Ceritasilat Novel Online

Piala Api 3

Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling Bagian 3


"Er... apa"" tanya Ron. Sebetulnya gadis itu bertanya dalam bahasa Prancis, di mana Madame Maxime. Dia dan kawan-kawannya telah kehilangan dia.
"Oh..." Gadis yang tadi bicara kembali memung-gunginya, dan sementara berjalan menjauh, mereka dengan jelas mendengarnya berkata, '"Ogwarts."
"Beauxbatons," gumam Hermione.
"Sori"" kata Harry.
"Mereka pasti murid Beauxbatons," kata Hermione. "Kau tahu, kan... Akademi Sihir Beauxbatons... Aku membaca tentang sekolah itu di buku Penilaian Pendidikan Sihir di Eropa."
"Oh... yeah... betul," komentar Harry.
"Fred dan George pasti belum jauh," kata Ron, mencabut tongkatnya, menyalakannya seperti Hermione, dan menyipitkan mata memandang jalan setapak di depannya. Harry memasukkan tangan ke dalam saku jaketnya untuk mengambil tongkatnya- tapi tongkatnya tak ada. Yang ada di dalam saku tinggal Omniocular-nya.
"Ya ampun... tongkatku hilang!"
"Kau bergurau!"
Ron dan Hermione mengangkat tongkat mereka cukup tinggi untuk menebarkan cahayanya lebih jauh ke tanah. Harry mencari di sekelilingnya, tetapi tongkat sihirnya tak kelihatan.
"Mungkin masih di kemah," kata Ron.
"Mungkin terjatuh dari kantongmu waktu kita lari"" Hermione menebak cemas. "Yeah," kata Harry, "mungkin..." Harry biasanya selalu membawa tongkatnya ke mana pun di dunia sihir, dan tanpa tongkat itu, dalam situasi seperti ini, membuatnya merasa mudah kena serang.
Bunyi berkeresak di dekat mereka membuat ketiganya terlonjak. Winky si peri-rumah berkutat menerobos serumpun semak di dekat situ. Dia bergerak dengan janggal sekali, dengan susah payah, seakan ada orang tak kelihatan yang menahannya.
"Ada penyihir-penyihir jahat di sekitar sini!" jeritnya bingung seraya terus berusaha keras lari. "Orang tinggi- tinggi di atas! Winky mau pergi!"
Dan dia menghilang ke pepohonan di sisi lain jalan setapak, terengah dan menjerit saat dia melawan kekuatan yang menahannya. "Kenapa dia"" tanya Ron, memandangnya keheranan. "Kenapa larinya aneh begitu""
"Pasti dia tidak minta izin mau bersembunyi," kata Harry. Harry memikirkan Dobby. Setiap kali Dobby mencoba melakukan sesuatu yang tak akan disukai keluarga Malfoy, peri-rumah itu terpaksa memukuli diri sendiri.
"Kalian tahu, hidup peri-rumah sengsara sekali" kata Hermione jengkel. "Itu perbudakan! Mr Crouch memaksanya ke tingkat atas stadion, dan Winky ketakutan sekali, dan dia menyihir Winky sehingga dia bahkan tak bisa lari ketika mereka mulai menginjakinjak tenda! Kenapa tidak ada yang berbuat sesuatu""
"Yah, peri-rumah itu bahagia, kan"" kata Ron. "Kaudengar sendiri apa kata si Winky di pertandingan tadi... 'Peri-rumah tidak boleh bersenang-senang'...itu yang dia suka, disuruh-suruh..."
"Orang-orang seperti kaulah, Ron," ujar Hermione panas, "yang menopang sistem yang busuk dan tidak adil, hanya karena mereka terlalu malas untuk..."
Terdengar letusan keras lain dari tepi hutan.
"Ayo kita terus jalan," ajak Ron, dan Har
ry melihatnya mengerling gelisah pada Hermione. Mungkin apa yang dikatakan Malfoy ada benarnya. Mungkin keadaan Hermione lebih rawan daripada mereka. Mereka berjalan lagi, Harry masih mencari-cari di dalam sakunya, meskipun sudah tahu tongkatnya tak ada di sana.
Mereka mengikuti jalan setapak gelap, masuk lebih dalam ke tengah hutan, sambil terus mencari-cari Fred, George, dan Ginny. Mereka melewati serombongan goblin yang tertawa-tawa senang membawa sekantong uang emas yang jelas telah mereka menangkan dari taruhan, dan tampak tidak gentar dengan kehebohan di bumi perkemahan. Lebih jauh lagi, mereka melewati seberkas cahaya keperakan, dan ketika memandang dari celah-celah pepohonan, mereka melihat tiga Veela cantik jangkung berdiri di tempat terbuka, dikelilingi sekelompok penyihir muda, semuanya bicara keras-keras.
"Penghasilanku kira-kira seratus karung Galleon setahun!" salah satu dari mereka berteriak. "Aku pembunuh naga untuk Komite Pemunahan Satwa Berbahaya."
"Bohong!" teriak temannya. "Kau pencuci piring di Leaky Cauldron... tapi aku pemburu vampir, sejauh ini aku sudah membunuh sembilan puluh..."
Pemuda penyihir yang ketiga, yang jerawatnya kelihatan bahkan hanya dengan penerangan redup keperakan dari Veela-veela itu, sekarang menyela, "Aku sebentar lagi akan menjadi Menteri Sihir termuda."
Harry mendengus tertawa. Dia mengenali si penyihir jerawatan. Namanya Stan Shunpike, dan dia sebetulnya kondektur Knight Bus-Bus Ksatria, bus sihir bertingkat tiga. Dia menoleh untuk memberitahukan ini kepada Ron, tetapi wajah Ron sudah berubah ganjil, dan detik berikutnya Ron berteriak, "Pernahkah kuberitahu kalian bahwa aku telah menemukan sapu yang bisa sampai ke Jupiter""
"Astaga!" kata Hermione, dan dia dan Harry memegang lengan Ron kuat-kuat, membalik tubuhnya, dan membawanya pergi jauh-jauh. Saat suara para Veela dan pengagumnya sudah sama sekali tak terdengar lagi, mereka telah tiba di jantung hutan. Tampaknya mereka sekarang tinggal bertiga, suasana jauh lebih tenang.
Harry memandang berkeliling. "Kurasa kita bisa menunggu di sini. Kita akan dengar kalau ada yang datang dari jarak satu setengah kilo."
Baru saja dia berkata begitu, Ludo Bagman muncul dari balik pohon di depan mereka.
Bahkan dengan penerangan lemah kedua tongkat, Harry bisa melihat bahwa perubahan besar telah terjadi pada Bagman. Dia tak lagi bersemangat dan wajahnya tak lagi kemerahan. Langkahnya pun tak lagi ringan. Dia sangat pucat dan tegang.
"Siapa itu"" tanyanya, menunduk dan mengejap, berusaha mengenali wajah mereka. "Apa yang kalian lakukan di sini, sendirian""
Mereka saling pandang, heran.
"Kan... ada kerusuhan," kata Ron.
Bagman memandangnya tak mengerti.
"Apa"" "Di bumi perkemahan... ada yang mempermainkan keluarga Muggle... " Bagman mengumpat keras. "Brengsek!" katanya, tampak bingung, dan tanpa sepatah kata pun lagi, dia ber-Disapparate dengan bunyi pop pelan! "Kacau, ya, si Bagman itu," kata Hermione, mengernyit.
"Tapi dulu dia Beater hebat," kata Ron, memimpin ke tempat terbuka, dan duduk di sepetak rumput kering di kaki sebatang pohon. "Wimbourne Wasps memenangkan liga tiga kali berturut-turut ketika dia masih jadi anggota tim itu."
Ron mengeluarkan boneka kecil Krum dari sakunya lalu meletakkannya di tanah, dan memandangnya berjalan berkeliling. Seperti Krum yang asli, boneka ini berkaki rata dan bahunya agak bungkuk. Berdiri di atas kakinya yang melebar ke samping, dia tidak seimpresif kalau di atas sapunya. Harry mendengarkan kalau-kalau masih terdengar sesuatu dari arah bumi perkemahan. Keadaan sudah jauh lebih tenang. Mung-kin kerusuhan sudah berakhir.
"Mudah-mudahan yang lain tidak apa-apa," kata Hermione setelah hening sesaat.
"Mereka tak apa-apa," kata Ron.
"Bayangkan kalau ayahmu menangkap Lucius Malfoy," kata Harry, duduk di sebelah Ron dan mengawasi boneka Krum berjalan bungkuk di atas daundaun kering. "Ayahmu selalu bilang ingin melakukan sesuatu terhadapnya."
"Itu akan menghapus cengiran dari wajah Draco," kata Ron.
"Tapi kasihan Muggle-muggle itu," kata Hermione cemas. "Bagaimana kalau mereka tidak bisa menurunkannya""
"Pasti bisa," kata Ron menghibur. "Mereka akan menemukan cara."
"Gila benar, melakukan hal seperti itu sementara seluruh petugas Kementerian Sihir ada di sini malam ini!" kata Hermione. "Maksudku, bagaimana mungkin mereka bisa lolos" Apa menurutmu mereka kebanyakan minum atau cuma..."
Mendadak Hermione berhenti dan menoleh. Harry dan Ron cepat-cepat ikut menoleh. Kedengarannya ada yang terhuyung datang ke tempat mereka. Mereka menunggu, mendengarkan bunyi langkah-langkah tak rata di belakang pepohonan gelap. Tetapi langkahlangkah itu tiba-tiba berhenti.
"Halo"" sapa Harry.
Sunyi. Harry bangkit dan mengintip dari balik pohon. Terlalu gelap untuk bisa melihat jauh, tetapi dia bisa merasakan ada orang yang berdiri di luar jangkauan pandangannya.
"Siapa itu"" tanyanya.
Dan kemudian, tiba-tiba saja, keheningan dirobek oleh suara yang belum pernah mereka dengar di dalam hutan. Dan yang dikeluarkan suara itu bukanlah jeritan panik, melainkan kutukan.
"MORSMORDRE!" Dan sesuatu yang berwarna hijau dan berkilauan meluncur cepat dari dalam kegelapan yang coba ditembus mata Harry, terbang melewati puncak-puncak pepohonan, dan melesat ke angkasa.
"Apa i..."" tanya Ron kaget seraya melompat bangun, terpana melihat benda yang mendadak muncul itu.
Selama sepersekian detik Harry mengira itu formasi lain para Leprechaun. Kemudian dia sadar itu tengkorak kolosal, terdiri atas bintang-bintang zamrud, dengan ular terjulur dari mulutnya seperti lidah.
Sementara mereka memandangnya, tengkorak itu naik makin lama makin tinggi, menyemburkan asap kehijauan, terpeta jelas berlatar langit hitam, seperti konstelasi bintang baru.
Mendadak, hutan di sekitar mereka dipenuhi jeritan. Harry tak mengerti kenapa, tetapi satu-satunya penyebab yang mungkin adalah kemunculan tiba-tiba tengkorak itu, yang sekarang sudah naik cukup tinggi untuk menerangi seluruh hutan, seperti lampu neon reklame yang mengerikan. Harry mencari-cari dalam kegelapan orang yang menyihir tengkorak itu, tetapi tak bisa melihat siapa-siapa.
".Siapa di situ"" dia memanggil lagi. "Harry, ayo pergi!" Hermione telah menyambar kerah jaketnya dan menariknya mundur. "Ada apa"" tanya Harry, kaget melihat wajah Hermione yang sangat pucat dan ketakutan.
"Itu Tanda Kegelapan, Harry!" keluh Hermione, menariknya sekuat mungkin. "Itu tanda si Kau-Tahu-Siapa!"
"Voddemort""
"Harry, ayo!" Harry berbalik. Ron buru-buru memungut Krum miniaturnya. Mereka bertiga menyeberangi petak terbuka itu, tetapi baru beberapa langkah, serangkaian bunyi pop mengumumkan kedatangan dua puluh penyihir, yang muncul begitu saja dari udara kosong, mengepung mereka.
Harry berputar, dan dalam sekejap dia menangkap satu hal. Semua penyihir itu memegang tongkat dan semua tongkat terarah kepadanya, Ron, dan Hermione.
Tanpa berhenti untuk berpikir dulu, dia berteriak, "TIARAP!" Dia menyambar kedua sahabatnya dan menarik mereka ke tanah.
"STUPEFY!" raung dua puluh suara-ada sambaran cahaya menyilaukan susul-menyusul dan Harry merasa rambut di kepalanya berkibar, seakan ada angin kuat yang meniup tempat terbuka itu. Mengangkat kepalanya kira-kira satu senti, Harry melihat pancaran cahaya merah-api beterbangan di atas mereka dari tongkat para penyihir, saling silang, memantul dari batang-batang pohon, memancar lagi ke dalam kegelapan...
"STOP!" terdengar teriakan suara yang dikenalnya. "STOP! Itu anakku""
Rambut Harry berhenti berkibar. Dia mengangkat kepalanya sedikit lebih tinggi. Penyihir di depannya sudah menurunkan tongkatnya. Harry berguling dan melihat Mr Weasley berjalan ke arah mereka, tampak ngeri.
"Ron... Harry...," suaranya bergetar "... Hermione... kalian tak apa-apa""
"Minggir, Arthur," kata suara dingin, kaku.
Suara Mr Crouch. Dia dan beberapa pegawai Ke-menterian Sihir mengepung mereka makin rapat. Harry berdiri menghadapi mereka. Wajah Mr Crouch tegang saking marahnya.
"Siapa dari kalian yang melakukannya"" bentaknya, matanya yang tajam memandang mereka bergantiganti. "Siapa di antara kalian yang menyihir Tanda Kegelapan""
"Bukan kami yang melakukannya!" kata Harry, menunjuk tengkorak itu.
"Kami tidak melakukan a
pa-apa!" kata Ron, yang menggosok sikunya dan memandang ayahnya dengan jengkel. "Kenapa kalian menyerang kami""
"Jangan bohong!" teriak Mr Crouch. Tongkatnya masih teracung ke arah Ron dan matanya mendelik- seperti orang gila. "Kalian ditemukan di tempat kejadian!"
"Barty," bisik seorang penyihir wanita yang memakai gaun tidur wol panjang, "mereka masih anak-anak, Barty, mereka tak akan sanggup me... "
"Dari mana datangnya tanda itu"" tanya Mr Weasley buru-buru.
"Dari situ," jawab Hermione gemetar, menunjuk tempat dari mana mereka mendengar suara. "Ada yang sembunyi di balik pepohonan... mereka mengucapkan sesuatu-mantra... "
"Oh, berdiri di sana, ya"" kata Mr Crouch, mengalihkan matanya yang mendelik kepada Hermione sekarang, wajahnya diliputi ketidakpercayaan. "Mengucapkan mantra, begitu" Kelihatannya kau tahu benar bagaimana cara memanggil tanda itu, Nona..."
Tetapi tak seorang pun petugas Kementerian Sihir, kecuali Mr Crouch, yang berpendapat bahwa Harry, Ron, dan Hermione-lah yang membuat tanda itu. Sebaliknya, mendengar keterangan Hermione, mereka semua mengangkat tongkat lagi dan mengarahkannya ke tempat yang ditunjuk Hermione, menyipitkan mata mereka menembus pepohonan gelap.
"Kita sudah sangat terlambat," kata si penyihir yang memakai gaun tidur wol, menggeleng. "Mereka semua sudah ber-Disapparate."
"Kurasa tidak," kata seorang penyihir pria dengan jenggot cokelat lebat. Dia Amos Diggory, ayah Cedric. "Sinar tongkat kita menerobos pepohonan itu... Ada kemungkinan kita berhasil menangkap mereka..."
"Amos, hati-hati!" kata beberapa penyihir memperingatkan ketika Mr Diggory membidangkan bahu, mengangkat tongkatnya, berjalan gagah menyeberangi tempat terbuka, dan menghilang dalam kegelapan. Hermione memandangnya menghilang dengan tangan menekap mulut.
Beberapa detik kemudian, mereka mendengar Mr Diggory berteriak. "Ya! Berhasil! Ada yang kena! Pingsan! Ini... tapi... astaga..."
"Ada yang tertangkap"" teriak Mr Crouch, kedengarannya tidak percaya sama sekali. "Siapa" Siapa dia""
Mereka mendengar ranting-ranting patah, keresak dedaunan, dan kemudian langkah-langkah kaki ketika Mr Diggory muncul lagi dari balik pepohonan. Dia
membopong sosok kecil yang terkulai. Harry langsung mengenali serbet tehnya. Winky
Mr Crouch tidak bergerak ataupun bicara ketika Mr Diggory menaruh peri-rumahnya di tanah di depan kakinya. Para pegawai Kementerian lainnya memandang Mr Crouch. Selama beberapa detik Crouch tertegun, matanya menyala di wajah pucatnya ketika dia menunduk memandang Winky. Kemudian dia sadar lagi.
"Ini... tak... mungkin," katanya gugup. "Tidak..." Dia bergerak cepat melewati Mr Diggory dan berjalan ke arah tempat Winky ditemukan. "Tak ada gunanya, Mr Crouch," Mr Diggory memanggilnya. "Tak ada orang lain di sana."
Tetapi Mr Crouch rupanya tidak begitu saja percaya. Mereka bisa mendengarnya berjalan berkeliling, dan bunyi keresak dedaunan ketika dia menyibakkan semak-semak, mencari-cari.
"Agak memalukan," kata Mr Diggory muram, memandang Winky yang pingsan. "Peri-rumah Barty Crouch... maksudku..."
"Amos," kata Mr Weasley pelan, "kau tidak serius mengira si peri-rumah pelakunya" Tanda Kegelapan adalah tanda penyihir. Perlu tongkat sihir."
"Yeah," kata Mr Diggory, "dan dia punya itu."
"Apa"" kata Mr Weasley.
"Ini, lihat," Mr Diggory mengangkat sebatang tongkat, menunjukkannya kepada Mr Weasley. "Tangannya memegang ini tadi. Jadi, pelanggaran pasal ketiga Undang-undang Penggunaan Tongkat Sihir. Tak seorang pun makhluk non-manusia diizinkan membawa atau memakai tongkat sihir."
Saat itu terdengar bunyi pop lagi dan Ludo Bagman ber-Apparate tepat di sebelah Mr Weasley. Terengah dan tampak bingung, dia berputar di tempat, mendongak, terbelalak memandang tengkorak hijauzamrud itu.
"Tanda Kegelapan!" sengalnya, nyaris menginjak Winky ketika dia berbalik menghadapi kolega-koleganya. "Siapa yang melakukannya" Apa kalian berhasil menangkapnya" Barty! Apa yang terjadi""
Mr Crouch telah kembali dengan tangan kosong. Wajahnya masih pucat pasi, dan baik tangan maupun kumis sikat-giginya bergetar.
"Dari mana saja kau, Barty"" tanya Bag
man. "Kenapa kau tadi tidak menonton pertandingan" Perirumahmu menyediakan tempat bagimu... astaganaga!" Bagman baru saja melihat Winky yang terbaring di depan kakinya. "Kenapa dia""
"Aku sibuk, Ludo," kata Mr Crouch, masih bicara dengan gugup, nyaris tidak menggerakkan bibirnya. "Dan peri-rumahku pingsan kena serangan sihir bius."
"Sihir bius" Oleh kalian semua, maksudmu" Tapi kenapa...""
Pemahaman mendadak menyapu wajah Bagman yang bundar berkilap. Dia mendongak memandang tengkorak, menunduk memandang Winky, kemudian memandang Mr Crouch.
"Tidak!" katanya. "Winky" Menyihir Tanda Kegelapan" Mana bisa! Dia perlu tongkat, itu yang pertama!
"Dan dia punya tongkat," kata Mr Diggory "Kutemukan dia memegangi tongkat, Ludo. Kalau Anda setuju, Mr Crouch, kurasa kita harus dengar sendiri apa kata Winky."
Crouch tidak menunjukkan tanda-tanda dia mendengar Mr Diggory, tetapi Mr Diggory tampaknya menganggap kediamannya sebagai tanda setuju. Dia mengangkat tongkatnya sendiri, mengacungkannya ke arah Winky, dan berkata, "Ennervate!"
Winky bergerak lemah. Mata cokelatnya yang besar terbuka dan dia mengejap beberapa kali dengan bingung. Diawasi oleh para penyihir yang diam, dengan gemetar Winky duduk. Terpandang olehnya kaki Mr Diggory, dan perlahan, dengan gemetar dia mengangkat matanya untuk memandang wajahnya, kemudian, dengan lebih perlahan lagi, dia memandang ke langit. Harry bisa melihat tengkorak yang melayang dipantulkan di kedua mata Winky yang besar dan berkilauan. Mulutnya membuka kaget, dia memandang ke sekelilingnya dengan ketakutan, lalu menangis tersedu-sedu.
"Peri-rumah!" kata Mr Diggory galak. "Tahukah kau siapa aku" Aku anggota Departemen Pengaturan dan Pengawasan Makhluk Gaib!"
Winky mulai bergoyang ke depan dan ke belakang, napasnya tersengal pendek-pendek. Harry jadi teringat pada Dobby saat ketakutan karena melakukan sesuatu yang menurutnya tidak benar.
"Seperti kaulihat, Peri, Tanda Kegelapan disihir di sini beberapa waktu yang lalu," kata Mr Diggory. "Dan kau ditemukan tak lama kemudian, tepat di bawahnya! Tolong jelaskan!"
"Bu...bu... bukan saya yang menyihirnya, Sir!" gagap Winky. "Saya tak tahu bagaimana caranya, Sir!"
"Kau ditemukan dengan tongkat di tanganmu!" bentak Mr Diggory, melambai-lambaikan tongkat itu di depannya. Dan saat tongkat itu terkena cahaya hijau yang memenuhi tempat itu. dari tengkorak di atas, Harry mengenalinya.
"Hei... itu tongkatku!" katanya.
Semua orang memandangnya.
"Maaf"" kata Mr Diggory meragukannya.
"Itu tongkat saya!" kata Harry. "Tadi jatuh!"
"Jatuh"" Mr Diggory mengulang tak percaya. "Apakah ini pengakuan" Kau membuangnya setelah menyihir tanda itu""
"Amos, ingat kau bicara dengan siapa!" kata Mr Weasley, sangat marah. "Mungkinkah Harry Potter menyihir Tanda Kegelapan""
""r... tentu saja tidak," gumam Mr Diggory. "Maaf... terbawa suasana..."
"Lagi pula jatuhnya tidak di situ," kata Harry, menyentakkan ibu jarinya ke arah pepohonan di bawah tengkorak.
"Jadi," kata Mr Diggory, matanya mengeras ketika dia kembali memandang Winky, yang meringkuk ketakutan di kakinya. "Kau menemukan tongkat ini eh, Peri" Dan
kau mengambilnya dan berpikir mau main-main dengan tongkat itu, begitu""
"Saya tidak bikin sihir dengan tongkat itu, Sir!" lengking Winky, air mata bercucuran mengalir di kanan-kiri hidung bulatnya yang pesek. "Saya... saya cuma memungutnya, Sir! Saya tidak membuat Tanda Kegelapan, Sir, saya tak tahu caranya!"
"Bukan dia!" kata Hermione. Dia tampak sangat cemas, berbicara di depan semua orang Kementerian Sihir ini, tetapi dia sudah memutuskan untuk bicara. "Suara Winky melengking, dan suara yang kami dengar mengucapkan mantra jauh lebih berat!" Hermione memandang Harry dan Ron, minta dukungan. "Sama sekali tidak seperti suara Winky, kan""
"Tidak," kata Harry, menggeleng. "Jelas sekali bukan suara peri."
"Yeah, tadi suara manusia," kata Ron.
"Kita akan segera tahu," geram Mr Diggory, tampaknya tidak terkesan. "Ada cara sederhana mengetahui sihir terakhir yang dilakukan tongkat, Peri, tahukah kau""
Winky gemetar dan menggeleng dengan panik,-telinganya berkibar, ketika Mr Diggory
mengangkat tongkatnya lagi dan menempelkan ujungnya ke ujung tongkat Harry.
"PriorIncantato!"raung Mr Diggory.
Harry mendengar Hermione memekik tertahan, ngeri, ketika tengkorak raksasa berlidah-ular muncul dari tempat kedua ujung tongkat bertemu. Tetapi tengkorak
itu cuma bayangan tengkorak hijau jauh di atas, seperti terbuat dari asap tebal abu-abu.
"Deletrius!" teriak Mr Diggory, dan tengkorak bayangan itu sirna, menjadi gumpalan asap. "Nah," kata Mr Diggory penuh kemenangan, menunduk memandang Winky yang gemetar hebat.
"Saya tidak buat itu!" pekiknya nyaring, matanya berputar ketakutan. "Bukan saya, saya tidak tahu bagaimana caranya! Saya peri baik, saya tidak pakai tongkat, saya tidak tahu bagaimana caranya!"
"Kau tertangkap-tangan, Peri!" raung Mr Diggory. "Tertangkap dengan tongkat yang bersalah dalam tanganmu!"
"Amos," kata Mr Weasley keras-keras, "pikirkan... cuma sedikit sekali penyihir yang bisa melakukan mantra kutukan itu... Dari mana peri ini bisa mempelajarinya""
"Mungkin Amos menuduh," kata Mr Crouch dengan kemarahan yang dingin dalam setiap suku katanya, "bahwa aku secara rutin mengajari pelayanku menyihir Tanda Kegelapan""
Keheningan yang menyusul sangat tidak enak. Amos Diggory tampak ngeri. "Mr Crouch... tidak... sama sekali tidak..."
"Kau sudah menuduh dua orang di tempat ini yang paling tidak mungkin menyihir Tanda Kegelapan itu!" bentak Mr Crouch. "Harry Potter... dan aku sendiri! Kurasa kau tahu kisah anak ini, Amos""
"Tentu saja-semua orang tahu...," gumam Mr Diggory, sangat salah tingkah.
"Dan aku percaya kau ingat banyaknya bukti yang kuberikan, selama karier yang panjang, bahwa aku membenci dan memandang hina Sihir Hitam dan mereka yang mempraktekkannya"" teriak Mr Crouch, matanya mendelik lagi.
"Mr Crouch, saya... saya tak bermaksud menuduh Anda ada sangkut-pautnya dengan ini!" Amos Diggory bergumam lagi, sekarang wajah di balik jenggot cokelatnya merona merah.
"Kalau kau menuduh peri-rumahku, berarti kau menuduhku, Diggory!" teriak Mr Crouch. "Dari mana lagi dia bisa belajar menyihirnya""
"Dia... dia bisa belajar dari mana saja... "
"Persis, Amos," kata Mr Weasley. "Dia bisa belajar dari mana saja...Winky"" katanya ramah, menoleh kepada si peri. Tetapi Winky tetap berjengit, seakan Mr Weasley juga membentaknya. "Di mana tepatnya kau menemukan tongkat Harry""
Winky memilin-milin tepi serbetnya begitu kerasnya, sampai serbet itu rusak berjumbai.
"Saya... saya menemukannya... menemukannya di sana, Sir...," dia berbisik, "di sana... di antara pohon-pohon, Sir... "
"Kaulihat kan, Amos"" kata Mr Weasley "Siapa pun yang menyihir Tanda Kegelapan bisa langsung ber-Disapparate seusai melakukannya, meninggalkan tongkat Harry di situ. Pintar sekali, tidak menggunakan tongkat mereka sendiri, karena bisa membongkar rahasia
mereka. Dan Winky ini bernasib sial melihat tongkat itu beberapa saat sesudahnya dan mengambilnya."
"Tetapi kalau begitu, dia berada dekat sekali dengan si pelaku!" kata Mr Diggory tak sabar. "Peri" Apa kau melihat ada orang""
Winky gemetar lebih keras dari sebelumnya. Matanya yang superbesar berpindah-pindah dari Mr Diggory ke Ludo Bagman, lalu ke Mr Crouch. Kemudian dia menelan ludah dan berkata, "Saya tidak melihat siapa-siapa, Sir... tak ada orang..."
"Amos," kata Mr Crouch kaku, "aku sadar betul bahwa, dalam keadaan biasa, kau tentu ingin membawa Winky ke departemenmu untuk diinterogasi. Meskipun demikian, untuk kali ini, kumohon izinkan aku yang menanganinya."
Mr Diggory tampak seolah-olah dia tidak setuju, tetapi jelas bagi Harry bahwa Mr Crouch pejabat penting di Kementerian Sihir sehingga dia tidak berani menolaknya.
"Yakinlah bahwa dia akan dihukum," Mr Crouch menambahkan dengan dingin.
"T-t-tuan...," Winky tergagap, mendongak memandang Mr Crouch, air matanya berlinang. "T-ttuan, j-j-jangan..."
Mr Crouch balas memandangnya, wajahnya semakin menajam, setiap guratan di wajahnya terpeta jelas. Tak ada belas kasihan dalam pandangannya.
"Winky malam ini telah berkelakuan yang tak pernah terpikir olehku bisa dilakukannya," katanya perlahan. "Aku menyuruhnya tinggal di dalam kema
h. Aku menyuruhnya tetap di sana sementara aku keluar membereskan masalah. Dan ternyata dia tidak me-matuhiku. Ini berarti pakaian."
"Jangan!" jerit Winky, meniarapkan diri di depan kaki Mr Crouch. "Jangan, Tuan! Jangan pakaian, jangan pakaian!"
Harry tahu bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan peri-rumah adalah dengan menghadiahinya pakaian yang pantas. Sungguh kasihan melihat cara Winky mencengkeram serbet tehnya sementara dia tersedu-sedu di kaki Mr Crouch.
"Tapi dia takut!" Hermione meledak marah, memandang Mr Crouch berapi-api. "Peri-rumah Anda takut ketinggian, dan para penyihir bertopeng itu membuat orang-orang melayang tinggi! Anda tak bisa menyalahkannya kalau dia ingin menyingkir!"
Mr Crouch mundur selangkah, membebaskan diri dari sentuhan dengan peri-rumahnya, yang dipandangnya seakan peri-rumah itu sesuatu yang kotor dan busuk dan mengotori sepatunya yang kelewat berkilap.
"Peri-rumah yang membantahku tak ada gunanya bagiku," katanya dingin, memandang Hermione. "Aku tak bisa memakai pelayan yang lupa akan apa yang harus diperbuat untuk tuannya, dan lupa menjaga reputasi tuannya."
Winky menangis keras sekali sehingga isaknya bergaung di sekeliling tanah terbuka itu. Keheningan yang amat tidak menyenangkan diakhiri oleh Mr Weasley yang berkata, "Nah, kurasa aku akan membawa kembali rombonganku ke kemah, kalau tak ada yang keberatan.
Amos, tongkat itu telah memberitahu kita segala yang dia bisa... tolong, apakah sudah bisa dikembalikan kepada Harry..."
Mr Diggory menyerahkan kembali tongkat Harry dan Harry mengantonginya.
"Ayo, kalian bertiga," kata Mr Weasley pelan. Tetapi Hermione kelihatannya tak mau bergerak, matanya masih menatap si peri-rumah yang terisak. "Hermione," Mr Weasley berkata, lebih mendesak. Hermione berbalik dan mengikuti Harry dan Ron meninggalkan tempat terbuka itu dan menerobos selasela pepohonan.
"Apa yang akan terjadi pada Winky"" tanya Hermione, begitu mereka telah meninggalkan tempat itu.
"Entahlah," kata Mr Weasley.
"Keterlaluan sekali cara mereka memperlakukannya!" kata Hermione berang. "Mr Diggory terus-menerus menyebutnya peri... dan Mr Crouch! Dia tahu Winky tidak melakukannya, tapi tetap saja dia akan memecatnya! Dia tak peduli betapa takutnya Winky, atau betapa sedihnya dia... seakan Winky bukan manusia saja!"
"Memang bukan," kata Ron.
Hermione berputar menghadapi Ron. "Itu tidak berarti dia tak punya perasaan, Ron. Sungguh memuakkan cara..."
"Hermione, aku setuju denganmu," kata Mr Weasley buru-buru, memberi isyarat agar dia berjalan terus, "tapi sekarang bukan waktunya mendiskusikan hakhak peri-rumah. Aku ingin kalian kembali ke kemah secepat mungkin. Apa yang terjadi dengan yang lain""
"Kami kehilangan mereka dalam gelap," kata Ron. "Dad, kenapa semua orang begitu tegang dengan munculnya tengkorak itu""
"Akan kujelaskan kalau kita sudah tiba di kemah nanti," kata Mr Weasley tegang.
Tetapi setiba di tepi hutan, jalan mereka terhalang. Serombongan besar penyihir yang ketakutan berkumpul di sana, dan ketika mereka melihat Mr Weasley berjalan ke arah mereka, banyak di antara mereka yang maju.
"Apa yang terjadi dalam hutan""
"Siapa yang menyihirnya""
"Arthur... bukan... dia, kan""
"Tentu saja bukan dia," kata Mr Weasley habis sabar. "Kami tak tahu siapa, mereka sudah ber-Disapparate. Sekarang maafkan aku, aku mau tidur."
Dia membawa Harry, Ron, dan Hermione menerobos kerumunan itu dan kembali ke bumi perkemahan. Suasana sepi sekarang, para penyihir bertopeng sudah tak tampak lagi, meskipun beberapa kemah yang hancur masih berasap.
Kepala Charlie menyembul dari kemah anak lakilaki.
"Dad, ada apa"" tanyanya dalam kegelapan. "Fred, George, dan Ginny kembali dengan selamat, tapi yang
lain... " "Mereka di sini bersamaku," kata Mr Weasley, menunduk dan memasuki kemah. Harry, Ron, dan Hermione masuk menyusulnya.
Bill sedang duduk di depan meja dapur kecil, memegangi seprai ke lengannya yang berdarah-darah. Kemeja Charlie robek besar, dan hidung Percy berdarah. Fred, George, dan Ginny tidak luka, tapi tampak terguncang.
"Apakah kalian berhasil menangkap mereka, Dad"" tanya Bill taja
m. "Orang yang menyihir Tanda Kegelapan""
"Tidak," kata Mr Weasley. "Kami menemukan peri-rumah Barty Crouch memegangi tongkat Harry, tetapi sama sekali tak tahu siapa yang telah menyihir tanda itu."
"Apa""tanya Bill, Charlie, dan Percy bersamaan. "Tongkat Harry"" tanya Fred.
"Peri-rumah" Mr Crouch"" tanya Percy, kedengarannya terperanjat sekali.
Dengan bantuan Harry, Ron, dan Hermione, Mr Weasley menjelaskan apa yang terjadi di hutan. Setelah mereka selesai bercerita, Percy marah-marah.
"Mr Crouch benar, memecat peri macam itu!" katanya. "Lari, padahal sudah jelas-jelas dilarang... mempermalukannya di depan seluruh orang-orang Ke-menterian... bagaimana jadinya kalau dia sampai dihadapkan ke Departemen Pengaturan dan Pengawasan..."
"Dia tidak melakukan apa-apa... dia cuma berada di tempat yang salah pada waktu yang salah!" bentak Hermione, membuat Percy kaget. Hermione selama ini
cocok betul bergaul dengan Percy... bahkan lebih cocok dibanding yang lain.
"Hermione, penyihir dengan posisi seperti Mr Crouch mana bisa punya peri-rumah yang berkeliaran mengacau dengan tongkat!" kata Percy angkuh, setelah mengatasi kagetnya.
"Dia tidak berkeliaran mengacau!" teriak Hermione. "Dia cuma memungut tongkat itu dari tanah!"
"Hei, apakah ada yang bisa menjelaskan apa artinya tengkorak itu"" kata Ron tak sabar. "Tengkorak itu tidak mencelakai siapa-siapa... Kenapa begitu diributkan""
"Kan sudah kubilang, itu simbol Kau-Tahu-Siapa, Ron," kata Hermione sebelum yang lain bisa menjawab. "Aku pernah membacanya di Jatuh-BBangunnya Sihir /Hitam."
"Dan simbol itu tak pernah terlihat selama tiga belas tahun," kata Mr Weasley serius. "Tentu saja orang-orang panik... rasanya seperti melihat Kau-Tahu-Siapa muncul lagi."
"Aku tak mengerti," kata Ron, mengernyit. "Maksudku... itu kan cuma bentuk di langit..."
"Ron, Kau-Tahu-Siapa dan pengikut-pengikutnya mengirim Tanda Kegelapan ke angkasa setiap kali mereka membunuh," kata Mr Weasley. "Teror yang ditimbulkannya... kau tak bisa memahaminya, kau masih terlalu kecil. Bayangkan saja kau pulang dan menemukan Tanda Kegelapan melayang-layang di atas rumahmu, dan tahu apa yang akan kautemukan di dalam rumahmu..." Mr Weasley berjengit. "Ketakutan paling besar semua orang... yang paling buruk..."
Sesaat sunyi. Kemudian Bill, membuka seprai dari lengannya untuk memeriksa lukanya, berkata, "Malam ini tak membantu kita, kalaupun kita tahu siapa yang membuat tanda itu. Tanda itu membuat para Pelahap Maut ketakutan. Mereka semua ber-Disapparate sebelum kami bisa cukup dekat untuk membuka topeng salah satu dari mereka. Tapi kami berhasil menangkap keluarga Roberts sebelum mereka terjatuh ke tanah. Sekarang ingatan mereka sedang dimodifikasi."
"Pelahap Maut"" kata Harry. "Apa Pelahap Maut itu""
"Begitulah para pendukung Kau-Tahu-Siapa menyebut diri mereka," kata Bill. "Kurasa malam ini kita melihat sisa-sisa para pendukungnya-mereka yang berhasil menghindari Azkaban, paling tidak. "
"Kita tak bisa membuktikan itu mereka, Bill," kata Mr Weasley. "Walaupun mungkin ada benarnya juga," dia menambahkan tak berdaya.
"Yeah, berani taruhan dugaan Bill benar," kata Ron tiba-tiba. "Dad, kami bertemu Draco Malfoy di hutan, dan secara tersirat dia mengatakan kepada kami ayahnya salah satu orang gila bertopeng itu! Dan kita semua tahu keluarga Malfoy pendukung Kau-Tahu-Siapa!"
"Tetapi apa maunya pendukung Voldemort...," Harry baru berkata begitu, semua orang sudah berjengit- seperti hampir semua orang di dunia sihir, keluarga Weasley selalu menghindari menyebut nama Voldemort. "Maaf," kata Harry buru-buru. "Apa maunya pendukung Kau-Tahu-Siapa membuat Muggle melayang begitu" Maksudku, apa gunanya""
"Gunanya"" kata Mr Weasley tertawa hampa. "Harry, menurut mereka itu lucu. Separo pembunuhan Muggle yang terjadi waktu Kau-Tahu-Siapa berkuasa dilakukan hanya untuk lucu-lucuan. Kurasa mereka kebanyakan minum malam ini, dan tak tahan untuk tidak mengingatkan kita semua bahwa banyak di antara mereka masih berkeliaran. Reuni kecil yang menyenangkan untuk mereka," dia mengakhiri dengan muak.
"Tetapi kalau mereka memang Pelahap Maut,
kenapa mereka ber-Disapparate waktu melihat Tanda Kegelapan"" ujar Ron. "Mestinya kan mereka senang melihatnya""
"Gunakan otakmu, Ron," kata Bill. "Kalau mereka benar-benar Pelahap Maut, mereka bekerja keras menghindari Azkaban sewaktu Kau-Tahu-Siapa kehilangan kekuasaannya, dan menyebarkan segala macam kebohongan tentang bagaimana mereka dipaksa membunuh dan menyiksa orang-orang. Pasti mereka lebih takut daripada kita melihat Kau-Tahu-Siapa muncul kembali. Mereka menyangkal punya hubungan dengan dia ketika dia kehilangan kekuasaannya, dan kembali menjalani hidup sehari-hari mereka... kurasa mestinya dia tak akan senang pada mereka, kan""
"Jadi... siapa pun yang membuat Tanda Kegelapan...," kata Hermione lambat-lambat, "apakah mereka melakukannya untuk menunjukkan dukungan kepada para Pelahap Maut, atau untuk menakut-nakuti mereka""
"Tebakanmu sama dengan tebakan kami, Hermione," kata Mr Weasley. "Tetapi kuberitahu kalian... hanya Pelahap Maut yang tahu bagaimana caranya menyihir Tanda Kegelapan. Aku akan heran sekali kalau orang
yang membuatnya malam ini bukan Pelahap Maut, walaupun sekarang tidak lagi... Dengar, sekarang sudah larut malam, dan kalau ibu kalian mendengar apa yang terjadi, dia akan cemas setengah mati. Kita akan tidur beberapa jam dan mencoba mendapatkan Portkey yang berangkat pagi-pagi sekali untuk meninggalkan tempat
ini." Harry naik ke tempat tidurnya dengan kepala amat penuh. Dia tahu seharusnya dia merasa lelah. Saat itu sudah hampir pukul tiga pagi, tetapi dia tidak mengantuk-matanya masih terbuka lebar, dan dia cemas.
Tiga hari yang lalu-rasanya sudah jauh lebih lama, tetapi baru tiga hari-dia terbangun dengan bekas lukanya terasa sakit sekali. Dan malam ini, untuk pertama kalinya selama tiga belas tahun, simbol Lord Voldemort telah muncul di langit. Apa artinya ini"
Dia memikirkan surat yang telah ditulisnya kepada Sirius sebelum dia meninggalkan Privet Drive. Sudahkah Sirius menerimanya" Kapankah dia akan menjawab" Harry berbaring menatap kanvas, tetapi tak ada fantasi terbang yang membuainya tidur sekarang, dan lama sesudah dengkur Charlie memenuhi kemah, barulah Harry terlelap.
10. Penganiayaan Di Kementerian Sihir
BARU beberapa jam tidur, Mr Weasley sudah membangunkan mereka. Dia menggunakan sihir untuk mengepak kedua kemah, dan mereka meninggalkan bumi perkemahan secepat mungkin, melewati Mr Roberts di pintu pondoknya. Mr Roberts tampak bingung dan melambai kepada mereka seraya mengucapkan, "Selamat Natal".
"Dia akan baik-baik saja," kata Mr Weasley pelan sementara mereka berjalan ke tanah kosong. "Kadang-kadang, kalau memori orang dimodifikasi, untuk sementara dia jadi bingung selama beberapa waktu... apalagi yang harus dilupakannya hal besar."
Mereka mendengar suara-suara tegang ketika mendekati tempat Portkey, dan setiba di tempat itu mereka melihat serombongan besar penyihir mengerumuni Basil, pengurus Portkey, semua mendesak ingin meninggalkan bumi perkemahan secepat mungkin. Mr Weasley
berunding singkat dengan Basil, mereka bergabung dengan antrean, dan berhasil mendapatkan ban bekas untuk kembali ke Bukit Stoatshead sebelum matahari terbit. Mereka berjalan melintasi Ottery St. Catchpole dan menyusur jalan setapak berembun menuju The Burrow dalam keremangan subuh, hanya sedikit sekali bicara karena mereka amat letih, dan merindukan sarapan. Ketika berbelok di sudut dan The Burrow tampak, terdengar jeritan bergaung di jalan setapak.
"Oh, syukurlah, syukurlah!"
Mrs Weasley yang rupanya sudah menunggu mereka di halaman depan, berlari menyongsong mereka, masih memakai sandal kamarnya, wajahnya pucat dan tegang, tangannya mencengkeram Daily Prophet yang tergulung.
"Arthur... aku cemas sekali... cemas sekali..."
Dia merangkul leher Mr Weasley, dan Daily Prophet terjatuh dari tangannya yang lemas ke tanah. Harry melihat kepala beritanya: TEROR DI PIALA DUMA QUIDDITCH, lengkap dengan foto hitam-putih Tanda Kegelapan yang berpendar di atas pepohonan.
"Kalian tak apa-apa," Mrs Weasley bergumam ham-pa, melepaskan Mr Weasley dan memandang mereka semua dengan mata merah. "Kalian tak apa-apa..
. Oh, Nak..." Dan betapa herannya semua orang ketika dia menarik Fred dan George dan memeluk mereka begitu eratnya, sampai kepala keduanya beradu.
"Ouch!Mum... kami tercekik nih..."
"Aku memarahi kalian sebelum kalian berangkat!"
kata Mrs Weasley, terisak. "Itulah yang memenuhi pikiranku! Bagaimana kalau Kau-Tahu-Siapa berhasil menangkap kalian, dan kalimat terakhir yang kuucapkan pada kalian adalah OWL kalian tidak cukup tinggi" Oh, Fred... George..."
"Sudahlah, Molly, mereka tak apa-apa," kata Mr Weasley menghibur, melepaskannya dari si kembar dan membawanya ke arah rumah. "Bill," dia menambahkan pelan, "ambil koran itu, aku ingin baca beritanya... "
Ketika mereka semua sudah berdesakan di dapur kecil itu, dan Hermione telah membuatkan secangkir teh amat kental untuk Mrs Weasley, dan Mr Weasley memaksa menuang sedikit Wiski-Api Tua Ogdens ke dalamnya, Bill menyerahkan korannya kepada ayahnya. Mr Weasley membaca halaman depan, sementara Percy ikut melihat dari balik bahunya.
"Aku sudah menduga," kata Mr Weasley berat. "Kesalahan Besar Kementerian... pelaku tidak tertangkap... pengamanan longgar... Penyihir-penyihir hitam berkeliaran betas... aib nasional... Siapa yang menulis ini" Ah, tentu saja... Rita Skeeter."
"Perempuan itu sentimen pada Kementerian Sihir!" kata Percy berang. "Minggu lalu dia berkata kami membuang-buang waktu bercekcok tentang ketebalan kuali, ketika seharusnya kami membasmi vampir! Padahal kan sudah jelasdikatakan di paragraf dua belas Petunjuk Perlakuan terhadap Non-Penyihir Sebagian-Manusia..."
"Tolong deh, Perce," kata Bill, menguap, "tutup mulut."
"Aku disebut di sini," kata Mr Weasley, matanya melebar di balik kacamatanya ketika dia tiba di bagian akhir artikel.
"Di mana"" kata Mrs Weasley yang sampai tersedak teh dan wiskinya. "Kalau aku melihatnya, aku akan tahu kau masih hidup!"
"Tidak menyebut nama," kata Mr Weasley "Dengar ini: Kalau para penyihir yang ketakutan, yang menahan napas menunggu berita di tepi hutan, mengharapkan penenteraman hati dari Menteri Sihir, mereka sangat kecewa. Seorang petugas Kementerian keluar dari hutan beberapa waktu setelah kemunculan Tanda Kegelapan, mengatakan tak ada yang terluka, namun menolak memberikan informasi lebih jauh lagi. Apakah pernyataan ini cukup untuk meredam desas-desus bahwa beberapa tubuh disingkirkan dari dalam hutan satu jam kemudian, masih akan kita lihat lagi.'Oh, astaga," kata Mr Weasley putus asa, menyerahkan surat kabar itu kepada Percy. "Memang tak ada yang luka. Aku mesti ngomong apa" Desas-desus bahwa beberapa tubuh disingkirkan dari dalam hutan... nah, sekarang pasti akan ada desas-desus, setelah dia menulis begitu." Dia menarik napas dalam-dalam. "Molly, aku harus ke kantor, ini harus diluruskan."
"Aku ikut, Ayah," kata Percy sok penting. "Mr Crouch memerlukan semua stafnya. Dan aku bisa memberikan laporan kualiku secara pribadi."
Dia bergegas keluar dari dapur. Mrs Weasley tampak sangat cemas.
"Arthur, kau kan sedang cuti! Ini tidak ada sangkut-pautnya dengan kantormu. Pastilah mereka bisa menangani ini tanpa kau."
"Aku harus pergi, Molly," kata Mr Weasley. "Aku telah membuat keadaan bertambah buruk. Aku akan berganti memakai jubah dan berangkat..."
"Mrs Weasley," kata Harry tiba-tiba, tak bisa lagi menahan diri. "Hedwig belum datang membawa surat untukku""
"Hedwig, Nak"" kata Mrs Weasley tak berkonsentrasi. "Belum... belum... tak ada pos sama sekali."


Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ron dan Hermione memandang Harry ingin tahu.
Dengan pandangan penuh arti kepada mereka, Harry berkata, "Boleh aku taruh barang-barang di kamarmu, Ron"" "Yeah... kurasa aku juga mau menaruh barang-barangku," kata Ron segera tanggap. "Hermione"" "Ya," katanya cepat-cepat, dan ketiganya meninggalkan dapur, menaiki tangga. "Ada apa, Harry"" tanya Ron begitu mereka sudah menutup pintu kamar Ron.
"Ada yang belum kuceritakan kepada kalian," kata Harry. "Pada hari Sabtu pagi, aku terbangun dengan bekas lukaku sakit lagi."
Reaksi Ron dan Hermione nyaris persis seperti yang dibayangkan Harry dalam kamarnya di Privet Drive. Hermione terpekik kaget dan langsung memberikan saran-saran, meny
ebutkan beberapa buku acuan, dan mengusulkan nama semua orang, dari Albus Dumbledore sampai Madam Pomfrey, matron rumah sakit Hogwarts. Ron bengong.
"Tapi... dia tidak di sana, kan" Kau-Tahu-Siapa" Maksudku... terakhir kalinya bekas lukamu sakit, dia kan ada di Hogwarts""
"Aku yakin dia tidak ada di Privet Drive," kata Harry. "Tetapi aku mimpi tentang dia... dia dan Peter-kalian tahu, Wormtail. Aku tak ingat seluruhnya sekarang, tetapi mereka merencanakan membunuh... orang."
Sesaat tadi dia nyaris mengatakan "aku", tetapi tak tega membuat Hermione lebih ketakutan lagi. "Itu cuma mimpi," kata Ron menghibur. "Cuma mimpi buruk."
"Yeah, tapi apa benar cuma mimpi buruk"" kata Harry, menoleh untuk memandang ke luar jendela, ke langit yang semakin terang. "Aneh, kan"... Bekas lukaku sakit, dan tiga hari kemudian Pelahap Maut berpawai, dan simbol Voldemort muncul di langit lagi."
"Jangan... sebut... namanya!" Ron mendesis melalui giginya yang mengertak.
"Dan ingat apa yang dikatakan Profesor Trelawney"" Harry meneruskan, mengabaikan Ron. "Pada akhir tahun ajaran lalu""
Profesor Trelawney adalah guru Ramalan mereka di Hogwarts. Ketakutan di wajah Hermione sirna ketika dia mendengus mengejek.
"Oh, Harry, memangnya kau percaya pada apa saja yang dikatakan perempuan sinting itu""
"Kau tidak di sana," kata Harry. "Kau tidak mendengarnya. Kali itu berbeda. Kan sudah kuceritakan, dia trans... sungguhan. Dan dia bilang Pangeran Kegelapan akan bangkit lagi... lebih hebat dan lebih mengerikan
daripada sebelumnya... dan dia berhasil melakukannya karena abdinya akan kembali kepadanya... dan malam itu Wormtail lolos."
Dalam keheningan yang menyusul, Ron dengan linglung bermain-main dengan lubang pada seprai Chudley Cannons-nya.
"Kenapa tadi kau tanya apakah Hedwig sudah datang, Harry"" Hermione bertanya. "Apakah kau mengharapkan surat""
"Aku bercerita pada Sirius tentang bekas lukaku," kata Harry, mengangkat bahu. "Aku menunggu jawabannya."
"Pemikiran bagus!" kata Ron, ekspresinya menjadi cerah. "Berani taruhan Sirius akan tahu apa yang harus dilakukan!"
"Mudah-mudahan dia cepat membalas suratku," kata Harry.
"Tetapi kita tidak tahu di mana Sirius... dia bisa saja di Afrika atau di mana saja, kan"" kata Hermione masuk akal. "Hedwig tak akan mampu menempuh perjalanan sejauh itu dalam waktu beberapa hari."
"Yeah, aku tahu," kata Harry, tetapi ada perasaan berat menggayuti perutnya ketika dia memandang ke luar jendela, ke langit yang tanpa-Hedwig.
"Ayo ikut main Quidditch di kebun buah, Harry," ajak Ron. "Ayo... tiga lawan tiga, Bill dan Charlie dan Fred dan George akan main... Kau bica mencoba Wronski Feint..."
"Ron," kata Hermione, dalam nada menurutku-kau-sama-sekali-tidak-peka, "Harry tidak ingin main Quidditch
sekarang... Dia sedang cemas, dan capek... Kita semua perlu tidur..."
"Yeah, aku mau main Quidditch," kata Harry tibatiba. "Tunggu, kuambil dulu Firebolt-ku."
Hermione meninggalkan kamar, menggumamkan sesuatu yang kedengarannya mirip sekali "Dasar cowok."
Baik Mr Weasley maupun Percy tak banyak berada di rumah selama minggu berikutnya. Mereka berdua meninggalkan rumah setiap pagi sebelum yang lain bangun, dan kembali lama setelah makan malam usai.
"Benar-benar gempar," Percy memberitahu mereka dengan lagak penting hari Minggu malam, sebelum mereka kembali ke Hogwarts. "Aku tak hentinya memadamkan api sepanjang minggu. Orang-orang terus saja mengirim Howler, dan tentu saja kalau Howler tak langsung dibuka, dia meledak. Mejaku penuh bekas-bekas terbakar dan pena buluku yang paling bagus jadi arang."
"Kenapa mereka mengirim Howler"" tanya Ginny, yang sedang membetulkan buku Seribu Satu Tanaman Obat dan Jamur Gaib dengan Spellotape, di atas karpet di depan perapian ruang keluarga.
"Mengeluhkan tentang keamanan di Piala Dunia," kata Percy. "Mereka menuntut kompensasi untuk harta milik mereka yang rusak. Mundungus Fletcher telah mengajukan tuntutan penggantian untuk tenda berkamar dua belas, lengkap dengan Jacuzzi, tetapi aku sudah dapat nomornya. Aku tahu dia tidur di bawah mantel yang disangga tiang."
Mrs Weasley mengerling jam bes
ar yang berdiri di sudut. Harry suka jam ini. Walaupun jam ini sama sekali tak berguna kalau kau ingin tahu waktu,. tetapi sangat informatif. Jam itu punya sembilan jarum emas, dan masing-masing bergrafir tulisan nama anggota keluarga Weasley. Tak ada angka-angka pada piringannya, tetapi ada penjelasan di mana masing-masing orang berada. "Rumah", "sekolah", dan "kerja" ada di sana, tetapi ada juga "bepergian", "tersesat", "rumah sakit", "penjara", dan pada posisi di mana angka dua belas biasa berada pada jam biasa, tertulis "bahaya maut".
Delapan dari jarum itu sekarang menunjuk pada posisi "rumah", tetapi jarum Mr Weasley yang paling panjang, masih menunjuk pada "kerja". Mrs Weasley menghela napas.
"Ayah kalian tak pernah perlu ke kantor pada akhir minggu setelah masa Kau-Tahu-Siapa berlalu," katanya. "Mereka mempekerjakannya terlalu berat. Makan malamnya bisa basi kalau dia tak segera pulang."
"Ayah merasa dia harus menebus kesalahannya pada pertandingan itu, kan"'" kata Percy "Kalau mau jujur, dia kurang bijaksana membuat pernyataan umum tanpa minta persetujuan kepala departemennya lebih dulu..."
"Jangan berani-berani menyalahkan ayahmu untuk artikel yang ditulis si Skeeter brengsek itu!" kata Mrs Weasley, langsung meledak.
"Kalau Dad tidak bilang apa-apa, si Rita paling-paling cuma akan bilang sungguh memalukan tak ada orang Kementerian yang bicara," kata Bill, yang sedang bermain catur bersama Ron. "Rita Skeeter tak pernah membuat orang tampak bagus. Ingat, dia pernah mewawancarai semua Pemunah Mantra Gringotts dan menyebutku 'si gondrong'""
"Yah, memang rambutmu agak panjang, Nak," kata Mrs Weasley lembut. "Kalau kauizinkan aku..."
"Tidak, Mum." Hujan menerpa jendela ruang keluarga. Hermione asyik membaca Kitab Mantra Standar, Tingkat 4, yang telah dibelikan Mrs Weasley untuknya, Harry, dan Ron di Diagon Alley. Charlie sedang menisik balaclava tahan-api. Harry menggosok Firebolt-nya, perangkat pemeliharaan sapu yang diberikan Hermione sebagai hadiah ulang tahunnya yang ketiga belas terbuka di kakinya. Fred dan George duduk di sudut yang jauh, dengan pena bulu siap di tangan, berbisik-bisik, kepala mereka menunduk di atas secarik perkamen.
"Sedang apa kalian berdua"" tanya Mrs Weasley tajam, memandang si kembar.
"PR," kata Fred tak jelas.
"Jangan ngaco, kalian masih libur," kata Mrs Weasley.
"Yeah, waktu itu belum dibuat," kata George.
"Kalian tidak sedang menulis formulir pesanan baru, kan"" tanya Mrs Weasley galak. "Kalian tidak sedang memikirkan memulai lagi Sihir Sakti Weasley, kan""
"Ya ampun, Mum," kata Fred, mendongak menatapnya, tampangnya seolah hatinya terluka. "Kalau Hogwarts Express tabrakan besok, dan George dan aku
mati, bagaimana perasaan Mum kalau hal terakhir yang kami dengar dari Mum adalah tuduhan tak berdasar""
Semua tertawa, bahkan Mrs Weasley juga. "Oh, ayah kalian sebentar lagi pulang!" katanya tiba-tiba, mendongak memandang jam lagi. Jarum Mr Weasley mendadak bergeser dari "kerja" ke "bepergian". Sedetik kemudian jarum itu bergetar dan berhenti di "rumah" bersama yang lain, dan mereka mendengarnya memanggil-manggil dari dapur.
"Ya, Arthur!" seru Mrs Weasley, bergegas meninggalkan ruangan.
Beberapa saat kemudian Mr Weasley masuk ke dalam ruang keluarga yang hangat sambil membawa makan malamnya di atas nampan. Dia tampak letih sekali.
"Yah, minyak sudah tertuang ke api sekarang," dia memberitahu Mrs Weasley seraya duduk di kursi berlengan dekat perapian dan mempermain-mainkan kembang kolnya yang sudah layu tanpa semangat. "Rita Skeeter menguber-uber kami terus sepanjang minggu ini, mencari-cari kesalahan Kementerian untuk ditulis. Dan sekarang dia sudah berhasil tahu tentang si Bertha yang hilang, jadi itulah yang akan jadi kepala berita di Prophet besok pagi. Aku sudah bilang pada Bagman, mestinya dia sudah kirim orang untuk mencarinya sejak dulu."
"Mr Crouch sudah berminggu-minggu bilang begitu," kata Percy gesit.
"Crouch beruntung sekali karena Rita tidak sampai tahu tentang Winky," kata Mr Weasley jengkel. "Bisa jadi kepala berita seminggu, soal peri-rumahnya tertangkap
sedang memegangi t ongkat yang menyihir Tanda Kegelapan."
"Bukankah kita semua sepakat bahwa peri itu, walaupun memang kurang bertanggung jawab, tidak menyihir Tanda Kegelapan"" kata Percy panas.
"Kalau kau tanya aku, Mr Crouch beruntung sekali tak seorang pun dari Daily Prophettahu betapa kejamnya dia pada peri!" kata Hermione marah.
"Jangan main tuduh, Hermione!" kata Percy. "Pegawai Kementerian dengan jabatan tinggi seperti Mr Crouch layak menerima kepatuhan total dari pelayannya..."
"Budaknya, maksudmu!" kata Hermione, suaranya meninggi penuh perasaan, "karena dia tidak membayar Winky, kan""
"Kurasa sebaiknya kalian semua naik dan memeriksa lagi apakah masih ada yang ketinggalan," kata Mrs Weasley, menghentikan pertengkaran. "Ayo, naik semuanya..."
Harry mengemas kembali sapu dan peralatan pemeliharaannya, memanggul Firebolt-nya, dan naik bersama Ron. Hujan terdengar lebih keras dari tingkat paling atas ini, diiringi siutan dan deru angin, belum lagi lolongan hantu yang tinggal di loteng itu. Pigwidgeon mulai bercicit dan beterbangan dalam sangkarnya ketika mereka masuk. Koper-koper yang separo siap itu rupanya membuatnya sangat bergairah.
"Beri dia Owl Treat," kata Ron, melemparkan bungkusan makanan burung hantu kepada Harry. "Siapa tahu dia mau diam."
Harry memasukkan beberapa Owl Treat melalui jeruji sangkar Pigwidgeon, kemudian kembali ke kopernya. Sangkar Hedwig berdiri di sebelahnya, masih kosong.
"Sudah seminggu lebih," kata Harry, memandang tempat hinggap Hedwig. "Ron, menurutmu Sirius tidak tertangkap, kan""
"Tidak, kalau tertangkap pasti ada di Daily Prophet," kata Ron. "Kementerian pasti ingin menunjukkan mereka sudah menangkap orang beken, kan""
"Yeah, kurasa begitu..."
"Ini barang-barang yang Mum belikan untukmu di Diagon Alley. Dan dia sudah mengambilkan uang dari lemari besimu... dan dia sudah mencucikan semua kaus kakimu."
Ron menaruh setumpuk bungkusan di atas tempat tidur Harry dan menjatuhkan kantong uangnya dan setumpuk kaus kaki di sebelahnya. Harry mulai membuka belanjaannya. Selain Kitab Mantra Standar, Tingkat 4, oleh Miranda Goshawk, dia punya segenggam pena bulu baru, selusin gulungan perkamen, dan isi-ulang untuk peralatan pembuat-ramuannya-dia sudah hampir kehabisan tulang punggung ikan lepu dan esens belladonna. Harry baru memasukkan pakaian dalam ke dalam kualinya ketika Ron berseru jijik di belakangnya.
"Apaan sih ini""
Dia memegang sesuatu yang bagi Harry tampak seperti gaun beludru merah panjang. Di sekeliling leher dan pergelangan tangannya ada renda yang tampak bulukan.
Terdengar ketukan di pintu dan Mrs Weasley masuk, membawa setumpuk jubah Hogwarts yang baru dicuci.
"Ini jubah kalian," katanya sambil memisahkannya dalam dua tumpukan. "Hati-hati menaruhnya dalam koper supaya tidak kusut."
"Mum, ini gaun Ginny keliru ditaruh di tempatku," kata Ron, menyerahkan gaun itu.
"Tentu saja tidak," kata Mrs Weasley. "Itu untukmu. Jubah pesta."
'Apa""tanya Ron, tampangnya ngeri.
"Jubah pesta!" Mrs Weasley mengulangi. "Dalam daftar peralatanmu tercantum kau harus punya jubah pesta tahun ini... untuk acara-acara resmi." "Gila apa," kata Ron tak percaya. "Aku tak mau pakai itu, no way."
"Semua juga pakai, Ron!" kata Mrs Weasley galak. "Semua memang begitu! Ayahmu saja punya beberapa untuk pesta resmi!"
"Lebih baik telanjang daripada pakai itu," kata Ron keras kepala.
"Jangan ngawur," kata Mrs Weasley. "Kau harus punya jubah pesta, ada di daftarmu! Aku juga beli untuk Harry... tunjukkan padanya, Harry... "
Ragu-ragu bercampur takut, Harry membuka bungkusan terakhir di atas tempat tidurnya. Untunglah tidak seburuk yang disangkanya. Jubah pestanya tidak ada rendanya sama sekali-malah hampir sama dengan jubah seragam sekolahnya, hanya saja warnanya hijau-botol, bukannya hitam.
"Kupikir hijau akan serasi dengan warna matamu, Nak," kata Mrs Weasley dengan rasa sayang.
"Jubah Harry sih bagus!" kata Ron berang, memandang jubah Harry. "Kenapa aku tidak dibelikan yang seperti itu""
"Karena... yah, aku harus membelikanmu jubah bekas, jadi tak banyak pilihannya!" kata Mrs Weasley, wajahnya memerah.
Harry memalingkan wajah. Dengan sukarela dia bersedia membagi semua emasnya di Gringotts dengan keluarga Weasley, tetapi dia tahu mereka tak akan mau menerimanya.
"Aku tak akan memakainya," kata Ron berkeras. "Jangan harap."
"Baik," tukas Mrs Weasley jengkel. "Telanjang saja kalau begitu. Dan, Harry, jangan lupa foto dia. Kebetulan sekali, aku perlu ketawa."
Dia meninggalkan kamar, membanting pintu di belakangnya. Terdengar bunyi merepet aneh dari belakang mereka. Ada sepotong Owl Treat besar tersangkut di paruh Pigwidgeon.
"Kenapa segala sesuatu yang kumiliki sampah"" kata Ron jengkel, melangkah ke seberang ruangan untuk membebaskan paruh Pigwidgeon.
11. Di Atas Hogwarts Express
SUASANA diliputi kesuraman akhir-liburan ketika Harry terbangun keesokan harinya. Hujan lebat masih menerpa jendela ketika dia memakai jins dan sweternya. Mereka akan berganti memakai jubah sekolah di atas Hogwarts Express.
Harry, Ron, Fred, George baru mencapai bordes lantai pertama untuk turun sarapan ketika Mrs Weasley muncul di kaki tangga, tampangnya gundah.
"Arthur!" panggilnya ke atas tangga. "Arthur! Berita penting dari Kementerian!"
Harry merapatkan diri ke dinding ketika Mr Weasley bergegas turun melewatinya dengan jubah terbalik- bagian belakang di depan-dan menghilang dari pandangan. Ketika Harry dan yang lain memasuki dapur, mereka melihat Mrs Weasley mencari-cari panik di dalam laci-"Mestinya ada pena di sini!"-dan Mr Weasley membungkuk di atas perapian, berbicara kepada... Harry memejamkan mata dan membukanya lagi untuk memastikan matanya tidak keliru.
Kepala Amos Diggory bertengger di atas kobaran api seperti telur besar berjenggot. Dia bicara cepat sekali, sama sekali tak terpengaruh oleh bunga-bunga api yang beterbangan di sekitarnya dan lidah-lidah api yang menjilat-jilat telinganya.
"... Tetangga-tetangga Muggle mendengar bunyibunyi bising dan teriakan-teriakan, jadi mereka memanggil apa tuh, yang mereka sebut-polis. Arthur, kau harus ke sana..."
"Ini!" kata Mrs Weasley terengah, menyodorkan secarik perkamen, sebotol tinta, dan pena bulu kusut ke tangan Mr Weasley.
"... untung benar aku mendengarnya," kata kepala Mr Diggory. "Aku harus ke kantor pagi-pagi untuk mengirim dua burung hantu dan ternyata orang-orang Penggunaan Sihir yang Tidak Pada Tempatnya sedang heboh... kalau Rita Skeeter sampai dengar soal ini, Arthur..."
"Menurut Mad-Eye apa yang terjadi"" tanya Mr Weasley, membuka tutup botol tinta, mencelupkan pena bulunya, dan siap mencatat.
Kepala Mr Diggory memutar matanya. "Katanya dia dengar ada pengacau masuk halamannya. Katanya orang itu sedang mengendap-endap menuju rumahnya, tetapi diserang oleh tempat-tempat sampahnya."
"Apa yang dilakukan tempat-tempat sampah itu"" tanya Mr Weasley, menulis buru-buru.
"Membuat kebisingan luar biasa dan menembakkan sampah ke mana-mana sejauh yang aku tahu," kata Mr Diggory. "Rupanya salah satu tempat sampah itu masih meluncur-luncur ketika polis-polis muncul... "
Mr Weasley mengeluh. "Dan bagaimana pengacaunya""
"Arthur, kau kan tahu Mad-Eye," kata kepala Mr Diggory, memutar matanya lagi. "Pengacau mengendap-endap dalam halamannya di tengah malam" Paling-paling kucing yang berkeliaran, kaget karena ketumpahan kulit kentang. Tapi kalau orang-orang Penggunaan Sihir yang Tidak Pada Tempatnya sampai menangkap Mad-Eye, habis dia-pikirkan reputasinya- kita harus melepasnya dengan tuduhan minim, itu urusan departemenmu-berapa kira-kira nilai tempat sampah yang bisa meledak""
"Bisa cuma peringatan," kata Mr Weasley, masih menulis sangat cepat, keningnya berkerut. "Mad-Eye tidak menggunakan tongkatnya" Dia tidak menyerang siapa-siapa""
"Aku berani taruhan dia melompat dari tempat tidur dan menyihir apa saja yang bisa dicapainya dari jendela," kata Mr Diggory, "tetapi mereka akan sulit membuktikannya, tak ada yang terluka."
"Baiklah, aku ke sana," kata Mr Weasley. Dia menjejalkan perkamen yang sudah ditulisinya ke dalam sakunya dan bergegas keluar dari dapur.
Kepala Mr Diggory menoleh kepada Mrs Weasley.
"Maaf lho, Molly," katanya, lebih tenang, "mengganggumu pagi-pagi sekali... tapi Arthur satu-satunya yang
bisa membebaskan Mad-Eye, dan Mad-Eye akan memulai pekerjaan barunya hari ini. Kenapa dia harus memilih semalam... "
"Tak apa-apa, Amos," kata Mrs Weasly. "Benar kau tak mau sepotong roti panggang atau apa pun sebelum pergi""
"Oh, baiklah kalau begitu," kata Mr Diggory.
Mrs Weasley mengambil sehelai roti panggang ber-mentega dari tumpukan di atas meja, memasukkannya ke penjepit api, dan menyorongkannya ke mulut Mr Diggory.
"Fima 'ahih," katanya tak jelas dengan mulut penuh, dan kemudian, dengan bunyi poppelan, dia menghilang.
Harry bisa mendengar Mr Weasley meneriakkan selamat tinggal buru-buru kepada Bill, Charlie, Percy, dan kedua anak perempuan. Dalam lima menit dia sudah kembali masuk dapur, jubahnya sudah benar sekarang, dan menyisir rambutnya.
"Aku harus buru-buru-semoga tahun ini menyenangkan bagi kalian, anak-anak," kata Mr Weasley kepada Harry, Ron, dan si kembar, memakai mantelnya, dan bersiap-siap untuk ber-Disapparate. "Molly, kau tak apa-apa sendirian mengantar anak-anak ke King's
Cross"" "Tentu saja tidak," katanya. "Kauurus Mad-Eye, kami akan baik-baik saja."
Bersamaan dengan menghilangnya Mr Weasley, Bill dan Charlie memasuki dapur.
"Tadi ada orang yang menyebut-nyebut Mad-Eye"" tanya Bill. "Kenapa lagi dia""
"Dia bilang ada yang mencoba memasuki rumahnya semalam," kata Mrs Weasley.
"Mad-Eye Moody"" tanya George merenung, mengoleskan selai pada roti panggangnya. "Orang sinting itu kan..."
"Ayah kalian sangat menghargai Mad-Eye Moody," kata Mrs Weasley tegas.
"Yeah, Dad mengoleksi steker listrik, kan"" kata Fred pelan ketika Mrs Weasley keluar dari dapur. "Sama antiknya..."
"Moody penyihir hebat pada zamannya," kata Bill.
"Dia teman lama Dumbledore, kan"" kata Charlie.
"Dumbledore juga tak bisa disebut norma, kan"" kata Fred. "Maksudku, aku tahu dia jenius dan hebat..."
"Siapakah Mad-Eye"" tanya Harry.
"Dia sudah pensiun, dulu kerja di Kementerian," kata Charlie. "Aku pernah ketemu dia sekali waktu Dad membawaku ke tempat kerjanya. Dia Auror- salah satu yang terbaik... penangkap Penyihir Hitam," dia menambahkan ketika melihat wajah Harry yang kosong. "Separo sel di Azkaban penuh berkat dia. Tapi karena itu dia punya banyak musuh... keluarga orang-orang yang ditangkapnya, terutama... dan kudengar dia jadi paranoid
dalam usia tuanya ini. Tak lagi percaya siapa pun. Seolah melihat Penyihir Hitam di mana-mana."
Bill dan Charlie memutuskan ikut mengantar ke Stasiun King's Cross, tetapi Percy, minta maaf dengan sangat, berkata bahwa dia benar-benar harus bekerja.
"Aku tak bisa cuti lagi sekarang," katanya kepada mereka. "Mr Crouch mulai tergantung kepadaku."
"Yeah, tahu tidak, Percy"" kata George serius. "Kurasa dia akan segera tahu namamu."
Mrs Weasley telah memberanikan diri menggunakan telepon di kantor pos desa untuk memesan tiga taksi Muggle biasa untuk membawa mereka ke London.
"Arthur mencoba meminjam mobil Kementerian untuk kita," Mrs Weasley berbisik kepada Harry sementara mereka berdiri di halaman yang basah tersiram hujan, memandang ketiga sopir taksi keberatan mengangkat enam koper Hogwarts berat ke dalam mobil mereka. "Tapi tak ada mobil yang bisa dipinjam... Oh, astaga... mereka tak kelihatan senang, ya""
Harry segan memberitahu Mrs Weasley bahwa sopir taksi Muggle jarang sekali mengangkut burung hantu yang kelewat bergairah, dan teriakan-teriakan Pigwidgeon sungguh memekakkan telinga. Apalagi ketika beberapa Kembang Api Filibuster Tanpa-Api, Awal-Basah tiba-tiba menyala ketika koper Fred terbuka, membuat si sopir yang mengangkutnya berteriak kesakitan karena Crookshanks mencakar kakinya.
Perjalanan tidak nyaman. Mereka berdesakan di bagian belakang taksi, dengan koper-koper mereka. Perlu
beberapa waktu bagi Crookshanks untuk mengatasi kekagetannya gara-gara kembang api tadi, dan pada saat mereka memasuki London, Harry, Ron, dan Hermione sudah kena cakar di mana-mana. Mereka lega sekali turun di King's Cross, meskipun hujan turun lebih lebat dari sebelumnya, dan mereka jadi basah kuyup menyeret koper mereka menyeberangi jalanan yang ramai dan memasuki stasiun.
Harry sekarang sudah terbiasa memas
uki peron sembilan tiga perempat. Dia hanya tinggal berjalan melewati penghalang yang kelihatannya kokoh di antara peron sembilan dan sepuluh. Yang sulit adalah melakukannya secara tidak mencolok, agar tidak menarik perhatian Muggle. Mereka melakukannya berkelompok hari ini. Harry, Ron, dan Hermione (yang paling mencolok, karena mereka ditemani Pigwidgeon dan Crookshanks), masuk paling dulu. Mereka bersandar ke palang rintangan, mengobrol santai, dan berhasil masuk... peron sembilan tiga perempat tibatiba muncul di hadapan mereka.
Hogwarts Express, kereta uap merah berkilauan, sudah ada di sana, mengepul-ngepulkan asap. Para murid Hogwarts dan orangtua mereka bermunculan ke peron dari dalam asap itu seperti hantu-hantu hitam. Pigwidgeon jadi lebih ribut dari sebelumnya, membalas uhu-uhu burung-burung hantu lain yang terdengar dari dalam kabut asap. Harry, Ron, dan Hermione mencari tempat duduk, dan segera saja memasukkan koper-koper mereka dalam kompartemen di pertengahan kereta. Setelah itu mereka turun lagi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Mrs Weasley, Bill, dan Charlie.
"Mungkin aku akan ketemu kalian lagi lebih cepat dari dugaan kalian," kata Charlie tersenyum sambil memeluk Ginny.
"Kenapa"" tanya Fred tajam.
"Lihat saja nanti," kata Charlie. "Cuma saja jangan bilang Percy aku menyebut-nyebut ini... kan ini 'informasi rahasia, sampai pihak Kementerian merasa sudah tiba waktunya diumumkan.'"
"Yeah, rasanya aku ingin sekali balik ke Hogwarts tahun ini," kata Bill, tangannya dalam saku, menerawang memandang kereta api.
"Kenapa""tanya George penasaran.
"Tahun ini akan asyik sekali bagi kalian," kata Bill, matanya berkilauan. "Mungkin aku akan cuti untuk menonton sebagian..."
"Sebagian apa"" tanya Ron. Tetapi saat itu peluit bertiup, dan Mrs Weasley menggiring mereka ke pintu kereta.
"Terima kasih kami boleh menginap, Mrs Weasley," kata Hermione setelah mereka naik, menutup pintu, dan menjulurkan kepala ke luar jendela untuk bicara kepadanya.
"Yeah, terima kasih untuk segalanya, Mrs Weasley," kata Harry
"Oh, aku senang kalian datang, Nak," kata Mrs Weasley. "Aku ingin mengundang kalian Natal nanti, tapi... yah, kurasa kalian semua ingin tinggal di Hogwarts, apalagi dengan adanya... ini-itu."
"Mum!" kata Ron sebal. "Apa sih yang kalian bertiga ketahui tapi kami tidak""
"Kalian akan tahu malam ini, kurasa," kata Mrs Weasley, tersenyum. "Akan sangat menyenangkan... aku senang sekali mereka sudah mengubah peraturannya..."
"Peraturan apa"" tanya Harry, Ron, Fred, dan George bersamaan.
"Nanti Profesor Dumbledore akan memberitahu kalian... Nah, jangan nakal, ya" Ya, Fred" Dan kau, George""
Piston berdesis keras dan kereta mulai bergerak.
"Bilang dong akan ada apa di Hogwarts!" teriak Fred dari jendela sementara Mrs Weasley, Bill, dan Charlie tertinggal semakin jauh dari mereka. "Peraturan apa yang mereka ubah""
Tetapi Mrs Weasley hanya tersenyum dan melambai. Sebelum kereta membelok di tikungan, dia, Bill, dan Charlie telah ber-Disapparate.
Harry, Ron, dan Hermione kembali ke kompartemen mereka. Hujan lebat yang menimpa jendela membuat mereka sulit sekali memandang ke luar. Ron membuka kopernya, mengeluarkan jubah pestanya yang merah, dan menyelubunginya ke sangkar Pigwidgeon untuk meredam uhu-uhunya.
"Bagman saja ingin memberitahu kita apa yang akan berlangsung di Hogwarts," omelnya, seraya duduk di samping Harry. "Di Piala Dunia lalu, ingat" Masa ibuku sendiri tidak mau bilang. Apa kira-kira..."
"Shhh!" mendadak Hermione berbisik, meletakkan jari di bibirnya dan menunjuk kompartemen di sebelah mereka. Harry dan Ron mendengarkan, dan suara dipanjang-panjangkan yang sudah mereka kenal terdengar melalui pintu yang terbuka.
"... Ayah sebetulnya lebih suka menyekolahkan aku di Durmstrang daripada Hogwarts. Dia kenal kepala sekolahnya. Kalian kan tahu bagaimana pendapatnya tentang Dumbledore-orang itu pecinta berat Darah-lumpur-dan Durmstrang tidak menerima jembel ma-cam begitu. Tapi Ibu tidak suka aku bersekolah di tempat yang begitu jauh. Ayah bilang, Durmstrang bersikap lebih masuk akal daripada Hogwarts terhadap
Ilmu Hitam. Murid-murid Durmstrang mempelajarinya, bukan cuma pertahanan omong kosong seperti kita... " Hermione bangkit, berjingkat ke pintu kompartemen, dan menutupnya, memblokir suara Malfoy.
"Jadi dia pikir Durmstrang lebih cocok buatnya, begitu"" katanya berang. "Sayang sekali dia tidaksekolah di sana, supaya kita tak usah kenal dengannya."
"Durmstrang itu sekolah sihir yang lain"" tanya Harry.
"Ya," kata Hermione sengit. "Dan reputasinya buruk. Menurut Penilaian Pendidikan Sihir di Eropa, sekolah itu memberi banyak tekanan pada Ilmu Hitam."
"Rasanya aku sudah pernah dengar deh," kata Ron tak yakin. "Di mana sih" Negara mana"" "Kan tak ada yang tahu," kata Hermione, mengangkat alisnya.
"Er... kenapa tidak"" tanya Harry.
"Sudah tradisi ada banyak persaingan di. antara semua sekolah sihir. Durmstrang dan Beauxbatons menyembunyikan keberadaan mereka supaya tak ada yang bisa mencuri rahasia mereka," kata Hermione tanpa berbelit-belit.
"Yang benar saja," kata Ron, mulai tertawa. "Durmstrang pasti sama besarnya dengan Hogwarts- bagaimana kau bisa menyembunyikan kastil besar begitu""
"Tetapi Hogwarts tersembunyi," kata Hermione, keheranan. "Semua orang tahu itu... yah, semua orang yang sudah membaca Sejarah Hogwarts lah."
"Cuma kau, kalau begitu," kata Ron. "Jadi, teruskan... bagaimana menyembunyikan tempat seperti Hogwarts""
"Dengan sihir," kata Hermione. "Kalau ada Muggle yang melihatnya, yang mereka lihat hanyalah reruntuhan bangunan tua berlumut dengan papan peringatan di depannya bertulisan BERBAHAYA, DILARANG MASUK."
"Jadi, Durmstrang juga kelihatan seperti reruntuhan bagi orang luar""
"Mungkin," kata Hermione, mengangkat bahu, "atau bisa saja mereka memakai Mantra Penolak Muggle, seperti stadion Piala Dunia. Dan untuk mencegah penyihir asing menemukannya, mereka akan membuatnya tak-terpeta..."
"Apa, coba bilang lagi""
"Yah, kau bisa menyihir bangunan supaya tak bisa tampak di peta, kan""
"Er... kalau menurutmu begitu," kata Harry.
"Tetapi menurutku, Durmstrang pastilah di suatu tempat jauh di utara," kata Hermione menerawang. "Di tempat yang sangat dingin, karena mereka punya seragam mantel bulu."
"Ah, pikirkan kemungkinan-kemungkinannya," kata Ron melamun. "Mudah sekali mendorong Malfoy ke sungai es, pura-pura kecelakaan... Sayang sekali ibunya menyayanginya...."
Hujan makin lama makin lebat ketika kereta meluncur makin jauh ke utara. Langit amat gelap dan jendela amat berkabut, sehingga lampu-lampu sudah dinyalakan pada siang hari. Troli penjual makanan berderik di koridor, dan Harry membeli setumpuk besar Bolu Kuali untuk dimakan bersama.
Beberapa teman mereka berdatangan sementara siang berganti sore, termasuk Seamus Finnigan, Dean Thomas, dan Neville Longbottom, remaja berwajah bundar, sangat pelupa, yang dibesarkan oleh neneknya yang galak. Seamus masih memakai mawar Irlandianya. Sebagian sihirnya rupanya sudah memudar. Mawar itu masih meneriakkan "Troy-Mulet-Moran!" tetapi amat lemah dan terdengar amat letih. Setelah kira-kira setengah jam, Hermione, yang bosan mendengar obrolan tentang Quidditch yang tak habishabisnya, membenamkan diri sekali lagi membaca buku Kitab Mantra Standar, Tingkat 4, dan mulai mempelajari Mantra Panggil.
Neville mendengarkan dengan iri ketika yang lain ramai membicarakan Piala Dunia. "Nenek tak mau pergi,"
katanya merana. "Tak mau beli tiket. Kedengarannya seru sekali."
"Memang," kata Ron. "Lihat ini, Neville..."
Dia mencari-cari dalam kopernya di atas tempat bagasi dan mengambil figur miniatur Viktor Krum. "Oh, wow/'kata Neville iri ketika Ron meletakkan Krum di atas tangannya yang gemuk. "Kami juga melihatnya dari dekat," kata Ron. "Kami nonton di Boks Utama..." "Untuk pertama dan terakhir kalinya dalam hidupmu, Weasley."
Draco Malfoy telah muncul di pintu. Di belakangnya berdiri Crabbe dan Goyle, kroninya yang bertubuh besar dan sangar, keduanya kelihatannya bertambah tinggi tiga puluh senti selama musim panas. Rupanya mereka mendengar obrolan tentang Qudditch itu dari pintu kompartemen yang dibiarkan sedikit terbuka oleh Dean dan Seamus. "Rasanya kami tak mengundangmu bergabun
g, Malfoy," kata Harry dingin.
"Weasley... apa itu"" kata Malfoy, menunjuk sangkar Pigwidgeon. Lengan jubah pesta Ron menjuntai bergoyang-goyang sesuai irama guncangan kereta, per-gelangan lengannya yang berenda kelihatan jelas sekali.
Ron berusaha menyingkirkan jubah itu, tetapi Malfoy lebih cepat darinya. Dia menyambar lengan jubah itu dan menariknya.
"Lihat ini!" kata Malfoy kegirangan, mengangkat jubah Ron dan memperlihatkannya kepada Crabbe dan Goyle. "Weasley, memangnya kau mau pakai ini" Maksudku... ini memang mode yang ngetop di tahun delapan belas sembilan puluhan..."
"Bukan urusanmu!" kata Ron, wajahnya sama merahnya dengan jubah pesta yang disambarnya kembali dari tangan Malfoy. Malfoy terbahak-bahak. Crabbe dan Goyle tertawa konyol.
"Jadi... mau ikut, Weasley" Mau coba mengharumkan nama keluarga" Ada hadiah uang juga, tahu... kau akan bisa beli jubah yang layak kalau menang..."
"Kau bicara apa"" tukas Ron.
"Apakah kau mau ikut"" Malfoy mengulangi. "Kalau kau pasti ikut, Potter" Kau tak perriah melewatkan kesempatan untuk pamer, kan""
"Jelaskan apa yang kauocehkan, kalau tidak, pergi sana, Malfoy," kata Hermione jengkel dari atas Kitab Mantra Standar, Tingkat 4.
Senyum kegirangan merekah di wajah pucat Malfoy.
"Memangnya kalian tidak tahu""katanya senang. "Kau punya ayah dan kakak di Kementerian dan kau tidak tahu" Bukan main! Ayahku sudah memberitahuku lamaaa sekali... dia dengar dari Cornelius Fudge. Tapi Ayah memang punya hubungan dekat dengan orang-orang top di Kementerian... Mungkin ayahmu tingkatnya cuma junior, jadi tak tahu, Weasley... ya... mungkin mereka tidak bicara tentang soal-soal penting di depannya..."
Tertawa sekali lagi, Malfoy memberi isyarat kepada Crabbe dan Goyle, dan ketiganya menghilang. Ron bangkit dan membanting pintu geser kompartemen begitu kerasnya sampai kacanya pecah.
"Ron!" tegur Hermione. Dia mencabut tongkatnya, menggumamkan, "Reparo!" dan serpihan-serpihan kaca
menyatu kembali menjadi selembar kaca dan kembali menempel di pintu.
"Menyebalkan sekali... seakan dia tahu segalanya dan kita tidak...," omel Ron. "Ayah punya hubungan dekat dengan orang-orang top di Kementerian'... Dad bisa naik pangkat dari dulu-dulu... cuma saja dia senang di tempatnya sekarang... "
"Tentu saja," kata Hermione tenang. "Jangan biarkan Malfoy membuatmu panas, Ron... "
"Anak itu! Membuatku panas" Bagaimana tidak!" kata Ron, mencomot salah satu sisa Bolu Kuali dan meremasnya hingga hancur.
Ron jadi marah-marah terus sepanjang sisa perjalanan. Dia tidak banyak bicara ketika mereka berganti jubah seragam sekolah, dan masih panas ketika
Hogwarts Express mulai mengurangi kecepatannya dan akhirnya berhenti di stasiun Hogsmeade yang gelap gulita.
Ketika pintu-pintu kereta membuka, gemuruh guntur terdengar. Hermione membungkus Crookshanks dalam mantelnya dan Ron membiarkan jubah pestanya tetap menyelubungi sangkar Pigwidgeon ketika mereka turun dari kereta dengan kepala menunduk dan mata menyipit menerobos hujan. Hujan sekarang demikian lebatnya sehingga seakan berember-ember air dingin diguyurkan ke atas kepala mereka.
"Hai, Hagrid!" teriak Harry, melihat siluet sosok raksasa di ujung peron di kejauhan.
"Baik-baik saja, Harry"" Hagrid balas berseru, melambai. "Sampai ketemu di pesta kalau kami tidak tenggelam!"
Murid-murid kelas satu secara tradisi mencapai kastil Hogwarts dengan berlayar menyeberangi danau bersama Hagrid.
"Oooh, aku tak mau menyeberangi danau dalam cuaca macam ini," kata Hermione sungguh-sungguh, gemetar, sementara mereka beringsut pelan sepanjang peron gelap bersama anak-anak lain. Seratus kereta tanpa-kuda siap menunggu mereka di depan stasiun. Harry, Ron, Hermione, dan Neville naik penuh syukur ke salah satu di antaranya. Pintu menutup, dan beberapa saat kemudian, dengan entakan keras, iringiringan panjang kereta berkeretak, menggelinding dengan mencipratkan air, menuju ke Kastil Hogwarts.
12. Turnamen Triwizard MELEWATI gerbang, yang kanan-kirinya dijaga patung babi hutan bersayap, dan mendaki jalan menanjak, kereta menggelinding, berguncang mengerikan dalam angin kencang yang kini
telah berubah menjadi badai. Bersandar ke jendela, Harry bisa melihat Hogwarts semakin dekat, cahaya dari jendela-jendelanya kabur dan bergoyang di balik tirai hujan lebat. Kilat menyambar di langit ketika kereta mereka berhenti di depan pintu besar dari kayu ek, di atas undakan batu. Anak-anak yang berada dalam keretakereta di depan mereka sudah bergegas menaiki undakan. Harry Ron, Hermione, dan Neville melompat turun dari kereta mereka dan buru-buru menaiki undakan juga, baru menengadah setelah mereka berada dalam Aula Depan besar yang diterangi cahaya obor, dengan tangga pualamnya yang megah.
"Ya ampun," kata Ron, menggoyangkan kepalanya dan mencipratkan air ke mana-mana, "kalau hujan terus begini, danau akan meluap. Aku basah kuyup... ARRGH!"
Balon besar merah berisi air jatuh dari langit-langit ke atas kepala Ron, dan pecah. Basah kuyup dan menyembur-nyembur, Ron terhuyung ke pinggir hingga menabrak Harry, tepat ketika bom air kedua jatuh... nyaris menimpa Hermione. Balon itu pecah di kaki Harry, mengguyurkan air dingin ke dalam sepatu kets dan kaus kakinya. Anak-anak di sekitar mereka menjerit-jerit dan mulai saling dorong dalam usaha menghindar dari serangan. Harry mendongak dan melihat Peeves si hantu jail, melayang enam meter di atas mereka. Sosoknya kecil, memakai topi-lonceng dan dasi kupu-kupu berwarna jingga, wajahnya yang lebar dan jahat mengerut berkonsentrasi ketika dia siap melempar bom airnya ke sasaran.
"PEEVES!" teriak suara marah. "Peeves, turun CEPAT!"
Profesor McGonagall, wakil kepala sekolah dan kepala asrama Gryffindor, berlari keluar dari Aula Besar. Dia terpeleset di lantai yang licin dan menyambar leher Hermione agar tidak jatuh. "Ouch... maaf, Miss Granger... "
"Tak apa-apa, Profesor!" sengal Hermione, memijat-mijat lehernya.
"Peeves, turun SEKARANG JUGA!" raung Profesor McGonagall, meluruskan topi kerucutnya dan mendelik ke atas dari balik kacamata perseginya.
"Tidak parah kok!" kekeh Peeves, melemparkan bom air ke beberapa murid perempuan kelas lima, yang menjerit dan berlari ke dalam Aula Besar. "Kan mereka sudah basah" Cuma semburan kecil! Whiiiiiiiii!" Dan dia
mengarahkan bom lain ke serombongan anak kelas dua yang baru tiba.
"Kupanggil Kepala Sekolah!" teriak Profesor McGonagall. "Kuperingatkan kau, Peeves..."
Peeves menjulurkan lidahnya, melemparkan bom air terakhir ke udara, dan melesat ke atas tangga pualam, terkekeh seperti orang gila.
"Nah, ayo jalan!" kata Profesor McGonagall tajam kepada rombongan anak-anak yang basah kuyup. "Masuk ke Aula Besar, ayo!"
Harry, Ron, dan Hermione berjalan terpeleset-peleset menuju pintu ganda di sebelah kanan. Ron bergumam marah-marah ketika menyeka rambutnya yang basah dari wajahnya.
Aula Besar tampak megah seperti biasanya, didekorasi untuk pesta awal tahun ajaran. Piring-piring dan piala-piala emas berkilauan tertimpa cahaya ratusan lilin yang melayang di atas meja-meja. Keempat meja asrama penuh sesak oleh anak-anak yang ramai berceloteh. Di ujung aula, para guru duduk di belakang meja kelima, menghadapi murid-murid mereka. Di dalam aula jauh lebih hangat. Harry, Ron, dan Hermione berjalan melewati meja Slytherin, Ravenclaw, dan Hufflepuff, dan duduk bersama anakanak Gryffindor lainnya di meja paling ujung, di sebelah Nick si Kepala-Nyaris-Putus, hantu Gryffindor. Seputih mutiara dan semi-transparan, Nick malam ini memakai baju ketatnya yang biasa, tetapi dengan rimpel ekstrabesar, yang berfungsi ganda, yakni bernuansa pesta dan sekalian untuk menyangga agar
kepalanya tidak terlalu bergoyang di atas lehernya yang nyaris putus.
"Selamat malam," katanya, tersenyum kepada mereka.
"Siapa tuh"" kata Harry, melepas sepatunya dan menuang airnya. "Mudah-mudahan seleksinya cepat. Aku sudah lapar sekali."
Seleksi untuk menentukan asrama bagi para murid baru berlangsung pada awal setiap tahun ajaran baru, tetapi karena kejadian-kejadian kebetulan yang tak menyenangkan, Harry tak bisa hadir pada acara seleksi lain, kecuali seleksinya sendiri. Jadi sekarang dia menunggu-nunggu acara ini. Saat itu, suara tinggi melengking, terengah, berteriak dari ujung
lain meja. "Hai, Harry!" Itu Colin Creevey, anak kelas tiga. Baginya Harry semacam pahlawan. "Hai, Colin," balas Harry pelan. "Harry, coba tebak. Tebak deh, Harry. Adikku masuk tahun ini! Adikku Dennis!"
"Er... bagus," kata Harry.
"Dia bersemangat sekali!" kata Colin, nyaris melonjak-lonjak di tempat duduknya. "Mudah-mudahan saja dia masuk Gryffindor! Doakan, eh, Harry""
"Er... yeah, baiklah," kata Harry. Dia kembali berpaling kepada Hermione, Ron, dan Nick si KepalaNyaris-Putus. "Kakak-beradik biasanya masuk asrama yang sama, kan"" tanyanya. Dia mengacu kepada Weasley bersaudara, yang tujuh-tujuhnya masuk Gryffindor.
"Oh, tidak, tidak harus begitu," kata Hermione. "Kembaran Parvati Patil di Ravenclaw, padahal mereka kembar identik. Kau pasti mengira mereka akan masuk asrama yang sama, kan""
Harry menengadah, memandang meja guru. Kelihatannya ada lebih banyak kursi kosong daripada biasanya. Hagrid, tentu saja, masih berjuang menyeberangi danau bersama anak-anak kelas satu. Profesor McGonagall mungkin sedang mengawasi pengeringan lantai Aula Depan, tapi masih ada satu kursi kosong lain, dan Harry tak bisa menebak siapa yang kurang.
"Mana guru baru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam"" tanya Hermione, yang juga memandang para guru.
Mereka belum pernah memiliki guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang bertahan lebih dari tiga semester. Favorit Harry sejauh ini adalah Profesor Lupin, yang mengundurkan diri tahun ajaran lalu. Harry mengawasi meja guru dari ujung ke ujung. Jelas tak ada muka baru di sana.
"Mungkin mereka tak berhasil mendapatkan guru baru!" kata Hermione cemas.
Harry memandang meja guru lebih teliti lagi. Profesor Flitwick yang kecil mungil duduk di atas tumpukan bantal di sebelah Profesor Sprout, guru Herbologi, yang topinya miring di atas rambut panjangnya yang beruban. Guru perempuan ini sedang bicara pada Profesor Sinistra dari departemen Astronomi. Di sisi lain Profesor Sinistra duduk si ahli Ramuan berwajah pucat, dengan hidung bengkok dan rambut berminyak, Snape-orang yang paling tidak disukai Harry di Hogwarts. Ketaksukaan
Harry diimbangi oleh kebencian Snape terhadapnya, kebencian yang semakin mendalam tahun lalu, ketika Harry membantu Sirius kabur di bawah hidung besar Snape- Snape dan Sirius sudah bermusuhan sejak mereka masih bersekolah.
Di sebelah Snape ada kursi kosong, yang menurut dugaan Harry kursi Profesor McGonagall. Di sebelahnya, tepat di tengah meja, duduk Profesor Dumbledore, kepala sekolah, rambut dan jenggot panjangnya yang keperakan berkilau dalam cahaya lilin, jubah hijau tuanya yang indah bersulam banyak bin-tang dan bulan. Ujung-ujung jari Dumbledore yang panjang dan runcing terkatup dan dia meletakkan ujung dagunya di atasnya, memandang ke langitlangit dari balik kacamata bulan-separonya, seakan sedang melamun. Harry ikut memandang langit-langit, yang disihir persis langit di luar. Belum pernah Harry melihat langit segelap ini. Awan-awan hitam dan ungu berarak, dan ketika guntur menggelegar di luar, kilat menyambar di langit-langit.
"Oh, cepat dong," ratap Ron, di sebelah Harry. "Aku bisa menghabiskan Hippogriff saking laparnya."
Baru saja mulutnya mengatup, pintu-pintu Aula Besar terbuka dan ruangan menjadi hening. Profesor McGonagall memimpin sederet panjang anak-anak kelas satu ke bagian depan aula. Kalau Harry, Ron, dan Hermione sudah basah kuyup, itu belum seberapa dibanding anak-anak kelas satu. Dilihat dari penampilan mereka, orang akan menyangka mereka berenang menyeberangi danau dan bukannya naik perahu. Semuanya gemetar kedinginan dan ketakutan ketika berjajar di depan meja guru menghadap murid-murid


Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lain-semuanya, kecuali anak yang paling kecil, anak laki-laki dengan rambut sewarna bulu tikus, yang terbungkus mantel tikus mondok yang dikenali Harry sebagai mantel Hagrid. Mantel itu sangat kebesaran untuknya sehingga kelihatannya dia dibungkus tenda sirkus besar berbulu. Mukanya yang kecil mencuat dari atas kerahnya, tampak luar biasa bergairah. Setelah ikut berjajar bersama teman-temannya yang ketakutan, dia memandang Colin Creevey, mengangkat kedua ibu jarinya dan m
ulutnya bergerak mengucapkan, "Aku jatuh ke danau!"Kelihatannya dia bangga sekali.
Profesor McGonagall sekarang meletakkan bangku berkaki-empat di lantai di depan anak-anak kelas satu. Di atas bangku itu ada topi penyihir yang sudah amat butut, kotor, dan bertambal. Anak-anak kelas satu memandangnya. Begitu pula semua yang lain. Sejenak suasana hening. Kemudian, robekan lebar di dekat tepi topi menganga lebar seperti mulut dan topi itu bernyanyi:
Lebih dari seribu tahun lalu,
Waktu aku masih baru berkilap,
Ada empat penyihir terkenal,
Yang namanya kini masih diingat:
Gryffindor si gagah berani dari padang liar,
Gadis gunung Ravenclaw yang jelita,
Hufflepuff yang manis dari lembah luas,
Si pintar Slytherin dari tanah berawa.
Mereka berbagi keinginan, harapan, impian,
Mereka menetaskan rencana berani, Untuk mendidik para penyihir muda, Begitulah Sekolah Hogwarts dimulai. Keempat pendiri Hogwarts ini Masing-masing mendirikan asrama Karena mereka menentukan nilai berbeda Bagi murid-murid pilihan mereka.Gryffindor paling menghargai Mereka yang gagah berani; Bagi Ravenclaw, yang terpintarlah Yang paling berarti; Bagi Hufflepuff, yang mau bekerja keras Itulah yang diterima; Dan Slytherin yang haus kekuasaan Menyukai mereka yang besar ambisinya. Sewaktu mereka masih hidup Murid-murid favorit mereka pilih sendiri, Tapi bagaimana menentukan murid yang cocok Setelah mereka meninggal dan tak ada lagi" Gryffindor-lah yang menemukan cara, Dia melepasku dari kepalanya Keempatnya menyumbangkan otak kepadaku Supaya aku bisa memilih bagi mereka! Sekarang selipkan aku di atas telingamu, Aku belum pernah keliru, Aku akan mengintip benakmu, Dan memberitahu di mana tempatmu!
Aula Besar dipenuhi sorak riuh ketika Topi Seleksi usai bernyanyi. "Itu bukan lagu yang dinyanyikannya waktu menyeleksi kita," kata Harry, ikut bertepuk bersama yang lain.
"Setiap tahun nyanyinya lain," kata Ron. "Hidupnya pasti membosankan, kan, jadi topi" Kurasa dia menghabiskan sepanjang tahun mengarang nyanyian baru."
Profesor McGonagall sekarang membuka gulungan besar perkamen.
"Yang kusebut namanya maju, memakai topi, dan duduk di atas bangku," katanya kepada anak-anak kelas satu. "Setelah Topi Seleksi menyebutkan asrama kalian, kalian duduk di meja masing-masing.
"Ackerley, Stewart!"
Seorang anak laki-laki maju, gemetar dari kepala sampai ke kaki. Dia mengambil Topi Seleksi, memakainya, dan duduk di bangku.
"RAVENCLAW!" teriak si topi.
Stewart Ackerley melepas topinya dan bergegas ke tempat duduk di meja Ravenclaw. Semua anak di situ bersorak menyambutnya. Sekilas Harry melihat Cho, Seeker Ravenclaw, bersorak mengiringi Stewart duduk. Sedetik Harry punya perasaan aneh ingin bergabung ke meja Ravenclaw juga.
"Baddock, Malcolm!"
"SLYTHERIN!" Meja di sisi lain aula bersorak riuh rendah. Harry bisa melihat Malfoy bertepuk tangan ketika Baddock bergabung dengan anak-anak Slytherin. Dalam hati Harry bertanya, apakah Baddock tahu bahwa Asrama Slytherin telah menghasilkan lebih banyak penyihir hitam daripada asrama-asrama lainnya. Fred dan George mendesis ketika Malcolm Baddock duduk.
"Branstone, Eleanor!"
"HUFFLEPUFF!" "Cauldwell, Owen!"
"HUFFLEPUFF!" "Creevey, Dennis!"
Dennis Creevey yang mungil terhuyung maju, nyaris jatuh terserimpet mantel tikus mondok Hagrid, tepat ketika Hagrid sendiri menyelinap masuk ke dalam Aula Besar lewat pintu di belakang meja guru. Kira-kira dua kali lebih tinggi dari pria normal, dan tiga kali lebih lebar, dengan rambut hitamnya yang kusut masai dan jenggot yang awut-awutan, Hagrid tampak agak mengerikan- kesan yang menyesatkan, karena Harry, Ron, dan Hermione tahu Hagrid sangat baik hati. Dia mengedip kepada mereka seraya duduk di ujung meja guru dan memandang Dennis Creevey memakai Topi Seleksi. Robekan di tepinya membuka lebar...
"GRYFFINDOR!" si topi berteriak.
Hagrid ikut bertepuk bersama anak-anak Gryffindor ketika Dennis Creevey dengan wajah berseri-seri melepas topinya, meletakkannya kembali di atas bangku, dan bergegas mendatangi kakaknya.
"Colin, aku tadi jatuh!" katanya nyaring sambil duduk di kursi kosong. "Seru sekali! Dan a
da sesuatu di air yang menangkapku dan mendorongku kembali ke dalam perahu!"
"Cool!" kata Colin, sama bergairahnya. "Mungkin yang mendorongmu si cumi-cumi raksasa, Dennis!"
"Wow!" kata Dennis, seakan terlempar ke dalam danau dalam yang sedang bergolak karena badai, dan didorong ke atas lagi oleh monster air raksasa adalah sesuatu yang luar biasa dan membuat iri banyak orang.
"Dennis! Dennis! Lihat anak yang di sana itu" Yang rambutnya hitam dan pakai kacamata" Lihat" Tahu siapa dia, Dennis""
Harry memalingkan wajah, berkonsentrasi memandang Topi Seleksi, yang sekarang sedang menyeleksi Emma Dobbs.
Seleksi berlanjut. Anak-anak dengan tingkat ketakutan yang berbeda pada wajah mereka, bergerak satu demi satu ke bangku berkaki empat. Antrean berkurang dengan lambat, Profesor McGonagall baru sampai ke huruf L.
"Aduh, cepat dong," keluh Ron, mengusap-usap perutnya.
"Ron, Seleksi jauh lebih penting daripada makanan," kata Nick si Kepala-Nyaris-Putus ketika "Madley, Laura!" terpilih masuk Hufflepuff.
"Terang saja, kau kan sudah mati," tukas Ron.
"Mudah-mudahan yang masuk Gryffindor tahun ini hebat-hebat," kata Nick, bertepuk ketika "McDonald, Natalie!" bergabung ke meja Gryffindor. "Kita tak ingin kehilangan rentetan keberuntungan kita, kan""
Selama tiga tahun berturut-turut Gryffindor telah memenangkan Kejuaraan Antar-Asrama.
"Pritchard, Graham!"
"SLYTHERIN!" "Quirke, Orla!"
"RAVENCLAW!" Dan akhirnya, dengan "Whitby, Kevin!" ("HUFFLEPUFF!") acara seleksi usai sudah. Profesor McGonagall mengangkat kursi berikut topinya dan membawanya pergi. 220
"Sudah waktunya," kata Ron, menyambar pisau dan garpunya dan memandang penuh harap pada piring emasnya.
Profesor Dumbledore sudah berdiri. Dia tersenyum ke semua muridnya, lengannya membuka lebar menyambut mereka.
"Cuma dua kata yang akan kusampaikan kepada kalian," katanya, suaranya yang dalam bergema di seluruh Aula Besar. "Selamat makan."
"Horeeee!" seru Harry dan Ron ketika piring-piring kosong di depan mereka tiba-tiba penuh berisi makanan.
Nick menatap merana ketika Harry, Ron, dan Hermione mengisi piring mereka penuh-penuh. "Aaah, 'nak," kata Ron, mulutnya penuh kentang tumbuk. "Kalian beruntung malam ini bisa pesta," ujar Nick. "Tadi ada keributan di dapur." "Kenapa" Ada 'pa"" tanya Harry, mengunyah sepotong besar daging.
"Peeves, tentu," kata Nick, menggelengkan kepala, yang bergoyang nyaris copot. Dia menarik rimpelnya lebih tinggi. "Perdebatan yang biasa, kalian tahu, kan. Dia ingin menghadiri pesta... mana mungkin, kalian tahu hantu macam apa dia, sangat tak tahu adat. Setiap kali melihat sepiring makanan, maunya untuk main lempar-lemparan. Kami lalu mengadakan rapat hantu-si Rahib Gemuk ingin memberinya kesempatan. Untunglah si Baron Berdarah bijaksana, menentangnya habis-habisan."
Baron Berdarah adalah hantu Slytherin, hantu kurus kering pendiam yang dipenuhi bercak darah keperakan.
Dia satu-satunya makhluk di Hogwarts yang bisa mengendalikan Peeves.
"Pantas Peeves tadi sewot," kata Ron. "Jadi, apa yang dilakukannya di dapur""
"Oh, biasa," kata Nick, mengangkat bahu. "Bikin kekacauan. Panci dan wajan beterbangan. Lantai banjir sup. Peri-peri rumah sampai ketakutan sekali..."
Kang. Hermione menyenggol piala emasnya sampai terguling. Jus labu kuning langsung melebar di atas taplak meja, membuat linen putih itu menjadi jingga. Tetapi Hermione tak peduli.
"Ada peri-rumah di sini"" katanya, memandang Nick dengan kaget. "Di Hogwarts""
"Tentu saja," kata Nick si Kepala-Nyaris-Putus, heran melihat reaksi Hermione. "Jumlahnya paling banyak dibanding di tempat mana pun di Inggris, kukira. Lebih dari seratus."
"Aku belum pernah melihat satu pun!" kata Hermione.
"Yah, mereka kan tidak pernah meninggalkan dapur di siang hari," kata Nick. "Mereka muncul di malam hari untuk bersih-bersih... memeriksa perapian... dan macam-macam lagi... Maksudku, kalian memang tidak diharapkan melihat mereka. Bukankah tanda perirumah yang baik adalah kalau kalian tak tahu mereka ada""
Hermione memandangnya tak percaya.
"Tetapi mereka dibayar"" tanyanya. "Mereka mendapat libur, kan" Dan... dan cuti saki
t, dan pensiun, dan lain-lainnya""
Nick si Kepala-Nyaris-Putus terkekeh kegelian sampai rimpelnya merosot dan kepalanya terkulai, berjuntai pada kira-kira hanya dua senti kulit hantu dan otot yang masih menempel di lehernya.
"Cuti sakit dan pensiun"" katanya, mendorong kepalanya balik ke lehernya dan menahannya lagi dengan rimpelnya. "Peri-rumah tidak menginginkan cuti sakit dan pensiun!"
Hermione memandang piring makanannya yang nyaris belum tersentuh, kemudian meletakkan pisau dan garpunya di atasnya, dan mendorongnya menjauh darinya.
"Oh, jangan begitu, 'Er-my-knee," kata Ron bergurau. Nama Hermione memang dilafalkan "ermaini", sama dengan bunyi er-my-knee-er-lututku. Harry tak sengaja kecipratan makanan Ron. "Oops... sori, 'Arry... " Ron menelan pudingnya. "Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan!"
"Perbudakan," kata Hermione, mengembuskan napas keras-keras lewat hidungnya. "Begitu caranya makan malam ini dibuat. Perbudakan."
Dan dia menolak makan sesendok pun lagi.
Hujan masih terus mengguyur kaca-kaca yang tinggi dan gelap. Gelegar guruh sekali lagi menggetarkan jendela-jendela, dan petir menyambar di langit-langit gelap, menerangi piring-piring emas sementara sisasisa menu pertama lenyap dan langsung digantikan oleh makanan penutup.
"Kue tart, Hermione!" kata Ron, sengaja mengarahkan harumnya aroma kue ke arahnya. "Puding, lihat! Kue cokelat!"
Tetapi Hermione memandangnya dengan cara yang mirip sekali Profesor McGonagall sehingga Ron menyerah.
Ketika makanan penutup juga sudah dilahap habis, dan remah terakhir sudah lenyap dari atas piring, meninggalkan piringnya bersih berkilau lagi, Albus Dumbledore sekali lagi berdiri. Dengung celoteh yang memenuhi aula langsung berhenti, sehingga hanya deru angin dan gerujuk hujan yang terdengar.
"Nah!" kata Dumbledore, tersenyum kepada mereka semua. "Sekarang setelah kita semua kenyang makan dan minum," ("Hmph!" dengus Hermione) "sekali lagi aku minta perhatian kalian untuk beberapa pengumuman.
"Mr Filch, si penjaga sekolah, memintaku untuk menyampaikan kepada kalian bahwa daftar benda yang dilarang di dalam kastil tahun ini ditambah dengan Yo-yo Menjerit, Frisbee Bertaring, dan Boomerang Menampar. Daftar lengkapnya terdiri atas empat ratus tujuh puluh macam, kurasa, dan bisa dilihat di kantor Mr Filch, kalau ada yang mau mengeceknya."
Ujung-ujung bibir Dumbledore bergerak-gerak. Dia meneruskan, "Seperti biasa, aku mau mengingatkan kalian semua bahwa hutan di ujung halaman sekolah itu terlarang untuk para pelajar, begitu juga desa Hogs-meade, terlarang untuk anak-anak di bawah kelas tiga.
"Dengan sangat berat hati aku harus menyampaikan juga bahwa pertandingan antar-asrama untuk memperebutkan Piala Quidditch tahun ini tidak akan diadakan."
"Apa"" Harry terpekik kaget. Dia berpaling memandang Fred dan George, sesama anggota tim Quidditch-nya. Mulut mereka terbuka mengatakan sesuatu pada Dumbledore, tapi tanpa suara. Rupanya mereka tak bisa bicara saking terkejutnya. "Ini dikarenakan ada pertandingan yang akan dimulai di bulan Oktober dan berlanjut sepanjang tahun ajaran, menyita banyak waktu dan tenaga para guru-tetapi aku yakin kalian semua akan sangat menikmatinya. Dengan kegembiraan luar biasa kuumumkan bahwa tahun ini di Hogwarts..."
Tetapi tepat saat itu terdengar gelegar guntur memekakkan telinga dan pintu Aula Besar menjeblak terbuka.
Seorang laki-laki berdiri di ambang pintu, bersandar pada tongkat panjang, memakai mantel bepergian berwarna hitam. Semua kepala di Aula Besar menoleh memandang orang asing ini, yang mendadak diterangi cahaya petir yang menyambar di langit-langit. Dia menurunkan kerudung kepalanya, mengguncang ram-but panjangnya yang beruban, kemudian berjalan ke meja guru.
Bunyi tok bergaung di seluruh aula setiap kali dia melangkah. Dia tiba di ujung meja guru, berbelok ke kanan, dan terpincang-pincang mendekati Dumbledore. Kilat menyambar lagi dan Hermione memekik pelan.
Cahaya kilat menerangi wajah laki-laki itu sehingga tampak jelas. Belum pernah Harry melihat wajah seperti
itu. Seakan dipahat dari kayu yang sudah diterpa cuaca oleh or
ang yang nyaris tak tahu bagaimana seharusnya wajah manusia, dan tak begitu andal menggunakan pahatnya. Setiap senti kulitnya tampaknya bekas terluka. Mulutnya seperti torehan serong, dan sepotong besar hidungnya hilang. Tetapi matanyalah yang membuatnya mengerikan.
Satu matanya kecil, hitam, seperti manik-manik. Satunya lagi besar, bundar seperti koin dan berwarna biru elektrik terang. Mata biru itu bergerak tak hentinya, tanpa berkedip, berputar ke atas, ke bawah, ke kanan, ke kiri, bergerak bebas tidak sewajarnya mata normal- dan kemudian bola mata itu berbalik sepenuhnya, menghadap ke bagian belakang kepalanya, sehingga yang bisa terlihat hanyalah warna putihnya.
Si orang asing tiba di tempat Dumbledore. Dia mengulurkan tangan yang juga penuh bekas luka, seperti wajahnya, dan Dumbledore menjabatnya, menggumamkan kata-kata yang tak bisa didengar Harry. Tampaknya dia bertanya-tanya kepada si orang asing, yang menggeleng tanpa senyum dan menjawab dengan suara pelan. Dumbledore mengangguk dan menunjuk ke kursi kosong di sebelah kanannya.
Orang asing itu duduk, menggoyang rambutnya supaya tidak menutupi wajahnya, menarik sepiring sosis ke dekatnya, mengangkatnya ke sisa hidungnya, dan mengendusnya. Dia kemudian mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, menusuk sosis dengan ujungnya, dan mulai makan. Matanya yang normal memandang sosis, tetapi mata birunya masih bergerak tak kenal lelah di
dalam rongganya, memandang seluruh aula dan semua murid.
"Aku memperkenalkan guru baru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam," kata Dumbledore riang, memecah keheningan. "Profesor Moody."
Biasanya guru baru disambut dengan tepukan, tetapi tak seorang pun dari guru-guru ataupun para murid yang bertepuk, kecuali Dumbledore dan Hagrid. Tetapi tepukan mereka bergaung suram dalam keheningan, dan mereka pun segera berhenti. Yang lain rupanya terpana dengan penampilan Moody yang ajaib sehingga hanya mampu menatapnya.
"Moody"" Harry bergumam kepada Ron. "Mad-Eye Moody" Moody si Mata-Gila, yang pagi tadi dibantu ayahmu""
"Mestinya," kata Ron pelan, terkesima.
"Kenapa dia"" bisik Hermione. "Kenapa wajahnya!"
"Entah," Ron balas berbisik, terpesona memandang Moody.
Moody tampaknya tak peduli dengan sambutan yang sama sekali tak hangat ini. Mengabaikan teko jus labu kuning di depannya, dia merogoh mantel bepergiannya lagi, mengeluarkan botol minuman, dan minum banyak-banyak. Saat dia mengangkat tangan untuk minum, mantelnya terangkat beberapa senti dari lantai, dan Harry melihat di bawah meja, beberapa senti kaki kayu dengan ujung seperti cakar.
Dumbledore berdeham. "Seperti tadi mau kusampaikan," katanya, tersenyum pada lautan anak-anak di hadapannya, yang semuanya masih terpana memandang Mad-Eye Moody, "kita mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertandingan luar biasa di bulan-bulan mendatang, pertandingan yang sudah tidak diselenggarakan lebih dari seratus tahun. Dengan sangat gembira aku mengumumkan bahwa Turnamen Triwizard-Turnamen Trisihir-akan dilangsungkan di Hogwarts tahun ini."
"Anda BERGURAU!" seru Fred Weasley keras.
Ketegangan yang memenuhi aula sejak Moody tiba mendadak mencair. Hampir semua anak tertawa, dan Dumbledore terkekeh senang.
"Aku tidakbergurau, Mr Weasley," katanya, "walaupun setelah kau menyebut kata itu, aku memang mendengar lelucon seru waktu liburan musim panas tentang Troll, hantu nenek jahat, dan Leprechaun yang bersama-sama
ke bar... " Profesor McGonagall berdeham keras.
"Er-tapi mungkin sekarang bukan saat yang tepat... bukan...," kata Dumbledore. "Sampai mana aku tadi" Ah, ya, Turnamen Triwizard... nah, sebagian dari kalian mungkin belum tahu turnamen apa ini, maka kuharap mereka yang sudah tahu memaafkanku yang akan memberi penjelasan singkat, dan kuizinkan mereka melayangkan pikiran ke mana-mana.
"Turnamen Triwizard pertama kali diselenggarakan kira-kira tujuh ratus tahun lalu sebagai kompetisi persahabatan di antara ketiga sekolah sihir terbesar di Eropa: Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang. Seorang juara dipilih untuk mewakili masing-masing sekolah, dan ketiga juara ini bersaing dalam menyelesaikan tiga tugas sihir.
Pedang Keadilan 12 Dendam Kesumat Pendekar Cinta Karya Tabib Gila Jaka Lola 5

Cari Blog Ini