Vampire Academy Karya Richelle Mead Bagian 6
Ada masalah apa" Suara Dimitri membuatku senang, dan aku tak sanggup menjawabnya. Aku tak sanggup mengalihkan pandangan darinya. Kekuatan yang menarikku ke atas sini sudah menarikku pada Dimitri. Aku sangat ingin menyentuhnya, sangat ingin hingga nyaris tak tahan lagi. Dimitri sangat mengagumkan. Teramat sangat tampan. Aku tahu ada yang salah pada semua ini, tapi sepertinya itu bukan hal penting. Tidak penting jika aku sedang bersama Dimitri.
Dengan jarak hampir satu meter yang memisahkan kami, aku tak mungkin bisa mencium bibirnya dengan mudah tanpa bantuan Dimitri sendiri. Jadi, alih-alih mencium bibir Dimitri, aku menyerang dadanya, ingin merasakan kulit yang mulus dan hangat itu.
Rose! Dimitri berseru sambil melangkah mundur. Apa yang kaulakukan"
Memangnya menurutmu apa yang kulakukan"
Aku bergerak menghampiri Dimitri lagi, merasa harus menyentuh, mencium, dan melakukan banyak hal lain padanya.
Apa kau sedang mabuk" tanya Dimitri, mengulurkan tangannya dengan posisi membela diri.
Kuharap begitu. Aku berusaha mengelabui Dimitri dengan bergerak ke sampingnya, lalu berhenti, selama sesaat aku merasa tidak yakin. Kupikir kau ingin apa menurutmu aku cantik" Selama kami saling mengenal satu sama lain, selama ketertarikan ini terbentuk di antara kami berdua, Dimitri tidak pernah mengatakan bahwa aku cantik. Dia pernah mengisyaratkan hal tersebut, tapi tentu tidak sama. Dan meskipun aku sudah mendapatkan kepastian dari laki-laki lainnya bahwa aku teramat sangat seksi, aku ingin mendengarnya dari satu-satunya lelaki yang sungguh-sungguh ingin kudengar mengatakan hal tersebut.
Rose, aku tak tahu apa yang terjadi, tapi kau harus kembali ke kamarmu.
Saat aku bergerak menghampirinya lagi, Dimitri mengulurkan tangan dan merenggut pergelangan
tanganku. Seiring sentuhan itu, ada suatu sensasi yang terasa menyengat kami berdua, dan aku melihat Dimitri langsung melupakan apa pun yang semula dikhawatirkannya. Ada sesuatu yang memerangkap Dimitri juga, sesuatu yang membuatnya tiba-tiba menginginkanku seperti aku menginginkannya.
Dimitri melepaskan pergelangan tanganku, tangannya menelusuri lenganku, dan mengelus kulitku dengan perlahan. Dimitri memandangiku dengan tatapannya yang gelap dan lapar, lalu menarikku mendekat, dan menekan tubuhku hingga menempel pada tubuhnya. Salah satu tangannya bergerak ke atas menuju bagian belakang leher, melilitkan jemarinya pada rambutku dan mendekatkan wajahku pada wajahnya. Dimitri mengarahkan bibirnya ke bawah, nyaris menyentuhkannya pada bibirku.
Aku menelan ludah, dan bertanya lagi, Apa menurutmu aku cantik"
Dimitri memandangiku dengan sangat serius, seperti yang selalu dilakukannya selama ini. Menurutku kau sangat cantik.
Sangat cantik" Kau sangat cantik hingga kadang-kadang membuatku menderita.
Bibir Dimitri bergerak menghampiri bibirku, awalnya dengan lembut, kemudian dengan ganas dan lapar. Ciuman Dimitri seakan melahapku. Tangan Dimitri yang semula memegangi lenganku meluncur turun menuju pinggulku, terus hingga ke tepian gaunku. Dimitri mengumpulkan kain gaun tersebut di dalam tangannya dan mulai mendorongnya naik ke pangkal kakiku. Aku seakan meleleh di bawah sentuhannya, di dalam ciumannya, dan bagaimana ciumannya terasa membakar bibirku. Kedua tangan Dimitri terus-menerus meluncur naik turun, hingga akhirnya dia menarik gaunnya ke atas kepalaku dan melemparkannya ke lantai.
Kau & kau menyingkirkan gaun itu dengan cepat, aku berkata sambil terengah-engah. Kupikir kau menyukainya.
Aku memang menyukainya, kata Dimitri. Napas Dimitri sama terengah-engahnya seperti napasku. Aku sangat menyukainya.
Kemudian Dimitri membawaku ke tempat tidurnya.
BAB DUA PULUH SATU AKU TIDAK PERNAH SEPENUHNYA TELANJANG di dekat seorang laki-laki sebelumnya. Ini membuatku sangat ketakutan meskipun harus kuakui membuatku penasaran juga. Seraya berbaring di tempat tidur, kami masih saling merangkul dan terus berciuman dan berciuman dan berciuman, dan terus berciuman. Kedua tangan dan bibir Dimitri menguasai tubuhku, dan setiap sentuhannya terasa bagaikan api pada kulitku.
Setelah mendambakannya selama ini, aku nyaris tidak percaya bahwa semua ini benar-benar terjadi. Meskipun aktivitas fisik ini terasa sangat hebat, hanya berada dekat dengan Dimitri saja sudah membuatku senang. Aku suka melihat caranya menatapku, seakan-akan aku adalah makhluk paling seksi dan paling mengagumkan yang ada di dunia ini. Aku suka cara Dimitri menyebut namaku dalam bahasa Rusia, dan menggumamkannya seperti doa: Roza, Roza &.
Dan di suatu tempat, di tengah semua ini, ada sebuah suara yang sama seperti yang mendorongku ke kamar ini, sebuah suara yang tidak terdengar seperti suaraku sendiri tapi tak sanggup kuabaikan. Tetaplah bersamanya, tetaplah bersamanya. Jangan pikirkan hal lain selain Dimitri. Teruslah menyentuhnya. Lupakan semua hal lain.
Aku menurutinya bukan berarti aku butuh seseorang untuk meyakinkanku agar terus menyentuh Dimitri.
Kedua mata Dimitri yang terlihat membara memberitahu bahwa dia ingin melakukan lebih dari sekadar yang kami lakukan sekarang, tapi Dimitri tidak tergesa-gesa, mungkin karena dia tahu bahwa aku merasa gugup. Dimitri masih memakai celama piamanya. Lalu akhirnya, aku bergeser hingga berada di atas tubuh Dimitri, rambutku menggantung di sekitar wajahnya. Dimitri memiringkan kepalanya sedikit, dan aku melihat bagian belakang lehernya sekilas. Aku menyapukan jemariku di atas enam buah tanda kecil yang tertato di sana.
Apa kau benar-benar sudah membunuh enam Strigoi"
Dimitri mengangguk. Wow. Dimitri menarik leherku ke arah mulutnya dan menciumnya. Giginya menggesek kulitku dengan lembut, berbeda dengan sentuhan vampir tapi sama menegangkannya. Jangan cemas. Suatu hari nanti, tanda yang kaumiliki akan lebih banyak dariku.
Apa kau merasa bersalah"
Hmm" Membunuh mereka. Waktu di dalam van kau bilang bahwa itu m
emang hal yang benar untuk dilakukan, tapi kau masih merasa terganggu karenanya. Karena itulah kau pergi ke gereja, ya kan" Aku melihatmu di gereja, tapi kau tidak terlalu memperhatikan misanya.
Dimitri tersenyum, terkejut dan senang karena aku berhasil menebak rahasia lain mengenai dirinya. Bagaimana kau bisa tahu soal hal-hal seperti ini" Sebenarnya aku tidak merasa bersalah & hanya kadang-kadang merasa sedih. Mereka semua dulunya adalah manusia, dhampir, atau Moroi. Aku merasa semua itu sia-sia, hanya itu, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, ini adalah tugas yang harus kulakukan. Sesuatu yang harus kita lakukan. Terkadang hal itu terasa menggangguku, dan kapel merupakan sebuah tempat yang baik untuk memikirkan hal semacam itu. Kadang aku menemukan kedamaian di sana, tapi tidak terlalu sering. Aku lebih sering menemukan kedamaian saat bersamamu.
Dimitri menggeser tubuhku dari atas tubuhnya dan berguling hingga dia berada di atas tubuhku lagi. Ciumannya dimulai lagi, kali ini dengan lebih ganas. Lebih mendesak. Ya Tuhan, pikirku. Akhirnya aku akan melakukannya. Inilah saatnya. Aku bisa merasakannya.
Dimitri pasti melihat tekad yang terpancar dari mataku. Dia tersenyum, menyelipkan kedua tangannya ke belakang leherku dan membuka kalung pemberian Victor. Dimitri menyimpannya di meja samping tempat tidur. Saat rantai tersebut terlepas dari jemari Dimitri, aku merasa seperti ditampar keras-keras. Aku mengerjap dengan kaget.
Dimitri pasti merasakan hal yang sama. Apa yang terjadi" tanyanya.
Aku aku tak tahu. Aku merasa seperti sedang berusaha untuk bangun, seakan-akan aku tertidur selama dua hari. Aku harus mengingat sesuatu.
Lissa. Ada sesuatu yang berhubungan dengan Lissa.
Kepalaku terasa aneh. Bukan sakit maupun pusing, tapi & suara itu, aku tersadar. Suara yang memaksaku mendatangi Dimitri sudah menghilang. Bukan berarti aku sudah tidak menginginkan Dimitri lagi, karena melihatnya di sana dengan celana piama yang seksi dan rambut cokelat yang jatuh acak-acakan ke samping wajahnya lebih dari sekadar lumayan. Tapi aku sudah tidak merasakan pengaruh luar yang memaksaku untuk menghampiri Dimitri lagi. Aneh.
Dimitri mengernyit, dia sudah tidak merasa bergairah lagi. Setelah berpikir beberapa saat, Dimitri mengulurkan tangan ke atas meja dan mengambil kalungnya. Saat jemari Dimitri menyentuh kalung itu, aku melihat gairah menyapunya lagi. Dimitri menyelipkan tangannya yang lain ke atas pinggulku, dan tiba-tiba, gairah membara itu melandaku kembali. Perutku terasa mual sementara kulitku mulai merinding dan terasa hangat lagi. Napasku menjadi berat. Bibir Dimitri bergerak menuju bibirku lagi.
Ada bagian di dalam diriku yang terus melawan.
Lissa, bisikku, seraya menutup kedua mataku. Aku harus memberitahu sesuatu mengenai Lissa padamu. Tapi aku tak bisa & mengingatnya & aku merasa sangat aneh &.
Aku tahu. Masih berpegangan padaku, Dimitri meletakkan pipinya pada keningku. Ada sesuatu & sesuatu di sini &. Dimitri menarik wajahnya menjauh, dan aku membuka mata. Kalung ini. Ini kalung yang diberikan Pangeran Victor padamu"
Aku mengangguk, dan di balik mata Dimitri, aku bisa melihat cara berpikir yang lamban itu sedang berusaha untuk bangun. Seraya menarik napas dalam, Dimitri melepaskan tangannya dari pinggulku dan menarik dirinya menjauh.
Apa yang kaulakukan" seruku. Kembalilah &.
Dimitri kelihatan ingin melakukannyasangat ingin tapi dia malah turun dari tempat tidur. Dimitri dan kalungnya menjauh dariku. Aku merasa seakan dia menarik lepas sebagian diriku, namun pada saat yang bersamaan, aku merasakan sensasi bangun tidur yang mengejutkan, seakan-akan aku bisa berpikir jernih lagi tanpa didikte oleh tubuhku sendiri.
Meskipun begitu, Dimitri masih terlihat sangat bergairah, dan sepertinya dia harus berjuang keras untuk berjalan menyeberangi ruangan. Dimitri meraih jendela dan berhasil membukanya dengan sebelah tangan. Udara dingin menyembur masuk, dan aku menggosokkan kedua tangan pada lenganku agar merasa hangat.
Apa yang akan kau " Jawabannya seakan menamparku, dan aku langsung turun dari tempat tidur, te
pat pada saat kalungnya melayang keluar jendela. Tidak! Apa kau tahu berapa harga kalung "
Kalungnya menghilang, dan aku tidak merasa seperti sedang terbangun lagi. Aku memang sudah bangun 3dengan merana, bisa dibilang begitu.
Aku mengamati keadaan di sekitarku. Aku. Telanjang. Tempat tidur yang acak-acakan.
Namun, semua itu tidak sebanding dengan hal berikutnya yang kuingat.
Lissa! aku menghela napas. Ingatan itu membanjiri kembali, semua kenangan dan emosi. Bahkan, emosi yang ditahan oleh Lissa tiba-tiba saja membanjiriku dalam tingkat yang mencengangkan. Lebih banyak kengerian. Kengerian yang teramat sangat. Semua perasaan itu seakan ingin menyedotku kembali ke tubuh gadis itu, tapi aku tak bisa membiarkannya. Tidak sekarang. Aku melawannya, karena harus tetap berada di sini. Dengan kata-kata yang berhamburan keluar, aku memberitahu Dimitri semua yang sudah terjadi.
Dimitri sudah bergerak sebelum aku selesai bercerita, berpakaian dan terlihat seperti seorang dewa jagoan. Kemudian dia menyuruhku berpakaian juga, dan melemparkan baju hangat bertuliskan huruf Cyrillic untuk kupakai di atas gaunku yang terbuka.
Aku mengalami kesulitan saat mengikuti Dimitri menuruni tangga; kali ini dia tidak repot-repot memperlambat langkahnya. Ketika kami di sana, Dimitri sudah menghubungi orang-orang. Berbagai perintah sudah diteriakkan. Dan tidak lama setelah itu, aku berada di kantor utama pengawal bersama Dimitri. Kirova dan guru lainnya juga ada di sana. Begitu pula dengan sebagian besar pengawal kampus. Sepertinya semua orang berbicara pada saat bersamaan. Dan selama itu, aku bisa merasakan emosi Lissa, merasakannya bergerak menjauh dan semakin jauh.
Aku berteriak pada mereka agar bergegas melakukan sesuatu, tapi selain Dimitri tak ada seorang pun yang memercayai ceritaku mengenai penculikan Lissa. Hingga akhirnya ada seseorang yang menjemput Christian dari kapel, dan membenarkan bahwa Lissa memang tidak ada di dalam kampus.
Christian terhuyung-huyung masuk, ditopang oleh dua pengawal. Dr. Olendzki muncul tidak lama setelah itu, memeriksa keadaan Christian dan mengusap darah dari bagian belakang kepalanya.
Akhirnya sesuatu akan terjadi, pikirku.
Ada berapa Strigoi di sana" tanya seorang pengawal padaku.
Bagaimana mungkin mereka bisa masuk ke sini" gumam seorang pengawal lainnya.
Aku melongo. Ap " Tidak ada seorang Strigoi pun di sana.
Beberapa pasang mata langsung menatapku. Siapa lagi yang ingin menculiknya" tanya Kirova dengan sangsi. Kau pasti melihatnya dengan salah melalui & penerawangan.
Tidak. Aku yakin. Di sana & mereka adalah & para pengawal.
Dia benar, gumam Christian yang masih berada dalam pemeriksaan dokter. Dia sedikit mengernyit saat dokter melakukan sesuatu pada bagian belakang kepalanya. Para pengawal.
Itu mustahil, kata seseorang.
Mereka bukan pengawal sekolah. Aku menggosok kening, berusaha keras melawan keinginan untuk meninggalkan pembicaraan ini dan kembali pada Lissa. Kekesalanku semakin bertambah. Apa kalian bisa bergegas" Lissa semakin jauh!
Jadi, kau bilang ada sekelompok pengawal bayaran yang datang dan menculik Lissa" Nada suara Kirova seakan mencurigai bahwa aku sedang memainkan sebuah lelucon.
Ya, aku menjawab sambil menggertakkan gigi. Mereka &
Dengan perlahan dan hati-hati, aku menyelinap keluar dari kekangan jiwaku sendiri dan melayang ke dalam tubuh Lissa. Aku sedang duduk di dalam mobil, sebuah mobil mahal yang jendelanya dicat untuk menghalangi cahaya. Di sini mungkin sudah malam , namun bagi seisi dunia lainnya sekarang adalah siang hari. Salah seorang pengawal yang kulihat di kapel mengemudikan mobilnya; seorang pengawal lain duduk di sampingnya di bangku depan pengawal yang kukenali. Spiridon. Lissa duduk di bangku belakang dengan tangan terikat, di sampingnya ada seorang pengawal lain, dan di sisi lainnya ada
Mereka bekerja untuk Victor Dashkov, aku terengah, kembali memusatkan pikiran pada Kirova dan yang lain. Mereka adalah pengawal Victor.
Pangeran Victor Dashkov" tanya salah seorang pengawal sambil mendengus. Memangnya ada Victor Dashkov yang lain"
Kumohon, erangku, kedua tanganku memegangi kepala. Lakukan sesuatu. Mereka semakin jauh. Mereka ada di &
Sebuah kilasan gambar, yang terlihat di luar jendela mobil, melintas dalam penerawanganku. Jalan tol 83. Menuju selatan.
Mereka sudah sampai di jalan tol 83" Sudah berapa lama mereka pergi" Kenapa kau tidak datang lebih cepat"
Mataku beralih pada Dimitri dengan cemas.
Sebuah mantra kompulsi, Dimitri berkata perlahan. Sebuah mantra kompulsi yang dipasang pada kalung yang diberikan Victor pada Rose. Mantra itu membuat Rose menyerangku.
Tidak ada seorang pun yang bisa menggunakan kompulsi seperti itu, seru Kirova. Tidak ada yang melakukannya selama berabad-abad.
Well, seseorang sudah melakukannya. Pada saat aku menangkap Rose dan mengambil kalungnya, sudah banyak waktu yang terbuang percuma, lanjut Dimitri, wajahnya terlihat sepenuhnya terkendali. Tidak seorang pun mempertanyakan ceritanya.
Akhirnya. Akhirnya kelompok itu mulai melakukan sesuatu. Tidak ada yang setuju untuk mengajakku, namun Dimitri terus memaksa saat menyadari bahwa aku bisa menuntun mereka menuju Lissa. Tiga pasukan pengawal berangkat dengan menggunakan mobil-mobil SUV berwarna hitam. Aku naik mobil yang pertama, duduk di bangku penumpang sementara Dimitri mengemudi. Menit demi menit berlalu. Satu-satunya saat aku berbicara adalah ketika memberikan laporan.
Mereka masih ada di jalan tol 83 & tapi mereka akan segera belok. Mereka tidak mengebut. Mereka tidak ingin diberhentikan oleh polisi.
Dimitri mengangguk, tanpa melihat ke arahku. Sudah jelas Dimitri mengebut.
Aku meliriknya dari samping, seraya mengingat kejadian malam ini. Dalam benakku, aku bisa melihat semua itu lagi, bagaimana Dimitri menatap dan menciumku.
Namun, semua itu apa" Sebuah ilusi" Sebuah trik" Saat berjalan menuju mobil, Dimitri memberitahuku bahwa di kalung itu memang ada sebuah mantra kompulsi, sebuah mantra paksaan gairah. Aku belum pernah mendengar hal semacam itu, tapi saat bertanya lebih banyak, Dimitri hanya bilang bahwa itu adalah sejenis sihir yang dulu pernah dipraktikan penguasa sihir tanah tapi sudah lama hilang.
Mereka belok, kataku tiba-tiba. Aku tak bisa melihat nama jalannya, tapi aku akan tahu kalau kita sudah dekat.
Dimitri menggeram sebagai tanda bahwa dia mendengarku, dan aku duduk lebih merosot.
Apa artinya semua itu" Apa semua itu berarti bagi Dimitri" Sudah pasti berarti banyak untukku.
Di sana, kataku sekitar dua puluh menit kemudian, menunjuk jalanan tidak rata tempat mobil Victor berbelok. Jalanannya tidak diaspal dan dipenuhi batu kerikil, dan mobil SUV yang kami kendarai lebih menguntungkan daripada mobil mewah Victor.
Kami berkendara dalam diam, satu-satunya suara berasal dari batu kerikil yang terlindas ban. Debu beterbangan di luar jendela, berputar-putar di sekeliling kami.
Mereka belok lagi. Mereka semakin jauh dari jalan utama dan kami terus mengikuti, dengan mengikuti panduanku. Akhirnya, aku merasakan mobil Victor berhenti.
Mereka ada di luar kabin kecil, aku berkata. Mereka membawanya
Kenapa kau melakukan semua ini" Apa yang terjadi"
Lissa. Dia merasa ngeri dan takut. Perasaan itu menarikku ke dalam diri Lissa.
Ayo, Nak, Victor berkata sambil masuk ke kabin, melangkah goyah di atas tongkat berjalannya. Salah seorang pengawal menahan pintunya agar tetap terbuka. Seorang pengawal lain mendorong Lissa masuk dan mendudukkannya di sebuah kursi yang terletak di dekat meja kecil. Di dalam kabin, udaranya terasa dingin, terutama dalam balutan gaun merah muda. Victor duduk di seberang Lissa. Saat Lissa berusaha untuk bangkit, seorang pengawal memberinya peringatan dengan menatap tajam. Apa kaupikir aku tak sanggup menyakitimu"
Apa yang kaulakukan pada Christian" Lissa berteriak, mengabaikan pertanyaan si pengawal. Apa dia mati"
Si bocah Ozera" Aku tidak bermaksud melakukannya. Kami tidak mengharapkannya ada di sana. Kami berharap akan menemukanmu sendirian, untuk meyakinkan yang lain bahwa kau melarikan diri lagi. Kami sudah memastikan kabar burung itu beredar.
Kami" Aku ingat bagaimana banyak cerita mulai bermu
nculan minggu ini & dari Natalie.
Sekarang" Victor menghela napas, membentangkan lengannya lebar-lebar sebagai isyarat tak berdaya. Entahlah. Aku ragu ada orang yang akan menghubungkannya pada kami, bahkan jika mereka tak percaya bahwa kau melarikan diri. Rose adalah rintangan terbesar. Kami sudah berniat untuk & menjemputnya, agar yang lain berpikir bahwa dia juga melarikan diri. Kehebohan yang diciptakannya saat pesta dansa membuat hal itu mustahil untuk dilakukan, tapi aku sudah punya rencana cadangan untuk memastikan dia sibuk selama beberapa waktu & mungkin sampai besok. Kami terpaksa menangani Rose belakangan.
Victor tidak mempertimbangkan kemungkinan Dimitri berhasil mengetahui mantra itu. Dia berpikir kami akan terlalu sibuk bercinta semalaman.
Kenapa" tanya Lissa. Kenapa kau melakukan semua ini"
Mata hijau Victor melebar, membuat Lissa teringat pada mata ayahnya sendiri.
Mereka mungkin hanya kerabat jauh, tapi warna hijau giok itu menurun dalam keluarga Dragomir dan keluarga Dashkov.
Aku terkejut kau bahkan menanyakannya, my dear. Aku butuh kau untuk menyembuhkan aku.
BAB DUA PULUH DUA MENYEMBUHKANMU" Menyembuhkan Victor" pikiranku menggaungkan pertanyaan yang sama dengan Lissa.
Kau satu-satunya jalan, Victor berkata dengan sabar. Satu-satunya jalan untuk menyembuhkan penyakit ini. Aku sudah mengamatimu selama bertahun-tahun, menunggu hingga aku merasa yakin.
Lissa menggeleng. Aku tak bisa & tidak. Aku tak bisa melakukan hal semacam itu.
Kemampuan menyembuhkanmu sangat mengagumkan. Tak seorang pun tahu seberapa kuat kemampuanmu.
Aku tak tahu apa yang kaubicarakan.
Ayolah, Vasilisa. Aku tahu soal burung raven itu Natalie melihatmu melakukannya. Dia mengikutimu. Dan aku tahu kau menyembuhkan Rose.
Lissa sadar tidak ada gunanya menyangkal semua itu. Itu & itu semua berbeda. Keadaan Rose tidak separah itu. Tapi kau & aku tak bisa melakukan apa-apa untuk menyembuhkan Sindrom Sandovsky.
Tidak separah itu" Victor tertawa. Aku tidak membicarakan pergelangan kakinya 3meskipun itu juga sangat mengagumkan. Aku membicarakan soal kecelakaan mobil. Karena tahukah kau, kau memang benar. Luka Rose tidak separah itu. Rose sudah mati.
Victor membiarkan ucapannya meresap.
Itu & tidak. Rose masih hidup, akhirnya Lissa berhasil menjawab.
Tidak. Well, ya, dia memang hidup. Tapi aku membaca semua laporannya. Dia tak mungkin selamat terutama dengan banyaknya luka yang dialaminya. Kau menyembuhkannya. Kau menghidupkannya kembali. Victor menghela napas, setengah berharap dan setengah lelah. Aku sudah curiga sejak lama kau bisa melakukannya, dan aku berusaha keras agar kau mengulanginya & untuk melihat seberapa jauh kau bisa mengendalikannya &.
Lissa mulai mengerti dan terkesiap. Binatang-binatang itu. Kau yang melakukannya.
Dengan bantuan Natalie. Kenapa kau melakukannya" Teganya kau melakukan itu.
Karena aku harus mencari tahu. Aku hanya punya waktu beberapa minggu lagi untuk hidup, Vasilisa. Kalau kau memang bisa menghidupkan lagi yang sudah mati, maka kau pasti bisa menyembuhkan Sindrom Sandovsky. Sebelum menculikmu, aku harus tahu bahwa kau bisa menyembuhkan sesuai kehendakmu, bukan hanya saat panik.
Kenapa kau harus menculikku" Percikan amarah menyala dalam diri Lissa. Kau bisa dibilang pamanku sendiri. Kalau kau ingin aku melakukannya kalau kau memang berpikir aku bisa melakukannya &. Suara dan perasaan Lissa menunjukkan bahwa dia sendiri tidak sepenuhnya yakin sanggup menyembuhkan Victor. Kenapa kau menculikku segala" Kenapa tidak memintanya baik-baik"
Karena ini bukan urusan sekali jadi. Butuh waktu lama untuk mencari tahu siapa kau sebenarnya, tapi aku berhasil mendapatkan beberapa sejarah lama & gulungan-gulungan yang disimpan di luar museum Moroi. Saat aku membaca bagaimana caranya mengendalikan roh
Mengendalikan apa" Roh. Itulah spesialisasimu.
Aku belum memiliki spesialisasi! Kau sudah gila.
Memangnya dari mana lagi kau mendapatkan semua kekuatanmu itu" Roh termasuk salah satu elemen, yang sekarang hanya dimiliki sedikit orang.
Pikiran Lissa masih berkutat pada p
enculikan yang dialaminya dan kemungkinan bahwa dirinya memang benar-benar sudah membangkitkan aku dari kematian. Tapi semua itu tak masuk akal. Bahkan jika hal itu memang tidak umum, aku pasti pernah mendengar jika ada elemen lain! Atau mendengar seseorang memilikinya.
Tidak ada yang tahu soal roh lagi. Itu sudah dilupakan. Jika ada yang memiliki spesialisasi dalam elemen itu, tak seorang pun menyadarinya. Mereka hanya berpikir bahwa orang itu belum memiliki spesialisasi sama sekali.
Dengar, kalau kau hanya berusaha untuk membuatku merasa Lissa berhenti bicara. Dia marah dan takut, tapi di balik semua emosi itu, akal sehatnya terus mencerna apa yang dikatakan Victor soal penggunaan roh dan spesialisasi. Sekarang Lissa sudah memahaminya. Ya Tuhan. Vladimir dan Ms. Karp.
Victor memandang Lissa dengan curiga. Kau sudah tahu semua ini sejak lama.
Tidak! Aku bersumpah. Ini hanya hasil penelitian yang dilakukan Rose &. Dia bilang mereka sama sepertiku &. Perasaan Lissa mulai berubah, dari sedikit takut menjadi sepenuhnya takut. Berita itu terlalu mengejutkan.
Mereka memang sepertimu. Buku-buku bahkan menuliskan bahwa Vladimir memiliki roh yang kaya. Victor menganggapnya lucu. Melihat senyuman yang tersungging pada wajahnya membuatku merasa ingin menamparnya.
Kupikir & Lissa masih berharap bahwa Victor salah. Gagasan bahwa dirinya tidak memiliki spesialisasi terasa jauh lebih aman daripada memiliki spesialisasi dalam sebuah elemen aneh. Kupikir maksudnya seperti Roh Kudus.
Begitu pun yang diduga oleh semua orang, tapi bukan. Artinya sama sekali berbeda. Sebuah elemen yang terdapat di dalam diri kita semua. Sebuah elemen utama yang bisa memberimu kendali tidak langsung atas elemen lain. Ternyata teoriku mengenai Lissa yang memiliki spesialisasi dalam semua elemen tidak melenceng terlalu jauh.
Lissa berjuang keras untuk memahami berita ini dan untuk mengendalikan dirinya sendiri. Itu tidak menjawab pertanyaanku. Tak peduli jika aku memang benar memiliki roh atau apa pun itu. Kau tak perlu menculikku.
Seperti yang kau tahu, roh bisa menyembuhkan luka fisik. Sayangnya, hanya bekerja dengan baik pada luka akut. Yang terjadi sekali-kali. Pergelangan kaki Rose. Luka akibat kecelakaan. Untuk penyakit yang kronis contohnya, penyakit genetis seperti Sandovsky diperlukan penyembuhan yang berkelanjutan. Kalau tidak, penyakitnya akan terus-terusan kembali. Itulah yang akan terjadi padaku. Aku membutuhkanmu, Vasilisa. Aku butuh kau untuk membantuku melawan semua ini dan menjauhkan penyakitnya. Supaya aku bisa tetap hidup.
Semua itu tetap tidak menjelaskan mengapa kau menculikku, bantah Lissa. Aku pasti akan membantumu jika kau memintanya.
Mereka takkan mengizinkanmu melakukannya. Sekolah. Dewan. Begitu mereka berhasil mengatasi keterkejutan saat mengetahui keberadaan seorang pengguna roh, mereka akan berpegangan pada etika. Lagi pula, bagaimana seseorang bisa memilih siapa yang berhak untuk disembuhkan" Mereka akan menganggapnya tidak adil. Bahwa hal itu sama dengan berpura-pura menjadi Tuhan. Atau, mereka akan mengkhawatirkan pengaruhnya pada dirimu.
Lissa tersentak, dia tahu pasti pengaruh apa yang dimaksud oleh Victor.
Melihat ekspresi Lissa, Victor pun mengangguk. Ya. Aku takkan berbohong padamu. Ini akan berat untuk dilakukan. Semua ini akan mengurasmu baik mental maupun fisik. Tapi aku harus melakukannya. Aku sungguh menyesal. Aku akan menyediakan donor dan hiburan lainnya untukmu.
Lissa melompat bangun dari kursi. Ben bergegas maju dan mendorongnya sampai duduk lagi. Setelah itu apa" Apa kau akan mengurungku di sini sebagai seorang tawanan" Perawat pribadimu"
Victor membuat isyarat menyebalkan dengan membuka lengannya lebar-lebar lagi. Maafkan aku. Aku tak punya pilihan lain.
Amarah yang membara mengalahkan ketakutan yang dirasakan Lissa jauh di dalam lubuk hatinya. Lissa bicara dengan suara rendah. Ya. Kau tak punya pilihan lain, karena sekarang kita sedang membicarakan aku.
Semua ini jalan terbaik untukmu. Kau tahu kan bagaimana nasib yang lain. Bagaimana Vladimir menghabiskan sisa hidupnya d
alam kegilaan mutlak. Bagaimana Sonya Karp terpaksa dibawa pergi. Trauma yang kaualamai sejak kecelakaan tidak hanya berasal dari rasa kehilangan keluarga. Itu akibat penggunaan roh. Kecelakaan sudah membangunkan roh yang ada di dalam dirimu; ketakutanmu saat melihat Rose mati membuatnya terpancar keluar, sehingga membuatmu sanggup untuk menyembuhkannya. Kejadian itu menempa ikatan di antara kalian. Dan saat kemampuan itu sudah keluar, kau tak bisa mengembalikannya lagi. Roh adalah elemen yang sangat kuat tapi juga berbahaya. Pengguna sihir tanah mendapatkan kekuatan mereka dari tanah, pengguna sihir udara mendapatkannya dari udara. Sedangkan roh" Menurutmu dari mana asalnya"
Lissa memelototinya. Asalnya darimu, dari esensi dirimu sendiri. Untuk menyembuhkan orang lain, kau harus memberikan sebagian dirimu. Semakin sering kau menggunakannya, maka seiring waktu berjalan kemampuan itu akan semakin menghancurkanmu. Kau pasti sudah menyadarinya. Aku sudah melihat beberapa masalah yang membuatmu sangat kesal, betapa rapuhnya dirimu.
Aku tidak rapuh, bentak Lissa. Dan aku takkan jadi gila. Aku akan berhenti menggunakan roh sebelum keadaannya memburuk.
Victor tersenyum. Berhenti menggunakannya" Sama saja dengan berhenti bernapas. Roh memiliki tujuannya sendiri &. Kau akan selalu memiliki dorongan untuk membantu dan menyembuhkan. Itu sudah menjadi bagian dari dirimu. Kau menolak binatang-binatang itu, tapi kau tak berpikir dua kali untuk menyembuhkan Rose. Kau bahkan tak sanggup mencegah dirimu untuk tidak menggunakan kompulsi roh memberimu kekuatan istimewa dalam hal ini. Dan semuanya akan selalu seperti itu. Kau tak bisa menghindari roh. Lebih baik kau tetap berada di sini, dalam pengasingan, jauh dari sumber stres lainnya. Kau bisa saja menjadi sangat tidak terkendali jika berada di Akademi, atau mereka akan terpaksa memberimu pil yang bisa membuatmu merasa lebih baik tapi menumpulkan kekuatanmu.
Sebuah rasa percaya diri mulai terbentuk di dalam diri Lissa, yang terasa sangat berbeda dari pengamatanku selama beberapa tahun terakhir. Aku menyayangimu, Paman Victor, tapi akulah yang harus menghadapi itu semua dan memutuskan apa yang harus kulakukan. Bukan kau. Kau memaksaku untuk mengorbankan hidupku demi hidupmu. Itu tidak adil.
Masalahnya hanyalah hidup siapa yang lebih berarti. Aku juga menyayangimu. Sangat menyayangimu. Tapi kaum Moroi mulai tercerai-berai. Jumlah kita semakin menurun karena kita sudah membiarkan Strigoi memangsa kita. Dulu kita memburu mereka dengan aktif. Sekarang Tatiana dan pemimpin lainnya hanya bisa bersembunyi. Mereka mengasingkanmu dan para bangsawan. Zaman dulu, kau dilatih untuk bertempur bersama pengawalmu! Kau diajarkan untuk menggunakan sihir sebagai senjata. Tapi sudah tidak lagi. Kita hanya bisa menunggu. Kita adalah korban. Saat melihat tatapan Victor yang menerawang, baik aku maupun Lissa sama-sama bisa melihat betapa laki-laki itu larut dalam ambisinya. Aku bisa mengubahnya jika aku menjadi raja. Aku bisa menciptakan revolusi yang belum pernah disaksikan oleh Moroi maupun Strigoi. Aku seharusnya menjadi pewaris takhta Tatiana. Dia sudah siap menunjukku sebelum akhirnya mengetahui soal penyakit yang kuderita, lalu dia berubah pikiran. Jika aku bisa disembuhkan & jika aku sembuh, aku bisa mengambil posisi yang sudah menjadi hakku &.
Kata-kata Victor itu memicu sesuatu di dalam diri Lissa, sebuah pertimbangan mengenai nasib kaum Moroi. Lissa tidak pernah merenungkan apa yang dikatakan oleh Victor, mengenai keadaan yang akan sangat berbeda jika kaum Moroi dan para pengawalnya saling bahu-membahu memerangi Strigoi dan segala kejahatan mereka. Ucapan Victor mengingatkan Lissa pada Christian dan apa yang dikatakannya mengenai penggunaan sihir sebagai senjata. Namun, bahkan jika Lissa memang menghargai keyakinan Victor pun, kami berdua sama-sama beranggapan bahwa semua itu tak sepadan dengan apa yang diminta Victor darinya.
Maafkan aku, bisik Lissa. Aku prihatin pada semua yang terjadi padamu. Tapi kumohon jangan paksa aku melakukannya.
Aku terpaksa melakukannya.
Lissa menatap t ajam ke dalam mata Victor. Aku tak mau melakukannya.
Victor memiringkan kepala, dan seseorang melangkah maju dari sudut ruangan. Seorang Moroi lain. Aku tidak mengenalnya. Laki-laki itu berjalan ke belakang Lissa dan membuka ikatan tangannya.
Ini Kenneth. Victor mengulurkan tangan pada tangan Lissa yang sudah bebas. Kumohon, Vasilisa. Raihlah tanganku. Kirimkan sihirnya padaku seperti yang kaulakukan pada Rose.
Lissa menggeleng. Tidak.
Suara Victor tidak terdengar seramah itu saat bicara lagi. Kumohon. Entah bagaimana caranya, kau harus menyembuhkanku. Aku lebih suka kalau kau melakukannya atas kehendakmu, bukan kehendak kami.
Lissa menggeleng lagi. Victor memberi isyarat kecil pada Kenneth.
Dan pada saat itulah rasa sakitnya mulai terasa.
Lissa menjerit. Aku menjerit.
Di dalam SUV, genggaman Dimitri pada kemudi tersentak karena kaget sehingga membuatnya membanting setir. Seraya menatapku dengan waspada, Dimitri mulai menepikan mobil.
Tidak, tidak! Terus jalan! Aku menekan telapak tangan pada pelipis. Kita harus cepat sampai!
Dari belakang tempat dudukku, Alberta mengulurkan tangan dan meletakkannya pada pundakku. Rose, apa yang terjadi"
Aku mengerjap untuk mencegah air mataku turun. Mereka menyiksanya & dengan udara. Laki-laki ini & Kenneth & dia menekan udara pada tubuh Lissa & ke dalam kepalanya. Tekanannya sangat menyiksa. Rasanya tengkorak kepalaku tengkorak kepala Lissa akan meledak. Aku mulai terisak.
Dimitri menatapku dari sudut matanya dan menekan pedal gas lebih dalam lagi.
Kenneth tidak hanya melakukan tekanan fisik dengan udara. Dia juga menggunakannya untuk memengaruhi pernapasan Lissa. Terkadang Kenneth melimpahi Lissa dengan udara, kali lain dia mengambil semua udara hingga Lissa terengah-engah. Setelah mengalami sendiri semua itu dan dari sudut pandangku sekarang saja rasanya sudah cukup buruk aku cukup yakin aku pasti akan memberikan apa pun yang mereka minta.
Dan akhirnya, Lissa menuruti permintaan Victor.
Dengan pandangan yang terasa buram dan kesakitan, Lissa meraih tangan Victor. Aku belum pernah berada di dalam kepala Lissa saat dia sedang mempraktikkan sihir, jadi aku tidak tahu apa yang akan kurasakan. Awalnya aku tidak merasa apa-apa. Hanya perasaan sedang berkonsentrasi. Kemudian & rasanya seperti & aku bahkan tidak tahu bagaimana menggambarkannya. Warna, cahaya, musik, kehidupan, kebahagiaan, dan cinta & begitu banyak hal yang mengagumkan, semua hal indah yang bisa memperbaiki dunia dan membuatnya pantas untuk dijadikan tempat tinggal.
Lissa memanggil semua itu, sebanyak mungkin yang bisa dilakukannya, dan mengirimkannya pada Victor. Sihir mengalir melalui kami berdua, cemerlang dan manis. Sihir itu hidup. Sihir itu adalah hidup Lissa. Dan meskipun rasanya sangat mengagumkan, tubuh Lissa semakin lemah dan terus melemah. Namun, saat semua elemen itu diikat oleh elemen roh yang misterius mengalir pada tubuh Victor, laki-laki itu semakin kuat dan terus bertambah kuat.
Perubahannya sangat mengejutkan. Kulitnya menjadi mulus, tidak lagi dipenuhi kerut dan bopeng. Rambut kelabu yang menipis mulai tumbuh lagi, warnanya berubah menjadi gelap dan tumbuh subur lagi. Kedua mata hijaunya masih menyerupai giok berbinar lagi, terlihat waspada dan hidup.
Laki-laki itu berubah menjadi Victor yang diingat Lissa pada masa kecilnya dulu.
Karena kelelahan, Lissa pun tak sadarkan diri.
Di dalam SUV, aku berusaha memahami apa yang terjadi. Wajah Dimitri terlihat semakin kelam, lalu dia menyemburkan serangkaian umpatan dalam bahasa Rusia yang sampai sekarang belum diajarkannya padaku.
Saat kami berada sekitar setengah kilometer dari kabin, Alberta menelepon dengan ponselnya, dan konvoi pun berhenti. Semua pengawal jumlahnya lebih dari selusin keluar dari mobil dan berdiri berkerumun untuk merencanakan strategi. Ada seseorang yang pergi untuk mengintai dan kembali dengan laporan jumlah orang yang ada di dalam dan di luar kabin. Saat kelompok itu sepertinya siap untuk berpencar, aku baru keluar dari mobil. Dimitri mencegahku.
Tidak, Roza. Kau tunggu di sini.
Persetan dengan semua itu. Aku harus per
gi menolong Lissa. Dimitri merengkuh daguku dengan kedua tangannya, dan menatap tajam ke dalam mataku. Kau sudah menolongnya. Tugasmu sudah selesai. Kau melakukannya dengan baik. Tapi ini bukan tempat yang aman untukmu. Aku dan Lissa membutuhkanmu agar tetap selamat.
Aku sadar bahwa berdebat hanya akan menunda proses penyelamatan Lissa, dan pemahaman itulah yang akhirnya membungkamku. Aku menelan kembali protes yang semula ingin kuucapkan, dan mengangguk. Dimitri mengangguk balik dan bergabung dengan yang lain. Mereka semua menyelinap ke hutan, berbaur dengan pepohonan.
Seraya menghela napas, aku memundurkan sandaran bangku penumpang dan berbaring. Aku merasa sangat lelah. Meskipun sinar matahari membanjir melalui kaca depan mobil, saat itu adalah malam hari untukku. Aku terjaga semalaman, dan banyak hal yang terjadi selama itu. Dengan adrenalin yang kurasakan pada tubuhku sendiri dan berbagi rasa sakit yang dialami Lissa, aku bisa saja pingsan seperti dirinya.
Hanya saja, sekarang Lissa sudah bangun.
Perlahan-lahan, pandangan Lissa menguasai pandanganku lagi. Lissa sedang berbaring di sebuah sofa yang ada di dalam kabin. Salah satu pengikut Victor pasti sudah menggendongnya ke sana saat pingsan tadi. Sedangkan Victor sekarang dalam keadaan hidup dan sehat, berkat penyiksaan yang dilakukannya pada Lissa sedang berdiri di dapur dengan pengawal lain sambil membicarakan rencana mereka dengan suara pelan. Hanya ada seorang pengawal yang berdiri di dekat Lissa, mengawasinya. Laki-laki itu akan mudah dikalahkan saat Dimitri dan Tim Jagoan menerobos masuk.
Lissa mengamati pengawal yang sedang sendirian itu dan melirik ke jendela yang ada di samping sofa. Meskipun masih pusing akibat penyembuhan tadi, Lissa berhasil duduk. Si pengawal berbalik ke arah Lissa dan menatapnya dengan khawatir. Lissa menatapnya dan tersenyum.
Kau akan tetap diam tak peduli apa pun yang akan kulakukan, Lissa berkata pada pengawal itu. Kau takkan memanggil bantuan maupun memberitahu siapa pun saat aku pergi. Oke"
Kepatuhan akibat kompulsi menyelimuti laki-laki itu. Dia mengangguk sebagai tanda persetujuan.
Lissa berjalan menuju jendela, membuka kuncinya, dan mengangkat jendelanya. Saat melakukannya, ada serentetan pertimbangan yang berputar-putar di dalam kepala gadis itu. Tubuhnya lemah. Lissa tidak tahu seberapa jauh dirinya dari Akademi sesungguhnya, dari mana pun sekarang Lissa tidak tahu seberapa jauh dia bisa pergi sebelum akhirnya ada seseorang yang menyadari kepergiannya.
Namun, Lissa juga tahu bahwa dirinya mungkin takkan mendapatkan kesempatan melarikan diri lagi. Dia sama sekali tak berniat untuk menghabiskan sisa hidupnya di dalam kabin yang terletak di tengah hutan ini.
Pada saat yang lain, aku mungkin akan menyoraki keberanian Lissa, tapi tidak kali ini. Tidak di saat para pengawal sedang berusaha untuk menyelamatkannya. Lissa harus tetap ada di sana. Sayangnya, dia tak bisa mendengar nasihatku. Lissa memanjat keluar dari jendela, dan aku mengumpat keras-keras.
Apa" Apa yang kaulihat" tanya suatu suara di belakangku.
Aku terlonjak bangun dari posisi bersandar, hingga membenturkan kepalaku pada langit-langit mobil. Aku melirik ke belakang dan mendapati Christian sedang mengintip dari ruang penyimpanan barang yang terdapat di balik bangku paling belakang.
Apa yang kaulakukan di sini" tanyaku.
Kelihatannya bagaimana" Aku ini penyelundup.
Bukankah kau sedang mengalami gegar otak atau semacamnya"
Christian mengedikkan bahu seakan itu bukan masalah besar. Dia dan Lissa akan menjadi pasangan yang hebat. Keduanya sama-sama tidak ragu untuk melakukan perbuatan gila meskipun sedang terluka parah. Meskipun begitu, jika tadi Kirova memaksaku agar tetap di Akademi, aku pasti akan ada di samping Christian di belakang mobil.
Apa yang terjadi" tanya Christian. Apa kau melihat sesuatu yang baru"
Aku cepat-cepat memberitahunya sambil keluar dari mobil. Christian mengikutiku.
Lissa tidak tahu kalau para pengawal sudah pergi mencarinya. Aku akan pergi mencarinya sebelum dia mati kelelahan.
Bagaimana dengan para pengawal" Maksudku pengawa
l sekolah. Apa kau akan memberitahu mereka bahwa Lissa sudah pergi"
Aku menggeleng. Mereka mungkin sudah mendobrak masuk ke dalam kabin. Aku akan mengejar Lissa. Lissa pergi ke arah kanan kabin. Aku bisa pergi ke arah sana, tapi tak bisa mendapatkan arah yang pasti sampai aku berada lebih dekat dengannya. Meskipun begitu, itu bukan masalah. Aku harus menemukan Lissa. Saat melihat wajah Christian, aku tak bisa menahan diri untuk tidak memberinya senyuman hambar. Dan yeah, aku tahu. Kau akan ikut denganku.
BAB DUA PULUH TIGA AKU TIDAK PERNAH MENGALAMI KESULITAN untuk keluar dari benak Lissa, tapi kami juga sama-sama belum pernah mengalami sesuatu yang seperti ini. Kuatnya pikiran dan perasaan Lissa terus-terusan menarikku masuk ke dalam kepalanya.
Aku dan Christian berlari menembus hutan, melewati semak-semak dan pepohonan, bergerak semakin jauh dari kabin. Ya ampun, kuharap tadi Lissa tetap di sana. Aku pasti akan sangat senang melihat penyerbuan melalui matanya. Namun, semua itu sudah jauh kami tinggalkan, dan saat aku berlari, usaha Dimitri yang menempaku dengan lari dan latihan fisik akhirnya terbayarkan juga. Lissa tidak bergerak terlalu cepat, dan aku bisa merasakan jarak di antara kami semakin menipis, sehingga aku bisa tahu dengan pasti di mana Lissa berada. Namun, Christian juga tidak bisa mengimbangiku. Aku mulai melambat untuk mengimbanginya, tapi segera sadar betapa bodohnya hal tersebut.
Christian pun menyadarinya. Pergilah, katanya terengah-engah, melambaikan tangan untuk menyuruhku terus berlari.
Saat aku tiba di tempat yang sudah cukup dekat hingga kupikir Lissa bisa mendengarku, aku memanggil namanya, berharap bisa membuatnya berbalik arah. Alih-alih, jawaban yang kudapat adalah serangkaian lolongan dengkingan anjing yang terdengar samar-samar.
Psi-hound. Tentu saja. Victor pernah berkata bahwa dia sering berburu dengan binatang-binatang itu, dia bisa mengendalikan binatang itu. Tiba-tiba aku mengerti mengapa tak ada seorang pun dari pihak sekolah yang ingat pernah mengirim psi-hound untuk mengejarku dan Lissa saat berada di Chicago. Akademi tidak pernah mengatur semua itu; Victor yang melakukannya.
Satu menit kemudian, aku tiba di area terbuka tempat Lissa sedang merunduk di balik pohon. Dari ekspresi wajah dan perasaan yang mengalir melalui ikatan batin kami, seharusnya dia sudah pingsan sejak beberapa saat yang lalu. Hanya serpihan tekadlah yang membuatnya tetap bertahan.
Matanya terbelalak dan wajahnya pucat, Lissa menatap keempat psi-hound yang mengelilinginya dengan ngeri. Melihat matahari yang sedang bersinar penuh, aku menyadari bahwa Lissa dan Christian memiliki hambatan lain yang harus mereka hadapi.
Hei, aku berteriak pada anjing-anjing pemburu itu, berusaha menarik perhatian mereka padaku. Victor pasti mengirim binatang itu untuk menjebak Lissa, tapi aku berharap binatang-binatang itu bisa merasakan dan menanggapi adanya ancaman lain terutama seorang dhampir. Sama seperti binatang lainnya, psi-hound tidak menyukai dhampir.
Benar saja, binatang-binatang itu langsung berbalik ke arahku, gigi mereka terpampang keluar dan air liur menetes-netes dari mulut mereka. Anjing-anjing pemburu itu menyerupai serigala, hanya saja mereka memiliki bulu berwarna cokelat dan mata yang menyala-nyala bagaikan api oranye. Victor mungkin memerintahkan anjing-anjing pemburu itu agar tidak menyakiti Lissa, tapi perintah itu pasti tidak berlaku untukku.
Serigala. Sama seperti yang diajarkan di kelas sains. Apa yang dikatakan oleh Ms. Meissner saat itu" Sebagian besar konfrontasi merupakan masalah kehendak" Dengan berpegang pada teori itu, aku berusaha memperlihatkan perilaku seorang alfa, tapi sepertinya binatang-binatang itu tidak memercayainya. Mereka semua jauh lebih berat dariku. Oh yeah mereka juga lebih banyak dariku. Tidak, mereka tak punya alasan untuk merasa takut.
Aku berusaha menganggap ini sebagai pertarungan tanpa beban bersama Dimitri, lalu aku mengambil sebatang dahan yang panjang dan beratnya hampir sama dengan tongkat pemukul baseball dari tanah. Aku baru saja mengatur letaknya di tanganku s
aat dua ekor anjing pemburu melompat ke arahku. Cakar dan gigi menggigit ke arahku, tapi secara mengejutkan aku berhasil mempertahankan diri sambil mengingat semua cara untuk melawan musuh yang lebih kuat dan lebih besar yang sudah kupelajari selama dua bulan terakhir.
Aku tidak mau menyakiti binatang-binatang itu. Mereka benar-benar mengingatkanku pada anjing peliharaan. Namun, pilihannya adalah aku atau mereka, dan insting bertahan hidup yang memenangkan pertarungan itu. Aku berhasil membanting salah satu anjing pemburu ke tanah, aku tidak tahu apakah ia hanya pingsan atau mati. Anjing pemburu lainnya masih membidikku, menghampiri dengan cepat dan murka. Kawan-kawannya terlihat siap untuk bergabung dengannya, tapi kemudian ada seorang lawan baru yang menghambur ke dalam arena pertarungan yah, bisa dibilang begitu. Christian.
Pergi dari sini, aku berteriak pada Christian sambil mengibaskan anjing pemburu yang cakarnya sedang merobek kulit kakiku yang telanjang, hingga nyaris membuatku terjungkal. Aku masih mengenakan gaun, meskipun sepatu berhak tingginya sudah kusingkirkan beberapa saat yang lalu.
Namun Christian, seperti halnya cowok mana pun yang sedang dimabuk cinta, tidak menuruti saranku. Dia juga mengambil sebatang dahan dan mengayunkannya ke arah anjing-anjing pemburu. Api langsung berkobar dari kayu yang dipegangnya. Anjing-anjing pemburu itu mundur, mereka masih bertekad untuk menuruti perintah Victor, meskipun jelas-jelas terlihat takut pada api.
Kawannya, si anjing pemburu nomor empat, berjalan memutari obor dan menghampiri Christian dari belakang. Bajingan kecil yang pintar. Binatang itu melompat ke arah Christian, membuatnya jatuh tertelentang. Dahan pohon yang dipegang Christian terlepas dari tangannya, dan apinya langsung padam. Kedua anjing pemburu itu melompat ke atas tubuh Christian yang terjatuh. Aku melanjutkan pertarungan dengan anjing pemburu yang menyerangku lagi-lagi merasa mual dengan apa yang terpaksa kulakukan untuk mengatasinya dan menghampiri dua anjing pemburu lainnya, seraya bertanya-tanya sendiri apakah diriku masih memiliki kekuatan untuk mengalahkan anjing-anjing yang masih tersisa.
Namun, aku tidak perlu melakukannya. Bantuan datang dalam wujud Alberta yang muncul dari pepohonan. Dengan pistol di tangan, Alberta menembak anjing-anjing pemburu itu tanpa ragu. Mungkin pistol memang sangat membosankan dan benar-benar tak berguna untuk melawan Strigoi tapi melawan hal lain" Pistol sudah diuji coba dan terbukti. Anjing-anjing pemburu itu berhenti bergerak dan tergolek tak berdaya di dekat tubuh Christian.
Dan tubuh Christian &.
Kami bertiga menghampirinya aku dan Lissa bisa dibilang merangkak. Saat aku melihatnya, aku terpaksa memalingkan wajah. Isi perutku bergolak, dan butuh usaha keras agar tidak muntah. Christian belum mati, tapi kurasa tidak lama lagi.
Kedua mata Lissa terbelalak dan menatap tubuh Christian dengan khawatir. Lissa mencoba mengulurkan tangannya ke arah cowok itu, namun menurunkannya lagi.
Aku tak bisa, Lissa berhasil bicara dengan suara pelan. Aku tak cukup kuat untuk melakukannya.
Alberta, wajah kakunya terlihat tegas sekaligus penuh kasih sayang, menarik lengan Lissa dengan lembut. Ayo, Putri. Kita harus pergi dari sini. Kita akan mengirim bantuan untuknya.
Aku berbalik ke arah Christian lagi, memaksakan diri menatapnya dan membiarkan diriku merasakan sebesar apa perhatian yang dirasakan Lissa untuknya.
Liss, aku berkata ragu-ragu. Lissa menatapku, seakan-akan lupa bahwa aku ada di sana. Tanpa mengatakan apa-apa, aku menyingkirkan rambut dari leherku dan menyodorkannya ke arah Lissa.
Sejenak Lissa hanya memandanginya, wajahnya tanpa ekspresi; kemudian kedua matanya mulai terlihat memahami maksudku.
Taring-taring yang tersembunyi di balik senyum manis Lissa menggigit leherku, dan sebuah erangan kecil terlepas dari bibirku. Aku tidak sadar betapa aku merindukannya, rasa sakit yang manis dan menyenangkan, yang dilanjutkan oleh sensasi menakjubkan yang dahsyat. Aku mulai merasa bahagia. Mabuk kepayang. Menyenangkan. Seperti berada di dalam mimpi.
Aku tidak sepenu hnya ingat berapa lama Lissa meminum darahku. Mungkin tidak selama yang kubayangkan. Dia bahkan takkan pernah mempertimbangkan minum darah seseorang hingga sanggup membunuh orang tersebut dan menjadikan dirinya sendiri seorang Strigoi. Lissa selesai meminum darahku, dan Alberta langsung menangkap tubuhku yang terhuyung-huyung.
Dengan kepala pusing, aku memperhatikan Lissa yang membungkuk di atas tubuh Christian dan meletakkan kedua tangannya di atas tubuh cowok itu. Di kejauhan, aku mendengar pengawal lainnya berlari melintasi hutan.
Tidak ada kilas cahaya maupun kembang api dalam proses penyembuhan ini. Semua itu terjadi diam-diam, hanya antara Lissa dan Christian. Meskipun hormon endorfin yang dihasilkan oleh gigitan Lissa sudah menumpulkan ikatan batin kami, aku ingat penyembuhan yang dilakukan Lissa pada Victor. Aku ingat bagaimana warna-warna dan musik mengagumkan yang diberikan Lissa pada laki-laki itu.
Sebuah keajaiban terjadi di depan mataku, dan Alberta pun terkesiap. Luka pada tubuh Christian menutup. Darahnya mengering. Rona setidaknya sebanyak yang dimiliki seorang Moroi mulai kembali pada kedua pipi cowok itu. Kelopak matanya mulai mengerjap, dan kedua matanya menjadi hidup lagi. Christian memusatkan pandangan matanya pada Lissa, lalu tersenyum. Rasanya seperti sedang menonton film produksi Disney.
Aku pasti tak sadarkan diri sesudahnya, karena aku tak ingat apa-apa lagi.
Akhirnya, aku terbangun di klinik Akademi, tempat mereka mencekokiku dengan cairan dan gula selama dua hari. Lissa berada di sampingku hampir sepanjang waktu, dan perlahan-lahan semua kejadian selama penculikan terungkap juga.
Kami terpaksa memberitahu Kirova dan beberapa orang lainnya mengenai kekuatan Lissa, bagaimana dia menyembuhkan Victor, Christian, dan, well, aku. Beritanya sangat mengejutkan, tapi para pengurus sekolah setuju untuk merahasiakannya dari penghuni sekolah lain. Tidak ada seorang pun yang berpikir untuk membawa Lissa pergi seperti yang mereka lakukan pada Ms. Karp.
Murid lainnya hanya tahu bahwa Victor Dashkov menculik Lissa Dragomir. Mereka tidak tahu alasannya. Beberapa orang pengawal Victor mati saat kelompok Dimitri menyerang kabin sangat disayangkan jika mengingat jumlah pengawal yang sudah semakin menurun. Victor ditahan di sekolah dan diawasi selama dua puluh empat jam setiap harinya, seraya menunggu pasukan pengawal kerajaan membawanya pergi. Para penguasa Moroi mungkin hanya pemerintah simbolis yang berada di dalam pemerintahan sebuah negara yang lebih besar, tapi mereka memiliki sistem keadilan sendiri dan aku pernah mendengar soal penjara-penjara Moroi. Bukan tempat yang ingin kudatangi.
Sedangkan Natalie & ini sedikit lebih rumit. Natalie masih di bawah umur, tapi dia bersekongkol dengan ayahnya. Natalie yang membawa binatang-binatang mati dan mengawasi perilaku Lissa bahkan sebelum kami melarikan diri dulu. Natalie adalah pengguna sihir tanah seperti Victor, dan dialah yang membuat kayu pada bangku menjadi lapuk sehingga menyebabkan pergelangan kakiku patah. Setelah melihatku mencegah Lissa menyembuhkan burung merpati, Natalie dan Victor sadar bahwa mereka harus melukai aku untuk memancing Lissa hanya itulah satu-satunya harapan mereka untuk melihat kekuatan penyembuh Lissa lagi. Natalie hanya menunggu sebuah kesempatan yang tepat. Natalie belum ditangkap atau semacamnya, dan pihak Akademi belum tahu apa yang harus dilakukan padanya sampai ada perintah dari kerajaan.
Aku merasa kasihan pada cewek itu. Dia orang yang sangat canggung dan lugu. Siapa pun bisa memanipulasi Natalie, apalagi ayahnya sendiri yang sangat disayanginya, dan selama ini Natalie selalu berusaha mencari perhatian ayahnya. Dia pasti bersedia melakukan apa pun untuknya. Ada kabar burung yang mengatakan bahwa Natalie berteriak-teriak di depan ruang hukuman, memohon agar diizinkan bertemu dengan ayahnya. Mereka menolak permintaan itu dan menggiringnya pergi.
Sementara itu, aku dan Lissa bersahabat kembali seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Pada sisi dunia Lissa yang lain, banyak hal yang terjadi. Setelah semua hal menegangkan dan dr
ama yang terjadi, sepertinya Lissa mendapatkan sebuah persepsi baru mengenai hal-hal yang penting untuknya. Lissa memutuskan hubungannya dengan Aaron. Aku yakin Lissa melakukannya dengan cara baik-baik, tapi hal itu pasti tetap terasa berat bagi Aaron. Lissa sudah mencampakkannya dua kali. Kenyataan lain bahwa kekasih terakhirnya berselingkuh juga mungkin takkan membantu kepercayaan dirinya.
Dan sekarang Lissa mulai berkencan dengan Christian tanpa memedulikan konsekuensi yang ditimbulkan pada reputasinya. Melihat mereka berdua di muka umum membuatku agak heran. Christian sendiri sepertinya tidak bisa memercayai semua itu. Teman sekelas kami bahkan terlalu kaget untuk bisa memahami apa yang terjadi. Mereka bahkan tidak menyadari keberadaan Christian, apalagi melihatnya berkencan dengan seseorang seperti Lissa.
Kehidupan romansaku sendiri tidak seberbunga-bunga milik Lissa itu pun kalau kau bisa menyebutnya sebagai kehidupan romansa. Dimitri tidak mengunjungiku selama berada dalam proses pemulihan, dan latihan-latihan kami ditunda untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Aku baru berpapasan dengan Dimitri di gedung olahraga pada hari keempat setelah penculikan Lissa. Hanya ada kami berdua.
Vampire Academy Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku terpaksa kembali ke gedung olahraga karena tasku ketinggalan, dan tubuhku membeku saat melihat Dimitri, sama sekali tak sanggup bicara. Dimitri berjalan di depanku, lalu dia berhenti.
Rose &. Dimitri memulai pembicaraan setelah beberapa menit yang terasa canggung. Kau harus melaporkan apa yang terjadi. Pada kita berdua.
Aku sudah sangat lama menunggu kesempatan untuk berbicara dengan Dimitri, tapi pembicaraan yang kubayangkan bukan seperti ini.
Aku tak bisa melakukannya. Mereka bisa memecatmu. Atau bahkan lebih buruk dari itu.
Mereka memang seharusnya memecatku. Apa yang kulakukan itu salah.
Kau tak bisa mencegahnya. Semua itu gara-gara mantra &.
Itu tidak penting. Itu perbuatan salah. Dan bodoh.
Salah" Bodoh" Aku menggigit bibir, dan air mata mulai terancam jatuh dari kedua mataku. Aku cepat-cepat mengendalikan diri lagi.
Dengar, semua itu bukan masalah besar.
Semua itu memang masalah besar! Aku memanfaatkanmu.
Tidak, aku berkata datar. Kau tidak memanfaatkanku.
Pasti ada sesuatu dalam suaraku yang membuat Dimitri terdiam, karena dia menatap mataku dalam-dalam dengan serius.
Rose, umurku tujuh tahun lebih tua darimu. Sepuluh tahun dari sekarang, semua itu takkan berarti banyak, tapi sekarang ini merupakan masalah besar. Aku sudah dewasa. Kau seorang anak kecil.
Ouch. Aku tersentak. Rasanya akan lebih mudah jika Dimitri meninju wajahku.
Kau sepertinya tidak menganggapku anak kecil saat sedang sibuk dengan tubuhku.
Sekarang Dimitri yang tersentak. Hanya karena tubuhmu & well, bukan berarti kau sudah dewasa. Kita berdua berada dalam dunia yang sangat berbeda. Aku sudah menjelajahi dunia. Aku sudah pernah tinggal sendirian. Aku sudah pernah membunuh, Rose orang, bukan binatang. Sedangkan kau & kau baru memulai hidupmu. Hidupmu hanya berkisar soal pekerjaan rumah, baju-baju, dan pesta dansa.
Menurutmu hanya itu yang kupedulikan"
Tidak, tentu saja tidak. Tidak sepenuhnya. Tapi semua itu bagian dari hidupmu. Kau masih tumbuh, masih mencari jati diri, dan mencari tahu apa yang penting dalam hidupmu. Kau harus terus melakukannya. Kau harus berhubungan dengan lelaki seusiamu.
Aku tidak menginginkan lelaki yang seusia denganku. Tapi aku tidak mengatakannya. Aku tidak mengatakan apa-apa.
Bahkan kalau kau memutuskan untuk tidak mengatakannya, kau harus paham bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Dan hal itu takkan pernah terjadi lagi, tambah Dimitri.
Karena kau terlalu tua untukku" Karena itu perbuatan tak bertanggung jawab"
Wajah Dimitri benar-benar terlihat tanpa ekspresi. Tidak. Karena aku sama sekali tak tertarik padamu dari sudut pandang seperti itu.
Aku terperangah. Pesan penolakan yang disampaikannya bisa kutangkap dengan jelas. Semua yang terjadi malam itu, semua yang kuanggap sangat indah dan penuh arti, berubah menjadi debu tepat di depan mataku.
Semua itu hanya terjadi karena mantranya. Apa kau paham"
Merasa malu dan marah, aku menolak mempermalukan diri dengan berdebat maupun memohon. Aku hanya mengedikkan bahu. Yeah. Aku paham.
Aku menghabiskan sisa hari itu dengan cemberut, mengabaikan Lissa maupun Mason yang berusaha mengajakku keluar dari kamar. Keinginanku untuk tetap tinggal di dalam kamar sungguh ironis. Kirova merasa cukup terkesan oleh prestasiku dalam penyelamatan Lissa hingga dia menyudahi status tahanan kamar yang diberikannya.
Sebelum sekolah dimulai keesokan harinya, aku pergi menuju tempat Victor ditahan. Akademi memiliki sel tahanan yang sesungguhnya, lengkap dengan jeruji dan dua orang pengawal yang berdiri berjaga-jaga di selasar di dekatnya. Butuh sedikit tipu muslihat agar aku diizinkan masuk dan bicara dengan Victor. Bahkan Natalie pun tidak diizinkan untuk melakukannya. Namun, salah seorang pengawal yang sedang berjaga-jaga berada satu mobil denganku saat penyelamatan, dan dia melihatku merasakan siksaan yang dialami Lissa. Aku berkata padanya bahwa aku harus menanyakan apa yang sudah dilakukan Victor pada Lissa. Itu bohong, tapi para pengawal memercayainya dan mereka merasa kasihan padaku. Mereka mengizinkanku bicara pada Victor selama lima menit, lalu mundur hingga jarak aman di mana mereka masih bisa melihat tapi tak bisa mendengar kami.
Saat berada di luar sel Victor, aku tak percaya dulu aku pernah merasa kasihan padanya. Melihat tubuh barunya yang sehat membuatku murka. Victor sedang duduk bersila di atas tempat tidur rendah sambil membaca. Saat mendengarku mendekat, Victor mendongak.
Oh, Rose, kejutan yang menyenangkan. Kecerdasanmu selalu membuatku terkesan. Kukira mereka tidak mengizinkan siapa pun untuk menjengukku.
Aku bersedekap, berusaha menampilkan wajah seorang pengawal yang tangguh. Aku mau kau mematahkan mantranya. Sudahi mantranya.
Apa maksudmu" Mantra yang kauberikan padaku dan Dimitri.
Mantranya sudah selesai. Mantranya padam sendiri.
Aku menggeleng. Tidak. Aku masih terus-terusan memikirkannya. Aku masih ingin &.
Victor tersenyum penuh arti saat aku tidak menyelesaikan ucapanku. My dear, perasaan itu memang sudah ada di dalam hatimu, jauh sebelum aku memasang mantranya.
Tapi tidak seperti ini. Tidak separah ini.
Mungkin secara tidak sadar. Tapi yang lainnya & ketertarikan secara fisik maupun mental sudah ada di dalam dirimu. Dan di dalam dirinya. Kalau tidak, mantranya tidak akan berfungsi. Mantranya tidak melakukan sesuatu yang baru mantranya hanya menghilangkan kekangan diri dan memperkuat perasaan yang sudah kalian miliki satu sama lain.
Kau bohong. Dimitri bilang dia tidak memiliki perasaan seperti itu padaku.
Kalau begitu, dia yang bohong. Kuberitahu ya, mantranya takkan berfungsi kalau dia tidak punya perasaan seperti itu padamu, dan sejujurnya, seharusnya dia bersikap lebih bijaksana. Dia tak punya hak untuk membiarkan dirinya merasa seperti itu. Sebagai seorang gadis sekolah yang naksir seseorang kau masih bisa dimaafkan. Tapi dia" Seharusnya dia menunjukkan kendali diri yang lebih baik dalam menyembunyikan perasaannya. Natalie melihatnya dan memberitahuku. Setelah mengamatinya sendiri, aku juga bisa melihatnya dengan jelas. Hal itu memberiku kesempatan untuk mengalihkan perhatian kalian berdua. Aku memasang mantra pada kalung itu untuk kalian, dan kalian berdua yang bertanggung jawab atas yang terjadi sesudahnya.
Kau bajingan sinting, melakukan semua itu padaku dan Dimitri. Dan pada Lissa.
Aku tidak menyesali apa yang sudah kulakukan pada Lissa, Victor berseru sambil bersandar ke dinding. Kalau bisa, aku akan melakukannya lagi. Terserah kau mau percaya apa, aku mencintai rakyatku. Semua yang kulakukan demi kepentingan mereka. Sekarang" Sulit untuk mengatakannya. Mereka tak punya pemimpin, tak punya pemimpin sesungguhnya. Sungguh, tak seorang pun pantas. Victor memiringkan kepala ke arahku, kelihatannya sedang mempertimbangkan sesuatu. Vasilisa sebenarnya bisa menjadi pemimpin sejati jika dia sanggup meyakini sesuatu di dalam hatinya dan mengatasi pengaruh roh. Memang sungguh ironis. Roh bisa membentuk seseorang hingga menjadi pemimpin
, sekaligus menghancurkan kemampuannya untuk mempertahankan posisinya. Ketakutan, depresi, dan ketidakpastian bisa mengambil alih, dan mengubur kekuatan sejati Lissa di dalam dirinya. Meskipun begitu, Lissa memiliki darah Dragomir, yang bisa dibilang bukan hal sepele. Dan tentu saja, Lissa memilikimu, pengawalnya yang dicium bayangan. Siapa tahu" Lissa masih bisa membuat kejutan untuk kita.
Dicium bayangan" Kata-kata itu lagi, Ms. Karp dulu memanggilku dengan sebutan yang sama.
Kau sudah dicium oleh bayangan. Kau sudah menyeberangi Kematian, ke alam lain, dan kembali lagi. Apa menurutmu hal semacam itu tidak meninggalkan tanda pada jiwamu" Kau memiliki kepekaan yang lebih kuat mengenai kehidupan dan dunia ini jauh lebih besar dari yang kumiliki bahkan jika kau tidak menyadarinya sedikit pun. Seharusnya kau sudah mati. Vasilisa menyapu Kematian untuk membawamu kembali dan mengikatmu pada dirinya untuk selamanya. Sebenarnya kau berada di dalam genggaman kematian, dan ada sebagian dirimu yang akan selalu mengingatnya, selalu berjuang untuk bertahan hidup dan menjalani semua hal yang ditawarkan dalam hidup ini. Karena itulah kau memiliki sikap ceroboh dalam segala hal. Kau tidak menahan emosi, gairah, dan amarahmu. Sikap itu membuatmu hebat. Membuatmu berbahaya.
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku tak sanggup berkata-kata, dan sepertinya Victor menyukainya.
Itu juga yang membentuk ikatan kalian. Perasaan Lissa selalu menyembur keluar, pada orang lain. Sebagian besar orang tidak bisa menangkap emosinya, kecuali Lissa mengarahkan pikirannya langsung pada mereka dengan memakai kompulsi. Namun, kau memiliki pikiran yang sensitif pada energi di luar pancaindra terutama yang berasal dari Lissa. Victor menghela napas, nyaris dengan bahagia, dan aku teringat pernah membaca bahwa Vladimir pernah menyelamatkan Anna dari kematian. Pasti hal itu jugalah yang membentuk ikatan mereka.
Ya. Akademi yang konyol ini sama sekali tidak tahu apa yang mereka miliki dalam dirimu dan Lissa. Kalau tidak ingat bahwa aku harus membunuhmu, aku berniat menjadikanmu sebagai bagian dari pengawal kerajaanku saat kau sudah lebih tua nanti.
Kau takkan pernah memiliki pengawal kerajaan. Apa menurutmu orang-orang takkan merasa aneh saat melihatmu tiba-tiba sembuh seperti ini" Bahkan jika tak ada seorang pun yang mengetahui soal Lissa, Tatiana takkan pernah menjadikanmu raja.
Mungkin kau benar, tapi itu tidak masalah. Ada banyak cara lain untuk mendapatkan kekuasaan. Terkadang kita perlu melewati jalur yang tidak biasa. Apa menurutmu Kenneth adalah satu-satunya Moroi yang mendukungku" Revolusi yang paling hebat dan paling kuat biasanya dimulai diam-diam, tersembunyi di balik bayangan. Victor mengamati aku. Ingat itu.
Ada suara-suara aneh yang terdengar di pintu masuk ruang hukuman, dan aku melirik ke arahku masuk tadi. Para pengawal yang tadi membiarkanku masuk sudah menghilang. Dari sudut ruangan aku mendengar suara geraman dan derap langkah kaki. Aku mengerutkan kening dan menjulurkan leher agar bisa melihat lebih jelas.
Victor berdiri. Akhirnya.
Sepanjang tulang belakangku terasa merinding saking takutnya setidaknya sampai aku melihat Natalie di sudut ruangan.
Gabungan rasa simpati dan amarah mengaliri tubuhku, tapi aku memaksakan sebuah senyum ramah. Natalie mungkin takkan melihat ayahnya lagi saat mereka membawanya pergi. Penjahat atau bukan, mereka seharusnya diizinkan untuk mengucapkan selamat tinggal.
Hei, aku berkata sambil menatap Natalie berjalan menghampiriku. Ada tekad yang tidak biasa dalam gerakan Natalie, sehingga sebagian diriku membisikkan ada sesuatu yang salah. Kupikir mereka tidak membiarkanmu masuk. Tentu saja, mereka juga seharusnya tidak membiarkanku masuk.
Natalie menghampiriku dan tanpa melebih-lebihkan melemparku ke dinding seberang. Tubuhku menghantam dinding dengan keras, dan ledakan bintang hitam menari-nari di depan mataku.
Apa & Aku meletakkan tangan di kening dan berusaha untuk bangkit.
Sudah tidak memedulikanku, Natalie membuka sel Victor dengan serenceng kunci yang tadi kulihat menggantung pada sabuk p
engawal. Aku terhuyung-huyung berdiri dan menghampirinya.
Apa yang kaulakukan"
Natalie mendongak menatapku, dan pada saat itulah aku melihatnya. Lingkaran merah samar yang ada di sekeliling pupil matanya. Kulitnya terlalu pucat, bahkan bagi seorang Moroi. Darah menodai pinggiran mulutnya. Dan yang paling terlihat jelas, tatapan matanya. Tatapan yang sangat dingin dan sangat jahat, jantungku nyaris berhenti berdetak. Tatapan itu menunjukkan bahwa Natalie sudah tidak termasuk kaum yang hidup lagi sebuah tatapan yang mengatakan bahwa sekarang dia sudah menjadi Strigoi.
BAB DUA PULUH EMPAT TERLEPAS DARI SEMUA PELATIHAN YANG KUDAPATKAN, semua pelajaran mengenai kebiasaan para Strigoi dan bagaimana cara mempertahankan diri melawan mereka, aku belum pernah benar-benar melihat seorang Strigoi pun. Rasanya lebih menakutkan daripada yang semula kubayangkan.
Kali ini, saat Natalie menganyukan tubuhnya ke arahku lagi, aku sudah siap. Yah, bisa dibilang begitu. Aku mengelak, menghindari jangkauan tangannya, dan mempertanyakan kesempatan apa saja yang kumiliki. Aku teringat lelucon Dimitri mengenai mall. Tidak ada pasak perak. Tidak ada yang bisa kupakai untuk memenggal kepala Natalie. Tidak ada yang bisa kupakai untuk membakar tubuhnya. Melarikan diri sepertinya memang pilihan terbaik yang kumiliki, tapi Natalie menghalangi jalanku.
Merasa semua akan sia-sia, aku hanya bisa mundur ke selasar saat Natalie menghampiri, gerakannya jauh lebih anggun daripada yang pernah kulihat seumur hidupnya.
Kemudian, juga lebih cepat dari gerakannya selama ini, Natalie melompat, merenggut tubuhku, dan menghantamkan kepalaku ke dinding. Rasa sakit seakan meledak di balik tengkorak kepalaku, dan aku merasa cukup yakin bahwa cairan yang kurasakan di bagian belakang mulutku adalah darah. Dengan panik aku berjuang melawan gadis itu, berusaha untuk melakukan semacam pertahanan diri, namun rasanya seperti melawan Dimitri yang sedang penuh energi akibat menggunakan obat-obatan terlarang.
My dear, gumam Victor, usahakan jangan membunuhnya kalau memang tidak terpaksa. Kita mungkin bisa memanfaatkannya nanti.
Natalie menghentikan serangannya sejenak, memberiku sedikit waktu untuk mundur, tapi dia tak pernah melepaskan tatapan dinginnya dariku.
Akan kuusahakan untuk tidak membunuhnya.
Ada nada skeptis dalam suara Natalie. Sekarang keluarlah dari sini. Aku akan menemuimu di sana jika aku sudah selesai.
Kau sungguh-sungguh keterlaluan! aku berteriak pada Victor. Kau membuat anakmu sendiri menjadi Strigoi"
Jalan keluar terakhir. Sebuah pengorbanan dibutuhkan demi tujuan mulia. Natalie memahaminya. Victor pun pergi.
Benarkah" aku berharap bisa menundanya dengan mengajak Natalie berbincang-bincang, seperti yang biasa terjadi di dalam film. Aku juga berharap pertanyaan-pertanyaanku bisa menyembunyikan kenyataan betapa ketakutannya aku. Apa kau memahaminya" Ya Tuhan, Natalie. Kau & kau berubah. Hanya karena ayahmu menyuruhmu melakukannya"
Ayahku seorang pria hebat, jawab Natalie. Dia akan menyelamatkan kaum Moroi dari Strigoi.
Apa kau sudah gila" jeritku. Aku mundur lagi dan tiba-tiba tubuhku membentur dinding. Kuku jariku terbenam pada dinding, seakan-akan aku sanggup menggali jalan keluar melalui dinding. Kau sekarang seorang Strigoi.
Natalie mengedikkan bahu, nyaris terlihat seperti Natalie yang dulu. Aku terpaksa melakukannya untuk mengeluarkan ayahku sebelum yang lain datang. Seorang Strigoi untuk menyelamatkan seluruh kaum Moroi. Semua ini sepadan, sama sepadannya dengan mengorbankan sinar matahari dan sihir.
Tapi kau akan memiliki keinginan untuk membunuh Moroi! Kau takkan sanggup menahan keinginan itu.
Ayahku akan membantuku mengendalikannya. Kalau tidak, maka mereka terpaksa membunuhku. Natalie mengulurkan tangan dan meraih pundakku. Tubuhku merinding saat mendengar betapa santainya dia membicarakan kematiannya sendiri. Sama santainya saat dia tanpa ragu mempertimbangkan kematian-ku.
Kau sudah gila. Kau tak mungkin mencintainya sebesar itu. Kau tak bisa
Natalie melemparku ke dinding lagi, dan saat tubuhku terpuruk menjadi
onggokan di lantai, aku punya firasat kali ini aku takkan sanggup untuk bangun lagi. Victor sudah memerintahkan agar tidak membunuhku & tapi ada sesuatu pada tatapan mata Natalie, sebuah tatapan yang menunjukkan bahwa dia ingin melakukannya. Natalie ingin meminum darahku, rasa lapar itu terlihat pada dirinya. Ini adalah perilaku para Strigoi. Seharusnya aku tidak bicara padanya, aku tersadar. Aku ragu-ragu, seperti yang sudah diperingatkan oleh Dimitri.
Kemudian, tiba-tiba saja Dimitri sudah ada di sana, berderap melintasi selasar bagaikan Kematian dalam balutan duster koboi.
Natalie langsung berbalik. Dia bergerak dengan cepat, sangat cepat. Namun Dimitri juga cepat dan langsung menghindari serangan gadis itu, yang wajahnya menunjukkan ekspresi penuh kekuasaan dan kekuatan. Dengan kekaguman sekaligus ngeri, aku melihat mereka bergerak, mengitari satu sama lain bagaikan pasangan dalam tarian mematikan. Sudah jelas Natalie lebih kuat dari Dimitri, tapi dia juga seorang Strigoi baru. Mendapatkan kekuatan super bukan berarti kau tahu cara menggunakannya.
Namun, Dimitri tahu bagaimana cara menggunakan kekuatan yang dimilikinya. Setelah memberikan dan menerima beberapa pukulan mematikan, akhirnya Dimitri memulai serangannya. Pasak perak yang ada di dalam genggamannya berkilat bagaikan petir, lalu meliuk ke depan tepat ke dalam jantung Natalie. Dimitri menariknya kembali dan melangkah mundur, wajahnya terlihat datar saat Natalie menjerit dan terjatuh ke lantai. Setelah beberapa saat yang mengerikan, tubuh Natalie berhenti bergerak.
Hampir sama cepatnya, Dimitri membungkuk di atasku, dan menyelipkan kedua lengannya ke bawah tubuhku. Dimitri berdiri dan menggendongku seperti saat pergelangan kakiku terluka.
Hei, Kamerad, gumamku, suaraku terdengar mengantuk. Kau benar soal Strigoi. Dunia ini terasa semakin gelap, dan kelopak mataku pun menutup.
Rose. Roza. Buka matamu. Aku belum pernah mendengar suara Dimitri semendesak dan sepanik ini. Jangan tidur. Tidak sekarang.
Aku melirik Dimitri saat dia membopongku keluar gedung, bisa dikatakan berlari menuju klinik. Apa dia benar"
Siapa" Victor & dia bilang takkan mungkin berfungsi. Kalungnya.
Aku mulai terlelap, tenggelam dalam kegelapan pikiranku, tapi Dimitri langsung membawaku kembali ke alam sadar.
Apa maksudmu" Mantranya. Victor bilang kau harus menginginkan aku & menyanyangiku & agar mantranya bisa berfungsi. Saat Dimitri tidak mengatakan apa pun, aku berusaha merenggut kausnya, tapi jemariku terlalu lemah. Apa itu benar" Apa kau menginginkanku"
Kata-kata yang diucapkan Dimitri terdengar samar-samar. Ya, Roza. Aku memang menginginkanmu. Sekarang pun masih. Kuharap & kita bisa bersatu.
Kalau begitu kenapa kau berbohong"
Kami tiba di klinik, dan Dimitri berhasil membuka pintu sambil membopongku. Saat masuk ke dalam klinik, dia langsung berteriak meminta bantuan.
Kenapa kau berbohong" aku bergumam lagi.
Masih memeluk tubuhku, Dimitri menatapku. Aku bisa mendengar suara dan langkah kaki yang mendekat.
Karena kita takkan bisa bersatu.
Karena masalah umur, ya kan" tanyaku. Karena kau mentorku"
Ujung jarinya mengusap lembut air mata yang turun ke pipiku. Itu termasuk beberapa alasannya, kata Dimitri. Tapi, selain itu & well, suatu hari nanti kau dan aku akan menjadi pengawal Lissa. Aku harus melindunginya tak peduli apa pun risikonya. Jika sekelompok Strigoi datang, aku harus melompat maju dan menjadi penghalang antara Lissa dan mereka.
Aku tahu itu. Tentu saja itu memang sesuatu yang harus kaulakukan. Kilatan hitam itu menari-nari di pelupuk mataku lagi. Aku mulai hilang kesadaran.
Tidak. Kalau aku membiarkan diriku mencintaimu, aku takkan bisa melompat maju untuk melindungi Lissa. Aku akan melompat maju untuk melindungimu.
Tim medis sudah sampai dan mengambil alih diriku dari Dimitri.
Dan begitulah, dua hari setelah diperbolehkan pulang, aku kembali lagi ke klinik. Ini adalah kali ketiga dalam dua bulan setelah kepulangan kami ke Akademi. Ini pasti menjadi sebuah rekor tersendiri. Aku pasti mengalami gegar otak dan mungkin pendarahan dalam, tap
i kami tak pernah mengetahuinya dengan pasti. Jika sahabatmu seorang penyembuh hebat, bisa dibilang kau tak perlu mengkhawatirkan hal-hal seperti itu.
Aku masih harus tinggal di klinik selama beberapa hari, tapi Lissa dan Christian, pendamping barunya hampir tak pernah meninggalkan sisiku saat mereka sedang tidak ada kelas. Melalui mereka, aku mengetahui sedikit banyak mengenai kabar dunia luar. Dimitri langsung menyadari bahwa di kampus ada seorang Strigoi saat mereka menemukan korban Natalie yang sudah mati dan darahnya mengering: dari semua orang yang ada di Akademi, dia memilih Mr. Nagy. Sebuah pilihan mengejutkan, tapi mengingat lelaki itu sudah tua, maka dia takkan terlalu banyak melawan. Tidak ada lagi Seni Slavia untuk kami. Para pengawal yang berjaga di ruang hukuman juga terluka tapi tidak dibunuh. Natalie hanya melempar mereka seperti dia melemparku.
Victor sudah ditemukan dan ditangkap kembali saat berusaha melarikan diri. Aku merasa lega, meskipun pengorbanan Natalie menjadi sia-sia. Kabar burung yang beredar mengatakan bahwa Victor sama sekali tidak terlihat takut saat pengawal kerajaan datang dan membawanya pergi. Victor terus-terusan tersenyum, seakan-akan dia punya rahasia lain.
Mengingat semua yang sudah terjadi, kehidupan kembali normal sesudahnya. Lissa tidak pernah menyayat tubuhnya lagi. Dokter memberinya pengobatan obat antidepresi atau anticemas, aku tak ingat yang mana tepatnya yang bisa membuatnya merasa lebih baik. Aku tidak pernah benar-benar memahami pil-pil semacam itu. Menurutku pil itu membuat orang menjadi konyol dan bahagia. Namun, pil Lissa tidak sama seperti yang lainnya, pil itu dimaksudkan untuk mengobati sesuatu, dan sering kali hanya untuk membantu agar Lissa berada dalam kondisi normal dan stabil.
Pil itu sangat membantu karena Lissa memiliki masalah lain yang harus dihadapinya. Contohnya Andre. Lissa akhirnya memercayai cerita Christian, dan membiarkan dirinya mengakui bahwa Andre mungkin bukan seorang pahlawan seperti yang selama ini dibayangkannya. Memang sulit untuknya, tapi akhirnya Lissa berhasil mencapai keputusan yang membuatnya merasa damai, menerima bahwa Andre memiliki sisi baik dan buruk sekaligus, seperti semua orang. Apa yang dilakukan Andre pada Mia membuat Lissa sedih, tapi semua itu tidak mengubah kenyataan bahwa Andre adalah seorang kakak teladan yang mencintainya. Dan yang paling penting, hal itu akhirnya membebaskan Lissa dari perasaan bahwa dia harus menjadi Andre untuk membuat keluarganya bangga. Lissa bisa menjadi dirinya sendiri yang dibuktikannya setiap hari dalam hubungannya bersama Christian.
Seisi sekolah masih belum bisa memahami hubungan mereka. Lissa tidak memedulikannya. Lissa menertawakan semua itu, mengabaikan tatapan-tatapan kaget dan meremehkan dari para bangsawan yang tidak percaya bahwa Lissa sekarang berkencan dengan seseorang yang berasal dari keluarga hina. Namun, tidak semua orang merasa seperti itu. Beberapa orang yang mengenal Lissa selama kejayaan sosialnya yang singkat ternyata memang menyukai Lissa apa adanya, bukan karena kompulsi. Mereka menyukai kejujuran dan sikap terbukanya, dan mereka lebih memilih sifat-sifat seperti itu daripada permainan yang biasa dimainkan oleh sebagian besar bangsawan.
Tentu saja, banyak bangsawan yang mengabaikan Lissa juga, dan diam-diam mereka membicarakannya dengan kejam. Dan yang paling mengejutkan, Mia meskipun sudah sangat dipermalukan berhasil menyelinap kembali dan diterima oleh beberapa orang bangsawan. Hal itu membuktikan dugaanku. Mia takkan terpuruk untuk waktu yang lama. Bahkan, aku melihat pertanda balas dendam pertamanya sudah mulai mengintai saat aku berjalan melewatinya menuju kelas. Mia sedang berdiri bersama beberapa kawannya dan bicara keras-keras, jelas-jelas dia ingin agar aku mendengarnya.
pasangan sejati. Keduanya berasal dari keluarga yang benar-benar hina dan terbuang.
Aku menggertakkan gigi dan terus berjalan, mengikuti arah pandang Mia yang tertuju ke tempat Lissa dan Christian berada. Mereka berdua larut dalam dunia mereka sendiri dan keduanya menghasilkan sebuah gambaran i
ndah, Lissa berambut pirang dan berkulit putih, sedangkan Christian bermata biru dan berambut hitam. Aku tak bisa menahan diri dan akhirnya ikut-ikutan menatap mereka. Mia benar. Keluarga mereka sama-sama dianggap hina. Tatiana mencela Lissa di muka umum, dan meskipun tidak ada yang menyalahkan keluarga Ozera atas kejadian yang menimpa orangtua Christian, keluarga bangsawan Moroi lainnya masih menjaga jarak dengan mereka.
Namun, Mia juga benar soal hal lainnya. Dalam beberapa hal, Lissa dan Christian memang cocok untuk satu sama lain. Mungkin mereka berdua sama-sama orang buangan, tapi keluarga Dragomir dan Ozera pernah menjadi pemimpin Moroi paling berkuasa. Dan dalam waktu sesingkat ini, Lissa dan Christian sudah saling membentuk satu sama lain sehingga memungkinkan keduanya mengambil alih tempat leluhur mereka. Christian mempelajari perilaku sosial Lissa yang anggun; Lissa belajar untuk mempertahankan hal-hal yang disukainya. Semakin sering mengamati mereka berdua, semakin sering aku melihat energi dan kepercayaan diri yang terpancar di sekitar mereka.
Mereka berdua juga tidak akan terpuruk terlalu lama.
Dan aku berpikir bahwa hal itulah, selain kebaikan hatinya, yang mungkin membuat orang-orang tertarik pada Lissa. Lingkaran sosial kami mulai berkembang dengan mantap. Mason bergabung dengan kami, tentu saja, dan dia tidak merahasiakan rasa tertariknya padaku. Lissa sering menggodaku soal itu, dan aku masih belum tahu harus bersikap seperti apa pada Mason. Sebagian diriku berpikir mungkin sekarang sudah saatnya untuk memberi Mason kesempatan untuk menjadi pacar seriusku, meskipun sebagian diriku yang lain masih mendambakan Dimitri.
Secara keseluruhan, Dimitri memperlakukan aku seperti layaknya seorang mentor. Dia bersikap efisien. Ramah. Tegas. Pengertian. Tidak ada yang luar biasa, tidak ada sikap yang akan membuat seseorang mencurigai apa yang pernah terjadi di antara kami kecuali tatapan mata kami yang sekali-kali tertuju pada satu sama lain. Dan saat aku sudah berhasil mengatasi reaksi awalku mengenai semua ini, aku tahu bahwa Dimitri secara teknis memang benar soal hubungan kami. Ya, umur memang sebuah masalah, terutama jika aku masih terdaftar sebagai murid di Akademi. Tapi hal lain yang disebut-sebut oleh Dimitri & hal itu tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Seharusnya aku memikirkannya. Dua orang pengawal yang terlibat dalam hubungan cinta bisa mengalihkan perhatian satu sama lain dari Moroi yang seharusnya mereka lindungi. Kami tak bisa membiarkan hal itu terjadi, kami tak bisa membahayakan hidup Lissa demi keinginan kami. Jika tidak, maka kami tidak lebih baik dari pengawal keluarga Badica yang melarikan diri. Aku pernah berkata pada Dimitri bahwa perasaanku sendiri tidaklah penting. Lissa-lah yang harus selalu didahulukan.
Aku hanya berharap aku sanggup membuktikannya.
Aku sangat menyesal soal penyembuhannya, Lissa berkata padaku.
Hmm" Kami sedang duduk di kamar Lissa, berpura-pura belajar, padahal pikiranku melayang jauh memikirkan Dimitri. Aku pernah menceramahi Lissa soal menyimpan rahasia, tapi aku sendiri tidak memberitahunya soal Dimitri maupun betapa nyarisnya aku kehilangan keperawanan. Entah kenapa, aku tak sanggup memberitahu semua itu padanya.
Lissa menjatuhkan buku sejarah yang sedari tadi dipegangnya. Sayang sekali aku harus berhenti menyembuhkan. Dan berhenti memakai kompulsi. Kening Lissa berkerut saat mengucapkan kata terakhir. Menyembuhkan dianggap sebagai berkah mengagumkan yang harus dipelajari lebih lanjut, sedangkan kompulsi mendapat larangan keras dari Kirova dan Ms. Carmack. Maksudku, sekarang aku bahagia. Seharusnya aku minta pertolongan sejak dulu kau benar soal itu. Aku senang mendapat pengobatan. Tapi Victor juga benar. Aku tak bisa menggunakan roh lagi. Tapi aku masih bisa merasakannya &. Aku rindu menyentuhnya.
Aku tidak sepenuhnya yakin apa yang harus kukatakan. Aku lebih menyukai Lissa yang sekarang. Hilangnya ancaman kegilaan dari dirinya sudah membuat Lissa kembali utuh, percaya diri dan santai, persis seperti Lissa yang selama ini kukenal dan kusayangi. Melih
at Lissa sekarang membuatku mudah memercayai ucapan Victor yang mengatakan bahwa Lissa bisa menjadi seorang pemimpin sejati. Lissa mengingatkanku akan orangtuanya dan juga Andre bagaimana mereka selalu menginspirasi sikap penuh pengabdian pada orang-orang yang mereka kenal.
Dan itu merupakan sebuah hal yang berbeda, lanjut Lissa. Victor bilang aku tak boleh menyia-nyiakannya. Dia benar. Rasanya sakit jika kau tidak memiliki sihir. Kadang-kadang aku sangat menginginkannya.
Aku tahu, jawabku. Aku bisa merasakan sakit yang dirasakan oleh Lissa. Pil-pil itu sudah menumpulkan kemampuan sihirnya, tapi tidak begitu dengan ikatan batin kami.
Dan aku terus-terusan memikirkan semua kekuatan yang bisa kulakukan, memikirkan semua orang yang bisa kutolong. Lissa kelihatan sangat menyesal.
Kau harus menolong dirimu sendiri dulu, aku berkata tegas padanya. Aku tak mau kau terluka lagi. Aku takkan membiarkanmu terluka.
Aku tahu. Christian bilang hal yang sama. Lissa tersenyum sendu seperti yang selalu dilakukannya setiap kali memikirkan Christian. Jika aku tahu mereka akan terlihat sebodoh ini saat dimabuk cinta, aku mungkin takkan terlalu bersemangat membantu mereka bersatu kembali. Dan kurasa kalian benar. Lebih baik menginginkan sihir dan tetap waras daripada memiliki sihir tapi gila. Tidak ada jalan tengahnya.
Tidak ada, aku menyetujuinya. Tidak ada jalan tengah dalam masalah ini.
Kemudian, entah dari mana datangnya, sebuah pikiran tiba-tiba menghantam kepalaku. Sebenarnya ada jalan tengahnya. Perkataan Natalie yang mengingatkanku akan hal itu. Semua itu sepadan, sepadan dengan mengorbankan sinar matahari dan sihir.
Sihir. Ms. Karp tidak berubah menjadi Strigoi hanya karena dia sudah gila. Ms. Karp menjadi Strigoi untuk membuat dirinya tetap waras. Menjadi Strigoi berarti menghilangkan kemampuan sihir orang tersebut sepenuhnya. Dengan melakukan hal itu, dia tak bisa menggunakannya lagi. Tak bisa merasakannya lagi. Dia takkan menginginkan sihir lagi. Saat memandangi Lissa, aku merasakan kecemasan bergelung di dalam tubuhku. Bagaimana jika Lissa mengetahuinya" Apa Lissa akan memiliki keinginan untuk melakukannya" Tidak, cepat-cepat aku memutuskan. Lissa takkan pernah melakukan hal itu. Lissa orang yang sangat kuat, sangat bermoral. Dan selama Lissa tetap mengonsumsi pil-pil itu, akal sehatnya akan mencegahnya melakukan sesuatu sedrastis itu.
Meskipun begitu, keseluruhan konsep itu mendorongku untuk mencari tahu satu hal lagi. Keesokan paginya, aku pergi ke kapel dan duduk di salah satu bangku, lalu menunggu sampai pendetanya datang.
Halo, Rosemarie, sang pendeta berkata dengan suara nyaris terdengar kaget. Ada yang bisa kubantu"
Aku berdiri. Aku ingin tahu lebih banyak soal St. Vladimir. Aku sudah membaca buku yang kaupinjamkan padaku dan beberapa buku lain. Lebih baik aku tak memberitahunya bahwa aku mencuri buku-buku yang ada di loteng. Tapi tak ada yang menceritakan bagaimana dia meninggal. Apa yang terjadi" Bagaimana hidupnya berakhir" Apa dia, bisa dibilang menjadi seorang martir"
Alis sang pendeta yang lebat terangkat. Tidak. Dia mati akibat usia tua. Dengan damai.
Apa kau yakin" Dia tidak berubah menjadi Strigoi atau bunuh diri"
Tidak, tentu saja tidak. Kenapa kau berpikir begitu"
Well & dia orang suci dan semacamnya, tapi dia juga sedikit gila, ya kan" Aku pernah membaca soal itu. Kupikir dia mungkin, entahlah, menyerah pada semua itu.
Wajah sang pendeta terlihat serius. Memang benar dia melawan iblis kegilaan sepanjang hidupnya. Itu merupakan perjuangan berat dan dia terkadang memang ingin mati. Tapi dia berhasil mengatasinya. Dia tidak membiarkan hal itu mengalahkannya.
Aku menatapnya dengan bingung. Vladimir tidak mungkin meminum pil, sementara itu sudah jelas dia terus menggunakan sihir.
Bagaimana" Bagaimana dia melakukannya"
Kurasa kekuatan tekad. Well &. Sang pendeta berhenti sejenak. Tekad dan Anna.
Shadow-kissed Anna, gumamku. Pengawalnya.
Sang pendeta mengangguk. Anna selalu bersamanya. Saat Vladimir lemah, hanya Anna-lah yang menjadi penopangnya. Anna memaksanya agar te
tap kuat dan tak pernah menyerah pada kegilaan yang dirasakannya.
Aku meninggalkan kapel dengan perasaan terpana. Anna yang melakukan semua itu. Anna yang memungkinkan Vladimir melalui jalan tengah, membantunya melakukan keajaiban di dunia tanpa harus berakhir dengan nasib mengerikan. Ms. Karp tidak seberuntung itu. Dia tak punya pengawal yang terikat padanya. Ms. Karp tidak memiliki seseorang yang sanggup menopangnya.
Lissa punya. Seraya tersenyum, aku memotong jalan melintasi alun-alun menuju aula bersama. Aku merasa lebih optimis dalam menghadapi hidup, sesuatu yang sudah sangat lama tidak kurasakan. Kami bisa melakukannya, aku dan Lissa. Kami bisa melakukannya bersama-sama.
Tepat pada saat itu aku melihat sebuah sosok gelap melalui sudut mataku. Ia melesat melewatiku dan mendarat pada sebatang pohon di dekat sana. Aku berhenti berjalan. Ternyata itu seekor raven, tubuhnya besar dan terlihat tangguh, dengan bulu hitam mengilap.
Sesaat kemudian, aku menyadari bahwa itu bukan hanya seekor burung raven; tapi itu adalah si burung raven. Burung raven yang dulu disembuhkan Lissa. Tidak ada burung lain yang akan berani mendarat sedekat itu dengan dhampir. Dan tidak ada burung lain yang akan menatapku dengan cerdas yang terlihat sangat akrab bagiku. Aku tak percaya burung itu masih hidup. Sebuah perasaan ngeri menjalari punggungku, dan aku mulai memutar balik.
Kemudian kebenaran itu terlintas olehku.
Kau juga terikat padanya, ya kan" tanyaku, sepenuhnya sadar bahwa jika ada seseorang yang melihatku, dia pasti akan menganggapku gila. Lissa menghidupkanmu kembali. Kau shadow-kissed.
Keren juga. Aku mengulurkan tangan pada burung itu, setengah berharap ia akan menghampiri dan mendarat di lenganku dengan cara dramatis seperti yang terjadi di dalam film-film. Burung itu hanya menatapku seakan-akan aku ini idiot, lalu ia merentangkan kedua sayap, dan terbang menjauh.
Aku melongo saat burung itu terbang menuju langit senja. Kemudian aku berbalik dan pergi mencari Lissa. Dari kejauhan, aku mendengar suara berkaok yang nyaris terdengar seperti sebuah tawa.
===========================
Baca kelanjutannya di: Vampire Academy 2 : Frostbite.
Thanks to. Kumpulan Novel Online Bahasa Indonesia at Facebook
Edited by. Echi https://desyrindah.blogspot.com
Hong Lui Bun 5 Pendekar Slebor 53 Darah-darah Laknat Tongkat Rantai Kumala 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama