Vampire Academy Karya Richelle Mead Bagian 4
Rasa suka Lissa yang memabukkan tadi menghilang, digantikan oleh rasa sakit dan kaget akibat nada suara cowok itu. Aku & apa" Berpura-pura apa &"
Kau tahu apa itu. Hentikan saja. Hentikan sikapmu itu.
Lissa menatap Christian, matanya terbelalak dan tampak terluka. Lissa sama sekali tidak tahu kalau aku memaki-maki Christian semalam. Lissa sama sekali tidak tahu kalau Christian percaya bahwa dia membencinya.
Berhentilah mengasihani dirimu sendiri, dan beritahu kami apa yang sedang terjadi, aku membentaknya. Kau memberitahu mereka atau tidak"
Christian menatapku dengan ekspresi menantang. Tidak. Aku tidak melakukannya.
Aku tak percaya padamu. Aku percaya, kata Lissa.
Aku tahu memang mustahil untuk memercayai bahwa orang aneh sepertiku bisa tutup mulut terutama karena kalian berdua pun tak bisa melakukannya tapi aku punya hal lebih penting untuk dilakukan daripada menyebarkan gosip. Kau ingin seseorang untuk disalahkan" Salahkan saja cowok kesayanganmu itu.
Aku mengikuti tatapan Christian yang mengarah pada Jesse yang sedang menertawai sesuatu bersama Ralf si idiot.
Jesse tidak tahu soal itu, kata Lissa yakin.
Kedua mata Christian terpaku padaku. Ya, dia tahu. Ya kan, Rose" Dia tahu.
Isi perutku seakan terurai keluar dari tubuhku. Ya. Jesse memang tahu. Dia menebaknya malam itu saat sedang bersamaku di ruang duduk. Kupikir dia takkan & kupikir dia takkan memberitahu siapa pun. Dia terlalu takut pada Dimitri.
Kau memberitahu dia" seru Lissa.
Tidak, dia menebaknya. Aku mulai merasa mual.
Sepertinya dia lebih dari sekadar menebak, gumam Christian.
Aku berpaling pada cowok itu. Apa maksudmu"
Oh. Kau tak tahu. Aku bersumpah demi Tuhan, Christian, aku akan mematahkan lehermu setelah kelas berakhir.
Ya ampun, kau ini benar-benar labil. Christian nyaris mengatakannya dengan gembira, tapi ucapannya setelah itu terdengar lebih serius. Christian masih tertawa sinis, masih terlihat marah, tapi saat bicara, aku menyadari kegelisahan samar-samar pada suaranya. Bisa dibilang dia melebih-lebihkan pesan kalian. Dia menambahkan beberapa detail pada kisahnya.
Oh, aku mengerti. Dia bilang kami bercinta. Aku tidak merasa perlu memperhalus ucapanku. Christian mengangguk. Jadi, Jesse berusaha untuk mendongkrak reputasinya sendiri. Oke. Aku bisa menghadapi hal itu. Lagi pula, reputasiku juga tidak bisa dibilang cemerlang. Semua orang sudah terlanjur percaya kalau aku selalu berhubungan seks setiap saat.
Dan, eh, Ralf juga. Katanya kau dan dia
Ralf" Tak peduli seberapa banyak alkohol maupun zat terlarang lainnya yang kuminum, aku takkan pernah mau menyentuhnya.
Aku apa" Aku bercinta juga dengan Ralf"
Christian mengangguk. Bajingan itu! Aku akan Ada lagi. Apa" Apa aku tidur dengan seluruh tim basket"
Dia bilang mereka berdua bilang kau membiarkan mereka & well, kau membiarkan mereka meminum darahmu.
Bahkan aku pun muak mendengarnya. Meminum darah selama bersetubuh. Yang terkotor dari yang paling kotor. Menjijikkan. Lebih dari sekadar gampangan atau bahkan perempuan jalang. Berjuta-juta kali lebih parah daripada kenyataan bahwa Lissa meminum darahku demi kelangsungan hidupnya. Ini sudah berhubungan dengan masalah pelacur darah.
Itu gila! jerit Lissa. Rose takkan pernah Rose"
Tapi aku sudah tidak mendengarkan lagi. Aku sudah berada di dalam duniaku sendiri, dunia yang membawaku berjalan melintasi kelas menuju tempat Jesse dan Ralf duduk. Mereka berdua mendongak, wajah mereka terlihat setengah angkuh dan setengah & gugup, menurut tebakanku. Tidak terlalu mengherankan, karena mereka berdua berbohong habis-habisan.
Seisi kelas langsung terdiam. Sepertinya mereka sudah menantikan sebuah perkelahian. Reputasi labilku sedang beraksi.
Apa yang sudah kalian lakukan" aku bertanya dengan suara rendah yang terdengar mengancam.
Tatapan gugup Jesse berubah menjadi tatapan ngeri. Jesse mungkin memang
lebih tinggi dariku, tapi kami berdua sama-sama tahu siapa yang akan menang jika aku berubah menjadi ganas. Meskipun begitu, Ralf tersenyum sombong padaku.
Kami tidak melakukan apa pun yang tidak kauizinkan. Senyumnya berubah menjadi kejam. Dan jangan berpikir untuk menyentuh kami. Kalau kau memulai sebuah perkelahian, maka Kirova akan menendangmu keluar dari sini untuk hidup bersama para pelacur darah lainnya.
Murid-murid lain menahan napas, menunggu apa yang hendak kami lakukan selanjutnya. Aku tidak mengerti bagaimana Mr. Nagy menyukai drama yang terjadi selama kelasnya berlangsung.
Aku ingin meninju mereka berdua, memukul mereka dengan sangat keras hingga membuat kegarangan Dimitri terhadap Jesse akan terlihat seperti tepukan di punggung. Aku ingin menghapus cengiran itu dari wajah Ralf.
Namun, terlepas dari bajingan atau bukan, Ralf benar. Jika aku menyentuh mereka, Kirova akan mengeluarkanku hanya dalam sekejap mata. Dan jika aku ditendang keluar dari sini, maka Lissa akan sendirian. Seraya menghela napas dalam, aku pun membuat sebuah keputusan tersulit dalam hidupku.
Aku berjalan pergi meninggalkan mereka.
Sisa hari itu sangat mengenaskan. Karena mundur dari perkelahian, aku menjadi sasaran empuk hinaan dari semua orang. Kabar burung dan bisikan-bisikan itu semakin kencang bertiup. Orang-orang menatapku dengan terang-terangan. Mereka menertawakanku. Lissa berusaha untuk bicara padaku, untuk menghiburku, tapi bahkan dia pun kuabaikan. Aku menjalani sisa kelasku bagaikan zombie, lalu aku menyelesaikan latihan bersama Dimitri secepat mungkin yang kubisa. Mentorku itu menatap dengan heran, tapi tidak mengajukan pertanyaan apa pun.
Kemudian, saat sendirian di kamar, aku menangis untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun. Setelah mengeluarkan semua emosi itu, terdengar ketukan di pintu kamarku. Aku baru saja hendak berganti pakaian dengan piama. Dimitri. Dia mengamati wajahku, lalu berpaling, jelas-jelas menyadari aku baru saja menangis. Aku juga menyadari kalau kabar burung itu akhirnya tiba juga di telinganya. Dimitri sudah tahu.
Apa kau baik-baik saja"
Perasaanku tidak penting kan, kau ingat" aku mendongak menatapnya. Apa Lissa baik-baik saja" Hal ini akan terasa lebih berat untuknya.
Suatu tatapan ganjil melintasi wajahnya. Kurasa dia terpana karena aku masih mengkhawatirkan Lissa di saat-saat seperti ini. Dimitri menyuruhku untuk mengikutinya dan membimbingku keluar menuju sebuah tangga belakang, tangga yang biasanya selalu terkunci untuk para murid. Namun, malam ini pintunya tak terkunci, dan Dimitri memberi isyarat agar aku keluar. Lima menit, dia memperingatkan.
Merasa lebih penasaran dari sebelumnya, aku melangkah keluar. Lissa berdiri di sana. Seharusnya aku bisa merasakan kalau dia ada di dekatku, tapi perasaanku yang sedang tak terkendali sudah menutupi semua itu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Lissa memelukku selama beberapa saat. Aku harus menahan diri agar tidak menangis lagi. Saat kami melepaskan pelukan, Lissa menatapku dengan tenang dan mantap.
Maafkan aku, kata Lissa.
Bukan salahmu. Semua ini akan berlalu.
Lissa terlihat sangat meragukan hal itu. Begitu pula denganku.
Ini memang salahku, kata Lissa. Cewek itu melakukannya untuk membalasku.
Cewek itu" Mia. Jesse dan Ralf tidak cukup pintar untuk memikirkan sesuatu seperti itu sendirian. Kau sendiri pernah bilang: Jesse terlalu takut pada Dimitri untuk bicara banyak mengenai apa yang sudah terjadi. Dan kenapa dia harus menunggu sampai sekarang" Kejadiannya sudah cukup lama berlalu. Kalau Jesse memang ingin menyebarkan gosip, dia pasti akan melakukannya saat itu juga. Mia melakukan ini sebagai pembalasan atas ucapanmu mengenai orangtuanya. Aku tidak tahu bagaimana dia melakukannya, tapi Mia-lah yang membuat mereka mengatakan semua itu.
Dalam hati, aku sadar kalau apa yang dikatakan Lissa memang benar. Jesse dan Ralf cuma alat; Mia-lah dalangnya.
Tak ada yang bisa kita lakukan sekarang, aku berkata sambil menghela napas.
Rose Lupakan saja, Liss. Semua sudah terjadi, oke"
Selama beberapa saat, Lissa mengamatiku tanpa me
ngatakan apa-apa. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu menangis.
Aku tidak menangis. Rasa sakit hati dan simpati mengalir melalui ikatan batin di antara kami.
Dia tak boleh melakukan ini padamu, bantah Lissa.
Aku tertawa pahit, setengah terkejut oleh ketidakberdayaanku sendiri.
Dia sudah melakukannya. Dia bilang akan balas dendam padaku, sehingga aku takkan bisa melindungimu. Dia sudah melakukannya. Saat aku kembali ke kelas & Rasa mual bergelung di perutku. Aku memikirkan teman-teman dan rasa hormat yang sudah kuperjuangkan dengan susah payah, meksipun kami berusaha untuk tidak menarik perhatian. Semua itu akan menghilang. Kau takkan bisa pulih dari sesuatu yang seperti ini. Tidak jika kau berada di tengah kaum Moroi. Sekali kau menjadi pelacur darah, maka kau akan menjadi pelacur darah untuk selamanya. Yang menjadikan semua ini semakin buruk adalah adanya bagian gelap, bagian tersembunyi diriku yang memang suka digigit.
Seharusnya kau tidak perlu selalu melindungiku, kata Lissa.
Aku tertawa. Itu tugasku. Aku akan menjadi pengawalmu.
Aku tahu, tapi maksudku adalah hal-hal seperti ini. Kau tidak boleh menderita karena aku. Kau tidak usah selalu menjagaku. Tapi kau selalu melakukannya. Kau membawaku keluar dari tempat ini. Kaulah yang mengurus semuanya saat kita hidup berdua di luar sana. Bahkan sejak kita kembali & kaulah yang melakukan segala sesuatunya. Setiap kali aku terpuruk seperti tadi malam kau selalu ada. Sedangkan aku, aku orang yang lemah. Aku tidak seperti dirimu.
Aku menggelengkan kepala. Semua itu bukan masalah. Itulah tugasku. Aku tidak keberatan.
Yeah, tapi lihat apa yang sekarang terjadi. Akulah yang benar-benar dibencinya meskipun sampai sekarang aku masih tak tahu kenapa. Terserahlah. Semua itu harus dihentikan. Mulai sekarang aku akan melindungimu.
Ada tekad kuat yang tergambar pada wajah Lissa, sebuah rasa percaya diri hebat yang terpancar sehingga mengingatkanku akan Lissa yang kukenal sebelum kecelakaan terjadi. Pada saat bersamaan, aku bisa merasakan sesuatu yang lain pada dirinya sesuatu yang lebih gelap, sebuah amarah yang terpendam jauh di lubuk hatinya yang terdalam. Aku juga sudah pernah melihat sisi ini pada diri Lissa, dan aku tidak menyukainya. Aku tidak mau Lissa menyerah pada perasaan itu. Aku hanya ingin dia selamat.
Lissa, kau tak bisa melindungiku.
Bisa, Lissa berkata tegas. Ada satu hal yang sangat diinginkan Mia melebihi keinginannya untuk menghancurkan kau dan aku. Dia ingin diterima. Dia ingin bergaul dengan para bangsawan dan merasa sebagai bagian dari mereka. Aku bisa mengambil semua itu darinya. Lissa tersenyum. Aku bisa mengubah mereka agar memusuhinya.
Bagaimana caranya" Dengan menyuruh mereka. Kedua mata Lissa berkilat.
Pikiranku berjalan terlalu lambat malam ini. Aku butuh beberapa saat untuk menangkap maksud Lissa. Liss tidak. Kau tak boleh menggunakan kompulsi. Tidak di sekitar sini.
Aku juga sebaiknya memanfaatkan kekuatan bodoh ini.
Semakin sering dia menggunakannya, maka akan semakin parah. Hentikan dia, Rose. Hentikan dia sebelum mereka menyadarinya, sebelum mereka menyadari dan membawanya pergi juga. Bawa dia pergi dari sini.
Liss, kalau kau tertangkap
Dimitri menjulurkan kepalanya keluar. Kau harus segera kembali, Rose, sebelum ada orang yang menemukanmu.
Aku menatap Lissa dengan panik, tapi dia sudah berjalan pergi.
Kali ini aku yang akan mengurus semuanya, Rose. Semuanya.
BAB TIGA BELAS DAMPAK KEBOHONGAN YANG DISEBARKAN OLEH JESSE DAN Ralf ternyata memang seburuk yang sudah kubayangkan. Satu-satunya cara aku bisa bertahan dari semua itu adalah dengan memasang kacamata kuda, dengan mengabaikan semua orang dan semua hal. Semua itu membantuku agar tetap waras hampir tapi aku membencinya. Aku merasa ingin menangis setiap saat. Aku kehilangan napsu makan dan tidak bisa tidur nyenyak.
Namun, tidak peduli betapa parahnya semua itu terasa untukku, aku tidak terlalu mengkhawatirkan diriku seperti aku mengkhawatirkan Lissa. Lissa berkukuh pada janjinya untuk mengubah semua hal. Awalnya perlahan, tapi sedikit demi sedikit, aku bisa
melihat satu atau dua orang bangsawan yang menghampiri Lissa saat sedang istirahat makan atau di dalam kelas hanya untuk menyapanya. Lissa memasang senyum cemerlang, tertawa dan bicara seakan-akan mereka bersahabat baik.
Awalnya aku tidak mengerti bagaimana Lissa melakukannya. Lissa bilang dia akan menggunakan kompulsi untuk memenangkan hati para bangsawan dan membuat mereka berpaling dari Mia. Tapi aku tidak melihat hal itu terjadi. Mungkin saja, tentunya, Lissa memenangkan hati mereka tanpa kompulsi. Lagi pula, Lissa adalah orang yang humoris, pintar, dan ramah. Semua orang akan menyukainya. Aku punya firasat bahwa Lissa tidak memenangkan hati teman-temannya dengan menggunakan cara kuno seperti itu, dan akhirnya aku pun mengetahui jawabannya.
Lissa menggunakan kompulsi saat aku sedang tidak ada di dekatnya. Aku hanya bertemu Lissa sebentar setiap harinya, dan karena dia tahu aku tidak menyetujuinya, Lissa hanya menggunakan kekuatan itu saat aku sedang tidak ada di sampingnya.
Setelah Lissa menggunakan kompulsi secara diam-diam selama beberapa hari, aku tahu apa yang harus kulakukan: aku harus kembali ke dalam pikiran Lissa lagi. Dengan sengaja. Aku sudah pernah melakukannya; maka aku pasti bisa melakukannya lagi.
Setidaknya itulah yang kukatakan pada diri sendiri saat sedang duduk sambil melamun di kelas Stan. Tapi ternyata masuk ke pikiran Lissa tidak semudah yang kusangka, terutama karena aku terlalu tegang untuk bisa membuka diri terhadap pikiran-pikiran Lissa. Aku juga mendapatkan kesulitan karena memilih waktu saat Lissa merasa cukup tenang. Lissa bisa terbaca dengan sangat jelas saat emosinya sedang berlarian ke sana kemari dengan tak terkendali.
Meskipun begitu, aku mencoba hal yang dulu kulakukan, saat memata-matai Lissa dan Christian. Dengan cara bermeditasi. Bernapas perlahan. Memejamkan kedua mata. Memusatkan pikiran seperti itu masih sulit, tapi akhirnya aku berhasil. Aku menyelinap ke dalam benak Lissa dan merasakan dunia ini sebagai dirinya. Dia sedang berdiri di kelas Sastra Amerika, saat itu adalah waktu untuk mengerjakan proyek, tapi, seperti sebagian besar murid lainnya, dia tidak mengerjakannya. Lissa dan Camille Conta sedang bersandar pada sebuah dinding di ujung kelas sambil bicara dengan suara pelan.
Menjijikkan, kata Camille dengan tegas, wajah cantiknya mengernyit. Camille memakai rok berwarna biru yang terbuat dari bahan yang menyerupai beledu, cukup pendek untuk memamerkan kaki panjangnya, dan mungkin akan menuai kerlingan mata mengenai aturan berbusana. Kalau kalian memang melakukannya, aku tidak heran dia jadi kecanduan dan melakukannya bersama Jesse.
Dia tidak melakukannya bersama Jesse, tegas Lissa. Dan kami juga tidak bercinta. Kami hanya tidak punya donor, itu saja. Lissa memusatkan seluruh perhatiannya pada Camille dan tersenyum. Sama sekali bukan masalah besar. Reaksi semua orang terlalu berlebihan.
Camille terlihat sangat meragukan perkataan Lissa, namun semakin dalam dia menatap gadis itu, maka kedua matanya terlihat semakin tidak fokus. Kedua mata Camille menatap kosong.
Benar, kan" tanya Lissa, suaranya terdengar bagaikan sutra. Sama sekali bukan masalah besar.
Kerutan pada wajah Camille kembali lagi. Dia berusaha melawan kompulsi. Kenyataan bahwa kekuatan Lissa bisa sampai sejauh ini saja sudah sangat mengagumkan. Seperti yang dikatakan oleh Christian, menggunakan kompulsi pada sesama Moroi merupakan sesuatu yang tidak pernah terdengar sebelumnya. Camille, meskipun cukup keras kepala, akhirnya kalah. Yeah, dia berkata perlahan. Sama sekali bukan masalah besar.
Dan Jesse berbohong. Camille mengangguk. Pasti berbohong.
Benak Lissa menegang saat dia berusaha mempertahankan kompulsi tersebut. Kekuatan ini membutuhkan banyak tenaga, dan Lissa belum selesai melakukannya.
Kalian punya acara apa nanti malam"
Aku dan Carly akan belajar untuk ujian Mattheson di kamar Carly.
Aku ikut, ya" Camille memikirkannya. Hei, apa kau mau belajar bersama kami"
Tentu, Lissa berkata seraya tersenyum. Camille membalas senyumannya. Lissa menyudahi kompulsi, dan gelombang r
asa pusing menyapunya. Lissa merasa lemah. Camille melirik ke sekeliling, sesaat merasa terkejut, lalu dia menyingkirkan perasaan aneh tersebut. Kalau begitu, sampai ketemu setelah makan malam nanti.
Sampai ketemu, gumam Lissa seraya memperhatikan Camille pergi.
Saat cewek itu tidak terlihat lagi, Lissa mengikat rambutnya menjadi ekor kuda. Jemarinya tidak berhasil mengumpulkan seluruh rambut, lalu tiba-tiba, ada sepasang tangan lain yang memegangi dan membantunya mengikat rambut. Lissa berbalik dan mendapati dirinya sedang bertatapan dengan mata biru dingin Christian. Lissa menarik diri menjauhi cowok itu.
Jangan lakukan itu! seru Lissa, tubuhnya menggigil saat menyadari bahwa jemari Christian-lah yang sudah menyentuhnya.
Christian memberi Lissa senyuman malas dan sedikit miring yang menjadi ciri khasnya, lalu menyingkirkan beberapa helai rambut hitam acak-acakan dari wajahnya sendiri. Apa kau meminta baik-baik atau menyuruhku"
Diamlah. Lissa melirik ke sekelilingnya, untuk menghindari tatapan Christian sekaligus memastikan tidak ada orang lain yang melihat mereka bersama-sama.
Ada masalah apa" Khawatir mengenai pendapat para budakmu jika mereka melihatmu sedang bicara denganku"
Mereka teman-temanku, jawab Lissa.
Oh. Benar. Tentu saja mereka temanmu. Maksudku, dari hasil pengamatanku, Camille mungkin bersedia untuk melakukan apa pun untukmu, ya kan" Sahabat sampai mati. Christian bersedekap, dan terlepas dari amarah yang dirasakannya, Lissa tak sanggup menahan diri untuk menyadari bahwa kaus berwarna abu keperakan yang dipakai Christian menonjolkan rambut hitam dan mata birunya.
Setidaknya Camille tidak sepertimu. Dia tidak berpura-pura menjadi temanku, lalu tiba-tiba mengabaikan aku tanpa alasan jelas.
Sebuah ekspresi ragu sekilas terlintas pada wajah cowok itu. Ketegangan dan amarah di antara mereka meningkat selama satu minggu kemarin. Christian memercayai ucapanku dan tidak pernah bicara dengan Lissa lagi. Christian juga memperlakukan Lissa dengan kasar setiap kali gadis itu berusaha memulai pembicaraan. Sekarang, terluka dan bingung, Lissa sudah menyerah untuk bersikap baik kepada Christian. Keadaannya semakin buruk.
Saat menatap melalui mata Lissa, aku bisa melihat bahwa Christian masih peduli pada gadis itu dan masih menginginkannya. Namun, harga dirinya sudah terluka, dan dia tidak bermaksud untuk memperlihatkan kelemahannya.
Oh ya" Christian berkata dengan suara rendah dan kejam. Kupikir begitulah seharusnya semua bangsawan bertingkah laku. Sudah jelas kau melakukannya dengan sangat baik. Atau mungkin kau hanya menggunakan kompulsi agar aku berpikir kau adalah perempuan jalang bermuka dua. Mungkin kau memang tidak seperti itu. Tapi aku meragukannya.
Wajah Lissa memerah saat mendengar kata kompulsi dan menatap sekeliling dengan cemas lagi tapi dia memutuskan tidak akan membuat Christian puas dengan terus berdebat dengannya. Lissa hanya memelototi cowok itu sebelum akhirnya bergegas pergi dan bergabung dengan kelompok bangsawan yang sedang berkutat mengerjakan tugas.
Aku kembali ke dalam pikiranku sendiri, dan menatap kosong ke sekeliling kelas, berusaha mencerna apa yang baru saja kulihat. Ada sebagian kecil, sangat kecil, dari diriku yang mulai merasa iba pada Christian. Tapi, hanya bagian yang sangat kecil, dan sangat mudah untuk diabaikan.
Keesokan paginya, aku pergi menemui Dimitri. Sekarang latihan-latihan ini menjadi bagian kesukaanku dalam satu hari, sebagian disebabkan oleh perasaan bodohku yang naksir lelaki itu dan sebagian lagi karena aku tidak perlu berada di dekat orang lain.
Seperti biasa, aku dan Dimitri memulai latihan dengan berlari. Dia ikut berlari bersamaku sambil memberi petunjuk-petunjuk dengan pelan dan nyaris lembut. Mungkin Dimitri khawatir akan membuatku menderita tekanan jiwa. Entah bagaimana, dia mengetahui kabar burung itu, tapi dia tidak pernah membahasnya.
Saat kami selesai lari, Dimitri membimbingku untuk melakukan latihan bertempur, dan aku diperbolehkan menggunakan senjata apa pun yang bisa kutemukan untuk menyerangnya. Di luar dugaan, aku berhasil mendarat
kan beberapa pukulan pada mentorku, meskipun sepertinya pukulan-pukulan itu terasa lebih menyakitkan untukku daripada Dimitri. Dampaknya selalu membuat tubuhku terhuyung-huyung, sedangkan tubuh Dimitri tetap bergeming. Namun, hal itu tidak menghentikanku untuk terus menyerang, berkelahi dengan kemarahan yang nyaris membabi-buta. Aku tidak tahu siapa yang sesungguhnya kuserang saat itu: Mia, Jesse, atau Ralf. Mungkin mereka semua sekaligus.
Akhirnya Dimitri menyuruhku beristirahat. Kami mengembalikan peralatan yang kami gunakan ke ruang penyimpanan. Saat itu, Dimitri melirik ke arahku dan terdiam sejenak.
Tanganmu. Dimitri mengumpat dalam bahasa Rusia. Sekarang aku sudah bisa mengenali umpatan-umpatannya, tapi dia menolak untuk memberitahu artinya. Di mana sarung tanganmu"
Aku menunduk menatap kedua tanganku yang sudah menderita selama berminggu-minggu, dan sekarang keadaannya semakin parah. Kulitnya menjadi rapuh dan terkelupas akibat kedinginan, dan ada sebagian yang berdarah. Luka lecetnya bengkak. Aku tak punya sarung tangan. Aku tak pernah membutuhkannya saat di Portland.
Dimitri mengumpat lagi dan menyuruhku untuk duduk di kursi sementara dia mengambil kotak obat. Dimitri mengelap darah dengan kain basah dan berkata dengan kasar, Kami akan memberimu beberapa pasang.
Aku menunduk menatap tanganku yang terluka saat Dimitri mengobatinya. Ini baru permulaan, ya kan"
Permulaan apa" Aku. Berubah menjadi Alberta. Dia & dan para pengawal perempuan lain. Mereka semua tangguh dan semacamnya. Berkelahi, berlatih, dan selalu berada di luar ruangan mereka sudah tidak bisa dibilang cantik lagi. Aku berhenti sejenak. Hidup & hidup ini. Hidup ini menghancurkan mereka. Maksudku, penampilan mereka.
Dimitri ragu sejenak dan mendongak dari tanganku. Kedua mata cokelat hangat itu mengamatiku, dan dadaku terasa sesak. Sialan. Aku harus menghentikan emosi yang kurasakan setiap berada di dekatnya. Itu takkan terjadi padamu. Kau terlalu & Dimitri meraba-raba kata yang tepat, dan dalam hati aku menebak-nebak semua kemungkinan. Seperti dewi. Sangat seksi. Dimitri menyerah, dan hanya berkata, Hal itu takkan terjadi padamu.
Dimitri kembali memusatkan perhatian pada tanganku. Apakah dia & apakah dia berpikir kalau aku cantik" Aku tidak pernah meragukan reaksi yang kutimbulkan pada laki-laki yang seumuran denganku, tapi dengan Dimitri, aku tidak yakin. Rasa sesak yang kurasakan pada dadaku terus meningkat.
Hal itu terjadi pada ibuku. Dulu dia cantik. Kurasa sekarang pun dia masih cantik, bisa dibilang begitu. Tapi tidak seperti dulu. Dengan pahit aku menambahkan, Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Bisa saja penampilannya sekarang sudah berubah sepenuhnya.
Kau tidak seperti ibumu, kata Dimitri.
Kau memperhatikannya, eh"
Bisa dibilang kau bahkan tidak mengenalnya.
Justru itu inti permasalahannya. Dia menelantarkan aku. Dia meninggalkan aku untuk diurus oleh Akademi.
Setelah selesai membersihkan luka terbuka pada tanganku, Dimitri menemukan sebotol salep dan mulai menggosokkannya pada kulitku yang kasar. Aku nyaris terlena saat tangan Dimitri memijat tanganku.
Kau bisa bilang begitu & tapi apa lagi yang bisa dilakukannya" Aku tahu kau ingin menjadi seorang pengawal. Aku tahu betapa berartinya hal itu untukmu. Apa menurutmu dia merasakan sesuatu yang berbeda" Apa menurutmu dia seharusnya berhenti menjadi pengawal padahal pada akhirnya kau memang akan menghabiskan sebagian besar waktumu di Akademi"
Aku benci saat orang lain mengajukan argumen yang terdengar masuk akal. Apa kau berusaha bilang kalau aku adalah orang yang munafik"
Aku hanya berusaha bilang mungkin kau seharusnya tidak terlalu keras pada ibumu. Dia seorang dhampir yang sangat dihormati. Dia sudah membuka jalanmu untuk mengikuti jejaknya.
Dia tidak akan mati kalau lebih sering mengunjungiku, aku menggerutu. Tapi kurasa kau benar. Sedikit. Kurasa keadaannya bisa saja lebih parah dari ini. Bisa saja aku dibesarkan oleh para pelacur darah.
Dimitri mendongak. Aku dibesarkan dalam sebuah komune dhampir. Mereka tidak seburuk yang kauduga.
Oh. Ti ba-tiba saja aku merasa bodoh. Aku tidak bermaksud
Tak apa-apa. Dimitri memusatkan perhatiannya lagi pada tanganku.
Jadi, apa kau punya keluarga di sana" Yang membesarkanmu"
Dimitri mengangguk. Ibu dan dua saudara perempuan. Aku jarang bertemu mereka setelah masuk sekolah, tapi kami masih terus berhubungan. Sering kali, komunitas-komunitas seperti itu mengutamakan kekeluargaan. Di sana ada banyak kasih sayang, tak peduli kisah apa pun yang pernah kaudengar.
Kepahitan yang kurasakan kembali lagi, dan aku menundukkan pandangan. Dimitri memiliki kehidupan keluarga yang lebih bahagia bersama ibunya yang dianggap biasa daripada yang kumiliki bersama ibuku yang merupakan seorang pengawal terhormat. Sudah jelas Dimitri lebih mengenal ibunya daripada aku mengenal ibuku.
Yeah, tapi & apa itu tidak terasa aneh" Bukankah ada banyak laki-laki Moroi yang berkunjung untuk, kau tahu kan &."
Tangan Dimitri menggosok-gosok tanganku dalam gerakan memutar. Kadang-kadang.
Ada sesuatu yang terasa berbahaya dalam nada suara Dimitri, seolah-olah memberitahuku bahwa ini adalah topik terlarang. Aku maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk mengungkit-ungkit sesuatu yang buruk &.
Sebenarnya & mungkin kau takkan menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk, Dimitri berkata setelah hampir satu menit penuh berlalu. Seulas senyum tipis terbentuk pada bibirnya. Kau tidak mengenal ayahmu, ya kan"
Aku menggeleng. Tidak. Yang kutahu dia pasti punya rambut yang sangat keren.
Dimitri mendongak, dan kedua matanya menatapku. Ya. Rambutnya pasti bagus. Saat kembali memperhatikan tanganku, Dimitri berkata dengan hati-hati, Aku mengenal ayahku.
Aku membeku. Benarkah" Sebagian besar laki-laki Moroi tidak pernah tinggal maksudku, ada beberapa yang melakukannya, tapi kau tahu kan, biasanya mereka hanya
Well, dia menyukai ibuku. Dimitri tidak mengatakan menyukai dengan nada yang bersahabat. Dan dia sering mengunjungi ibuku. Dia adalah ayah dari adik-adikku juga. Tapi saat dia datang & well, dia tidak memperlakukan ibuku dengan baik. Dia sering melakukan beberapa hal yang mengerikan.
Seperti & Aku ragu-ragu. Kami sedang membicarakan ibu Dimitri. Aku tidak tahu bisa sejauh apa aku bicara. Hal-hal yang biasa dilakukan para pelacur darah"
Hal-hal seperti memukulinya hingga babak belur, Dimitri menjawab dengan datar.
Dimitri sudah selesai memasang perban, tapi dia masih memegangi tanganku. Aku bahkan tidak tahu apakah dia menyadarinya atau tidak. Yang jelas aku menyadarinya. Tangan Dimitri yang besar terasa hangat, dengan jemari yang panjang dan anggun. Jemari yang mungkin pernah memainkan piano dalam kehidupan lain.
Ya Tuhan, aku berkata. Mengerikan sekali. Aku mempererat genggamanku pada tangannya. Dimitri meremas tanganku juga. Itu mengerikan sekali. Dan dia & dia membiarkan semua itu terjadi begitu saja"
Ya. Sudut mulut Dimitri membentuk senyuman sedih. Tapi aku tidak.
Rasa penasaran mengaliri tubuhku. Katakan padaku, katakan padaku kalau kau menghabisi bajingan itu.
Senyum Dimitri mengembang. Aku memang menghabisinya.
Wow. Aku tidak pernah menduga Dimitri bisa terlihat lebih keren lagi, tapi ternyata aku salah. Kau menghabisi ayahmu sendiri. Maksudku, semua itu sangat mengerikan & maksudku semua yang sudah terjadi. Tapi, wow. Kau memang sungguh-sungguh seorang dewa.
Dimitri mengerjap. Apa"
Uh, bukan apa-apa. Aku buru-buru mengganti topik pembicaraan. Waktu itu berapa umurmu"
Sepertinya Dimitri masih memikirkan komentar soal dewa tadi. Tiga belas.
Whoa. Jelas-jelas seorang dewa. Kau memukuli ayahmu sampai babak belur waktu kau masih tiga belas tahun"
Tidak terlalu sulit. Tubuhku lebih besar, dan tinggi kami nyaris sama. Aku tidak bisa membiarkannya terus melakukan itu. Dia harus sadar bahwa menjadi bangsawan Moroi bukan berarti dia bisa melakukan apa pun yang diinginkannya pada orang lain bahkan pada pelacur darah sekalipun.
Aku memandanginya. Aku tak percaya Dimitri baru saja mengatakan hal seperti itu mengenai ibunya. Aku menyesal mendengarnya.
Tak masalah. Beberapa hal mulai terbentuk dengan jelas da
lam benakku. Karena itulah kau sangat marah mengenai kejadian Jesse, ya kan" Dia hanyalah seorang bangsawan lain yang berusaha mengambil keuntungan dari seorang gadis dhampir.
Dimitri mengalihkan pandangan. Kejadian itu membuatku kesal karena banyak alasan. Lagi pula, kau sudah melanggar aturan, dan &
Dimitri tidak menyelesaikan ucapannya, namun dia memandang lurus ke dalam mataku sehingga menimbulkan kehangatan di antara kami berdua.
Sayangnya, memikirkan Jesse langsung merusak suasana hatiku. Aku menunduk. Aku tahu kau sudah dengar apa yang dikatakan oleh orang-orang, bahwa aku
Aku tahu semua itu tidak benar, sela Dimitri.
Jawaban Dimitri yang tergesa dan mantap membuatku terkejut, dan dengan bodohnya aku mempertanyakan hal tersebut. Yeah, tapi bagaimana kau
Karena aku mengenalmu, Dimitri menjawab dengan yakin. Aku mengenal sifatmu. Aku tahu kau akan menjadi pengawal yang baik.
Kepercayaan yang ditunjukkan Dimitri membuat kehangatan itu kembali. Aku senang ada seseorang yang merasa seperti itu. Yang lain berpikir aku sama sekali tidak bertanggung jawab.
Kau lebih mengkhawatirkan Lissa daripada dirimu sendiri &. Dimitri menggelengkan kepala. Tidak. Kau memahami tanggung jawabmu sebagai pengawal lebih baik daripada pengawal yang umurnya dua kali lebih tua darimu. Kau sanggup melakukan apa pun agar bisa berhasil.
Aku memikirkan ucapannya. Aku tidak yakin apa aku sanggup.
Dimitri melakukan kebiasaannya yang terlihat keren itu: mengangkat sebelah alis.
Aku tak mau memotong rambutku, jelasku.
Dimitri terlihat bingung. Kau tak perlu memotong rambutmu. Itu bukan keharusan.
Semua pengawal perempuan melakukannya, untuk memamerkan tato mereka.
Tanpa terduga, Dimitri melepas tanganku lalu membungkuk ke arahku. Perlahan-lahan, Dimitri mengulurkan tangan, menggenggam beberapa helai rambutku, dan memelintirnya pada satu jari dengan serius. Tubuhku membeku. Dan selama sesaat, bagiku tak ada hal lain yang terjadi di dunia ini selain tangan Dimitri yang sedang menyentuh rambutku. Dimitri melepas rambutku, wajahnya terlihat agak kaget dan malu atas apa yang baru saja dilakukannya.
Jangan potong rambutmu, kata Dimitri dengan serak.
Entah bagaimana, aku teringat bagaimana caranya berbicara lagi. Tapi takkan ada yang melihat tatoku jika aku tidak memotong rambut.
Dimitri berjalan menuju pintu, sebuah senyuman terlihat bermain-main pada kedua bibirnya. Ikat rambutmu ke atas.
BAB EMPAT BELAS AKU TERUS MEMATA-MATAI LISSA selama beberapa hari berikutnya, dan agak merasa bersalah setiap kali melakukannya. Lissa selalu kesal ketika mengetahui bahwa aku memasuki pikirannya walau tanpa sengaja; dan sekarang aku malah melakukannya dengan sengaja. Dengan mantap, aku memperhatikan Lissa membaur kembali dengan kaum bangsawan pemegang kekuasaan. Dia tidak bisa menggunakan kompulsi pada kelompok, namun melakukannya perorangan juga tetap efektif, hanya saja lebih lambat. Dan sesungguhnya, banyak orang yang tidak perlu dipaksa untuk mau bergaul dengan Lissa lagi. Banyak dari mereka yang pemikirannya tidak sedangkal yang terlihat di permukaan; mereka ingat siapa diri Lissa yang sebenarnya dan mereka menyukainya apa adanya. Mereka berkerumun di dekat Lissa, dan sekarang, satu setengah bulan setelah kepulangan kami ke Akademi, rasanya seakan-akan Lissa tidak pernah meninggalkan tempat ini. Dan selama kebangkitannya kembali ke puncak, Lissa menunjukkan dukungannya untukku dan menentang Mia serta Jesse.
Suatu pagi, aku memasuki pikiran Lissa saat dia sedang bersiap-siap untuk sarapan. Lissa sudah menghabiskan dua puluh menit terakhir untuk mengeringkan dan meluruskan rambut, sesuatu yang tidak pernah dilakukannya akhir-akhir ini. Natalie, yang duduk di atas tempat tidur di kamar mereka, memperhatikan keseluruhan prosesnya dengan penasaran. Saat Lissa akhirnya melanjutkannya dengan memakai rias wajah, Natalie pun angkat suara.
Hei, kami berniat untuk menonton film di kamar Erin sepulang sekolah nanti. Apa kau mau ikut" Aku selalu membuat lelucon mengenai Natalie yang membosankan, tapi temannya yang bernama Erin benar-benar m
emiliki kepribadian yang sama datarnya dengan tembok.
Tak bisa. Aku akan membantu Camille mewarnai rambut Carly.
Sekarang kau sering menghabiskan waktu bersama mereka.
Yeah, kurasa begitu. Lissa menyapukan maskara pada bulu matanya, yang langsung membuat matanya terlihat lebih besar.
Kupikir kau sudah tidak menyukai mereka lagi.
Aku berubah pikiran. Kelihatannya sekarang mereka sangat menyukaimu. Maksudku, bukan berarti ada orang yang tidak menyukaimu, tapi saat kau baru kembali ke sini, sepertinya mereka tidak keberatan mengabaikanmu. Aku sering mendengar mereka membicarakanmu. Kurasa hal itu tidak terlalu aneh karena mereka adalah teman-teman Mia juga, tapi aneh kan jika melihat betapa mereka menyukaimu sekarang" Contohnya, aku mendengar kalau mereka selalu menunggu untuk mengetahui apa yang ingin kaulakukan sebelum mereka sendiri membuat rencana dan semacamnya. Dan sekarang sebagian dari mereka mulai membela Rose, yang sungguh-sungguh sebuah hal gila. Bukan berarti aku memercayai apa pun yang dikatakan orang-orang mengenai Rose, tapi aku tak pernah menduga semua itu mungkin
Lissa langsung menyadari ada nada curiga dalam ocehan Natalie. Cewek itu mungkin takkan pernah terpikir mengenai kompulsi, tapi Lissa tak bisa mengambil risiko dari sebuah pertanyaan polos yang mungkin akan berubah menjadi sesuatu yang lebih dari itu. Kau tahu" sela Lissa. Mungkin nanti aku akan mampir ke kamar Erin juga. Aku yakin rambut Carly tidak akan memakan waktu selama itu.
Penawaran itu langsung mengalihkan pikiran Natalie. Benarkah" Oh wow, itu akan sangat menyenangkan. Erin bilang betapa sedihnya dia karena kau tidak terlalu sering beredar bersama kami lagi, dan aku bilang padanya &
Dan semua itu terus berlanjut. Lissa melanjutkan kompulsinya dan popularitas terus melesat. Aku memperhatikannya diam-diam, selalu merasa khawatir, meskipun usaha Lissa itu sudah mengurangi tatapan dan gosip yang beredar mengenai diriku.
Semua ini akan menyerang balik pada kita, suatu hari aku berbisik padanya saat sedang di gereja. Akan ada orang yang mulai penasaran dan menanyakan berbagai macam pertanyaan.
Berhentilah bersikap terlalu dramatis seperti itu. Kekuasaan terus berganti setiap saat di sini.
Tapi tidak seperti ini. Apa menurutmu kepribadianku yang memikat tidak sanggup menghasilkan semua ini tanpa bantuan apa pun"
Tentu saja bisa, tapi jika Christian bisa langsung mengenali-nya, maka orang lain pun akan
Kata-kataku terhenti saat dua murid lelaki yang duduk di ujung bangku tiba-tiba terkikik. Saat mendongak, aku melihat keduanya menatap tepat ke arahku, tanpa repot-repot menutupi cengiran mereka.
Aku memalingkan wajah, berusaha untuk mengabaikan, tiba-tiba berharap pendetanya akan segera memulai kebaktian. Namun Lissa membalas tatapan mereka, dan sebuah ekspresi tajam tiba-tiba melintas pada wajahnya. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, tapi senyuman kedua cowok tadi terus berkurang di bawah tatapannya yang dalam.
Katakan padanya kalau kalian menyesal, Lissa berkata pada mereka. Dan pastikan dia memercayainya.
Sesaat kemudian, bisa dibilang mereka langsung bersujud untuk meminta maaf dan memohon ampun padaku. Aku tak bisa memercayai semua ini. Lissa menggunakan kompulsi di depan umum apalagi ini sebuah gereja. Dan pada dua orang yang berbeda pada saat bersamaan pula.
Kedua cowok itu akhirnya kehabisan persediaan permohonan maaf, tapi Lissa belum selesai.
Itukah yang terbaik yang bisa kalian lakukan" bentaknya.
Mata kedua cowok tadi langsung melebar dengan waspada, ketakutan karena sudah membuat Lissa marah.
Liss, cepat-cepat aku berkata seraya menyentuh lengannya. Tak apa-apa. Aku, eh, sudah menerima permintaan maaf mereka.
Wajah Lissa masih memancarkan ketidaksetujuan, tapi akhirnya dia menganggukkan kepala. Kedua cowok itu menghela napas lega.
Ih. Aku tidak pernah merasa sesenang ini saat sebuah misa dimulai. Melalui ikatan batin kami, aku bisa merasakan kepuasan yang kelam mengalir dari sahabatku. Perasaan ini tidak biasa bagi Lissa, dan aku tidak menyukainya. Merasa perlu untuk mengalihkan perhatia
n dari perilaku Lissa yang terasa mengganggu itu, aku mengamati orang-orang di sekelilingku seperti yang sering kulakukan akhir-akhir ini. Di dekat kami, Christian terang-terangan memperhatikan Lissa, wajahnya terlihat gundah. Saat melihatku sedang menatapnya, dia terlihat kesal dan langsung memalingkan wajah.
Seperti biasa, Dimitri duduk di belakang dan kali ini dia tidak perlu mengawasi setiap sudut untuk mengantisipasi datangnya bahaya. Perhatiannya langsung beralih pada masalah rohani, ekspresi wajahnya nyaris terlihat menderita. Aku masih tidak mengerti mengapa dia datang ke gereja. Dimitri selalu terlihat seperti sedang bergulat melawan sesuatu.
Di depan, sang pendeta sedang membicarakan soal St. Vladimir lagi.
Roh Vladimir sangat kuat, dan dia benar-benar diberkahi oleh Tuhan. Saat St. Vladimir menyentuh mereka, orang pincang langsung bisa berjalan lagi, dan orang buta bisa melihat lagi. Ke mana pun dia berjalan, bunga-bunga bermekaran.
Ya ampun, kaum Moroi membutuhkan lebih banyak orang suci 3
Menyembuhkan orang cacat dan buta"
Aku lupa sepenuhnya mengenai St. Vladimir. Mason pernah bilang kalau Vladimir bisa membangkitkan orang dari alam kematian, dan saat itu ucapannya membuatku teringat pada Lissa. Kemudian, banyak hal lain yang mengalihkan perhatianku. Aku tidak pernah memikirkan soal santo itu, maupun pengawalnya yang dicium bayangan untuk sementara waktu. Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan semua ini" Ms. Karp, aku menyadari, bukanlah satu-satunya Moroi yang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan seperti Lissa. Vladimir juga bisa melakukannya.
Dan sementara itu, para jemaat mengelilinginya, mencintainya, bersemangat untuk mengikuti ajarannya dan mendengar ceramahnya yang berisi pesan dari Tuhan &
Aku berbalik dan menatap Lissa. Dia memandangiku dengan bingung.
Apa" Aku tidak punya kesempatan untuk menjelaskan lebih lanjut aku bahkan tidak tahu apakah aku sanggup menyusun kata-katanya karena aku langsung digiring kembali ke dalam penjaraku hampir bersamaan ketika aku berdiri sesaat setelah misanya usai.
Di dalam kamar, aku online untuk mencari tahu soal St. Vladimir tapi tidak menemukan apa pun yang berguna. Sialan. Mason sudah memeriksa buku-buku yang ada di perpustakaan dan dia bilang di sana hanya ada sedikit sumber. Apa lagi yang bisa kulakukan" Aku tak punya cara lain untuk mempelajari santo tua yang sudah berdebu itu.
Atau adakah" Apa yang dikatakan Christian pada Lissa pada hari pertama kami kembali"
Di sebelah sana, kita memiliki kardus tua yang dipenuhi karya tulis St. Vladimir yang diberkahi dan juga sinting.
Ruang penyimpanan yang terletak di atas kapel. Di sana tersimpan karya tulis Vladimir. Christian sudah menunjukkan keberadaan tulisan-tulisan itu. Aku harus melihatnya, tapi bagaimana caranya" Aku tak bisa minta izin pada pendeta. Bagaimana reaksinya jika laki-laki itu tahu ada murid yang suka pergi ke sana" Hal itu akan menjadi akhir dari markas Christian. Namun, mungkin & mungkin Christian sendiri yang bisa membantuku.
Namun, saat ini adalah hari Minggu dan aku takkan bertemu dengannya sampai besok sore. Lagi pula, belum tentu aku memiliki kesempatan bicara dengannya secara pribadi.
Saat menuju latihan sore hari, aku berhenti di dapur asrama untuk mengambil sebuah granola bar. Dalam perjalanan, aku berpapasan dengan beberapa novis cowok Miles dan Anthony. Miles bersiul saat melihatku.
Bagaimana keadaanmu, Rose" Apa kau kesepian" Ingin ditemani"
Anthony tertawa. Aku tak bisa menggigitmu tapi aku bisa memberimu hal lain yang kauinginkan.
Untuk keluar dari sana, aku harus berjalan melalui pintu tempat mereka sedang berdiri. Seraya memelototi, aku bergegas melewati mereka, namun Miles berhasil menangkap pergelangan tanganku, lalu tangannya meluncur turun pada bokongku.
Lepaskan tanganmu dari bokongku sebelum aku menghancurkan wajahmu, aku berkata pada Miles sambil menjauh darinya. Saat melakukannya, aku malah menabrak tubuh Anthony.
Ayolah, kata Anthony, kupikir kau takkan punya kesulitan untuk menghadapi dua orang laki-laki dalam waktu yang bersamaan.
Ada sebuah suara baru yang
bicara. Kalau kalian tidak pergi sekarang juga, aku akan menghabisi kalian berdua sekaligus. Mason. Pahlawanku.
Kau menyebalkan sekali, Ashford, kata Miles. Tubuh Miles lebih besar daripada Anthony, dan dia meninggalkan aku untuk menghadapi Mason. Anthony mundur dariku, dia lebih tertarik untuk mengetahui apakah akan terjadi perkelahian atau tidak. Udara dipenuhi oleh hormon testosteron, sehingga aku merasa seakan-akan membutuhkan masker udara.
Apa kau tidur dengannya juga" Miles bertanya pada Mason. Apa kau tak mau berbagi"
Bicara sepatah kata lagi soal dia, maka aku akan memutuskan kepalamu.
Kenapa" Dia kan cuma seorang pelacur
Mason meninju Miles. Pukulan itu tidak memutuskan kepala Miles atau mengakibatkan sesuatu pada tubuhnya patah maupun berdarah, tapi kelihatannya sakit. Kedua mata Miles melebar, dan dia melompat ke arah Mason. Suara pintu yang terbuka di dalam selasar membuat semua orang membeku. Para novis akan mendapat masalah besar jika ketahuan berkelahi.
Mungkin ada beberapa pengawal yang datang. Mason berkata sambil nyengir. Apa kau ingin mereka tahu bahwa kau sedang memukuli seorang cewek"
Miles dan Anthony bertukar pandang. Ayo, kata Anthony. Ayo kita pergi. Kita tak punya waktu untuk semua ini.
Vampire Academy Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Miles mengikuti dengan ragu. Aku akan mencarimu nanti, Ashford.
Saat mereka sudah menghilang, aku berbalik ke arah Mason. Memukuli seorang cewek"
Terima kasih kembali, Mason berkata hambar.
Aku tak butuh bantuanmu. Tentu. Kau baik-baik saja tanpa bantuan siapa pun.
Mereka membuatku lengah, hanya itu. Pada akhirnya aku pasti menghadapi mereka.
Dengar, jangan salurkan amarahmu padaku.
Aku hanya tidak suka diperlakukan seperti & seorang cewek.
Kau memang seorang cewek. Dan aku cuma berusaha membantu.
Aku memandang Mason dan melihat ketulusan yang terpancar pada wajahnya. Dia bermaksud baik. Tidak ada gunanya bersikap menyebalkan pada Mason di saat aku punya banyak orang untuk dibenci akhir-akhir ini.
Well & terima kasih. Maaf tadi aku membentakmu.
Kami mengobrol sebentar, dan aku berhasil membuatnya bercerita mengenai lebih banyak gosip sekolah. Mason menyadari peningkatan status Lissa tapi dia tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh. Saat kami bicara, aku menyadari tatapan memuja di wajahnya setiap kali berada di dekatku. Aku merasa sedih jika mengingat perasaannya padaku. Aku bahkan merasa bersalah.
Aku bertanya-tanya pada diri sendiri, sesulit apakah untuk berkencan dengan Mason" Dia baik, lucu, dan lumayan tampan. Kami juga akur. Kenapa aku sering terlibat masalah dengan banyak cowok padahal sebenarnya di hadapanku ada cowok manis yang menginginkanku" Kenapa aku tak bisa membalas perhatiannya"
Jawabannya langsung datang sebelum aku selesai mengajukan pertanyaan itu pada diri sendiri. Aku tak bisa menjadi kekasih Mason karena aku membayangkan seorang lain yang memelukku dan membisikkan kata-kata nakal di telingaku, dengan aksen Rusia.
Mason terus memandangiku dengan tatapan memuja, sama sekali tidak menyadari apa yang sedang berkecamuk di dalam kepalaku. Dan saat melihat kekagumannya, aku menyadari kalau aku bisa memanfaatkannya menjadi sesuatu yang menguntungkan.
Karena merasa agak bersalah, aku mengalihkan pembicaraan dengan gaya yang sedikit menggoda dan melihat kilau pada wajah Mason semakin bertambah.
Aku bersandar pada dinding di sampingnya sehingga lengan kami bersentuhan, dan memberikannya senyuman malas. Kau tahu, aku masih tak setuju dengan sikap sok pahlawanmu, tapi kau memang berhasil membuat mereka takut. Semua itu nyaris sepadan.
Tapi kau tidak menyetujuinya"
Aku menelusurkan jemariku di lengannya. Tidak. Maksudku, secara teori hal itu keren, tapi tidak dalam praktiknya.
Mason tertawa. Memang tidak. Mason menangkap tanganku lalu menatap dengan pandangan memahami. Kadang-kadang kau butuh untuk diselamatkan. Kurasa kau suka jika sekali-kali ada yang menyelamatkanmu, tapi kau tak sanggup mengakuinya.
Dan kurasa kau mendapat kepuasan dengan menyelamatkan seseorang, tapi kau tak sanggup mengakuinya.
Kurasa kau tak tahu apa yang bisa memuaskanku
. Menyelamatkan seorang nona sepertimu merupakan hal terhormat yang harus dilakukan, kata Mason dengan angkuh.
Aku menahan desakan untuk memukulnya karena menggunakan kata nona. Kalau begitu, buktikan. Tolonglah aku hanya karena itu hal yang pantas untuk dilakukan.
Tentu, Mason cepat-cepat berkata. Katakan saja.
Aku membutuhkan bantuanmu untuk menyampaikan pesan pada Christian Ozera.
Semangat Mason langsung menghilang. Apa-apaan " Kau tak mungkin serius.
Ya. Benar-benar serius. Rose & aku tak bisa bicara dengannya. Kau tahu itu.
Kupikir tadi kau bilang akan menolongku. Kupikir tadi kau bilang menolong seorang nona adalah hal terhormat untuk dilakukan.
Aku sama sekali tak mengerti bagaimana kehormatan bisa terlibat dalam masalah ini. Aku menatap Mason dengan tatapan paling galak yang bisa kulakukan. Dia menyerah. Kau ingin aku menyampaikan apa padanya"
Katakan padanya aku membutuhkan buku-buku St. Vladimir. Yang ada di dalam lemari penyimpanan. Dia harus mengirimkannya diam-diam padaku secepatnya. Katakan padanya ini demi Lissa. Dan katakan & katakan padanya pada malam resepsi itu aku sudah berbohong. Aku ragu-ragu. Katakan padanya aku menyesal.
Semua itu sama sekali tak masuk akal.
Memang tidak perlu masuk akal. Lakukan saja. Kumohon" Aku memasang senyum ala ratu kecantikan lagi.
Dengan janji yang dilakukan dengan tergesa bahwa dia akan berusaha melakukannya, Mason pergi untuk istirahat, dan aku pergi latihan.
BAB LIMA BELAS MASON MEMENUHI JANJINYA. Dia mencariku keesokan harinya sebelum sekolah dimulai. Dia membawa sebuah kardus yang dipenuhi buku.
Aku mendapatkan buku-bukunya, kata Mason. Cepat ambil sebelum kau mendapat masalah karena bicara denganku.
Mason menyerahkan buku-buku itu, dan aku langsung mengerang. Berat. Christian yang memberikannya"
Yeah. Aku berhasil bicara padanya tanpa ada yang melihat. Sikapnya agak sombong, apa kau menyadarinya"
Yeah, aku menyadarinya. Aku menghadiahi Mason senyuman yang langsung disambutnya. Thanks. Ini sangat berarti untukku.
Aku membawa harta rampasan itu ke kamarku, sepenuhnya menyadari betapa anehnya semua ini, seseorang yang sangat benci belajar sepertiku akan segera mengubur diri dengan sampah berdebu yang berasal dari abad keempat belas. Namun, saat aku membuka buku pertama aku melihat bahwa buku ini pastilah hasil cetak ulang dari cetak ulang yang dihasilkan dari cetak ulang sebelumnya, mungkin karena sesuatu yang berusia setua itu sudah berceceran sejak lama.
Aku melihat-lihat dan mendapati bahwa buku-buku itu dibagi dalam tiga kategori, buku-buku yang ditulis orang lain setelah kematian St. Vladimir, buku-buku yang ditulis orang lain saat Vladimir masih hidup, dan sebuah buku harian yang ditulisnya sendiri. Apa yang pernah dikatakan Mason mengenai sumber primer dan sekunder" Dua kategori terakhirlah yang kubutuhkan.
Siapa pun yang mencetak ulang buku ini sudah mengganti kata-katanya hingga aku tidak perlu membaca bahasa Inggris kuno atau semacamnya. Atau bahkan bahasa Rusia. St. Vladimir dulu tinggal di sana.
Hari ini aku menyembuhkan ibu dari Sava yang sudah sejak lama menderita sakit yang menusuk di dalam perutnya. Sekarang penyakitnya sudah hilang, tapi Tuhan tidak membiarkan aku melakukannya dengan mudah. Aku merasa lemah dan pusing, dan kegilaan itu berusaha memasuki kepalaku. Setiap hari aku berterima kasih pada Tuhan atas shadow-kissed Anna, karena tanpanya sudah pasti aku takkan sanggup bertahan.
Anna lagi. Dan shadow-kissed dicium bayangan. Vladimir sering membicarakannya, selain membicarakan banyak hal lainnya. Sering kali sang santo menulis ceramah panjang, seperti yang sering kudengar di gereja. Sangat membosankan. Namun, kali lain buku itu bagaikan buku harian, merangkum semua kegiatannya setiap hari. Dan jika bukan berisi omong kosong yang panjang, maka Vladimir menghabiskan waktunya dengan menyembuhkan orang. Orang-orang sakit. Orang-orang yang terluka. Bahkan tanaman. Vladimir menghidupkan kembali hasil panen yang busuk saat orang-orang kelaparan. Terkadang dia membuat bunga-bunga bermekaran hanya karena di
a menginginkannya. Aku terus membaca dan mendapati bahwa Vladimir beruntung memiliki Anna di sampingnya, karena hidupnya cukup berantakan. Semakin sering Vladimir menggunakan kekuatannya, maka semakin sering mereka mengincarnya. Vladimir menjadi mudah marah dan sedih. Dia menyalahkan hal itu pada roh jahat dan hal semacamnya, namun jelas terlihat bahwa Vladimir menderita depresi. Vladimir mengaku di dalam buku hariannya bahwa dia pernah berusaha untuk bunuh diri. Anna mencegahnya.
Beberapa saat kemudian, setelah melihat-lihat buku yang ditulis oleh laki-laki yang mengenal Vladimir, aku membaca:
Dan banyak yang berpikir bahwa itu merupakan sesuatu yang ajaib, kekuatan yang ditunjukkan oleh Vladimir pada orang-orang. Kaum Moroi dan dhampir mengerumuninya dan mendengar semua perkataannya, merasa bahagia hanya karena berada di dekatnya. Ada beberapa yang mengatakan bahwa kegilaanlah yang menyentuh Vladimir, bukan roh suci, namun sebagian besar memujanya dan bersedia melakukan apa pun yang dimintanya. Hal itu seakan cara yang dipakai Tuhan untuk menandai orang-orang pilihannya. Dan jika saat-saat seperti itu disertai oleh halusinasi dan keputusasaan, maka itu merupakan pengorbanan kecil untuk kebaikan dan kepemimpinan yang ditunjukkannya di hadapan orang-orang.
Semua itu terdengar persis seperti yang dikatakan oleh pendeta, tapi aku merasa bahwa hal itu lebih dari sekadar pribadi yang memikat. Orang-orang memuja Vladimir, dan bersedia melakukan apa pun yang dimintanya. Ya, aku yakin Vladimir menggunakan kompulsi pada para pengikutnya. Banyak kaum Moroi yang menggunakan kemampuan ini pada masa tersebut, sebelum akhirnya dilarang, tapi mereka tidak menggunakannya pada Moroi dan dhampir. Mereka tidak bisa melakukannya pada Moroi dan dhampir. Hanya Lissa yang bisa.
Aku menatap buku dan bersandar di ranjangku. Vladimir menyembuhkan tanaman dan binatang. Dia bisa menggunakan kompulsi dalam skala besar. Dan dari semua bukti yang ada, menggunakan semua kekuatan itu sudah membuatnya gila serta depresi.
Untuk melengkapi semua itu, dan membuat keadaannya lebih aneh lagi, adalah semua orang terus-menerus menggambarkan pengawalnya sebagai seseorang yang dicium bayangan. Ucapan itu sudah membuatku resah sejak kali pertama mendengarnya &.
Kau dicium bayangan! Kau harus menjaganya! Ms. Karp dulu meneriakkan kata-kata itu padaku, kedua tangannya merenggut kausku lalu menarikku mendekat. Itu terjadi pada suatu malam dua tahun yang lalu saat aku berada di bagian utama sekolah atas untuk mengembalikan sebuah buku. Saat itu nyaris melewati jam malam, dan selasar sudah kosong. Aku mendengar ada keributan, lalu Ms. Karp muncul dari sudut selasar dengan wajah yang terlihat kalut dan mata yang bergerak-gerak liar.
Ms. Karp mendorongku hingga merapat ke dinding, tangannya masih merenggut bagian depan bajuku. Apa kau mengerti"
Aku sudah mengetahui cukup banyak ilmu bela diri hingga mungkin saja mendorongnya lepas dari tubuhku, tapi kekagetan yang kurasakan membuat tubuhku membeku. Tidak.
Mereka datang untuk menculikku. Mereka juga akan datang untuk menculiknya.
Siapa" Lissa. Kau harus melindunginya. Semakin sering dia menggunakannya, maka akan semakin parah. Hentikan dia, Rose. Hentikan dia sebelum mereka menyadarinya, sebelum mereka menyadari dan membawanya pergi juga. Bawa dia pergi dari sini.
Aku & apa yang Anda maksud" Bawa Lissa dari & apa yang Anda maksud adalah Akademi"
Ya! Kalian harus pergi. Kalian memiliki ikatan. Semua ini terserah padamu. Bawa Lissa pergi dari tempat ini.
Perkataan Ms. Karp gila. Tidak ada yang meninggalkan Akademi. Namun, saat dia memegangiku dan menatap lurus ke dalam mataku, aku mulai merasa aneh. Sebuah sensasi melingkupi pikiranku. Tiba-tiba saja semua yang dikatakan Ms. Karp terdengar masuk akal, bagaikan hal paling masuk akal di seluruh penjuru dunia. Ya. Aku harus membawa Lissa pergi dari sini, membawanya
Suara langkah kaki bergema di sepanjang lorong, dan ada sekelompok pengawal yang muncul di sudut. Aku tidak mengenali mereka; mereka bukan berasal dari sekolah ini. Mereka menarik Ms. Karp hin
gga lepas dari tubuhku, mengendalikan gerakan tubuhnya yang menendang dan memukul-mukul dengan liar. Ada seseorang yang bertanya apakah aku baik-baik saja, tapi aku hanya sanggup menatap Ms. Karp.
Jangan biarkan dia menggunakan kekuatannya! Ms. Karp berteriak. Selamatkan dia. Selamatkan dia dari dirinya sendiri!
Para pengawal kemudian menjelaskan padaku bahwa Ms. Karp sedang sakit dan akan dibawa ke tempat yang bisa menyembuhkannya. Mereka meyakinkanku bahwa perempuan itu akan berada di tempat yang aman dan dirawat dengan baik. Dia akan sembuh. Tapi ternyata kenyataannya tidak begitu.
Kembali ke masa sekarang, aku memandangi buku-buku itu dan berusaha untuk merangkai semuanya. Lissa. Ms. Karp. St. Vladimir.
Apa yang harus kulakukan"
Ada seseorang yang mengetuk pintu kamar, dan aku langsung menyingkirkan semua kenangan itu. Sejak hukuman yang kuterima, tidak ada yang mengunjungiku, bahkan karyawan Akademi pun. Saat membuka pintu, aku melihat Mason sedang berdiri di selasar.
Dua kali dalam sehari" tanyaku. Omong-omong, bagaimana kau bisa kemari"
Mason tersenyum ringan. Ada seseorang yang menyalakan korek api di dalam salah satu keranjang sampah kamar mandi. Memalukan sekali. Para karyawan sepertinya sibuk semua. Ayolah, aku akan mengeluarkanmu dari penjara.
Aku menggeleng. Menyulut api sudah jelas merupakan sebuah pertanda kasih sayang yang baru. Christian sudah pernah melakukannya dan sekarang giliran Mason. Maaf, malam ini kau tak bisa menyelamatkanku. Kalau aku tertangkap
Perintah Lissa. Aku langsung tutup mulut dan membiarkannya menyelundupkanku keluar dari gedung ini. Mason membawaku ke asrama Moroi dan secara ajaib berhasil mengantarku ke kamar Lissa tanpa terlihat siapa pun. Aku penasaran jangan-jangan ada kebakaran di kamar mandi gedung ini juga untuk mengalihkan perhatian.
Di kamar Lissa, aku mendapati sebuah pesta yang sedang berlangsung dengan ramai. Lissa, Camille, Carly, Aaron, dan beberapa bangsawan lain sedang duduk-duduk sambil tertawa, mendengarkan musik yang dipasang keras-keras, dan bergantian meminum sebotol whiskey. Tidak ada Mia, dan tidak ada Jesse. Natalie, aku menyadari beberapa saat kemudian, duduk terpisah dari kelompok itu, jelas-jelas terlihat bingung harus bereaksi seperti apa di dekat mereka. Sikap canggungnya jelas sangat terlihat.
Lissa tersaruk-saruk bangkit, perasaan limbung yang kurasakan melalui ikatan batin kami menunjukkan dia sudah minum terlalu banyak.
Rose! Lissa berbalik pada Mason seraya tersenyum memikat. Kau berhasil.
Mason membungkuk dengan sangat khidmat. Aku takluk pada perintahmu.
Aku berharap Mason melakukannya hanya karena kesenangan yang ditimbulkannya, bukan karena penggunaan kompulsi. Lissa melingkarkan lengannya pada pinggangku dan menarikku mendekati yang lain. Bergabunglah dalam kemeriahan ini.
Kita sedang merayakan apa"
Entahlah. Kaburnya dirimu malam ini"
Beberapa orang lain mengangkat gelas plastik, bersorak, dan bersulang untukku. Xander Badica menuang dua gelas tambahan, lalu memberikannya padaku dan Mason. Aku menerima gelasku sambil tersenyum, namun pada saat yang bersamaan merasa gelisah mengenai perubahan keadaan malam ini. Beberapa waktu yang lalu, aku akan menyambut gembira pesta semacam ini dan menandaskan minumanku hanya dalam waktu tiga puluh detik. Namun, kali ini terlalu banyak hal yang mengganggu pikiran. Salah satunya adalah kenyataan bahwa sekarang para bangsawan memperlakukan Lissa bagaikan dewi. Atau, bagaimana tak satu pun dari mereka yang sepertinya ingat kalau aku baru saja dituduh sebagai seorang pelacur darah. Juga karena Lissa benar-benar tidak bahagia di balik senyuman dan tawanya.
Dari mana kalian mendapatkan whiskey" tanyaku.
Mr. Nagy, jawab Aaron. Dia duduk sangat dekat dengan Lissa.
Semua orang tahu kalau Mr. Nagy selalu minum sepulang sekolah dan memiliki persediaan minuman di kampus. Dia selalu menggunakan tempat persembunyian yang baru dan para murid selalu bisa menemukannya.
Lissa bersandar di bahu Aaron. Aaron membantuku menyelinap masuk ke kamar Mr. Nagy dan mengambil minuman ini. Dia menyembuny
ikannya di dasar lemari cat.
Yang lainnya tertawa, dan Aaron menatap Lissa dengan pandangan yang sangat memuja. Dengan perasaan geli aku menyadari bahwa Lissa tidak perlu menggunakan kompulsi padanya. Aaron memang tergila-gila pada Lissa. Dia selalu seperti itu.
Kenapa kau tidak minum" Mason bertanya padaku beberapa saat kemudian, dia berbicara pelan di telingaku.
Aku menunduk menatap gelasku, agak terkejut saat mendapatinya masih penuh. Entahlah. Kurasa sebaiknya para pengawal tidak minum di dekat tanggung jawab mereka.
Dia belum menjadi tanggung jawabmu! Kau tidak sedang bertugas. Kau takkan bertugas dulu untuk sementara waktu. Sejak kapan kau bersikap penuh tanggung jawab seperti ini"
Aku tidak menganggap diriku sebaik itu. Tapi aku sedang memikirkan apa yang dikatakan Dimitri mengenai keseimbangan antara kesenangan dan kewajiban. Sepertinya salah jika aku membiarkan diriku menjadi liar saat Lissa sedang rapuh akhir-akhir ini. Aku menyelinap keluar dari tempat sempit yang mengimpitku antara Lissa dan Mason, lalu berjalan menghampiri Natalie dan duduk di sampingnya.
Hei, Nat, malam ini kau pendiam sekali.
Natalie menggenggam gelas yang sama penuhnya dengan gelasku. Kau juga.
Aku tertawa pelan. Kurasa begitu.
Natalie menelengkan kepala, mengamati Mason dan para bangsawan seakan-akan mereka adalah sejenis percobaan ilmiah. Mereka sudah meminum lebih banyak whiskey sejak kedatanganku tadi, dan kekonyolan sikap mereka semakin meningkat. Aneh ya" Dulu kaulah yang menjadi pusat perhatian. Sekarang Lissa.
Aku mengerjap dengan kaget. Aku tidak melihatnya dari sisi itu. Kurasa begitu.
Hei, Rose, kata Xander, dia nyaris menumpahkan minumannya saat berjalan menghampiriku. Bagaimana rasanya"
Apa yang bagaimana rasanya"
Membiarkan seseorang meminum darahmu"
Yang lainnya langsung terdiam, sebuah rasa penasaran merasuki mereka.
Dia tidak melakukannya, Lissa berkata dengan suara mengingatkan. Aku sudah bilang padamu.
Yeah, yeah, aku tahu tak ada yang terjadi bersama Jesse dan Ralf. Tapi kalian berdua melakukannya, ya kan" Selama kalian menghilang"
Lupakan semua itu, kata Lissa. Kompulsi akan bekerja dengan baik jika dilakukan dengan kontak mata langsung, dan perhatian Xander sekarang sedang terpusat padaku, bukan pada Lissa.
Maksudku, semua itu keren dan semacamnya. Kalian berdua melakukan apa yang terpaksa kalian lakukan, ya kan" Bukan berarti kau bisa dibilang sebagai seorang donor. Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya. Danielle Szelsky pernah membiarkan aku menggigitnya sekali. Dia bilang rasanya tidak bisa dibandingkan dengan apa pun juga.
Terdengar paduan suara idih dari para gadis. Seks dan darah bersama para dhampir adalah sesuatu yang kotor; dan jika dilakukan di antara sesama Moroi, hal itu bisa dikatakan sebagai kanibalistik.
Kau memang seorang pembohong, kata Camille.
Tidak. Aku serius. Cuma gigitan kecil. Dia tidak sampai teler seperti para donor. Apa kau juga" Xander meletakkan tangannya yang bebas pada pundakku. Apa kau menyukainya"
Wajah Lissa berubah menjadi kaku dan pucat. Alkohol sudah menumpulkan perasaannya secara keseluruhan, tapi aku bisa membaca sikapnya untuk mengetahui apa yang dirasakannya. Pikiran gelap dan ketakutan menyelinap ke dalam benakku disertai oleh amarah. Biasanya Lissa pintar mengendalikan emosinya tidak seperti aku tapi aku sudah pernah melihat amarahnya meledak sebelum ini. Hal itu pernah terjadi pada sebuah pesta seperti ini, hanya beberapa minggu setelah Ms. Karp dibawa pergi.
Greg Dashkov 3sepupu jauh Natalie mengadakan pesta di dalam kamarnya. Sepertinya orangtuanya kenal dengan seseorang yang memiliki koneksi penting, karena dia mendapatkan kamar terbesar di seluruh asrama. Greg dulu berteman dengan saudara lelaki Lissa sebelum kecelakaan terjadi, dan dengan senang hati dia merangkul adik perempuan sahabatnya itu ke dalam lingkungan sosialnya. Greg juga menerimaku dengan tangan terbuka, dan kami berdua tak terpisahkan malam itu. Bagi seorang sophomore sepertiku, bercumbu dengan seorang senior merupakan sebuah kebanggaan besar.
Malam itu aku minu m banyak tapi masih sanggup mengawasi Lissa. Lissa selalu merasa cemas jika berada di tengah orang sebanyak ini, tapi tak ada satu pun yang menyadarinya karena dia selalu bisa berinteraksi dengan baik bersama mereka. Kepalaku yang terasa berat mencegah emosi Lissa memasuki pikiranku, tapi selama dia terlihat baik-baik saja, aku tidak merasa khawatir.
Di tengah-tengah ciuman kami, tiba-tiba saja Greg menarik dirinya menjauh dan menatap sesuatu di balik pundakku. Kami berdua duduk di sebuah kursi, aku duduk di atas pangkuannya, dan aku pun menjulurkan leher untuk melihat apa yang dilihatnya. Ada apa"
Greg menggelengkan kepala dengan kesal sekaligus geli. Wade membawa seorang donor.
Aku mengikuti pandangan mata Greg ke arah Wade Voda yang sedang berdiri dengan lengan melingkari seorang gadis rapuh yang kira-kira seumuran denganku. Gadis itu seorang manusia dan berwajah cantik, dengan rambut pirang bergelombang dan kulit sepucat porselen akibat kehilangan banyak darah. Beberapa anak lelaki lain sudah menghampiri gadis itu dan berdiri di samping Wade, tertawa-tawa sambil menyentuh wajah dan rambutnya.
Dia sudah cukup banyak memberikan darah hari ini, aku berkata, seraya mengamati rona dan ekspresi bingung pada wajah si gadis donor.
Greg menyelipkan tangan ke balik leherku dan memutar tubuhku kembali padanya. Mereka takkan menyakitinya.
Kami berciuman lebih lama lagi, lalu aku merasa sebuah tepukan pada pundakku. Rose.
Aku mendongak dan mendapati wajah Lissa. Ekspresi cemas pada wajahnya membuatku terkejut karena aku tak bisa merasakan emosi di balik semua itu. Aku terlalu banyak minum bir. Aku turun dari pangkuan Greg.
Kau mau ke mana" tanya Greg.
Aku akan segera kembali. Aku menarik Lissa ke samping, mendadak berharap aku tidak sedang mabuk. Ada apa"
Mereka. Lissa mengangguk ke arah beberapa cowok yang sedang bersama si gadis donor. Dan saat gadis itu berpaling untuk melihat salah satu dari mereka, aku melihat banyak luka kemerahan di lehernya. Mereka sedang melakukan semacam minum darah berkelompok, bergantian menggigit gadis itu dan mengatakan hal-hal menjijikkan. Karena sedang teler dan kebingungan, gadis itu membiarkan mereka melakukannya.
Mereka tak boleh melakukannya, kata Lissa padaku.
Gadis itu seorang donor. Takkan ada yang menghentikan mereka.
Lissa menatapku dengan pandangan memohon. Rasa sakit, kesal, dan marah tersirat di matanya. Maukah kau melakukannya"
Aku selalu menjadi pihak yang agresif, menjaga Lissa sejak kami masih kecil. Melihatnya berdiri di sana sekarang, merasa sangat kesal dan berharap agar aku bisa mengatasi beberapa masalah, lebih dari yang sanggup kuhadapi. Seraya mengangguk dengan gemetar pada Lissa, aku terhuyung-huyung ke arah mereka.
Apa sekarang kau sangat putus asa ingin bermesraan hingga harus membius seorang gadis, Wade" tanyaku.
Wade mendongak dari tempatnya sedang menyapukan bibir pada leher si gadis manusia. Kenapa" Apa kau sudah puas dengan Greg dan ingin mencari yang lain"
Aku meletakkan kedua tangan pada pinggul dan berharap terlihat galak. Kenyataannya, aku mulai merasa mual akibat terlalu banyak minum. Di dunia ini tidak tersedia cukup banyak obat-obatan sehingga membuatku mau dekat-dekat denganmu, kataku pada cowok itu. Beberapa orang temannya tertawa. Tapi mungkin kau bisa pergi untuk bercumbu dengan lampu yang ada di sebelah sana. Sepertinya lampu itu cukup tak sadarkan diri hingga bisa memuaskanmu. Kau tidak membutuhkan gadis itu lagi. Ada beberapa orang lain yang ikut tertawa.
Ini semua bukan urusanmu, desisnya. Gadis ini cuma hidangan. Menyebut seorang donor sebagai makanan merupakan satu-satunya hal yang bisa dibilang lebih buruk daripada menyebut seorang dhampir pelacur darah.
Ini bukan ruang makan. Tak ada yang mau melihat semua ini.
Yeah, seorang gadis kelas senior menyetujui. Ini menjijikkan. Beberapa orang temannya ikut menyetujui.
Wade memelototi kami semua, terutama aku. Baiklah. Tak ada satu pun dari kalian yang harus melihatnya. Ayo. Wade meraih lengan si gadis donor dan menariknya pergi. Dengan canggung gadis itu mengik
uti Wade ke luar ruangan, seraya merintih pelan.
Hanya itu yang bisa kulakukan, kataku pada Lissa.
Lissa memandangiku dengan terpana. Dia membawa gadis itu ke kamarnya. Dia mungkin akan melakukan hal yang lebih buruk.
Liss, aku juga tidak menyukainya, tapi bukan berarti aku bisa mengejarnya atau melakukan hal lainnya. Aku mengusap kening. Aku bisa saja memukul atau sesuatu seperti itu, tapi sekarang aku merasa ingin muntah.
Wajah Lissa terlihat gelap, dan dia menggigiti bibir. Dia tak boleh melakukannya.
Maafkan aku. Aku kembali ke kursi bersama Greg, merasa agak tidak enak atas apa yang baru saja terjadi. Sama seperti Lissa, aku juga tak suka melihat seorang donor dimaanfaatkan seperti itu hal tersebut mengingatkanku pada pemikiran para laki-laki Moroi yang menganggap mereka bisa melakukan apa saja pada gadis dhampir. Namun, aku juga tak bisa memenangkan pertarungan ini, setidaknya tidak malam ini.
Beberapa menit kemudian, Greg sedang menggeser posisiku hingga dia bisa mendapatkan akses yang lebih baik pada leherku saat aku menyadari bahwa Lissa sudah pergi dari kamar. Bisa dibilang menjatuhkan diri, aku turun dari pangkuan Greg dan melihat ke sekeliling kamar. Di mana Lissa"
Greg mengulurkan tangannya. Mungkin sedang di kamar mandi.
Aku tidak bisa merasakan apa pun melalui ikatan batin kami. Alkohol sudah menumpulkannya. Aku keluar menuju selasar, dan mengembuskan napas lega saat terbebas dari musik dan suara keras. Di luar sini suasananya sepi kecuali suara barang pecah yang berasal dari kamar yang terpisah beberapa ruangan dari sini. Pintunya sedikit terbuka, dan aku pun mendorongnya hingga terbuka dan langsung masuk.
Si gadis donor meringkuk di pojok, ketakutan. Lissa berdiri dengan lengan tersilang di depan dada, wajahnya terlihat marah dan galak. Lissa memandangi Wade dengan tajam, dan cowok itu membalas tatapannya, terpana. Wade memegang tongkat baseball. Dan sepertinya dia sudah menggunakannya, karena ruangan itu berantakan; rak buku, peralatan stereo, cermin &.
Pecahkan kaca jendelanya juga, Lissa memberi perintah pada Wade dengan halus. Ayolah. Itu bukan masalah.
Terhipnotis, Wade berjalan menghampiri jendela besar yang dicat itu. Aku melongo, mulutku nyaris menyentuh lantai, saat Wade mundur sedikit dan menghantam jendela dengan tongkatnya. Kacanya pecah, serpihannya berhamburan ke segala penjuru, dan cahaya matahari pagi yang biasanya terhalang pun menerobos masuk. Wade mengernyit saat sinar matahari menyorot kedua matanya, tapi dia tidak beranjak pergi.
Lissa, aku berseru. Hentikan. Hentikan dia.
Seharusnya dia berhenti sejak tadi.
Aku nyaris tidak mengenali ekspresi yang terpancar pada wajah Lissa. Aku tidak pernah melihatnya semarah itu, dan sudah pasti aku tidak pernah melihatnya melakukan hal seperti ini. Tentu saja, aku tahu apa yang dilakukannya. Aku langsung mengetahuinya saat itu juga. Kompulsi. Yang kutahu, Lissa nyaris menyuruh Wade untuk memukul tongkat pada tubuhnya sendiri.
Kumohon, Lissa. Hentikan semua ini. Kumohon.
Di tengah efek alkohol yang membuatku agak linglung, aku merasakan percikan emosi Lissa. Emosinya cukup kuat hingga mungkin sanggup menghantamku sampai jatuh. Gelap. Marah. Tanpa ampun. Perasaan-perasaan yang mencengangkan karena berasal dari Lissa yang manis dan tenang. Aku sudah mengenalnya sejak taman kanak-kanak, tapi pada saat itu, aku nyaris tidak mengenalinya.
Dan aku takut. Kumohon, Lissa, ulangku. Dia tak berguna. Biarkan saja.
Lissa tidak menatapku. Kedua matanya yang seakan dipenuhi badai sepenuhnya terpusat pada Wade. Perlahan-lahan, Wade mengangkat tongkat, memiringkannya hingga sejajar dengan tengkorak kepalanya sendiri.
Liss, aku memohon. Ya Tuhan. Mungkin aku akan terpaksa menjegal kaki Lissa atau semacamnya untuk membuatnya berhenti. Jangan lakukan itu.
Seharusnya dia menghentikannya, Lissa berkata dengan nada datar. Tongkatnya berhenti bergerak. Tongkat itu sekarang berada dalam jarak yang tepat untuk mendapatkan momentum dan dipakai memukul. Seharusnya dia tidak melakukannya pada gadis itu. Kita tak boleh memperlakukan orang
lain bahkan para donor seperti itu.
Tapi kau membuatnya takut, aku berkata dengan lembut. Lihat gadis itu.
Awalnya tidak ada yang terjadi, lalu Lissa melirik ke arah si gadis donor. Gadis manusia itu duduk bergelung di pojok, kedua lengannya memeluk tubuh dengan sikap protektif. Kedua mata birunya terlihat sangat besar, dan cahaya terpantul pada wajahnya yang basah dibanjiri air mata. Dia terisak ketakutan hingga tersedu-sedu.
Wajah Lissa masih terlihat tanpa emosi. Di dalam dirinya, aku bisa merasakan perjuangan Lissa untuk mengendalikan diri. Terlepas dari amarah buta yang memenuhi diri sahabatku, ada sebagian dirinya yang tidak ingin menyakiti Wade. Wajah Lissa mengerut, dan dia menutup kedua mata. Tangan kanan Lissa meraih pergelangan tangan kiri lalu meremasnya, kuku jemarinya menusuk ke dalam daging. Lissa mengernyit karena kesakitan, namun melalui ikatan batin aku bisa merasakan bahwa sentakan rasa sakit itu sudah mengalihkan perhatiannya dari Wade.
Lissa menyudahi kompulsinya, Wade menjatuhkan tongkat, dan tiba-tiba terlihat bingung. Aku mengembuskan napas yang sedari tadi kutahan. Di dalam selasar terdengar suara langkah kaki. Aku membiarkan pintunya terbuka dan suara kaca pecah telah menarik perhatian. Beberapa karyawan asrama berhamburan ke dalam kamar, tubuh mereka membeku saat melihat kerusakan di hadapan mereka.
Apa yang terjadi" Kami semua berpandangan. Wade terlihat sepenuhnya bingung. Dia memandangi seisi kamar, memandangi tongkat, lalu memandangi aku dan Lissa. Entahlah & aku tidak & Wade memusatkan seluruh perhatiannya padaku dan tiba-tiba saja dia marah. Apa-apaan ini semua salahmu! Kau tak mau melupakan masalah donor itu.
Para pekerja asrama menatapku dengan pandangan bertanya, dan dalam beberapa detik saja, aku sudah membuat keputusan.
Kau harus melindunginya. Semakin sering dia menggunakannya, maka akan semakin parah. Hentikan dia, Rose. Hentikan dia sebelum mereka menyadarinya, sebelum mereka menyadari dan membawanya pergi juga. Bawa dia pergi dari sini.
Aku bisa melihat wajah Ms. Karp dalam benakku, memohon dengan panik. Aku menatap Wade dengan galak, sepenuhnya menyadari bahwa takkan seorang pun akan meragukan pengakuanku, atau bahkan mencurigai Lissa.
Yeah, kalau saja tadi kau melepaskan gadis itu, aku berkata pada Wade, aku takkan terpaksa melakukan semua ini.
Selamatkan dia. Selamatkan dia dari dirinya sendiri.
Setelah malam itu, aku tak pernah minum-minum lagi. Aku tak mau lengah saat berada di dekat Lissa. Dan dua hari kemudian, saat aku seharusnya sedang menjalani hukuman karena merusak properti sekolah, aku membawa Lissa pergi melarikan diri dari Akademi.
Kembali ke kamar Lissa, dengan lengan Xander yang melingkari tubuhku dan tatapan kesal yang diarahkan pada kami, aku tidak tahu apakah Lissa akan melakukan sesuatu yang drastis lagi. Namun, situasinya terlalu mengingatkanku pada kejadian dua tahun yang lalu, dan aku tahu bahwa aku harus meredamnya.
Hanya sedikit darah, kata Xander. Aku takkan meminta banyak. Aku hanya ingin tahu seperti apa rasanya darah dhampir. Di sini tak ada seorang pun yang memedulikannya.
Xander, geram Lissa, jangan ganggu dia.
Aku menyelinap keluar dari rangkulan Xander dan tersenyum, berusaha mencari-cari komentar lucu alih-alih jawaban yang mungkin akan memicu pertengkaran. Ayolah, godaku. Aku terpaksa memukul laki-laki terakhir yang berkata seperti itu padaku, dan kau jauh lebih rupawan daripada Jesse. Sayang sekali.
Rupawan" tanya Xander. Aku memang sangat seksi, tapi bukan rupawan.
Carly tertawa. Tidak, kau memang rupawan. Todd bilang kau membeli sejenis gel rambut Prancis.
Xander, yang perhatiannya teralihkan dengan mudah seperti kebanyakan orang mabuk lain, berbalik untuk membela harga dirinya, dan melupakan aku. Ketegangan di ruangan itu langsung turun, dan Xander menghadapi sindiran mengenai gel rambut itu dengan sikap menyenangkan.
Di seberang ruangan, Lissa menatapku dengan lega. Dia tersenyum dan menganggukkan terima kasih sebelum akhirnya mengalihkan perhatiannya pada Aaron lagi.
BAB ENAM BELAS KEESOKAN HARINYA, AKU SEPENUHNYA menyadari betapa berbedanya keadaan di sekolah sejak gosip Jesse-dan-Ralf. Bagi sebagian orang, aku tetaplah sumber bisik-bisik dan tawa. Berkat usaha Lissa, aku menerima sikap bersahabat dan terkadang pembelaan. Secara keseluruhan, aku menyadari kalau teman sekelas kami sudah tidak terlalu memperhatikanku lagi. Terutama saat ada hal baru yang mengalihkan perhatian semua orang.
Lissa dan Aaron. Ternyata, Mia akhirnya tahu soal pesta di kamar Lissa dan dia marah saat mengetahui bahwa Aaron datang tanpa dirinya. Mia memarahi Aaron dan berkata padanya jika cowok itu memang ingin tetap menjadi kekasihnya, maka Aaron tidak boleh menemui dan menghabiskan waktu bersama Lissa. Jadi, Aaron memutuskan bahwa dirinya tidak ingin menjadi kekasih Mia lagi. Aaron memutuskan Mia pagi itu juga & dan melanjutkan hidupnya.
Sekarang Aaron dan Lissa tak terpisahkan. Mereka berdiri berdampingan di tengah selasar dan saat istirahat makan, dengan lengan yang saling merangkul satu sama lain, seraya tertawa-tawa dan mengobrol. Perasaan yang terpancar melalui ikatan batin menunjukkan bahwa Lissa hanya sedikit tertarik pada Aaron, meskipun tatapan matanya seolah mengatakan kalau Aaron adalah makhluk paling menarik yang ada di planet ini. Sebagian besar sikapnya merupakan sebuah pertunjukan tanpa sepengetahuan Aaron tentunya. Cowok itu terlihat seakan-akan sanggup membangun sebuah kuil di bawah kaki Lissa kapan pun juga.
Sedangkan aku" Aku merasa mual.
Namun, perasaanku sama sekali tak ada artinya jika dibandingkan perasaan Mia. Saat istirahat makan, cewek itu duduk di seberang ruangan yang jauh dari kami, kedua matanya terpaku ke depan, sepenuhnya mengabaikan penghiburan teman-temannya. Ada bintik-bintik kemerahan pada pipi bulatnya yang pucat, dan tepian kedua matanya terlihat memerah. Mia tidak mengucapkan kata-kata kejam saat aku lewat di depannya. Tidak ada lelucon angkuh. Tidak ada tatapan mengejek. Lissa sudah menghancurkannya, seperti Mia dulu pernah bersumpah untuk menghancurkan kami.
Satu-satunya orang yang lebih menderita dari Mia adalah Christian. Tidak seperti Mia, Christian sama sekali tidak ragu memandangi pasangan yang berbahagia itu dengan penuh kebencian. Seperti biasa, tak ada yang menyadari hal itu selain aku, tentunya.
Setelah melihat Lissa dan Aaron bermesraan untuk kesepuluh kalinya, aku meninggalkan istirahat makan lebih cepat dan pergi menemui Ms. Carmack, guru yang mengajar dasar-dasar elemental. Sudah sejak lama aku ingin menanyakan sesuatu padanya.
Rose, ya kan" Ms. Carmack terlihat kaget saat melihatku, tapi tidak marah maupun kesal seperti sebagian besar guru lainnya akhir-akhir ini.
Yeah. Aku punya pertanyaan mengenai, em, sihir.
Ms. Carmack mengangkat sebelah alisnya. Novis tidak mengambil kelas sihir. Tentu. Apa yang ingin kautanyakan"
Aku sedang mendengarkan ceramah pendeta mengenai St. Vladimir beberapa hari yang lalu &. Apa kau tahu elemen apa yang menjadi spesialisasinya" Maksudku Vladimir. Bukan pendeta.
Ms. Carmack mengerutkan kening. Aneh. Meskipun dia sangat terkenal di sini, aku heran hal itu tak pernah disebut-sebut. Aku bukan ahlinya, tapi dalam semua kisah yang pernah kudengar, Vladimir tidak pernah melakukan sesuatu yang bisa kubilang berhubungan dengan salah satu elemen. Entah memang begitu kenyataannya, entah tidak pernah ada orang yang menulis soal itu.
Bagaimana dengan kemampuan menyembuhkan yang dimilikinya" aku bertanya lebih lanjut. Apa ada elemen tertentu yang menyebabkan seseorang bisa melakukan keahlian itu"
Tidak, setahuku tidak ada. Bibir Ms. Carmack mengembang menjadi senyuman tipis. Orang-orang yang beriman akan mengatakan bahwa Vladimir menyembuhkan dengan kekuatan yang diberikan Tuhan, bukan sihir elemental jenis apa pun. Lagi pula, satu-satunya hal yang diyakini dalam semua kisah adalah Vladimir orang yang memiliki roh yang kaya .
Mungkinkah dia tidak memiliki spesialisasi apa pun"
Senyum Ms. Carmack memudar. Rose, apa ini benar-benar mengenai St. Vladimir" Atau mengenai Lissa"
T-tidak juga & Aku tergagap.
Aku tahu semua ini sulit untuknya terutama
di depan teman-teman sekelasnya tapi dia harus bersabar, Ms. Carmack menjelaskan dengan lembut. Itu akan terjadi. Itu selalu terjadi.
Tapi kadang tidak. Langka. Tapi menurutku Lissa takkan menjadi salah satu dari mereka. Dia memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam keempat elemen, meskipun belum mencapai tingkat spesialisasi. Salah satu dari elemen itu akan menonjol secepatnya.
Ucapannya memberiku sebuah ide. Mungkinkah seseorang memiliki spesialisasi lebih dari satu elemen"
Ms. Carmack tertawa dan menggelengkan kepala. Tidak. Terlalu banyak energi yang dibutuhkan. Tidak seorang pun mampu menangani sihir sebanyak itu, tidak mungkin terjadi tanpa kehilangan akal sehatnya.
Oh. Hebat sekali. Oke. Trims. Aku baru saja hendak pergi, tapi kemudian teringat sesuatu. Hei, apa Anda ingat Ms. Karp" Dia memiliki spesialisasi dalam elemen apa"
Wajah Ms. Carmack memperlihatkan ekspresi tidak nyaman yang selalu ditunjukkan semua guru kapan pun ada seseorang yang menyebut-nyebut nama Ms. Karp.
Sebenarnya Apa" Aku hampir lupa. Kurasa dia adalah salah satu orang langka yang tidak memiliki spesialisasi. Dia selalu memiliki kemampuan yang kurang dalam keempat elemen.
Aku menghabiskan sisa kelas sore dengan memikirkan ucapan Ms. Carmack, berusaha untuk menghubungkannya dengan teori Lissa-Karp-Vladimir yang sudah kugabungkan. Aku juga mengamati Lissa. Sekarang ada begitu banyak orang yang ingin bicara dengannya hingga dia sama sekali tidak menyadari sikap diamku. Namun, sering kali aku melihatnya melirik ke arahku dan tersenyum, kedua matanya menyorotkan rasa lelah. Tertawa-tawa dan bergosip bersama orang yang tidak benar-benar disukainya sangat menguras energi.
Misi sudah tercapai, aku berkata pada Lissa sepulang sekolah. Kita bisa menghentikan Proyek Cuci Otak.
Kami sedang duduk di bangku taman, dan Lissa mengayun-ayunkan kakinya. Apa maksudmu"
Kau sudah berhasil. Kau sudah menghentikan orang-orang yang ingin membuat hidupku sengsara. Kau sudah menghancurkan Mia. Kau mencuri Aaron. Bermain-mainlah dengan Aaron selama beberapa minggu lagi, lalu putuskan dia dan para bangsawan lainnya. Kau akan jauh lebih bahagia.
Apa menurutmu sekarang aku tidak bahagia"
Aku tahu kau tidak bahagia. Beberapa pesta yang kaudatangi memang menyenangkan, tapi kau benci harus pura-pura berteman dengan orang-orang yang tidak kausukai apalagi kau tidak menyukai sebagian besar dari mereka. Aku tahu betapa marahnya kau pada Xander kemarin malam.
Dia brengsek, tapi aku bisa menghadapinya. Kalau aku tidak bergaul dengan mereka lagi, semuanya akan kembali seperti dulu lagi. Mia akan mulai berulah. Dengan begini, dia tak bisa mengganggu kita.
Itu justru membebanimu. Tidak ada yang membebaniku. Lissa terdengar agak defensif.
Benarkah" tanyaku kejam. Karena kau mabuk kepayang dengan Aaron" Karena kau sudah tak sabar ingin bercinta dengannya lagi"
Lissa memelototiku. Apa aku sudah pernah bilang kalau kadang-kadang kau bisa sangat menyebalkan"
Aku mengabaikannya. Aku cuma berusaha bilang, tanpa semua ini pun kau punya banyak masalah untuk dikhawatirkan. Kau menyiksa dirimu sendiri dengan kompulsi yang terus-terusan kaugunakan.
Rose! Lissa melirik ke sekelilingnya dengan cemas. Jangan keras-keras!
Tapi itu memang benar. Menggunakannya setiap saat akan mengacaukan kepalamu. Dalam arti sesungguhnya.
Apa menurutmu kau tidak berlebihan"
Bagaimana dengan Ms. Karp"
Ekspresi pada wajah Lissa berubah menjadi sangat kaku. Memangnya ada apa dengannya"
Kau. Kau sama persis dengannya.
Tidak. Aku tidak sama dengannya! Amarah tepercik pada mata hijau itu.
Dia bisa menyembuhkan juga.
Lissa terpana saat mendengarku membicarakan hal ini. Topik ini sudah membebani kami sejak lama, tapi kami nyaris tidak pernah membicarakannya.
Itu tidak berarti apa-apa.
Menurutmu begitu" Apa kau kenal orang lain yang bisa melakukannya" Atau seseorang yang bisa menggunakan kompulsi pada dhampir dan Moroi"
Dia tidak pernah menggunakan kompulsi seperti itu, bantah Lissa.
Dia melakukannya. Ms. Karp berusaha melakukannya padaku pada malam
kepergiannya. Kekuatan itu mulai bekerja, tapi kemudian mereka membawanya pergi sebelum dia sempat menyelesaikannya. Benarkah begitu" Lagi pula, hanya satu bulan setelah itu aku dan Lissa melarikan diri dari Akademi. Aku selalu berpikir kalau itu adalah ideku, tapi mungkin pengaruh Ms. Karp-lah yang menjadi pendorong sesungguhnya di balik semua itu.
Lissa menyilangkan kedua lengan. Wajahnya terlihat pantang menyerah, tapi emosinya terasa gelisah. Baik. Terus kenapa" Jadi dia orang aneh sepertiku. Itu tak berarti apa-apa. Dia menjadi gila karena & well, memang begitulah orangnya. Hal itu tak ada sangkut pautnya dengan yang lain.
Tapi bukan hanya Ms. Karp, aku berkata perlahan. Ada orang lain yang juga seperti kalian. Seseorang yang baru kupelajari. Aku ragu-ragu. Kau tahu St. Vladimir &
Dan pada saat itulah akhirnya aku menceritakan semuanya pada Lissa; bagaimana dirinya, Ms. Karp, dan St. Vladimir bisa menyembuhkan dan menggunakan super-kompulsi. Meskipun hal itu membuat Lissa gemetaran, aku juga memberitahu bagaimana mereka semua mudah gelisah dan pernah berusaha menyakiti diri mereka sendiri.
Vladimir pernah berusaha bunuh diri, kataku tanpa menatap mata Lissa. Dan aku pernah melihat bekas luka pada kulit Ms. Karp seakan-akan dia sudah mencakari wajahnya sendiri. Dia berusaha menyembunyikannya dengan rambut, tapi aku bisa melihat bekas luka yang sudah lama, dan bisa membedakan saat dia memiliki bekas luka yang baru.
Itu tidak berarti apa-apa, Lissa berkeras. Itu itu semua cuma kebetulan.
Lissa terdengar ingin memercayai hal itu, tapi di dalam hatinya, sebagian dirinya memang memercayainya. Namun, ada bagian diri yang lain, bagian dirinya yang putus asa yang sudah sejak lama ingin merasa yakin bahwa dirinya bukanlah orang aneh, bahwa dia tidak sendirian. Bahkan jika beritanya buruk sekalipun, setidaknya sekarang Lissa tahu kalau ada orang lain yang sama seperti dirinya.
Apakah hanya kebetulan jika mereka berdua sepertinya tidak memiliki spesialisasi"
Aku menceritakan pembicaraanku dengan Ms. Carmack dan menjelaskan teoriku mengenai spesialisasi dalam keempat elemen sekaligus. Aku juga mengulangi komentar Ms. Carmack yang mengatakan kalau hal itu akan menguras energi seseorang.
Lissa menggosok kedua matanya saat aku selesai menceritakan semuanya, sehingga rias wajahnya sedikit luntur. Lissa tersenyum lemah. Aku tidak tahu mana yang lebih gila; informasi yang kauceritakan atau kenyataan bahwa kau sungguh-sungguh membaca sesuatu untuk mencari tahu semua ini.
Aku nyengir, lega karena Lissa masih sanggup bercanda. Hei, aku juga tahu cara membaca.
Aku tahu kau tahu caranya. Aku juga tahu kau butuh satu tahun untuk membaca The Da Vinci Code. Lissa tertawa.
Itu bukan salahku! Dan jangan coba-coba mengubah topik pembicaraan.
Aku tidak berusaha mengubah topik pembicaraan. Lissa tersenyum, lalu menghela napas. Aku hanya tidak mengerti harus berpikir bagaimana mengenai semua ini.
Vampire Academy Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tak ada yang perlu dipikirkan. Kau cuma harus menghindari hal-hal yang membuatmu kesal. Ingat mengenai berbaur tanpa menarik perhatian" Lakukan itu lagi. Hal itu jauh lebih mudah untuk kaulakukan.
Lissa menggeleng. Aku tak bisa melakukannya. Tidak sekarang.
Kenapa tidak" Aku sudah bilang padamu aku berhenti, merasa heran mengapa aku tidak menyadarinya sebelum ini. Ini bukan hanya karena Mia. Kau melakukan semua ini karena kau merasa sudah seharusnya melakukannya. Kau masih berusaha menjadi Andre.
Orangtuaku pasti ingin aku
Orangtuamu pasti ingin kau bahagia.
Tidak semudah itu, Rose. Aku tak bisa mengabaikan orang-orang ini untuk selamanya. Aku juga seorang bangsawan.
Sebagian besar bangsawan menyebalkan.
Dan sebagian besar dari mereka akan membantu memerintah kaum Moroi. Andre memahami hal itu. Dia tidak seperti yang lain, tapi dia melakukan apa yang harus dilakukannya karena dia tahu betapa pentingnya orang-orang itu.
Aku bersandar pada bangku. Well, mungkin itulah masalahnya. Kita memutuskan siapa yang penting berdasarkan pertimbangan keluarga saja, jadi pada akhirnya kita terpaksa menerima orang-oran
g kacau untuk membuat keputusan. Karena itulah jumlah kaum Moroi terus menurun dan perempuan jalang seperti Tatiana bisa menjadi ratu. Mungkin perlu ada sistem kebangsawanan yang baru.
Ayolah, Rose. Memang beginilah adanya; keadaannya sudah seperti itu sejak berabad-abad yang lalu. Kita terpaksa menerimanya. Aku memelototi Lissa. Oke, bagaimana kalau begini" lanjut Lissa. Kau cemas aku akan menjadi seperti mereka seperti Ms. Karp dan St. Vladimir ya kan" Well, Ms. Karp bilang aku tak boleh menggunakan kekuatanku, karena akan membuat keadaannya semakin buruk. Bagaimana kalau aku berhenti saja" Kompulsi, menyembuhkan, dan semua kekuatan lainnya.
Aku memicingkan mata. Kau sanggup melakukannya" Selain kompulsi yang kadang membantu, memang itulah yang selalu kuinginkan dari Lissa. Depresi yang dialami sahabatku dimulai pada saat bersamaan dengan munculnya kekuatan-kekuatan itu, tepat setelah kecelakaan terjadi. Mau tidak mau aku jadi percaya kalau hal-hal tersebut berhubungan, terutama dengan adanya bukti-bukti dan peringatan dari Ms. Karp.
Ya. Wajah Lissa benar-benar terlihat tenang, ekspresinya serius dan mantap. Dengan rambut pirang pucatnya yang dijalin dalam kepang Prancis rapi dan sebuah blazer yang dipakai di atas gaunnya, Lissa kelihatan sanggup mengambil alih posisi keluarganya di dalam dewan saat ini juga.
Kau harus mengorbankan semuanya, aku memperingatkan. Tidak boleh menyembuhkan, tak peduli seberapa lucu dan menggemaskannya binatang itu. Dan tidak boleh memakai kompulsi lagi untuk memesona para bangsawan.
Lissa mengangguk dengan serius. Aku bisa melakukannya. Apa itu membuatmu merasa lebih baik"
Yeah, tapi aku akan merasa jauh lebih baik lagi jika kau benar-benar berhenti melakukan sihir dan kembali bergaul dengan Natalie.
Aku tahu, aku tahu. Tapi aku tak bisa berhenti, setidaknya tidak sekarang.
Aku tidak bisa mengubah pendapatnya mengenai hal itu 3belum tapi mengetahui bahwa Lissa akan menghindari penggunaan kekuatannya sudah membuatku lega.
Baiklah, kataku sambil mengambil ransel. Aku terlambat untuk latihan. Lagi. Kau bisa tetap bermain dengan para bocah manja, selama kau tetap mengendalikan hal lain. Aku ragu-ragu. Dan kau tahu kan, kau benar-benar sudah menegaskan maksudmu pada Aaron dan Mia. Kau tidak perlu mempertahankan Aaron untuk berada di sampingmu agar bisa tetap bergaul dengan para bangsawan.
Kenapa aku terus-terusan merasa sepertinya kau tidak menyukainya lagi"
Aku lumayan menyukainya yang bisa dibilang sama seperti yang kaurasakan padanya. Dan menurutku kau tidak perlu bermesraan dengan orang yang kau suka sampai taraf lumayan .
Lissa membelalakkan mata, pura-pura kaget. Apa ini Rose Hathaway yang sedang bicara" Apa kau sudah berubah" Atau kau sudah punya seseorang yang kausukai lebih dari taraf lumayan "
Hei, aku berkata dengan gelisah, Aku hanya berusaha untuk menjagamu. Selain itu, sebelumnya aku tidak pernah menyadari betapa membosankannya Aaron.
Lissa mendengus. Menurutmu semua orang membosankan.
Christian tidak. Kata-kata itu meluncur sebelum aku bisa menghentikannya. Senyum Lissa menghilang. Dia bajingan. Dia tiba-tiba tak mau bicara padaku lagi tanpa alasan jelas. Lissa menyilangkan kedua lengannya. Dan bukankah kau membencinya"
Aku masih bisa membencinya dan menganggapnya menarik pada saat bersamaan.
Namun, aku juga mulai berpikir kalau aku mungkin sudah membuat kesalahan mengenai cowok itu. Dia memang menakutkan, kelam, dan senang membakar orang lain. Tapi selain itu, Christian juga pintar dan lucu dengan cara yang agak nyentrik dan entah bagaimana sanggup menenangkan Lissa.
Tapi aku sudah mengacaukan segalanya. Aku membiarkan amarah dan rasa iri menguasaiku sehingga akhirnya mereka berpisah. Jika aku membiarkan Christian menghampiri Lissa di taman malam itu, mungkin Lissa takkan terlalu sedih hingga mengiris pergelangan tangannya sendiri. Mungkin sekarang mereka sudah bersatu, dan terhindar dari politik sekolah.
Takdir pasti berpikiran sama sepertiku, karena lima menit setelah aku meninggalkan Lissa, aku berpapasan dengan Christian ya
ng sedang melintasi alun-alun. Mata kami berserobok sejenak. Aku nyaris terus berjalan. Nyaris. Seraya menghela napas dalam, aku berhenti.
Tunggu & Christian. Aku memanggilnya. Sial, aku benar-benar terlambat untuk latihan. Dimitri pasti akan membunuhku. Christian berbalik hingga menghadap ke arahku, kedua tangannya dimasukkan ke saku mantel panjangnya yang berwarna hitam, bahunya merosot dan terlihat cuek.
Yeah" Terima kasih untuk buku-bukunya.
Christian diam saja. Buku-buku yang kauberikan pada Mason.
Oh, kupikir kau membicarakan buku yang lain.
Dasar sok. Apa kau takkan bertanya untuk apa buku-buku itu"
Itu urusanmu. Aku hanya menduga kau merasa bosan karena sedang dihukum.
Aku harus merasa sangat bosan untuk bisa melakukan hal itu.
Christian tidak tertawa mendengar leluconku. Apa yang kauinginkan, Rose" Ada beberapa tempat yang harus kudatangi.
Aku tahu dia bohong, tapi sepertinya sikap sinisku tidak selucu biasanya. Aku ingin kau, uh, menghabiskan waktu dengan Lissa lagi.
Apa kau serius" Christian mengamatiku dengan saksama, wajahnya terlihat sangat curiga. Setelah semua yang kaukatakan padaku"
Yeah & Apa Mason tidak menyampaikannya padamu &"
Christian mencibir. Dia mengatakan sesuatu.
Dan" Dan aku tak mau mendengarnya dari Mason. Cibirannya semakin lebar saat aku memelototinya. Kau mengirimnya untuk meminta maaf untukmu. Bersikaplah seperti seorang pemberani dan lakukan sendiri.
Dasar bajingan, kataku. Yeah. Dan kau seorang pembohong. Aku ingin melihatmu menelan harga dirimu sendiri.
Aku sudah menelan harga diriku selama dua minggu ini, aku mengerang.
Christian mengedikkan bahu, lalu berbalik dan mulai berjalan pergi.
Tunggu! aku memanggilnya, meletakkan tanganku di pundaknya. Christian berhenti berjalan dan berbalik menghadapku lagi. Baiklah, baiklah. Aku berbohong mengenai perasaan Lissa padamu. Dia tak pernah mengatakan semua itu, oke" Lissa menyukaimu. Aku mengada-ada semua itu karena aku tidak menyukaimu.
Dan sekarang kau mau agar aku bicara padanya.
Saat kata-kata berikutnya meluncur keluar dari mulutku, aku nyaris tidak bisa memercayainya. Kurasa & kau mungkin & baik untuknya.
Kami berdua saling pandang selama beberapa saat yang tegang. Cibiran pada wajah Christian agak berkurang. Tidak banyak yang bisa membuat Christian terkejut. Namun ucapanku barusan sepertinya berhasil membuatnya terkejut.
Maafkan aku. Aku tidak mendengarmu dengan baik. Kau bisa mengulanginya" akhirnya Christian bertanya.
Aku nyaris meninju wajahnya. Sudahlah, berhenti bersikap menyebalkan seperti itu! Aku mau kau menghabiskan waktu bersama Lissa lagi.
Tidak. Dengar, aku sudah bilang padamu, aku berbohong
Bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah dia. Apa menurutmu sekarang aku bisa bicara dengannya" Sekarang dia sudah menjadi Putri Lissa lagi. Racun seakan-akan menetes dari setiap patah kata yang diucapkan Christian. Aku tak bisa mendekatinya, tidak saat dia dikelilingi para bangsawan itu.
Kau juga bangsawan, aku berkata, lebih pada diriku sendiri ketimbang pada Christian. Aku sering kali melupakan kenyataan bahwa keluarga Ozera termasuk dalam dua belas keluarga bangsawan.
Makam Bunga Mawar 28 Pedang Siluman Darah 16 Cinta Memendam Dendam Kisah Membunuh Naga 42
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama