Sherlock Holmes - Si Bungkuk Bagian 1
Memoar Sherlock Holmes SI BUNGKUK Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
PADA suatu malam di musim panas, beberapa bulan setelah pernikahanku, aku duduk sendirian
sambil merokok dan membaca sebuah novel setelah lelah berpraktek seharian. Istriku telah masuk ke
kamar kami di lantai atas, dan suara pintu dikunci beberapa saat sebelumnya menunjukkan bahwa para
pembantu kami juga sudah beristira hat. Aku sedang berdiri dan membuang abu rokok dari pipa, ketika
tiba-tiba aku mendengar bel pintu berbunyi.
Kulirik jam dinding. Jam dua belas kurang seperempat. Tak mungkin tamu berkunjung pada jam
selarut ini. Pasti pasien yang sedang gawat. Dengan wajah masam aku membuka pintu depan. Ternyata
yang datang Sherlock Holmes. Aku terheran-heran jadinya.
"Ah, Watson," katanya. "Kuharap kunjunganku ini tak terlalu malam."
"Sobat, silakan masuk."
"Kau heran, kan" Tentu saja! Dan pasti lega
juga! Hm! Kau masih mengisap tembakau Arcadia,
terlihat dari abunya yang tercecer di bajumu. Tampak
jelas bahwa kau ini mantan tentara, Watson. Tak
mungkin kau tampil sebagai orang sipil, kalau kau
selalu menaruh saputanganmu di lengan bajumu.
Bisakah aku nginap di sini malam ini""
"Dengan senang hati."
"Kau bilang rumahmu dilengkapi kamar tamu
tunggal untuk seorang bujangan, dan rasanya tak ada
tamu lain hari ini, kan" Gantungan topimu tak berisi
topi lain." "Aku senang kau mau menginap di sini."
"Terima kasih. Biar kucari gantungan topi lain
yang kosong. Kau mempekerjakan tukang orang
2 Inggris, ya. Payah pekerjaan mereka. Apa yang sedang kauperbaiki" Kuharap bukan saluran mampet."
"Bukan. Hanya perbaikan kompor gas."
"Ah! Dia telah meninggalkan bekas paku sepatunya di lantai. Tidak, terima kasih. Aku sudah
makan malam di Waterloo. Tapi aku ingin merokok bersamamu."
Kuberikan kotak tembakau kepadanya, dan dia duduk di hadapanku sambil merokok. Sejenak
kami terdiam. Aku tahu pasti ada urusan penting sekali, sehingga malam-malam begini dia mendatangi
rumahku. Aku menunggu dengan sabar sampai dia sendirilah yang mulai menceritakan segalanya.
"Aku tahu kau agak sibuk dengan praktekmu saat ini," katanya sambil menatapku dengan tajam.
"Ya, hari ini aku sibuk sekali," jawabku. "Mungkin kau anggap aku bodoh," tambahku, "tapi
bagaimana kau tahu akan hal itu""
Holmes tergelak. "Aku kan tahu kebiasaanmu sobatku Watson," katanya. "Kalau pasienmu dekat kau jalan kaki.
Kalau jauh, kau naik kereta. Lihat, sepatumu bersih, berarti pasienmu banyak sehingga kau perlu naik
kereta." "Hebat!" teriakku.
"Ah, cuma hal mendasar saja, kok," katanya. "Ini salah satu contoh di mana seseorang bisa
memberikan kesimpulan yang nampaknya hebat bagi orang lain, karena orang lain itu tak melihat satu
hal kecil yang menjadi dasar kesimpulan itu. Demikian juga, sobat, karya karya tulismu yang bisa saja
dianggap cuma menarik di permukaannya saja, karena tergantung dari kejelianmu mengolah masalah-masalah yang tak pernah diketahui oleh pembaca. Baiklah saat ini aku berada dalam kedudukan seperti
pembaca itu. Di tanganku tergenggam benang-benang kusut sebuah kasus yang amat aneh, tapi aku
belum berhasil mendapatkan satu dua hal kecil yang diperlukan untuk menyempurnakan teoriku. Tapi,
nanti akan kucari, Watson, pasti kutemukan!" Matanya berkobar-kobar dan pipinya yang kurus
memerah. Untuk sesaat, sikapnya yang biasanya keras dan serius lenyap. Tapi, hanya sesaat saja.
Ketika aku menatapnya lagi, wajahnya telah berubah bak orang Indian merah lagi. Karena itulah, maka
banyak orang yang menganggapnya mesin dan bukannya manusia.
"Masalah ini sangat menarik perhatian," katanya, "sangat unik, malah. Aku telah mengadakan
3 penyelidikan, dan hampir mendapatkan kesimpulannya. Kalau kau mau menemaniku untuk langkah
terakhir itu, jasamu takkan pemah kulupakan."
"Dengan senang hati."
"Besok pagi, bisakah kau pergi ke Aldershot""
"Jackson pasti bisa menggantikan praktekku."
"Baik. Sebaiknya kita berangkat dengan kereta api jam 11.10 dari Waterloo."
"Ada cukup waktu untuk
ku." "Dan, kalau kau belum mengantuk, akan kuberikan gambaran tentang apa yang telah terjadi dan
apa yang harus kita kerjakan."
"Tadi sebelum kau datang, aku sudah mengantuk. Tapi sekarang, sudah hilang rasa kantukku."
"Akan kuringkas ceritanya tanpa menghilangkan bagian-bagian yang penting. Mungkin kau
sudah baca beritanya, malah. Tentang dugaan pembunuhan terhadap Kolonel Barclay, dari Kesatuan
Royal Mallows, di Aldershot."
"Aku belum tahu apa-apa tentang itu."
"Memang tak begitu diperhatikan, kecuali hanya secara lokal. Kejadiannya dua hari yang lalu.
Begini. "Sebagaimana kau ketahui, Kesatuan Royal Mallows adalah salah satu resimen Irlandia yang
paling terkenal dalam Ketentaraan Inggris. Kesatuan ini telah menunjukkan kehebatannya pada
peristiwa Crimea dan Mutiny. Sejak itu kesatuan ini jadi amat terkenal. Sampai Senin malam yang lalu,
kesatuan ini dipimpin oleh James Barclay, seorang veteran yang gagah berani, yang memulai kariernya
dari bawah, dinaikkan pangkatnya karena jasa-nya dalam peristiwa Mutiny, sampai akhirnya menjadi
kepala resimen itu. "Ketika Kolonel Barclay masih berpangkat sersan, ia menikahi Miss Nancy Devoy, putri
seorang sersan kulit berwarna dari kesatuan yang sama. Tidak heran kalau mereka menghadapi sedikit
kesulitan dalam kehidupan sosial mereka. Tapi, tak lama kemudian nampaknya mereka dapat
menyesuaikan diri. Mrs. Barclay sangat populer di antara wanita-wanita di resimen itu, seperti halnya
4 suaminya di antara teman-teman prianya. Dia seorang wanita yang sangat cantik, dan bahkan sampai
sekarang, setelah menikah selama tiga puluh tahun penampilannya masih mempesona.
"Keluarga Kolonel Barclay nampaknya amat bahagia. Mayor Murphy, yang mengisahkan
semua ini, menjamin bahwa dia tak pernah mendengar adanya ketidakcocokan di antara mereka
berdua. Menurutnya, Barclay lebih mencintai istrinya dibanding sebaliknya. Dia akan sangat gelisah
kalau berpisah sehari saja dari istrinya. Sebaliknya, istrinya tak terlalu mencintamya walaupun cukup
setia dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Tapi mereka dianggap pasangan separo baya yang
pantas dijadikan teladan. Melihat hubungan di antara keduanya, tak seorang pun mengira akan terjadi
tragedi berikut ini. "Agaknya Kolonel Barclay memiliki sifat-sifat yang agak unik. Dia seorang tentara tua yang
memikat dan periang tapi pada saat-saat tertentu sikapnya bisa berubah menjadi kejam dan jahat. Tapi
sisi jelek sifatnya ini nampaknya tak pernah menimpa istrinya. Fakta lain yang mengejutkan Mayor
Murphy dan juga tiga di antara lima perwira lain yang kuajak omong-omong ialah bahwa dia kadang-kadang mengalami depresi yang hebat sekali. Sebagaimana dituturkan oleh Mayor Murphy, seolah-olah
ada sesuatu sepertinya tangan yang tak kelihatan yang tiba-tiba menghalau senyum dari wajahnya,
padahal saat itu dia sedang bersenda gurau dan bercanda ria bersama teman-teman lainnya. Kalau lagi
'kumat', dia bisa murung selama berhari-hari. Hanya sikapnya ini dan rasa percayanya pada takhayul
yang sering dianggap aneh oleh teman-temannya. Keanehannya yang berhubungan dengan takhayul itu
seperti ini. Dia tidak berani ditinggal sendirian, apalagi pada malam hari. Banyak orang bertanya-tanya
mengapa dia demikian, padahal dia sebenarnya orang yang sangat gagah berani.
"Batalion Royal Mallows yang pertama dulu namanya Infanteri 117 telah beberapa tahun
bermarkas di Aldershot. Perwira-perwira yang sudah menikah tinggal di luar barak, dan kolonel ini
sendiri tinggal di sebuah vila bernama Lachine yang berjarak kira-kira setengah mil dari barak sebelah
utara. Rumah itu punya halaman sendiri, tapi sebelah baratnya hanya berjarak tiga puluh meter dari
jalan raya. Ada pengemudi kereta dan dua pelayan yang tinggal bersama Mr. dan Mrs. Barclay di
Lachine. Keluarga ini tak dikaruniai anak, dan mereka jarang menerima tamu yang menginap.
"Nah, kini sampailah kita pada peristiwa yang terjadi di sana pada antara jam sembilan dan jam
sepuluh malam hari Senin yang lalu.
5 "Nampaknya, Mrs. Barclay itu anggota Gereja Katolik Roma, dan aktif membantu berdirinya
Yayasan Sosial St. George. Yayasan yang berada di bawah naungan Kapel Watt Street ini bertujuan
mengumpulkan pakaian-pakaian bekas untuk orang-orang miskin. Pada jam delapan malam itu ada
rapat yayasan sosial itu, dan Mrs. Barclay makan malam dengan bergegas karena hendak pergi
menghadiri rapat itu. Ketika hendak berangkat pengemudi kereta mendengarnya berpamitan kepada
suaminya sebagaimana layaknya, dan dia mengatakan bahwa dia tak akan lama. Dia lalu menjemput
Miss Morrison, wanita muda yang tinggal di vila sebelahnya, dan keduanya lalu berangkat untuk
menghadiri rapat itu. Rapatnya berlangsung selama empat puluh menit, dan pada jam sembilan lewat
seperempat Mrs. Barclay pulang setelah mengantarkan Miss Morrison terlebih dahulu.
"Lachine memiliki sebuah kamar yang biasa dipakai untuk duduk-duduk sepanjang pagi. Kamar
ini menghadap ke jalan raya dan ada pintu kaca besar yang bisa dilipat yang menuju ke halaman depan.
Halaman yang berjarak kira-kira tiga puluh meter dari jalan itu hanya dipagari oleh tembok rendah dan
jeruji besi di atasnya. Waktu sampai di rumah Mrs. Barclay langsung menuju kamar ini. Kerai
jendelanya belum ditutup, karena kamar ini jarang dipakai pada malam hari. Mrs. Barclay menyalakan
lampu dan membunyikan bel untuk memanggil Jane Stewart, pelayan rumah tangganya. Dia mau minta
secangkir teh. Aneh, karena dia biasanya tak suka minum teh. Pak Kolonel yang sedang menunggu di
ruang makan datang menemui istrinya di kamar depan itu. Pengemudi kereta melihat ketika dia
berjalan menyeberangi ruang tengah menuju kamar depan. Itulah terakhir kalinya Pak Kolonel terlihat
oleh seseorang dalam keadaan hidup.
"Teh yang diminta siap dalam sepuluh menit. Ketika pelayan itu tiba di dekat pintu kamar depan
itu, dia mendengar pertengkaran sengit antara tuan dan nyonyanya. Dia mengetuk pintu, tapi tak ada
jawaban. Lalu coba dibukanya pintu itu, tapi ternyata pintu itu dikunci dari dalam. Begitulah, dia lalu
berlari untuk memberi tahu juru masak. Lalu keduanya ditemani oleh pengemudi kereta berlari menuju
ruang tengah dan mendengarkan pertengkaran yang masih dengan sengitnya berlangsung. Mereka
semua menyatakan bahwa mereka hanya mendengar dua suara, yaitu suara Barclay dan istrinya. Kata-kata Barclay tak begitu keras dan cuma sesekali, sehingga tak tertangkap oleh mereka. Sebaliknya,
suara istrinya sangat lantang dan ketus, sehingga jelas terdengar oleh mereka. 'Kau pengecut!' dia
mengulang berkali kali 'Bagaimana sekarang" Kembalikan kehidupanku yang lalu. Aku tak sudi tinggal
bersamamu lagi! Kau pengecut! Kau pengecut!' Begitulah kata-kata akhir amarahnya yang lalu diikuti
6 oleh teriakan suaminya yang mengerikan. Lalu terdengar suara berdentam, disusul oleh teriakan
istrinya yang nyaring. Yakin telah terjadi sesuatu yang mengerikan, pengemudi kereta lalu mendobrak
pintu masuk kamar itu, sementara teriakan wanita itu terus melengking dari dalam. Tapi, dia tak
berhasil membuka pintu itu dengan paksa, dan para pelayan pun begitu ketakutannya sehingga mereka
malah tak bisa berbuat apa-apa. Tapi, dia seolah ingat sesuatu, lalu berlari melewati pintu depan
menuju ke halaman. Dari salah satu jendela panjang yang kebetulan terbuka dia langsung melompat
masuk ke kamar itu. Nyonyanya sudah berhenti berteriak, dan tergeletak pingsan di sebuah dipan.
Tuannya terbaring dengan kaki miring di samping sebuah kursi dan kepalanya tergeletak dekat
perapian. Tentara yang malang itu sudah tak bernyawa lagi. Darah bersimbah di sekitar tubuhnya.
"Karena tak tahu harus berbuat apa, pengemudi
kereta itu lalu berniat membuka pintu kamar itu.
Anehnya nah, disini letak keunikannya kunci pintu
itu tak ada di tempatnya. Dia mencoba mencarinya, tapi
tak juga diketemukannya. Dia lalu berlari keluar dari
kamar itu dengan melompat jendela lagi. Setelah
memanggil polisi dan dokter, dia pun kembali ke rumah
itu lagi. Wanita itu, y ang tentu saja langsung dicurigai
sebagai pembunuh suaminya, lalu dipindahkan ke kamar
tidurnya, masih dalam keadaan pingsan. Mayat Pak
Kolonel lalu dibaringkan di sofa, dan penyelidikan yang
teliti pun segera dilakukan.
"Luka yang diderita veteran tentara yang malang itu
diduga berasal dari pukulan benda tumpul ke bagian
belakang kepalanya sepanjang lima sentimeter. Tak usah
menduga-duga senjata apa itu, karena sebuah pemukul
kayu yang berukir dengan pegangan terbuat dari tulang tergeletak di samping tubuh Pak Kolonel. Dia
memang memiliki koleksi macam-macam senjata dari berbagai negara tempat dia pernah bertugas, dan
polisi menduga pemukul yang mematikannya ini juga salah satu koleksinya. Para pelayan mengatakan
bahwa mereka tak pernah melihat barang itu sebelumnya, tapi mungkin saja mereka tak begitu
7 memperhatikannya di antara senjata-senjata lain yang banyak jumlahnya di rumah itu. Polisi tak
menemukan hal lain yang penting di kamar itu, kecuali bahwa kunci yang hilang itu masih belum
ditemukan walaupun Mrs. Barclay dan mayat suaminya telah digeledah dan seisi kamar telah diperiksa.
Seorang tukang kunci dari Aldershot didatangkan untuk membuka pintu itu.
"Begitulah keadaannya, Watson, ketika Selasa pagi aku pergi ke tempat musibah itu atas
undangan Mayor Murphy untuk membantu penyelidikan yang dilakukan oleh polisi. Aku yakin kau
pun akan menganggap kasus ini sangat menarik. Dari pengamatanku, aku sadar bahwa kasus ini lebih
rumit dari apa yang langsung bisa terlihat.
"Sebelum melakukan pengamatan, aku menanyai para pelayan dulu. Hanya sedikit yang mereka
tahu seperti yang telah kusebutkan tadi. Ada tambahan satu detail penting yang disampaikan oleh Jane
Stewart. Kau masih ingat, ketika mendengar suara pertengkaran itu, dia lalu turun untuk memanggil
pelayan satunya. Ketika dia masih sendirian itu, dia mengatakan bahwa suara tuan dan nyonyanya
begitu pelannya sehingga dia hampir-hampir tak mendengar apa-apa. Ia tahu bahwa mereka sedang
bertengkar, bukan dari kata-kata yang terucap melainkan dari nada suara mereka. Ketika kudesak,
akhirnya dia ingat bahwa dia mendengar kata 'David' diucapkan dua kali oleh nyonya rumahnya. Hal
ini penting sekali karena mungkin inilah penyebab pertengkaran yang tiba-tiba itu. Nama depan kolonel
itu, kau masih ingat, bukan David tetapi James.
"Ada satu hal lagi yang sangat mengesankan baik para pelayan ataupun polisi, yaitu ekspresi
wajah Pak Kolonel. Menurut mereka, wajah itu memancarkan ketakutan dan kengerian yang luar biasa.
Dengan melihat ekspresi wajah yang telah jadi mayat itu saja, seseorang mungkin bisa jatuh pingsan.
Jelas dia sempat menyadari bahwa ada bahaya yang mengancam dirinya, dan inilah yang menyebabkan
ketakutannya yang luar biasa. Ini sesuai dengan teori yang diajukan oleh polisi bahwa mungkin saja
Pak Kolonel melihat dengan jelas bahwa istrinya berusaha menyerang untuk membunuhnya. Bahwa
yang terluka ternyata bagian belakang kepalanya, oleh para polisi itu di anggap bisa dijelaskan dengan
alasan mungkin saja waktu itu dia membalikkan badan untuk menghindari pukulan itu. Wanita itu
masih belum bisa memberikan keterangan. Dia masih terbaring lemah dan tak ingat apa-apa lagi karena
menderita radang otak. "Miss Morrison, yang malam itu bepergian dengan Mrs. Barclay, mengatakan kepada polisi
bahwa dia tak tahu mengapa tetangga itu pulang dalam keadaan jengkel.
8 "Setelah mendapatkan fakta-fakta ini, Watson, aku mengbabiskan beberapa cangklong
tembakau dalam upaya memilah-milah mana fakta yang memang amat diperlukan dan mana yang
cuma kebetulan saja. Tak dapat diragukan lagi bahwa yang paling aneh dari semuanya ialah hilangnya
kunci kamar itu secara misterius, walaupun telah dicari ke seluruh penjuru kamar itu. Pak Kolonel
maupun istrinya tak membawanya, jadi kunci itu pasti telah diambil oleh seseorang. Dengan demikian
jelaslah bahwa pada saat terjadinya peristiwa itu ada orang ketiga di dalam kamar itu. Dan orang ketiga
ini pasti masuk lewat jendela. Aku lalu mengam
ati kamar dan halaman dengan cermat untuk mencari
jejak tamu misterius itu. Kau kan sudah tahu bagaimana cara kerjaku Watson. Semua metode yang
kuketahui, kuterapkan dalam pengamatanku. Akhirnya aku menemukan jejak, namun jejak yang amat
berbeda dari apa yang kuduga sebelumnya. Ada seorang pria lain di kamar itu, yang masuk ke situ
setelah menyeberangi halaman dari arah jalan raya. Aku berhasil memperoleh lima jejak kakinya yang
amat jelas salah satunya di jalan raya itu ketika dia hendak memanjat dinding pagar yang rendah
itu, dua lainnya di halaman, dan dua lagi yang tak begitu jelas di papan dekat jendela yang dimasuknya
itu. Dia lari ketika menyeberangi halaman itu, karena jejak bagian depan sepatunya lebih dalam dari
bagian tumitnya. Tapi bukan orang itu yang mengejutkanku. .Tapi temannya."
"Temannya!" Holmes mengambil selembar kertas tisu yang lebar dari sakunya dan dengan saksama
membeberkannya di atas lututnya.
"Bagaimana pendapatmu"" tanyanya.
Kertas itu penuh dengan jejak-jejak kaki dari seekor binatang kecil. Ada lima bekas jejak kaki
yang kukunya panjang-panjang dan ukurannya kira-kira sebesar sendok makanan kecil.
"Anjing"" kataku.
"Pernah dengar ada anjing bisa melompat setinggi kain gorden" Jejaknya menyatakan hal itu."
"Kera, kalau begitu""
"Jejaknya bukan jejak kaki kera."
"Lalu apa, kalau begitu""
"Bukan anjing, kucing, maupun kera, atau binatang yang umum kita kenal. Aku telah mencoba
9 merekonstruksinya dari ukuran jejak-jejaknya. Nih, empat jejak binatang itu ketika sedang berdiri
dengan diam. Jarak kaki depan dan kaki belakangnya lebih dari tiga puluh sentimeter. Kalau ditambah
dengan panjang leher dan kepalanya, maka binatang itu pasti panjangnya lebih dari enam puluh
sentimeter belum lagi dihitung ekornya. Tapi, coba perhatikan jejak yang lain ini. Binatang itu
bergerak-gerak, dan kita mendapatkan panjang langkahnya. Rata-rata sekitar tujuh sentimeter. Jadi, kita
mendapatkan petunjuk bahwa binatang itu bertubuh panjang dan berkaki pendek. Sayang tak
ditemukan ceceran bulunya. Tapi bentuk badannya pasti seperti yang telah kusimpulkan, bisa lari
memanjat gorden, dan dari jenis binatang. pemakan daging."
"Dari mana kaudapat kesimpulan itu""
"Karena dia lari ke atas dengan cara memanjat gorden. Ada sangkar burung kenari di dekat
jendela itu, dan nampaknya dia mau menangkap burung itu."
"Jadinya, binatang apa itu""
"Ah, kalau saja aku tahu dengan pasti, akan sangat menolong penyelesaian kasus ini. Mungkin
sebangsa musang tapi lebih besar."
"Tapi apa hubungan binatang itu dengan pembunuhan yang terjadi""
Sherlock Holmes - Si Bungkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu pun masih belum jelas. Tapi cukup banyak yang sudah kita ketahui. Kita tahu bahwa ada
seseorang yang sedang berdiri di jalan raya dan menyaksikan pertengkaran antara Mr. Barclay dan
istrinya, karena kerai jendela terbuka dan lampu kamar itu menyala. Kita juga tahu bahwa dia lalu lari
menyeberangi halaman rumah, masuk ke kamar depan dengan ditemani binatang yang aneh itu, dan dia
lalu memukul Pak Kolonel atau mungkin juga Pak Kolonel langsung jatuh pingsan karena ketakutan
melihatnya dan kepalanya membentur pinggiran perapian. Akhirnya, orang itu melarikan diri setelah
mengambil kunci pintu."
"Penemuan-penemuanmu membuat kasus ini jadi lebih buram dari sebelumnya," kataku.
"Memang. Ternyata kasus ini lebih dalam dari kelihatannya. Aku sudah memikirkan tentang
kasus ini, dan kesimpulanku ialah aku harus mendekati kasus ini dari segi yang lain. Tapi terus terang,
Watson, aku telah mengganggu jam tidurmu. Sebaiknya lanjutan kisah ini kuceritakan besok pagi saja
dalam perjalanan kita ke Aldershot."
10 "Terima kasih. Tanggung kalau dipenggal ceritanya."
"Jelas ketika Mrs. Barclay meninggalkan rumah pada jam setengah delapan, dia dan suaminya
tidak dalam keadaan sedang bertengkar. Kukira aku tadi sudah mengatakan bahwa dia memang tak
terlalu mencintai suaminya, tapi pengemudi kereta mendengarnya sempat bergurau dengan suaminya
ketika berpamitan. Dan cukup jelas juga bahwa dia langsung masuk ke kamar itu setibanya di rumah
dari rapat. Jadi dia belum sempat bertemu dengan suaminya. Lalu dia minta teh, sebagaimana biasa
dilakukan oleh seorang wanita yang sedang gelisah, dan ketika suaminya datang menghampirinya, dia
langsung memaki-maki. Maka, tentunya telah terjadi sesuatu antara jam setengah delapan dan jam
sembilan yang telah menjadikannya marah sekali terhadap suaminya. Dan Miss Morrison bersamanya
selama satu setengah jam itu. Jadi dia pasti tahu sesuatu yang berhubungan dengan pertengkaran itu,
walaupun dia tadi menyangkalnya.
"Dugaan pertamaku ialah mungkin ada apa-apa antara wanita muda ini dan tentara tua itu. Lalu
wanita muda itu mengakui hubungan antara keduanya kepada istri tentara itu. Itu mungkin penjelasan
yang ada tentang mengapa istri tentara itu pulang dalam keadaan marah dan mengapa wanita itu
menyangkal dengan mengatakan bahwa dia tak tahu apa-apa. Dugaan ini cocok juga dengan makian
yang dilontarkan sang istri. Tapi jangan lupa bahwa ada disebut nama David, dan Pak Kolonel
nampaknya amat mencintai istrinya sehingga rasanya tak mungkin main gila. Bagaimana pula dengan
kehadiran orang ketiga itu" Tak mudah memutuskan aku harus mulai dari mana, tapi secara
keseluruhan aku yakin bahwa tak ada hubungan apa-apa antara Pak Kolonel dan Miss Morrison. Aku
juga yakin bahwa wanita muda itu pasti tahu apa yang menyebabkan Mrs. Barclay jadi sangat
membenci suaminya. Aku lalu menemui Miss Morrison dan meyakinkannya bahwa tak ada gunanya
berpura-pura tak tahu apa-apa, karena Mrs. Barclay bisa saja dituduh membunuh suaminya, kecuali
semuanya jelas duduk perkaranya.
"Miss Morrison itu orang yang kecil dan kerempeng. Matanya malu-malu, dan rambutnya
pirang. Tapi ternyata dia itu gadis yang pandai dan bijaksana. Dia duduk sambil berpikir selama
beberapa saat setelah aku mengutarakan pendapatku itu, lalu dia menoleh padaku dengan mantap dan
mulai memberikan penjelasannya yang sebaiknya kusingkat saja demi kebaikanmu.
"'Saya sudah berjanji pada teman saya itu untuk tak mengatakan hal ini pada siapa pun, dan
janji harus dipegang,' katanya. 'Tapi kalau dengan begitu saya bisa menolongnya supaya dia tak dituduh
11 macam-macam, dan karena saat ini dia tak bisa dimintai keterangan apa-apa karena sakitnya itu
kasihan benar dia maka saya terpaksa melanggar janji saya dan menceritakan pada Anda apa yang
sebenarnya terjadi pada Senin malam yang lalu.
"'Kami pulang dari rapat di Watt Street kira-kira jam sembilan kurang seperempat. Dalam
perjalanan itu, kami harus lewat Hudson Street yang
amat sepi itu. Hanya ada satu lampu yang menyala di
pinggir jalan sebelah kiri, dan ketika kami mendekati
lampu itu, saya melihat seorang pria bungkuk
mendekati kami. Dia mengangkat semacam kotak di
salah satu bahunya. Cacatnya nampaknya sedemikian
parahnya sehingga ketika berjalan pun dia harus
menundukkan kepalanya, dan kedua lututnya
dibengkokkan. Ketika kami melewatinya, dia
kebetulan mengangkat mukanya dan memandang
kepada kami dalam cahaya lampu di pinggir jalan itu.
Dan ketika itulah, dia terpaku dan berteriak dengan
suara yang mengerikan, "Ya Tuhan, Nancy!" Mrs.
Barclay menjadi sangat pucat, dan hampir saja terjatuh kalau tidak ditahan oleh manusia yang
mengerikan penampilannya itu. Saya hendak memanggil polisi, tapi anehnya teman saya ini malah
menyapa orang itu dengan sopan.
"'"Kukira kau sudah mati tiga puluh tahun yang lalu, Henry," katanya dengan suara gemetar.
"'"Memang," kata pria itu dengan nada suara yang amat pahit. Wajahnya sangat gelap dan
menakutkan. Dan kilatan matanya sampai sekarang sering menghantui mimpi-mimpi saya. Rambut dan
jenggotnya berwarna abu-abu, dan mukanya dipenuhi kerut-kerut sehingga nampak bagaikan buah apel
yang telah layu. "'"Silakan jalan duluan, dear" kata Mrs. Barclay pada saya. "Saya perlu bicara sebentar
dengannya. Tak usah takut." Dia memberanikan diri waktu mengatakan itu dengan wajah yang masih
amat pucat, sehingga kata-katanya itu
hampir-hampir tak terucap dari bibirnya.
12 "'Saya menuruti permintaannya, dan mereka bercakap-cakap selama beberapa menit. Lalu, dia
menyusul saya dengan mata yang menyala-nyala karena amarah, dan saya juga sempat melihat si
bungkuk itu berdiri di dekat tiang lampu sambil mengepalkan tinju ke udara, seolah-olah dia sedang
marah sekali. Dia tak mengatakan sepatah kata pun sampai kami tiba di pintu rumah saya. Di situlah
dia memegang tangan saya dan memohon agar saya tak mengatakan kepada siapa pun tentang apa yang
telah terjadi. "Dia tadi teman lama saya yang bernasib malang," katanya. Saya lalu berjanji kepadanya,
dan dia memeluk saya. Itulah terakhir kalinya saya berjumpa dengannya. Nah, saya sudah
menceritakan semuanya, dan kalau sebelum ini saya tak bersedia bercerita pada polisi, itu semata-mata
karena saya sungguh tak menduga bahwa teman saya berada dalam bahaya besar. Hanya demi
kebaikannyalah saya mau menceritakan semua ini.'
"Itulah penjelasan yang bisa diberikannya, Watson, dan bagiku, itu bagaikan sinar di malam
yang gelap. Semua yang saling tak berhubungan sebelumnya langsung jadi agak jelas duduk
perkaranya, dan secara samar-samar aku punya firasat tentang jalinan kejadian yang sesungguhnya.
Langkahku berikutnya ialah mencari pria yang telah begitu mempengaruhi Mrs. Barclay itu. Kalau dia
masih berada di Aldershot, tak susah mendapatkannya. Penduduk kota ini tak begitu banyak, dan orang
yang bungkuk pastilah menarik perhatian orang. Seharian penuh aku mencarinya, dan malamnya
malam tadi, Watson aku berhasil mendapatkan alamatnya. Nama orang itu Henry Wood, dan dia
tinggal di sebuah rumah sewaan di jalan tempat dia bertemu kedua wanita itu. Dia baru lima hari
tinggal di situ, dan setelah menyamar sebagai agen registrasi pemerintah, aku berhasil mengorek
keterangan dari wanita pemilik rumah sewaan itu. Pekerjaan pria bungkuk itu adalah tukang sulap yang
suka manggung di kedai-kedai minum setelah larut malam. Dia selalu membawa seekor binatang yang
aneh di dalam sebuah kotak. Belum pernah wanita itu melihat binatang seperti itu. Menurut wanita itu,
dia mempergunakannya dalam beberapa adegan pertunjukannya. Hanya itu yang bisa diungkapkan oleh
wanita pemilik rumah sewa itu. Tapi memang aneh, orang seperti dia bisa bertahan hidup. Dia amat
bungkuk, dan bahasanya kadang-kadang aneh sekali. Dua malam terakhir ini wanita itu mendengarnya
merintih dan terisak isak di kamar tidurnya. Urusan keuangannya selalu beres, tapi di antara uang muka
yang diberikannya kepada pemilik rumah terdapat semacam koin perak yang sudah jelek. Wanita itu
memmjukkannya padaku, Watson, dan ternyata itu mata uang India.
"Nah, sekarang, teman, kau sudah tahu kedudukan kita dan untuk apa aku membutuhkanmu.
13 Jelas ketika kedua wanita itu berpisah dari si bungkuk ini, dia mengikuti mereka dari kejauhan, dan dia
sempat melihat pertengkaran antara suami-istri itu dari jendela, lalu dia masuk ke kamar itu, dan
binatang yang dibawanya terlepas dari kotaknya. Semuanya cukup jelas sekarang. Tapi, hanya dialah
yang bisa menceritakan pada kita apa yang sebenarnya telah terjadi di kamar itu."
"Dan kau hendak menanyakan ini kepadanya""
"Tentu... tapi di hadapan seorang saksi."
"Dan akulah yang mau kaujadikan saksi""
"Kalau kau tak keberatan. Kalau dia bisa menjelaskan semua itu, baik. Tapi kalau dia menolak
melakukannya, terpaksa kita harus minta surat perintah."
"Tapi, apakah kau yakin dia masih ada di sana kalau kita menemuinya besok""
"Tak usah khawatir. Sudah kuatur. Kuminta salah satu anak Baker Street untuk menjaganya agar
jangan sampai dia melarikan diri. Dan aku yakin dia akan menjalankan tugasnya dengan baik. Kita
akan menemuinya di Hudson Street besok pagi, Watson, dan sementara itu, aku akan jadi penjahat juga
kalau tak mengizinkan kau secepatnya beristirahat."
Keesokan siangnya kami pergi ke tempat terjadinya tragedi itu, lalu langsung ke Hudson Street
Walaupun Holmes bisa menyembunyikan perasaannya, aku bisa merasakan dengan jelas bahwa dia
sangat penasaran. Seda ngkan aku terombang-ambing antara rasa gembira karena mendapat kesempatan
ikut serta di satu pihak, dan karena merasa diriku tak cukup pandai dalam hal-hal seperti ini di lain
pihak. Perasaan semacam ini selalu kurasakan setiap kali ikut serta dalam penyelidikan yang dilakukan
oleh Holmes. "Di jalan ini," katanya ketika dia membelok ke sebuah jalan yang pendek yang kedua sisinya
dipenuhi dengan rumah-rumah bata berlantai dua yang sederhana. "Ah, itu Simpson yang akan melapor
pada kita." "Dia masih tetap ada di dalam, Mr. Holmes," teriak seorang anak Arab jalanan sambil berlari ke
arah kami. "Bagus, Simpson!" kata Holmes sambil mengusap-usap rambut anak itu. "Mari, Watson. Ini
tempat tinggalnya." Dia menunjukkan kartu namanya dengan pesan bahwa dia datang untuk urusan
14 yang amat penting. Beberapa saat kemudian, kami sudah berhadapan dengan orang yang ingin kami
temui. Walaupun cuaca di luar hangat, dia teronggok di depan perapian dan kamarnya yang sempit itu
bagaikan oven yang menyala. Si bungkuk itu meringkuk begitu rupa di kursinya, sehingga cacat
tubuhnya sangat kentara. Wajahnya lusuh dan gelap, namun masih tersisa garis-garis ketampanannya di
masa lalu. Dia memandang kami dengan curiga dengan matanya yang kekuningan bak orang sakit
lever, dan tanpa beranjak dari duduknya atau berkata sepatah pun, dia menunjuk ke arah dua buah
kursi. "Mr. Henry Wood yang dulu pernah di India, kan"" tanya
Sherlock Holmes dengan ramah. "Saya kemari sehubungan
dengan kematian Kolonel Barclay."
"Tahu apa saya tentang hal itu""
"Itulah yang ingin kami ketahui. Anda tahu kan, kalau
masalah ini tak dijelaskan dengan tuntas, Mrs. Barclay,
teman lama Anda itu, mungkin akan dituduh telah
membunuh suaminya""
Orang itu terkejut. "Saya tak kenal Anda," teriaknya, "saya juga tak tahu dari
mana Anda bisa tahu tentang semua ini, tapi benarkah apa
yang Anda katakan itu""
"Lho, mereka hanya tinggal menunggu sampai Mrs.
Barclay sembuh ingatannya, lalu mereka akan
menangkapnya." "Ya Tuhan! Apakah Anda seorang polisi juga""
"Bukan." "Kalau begitu apa urusan Anda dengan kasus ini""
"Usaha menegakkan keadilan adalah urusan semua orang."
"Percayalah pada saya, wanita itu tak bersalah."
15 "Jadi, Andakah yang bersalah""
"Tidak." "Lalu, siapakah pembunuh Kolonel James Barclay""
"Keadilan Tuhan sendirilah yang telah membunuhnya. Tapi coba perhatikan, kalau saja sayalah
yang membunuhnya, sebagaimana yang selalu memenuhi pikiran saya, itu pun rasanya pantas
untuknya. Seandainya saja rasa bersalahnya tak menghukumnya, mungkin sayalah yang akan
melakukannya. Anda ingin saya menceritakan kisah ini" Yah, sebaiknya saya ceritakan saja, karena
kisah ini tak memalukan bagi saya.
"Begini kisahnya, sir. Anda lihat saya sekarang, dengan punggung bungkuk seperti unta dan
tulang rusuk yang ringsek. Tapi dulu, yang namanya Kopral Henry Wood adalah orang paling tampan
dalam Pasukan Infanteri 117. Waktu itu kami terlibat pertempuran di daerah Bhurtee, di India.
Barclay yang meninggal kemarin itu, berpangkat sersan di resimen yang sama dengan saya. Dan
wah, gadis tercantik di lingkungan kami pada waktu itu adalah Nancy Devoy, putri seorang sersan kulit
berwarna. Ada dua pria yang sgma-sama mencintainya, dan Anda akan tersenyum kalau saya katakan
bahwa salah satunya ialah makhluk malang yang sedang meringkuk di depan perapian ini. Anda juga
pasti akan tersenyum lagi kalau saya katakan bahwa dia mencintai saya justru karena ketampanan saya.
"Yah, walaupun dia mencintai saya, ayahnya lebih memilih Barclay sebagai suaminya. Saya
hanyalah seorang pemuda ugal-ugalan yang nekat, sedang Barclay adalah seorang pemuda terpelajar
dan sudah terkenal. Tapi gadis itu tetap menginginkan saya, dan nampaknya hampir saja saya menikah
dengannya. Tapi lalu terjadi Mutiny, dan negeri itu keadaannya bagai neraka
"Resimen kami terperangkap di Bhurtee, dengan perlengkapan artileri yang tinggal separo,
beberapa orang Sikh, serta banyak orang sipil dan wanita. Ada sekitar sepuluh ribu pemberonta
k di sekeliling kami, dan perlakuan mereka bagaikan anjing terier yang mengepung sangkar kucing. Pada
minggu kedua setelah pecahnya pemberontakan itu, kami kehabisan air, dan kami berusaha agar bisa
menghubungi pasukan Jenderal Neill yang sedang bergerak menumpas pemberontakan di negeri itu.
Itulah satu-satunya kesempatan kami, karena percuma saja kalau kami keluar melawan para
pemberontak dengan begitu banyak wanita dan anak-anak. Saya lalu menawarkan diri secara sukarela
untuk pergi dan memberitahu Jenderal Neill tentang keadaan kami yang sangat genting. Tawaran saya
16 diterima, dan saya membicarakan kepergian saya dengan Sersan Barclay yang dianggap paling tahu
mengenai daerah-daerah di situ. Dia menggambar rute perjalanan yang akan saya tempuh supaya saya
jangan sampai mendekati daerah para pemberontak. Pada jam sepuluh malam itu juga saya berangkat.
Ada seribu nyawa yang harus diselamatkan, tapi malam itu yang terlintas dalam benak saya hanyalah
seorang saja. "Jalan yang saya tempuh menuruni
sungai yang telah kering, dengan harapan agar
saya tak terlihat oleh pihak musuh. Tapi ketika
saya membelok di ujung sungai itu, saya
tertangkap oleh enam serdadu musuh yang sudah
menunggu saya dari balik kegelapan. Kepala
saya langsung dipukul, lalu tangan dan kaki saya
diikal. Tapi sebenarnya, yang amat terpukul
bukanlah kepala saya, tapi hati saya. Ketika saya
sadarkan diri, saya sempat mendengar
percakapan mereka tentang pengkhianatan rekan
saya. Ternyata dia telah mengatur sedemikian
rupa supaya saya dapat tertangkap oleh musuh
dalam rute perjalanan ini.
"Yah, bagian ini tak perlu saya perpanjang lagi. Anda tahu sekarang bagaimana sebenarnya
moral orang yang bernama Barclay itu. Keesokan harinya Bhurtee dibebaskan dari para pemberontak
oleh Jenderal Neill, tapi para pemberontak yang menangkap saya membawa saya ke tempat pelarian
mereka, dan saya tinggal bersama mereka selama bertahun-tahun. Saya disiksa, lalu saya mencoba
melarikan diri. Tapi saya tertangkap, dan malah disiksa lagi sampai jadi beginilah rupa saya. Saya lalu
dibawa bersama para pemberontak yang melarikan diri ke Nepal, dan lalu sampai melewati Darjeeling.
Orang-orang di bukit itu berhasil membunuh para pemberontak yang menawan saya, dan saya lalu jadi
budak mereka selama beberapa saat sampai saya akhirnya berhasil melarikan diri. Saya menuju utara,
karena tak mungkin ke selatan, dan saya lalu sampai ke Afganistan. Selama beberapa tahun saya
berkelana di sana, lalu kembali lagi ke Punjab, di mana saya hidup dari memperagakan keahlian yang
17 berhasil saya pelajari. Saya tak ingin kembali ke Inggris dan berjumpa dengan kawan-kawan saya
dalam keadaan cacat begin. Untuk apa" Bahkan hasrat saya untuk membalas dendam tak cukup kuat
untuk memaksa saya kembali ke Inggris. Lebih baik Nancy dan teman-teman lama saya mengira bahwa
Henry Wood telah mati dengan gagah berani, daripada mereka harus melihatnya hidup dan merangkak
dengan tongkat seperti seekor simpanse. Mereka yakin saya sudah mati, dan saya senang dianggap
begitu. Saya mendengar bahwa Barclay akhirnya menikahi Nancy, dan bahwa kariernya di resimen itu
naik dengan cepatnya, tapi itu pun tak mengganggu pikiran saya.
"Tapi, kalau orang berangsur menjadi tua, dia pasti merindukan kampung halamannya. Selama
bertahun-tahun saya selalu memimpikan ladang-ladang dan pagar-pagar rumah yang menghijau di
Inggris. Akhirnya saya bertekad untuk melihat kampung halaman saya sekali lagi sebelum saya mati.
Saya menabung sampai cukup uang untuk pulang, lalu mengunjungi perkampungan tentara ini. Saya
tahu kebiasaan-kebiasaan tentara, dan hiburan macam apa yang disukai mereka, jadi saya hidup dari
memperagakan keahlian khusus saya kepada mereka itu."
"Kisah Anda menarik sekali," kata Sherlock Holmes. "Saya sudah mendengar tentang
pertemuan Anda dengan Mrs. Barclay, dan bahwa Anda berdua masih saling mengenal. Lalu, Anda
mengikutinya sampai ke rumah dan melihat pertengkaran antara dia dan suaminya dari jendela. Dia
sangat marah dan menyesalkan tindakan suaminya yang memalukan terhadap Anda. Anda lalu terbawa
oleh perasaan Anda, sehingga Anda berlari menyeberangi halaman rumah itu, dan masuk ke kamar
tempat mereka bertengkar melalui jendela."
"Benar, sir, dan ketika dia melihat diri saya, dia begitu tersentaknya, bagaikan disambar
halilintar di siang hari bolong. Baru kali itu saya melihat orang yang terkejut sampai sedemikian rupa.
Dia langsung terjatuh, dan kepalanya membentur pinggiran perapian. Tapi saya yakin dia sudah mati
sebelum terjatuh. Saya yakin akan hal itu setelah melihat ekspresi wajahnya. Begitu melihat saya
jantungnya bagaikan kena tembak langsung oleh rasa bersalahnya yang selama ini memburu hati
nuraninya." "Lalu"" "Lalu Nancy jatuh pingsan, dan saya mengambil kunci pintu yang digenggamnya, dengan
tujuan hendak membuka pintu itu untuk mencari pertolongan. Tapi, saya lalu berpikir bahwa sebaiknya
Sherlock Holmes - Si Bungkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
18 saya kabur saja karena saya dalam posisi yang amat tidak menguntungkan, dan rahasia saya akan
terbuka kalau saya sampai ditahan. Karena terburu-buru, saya langsung masukkan saja kunci itu ke
kantong baju saya, sedangkan tongkat saya tertinggal ketika saya sedang memburu Teddy yang lari
naik ke atas lewat gorden. Begitu tertangkap, langsung saya masukkan dia ke kotaknya. Ternyata dia
tadi terlepas begitu saja tanpa sepengetahuan saya. Lalu saya kabur secepat mungkin."
"Siapa Teddy"" tanya Holmes.
Orang itu menyandar ke samping lalu menjangkau sebuah kotak di sudut kamar. Dibukanya
tutupnya, dan dari kotak itu keluarlah seekor binatang berwarna coklat kemerahan yang lucu, ramping,
dan lembut. Kakinya seperti kaki serigala, hidungnya panjang dan kurus, serta matanya merah indah
sekali. "Musang!" leriakku.
"Yah, ada yang menyebutnya begitu, dan ada juga yang menyebutnya cerpelai," kata orang itu.
"Saya menamainya Penangkap Ular, karena Teddy amat cekatan menangkap ular kobra. Saya punya
seekor kobra di sini, tapi gigi taringnya sudah dicopot. Teddy menunjukkan kebolehannya menangkap
kobra itu tiap malam untuk menghibur para tamu di kantin. Ada yang ingin ditanyakan lagi, sir""
"Yah, kami mungkin akan membutuhkan Anda lagi kalau Mrs. Barclay mengalami kesulitan."
"Kalau itu terjadi, saya pasti akan bersedia membantu."
"Kalau tidak, tak ada gunanya mengorek skandal ini ke permukaan. Walaupun dia pernah
bertindak curang, toh sekarang dia sudah mati. Paling tidak, Anda boleh merasa puas karena selama
tiga puluh tahun hidupnya dia telah diburu-buru oleh rasa bersalahnya. Ah, itu Mayor Murphy lewat di
seberang jalan. Selamat tinggal, Wood, saya ingin menanyakan padanya kalau-kalau ada perkembangan
baru sejak kemarin."
Kami berhasil mengejar Pak Mayor sebelum dia menghilang di tikungan jalan.
"Ah, Holmes," katanya, "saya rasa Anda sudah dengar bahwa segala kerepotan kita ini tak ada
gunanya sama sekali""
"Ada apa""
"Pemeriksaan penyebab kematian Mr. Barclay baru saja selesai. Bukti medis menunjukkan
19 dengan jelas bahwa kematiannya disebabkan oleh apopleksi. Nah, kok cuma begitu akhirnya."
"Iya, ya. Kok, cuma begitu," kata Holmes dengan
tersenyum. "Mari, Watson, kurasa kita tak diperlukan lagi di
Aldershot. "Ada satu hal," kataku ketika kami berjalan ke stasiun
kereta api, "kalau nama suaminya James, dan nama pria itu
Henry, lalu siapa yang dimaksudkan wanita itu ketika dia
menyebut nama David""
"Nama itu, sobatku Watson, seharusnya
mengingatkanku tentang sebuah cerita, kalau saja aku lebih
peka, seperti yang sering kaulukiskan dalam tulisanmu. Jelas
sekali bahwa nama itu dipakai untuk menghina suaminya."
"Menghina""
"Ya, kau tahu, kan" David beberapa kali berbuat dosa
kepada Tuhan. Dan salah satu perbuatan dosanya mirip dengan yang dilakukan Sersan James Barclay.
Masih ingat, kan" Kisah Uria dan Betseba. Sayang, pengetahuan Alkitab-ku agak karatan. Tapi silakan
membaca kisah itu di Kitab Samuel I atau Samuel II dari Perjanjian Lama."
TAMAT tamat Raja Naga 7 Bintang 6 City Of Crystal Karya Nugroho Widi Laron Pengisap Darah 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama