingku karena dia sudah menyingkirkan rasa sakitku. Lissa sudah menyembuhkan aku &.
Seperti yang dilakukannya pada malam kecelakaan.
Sekarang semua itu menjadi masuk akal. Seharusnya aku tidak selamat. Semua orang berkata begitu. Siapa yang tahu luka seperti apa yang sebenarnya kualami" Pendarahan dalam. Patah tulang. Semua itu tak masalah karena Lissa sudah mengobatinya, seperti dia mengobati yang lainnya. Karena itulah Lissa sedang membungkuk di atas tubuhku saat aku terbangun.
Mungkin karena itulah Lissa pingsan saat mereka membawanya ke rumah sakit. Dia merasa lelah selama beberapa hari sesudahnya. Dan tepat pada saat itulah depresinya dimulai. Depresi yang dialami Lissa terlihat sebagai hal normal setelah kehilangan keluarganya, tapi sekarang aku curiga alasannya bukan hanya itu, jangan-jangan depresinya berhubungan dengan menyembuhkan aku.
Aku berusaha membuka pikiran lagi dan menjangkaukannya ke arah Lissa, ingin menemukannya. Jika dia sudah menyembuhkan aku, keadaannya sekarang takkan bisa ditebak. Suasana hati dan sihir yang dimilikinya saling berhubungan, dan ini merupakan praktik sihir yang cukup berat.
Obat penahan rasa sakit itu sudah hampir hilang dari saluran darahku, dan dengan mudahnya aku langsung terhubung dengan Lissa. Gelombang emosi besar menghantamku, lebih buruk dibandingkan saat mimpi buruk yang dialami Lissa memerangkapku. Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan emosi sekuat ini.
Lissa sedang duduk di loteng kapel, menangis. Lissa sendiri tidak sepenuhnya tahu mengapa dirinya menangis. Dia merasa senang dan lega aku baik-baik saja, karena dia sudah berhasil menyembuhkan aku. Pada saat yang bersamaan, Lissa merasa tubuh dan pikirannya lemah. Di dalam dirinya dia merasa, seakan-akan sudah kehilangan akal sehatnya. Lissa khawatir aku akan marah karena sudah menggunakan kekuatannya. Dia juga merasa ngeri untuk menjalani hari sekolah besok, berpura-pura merasa senang menghabiskan waktu dengan kelompok yang tidak memiliki minat lain selain menghabiskan uang keluarga mereka dan mengolok-olok orang yang lebih jelek dan kurang populer. Lissa tak ingin pergi ke pesta dansa bersama Aaron dan melihat lelaki itu menatapnya dengan memuja dan merasakan sentuhannya karena dia hanya ingin berteman dengannya.
Menurutku, sebagian besar masalah Lissa merupakan kekhawatiran yang normal, namun semua itu menghantamnya dengan keras, lebih keras dari yang dialami orang lain. Lissa tak sanggup berpikir jernih mengenai semua masalah itu, atau mencari tahu bagaimana cara mengatasinya.
Apa kau baik-baik saja"
Lissa mendongak dan menyingkirkan rambut yang menempel pada pipinya yang basah. Christian berdiri di depan pintu masuk loteng. Lissa bahkan tidak mendengar cowok itu menaiki tangga. Dia terlalu hanyut dalam kesedihannya sendiri. Percikan rasa rindu dan marah melintas dalam dirinya.
Aku baik-baik saja, bentak Lissa sambil mendengus, berusaha menghentikan air matanya. Dia tak ingin Christian melihatnya dalam keadaan lemah.
Cowok itu bersandar pada dinding, melipat kedua lengan, dan memandangi Lissa dengan ekspresi yang tak terbaca. Apa & apa kau ingin membicarakannya"
Oh & Lissa tertawa kasar. Sekarang kau mau bicara denganku" Setelah berkali-kali aku mencoba
Aku tidak ingin melakukannya! Itu Rose yang
Christian menghentikan ucapannya sendiri dan tersentak. Aku ketahuan.
Lissa berdiri dan berjalan menghampirinya. Memangnya ada apa dengan Rose"
Tak ada apa-apa. Topeng berwaj
ah datar yang biasa dipakai Christian sudah kembali. Lupakan saja.
Ada apa dengan Rose" Lissa mendekatinya. Bahkan di tengah amarahnya, dia masih merasakan ketertarikan yang tak terelakkan lagi pada Christian. Kemudian dia memahaminya. Dia yang menyuruhmu melakukannya, ya kan" Dia menyuruhmu berhenti bicara padaku"
Christian menatap lurus-lurus ke depan. Mungkin semua ini yang terbaik. Aku hanya mengacaukan hidupmu. Kau takkan menjadi dirimu yang sekarang.
Apa maksudmu" Memangnya menurutmu apa yang kumaksud" Ya Tuhan. Sekarang semua orang hidup dan mati sesuai dengan perintahmu, Yang Mulia.
Kau bersikap terlalu dramatis.
Benarkah" Sepanjang hari aku selalu mendengar orang-orang membicarakan apa yang sedang kaulakukan, apa yang sedang kaupikirkan, dan apa yang sedang kaukenakan. Apakah kau akan menyetujui sesuatu. Siapa yang kausukai. Siapa yang kaubenci. Mereka semua adalah bonekamu.
Tidak seperti itu. Lagi pula, aku terpaksa melakukannya. Untuk membalas dendam pada Mia &.
Christian memutar bola matanya, dan berpaling dari Lissa. Kau bahkan tidak tahu membalas dendam apa padanya.
Amarah Lissa membara. Dia menjebak Jesse dan Ralf untuk mengatakan hal-hal itu mengenai Rose! Aku tak bisa membiarkan perbuatannya.
Rose orang yang tangguh. Dia pasti sanggup menghadapinya.
Kau tidak melihatnya, Lissa menjawab dengan keras kepala. Rose menangis.
Terus kenapa" Semua orang menangis. Kau menangis.
Tapi Rose tidak pernah menangis.
Christian berbalik kembali menghadap Lissa, senyum kelam tersungging di bibirnya. Aku tidak pernah melihat sepasang sahabat seperti kalian berdua. Selalu mengkhawatirkan satu sama lain. Aku memahami alasan Rose urusan aneh yang berkaitan dengan para pengawalvtapi kau juga sama saja.
Rose temanku. Kurasa alasannya memang sesederhana itu. Aku takkan pernah memahaminya. Christian menghela napas, sesaat terlihat serius, lalu kembali pada gaya sinisnya. Omong-omong. Mia. Jadi kau membalas dendam padanya atas kelakuannya terhadap Rose. Tapi kau tidak menangkap maksudnya. Kenapa dia melakukannya"
Lissa mengernyit. Karena dia cemburu padaku dan Aaron
Lebih dari sekadar itu, Putri. Untuk apa dia merasa cemburu padamu soal itu" Dia sudah memiliki Aaron. Dia tak perlu menyerangmu untuk melakukannya. Dia bisa saja melakukannya dengan memamerkan kemesraan mereka berdua. Seperti yang kalian lakukan sekarang. Christian menambahkan dengan datar.
Oke. Kalau begitu apa alasan lainnya" Kenapa dia ingin menghancurkan hidupku" Aku tidak pernah melakukan apa-apa padanya maksudku sebelum semua kejadian ini.
Christian mencondongkan tubuh ke depan, kedua matanya yang berwarna biru jernih menusuk tajam ke dalam mata Lissa.
Kau benar. Kau memang tidak melakukan apa-apa padanya tapi kakakmu.
Lissa mundur. Kau tidak tahu apa-apa soal kakakku.
Aku tahu dia mengkhianati Mia. Dalam arti sesungguhnya.
Hentikan, hentikan kebohonganmu.
Aku tidak bohong. Sumpah demi Tuhan atau siapa pun yang kaupercayai. Dulu aku sering mengobrol dengan Mia, saat dia baru masuk. Dulu cewek itu bukan anak yang populer, tapi dia pintar. Sekarang pun masih. Dia sering terlibat menjadi panitia berbagai macam acara bersama para bangsawan pesta dansa dan semacamnya. Aku tidak mengerti semua itu. Tapi aku tahu dia mengenal kakakmu dalam salah satu acara itu, dan bisa dibilang mereka berdua berkencan.
Tidak, mereka tidak berkencan. Aku pasti mengetahuinya. Andre pasti memberitahuku.
Tidak. Andre tidak memberitahu siapa pun. Dia juga menyuruh Mia agar tidak memberitahu siapa pun. Andre meyakinkan Mia bahwa itu akan menjadi semacam hal romantis antara mereka berdua, padahal sebenarnya dia tidak mau teman-temannya mengetahui dirinya tidur dengan seorang murid baru yang bukan bangsawan.
Kalau Mia yang memberitahumu soal itu, maka dia mengada-ada, seru Lissa.
Yah, menurutku Mia tidak mengada-ada karena aku melihatnya menangis. Andre merasa bosan pada Mia setelah beberapa minggu dan mencampakkannya. Andre bilang Mia terlalu muda dan dia tak bisa memiliki hubungan serius dengan seseorang yang tidak berasal dari
keluarga terhormat. Berdasarkan pengamatanku, Andre bahkan melakukannya dengan cara yang kasar dia bahkan tidak berbasa-basi dengan mengatakan kita sebaiknya berteman saja.
Lissa mendekatkan wajahnya pada wajah Christian. Kau bahkan tidak kenal Andre! Dia takkan mungkin melakukan hal seperti itu.
Kau yang tidak mengenalnya. Aku yakin Andre pasti bersikap manis pada adik perempuannya; aku yakin dia menyayangimu. Tapi di sekolah, bersama semua teman-temannya, Andre sama brengseknya seperti bangsawan lain. Aku melihat kelakuannya karena aku mengamati semua hal yang terjadi di sini, hal itu mudah untuk dilakukan jika tak ada seorang pun yang menyadari keberadaanmu.
Lissa menahan tangisnya, tidak yakin harus memercayai ucapan Christian atau tidak. Jadi karena inilah Mia membenciku"
Yup. Mia membencimu karena Andre. Selain itu, Mia juga membencimu karena kau seorang bangsawan, dan dia selalu merasa rendah diri saat berada di dekat para bangsawan. Karena itulah dia mati-matian untuk menaikkan kelas sosialnya dan berteman dengan para bangsawan. Kurasa hanya kebetulan saja Mia akhirnya berpacaran dengan mantan kekasihmu, tapi karena sekarang kau sudah kembali, mungkin hal itu membuat keadaannya semakin buruk. Dengan mencuri Aaron dan menyebarkan cerita mengenai orangtuanya, kalian benar-benar memilih cara terbaik untuk membuat Mia menderita. Kerja yang hebat.
Sengatan rasa bersalah bergejolak di dalam diri Lissa. Aku masih menganggapmu berbohong.
Aku memiliki banyak kekurangan, tapi aku bukan pembohong. Itu keahlianmu. Dan Rose.
Kami tidak Melebih-lebihkan cerita mengenai keluarga orang lain" Mengatakan bahwa kau membenciku" Pura-pura berteman dengan orang-orang yang kauanggap bodoh" Berkencan dengan seseorang yang tidak kausukai"
Aku menyukainya. Suka atau suka dalam tanda kutip"
Oh, memang ada bedanya"
Ya. Suka dalam tanda kutip adalah jika kau berkencan dengan orang bodoh berambut pirang yang menertawakan lelucon bodohnya sendiri.
Kemudian, tanpa terduga, Christian maju dan mencium Lissa. Ciumannya panas, cepat, dan ganas luapan amarah, gairah, dan kerinduan yang selama ini tersimpan di dalam dirinya. Lissa belum pernah dicium seperti itu, dan aku bisa merasakan renpons Lissa terhadap ciuman itu, responsnya terhadap Christian bagaimana cowok itu sudah membuatnya merasa jauh lebih hidup daripada saat bersama Aaron maupun cowok lain.
Christian menarik dirinya mundur dari ciuman itu, namun wajahnya masih berada dekat dengan wajah Lissa.
Itulah yang kaulakukan dengan orang yang kau suka.
Jantung Lissa berdebar-debar akibat marah sekaligus gairah. Well, aku tidak suka maupun suka dalam tanda kutip kepadamu. Dan menurutku kau dan Mia sama-sama berbohong soal Andre. Aaron takkan mungkin mengada-ada sepertimu.
Itu karena Aaron tidak pernah mengatakan sesuatu yang membutuhkan kata-kata yang terdiri lebih dari satu silabel.
Lissa menarik dirinya menjauh. Keluar. Menjauhlah dariku.
Christian melihat ke sekeliling dengan wajah jenaka. Kau tak bisa mengusirku. Kita berdua sudah menandatangani perjanjian sewa tempat ini.
Keluar! teriak Lissa. Aku membencimu!
Christian membungkuk. Apa pun yang kauinginkan, Yang Mulia. Dengan tatapan kelam terakhir, Christian pun meninggalkan loteng.
Lissa terpuruk hingga berlutut, membiarkan air mata yang sedari tadi disembunyikannya dari Christian mengalir. Aku nyaris tidak bisa memahami hal-hal yang menyakiti Lissa. Hanya Tuhan yang tahu apa saja yang membuatku kesal contohnya kejadian Jesse tapi semua masalah itu tidak menyerangku dengan cara yang sama seperti pada Lissa. Semua masalah itu berputar di dalam diri sahabatku, mendera otaknya. Cerita mengenai Andre. Kebencian Mia. Ciuman Christian. Menyembuhkan aku. Aku menyadari, seperti inilah depresi yang sesungguhnya. Sebuah kegilaan sesungguhnya.
Setelah pulih, tenggelam di dalam rasa sakitnya sendiri, Lissa akhirnya membuat satu-satunya keputusan. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Lissa untuk menyalurkan semua emosi itu. Lissa membuka tas dan menemukan silet kecil yang selalu dibawanya ke mana pun &
Aku m erasa mual, tapi tak bisa melepaskan diri. Lalu aku pun merasakan saat Lissa menyayat lengan kirinya, sehingga menghasilkan bekas luka yang sangat lurus, dan aku hanya bisa melihat saat darah mengalir di atas kulit putihnya. Seperti biasa, Lissa selalu menghindari urat nadi, namun kali ini sayatannya lebih dalam dari biasanya. Luka sayat itu terasa amat sangat menyengat, namun saat melakukannya, Lissa bisa memusatkan diri untuk merasakan sakit fisik sehingga mengalihkan dirinya dari amarah yang ada di dalam jiwanya dan membuatnya merasa memegang kendali lagi.
Tetesan darah terciprat ke atas lantai yang berdebu, dan dunia Lissa mulai berputar. Melihat darahnya sendiri membuat Lissa merasa aneh. Dia sudah terbiasa meminum darah orang lain sepanjang hidupnya. Aku. Para donor. Sekarang, di hadapannya ada darah mengalir. Seraya terkikik gugup, Lissa memutuskan bahwa semua ini lucu. Mungkin dengan mengeluarkan darahnya sendiri, dia seakan memberikannya kembali pada orang-orang yang darahnya sudah dicuri olehnya. Atau mungkin Lissa memang menyia-nyiakannya, menyia-nyiakan darah Dragomir yang menjadi obsesi semua orang.
Aku memaksa diriku untuk masuk ke kepala Lissa, dan sekarang aku tak bisa keluar. Emosi Lissa telah menjebakku emosinya terlalu kuat dan terlalu bertenaga. Tapi aku harus melepaskan diri aku menyadarinya sepenuh hati. Aku harus menghentikan Lissa. Lissa terlalu lemah akibat menyembuhkanku untuk kehilangan darah sebanyak ini. Saatnya untuk memberitahu seseorang.
Akhirnya aku bisa melepaskan diri dan mendapati diriku kembali berada di klinik. Kedua tangan Dimitri memegangi tubuhku, mengguncangnya perlahan sambil terus-menerus menyebut namaku sebagai usaha untuk menarik perhatianku. Dr. Olendzki berdiri di sampingnya, wajahnya terlihat kelam dan khawatir.
Aku menatap Dimitri dan bisa melihat betapa dia mengkhawatirkanku dan peduli padaku. Christian sudah pernah menyuruhku untuk mencari bantuan, untuk mengadu mengenai Lissa pada seseorang yang kupercaya. Aku mengabaikan nasihat Chrstian karena tidak memercayai siapa pun kecuali Lissa. Namun saat menatap Dimitri, merasakan perasaan saling memahami yang terjalin di antara kami, aku sadar bahwa ada orang lain yang kupercaya.
Aku mendengar suaraku sendiri serak saat berkata, Aku tahu di mana Lissa berada. Kita harus menolongnya.
BAB SEMBILAN BELAS SULIT UNTUK MENENTUKAN APA yang akhirnya membuatku melakukannya. Selama ini aku sudah terbiasa menyimpan banyak rahasia, melakukan hal terbaik untuk melindungi Lissa. Namun, menyembunyikan kenyataan bahwa Lissa memiliki kebiasaan menyayat diri sendiri sama sekali tidak bisa dikatakan melindunginya. Selama ini aku tak sanggup menghentikan kebiasaannya itu dan sungguh, sekarang aku mulai bertanya-tanya apakah kebiasaan Lissa itu merupakan salahku. Semua ini tak pernah terjadi sebelum dia menyembuhkan aku saat kecelakaan terjadi. Apa yang akan terjadi jika Lissa membiarkan aku tetap terluka" Mungkin aku bisa sembuh. Mungkin sekarang Lissa akan baik-baik saja.
Aku tetap di klinik sementara Dimitri pergi untuk memanggil Alberta. Dimitri sama sekali tidak meragukanku saat kuberitahu di mana Lissa berada. Aku bilang pada Dimitri bahwa Lissa berada dalam bahaya, dan dia langsung pergi saat itu juga.
Segala sesuatu yang terjadi setelah itu bergerak bagaikan mimpi buruk yang diputar dalam gerak lambat. Menit demi menit berjalan pelan saat aku menunggunya. Begitu Dimitri kembali dengan Lissa yang sudah tidak sadarkan diri, gelombang kepanikan terjadi di dalam klinik, kepanikan yang berusaha dijauhkan semua orang dariku. Lissa sudah kehilangan banyak darah, dan meskipun mereka menyiapkan seorang donor, mereka kesulitan membangunkan Lissa untuk meminum darah tersebut. Baru pada tengah malam waktu Akademi mereka memutuskan bahwa Lissa sudah cukup stabil sehingga bisa kukunjungi.
Apa itu benar" tanya Lissa saat aku masuk ke kamarnya. Kedua pergelangan tangannya diperban tebal. Aku tahu mereka sudah mengembalikan banyak darah ke dalam tubuh Lissa, tapi di mataku dia masih terlihat pucat. Mereka bilang semua ini berkat dirimu. Kau yang m
emberitahu mereka. Aku terpaksa melakukannya, aku berkata, merasa takut untuk mendekat. Liss & kau menyayat tubuhmu lebih parah daripada sebelumnya. Dan kau melakukannya setelah menyembuhkan aku & lalu semua yang terjadi dengan Christian & kau tak sanggup menghadapinya. Kau butuh pertolongan.
Lissa menutup mata. Christian. Kau tahu soal itu. Tentu saja kau mengetahuinya. Kau tahu semuanya.
Maafkan aku. Aku cuma ingin membantumu.
Apa yang terjadi pada pesan Ms. Karp" Bahwa kita harus merahasiakan semua itu"
Yang dimaksud oleh Ms. Karp adalah hal lainnya. Kurasa Ms. Karp tak ingin kau terus-terusan menyakiti dirimu sendiri.
Apa kau memberitahu mereka soal hal lainnya "
Aku menggeleng. Belum. Lissa berpaling menghadapku, tatapan matanya dingin. Belum. Tapi kau berniat melakukannya.
Aku terpaksa. Kau bisa menyembuhkan orang lain & tapi hal itu bisa membunuhmu.
Aku menyembuhkanmu. Pada akhirnya aku akan baik-baik saja. Pergelangan kakiku pasti akan sembuh. Semua itu tak sepadan dengan apa yang terjadi padamu. Dan sepertinya aku tahu bagaimana semua itu bermula & saat kau pertama kali menyembuhkan aku &.
Aku menjelaskan pencerahan yang kualami mengenai kecelakaan dan bagaimana seluruh kekuatan dan depresi yang dirasakannya mulai terjadi setelah peristiwa itu. Aku juga menyebut-nyebut soal ikatan batin yang mulai terjalin setelah kecelakaan, meskipun aku sendiri belum sepenuhnya memahami masalah itu.
Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi semua ini di luar kemampuan kita. Kita butuh bantuan seseorang.
Mereka akan membawaku pergi, Lissa berkata datar. Seperti Ms. Karp.
Kurasa mereka akan berusaha menolongmu. Mereka semua khawatir. Liss, aku melakukannya untukmu. Aku hanya ingin kau sembuh.
Lissa berpaling dariku. Keluarlah, Rose.
Aku keluar. Keesokan paginya, mereka mengizinkan Lissa pergi dengan syarat dia harus kembali lagi untuk konsultasi harian bersama seorang pembimbing. Dimitri juga memberitahuku bahwa mereka berencana untuk memberi Lissa sejenis obat yang bisa membantu mengatasi depresinya. Aku bukan penggemar obat-obatan, tapi aku akan menyetujui apa pun yang bisa membantu Lissa.
Sayangnya, ada seorang murid sophomore yang sedang dirawat di klinik karena mendapat serangan asma. Dia melihat Lissa masuk klinik bersama Dimitri dan Alberta. Murid cowok itu tidak tahu mengapa Lissa dibawa ke klinik, tapi hal itu tidak mencegahnya mengatakan semua yang dilihatnya pada teman-teman satu selasarnya. Kemudian mereka menceritakan pada teman-teman lainnya saat sarapan pagi. Saat istirahat, semua murid sekolah atas sudah mengetahui berita kunjungan tengah malam yang terjadi di klinik.
Dan yang lebih penting, semua orang tahu bahwa Lissa sedang mogok bicara padaku.
Hanya seperti itu, tak peduli kemajuan sosial apa yang sudah berhasil kujalani, semuanya tenggelam tanpa bekas. Lissa tidak langsung mengutukku, tapi sikap diamnya bagaikan perintah bagi para pengikutnya, dan orang-orang mulai bertingkah sesuai panutannya.
Sepanjang hari, aku berjalan di sekitar Akademi bagai hantu. Terkadang ada orang yang melihat dan berbicara padaku, tapi hanya sedikit yang berusaha lebih dari itu. Mereka mengikuti tingkah laku Lissa, mengikuti sikap diamnya. Tidak ada yang terang-terangan bersikap kejam padaku mereka mungkin tak mau mengambil risiko seandainya Lissa dan aku berbaikan. Namun, aku tetap mendengar pelacur darah yang dibisikkan di sana-sini saat mereka berpikir aku tidak mendengar mereka.
Mason mungkin akan menyambutku dengan senang hati untuk duduk di mejanya saat istirahat, tapi beberapa temannya mungkin takkan bersikap terlalu ramah padaku. Aku tak mau menjadi penyebab atas pertengkaran apa pun yang mungkin terjadi antara Mason dan teman-temannya. Jadi, aku memilih duduk bersama Natalie.
Kudengar Lissa berusaha untuk melarikan diri lagi, dan kau menghentikannya, kata Natalie. Belum ada seorang pun yang mengetahui alasan Lissa berada di klinik. Kuharap akan tetap seperti itu.
Melarikan diri" Dari mana semua itu berasal" Untuk apa Lissa melakukannya"
Entahlah. Natalie menurunkan volume suar
anya. Memangnya kenapa dulu dia meninggalkan Akademi" Hanya itu yang kudengar.
Cerita itu terus berlanjut sepanjang hari itu, begitu pula dengan kabar burung mengenai alasan Lissa pergi ke klinik. Teori kehamilan dan aborsi selalu populer sepanjang masa. Ada beberapa orang yang berbisik-bisik bahwa Lissa mungkin terkena penyakit yang menyerang Victor. Tak satu pun tebakan itu yang mendekati kebenaran.
Aku meninggalkan kelas terakhir secepat mungkin yang kubisa, dan terkejut saat melihat Mia berjalan ke arahku.
Apa yang kauinginkan" tanyaku. Aku tak bisa bermain-main hari ini, Anak Kecil.
Kau punya perilaku buruk untuk seseorang yang sedang tidak dianggap keberadaannya.
Tidak seperti dirimu" tanyaku. Teringat pada perkataan Christian mengenai Mia, aku merasa sedikit kasihan padanya. Rasa bersalah itu langsung menghilang saat aku melihat wajahnya lagi. Dulu Mia mungkin memang seorang korban, tapi sekarang dia monster. Wajah Mia menunjukkan ekspresi dingin dan licik, sangat berbeda dengan ekspresi putus asa dan tertekan yang kulihat pada dirinya kemarin lusa. Mia tidak terus-terusan mengasihani diri sendiri setelah apa yang dilakukan Andre padanya jika hal itu memang benar dan aku percaya bahwa hal itu memang benar dan aku ragu dia akan terus menyiksa diri juga setelah kejadian Lissa. Mia adalah pejuang tangguh.
Dia menyingkirkanmu, tapi kau terlalu sombong dan hebat untuk mengakuinya. Kedua mata biru Mia bisa dibilang melotot sampai keluar. Apa kau tak mau membalas dendam padanya"
Apa kau lebih gila dari biasanya" Lissa adalah sahabatku. Dan kenapa kau masih mengikuti aku"
Mia mendecakkan lidah. Dia tidak bertingkah seperti seorang sahabat. Ayolah, katakan padaku apa yang terjadi di klinik. Sebuah masalah besar, ya kan" Lissa memang hamil, ya kan" Katakan padaku.
Pergilah. Kalau kau memberitahuku, aku akan menyuruh Jesse dan Ralf untuk mengaku bahwa mereka hanya mengada-ada cerita mengenai dirimu.
Aku berhenti berjalan dan berbalik untuk menghadap Mia. Dia ketakutan dan mundur beberapa langkah. Mia pasti ingat soal ancaman kekerasan fisik yang pernah kukatakan padanya dulu.
Aku sudah tahu mereka hanya mengada-ada, karena aku tidak melakukan satu pun dari cerita mereka. Dan kalau kau berusaha untuk membuatku melawan Lissa lagi, cerita yang akan beredar adalah kau mengalami pendarahan karena aku merobek lehermu sampai putus!
Suaraku semakin keras saat mengucapkan setiap patah kata tersebut, hingga akhirnya aku bisa dibilang berteriak. Mia mundur lebih jauh lagi, jelas-jelas ketakutan.
Kau memang gila. Tidak heran dia menyingkirkanmu. Mia mengedikkan bahu. Terserah. Aku akan mencari tahu apa yang terjadi tanpa bantuanmu.
Saat pesta dansa akhir pekan itu, aku memutuskan bahwa aku tidak ingin pergi. Sejak awal pun semua itu terdengar bodoh, dan lagi pula aku hanya tertarik untuk pergi ke pesta-pesta yang diadakan sesudahnya. Namun tanpa Lissa, sepertinya aku takkan mendapat akses untuk masuk ke pesta-pesta itu. Alih-alih, aku mengurung diri di kamar, berusaha dan selalu gagal untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.
Melalui ikatan batin aku merasakan berbagai macam emosi yang dirasakan Lissa, terutama kecemasan dan kegembiraan. Pasti akan terasa berat menghabiskan waktu dengan seorang cowok yang tidak terlalu kausukai.
Sekitar sepuluh menit setelah pesta dansa dimulai, aku memutuskan untuk beres-beres dan mandi. Saat kembali ke selasar sepulang dari kamar mandi, dengan handuk membalut kepala, aku melihat Mason berdiri di depan pintu kamarku. Mason tidak bisa dibilang berdandan rapi, tapi dia juga tidak memakai celana jins. Itu awal yang baik.
Ternyata kau di sini, Gadis Pesta. Aku nyaris putus asa.
Apa kau sudah menyebabkan kebakaran lain" Tidak ada cowok yang diizinkan berada di selasar ini.
Aku tak peduli. Memangnya ada bedanya" Benar juga. Pihak sekolah memang berhasil mencegah kaum Strigoi memasuki tempat ini, tapi mereka payah dalam mencegah kami bertemu satu sama lain. Biarkan aku masuk. Kau harus bersiap-siap.
Aku membutuhkan semenit penuh untuk memahami apa yang dimaksud oleh Mason. Ti
dak. Aku takkan pergi. Ayolah, Mason membujuk sambil mengikutiku masuk kamar. Apa karena kau sedang bertengkar dengan Lissa" Kalian berdua pasti akan berbaikan tidak lama lagi. Kau tak punya alasan untuk berada di sini semalaman. Kalau kau tak mau berada dekat-dekat dengannya, Eddie akan mengumpulkan beberapa orang di kamarnya sesudah pesta.
Jiwaku yang suka bersenang-senang menunjukkan dirinya sedikit. Tidak ada Lissa. Mungkin tidak ada para bangsawan. Yeah"
Melihat diriku sudah mulai terbujuk, Mason nyengir. Aku menatap kedua matanya, dan menyadari betapa dia menyukaiku. Dan lagi-lagi aku bertanya-tanya sendiri. Kenapa aku tak bisa memiliki pacar yang normal" Kenapa aku harus menginginkan mentorku yang seksi dan lebih tua itu mentor yang mungkin akan dipecat gara-gara diriku"
Hanya akan ada para novis, lanjut Mason, sama sekali tidak menyadari apa yang ada di dalam pikiranku. Dan aku punya kejutan untukmu sesampainya di sana.
Apakah kejutannya ada di dalam sebuah botol" Jika Lissa mengabaikan aku, maka aku tak punya alasan untuk tidak mabuk.
Tidak, itu ada di tempat Eddie. Cepatlah berpakaian. Aku tahu kau takkan memakai itu.
Aku menunduk menatap celana jins sobek dan kaus Universitas Oregon yang kupakai. Yeah. Sudah pasti aku tidak akan memakai ini.
Lima belas menit kemudian, kami melintasi alun-alun menuju aula bersama, seraya tertawa-tawa saat mengingat bagaimana teman kami yang sangat ceroboh sudah membuat matanya sendiri lebam dalam latihan minggu ini. Berjalan cepat di atas tanah yang membeku saat memakai sepatu berhak tinggi tidaklah mudah, dan Mason terus-menerus memegangiku agar tidak terjatuh. Bahkan bisa dikatakan dia setengah menyeretku. Hal itu membuat kami tertawa lebih keras. Sebuah perasaan bahagia mulai terbentuk di dalam diriku aku belum sepenuhnya terbebas dari rasa sakit yang disebabkan oleh masalah Lissa, tapi ini awal yang baik. Mungkin aku tidak memiliki Lissa dan teman-temannya, tapi aku punya teman-temanku sendiri. Dan sepertinya aku akan mabuk habis-habisan malam ini yang meskipun bukan jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah, setidaknya akan terasa sangat menyenangkan. Yeah. Hidupku bisa lebih buruk dari sekarang.
Kemudian kami berpapasan dengan Dimitri dan Alberta.
Mereka sedang menuju ke tempat lain seraya membicarakan urusan pengawal. Alberta tersenyum saat melihat kami, menatap kami dengan pandangan memaklumi yang selalu ditunjukkan orang-orang yang lebih tua pada anak-anak muda yang kelihatan sedang bersenang-senang dan bertingkah konyol. Seakan-akan menurutnya kami terlihat imut. Berani-beraninya dia. Kami langsung berhenti, dan Mason memegangi lenganku untuk membantuku menyeimbangkan tubuh.
Mr. Ashford, Miss Hathaway. Aku terkejut mendapati kalian belum berada di aula bersama.
Mason tersenyum bagaikan malaikat kesayangan para guru. Ada sedikit hambatan, Garda Petrov. Kau tahu kan bagaimana para gadis. Selalu ingin terlihat sempurna. Kau pasti sangat paham soal itu.
Biasanya aku akan menyikut Mason karena mengatakan sesuatu sebodoh itu, tapi aku sedang memandangi Dimitri tanpa sanggup berkata-kata. Mungkin yang lebih penting dari semua itu, Dimitri juga sedang memandangiku.
Aku memakai gaun hitam itu, dan semuanya terlihat seperti yang kuharapkan. Bahkan, aku heran Alberta tidak memberiku peringatan mengenai aturan berbusana saat itu juga. Tak ada seorang gadis Moroi pun yang memiliki dada yang sanggup menahan gaun ini. Mawar yang diberikan Victor tergantung pada leherku, dan aku mengeringkan rambut cepat-cepat hingga hanya tergerai seperti yang disukai oleh Dimitri. Aku tidak memakai celana ketat karena tidak ada lagi yang memakai celana ketat dengan gaun seperti ini jadi kakiku kedinginan di atas sepatu berhak tinggi yang kupakai. Semuanya kulakukan demi terlihat cantik.
Dan aku yakin aku terlihat sangat cantik, tapi wajah Dimitri tidak menunjukkan apa pun yang ada dalam pikirannya. Dimitri hanya memandangiku dan terus memandangiku tanpa henti. Mungkin itu sendiri sudah cukup menjelaskan. Aku teringat bahwa Mason bisa dibilang sedang memegangi tanganku, mak
a aku pun menariknya lepas. Mason dan Alberta sudah selesai saling melemparkan lelucon, dan kami pergi ke arah yang berbeda.
Musik menggelegar dari dalam aula bersama saat kami tiba, lampu-lampu Natal dan ugh sebuah lampu disko menjadi satu-satunya sumber cahaya di dalam ruangan yang temaram itu. Tubuh-tubuh yang sedang bergoyang, sebagian besar murid-murid yang lebih muda, memenuhi lantai dansa. Mereka yang seumuran denganku berdiri di tepian ruangan dan tergabung dalam kelompok yang terlalu-keren-untuk-berdansa, menunggu kesempatan untuk menyelinap keluar. Beberapa chaperone, yang terdiri dari para pengawal dan guru-guru Moroi, berpatroli keliling ruangan dan memisahkan para pedansa yang bergoyang terlalu dekat.
Saat aku melihat Kirova yang mengenakan gaun kotak-kotak tanpa lengan, aku berbalik pada Mason dan berkata, Apa kau yakin kita belum bisa minum minuman kerasnya sekarang"
Mason terkekeh dan menarik tanganku lagi. Ayo, saatnya untuk kejutanmu.
Aku membiarkan Mason menuntunku, dan berjalan melintasi ruangan, melewati sekelompok murid baru yang jauh terlalu muda untuk melakukan goyang pinggul yang sedang mereka lakukan. Di mana para chaperone saat kau membutuhkan mereka" Kemudian aku menyadari ke mana Mason hendak mengajakku, sehingga aku langsung menghentikan langkah.
Tidak, aku berkata, bergeming saat Mason menarik tanganku.
Ayolah, ini akan menyenangkan sekali.
Kau berniat membawaku pada Jesse dan Ralf. Satu-satunya cara aku bisa terlihat bersama mereka adalah jika aku membawa benda keras dan membidik ke antara kedua kaki mereka.
Mason menarikku lagi. Tidak lagi. Ayolah.
Dengan ragu-ragu akhirnya aku mulai berjalan, mimpi terburukku akhirnya menjadi kenyataan saat beberapa pasang mata tertuju ke arah kami. Bagus sekali. Semuanya terulang lagi. Awalnya Jesse dan Ralf tidak menyadari keberadaan kami, tapi saat menyadarinya, wajah mereka memperlihatkan ekspresi senang. Pertama mereka melihat tubuh dan gaunku. Hormon testosteron mengambil alih saat gairah lelaki murni terpancar dari wajah mereka. Kemudian sepertinya mereka sadar kalau ini adalah aku dan langsung berubah ketakutan. Keren.
Mason mendorong dada Jesse dengan keras menggunakan ujung jarinya. Baiklah, Zeklos. Katakan padanya.
Jesse tidak mengatakan apa-apa, dan Mason mengulangi gerakan tadi, hanya saja kali ini lebih keras lagi. Katakan padanya.
Tanpa menatap mataku, Jesse bergumam, Rose, kami tahu tak satu pun dari hal itu yang pernah terjadi.
Aku nyaris tersedak tawaku sendiri. Benarkah" Wow. Aku senang sekali mendengarnya. Karena tahukah kau sampai kau mengatakannya, aku selalu berpikir kalau itu memang terjadi. Syukurlah kalian ada di sini untuk meluruskan semuanya dan memberitahuku apa yang sudah atau tidak kulakukan!
Mereka tersentak, dan ekspresi Mason yang semula ringan terlihat lebih serius.
Rose tahu itu, geram Mason. Beritahu sisanya.
Jesse menghela napas. Kami melakukannya karena Mia yang menyuruh.
Dan" tuntut Mason. Dan kami menyesal. Mason berbalik pada Ralf. Aku ingin mendengarnya dari mulutmu, Bocah Besar.
Ralf juga tidak menatapku, tapi dia menggumamkan sesuatu yang samar-samar terdengar seperti sebuah permintaan maaf.
Melihat keduanya mengaku kalah, Mason terdengar lebih riang. Kau belum mendengar bagian terbaiknya.
Aku melirik Mason. Yeah" Seperti bagian di mana kita mengulang waktu dan tak satu pun kejadian ini terjadi"
Hal terbaik kedua. Mason menepuk Jesse lagi. Katakan padanya. Katakan padanya mengapa kau melakukan semua itu.
Jesse mendongak dan bertukar pandangan gelisah dengan Ralf.
Anak-anak, kata Mason, jelas-jelas terlihat senang karena alasan tertentu, kau membuat Hathaway dan aku sangat marah. Katakan padanya mengapa kau melakukannya.
Dengan wajah yang terlihat menyadari bahwa keadaannya tidak mungkin bertambah parah lagi, akhirnya Jesse menatap mataku. Kami melakukannya karena Mia tidur dengan kami. Kami berdua.
BAB DUA PULUH MULUTKU TERNGANGA. Uh & tunggu & apa maksudmu bercinta"
Keterkejutan membuatku tidak bisa memikirkan respons yang lebih baik. Mason menganggapnya sebag
ai sesuatu yang sangat lucu. Jesse kelihatan seperti ingin mati saja.
Tentu saja maksudku itu. Mia bilang dia mau melakukannya jika kami berkata bahwa & kau tahu kan &
Aku mencibir. Kalian berdua tidak, uh, melakukannya pada saat yang bersamaan, kan"
Tidak, jawab Jesse dengan jijik. Ralf terlihat seakan-akan dia tidak keberatan untuk melakukannya.
Ya Tuhan, gumamku seraya menyingkirkan rambut dari depan wajahku. Aku tak percaya dia sangat membenci kami seperti itu.
Hei, seru Jesse, menyadari sindiranku. Apa maksudmu mengatakan semua itu" Kami tidak sejahat itu. Lagi pula kau dan aku kita juga nyaris
Tidak. Kita bahkan tidak nyaris melakukannya. Mason tertawa lagi dan aku menyadari sesuatu. Jika hal ini & jika hal ini terjadi saat itu & berarti dia masih berkencan dengan Aaron.
Ketiga lelaki itu mengangguk.
Oh. Whoa. Mia benar-benar membenci kami. Statusnya baru saja berubah dari gadis-malang-yang-dikhianati-kakak-lelaki-si-cewek menjadi seseorang yang berada dalam teritori sosiopat. Mia tidur dengan kedua lelaki ini dan mengkhianati seorang kekasih yang dipujanya.
Jesse dan Ralf terlihat sangat lega saat kami pergi. Mason mengayunkan lengannya dengan malas ke atas pundakku. Well" Bagaimana menurutmu" Aku keren, kan" Kau boleh mengakuinya. Aku takkan keberatan.
Aku tertawa. Bagaimana kau bisa mengetahui semua itu"
Aku mendapat banyak bantuan. Memakai beberapa ancaman juga. Kenyataan bahwa Mia takkan bisa membalasnya juga cukup membantuku.
Aku ingat Mia mencecarku kemarin lusa. Menurutku dia tidak sepenuhnya putus asa, tapi aku tidak mengatakannya.
Mereka akan menyebarkannya pada semua orang mulai hari Senin, lanjut Mason. Mereka sudah janji. Semua orang akan mengetahuinya saat istirahat.
Kenapa tidak sekarang saja" aku bertanya sambil cemberut. Mereka tidur dengan seorang gadis yang sama. Siksa gadis itu dengan siksaan yang lebih keras daripada mereka berdua.
Yeah. Benar juga. Mereka tidak ingin melakukannya malam ini. Kau bisa mulai menyebarkannya pada orang-orang kalau memang ingin melakukannya. Kita bisa saja membuat spanduk.
Mengingat Mia yang sudah memanggilku dengan sebutan perempuan murahan dan pelacur sebanyak berkali-kali" Bukan ide yang buruk. Apa kau punya spidol dan kertas &
Kata-kataku menghilang saat memandang ke seberang ruang olahraga tempat Lissa berdiri sambil dikelilingi para pengagumnya, lengan Aaron melingkari pinggangnya. Lissa memakai gaun katun anggun berwarna merah muda, jenis merah muda yang takkan pernah cocok untuk kukenakan. Rambut pirangnya diangkat menjadi sanggul dengan menggunakan jepit-jepit kristal kecil. Dia kelihatan seakan-akan memakai mahkota. Putri Vasilisa.
Perasaan yang sama seperti yang tadi kurasakan mengalir lagi kecemasan dan kegembiraan. Lissa tidak terlalu menikmati malam ini.
Ada yang memperhatikan Lissa dari seberang ruangan sambil mengendap-endap dalam kegelapan, Christian. Bisa dibilang dia menyatu dengan bayangan.


Vampire Academy Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hentikan, Mason menegur saat melihatku sedang memandangi Lissa. Jangan khawatirkan dia malam ini.
Sulit untuk melakukannya.
Itu membuatmu terlihat sangat tertekan. Dan dengan gaun itu kau terlalu seksi untuk merasa tertekan. Ayo, itu Eddie.
Mason menyeretku pergi, tapi sebelumnya aku sempat melirik Lissa melalui pundakku untuk terakhir kalinya. Mata kami berpandangan sekilas. Penyesalan terlintas melalui ikatan batin kami.
Namun, aku menyingkirkan Lissa dari kepalaku secara kiasan dan berhasil memasang tampang ceria saat bergabung dengan sekelompok novis lain. Kami mendapat banyak keuntungan dengan menceritakan skandal Mia pada mereka, dan entah terdengar picik atau tidak, melihat namaku akhirnya dibersihkan kembali dan membalas dendam pada Mia, rasanya sangat hebat. Saat orang-orang yang berada satu kelompok dengan kami mulai berpencar dan berbaur dengan yang lain, aku bisa melihat beritanya menyebar dan terus menyebar. Sia-sia saja menunggu hari Senin tiba.
Terserahlah. Aku tak peduli. Aku benar-benar sedang menikmati malam ini. Aku menjadi diriku yang dulu, dan merasa senang melihat diriku ternyata belum kehabis
an kata-kata lucu dan genit. Namun, saat waktu terus berlalu dan pesta Eddie sudah semakin dekat, aku mulai merasa kecemasan Lissa semakin meningkat. Aku mengernyit, berhenti mengobrol dan berbalik, mengamati seluruh ruangan untuk mencarinya.
Di sana. Lissa masih dikelilingi sekelompok orang, masih menjadi matahari di dalam tatasurya mereka. Namun, Aaron bersandar sangat dekat pada Lissa, seraya mengatakan sesuatu di telinganya. Sebuah senyuman yang kukenali sebagai senyuman palsu terpampang pada wajah gadis itu, sedangkan rasa kesal dan cemas yang kurasakan dari diri Lissa semakin meningkat.
Kemudian rasa itu pun memuncak. Mia menghampiri mereka.
Apa pun yang dikatakan Mia pada mereka, dia jelas-jelas tidak membuang waktu untuk mengatakannya. Dengan pandangan mata semua pengagum Lissa tertuju padanya, Mia yang mengenakan gaun merah mini membuat isyarat-isyarat liar, mulutnya bergerak tanpa suara. Aku tak bisa mendengar suara Mia dari seberang ruangan, namun perasaan yang mengalir melalui ikatan batin dengan Lissa terasa semakin kelam.
Aku harus pergi, aku berkata pada Mason.
Aku setengah berjalan dan setengah berlari saat menghampiri Lissa, dan hanya berhasil menangkap bagian akhir cercaan Mia. Mia membentak-bentak Lissa dengan kekuatan penuh sambil membungkuk tepat ke depan wajahnya. Tebakanku, gosip mengenai Jesse dan Ralf yang mengkhianatinya pasti sudah sampai ke telinga Mia.
kau dan teman pelacurmu itu! Aku akan memberitahu semua orang betapa sintingnya dirimu, dan bagaimana mereka terpaksa mengurungmu di dalam klinik karena kau sangat gila. Mereka memberimu obat-obatan. Karena itulah kau dan Rose kabur sebelum ada orang lain yang mengetahui kau menya
Whoa, ini tidak baik. Sama seperti pertemuan pertama kami di kantin, aku merenggut tubuh Mia dan mendorongnya.
Hei, aku berkata. Si teman pelacur ada di sini. Apa kau ingat waktu aku bilang jangan berada terlalu dekat dengannya"
Mia menggeram, mempertontonkan taringnya. Seperti yang kurasakan sebelumnya, aku tak bisa merasa kasihan lagi pada Mia. Dia berbahaya. Dia sudah mengendap-endap untuk membalas dendam padaku. Dan sekarang, entah bagaimana, Mia tahu soal Lissa dan kebiasaannya menyayat tangannya sendiri. Dia juga sungguh-sungguh tahu; bukan hanya asal menebak. Informasi yang dimiliki Mia sekarang seakan-akan dilaporkan langsung oleh para pengawal yang ada di tempat kejadian, sekaligus cerita yang kupaparkan pada mereka mengenai masa lalu Lissa. Mungkin ditambah beberapa informasi rahasia yang hanya dimiliki para dokter juga. Entah bagaimana Mia berhasil mencuri catatan itu.
Lissa menyadarinya juga, dan ekspresi yang terpancar pada wajahnya ketakutan dan rapuh, tak ada lagi perilaku sang putri membuat tekadku bulat. Aku tak peduli kemarin Kirova berkata bahwa dia memberi kebebasan untukku, bahwa aku sudah berperilaku baik, dan bahwa aku bisa menyingkirkan semua kekhawatiran dan berpesta malam ini. Aku akan menghancurkan semuanya di sini, sekarang juga.
Aku benar-benar tidak hebat mengendalikan dorongan hatiku.
Aku meninju Mia sekeras mungkin yang kubisa kurasa lebih keras daripada saat aku meninju Jesse. Aku mendengar suara berderak saat kepalan tanganku mengenai hidung cewek itu, dan darah langsung terciprat. Ada seseorang yang berteriak. Mia memekik dan berlari ke arah beberapa cewek yang menjerit-jerit karena tak mau gaunnya terkena percikan darah. Aku mengejar Mia, sekali lagi meninjunya dengan keras sebelum akhirnya seseorang menarikku menjauh.
Tidak seperti yang terjadi saat mereka membawaku pergi dari kelas Mr. Nagy, kali ini aku tidak melawan. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi saat mengayunkan tinju pada Mia. Aku menghentikan semua tanda perlawanan, dan membiarkan dua pengawal menggiringku keluar sementara Ms. Kirova berusaha menenangkan keadaan. Aku tak peduli apa yang akan mereka lakukan padaku. Tidak lagi. Hukuman atau dikeluarkan. Terserah. Aku sanggup menghadapi
Di depan kami, di antara gelombang deras para murid yang berjalan melewati pintu ganda, aku melihat sosok berwarna merah muda yang berlari keluar ruangan. Lissa. Emosiku yang
di luar kendali sudah mengaburkan emosi Lissa, namun sekarang aku bisa merasakannya lagi, emosinya mengalir padaku. Kehancuran. Keputusasaan. Semua orang mengetahui rahasianya sekarang. Dia harus menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar spekulasi tak berdasar. Segala sesuatunya akan mulai terungkap. Lissa tak sanggup menghadapinya.
Menyadari aku tak bisa ke mana-mana, dengan panik aku mencari sebuah cara untuk menolongnya. Sebuah sosok gelap terlihat olehku. Christian! aku berteriak. Dia sedang memandangi sosok Lissa yang menghilang keluar, tapi langsung mendongak saat aku memanggil namanya.
Salah seorang pengawalku menyuruh diam dan merenggut lenganku. Diamlah.
Aku mengabaikan perempuan itu. Kejar dia, aku berteriak pada Christian. Cepat.
Christian diam saja, dan aku menahan sebuah erangan.
Pergilah, Bodoh! Para pengawal membentak lagi dan menyuruhku diam, namun ada sesuatu di dalam diri Christian yang akhirnya tersadar. Cowok itu bangkit dari posisi duduk malasnya, dan berlari mengikuti Lissa.
Tidak ada seorang pun yang berani macam-macam denganku malam itu. Sudah bisa dipastikan besok aku harus membayarnya dengan mahal aku mendengar obrolan mengenai kemungkinan hukuman, atau bahkan dikeluarkan namun Kirova sedang sibuk menangani Mia yang berdarah dan dewan siswa yang histeris. Para pengawal menggiringku ke kamar, dengan pengawasan ketat ibu asrama yang memberitahuku bahwa dia akan memeriksa kamarku setiap satu jam sekali untuk memastikan aku tetap berada di dalam kamar. Ada beberapa pengawal juga yang akan berjaga-jaga di depan pintu masuk asrama. Ternyata sekarang aku dianggap sebagai ancaman keamanan tingkat tinggi. Mungkin aku sudah merusak rencana pesta Eddie, sekarang dia takkan bisa menyelinapkan sekelompok orang ke kamarnya.
Tanpa memedulikan gaun yang kupakai, aku duduk di lantai kamar, menyilangkan kaki di bawah tubuhku. Aku berusaha meraih Lissa. Sekarang dia sudah lebih tenang. Kejadian di pesta dansa tadi masih menyakitinya, tapi entah bagaimana Christian berhasil menenangkannya. Meskipun, aku tidak tahu apakah itu akibat kata-kata sederhana atau pengaruh fisik. Aku tidak bisa menebaknya. Aku tak peduli selama Lissa merasa lebih baik dan takkan melakukan hal bodoh. Aku kembali ke dalam pikiranku sendiri.
Ya, keadaannya semakin berantakan sekarang. Pengakuan Mia dan Jesse akan membuat seisi sekolah heboh. Aku mungkin akan dikeluarkan dan terpaksa hidup bersama sekelompok perempuan dhampir murahan. Setidaknya Lissa mungkin akan menyadari betapa membosankannya Aaron, dan menyadari bahwa dirinya ingin bersama Christian. Namun, meskipun itu memang hal yang benar untuk dilakukan, tetap saja artinya 3
Christian. Christian. Christian terluka. Aku kembali ke dalam tubuh Lissa, tiba-tiba tersedot masuk akibat kengerian yang menderanya. Lissa dikepung, dikelilingi sekelompok lelaki dan perempuan yang entah datang dari mana. Mereka menerobos masuk ke loteng tempat Lissa dan Christian sedang mengobrol. Cowok itu melompat, api menyala-nyala dari jemarinya. Salah seorang penyusup memukul kepalanya dengan benda keras, membuatnya tersungkur ke lantai.
Aku sungguh-sungguh berharap Christian baik-baik saja, tapi aku tak bisa membuang-buang energi lagi untuk mengkhawatirkannya. Sekarang seluruh ketakutan yang kurasakan hanya untuk Lissa. Aku tak boleh membiarkan hal yang sama terjadi padanya. Aku tak boleh membiarkan mereka menyakiti Lissa. Aku harus menyelamatkan Lissa, mengeluarkannya dari sana. Tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Lissa berada terlalu jauh dariku, dan sekarang aku bahkan tak sanggup membebaskan diri dari dalam kepalanya, apalagi berlari menghampiri dan menyelamatkannya.
Para penyerang itu menghampiri Lissa, memanggilnya Putri, menyuruhnya agar tidak merasa khawatir, dan mengatakan bahwa mereka adalah para pengawalnya. Dan mereka memang terlihat seperti pengawal. Sudah pasti dhampir. Mereka bergerak dengan tepat dan efisien. Namun aku tidak mengenali mereka sebagai pengawal yang disediakan sekolah. Begitu pula dengan Lissa. Para pengawal takkan mungkin menyerang Christian. Dan sudah pasti pengaw
al takkan mengikat dan menyumpal mulut Lissa
Ada sesuatu yang seakan memaksaku keluar dari dalam kepala Lissa, dan aku mengernyit sambil memandang ke sekeliling kamar. Aku harus kembali pada Lissa dan mencari tahu apa yang terjadi. Biasanya hubungan kami memudar atau aku memutuskannya, tapi sekarang sekarang rasanya seperti ada sesuatu yang menarikku lepas. Menarikku kembali ke sini.
Namun itu tidak masuk akal. Apa yang bisa menarikku dari & tunggu.
Pikiranku mendadak kosong.
Aku tak bisa mengingat apa yang barusan sedang kupikirkan. Semua itu menghilang. Seakan-akan otakku mengalami keadaan statis.
Tadi aku sedang berada di mana" Bersama Lissa" Apa yang terjadi pada Lissa"
Aku berdiri dan memeluk tubuhku sendiri, merasa bingung dan berusaha untuk memikirkan apa yang sedang terjadi. Lissa. Ada sesuatu yang terjadi pada Lissa.
Dimitri, sebuah suara dalam kepalaku tiba-tiba berkata. Pergilah pada Dimitri.
Ya. Dimitri. Tiba-tiba saja tubuhku seakan terbakar karena menginginkannya, dan aku ingin bersama Dimitri lebih dari yang kurasakan sebelum ini. Aku tak bisa jauh darinya, Dimitri pasti tahu apa yang harus dilakukan. Dan Dimitri pernah bilang bahwa aku harus menemuinya jika sesuatu terjadi pada Lissa. Sayang sekali aku tidak tahu apa yang salah. Meskipun begitu, aku tahu bahwa Dimitri akan membereskan semuanya.
Pergi ke sayap karyawan yang terdapat di asrama ini tidaklah sulit, karena malam ini mereka ingin memastikan aku tetap berada di dalam. Aku tidak tahu kamar Dimitri yang mana, tapi itu bukan masalah. Ada sesuatu yang menarikku padanya, memaksaku untuk mendekatinya. Sebuah insting mendorongku menuju salah satu pintu yang ada di sana, dan aku mengetuknya dengan keras.
Setelah beberapa saat, Dimitri membukanya, kedua mata cokelatnya melebar saat melihatku.
Rose" Biarkan aku masuk. Ini soal Lissa.
Dimitri langsung bergeser untuk membiarkan aku masuk. Ternyata dia sedang tidur, karena selimutnya terlipat ke satu sisi dan hanya ada lampu kecil yang menyala di tengah kamarnya yang gelap. Selain itu, Dimitri hanya memakai celana piama; dadanya yang belum pernah kulihat sebelumya, dan wow, dadanya kelihatan sangat mengagumkan telanjang. Ujung rambutnya yang berwarna gelap tertekuk di dekat dagunya dan kelihatan lembap, seakan-akan dia baru saja mandi beberapa saat yang lalu.
Si Tangan Sakti 10 Pendekar Rajawali Sakti 177 Siluman Pemburu Perawan Kisah Si Pedang Kilat 5

Cari Blog Ini