Ceritasilat Novel Online

The Order Of Phoenix 5

Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 5


"Kita punya dua perubahan guru tahun ini. Kita sangat senang menyambut kembali Profesor Grubbly-Plank, yang akan mengajarkan Pemeliharaan Satwa Gaib; kita juga senang memperkenalkan Profesor Umbridge, guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam kita yang baru."
Ada serentetan tepuk tangan sopan tetapi kurang antusias, dalam waktu itu Harry, Ron dan Hermione saling memberi pandangan panik; Dumbledore belum mengatakan berapa lama Grubbly-Plank akan mengajar.
Dumbledore melanjutkan, "Ujicoba bagi tim-tim asrama Quidditch akan berlangsung pada -- "
Dia berhenti, sambil melihat dengan pandangan bertanya kepada Profesor Umbridge. Karena wanita itu tidak lebih tinggi sewaktu berdiri dibandingkan dengan sewaktu duduk, sejenak tak seorangpun mengerti mengapa Dumbledore berhenti berbicara, tetapi kemudian Profesor Umbridge berdehem, "Hem, hem," dan menjadi jelas bahwa dia telah bangkit dan bermaksud untuk berpidato.
Dumbledore hanya terlihat terkejut sejenak, lalu dia duduk dengan bijak dan melihat dengan waspada kepada Profesor Umbridge seolah-olah dia tidak ingin hal lain lebih dari mendengar perkataanya. Para anggota staf guru yang lain tidak semahir itu dalam menyembunyikan rasa terkejut mereka. Alis Profesor Sprout menghilang ke rambutnya yang acak-acakan dan mulut Profesor McGonagall setipis yang pernah dilihat Harry. Tidak ada guru baru yang pernah menyela Dumbledore sebelumnya. Banyak murid yang sedang menyeringai; wanita ini jelas tidak tahu bagaimana sesuatu dilakukan di Hogwarts.
"Terima kasih, Kepala Sekolah," Profesor Umbridge tersenyum simpul, "untuk kata-kata penyambutan yang baik."
Suaranya melengking tinggi, terengah-engah dan mirip anak perempuan dan, lagi-lagi, Harry merasakan desakan kuat rasa tidak suka yang tak dapat dijelaskannya kepada dirinya sendiri; yang dia tahu hanyalah bahwa dia membenci segala hal mengenai wanita itu, dari suara bodohnya hingga kardigan merah muda berbulunya.
Dia berdehem sekali lagi ("hem, hem") dan melanjutkan.
"Well, senang kembali ke Hogwarts, harus kukatakan!" Dia tersenyum, menyingkapkan gigi-gigi yang amat runcing. "Dan melihat wajah-wajah kecil bahagia seperti ini memandangku!"
Harry melihat sek eliling. Tak satupun dari wajah-wajah yang bisa dilihatnya tampak bahagia. Sebaliknya, mereka semua tampak agak terkejut disebut seakan-akan mereka berumur lima tahun.
"Saya sangat menantikan untuk mengenal kalian semua dan saya yakin kita semua akan menjadi teman yang sangat baik!"
Para murid saling berpandangan mendengar ini; beberapa di antara mereka hampir tidak menyembunyikan seringai mereka.
"Aku akan jadi temannya selama aku tidak harus meminjam kardigan itu," Parvati berbisik kepada Lavender, dan keduanya terkikik diam-diam.
Profesor Umbridge berdehem lagi ("hem, hem"), tetapi ketika dia melanjutkan, beberapa nada terengah-engah telah menghilang dari suaranya. Dia terdengar jauh lebih cekatan dan sekarang kata-katanya terdengar menjemukan seperti dihapalkan.
"Kementerian Sihir selalu menganggap pendidikan para penyihir muda sebagai hal yang sangat penting. Karunia langka yang kalian dapatkan sewaktu lahir mungkin tidak berguna kalau tidak diasuh dan diasah dengan pengajaran teliti. Keahlian kuno yang unik bagi komunitas sihir harus diturunkan ke generasi selanjutnya supaya kita akan kehilangan mereka untuk selamanya. Harta karun berupa pengetahuan sihir yang dihimpun oleh para leluhur kita harus dijaga, dilengkapi dan diperbaiki oleh mereka yang telah terpanggil ke dalam profesi mulia untuk mengajar."
Profesor Umbridge berhenti sejenak dan membungkuk sedikit kepada para anggota staf guru, tak satupun dari mereka membungkuk balik kepadanya. Alis gelap Profesor McGonagall telah mengerut sehingga dia tampak mirip elang, dan Harry jelas-jelas melihatnya saling pandang penuh arti dengan Profesor Sprout ketika Umbridge mengeluarkan bunyi kecil "hem, hem" lagi dan meneruskan pidatonya.
"Setiap kepala sekolah pria dan wanita Hogwarts telah membawa sesuatu yang baru kepada tugas berat memerintah sekolah bersejarah ini, dan begitulah seharusnya, karena tanpa kemajuan akan ada stagnasi dan pembusukan. Namun, kemajuan hanya demi adanya kemajuan haruslah dihindari, karena tradisi kita yang telah teruji dan terbukti seringkali tidak butuh diutak-atik. Dengan demikian, sebuah keseimbangan, antara yang lama dengan yang baru, antara hal yang tetap dengan hal yang baru, antara tradisi dan inovasi ... "
Harry merasa perhatiannya menyurut, seolah-olah otaknya keluar-masuk daya tangkapnya. Keheningan yang selalu mengisi Aula ketika Dumbledore berbicara terputus karena para murid mendekatkan kepala mereka, berbisik-bisik dan terkikik-kikik. Di meja Ravenclaw Cho Chang sedang berbincang-bincang dengan bersemangat kepada teman-temannya. Beberapa tempat duduk dari Cho, Luna
Lovegood telah mengeluaran The Quibbler lagi. Sementara itu, di meja Hufflepuff Ernie Macmillan adalah salah satu dari beberapa orang yang masih menatap Profesor Umbridg, tetapi matanya berkaca-kaca dan Harry yakin dia hanya berpura-pura mendengarkan dalam usaha untuk melakukan hal yang diharapkan dari lencana prefek barunyayang berkilat di dadanya.
Profesor Umbridge tampaknya tidak memperhatikan keresahan para pendengarnya. Harry mendapat kesan bahwa kerusuhan hebat akan dapat terjadi di bawah hidungnya dan dia hanya akan bersusah payah melanjutkan pidatonya. Akan tetapi, para guru masih mendengarkan dengan penuh perhatian, dan Hermione tampaknya memakan semua kata yang diucapkan Umbridge, walaupun, dinilai dari ekspresi wajahnya, kata-kata itu tidak sesuai dengan seleranya.
karena beberapa perubahan akan membawa hal yang lebihbaik, sementara yang lainnya, ketika waktunya tiba, akan dikenali sebagai kesalahan penilaian. Sementara itu, beberapa kebiasaan lama akan dipertahankan, dan ini merupakan hal yang tepat, sedangkan yang lainnya, ketinggalan zaman dan tidak sesuai lagi, harus ditinggalkan. Dengan demikian, marilah kita maju ke depan, ke dalam era baru keterbukaan, efektivitas dan akuntabilitas, dengan niat sungguh-sungguh untuk mempertahankan apa yang perlu dipertahankan, menyempurnakan apa yang perlu disempurnakan, dan memangkas di manapun kita menemukan praktek-praktek yang perlu dilarang."
Dia duduk. Dumbledore bertepuk tangan. Para staf mengikuti petunjuknya
, walaupun Harry memperhatikan bahwa beberapa di antara mereka menyatukan tangan mereka hanya sekali atau dua kali sebelum berhenti. Beberapa murid bergabung, tetapi kebanyakan tidak menyadari akhir pidaro, karena tidak mendengar lebih dari beberapa kata, dan sebelum mereka bisa mulai bertepuk tangan dengan pantas, Dumbldore telah berdiri lagi.
"Terima kasih banyak, Profesor Umbridge, itu sangat menerangkan," katanya sambil membungkuk kepadanya. "Sekarang, seperti yang kukatakan, ujicoba Quidditch akan diadakan ... "
"Ya, tentu sangat menerangkan," kata Hermione dengan suara rendah.
"Kau tidak sedang memberitahuku kalau kau menikmatinya"" Ron berkata dengan pelan, sambil memalingkan wajah kaku kepada Hermione. "Itu pidato paling membosankan yang pernah kudengar, dan aku tumbuh bersama Percy."
"Kubilang menerangkan, bukan menyenangkan," kata Hermione. "Itu menjelaskan banyak hal."
"Benarkah"" kata Harry terkejut. "Terdengar seperti banyak omong kosong bagiku."
"Ada beberapa hal penting yang tersimpan dalam omong kosong itu," kata Hermione dengan suram.
"Adakah"" kata Ron dengan hampa.
"Bagaimana dengan: "kemajuan hanya demi adanya kemajuan harus dihindari""
Bagaimana dengan: "memangkas di manapun kita menemukan praktek-praktek yang harus dilarang"""
"Well, apa artinya itu"" kata Ron dengan tidak sabar.
"Kuberitahu kamu apa artinya," kata Hermione melalui gigi-gigi yang dikertakkan. "Artinya Kementerian ikut campur ke Hogwarts."
Ada suara berisik dan bantingan di sekitar mereka; Dumbledore jelas baru membubarkan sekolah, karena semua orang sedang berdiri siap untuk meninggalkan Aula. Hermione melompat bangkit, terlihat bingung.
"Ron, kita harys menunjukkan kepada anak-anak kelas satu ke mana harus pergi!"
"Oh, yeah," kata Ron, yang jelas telah lupa. "Hei -- hei, kalian semua! Kerdil!"
"Ron!" "Well, mereka memang begitu, mereka cebol
"Aku tahu, tapi kau tidak boleh memanggil mereka kerdil! -- Murid-murid kelas satu!" Hermione memanggil dengan nada memerintah menyusuri meja. "Lewat sini!"
Sekelompok murid baru berjalan malu-malu ke celah antara meja Gryffindor dengan Hufflepuff, semuanya mencoba keras untuk tidak memimpin kelompok itu. Mereka memang terlihat sangat kecil; Harry yakin dia tidak tampak semuda itu ketika dia tiba di sini. Dia menyeringai kepada mereka. Seorang anak lelaki pirang di samping Euan Abercrombie terlihat ngeri; dia menyikut Euan dan membisikkan sesuatu ke telinganya. Euan Abercrombie tampak sama takutnya dan mencuri pandang ngeri kepada Harry, yang merasa seringainya menghilang dari wajahnya seperti Getah-Bau.
"Sampai jumpa nanti," katanya tanpa minat kepada Ron dan Hermione dan dia berjalan keluar dari Aula Besar sendirian, melakukan sebisanya untuk mengabaikan lebih banyak bisik-bisik, pandangan dan tunjuk-tunjuk ketika dia lewat. Dia menetapkan matanya ke atas selagi berjalan melalui kerumunan di Aula Depan, lalu dia bergegas menaiki tangga pualam, mengambil sejumlah jalan pintas tersembunyi dan segera telah meninggalkan sebagian besar kerumunan di belakang.
Dia cukup bodoh untuk tidak mengharapkan hal ini, pikirnya dengan marah selagi berjalan melalui koridor lantai atas yang jauh lebih lengang. Tentu saja semua orang memandangi dia; dia telah keluar dari labirin Triwizard dua bulan sebelumnya sambil mencengkeram mayat seorang murid temannya dan mengaku telah melihat Lord Voldemort kembali berkuasa. Belum ada waktu di semester lalu untuk menjelaskan maksudnya sebelum mereka semua harus pulang ke rumah -- bahkan kalau dia merasa ingin memberi seluruh sekolah cerita lengkap dari kejadian mengerikan di pekuburan itu.
Harry telah mencapai akhir koridor ke ruang duduk Gryffindor dan berhenti di depan potret Nyonya Gemuk sebelum dia sadar kalau dia tidak tahu kata kunci yang
baru. "Er katanya dengan murung, sambil menatap Nyonya Gemuk, yang merapikan lipatan baju satin merah mudanya dan memandang balik dengan tajam kepadanya.
"Tanpa kata kunci, tidak boleh masuk," katanya dengan angkuh.
"Harry, aku tahu!" Seseorang terengah-engah di belakangnya dan dia berpaling untuk melihat Neville berlari kecil ke a
rahnya. "Tebak apa" Aku benar-benar akan bisa mengingatnya sekali ini -- " Dia melambaikan kaktus kecil kerdil yang telah diperlihatkannya kepada mereka di kereta api. "Mimbulus mimbletonia!"
"Tepat," kata Nyonya Gemuk, dan potretnya terayun membuka kepada mereka seperti sebuah pintu, memperlihatkan lubang melingkar pada tembok di belakangnya, yang sekarang dipanjat oleh Harry dan Neville.
Ruang duduk Gryffindor tampak menyambut seperti dulu, sebuah menara melingkar yang nyaman penuh dengan kursi-kursi berlengan empuk yang rombeng dan meja-meja tua yang berderit. Api berderaj dengan riang dalam perapian dan beberapa orang sedang menghangatkan tangan mereka dekat api sebelum naik ke kamar mereka; di sisi lain ruangan itu Fred dan George Weasley sedang menyematkan sesuatu ke papan pengumuman. Harry melambaikan selamat malam kepada mereka dan langsung menuju pintu ke kamar anak laki-kali; dia tidak sedang ingin berbincang-bincang saat ini. Neville mengikuti dia.
Dean Thomas dan Seamus Finnigan telah mencapai kamar terlebih dahulu dan sedang dalam proses menutupi dinding-dinding di sebelah tempat tidur mereka dengan poster-poster dan foto-foto. Mereka sedang berbicara ketika Harry mendorong pintu terbuka tetapi berhenti mendadak saat mereka melihatnya. Harry bertanya-tanya apakah mereka sedang membicarakan dia, lalu apakah dia menjadi paranoid.
"Hai," katanya sambil bergerak menyeberang ke kopernya sendiri dan membukanya.
"Hei, Harry," kata Dean, yang sedang mengenakan piyama dalam warna-warna West Ham. "Liburmu menyenangkan""
"Tidak buruk," gumam Harry, karena cerita sebenarnya dari liburannya akan makan waktu hampir semalaman dan dia tidak dapat menghadapinya. "Kau""
"Yeah, cukup OK," Dean tertawa kecil. "Lagipula, lebih baik daripada Seamus, dia baru saja memberitahuku."
"Kenapa, apa yang terjadi, Seamus"" Neville bertanya selagi dia menempatkan Mimbulus mimbletonia-nya dengan lembut ke atas lemari sisi tempat tidurnya.
Seamus tidak segera menjawab; dia makan waktu lama untuk memastikan bahwa poster tim Quidditchnya Kenmare Kestrels cukup tegak. Lalu dia berkata, dengan punggung masih berpaling dari Harry, "Ibuku tak mau aku balik."
"Apa"" kata Harry sambil menghentikan sejenak tindakan melepaskan jubahnya.
"Dia tidak mau aku balik ke Hogwarts."
Seamus berpaling dari posternya dan menarik piyamanya sendiri keluar dari koopernya, masih tidak memandang Harry.
"Tapi -- kenapa"" kata Harry, heran. Dia tahu ibu Seamus seorang penyihir dan karena itu, tidak bisa mengerti mengapa dia menjadi begitu mirip keluarga Dursley.
Seamus tidak menjawab sampai dia selesai mengancingkan piyamanya.
"Well," katanya dengan suara yang diatur, "kukira ... karena kau."
"Apa maksudmu"" kata Harry dengan cepat.
Jantungnya berdetak agak cepat. Samar-samar dia merasa seakan-akan sesuatu menyelubunginya.
"Well," kata Seamus lagi, masih menghindari mata Harry, "dia ... er ... well, bukan cuma kamu, Dumbledore juga ... "
"Dia percaya pada Daily Prophet"" kata Harry. "Dia mengira aku seorang pembohonga dan Dumbledore seorang tua yang bodoh""
Seamus memandang kepadanya.
"Yeah, kira-kira seperti itu."
Harry tidak berkata apa-apa. Dia melemparkan tongkatnya ke meja sisi tempat tidurnya, melepaskan jubahnya, memasukkannya dengan marah ke dalam kopernya dan menarik keluar piyamanya. Dia muak akan hal itu; muak dijadikan orang yang dipandangi dan dibicarakan sepanjang waktu. Kalau di antara mereka ada yang tahu, kalau di antara mereka ada yang punya gambaran sedikit saja bagaimana rasanya menjadi orang yang tertimpa semua kejadian ini ... Mrs Finnigan tidak punya gambaran, wanita bodoh itu, pikirnya dengan buas.
Dia naik ke tempat tidur dan bergerak untuk menarik kelambunya menutupi sekitarnya, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, Seamus berkata, "Lihat ... apa yang terjadi malam itu ketika ... kau tahu, ketika ... dengan Cedric Diggory dan semuanya""
Seamus terdengar gugup dan bersemangat pada saat yang sama. Dean, yang telah membungkuk di atas kopernya sambil mencoba mengambil sebuah sandal, anehnya menjadi tidak bergerak dan Harry tahu dia mendengarkan le
kat-lekat. "Kenapa kau tanya aku"" Harry menjawab dengan pedas. "Baca saja Daily Prophet seperti ibumu, mengapa tak kaulakukan" Itu akan memberitahumu semua yang perlu kau ketahui."
"Jangan bawa-bawa ibuku," sambar Seamus.
"Aku akan bawa siapapun yang menyebutku pembohong," kata Harry. "Jangan berbicara kepadaku seperti itu!"
"Aku akan bicara kepadamu seperti yang kumau," kata Harry, amarahnya naik begitu cepat sehingga dia menyambar tongkatnya kembali dari meja sisi tempat tidurnya. "Kalau kau punya masalah berbagi kamar denganku, pergi dan minta McGonagall kalau kau bisa dipindahkah ... menghentikan kekhawatiran ibumu --"
"Tinggalkan ibuku dari hal ini, Potter!"
"Apa yang sedang terjadi""
Ron telah muncul di ambang pintu. Matanya yang lebar bergerak dari Harry, yang sedang berlutut di atas ranjangnya dengan tongkat menunjuk kepada Seamus, kepada Seamus, yang sedang berdiri di sana dengan tinju terangkat.
"Dia membawa-bawa ibuku!" teriak Seamus.
"Apa"" kata Ron. "Harry tidak akan melakukan itu -- kami pernah bertemu ibumu, kami menyukainya
"Itu sebelum dia mulai mempercayai semua kata yang ditulis Daily Prophet sialan itu mengenai aku!" kata Harry pada puncak suaranya.
"Oh," kata Ron, pengertian timbul ke wajahnya yang berbintik-bintik. "Oh ... benar."
"Kau tahu apa"" kata Seamus panas, sambil memberi Harry pandangan berbisa. "Dia benar, aku tidak mau berbagi kamar dengannya lagi, dia gila."
"Itu di luar batas, Seamus," kata Ron, yang telinganya mulai berkilau merah -- selalu merupakan tanda bahaya.
"Di luar batas, aku"" teriak Seamus, yang sebaliknya dari Ron menjadi pucat. "Kau percaya semua sampah yang dikarangnya mengenai Kau-Tahu-Siapa, benar bukan, kau pikir dia menceritakan hal yang sebenarnya""
"Yeah, memang!" kata Ron dengan marah.
"Kalau begitu kau juga gila," kata Seamus jijik.
"Yeah" Well, sayang bagimu, teman, aku juga seorang prefek!" kata Ron sambil menusuk dirinya sendiri di dada dengan sebuahjari. "Jadi kecuali kau mau dapat detensi, jaga ucapanmu!"
Selama beberapa detik Seamus terlihat seakan-akan menganggap detensi adalah harga yang pantas untuk dibayarkan untuk mengatakan apa yang sedang berada dalam pikirannya; tetapi dengan suara jijik dia memutar tumitnya dan menarik kelambunya tertutup dengan kasar sekali sehingga kelambu itu terkoyak dari ranjangnya dan jatuh menjadi tumpukan berdebu ke lantai. Ron melotot kepada Seamus, lalu melihat
kepada Dean dan Neville. "Ada lagi yang orang tuanya bermasalah dengan Harry"" katanya dengan agresif.
"Orang tuaku Muggle, sobat," kata Dean sambil mengangkat bahu. "Mereka tidak tahu apapun tentang kematian di Hogwarts, karena aku tidak cukup bodoh untuk memberitahu mereka."
"Kau tidak tahu ibuku, dia akan bersusah payah mengeluarkan apapun dari siapapun!" Seamus berkata tajam kepadanya. "Lagipula, orang tuamu tidak baca Daily Prophet. Mereka tidak tahu Kepala Sekolah kita telah dipecat dari Wizengamot dan Konfederasi Penyihir Internasional karena dia mulai kehilangan akal sehatnya -- "
"Nenekku bilang itu sampah," timpal Neville. "Katanya Daily Prophet yang semakin tidak beres, bukan Dumbledore. Dia sudah membatalkan langganan kami. Kami percaya pada Harry," kata Neville singkat. Dia memanjat ke ranjangnya dan menarik selimutnya hingga ke dagu, sambil melihat dengan serius kepada Seamus. "Nenekku selalu bilang Kau-Tahu-Siapa akan kembali suatu hari. Katanya kalau Dumbledore bilang dia sudah kembali, berarti dia sudah kembali."
Harry merasakan desakan rasa terima kasih terhadap Neville. Yang lain tak seorangpun berkata apa-apa. Seamus mengeluarkan tongkatnya, memperbaiki kelambu tempat tidurnya dan menghilang di baliknya. Dean naik ke tempat tidur, berguling dan terdiam. Neville, yang tampaknya juga tidak punya hal lain untuk dikatakan lagi, memandang dengan sayang kepada kaktusnya yang terkena cahaya bulan.
Harry berbaring kembali pada bantalnya sementara Ron sibuk di ranjang berikutnya, menyimpan barang-barangnya. Dia merasa terguncang oleh argumen dengan Seamus, yang selalu disukainya. Berapa banyak orang lagi yang akan mengatakan kalau dia berbohong, atau kura
ng waras" Apakah Dumbledore juga menderita seperti ini sepanjang musim panas, karena pertama Wizengamot, lalu Konfederasi Penyihir Internasional melemparkan dia dari jabatan mereka" Apakah rasa marah kepada Harry, mungkin, yang menghentikan Dumbledore berhubungan dengannya selama berbulan-bulan" Terlebih lagi, mereka berdua berada dalam hal ini bersama-sama; Dumbledore telah mempercayai Harry, mengumumkan versinya terhadap kejadian-kejadian itu kepada seluruh sekolah dan lalu kepada komunitas sihir yang lebih luad. Siapapun yang mengira Harry pembohong haruslah berpikir bahwa Dumbledore juga, atau bahwa Dumbledore telah terpedaya.
Mereka akan tahu kami benar pada akhirnya, pikir Harry dengan menderita, ketika Ron naik ke tempat tidur dan mematikan lilin terakhir dalam kamar itu. Tapi dia bertanya-tanya berapa banyak serangan lagi seperti Seamus yang akan harus ditahannya sebelum masa itu tiba.
BAB DUA BELAS Profesor Umbridge Seamus berpakaian dengan kecepatan tinggi pagi berikutnya dan meninggalkan kamar asrama sebelum Harry bahkan memakai kaos kakinya.
"Apa dipikirnya dia akan jadi gila kalau dia tinggal seruangan denganku terlalu lama"" tanya Harry dengan keras, ketika pinggir jubah Seamus melambai keluar dari pandangan.
"Jangan khawatir tentang itu, Harry," Dean bergumam, sambil mengangkat tas sekolahnya ke bahunya, "dia hanya ... "
Tapi tampaknya dia tidak mampu mengatakan dengan tepat bagaimana Seamus, dan setelah jeda yang agak canggung mengikutinya keluar kamar.
Neville dan Ron keduanya memberi Harry pandangan itu-maslahnya-bukan-masalahmu, tapi Harry tidak banyak terhibur. Berapa banyak lagi hal seperti ini yang akan terjadi"
"Ada apa"" tanya Hermione lima menit kemudian, sambil mencegat Harry dan Ron di tengah jalan menyeberangi ruang duduk ketika mereka menuju ke makan pagi. "Kau tampak benar-benar -- Oh demi Tuhan."
Dia sedang memandangi papan pengumunan ruang duduk, di mana terpasang tanda baru.
BERGALON-GALON GALLEON! Uang saku gagal mengikuti pengeluaranmu"
Ingin mendapatkan sedikit emas tambahan"
Hubungi Fred dan George Weasley, ruang duduk Gryffindor,
untuk pekerjaan paroh-waktu sederhana, yang hampir tidak menyakitkan.
Kami menyesal bahwa semua pekerjaan dilakukan atas resiko para pelamar sendiri.)
"Itu batasnya," kata Hermione dengan suram, sambil menurunkan tanda itu, yang telah
dipasang Fred dan George di atas poster yang memberitahu tanggal akhir pekan Hogsmeade yang pertama, yang akan berlangsung di bulan Oktober. "Kita harus berbicara dengan mereka, Ron."
Ron jelas-jelas tampak gelisah.
"Mengapa""
"Karena kita prefek!" kata Hermione, selagi mereka memanjat ke luar lubang potret. "Tergantung kepada kita untuk menghentikan hal-hal semacam ini!"
Ron tidak berkata apa-apa; Harry bisa tahu dari ekspresi muramnya bahwa prospek untuk menghentikan Fred dan George melakukan apa yang mereka suka tidaklah dianggapnya menarik.
"Ngomong-ngomong, ada apa, Harry"" Hermione melanjutkan, ketika mereka berjalan menuruni serangkaian anak tangga yang dibarisi potret-potret para penyihir wanita dan pria tua, yang semuanya mengabaikan mereka, terlalu asyik dengan percakapan mereka sendiri. "Kau tampak benar-benar marah mengenai sesuatu."
"Seamus mengira Harry berbohong tentang Kau-Tahu-Siapa," kata Ron dengan ringkas, ketika Harry tidak menanggapi.
Hermione, yang Harry duga akan bereaksi dengan marah demi dirinya, menghela napas.
"Ya, Lavender juga mengira begitu," katanya dengan suram.
"Sudah berbincang-bincang dengannya mengenai apakah aku seorang anak bandel pembohong tukang cari perhatian, bukan begitu"" Harry berkata dengan keras.
"Tidak," kata Hermione dengan tenang. "Sebenarnya kusuruh dia menutup mulut besarnya tentang kau. Dan akan sangat baik kalau kau berhenti menyerang kami, Harry, karena kalau kamu belum memperhatikan, Ron dan aku ada di sisimu."
Ada jeda pendek. "Sori," kata Harry dengan suara rendah.
"Tidak apa-apa," kata Hermione dengan gengsi. Lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidakkah kau ingat apa yang dikatakan Dumbledore di pesta akhir semester lalu""
Harry dan Ron memandangnya dengan hampa dan H
ermione menghela napas lagi.
"Tentang Kau-Tahu-Siapa. Dia bilang "bakatnya menyebarkan kekacauan dan permusuhan sangat besar. Kita hanya bisa melawannya dengan memperlihatkan ikatan persahabatan dan kepercayaan yang sama kuatnya --""
"Bagaimana kamu ingat hal-hal seperti itu"" tanya Ron, sambil memandangnya dengan kekaguman.
"Aku mendengarkan, Ron," kata Hermione dengan agak kasar.
"Aku juga, tapi aku masih belum bisa memberitahumu apa tepatnya -- "
"Intinya," Hermione menekankan dengan keras, "adalah bahwa hal-hal seperti ini tepat seperti yang dibicarakan Dumbledore. Kau-Tahu-Siapa baru kembali dua bulan dan kita sudah mulai berkelahi sesama kita. Dan peringatan Topi Seleksi sama: bersatu-padu -- "
"Dan Harry benar kemarin malam," jawab Ron. "Kalau itu berarti kita harus berteman dengan anak-anak Slytherin -- Tidak mungkin."
"Well, kukira sayang kita tidak mencoba kesatuan dalam-asrama," kata Hermione dengan ketus.
Mereka telah mencapai kaki anak tangga pualam. Sebarisan anak Ravenclaw kelas empat sedang menyeberang ke Aula Depan; mereka melihat Harry dan bergegas membentuk kelompok yang lebih erat, seolah-oleh takut dia mungkin menyerang orang-orang yang lamban.
"Yeah, kita benar-benar harus mencoba berteman dengan orang-orang seperti itu," kata Harry dengan sarkastis.
Mereka mengikuti anak-anak Ravenclaw itu ke dalam Aula Besar, semuanya melihat menuruti kata hari ke meja guru ketika mereka masuk. Profesor Grubbly-Plank sedang berbincang-bincang dengan Profesor Sinistra, guru Astronomi, dan Hagrid sekali lagi menarik perhatian karena ketidakhadirannya. Langit-langit tersihir di atas mereka menggaungkan perasaan hati Harry; warnanya kelabu penuh awan hujan tidak menyenangkan.
"Dumbledore bahkan tidak menyebutkan berapa lama wanita Grubbly-Plank itu akan tinggal," katanya, ketika mereka berjalan menyeberang ke meja Gryffindor.
"Mungkin kata Hermione berpikir keras.
"Apa"" kata Harry dan Ron bersama-sama.
"Well ... mungkin dia tidak mau menarik perhatian bahwa Harry tidak ada di sini."
"Apa maksudmu, menarik perhatian"" kata Ron setengah tertawa. "Bagaimana mungkin kita tidak memperhatikan""
Sebelum Hermione bisa menjawab, seorang gadis hitam jangkung dengan rambut panjang dikepang telah berjalan menuju Harry.
"Hai, Angelina."
"Hai," katanya dengan cepat. "musim panasmu menyenangkan"" Dan tanpa menunggu jawaban, "Dengar, aku telah dijadikan Kapten Quidditch Gryffindor."
"Bagus sekali," kata Harry sambil menyeringai kepadanya; dia merasa pembicaraan pembangkit semangat Angelina tidak akan sepanjang Oliver Wood, yang hanya bisa berarti perbaikan.
"Yeah, well, kita perlu seorang Keeper baru karena sekarang Oliver sudah pergi. Ujicoba akan diadakan Jumat jam lima dan aku mau seluruh tim ada di sana, oke" Dengan begitu kita bisa melihat bagaimana kecocokan orang baru itu."
"OK," kata Harry.
Angelina tersenyum kepadanya dan pergi.
"Aku lupa kalau Wood sudah pergi," kata Hermione samar-samar ketika dia duduk di samping Ron dan menarik sepiring roti panggang ke hadapannya. "Kukira itu akan membuat perbedaan bagi tim""
"Kukira begitu," kata Harry sambil duduk di bangku di seberang. "Dia Keeper yang bagus
"Walau begitu, tidak ada salahnya dapat darah baru, bukan begitu"" kata Ron.
Dengan suara kibasan dan bising, ratusan burung hantu datang membumbung melalui jendela-jendela atas. Mereka turun ke seluruh Aula, membawa surat-surat dan paket-paket kepada para pemiliknya dan menghujani orang-orang yang sedang sarapan dengan tetesan-tetesan air; jelas di luar sedang hujan deras. Hedwig tak terlihat di manapun, tetapi Harry hampir tidak terkejut; satu-satunya korespondennya hanyalah Sirius, dan dia ragu Sirius akan punya sesuatu yang baru untuk diberitahukan kepadanya setelah hanya dua puluh empat jam berpisah. Namun, Hermione harus memindahkan jus jeruknya ke samping dengan cepat untuk memberi tempat bagi seekor burung hantu lembab yang sedang membawa Daily Prophet basah kuyup di paruhnya.
"Untuk apa kamu masih berlangganan itu"" kata Harry dengan kesal, sambil memikirkan tentang Seamus selagi Hermione menempatkan sebuah Knut ke kant
ong kulit di kaki burung hantu itu dan dia berangkat lagi. "Aku tidak akan repot-repot ... banyak sampah."
"Hal terbaik adalah mengetahui apa yang dikatakan musuh," kata Hermione dengan kelam, dan dia membuka gulungan suratkabar itu dan menghilang ke baliknya, tidak muncul sampai Harry dan Ron telah selesai makan.
"Tak ada apa-apa," katanya singkat, sambil menggulung surat kabar itu dan meletakkannya di samping piringnya. "Tak ada apa-apa tentang kamu atau Dumbledore atau apapun."
Profesor McGonagall sekarang sedang berpindah dari meja ke meja sambil menyerahkan jadwal pelajaran.
"Lihat hari ini!" erang Ron. "Sejarah Sihir, Ramuan ganda, Ramalan dan Pertahanan
terhadap Ilmu Hitam ganda ... Binns, Snape, Trelawney dan wanita Umbridge itu semua dalam sehari! Aku harap Fred dan George bergegas dan menyelesaikan Kotak Makanan Pembolos itu ... "
"Apakah telingaku menipu diriku"" kata Fred, yang datang bersama George dan menyelipkan diri ke bangku di samping Harry. "Para prefek Hogwarts tentunya tidak ingin bolos pelajaran""
"Lihat apa yang kami dapat hari ini," kata Ron menggerutu, sambil menyorongkan jadwalnya ke bawah hidung Fred. "Itu adalah Senin terburuk yang pernah kulihat."
"Poin bagus, dik," kata Fred, sambil memeriksa kolom tersebut. "Kau bisa dapatkan sedikit Gula-Gula Mimisan dengan murah kalau kau mau."
"Kenapa murah"" kata Ron dengan curiga.
"Karena kau akan terus berdarah sampai kau mengerut, kami belum dapat penawarnya," kata George sambil makan.
"Bagus," kata Ron dengan murung, sambil mengantongkan jadwalnya, "tapi kukira aku akan masuk pelajarannya saja."
"Dan ngomong-ngomong tentang Kotak Makanan Pembolos kalian," kata Hermione sambil mengerling kepada Fred dan George, "kalian tidak bisa memasang iklan mencari para penguji di papan pengumuman Gryffindor."
"Kata siapa"" kata George, terlihat heran.
"Kataku," kata Hermione. "Dan Ron."
"Jangan bawa-bawa aku," kata Ron dengan terburu-buru.
Hermione melotot kepadanya. Fred dan George mencibir.
"Kau akan menyanyikan nada yang lain segera, Hermione," kata Fred, sambil memberi mentega banyak-banyak ke kue. "Kau sedang memulai tahun kelimamu, kau akan memohon kepada kami demi sebuah Kotak Makanan sebelum waktu yang lama."
"Dan kenapa memulai tahun kelima berarti aku akan mau Kotak Makanan Pembolos"" tanya Hermione.
"Tahun kelima adalah tahun OWL," kata George.
"Jadi"" "Jadi kau harus menghadapi ujian-ujianmu, "kan" Mereka akan membuatmu bekerja begitu keras sehingga kelelahan," kata Fred dengan kepuasan.
"Setengah dari kelas kami mengalami depresi ringan sewaktu menghadapi OWL," kata George dengan senang. "Air mata dan ledakan-ledakan kemarahan ... Patricia
Stimpson terus menerus pingsan
"Kenneth Towler menderita bisul-bisul, kau ingat"" kata Fred sambil mengenang.
"Itu karena kau meletakkan bubuk Bulbadox di piyamanya," kata George.
"Oh yeah," kata Fred sambil menyeringai. "Aku sudah lupa ... terkadang sulit mengingat semuanya, ya "kan""
"Benar-benar tahun yang seperti mimpi buruk, tahun kelima itu," kata George. "Itu kalau kau peduli terhadap hasil ujian. Fred dan aku berhasil menjaga nilai-nilai kami entah bagaimana."
"Yeah ... kalian dapat, berapa, tiga OWL masing-masing"" kata Ron.
"Yep," kata Fred tidak peduli. "Tapi kami merasa masa depan kami terletak di luar dunia pencapaian akademis."
"Kami berdebat serius mengenai apakah kami akan repot-repot kembali untuk tahun ketujuh kami," kata George dengan cerah, "karena sekarang kami sudah punya -- "
Dia tidak melanjutkan karena melihat pandangan memperingatkan dari Harry, yang tahu George hampir menyebutkan kemenangan Triwizard yang telah dia berikan kepada mereka.
"-- sekarang kami sudah mendapatkan OWL kami," George berkata dengan tergesa-gesa. "Maksudku, apakah kami benar-benar perlu NEWT" Tapi kami mengira Mum tidak akan bisa menerima kami meninggalkan sekolah lebih awal, tidak setelah Percy berubah menjadi orang paling brengsek sedunia."
"Walau begitu, kami tidak akan menyia-nyiakan tahun terakhir kami di sini," kata Fred, sambil memandang dengan penuh kasih sayang ke sekeliling Aula Besar. "Kami akan mengguna
kannya untuk melakukan sedikit riset pasar, mengetahui tepatnya apa yang dibutuhkan rata-rata murid Hogwarts dari sebuah toko lelucon, berhati-hati mengevaluasi hasil riset kami, lalu menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan."
"Tapi di mana kalian akan mendapatkan emas untuk memulai toko lelucon"" Hermione bertanya dengan skeptis. "Kalian akan perlu semua bahan dan materialnya -- dan lokasi usaha juga, kurasa
Harry tidak memandang si kembar. Wajahnya terasa panas; dia sengaja menjatuhkan garpunya dan menukik ke bawah untuk mengambilnya. Dia mendengar Fred berkata di atas kepalanya, "Jangan tanya kami dan kami tidak akan berbohong kepadamu, Hermione. Ayo, George, kalau kita sampai di sana lebih awal kita mungkin bisa menjual beberapa Telinga yang Dapat-Dipanjangkan sebelum Herbologi."
Harry muncul dari bawah meja dan melihat Fred dan George berjalan menjauh, masing-masing membawa setumpuk roti panggang.
"Apa artinya itu"" kata Hermione, sambil memandang dari Harry ke Ron. ""Jangan tanya kami ..." Apakah itu berarti mereka telah mendapatkan emas untuk memulai toko lelucon""
"Kau tahu, aku telah bertanya-tanya mengenai hal itu," kata Ron, alisnya berkerut. "Mereka membelikanku satu stel jubah pesta baru musim panas ini dan aku tidak bisa mengerti dari mana mereka dapat Galleon ... "
Harry memutuskan sudah waktunya mengalihkan pembicaraan keluar dari daerah berbahaya.
"Apakah kalian pikir benar tahun ini akan sangat sulit" Karena ujian-ujian itu""
"Oh, yeah," kata Ron. "Harus begitu, bukan" OWL sangat penting, mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan yang bisa kau lamar dan segalanya. Kita juga dapat bimbingan karir, akhir tahun ini, Bill bilang kepadaku. Jadi kau bisa memilih NEWT apa yang mau kau lakukan tahun depan."
"Apakah kalian tahu apa yang mau kalian kerjakan setelah Hogwarts"" Harry bertanya kepada keduanya, ketika mereka meninggalkan Aula Besar sejenak kemudian dan menuju ruang kelas Sejarah Sihir mereka.
"Tidak juga," kata Ron lambat-lambat. "Kecuali ... well
Dia terlihat sedikit malu-malu.
"Apa"" Harry mendesaknya.
"Well, pasti keren kalau jadi Auror," kata Ron tanpa pikir panjang. "Yeah, benar," kata Harry sungguh-sungguh.
"Tapi mereka seperti, orang-orang elit," kata Ron. "Kau harus benar-benar hebat. Bagaimana denganmu, Hermione""
"Aku tidak tahu," katanya. "Kukira aku akan melakukan sesuatu yang berharga."
"Auror berharga!" kata Harry.
"Ya, memang, tapi itu bukan satu-satunya yang berharga," kata Hermione sambil berpikir, "maksudku, kalau aku bisa membawa SPEW lebih lanjut
Harry dan Ron dengan hati-hati menghindari pandangan satu sama lain.
Sejarah Sihir dengan persetujuan umum merupakan pelajaran paling membosankan yang pernah diciptakan oleh kaum penyihir. Profesor Binns, guru hantu mereka, memiliki suara menciut-ciut yang berdengung yang hampir merupakan jaminan untuk menyebabkan rasa ngantuk hebat dalam sepuluh menit, lima di udara hangat. Dia tidak pernah merubah bentuk pelakaran mereka, tetapi menguliahi mereka tanpa jeda
sementara mereka mencatat, atau lebih tepatnya, memandang dengan mata mengantuk ke ruang kosong. Harry dan Ron sejauh ini berhasil lulus dari pelajaran ini hanya dengan menyalin catatan Hermione sebelum ujian; dia sendiri yang tampaknya bisa menahan daya penidur dari suara Binns.
Hari ini, mereka menderita satu setengah jam ngantuk dengan subyek perang raksasa. Harry mendengar cukup banyak selama sepuluh menit pertama untum menyadari samar-samar bahwa di tangan guru lain subyek ini mungkin agak menarik, tapi kemudian otaknya tidak terhubung lagi, dan dia menghabiskan satu jam dua puluh menit sisanya bermain tebak kata di tepi perkamennya dengan Ron, sementara Hermione memberi mereka pandangan kejam dari sudut matanya.
"Bagaimana jadinya," dia menanyai mereka dengan dingin, ketika mereka meninggalkan ruang kelas itu untuk istirahat (Binns melayang pergi melewati papan tulis), "kalau aku menolak meminjamkan kalian catatanku tahun ini""
"Kami akan gagal di ujian OWL kami," kata Ron. "Kalau kau mau memikul itu di hati nuranimu, Hermione ... "
"Well, kalian pantas mendapatkannya," dia ber
kata dengan pedas. "Kalian bahkan tidak mencoba mendengarkannya, bukan""
"Kami mencoba," kata Ron. "Kami hanya tidak punya otakmu atau ingatanmu atau konsentrasimu -- kai hanya lebih pintar daripada kami -- baguskah kutambahkan itu""
"Oh, jangan beri aku sampah itu," kata Hermione, tapi dia tampak agak mereda ketika dia memimpin jalan ke halaman yang lembab.
Gerimis berkabut halus sedang turun, sehingga orang-orang yang sedang berdiri berkelompok di sekitar tepi halaman terlihat buram di sisi-sisinya. Harry, Ron dan Hermione memilih sebuah sudut terpecil di bawah balkon yang terkena banyak tetesan air, membalikkan kerah jubah mereka melawan udara September yang dingin dan berbicara mengenai apa yang mungkin disiapkan Snape untuk mereka pada pelajaran pertama di tahun itu. Mereka telah sampai sejauh persetujuan bahwa mungkin sekali sesuatu yang sangat sukar, hanya supaya bisa mengenai mereka ketika belum siap setelah liburan dua bulan; ketiak seseorang berjalan mengitari sudut menuju mereka.
"Halo, Harry!" Ternyata Cho Chang dan, lebih-lebih, dia sendirian lagi. Ini sangat tidak biasa: Cho hampir selalu dikelilingi oleh sekelompok gadis yang cekikikan; Harry ingat penderitaan ketika mencoba menemuinya sendirian untuk memintanya ke Pesta Dansa.
"Hai," kata Harry, merasa wajahnya menjadi panas. Setidaknya kamu tidak tertutup Getah-Bau kali ini, dia memberitahu dirinya sendiri. Cho tampaknya memikirkan hal yang sama.
"Kalau begitu, kamu sudah membersihkan benda itu""
"Yeah," kata Harry, sambil mencoba menyeringai seolah-olah ingatan pada pertemuan terakhir mereka lucu bukannya mengerikan. "Jadi, apakah kamu ... er ... mengalami musim panas yang menyenangkan""
Begitu dia telah mengatakan ini dia berharap tidak dilakukannya -- Cedric dulu pacar Cho dan ingatan pada kematiannya pasti telah mempengaruhi liburannya hampir separah memperngaruhi liburan Harry. Sesuatu sepertinya menegang di wajahnya, tetapi dia berkata, "Oh, liburanku baik-baik saja, kau tahu ... "
"Apakah itu lencana Tornado"" Ron menuntut dengan tiba-tiba, sambil menunjuk ke depan jubah Cho, di mana tersemat sebuah lencana biru langit yang dihiasi dengan huruf "T" ganda. "Kau tidak mendukung mereka, "kan""
"Ya, memang," kata Cho.
"Apakah kau dari dulu mendukung mereka, atau hanya semenjak mereka mulai memenangkan liga"" kata Ron, dengan nada suara menuduh yang dianggap Harry tidak perlu.
"Aku sudah mendukung mereka sejak aku berumur enam tahun," kata Cho dengan dingin. "Ngomong-ngomong ... sampai jumpa, Harry."
Dia berjalan menjauh. Hermione menunggu sampai Cho setengah menyeberangi lapangan sebelum memberondong Ron.
"Kau benar-benar tidak bijaksana!"
"Apa" Aku hanya bertanya kepadanya apakah -- "
"Tidak bisakah kau lihat dia ingin berbicara kepada Harry sendiri""
"Jadi" Dia bisa berbuat begitu, aku tidak menghentikan -- "
"Kenapa kau menyerangnya mengenai tim Quidditchnya""
"Menyerang" Aku tidak menyerangnya, aku hanya -- "
"Siapa yang peduli kalau dia mendukung the Tornadoes""
"Oh, ayolah, setengah dari orang-orang yang memakai lencana itu baru membelinya musim lalu -- "
"Tapi apa masalahnya""
"Artinya mereka bukan fans sebenarnya, mereka cuma mengikuti arus -- "
"Itu bunyi bel," kata Harry dengan jemu, karena Ron dan Hermione sedang bercekcok terlalu keras untuk mendengarnya. Mereka tidak berhenti bersiteru sepanjang jalan ke ruang bawah tanah Snape, yang memberi Harry banyak waktu
untuk merefleksikan bahwa antara Neville dan Ron dia akan sangat beruntung jika bisa mendapatkan percakapan dua menit dengan Cho yang bisa dia kenang tanpa ingin meninggalkan negara itu.
Dan lagi, pikirnya ketika mereka bergabung dengan antrian yang terbentuk di depan ruang kelas Snape, Cho telah memilih untuk datang dan berbicara kepadanya, bukankah begitu" Dia dulu pacar Cedric; dia bisa dengan mudah membenci Harry karena keluar dari labirin Triwizard hidup-hidup sementara Cedric mati, tapi dia berbicara kepadanya dengan cara yang benar-benar bersahabat, bukan seakan-akan dia menganggapnya gila, atau pembohong, atau bertanggung jawab dalam suatu cara terhadap kematian Cedric ... y


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

a, dia benar-benar telah memilih untuk datang dan berbicara dengannya, dan itu yang kedua kalinya dalam dua hari ... dan ketika memikirkan ini, semangat Harry bangkit. Bahkan suara tak menyenangkan dari pintu ruang bawah tanah Snape yang berderit terbuka tidak menusuk gelembung harapan kecil yang sepertinya telah menggembung di dadanya. Dia memasuki ruang kelas di belakang Ron dan Hermione dan mengikuti mereka ke meja yang biasa di bagian belakang, di mana dia duduk di antara Ron dan Hermione dan mengabaikan suara-suara marah yang menyebalkan yang sekarang keluar dari mereka berdua.
"Tenang," kata Snape dengan dingin, sambil menutup pintu di belakangnya.
Sebenarnya tidak perlu meminta ketertiban; begitu kelas mendengar pintu menutup, keheningan tiba dan semua keributan berhenti. Kehadiran Snape saja biasanya sudah cukup untuk menjamin ketenangan kelas.
"Sebelum kita mulai pelajaran hari ini," kata Snape, sambil berjalan ke mejanya dan menatap berkeliling kepada mereka semua, "Kukira sudah sepantasnya kuingatkan kalian bahwa bulan Juni mendatang kalian akan mengikuti ujian yang sangat penting, di mana kalian akan membuktikan seberapa banyak yang telah kalian pelajari tentang komposisi dan kegunaan ramuan-ramuan sihir. Walaupun beberapa orang di kelas ini tidak diragukan lagi bebal, kuharap kalian mendapatkan nilai "Acceptable" pada OWL kalian, atau menerima ... ketidaksenanganku."
Pandangannya kali ini melekat kepada Neville, yang menelan ludah.
"Setelah tahun ini, tentu saja, banyak dari kalian yang akan berhenti berguru kepadaku," Snape melanjutkan. "Aku hanya mengambil yang terbaik ke dalam kelas Ramuan NEWTku, yang berarti bahwa beberapa dari kita pasti akan mengucapkan selamat tinggal."
Matanya beralih kepada Harry dan bibirnya melengkung. Harry melotot balik, sambil merasa kesenangan suram atas gagasan bahwa dia akan bisa melepaskan Ramuan setelah tahun kelima.
"Tapi kita punya satu tahun lagi untuk dilalui sebelum masa perpisahan yang membahagiakan," kata Snape dengan pelan, "jadi, apakah kalian bermaksud mencoba NEWT ataupun tidak, aku sarankan kalian semua untuk mengkonsentrasikan usaha kalian untuk mempertahankan tingkat kelulusan tinggi yang telah kuharapkan dari murid-murid OWLku.
"Hari ini kita akan mencampur ramuan yang sering muncul di Ordinary Wizarding Level; Ramuan Ketenangan, sebuah ramuan untuk meredakan kecemasan dan menenangkan kegelisahan. Peringatan bagi kalian: kalau kalian terlalu berlebihan dengan bahan-bahannya kalian akan menempatkan peminumnya ke dalam tidur yang panjang dan terkadang tidak bisa dibangunkan lagi, jadi kalian harus memperhatikan dengan seksama apa yang sedang kalian lakukan." Di sebelah kiri Harry, Hermione duduk sedikit lebih tegak, ekspresinya penuh perhatian. "Bahan-bahan dan metodenya -" Snape melambaikan tongkatnya "- ada di papan tulis -" (tulisannya muncul di sana) "kalian akan menemukan semua yang kalian butuhkan -" dia melambaikan tongkatnya lagi "- di lemari penyimpanan -" (pintu lemari yang dimaksud terbuka) "- kalian punya satu setengah jam ... mulai."
Seperti yang telah diramalkan Harry, Ron dan Hermione, Snape hampir tidak bisa menyuruh mereka membuat ramuan yang lebih sulit dan rumit. Bahan-bahannya harus ditambahkan ke dalam kuali dengan urutan dan jumlah yang tepat; campurannya harus diaduk beberapa kali dalam jumlah yang tepat, pertama searah jarum jam, lalu melawan arah jarum jam; panas apinya harus diturunkan ke tingkat yang persis tepat selama sejumlah menit sebelum bahan akhir ditambahkan.
"Seberkas uap tipis perak seharusnya sekarang telah menguar dari ramuan kalian," seru Snape, ketika waktu tinggal sepuluh menit lagi.
Harry, yang sedang berkeringat hebat, melihat dengan putus asa ke sekeliling ruang bawah tanah. Kualinya sendiri sedang mengeluarkan sejumlah besar uap kelabu gelap; kuali Ron memuncratkan bunga api hijau. Seamus sedang tergesa-gesa menjolok api di dasar kualinya dengan ujung tongkatnya, karena tampaknya akan padam. Namun, permukaan ramuan Hermione merupakan kabut berkilauan yang terbuat dari uap perak, dan ketika Snape lewat dia melihat
melewati hidung bengkoknya ke kuali itu tanpa komentar, yang berarti dia tidak bisa menemukan apa-apa untuk dikritik. Namun di kuali Harry, Snape berhenti, dan melihat ke kualinya dengan senyum menyeringai yang mengerikan di wajahnya.
"Potter, seharusnya ini apa""
Anak-anak Slytherin di bagian depan kelas semuanya memandang dengan penuh hasrat; mereka sangat suka mendengar Snape mengejek Harry.
"Ramuan Ketenangan," kata Harry dengan tegang.
"Beritahu aku, Potter," kata Snape dengan pelan, "bisakah kamu membaca"" Draco Malfoy tertawa.
"Ya, saya bisa," kata Harry, jari-jarinya mencengkeram tongkatnya erat-erat. "Baca baris ketiga dari instruksi itu untukku, Potter."
Harry memicingkan mata ke papan tulis; tidaklah mudah melihat instruksi itu melalui uap berbagai warna yang mengaburkan yang sekarang mengisi ruang bawah
tanah itu. ""Tambahkan bubuk batu bulan, aduk tiga kali searah jarum jam, biarkan membara selama tujuh menit lalu tambahkan dua tetes sirup hellebore.""
Hatinya merosot. Dia tidak menambahkan sirup hellebore, tetapi langsung meneruskan kebaris keempat instruksi itu setelah membiarkan ramuannya membara selama tujuh menit.
"Apakah kamu melakukan semua hal di baris ketiga, Potter""
"Tidak," kata Harry dengan sangat pelan.
"Maaf"" "Tidak," kata Harry, lebih keras. "Saya lupa hellebore."
"Aku tahu kau lupa, Potter, yang artinya kekacauan ini sama sekali tidak berharga. Evanesco."
Isi ramuan Harry menghilang; dia berdiri dengan bodoh di samping sebuah kuali kosong.
"Kalian yang sudah berhasil membaca instruksi, isi satu tabung dengan sampel ramuan kalian, beri label yang jelas dengan nama kalian dan bawa ke mejaku untuk diuji," kata Snape. "Tugas rumah: dua belas inci perkamen tentang sifat-sifat batu bulan dan kegunaannya dalam pembuatan ramuan, diserahkan pada hari Kamis."
Sementara semua orang di sekitarnya mengisi tabung-tabung mereka, Harry membereskan barang-barangnya, hatinya menggelegak. Ramuannya tidak lebih buruk daripada ramuan Ron, yang sekarang mengeluarkan bau busuk telur yang sudah membusuk; atau ramuan Neville, yang telah mencapai kekentalan semen yang baru dicampur dan yang sekarang harus dikerok Neville dari kualinya; tapi masih saja dia, Harry, yang akan menerima nilai nol untuk pekerjaan hari itu. Dia menjejalkan tongkatnya kembali ke dalam tasnya dan merosot ke tempat duduknya, sambil mengamati semua orang lain yang berbaris ke meja Snape dengan tabung-tabung terisi dan tertutup gabus. Ketika akhirnya bel berdering, Harry yang pertama keluar dari ruang bawah tanah dan sudah mulai makan siang ketika Ron dan Hermione bergabung dengannya di Aula Besar. Langit-langit telah berubah menjadi warna kelabu yang bahkan lebih suram selama pagi itu. Hujan memecut jendela-jendela
yang tinggi. "Itiu benar-benar tidak adil," kata Hermione menghibur, sambil duduk di sebelah Harry dan makan pai. "Ramuanmu tidak seburuk ramuan Goyle, sewaktu dia memasukkannya ke dalam tabung benda itu hancur dan membakar jubahnya."
"Yeah, well," kata Harry sambil menatap tajam ke piringnya, "sejak kapan Snape pernah adil terhadapku""
Tidak satupun dari mereka menjawab; mereka bertiga semuanya tahu bahwa
permusuhan Snape dan Harry telah mutlak dari saat Harry menjejakkan kaki ke Hogwarts.
"Aku kira dia mungkin sedikit lebih baik tahun ini," kata Hermione dengan suara kecewa. "Maksudku ... kau tahu dia melihat sekeliling dengan waspada; ada setengah lusin tempat duduk kosong di kedua sisi mereka dan tak seorangpun sedang melewati meja itu sekarang dia ada dalam Order dan segalanya itu."
"Katak beracun tidak mengubah bintiknya," kata Ron dengan bijaksana. "Lagipula, aku selalu mengira Dumbledore sinting mempercayai Snape. Di mana buktinya dia pernah benar-benar berhenti bekerja bagi Kau-Tahu-Siapa""
"Kukira Dumbledore mungkin punya banyak bukti, bahkan kalau dia tidak membaginya denganmu, Ron," sambar Hermione.
"Oh, diamlah, kalian berdua," kata Harry dengan kasar, ketika Ron membuka mulut untuk beradu pendapat lagi. Hermione dan Ron sama-sama membeku, terlihat marah dan tersinggung. "Tidak bisakah kalian tenang"" kata Harry. "Kalia
n selalu bertengkar, membuatku gila." Dan mengabaikan painya, dia mengayunkan tas sekolahnya ke bahunya dan meninggalkan mereka duduk di sana.
Dia berjalan menaiki tangga pualam dua-dua anak tangga, melewati banyak murid yang sedang bergegas menuju makan siang. Kemarahan yang baru saja menyala tanpa terduga masih berkobar dalam dirinya, dan bayangan wajah Ron dan Hermione yang terguncang memberinya rasa puas mendalam. Rasakan mereka, pikirnya, kenapa mereka tidak bisa tenang ... bertengkar sepanjang waktu ... cukup untuk membuat siapapun jadi gila ...
Dia melewati lukisan besar si ksatria Sir Cadogan di puncak tangga; Sir Cadogan menarik pedangnya dan memamerkannya dengan garang kepada Harry, yang mengabaikannya.
"Kembalilah, kau anjing kudisan! Berdiri di tempat dan bertarung!" teriak Sir Cadogan dengan suara teredam dari balik ketopongnya, tetapi Harry terus berjalan dan ketika Sir Cadogan mencoba mengikutinya dengan cara berlari ke dalam lukisan di sebelah, dia ditolak oleh penghuninya, seekor serigala yang besar dan tampak marah.
Harry menghabiskan sisa jam makan siang duduk sendirian di bawah pintu jebakan di puncak Menara Utara. Akibatnya, dia yang pertama menaiki tangga perak yang menuju ruang kelas Sybill Trelawney ketika bel berdering.
Setelah Ramuan, Ramalan adalah kelas yang paling tidak disukai Harry, yang sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan Profesor Trelawney meramalkan kematian dininya setiap beberapa kali pelajaran. Seorang wanita kurus, yang mengenakan banyak syal dan untaian-untaian manik-manik yang berkilauan, dia selalu mengingatkan Harry kepada beberapa jenis serangga, dengan kacamata besarnya yang memperbesar matanya. Dia sedang sibuk menempatkan salinan-salinan buku bersampul kulit yang compang-camping ke setiap meja bundar kecil yang berada dalam ruangannya ketika Harry memasuki ruangan, tetapi cahaya dari lampu yang
ditutupi scarf dan api yang menyala rendah dan mengeluarkan wangi menyengat begitu temaram sehingga dia tampak tidak memperhatikan Harry ketika dia mengambil tempat duduk dalam bayangan. Sisa kelas itu tiba selama lima menit berikutnya. Ron muncul dari pintu jebakan, memandang sekeliling dengan hati-hati, melihat Harry dan menuju lurus ke arahnya, atau selurus yang dia bisa sellagi harus mencari jalan di antara meja-meja, kursi-kursi dan sofa-sofa yang terlalu empuk.
"Hermione dan aku sudah berhenti berdebat," katanya sambil duduk di sebelah Harry.
"Bagus," gerutu Harry.
"Tapi Hermione bilang dia mengira akan baik kalau kau berhenti mengeluarkan kemarahanmu kepada kami," kata Ron.
"Aku tidak -" "Aku hanya menyampaikan pesan," kata Ron sambil menyelanya. "Tapi kukira dia benar. Bukan salah kami bagaimana Seamus dan Snape memperlakukan kamu."
"Aku tak pernah bilang itu -"
"Selamat siang," kata Profesor Trelawney dengan suara sedih dan melamun yang biasa, dan Harry berhenti, lagi-lagi merasa kesal dan agak malu pada dirinya sendiri. "Dan selamat datang kembali ke Ramalan. Aku telah, tentu saja, mengikuti peruntungan kalian dengan sangat hati-hati selama liburan ini, dan senang melihat bahwa kalian semua telah kembali ke Hogwarts dengan selamat -- seperti, tentu saja, yang kutahu akan terjadi.
"Kalian akan menemukan di meja di hadapan kalian salinan-salinan Ramalan Mimpi, oleh Inigo Imago. Interpretasi mimpi adalah cara yang paling penting untuk meramalkan masa depan dan yang paling mungkin diuji pada OWL kalian. Tentu saja, bukannya aku pikir kelulusan atau kegagalan ujian adalah hal yang penting sedikitpun kalau menyangkut ilmu suci meramal. Kalau kalian memiliki Mata Melihat, sertifikat dan nilai hanya bernilai sedikit. Akan tetapi, Kepala Sekolah ingin kalian mengikuti ujian, jadi ... "
Suaranya berangsur hilang dengan lembut, membuat mereka tidak ragu sedikitpun bahwa Profesor Trelawney menganggap pelajarannya di atas hal-hal mengerikan seperti ujian.
"Tolong balikkan ke pengantar dan baca apa yang dikatakan Imago tentang masalah interpretasi mimpi. Lalu, bentuklah pasangan-pasangan. Gunakan Ramalan Mimpi untuk menginterpretasikan mimpi-mimpi kalian masing-masing yang paling bela
kangan. Lanjutkan." Satu-satunya hal bagus yang dapat dikatakan tentang pelajaran ini adalah bahwa ia bukan kelas ganda. Pada waktu mereka semua telah selesai membaca pengantar buku itu, mereka hanya punya sepuluh menit lagi untuk interpretasi mimpi. Di meja di sebelah Harry dan Ron, Dean telah berpasangan dengan Neville, yang segera memulai
penjelasan panjang lebar mengenai mimpi buruk yang melibatkan sepasang gunting raksasa yang memakai topi terbaik neneknya; Harry dan Ron hanya memandang satu sama lain dengan muram.
"Aku tidak pernah ingat mimpiku," kata Ron, "kau katakan satu."
"Kau pasti ingat salah satu," kata Harry dengan tidak sabar.
Dia tidak akan membagi mimpinya dengan siapapun. Dia tahu persis apa arti mimpi buruknya yang biasa tentang pekuburan itu, dia tidak perlu Ron atau Profesor Trelawney atau Ramalan Mimpi bodoh itu untuk memberitahunya.
"Well, aku bermimpi aku sedang bermain Quidditch beberapa malam lalu," kata Ron sambil mengernyitkan wajah dalam usahanya untuk mengingat. "Menurutmu apa artinya itu""
"Mungkin kamu akan dimakan oleh marshmallow raksasa atau apalah," kata Harry sambil membalik-balik halaman Ramalan Mimpi tanpa minat. Mencari-cari keterangan-keterangan kecil mengenai mimpi dalam Ramalan itu sangat membosankan dan Harry tidak terhibur ketika Profesor Trelawney memberi mereka tugas mencatat diari mimpi selama sebulan sebagai pekerjaan rumah. Ketika bel berdering, dia dan Ron memimpin jalan kembali menuruni tangga, dengan Ron menggerutu keras-keras.
"Apakah kau sadar berapa banyak pekerjaan rumah yang sudah kita dapatkan" Binns menyuruh kita membuat esai sepanjang satu setengah kaki mengenai perang para raksasa, Snape ingin satu kaki mengenai kegunaan batu bulan, dan sekarang kita punya diari mimpi sebulan dari Trelawney! Fred dan George tidak salah mengenai tahun OWL, iya "kan"" Wanita Umbridge itu sebaiknya tidak memberi kita ... "
Ketika mereka memasuki ruang kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka menemukan Profesor Umbridge telah duduk di meja guru, memakai kardigan merah muda berbulu dari malam sebelumnya dan pita beludru hitam di puncak kepalanya. Harry lagi-lagi teringat akan seekor lalat besar yang bertengger di atas seekor katak yang bahkan lebih besar.
Kelas terdiam sangat memasuki ruangan; Profesor Umbridge masih merupakan hal yang belum diketahui dan tak seorangpun tahu seberapa tegas pendapatnya mengenai disiplin.
"Well, selamat sore!" katanya, ketika akhirnya seluruh kelas telah duduk.
Beberapa orang menggumamkan "selamat sore" sebagai jawaban.
"Ck, ck," kata Profesor Umbridge. "Itu tidak bisa diterima, benar bukan" Aku ingin kalian, tolong, menjawab "Selamat sore, Profesor Umbridge". Tolong satu kali lagi. Selamat sore, kelas!"
"Selamat sre, Profesor Umbridge," mereka menyanyi balik kepadanya.
"Begitu," kata Profesor Umbridge dengan manis. "Tidak terlalu sulit, bukan" Tolong simpan tongkat dan keluarkan pena bulu."
Banyak murid yang saling bepandangan dengan murung; perintah "simpan tongkat" belum pernah diikuti dengan pelajaran yang mereka anggap menarik. Harry menyodokkan tongkatnya kembali ke dalam tasnya dan menarik keluar pena bulu, tinta dan perkamen. Profeser Umbridge membuka tas tangannya, mengeluarkan tongkatnya sendiri, yang tidak biasanya sangat pendek, dan mengetuk papan tulis keras-keras dengannya; kata-kata bermunculan di papan seketika:
Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam
Kembali ke Prinsip-Prinsip Dasar
"Well, yang kalian pelajari dalam mata pelajaran ini agak kacau dan sepenggal-sepenggal, bukan"" kata Profesor Umbridge, sambil berpaling menghadap kelas dengan tangan terdekap rapi di depannya. "Pergantian guru yang terus-menerus, banyak di antaranya tampaknya tidak mengikuti kurikulum yang disetujui Kementerian, sayangnya mengakibatkan kalian berada jauh di bawah standar yang kami harapkan di tahun OWL kalian.
"Akan tetapi, kalian akan senang mengetahui bahwa masalah-masalah ini sekarang akan diperbaiki. Kita sekarang akan mengikuti pelajaran sihir pertahanan yang terstruktur dengan hati-hati, berpusatkan pada teori dan disetujui Kementerian tahun ini. Tolon
g salin yang berikut ini."
Dia mengetuk papan tulis lagi; pesan pertama menghilang dan digantikan dengan "Sasaran Pelajaran".
1. Mengerti prinsip-prinsip yang mendasari sihir pertahanan.
2. Belajar mengenali situasi-situasi di mana sihir pertahanan dapat digunakan secara legal.
3. Menempatkan penggunaan sihir pertahanan dalam konteks untuk kegunaan praktis.
Selama beberapa menit ruangan penuh dengan suara gesekan pena bulu pada perkamen. Ketika semua orang telah selesai menyalin ketiga sasaran pelajaran Profesor Umbridge dia bertanya, "Sudahkah semua orang memiliki salinan Teori Sihir Pertahanan oleh Wilbert Slinkhard""
Ada gumaman bosan mengiyakan dari seluruh kelas.
"Kukira kita akan mencoba lagi," kata Profesor Umbridge. "Ketika aku bertanya kepada kalian, aku ingin kalian menjawab, "Ya, Profesor Umbridge", atau "Tidak, Profesor Umbridge". Jadi: sudahkah semua orang memiliki salinan Teori Sihir Pertahanan oelh Wilbert Slinkhard""
"Ya, Profesor Umbridge," berdering di seluruh ruangan itu.
"Bagus," kata Profesor Umbridge. "Aku ingin kalian membalik ke halaman lima dan membaca "Bab Satu, Dasar-Dasar untuk Pemula". Tidak perlu berbicara."
Profesor Umbridge meninggalkan papan tulis dan duduk di kursi di belakang meja guru, sambil mengamati mereka semua dengan seksama dengan mata kataknya yang menggembung. Harry membalik ke halaman lima salinan Teori Sihir nya dan mulai membaca.
Buku itu benar-benar membosankan, hampir seburuk mendengarkan Profesor Binns. Dia merasa konsentrasinya menggelinding pergi; dia segera saja telah membaca baris yang sama setengah lusin kali tanpa memahami lebih dari beberapa kata pertama. Beberapa menit lewat dalam keheningan. Di sebelahnya, Ron sedang menatap ke titik yang sama di halaman itu. Harry melihat ke kanan dan menerima kejutan yang mengeluarkannya dari keadaan jemunya. Hermione bahkan belum membuka salinan Teori Sihir Pertahanannya. Dia sedang menatap lekat-lekat kepada Profesor Umbridge dengan tangan terangkat.
Harry tidak bisa mengingat Hermione pernah tidak membaca ketika diperintahkan, atau bahkan menahan godaan untuk membuka buku apapun yang ada di bawah hidungnya. Dia melihat kepadanya dengan pandangan bertanya, tetapi dia hanya menggelengkan kepala sedikit untuk mengisyaratkan bahwa dia tidak akan menjawab pertanyaan, dan terus menatap Profesor Umbridge, yang melihat dengan ketetapan yang sama ke arah lain.
Namun, setelah beberapa menit lagi berlalu, Harry bukan satu-satunya yang mengamati Hermione. Bab yang harus mereka baca begitu membosankan sehingga lebih banyak lagi orang yang memilih mengamati usaha diam Hermione untuk menarik perhatian Umbridge daripada berjuang terus dengan "Dasar-Dasar untuk Pemula".
Ketika lebih dari setengah anggota kelas menatap Hermione daripada ke buku mereka, Profesor Umbridge tampaknya memutuskan bahwa dia tidak bisa mengabaikan keadaan itu lebih lama lagi.
"Apakah kamu ingin menanyakan sesuatu tentang bab itu, sayang"" dia bertanya kepada Hermione, seolah-olah dia baru saja memperhatikannya.
"Bukan tentang bab itu, tidak," kata Hermione.
"Well, kita baru saja sedang membacanya," kata Profesor Umbridge sambil memperlihatkan gigi-giginya yang kecil dan runcing. "Kalau kamu punya pertanyaan lain kita bisa membahasnya di akhir kelas."
"Saya punya pertanyaan tentang sasaran pelajaran Anda," kata Hermione.
Profesor Umbridge menaikkan alisnya.
"Dan namamu adalah""
"Hermione Granger," kata Hermione.
"Well, Miss Granger, kukira sasaran pelajaranku benar-benar jelas kalau kamu membacanya dengan hati-hati," kata Profesor Umbridge dengan suara manis yang dibuat-buat.
"Well, saya kira tidak begitu," kata Hermione dengan terus terang. "Tidak ada tertulis di sana mengenai menggunakan mantera-mantera pertahanan."
Ada keheningan singkat di mana banyak anggota kelas itu memalingkan kepala mereka untuk merengut pada tiga sasaran pelajaran yang masih tertulis di papan tulis.
"Menggunakan mantera-mantera pertahanan"" Profesor Umbridge mengulangi dengan tawa kecil. "Mengapa, aku tidak bisa membayangkan situasi apapun yang akan timbul di ruang kelasku sehingga kalian pe
rlu menggunakan mantera pertahanan, Miss Granger. Kamu tentunya tidak berharap diserang selama kelas""
"Kita tidak akan menggunakan sihir"" Ron berseru keras-keras.
"Murid-murid mengangkat tangan mereka ketika mereka ingin berbicara di kelas saya, Mr -""
"Weasley," kata Ron sambil mendorong tangannya ke udara.
Profesor Umbridge, tersenyum lebih lebar lagi, memalingkan punggung kepadanya. Harry dan Hermione segera mengangkat tangan mereka juga. Mata berkantong Profesor Umbridge melekat pada Harry sejenak sebelum dia berbicara kepada Hermione.
"Ya, Miss Granger" Kamu ingin menanyakan hal lain""
"Ya," kata Hermione. "Tentunya maksud keseluruhan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam adalah untuk mempraktekkan mantera-mantera pertahanan""
"Apakaj kamu seorang ahli pendidikan terlatih dari Kementerian, Miss Granger"" tanya Profesor Umbridge, dengan suara manis palsunya itu.
"Bukan, tetapi -"
"Well, kalau begitu, kutakut kamu tidak memenuhi syarat untuk memutuskan apa "maksud keseluruhan" dari kelas manapun. Para penyihir yang jauh lebih tua dan lebih pintar dari kamu telah menyusun program belajar baru kita. Kamu akan mempelajari mantera-mantera pertahanan dengan cara yang lebih aman dan bebas resiko -"
"Apa gunanya itu"" kata Harry keras-keras. "Kalau kita akan diserang, tidak akan -" "Tangan, Mr Potter!" seru Profesor Umbridge.
Harry mendorong kepalan tangannya ke udara. Lagi-lagi, Profesor Umbridge
langsung berpaling darinya, tetapi sekarang beberapa orang lain telah mengangkat tangannya juga.
"Dan namamu adalah"" Profesor Umbridge berkata kepada Dean. "Dean Thomas."
"Well, Mr Thomas""
"Well, seperti kata Harry, bukankah begitu"" kata Dean. "Kalau kita akan diserang, tidak akan bebas resiko."
"Kuulangi," kata Profesor Umbridge sambil tersenyum dengan cara yang sangat mengesalkan kepada Dean, "apakah kamu berharap diserang selama kelasku""
"Tidak, tapi -"
Profesor Umbridge menyelanya. "Aku tidak ingin mengkritik cara sesuatu dijalankan di sekolah ini," katanya, sebuah senyuman tidak meyakinkan merentangkan mulut lebarnya, "tetapi kalian telah dihadapkan kepada beberapa penyihir yang sangat tidak bertanggung jawab di dalam kelas ini, benar-benar sangat tidak bertanggung jawb -- tanpa menyebut," dia mengeluarkan tawa kecil mengerikan, "keturunan campuran yang sangat berbahaya."
"Kalau yang Anda maksud Profesor Lupin," seru Dean dengan marah, "dia yang terbaik yang pernah kami -"
"Tangan, Mr Thomas! Seperti yang kukatakan -- kalian telah diperkenalkan pada mantera-mantera yang rumit, tidak sesuai untuk kelompok umur kalian dan potensial menimbulkan kematian. Kalian telah ditakut-takuti agar percaya bahwa kalian mungkin menjumpai serangan Ilmu Hitam dua hari sekali -"
"Tidak begitu," Hermione berkata, "kami hanya -"
"Tanganmu tidak naik, Miss Granger!"
Hermione mengangkat tangannya. Profesor Umbridge berpaling darinya.
"Menurut pemahamanku para pendahuluku bukan hanya menggunakan kutukan-kutukan ilegal di depan kalian, dia bahkan menggunakannya kepada kalian."
"Well, dia ternyata seorang maniak, bukan"" kata Dean dengan marah. "Asal Anda tahu, kami masih belajar banyak."
"Tanganmu tidak naik, Mr Thomas!" getar Profesor Umbridge. "Sekarang, menurut pandangan Kementerian bahwa pengetahuan teoritis akan lebih dari mencukupi untuk meluluskan kalian pada ujian, yang memang inti dari keberadaan sekolah. Dan namamu adalah"" tambahnya sambil menatap Parvati, yang tangannya baru saja naik.
"Parvati Patil, dan tak adakah sedikit praktek dalam OWL Pertahanan Terhadap
Ilmu Hitam kami" Bukankah kami seharusnya memperlihatkan kami sebenarnya bisa melakukan kontra-kutukan dan segalanya itu""
"Selama kalian telah belajar teori cukup keras, tak ada alasan mengapa kalian tidak bisa menggunakan mantera-mantera pada kondisi ujian yang terkendali dengan hati-hati," kata Profesor Umbridge.
"Tanpa pernah mempraktekkannya sebelumnya"" kata Parvati dengan tidak percaya. "Apakah Anda memberitahu kami bahwa pertama kalinya kami boleh melakukan mantera-mantera itu adalah ketika ujia""
"Kuulangi, selama kalian telah belajar teori cukup keras -"
"Dan apa gunanya te ori di dunia nyata"" kata Harry dengan keras, kepalannya di udara lagi.
Profesor Umbridge melihat ke atas.
"Ini sekolah, Mr Potter, bukan dunia nyata," katanya dengan lembut.
"Jadi kami tidak boleh bersiap-siap untuk apa yang sedang menunggu kami di luar sana""
"Tidak ada yang sedang menunggu di luar sana, Mr Potter."
"Oh yeah"" kata Harry. Amarahnya, yang tampaknya telah menggelembung di bawah permukaan sepanjang hari ni, sedang mencapai titik didih.
"Siapa yang kamu bayangkan akan ingin menyerang anak-anak seperti dirimu"" tanya Profesor Umbridge dengan suara semanis madu yang mengerikan.
"Hmm, ayo pikir kata Harry dengan suara berpikir yang mengejek. "Mungkin ... Lord Voldemort""
Ron terkesiap; Lavender Brown mengeluarkan jeritan kecil; Neville tergelincir ke samping bangkunya. Namun, Profesor Umbridge tidak berkedip. Dia sedang menatap Harry dengan ekspresi kepuasan suram di wajahnya.
"Sepuluh poin dari Gryffindor, Mr Potter."
Ruang kelas itu hening dan tenang. Semua orang sedang menatap pada Umbridge atau Harry.
"Sekarang, akan kubuat beberapa hal jelas."
Profesor Umbridge berdiri dan mencondongkan badan kepada mereka, tangan-tangannya yang berjari pendek direnggangkan ke meja tulisnya.
"Kalian telah diberitahu bahwa seorang penyihir Hitam tertentu telah kembali dari kematian -"
"Dia tidak mati," kata Harry dengan marah, "tapi yeah, dia sudah kembali!"
"Mr-Potter-kamu-sudah-menghilangkan-sepuluh-poin-dari-asramamu-jangan-membuat-masalah-bagi-dirimu-sendiri," kata Profesro Umbridge dengan satu helaan napas tanpa memandangnya. "Seperti yang kukatakan, kalian telah diberitahu bahwa seorang penyihir Hitam tertentu sedang berkeliaran lagi. Ini bohong."
"Itu BUKAN bohong!" kata Harry. "Aku melihatnya, aku bertarung dengannya!"
"Detensi, Mr Potter!" kata Profesor Umbridge penuh kemenangan. "Besok sore. Jam lima. Kantorku. Kuulangi, ini bohong. Kementerian Sihir menjamin bahwa kalian tidak berada dalam bahaya dari penyihir Hitam manapun. Kalau kalian masih khawatir, dengan cara apapun datang dan temui aku di luar jam pelajaran. Kalau seseorang menakut-nakuti kalian dengan dusta mengenai kelahiran kembali para penyihir Hitam, aku ingin mendengarnya. Aku di sini untuk membantu. Dan sekarang, kalian teruskan membaca. Halaman lima, "Dasar-Dasar untuk Pemula"."
Profesor Umbridge duduk di belakang mejanya. Akan tetapi, Harry berdiri. Semua orang menatapnya; Seamus tampak setengah ketakutan, setengah kagum.
"Harry, jangan!" Hermione berbisik dengan suara memperingatkan, sambil menarik lengan bajunya, tetapi Harry menyentakkan lengannya keluar jangkauannya.
"Jadi, menurut Anda, Cedric Diggory mati sendiri, bukan begitu"" Harry bertanya, suaranya bergetar.
Ada tarikan napas serentak dari kelas, karena tak seorangpun dari mereka, kecuali Ron dan Hermione, pernah mendengar Harry berbicara mengenai apa yang terjadi di malam Cedric meninggal. Mereka menatap penuh minat dari Harry ke Profesor Umbridge, yang telah mengangkat matanya dan sedang menatapnya tanpa bekas senyum palsu di wajahnya.
"Kematian Cedric Diggory adalah kecelakaan tragis," katanya dingin.
"Itu pembunuhan," kata Harry. Dia bisa merasakan dirinya gemetaran. Dia hampir tidak pernah berbicara kepada siapapun tentang ini, terlebih lagi kepada semua tiga puluh teman sekelas yang sedang mendengarkan dengan penuh minat. "Voldemort membunuhnya dan Anda tahu itu."
Wajah Profesor Umbridge hampa. Selama sejenak, Harry mengira dia akan berteriak kepadanya. Lalu dia berkata, dengan suara anak perempuan yang paling lembut dan paling manis, "Kemarilah, Mr Potter, sayang."
Harry menendang kursinya ke samping, berjalan mengitari Ron dan Hermione dan ke meja guru. Dia bisa merasakan anggota kelas yang lain menahan napas. Dia merasa sangat marah sehingga dia tidak peduli apa yang terjadi berikutnya.
Profesor Umbridge menarik sebuah gulungan kecil perkamen merah muda keluar dari tas tangannya, merentangkannya di meja tulis, memasukkan pena bulunya ke
dalam botol tinta dan mulai mencoret, membungkuk sehingga Harry tidak bisa melihat apa yang sedang ditulisnya. Tak seorangpun berbicara. Sete
lah semenit atau lebih dia menggulung perkamen itu dan mengetuknya dengan tongkatnya; perkamen itu tersegel sendiri tanpa keliman sehingga dia tidak bisa membukanya.
"Bawa ini ke Profesor McGonagall, sayang," kata Profesor Umbridge, sambil mengulurkan catatan itu kepadanya.
Dia mengambilnya tanpa mengatakan sepatah katapun, membalikkan tumitnya dan meninggalkan ruangan, bahkan tanpa melihat kepada Ron dan Hermione, sambil membanting pintu ruang kelas hingga tertutup di belakangnya. Dia berjalan sangat cepat menyusuri koridor, catatan untuk McGonagall tergenggam erat di tangannya, dan ketika membelok di sebuah sudut melewati Peeves si hantu jail. seorang pria kecil bermulut lebih yang sedang mengapung telentang di udara, sambil melemparkan beberapa botol tinta.
"Kenapa, ini Potty Wee Potter!" kotek Peeves, sambil membiarkan dua botol tinta jatuh ke tanah sehingga terbanting dan mengotori dinding dengan tinta; Harry melompat mundur sambil membentak.
"Hentikan, Peeves."
"Oooh, Crackpot sedang ngambek," kata Peeves, sambil mengejar Harry sepanjang koridor, mengejek ketika dia berada di atasnya. "Ada apa kali ini, temanku yang baik Potty" Mendengar suara-suara" Mendapat penglihatan" Berbicara dalam -" Peeves membuat bunyi keras dengan lidahnya "-bahasa aneh""
"Kubilang, tinggalkan aku SENDIRI!" Harry berteriak, sambil berlari menuruni tangga terdekat, tetapi Peeves hanya meluncur turun dengan punggungnya di pegangan tangga di sampingnya.
"Oh, kebanyakan mengira dia menggertak, lelaki yang gila itu,
Tetapi beberapa lebih baik hati dan mengira dia hanya sedih,
Tetapi Peevesy lebih tahu dan berkata dia memang gila -"
"DIAM!" Sebuah pintu di sebelah kirinya terbuka dan Profesor McGonagall muncul dari kantornya terlihat muram dan sedikit terganggu.
"Apa yang sedang kau teriakkan, Potter"" sambarnya, ketika Peeves berkotek dengan gembira dan melayang pergi dari penglihatan. "Mengapa kamu tidak di kelas""
"Aku telah dikirim untuk menemui Anda," kata Harry dengan kaku.
"Dikirim" Apa maksudmu, dikirim""
Dia mengulurkan catatan dari Profesor Umbridge. Profesor McGonagall
mengambilnya darinya, sambil merengut, membukanya dengan ketukan tongkatnya, merentangkannya dan mulai membaca. Matanya meluncur dari sisi ke sisi di balik kacamata perseginya selagi dia membaca apa yang ditulis Umbridge, dan dengan tiap baris mata itu semakin menyipit.
"Masuk ke sini, Potter."
Dia mengikutinya ke dalam ruang kerjanya. Pintu menutup secara otomatis di belakangnya.
"Well"" kata Profesor McGonagall, sambil memberondongnya. "Benarkah itu""
"Apanya yang benar"" Harry bertanya agak lebih agresif daripada yang dimaksudkannya. "Profesor"" tambahnya, dalam usaha untuk terdengar lebih sopan.
"Benarkah bahwa kamu berteriak kepada Profesor Umbridge""
"Ya," kata Harry.
"Kamu menyebutnya pembohong""
"Ya." "Kamu memberitahunya Dia-Yang-Namanya-Tidak-Boleh-Disebut sudah kembali""
"Ya." Profesor McGonagall duduk di belakang meja tulisnya sambil mengamati Harry dengan seksama. Lalu dia berkata, "Makanlah sepotong biskuit, Potter."
"Makan -- apa""
"Makan biskuit," ulangnya dengan tidak sabar, sambil memberi isyarat pada sebuah kaleng kotak-kotak yang terletak di puncak tumpukan kertas di meja tulisnya. "Dan duduklah."
Telah ada kesempatan sebelumnya ketika Harry, yang menduga akan dihukum oleh Profesor McGonagall, malah ditunjuk olehnya untuk tim Quidditch Gryffindor. Dia terbenam ke dalam kursi di seberangnya dan makan sepotong Kadal Jahe, merasa sama bingungnya dan kehilangan arah seperti yang dirasakannya pada kesempatan itu.
Profesor McGonagall meletakkan catatan Profesor Umbridge dan memandang Harry dengan sangat serius.
"Potter, kamu harus berhati-hati."
Harry menelan Kadal Jahenya dan menatapnya. Nada suaranya sama sekali bukanlah yang biasa didengarnya; tidak cepat, pendek dan tegas; tetapi rendah dan cemas dan entah bagaimana lebih manusiawi daripada biasanya.
"Perilaku salah di kelas Dolores Umbridge bisa mengakibatkan lebih banyak daripada kehilangan poin asrama dan detensi."
"Apa yang Anda -""
"Potter, gunakan akal sehatmu," sambar Profesor McGonagall, menda
dak kembali ke gaya berbicaranya yang biasa. "Kamu tahu dari mana dia datang, kamu pasti tahu kepada siapa dia melapor."
Bel akhir pelajaran berdering. Dari atas dan sekitar datang suara gemuruh ratusan murid yang sedang bergerak.
"Di sini dikatakan dia memberimu detensi setiap malam dalam minggu ini, mulai besok," Profesor McGonagall berkata sambil melihat catatan Umbridge lagi.
"Setiap malam dalam minggu ini!" Harry mengulangi dengan terkejut. "Tapi, Profesor, tidak bisakah Anda -""
"Tidak, aku tidak bisa," kata Profesor McGonagall dengan datar.
"Tapi -" "Dia gurumu dan punya semua hak untuk memberimu detensi. Kamu akan pergi ke ruangannya pukul lima besok untuk yang pertama. Cuma ingat: melangkahlah hati-hati di sekitar Dolores Umbridge."
"Tapi aku mengatakan yang sebenarnya!" kata Harry, marah besar. "Voldemort kembali, Anda tahu itu; Profesor Dumbledore tahu itu -"
"Demi Tuhan, Potter!" kata Profesor McGonagall, sambil meluruskan kacamatanya dengan marah (dia berjengit mengerikan ketika mendengar nama Voldemort). "Apakah kamu benar-benar mengira ini mengenai benar dan dusta" Ini tentang menjaga perilaku dan amarahmu di bawah kendali!"
Dia berdiri, lubang hidungnya melebar dan mulutnya sangat tipis, dan Harry juga berdiri.
"Makan biskuit lagi," katanya dengan kesal, sambil menyodorkan kaleng kepadanya.
"Tidak, terima kasih," kata Harry dingin.
"Jangan bersikap menggelikan," sambarnya.
Dia mengambil satu. "Terima kasih," katanya dengan enggan.
"Tidakkah kamu mendengar pidato Dolores Umbridge di pesta awal semester,
Potter"" "Yeah," kata Harry. "Yeah ... katanya ... kemajuan akan dilarang atau ... well, artinya bahwa ... bahwa Kementerian Sihir berusaha ikut campur di Hogwarts."
Profesor McGonagall menatapnya lekat-lekat sejenak, lalu mendengus, berjalan mengitari meja tulisnya dan membuka pintu baginya.
"Well, aku senang kau mendengarkan Hermione Granger," katanya sambil menunjukkan untuk keluar dari kantornya.
BAB TIGA BELAS Detensi dengan Dolores Makan malam di Aula Besar malam itu bukanlah pengalaman menyenangkan bagi Harry. Kabar mengenai adu teriaknya dengan Umbridge telah berkeliling bahkan lebih cepat daripada standar Hogwarts. Dia mendengar bisik-bisik di sekelilingnya ketika dia duduk makan di antara Ron dan Hermione. Hal yang aneh adalah tak seorangpun dari yang berbisik-bisik itu tampak keberatan dia mendengar apa yang sedang mereka katakan mengenai dirinya. Sebaliknya, seakan-akan mereka berharap dia akan marah dan mulai berteriak lagi, sehingga mereka bisa mendengar ceritanya dari tangan pertama.
"Dia bilang dia melihat Cedric Diggory dibunuh
"Menurutnya dia berduel dengan Kau-Tahu-Siapa
"Hentikan "Dipikirnya dia sedang bercanda"" "Tolong deh
"Apa yang tak kumengerti," kata Harry melalui gigi-gigi yang dikertakkan, sambil meletakkan pisau dan garpunya (tangannya terlalu bergetar untuk memegang dengan mantap), "adalah mengapa mereka semua mempercayai cerita itu dua bulan yang lalu
ketika Dumbledore memberitahu mereka ... "
"Masalahnya adalah, Harry, aku tidak yakin mereka percaya," kata Hermione dengan muram. "Oh, ayo pergi dari sini."
Dia membanting pisau dan garpunya sendiri; Ron melihat penuh keinginan pada pai apelnya yang setengah habis tetapi ikut juga. Orang-orang memandangi mereka sepanjang jalan keluar dari Aula.
"Apa maksudmu, kau tidak yakin mereka mempercayai Dumbledore"" Harry bertanya kepada Hermione ketika mereka mencapai puncak tangga pertama.
"Lihat, kau tidak mengerti seperti apa setelah kejadian itu," kata Hermione dengan pelan. "Kau tiba kembali di tengah halaman sambil menggenggam mayat Cedric ... tak seorangpun dari kamu melihat apa yang terjadi di dalam labirin ... kami hanya mendengar perkataan Dumbledore bahwa Kau-Tahu-Siapa sudah kembali dan membunuh Cedric dan bertarung denganmu."
"Yang memang benar!" kata Harry keras-keras.
"Aku tahu itu, Harry, jadi bisakah kau tolong berhenti memarahiku"" kata Hermione dengan letih. "Hanya saja sebelum kebenaran bisa tertanam, semua orang pulang ke rumah selama musim panas, di mana mereka menghabiskan dua bulan membaca bagaimana kau seorang
sinting dan Dumbledore mulai pikun!"
Ron menghantam kisi-kisi jendela selagi mereka berjalan menyusuri koridor-koridor kosong kembali ke Menara Gryffindor. Harry merasa seakan-akan hari pertamanya telah berlangsung seminggu, tetapi dia masih mempunyai segunung pekerjaan rumah untuk dilakukan sebelum tidur. Rasa sakit menghantam timbul di mata kanannya. Dia melihat sekilas melalui jendela yang terguyur hujan ke halaman gelap ketika mereka berbelok ke koridor Nyonya Gemuk. Masih belum ada cahaya dari kabin Hagrid.
"Mimbulus mimbletonia," kata Hermione, sebelum Nyonya Gemuk bisa bertanya. Potret itu berayun terbuka memperlihatkan lubang di belakangnya dan mereka bertiga memanjat melaluinya.
Ruang duduk hampir kosong; hampir semua orang masih di bawah untuk makan malam. Crookshanks bangkit dari gelungannya di sebuah kursi berlengan dan berderap menemui mereka, sambil mendengkur keras, dan ketika Harry, Ron dan Hermione duduk di tiga kursi kesukaan mereka di sisi perapian dia melompat dengan ringan ke pangkuan Hermione dan bergelung di sana seperti bantal merah kekuningan berbulu. Harry menatap ke dalam api, merasa terkuras dan letih sekali.
"Bagaimana bisa Dumbledore membiarkan ini terjadi"" Hermione menjerit tiba-tiba, membuat Harry dan Ron terlompat; Crookshanks melompat dari pangkuannya, terlihat terhina. Dia menghantam lengan-lengan kursinya dengan marah, sehingga potongan-potongan isian keluar dari lubang-lubangnya. "Bagaimana dia bisa membiarkan wanita mengerikan itu mengajari kita" Dan di tahun OWL kita lagi!"
"Well, kita belum pernah dapat guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang hebat, bukan"" kata Harry. "Kau tahu seperti apa, Hagrid memberitahu kita, tak seorangpun mau pekerjaan itu; mereka bilang membawa sial."
"Ya, tapi mempekerjakan seseorang yang sebenarnya menolak membiarkan kita melakukan sihir! Apa yang sedang dipermainkan Dumbledore""
"Dan dia sedang mencoba membuat orang-orang menjadi mata-mata untuknya," kata Ron dengan muram. "Ingat ketika dia bilang dia mau kita datang dan memberitahunya kalau kita mendengar siapapun berkata Kau-Tahu-Siapa sudah kembali""
"Tentu saja dia di sini untuk memata-matai kita semua, itu jelas, kenapa lagi Fudge ingin dia datang"" sambar Hermione.
"Jangan mulai berdebat lagi," kata Harry dengan letih, ketika Ron membuka mulut untuk membalas. "Tak bisakah kita ... ayo buat peer saja, hilangkan beban
Mereka mengumpulkan tas-tas sekolah mereka dari sebuah sudut dan kembali ke kursi-kursi di sisi perapian. Orang-orang telah berdatangan dari makan malam sekarang. Harry memalingkan wajahnya dari lubang potret, tetapi masih bisa merasakan tatapan ke arahnya.
"Apakah kita akan mengerjakan tugas Snape dulu"" kata Ron, sambil mencelupkan pena bulunya ke dalam tintanya. ""Sifat-sifat ... batu bulan ... dan kegunaannya ... dalam pembuatan ramuan dia bergumam, sambil menuliskan kata-kata itu di puncak perkamennya sewaktu mengucapkannya. "Begitu." Dia menggarisbawahi judul itu, lalu memandang penuh harap kepada Hermione.
"Jadi, apa sifata batu bulan dan kegunaannya dalam pembuatan ramuan""
Tetapi Hermione tidak mendengarkan; dia sedang memicingkan mata ke sudut jauh dari ruangan itu, di mana Fred, George dan Lee Jordan sekarang sedang duduk di tengah sekumpulan anak kelas satu yang tampak lugu, yang semuanya sedang mengunyah sesuatu yang tampaknya telah keluar dari kantong kertas besar yang sedang dipegang Fred.


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak, maafkan aku, mereka sudah terlalu jauh," katanya sambil berdiri dan terlihat benar-benar marah. "Ayo, Ron."
"Aku -- apa"" kata Ron, jelas sedang mengulur waktu. "Tidak -- ayolah, Hermione -kita tidak bisa melarang mereka membagikan permen."
"Kau tahu persis itu adalah Gula-Gula Mimisan atau -- atau Pastiles Muntah atau -- "
"Manisan Pingsan"" Harry menyarankan dengan pelan.
Satu persatu, seakan-akan dipukul kepalanya dengan palu yang tak tampak, anak-anak kelas satu itu merosot tidak sadarkan diri di tempat duduk mereka; beberapa tergelincir langsung ke lantai, yang lain hanya tergantung pada lengan kursi mereka, lidah merka terjulur. Kebanyakan orang yang sedang menonton te
rtawa; namun Hermione menaikkan bahunya dan berbaris langsung ke tempat Fred dan George sekarang berdiri sambil memegang papan penjepit kertas, mengamati dengan seksama para murid kelas satu yang tidak sadar. Ron bangkit setengah berdiri dari kursinya, menunggu tidak yakin selama satu-dua saat, lalu bergumam kepada Harry. "Dia sudah bisa mengendalikannya," sebelum membenamkan diri ke kursinya serendah yang diizinkan tubuh jangkungnya.
"Itu cukup!" Hermione berkata penuh tenaga kepada Fred dan George, keduanya melihat ke atas dengan terkejut.
"Yeah, kau benar," kata George sambil mengangguk, "dosis ini tampaknya cukup kuat, bukan""
"Kuberitahu kalin pagi ini, kalian tidak bisa menguji sampah kalian pada murid!" "Kami membayar mereka!" kata Fred dengan marah. "Aku tidak peduli, bisa saja berbahaya!" "Sampah," kata Fred.
"Tenanglah, Hermione, mereka baik-baik saja!" kata Lee menenangkan ketika dia berjalan dari satu anak kelas satu ke anak lainnya, sambil memasukkan permen ungu ke dalam mulut terbuka mereka.
"Yeah, lihat, mereka sudah sadar sekarang," kata George.
Beberapa anak kelas satu memang bergerak. Beberapa terlihat begitu terguncang menemukan diri mereka terbaring di lantai, atau bergantung di kursi mereka, sehingga Harry yakin Fred dan George belum memperingatkan mereka apa yang dilakukan permen-permen itu.
"Merasa baik-baik saja"" tanya George dengan baik hati kepada seorang anak perempuan kecil berambut gelap yang berbaring di kakinya.
"Aku -- kukira begitu," katanya gemetaran.
"Sempurna," kata Fred dengan gembira, tetapi detik berikutnya Hermione telah merebut papan penjepit kertasnya serta kantong kertas Manisan Pingsan dari tangannya.
"TIDAK sempurna!"
"Tentu saja, mereka masih hidup "kan"" kata Fred dengan marah.
"Kalian tidak bisa melakukan ini, bagaimana kalau kalian membuat salah satu dari mereka benar-benar sakit""
"Kami tidak akan membuat mereka sakit, kami sudah menguji semuanya sendiri, ini hanya untuk melihat apakah semua orang akan bereaksi sama -"
"Kalau kalian tidak berhenti melakukannya, aku akan -"
"Memberi kami detensi"" kata Fred, dengan suara aku-ingin-lihat-kau-coba.
"Menyuruh kami menulis"" kata George sambil tersenyum menyeringai.
Para penonton di seluruh ruangan tertawa. Hermione meluruskan diri setingginya; matanya disipitkan dan rambutnya yang lebat tampak baru kena listrik.
"Tidak," katanya, suaranya bergetar karena marah, "tetapi aku akan menulis kepada ibu kalian."
"Kau tidak akan berbuat itu," kata George, terkejut, sambil mundur selangkah darinya.
"Oh, ya, akan kulakukan," kata Hermione dengan suram. "Aku tak bisa menghentikan kalian makan benda-benda bodoh itu sendiri, tapi kau tidak akan memberikannya kepada para murid kelas satu."
Fred dan George terlihat seperti disambar petir. Jelaslah sejauh menyangkut mereka, ancaman Hermione melewati batas keberanian mereka. Dengan pandangan mengancam terakhir kepada mereka, dia menyodorkan papan penjepit kertas Fred dan kantong Manisan kembali ke lengannya, dan berjalan kembali ke kursinya di sisi perapian.
Ron sekarang begitu rendah dalam kursinya sehingga hidungnya hampir sama rendahnya dengan lututnya.
"Terima kasih atas dukunganmu, Ron," Hermione berkata dengan masam.
"Kau menanganinya dengan baik sendiri," Ron bergumam.
Hermione menatap ke potongan perkamennya yang kosong selama beberapa detik, lalu berkata dengan tidak tenang, "Oh, tidak bisa, aku tidak bisa berkonsentrasi sekarang. Aku akan pergi tidur."
Dia merenggut buka tasnya; Harry mengira dia akan menyimpan buku-bukunya, tetapi dia malah menarik keluar dua benda dari wol yang bentuknya tidak beraturan, menempatkan mereka dengan hati-hati di atas sebuah meja di sisi perapian, menutupinya dengan beberapa potongan perkamen yang digumpalkan dan sebuah pena bulu rusak dan berdiri untuk mengagumi akibatnya.
"Demi nama Merlin apa yang sedang kau lakukan"" kata Ron sambil mengamatinya seolah-olah mengkhawatirkan kewarasannya.
"Itu adalah topi untuk para peri-rumah," katanya cepat, sekarang dia sedang menjejalkan buku-bukunya kembali ke dalam tasnya. "Aku mengerjakannya musim panas lalu
. Aku benar-benar perajut yang lamban tanpa sihir tetapi sekarang setelah aku kembali ke sekolah seharusnya aku bisa membuat lebih banyak lagi."
"Kau meninggalkan topi untuk para peri-rumah"" kat Ron lambat-lambat. "Dan kau menutupinya dengan sampah dulu""
"Ya," kata Hermione menantang, sambil mengayunkan tasnya ke punggungnya.
"Itu tidak adil," kata Ron dengan marah. "Kau mencoba memperdaya mereka untuk memungut topi-topi itu. Kau membebaskan mereka padahal mereka mungkin tidak ingin bebas."
"Tentu saja mereka ingin bebas!" kata Hermione seketika, walaupun wajahnya berubah warna menjadi merah muda. "Jangan berani-berani menyentuh topi-topi itu, Ron!"
Dia berbalik dan pergi. Ron menunggu sampai dia menghilang melalui pintu ke kamar asrama anak perempuan, lalu membersihkan sampah dari topi-topi wol itu.
"Setidaknya mereka seharusnya melihat apa yang mereka pungut," katanya dengan tegas. "Lagipula dia menggulung perkamen yang telah ditulisnya dengan judul esai Snape, "tak ada gunanya mencoba menyelesaikan ini sekarang, aku tidak bisa melakukannya tanpa Hermione, aku tak punya petunjuk sedikitpun apa yang harus kau lakukan dengan batu bulan, bagaimana denganmu""
Harry menggelengkan kepalanya, sambil memperhatikan bahwa ketika dia berbuat begitu rasa sakit di pelipis kanannya semakin buruk. Dia memikirkan esai panjang mengenai perang para raksasa dan rasa sakit itu menusuknya dengan tajam. Tahu benar bahwa ketika pagi tibam, dia akan menyesal tidak menyelesaikan pekerjaan rumahnya malam itu, dia menumpukkan buku-bukunya kembali ke dalam tasnya.
"Aku juga akan tidur."
Dia melewati Seamus dalam perjalanan ke pintu yang menuju ke kamar asrama, tetapi dia tidak memandangnya. Harry mendapatkan kesan singkat bahwa Seamus telah membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi dia bergegas dan mencapai ketenangan yang menyejukkan dari tangga spiral tanpa harus mengalami provokasi
lagi. * Hari berikutnya diawali sama kelam dan berhujan seperti yang sebelumnya. Hagrid masih absen dari meja guru pada saat makan pagi.
"Tapi di sisi baiknya, tidak ada Snape hari ini," kata Ron menguatkan.
Hermione menguap lebar-lebar dan menuangkan untuk dirinya sendiri sedikit kopi. Dia terlihat agak senang mengenai sesuatu, dan ketika Ron bertanya kepadanya apa yang membuatnya sangat gembira, dia hanya berkata, "Topi-topi itu sudah hilang. Kelihatannya para peri-rumah memang ingin kebebasan."
"Aku tidak akan terlalu yakin," Ron memberitahunya dengan tajam. "Benda-benda
itu mungkin tidak dianggap pakaian. Mereka tidak terlihat seperti topi bagiku, lebih mirip kandung kemih dari wol."
Hermione tidak berbicara kepadanya sepannjang pagi.
Kelas ganda Jimat dan Guna-Guna diikuti dengan kelas ganda Transfigurasi. Profesor Flitwick dan Profesor McGonagall keduanya menghabiskan lima belas menit pertama dari pelajaran mereka menguliahi kelas akan pentingnya OWL.
"Apa yang harus kalian ingat," kata Profesor Flitwick kecil sambil mencicit, bertengger seperti biasa di atas setumpuk buku sehingga dia bisa melihat melewati bagian atas mejanya, "adalah bahwa ujian-ujian ini mungkin mempengaruhi masa depan kalian bertahun-tahun yang akan datang! Kalau kalian belum memikirkan secara serius mengenai karir kalian, sekarang saatnya. Dan sementara itu, aku takut, kita akan bekerja lebih keras daripada sebelumnya untuk menjamin kalian semua mendapat hasil sesuai kemampuan kalian!"
Mereka lalu menghabiskan lebih dari satu jam mengulang Mantera Pemanggil, yang menurut Profesor Flitwick pasti keluar di OWL mereka, dan dia mengakhiri pelajaran dengan memberi mereka pekerjaan rumah Jimat dan Guna-Guna yang paling banyak dibandingkan sebelumnya.
Keadaannya sama, kalau bukan lebih buruk, di Transfigurasi.
"Kalian tidak bisa lulus OWL," kata Profesor McGonagall dengan murung, "tanpa penerapan, latihan, dan belajar yang serius. Aku melihat tidak ada alasan mengapa semua orang di kelas ini tidak bisa mencapai OWL dalam Transfigurasi selama mereka bekerja keras." Neville membuat suara sedih kecil tanda tidak percaya. "Ya, kamu juga, Longbottom," kata Profesor McGonagall. "Tidak ada yang salah
dengan pekerjaanmu selain kurangnya rasa percaya diri. Jadi ... hari ini kita akan mulai dengan Mantera Penghilang. Ini lebih mudah daripada Mantera Pencipta, yang biasanya tidak akan kalian coba sampai tingkat NEWT, tapi mantera ini masih termasuk di antara sihir paling sulit yang akan diujikan kepada kalian pada OWL kalian."
Dia sangat benar; Harry mendapatkan Mantera Penghilang benar-benar sulit. Pada akhir periode ganda itu dia maupun Ron belum berhasil menghilangkan siput-siput yang mereka gunakan untuk berlatih, walaupun Ron berkata penuh harap bahwa dia mengira siputnya terlihat sedikit lebih pucat. Hermione, di sisi lain, berhasil menghilangkan siputnya pada percobaan ketiga, membuatnya mendapatkan bonus sepuluh poin untuk Gryffindor dari Profesor McGonagall. Dia adalah satu-satunya orang yang tidak diberi pekerjaan rumah; semua orang lainnya disuruh melatih mantera itu di malam hari, siap untuk mencoba lagi pada siput mereka sore berikutnya.
Sekarang setelah merasa agak panik mengenai jumlah pekerjaan rumah yang harus mereka lakukan, Harry dan Ron menghabiskan jam makan siang mereka di perpustakaan mencari kegunaan batu bulan dalam pembuatan ramuan. Masih marah tentang penghinaan Ron pada topi-topi wolnya, Hermione tidak bergabung dengan mereka. Pada saat mereka mencapai Pemeliharaan Satwa Gaib di sore hari, kepala
Harry sakit lagi. Hari menjadi dingin dan berangin, dan ketika mereka berjalan menyusuri lapangan yang melandai menuju kabin Hagrid di tepi Hutan Terlarang, mereka merasakan titik-titik hujan yang terkadang menetes ke wajah mereka. Profesor Grubbly-Plank berdiri menanti kelas itu sekitar sepuluh yard dari pintu depan Hagrid, dengan sebuah meja panjang berpalang di depannya yang sarat dengan ranting. Ketika Harry dan Ron mendekatinya, suara tawa keras terdengar di belakang mereka; sambil berbalik, mereka melihat Draco Malfoy berjalan menuju mereka, dikelilingi oleh kelompok kroni Slytherinnya yang biasa. Jelas dia baru saja mengatakan sesuatu yang sangat lucu, karena Crabbe, Goyle, Pansy Parkinson dan sisanya terus terkikik-kikik sepenuh hati ketika mereka berkumpul di sekitar meja berpalang itu dan, menilai dari cara mereka semua terus memandang Harry, dia bisa menebak subyek gurauan itu tanpa banyak kesulitan.
"Semua orang di sini"" salak Profesor Grubbly-Plank, segera setelah semua anak Slytherin dan Gryffindor tiba. "Kalau begitu mari mulai. Siapa yang bisa memberitahuku apa sebutan benda-benda ini""
Dia menunjuk setumpuk ranting di depannya. Tangan Hermione teracung di udara. Di balik punggungnya, Malfoy melakukan imitasi Hermione yang bergigi kelinci melompat naik-turun dengan penuh semangat untuk menjawab pertanyaan. Pansy Parkinson mengeluarkan pekik tertawa yang berubah hampir seketika menjadi jeritan, ketika ranting-ranting di atas meja melompat ke udara dan memperlihatkan diri mereka sendiri yang mirip makhluk pixie kecil yang terbuat dari kayu, masing-masing dengan lengan cokelat menonjol, dua jari mirip ranting di setiap tangan dan sebuah wajah datar mirip kulit kayu dengan sepasang mata kumbang berwarna cokelat yang berkilau.
"Oooooh!" kata Parvati dan Lavender, sangat mengesalkan Harry. Siapapun akan berpikir Hagrid belum pernah memperlihatkan kepada mereka makhluk-makhluk mengesankan; memang, cacing Flobber sedikit membosankan, tetapi Salamander san Hippogriff cukup menarik, dan Skrewt Ujung-Meletus mungkin terlalu menarik.
"Tolong jaga suara kalian, anak-anak!" kata Profesor Grubbly-Plank dengan tajam, sambil menyebarkan apa yang terlihat seperti beras cokelat di antara makhluk tongkat itu, yang segera berebut makanan. "Jadi -- ada yang tahu nama makhluk-makhluk ini" Miss Granger""
"Bowtruckle," kata Hermione. "Mereka penjaga pohon, biasanya hidup di pohon pembuat tongkat."
"Lima poin untuk Gryffindor," kata Profesor Grubbly-Plank. "Ya, ini adalah Bowtruckle, dan seperti yang dikatakan Miss Granger dengan benar, mereka umumnya tinggal di pohon-pohon yang kayunya berkualitas tongkat. Ada yang tahu apa yang mereka makan""
"Kutu kayu," kata Hermione cepat, yang menjelaskan kenapa apa yang
dianggap Harry butir-butir beras cokelat bergerak-gerak. "Tapi telur peri kalau mereka bisa
mendapatkannya." "Anak baik, ambil lima poin lagi. Jadi, kapanpun kalian perlu daun atau kayu dari sebuah pohon tempat tinggal Bowtruckle, sebaiknya siapkan hadiah kutu kayu untuk mengalihkan atau menentramkannya. Mereka mungkin tidak terlihat berbahaya, tetapi kalau dibuat marah mereka akan mencoba mencongkel mata manusia dengan jari-jari mereka, yang, seperti yang bisa kalian lihat, sangat tajam dan sama sekali tidak diinginkan berada dekat bola mata. Jadi kalau kalian inign berkumpul lebih dekat, ambil sedikit kutu kayu dan seekor Bowtruckle -- aku punya cukup di sini untuk satu diamati bertiga -- kalian bisa mempelajari mereka lebih dekat. Aku mau sketsa dari setiap orang dengan semua anggota badan yang diberi label pada akhir pelajaran."
Kelas mendesak maju ke sekitar meja berpalang itu. Harry sengaja memutar ke belakang sehingga dia berada tepat di sebelah Profesor Grubbly-Plank.
"Di mana Hagrid"" tanyanya, sementara semua orang sedang memilih Bowtruckle.
"Tidak usah peduli," kata Profesor Grubbly-Plank menekankan, yang juga telah menjadi sikapnya terakhir kali ketika Hagrid tidak muncul ke kelas. Sambil menyeringai lebar, Draco Malfoy mencondongkan badan kepada Harry dan meraih Bowtruckle terbesar.
"Mungkin," kata Malfoy dengan suara rendah, sehingga hanya Harry yang bisa mendengarnya, "orang besar bodoh itu membuat dirinya terluka parah."
"Mungkin kau akan begitu kalau kau tidak tutup mulut," kata Harry dari sisi mulutnya.
"Mungkin dia turut campur dengan hal-hal yang terlalu besar baginya, kalau kau ngerti maksudku."
Malfoy berjalan pergi, sambil menyeringai dari balik bahunya kepada Harry, yang mendadak merasa mual. Apakah Malfoy tahu sesuatu" Lagipula ayahnya seorang Pelahap Maut; bagaimana kalau dia punya informasi mengenai nasib Hagrid yang belum mencapai telinga Order" Dia bergegas mengitari meja kepada Ron dan Hermione yang sedang jongkok di rumput agak jauh dan mencoba membujuk seekor Bowtruckle untuk diam cukup lama agar mereka bisa menggambarnya. Harry menarik keluar perkamen dan pena bulu, jongkok di samping yang lain dan membisikkan apa yang baru saja dikatakan Malfoy.
"Dumbledore akan tahu kalau sesuatu terjadi kepada Hagrid," kata Hermione seketika. "Kalau terlihat khawatir hanya jatuh ke permainan Malfoy; itu memberitahunya kita tidak tahu persis apa yang sedang terjadi. Kita harus mengabaikan dia, Harry. Ini, pegang Bowtrucklenya sejenak, sehingga aku bisa menggambar wajahnya ... "
"Ya," datang suara Malfoy yang dipanjang-panjangkan dari kelompok yang terdekat dengan mereka, "Ayah baru saja berbicara dengan Menteri beberapa hari yang lalu, kalian tahu, dan kedengarannya seolah-olah Kementerian benar-benar berniat untuk melenyapkan pengajaran di bawah standar di tempat ini. Jadi kalaupun si bodoh yang
tumbuh berlebihan muncul lagi, dia mungkin langsung disuruh berkemas." "ADUH!"
Harry telah mencengkeram Bowtruckle begitu keras sehingga makhluk itu hampir putus, dan dia baru saja melayangkan pukulan balasan hebat ke tangannya dengan jari-jarinya yang tajam, meninggalkan dua luka sayat dalam yang panjang di sana. Harry menjatuhkannya. Crabbe dan Goyle, yang sudah terbahak-bahak karena gagasan tentang Hagrid dipecat, tertawa lebih keras lagi ketika Bowtruckle itu pergi secepatnya menuju Hutan Terlarang, tampak seperti manusia kayu kecil yang bergerak yang segera tertelan di antara akar-akar pohon. Ketika bel bergema dari kejauhan ke halaman sekolah, Harry menggulung gambar Bowtrucklenya yang bernoda darah dan berbaris ke Herbologi dengan tangan diperban dengan sapu tangan Hermione, dan suara tawa mengejek Malfoy masih terngiang di telinganya.
"Kalau dia menyebut Hagrid bodoh sekali lagi kata Harry melalui gigi-gigi yang dikertakkan.
"Harry, jangan membuat keributan dengan Malfoy, jangan lupa, dia seorang prefek sekarang, dia bisa membuat hidupmu sukar ... "
"Wow, aku ingin tahu bagaimana rasanya punya hidup yang sukar"" kata Harry dengan sarkastis. Ron tertawa, tetapi Hermione merengut. Bersama-sama, mereka be
rjalan menyusuri petak-petak sayuran. Langit masih tampak tidak mampu memutuskan apakah akan hujan atau tidak.
"Aku hanya berharap Hagrid bergegas kembali, itu saja," kata Harry dengan suara rendah, ketika mereka mencapai rumah kaca. "Dan jangan bilang bahwa wanita Grubbly-Plank itu guru yang lebih bagus!" dia menambahkan dengan mengancam.
"Aku tidak akan melakukan itu," kata Hermione dengan tenang.
"Karena dia tidak akan pernah sebagus Hagrid," kata Harry dengan tegas, sepenuhnya sadar bahwa dia baru saja mengalami pelajaran teladan Pemeliharaan Satwa Gaib dan sangat jengkel karena itu.
Pintu rumah kaca terdekat terbuka dan beberapa murid kelas empat keluar dari sana, termasuk Ginny.
"Hai," katanya dengan ceria ketika dia lewat. Beberapa detik kemudian, Luna Lovegood muncul, berada di belakang sisa kelas itu, dengan secuil tanah di hidungnya, dan rambutnya diikat di puncak kepalanya. Ketika dia melihat Harry, matanya yang menonjol tampak membesar penuh semangat dan dia berjalan lurus ke arahnya. Banyak teman sekelas Harry yang berpaling untuk mengamati dengan rasa ingin tahu. Luna mengambil napas panjang dan lalu berkata, tanpa kata sapaan pendahuluan, "Aku percaya Dia-Yang-Namanya-Tidak-Boleh-Disebut sudah kembali dan aku percaya kamu bertarung dengannya dan lolos darinya."
"Er -- benar," kata Harry dengan canggung. Luna mengenakan apa yang tampak seperti sepasang anting dari lobak jingga, kenyataan yang sepertinya diperhatikan
oleh Parvati dan Lavender, karena mereka berdua terkikik-kikik dan menunjuk ke cuping telinganya.
"Kalian boleh tertawa," Luna berkata, suaranya meninggi, tampaknya mendapat kesan bahwa Parvati dan Lavender sedang menertawakan apa yang dia katakan bukannya apa yang dia pakai, "tapi orang-orang dulu percaya tidak ada yang namanya Blibbering Humdinger atau Snorkack Tanduk-Kisut!"
"Well, mereka benar, bukan"" kata Hermione tidak sabaran. "Memang tidak ada yang namanya Blibbering Humdinger atau Snorkack Tanduk-Kisut."
Luna memberinya pandangan menghina dan pergi dengan marah, lobak-lobaknya berayun dengan liar. Parvati dan Lavender bukan satu-satunya yang tertawa mengejek sekarang.
Perjodohan Busur Kumala 10 Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Kisah Si Bangau Putih 10

Cari Blog Ini