Ceritasilat Novel Online

The Order Of Phoenix 10

Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 10


y, kacamatanya miring, darah bercucuran di wajahnya ... tetapi Mr Weasley tidak akan mati ... dia tidak mungkin ...
Dumbledore sekarang menggeledah sebuah lemari di belakang Harry dan Ron. Dia keluar dari lemari itu sambil membawa sebuah ketel tua yang telah menghitam, yang diletakkannya dengan hati-hati dia atas meja tulisnya. Dia menaikkan tongkatnya dan bergumam, "Portus!" Sejenak ketel itu bergetar, mengeluarkan cahaya biru yang aneh; lalu bergetar diam, masih sehitam dulu.
Dumbledore berjalan ke potret lainnya, kali ini seorang peyihir pria berwajah cerdas dengan janggut runcing, yang telah dilukis mengenakan warna-warna Slytherin hijau dan perak dan tampaknya sedang tertidur begitu lelapnya sehingga dia tidak bisa mendengar suara Dumbledore sewaktu mencoba membangunkannya.
"Phineas. Phineas."
Subyek potret-potret yang berbaris di ruangan itu tidak lagi berpura-pura tidur; mereka bergeser-geser dalam bingkai mereka, supaya melihat apa yang sedang terjadi
dengan baik. Ketika penyihir berwajah cerdas itu terus berpura-pura tertidur, beberapa dari mereka meneriakkan namanya juga.
"Phineas! Phineas! PHINEAS!"
Dia tidak bisa berpura-pura lebih lama lagi; dia memberi sentakan yang dibuat-buat dan membuka matanya lebar-lebar.
"Apakah ada yang memanggil""
"Aku perlu kamu mengunjungi potretmu yang satu lagi, Phineas," kata Dumbledore. "Aku punya pesan lain."
"Mengunjungi potretku yang lain"" kata Phineas dengan suara nyaring, mengeluarkan kuap panjang yang palsu (matanya jelalatan ke seluruh ruangan dan berfokus pada Harry). "Oh, tidak, Dumbledore, aku terlalu lelah malam ini."
Sesuatu mengenai suara Phineas terasa akrab bagi Harry, di mana pernah didengarnya" Tetapi sebelum dia sempat berpikir, potret-potret pada dinding-dinding yang mengelilingi mengeluarkan serangan protes.
"Ketidakpatuhan, sir!" raung seorang penyihir gemuk berhidung merah, sambil memamerkan kepalan tangannya. "Kelalaian melakukan tugas!"
"Kita terikat kehormatan untuk memberi jasa kepada Kepala Sekolah Hogwarts yang sekarang!" teriak seorang penyihir tua yang tampak rapuh yang dikenali Harry sebagai pendahulu Dumbledore, Armando Dippet. "Seharusnya kamu malu, Phineas!"
"Haruskah aku membujuknya, Dumbledore"" panggil seorang penyihir wanita bermata jelalatan, mengangkat sebuah tongkat yang ketebalannya tidak biasa yang mirip cambuk dari kayu birch.
"Oh, baiklah," kata penyihir yang dipanggil Phineas, menatap tongkat itu dengan pengertian, "walaupun dia mungkin telah menghancurkan lukisanku sekarang, dia telah membuang sebagian besar anggota keluarga -- "
"Sirius tahu betul untuk tidak menghancurkan potretmu," kata Dumbledore, dan Harry segera menyadari di mana dia telah mendengar suara Phineas sebelumnya: muncul dari bingkai yang tampak kosong di dalam kamar tidurnya di Grimmauld Place. "Kamu harus memberi pesan bahwa Arthur Weasley telah terluka parah dan bahwa istri, anak-anaknya dan Harry Potter akan segera tiba di rumahnya. Mengerti""
"Arthur Weasley, terluka, istri dan anak-anak dan Harry Potter akan menginap," ulang Phineas dengan suara bosan. "Ya, ya ... baiklah
Dia menukik ke bingkai potret dan menghilang dari pandangan pada saat yang sama dengan terbukanya kembali pintu ruang kerja tersebut. Fred, George dan Ginny diantarkan ke dalam oleh Profesor McGonagall, ketiganya tampak acak-acakan dan terguncang, masih dalam pakaian tidur mereka.
"Harry -- apa yang terjadi"" tanya Ginny, yang terlihat ketakutan. "Profesor McGonagall bilang kamu melilhat Dad terluka -- "
"Ayah kalian telah terluka selama dia bekerja bagi Order of the Phoenix," kata Dumbledore, sebelum Harry dapat berbicara. "Dia telah dibawa ke Rumah Sakit St Mungo untuk Penyakit dan Luka Sihir. Aku akan mengirim kalian kembali ke rumah Sirius, yang jauh lebih dekat ke rumah sakit daripada The Burrow. Kalian akan bertemu ibu kalian di sana."
"Bagaimana caranya kami pergi"" tanya Fred, terlihat gemetar. "Bubuk Floo""
"Bukan," kata Dumbledore, "Bubuk Floo tidak aman saat ini, Jaringannya sedang diawasi. Kalian akan menggunakan Portkey." Dia menunjuk ketel tua yang tergeletak di atas meja tul
isnya. "Kita hanya sedang menunggu Phineas Nigellus melapor kembali ... Aku ingin meyakinkan bahwa semuanya aman sebelum mengirim kalian Ada kilatan api di tengah kantor, meninggalkan sehelai bulu keemasan yang melayang dengan lembut ke lantai.
"Itu peringatan Fawkes," kata Dumbledore, menangkap jatuhnya bulu itu. "Profesor Umbridge pasti telah tahu kalian tidak berada di tempat tidur kalian ... Minerva, pergilah dan cegat dia -- buatlah cerita apa saja -- "
Profesor McGonagall telah pergi bersama kibasan tartan.
"Katanya dia akan senang," kata sebuah suara bosan di belakang Dumbledore; penyihir yang dipanggil Phineas telah muncul kembali di depan panji Slytherinnya. "Cicit piutku selalu punya selera yang aneh dalam memilih tamu rumah."
"Kalau begitu, kemarilah," Dumbledore berkata kepada Harry dan para Weasley. "Dan cepatlah, sebelum yang lain bergabung dengan kita."
Harry dan yang lainnya berkumpul di sekeliling meja tulis Dumbledore.
"Kalian semua sudah pernah menggunakan Portkey sebelumnya"" tanya Dumbledore, dan mereka mengangguk, masing-masing menggapai untuk menyentuh sebagian ketel menghitam itu. "Bagus. Pada hitungan ketiga, ... satu ... dua
Kejadiannya sepersekian detik: pada jeda yang sangat singkat sebelum Dumbledore berkata "tiga", Harry melihat ke atas kepadanya -- mereka sangat dekat -- dan pandangan biru jernih Dumbledore berpindah dari Portkey ke wajah Harry.
Seketika, bekas luka Harry terbakar panas sekali, seakan-akan luka lama yang telah terbuka lagi -- dan tanpa diperintah, tanpa diminta, tetapi dengan sangat kuat, di dalam diri Harry timbul kebencian yang sangat kuat, sehingga untuk sejenak, dia merasa dia tidak menginginkan apapun daripada menyerang -- menggigit -membenamkan taring-taringnya ke dalam lelaki di hadapannya -tiga. Harry merasakan sentakan kuat di balik pusarnya, tanah menghilang dari balik kakinya, tangannya terpancang pada ketel itu; dia terbentur yang lainnya ketika mereka semua mempercepat ke dalam pusaran warna dan deru angin, ketel itu menarik mereka maju ... sampai kakinya menghantam tanah, dan di suatu tempat yang dekat sebuah suara berkata:
"Balik lagi, anak bandel darah-pengkhianat. Benarkan ayah mereka sekarat""
"KELUAR!" raung suara kedua.
Harry berjuang berdiri dan melihat sekeliling; mereka telah tiba di dapur bawah tanah yang suram di nomor dua belas, Grimmauld Place. Satu-satunya sumber cahaya adalah api dan sebuah lilin yang bergoyang-goyang, yang menerangi sisa-sisa dari makan malam sendirian. Kreacher sedang menghilang lewat pintu ke aula, melihat balik kepada mereka dengan dengki sementara dia menyentak naik kain cawatnya; Sirius sedang menyuruh mereka bergegas, tampak cemas. Dia tidak bercukur dan masih mengenakan baju sehari-hari; ada juga sedikit bau minuman apak seperti Mundungus pada dirinya.
"Apa yang terjadi"" dia berkata, merentangkan satu tangan untuk membantu Ginny naik. "Phineas Nigellus bilang Arthur terluka parah -- "
"Tanya Harry," kata Fred.
"Yeah, aku sendiri ingin mendengarnya," kata George.
Si kembar dan Ginny sedang menatapnya. Langkah-langkah kaki Kreacher telah terhenti di tangga di luar.
"Begini -- " Harry mulai; ini bahkan lebih buruk daripada memberitahu McGonagall dan Dumbledore. "Aku mendapatkan -- semacam -- penglihatan .. "
Dan dia memberitahu mereka semua yang telah dia lihat, walaupun dia mmengubah cerita itu sehingga kedengarannya seakan-akan dia telah menyaksikan dari samping ketika ular itu menyerang, bukannya dari belakang mata ular itu sendiri. Ron, yang masih sangaat putih, memandangnya sekilas, tetapi tidak berbicara. Ketika Harry telah selesai, Fred, George dan Ginny terus menatapnya sejenak. Harry tidak tahu apakah dia hanya membayangkan atau tidak, tetapi dia merasa ada sesuatu yang menuduh dalam pandangan mereka. Well, jika mereka akan menyalahkan dia hanya karena melihat penyerangan itu, dia senang dia tidak memberitahu mereka bahwa dia telah berada di dalam ular itu pada saat itu.
"Apakah Mum ada di sini"" kata Fred, menoleh kepada Sirius.
"Dia mungkin bahkan belum tahu apa yang terjadi," kata Sirius. "Yang penting adal
ah mengeluarkan kalian sebelum Umbridge dapat turut campur. Kukira Dumbledore sedang memberitahu Molly sekarang."
"Kami harus pergi ke St Mungo," kata Ginny mendesak. Dia melihat sekeliling
kepada kakak-kakaknya; mereka tentu saja masih mengenakan piama mereka. "Sirius, dapatkah kamu meminjamkan kami mantel atau apapun""
"Tunggu dulu, kalian tidak bisa menyerbu St Mungo begitu saja!" kata Sirius.
"Tentu kami bisa pergi ke St Mungo kalau kami mau," kata Fred, dengan ekspresi keras kepala. "Dia ayah kami!"
"Dan bagaimana kalian akan menjelaskan cara kalian tahu bahwa Arthur diserang bahkan sebelum pihak rumah sakit memberitahu istrinya""
"Apa pentingnya itu"" kata George penuh semangat.
"Itu penting karena kita tidak ingin menarik perhatian pada kenyataan bahwa Harry mengalami penglihatan mengenai hal-hal yang terjadi ratusan mil jauhnya!" kata Sirius dengan marah. "Tahukah kalian apa yang bisa dibuat Kementerian Sihir dengan informasi itu""
Fred dan George kelihatan seakan-akan mereka sama sekali tidak peduli apa yang bisa dibuat Kementerian dengan apapun juga. Ron masih berwajah kelabu dan tidak bersuara.
Ginny berkata, "Orang lain dapat saja memberitahu kami ... kami bisa saja mendengarnya dari tempat lain selain Harry."
"Seperti siapa"" kata Sirius tidak sabaran. "Dengar, ayah kalian terluka ketika bertugas demi Order. Keadaannya sudah cukup mencurigakan tanpa anak-anaknya mengetahui kejadian itu beberapa detik setelah terjadinya. Kalian dapat sungguh-sungguh membahayakan Order."
"Kami tidak peduli mengenai Order bodoh itu!" teriak Fred.
"Yang sedang kita bicarakan adalah ayah kami yang sedang sekarat!" pekik George.
"Ayah kalian tahu apa yang dimasukinya dan dia tidak akan berterima kasih kepada kalian karena mengacaukan hal-hal untuk Order!" kata Sirius, sama marahnya. "Beginilah keadaanya -- ada hal-hal yang pantas diperjuangkan hingga mati!"
"Mudah bagimu bicara, diam di sini saja!" teriak Fred. "Aku tidak melihatmu meresikokan lehermu!"
Sedikit warna yang tertinggal di wajah Sirius terkuras darinya. Sejenak dia tampak seolah-olah ingin memukul Fred, tetapi ketika dia berbicara, suaranya tenang.
"Aku tahu ini sulit, tetapi kita semua harus bertindak seolah-olah kita belum tahu apa-apa. Kita harus diam di sini, setidaknya sampai kita mendengar kabar dari ibu kalian, setuju""
Fred dan George masih tampak memberontak. Namun Ginny mengambil beberapa langkah ke kursi terdekat dan menghempaskan diri ke atasnya. Harry melihat kepada
Ron, yang membuat gerakan aneh antara mengangguk dan mengangkat bahu, dan mereka juga duduk. Si kembar membelalak pada Sirius satu menit lagi, lalu mengambil tempat duduk di kedua sisi Ginny.
"Begitulah yang benar," kata Sirius membesarkan hati, "ayolah, mari semua ... mari semua minum dulu selagi kita menunggu. Accio Butterbeer!"
Dia mengangkat tongkatnya sewaktu berbicara dan setengah lusin botol terbang menuju mereka dari ruang penyimpanan, meluncur di atas meja, menghamburkan sisa-sisa makanan Sirius, dan berhenti dengan rapi di depan mereka berenam. Mereka semua minum, dan selama beberapa waktu satu-satunya suara yang ada adalah derak api dapur dan hantaman lembut botol-botol mereka ke meja.
Harry hanya minum agar punya sesuatu untuk dilakukan dengan tangan-tangannya. Perutnya penuh dengan rasa bersalah yang panas menggelembung. Mereka tidak akan berada di sini kalau bukan karena dia; mereka semua pasti sedang tertidur di tempat tidur. Dan tidaklah baik memberitahu dirinya sendiri bahwa dengan mengumumkan bahaya dia telah menjamin bahwa Mr Weasley ditemukan, karena ada juga urusan yang tidak bisa dihindari bahwa dialah yang telah menyerang Mr Weasley dari awal.
Jangan bodoh, kamu tidak punya taring, dia memberitahu dirinya sendiri, mencoba untuk tetap tenang, walaupun tangan pada botol Butterbeernya bergetar, kamu sedang berbaring di tempat tidur, kamu tidak sedang menyerang siapapun.
Tapi kalau begitu, apa yang baru saja terjadi di kantor Dumbledore" Dia bertanya pada dirinya sendiri. Aku merasa seolah aku ingin menyerang Dumbledore juga ...
Dia meletakkan botol sedikit lebih keras darip
ada yang dimaksudkannya, dan botol itu tumpah ke atas meja. Tidak seorangpun memperhatikan. Lalu seberkas api di udara menerangi piring-piring kotor di depan mereka dan, ketika mereka mengeluarkan jeritan karena terguncang, segulung perkamen jatuh dengan bunyi keras ke atas meja, diikuti dengan sehelai bulu ekor phoenix keemasan.
"Fawkes!" kata Sirius seketika, sambil menyambar perkamen itu. "Itu bukan tulisan Dumbledore -- pastilah pesan dari ibu kalian -- ini -- "
Dia menyorongkan surat itu ke tangan George, yang merobeknya hingga terbuka dan membaca keras-keras: "Dad masih hidup. Aku sedang menuju St Mungo sekarang. Tetap di tempat kalian berada. Aku akan mengirimkan kabar secepat aku bisa. Mum"
George melihat ke sekeliling meja.
"Masih hidup dia berkata pelan-pelan. "Tapi itu membuatnya kedengaran
Dia tidak perlu menyelesaikan kalimat itu. Bagi Harry, kedengarannya juga seakan-akan Mr Weasley sedang melayang-layang di suatu tempat antara hidup dan mati. Masih luar biasa pucat, Ron menatap ke balik surat ibunya seolah-olah surat itu bisa mengutarakan kata-kata penghiburan kepadanya. Fred menarik perkamen itu dari tangan George dan membacakannya pada dirinya sendiri, lalu memandang ke Harry,
yang merasa tangannya bergetar pada botol Butterbeernya lagi dan menggenggamnya lebih erat untuk mencegah getaran itu.
Kalau Harry pernah duduk melewati malam yang lebih panjang dari yang ini, dia tidak bisa mengingatnya. Sirius menyarankan sekali, tanpa keyakinan asli, bahwa mereka semua pergi tidur, tetapi tampang jijik keluarga Weasley sudah cukup sebagai jawaban. Mereka kebanyakan duduk diam di sekitar meja, sambil mengamati sumbu lilin terbenam semakin rendah dan berubah menjadi cairan lilin, terkadang mengangkat botol ke bibir mereka, berbicara hanya untuk mengecek waktu, untuk bertanya-tanya dengan keras apa yang sedang terjadi, dan untuk meyakinkan satu sama lain bahwa kalau ada kabar buruk, mereka akan langsung tahu, karena Mrs Weasley pastilah sudah sejak lama sampai di St Mungo.
Fred tertidur, kepalanya terguling ke samping ke atas bahunya. Ginny menggerlung seperti seekor kucing di atas kursinya, tetapi matanya terbuka; Harry bisa melihat matanya memantulkan cahaya api. Ron sedang duduk dengan kepala di tangannya, apakah terbangun atau tertidur tidak mungkin diketahui. Harry dan Sirius seringkali saling berpandangan, sebagai pengacau dalam kesedihan keluarga, sambil menunggu ... menunggu ...
Pada pukul sepuluh lewat lima pagi menurut jam tangan Ron, pintu dapur terayun membuka dan Mrs Weasley memasuki dapur. Dia sangat pucat, tetapi ketika mereka semua berpaling melihatnya, Fred, Ron dan Harry setengah berdiri dari kursi mereka, dia memberikan senyum lesu.
"Dia akan baik-baik saja," katanya, suaranya lemah karena capek. "Dia sedang tidur. Kita semua bisa pergi dan menjenguknya nanti; dia akan izin dari kerja pagi ini."
Fred jatuh kembali ke kursinya dengan tangan menutupi wajahnya. George dan Ginny bangkit, berjalan cepat ke ibu mereka dan memeluknya. Ron mengeluarkan tawa yang sangat bergetar dan menghabiskan sisa Butterbeernya dalam sekali teguk.
"Sarapan!" kata Sirius keras-keras dan dengan gembira, sambil melompat berdiri. "Di mana peri-rumah sialan itu" Kreacher! KREACHER!"
Tetapi Kreacher tidak menjawab panggilan itu.
"Oh, kalau begitu, lupakan dia," omel Sirius, sambil menghitung orang-orang di depannya. "Jadi, sarapan pagi untuk -- kulihat dulu -- tujuh ... daging asin dan telur, kukira, dan teh, dan roti panggang -- "
Harry bergegas ke kompor untuk membantu. Dia tidak ingin mengganggu kebahagiaan keluarga Weasley dan dia takut akan saat ketika Mrs Weasley memintanya menceritakan kembali penglihatannya. Akan tetapi, dia baru mengambil piring-piring dari lemari ketika Mrs Weasley mengangkatnya dari tangannya dan menarik dia ke dalam pelukannya.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau bukan karena kamu, Harry," dia berkata dengan suara teredam. "Mereka mungkin tidak akan menemukan Arthur selama beberapa jam, dan saat itu pasti sudah terlambat, tapi berkat dirimu dia masih hidup
dan Dumbledore bisa memikirkan c
erita pengalih yang bagus tentang Arthur berada di tempat itu, kau tidak tahu masalah apa yang dapat diperolehnya kalau tidak begitu, lihat saja Sturgis yang malang ... "
Harry hampir tidak bisa menerima rasa terima kasihnya, tetapi untung saja dia segera melepaskan dirinya untuk berpaling kepada Sirius dan berterima kasih kepadanya karena menjaga anak-anaknya melewati malam itu. Sirius berkata dia sangat senang bisa membantu, dan berharap mereka semua akan tinggal dengannya selama Mr Weasley berada di rumah sakit.
"Oh, Sirius, aku sangat berterima kasih ... mereka mengira dia akan berada di sana selama beberapa waktu dan pastilah menyenangkan berada lebih dekat ... tentu saja, itu berarti kami akan berada di sini selama Natal."
"Semakin banyak semakin riang!" kata Sirius dengan ketulusan yang tampak jelas sehingga Mrs Weasley tersenyum kepadanya, mengenakan sebuah celemek dan mulai membantu membuat sarapan.
"Sirius," Harry bergumam, tidak dapat menahannya lebih lama lagi. "Boleh aku bicara sebentar" Er -- sekarang""
Dia berjalan ke dalam ruang penyimpanan yang gelap dan Sirius mengikuti. Tanpa pembukaan, Harry memberitahu ayah angkatnya setiap detil dari penglihatan yang dialaminya, termasuk fakta bahwa dia sendiri yang telah menjadi ular yang menyerang Mr Weasley.
Ketika dia berhenti sejenak untuk mengambil napas, Sirius berkata, "Apakah kamu memberitahukan Dumbledore hal ini""
"Ya," kata Harry tidak sabar, "tapi dia tidak memberitahuku apa artinya itu. Well, dia tidak memberitahuku apa-apa lagi."
"Aku yakin dia pasti akan memberitahumu kalau itu sesuatu yang perlu dikhawatirkan," kata Sirius dengan mantap.
"Tapi bukan itu saja," kata Harry, dengan suara yang hanya sedikit di atas bisikan. "Sirius, aku ... kukira aku akan jadi gila. Tadi di kantor Dumbledore, persis sebelum kami mengambil Portkey ... selama beberapa detik di sana aku berpikir aku seekor ular, aku merasa seperti seekor -- bekas lukaku sangat sakit ketika aku melihat kepada Dumbledore -- Sirius, aku ingin menyerangnya."
Dia hanya bisa melihat sepotong wajah Sirius; sisanya berada dalam kegelapan.
"Itu pasti lanjutan dari penglihatan tadi, itu saja," kata Sirius. "Kamu masih memikirkan mimpi atau apapun itu dan -- "
"Bukan itu," kata Harry sambil menggelengkan kepalanya, "rasanya seperti sesuatu bangkit dalam diriku, seperti ada seekor ular di dalam diriku."
"Kamu butuh tidur," kata Sirius dengan tegas. "Kamu akan sarapan pagi, lalu naik ke
atas ke tempat tidur, dan setelah makan siang kamu bisa pergi dan menjenguk Arthur dengan yang lain. Kamu sedang terguncang, Harry; kamu menyalahkan dirimu untuk sesuatu yang hanya kausaksikan, dan beruntunglah kau menyaksikannya atau Arthur mungkin sudah mati. Berhentilah khawatir."
Dia menepuk pundak Harry dan meninggalkan ruang penyimpanan, meninggalkan Harry berdiri sendiri dalam kegelapan.
* Semua orang kecuali Harry menghabiskan sisa pagi itu dengan tidur. Dia naik ke kamar tidur yang telah dipakai bersama olehnya dan Ron selama beberapa minggu dalam musim panas, tetapi sementara Ron merangkak ke tempat tidur dan tertidur dalam beberapa menit, Harry duduk berpakaian lengkap, membungkuk pada batang logam kepala tempat tidur yang dingin, dengan sengaja menjaga dirinya dalam keadaan tidak nyamam, bertekad untuk tidak tertidur, takut bahwa dia mungkin berubah menjadi ular lagi dalam tidurnya dan terbangun menemukan bahwa dia telah menyerang Ron, atau merayap di rumah itu mengejar salah satu dari yang lain ...
Ketika Ron terbangun, Harry berpura-pura telah menikmati tidur sejenak yang menyegarkan juga. Koper-koper mereka tiba dari Hogwarts ketika mereka sedang makan siang, sehingga mereka bisa berpakaian sebagai Muggle untuk perjalanan ke St Mungo. Semua orang kecuali Harry senang tidak karuan dan cerewet ketika mereka mengganti jubah mereka ke dalam celana jins dan baju kaus. Ketika Tonks dan Mad-Eye muncul untuk mengawal mereka menyeberangi London, mereka menyambut dengan riang gembira, sambil menertawakan topi bowler yang sedang dikenakan Mad-Eye pada sudut yang menyembunyikan mata sihirnya dan meyakinkan dia, deng
an sebenarnya, bahwa Tonks, yang rambutnya pendek dan berwarna merah muda menyala lagi, akan menarik lebih sedikit perhatian di Kereta Bawah Tanah.
Tonks sangat tertarik dengan penglihatan Harry mengenai penyerangan Mr Weasley, sesuatu yang Harry sama sekali tidak berminat membahas.
"Tidak ada darah Penglihat dalam keluargamu, "kan"" dia bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, ketika mereka duduk bersebelahan dalam kereta api yang sedang berderak menuju jantung kota.
"Tidak," kata Harry, memikirkan Profesor Trelawney dan merasa terhina.
"Tidak," kata Tonks sambil merenung, "tidak, kukira itu bukan ramalan yang sebenarnya yang kau lakukan itu, benar "kan" Maksudku, kau tidak melihat masa depan, kau melihat masa sekarang ... aneh, bukan" Walau berguna
Harry tidak menjawab; untung saja, mereka keluar di pemberhentian berikutnya, sebuah stasiun di pusat kota London, dan dalam kesibukan meninggalkan kereta api dia bisa membuat Fred dan George berada di antara dirinya dan Tonks, yang sedang memimpin jalan. Mereka semua mengikutinya menaiki eskalator, Moody sambil berdebam di belakang kelompok, topinya miring dengan sudut rendah dan satu tangan berbonggol tersangkut di antara kancing-kancing mantelnya, memegang tongkatnya. Harry mengira dia merasakan mata tersembunyi menatap lekat kepadanya. Berusaha
menghindari pertanyaan lagi mengenai mimpinya, dia bertanya kepada Mad-Eye di mana St Mungo tersembunyi.
"Tidak jauh dari sini," gerutu Moody ketika mereka melangkah keluar ke udara musim dingin di jalan lebar yang diapit toko-toko dan dipenuhi orang-orang yang belanja untuk Natal. Dia mendorong Harry sedikit ke depannya dan tertatih persis di belakang; Harry tahu matanya sedang bergulir ke segala arah di bawah topi miring itu. "Tidak mudah menemukan lokasi yang bagus untuk sebuah rumah sakit. Tidak ada tempat di Diagon Alley yang cukup besar dan kami tidak bisa mendirikannya di bawah tanah seperti Kementerian -- tidak sehat. Akhirnya mereka berhasil mendapatkan sebuah bangunan di sini. Secara teori, penyihir yang sakit bisa datang dan pergi dan cukup berbaur dengan kerumunan."
Dia meraih bahu Harry untuk mencegah mereka dipisahkan oleh serombongan pembelanja yang jelas hanya ingin masuk ke dalam sebuah toko di dekat situ yang penuh dengan peralatan listrik.
"Ini dia," kata Moody sejenak kemudian.
Mereka telah tiba di luar sebuah department store besar, kuno, merah bata yang dinamakan Purge & Dowse Ltd. Tempat itu memiliki hawa kumuh dan menyedihkan; pajangan di jendela terdiri atas bebrapa boneka retak dengan rambut palsu miring, berdiri sembarangan dan memperagakan mode yang sedikitnya sepuluh tahun ketinggalan zaman. Tanda-tanda besar pada pintu-pintu yang penuh debu bertuliskan: "Ditutup untuk Pembaruan". Harry jelas-jelas mendengar seorang wanita bertubuh besar dengan tas-tas belanja plastik berkata kepada temannya ketika mereka lewat, "Tidak pernah buka, tempat itu ... "
"Benar," kata Tonks sambil memberi isyarat kepada mereka ke sebuah jendela yang tidak memperlihatkan apa-apa kecuali sebuah boneka wanita yang sangat jelek. Bulu mata palsu boneka itu sudah hampir jatuh dan dia sedang memperagakan sebuah baju luar nilon berwarna hijau. "Semua siap""
Mereka mengangguk, berkumpul di dekatnya. Moody memmberi Harry dorongan lagi di antara tulang bahunya untuk mendesaknya maju dan Tonks bersandar dekat ke kaca, sambil melihat kepada boneka yang sangat jelek itu, napasnya menguap ke kaca. "Pakabar," katanya, "kami ke sini untuk menjenguk Arthur Weasley."
Harry berpikir betapa tidak masuk akalnya Tonks mengharapkan boneka itu mendengarnya berbicara begitu pelan melalui sehelai kaca, dengan bus-bus yang menderu lewat di belakangnya dan semua keributan jalan yang penuh pembelanja. Lalu dia mengingatkan dirinya bahwa lagipula boneka tidak bisa mendengar. Detik berikutnya, mulutnya terbuka karena terguncang ketika boneka itu memberi anggukan kecil dan memberi isyarat dengan jarinya, dan Tonks telah meraih Ginny dan Mrs Weasley di siku, melangkah tepat melalui kaca dan menghilang.
Fred, George dan Ron melangkah mengikuti mereka. Harry mel
ihat sekeliling ke kerumunan yang berdesak-desakan; tak seorangpun dari mereka terlihat melirik ke pajangan-pajangan jendela sejelek yang di Purge & Dowse Ltd; tidak juga mereka tampak memperhatikan bahwa enam orang baru saja melebur ke udara di depan
mereka. "Ayo," geram Moody, sambil memberi Harry tusukan lain di punggung, dan bersama mereka melangkah maju melalui apa yang terasa seperti sehelai air sejuk, muncul agak hangat dan kering di sisi lain.
Tidak ada tanda boneka jelek itu atau ruang tempat dia berdiri. Mereka berada di tempat yang mirip daerah penerimaan yang sesak di mana barisan penyihir wanita dan pria duduk di atas kursi-kursi kayu yang reyot, beberapa terlihat benar-benar normal dan sedang membaca dengan teliti salinan Witch Weekly yang sudah basi, yang lainnya memperlihatkan keanehan yang mengerikan seperti belalai gajah atau tangan tambahan yang melekat pada dada mereka. Ruangan itu hampir sama bisingnya dengan jalan di luar, karena banyak pasien yang membuat bunyi-bunyi sangat aneh: seorang penyihir wanita di tengah barisan depan, yang sedang mengipasi dirinya sendiri dengan bersemangat dengan sebuah salinan Daily Prophet, terus mengeluarkan siulan melengking tinggi selagi uap keluar dari mulutnya; seorang penyihir tua yang tampak kotor di sudut bergemerincing seperti lonceng setiap kali dia berpindah dan, dengan setiap gemerincing, kepalanya bergetar dengan mengerikan sehingga dia harus memegang dirinya sendiri di telinga untuk membuatnya tenang.
Para penyihir wanita dan pria dalam jubah hijau limau sedang berjalan ke depan dan belakang barisan, sambil menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan membuat catatan-catatan pada papan jepit seperti kepunyaan Umbridge. Harry memperhatikan lambang yang dibordir pada dada mereka: sebuah tongkat dan tulang yang disilangkan.
"Apakah mereka dokter"" dia bertanya kepada Ron dengan pelan.
"Dokter"" kata Ron, sambil terlihat terkejut. "Muggle gila yang memotong-motong orang" Bukan, mereka Penyembuh."
"Sebelah sini!" seru Mrs Weasley, melampaui gemerincing baru penyihir di sudut, dan mereka mengikutinya ke antrian di depan seorang penyihir wanita pirang agak gemuk yang duduk di meja bertanda Keterangan. Dinding di belakangnya ditutupi dengan maklumat dan poster yang berisikan hal-hal seperti: KUALI YANG BERSIH MENCEGAH RAMUAN BERUBAH MENJADI RACUN dan PENAWAR RACUN ADALAH RACUN KECUALI DISETUJUI OLEH PENYEMBUH BERSYARAT. Ada juga potret seorang penyihir wanita dengan rambut ikal kecil keperakan yang panjang yang diberi label:
Dilys Derwent Penyembuh St Mungo 1722-1741 Kepala Sekolah Sihir Hogwarts 1741-1768
Dilys sedang mengamati rombongan Weasley lekat-lekat seakan-akan sedang menghitung jumlah mereka; ketika Harry menatap matanya dia memberi kedipan kecil, berjalan ke samping keluar dari potretnya dan menghilang.
Sementara itu, di depan antrian, seorang penyihir pria muda sedang memperlihatkan tarian cepat di tempat dan mencoba, di antara pekikan kesakitan, untuk menjelaskan kesulitannya kepada penyihir wanita di belakang meja.
"Masalahnya ini -- aduh -- sepatu-sepatu yang diberikan saudara saya -- ow -mereka memakan -- ADUH -- kaki saya -- lihat, pasti ada sejenis -- AARGH -kutukan pada mereka dan aku tak dapat -- AAAAARGH -- melepaskan mereka." Dia melompat dari satu kaki ke yang lain seolah-olah sedang menari di atas bara panas.
"Sepatu-sepatu itu tidak mencegahmu membaca, benar "kan"" kata penyihir wanita pirang itu dengan jengkel menunjuk ke sebuah papan tanda besar di sebelah kiri mejanya. "Anda mau Cedera Akibat Mantera, lantai empat. Seperti yang terpampang di pedoman lantai. Berikutnya!"
Selagi penyihir pria itu terpincang-pincang dan berjingkrak ke samping, rombongan Weasley maju ke depan beberapa langkah dan Harry membaca pedoman lantainya:
KECELAKAAN ARTIFAK .................................................................................Lantai dasar
Ledakan kuali, tongkat menyerang balik, tabrakan sapu, dll.
CEDERA AKIBAT MAKHLUK ........................................................................Lantai satu
Gigitan, sengatan, luka bakar, tusukan duri,
dll. KUMAN SIHIR .....................................................................................................Lantai dua
Penyakit-penyakit menular, mis. cacar naga, sakit menghilang, scrofungulus, dll.
KERACUNAN RAMUAN DAN TANAMAN ...................................................Lantai tiga
Ruam-ruam, muntah, cekikikan tidak terkendali, dll.
CEDERA AKIBAT MANTERA .........................................................................Lantai empat
Kutukan tidak terangkat, guna-guna, penggunaan mantera yang tidak tepat, dsb.
RUANG TEH PENGUNJUNG / TOKO RUMAH SAKIT .............................Lantai lima
JIKA ANDA TIDAK YAKIN KE MANA ANDA HARUS PERGI, TIDAK MAMP
U BERBICARA NORMAL ATAU TIDAK
MAMPU MENGINGAT MENGAPA ANDA
BERADA DI SINI, PENYIHIR PENYAMBUT KAMI AKAN MEMBANTU DEN
GAN SENANG HATI. Seorang penyihir pria yang sangat tua dan bungkuk dengan sebuah terompet pendengar telah bergerak ke depan antrian sekarang. "Aku ke sini untuk menjenguk Broderick Bode!" dia berkata dengan bunyi mencicit.
"Bangsal empat puluh sembilan, tapi kutakut Anda membuang waktu Anda," kata penyihir wanita itu sambil menyuruh pergi. "Dia benar-benar kebingungan, Anda tahu -- masih mengira dirinya sebuah poci teh. Berikutnya!"
Seorang penyihir pria bertampang terganggu sedang memegang putri kecilnya dengan erat di bagian mata kaki sementara putrinya mengepak-ngepak di sekitar kepalanya menggunakan sayap berburu yang amat besar yang telah tumbuh dari balik bajunya.
"Lantai empat," kata penyihir wanita itu, dengan suara bosan, tanpa bertanya, dan lelaki itu menghilang ke pintu ganda di samping meja, sambil memegang putrinya seperti sebuah balon yang bentuknya aneh. "Berikutnya!"
Mrs Weasley maju ke meja.
"Halo," katanya, "suamiku, Arthur Weasley, seharusnya dipindahkan ke bangsal yang lain pagi ini, dapatkah Anda memberitahu kami --""
"Arthur Weasley"" kata penyihir wanita itu, sambil menggerakkan jarinya menuruni daftar panjang di hadapannya. "Ya, lantai satu, pintu kedua dari kanan, Bangsal Dai Llewellyn."
"Terima kasih," kata Mrs Weasley. "Ayo, kalian semua."
Mereka mengikutinya melalui pintu ganda dan menyusuri koridor sempit, yang dibarisi dengan lebih banyak lagi potret Penyembuh terkenal dan diterangi dengan gelembung-gelembung kristal yang penuh dengan lilin yang melayang di langit-langit, terlihat seperti bola sabun raksasa. Lebih banyak lagi penyihir wanita dan pria berjubah hijau limau berjalan keluar masuk pintu-pintu yang mereka lewati; gas kuning berbau busuk berhembus ke gang ketika mereka melewati salah satu pintu, dan beberapa waktu sekali mereka mendengar ratapan dari jauh. Mereka menaiki sejumlah anak tangga dan memasuki koridor Cedera Akibat Makhluk, di mana pintu kedua dari kanan bertuliskan: Bangsal Dai Llewellyn "Berbahaya": Gigitan Serius. Di bawahnya ada sebuah kartu dalam pegangan kuningan di mana tertulis dengan tulisan tangan: Penyembuh yang Memimpin: Hippocrates Smethwyck. Penyembuh Magang: Augustus Pye.
"Kami akan menunggu di luar, Molly," Tonks berkata. "Arthur tidak akan mau
terlalu banyak pengunjung seketika ... harusnya keluarga dulu."
Mad-Eye menggeramkan persetujuannya atas ide ini dan menyandarkan punggungnya terhadap dinding koridor, mata sihirnya berputar ke segala arah. Harry juga mundur, tetapi Mrs Weasley menjulurkan sebuah tangan dan mendorongnya melalui pintu, sambil berkata, "Jangan tolol, Harry, Arthur ingin berterima kasih kepadamu."
Bangsal itu kecil dan agak suram, karena satu-satunya jendela yang ada sempit dan terletak tinggi pada dinding yang menghadap pintu. Sebagian besar cahaya datang dari lebih banyak gelembung kristal bersinar yang mengelompok di bagian tengah langit-langit. Dinding-dindingnya diberi panel kayu ek dan ada sebuah potret seorang penyihir pria yang bertampang agak kejam di dinding, diberi judul: Urquhart Rackharrow, 1612-1697, Pencipta Kutukan Pengeluaran-Usus.
Hanya ada tiga pasien. Mr Weasley menempati tempat tidur di ujung bangsal di samping jendela kecil itu. Harry senang dan lega melihat bahwa dia duduk bersandar pada beberapa bantal dan sedang membaca Daily Pr
ophet dengan sinar matahari terpencil yang jatuh ke atas tempat tidurnya. Dia melihat ke atas ketika mereka berjalan menujunya dan, melihat siapa yang datangm tersenyum.
"Halo!" dia memanggil, sambil melempar Prophet ke samping. "Bill baru saja pergi, Molly, harus kembali bekerja, tapi dia bilang dia akan mampir ke tempatmu nanti."
"Bagaimana keadaanmu, Arthur"" tanya Mrs Weasley, sambil membungkuk untuk mencium pipinya dan memandang cemas ke wajahnya. "Kamu masih kelihatan sedikit pucat."
"Aku merasa sangat baik," kata Mr Weasley dengan cerah, sambil mengulurkan lengannya yang sehat untuk memberi Ginny pelukan. "Kalau saja mereka bisa melepaskan perban itu, aku akan sehat untuk pulang."
"Mengapa mereka tidak bisa melepaskannya, Dad"" tanya Fred.
"Well, aku mulai berdarah gila-gilaan setiap kali mereka mencobanya," kata Mr Weasley dengan ceria, sambil meraih tongkatnya, yang terletak di lemari samping tempat tidur, dan melambaikannya sehingga enam kursi tambahan muncul di sisi tempat tidurnya untuk diduduki mereka semua. "Kelihatannya ada sejenis racun yang tidak biasa pada taring ular itu yang membuat luka tetap membuka. Namun mereka yakin mereka akan menemukan penawarnya; mereka bilang mereka sudah pernah merawat kasus yang lebih parah dariku, dan sementara itu aku hanya perlu terus meminum Ramuan Penambah Darah setiap jam. Tapi orang di sana itu," katanya, sambil menurunkan suaranya dan mengangguk ke tempat tidur di seberang di mana berbaring seorang lelaki yang tampak hijau dan sakit dan sedang menatap langit-langit. "Digigit oleh manusia serigala, pria malang. Tidak ada obatnya sama sekali."
"Manusia serigala"" bisik Mrs Weasley tampak khawatir. "Apakah dia aman di bangsal umum" Tidakkah seharusnya dia di kamar pribadi""
"Masih dua minggu lagi baru bulan penuh," Mr Weasley mengingatkannya dengan
pelan. "Mereka telah berbincang-bincang dengannya pagi ini, para Penyembuh, kau tahu, mencoba meyakinkannya bahwa dia akan bisa menjalani hidup yang hampir normal. Kubilang padanya -- tanpa menyebut nama, tentu saja -- tapi aku bilang aku kenal seorang manusia serigala secara pribadi, lelaki yang sangat baik, yang merasa kondisinya muda diatasi."
"Apa katanya"" tanya George.
"Bilang dia akan memberiku gigitan lain kalau aku tidak menutup mulut," kata Mr Weasley dengan sedih. "Dan wanita di sana itu," dia menunjuk ke satu-satunya tempat tidur lain yang terisi, yang tepat di samping pintu, "tak mau memberitahu para Penyembuh apa yang menggigitnya, yang membuat kami semua mengira pastilah sesuatu yang ditanganinya secara ilegal. Apapun itu, dia mengambil sepotong besar daging dari kakinya, baunya sangat mengerikan waktu mereka membuka pembalutnya."
"Jadi, apakah Dad akan memberitahu kami apa yang terjadi"" tanya Fred sambil menarik kursinya lebih dekat ke tempat tidur.
"Well, bukankah kamu sudah tahu"" kata Mr Weasley dengan senyum berarti kepada Harry. "Sangat simpel -- aku melalui hari yang amat melelahkan, tertidur, ada yang menyelinap dan menggigitku."
"Apakah ada di Prophet, mengenai penyeranganmu"" tanya Fred sambil menunjuk surat kabar yang telah ditaruh Mr Weasley ke samping.
"Tidak, tentu saja tidak," kata Mr Weasley dengan senyum agak getir, "Kementerian tidak akan mau semua orang mengetahui ular besar kotor menyerang -- "
"Arthur!" Mrs Weasley memperingatkan dia.
"-- menyerang -- er -- aku," Mr Weasley berkata terburu-buru, walaupun Harry cukup yakin itu bukan yang ingin dikatakannya.
"Jadi di mana Dad sewaktu terjadinya"" tanya George.
"Itu urusanku," kata Mr Weasley, walau dengan senyum kecil. Dia merenggut Daily Prophet, menggoyangkannya membuka lagi dan berkata, "Aku baru saja membaca tentang penangkapan Willy Widdershins ketika kalian tiba. Kau tahu Willy berada di balik semua toilet muntah pada musim panas lalu" Salah satu kutukannya menyerang balik, toilet itu meledak dan mereka menemukannya berbaring tidak sadar dalam reruntuhan tertutupi dari kepala hingga kaki dalam -- "
"Ketika Dad berkata Dad sedang "bertugas"," Fred menyela dengan suara rendah, "apa yang sedang Dad lakukan""
"Kau dengar ayahmu," bisik Mr
s Weasley, "kita tidak akan membahas ini di sini! Teruskan tentang Willy Widdershins, Arthur."
"Well, jangan tanya padaku bagaiman, tetapi dia benar-benar lolos dari tuntutan
toilet itu," kata Mr Weasley dengan suram. "Aku hanya bisa menganggap emas berpindah tangan -- "
"Dad sedang menjaganya, bukan"" kata George dengan pelan. "Senjata itu" Benda yang dikejar Kau-Tahu-Siapa""
"George, diamlah!" sambar Mrs Weasley.
"Lagipula," kata Mr Weasley dengan suara terangkat, "kali ini Willy tertangkap menjual kenop pintu menggigit kepada Muggle dan aku tidak mengira dia akan bisa menggeliatkan diri keluar dari ini karena, menurut artikel ini, dua orang Muggle telah kehilangan jari dan sekarang sedang di St Mungo untuk penumbuhan tulang kembali dan modifikasi memori darurat. Pikirkan saja, Muggle di St Mungo! Aku ingin tahu di bangsal mana mereka""
Dan dia memandang dengan semangat ke sekitar seakan-akan berharap melihat papan penunjuk.
"Tidakkah kau bilang Kau-Tahu-Siapa punya ular, Harry"" tanya Fred, sambil melihat kepada ayahnya untuk mencari reaksi. "Yang besar" Kau melihatnya pada malam dia kembali, bukankah begitu""
"Sudah cukup," kata Mrs Weasley dengan marah. "Mad-Eye dan Tonks ada di luar, Arthur, mereka ingin datang dan menjengukmu. Dan kalian semua bisa menunggu di luar," dia menambahkan kepada anak-anaknya dan Harry. "Kalian bisa datang dan mengucapkan selamat tinggal setelah itu. Pergilah."
Mereka beramai-ramai kembali ke koridor. Mad-Eye dan Tonks masuk dan menutup pintu bangsal di belakang mereka. Fred mengangkat alisnya.
"Baik," dia berkata dengan dingin, sambil menggeledah kantongnya, "begitu saja. Tidak usah memberitahu kami apa-apa."
"Mencari ini"" kata George, sambil memegang apa yang tampak seperti benang kusut berwarna daging.
"Kau membaca pikiranku," kata Fred sambil menyeringai. "Mari lihat apakah St Mungo meletakkan Mantera Tidak Tertembus pada dinding bangsalnya, yuk""
Dia dan George menguraikan benang itu dan memisahkan lima Telinga Yang-Dapat-Diperpanjang dari satu sama lain. Fred dan George menyerahkannya ke sekeliling. Harry ragu-ragu untuk mengambil satu.
"Ayolah, Harry, ambillah! Kau telah menyelamatkan nyawa Dad. Kalau ada yang punya hak untuk mengupingnya, kaulah orangnya."
Menyeringai walaupun sudah mencoba menahannya, Harry mengambil ujung benang itu dan memasukkannya ke dalam telinganya seperti yang telah dilakukan si kembar.
"OK, maju!" Fred berbisik.
Benang-benang berwarna daging itu menggeliat seperti cacing kurus panjang dan merayap ke bawah pintu. Mulanya, Harry tidak bisa mendengar apa-apa, lalu dia terlompat ketika dia mendengar Tonks berbisik sejelas jika dia berdiri tepat di sampingnya.
mereka menggeledah seluruh daerah itu tetapi tidak bisa menemukan ular itu di manapun. Kelihatannya telah menghilang setelah menyerangmu, Arthur tapi Kau-Tahu-Siapa tidak mungkin berharap seekor ular bisa masuk, "kan""
"Kurasa dia mengirimnya sebagai pengintai," geram Moody, "karena tidak beruntung sejauh ini, benar "kan"" Tidak, kurasa dia sedang mencoba mendapat gambaran yang lebih jelas akan apa yang sedang dihadapinya dan kalau Arthur tidak berada di sana binatang itu mungkin punya lebih banyak waktu untuk melihat-lihat. Jadi, Potter bilang dia menyaksikan semuanya terjadi""
"Ya," kata Mrs Weasley. Dia terdengar agak gelisah. "Kau tahu, Dumbledore sepertinya hampir sudah menunggu-nunggu Harry melihat sesuatu seperti ini."
"Yeah, well," kata Moody, "ada sesuatu yang aneh mengenai bocah Potter ini, kita semua tahu itu."
"Dumbledore terlihat cemas mengenai Harry ketika aku berbicara dengannya pagi ini," bisik Mrs Weasley.
"Tentu saja dia cemas," geram Moody. "Anak itu melihat hal-hal dari dalam ular Kau-Tahu-Siapa. Jelas Potter tidak menyadari apa artinya itu, tapi kalau Kau-Tahu-Siapa merasukinya -- "
Harry menarik Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan keluar dari telinganya sendiri, jantungnya memukul-mukul amat cepat dan panas menjalar naik ke wajahnya. Dia melihat sekeliling kepada yang lain. Mereka semua sedang menatapnya, benang-benang itu masih menjulur dari telinga mereka, semua mendadak tampak keta
kutan. BAB DUA PULUH TIGA Natal di Bangsal Tertutup
Apakah ini sebabnya mengapa Dumbledore tidak mau lagi menatap mata Harry" Apakah dia menduga akan melihat Voldemort menatap dari matanya, takut, mungkin, bahwa warna hijau cemerlangnya mungkin berubah mendadak menjadi merah tua, dengan anak mata bercelah seperti kucing" Harry ingat bagaimana wajah Voldemort yang mirip ular pernah sekali keluar dari balik kepala Profesor Quirrel dan menarikan jari-jarinya ke balik kepalanya sendiri, bertanya-tanya seperti apa rasanya kalau Voldemort meledak keluar dari tengkoraknya.
Dia merasa kotor, terkontaminasi, seakan-akan dia sedang membawa kuman mematikan, tak berharga untuk duduk di Kereta Bawah Tanah kembali dari rumah sakit dengan orang-orang bersih, tak bersalah yang pikiran dan tubuhnya bebas dari noda Voldemort ... dia bukan hanya telah melihat ular itu, dia telah menjadi ular itu, dia tahu itu sekarang ...
Sebuah pikiran yang benar-benar mengerikan timbul pada dirinya pada saat itu, sebuah ingatan yang muncul ke permukaan pikirannya, yang membuat bagian dalam tubuhnya menggeliat seperti ular.
Apa yang sedang dia kejar, selain para pengikut"
Benda yang hanya bisa dia peroleh secara sembunyi-sembunyi ... seperti sebuah senjata. Sesuatu yang tidak dimilikinya dulu.
Akulah senjatanya, Harry berpikir, dan rasanya seolah-olah racun sedang mengalir melalui nadinya, membuatnya kedinginan, menyebabkannya berkeringat selagi dia berayun bersama kereta api melalui terowongan gelap. Akulah yang sedang Voldemort coba gunakan, itulah sebabnya mereka menempatkan pengawal di sekitarku ke manapun aku pergi, bukan untuk perlindunganku, untuk perlindungan orang-orang lain, hanya saja itu tidak bekerja, mereka tidak bisa membuat seseorang mengawasiku sepanjang waktu di Hogwarts ... Aku memang menyerang Mr Weasley tadi malam, itu aku. Voldemort membuatku melakukannya dan dia mungkin berada di dalam tubuhku, sedang mendengarkan pikiran-pikiranku saat ini -"Apakah kamu baik-baik saja, Harry, sayang"" bisik Mrs Weasley sambil mencondongkan badan melewati Ginny untuk berbicara kepadanya selagi kereta berderak melalui terowongan yang gelap. "Kamu tidak terlihat sehat. Apakah kamu merasa sakit""
Mereka semua sedang mengamatinya. Dia menggelengkan kepalanya dengan kasar dan menatap ke sebuah iklan asuransi rumah.
"Harry, sayang, apakah kamu yakin kamu baik-baik saja"" kata Mrs Weasley dengan suara kuatir, sementara mereka berjalan mengitari petak rumput tak terawat di tengah-tengah Grimmauld Place. "Kau tampak pucat sekali ... apakah kamu yakin kamu tidur pagi ini" Kamu naik ke atas ke ranjang sekarang juga dan kamu bisa tidur beberapa
jam sebelum makan malam, oke""
Dia mengangguk; di sini ada alasan siap-pakai untuk tidak berbicara dengan yang lain, yang persis apa yang diinginkannya, sehingga ketika dia membuka pintu depan dia langsung bergegas melewati tempat payung kaki troll, menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar tidurnya dan Ron.
Di sini, dia mulai berjalan bolak-balik, melewati kedua ranjang dan bingkai foto kosog Phineas Nigellus, otaknya sesak dan menggelegak dengan pertanyaan dan bahkan lebih penuh lagi akan gagasan-gagasan mengerikan.
Bagaimana dia menjadi seekor ular" Mungkin dia seoang Animagus ... tidak, dia tidak mungkin, dia pasti tahu ... mungkin Voldemort seorang Animagus ... ya, pikir Harry, itu akan cocok, dia akan berubah menjadi seekor ular tentu saja ... dan saat dia merasuki diriku, saat itu kami berdua berubah ... itu masih belum menjelaskan bagaimana aku sampai ke London dan kembali ke ranjangku dalam waktu sekitar lima menit ... tapi Voldemort hampir merupakan penyihir terkuat di dunia, selain Dumbledore, mungkin tidak masalah baginya sama sekali untuk memindahkan orang-orang seperti itu.
Dan kemudian, dengan tikaman rasa panik yang mengerikan, dia berpikir, tapi ini gila -- kalau Voldemort sedang merasukiku sekarang, aku sedang memberinya pandangan berharga ke dalam Markas Besar Order of Phoenix saat ini juga! Dia akan tahu siapa yang berada dalam Order dan di maan Sirius berada ... dan aku sudah mendengar banyak hal yan
g seharusnya tak kudengar, semua yang telah diberitahukan Sirius kepadaku pada malam pertama aku berada di sini ...
Hanya ada satu hal yang bisa dilakukan: dia akan harus langsung meninggalkan Grimmauld Place. Dia bisa menghabiskan Natal di Hogwarts tanpa yang lainnya, yang akan menjaga mereka tetap aman selama liburan setidaknya ... tapi tidak, itu tidak akan berhasil, masih ada banyak orang di Hogwarts untuk dibidik dan dilukai. Bagaimana kalau Seamus, Dean atau Neville kali berikutnya" Dia berhenti berjalan dan berdiri menatap bingkai kosong Phineas Nigellus. Suatu sensasi kelam timbul di dasar perutnya. Dia tidak punya alternatif: dia akan harus kembali ke Privet Drive, memisahkan dirinya sendiri sepenuhnya dari para penyihir lain.
Well, kalau dia harus melakukannya, pikirnya, tak ada gunanya berlama-lama. Mencoba sebisanya untuk tidak memikirkan bagaimana keluarga Dursley akan bereaksi ketika mereka menemukannya di ambang pintu mereka enam bulan lebih awal dari yang mereka harapkan, dia berjalan ke kopernya, membanting tutupnya dan menguncinya, lalu memandang sekilas ke sekelilingnya dengan otomatis untuk mencari Hedwig sebelum teringat bahwa dia masih di Hogwarts -- well, kandangnya akan menjadi satu hal yang tak perlu dibawa -- dia meraih salah satu ujung kopernya dan telah menyeretnya setengah jalan menuju pintu ketika sebuah suara menyindir berkata, "Melarikan diri, bukan begitu""
Dia memandang berkeliling. Phineas Nigellus telah muncul di kanvas potretnya dan sedang mencondongkan badan pada bingkainya, sambil mengamati Harry dengan ekspresi geli di wajahnya.
"Bukan melarikan diri, bukan," kata Harry singkat, sambil menyeret kopernya beberapa kaki lagi menyeberangi ruangan.
"Kukira," kata Phineas Nigellus sambil membelai janggut runcingnya, "bahwa untuk berada di Asrama Gryffindor kau seharusnya berani! Tampaknya bagiku seolah-olah kau akan lebih baik di asramaku. Kami para Slytherin berani, ya, tapi tidak bodoh. Misalnya, kalau diberi pilihan, kami akan selalu memilih menyelamatkan hidup kami sendiri."
"Bukan hidupku yang sedang kuselamatkan," kata Harry ringkas, sambil menyentak koper itu melalui sepotong karpet termakan ngengat yang tidak rata tepat di depan pintu.
"Oh, aku mengerti," kata Phineas Nigellus, masih membelai janggutnya, "ini bukan pelarian secara pengecut -- kau sedang bersikap mulia."
Harry mengabaikannya. Tangannya berada di kenop pintu ketika Phineas Nigellus berkata dengan malas, "Aku punya pesan untukmu dari Albus Dumbledore."
Harry berputar. "Apa itu""
""Tetaplah di tempatmu.""
"Aku belum bergerak!" kata Harry, tangannya masih di kenop pintu. "Jadi apa pesannya""
"Aku baru saja memberikannya kepadamu, tolol," kata Phineas Nigellus dengan lancar. "Dumbledore bilang, "Tetaplah di tempatmu.""
"Kenapa"" kata Harry dengan tidak sabar sambil menjatuhkan ujung kopernya. "Kenapa dia ingin aku tinggal" Apa lagi yang dikatakannya""


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak ada apapun," kata Phineas Nigellus, sambil mengangkat alis hitam tipis seolah-olah dia mendapati Harry kurang ajar.
Amarah Harry naik ke permukaan seperti seekor ular yang membumbung dari rumput panjang. Dia letih sekali, dia sangat bingung, dia telah mengalami teror, kelegaan, lalu teror lagi dalam dua belas jam terakhir ini, dan masih saja Dumbledore tidak mau berbicara kepadanya!
"Jadi begitu saja, bukan"" dia berkata keras-keras. ""Tetaplah di tempatmu"! Hanya itu jugalah yang bisa dikatakan semua orang kepadaku setelah aku diserang oleh Dementor-Dementor itu! Jangan ke mana-mana sementara para orang dewasa menyelesaikannya, Harry! Walaupun kami takkan repot-repot memberitahumu apa-apa, karena otakmu yang kecil mungkin takkan bisa mengatasinya!"
"Kau tahu," kata Phineas Nigellus, bahkan lebih keras daripada Harry, "inilah persisnya kenapa aku benci menjadi seorang guru! Para orang muda begitu yakin
bahwa mereka sepenuhnya benar tentang segala hal. Tidakkah pernah terpikir olehmu, anak manja sombong yang malang, bahwa mungkin ada alasan bagus kenapa Kepala Sekolah Hogwarts tidak mempercayakan setiap detil kecil dari rencana-rencananya kepadamu" Pernahkah kau berhe
nti sejenak, selagi merasa diperlakukan tidak adil, untuk memperhatikan bahwa mengikuti perintah-perintah Dumbledore belum pernah menuntunmu ke bahaya" Tidak. Tidak, seperti semua orang muda, kau sangat yakin bahwa kau seorang yang merasa dan berpikir, kau seorang yang mengenali bahaya, kau seorang satu-satunya yang cukup pintar untuk menyadari apa yang mungkin sedang direncanakan Pangeran Kegelapan -- "
"Kalau begitu, dia sedang merencanakan sesuatu yang berhubungan denganku"" kata Harry dengan cepat.
"Apa aku bilang begitu"" kata Phineas Nigellus, sambil memeriksa sarung tangan suteranya dengan malas-malasan. "Sekarang, kalau kau bisa memaafkanku, aku punya hal-hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada mendengarkan remaja mengeluh ... selamat siang untukmu."
Dan dia berjalan ke tepi bingkainya dan keluar dari pandangan.
"Baik, pergilah kalau begitu!" Harry berteriak kepada bingkai kosong itu. "Dan beritahu Dumbledore terima kasih tanpa alasan!"
Kanvas kosong itu tetap diam. Sambil mengomel, Harry menyeret kopernya kembali ke kaki ranjangnya, lalu melemparkan dirinya sendiri dengan muka duluan ke seprei termakan ngengat, matanya tertutup, tubuhnya berat dan sakit.
Dia merasa seolah-olah dia telah melakukan perjalanan selama bermil-mil ... tampaknya tidak mungkin bahwa kurang dari dua puluh empat jam yang lalu Cho Chang telah mendekatinya di bawah mistletoe ... dia begitu capek ... dia takut untuk tidur ... tapi dia tidak tahu berapa lama dia bisa melawannya ... Dumbledore telah menyuruhnya untuk tinggal ... itu pasti berarti dia boleh tidur ... tapi dia takut ... bagaimana kalau terjadi lagi"
Dia terbenam ke dalam bayang-bayang ...
Seakan-akan sebuah film dalam kepalanya telah menunggu dimulai. Dia sedang berjalan di sebuah koridor sepi menuju sebuah pintu hitam sederhana, melalui dinding-dinding batu yang kasar, obor-obor, dan sebuah ambang pintu terbuka menuju serangkaian anak-anak tangga yang mengarah ke bawah di sebelah kiri ...
Dia mencapai pintu hitam itu tetapi tidak bisa membukanya ... dia berdiri menatapnya, putus asa ingin masuk ... sesuatu yang diinginkannya dengan sepenuh hati ada di baliknya ... sesuatu yang berharga melampaui mimpi-mimpinya ... kalau saja bekas lukanya bisa berhenti menusuk-nusuk ... dengan begitu dia akan bisa berpikir lebih jernih ...
"Harry," kata suara Ron, dari tempat yang jauh, "Mum bilang makan malam sudah siap, tapi dia akan menyisakan sesuatu untukmu kalau kau mau tetap di tempat tidur."
Harry membuka matanya, tetapi Ron telah meninggalkan ruangan itu.
Dia tidak mau sendirian bersamaku, Harry berpikir. Tidak setelah dia mendengar apa yang telah dikatakan Moody.
Dia merasa tak seorangpun dari mereka akan mau dia di sana lagi, sekarang setelah mereka tahu apa yang ada dalam dirinya.
Dia tidak akan turun untuk makan malam,. dia tidak akan memaksakan kehadirannya pada mereka. Dia berpaling ke sisi yang lain dan, setelah beberapa saat, kembali tidur. Dia bangun lama kemudian, pagi-pagi sekali, isi tubuhnya sakit karena lapar dan Ron sedang mendengkur di ranjang sebelah. Sambil memicingkan mata ke sekitar kamar, dia melihat garis-garis tubuh Phineas Nigellus berdiri lagi di potretnya dan terpikir oleh Harry bahwa Dumbledore mungkin telah mengirim Phineas Nigellus untuk mengawasinya, kalau-kalau dia menyerang orang lain.
Perasaan tidak bersih itu semakin kuat. Dia setengah berharap dia tidak mematuhi Dumbledore ... kalau ini kehidupan yang akan dialaminya di Grimmauld Place dari sekarang, mungkin dia lebih baik di Privet Drive.
* Semua orang lain menghabiskan pagi berikutnya memasang hiasan Natal. Harry tidak bisa mengingat Sirius pernah berada dalam suasana hati yang demikian bagus; dia bahkan menyanyikan lagu-lagu Natal, tampaknya senang dia mendapat teman melewati Natal. Harry bisa mendengar suaranya menggema naik melalui lantai di ruang duduk yang dingin di mana dia sedang duduk sendirian, mengamati langit semakin putih di luar jendela, salju yang mengancam, sepanjang waktu merasakan kesenangan kejam bahwa dia sedang memberikan kesempatan kepada yang lainnya untuk terus membicarak
annya, yang pasti sedang mereka lakukan. Ketika dia mendengar Mrs Weasley memanggil namanya dengan lembut di tangga sekitar waktu makan siang, dia mundur ke atas lagi dan mengabaikannya.
Sekitar pukul enam malam bel pintu berbunyi dan Mrs Black mulai menjerit lagi. Mengasumsikan bahwa Mundungus atau beberapa anggota Order yang lain telah datang berkunjung, Harry hanya membuat dirinya lebih nyaman di dinding kamar Buckbeak tempat dia sedang bersembunyi, berusaha mengabaikan bagaimana laparnya dia selagi dia memberi makan Hippogriff itu dengan tikus-tikus mati. Membuatnya sedikit terguncang ketika seseorang menggedor-gedor pintu dengan keras beberapa menit kemudian.
"Aku tahu kau di dalam sana," kata suara Hermione. "Maukah kau keluar" Aku ingin berbicara kepadamu."
"Apa yang sedang kau lakukan di sini"" Harry bertanya kepadanya, sambil menarik pintu hingga terbuka sementara Buckbeak melanjutkan cakarannya pada lantai yang dilapis jerami untuk mencari potongan-potongan tikus yang mungkin telah dijatuhkannya. "Kukira kau sedang berski dengan ayah dan ibumu""
"Well, sejujurnya, ski bukan keahlianku," kata Hermione. "Jadi, aku datang ke sini
untuk Natalan." Ada salju di rambutnya dan wajahnya merah jambu karena kedinginan. "Tapi jangan beritahu Ron. Kubilang padanya ski sangat menyenangkan karena dia terus tertawa. Mum dan Dad sedikit kecewa, tapi kuberitahu mereka bahwa semua orang yang serius tentang ujian tinggal di Hogwarts untuk belajar. Mereka mau aku dapat nilai bagus, mereka akan mengerti. Ngomong-ngomong," dia berkata dengan cepat, "mari pergi ke kamar tidurmu, ibu Ron sudah menyalakan api di sana dan dia sudah mengirimkan roti isi."
Harry mengikutinya kembali ke lantai dua. Ketika dia memasuki kamar tidur itu, dia agak terkejut melihat Ron dan Ginny sedang menunggu mereka, sambil duduk di tempat tidur Ron.
"Aku datang naik Bus Ksatria," kata Hermione dengan ringan, sambil melepaskan jaketnya sebelum Harry bisa berbicara. "Dumbledore memberitahuku apa yang terjadi pagi-pagi sekali, tapi aku harus menunggu semester berakhir secara resmi sebelum berangkat. Umbridge sudah marah besar karena kalian semua menghilang tepat di bawah hidungnya, walaupun Dumbledore memberitahunya Mr Weasley ada di St Mungo dan dia sudah memberi kalian semua izin untuk menjenguk. Jadi
Dia duduk di samping Ginny, dan kedua gadis itu dan Ron semua memandang Harry.
"Bagaimana perasaanmu"" tanya Hermione. "Baik," kata Harry kaku.
"Oh, jangan bohong, Harry," dia berkata dengan tidak sabar. "Ron dan Ginny bilang kau sudah bersembunyi dari semua orang sejak kalian kembali dari St Mungo."
"Mereka bilang begitu, bukan"" kata Harry sambil melotot kepada Ron dan Ginny. Ron melihat ke bawah pada kakinya tetapi Ginny tampaknya tidak merasa malu.
"Well, kau memang begitu!" dia berkata. "Dan kau tak mau memandang satupun dari kami!"
"Kalian semua yang tak mau memandangku!" kata Harry dengan marah.
"Mungkin kalian bergantian memandang, dan terus tak melihat satu sama lain," saran Hermione, sudut mulutnya berkedut.
"Sangat lucu," sambar Harry sambil berpaling.
"Oh, berhenti merasa salah dimengerti," kata Hermione dengan tajam. "Lihat, yang lain sudah memberitahuku apa yang kalian dengar tadi malam pada Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan -- "
"Yeah"" geram Harry, tangannya berada dalam-dalam di kantongnya selagi dia mengamati salju yang sekarang turun dengan lebat di luar. "Semua sudah berbicara tentang aku, bukan begitu" Well, aku sudah terbiasa."
"Kami ingin berbicara denganmu, Harry," kata Ginny, "tapi karena kau sudah bersembunyi sejak kita kembali -- "
"Aku tak butuh siapapun berbicara kepadaku," kata Harry, yang merasa semakin terluka.
"Well, kau agak bodoh," kata Ginny dengan marah, "mengingat kau tak kenal siapapun kecuali aku yang pernah dirasuki oleh Kau-Tahu-Siapa, dan aku bisa memberitahumu bagaimana rasanya."
Harry terdiam sementara pengaruh kata-kata ini menghantamnya. Lalu dia berputar.
"Aku lupa," dia berkata.
"Beruntungnya kau," kata Ginny dengan dingin.
"Maafkan aku," Harry berkata, dan dia bersungguh-sungguh. "Jadi ... jadi, kalau begitu, apakah
menurutmu aku dirasuki""
"Well, bisakah kau ingat semua hal yang pernah kau lakukan"" Ginny bertanya. "Apakah ada periode-periode kosong di mana kau tidak tahu apa yang telah kau perbuat""
Harry memutar otaknya. "Tidak," dia berkata.
"Kalau begitu Kau-Tahu-Siapa tidak pernah merasukimu," kata Ginny dengan sederhana. "Waktu dia melakukannya padaku, aku tak bisa ingat apa yang telah kulakukan selama berjam-jam pada sekali waktu. Aku akan menemukan diriku sendiri di suatu tempat dan tidak tahu bagaimana aku sampai di sana."
Harry hampir tidak berani mempercayainya, namun walau begitu hatinya semakin ringan.
"Akan tetapi, mimpi yang kudapatkan tentang ayahmu dan ular itu -- "
"Harry, kau sudah pernah mendapatkan mimpi-mimpi ini sebelumnya," Hermione berkata. "Kau mendapatkan kilasan-kilasan tentang apa yang sedang diperbuat Voldemort tahun lalu."
"Itu berbeda," kata Harry sambil menggelengkan kepalanya. "Aku ada di dalam ular itu. Sepertinya akulah ular itu ... bagaimana kalau Voldemort dengan suatu cara memindahkanku ke London --""
"Suatu hari," kata Hermione, terdengar benar-benar putus asa, "kau akan membaca Sejarah Hogwarts, dan mungkin itu akan mengingatkanmu bahwa kau tak bisa ber-Apparate atau ber-Disapparate di dalam Hogwarts. Bahkan Voldemort tidak bisa membuat kau terbang begitu saja keluar dari kamar asramamu, Harry."
"Kau tidak meninggalkan tempat tidurmu, sobat," kata Ron. "Aku melihatmu tidak tenang dalam tidurmu selama setidaknya satu menit sebelum kami bisa membangunkanmu."
Harry mulai berjalan bolak-balik di kamar itu lagi, sambil berpikir. Apa yang mereka semua katakan bukan hanya menenangkan, itu masuk akal ... tanpa benar-benar berpikir, dia mengambil sebuah roti isi dari piring di atas tempat tidur dan menjejalkannya dengan lapar ke dalam mulutnya.
Ternyata aku bukan senjatanya, pikir Harry. Hatinya menggembung dengan kebahagiaan dan kelegaan, dan dia merasa ingin ikut serta ketika mereka mendengar Sirius berderap melewati pintu mereka menuju kamar Buckbeak, sambil menyanyikan "Tuhan Selamatkan Engkau, Hippogriff Gembira" sekeras-kerasnya.
* Bagaimana mungkin dia bermimpi kembali ke Privet Drive untuk Natalan" Kegembiraan Sirius mendapati rumahnya penuh lagi, dan terutama mendapatkan Harry kembali, menjalar. Dia tidak lagi tuan rumah cemberut di musim panas, sekarang dia tampak bertekad bahwa semua orang harus bersenang-senang sebesar, kalau tidak lebih lebih dari yang akan mereka alami di Hogwarts, dan dia bekerja tanpa lelah di hari-hari menjelang Hari Natal, membersihkan dan mendekorasi dengan bantuan mereka, sehingga pada saat mereka semua pergi tidur pada Malam Natal rumah itu hampir tidak bisa dikenali. Tempat-tempat lilin ternoda tak lagi bergantung dengan sarang laba-laba melainkan dengan kalung tanaman holly dan pita-pita emas dan perak; salju sihir berkilauan bertumpuk-tumpuk di atas karpet-karpet tipis; sebuah pohon Natal besar, yang didapat oleh Mundungus dan dihiasi dengan peri-peri hidup, menghalangi pohon keluarga Sirius dari pandangan, dan bahkan kepala-kepala peri yang disumpal di aula mengenakan topi dan janggut Bapa Natal.
Harry terbangun di pagi Natal untuk menemukan setumpuk hadiah di kaki tempat tidurnya dan Ron sudah setengah jalan membuka miliknya sendiri, tumpukan yang lumayan besar.
"Tangkapan yang bagus tahun ini," dia memberitahu Harry melalui tumpukan kertas. "Trims atas Kompas Sapunya, bagus sekali; mengalahkan Hermione -- dia memberiku sebuah perencana peer -- "
Harry memilah-milah hadiahnya dan menemukan sebuah dengan tulisan tangan Hermione di atasnya. Dia juga telah memberinya sebuah buku yang menyerupai diari kecuali bahwa setiap kali dia membuka sebuah halaman buku itu berkata keras-keras hal-hal seperti: "Kerjakan hari ini atau kau akan bayar di kemudian waktu!"
Sirius dan Lupin memberi Harry satu set buku bagus berjudul Sihir Pertahanan Praktis dan Kegunaannya Melawan Ilmu Hitam, yang memiliki ilustrasi berwarna yang hebat dan bergerak-gerak mengenai semua kontra-kutukan dan guna-guna yang digambarkannya. Harry membalik-balik volume pertama dengan bersemangat; dia b
isa melihat buku itu akan sangat berguna bagi rencana-rencananya untuk DA. Hagrid telah mengirimkan sebuah dompet coklat berbulu yang memiliki taring, yang kiranya
seharusnya merupakan alat anti pencurian, tetapi sayangnya mencegah Harry menempatkan uang ke dalamnya tanpa mengakibatkan jari-jarinya terkoyak. Hadiah Tonks adalah sebuah model Firebolt kecil yang bisa bekerja, yang Harry amati terbang mengitari kamar, sambil berharap dia masih memiliki versi ukuran penuhnya; Ron memberinya sebuah kotak besar Kacang Segala Rasa, Mr dan Mrs Weasley sweater rajutan tangan yang biasa dan beberapa pai daging, dan Dobby sebuah lukisan yang sangat mengerikan yang Harry duga telah dilukis peri itu sendiri. Dia baru saja membaliknya untuk melihat apakah terlihat lebih baik dengan cara itu ketika, dengan suara lecutan keras, Fred dan George ber-Apparate di kaki ranjangnya.
"Selamat Natal," kata George. "Jangan turun ke bawah dulu."
"Kenapa tidak"" kata Ron.
"Mum sedang menangis lagi," kata Fred dengan berat. "Percy mengirimkan kembali sweater Natalnya."
"Tanpa pesan," tambah George. "Belum bertanya bagaimana keadaan Dad atau menjenguknya atau apapun."
"Kami coba menghiburnya," kata Fred sambil berpindah mengitari tempat tidur untuk memandangi potret Harry. "Bilang padanya Percy bukan apa-apa selain setumpuk besar kotoran tikus."
"tak berhasil," kata George sambil makan sebuah Cokelat Kodok. "Jadi Lupin ambil alih. Kurasa, sebaiknya biarkan dia menghiburnya sebelum kita turun untuk sarapan."
"Ngomong-ngomong, seharusnya itu apa"" tanya Fred sambil memicingkan mata pada lukisan Dobby. "Tampaknya seperti seekor siamang dengan dua mata hitam."
"Itu Harry!" kata George sambil menunjuk ke bagian belakang gambar itu, "katanya begitu di belakang!"
"Mirip sekali," kata Fred sambil menyeringai. Harry melemparkan diari peernya yang baru kepadanya; benda itu mengenai dinding di seberang dan jatuh ke lantai di mana dia berkata dengan gembira: "Kalau kau sudah membubuhkan titik pada "i" dan garis pada "t" maka kau boleh melakukan apapun yang kau suka!"
Mereka bangkit dan berpakaian. Mereka bisa mendengar berbagai penghuni rumah saling berseru "Selamat Natal" kepada satu sama lain. Di perjalanan ke bawah mereka bertemu Hermione.
"Trims atas bukunya, Harry," dia berkata dengan gembira. "Aku sudah menginginkan Teori Baru Numerologi itu lama sekali! Dan parfumnya benar-benar tidak biasa, Ron."
"Tak masalah," kata Ron. "Ngomong-ngomong, untuk siapa itu"" dia menambahkan sambil mengangguk pada hadiah yang terbungkus rapi yang sedang dibawa Hermione.
"Kreacher," kata Hermione dengan ceria.
"Sebaiknya bukan pakaian!" Ron memperingatkannya. "Kau tahu apa yang dikatakan Sirius: Kreacher tahu terlalu banyak, kita tidak bisa membebaskannya!"
"Bukan pakaian," kata Hermione, "walaupun kalau aku bisa aku tentu akan memberinya sesuatu untuk dipakai selain kain rombengan kotor itu. Bukan, ini selimut perca, kukira akan mencerahkan kamar tidurnya."
"Kamar tidur apa"" kata Harry sambil menurunkan suaranya menjadi bisikan selagi mereka melewati potret ibu Sirius.
"Well, Sirius bilang tak begitu mirip kamar tidur , lebih seperti sarang," kata Hermione. "Tampaknya dia tidur di bawah ketel uap di dalam lemari itu di dapur."
Mrs Weasley adalah satu-satunya orang yang berada di ruang bawah tanah ketika mereka tiba di sana. Dia sedang berdiri di depan kompor dan terdengar seolah-olah dia sedang flu berat ketika dia menyalami mereka "Selamat Natal", dan mereka semua mengalihkan mata mereka.
"Jadi, ini kamar tidur Kreacher"" kata Ron sambil berjalan ke sebuah pintu kumal di sudut seberang lemari penyimpanan. Harry belum pernah melihatnya dibuka.
"Ya," kata Hermione, sekarang terdengar sedikit gugup. "Er ... kukira kita sebaiknya mengetuk."
Ron mengetuk pintu itu dengan buku-buku jarinya tetapi tidak ada jawaban.
"Dia pasti sedang menyelinap di atas," dia berkata, dan tanpa ribut-ribut lagi menarik pintu hingga terbuka. "Urgh!"
Harry mengintip ke dalam. Sebagian besar dari lemari itu terambil oleh sebuah ketel uap yang sangat besar dan kuno, tetapi di ruang di bawah pipa-pipa
Kreacher telah membuat sesuatu yang tampak seperti sarang bagi dirinya sendiri. Campuran berbagai kain rombengan dan selimut tua yang bau ditumpuk di lantai dan lekuk kecil di tengahnya memperlihatkan tempat Kreacher bergelung untuk tidur setiap malam. Di sana-sini di antara benda-benda ada remah-remah roti basi dan potongan-potongan keju berjamur. Di sudut jauh berkilau benda-benda kecil dan koin-koin yang Harry tebak telah diselamatkan Kreacher, seperti burung pencuri, dari pembersihan rumah oleh Sirius, dan dia juga berhasil mengambil foto keluarga berbingkai perak yang telah dibuang Sirius pada musim panas. Kaca mereka mungkin pecah, tapi orang-orang kecil hitam putih di dalamnya memandangnya dengan angkuh, termasuk -- dia merasakan entakan kecil di perutnya -- wanita berkelopak mata tebal yang berkulit gelap yang pengadilannya telah dia saksikan dalam Pensieve Dumbledore: Bellatrix Lestrange. Tampaknya, fotonya adalah kesukaan Kreacher; dia telah menempatkannya di depan semua yang lain dan telah memperbaiki kacanya dengan canggung menggunakan Spellotape.
"Kukira aku hanya akan meninggalkan hadiahnya di sini," kata Hermione, sambil meletakkan paket itu dengan rapi di tengah turunan di kain-kain dan selimut
rombengan itu dan menutup pintu pelan-pelan. "Dia akan menemukannya nanti, itu bagus."
"Kalau dipikir-pikir," kata Sirius, sambil muncul dari lemari penyimpanan sambil membawa seekor kalkun besar selagi mereka menutup pintu lemari itu, "apa sebenarnya ada yang melihat Kreacher akhir-akhir ini""
"Aku belum melihatnya sejak malam kami kembali ke sini," kata Harry. "Kau sedang menyuruhnya keluar dari dapur."
"Yeah kata Sirius sambil merengut. "Kau tahu, kukira itu terakhir kalinya aku melihatnya juga ... dia pasti sedang bersembunyi di atas di suatu tempat."
"Dia tidak mungkin pergi, bukan"" kata Harry. "Maksudku, waktu kau bilang "keluar", mungkin dia berpikir maksudmu keluar dari rumah""
"Tidak, tidak, peri-rumah tidak bisa pergi kecuali mereka diberi pakaian. Mereka terikat pada rumah keluarga," kata Sirius.
"Mereka bisa meninggalkan rumah kalau mereka benar-benar mau," Harry membantahnya. "Dobby melakukannya, dia meninggalkan rumah keluarga Malfoy untuk memberiku peringatan dua tahun yang lalu. Dia harus menghukum dirinya sendiri setelahnya, tapi tetap saja dia berhasil."
Sirius tampak sedikit bingung sejenak, lalu berkata, "Aku akan mencarinya nanti, kuduga aku akan menemukannya di atas sedang menangisi kesalahan ibuku atau sesuatu. Tentu saja, dia mungki telah merangkak ke dalam lemari pengering dan mati ... tapi aku tidak boleh mengharap tinggi-tinggi."
Fred, George dan Ron tertawa; namun Hermione tampak mencela.
Setelah mereka makan siang Natal, keluarga Weasley, Harry dan Hermione merencanakan untuk menjenguk Mr Weasley lagi, ditemani oleh Mad-Eye dan Lupin. Mundungus muncul tepat waktu untuk puding Natal, setelah berhasil "meminjam" sebuah mobil untuk kesempatanitu, karena Kereta Bawah Tanah tidak jalan pada Hari Natal. Maobil itu, yang Harry ragu telah diambil seizin pemiliknya, telah diperbesar dengan mantera seperti dulu Ford Anglia lama keluarga Weasley. Walaupun besarnya di bagian luar normal, sepuluh orang beserta Mundungus yang menyetir bisa masuk ke dalamnya dengan nyaman. Mrs Weasley bimbang sebelum masuk ke dalam --Harry tahu ketidaksetujuannya pada Mundungus bertarung dengan ketidaksukaannya untuk bepergian tanpa sihir -- tapi, akhirnya, udara dinign di luar dan permohonan anak-anaknya menang, dan dia masuk ke tempat duduk belakang di antara Fred dan Bill dengan anggun.
Perjalanan ke St Mungo sangat cepat karena sangat sedikit lalu lintas di jalan-jalan. Aliran kecil para penyihir wanita dan pria sedang berjalan pelan-pelan di jalan yang selain itu sepi untuk mengunjungi rumah sakit. Harry dan yang lainnya keluar dari mobil, dan Mundungus menyetir mengitari sudut untuk menunggu mereka. Mereka berjalan dengan biasa menuju jendela tempat boneka berbaju nilon hijau itu berdiri, lalu, satu per satu, melangkah melalui kaca.
Area penerimaan tampak bersuasana pesta menyenangkan: bola-bola kristal yang m
enerangi St Mungo telah diberi warna merah dan emas sehingga menjadi bola hiasa Natal raksasa berkilauan; daun-daun holly bergantungan di setiap ambang pintul dan pohon-pohon Natal putih bersinar tertutup tetes air beku dan salju sihir berkilauan di setiap sudut, masing-masing diberi bintang emas berkilat di puncaknya. Tempat itu tidak begitu padat seperti kali terakhir mereka di sana, walaupun setengah jalan menyusuri ruangan itu Harry menemukan dirinya terdorong ke samping oleh seorang penyihir wanita dengan jeruk tersumbat di lubang hidungnya.
"Percekcokan keluarga, eh"" penyihir wanita di belakang meja tersenyum menyeringai. "Kau yang ketiga yang kutemui hari ini ... Kerusakan Akibat Mantera, lantai keempat."
Mereka menemukan Mr Weasley bersandar di tempat tidurnya dengan sisa-sisa makan malam kalkunnya di sebuah nampan di pangkuannya dan ekspresi yang agak malu-malu di wajahnya.
"Semuanya baik-baik saja, Arthur"" tanya Mrs Weasley, setelah mereka semua memberi salam pada Mr Weasley dan menyerahkan hadiah-hadiah mereka.
"Bai, baik," kata Mr Weasley, sedikit terlalu bersungguh-sungguh. "Kalian -- er -belum bertemu Penyembuh Smethwyck, bukan""
"Belum," kata Mrs Weasley dengan curiga, "Kenapa""
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," kata Mr Weasley dengan ringan, sambil mulai membuka bungkusan tumpukan hadiahnya. "Well, semua orang senang" Apa yang kalian semua dapatkan untuk Natal" Oh, Harry -- ini benar-benar menakjubkan!" Karena dia baru saja membuka hadiah Harry berupa kawat sekering dan obeng.
Mrs Weasley tidak tampak benar-benar puas dengan jawaban Mr Weasley. Selagi suaminya mencondongkan badan untuk menjabat tangan Harry, dia mengintip perban di bawah baju tidurnya.
"Arthur,"dia berkata, dengan nada tajam dalam suaranya seperti perangkap tikus, "perbanmu sudah diganti. Kenapa kau ganti perbanmu sehari lebih awal, Arthur" Mereka bilang padaku tidak perlu diganti sampai besok."
"Apa"" kata Mr Weasley, tampak agak takut dan menarik selimut lebih tinggi ke dadanya. "Tidak, tidak -- bukan apa-apa -- "
Dia terlihat mengerut di bawah tatapan menusuk Mrs Weasley.
"Well, jangan jadi kacau sekarang, Molly, tapi Augustus Pye punya gagasan ... dia Penyembuh Magang, kau tahu, anak muda menyenangkan dan sangat tertarik dalam ... um ... obat-obat pelengkap ... maksudku, beberapa dari pengobatan Muggle tua ini ... well, disebut jahitan, Molly, dan berhasil sangat baik pada -- pada luka-luka Muggle -- "
Mrs Weasley mengeluarkan suara tidak menyenangkan antara jeritan dan geraman. Lupin berjalan pergi dari ranjang dan ke arah manusia serigala itu, yang tidak mendapat pengunjung dan sedang memandang agak prihatin ke kerumunan di sekitar Mr Weasley; Bill menggumamkan sesuatu tentang minum secangkir the dan Fred dan George melompat bangkit untuk menemaninya, sambil menyeringai.
"Apakah kau bermaksud memberitahuku," kata Mrs Weasley, suaranya semakin keras dengan setiap kata dan tampaknya tidak sadar bahwa pengunjung yang bersamanya sedang giat mencari perlindungan, "bahwa kau telah bermain-main dengan pengobatan Muggle""
"Bukan bermain-main, Molly, sayang," kata Mr Weasley memohon, "hanya -- hanya sesuatu yang Pye dan aku kira akan kami coba -- cuma, sayangnya -- well, dengan jenis luka seperti ini -- tampaknya tidak berhasil sebaik yang kami harapkan -- "
"Artinya""
"Well... well, aku tak tahu apakah kau tahu apa -- apa itu jahitan""
"Kedengarannya seolah-olah kau mencoba menjahit kulitnya kembali," kata Mrs Weasley dengan dengus tawa tidak senang, "tapi bahkan kau, Arthur, tidak akan sebodoh itu-- "
"Aku juga ingin secangkir the," kata Harry sambil melompat bangkit.
Hermione, Ron dan Ginny hampir berlari kecil ke pintu bersamanya. Selagi pintu itu berayun menutup di belakang mereka, mereka mendengar Mrs Weasley menjerit, "APA MAKSUDMU, ITU GAGASAN UMUMNYA""
"Ciri khas Dad," kata Ginny sambil menggelengkan kepalanya selagi mereka berjalan di koridor. "Jahitan ... kutanya kalian
"Well, kau tahu, jahitan berhasil pada luka-luka non-sihir," kata Hermione dengan adil. "Kurasa sesuatu dalam bisa ular itu melarutkannya atau sesuatu. Aku ingin t
ahu di mana ruang minum the""
"Lantai kelima," kata Harry teringat pada papan penunjuk di atas meja penyihir penyambut.
Mereka berjalan menyusuri koridor, melalui serangkaian pintu ganda dan menemukan tangga reyot yang dihiasi dengan lebih banyak lagi potret para Penyembuh yang tampak kejam. Selagi mereka menaikinya, berbagai Penyembuh itu memanggil mereka, mendiagnosakan keluhan-keluhan aneh dan menyarankan obat-obat mengerikan. Ron benar-benar terhina ketika seorang penyihir pria abad pertengahan berseru bahwa dia jelas-jelas terkena spattergroit yang parah.
"Dan apa itu"" dia bertanya dengan marah, sementara si Penyembuh mengejarnya melalui enam potret lagi, sambil mendorong pada penghuninya menyingkir.
"Itu adalah penyakit kulit yang paling menyedihkan, tuan muda, yang akan
menyebabkan Anda bermuka bopen dan bahkan lebih mengerikan daripada sekarang "Perhatikan siapa yang kau sebut mengerikan!" kata Ron, telinganya memerah.
"--satu-satunya penyembuhnya adalah dengan mengambil hati katak, mengikatnya erat-erat di tenggorokanmu, berdiri telanjang saat bulan penuh di dalam satu tong mata belut -- "
"Aku tidak kena spattergroit!"
"Tapi noda-noda tak sedap dipandang di wajah Anda, tuan muda -- "
"Itu bintik-bintik!" kata Ron marah besar. "Sekarang kembali ke gambarmu dan tinggalkan aku sendiri!"
Dia berpaling kepada yang lainnya, yang semuanya sedang bertekad memasang muka biasa.
"Lantai berapa ini""
"Kukira yang kelima," kata Hermione.
"Bukan, yang keempat," kata Harry, "satu lagi -- "
Tetapi selagi dia mendarat ke puncak tangga dia berhenti mendadak, sambil menatap ke jendela kecil yang terdapat pada pintu ganda yang menandakan awal
sebuah koridor yang diberi tanda CEDERA AKIBAT MANTERA. Seorang lelaki
sedang mengintip kepada mereka semua dengan hidungnya tertekan pada kaca. Dia memiliki rambut pirang bergelombang, mata biru cerah dan sebuah senyum lebar yang hampa yang memperlihatkan gigi-gigi putih menyilaukan.
"Astaga!" kata Ron, juga menatap lelaki itu.
"Oh, Tuhan," kata Hermione tiba-tiba, terdengar terengah-engah. "Profesor Lockhart!"
Bekas guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka mendorong pintu-pintu itu hingga terbuka dan bergerak ke arah mereka, mengenakan sebuah jubah longgar panjang berwarna lila.
"Well, halo yang di sana!" dia berkata. "Kurasa kalian akan mau tanda tanganku,
bukan"" "Belum banyak berubah, bukan"" Harry bergumam kepada Ginny, yang menyeringai.
"Er -- bagaimana keadaan Anda, Profesor"" kata Ron, terdengar sedikit bersalah. Tongkat Ron yang rusaklah yang telah mencederai ingatan Profesor Lockhart dengan begitu parahnya sehingga dia sampai ke St Mungo, walaupun karena Lockhart telah
berusaha untuk menghapus ingatan Harry dan Ron secara permanen pada saat itu, rasa simpati Harry terbatas.
"Aku sangat sehat, terima kasih!" kata Lockhart dengan gembira, sambil menarik sebuah pena bulu merak yang agak kumal dari kantongnya. "Sekarang, berapa banyak tanda tangan yang kalian inginkan" Aku bisa menulis huruf kursif sekarang, kalian
tahu!" "Er -- kami tak mau apapun saat ini, trims," kata Ron sambil mengangkat alisnya kepada Harry, yang bertanya, "Profesor, apakah Anda boleh berkeliaran di koridor" Bukankah seharusnya Anda berada di dalam sebuah bangsal""
Senyum memudar lambat-lambat dari wajah Lockhart. Selama beberapa saat dia memandang Harry lekat-lekat, lalu dia berkata, "Bukankah kita pernah bertemu""
"Er ... yeah, memang," kata Harry. "Anda dulu mengajar kami di Hogwarts, ingat""
"Mengajar"" ulang Lockhart, terlihat agak tidak tenang. "Aku" Benarkah""
Dan kemudian senyum itu muncul kembali ke wajahnya begitu mendadaknya sehingga agak menakutkan.
"Mengajari kalian semua yang kalian tahu, kurasa begitu" Well, kalau begitu, bagaimana dengan tanda tangan itu" Haruskah kita bilang sekitar selusin, dengan begitu kalian bisa memberikannya kepada semua teman kecil kalian dan tak seorangpun akan ketinggalan!"
Tetapi saat itu sebuah kepala terulur dari sebuah pintu di ujung jauh dari koridor itu dan sebuah suara berkata, "Gilderoy, kau anak nakal, ke mana kau pergi""
Seorang Penyembuh yang tampak keibu
an yang mengenakan sebuah rangkaian bunga dari kertas perak di rambutnya datang bergegas menyusuri koridor, sambil tersenyum hangat kepada Harry dan yang lainnya.
"Oh, Gilderoy, kau punya pengunjung! Betapa bagusnya, dan di Hari Natal juga! Tahukah kalian, dia tak pernah mendapat mengunjung, anak malang, dan aku tak bisa mengira kenapa, dia begitu manis, bukan""
"Kami sedang melakukan tanda tangan!" Gilderoy memberitahu Penyembuh itu dengan senyum berkilau lagi. "Mereka mau banyak, tidak mau terima penolakan! Aku hanya berharap kami punya cukup foto!"
"Dengarkan dia," kata si Penyembuh sambil memegang lengan Lockhart dan tersenyum sayang kepadanya seolah-olah dia anak berusia dua tahun yang terlalu cepat dewasa. "Dia agak terkenal beberapa tahun yang lalu; kami sangat berharap bahwa kegemarannya memberi tanda tangan adalah suatu tanda bahwa ingatannya mungkin mulai kembali. Maukah kalian melangkah ke sini" Dia ada dalam bangsal tertutup, kalian tahu, dia pasti telah meyelinap keluar sewaktu aku membawa masuk hadiah-hadiah Natal, pintu biasanya dikunci ... bukannya dia berbahaya! Tapi," dia menurunkan suaranya menjadi bisikan, "dia agak berbahaya bagi dirinya sendiri,
berkati dia ... tak tahu siapa dia, kalian paham, berkeliaran dan tak ingat bagaimana kembali ... baik sekalil kalian datang untuk menemuinya."
"Er," kata Ron sambil memberi isyarat tanpa guna pada lantai di atas, "sebenarnya, kami Cuma -- er --"
Tetapi si Penyembuh sedang tersenyum penuh pengharapan kepada mereka, dan gumaman lemah Ron "akan minum secangkir teh" menghilang. Mereka saling berpandangan tak berdaya lalu mengikuti Lockhart dan Penyembuhnya menyusuri koridor.
"Kita jangan tinggal lama-lama," Ron berkata pelan.
Penyembuh itu menunjukkan tongkatnya pada pintu Bangsal Janus Thickey dan bergumam, "Alohomora." Pintu berayun terbuka dan dia memimpin jalan ke dalam, sambil memegang lengan Gilderoy dengan mantap sampai dia menempatkannya ke sebuah kursi berlengan di samping tempat tidurnya.
"Ini bangsal penghuni jangka panjang kami," dia memberitahu Harry, Ron, Hermione dan Ginny dengan suara rendah. "Untuk kerusakan akibat mantera yang permanen, kalian tahu. Tentu saja, dengan jimat dan guna-guna dan ramuan-ramuan penyembuh yang intensif serta sedikit keberuntungan, kami bisa menghasilkan sedikit perbaikan. Gilderoy tampaknya mulai kembali pada dirinya sendiri; dan kami telah melihat perbaikan nyata pada Mr Bode, dia tampaknya mulai mendapatkan kemampuan berbicafra dengan sangat baik, walaupun dia belum berbicara dengan bahasa yang kami kenali. Well, aku harus menyelesaikan pembagian hadiah-hadiah Natal, aku akan meninggalkan kalian semua untuk berbincang-bincang."
Harry memandang berkeliling. Bangsal itu memiliki tanda-tanda tak salah lagi merupakan rumah permanen bagi para penghuninya. Mereka memiliki lebih banyak barang-barang pribadi di sekitar tempat tidur mereka daripada di bangsal Mr Weasley; dinding-dinding di sekitar ujung tempat tidur Gilderoy, contohnya, dilapisi dengan gambar-gambar dirinya sendiri, semuanya tersenyum memamerkan gigi dan melambai-lambai kepada para pendatang baru itu. Dia telah menandatangani banyak foto itu untuk dirinya sendiri dalam tulisan tangan kekanak-kanakan yang terputus-putus. Saat dia telah ditempatkan ke kursinya oleh si Penyembuh, Gilderoy menarik setumpuk baru foto kepada dirinya sendiri, meraih sebuah pena bulu dan mulai menandatangani mereka semua dengan tergesa-gesa.
"Kau bisa meletakkannya ke dalam amplop-amplop," dia berkata kepada Ginny, sambil melemparkan gambar-gambar bertanda tangan itu ke pangkuannya satu per satu setelah dia selesai. "Aku tidak terlupakan, kalian tahu, tidak, aku masih menerima banyak surat penggemar ... Gladys Gudgeon menulis surat tiap minggu ... Aku hanya berharap aku tahu kenapa." Dia berhenti sejenak, tampak agak bingung, lalu tersenyum lagi dan kembali menandatangani dengan tenaga baru. "Kurasa cuma ketampananku
Seeorang penyihir pria berkulit pucat dan tampak murung yang berbaring di tempat tidur di seberang sedang menatap langit-langit; dia sedang berkomat-kamit pada dirinya
sendiri dan tampak tidak sadar akan apapun di sekitarnya. Dua ranjang
berikutnya adalah seorang wanita yang seluruh kepalanya tertutup bulu; Harry ingat sesuatu yang serupa terjadi pada Hermione di tahun kedua mereka, walaupun untungnya kerusakan itu, dalam kasusnya, tidak permanen. Di ujung terjauh bangsal itu tirai-tirai berbunga-bunga telah ditarik mengelilingi dua ranjang untuk memberi para penghuninya dan pengunjung-pengunjung mereka sedikit privasi.
"Ini dia, Agnes," kata si Penyembuh dengan ceria kepada wanita berwajah berbulu itu, sambil menyerahkan kepadanya setumpuk kecil hadiah Natal. "Lihat, kamu belum terlupakan, bukan" Dan anak lelakimu mengirim seekor burung hantu untuk mengatakan dia akan berkunjung malam ini, jadi itu bagus, bukan""
Agnes mengeluarkan beberapa gonggongan keras.
"Dan lihat, Broderick, kau telah dikirimi sebuah tanaman pot dan sebuah kalender indah bergambar seekor Hippogriff menawan yang berbeda tiap bulannya; mereka akan mencerahkan suasana, bukan"" kata si Penyembuh, sambil berjalan menuju pria yang berkomat-kamit itu, menempatkan sebuah tanaman yang agak jelek yang memiliki tentakel-tentakel panjang berayun ke atas lemari di sisi tempat tidur dan memasang kalender ke dinding dengan tongkatnya. "Dan -- oh, Mrs Longbottom, Anda sudah akan pergi""
Kepala Harry berputar. Tirai-tirai telah ditarik dari kedua ranjang di ujung bangsal dan dua orang pengunjung sedang berjalan menyusuri gang di antara ranjang-ranjang: seorang penyihir wanita tua yang tampak mengerikan yang mengenakan sebuah gaun hijau panjang, sebuah mantel bulu musang termakan ngengat dan sebuah topi yang dihiasi dengan apa yang tak salah lagi seekor burung nazar yang disumpal dan, mengekor di belakangnya terlihat benar-benar tertekan -- Neville.
Dengan serbuan pengertian mendadak, Harry sadar siapa orang-orang di ranjang ujung itu. Dia memandang berkeliling dengan liar untuk mencari cara-cara mengalihkan perhatian yang lainnya sehingga Neville bisa meninggalkan bangsal itu tanpa diperhatikan dan tanpa ditanyai, tapi Ron juga telah melihat ke atas ketika mendengar nama "Longbottom", dan sebelum Harry bisa menghentikannya dia telah berseru, "Neville!"
Neville terlompat dan gemetaran seolah-olah sebuah peluru hampir saja mengenainya.
"Ini kami, Neville!" kata Ron dengan ceria, sambil bangkit. "Sudahkah kau lihat --" Lockhart ada di sini! Siapa yang kau kunjungi""
"Teman-temanmu, Neville, sayang"" kata nenek Neville dengan sangat ramah, sambil memandangi mereka semua.
Neville terlihat seolah-olah dia lebih suka berada di manapun di dunia kecuali di sini. Suatu rona ungu menjalar di wajahnya yang bundar dan dia tidak mengadakan kontak mata dengan satupun dari mereka.
"Ah, ya," kata neneknya, sambil memandang Harry dengan seksama dan mengulurkan tangan keriput yang mirip cakar kepadanya untuk bersalaman. "Ya, ya,
aku tahu siapa kau, tentu saja. Neville sangat memujimu."
"Er -- trims," kata Harry sambil bersalaman. Neville tidak memandangnya, tapi mengamati kakinya sendiri, rona wajahnya semakin dalam sementara itu.
"Dan kalian berdua jelas keluarga Weasley," Mrs Longbottom melanjutkan, sambil mengulurkan tangannya dengan khidmat kepada Ron dan Ginny bergantian. "Ya, aku kenal orang tua kalian -- tidak kenal baik, tentunya -- tapi orang-orang yang baik, orang-oang yang baik ... dan kau pasti Hermione Granger""
Hermione tampak agak terkejut bahwa Mrs Longbottom tahu namanya, tapi tetap bersalaman bagaimanapun.
"Ya, Neville sudah menceritakan kepadaku semua tentang dirimu. Membantunya keluar dari beberapa kesulitan, bukan begitu" Dia anak yang baik," katanya sambil memberi pandangan tajam menilai lewat hidungnya yang agak kurus kepada Neville, "tapi dia tidak punya bakat ayahnya, aku kuatir mengatakannya." Dan dia menyentakkan kepalanya ke arah dua ranjang di ujung bangsal itu, sehingga burung nazar isian di topinya bergetar mengkhawatirkan.
"Apa"" kata Ron, terlihat heran. (Harry ingin menginjak kaki Ron, tapi hal seperti itu jauh lebih sulit dilakukan tanpa diperhatikan kalau kau memakai celana jins bukannya jubah.) "Apakah ayahmu
yang di ujung situ, Neville""
"Apa ini"" kata Mrs Longbottom dengan tajam. "Apakah kau belum memberitahu teman-temanmu mengenai orang tuamu, Neville""
Neville mengambil napas dalam-dalam, memandang ke langit-langit dan menggelengkan kepalanya. Harry tak bisa ingat pernah merasa lebih prihatin kepada siapapun, tapi dia tak bisa memikirkan cara apapun untuk membantu Neville keluar dari situaasi itu.
"Well, tidak perlu merasa malu!" kata Mrs Longbottom dengan marah. "Kau seharusnya bangga, Neville, bangga! Mereka tidak melepaskan kesehatan dan kewarasan mereka sehingga anak lelaki mereka satu-satunya malu terhadap mereka, kau tahu!"
"Aku tidak malu," kata Neville dengan sangat lemah, masih memandang ke manapun kecuali kepada Harry dan yang lainnya. Ron sekarang sedang berdiri di ujung jarinya untuk melihat ke penghuni kedua tempat tidur itu.
"Well, kau menunjukkannya dengan cara yang aneh!" kata Mrs Longbottom. "Anak lelakiku dan istrinya," dia berkata, sambil berpaling dengan angkuh kepada Harry, Ron, Hermione dan Ginny, "disiksa hingga gila oleh para pengikut Kau-Tahu-Siapa."
Hermione dan Ginny keduanya menekupkan tangan mereka di atas mulut. Ron berhenti menjulurkan lehernya untuk memandang sepintas lalu orang tua Neville dan tampak malu.
"Mereka Auror, kalian tahu, dan sangat dihormati dalam komunitas penyihir," Mrs
Longbottom melanjutkan. "Sangat berbakat, keduanya. Aku -- ya, Alice sayang, ada
apa"" Ibu Neville telah datang sambil berjalan miring di bangsal itu mengenakan baju tidurnya. Dia tak lagi memiliki wajah bulat yang tampak bahagia yang dilihat Harry di foto tua Moody tentang Order of Phoenix yang asli. Wajahnya kurus dan lemah sekarang, matanya tampak terlalu besar dan rambutnya, yang telah berubah menjadi putih, bergelung-gelung kecil dan tampak mati. Dia tampaknya tidak mau berbicara, atau mungkin dia tidak bisa, tetapi dia membuat gerakan malu-malu kepada Neville, sambil memegang sesuatu di tangannya yang terulur.
"Lagi"" kata Mrs Longbottom, terdengar agak letih. "Baiklah, Alice sayang, baiklah -- Neville, ambillah, apapun itu."
Tetapi Neville sudah menjulurkan tangannya, ke mana ibunya menjatuhkan sebuah pembungkus kosong Permen Karet Tiup Terbaik Drooble.
"Sangat bagus, sayang," kata nenek Neville dengan suara ceria palsu, sambil menepuk-nepuk bahu ibunya.
Tetapi Neville berkata pelan, "Trims, Mum."
Ibunya berjalan pergi tertatih-tatih, kembali ke ujung bangsal, sambil bersenandung kepada dirinya sendiri. Neville memandang berkeliling kepada yang lain, ekspresinya menantang, seolah-olah menantang mereka untuk tertawa, tapi Harry berpikir dia belum pernah menemukan apapun yang lebih tidak lucu dalam hidupnya.
Tetapi ketika mereka pergi, Harry yakin dia melihat Neville menyelipkan pembungkus permen itu ke dalam kantongnya.
Pintu menutup di belakang mereka.
"Aku tak pernah tahu," kata Hermione, yang tampak berkaca-kaca.
"Aku juga tidak," kata Ron agak serak.
"Aku juga," bisik Ginny.
Mereka semua memandang Harry.
"Aku tahu," dia berkata dengan murung. "Dumbledore memberitahuku tetapi aku berjanji aku tidak akan memberitahu siapapun ... itulah yang menyebabkan Bellatrix Lestrange dikirim ke Azkaban, menggunakan Kutukan Cruciatus pada orang tua Neville sampai mereka hilang ingatan."
"Bellatrix Lestrange melakukan itu"" bisik Hermione, terkejut. "Wanita yang fotonya ditaruh Kreacher di sarangnya""
Ada keheningan lama, yang dipecahkan oleh suara marah Lockhart.
"Lihat, aku tidak belajar menulis huruf kursif untuk disia-siakan, kalian tahu!"
BAB DUA PULUH EMPAT Occlumency Kreacher, ternyata, bersembunyi di loteng. Sirius berkata dia menemukannya di atas sana, tertutup debu, tak diragukan lagi sedang mencari lebih banyak barang peninggalan keluarga Black untuk disembunyikan di lemarinya. Walaupun Sirius kelihatannya puas dengan cerita ini, Harry merasa tidak tenang. Kreacher tampak berada dalam suasana hati yang lebih baik, gumaman getirnya telah sedikit reda dan dia menuruti perintah-perintah dengan lebih patuh daripada biasanya, walaupun sekali atau dua kali Harry memergoki peri-rumah itu sedang menatapnya le
kat-lekat, tetapi selalu berpaling dengan cepat kapanpun dia melihat bahwa Harry memperhatikan.
Harry tidak menyebutkan kecurigaan samarnya kepada Sirius, yang keceriaannya sedang menguap dengan cepat sekarang setelah Natal usai. Sementara hari keberangkatan mereka kembali ke Hogwarts semakin dekat, dia menjadi semakin mudah terkena apa yang disebut Mrs Weasley "serangan kecemberutan", di mana dia akan menjadi pendiam dan galak, sering menarik diri ke kamar Buckbeak selama berjam-jam pada sekali waktu. Kemurungannya merembes ke seluruh rumah, lewat bagian bawah ambang pintu seperti gas berbahaya, sehingga mereka semua tertular.
Harry tidak ingin meninggalkan Sirius lagi dengan hanya Kreacher sebagai teman; bahkan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia tidak menanti-nantikan kembali ke Hogwarts. Kembali ke sekolah akan berarti menempatkan dirinya sendiri sekali lagi di bawah kezaliman Dolores Umbridge, yang tak diragukan berhasil memaksakan selusin dekrit lagi dalam ketidakhadiran mereka; tidak ada Quidditch untuk dinantikan sekarang setelah dia dilarang bermain; ada kemungkinan besar bahwa beban pekerjaan rumah mereka akan meningkat sementara ujian semakin mendekat; dan Dumbledore tetap sejauh dulu. Bahkan, kalau bukan karena DA, Harry berpikir dia mungkin telah memohon kepada Sirius untuk mengizinkannya meninggalkan
Hogwarts dan tetap di Grimmauld Place.
Lalu, di hari terakhir liburan, sesuatu terjadi yang membuat Harry benar-benar ngeri akan kembalinya ke sekolah.
"Harry, sayang," kata Mrs Weasley sambil menjulurkn kepalanya ke dalam kamarnya dan Ron, di mana mereka berdua sedang bermain catur penyihir ditonton oleh Hermione, Ginny dan Crookshanks, "bisakah kau turun ke dapur" Profesor Snape ingin berbicara denganmumu."
Harry tidak segera menyadari apa yang telah dia katakan; salah satu bentengnya sedang berada dalam pergumulan hebat dengan sebuah pion Ron dan dia sedang menyemangatinya dengan antusias.
"Lumatkan dia -- lumatkan dia, dia cuma sebuah pion, kau idiot. Sori, Mrs Weasley, apa yang Anda katakan""
"Profesor Snape, sayang. Di dapur. Dia mau bicara."
Mulut Harry terbuka karena ngeri. Dia memandang berkeliling kepada Ron, Hermione dan Ginny, yang semuanya sedang memandangnya kembali sambil menganga. Crookshanks, yang telah Hermione tahan dengan susah payah selama seperempat jam terakhir ini, melompat dengan gembira ke atas papan dan membuat bidak-bidak berlarian mencari perlindungan, sambil memekik sekeras-kerasnya.
"Snape"" kata Harry dengan hampa.
"Profesor Snape, sayang," kata Mrs Weasley mencela. "Sekarang ayolah, cepat, dia bilang dia tidak bisa tinggal lama-lama."
"Apa yang dia mau denganmu"" kata Ron, terlihat bingung ketika Mrs Weasley pergi dari kamar itu. "Kau tidak melakukan apapun, "kan""
"Tidak!" kata Harry tidak senang, sambil memutar otaknya untuk memikirkan apa yang mungkin telah dilakukannya yang akan membuat Snape mengejarnya ke Grimmauld Place. Apakah peer terakhirnya mungkin mendapatkan sebuah T"
Satu atau dua menit kemudian, dia mendorong pintu dapur hingga terbuka untuk mendapati Sirius dan Snape keduanya duduk di meja dapur panjang, saling melotot ke seberangnya. Keheningan antara mereka sarat akan ketidaksukaan bersama. Sepucuk surat tergeletak terbuka di meja di depan Sirius.
"Er," kata Harry, untuk mengumumkan kehadirannya.
Snape memandangnya, wajahnya terbingkai di antara tirai rambut hitam berminyak.
"Duduk, Potter."
"Kau tahu," kata Sirius dengan keras, sambil bersandar pada kaki belakang kursinya
dan berbicara kepada langit-langit, "Kukira aku lebih suka kalau kau tidak memberikan perintah di sini, Snape. Ini rumahku, kau tahu."
Rona jelek meliputi wajah pucat Snape. Harry duduk di sebuah kursi di samping Sirius, menhadapi Snape di seberang meja.
"Aku seharusnya menemuimu sendirian, Potter," kata Snape, seringai mengejek yang sudah lazim melengkungkan mulutnya, "tetapi Black -- "
"Aku ayah angkatnya," kata Sirius, lebih keras dari sebelumnya.
"Aku di sini atas perintah Dumbledore," kata Snape, yang suaranya, sebaliknya, semakin pelan, "tapi bagaimanapun tinggallah, Black, aku t
ahu kau suka merasa ... terlibat."
"Apa artinya itu"" kata Sirius sambil membiarkan kursinya jatuh kembali ke atas empat kaki dengan suara bantingan keras.


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hanya bahwa aku yakin kau pasti merasa -- ah -- frustrasi karena fakta bahwa kau tak bisa melakukan sesuatu yang berguna," Snape memberikan tekanan lembut pada kata, "untuk Order."
Giliran Sirius yang merona. Bibir Snape melengkung dalam kemenangan selagi dia berpaling kepada Harry.
"Kepala Sekolah telah mengirimku untuk memberitahumu, Potter, bahwa adalah keinginannya bagimu untuk mempelajari Occlumency semester ini."
"Mempelajari apa"" kata Harry dengan hampa.
Seringai mengejek Snape menjadi semakin jelas.
"Occlumency, Potter. Pertahanan sihir pikiran terhadap penetrasi dari luar. Cabang sihir yang tidak dikenal, tetapi sangat berguna."
Jantung Harry mulai memompa dengan sangat cepat. Pertahanan terhadap penetrasi dari luar. Tetapi dia tidak dirasuki, mereka semua menyetujui itu ...
"Kenapa aku harus mempelajari Occlu -- ini"" dia berkata tanpa pikir.
"Karena Kepala Sekolah mengira itu ide yang bagus," kata Snape dengan halus. "Kau akan menerima pelajaran privat sekali seminggu, tetapi kau tidak akan memberitahu siapapun apa yang sedang kau lakukan, terutama Dolores Umbridge. Kau mengerti""
"Ya," kata Harry. "Siapa yang akan mengajari saya""
Snape mengangkat alisnya.
"Aku," dia berkata.
Harry merasakan sensasi mengerikan bahwa isi tubuhnya sedang meleleh.
Pelajaran tambahan dengan Snape -- apa yang telah dilakukannya sehingga pantas mendapatkan ini" Dia memandang Sirius dengan cepat untuk mencari dukungan.
"Kenapa Dumbledore tidak bisa mengajari Harry"" tanya Sirius dengan agresif. "Kenapa kau""
"Kurasa karena hak istimewa seorang kepala sekolah untuk mendelegasikan tugas-tugas yang kurang menyenangkan," kata Snape dengan licin. "Kuyakinkan kau aku tidak memohon pekerjaan ini." Dia bangkit. "Aku akan menantimu pada pukul enam Senin malam, Potter. Kantorku. Kalau ada yang tanya, kau sedang mengambil pelajaran perbaikan Ramuan. Tak seorangpun yang pernah melihatmu dalam kelasku akan mengingkari kau butuh perbaikan."
Dia berpaling untuk pergi, mantel bepergiannya yang hitam berombak di belakangnya.
"Tunggu sebentar," kata Sirius sambil duduk lebih tegak di kursinya.
Snape berpaling untuk menghadapi mereka, sambil tersenyum mencemooh.
"Aku agak terburu-buru, Black. Tidak seperti kamu, aku tidak punya waktu luang tak terbatas."
"Kalau begitu, aku akan langsung ke pokok permasalahannya," kata Sirius sambil berdiri. Dia agak lebih tinggi daripada Snape yang, Harry perhatikan, mengepalkan tinjunya di kantong mantelnya pada apa yang Harry yakin merupakan pegangan tongkatnya. "Kalau kudengar kau menggunakan pelajaran-pelajaran Occlumency ini untuk memberi Harry kesulitan, kau akan berhadapan denganku."
"Betapa menyentuhnya," Snape tersenyum menyeringai. "Tetapi tentunya kau sudah memperhatikan bahwa Potter sangat mirip ayahnya""
"Ya, memang," kata Sirius dengan bangga.
"Well kalau begitu, kau akan tahu dia begitu arogan sehingga kritik hanya akan memantul darinya," Snape dengan halus.
Sirius mendorong kursinya dengan kasar ke samping dan berjalan mengitari meja ke arah Snape, sambil menarik tongkatnya selagi dia jalan. Snape mengeluarkan tongkatnya sendiri. Mereka sedang berhadap-hadapan, Sirius tampak pucat karena marah, Snape sedang melakukan perhitungna, matanya beralih dari ujung tongkat Sirius ke wajahnya.
"Sirius!" kata Harry keras-keras, tetapi Sirius tampaknya tidak mendengar dia.
"Kuperingatkan kau, Snivellus," kata Sirius, wajahnya tidak sampai satu kaki dari wajah Snape, "Aku tidak peduli kalau Dumbledore mengira kau sudah tobat, aku lebih tahu -- "
"Oh, tapi kenapa kau tidak memberitahunya begitu"" bisik Snape. "Atau apakah kau takut dia mungkin tidak menganggap serius nasehat dari seorang lelaki yang telah bersembunyi di dalam rumah ibunya selama enam bulan""
"Beritahu aku, bagaimana keadaan Lucius Malfoy akhir-akhir ini" Kuduga dia senang anjing piaraannya bekerja di Hogwarts, bukan""
Kisah Sepasang Rajawali 10 Lembah Merpati Karya Chung Sin Pena Beracun 4

Cari Blog Ini