Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 6
"Apakah kau keberatan untuk tidak menyinggung satu-satunya orang yang percaya padaku"" Harry bertanya kepada Hermione ketika mereka berjalan ke dalam kelas.
"Oh, demi Tuhan, Harry, kau bisa mendapatkan yang lebih baik daripada dia," kata Hermione. "Ginny memberitahuku semua hal tentang dia; tampaknya, dia hanya akan percaya hal-hal yang belum ada buktinya sama sekali. Well, aku tidak akan mengharap lain dari seseorang yang ayahnya menjalankan The Quibbler."
Harry memikirkan kuda-kuda bersayap yang mengerikan yang telah dia lihat di malam kedatangannya dan bagaimana Luna bilang dia juga bisa melihat mereka. Semangatnya agak merosot. Apakah dia berbohong" Tapi sebelum dia bisa meluangkan lebih banyak pikiran untuk masalah itu, Ernie Macmillan telah melangkah ke arahnya.
"Aku mau kau tahu, Potter," katanya dengan suara keras, "bahwa bukan hanya orang aneh yang mendukungmu. Aku pribadi mempercayaimu seratus persen. Keluargaku selalu berdiri teguh di belakang Dumbledore, dan aku juga begitu."
"Er -- terima kasih banyak, Ernie," kata Harry, terkejut tetapi senang. Ernie mungkin angkuh pada kesempatan seperti ini, tetapi Harry sedang dalam suasana hati yang menghargai sepenuhnya pernyataan kepercayaan dari seseorang yang tidak punya lobak bergantung di telinganya. Kata-kata Ernie jelas telah menghapus senyum dari wajah Lavender Brown dan ketika dia berpaling untuk berbicara kepada Ron dan Hermione, Harry melihat ekspresi Seamus, yang terlihat bingung sekaligus menantang.
Yang tidak membuat siapapun terkejut, Profesor Sprout memulai pelajaran mereka dengan menguliahi mereka tentang pentingnya OWL. Harry berharap semua guru berhenti melakukan ini; dia mulai merasakan perasaan cemas, terpelintir dalam perutnya setiap kali dia ingat betapa banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya, perasaan yang memburuk secara dramatis ketika Profesor Sprout memberi mereka esai lagi di akhir pelajaran. Capek dan bau kotoran naga, pupuk kesuka
an Profesor Sprout, anak-anak Gryffindor beramai-ramai kembali ke kastil satu setengah jam kemudian, tak seorangpun berbicara banyak; hari itu sangat panjang bagi mereka.
Karena Harry lapar sekali, dan dia harus menjalani detensi pertama dengan Umbridge pada jam lima, dia langsung pergi makan malam tanpa menyimpan tasnya di Menara Gryffindor supaya dia bisa makan sesuatu sebelum menghadapi apapun yang disimpan Umbridge baginya. Namun, dia baru saja mencapai pintu masuk Aula Besar, ketika sebuah suara keras berteriak marah, "Oi, Potter!"
"Sekarang apa"" gumamnya dengan letih, sambil berpaling menghadapi Angelina Johnson, yang terlihat seolah-olah sedang marah besar.
"Kuberitahu kamu sekarang apa," katanya, sambil berbaris lurus ke arahnya dan menyodoknya dengan keras di dada dengan jarinya. "Kenapa kau membuat dirimu terkena detensi hari Jumat jam lima""
"Apa"" kata Harry. "Mengapa ... oh yeah, ujicoba Keeper!"
"Sekarang dia ingat!" kata Angelina tajam. "Bukankah aku sudah bilang aku mau melakukan ujicoba dengan seluruh tim, dan menemukan seseorang yang cocok dengan setiap orang" Bukankah aku sudah bilang aku memesan khusus lapangan Quidditch" Dan sekarang kau memutuskan kau tidak akan ada di sana!"
"Aku tidak memutuskan untuk tidak berada di sana!" kata Harry, terluka karena ketidakadilan kata-kata ini. "Aku mendapatkan detensi dari wanita Umbridge itu, hanya karena aku bilang yang sebenarnya tentang Kau-Tahu-Siapa."
"Well, kau bisa pergi langsung kepadanya dan memintanya mengizinkanmu bebas pada hari Jumat," kata Angelina dengan garang, "dan aku tidak peduli bagaimana kau melakukannya. Beritahu dia Kau-Tahu-Siapa hanya secuil khayalanmu kalau kau mau, cuma pastikan kau ada di sana!"
Dia berbalik dan pergi. "Kalian tahu apa"" Harry berkata kepada Ron dan Hermione ketika mereka memasuki Aula Besar. "Kukira kita sebaiknya mengecek dengan Puddlemere United apakah Oliver Wood telah terbunuh ketika masa latihan, karena Angelina tampaknya kemasukan rohnya."
"Menurutmu berapa kemungkinannya Umbridge akan mengizinkanmu bebas pada hari Jumat"" kata Ron dengan skeptis, ketika mereka duduk di meja Gryffindor.
"Kurang dari nol," kata Harry dengan murung, sambil menyendokkan potongan daging domba ke piringnya dan mulai makan. "Walau begitu, lebih baik mencoba, bukan" Aku akan menawarkan untuk melakukan dua detensi lagi atau apapun, aku tak tahu Dia menelan semulut penuh kentang dan menambahkan, "Kuharap dia tidak menahankan terlalu lama malam ini. Kau sadar kita harus menulis tiga esai, berlatih Mantera Penghilang untuk McGonagall, mengerjakan kontra-guna-guna untuk Flitwick, menyelesaikan gambar Bowtruckle dan mulai diari mimpi bodoh itu untuk Trelawney""
Ron mengerang dan karena alasan tertentu memandang langit-langit.
"Dan kelihatannya akan hujan."
"Apa hubungannya itu dengan pekerjaan rumah kita"" kata Hermione, alisnya terangkat.
"Tidak ada," kata Ron seketika, telinganya memerah.
Pada pukul lima Harry mengucapkan selamat tinggal kepada mereka berdua dan menuju kantor Umbridge di lantai tiga. Ketika dia mengetuk pintu Umbridge berseru, "Masuk," dengan suara manis. Dia masuk dengan waspada, sambil melihat sekeliling.
Dia telah mengenal kantor ini ketika ditempati tiga orang penghuni sebelumnya. Di hari-hari ketika Gilderoy Lockhart tinggal di sini kantor ini ditutupi dengan potret-potret dirinya yang tersenyum. Ketika Lupin menempatinya, mungkin sekali kau akan menemukan beberapa makhluk Gelap dalam sangkar atau tangki kalau kau datang berkunjung. Di hari-hari si penipu Moody kantor ini penuh dengan berbagai instrumen dan benda-benda untuk mendeteksi perbuatan salah dan pemalsuan.
Namun, sekarang, kantor itu tampak benar-benar tidak dapat dikenali. Permukaannya semua telah ditutupi dengan kain renda. Ada beberapa vas penuh bunga kering, masing-masing terletak di atas alas sendiri, dan di salah satu dinding ada sekumpulan plakat hiasan, masing-masing dihiasi dengan seekor anak kucing besar berwarna cerah yang memakai pita dengan warna berlainan di sekeliling lehernya. Anak-anak kucing ini begitu jelek sehingga Harry memandangi mer
eka, terpaku, sampai Profesor Umbridge berbicara lagi.
"Selamat malam, Mr Potter."
Harry terkejut dan melihat sekeliling. Dia tidak memperhatikan Umbridge pertama-tama karena dia mengenakan setelan jubah berbunga-bunga mengerikan yang sangat terpadu dengan alas meja di meja tulis di belakangnya.
"Malam, Profesor Umbridge," Harry berkata dengan kaku.
"Well, duduklah," katanya sambil menunjuk ke sebuah meja kecil yang ditutupi renda yang di sampingnya telah diletakkannya sebuah kursi berpunggung tegak. Sepotong perkamen kosong tergeletak di atas meja, tampaknya sedang menunggu dirinya.
"Er," kata Harry tanpa bergerak. "Profesor Umbridge. Er -- sebelum kita mulai, aku -- aku ingin meminta Anda ... sebuah permohonan."
Matanya yang menonjol menyipit.
"Oh, ya"" "Well, aku ... aku ada dalam tim Quidditch Gryffindor. Dan aku seharusnya berada di ujicoba Keeper baru pada hari Jumat pukul lima dan aku -- ingin tahu apakah aku bisa melewatkan detensi malam itu dan melakukannya -- melakukannya malam lain ...
sebagai gantinya ... "
Dia tahu jauh sebelum dia mencapai akhir kalimatnya bahwa tidak ada gunanya.
"Oh, tidak," kata Umbridge, sambil tersenyum begitu lebar sehingga dia terlihat seakan-akan dia baru saja menelan seekor lalat yang sangat banyak airnya. "Oh, tidak, tidak, tidak. Ini hukumanmu karena menyebarkan cerita-cerita jahat, mengerikan, cari perhatian, Mr Potter, dan hukuman jelas tidak boleh disesuaikan dengan kenyamanan pihak yang bersalah. Tidak, kamu akan datang ke sini pukul lima besok, dan hari berikutnya, dan pada hari Jumat juga, dan kamu akan melakukan detensimu seperti yang direncanakan. Kukira bagus juga kamu tidak bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya ingin kamu lakukan. Seharusnya bisa menguatkan pelajaran yang sedang kucoba ajarkan kepadamu."
Harry merasa darah menggelora ke kepalanya dan mendengar suara gedebuk di telinganya. Jadi dia menceritakan "cerita-cerita jahat, mengerikan, cari perhatian", begitu ya"
Umbridge sedang mengamatinya dengan kepala agak ke satu sisi, masih tersenyum lebar, seakan-akan dia tahu benar apa yang sedang dipikirkannya dan sedang menunggu untuk melihat apakah dia akan mulai berteriak lagi. Dengan usaha besar-besaran, Harry berpaling darinya, menjatuhkan tas sekolahnya di samping kursi berpunggung tegak itu dan duduk.
"Begitu," kata Umbridge manis, "kita sudah semakin baik dalam pengendalian amarah kita, bukan" Sekarang, kau harus menulis untukku, Mr Potter. Tidak, bukan dengan pena bulumu," tambahnya, ketika Harry membungkuk untuk membuka tasnya. "Kau akan menggunakan pena bulu khusus milikku. Ini dia."
Dia menyerahkan sebuah pena bulu hitam yang panjang kurus dengan ujung yang tajamnya tidak biasa.
"Aku mau kau menulis, Saya tidak boleh berbohong," katanya dengan lembut.
"Berapa kali"" Harry bertanya, dengan tiruan sopan-santun yang patut dipuji.
"Oh, selama yang diperlukan pesan itu untuk meresap," kata Umbridge dengan manis. "Mulailah."
Dia pindah ke mejanya, duduk dan membungkuk di atas setumpuk perkamen yang tampak seperti esai untuk dinilai. Harry mengangkat pena bulu hitam tajam itu, lalu sadar apa yang kurang.
"Anda belum memberi saya tinta," katanya.
"Oh, kau takkan butuh tinta," kata Profesor Umbridge, dengan nada tawa terkecil dalam suaranya.
Harry menempatkan ujung pena bulu itu di atas kertas dan menulis, Saya tidak boleh berbohong.
Dia mengeluarkan pekik kesakitan kecil. Kata-kata itu timbul di perkamen dengan tinta merah mengkilat. Pada waktu yang sama, kata-kata itu timbul di punggung tangan kanan Harry, tergores ke kulitnya seolah-olah dibuat dengan pisau bedah -tapi bahkan ketika dia memandangi luka sayat yang berkilau itu, kulitnya sembuh lagi, meninggalkan tempat bekas luka itu sedikit lebih merah dari sebelumnya tapi cukup mulus.
Harry memandang ke sekitarnya kepada Umbridge. Dia sedang mengamatinya, mulutnya yang lebar dan mirip katak terentang membentuk senyuman.
"Ya"" "Tidak ada apa-apa," kata Harry dengan pelan.
Dia melihat balik ke perkamen, menempatkan pena bulu di atasnya sekali lagi, menulis Saya tidak boleh berbohong, dan merasakan sakit menusuk di
punggung tangannya untuk kedua kali; sekali lagi, kata-kata itu telah tergores ke kulitnya; sekali lagi, kulit itu sembuh beberapa detik kemudian.
Dan seterusnya itu berlangsung. Lagi-lagi Harry menuliskan kata-kata ke perkamen dengan apa yang segera disadarinya bukan tinta, melainkan darahnya sendiri. Dan lagi-lagi, kata-kata itu tergores ke punggung tangannya, sembuh, dan timbul kembali kali berikutnya dia menempatkan pena bulu di perkamen.
Kegelapan timbul di luar jendela Umbridge. Harry tidak bertanya kapan dia diizinkan berhenti. Dia bahkan tidak memeriksa jam tangannya. Dia tahu Umbridge sedang mengawasinya untuk mencari tanda-tanda kelemahan dan dia tidak akan memperlihatkan apapun, tidak juga walaupun dia harus duduk di sana sepanjang malam, menyayat terbuka tangannya sendiri dengan pena bulu ini ...
"Kemarilah," katanya, setelah rasanya berjam-jam.
Dia berdiri. Tangannya perih sekali. Ketika dia melihat kepada tangannya dia melihat bahwa luka sayat itu sudah sembuh, tetapi kulit di sana merah mentah.
"Tangan," katanya.
Dia menjulurkannya. Umbridge memegangnya. Harry menahan rasa tidak sukanya ketika dia menyentuhnya dengan jari-jarinya yang tebal dan gempal yang penuh cincin-cincin tua jelek.
"Ck, ck, tampaknya aku belum meninggalkan banyak kesan," katanya sambil tersenyum. "Well, kita hanya perlu mencoba lagi besok malam, bukan" Kau boleh pergi."
Harry meninggalkan kantornya tanpa sepatah katapun. Sekolah sudah sepi; pasti sudah lewat tengah malam. Dia berjalan pelan-pelan menyusuri koridor, lalu, ketika dia membelok di sudut dan yakin Umbridge tidak akan mendengarnya, mengubahnya jadi berlari.
* Dia belum punya waktu untuk berlatih Mantera Penghilang, belum menuliskan satu mimpipun ke dalam diari mimpinya dan belum menyelesaikan gambar Bowtruckle, juga belum menulis esainya. Dia melewatkan sarapan pagi berikutnya untuk mencoretkan sejumlah mimpi buatan untuk Ramalan, pelajaran pertama mereka, dan terkejut menemukan Ron yang kusut menemaninya.
"Kenapa kau tidak membuatnya kemarin malam"" Harry bertanya, ketika Ron menatap liar ke sekitar ruang duduk mencari inspirasi. Ron, yang sudah tertidur pulas ketika Harry kembali ke asrama, menggumamkan sesuatu mengenai "melakukan hal lain", membungkuk rendah di atas perkamennya dan menuliskan beberapa kata dengan tulisan cakar ayam.
"Itu sudah bisa," katanya sambil membanting diari hingga tertutup. "Aku bilang aku mimpi sedang membeli sepasang sepatu baru, dia tidak bisa membuat apapun yang aneh dari itu, ya "kan""
Mereka bergegas ke Menara Utara bersama.
"Ngomong-ngomong, bagaimana detensi dengan Umbridge" Apa yang disuruhnya untuk kau lakukan""
Harry bimbang sepersekian detik, lalu berkata, "Menulis."
"Kalau begitu tidak terlalu buruk, eh"" kata Ron.
"Tidak," kata Harry.
"Hei -- aku lupa -- apakah dia mengizinkanmu bebas hari Jumat"" "Tidak," kata Harry. Ron mengerang penuh simpati.
Hari itu juga hari buruk bagi Harry; dia salah satu yang terburuk dalam Transfigurasi, belum berlatih Mantera Penghilang sama sekali. Dia harus melewatkan jam makan siangnya untuk menyelesaikan gambar Bowtruckle dan, sementara itu, Profesor McGonagall, Grubbly-Plank dan Sinistra memberi mereka lebih banyak pekerjaan rumah lagi, yang tidak akan bisa diselesaikannya malam itu karena detensi keduanya dengan Umbdrige. Untuk melengkapi semua itu, Angelina Johnson menemuinya saat makan malam lagi dan, ketika mengetahui dia tidak akan bisa menghadiri ujicoba Keeper Jumat, memberitahunya dia sama sekali tidak terkesan dengan sikapnya dan bahwa dia mengharapkan para pemain yang ingin tetap dalam tim menempatkan latihan di atas komitmen mereka yang lain.
"Aku dalam detensi!" Harry berteriak kepadanya setelah dia pergi. "Kau kira aku lebih suka terperangkap dalam ruangan bersama katak tua itu atau bermain
Quidditch"" "Setidaknya cuma menulis," kata Hermione menenangkan, ketika Harry merosot ke bangkunya dan memandang ke bistik dan pai ginjalnya, yang tak lagi diinginkannya. "Bukannya hukuman yang mengerikan, benar ... "
Harry membuka mulutnya, menutupnya lagi dan mengangguk. Dia tidak yakin kenapa di
a tidak memberitahu Ron dan Hermione persisnya apa yang terjadi di ruangan Umbridge: dia hanya tahu bahwa dia tidak mau melihat pandangan ketakutan mereka; yang akan membuat semuanya itu terlihat lebih sukar dan karena itu lebih sulit dihadapi. Dia juga merasa bahwa ini antara dirinya dan Umbridge, sebuah perang keteguhan hati pribadi, dan dia tidak akan memberinya kepuasan mendengar bahwa dia mengeluh tentang hal itu.
"Aku tidak percaya betapa banyaknya peer yang kita dapatkan," kata Ron menderita.
"Well, kenapa kau tidak mengerjakan satupun kemarin malam"" Hermione bertanya kepadanya. "Ngomong-ngomong, di mana kau""
"Aku ... aku ingin berjalan-jalan," kata Ron mencurigakan.
Harry mendapat kesan nyata bahwa dia tidak sendirian dalam menyembunyikan sesuatu pada saat itu.
* Detensi kedua seburuk yang pertama. Kulit di punggung tangan Harry menjadi lebih cepat teriritasi dan segera menjadi merah dan meradang. Harry mengira luka itu tidak akan terus sembuh seefektif sekarang. Segera luka itu akan tetap tergores ke tangannya dan Umbridge, mungkin, akan puas. Namun, dia tidak membiarkan pekik kesakitan keluar darinya, dan dari saat memasuki ruangan hingga saat dia dibebaskan, lagi-lagi lewat tengah malam, dia tidak berkata apa-apa kecuali "selamat malam" dan "selamat tidur".
Akan tetapi, situasi pekerjaan rumahnya, sekarang sangat menyedihkan, dan ketika dia kembali ke ruang duduk Gryffindor, walaupun capek sekali, dia tidak pergi tidur, tetapi membuka buku-bukunya dan memulai esai batu bulan Snape. Sudah setengah tiga ketiak dia menyelesaikannya. Dia tahu pekerjaannya buruk, tetapi tidak bisa ditolong lagi; kecuali dia punya sesuatu untuk diserahkan dia akan kena detensi dengan Snape berikutnya. Dia lalu bergegas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan Profesor McGonagall kepada mereka, mengumpulkan sesuatu mengenai penanganan Bowtruckle yang tepat untuk Profesor Grubbly-Plank, dan terhuyung-huyung ke tempat tidur, di mana dia terjatuh dengan pakaian lengkap ke atas seprainya dan langsung tertidur.
* Hari Kamis lewat dengan melelahkan. Ron juga tampak sangat mengantuk, walaupun Harry tidak mengerti kenapa dia harus begitu. Detensi ketiga Harry lewat dengan cara yang sama dengan dua yang sebelumnya, kecuali bahwa setelah dua jam kata-kata "Saya tidak boleh berbohong" tidak memudar dari punggung tangan Harry, tetapi tetap
tergores di sana, mengeluarkan tetesan-tetesan darah. Jeda gesekan pena bulu tajam itu membuat Profesor Umbridge melihat ke atas.
"Ah," katanya dengan lembut, sambil bergeser mengitari meja tulisnya untuk memeriksa tangannya sendiri. "Bagus. Itu seharusnya menjadi pengingat bagimu, bukan" Kau boleh pergi untuk malam ini."
"Apakah saya masih harus kembali besok"" kata Harry, sambil memungut tas sekolahnya dengan tangan kirinya bukannya tangan kanan yang masih sakit.
"Oh, ya," kata Profesor Umbridge, sambil tersenyum lebar seperti sebelumnya. "Ya, kukira kita bisa menorehkan pesan sedikit lebih dalam dengan kerja satu malam lagi."
Harry belum pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mungkin ada guru lain di dunia yang dibencinya lebih daripada Snape, tetapi ketika dia berjalan kembali ke Menara Gryffindor dia harus mengakui dia telah menemukan calon kuat. Wanita itu jahat, pikirnya, ketka dia menaiki tangga ke lantai tujuh, dia jahat, sinting, si tua
yang gila --"Ron""
Dia telah mencapai puncak tangga, membelok ke kanan dan hampir membentur Ron, yang sedang mengendap-ngendap di belakang patung Lachlan di Kurus, sambil menggenggam sapunya. Ron melompat terkejut ketika dia melihat Harry dan mencoba menyembunyikan Sapu Bersih Sebelasnya yang baru di belakang
punggungnya. "Apa yang sedang kau lakukan"" "Er -- tidak ada. Apa yang kau lakukan"" Harry merengut kepadanya.
"Ayolah, kau bisa bilang padaku! Mengapa kau sembunyi di sini""
"Aku -- aku sedang bersembunyi dari Fred dan George, kalau kau mau tahu," kata Ron. "Mereka baru saja lewat dengan sekelompok anak kelas satu, aku bertaruh mereka pasti sedang menguji benda-benda itu pada anak-anak itu lagi. Maksudku, mereka tidak bisa melakukannya di ruang d
uduk sekarang, benar "kan, tidak dengan Hermione di sana."
Dia berbicara sangat cepat dan tergesa-gesa.
"Tapi kenapa kau bawa sapumu, kau tidak habis terbang, "kan"" Harry bertanya.
"Aku -- well -- well, OK, aku akan memberitahumu, tapi jangan tertawa, oke"" Ron berkata dengan defensif, menjadi semakin merah setiap detiknya. "Aku -- kukira aku akan ikut ujicoba Keeper Gryffindor sekarang setelah aku punya sapu yang pantas. Begitu. Ayo. Tertawalah."
"Aku tidak akan tertawa," kata Harry. Ron berkedip. "Itu ide yang brilian! Akan sangat bagus kalau kau bergabung dengan tim! Aku belum pernah melihatmu bermain sebagai Keeper, apakah kau bagus""
"Aku tidak buruk," kata Ron, yang terlihat sangat lega melihat reaksi Harry. "Charlie, Fred dan George selalu menjadikanku Keeper bagi mereka ketika mereka berlatih selama liburan."
"Jadi kau habis latihan malam ini""
"Setiap malam sejak Selasa ... walaupun cuma diriku sendiri. Aku sudah mencoba menyihir Quaffle terbang ke arahku, tapi tidak mudah dan aku tidak tahu seberapa bergunanya itu." Ron terlihat gugup dan cemas. "Fred dan George akan tertawa habis-habisan sewaktu aku muncul untuk ujicoba itu. Mereka belum berhenti mengejekku sejak aku dijadikan prefek."
"Kuharap aku bisa ada di sana," kata Harry dengan getir, ketika mereka pergi bersama menuju ruang duduk.
"Yeah, aku juga -- Harry, apa itu di punggung tanganmu""
Harry, yang baru saja menggaruk hidungnya dengan tangan kanannya yang bebas, mencoba menyembunyikannya, tetapi keberhasilannya serupa dengan Ron dan Sapu Bersihnya.
"Cuma goresan -- tidak ada apa-apa -- hanya -- "
Tetapi Ron sudah mencengkeram lengan bawah Harry dan menarik punggung tangan Harry setingkat dengan matanya. Ada jeda, sementara dia menatap kata-kata yang terukir di kulit itu, lalu, terlihat muak, dia melepaskan Harry.
"Kukira kau bilang dia hanya menyuruhmu menulis""
Harry bimbang, tapi lagipula, Ron sudah jujur kepadanya, jadi dia memberitahu Ron yang sebenarnya mengenai jam-jam yang dihabiskannya di dalam kantor Umbridge.
"Nenek sihir tua itu!" Ron berkata dengan bisikan jijik ketika mereka berhenti di depan Nyonya Gemuk, yang sedang tertidur dengan tenang dengan kepalanya disangga bingkainya. "Dia sakit! Pergi ke McGonagall, bilang sesuatu!"
"Tidak," kata Harry seketika. "Aku tidak akan memberinya kepuasan mengetahui dia menaklukkanku."
"Menaklukkan kamu" Kau tidak bisa membiarkannya lepas dengan ini!"
"Aku tidak tahu seberapa besar kekuasaan yang dimiliki McGonagall terhadapnya," kata Harry.
"Kalau begitu, Dumbledore, beritahu Dumbledore!"
"Tidak," kata Harry datar.
"Kenapa tidak""
"Dia sudah punya cukup yang dipikirkan," kata Harry, tapi itu bukan alasan sebenarnya. Dia tidak akan mencari bantuan kepada Dumbledore saat Dumbledore belum berbicara kepadanya sekalipun sejak Juni.
"Well, menurutku kau harus -- " Ron mulai, tetapi dia disela oleh Nyonya Gemuk, yang telah mengamati mereka sambil mengantuk dan sekarang meledak, "Apakah kalian akan memberiku kata kunci atau aku harus terjaga sepanjang malam menunggu kalian menyelesaikan percakapan kalian""
* Hari Jumat datang dengan suram dan basah seperti hari-hari lain dalam minggu itu. Walaupun Harry secara otomatis memandang sekilas ke meja guru ketika dia memasuki Aula Besar, dia tidak memiliki harapan nyata akan melihat Hagrid, dan dia segera mengalihkan pikirannya ke masalah-masalahnya yang lebih mendesak, seperti tumpukan menggunung pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya dan prospek detensi lain lagi dengan Umbridge.
Dua hal mendukung Harry melewati hari itu. Salah satunya adalah pikiran bahwa sudah hampir akhir minggu; yang lain adalah bahwa, walaupun detensi terakhirnya dengan Umbridge pasti mengerikan, dia mendapat pandangan dari kejauhan ke lapangan Quidditch dari jendelanya dan mungkin, dengan sedikit keberuntungan, bisa melihat sesuatu pada ujicoba Ron. Memang benar ini adalah berkas cahaya yang agak lemah, tetapi Harry bersyukur atas apapun yang mungkin mencerahkan kegelapan yang dihadapinya sekarang; dia belum pernah mengalami minggu semester pertama yang lebih buruk di Hogwarts.
Pada pukul lima sore itu dia mengetuk pintu kantor Profesor Umbridge untuk yang diharapkannya dengan tulus terakhir kalinya, dan disuruh masuk. Perkamen kosong sudah tergeletak siap untuknya di atas meja bertutup renda, pena bulu hitam tajam di sebelahnya.
"Kamu tahu apa yang harus dilakukan, Mr Potter," kata Umbridge, sambil tersenyum manis kepadanya.
Harry memungut pena bulu itu dan memandang melalui jendela. Kalau dia menggeser kursinya sekitar satu inci ke kanan ... berpura-pura menggeserkan dirinya lebih dekat ke meja, dia berhasil. Sekarang dia memiliki pandangan jauh tim Quidditch Gryffindor membumbung naik-turun di lapangan, sementara setengah lusin figur hitam menunggu giliran mereka untuk menjaga gawang. Tidak mungkin mengatakan yang mana Ron dari jarak ini.
Saya tidak boleh berbohong, Harry menulis. Luka sayat di punggung tangan kanannya terbuka dan mulai berdarah lagi.
Saya tidak boleh berbohong. Luka sayat itu semakin dalam, menyengat dan perih.
Saya tidak boleh berbohong. Darah mengucur ke pergelangan tangannya.
Dia memandang sekilas lagi ke luar jendela. Siapapun yang sedang menjaga gawang sekarang benar-benar melakukan pekerjaan yang buruk. Katie Bell mencetak gol dua kali dalam beberapa detik yang berani ditonton Harry. Berharap sekali bahwa Keeper itu bukan Ron, dia menjatuhkan matanya kembali ke perkamen yang berkilau dengan darah.
Saya tidak boleh berbohong.
Saya tidak boleh berbohong.
Dia melihat ke atas kapanpun dipikirnya bisa mengambil resiko; ketika dia mendengar gesekan pena bulu Umbridge atau dibukanya laci meja tulis. Orang ketiga yang ikut uji coba cukup bagus, yang keempat mengerikan, yang kelima sangat pandai menghindari Bludger tetapi lalu gagal melakukan penyelamatan mudah. Langit semakin gelap, dan Harry ragu dia akan bisa melihat orang keenam dan ketujuh sama sekali.
Saya tidak boleh berbohong. Saya tidak boleh berbohong.
Perkamen itu sekarang ditetesi darah dari punggung tangannya, yang sekarang sakit sekali. Ketika dia melihat ke atas sekali lagi, langit sudah tiba dan lapangan Quidditch tak lagi tampak.
"Mari lihat apakah kau sudah menerima pesannya"" kata suara lembut Umbridge setengah jam kemudian.
Dia bergerak menujunya, menjulurkan jari-jari pendeknya yang penuh cincin ke lengannya. Dan kemudian, ketika dia memegangnya untuk memeriksa kata-kata yang sekarang tersayat ke dalam kulitnya, rasa sakit menjalar, bukan di punggung tangannya, tetapi di bekas luka di keningnya. Pada saat yang sama, dia merasakan sensasi aneh di suatu tempat di rongga badannya.
Dia menyentakkan lengannya dari pegangan Umbridge dan melompat bangkit, sambil menatapnya. Umbridge memandang balik kepadanya, sebuah senyuman merentangkan mulutnya yang lebar dan kendur.
"Ya, sakit, bukan"" katanya dengan lembut.
Dia tidak menjawab. Jantungnya berdetak sangat keras dan cepat. Apakah dia berbicara mengenai tangannya atau apakah dia tahu yang baru dirasakannya di keningnya"
"Well, kurasa aku sudah menegaskan maksudku, Mr Potter. Kamu boleh pergi."
Dia mengambil tas sekolahnya dan meninggalkan ruangan itu secepat mungkin.
Tetap tenang, katanya pada diri sendiri, selagi dia berlari cepat menaiki tangga. Tetap tenang, artinya tidak harus seperti apa yang kaukira ...
"Mimbulus mimbletonia!" dia berkata terengah-engah kepada Nyonya Gemuk, yang berayun ke depan seketika.
Suara ribut menderu menyambutnya. Ron datang sambil berlari ke arahnya, dengan wajah tersenyum dan menumpahkan Butterbeer ke bagian depan tubuhnya dari piala yang sedang digenggamnya.
"Harry, aku berhasil, aku masuk, aku Keeper!"
"Apa" Oh -- brilian!" kata Harry sambil mencoba tersenyum alami, sementara jantungnya terus berpacu dan tangannya berdenyut-denyut dan berdarah.
"Minum Butterbeer." Ron mendesakkan sebuah botol kepadanya. "Aku tidak bisa mempercayainta -- ke mana Hermione pergi""
"Dia di sana," kata Fred, yang juga sedang meneguk Butterbeer, dan menunjuk ke sebuah kursi berlengan di sisi perapian. Hermione sedang tertidur di dalamnya, minumannya miring dengan berbahaya di tangannya.
"Well, dia bilang dia senang sewaktu kuberitahu dia," kata Ron, terlihat sed
ikit lesu. "Biarkan dia tidur," kata George dengan segera. Baru beberapa saat kemudian Harry memperhatikan bahwa beberapa anak kelas satu yang berkumpul di sekitar mereka memiliki tanda-tanda baru mimisan yang tidak salah lagi.
"Kemarilah, Ron, dan lihat apakah jubah Oliver cocok untukmu," seru Katie Bell, "kita bisa melepaskan namanya dan menempatkan namamu sebagai gantinya ... "
Ketika Ron beranjak pergi, Angelina melangkah mendatangi Harry.
"Maaf aku sedikit kasar kepadamu tadi, Potter," katanya singkat. "Pengelolaan ini membuat stres, kau tahu, aku mulai berpikir kadang aku sedikit keras kepada Wood." Dia sedang mengamati Ron melalui tepi pialanya dengan wajah sedikit cemberut.
"Lihat, aku tahu dia sobat terbaikmu, tapi dia tidak hebat," katanya dengan terus-terang. "Walau kukira dengan sedikit latihan dia akan baik-baik saja. Dia datang dari keluarga pemain Quidditch bagus. Sejujurnya, aku berharap padanya untuk memiliki bakat yang lebih sedikit dari yang diperlihatkannya hari ini. Vicky Frobisher dan Geoffrey Hooper terbang lebih bagus malam ini, tapi Hooper tukang mengeluh, dia selalu mengerang tentang satu hal atau yang lain, dan Vicky terlibat dengan segala bentuk perkumpulan. Dia mengakui sendiri kalau latihan bentrok dengan Klub Jimat dan Guna-Gunanya dia akan mendahulukan Jimat. Ngomong-ngomong, kita akan melakukan sesi latihan pertama jam dua besok, jadi pastikan kau ada di sana kali ini. Dan tolong aku, bantu Ron sejauh yang kau bisa, OK""
Dia mengangguk, dan Angelina berjalan kembali ke Alicia Spinnet. Harry pindah untuk duduk di sebelah Hermione, yang tersentak bangun ketika dia meletakkan tasnya.
"Oh, Harry, ternyata kamu ... tentang Ron itu bagus, bukan"" katanya dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya begitu -- begitu -- begitu letih," dia menguap. "Aku terbangun sampai jam satu membuat lebih banyak topi lagi. Topi-topi itu menghilang cepat sekali!"
Dan benar juga, sekarang setelah diperhatikannya, Harry melihat bahwa tidak ada topi wol yang tersembunyi di sekitar ruangan itu yang bisa dipungut peri-peri yang tidak waspada.
"Bagus," kata Harry dengan pikiran kacau; kalau dia tidak memberitahu seseorang segera, dia akan meledak. "Dengar, Hermione, aku baru saja di kantor Umbridge dan dia menyentuh lenganku ... "
Hermione mendengarkan dengan seksama. Ketika Harry selesai, dia berkata lambat-lambat, "Kau khawatie Kau-Tahu-Siapa sedang mengendalikan dia seperti dia mengendalikan Quirrel""
"Well," kata Harry sambil merendahkan suaranya, "itu suatu kemungkinan, bukan""
"Kukira begitu," kata Hermione, walaupun dia terdengar tidak yakin. "Tapi aku kira dia tidak akan bisa merasukinya seperti cara dia merasuki Quirrel, maksudku, dia sudah hidup kembali sekarang, bukan, dia punya tubuh sendiri, dia tidak akan perlu berbagi tubuh orang lain. Dia bisa mengendalikannya di bawah Kutukan Imperius, kukira ... "
Harry mengamati Fred, George dan Lee Jordan melempar-lempar botol-botol Butterbeer kosong sejenak. Lalu Hermione berkata, "Tapi tahun lalu bekas lukamu sakit ketika tak seorangpun menyentuhmu, dan bukankah Dumbledore bilang ada hubungannya dengan apa yang sedang dirasakan Kau-Tahu-Siapa saat itu" Maksudku, mungkin ini tidak berkaitan dengan Umbridge sama sekali, mungkin cuma kebetulan terjadi ketika kau bersama dengannya""
"Dia jahat," kata Harry datar. "Sinting."
"Dia mengerikan, ya, tapi ... Harry, kukira kau harus memberitahu Dumbledore bekas lukamu sakit."
Itu kedua kalinya dalam dua hari dia dinasehati untuk menjumpai Dumbledore dan jawabannya kepada Hermione sama persis dengan jawabannya kepada Ron.
"Aku tidak akan mengganggunya dengan ini. Seperti yang baru kau katakan, bukan masalah besar. Sudah sakit silih berganti sepanjang musim panas -- hanya agak lebih buruk malam ini, itu saja -- "
"Harry, aku yakin Dumbledore akan mau diganggu oleh ini -- "
"Yeah," kata Harry, sebelum dia bisa menghentikan dirinya sendiri, "itu satu-satunya bagian dariku yang dipedulikan Dumbledore, bukan, bekas lukaku""
"Jangan bilang begitu, itu tidak benar!"
"Kukira aku akan menulis surat dan memberitahu Sirius mengenainya, lihat
apa yang dipikirkannya -- "
"Harry, kau tidak bisa memasukkan hal seperti itu dalam surat!" kata Hermione, tampak gelisah. "Tidakkah kau ingat, Moody menyuruh kita berhati-hati akan apa yang kita tulis! Kita cuma tidak bisa menjamin burung hantu tidak dicegat lagi!"
"Baiklah, baiklah, kalau begitu, aku tidak akan memberitahu dia!" kata Harry kesal. Dia bangkit. "Aku akan pergi tidur. Beritahu Ron, bisa "kan""
"Oh tidak," kata Hermione, terlihat lega, "kalau kau akan pergi itu berarti aku boleh pergi juga, tanpa terlihat kasar. Aku benar-benar capek dan aku mau membuat beberapa topi lagi besok. Dengar, kau bisa membantuku kalau kau mau, cukup menyenangkan, aku semakin mahir, aku bisa membuat pola dan bola dan semua jenis itu sekarang."
Harry memandang wajahnya, yang bersinar gembira, dan mencoba terlihat seolah-olah dia agak tergoda dengan tawaran ini.
"Er ... tidak, kukira aku tidak bisa, trims," katanya. "Er -- tidak besok. Aku punya banyak peer untuk dikerjakan."
Dan dia berjalan ke tangga anak laki-laki, meninggalkannya tampak sedikit kecewa.
BAB EMPAT BELAS Percy dan Padfoot Harry yang pertama terbangun di kamar asramanya keesokan harinya. Dia berbaring sejenak sambil mengamati debu beterbangan dalam cahaya matahari yang masuk
melalui celah di kelambu tempat tidur bertiang empatnya, dan menikmati pikiran bahwa hari itu Sabtu. Minggu pertama semester itu tampaknya telah berlangsung selamanya, seperti suatu pelajaran Sejarah Sihir besar-besaran.
Dinilai dari keheningan tidur nyenyak dan tampang segar sinar matahari itu, fajar baru saja tiba. Dia menarik tirai di sekitar tempat tidurnya hingga terbuka, bangkit dan mulai berpakaian. Satu-satunya suara selain kicauan burung di kejauhan adalah napas pelan dan dalam teman-teman Gryffindornya. Dia membuka tas sekolahnya dengan hati-hati, menarik keluar perkamen dan pena bulu dan keluar dari kamar menuju ruang duduk.
Berjalan lurus ke kursi berlengan tua yang empuk kesukaannya di samping api yang sekarang sudah padam, Harry duduk dengan nyaman dan membuka gulungan perkamennya sementara memandang berkeliling ruangan itu. Sisa-sisa potongan perkamen yang kusut, Gobstone-Gobstone tua, toples-toples bahan yang kosong dan pembungkus-pembungkus permen yang biasanya meliputi ruang duduk di akhir hari setiap harinya telah hilang, begitu juga topi-topi peri Hermione. Sambil bertanya-tanya dengan samar berapa banyak peri yang sekarang telah dibebaskan apakah mereka ingin ataupun tidak, Harry membuka penutup botol tintanya, mencelupkan pena bulunya ke dalamnya, lalu memegangnya satu inci di atas permukaan kekuningan perkamennya, sambil berpikir keras ... tetapi setelak sekitar satu menit dia menemukan dirinya menatap ke kisi perapian yang kosong, benar-benar tidak tahu apa yang ingin dikatakan.
Dia sekarang bisa menghargai betapa sulitnya bagi Ron dan Hermione untuk menulis surat kepadanya sepanjang musim panas. Bagaimana dia bisa memberitahu Sirius semua yang telah terjadi selama minggu belakangan ini dan memasukkan semua pertanyaan yang sangat ingin dia tanyakan tanpa memberi para pencuri surat potensial banyak informasi yang dia tidak ingin mereka dapatkan"
Dia duduk tak bergerak sejenak, sambil menatap ke perapian; lalu, akhirnya mengambil keputusan, dia mencelupkan pena bulunya ke dalam botol tinta sekali lagi dan menempatkannya dengan penuh ketetapan hati ke atas perkamen.
Dear Snuffles, Kuharap kau OK, minggu pertama kembali ke sini mengerikan, aku benar-benar senang sudah akhir pekan.
Kami dapat guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang baru, Profesor Umbridge. Dia hampir sama
menyenangkannya dengan ibumu. Aku menulis karena hal yang kuceritakan kepadamu musim panas lalu terjadi
lagi tadi malam ketika aku sedang dalam detensi dengan Umbridge.
Kami semua merindukan teman terbesar kami, kami harap dia akan segera kembali.
Tolong tulis surat balasan secepatnya.
Salam, Harry Harry membaca ulang surat itu beberapa kali, mencoba melihat dari sudut pandang orang luar. Dia tidak bisa melihat bagaimana mereka akan bisa tahu apa yang sedang dia bicarakan -- atau dengan siapa dia berbica
ra -- hanya dari membaca surat ini. Dia memang berharap Sirius akan mengetahui petunjuk mengenai Hagrid dan memberitahu mereka kapan dia mungkin kembali. Harry tidak ingin bertanya langsung kalau-kalau hal itu menarik terlalu banyak perhatian atas apa yang mungkin sedang direncanakan Hagrid selagi dia tidak ada di Hogwarts.
Mengingat itu adalah surat yang sangat singkat, surat itu makan waktu lama untuk ditulis; sinar matahari telah memasuki setengah dari ruangan itu selagi dia mengerjakan surat itu dan dia sekarang bisa mendengar suara-suara pergerakan di kejauhan dari kamar-kamar asrama di atas. Sambil menyegel perkamennya dengan hati-hati, dia memanjat melalui lubang potret dan menuju Kandang Burung Hantu.
"Aku tidak akan pergi ke arah sana kalau aku jadi kamu," kata Nick si Kepala-Nyaris-Putus, sambil melayang bingung melalui dinding tepat di depan Harry ketika dia berjalan menyusuri gang. "Peeves sedang merencanakan lelucon lucu pada orang berikutnya yang melewati patung dada Paracelsus di tengah koridor."
"Apakah melibatkan Paracelsus yang jatuh ke puncak kepala orang itu"" tanya Harry.
"Lucunya, memang," kata Nick si Kepala-Nyaris-Putus dengan suara bosan. "Kerumitan memang tidak pernah menjadi kekuatan Peeves. Aku akan pergi untuk mencoba mencari Baron Berdarah ... dia mungkin bisa menghentikannya ... sampai jumpa, Harry."
"Yeah, bye," kata Harry dan bukannya belok kanan, dia membelok ke kiri, mengambil rute yang lebih panjang tetapi lebih aman ke Kandang Burung Hantu. Semangatnya naik ketika dia berjalan melewati jendela demi jendela yang memperlihatkan langit biru cerah, dia akan mengikuti latihan nanti, akhirnya dia akan kembali ke lapangan Quidditch.
Sesuatu menyenggol mata kakinya. Dia memandang ke bawah dan melihat kucing kelabu kurus milik penjaga sekolah, Mrs Norris, sedang menyelinap melewatinya. Dia memalingkan mata kuningnya yang seperti lampu padanya sejenak sebelum menghilang ke balik patung Wilfred si Penuh-Harap.
"Aku tidak melakukan sesuatu yang salah," Harry berseru kepadanya. Dia punya hawa yang tak salah lagi milik kucing yang pergi melapor ke majikannya, walau Harry tidak mengerti mengapa; dia sepenuhnya punya hak untuk berjalan ke Kandang Burung Hantu pada hari Sabtu pagi.
Matahari sudah tinggi di langit sekarang dan ketika Harry memasuki Kandang
Burung Hantu jendela-jendela kaca menyilaukan matanya; sinar-sinar keperakan yang berkabut bersilangan di ruang melingkar tempat ratusan burung hantu membaringkan diri dalam kasau-kasau, agak tidak tenang dalam sinar pagi hari, beberapa jelas baru kembali dari berburu. Lantai yang tertutup jerami berderak sedikit ketika dia melangkah melewati tulang-tulang binatang kecil, sambil menjulurkan lehernya mencari-cari Hedwig.
"Di sana kamu," katanya sambil melihat dia di suatu tempat dekat bagian paling puncak dari langit-langit yang berkubah. "Turun ke sini, aku punya surat untukmu."
Dengan uhu rendah dia membentangkan sayap-sayap putih besarnya dan membumbung turun ke bahunya.
"Benar, aku tahu di sini tertulis Snuffles di luarnya," katanya, sambil memberikan surat itu untuk dikatupkan di paruhnya dan, tanpa tahu persisnya mengapa, berbisik, "tapi itu untuk Sirius, OK""
Dia mengedipkan matanya yang kuning sekali dan Harry menganggap itu berarti dia mengerti.
"Kalau begitu, semoga terbang dengan selamat," kata Harry dan dia membawanya ke salah satu jendela; dengan tekanan sejenak di lengannya, Hedwig lepas landas ke langit cerah yang membutakan. Dia mengamati sambil menjadi titik hitam kecil dan menghilang, lalu mengalihkan pandangannya ke pondok Hagrid, yang tampak jelas dari jendela ini, dan sama jelasnya tidak terhuni, cerobongnya tidak berasap, tirainya tertutup.
Puncak pepohonan di Hutan Terlarang berayun-ayun dalam angin sepoi-sepoi. Harry mengamati mereka, sambil menikmati udara segar di wajahnya, memikirkan tentang Quidditch nanti ... lalu dia melihatnya. Seekor kuda bersayap besar mirip reptil, persis seperti yang menarik kereta-kereta Hogwarts, dengan sayap-sayap hitam kasar terbentang lebar seperti sayap pterodactyl (burung purba), naik dari pep
ohonan seperti burung raksasa yang aneh. Kuda itu membumbung dalam lingkaran besar, lalu menukik kembali ke pepohonan. Seluruhnya terjadi sangat cepat, sehingga Harry hampir tidak bisa mempercayai apa yang telah dilihatnya, kecuali bahwa jantungnya berdebar gila-gilaan.
Pintu Kandang Burung Hantu membuka di belakangnya. Dia melompat terkejut dan, ketika berpaling dengan cepat, melihat Cho Chang yang sedang memegang sepucuk surat dan sebuah bingkisan di tangannya.
"Hai," kata Harry dengan otomatis.
"Oh ... hai," katanya terengah-engah. "Aku tidak mengira ada orang yang sudah berada di atas sini sepagi ini ... aku baru ingat lima menit yang lalu, ini hari ulang tahun ibuku."
Dia mengangkat bingkisannya.
"Benar," kata Harry. Otaknya seperti macet. Dia ingin mengatakan sesuatu yang
lucu dan menarik, tetapi ingatan tentang kuda bersayap yang mengerikan itu masih segar dalam pikirannya.
"Hari yang indah," katanya sambil memberi isyarat ke jendela. Isi tubuhnya sepertinya telah mengerut akibat rasa malu. Cuaca. Dia berbicara mengenai cuaca ...
"Yeah," kata Cho, sambil memandang berkeliling mencari burung hantu yang sesuai. "Kondisi Quidditch yang bagus. Aku belum keluar selama seminggu, kalau kamu""
"Belum," kata Harry.
Cho telah memilih salah satu burung hantu sekolah. Dia membujuknya turun ke lengannya di mana burung itu menjulurkan kaki dengan patuh sehingga dia bisa mengikatkan bingkisannya.
"Hei, apakah Gryffindor sudah punya Keeper baru"" tanyanya.
"Yeah," kata Harry. "Temanku Ron Weasley, kau kenal dia""
"Si Pembenci-Tornado"" kata Cho agak dingin. "Apakah mainnya bagus""
"Yeah," kata Harry. "Kukira begitu. Walau aku tidak melihat ujicobanya, aku sedang dalam detensi."
Cho memandang ke atas, bingkisan itu baru setengah terikat ke kaki burung hantu.
"Wanita Umbridge itu jahat," katanya dengan suara rendah. "Memberimu detensi hanya karena kamu mengatakan yang sebenarnya tentang bagaimana -- bagaimana -bagaimana dia mati. Semua orang mendengar hal itu, sudah menyebar ke seluruh sekolah. Kamu benar-benar berani menghadapi dia seperti itu."
Isi tubuh Harry mengembang kembali begitu cepat sehingga dia merasa seolah-olah dia bisa melayang beberapa inci dari lantai yang bertebaran kotoran itu. Siapa yang peduli tentang kuda terbang bodoh, Cho mengira dia benar-benar berani. Sejenak, dia mempertimbangkan untuk memperlihatkan kepadanya secara tidak sengaja (yang disengaja) tangannya yang terluka selagi dia membantunya mengikat bingkisannya ke burung hantu ... tetapi tepat saat pikiran menggetarkan itu muncul pintu Kandang Burung Hantu terbuka lagi.
Filch si penjaga sekolah masuk sambil mendesah ke dalam ruangan itu. Ada rona ungu di pipinya yang cekung dan penuh urat halus, daging di bawah dagunya bergetar dan rambut kelabunya yang tipis acak-acakan; dia jelas berlari ke sini. Mrs Norris berderap di belakangnya, sambil menatap ke atas kepada burung-burung hantu di atas kepala dan mengeong lapar. Ada gerakan-gerakan sayap yang tidak tenang dari atas dan seekor burung hantu cokelat besar mengatupkan paruhnya dengan gaya mengancam.
"Aha!" kata Filch, sambil mengambil langkah menuju Harry, pipinya yang berkantung bergetar karena marah. "Aku dapat kisikan bahwa kamu bermaksud memesan Bom Kotoran dalam jumlah besar."
Harry melipat lengannya dan menatap penjaga sekolah itu.
"Siapa yang memberitahumu aku sedang memesan Bom Kotoran""
Cho memandang dari Harry kepada Filch, juga merengut, burung hantu di lengannya, capek berdiri dengan satu kaki, memberi uhu menegur, tetapi dia mengabaikannya.
"Aku punya sumber-sumberku," kata Filch dalam desis puas diri. "Sekarang serahkan apapun yang sedang kau kirim."
Sambil merasa sangat bersyukur dia tidak berlama-lama mengeposkan suara itu, Harry berkata, "Aku tidak bisa, sudah pergi."
"Pergi"" kata Filch, air mukanya berubah karena marah.
"Pergi," kata Harry dengan tenang.
Filch membuka mulutnya dengan marah, menggerak-gerakkan mulut tanpa suara selama beberapa detik, lalu menyisiri jubah Harry dengan matanya.
"Bagaimana aku tahu kau tidak menyimpannya di kantongmu""
"Karena -- " "Aku melihatnya mengi
rimkan surat itu," kata Cho dengan marah. Filch memberondong dia. "Kau melihatnya --""
"Itu benar, aku melihatnya," katanya dengan garang.
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ada jeda sejenak di mana Filch melotot kepada Cho dan Cho melotot balik, lalu si penjaga sekolah membalikkan badannya dan berjalan dengan kaki terseret menuju pintu. Dia berhenti dengan tangan di pegangan pintu dan memandang balik kepada Harry.
"Kalau kutemukan seendus saja Bom Kotoran -- "
Dia terseok-seok menuruni tangga. Mrs Norris memandang penuh keinginan pada burung-burung hantu dan mengikuti dia.
Harry dan Cho saling berpandangan.
"Trims," Harry berkata.
"Tidak masalah," kata Cho, akhirnya mengikatkan bingkisan ke kaki burung hantu itu yang sebuah lagi, wajahnya sedikit merona merah muda. "Kau tidak sedang
memesan Bom Kotoran, bukan"" "Tidak," kata Harry.
"Aku ingin tahu mengapa dia mengira begitu"" katanya selagi dia membawa burung hantu itu ke jendela.
Harry mengangkat bahu. Dia sama bingungnya dengan Cho, walaupun anehnya hal itu tidak terlalu mengganggunya saat ini.
Mereka meninggalkan Kandang Burung Hantu bersama-sama. Di pintu masuk koridor yang menuju sayap barat kastil itu, Cho berkata, "Aku akan ke arah sini. Well, aku ... jumpa lagi, Harry."
"Yeah ... sampai jumpa."
Dia tersenyum kepadanya dan pergi. Harry berjalan terus, diam-diam merasa sangat gembira. Dia telah berhasil mengadakan percakapan penuh dengannya dan tidak mempermalukan dirinya sendiri sekalipun ... kamu benar-benar berani menghadapi dia seperti itu ... Cho telah menyebutnya berani ... dia tidak membencinya karena selamat.
Tentu saja, dia dulu lebih memilih Cedric, Harry tahu itu ... walaupun kalau dia mengajaknya ke Pesta sebelum Cedric, keadaan mungkin akan lain ... dia tampak tulus menyesali bahwa dia harus menolak ketika Harry mengajaknya ...
"Pagi," Harry berkata dengan ceria kepada Ron dan Hermione ketika dia bergabung dengan mereka di meja Gryffindor di Aula Besar.
"Kenapa kau terlihat sangat senang"" kata Ron sambil melirik Harry dengan terkejut.
"Erm ... Quidditch nanti," kata Harry dengan gembira, sambil menarik sepiring besar daging asin dan telur ke arahnya.
"Oh ... yeah kata Ron. Dia meletakkan potongan roti panggang yang sedang dimakannya dan meneguk jus labu banyak-banyak. Lalu dia berkata, "Dengar ... kau tidak mau pergi lebih pagi denganku" Cuma untuk -- er -- memberiku sedikit praktek sebelum latihan" Supaya aku bisa, kau tahu, lebih siap."
"Yeah, OK," kata Harry.
"Lihat, kukira kalian tidak perlu begitu," kata Hermione dengan serius. "Kalian berdua benar-benar sudah ketinggalan peer seperti -- "
Tetapi dia berhenti di tengah kalimat; pos pagi telah tiba dan, seperti biasa, Daily Prophet membumbung ke arahnya dalam paruh seekor burung hantu pekik, yang mendarat dekat dengan mangkuk gula dan mengulurkan kakinya. Hermione memasukkan satu Knut ke dalam kantong kulitnya, mengambil surat kabar itu, dan membaca cepat halaman depan dengan kritis selagi burung hantu itu lepas landas.
"Ada yang menarik"" kata Ron. Harry nyengir, tahu Ron ingin menjauhkannya dari subyek peer.
"Tidak," dia menghela napas, "cuma beberapa bantahan tentang pemain bas di Weird Sisters akan menikah."
Hermione membuka surat kabar itu dan menghilang ke baliknya. Harry mencurahkan dirinya untuk makan telur dan daging asin lagi. Ron sedang menatap ke atas ke jendela-jendela yang tinggi, terlihat sedikit khusyuk.
"Tunggu sebentar," kata Hermione tiba-tiba. "Oh tidak ... Sirius!"
"Apa yang terjadi"" kata Harry, sambil merampas surat kabar itu dengan sangat kasar sehingga robek di bagian tengah, dia dan Hermione masing-masing memegang satu bagian.
""Kementerian Sihir telah menerima kisikan dari sumber yang dapat dipercaya bahwa Sirius Black, pembunuh masal terkenal ... blah blah blah sekarang sedang bersembunyi di London!"" Hermione membaca dari bagiannya dengan bisikan sedih.
"Lucius Malfoy aku akan bertaruh apapun," kata Harry dengan suara rendah penuh kemarahan. "Dia memang mengenali Sirius di peron ... "
"Apa"" kata Ron, terlihat khawatir. "Kau tidak bilang -- "
"Shh!" kata dua yang lain.
"Kementerian memperingatkan komun
itas penyihir bahwa Black sangat berbahaya ... membunuh tiga belas orang ... melarikan diri dari Azkaban ..." sampah yang biasa," Hermione menyimpulkan, sambil meletakkan bagian korannya dan memandang Harry dan Ron dengan takut. "Well, dia hanya tidak bisa meninggalkan rumah lagi, itu saja," bisiknya. "Dumbledore memang memperingatkannya tidak berbuat begitu."
Harry memandang dengan murung potongan Prophet yang telah dirobeknya. Sebagian besar dari halaman itu dicurahkan untuk iklan Jubah Madam Malkins untuk Segala Kesempatan, yang tampaknya sedang mengadakan obral.
"Hei!" katanya, sambil meratakannya sehingga Ron dan Hermione bisa melihatnya. "Lihat ini!"
"Aku sudah punya semua jubah yang kuinginkan," kata Ron. "Bukan," kata Harry. "Lihat ... berita kecil di sini
Ron dan Hermione membungkuk lebih dekat untuk membacanya; benda itu hampir tidak sepanjang satu inci dan terletak tepat di dasar sebuah kolom. Diberi judul:
MASUK TANPA IZIN DI KEMENTERIAN
Sturgis Podmore, 38, dari Laburnum Gardens nomor dua, Clapham, telah muncul di depan Wizengamot atas tuduhan masuk tanpa izin dan percobaan perampokan di Kementerian Sihir pada tanggal 31 Agusutus. Podmore ditangkap oleh penyihir penjaga Kementerian Sihir Eric Munch, yang menemukannya mencoba memaksa masuk ke pintu dengan penjagaan ketat pada pukul satu pagi. Podmore, yang menolak berbicara untuk pembelaan dirinya, dinyatakan bersalah atas kedua tuntutan tersebut dan dihukum enam bulan di Azkaban.
"Sturgis Podmore"" kata Ron lambat-lambat. "Dia pria yang terlihat seperti kepalanya telah lalang, bukan" Dia salah satu dari Ord-- "
"Ron, shh!" kata Hermione, sambil memandang ke sekitar mereka dengan ketakutan.
"Enam bulan di Azkaban!" bisik Harry, terguncang. "Hanya karena mencoba melewati sebuah pintu!"
"Jangan bodoh, bukan cuma karena mencoba melewati sebuah pintu. Apa yang sedang dilakukannya di Kementerian Sihir pada pukul satu pagi"" Hermione berkata cepat.
"Menurutmu dia sedang melakukan sesuatu untuk Order"" Ron bergumam.
"Tunggu sebentar kata Harry lambat-lambat. "Sturgis seharusnya datang dan mengantar kita, ingat""
Dua yang lain memandangnya.
"Yeah, dia seharusnya menjadi bagian dalam pengawalan kita pergi ke King"s Cross, ingat" Dan Moody sangat jengkel karena dia tidak muncul; jadi dia tidak mungkin sedang mengerjakan tugas untuk mereka, bukan""
"Well, mungkin mereka tidak berharap dia tertangkap," kata Hermione.
"Mungkin jebakan!" Ron berseru dengan bersemangat. "Tidak -- dengarkan!" dia melanjutkan, sambil merendahkan suaranya dengan dramatis melihat tampang mengancam Hermione. "Kementerian mencurigai dia salah satu dari kelompok Dumbledore jadi -- aku tak tahu -- mereka memikatnya ke Kementerian, dan dia tidak sedang mencoba melewati pintu sama sekali! Mungkin mereka cuma mengarang sesuatu untuk mendapatkan dia!"
Ada jeda selagi Harry dan Hermione mempertimbangkan ini. Harry mengira ini tampak terlalu berlebihan. Hermione, di sisi lain, terlihat agak terkesan.
"Tahukah kau, aku tidak akan terkejut sama sekali kalau itu benar."
Dia melipat bagian surat kabarnya sambil berpikir. Ketika Harry meletakkan pisau dan garpunya, dia tampak keluar dari lamunan.
"Benar, well, kukira pertama kita harus mengerjakan esai untuk Sprout mengenai
semak pupuk-sendiri dan kalau kita beruntung kita akan bisa memulai Mantera Inanimatus Conjurus McGonagall sebelum makan siang ... "
Harry merasakan sedikit rasa bersalah ketika memikirkan tumpukan pekerjaan rumah yang sedang menantinya di atas, tapi langit biru cerah, dan dia belum naik Fireboltnya selama seminggu ...
"Maksudku, kita bisa mengerjakannya malam ini," kata Ron, selagi dia dan Harry berjalan menyusuri halaman yang landari menuju lapangan Quidditch, sapu mereka di atas bahu, dan dengan peringatan menakutkan Hermione bahwa mereka akan gagal di OWL mereka yang masih terngiang di telinga mereka. "Dan kita punya besok. Dia terlalu tegang tentang pekerjaan, itu masalahnya Ada jeda dan dia menambahkan, dengan nada sedikit lebih cemas, "Apa kaukira dia sungguh-sungguh ketika dia bilang kita tidak boleh menyalin darinya""
"Yeah," kata Harry. "Tetap saja, ini juga penting, kita harus berlatih kalau kita mau tetap berada dalam tim Quidditch ... "
"Yeah, itu benar," kata Ron, dengan nada berbesar hati. "Dan kita punya banyak waktu untuk melakukan itu semua ... "
Selagi mereka mendekati lapangan Quidditch, Harry memandang sekilas ke sebelah kanannya di mana pohon-pohon Hutan Terlarang berayun dengan suram. Tak ada yang terbang keluar dari pepohonan itu; langit kosong kecuali beberapa burung hantu di kejauhan yang sedang mengitari menara Kandang Burung Hantu. Dia sudah punya cukup yang dikhawatirkan; kuda terbang itu tidak akan membahayakannya; dia mendorongnya keluar dari pikirannya.
Mereka mengumpulkan bola-bola dari lemari di kamar ganti dan mulai bekerja, Ron menjaga ketiga gawang tinggi, Harry bermain sebagai Chaser dan mencoba membawa Quaffle melewati Ron. Harry berpikir Ron cukup bagus; dia menahan tiga perempat gol yang diusahakan Harry untuk melewatinya. dan bermain semakin bagus semakin lama mereka berlatih. Setelah beberapa jam mereka kembali ke kastil untuk makan siang -- di mana Hermione memperjelas bahwa menurutnya mereka tidak bertanggung jawab -- lalu kembali ke lapangan Quidditch untuk sesi latihan sebenarnya. Semua anggota tim mereka kecuali Angelina sudah berada di kamar ganti ketika mereka masuk.
"Baik-baik saja, Ron"" kata George sambil berkedip kepadanya.
"Yeah," kata Ron, yang lebih pendiam dan semakin pendiam sepanjang jalan ke lapangan.
"Siap pamer kepada kami semua, Prefek Ickle"" kata Fred, muncul dengan rambut kusut dari bagian leher jubah Quidditchnya, dengan seringai agak licik di wajahnya.
"Diamlah," kata Ron, dengan wajah kaku, sambil menarik jubah timnya sendiri untuk pertama kalinya. Jubah itu pas sekali untuknya mengingat dulu milik Oliver, yang bahunya agak lebar.
"OK, semuanya," kata Angelina, masuk dari kantor Kapten, sudah berganti pakaian. "Ayo ke sana; Alicia dan Fred, kalau kalian bisa membawa peti bola untuk kami. Oh, dan ada sejumlah orang di luar sana yang mengamati tapi aku mau kalian mengabaikan mereka, oke""
Sesuatu dalam suaranya yang seharusnya biasa membuat Harry mengira dia mungkin tahu siapa penonton tidak diundang itu, dan jelas saja, ketika mereka meninggalkan ruang ganti ke lapangan yang penuh sinar matahari cerah lapangan itu diliputi ejekan dan cemoohan dari tim Quidditch Slytherin dan beragam pengikut, yang berkelompok di tengah-tengah tribun yang kosong dan yang suaranya menggema dengan keras ke sekeliling stadium.
"Apa yang sedang dinaiki Weasley"" Malfoy berseru dengan suara mengejeknya yang dipanjang-panjangkan. "Kenapa ada orang yang mau menaruh mantera terbang ke kayu tua berjamur seperti itu""
Crabbe, Goyle dan Pansy Parkinson tertawa terbahak-bahak dan menjerit dengan tawa. Ron menaiki sapunya dan naik dari tanah dan Harry mengikutinya sambil mengamati telinganya berubah menjadi merah dari belakang.
"Abaikan mereka," katanya, sambil menambah kecepatan untuk mengejar Ron, "kita akan lihat siapa yang tertawa setelah kita bertanding dengan mereka ... "
"Persis sikap yang kumau, Harry," kata Angelina menyetujui, sambil membumbung di sekitar mereka dengan Quaffle di bawah lengannya dan melambat untuk melayang di tempat di depan tim udaranya. "OK, semuanya, kita akan mulai dengan beberapa pas hanya untuk pemanasan, seluruh tim tolong -- "
"Hei, Johnson, ada apa dengan gaya rambut itu"" teriak Pansy Parkinson dari bawah. "Kenapa ada orang yang mau terlihat seperti mereka punya cacing keluar dari kepala mereka""
Angelina menyapukan rambut panjangnya yang dikepang kecil-kecil dari wajahnya dan meneruskan dengan tenang, "Kalau begitu berpencar, dan mari lihat apa yang bisa kita lakukan ... "
Harry mundur menjauh dari yang lain ke sisi jauh dari lapangan itu. Ron mundur menuju gawang di seberang. Angelina mengangkat Quaffle dengan satu tangan dan melemparkannya keras-keras kepada Fred, yang memberikan kepada George, yang memberikan kepada Harry, yang memberikan kepada Ron, yang menjatuhkannya.
Anak-anak Slytherin, dipimpin oleh Malfoy, meraung dan memekik dengan tawa. Ron, yang telah meluncur ke tana
h untuk menangkap Quaffle itu sebelu mendarat, menghentikan tukikannya dengan tidak teratur, sehingga dia selip ke samping di sapunya, dan kembali ke tinggi permainan sambil merona. Harry melihat Fred dan George saling berpandangan, tetapi tidak biasanya tak satupun dari mereka mengatakan apa-apa, sehingga dia bersyukur.
"Berikan, Ron," seru Angelina, seakan-akan tidak ada yang terjadi.
Ron melemparkan Quaffle itu kepada Alicia, yang memberikan kembali kepada Harry, yang memberikan kepada George ...
"Hei, Potter, bagaimana rasanya bekas lukamu"" seru Malfoy. "Yakin kau tidak perlu berbaring" Pastilah, apa, sudah seminggu penuh sejah kau berada di sayap rumah sakit, itu rekor bagimu, bukan""
George memberikan bola kepada Angelina; dia memberikan balik kepada Harry, yang tidak menduga, tetapi menangkapnya dengan ujung-ujung jarinya dan memberikan dengan cepat kepada Ron, yang menyerbunya tetapi gagal karena beberapa inci.
"Ayolah, Ron," kata Angelina dengan jengkel, ketika dia menukik ke tanah lagi, mengejar Quaffle itu. "Pusatkan perhatian."
Sulit mengatakan apakah wajah Ron atau Quaffle itu lebih merah ketika dia kembali lagi ke tinggi permainan. Malfoy dan tim Slytherin lainnya sedang melolong tertawa.
Pada usaha ketiganya, Ron menangkap Quaffle itu; mungkin karena lega dia memberikannya dengan sangat antuasias sehingga bola itu membumbung lurus melalui tangan-tangan terentang Katie dan menghantamnya dengan keras di wajah.
"Sori!" Ron mengerang, sambil meluncur ke depan untuk melihat apakah dia telah mengakibatkan luka.
"Kembali ke posisi, dia baik-baik saja!" gertak Angelina. "Tapi karena kau memberikan kepada kawan satu tim, jangan mencoba menjatuhkannya dari sapunya, bisa "kan" Kita punya Bludger untuk itu!"
Hidung Katie berdarah. Di bawah, anak-anak Slytherin mengentakkan kaki mereka dan mengejek. Fred dan George mendatangi Katie.
"Ini, makan ini," Fred menyuruhnya, sambil menyerahkan sesuatu yang kecil dan ungu dari kantongnya, "ini akan membersihkannya dalam waktu singkat."
"Baiklah," seru Angelina, "Fred, George, pergi dan ambil pemukul kalian dan sebuah Bludger. Ron, pergi ke gawang. Harry, lepaskan Snitch ketika kubilang. Kita akan membidik gawang Ron, tentu saja."
Harry meluncur mengikuti si kembar untuk mengambil Snitch.
"Ron membuat dirinya tampak seperti orang tolol, bukan"" gumam George, ketika mereka bertiga mendarat di peti yang berisi bola-bola itu dan membukanya untuk mengeluarkan salah satu Bludger dan Snitch.
"Dia cuma gugup," kata Harry, "dia baik-baik saja ketika aku berlatih dengannya pagi ini."
"Yeah, well, kuharap dia tidak mencapai puncak terlalu cepat," kata Fred dengan
murung. Mereka kembali ke udara. Ketika Angelina meniup peluitnya, Harry melepaskan Snitch dan Fred dan George membiarkan Bludger terbang. Semenjak itu, Harry hampir tidak sadar apa yang sedang dilakukan yang lainnya. Tugasnya adalah menangkap kembali bola keemasan kecil yang terbang ke sana kemari yang berharga seratus lima puluh poin bagi tim Seeker tersebut dan melakukan hal ini membutuhkan kecepatan dan keahlian yang tinggi. Dia menambah kecepatan, bergelung dan mengelak dari para Chaser, udara musim gugur yang hangat memecut wajahnya, dan teriakan-teriakan anak-anak Slytherin di kejauhan meraung sama sekali tidak berarti di telinganya ... tapi terlalu cepat, peluit membuatnya berhenti lagi.
"Stop -- stop -- STOP!" teriak Angelina. "Ron -- kamu tidak melindungi pos tengahmu!"
Harry memandang kepada Ron, yang sedang melayang di depan gawang kiri, meninggalkan dua yang lain sepenuhnya tidak terjaga.
"Oh ... sori "Kau terus bergerak ke sekitar sementara kamu memperhatikan para Chaser!" kata Angelina. "Tetaplah di tengah posisi sampai kau harus pindah untuk menjaga gawang, atau kitari gawang, tapi jangan terlalu condong ke satu sisi, begitulah caranya kau membiarkan tiga gol terakhir masuk!"
"Sori Ron mengulangi, wajahnya yang merah berkilat seperti menara api di langit biru cerah itu.
"Dan Katie, tidak bisakah kau lakukan sesuatu tentang mimisan itu""
"Terus saja memburuk!" kata Katie dengan parau, sambil mencoba memutuskan al
irannya dengan lengan bajunya.
Harry memandang kepada Fred, yang terlihat cemas dan memeriksa kantongnya. Dia melihat Fred menarik keluar sesuatu yang ungu, memeriksanya sejenak dan lalu memandang kepada Katie, jelas terperanjat.
"Well, mari coba lagi," kata Angelina. Dia mengabaikan anak-anak Slytherion, yang sekarang telah menyanyikan "Gryffindor adalah pecundang, Gryffindor adalah pecundang," tetapi walau begitu ada kekakuan tertentu dalam cara duduknya di sapu.
Kali ini mereka belum lagi terbang selama tiga menit ketika peluit Angelina berbunyi. Harry, yang baru saja melihat Snitch mengitari tiang gawang seberang, menarik diri sambil merasa sedih.
"Apa sekarang"" katanya dengan tidak sabar kepada Alicia, yang paling dekat.
"Katie," katanya singkat.
Harry berpaling dan melihat Angelina, Fred dan George semuanya terbang secepat
mereka bisa menuju Katie. Harry dan Alicia bergegas ke arahnya juga. Jelas Angelina telah menghentikan latihan tepat waktu, Katie sekarang seputih kapur dan penuh darah.
"Dia perlu sayap rumah sakit," kata Angelina.
"Kami akan membawanya," kata Fred. "Dia -- er -- mungkin telah salah menelan Kacang Darah -- "
"Well, tak ada gunanya melanjutkan tanpa Beater dan seorang Chaser," kata Angelina dengan murung ketika Fred dan George meluncur menuju kastil sambil menyokong Katie di antara mereka. "Ayolah, mari pergi dan berganti pakaian."
Anak-anak Slytherin terus bernyanyi ketika mereka kembali ke ruang ganti.
"Bagaimana latihannya"" tanya Hermione agak dingin setengah jam kemudian, ketika Harry dan Ron memanjat melalui lubang potret ke dalam ruang duduk Gryffindor.
"Latihannya -- " Harry mulai.
"Benar-benar buruk," kata Ron dengan suara hampa, sambil membenamkan diri ke sebuah kursi di samping Hermione. Dia memandang kepada Ron dan kebekuannya tampak mencair.
"Well, itu baru latihan pertamamu," katanya menenangkan, "perlu waktu untuk -- " "Siapa bilang aku yang membuatnya buruk"" sambar Ron. "Tak seorangpun," kata Hermione, terlihat terkejut, "kukira -- " "Kaukira aku pasti sampah""
"Tidak, tentu saja tidak! Lihat, kau bilang buruk jadi aku hanya -- "
"Aku akan mulai mengerjakan beberapa peer," kata Ron dengan marah dan mengentakkan kaki ke tangga menuju kamar anak laki-laki dan menghilang dari pandangan. Hermione berpaling kepada Harry.
"Apakah mainnya buruk""
"Tidak," kata Harry dengan setia.
Hermione mengangkat alisnya.
"Well, kukira dia bisa bermain lebih bagus," Harry bergumam, "tapi baru sesi latihan pertama, seperti yang kau bilang ... "
Baik Harry maupun Ron tampaknya tidak membuat banyak kemajuan dengan pekerjaan rumah mereka malam itu. Harry tahu Ron terlalu disibukkan oleh betapa
buruknya penampilannya dalam latihan Quidditch itu dan dia sendiri mendapat kesulitan mengeluarkan nyanyian "Gryffindor adalah pecundang" dari kepalanya.
Mereka menghabiskan seluruh hari Minggu di ruang duduk, terbenam dalam buku-buku mereka sementara ruangan di sekitar mereka terisi, lalu kosong. Itu adalah hari lain yang cerah dan indah dan kebanyakan teman Gryffindor mereka menghabiskan hari itu di halaman, menikmati apa yang mungkin menjadi salah satu di antara sinar matahari terakhir tahun itu. Malamnya, Harry merasa seolah-olah seseorang telah memukuli otaknya ke bagian dalam tengkoraknya.
"Kau tahu, kita mungkin seharusnya mencoba menyelesaikan lebih banyak peer sepanjang minggu," Harry bergumam kepada Ron, ketika mereka akhirnya menaruh ke samping esai panjang Profesor McGonagall mengenai Mantera Inanimatus Conjurus dan berpaling dengan menderita ke esai Profesor Sinistra yang sama panjang dan sulitnya mengenai bulan-bulan Jupiter yang banyak.
"Yeah," kata Ron, sambil menggosok matanya yang agak merah dan melemparkan potongan perkamen rusaknya yang kelima ke dalam api di samping mereka. "Dengar ... apakah kita bertanya saja kepada Hermione kalau kita boleh melihat apa yang telah dikerjakannya""
Harry memandang sekilas ke arahnya, dia sedang duduk dengan Crookshanks di pangkuannya dan berbincang-bincang dengan riang kepada Ginny selagi sepasang jarum rajut berkelip di tengah udara di depannya, sekarang seda
ng merajut sepasang kaus kaki peri yang tidak berbentuk.
"Tidak," katanya dengan berat, "kau tahu dia tidak akan memperbolehkan kita."
Dan begitulah mereka bekerja terus sementara langit di luar jendela menjadi semakin gelap. Lambat laun, kerumunan orang di ruang duduk mulai menipis lagi. Pada pukul sebelas setengah, Hermione berjalan ke arah mereka, sambil menguap.
"Hampir selesai""
"Tidak," kata Ron dengan singkat.
"Bulan terbesar Jupiter adalah Ganymede, bukan Callisto," katanya menunjuk melewati bahu Ron ke sebuah baris di esai Astronominya, "dan Io yang punya gunung-gunung berapi."
"Trims," geram Ron, sambil menggores kalimat-kalimat yang salah.
"Sori, aku hanya -- "
"Yeah, well, kalau kau datang ke sini hanya untuk mengkritik -- "
"Ron -- " "Aku tidak punya waktu untuk mendengar ceramah, oke, Hermione, aku sudah tenggelam sampai leherku di sini -- "
"Tidak lihat!" Hermione sedang menunjuk ke jendela terdekat. Harry dan Ron keduanya memandang ke sana. Seekor burung hantu pekik yang indah sedang berdiri di ambang jendela, menatap ke dalam ruangan kepada Ron.
"Bukankah itu Hermes"" kata Hermione, terdengar heran.
"Astaga, memang!" kata Ron pelan, sambil melemparkan pena bulunya dan bangkit. "Untuk apa Percy menulis surat kepadaku""
Dia menyeberang ke jendela dan membukanya; Hermes terbang masuk, mendarat ke esai Ron dan menjulurkan kakinya yang berikatkan surat. Ron mengambil surat itu dan burung hantu itu berangkat seketika, meninggalkan bekas kaki bertinta di gambar bulan Io milik Ron.
"Ini jelas tulisan tangan Percy," kata Ron, sambil terbenam kembali ke dalam kursinya dan menatap kata-kata di bagian luar perkamen itu: Ronald Weasley, Asrama Gryfindor, Hogwarts. Dia memandang kedua orang yang lain. "Bagaimana menurut kalian""
"Bukalah!" kata Hermione penuh semangat, dan Harry mengangguk.
Ron membuka gulungan itu dan mulai membaca. Semakin matanya bergerak ke bawah dari perkamen itu, semakin terlihat cemberutnya. Ketika dia telah selesai membaca, dia terlihat jijik. Dia menyorongkan surat itu kepada Harry dan Hermione, yang mencondongkan badan kepada satu sama lain untuk membacanya bersama.
Dear Ron, Aku baru saja dengar (tidak kurang dari Menteri Sihir sendiri, yang mendengarnya dari guru barumu, Profesor
Umbridge) bahwa kamu telah menjadi seorang prefek Hogwarts.
Aku mendapat kejutan yang sangat menyenangkan ketika aku mendengar kabar ini dan harus menawarkan
ucapan selamat dariku. Aku harus mengakui bahwa aku selalu takut kau akan mengambil apa yang kami sebut
jalan "Fred dan George", bukannya mengikuti langkahku, sehingga kau bisa membayangkan perasaanku ketika
mendengar kau telah berhenti melawan pihak berkuasa dan telah memutuskan untuk menanggung beberapa tanggung
jawab nyata. Tapi aku ingin memberimu lebih dari ucapan selamat, Ron, aku ingin memberimu sedikit nasehat, itulah
sebabnya aku mengirimkan ini malam hari bukannya dengan pos pagi yang biasa. Harapanku, kau akan bisa
membaca ini jauh-jauh dari mata yang mengintip dan menghindari pertanyaan-pertanyaan tidak mengenakkan.
Dari sesuatu yang terceplos oleh Menteri ketika memberitahuku kau sekarang seorang prefek, kudapati bahwa
kau masih sering berjumpa dengan Harry Potter. Aku harus memberitahumu, Ron, bahwa tak ada apapun yang bisa
menempatkanmu dalam bahaya kehilangan lencanamu lebih daripada persahabatan yang diteruskan dengan anak
itu. Ya, aku yakin kau terkejut mendengar ini -- tidak diragukan lagi kau akan bilang bahwa Potter selalu menjadi
anak kesayangan Dumbledore -- tapi aku merasa harus memberitahumu bahwa Dumbledore mungkin tidak akan
memimpin Hogwarts lebih lama lagi dan orang-orang yang penting memiliki pandangan lain -- dan mungkin lebih
akurat -- mengenai perilaku Potter. Aku tidak akan mengatakan lebih banyak lagi di sini, tapi kalau kau baca di
Daily Prophet besok kau akan dapat gagasan bagus mengenai arah tiupan angin -dan lihat apakah kau bisa
menemukan arah anginmu! Serius, Ron, kau tidak mau dikelompokkan bersama dengan Potter, bisa sangat merusak prospek masa depanmu,
dan aku membicarakan tentang kehidupan sehabis sekolah juga. Sep
erti yang pasti kau sadari, mengingat ayah kita
mengantarnya ke sidang, Potter mengikuti dengar pendapat kedisiplinan musim panas ini di depan seluruh
Wizengamot dan dia tidak lolos dengan tampang terlalu bagus. Dia lolos hanya karena soal teknis, kalau kau tanya
aku, dan banyak orang yang telah berbicara denganku tetap yakin akan kesalahannya.
Mungkin kau takut putus hubungan dengan Potter -- aku tahu dia bisa jadi tidak seimbang dan, sejauh yang
kutahu, bengis -- tapi kalau kau punya kekhawatiran apapun mengenai ini, atau telah menemukan hal lain dalam
perilaku Potter yang menyusahkanmu, kudorong kamu untuk berbicara kepada Dolores Umbridge, seorang wanita
yang sangat menyenangkan yang kutahu hanya akan senang sekali untuk memberimu nasehat.
Ini membawaku pada nasehatku yang lain. Seperti yang telah kuisyaratkan di atas, rezim Dumbledore di
Hogwarts mungkin akan segera berakhir. Kesetiaanmu, Ron, seharusnya tidak kepada dia, tetapi kepada sekolah
dan Kementerian. Aku sangat menyesal mendengar bahwa, sejauh ini, Profesor Umbridge menghadapi kerja sama
yang sangat sedikit dari para staf sementara dia berjuang untuk membuat perubahan-perubahan yang dibutuhkan itu
di dalam Hogwarts yang sangat diinginkan Menteri (walaupun dia seharusnya akan mendapati hal ini lebih mudah
semenjak minggu depan -- sekali lagi, baca Daily Prophet besok!). Aku hanya akan mengatakan ini -- seorang murid
yang memperlihatkan dirinya bersedia membantu Profesor Umbridge sekarang mungkin akan mendapat tempat
sepantasnya menjadi Ketua Murid dalam beberapa tahun!
Aku menyesal aku tidak dapat bertemu denganmu lebih sering di musim panas. Menyakitkan bagiku untuk
mengkritik orang tua kita, tapi aku takut aku tidak bisa lagi tinggal di bawah atap mereka sementara mereka terus
berkumpul dengan kerumunan berbahaya di sekitar Dumbledore. (Kalau kau menulis surat kepada Ibu kapanpun,
kau bisa memberitahunya bahwa seorang Sturgis Podmore tertentu, yang merupakan teman akrab Dumbledore,
baru-baru ini telah dikirim ke Azkaban karena masuk tanpa izin ke Kementerian. Mungkin itu akan membuka
mata mereka akan jenis kriminal rendahan yang dekat dengan mereka sekarang ini.) Aku menganggap diriku sendiri
beruntung karena lolos dari noda pergaulan dengan orang-orang seperti ini -Menteri tidak bisa lebih ramah lagi
kepadaku -- dan aku berharap, Ron, bahwa kau juga tidak akan membiarkan ikatan keluarga membutakanmu
pada keyakinan dan tindakan orang tua kita yang salah arah. Aku setulusnya berharap bahwa, bila waktunya tiba,
mereka akan menyadari betapa salahnya mereka dan aku akan, tentu saja, siap menerima permintaan maaf penuh
ketika hari itu tiba. Tolong pikirkan apa yang baru saja kukatakan dengan sangat hati-hati, khususnya yang mengenai Harry Potter,
dan selamat lagi atas pengangkatanmu menjadi prefek.
Kakakmu, Percy Harry memandang Ron. "Well," katanya, mencoba terdengar seolah-olah dia menganggap semua itu lelucon, "kalau kau mau -- er -- apa itu"" -- dia memeriksa surat Percy -- "Oh yeah -- "putus hubungan" denganku, aku bersumpah aku tidak akan menjadi bengis."
"Kembalikan itu," kata Ron sambil mengulurkan tangannya. "Dia -- " Ron berkata dengan tersentak, sambil merobek surat Percy menjadi setengah bagian "orang -- " dia merobeknya menjadi seperempat "terbrengsek -- " dia merobeknya menjadi seperdelapan "di dunia." Dia melemparkan potongan-potongan itu ke dalam api.
"Ayolah, kita harus menyelesaikan ini sebelum fajar," katanya dengan cepat kepada Harry, sambil menarik esai Profesor Sinistra kembali ke hadapannya.
Hermione sedang memandangi Ron dengan ekspresi aneh di wajahnya.
"Oh, berikan kemari," katanya mendadak.
"Apa"" kata Ron.
"Berikan kepadaku, aku akan memeriksanya dan mengoreksinya," katanya.
"Apakah kau serius" Ah -- Hermione, kau penyelamat hidupku," kata Ron, "apa yang bisa aku -- "
"Yang bisa kaukatakan adalah, "Kami berjanji kami tidak akan membiarkan peer kami sampai selambat ini lagi,"" katanya sambil mengulurkan kedua tangan untuk mengambil esai mereka, tapi dia terlihat agak terhibur juga.
"Sejuta terima kasih, Hermione," kata Harry dengan l
emah, sambil menyerahkan esainya dan terbenam kembali ke dalam kursi berlengannya sambil menggosok matanya.
Sekarang sudah lewat tengah malam dan ruang duduk sudah ditinggalkan semua orang kecuali mereka bertiga dan Crookshanks. Satu-satunya suara yang ada hanyalah pena bulu Hermione yang mencoretkan kalimat di sana-sini di esai mereka dan kelepak halaman-halaman buku ketika dia memeriksa fakta-fakta di dalam buku-buku referensi yang bertebaran di meja. Harry sangat letih. Dia juga merasakan perasaan aneh, memuakkan, hampa dalam perutnya yang tidak berhubungan dengan keletihannya dan berhubungan sekali dengan surat yang sekarang bergelung hitam di tengah api.
Dia tahu bahwa setengah dari orang-orang di dalam Hogwarts mengiranya aneh, bahkan gila; dia tahu bahwa Daily Prophet telah membuat sindiran menghina kepadanya selama berbulan-bulan, tetapi ada sesuatu mengenai melihatnya tertulis seperti itu dalam tulisan Percy, mengenai mengetahui bahwa Percy menasehati Ron untuk tidak berhubungan dengannya dan bahkan menceritakan kisah-kisah mengenai dia kepada Umbridge, itu membuat situasinya nyata baginya yang tidak bisa dilakukan hal lain. Dia sudah mengenal Percy selama empat tahun, telah tinggal di rumahnya sepanjang liburan musim panas, berbagi tenda dengannya selama Piala Dunia Quidditch, bahkan telah dihadiahkan nilai penuh darinya di tugas kedua dari Turnamen Triwizard tahun lalu, tetapi sekarang, Percy menganggapnya tidak seimbang dan mungkin bengis.
Dan sekarang dengan serbuan simpati kepada ayah angkatnya, Harry berpikir Sirius mungkin satu-satunya orang yang dikenalnya yang bisa benar-benar mengerti bagaimana perasaannya saat itu, karena Sirius berada dalam situasi yang sama. Hampir semua orang dalam dunia sihir mengira Sirius seorang pembunuh berbahaya dan pendukung besar Voldemort dan dia harus hidup dengan pengetahuan itu selama empat belas tahun ...
Harry berkedip. Dia baru saja melihat sesuatu di dalam api yang tidak mungkin berada di sana. Benda itu telah tampak dan menghilang dengan segera. Tidak ... tidak mungkin ... dia telah membayangkannya karena dia baru saja memikirkan Sirius ...
"OK, tulis itu," Hermione berkata kepada Ron, sambil mendorong esainya dan sehelai perkamen yang penuh tulisannya sendiri kepada Ron, "lalu tambahkan kesimpulan yang telah kutuliskan untukmu."
"Hermione, sejujurnya kau orang paling menakjubkan yang pernah kutemui," kata Ron dengan lemah, "dan kalau aku pernah kasar kepadamu lagi -- "
"-- aku akan tahu kau sudah kembali normal," kata Hermione. "Harry, esaimu OK kecuali yang sedikit ini di akhir, kukira kau pasti salah mendengar ucapan Profesor
Sinistra, Europa tertutup es, bukan tikus -- Harry""
Harry telah meluncur turun dari kursinya bertumpu pada lututnya dan sekarang sedang berjongkok di permadani yang gosong dan tipis, menatap ke dalam api.
"Er -- Harry"" kata Ron dengan tidak yakin. "Kenapa kau di bawah sana""
"Karena aku baru saja melihat kepala Sirius di dalam api," kata Harry.
Dia berbicara dengan tenang; lagipula, dia telah melihat kepala Sirius di api yang sama ini tahun sebelumnya dan berbicaranya dengannya juga; walau begitu, dia tidak bisa yakin bahwa dia benar-benar melihatnya kali ini ... kepala itu telah menghilang begitu cepat ...
"Kepala Sirius"" Hermione mengulangi. "Maksudmu seperti ketika dia mau berbicara kepadamu selama Turnamen Triwizard" Tapi dia tidak akan melakukan itu sekarang, itu akan terlalu Sirius!"
Dia menarik napas cepat, sambil menatap ke api; Ron menjatuhkan pena bulunya. Di sana di tengah nyala api yang menari-nari ada kepala Sirius, rambut panjang gelap berjatuhan di sekitar wajahnya yang menyengir.
"Aku mulai mengira kalian akan pergi tidur sebelum semua orang lainnya menghilang," katanya. "Aku telah memeriksa setiap jam.
"Kau telah muncul ke dalam api setiap jam"" Harry berkata, setengah tertawa.
"Hanya selama beberapa detik untuk memeriksa apakah keadaan aman."
"Tapi bagaimana kalau kau terlihat"" kata Hermione dengan cemas.
"Well, kukira seorang anak perempuan -- kelas satu, dari tampangnya -- mungkin melihatku sekilas, tapi jangan khawa
tir" Sirius berkata dengan buru-buru, ketika Hermione mengatupkan tangan ke mulutnya, "Aku sudah pergi saat dia memandang balik kepadaku dan aku bertaruh dia cuma mengira aku batang kayu yang berbentuk aneh atau apapun."
"Tapi, Sirius, ini mengambil resiko besar --"" Hermione mulai.
"Kau terdengar seperti Molly," kata Sirius. "Ini satu-satunya cara yang bisa kudapat untuk menjawab surat Harry tanpa menggunakan kode -- dan kode bisa dipecahkan."
Ketika menyebut surat Harry, Hermione dan Ron berpaling kepadanya.
"Kau tidak bilang kau menulis surat kepada Sirius!" kata Hermione menuduh.
"Aku lupa," kata Harry, yang memang benar; pertemuannya dengan Cho di Kandang Burung Hantu telah mengenyahkan semua hal sebelumnya keluar dari pikirannya. "Jangan melihat kepadaku seperti itu, Hermione, tidak mungkin seseorang mendapatkan informasi rahasian darinya, benar bukan, Sirius""
"Tidak, sangat bagus," kata Sirius, sambil tersenyum. "Ngomong-ngomong, kita sebaiknya bergegas, kalau-kalau kita diganggu -- bekas lukamu."
"Bagaimana dengan --"" Ron mulai, tetapi Hermione menyelanya. "Kami akan memberitahumu nanti. Teruskan, Sirius."
"Well, aku tahu tidak menyenangkan ketika sakit, tapi kami tidak mengira ada yang patut dikhawatirkan. Bekas lukamu terus sakit sepanjang tahun lalu, bukan""
"Yeah, dan Dumbledore bilang terjadi kapanpun Voldemort merasakan emosi yang kuat," kata Harry, sambil mengabaikan, seperti biasa, kerenyit di wajah Ron dan Hermione. "Jadi mungkin dia hanya, aku tak tahu, benar-benar marah atau apapun malam aku melewati detensi itu."
"Well, sekarang setelah dia kembali pasti akan lebih sering sakit," kata Sirius.
"Jadi menurutmu tidak berhubungan dengan Umbridge menyentuhku ketika aku dalam detensi bersamanya"" Harry bertanya.
"Aku meragukan itu," kata Sirius. "Aku kenal reputasinya dan aku yakin dia bukan Pelahap Maut -- "
"Dia cukup jahat untuk jadi satu," kata Harry dengan muram, dan Ron dan Hermione mengangguk kuat-kuat menyetujui.
"Ya, tapi dunia ini tidak terbagi ke dalam orang baik dan para Pelahap Maut," kata Sirius dengan senyum masam. "Walalupun aku tahu dia tidak menyenangkan -- kau seharusnya mendengar Remus berbicara mengenai dia."
"Apakah Lupin kenal dia"" kata Harry cepat-cepat, teringat komentar Umbridge mengenai keturunan campuran yang berbahaya dalam pelajaran pertamanya.
"Tidak," kata Sirius, "tetapi dia mengusulkan undang-undang anti manusia serigala dua tahun yang lalu yang membuatnya hampir tidak mungkin mendapatkan pekerjaan."
Harry teringat betapa lebih kusamnya Lupin terlihat akhir-akhir ini dan ketidaksukaannya pada Umbridge lebih mendalam lagi.
"Ada apa antara dia dan manusia serigala"" kata Hermione dengan marah.
"Kukira takut pada mereka," kata Sirius, sambil tersenyum melihat kemarahannya. "Tampaknya dia membenci setengah manusia; dia juga berkampanye agar para manusia duyung dikumpulkan dan diberi tanda pengenal tahun lalu. Bayangkan memboroskan waktu dan energimu menyiksa para manusia duyung ketika ada kain rombeng seperti Kreacher yang berkeliaran."
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ron tertawa tetapi Hermione tampak tidak senang.
"Sirius!" katanya dengan mencela. "Jujur saja, kalau kau membuat usaha dengan Kreacher, aku yakin dia akan menanggapi. Lagipula, kau satu-satunay anggota keluarga yang dimilikinya, dan Profesor Dumbledore berkata -- "
"Jadi, seperti apa pelajaran Umbridge"" Sirius menyela. "Apakah dia melatih kalian semua unutk membunuh keturunan campuran""
"Tidak," kata Harry, sambil mengabaikan pandangan tersinggung Hermione karena pembelaannya untuk Kreacher dipotong. "Dia tidak membolehkan kami menggunakan sihir sama sekali!"
"Yang kami lakukan hanyalah membaca buku pegangan bodoh itu," kata Ron.
"Ah, well, itu jelas," kata Sirius. "Informasi kami dari dalam Kementerian adalah bahwa Fudge tidak mau kalian terlatih untuk pertarungan."
"Terlatih untuk pertarungan!" ulang Harry dengan tidak percaya. "Dikiranya apa yang kami lakukan di sini, membentuk semacam tentara sihir""
"Itulah persisnya apa yang dikiranya sedang kalian lakukan," kata Sirius, "atau, lebih tepatnya, itulah persisnya yang ditakutkannya sedan
g dilakukan Dumbledore -membentuk tentara pribadinya sendiri, sehingga dia akan bisa mengalahkan Kementerian Sihir."
Ada jeda akibat hal ini, lalu Ron berkata, "Itu hal terbodoh yang pernah kudengar, termasuk semua hal yang dikeluarkan Luna Lovegood."
"Jadi kami dilarang belajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam karena Fudge takut kami akan menggunakan mantera-mantera itu melawan Kementerian"" kata Hermione, terlihat marah.
"Yep," kata Sirius. "Fudge mengira Dumbledore tidak akan berhenti demi apapun untuk merebut kekuasaan. Dia menjadi semakin paranoid tentang Dumbledore semakin hari. Cuma masalah waktu sebelum dia menyuruh Dumbledore ditangkap atas tuduhan yang dibuat-buat."
Ini mengingatkan Harry pada surat Percy.
"Tahukah kau kalau akan ada sesuatu mengenai Dumbledore di Daily Prophet besok" Kakak Ron Percy berpendapat akan ada -- "
"Aku tidak tahu," kata Sirius, "Aku belum bertemu siapapun dari Order sepanjang akhir pekan, mereka semua sibuk. Cuma Kreacher dan aku di sini."
Ada nada getir yang nyata dalam suara Sirius.
"Jadi kamu juga belum mendapat kabar apapun tentang Hagrid""
"Ah kata Sirius, "well, dia seharusnya sudah kembali sekarang, tak ada yang yakin apa yang telah menimpanya." Lalu, melihat wajah terpukul mereka, dia
menambahkan cepat-cepat, "Tapi Dumbledore tidak khawatir, jadi kalian bertiga jangan khawatir; aku yakin Hagrid baik-baik saja."
"Tapi kalau dia seharusnya sudah kembali sekarang kata Hermione dengan suara kecil dan cemas.
"Madame Maxime bersamanya, kami sudah berhubungan dengan dia dan katanya mereka berpisah dalam perjalanan pulang -- tapi tidak ada apapun yang menandakan dia terluka atau -- well, tak ada apapun yang menandakan dia tidak baik-baik saja."
Tidak yakin, Harry, Ron dan Hermione saling pandang dengan cemas.
"Dengar, jangan terlalu banyak bertanya mengenai Hagrid," kata Sirius dengan cepat, "cuma akan menarik lebih banyak perhatian pada kenyataan bahwa dia belum kembali dan aku tahu Dumbledore tidak mau itu. Hagrid kuat, dia akan baik-baik saja." Dan ketika mereka tidak tampak terhibur, Sirius menambahkan, "Ngomong-ngomong, kapan akhir pekan Hogsmeade kalian" Aku berpikir, kita lolos dengan samaran anjing di stasiun, bukan" Kukira aku bisa -- "
"TIDAK!" kata Harry dan Hermione bersama-sama, dengan sangat keras.
"Sirius, apakah kau membaca Daily Prophet"" kata Hermione dengan cemas.
"Oh, itu," kata Sirius sambil nyengir, "mereka selalu menebak-nebak di mana aku berada, mereka tidak punya satu pun petunjuk -- "
"Yeah, tapi kami kira kali ini mereka punya," kata Harry. "Sesuatu yang dikatakan Malfoy di kereta api membuat kami mengira dia tahu itu kau, dan ayahnya ada di peron, Sirius -- kau tahu, Lucius Malfoy -- jadi jangan datang ke sini, apapun yang kau lakukan. Kalau Malfoy mengenali kamu lagi -- "
"Baiklah, baiklah, aku dapat intinya," kata Sirius. Dia terlihat sangat tidak senang. "Cuma sebuah ide, kukira kau mungkin mau berkumpul."
"Aku mau, aku hanya tidak mau kau tertangkap kembali ke Azkaban!" kata Harry.
Ada jeda sementara Sirius memandang dari api kepada Harry dengan garis di antara matanya yang cekung.
"Kau lebih tidak mirip ayahmu dari yang kukira," akhirnya dia berkata, dengan nada dingin nyata dalam suaranya. "Resiko yang akan membuatnya menyenangkan bagi James."
"Lihat --" "Well, sebaiknya aku pergi, aku bisa mendengar Kreacher menuruni tangga," kata Sirius, tetapi Harry yakin dia sedang berbohong. "Kalau begitu, aku akan menulis surat kepadamu memberitahumu kapan aku bisa kembali ke api" Kalau kau bisa mengambil resiko""
Ada bunyi pop kecil, dan di tempat yang tadinya terdapat kepala Sirius nyala api berkelap-kelip sekali lagi.
BAB LIMA BELAS Penyelidik Tinggi Hogwarts
Mereka telah berharap untuk memeriksa Daily Prophet Hermione dengan teliti pagi berikutnya untuk mencari artikel yang disebut Percy dalam suratnya. Akan tetapi, burung hantu pengantar yang berangkat pergi baru saja menyenggol puncak kendi susu ketika Hermione mengeluarkan napas tertahan dan meratakan surat kabar itu untuk memperlihatkan sebuah foto besar Dolores Umbridge, yang sedang tersenyum lebar da
n berkedip pelan kepada mereka dari balik judul berita.
KEMENTERIAN MENGINGINKAN REFORMASI PENDIDIKAN
DOLORES UMBRIDGE DIANGKAT
PENYELIDIK TINGGI PERTAMA KALINYA
"Umbridge "Penyelidik Tinggi""" kata Harry murung, potongan roti panggangnya yang termakan setengah meluncur dari jari-jarinya. "Apa artinya itu:""
Hermione membaca keras-keras:
"Dengan langkah mengejutkan kemarin malam, Kementerian Sihir mengesahkan undang-undang baru yang
memberinya tingkat pengendalian yang belum pernah dimilikinya sebelumnya di Sekolah Sihir Hogwarts.
""Kementerian telah menjadi tidak tenang karena hal-hal yang berlangsung di Hogwarts beberapa waktu ini," kata
Asisten junior untuk Menteri, Percy Weasley. "Beliau sekarang menanggapi kekhawatiran yang disuarakan oleh para
orang tua murid yang cemas, yang merasa sekolah itu mungkin sedang bergeser ke arah yang tidak mereka setujui."
"Ini bukan pertama kalinya dalam minggu-minggu belakangan ini Menteri, Cornelius Fudge, menggunakan hukum
untuk mengadakan perbaikan di sekolah sihir tersebut. Tertanggal 30 Agustus lalu, Dekrit Pendidikan Nomor
Dua Puluh Dua disahkan, untuk menjamin bahwa, dalam kejadian di mana Kepala Sekolah sekarang tidak
mampu menyediakan kandidat untuk pos pengajaran, Kementerian harus memilih orang yang tepat. ""Begitulah
caranya Dolores Umbridge ditunjuk sebagai staf pengajar di Hogwarts," kata Weasley tadi malam. "Dumbledore
tidak bisa menemukan siapapun jadi Menteri memasukkan Umbridge, dan tentu saja, dia telah menjadi sebuah
keberhasilan serta merta "Dia telah menjadi APA"" kata Harry keras-keras. "Tunggu, ada lagi," kata Hermione dengan murung.
sebuah keberhasilan serta merta, benar-benar merevolusi pengajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam dan
menyediakan umpan balik dari lapangan kepada Kementerian mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi di
Hogwarts." "Adalah fungsi terakhir yang sekarang telah diformalisasi Kementerian dengan disahkannya Dekrit Pendidikan
Nomor Dua Puluh Tiga, yang menciptakan kedudukan baru yakni Penyelidik Tinggi Hogwarts.
""Ini adalah fase baru yang menggembirakan dalam rencana Kementerian untuk mengendalikan apa yang disebut
beberapa orang sebagai standar yang jatuh di Hogwarts," kata Weasley. "Penyelidik akan memiliki kekuasaan
untuk menginspeksi para pendidik sejawatnya dan meyakinkan bahwa mereka cukup kompeten. Profesor Umbridge
telah ditawari kedudukan ini sebagai tambahan pada pos pengajarannya sendiri dan kami senang mengatakan
bahwa beliau telah menerimanya."
"Langkah baru Kementerian telah menerima dukungan antusias dari para orang tua murid di Hogwarts. "Aku
merasa jauh lebih tenang sekarang setelah aku tahu Dumbledore akan menjalani evaluasi yang adil dan obyektif,"
kata Mr Lucius Malfoy, 41, yang berbicara dari rumah besarnya di Wiltshire tadi malam. "Banyak dari kami yang
menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kami khawatir mengenai beberapa keputusan Dumbledore yang
eksentrik dalam beberapa tahun terakhir ini dan merasa senang mengetahui bahwa Kementerian sedang mengawasi
situasi tersebut." "Di antara keputusan-keputusan eksentrik tersebut tanpa diragukan lagi adalah penunjukan staf kontroversial
yang telah digambarkan dalam surat kabar ini sebelumnya, yang melibatkan pemekerjaan manusia serigala Remus
Lupin, setengah raksasa Rubeus Hagrid dan mantan Auror yang suka berkhayal,
"Mad-Eye" Moody.
"Rumor berkembang, tentu saja, bahwa Albus Dumbledore, yang pernah menjadi Supreme Mugwump dari
Konfederasi Penyihir Internasional dan Ketua Penyihir di Wizengamot, tidak lagi mampu menerima tugas mengelola
sekolah Hogwarts yang bergengsi.
""Kukira penunjukkan Penyelidik merupakan langkah pertama untuk menjamin Hogwarts memiliki seorang
kepala sekolah yang bisa kita berikan kepercayaan penuh kita," kata orang dalam Kementerian kemarin malam.
"Tetua Wizengamot Griselda Marchbanks dan Tiberius Ogden telah mengundurkan diri sebagai protes atas
pengenalan pos Penyelidik ke Hogwarts.
""Hogwarts adalah sebuah sekolah, bukan pos terdepan dari kantor Cornelius Fudge," kata Madam
Marchbanks. "Ini adalah usaha lebih lanjut yang menjijikkan untuk
mendiskreditkan Albus Dumbledore."
"(Untuk cerita lengkap tentang hubungan yang diduga keras terdapat antara Madam Marchbanks dengan
kelompok-kelompok goblin subversif, balik ke halaman tujuh belas.)"
Hermione selesai membaca dan memandang ke seberang meja kepada mereka berdua.
"Jadi sekarang kita tahu bagaimana kita mendapatkan Umbridge! Fudge mengesahkan "Dekrit Pendidikan" ini dan memaksakannya kepada kita! Dan sekarang dia telah memberinya kekuasaan untuk menginspeksi guru-guru yang lain!" Hermione sedang bernapas cepat dan matanya berkilat terang. "Aku tidak bisa mempercayai ini. Keterlaluan!"
"Aku tahu," kata Harry. Dia memandangi tangan kanannya, yang tercengkeram ke puncak meja, dan melihat garis luar putih samar dari kata-kata yang telah dipaksa Umbridge untuk disayatkannya ke kulitnya.
Tetapi sebuah seringai terbentang di wajah Ron.
"Apa"" kata Harry dan Hermione bersama-sama, sambil menatapnya.
"Oh, aku tak sabar menunggu untuk melihat McGonagall diinspeksi," kata Ron dengan gembira. "Umbridge tidak akan tahu apa yang menimpanya."
"Well, ayolah," kata Hermione sambil melompat bangkit, "kita sebaiknya bergegas, kalau dia akan menginspeksi kelas Binns kita tidak mau terlambat ... "
Tetapi Profesor Umbridge tidak menginspeksi pelajaran Sejarah Sihir mereka, yang sama membosankannya seperti Senin lalu, dia juga tidak berada di ruang bawah tanah Snape ketika mereka tiba untuk Ramuan ganda, di mana esai batu bulan Harry diserahkan kembali kepadanya dengan huruf "D" hitam runcing besar tercoret di sudut atasnya.
"Aku telah memberikan kepada kalian nilai-nilai yang akan kalian terima kalau kalian menyerahkan pekerjaan ini di OWL kalian," kata Snape dengan senyum menyeringai, ketika dia berjalan di antara mereka, membagikan kembali pekerjaan rumah mereka. "Ini seharusnya memberi kalian gagasan realistis atas apa yang bisa diharapkan dalam ujian."
Snape mencapai bagian depan kelas dan berbalik menghadap mereka.
"Standar umum dari pekerjaan rumah ini tidak kepalang. Sebagian besar dari kalian akan gagal kalau ini ujian kalian. Aku berharap melihat lebih banyak usaha untuk esai
minggu ini mengenai berbagai varietas penawar racun, atau aku akan mulai memberikan detensi kepada orang-orang bodoh yang mendapatkan "D""
Dia tersenyum menyeringai sementara Malfoy terkikik-kikik dan berkata dengan bisikan yang terdengar, "Beberapa orang dapat "D"" Ha!"
Harry sadar bahwa Hermione sedang memandang ke samping untuk melihat nilai apa yang diterimanya; dia menyelipkan esai batu bulannya kembali ke dalam tasnya secepat mungkin, merasa bahwa dia lebih suka menjaga informasi itu tetap pribadi.
Bertekad tidak akan memberikan Snape alasan untuk menggagalkannya pada pelajaran ini, Harry membaca dan membaca ulang setiap baris instruksi di papan tulis setidaknya tiga kali sebelum melaksanakannya. Larutan Penguatnya tidak persis berwarna biru kehijauan cerah seperti milik Hermione tetapi setidaknya berwarna biru bukannya merah muda, seperti milik Neville, dan dia mengantarkan setabung larutan itu ke meja tulis Snape di akhir pelajaran dengan perasaan campur aduk antara menantang dan lega.
"Well, tidak seburuk minggu lalu, bukan"" kata Hermione, ketika mereka menaiki tangga keluar dari ruang bawah tanah itu dan menyeberangi Aula Depan menuju makan siang. "Dan pekerjaan rumah itu tidak terlalu buruk juga, bukan""
Ketika Ron maupun Harry tidak menjawab, dia menekan terus, "Maksudku, baiklah, aku tidak mengharapkan nilai tertinggi, tidak kalau dia menilainya dengan standar OWL, tetapi lulus saja cukup membesarkan hati pada tahap ini, bukankah menurut kalian begitu""
Harry mengeluarkan suara tidak jelas dari tenggorokannya.
"Tentu saja, banyak yang bisa terjadi antara sekarang dengan ujian, kita punya banyak waktu untuk memperbaiki, tetapi nilai-nilai yang kita peroleh sekarang semacam garis dasar, bukan begitu" Sesuatu yang bisa kita bangun
Mereka duduk bersama di meja Gryffindor.
"Terang saja, aku akan sangat senang kalau aku dapat "O" --"
"Hermione," kata Ron dengan tajam, "kalau kau ingin tahu nilai apa yang kami dapatkan, tanya."
"Aku tidak -- aku tidak bermaksud -- well, kalau kalian mau memberitahuku -- "
"Aku dapat "P"," kata Ron, sambil menyendokkan sup ke mangkoknya. "Senang""
"Well, tak perlu merasa malu atas apapun," kata Fred, yang baru saja tiba di meja dengan George dan Lee Jordan dan duduk di sebelah kanan Harry. "Tak ada yang salah dengan nilai "P" sehat."
"Tapi," kata Hermione, "bukankah "P" singkatan dari
""Poor" (buruk), yeah," kata Lee Jordan. "Tapi masih lebih baik daripada "D", "kan" "Dreadful" (mengerikan)""
Harry merasa wajahnya menjadi hangat dan pura-pura batuk kecil akibat roti gulungnya. Ketika dia keluar dari batuk-batuk ini dia menyesal mengetahui bahwa Hermione masih terus membicarakan nilai-nilai OWL.
"Jadi nilai tertinggi "O" untuk "Outstanding" (luar biasa)," dia sedang berkata, "dan
lalu ada "A" -- "
"Bukan, "E"," George mengoreksi dia, ""E" untuk "Exceeds Expectations" (melebihi harapan). Dan aku selalu berpikir Fred dan aku seharusnya mendapat "E" dalam semua hal, karena kami melebihi harapan hanya dengan muncul di saat ujian."
Mereka semua tertawa kecuali Hermione, yang meneruskan, "Jadi, setelah "E" ada "A" untuk "Acceptable" (dapat diterima), dan itu nilai lulus terakhir, bukan""
"Yep," kata Fred sambil mencelupkan sebuah roti ke supnya, memindahkannya ke mulutnya dan menelannya utuh.
"Lalu kau mendapat "P" untuk "Poor" --" Ron mengangkat kedua lengannya dengan tiruan perayaan "-- dan "D" untuk "Dreadful" (mengerikan)."
"Dan kemudian "T"," George mengingatkan dia.
""T""" tanya Hermione, terlihat terkejut. "Bahkan lebih rendah daripada "D"" Apa kepanjangan dari "T" --""
""Troll"," kata George cepat.
Harry tertawa lagi, walaupun dia tidak yakin apakah George sedang bercanda atau tidak. Dia membayangkan mencoba menyembunyikan dari Hermione bahwa dia telah mendapat "T" di semua OWLnya dan segera bertekad untuk bekerja lebih keras mulai sekarang.
"Kalian sudah ada pelajaran yang diinspeksi"" Fred bertanya kepada mereka. "Tidak," kata Hermione seketika. "Kalian""
"Baru saja, sebelum makan siang," kata George. "Jimat dan Guna-Guna." "Seperti apa"" Harry dan Hermione bertanya serempak. Fred mengangkat bahu.
"Tidak seburuk itu. Umbridge cuma bersembunyi di sudut sambil mencatat di papan jepit. Kalian tahu seperti apa Flitwick, dia memperlakukannya seperti seorang tamu, tidak tampak terganggu sama sekali. Umbridge tidak mengatakan banyak. Menanyai Alicia beberapa pertanyaan mengenai seperti apa biasanya kelas itu, Alicia memberitahunya benar-benar bagus, itu saja."
"Aku tidak bisa melihat Flitwick tua mendapat nilai jelek," kata George, "dia biasanya membimbing semua orang melewati ujian mereka dengan baik."
"Siapa yang kalian dapat sore ini"" Fred bertanya kepada Harry.
"Trelawney -- "
"Nilai "T" kalau pernah kulihat satu." "-- dan Umbridge sendiri."
"Well, jadi anak baik dan jaga amarahmu dengan Umbridge hari ini," kata George. "Angelina akan jadi gila kalau kau ketinggalan latihan Quidditch lagi."
Tetapi Harry tidak harus menunggu Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam untuk berjumpa dengan Profesor Umbridge. Dia sedang menarik keluar diari mimpinya dalam tempat duduk di bagian paling belakang ruangan Ramalan yang diliputi bayang-bayang ketika Ron menyikunya di tulang iga dan, ketika memandang sekeliling, dia melihat Profesor Umbridge muncul dari pintu jebakan di lantai. Kelas itu, yang tadinya sedang berbicara dengan riang terdiam seketika. Turunnya tingkat kebisingan yang mendadak membuat Profesor Trelawney, yang telah menunggu untuk membagikan salinan Ramalan Mimpi, memandang sekeliling.
"Selamat sore, Profesor Trelawney," kata Profesor Umbridge dengan senyum lebarnya. "Saya yakin Anda telah menerima catatan saya" Memberi waktu dan tanggal inspeksi Anda""
Profesor Trelawney mengangguk dengan kaku dan, terlihat sangat tidak puas, memalingkan punggungnya kepada Profesor Umbridge dan melanjutkan membagikan buku-buku. Masih tersenyum, Profesor Umbridge meraih punggung kursi berlengan terdekat dan menariknya ke depan kelas sehingga berada beberapa inci di belakang tempat duduk Profesor Trelawney. Dia lalu duduk, mengambil papan jepitnya dar
i tas bunga-bunganya dan mellihat ke atas dengan harapan, menunggu kelas dimulai.
Profesor Trelawney menarik syalnya ketat melingkupi dirinya dengan tangan-tangan yang sedikit gemetar dan meneliti kelas itu melalui kacamata besarnya yang memiliki lensa-lensa pembesar.
"Kita akan meneruskan pelajaran kita mengenai mimpi-mimpi yang bersifat ramalan hari ini," katanya dengan usaha berani dengan nada mistiknya yang biasa, walaupun suaranya bergetar sedikit. "Tolong berpencar menjadi pasangan-pasangan, dan interpretasikan penglihatan waktu malam terakhir satu sama lain dengan bantuan buku Ramalan."
Dia bertindak seolah-olah akan berjalan balik ke tempat duduknya, melihaqt Profesor Umbridge duduk tepat di sampingnya, dan segera membelok tajam ke kiri menuju Parvati dan Lavender, yang telah memulai diskusi mendalam mengenai mimpi terbaru Parvati.
Harry membuka salinan Ramalan Mimpinya, sambil mengamati Umbridge dengan sembunyi-sembunyi. Dia telah mencatat di papan jepitnya. Setelah beberapa menit dia bangkit dan mulai berjalan bolak balik di dalam ruangan itu mengikuti Trelawney, sambil mendengarkan percakapannya dengan para murid dan mengajukan pertanyaan di sana-sini. Harry membungkukkan kepalanya cepat-cepat ke bukunya.
"Pikirkan sebuah mimpi, cepat," dia menyuruh Ron, "kalau-kalau katak tua itu datang ke tempat kita."
"Aku sudah melakukannya terakhir kali," Ron protes, "sekarang giliranmu, kau beritahu aku sekali."
"Oh, aku tak tahu kata Harry dengan putus asa, yang tidak bisa mengingat telah memimpikan apapun sama sekali beberapa hari terakhir ini. "Katakanlah aku mimpi aku ... menenggelamkan Snape dalam kualiku. Yeah, itu bisa
Ron terkekeh-kekeh selagi dia membuka Ramalan Mimpinya.
"OK, kita harus menambahkan umurmu dengan tanggal kau dapat mimpi itu, jumlah huruf-huruf dalam subyek itu ... apakah "tenggelam" atau "kuali" atau
"Snape"""
"Tidak masalah, pilih apa saja," kata Harry, sambil mencuri pandang ke belakangnya. Profesor Umbridge sekarang sedang berdiri dekat bahu Profesor Trelawney sambil mencatat sementara guru Ramalan itu menanyai Neville mengenai diari mimpinya.
"Malam apa kamu memimpikan ini lagi"" Ron berkata, terbenam dalam perhitungan.
"Aku tidak tahu, kemarin malam, kapanpun kau suka," Harry memberitahunya, sambil memcoba mendengarkan apa yang sedang dikatakan Umbridge kepada Profesor Trelawney. Mereka hanya satu meja jauhnya dari dia dan Ron sekarang. Profesor Umbridge sedang mencatat lagi ke papan jepitnya dan Profesor Trelawney terlihat sangat gelisah.
Susuk Ratu Setan 2 Jodoh Rajawali 03 Ratu Kembang Mayat Tokoh Dari Masa Silam 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama