Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes Bagian 1
Petualangan Sherlock Holmes
Sir Arthur Conan Doyle Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Petualangan Sherlock Holmes
SKANDAL DI BOHEMIA 1 Bagi Sherlock Holmes, dia adalah wanita yang istimewa. Dia tak pernah menyebut wanita itu
dengan istilah lain. Di matanya wanita itulah yang paling hebat di antara seluruh kaumnya. Ini tidak
berarti bahwa Holmes mencintai Irene Adler. Yang namanya perasaan, apalagi yang satu itu, tak pernah
ada dalam pikirannya yang serba kaku, serba tepat, tapi yang untungnya selalu stabil. Menurutku dia
bagaikan mesin pemikir dan pengamat terbaik yang pernah ada di bumi ini tapi bila berhubungan
dengan masalah asmara, dia selalu serba salah. Dia tak pernah menyinggung soal asmara tanpa nada
mengejek dan sinis. Asmara hanya baik untuk diamati yang sering bisa menunjukkan motif dan
tindakan seorang pria. Tapi bagi dirinya sendiri, hal-hal begitu malah akan mengacaukan seluruh
pemikirannya. Pasir yang terdapat pada suatu instrumen yang sensitif, atau retakan pada alat
pembesarnya yang berkekuatan besar, baginya masih tak terlalu mengganggu dibandingkan dengan
perasaan yang meluap-luap. Anehnya, ada satu wanita yang tak pernah dilupakannya, yaitu
almarhumah Irene Adler. Akhir-akhir ini aku jarang bertemu dengan Holmes. Pernikahanku telah memisahkan kami.
Kebahagiaan yang kualami dan kesibukan-kesibukan rumah tangga yang harus kulakukan sebagai
kepala keluarga telah menyita segenap perhatianku, sedangkan Holmes, yang jiwa Bohemia-nya tidak
menyukai bentuk masyarakat apa pun, tetap tinggal di rumah kontrakan kami di Baker Street. Dia
terbenam dalam buku-buku tuanya, dan dari minggu ke minggu bergumul di antara kecanduannya pada
kokain dan ambisinya, di antara rasa kantuk yang diakibatkan oleh obat bius itu dan kekuatan
alamiahnya yang luar biasa.
Dia masih saja tertarik mempelajari masalah kriminal seperti sebelumnya, dan menunjukkan
segenap kecakapan dan kelihaian pengamatannya bila sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk
menyingkap sebuah misteri yang telah dianggap tak ada harapan oleh polisi. Sekali-sekali pernah juga
aku mendengar tentang kegiatannya: perjalanannya ke Odessa dalam kasus pembunuhan Trepoff,
keberhasilannya mengungkap misteri tragedi Atkinson bersaudara, dan yang terakhir, misinya yang
gemilang bagi keluarga-Kerajaan Belanda. Namun, di luar hal-hal di atas, yang biasanya kubicarakan
dengan sesama pembaca surat kabar, aku tak tahu banyak tentang teman lamaku itu.
2 Suatu malam waktu itu tanggal 20 Maret 1888
aku sedang berjalan pulang dari rumah seorang pasien
(karena kini aku kembali praktek umum), dan aku
lewat Baker Street. Ketika melewati pintu rumah yang
amat kukenal, yang mengingatkanku akan masa-masa
awal persa-habatanku dengan Holmes dan peristiwa A
Study in Scarlet yang mengerikan, aku jadi ingin
bertemu dengan Holmes untuk melihat keadaannya.
Ruangannya terang benderang, dan ketika aku
menengok ke atas, kulihat bayangannya melintas dua
kali di kerai jendela. Dia sedang mondar-mandir di
kamarnya sambil menundukkan kepalanya, dan
tangannya terlipat ke belakang. Karena terbiasa
memahami suasana hati dan kebiasaannya, aku bisa
menafsirkan arti tingkah lakunya itu. Dia sedang
menangani sebuah kasus. Dia telah tersadar dari
impian-impian yang disebabkan oleh obat biusnya, dan
kini asyik dengan masalah nyata yang baru. Kupencet bel, dan lalu diantar ke kamar yang dulu pernah
kutempati. Waktu melihatku, dia tak terlalu terkejut. Dia memang jarang terkejut, tapi kurasa dia senang
bertemu denganku. Tanpa sepatah kata pun, namun dengan pandangan ramah, dia mempersilahkanku
duduk di kursi yang berlengan, melempar kotak cerutunya, dan menunjuk kotak minuman keras di
ujung ruangan. Lalu dia berdiri di depan perapian, dan memandangiku dengan gaya menyelidiknya
yang khas. "Pernikahan baik untukmu," komentarnya. "Kurasa, Watson, beratmu naik tiga tiga perempat
kilo dibanding terakhir kali aku melihatmu."
"Cuma tiga setengah kilo naiknya," jawabku.
"Wah, seharusnya aku lebih teliti. Cuma selisih sedikit, kan" Dan sekarang buka praktek lagi,
ya. Kenapa tak om ong-omong"" 3 "Lho, bagaimana kau tahu""
"Kelihatan, dan bisa disimpulkan. Aku juga
tahu bahwa kau sering kehujanan akhir-akhir ini,
dan bahwa pelayan wanitamu agak teledor""
"Sobatku Holmes," kataku, "kau
keterlaluan. Kalau saja kau hidup beberapa abad
lalu, orang pasti akan membakarmu. Memang
benar aku ke luar rumah hari Kamis yang lalu dan
pulang dalam keadaan tak keruan, tapi sekarang
aku kan sudah ganti pakaian tak bisa kubayangkan
bagaimana caranya kau mengambil kesimpulan.
Dan pelayanku, Mary Jane , memang payah sekali, dan sudah ditegur oleh istriku, tapi lagi-lagi aku
tak mengerti bagaimana kau bisa menyimpulkan
hal itu." Dia tergelak dan mengusap-usapkan kedua
tangannya yang panjang dan tak bisa diam itu.
"Gampang," katanya. "Mataku melihat
bahwa di bagian dalam sepatumu yang sebelah kiri
yang disinari cahaya lampu itu, ada enam goresan
sejajar. Pasti disebabkan oleh keteledoran orang
yang berusaha membersihkan lumpur kering dari sol sepatu itu. Kau tahu sekarang, itulah makanya aku
bisa mengambil kesimpulan bahwa kau pernah keluyuran dalam cuaca yang buruk, dan bahwa kau
mempekerjakan pembantu yang teledor. Mengenai praktekmu, aku tahu dari bau yodoform-mu, bercak
hitam bekas nitrat di telunjuk kananmu, dan tonjolan di bagian atas topimu yang kaupakai untuk
menyimpan stetoskop. Alangkah bodohnya aku, kalau sampai tak tahu bahwa kau masih aktif di
profesimu sebagai dokter."
Aku tak dapat menahan rasa geli mendengar penjelasannya tentang bagaimana caranya dia
menarik kesimpulan. "Kalau aku mendengar bagaimana kau mengemukakan alasan," komentarku,
"nampaknya kok begitu gampang, ya, sehingga rasanya aku pun mampu melakukannya. Tapi
4 kenyataannya aku selalu terheran heran sampai akhimya kau harus menjelaskannya. Tapi, aku yakin,
mataku sama baiknya dengan matamu."
"Betul," jawabnya sambil menyulut rokok, lalu menjatuhkan dirinya di kursi. "Kau melihat, tapi
tak mengamati. Bedanya jauh sekali. Misalnya, kau sudah sering melihat tangga yang menuju kamar
ini." "Memang." "Berapa kali""
"Yah, beratus-ratus kali."
"Lalu, berapakah jumlah anak tangganya""
"Berapa" Mana aku tahul"
"Begitulah. Kau tak mengamati, walaupun kau melihat. Itulah yang kumaksudkan. Aku tahu ada
tujuh belas anak tangga, karena sambil melihat aku mengamati. Omong-omong, karena kau berminat
pada masalah-masalah kecil seperti ini, dan karena kau sudah berbaik hati mencatatkan beberapa
pengalamanku yang sepele, kau mungkin akan tertarik pada hal berikut ini." Dilemparkannya secarik
kertas surat tebal berwarna merah jambu yang tadi tergeletak di meja. "Baru saja tiba," katanya.
"Bacalah keras-keras."
Surat itu tak bertanggal, tanpa tanda tangan, dan tanpa alamat pengirim.
Akan mengunjungi Anda malam ini, pada jam delapan kurang seperempat, bunyi surat itu,
seorang pria yang ingin berkonsultasi pada Anda mengenai suatu masalah yang sangat mendesak Jasa
Anda baru-baru ini pada salah satu keluarga kerajaan di Eropa menunjukkan bahwa Andalah orang
yang pantas dipercaya untuk menangani masalah penting yang tak boleh disebarluaskan ini.
Rekomendasi tentang Anda dari mana-mana kami dapatkan. Tunggulah di kamar Anda pada jam yang
telah ditentukan itu, dan jangan menafsir yang bukan-bukan bila tamu Anda nanti mengenakan topeng.
"Benar-benar sebuah misteri," komentarku "Apakah kau punya bayangan, apa artinya ini""
"Aku belum punya data. Salah besar mengajukan teori tanpa mempunyai data. Secara tak sadar,
kita akan mengubah fakta agar cocok dengan teori, dan bukannya teori yang seharusnya disesuaikan
dengan fakta. Tapi dari surat itu sendiri, adakah kesimpulan yang bisa di tarik""
Dengan saksama kuamati tulisan surat itu dan kertas yang digunakan.
5 "Penulis surat ini pastilah orang kaya," komentarku sambil menirukan cara temanku
menyimpulkan sesuatu. "Kertas suratnya dari jenis yang mahal, tebal, dan kaku."
"Tak biasa itu tepatnya" kata Holmes. 'Kertasnya bukan buatan Inggris. Coba, dekatkan surat
itu ke lampu." Aku turuti perintahnya, dan tampak olehku huruf E besar diikuti huruf g kecil, P, dan G yang
diikuti t, teranyam pada tekstur kertas surat itu.
"Apa pendapatmu"" tanya Holmes.
"Nama pabrik kertasnya, pasti; atau
mungkin singkatannya."
"Bukan. Huruf G dan t singkatan dari
Gesell-schaft, yaitu kata jerman untuk Perusahaan
Ter-batas yang disingkat PT. P tentu saja singkatan
dari Papier. Lalu Eg. Kita cek saja dari kamus ilmu
bumi." Diambilnya sebuah buku tebal berwarna
coklat dari rak buku. "Eglow, Eglonitz ini dia,
Egria. Terletak di sebuah negara berbahasa Jerman
di Bohemia, tak jauh dari Carlsbad. 'Terkenal
sebagai tempat meninggalnya Wallenstein, dan
banyaknya pabrik kaca dan pabrik kertas di sana.'
Ha, ha, sobat, apa pendapatmu"" Matanya
berbinar, dan dikepulkannya asap kemenangan dari rokoknya.
"Kertasnya buatan Bohemia," kataku.
"Benar. Dan penulisnya seorang Jerman. Perhatikan susunan kalimatnya Rekomendasi ten-tang Anda dari mana-mana kami dapatkan. Orang Rusia atau Prancis tak demikian gaya bahasanya.
Hanya orang Jerman-lah yang demikian. Maka, kita kini tinggal cari tahu apa yang diinginkan oleh
orang Jerman yang menggunakan kertas Bohemia ini, dan yang lebih suka memakai topeng daripada
kelihatan wajahnya. Kalau aku tak salah, dia sedang menuju kemari sehingga kita tak perlu berlama-lama menduga-duga."
Saat dia berbicara, terdengar suara kaki kuda dan derit kereta di tepi jalan, disusul oleh bunyi
bel pintu. Holmes bersiul.
6 "Dari suaranya, nampaknya kudanya ada sepasang," katanya. "Ya," lanjutnya sambil menengok dari
jendela. "Kereta dan kedua kuda-nya bagus sekali. Harganya pasti lebih dari seratus lima puluh guinea
seekornya. Kasus ini akan menghasilkan banyak uang, Watson, kalau semua lancar."
"Kupikir, sebaiknya aku pulang saja, Holmes '
"Jangan, Dokter. Tinggallah sebentar. Aku bingung kalau tak ada yang mendampingi. Dan kasus
ini nampaknya menarik. Sayang, kalau dilewatkan begitu sa|a."
"Tapi klienmu..."
"Tak apa. Akan kubilang aku dan dia butuh bantuanmu. Nah, itu dia. Duduklah di kursi itu,
Dokter, dan perhatikanlah percakapan kami dengan saksama."
Terdengar langkah yang berat dan perlahan-lahan di tangga, lalu menuju ke gang, dan ber-henti
tepat di Jepan pintu kamar Holmes. Lalu terdengar suara ketukan pintu yang cukup kuat dan
berwibawa. "Silakan masuk!" kata Holmes.
Seorang pria muncul. Tubuhnya tinggi sekali, serta tegap
dan kekar bagaikan Hercules. Pakaiannya mewah, kemewahan
yang kalau di Inggris akan dianggap sebagai sesuatu yang norak.
Lengan dan bagian depan pakaiannya yang berlapis penuh
dengan rumbai-rumbai, sedang jubah biru tuanya bergariskan
sutera merah terang yang bagian lehernya dijepit dengan bros
permata berwarna hijau. Dengan sepatu larsnya yang tingginya
sampai hampir ke betis dan yang pinggiran atasnya berlapiskan
bulu yang mahal berwarna coklat, lengkaplah sudah
penampilannya bagaikan maha hartawan yang bengis. Tangannya
menggenggam sebuah topi lebar, sedangkan wajahnya tertutup
topeng pelindung berwarna hitam yang baru saja dikatup-kannya
sebelum masuk. Ini terlihat dari tangannya yang masih
memegangi bagian atas topeng itu ketika dia memasuki ruangan.
Dari bagian bawah wajahnya yang kelihatan, nampaknya orang
ini gagah sekali, dengan bibir tebal dan dagu lurus memanjang
yang bisa menandakan ketegaran hati atau sifat keras kepala.
7 "Apakah Anda menerima surat saya"" tanyanya dengan suara yang dalam dan parau, dan
dengan aksen Jerman yang amat kentara. "Saya mengatakan bahwa saya akan menemui Anda." Dia
memandang kami secara bergantian, seolah-olah tak tahu kepada siapa dia harus berbicara.
"Silakan duduk," kata Holmes. "Ini teman dan
sejawat saya, Dr. Watson, yang banyak membantu saya
dalam menangani kasus-kasus. Bagaimana sebaiknya saya
memanggil Anda""
"Panggil saja Count von Kramm, saya bangsawan
dari Bohemia. Saya yakin teman Anda ini layak dipercaya
untuk masalah saya yang sangat penting ini. Kalau tidak,
saya lebih suka berurusan dengan Anda sendiri saja."
Aku bergegas hendak pergi, tapi Holmes menarik
pergelangan tanganku dan mendorongku agar duduk
kembali. "Kami berdua, atau tidak dua-duanya," katanya.
"Apa yang ingin Anda katakan pada saya, harus
diketahuinya juga." Bangsawan itu mengangkat bahunya yang lebar.
"Baiklah, saya akan mulai," katanya. "Saya mohon Anda
berdua bersedia merahasiakan ini selama dua tahun. Selewat itu, sudah tak akan jadi masalah lagi. Saat
ini, tepatlah kalau dikatakan bahwa persoalan ini begitu penting sehingga bisa mempengaruhi sejarah
Eropa." "Saya berjanji," kata Holmes.
"Saya juga." "Maaf, topeng ini," lanjut tamu kami yang aneh itu. "Saya utusan orang besar, dan beliau tak
ingin wajah saya dikenali. Terus terang, gelar yang saya katakan tadi juga bukan milik saya."
"Saya tahu itu," kata Holmes dengan acuh.
"Keadaannya begitu rumit, sehingga kami harus sangat berhati-hati agar tak terjadi skandal
besar yang bisa menjatuhkan keluarga kerajaan yang sedang bertahta di Eropa. Untuk lebih jelasnya,
masalah ini berkaitan dengan Dinasti Ormstein, keturunan raja-raja Bohemia."
8 "Saya juga tahu itu," gumam Holmes sambil membenamkan tubuhnya di sebuah kursi dan
memejamkan matanya. Tamu kami mengamati lelaki yang santai dan seenaknya yang kata orang merupakan pemikir
paling andal dan detektif paling bersemangat di seluruh Eropa itu dengan heran. Holmes membuka
matanya kembali, dan memandang klien kami yang tinggi besar itu dengan perasaan tak sabar.
"Setelah Yang Mulia menceritakan semuanya," temanku berkata, "barulah saya bisa memikir
nasihat apa yang sebaiknya saya berikan."
Pria itu terlompat dari kursinya, lalu berjalan hilir-mudik di kamar itu dengan gejolak perasaan
yang tak terkendali. Lalu dengan gerakan menyerah kalah, dibukanya topengnya dan dibuangnya ke
lantai. "Anda benar," teriaknya, "saya sendirilah Raja itu. Untuk apa saya harus merahasiakannya""
"Ya, untuk apa"" gumam Holmes. "Sebelum Yang Mulia berkata apa apa, saya sudah tahu
bahwa saya berhadapan dengan Wilhelm Gottsreich Sigismond von Ormstein, Grand Duke of Cassel-Falstein dan Raja Bohemia."
"Tapi tentunya Anda bisa mengerti," kata
tamu yang aneh itu, lalu dia duduk kembali sambil
memegangi dahinya yang lebar. "Anda pasti
mengerti bahwa saya tak pernah melakukan hal
seperti ini sendiri. Tapi, berhubung masalahnya
amat peka, saya tak berani mempercayakannya
kepada seorang utusan. Saya datang dengan diam-diam dari Prague untuk berkonsultasi dengan
Anda." "Silahkan," kata Holmes, lalu memejamkan
matanya kembali. "Beginilah fakta-faktanya: Lima tahun lalu,
ketika sedang melakukan kunjungan yang agak
lama ke Warsawa, saya berkenalan dengan
petualang asmara yang terkenal, Irene Adler. Anda pasti pernah dengar namanya."
"Tolong carikan di buku indeks, Dokter," gumam Holmes tanpa membuka matanya. Selama
bertahun tahun dia telah menyimpan semua berita tentang orang dan peristiwa sehingga gampang
9 baginya untuk segera mendapatkan informasi. Keterangan tentang Irene Adler ternyata berada di antara
Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
riwayat hidup seorang rabi Yahudi dan seorang staf komandan yang pernah menulis risalah tentang
ikan-ikan di kedalaman laut.
"Coba saya lihat," kata Holmes. "Hm! Lahir di New Jersey pada tahun 1858. Suaranya alto
hm! La Scala, hm" Primadona Opera Imperial di Warsawa Ya! Sudah berhenti bekerja di panggung
ha! Sekarang tinggal di London begitulah! Saya kira Yang Mulia terlibat dengan wanita muda ini, dan
pernah menulis beberapa surat yang bisa membahayakan kedudukan Yang Mulia. Kini, Yang Mulia
bermaksud mendapatkan surat-surat itu kembali."
"Tepat sekali. Tapi, bagaimana..."
"Pernah menikah dengannya secara rahasia""
"Tidak." "Pernah ada perjanjian-perjanjian yang sah secara hukum""
"Tidak." "Kalau begitu, saya tak mengerti maksud Yang Mulia. Kalaupun wanita ini menyebarluaskan
surat-surat tersebut untuk memeras Yang Mulia atau maksud maksud lainnya, bagaimana ia bisa
membuktikan bahwa surat-surat itu asli""
"Tulisannya." "Puh, puh, itu bisa dipalsukan."
"Kertas suratnya."
"Dicuri." "Tanda tangan saya."
"Ditiru." "Foto saya." "Dibeli." "Foto kami berdua."
"Wah! Wah! Yang Mulia telah bertindak sembrono."
"Waktu itu saya tergila-gila padanya sehingga tak sadar."
"Anda telah terlibat secara serius."
"Waktu itu saya masih Putra Mahkota. Masihh muda sekali. Sekarang saja umur saya belum
genap tiga puluh tanun."
10 "Foto itu harus diambil."
"Kami sudah mencoba dan gagal." "Yang Mulia harus membayar. Foto itu harus dibeli."
"Dia tak mau menjualnya."
"Kalau begitu, ya dicuri saja."
"Sudah dicoba lima kali. Dua kali pencuri bayaran menggeledah rumahnya. Sekali koper-nyadiselewengkan ketika dia bepergian. Dua kali dia dicegat. Tak ada hasilnya."
"Tak ada tanda tanda juga""
"Sama sekali." Holmes tertawa. "Masalah kecil yang menarik," katanya.
"Tapi bagi saya sangat serius," sanggah Sang Raja dengan masygul.
"Benar, sangat serius. Apa yang ingin dilakukannya dengan foto itu""
"Menghancurkan saya."
"Bagaimana caranya""
"Dalam waktu dekat saya akan menikah."
"Saya dengar berita itu."
"Calon istri saya adalah Clotilde Lothman von Saxe-Meningen, putri kedua Raja Skandinavia.
Anda pasti tahu bagaimana ketatnya aturan-aturan keluarganya. Dia sendiri juga gadis yang sangat
peka. Kalau ada bayang keraguan sedikit saja tentang perilaku saya, tamatlah semuanya."
"Dan Irene Adler""
"Dia mengancam akan mengirim foto itu kepada mereka. Saya yakin, dia tak main-main. Anda
tak tahu, wanita itu keras sekali. Wajahnya memang paling cantik di antara wanita-wanita sedunia, tapi
kemauannya sekuat laki-laki. Karena saya mau menikah dengan gadis lain, dia pasti bermaksud
membatalkannya dengan cara apa pun."
"Yakinkah Anda, bahwa foto itu belum dikirimkannya"''
"Saya yakin." "Apa alasannya""
"Karena dia mengatakan bahwa dia akan mengirimkannya pada saat pernikahan kami
diumumkan secara resmi. Dan itu berarti Senin depan."
11 "Untunglah masih ada waktu tiga hari." kata Holmes sambil menguap. "Soalnya ada satu-dua
kasus penting yang sedang saya tangani saat ini. Tentunya Yang Mulia akan tinggal di London
sementara ini""
"Tentu saja. Anda bisa temui saya di Hotel Langham dengan nama samaran Count von Kramm."
"Saya akan segera memberi kabar kalau ada perkembangan."
"Benar, ya. Saya cemas sekali."
"Lalu, dana yang diperlukan""
"Silakan tulis semau Anda."
"Betul begitu""
"Dengar, saya bahkan rela menyerahkan salah satu daerah kerajaan saya asal foto itu kembali
pada saya." "Dan untuk biaya-biaya yang diperlukan saat ini""
Sang Raja mengeluarkan tas kulit yang berat dari dalam jubahnya, dan menaruhnya di meja.
"Ada tiga ratus pound dalam bentuk koin emas, dan tujuh ratus berupa uang kertas," dia berkata.
Segera Holmes menulis tanda terima pada secarik kertas, dan menyerahkannya kepada Sang
Raja. "Dan alamat wanita itu"" tanyanya.
"Briony Lodge, Serpentine Avenue, St. John's Wood."
"Holmes mencatat "Satu pertanyaan lagi, apakah fotonya berbingkai kaca""
"Ya." "Baiklah, selamat malam, Yang Mulia, dan saya yakin kami akan segera mengirim berita yang
menggembirakan kepada Anda. Dan selamat malam, Watson," tambahnya, ketika kereta kerajaan itu
berlalu. "Kalau kau tak keberatan, datanglah kemari besok jam tiga, aku ingin membicarakan masalah
kecil ini denganmu."
2 Tepat jam tiga keesokan harinya aku sudah berada di Baker Street, tapi Holmes belum kembali.
Induk semangnya mengatakan bahwa dia pergi sejak jam delapan pagi. Aku lalu duduk dekat perapian
berniat menunggu kedatangannya tak peduli betapapun lamanya aku harus menunggu. Aku telah benar- 12
benar tertarik pada pcnyelidikannya karena walaupun tidak penuh dengan kesangsian dan keanehan
dibandingkan dengan dua kisah kejahatan yang pernah kuliput, kasus ini amat istimewa karena seorang
raja terlibat di dalamnya. Sebenarnya, di samping keistimewaan kasus ini, aku juga tertarik pada
kemampuan temanku yang mengagumkan dalam memahami situasi, dan daya pikirnya yang tajam,
yang membuatku ingin belajar cara-caranya yang serba cepat dan cerdik dalam menguraikan misteri-misteri yang rumit. Aku sudah sering melihat kesuksesannya sehingga tak pernah berpikir dia akan bisa
gagal. Hampir jam empat ketika pintu ruangan terbuka dan seseorang yang mirip kusir kereta yang
sedang mabuk, bercambang, berwajah kemerahan, dan berpakaian awut-awutan, memasuki ruangan.
Walaupun aku sudah sering melihat penyamarannya yang hebat-hebat, aku toh harus mengamatinya
sampai tiga kali sebelum yakin benar bahwa yang berdiri di depanku ini benar-benar Holmes temanku.
Sambil mengangguk d ia masuk ke kamarnya, dan lima menit kemudian dia keluar lagi, sudah
mengenakan jas wol yang rapi. Dengan kedua tangan di dalam saku celananya, direntangkannya kedua
kakinya di depan perapian, lalu dia tertawa terbahak bahak selama beberapa saat.
"Wah, keterlaluan!" serunya, lalu tergelak dan tertawa lagi
sampai tergeletak kelelahan di kursi.
"Ada apa""
"Lucu sekali. Aku yakin kau tak bisa membayangkan apa
yang telah kulakukan sepanjang pagi tadi, atau bagaimana
berakhirnya." "Memang tidak. Mungkin kau pergi untuk mengawasi
kebiasaan-kebiasaan, atau rumah, Miss Irene Adler."
"Memang, dan buntutnya jadi unik. Begini, aku berangkat
jam delapan lewat pagi tadi, menyamar sebagai kusir kereta yang
sedang nganggur. Kesetiakawanan kusir-kusir kereta biasanya
tinggi. Kalau kau mau cari berita, jadilah salah satu dari mereka.
Dalam sekejap aku tahu di mana letaknya Briony Lodge, vila kecil
yang indah dengan kebun di belakangnya. Letak bangunan
bertingkat dua itu tepat di pinggir jalan. Pintu depannya selalu
terkunci. Ruang duduknya yang besar ada di sebelah kanan, penuh
13 perabot, dan jendelanya panjang-panjang sampai hampir menyentuh lantai Kunci-kunci jendelanya
model Inggris yang gampang sekali dibuka bahkan oleh anak kecil. Ada jendela samping yang bisa
dijangkau dari atap tempat kereta di bagian belakang. Kukelilingi rumah itu sambil mengamatinya
dengan teliti, tapi tak ada lagi yang menarik perhatianku.
"Aku lalu kembali ke jalan raya, dan sebagai-mana kuduga, ada kandang kuda di jalan yang
menurun di samping salah satu tembok taman. Aku pura-pura ikut membantu seorang kusir yang
sedang menggosok kuda, dan aku menerima uang jajan, segelas minuman keras, dua batang rokok, dan
informasi lengkap tentang Miss Adler. Aku bahkan mendapat keterangan tentang beberapa orang lain
lagi yang tinggal di sekitar situ yang sebenarnya tak kuperlukan, tapi yang mau tak mau harus
kudengarkan juga." "Berita apa yang kaudapat tentang Irene Adler"" tanyaku.
"Oh, banyak lelaki tergila-gila padanya. Kecantikannya termasyhur ke mana-mana. Begitu
cerita dari Serpentine Mews. Hidupnya tenang; dia menyanyi di beberapa konser, berangkat tiap jam
lima, dan kembali untuk makan malam jam tujuh tepat. Dia jarang bepergian di luar jam-jam itu,
kecuali kalau ada tugas untuk menyanyi. Hanya ada seorang pria yang sering mengunjunginya.
Orangnya berkulit gelap dan sangat tampan. Dalam sehari dia berkunjung lebih dari sekali. Namanya
Mr. Godfrey Norton, dari Inner Temple. Itulah untungnya berkawan dengan kusir-kusir kereta. Mereka
sering mengantar pulang Mr. Norton dari Serpentine Mews, sehingga banyak tahu tentang dirinya.
Setelah mendengar semua itu, aku kembali berjalan-jalan dekat Briony Lodge dan memikirkan tentang
rencana tindakan selanjutnya.
"Godfrey Norton ini pasti memegang peranan penting. Dia seorang pengacara. Ini
mencurigakan, bukan" Ada hubungan apa di antara mereka, dan untuk apa dia datang ke sana berkali-kali" Apakah Miss Adler kliennya, temannya, atau kekasih gelapnya" Kalau kliennya, mungkin foto itu
dititipkan padanya. Kalau kekasih gelapnya, rasanya tak mungkin foto itu dititipkan padanya.
Kepastian akan hal inilah yang menentukan apakah aku akan bertindak di Briony Lodge atau di Inner
Temple. Cukup rumit, dan menambah wawasan penyelidikanku, Jangan-jangan aku membuatmu bosan
dengan detail-detail ini, tapi aku harus mengungkap kesulitan-kesulitanku agar kau memahami
situasinya." "Aku mendengarkanmu dengan saksama" jawabku.
"Aku sedang menimbang-nimbang, ketika sebuah kereta berhenti di depan Briony Lodge dan
14 seorang pria berkulit gelap, berhidung bengkok, dan berkumis, meloncat turun. Ternyata dia Mr.
Godfrey Norton. Dia nampaknya sedang terburu-buru. Dia menyuruh kusir untuk menunggunya, dan
melewati begitu saja pelayan wanita yang membukakan pintu. Ini menunjukkan bahwa dia sudah biasa
berkunjung ke situ. "Dia berada di dalam selama kira-kira setengah jam, dan dari jendela di ruang duduk, sekilas
aku bisa melihatnya mondar-mandir sambil berbicara dan melambai lambaikan tangan. Aku tak melihat
Miss Adler. Kemudian dia keluar dari vi
la itu, wajahnya kelihatan lebih kacau dari sebelumnya. Begitu
dia berada di dalam kereta, dia mengeluarkan jam emas dari sakunya dan memandanginya dengan
saksama. 'Cepat berangkat,' teriaknya. 'Ke Toko Gross and Hankey di Regent Street, lalu ke Gereja St.
Monica di Edgware Street. Kubayar kau setengah guinea kalau bisa menempuhnya dalam dua puluh
menit!' "Mereka lalu berangkat, dan aku sedang menimbang-nimbang apakah aku perlu mengikutinya,
ketika sebuah kereta yang indah dengan kusirnya berpakaian jas yang cuma setengah dikancingkan
sehingga masih awut-awutan, masuk ke jalur jalan di halaman vila itu. Kereta itu belum berhenti
sepenuhnya ketika Miss Adler terburu-buru keluar dari vila dan segera naik ke dalamnya. Aku sempat
melihat wajahnya, walau hanya sekilas. Dia sungguh-sungguh cantik luar biasa. Tak ada pria yang tak akan
berjuang mati-matian untuk mendapatkannya.
'Ke Gereja St. Monica, John!' teriaknya. 'Kubayar satu koin
emas kalau kau bisa menempuhnya dalam dua puluh menit'
"Ini tak boleh dilewatkan, Watson. Aku ragu-ragu apakah
aku akan menguntitnya sambil berlari, atau menempel saja
di bagian belakang keretanya. Tiba-tiba ada kereta lewat.
Kusir kereta itu mempertimbangkan sejenak, tapi aku
langsung naik sebelum dia menolak. 'Ke Gereja St. Monica,'
kataku, 'dan akan kubayar satu koin emas kalau bisa sampai
di sana dalam dua-puluh menit.' Waktu itu jam dua belas
kurang dua puluh lima, dan aku tahu apa sebenarnya yang
akan terjadi. "Kereta yang kutumpangi melaju dengan cepat. Rasanya
15 aku belum pernah mengendarai kereta secepat itu, tapi kereta-kereta yang mendahuluiku sudah sampai
duluan. Kubayar ongkos kereta dan segera masuk ke dalam gereja. Tak ada orang lain kecuali kedua
orang yang kuikuti tadi dan seorang pendeta yang mengenakan jubah. Mereka nampaknya sedang
berbantah-bantah. Mereka berdiri bergerombol di depan altar. Aku berjalan pelan-pelan di antara
deretan kursi-kursi seperti layaknya seorang pengunjung gereja biasa. Tiba-tiba, ketiga orang di depan
altar itu menengok ke arahku, dan Godfrey Norton lalu berlari mendekatiku.
"'Ya Tuhan, terima kasih!' teriaknya. 'Anda
juga boleh. Mari! Mari!' "'Ada apa ini"' tanyaku. "'Mari, Tuan,
silahkan, hanya tiga menit, daripada tak sah jadinya.'
"Dia menarikku ke depan altar, dan sebelum
aku menyadarinya, aku telah begitu saja
mengucapkan kata-kata yang dibisikkan padaku,
menjadi saksi kedua orang yang tak kukenal itu dan
menolong terlaksananya pernikahan mereka.
Semuanya berlangsung dalam sekejap mata, dan
kedua mempelai lalu menyalamiku sambil
mengucapkan terima kasih, disaksikan sang pendeta
yang berseri-seri wajahnya. Keadaan itu betul-betul
tak terbayangkan seumur hidupku, dan aku tadi
tertawa karena membayangkan hal itu lagi.
Nampaknya surat nikah mereka agak kurang-beres, sehingga pendeta itu menolak meneguhkan
pernikahan mereka tanpa hadirnya seorang saksi, dan kedatanganku menguntungkan pengantin pria
karena dia tak usah repot-repot lari ke jalan untuk mencomot seorang saksi. Pengantin wanitanya
memberiku satu koin emas dan itu kugantung di rantai jamku, sebagai kenangan atas peristiwa itu."
"Benar-benar kejadian tak terduga," kataku, "lalu bagaimana selanjutnya""
"Yah, kurasa rencana-rencanaku terancam gagal. Kelihatannya kedua mempelai mau pergi, jadi
aku harus secepatnya bertindak. Ketika mereka hendak berpisah di pintu gereja kudengar mempelai
wanita mengatakan, 'Aku akan pergi ke Park pada jam lima seperti biasanya.' Mereka lalu berpisah,
masing-masing ke tempat tinggalnya sendiri, dan aku pun pulang untuk mempersiapkan beberapa
16 rencana." "Apa itu""
"Daging sapi dingin dan segelas bir," jawabnya sambil membunyikan bel. "Aku terlalu sibuk
sampai lupa makan, dan malam nanti aku mungkin akan lebih sibuk lagi. Ngomong-ngomong, Dokter,
aku butuh bantuanmu."
"Dengan senang hati."
"Kau tak keberatan melanggar hukum""
"Tidak sama sekali."
"Juga tak takut ditangkap""
"Tidak, kalau dengan alasan yang kuat."
"Oh, alasannya kuat sekali!"
"Maka aku siap menolongmu."
"Aku sudah tahu bahwa kau bisa diandalkan."
"Tapi apa sebetulnya maumu""
"Nanti kujelaska n setelah Mrs. Turner membawa masuk makananku. Nah," katanya sambil
menengok makanan sederhana yang dihidangkan induk semangnya, "kita bicarakan sambil aku makan,
karena waktunya sangat terbatas. Sudah hampir jam lima sekarang. Dalam dua jam, kita harus sudah
berada di sana. Miss Irene, atau lebih tepatnya Madame Irene, akan kembali jam tujuh. Kita akan ke
Briony Lodge untuk menemuinya."
"Lalu"" "Percayakan saja padaku. Sudah kuatur jalan peristiwanya. Hanya ada satu hal yang harus
kutekankan. Kau jangan sekali-kali ikut campur apa pun yang terjadi. Mengerti""
"Aku netral saja, begitu""
"Jangan bertindak apa-apa. Akan ada sedikit keributan, tapi jangan nimbrung, ya. Sesudah nya
aku akan dibawa masuk. Empat atau lima menit kemudian, jendela ruang duduk akan terbuka. Kau
harus menunggu di dekat jendela itu."
"Ya." "Kau harus mengawasiku, karena aku akan terlihat olehmu."
"Ya." "Kalau kuangkat tanganku begini kau lemparkan sebuah benda ke dalam ruangan itu. Lalu,
17 pada saat yang bersamaan, berteriaklah ada kebakaran. Mengerti maksudku""
"Jelas sekali."
"Tak akan terlalu membahayakan," katanya sambil mengeluarkan sebuah gulungan berbentuk
rokok dari sakunya. "Cuma coket uap yang biasa digunakan tukang leding. Kedua ujungnya ditutupi
sesuatu supaya bisa menyala sendiri. Itu saja tugasmu. Begitu teriakan kebakaranmu menggema,
banyak orang akan bereaksi. Lalu kau santai saja meninggalkan tempat itu, dan aku akan menemuimu
di ujung jalan sepuluh menit kemudian. Jelas""
Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tak boleh ikut campur, harus mendekati jendela, mengawasimu, dan bila diberi isyarat,
melemparkan benda ini dan berteriak, lalu menunggumu di ujung jalan."
"Persis." "Beres, kalau begitu."
"Bagus! Kupikir mungkin sudah waktunya aku mempersiapkan diri untuk peranku yang baru."
Dia menghilang ke kamarnya, lalu muncul lagi beberapa menit kemudian dalam rupa seorang
pendeta sederhana yang ramah. Topi hitamnya yang lebar, celananya yang longgar, dasinya yang putih,
senyumnya yang simpatik, dan cara menatapnya yang penuh
rasa ingin tahu, benar-benar hanya bisa ditandingi oleh Mr.
John Hare. Holmes tidak sekadar berganti kostum. Ekspresi
wajahnya, gayanya, dan juga jiwanya selalu disesuaikannya
dengan peran yang sedang dilakonkannya. Dunia panggung
benar-benar telah kehilangan aktornya yang berbakat,
demikian pula dunia ilmu telah kehilangan seorang pemikir
yang tajam ketika dia berganti profesi menjadi spesialis
kriminal. Pukul enam lewat seperempat kami meninggalkan
Baker Street, dan masih menunggu lama sepuluh menit
ketika kami tiba di Serpentine Avenue. Hari mulai gelap, dan
lampu-lampu baru mulai dinyalakan ketika kami mulai
mondar-mandir di depan Briony Lodge, sambil menunggu
penghuninya pulang. Rumah itu persis seperti yang
digambarkan Sherlock Holmes, tapi lokasinya tak begitu
18 pribadi seperti yang kubayangkan sebelumnya. Sebaliknya, suasananya cukup ramai untuk ukuran jalan
sekecil itu. Ada sekelompok orang dengan pakaian kumal sedang merokok dan tertawa-tawa di sudut
jalan, seorang tukang asah gunting sedang mendorong gerobaknya, dua pria penjaga rumah sedang
bercanda dengan seorang gadis perawat, dan beberapa pemuda yang berpakaian bagus mondar-mandir
dengan rokok tersulut di mufut mereka.
"Sebetulnya," komentar Holmes sementara kami mondar-mandir di depan rumah itu,
"pernikahan mereka agak meringankan kasus ini. Foto itu kini malah menjadi pedang bermata dua.
Miss Adler pasti tak ingin foto itu terlihat oleh Godfrey Norton, seperti juga klien kita yang tak mau
benda itu jatuh ke tangan calon permaisurinya. Pertanyaannya sekarang di manakah kita akan
menemukan foto itu""
"Dimana, ya""
"Tak mungkin dibawa-bawa. Ukurannya kabinet. Terlalu besar kalau mau disembunyikan di
dalam gaunnya. Dia tahu Raja bisa menyuruh orang untuk mencegat dan menggeledahnya. Hal itu
pernah dilakukan dua kali. Jadi tak mungkin dia membawanya kalau dia sedang bepergian."
"Jadi, di mana""
"Disimpan di bank atau di pengacaranya. Mungkin saja. Tapi menurutku tidak. Wanita biasanya
tak ingin rahasianya diketahui siapa pun. Untuk apa dia menitipkan itu ke orang lain" Dia tak tahu
pengaruh politis apa yang bisa menimpa orang itu, dan dia merasa lebih yakin kalau disimpannya
sendiri. Di samping itu, ingat bahwa dia telah memutuskan untuk memanfaatkan foto itu dalam
beberapa hari ini. Pasti ada di rumahnya sendiri."
"Tapi rumahnya sudah pernah digeledah dua kali.''
"Puh! Mereka tak becus menggeledah."
"Lalu bagaimana caramu menggeledah""
"Aku tak akan menggeledah."
"Lalu, apa""
"Akan kuatur supaya dia sendiri yang menunjukkan tempatnya padaku."
"Pasti dia akan menolak permintaanmu."
"Dia tak akan bisa menolak. Nah, sudah kudengar suara roda keretanya. Lakukan perintahku
sampai yang sekecil-kecilnya."
19 Ketika dia berbicara, muncul cahaya kereta
di ujung jalan. Kereta mungil yang indah itu
bergemerencing menuju pintu Briony Lodge.
Begitu berhenti, salah satu pria berpakaian
kumal itu, berlari ke depan untuk membukakan
pintu kereta agar memperoleh persen, tapi
disikut oleh temannya yang juga bermaksud
begitu. Mereka lalu ribut bertengkar,
diramaikan pula dengan nimbrungnya dua
penjaga dan tukang asah gunting. Mereka mulai
saling memukul, dan wanita penumpang kereta
itu terjepit di antara orang-orang yang saling
meninju dan memukulkan tongkat itu. Holmes
lalu menyerbu ke tengah-tengah kerumunan itu
untuk melindungi wanita itu, tapi ketika dia baru saja
sampai di dekatnya, dia berteriak dan jatuh ke tanah,
dengan muka berlumuran darah. Gerombolan yang
sedang berkelahi itu segera bubar lalu kabur, sementara
beberapa orang berpakaian bagus yang tadi hanya
menonton saja, segera maju untuk menolong wanita itu
dan Holmes. Irene Adler, aku akan tetap memanggilnya
begitu, telah berlari menuju tangga, lalu sambil berdiri
di atas sana, dengan figurnya yang elok bermandi
cahaya ruang depan, dia menengok kembali ke jalan.
"Apakah parah lukanya"" tanyanya.
"Dia mati," teriak beberapa orang.
"Tidak, tidak, dia masih hidup," teriak suara lain.
"Tapi dia akan mati sebelum sempat dibawa ke
rumah sakit." 20 "Dia amat pemberani," kata seorang wanita. "Mereka pasti akan merampas dompet dan arloji
wanita itu kalau tak ada orang ini. Mereka itu tadi komplotan, ganas lagi. Ah, lihat dia masih bernapas"
"Sebaiknya dia tak dibiarkan terbaring di jalanan. Boleh dibawa masuk Nyonya""
"Tentu saja. Bawalah masuk ke ruang duduk. Ada sofa empuk di sana. Silakan lewat sini!"
Dengan hati-hati, dia dibawa masuk ke Briony Lodge, dan dibaringkan di ruang duduk
Sementara itu, aku mengawasi semua dari pos jagaku di dekat jendela. Lampu ruangan itu menyala,
dan kerai jendelanya terbuka, sehingga aku bisa melihat Holmes yang sedang terbaring di sofa. Aku tak
tahu apakah dia menyesali peran yang dilakonkannya saat itu, tapi melihat wanita yang sedang kami
buru itu dan juga kebaikan hatinya dalam menghadapi orang yang terluka itu, aku jadi merasa malu dan
bersalah. Tapi akan merupakan pengkhianatan terhadap Holmes bila aku membatalkan peran yang telah
dipercayakannya kepadaku. Kukeraskan hatiku dan kukeluarkan roket uap itu dari baik jasku. Toh,
pikirku, kami tak bermaksud melukainya. Kami hanya ingin mencegahnya agar tidak melukai orang
lain. Holmes kini telah duduk, dan kulihat dia bergerak seolah-olah kehabisan udara segar. Seorang
pembantu segera berlari membuka jendela. Pada saat itu jugalah kulihat Holmes mengangkat
tangannya, lalu setelah memahami kodenya, kulemparkan roket uap itu ke dalam ruangan sambil
berteriak "Kebakaran". Begitu teriakan itu terlontar dari mulutku, semua orang di sekitar situ baik
yang berpakaian bagus maupun yang kumal, kusir-kusir kereta, dan pelayan-pelayan wanita ikut-ikutan pula meneriakkan "Kebakaran." Asap tebal bergulung memasuki ruangan itu, dan keluar lagi
dari jendela. Sekilas kulihat orang-orang berlarian di ruangan itu, dan kemudian kudengar suara
Holmes dari dalam yang meyakinkan mereka bahwa tidak ada kebakaran. Aku menyelinap di antara
kerumunan yang masih ramai berteriak untuk menuju ujung jalan, dan sepuluh menit kemudian legalah
hatiku karena temanku telah menggamit lenganku untuk meninggalkan tempat yang gaduh itu. Dia
berjalan dengan cepat tanpa berkata apa-apa selama beberapa menit, samp
ai kami membelok ke sebuah
jalan sepi yang menuju ke Edgware Road.
"Kau telah melaksanakan tugasmu dengan baik, Dokter," komentarnya. "Baik sekali."
"Jadi kau sudah dapatkan foto itu!"
"Aku tahu tempatnya."
"Bagaimana kau bisa tahu""
"Dia yang menunjukkannya, seperti pernah kubilang padamu dulu."
21 "Aku masih tak mengerti."
"Aku tak bermaksud menjadikannya misteri," katenya sambil tertawa. "Sederhana sekali, kok.
Kau tentunya tahu bahwa semua orang yang di jalanan tadi telah berkomplot denganku khusus untuk
adegan malam ini." "Aku sudah menduga."
"Lalu, ketika perkelahian mulai, kuusapkan sedikit cat basah warna merah di telapak tanganku.
Lalu aku lari ke depan, terjatuh, mengoleskan tanganku ke wajah, dan jadilah aku tontonan yang
menimbulkan kasihan orang banyak. Itu tipuan kuno."
"Itu pun sudah kupahami."
"Lalu mereka membawaku masuk. Dia mau tak mau harus menerima kehadiranku. Bagaimana
mungkin dia menolak" Dan aku pun dibawa ke ruang duduknya ruangan yang sudah kuincar. Foto itu
mestinya disimpan di dalam ruangan itu atau di kamar tidurnya, dan aku harus memastikan mana yang
benar. Mereka membaringkanku di sofa, lalu aku butuh udara segar sehingga mereka mau tak mau
membuka jendela, dan kau lalu berperan."
"Apakah itu menolongmu""
"Itulah yang menentukan. Kalau seorang wanita menduga ada kebakaran di rumahnya, dia akan
secara langsung berlari menuju barang barang yang amat berharga baginya. Dorongan semacam itu
kuat sekali, dan hal ini sudah berkali-kali kumanfaatkan. Pada kasus Skandal Substitusi Darlington, hal
itu juga telah menolongku, lalu juga pada kasus Castle Arnsworth. Seorang ibu akan langsung memeluk
anaknya wanita yang belum menikah akan langsung menyelamatkan kotak perhiasannya. Jelas
bagiku bahwa bagi wanita yang kita incar ini, foto yang kita sedang kejar itulah yang merupakan
barangnya yang paling berharga.
Dia pasti akan segera lari ke arah tempat penyimpanannya. Teriakan kebakaran telah kau
lakukan dengan sangat baik. Asap dan teriakan-teriakan yang menyusul kemudian cukup membuat
orang panik. Dia pun bereaksi dengan baik. Foto itu terletak di ceruk di belakang pintu sorong, tepat di
atas tarikan bel sebelah kanan. Dia segera lari ke sana, dan sekilas aku melihat foto itu ketika dia
hendak mengeluarkannya. Ketika aku berteriak bahwa sebenarnya tak ada kebakaran, dia
mengembalikan foto itu, menoleh ke arah roket uap itu, lalu lari meninggalkan ruangan dan
menghilang. Aku bangun, dan rupanya cukup beralasan bagiku untuk melarikan diri dari tempat itu.
Waktu itu aku sudah bermaksud untuk langsung mengambil foto itu, tapi kusir keretanya keburu masuk
22 dan memandangku dengan tajam. Jadi, lebih baik menunggu. Terlalu terburu-buru bisa merusak
semuanya." "Lalu"" tanyaku.
"Tugas kita praktis sudah selesai. Besok kita akan kembali ke sana bersama Sang Raja, kalau
kau berminat ikut serta. Kita akan diantar masuk ke ruang duduk untuk menunggu wanita itu. Tapi
kemungkinannya ialah bahwa ketika wanita itu muncul, kita akan sudah kabur bersama foto itu. Yang
Mulia akan puas sekali karena dia sendirilah yang akan mengambil foto itu."
"Kapan kau mau ke sana""
"Besok jam delapan pagi. Dia pasti belum bangun
sehingga kita bisa leluasa beroperasi. Di samping itu, kita
harus cepat karena pernikahannya bisa membawa
perubahan dalam hidup dan kebiasaannya. Aku harus
menelepon Raja sekarang juga."
Kami tiba di Baker Street, dan berhenti di pintu.
Dia sedang mencari-cari kunci di sakunya ketika
seseorang yang lewat menegur, "Selamat malam, Mister
Sherlock Holmes." Waktu itu ada beberapa orang di jalanan, tapi
rasanya salam itu berasal dari seorang pemuda ramping
berjas panjang yang langsung bergegas menghilang.
"Rasanya aku mengenal suaranya," kata Holmes
sambil menatap ke jalanan yang remang-remang. "Kini,
aku penasaran. Siapa gerangan dia""
3 Malam itu aku menginap di Baker Street dan kami sedang asyik makan roti panggang dan
minum kopi ketika Sang Raja Bohemia berlari masuk ke kamar kami.
"Anda telah mendapatkan foto itu"" teriaknya sambil memegang kedua pundak Sherlock
23 Holmes, dengan pandangan penuh harap.
"Be lum." "Tapi ada harapan, bukan""
"Ya, ada harapan."
"Kalau begitu, mari. Saya tak sabar untuk segera berangkat"
"Kita perlu kendaraan."
"Baik, kereta saya sudah menunggu."
"Kalau begitu, mari berangkat"
Kami turun dan segera menuju ke Briony Lodge.
"Irene Adler telah menikah," komentar Holmes.
"Menikah! Kapan""
"Kemarin." "Tapi, dengan siapa""
"Dengan seorang pengacara Inggris bernama Norton."
"Tapi, Miss Adler tak mencintainya, kan""
"Saya harap dia mencintainya."
"Kenapa"" "Karena dengan demikian Yang Mulia tak akan diganggunya lagi. Kalau dia mencintai
suaminya, berarti dia tak mencintai Yang Mulia. Kalau dia tak mencintai Yang Mulia, dia tak punya
alasan untuk merusak rencana Yang Mulia."
"Benar. Tapi...! Yah! Kalau saja dia sederajat dengan saya! Betapa hebatnya dia kalau menjadi
seorang ratu!" Dia tiba-tiba terdiam sampai kami-tiba di daerah Serpentine Avenue.
Pintu Briony Lodge terbuka, dan seorang wanita setengah baya berdiri di tangga. Dia memandang kami
dengan tajam begitu kami turun dari kereta.
"Mr. Sherlock Holmes, bukan"" katanya.
"Sayalah Mr. Holmes," jawab temanku sambil memandang wanita itu dengan heran.
Tentu saja! Majikan saya mengatakan Anda mungkin akan kemari. Dia sudah berangkat ke
Eropa bersama suaminya naik kereta api dari Stasiun Charing Cross jam 5.15 pagi tadi."
24 "Apa!" Sherlock Holmes berteriak, mukanya memucat karena terkejut dan kecewa. "Maksud-mu dia telah meninggalkan Inggris"
"Dan takkan kembali lagi."
"Dan surat-surat itu"" tanya Sang Raja dengan parau. "Tamatlah semuanya."
"Kita lihat dulu." Dia melangkah masuk melewati pelayan wanita itu, dan berlari menuju ruang
duduk, diikuti oleh Sang Raja dan diriku sendiri. Perabot di situ berserakan, rak-raknya berantakan
semua, laci-lacinya terbuka, seolah-olah penghuninya telah mengobrak-abrik semuanya dengan
tergesa-gesa sebelum dia meninggalkan ruangan ini. Holmes berlari ke penarik bel, membuka sebuah
pintu sorong kecil, dan terjatuhlah ke hadapannya sebuah foto dan sepucuk surat. Foto itu adalah foto
Irene Adler dalam gaun malam, dan suratnya ditujukan kepada "Yth. Mr. Sherlock Holmes. Harap
disarahkan kalau yang bersangkutan datang." Temanku membuka surat itu, dan kami bertiga serentak
membacanya bersama. Tertanggal tadi malam, dan berbunyi demikian:
Mr. Sherlock Holmes yang terhormat,
Anda pintar sekali, Anda telah menipu saya mentah-mentah. Sampai teriakan kebakaran
waktu itu, saya tak curiga apa-apa. Tapi kemudian, ketika saya sadari bahwa saya telah
membuka rahasia, saya mulai berpikir. Saya telah diperingatkan beberapa bulan yang lalu,
bahwa kalau Raja sampai menugaskan seorang agen, pasti Andalah pilihannya. Dan alamat
Anda telah diberikan pada saya. Tapi, saya toh masih tertipu. Anda berhasil mengetahui tempat
rahasia saya. Sesudah saya mulai curiga pun, rasanya saya tetap tak percaya bahwa sang
pendeta tua yang baik hati itu ternyata berniat jahat. Tapi Anda tahu, saya sendiri pun seorang
aktris yang terlatih. Menyamar sebagai pria telah sering saya lakukan. Saya menyukainya
karena saya bisa lebih bebas bergerak. Saya minta John, kusir saya, untuk mengawasi Anda,
sementara saya segera lari ke atas, ganti mengenakan pakaian jalan-jalan begitulah saya
menyebutnya dan bergegas turun kembali tepat pada saat Anda meninggalkan tempat tinggal
saya. Kemudian, saya mengikuti Anda sampai ke rumah Anda dan memastikan diri bahwa
memang saya telah menjadi incaran Mr. Sherlock Holmes yang termasyhur itu. Yah, secara
agak sembrono, saya mengucapkan selamat malam, lalu saya segera menuju ke tempat suami
saya. 25 Kami berdua sepakat untuk segera melarikan diri karena dikejar oleh lawan yang
begitu hebat; jadi Anda akan temukan tempat rahasia itu kosong kalau Anda datang kemari
keesokan harinya. Mengenai foto itu, klien Anda boleh berhenti risau. Saya hanya mencintai
dan dicintai seorang pria yang lebih segala-galanya dibanding dia. Silahkan Raja melakukan
apa saja tanpa halangan sedikit pun dari seseorang yang pernah dikhianatinya. Foto itu tetap
akan saya simpan untuk menenangkan diri saya sendiri, dan menjadikannya senjata untuk
melindungi d iri saya dari tindakan-tindakan yang mungkin dilakukannya untuk merugikan diri
saya di masa yang akan datang. Saya tinggalkan sebuah foto untuknya kalau dia berkenan
memilikinya; dan sekian saja, Mr. Holmes.
Hormat saya, Irene Norton, d/h Adler "Wanita hebat!" teriak Sang Raja Bohemia, ketika kami bertiga selesai membaca surat istimewa
ini. "Betul kan kata saya, betapa cekatan dan tegasnya dia itu" Bukankah dia bisa menjadi ratu yang
mengagumkan" Sayang, dia tak sederajat dengan saya."
"Dari apa yang saya lihat tentang wanita tni,
dia nampaknya memang tak sama derajatnya
Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan Yang Mulia," kata Holmes dengan
dingin. "Maaf, karena hanya beginilah yang
bisa saya perbuat untuk Yang Mulia."
"Sebaliknya, sir," teriak Sang Raja. "Anda
telah sangat berhasil. Saya tahu kata-katanya
bisa dipercaya. Foto itu kini tak jadi masalah
lagi, anggap saja telah hangus dibakar."
"Syukurlah kalau begitu."
"Saya sangat berutang budi pada Anda.
Silakan katakan apa yang Anda inginkan dari
saya sebagai tanda terima kasih. Cincin ini..."
Dia-mencopot cincin bermotif ular dan berbatu
jamrud dari salah satu jarinya dan menaruhnya
26 di telapak tangannya. "Yang Mulia, saya menginginkan sesuatu yang bagi saya, nilainya lebih dari itu."
"Katakan saja."
"Foto ini!" Sang Raja menatapnya dengan penuh keheranan.
"Foto Irene!" teriaknya. "Silakan, kalau memang itu yang Anda minta."
"Terima kasih, Yang Mulia. Dengan demikian selesailah kasus ini. Dengan penuh rasa hormat,
saya mohon diri." Dia membungkuk, dan berbalik tanpa menyambut uluran tangan Sang Raja yang ingin
menyalaminya. Kami lalu meninggalkan kamar itu.
Demikianlah kisah skandal yang pernah mengancam Kerajaan Bohemia, dan bagaimana
rencana Mr. Sherlock Holmes yang saksama telah digagalkan oleh kecerdikan seorang wanita. Dia dulu
suka meremehkan otak wanita, tapi kini tidak lagi. Dan kalau dia berbicara tentang Irene Adler, atau
kalau dia menatap fotonya, dia selalu menyebutnya sebagai wanita istimewa.
Petualangan Sherlock Holmes
KASUS IDENTITAS "Sobatku," kata Sherlock Holmes ketika kami berdua sedang duduk di samping perapian di kamarnya
yang terletak di Baker Street, "hidup ini jauh lebih aneh daripada apa pun yang dapat kita khayalkan.
Dibandingkan dengan hal-hal sepele yang terjadi sehari-hari, hasil imajinasi kita sebetulnya tak ada artinya.
Seandainya kita berdua bisa terbang dan meluncur keluar dari jendela itu sambil bergandeng tangan, melayang
mengitari kota yang luas ini, sambil dengan perlahan-lahan menembus atap-atap rumah dan mengintip ke
dalamnya, dapat kita lihat berbagai peristiwa yang aneh-aneh. Kebetulan-kebetulan, rencana-rencana,
pertentangan-pertentangan, pokoknya segala macam rangkaian kejadian luar biasa yang terjadi dari generasi ke
generasi secara terus-menerus. Dengan demikian, karya-karya fiksi yang konvensional dan biasanya mudah
ditebak kesimpulannya sejak awal, akan cepat jadi basi dan tak akan diminati pembaca lagi."
"Ah, aku tak yakin akan hal itu," jawabku. "Kasus-kasus yang berhasil dibongkar selama ini
sebagaimana dimuat di surat-surat kabar, bukankah semuanya cukup gamblang dan juga mengerikan" Dalam
laporan-Iaporan polisi, dapat kita temukan realisme yang seekstrem-ekstremnya, namun toh harus kita akui
bahwa hasilnya tak begitu mengesankan."
"Kalau mau realistis, ya perlu seleksi dan kebijaksanaan," komentar Holmes. "Ini yang sebenarnya harus
ada dalam laporan polisi. Selama ini, hanya omong kosong
hakim saja yang lebih ditekankan. Padahal bagi orang yang
jeli, detail-detailnyalah yang penting. Di situlah terletak
keunikan dari kasus yang nampaknya biasa-biasa saja itu."
Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku
bisa mengerti mengapa kau berpendapat demikian," kataku.
"Karena posisimu sebagai penasihat dan penolong orang-orang yang berasal dari tiga benua yang sedang sangat
kebingungan menghadapi masalah yang aneh-aneh dan
istimewa. Tapi di sini" kuraih koran pagi yang tergeletak di
lantai "coba kita ambil sebuah contoh. Nih, judul yang
pertama kali kudapatkan. 'Kekejaman seorang suami terhadap
istrinya.' Kisahnya dibeberkan panjang-lebar sampai
memenuhi setengah halaman. Tapi tanpa membaca isinya pun
aku sudah tahu kisahnya. Begitulah, ada wanita lain, suami
2 yang peminum sehingga terdorong untuk berbuat kejahatan, lalu istrinya dipukul sampai luka-luka, lalu ketahuan
seorang adik atau kakak atau pemilik rumah sewa yang bersimpati atas kejadian itu. Seorang penulis pemula pun
takkan mengarang cerita sesederhana itu."
"Wah, contoh yang kau ambil tak cocok dengan bantahanmu," kata Holmes sambil memungut koran itu.
Matanya lalu menatap berita yang kubaca sepintas tadi. "Ini kasus perceraian keluarga Dunda, dan kebetulan aku
terlibat untuk menyelesaikan kasus ini. Sang suami bukan seorang peminum, tak ada keterlibatan wanita lain dan
masalah yang dikeluhkan adalah kebiasaannya mencopot gigi palsunya lalu melemparkannya kepada istrinya
setiap kali dia habis makan. Perbuatannya itu pasti tak pernah terbayangkan oleh seorang penulis. Silakan cicipi
tembakau ini, Dokter dan akuilah bahwa aku telah mengunggulimu dalam hal contoh yang kauajukan ini."
Dia mengeluarkan kotak tembakaunya yang terbuat dari emas kuno. Bagian tengah tutupnya berhias kan
batu kecubung besar. Kotak yang mewah itu sangat kontras dengan gaya hidup temanku yang sederhana,
sehingga aku pun terdorong untuk mengemukakan komentarku.
"Ah," katanya, "aku lupa bahwa sudah beberapa minggu aku tak bertemu denganmu. Kotak tembakau ini
adalah kenang-kenangan dari Raja Bohemia sebagai tanda terima kasihnya atas bantuanku dalam kasus yang
menyangkut surat-surat yang dikirimkannya kepada Irene Adler."
"Dan cincin itu"" tanyaku sambil menatap cincin yang gemerlapan di jarinya.
"Dari keluarga Kerajaan Belanda. Sayang kasus yang kutangani itu amat sangat rahasia sifatnya,
sehingga aku tak bisa menceritakannya kepada siapa pun, termasuk kau yang selama ini telah berbaik hati
menuliskan beberapa kasus-kasus kecil yang pernah kupecahkan."
"Apakah saat ini kau sedang menangani sebuah kasus"" tanyaku dengan penuh minat.
"Ada sekitar sepuluh sampai dua belas kasus, namun tak ada yang menarik. Semuanya memang penting,
tapi tak menarik. Yah, menurut pengalamanku, biasanya justru yang tak begitu pentinglah yang butuh
penyelidikan, dan kalau berhasil menganalisis sebab dan akibatnya dengan cepat, di situlah letak keasyikannya.
Kejahatan-kejahatan yang besar biasanya lebih sederhana, karena jelas sekali terlihat motifnya. Kasus-kasus
seperti ini, kecuali kasus Marseilles yang cukup rumit, tak begitu menarik. Tapi mungkin akan ada kasus yang
lebih menarik dalam beberapa menit ini, karena kalau tak salah ada seorang klienku yang akan segera menuju
kemari." Dia bangkit dari kursinya, lalu berdiri di muka jendela sambil menengok ke bawah, ke jalanan kota
London yang suasananya membosankan. Dari belakang bahunya, aku melihat seorang wanita tinggi besar berdiri
di trotoar seberang. Lehernya tertutup syal bulu binatang, dan ia mengenakan topi lebar yang tepinya berhiaskan
3 bulu unggas yang melingkar-lingkar berwarna merah. Topi itu dipakai miring seperti gaya Duchess-of-Devonshire yang genit. Dari balik perlengkapannya yang semarak ini dia mengintip ke arah jendela kami dengan
gelisah dan ragu-ragu, sambil tubuhnya bergerak maju-mundur dan jari-jarinya meremas-remas kancing-kancing
kaus tangannya. Sekonyong-konyong, bagaikan perenang yang meluncur ke air dari pinggir kolam, dia bergegas
menyeberangi jalan, dan memencet bel apartemen Holmes.
"Aku pernah melihat gejala seperti ini sebelumnya," kata Holmes sambil melemparkan rokoknya ke
perapian. "Keragu-raguannya itu tanda adanya masalah yang amat berat. Dia perlu minta nasihatku, tapi dia
ragu-ragu karena masalahnya sebetulnya sangat rahasia. Tapi ini pun bisa macam-macam sifatnya. Kalau
seorang wanita diperlakukan secara jahat oleh seorang pria, sikapnya takkan ragu-ragu seperti itu. Gejalanya
biasanya adalah tali bel yang putus. Kali ini mungkin masalah cinta, tapi nampaknya si wanita tidak marah,
malah bingung dan sedih. Nah, orangnya telah tiba dan kita tak perlu menduga-duga lagi."
Begitu kata-katanya selesai, pintu ruangan kami diketuk
orang, dan pelayan memberitahu kami ak
an kedatangan Miss Mary Sutherland. Wanita itu sendiri mengikuti di
belakangnya. Tubuh pelayan yang kecil itu sangat kontras
dibandingkan tubuh sang tamu. Sherlock Holmes
menyapa Miss Sutherland dengan keramahannya yang
khas. Setelah menutup pintu dan mempersilakan wanita
itu duduk, dia langsung memperhatikannya secara
menyeluruh tapi dengan setengah melamun, seperti
kebiasaannya. "Apakah Anda tak mengalami kesulitan," katanya,
"mengerjakan pekerjaan mengetik padahal mata Anda
rabun dekat"" "Mula-mula memang sulit," jawab wanita itu, "tapi
sekarang saya sudah hafal letak huruf-hurufnya tanpa
melihat sekalipun." Tiba-tiba dia terkejut menyadari implikasi pernyataan Holmes. Wajahnya yang lebar dan
penuh rasa humor menatap Holmes dengan penuh ketakutan dan keheranan. "Anda telah mendengar tentang
saya, Mr. Holmes," teriaknya. "Kalau tidak, bagaimana Anda tahu semua itu""
"Sudahlah," kata Holmes sambil tertawa, "pekerjaan saya memang mencari tahu tentang banyak hal.
Saya mungkin telah terbiasa melihat hal-hal yang terlewatkan oleh orang lain. Itu sebabnya Anda datang
4 meminta nasihat saya, kan""
"Saya kemari, sir, karena saya mendengar tentang Anda dari Mrs. Etherege. Anda telah menemukan
suaminya dengan begitu mudahnya, padahal polisi dan semua orahg telah menganggapnya mati. Oh, Mr.
Holmes, saya harap Anda bisa berbuat hal seperti itu untuk saya. Saya bukan orang kaya, tapi toh saya
berpenghasilan tetap sebanyak seratus pound setahun. Di samping itu, saya juga ada sedikit pemasukan dari
pekerjaan mengetik. Semuanya akan saya bayarkan kepada Anda kalau Anda bisa mendapatkan informasi
tentang Mr. Hosmer Angel."
"Kenapa Anda kemari dengan sangat terburu-buru begitu"" tanya Sherlock Holmes. Dikatupkannya
kedua tangannya dan dilayangkannya pandangannya ke langit-langit ruangan.
Sekali lagi wajah Miss Mary Sutherland yang agak hampa menunjukkan keheranan. "Ya, saya memang
kabur dari rumah," katanya. "Saya sebal karena Mr. Windibank, ayah saya, menganggap enteng masalah ini. Dia
tidak mau lapor polisi, tidak mau menemui Anda, dan tidak berbuat apa-apa. Dia malah mengatakan bahwa toh
tak ada kerugian apa-apa. Maka saya pun menjadi jengkel, lalu mengemasi barang-barang saya, dan langsung
pergi menemui Anda."
"Ayah Anda"" tanya Holmes. "Maksudnya pasti ayah tiri Anda, karena nama keluarganya lain dari nama
keluarga Anda. Begitukah"
" "Ya, ayah tin saya. Saya memanggilnya Ayah, walaupun kedengarannya lucu, karena umurnya cuma
lima tahun dua bulan lebih tua dari saya."
"Apakah ibu Anda masih hidup""
"Oh, ya. Ibu saya masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja. Saya agak keberatan, Mr. Holmes
ketika ibu saya menikah lagi tak lama setelah ayah kandung saya meninggal. Menikahnya dengan pria yang
hampir lima belas tahun lebih muda dari dirinya lagi! Dulu, Ayah membuka usaha perbaikan leding di Tottenham
Court Road, dan ketika dia meninggal, usahanya sedang berjalan dengan baik. Ibu lalu melanjutkan usaha itu
bersama Mr. Hardy, kepala para tukang. Ketika Mr. Windibank masuk dalam kehidupan Ibu, pria itu
menyuruhnya menjual usaha tersebut. Dia menganggap usaha begitu tak pantas untuknya, karena dia adalah
seorang pedagang anggur botolan. Mereka akhirnya menjual usaha Ayah dengan harga 4.700 pound, jumlah
yang cuma sedikit dibanding kalau ayah kandung saya yang menjualnya."
Kupikir Sherlock Holmes akan menjadi tak sabar dengan kisah yang ngelantur dan ngawur ini. Tapi
sebaliknya, dia malah mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Penghasilan Anda sendiri," tanyanya, "apakah itu berasal dari usaha ayah Anda itu""
5 "Oh, tidak, sir. Lain. Penghasilan saya berasal dari warisan Paman Ned yang dulu tinggal di Auckland,
dalam bentuk saham yang berbunga empat setengah persen. Jumlah seluruhnya 2.500 pound, tapi saya hanya
berhak menerima bunganya."
"Kisah Anda sangat menarik perhatian saya," kata Holmes. "Karena penghasilan Anda mencapai seratus
pound setahunnya, ditambah lagi dengan hasil kerja Anda sendiri, Anda pastilah bisa bepergian ke mana-mana
dan memanjakan diri kalau mau. Saya rasa seorang wanita yang masih sendirian seperti Anda hanya m
emerlukan sekitar enam puluh pound setahun."
"Biaya hidup saya tidak sampai enam puluh pound, Mr. Holmes, tapi Anda harus tahu bahwa selama
saya masih tinggal di rumah, saya tak mau menjadi beban. Jadi merekalah yang memakai uang itu selama saya
tinggal bersama mereka. Tentu saja itu takkan berlangsung selamanya. Mr. Windibank mengambil bunga uang
saya setiap tiga bulan sekali, lalu menyerahkannya pada ibu saya, sedangkan saya hanya memegang uang hasil
pekerjaan mengetik. Saya mendapat upah dua penny selembar, dan dalam sehari saya bisa mengetik lima belas
sampai dua puluh lembar."
"Anda telah menggambarkan keadaan Anda dengan sangat jelas," kata Holmes. "Ini teman saya, Dr.
Watson. Anda bisa bercerita kepadanya sebebas Anda bercerita kepada saya. Sekarang, silahkan ceritakan
hubungan Anda dengan Mr. Hosmer Angel."
Wajah Miss Sutherland memerah sejenak dan dengan gelisah dia mempermainkan ujung jaketnya. "Saya
bertemu untuk pertama kali dengannya pada pesta dansa para tukang leding," katanya. "Ketika masih hidup ayah
saya sering diundang ke pesta seperti itu, dan sesudah Ayah meninggal Ibu tetap diundang. Mr. Windibank tak
mengizinkan kami menghadiri pesta pesta semacam itu. Dia tak pernah mengizinkan kami pergi ke mana pun.
Bahkan, dia juga marah ketika saya ingin pergi ke jamuan makan Sekolah Minggu di gereja. Tapi waktu itu saya
bertekad untuk pergi, karena apa haknya melarang saya" Dia mengatakan bahwa yang hadir di pesta dansa itu
tidak pantas menjadi teman kami padahal mereka semuanya teman ayah kandung saya. Lalu dia mengatakan
bahwa saya tak punya pakaian pesta yang pantas, padahal saya punya gaun pesta berwarna ungu yang jarang
sekali keluar dari lemari pakaian saya. Akhirnya, karena dia tak bisa mencari alasan lain lagi yang masuk akal
dia terbang ke Prancis untuk mengurus bisnisnya. Kami, Ibu dan saya, nekat pergi ke pesta dansa itu bersama
Mr. Hardy, yang dulu menjadi kepala tukang di kantor Ayah. Di pesta itulah saya berkenalan dengan Mr. Hosmer
Angel." "Saya rasa," kata Holmes, "ketika Mr. Windibank kembali dari Prancis, dia marah ketika mengetahui
bahwa kalian telah pergi ke pesta dansa itu."
"Oh, anehnya, dia baik-baik saja. Saya ingat, dia malah tertawa, mengangkat kedua bahunya, dan
6 mengatakan bahwa tak ada gunanya bersitegang dengan wanita, karena bagaimanapun mereka akan mencari
jalan supaya keinginannya terkabul."
"Oh, begitu. Jadi di pesta dansa para tukang leding itulah Anda bertemu dengan pria bernama Mr.
Hosmer Angel itu." "Ya, sir. Saya bertemu dengannya malam itu, dan keesokan
harinya dia menelepon untuk menanyakan apakah kami sudah sampai
di rumah dengan selamat. Sesudah itu, kami tepatnya saya masih
bertemu lagi dengannya sebanyak dua kali, Mr. Holmes. Lalu kami
berdua pergi berjalan-jalan. Tapi sesudah itu, ayah tiri saya kembali
dari perjalanannya, dan Mr. Hosmer Angel tak bisa lagi datang ke
rumah kami." "Tak bisa""
"Yah, Anda kan tahu, Ayah tidak suka hal semacam itu. Dia
tak mengizinkan kehadiran tamu, bahkan tamunya sendiri. Dia sering
mengatakan bahwa seorang wanita harus merasa cukup bahagia
dalam lingkungan keluarganya saja. Tapi menurut saya, seperti sering
saya katakan kepada Ibu, seorang wanita tentu ingin juga membentuk
keluarga baru punya suami dan anak-anak, maksud saya."
"Tapi bagaimana dengan Mr. Hosmer Angel" Tidakkah dia
berupaya untuk menemui Anda""
"Yah, Ayah akan berangkat ke Prancis lagi seminggu kemudian, dan kata Hosmer, dalam suratnya,
sebaiknya kami tak saling bertemu sampai Ayah pergi. Kami saling bertulis surat saja-selama menunggu itu, dan
suratnya datang setiap hari. Saya mengambil suratnya setiap pagi, sehingga Ayah tak pernah tahu akan hal
ini". "Apakah Anda sudah bertunangan dengannya saat itu""
"Oh, ya, Mr. Holmes. Kami bertunangan setelah kami berjalan-jalan untuk pertama kali. Hosmer Mr.
Angel bekerja sebagai kasir pada sebuah kantor di Leadenhall Street, dan..."
"Kantor apa""
"Wah, maaf, Mr. Holmes, saya tak tahu."
7 "Kalau begitu, di mana rumahnya""
"Dia tinggal di kantor itu juga."
"Dan Anda tak tahu alamatnya""
"Tidak hanya tahu nama jalannya, Lead
enhall Street" "Kalau begitu, waktu Anda mengirim surat padanya, Anda alamatkan ke mana surat itu""
"Ke Kantor Pos Leadenhall Street. Surat itu akan ditinggal di situ sampai dia datang mengambilnya. Dia
mengatakan bahwa kalau surat saya dialamatkan ke kantornya dia akan diolok-olok oleh teman-teman
sekerjanya, karena telah menerima surat dari seorang wanita. Lalu saya usulkan agar surat saya diketik saja, toh
surat-suratnya juga diketik, tapi dia menolak. Menurutnya, kalau saya sendiri yang menulis surat itu, lebih
mantap rasanya bagi dia. Kalau diketik, sepertinya surat itu bukan dari saya. Mr. Holmes, coba bayangkan
bagaimana dia sampai memikirkan hal-hal sekecil itu itu menunjukkan betapa sayangnya dia pada saya."
"Menarik sekali," kata Holmes. "Sejak dulu saya berpendapat bahwa hal-hal kecil itulah yang paling
penting. Adakah hal-hal kecil lain yang Anda ingat tentang Mr. Hosmer Angel""
"Orangnya sangat pemalu, Mr. Holmes. Dia lebih suka berjalan-jalan bersama saya pada waktu malam
daripada waktu siang. Dia mengatakan bahwa dia tak suka menjadi perhatian orang. Dia sangat tenang dan
sopan. Suaranya pun lembut sekali. Dia menjelaskan pada saya bahwa ketika masih muda, amandelnya
mengalami infeksi dan membengkak. Akibatnya, tenggorokannya menjadi lemah dan suaranya meniadi seperti
orang ragu-ragu dan berbisik-bisik. Dia selalu berpakaian dengan baik, sangat rapi dan biasa-biasa saja
modelnya. Penglihatannya kurang baik seperti saya, sehingga dia memakai kacamata gelap untuk menahan
cahaya yang menyilaukan matanya."
"Apa yang terjadi ketika Mr. Windibank, ayah tiri Anda itu, pergi ke Prancis lagi""
"Mr. Hosmer Angel datang ke rumah lagi, dan mengusulkan agar kami menikah saja sebelum Ayah
kembali. Dia sangat bersungguh-sungguh, dan saya dimintanya berjanji dengan tangan di atas Alkitab, bahwa
apa pun yang akan terjadi saya akan tetap setia kepadanya. Ibu mengatakan bahwa permintaannya itu cukup
masuk akal, dan itu menunjukkan kesungguhan cintanya. Ibu sangat menyukainya sejak awal perkenalan kami,
dan makin lama makin menyukainya lebih dari diri saya sendiri. Lalu, ketika mereka membicarakan tentang
rencana pernikahan dalam minggu itu, saya mulai bertanya tentang Ayah, tapi mereka berdua mengatakan agar
saya tak usah memikirkan soal Ayah, karena dia pasti akan setuju. Saya agak kaget, Mr. Holmes. Memang
rasanya lucu kalau saya minta persetujuannya, karena dia hanya beberapa tahun lebih tua dari saya, tapi saya pun
tak ingin berbuat sesuatu tanpa sepengetahuannya, diam-diam macam begitu. Maka saya lalu menulis surat
8 kepadanya. Saya alamat kan ke Bordeaux, tempat kantor cabang perusahaannya di Prancis. Tapi surat itu
Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikembalikan pada saya dan tiba pada pagi hari pernikahan kami itu."
"Surat itu tak sampai kepadanya""
"Ya, sir, karena dia telah kembali ke Inggris sebelum surat itu tiba."
"Ha! Sayang sekali. Dan pernikahan Anda direncanakan pada hari Jumat. Rencananya mau diadakan di
gerejakah"" "Ya, sir, tapi secara diam-diam. Upacaranya di
Gereja St Saviour, dekat King's Cross, dan
rencananya kami akan makan pagi bersama
sesudah itu di Hotel St. Pancras. Hosmer
menjemput Ibu dan saya dengan kereta tapi karena
tempatnya tak cukup, dia lalu mempersilakan kami
menaiki kereta itu, sedangkan dia sendiri naik
kereta lain yang kebetulan lewat di jalan. Kami
sampai lebih dulu, dan ketika kereta yang
ditumpanginya tiba di gereja, kami pun
menunggunya keluar dari kereta itu. Tapi dia tak
keluar-keluar. Ketika kusir kereta turun dan
melihat ke tempat duduk penumpang di belakangnya, ternyata tak ada orang di situ! Kusir itu tak bisa
membayangkan apa yang telah terjadi pada penumpangnya, karena dia tadi melihat dengan mata kepalanya
sendiri ketika penumpangnya menaiki keretanya. Itu terjadi hari Jumat yang lalu, Mr. Holmes, dan sejak itu saya
tak pernah melihat atau menerima suratnya lagi. Jadi, saya tak tahu apa yang terjadi pada dirinya."
"Nampaknya Anda telah dipermalukan oleh pria itu," kata Holmes.
"Oh, tidak, sir! Dia itu sangat baik, tak mungkin akan meninggalkan saya seperti itu. Bahkan paginya dia
terus-menerus mengatakan pada saya bahwa apa pun yang akan terjadi, saya harus tetap setia kepadanya, dan
bahwa jika sesuatu yang tak terduga tiba-tiba memisahkan kami, saya harus tetap mengingat bahwa saya telah
bertunangan dengannya, dan bahwa dia akan menagih janji saya suatu saat nanti. Rasanya aneh, membicarakan
hal seperti itu menjelang pernikahan kami, tapi apa yang kemudian terjadi membuat saya mengerti maksudnya".
"Ya, begitulah. Jadi menurut Anda, dia telah mengalami musibah yang tak terduga itu""
"Ya, sir. Saya yakin dia sudah merasakan akan datangnya bahaya itu, karena kalau tidak, dia pasti takkan
9 berbicara seperti itu kepada saya sebelumnya. Lalu, menurut saya, apa yang ditakutkannya itu benar-benar jadi
kenyataan." "Tapi, Anda tak tahu musibah macam apakah itu""
"Tidak." "Satu pertanyaan lagi. Bagaimana ibu Anda menghadapi semua ini""
"Dia marah, dan mengatakan pada saya sebaiknya masalah ini tak diungkit-ungkit lagi."
"Dan ayah Anda" Apakah Anda mencentakan semua itu kepadanya""
"Ya, dan nampaknya dia sepaham dengan saya, bahwa pasti telah terjadi sesuatu, dan bahwa menurutnya
Hosmer pasti akan mengirim kabar kepada saya. Dia juga menambahkan, apa untungnya seorang pria mengajak
saya menikah lalu meninggalkan saya begitu saja" Seandainya dia telah meminjam uang saya, atau kalau dia
sudah menikah dengan saya dan menguasai uang saya lalu dia baru menghilang, itu cukup beralasan Tapi
Hosmer tak pernah mengalami kesulitan keuangan, dan tak pernah berminat pada uang saya sedikit pun. Jadi,
apa yang telah terjadi, ya" Dan mengapa dia tak kunjung mengirim berita" Oh, saya jadi hampir gila kalau
memikirkan hal itu! Dan saya tak bisa tidur barang sekejap pun kalau malam." Dia menarik sebuah saputangan
kecil dari sarung tangannya dan mulai menangis tersedu-sedu.
"Saya akan menangani kasus Anda," kata Holmes sambil berdiri, "dan saya yakin kami akan berhasil.
Percayakan masalah ini pada saya sekarang, dan jangan Anda pikirkan lagi. Dan yang paling penting, lupakan
saja Mr. Hosmer Angel dan apa yang telah diperbuatnya kepada Anda."
"Kalau begitu, menurut Anda, saya tak akan bertemu dengannya lagi""
"Saya kuatir, begitulah adanya."
"Lalu apa yang telah terjadi pada dirinya""
"Saya akan mencari jawaban atas pertanyaan Anda itu. Saya perlu gambaran dirinya secara saksama, dan
surat surat yang dikirimnya kepada Anda."
"Saya memasang iklan di surat kabar Chronicle hari Sabtu yang lalu," katanya. "Saya bawa iklan itu
bersama keempat surat darinya."
"Terima kasih. Dan alamat Anda""
"31 Lyon Place, Camberwell."
"Saya tahu Anda tak punya alamat Mr. Angel. Di mana alamat kantor ayah Anda""
10 "Westhouse & Morbank, importer anggur merah Prancis yang cukup besar. Alamatnya di Fenchurch
Street." "Terima kasih. Penuturan Anda jelas sekali. Tinggalkan
surat-surat itu di sini, dan ingat pesan saya. Biarlah semua
kejadian ini menjadi buku yang tertutup rapat, dan jangan sampai
mempengaruhi kehidupan Anda."
"Anda baik sekali, Mr. Holmes, tapi saya tak mungkin bisa
melakukan pesan Anda. Saya akan tetap setia pada Hosmer. Kalau
suatu saat dia kembali, saya akan siap menerimanya."
Walaupun topinya gila-gilaan dan wajahnya hampa, tak
bisa tidak kami mengagumi keyakinannya yang lugu dan mulia
itu. Dia menaruh surat-surat itu di meja, lalu meninggalkan
ruangan kami sambil berjanji bahwa dia akan datang lagi kalau
Holmes memanggilnya. Sherlock Holmes duduk terdiam selama beberapa menit,
jari-jarinya tetap terkatup, kakinya diselonjorkannya, dan
pandangannya menghunjam ke langit-langit ruangan. Lalu,
diambilnya pipa tanah liat yang berminyak dari rak di atasnya.
Pipa inilah penasihatnya. Setelah menyulutnya, dia kembali duduk sambil menyandarkan bahunya di kursi.
Lingkaran-lingkaran asap yang tebal dan berwama biru mengepul di atas wajahnya yang nampak lesu.
"Wanita itu merupakan objek penyelidikan yang menarik," katanya. "Dirinya lebih menarik dari
masalahnya yang cuma sepele dan klasik. Kau akan banyak menemukan kasus-kasus semacam itu kalau
kauperiksa kartu indeksku yang menunjukkan nama Andover '77, dan lagi pada The Hague tahun lalu. Idenya
kuno tapi ada sa tu-dua rincian yang baru bagiku. Namun dari diri wanita itulah lebih banyak kutarik pelajaran."
"Kau nampaknya memperoleh banyak hal dari penampilannya, yang tak kelihatan olehku," komentarku.
"Bukannya tak kelihatan, tapi kaulah yang tidak memperhatikan, Watson. Kau tak tahu mana yang perlu
dilihat, sehingga semua hal yang penting terlewatkan olehmu. Aku tak akan pernah bisa menyadarkanmu betapa
pentingnya memperhatikan lengan baju, kuku jempol, atau pun tali sepatu. Nah, apa yang kaudapatkan dari
penampilan wanita itu" Jelaskanlah."
"Yah, dia memakai topi jerami yang lebar berwarna abu-abu kebiruan dengan hiasan bulu merah bata.
11 Jaketnya hitam, bertaburkan manik-manik dan hiasan pinggir berwarna hitam pula. Gaunnya coklat, lebih gelap
dari warna coklat kopi. Bagian leher dan lengan gaun itu berhias-kan bulu-bulu ungu. Sarung tangannya keabu-abuan, dan pada bagian telunjuk kanannya robek. Aku tak memperhatikan sepatunya. Dia mengenakan anting-anting emas kecil berbentuk bulat yang menggantung di telinganya. Penampilannya bak orang kaya, tapi
gayanya santai, seenaknya, dan agak kampungan."
Sherlock Holmes bertepuk tangan dengan lembut sambil tergelak.
"Hebat, Watson, kau telah mengalami kemajuan besar. Kau benar-benar telah melakukan pengamatanmu
dengan baik. Memang benar, hal-hal yang penting telah terlewatkan olehmu, tapi paling tidak kau telah tahu cara
kerjanya, dan kau sangat peka terhadap warna. Jangan percaya pada kesan-kesan umum, teman, tapi carilah hal-hal yang terperinci. Kalau aku, yang pertama kali kuperhatikan dari seorang wanita adalah lengan bajunya.
Sedang pada pria, mungkin lebih baik memperhatikan lutut celananya dulu. Sebagaimana kau lihat wanita ini
berhiaskan bulu di lengan bajunya, dan hal ini meninggalkan jejak yang penting. Ada dua lekukan agak di atas
pergelangan tangannya. Ini jelas m nunjukkan bahwa dia seorang juru ketik, karena di bagian itulah tangannya
menekan meja. Seandainya dia sering menjahit dengan mesin jahit yang masih dijalankan dengan tangan, bisa
juga timbul lekukan seperti itu, tapi hanya di tangan sebelah kiri dan agak lebih jauh dari ibu jari. Tapi itu tak
terjadi. Aku lalu memperhatikan wajahnya, dan kulihat ada tanda bekas kacamata di hidungnya. Itulah sebabnya
aku lalu berkesimpulan bahwa dia menderita rabun dekat, dan pekerjaannya mengetik. Ternyata dugaanku
membuatnya terheran-heran."
"Aku juga heran tadi."
"Tapi, bukankah hal itu sangat jelas terlihat" Kemudian aku lebih tertarik untuk memperhatikan
sepatunya. Walaupun sepatu itu cocok pasangannya tapi ada yang aneh. Yang satu ada semacam hiasan penutup
di depannya, sedangkan yang sebelahnya tidak. Yang satu hanya dua dari lima kancing bagian bawahnya yang
dikatupkan, sedangkan sebelahnya ada tiga kancingnya yang dikatupkan, yaitu kancing yang pertama, ketiga,
dan kelima Nah, kalau kau melihat seorang wanita muda yang pakaiannya rapi, tapi sepatunya aneh begitu, yaitu
tak sepenuhnya dikatupkan kancingnya, kesimpulannya pasti karena dia sedang terburu-buru."
"Lalu apa lagi"" tanyaku dengan penuh minat, sebagaimana biasanya kalau dia sedang me ngemukakan
kesimpulan-kesimpulannya yang jitu.
"Secara sambil lalu aku memperhatikan bahwa setelah berpakaian, dia lalu menulis sesuatu sebelum dia
pergi. Kau lihat kan, bahwa sarung tangannya robek di bagian telunjuk kanannya" Tapi kau tak memperhatikan
bahwa ada bekas tinta pada kaus tangan dan jarinya. Jadi waktu menulis tadi, dia amat terburu-buru sehingga
terlalu dalam memasukkan penanya ke botol tinta. Bekas tinta itu pasti baru saja sejak tadi pagi, karena bekasnya
12 begitu kentara di jarinya. Semua rincian ini menyenangkan, ya, walaupun sepele-sepele saja" Tapi aku harus
segera kembali bekerja, Watson. Tolong bacakan iklan yang berhubungan dengan Mr. Hosmer Angel itu!"
Sobekan iklan itu kudekatkan ke lampu. "Berita Kehilangan," begitu judulnya. 'Telah hilang sejak
tanggal 14 pagi, seorang pria bernama Hosmer Angel. Tinggi badan kira-kira 170 cm, berbadan kekar, kulit
berwarna pucat, rambut hitam, tengahnya agak botak, bercambang dan berkumis lebat, berkacamata hitam, da
n bicaranya lembut Terakhir terlihat mengenakan jas panjang hitam berlapis sutera, dengan rompi hitam, rantai
emas bermerek Albert, celana wol abu-abu buatan Harris, dan bersepatu lars coklat dengan elastik di pinggirnya.
Bekerja di sebuah kantor di Leadenhall Street. Kalau ada yang bisa memberikan keterangan... dst."
"Penjelasan iklan itu ada manfaatnya," kata Holmes. "Sedangkan surat-surat itu," lanjutnya sambil
menoleh ke meja, "tak ada yang luar biasa. Tak memberi penjelasan apa-apa tentang Mr. Angel, kecuali bahwa
dia pernah sekali mengutip kata kata Balzac. Tapi ada satu hal yang menarik yang pasti akan membuatmu
terkejut." "Surat-surat itu ternyata diketik," komentarku.
"Bukan cuma itu, tapi tanda tangannya pun diketik. Coba lihat tulisan 'Hosmer Angel' yang kecil dan
rapi di bagian bawah. Ada tanggalnya, tapi tak ada alamat yang jelas. Hanya disebutkan Leadenhall Street.
Bahwa tanda tangannya diketik, itu pasti memberikan suatu petunjuk, bahkan kita bisa menarik kesimpulan dari
hal itu." "Kesimpulan apa""
'Sobatku, masakan kau masih tak tahu betapa pentingnya hal itu sehubungan dengan kasus yang sedang
kita tangani"" "Apa, ya" Mungkin agar penulis surat itu bisa menyangkal bahwa dia ah yang menandatangani surat itu,
kalau-kalau dia melanggar sesuatu yang dijanjikannya daiam surat itu."
"Bukan. Bukan itu maksudnya. Tapi biar aku menulis dua pucuk surat yang akan menyelesaikan masalah
ini. Satu surat akan kutujukan kepada sebuah kantor di City (City = bagian kola London yang tertua, yang
merupakan pusat perdagangan dan keuangan pent), yang satunya lagi kepada ayah tin wanita muda itu, Mr.
Windibank, yang isinya meminta agar dia datang kemari jam enam sore besok. Kita akan berhubungan bisnis
dengannya. Dan sekarang, Dokter, tak ada lagi yang bisa kita lakukan sampai kita menerima balasan kedua surat
itu. Jadi untuk sementara kita lupakan saja masalah ini."
Aku benar-benar mengagumi kemampuan temanku dalam mempertimbangkan suatu masalah dan
kecepatannya bertindak seperti saat ini, aku yakin dia sudah menemukan pemecahan atas kasus ini, dilihat dari
13 sikapnya yang meyakinkan dan santai. Hanya sekali dia pernah gagal, yaitu dalam kasus foto Raja Bohemia
yang disimpan oleh Irene Adler. Mengingat dia berhasil memecahkan kasus-kasus aneh macam Sign of Four dan
Study in Scarlet, aku berani memastikan bahwa cuma kasus-kasus yang betul-betul misterius yang tak mampu
ditanganinya. Kutinggalkan temanku yang masih asyik menyedot pipanya di kamarnya. Aku yakin, besok sore kalau
aku menemuinya lagi, dia pasti akan sudah menemukan petunjuk tentang hilangnya pengantin laki-laki yang
seharusnya bersanding dengan Miss Mary Sutherland itu.
Waktu itu aku pun sedang menghadapi kasus berat
dengan seorang pasienku. Sepanjang hari keesokan harinya,
aku harus menungguinya. Baru pada hampir jam enam sore
aku bebas dari tugasku. Aku langsung memanggil kereta,
dan menuju ke Baker Street. Aku merasa cemas, jangan-jangan aku sudah terlambat untuk mendampingi temanku
pada saat dia membongkar misteri kecil itu. Tapi ketika
sampai di sana, Sherlock Holmes kudapati masih sendirian
di kamamya, dalam keadaan setengah tertidur. Tubuhnya
yang jangkung dan kurus melingkar di kursi. Sederet botol
dan tabung percobaan kimia, dan bau asam chlorida yang
menyengat di sekitarnya, menunjukkan bahwa telah
sepanjang hari dia menekuni kegiatan kimia yang sangat
disukainya itu. "Nah, apakah kau sudah berhasil menyelesaikannya"" tanyaku ketika aku masuk ke kamarnya.
"Ya, sudah. Hasilnya 'barit-bisulfat'."
"Bukan, bukan. Maksudku, misteri itu" teriakku.
"Oh, itu! Kukira kau menanyakan tentang garam kimia yang kuhasilkan. Tak ada misteri dalam kasus
itu. Cuma beberapa rinciannya saja yang cukup menarik. Kemarin sudah kukatakan itu, kan" Hanya sayangnya,
hukum takkan bisa menangkap pelaku kejahatan itu "
"Siapa penjahatnya" Dan untuk apa Mr. Angel itu meninggalkan Miss Sutherland begitu saja""
Pertanyaanku masih belum selesai, dan Holmes belum sempat menjawab apa-apa, ketika kami
mendengar langkah-langkah berat di luar, lalu ketukan di pintu kamar kami.
14 "Ini pa sti ayah tiri wanita itu, Mr. James Windibank," kata Holmes. "Dia membalas suratku dan berjanji
akan kemari pada jam enam. Silakan masuk!"
Pria yang memasuki ruangan kami berbadan tegap, namun tingginya sedang-sedang saja. Umurnya tiga
puluhan, wajahnya tercukur bersih, kulitnya pucat, gayanya lemah lembut tapi licik dan matanya yang tajam
berwarna abu abu. Dia menatap kami satu per satu dengan penuh tanda tanya, menaruh topinya yang berkilauan
di meja samping, dan setelah membungkuk sejenak, dia mengambil tempat duduk yang terdekat.
"Selamat sore, Mr. James Windibank," kata Holmes. "Saya rasa Andalah yang menulis surat ketikan ini,
yang menyatakan bahwa Anda akan datang jam enam!"
"Ya, sir. Maaf, saya agak terlambat. Maklumlah banyak urusan yang harus saya tangani. Saya juga minta
maaf karena Miss Sutherland telah merepotkan Anda dengan masalah kecil ini, karena menurut saya sebenarnya
dia tak perlu menceritakan hal ini kepada orang lain. Saya sudah mencegahnya agar tak usah menemui Anda,
tapi sebagaimana Anda pun tentunya sudah memahami juga, dia itu gadis yang emosional dan gampang
menuruti kata hatinya begitu saja. Kalau sudah berniat berbuat sesuatu dia tak bisa dicegah. Tentu saja, saya tak
terlalu keberatan kalau dia menemui Anda, karena Anda toh tak ada hubungannya dengan polisi. Tapi benar-benar tak enak kalau masalah keluarga sampai terbawa ke luar. Di samping itu, percuma saja semua usahanya
itu, toh tak akan ada yang bisa menemukan pria bernama Hosmer Angel itu. Bukankah demikian""
"Justru sebaliknya," kata Holmes dengan kalem, "saya sangat yakin akan berhasil menemukan Mr.
Hosmer Angel." Mr. Windibank terkejut sekali mendengar hal itu sampai sarung tangannya terjatuh ke lantai. "Wah, saya
senang sekali mendengarnya," katanya.
"Kalau Anda perhatikan," lanjut Holmes, "setiap mesin tik itu unik, masing-masing mempunyai ciri
tersendiri sama halnya dengan tulisan tangan manusia. Tak ada dua mesin tik yang hasil tulisannya persis sama,
kecuali kalau mesin-mesin itu betul-betul baru. Misalnya, ada yang beberapa hurufnya tak sejelas huruf lainnya,
dan ada beberapa huruf yang hanya jelas sebagian. Nah, coba lihat surat Anda ini, Mr. Windibank. Semua huruf
'e'-nya tak jelas, dan semua huruf 'r'-nya terputus di bagian ekornya. Ada empat belas ciri lain, tapi dua itu yang
paling mencolok." "Semua surat di kantor saya ditulis dengan mesin tik yang satu ini, tak heran kalau beberapa hurufnya
kurang jelas karena terlalu sering dipakai," jawab tamu kami sambil menatap Holmes dengan matanya yang
tajam dan bersinar-sinar.
"Dan sekarang, saya mau menunjukkan hasil penyelidikan saya yang sangat menarik, Mr. Windibank,"
15 lanjut Holmes. "Mungkin kapan-kapan saya akan menulis risalah tentang mesin tik dalam hubungan dengan
tindakan-tindakan kriminal. Sudah cukup lama saya menekuni hal begituan. Nah, saya mempunyai empat surat
yang dtkinm oleh orang yang menghilang itu. Keempatnya, semua huruf 'e'-nya tak jelas dan semua huruf 'r'-nya
terputus di bagian ekornya. Dan kalau Anda melihatnya di bawah kaca pembesar, maka empat belas ciri lainnya
yang tadi saya kata kan juga cocok semua."
Mr. Windibank terlompat dari kursinya, dan memungut topinya. "Saya tak mau buang-buang waktu
hanya membicarakan hal-hal yang tak masuk akal ini, Mr. Holmes," katanya. "Kalau Anda bisa menangkap pria
itu, tangkaplah, dan kabari saya."
"Pasti," kata Holmes sambil melangkah ke depan
dan mengunci pintu kamarnya. "Nah, kalau begitu saya ingin
memberitahukan bahwa saya telah menangkap orang itu!"
"Apa" Mana dia"" teriak Mr. Windibank. Wajahnya
menjadi pucat pasi dan dia melongok-longok ke sekeliling
ruangan bagaikan tikus yang telah masuk perangkap.
"Oh, tak perlu berpura-pura lagi..., percuma," kata
Holmes dengan sopan "Anda tak mungkin menghindar lagi,
Mr. Windibank. Sudah tertangkap basah, kok. Dan Anda
menghina saya dengan mengatakan bahwa saya tak mungkin
bisa memecahkan masalah yang sepele begjni. Begitulah!
Silakan duduk lagi, dan mari kita bicarakan masalah ini."
Tamu kami menjatuhkan dari kursi dengan wajah
ketakutan dan keringat membasahi dahinya
. "Saya... saya tak bisa dituntut di pengadilan," katanya terbata-bata.
"Memang. Tapi bagiku, Windibank, perbuatanmu itu benar-benar kejam, egois, keji, dan picik. Nah,
sekarang biarlah aku memerinci rangkaian peristiwanya, dan kalau ada yang tak cocok silakan perbaiki."
Pria itu terperenyak di kursinya, kepalanya tertunduk, bagaikan orang yang benar-benar hancur lebur.
Holmes menginjakkan salah satu kakinya di sudut perapian sambil menyandar. Kedua tangannya dimasukkannya
ke saku celananya, lalu dia mulai berkisah, seolah-olah kepada dirinya sendiri dan bukannya kepada kami yang
mendengarkannya. "Ada seorang pria menikah dengan seorang wanita yang umurnya jauh lebih tua dari dirinya, demi
16 uang," katanya. "Dia enak-enak hidup dengan uang yang seharusnya menjadi milik anak perempuan tirinya,
selama gadis itu tinggal bersama mereka. Jumlah uang itu cukup banyak bagi orang-orang sederajat mereka, dan
tanpa uang itu payahlah hidup mereka. Jadi, harus diupayakan agar dana itu tetap mengalir seperti biasa. Gadis
itu sangat baik hatinya, hangat, dan penuh kasih sayang. Maka bisa dimengerti kalau tak lama lagi dia pasti akan
Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendapat pasangan hidup. Kalau dia menikah, maka.dana seratus pound itu tak akan didapat lagi oleh ibu dan
ayah tirinya. Mereka lalu berusaha menghalanginya. Bagaimana caranya" Ayah tiri itu melarangnya bepergian
dan bergaul dengan teman-teman sebayanya. Tapi dia pun menyadari bahwa hal itu tak akan berlangsung lama.
Gadis itu mulai berontak, karena dia sadar akan hak-haknya, dan malah dia nekat mau pergi ke pesta dansa.
Lalu, apa yang dilakukan ayah tiri yang cerdik itu" Dia membuat rencana yang hebat secara rasio, tapi sungguh
tak berperikemanusiaan. Dengan bantuan istrinya dia menyamar. Matanya ditutupi dengan kacamata gelap,
wajahnya ditempeli kumis dan jenggot, suaranya dibuat lemah seperti suara orang berbisik, dan semua
penyamarannya itu menjadi lebih mudah karena gadis itu menderita rabun dekat. Lalu jadilah dia Mr. Hosmer
Angel, dan mulai memainkan perannya sebagai seorang kekasih."
"Kami cuma bergurau pada awalnya," rintih tamu kami. "Kami sama sekali tak menduga bahwa gadis itu
akan terhanyut." "Mungkin saja. Tapi ternyata gadis itu benar-benar terpikat. Dan karena dia tahu ayah tirinya sedang
berada di Prancis, maka dia tak merasa curiga sedikit pun. Dia terkesan oleh perhatian sang kekasih, lebih-lebih
lagi ibunya pun ikut mengagumi pria itu. Lalu Mr. Angel mulai berkunjung, karena hubungan mereka harus
diusahakan seakrab mungkin, kalau ingin berhasil. Mereka saling bertemu, berjalan-jalan berdua, bertunangan,
sehingga perhatian gadis itu hanya tercurah pada pria idaman hatinya itu. Tapi penyamaran itu tak bisa
berlangsung untuk selamanya. Kunjungan pura-pura ke Prancis yang sering dilakukan sang ayah pasti lama-kelamaan akan agak mencurigakan. Penyamaran ini harus diakhiri secara dramatis sehingga akan meninggalkan
kesan yang sangat mendalam pada diri sang gadis, supaya dia tak akan punya minat untuk mendekati pria lain.
Maka mereka pun, mengikrarkan janji setia di atas Al-kitab, juga sang pria lalu mengoceh macam-macam pada
pagi hari sebelum pemberkatan pernikahan yang direncanakan di gereja itu. James Windibank ingin agar Miss
Sutherland benar-benar merasa terikat pada Hosmer Angel yang nasibnya akan dibuat tak menentu itu, sehingga
paling tidak selama sepuluh tahun kemudian, gadis itu tak akan berkencan dengan pria lain. Pria itu tega-teganya
menggiring gadis itu sampai pintu gerbang gereja, lalu karena dia tak mungkin bertindak lebih jauh lagi, dia
menghilang begitu saja dengan cara yang sudah usang, yaitu naik ke kereta, tapi lalu melompat keluar dari pintu
lain. Kurasa begitulah jalan ceritanya, Mr. Windibank!"
Rupanya rasa percaya diri tamu kami sedikit demi sedikit pulih sementara Holmes berkisah tadi. Kini ia
bangkit dari kursinya sambil menyeringai dingin. "Bisa saja begitu, tapi bisa juga tidak, Mr. Holmes," katanya
17 "tapi kalau Anda memang jeli, Anda pun akan merasa bahwa justru Andalah yang sedang melanggar hukum,
bukan saya. Sejak awal saya tak melakukan sesuatu yang berten
tangan dengan hukum, tapi kalau Anda tak
mengizinkan saya pergi dari kamar ini karena pintunya Anda kunci, Anda bisa dituduh telah melakukan
penganiayaan dan penahanan secara tidak sah."
"Kaubilang, hukum tak bisa mengejarmu," kata Holmes
sambil membuka kunci, lalu membuka pintu kamarnya,
"tapi kau pantas dihukum. Saudara atau teman gadis itu
boleh saja memecut punggungmu. Sialan, kau," lanjutnya
dengan, wajah merah padam ketika melihat tamunya
menyeringai. "Ini memang bukan bagian dari tugas yang
harus kulakukan demi klienku, tapi kebetulan ada cemeti
disini, dan rasanya aku ingin melakukan ini demi..." Dia
maju dua langkah untuk menggapai cemetinya, tapi sebelum
dia berhasil meraihnya terdengar suara gedebag-gedebug di
tangga, lalu suara pintu depan dibanting, dan dari jendela
kamar kami bisa melihat Mr. James Windibank lari terbirit-birit meninggalkan tempat kami.
"Dia itu bajingan berdarah dingin!" kata Holmes sambil
tertawa. Dia kembali duduk di kursinya. "Dia tak akan
berhenti berbuat jahat sampai dibawa ke tiang gantungan.
Kalau dipikir-pikir, kasus ini menarik juga."
"Aku masih tetap tak mengerti bagaimana kau bisa mendapatkan semua kesimpulanmu itu," gumamku.
"Yah, tentu saja sejak awal sudah jelas bahwa tindakan Mr. Hosmer Angel yang aneh ini didorong oleh
tujuan tertentu. Dan cukup jelas pula bahwa orang yang mendapatkan keuntungan dari semuanya ini adalah sang
ayah tiri itu. Lalu ternyata dua pria itu tak pernah terlihat pada saat yang bersamaan. Salah satu muncul di saat
yang lain menghilang. Bukankah kita bisa mengambil kesimpulan dari kenyataan ini" Lalu kacamata gelap dan
suaranya yang aneh itu. Bukankah itu tanda adanya penyamaran" Ditambah lagi dengan jenggot lebat.
Kecurigaanku makin memuncak dengan _munculnya tanda tangan yang diketik itu. Artinya, tulisan tangannya
pasti akan dikenali oleh gadis itu. Fakta-fakta yang saling terpisah, ditambah dengan detail-detail lainnya,
semuanya memberi petunjuk ke arah yang sama."
"Dan bagaimana kau membuktikan semua itu""
18 "Setelah menemukan tersangka, tak sulit bagiku untuk menguatkan semua teoriku. Aku tahu alamat
kantor tempat Mr. Windibank bekerja. Setelah mendapatkan gambaran tentang orang bernama Hosmer Angel itu,
aku mulai menghilangkan apa-apa yang mungkin dipakai sebagai alat penyamaran jenggot, kacamata, suara,
dan lalu hasilnya kukirim ke kantor itu. Aku minta agar mereka memberitahuku kalau gambaran orang yang
kuberikan cocok dengan salah satu pegawai bagian penjualan mereka. Aku pun mengamati keunikan mesin tik
itu, lalu kusurati Mr. Windibank, memintanya datang kemari. Surat itu kualamatkan ke kantornya. Seperti yang
kuharapkan, balasan darinya diketik, dan ternyata hasil ketikan itu menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan surat
Mr. Hosmer Angel. Surat lain kuterima dari PT. Westhouse & Marbank yang beralamat di Fenchurch Street,
yang mengabarkan bahwa gambaran yang kuberikan cocok sekali dengan pegawai mereka yang bernama James
Windibank. Nah, kan""
"Bagaimana dengan Miss Sutherland""
"Kalau kuceritakan padanya dia pasti takkan percaya. Ingatkah kau akan pepatah Persia kuno yang
mengatakan, 'Bahaya sekali merenggut anak singa dari induknya, sama bahayanya dengan merenggut angan-angan indah dari seorang gadis.' Masuk akal juga apa yang dikatakan oleh Hafiz(1) itu, dia memang sama bijaknya dengan Horace(2).
1 Penyair Persia 2 Penyair, satiris, moralis sekaligus kritikus yang hidup pada zaman Romawi kuno
Petualangan Sherlock Holmes
PERKUMPULAN ORANG BERAMBUT MERAH
Suatu hari di musim gugur tahun lalu, aku mampir ke tempat temanku, Sherlock Holmes. Saat
itu dia sedang berbincang-bincang dengan seorang pria tua gemuk yang wajahnya kemerah-merahan
dan rambutnya juga berwarna merah menyala. Aku langsung minta maaf atas kehadiranku yang telah
memutus percakapan mereka dan hendak beranjak pergi. Tapi Holmes menarikku masuk ke dalam
ruangan itu dan menutup pintu di belakangku.
"Kau justru datang tepat pada waktunya, sobatku Watson," katanya dengan ramah.
"Kukira kau sedang ada urusan."
"Memang demikian."
"Itulah, biarlah aku menunggu dulu di ruang sebe
lah." "Tak perlu. Teman saya ini, Mr. Wilson, adalah rekan sekerja saya yang sudah sangat banyak
membantu keberhasilan kasus-kasus yang saya
- tangani. Dan saya yakin dia pun akan sangat membantu
saya dalam menangani kasus Anda ini."
Pria gemuk itu agak berdiri dari kursinya dan mengangguk kepadaku sambil matanya yang sipit
karena dipenuhi lemak di sekitarnya, sekilas mencuri pandang kepadaku dengan penuh tanda tanya.
"Silahkan duduk," kata Holmes sambil menjatuhkan dirinya di kursi berlengan. Dikatupkannya
ujung-ujung jari kedua tangannya sebagaimana selalu dilakukannya kalau sedang serius. "Aku tahu,
sobatku Watson, bahwa kau juga menyukai hal-hal yang ganjil dan tak biasa sebagaimana diriku. Ya,
kau juga menunjukkan minat ke arah itu, terbukti dari kegesitanmu untuk menuangkan dan
membumbui petualangan-petualangan kecilku dalam bentuk tulisan."
"Kasus-kasusmu benar-benar sangat menarik perhatianku," jawabku.
"Kau ingat aku pernah berkata, sebelum kita menangani kasus kecil Miss Mary Sutherland,
bahwa hidup ini jauh lebih aneh daripada apa pun yang dapat kita khayalkan""
"Aku sempat meragukan hal itu,"
"Ya, Dokter, tapi mau tak mau kau pasti akan menyetujui pandanganku, karena kalau tidak, aku
2 akan menimbun dulu fakta demi fakta sampai terbukti bahwa alasanmu ternyata salah dan alasankulah
yang benar. Nah, Mr. Jabez Wilson ini telah menyempatkan diri untuk menemtuku pagi ini, dan dia
akan melanjutkan mengisahkan sesuatu yang cukup unik. Sebagian kisahnya sudah diceritakan padaku
tadi. Kau sudah dengar komentarku bahwa hal-hal yang sangat aneh dan unik sering berhubungan
dengan kejahatan-kejahatan yang sepele, dan kadang-kadang kita jadi ragu-ragu apa benar telah terjadi
suatu tindak kejahatan. Sejauh pengetahuanku, tak mungkin aku bisa langsung mengatakan apakah
kasus ini merupakan tindak kejahatan atau tidak, Tapi rangkaian kejadiannya termasuk yang paling
unik yang pernah kudengar. Silahkan, Mr. Wilson, Anda ulangi penuturan Anda. Bukan hanya supaya
teman saya Dr. Watson dapat ikut mengetahuinya, tapi juga supaya saya bisa lebih memahami detail-detail ceritanya yang cukup aneh itu. Biasanya, kalau saya berhasil menemukan sedikit petunjuk saja
dari rangkaian suatu kejadian, maka saya akan segera membandingkannya dengan kasus-kasus lain
yang serupa. Tapi sampai saat ini, saya harus mengakui bahwa fakta fakta kasus ini ternyata sangatlah
unik." Klien kami yang gemuk itu
menggembungkan dadanya karena bangga,
sambil menarik sebuah surat kabar yang kotor
dan lecek dari saku dalam jasnya. Ketika dia
sedang mencari-cari di bagian iklan, dengan
kepala tertunduk dan surat kabar diluruskan di
atas lututnya, aku memperhatikannya dengan
saksama dan berusaha menyimpulkan suatu
petunjuk dari cara berpakaian dan
penampilannya. Tapi inspeksiku tak membawa banyak hasil.
Tamu kami ini tak banyak berbeda dari
kebanyakan pedagang Inggris. Gemuk, agak sombong, dan lamban. Celananya agak longgar berwama
abu-abu. Jas panjangnya yang berwarna hitam tak terlalu bersih dan bagian depannya tak
dikancingkannya. Penutup pinggangnya dilengkapi sabuk kuning yang berhiaskan gantungan logam
berbentuk persegi. Topinya yang berjumbai, mantel luarnya yang berwarna coklat pudar, dan syal
3 beludrunya yang sudah kusut, tergeletak di kursi sebelahnya. Kesimpulanku dari apa yang kuiihat ini
ialah bahwa tak ada yang luar biasa pada orang ini, kecuali rambutnya yang berwarna merah menyala
dan rasa kekecewaannya yang mendalam.
Mata Sherlock Holmes yang jeli menangkap inspeksi yang kulakukan, dan dia menggelengkan
kepala sambil tersenyum melihat kebingunganku. "Selain fakta fakta yang cukup jelas bahwa dia
pernah bekerja kasar selama beberapa saat, pengisap tembakau yang sudah dihaluskan, anggota sebuah
perkumpulan pekerja, pernah ke Cina, dan akhir-akhir ini banyak menulis, tak ada lagi yang bisa
kusimpulkan." Mr. Jabez Wilson menegakkan duduknya.
Telunjuknya terletak di surat kabar itu, tapi
matanya menatap temanku. "Bagaimana gerangan Anda bisa tahu
semua itu, Mr. Holmes"" tanyanya. "Bagaimana
Anda bisa tahu, misalnya, bahwa saya pernah
me1akukan pekerja an kasar" Memang benar apa
kata Anda, saya mulai bekerja sebagai tukang
kayu di kapal." "Tangan Anda, sir. Tangan kanan Anda
jauh lebih besar dibanding yang kiri. Berarti Anda
telah memakainya untuk bekerja keras. Otot-ototnya juga lebih besar."
"Kalau tentang pengisap tembakau dan ang-gofa perkumpulan itu""
"Maaf, bila saya menyinggung perasaan Anda kalau saya katakan bahwa saya tahu itu dari jepit
di dada Anda yang bisa juga dipakai sebagai korek api dan kompas itu."
"Ah. tentu saja, saya tak ingat hal itu. Tapi tentang kegiatan menulis saya""
"Lihat kancing manset baju Anda yang sebelah kanan. Kelimis sekali selebar dua belas setengah
sentimeter. Sedangkan lengan baju Anda yang kiri ada tambalannya dekat siku. Pasti karena bekas
gesekan-gesekan di meja."
4 "Betul juga. Tapi bagaimana tentang kepergian saya ke Cina""
"Tato bergambar ikan di atas pergelangan tangan kanan itu hanya mungkin dibuat di Cina. Saya
sempat mempelajari sekilas tentang gambar-gambar tato, bahkan pernah menulis artikel tentang hal itu.
Warna sisik ikan yang merah jambu itu khas Cina. Koin Cina yang tergantung di rantai jam Anda juga
memudahkan saya menebak."
Mr. Jabez tertawa terbahak-bahak. "Wah, saya tak menduga!" katanya. "Sebelum ini, saya pikir
Anda memiliki kemampuan menebak yang hebat sekali, tapi sekarang saya tahu bahwa semuanya itu
ternyata cuma begitu saja."
"Aku mulai berpikir, Watson," kata Holmes, "sebaiknya aku tak usah menjelaskan apa apa.
'Alangkah indahnya sesuatu bagi orang yang tidak mengetahuinya' begitu kata pepatah, kan" Kasihan
amat kemampuanku yang tak seberapa ini menjadi tak dihargai gara-gara aku terlalu tulus. Sudah
ketemukah iklannya, Mr. Wilson""
"Ya, sekarang sudah saya temukan," jawabnya sambil menunjuk kolom iklan di bagian tengah
surat kabar itu dengan jarinya yang gemuk dan merah. Nih. Gara-gara inilah semuanya terjadi.
Silahkan Anda baca sendiri, sir."
Kuambil surat kabar itu dan kubaca iklan yang berbunyi:
Kepada Perkumpulan Orang Berambut Merah Atas perminlaan almarhum Ezehah Hopkins
dari Lebanon, Penn. U.S.A, sekarang ada lowongan pekerjaan lagi bagi anggota perkumpulan
ini dengan penghasilan empat pound seminggu hanya untuk pekerjaan yang ringan. Semua
anggota yang sehat jasmani dan rohani di atas umur dua puluh satu tahun boleh mendaftar.
Harap datang sendiri pada hari Senin, jam sebelas, ke Duncan Rose, di kantor perkumpulan
tersebut, Pope's Court No. 7, Fleet Street.
"Apa gerangan maksudnya ini"" seruku sesudah membaca pengumuman yang aneh itu dua kali
berturut-turut. Holmes tetgelak dan menggeliat-geliat di kursinya. Begitulah kebiasaannya kalau sedang
gembira hatinya. "Tak mengerti, ya"" katanya. "Nah, Mr. Wilson, sekarang ceritakanlah mengenai diri
Anda, kehidupan Anda sehari-hari, dan efek iklan ini pada nasib Anda. Tolong dicatat Dokter, nama
surat kabar itu dan tanggalnya."
5 "The Morning Chronicle, tanggal 27 April 1890. Baru dua bulan yang lalu."
"Baik. Nah, Mr. Wilson""
"Yah, seperti yang sudah saya katakan
kepada Anda sebelumnya, Mr. Sherlock Holmes,"
kata Jabez Wilson sambil mengelap dahinya.
"Saya memiliki rumah gadai kecil di Coburg
Square, dekat City. Usaha saya ini tak terlalu
besar, dan akhir akhir ini hanya pas-pasan saja
untuk menghidupi saya sehari-hari. Dulu saya
mempekerjakan dua orang asisten, tapi sekarang
tinggal satu. Sebetulnya satu pun terlalu berat
bagi saya, tapi dia bersedia digaji hanya separo
dari yang seharusnya karena dia ingin belajar
tentang usaha pegadaian itu."
"Siapa nama pemuda yang baik hati ini"" tanya Sherlock Holmes.
"Namanya Vincent Spaulding, dan dia sudah tak muda Iagi. Susah untuk menebak berapa
umurnya. Dia melakukan tugasnya sebagai asisten saya dengan baik, Mr. Holmes; dan saya tahu bahwa
sebetulnya dia bisa saja pindah kerja untuk mendapatkan gaji dua kali lipat dari yang mampu saya
berikan kepadanya. Tapi selama dia masih mau kerja untuk saya dengan gaji sejumlah itu, untuk apa
saya menyarankannya agar pindah""
"Ya, untuk apa" Nampaknya Anda cukup beruntung bisa mendapatkan pegawai yang mau digaji
di bawah standar. Tak banyak yang mau begitu sekaran
g ini. Jangan-jangan asisten Anda itu tak sebaik
yang Anda ceritakan."
"Oh, tentu saja dia punya kekurangan," kata Mr. Wilson. "Dia tergila-gila memotret. Potret sana,
potret sini, pada saat dia seharusnya bekerja; lalu menyelinap ke gudang bawah tanah, bagaikan seekor
kelinci masuk ke kandangnya, untuk mengafdruk foto-fotonya. Itulah kekurangannya, tapi secara
keseluruhan dia seorang pegawai yang baik. Dia tak pernah berbuat jahat."
"Sekarang tentunya dia masih bekerja di tempat Anda, bukan""
6 "Ya. Dan ada juga pegawai lain, seorang gadis berumur empat betas tahun yang memasak dan
membersihkan tempat kami. Hanya mereka itu yang ada di rumah saya, karena saya seorang duda yang
tak punya anak. Kami hidup dengan tenang, sir, kami bertiga ini; dan kami bertahan hidup seperti ini
dari hari ke hari, membayar utang-utang kami kalau tak ada keperluan lain."
"Satu-satunya hal yang lalu
mengacaukan kehidupan kami ialah iklan itu.
Delapan minggu yang lalu Spaulding datang
ke kantor saya dan menunjukkan surat kabar
ini kepada saya sambil berkata,
"'Kalau saja rambut saya berwarna
merah, Mr. Wilson...' '"Kenapa, memangnya"' tanya saya.
"'Kenapa"' katanya. 'Lihat, ada
lowongan pekerjaan lagi di Perkumpulan
Orang Berambut Merah. Beruntung sekali
orang yang diterima bekerja di situ, dan saya
dengar lowongan kerja yang ada lebih banyak
jumlahnya dibanding orang yang mau bekerja di situ, sehingga para walinya sampai kehilangan akal
bagaimana caranya memanfaatkan uang warisan sebanyak itu. Kalau saja warna rambut saya bisa
berubah, saya pasti akan mau bekerja di situ.'
"'Kenapa, ada apa sebenarnya"' tanya saya. Anda tahu, Mr. Holmes, saya tak banyak keluar
rumah. Langganan-langganan bisnis sayalah yang mendatangi saya, sehingga kadang-kadang saya tak
keluar rumah selama berminggu-minggu. Saya tak tahu banyak tentang apa yang sedang terjadi di
dunia luar, dan tentu saja saya senang kalau ada orang yang yang memberikan informasi kepada saya.'
"'Apakah Anda sama sekali belum pernah mendengar tentang Perkumpulan Orang Berambut
Merah"' tanyanya dengan mata terbelalak.
"'Belum.' "'Aneh, padahal Anda sendiri berambut merah dan bisa mengisi lowongan pekerjaan itu.'
7
Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"'Apa untungnya"' tanya saya.
"'Oh, memang hanya mendapat bayaran beberapa ratus pound setahunnya, tapi pekerjaannya
sangat ringan, dan bisa dilakukan sambil tetap bekerja Iain.'
"Yah, dapat Anda duga bahwa saya langsung tertarik, karena usaha saya akhir-akhir ini memang
tak begitu maju, dan alangkah baiknya kalau ada pemasukan tambahan beberapa ratus pound
setahunnya. "'Coba ceritakan pada saya tentang lowongan pekerjaan itu.' kata saya.
"'Yah,' katanya sambil menunjukkan iklan itu, 'Anda bisa baca sendiri bahwa perkumpulan itu
sedang membutuhkan pegawai, alamatnya pun tercantum di sini kalau Anda ingin mendapatkan
keterangan lebih Ianjut. Sejauh yang saya tahu, perkumpulan ini didirikan oleh seorang jutawan
nyentrik Amerika bernama Ezekiah Hopkins itu. Dia memang berambut merah dan sangat bersimpati
pada semua orang yang berambut merah. Waktu dia meninggal, dia mewariskan semua kekayaannya
yang amat banyak kepada beberapa wali. Mereka ditugaskan agar memanfaatkan bunga uang warisan
itu untuk memberi kemudahan-kemudahan kepada orang-orang yang warna rambutnya seperti dia.
Penghuni Lembah Neraka 2 Pendekar Seribu Diri Karya Aone Kereta Berdarah 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama