Ceritasilat Novel Online

Piala Api 6

Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling Bagian 6


Merasa bahwa akhirnya sesuatu yang benar akan terjadi hari ini, Harry bangkit untuk pergi, tetapi laki-laki dengan kamera hitam melompat dan berdeham.
"Foto, Dumbledore, foto!" seru Bagman penuh semangat. "Semua juri bersama para juara. Bagaimana menurutmu, Rita""
"Er... ya, kita lakukan itu dulu," kata Rita Skeeter, yang menatap Harry lagi. "Dan kemudian mungkin I oto sendiri-sendiri."
Pengambilan foto itu memakan waktu lama sekali. Madame Maxime membuat yang lain tampak kecil lak berarti di mana pun dia berdiri, dan si fotografer lak bisa berdiri cukup jauh agar Madame Maxime bisa masuk dalam bingkai. Akhirnya Madame Maxime terpaksa duduk, sementara yang lain berdiri di sekelilingnya. Karkaroff tak hentinya memilin jenggot kambingnya untuk membuatnya ekstra-keriting. Krum, yang Harry kira sudah terbiasa dengan hal semacam ini, menyelinap menghindar, setengah tersembunyi di bagian belakang rombongan. Si fotografer tampaknya ingin sekali Fleur di depan, tetapi Rita Skeeter tak hentinya buru-buru maju dan menarik Harry agar lebih mencolok. Kemudian Rita memaksa para juara difoto sendiri-sendiri. Akhirnya mereka semua bebas pergi.
Harry turun untuk makan malam. Hermione tak ada- Harry menduga dia masih di rumah sakit, giginya sedang dibetulkan. Harry duduk sendirian di ujung meja, kemudian kembali ke Menara Gryffindor, memikirkan tugas tambahan Mantra Panggil yang harus dikerjakannya. Di kamar dia berpapasan dengan Ron.
"Kau ditunggu burung hantu," kata Ron singkat begitu Harry masuk. Ron menunjuk ke bantal Harry. Burung hantu serak milik sekolah sedang menunggunya di situ.
"Oh... betul," kata Harry.
"Dan kita harus menjalani detensi besok malam, ruang bawah tanah Snape," kata Ron.
Dia kemudian langsung keluar ruangan, tanpa memandang Harry. Sesaat Harry berniat mengejarnya- dia tak yakin apakah dia ingin bicara dengannya atau memukulnya, dua-duanya menarik-tetapi godaan jawaban Sirius sangat kuat. Harry melangkah mendekati burung hantu itu, mengambil surat dari kakinya, dan membuka gulungannya.
Harry, Aku tak bisu mengatakan semua yang ingin kukatakan di dalam surat, terlalu riskan, siapa tahu burung hantunya ditangkap. Kita harus bicara langsung. Bisakah kaupastikan kau sendirian di depan perapian Menara Gryffindor pukul satu dinihari pada tanggal 22 November"
Aku tahu lebih daripada siapa pun bahwa kau bisa menjaga dirimu, dan selagi kau berada di dekat Dumbledore dan Moody, kurasa tak seorang pun bisa mencederaimu. Meskipun demikian, rupanya ada orang yang sedang berusaha keras. Mendaftarkan namamu dalam turnamen itu sangat riskan, apalagi di bawah hidung Dumbledore.
Waspadalah selalu, Harry. Aku masih tetap ingin mendengar apa saja yang tidak biasa. Kabari aku tentang 22 November secepatnya.
Sirius. 19. Naga Ekor Berduri Hungaria
Prospek akan berbicara langsung dengan Sirius, adalah satu-satunya hal yan
g menopang Harry selama dua minggu berikutnya, satu-satunya bintik cerah di kaki langit yang belum pernah sepekat itu. Shock gara-gara dirinya terpilih menjadi juara sekolah sudah mulai agak memudar sekarang, dan ketakutan akan apa yang harus dihadapinya, mulai disadarinya. Tugas pertama sudah semakin dekat. Harry merasa tugas pertama itu sudah menringkuk di depannya seperti monster mengerikan, menghalangi jalannya. Dia belum pernah setegang ini, ketegangannya jauh melampaui apa yang dirasakannya sebelum pertandingan Quidditch, bahkan juga pertandingan terakhirnya melawan Slytherin, yang menentukan siapa yang akan memenangkan Piala Quidditch. Sulit sekali bagi Harry untuk memikirkan masa depan. Dia merasa seakan seluruh hidupnya menuju, dan akan berakhir dengan, tugas pertamanya...
Sejujurnya dia tidak tahu bagaimana Sirius bisa membuatnya merasa lebih baik, padahal dia harus melaksanakan sihir entah apa yang sulit dan berbahaya di hadapan ratusan orang, tetapi memandang wajah ramah akan menghiburnya saat ini. Harry membalas surat Sirius, mengatakan dia akan berada di depan perapian pada waktu yang diusulkan Sirius. Dia dan Hermione melewatkan banyak waktu mendiskusikan rencana memaksa pergi anak-anak yang berlama-lama berada di ruang rekreasi pada malam itu. Kalau segala upaya tak berhasil, mereka akan meledakkan sekantung bom kotoran, tetapi mereka berharap tak usah sampai begitu - Filch akan menguliti mereka hidup-hidup.
Sementara itu, hidup menjadi lebih susah bagi Harry di dalam kungkungan kastil, karena Rita Skeeter telah menerbitkan artikelnya tentang Turnamen Triwizard, dan ternyata tulisannya bukannya laporan mengenai turnamen melainkan kisah hidup Harry yang sangat didramatisir. Sebagian besar halaman pertama dihabiskan untuk menampilkan foto Harry. Artikelnya (yang bersambung ke halaman dua, enam dan tujuh) semuanya tentang Harry. Nama-nama juara Beauxbatons dan Durmstrang (salah eja, lagi) Cuma disisipkan di baris terakhir artikel, dan Cedric malah sama sekali tidak disebut-sebut.
Artikel itu muncul sepuluh hari yang lalu, dan harry masih merasa muak dan mukanya panas saking malunya setiap kali dia teringat itu. Rita Skeeter melaporkan Harry telah mengatakan banyak hal - Harry tak bisa ingat dia pernah mengatakan semua itu seumur hidupnya, apalagi di dalam lemari sapu itu.
"Saya rasa saya mendapat kekuatan dari orang tua saya. Saya tahu mereka akan sangat bangga kalau mereka bisa melihat saya sekarang... ya, kadang-kadang di malam hari saya masih menangisi mereka, saya tidak malu mengatakannya... Saya tahu tak akan ada yang bisa membuat saya cedera selama turnamen karena mereka menjaga saya..."
Tetapi Rita Skeeter bahkan bertindak lebih jauh daripada mengubah "er-er" Harry menjadi kalimat-kalimat panjang. Dia telah mewawancarai juga orang-orang lain untuk bicara tentang Harry.
Harry akhirnya menemukan cinta di Hogwarts. Teman dekatnya, Colin Creevey, mengatakan bahwa Harry jarang tampil tanpa ditemani Hermione Granger, si gadis kelahiran Muggle yang cantik memukau yang, seperti halnya Harry, salah satu murid top di sekolah.
Sejak artikel itu muncul, Harry tak hentinya menerima cemooh - terutama dari anak-anak Slytherin - setiap kali dia lewat. Mereka juga menirukan ucapannya di artikel.
"Perlu sapu tangan, Potter, siapa tahu kau nanti nangis di pelajaran Transfigurasi""
"Sejak kapan kau jadi salah satu murid top di sekolah, Potter" Apa ini sekolah baru yang kaudirikan bersama Neville""
"Hei... Harry!"
"Yeah, betul," Harry berteriak sambil berbalik di koridor, dia sudah tak tahan lagi. "Aku baru saja menangisi ibuku yang sudah mati, dan aku baru akan menangis lagi..."
"Tidak... aku Cuma mau kasih tahu... ini, pena bulumu jatuh."
Ternyata Cho Chang. Harry merasa wajahnya merah padam.
"Oh... maaf," gumam Harry, mengambil kembali pena bulunya.
"Er... semoga sukses hari selasa nanti," kata Cho Chang. "Aku benar-benar berharap kau berhasil baik."
Harry jadi merasa tolol sekali.
Hermione juga kebagian ejekan, tetapi dia tidak sampai berteriak kepada para penonton yang tak bersalah. Bahkan Harry sangat kagum pada ca
ranya menangani situasi ini.
"Cantik memukau" Dia"" Pansy Parkinson menjerit saat pertama kali dia berhadapan dengan Hermione setelah munculnya artikel Rita. "Dibandingkan dengan apa... bajing""
"Jangan pedulikan," kata Hermione anggun, kepalanya tetap tegak ketika dia melewati cewek-cewek Slytherin yang terkikik-kikik seakan dia tidak mendengar mereka. "Abaikan saja, Harry."
Tetapi Harry tidak dapat mengabaikannya. Ron belum bicara lagi kepadanya sejak memberitahunya tentang detensi Snape. Harry setengah berharap mereka akan rukun lagi sewaktu selama dua jam mereka dipaksa mengawetkan otak tikus diruang bawah tanah Snape, tetapi hari itu adalah hari munculnya artikel Rita Skeeter, yang rupanya memastikan dugaan Ron bahwa Harry sesungguhnya menikmati semua perhatian ini.
Hermione sebal sekali pada mereka berdua. Dia pergi dari yang satu ke yang lain, berusaha memaksa mereka agar mau saling bicara, tetapi Harry tak mau mengalah. Dia baru mau bicara kepada Ron lagi hanya kalau Ron mengakui Harry tidak memasukkan namanya ke dalam Piala Api dan minta maaf karena telah menuduhnya pembohong.
"Bukan aku yang mulai," kata Harry keras kepala. "Itu urusan dia."
"Kau merasa kehilangan dia!" kata Hermione tak sabar. "Dan aku tahu dia juga kehilangan kau..."
"Kehilangan dia"" kata Harry. "Aku tidak kehilangan dia..."
Tetapi ini bohong besar. Harry sangat menyukai Hermione, tetapi Hermione tidak sama dengan Ron. Bersahabat dengan Hermione berarti sedikit tertawa dan lebih banyak berada di perpustakaan. Harry masih belum menguasai Mantra Panggil. Tampaknya ada hambatan baginya, dan Hermione ngotot bahwa mempelajari teorinya akan membantu. Dengan demikian mereka melewatkan banyak waktu dengan membaca selama istirahat makan siang.
Viktor Krum juga sering berada di perpustakaan, dan Harry bertanya-tanya dalam hati, apa yang dilakukannya. Apakah dia belajar, ataukah mencari-cari petunjuk yang bisa membantunya melaksanakan tugas pertamanya" Hermione sering mengeluhkan keberadaan Krum di sana - bukannya karena Krum mengganggu mereka -melainkan karena rombongan gadis yang terkikik sering muncul mengintipnya dari balik rak-rak buku, dan Hermione terganggu oleh suara mereka.
"Dia cakep saja tidak!" gerutu Hermione jengkel, seraya memandang profil tajam Krum. "Mereka menyukainya hanya karena dia terkenal! Mereka tidak akan memandangnya dua kali kalau dia tidak bisa melakukan Wonky-Faint itu..."
"Wronski Feint," kata Harry, mengertakkan gigi. Lepas dari keinginan menggunakan istilah Quidditch secara benar, hatinya pedih membayangkan ekspresi Ron kalau bisa mendengar Hermione menyebut Wonky-Faint.
Aneh memang, tetapi jika kau takut akan sesuatu dan bersedia memberikan apa saja untuk memperlambat waktu, waktu malah berjalan semakin cepat. Hari-hari menjelang tugas pertama berlalu begitu singkat seakan ada orang yang membuat jam berjalan dua kali lebih cepat. Kepanikan Harry yang nyaris tak terkontrol menyertainya ke mana pun dia pergi, seperti halnya komentar-komentar sumir tentang artikel di Daily Prophet.
Pada hari sabtu sebelum pelaksanaan tugas pertama, semua anak kelas tiga ke atas diizinkan mengunjungi desa Hogsmeade. Hermione memberitahu Harry bahwa akan baik baginya untuk menyingkir dari kastil sebentar, dan Harry tidak perlu banyak bujukan.
"Bagaimana dengan Ron"" tanyanya. "Kau tidak ingin pergi dengannya""
"Oh... yah...," wajah Hermione jadi merona merah. "Kupikir siapa tahu kita bertemu dia di Three Broomsticks..."
"Tidak," kata Harry datar.
"Oh, Harry, ini konyol benar."
"Aku mau ikut, tapi aku tak mau ketemu Ron, dan aku akan memakai Jubah Gaibku."
"Oh, baiklah kalau begitu.," tukas Hermione, "tapi aku benci bicara padamu kalau kau memakai jubah itu. Aku tak pernah tahu sedang memandangmu atau tidak."
Maka Harry memakai Jubah Gaibnya di kamar, turun, dan bersama Hermione berangkat ke Hogsmeade.
Harry merasa di balik jubahnya. Dia memandang anak-anak lain melewatinya ketika mereka memasuki desa, sebagian besar dari mereka memakai lencana DUKUNGLAH CEDRIC DIGGORY!, tetapi kali ini tak ada cemooh sengit ditujukan kepadanya, dan tak se
orangpun mengutip artikel konyol itu.
"Orang-orang sekarang jadi memandangku," gerutu Hermione ketika mereka keluar dari toko permen Honeydukes sambil makan coklat berisi krim. "Mereka mengira aku bicara sendiri."
"Jangan gerakkan bibir terlalu banyak kalau begitu."
"Ayo dong, copot jubahmu sebentar saja, tak akan ada yang mengganggumu di sini."
"Oh yeah"" ujar Harry. "Lihat di belakangmu."
Rita Skeeter dan teman fotografernya baru saja keluar dari rumah minum Three Broomsticks. Sambil bicara dengan suara pelan, mereka melewati Hermione tanpa memandanginya. Harry merapat ke dinding Honeydukes agar tidak terhantam tas kulit buayanya. Setelah mereka
pergi, Harry berkata, "Mereka menginap di sini. Pasti dia dating untuk menonton pelaksanaan tugas pertama."
Saat berkata begitu, Harry dilanda kepanikan. Dia dan Hermione belum banyak membicarakan apa kira-kira yang diberikan sebagai tugas pertama. Harry punya perasaan Hermione tidak mau memikirkannya.
"Dia sudah pergi," kata Hermione, memandang ke ujung jalan menembus Harry. "Bagaimana kalau kita minum Butterbeer di Three Broomsticks" Agak dingin, kan" Kau tak perlu bicara dengan Ron!" dia menambahkan dengan jengkel, secara tepat menebak keberatan Harry yang terdiam.
Three Broomsticks penuh sesak, terutama dengan anak-anak Hogwarts yang menikmati sore bebas mereka, tetapi juga dengan berbagai jenis penyihir yang jarang dilihat Harry di tempat lain. Harry menduga, mengingat Hogsmeade satu-satunya desa sihir murni di seluruh Inggris, ini tempat singgah menyenangkan bagi makhluk-makhluk seperti hag - hantu wanita buruk rupa - yang tak sepandai penyihir dalam menyamar.
Susah bergerak diantara kerumunan orang-orang dalam Jubah Gaib. Bisa tak sengaja menginjak orang, dan ini akan menimbulkan pertanyaan yang membuat repot. Harry beringsut pelan kea rah meja kosong di sudut, sementara Hermione membeli minuman. Dalam perjalanan ke meja itu, Harry melihat Ron duduk bersama Fred, George dan Lee Jordan. Menahan keinginan menonjok belakang kepala Ron, Harry akhirnya tiba di mejanya dan duduk.
Hermione bergabung dengannya tak lama kemudian dan menyelipkan Butterbeer ke balik jubahnya.
"Aku seperti orang tolol, duduk sendirian di sini," gumam Hermione. "Untung aku bawa kerjaan."
Lalu dia mengeluarkan buku catatan keanggotaan S. .E.W. nya. Harry melihat namanya dan nama Ron menempati tempat paling atas daftar pendek itu. Rasanya sudah lama sekali mereka duduk bersama mengarang ramalan itu, lalu Hermione muncul dan menunjuk mereka sebagai sekretaris dan bendahara.
"Tahu tidak, mungkin aku harus mencoba mengajak penduduk desa untuk terlibat dalam S. .E.W.," kata Hermione merenung, memandang berkeliling ruangan.
"Yeah, betul," kata Harry. Dia meneguk Butterbeernya di bawah jubah. "Hermione, kapan kau menyerah soal S. .E.W. ini""
"Kalau peri rumah sudah menerima gaji dan kondisi kerja yang pantas!" dia balas mendesis. "Tahu tidak, aku mulai berpikir sudah waktunya mengambil tindakan langsung. Bagaimana caranya masuk ke dapur sekolah""
"Entah, Tanya saja Fred dan George," kata Harry.
Hermione diam lama, sementara Harry meminum Butterbeernya sambil mengawasi orang-orang di tempat minum itu. Semuanya tampak riang dan santai. Ernie Macmillan dan Hannah Abbott bertukar kartu Cokleat Kodok di meja di dekat mereka, keduanya memakai lencana DUKUNGLAH CEDRIC DIGGORY! di jubah mereka. Tepat di dekat pintu dia melihat Cho dan serombongan besar teman Ravenclawnya. Cho tidak
memakai lencana CEDRIC... Ini membuat Harry sedikit terhibur...
Dia mau merelakan apa saja miliknya untuk menjadi salah satu dari orang-orang itu, duduk-duduk sambil mengobrol dan tertawa-tawa, tanpa ada yang harus dicemaskan kecuali PR. Dia membayangkan bagaimana rasanya berada di sini kalau namanya tidak keluar dari Piala Api. Yang jelas dia tidak akan memakai Jubah Gaib. Ron akan duduk bersamanya. Mereka bertiga mungkin dengan gembira akan mereka-reka tantangan maut berbahaya apa yang akan dihadapi para juara pada hari selasa. Dia pasti akan menunggu-nunggu saat itu, menonton mereka melakukan entah apa. bersorak menyemangati Cedric
bersama anak-anak lain, aman di tempat duduk belakang.
Dalam hati Harry bertanya-tanya, bagaimana perasaan para juara lainnya. Setiap kali dia bertemu Cedric akhir-akhir ini, Cedric selalu dikelilingi pengagumnya dan tampak gelisah, tetapi bergairah. Harry sekali-sekali melihat Fleur Delacour sekilas di koridor. Dia tampak seperti biasanya, angkuh, dan tenang. Dan Krum Cuma duduk di perpustakaan, membaca buku-buku.
Harry mengingat Sirius, dan ikatan kuat dan tegang di dadanya rasanya agak mengendur. Dia akan bicara dengan Sirius dua belas jam lagi, karena malam ini adalah malam mereka akan bertemu di perapian ruang rekreasi - asal saja tak ada halangan, seperti yang selalu terjadi belakangan ini.
"Lihat, itu Hagrid!" kata Hermione.
Bagian belakang kepala Hagrid yang berambut lebat -untunglah dia sudah tidak berkuncir lagi - menyembul di atas kepala orang-orang lain. Harry heran kenapa dia tidak melihatnya sejak tadi, Hagrid kan besar sekali. Tetapi setelah Harry hati-hati berdiri, dia melihat bahwa Hagrid membungkuk rendah, berbicara kepada Profesor Moody. Seperti biasa Hagrid menghadapi cangkir besar sekali, tetapi Moody minum dari tempat minum yang tergantung di pahanya. Madam Rosmerta, pemilik rumah minum yang cantik, rupanya tidak begitu setuju. Dia menatap Moody dengan pandangan mencela, seraya mengumpulkan gelas-gelas dari meja-meja di sekitar mereka. Mungkin dia menganggap ini penghinaan bagi mead panasnya, tetapi Harry tahu alasannya. Moody telah memberitahu mereka semua dalam pelajaran Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang terakhir, bahwa dia lebih suka menyiapkan makanan dan minumannya sendiri sepanjang waktu, karena mudah bagi penyihir hitam untuk meracuni cangkir tang tak ditunggui.
Sementara Harry mengawasi, Hagrid dan Moody bangkit untuk pergi. Dia melambai, kemudian ingat bahwa Hagrid tidak bisa melihatnya. Meskipun demikian Moody berhenti, mata gaibnya tertuju ke sudut tempat Harry berdiri. Dia mengetuk pnggang Hagrid (karena tak bisa mencapai bahunya), menggumamkan sesuatu kepadanya, dan keduanya berjalan ke bagian belakang ruangan, menuju ke meja Harry dan Hermione.
"Baik-baik saja, Hermione"" sapa Hagrid keras-keras.
"Halo," balas Hermione, tersenyum.
Moody terpincang-pincang mengelilingi meja dan membungkuk. Harry mengira dia membaca buku catatan S. .E.W., sambil dia bergumam, "Jubah bagus, Potter."
Harry menatapnya keheranan. Bagian hidung Moody yang hilang tampak jelas sekali di wajahnya yanga hanya berjarak beberapa senti dari Harry. Moody menyeringai.
"Bisakah mata anda - maksud saya, bisakah anda...""
"Yeah, mataku bisa melihat menembus Jubah Gaib," kata Moody pelan. "Dan sudah terbukti sangat berguna kadang-kadang."
Hagrid menunduk, tersenyum kepada Harry juga. Harry tahu Hagrid tak bisa melihatnya, tetapi Moody rupanya telah memberitahu Hagrid bahwa ada Harry di situ. Hagrid sekarang menunduk, berpura-pura membaca catatan S. .E.W. juga, dan berbisik pelan sekali, sehingga Cuma Harry yang bisa mendengarnya, "Harry, temui aku tengah malam nanti di pondokku. Pakai jubah ini."
Seraya menegakkan diri, Hagrid berkata keras, "Senang ketemu kau, Hermione," mengedip, lalu pergi. Moody mengikutinya.
"Kenapa Hagrid ingin aku menemuinya tengah malam"" ujar Harry keheranan.
"Begitu"" kata Hermione, tercengang. "Apa ya maunya" Aku tak tahu apakah kau sebaiknya pergi, Harry..." Dengan cemas Hermione memandang berkeliling dan mendesis, "Kau bisa telat bertemu Sirius."
Memang betul, menemui Hagrid di tengah malam bisa berarti waktunya menemui Sirius sempit sekali. Hermione menyarankan Harry mengirim Hedwig ke Hagrid untuk memberitahunya bahwa dia tak bisa dating - dengan pengandaian Hedwig mau mengantar surat pemberitahuan itu, tentu. Meskipun demikian Harry berpikir lebih baik dia dating dan cepat-cepat menyelesaikan apa yang diinginkan Hagrid. Dia sangat penasaran, Hagrid belum pernah memintanya mengunjunginya selarut itu.
Pukul setengah dua belas malam itu, Harry, yang telah berpura-pura pergi tidur lebih awal, mengerudungkan Jubah gaib ke tubuhnya dan merayap turun ke ruang rekreasi. Cuma tinggal beberapa a
nak di sana. Kakak beradik Creevey telah berhasil mendapat setumpuk lencana DUKUNGLAH CEDRIC DIGGORY! dan sedang berusaha menyihir lencana-lencana itu agar tulisannya berubah menjadi DUKUNGLAH HARRY POTTER! Tetapi sejauh ini yang berhasil mereka lakukan barulah memunculkan tulisan POTTER BAU. Harry mengendap melewati mereka, menuju ke lubang lukisan dan menunggu selama kira-kira semenit sambil memandang arlojinya. Kemudian Hermione membukakan si Nyonya gemuk dari luar seperti yang sudah direncanakan. Harry menyelinap melewati Hermione sambil membisikkan, "Terima kasih!" dan meninggalkan kastil.
Halaman gelap gulita. Harry menyeberangi padang rumput menuju sinar lampu yang menyala dalam pondok Hagrid. Kereta Beauxbatons juga masih terang. Harry bisa mendengar Madame Maxime berbicara di dalam keretanya ketika dia mengetuk pintu Hagrid.
"Kaukah itu, Harry"" bisik Hagrid, seraya membuka pintu dan memndang berkeliling.
"Yeah," kata Harry, menyelinap masuk ke dalam pondok dan menarik lepas Jubah Gaib dari kepalanya.
"Ada apa""
"Ada yang mau kutunjukkan kepadamu," ujar Hagrid.
Hagrid tampak bergairah sekali. Dia memakai bunga yang seperti kol di lubang kancingnya. Kelihatannya dia sudah tidak menggunakan minyak pelumas, tetapi jelas dia berusaha menyisir rambutnya - Harry bisa melihat patahan gigi-gigi sihir tersangkut di rambutnya.
"Apa yang mau kautunjukkan kepadaku"" Tanya Harry waspada, bertanya-tanya dalam hati kalau-kalau Skrewt telah bertelur, atau Hagrid telah berhasil membeli anjing berkepala tiga yang lain dari orang asing di rumah minum.
"Ikut aku, jangan bicara, dan tutupi tubuhmu dengan jubah itu," kata Hagrid. "Kita tidak akan ajak Fang, dia tak suka..."
"Dengar, Hagrid, aku tak bisa tinggal lama... aku harus berada kembali di kastil pukul satu."
Tetapi Hagrid tidak mendengarkan. Dia membuka pintu pondoknya dan melangkah ke dalam kegelapan. Harry bergegas mengikutinya, dan betapa herannya dia, Hagrid ternyata membawanya ke kereta Beauxbatons.
"Hagrid, apa.""
"Shhh!" kata Hagrid, dan dia mengetuk tiga kali pada pintu yang bergambar tongkat emas bersilang.
Madame Maxime membukanya. Dia memakai syal sutra yang dililitkan ke bahunya yang besar. Dia tersenyum ketika melihat Hagrid.
"Ah, VAgrid... sudah waktunya""
"Tempat pembuangan air," kata Hagrid, tersenyum kepadanya, dan mengulurkan tangan untuk membantu Madame Maxime menuruni tangga emas.
Madame Maxime menutup pintu di belakangnya. Hagrid menawarkan lengannya, dan mereka berjalan mengelilingi tempat padang rumput tempat beristirahat kuda-kuda bersayap raksasa milik Madame Maxime, dengan Harry, yang tak habis heran, berlarian untuk bisa mengimbangi mereka. Hagrid kan bisa bertemu Madime Maxime kapan saja dia mau... perempuan itu besar sekali sehingga gampang dilihat...
Tetapi rupanya Madame Maxime akan mendapat hadiah yang sama dengan Harry, karena setelah beberapa saat dia berkata dengan main-main, "Apa yang ingin kautunjukkan padaku, VAgrid""
"Kau akan nikmati ini," kata Hagrid keras, "layak dilihat, percayalah padaku. Cuma... jangan siapa-siapa kutunjukkan ini padamu, oke" Kau harusnya tak boleh tahu."
"Tentu saja tidak," kata Madame Maxime, mengedip-ngedipkan matanya yang berbulu mata hitam panjang.
Dan mereka masih terus berjalan. Harry makin lama makin jengkel ketika berjalan membuntuti mereka, berkali-kali mengecek arlojinya. Hagrid punya rencana gila, yang bisa menyebabkannya kehilangan kesempatan
bertemu Sirius. Kalau mereka tidak segera tiba di tempat tujuan, Harry akan berbalik, kembali ke kastil, dan meninggalkan Hagrid menikmati berjalan-jalan berdua dengan Madame Maxime di bawah sinar bulan purnama...
Tetapi kemudian - ketika mereka telah berjalan mengelilingi tepi Hutan Terlarang sampai kastil dan danau tak kelihatan lagi - Harry mendengar sesuatu. Beberapa pria berteriak-teriak... kemudian terdengar gerung keras memekakkan telinga...
Hagrid menggandeng Madame Maxime mengitari sekelompok pepohonan, dan berhenti. Harry bergegas mendekati mereka - sekejap dia mengira dia melihat api unggun, dan orang-orang berlarian di sekelilingnya -kemudian mulutn
ya ternganga. Naga. Empat naga raksasa bertampang mengerikan sedang berdiri di atas kaki belakang mereka, dalam lapangan yang dipagari papan-papan tebal, menggerung dan mendengus-dengus - kobaran api menyembur ke langit gulita dari mulut mereka yang terbuka dan bertaring, lima belas meter di atas tanah, pada leher mereka yang terjulur. Salah satu berwarna biru keperakan, dengan dua tanduk panjang runcing, mengatup-ngatupkan rahang dan menggeram pada para penyihir di tanah. Satu lagi naga hijau bersisik halus, yang menggeliat dan mengentak-entak tanah sekuat tenaga. Yang ketiga naga merah dengan sirip keemasan mengelilingi mukanya, menyemburkan api berbentuk jamur ke udara, dan yang terakhir naga hitam raksasa, yang bentuknya lebih
menyerupai kadal disbanding yang lain, dan berdiri paling dekat dengan mereka.
Paling sedikit tiga puluh penyihir, tujuh atau delapan untuk masing-masing naga, sedang berusaha mengendalikan mereka, menarik rantai yang dihubungkan ke tali kulit yang terlilit di leher dan kaki-kaki mereka. Terpesona, Harry menengadah, jauh ke atasnya, dan melihat mata si naga hitam, dengan pupil tegak seperti kucing, membelalak entah karena berang atau ketakutan, Harry tak bisa memastikan... Naga hitam itu mengeluarkan suara mengerikan, jeritan melolong dan menciut-ciut...
"Diam di situ saja, Hagrid!" teriak seorang penyihir di dekat pagar, berusaha payah bertahan memegangi talinya yang tegang. "Mereka bisa menyemburkan api sampai sejauh enam meter! Aku pernah melihat si ekor berduri ini menyemburkan api sejauh dua belas meter!"
"Bagus sekali, ya"" kata Hagrid pelan.
"Tak ada gunanya!" teriak penyihir yang lain. "Mantra Blus, pada hitungan ketiga!"
Harry melihat masing-masing pawing naga mencabut tongkat sihir mereka.
"Stupefy!" mereka berteriak bersamaan, dan Mantra Bius meluncur dalam kegelapan seperti roket berapi, membuncah menjadi hujan bintang pada kulit bersisik keempat naga itu...
Harry memandang naga yang paling dekat dengan mereka bergoyang berbahaya pada kaki belakangnya, rahangnya terbuka lebar dalam lolongan tanpa suara;
lubang hidungnya mendadak tak berapi lagi, meskipun masih berasap. kemudian, perlahan, naga itu jatuh. Naga hitam berotot, bersisik, seberat beberapa ton, menghantam tanah dengan bunyi debam yang membuat pohon-pohon di belakangnya bergetar.
Para penjaga naga menurunkan tongkat mereka dan maju mendekati binatang-binatang asuhan mereka yang telah tumbang, yang masing-masing mengonggok sebesar bukit kecil. Mereka bergegas mengencangkan rantai-rantainya dan mengikatkannya pada pasak-pasak kayu yang mereka tancapkan dalam-dalam ke tanah dengan tongkat sihir mereka.
"Mau lihat lebih dekat"" Hagrid menanyai Madame Maxime dengan bergairah. Pasangan itu bergerak ke pagar, dan Harry mengikuti. Penyihir yang tadi memperingatkan Hagrid agar tidak mendekat berpaling, dan Harry menyadari siapa dia: Charlie Weasley.
"Kau baik-baik saja, Hagrid"" sapanya tersengal, mendekat untuk bicara. "Mereka mestinya oke sekarang. kami membuat mereka tertidur dengan Ramuan Tidur dalam perjalanan kemari. Kami piker lebih baik bagi mereka jika terbangun dalam kegelapan dan kesunyian. tetapi seperti yang tadi kaulihat, mereka tidak senang, sama sekali tidak senang.. "
"Naga jenis apa itu, Charlie"" kata Hagrid, memandang naga terdekat, si naga hitam, dengan pandangan nyaris penuh hormat. Mata si naga masih terbuka sedikit. Harry bisa melihat segaris kilau kuning di bawah pelupuk matanya yang berlipat.
"Ini naga Ekor-Berduri Hungaria," kata Charlie. "Itu naga Hijau Wales, yang lebih kecil. Moncong pendek Swedia, yang biru abu-abu itu, dan yang merah itu Bola Api Cina."
Charlie memandang berkeliling. Madame Maxime sedang berjalan mengelilingi pagar, memandang naga-naga yang tertidur.
"Aku tak tahu kau akan membawa wanita itu, Hagrid," kata Charlie, mengernyit. "Para juara tak boleh tahu apa yang mereka hadapi - dia pasti akan memberitahu muridnya, kan""
"Kupikir dia akan senang lihat mereka," kata Hagrid, masih terkesima memandang para naga.
"Sungguh kencan yang romantis, Hagrid," kata Charlie, menggelengkan kepal
a. "Empat...," kata Hagrid, "jadi satu untuk masing-masing juara, kan" Apa yang harus mereka lakukan -melawan naga-naga itu""
"Cuma melewati mereka, kurasa," kata si Charlie. "Kami siap berjaga kalau-kalau si naga jadi galak. Siap meluncurkan Mantra Pemadam. Mereka menginginkan induk naga yang sedang mengerami telurnya. Aku tak tahu kenapa. tetapi satu hal aku pasti, aku tidak iri pada yang dapat si Ekor Berduri ini. Ganas sekali. Bagian belakangnya sama berbahayanya dengan depannya,
lihat." Charlie menunjuk ekor si naga, dan Harry melihat paku-paku besar panjang berwarna perunggu
bermunculan di sepanjang ekor, masing-masing berjarak sekitar lima belas senti.
Lima kawan Charlie terhuyung mendekati si Ekor Berduri, membawa segunduk telur granit raksasa di atas selimut. Dengan hati-hati mereka meletakkan telur-telur itu di sebelah si Ekor Berduri. Hagrid mengeluarkan keluh penuh kerinduan.
"Sudah kuhitung, Hagrid," kata Charlie galak. Kemudian dia bertanya, "Bagaimana kabar Harry""
"Baik," kata Hagrid. Dia masih memandang telur-telur itu.
"Mudah-mudahan saja dia masih tetap baik setelah menghadapi naga-naga ini," kata Charlie muram, memandang melewati pagar. "Aku tak berani memberitahu Mum apa yang harus dihadapi Harry dalam tugas pertamanya. Mum sudah sangat mencemaskannya..." Charlie menirukan suara cemas ibunya. "Bagaimana mungkin mereka mengizinkannya ikut turnamen, dia masih terlalu muda! Kupikir mereka semua aman, kupikir akan ada batas umur!" Dia langsung banjir air mata setelah membaca artikel tentang Harry di Daily Prophet. Dia masih menangisi orang tuanya! Oh, kasihan sekali, aku tak pernah tahu!"
Sudah cukup bagi Harry. Dia yakin Hagrid tidak akan kehilangan dia, ada empat naga menarik dan Madame Maxime yang akan menyibukkannya. Tanpa suara Harry berbalik dan berjalan kembali ke kastil.
Dia tak tahu apakah dia senang telah melihat apa yang akan dihadapinya. Mungkin dengan begini lebih baik. Shock pertama sudah berakhir sekarang. Mungkin
kalau dia baru melihat naga-naga itu untuk pertama kalinya pada hari selasa, dia akan langsung pingsan di hadapan seluruh sekolah... tapi mungkin saja dia tetap akan pingsan... Dia akan dipersenjatai dengan tongkat sihirnya - yang saat ini, rasanya tak lebih dari sepotong kayu tipis - untuk menghadapi naga setinggi lima belas meter, bersisik, berduri, dan bernapaskan api. Dan dia harus melewatinya. Ditonton semua orang. Bagaimana caranya"
Harry bergegas, mengitari tepi hutan. Dia tinggal punya waktu kurang dari lima belas menit untuk kembali ke perapian dan bicara dengan Sirius, dan seingatnya, tak pernah dia ingin sekali bicara dengan seseorang seperti ini. Mendadak, tanpa peringatan, dia menabrak sesuatu yang sangat kokoh.
Harry terjengkang, kacamatanya miring. Dicengkeramnya jubahnya erat-erat menutupinya. Suara di dekatnya berkata, "Ouch! Siapa itu""
Buru-buru Harry memastikan jubahnya menyelubungi seluruh tubuhnya dan dia berbaring bergeming, memandang sosok penyihir yang ditabraknya. Dia mengenali jenggot kambingnya... Karkaroff.
"Siapa itu"" Tanya Karkaroff lagi, dengan sangat curiga memandang berkeliling dalam kegelapan. Harry tetap diam tak bergerak. Setelah kira-kira semenit, Karkaroff rupanya memutuskan bahwa dia telah menabrak semacam binatang. Dia memandang berkeliling setinggi pinggangnya, seakan mengharap melihat anjing. Kemudian dia merayap kembali ke balik pepohonan dan mulai berindap kea rah para naga.
Dengan amat perlahan dan hati-hati, Harry bangkit dan berjalan lagi secepat mungkin tanpa membuat banyak suara, bergegas menembus kegelapan, kembali menuju Hogwarts.
Dia sama sekali tak punya keraguan apa yang sedang dilakukan Karkaroff. Dia telah menyelinap meninggalkan kapalnya untuk mencoba mengetahui apa kiranya tugas pertama. Dia mungkin telah melihat Hagrid dan Madame Maxime berdua ke tepi hutan - mereka pasti tampak jelas walau dari kejauhan... dan sekarang yang harus dilakukan Karkaroff tinggal menuju arah datangnya suara-suara, dan dia, seperti halnya Madame Maxime, akan tahu apa yang akan dihadapi para juara.
Tampaknya satu-satunya juara yang akan m
enghadapi sesuatu yang tak diketahuinya pada hari selasa hanyalah Cedric.
Harry tiba di kastil, menyelinap masuk melewati pintu depan, dan mulai menaiki tangga pualam. Dia sudah kehabisan napas, tetapi tak berani memperlambat langkahnya... Dia tinggal punya waktu kurang dari lima menit untuk tiba di depan perapian...
"Balderdash!" sengalnya kepada si Nyonya Gemuk, yang tertidur di dalam piguranya di depan lubang lukisan.
"Kalau katamu begitu," gumamnya mengantuk, tanpa membuka mata, dan lukisan terayun ke depan agar Harry bisa masuk. Harry memanjat masuk. Ruang rekreasi kosong, dank arena baunya biasa-biasa saja, Hermione rupanya tak perlu meledakkan bom kotoran untuk memastikan Harry dan Sirius bisa berdua saja.
Harry menarik lepas Jubah Gaibnya dan mengenyakkan diri di kursi berlengan di depan perapian. Ruangan itu setengah gelap, satu-satunya sumber cahaya adalah lidah api di perapian. Di dekat Harry, di atas sebuah meja, lencana-lencana DUKUNGLAH CEDRIC DIGGORY! yang dicoba diubah kakak beradik Creevey berkilau tertimpa cahaya api. Lencana-lencana itu sekarang bertulisan POTTER BENAR-BENAR BAU. Harry kembali memandang perapian dan terlonjak kaget.
Kepala Sirius tergeletak di perapian. Jika Harry belum pernah melihat Mr. Diggory persis seperti ini di dapur keluarga Weasley, pasti dia akan ketakutan setengah mati. Tetapi kini, untuk pertama kalinya sejak beberapa hari belakangan ini, senyumnya merekah. Dia turun dari kursinya, berjongkok di depan perapian, dan berkata, "Sirius... bagaimana kabarmu""
Sirius tampak berbeda daripada yang diingat Harry. Ketika mereka berpisah dulu, wajah Sirius kurus kering dan cekung, dikelilingi rambut panjang hitam kotor berantakan. Rambut itu sekarang pendek dan bersih, wajah Sirius lebih berisi, dan dia tampak lebih muda, jauh lebih mirip dengan satu-satunya fotonya yang dimiliki Harry, yang diambil pada hari pernikahan orang tuanya.
"Tak penting bagaimana aku, bagaimana kau"" Tanya Sirius serius.
"Aku..." Selama sedetik Harry berusaha mengatakan "baik"... tetapi tak bisa. Sebelum bisa menahan diri, Harry sudah bicara lebih banyak daripada selama beberapa hari ini - tentang bagaimana tak ada yang percaya bahwa dia tidak mendaftar ikut turnamen, 406
bagaimana Rita Skeeter telah berbohong tentang di Daily Prophet, bagaiman dia tak bisa berjalan di koridor tanpa dicemooh - dan tentang Ron, Ron yang tidak mempercayainya, kecemburuan Ron...
"... dan baru saja Hagrid menunjukkan kepadaku apa yang harus kuhadapi dalam tugas pertamaku. Ternyata naga, Sirius, dan habislah aku," dia mengakhiri dengan putus asa.
Sirius memandangnya, matanya penuh keprihatinan, mata yang belum kehilangan pengaruh Azkaban - yangs sinarnya seperti mati, dihantui. Tadi dia membiarkan Harry mencurahkan ganjalan hatinya tanpa interupsi, tetapi sekarang dia berkata, "Naga bisa kita hadapi, Harry, tetapi itu kita bicarakan nanti... aku tak bisa lama-lama di sini... aku telah menyelundup masuk ke rumah penyihir untuk menggunakan perapiannya, tetapi mereka bisa kembali setiap saat. Ada yang harus kuperingatkan kepadamu."
"Apa"" Tanya Harry, merasa semangatnya merosot beberapa tingkat lagi... Tentunya tak ada yang lebih buruk daripada naga"
"Karkaroff," kata Sirius. "Harry, dia Pelahap Maut. Kau tahu apa itu Pelahap Maut, kan""
"Ya... dia... apa""
"Dia tertangkap, dia pernah di Azkaban bersamaku, tetapi dia dibebaskan. Aku berani bertaruh itu sebabnya Dumbledore menginginkan ada Auror di Hogwarts tahun ini - untuk mengawasinya. Moody menangkap Karkaroff. Moody-lah yang memasukkannya ke Azkaban."
"Karkaroff dibebaskan"" Tanya Harry lambat-lambat -otaknya tampaknya berusaha keras menyerap informasi mengejutkan itu. "Kenapa mereka membebaskannya""
"Dia melakukan transaksi dengan Kementerian Sihir," kata Sirius getir. "Dia mengatakan dia sadar telah memilih jalan yang salah, dan kemudian dia menyebut nama-nama... dia memasukkan banyak orang lain ke Azkaban sebagai ganti dirinya... Dia tidak popular di sana, jelas. Dan sejak keluar dari sana, sejauh yang kutahu, dia telah mengajarkan Ilmu Hitam kepada semua murid yang belaj
ar di sekolahnya. Jadi, berhati-hatilah juga terhadap juara Durmstrang."
"Oke," kata Harry lambat-lambat. "Tetapi... apakah maksudmu Karkaroff yang memasukkan namaku ke dalam piala" Sebab kalau ya, dia benar-benar actor yang hebat. Dia marah sekali aku terpilih. Dia mau melarangku ikut bertanding."
"Kita tahu dia actor hebat," kata Sirius, "karena dia berhasil meyakinkan Kementerian Sihir untuk membebaskannya, kan" Nah, aku juga mengikuti berita-berita di Daily Prophet, Harry..."
"Kau... dan semua orang di seluruh dunia," kata Harry getir.
"... dan membaca yang tersirat dalam artikel si Skeeter bulan lalu itu. Moody diserang pada malam keberangkatannya ke Hogwarts. Ya, aku tahu Rita mengatakan Moody ketakutan tanpa alasan," kata Sirius buru-buru ketika melihat Harry mau bicara, "tetapi kurasa sebetulnya tidak. Kurasa ada orang yang berusaha mencegahnya dating ke Hogwarts. Kurasa ada
orang yang merasa pekerjaannya akan menjadi lebih sulit jika ada Moody. Dan kejadian itu tak akan diselidiki lebih lanjut. Si Mad-Eye sudah terlalu sering mendengar kedatangan pengganggu. Tetapi itu tidak berarti dia tidak mengenali bahaya yang sesungguhnya. Moody adalah auror terbaik yang pernah dimiliki kementerian."
"Jadi. apa maksudmu"" Tanya Harry perlahan. "Karkaroff berusaha membunuhku" Tetapi. kenapa""
Sirius ragu-ragu. "Aku sudah mendengar hal-hal sangat aneh," kata Sirius perlahan. "Para pelahap Maut tampaknya lebih aktif daripada biasanya belakangan ini. Mereka memperlihatkan diri di Piala Quidditch, kan" Ada yang melepas Tanda Kegelapan. dan kemudian. apakah kau sudah dengar tentang pegawai kementerian Sihir yang menghilang""
"Bertha Jorkins"" ujar Harry.
"Tepat. dia menghilang di Albania, dan disitulah persisnya Voldemort diisukan berada... dan Bertha pasti tahu Turnamen Triwizard akan diselenggarakan, kan""
"Yeah, tetapi. kemungkinannya kecil sekali dia bertemu Voldemort, kan"" kata Harry.
"Dengar, aku kenal Bertha Jorkins," kata Sirius suram. "Dia di Hogwarts sama-sama denganku, beberapa tahun dari ayahmu dan aku. Dan dia idiot. Sangat ingin tahu, tapi sama sekali tak punya otak. Bukan kombinasi yang baik, Harry. Menurutku akan mudah sekali memikatnya ke dalam jebakan."
"Jadi... jadi Voldemort mungkin berhasil tahu tentang turnamen ini"" kata Harry. "Itukah maksudmu" Menurutmu Karkaroff mungkin berada di sini atas perintahnya""
"Aku tak tahu," kata Sirius lambat-lambat. "Aku sungguh tak tahu... Tampaknya bagiku Karkaroff bukan tipe orang yang akan kembali kepada Voldemort, kecuali dia tahu Voldemort cukup berkuasa untuk melindunginya. Tetapi siapapun yang memasukkan namamu ke dalam Piala itu pasti melakukannya karena alasan tertentu, dan mau tak mau aku berpikir bahwa turnamen ini akan jadi ajang yang baik untuk menyerangmu dan membuatnya tampak seperti kecelakaan."
"Kelihatannya rencana yang bagus sekali," kata Harry, menyeringai suram. "Mereka tinggal mundur saja dan membiarkan naga-naga itu melakukan tugas mereka."
"Betul... naga-naga itu," kata Sirius, bicaranya cepat sekarang. "Ada satu cara, Harry. Jangan tergoda menggunakan Mantra Bius - naga kuat dan terlalu gaib untuk bisa dijatuhkan dengan satu Mantra Bius. Diperlukan sekitar setengah lusin penyihir yang bersamaan meluncurkan mantra untuk menaklukkan seekor naga..."
"Yeah, aku tahu, aku baru saja melihatnya," kata Harry.
"Tetapi kau bisa melakukannya sendiri," kata Sirius. "Ada satu jalan, dan satu mantra sederhana yang kauperlukan. Kau tinggal..."
Tetapi Harry mengangkat tangan, menyuruhnya diam. Jantungnya berdebur keras sekali, seakan dadanya mau meledak. Dia bisa mendengar langkah-langkah menuruni tangga spiral di belakangnya.
"Pergilah!" dia mendesis kepada Sirius. "Pergilah! Ada orang dating!" Harry buru-buru bangun, menutupi perapian. Kalau sampai ada yang melihat wajah Sirius di dalam tembok Hogwarts, mereka akan bikin rebut -Kementerian akan terbawa-bawa - dia, Harry akan ditanyai tentang keberadaan Sirius...
Harry mendengar bunyi pop pelan dari api di belakangnya dan tahu Sirius telah pergi. Dia melihat ke dasar tangga spiral. Siapa yang telah memutuskan
untuk berjalan-jalan pada pukul satu dinihari dan mencegah Sirius memberitahunya bagaimana caranya melewati naga"
Ternyata Ron. Memakai piyama merah tuanya, Ron berhenti mendadak begitu berhadapan dengan Harry di seberang ruangan, dan memandang berkeliling.
"Kau bicara dengan siapa"" Tanya Ron.
"Apa urusannya denganmu"" tukas Harry ketus. "Mau apa kau turun jam begini""
"Aku Cuma ingin tahu di mana kau...," kata-kata Ron terputus, dia mengangkat bahu. "Tak apa-apa, aku akan kembali ke tempat tidur."
"Kau mau menyelidiki, kan"" Harry berteriak. Harry tahu Ron sama sekali tak tahu apa yang telah digagalkannya, tahu Ron tidak sengaja, tetapi dia tak peduli - pada saat ini dia benci segalanya tentang Ron,
termasuk beberapa senti pergelangan kakinya yang tampak di bawah pipa piyamanya.
"Sori deh," kata Ron, wajahnya merah padam karena marah. "Mestinya aku menyadari kau tak mau diganggu. Silakan meneruskan latihan untuk wawancara berikutnya dengan tenang."
Harry menyambar salah satu lencana POTTER BENAR-BENAR BAU dari meja dan melemparnya sekuat tenaga ke seberang ruangan. Lencana itu menghantam dahi Ron dan melenting jatuh.
"Nah, itu buatmu," kata Harry. "Untuk kupakai hari selasa. Kau mungkin punya bekas luka sekarang, kalau kau beruntung... Itu yang kauinginkan, kan""
Harry menyeberang ruangan menuju tangga. Dia setengah berharap Ron menghentikannya. Dia bahkan ingin Ron meninjunya, tetapi Ron berdiri diam dalam piyamanya yang kekecilan. Dan Harry, setelah menghambur ke atas, terbaring lama di tempat tidurnya sambil menggerutu dan tidak mendengar Ron naik ke tempat tidurnya.
20. Tugas Pertama Harry terbangun pada hari minggu pagi dan berpakaian tanpa memperhatikan sama sekali, sehingga baru beberapa saat kemudian dia sadar dia berusaha memasukkan kakinya ke topinya, bukannya ke kaus kakinya. Ketika akhirnya dia berhasil melekatkan pakaiannya ke bagian-bagian tubuhnya yang benar, dia bergegas mencari Hermione. Ditemukannya Hermione di meja Gryffindor di Aula Besar, sedang sarapan bersama Ginny. Merasa mual sehingga tak ingin makan, Harry menunggu sampai Hermione menelan suapan terakhir buburnya, kemudian menariknya ke halaman. Di sana dia menceritakan tentang keempat naga, tentang segalanya yang diucapkan Sirius, sementara mereka berjalan mengitari danau.
Walaupun mencemaskan peringatan Sirius tentang Karkaroff, Hermione tetap berpendapat bahwa naga-naga itu persoalan yang lebih mendesak.
"Kita berusaha saja agar kau tetap hidup sampai selasa malam," katanya putus asa, "dan baru setelah itu kita mencemaskan Karkaroff."
Mereka berjalan mengelilingi danau tiga kali, berusaha mencari mantra sederhana yang bisa menjinakkan naga. Tetapi tak satupun terpikirkan oleh mereka, maka mereka ganti ke perpustakaan. Di sana Harry menurunkan semua buku tentang naga yang bisa ditemukannya, dan keduanya mulai bekerja, mencari dari tumpukan besar itu.
"Menggunting kuku naga dengan mantra... mengobati luka sisik... Percuma saja, ini cocoknya buat orang aneh seperti Hagrid yang ingin naga peliharaannya sehat."
"'Naga sangat susah dibantai, mengingat kegaiban kuno mengaruniai mereka kulit yang tebal, yang hanya bisa ditembus oleh mantra-mantra yang paling kuat...' Tetapi Sirius mengatakan mantra sederhana bisa manjur."
"Kalau begitu kita tengok buku-buku mantra sederhana," kata Harry, melempar buku Orang yang Terlalu Mencintai Naga.
Dia kembali ke meja membawa setumpuk buku mantra, menaruhnya, dan mulai membalik halamannya satu demi satu. Hermione tak hentinya berbisik di sikunya.
"Nah, itu Mantra Pengganti. tapi apa gunanya menggantinya" Kecuali kau mengganti taringnya dengan permen karet atau sesuatu yang lain yang membuatnya kurang berbahaya. Sulitnya, seperti dikatakan buku ini, tak banyak yang bisa menembus kulit naga. Aku akan
menyarankan men-Transfigurasinya tetapi binatang seperti itu, kau tak punya harapan. Bahkan Profesor McGonagall pun aku bisa melakukannya, kecuali kau memantrai dirimu sendiri" Mungkin untuk memberimu kekuatan ekstra" Tetapi mantra itu tidak sederhana, maksudku, kita belum mempelajari mantra-mantra begitu di ke
las. Aku tahu tentang itu karena aku telah mengerjakan soal-soal latihan OWL..."
"Hermione," tukas Harry mengertak gigi, "tolong diam sebentar. Aku sedang berusaha berkonsentrasi."
Tetapi yang terjadi setelah Hermione diam adalah otak Harry dipenuhi dengung kosong, yang rupanya tak memberi lowongan untuk berkonsentrasi. Harry memandang putus asa buku Sihir Dasar untuk yang Sibuk dan Sakit Hati; Pengulitan kepala dalam sekejap... tetapi naga tak punya rambut... napas merica... ini mungkin malah menambah kekuatan penyemburan api si naga... lidah tanduk... persis yang diperlukan si naga, untuk memberinya senjata ekstra...
"Oh, tidak, dia ke sini lagi, kenapa sih dia tidak membaca di kapalnya sendiri"" ujar Hermione jengkel ketika Viktor Krum berjalan agak bungkuk masuk, melempar pandang masam kea rah mereka berdua, dan menundukkan diri di sudut yang jauh, dengan setumpuk buku. "Ayo, Harry, kita kembali ke ruang rekreasi... fan clubnya akan muncul setiap saat, berkicau bising..."
Benar saja, ketika mereka meninggalkan perpustakaan, serombongan anak perempuan berpapasan dengan mereka, salah satunya memakai syal Bulgaria yang diikatkan ke pinggangnya.
Harry nyaris tidak tidur malam itu. Saat terbangun pada hari senin paginya, dia mempertimbangkan dengan serius, untuk pertama kalinya, kemungkinan kabur dari Hogwarts. Tetapi ketika memandang berkeliling Aula Besar saat sarapan, dan memikirkan apa artinya meninggalkan kastil, Harry tahu dia tak bisa melakukannya. Di sini satu-satunya tempat dia pernah bahagia. yah, tentunya dia berbahagia bersama orang tuanya, tetapi dia tak bisa mengingatnya.
Bagaimanapun, menyadari bahwa dia lebih memilih berada di sini dan menghadapi naga daripada kembali ke Privet Drive bersama Dudley, membuatnya sedikit lebih tenang. Dia menghabiskan daging asapnya dengan susah payah (kerongkongan tak berfungsi dengan baik), dan ketika dia dan Hermione bangkit, dia melihat Cedric Diggory meninggalkan meja Hufflepuff.
Cedric masih tetap belum tahu tentang naga-naga itu. satu-satunya juara yang tidak tahu, kalau benar dugaan Harry bahwa Madame Maxime dan Karkaroff telah memberitahu Fleur dan Krum...
"Hermione, kita ketemu di rumah kaca," kata Harry, mengambil keputusan sementara dia mengawasi Cedric meninggalkan aula. "Pergilah, kususul kau nanti."
"Harry, kau akan terlambat, bel sudah mau berbunyi."
"Aku akan menyusulmu, oke""
Saat Harry tiba di dasar tangga pualam, Cedric sudah di atas. Dia bersama serombongan teman kelas enamnya. Harry tak ingin bicara kepada Cedric di depan mereka semua. Mereka termasuk yang mengutip artikel Rita Skeeter untuk mengejeknya setiap kali dia lewat. Harry membuntuti Cedric dalam jarak tertentu, dan melihat bahwa dia menuju ke koridor Mantra. Ini memberi ide pada Harry. Berhenti agak jauh dari mereka, dia mencabut tongkat sihirnya dan mengarahkannya dengan hati-hati.
"Diffindo!" Tas Cedric robek. Perkamen, pena bulu dan buku-buku bertebaran di lantai. Beberapa botol tinta pecah.
"Biar saja," kata Cedric putus asa ketika teman-temannya membungkuk membantunya. "Bilang pada Flitwick aku dating sebentar lagi, ayo..."
Inilah yang diharapkan Harry. Dia menyelipkan kembali tongkatnya ke balik jubahnya, menunggu sampai teman-teman Cedric sudah lenyap ke dalam kelas, dan bergegas menyusuri koridor, yang sekarang kosong hanya berisi dia dan Cedric.
"Hai," sapa Cedric, memungut buku Panduan Transfigurasi Tingkat Lanjut yang sekarang berlepotan tinta. "Tasku robek... padahal baru..."
"Cedric," kata Harry, "tugas pertama adalah naga."
"Apa"" Tanya Cedric, mendongak.
"Naga," kata Harry, bicara cepat-cepat, takut Profesor Flitwick muncul untuk mengecek apa yang sedang dilakukan Cedric. "Mereka sudah menyiapkan empat,
masing-masing satu untuk kita, dan kita harus melewati mereka."
Cedric menatapnya. Harry melihat sebagian kepanikan yang dirasakannya sejak sabtu malam terpancar dari mata Cedric.
"Kau yakin"" Tanya Cedric pelan.
"Seratus persen," jawab Harry. "Aku sudah melihat mereka."
"Tapi bagaimana kau bisa tahu" Kita kan tidak boleh tahu..."
"Jangan Tanya," kata Harry buru-buru - dia tah
u Hagrid akan mendapat kesulitan jika dia menceritakan yang sebenarnya. "Tetapi aku bukan satu-satunya yang tahu. Fleur dan Krum pasti juga sudah tahu sekarang -Maxime dan Karkaroff sudah melihat naga-naga itu juga."


Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cedric bangkit, tangannya penuh pena bulu, perkamen dan buku-buku. Tasnya yang robek tergantung di bahunya. Dia menatap Harry dan tatapannya bingung nyaris curiga.
"Kenapa kau memberitahu aku"" tanyanya.
Harry menatapnya tak percaya. Dia yakin Cedric tak akan bertanya jika telah melihat naga-naga itu sendiri. Harry bahkan takkan memmbiarkan musuh besarnya menghadapi monster-monster itu tanpa persiapan - yah, kecuali mungkin Malfoy atau Snape...
"Yah... adil, kan"" katanya kepada Cedric. "Kita semua tahu sekarang... posisi kita jadi sama, kan""
Cedric masih memandangnya dengan agak curiga ketika Harry mendengar bunyi ketukan yang dikenalnya di belakangnya. Dia berbalik dan melihat Mad-eye Moody muncul dari kelas di dekat situ.
"Ikut aku, Potter," katanya menggeram. "Diggory, pergilah."
Harry menatap Moody dengan gelisah. Apakah dia mendengarnya"
"Er... Profesor, saya harus ikut Herbologi..."
"Biar saja, Potter. Ke kantorku sekarang..."
Harry mengikutinya, bertanya-tanya dalam hati apa yang akan terjadi padanya sekarang. Bagaimana kalau Moody ingin tahu bagaimana dia sampai tahu tentang naga-naga itu" Akankah Moody pergi ke Dumbledore dan melaporkan Hagrid, atau hanya akan mengubah Harry menjadi musang" Yah, mungkin akan lebih mudah melewati naga jika dia musang, piker Harry muram, tubuhnya jadi lebih kecil, lebih susah dilihat dari ketinggian lima belas meter.
Harry mengikuti Moody ke dalam kantornya. Moody menutup pintu dan berbalik menghadapi Harry. Baik mata gaibnya maupun mata normalnya tajam menatap Harry.
"Yang kau lakukan tadi perbuatan terpuji, Potter," kata Moody pelan.
Harry tak tahu harus bilang apa. Ini bukan reaksi yang diharapkannya.
"Duduklah," kata Moody, dan Harry duduk, memandang berkeliling.
Dia sudah pernah masuk ke kantor ini ketika ditempati dua orang pendahulu Moody. Sewaktu Profesor Lockhart yang menempati, dindingnya dipenuhi foto-fotonya sendiri yang mengedip dan tersenyum. Ketika Profesor Lupin tinggal di sini, sering sekali dia melihat makhluk dunia Hitam yang baru dan menarik, yang didapat Lupin bagi mereka untuk dipelajari di kelas. Tetapi sekarang, kantor ini penuh benda-benda yang luar biasa aneh, yang Harry duga telah digunakan Moody pada waktu dia menjadi auror dulu.
Di atas mejanya ada sesuatu yang seperti gasing kaca besar yang sudah retak. Harry langsung mengenalinya sebagai Teropong Curiga, karena dia sendiri punya, meskipun ukurannya jauh lebih kecil daripada teropong Moody. Di salah satu sudut, di atas meja kecil, ada sesuatu yang tampaknya seperti antenna televise keemasan yang meliuk-liuk. Antenna itu berdengung pelan. Sesuatu yang seperti cermin tergantung pada dinding di seberang Harry, tetapi cermin itu tidak memantulkan ruangan. Sosok-sosok yang seperti baying-bayang bergerak-gerak di dalamnya, tak satupun yang terfokus tajam.
"Suka detector gelapku, ya"" kata Moody, yang mengawasi Harry lekat-lekat.
"Apa itu"" Tanya Harry menunjuk antena keemasan yang meliuk-liuk.
"Sensor rahasia. Bergetar jika dia mendeteksi ada yang menyembunyikan sesuatu atau berbohong... tak ada gunanya di sini, terlalu banyak gangguan di sini -murid-murid di segala jurusan memberi alasan bohong kenapa mereka tidak mengerjakan PR. Berdengung terus sejak aku tiba di sini. Aku harus mendisfungsikan Teropng Curiga ku karena dia tak hentinya bersuit. Teropong itu ekstra sensitive, bisa mendeteksi kebohongan dari jarak satu setengah kilometer. Tentu saja dia bisa mendeteksi lebih daripada sekedar kebohongan anak-anak," dia menambahkan dengan menggeram.
"Dan untuk apa cermin itu""
"Oh, itu Cermin Musuhku. Lihat mereka itu, berindap-indap" Aku tak akan mendapat kesulitan sampai aku melihat bagian putih bola mata mereka. Saat itulah kubuka petiku."
Dia mengeluarkan tawa pendek parau, dan menunjuk ke peti besar di bawah jendela. Peti itu ada lubang kuncinya, berderet tujuh. Harry penasaran memikirka
n apa isinya, sampai perkataan Moody berikutnya membantingnya kembali ke tanah.
"Jadi... berhasil tahu tentang naga-naga itu rupanya""
Harry ragu-ragu. Sejak tadi dia sudah gentar menghadapi pertanyaan ini.. tetapi dia tidak memberitahu Cedric, dan jelas dia tidak akan memberitahu Moody, bahwa Hagrid telah melanggar peraturan.
"Tidak apa-apa," kata Moody, duduk dan menjulurkan kaki kayunya sambil mengeluh. "Kecurangan adalah bagian tradisional Turnamen Triwizard. Dari dulu sudah begitu."
"Saya tidak melakukan kecurangan," tukas Harry tajam. "Kebetulan saja. saya tahu."
Moody tersenyum. "Aku tidak menuduhmu, Nak. Aku sudah bilang pada Dumbledore sejak awal, dia bisa saja bertahan jujur, tetapi Karkaroff dan Maxime jelas tidak. Sebisa mungkin mereka akan memberitahu para juara mereka. Mereka ingin menang. Mereka ingin mengalahkan Dumbledore. Mereka mau membuktikan Dumbledore hanyalah manusia biasa."
Moody tertawa parau lagi, mata gaibnya berputar begitu cepat, membuat Harry mual memandangnya.
"Nah. Sudah punya ide bagaimana kau akan melewati nagamu"" Tanya Moody.
"Belum," kata Harry.
"Yah, aku tidak akan memberitahumu," kata Moody tegas. "Aku tidak pilih kasih. Aku Cuma mau memberimu nasihat bagus yang umum. Dan yang pertama adalah -gunakan kekuatanmu."
"Saya tak punya kekuatan," celetuk Harry sebelum bisa menahan diri.
"Maaf"" kata Moody menggeram. "Kau punya kekuatan kalau aku bilang kau punya. Pikirkan sekarang. Kau paling mahir dalam hal apa""
Harry berusaha berkonsentrasi. Dia paling mahir dalam hal apa" Yah, itu sih gampang sebetulnya.
"Quidditch," katanya bingung. "dan apa gunanya..."
"Betul," kata Moody, memandangnya tajam sekali, mata gaibnya nyaris tak bergerak. "Kau penerbang yang luar biasa, kudengar."
"Yeah, tetapi..." Harry menatapnya. "Saya tidak diizinkan membawa sapu. Saya Cuma membawa
tongkat." "Nasihat umumku yang kedua," kata Moody keras, menyelanya, "adalah gunakan mantra sederhana yang memungkinkan kau mendapatkan yang kaubutuhkan."
Harry menatapnya bengong. Apa yang dibutuhkannya"
"Ayolah, Nak...," bisik Moody. "Gabungkan keduanya... tidak terlalu sulit."
Dan Harry seakan mendapat pencerahan. Dia jago terbang. Dia perlu melewati naga itu lewat udara. Untuk itu, dia memerlukan Firebolt. Dan untuk mendapatkan Firebolt, dia membutuhkan...
"Hermione," Harry berbisik, ketika dia secepat kilat ke Rumah Kaca tiga menit kemudian, seraya menggumamkan permintaan maaf buru-buru kepada Profesor Sprout ketika melewatinya. "Hermione... aku perlu bantuanmu."
"Menurutmu apa yang selama ini kulakukan, Harry"" Hermione balas berbisik, matanya membulat cemas di atas semak Flutterby yang sedang dipangkasnya.
"Hermione, aku sudah harus menguasai Mantra Panggil dengan baik besok sore."
Maka mereka pun berlatih. Mereka tidak makan siang, melainkan langsung ke kelas kosong. Di kelas itu Harry mencoba sekuat tenaga membuat berbagai benda terbang menyeberangi ruangan ke arahnya. Dia masih kesulitan. Buku dan pena bulu berulang-ulang jatuh ke lantai seperti batu ketika baru setengah jalan menyeberangi ruangan.
"Konsentrasi, Harry, konsentrasi..."
"Menurutmu apa yang sedang kulakukan"" balas Harry gusar. "Naga raksasa entah kenapa tak hentinya muncul di benakku... Oke, coba lagi..."
Dia ingin membolos Ramalan untuk meneruskan latihan, tetapi Hermione menolak mentah-mentah meninggalkan Arithmancy, dan tak ada gunanya berlatih tanpa dia. Harry terpaksa menahan diri selama pelajaran Profesor Trelawney, yang menghabiskan lebih setengah jam pelajaran memberitahu murid-muridnya bahwa porsi Mars dalam hubungannya dengan Saturnus pada saat itu berarti bahwa orang yang lahir pada bulan juli menghadapi bahaya besar meninggal mendadak secara mengerikan.
"Bagus, kalau begitu," kata Harry keras-keras, kemarahannya meledak, "asal tidak berlama-lama saja, aku tak mau menderita."
Sekejap Ron tampaknya akan tertawa. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini matanya bertatapan dengan mata Harry, tetapi Harry masih merasa jengkel sekali dengan Ron sehingga dia tak peduli. Dia menghabiskan sisa jam pelajaran dengan berusaha menarik benda-bend
a kecil ke arahnya di bawah meja,
menggunakan tongkat sihirnya. Dia berhasil membuat seekor lalat meluncur langsung ke tangannya, meskipun dia tak sepenuhnya yakin itu berkat kelihaiannya menggunakan Mantra Panggil... mungkin si lalat saja yang bodoh.
Dia memaksa diri menelan makan malam setelah pelajaran Ramalan, kemudian kembali ke kelas kosong bersama Hermione, memakai Jubah Gaib untuk menghindari para guru. Mereka berlatih sampai lewat tengah malam. Mereka akan tinggal lebih lama, tetapi Peeves muncul, dan berpura-pura mengira Harry ingin dilempari barang-barang, Peeves mulai melempar-lempar kursi ke seberang ruangan. Harry dan Hermione buru-buru pergi sebelum kebisingan itu menarik perhatian Filch. Mereka kembali ke ruang rekreasi Gryffindor, yang untungnya sudah kosong.
Pukul dua dini hari, Harry berdiri di dekat perapian, dikelilingi oleh tumpukan benda-benda: buku-buku, pena-pena bulu, beberapa kursi terbalik, satu set Gobstones usang, dan katak Neville, si Trevor. Baru sejam yang lalu Harry betul-betul menguasai Mantra Panggil.
"Itu lebih baik, Harry, jauh lebih baik," kata Hermione, tampak lelah tapi sangat senang.
"Yah, sekarang kita tahu apa yang harus kita lakukan lain kali kalau aku tak bisa menguasai mantra," kata Harry, melemparkan kembali Kamus Rune kepada Hermione, supaya dia bisa mencoba lagi. "Ancam aku dengan naga. Baik..." Dia mengangkat tangannya sekali lagi. "Accio Dictonary!"
Buku tebal itu melesat dari tangan Hermione, terbang menyeberangi ruangan, dan Harry menangkapnya.
"Harry, menurutku kau sudah menguasainya!" kata Hermione riang.
"Asal besok bisa berhasil saja," ujar Harry. "Fireboltku jaraknya sangat lebih jauh daripada barang-barang di sini. Dia ada di kastil, sedangkan aku di lapangan..."
"Tak jadi soal," kata Hermione tegas. "Asal kau berkonsentrasi benar-benar pada sapumu, dia akan dating. Harry, lebih baik kita tidur sebentar... kau perlu tidur."
Harry berlatih keras menguasai Mantra Panggil malam itu, sehingga sebagian kepanikannya telah meninggalkannya. Tetapi paginya kepanikan itu muncul lagi sepenuhnya. Suasana di sekolah penuh ketegangan dan kegairahan. Pelajaran dihentikan pada tengah hari, agar anak-anak punya cukup waktu untuk pergi ke tempat penampungan naga - meskipun tentu saja mereka tak tahu apa yang akan mereka temukan di sana.
Harry merasa terpisah dari semua anak di sekitarnya, baik yang mengharapkan agar dia berhasil maupun yang mendesis mencemoohnya, "Kami akan menyiapkan sekotak tisu, Potter," ketika dia lewat. Ketegangannya begitu besar, sehingga dia membatin apakah dia tidak akan hilang akal ketika mereka membawanya ke naganya, dan mulai mengutuk semua orang yang dilihatnya. Waktu seolah berjalan ngebut, sehingga tadi rasanya dia masih duduk ikut pelajaran pertama, Sejarah Sihir, lalu tiba-tiba saja sudah berjalan untuk makan siang... dan kemudian (ke mana perginya waktu" Jam-jam terakhir tanpa naga"), Profesor McGonagall bergegas menjumpainya di Aula Besar. Banyak anak yang mengawasi mereka.
"Potter, para juara harus turun ke halaman sekarang... Kau harus bersiap untuk menghadapi tugas pertamamu."
"Baiklah," kata Harry bangkit, garpunya terjatuh ke piringnya dengan bunyi dentang keras.
"Semoga sukses, Harry," bisik Hermione. "Kau akan baik-baik saja!"
"Yeah," kata Harry, dalam suara yang sama sekali tidak seperti suaranya.
Dia meninggalkan Aula Besar bersama Profesor McGonagall. Profesor McGonagall juga tidak seperti biasanya. Dia bahkan tampak sama cemasnya dengan Hermione. Ketika menemani Harry menuruni undakan batu dan keluar memasuki udara sore November yang dingin, dia meletakkan tangan di bahu Harry.
"Jangan panic, ya," katanya, "tetaplah berkepala dingin... Kita punya para penyihir yang siap bertindak jika situasi tak terkendali lagi... Yang paling utama adalah lakukan sebaik kau bisa, dan tak akan ada yang menyalahkanmu... Kau baik-baik saja""
"Ya," Harry mendengar dirinya menjawab. "Ya, saya baik-baik saja."
Professor McGonagall membawanya ke tempat para naga, di tepi hutan. Tetapi ketika mereka mendekati kerumunan pepohonan, yang dari belakangnya pagar
bisa kelihatan, Harry melihat di situ sudah didirikan
tenda. Jalan masuknya menghadap mereka, menghalangi naga-naga itu dari pandangan.
"Kau harus masuk ke situ bersama yang lain," kata Profesor McGonagall dengan suara yang agak bergetar, "dan tunggu giliranmu, Potter. Mr. Bagman ada di dalam situ. dia akan memberitahumu. prosedurnya. Semoga berhasil."
"Terima kasih," kata Harry, dengan suara datar yang kedengarannya dating dari jauh. Professor McGonagall meninggalkannya di pintu tenda. Harry masuk.
Fleur Delacour duduk di sudut di bangku kayu rendah. Dia tidak tampak setenang biasanya, melainkan agak pucat dan berkeringat. Viktor Krum tampak lebih sangar dari biasanya. Menurut dugaan Harry, begitulah caranya menunjukkan ketegangan. Cedric berjalan hilir mudik. Ketika Harry masuk, Cedric tersenyum kecil kepadanya, yang dibalas Harry. Harry merasakan otot-otot wajahnya kaku, seakan sudah lupa bagaimana caranya tersenyum.
"Harry, selamat dating!" sambut Bagman riang, berpaling memandangnya. "Masuk, masuk, anggap saja rumah sendiri!"
Bagman tampak bagai tokoh kartun yang kelewat besar, berdiri di tengah para juara yang berwajah pucat. Dia memakai jubah Wasp-nya yang dulu lagi.
"Nah, setelah kalian semua ada di sini. sudah saatnya menjelaskan kepada kalian!" kata Bagman ceria. "Kalau para penonton sudah berkumpul, kantong ini akan kutawarkan kepada kalian" - dia mengangkat kantong kecil dari sutra ungu dan mengguncangnya di depan mereka - "dari dalamnya kalian masing-masing akan
memilih model miniature benda yang harus kalian hadapi! Soalnya... er... jenis-jenisnya berbeda. Dan aku harus memberitahu kalian satu hal lain... ah, ya... tugas kalian adalah mengambil telur emasnya!"
Harry memandang berkeliling. Cedric mengangguk sekali, untuk menunjukkan bahwa dia memahami kata-kata Bagman, dan kemudian mulai berjalan hilir mudik lagi dalam tenda. Wajahnya pucat. Fleur dan Krum sama sekali tak bereaksi. Mungkin mereka mengira mereka akan muntah jika membuka mulut; begitulah yang Harry rasakan. Tetapi paling tidak, mereka berdua dengan sukarela ikut turnamen ini...
Dan dalam waktu singkat, ratusan pasang kaki terdengar melewati tenda, pemiliknya berbicara dengan bergairah, tertawa-tawa, bergurau... Harry merasa terasing dari para penonton itu, seakan mereka spesies lain. Dan kemudian - rasanya Cuma sedetik bagi Harry -Bagman membuka kantung sutra itu.
"Wanita lebih dulu," katanya, mengulurkan kantung itu kepada Fleur Delacour.
Fleur memasukkan tangan yang gemetar ke dalam kantong dan mengeluarkan model naga miniature yang sempurna - naga Hijau Wales. Ada angka dua melingkar di lehernya. Dan, melihat Fleur yang tidak menunjukkan tanda-tanda keterkejutan, melainkan tekad pasrah, Harry tahu bahwa dugaannya benar. Madame Maxime telah memberitahunya apa yang akan dihadapinya.
Hal yang sama terjadi pada Krum. Dia mengeluarkan Bola Api Cina yang berwarna merah. Nomor tiga terkalung di lehernya. Krum bahkan tidak berkedip, hanya duduk lagi dan memandang tanah.
Cedric memasukkan tangan ke dalam kantung, dan menarik naga Moncong Pendek Swedia berwarna biru abu-abu, dengan nomor satu terkalung di lehernya. Harry memasukkan tangan ke dalam kantung sutra dan mengeluarkan naga Ekor Berduri Hungaria yang bernomor empat. Naga itu merentangkan sayapnya ketika Harry menunduk memandangnya, dan menyeringai memamerkan taring mininya.
"Nah, begitulah!" kata Bagman. "Kalian masing-masing sudah mengeluarkan naga yang akan kalian hadapi, dan nomor-nomor itu adalah nomor urut kalian untuk menghadapi naga-naga itu. Sebentar lagi aku harus meninggalkan kalian, karena aku yang akan memberikan komentar. Mr. Diggory, kau yang paling dulu. Keluarlah langsung ke arena yang sudah dipagari kalau kau mendengar tiupan peluit, oke" Sekarang... Harry... bisa kita bicara sebentar" Di luar""
"Er... ya," kata Harry bengong. Dia bangkit dan keluar dari tenda bersama Bagman, yang mengajaknya berjalan agak menjauh, ke tengah pepohonan, dan kemudian berbalik menghadapinya dengan ekspresi kebapakan pada wajahnya.
"Kau merasa baik-baik saja, Harry" Ada yang bisa kuambilkan"
" "Apa"" kata Harry. "Saya... tidak, tidak ada."
"Sudah punya rencana"" Tanya Bagman, merendahkan suaranya dengan nada berkonspirasi. "Karena aku tak keberatan membagi beberapa petunjuk,
kalau kau mau. Maksudku," Bagman meneruskan, merendahkan suaranya lebih pelan lagi, "kau yang paling lemah, Harry... Kalau ada yang bisa kubantu..."
"Tidak," kata Harry cepat sekali, dia tahu dia kedengaran tak sopan, "tidak... saya... saya tahu apa yang akan saya lakukan, terima kasih."
"Tak akan ada yang tahu, Harry," kata Bagman mengedipkan kepadanya.
"Tidak, saya taka pa-apa," kata Harry, dalam hati heran sendiri, kenapa dia terus mengatakan begini kepada orang-orang, padahal belum pernah rasanya dia separah ini. "Saya sudah membuat rencana, saya..."
Terdengar tiupan peluit dari suatu tempat.
"Astaga, aku harus buru-buru!" kata Bagman kaget, dan dia bergegas pergi.
Harry berjalan kembali ke tenda dan melihat Cedric keluar, lebih pucat dari tadi. Harry berusaha mengucapkan semoga berhasil ketika berpapasan dengannya, tetapi yang keluar dari mulutnya hanyalah semacam dengkur parau.
Dia masuk bergabung dengan Fleur dan Krum. Beberapa saat kemudian mereka mendengar teriakan gemuruh penonton, yang berarti Cedric sudah memasuki arena dan sekarang berhadapan dengan naga-naga yang sebenarnya...
Ternyata hanya bisa duduk dan mendengarkan rasanya jauh lebih parah daripada yang bisa dibayangkan Harry. Penonton menjerit... berteriak-teriak... memekik ketakutan, sementara Cedric melakukan entah apa untuk
bisa melewati naga Moncong Pendek Swedia. Krum masih memandang tanah. Fleur sekarang mengikuti jejak Cedric, berjalan hilir mudik mengelilingi tenda. Dan komentar Bagman membuat segalanya jauh lebih parah... Bayangan-bayangan mengerikan berkelebat di benak Harry ketika dia mendengar, "Oooh, nyaris saja, sangat nyaris"... Dia mengambil resiko!"... "Gerakan cerdik - saying tidak berhasil!"
Dan kemudian, setelah kira-kira lima belas menit, Harry mendengar sorakan gegap gempita memekakkan telinga yang hanya berarti satu hal: Cedric telah berhasil melewati naganya dan mengambil telur emasnya.
"Sungguh bagus sekali!" Bagman berteriak. "Dan sekarang nilai dari para juri!"
Tetapi Bagman tidak meneriakkan ang-angkanya. Harry menduga para juri mengangkat angka-angka itu dan memperlihatkan kepada penonton.
"Satu selesai, masih ada tiga lagi!" seru Bagman ketika peluit berbunyi lagi. "Miss Delacour, silakan!"
Fleur gemetar dari kepala sampai ke kaki. Harry merasa lebih hangat terhadapnya daripada yang selama ini dirasakannya, ketika Fleur meninggalkan tenda dengan kepala tegak dan tangan mencengkeram tongkat sihirnya. Tinggal Harry dan Krum berdua, berseberangan dalam tenda, saling menghindari pandangan yang lain.
Proses yang sama mulai lagi... "Oh, menurutku itu tidak bijaksana!" mereka bisa mendengar Bagman berteriak riang. "Oh... hamper! Hati-hati sekarang... astaga, kupikir tadi habislah dia!"
Sepuluh menit kemudian, Harry mendengar penonton meledak bersorak lagi... Fleur tentunya telah berhasil juga. Hening sesaat, ketika angka-angka Fleur ditunjukkan.. tepuk tangan lagi... dan, untuk ketiga kalinya, tiupan peluit.
"Dan sekarang, inilah Mr. Krum!" seru Bagman, dan Krum berjalan bungkuk keluar, meninggalkan Harry sendirian.
Harry merasakan kesadaran akan tubuhnya lebih daripada biasanya. Dia sangat sadar bagaimana jantungnya berdegup keras, dan jari-jarinya dirayapi ketakutan. tetapi, pada saat bersamaan, dia serasa berada di luar tubuhnya, melihat dinding tenda, dan mendengar teriakan gemuruh penonton, seakan dari kejauhan.
"Sangat berani!" teriak Bagman, dan Harry mendengar si Bola Api Cina mengeluarkan jeritan menggerung mengerikan, sementara penonton menahan napas. "Sungguh berani dia. dan. ya, dia berhasil mengambil telurnya!"
Sorakan memecah udara musim dingin seperti memecahkan kacanya. Krum telah menyelesaikan tugasnya - giliran Harry akan tiba setiap saat.
Harry bangkit, kakinya rasanya terbuat dari agar-agar. Dia menunggu. Dan kemudian dia mendengar tiupan peluit. Dia berjalan melewati pintu tenda, kepanikan meningkat di dalam dirinya. Dan se
karang dia berjalan melewati pohon-pohon, masuk melalui lubang di pagar arena.
Dia melihat segala sesuatu di depannya seakan dalam mimpi yang berwarna-warni. Beratus-ratus wajah memandangnya dari tribune tinggi yang secara sihir telah didirikan di sekeliling arena. Dan di ujung lain arena tampak si Ekor Berduri, merunduk rendah melindungi telur-telurnya, sayapnya setengah terentang, matanya yang kuning kejam memandang Harry. Sosoknya berupa kadal raksasa bersisik yang mengerikan, menghantam-hantamkan ekornya yang berduri, meninggalkan lekukan-lekukan sepanjang hamper satu meter di tanah yang keras. Penonton bising sekali, tetapi entah suara mereka ramah atau tidak, Harry tidak tahu dan tidak peduli. Sudah waktunya melakukan apa yang harus dia lakukan... memfokuskan pikirannya, seluruhnya dan sepenuhnya, pada satu hal yang merupakan satu-satunya kesempatannya...
Harry mengangkat tongkat sihirnya.
"Accio Firebolt!" dia berteriak.
Harry menunggu, seluruh serabut tubuhnya berharap, berdoa... Jika tidak berhasil... jika sapunya tidak dating... rasanya dia memandang ke segala sesuatu di sekelilingnya melalui batas transparan yang bergetar, seperti udara panas, yang membuat arena dan ratusan wajah di sekelilingnya bergoyang aneh...
Dan kemudian didengarnya bunyi deru, melesat menembus udara di belakangnya. Harry menoleh dan melihat Fireboltnya meluncur ke arahnya mengitari tepi hutan, terbang melewati atas pagar, dan berhenti di tengah udara persis di sebelahnya, menunggu dia menaikinya. Penonton riuh rendah... Bagman meneriakkan sesuatu... tetapi telinga Harry tak lagi 434
berfungsi dengan benar... mendengarkan tidaklah penting lagi...
Dia melangkahkan kaki ke atas sapunya dan menjejak tanah. Sedetik kemudian, sesuatu yang luar biasa terjadi...
Saat dia melesat ke atas, saat angina menerpa rambutnya, saat wajah-wajah di bawahnya hanya berupa titik-titik kecil, dan si naga Ekor Berduri mengecil seukuran anjing, Harry sadar dia tidak hanya meninggalkan tanah, melainkan juga ketakutannya... Di sinilah memang tempatnya...
Ini hanya pertandingan Quidditch yang lain, Cuma itu... hanyalah pertandingan Quidditch yang lain, dan si naga Ekor Berduri itu hanyalah regu lawan yang jelek...
Dia menunduk memandang gundukan telur dan melihat telur emasnya, berkilau di tengah telur-telur lainnya yang berwarna semen, tergeletak dengan aman di antara kedua kaki depan si naga. "Oke," Harry berkata kepada dirinya sendiri, "taktik pengalihan perhatian... ayo..."
Dia menukik. Kepala si Ekor Berduri mengikutinya. Harry tahu apa yang akan dilakukan si naga dan menghindar tepat pada waktunya. Semburan api diarahkan ke tempat di mana dia persis akan berada jika tidak menghindar... tetapi Harry tidak peduli... itu tak lebih daripada menghindar Bludger...
"Bukan main, hebat sekali terbangnya!" teriak Bagman sementara penonton menjerit dan menahan napas. "Apakah kau menyaksikan ini, Mr. Krum""
Harry meluncur naik melingkar. Si naga Ekor Berduri masih mengikuti gerakannya, kepalanya berputar di atas lehernya yang panjang - kalau dia begini terus, dia akan pusing - tetapi lebih baik jangan terlalu memaksanya, nanti dia menyemburkan api lagi...
Harry meluncur turun tepat ketika si Ekor Berduri membuka mulutnya, tetapi kali ini dia kurang beruntung - dia berhasil menghindari apinya, tetapi ekor si naga melecutnya, dan saat dia miring ke kiri, salah satu durinya yang tajam menggores bahunya, merobek jubahnya...
Harry bisa merasakan bahunya panas dan perih, dia bisa mendengar jeritan dan keluhan dari penonton, tetapi lukanya rupanya tidak dalam... Sekarang Harry meluncur mengelilingi punggung si naga, dan terlintas di benaknya satu kemungkinan...
Si ekor Berduri tampaknya tak mau beringsut, dia berlalu protektif terhadap telur-telurnya. Meskipun dia menggeliat dan berputar, mengepakkan dan mngatupkan sayapnya, dan menancapkan pandangan mata kuningnya yang mengerikan pada Harry, dia takut bergerak terlalu jauh dari telur-telurnya... tetapi Harry harus membujuknya agar menjauh, kalau tidak dia tak akan bisa mendekati telur-telur itu... Caranya adalah melakukan
nya dengan hati-hati, tahap demi tahap...
Harry mulai terbang, mula-mula kea rah yang satu, kemudian ke arah lain, tidak cukup dekat untuk membuat si naga menyemburkan api guna mengusirnya, tetapi tetap cukup mengancam hingga si naga terus memandangnya. Kepala si naga terayun ke sana kemari,
memandang Harry melewati pupilnya yang vertical, taringnya menyeringai...
Harry terbang lebih tinggi. Kepala si naga ikut naik, lehernya sekarang terjulur sepanjang mungkin, masih terayun seperti ular di depan pawangnya...
Harry naik lagi sekitar satu meter, dan si naga mengeluarkan raungan putus asa. Harry baginya seperti lalat, lalat yang ingin ditepuknya. Ekornya menyabet lagi, tetapi Harry sekarang terlalu tinggi... Dia menyemburkan api ke udara, yang berhasil dihindari Harry... Moncongnya terbuka lebar...
"Ayo," desis Harry, berayun menggoda di atasnya, "ayo, ayo, tangkap aku... bangun sekarang..."
Dan kemudian naga itu bangkit, akhirnya merentangkan sayapnya yang lebar, hitam dan seperti kulit, selebar sayap pesawat kecil - dan Harry menukik. Sebelum si naga tahu apa yang dilakukan Harry, dan kemana dia menghilang, Harry melesat ke tanah secepat dia bisa, menuju telur-telur yang sekarang tidak dilindungi kaki naga yang bercakar tajam - dia sudah melepas tanah dari Firebolt - dia berhasil menyambar telur emas...
Dan dengan kecepatan tinggi, dia menyingkir, melayang di atas tribune, telur yang berat itu aman terkepit oleh lengannya yang tidak terluka, dan seakan baru saja ada yang membesarkan volume - untuk pertama kalinya Harry menyadari kerasnya teriakan penonton, yang memekik-mekik dan bersorak seriuh sorakan pendukung tim Irlandia dalam Piala Dunia...
"Lihat itu!" teriak Bagman. "Coba lihat itu! Juara termuda kitalah yang paling cepat mendapatkan telurnya! Wah, ini akan mengubah peringkat Mr. Potter!"
Harry melihat para pawing naga berduri ke arena untuk menenangkan si Ekor Berduri, dan di balik lubang masuk arena, Profesor McGonagall, Profesor Moody, dan Hagrid bergegas menyongsongnya, semuanya melambai agar Harry mendatangi mereka, senyum mereka jelas tampak, walaupun dari kejauhan. Harry kembali terbang di atas tribune, sorakan penonton berdentum menggetarkan gendang telinganya, dan dia mendarat dengan mulus, hatinya terasa lebih ringan daripada selama beberapa minggu belakangan ini... Dia telah berhasil melaksanakan tugas pertamanya, dia selamat...
"Hebat sekali, Potter!" seru Profesor McGonagall saat Harry turun dari Fireboltnya - dating dari Profesor McGonagall, itu pujian yang luar biasa. Harry memperhatikan bahwa tangan Profesor McGonagall bergetar ketika menunjuk ke bahunya. "Kau perlu menemui Madam Pomfrey sebelum para juri mengumumkan angkamu... Di sana, dia harus membersihkan luka-luka Diggory..."
"Kau berhasil, Harry!" kata Hagrid parau. "Kau berhasil! Padahal melawan si Ekor Berduri, dan kau tahu Charlie bilang dia yang paling galak..."
"Terima kasih, Hagrid!" kata Harry keras-keras, supaya Hagrid tidak keterlepasan ngomong bahwa dia telah menunjukkan naga-naga itu kepada Harry sebelumnya.
Professor Moody juga tampak sangat senang. Mata gaibnya menari-nari dalam rongganya.
"Asyik dan gampang, kan, Potter," geramnya.
"Baik, Potter, pergilah ke tenda pertolongan pertama...," kata Profesor McGonagall.
Harry keluar dari arena, masih terengah, dan melihat Madam Pomfrey berdiri di mulut tenda kedua, tampak cemas.
"Naga!" katanya dengan nada jijik, seraya menarik Harry masuk. Tenda itu dibagi dalam dua ruangan. Harry bisa melihat bayangan Cedric di balik kanvas, tetapi tampaknya Cedric tidak terluka parah. Dia duduk, paling tidak. Madam Pomfrey memeriksa bahu Harry sambil terus mengomel. "Tahun lalu Dementor, tahun ini naga, apa lagi yang akan mereka bawa ke sekolah selanjutnya" Kau beruntung sekali... lukamu cukup dangkal... tapi perlu dibersihkan sebelum kusembuhkan..."
Madam Pomfrey membersihkan luka itu dengan menotol-notolnya dengan cairan ungu yang berasap dan membuat perih, tetapi kemudian dia menyentuh bahu Harry dengan tongkat sihirnya, dan Harry merasakan lukanya langsung sembuh.
"Sekarang duduk diam dulu
sebentar... duduk! Setelah itu baru kau boleh pergi dan melihat nilaimu!"
Dia bergegas meninggalkan tenda, dan Harry mendengarnya masuk ke sebelah dan bertanya, "Bagaimana rasanya sekarang, Diggory""
Harry tidak mau duduk diam saja. Dia terlalu penuh semangat. Dia bangkit, ingin tahu apa yang terjadi di luar, tetapi sebelum mencapai mulut tenda, dua orang melesat masuk - Hermione, diikuti oleh Ron.
"Harry, kau hebat sekali!" lengking Hermione. Masih ada bekas luka di pipinya yang tadi dicengkeramnya penuh ketakutan. "Kau luar biasa! Betul!"
Tetapi Harry memandang Ron, yang sangat pucat dan menatap Harry seakan Harry hantu.
"Harry," katanya, sangat serius, "siapa pun yang memasukkan namamu dalam piala itu... ku..kurasa mereka berusaha membunuhmu!"
Seakan beberapa minggu yang terakhir ini tak pernah terjadi - seakan Harry bertemu Ron untuk pertama kalinya, setelah dia terpilih menjadi juara.
"Paham juga akhirnya kau," kata Harry dingin. "Perlu waktu cukup lama."
Hermione berdiri cemas diantara mereka, menatap mereka bergantian. Ron membuka mulutnya dengan sangsi. Harry tahu Ron akan minta maaf dan mendadak dia merasa tak perlu mendengarnya.
"Sudahlah," katanya sebelum Ron bisa berkata apa-apa. "Lupakan saja!"
"Tidak," kata Ron, "seharusnya aku tidak..."
"Lupakan saja," kata Harry.
Ron nyengir gugup kepada Harry, dan Harry membalas nyengir.
Air mata Hermione langsung bercucuran.
"Tak ada yang perlu ditangisi!" kata Harry, bingung.
"Kalian berdua tolol benar!" teriaknya, mengentakkan kaki ke tanah, air mata membasahi bagian depan jubahnya. Kemudian, sebelum salah satu dari mereka bisa mencegahnya, Hermione memeluk mereka berdua dan berlari pergi, menangis tersedu-sedu.
"Sinting," kata Ron, menggelengkan kepala. "Harry, ayo, mereka akan mengumumkan angkamu..."
Memungut telur emas dan tongkatnya, merasa lebih gembira daripada yang dibayangkan bisa terjadi satu jam yang lalu, Harry menunduk keluar dari tenda. Ron di sebelahnya, berbicara cepat.
"Kau paling hebat... tak ada pesaing. Yang dilakukan Cedric aneh. Dia mentransfigurasi batu karang di tanah... mengubahnya menjadi anjing Labrador... dia berusaha membuat naga itu mengejar anjing itu alih-alih dirinya. Yah, transfigurasinya cool sih, dan cukup sukses, karena dia berhasil mengambil telurnya. Tetapi dia terbakat juga
- si naga berubah pikiran setengah jalan dan memutuskan lebih suka menangkapnya daripada si Labrador. Nyaris saja Cedric bisa diterkamnya. Dan si Fleur memantrai naganya, kurasa dia mencoba membuat naganya trans - yah, uasahanya berhasil juga, naganya jadi mengantuk, tetapi kemudian dia mendengkur, dan menyemburkan lidah api besar, dan jubah Fleur terbakar
- dia memadamkannya dengan api dari tongkatnya. Dan Krum - kau tak akan mempercayai ini, tapi dia bahkan tidak memikirkan terbang! Dia mungkin yang terbaik setelah kau. Langsung menyerang mata si naga dengan semacam mantra. Celakanya, si naga mengentak-entak kesakitan dan menggencet separo dari telur-telurnya yang asli - angkanya dikurangi karena itu, dia tak boleh membuat telur-telur itu rusak."
Ron menahan napas ketika dia dan harry tiba di tepi arena. Sekarang setelah si Ekor berduri dibawa pergi, Harry bisa melihat di mana kelima juri duduk - tepat di seberang, di tempat duduk tinggi berselubung kain keemasan.
"Nilai tertinggi dari masing-masing sepuluh," kata Ron dan Harry, menyipitkan mata ke seberang, melihat juri pertama - Madame Maxime - mengangkat tongkat sihirnya ke atas. Pita perak panjang meluncur keluar dari ujungnya, melingkar membentuk angka delapan.
"Tidak buruk!" kata Ron, sementara penonton bersorak. "Kurasa dia mengurangi angkanya gara-gara bahumu luka..."
Berikutnya Mr. Crouch. Dia meluncurkan angka sembilan ke angkasa.
"Bagus!" teriak Ron, menepuk punggung Harry.
Berikutnya Dumbledore. Dia juga memberi angka sembilan. Penonton bersorak lebih riuh daripada sebelumnya.
Ludo Bagman - sepuluh. "Sepuluh"" ujar Harry tak percaya. "Tapi... aku terluka... Apa maksudnya""
"Harry, jangan mengeluh"" teriak Ron bersemangat.
Dan sekarang Karkaroff mengangkat tongkatnya. Dia berhenti sejenak, kemud
ian ada angka yang meluncur dari tongkatnya - empat.
"Apa"" Ron menggerung marah. "Empat" Brengsek. Licil, curang, kau memberi Krum angka sepuluh!"
Tetapi Harry tidak peduli, dia tak akan peduli sekalipun Karkaroff memberinya nilai nol. Kemarahan Ron untuknya berharga seratus angka baginya. Dia tidak mengatakan ini kepada Ron, tentu saja, tetapi hatinya terasa lebih ringan daripada udara ketika dia berbalik meninggalkan arena. Dan bukan hanya Ron maupun anak-anak Gryffindor yang bersorak ramai. Ketika mereka tadi melihat apa yang harus dihadapi Harry, sebagian besar anak-anak langsung berpihak kepadanya, sama seperti kepada Cedric... Harry tidak peduli kepada anak-anak Slytherin, dia bisa tahan apapun yang mereka lontarkan kepadanya sekarang.
"Kau berada di tempat pertama, Harry! Kau dan Krum!" kata Charlie Weasley, bergegas menemui mereka ketika mereka bersiap kembali ke sekolah. "Aku harus lari sekarang. Aku harus kirim burung hantu ke Mum, aku sudah bersumpah akan mengabarinya apa yang terjadi -tapi tadi sungguh tak bisa dipercaya! Oh yeah... dan mereka menyuruhku memberitahumu kau harus menunggu beberapa menit... Bagman mau bicara, di tenda para juara."
Ron berkata akan menunggu, maka Harry masuk lagi ke tenda juara, yang sekarang rasanya berbeda, lebih ramah dan menyenangkan. Harry mengingat bagaimana rasanya sewaktu menghindari si Ekor Berduri dan membandingkannya dengan masa menunggu lama sebelum dia keluar menghadapi naga itu. Tak bisa dibandingkan. Masa menunggu tadi sungguh jauh lebih buruk.
Fleur, Cedric dan Krum masuk bersama-sama. Sebelah wajah Cedric berlumur tebal salep berwarna jingga,
mungkin salep luka bakarnya. Dia tersenyum kepada Harry.
"Hebat, Harry."
"Kau juga," kata Harry, balas tersenyum.
"Bagus sekali, kalian semua!" kata Ludo Bagman. Melangkah ringan ke dalam tenda dan tampak gembira seakan dia sendirilah yang baru berhasil melewati naga. "Kalian punya waktu istirahat panjang sebelum tugas kedua, yang akan dilangsungkan pukul setengah sepuluh pagi tanggal dua puluh empat Februari... tetapi sementara itu kami memberi kalian sesuatu untuk dipikirkan! Jika kalian meneliti telur emas yang kalian pegang, kalian bisa melihat bahwa telur-telur itu bsia dibuka... lihat engselnya" Kalian harus memecahkan petunjuk yang ada di dalam telur itu - karena petunjuk itu akan memberitahu kalian apa tugas kedua kalian, sehingga kalian bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya! Semua jelas" Yakin" Baiklah, kalian boleh pergi, kalau begitu!"
Harry meninggalkan tenda, bergabung dengan Ron, dan mereka berjalan mengelilingi tepi hutan, mengobrol seru. Harry ingin tahu apa yang dilakukan para juara lainnya dengan lebih detail. Kemudian, ketika mereka menikung di segerumbul pepohonan yang dari baliknya Harry pertama kali mendengar para naga menggerung, seorang penyihir wanita melompat keluar dari belakang mereka.
Rita Skeeter! Dia memakai jubah hijau cemerlang hari ini. Pena bulu kutip Kilat di tangannya menyatu dengan warna jubahnya.
"Selamat, Harry!" katanya, tersenyum kepada Harry. "Bagaimana kalau kauberi aku sepatah dua patah kata" Bagaimana perasaanmu sekarang, tentang pemberian angka, apakah cukup adil""
"Yeah, boleh dua patah kata," kata Harry galak. "Selamat tinggal."
Dan dia melanjutkan berjalan pulang ke kastil bersama Ron.
21. Gerakan Pembebasan Peri Rumah
Harry, Ron dan Hermione ke kandang burung hantu malam itu untuk menemui Pigwidgeon, agar Harry bisa mengirim kabar kepada Sirius bahwa dia telah berhasil melewati naga tanpa cedera. Dalam perjalanan, Harry memberitahu Ron tentang segala sesuatu tentang Karkaroff yang telah diceritakan Sirius kepadanya. Meskipun awalnya Ron kaget sekali mendengar Karkaroff dulunya Pelahap Maut, pada waktu mereka tiba di kandang Burung Hantu, dia mengatakan bahwa seharusnya mereka sudah mencurigainya sejak awal.
"Klop, kan"" katanya. "Ingat apa yang dikatakan Malfoy di kereta, tentang ayahnya yang berteman dengan Karkaroff - Kepala Sekolah Durmstrang" Sekarang kita berdua tahu di mana mereka berdua saling kenal. Mereka mungkin berbaris bersama memakai topeng waktu Pi
ala Dunia itu... tapi kuberitahu kau satu hal, Harry, kalau Karkaroff yang memasukkan namamu dalam piala, dia pasti merasa tolol sekali sekarang, kan" Dia tidak berhasil, kan" Kau Cuma tergores! Sini... biar aku saja..."
Pigwidgeon kelewat bersemangat ketika tahu akan disuruh mengantar surat, sehingga dia beterbangan mengitari kepala Harry sambil tak hentinya beruhu-uhu. Ron menangkap Pigwidgeon dan memeganginya erat-erat sementara Harry mengikatkan surat ke kakinya.
Tak mungkin tugas-tugas berikutnya seberbahaya tadi, pasti tidak," kata Ron ketika dia membawa Pigwidgeon ke jendela. "Tahu tidak" Kurasa kau bisa memenangkan turnamen ini, Harry, aku serius."
Harry tahu Ron berkata begitu hanya untuk menebus sikapnya selama beberapa minggu belakangan ini, tetapi dia tetap menghargainya. Meskipun demikian, Hermione bersandar pada dinding Kandang Burung Hantu, bersedekap, dan mengernyit menatap Ron.
"Masih jauh sebelum Harry menyelesaikan turnamen ini," katanya serius. "Kalau tugas pertamanya sudah seperti itu, aku ngeri memikirkan apa tugas berikutnya."
"Penghibur ulung kau, ya," komentar Ron. "Kau dan Profesor Trelawney kapan-kapan harus bertemu."
Ron melempar Pigwidgeon dari jendela. Pigwidgeon langsung terjun tiga setengah meter sebelum berhasil terbang naik. Surat yang diikatkan ke kakinya lebih panjang dan lebih tebal daripada biasanya - Harry tak bisa menahan diri menceritakan kepada Sirius secara mendetail bagaimana dia berkelit, memutar dan menghindari si naga Ekor Berduri. Mereka mengawasi Pigwidgeon menghilang ke dalam kegelapan, dan kemudian Ron berkata, "Lebih baik kita sekarang turun untuk pesta kejutanmu, Harry... Fred dan George tentunya sudah berhasil mengambil cukup makanan dari dapur sekarang."
Betul saja, ketika mereka memasuki ruang rekreasi Gryffindor, ruangan meledak dengan sorakan dan teriakan-teriakan riuh lagi. Ada setumpuk kue-kue, jus labu kuning, dan Butterbeer di atas semua permukaan. Lee Jordan telah menyalakan beberapa Kembang Api Filibuster, sehingga udara dipenuhi bintang-bintang dan bunga api; dan Dean Thomas, yang jago menggambar, telah membuat beberapa panji-panji baru yang impresif, sebagian besar menggambarkan Harry terbang mengelilingi kepala si Ekor Berduri di atas Firebolt-nya, meskipun beberapa diantaranya menampilkan Cedric dengan kepala terbakar.
Harry mengambil makanan, lalu duduk bersama Ron dan Hermione. Dia nyaris sudah lupa bagaimana rasanya benar-benar lapar. Harry tak percaya betapa bahagianya dia. Ron telah berbaikan dengannya, dia telah berhasil
melewati tugas pertamanya, dan dia baru akan menghadapi tugas keduanya tiga bulan lagi.
"Ampun deh, berat amat," kata Lee Jordan, mengangkat telur emas yang diletakkan Harry di atas meja, dan menimbangnya. "Buka dong, Harry, ayo! Coba kita lihat apa isinya!"
"Dia harus memecahkan petunjuk itu sendiri," kata Hermione tegas. "Ada dalam peraturan turnamen..."
"Aku juga diharuskan berupaya sendiri bagaimana bisa melewati naga itu," gumam Harry, sehingga hanya Hermione yang bisa mendengarnya, dan Hermione nyengir agak merasa bersalah.
"Yeah, ayo, Harry, buka!" beberapa anak ikut membujuk.
Lee menyerahkan telur emas kepada Harry, dan Harry mencongkel lekukan yang melingkari telur dengan kukunya dan membukanya.
Telur itu berongga dan sama sekali kosong... tetapi begitu Harry membukanya, suara yang sangat mengerikan, lolongan keras melengking, memenuhi ruangan. Bunyi yang paling mirip dengan lolongan ini adalah orkes hantu yang memainkan alat musik gergaji dalam pesta ulang tahun kematian Nick si Kepala Nyaris Putus.
"Tutup," raung Fred, menutupi telinganya.
"Apa itu"" kata Seamus Finnigan, menatap telur ketika Harry menutupinya lagi. "Kedengarannya seperti banshee... Mungkin berikutnya kau harus melewati banshee, Harry."
"Itu mirip suara orang yang disiksa!" kata Neville, yang sudah pucat pasi dan menumpahkan sosis di lantai. "Kau harus melawan Kutukan Cruciatus!"
"Jangan ngaco, Neville, itu illegal," kata George. "Mereka tidak akan menggunakan Kutukan Cruciatus pada para juara. Menurutku suaranya mirip Percy menyanyi... mungkin kau
harus menyerangnya waktu dia mandi, Harry."
"Mau kue selai, Hermione"" Fred menawarkan.
Hermione memandang ragu-ragu piring yang disodorkan Fred. Fred nyengir.
"Tidak apa-apa," katanya. "Tidak kuapa-apakan. Krim Custard yang harus kauwaspadai..."
Neville, yang baru saja menggigit kue krim custard, tersedak dan memuntahkannya. Fred terbahak.
"Cuma bergurau, Neville..."
Hermione mengambil kue selai. Kemudian dia berkata, "Apakah kau mengambil semua ini dari dapur, Fred""
"Yep," kata Fred, nyengir kepadanya. Dia lalu berkata melengking, menirukan peri rumah, "'Apa saja bisa kami ambilkan untukmu, Sir, apa saja!' Mereka sangat membantu. akan mengambilkan daging banteng panggang kalau aku bilang aku gampang marah."
"Bagaimana kau bisa masuk ke dapur"" Tanya Hermione polos dengan suara biasa saja.
"Gampang," kata Fred, "ada pintu tersembunyi di balik lukisan semangkuk buah-buahan. Gelitik saja pirnya, sampai dia terkikik dan ..." Fred berhenti dan
memandang Hermione dengan curiga. "Memangnya kenapa""
"Tidak apa-apa," kata Hermione buru-buru.
"Mau coba-coba bujuk peri rumah supaya mogok, ya"" kata George. "Mau membagikan selebaran dan menghasut mereka agar melakukan pemberontakan""
Beberapa anak terkekeh. Hermione diam saja.
"Jangan mengganggu dan memberitahu mereka bahwa mereka harus mendapat pakaian dan gaji!" Fred memperingatkan. "Nanti mereka lupa masak!"
Tepat saat itu, Neville mengalihkan perhatian mereka dengan berubah menjadi burung kenari besar.
"Oh... sori, Neville!" Fred berteriak mengatasi gelak tawa. "Aku lupa - krim custardlah yang kami sihir..."
Tetapi dalam waktu semenit Neville sudah berubah lagi, dan begitu semua bulunya sudah rontok, dia bahkan ikut tertawa.
"Krim kenari!" Fred berteriak kepada anak-anak yang heboh. "Hasil penemuanku dan George - tujuh sickle satu, murah nih!"
Sudah hamper pukul satu dini hari ketika Harry akhirnya naik ke kamarnya bersama Ron, Neville, Seamus dan Dean. Sebelum menutup kelambunya, Harry meletakkan model naga Ekor Berduri Hungaria yang kecil mungil di meje di sebelah tempat tidurnya. Miniature naga itu menguap, bergulung, dan menutup matanya. Betul, piker Harry, seraya menarik kelambunya, Hagrid benar... naga sebetulnya oke...
Awal bulan Desember membawa angin dan hujan bersalju ke Hogwarts. Meskipun kastil selalu berangin di musim dingin, Harry bersyukur kastil punya perapian dan bertembok tebal, setiap kali dia melewati kapal Durmstrang di danau. Kapal itu terempas-empas diterpa angina, layarnya yang hitam menggelembung dilatarbelakangi langit yang gelap. Harry menduga caravan Beauxbatons pastilah amat dingin juga. Hagrid, dia perhatikan, rajin memberi minum kuda-kuda Madame Maxime dengan minuman kegemaran mereka, wiski gandum. Uap yang menguar dari palungannya di sudut lapangan cukup untuk membuat seluruh murid kelas Pemeliharaan Satwa gaib pusing. Ini membuat keadaan tambah runyam, karena mereka masih merawat skrewt yang mengerikan dan perlu pikiran cerdik untuk melakukannya.
"Aku tak yakin apakah mereka tidur di musim dingin atau tidak," Hagrid memberitahu murid-muridnya yang gemetar kedinginan di kebun labu kuning yang berangin dalam pelajaran berikutnya. "Kupikir kita coba saja lihat apakah mereka mau tidur. kita taruh saja mereka dalam kotak-kotak ini."
Sekarang tinggal sepuluh skrewt. Rupanya keinginan mereka untuk saling bunuh belum terpuaskan. Masing-masing panjangnya kini mencapai dua meter. Kulit mereka yang tebal abu-abu, kaki mereka yang merayap kuat, ujung-ujung tubuh mereka yang bisa meledak, sengat dan sungut pengisap mereka, menyatu membuat mereka menjadi makhluk paling menjijikkan yang pernah dilihat Harry. Seluruh kelas memandang dengan putus
asa kotak-kotak besar yang dikeluarkan Hagrid. Semua kotak itu dilapis selimut berbulu dan dilengkapi bantal.
"Kita bujuk mereka agar masuk ke sini," kata Hagrid, "lalu kita tutup kotaknya dan lihat apa yang terjadi."
Tetapi rupanya Skrewt-skrewt itu tidak tidur di musim dingin, dan mereka tidak suka dipaksa masuk dalam kotak berlapis selimut dan berbantal. Tak lama kemudian Hagrid sudah berteriak-teriak, "jangan
panic, jangan panic!" sementara skrewtnya mengamuk di kebun labu, yang sekarang penuh tebaran sisa-sisa kotak yang masih berasap. Sebagian besar anak-anak - dengan Malfoy, Crabbe, dan Goyle di depan - telah lari ke pondok Hagrid melalui pintu belakang, dan membentengi diri di dalam. Tetapi Harry, Ron dan Hermione termasuk mereka yang tinggal di luar, berusaha membantu Hagrid. Bersama-sama mereka berhasil mengendalikan sembilan Skrewt, meskipun dengan bayaran banyak luka torehan dan luka baker. Akhirnya hanya tinggal satu Skrewt yang belum tertangkap.
"Jangan buat dia takut!" Hagrid berteriak ketika Ron dan Harry menggunakan tongkat sihir mereka untuk meluncurkan semburan bunga api ke skrewt itu, yang mendekati mereka dengan bengis, sengatnya terangkat, bergetar, di punggungnya. "Cobalah selipkan saja ke sengatnya, suapaya dia tidak lukai yang lain!"
"Yeah, kita tak mau dia melukai yang lain!" teriak Ron berang, sementara dia dan Harry mundur kea rah dinding pondok Hagrid sambil menahan si Skrewt dengan bunga api mereka.


Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wah, wah, wah... asyik sekali kelihatannya!"
Rita Skeeter sedang bersandar ke pagar kebuh Hagrid, menonton penganiayaan itu. Dia memakai mantel tebal merah dengan kerah bulu ungu hari ini, dan tas tangan kulit buayanya tergantung di lengannya.
Hagrid melompat maju dan mendarat di atas Skrewt yang menyudutkan Harry dan Ron, menggencetnya. Lidah api menyembur dari salah satu ujungnya, membuat tanaman labu di dekatnya layu semua.
"Siapa kau"" Hagrid bertanya kepada Rita Skeeter seraya menyelipkan tali ke sengat si Skrewt dan mengikatnya erat-erat.
"Rita Skeeter, reporter Daily Prophet," Rita menjawab, tersenyum kepada hagrid. Gigi emasnya berkilau.
"Kan Dumbledore sudah bilang kau tidak diizinkan lagi masuk kompleks sekolah," ujar Hagrid, mengernyit sedikit ketika dia menyingkir dari Skrewt yang sedikit gepeng dan menariknya ke kawanannya.
Rita bersikap seakan dia tidak mendengar apa yang dikatakan Hagrid.
"Apa namanya makhluk memesona ini"" dia bertanya, tersenyum semakin lebar.
"Skrewt Ujung Meletup," gerutu Hagrid.
"Oh ya"" Rita menimpali, tampaknya sangat tertarik. "Aku belum pernah dengar. dari mana asal mereka""
Harry memperhatikan rona merah menyemburat dari atas jenggot hitam Hagrid yang berantakan dan hatinya mencelos. Dari mana Hagrid mendapatkan Skrewt-skrewt
ini" Hermione, yang rupanya berpikiran sama, buru-buru berkata, "Mereka sangat menarik, ya. Iya kan, Harry""
"Apa" Oh yeah... ouch... menarik," kata Harry ketika Hermione menginjak kakinya.
"Ah, kau di sini, Harry!" kata Rita Skeeter ketika dia memandang berkeliling. "Jadi kau suka pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib, ya" Salah satu pelajaran favoritmu""
"Ya," jawab Harry keras. Hagrid tersenyum kepadanya.
"Bagus," kata Rita. "Bagus sekali. Sudah lama mengajar"" dia menambahkan kepada Hagrid.
Harry memperhatikan mata Rita beralih ke Dean (yang sebelah pipinya kena luka toreh dalam), Lavender (yang jubahnya terbakar hangus), Seamus (yang sedang merawat beberapa jarinya yang terbakar), dan kemudian ke jendela pondok. Di balik jendela itu sebagian besar anak-anak berdiri, hidung mereka menempel ke kaca, menunggu keadaan aman.
"Ini baru tahun keduaku," kata Hagrid.
"Bagus. kurasa kau tak mau diwawancara" Membagikan beberapa pengalamanmu menangani satwa-satwa gaib" Di Prophet setiap rabu ada rubric zoology, yang aku yakin kau sudah tahu. Kita bisa menampilkan. er. Scoot Ujung Meledak ini."
"Skrewt Ujung Meletup," kata Hagrid penuh semangat. "Er... yeah, kenapa tidak""
Harry khawatir sekali soal wawancara ini, tapi tak ada jalan lain untuk memberitahukannya kepada Hagrid tanpa dilihat Rita Skeeter, jadi terpaksa dia Cuma bisa berdiri menyaksikan saja sementara hagrid dan Rita Skeeter membuat janji bertemu di Three Broomsticks untuk wawancara menjelang akhir minggu ini. Kemudian bel berdering di kastil, menandakan akhir pelajaran.
My Name Red 4 Candika Dewi Penyebar Maut I I I Pendekar Riang 13

Cari Blog Ini