Ceritasilat Novel Online

Tawanan Azkaban 7

Harry Potter Dan Tawanan Azkaban Karya J.k Rowling Bagian 7


Kulitnya yang bau baginya jauh lebih berharga daripada seluruh keluargamu."
"Aku tahu." Harry tersengal, "Kita akan membawanya ke kastil. Kita akan menyerahkannya kepada para Dementor. Biar dia dibawa ke Azkaban... hanya sajajangan membunuhnya."
"Harry!" kata Pettigrew terperangah. Dan dia melingkarkan lengannya ke sekeliling lutut Harry. "Kau- terima kasih -ini melebihi daripada yang layak kuterima-terima kasih..."
"Lepaskan aku," bentak Harry, mengibaskan tangan Pettigrew dari lututnya dengan jijik. "Aku tidak melakukan ini untukmu. Kulakukan ini karena kurasa ayahku tak ingin sahabat-sahabatnya menjadi pembunuh-gara-gara kau."
Tak ada yang bergerak ataupun bersuara kecuali Pettigrew, yang na
pasnya tersengal-sengal sementara dia mencengkeram dadanya. Black dan Lupin berpandangan. Kemudian, dengan gerakan bersamaan, mereka menurunkan tongkat.
"Kau satu-satunya yang punya hak untuk memutuskan, Harry," kata Black. "Tetapi pikirkan... pikirkan apa yang telah dilakukannya..."
"Biar dia dibawa ke Azkaban," Harry mengulangi. "Kalau ada yang pantas berada di tempat itu, dialah orangnya...." Pettigrew masih tersengal-sengal di belakangnya. "Baiklah," kata Lupin. "Minggulah, Harry." Harry ragu-ragu.
"Aku akan mengikatnya," kata Lupin. "Itu saja, aku bersumpah."
Harry menyingkir. Tali-tali meluncur dari tongkat Lupin kali ini, dan saat berikutnya, Pettigrew sudah menggeliat-geliat di lantai, terikat dan mulutnya tersumbat.
"Tapi kalau kau bertransformasi, Peter," gertak Black, tongkatnya terarah ke Pettigrew juga, "kami akan membunuhmu. Kau setuju, Harry""
Harry menunduk menatap sosok memelas di lantai dan mengangguk, supaya Pettigrew bisa melihatnya.
"Baik," kata Lupin, kembali tenang tanpa emosi. "Ron, aku tak bisa membetulkan tulang sebaik Madam Pomfrey, jadi kurasa paling baik jika kita belat kakimu sampai kami bisa membawamu ke rumah sakit."
Dia bergegas mendatangi Ron, membungkuk, mengetuk kaki Ron dengan tongkatnya dan bergumam, "Ferula." Perban bergulung membebat kaki Ron, mengikatnya kuat-kuat ke papan belat. Lupin membantunya berdiri. Ron menapakkan kakinya deng
an hati-hati sekali dan tidak mengernyit. "Rasanya lebih baik," katanya. "Terima kasih."
"Bagaimana dengan Profesor Snape"" tanya Hermione dengan suara kecil, seraya memandang tubuh Snape yang menelungkup.
"Dia tidak apa-apa," kata Lupin, menunduk di atas Snape dan memeriksa nadinya. "Kalian hanya agak- antusias berlebihan. Masih pingsan. Eh-mungkin sebaiknya kita tidak menyadarkannya sampai kita sudah aman tiba kembali di kastil. Kita bisa membawanya seperti ini...."
Dia bergumam, "Mobilicorpus." Seakan tali-tali tak kelihatan diikatkan ke pergelangan tangan, leher dan lutut Snape, dia ditarik sampai posisinya berdiri, kepalanya masih terkulai-tak menyenangkan dilihat- seperti boneka yang aneh sekali. Dia tergantung beberapa senti di atas lantai, kakinya yang lemas terjuntai. Lupin memungut Jubah Gaib dan menyimpannya di dalam saku jubahnya.
"Dan dua di antara kita harus dirantai ke sini," kata Black, mendorong Pettigrew dengan jari kakinya. "Untuk berjaga-jaga saja."
"Biar aku saja," kata Lupin.
"Dan saya," kata Ron tegas seraya maju terpincang-pincang.
Black menyihir belenggu berat dari udara kosong. Segera saja Peter Pettigrew tegak lagi, lengan kirinya erbelenggu ke lengan kanan Lupin, lengan kanannya terbelenggu ke lengan kiri Ron. Wajah Ron penuh tekad. Rupanya pengungkapan identitas Scabbers yang sebenarnya dianggapnya sebagai penghinaan pribadi. Crookshanks melompat ringan dari tempat tidur dan memimpin keluar kamar, ekor sikat-botolnya teracung tinggi dengan gagah.
20 Kecupan Dementor Harry belum pernah menjadi bagian dari
rombongan yang seajaib ini. Crookshanks memimpin di depan menuruni tangga.
Lupin, Pettigrew, dan Ron berikutnya, seperti peserta lomba jalan-enam-kaki. Kemudian menyusul Profesor Snape, melayang mengerikan, jari-jari kakinya menyenggol masing-masing anak tangga ketika dia turun, diangkat oleh tongkatnya sendiri, yang diacungkan ke arahnya oleh Sirius.
Harry dan Hermione yang paling belakang.
Kembali ke dalam terowongan ternyata sulit. Lupin, Pettigrew, dan Ron harus miring agar bisa masuk. Lupin masih menjaga Pettigrew dengan tongkatnya. Harry bisa melihat mereka maju dengan canggung dalam satu deretan.
Crookshanks masih memimpin. Harry menyusul sesudah Sirius, yang masih membuat Snape melayang di depan mereka. Kepala Snape yang terkulai berkali-kali membentur atap terowongan yang rendah. Harry mendapat kesan Sirius sama sekali tidak berusaha mencegahnya.
"Kau tahu apa artinya ini"" tiba-tiba Sirius berkata kepada Harry, sementara mereka maju dengan lambat di dalam terowongan. "Menyerahkan Pettigrew""
"Kau bebas," kata Harry.
"Ya...," kata Sirius. "Tetapi aku juga-aku tak tahu apakah ada yang pernah memberitahumu-aku walimu." "Yeah, aku tahu itu," kata Harry.
"Orangtuamu menunjukku sebagai walimu," kata Sirius kaku. "Jika terjadi sesuatu pada mereka..." Harry menunggu. Apakah yang dimaksudkan Sirius sama seperti yang diduganya"
"Aku akan maklum, tentu saja, kalau kau ingin tetap tinggal bersama paman dan bibimu," kata Sirius. "Tetapi... y ah... pikirkanlah. Begitu namaku sudah dibersihkan... kalau kau menginginkan... rumah lain..." Semacam ledakan terjadi di perut Harry.
"Apa-tinggal bersamamu"" katanya, kepalanya tak sengaja membentur sepotong karang yang menonjol dari langit-langit. "Meninggalkan keluarga Dursley""
"Tentu saja, sudah kuduga - kau tak akan mau," kata Sirius cepat-cepat. "Aku maklum, cuma kupikir aku..."
"Kau gila"" kata Harry, suaranya sama paraunya dengan Sirius. "Tentu saja aku ingin meninggalkan keluarga Dursley!
Apakah kau punya rumah" Kapan aku bisa pindah""
Sirius mendadak berbalik untuk memandang Harry.
Kepala Sna pe menggesek langit-langit terowongan, tetapi tampaknya Sirius tak peduli. "Kau mau"" katanya. "Sungguh""
"Yeah, mau sekali!" kata Harry. Wajah cekung-pucat Sirius dihiasi senyum, senyum cerah pertama yang dilihat Harry.
Senyum itu membawa perubahan yang mengejutkan, seakan orang yang sepuluh tahun lebih muda keluar menembus topeng kaku yang menutupi wajahnya. Sesaat, dia bisa dikenali sebagai orang yang tertawa pada perkawinan orangtua Harry.
Mereka tidak bicara lagi sampai tiba di ujung terowongan.
Crookshanks melesat lebih dulu. Jelas dia sudah menekankan kaki depannya ke tonjolan di batang pohon, karena Lupin, Pettigrew, dan Ron memanjat keluar tanpa disambut bunyi pukulan dahan-dahan galak.
Sirius membiarkan Snape keluar dari lubang dulu, kemudian menepi agar Harry dan Hermione bisa lewat.
Akhirnya, semuanya sudah keluar.
Halaman kastil sekarang gelap gulita, satu-satunya penerangan hanyalah berasal dari jendela-jendela kastil di kejauhan. Tanpa kata, mereka bergerak. Napas Pettigrew masih mendesah-desah dan kadang-kadang dia merengek.
Pikiran Harry berdengung. Dia akan meninggalkan keluarga Dursley. Dia akan tinggal bersama Sirius Black, sahabat karib orangtuanya... dia merasa melayang... Apa yang akan terjadi kalau dia memberitahu keluarga Dursley dia akan tinggal bersama narapidana yang pernah mereka lihat di televisi!
"Jangan sampai salah langkah, Peter," kata Lupin mengancam, di depannya. Tongkatnya masih mengacung miring ke arah dada Pettigrew.
Tanpa bicara mereka menyeberangi lapangan rumput, cahaya-cahaya dari kastil perlahan membesar. Snape masih melayang de
ngan ganjil di depan Sirius. Dagunya terantuk-antuk pada dadanya. Dan kemudian...
Awan menepi. Mendadak tampak bayang-bayang samar di tanah. Rombongan mereka bermandikan cahaya bulan.
Snape bertabrakan dengan Lupin, Pettigrew, dan Ron, yang mendadak berhenti. Sirius terpaku. Dia merentangkan tangan, menghentikan Harry dan Hermione.
Harry bisa melihat siluet Lupin. Lupin tampak tegang.
Kemudian tangan dan kakinya mulai
gemetar. "Oh, ya ampun...!" pekik Hermione. "Dia tidak minum Ramuan-nya malam ini! Dia tidak aman!" "Lari," Sirius berbisik. "Lari! Sekarang!"
Tetapi Harry tak dapat lari. Ron terikat pada Pettigrew dan Lupin. Harry melompat maju, tetapi Sirius merengkuh dadanya dan menariknya mundur.
"Serahkan padaku-LARI!"
Terdengar geraman mengerikan. Kepala Lupin mulai memanjang. Begitu juga tubuhnya. Bahunya melengkung.
Bulu-bulu tampak jelas bermunculan di wajah dan tangannya, yang sekarang sudah berubah menjadi kaki bercakar. Bulu-bulu Crookshanks berdiri lagi, dia mundur...
Sementara si manusia serigala mendompak, me-ngatup-ngatupkan rahangnya dengan keras, Sirius menghilang dari sisi Harry. Dia telah bertransformasi. Anjing besar laksana beruang melompat maju. Saat si serigala merenggutkan diri dari belenggu yang mengikatnya, si anjing menyambar lehernya dan menyeretnya mundur, menjauh dari Ron dan Pettigrew. Mereka berkutat, saling gigit, saling robek...
Harry berdiri terpukau, terkesima menyaksikan pemandangan itu, segenap perhatiannya terserap oleh pertempura n itu, sehingga tidak memperhatikan sekitarnya. Jeritan Hermione-lah yang menyadarkannya. ..
Pettigrew telah membungkuk, menyambar tongkat yang dijatuhkan Lupin. Ron yang tak bisa berdiri tegak dengan kakinya yang terbebat, roboh. Terdengar letusan, semburan cahaya-dan Ron terbaring tak bergerak. Letusan lain lagi
Crookshanks terpental ke udara dan jatuh terpuruk di tanah.
"Expelliarmus!" teriak Harry, mengacungkan tongkatnya sendiri ke arah Pettigrew. Tongkat Lupin meluncur tinggi ke udara dan lenyap dari pandangan. "Tetap di tempatmu!"
teriak Harry, berlari maju.
Terlambat. Pettigrew sudah bertransformasi. Harry melihat ekornya yang gundul mengibas lolos dari belenggu di tangan Ron yang terjulur, dan mendengar bunyi berkeresak terburu-buru menerobos rerumputan.
Terdengar lolongan dan geraman. Harry menoleh dan melihat si serigala kabur, berlari ke arah hutan...
"Sirius, dia kabur, Pettigrew bertransformasi!" teriak Harry.
Sirius berdarah-darah, ada torehan-torehan menganga di moncong dan punggungnya, tetapi mendengar teriakan Harry dia merayap bangun lagi, dan sekejap saja, derap kakinya menjadi sayup-sayup kemudian menghilang ketika dia berlari menjauh.
Harry dan Hermione berlari mendekati Ron.
"Apa yang dilakukannya kepada Ron"" Hermione berbisik.
Mata Ron hanya setengah-terpejam, mulutnya terbuka. Jelas dia hidup, mereka bisa mendengarnya bernapas, tetapi Ron tampaknya tidak mengenali mereka.
"Entahlah." Harry memandang berkeliling dengan putus asa. Black dan Lupin dua-duanya sudah pergi... tak ada lagi yang menemani mereka selai
n Snape, yang masih melayang pingsan. *
"Sebaiknya kita bawa mereka ke kastil dan mem-beritahu seseorang," kata Harry, menyibakkan rambut dari matanya, berusaha berpikir jernih. "Ayo..."
Tetapi, dari dalam kegelapan, mereka mendengar dengking anjing yang kesakitan.... "Sirius," gumam Harry, memandang ke dalam kegelapan.
Sesaat dia sangsi, tetapi tak ada yang bisa mereka lakukan untuk Ron saat itu, dan kedengarannya, Black sedang dalam kesulitan...
Harry berlari, Hermione di belakangnya. Dengking-an itu rasanya datang dari arah danau. Mereka menuju arah bunyi itu, dan Harry yang berlari kencang, merasakan hawa dingin tanpa menyadari apa artinya...
Dengkingan anjing mendadak berhenti. Setiba di tepi danau, mereka baru tahu kenapa-Sirius telah kembali menjadi manusia. Dia meringkuk di tanah, tangannya menutupi kepalanya.
"Jangaaan," rintihnya, "Jangaaan... kumohon jangan..."
Dan kemudian Harry melihatnya. Dementor, paling sedikit berjumlah seratus, melayang dalam gerombolan sosok gelap dari tepi danau ke arah mereka. Harry berbalik, rasa dingin yang sudah dikenalnya menembus tubuhnya, kabut mengaburkan pandangannya. Lebih banyak lagi Dementor bermunculan dari kegelapan dari segala sisi, mengepung mereka...
"Hermione, pikirkan sesuatu yang menyenangkan!" teriak Harry, mengangkat tongkatnya, mengejap-ngejap dengan jengkel berusaha menjernihkan pandangannya, menggoyangkan kepala berusaha melenyapkan jeritan sayup-sayup yang mulai terdengar...
Ak u akan ti nggal dengan waliku. Aku akan meninggalkan keluarga Dursley.
Dia memaksa diri memikirkan Sirius, hanya Sirius, dan mulai melantunkan mantranya, "Expecto patronum! Expecto patronum!"
Black bergidik, berguling dan berbaring tak bergerak di tanah, pucat bagai mayat.
Dia tak apa-apa. Aku akan tinggal bersamanya.
"Expecto patronum! Hermione, tolong aku! Expecto patronum!"
"Expecto..." Hermione berbisik, "expecto... expecto..."
Tetapi dia tak bisa melakukannya. Para Dementor semakin dekat, tak lebih dari tiga meter dari mereka. Dementor-dementor itu membentuk dinding kokoh mengelilingi Harry dan Hermione...
"EXPECTO PATRONUM!" Harry berteriak, berusaha menyumbat jeritan-jeritan dari telinganya. "EXPECTO PATRONUM!"
Asap tipis keperakan muncul dari ujung tongkatnya dan mengambang seperti kabut di depannya. Pada saat bersamaan, Harry merasa Hermione merosot pingsan di sebelahnya. Dia sendirian... sama sekali sendirian...
"Expecto... expecto patronum..."
Harry merasakan lututnya membentur rerumputan yang dingin. Kabut menyelubungi matanya. Dengan sekuat tenaga dia berusaha mengingat-ingat-Sirius tidak bersalah-tidak bersalah-kami akan baik-baik saja-aku akan tinggal bersamanya...
"Expecto patronum!" katanya lagi.
Dari cahaya redup Patronus-nya yang tak berbentuk, dia melihat se sosok Dementor berhenti, sangat dekat dengannya.
Dementor itu tidak bisa berjalan menembus kabut perak yang diciptakan Harry. Tangan busuk berlendir terjulur keluar dari bawah jubahnya. Tangan itu membuat gerakan seakan menyingkirkan Patronus.
"Jangan-jangan...' Harry tersengal. "Dia tak bersalah...
expecto... expecto patronum..."
Harry bisa merasakan para Dementor mengawasinya, mendengar napas mereka yang berderik-derik seperti angin jahat di sekelilingnya. Dementor yang paling dekat tampaknya menimbang-nimbang untuk menjadikan Harry korbannya.
Kemudian dia mengangkat kedua tangan busuknya-dan menurunkan kerudungnya.
Di mana seharusnya ada mata, hanya ada kulit tipis abu-abu berkeropeng, merentang di atas rongga kosong. Tetapi ada mulut, lubang menganga tak ber-bentuk, menyedot udara dengan bunyi derik kematian.
Kengerian yang luar biasa membuat Harry lumpuh, tak bisa bergerak ataupun bicara. Patronus-nya berkelip lalu padam.
Kabut putih membutakannya. Dia harus berjuang... expecto patronum... dia tak dapat melihat... dan di kejauhan, dia mendengar jeritan yang sudah dikenalnya... expecto patronum... dia meraba-raba di dalam kabut mencari Sirius, dan menemukan lengannya... mereka tak akan mengambil Sirius...
Tetapi sepasang tangan kuat yang basah tiba-tiba mengalungkan diri di leher Harry. Tangan itu memaksa menengadahkan wajahnya... Harry bisa merasakan napasnya... Dementor itu akan membinasa-kannya lebih dulu... dia bisa merasakan napasnya yang busuk... ibunya menjerit di telinganya... itu akan menjadi jeritan terakhir yang didengarnya...
Dan kemudian, menembus kabut yang
menenggelamkannya, dia mengira dia melihat cahaya keperakan, makin lama makin cemerlang... dia merasa jatuh di rerumputan...
Tertelungkup, terlalu lemah untuk bergerak, mual dan gemetar, Harry membuka matanya. Cahaya yang menyilaukan menerangi rerumputan di sekitar Harry... Jeritan-jeritan telah berhenti, hawa dingin mulai menyingkir...
Ada yang menahan para Dementor... mengelilingi Harry dan Sirius dan Hermione... bunyi derik dan sedotan para Dementor makin sayup-sayup. Mereka pergi... udara hangat lagi...
Dengan sisa-sisa tenaganya, Harry mengangkat kepalanya beberapa senti dan melihat seekor binatang di tengah cahaya, berlari menuju danau. Dengan mata kabur kena keringat, Harry berusaha menyimpulkan binatang apa itu... binatang itu bercahaya seperti unicorn. Berusaha keras untuk tetap sadar, Harry melihatnya berhenti ketika tiba di tepi seberang.
Sekejap, Harry melihat dalam terang cahayanya, ada orang yang menyambutnya... orang itu mengangkat tangan membelai si binatang... orang itu serasa dikenalnya... tapi tak mungkin...
Harry tak mengerti. Dia tak bisa berpikir lagi. Dia merasakan sisa kekuatannya meninggalkannya, dan kepalanya membentur tanah ketika dia pingsan.
21 Ra hasia Hermione Mengerikan... sangat mengerikan... sungguh keajaiban tak satu pun dari mereka mati... tak pernah dengar yang seperti ini... untung benar kau ada di sana, Snape..."
"Terima kasih, Pak Menteri."
"Order of Merlin, Kelas Kedua, kurasa. Kelas Pertama kalau bisa kuatur dengan kelicikan!" "Terima kasih banyak, Pak Menteri." "Lukamu parah juga.-., kerjaan Black, ya"" "Sebetulnya, Potter, Weasley, dan Granger, Pak Menteri..." "Masa!"
"Black telah menyihir mereka, saya langsung menyadarinya. Mantra Confundus, kalau dilihat dari tingkah mereka. Mereka rupanya berpikir ada kemungkinan Black tak bersalah. Mereka tak bisa dipersalahkan. Meskipun demikian, campur tangan mereka bisa saja memberi kesempatan Black lolos... jelas mereka mengira bisa menangkap Black dengan bertiga saja. Mereka sudah terlalu sering dibiarkan sebelum ini... saya khawatir itu membuat mereka menilai tinggi diri
mereka sendiri... dan tentu saja Potter selalu diberi banyak sekali kelonggaran oleh Kepala Sekolah..."
"Ah, Snape... Harry Potter, kau tahu sendiri... kita semua jadi sedikit lunak kalau berhadapan dengan dia."
"Tetapi-baikkah baginya kalau diberi begitu banyak perlakuan khusus" Saya sendiri berusaha memperlakukannya seperti murid-murid lainnya. Dan murid-murid lain akan diskors-paling tidak-karena membawa teman-temannya ke dalam bahaya besar seperti itu. Bayangkan, Pak Menteri: melanggar semua peraturan sekolah-padahal segala hal dilakukan untuk melindunginya-meninggalkan sekolah, malam hari, bergaul dengan manusia serigala dan pembunuh -dan saya punya alasan untuk percaya dia selama ini mengunjungi Hogsmeade secara ilegal juga..."
"Wah, wah... kita lihat nanti, Snape, kita lihat nanti... anak itu jelas telah bertindak bodoh..."
Harry berbaring dengan mata terpejam rapat. Dia merasa sangat pusing. Kata-kata yang didengarnya serasa merambat pelan sekali dari telinga ke otaknya, sehingga sulit untuk dipahami. Kakinya terasa seberat timah, pelupuk matanya terlalu berat untuk dibuka... dia ingin berbaring di sini, di tempat tidur yang nyaman ini, untuk selamanya...
"Yang paling membuatku heran adalah sikap para Dementor... kau sungguh tak tahu kenapa mereka mundur, Snape"" "Tidak, Pak Menteri. Saat saya sadar, mereka sudah kembali menuju posisi masing-masing dijalan masuk..." "Luar biasa. Meskipun demikian Black, dan Harry, dan anak perempuan itu..."
"Semua pingsan waktu saya tiba di tempat mereka. Saya ikat dan sumbat mulut Black, tentu saja. Saya menyihir tandu-tandu dan langsung membawa mereka semua ke kastil."
Berhenti sejenak. Otak Harry rasanya bergerak sedikit lebih cepat, dan dengan begitu, Harry merasakan sensasi tak nyaman di dasar perutnya...
Dia membuka mata. Segalanya agak samar. Ada yang telah mencopot kacamatanya. Dia berbaring dalam sal rumah sakit yang gelap.
Di ujung sal, dia bisa melihat Madam Pomfrey yang memunggunginya, membungkuk di atas tempat tidur. Harry menajamkan mata. Rambut merah Ron tampak di bawah lengan Madam Pomfrey.
Harry menggerakkan kepalanya di atas bantal. Di tempat tidur di sebelah kanannya berbaring Hermione. Cahaya bulan jatuh di tempat tidurnya. Matanya juga terbuka. Dia tampak ketakutan, dan ketika dilihatnya Harry sudah bangun juga, dia menempelkan jari di bibirnya, kemudian menunjuk ke pintu kamar. Pintu itu terbuka sedikit, dan suara Cornelius Fudge dan Snape menembus melalui celahnya dari koridor di luar.
Madam Pomfrey sekarang mendatangi tempat tidur Harry dengan langkah-langkah gesit. Harry menoleh memandangnya. Dia membawa cokelat paling besar yang pernah dilihat Harry seumur hidupnya. Kelihat-an-nya seperti bongkahan batu besar.
"Ah, kau sudah bangun!" katanya. Diletakkannya cokelat yang dibawanya di atas meja tempat tidur Harry dan mulai dipecahkannya dengan palu kecil.
"Bagaimana Ron"" tanya Harry dan Hermione bersamaan.
"Dia akan hidup," kata Madam Pomfrey suram. "Sedangkan kalian berdua, kalian akan tinggal di sini sampai menurutkuPotter, apa yang kaulakukan""
Harry duduk, memakai kacamatanya, dan memungut tongkatnya. "Aku harus bertemu Kepala Sekolah," katanya.
"Potter," kata Madam P
omfrey menenangkannya, "jangan khawatir. Mereka berhasil menangkap Black. Dia dikurung di atas. Para Dementor akan memberikan Kecupan saat-saat ini..."
"APA"" Harry melompat turun dari tempat tidur. Hermione juga.
Tetapi teriakannya telah terdengar di koridor di luar. Detik berikutnya, Cornelius Fudge dan Snape memasuki sal. "Harry, Harry, ada apa"" tanya Fudge, tampak gelisah.
"Kau seharusnya di tempat tidur-apa dia sudah makan cokelat"" dia menanyai Madam Pomfrey dengan cemas. "Pak Menteri, dengar!" kata Harry. "Sirius Black tidak bersalah! Peter Pettigrew memalsukan kematian-nya sendiri! Kami melihatnya malam ini! Anda tak boleh membiarkan para Dementor melakukan Kecupan pada Sirius, dia..." Tetapi Fudge menggelengkan kepalanya dengan bibir sedikit tersenyum.
"Harry, Harry, kau bingung sekali. Kau baru saja mengalami peristiwa mengerikan, berbaringlah lagi, segalanya sudah dapat kami atasi..."
"TIDAK!" Harry berteriak. "KALIAN MENANGKAP ORANG YANG SALAH!"
"Pak Menteri, tolong dengarkan," kata Hermione, dia telah bergegas ke sisi Harry dan menatap wajah Fudge dengan pandangan memohon. "Saya juga melihatnya. Dia tikus Ron, dia Animagus, Pettigrew, maksud saya, dan..."
"Anda lihat, kan, Pak Menteri"" kata Snape. "Keduanya kena sihir... Black menyihir mereka dengan amat sukses..."
"KAMI TIDAK KENA SIHIR!" Harry meraung.
"Pak Menteri! Profesor!" tegur Madam Pomfrey berang.
"Saya harus memaksa Anda pergi. Potter pasien saya, dan dia tak boleh dibuat stres!"
"Saya tidak stres, saya sedang berusaha memberi-tahu mereka apa yang terjadi!" kata Harry gusar. "Kalau saja mereka mau mendengarkan..."
Tetapi Madam Pomfrey mendadak menjejalkan sepotong besar cokelat ke dalam mulut Harry. Harry tersedak, dan Madam Pomfrey menggunakan kesempatan ini untuk menariknya kembali ke tempat tidur.
"Nah, Pak Menteri, maaf, anak-anak ini perlu dirawat.
Silakan pergi..." Pintu terbuka lagi. Dumbledore-lah yang datang. Harry menelan cokelat di mulutnya dengan sudah payah, dan bangun lagi.
"Profesor Dumbledore, Sirius Black..."
"Astaga!" kata Madam Pomfrey histeris. "Ini rumah sakit atau bukan" Kepala Sekolah, terpaksa saya..."
"Maafkan aku, Poppy, tetapi aku perlu bicara sebentar dengan Mr Potter dan Miss Granger," kata Dumbledore tenang. "Ak
u baru saja bicara dengan Sirius Black..."
"Saya rasa dia menceritakan dongeng yang sama seperti yang ditanamkannya di benak Potter"" cibir Snape. "Tentang tikus dan bahwa Pettigrew masih hidup..."
"Begitu memang cerita Black," kata Dumbledore, menatap Snape tajam-tajam dari atas kacamata bulan-separonya.
"Dan apakah kesaksian saya tidak dianggap"" kata Snape sengit. "Peter Pettigrew tidak ada di Shrieking Shack, dan saya juga tidak melihatnya di halaman."
"Itu karena Anda pingsan, Profesor!" kata Hermione bersemangat. "Anda datang terlambat sehingga tidak mendengar..."
"Miss Granger, TUTUP MULUT!"
"Wah, Snape," kata Fudge kaget, "nona ini sedang bingung, kita harus maklum..." "Aku ingin bicara dengan Harry dan Hermione sendirian,"
kata Dumbledore tiba-tiba. "Cornelius, Severus, Poppy-tolong tinggalkan kami."
"Kepala Sekolah!" protes Madam Pomfrey. "Mereka perlu dirawat, mereka perlu istirahat..."
"Ini tak bisa menunggu," kata Dumbledore. "Terpaksa harus kulakukan."
Madam Pomfrey mengerucutkan bibirnya dan melangkah menuju kantornya di ujung sal, seraya membanting pintu di belakangnya. Fudge melihat jam saku emas besar yang tergantung dari rompinya.
"Dementor-dementor mestinya sekarang sudah datang,"
katanya. "Aku akan menemui mereka. Dumbledore, aku akan menemuimu di atas." Fudge me
nyeberangi ruangan, membuka pintu dan menunggu Snape, tetapi Snape tidak bergerak.
"Anda tentunya tidak begitu saja percaya pada cerita Black"" bisik Snape, matanya terpancang pada wajah Dumbledore.
"Aku ingin bicara dengan Harry dan Hermione bertiga saja,"
Dumbledore mengulangi. Snape maju selangkah mendekati Dumbledore.
"Sirius Black telah memperlihatkan bahwa dia bisa melakukan pembunuhan pada usia enam belas tahun," desahnya, "Anda belum melupakan itu, kan, Kepala Sekolah" Anda belum melupakan bahwa dia pernah mencoba membunu
Mw"" "Ingatanku masih baik, Severus," kata Dumbledore tenang.
Snape berputar pada tumitnya dan melangkah ke pintu yang masih dipegangi Fudge. Pintu itu menutup di belakang mereka dan Dumbledore berpaling kepada Harry dan Hermione. Mereka berdua bicara pada saat bersamaan.
"Profesor, Black tidak bohong-kami melihat Pettigrew..."
"...dia kabur ketika Profesor Lupin berubah menjadi serigala..." "...dia tikus..."
"...kaki depan Pettigrew, maksud sayajarinya, dia memotongnya..."
"...Pettigrew-lah yang menyerang Ron, bukan Sirius..."
Tetapi Dumbledore mengangkat tangan untuk membendung banjir penjelasan itu.
"Sekarang giliran kalianlah untuk mendengarkan, dan kumohon kalian tidak menyelaku, karena waktunya sempit sekali," katanya serius. "Tak ada setitik pun bukti untuk mendukung cerita Black, kecuali kata-kata kalian-dan perkataan d
ua penyihir berusia tiga belas tahun tidak akan meyakinkan siapa pun. Saksi mata satu jalan penuh bersumpah mereka melihat Sirius membunuh Pettigrew. Aku sendiri dulu memberi kesaksian kepada Kementerian bahwa Sirius-lah Penjaga-Rahasia keluarga Potter."
"Profesor Lupin bisa memberitahu Anda...," kata Harry, tak bisa menahan diri.
"Profesor Lupin saat ini berada jauh di tengah hutan, tak bisa memberitahukan apa pun kepada siapa pun. Pada saat dia berubah menjadi manusia lagi, sudah terlambat, nasib Sirius sudah lebih parah daripada mati. Bisa kutambahkan
bahwa manusia serigala sangat tidak dipercaya oleh sebagian besar kaum kita sehingga kesaksian Lupin akan berarti sedikit sekali-dan fakta bahwa dia dan Sirius sahabat lama..."
"Tapi..." "Dengarkan akur Harry. Sudah sangat terlambat, kau mengerti" Kau harus menyadari bahwa versi Profesor Snape tentang kejadian-kejadian ini jauh lebih meyakinkan daripada versi kalian."
"Dia membenci Sirius," kata Hermione putus asa. "Hanya karena lelucon konyol yang dilakukan Sirius terhadapnya..." "Sirius tidak bersikap seperti orang yang tak bersalah.
Penyerangan terhadap si Nyonya Gemuk- memasuki Menara Gryffindor dengan membawa pisau-tanpa Pettigrew, hidup atau mati, kita tak punya kesempatan untuk membalikkan vonis terhadap Sirius."
"Tetapi Anda mempercayai kami."
"Ya, aku percaya," kata Dumbledore serius. "Tetapi aku tak punya kekuasaan untuk membuat orang lain melihat yang sebenarnya, atau untuk mengesampingkan Menteri Sihir..."
Harry menatap wajah muram itu dan merasa seakan lantai di bawahnya membuka menelannya. Dia sudah terbiasa beranggapan Dumbledore bisa menyelesaikan segalanya. Dia telah berharap Dumbledore bisa men-ciptakan solusi ajaib.
Tetapi ternyata... harapan terakhir mereka telah lenyap.
"Yang kita perlukan," kata Dumbledore perlahan, dan matanya yang biru-terang berpindah dari Harry ke Hermione, "adalah lebih banyak waktu."
"Tapi...," mendadak Hermione berhenti. Dan kemudian matanya menjadi sangat bulat. "OH!"
"Sekarang dengarkan baik-baik," kata Dumbledore, bicara amat pelan dan amat jelas. "Sirius dikurung dalam kantor
Profesor Flitwick di lantai tujuh. Jendela ketiga belas dari sebelah kanan Menara Barat. Jika semua berjalan lancar, kalian akan bisa menyelamatkan lebih dari satu nyawa tak bersalah malam ini. Tetapi kalian berdua ingat ini. Kalian tak boleh terlihat. Miss Granger, kau tahu peraturannya-kau tahu apa taruhannya... jangan... sampai... kalian... kelihatan."
Harry sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan.
Dumbledore sudah berbalik dan menoleh kepada mereka ketika mencapai pintu.
"Aku akan mengunci kalian berdua. Sekarang...," dia melihat arlojinya, "lima menit sebelum tengah malam. Miss Granger, tiga kali putaran sudah cukup. Semoga berhasil."
"Semoga berhasil"" Harry mengulangi, ketika pintu menutup di belakang Dumbledore. "Tiga putaran" Ngomong apa sih dia" Apa yang harus kita lakukan""
Tetapi Hermione sibuk merogoh leher jubahnya, menarik dari bawahnya rantai emas yang sangat halus dan sangat panjang.
"Harry, sini," katanya mendesak. "Cepat!"
Harry mendatanginya, dengan amat bingung. Hermione mengulurkan rantainya. Harry melihat jam pasir kecil mungil berkilauan tergantung di rantai itu. "Sini..."
Hermione telah mengalu ngkan rantai itu ke leher Harry juga. "Siap"" katanya menahan napas.
"Apa yang kita lakukan"" tanya Harry, bingung bukan main. Hermione memutar jam pasir itu tiga kali.
Kegelapan menyusut. Harry merasa dia sedang terbang mundur, cepat sekali. Bayangan samar warna dan bentuk-bentuk melesat melewatinya, telinganya berdentum-dentum. Dia mencoba berteriak, tetapi tak bisa mendengar suaranya sendiri...
Dan kemudian dia merasakan lantai keras di bawah kakinya, dan segalanya terlihat jelas lagi...
Dia sedang berdiri bersisian dengan Hermione di Aula Depan yang kosong dan sederet sinar matahari keemasan jatuh di lantai cornblock di depan pintu depan yang terbuka.
Harry memandang Hermione dengan bingung. Rantai jam pasir itu serasa mengiris lehernya. "Hermione, apa...""
"Ke sini!" Hermione menyambar lengan Harry dan menariknya menyeberangi aula, menuju ke pintu lemari sapu.
Dibukanya pintu, didorongnya Harry ke tengah ember-ember dan pel, dia sendiri ikut masuk, lalu membanting pintu di belakang mereka.
"Apa-bagaimana-Hermione, apa yang terjadi""
"Kita telah mundur," Hermione berbisik, mengangkat rantai dari leher Harry dalam kegelapan. "Mundur tiga jam..." Harry mencari kakinya dan mencubitnya keras-keras. Sakit sekali, jadi t ak mungkin dia mimpi ajaib. "Tapi..."
"Shh! Dengar! Ada yang datang! Kurasa-kurasa mungkin itu kita!" Hermione menempelkan telinganya ke pintu lemari. .
"Langkah-langkah menyeberangi aula... ya, kurasa itu kita, mau pergi ke pondok Hagrid."
"Apakah maksudmu," bisik Harry, "bahwa kita di sini di dalam lemari ini, sekaligus kita juga berada di luar sana""
"Ya," kata Hermione, telinganya masih menempel di pintu lemari. "Aku yakin itu kita. Kedengarannya tak lebih dari tiga orang... dan kita berjalan pelan-pelan karena kita di bawah selubung Jubah Gaib..."
Hermione berhenti, masih mendengarkan dengan teliti.
"Kita sedang menuruni undakan depan..."
Hermione duduk di atas ember yang terbalik, tampak sangat cemas. Harry menginginkan jawaban untuk beberapa pertanyaan.
"Dari mana kaudapat jam pasir itu""
"Ini namanya Pembalik-Waktu," bisik Hermione, "dan aku mendapatkannya dari Profesor McGonagall pada hari pertama kita kembali ke sini. Aku menggunakannya sepanjang tahun ini untuk mengikuti semua pelajaranku. Profesor McGonagall memintaku bersumpah untuk tidak menceritakannya kepada siapa pun. Dia harus menulis bermacam-macam surat kepada Kementerian Sihir supaya aku bisa mendapatkan jam ini. Dia harus mengatakan kepada mereka bahwa aku murid teladan, dan bahwa aku tidak akan pernah menggunakannya untuk hal lain kecuali, pelajaranku... aku selama ini memutarnya untuk kembali ke waktu sebelumnya, begitulah caranya aku bisa mengikuti be
berapa pelajaran pada waktu yang sama. Tapi...
"Harry, aku tak mengerti apa yang diinginkan Dumbledore.
Dia ingin kita melakukan apa" Kenapa dia menyuruh kita mundur tiga jam" Bagaimana ini bisa membantu Sirius"" Harry memandang wajah Hermione yang remang-remang.
"Pasti ada sesuatu yang terjadi sekitar saat ini yang dia ingin kita ubah/' katanya perlahan. "Apa yang terjadi" Kita berjalan ke pondok Hagrid tiga jam yang lalu.,."
"Sekarang ini tiga/jam yang lalu, dan kita sedang berjalan ke pondok Hagrid," kata Hermione. "Kita baru saja mendengar kita pergi..."
Harry mengernyit. Dia mengerahkan seluruh otaknya untuk berkonsentrasi.
"Dumbledore tadi bilang-kita bisa menyelamatkan lebih dari satu nyawa tak bersalah..." Dan tiba-tiba saja dia paham.
"Hermione, kita akan menyelamatkan Buckbeak!" "Tapi-bagaimana itu bisa membantu Sirius""
"Dumbledore mengatakan-dia tadi memberitahu kita di mana jendelanya-jendela kantor Flitwick! Tempat mereka mengurung Sirius! Kita harus menerbangkan Buckbeak ke jendela itu dan menyelamatkan Sirius! Sirius bisa kabur dengan naik Buckbeak- mereka bisa kabur bersama-sama!"
Di bawah cahaya remang-remang, Harry melihat kengerian di wajah Hermione.
"Kalau kita berhasil melakukannya tanpa dilihat orang, itu akan merupakan keajaiban!"
"Yah, kita harus mencoba, kan"" kata Harry. Dia bangkit dan menempelkan telinganya ke pintu.
"Kedengarannya tak ada orang... ayo, ki


Harry Potter Dan Tawanan Azkaban Karya J.k Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ta pergi..." Harry mendorong pintu lemari sampai terbuka. Aula Depan kosong. Secepat dan sepelan mungkin, mereka keluar dari lemari dan
bergegas menuruni undakan. Bayang-bayang sudah mulai memanjang, puncak-puncak pepohonan di Hutan Terlarang sekali lagi bersalut emas berkilau.
"Kalau ada yang melihat ke luar dari jendela.../' kata Hermione tercekik, seraya menatap kastil di belakang mereka.
"Kita lari saja," kata Harry mantap. "Langsung ke Hutan Terlarang, oke" Kita harus sembunyi di belakang pohon atau apa, dan berjaga..."
"Oke, tapi kita memutar melewati rumah-rumah kaca!" kata Hermione menahan napas. "Jangan sampai kita terlihat dari
pintu depan Hagrid, kalau tidak kita bertiga akan melihat kita! Sekarang pastilah kita sudah hampir tiba di pondok Hagrid!"
Masih memikirkan apa yang dimaksud Hermione, Harry berlari, Hermione di belakangnya. Mereka melesat menyeberangi kebun sayur menuju ke rumah-rumah kaca, berhenti sejenak di belakangnya, kemudian berlari lagi, secepat mungkin, mengitari Dedalu Perkasa, melesat ke dalam lindungan Hutan Terlarang....
Aman dalam keremangan pepohonan, Harry ber-balik.
Beberapa detik kemudian Hermione tiba di sebelahnya, terengah-engah.
"Baik," katanya tersengal, "kita harus mengendap-endap ke pondok Hagrid. Jangan sampai kelihatan, Harry..."
Mereka menyelinap diam-diam di antara pepohonan, berusaha berada di tepi hutan. Kemudian, ketika pintu depan pondok Hagrid sudah kelihatan, mereka mendengar ketukan.
Cepat-cepat mereka bergerak ke balik batang pohon ek besar dan mengintip dari kanan-kirinya. Hagrid telah muncul di ambang pintunya, gemetar dan pucat, memandang berkeliling untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Dan Harry mendengar suaranya sendiri.
"Ini kami. Kami memakai Jubah Gaib. Biarkan kami masuk agar kami bisa melepasnya."
"Seharusnya kalian tidak datang!" bisik Hagrid. Dia mundur, kemudian cepat-cepat menutup kembali pintu pondoknya.
"Ini hal paling ganjil yang pernah kita lakukan," kata Harry terpana.
"Ayo, bergerak lagi," bisik Hermione. "Kita perlu lebih dekat dengan Buckbeak!"
Mereka menyelinap di antara pepohonan sampai mereka melihat si Hippogriff yang gelisah, tertambat pada pagar kebun labu Hagrid.
"Sekarang"" Harry berbisik.
"Tidak!" kata Hermione. "Kalau kita mencurinya sekarang, Komite akan menyangka Hagrid membebaskannya! Kita harus menunggu sampai mereka melihatnya tertambat di luar!"
"Itu berarti kita hanya punya waktu sekitar enam puluh detik," kata Harry. Ini rasanya mulai mustahil. Saat itu terdengar bunyi porselen pecah dari dalam pondok Hagrid. "Itu Hagrid memecahkan teko susu, "bisik Hermione. "Sebentar lagi aku akan menemukan Scabbers..."
Benar saja, beberapa menit kemudian mereka mendengar pekik terkejut Hermione. "Hermione," kata Harry tiba-tiba, "bagaimana kalau kita- kita masuk saja dan menangkap Pettigrew..."
"Tidak!" kata Hermione dalam bisikan ngeri. "Tidakkah kau mengerti" Kita melanggar salah satu hukum sihir yang paling penting! Tak seorang pun boleh mengubah waktu, tak seorang pun! Kau sudah dengar Dumbledore, kalau kita sampai kelihatan..."
"Kita cuma akan dilihat oleh kita sendiri dan Hagrid!"
"Harry, menurutmu apa yang akan kaulakukan kalau kau melihat dirimu tiba-tiba masuk ke dalam pondok Hagrid"" kata Hermione.
"Aku akan-aku akan mengira aku sudah gila," kata Harry, "atau aku akan mengira ada Sihir Hitam sedang berlangsung..."
"Persis! Kau tidak akan mengerti, kau mungkin malah akan menyerang dirimu sendiri! Tidakkah kau mengerti" Profesor McGonagall menceritakan hal-hal sangat mengerikan yang terjadi ketika penyihir main-main dengan waktu... banyak di
antara mereka berakhir dengan membunuh masa lalu atau masa depan mereka sendiri secara tak sengaja!" "Oke!" kata Harry. "Itu cuma ide saja, kupikir..."
Tetapi Hermione menyodoknya, dan menunjuk ke arah kastil. Harry menggerakkan kepalanya beberapa senti agar bisa melihat lebih jelas pintu depan kastil di kejauhan.
Dumbledore, Fudge, anggota Komite yang tua, danAMacnair si algojo sedang menuruni undakan. "Sebentar lagi kita keluar!" desah Hermione.
Benar saja, sesaat kemudian pintu belakang
pondok Hagrid terbuka, dan Harry melihat dirinya, Ron, dan Hermione berjalan keluar bersama Hagrid. Sungguh sensasi paling ganjil yang pernah dirasakannya seumur hidup, berdiri di balik pohon dan memandang dirinya sendiri berada di kebun labu.
"Tak apa-apa, Beaky, tak apa-apa...," kata Hagrid kepada Buckbeak. Kemudian dia menoleh kepada Harry, Ron, dan Hermione. "Ayo. Pergilah."
"Hagrid, kami tak bisa..."
"Kami akan menceritakan kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi..." "Mereka tak boleh membunuhnya..."
"Pergilah! Keadaan sudah cukup buruk tanpa kalian juga dapat kesulitan!"
Harry mengawasi Hermione yang di kebun labu menyelubungkan Jubah Gaib ke atas dirinya dan Ron. "Cepat pergi. Jangan dengarkan..."
Terdengar ketukan di pintu depan Hagrid. Rombongan algojo sudah tiba. Hagrid berbalik dan masuk kembali ke dalam pondoknya, membiarkan pintu belakang sedikit terbuka.
Harry melihat rerumputan rebah di sekeliling pondok dan
mendengar tiga pasang kaki menjauh. Dia, Ron, dan Hermione telah pergi... tetapi Harry dan Hermione yang bersembunyi di antara pepohonan sekarang bisa mendengar apa yang terjadi di dalam pondok dari celah di pintu belakang.
"Di mana binatang itu"" terdengar suara dingin Macnair.
"Di-di luar," jawab Hagrid parau. Harry menarik kepalanya dari pandangan ketika wajah Macnair muncul di jendela Hagrid, memandang Buckbeak. Kemudian mereka mendengar suara Fudge.
"Kami-eh-harus membacakan pengumuman resmi pelaksanaan hukuman ini, Hagrid. Aku akan cepat. Dan kemudian kau dan Macnair harus menandatanganinya.
Macnair, kau juga harus mendengarkan, ini prosedur..."
Wajah Macnair menghilang dari balik jendela. Kalau tidak sekarang tak akan ada kesempatan lagi. "Tunggu di sini," bisik Harry kepada Hermione. "Akan kulakukan."
Begitu suara Fudge terdengar lagi, Harry melesat dari balik pohon, melompati pagar kebun labu, dan mendekati Buckbeak.
Komite Pemunahan Satwa Berbahaya telah memutuskan bahwa Hippogriff yang bernama Buckbeak, selanjutnya akan disebut Terhukum, akan dieksekusi pada tanggal enam Juni setelah matahari terbenam..."
Berhati-hati agar tidak berkedip, Harry menatap mata Jingga galak Buckbeak sekali lagi, dan membungkuk.
Buckbeak melipat lututnya yang bersisik, kemudian berdiri tegak lagi. Harry mulai melepaskan tali yang menambatkan Buckbeak ke pagar.
"...diputuskan untuk dieksekusi dengan dipenggal kepalanya, akan dilaksanakan oleh algojo yang ditunjuk oleh Komite, Walden Macnair..."
"Ayo, Buckbeak," gumam Harry, "ayo, kami akan menolongmu. Pelan-pelan... pelan-pelan..." "...dengan saksi di bawah ini. Hagrid, kau tanda tangan di sini..'
Harry menarik tali itu sekuat tenaga, tetapi Buckbeak menancapkan kaki depannya kuat-kuat.
"Nah, ayo, segera kita bereskan," kata suara kering anggota Komite dari dalam pondok Hagrid. "Hagrid, mungkin lebih baik kalau kau tinggal di dalam saja..."
"Tidak, aku-aku mau sama dia... aku tak ingin dia sendirian..."
Terdengar langkah-langkah kaki dari dalam pondok.
"Buckbeak, jalan!" desis Harry.
Harry menarik lebih keras tali yang melingkari leher Buckbeak. Si Hippogriff mulai berjalan, mengepakkan sayapnya dengan jengkel. Mereka masih tiga meter dari tepi hutan, masih tampak jelas dari pintu belakang Hagrid.
"Tunggu sebentar, Macnair," terdengar suara Dumbledore.
"Kau juga harus tanda tangan." Langkah-langkah kaki berhenti. Harry menghela tali Buckbeak. Si Hippogriff mengatupkan paruhnya dan berjalan sedikit lebih cepat.
Wajah pucat Hermione muncul dari balik sebatang pohon.
"Harry, cepat!" mulutnya berkata tanpa suara.
Harry masih mendengar suara Dumbledore bicara dari dalam pondok. Harry menarik tali sekali lagi. Buckbeak dengan enggan berderap cepat. Mereka telah tiba di pepohonan....
"Cepat! Cepat!" rintih Hermione, melesat dari balik pohon, ikut menarik tali, untuk membuat Buckbeak bergerak lebih cepat. Harry menoleh ke belakang.
Mereka sekarang sudah terhalang dari pandangan. Mereka sama sekali tak bisa melihat kebun Hagrid. "Berhenti!" Harry berbisik kepada Hermione. "Mereka bisa mendengar kita..." Pintu belakang pondok Hagrid terbuka dengan bunyi keras.
Harry, Herm ione, dan Buckbeak berdiri diam. Bahkan si Hippogriff tampaknya ikut mendengarkan dengan penuh perhatian.
Hening... kemudian... "Di mana dia"" kata suara kering anggota Komite. "Di mana binatang itu"" "Tadi ditambatkan di sini!" kata si algojo berang. "Aku melihatnya! Di sini ini!" "Sungguh aneh," kata Dumbledore. Ada nada geli dalam suaranya. "Beaky!" panggil Hagrid parau.
Terdengar bunyi desir dan dentum kapak. Rupanya si algojo mengayunkan kapaknya ke pagar saking marahnya. Dan kemudian terdengar lolongan, dan kali ini mereka bisa mendengar ucapan Hagrid di antara isaknya. "Pergi! Pergi! Si paruh kecil telah pergil Pasti dia tarik talinya sampai lepas! Beaky, kau anak pintar!"
Buckbeak mulai meregang talinya, berusaha kembali pada Hagrid. Harry. dan Hermione mengetatkan pegangan mereka dan menancapkan tumit ke tanah untuk menahannya...
"Ada yang melepas talinya!" kata si algojo geram. "Kita harus memeriksa kebun, Hutan Terlarang..." "Macnair, kalau Buckbeak benar-benar telah dicuri, apakah kau mengira pencurinya akan membawanya pergi dengan berjalan kaki""
kata Dumbledore, masih terdengar geli. "Cari di angkasa,
kalau kau mau... Hagrid, aku ingin minum secangkir teh. Atau segelas besar brandy."
"Ten-tentu, Profesor," kata Hagrid, yang kedengarannya lemas saking senangnya. "Masuklah, masuklah..." Harry dan Hermione mendengarkan dengan waspada.
Mereka mendengar langkah-langkah kaki, makian pelan si algojo, bantingan pintu, dan kemudian hening lagi. "Sekarang bagaimana"" bisik Harry, memandang berkeliling.
"Kita harus sembunyi di sini," kata Hermione, yang tampak sangat terguncang. "Kita perlu menunggu sampai mereka kembali ke kastil. Kemudian kita menunggu sampai aman untuk menerbangkan Buckbeak ke jendela Sirius. Dia baru akan ada di sana dua jam lagi... oh, ini akan sulit sekali..."
Hermione menoleh dengan cemas, memandang ke dalam hutan yang gelap. Matahari sudah mulai terbenam.
"Kita harus pindah," kata Harry, berpikir keras. "Kita harus bisa melihat Dedalu Perkasa, kalau tidak kita tak akan tahu apa yang sedang terjadi."
"Oke," kata Hermione, memegang tali Buckbeak dengan lebih erat. "Tapi kita jangan sampai kelihatan, Harry, ingat..."
Mereka bergerak menyusur tepi hutan, sementara kegelapan turun menyelimuti mereka, sampai mereka tersembunyi di balik gerombolan pepohonan dari mana mereka bisa melihat Dedalu Perkasa.
"Itu Ron!" kata Harry tiba-tiba.
Ada sosok gelap yang melompat ke rerumputan dan teriakannya bergaung membelah udara malam yang sepi. "Jangan dekat-dekat dia-pergi-Scabbers, sini..."
Dan kemudian mereka melihat dua sosok lain muncul begitu saja. Harry melihat dirinya dan Hermione mengejar Ron. Kemudian dia melihat Ron menukik.
"Kena kaul Pergi kau, kucing bau..."
"Itu Sirius!" kata Harry. Sosok besar anjing itu melompat dari akar-akar Dedalu. Mereka melihatnya menabrak Harry sampai jatuh, kemudian menyambar Ron...
"Tampak lebih mengerikan dari sini, ya"" kata Harry, mengawasi si anjing menyeret Ron ke akar Dedalu. "Ouch- lihat, aku baru saja dihajar pohon itu-kau juga-ini sungguh aneh..."
Dedalu Perkasa berderak-derak dan melecut-lecutkan dahan-dahannya yang rendah. Mereka bisa melihat mereka sendiri berlarian ke sana kemari, berusaha mencapai batang pohon. Dan kemudian pohon itu diam.
"Itu Crookshanks yang menekan tonjolan," kata Hermione.
"Dan kita maju...," gumam Harry. "Kita masuk."
Begitu mereka lenyap, pohon itu mulai bergerak lagi.
Beberapa detik kemudian, mereka mendengar langkah-langkah yang cukup dekat. Dumbledore, Macn air, Fudge, dan si tua anggota Komite berjalan kembali ke kastil.
"Tepat sehabis kita menghilang ke dalam lorong!" kata Hermione. "Kalau saja Dumbledore ikut masuk bersama kita..."
"Macnair dan Fudge akan ikut juga," kata Harry getir. "Aku berani taruhan apa saja, Fudge akan menyuruh Macnair membunuh Sirius di tempat..."
Mereka mengawasi keempat laki-laki itu menaiki undakan kastil dan lenyap dari pandangan. Selama beberapa menit halaman depan kastil kosong. Kemudian...
"Ini dia Lupin datang!" kata Harry, ketika mereka melihat ada sosok lain bergegas menuruni undakan lalu berl
ari menuju Dedalu Perkasa. Harry mendongak menatap langit. Awan sepenuhnya menutupi bulan.
Mereka mengawasi Lupin menyambar sepotong dahan patah dari tanah dan menekan tonjolan di batang pohon.
Pohon berhenti melawan, dan Lupin juga menghilang ke dalam lubang di akarnya.
"Kalau saja dia menyambar Jubah Gaib," kata Harry. "Jubah itu tergeletak begitu saja di sana..."
Harry menoleh kepada Hermione.
"Kalau aku berlari keluar sekarang dan mengambilnya, Snape tak akan bisa mengambilnya dan..." "Harry, kita tak boleh kelihatan"
"Bagaimana kau bisa tahan"" Harry bertanya tajam kepada Hermione. "Cuma berdiri di sini dan menyaksikan semuanya terjadi"" Dia ragu-ragu. "Aku akan mengambil jubah itu."
"Harry, janganl"
Hermione menyambar bagian belakang jubah Harry, tepat pada waktunya. Saat itu mereka mendengar nyanyian. Hagrid berjalan ke
kastil, bernyanyi sekeras suaranya, langkahnya sedikit oleng. Tangannya mengayun-ayunkan botol besar.
"Lihat"" bisik Hermione. "Lihat apa yang akan terjadi" Kita tak boleh kelihatan! Jangan, Buckbeak!"
Si Hippogriff dengan liar berusaha melepaskan diri untuk mendekati Hagrid. Harry ikut menyambar talinya, berusaha sekuat tenaga menahan Buckbeak. Mereka melihat Hagrid terhuyung-huyung menuju kastil. Dia menghilang. Buckbeak berhenti berjuang untuk melepaskan diri. Kemalanya menunduk sedih.
Tak sampai dua menit kemudian, pintu kastil terbuka lagi, dan Snape menerobos keluar, berlari menuju Dedalu Perkasa.
Tinju Harry mengepal sementara mereka melihat Snape berhenti di dekat pohon, memandang berkeliling. Dia menyambar Jubah Gaib dan mengangkatnya.
"Lepaskan tangan kotormu dari jubah itu' bentak Harry dalam bisikan. "Shhh!"
Snape menyambar dahan yang tadi digunakan Lupin untuk membekukan pohon, menekan tonjolannya, dan menghilang dari pandangan begitu dia memakai Jubah Gaib.
"Jadi begitulah," kata Hermione. "Kita semua di bawah sana... dan sekarang kita tinggal menunggu sampai kita naik lagi..."
Hermione mengambil ujung tali Buckbeak dan mengikatkannya erat-erat di sekeliling pohon terdekat, kemudian duduk di tanah kering, memeluk lutut.
"Harry, ada yang tidak kumengerti... kenapa Dementor-dementor tidak menangkap Sirius" Aku ingat mereka datang, dan kemudian kupikir aku pingsan... ada banyak sekali Dementor..."
Harry ikut duduk. Dia menjelaskan apa yang telah dilihatnya, betapa ketika Dementor terdekat telah menunduk, mendekatkan mulutnya ke mulut Harry, ada makhluk perak besar berderap menyeberangi danau dan memaksa para Dementor mundur.
"Tapi apa itu""
"Cuma ada satu kemungkinan, yang bisa membuat Dementor pergi," kata Harry. "Patronus yang sebenarnya. Yang kuat."
"Tapi siapa yang menyihirnya""
Harry tidak berkata apa-apa. Dia teringat pada orang yang dilihatnya di seberang danau. Menurut pendapatnya dia tahu siapa orang itu... tapi bagaimana itu mungkin"
"Apakah kau tidak melihat seperti apa dia"" tanya Hermione bersemangat "Apakah dia salah satu dari guru kita"" "Bukan," kata Harry. "Dia bukan guru."
"Tapi pasti dia penyihir yang hebat sekali, sampai bisa mengusir semua Dementor... kalau Patronus itu berkilau begitu terang, apakah sinarnya tidak me-neranginya" Tak bisakah kau melihat...""
"Yeah, aku melihatnya," kata Harry perlahan. "Tetapi...
mungkin aku membayangkannya... aku tidak berpikir dengan jernih... aku langsung pingsan sesudahnya..." "Menurutmu siapa dia""
"Kurasa..." Harry menelan ludah, karena tahu betapa ganjilnya apa yang akan dikatakannya ini. "Kurasa dia ayahku."
Harry mengerling Hermione dan melihat mulutnya ternganga lebar sekarang. Hermione memandangnya dengan campuran perasaan cemas dan kasihan.
"Harry, ayahmu-yah-sudah meninggal," katanya pelan.
"Aku tahu," kata Harry cepat. "Menurutmu kau melihat hantunya"" "Aku tak tahu... tidak... dia tampak solid..." "Tapi, kalau begitu..."
"Mungkin itu cuma khayalanku," kata Harry. "Tapi... dari apa yang bisa kulihat... dia kelihatan seperti ayahku... aku kan punya foto-fotonya..."
Hermione masih memandangnya, seakan mencemaskan kewarasannya.
"Aku tahu kedengarannya sinting," kata Harry datar. Dia menoleh memandang Buckbeak, yang masih m
ematuk-matuk tanah, rupanya mencari cacing. Tetapi Harry tidak benar-benar memandang Buckbeak.
Dia memikirkan ayahnya, dan ketiga sahabatnya... Moony, Wormtail, Padfoot, dan Prongs.... Apakah keempatnya berkeliaran di halaman sekolah malam ini" Wormtail mendadak muncul kembali malam ini ketika semua orang mengira dia sudah mati-tak adakah kemungkinan ayahnya melakukan hal yang sama" Apakah yang dilihatnya di seberang danau hanya khayalannya saja" Sosok itu terlalu jauh untuk bisa dilihat dengan jelas... meskipun demikian Harry merasa yakin, sesaat, sebelum kehilangan kesadarannya....
Dedaunan di atas mereka berkeresek pelan tertiup angin.
Bulan hilang-hilang timbul di balik awan-awan yang berarak.
Hermione duduk menghadap ke Dedalu Perkasa, menunggu.
Dan akhirnya, setelah lebih dari satu jam...
"Ini kita datang!" Hermione berbisik.
Dia dan Harry bangkit. Buckbeak mengangkat kepalanya. Mereka melihat Lupin, Ron, dan Pettigrew dengan canggung
keluar dari lubang di akar pohon. Kemudian muncul Snape yang pingsan, melayang dengan ganjil di atas. Berikutnya muncul Black, dan yang terakhir adalah Harry dan Hermione.
Mereka semua berjalan ke arah kastil.
Jantung Harry mulai berdetak sangat cepat. Dia mendongak ke langit. Setiap saat sekarang, awan itu akan menyingkir dan bulan akan muncul...
"Harry," Hermione bergumam, seakan dia tahu persis apa yang dipikirkan Harry, "kita tak boleh berbuat apa pun. Kita tak boleh terlihat. Tak ada yang bisa kita lakukan..."
"Jadi kita akan membiarkan Pettigrew lolos sekali lagi...,"
kata Harry pelan. "Bagaimana kau bisa berharap menemukan tikus dalam gelap"" tukas Hermione. "Tak ada yang bisa kita lakukan! Kita kembali untuk membantu Sirius. Kita tak boleh melakukan yang lain!"
"Baiklah!" Bulan muncul dari balik awan. Mereka melihat sosok-sosok kecil di padang rumput berhenti. Kemudian mereka melihat gerakan.
"Itu Lupin," Hermione berbisik. "Dia sedang bertransformasi"
"Hermione!" kata Harry tiba-tiba. "Kita harus pergi!" "Tidak boleh, kan sudah berkali-kali kubilang..."
"Bukan untuk mencampuri! Tapi Lupin akan berlari ke dalam hutan, tepat ke tempat kita!" Hermione terperangah.
"Cepat!" rintihnya, bergegas melepas ikatan Buckbeak. "Cepat! Ke mana kita pergi" Di mana kita bisa bersembunyi" Para Dement
or akan muncul setiap saat..."
"Kembali ke pondok Hagrid!" kata Harry. "Pondok itu sekarang kosong-ayo!"
Mereka berlari secepat mungkin, Buckbeak mengikuti di belakang mereka. Mereka bisa mendengar manusia serigala melolong di belakang mereka...
Pondok itu sudah kelihatan. Harry melesat ke pintu, menariknya terbuka, dan Hermione dan Buckbeak meluncur melewatinya. Harry ikut menerobos masuk menyusul mereka dan mengunci pintu. Fang si anjing besar menyalak keras.
"Shhh, Fang, ini kami!" kata Hermione, bergegas mendekatinya dan menggaruk belakang telinganya untuk menenangkannya. "Nyaris saja!" katanya kepada Harry.
"Yeah..." Harry memandang ke luar jendela. Jauh lebih sulit melihat apa yang sedang terjadi dari sini. Buckbeak tampaknya senang sekali berada kembali di dalam pondok Hagrid. Dia berbaring di depan perapian, melipat sayapnya dengan puas, dan kelihatannya siap tidur.
"Kurasa lebih baik aku keluar lagi, Hermione," kata Harry perlahan. "Aku tak bisa melihat apa yang sedang terjadi- kita tak akan tahu kapan saatnya..."
Hermione mendongak. Ekspresinya curiga.
"Aku tak akan ikut campur," kata Harry buru-buru. "Tapi kalau kita tidak melihat apa yang terjadi, bagaimana kita bisa tahu kapan saatnya kita harus membebaskan Sirius""
"Baiklah kalau begitu... aku akan menunggu di sini dengan Buckbeak... tapi, Harry, hati-hatilah-ada manusia serigala di luar sana-dan para Dementor..."
Harry melangkah keluar lagi dan menyelinap mengitari pondok. Dia bisa mendengar dengkingan di kejauhan. Itu berarti para Dementor sedang mengepung Sirius... dia dan Hermione akan berlari mendatanginya setiap saat...
Harry memandang ke arah danau, jantungnya berdegup kencang. Siapa pun yang mengirim Patronus akan muncul setiap saat.
Selama sepersekian detik dia berdiri ragu-ragu di depan pintu Hagrid. Kau tak boleh kelihata
n. Tetapi dia tak ingin kelihatan. Dia ingin dia yang melihat... dia harus tahu...
Dan datanglah para Dementor. Mereka bermunculan dari dalam kegelapan dari segala jurusan, melayang mengelilingi
tepi danau... mereka bergerak menjauh dari tempat Harry berdiri, menuju ke tepi seberang... dia tak perlu berada di dekat mereka...
Harry mulai berlari. Tak ada pikiran lain dalam kepalanya selain ayahnya... apakah memang dia... apakah betul-betul dia... dia harus tahu... dia harus menemukan jawabnya...
Danau semakin dekat, tetapi tak tampak tanda-tanda ada orang. Di tepi seberang Harry bisa melihat sinar samar keperakan-itu Patronus ciptaannya...
Semak-semak tumbuh di tepi air. Harry bersembunyi di baliknya, menatap putus asa dari antara dedaunannya. Di tepi seberang, cahaya samar keperakan mendadak padam.
Dengan bergairah bercampur ngeri Harry menunggu-setiap saat sekarang... "Ayo!" gumamnya, seraya memandang berkeliling. "Di mana kau" Dad, ayo..."
Tetapi tak ada yang datang. Harry mengangkat kepalanya untuk melihat lingkaran Dementor di tepi seberang. Salah satunya sedang menurunkan kerudungnya. Sudah waktunya si penyelamat muncul- tetapi kali ini tak ada yang membantu...
Dan kemudian bagai disambar petir Harry paham. Dia tidak melihat aya hnya-dia melihat dirinya sendiri.
Harry melompat keluar dari balik semak dan mencabut tongkatnya. "EXPECTO PATRONUM!" dia berteriak.
Dan dari ujung tongkatnya melesat keluar, bukan kabut tak berbentuk, melainkan binatang keperakan yang berkilau menyilaukan. Harry menyipitkan mata, berusaha melihat binatang apa itu. Kelihatannya seperti kuda. Binatang itu berderap menjauh darinya, menyeberangi permukaan danau yang gelap. Harry melihatnya menundukkan kepala dan menerjang kerumunan Dementor... sekarang binatang itu
berlarian mengelilingi sosok-sosok hitam di tanah, dan para Dementor mundur, menyebar, masuk dalam kegelapan... mereka pergi.
Patronus itu berbalik. Dia berlari kembali ke arah Harry, menyeberangi permukaan air yang tenang. Dia bukan kuda.
Bukan pula unicorn. Dia rusa jantan. Tubuhnya bercahaya seperti bulan di atas... dia kembali kepada Harry....
Rusa itu berhenti di tepi danau. Kakinya tidak meninggalkan bekas di tanah yang lunak, sementara dia memandang Harry dengan matanya yang besar keperakan.
Perlahan, dia menundukkan kepalanya yang bertanduk. Dan Harry sadar... "Prongs," bisiknya.
Tetapi saat ujung-ujung jari Harry yang gemetar terjulur ke arahnya, makhluk itu lenyap.
Harry berdiri terpukau, tangannya masih terjulur. Kemudian hatinya mencelos ketika mendengar derap kaki binatang di belakangnya-dia berputar dan melihat Hermione berlari ke arahnya, menarik Buckbeak di belakangnya.
Apa yang kaulakukan"" tanyanya galak. "Kau bilang kau cuma mau melihat!"
"Aku baru saja menyelamatkan hidup kita...," kata Harry. "Ke sini... ke belakang semak ini-akan kujelaskan."
Hermione mendengarkan apa yang baru saja terjadi dengan mulut ternganga lagi. "Apakah ada yang melihatmu""
"Ya, apa kau tidak mendengarkan" Aku melihatku, tapi semula kukira itu ayahku! Tidak apa-apa!"
"Harry, aku tak percaya-kau menyihir Patronus yang mengusir semua Dementor! Itu sihir tingkat sangat tinggi..."
"Aku tahu aku bisa melakukannya kali ini," kata Harry,
"karena aku sudah melakukannya... Apa itu masuk akal""
"Aku tak tahu-Harry, lihat Snape!"
Bersama-sama mereka mengawasi dari balik semak di tepi seberang. Snape sudah sadar. Dia menyihir tandu-tandu dan mengangkat tubuh-tubuh lemas Harry, Hermione, dan Black ke atasnya. Tandu keempat, tak diragukan lagi berisi Ron, sudah melayang di sisinya. Kemudian, dengan memegangi tongkat di depannya, dia menggerakkan tandu-tandu itu ke arah kastil.
"Baik, sudah hampir tiba waktunya," kata Hermione tegang, melihat arlojinya. "Kita punya waktu sekitar empat puluh lima menit sampai Dumbledore mengunci pintu sal rumah sakit.
Kita harus menyelamatkan Sirius dan kembali ke dalam sal sebelum ada yang menyadari bahwa kita tak ada di sana...."
Mereka menunggu, memandang awan-awan yang bergerak dan dipantulkan air danau, sementara semak di sebelah mereka bergemeresik ditiup angin. Bu
ckbeak yang merasa bosan mengorek-ngorek cacing lagi.
"Menurutmu, apa dia sudah ada di atas sana"" kata Harry, melihat arlojinya. Dia menengadah, menatap kastil dan mulai menghitung jendela ke arah kanan Menara Barat.
"Lihat!' Hermione berbisik. "Siapa itu" Ada yang keluar dari kastil!"
Harry memandang menembus kegelapan. Laki-laki itu bergegas menuju salah satu jalan keluar. Ada yang berkilat di ikat pinggangnya.
"Macnair!" kata Harry. "Si algojo! Dia pergi menjemput para Dementor! Sekaranglah waktunya, Hermione..."
Hermione meletakkan tangannya di punggung Buckbeak dan Harry membantu mendorongnya ke atas. Kemudian dia meletakkan kakinya di salah satu cabang rendah semak dan memanjat ke depan Hermione. Dia melingkarkan kembali tali
Buckbeak ke lehernya dan mengikatkannya ke sisi leher satunya seperti tali kekang. "Siap"" bisiknya kepada Hermione. "Sebaiknya kau berpegangan padaku..." Harry menekan sisi tubuh Buckbeak dengan tumitnya.
Buckbeak melesat tinggi ke angkasa gelap. Harry mengapit panggulnya dengan lututnya, merasakan sayap Buckbeak yang besar mengepak dengan kuat di bawah mereka.
Hermione memeluk pinggang Harry erat-erat. Harry bisa mendengarnya bergumam, "Oh, tidak-aku tak suka ini-oh, aku benar-benar tak suka..."
Harry mendesak Buckbeak maju. Mereka terbang tanpa suara menuju lantai atas kastil... Harry menarik tali di sisi kiri, dan Buckbeak berbelok. Harry berusaha menghitung jendela-jendela yang dilintasinya...
"Whoa!" katanya, menarik tali ke belakang sekuat tenaga.
Buckbeak melambat dan akhirnya berhenti melaju, hanya naik-turun beberapa meter saat dia mengepakkan sayap agar tetap melayang.
"Dia di dalam sana!" kata Harry, melihat Sirius ketika merek
a sedang terangkat di sebelah jendela. Harry menjulurkan tangan, dan ketika sayap Buckbeak menurun, dia bisa mengetuk kacanya keras-keras.
Black mendongal;. Harry melihat mulutnya ternganga.
Black melompat berdiri dari kursinya, bergegas ke jendela, dan mencoba membukanya, tetapi jendela itu terkunci.
"Mundur!" seru Hermione kepadanya, dan dia mengeluarkan tongkatnya sambil masih mencengkeram bagian belakang jubah Harry dengan tangan kirinya.
"Alohomora!" Jendela berdebam terbuka.
"Bagaimana-bagaimana...T' kata Black lemas, memandang si Hippogriff.
"Ayo naik-tak ada waktu lagi," kata Harry, memegangi kedua sisi leher licin Buckbeak untuk menenangkannya. "Kau harus keluar dari situ-Dementor-dementor akan segera datang. Macnair sudah pergi menjemput mereka."
Black meletakkan tandan ke dua sisi ambang jendela dan menjulurkan kepala dan bahunya ke luar. Untung dia kurus sekali. Dalam waktu beberapa detik saja dia sudah berhasil mengalungkan satu kakinya ke atas punggung BuckbeakA dan mengangkat dirinya ke atas si Hippogriff, di belakang Hermione.
"Oke, Buckbeak, naik!" kata Harry, menggoyang talinya.
"Naik ke menara-ayo!"
Si Hippogriff mengepakkan sayapnya yang kuat keras-keras dan mereka meluncur ke atas lagi, sampai setinggi puncak Menara Barat. Buckbeak mendarat dengan bunyi berderak-derak di landasan menara dan Harry serta Hermione segera meluncur turun dari punggungnya.
"Sirius, kau sebaiknya segera pergi, cepat," kata Harry terengah. "Mereka akan tiba di kantor Flitwick setiap saat, mereka akan tahu kau sudah pergi."
Buckbeak mencakar-cakar lantai, mengedik-ngedik-kan kepalanya yang tajam. "Apa yang terjadi dengan anak yang satunya" Ron"" tanya Sirius cemas.
"Dia akan sembuh-dia masih pingsan, tetapi Madam Pomfrey mengatakan dia akan bisa menyembuhkannya. Cepat-pergilah!"
Tetapi Black masih menunduk menatap Harry.
"Bagaimana aku bisa berterima kasih..."
"PERGILAH!" Harry dan Hermione berteriak bersamaan.
Black memutar Buckbeak, menghadap angkasa yang terbuka.
"Kita akan bertemu lagi," katanya. "Kau-betul-betul anak ayahmu, Harry..."
Black menekan sisi tubuh Buckbeak dengan tumitnya. Harry dan Hermione melompat mundur saat sayap raksasa itu mengepak ke atas sekali lagi... si Hippogriff melesat ke angkasa... dia dan penunggangnya makin lama makin kecil sementara Harry menatap mereka... kemudian ada awan bergerak menutupi bulan... mereka lenyap.
22 Pos Buru ng Hantu Lagi "HARRY!" Hermione menarik-narik lengan jubah Harry, seraya memandang arlojinya. "Kita punya waktu persis sepuluh menit untuk turun kembali ke sal rumah sakit tanpa dilihat orangsebelum Dumbledore mengunci pintu..."
"Oke," kata Harry, dengan berat hati mengalihkan pandangan dari angkasa, "ayo, kita turun..."
Mereka menyelinap melalui pintu menara di belakang mereka dan menuruni tangga batu spiral. Setiba di bawah, mereka mendengar suara-suara. Mereka merapatkan diri ke dinding da
n mendengarkan. Kedengarannya seperti Fudge dan Snape. Mereka berjalan cepat menyusuri koridor di kaki tangga.
"...hanya berharap Dumbledore tidak bikin susah/' kata Snape. "Kecupan akan langsung dilaksanakan""
"Begitu Macnair kembali dengan para Dementor. Urusan Black ini sangat memalukan. Tak bisa kukatakan betapa aku sudah ingin sekali memberitahu Daily Prophet bahwa akhirnya kita berhasil menangkapnya... pasti nanti mereka ingin mewawancaraimu, Snape... dan begitu si Harry sudah waras lagi, kurasa dia ingin memberitahu Prophet bagaimana persisnya kau menyelamatkannya...."
Harry mengertakkan gigi. Sekilas dilihatnya seringai Snape saat dia dan Fudge melewati tempat persembunyiannya bersama Hermione. Langkah-langkah mereka semakin menjauh. Harry dan Hermione menunggu beberapa saat lagi untuk memastikan mereka benar-benar telah pergi, kemudian mulai berlari ke arah yang berlawanan. Menuruni satu tangga, kemudian tangga lain, menyusuri koridor-kemudian mereka mendengar suara terkekeh di depan mereka.
"Peevesl" gumam Harry, menyambar pergelangan tangan Hermione. "Masuk sini!"
Mereka berlari ke dalam kelas kosong di sebelah kiri mereka tepat pada waktunya. Peeves kelihatannya melayang naik-turun koridor dengan semangat tinggi, tertawa terbahak-bahak.
"Oh, dia menyebalkan," bisik Hermione, dengan telinga menempel di pintu. "Taruhan, dia pasti gembira karena para Dementor akan menghabisi Sirius..." Hermione mengecek arlojinya. "Tiga menit, Harry!"
Mereka menunggu sampai suara riang Peeves sayup-sayup di kejauhan, kemudian menyelinap keluar dan berlari lagi. "Hermione-apa yang akan terjadi-kalau kita tidak kembali dalam kam ar sebelum Dumbledore mengunci pintu"" Harry tersengal.
"Aku tak mau memikirkannya!' keluh Hermione, mengecek arlojinya lagi. "Satu menit!"
Mereka sudah tiba di ujung koridor yang merupakan jalan masuk ke sal rumah sakit. "Oke-aku bisa mendengar Dumbledore," kata Hermione tegang. "Ayo, Harry!"
Mereka merayap menyusuri koridor. Pintu terbuka.
Punggung Dumbledore tampak.


Harry Potter Dan Tawanan Azkaban Karya J.k Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku akan mengunci kalian berdua," mereka mendengarnya berkata. "Sekarang... lima menit sebelum tengah malam. Miss Granger, tiga kali putaran sudah cukup. Semoga berhasil."
Dumbledore keluar dari kamar, menutup pintu, dan mencabut tongkatnya untuk menguncinya secara sihir. Dengan panik Harry dan Hermione berlari mendekatinya.
Dumbledore mendongak, dan senyum lebar merekah di bawah kumis panjangnya yang keperakan. "Bagaimana"" tanyanya pelan.
"Kami berhasil melakukannya!" kata Harry kehabisan napas. "Sirius sudah pergi, menunggang Buckbeak..."
Dumbledore tersenyum kepada mereka.
"Bagus sekali. Kurasa...," dia mendengarkan dengan teliti suara apa pun yang datang dari dalam sal rumah sakit. "Ya, kurasa kalian sudah pergi juga. Masuklah-akan kukunci kalian..."
Harry dan Hermione menyelinap ke dalam sal. Ruangan itu kosong. Hanya ada Ron, yang masih terbaring tak bergerak di tempat tidur di ujung. Saal kunci berbunyi klik di belakang mereka, Harry dai" Hermione naik ke tempat tidur masing-masing Hermione menyelipkan Pembalik-Waktu ke bawah jubahnya. Saat berikutnya, Madam Pomfrey keluar lagi dari kantornya dan datang mendekat.
"Apa Kepala Sekolah sudah pergi" Apa aku sudah boleh merawat pasienku sekarang""
Madam Pomfrey sedang uring-uringan. Harry dan Hermione berpendapat paling baik menerima cokelat pemberiannya dengan diam-diam. Madam Pomfrey berdiri menunggui mereka, memastikan mereka memakannya. Tetapi Harry nyaris tak bisa menelan. Dia dan Hermione menanti, mendengarkan, saraf mereka tegang... Dan kemudian, saat keduanya mengambil potongan cokelat ke
empat dari Madam Pomfrey, mereka mendengar raung kemarahan di kejauhan
bergaung dari suatu tempat di atas mereka... "Apa itu"" tanya Madam Pomfrey kaget. Sekarang mereka bisa mendengar suara-suara marah, makin lama makin keras. Madam Pomfrey menatap pintu.
"Astaga-mereka akan membangunkan semua orang!
Mereka pikir apa yang mereka lakukan""
Harry berusaha mendengar apa yang dikatakan suara-suara itu. Mereka semakin dekat...
"Dia pastilah ber-Disapparate, Severus. Seharusnya ada orang yang menjaganya di ruangan. Kalau kabar ini sampai bocor..."
"DIA TIDAK BER-DISAPPARATE!" Snape meraung, sekarang sudah dekat sekali. "KAU TIDAK BISA BER-APPARATE ATAU
DISAPPARATE DI DALAM KASTIL INI! INI-PASTI-ADA- HUBUNGANNYA- DENGAN-SI-POTTER!" "Severus-yang masuk akallah-Harry sejak tadi dikunci..." BLAK!
Pintu sal rumah sakit berdebam terbuka.
Fudge, Snape, dan Dumbledore masuk. Hanya Dumbledore yang tampak tenang. Dia malah kelihatan senang. Fudge kelihatan m
arah. Tetapi Snape murka luar biasa.
"NGAKU SAJA, POTTER!" bentaknya. "APA YANG
KAULAKUKAN"" "Profesor Snape!" pekik Madam Pomfrey. "Kuasai dirimu."
"Snape, bersikaplah yang masuk akal," kata Fudge. "Pintu ini tadi dikunci, kita baru saja melihat..."
"MEREKA MEMBANTUNYA KABUR, AKU TAHU!" lolong Snape, menunjuk Harry dan Hermione. Wajahnya merah padam, ludah berhamburan dari mulutnya.
"Tenang!" bentak Fudge. "Kau bicara omong kosong!"
"ANDA TIDAK TAHU POTTER!" jerit Snape. "DIA YANG
MELAKUKANNYA, AKU TAHU DIA MELAKUKANNYA..." "Cukup, Severus," kata Dumbledore tenang. "Pikirkan apa yang kaukatakan. Pintu ini terkunci sejak aku meninggalkannya sepuluh menit yang lalu. Madam Pomfrey, apakah kedua anak ini meninggalkan tempat tidur mereka""
"Tentu saja tidak!" kata Madam Pomfrey j engktl "Aku bersama mereka sejak Anda pergi!" "Nah, kau dengar, kan, Severus," kata Dumbledo kalem.
"Kecuali kau bermaksud mengatakan Mau dan Hermione bisa berada di dua tempat pada saat yang bersamaan, kurasa tak ada faedahnya kita mengganggu mereka lebih jauh lagi."
Snape berdiri berang, bergantian memandang Fudge, yang tampaknya sangat shock melihat tingkahnya dan Dumbledore, yang matanya berkilauan di balik kacamatanya. Snape berputar cepat, jubahnya berdesu di belakangnya, dan dengan marah meninggalkan kamar.
"Kelihatannya mengalami guncangan jiwa," kali Fudge, memandang punggungnya. "Aku akan berbali hati memantaunya kalau aku jadi kau, Dumbledore."
"Oh, bukan guncangan jiwa," kata Dumbledore tenang.
"Dia cuma menderita kekecewaan yang parah sekali."
"Dia bukan satu-satunya yang kecewa!" Fudge mengembuskan napas. "Daily Prophet akan senang sekali mendengarnya! Kita bisa menangkap Black dan dia berhasil lolos dari antara jari-jari kita lagi! Kalau lolosnya Hippogriff itu sampai bocor, habis aku jadi bahan tertawaan! Yah... sebaiknya aku segera pulau; memberitahu Kementerian..."
"Dan para Dementor"" tanya Dumbledore. "Mereka akan dipindahkan dari sekolah, kan""
"Oh, ya, mereka harus pergi," kata Fudge, tanpa sadar menyisir rambut dengan jari-jarinya. "Tak pernah mimpi
mereka akan berusaha melakukan Kecupan pada anak yang tak bersalah... sama sekali kehilangan kontrol... Tidak, aku akan mengirimkan mereka kembali ke Azkaban malam ini.
Mungkin kita perlu memikirkan memakai naga untuk menjaga pintu masuk sekolah.."
"Hagrid akan senang," kata Dumbledore, sekilas tersenyum kepada Harry dan Hermione. Begitu dia dan Fudge meninggalkan kamar, Madam Pomfrey bergegas ke pintu dan menguncinya lagi. Sambil bergumam marah-marah sendiri, dia kembali berjalan ke kantornya.
Terdengar rintihan pelan dari ujung sal. Ron sudah sadar.
Mereka bisa melihatnya duduk, menggosok-gosok kepalanya, memandang berkeliling.
"Apa-apa yang terjadi"" keluhnya. "Harry" Kenapa kita di sini" Di mana Sirius" Di mana Lupin" Ada apa sebetulnya""
Harry dan Hermione saling pandang.
"Kau saja yang menjelaskan," kata Harry, seraya mengambil cokelat lagi.
Ketika Harry, Ron, dan Hermione meninggalkan rumah sakit esok siangnya, kastil nyaris kosong. Hari panas terik dan ujian sudah usai, sehingga semua menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi Hog
smeade. Meskipun demikian, baik Ron maupun Hermione tak ingin pergi. Maka mereka dan Harry berjalan-jalan saja di halaman, masih membicarakan peristiwa luar biasa malam sebelumnya dan bertanya-tanya di mana gerangan Sirius dan Buckbeak sekarang.
Duduk di tepi danau, menonton cumi-cumi raksasa melambai-lambaikan sungutnya dengan malas di atas permukaan air, pikiran Harry melayang ketika dia memandang ke tepi seberang. Rusa itu berlari ke arahnya dari tempat itu semalam...
Ada bayang-bayang menjatuhi mereka dan saat menengadah, mereka melihat Hagrid yang bermata merah, menyeka wajahnya yang berkeringat dengan salah satu saputangannya yang sebesar taplak meja. Wajahnya berseri-seri memandang mereka.
"Aku tahu harusnya aku tak boleh senang, sesudah apa yang terjadi semalam," katanya. "Maksudku, Black kabur lagi, dan segalanya-tapi coba tebak!"
"Apa"" kata mereka, berpura-pura penasaran.
"Beaky! Dia lolos! Dia bebas! Aku rayakan semalam suntuk!"
"Bagus sekali!" kata Hermione, melempar pandangan menegur ke arah Ron, karena kelihatannya Ron mau tertawa.
"Yeah... pasti aku ikat dia tidak betul," kata Hagrid, memandang padang rumput dengan gembira. "Tapi aku cemas pagi ini... siapa tahu dia bertemu Profesor Lupin dijalan, tapi Profesor Lupin bilang dia tidak makan apa-apa semalam..."
"Apa"" tanya Harry buru-buru.
"Astaga, kau belum dengar"" tanya Hagrid, senyumnya memudar se
dikit. Dia merendahkan suaranya, meskipun tak tampak ada orang. "Eh-Snape beritahu semua anak Slytherin tadi pagi... kukira semua orang sudah tahu sekarang...
Profesor Lupin itu manusia serigala, tahu. Dan dia berkeliaran semalam. Dia sedang berkemas sekarang, tentu saja." "Pia berkemas"" tanya Harry kaget. "Kenapa""
"Mau pergi, kan"" kata Hagrid, heran kenapa Harry bertanya. "Undurkan diri pagi-pagi tadi. Bilang dia tidak mau ambil risiko kejadian seperti semalam terjadi lagi."
Harry buru-buru berdiri. "Aku akan menemuinya," katanya kepada Ron dan Hermione. "Tapi kalau dia sudah mengundurkan diri..." "...rasanya tak ada yang-bisa kita lakukan..."
"Aku tak peduli. Aku tetap ingin menemuinya. Nanti aku kembali ke sini."
Pintu kantor Lupin terbuka. Dia sudah mengepak sebagian besar barang-barangnya. Tangki kosong Grindylow berdiri di sebelah koper bututnya, yang terbuka dan hampir penuh.
Lupin sedang menunduk memandang sesuatu di atas mejanya, dan baru menengadah ketika Harry mengetuk pintu.
"Aku melihatmu datang," kata Lupin, tersenyum. Dia menunjuk perkamen yang tadi dipandangnya. Ternyata perkamen itu Peta Perampok.
"Saya baru bertemu Hagrid," kata Harry. "Dan dia mengatakan Anda mengundurkan diri. Tidak betul, kan"" "Sayangnya betul, Harry," kata Lupin. Dia mulai membuka laci-laci mejanya dan mengeluarkan isinya. "Kenapa"" tanya Harry. "Kementerian Sihir tidak menuduh Anda membantu Sirius, kan"" Lupin berjal
an ke pintu dan menutupnya di belakang Harry.
"Tidak. Profesor Dumbledore berhasil meyakinkan Fudge bahwa aku mencoba menyelamatkan kalian." Dia menghela napas. "Itu pukulan terakhir bagi Severus. Kurasa kehilangan Order of Merlin sudah merupakan pukulan berat baginya. Jadi dia-eh-tak sengaja kelepasan bicara mengatakan bahwa aku manusia serigala pagi ini waktu sarapan."
"Anda tidak pergi hanya karena itu!" kata Harry.
Lupin tersenyum masam. "Pada jam begini besok, burung-burung hantu akan berdatangan dari para orangtua-mereka tak mau anak mereka diajar serigala, Harry. Dan sesudah peristiwa semalam, aku bisa memahami keberatan mereka. Aku bisa menggigit siapa saja di antara kalian... itu tak boleh terjadi lagi."
"Anda guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam paling baik yang pernah kami punyai!" kata Harry. "Jangan pergi!"
Lupin menggelengkan kepala dan tidak mengatakan apa-apa. Dia terus mengosongkan lacinya. Kemudian, ketika Harry sedang berusaha memikirkan alasan yang baik untuk menahannya, Lupin berkata, "Dari apa yang diceritakan Kepala Sekolah kepadaku pagi tadi, kau menyelamatkan banyak jiwa semalam, Harry. Kalau ada yang kubanggakan, itu adalah betapa banyak yang telah kaupelajari. Ceritakan padaku tentang Patronus-mu."
"Bagaimana Anda tahu itu"" ta
nya Harry, perhatiannya teralih.
"Apa lagi yang bisa mengusir Dementor""
Harry menceritakan pada Lupin apa yang terjadi. Setelah selesai, Lupin tersenyum lagi. "Ya, ayahmu selalu menjadi rusa jantan setiap kali dia bertransformasi" katanya. "Kau menebak dengan benar... itulah sebabnya kami menyebutnya Prongs."
Lupin melemparkan beberapa bukunya yang terakhir ke dalam koper, menutup lacinya, dan ber-balik menghadapi Harry.
"Ini-kubawa ini dari Shrieking Shack semalam," katanya, seraya menyerahkan Jubah Gaib kepada Harry. "Dan..." dia ragu-ragu, kemudian mengulurkan Peta Perampok juga. "Aku bukan lagi gurumu, jadi aku tak merasa bersalah mengembalikan ini kepadamu juga. Ini tak ada gunanya bagiku, dan aku yakin, banyak gunanya bagimu, Ron, dan Hermione.'"
Harry menerima peta itu dan nyengir.
"Anda pernah mengatakan kepada saya bahwa Moony, Wormtail, Padfoot, dan Prongs pastilah ingin memikat saya untuk meninggalkan sekolah... Anda katakan mereka pastilah menganggap hal itu lucu."
"Dan memang begitu," kata Lupin, sekarang membungkuk untuk menutup kopernya. "Aku tak ragu mengatakan bahwa James akan kecewa sekali kalau anaknya tidak pernah menemukan salah satu lorong rahasia yang menuju ke luar kastil ini."
Terdengar ketukan di pintu. Harry buru-buru menjejalkan Peta Perampok dan Jubah Gaib ke dalam sakunya. Profesor Dumbledore-lah yang datang. Dia tak tampak terkejut melihat Harry di sana. "Keretamu sudah menunggu di gerbang, Remus," katanya. "Terima kasih, Kepala Sekolah."
Lupin mengangkat koper tuanya dan tangki kosong Grindylow. "'Nah-sela
mat tinggal, Harry," katanya, tersenyum. "Aku senang sekali bisa mengajarmu. Aku yakin kita akan bertemu lagi suatu hari nanti. Kepala Sekolah, tak usah mengantar saya ke gerbang. Saya bisa sendiri...."
Harry mendapat kesan Lupin ingin pergi secepat mungkin.
"Selamat jalan, kalau begitu, Remus," kata Dumbledore tenang. Lupin menggeser tangki Grindylow-nya sedikit agar dia dan Dumbledore bisa berjabat tangan. Kemudian, dengan anggukan terakhir kepada Harry, dan senyum sekilas, Lupin meninggalkan kantornya.
Harry duduk di kursi Lupin, menatap lantai dengan sedih.
Dia mendengar pintu tertutup dan mendongak. Dumbledore masih ada.
"Kenapa begitu sedih, Harry"" katanya lembut. "Seharusnya kau sangat bangga akan dirimu setelah peristiwa semalam."
"Tak ada bedanya," kata Harry getir. "Pettigrew berhasil lolos."
"Tak ada bedanya"" kata Dumbledore serius. "Besar sekali bedanya, Harry. Kau menyelamatkan orang tak bersalah dari nasib mengerikan."
Mengerikan. Sesuatu berpusar dalam benak Harry. Lebih besar dan lebih mengerikan daripada sebelumnya... ramalan Profesor Trelawney!
"Profesor Dumbledore-kemarin, sewaktu saya ujian Ramalan, Profesor Trelawney menjadi sangat-sangat aneh." "Begitu"" kata Dumbledore. "Eh-lebih aneh daripada biasanya, maksudmu""
"Ya... suaranya menjadi dalam dan bola matanya berputar dan dia berkata... dia berkata abdi Voldemort akan berangkat untuk bergabung dengannya sebelum tengah malam...
katanya abdinya akan membantunya kembali berkuasa." Harry memandang Dumbledore. "Dan kemudian dia kembali normal lagi, dan dia tak ingat sama sekali apa yang sudah dikatakannya. Apakah-apakah dia membuat ramalan yang sebenarnya""
Dumbledore tampaknya sedikit terkesan.
"Tahukah kau, Harry, kurasa begitu," katanya seraya berpikir-pikir. "Siapa sangka" Berarti dia telah membuat dua ramalan yang sebenarnya. Aku harus menawarkan kenaikan gaji kepadanya..."
"Tetapi...," Harry memandangnya, terperanjat. Bagaimana mungkin Dumbledore menerimanya setenang ini"
"Tetapi-saya mencegah Sirius dan Profesor Lupin membunuh Pettigrew! Jadi, salah sayalah jika Voldemort kembali berkuasa!"
"Bukan salahmu," kata Dumbledore serius. "Tidakkah pengalamanmu dengan Pembalik-Waktu mengajarimu sesuatu, Harry" Konsekuensi tindakan kita selalu begitu rumit, begitu beragam, sehingga meramalkan masa depan sungguh sangat sulit... Profesor Trelawney adalah bukti hidup semua ini. Kau melakukan hal yang sangat mulia, dengan menyelamatkan hidup Pettigrew."
"Tetapi kalau dia membantu Voldemort kembali berkuasa..."
"Pettigrew berutang nyawa padamu. Kau telah mengirim kepada Voldemort pembantu yang berutang padamu. Kalau ada penyihir menyelamatkan hidup penyihir lainnya, tercipta hubungan khusus di antara mereka... dan aku akan keliru sekali jika Voldemort ingin abdi-abdinya berutang budi pada Harry Potter."
"Saya tak mau punya hubungan dengan Pettigrew!" kata
Harry. "Dia mengkhianati orangtua saya!"
"Ini keajaiban dalam bentuk yang paling dalam, paling tak bisa dipahami, Harry. Tetapi percayalah padaku... saatnya akan tiba ketika kau akan senang sekali telah menyelamatkan nyawa Pettigrew."
Harry tak bisa membayangkan kapan saat itu. Dumbledore rupanya tahu apa yang dipikirkan Harry.
"Aku sangat mengenal ayahmu, baik sewaktu di Hogwarts maupun sesudahnya, Harry," katanya lembut. "Dia juga pasti akan menyelamatkan Pettigrew, aku yakin."
Harry mendongak menatapnya. Dumbledore tidak akan tertawa-dia bisa menceritakannya kepada Dumbledore...
"Semalam... saya kira ayah sayalah yang menyihir Patronus. Maksud saya, ketika saya melihat diri saya di seberang danau... saya kira saya melihatnya."
"Kesalahan yang dengan mudah dibuat," kata Dumbledore pelan. "Kurasa kau sudah bosan mendengarnya, tapi kau memang luar biasa mirip James. Kecuali matamu... kau memiliki mata ibumu."
Harry menggelengkan kepala.
"Sungguh bodoh, mengira itu dirinya," gumamnya. "Maksud saya, saya tahu dia sudah meninggal."
"Kaupikir orang-orang yang kita cintai, yang meninggal, benar-benar meninggalkan kita" Menurutmu tidakkah kita malah mengingatnya dengan lebih jelas daripada kapan pun, waktu kita dalam kesulitan besar" Ayahmu hidup dalam dirimu, Harry, dan menunjukkan dirinya paling jelas waktu kau membutuhkannya. Kalau tidak, bagaimana kau bisa membuat Patronus yang khusus itu" Prongs berlarian lagi semalam."
Perlu beberapa saat bagi Harry untuk memahami apa yang dikatakan Dumbledore.
"Sirius menceritakan kepadaku bagaimana mereka menjadi Animagi semalam," kata Dumbledore, tersenyum. "Pencapaian yang luar biasa-lebih-lebih lagi mereka berhasil menyembunyikannya dariku. Dan kemudian aku teringat bentuk Patronus-mu yang sangat unik, ketika dia menerjang Mr Malfoy dalam pertandingan Quidditch-mu melawan Ravenclaw. Jadi, kau memang melihat ayahmu semalam, Harry... kau menemukannya di dalam dirimu."
Dan Dumbledore meninggalkan kantor Lupin, meninggalkan Harry dengan pikirannya yang sangat bingung.
Tak seorang pun di Hogwarts tahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam Sirius, Buckbeak, dan Pettigrew menghilang, kecuali Harry, Ron, Hermione, dan Profesor Dumbledore. Menjelang akhir semester, Harry mendengar berbagai teori berbeda tentang apa yang terjadi, tapi tak satu pun yang mendekati yang sebenarnya.
Malfoy berang sekali Buckbeak kabur. Dia yakin Hagrid telah menemukan cara untuk menyelundupkan Buckbeak agar selamat, dan sangat marah bahwa dia dan ayahnya telah diperdaya oleh seorang pengawas binatang liar. Sementara itu, banyak yang ingin dikatakan Percy Weasley tentang lolosnya Sirius.
"Kalau aku berhasil masuk ke Kementerian, aku akan mengajukan banyak usul tentang Pelaksanaan Undang-undang Sihir!" katanya kepada satu-satunya orang, yang mau mendengarkannya-pacarnya, Penelope.
Meskipun cuaca cerah, meskipun suasana gembira, meskipun dia tahu mereka telah berhasil melakukan sesuatu yang nyaris tak mungkin dengan membantu membebaskan Sirius, belum pernah Harry menyongsong akhir tahun ajaran selesu ini.
Dia jelas bukan satu-satunya yang menyesali ke-pergian Profesor Lup
in. Seluruh murid Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, yang sekelas dengan Harry, sedih Profesor Lupin mengundurkan diri.
"Kira-kira tahun depan kita dapat guru macam apa, ya"" kata Seamus Finnigan muram.
"Mungkin vampir," Dean Thomas mengusulkan penuh harap.
Bukan hanya kepergian Profesor Lupin yang memberatkan pikiran Harry. Dia mau tak mau banyak memikirkan ramalan Profesor Trelawney. Dia terus-menerus bertanya-tanya dalam hati, di mana gerangan Pettigrew sekarang, apakah dia sudah
mencari perlindungan pada Voldemort. Tetapi yang paling menurunkan semangat Harry adalah bahwa dia harus kembali ke keluarga Dursley. Se
lama kira-kira setengah jam malam itu, setengah jam yang sangat menyenangkan, dia sudah yakin dia akan tinggal bersama Sirius mulai saat itu... sahabat karib orangtuanya... itu akan merupakan hal terbaik jika dia tak dapat memperoleh kembali ayahnya. Dan sementara tak adanya kabar tentang Sirius jelas berarti kabar baik, karena itu berarti dia telah berhasil bersembunyi, Harry mau tak mau merasa merana kalau memikirkan rumah yang seharusnya dimilikinya, dan kenyataan bahwa sekarang itu tak mungkin.
Hasil ujian diumumkan pada hari terakhir semester. Harry, Ron, dan Hermione lulus semua mata pelajaran. Harry heran dia berhasil lulus Ramuan. Dia punya kecurigaan besar Dumbledore telah turun tangan untuk mencegah Snape tidak meluluskannya dengan sengaja. Sikap Snape terhadap Harry selama seminggu terakhir ini sungguh mencemaskan. Harry tak mengira kebencian Snape terhadapnya bisa lebih besar lagi, tetapi kenyataannya begitu. Sudut bibirnya yang tipis berkedut sangat tidak menyenangkan setiap kali dia memandang Harry, dan dia tak hentinya menekuk-nekuk buku-buku jarinya, seakan sudah gatal ingin menempelkannya di sekeliling leher Harry.
Percy berhasil mendapatkan angka top untuk NEWT-nya.
Fred dan George masing-masing berhasil mendapatkan beberapa angka OWL. Asrama Gryffindor sementara itu, berkat penampilan spektakuler di ajang Piala Quidditch, telah memenangkan Piala Asrama untuk ketiga kalinya selama tiga tahun berturut-turut.
Itu berarti bahwa pesta akhir-tahun-ajaran diselenggarakan di tengah dekorasi berwarna merah dan emas, dan bahwa meja Gryffindor adalah meja yang paling ramai, karena semua anak bersuka ria merayakannya. Bahkan Harry berhasil melupakan tentang perjalanan pulang ke rumah keluarga Dursley hari berikutnya sementara dia makan, minum, ngobrol, dan tertawa bersama teman-temannya.
Ketika Hogwarts Express meninggalkan stasiun pagi berikutnya, Hermione memberi berita mengejutkan kepada Harry dan Ron.
"Aku menemui Profesor McGonagall pagi ini, sebelum sarapan. Aku sudah memutuskan untuk melepas Telaah Muggle."
"Tapi kau lulus dengan nilai tiga ratus dua puluh persen!" kata Ron.
"Aku tahu," Hermione menghela napas, "tapi aku tak tahan lagi menjalani tahun seperti ini. Pembalik-Waktu itu membuatku gila. Sudah kukembalikan. Tanpa Telaah Muggle dan Ramalan, aku akan bisa punya daftar pelajaran normal lagi."
"Aku masih tak percaya kau tidak menceritakan kepada kami soal Pembalik-Waktu itu," kata Ron menggerutu. "Kami ini kan sahabatmu."
"Aku sudah berjanji tidak akan memberitahu siapa pun,"
kata Hermione keras. Dia menoleh memandang Harry, yang sedang mengawasi Hogwarts menghilang dari pandangan di balik gunung. Dua bulan penuh sebelum dia bisa melihatnya lagi....
"Oh, bergembiralah, Harry!" kata Hermione sedih.
"Aku tak apa-apa' kata Harry cepat-cepat. "Cuma memikirkan liburan."
"Yeah. Aku juga memikirkannya," kata Ron. "Harry, kau harus datang dan menginap di rumah kami. Aku akan bilang Mum dan Dad, kemudian menghubungimu. Aku sudah bisa pakai fellyton sekarang..."
"Telepon, Ron," kata Hermione. "Buset, kau seharusnya mengambil Telaah Muggle tahun depan...."
Ron tidak mengacuhkannya.
"Musim panas ini ada Piala Dunia Quidditch! Bagaimana, Harry" Datang dan menginaplah, dan kita nonton bersama-sama! Dad biasanya bisa dapat karcis dari kantor."
Ajakan ini sangat menyenangkan Harry.
"Yeah... kurasa keluarga Dursley akan senang melepasku pergi... terutama sesudah apa yang kulakukan terhadap Bibi Marge...."
Merasa jauh lebih senang, Harry ikut Ron dan Hermione bermain kartu, dan ketika penyihir dengan troli jualan datang, dia membeli makan siang dalam porsi besar, walaupun tanpa cokelat.
Tetapi baru menjelang sore hari hal yang membuatnya benar-benar bahagia muncul...
"Harry," kata Hermione tiba-tiba, memandang melewati bahu Harry. "Apa itu di luar jendelamu""
Harry menoleh untuk melihat ke luar. Sesuatu yang sangat kecil berwarna abu-abu naik-turun hilang-hilang timbul di balik kaca jendela. Harry berdiri agar bisa melihat lebih jelas.
Ternyata itu burung hantu kecil mungil, membawa surat yang terlalu besar untuknya.
Burung hantu ini kecil sekali, sehingga dia berkali-kali terjatuh di udara, terombang-ambing ke sana kemari dalam desingan udara kereta api. Harry cepat-cepat menurunkan jendelanya, menjulurkan tangannya, dan menangkapnya. Rasanya seperti Snitch yang berbulu sangat lebat. Dengan hati-hati dibawanya burung itu ke dalam.
Burung hantu itu menjatuhkan suratnya di tempat duduk Harry dan mulai terbang berputar-putar dalam kompartemen mereka, rupanya sangat puas dan senang telah berhasil menjalankan tugasnya. Hedwig mengatupkan paruhnya
dengan anggun, seakan mencela. Crookshanks duduk tegak di tempatnya, mengikuti si burung hantu dengan matanya yang kuning besar. Ron, memperhatikan pandangan Crookshanks, menangkap si burung hantu untuk menyelamatkannya.
Harry memungut suratnya. Surat itu dialamatkan kepadanya. Dirobeknya amplopnya dan dia berteriak, "Dari Sirius!" "Apa"" kata Ron dan Hermione bersemangat. "Baca keras-keras!" Dear Harry,
Kuharap surat ini kauterima sebelum kau tiba di rumah paman dan bibimu. Aku tak tahu apakah mereka terbiasa dengan pos burung hantu.
Buckbeak dan aku dalam persembunyian. Aku tak akan memberitahumu di mana, siapa tahu surat ini jatuh ke tangan orang yang salah. Aku agak meragukan kemampuan si burung hantu, tetapi dia yang terbaik yang bisa kutemukan, dan dia kelihatannya bersemangat sekali mendapat tugas ini.
Kurasa para Dementor masih mencariku, tapi jangan harap mereka bisa menemukanku di sini. Aku merencanakan akan membiarkan beberapa Muggle melihatku tak lama lagi, jauh dari Hogwarts, supaya pengamanan di kastil bisa ditiadakan.
Ada yang tak sempat kusampaikan kepadamu dalam pertemuan singkat kita. Akulah yang mengirim Firebolt kepadamu...
"Ha!" kata Hermione penuh kemenangan! "Betul, kan! Aku sudah bilang sapu itu dari dia!" "Ya, tapi dia tidak menyihirnya, kan"" kata Ron. "Ouch!"
Si burung hantu kecil mungil, sekarang beruhu-uhu riang di tangan Ron, telah mematuk salah satu jarinya sebagai tanda sayang.
Crookshanks yang membawa pesananku ke Kantor Burung Hantu. Aku menggunakan namamu, tetapi meminta mereka untuk mengambil uangnya dari lemari besi Gringotts nomor tujuh ratus sebelas-lemari besiku. Anggaplah sapu itu sebagai hadiah ulang tahun selama tiga belas tahun dari walimu.
Aku juga mau minta maaf karena kupikir telah membuatmu ketakutan, pada malam kau meninggalkan rumah pamanmu tahun lalu. Aku waktu itu cuma berharap bisa melihatmu sekilas sebelum memulai perjalananku ke utara, tetapi kurasa melihatku membuatmu kaget.
Aku melampirkan sesuatu yang lain untukmu, yang kurasa akan membuat tahun berikutnya di Hogwarts lebih menyenangkan bagimu.
Kalau kau memerlukanku, kirim saja berita. Burung hantumu akan menemukanku.
Aku akan segera menulis lagi.
Sirius. Dengan penuh semangat Harry menengok ke dalam amplop. Ada secarik perkamen lain di dalamnya. Harry membacanya cepat-cepat dan mendadak merasa hangat dan puas seakan
dia baru saja meminum sebotol Butterbeer dalam satu tegukan.
Saya, Sirius Black, wali Harry, dengan ini memberinya izin untuk mengunjungi Hogsmeade pada akhir minggu.
"Ini sudah cukup bagi Dumbledore!" kata Harry senang. Dia melihat kembali surat Sirius. "Tunggu, ada tambahannya..."
Kupikir Ron mungkin mau memelihara burung hantu ini, karena salahkulah dia tak lagi punya tikus. Mata Ron melebar. Si burung hantu kecil mungil masih beruhu-uhu bersemangat.
"Memeliharanya"" katanya sangsi. Dia mengawasi si burung hantu tajam-tajam sesaat, kemudian, betapa herannya Harry dan Hermione, dia mengulurkannya untuk diendus Crookshanks.
"Bagaimana menurutmu"" Ron menanyai si kucing. "Apa burung hantu asli""
Crookshanks mendengkur. "Itu jawaban yang cukup bagiku," kata Ron senang. "Dia milikku."
Harry membaca surat Sirius berulang kali sepanjang sisa perjalanan ke Stasiun King's Cross. Surat itu masih dipeganginya erat-erat ketika dia, Ron, dan Hermione melangkah melewati palang rintangan di peron sembilan tiga perempat. Harry langsung melihat Paman Vernon. Dia berdiri di tempat yang cukup jauh dari Mr dan Mrs Weasley, memandang mereka dengan curiga, dan ketika Mrs Weasley memeluk Harry
sebagai sambutan selamat datang, kecurigaan terburuknya terhadap mereka terbukti.
"Aku akan meneleponmu tentang Piala Dunia!" i Ron berteriak di belakang Harry, setelah Harry mengucapkan selamat tinggal kepadanya dan Hermione, kemudian mendorong
troli yang membawa kopernya dan sangkar Hedwig ke arah Paman Vernon, yang menyambutnya dengan gayanya yang biasa.
"Apa itu"" gertaknya, memandang amplop yang masih dipegangi Harry. "Kalau itu formulir lain untuk ditandatangani, jangan harap..."
"Bukan," kata Harry riang. "Ini surat dari waliku." "Wali"" tanya Paman Vernon gugup. "Kau tak punya wali!"
"Punya saja," kata Harry cerah. "Dia sahabat karib ayah dan ibuku. Dia pembunuh terpidana, tapi berhasil kabur dari penjara sihir dan sedang dalam pelarian. Tapi dia senang berhubungan terus denganku... ingin tahu kabarku... mengecek apakah aku senang...."
Dan seraya nyengir lebar melihat kengerian di wajah Paman Vernon, Harry berjalan ke pintu keluar stasiun. Hedwig merepet di depannya, menyongsong musim panas yang tampaknya akan jauh lebih menyenangkan daripada tahun sebelumnya.
Baca lanjutannya! HARRY POTTER DAN PIALA API
Kisah Harry Potter di tahun ke-4 di Sekolah Sihir Hogwarts. Memasuki tahun keempatnya di Hogwarts, banyak sekali
peristiwa penting yang dialami Harrry. Tahun ini akan berlangsung Pertandingan Piala Dunia Quidditch. Harry ingin sekali menontonnya, tetapi, akankah keluarga Dursley mengizinkannya"
Tahun ini Hogwarts juga akan menjadi tuan rumah turnamen besar yang sudah lebih dari seratus tahun tak pernah diadakan. Turnamen sihir ini akan diikuti oleh dua sekolah sihir saingan Hogwarts, dan hampir sepanjang tahun ajaran ini, delegasi kedua sekolah akan tinggal di Hogwarts.
Tahun ini, Harry yang ABG juga mulai naksir cewek. Tetapi, siapakah cewek beruntung yang kejatuhan cinta penyihir dan
Seeker beken ini" Siapakah yang jadi partnernya dalam pesta dansa pertamanya" Tapi, tak semua yang dialami Harry peristiwa hura-hura.
Profesor Trelawney sudah meramalkan bahwa abdi Voldemort akan bergabung dengan tuannya, dan Voldemort akan bangkit lagi, bahkan lebih berjaya daripada sebelumnya. Apakah ramalan Profesor Trelawney akan menjadi kenyataan juga tahun ini"
Sumber Pdf: DewiKZ www.kangzusi.com Convert Jar: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tamat Dewi Siluman Bukit Tunggul 1 Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Pendekar Pedang Dari Bu Tong 15

Cari Blog Ini