Ceritasilat Novel Online

Petualangan Sherlock Holmes 2

Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes Bagian 2


Kabarnya, bayarannya cukup baik dibandingkan pekerjaannya yang amat ringan.'
"'Kalau begitu,' kata saya, 'pasti jutaan orang berambut merah bersedia mendaftarkan diri.'
'"Tak sebanyak itu jawabnya. 'Yang boleh mendaftar hanya penduduk kota London yang sudah
dewasa. Jutawan Amerika ini memulai bisnisnya di London waktu dia masih muda, dan dia ingin
membalas jasa kepada kota tua ini. Lalu, saya juga mendengar bahwa Anda takkan diterima kalau
warna rambut Anda cuma merah muda, atau merah gelap. Yang diterima hanya yang warna rambutnya
benar-benar merah menyala. Nah, kalau Anda berminat untuk mendaftarkan diri, Mr. Wilson, datang
saja ke sana, tapi mungkin juga Anda tak berminat susah-susah keluar rumah hanya untuk beberapa
ratus pound saja.' "Nah, Anda berdua bisa melihat bahwa rambut saya warnanya benar-benar mera
h menyala. Jadi, kalau saja diadakan perlombaan untuk rambut merah, saya pasti akan menang. Vincent Spaulding
banyak tahu tentang perkumpulan itu, sehingga saya mungkin bisa memintanya untuk mengantar saya.
Jadi, saya lalu menyuruhnya menutup kantor hari itu, dan menemani saya pergi ke kantor perkumpulan
seperti yang diiklankan itu. Dia melakukan semua yang saya perintahkan dengan gembira.
8 "Rasanya, saya tak mau melihat pemandangan seperti itu lagi, Mr. Holmes. Dari segala penjuru,
orang-orang yang berambut merah memenuhi jalanan menuju City untuk mengisi lowongan yang
diiklankan itu. Fleet Street dan Pope's Court dipenuhi orang-orang berambut merah, sehingga
pemandangannya bagaikan pasar yang penuh dengan gerobak dagangan buah jeruk. Wah, saya tak akan
pernah membayangkan bahwa ada begitu banyak orang berambut merah di negeri ini kalau saja bukan
karena iklan itu. Warna merahnya memang macam-macam ada yang merah jerami, merah kekuning-kuningan, merah oranye, merah bata, merah coklat, merah hati, merah tanah liat, dan lain-lain. Tapi
sebagaimana dikatakan oleh Spaulding, tak banyak yang warna rambutnya benar-benar merah menyala.
Ketika saya melihat begitu banyak yang menunggu untuk mendaftar, saya langsung ingin membatalkan
niat saya, tapi Spaulding mencegah saya. Bayangkan apa yang dilakukannya! Dia menerobos terus di
antara orang-orang yang berjejalan itu dalam upaya untuk mendekati kantor itu. Tangganya terbagi dua
jalur. Satu yang merupakan jalan masuk ke atas dan dipenuhi orang-orang yang harap-harap cemas,
satunya lagi yang merupakan jalan keluar menurun yang dipenuhi orang-orang yang ditolak. Kami
terus mendesak maju ke depan sekuat tenaga, dan akhirnya kami pun berhasil masuk ke kantor itu."
"Pengalaman Anda benar-benar menarik," komentar Holmes ketika klien kami berhenti bicara
sejenak untuk mengingat-ingat sambil mengisap tembakau halusnya dalam-dalam "Silahkan
dilanjutkan kisah Anda yang menarik ini."
"Tak ada apa-apa di dalam kantor itu kecuali
sepasang kursi dan sebuah meja. Di belakang
meja itu duduk seorang pria kecil yang warna
rambutnya lebih menyala dari warna rambut
saya. Dia mengatakan beberapa kata kepada
setiap pendaftar yang menemuinya satu per satu,
lalu menyebutkan kekurangan pendaftar itu
sehingga tak bisa diterima untuk mengisi
lowongan pekerjaan yang diiklankan itu.
Mencari kerja memang tidak mudah ya. Tapi
waktu tiba giliran kami, pria kecil itu terkesan
oleh penampilan saya, sehingga ditutupnya pintu
9 ketika kami masuk supaya dia bisa berbicara secara pribadi kepada kami.
"'Kenalkan, Jabez Wilson,' kata asisten saya, 'dia ingin mendaftarkan diri untuk bekerja di
perkumpulan ini.' "'Dia cocok sekali,' jawab pria kecil itu. 'Dan memenuhi syarat. Saya tak ingat kapan terakhir
saya melihat rambut warna merah menyala yang seindah miliknya.' Dia mundur selangkah,
memalingkan mukanya ke samping, dan menatap rambut saya sedemikian rupa sampai saya jadi malu.
Kemudian, tiba-tiba dia maju ke depan, menarik tangan saya dan menyalami saya dengan hangat
karena saya dinyatakan diterima.
"'Untuk menghindari keraguan,' katanya, 'perkenankan saya mengecek sebentar.' Dia langsung
menjambak rambut saya dengan kedua tangannya, dan menariknya sampai saya berteriak kesakitan.
'Mata Anda berair,' katanya sambil melepaskan rambut saya. 'Berarti rambut Anda asli. Kami memang
harus berhati-hati, karena kami telah dua kali tertipu. Sekali oleh rambut palsu dan kemudian oleh cat
rambut. Saya bisa menceritakan pada kalian tentang lem dari cairan lilin yang bisa memalsukan
penampilan alamiah seseorang.' Dia melangkah menuju jendela, dan berteriak dari situ bahwa
lowongan telah terisi. Geraman kekecewaan terdengar dari bawah, dan orang-orang itu segera
membubarkan diri ke arah yang berlain-lainan, sampai tak seorang pun yang berambut merah terlihat
kecuali diri saya sendiri dan pria kecil itu.
"'Nama saya,' katanya, 'Duncan Ross. Saya salah satu pensiunan perwalian yang diberi tugas
untuk memanfaatkan dana milik bangsawan dermawan itu. Apakah Anda sudah menikah, Mr. Wilson"
Apakah Anda mempunyai keluarga"'
"Saya menj awab tidak. "Wajahnya jadi murung seketika.
"'Wah!' katanya dengan muram. 'Ini benar-benar serius! Maaf, kalau begitu. Di samping untuk
memberi bantuan, dana ini juga dimaksudkan untuk melestarikan dan mengembang-biakkan orang-orang berambut merah. Sayang sekali Anda seorang bujangan.'
"Saya merasa sangat kecewa, Mr. Holmes. Saya pikir saya akan ditolak. Tapi setelah berpikir
selama beberapa menit, dia berkata bahwa tak ada masalah dan saya tetap diterima.
10 "'Pada pendaftar lainnya,' katanya, 'masalahnya lebih berat, tapi kami harus memberikan
kelonggaran kepada seseorang yang rambutnya seindah Anda itu. Kapan Anda bisa mulai masuk kerja"'
"'Yah, bagaimana, ya" Saya punya usaha sendiri,' kata saya.
"'Oh, itu tak jadi masalah, Mr. Wilsonl' kata Vincent Spaulding. 'Akan saya atur.'
"'Bagaimana dengan jam kerja saya"' tanya saya.
"'Jam sepuluh sampai jam dua.'
"Saat ini usaha pegadaian hanya ramai kalau malam, Mr. Holmes, terutama pada hari Kamis dan
Jumat malam, sebelum hari gajian; jadi ini cukup baik untuk mengisi kekosongan saya pada pagi hari.
Lagi pula asisten saya orangnya baik, sehingga dia bisa saya percayai untuk menjaga usaha saya pada
pagi hari. "'Baiklah,' kata saya. 'Dan gajinya"'
"'Empat pound per minggu.'
"'Apa pekerjaan saya"'
"'Bcnar-benar enteng.'
'"Apa maksud Anda dengan benar-benar enteng"'
"'Yah, Anda harus masuk ke kantor, paling tidak ada di sekitar gedung perkantoran ini
sepanjang waktu itu. Kalau Anda pergi, Anda akan kehilangan pekerjaan Anda untuk selama-lamanya.
Pesan wasiat itu sangat jelas tentang hal ini. Anda dianggap melanggar peraturan kalau Anda keluar
dari kantor pada jam-jam yang ditentukan itu.'
"'Cuma empat jam sehari, saya tak akan ke mana-mana,' kata saya.
'"Kami tak menerima alasan apa pun,' kata
Mr. Duncan Ross, 'baik sakit bisnis, atau apa pun.
Pokoknya Anda harus ada di kantor, atau Anda tak digaji sama sekali.'
"'Apa yang harus saya lakukan"'
"'Menyalin Encyclopedia Britannica. Volume pertama sudah kami persiapkan. Anda harus
menyediakan tinta, pena, dan kertas tulisnya sendiri. Kami hanya menyediakan meja dan kursi. Apakah
Anda mau mulai besok pagi"'
11 "'Tentu saja,' jawab saya.
"'Kalau begitu, sampai ketemu besok, Mr. Jabez Wilson, dan sekali lagi selamat atas
keberuntungan Anda mendapatkan pekerjaan ini.' Dia membungkukkan badan sambil mengantar kami
keluar ruangan, dan saya pun lalu pulang bersama asisten saya. Saya masih belum tahu harus
mengatakan apa-apa atau berbuat apa, karena saya masih terlalu gembira atas keberuntungan saya.
"Yah, saya memikirkan hal itu sepanjang hari, dan pada malam harinya saya menjadi ragu-ragu
lagi; karena menurut saya jangan-jangan semuanya ini hanya main-main atau tipuan belaka, walau saya
pun tak bisa membayangkan untuk apa mereka menipu dengan cara demikian. Nampaknya sangat tak
masuk akal ada orang memberikan wasiat macam begitu, atau menggaji orang hanya untuk menyalin
Encyclopedia Britannica. Vincent Spaulding berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan hati saya, tapi
waktu mau tidur saya berkeputusan untuk tak berurusan lagi dengan lowongan pekerjaan itu. Tapi
keesokan harinya saya berubah pikiran lagi. Tak ada ruginya untuk mencoba dulu. Maka saya membeli
sebotol tinta, pena, dan tujuh lembar kertas folio, lalu berangkat ke Pope's Court.
"Saya heran sekaligus gembira, karena ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Meja untuk
saya bekerja sudah disiapkan, dan Mr. Duncan Ross ada di sana untuk mengecek apakah saya datang
hari itu. Dia menunjukkan dari mana saya harus mulai menyalin, yaitu dari huruf A, lalu dia
meninggalkan saya. Tapi beberapa kali dia muncul untuk menengok saya. Pada jam dua siang saya
berpamitan padanya. Dia memuji hasil pekerjaan saya lalu mengunci kantor.
"Begitu lah hari demi hari berlalu, Mr. Holmes, dan pada hari Sabtu Mr. Duncan Ross datang
untuk menyerahkan gaji saya yang berjumlah empat pound itu. Begitu pula minggu-minggu berikutnya.
Setiap pagi saya tiba di kantor itu pada jam sepuluh dan pulang pada jam dua. Lama-kelamaan, Mr.
Duncan Ross semakin jarang datang, dan akhirnya tak pernah datang sama sekal
i. Tapi, tentu saja, saya
tak pernah berani meninggalkan pekerjaan saya di kantor itu pada jam-jam yang ditentukan. Jangan
jangan dia mampir sewaktu-waktu. Gaji mingguan yang saya terima itu sangat berarti bagi saya,
sehingga saya tak ingin kehilangan gaji itu.
"Delapan minggu berlalu seperti itu, dan saya sudah menyalin tentang Abbots, Archery, Armour,
Architecture, dan Attica. Saya yakin saya akan segera mulai dengan B tak lama lagi. Saya cukup
banyak mengeluarkan uang untuk membeli kertas folio, dan hasil salinan saya sudah hampir satu rak
12 penuh. Tapi tiba-tiba pekerjaan saya itu dihentikan."
"Dihentikan""
"Ya, sir. Baru saja tadi pagi. Saya berangkat kerja seperti biasanya, tapi pintu kantor itu tertutup
dan dikunci. Ada pengumuman yang ditulis pada secarik karton persegi yang ditempelkan di papan.
Nih, Anda bisa membacanya sendiri."
Ditunjukkannya sebuah pengumuman yang tertulis di secarik karton putih ukuran kertas notes.
Begini bunyinya: PERKUMPULAN ORANG BERAMBUT MERAH
DIBUBARKAN 9 OKT, 1890 Sherlock Holmes dan aku mengamati pengumuman singkat dan wajah yang sedih di
belakangnya itu secara bergantian, sampai kami tak dapat menahan tawa kami yang keras karena
menurut kami semuanya ini amatlah menggelikan.
"Menurut saya tak ada yang lucu," teriak klien
kami dengan wajah merah padam. "Kalau kalian hanya
bisa menertawakan saya, terima kasih. Lebih baik saya
pergi sekarang." "Jangan, jangan," teriak Holmes sambil
mendudukkannya kembali di kursinya. "Saya benar-benar tak akan menyepelekan kasus Anda. Benar-benar
luar biasa. Tapi, maaf, sebenarnya memang ada bagian
yang amat menggelikan. Katakanlah, apa yang Anda
kerjakan setelah membaca pengumuman di pintu itu""
"Saya jadi bingung, sir. Saya tak tahu harus
berbuat apa. Lalu saya masuk ke kantor-kantor di
sekelilingnya, tapi tak ada yang tahu-menahu soal itu.
Akhirnya, saya pergi ke pemilik gedung itu, seorang
akuntan yang berkantor di lantai dasar, dan saya
13 bertanya apa yang terjadi pada Perkumpulan Orang Berambut Merah. Dia berkata bahwa dia belum
pernah mendengar tentang perkumpulan semacam itu. Lalu saya tanyakan siapa sebenarnya Mr.
Duncan Ross itu. Dia menjawab bahwa dia tak kenal nama itu.
"'Well,' kata saya, 'yang berkantor di Ruang No. 4,'
"'Apa, orang yang berambut merah itu"'
"'Ya.' "'Oh,' katanya, 'namanya William Morris. Dia seorang pengacara, dan menyewa ruangan itu
untuk sementara sambil menunggu diselesaikannya bangunan kantornya yang baru. Dia pindah
kemarin.' '"Ke mana"' "'Oh, tentu ke kantornya yang baru. Dia memberikan alamatnya pada saya. Ya, King Edward
Street No. 17, dekat Gereja St. Paul.'
"Saya lalu mencari alamat itu, Mr. Holmes, tapi ketika sampai, ternyata tempat itu adalah pabrik
tempurung lutut palsu, dan tak ada seorang pun di situ yang kenal dengan Mr. William Morris atau Mr.
Duncan Ross." "Lalu"" tanya Holmes.
"Saya pulang ke Saxe-Coburg Square, dan minta nasihat pada asisten saya. Tapi dia tak bisa
membantu apa-apa. Dia hanya mengatakan bahwa saya sebaiknya menunggu saja, mungkin saya akan
dikabari melalui pos. Tapi saya penasaran, Mr. Holmes. Saya tak ingin kehilangan pekerjaan saya yang
enak itu tanpa berusaha mempertahankannya. Itulah sebabnya saya menemui Anda, karena saya dengar
Anda bersedia memberikan nasihat kepada orang-orang miskin yang memerlukannya seperti saya "
"Anda bertindak benar," kata Holmes. "Kasus Anda ini luar biasa, dan dengan senang hati saya
akan menanganinya. Dari penuturan Anda saya rasa mungkin ada hal-hal yang lebih gawat dari apa
yang kelihatan." "Gawat"" teriak Mr. Jabez Wilson. "Tentu saja, saya kehilangan pendapatan sebanyak empat
pound seminggu." 14 "Dipandang dari kepentingan Anda," komentar Holmes, "menurut saya Anda tak ada alasan
untuk menyesali perkumpulan aneh ini. Sebaliknya, Anda telah memperoleh tiga puluh pound lebih,
dan mendapat tambahan pengetahuan dari apa yang Anda salin itu. Anda tak dirugikan apa-apa, kan""
"Tidak, sir. Tapi saya ingin tahu tentang mereka, siapa mereka sebenarnya, dan apa tujuannya
mempermainkan saya seperti ini kalau benar demikian. Permainan mereka cukup mah
al... tiga puluh dua pound!" "Kami akan mencoba semampu kami untuk menyelidiki hal ini. Tapi, tolong jawab dulu satu
atau dua pertanyaan saya, Mr. Wilson. Asisten Anda yang pertama kali menunjukkan iklan itu kepada
Anda sudah berapa lama dia bekerja pada Anda""
"Waktu itu kira-kira sudah sebulan."
"Bagaimana Anda mendapatkan dia""
"Dia membalas iklan yang saya pasang."
"Apakah hanya dia yang datang melamar""
"Tidak, ada dua belasan."
"Kenapa Anda memilih dia""
"Karena dia yang paling gampangan, dan gajinya rendah."
"Separo dari yang umum, kan""
"Ya." "Bagaimana tampangnya si Vincent Spaulding ini""
"Kecil, agak gemuk, cekatan, mukanya mulus walaupun usianya tak kurang dari tiga puluhan.
Ada sedikit tembong warna putih di dahinya."
Holmes menegakkan duduknya dengan penuh semangat.
"Sudah saya duga," katanya. "Pernahkah Anda perhatikan bahwa di telinganya ada lubang untuk
anting-anting""
"Ya, sir. Menurutnya, seorang gipsi telah melubangi telinganya ketika dia masih kecil."
15 "Hm!" kata Holmes sambil berpikir. "Dia masih di tempat Anda""
"Oh, ya, sir. Saya belum lama meninggalkannya."
"Dan apakah selama ini usaha pegadaian Anda diurusnya dengan baik" Saat Anda tak berada di
tempat, maksud saya""
"Tak ada yang perlu dikeluhkan soal itu, sir. Lagi pula, tak banyak yang datang kalau pagi hari."
"Baiklah, Mr. Wilson. Saya akan memberikan pendapat saya dalam satu atau dua hari. Hari ini
Sabtu, jadi besok Senin kita mungkin akan sudah bisa menarik kesimpulan."
"Nah, Watson," kata Holmes ketika tamu kami sudah pulang, "apa komentarmu""
"Aku tak punya komentar apa-apa," jawabku dengan jujur. "Urusannya amat misterius."
"Sebagaimana biasanya," kata Holmes, "semakin tak menentu sesuatu, ternyata tak terlalu
misterius jadinya. Justru yang biasa-biasa saja itulah yang benar-benar memusingkan kepala. Sama
halnya dengan wajah yang biasa-biasa saja akan sulit diidentifikasi. Tapi aku harus bertindak cepat
untuk kasus ini." "Apa yang akan kaulakukan"" tanya saya.
"Merokok dulu," jawabnya "Masalah ini akan
menghabiskan tiga pipa penuh tembakau. Tolong jangan
ganggu aku selama lima puluh menit." Dia mendekam di
kursinya, lututnya yang kurus dinaikkannya sampai hampir
menyentuh hidungnya yang melengkung. Begitulah dia
duduk dengan matanya tertutup dan pipa tanah liatnya
mengepul. Benar-benar mirip seekor burung yang aneh!
Aku terkantuk-kantuk menungguinya. Kukira dia jatuh
tertidur, tapi tiba-tiba dia melompat dari kursinya dengan
gaya seseorang yang baru saja mengambil keputusan
penting, lalu ditaruhnya pipanya di atas rak.
"Rombongan musik Sarasate main di James's Hall siang
ini," katanya. "Bagaimana, Watson" Mau meninggalkan
16 pasien-pasienmu selama beberapa jam""
"Aku tak praktek hari ini. Aku memang agak malas praktek."
"Kalau begitu, kenakan topimu, dan ayo berangkat. Aku perlu ke City dulu, dan kita makan
siang dalam perjalanan. Pementasan nanti siang banyak menampilkan musik Jerman, yang lebih
kusukai dibanding musik Italia atau Prancis. Musiknya mengingatkan kita agar mawas diri, dan saat ini
aku ingin mawas diri. Yuk!"
Kami pergi dengan kereta api bawah tanah sampai ke Aldersgate, lalu kami berjalan sebentar ke
Saxe-Coburg Square, tempat tinggal klien kami yang datang tadi pagi. Tempat itu sempit, kecil, dan
kotor, terdiri dari empat deret rumah bata berlantai dua yang depannya berpagar. Di sebelah dalam


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pagar ada halaman rumput dan beberapa rumpun semak-semak. Asap yang mengepul di mana-mana
menambah tak menariknya suasana sekeliling tempat itu. Tiga bola sepuhan dan papan nama coklat
bertuliskan JABEZ WILSON dalam huruf berwarna putih tergantung di salah satu rumah yang di
ujung. Inilah rumah dan sekaligus tempat usaha klien kami yang berambut merah. Sherlock Holmes
berhenti di depan rumah itu sambil mengamatinya secara menyeluruh. Matanya bersinat-sinar. Dia lalu
berjalan perlahan-lahan ke arah jalanan dan kembali lagi ke rumah di ujung itu rambil matanya terus
mengamati rumah-rumah di sekitar situ. Akhirnya dia kembali ke rumah pegadaian itu, dan mengentak-entakkan tongkatnya dua atau tiga kali dengan keras ke halaman rumah
itu. Setelah itu barulah dia
menuju ke pintu dan mengetuk. Seorang pria muda yang kelihatannya pintar dan mulus wajahnya
langsung membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk.
"Terima kasih," kata Holmes. "Saya cuma mau tanya jalan. Kalau dari sini saya mau menuju ke
daerah Strand, bagaimana ya""
"Belokan ke kanan ketiga, lalu belokan ke kiri keempat," jawab asisten itu dengan cekatan
sambil menutup pintu. "Orangnya pintar, dia itu," kata Holmes ketika kami meninggalkan tempat itu. "Menurutku, dia
mungkin orang paling pintar nomor empat di London, dan mungkin saja dia sedang membuktikan
dirinya menjadi orang paling pintar nomor tiga. Aku sudah pernah berurusan dengannya sebelum ini."
"Jadi," kataku, "asisten Mr. Wilson ini banyak terlibat dengan misteri Perkumpulan Orang
Berambut Merah. Aku yakin, kau tadi pura-pura tanya jalan hanya untuk melihat orang ini, kan""
17 "Bukan melihat orangnya."
"Lalu apa""
"Lutut celananya."
"Apa yang kaudapatkan""
"Seperti dugaanku sebelumnya."
"Mengapa kaupukul-pukul halaman rumah itu tadi""
"Pak Dokter, sobatku, saat ini belum waktunya untuk tanya-tanya, karena kita sedang
melakukan pengamatan. Kita ini mata-mata yang sedang berada di daerah musuh. Kini kita sudah tahu
tentang daerah Saxe-Coburg Square. Mari kita telusuri jalan jalan di belakang rumah-rumah ini."
Jalan yang kami temukan begitu kami membelok dari Saxe-Coburg Square yang kumuh sangat
kontras sekali, bagaikan bagian depan sebuah gambar dibandingkan bagian belakangnya. Jalan ini
adalah jalan utama yang dipenuhi lalu lintas dari dan ke daerah utara dan barat City. Sepanjang jalan
terlihat kantor-kantor perdagangan. Orang-orang sibuk keluar-masuk kantor-kantor itu. Tempat pejalan
kaki di kedua samping jalan juga penuh sesak dengan orang-orang yang lalu lalang. Rasanya sulit
untuk membayangkan bahwa tepat di balik deretan toko-toko dan kantor-kantor mewah itu terdapat
permukiman yang begitu kumuh.
"Coba kulihat," kata Holmes sambil berdiri di sebuah sudut dan menatap sepanjang jalan itu.
"Aku ingin mengingat pengaturan gedung di sini. Aku memang hobi mengenal kota London dengan
tepat. Ada toko Pak Mortimer, penjual rokok, kios kecil penjual surat kabar, City and Suburban Bank
cabang Coburg, Restoran Vegetarian, dan bengkel milik Mcfarlane. Itu yang di blok ini. Dan sekarang,
Dokter, cukuplah pekerjaan kita hari ini, dan mari sedikit berekreasi. Beli sandwich dan secangkir kopi,
yuk! Sesudah itu nonton pertunjukan musik biola yang suaranya mendayu-dayu, lembut dan harmonis.
Di sana nanti kita tak akan diganggu oleh masalah-masalah klien-klien kita."
Temanku sangat menyukai musik. Dia tidak saja bisa main musik, tapi juga telah menggubah
beberapa lagu yang cukup indah. Sepanjang siang itu dia duduk tenang di bangku tempat pertunjukan
itu, wajahnya memancarkan kebahagiaan sambil jari-jarinya bergoyang-goyang pelan mengikuti alunan
musik. Dia tersenyum simpul dan matanya nampak sayu bak orang sedang melamun nun jauh di
18 awang-awang. Sungguh tak mirip dengan penampilan Holmes sang detektif yang biasanya ketus, keras,
dan tak pernah bisa tinggal diam. Kedua karakternya ini begitu mencolok perbedaannya, dan aku sering
berpikir bahwa kecermatan dan kecerdikannya sebetulnya merupakan reaksinya terhadap suasana
hatinya yang kadang-kadang puitis dan kontemplatif. Jadi, di satu saat dia bisa tenang-tenang saja, tapi
di lain saat kerja ngebut mati-matian. Dan setahuku inilah aneh-nya dia justru menghasilkan hal-hal
yang hebat pada saat dia duduk bermalas malasan di kursinya. Lalu, semangatnya akan terbakar untuk
mencari-cari sesuatu dan mereka-reka pertimbangan-pertimbangan yang lihai, sehingga orang yang tak
terbiasa bekerja dengannya akan mencurigainya sebagai orang sinting. Ketika aku melihatnya begitu
terbius oleh musik di St. James's Hall siang ini, aku merasa bahwa usaha pengejarannya berikutnya
pasti akan berhasil. "Kau pasti ingin langsung pulang, Dokter,"
komentarnya ketika kami meninggalkan tempat
pertunjukan musik itu. "Ya, begitulah."
"Aku masih ada urusan di sini yang akan memakan
waktu beberapa jam. Kasus di Coburg Squ
are ini serius." "Serius bagaimana""
"Ada tindak kejahatan yang sedang direncanakan.
Aku punya alasan kuat untuk merasa yakin bahwa kita
akan bisa mencegahnya tepat pada waktunya. Tapi karena
ini hari Sabtu jadinya agak menyulitkan keadaan. Aku
butuh bantuanmu nanti malam."
"Jam berapa""
"Bagaimana kalau jam sepuluh""
"Baik, aku akan tiba di Baker Street jam sepuluh."
"Bagus. Perlu kuperingatkan, Dokter! Nanti mungkin akan agak berbahaya jadi tolong bawa
pistol di saku celanamu." Dia melambaikan tangan, melangkah pergi ke arah lain, dan dalam sekejap
19 menghilang di antara orang banyak.
Aku tahu bahwa aku tak lebih bodoh dari kebanyakan orang, tapi kalau berhubungan dengan
Sherlock Holmes aku merasa jadi orang yang bodoh sekali. Coba saja sekarang ini, apa yang
didengarnya sudah kudengar pula; apa yang dilihatnya kulihat pula, tapi dari pesannya tadi jelaslah
bahwa dia tahu dengan jelas tidak hanya apa yang sudah terjadi, tapi juga apa yang akan terjadi.
Sedangkan aku masih bingung dan tak tahu apa-apa sehubungan dengan kasus yang sedang kami
tangani ini. Dalam perjalanan pulang ke rumahku di Kensington, aku terus memikirkan kasus itu, mulai
dari kisah klien kami yang berambut merah yang dipekerjakan sebagai penyalin ensiklopedi sampai ke
kunjungan kami ke Saxe-Coburg Square, lalu peringatannya waktu berpisah denganku tadi.
Penyelidikan macam apa yang hendak dilakukannya nanti malam" Mengapa aku harus bersenjata" Mau
diajak ke mana aku dan mau apa kami di sana nanti" Aku menangkap sedikit petunjuk dari Holmes
bahwa asisten rumah gadai yang mulus wajahnya itu adalah orang yang berbahaya yang mampu
bermain curang. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, tapi sia-sia saja. Kusingkirkan masalah ini dari
benakku. Toh nanti malam aku akan tahu jawabnya.
Jam sembilan lewat seperempat aku berangkat dari rumah melewati daerah Park, lalu Oxford
Streer, untuk menuju ke Baker Street. Dua kereta sudah menunggu di luar, dan begitu aku memasuki
halaman, aku mendengar suara dari atas. Ketika aku masuk ke kamarnya, Holmes sedang bersitegang
dengan dua orang tamu, salah satunya kukenali sebagai Peter Jones, agen polisi resmi; sedangkan
satunya lagi orangnya jangkung, kurus. bermuka murung, mengenakan topi yang mengkilat dan jas
panjang yang necis. "Ha! Rombongan kita sudah lengkap," kata Holmes sambil mengancingkan jaketnya dan
mengambil perlengkapan penyelidikannya yang berat dari rak. "Watson, kaukenal Mr. Jones dari
Scotland Yard, kan" Mari kuperkenalkan dengan Mr. Merryweather yang akan menemani petualangan
kita malam ini." "Kita berpasangan lagi untuk penyelidikan ini ya, Dokter," kata Jones dengan gaya yang resmi.
"Teman kita ini sukanya mengejar-ngejar sesuatu. Yang dia perlukan sebenarnya adalah seekor anjing
pemburu." "Saya harap yang kita kejar ini nanti ternyata bukanlah seekor angsa liar belaka," gerutu Mr.
20 Merryweather dengan muram.
"Sebaiknya kita percaya saja pada Mr. Holmes, sir," kata agen polisi itu dengan angkuh. "Dia
punya cara-cara yang khas yang, maaf, saya anggap agak terlalu teoritis dan tak masuk akal. Tapi
bagaimanapun dia itu punya bakat sebagai detektif. Mungkin perlu saya katakan bahwa kesimpulankesimpulannya memang pernah sekali atau dua kali lebih tepat dibanding kepolisian, misalnya dalam
kasus pembunuhan Sholto dan kasus harta Agra."
"Oh, kalau demikian, Mr. Jones, baiklah!" kata orang asing itu dengan hormat. "Tapi
Bagaimanapun, saya telah kehilangan kesempatan main bridge. Baru sekali ini dalam tiga puluh tujuh
tahun usia saya, saya tak main bridge pada hari Sabtu malam."
"Saya rasa Anda akan punya kesempatan nanti," kata Sherlock Holmes, "untuk main dengan
taruhan yang lebih tinggi dari yang pernah Anda lakukan, dan saya jamin permainan kita nanti akan
jauh lebih mengasyikkan. Untuk Anda, Mr. Merryweather, taruhannya akan berjumlah sekitar tiga
puluh ribu pound; dan untuk Anda, Jones, akan berupa orang yang sudah lama Anda incar untuk
ditangkap." "John Clay, pembunuh, pencuri, perampok, dan pemalsu," sambung Jones. "Dia masih muda
Mr. Merryweather, tapi dia sangat ahli dalam bidangnya dan saya a
kan lebih suka menangkapnya
dibanding menangkap penjahat-penjahat lainnya di London. Hebat sekali si John Clay ini. Kakeknya
seorang Royal Duke, dan dia sendiri pernah belajar di Eton dan Oxford. Baik otak maupun tangannya
sangat lihai, dan walaupun kita melihat jejaknya di tiap sudut kota kita tak pernah tahu di mana kita
bisa menangkapnya. Dia bisa saja membongkar lemari besi di Skotlandia minggu ini, dan
mengumpulkan dana untuk membangun rumah yatim piatu di Cornwall minggu berikutnya. Saya sudah
mengikuti jejaknya selama bertahun-tahun, dan belum berhasil menemukannya."
"Saya harap saya akan bisa mempertemukannya dengan kalian malam ini," sahut temanku.
"Saya juga sudah sempat berurusan dengannya satu atau dua kali, dan saya setuju kalau Anda katakan
bahwa dia sangat ahli dalam bidangnya. Tapi, ini sudah jam sepuluh lewat, sebaiknya kita berangkat
saja. Silahkan Anda berdua naik kereta yang di depan, Watson dan saya akan menyusul di belakang
Anda." Sherlock Holmes lebih banyak diam selama perjalanan yang panjang itu. Dia menyandarkan
21 tubuhnya sambil menyenandungkan lagu-lagu yang didengarnya tadi siang. Kami melaju melewati
jalanan yang diterangi lampu pada kedua sisinya. Lama sekali kurasakan perjalanan ini sebelum
akhirnya tiba di Farringdon Street.
"Kita hampir sampai," kata temanku. "Si Merryweather ini seorang direktur bank dan secara
pribadi tertarik pada masalah yang sedang kita tangani. Lalu, kupikir sebaiknya mengajak Jones juga.
Dia orangnya cukup baik, walaupun luar biasa dungu. Ada satu kelebihannya. Dia itu sangat
pemberani, dan kalau sudah mencium jejak seorang penjahat dia akan ngotot terus sampai berhasil
menangkapnya. Nah, kita sudah sampai. Mereka sudah menunggu kita."
Kami telah tiba di jalan besar yang ramai yang telah kami
lewati tadi pagi. Setelah membayar ongkos kereta, kami lalu
diantar oleh Mr. Merryweather melewati sebuah lorong sempit
yang menurun. Dia membuka sebuah pintu samping, lalu kami
semua mengikutinya masuk. Di dalamnya ada sebuah koridor.
Pada ujungnya terdapat pintu besi yang sangat besar. Setelah
melewati pintu ini, kami menuruni tangga batu yang
melingkar, dan sampailah kami pada sebuah pintu besi lagi.
Mr. Merryweather berhenti untuk menyalakan lentera
kemudian kami pun digiringnya melewati lorong yang gelap
dan berbau lumpur. Setelah membuka pintu ketiga, kami
mendapatkan diri kami berada di sebuah gudang besar yang
penuh dengan peti kayu yang besar-besar.
"Tempat perlindungan yang hebat, tak dapat ditembus dari
atas," komentar Holmes ketika dia mengangkat lentera dan
memperhatikan sekelilingnya.
"Dari bawah juga tak bisa," kata Mr. Merryweather sambil memukul-mukulkan tongkatnya ke
garis-garis lantai. "Wah, kok menggema!" teriaknya sambil mengangkat muka dengan heran.
"Harap jangan berisik," kata Holmes dengan marah. "Anda telah membahayakan keberhasilan
penyelidikan ini. Enaknya begini saja. Silahkan Anda duduk di salah satu peti kayu itu, dan jangan ikut
22 campur!" Mr. Merryweather menurut saja, walau dia sangat tersinggung. Dia lalu bertengger pada salah
satu peti kayu itu. Holmes berjongkok di lantai dan dengan menggunakan lentera dan kaca
pembesarnya dia mulai mengamati celah-celah lantai dengan teliti. Beberapa detik kemudian, dia
berdiri lagi, dan menyimpan lensanya kembali ke dalam sakunya.
"Kita harus menunggu paling sedikit selama satu jam," katanya, "karena mereka baru akan
mulai beroperasi kalau pemilik pegadaian itu sudah benar-benar nyenyak tidurnya. Lalu mereka akan
bergerak dengan sangat cepat, karena kalau tidak, mereka akan kehilangan waktu untuk meloloskan
diri. Saat ini, Dokter, kita berada di gudang bawah tanah milik sebuah bank terkemuka di London. Mr.
Merryweather adalah kepala direksinya, dan dia pasti akan menjelaskan padamu mengapa penjahat-penjahat yang nekat sangat menaruh minat pada gudang ini saat ini."
"Sebabnya ialah emas Prancis kami," bisik di-rektur bank itu. "Kami sudah menerima beberapa
peringatan bahwa mungkin saja emas Prancis kami itu akan dirampok."
"Emas Prancis""
"Ya. Beberapa bulan yang lalu kami berhasil menambah sumber pend
apatan kami, lalu kami meminjam uang sebanyak tiga puluh ribu napoleon dari Bank of France. Tapi, banyak orang yang tahu
bahwa kami belum sempat membongkar uang emas itu, dan semuanya itu tersimpan di gudang bawah
tanah ini. Peti yang saya duduki ini berisi dua ribu napoleon yang dikemas di antara tumpukan-tumpukan kertas timah. Persediaan emas murni saat ini jadinya amat banyak, jauh lebih banyak dari
yang biasanya pernah disimpan di kantor cabang. Itulah sebabnya para direksi sangat kuatir akan
keamanannya." "Kekuatiran mereka cukup beralasan," kata Holmes. "Dan sekarang sudah waktunya bagi kita
untuk mengatur rencana. Saya rasa dalam satu jam ini banyak hal bisa terjadi. Sementara itu, Mr.
Merryweather, kita harus menaruh penyekat di depan lentera."
"Jadi kita akan menunggu dalam kegelapan""
"Maaf, kelihatannya harus demikian. Saya membawa kartu, dan saya pikir karena kita rekan
sekerja, Anda bisa main bridge. Tapi saya melihat bahwa persiapan musuh kita sedemikian rapinya,
sehingga akan terlalu riskan kalau kita menyalakan lampu. Yuk, kita memilih posisi kita masing- 23
masing. Yang kita tunggu ini penjahat-penjahat yang nekat, dan walaupun posisi kita lebih
menguntungkan, mereka bisa saja melukai kita. Jadi kita harus berhati-hati Saya akan berdiri di balik
peti kayu ini, dan kalian silahkan bersembunyi di balik peti-peti sana itu. Nanti kalau saya memberi
tanda dengan menyalakan lampu sekejap, kalian harus segera mengepung. Kalau mereka menembak,
Watson, langsung balas saja. Tak perlu ragu-ragu."
Aku menaruh pistolku dalam keadaan terkokang di atas peti kayu tempatku bersembunyi.
Holmes menarik penyekat di depan lenteranya, dan begitulah kami pun menunggu dalam kegelapan
kegelapan total yang tak pernah kualami sebelumnya. Bau logam panas menunjukkan bahwa
lenteranya masih menyala di balik penyekat itu, dan kami menunggu sampai lentera itu berkedip
sewaktu-waktu. Bagiku yang sedang berkonsentrasi penuh, penantian ini benar-benar amat menekan
perasaan. Ditambah pula dengan udara dalam gudang yang dingin dan pengap.
"Mereka hanya bisa keluar melalui rumah di belakang ini, yaitu rumah di Saxe-Coburg Square,"
bisik Holmes, "Saya harap Anda telah melakukan apa yang saya suruh, Jones""
"Sudah saya siapkan seorang inspektur polisi dan dua petugas di pintu depan."
"Jadi. kita sudah menjaga semua lubang. Nah, sebaiknya kita sekarang diam saja dan
menunggu." Wah, betapa lambatnya waktu berlalu! Ketika kami mengecek catatan catatan kami kemudian,
ternyata kami menunggu dalam kegelapan itu cuma selama satu seperempat jam. Tapi waktu itu
rasanya sepanjang malam. Kakiku capek dan kaku semua, karena aku tak berani berganti posisi. Tapi,
saraf-sarafku tegang dan waspada dan pendengaranku menjadi amat peka. Aku bisa mendengar napas
teman-temanku, bahkan bisa membedakan napas Jones gendut yang berat dengan napas direktur bank
yang ringan. Kalau aku melongok dari tempat persembunyianku nampak olehku lantai gudang itu.
Tiba-tiba mataku menangkap adanya kilatan cahaya.
Mula-mula cuma berupa seberkas cahaya dari arah lantai batu itu. Kemudian berkas cahaya itu
menjadi semakin panjang hingga membentuk sebuah garis berwarna kuning. Lalu, tanpa ada suara atau
tanda apa-apa, tampak bayangan sebuah tangan yang putih, mirip tangan wanita, yang meraba-raba di
tengah-tengah berkas cahaya itu. Selama satu menit atau lebih, tangan itu nongol dari lantai gudang itu.
Lalu tiba-tiba tangan itu ditarik kembali, dan kembali hanya kegelapan yang mengitariku. Cuma berkas
24 cahaya tadi yang menandai celah yang terbuka itu.
Menghilangnya tangan yang kulihat tadi ternyata hanya untuk sementara. Dengan suara keras,
salah satu batu putih tergeser ke samping dan tampaklah sebuah bayangan persegi dari sinar lentera.
Kemudian dari lubang itu mengintiplah sebuah wajah yang mulus dan kekanak-kanakan. Dia
mengamati sekeliling dengan saksama, lalu dengan kedua tangan berpegangan pada pinggiran lubang
itu, dia mengangkat tubuhnya masuk ke gudang. Kemudian dia memanggil komplotannya yang juga
bertubuh kecil seperti dirinya, berwajah pucat, tapi rambutnya berwarna
merah mencolok. "Semuanya aman," bisiknya. "Mana kapak dan tasnya" Hebat, kau orang Skotlandia! Ayo,
Archie, ayo, ayunkan kapak itu!"'
Pada saat itulah Sherlock Holmes melompat keluar dari tempat persembunyiannya dan
menangkap kerah kemeja penjahat itu. Penjahat satunya lagi masuk kembali ke lubang dari mana
mereka muncul tadi. Kudengar bunyi kain robek. Rupanya Jones berhasil menangkap bagian belakang
jasnya. Terlihat lampu pistol menyala, tapi tongkat Holmes telah lebih dulu memukul pergelangan
tangan penjahat itu. Pistol itu terlempar ke lantai.
"Percuma, John Clay," kata Holmes dengan
lembut, "kau tak mungkin bisa lari."
"Oh, begitu," jawab si penjahat dengan amat
tenang. "Kurasa temanku baik-baik saja
walaupun kau bisa menangkap bagian belakang
jasnya." "Ada tiga polisi yang siap menangkapnya di
pintu depan," kata Holmes.
"Oh, ya" Rupanya kau telah mengaturnya
dengan rapi. Aku memuji kehebatanmu."
"Aku pun pantas memuji kehebatanmu,"
jawab Holmes. "Ide rambut merahmu benar-benar sesuatu yang baru dan efektif."
25 "Kau akan bergabung dengan temanmu sebentar lagi," kata Jones. "Dia tadi menyusup dengan


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat sekali. Tunggu sebentar sementara aku menyiapkan kereta untuk mengangkut kalian."
"Jangan sampai tanganmu yang najis menyentuhku," kata tawanan kami itu ketika tangannya
diborgol. "Kau mungkin tak sadar bahwa aku masih keturunan bangsawan. Jadi kalau ngomong padaku
hendaknya memakai 'sir' dan 'silahkan'."
"Baik," kata Jones sambil melotot dan tertawa cekikikan. 'Yah, silakan, sir, berjalan ke atas dan
naik kereta yang akan membawa Yang Mulia menuju kantor polisi."
"Begitu lebih baik," kata John Clay dengan santai. Dia membungkukkan badan kepada kami
bertiga dan dengan tenang berjalan keluar didampingi Detektif Jones.
"Wah, Mr. Holmes," kata Mr. Merryweather ketika kami mengikuti di belakang mereka keluar
dari gudang bawah tanah itu. "Saya tak tahu bagaimana bank ini harus berterima kasih atau membalas
budi kepada Anda. Anda telah mencium dan menggagalkan percobaan perampokan ini dengan cara
yang sangat jitu. Baru kali ini saya melihat penjahat yang begitu Iihai."
"Saya telah sekali atau dua kali berurusan dengan Mr. John Clay," kata Holmes. "Nah, ada
sedikit biaya yang saya keluarkan untuk urusan ini, moga-moga bank mau menggantinya. Tapi saya tak
minta apa-apa lagi. Saya sudah merasa diberi balas budi dengan mengalami pengalaman yang unik ini
dan dengan mendengarkan kisah tentang Perkumpulan Orang Berambut Merah."
"Begini, Watson," dia menjelaskan keesokan harinya saat kami sedang minum segelas wiski
dicampur soda di Baker Street, "sejak awal aku sudah tahu bahwa tujuan satu-satunya dari iklan
perkumpulan yang fantastis dan tawaran pekerjaan menyalin ensiklopedi itu hanyalah upaya agar
pemilik pegadaian itu meninggalkan rumahnya selama beberapa jam setiap hari. Memang caranya agak
aneh, tapi itulah satu-satu nya jalan bagi mereka. Pasti idenya berasal dari si Clay yang lihai itu, dan
diilhami oleh warna rambut temannya. Upah empat pound seminggu hanyalah umpan yang tak
seberapa nilaimya dibandingkan dengan buruan mereka yang nilainya ribuan pound. Mereka
memasang iklan menyewa sebuah kantor untuk sementara, dan si Clay lalu membujuk pemilik rumah
pegadaian itu untuk melamar pekerjaan itu. Dengan demikian mereka aman beroperasi sepanjang pagi
sementara pemilik rumah itu pergi bekerja. Sejak aku mendengar bahwa asisten itu mau digaji rendah,
aku sudah menduga bahwa dia pasti punya tujuan lain."
26 "Tapi, bagaimana kau bisa menduga tujuan apa yang diarahnya""
"Kalau saja di rumah itu ada wanita, aku mungkin akan mencurigai adanya rencana intrik kisah
cinta. Tapi, ternyata tidak demikian keadaannya. Rumah pegadaian itu cuma usaha kecil, sehingga aku
bertanya-tanya untuk apa semua persiapan yang begitu rapi dan memakan banyak biaya itu. Jadi pasti
untuk sesuatu di luar rumah itu. Lalu untuk apa, ya" Aku teringat akan kegemaran asisten itu akan
potret-memotret dan menghilangnya dia ke gudang bawah tanah. Gudang bawah tanah! Inilah rupanya
petunjuk yang selama ini kubutuhkan. Aku lalu mencari informasi tentang asisten
yang misterius ini, dan dari situ aku tahu bahwa aku berhadapan dengan penjahat yang paling kejam dan paling nekat di
London ini. Asisten itu mempersiapkan sesuatu di gudang bawah tanah itu sesuatu yang memakan
waktu beberapa jam sehari selama berbulan-bulan. Sekali lagi aku bertanya, untuk apa semua itu" Satu-satunya yang masuk akal ialah bahwa dia sedang membuat terowongan yang menghubungkannya ke
gedung lain. "Hanya sejauh itulah dugaanku sampai akhirnya kita sampai di tempat kejadian. Aku memukul-mukulkan tongkatku pada halaman rumah pegadaian itu, dan kau sempat terheran-heran melihat
kelakuanku. Saat itu aku sedang memeriksa apakah gudang bawah tanahnya ada di depan atau di
belakang. Ternyata bukan di depan. Lalu aku membunyikan bel pintu, dan sebagaimana yang
kuharapkan, asisten itulah yang membuka pintu. Kami memang sudah pernah berurusan sebelum ini,
tapi belum pernah berhadapan muka. Aku hampir-hampir tak melihat wajahnya sama sekali.
Lututnyalah yang ingin kulihat. Kau sendiri berkomentar betapa lusuh dan kotornya lutut celananya. Itu
akibat berjam-jam menggali lubang penghubung itu. Hal lain yang perlu diketahui ialah untuk apa
mereka membuat terowongan itu" Aku lalu berjalan mengitari daerah itu, dan kulihat bahwa gedung
City and Suburban Bank berdempetan persis di belakang rumah pegadaian itu. Waktu itulah aku merasa
telah mendapatkan jawaban atas kasus ini. Ketika kau pulang setelah nonton konser, aku menghubungi
Scotland Yard, dan juga kepala direksi bank yang bersangkutan dan selanjutnya kau tahu ceritanya."
"Bagaimana kau tahu bahwa komplotan itu akan beroperasi semalam"" tanyaku.
"Yah, ketika mereka menutup kantor perkumpulan ntereka, itu berarti kehadiran Mr. Jabez
Wilson tak diperlukan lagi di situ, atau dengan kata lain mereka telah selesai membuat terowongan.
Tapi mereka harus bertindak secepatnya jangan sampai polisi menemukan terowongan itu, atau emas
yang tersimpan sudah dipindahkan ke tempat lain. Hari yang paling cocok bagi mereka untuk
27 menjalankan rencana itu ialah hari Sabtu, karena ada waktu dua hari bagi mereka untuk melarikan diri.
Dan semua alasan inilah aku menduga mereka pasti akan beroperasi malam tadi."
"Pertimbanganmu hebat sekali," teriakku dengan penuh rasa kagum. "Jalinannya cukup
panjang, tapi toh tiap bagian sesuai dengan lainnya."
"Hal-hal beginilah yang menolongku mengatasi kebosanan yang membelenggu hidupku,"
jawabnya sambil menguap. "Aku sebal kalau hidupku biasa-biasa saja."
"Dengan demikian kau menjadi penolong umat manusia," kataku.
Dia mengangkat bahunya. "Yah, mungkin keahlianku ini ada manfaatnya," komentarnya.
"'L homme c est rien l oeuvre c est tout(1), tulis Gustave Flaubert kepada George Sand(2)."
1 Manusia itu tak berarti apa-apa, pekerjaannya itulah yang membuat hidupnya berarti
2 Keduanya novelis terkenal berkebangsaan Prancis
Petualangan Sherlock Holmes
MISTERI DI BOSCOMBE VALLEY
Pada suatu pagi, aku dan istriku sedang menikmati makan pagi bersama. Lalu pelayan kami
masuk dan menyerahkan sebuah telegram yang ternyata dikirim oleh Sherlock Holmes. Bunyinya
demikian: Bisakah kau menemaniku selama beberapa hari" Baru terima telegram dari Inggris Barat
sehubungan dengan tragedi Boscombe Valley. Senang sekali kalau kau bersedia. Udara dan
pemandangan di sana indah sekali. Berangkat dari Paddington dengan kereta api jam 11.15.
"Bagaimana menurutmu, Sayang"" kata istriku sambil menatapku. "Kau mau pergi""
"Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Jadwalku sedang penuh sekali."
"Oh, Anstruther bisa menggantikanmu. Akhir-akhir ini kau nampak agak pucat. Kurasa kau
perlu sedikit perubahan suasana. dan bukankah kau selalu tertarik pada kasus kasus yang ditangani
Sherlock Holmes""
"Aku bersyukur atas ketertarikanku itu. Lihatlah imbalan yang kudapatkan dari salah satu kasus
itu," jawabku. "Hidupku bisa jadi begini adalah karena itu. Tapi kalau aku mau menemaninya, aku
harus berkemas secepatnya, karena aku hanya punya waktu setengah jam."
Aku pernah bertugas di penampungan di Afganistan, dan pengalamanku ini memudahkanku
kalau sewaktu-waktu harus segera bepergian. B
arang-barang keperluanku sederhana dan tak banyak
jumlahnya, sehingga tak sampai setengah jam kemudian aku sudah berada dalam sebuah kereta dengan
koper kecilku, menuju ke Stasiun Paddington. Kutemukan Sherlock Holmes sedang mondar-mandir di
peron. Tubuhnya yang tinggi dan ceking nampak semakin tinggi dan semakin ceking dalam jas panjang
berwarna abu-abu dan topi kain yang dikenakannya.
"Kau baik sekali mau menemaniku, Watson," katanya. "Sungguh lain rasanya kalau didampingi
oleh seorang yang bisa kupercaya. Tenaga bantuan setempat biasanya tak bisa berbuat apa-apa, atau
kalaupun bisa, biasanya tindakannya tidak objektif. Tolong tempati dua kursi di sudut itu, sementara
aku membeli karcis."
Hanya kami berdua yang mengisi gerbong itu, ditambah dengan setumpuk koran yang dibawa
2 oleh Holmes. Semua koran itu dibolak-balik dan dibacanya, sambil sesekali dia mencatat atau
melamun, sampai kami melewati Reading. Lalu tiba-tiba dia meremas-remas semua koran itu sehingga
bentuknya menjadi seperti bola besar, dan melemparkannya ke sebuah rak.
"Sudah mendengar tentang kasus itu""
tanyanya. "Belum sama sekali. Aku tak sempat membaca
koran beberapa hari terakhir ini."
"Koran-koran di London tak ada yang memuat
beritanya secara lengkap. Tadi itu, aku mencoba
mencari cari rincian kejadiannya dari koran-koran
terbitan baru. Dari apa yang kubaca, kelihatannya
kasus ini sepele, tapi sangat rumit."
"Kenapa bertentangan begitu""
"Memang demikianlah adanya. Keunikan
biasanya mengandung petunjuk yang gampang
diamati. Tapi kejahatan yang biasa dan sepele lebih
susah diatasi. Namun dalam kasus ini, mereka telah menuduh anak laki-laki orang yang terbunuh itu
sebagai pelakunya." "Oh, jadi tentang pembunuhan, ya""
"Yah, diduga begitu. Aku tak akan mempercayai apa pun juga sampai aku selesai
menyelidikinya secara langsung. Biarlah kuceritakan kejadiannya secara singkat kepadamu, sejauh
yang kuketahui. "Boscombe Valley adalah daerah pedesaan yang tak begitu jauh dari Ross, di negara bagian
Herefordshire. Pemilik tanah terbesar di situ ia lah seorang bernama Mr. John Turner yang dulu pernah
tinggal di Australia. Sesudah menjadi kaya di sana, dia kembali ke negerinya yang kuno ini beberapa
tahun yang lalu. Salah satu perkebunannya di Hatherley disewakannya kepada Mr. Charles McCarthy,
yang dulu juga pernah tinggal di Australia. Keduanya berkenalan sejak mereka tinggal di negara koloni
Inggris itu, jadi wajarlah kalau setelah kembali ke Inggris mereka lalu ingin tinggal berdekatan. Turner
3 jauh lebih kaya, dan McCarthy menjadi petani penyewa tanahnya. Tapi mereka tetap bagaikan teman,
dan sering terlihat bersama-sama. McCarthy mempunyai seorang putra berusia delapan belas tahun,
dan Turner mempunyai seorang putri yang sebaya usianya. Tapi, baik McCarthy maupun Turner sudah
tak beristri lagi. Mereka hidup menyendiri, menghindar dari pergaulan dengan masyarakat Inggris di
sekelilingnya. Tapi McCarthy dan putranya penggemar olahraga, dan sering terlihat menonton pacuan
kuda di dekat situ. McCarthy mempunyai dua pelayan pria dan wanita. Pelayan Turner banyak sekali,
paling sedikit enam orang. Hanya itulah yang kutahu tentang kedua keluarga itu. Sekarang rangkaian
peristiwa naas itu. "Pada tanggal 3 Juni yaitu hari Senin yang lalu McCarthy meninggalkan rumahnya di
Hatherley kira-kira jam tiga siang, dan berjalan menuju Boscombe Pool danau kecil yang airnya
berasal dari sungai yang mengaliri Boscombe Valley. Paginya, dia pergi ke Ross bersama seorang
pelayannya, dan dia sempat mengatakan kepada pelayannya bahwa dia harus bergegas, karena dia ada
janji untuk bertemu dengan seseorang pada jam tiga siang. Sejak pertemuan itu, dia tak pernah pulang
ke rumahnya. "Jarak dari rumah pertanian Hatherley ke Boscombe Pool adalah setengah kilometer, dan ada
dua orang yang melihatnya ketika dia berjalan menuju ke sana. Salah satunya adalah seorang wanita
tua, yang namanya tak dicantumkan, dan yang satunya lagi William Crowder, penjaga hutan yang
digaji oleh Mr. Turner. Kedua saksi ini menyatakan bahwa Mr. McCarthy berjalan sendirian waktu itu.
Penjaga hutan menambahk an bahwa beberapa menit kemudian dia melihat Mr. James McCarthy
menyusul melewati jalan itu juga, dengan membawa pistol di tangannya. Dia yakin bahwa sang anak
pasti melihat ayahnya di depan sana waktu itu, dan sang anak sengaja menyusulnya. Dia tak
memikirkan hal itu lagi sampai dia mendengar tentang musibah itu pada malam harinya.
"Ayah dan anak itu terlihat lagi oleh orang lain beberapa saat kemudian. Boscombe Pool
dikelilingi hutan lebat, hanya sekeliling tepiannya saja yang ditumbuhi rumput dan alang-alang.
Seorang gadis berusia empat belas tahun bernama Patience Moran, putri pengelola penginapan
Boscombe Valley Estate, saat itu sedang bermain-main di hutan sambil memetik bunga
4 Dia mengatakan bahwa ketika dia sedang berada di situ, dia melihat Mr. McCarthy dan anaknya
sedang bertengkar hebat di dekat danau. Dia mendengar Mr. McCarthy tua mengumpat-umpat anaknya,
sehingga pemuda itu mengangkat tangannya seolah-olah hendak memukul ayahnya. Gadis itu begitu
ketakutan melihat pertengkaran mereka, sehingga dia lalu berlari pulang dan menceritakan hal itu
kepada ibunya. la juga menyatakan kecemasannya jangan-jangan pertengkaran ayah dan anak itu malah
menjurus ke perkelahian. Belum selesai si gadis bercerita, tiba tiba pemuda McCarthy muncul di
penginapan itu. Dia berlari kencang sambil berteriak minta pertolongan kepada pengelola penginapan
karena ayahnya ditemukannya mati di di hutan. Dia begitu terburu-buru, sehingga pistol dan topinya
ketinggalan, lengan kemeja dan tangan kanannya berlumuran darah segar. Pengelola penginapan lalu
berlari keluar bersama pemuda itu, dan mereka menemukan ayah sang pemuda sudah jadi mayat,
tergeletak di rerumputan di samping danau.
Kepalanya bekas dipukul berkali-kali oleh alat
pemukul yang berat dan tumpul. Luka-lukanya
memang nampaknya seperti bekas hantaman popor
senapan anaknya, yang tergeletak tak jauh dari mayat
itu. Karena itulah, pemuda itu segera ditangkap dan
setelah menjalani pemeriksaan esok harinya, dia
dikenakan tuduhan pembunuhan yang telah
direncanakan. Pada hari Rabu dia diadili di Ross, dan
kasusnya kini diajukan ke Pengadilan Assizes
1 . Begitulah rangkaian peristiwa dari kasus itu
sebagaimana yang aku dapatkan dari petugas
penyidik dan juga dari kepolisian."
"Wah, celaka benar pemuda itu," komentarku.
"Bukti-bukti itu secara tak langsung telah
menunjukkan pelaku pembunuhan kali ini."
"Bukti yang didapat secara tak langsung bisa saja
keliru," jawab Holmes dengan serius. "Nampaknya
1 Pengadilan keliling dari pusat.
5 memang langsung menunjuk ke satu arah, tapi kalau kau amati dari sudut pandang yang berbeda, bukti
itu bisa menunjuk ke arah yang berlawanan. Tapi, memang kuakui bahwa kasus ini sangat
memberatkan pemuda itu, dan mungkin saja memang dialah pelakunya. Namun, ada beberapa orang,
salah satunya putri pemilik tanah yang bertetangga dengannya, yaitu Miss Turner, yang merasa yakin
bahwa bukan pemuda itu yang telah membunuh ayahnya. Mereka ini lalu meminta jasa Lestrade, yang
dulu pernah kuperkenalkan kepadamu ketika kita menangani kasus Study in Scarlet, untuk mengurus
kasus ini. Lestrade yang merasa agak bingung, lalu melimpahkan kasus ini padaku. Itulah sebabnya
mengapa ada dua orang pria separo baya yang bepergian dari London menuju ke barat, naik kereta api
yang berkecepatan delapan puluh kilometer per jam, padahal mereka sebenarnya bisa enak-enak tinggal
di rumah sambil menikmati makan pagi dengan santai."
"Jangan-jangan," kataku, "fakta-faktanya ternyata memang sedemikian jelasnya sehingga hanya
sedikit reputasi yang akan kaudapatkan dari kasus ini."
"Justru fakta yang nampaknya sangat jelas itu, biasanya keliru," jawabnya sambil tertawa. "Lagi
pula, kita mungkin berkesempatan menemukan fakta-fakta lainnya yang sama sekali tak kelihatan oleh
Lestrade. Kau kan tahu ke kemampuanku. Jadi, bukannya menyombongkan diri kalau kukatakan
bahwa aku akan bekerja dengan caraku sendiri yang tak mungkin dimengerti dan dilakukan oleh
Lestrade. Ini bisa menguatkan teorinya, tapi bisa juga sebaliknya yaitu menghancurkannya. Sebagai
contoh awal kemampuanku, aku bisa tahu b
ahwa jendela kamar tidurmu pasti terletak di sebelah kanan.
Coba bayangkan, bisakah Mr. Lestrade tahu hal seperti itu"'
"Bagaimana mungkin...!"
"Sobatku, aku mengenalmu dengan baik, Aku tahu kerapian militer masih melekat pada dirimu
Tiap pagi kau bercukur, dan pada musim panas begini, sinar matahari menerpa sebagian wajahmu pada
waktu kau bercukur. Ternyata cukuranmu di sebelah kiri agak ke belakang kurang bersih, malah bagian
ujung rahangnya terlewatkan sama sekali. Maka jelaslah bahwa bagian kiri wajahmu ini tak mendapat
sinar sebanyak bagian wajah sebelah kanan. Kalau penerangannya cukup untuk semua bagian, aku
yakin kau takkan membiarkan ada sebagian wajahmu yang sampai terlewatkan dicukur begitu. Nah, ini
hanya contoh pengamatan dan kesimpulan yang sepele. Begitulah caraku bekerja, dan siapa tahu ada
manfaatnya untuk penyelidikan yang akan kita tangani ini. Ada satu atau dua hal kecil dari hasil
pemeriksaan yang perlu kita pertimbangkan."
6 "Apakah itu""
"Nampaknya, pemuda itu tidak langsung ditangkap sesudah perishwa itu terjadi, tapi dia
ditangkap setelah berada kembali di rumahnya di Hatherley Farm. Waktu inspektur porisi mengatakan
bahwa dia akan ditahan, pemuda itu memberi komentar bahwa dia tidak terkejut mendengarnya karena
hal itu memang merupakan ganjaran baginya. Komentar tersebut tentu saja makin menguatkan
kecurigaan hakim penyidik."
"Itu merupakan pengakuan, kan""
"Tidak, karena setelah itu dia langsung menyatakan bahwa dirinya tak bersalah."
"Yah, setidaknya komentar tersebut mencurigakan, mengingat bukti-bukti yang begitu
memberatkannya." "Sebaliknya," kata Holmes, "itu merupakan satu-satunya cahaya dalam kegelapan. Sebodoh-bodohnya dia, dia pasti menyadari bahwa semua bukti menunjuk kepadanya. Kalau saja dia nampak
terkejut waktu mau ditangkap, atau pura-pura marah, bagiku itu malah mencurigakan, karena reaksinya
itu tak wajar dalam keadaan begini. Tapi bagi seorang penjahat kawakan reaksi itulah strategi
terbaiknya. Ketenangannya menghadapi kasus ini menunjukkan bahwa dia memang tak bersalah, atau
bahwa dia orang yang pandai menguasai diri dan tegar. Komentarnya tentang ganjaran bagi dirinya
cukup wajar saja sebagai ungkapan kepedihan seorang anak terhadap nasib malang yang menimpa
ayahnya. Bukankah dia baru saja bertengkar hebat dengan ayahnya, bahkan menurut gadis kecil itu dia
telah mengangkat tangannya seolah-olah mau memukul ayahnya" Pernyataan rasa bersalah dan
kesedihan hati seperti itu sehat-sehat saja, dan tidak berarti dialah yang bersalah."
Aku menggeleng. "Banyak orang yang telah dihukum gantung, bahkan atas dasar bukti yang tak
sekuat itu." "Memang. Dan jangan lupa, banyak orang yang mati digantung itu ternyata tak bersalah."
"Kalau menurut pemuda itu, bagaimana kejadiannya""
"Sayangnya, tak terlalu menggembirakan orang-orang yang mendukungnya, walaupun ada satu
atau dua hal yang bisa diselidiki. Silakan baca sendiri saja!"
Diambilnya koran lokal Herefordshire dari bundel yang dibawanya, dan setelah diserahkannya
7 kepadaku, dia menunjukkan laporan sang pemuda sebagaimana dikutip di koran itu. Aku duduk di
sudut kereta dan mulai membacanya dengan teliti. Artikel itu berbunyi demikian:
Mr. James McCarthy, putra tunggal korban, diperiksa dan memberikan
penjelasannya demikian: "Saya pergi ke Bristol selama tiga hari, dan saya
pulang pada hari Senin pagi yang lalu, yaitu tanggal 3. Waktu sampai di
rumah, tak saya jumpai Ayah. Saya diberitahu oleh pelayan wanita bahwa Ayah


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pergi ke Ross bersama John Cobb, tukang kuda. Tak lama kemudian, saya
mendengar bunyi keretanya di halaman dan dari jendela saya melihathya turun
dari kereta, lalu berjalan dengan cepat ke luar halaman, tapi saya tak tahu
mau ke mana dia. Saya lalu mengambil pistol, dan berjalan menuju Boscombe
Pool untuk menengok kandang kelinci di seberang danau. Dalam perjalanan saya
berjumpa dengan William Crowder, si penjaga hutan, sebagaimana diutarakan
dalam kesaksian yang bersangkutan, tapi pernyataannya bahwa menurutnya saya
sedang menyusul Ayah itu tak benar. Saya tak tahu bahwa dia berjalan di depan
saya. Ketika kira-kira ser
atus meter dari danau, saya mendengar teriakan
'Cooee!' yang biasanya merupakan kode panggilan antara saya dan Ayah. Maka
saya lalu mempercepat langkah, dan saya temukan dia sedang berdiri di dekat
danau. Dia malah terkejut ketika melihat kehadiran saya, dan dengan agak
kasar dia bertanya sedang apa saya di situ. Kami lalu terlibat dalam
pembicaraan yang menjurus ke pertengkaran mulut, bahkan hampir saja kami
berkelahi karena Ayah sangat pemberang. Ketika saya menyadari bahwa emosinya
sudah menjadi tak terkendali, saya pun meninggalkannya, dan berjalan pulang
ke Hatherley Farm. Belum seratus lima puluh meter saya melangkah, terdengar
teriakan yang mengerikan dari arah belakang saya. Saya pun langsung berlari
menghampiri arah suara itu. Saya menemukan Ayah sedang sekarat di tanah,
kepalanya terluka parah. Saya menjatuhkan pistol saya, memeluknya, tapi dia
benar-benar sudah tak tertolong lagi. Saya berlutut di sampingnya seperti itu
selama beberapa menit, lalu saya berlari mencari pertolongan ke pengelola
penginapan milik Mr. Turner, karena tempat itulah yang terdekat. Saat
menemukan Ayah yang terluka parah itu, tak terlihat ada orang lain di situ,
jadi saya pun heran siapa yang telah memukulnya. Ayah saya memang tak punya
banyak teman karena sikapnya yang d ingin dan tak bersahabat, tapi setahu
saya, dia juga tak punya musuh. Hanya itulah yang saya ketahui."
Penyidik : Apakah ayah Anda sempat mengatakan sesuatu kepada Anda sebelum dia
mati" 8 Saksi: Dia membisikkan beberapa kata,
tapi yang saya bisa dengar hanyalah
semacam a rat. Penyidik: Menurut Anda, apa yang
dimaksudkannya" Saksi: Saya tak tahu. Menurut saya,
dia sedang mengigau karena luka-lukanya itu.
Penyidik: Tentang apakah Anda dan
ayah Anda bertengkar waktu itu"
Saksi: Saya tak bersedia mengatakannya. Penyidik: Saya rasa saya harus
memaksa Anda untuk mengatakannya.
Saksi: Saya tak bisa. Yang pasti,
pertengkaran itu tak ada hubungannya dengan musibah yang terjadi sesudah itu.
Penyidik: Biarlah pengadilan yang akan memutuskan. Saya tak perlu
mengingatkan Anda bahwa penolakan Anda untuk menceritakan tentang
pertengkaran itu bisa memojokkan Anda pada proses pengadilan nanti.
Saksi: Saya tetap menolak mengutarakan hal itu.
Penyidik: Teriakan "Cooee" itu biasanya dipakai di antara Anda dan ayah Anda"
Saksi: Ya. Penyidik: Jadi untuk apa dia meneriakkan itu kalau dia tak melihat Anda, dan
bahkan dia belum tahu kalau Anda sudah kembali dari Bristol"
Saksi (kebingungan): Saya tidak tahu.
Anggota Juri: Tidakkah Anda menemukan sesuatu yang mencurigakan ketika Anda
berlari ke arah ayah Anda yang terluka parah itu"
Saksi: Secara pasti, tidak ada.
Penyidik: Apa maksud Anda"
Saksi: Saya sangat bingung dan ketakutan waktu saya berlari mendekati suara
jeritan itu, sehingga pikiran saya hanya tertuju pada keselamatan ayah saya.
9 Tapi, rasanya saya melihat sesuatu tergeletak di tanah di sebelah kiri saya.
Nampaknya semacam jaket atau kain wol berwarna abu-abu, begitulah. Ketika
kemudian saya berdiri, saya mencoba mencari benda itu, tapi sudah tidak ada
lagi. Maksud Anda, benda itu sudah tak ada di tempatnya sebelum Anda pergi mencari
pertolongan" Ya, sudah tak ada lagi di situ.
Apakah Anda tak bisa mengatakan dengan pasti benda apakah itu"
Tidak saya hanya merasa bahwa ada sesuatu di situ.
Seberapa jauhkah jarak benda itu dari tempat ayah Anda tergeletak"
Sekitar dua belas meter. Dan dari arah hutan"
Kira-kira sejauh itu juga.
Jadi, seandainya ada orang yang, mengambil benda itu, berarti pada saat itu
Anda masih ada di situ, hanya dengan jarak dua belas meter dari benda itu"
Ya, tapi saya membelakanginya.
Berakhirlah pemeriksaan itu sampai di sini.
"Memang komentar petugas penyidik di akhir pemeriksaan agak menyudutkan pemuda
McCarthy," kataku "Ditekankannya ketidakcocokan kode 'Cooee' tersebut dengan pengakuan sang
pemuda bahwa ayahnya belum melihat dia. Lalu penolakannya untuk menceritakan isi pertengkarannya
dengan ayahnya, dan kisahnya yang aneh mengenai kata-kata yang diucapkan oleh ayahnya sebelum
meninggal. Semua ini, sebagaimana dikatakan oleh petugas penyidik, sangat me
mberatkan si anak." Holmes tertawa perlahan kepada dirinya sendiri dan membaringkan tubuhnya di tempat duduk
yang ada bantalnya. "Baik kau maupun petugas penyidik itu sama payahnya," katanya. "Menurutku,
kedua hal tadi malah meringankan sang pemuda. Apa kaukira dia begitu tololnya hingga tak mampu
mengarang cerita pertengkaran yang akan menarik simpati para juri" Atau begitu cerdiknya hingga
dapat mengada-ada soal kain wol yang tiba-tiba menghilang atau tentang ucapan terakhir ayahnya yang
ada hubungannya dengan a rat tikus itu" Ternyata tidak, kok. Aku akan menyelidiki kasus ini dari
sudut pandang bahwa apa yang dikatakan pemuda itu benar adanya, dan kita akan lihat apa yang kita
10 dapatkan nanti. Sekarang, bacalah buku karangan Petrarch ini, dan jangan menyebut-nyebut tentang
kasus ini lagi sampai kita tiba di tempat kejadian. Kita akan berhenti untuk makan siang di Swindon,
dan nampaknya kita akan sampai di sana dua puluh menit lagi."
Setelah melewati daerah Stroud Valley dan Severn yang indah, kami akhirnya tiba di kota kecil
bernama Ross pada hampir jam empat sore. Seorang pria kurus yang mukanya licik seperti musang
telah menunggu kami di peron. Walaupun dia mengenakan jaket luar coklat muda dan sepatu kulit yang
sesuai dengan suasana pedesaan, aku langsung mengenalinya. Dialah Lestrade dari Scotland Yard.
Kami diantarnya ke Penginapan Hereford Arms. Kami telah dipesankan kamar di situ.
"Saya sudah minta agar disiapkan kereta untuk kalian," kata Lestrade begitu kami duduk untuk
minum teh. "Saya tahu Anda sigap sekali, dan Anda pasti tak sabar lagi untuk segera pergi ke tempat
kejadian." "Anda baik sekali" kata Holmes. "Tapi itu tergantung cuaca."
Lestrade nampak heran. "Saya tak mengerti maksud Anda," katanya.
"Berapakah suhu udara saat ini" Dua puluh sembilan derajat, ya. Tidak ada angin bertiup, dan
tidak mendung. Saya bawa satu pak rokok, masih utuh. Malam ini kami sebaiknya santai dulu saja di
sofa empuk itu sambil merokok. Tak biasanya penginapan di desa memasang sofa seempuk ini. Saya
rasa, saya tak memerlukan kereta malam ini."
Lestrade tertawa seakan-akan maklum, "Anda pasti telah berhasil menarik kesimpulan dari
berita-berita di koran," katanya. "Kasus ini memang jelas sekali. Penyelidikan lebih lanjut justru hanya
akan memperkuat kesimpulan yang sudah ada. Tapi, bagaimanapun, kita tak bisa menolak permintaan
seorang gadis yang menawan hati, bukan" Dia telah mendengar tentang Anda, dan ingin minta
pendapat Anda, walaupun saya sudah berulang kali mengatakan kepadanya bahwa Anda pun takkan
bisa berbuat lebih banyak dari yang sudah saya lakukan. Nah, itu dia!"
Belum selesai Lestrade berkata-kata, seorang gadis berlari memasuki ruangan di mana kami
berada. Dibanding dengan gadis-gadis cantik yang pernah kutemui, gadis ini lebih cantik lagi. Matanya
yang biru legam bersinar-sinar, bibirnya terbuka, pipinya agak memerah. Sikapnya menggebu-gebu dan
dia kelihatan amat cernas.
"Oh, Mr. Sherlock Holmes!" serunya sambil memandang kami secara bergantian, dan akhirnya,
11 dengan naluri kewanitaannya, dia mendekat ke arah temanku. "Saya senang sekali Anda telah datang.
Saya sengaja datang kemari untuk menemui Anda. Saya tahu James tidak melakukan pembunuhan itu.
Saya tahu itu dan saya harap Anda bisa segera bertindak untuk membuktikannya. Anda tak perlu sangsi
sedikit pun tentang hal ini. Kami sudah saling mengenal sejak kecil, dan saya tahu persis kekurangan-kekurangannya. Tapi dia itu sangat lembut hatinya, bahkan melukai lalat saja dia tak tega. Tuduhan
yang dibebankan kepadanya sangat tak masuk akal bagi orang yang benar-benar mengenalnya."
"Semoga kami bisa menolongnya, Miss Turner,"
kata Sherlock Holmes. "Percayakan semuanya pada
saya, dan saya akan bertindak semampu saya."
"Tapi, Anda tentunya sudah membaca tentang
bukti-bukti yang didapatkan, bukan" Sudahkah Anda
menarik suatu kesimpulan" Adakah Anda menemukan
lubang atau cacat pada bukti-bukti itu
7 Tidakkah Anda sendiri merasa bahwa dia tidak bersalah"
1 ' "Saya rasa, bisa saja begitu."
"Nah, kan!" teriaknya sambil menoleh dan menatap
ke arah Lestrade denga n sengit. "Anda dengar" Dia
memberi harapan pada saya."
Lestrade mengangkat kedua bahunya. "Saya rasa, teman saya ini telah bertindak amat gegabah
dengan kesimpulannya itu," katanya.
"Tapi dia benar. Oh! Saya tahu dialah yang benar. James tak pernah melakukan hal seperti itu.
Dan tentang pertengkarannya dengan ayahnya, saya yakin alasan penolakannya untuk menceritakan
kepada petugas penyidik itu ialah karena ada sangkut pautnya dengan diri saya."
"Sangkut paut bagaimana"" tanya Holmes.
"Saya tak ingin merahasiakan hal ini lagi. James dan ayahnya berbeda pendapat soal diri saya.
Mr. McCarthy sangat mengharapkan agar kami berdua bisa menikah. James dan saya selama ini
memang saling mencintai, tapi hanya seperti kakak dan adik. Tentu saja, karena James masih amat
muda dan belum tahu banyak tentang kehidupan ini, dan... dan... yah, dia belum berniat untuk menikah.
12 Lalu mereka bertengkar, berkali-kali, dan saya yakin, pertengkaran terakhir juga gara-gara soal ini."
"Dan ayah Anda"" tanya Holmes.
"Apakah dia setuju dengan hubungan kalian
berdua"" "Tidak, dia juga menentang. Hanya Mr.
McCarthy yang setuju!" Pipinya langsung
memerah ketika Sherlock Holmes menatapnya
dengan penuh rasa ingin tahu setelah dia
mengucapkan hal ini. "Terima kasih untuk informasi ini,"
katanya. "Apakah saya bisa menemui ayah Anda kalau saya ke rumah Anda besok pagi""
"Nampaknya, dokter tak akan mengizinkan Anda."
"Dokter"" "Ya, apakah Anda belum dengar" Kesehatan ayah saya yang malang sudah memburuk sejak
beberapa tahun terakhir ini, dan musibah ini semakin membuatnya sedih. Dia hanya terbaring di tempat
tidur saja, dan Dr. Willows mengatakan bahwa keadaannya sangat memprihatinkan, karena sistem
sarafnya telah terganggu. Mr. McCarthy adalah satu-satunya teman yang telah dikenalnya sejak mereka
tinggal di Victoria."
"Ha! Victoria! Itu penting."
"Ya, waktu itu mereka tinggal di daerah pertambangan."
"Oh, begitu, daerah pertambangan emas yang lalu menjadikan Mr. Turner kaya raya."
"Benar." "Terima kasih, Miss Turner. Anda sangat banyak membantu saya."
"Kabari saya kalau ada perkembangan baru besok pagi. Anda pasti akan menemui James di
tempat tahanannya, kan" Oh, kalau ya, Mr. Holmes, tolong katakan padanya bahwa menurut saya dia
13 tidak bersalah." "Akan saya sampaikan. Miss Turner."
"Saya harus segera pulang, karena Ayah sedang sakit, dan dia selalu ingin saya temani. Sampai
jumpa lagi, dan Tuhan kiranya menolong upaya Anda." Dia meninggalkan ruangan dengan bergegas,
persis seperti waktu masuknya tadi, dan kami lalu mendengar gemeretak keretanya menjauh di jalanan.
"Anda keterlaluan, Holmes," kata Lestrade dengan ketus setelah kami terdiam selama beberapa
menit. "Untuk apa Anda menjanjikannya harapan kosong seperti itu" Hati saya memang tak terlalu
lembut, tapi apa yang Anda lakukan itu kejam sekali, menurut saya."
"Saya rasa, saya sudah mendapatkan peluang untuk membela James McCarthy," kata Holmes.
"Apakah Anda punya izin untuk menengoknya di tahanan""
"Ya, tapi hanya untuk kita berdua."
"Kalau begitu, setelah saya mempertimbangkan lebih lanjut, sebaiknya saya pergi
menjenguknya sekarang saja. Masih ada waktu untuk naik kereta api malam ke Hereford, kan""
"Cukup banyak."
"Kalau begitu, mari kita berangkat. Watson, maaf, kau menunggu di sini, ya" Aku cuma akan
pergi selama beberapa jam, kok."
Kuantar mereka sampai di stasiun, lalu aku berjalan-jalan mengelilingi kota kecil itu sebelum
kembali ke penginapan. Di kamar penginapan itu, aku berbaring di sofa dan mencoba membaca sebuah
novel. Tapi ceritanya tak begitu menarik
dibandingkan dengan misteri yang sedang
kami selidiki. Perhatianku jadi terpecah-pecah antara cerita novel itu dan kasus
yang sedang kuhadapi. Akhirnya novel itu
kulempar ke samping dan mulailah
pikiranku melayang-layang, dipenuhi oleh
peristiwa-peristiwa sepanjang hari tadi.
Misalkan saja kisah pemuda yang malang
14 itu benar, lalu apa yang sebenarnya terjadi setelah dia meninggalkan ayahnya karena pertengkaran itu"
Bukankah sesaat kemudian dia berbalik mendengar jeritan ayahnya" Pasti sesuatu yang sangat
mengerikan dan menakutka n. Kira-kira, apa ya" Tidakkah bekas lukanya akan menunjukkan sesuatu,
kalau kuperiksa" Aku membunyikan bel dan minta koran mingguan lokal yang memuat hasil
pemeriksaan mayat secara rinci. Menurut ahli bedah, nampaknya bagian belakang tulang ubun-ubun
sebelah kirinya dan separo tulang belakang kepalanya telah hancur karena pukulan yang keras dari
semacam benda tumpul. Kuraba kepalaku di bagian-bagian yang disebut itu. Jelas, bahwa pukulan
semacam itu datangnya dari arah belakang. Kenyataan ini agak meringankan terdakwa, karena ketika
pemuda itu bertengkar dengan ayahnya, mereka tentulah saling berhadapan. Tapi tak banyak menolong
juga, karena bisa saja terjadi bahwa ayahnya telah membalikkan badannya sebelum pemuda itu
memukulnya. Namun ini toh perlu dilaporkan pada Holmes. Lalu tentang ucapannya yang aneh
menjelang ajalnya yang menyebut-nyebut a rat itu. Apa maksudnya" Pasti bukan karena mengigau.
Seseorang yang sekarat karena pukulan tiba-tiba, biasanya tidak dalam keadaan mengigau. Tidak!
Lebih tepat kalau dikatakan bahwa dia sedang berupaya untuk menjelaskan apa yang telah
menimpanya. Tapi, apa maksudnya" Kuperas otakku untuk mencari kemungkinan jawabannya. Lalu,
kain berwarna abu-abu yang dilihat oleh pemuda McCarthy. Kalau itu benar, sesuatu milik sang
pembunuh pastilah telah terjatuh pada waktu dia melarikan diri, mungkin jaketnya. Dan dia pasti telah
memaksakan diri untuk memungutnya kembali pada saat pemuda itu berjongkok membelakanginya di
depart ayahnya tak jauh dari situ. Wah, kok serba misterius dan tak masuk akal! Aku bukannya
mengesampingkan pendapat Lestrade sama sekali, tapi aku lebih percaya pada naluri Sherlock Holmes.
Maka aku pun berharap semoga ada fakta baru yang akan membuktikan bahwa pemuda McCarthy
memang tak bersalah. Malam telah sangat larut ketika Sherlock Holmes kembali. Dia pulang sendirian karena
Lestrade menginap di kota.
"Hawanya masih panas sekali," komentarnya sambil mengambil tempat duduk. "Semoga hujan
tak akan turun sebelum kita mengamati tempat kejadian itu. Tapi aku tadi memang tak mau pergi,
karena badanku letih sekali setelah perjalanan yang panjang. Orang harus berada dalam kondisi prima
kalau mau melakukan penyelidikan. Oh ya, aku sudah menemui pemuda McCarthy."
"Apa yang kaudapatkan darinya""
15 "Nihil." "Tak ada petunjuk sedikit pun""
"Sama sekali tidak. Aku sempat berpikir bahwa dia sebenarnya tahu siapa pelakunya, dan dia
mencoba melindunginya. Tapi kini aku yakin bahwa dia memang tak tahu apa-apa, dia sama
bingungnya dengan orang-orang lain. Dia bukan pemuda yang amat cerdas, tapi wajahnya tampan, dan
kurasa juga baik hat."
"Bodoh sekali dia," komentarku, "kalau dia benar-benar menolak untuk menikah dengan gadis
secantik Miss Turner."
"Ah, soal itu ternyata ada latar belakangnya yang agak menyedihkan. Pemuda ini sebenarnya
amat mencintai gadis itu. Tapi, kira-kira dua tahun yang lalu, ketika dia masih ingusan, dan ketika dia


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum mengenal gadis itu secara mendalam karena sang gadis bersekolah jauh darinya selama lima
tahun, si ingusan yang tolol ini jatuh ke pelukan seorang pelayan bar di Bristol, dan menikahinya di
kantor catatan sipil! Tak ada seorang pun yang tahu tentang hal ini, jadi bayangkan betapa jengkelnya
dia ketika ayahnya marah kepadanya karena dia tidak mau menikahi Miss Turner sesuatu yang
sebenarnya sangat didambakannya tapi yang dia tahu persis tak mungkin dilakukannya. Kejengkelan
yang memuncak inilah yang membuatnya hampir memukul ayahnya pada percakapan mereka yang
terakhir, karena orang tua itu memaksanya untuk melamar Miss Turner. Sebaliknya, karena dia belum
mampu membiayai hidupnya sendiri, dia tak berani berterus terang soal pernikahannya kepada
ayahnya, karena dia pasti akan diusir dari rumah. Kepergiannya ke Bristol selama tiga hari itu adalah
untuk menemui istrinya, dan ayahnya tak tahu ke mana dia pergi. Ingat itu. Ini penting. Tapi musibah
ini ada sisi baiknya juga. Ketika istrinya membaca tentang musibah yang melibatkan suaminya, bahkan
dengan kemungkinan hukuman gantung dia lalu memutuskan hubungan dengan suaminya. Wanita itu
menulis sura t kepadanya dan mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah mempunyai suami di Bermuda
Dockyard, sehingga dengan demikian tak ada hubungan lagi dengannya. Kurasa berita itu sangat
melegakan pemuda McCarthy dari beban yang selama ini dipikulnya."
"Kalau bukan dia pelakunya, lalu siapa""
"Ah! Siapa" Coba perhatikan dua hal ini. Pertama, korban waktu itu ada janji bertemu dengan
seseorang di dekat danau, dan orang itu pastilah bukan anaknya, karena dia sedang tak berada di
16 rumah, dan sang ayah tak tahu kapan dia akan kembali. Kedua, korban meneriakkan 'Cooee!' sebelum
dia tahu bahwa anaknya telah kembali. Hal-hal itu sangat penting dan sangat mempengaruhi kasus ini.
Sebaiknya kita sekarang membicarakan tentang George Meredith saja, dan kita tinggalkan urusan kecil
itu sampai besok pagi."
Hujan memang tidak turun semalaman sebagaimana diramalkan oleh Holmes. Keesokan
harinya, cuaca sangat cerah dan tak ada awan menggantung di langit. Pada jam sembilan Lestrade
menjemput kami dengan sebuali kereta, dan kami lalu berangkat ke Hatherley Farm dan Boscombe
Pool. "Ada berita penting pagi tadi," kata Lestrade. "Dikatakan bahwa keadaan Mr. Turner sangat
parah, dan dia mungkin takkan bertahan lama,''
"Sudah tuakah dia"" tanya Holmes.
"Sekitar enam puluhan. Tapi waktu hidup di luar negeri dia telah memeras tenaganya
sedemikian rupa, sehingga kini kesehatannya terus momburuk. Musibah ini telah sangat memukulnya.
Dia berteman akrab dengan McCarthy, dan sangat dermawan kepada temannya itu. Dia menyewakan
Hatherley Farm kepadanya dengan gratis."
"Begitukah"! Menarik sekali," kata Holmes.
"Oh, ya! Dia telah banyak menolongnya. Setiap orang tahu betapa baiknya dia kepada orang
yang malang itu." "Sungguhkah" Tidakkah Anda merasa aneh bahwa McCarthy yang tak begitu mampu itu, dan
sudah banyak dibantu oleh Turner, masih tetap memaksa agar anaknya menikah dengan putri Turner
yang pasti akan mewarisi semua kekayaan ayahnya" Bagaimana mungkin dia seolah-olah yakin
bahwa kalau anaknya melamar, pasti tak akan ditolak" Yang lebih aneh lagi kita tahu bahwa Turner
sendiri menentang hal itu. Putrinya sendiri yang mengatakannya pada kami. Tidakkah Anda bisa
menarik kesimpulan dari fakta ini""
"Kami sudah menarik kesimpulan," kata Lestrade sambil mengedipkan mata kepadaku.
"Menangani fakta saja sudah cukup sulit, Holmes, apalagi kalau ditambah dengan segala macam teori
dan angan-angan." 17 "Anda benar," kata Holmes pura-pura sopan. "Anda memang susah melihat fakta."
"Bagaimanapun juga, saya telah mendapatkan fakta yang nampaknya terlewatkan oleh Anda,"
jawab Lestrade dengan sengit.
"Fakta apakah itu""
"Bahwa McCarthy tua dibunuh oleh McCarthy muda dan kalau ada teori yang menentang fakta
ini, pastilah hanya bagaikan menggapai sinar rembulan saja."
"Yah, sinar rembulan kan lebih terang dibandingkan kabut," kata Holmes sambil tertawa. "Tapi
kalau tak salah, yang di sebelah kiri itu Hatherley Farm, kan""
"Benar." Bangunan itu cukup luas dan menarik,
berlantai dua, beratap bata, dan lumut kuning
menempel pada beberapa bagian dindingnya yang
berwarna abu-abu. Kerai jendelanya tertutup
sebagian cerobong asapnya tak dinyalakan,
sehingga rumah itu berkesan menyeramkan
seolah-olah musibah yang mengerikan itu masih
menggantung di situ. Kami mengetuk pintu, lalu
atas permintaan Holmes, seorang pelayan wanita
menunjukkan sepatu tuannya yang dipakai pada
waktu ajalnya, dan juga sepatu anaknya,
walaupun yang ada bukanlah yang dipakai waktu itu. Setelah mengukur kedua sepatu itu dengan teliti
dan mengamatinya dari tujuh atau delapan sudut pandang Holmes ingin segera menuju ke halaman.
Dari situ, kami lalu berjalan melewati jalan yang berkelok-kelok menuju Boscombe Pool.
Holmes menjadi pribadi yang lain kalau sedang melacak kejahatan seperti ini. Benar-benar tak
mirip dengan sosok Holmes sang pemikir yang tenang dari Baker Street. Saat ini, wajahnya menjadi
merah padam. Alisnya mengerut, dan matanya menjadi keras dan nyalang. Wajahnya menunduk,
bahunya ditekuk, bibirnya terkatup rapat, dan urat-urat di lehernya yang panjang dan menonjol ototnya
terlihat bagaikan tali cem
eti. Dengusan napasnya terdengar memburu dengan keras seperti binatang
18 buas yang sedang memburu mangsanya, dan pikirannya benar-benar terpusat pada masalah yang
sedang ditanganinya. Dia tak mengacuhkan apa pun yang kami katakan, paling-paling hanya menjawab
dengan bentakan pendek yang menunjukkan kejengkelannya.
Dengan sigap dan tanpa berkata sepatah pun dia berjalan melewati jalanan yang membelah
padang rumput itu, lalu akhirnya sampai ke hutan dekat Boscombe Pool. Tanahnya lembap dan berawa,
sebagaimana tanah pada umumnya di daerah semacam itu, dan ada banyak sekali bekas kaki, baik di
jalanan itu maupun di kedua sisi rerumputan. Kadang-kadang Holmes mempercepat langkahnya,
kadang-kadang mendadak berhenti, dan sekali waktu dia berbalik dan mengitari tempat itu. Aku dan
Lestrade berjalan di belakangnya. Sikap Lestrade acuh tak acuh dan agak meremehkan temanku,
sedangkan aku memperhatikan temanku dengan penuh minat karena aku yakin bahwa setiap
tindakannya itu mengandung maksud tertentu.
Boscombe Pool, yang merupakan danau kecil yang
pinggirannya dipenuhi alang-alang terlihat kira-kira lima
puluh meter di depan sana. Danau itu terletak tepat di
perbatasan Hatherley Farm dan halaman rumah Mr. Turner
yang kaya raya. Di ujung yang lain hutan itu, terlihat puncak
rumah sang pemilik tanah yang berwarna merah. Hutan yang
terletak dekat Hatherley Farm lebat sekali, dan ada rumput
basah memanjang sejauh dua puluh langkah membatasi hutan
dan alang-alang di pinggir danau itu. Lestrade menunjukkan
tempat ditemukannya mayat. Tanah di situ benar-benar
lembap sehingga bekasnya masih jelas terlihat. Wajah Holmes
yang penasaran dan matanya yang menyipit, menunjukkan
bahwa dia mendapat banyak masukan dari keadaan rumput
yang terinjak-injak di sekitar tempat itu. Dia lari berkeliling,
bagaikan anjing yang mencium sesuatu, lalu kembali lagi
menghampiri Lestrade. "Untuk apa Anda nyebur ke danau"" tanyanya.
"Mengorek-ngorek dengan garu. Saya kira saya bisa menemukan senjata atau apa. Tapi,
19 bagaimana mungkin...""
"Sudah, sudah! Saya tak punya waktu lagi. Jejak kaki kiri Anda yang melengkung ke dalam itu
memenuhi tempat ini. Tikus pun akan bisa melihatnya. Jejak itu menghilang di antara alang-alang. Oh,
aku seharusnya kemari sebelum tempat ini diinjak injak banyak orang. Mereka itu bagaikan kerbau
yang berguling-guling di kubangan. Ini bekas rombongan pengelola penginapan, dan ada sekitar enam
atau delapan jejak kaki mereka di sekitar sini. Tapi ada jejak sepasang kaki yang terpisah."
Dia mengeluarkan kaca pembesarnya dan duduk di tanah untuk mengamati dengan lebih teliti,
sambil terus menggumam pada dirinya sendiri.
"Yang ini bekas kaki McCarthy muda. Dua kali dia lewat sini, dan sekali sambil berlari cepat,
sehingga alas sepatunya menghunjam lebih dalam ke tanah dan bekas, hak sepatunya hampir tak
terlihat. Jejak itu cocok dengan penuturannya. Dia berlari ketika melihat ayahnya terkapar di tanah.
Dan yang ini jejak kaki ayahnya ketika mondar-mandir di sini. Lalu, he, apa ini" Bekas gagang senapan
pemuda itu ketika sedang mendengarkan omelan ayahnya. Dan yang ini" Ha, ha! Apa ini" Jejak kaki
yang berjingkat, kaki yang berjingkat! Persegi lagi, berarti sepatunya agak khas! Jejak yang ini datang,
lalu pergi, kemudian datang lagi tentu saja untuk mengambil jaket yang ketinggalan! Nah, dari mana
asal jejak ini""
Dia berlari naik-turun, kadang-kadang kecewa, kadang-kadang menemukan arah jejak itu,
sampai akhirnya kami mendekati hutan. Kami berlindung di bawah bayangan sebuah pohon yang amat
besar. Holmes masih melanjutkan pelacakannya dan akhirnya sekali lagi membungkukkan badan
hingga wajahnya hampir menempel di tanah sambil berteriak kegirangan. Dia berada di situ selama
beberapa saat, sambil menyibakkan daun-daun dan ranting-ranting, lalu mengambil semacam debu
segenggam dan memasukkannya ke sebuah
amplop. Dengan kaca pembesarnya dia
mengamati bukan saja tanah, tapi juga
batang pohon sampai setinggi yang bisa
dijangkaunya. Sebuah batu yang bergerigi
pinggirannya tergeletak di tengah lumut;
ini pun diamatinya dengan teliti, lalu
disimpan nya. Kemudian, dia terus berjalan
20 menerobos hutan itu sampai tiba di jalan besar di ujung sana. Sampai di sini berakhirlah semua jejak
yang ada. "Kasus ini menarik sekali," komentarnya. Dia sudah kembali ke sikapnya semula. "Saya rasa
rumah abu-abu di sebelah kanan itu adalah penginapan yang dimaksud oleh pemuda McCarthy. Saya
mau ke sana dan berbicara dengan Moran. Mungkin ada yang perlu saya catat. Sesudah itu, kita akan
pulang untuk makan siang. Silakan menuju ke kereta duluan, saya akan menyusul tak lama lagi."
Sepuluh menit kemudian kami bertiga sudah berkumpul di kereta lagi. Kami lalu berangkat
menuju Ross. Holmes masih menyimpan batu yang diambilnya dari hutan tadi.
"Ini mungkin akan menarik perhaban Anda, Lestrade," katanya sambil menunjukkan batu itu.
"Inilah yang dipakai untuk membunuh McCarthy."
"Tak ada tanda-tandanya."
"Memang." "Lalu, bagaimana Anda bisa tahu""
"Dari rumput yang tumbuh di bawahnya. Benda itu baru ada di situ selama beberapa hari. Sejak
ada di situ, tak ada orang yang mengambilnya. Benda ini cocok dengan luka-luka korban. Tak ada
petunjuk yang mengarah digunakannya senjata lain."
"Dan pembunuhnya""
"Seorang pria jangkung, kidal, kaki kanannya pincang, memakai sepatu berburu yang solnya
amat tebal serta jaket abu-abu, mengisap cerutu India, pakai pipa, dan membawa pisau lipat yang
tumpul di sakunya. Ada beberapa indikasi lainnya lagi, tapi sementara ini yang sudah saya sebut tadi
cukuplah bagi kita untuk melakukan pelacakan."
Lestrade tertawa "Wah, saya masih ragu," katanya. "Boleh saja Anda berteori, tapi biarlah
hakim yang menentukan."
"Terserahlah," jawab Holmes dengan kalem. "Anda bekerja dengan cara Anda sendiri, dan saya
bekerja dengan cara saya. Saya akan sibuk siang ini, dan mungkin akan kembali ke London nanti
malam." 21 "Dan meninggalkan kasus ini begitu saja, tanpa penyelesaian""
"Tentu tidak. Akan terselesaikan!"
"Tapi, misteri ini kan masih...""
"Sudah terselesaikan."
"Siapa penjahatnya, kalau begitu""
"Orang yang saya gambarkan tadi."
"Siapa"" "Pasti tak susah untuk menebaknya. Ini kan cuma desa kecil."
Lestrade mengangkat kedua bahunya. "Saya orangnya praktis," katanya. "Untuk apa saya susah-susah mengelilingi desa ini untuk mencari seseorang yang kidal tangannya dan pincang kakinya" Saya
akan ditertawakan oleh Scotland Yard."
"Baiklah," kata Holmes dengan tenang. "Pokoknya saya sudah memberi kesempatan pada Anda.
Kita sudah sampai di penginapan Anda. Selama tinggal. Saya akan mengirim kabar sebelum saya
pulang." Sesudah Lestrade turun, kami melanjutkan perjalanan dengan kereta menuju hotel kami. Makan
siang sudah terhidang di meja. Holmes terdiam dan sedang berpikir dengan serius. Wajahnya nampak
sedih sepertinya sedang menghadapi sesuatu yang mengejutkan dan membingungkannya.
"Sini, Watson," katanya ketika meja makan sudah dibersihkan, "duduklah di kursi ini dan
dengarkan aku berkhotbah sebentar. Aku bingung apa yang harus kulakukan, dan aku butuh nasihatmu.
Nyalakan cerutumu dan izinkan aku bercerita."
"Silakan." ' "Yah, sehubungan dengan kasus ini, ada dua hal yang langsung menarik perhatian kita. Aku
merasa kedua hal itu akan meringankan terdakwa, sedangkan kau merasa sebaliknya. Yang pertama
ialah fakta bahwa menurutnya ayahnya berteriak 'Cooee!' sebelum melihatnya. Yang kedua ialah kata a
rat yang keluar dari bibir korban sebelum ia meninggal. Sebetulnya korban menggumamkan beberapa
kata lain, tapi hanya itu yang didengar oleh sang anak. Kita harus memulai pengamatan kita dari kedua
22 hal ini, dan kita mulai dengan menganggap bahwa apa yang dikatakan pemuda itu benar adanya."
"Kalau begitu, bagaimana dengan teriakan 'Cooee!' itu""
"Jelas teriakan itu tidak ditujukan kepada sang anak, karena setahu ayahnya, dia masih berada di
Bristol. Kebetulan saja dia mendengarnya. Teriakan itu sebenarnya dimaksudkan untuk memberi kode
kepada orang yang akan ditemuinya di tempat itu. Tapi 'Cooee!' itu adalah teriakan khas orang
Australia atau orang-orang yang pernah bergaul dengan orang-orang Australia. Jadi aku menduga.
bahwa pertemuan di dekat Boscombe Poof itu adalah antara
McCarthy dengan seseorang yang pernah
tinggal di Australia."
"Lalu, bagaimana dengan ucapan a rat itu""
Sherlock Holmes mengeluarkan kertas yang terlipat dari sakunya dan membentangkannya di
meja. "Ini peta Koloni Victoria," katanya. "Aku menelegram ke Bristol untuk minta agar aku dikirimi
peta ini tadi malam." Dia menunjuk salah satu bagian dari peta itu, dan menutupi sebagian tulisannya.
"Coba baca!" pintanya.
"ARAT," begitu bunyinya ketika kubaca.
"Dan sekarang"" Dia mengangkat tangannya dari peta itu.
"BALLARAT." "Begitulah. Itulah kata yang diucapkan oleh korban, yang oleh anaknya hanya terdengar dua
suku kata terakhirnya. Dia ingin menyebutkan nama pembunuhnya, yaitu titik-titik-titik dari Ballarat."
"Luar biasa!" seruku.
"Ah, tidak. Nah, dengan demikian masalahnya telah kupersempit. Kita anggap saja si pemuda
tak salah lihat soal jaket abu-abu itu, jadi kita memiliki gambaran yang lebih jelas sekarang.
Pembunuhnya berasal dari Australia, tepatnya dari Ballarat, dan mempunyai jaket abu-abu."
"Tentu saja." "Dan orang itu pastilah dikenal di daerah ini, karena Boscombe Pool hanya bisa dicapai lewat
pertanian McCarthy atau Mr. Turner. Orang asing tentunya tak dapat seenaknya mondar-mandir di
situ." 23 "Begitulah kelihatannya."
"Lalu hasil penyelidikan kita pagi tadi. Setelah mengamati tanah di situ, aku mendapatkan
rincian-rincian yang sepele tentang pembunuh itu seperti tadi sudah kusampaikan pada Lestrade yang
tolol itu." "Tapi bagaimana kau bisa mendapatkan rincian-rincian itu""
"Kau kan tahu caraku bekerja. Tentu saja didasarkan pada pengamatan terhadap hal-hal yang
sepele." "Aku tahu tinggi badan pembunuh itu bisa dikira-kira dari panjang langkahnya. Jenis sepatunya
pun bisa diperoleh dari jejaknya."
"Ya, sepatunya agak aneh."
"Tapi bagaimana kau tahu bahwa dia pincang""
"Jejak sepatunya yang sebelah kanan tak terlalu
dalam dibandingkan dengan yang kiri. Jadi tekanan
kaki kanannya tak terlalu kuat. Mengapa" Karena dia
pincang." "Kalau tentang tangannya yang kidal""
"Kau sendiri kan terkejut ketika membaca hasil
pemeriksaan ahli bedah mayat tentang luka-luka
korban yang mematikan itu. Pukulan itu berasal dari
belakang, mengenai bagian kiri ke palanya. Nah,
bagaimana itu mungkin terjadi kalau pelakunya
bukan orang kidal" Dia bersembunyi di belakang
pohon selama ayah dan anak itu bertengkar. Dia
bahkan sempat merokok. Aku menemukan abu
cerutunya, yang setahuku adalah cerutu India. Kau
kan tahu, masalah abu sangat menarik perhatianku.
bahkan aku pernah menulis makalah mengenai 140
24 jenis abu cerutu, rokok, dan tembakau. Setelah menemukan abunya, aku juga menemukan puntung
cerutu yang dibuangnya di tengah-tengah lumut. Ternyata memang cerutu India yang diproduksi di


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rotterdam." "Lalu soal pipa itu""
"Aku tahu bahwa bagian ujung cerutunya bukanlah bekas diisap di mulut. Jadi, tentunya dia
mengisapnya dengan pipa. Ujung cerutu itu dipotong, tak ada bekas gigitan, tapi potongannya tidak
rapi. Jadi kesimpulanku, pisau lipat tumpullah yang telah digunakannya untuk memotong ujung cerutu
itu." "Holmes," kataku, "jaring yang kaupasang sekeliling sang pembunuh benar-benar tak dapat
ditembus. Kau juga telah menyelamatkan nyawa pemuda yang tak bersalah. Kini, aku tahu siapa
pembunuhnya. Tentunya dia adalah..."
"Mr. John Turner," teriak petugas hotel sambil membuka pintu kamar kami dan mengantar
masuk seorang tamu. Tamu itu aneh bentuk badannya dan menarik
perhatian. Langkahnya pelan-pelan dan pincang. Dengan
pundaknya yang bungkuk, dia benar-benar menampilkan
sosok seorang tua yang sudah renta, tapi wajahnya yang
keras, kasar, dan jelas lekuk-lekuknya, serta tangannya
yang kekar menunjukkan bahwa tubuhnya dulu amat
kuat. Jenggotnya kusut masai, rambutnya beruban, kedua
alisnya tebal dan hampir menyatu, membuat
penampilannya nampak seperti orang yang berj-angkat
tinggi dan berkuasa. Tapi kulit wajahnya amat pucat, bibir
dan ujung hidungnya kebiru-biruan. Jelas, bahwa dia
sedang menderita sakit yang payah, dan sudah menahun.
"Silakan duduk di sofa," kata Holmes dengan
ramah. "Anda terima surat saya""
"Ya, pengurus penginapan y
ang 25 menyampaikannya pada saya. Anda mengatakan bahwa Anda ingin bertemu dengan saya di sini untuk
menghindari skandal."
"Saya rasa, orang-orang akan bertanya-tanya kalau saya berkunjung ke rumah Anda."
"Dan untuk apa Anda ingin bertemu dengan saya"" Dia menatap temanku dengan pandangan
putus asa, seolah-olah dia sudah menduga jawaban atas pertanyaan yang baru saja diucapkannya
sendiri. "Ya," kata Holmes sambil membalas tatapan mata tamunya. "Begitulah. Saya tahu semuanya
tentang McCarthy." Orang tua itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Ampun, ya Tuhan!" teriaknya.
"Tapi saya benar-benar tak berniat mencelakakan pemuda itu. Percayalah saya akan membelanya di
pengadilan kelak." "Saya senang sekali mendengar hal itu" kata Holmes dengan serius.
"Sebetulnya sekarang pun saya bersedia buka mulut, kalau saja saya tak mengingat kepentingan
putri saya tersayang. Kalau dia sampai mendengar hal ini, hatinya pasti akan hancur.. hatinya akan
hancur, kalau dia mendengar saya ditangkap."
"Mungkin hal itu tak perlu terjadi," kata Holmes.
"Apa!" "Saya bukan petugas pemerintah. Putri Andalah yang meminta saya datang kemari, dan saya
bertindak untuk kepentingannya. Tapi, bagaimanapun, McCarthy muda harus dibebaskan."
"Saya takkan hidup lama lagi," kata si tua Turner. "Saya telah lama menderita diabetes. Dokter
mengatakan saya mungkin hanya akan bertahan sebulan lagi. Tapi saya mohon, biarkan saya mati di
rumah sendiri dan bukan di penjara."
Holmes bangkit dan duduk di belakang mejanya. Ada setumpuk kertas di hadapannya dan
pulpen di tangannya. "Tolong ceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi," katanya. "Saya akan mencatatnya. Nanti
Anda tinggal membubuhkan tanda tangan, dan Watson akan menjadi saksi. Kalau keadaan amat
26 mendesak kelak, barulah pengakuan Anda ini akan saya gunakan untuk menyelamatkan jiwa pemuda
McCarthy. Saya berjanji tak akan menggunakannya kecuali kalau benar-benar sangat diperlukan."
"Baik," kata orang tua itu. "Bagi saya sebenarnya tak jadi masalah, karena saya toh mungkin
sudah tiada waktu kasusnya ditangani Pengadilan Assizes. Saya hanya menjaga bagaimana supaya
Alice tak terguncang hatinya oleh hal ini. Sekarang, saya akan jelaskan semuanya kepada Anda. Latar
belakangnya sudah lama sekali, tetapi saya hanya akan menceritakannya secara singkat.
"Anda pasti tak kenal siapa McCarthy yang sudah mati itu. Dia itu jelmaan iblis. Sungguh!
Semoga Anda tak ketemu dengan orang macam dia seumur hidup Anda. Dia telah mencengkeram saya
selama dua puluh tahun terakhir ini, sekaligus menghancurkan hidup saya. Baiklah, saya mulai dari
awal perkenalan kami. "Kami berkenalan sekitar awal tahun 1860, di daerah pertambangan. Waktu itu saya masih
muda, berdarah panas, ugal ugalan, dan tak takut melakukan apa saja. Saya bergaul dengan teman
teman yang nakal, peminum, gagal dalam usaha, masuk komplotan anak-anak yang jahat, dan dengan
kata lain, ikut-ikutan menjadi perampok jalanan. Kami berenam dalam satu grup, dan hidup secara liar
seperti itu. Kami sering merampok di stasiun, atau mencegat kereta-kereta yang menuju ke
pertambangan. Jack Hitam dari Ballarat, begitulah julukan saya waktu itu, dan sampai sekarang orang-orang di koloni itu pasti masih belum lupa akan kebrutalan gang kami yang terkenal dengan sebutan
Komplotan Ballarat. "Suatu hari sebuah rombongan yang mengangkut emas turun dari Ballarat meriuju Melbourne,
dan kami pun siap mengintai untuk menyerangnya. Rombongan itu dikawal enam tentara, dan kami
pun berenam, jadi pasti seru kejadiannya. Kami berhasil merampok empat muatan dalam serangan itu.
Tapi tiga di antara komplotan kami terbunuh sebelum kami berhasil membawa lari hasil rampokan
kami. Saya menodongkan pistol tepat ke arah pengemudi kereta, yaitu si McCarthy itu. Kalau tahu
akan jadi runyam begini, alangkah baiknya seandainya waktu itu saya langsung menembaknya saja.
Saya mengasihani dia, walau matanya yang bengis mengamati wajah saya dengan tajam seolah-olah
ingin mengingat-ingat. Akhirnya, kami berhasil melarikan diri dengan membawa hasil rampokan kami.
Kami jadi kaya raya, lalu pulang ke Inggris
tanpa ada orang yang mencurigai kami. Kami berpencar,
dan selanjutnya saya memutuskan untuk hidup dengan tenang dan terhormat. Saya membeli tanah
pertanian yang kini saya miliki, yang saat itu kebetulan ditawarkan oleh seseorang. Saya ingin berbuat
27 baik dengan uang saya, untuk menutupi rasa bersalah saya atas cara saya mendapatkan kekayaan.
"Saya lalu menikah, tapi istri saya meninggal ketika masih muda. Untunglah, kami sudah
dikaruniai seorang putri, Alice tersayang. Sejak kelahirannya saya mulai berbalik kejalan yang benar.
Dengan kata lain, saya benar-benar telah memulai hidup baru, dan banyak berbuat kebaikan untuk
menebus dosa saya di masa lalu. Semuanya berjalan dengan baik, sampai akhirnya McCarthy mulai
mencengkeram hidup saya. "Suatu hari, saya pergi ke kota untuk mengurus sesuatu, dan saya berjumpa dengannya di
Regent Street. Dia dalam keadaan sangat mengenaskan, tanpa jaket dan tanpa sepatu.
"'Kita bertemu lagi, Jack,' katanya sambil menggamit tangan saya. 'Sekarang kita jadi keluarga,
ya. Aku dan putraku ingin menumpang di rumahmu. Kalau kau keberatan... bukankah kita kini tinggal
di Inggris yang sadar hukum" Polisinya juga banyak berkeliaran.'
"Yah, apa boleh buat" Mereka lalu saya ajak ke rumah. Tak mungkin saya menolak mereka.
Sejak itu, mereka saya izinkan untuk mendiami sebagian tanah saya tanpa membayar sepeser pun. Tapi
sesudah itu, saya terus-menerus merasa gelisah dan terganggu, ke mana pun saya pergi, saya selalu
melihat wajahnya yang memuakkan. Keadaan bertambah runyam ketika Alice meningkat remaja
karena McCarthy tahu bahwa saya sangat takut masa lalu saya di ketahui Alice. Ditangkap polisi saya
tidak takut tapi kalau rahasia saya sampai diketahui oleh putri tersayang saya... Yah, apa pun yang
diminta McCarthy harus saya penuhi, dan semuanya memang saya penuhi tanpa banyak bertanya.
Tanah, uang, rumah. Tapi, akhirnya dia minta sesuatu yang tak mungkin saya penuhi. Dia
menginginkan Alice. "Sebagaimana putri saya, putranya pun telah tumbuh menjadi seorang pemuda. Dan karena
kesehatan saya yang buruk, maka dia merasa sebaiknya putranyalah yang nanti mewarisi semua
kekayaan saya. Tapi saya tetap menolak permintaannya ini. Saya tak rela keturunan saya berasal dari
orang semacam dia. Saya tak membenci putranya, tapi bagaimanapun juga pemuda itu kan darah
dagingnya, dan bagi saya itu menjadi alasan yang kuat untuk menolaknya. Karena saya tetap menolak,
McCarthy mulai mengancam saya. Saya menerima tantangannya. Kami bersepakat untuk bertemu di
danau itu guna membicarakan hal ini.
"Ketika saya tiba di sana, saya melihatnya sedang berbicara dengan putranya. Jadi sambil
28 menunggu, saya bersembunyi di balik pohon sambil mengisap cerutu. Saya mendengar percakapan
mereka, dan saya jadi marah sekali. Dia memaksa putranya agar mau menikahi putri saya. Dianggap
apa putri saya ini" Seperti pelacur jalanan yang menyodor-nyodorkan diri" Saya benar-benar naik
pitam ketika menyadari betapa diri saya dan semua yang saya miliki dan sayangi berada dalam
kekuasaan orang semacam dia. Tidak bisakah saya melepaskan diri dari cengkeramannya" Saya toh
sudah tak ada harapan untuk hidup lebih lama lagi. Walaupun pikiran dan tangan saya masih kuat, saya
tahu nasib saya sudah ditentukan demikian. Tapi, bagaimana dengan nama baik saya dan nasib putri
saya" Kedua hal itu bisa diselamatkan kalau saya bisa menutup mulut bajingan itu selamanya. Itulah
yang saya lakukan, Mr. Holmes. Kalau saya harus mengulang melakukan hal itu lagi pun, akan saya
lakukan. Saya mungkin telah berbuat dosa besar, tapi bukankah selama belasan tahun saya sudah
sangat menderita karena dia" Tapi saya tak sanggup menghadapi kenyataan, kalau sampai hidup putri
saya pun akan dibuat menderita seperti hidup saya. Maka saya memukulnya dengan seluruh kekuatan
saya, keras sekali, bagaikan menghantam seorang penjahat kelas berat atau ular berbisa yang
menjijikkan. Dia berteriak kesakitan, sehingga putranya berlari kembali mendekatinya, namun saat itu
saya sudah menghilang sampai di hutan. Tapi saya harus kembali lagi untuk mengambil jaket saya yang
terjatuh keti ka saya melarikan diri. Begitulah kejadiannya, Tuan-tuan"
"Yah, saya tak punya hak untuk menghakimi
Anda," kata Holmes ketika orang tua itu
membubuhkan tanda tangan kesaksiannya
"Semoga kita tak akan pernah mengalami
pencobaan seperti itu lagi."
"Semoga tidak, sir. Dan apa yang akan Anda
lakukan selanjutnya""
"Setelah mempertimbangkan kesehatan
Anda, saya memutuskan untuk tidak melakukan
apa-apa. Anda pun menyadari bahwa tak lama
lagi Anda akan mempertanggungjawabkan
perbuatan Anda di hadapan pengadilan yang
lebih tinggi dari pengadilan mana pun di dunia
29 ini. Pengakuan Anda akan saya simpan, dan kalau McCarthy terancam jiwanya, barulah pengakuan
Anda saya pergunakan sebagai senjata terakhir. Kalau tidak, biarlah tak ada seorang lain pun yang akan
tahu. Rahasia Anda, baik Anda masih hidup atau setelah Anda meninggal, akan kami jaga baik-baik."
"Kalau begitu saya permisi pulang," kata orang tua itu dengan penuh hormat. "Semoga kelak
kalau hidup Anda di dunia ini berakhir, Anda akan berangkat dalam damai karena Anda telah
mengasihani saya." Dengan tertatih-tatih, tubuh yang kekar itu meninggalkan kamar kami.
"Kiranya Tuhan melindungi kita!" kata Holmes setelah terdiam selama beberapa saat.
"Mengapa nasib mempermainkan orang-orang yang tak berdaya seperti dia, ya" Bila menangani kasus
semacam ini, aku selalu teringat ucapan Baxter(2)
, dan ingin rasanya aku mengatakan, 'Lihatlah, hanya
atas anugerah Tuhan, Sherlock Holmes bisa melakukan semua ini.'"
James McCarthy akhirnya dibebaskan oleh Pengadilan Assizes atas keberatan-keberatan yang
diajukan oleh Holmes melalui tim pembela. Si tua Turner bertahan hidup sampai tujuh bulan sejak
percakapannya dengan kami. Kini dia sudah meninggal, dan nampaknya kedua sejoli itu, yaitu putra
McCarthy dan putri Turner, akan membangun rumah tangga yang bahagia tanpa dibayangi oleh awan
gelap yang menggayuti masa lalu kedua orangtua mereka.
(2) Rohaniwan Inggris yang terkenal, hidup tahun 1615-1691
Petualangan Sherlock Holmes
LIMA BUTIR BIJI JERUK Secara sekilas, kalau aku membaca kembali catatan-catatan mengenai kasus-kasus Holmes
antara tahun 1882 sampai 1890, aku menemukan begitu banyak kisah yang menarik dan unik, sehingga
tak mudah bagiku untuk menentukan mana yang harus kupilih. Beberapa di antaranya sempat
dipublikasikan melalui koran, dan ada pula yang ternyata tak begitu menampakkan kemampuan khas
temanku yang luar biasa itu, yang sering digembar-gemborkan oleh media cetak. Beberapa lainnya juga
tak begitu menonjolkan kemampuan analitisnya, sehingga kalau dibukukan malah akan
membingungkan para pembaca, karena ceritanya seolah-olah terputus begitu saja. Ada juga kasus yang
cuma terselesaikan sebagian, dan penjelasan-penjelasannya didasarkan pada dugaan-dugaan belaka,
dan bukannya pada bukti nyata yang sangat diagung-agungkan Holmes. Tetapi, ada satu kasus yang
amat luar biasa rinciannya, dan penyelesaiannya amat mengagumkan. Itulah sebabnya aku jadi tergoda
untuk menuliskan kisah itu, walaupun ada beberapa hal yang belum, bahkan mungkin tak akan pernah,
terpecahkan secara tuntas.
Tahun 1887, kami menangani banyak kasus. Ada yang menarik, dan ada yang biasa saja. Tetapi
aku punya semua catatannya. Misalnya Petualangan di Kamar Paradol, Perkumpulan Pengemis Amatir
(yang kalau menyelenggarakan pertemuan secara mewah mengambil tempat di kolong sebuah gudang
mebel), Lenyapnya Kapal Inggris Sophy Anderson, Petualangan Unik Keluarga Grice Paterson di Pulau
Ulfa, dan kasus Keracunan di Camberwell. Seingatku, dalam kasus yang disebut terakhir ini, Sherlock
Holmes berhasil membuktikan dengan cara memutarnya kembali bahwa jam tangan yang dipakai
oleh korban baru saja diputar dua jam sebelumnya, dan karena itu maka korban tentunya pergi tidur
sekitar jam itu kesimpulan yang sangat penting, yang akhirnya bisa memecahkan misteri kasus itu.
Semuanya ini pasti kelak akan kubukukan, tapi semua kasus yang aku sebut di atas tak seunik yang
akan kukisahkan berikut ini.
Saat itu akhir September, dan badai musiman sedang mengamuk. Sepanjang hari angin bertiup
dengan kencang, dan hujan turun denga
n lebatnya sehingga suaranya yang menghantam jendela-jendela rumah terdengar memekakkan telinga. Kami yang tinggal tepat di tengah kota London pun,
mau tak mau harus meninggalkan sejenak kegiatan sehari-hari kami dan mengakui kedahsyatan gejala
alam yang sempat mengusik peradaban manusia, bagaikan binatang buas yang menggeram di balik
2 jeruji kandangnya ini. Ketika malam semakin larut, badai semakin mengganas dan bunyi deru angin
bagaikan raungan anak kecil yang terdengar melalui cerobong asap. Sherlock Holmes duduk dengan
murung di samping perapian sambil mencoret-coret catatan kriminalnya. Sedangkan aku duduk di
depannya, asyik membaca cerita petualangan di laut, karangan Clark Russel. Suara badai yang
mengamuk di luar sana lama-kelamaan menyatu dengan cerita yang sedang kubaca. Juga percikan air
hujan yang kudengar, bagaikan berasal dari ombak lautan. Istriku sedang pergi mengunjungi bibinya
selama beberapa hari, sehingga aku memutuskan untuk tinggal bersama Holmes di kamar sewaannya di
Baker Street. "Eh, ada yang ngebel," kataku sambil memandang temanku. "Siapa kiranya ya, berkunjung
malam-malam begini" Temanmukah""
"Aku hanya punya satu teman, yaitu kau," jawabnya. "Aku tak sedang menunggu tamu."
"Kalau begitu, pasti klienmu!"
"Kalau benar, pasti kasusnya serius. Karena kalau tidak,
pasti dia takkan nekat bepergian
dalam cuaca begini, dan selarut ini. Tapi menurutku, mungkin
teman nyonya rumah."
Dugaan Sherlock Holmes ternyata salah, karena kemudian
terdengar langkah-langkah di lorong depan kamar kami yang
diikuti dengan suara ketukan di pintu. Digesernya lampu yang tadi
berada di dekatnya ke dekat kursi tamu. "Masuk!" katanya.
Tamu yang masuk adalah seorang pemuda berusia sekitar
dua puluh dua tahun, berpakaian lengkap dan rapi sekali, sikapnya
halus dan sopan. Payung yang dipegangnya basah kuyup. Jas
hujannya berkilauan. Semua ini menunjukkan bahwa cuaca di luar
benar-benar buruk. Dalam cahaya lampu kami melihat dia
memandang ke sekeliling ruangan kami dengan rasa ingin tahu,
dan nampak olehku bahwa wajahnya pucat dan matanya berat,
seperti orang yang sedang didera kecemasan yang amat sangat.
3 "Saya minta maaf," katanya sambil mengenakan kacamatanya yang keemasan. "Semoga
kehadiran saya yang basah kuyup ini tak mengganggu Anda."
"Bawa kemari jas hujan dan payung Anda," kata Holmes. "Biar saya taruh di gantungan itu
Tembang Maut Alam Kematian 1 Boma Gendeng 4 Muridku Macho Kisah Si Bangau Putih 15

Cari Blog Ini