Ceritasilat Novel Online

The Order Of Phoenix 17

Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 17


"Silakan duduk," kata Dumbledore. Itu bukan perintah, melainkan permohonan.
Harry bimbang, lalu berjalan lambat-lambat menyeberangi ruangan yang sekarang diceceri gigi-gigi perak dan potongan-potongan kayu, dan mengambil tempat duduk yang menghadap meja tulis Dumbledore.
"Apakah saya harus memahami," kata Phineas Nigellus lambat-lambat dari samping kiri Harry, "bahwa cucu buyut saya -- anggota keluarga Black yang terakhir -- sudah
mati"" "Ya, Phineas," kata Dumbledore.
"Aku tak percaya," kata Phineas dengan kasar.
Harry memalingkan kepalanya tepat waktu untuk melihat Phineas bergegas keluar dari potretnya dan tahu dia telah pergi mengunjungi lukisannya yang lain di Grimmauld Place. Dia mungkin akan berjalan dari potret ke potret, memanggil Sirius di seluruh rumah itu ...
"Harry, aku berhutang penjelasan kepadamu," kata Dumbledore. "Penjelasan tentang kesalahan-kesalahan seorang tua. Karena aku paham sekarang apa yang telah kulakukan, dan yang tak kulakukan, sehubungan denganmu, memikul semua tanda kelemahan akibat usia. Orang muda tidak tahu bagaimana pikiran dan perasaan orang tua. Tetapi orang tua bersalah kalau mereka lupa bagaimana rasanya menjadi orang muda ... dan tampaknya aku telah lupa, akhir-akhir ini
Matahari sedang terbit sekarang; ada lingkaran jingga menyilaukan yang tampak
dari atas pegunungan dan langit di atasnya tak berwarna dan cemerlang. Sinar itu jatuh pada Dumbledore, ke atas warna perak alis dan janggutnya, ke atas garis-garis yang terukir dalam di wajahnya.
"Aku menebak, lima belas tahun yang lalu," kata Dumbledore, "saat kulihat bekas luka di keningmu, kemungkinan artinya. Aku menebak bahwa itu mungkin tanda suatu hubungan yang ditempa antara kamu dan Voldemort."
"Anda telah memberitahuku tentang ini sebelumnya, Profesor," kata Harry dengan terus terang. Dia tidak peduli bersikap kasar. Dia tidak peduli tentang apapun lagi.
"Ya," kata Dumbledore dengan nada minta maaf. "Ya, tapi kau paham -- penting dimulai dengan bekas lukamu. Karena m
enjadi jelas, tak lama setelah kamu bergabung kembali dengan dunia sihir, bahwa aku benar, dan bahwa bekas lukamu memberimu peringatan saat Voldemort berada di dekatmu, atau merasakan emosi yang kuat."
"Aku tahu," kata Harry dengan letih.
"Dan kemampuanmu ini -- untuk mendeteksi kehadiran Voldemort, bahkan saat dia menyamar, dan untuk mengetahui apa yang sedang dirasakannya saat emosinya bangkit -- telah menjadi semakin nyata semenjak Voldemort kembali ke tubuhnya sendiri dan kekuatannya yang sepenuhnya."
Harry tidak repot-repot mengangguk. Dia sudah tahu semua ini.
"Baru-baru ini," kata Dumbledore, "aku menjadi kuatir bahwa Voldemort mungkin menyadari hubungan antara kalian ada. Benar juga, tiba waktunya ketika kamu memasuki ingatan dan pikirannya begitu jauh sehingga dia merasakan kehadiranmu. Aku sedang berbicara, tentu saja, tentang malam ketika kamu menyaksikan penyerangan atas Mr Weasley."
"Yeah, Snape bilang padaku," Harry bergumam.
"Profesor Snape, Harry," Dumbledore mengkoreksinya dengan pelan. "Tetapi tidakkah kamu bertanya-tanya mengapa bukan aku yang menjelaskannya kepadamu" Mengapa aku tidak mengajarimu Occlumency" Mengapa aku tidak sedikitpun memandangmu selama berbulan-bulan""
Harry memandang ke atas. Dia sekarang bisa melihat bahwa Dumbledore terlihat sedih dan letih.
"Yeah," Harry berkomat-kamit. "Yeah, aku bertanya-tanya."
"Kau paham," Dumbledore meneruskan, "aku percaya tidak akan lama sebelum Voldemort berusaha memaksakan jalannya ke dalam pikiranmu, memanipulasi dan menyesatkan pemikiranmu, dan aku tidak ingin memberinya lebih banyak dorongan untuk melakukan hal ini. Aku yakin bahwa kalau dia menyadari bahwa hubungan kita lebih dekat -- atau pernah lebih dekat -- daripada kepala sekolah dan murid, dia akan meraih peluangnya untuk menggunakanmu sebagai alat memata-mataiku. Aku takut
penggunaan yang akan dilakukannya kepadamu, kemungkinan bahwa dia mungkin mencoba merasukimu. Harry, aku percaya aku benar berpikir bahwa Voldemort akan menggunakanmu dengan cara demikian. Pada kesempatan-kesempatan langka saat kita berhubungan dekat, kukira aku melihat bayangannya bergerak dari balik matamu
Harry ingat perasaan bahwa seekor ular yang tertidur telah bangkit dalam dirinya, siap menyerang, pada saat-saat ketika dia dan Dumbledore beradu pandang.
"Maksud Voldemort untuk merasukimu, seperti yang diperlihatkannya malam ini, bukanlah kehancuranku. Melainkan kehancuranmu. Dia berharap, saat dia merasukimu dalam waktu singkat beberapa waktu yang lalu, bahwa aku akan mengorbankanmu dengan harapan membunuhnya. Jadi kau paham, aku telah mencoba, dengan menjauhkan diriku sendiri darimu, untuk melindungimu, Harry. Kesalahan seorang lelaki tua ... "
Dia menghela napas dalam-dalam. Harry membiarkan kata-kata itu membanjirinya. Dia akan sangat tertarik mengetahui semua ini beberapa bulan yang lalu, tetapi sekarang tidak berarti dibandingkan dengan jurang menganga di dalam dirinya yang merupakan kehilangan Sirius; tak satupun yang berarti ...
"Sirius memberitahuku kamu merasakan Voldemort terbangun di dalam dirimu malam itu saat kamu mendapatkan penglihatan tentang penyerangan Arthur Weasley. Aku tahu seketika bahwa ketakutanku yang terbesar benar: Voldemort telah menyadari dia bisa menggunakanmu. Dalam usaha untuk mempersenjataimu melawan serangan-serangan Voldemort pada pikiranmu, aku mengatur pelajaran-pelajaran Occlumency dengan Profesor Snape."
Dia berhenti sejenak. Harry mengamati sinar matahari, yang sekarang bergeser lambat-lambat menyusuri permukaan terpelitur meja tulis Dumbledore, menerangi sebuah pot tinta perak dan sebuah pena bulu merah tua yang indah. Harry bisa tahu bahwa potret-potret di sekeliling mereka bangun dan mendengarkan dengan penuh perhatian pada penjelasan Dumbledore; dia bisa mendengar desir jubah yang terkadang-kadang ada, bunyi dehem kecil. Phineas Nigellus masih belum kembali ...
"Profesor Snape menemukan," Dumbledore melanjutkan, "bahwa kamu telah memimpikan pintu ke Departemen Misteri selama berbulan-bulan. Voldemort, tentu saja, terobsesi akan kemungkinan mendengar ramalan itu sejak dia m
endapatkan kembali tubuhnya; dan selagi dia diam di pintu itu, begitu juga kamu, walaupun kamu tidak tahu apa artinya itu.
"Dan kemudian kamu melihat Rookwood, yang bekerja di Departemen Misteri sebelum penahanannya, memberitahu Voldemort apa yang telah kami ketahui sejak awal -- bahwa ramalan-ramalan yang disimpan di Kementerian Sihir dilindungi dengan hebat. Hanya orang-orang yang diacu pada ramalan itu yang bisa mengangkatnya dari rak-rak tanpa menderita kegilaan: dalam hal ini, Voldemort sendiri harus memasuki Kementerian Sihir, dan mengambil resiko memperlihatkan dirinya sendiri akhirnya -- atau kamu harus mengambilnya bagi dia. Menjadi masalah yang lebih mendesak lagi bahwa kamu harus menguasai Occlumency."
"Tapi tidak kulakukan," gumam Harry. Dia mengatakannya keras-keras untuk mencoba meringankan beban rasa bersalah yang berat di dalam dirinya: sebuah pengakuan pastilah melegakan sedikti tekanan mengerikan yang sedang menekan jantungnya. "Aku tidak berlatih, aku tidak repot-repot, aku bisa saja menghentikan diriku sendiri mendapatkan mimpi-mimpi itu, Hermione terus menyuruhku melakukannya, kalau aku lakukan dia tidak akan pernah bisa memperlihatkan kepadaku ke mana harus pergi, dan -- Sirius tidak akan -- Sirius tidak akan --"
Sesuatu meledak di dalam kepala Harry: kebutuhan untuk membenarkan diri
sendiri, untuk menjelaskan -"Aku mencoba memeriksa apakah dia benar-benar sudah menangkap Sirius, aku
pergi ke kantor Umbridge, aku berbicara kepada Kreacher di dalam api dan dia bilang
Sirius tidak ada di sana, dia bilang dia sudah pergi!"
"Kreacher berbohong," kata Dumbledore dengan tenang. "Kamu bukan tuannya, dia bisa berbohong kepadamu bahkan tanpa perlu menghukum dirinya sendiri. Kreacher menginginkan kamu pergi ke Kementerian Sihir."
"Dia -- dia sengaja mengirimku""
"Oh ya. Kreacher, aku takut, telah melayani lebih dari satu tuan selama berbulan-bulan."
"Bagaimana"" kata Harry dengan hampa. "Dia belum keluar dari Grimmauld Place selama bertahun-tahun."
"Kreacher meraih peluangnya tak lama sebelum Natal," kata Dumbledore, "saat Sirius, tampaknya, berteriak kepadanya agar "keluar". Dia menerima kata-kata Sirius, dan menafsirkan ini sebagai perintah untuk meninggalkan rumah. Dia pergi ke satu-satunya anggota keluarga Black yang masih dihormatinya ... sepupu Black Narcissa, saudara perempuan Bellatrix dan istri Lucius Malfoy."
"Bagaimana Anda tahu semua ini"" Harry berkata. Jantungnya berdebar sangat cepat. Dia merasa mual. Dia ingat menguatirkan ketidakhadiran Kreacher yang aneh selama Natal, ingat dia muncul lagi di loteng ...
"Kreacher memberitahuku tadi malam," kata Dumbledore. "Kau paham, saat kamu memberikan Profesor Snape peringatan tersembunyi itu, dia menyadari bahwa kamu telah mendapat penglihatan tentang Sirius terperangkap di bagian dalam Departemen Misteri. Dia, seperti kamu, mencoba menghubungi Sirius seketika. Aku seharusnya menjelaskan bahwa para anggota Order of Phoenix punya metode-metode komunikasi yang lebih dapat diandalkan daripada api di kantor Dolores Umbridge. Profesor Snape mendapati bahwa Sirius masih hidup dan selamat di Grimmauld Place.
"Namun, saat kalian tidak kembali dari perjalanan kalian ke dalam Hutan bersama Dolores Umbridge, Profesor Snape menjadi kuatir bahwa kamu masih percaya Sirius ditahan oleh Lord Voldemort. Dia menyiagakan anggota-anggota Order tertentu seketika."
Dumbledore menghela napas dalam dan meneruskan, "Alastor Moody, Nymphadora Tonks, Kingsley Shacklebolt dan Remus Lupin berada di Markas Besar saat dia melakukan kontak. Semuanya seketika setuju untuk pergi menolongmu. Profesor Snape meminta Sirius tetap tinggal, karena dia butuh seseorang untuk tetap di Markas Besar untuk memberitahuku apa yang telah terjadi, karena aku akan berada di sana setiap saat. Sementara itu dia, Profesor Snape, berniat mencari kalian di Hutan.
"Tetapi Sirius tidak mau tetap tinggal sementara yang lainnya pergi mencarimu. Dia menyerahkan kepada Kreacher tugas memberitahuku apa yang terjadi. Dan begitulah saat aku tiba di Grimmauld Place tak lama setelah mereka semua pergi ke Kementeria, pe
ri itulah yang memberitahuku -- sambil tertawa keras-keras -- ke mana Sirius pergi."
"Dia tertawa"" kata Harry dengan suara hampa.
"Oh, ya," kata Dumbledore. "Kau paham, Kreacher tidak bisa mengkhianati kita sepenuhnya. Dia bukan Penjaga Rahasia Order, dia tidak bisa memberikan kepada keluarga Malfoy keberadaan kita, atau memberitahu mereka rencana-rencana rahasia Order yang terlarang baginya untuk diungkapkan. Dia terikat pada sihir kaumnya, yakni dia tidak boleh menentang perintah langsung dari tuannya, Sirius. Tetapi dia memberikan Narcissa sejenis informasi yang sangat berharga bagi Voldemort, namun pastilah tampak terlalu sepele bagi Sirius untuk melarang dia mengulanginya."
"Seperti apa"" kata Harry.
"Seperti fakta bahwa orang yang paling Sirius pedulikan di dunia adalah kamu," kata Dumbledore pelan. "Seperti fakta bahwa kamu semakin menganggap Sirius sebagai campuran ayah dan kakak. Voldemort sudah tahu, tentu saja, bahwa Sirius ada dalam Order, dan bahwa kamu tahu di mana dia -- tetapi informasi Kreacher membuatnya sadar bahwa satu-satunya orang yang akan kau selamatkan dengan cara apapun adalah Sirius Black."
Bibir Harry dingin dan mati rasa.
"Jadi ... waktu aku bertanya kepada Kreacher apakah Sirius ada di sana tadi malam
"Keluarga Malfoy -- tak diragukan lagi atas perintah Voldemort -- telah memberitahunya dia harus menemukan cara menjauhkan Sirius begitu kamu mendapat penglihatan tentang Sirius yang disiksa. Dengan begitu, kalau kamu memutuskan untuk memeriksa apakah Sirius ada di rumah atau tidak, Kreacher akan bisa berpura-pura dia tidak ada. Kreacher melukai Buckbeak si Hippogriff kemarin, dan, pada saat kamu menampakkan diri di dalam api, Sirius ada di atas sedang merawatnya."
Tampaknya ada sangat sedikit udara di paru-paru Harry; napasnya cepat dan dangkal.
"Dan Kreacher memberitahu Anda semua ini ... dan tertawa"" dia berkata dengan
parau. "Dia tidak ingin memberitahuku," kata Dumbledore. "Tetapi aku sendiri cukup menguasai Legilimens untuk tahu saat aku dibohongi dan aku -- membujuknya -untuk memberitahuku cerita selengkapnya, sebelum aku pergi ke Departemen Misteri."
"Dan," bisik Harry, tangannya bergelung menjadi kepalan dingin di lututnya, "dan Hermione terus menyuruh kami bersikap baik kepadanya -- "
"Dia sangat benar, Harry," kata Dumbledore. "Aku memperingatkan Sirius saat kami mengambil Grimmauld Place nomor dua belas sebagai Markas Besar kami bahwa Kreacher harus diperlakukan dengan kebaikan dan rasa hormat. Aku juga memberitahunya bahwa Kreacher bisa berbahaya bagi kami. Aku berpikir Sirius tidak menganggapku serius, atau dia tidak pernah melihat Kreacher sebagai makhluk dengan perasaan sehalus perasaan manusia -- "
"Anda jangan salahkan -- Anda jangan -- bicara -- tentang Sirius seperti -- " napas Harry tertarik, dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata dengan benar; tetapi kemarahan yang telah reda sejenak menyala lagi di dalam dirinya: dia tidak akan membiarkan Dumbledore mengkritik Sirius. "Kreacher -- si busuk -- pembohong -- dia pantas -- "
"Kreacher adalah sebagaimana dirinya dibuat oleh para penyihir, Harry," kata Dumbledore. "Ya, dia harus dikasihani. Keberadaannya sama sengsaranya dengan temanmu Dobby. Dia terpaksa melakukan perintah Sirius, karena Sirius anggota terakhir keluarga yang memperbudaknya, tetapi dia tidak merasakan kesetiaan sejati kepadanya. Dan apapun kesalahan Kreacher, harus diakui bahwa Sirius tidak melakukan apa-apa untuk membuat nasib Kreacher lebih mudah -- "
"JANGAN BICARA TENTANG SIRIUS SEPERTI ITU!" Harry berteriak.
Dia berdiri lagi, marah besar, siap menyerang Dumbledore, yang jelas tidak memahami Sirius sama sekali, betapa beraninya dia, betapa besar penderitaannya ...
"Bagaimana dengan Snape"" Harry menyerang. "Anda tidak membicarakan dia, bukan" Waktu aku memberitahunya Voldemort menangkap Sirius dia hanya mengejekku seperti biasa -- "
"Harry, kamu tahu Profesor Snape tidak punya pilihan kecuali berpura-pura tidak menganggapmu serius di hadapan Dolores Umbridge," kata Dumbledore dengan mantap, "tetapi seperti yang telah kujelaskan, dia memberitahu Order seseg
era mungkin tentang apa yang telah kamu katakan. Dialah yang menyimpulkan ke mana kalian pergi ketika kalian tidak kembali dari Hutan. Dia juga yang memberi Profesor Umbridge Veritaserum palsu saat dia mencoba memaksamu memberitahu dirinya tentang keberadaan Sirius."
Harry tidak menghiraukan ini; dia merasakan kepuasan liar dengan menyalahkan Snape, tampaknya memudahkan perasaan bersalahnya sendiri yang mengerikan, dan dia ingin mendengar Dumbledore menyetujuinya.
"Snape -- Snape -- m - menghasut Sirius tentang tinggal di rumah -- dia menjadikan Sirius seorang pengecut -- "
"Sirius jauh terlalu tua dan pintar untuk membiarkan ejekan lemah seperti ini melukainya," kata Dumbledore.
"Snape berhenti memberiku pelajaran Occlumency!" Harry menggeram. "Dia melemparkanku dari kantornya!"
"Aku sadar akan hal itu," kata Dumbledore dengan berat. "Aku sudah bilang bahwa salahanku tidak mengajarimu sendiri, walaupun aku yakin, pada saat itu, bahwa tak ada yang bisa lebih berbahaya daripada membuka pikiranmu lebih jauh lagi kepada Voldemort di hadapanku -- "
"Snape membuatnya lebih parah, bekas lukaku selalu lebih sakit setelah pelajaran darinya -- " Harry ingat pendapat Ron tentang masalah itu dan meneruskan "-bagaimana Anda tahu dia tidak sedang mencoba melunakkanku bagi Voldemort, membuatnya lebih mudah bagi dia untuk masuk ke dalam -- "
"Aku percaya pada Severus Snape," kata Dumbledore singkat. "Tapi aku lupa -kesalahan lain dari orang tua -- bahwa beberapa luka terlalu dalam untuk disembuhkan. Kukira Profesor Snape bisa mengatasi perasaannya tentang ayahmu -Aku salah."
"Tapi itu tidak mengapa, bukan"" jerit Harry, mengabaikan wajah-wajah tersinggung dan gumaman-gumaman tidak setuju dari potret-potret di dinding. "Tidak mengapa bagi Snape untuk membenci ayahku, tetapi Sirius tidak boleh membenci Kreacher""
"Sirius tidak membenci Kreacher," kata Dumbledore. "Dia menganggapnya sebagai pelayan yang tak bernilai untuk diperhatikan. Ketidakpedulian dan pengabaian sering lebih menyakitkan daripada ketidaksukaan sekaligus ... air mancur yang kita hancurkan malam ini menceritakan kebohongan. Kita para penyihir telah salah memperlakukan dan berlaku kejam kepada teman-teman kita terlalu lama, dan kita sekarang menuai ganjaran kita."
"JADI SIRIUS PANTAS MENDAPATKANNYA, BEGITU"" Harry menjerit.
"Aku tidak mengatakan itu, maupun kamu tidak akan pernah mendengarku mengatakannya," Dumbledore menjawab dengan pelan. "Sirius bukan lelaki yang kejam, dia baik hati kepada para peri-rumah secara umum. Dia tidak punya rasa cinta bagi Kreacher, karena Kreacher adalah pengingat hidup kepada rumah yang dibenci Sirius."
"Yeah, dia memang membencinya!" kata Harry, suaranya bergetar, sambil memalingkan punggungnya kepada Dumbledore dan berjalan pergi. Matahari terang di dalam ruangan itu sekarang dan mata-mata semua potret mengikutinya selagi dia berjalan, tanpa menyadari apa yang sedang dilakukannya, tanpa melihat kantor itu sama sekali. "Anda membuatnya tetap terkurung di dalam rumah itu dan dia membencinya, itulah sebabnya dia ingin keluar tadi malam -- "
"Aku sedang berusaha menjaga Sirius tetap hidup," kata Dumbledore pelan.
"Orang tidak suka dikurung!" Harry berkata dengan marah besar, memberondongnya. "Anda melakukannya kepadaku sepanjang musim panas lalu -- "
Dumbledore menutup matanya dan membenamkan wajahnya ke dalam tangannya yang berjari-jari panjang. Harry mengamatinya, tetapi tanda keletihan, atau kesediah, atau apapun itu yang tidak biasanya dari Dumbledore, tidak melunakkannya. Sebaliknya, dia bahkan merasa lebih marah bahwa Dumbledore memperlihatkan tanda-tanda kelemahan. Dia tidak punya urusan menjadi lemah saat Harry mau marah-marah dan menyerangnya.
Dumbledore menurunkan tangannya dan mengamati Harry melalui kacamata setengah bulannya.
"Sudah waktunya," katanya, "bagiku memberitahumu apa yang seharusnya sudah kuberitahukan lima tahun yang lalu, Harry. Silakan duduk. Aku akan memberitahumu segalanya. Aku hanya minta sedikit kesabaran. Kamu akan punya peluangmu marah-marah kepadaku -- melakukan apapun yang kau inginkan -- saat aku selesai.
Aku tidak akan menghentikanmu."
Harry melotot kepadanya sejenak, lalu melemparkan dirinya kembali ke kursi di seberang Dumbledore dan menunggu.
Dumbledore menatap sejenak ke halaman sekolah yang disinari matahari di luar jendela, lalu memandang balik kepada Harry dan berkata, "Lima tahun yang lalu kamu tiba di Hogwarts, Harry, selamat dan utuh, seperti yang kurencanakan dan kuinginkan. Well -- tidak seluruhnya utuh. Kamu telah menderita. Aku tahu kamu akan menderita saat kutinggalkan kamu di ambang pintu bibi dan pamanmu. Aku tahu aku sedang menghukummu untuk sepuluh tahun yang kelam dan sulit."
Dia berhenti sejenak. Harry tidak mengatakan apa-apa.
"Kamu mungkin bertanya -- dan dengan alasan yang bagus -- mengapa harus begitu. Mengapa keluarga penyihir tidak mengambilmu" Banyak yang akan melakukannya lebih dari senang hati, akan merasa terhormat dan senang membesarkanmu sebagai anak.
"Jawabanku adalah bahwa prioritasku adalah menjagamu tetap hidup. Kamu berada dalam bahaya yang lebih besar daripada yang pernah disadari mungkin oleh siapapun kecuali aku. Voldemort telah dikalahkan beberapa jam sebelumnya, tetapi para pendukungnya -- dan banyak dari mereka hampir sama mengerikannya seperti dia -masih berkeliaran, marah, putus asa dan ganas. Dan aku juga harus membuat keputusanku dengan mempertimbangkan tahun-tahun yang akan datang. Apakah aku percaya Voldemort telah hilang selamanya" Tidak. Aku tidak tahu apakah sepuluh, dua puluh atau lima puluh tahun sebelum dia kembali, tetapi aku yakin dia akan melakukannya, dan aku juga yakin, mengenalnya seperti yang kulakukan, bahwa dia tidak akan tenang sebelum dia membunuhmu.
"Aku tahu bahwa pengetahuan Voldemort tentang sihir mungkin lebih luas daripada
penyihir manapun yang masih hidup. Aku tahu bahwa bahkan mantera-mantera dan jimat-jimat pelindungku yang paling rumit dan kuat tidak akan tak terkalahkan kalau dia kembali pada kekuatan penuh.
"Tetapi aku juga tahu di mana kelemahan Voldemort. Dan begitulah kubuat keputusanku. Kamu akan dilindungi dengan sihir kuno yang dia tahu, yang dia benci, dan karena itu, selalu diremehkannya -- demi kerugiannya. Aku berbicara, tentu saja, tentang fakta bahwa ibumu mati karena menyelamatkanmu. Dia memberimu perlindungan yang melekat yang tak pernah diduganya, suatu perlindungan yang mengalir ke dalam nadimu sampai hari ini. Oleh karena itu, aku menempatkan keyakinanku pada darah ibumu. Aku mengantarkanmu kepada kakaknya, satu-satunya keluarganya yang tersisa."
"Dia tidak mencintaiku," kata Harry seketika. "Dia tidak peduli sedikitpun -- "
"Tetapi dia mengambilmu," Dumbledore memotongnya. "Dia mungkin mengambilmu dengan enggan, dengan marah, dengan tidak rela, dengan getir, namun tetap saja dia mengambilmu, dan dengan melakukan ini, dia menyegel mantera yang kutempatkan pada dirimu. Pengorbanan ibumu membuat ikatan darah perisai terkuat yang bisa kuberikan kepadamu."
"Aku masih tidak -- "
"Sementara kamu masih bisa menyebut tempat darah ibumu tinggal sebagai rumah, di sana kamu tidak akan bisa disentuh atau dicelakakan oleh Voldemort. Dia telah menumpahkan darah ibumu, tetapi darah itu hidup di dalam dirimu dan kakaknya. Darahnya menjadi perlindunganmu. Kamu hanya perlu kembali ke sana sekali setahun, tetapi selama kamu masih bisa menyebutnya rumah, selama kamu di sana dia tidak bisa melukaimu. Bibimu tahun ini. Aku menjelaskan apa yang telah kulakukan dalam surat yang kutinggalkan, bersama dirimu, di ambang pintunya. Dia tahu bahwa memberimu kamu tempat tinggal mungkin telah menjagamu tetap hidup selama lima belas tahun terakhir ini."
"Tunggu," kata Harry. "Tunggu sebentar."
Dia duduk tegak di kursinya, sambil menatap Dumbledore.
"Anda mengirim Howler itu. Anda menyuruhnya ingat -- itu suara Anda -- "
"Kupikir," kata Dumbledore, sambil mencondongkan badannya sedikit, "dia mungkin perlu diingatkan akan perjanjian yang telah disegelnya dengan mengambilmu. Kuduga serangan Dementor itu mungkin telah membangkitkan dia atas bahaya memilikimu sebagai anak asuh."
"Memang," kata Harry pelan. "Well -- pamanku lebih daripada dia. Paman ingin mengusirk
u ke luar, tetapi setelah Howler itu datang dia -- dia bilang aku harus
tinggal." Dia menatap lantai sejenak, lalu berkata, "Tapi apa hubungannya ini dengan -- "
Dia tidak bisa mengatakan nama Sirius.
"Lima tahun yang lalu," lanjut Dumbledore, seolah-olah dia belum berhenti dari ceritanya, "kamu tiba di Hogwarts, tidak sebahagia maupun sesehat yang kuinginkan, mungkin, namun hidup dan sehat. Kamu bukan pangeran kecil yang dimanjakan, melainkan anak laki-laki normal seperti yang bisa kuharapkan pada keadaan-keadaan tertentu. Maka sejauh itu, rencanaku berjalan lancar.
"Dan kemudian ... well, kamu akan ingat kejadian-kejadian di tahun pertamamu di Hogwarts sama jelasnya seperti aku. Kamu bangkit dengan menakjubkan terhadap tantangan yang menghadangmu dan lebih cepat -- jauh lebih cepat -- daripada yang kusangka, kamu menemukan dirimu berhadapan dengan Voldemort. Kamu selamat lagi. Kamu melakukan lebih banyak. Kamu menunda kembalinya dia pada kekuasaan dan kekuatan penuh. Kamu bertarung pada pertarungan seorang laki-laki. Aku ... lebih bangga kepadamu daripada yang bisa kukatakan.
"Namun ada cacat di rencanaku yang hebat ini," kata Dumbledore. "Cacat yang jelas yang aku tahu, bahkan saat itu, mungkin menjadi penyebab kegagalan semuanya. Dan walau begitu, mengetahui betap pentingnya rencanaku harus berhasil, aku memberitahu diriku sendiri bahwa aku tidak akan mengizinkan cacat ini merusaknya. Aku sendiri bisa menghindarkan ini, jadi aku sendiri harus kuat. Dan di sinilah ujian pertamaku, ketika kamu berbaring di sayap rumah sakit, lemah dari perjuanganmu dengan Voldemort."
"Saya tidak mengerti apa yang sedang Anda katakan," kata Harry.
"Tidakkah kamu ingat bertanya kepadaku, ketika kamu berbaring di sayap rumah sakit, mengapa Voldemort mencoba membunuhmu saat kamu masih bayi""
Harry mengangguk. "Haruskah kuberitahu kamu saat itu""
Harry menatap ke dalam mata biru itu dan tidak berkata apa-apa, tetapi jantungnya berpacu lagi.
"Kamu belum melihat cacat di dalam rencanaku" Tidak ... mungkin tidak. Well, seperti yang kau tahu, aku memutuskan tidak menjawabmu. Sebelas tahun, kuberitahu diriku sendiri, jauh terlalu muda untuk tahu. Aku tidak pernah berniat memberitahumu saat kamu berusia sebelas tahun. Pengetahuan itu akan terlalu berlebihan pada umur semuda itu.
"Aku seharusnya mengenali tanda-tanda bahaya saat itu. Aku seharusnya bertanya pada diriku sendiri mengapa aku tidak merasa lebih terganggu bahwa kamu sudah menanyakan pertanyaan yang kutahu, suatu hari, harus kuberikan jawaban mengerikan. Aku seharusnya mengenali bahwa aku terlalu senang untuk berpikir bahwa aku tidak harus melakukannya pada hari ini ... KAMU jauh terlalu muda, jauh terlalu muda.
"Dan begitulah kita memasuki tahun keduamu di Hogwarts. Dan sekali lagi kamu
bertemu tantangan-tantangan yang bahkan belum pernah dihadapi para penyihir dewasa: sekali lagi kamu meloloskan dirimu di luar mimpi-mimpi terliarku. Namun, kamu tidak bertanya kepadaku lagi, mengapa Voldemort meninggalkan bekas luka itu padamu. Kita membahas bekas lukamu, oh ya ... kita sangat, sangat dekat dengan subyek itu. Mengapa aku tidak memberitahumu semuanya""
"Well, tampaknya bagiku umur dua belas hampir tidak lebih baik daripada sebelas untuk menerima informasi semacam ini. Aku membiarkanmu meninggalkanku, berlumuran darah, letih tetapi gembira, dan kalau aku merasakan tusukan ketidak tenangan bahwa aku seharusnya, mungkin, telah memberitahumu saat itu, rasa itu cepat dilenyapkan. Kamu masih terlalu muda, kau paham, dan aku tidak sanggup membuat diriku merusak malam kemenangan itu ...
"Kau lihat, Harry" Apakah kamu melihat cacat di dalam rencanaku yang brilian sekarang" Aku jatuh ke dalam perangkap yang telah kuramalkan, yang telah kuberitahu diriku sendiri bisa kuhindari, yang harus kuhindari."
"Saya tidak -- "
"Aku terlalu peduli kepadamu," kata Dumbledore singkat. "Aku lebih mempedulikan kebahagiaanmu daripada dirimu mengetahui yang sebenarnya, lebih mempedulikan ketenangan pikiranmu daripada rencanaku, lebih mempedulikan hidupmu daripada hidup orang-orang lain yang mungkin hilang kalau re
ncana itu gagal. Dengan kata lain, aku bertindak persis seperti yang diharapkan Voldemort, tindakan orang-orang bodoh yang mencintai.
"Apakah ada pembelaan" Aku menantang siapapun yang telah mengawasimu seperti yang kulakukan -- dan aku telah mengawasimu lebih seksama daripada yang bisa kau bayangkan -- tidak ingin menjauhkan lebih banyak penderitaan darimu daripada yang telah kamu derita. Apa peduliku kalau orang-orang dan makhluk-makhluk tak bernama dan tak berwajah dibantai di masa depan yang tidak jelas, kalau di sini dan sekarang kamu hidup, dan sehat, dan bahagia" Aku tak pernah mimpi bahwa aku akan mendapatkan orang semacam ini di tanganku.
"Kita memasuki tahun ketigamu. Aku memandang dari jauh ketika kamu berjuang melawan Dementor, ketika kamu menemukan Sirius, mengetahui siapa dia dan menyelamatkannya. Haruskah kuberitahu kamu saat itu, pada sat ketiak kamu telah menyambar ayah angkatmu dari rahang Kementerian dengan penuh kemenangan" Tetapi sekarang, pada usia tiga belas tahun, alasanku sudah hampir habis. Kamu mungkin muda, tetapi kamu telah membuktikan kamu istimewa. Kesadaranku tidak tenang, Harry. Aku tahu waktunya pasti akan segera tiba ...
"Tetapi kamu keluar dari labirin itu tahun lalu, setelah menyaksikan Cedric Diggory mati, setelah dirimu sendiri begitu nyaris lolos dari kematian ... dan aku tidak memberitahumu, walaupun aku tahu, sekarang Voldemort telah kembali, aku harus segera melakukannya. Dan sekarang, malam ini, aku tahu kamu telah lama siap untuk pengetahuan yang telah kusimpan darimu begitu lama, karena kamu membuktikan bahwa aku seharusnya menempatkan beban itu kepadamu sebelum ini. Satu-satunya pembelaanku hanyalah ini: aku telah menyaksikanmu berjuang di bawah beban yang lebih berat daripada murid manapun yang pernah melewati sekolah ini dan aku tidak
bisa membuat diriku menambah beban lain -- beban yang terbesar dari semuanya." Harry menunggu, tetapi Dumbledore tidak berbicara. "Saya masih tidak paham."
"Voldemort mencoba membunuhmu saat kamu masih kecil karena sebuah ramalan yang dibuat tak lama sebelum kelahiranmu. Dia tahu ramalan itu telah dibuat, walaupun dia tidak tahu isi selengkapnya. Dia bergerak untuk membunuhmu saat kamu masih bayi, percaya bahwa dia sedang memenuhi syarat-syarat ramalan itu. Dia mendapati, demi kerugiannya, bahwa dia salah, saat kutukan yang dimaksudkan untuk membunuhmu menyerang balik. Dan demikianlah, sejak dia kembali ke tubuhnya, dan khususnya sejak kelolosanmu yang luar biasa dari dirinya tahun lalu, dia telah bertekad untuk mendengar ramalan itu secara keseluruhan. Inilah senjata yang telah dicarinya begitu tekun sejak kembalinya dia: pengetahuan tentang cara menghancurkanmu."
Matahari telah terbit sepenuhnya sekarang: kantor Dumbledore bermandikan sinarnya. Lemari kaca tempat diletakkannya pedang Godric Gryffindor berpendar putih dan buram, pecahan-pecahan instrumen yagn telah Harry lempar ke lantai berkilauan seperti titik hujan, bayi Fawkes membuat bunyi ceguk halus di sarang abunya.
"Ramalan itu pecah," Harry berkata dengan hampa. "Aku sedang menarik Neville menaiki bangku-bangku di - ruangan tempat atap melengkung itu, dan aku merobek jubahnya dan ramalan itu jatuh ... "
"Benda yang pecah itu hanyalah catatan ramalan yang disimpan oleh Departemen Misteri. Tetapi ramalan itu dibuat untuk seseorang, dan orang itu memiliki cara mengingatnya kembali dengan sempurna."
"Siapa yang mendengarnya"" tanya Harry, walaupun dia mengira dia sudah tahu jawabannya.
"Aku," kata Dumbledore. "Di suatu malam yang dingin dan basah enam belas tahun yang lalu, di sebuah ruangan di atas bar di penginapan Hog"s Head. Aku pergi ke sana untuk menemui seorang pelamar untuk jabatan guru Ramalan, walaupun melawan kehendakku membiarkan mata pelajaran Ramalan diteruskan sama sekali. Namun, si pelamar merupakan cucu buyut dari seorang Penglihat yang sangat terkenal dan sangat berbakat dan kukira merupakan kesopanan biasa untuk menemuinya. Aku kecewa. Kelihatannya bagiku dia sendiri tidak punya sedikitpun karunia itu. Aku memberitahunya, dengan sopan kuharap, bahwa kukira dia tidak
akan cocok untuk jabatan itu. Aku berpaling untuk pergi."
Dumbledore bangkit dan berjalan melewati Harry ke lemari hitam yang terletak di samping tempat bertengger Fawkes. Dia membungkuk, menggeser sebuah pengait dan mengambil dari dalamnya baskom batu yang dangkal, yang terukir dengan rune-rune di sekeliling tepinya, yang di dalamnya Harry telah melihat ayahnya menyiksa Snape. Dumbledore berjalan kembali ke meja tulis, menempatkan Pensieve di atasnya, dan mengangkat tongkatnya ke pelipisnya sendiri. Dari situ, dia menarik
untaian-untaian pikiran keperakan sehalus jaring laba-laba yang lengket pada tongkat itu dan menempatkannya ke dalam baskom. Dia duduk kembali di balik meja tulisnya dan menonton pikirannya berputar dan hanyut di dalam Pensieve sejenak. Lalu, dengan helaan napas, dia mengangkat tongkatnya dan menusuk zat keperakan itu dengan ujungnya.
Sebuah figur keluar darinya, mengenakan syal-syal, matanya diperbesar ke ukuran sangat besar di balik kacamatanya, dan dia berputar lambat-lambat, kakinya di dalam baskom. Tetapi saat Sybill Trelawney berbicara, bukan dalam suara ringan dan mistiknya yang biasa, melainkan dalam nada-nada kasar dan parau yang pernah Harry dengar digunakannya sekali sebelumnya:
"Seseorang dengan kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Kegelapan mendekat ... lahir dari mereka yang telah lolos darinya tiga kali, lahir ketika bulan ketujuh mati ... dan Pangeran Kegelapan akan menandainya sebagai lawannya yang setara, tetapi dia akan memiliki kekuatan yang tak dikenal Pangeran Kegelapan ... dan yang seorang harus mati di tangan yang lainnya karena tak satupun bisa hidup sementara yang lain selamat ... seseorang dengan kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Kegelapan akan lahir ketika bulan ketujuh mati ... "
Profesor Trelawney yang berputar lambat-lambat terbenam kembali ke dalam zat perak di bawah dan menghilang.
Keheningan di dalam kantor itu mutlak. Baik Dumbledore maupun Harry maupun potret-potret tidak ada yang membuat suara. Bahkan Fawkes telah terdiam.
"Profesor Dumbledore"" Harry berkata dengan sangat pelan, karena Dumbledore, masih menatap Pensieve, kelihatannya sepenuhnya terbenam dalam pikirannya. "Apakah ... itu berarti ... apa artinya itu""
"Artinya," kata Dumbledore, "bahwa orang yang memiliki satu-satunya peluang untuk menaklukkan Lord Voldemort selamanya dilahirkan pada akhir bulan Juli, hampir enam belas tahun yang lalu. Anak laki-laki ini akan lahir dari orang tua yang telah lolos dari Voldemort tiga kali."
Harry merasa seolah-olah sesuatu mendekat kepadanya. Napasnya kelihatannya sulit lagi.
"Maksudnya -- aku""
Dumbledore mengamatinya sejenak melalui kacamatanya.
"Hal yang aneh, Harry," dia berkata dengan lembut, "adalah mungkin sama sekali bukan kamu yang dimaksud. Ramalan Sybill bisa berlaku untuk dua anak laki-laki penyihir, keduanya lahir di akhir bulan Juli tahun itu, keduanya memiliki orang tua di dalam Order of Phoenix, kedua pasang orang tua itu telah lolos dari Voldemort tiga kali. Yang seorang, tentu saja, adalah kamu. Yang satunya lagi adalah Neville Longbottom."
"Tapi kalau begitu ... tapi kalau begitu, kenapa namaku yang ada di ramalan itu dan
bukan nama Neville""
"Catatan resminya diberi label ulang setelah penyerangan Voldemort kepadamu saat kecil," kata Dumbledore. "Tampaknya jelas bagi si penjaga Aula Ramalan bahwa Voldemort hanya akan mencoba membunuhmu karena dia tahu kamulah yang ditunjuk oleh Sybill."
"Kalau begitu -- mungkin bukan aku"" kata Harry.
"Aku takut," kata Dumbledore lambat-lambat, terlihat seolah-olah setiap kata membutuhkan tenaga besar darinya, "bahwa tak ada keraguan lagi kamulah orangnya."
"Tapi kata Anda -- Neville juga lahir di akhir bulan Juli -- dan ibu dan ayahnya -- "
"Kamu melupakan bagian berikutnya dari ramalan itu, hal akhir yang mengidentifikasikan anak laki-laki yang bisa mengalahkan Voldemort ... Voldemort sendiri akan menandainya sebagai lawan yang setara. Dan begitulah yang dilakukannya, Harry. Dia memilihmu, bukan Neville. Dia memberimu bekas luka yang terbukti karunia sekaligus kutukan."
"Tetapi dia mungkin salah pilih!" kata Har
ry. "Dia mungkin telah menandai orang yang salah!"
"Dia memilih anak laki-laki yang dipikirnya paling mungkin berbahaya baginya," kata Dumbledore. "Dan perhatikan ini, Harry: dia memilih, bukan yang berdarah-murni (yang, menurut keyakinannya, satu-satunya jenis penyihir yang pantas ada atau dikenal) melainkan yang berdarah-campuran, seperti dirinya sendiri. Dia melihat dirinya sendiri di dalam dirimu sebelum dia bahkan melihatmu, dan dengan menandaimu dengan bekas luka itu, dia tidak membunuhmu, seperti yang ingin dilakukannya, tetapi memberimu kekuatan, dan masa depan, yang menyebabkan kamu bisa lolos darinya bukan sekali, melainkan empat kali sampai sejauh ini -sesuatu yang tidak pernah dicapai orang tuamu, maupun orang tua Neville."
"Kalau begitu, mengapa dia melakukannya"" kata Harry, yang merasa kebas dan kedinginan. "Mengapa dia mencoba membunuhku saat bayi" Dia seharusnya menunggu untuk melihat apakah Neville atau aku tampak lebih berbahaya ketika kami lebih besar dan mencoba membunuh siapapun saat itu -- "
"Memang, itu mungkin jalan yang lebih praktis," kata Dumbledore, "kecuali bahwa informasi Voldemort tentang ramalan itu tidak lengkap. Penginapan Hog"s Head, yang Sybill pilih karena murahnya, telah lama menarik, haruskah kita bilang, klien-klien yang lebih menarik daripada Three Broomsticks. Seperti yang kamu dan teman-temanmu temukan sendiri, dan aku juga malam itu, di tempat itu tidak pernah aman untuk mengasumsikan kamu tidak sedang dicuri dengar. Tentu saja, aku tak pernah mimpi, saat aku berangkat untuk menemui Sybill Trelawnye, bahwa aku akan mendengar apapun yang bernilai untuk dicuri dengar. Keberuntungan tunggalku -kita -- adalah bahwa si penguping terdeteksi tak lama setelah ramalannya dimulai dan dilempar keluar dari gedung itu."
"Jadi dia hanya mendengar --""
"Dia hanya mendengar permulaannya, bagian yang meramalkan kelahiran seorang anak laki-laki di bulan Juli kepada orang tua yang telah tiga kali menghadapi Voldemort. Akibatnya, dia tidak bisa memperingatkan tuannya bahwa menyerangmu akan beresiko memindahkan kekuatan kepadamu, dan menandaimu sebagai lawannya yang setara. Jadi Voldemort tak pernah tahu bahwa mungkin berbahaya menyerangmu, bahwa mungkin bijaksana untuk menunggu, tahu lebih banyak. Dia tidak tahu bahwa kau akan punya kekuatan yang tidak dikenal Pangeran Kegelapan -- "
"Tapi aku tidak punya!" kata Harry, dengan suara tercekik. "Aku tidak punya kekuatan yang tak dimilikinya, aku tidak bisa bertarung seperti dia malam ini, aku tidak bisa merasuki orang atau -- atau membunuh mereka -- "
"Ada sebuah ruangan di dalam Departemen Misteri," sela Dumbledore, "yang terkunci sepanjang waktu. Ruangan itu mengandung sebuah kekuatan yang lebih ajaib dan lebih mengerikan daripada kematian, daripada kecerdasan manusia, daripada kekuatan alam. Kekuatan itu juga, mungkin, yang paling misterius dari banyak subyek penelitian yang ada di sana. Kekuatan yang terkandung dalam ruangan itulah yang kamu miliki dalam jumlah sedemikian rupa dan yang tidak dimiliki Voldemort sama sekali. Kekuatan itu membawamu menyelamatkan Sirius malam ini. Kekuatan itu juga menyelamatkanmu dari perasukan oleh Voldemort, karena dia tidak tahan berada di dalam tubuh yang begitu penuh kekuatan yang dibencinya. Pada akhirnya, tidak masalah kalau kamu tidak bisa menutup pikiranmu. Hatimulah yang menyelamatkanmu."
Harry menutup matanya. Kalau dia tidak pergi untuk menyelamatkan Sirius, Sirius tidak akan mati ... Lebih untuk menunda saat dia harus memikirkan Sirius lagi, Harry bertanya, tanpa banyak peduli tentang jawabannya, "Akhir ramalan itu ... sesuatu mengenai ... tak satupun bisa hidup
sementara yang lainnya selamat," kata Dumbledore.
"Jadi," kata Harry, sambil mengeruk kata-kata itu dari apa yang terasa seperti sumur dalam keputusasaan dalam dirinya, "jadi apakah itu berarti bahwa ... salah seorang dari kami harus membunuh yang seorang lagi ... pada akhirnya""
"Ya," kata Dumbledore.
Untuk waktu yang lama, tak seorangpun dari mereka berbicara. Di suatu tempat jauh dari dinding-dinding kantor itu, Harry bisa mendengar suara-su
ara, murid-murid yang menuju ke Aula Besar untuk makan pagi lebih awal, mungkin. Tampaknya tidak mungkin bahwa ada orang-orang di dunia yang masih menginginkan makanan, yang tertawa, yang tidak tahu maupun peduli bahwa Sirius Black sudah pergi untuk selamanya. Sirius tampaknya sudah sejuta mil jauhnya; bahkan sekarang suatu bagian diri Harry masih percaya bahwa kalau saja dia menarik tudung itu, dia akan menemukan Sirius memandang balik kepadanya, menyambutnya, mungkin, dengan tawanya yang mirip gonggongan ...
"Kurasa aku berhutang penjelasan lain kepadamu, Harry," kata Dumbledore dengan bimbang. "Kamu, mungkin, bertanya-tanya mengapa aku tak pernah memilihmu
sebagai prefek" Aku harus mengaku ... bahwa aku berpikir ... kamu sudah punya cukup tanggung jawab."
Harry memandang kepadanya dan melihat sebutir air mata menetes menuruni wajah Dumbledore ke dalam janggut perak panjangnya.
BAB TIGA PULUH DELAPAN Perang Kedua Dimulai DIA YANG NAMANYA TIDAK BOLEH DISEBUT KEMBALI
"Dalam sebuah pernyataan singkat pada hari Jumat malam, Menteri Sihir Cornelius Fudge membenarkan bahwa
Dia Yang Namanya Tidak Boleh Disebut telah kembali ke negara ini dan sekali lagi telah aktif.
""Dengan rasa penyesalan besar saya harus menegaskan bahwa penyihir yang menyebut dirinya Lord --well,
kalian tahu siapa yang kumaksud -- masih hidup dan telah berada di antara kita lagi," kata Fudge, terlihat lelah
dan bingung ketika berbicara kepada para reporter. "Dengan rasa penyesalan yang hampir sama besarnya kami
melaporkan bahwa pemberontakan massal para Dementor Azkaban, yang telah memperlihatkan penolakan mereka
untuk terus bekerja bagi Kementerian. Kami percaya para Dementor sekarang menerima perintah dari Lord -- Itu.
""Kami mendesak masyarakat sihir tetap waspada. Kementerian sekarang menerbitkan penuntun-penuntun
pertahanan rumah dan pribadi tingkat dasar yang akan dikirimkan secara cuma-cuma kepada semua rumah
penyihir dalam bulan mendatang."
"Penyataan Menteri disambut dengan kecemasan dan ketakutan dari komunitas sihir, yang sampai baru-baru ini
hingga Rabu lalu menerima jaminan Kementerian bahwa "tidak ada kebenaran apapun dalam rumor-rumor
berkepanjangan bahwa Kau-Tahu-Siapa sedang beroprerasi di antara kita sekali
lagi". "Detil mengenai kejadian-kejadian yang mengarah pada perubahan haluan Kementerian masih kabur, walaupun
diyakini bahwa Dia Yang Namanya Tidak Boleh Disebut dan sekumpulan pengikutnya yang terpilih (dikenal
sebagai Pelahap Maut) masuk ke dalam Kementerian Sihir sendiri pada hari Selasa malam.
"Albus Dumbledore, yang baru-baru ini dikembalikan ke kedudukan Kepala Sekolah Sihir Hogwarts, anggota
Konfederasi Penyihir Internasional dan Ketua Penyihir Wizengamot, sampai saat ini belum bisa diminati komentar,
Beliau telah bersikeras selama setahun belakangan ini bahwa Anda-Tahu-Siapa belum mati, seperti yang
diharapkan dan diyakini secara luas, melainkan sedang merekrut pengikut sekali lagi untuk percobaan baru
merebut kekuasaan. Sementara itu, "Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup" -"Di sana kamu, Harry, aku tahu mereka akan menyeret kamu ke dalamnya
bagaimanapun," kata Hermione, sambil memandang lewat puncak surat kabar
kepadanya. Mereka sedang berada di sayap rumah sakit. Harry sedang duduk di ujung tempat tidur Ron dan mereka berdua sedang mendengarkan Hermione membacakan halaman depan Sunday Prophet. Ginny, yang mata kakinya telah disembuhkan dengan sekejab mata oleh Madam Pomfrey, bergelung di kaki ranjang Hermione; Neville, yang hidungnya juga telah dikembalikan ke ukuran dan bentuk normal, berada di sebuah kursi di antara kedua tempat tidur; dan Luna, yang telah datang berkunjung, menggenggam edisi terbaru The Quibbler, sedang membaca majalah itu terbalik dan tampaknya tidak mendengarkan sepatah katapun yang sedang dikatakan Hermione.
"Dia "anak laki-laki yang bertahan hidup" lagi sekarang, bukan begitu"" kata Ron dengan muram. "Bukan tukang pamer yang suka menipu lagi, eh""
Dia mengambil segenggam penuh Cokelat Kodok dari tumpukan besar di atas lemari sisi tempat tidurnya, melempar beberapa kepada Harry, Ginny dan Neville dan
merobek pembungkus cokelatnya sendiri dengan giginya. Masih ada bilur dalam di lengannya tempat tentakel-tentakel otak itu membelitnya. Menurut Madam Pomfrey, pikiran bisa meninggalkan bekas luka yang lebih dalam daripada hampir semua benda lain, walaupun sejak dia mulai memakaikan sejumlah besar Minyak Penghilang Dr Ubbly tampaknya telah ada sedikit perbaikan.
"Ya, mereka memuji-muji kamu sekarang, Harry," kata Hermione, sambil membaca sekilas artikel itu. ""Satu-satunya suara kebenaran ... dianggap tidak seimbang, namun tidak pernah ragu-ragu dalam ceritanya ... dipaksa menanggung ejekan dan fitnah ..." Hmmm," katanya, sambil merengut, "kuperhatikan mereka tidak menyebut fakta bahwa merekalah yang melakukan semua ejekan dan fitnahan itu di Prophet ... "
Dia mengerenyit sedikit dan meletakkan sebelah tangan ke tulang iganya. Kutukan yang digunakan Dolohov kepadanya, walaupun kurang efektif daripada seharusnya kalau dia bisa mengatakan manteranya kuat-kuat, meskipun demikian mengakibatkan, dengan kata-kata Madam Pomfrey, "cedera yang cukup parah". Hermione harus meminum sepuluh jenis ramuan yang berbeda setiap harinya, membaik dengan cepat, dan sudah bosan dengan sayap rumah sakit.
"Usaha Terakhir Anda-Tahu-Siapa untuk Mengambil Alih, halaman dua hingga empat, Apa yang Seharusnya Diberitahu Kementerian Kepada Kita, halaman lima, Mengapa Tak Seorangpun Mendengarkan Albus Dumbledore, halaman enam hingga delapan, Wawancara Eksklusif dengan Harry Potter, halaman sembilan ... Well," kata Hermione, sambil melipat surat kabar itu dan melemparkannya ke samping, "jelas memberi mereka banyak bahan untuk ditulis. Dan wawancara dengan Harry itu tidak eksklusif, yang satu itu sudah ada di The Quibbler berbulan-bulan lalu
"Daddy jual kepada mereka," kata Luna dengan tidak jelas, sambil membalikkan satu halaman The Quibbler. "Dia juga dapat harga yang sangat bagus, jadi kami akan pergi pada ekspedisi ke Sweden musim panas ini untuk melihat apakah kami bisa menangkap seekor Snorckack Tanduk-Kisut."
Hermione tampaknya bergumul dengan dirinya sendiri sejenak, lalu berkata, "Itu kedengarannya menyenangkan."
Ginny beradu pandang dengan Harry dan mengalihkan pandangannya cepat-cepat, sambil nyengir.
"Jadi, ngomong-ngomong," kata Hermione, sambil duduk sedikit lebih tegak dan mengerenyit lagi, "apa yang sedang terjadi di sekolah""
"Well, Flitwick sudah menghilangkan rawa-rawa Fred dan George," kata Ginny, "dia melakukannya dalam waktu sekitar tiga detik. Tapi dia menyisakan sepetak kecil di bawah jendela dan dia memberi tali di sekitarnya -- "
"Kenapa"" kata Hermione, tampak terkejut.
"Oh, dia cuma bilang itu sihir yang sangat bagus," kata Ginny sambil mengangkat bahu.
"Kukira dia meninggalkannya sebagai monumen untuk Fred dan George," kata Ron, melalui semulut penuh cokelat. "Mereka mengirim ini semua untukku, kau tahu," dia memberitahu Harry, sambil menunjuk pada gunung kecil Kodok di sampingnya. "Pastilah sukses dari toko lelucon itu, eh""
Hermione memandang dengan agak mencela dan bertanya, "Jadi apakah semua masalahnya sudah berhenti sekarang setelah Dumbledore kembali""
"Ya," kata Neville, "semuanya sudah kembali seperti biasanya."
"Kurasa Filch senang, bukan"" tanya Ron, sambil menyandarkan sebuah Kartu Cokelat Kodok yang menggambarkan Dumbledore ke teko airnya.
"Tidak sama sekali," kata Ginny. "Sebenarnya dia benar-benar sengsara Dia merendahkan suaranya menjadi bisikan. "Dia terus berkata Umbridge hal terbaik yang pernah terjadi di Hogwarts ... "
Mereka berenam semuanya memandang berkeliling. Profesor Umbridge sedang berbaring di tempat tidur di seberang mereka, menatap ke atas ke langit-langit. Dumbledore telah berjalan sendirian ke dalam Hutan untuk menyelamatkannya dari para centaur; bagaimana caranya -- bagaimana dia muncul dari pohon-pohon sambil menyokong Profesor Umbridge tanpa satu goresan pun pada dirinya -- tak seorangpun tahu, dan Umbridge jelas tidak akan cerita. Sejak dia kembali ke kastil dia belum, sejauh yang mereka tahu, mengucapkan sepatah katapun. Tak seorangpun juga benar-benar tahu apa yang salah dengan dirinya.
Rambut tikusnya yang biasanya rapi sangat berantakan dan masih ada potongan-potongan ranting dan daun di dalamnya, tetapi selain itu dia tampak tidak cedera.
"Madam Pomfrey bilang dia cuma terguncang," bisik Hermoine.
"Lebih seperti merajuk," kata Ginny.
"Yeah, dia menunjukkan tanda-tanda kehidupan kalau kalian melakukan ini," kata Ron, dan dengan lidahnya dia membuat bunyi keletak-keletuk pelan. Umbridge mendadak duduk tegak, sambil memandang ke sekitarnya dengan liar.
"Ada yang salah, Profesor"" seru Madam Pomfrey, sambil menjulurkan kepalanya dari pintu kantornya.
"Tidak ... tidak kata Umbridge, sambil terbenam kembali ke bantalnya. "Tidak, aku pasti bermimpi ... "
Hermione dan Ginny meredam tawa mereka di seprai.
"Berbicara tentang centaur," kata Hermione, saat dia sudah pulih sedikit, "siapa guru
Ramalan sekarang" Apakah Firenze akan tetap tinggal""
"Dia harus," kata Harry, "para centaur lain tidak mau menerimanya kembali, bukan""
"Tampaknya dia dan Trelawney dua-duanya akan mengajar," kata Ginny.
"Aku yakin Dumbledore berharap dia bisa menyingkirkan Trelawney untuk selamanya," kata Ron, sekarang sedang mengunyah Kodoknya yang keempat belas. "Kalian ingat, seluruh mata pelajaran itu tidak berguna kalau kalian tanya aku, Firenze tidak lebih baik ... "
"Bagaimana kamu bisa mengatakan itu"" Hermione menuntut. "Setelah kita baru saja menemukan bahwa ada ramalan yang sebenarnya""
Jantung Harry mulai berpacu. Dia belum memberitahu Ron, Hermione atau siapapun juga apa isi ramalan itu. Neville telah memberitahu mereka benda itu pecah saat Harry menariknya menaiki tangga batu di Ruangan Kematian dan Harry belum mengkoreksi kesan ini. Dia tidak siap melihat ekspresi mereka saat dia memberitahu mereka bahwa dia harus menjadi pembunuh atau korban, tidak ada cara lain ...
"Sayang ramalan itu pecah," kata Hermione pelan, sambil menggelengkan kepalanya.
"Yeah, memang," kata Ron. "Tetap saja, setidaknya Kau-Tahu-Siapa juga tidak akan pernah menemukan apa isinya -- mau ke mana kamu"" dia menambahkan, tampak terkejut sekaligus kecewa ketika Harry berdiri.
"Er -- ke tempat Hagrid," kata Harry. "Kalian tahu, dia baru saja kembali dan aku janji aku akan ke sana menemuinya dan memberitahu dia bagaimana keadaan kalian."
"Oh, kalau begitu baiklah," kata Ron menggerutu, sambil memandang keluar dari jendela kamar asrama itu ke petak langit biru cerah di baliknya. "Kuharap kami bisa ikut."
"Berikan salam kami kepadanya!" seru Hermione, ketika Harry turun dari bangsal itu. "Dan tanya dia apa yang terjadi dengan ... teman kecilnya!"
Harry melambaikan tangannya untuk memperlihatkan dia mendengarnya dan mengerti ketika dia meninggalkan kamar asrama itu.
Kastil kelihatannya sangat tenang bahkan untuk hari Minggu. Semua orang jelas sedang berada di luar di halaman sekolah yang cerah, menikmati akhir ujian mereka dan prospek beberapa hari terakhir semester itu tidak terhambat oleh pengulangan pelajaran atau pekerjaan rumah. Harry berjalan lambat-lambat menyusuri koridor yang sepi, sambil mengintip keluar dari jendela; dia bisa melihat orang-orang bermain-main di air dekat lapangan Quidditch dan sejumlah murid berenang di dalam danau, ditemani oleh cumi-cumi raksasa.
Dia mendapati sulit untuk memutuskan apakah dia mau berada dekat orang-orang atau tidak; kapanpun dia mendapat teman dia ingin menjauh dan kapanpun dia
sendirian dia ingin ditemani. Namun, dia mengira dia mungkin sebaiknya pergi mengunjungi Hagrid, karena dia belum berbicara kepadanya dengan pantas sejak kembalinya ...
Harry baru saja menuruni anak tangga pualam terakhir ke Aula Depan saat Malfoy, Crabbe dan Goyle muncul dari sebuah pintu di sebelah kanan yang Harry tahu mengarah ke ruang duduk Slytherin. Harry terdiam di tempat; begitu pula Malfoy dan yang lainnya. Satu-satunya suara adalah teriakan, tawa dan ceburan yang masuk ke Aula dari halaman sekolah melalui pintu-pintu depan yang terbuka.
Malfoy memandang sekilas ke sekeliling -- Harry tahu dia sedang mencari tanda-tanda guru -- lalu dia melihat kembali kepada Harry dan berkata dengan suara rendah, "Mati kau, Potter."
Harry meng angkat alisnya. "Lucu," katanya, "kau akan mengira aku akan berhenti berjalan ke sana ke mari
Malfoy tampak lebih marah daripada yang pernah dilihat Harry; dia merasakan semacam kepuasan melihat wajahnya yang pucat dan runcing berubah bentuk karena marah.
"Kau akan bayar," kata Malfoy dengan suara yang hampir tidak lebih keras daripada bisikan. "Aku akan membuatmu membayar apa yang sudah kamu lakukan pada ayahku ... "


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Well, aku ngeri sekarang kata Harry dengan kasar. "Kurasa Lord Voldemort hanya pemanasan dibandingkan dengan kalian bertiga -- ada apa"" dia menambahkan, karena Malfoy, Crabbe dan Goyle semuanya tampak terkejut mendengar nama itu. "Dia sobat ayahmu, bukan" Tidak takut padanya, kalian""
"Kau kira kau sangat hebat, Potter," kata Malfoy, maju sekarang, Crabbe dan Goyle mengapitnya. "Tunggu saja. Aku akan menghabisimu. Kau tidak bisa memasukkan ayahku ke dalam penjara -- "
"Kukira baru saja kulakukan," kata Harry.
"Para Dementor sudah meninggalkan Azkaban," kata Malfoy pelan. "Dad dan yang lainnya akan segera keluar ... "
"Yeah, kuduga begitu," kata Harry. "Tetap saja, setidaknya semua orang tahu sampah seperti apa mereka sekarang -- "
Tangan Malfoy melayang ke arah tongkatnya, tetapi Harry terlalu cepat baginya; dia telah mengambil tongkatnya sendiri sebelum jari-jari Malfoy bahkan memasuki kantong jubahnya.
"Potter!" Suara itu berdering menyeberangi Aula Depan. Snape telah muncul dari tangga
yang mengarah ke kantornya dan ketika melihatnya Harry merasakan desakan kebencian melampaui apapun yang dirasakannya terhadap Malfoy ... apapun yang Dumbledore katakan, dia tidak akan pernah memaafkan Snape ... takkan pernah ...
"Apa yang sedang kamu lakukan, Potter"" kata Snape, sedingin dulu, ketika dia berjalan kepada mereka berempat.
"Aku sedang mencoba memutuskan kutukan apa yang akan kugunakan pada Malfoy, sir," kata Harry dengan garang.
Snape menatapnya. "Simpan tongkatmu seketika," dia berkata dengan kaku. "Sepuluh poin dari Gryff-- "
Snape memandang jam pasir raksasa di dinding dan tersenyum mengejek.
"Ah, kulihat tidak ada lagi poin yang tersisa di jam pasir Gryffindor untuk dibuang. Kalau begitu, Potter, kita hanya harus -- "
"Menambah lagi""
Profesor McGonagall baru saja berjalan menaiki undakan batu ke dalam kastil; dia membawa tas kotak-kotak di satu tangan dan bersandar hebat ke sebuah tongkat berjalan dengan tangan lainnya, tetapi selain itu tampak sangat sehat.
"Profesor McGonagall!" kata Snape, sambil berjalan maju. "Keluar dari St Mungo, kulihat!"
"Ya, Profesor Snape," kata Profesor McGonagall, sambil melepaskan mantel bepergiannya, "Aku sama sekali sudah sehat. Kalian berdua -- Crabbe -- Goyle -- "
Dia memberi isyarat dengan memerintah kepada mereka untuk maju dan mereka datang sambil menyeret kaki-kaki besar mereka dan tampak canggung.
"Ini," kata Profesor McGonagall, sambil menyorongkan tasnya ke dada Crabbe dan mantelnya ke dada Goyle, "bawa ini ke kantorku."
Mereka berpaling dan berjalan pergi menaiki tangga pualam.
"Baik kalau begitu," kata Profesor McGonagall, sambil memandang ke atas kepada jam pasir di dinding. "Well, kukira Potter dan teman-temannya harus mendapatkan lima puluh poin seorang karena menyiagakan dunia atas kembalinya Kau-Tahu-Siapa. Bagaimana menurut Anda, Profesor Snape""
"Apa"" kata Snape keras, walaupun Harry tahu dia mendengarnya dengan baik. "Oh -- well -- kurasa ... "
"Jadi masing-masing lima puluh untuk Potter, kedua Weasley, Longbottom dan Miss Granger," kata Profesor McGonagall, dan hujan batu rubi jatuh ke dasar jam pasir Gryffindor ketika dia berbicara. "Oh -- dan lima puluh untuk Miss Lovegood,
kurasa," dia menambahkan, dan sejumlah batu safir jatuh ke dalam jam pasir Ravenclaw. "Sekarang, Anda ingin mengambil sepuluh dari Potter, kukira, Profesor Snape -- jadi ini dia ... "
Beberapa rubi kembali ke bola bagian atas, walau begitu meninggalkan sejumlah besar di bagian bawah.
"Well, Potter, Malfoy, kukira kalian seharusnya berada di luar di hari cerah seperti ini," Profesor McGonagall meneruskan dengan cepat.
Harry tidak perlu disuruh dua kali -- dia memasukkan tongka
tnya kembali ke bagian dalam jubahnya dan menuju langsung ke pintu-pintu depan tanpa memandang sekalipun kepada Snape dan Malfoy.
Sinar matahari yang panas mengenainya ketika dia berjalan menyeberangi halaman sekolah menuju kabin Hagrid. Murid-murid yang berbaring di atas rumput bermandikan sinar matahari, sambil berbincang-bincang, membaca Sunday Prophet dan makan permen, memandangnya ketika dia lewat; beberapa memanggilnya, atau melambai, jelas sangat ingin memperlihatkan bahwa mereka, seperti Prophet, sudah tahu apa yang terjadi tiga hari yang lalu, tetapi sejauh ini dia menghindari ditanya dan lebih suka menjaganya terus begitu.
Awalnya dia mengira saat dia mengetuk pintu kabin Hagrid bahwa Hagrid keluar, tetapi kemudian Fang menyerbu dari sudut dan hampir menggulingkannya karena antusiasme penyambutannya. Hagrid, ternyata, sedang memungut kacang bersulur di kebun belakangnya.
"Baik-baik saja, Harry!" katanya, sambil tersenyum, saat Harry mendekati pagar. "Masuk, masuk, kita akan minum secangkir jus dandelion ... "
"Bagaimana keadaannya"" Hagrid bertanya kepadanya, ketika mereka duduk di meja kayunya dengan masing-masing segelap jus dingin. "Kau -- er -- baik-baik saja,
bukan"" Harry tahu dari tampang kuatir di wajah Hagrid bahwa dia tidak sedang mengacu pada kesehatan fisik Harry.
"Aku baik," kata Harry cepat, karena dia tidak sanggung membahas hal yang dia tahu berada dalam pikiran Hagrid. "Jadi, ke mana saja kamu""
"Sembunyi di pegunungan," kata Hagrid. "Di gua, seperti Sirius waktu dia -- "
Hagrid berhenti, berdehem dengan kasar, memandang Harry, dan minum jusnya banyak-banyak.
"Ngomong-ngomong, sudah balik sekarang," dia berkata dengan lemah.
"Kamu -- kamu tampak lebih baik," kata Harry, yang bertekad menjaga percakapan itu menjauh dari Sirius.
"Apa"" kata Hagrid, sambil mengangkat sebelah tangannya yang besar dan merasakan wajahnya. "Oh -- Oh yeah. Well, Grawpy sudah jauh lebih baik kelakuannya sekarang, jauh. Tampaknya sangat senang melihatku waktu aku balik, sejujurnya. Dia anak yang baik, sebenarnya ... Aku telah memikirkan untuk mencoba temukan teman wanita untuknya, sebenarnya ... "
Harry biasanya akan mencoba membujuk Hagrid keluar dari gagasan ini seketika; prospek raksasa kedua yang berdiam di Hutan, mungkin lebih liar dan lebih brutal daripada Grawp, sangat mengkhawatirkan, tetapi entah bagaimana Harry tidak bisa mengerahkan tenaga yang diperlukan untuk mendebatkan poin itu. Dia mulai berharap dia sendirian lagi, dan dengan ide mempercepat kepergiannya dia meneguk jus dandelionnya banyak-banyak beberapa kali, setengah mengosongkan gelasnya.
"Semua orang tahu kau katakan yang sebenarnya sekarang, Harry," kata Hagrid pelan dan tak terduga. Dia sedang mengamati Harry dengan seksama. "Itu pasti lebih baik, bukan""
Harry mengangkat bahu. "Lihat Hagrid mencondongkan badan ke arahnya dari seberang meja, "Aku kenal Sirius lebih lama dari kamu ... dia mati dalam pertarunganm dan begitulah cara kepergian yang diinginkannya -- "
"Dia tidak mau pergi sama sekali!" kata Harry dengan marah.
Hagrid menundukkan kepala berewokannya yang besar.
"Tidak, kukira tidak," katanya dengan pelan. "Tetap saja, Harry ... dia tidak akan pernah jadi seseorang yang duduk di rumah dan membiarkan orang lain bertarung. Dia tidak akan bisa menerima dirinya sendiri kalau dia tidak pergi membantu -- "
Harry melompat bangkit. "Aku harus pergi mengunjungi Ron dan Hermione di sayap rumah sakit," dia berkata seperti mesin.
"Oh," kata Hagrid, tampak agak terganggu. "Oh ... kalau begitu baiklah, Harry ... jaga dirimu, dan kembalilah ke sini kalau kamu punya ... "
"Yeah ... benar Harry menyeberang ke pintu secepat yang dia bisa dan menariknya membuka; dia berada di luar di bawah sinar matahari lagi sebelum Hagrid selesai mengatakan selamat tinggal, dan berjalan pergi menyeberangi halaman. Sekali lagi, orang-orang memanggilnya ketika dia lewat. Dia menutup matanya sejenak, berharap mereka semua menghilang, sehingga dia bisa membuka matanya dan mendapati dirinya sendirian di halaman sekolah ...
Beberapa hari yang lalu, sebelum ujiannya selesai dan
dia melihat pandangan yang ditanamkan Voldemort ke dalam pikirannya, dia akan memberikan hampir semuanya
agar dunia sihir tahu dia menceritakan yang sebenarnya, agar mereka percaya bahwa Voldemort sudah kembali, dan tahu bahwa dia bukan pembohong ataupun orang sinting. Namun, sekarang ...
Dia berjalan sedikit mengitari danau, duduk di tepinya, terlindung dari tatapan orang yang lalu-lalang di belakang semak-semak, dan menatap ke air yang berkilauan, sambil berpikir ...
Mungkin alasan dia ingin sendirian adalah karena dia merasa terisolasi dari semua orang sejak pembicaraannya dengan Dumbledore. Suatu penghalang yang tidak tampak telah memisahkan dirinya dari sisa dunia yang lain. Dia -- selalu -- menjadi orang yang ditandai. Hanya saja dia tidak pernah benar-benar mengerti apa artinya itu
Dan duduk di sini di tepi danau, dengan kesedihan berat yang berlarut-larut, dengan kehilangan Sirius yang baru saja terjadi, dia tidak bisa mengerahkan rasa takut apapun. Hari itu cerah, dan halaman sekolah di sekelilingnya penuh orang-orang yang sedang tertawa, dan walaupun dia merasa jauh dari mereka seolah-olah dia berasal dari ras yang berbeda, masih sangat sulit percaya saat dia duduk di sini bahwa hidupnya harus melibatkan, atau berakhir dengan, pembunuhan ...
Dia duduk di sana lama, sambil menatap air, mencoba tidak memikirkan ayah angkatnya atau mengingat bahwa tepat di seberang sinilah, di tepi seberang, Sirius pernah tumbang sambil mencoba menyingkirkan seratus Dementor ...
Matahari telah terbenam sebelum dia sadar dia kedinginan. Dia bangkit dan kembali ke kastil, sambil menyeka wajahnya pada lengan bajunya.
Ron dan Hermione meninggalkan sayap rumah sakit sembuh sepenuhnya tiga hari sebelum akhir semester. Hermione terus menunjukkan tanda-tanda ingin berbicara tentang Sirius, tetapi Ron cenderung membuat suara mendiamkan setiap kali dia menyebut namanya. Harry masih tidak yakin apakah dia ingin berbicara mengenai ayah angkatnya atau tidak; keinginannya berganti-ganti sesuai dengan suasana hatinya. Namun, dia tahu satu hal: walaupun dia tidak senang pada saat ini, dia akan sangat merindukan Hogwarts dalam waktu beberapa hari saat dia kembali berada di Privet Drive nomor empat. Walaupun sekarang dia mengerti benar mengapa dia harus kembali ke sana setiap musim panas, dia tidak merasa lebih baik mengenainya. Bahkan, dia belum pernah lebih ketakutan atas kepulangannya.
Profesor Umbridge meninggalkan Hogwarts sehari sebelum akhir semester. Tampaknya dia keluar diam-diam dari sayap rumah sakit waktu makan siang, jelas berharap pergi tanpa terdeteksi, tetapi sayangnya bagi dia, dia bertemu Peeves di tengah jalan, yang meraih kesempatan terakhirnya untuk melakukan seperti yang diperintahkan Fred, dan mengejarnya dengan senang dari tempat itu sambil memukulnya bergantian dengan sebuah tongkat berjalan dan sebuah kaus kaki penuh kapur. Banyak murid berlarian ke Aula Depan untuk menonton dia berlari pergi di jalan setapak dan Kepala-Kepala Asrama mencoba dengan setengah hati untuk menahan mereka. Bahkan, Profesor McGonagall terbenam kembali ke kursinya di meja guru setelah sedikit celaan lemah dan jelas-jelas terdengar menyatakan penyesalan bahwa dia tidak bisa berlari menyoraki Umbridge sendiri, karena Peeves
meminjam tongkat berjalannya.
Malam terakhir mereka di sekolah tiba; kebanyakan orang telah selesai berkemas dan sudah menuju pesta perpisahan akhir tahun ajaran, tetapi Harry bahkan belum mulai.
"Lakukan saja besok!" kata Ron, yang sedang menunggu di pintu kamar asrama mereka. "Ayolah, aku kelaparan."
"Aku tidak akan lama ... begini, kamu pergi saja dulu
Tetapi ketika pintu kamar asrama menutup di belakang Ron, Harry tidak berusaha mempercepat berkemasnya. Hal terakhir yang ingin dilakukannya adalah menghadiri Pesta Perpisahan. Dia kuatir Dumbledore akan membuat acuan kepada dirinya dalam pidatonya. Dia pasti menyebut kembalinya Voldemort; lagipula, dia telah membicarakan hal itu kepada mereka tahun lalu ...
Harry menarik beberapa jubah kusut keluar dari bagian paling dasar kopernya untuk memberi ruang bagi jubah-jubah yang ter
lipat dan, ketika dia berbuat demikian, memperhatikan sebuah paket yang terbungkus sembarangan tergeletak di salah satu sudut koper. Dia tidak bisa memikirkan untuk apa paket itu ada di sana. Dia membungkuk, menariknya keluar dair bawah celananya dan memeriksanya.
Dia menyadari apa itu dalam beberapa detik. Sirius telah memberikannya kepadanya persis di dalam pintu depan Grimmauld Place nomor dua belas. "Gunakan kalau kamu perlu aku, oke""
Harry merosot ke atas tempat tidurnya dan membuka pembungkus paket itu. Jatuhlah sebuah cermin kecil persegi. Cermin itu tampak tua; jelas kotor. Harry memegangnya di depan wajahnya dan melihat bayangannya sendiri memandang balik kepadanya.
Dia membalikkan cermin itu. Di sisi sebaliknya tercoret catatan dari Sirius. Ini cermin dua arah, aku punya pasangannya. Kalau kamu perlu bicara denganku, sebut saja namaku kepada cermin; kamu akan muncul dalam cerminku dan aku akan bisa berbicara ke dalam cerminmu. James dan aku dulu menggunakannya waktu kami kena detensi di tempat terpisah.
Jantung Harry mulai berpacu. Dia teringat melihat orang tuanya yang sudah meninggal di dalam Cermin Tarsah empat tahun yang lalu. Dia akan bisa berbicara dengan Sirius lagi, sekarang juga, dia tahu itu -Dia memandang berkeliling untuk memastikan tak ada seorangpun di sana; asrama itu kosong. Dia memandang balik kepada cermin, mengangkatnya ke depan wajahnya dengan tangan gemetaran dan berkata, keras dan jelas, "Sirius."
Napasnya berkabut di permukaan kaca. Dia memegang cermin itu lebih dekat lagi, rasa gembira membanjiri dirinya, tetapi mata yang berkedip balik kepadanya melalui kabut jelas matanya sendiri.
Dia menyeka cermin itu supaya jelas lagi dan berkata, sehingga setiap suku kata berdering dengan jelas di ruangan itu:
"Sirius Black!"
Tak ada yang terjadi. Wajah frustrasi yang memandang balik dari cermin itu masih, jelas, wajahnya sendiri ...
Sirius tidak membawa cerminya saat dia melewati atap melengkung itu, kata sebuah suara kecil di kepala Harry. Itulah sebabnya cermin itu tidak bekerja ...
Harry terdiam sejenak, lalu melemparkan cermin itu kembali ke dalam koper tempat cermin itu pecah. Dia sudah yakin, selama satu menit penuh, bahwa dia akan bisa melihat Sirius, berbicara dengannya lagi ...
Kekecewaan membara di tenggorokannya; dia bangkit dan mulai melemparkan
barang-barangnya sembarangan menutupi cermin pecah itu -Tapi sebuah ide timbul dalam dirinya ... ide yang lebih baik daripada cermin ... ide
yang jauh lebih besar, jauh lebih penting ... kenapa dia belum pernah memikirkannya
sebelumnya -- kenapa dia tidak pernah bertanya"
Dia berlari cepat keluar dari kamar asrama dan menuruni tangga spiral, menghantam dinding di sepanjang jalan dan hampir tidak memperhatikannya; dia menderu cepat menyeberangi ruang duduk yang kosong, melalui lubang potret dan menyusuri koridor, mengabaikan Nyonya Gemuk, yang memanggilnya: "Pesta sudah akan dimulai, kau tahu, kau hampir saja terlambat!"
Tetapi Harry tidak berniat menghadiri pesta ...
Kenapa bisa tempat itu penuh hantu saat kau tidak perlu seorang, namun sekarang
Dia berlari menuruni tangga-tangga dan menyusuri koridor-koridor dan tak bertemu siapapun yang hidup maupun mati. Mereka semua, jelas, berada di Aula Besar. Di luar ruang kelas Jimat dan Guna-Guna dia berhenti, sambil terengah-engah dan berpikir dengan sedih bahwa dia harus menunggu sampai kemudian, setelah akhir pesta ...
Tetapi persis ketika dia telah menyerah, dia melihatnya -- seseorang yang tembus pandang yang melayang menyusuri akhir koridor itu.
"Hei -- hei Nick! NICK!"
Hantu itu menjulurkan kepalanya dari dinding, memperlihatkan topi yang luar biasa dan kepala yang bergoyang berbahaya milik Sir Nicholas de Mimsy-Porpington.
"Selamat malam," katanya, sambil menarik sisa tubuhnya dari batu padat dan tersenyum kepada Harry. "Kalau begitu, aku bukan satu-satunya yang terlambat" Walaupun," dia menghela napas, "dengan arti yang agak berbeda, tentu saja (Late selain terlambat, juga bisa diartikan sebagai mendiang)
"Nick, boleh aku tanya sesuatu kepadamu""
Suatu ekspresi yang sangat aneh timbul di waja
h Nick si Kepala-Nyaris-Putus ketika dia memasukkan sebuah jari ke kerut kaku di lehernya dan menariknya sedikit lebih tegak, tampaknya untuk memberi dirinya sedikit waktu berpikir. Dia hanya berhenti saat kepalanya yang terpotong sebagian kelihatannya akan jatuh.
"Er -- sekarang, Harry"" kata Nick, tampak tidak nyaman. "Tak bisa tunggu sampai akhir pesta""
"Tidak -- Nick -- tolong," kata Harry, "aku benar-benar butuh berbicara kepadamu. Bisakah kita masuk ke dalam sini""
Harry membuka pintu ke ruang kelas terdekat dan Nick si Kepala-Nyaris-Putus menghela napas.
"Oh, baiklah," katanya, tampak menyerah. "Aku tidak bisa berpura-pura belum menduganya."
Harry sedang memegang pintu terbuka baginya, tetapi alih-alih dia melayang melalui dinding.
"Menduga apa"" Harry bertanya, ketika dia menutup pintu.
"Kamu akan datang menjumpaiku," kata Nick, sekarang meluncur ke jendela dan melihat keluar pada halaman sekolah yang semakin gelap. "Terjadi, kadang-kadang ... saat seseorang menderita ... kemalangan."
"Well," kata Harry, menolak dialihkan. "Kamu benar, aku -- aku datang untuk menjumpaimu."
Nick tidak berkata apa-apa.
"Hanya -- " kata Harry, yang mendapati ini lebih canggung daripada yang diharapkannya, "hanya saja -- kamu sudah mati. Tapi kamu masih ada di sini, bukan""
Nick menghela napas dan terus menatap keluar ke halaman.
"Itu benar, bukan"" Harry mendesaknya. "Kamu mati, tapi aku berbicara kepadamu ... kamu bisa berjalan di Hogwarts dan segalanya, bukan""
"Ya," kata Nick si Kepala-Nyaris-Putus dengan pelan, "Aku bisa jalan dan bicara,
ya." "Jadi, kamu kembali, bukan"" kata Harry mendesak. "Orang-orang bisa kembali, bukan" Sebagai hantu. Mereka tidak harus menghilang sepenuhnya. Well"" dia menambahkan dengan tidak sabar, saat Nick terus tidak mengatakan apa-apa.
Nick si Kepala-Nyaris-Putus bimbang, lalu berkata, "Tidak semua orang bisa kembali sebagai hantu."
"Apa maksudmu"" kata Harry cepat-cepat.
"Cuma ... cuma penyihir."
"Oh," kata Harry, dan dia hampir tertawa karena lega. "Well, kalau begitu OK, orang yang kutanyai adalah penyihir. Jadi dia bisa kembali, benar""
Nick berpaling dari jendela dan memandang Harry dengan sedih.
"Dia tidak akan kembali."
"Siapa"" "Sirius Black," kata Nick.
"Tapi kau kembali!" kata Harry dengan marah. "Kau kembali -- kamu sudah mati dan kamu tidak menghilang -- "
"Para penyihir bisa meninggalkan jejak mereka di atas bumi, untuk berjalan tempat diri mereka yang masih hidup dulu berjalan," kata Nick dengan sengsara. "Tapi sangat sedikit penyihir yang memilih jalan itu."
"Kenapa tidak"" kata Harry. "Lagipula -- tidak masalah -- Sirius tidak akan peduli kalau itu tidak biasa, dia akan kembali, aku tahu itu!"
Dan begitu kuatnya keyakinannya, Harry bahkan memalingkan kepalanya untuk memeriksa pintu, yakin, selama sepersekian detik, bahwa dia akan melihat Sirius, seputih mutiara dan tembus pandang tetapi tersenyum, berjalan melalui pintu itu ke arahnya.
"Dia tidak akan kembali," ulang Nick. "Dia pasti sudah ... pergi."
"Apa maksudmu, "pergi""" kata Harry cepat. "Pergi ke mana" Dengar -- apa yang terjadi waktu kamu mati" Ke mana kamu pergi" Kenapa tidak semua orang kembali" Kenapa tempat ini tidak penuh hantu" Kenapa --""
"Aku tidak bisa menjawab," kata Nick.
"Kamu sudah mati, bukan"" kata Harry dengan putus asa. "Siapa yang bisa menjawab lebih baik dari kamu""
"Aku takut pada kematian," kata Nick dengan lembut. "Aku memilih tetap tinggal. Aku kadang-kadang bertanya-tanya apakah seharusnya tidak kulakukan ... well, tidak
di sini maupun di sana ... nyatanya, aku tidak di sini maupun di sana Dia memberikan kekeh kecil yang sedih. "Aku tidak tahu apa-apa tentang rahasia kematian, Harry, karena aku memilih tiruan hidupku yang lemah sebagai gantinya. Aku percaya para penyihir yang berpendidikan mempelajari masalah itu di Departemen Misteri -- "
"Jangan bicarakan tempat itu denganku!" kata Harry dengan garang.
"Aku minta maaf tidak bisa lebih membantu," kata Nick lembut. "Well ... well, aku permisi dulu ... pesta, kau tahu
Dan dia meninggalkan ruangan, meninggalkan Harry di sana sendirian, menatap hampa ke
dinding tempat Nick baru menghilang.
Harry merasa hampir seolah-olah dia telah kehilangan ayah angkatnya sekali lagi karena kehilangan harapan bahwa dia mungkin akan bisa melihat atau berbicara kepadanya lagi. Dia berjalan lambat-lambat dan dengan merana kembali naik di kastil kosong itu, bertanya-tanya apakah dia akan pernah merasa ceria lagi.
Dia telah berbelok di sudut menuju koridor Nyonya Gemuk saat dia melihat seseorang di depan sedang memasang sebuah catatan ke papan di dinding. Pandangan kedua memperlihatkan kepadanya itu Luna. Tidak ada tempat persembunyian yang baik di dekat situ, dia pasti telah mendengar langkah-langkah kakinya, dan bagaimanapun, Harry hampir tidak bisa mengerahkan tenaga untuk menghindari siapapun saat itu.
"Halo," kata Luna samar-samar, sambil memandang sekilas kepadannya ketika dia mundur dari pengumuman itu.
"Kenapa kamu tidak menghadiri pesta"" Harry bertanya.
"Well, aku kehilangan hampir semua barang-barangku," kata Luna dengan tenang. "Orang-orang mengambilnya dan menyembunyikannya, kau tahu. Tapi karena ini malam terakhir, aku benar-benar butuh barang-barang itu kembali, jadi aku memasang pengumuman."
Dia memberi isyarat ke papan pengumuman itu, benar juga, di atasnya dia telah menyematkan daftar buku-buku dan pakaiannya yang hilang, dengan permintaan akan pengembalian barang-barang itu.
Suatu perasaan aneh timbul dalam diri Harry, suatu emosi yang sangat berbeda dari rasa marah dan duka yang telah memenuhinya sejak kematian Sirius. Beberapa saat kemudian barulah dia sadar bahwa dia merasa kasihan kepada Luna.
"Kenapa orang-orang menyembunyikan barang-barangmu"" dia bertanya kepadanya, sambil merengut.
"Oh ... well dia mengangkat bahu. "Kukira mereka berpikir aku agak aneh, kau tahu. Nyatanya, beberapa orang memanggilku "Loony" Lovegood."
Harry memandangnya dan perasaan kasihan yang baru mendalam agak menyakitkan.
"Itu bukan alasan bagi mereka untuk mengambil barang-barangmu," dia berkata dengan datar. "Apakah kamu perlu bantuan menemukannya""
"Oh, tidak," dia berkata, sambil tersenyum kepadanya. "Barang-barang itu akan kembali, selalu begitu pada akhirnya. Hanya saja aku mau berkemas malam ini. Ngomong-ngomong ... kenapa kamu tidak menghadiri pesta""
Harry mengangkat bahu. "Tidak ingin."
"Tidak," kata Luna, sambil mengamatinya dengan mata menonjol yang anehnya kuyu. "Kukira tidak. Pria itu yang dibunuh para Pelahap Maut adalah ayah angkatmu, bukan" Ginny bilang padaku."
Harry mengangguk singkat, tetapi mendapati bahwa karena alasan tertentu dia tidak keberatan Luna berbicara tentang Sirius. Dia baru saja ingat bahwa Luna juga bisa melihat Thestral.
"Apakah kamu pernah dia mulai. "Maksudku, siapa ... apakah seseorang yang kamu kenal pernah mati""
"Ya," kata Luna dengan sederhana, "ibuku. Dia penyihir yang sangat luar biasa, kau tahu, tapi dia suka bereksperimen dan salah satu manteranya salah arah suatu hari. Aku berumur sembilan tahun."
"Aku ikut berduka," Harry bergumam.
"Ya, agak mengerikan," kata Luna dengan nada berbincang-bincang. "Aku masih merasa sangat sedih mengenainya kadang-kadang. Tapi aku masih punya Dad. Dan lagipula, bukannya seolah-olah aku tidak akan pernah bertemu Mum lagi, benar "kan""
"Er -- bukan begitu"" kata Harry dengan tidak pasti.
Dia menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya.
"Oh, ayolah. Kamu mendengar mereka, persis di balik tudung, bukan""
"Maksudmu "Di ruangan itu yang ada atap melengkungnya. Mereka cuma sembunyi dari penglihatan, itu saja. Kau dengar mereka."
Mereka saling berpandangan. Luna sedang tersenyum sedikit. Harry tidak tahu apa yang harus dikatakan, atau dipikirkan; Luna percaya begitu banyak hal yang luar biasa ... namun dia yakin dia juga telah mendengar suara-suara dari balik tudung itu.
"Apakah kamu yakin kamu tidak mau aku membantumu mencari barang-barangmu"" katanya.
"Oh, tidak," kata Luna. "Tidak, kukira aku hanya akan turun dan makan sedikit puding dan menunggu semuanya muncul ... selalu begitu pada akhirnya ... well, semoga liburanmu menyenangkan, Harry."
"Yeah ... yeah, kamu juga."
Luna berjalan menjauh darinya dan, ketika dia me
mperhatikannya pergi, dia mendapati berat mengerikan dalam perutnya tampaknya telah berkurang sedikit.
Perjalanan pulang di atas Hogwarts Express keesokan harinya penuh kejadian dalam beberapa cara. Pertama-tama Malfoy, Crabbe dan Goyle, yang jelas telah menunggu sepanjang minggu mencari peluan guntuk menyerang tanpa disaksikan guru-guru, mencoba menyergap Harry tiba-tiba di tengah kereta api ketiak dia kembali dari toilet. Penyerangan itu mungkin berhasil kalau bukan karena fakta bahwa mereka dengan tidak bijaksana memilih melakukannya tepat di luar sebuah kompartemen yang penuh anggota DA, yang melihat apa yang sedang terjadi melalui kaca dan bangkit bersatu untuk menolong Harry. Pada saat Ernie Macmillan, Hannah Abbot, Susan Bones, Justin Finch-Fletchey, Anthony Goldstein dan Terry Boot telah selesai menggunakan beragam guna-guna dan kutukan yang telah Harry ajarkan kepada mereka, Malfoy, Crabbe dan Goyle menyerupai tiga siput raksasa yang tertekan ke dalam seragam Hogwarts sementara Harry, Ernie dan Justin mengangkat mereka ke atas rak bagasi dan meninggalkan mereka di sana untuk menetes-netes.
"Aku harus bilang, aku sangat ingin melihat wajah ibu Malfoy saat dia turun dari kereta api," kata Ernie, dengan sedikit kepuasan, selagi dia mengamati Malfoy menggeliat di atasnya. Ernie belum benar-benar mengatasi kemarahannya kepada Malfoy karena mengurangi nilai dari Hufflepuff selama masa jabatannya yang singkat sebagai anggota Regu Penyelidik.
"Namun, ibu Goyle akan sangat senang," kata Ron, yang telah datang menyelidiki sumber keributan itu. "Dia jauh lebih tampan sekarang ... ngomong-ngomong, Harry, troli makanan baru saja berhenti kalau kamu mau sesuatu ... "
Harry berterima kasih kepada yang lainnya dan menemani Ron kembali ke kompartemen mereka sendiri, di mana dia membeli setumpuk besar bolu kuali dan pai labu. Hermione sedang membaca Daily Prophet lagi, Ginny sedang mengisi kuis di The Quibbler dan Neville sedang membelai Mimbulus mimbletonianya, yang telah tumbuh banyak sepanjang tahun itu dan sekarang membuat suara menyanyi aneh saat disentuh.
Harry dan Ron menghabiskan sebagian besar waktu di perjalanan itu dengan bermain catur penyihir sementara Hermione membacakan potongan-potongan dari Prophet. Koran itu sekarang penuh artikel tentang bagaimana memukul mundur Dementor, usaha-usaha Kementerian untuk menemukan para Pelahap Maut dan surat-surat histeris yang mengklaim bahwa penulisnya telah melihat Lord Voldemort berjalan melewati rumah mereka pagi itu juga ...
"Belum benar-benar mulai," Hermione menghela napas dengan murung, sambil melipat suratkabar itu lagi. "Tapi tidak akan lama lagi sekarang ... "
"Hei, Harry," kata Ron pelan, sambil mengangguk ke arah jendela kaca ke koridor.
Harry memandang berkeliling. Cho sedang lewat, ditemani Marietta Edgecombe, yang memakai topi yang menutupi wajah. Matanya dan mata Cho beradu sejenak. Cho merona dan terus berjalan. Harry memandang kembali ke papan catur tepat waktu untuk melihat salah satu pionnya dikejar dari petaknya oleh menteri Ron.
"Ngomong-ngomong, apa -- er -- yang terjadi antara kamu dengan dia"" Ron bertanya pelan.
"Tidak ada," kata Harry sejujurnya.
"Aku -- er -- dengar dia sedang kencan dengan orang lain sekarang," kata Hermione ingin melihat reaksinya.
Harry terkejut mendapati bahwa informasi ini tidak menyakitkan sama sekali. Ingin mengesankan Cho tampaknya berada di masa lalu yang tidak berhubungan dengannya lagi; seperti apa yang diinginkannya sebelum kematian Sirius terasa akhir-akhir ini ... minggu yang telah berlalu sejak dia melihat Sirius terakhir kalinya tampaknya jauh, jauh lebih lama; minggu itu terentang di dua alam, yang satu dengan Sirius di dalamnya, dan yang lainnya tanpa Sirius.
"Kau bagus keluar dari itu, sobat," kata Ron bertenaga. "Maksudku, dia sangat cantik dan segalanya, tapi kamu ingin seseorang yang sedikit lebih ceria."
"Dia mungkin cukup ceria untuk kencan dengan orang lain," kata Harry, sambil mengangkat bahu.
"Ngomong-ngomong, dengan siapa dia sekarang"" Ron bertanya kepada Hermione, tetapi Ginny yang menjawab.
"Michael Corn er," katanya. "Michael -- tapi -- " kata Ron, sambil menjulurkan lehernya untuk menatapnya. "Tapi kamu yang kencan dengannya!"
"Tidak lagi," kata Ginny dengan tegas. "Dia tidak suka Gryffindor mengalahkan Ravenclaw di Quidditch, dan jadi sangat merajuk, jadi kucampakkan dia dan dia lari mencari penghiburan pada Cho." Dia menggaruk hidungnya sambil melamun dengan ujung pena bulunya, membalikkan The Quibbler dan mulai menandai jawabannya. Ron tampak sangat senang.
"Well, aku selalu mengira dia agak idiot," katanya, sambil menyodok ratunya maju ke benteng Harry yang gemetaran. "Bagus untukmu. Pilih saja seseorang yang -- lebih baik -- lain kali."
Dia memberi Harry pandangan sembunyi-sembunyi secara aneh saat dia mengatakannya.
"Well, aku sudah memilih Dean Thomas, apakah kamu akan mengatakan dia lebih baik"" tanya Ginny dengan samar.
"APA"" teriak Ron, sambil membalikkan papan caturnya. Crookshanks meloncat mengejar bidak-bidaknya dan Hedwig dan Pigwidgeon bercicit-cicit dan beruhu dengan marah dari atas kepala.
Saat kereta melambat mendekat ke King"s Cross, Harry berpikir dia tidak akan pernah lebih tidak ingin meninggalkannya. Dia bahkan bertanya-tanya sekilas apa yang akan terjadi kalau dia sama sekali menolak turun, melainkan tetap duduk di sana dengan keras kepala sampai satu September, saat kereta itu membawanya kembali ke Hogwarts. Namun, ketika kereta akhirnya diam, dia mengangkat sangkar Hedwig turun dan bersiap-siap menyeret kopernya dari kereta seperti biasa.
Namun, saat pemeriksa tiket memberi tanda kepada Harry, Ron dan Hermione bahwa sudah aman untuk melewati rintangan sihir antara peron sembilan tiga perempat dan sepuluh, dia menemukan kejutan menantinya di sisi lain: sekelompok orang yang berdiri di sana untuk menyambutnya yang sama sekali tidak diduganya.
Ada Mad-Eye Moody, tampak sangat menyeramkan dengan topinya tertarik rendah menutupi mata sihirnya seperti yang akan terlihat tanpa topi itu, tangannya yang berbonggol-bonggol menggenggam sebuah tongkat panjang, tubuhnya terbungkus dalam sebuah mantel bepergian yang sangat besar. Tonks berdiri tepat di belakangnya, rambut merah-jambu-permen-karetnya berkilauan di sinar matahari tampak dari kaca kotor langit-langit stasiun, mengenakan celana jins yang banyak tambalan dan kaus ungu terang bertuliskan The Weird Sisters. D i sebelah Tonks ada Lupin, wajahnya pucat, rambutnya kelabu, mantel panjang tipis menutupi sweater dan celana lusuh. Di depan kelompok itu berdiri Mr dan Mrs Weasley, berpakaian dengan pakaian Muggle terbaik mereka, dan Fred dan George, yang keduanya mengenakan jaket baru dari sejenis bahan bersisik yang menyeramkan, berwarna hijau.
"Ron, Ginny!" panggil Mrs Weasley, sambil bergegas maju dan memeluk anak-anaknya dengan erat. "Oh, dan Harry sayang -- bagaimana keadaanmu""
"Baik," bohong Harry, ketika dia menariknya ke pelukan erat. Lewat bahunya dia melihat Ron melongo pada pakaian baru si kembar.
"Seharusnya apa itu"" dia bertanya, sambil menunjuk ke jaketnya.
"Kulit naga terbaik, "dik" kata Fred, sambil menyentuh sedikit risletingnya. "Bisnis berkembang pesat dan kami pikir kami akan memberi hadiah kepada diri sendiri."
"Halo, Harry," kata Lupin, ketika Mrs Weasley melepaskan Harry dan berpaling untuk menyambut Hermione.
"Hai," kata Harry. "Aku tidak menduga ... apa yang sedang kalian semua lakukan di
sini"" "Well," kata Lupin dengan senyum kecil, "kami kira kami akan berbincang-bincang sedikit dengan bibi dan pamanmu sebelum membiarkan mereka membawamu pulang."
"Aku tak tahu apakah itu ide yang bagus," kata Harry seketika.
"Oh, kukira begitu," geram Moody, yang telah terpincang-pincang mendekat. "Itu mereka, bukan, Potter""
Dia menunjuk dengan jempolnya lewat bahunya; mata sihirnya jelas sedang mengintip melalui belakang kepalanya dan topinya. Harry mencondongkan badan sekitar satu inci ke kiri untuk melihat ke mana Mad-Eye menunjuk dan di sana, benar juga, ada tiga orang anggota keluarga Dursley, yang tampak benar-benar terkesima melihat komite penyambutan Harry.
"Ah, Harry," kata Mr Weasley, sambil berpaling dari orang tua Hermione, yang
baru saja disapanya dengan antusias, dan sekarang sedang bergantian memeluk Hermione. "Well -- kalau begitu, haruskah kita lakukan""
"Yeah, kurasa begitu, Arthur," kata Moody.
Dia dan Mr Weasley memimpin menyeberangi stasiun menuju keluarga Dursley, yang tampaknya terpaku ke lantai. Hermoine melepaskan dirinya dengan lembut dari ibunya untuk bergabung dengan kelompok itu.
"Selamat sore," kata Mr Weasley dengan menyenangkan kepada Paman Vernon ketika dia berhenti tepat di hadapannya. "Anda mungkin ingat saya, namaku Arthur Weasley."
Karena Mr Weasley telah menghancurkan sebagian besar ruang tamu keluarga Dursley dengan seorang diri dua tahun sebelumnya, Harry akan sangat terkejut kalau Paman Vernon telah melupakannya. Benar juga, Paman Vernon berubah warna dan melotot kepada Mr Weasley, tetapi memilih tidak mengatakan apa-apa, sebagian, mungkin, karena keluarga Dursley kalah jumlah dua banding satu. Bibi Petunia tampak takut sekaligus malu; dia terus memandang ke sekitar, seolah-olah ngeri seseorang yang dikenalnya akan melihatnya dengan orang-orang seperti ini. Sementara itu, Dudley kelihatannya sedang berusaha terlihat kecil dan tidak berarti, suatu hal yang sama sekali gagal dilakukannya.
"Kami pikir kami hanya akan berbicara beberapa patah kata dengan Anda mengenai Harry," kata Mr Weasley, masih tersenyum.
"Yeah," geram Moody. "Tentang bagaimana dia diperlakukan waktu dia berada di tempatmu."
Kumis Paman Vernon kelihatannya tegak karena marah. Mungkin karena topi yang dikenakannya memberi kesan salah bahwa dia sedang berurusan dengan orang yang punya perhatian yang sama, dia berbicara kepada Moody.
"Saya tidak sadar kalau apa yang terjadi di dalam rumahku itu urusan Anda --"
"Kuduga apa yang tidak kau sadari akan bisa mengisi beberapa buku, Dursley," geram Moody.
"Ngomong-ngomong, itu bukan intinya," sela Tonks, yang rambut merah jambunya tampaknya menyinggung Bibi Petunia lebih dari semua yang lainnya, karena dia menutup matanya daripada memandangnya. "Intinya adalah, kalau kami mendapati kalian bersikap mengerikan kepada Harry -- "
"-- Dan jangan salah, kami akan mendengarnya," tambah Lupin dengan menyenangkan.
"Ya," kata Mr Weasley, "bahkan kalau kamu tidak mengizinkan Harry menggunakan feliton -- "
"Telepon," bisik Hermione.
"-- Yeah, kalau kami dapat petunjuk apapun bahwa Potter diperlakukan dengan tidak benar dalam cara apapun, kalian harus menghadapi kami," kata Moody.
Paman Vernon menggembung tidak menyenangkan. Rasa terhinanya tampaknya bahkan lebih berat dari ketakutannya pada kelompok orang aneh ini.
"Apakah Anda sedang mengancam saya, sir"" dia berkata, begitu keras sehingga orang-orang yang lalu-lalang bahkan berpaling untuk menatap.
"Ya, memang," kata Mad-Eye, yang tampaknya agak senang Paman Vernon telah mengerti fakta ini begitu cepatnya.
"Dan apakah aku tampak seperti laki-laki yang bisa diintimidasi"" gertak Paman Vernon.
"Well kata Moody, sambli mendorong ke belakang topinya untuk memperlihatkan mata sihirnya yang berputar menyeramkan. Paman Vernon melompat mundur ketakutan dan menubruk sebuah troli bagasi dengan menyakitkan. "Ya, aku harus bilang kamu memang begitu, Dursley."
Dia berpaling dari Paman Vernon untuk mengamati Harry.
"Jadi, Potter ... teriak pada kami kalau kamu butuh kami. Kalau kami tidak dengar kabar darimu tiga hari berturut-turut, kami akan mengirimkan seseorang ke sana ... "
Bibi Petunia merengek memilukan. Tak mungkin lebih jelas lagi bahwa dia sedang memikirkan apa yang akan dikatakan para tetangga kalau mereka melihat orang-orang ini berbaris ke jalan kebunnya.
"Kalau begitu, selamat tinggal, Potter," kata Moody, sambil memegang bahu Harry sejenak dengan tangannya yang berbonggol.
"Jaga dirimu, Harry," kata Lupin pelan. "Terus berhubungan."
"Harry, kami akan membawamu dari sana secepat kami bisa," Mrs Weasley berbisik, sambil memeluknya lagi.
"Kami akan segera menemuimu, sobat," kata Ron dengan gelisah, sambil menjabat tangan Harry.
"Benar-benar secepatnya, Harry" kata Hermione bersemangat. "Kami janji."
Harry mengangguk. Dia entah bagaimana tidak bisa menemukan kata-kata unt
uk memberitahu mereka apa artinya itu baginya, melihat mereka semua berkumpul di sana, di sampingnya. Alih-alih, dia tersenyum, mengangkat sebelah tangan mengucapkan selamat tinggal, berpaling dan memimpin jalan keluar dari stasiun ke jalan yang diterangi sinar matahari, dengan Paman Vernon, Bibi Petunia dan Dudley bergegas mengikutinya.
TAMAT Sumber Pdf: DewiKZ www.kangzusi.com Convert Jar: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tamat Pedang Golok Yang Menggetarkan 23 Pendekar Rajawali Sakti 171 Sayembara Maut Pendekar Empat Serangkai 2

Cari Blog Ini