Ceritasilat Novel Online

The Order Of Phoenix 7

Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 7


"Sekarang," kata Umbridge, sambil memandang Trelawney, "Anda telah berada dalam pos ini berapa lama, tepatnya""
Profesor Trelawney cemberut kepadanya, dengan lengan disilang dan bahu dibungkukkan seakan-akan ingin melindungi dirinya sebaik mungkin dari penghinaan berupa inspeksi ini. Setelah jeda sebentar di mana dia tampaknya memutuskan bahwa pertanyaan itu tidak menghina sehingga dia bisa mempunyai alasan untuk mengabaikannya, dia berkata dengan nada yang penuh kebencian, "Hampir enam belas tahun."
"Cukup lama," kata Profesor Umbridge, sambil mencatat ke papan jepitnya. "Jadi, Profesor Dumbledore yang menunjuk Anda""
"Itu benar," kata Profesor Trelawney singkat. Profesor Umbridge mencatat lagi.
"Dan Anda adalah cucu buyut dari Peramal terkenal Cassandra Trelawney"" "Ya," kata Profesor Trelawney, sambil mengangkat kepalanya sedikit. Mencatat lagi ke papan jepit.
"Tapi kukira -- betulkan kalau saya salah -- bahwa Anda adalah orang pertama dalam keluarga Anda semenjak Cassandra yang memiliki Penglihatan Kedua""
"Hal-hal ini sering melompati -- er -- tiga generasi," kata Profesor Trelawney.
Senyum Profesor Trelawney yang mirip katak melebar.
"Tentu saja," katanya dengan manis, sambil mencatat lagi. "Well, kalau begitu Anda bisa meramalkan sesuatu untukku"" Dan dia memberikan pandangan bertanya, masih sambil tersenyum.
Profesor Trelawney menjadi kaku seolah-olah tidak bisa mempercayai telinganya. "Saya tidak mengerti," katanya, sambil mencengkeram syal di sekitar lehernya yang kurus.
"Saya ingin Anda membuat ramalan untuk saya," kata Profesor Umbridge dengan
sangat jelas. Harry dan Ron bukan satu-satunya orang yang sekarang mengamati dan mendengarkan diam-diam dari balik buku mereka. Sebagian besar dari kelas itu sedang menatap terpaku kepada Profesor Trelawney ketika dia bangkit berdiri, manik-manik dan gelangnya berbunyi.
"Mata Dalam tidak Melihat menuruti perintah!" katanya dengan nada tersinggung.
"Saya mengerti," kata Profesor Trelawney dengan lembut, sambl mencatat lagi ke papan jepitnya.
"Aku -- tapi -- tapi ... tunggu!" kata Profesor Trelawney tiba-tiba, dalam usahanya dengan suara halusnya yang biasa, walaupun efek mistis dirusak oleh caranya bergetar karena marah. "Ku kukira aku memang melihat sesuatu ... sesuatu yang menyangkut Anda ... kenapa, aku merasakan sesuatu ... sesuatu yang kelam ... suatu bahaya maut
Profesor Trelawney menunjuk dengan jari bergetar kepada Profesor Umbridge yang terus tersenyum lembut kepadanya, dengan alis terangkat.
"Aku takut ... aku takut kalau Anda berada dalam bahaya maut!" Profesor Trelawney menyelesaikan dengan dramatis.
Ada jeda. Profesor Umbridge memandangi Profesor Trelawney.
"Benar," katanya dengan lembut, sambil mencoret-coret ke papan jepitnya sekali lagi. "Well, kalau itu benar-benar yang terbaik yang bisa Anda lakukan ... "
Dia berpaling, meninggalkan Profesor Trelawney terpaku di tempat, dadanya turun-naik. Harry saling pandang dengan Ron dan tahu bahwa Ron sedang memikirkan hal yang persis sama dengannya: mereka berdua tahu Profesor Trelawney adalah penipu tua, tetapi di sisi lain, mereka sangat membenci Umbridge sehingga mereka sangat bersimpati di sisi Trelawney -- itu sampai dia berjalan menuju mereka beberapa detik kemudian.
"Well"" katanya sambil menjentikkan jari-jari panjangnya di bawah hidung Harry dengan kecepatan tidak biasa. "Mari kulihat awal yang telah kau buat di diari mimpimu."
Dan pada waktu dia telah menginterpretasikan mimpi-mimpi Harry dengan suara terkerasnya (yang semuanya, bahkan yang melibatkan makan bubur, tampaknya meramalkan kematian yang dini dan mengerikan), dia merasa jauh kurang simpatik kepadanya Sementara itu, Profesor Umbridge berdiri beberapa kaki jauhnya, sambil mencatat di papan jepit, dan ketika bel berbunyi dia yang pertama menuruni tangga perak dan sedang menunggu mereka semua ketika mereka mencapai pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka sepuluh menit kemudian.
Dia sedang bersenandung dan tersenyum pada dirinya sendiri ketika mereka memasuki ruangan. Harry dan Ron memberitahu Hermione, yang telah berada di Arithmancy, persisnya apa yang terjadi di Ramalan selagi mereka semua mengeluarkan salinan Teori Sihir Pertahanan mereka, tetapi sebelum Hermione bisa bertanya Profesor Umbridge telah menyuruh mereka semua untuk tenang dan keheningan timbul.
"Tongkat disimpan," dia memerintah mereka semua dengan senyum, dan orang-orang yang telah cukup berharap untuk mengeluarkan tongkat, menyimpannya kembali ke dalam tas mereka dengan sedih. "Karena kita telah menyelesaikan Bab Satu pada pelajaran lalu, saya ingin kalian semua membalik ke halaman sembilan belas hari ini dan memulai "Bab Dua, Teori-Teori Pertahanan Umum dan Turunannya". Tidak perlu berbicara."
Masih tersenyum lebar puas diri, dia duduk di mejanya. Kelas menghela napas keras ketika membalik, serentak, ke halaman sembilan belas. Harry bertanya-tanya dengan bosan apakah ada cukup banyak bab dalam buku itu untuk membuat mereka terus membaca sepanjang pelajaran tahun ini dan baru akan memeriksa halaman daftar isi ketika dia memperhatikan bahwa Hermione telah mengangkat tangannya
lagi. Profesor Umbridge juga telah memperhatikan, dan terlebih lagi, dia kelihatannya telah memikirkan strategi untuk kejadian seperti ini. Bukannya mencoba berpura-pura tidak memperhatikan Hermione dia bangkit dan berjalan mengitari meja-meja di barisan depan sampai mereka saling berhadapan, lalu dia membungkuk dan berbisik, sehingga sisa kelas itu tidak bisa mendengar, "Ada apa kali ini, Miss Granger""
"Saya sudah membaca Bab Dua," kata Hermione. "Well, kalau begitu, lanjut ke Bab Tiga."
"Saya juga telah membaca itu. Saya sudah membaca keseluruhan b
uku itu." Profesor Umbridge berkedip tetapi mendapatkan kembali sikap tenangnya hampir seketika.
"Well, kalau begitu, kamu seharusnya bisa memberitahuku apa yang dikatakan Slinkhard tentang kontra-kutukan dalam Bab Lima Belas."
"Dia bilang bahwa kontra-kutukan tidak dinamai dengan tepat," kata Hermione cepat. "Dia bilang "kontra-kutukan" hanya nama yang diberikan orang-orang pada kutukan mereka ketika mereka ingin membuatnya terdengar lebih bisa diterima."
Profesor Umbridge menaikkan alisnya dan Harry tahu dia terkesan, di luar kehendaknya.
"Tetapi saya tidak setuju," Hermione melanjutkan.
Alis Profesor Umbridge naik sedikit lebih tinggi lagi dan pandangannya menjadi semakin dingin.
"Kamu tidak setuju"" ulangnya.
"Ya," kata Hermione, yang, tidak seperti Umbridge, tidak sedang berbisik, melainkan berbicara dengan suara keras yang terdengar jelas yang sekarang telah menarik perhatian sisa kelas itu. "Mr Slinkhard tidak suka kutukan, bukan" Tapi, kukira kutukan bisa sangat berguna kalau digunakan untuk pertahanan."
"Oh, kaukira begitu, bukan"" kata Profesor Umbridge, lupa berbisik dan sambil meluruskan diri. "Well, kutakut opini Mr Slinkhard, dan bukan opinimu, yang penting dalam ruang kelas ini, Miss Granger."
"Tapi -- " Hermione mulai.
"Sudah cukup," kata Profesor Umbridge. Dia berjalan kembali ke depan kelas dan berdiri menghadap mereka, semua rasa puas diri yang diperlihatkannya di awal pelajaran telah hilang. "Miss Granger, aku akan mengambil lima poin dari asrama Gryffindor."
Ada gumaman riuh mendengar ini.
"Untuk apa"" kata Harry dengan marah.
"Jangan melibatkan dirimu!" Hermione berbisik mendesak kepadanya. "Karena mengacaukan kelasku dengan interupsi tanpa ujung," kata Profesor
Umbridge dengan lancar. "Saya berada di sini untuk mengajar kalian dengan metode yang disetujui Kementerian yang tidak melibatkan mengajak murid-murid untuk memberikan opini mereka mengenai masalah-masalah yang hanya sedikit dimengerti mereka. Guru-guru kalian sebelumnya di mata pelajaran ini mungkin telah memberikan kalian lebih banyak kebebasan, tetapi karena tak satupun dari mereka -mungkin terkecuali Profesor Quirrel yang setidaknya tampak telah membatasi dirinya dengan mata pelajaran yang sesuai dengan tingkat umur kalian -- akan lulus inspeksi Kementerian -- "
"Yeah, Quirrel guru yang hebat," kata Harry keras-keras, "hanya ada kekurangan kecil bahwa dia punya Lord Voldemort yang muncul dari balik kepalanya."
Pernyataan ini diikuti dengan salah satu keheningan terkuat yang pernah didengar
Harry. Lalu -"Kukira detensi seminggu lagi akan bermanfaat untukmu, Mr Potter," kata
Umbridge dengan halus. * Luka sayat di punggung tangan Harry belum lagi sembuh dan, pagi berikutnya, sudah berdarah lagi. Dia tidak mengeluh selama detensi malam itu; dia bertekad tidak akan memberi Umbridge kepuasan; lagi dan lagi dia menulis Saya tidak boleh berbohong dan tak satu suarapun keluar dari mulutnya, walaupun luka sayat itu semakin dalam dengan setiap hurufnya.
Bagian terburuk dari detensi minggu kedua adalah, seperti yang telah diramalkan George, reaksi Angelina. Dia menyudutkan Harry begitu dia tiba di meja Gryffindor untuk makan pagi pada hari Selasa dan berteriak demikian keras sehingga Profesor McGonagall datang kepada mereka berdua dari meja guru.
"Miss Johnson, beraninya kamu membuat keributan seperti ini di Aula Besar! Lima poin dari Gryffindor!"
"Tapi Profesor -- dia membuat dirinya terkena detensi lagi -- "
"Ada apa ini, Potter"" kata Profesor McGonagall dengan tajam sambil memberondong Harry. "Detensi" Dari siapa""
"Dari Profesor Umbridge," gumam Harry, tanpa memandagn mata Profesor McGonagall yang berbingkai persegi.
"Apakah kamu memberitahuku," katanya sambil merendahkan suaranya sehingga kelompok anak-anak Ravenclaw yang ingin tahu di belakang mereka tidak bisa mendengar," bahwa setelah peringatan yang kuberikan kepadamu Senin lalu kau kehilangan kendali di kelas Profesor Umbridge lagi""
"Ya," gumam Harry sambil berbicara kepada lantai.
"Potter, kau harus mengendalikan dirimu sendiri! Kau menuju masalah besar! Lima
poin lagi dari Gryffindor!"
"Tapi -- apa -" Profesor, jangan!" Harry berkata, marah karena ketidakadilan ini, "saya telah dihukum olehnya, mengapa Anda juga harus mengambil poin""
"Karena detensi tampaknya tidak berpengaruh apapun terhadapmu!" kata Profesor McGonagall dengan masam. "Tidak, tak sepatah kata keluhan pun, Potter! Dan untukmu, Miss Johnson, kamu akan membatasi adu teriakmu di lapangan Quidditch di kemudian hari atau mempertaruhkan kehilangan kedudukan kapten regu!"
Profesor McGonagall berjalan kembali ke meja guru. Angelina memberi Harry pandangan jijik dan pergi, lalu Harry duduk di bangku di samping Ron sambil marah-marah.
"Dia mengambil poin dari Gryffindor karena aku membuat tanganku diiris terbuka setiap malam! Bagaimana itu bisa adil, bagaimana""
"Aku tahu, sobat," kata Ron penuh simpati, sambil menjatuhkan daging asin ke piring Harry, "dia melewati batas."
Namun Hermione hanya menggersikkan halaman-halaman Daily Prophet-nya dan tidak berkata apapun.
"Kau kira McGonagall benar, bukan"" kata Harry dengan marah kepada gambar Cornelius Fudge yang menghalangi wajah Hermione.
"Kuharap dia tidak mengambil poin darimu, tapi kukira dia benar memperingatkan kamu agar tidak kehilangan kendali dengan Umbridge," kata suara Hermione, sementara Fudge menggerak-gerakkan tangannya kuat-kuat dari halaman depan, jelas sedang memberikan pidato tertentu.
Harry tidak berbicara kepada Hermione sepanjang Jimat dan Guna-Guna, tetapi ketika mereka memasuki Transfigurasi dia lupa sedang jengkel kepadanya. Profesor Umbridge dan papan jepitnya sedang duduk di sudut dan melihatnya saja mengenyahkan ingatan tentang makan pagi dari kepalanya.
"Bagus sekali," bisik Ron, ketika mereka duduk di tempat duduk mereka yang biasa. "Mari kita lihat Umbridge dapatkan apa yang pantas diterimanya."
Profesor McGonagall berbaris ke dalam ruangan itu tanpa memberi tanda sedikitpun bahwa dia tahu Profesor Umbridge ada di sana.
"Sudah cukup," katanya dan keheningan segera timbul. "Mr Finnigan, berbaik hatilah datang ke sini dan menyerahkan kembali pekerjaan rumah -- Miss Brown, tolong ambil kotak tikus ini -- jangan bodoh, nak, mereka tidak akan melukaimu -- dan serahkan satu untuk setiap murid -- "
"Hem, hem," kata Profesor Umbridge, menggunakan batuk kecil tolol yang telah dipakainya untuk menyela Dumbledore di malam pertama semester itu. Profesor McGonagall mengabaikan dia. Seamus menyerahkan kembali esai Harry; Harry
mengambilnya tanpa memandang dia dan melihat, yang membuatnya lega, bahwa dia berhasil mendapatkan "A".
"Kalau begitu, semuanya, dengar baik-baik -- Dean Thomas, kalau kamu melakukan itu kepada tikus itu lagi aku akan memberimu detensi -- sebagian besar dari kalian sekarang telah berhasil Menghilangkan siput-siput kalian dan bahwa mereka yang tertinggal dengan sejumlah cangkang telah mendapatkan inti dari mantera itu. Hari ini, kita akan -- "
"Hem, hem," kata Profesor Umbridge.
"Ya"" kata Profesor McGonagall, sambil berbalik, alisnya begitu rapat sehingga terlihat membentuk satu garis bengis panjang.
"Saya hanya bertanya-tanya, Profesor, apakah Anda telah menerima catatanku yang memberitahu Anda tanggal dan waktu inspek-- "
"Tentu saja saya menerimanya, atau saya akan bertanya kepada Anda apa yang sedang Anda lakukan di ruang kelas saya," kata Profesor McGonagall, sambil memalingkan punggungnya dengan tegas kepada Profesor Umbridge. Banyak murid saling bertukar pandangan senang. "Seperti yang kukatakan: hari ini, kita akan berlatih Penghilangan tikus yang jauh lebih sukar. Sekarang, Mantera Penghilang -- "
"Hem, hem," "Saya ingin tahu," kata Profesor McGonagall dengan kemarahan diam-diam, sambil berpaling kepada Profesor Umbridge, "bagaimana Anda berharap mendapatkan ide mengenai metode pengajaranku yang biasanya kalau Anda terus menyela saya" Anda mengerti, saya biasanya tidak mengizinkan orang berbicara ketika saya sedang berbicara."
Profesor Umbridge terlihat seolah-olah baru saja ditampar di muka. Dia tidak berbicara, tetapi meluruskan perkamen di papan jepitnya dan mulai mencoret-coret dengan marah.
Terlihat sama sekali tidak risau, Profesor McGonagall b
erbicara kepada kelas sekali
lagi. "Seperti yang kukatakan: Mantera Penghilang menjadi semakin sukar dengan kerumitan binatang yang akan di-Hilangkan. Siput, sebagai makhluk tanpa tulang belakang, tidak memberikan banyak tantangan; tikus, sebagai mamalia, memberi tantangan yang lebih besar. Oleh karena itu, ini bukan sihir yang bisa kalian capai dengan pikiran pada makan malam kalian. Jadi -- kalian tahu manteranya, mari kulihat apa yang bisa kalian lakukan ... "
"Bagaimana dia bisa menguliahi aku tentang tidak kehilangan kendali dengan Umbridge!" Harry bergumam kepada Ron dengan suara rendah, tetapi dia sedang nyengir -- amarahnya kepada Profesor McGonagall telah menguap.
Profesor Umbridge tidak mengikuti Profesor McGonagall mengitari kelas seperti
dia mengikuti Profesor Trelawney; mungkin dia sadar Profesor McGonagall tidak akan mengizinkannya. Namun, dia banyak mencatat selagi duduk di sudut, dan ketika Profesor McGonagall akhirnya menyuruh mereka semua menyimpan barang-barang, dia bangkit dengan ekspresi suram di wajahnya.
"Well, itu permulaan," kata Ron sambil memegang sebuah ekor tikus yang sedang menggeliat dan menjatuhkannya kembali ke dalam kotak yang sedang dioperkan Lavender.
Selagi mereka keluar dari ruang kelas itu, Harry melihat Profesor Umbridge menghampiri meja guru; dia menyikut Ron, yang ganti menyikut Hermione, dan mereka bertiga sengaja berlama-lama untuk mencuri dengar.
"Berapa lama Anda telah mengajar di Hogwarts"" Profesor Umbridge bertanya.
"Tiga puluh sembilan tahun Desember ini," kata Profesor McGonagall dengan kasar, sambil mengancingkan tasnya.
Profesor Umbridge mencatat.
"Baiklah," katanya, "Anda akan menerima hasil inspeksi Anda dalam waktu sepuluh hari."
"Saya tidak sabar menunggu," kata Profeosr McGonagall, dengan suara dingin tidak peduli, dan dia berjalan ke pintu. "Cepatlah, kalian bertiga," tambahnya sambil melewati Harry, Ron dan Hermione.
Harry tidak bisa menahan memberinya senyum samar dan bisa bersumpah bahwa dia menerima senyum balik.
Dia telah mengira kali berikutnya dia akan melihat Umbridge adalah pada detensinya malam itu, tetapi dia salah. Ketika mereka berjalan di halaman menuju Hutan untuk Pemeliharaan Satwa Gaib, mereka menemukannya dan papan jepitnya sedang menunggu mereka di samping Profesor Grubbly-Plank.
"Anda tidak biasanya mengajar kelas ini, benarkah itu"" Harry mendengarnya bertanya ketika mereka tiba di meja palang di mana kelompok Bowtruckle yang tertangkap sedang mencari-cari kutu kayu seperti ranting-ranting hidup yang begitu banyak.
"Benar sekali," kata Profesor Grubbly-Plank, dengan tangan di belakang punggungnya dan sambil melompat-lompat pada bola kakinya . "Saya guru pengganti yang sedang menggantikan Profesor Hagrid."
Harry saling bertukar pandangan gelisah dengan Ron dan Hermione. Malfoy sedang berbisik kepada Crabbe dan Goyle, dia pasti akan sangat suka kesempatan untuk menceritakan kisah-kisah tentang Hagrid kepada seorang anggota Kementerian.
"Hmm," kata Profesor Umbridge, sambil merendahkan suaranya, walaupun Harry masih bisa mendengarnya dengan jelas. "Aku ingin tahu -- Kepala Sekolah tampaknya
enggan memberiku informasi apapun mengenai masalah ini -- bisakah Anda memberitahuku apa yang menyebabkan cuti sangat panjang Profesor Hagrid""
Harry melihat Malfoy melihat ke atas penuh semangat dan mengamati Umbridge dan Grubbly-Plank dengan seksama.
"Kutakut aku tidak bisa," kata Profesor Grubbly-Plank dengan cepat. "Tak tahu apapun tentang itu lebih dari yang Anda tahu. Dapat burung hantu dari Dumbledore, apakah aku mau kerja mengajar beberapa minggu. Aku terima. Itu sejauh yang kutahu. Well ... kalau begitu bolehkah aku mulai""
"Ya, silakan," kata Profesor Umbridge, sambil mencoret-coret di papan jepitnya.
Umbridge mengambil pendekatan berbeda di kelas ini dan berkeliaran di antara murid-murid, sambil menanyai mereka mengenai satwa gaib. Kebanyakan orang bisa menjawab dengan baik dan semangat Harry naik; setidaknya kelas itu tidak mengecewakan Hagrid.
"Secara keseluruhan," kata Profesor Umbridge, kembali ke sisi Profesor Grubbly-Plank setelah interogasi
panjang dengan Dean Thomas, "bagaimana Anda, sebagai anggota staf sementara -- orang luar yang objektif, kukira Anda bisa berkata begitu -bagaimana pendapat Anda tentang Hogwarts" Apakah Anda merasa menerima cukup dukungan dari pihak pengelola sekolah""
"Oh, ya, Dumbledore sangat hebat," kata Profesor Grubbly-Plank sepenuh hati. "Ya, saya sangat senang dengan cara-cara pengelolaan, sangat senang."
Terlihat tidak percaya, Umbridge membuat catatan kecil di papan jepitnya dan meneruskan, "Dan apa yang Anda rencanakan untuk dibahas dengan kelas ini tahun ini -- tentu saja, dengan asumsi bahwa Profesor Hagrid tidak kembali""
"Oh, aku akan membawa mereka melalui makhluk-makhluk yang paling sering keluar di OWL," kata Profesor Grubbly-Plank. "Tak banyak yang tertinggal -- mereka sudah mempelajari unicorn dan Niffler, kukira kami akan membahas Porlock dan Kneazle, memastikan mereka bisa mengenali Crup dan Knarl, Anda tahu ... "
"Well, bagaimanapun, Anda kelihatannya tahu apa yang Anda lakukan," kata Profesor Umbridge sambil membuat tanda centang jelas di papan jepitnya. Harry tidak suka penekanan yang ditaruhnya pada kata "Anda" dan lebih tidak suka lagi ketika dia memberi pertanyaan berikutnya kepada Goyle. "Sekarang, kudengar pernah ada cedera dalam kelas ini""
Goyle menyengir tolol. Malfoy bergegas menjawab pertanyaan itu.
"Itu aku," katanya. "Aku dicakar Hippogriff."
"Hippogriff"" kata Profesor Umbridge, yang sekarang sedang mencoret dengan kacau.
"Hanya karena dia terlalu bodoh untuk mendengarkan apa yang disuruh Hagrid,"
kata Harry dengan marah. Ron dan Hermione mengerang. Profesor Umbridge memalingkan kepalanya lambat-lambat ke arah Harry.
"Detensi satu malam lagi, kukira," katanya dengan lembut. "Well, terima kasih banyak, Profesor Grubbly-Plank, kukira itu semua yang kuperlukan. Anda akan menerima hasil inspeksi Anda dalam sepuluh hari."
"Bagus sekali," kata Profesor Grubbly-Plank, dan Profesor Umbridge berangkat kembali menyeberangi halaman menuju kastil.
* Hampir tengah malam ketika Harry meninggalkan kantor Umbridge malam itu, tangannya sekarang berdarah sangat parah sehingga menodai scarf yang dibungkusnya di sekitarnya. Dia mengharapkan ruang duduk kosong ketika dia kembali, tetapi Ron dan Hermione terjaga menunggunya. Dia senang melihat mereka, terutama kerena Hermione bersikap simpatik bukannya kritis.
"Ini," katanya dengan cemas, sambil mendorong semangkuk kecil cairan kuning kepadanya, "rendam tanganmu dalam itu, itu larutan tentakel Murtlap yang disaring dan diasamkan, seharusnya bisa menolong."
Harry menempatkan tangannya yang berdarah dan sakit ke dalam mangkuk itu dan merasakan perasaan lega yang menyenangkan. Crookshanks bergelung di sekeliling kakinya, sambil mendengkur dengan keras, lalu melompat ke pangkuannya dan diam.
"Trims," katanya penuh rasa terima kasih, sambil menggaruk bagian belakang telinga Crookshanks dengan tangan kirinya.
"Aku masih berpendapat kamu seharusnya mengadu tentang ini," kata Ron dengan suara rendah.
"Tidak," kata Harry datar.
"McGonagall akan jadi gila kalau dia tahu -- "
"Yeah, dia mungkin," kata Harry tanpa minat. "Dan berapa lama menurutmu yang dibutuhkan Umbridge untuk mengesahkan dekrit lain yang menyatakan siapapun yang mengeluh tentang Penyelidik Tinggi dipecat segera""
Ron membuka mulutnya untuk menjawab tetapi tak ada yang keluar dan, setelah beberapa saat, dia menutupnya lagi, kalah.
"Dia wanita mengerikan," kata Hermione dengan suara kecil. "Mengerikan. Kau tahu, aku baru saja berkata kepada Ron ketika kau masuk ... kita harus melakukan sesuatu mengenai dia."
"Kusarankan racun," kata Ron dengan murung.
"Bukan ... maksudku, sesuatu mengenai bagaimana buruknya dia sebagai guru, dan
bagaimana kita tidak akan mempelajari Pertahanan apapun darinya sama sekali," kata Hermione.
"Well, apa yang bisa kita lakukan mengenai itu"" kata Ron sambil menguap. ""Dah terlambat, bukan" Dia dapat pekerjaan itu, dia akan tetap di sini. Fudge akan memastikan itu."
"Well," kata Hermione coba-coba. "Kalian tahu, aku berpikir hari ini dia memberi pandangan agak gugup kepada Harry dan lalu me
neruskan, "aku berpikir kalau -mungkin waktunya telah tiba saat kita harus -- melakukannya sendiri."
"Melakukan apa sendiri"" kata Harry dengan curiga, masih mengapungkan tangannya dalam intisari tentakel Murtlap.
"Well -- belajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam sendiri," kata Hermione.
"Sudahlah," erang Ron. "Kau mau kita melakukan kerja ekstra" Sadarkah peer kau Harry dan aku sudah menumpuk lagi dan ini baru minggu kedua""
"Tapi ini jauh lebih penting daripada peer!" kata Hermione.
Harry dan Ron menatapnya lekat-lekat.
"Aku tidak mengira ada hal di jagad ini yang lebih penting daripada peer!" kata Ron.
"Jangan tolol, tentu saja ada," kata Hermione, dan Harry melihat, dengan perasaan tidak menyenangkan, bahwa wajahnya mendadak bersinar dengan semangat yang biasanya diilhami oleh SPEW pada dirinya. "Tentang mempersiapkan diri kita sendiri, seperti yang Harry katakan dalam pelajaran pertama Umbridge, untuk apa yang menunggu kita di luar sana. Tentang memastikan kita benar-benar dapat mempertahankan diri kita sendiri. Kalau kita tidak belajar apapun satu tahun penuh -- "
"Kita tidak bisa melakukan banyak sendirian," kata Ron dengan suara kalah. "Maksudku, baiklah, kita bisa pergi melihat kutukan-kutukan di perpustakaan dan mencoba melatihnya, kurasa -- "
"Tidak, aku setuju, kita sudah melewati tahap di mana kita bisa belajar dari buku," kata Hermione. "Kita perlu seorang guru, yang pantas, yang bisa memperlihatkan kepada kita bagaimana menggunakan mantera-mantera dan mengoreksi kita kalau kita salah."
"Kalau kau berbicara mengenai Lupin Harry mulai.
"Tidak, tidak, aku tidak sedang membicarakan Lupin," kata Hermione. "Dia terlalu sibuk dengan Order dan, lagipula, kita paling cuma bisa bertemu dengannya selama akhir pekan Hogsmeade dan itu tidak cukup sering."
"Kalau begitu, siapa"" kata Harry sambil merengut kepadanya.
Hermione menarik napas dalam-dalam.
"Bukankah sudah jelas"" katanya. "Aku sedang berbicara tentang kamu, Harry."
Ada keheningan sejenak. Angin malam sepoi-sepoi menderakkan kaca jendela di belakang Ron, dan api bergoyang-goyang.
"Tentang aku apa"" kata Harry.
"Aku sedang berbicara tentang kamu mengajarkan kami Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam."
Harry menatapnya. Lalu dia berpaling kepada Ron, siap bertukar pandangan putus asa yang kadang dilakukan mereka ketika Hermione berbicara panjang lebar tentang rencana-rencana yang sulit dicapai seperti SPEW. Namun, yang membuat Harry kuatir, Ron tidak tampak putus asa.
Dia sedang merengut sedikit, tampaknya sedang berpikir. Lalu dia berkata, "Itu ide bagus."
"Ide apa"" kata Harry.
"Kau," kata Ron. "Mengajari kami melakukannya." "Tapi
Harry sekarang nyengir, yakin mereka berdua sedang mempermainkan dia. "Tapi aku bukan guru, aku tidak bisa -- "
"Harry, kau yang terbaik di kelas kita dalam Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam," kata Hermione.
"Aku"" kata Harry, yang sekarang nyengir lebih lebar dari sebelumnya. "Bukan, aku bukan, kau sudah mengalahkan aku dalam semua ujian -- "
"Sebenarnya, aku belum," kata Hermione dengan tenang. "Kau mengalahkan aku di tahun ketiga kita -- satu-satunya tahun di mana kita berdua ikut ujian dan punya guru yang benar-benar tahu pelajaran itu. Tapi aku tidak berbicara tentang hasil tes, Harry. Pikirkan apa yang telah kau lakukan."
"Bagaimana maksudmu""
"Kau tahu apa, aku tidak yakin aku mau seseorang sebodoh ini mengajari aku," Ron berkata kepada Hermione sambil tersenyum sedikit. Dia berpaling kepada Harry.
"Mari kita pikir," katanya sambil membuat wajah seperti Goyle yang sedang berkonsentrasi. "Uh ... tahun pertama -- kau menyelamatkan Batu Bertuah dari Kau-Tahu-Siapa."
"Tapi itu keberuntungan," kata Harry, "itu bukan keahlian -- "
"Tahun kedua," Ron menyela, "kau membunuh Basilisk dan menghancurkan Riddle." "Ya, tapi kalau Fawkes tidak muncul, aku -- "
"Tahun ketiga," Ron berkata masih lebih keras lagi, "kau bertarung dengan sekitar seratus Dementor seketika -- "
"Kau tahu itu kebetulan, kalau Pembalik-Waktu tidak -- "
"Tahun lalu," Ron berkata, hampir berteriak sekarang, "kau bertarung dengan Kau-Tahu-Siapa lagi -- "
"Dengarkan aku!" kata Har
ry, hampir marah, karena Ron dan Hermione keduanya tersenyum sekarang. "Dengar saja, oke" Kedengarannya bagus ketika kau mengatakannya seperti itu, tapi semua hal itu hanyak keberuntungan -- aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan setengah waktu itu, aku tidak merencanakan apapun, aku hanya melakukan apapun yang bisa kupikirkan, dan aku hampir selalu mendapat bantuan -- "
Ron dan Hermione masih tersenyum dan Harry merasa amarahnya naik; dia bahkan tidak yakin mengapa dia merasa begitu marah.
"Jangan duduk di sana nyengir seperti kalian lebih tahu daripada aku, aku ada di sana, bukan"" katanya dengan panas. "Aku tahu apa yang terjadi, oke" Dan aku tidak melewati apapun karena aku pandai dalam Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, aku melewati itu semua karena -- karena bantuan datang pada saat yang tepat, atau karena aku menebak dengan benar -- tapi aku hanya melewati itu semua dengan tolol, aku tidak punya petunjuk apa yang sedang kulakukan -- BERHENTI TERTAWA!"
Mangkuk intisari Murtlap jatuh ke lantai dan terbanting. Dia menjadi sadar bahwa dia sedang berdiri, walaupun dia tidak bisa mengingat telah bangkit. Crookshanks melintas pergi di bawah sofa. Senyum Ron dan Hermione telah hilang.
"Kalian tidak tahu seperti apa rasanya! Kalian -- tak satupun dari kalian -- kalian belum pernah menghadapinya, bukan" Kalian kira cuma menghapal sejumlah mantera dan melemparkannya kepada dia, seperti saat kalian dalam kelas atau apapun" Sepanjang waktu kalian yakin kalian tahu tak ada yang menghalangi antara diri kalian dengan kematian kecuali -- otak atau nyali kalian sendiri atau apapun -- seperti kalian bisa berpikir jernih kalau kalian tahu kalian sekitar satu nanodetik dari dibunuh, atau disiksa, atau menyaksikan teman kalian mati -- mereka tidak pernah mengajarkan itu di kelas, seperti apa menghadapi hal-hal seperti itu -- dan kalian berdua duduk di sana bertingkah seperti aku anak kecil yang pintar karena berdiri di sana, hidup, seperti Diggory bodoh, seperti dia mengacaukan -- kalian tidak mengerti, itu bisa saja sama mudahnya terjadi padaku, pasti terjadi kalau Voldemort tidak membutuhkan aku -- "
"Kami tidak mengatakan yang seperti itu, sobat," kata Ron, terlihat terperanjat. "Kami tidak mengejek Diggory, kami tidak -- kau menangkap ujung yang salah dari -- "
Dia melihat tanpa daya kepada Hermione, yang wajahnya tercengang.
"Harry," katanya takut-takut, "tidakkah kau lihat" Ini ... ini persisnya mengapa kami perlu kamu ... kami perlu tahu seperti apa ... menghadapi dia ... menghadapi V-Voldemort."
Itu pertama kalinya dia pernah menyebutkan nama Voldemort dan inilah, lebih daripada yang lain, yang menenangkan Harry. Masih bernapas keras, dia terbenam kembali ke kursinya, menjadi sadar ketika dia berbuat demikian bahwa tangannya berdenyut mengerikan lagi. Dia berharap dia tidak membanting mangkuk intisari Murtlap itu.
"Well ... pikirkan tentang itu," kata Hermione pelan. "Kumohon""
"Harry tidak bisa memikirkan apapun untuk dikatakan. Dia sudah merasa malu karena ledakan kemarahannya. Dia mengangguk, hampir tidak menyadari apa yang sedang disetujuinya.
Hermione berdiri. "Well, aku akan pergi tidur," katanya dengan suara yang jelas sealami yang bisa dibuatnya. "Erm ... malam."
Ron juga sudah bangkit. "Ikut"" katanya dengan canggung kepada Harry.
"Yeah," kata Harry. "Sebentar. Aku hanya akan membersihkan ini."
Dia menunjuk ke mangkuk pecah di lantai. Ron mengangguk dan pergi.
"Reparo," Harry bergumam sambil menunjukkan tongkatnya ke pecahan itu. Mereka terbang bersatu kembali, seperti baru, tapi tidak ada yang bisa mengembalikan intisari Murtlap ke mangkuk.
Dia mendadak sangat letih sehingga dia tergoda untuk merosot kembali ke kursi berlengannya dan tidur di sana, tetapi dia malah memaksa dirinya bangkit dan mengikuti Ron ke atas. Malamnya yang tidak tenang semakin diperjelas sekali lagi dengan mimpi mengenai koridor-koridor panjang dan pintu-pintu terkunci dan dia terbangun keesokan harinya dengan bekas luka yang menusuk-nusuk lagi.
BAB ENAM BELAS Di Dalam Hog"s Head Hermione tidak menyebut-nyebut tentang Harry memberi pelajaran Pe
rtahanan terhadap Ilmu Hitam lagi selama dua minggu penuh setelah usul awalnya. Detensi Harry dengan Umbridge akhirnya selesai (dia ragu apakah kata-kata yang sekarang tergores ke punggung tangannya akan bisa hilang seluruhnya); Ron sudah melakukan empat kali latihan Quidditch lagi dan tidak diteriaki selama dua latihan terakhir; dan mereka bertiga telah berhasil meng-Hilangkan tikus mereka dalam Transfigurasi (Hermione bahkan sudah maju ke meng-Hilangkan anak-anak kucing), sebelum subyek itu dibahas lagi, pada suatu malam liar yang berangin kencang di akhir bulan September, ketika mereka bertiga sedang duduk di perpustakaan, sambil mencari bahan ramuan untuk Snape.
"Aku ingin tahu," Hermione berkata tiba-tiba, "apakah kau sudah memikirkan tentang Pertahanan terhadap Ilmu Hitam lagi, Harry."
"Tentu saja," kata Harry menggerutu, "tidak bisa melupakannya, bukan, dengan nenek sihir itu yang mengajar kita -- "
"Maksudku ide yang dimiliki Ron dan aku -- " Ron memberinya semacam pandangan khawatir yang mengancam. Dia merengut kepadanya, "-- Oh, baiklah, ide yang kumiliki, kalau begitu -- tentang kau mengajari kami."
Harry tidak menjawab seketika. Dia berpura-pura membalik halaman Anti-Bisa Asia, karena dia tidak mau mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.
Dia telah banyak berpikir mengenai masalah itu selama dua pekan belakangan ini. Kadang kelihatannya seperti ide gila, seperti pada malam ketika Hermione mengusulkannya, tetapi terkadang, dia menemukan dirinya memikirkan tentang mantera-mantera yang telah paling berguna baginya dalam berbagai perjumpaannya dengan makhluk-mahkluk Hitam dan para Pelahap Maut -- bahkan, menemukan dirinya merencanakan pelajaran-pelajarannya di alam bawah sadarnya ...
"Well," katanya pelam-pelan, ketika dia tidak bisa berpura-pura tertarik kepada Anti-Bisa Asia lagi, "yeah, aku -- aku sudah memikirkannya sedikit."
"Dan"" kata Hermione dengan bersemangat.
"Aku tak tahu," kata Harry, sambil mengulur waktu. Dia memandang Ron.
"Kukira itu ide bagus dari awal," kata Ron, yang tampak lebih berminat bergabung ke dalam percakapan ini sekarang setelah dia yakin Harry tidak akan mulai berteriak
lagi. Harry bergeser dengan tidak nyaman di kursinya.
"Kau mendengar apa yang kukatakan tentang banyak yang berhubungan dengan keberuntungan, bukankah begitu""
"Ya, Harry," kata Hermione dengan lembut, "tapi tetap saja, tidak ada gunanya berpura-pura kau tidak pandai dalam Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, karena kau memang pandai. Kau adalah satu-satunya orang tahun lalu yang bisa melawan Kutukan Imperius sepenuhnya, kau bisa menghasilkan Patronus, kau bisa melakukan semua hal yang tidak bisa dilakukan penyihir-penyihir dewasa, Viktor selalu bilang -- "
Ron memandang ke arahnya begitu cepat sehingga dia kelihatannya telah membuat lehernya keseleo. Sambil menggosoknya, dia berkata, "Yeah" Apa yang dikatakan
Vicky"" "Ho ho," kata Hermione dengan suara bosan. "Dia bilang Harry tahu cara melakukan hal-hal yang bahkan tidak bisa dilakukannya, dan dia sudah berada di tahun terakhirnya di Durmstrang."
Ron sedang menatap Hermione dengan curiga.
"Kau tidak masih berhubungan dengannya, bukan""
"Jadi kenapa kalau iya"" kata Hermione dengan dingin, walaupun wajahnya sedikit merah muda. "Aku boleh punya sahabat pena kalau aku -- "
"Dia tidak mau hanya jadi sahabat penamu," kata Ron menuduh.
Hermione menggelengkan kepalanya dengan putus asa dan, sambil mengabaikan Ron, yang masih terus mengamati dia, berkata kepada Harry, "Well, bagaimana menurutmu" Maukah kau mengajari kami""
"Hanya kamu dan Ron, yeah""
"Well," kata Hermione, tampak agak cemas lagi. "Well ... sekarang, jangan marah-marah lagi, Harry, tolong ... tapi aku benar-benar berpikir kamu harus mengajari siapapun yang ingin belajar. Maksudku, kita sedang berbicara tentang mempertahankan diri kita dari Voldemort. Oh, jangan bersikap menyedihkan, Ron. Tampaknya tidak adil kalau kita tidak menawarkan kesempatan itu kepada orang lain."
Harry mempertimbangkan ini sejenak, lalu berkata, "Yeah, tapi aku ragu siapapun selain kalian berdua akan mau diajari olehku. Aku sinting, inga
t"" "Well, kukira kau mungkin terkejut berapa banyak orang yang akan tertarik untuk mendengar apa yang mau kaukatakan," kata Hermione dengan serius. "Lihat," dia mencondongkan badan ke arahnya -- Ron, yang masih mengamatinya dengan muka
merengut, mencondongkan badan juga untuk mendengarkan -- "kau tahu akhir pekan pertama di bulan Oktober adalah akhir pekan Hogsmeade" Bagaimana kalau kita memberitahu siapapun yang tertarik untuk menemui kita di desa dan kita bisa membicarakan hal ini""
"Kenapa kita harus melakukannya di luar sekolah"" kata Ron.
"Karena," kata Hermione sambil mengembalikan diagram Kubis Kunyah Cina yang sedang disalinnya, "kukira Umbridge tidak akan terlalu senang kalau dia tahu apa yang sedang kita rencanakan."
* Harry telah menantikan perjalanan akhir pekan ke Hogsmeade, tetapi ada satu hal yang dikhawatirkan olehnya. Sirius telah mempertahankan kebisuan membatu sejak dia muncul dalam api di permulaan September; Harry tahu mereka telah membuatnya marah dengan mengatakan mereka tidak ingin dia datang -- tapi dia masih kuatir dari waktu ke waktu kalau Sirius mungkin tidak memperdulikan kewaspadaan dan muncul juga. Apa yang akan mereka lakukan kalau anjing hitam besar itu datang meloncat-loncat di jalan mendekati mereka di Hogsmeade, mungkin di bawah hidung Draco
Malfoy" "Well, kau tidak bisa menyalahkan dia karena mau keluar dan berkeliaran," kata Ron, ketika Harry membahas ketakutannya dengan dia dan Hermione. "Maksudku, dia telah buron selama dua tahun, bukankah begitu, dan aku tahu itu bukan hal yang menyenangkan, tapi setidaknya dia bebas, benar "kan" Dan sekarang dia hanya terkurung sepanjang waktu dengan peri mengerikan itu."
Hermione cemberut kepada Ron, tetapi selain itu mengabaikan hal kecil tentang Kreacher itu.
"Masalahnya adalah," katanya kepada Harry, "sampai V-Voldemort -- oh, demi Tuhan, Ron -- keluar terang-terangan, Sirius akan harus tetap bersembunyi, benar bukan" Maksudku, Kementerian bodoh itu tidak akan menyadari kalau Sirius tidak bersalah sampai mereka menerima bahwa Dumbledore telah mengatakan hal yang sebenarnya sejak awal. Dan begitu orang-orang bodoh itu mulai menangkapi para Pelahap Maut yang asli lagi, akan jadi jelas kalau Sirius bukan seorang ... maksudku, dia tidak punya Tanda, salah satunya."
"Kukira dia tidak akan cukup bodoh untuk muncul," kata Ron memperkuat. "Dumbledore akan marah besar kalau dia melakukannya dan Sirius mendengarkan Dumbledore walaupun kalau dia tidak suka apa yang didengarnya."
Ketika Harry masih terus tampak khawatir, Hermione berkata, "Dengar, Ron dan aku telah berbicara dengan orang-orang yang kami kira akan mau belajar Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang pantas, dan ada sejumlah orang yang tampak tertarik. Kami telah menyuruh mereka untuk menemui kita di Hogsmeade."
"Benar," kata Harry dengan samar, pikirannya masih tentang Sirius.
"Jangan cemas, Harry," Hermione berkata pelan. "Kau sudah punya cukup banyak yang dipikirkan tanpa Sirius juga."
Dia sangat benar, tentu saja, Harry hampir tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumahnya, walaupun dia jauh lebih baik sekarang sewaktu dia tidak lagi menghabiskan sepanjang malam dalam detensi bersama Umbridge. Ron bahkan lebih ketinggalan pekerjaannya daripada Harry, karena sementara mereka berdua latihan Quidditch dua kali dalam seminggu, Ron juga punya tugas-tugas prefek. Namun, Hermione, yang mengambil lebih banyak mata pelajaran daripada mereka berdua, tidak hanya telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya tetapi juga mempunyai waktu untuk merajut lebih banyak pakaian peri. Harry harus mengakui kalau dia semakin pandai; sekarang hampir selalu mungkin membedakan antara topi dengan kaus kaki.
Pagi kunjungan Hogsmeade timbul dengan cerah tetapi berangin. Setelah makan pagi, mereka aantri di depan Filch, yang mencocokkan nama-nama mereka dengan daftar panjang murid-murid yang telah memiliki izin dari orang tua atau wali mereka untuk mengunjungi desa itu. Dengan rasa pedih yang tiba-tiba, Harry teringat bahwa kalau bukan karena Sirius, dia tidak akan bisa pergi sama sekali.
Ketika Harry mencapai Filch, penja
ga sekolah itu mengendusnya seakan-akan mencoba mendeteksi bau sesuatu dari Harry. Lalu dia memberi anggukan kasar yang membuat rahangnya bergetar lagi dan Harry berjalan terus, keluar ke undakan batu dan hari dingin yang disinari matahari.
"Er -- kenapa Filch mengendusi kamu"" tanya Ron, ketika dia, Harry dan Hermione berjalan dengan langkah cepat di jalan kereta lebar menuju gerbang.
"Kurasa dia sedang mencari bau Bom Kotoran," kata Harry dengan tawa kecil. "Aku lupa memberitahu kalian ... "
Dan dia mengulangi cerita pengiriman suratnya ke Sirius dan Filch yang menerobos masuk beberapa detik kemudian, menuntut untuk melihat surat itu. Yang membuatnya sedikit terkejut, Hermione menganggap cerita ini sangat menarik, terlebih lagi, daripada dia sendiri.
"Dia bilang dia diberi kisikan bahwa kau sedang memesan Bom Kotoran" Tapi siapa yang mengisikinya""
"Aku tak tahu," kata Harry sambil mengangkat bahu. "Mungkin Malfoy, dia kira itu lelucon."
Mereka berjalan di antara pilar-pilar batu tinggi yang puncaknya babi hutan bersayap dan belok kiri ke jalan menuju desa, angin memecut rambut mereka ke dalam mata.
"Malfoy"" kata Hermione dengan skeptis. "Well ... ya ... mungkin
Dan dia tetap berpikir dalam-dalam sepanjang jalan menuju daerah pinggiran Hogsmeade.
"Ngomong-ngomong, ke mana kita akan pergi"" Harry bertanya. "The Three Broomsticks""
"Oh -- bukan," kata Hermione, keluar dari renungannya, "bukan, tempat itu selalu penuh dan sangat ribut. Aku telah memberitahu yang lain untuk menemui kita di Hog"s Head, pub yang satunya lagi, kau tahu yang satu itu, bukan di jalan utama. Kukira itu agak ... kau tahu ... beresiko ... tapi para murid biasanya tidak masuk ke sana, jadi kukira kita tidak akan terdengar oleh orang lain."
Mereka berjalan menyusrui jalan utama melewati Toko Lelucon Sihir Zonko, mereka tidak terkejut melihat Fred, George dan Lee Jordan berada di dalamnya, melewati kantor pos, dari mana burung-burung hantu bermunculan pada interval teratur, dan berbelok ke jalan kecil yang di ujungnya ada sebuah penginapan kecil. Sebuah papan tanda dari kayu bobrok tergantung dari siku-siku karatan di atas pintu, bergambarkan sebuah kepala terpenggal babi hutan liar, bercucuran darah ke kain putih di sekelilingnya. Papan tanda itu berderit karena angin ketika mereka mendekat. Mereka bertiga semuanya bimbang di luar pintu.


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Well, ayolah," kata Hermione, sedikit gugup. Harry memimpin jalan memasukinya.
Tidak seperti Three Broomstick sama sekali, yang bar besarnya memberi kesan kehangatan berkilat-kilat dan kebersihan. Bar Hog"s Head tersusun atas sebuah ruang kecil, suram dan amat kotor yang berbau sangat kuat akan sesuatu yang sangat mungkin berupa kambing. Jendela-jendela yang menjulur ke luar berlapiskan debu yang melekat sehingga hanya sedikit cahaya siang yang bisa memasuki ruangan itu, yang gantinya diterangi dengan puntung-puntung lillin yang terletak pada meja-meja kayu kasar. Lantainya pada pandangan pertama tampak terbuat dari tanah padat, walaupun ketika Harry melangkah ke atasnya dia menyadari kalau ada batu di bawah apa yang tampak seperti kumpulan sampah berabad-abad.
Harry teringat Hagrid menyebut pub ini di tahun pertamanya. "Kau jumpa banyak orang aneh di Hog"s Head," dia pernah berkata, ketika menjelaskan bagaimana dia memenangkan sebutir telur naga dari seorang asing bertudung di sana. Pada saat itu Harry bertanya-tanya mengapa Hagrid tidak menganggap aneh orang asing itu menyembunyikan wajahnya sepanjang pertemuan mereka; sekarang dia melihat bahwa menutupi wajahmu adalah suatu kebiasaan di Hog"s Head. Ada seorang pria di bar yang seluruh kepalanya dibalut dengan perban kelabu kotor, walaupun dia masih bisa meneguk bergelas-gelas zat berapi yang mengeluarkan asap melalui celah di atas mulutnya; dua figur berselubung tudung duduk di sebuah meja dekat salah satu jendela; Harry mungkin mengira mereka Dementor kalau mereka tidak berbicara dengan aksen Yorkshire yang kental, dan di sebuah sudut ternaungi bayang-bayang di samping perapian duduk seorang penyihir wanita dengan kerudung hitam tebal yang jatuh hingga ke jari
kakinya. Mereka hanya bisa melihat ujung hidungnya karena menyebabkan kerudung itu menonjol sedikit.
"Aku tidak tahu tentang ini, Hermione," Harry bergumam, ketika mereka melintas ke bar. Dia melihat khususnya kepada penyihir wanita bertudung berat itu. "Pernahkah terpikir olehmu Umbridge mungkin berada di balik itu""
Hermione memandang sambil menilai ke figur berkerudung itu.
"Umbridge lebih pendek daripada wanita itu," katanya pelan. "Dan lagipula, kalaupun Umbridge datang ke sini tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menghentikan kita, Harry, karena aku telah memeriksa peraturan sekolah dua-tiga kali. Kita tidak berada di luar batas; aku secara spesifik bertanya kepada Profesor Flitwick apakah para murid diizinkan datang ke Hog"s Head, dan dia bilang iya, tapi dia menasihati aku dengan keras untuk membawa gelas sendiri. Dan aku telah memeriksa semua yang terpikirkan olehku tentang kelompok belajar dan kelompok pekerjaan rumah dan kelompok-kelompok itu jelas diizinkan. Aku hanya tidak berpikir itu ide bagus kalau kita memparadekan apa yang sedang kita lakukan."
"Tidak," kata Harry dengan kering, "terutama karena tepatnya bukan kelompok pekerjaan rumah yang sedang kau rencanakan, bukankah begitu""
Penjaga bar itu berjalan menyamping kepada mereka dari sebuah ruangan di belakang. Dia seorang lelaki tua yang tampak pemarah dengan rambut dan jenggot kelabu panjang yang lebat. Dia jangkung dan kurus dan tampak agak akrab bagi Harry.
"Apa"" gerutunya.
"Tolong tiga Butterbeer," kata Hermione.
Lelaki itu meraih ke bawah meja pajang dan menarik ke atas tiga botol yang sangat berdebu dan sangat kotor, yang dibantingnya ke bar.
"Enam Sickle," katanya.
"Akan kuambil," kata Harry cepat, sambil mengambil perak-perak itu. Mata si penjaga bar menatap Harry; bertahan sepersekian detik di bekas lukanya. Lalu dia berpaling dan menyimpan uang Harry ke laci uang kayu kuno yang lacinya bergeser membuka secara otomatis untuk menerima uang itu. Harry, Ron dan Hermione mundur ke meja paling jauh dari bar dan duduk, sambil memandang sekeliling. Lelaki yang memakai perban kelabu kotor itu mengetuk maja pajang dengan buku jarinya dan menerima minuman berasap lagi dari penjaga bar.
"Kau tahu apa"" Ron berbisik, sambil melihat ke bar dengan antusias. "Kita bisa memesan apapun yang kita suka di sini. Aku bertaruh lelaki itu akan menjual apapun kepada kita, dia tidak akan peduli. Aku selalu ingin minum Whisky Api -- "
"Kau -- seorang -- prefek," kata Hermione tajam.
"Oh," kata Ron, senyum memudar dari wajahnya. "Yeah
"Jadi, siapa yang katamu sehahrusnya menemui kita"" Harry bertanya, sambil merenggut buka tutup berkarat botol Butterbeernya dan meneguk sekali.
"Cuma beberapa orang," Hermione mengulangi, sambil memeriksa jam tangannya dan memandang dengan cemas ke pintu. "Kusuruh mereka ke sini sekitar sekarang dan
aku yakin mereka semua tahu di mana letaknya -- oh, lihat, ini mungkin mereka."
Pintu pub telah terbuka. Seberkas cahaya tebal sinar matahari penuh debu membagi ruangan menjadi dua sejenak dan lalu menghilang, terhalang oleh serbuan kerumunan orang-orang yang sedang masuk.
Pertama masuklah Neville dengan Dean dan Lavender, yang diikuti oleh Parvati dan Padma Patil bersama (perut Harry bersalto ke belakang) Cho dan salah seorang teman wanitanya yang suka terkikik, lalu (sendirian dan tampak sangat melamun dia mungkin saja masuk secara tidak sengaja) Luna Lovegood; lalu Katie Bell, Allicia Spinnet dan Angelina Johnson, Colin dan Dennis Creeevy, Ernie Macmillan, Justin Finch-Fletchey, Hannah Abbot, seorang gadis Hufflepuff dengan rambut panjang dijalin yang namanya tidak diketahui Harry; tiga anak lelaki Ravenclaw yang dia cukup yakin dipanggil Anthony Goldstein, Michael Corner dan Terry Boot, Ginny, diikuti oleh seorang anak lelaki kurus tinggi berambut pirang yang hidungnya mencuat yang samar-samar dikenali Harry sebagai salah satu anggota tim Quidditch Hufflepuff dan, paling belakang, Fred dan George Weasley bersama teman mereka Lee Jordan, mereka bertiga semuanya membawa kantong-kantong kertas besar yang dijejali barang-barang jualan Zon
ko. "Beberapa orang"" kata Harry dengan serak kepada Hermione. "Beberapa orang""
"Ya, well, ide itu tampaknya sangat populer," kata Hermione dengan gembira. "Ron, maukah kau menarik beberapa kursi lagi""
Penjaga bar telah membeku ketika sedang menyeka sebuah gelas dengan kain rombengan yang sangat kotor sehingga terlihat seolah tidak pernah dicuci. Mungkin dia belum pernah melihat pubnya begini penuh.
"Hai," kata Fred, yang mencapai bar terlebih dahulu dan sambil menghitung teman-temannya dengan cepat, "bisakah kami dapat ... dua puluh lima Butterbeer""
Penjaga bar melotot kepadanya sejenak, lalu, sambil melemparkan kain rombengnya dengan kesal sekan-akan dia telah disela ketika melakukan sesuatu yang penting, dia mulai memberikan Butterbeer berdebu dari bawah bar.
"Sulang," kata Fred sambil membagi-bagikan."Serahkan uang, semuanya, aku tidak punya cukup emas untuk semua ini ... "
Harry memandang dengan kaku selagi kelompok besar yang sedang mengoceh itu mengambil bir-bir mereka dari Fred dan menggeledah kantong untuk mencari koin. Dia tidak bisa membayangkan untuk apa orang-orang ini muncul sampai timbul pikiran mengerikan dalam dirinya bahwa mereka mungkin mengharapkan semacam pidato, sehingga dia memberondong Hermione.
"Apa yang telah kau katakan kepada mereka"" katanya dengan suara rendah. "Apa yang mereka harapkan""
"Sudah kuberitahu kamu, mereka cuma ingin mendengar apa yang mau kau katakan," kata Hermione menenangkan; tapi Harry terus menatapnya dengan sangat
marah sehingga dia menambahkan cepat-cepat, "kau tidak harus melakukan apapun dulu, aku akan berbicara kepada mereka terlebih dahulu."
"Hai, Harry," kata Neville sambil tersenyum dan mengambil tempat duduk di seberangnya.
Harry mencoba tersenyum balik, tetapi tidak berbicara; mulutnya luar biasa kering. Cho baru saja tersenyum kepadanya dan duduk di sebelah kanan Ron. Temannya, yang berambut keriting pirang kemerahan, tidak tersenyum, tetapi memberi Harry pandangan tidak percaya yang jelas memberitahu dia bahwa, kalau bisa memutuskan, dia tidak akan berada di sini sama sekali.
Dalam kelompok dua-dua dan tiga-tiga para pendatang baru duduk di sekitar Harry, Ron dan Hermione, beberapa terlihat agak bersemangat, yang lainnya ingin tahu, Luna Lovegood menatap ruang kosong sambil melamun. Ketika semua orang telah menarik kursi, ocehan menghilang. Semua mata menatap Harry.
"Er," kata Hermione, suaranya sedikit lebih tinggi daripada biasa karena gugup.
"Well -- er -- hai."
Kelompok itu memfokuskan perhatian kepadanya, walaupun beberapa mata terus melirik Harry secara teratur.
"Well ... erm ... well, kalian tahu kenapa kalian di sini. Erm ... well, Harry di sini punya ide -- maksudku" (Harry telah memberi pandangan tajam kepadanya) "aku punya ide -- bahwa mungkin baik kalau orang-orang yang ingin belajar Pertahanan terhadap Ilmu Hitam -- dan maksudku, benar-benar mempelajarinya, kalian tahu, bukan sampah yang diberikan Umbridge kepada kita -- " (suara Hermione mendadak menjadi lebih kuat dan lebih percaya diri) "-- karena tak seorangpun bisa menyebut itu Pertahanan terhadap Ilmu Hitam -- " ("Dengar, dengar," kata Anthony Goldstein, dan Hermione tampak berbesar hati) "-- Well, kupikir baik kalau kita, well, mengambil alih masalah ini ke tangan kita sendiri."
Dia berhenti sejenak, memandang ke samping kepada Harry, dan melanjutkan, "Dan dengan itu maksudku belajar bagaimana mempertahankan diri kita dengan tepat, tidak hanya secara teori tetapi melakukan mantera-mantera sebenarnya -- "
"Walau kau mau lulus OWL Pertahanan terhadap Ilmu Hitammu juga, kuyakin begitu"" kata Michael Corner yang sedang memperhatikannya dengan seksama.
"Tentu saja," kata Hermione seketika. "Tapi lebih dari itu, aku mau terlatih dengan tepat dalam pertahanan karena ... karena dia mengambil napas panjang dan menyelesaikan, "karena Lord Voldemort sudah kembali."
Reaksinya segera dan dapat diramalkan. Teman Cho menjerit dan menumpahkan Butterbeer ke dirinya sendiri; Terry Boot berkedut tanpa diinginkan; Padma Patil gemetar, dan Neville mengeluarkan pekikan aneh yang berhasil diubahnya menjadi batu
k. Namun, mereka semua memandang lekat-lekat, bahkan dengan tidak sabar, kepada Harry.
"Well ... itu rencananya," kata Hermione. "Kalau kalian mau bergabung dengan kami, kita perlu memutuskan bagaimana kita akan -- "
"Di mana buktinya Kau-Tahu-Siapa sudah kembali"" kata pemain Hufflepuff pirang itu dengan suara yang agak agresif.
"Well, Dumbledore mempercayai itu -- " Hermione mulai.
"Maksudmu, Dumbledore mempercayai dia," kata anak laki-laki pirang itu sambil mengangguk kepada Harry.
"Siapa kamu"" kata Ron agak kasar.
"Zacharias Smith," kata anak itu, "dan kukira kita punya hak untuk tahu apa tepatnya yang membuat dia berkata Kau-Tahu-Siapa sudah kembali."
"Lihat," kata Hermione turut campur dengan cepat, "pertemuan ini seharusnya bukan mengenai hal itu -- "
"Tidak apa-apa, Hermione," kata Harry.
Baru saja dia mengerti kenapa ada begitu banyak orang di sana. Dia mengira Hermione seharusnya sudah memperkirakan ini. Beberapa dari orang-orang ini -bahkan mungkin sebagian besar dari mereka -- muncul karena berharap bisa mendengar cerita Harry dari tangan pertama.
"Apa yang membuatku mengatakan Kau-Tahu-Siapa sudah kembali"" ulangnya sambil memandang langsung Zacharias di mukanya. "Aku melihat dia. Tapi Dumbledore memberitahu seluruh sekolah apa yang terjadi tahun lalu, dan kalau kau tidak percaya kepadanya, kau tidak akan percaya kepadaku, dan aku tidak akan menghabiskan sore hariku mencoba meyakinkan siapapun."
Seluruh kelompok itu tampak telah menahan napas sementara Harry berbicara. Harry mendapat kesan bahwa bahkan si penjaga bar sedang mendengarkan. Dia sedang menyeka gelas yang sama dengan kain rombeng kotor itu, membuatnya semakin kotor.
Zacharias berkata dengan ngotot, "Yang diberitahu Dumbledore kepada kami tahun lalu hanyalah bahwa Cedric Diggory terbunuh oleh Kau-Tahu-Siapa dan bahwa kau membawa pulang jenazah Diggory ke Hogwarts. Dia tidak memberi kami detilnya, dia tidak memberitahu kami tepatnya bagaimana Diggory terbunuh, kukira kami semua ingin tahu -- "
"Kalau kau datang untuk mendengar dengan terperinci bagaimana kelihatannya ketika Voldemort membunuh seseorang aku tidak bisa membantumu," Harry berkata. Amarahnya, selalu begitu dekat ke permukaan akhir-akhir ini, menaik lagi. Dia tidak melepaskan matanya dari wajah Zacharias Smith yang agresif, dan menetapkan hati untuk tidak memandang Cho. "Aku tidak mau berbicara mengenai Cedric Diggory, mengerti" Jadi kalau itu sebabnya kau di sini, sekalian saja kau pergi."
Dia memberi pandangan marah ke arah Hermione. Ini semua, menurutnya, adalah kesalahannya; dia telah memutuskan untuk memajangnya seperti semacam orang aneh dan tentu saja mereka semua muncul untuk melihat seberapa liar ceritanya. Tapi tak satupun dari mereka yang meninggalkan tempat duduk mereka, bahkan tidak Zacharias Smith, walaupun dia terus memandang Harry lekat-lekat.
"Jadi," kata Hermione, suaranya melengking tinggi lagi. "Jadi ... seperti yang kubilang ... kalau kalian mau belajar beberapa pertahanan, maka kita perlu memutuskan bagaimana kita akan melakukannya, seberapa sering kita akan bertemu dan di mana kita akan -- "
"Benarkah," sela anak perempuan dengan rambut panjang dijalin, sambil memandang Harry, "bahwa kau bisa menghasilkan Patronus""
Ada bisikan tertarik di sekitar kelompok itu ketika mendengar hal ini.
"Yeah," kata Harry agak defensif.
"Patronus korporeal""
Frase itu menggerakkan sesuatu dalam ingatan Harry. "Er -- kau tidak kenal Madam Bones, bukan"" tanyanya. Gadis itu tersenyum.
"Dia bibiku," katanya. "Aku Susan Bones. Dia memberitahuku tentang dengar pendapatmu. Jadi -- apakah itu memang benar" Kau membuat Patronus kijang jantan""
"Ya," kata Harry.
"Astaga, Harry!" kata Lee sambil terlihat sangat terkesan. "Aku belum pernah tahu
itu!" "Mum menyuruh Ron jangan menyebarkannya," kata Fred sambil menyeringai kepada Harry. "Dia bilang kau sudah dapat cukup perhatian."
"Dia tidak salah," omel Harry, dan beberapa orang tertawa.
Penyihir wanita berkerudung yang sedang duduk sendirian bergeser sedikit di tempat duduknya.
"Dan apakah kamu membunuh seekor Basilisk dengan pedang di kanto
r Dumbledore"" tuntut Terry Boot. "Itu yang diberitahukan salah satu potret di dinding kepadaku ketika aku berada di sana tahun lalu ... "
"Er -- yeah, memang, yeah," kata Harry.
Justin Finch-Fletchey bersiul; kakak-beradik Creevey saling memandang penuh
kekaguman dan Lavender Brown berkata "Wow!" dengan lemah. Harry merasa sedikit panas di sekitar kerahnya sekarang; dia memutuskan untuk melihat ke manapun selain kepada Cho.
"Dan di tahun pertama kami," kata Neville kepada kelompok itu, "dia menyelamatkan Batu Filologi --"
"Bertuah," desis Hermione.
"Ya, itu -- dari Kau-Tahu-Siapa," Neville menyudahi. Mata Hannah Abbot membulat seperti Galleon.
"Dan itu tanpa menyebut," kata Cho (mata Harry beralih ke seberang ke arahnya; dia sedang memandangnya, sambil tersenyum; perutnya bersalto sekali lagi) "semua tugas yang harus dilewatinya dalam Turnamen Triwizard tahun lalu -- melewati naga-naga dan manusia duyung dan Acromantula dan benda-benda ... "
Ada gumaman setuju dan terkesan di sekitar meja. Isi tubuh Harry menggeliat. Dia mencoba mengatur wajahnya sehingga dia tidak tampak terlalu puas diri. Fakta bahwa Cho baru saja memujinya membuat jauh, jauh lebih sulit baginya untuk mengatakan hal-hal yang telah dia sumpahkan kepada dirinya sendiri untuk diberitahukan kepada mereka.
"Lihat," katanya, dan semua orang terdiam sekali lagi. "Aku ... aku tidak mau terdengar bahwa aku mencoba rendah hati atau apapun, tapi ... aku dapat banyak bantuan melawan semua hal tadi ... "
"Tidak dengan naga itu, kau tidak," kata Michael Corner seketika. "Itu benar-benar gaya terbang yang sangat keren ... "
"Yeah, well -- " kata Harry, rasanya kasar kalau tidak setuju.
"Dan tak seorangpun membantumu mengenyahkan semua Dementor itu pada musim panas ini," kata Susan Bones.
"Tidak," kata Harry, "tidak, OK, aku tahu aku melakukan beberapa hal tanpa bantuan, tapi yang sedang aku coba katakan adalah bahwa -- "
"Apakah kau sedang mencoba berkelit supaya tidak perlu memperlihatkan kepada kami apapun"" kata Zacharias Smith.
"Aku punya ide," kata Ron dengan keras, sebelum Harry bisa berbicara, "kenapa kau tidak menutup mulutmu""
Mungkin kata "berkelit" telah berpengaruh kuat kepada Ron. Bagaimanapun, sekarang dia sedang memandangi Zacharias seakan-akan dia sangat ingin menggebuknya. Zacharias merona.
"Well, kami semua muncul untuk belajar dari dia dan sekarang dia memberitahu
kami dia sebenarnya tidak bisa melakukan semua itu," katanya. "Itu bukan apa yang dia katakan," sambar Fred.
"Apakah kau mau kami membersihkan telingamu"" tanya George, sambil menarik sebuah alat logam panjang yang tampak berbahaya dari salah satu kantong Zonkonya.
"Atau bagian tubuhmu yang lain, sebenarnya, kami tidak pilih-pilih ke mana kami menusukkan benda ini," kata Fred.
"Ya, well," kata Hermione buru-buru, "lanjut ... intinya adalah, apakah kita setuju bahwa kita ingin belajar dari Harry""
Ada gumaman persetujuan secara umum. Zacharias melipat tangannya dan tidak berkata apa-apa, walaupun mungkin ini dikarenakan dia terlalu sibuk memperhatikan alat di tangan Fred.
"Benar," kata Hermione, terlihat lega bahwa akhirnya sesuatu telah diputuskan, "Well, kalau begitu, pertanyaan berikutnya adalah seberapa sering kita melakukannya. Aku benar-benar mengira tak ada gunanya bertemu kurang dari seminggu sekali -- "
"Tunggu dulu," kata Angelina, "kami perlu memastikan ini tidak bentrok dengan latihan Quidditch kami."
"Tidak," kata Cho, "atau dengan latihan kami."
"Ataupun latihan kami," tambah Zacharias Smith.
"Aku yakin kita bisa menemukan satu malam yang sesuai untuk semua orang," kata Hermione, agak tidak sabar, "tapi kalian tahu, ini agak penting, kita sedang membicarakan tentang belajar mempertahankan diri kita sendiri melawan para Pelahap Maut Voldemort -- "
"Benar sekali!" hardik Ernie Macmillan, yang telah Harry harapkan untuk berbicara jauh sebelum ini. "Secara pribadi, kukira ini benar-benar penting, mungkin lebih penting daripada hal-hal lain yang akan kita lakukan tahun ini, bahkan dengan OWL kita yang akan datang!"
Dia melihat sekeliling dengan mengesankan, seakan-akan menunggu o
rang-orang untuk berteriak, "Tentu saja tidak!" Ketika tak seorangpun berbicara, dia melanjutkan, "Aku, secara pribadi, tidak mengerti mengapa Kementerian menyisipkan guru yang begitu tidak berguna kepada kita pada periode kritis ini. Terang saja, mereka sedang dalam penyangkalan atas kembalinya Kau-Tahu-Siapa, tapi memberi kita seorang guru yang mencoba secara aktif untuk mencegah kita menggunakan mantera-mantera pertahanan -- "
"Kami kita arasa Umbridge tidak mau kita terlatih dalam Pertahanan terhadap Ilmu Hitam," kata Hermione, "adalah bahwa dia punya ... ide gila bahwa Dumbledore bisa menggunakan murid-murid di sekolah seperti semacam tentara pribadi. Dikiranya dia akan menggerakkan kita melawan Kementerian."
Hampir semua orang tampak tercengang mendengar kabar ini; semua orang kecuali Luna Lovegood, yang berseru, "Well, itu masuk akal. Lagipula, Cornelius Fudge punya tentara pibadinya sendiri."
"Apa"" kata Harry, benar-benar terkejut karena potongan informasi tak terduga ini.
"Ya, dia punya bala tentara Heliopath," kata Luna dengan tenang.
"Tidak, dia tidak punya," sambar Hermione.
"Ya, dia punya," kata Luna.
"Apa itu Heliopath"" tanya Neville, tampak tak mengerti.
"Mereka adalah roh api," kata Luna, matanya yang menonjol melebar sehingga dia tampak lebih sinting daripada sebelumnyam, "makhluk-makhluk besar dengan nyala api besar yang berderap menyeberangi tanah sambil membakar semua yang ada di hadapan -- "
"Mereka tidak benar-benar ada, Neville," kata Hermione dengan masam. "Oh, ya, mereka ada!" kata Luna dengan marah. "Maafkan aku, tapi di mana buktinya"" sambar Hermione.
"Ada banyak keterangan saksi mata. Hanya karena kau begitu berpikiran sempit kau perlu melihat segala hal disodorkan ke bawah hidungmu sebelum kau -- "
"Hem, hem," kata Ginny, dengan tiruan Profesor Umbridge yang sangat bagus sehingga beberapa orang melihat sekeliling dengan waspada dan lalu tertawa. "Bukankah kita sedang berusaha memutuskan seberapa sering kita akan bertemu dan belajar pertahanan""
"Ya," kata Hermione seketika, "ya, memang, kau benar, Ginny." "Well, sekali seminggu kedengarannya bagus," kata Lee Jordan. "Selama --" mulai Angelina.
"Ya, ya, kami tahu tentang Quidditch," kata Hermione dengan suara tegang. "Well, hal lain yang perlu diputuskan adalah di mana kita akan bertemu ... "
Ini agak lebih sulit; seluruh kelompok itu terdiam.
"Perpustakaan"" saran Katie Bell setelah beberapa saat.
"Aku tidak yakin Madam Pince akan sangat senang melihat kita melakukan kutukan di perpustakaan," kata Harry.
"Mungkin sebuah ruang kelas yang tidak terpakai"" kata Dean.,
"Yeah," kata Ron, "McGonagall mungkin mengizinkan kita menggunakan kelasnya, dia begitu sewaktu Harry sedang berlatih untuk Triwizard."
Tetapi Harry cukup yakin bahwa McGonagall tidak akan begitu bersedia kali ini. Untuk semua yang telah dikatakan Hermione tentang kelompok belajar dan pekerjaan rumah diperbolehkan, dia punya perasaan kuat bahwa yang satu ini mungkin dianggap jauh lebih memberontak.
"Benar, well, kita akan mencoba menemukan suatu tempat," kata Hermione. "Kami akan mengirimkan pesan berkeliling kepada semua orang ketika kami mendapatkan waktu dan tempat untuk pertemuan pertama."
Dia menggeledah tasnya dan mengeluarkan perkamen dan sebuah pena bulu, lalu bimbang, seakan-akan dia sedang menguatkan dirinya sendiri untuk mengatakan sesuatu.
"Aku -- aku kira semua orang harus menuliskan nama mereka, hanya supaya kita tahu siapa yang ada di sini. Tapi aku juga mengira," dia mengambil napas dalam-dalam, "bahwa kita harus setuju tidak meneriakkan apa yang sedang kita lakukan. Jadi kalau kalian tanda tangan, kalian setuju tidak memberitahu Umbridge atau orang lain apa yang sedang kita rencanakan."
Fred meraih perkamen itu dan menuliskan tanda tangannya dengan riang, tetapi Harry memperhatikan seketika bahwa beberapa orang terlihat kurang senang akan prospek menempatkan nama mereka ke daftar itu.
"Er kata Zacharias lambat-lambat, tanpa mengambil perkamen yang sedang George coba operkan kepadanya, "well ... aku yakin Ernie akan memberitahuku kapan pertemuannya."
Tapi Ernie j uga terlihat agak bimbang untuk tanda tangan. Hermione mengangkat alis kepadanya.
"Aku -- well, kami prefek," Ernie menjelaskan. "Dan kalau daftar ini ditemukan ... well, aku ingin mengatakan ... kau sendiri bilang, kalau Umbridge tahu --"
"Kamu baru saja bilang kalau grup ini hal terpenting yang akan kau lakukan tahun ini," Harry mengingatkan dia.
"Aku -- ya," kata Ernie, "ya, aku memang percaya itu, hanya saja -- "
"Ernie, apakah kau benar-benar mengira aku akan membiarkan daftar itu di sembarang tempat"" kata Hermione dengan kesal.
"Tidak. Tidak, tentu saja tidak," kata Ernie, terlihat sedikit kurang cemas. "Aku -- ya, tentu saja aku akan tanda tangan."
Tidak seorangpun keberatan setelah Ernie, walaupun Harry melihat teman Cho memberinya pandangan agak mencela sebelum menambahkan namanya sendiri. Ketika orang terakhir -- Zacharias -- telah tanda tangan, Hermione mengambil perkamen itu kembali dan menyelipkannya dengan hati-hati ke dalam tasnya. Ada perasaan aneh dalam kelompok itu sekarang. Seakan-akan mereka baru saja menandatangani semacam kontrak.
"Well, waktu terus berjalan," kata Fred dengan cepat, sambil bangkit. "George, Lee dan aku punya hal-hal yang sifatnya sensitif utnuk dibeli, kami akan berjumpa kalian nanti."
Sisa kelompok itu pergi juga, dua-dua dan tiga-tiga. Cho berlama-lama mengikatkan kaitan tasnya sebelum pergi, rambutnya yang seperti tirai gelap panjang berayun ke depan menutupi wajahnya, tetapi temannya berdiri di sampingnya, dengan lengan terlipat, sambil membunyikan lidahnya, sehingga Cho tidak punya pilihan lain selain pergi bersamanya. Selagi temannya mendorongnya melalui pintu, Cho berpaling ke belakang dan melambai kepada Harry.
"Well, kukira cukup lancar," kata Hermione dengan gembira, ketika sejenak kemudian dia, Harry dan Ron berjalan keluar dari Hog"s Head ke sinar matahari cerah. Harry dan Ron sedang menggenggam botol Butterbeer mereka.
"Cowok Zacharias itu brengsek," kata Ron, yang sedang menatap marah figur Smith, yang terlihat dari kejauhan.
"Aku juga tidak begitu suka dengannya," aku Hermione, "tetapi dia mendengar sewaktu aku berbicara kepada Ernie dan Hannah di meja Hufflepuff dan dia tampak sangat tertarik untuk datang, jadi apa yang bisa kubilang" Tapi sebenarnya semakin banyak orang semakin baik -- maksudku, Michael Corner dan teman-temannya tidak akan datang kalau dia tidak sedang mengencani Ginny -- "
Ron, yang sedang meneguk habis beberapa tetes terakhir dari botol Butterbeernya, tersedak dan menyemprotkan Butterbeer ke bagian depan tubuhnya.
"Dia APA"" repet Ron, marah besar, telinganya sekarang menyerupai potongan daging sapi mentah. "Dia kencan dengan -- adikku kencan -- apa maksudmu, Michael Corner""
"Well, itulah sebabnya dia dan teman-temannya datang, kukira -- well, mereka jelas tertarik untuk belajar pertahanan, tetapi kalau Ginny tidak memberitahu Michael apa yang sedang terjadi -- "
"Kapan ini -- kapan dia --""
"Mereka bertemu di Pesta Dansa dan mulai berkencan akhir tahun lalu," kata Hermione dengan tenang. Mereka telah berbelok ke High Street dan dia berhenti sejenak di luar Toko Pena Bulu Scrivenshaft, di mana ada pajangan menarik pena-pena bulu ayam pegar di jendela. "Hmm ... aku perlu pena bulu baru."
Dia berbelok ke dalam toko. Harry dan Ron mengikutinya.
"Yang mana Michael Corner"" Ron menuntut dengan marah. "Yang berkulit gelap," kata Hermione. "Aku tidak suka dia," kata Ron seketika. "Kejutan besar," kata Hermione berbisik.
"Tapi," kata Ron, sambil mengikuti Hermione sepanjang barisan pena-pena bulu dalam pot-pot tembaga, "Kukira Ginny suka Harry!"
Hermione melihat kepadanya agak mengasihani dan menggelengkan kepalanya.
"Ginny dulu suka Harry, tapi dia menyerah berbulan-bulan yang lalu. Bukannya sekarang dia tidak menyukaimu, tentu saja," tambahnya dengan manus kepada Harry sementara dia memeriksa sebuah pena bulu panjang berwarna hitam dan emas.
Harry, yang kepalanya masih dipenuhi lambaian perpisahan Cho, tidak menganggap subyek ini semenarik Ron, yang nyata-nyata gemetar karena marah, tapi hal itu mengingatkannya kepada sesuatu yang hingga sekarang bel
um pernah diamatinya. "Jadi itu sebabnya dia berbicara kepadaku sekarang"" dia bertanya kepada Hermione. "Dulu dia tidak pernah berbicara di depanku."
"Tepat sekali," kata Hermione. "Ya, kukira aku akan beli yang satu ini
Dia pergi ke meja kasir dan menyerahkan lima belas Sickle dan dua Knut, sementara Ron masih mengikutinya.
"Ron," katanya dengan tegas ketika dia berpaling dan menginjak kakinya, "inilah tepatnya mengapa Ginny belum memberitahumu bahwa dia berkencan dengan Michael, dia tahu kau akan menerimanya dengan buruk. Jadi jangan merepet tentang itu, demi Tuhan."
"Apa maksudmu" Siapa yang menerima dengan buruk" Aku tidak akan merepet tentang apapun Ron terus menggerutu dengan suara kecil sepanjang jalan itu.
Hermione menggulirkan matanya kepada Harry dan lalu berkata dengan nada rendah, sementara Ron masih menggumamkan kutukan mengenai Michael Corner, "Dan berbicara tentang Michael dan Ginny ... bagaimana dengan Cho dan kamu""
"Apa maksudmu"" kata Harry cepat.
Seakan-akan air mendidih sedang naik dengan cepat di dalam dirinya; sebuah sensasi terbakar yang menyebabkan wajahnya membara di udara dingin -- apakah dia sejelas itu"
"Well," kata Hermione sambil tersenyum sedikit, "dia tidak bisa mengalihkan
matanya darimu, bukankah begitu""
Harry belum pernah menghargai sebelumnya betapa indahnya desa Hogsmeade itu.
BAB TUJUH BELAS Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Empat
Harry merasa lebih gembira selama sisa akhir pekan itu daripada yang telah dirasakannya sepanjang semester itu. Dia dan Ron menghabiskan banyak waktu di hari Minggu untuk mengejar semua pekerjaan rumah mereka lagi, dan walaupun ini hampir tidak bisa dikatakan menyenangkan, sinar matahari terakhir di musim gugur tetap bertahan, sehingga bukannya duduk membungkuk pada meja di ruang duduk mereka membawa pekerjaan mereka ke luar dan bernaung di bayangan pohon beech besar di tepi danau. Hermione, yang tentu saja sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, membawa lebih banyak wol ke luar bersamanya dan menyihir jarum-jarum rajutnya sehingga mereka berkilauan dan berbunyi di tengah udara di sampingnya, menghasilkan lebih banyak topi dan scarf.
Mengetahui bahwa mereka sedang melakukan sesuatu untuk melawan Umbridge dan Kementerian, dan bahwa dia adalah bagian penting dari pemberontakan itu, memberi Harry perasaan puas yang mendalam. Dia terus mengingat pertemuan hari Sabtu itu dalam pikirannya: semua orang itu, datang kepadanya untuk belajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam ... dan tampang-tampang mereka ketika mereka mendengar beberapa hal yang telah dia lakukan ... dan Cho memuji penampilannya di Turnamen Triwizard -- mengetahui semua orang itu tidak menganggapnya orang aneh pembohong, melainkan seseorang yang patut dikagumi, melambungkannya sedemikian rupa sehingga dia masih ceria pada hari Senin pagi, walaupun masih harus menghadapi semua kelas yang paling tidak disukainya.
Dia dan Ron turun dari kamar asrama mereka, sambil membahas gagasan Angelina supaya mereka berlatih gerakan baru yang disebut Sloth Grip Roll pada latihan
Quidditch malam itu, dan sampai mereka setengah menyeberangi ruang duduk yang penuh cahaya matahari mereka tidak memperhatikan tambahan ke ruangan itu yang telah menarik perhatian sekelompok kecil orang.
Sebuah pengumuman besar telah dilekatkan ke papan pengumuman Gryffindor; begitu besarnya sehingga menutupi semua hal lain di sana -- daftar buku-buku mantera bekas untuk dijual, peringatan tetap tentang peraturan sekolah dari Argus Filch, jadwal latihan tim Quidditch, tawaran untuk barter Kartu Cokelat Kodok yang satu bagi kartu lainnya, iklan terbaru Weasley untuk mencari penguji, tanggal-tanggal akhir pekan Hogsmeade serta pengumuman barang hilang dan ditemukan. Pengumuman baru tersebut dicetak dengan huruf-huruf hitam besar dan ada cap yang tampak sangat resmi di bagian bawah di samping sebuah tanda tangan yang rapi dan berhuruf keriting.
DENGAN PERINTAH PENYELIDIK TINGGI HOGWARTS
Semua organisasi, perkumpulan, kelompok, dan klub siswa dibubarkan sejak saat ini.
Organisasi, perkumpulan, tim, kelompok atau klub didefinisikan sebagai pert
emuan tetap tiga atau lebih siswa.
Izin untuk membentuk kembali dapat diminta dari Penyelidik Tinggi (Profesor Umbridge).
Tak ada organisasi, perkumpulan, tim, kelompok atau klub siswa yang boleh terbentuk tanpa pengetahuan dan
persetujuan Penyelidik Tinggi.
Siswa yang kedapatan telah membentuk, atau bergabung dengan, sebuah organisasi, perkumpulan, tim, kelompok
atau klub yang belum disetujui oleh Penyelidik Tinggi akan dikeluarkan.
Hal-hal tersebut di atas sesuai dengan Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Empat.
Tertanda: Dolores Jane Umbridge, Penyelidik Tinggi
Harry dan Ron membaca pengumuman itu melewati kepala beberapa anak kelas dua yang tampak cemas.
"Apakah ini berarti mereka akan menutup Klub Gobstones"" salah satu dari mereka bertanya kepada temannya.
"Kukira kalian akan baik-baik saja dengan Gobstones," kata Ron dengan muram, membuat akan kelas dua itu terlompat. "Walau kukira kita tidak akan seberuntung itu, kalau kamu"" dia bertanya kepada Harry ketika anak-anak kelas dua itu bergegas
pergi. Harry sedang membaca pengumuman itu lagi. Perasaan senang yang memenuhinya sejak hari Sabtu telah hilang. Isi tubuhnya bergetar karena marah.
"Ini bukan kebetulan," katanya, tangannya mengepal. "Dia tahu."
"Dia tidak mungkin tahu," kata Ron seketika.
"Ada orang-orang yang mendengarkan di bar itu. Dan hadapi saja, kita tidak tahu berapa banyak orang yang muncul yang bisa kita percayai ... siapapun dari mereka bisa pergi memberitahu Umbridge ... "
Dan dia mengira mereka mempercayai dirinya, mengira mereka bahkan mengagumi dirinya ...
"Zacharias Smith!" kata Ron seketika, sambil meninju tangannya. "Atau -- kukira Michael Corner itu juga punya tampang yang benar-benar licik -- "
"Aku ingin tahu apakah Hermione sudah melihat ini"" Harry berkata, sambil memandang sekeliling ke pintu menuju kamar anak perempuan.
"Ayo pergi dan beritahu dia," kata Ron. Dia maju, menarik pintu hingga terbuka dan menaiki tangga spiral.
Dia berada di anak tangga keenam ketika ada sebuah suara keras, melengking, seperti klakson dan anak-anak tangga luluh membentuk luncuran batu yang panjang dan licin seperti alat permainan luncuran. Ada saat sejenak di mana Ron berusaha tetap berlari, lengannya bekerja dengan hebat seperti kincir angin, lalu dia tumbang ke belakang dan meluncur turun di luncuran yang baru terbentuk itu, terdiam dengan punggungnya di kaki Harry.
"Er -- kukira kita tidak diperbolehkan masuk ke kamar anak perempuan," kata Harry, sambil menarik Ron bangkit dan berusaha tidak tertawa.
Dua anak perempuan kelas empat meluncur turun dengan gembira di luncuran batu itu.
"Oooh, siapa yang mencoba naik ke atas"" mereka terkikik gembira, sambil melompat bangkit dan mengerling pada Harry dan Ron.
"Aku," kata Ron, yang masih agak kusut. "Aku tidak sadar itu akan terjadi. Tidak adil!" tambahnya kepada Harry, ketika anak-anak perempuan itu menuju lubang potret, masih terkikik hebat. "Hermione boleh masuk ke kamar kita, kenapa kita tidak
boleh --"" "Well, itu peraturan yang sudah ketinggalan zaman," kata Hermione, yang baru saja meluncur rapi ke sebuah permadani di depan mereka dan sekarang sedang bangkit, "tapi dikatakan di Sejarah Hogwarts, bahwa para pendiri menganggap anak laki-laki kurang dapat dipercaya dibandingkan anak perempuan. Ngomong-ngomong, kenapa kau mencoba masuk ke sana""
"Untuk menemuimu -- lihat ini!" kata Ron sambil menyeretnya ke papan pengumuman.
Mata Hermione bergeser dengan cepat menuruni pengumuman itu. Ekspresinya menjadi kaku.
"Seseorang pasti telah mengadu kepadanya!" kata Ron dengan marah. "Mereka tidak mungkin melakukannya," kata Hermione dengan suara rendah. "Kau begitu naif," kata Ron, "kaukira hanya karena kau terhormat dan bisa dipercaya
"Bukan, mereka tidak mungkin melakukannya, karena aku menempatkan kutukan di potongan perkamen yang ditandatangani kita semua," kata Hermione dengan murung. "Percayalah padaku, kalau seseorang lari memberitahu Umbridge, kita akan tahu persis siapa mereka dan mereka akan benar-benar menyesalinya."
"Apa yang akan terjadi dengan mereka"" kata Ron dengan penuh semangat.
"Well, bilang saj a begini," kata Hermione, "akan membuat jerawat Eloise Midgeon terlihat seperti beberapa bintik hitam yang manis. Ayolah, mari turun untuk sarapan dan lihat apa yang dipikiran yang lainnya ... aku ingin tahu apakah ini sudah dipasang di semua asrama""
Segera jelas ketika memasuki Aula Besar bahwa pengumuman Umbridge bukan hanya telah muncul di Menara Gryffindor. Ada intensitas tertentu dalam obrolan dan kadar pergerakan ekstra di Aula ketika orang-orang bergegas menyusuri meja-meja mereka merundingkan apa yang telah mereka baca. Harry, Ron dan Hermione belum lagi duduk ketika Neville, Dean, Fred, George dan Ginny menghampiri mereka.
"Apakah kalian melihatnya""
"Menurutmu dia tahu""
"Apa yang akan kita lakukan""
Mereka semua memandang Harry. Dia melihat sekilas ke sekitarnya untuk memastikan tidak ada guru di dekat mereka.
"Tentu saja kita akan tetap melakukannya," katanya pelan.
"Tahu kau akan bilang begitu," kata George, sambil tersenyum dan memukul pelan lengan Harry.
"Para prefek juga"" kata Fred, sambil memandang Ron dan Hermione dengan pandangan bertanya.
"Tentu saja," kata Hermione dengan dingin.
"Ini dia Ernie dan Hannah Abbot," kata Ron, sambil memandang lewat bahunya. "Dan cowok-cowok Ravenclaw itu dan Smith ... dan tak seorangpun tampak penuh
bintik." Hermione terlihat gusar. "Tak usah pedulikan bintik, para idiot itu tidak bisa datang ke sini sekarang, akan tampak mencurigakan -- duduk!" dia menggerakkan mulut tanpa bersuara kepada Ernie dan Hannah, sambil memberi isyarat dengan kalut kepada mereka untuk bergabung kembali ke meja Hufflepuff. "Nanti! Kami akan -- berbicara -- kepada --kalian -- nanti!"
"Aku akan beritahu Michael," kata Ginny dengan tidak sabar sambil bangkit dari bangkunya, "si bodoh itu, jujur saja ... "
Dia bergegas menuju meja Ravenclaw; Harry memperhatikannya pergi. Cho sedang duduk tidak jauh, sambil berbicara dengan temannya yang berambut keriting yang dibawanya ke Hog"s Head. Apakah pengumunan Umbridge akan membuatnya takut menghadiri pertemuan mereka lagi"
Tetapi akibat penuh dari pengumuman itu belum dirasakan sampai mereka meninggalkan Aula Besar untuk Sejarah Sihir.
"Harry! Ron!" Itu Angelina dan dia sedang bergegas menuju mereka terlihat sangat putus asa.
"Tidak apa-apa," kata Harry pelan, ketika dia cukup dekat untuk mendengarnya. "Kita masih akan -- "
"Kau sadar dia mengikutkan Quidditch ke dalam ini"" Angelina memotongnya. "Kita harus pergi meminta izin untuk membentuk kembali tim Gryffindor!"
"Apa"" kata Harry.
"Tidak mungkin," kata Ron, terperanjat.
"Kalian baca pengumumannya, menyebutkan tim juga! Jadi dengar, Harry ... aku mengatakan ini untuk terakhir kalinya ... tolong, tolong jangan kehilangan kendali dengan Umbridge lagi atau dia mungkin tidak akan membiarkan kita bermain lagi!"
"OK, OK," kata Harry, karena Angelina terlihat seolah-olah hampir menangis. "Jangan khawatir, aku akan menjaga tingkah lakuku ... "
"Aku bertaruh Umbridge ada dalam Sejarah Sihir," kata Ron dengan murung, ketika mereka berangkat ke pelajaran Binns. "Dia belum menginspeksi Binns ... taruhan apapun dia ada di sana ... "
Tapi dia salah, satu-satunya guru yang hadir ketika mereka masuk adalah Profesor Binns, melayang sekitar satu inci dari kursinya seperti biasa dan bersiap-siap
melanjutkan dengungannya yang membosankan mengenai perang para raksasa. Harry bahkan tidak berusaha mengikuti apa yang dikatakannya hari ini, dia menggambar dengan malas di perkamennnya sambil mengabaikan pelototan dan sikutan Hermione yang sering terjadi, sampai sebuah tusukan menyakitkan di tulang iganya membuatnya melihat ke atas dengan marah.
"Apa"" Dia menunjuk ke jendela. Harry melihat sekeliling. Hedwig sedang bertengger di birai jendela yang sempit, memandang melalui kaca tebal kepadanya, sepucuk surat terikat ke kakinya. Harry tidak bisa mengerti, mereka baru saja sarapan, kenapa dia tidak mengantarkan surat saat itu, seperti biasa" Banyak teman sekelasnya juga menunjuk Hedwig kepada satu sama lain.
"Oh, aku selalu suka burung hantu itu, dia sangat cantik," Harry mendengar Lavender menghela napas kepada Parvati.
Dia m emandang kepada Profesor Binns yang terus membacakan catatannya, dengan tenangnya tidak menyadari bahwa perhatian kelas bahkan lebih tidak terfokus kepadanya daripada biasanya. Harry menyelinap diam-diam dari kursinya, berjongkok dan bergegas menyusuri barisan itu ke jendela, di mana dia menggeser pengaitnya dan membukanya dengan sangat pelan.
Dia telah mengharapkan Hedwig untuk menjulurkan kakinya sehingga dia bisa melepaskan surat itu dan lalu terbang ke Kandang Burung Hantu tetapi saat jendela terbuka cukup lebar diai melompat masuk, sambil beruhu dengan sedih. Dia menutup jendela dengan pandangan cemas kepada Profesor Binns, berjongkok rendah lagi dan bergegas kembali ke tempat duduknya dengan Hedwig di bahunya. Dia duduk kembali, memindahkan Hedwig ke pangkuannya dan mulai melepaskan surat yang terikat ke kakinya.
Saat itu barulah dia sadar bahwa bulu-bulu Hedwig kusut dengan cara yang aneh; beberapa bengkok ke arah yang salah, dan dia sedang mengulurkan salah satu sayapnya pada sudut yang aneh.
"Dia terluka!" Harry berbisik, sambil membungkukkan kepalanya rendah-rendah di atas Hedwig. Hermione dan Ron mencondongkan badan lebih dekat; Hermione bahkan meletakkan pena bulunya. "Lihat -- ada yang salah dengan sayapnya -- "
Hedwig sedang gemetaran; ketika Harry menyentuh sayap itu dia terlompat kecil, semua bulunya berdiri seakan-akan dia sedang menggembungkan dirinya sendiri, dan memandang Harry dengan mencela.
"Profesor Binns," kata Harry keras-keras, dan semua orang di kelas itu berpaling untuk melihatnya. "Aku merasa tidak sehat."
Profesor Binns mengangkat mata dari catatannya, terlihat heran, seperti biasanya, mendapati ruangan di depannya penuh dengan orang.
"Merasa tidak sehat"" ulangnya dengan tidak jelas.
"Sama sekali tidak sehat," kata Harry dengan tegas sambil bangkit dengan Hedwig tersembunyi di balik punggungnya. "Kukira aku perlu pergi ke sayap rumah sakit."
"Ya," kata Profesor Binns, jelas tidak tahu mau berbuat apa. "Ya ... ya, sayap rumah sakit ... well, pergilah, kalau begitu, Perkins
Begitu berada di luar ruangan, Harry mengembalikan Hedwig ke bahunya dan bergegas menyusuri koridor, hanya berhenti sejenak untuk berpikir ketika dia tidak bisa lagi melihat pintu Binns. Pilihan pertamanya atas seseorang untuk menyembuhkan Hedwig adalah Hagrid, tentu saja, tetapi karena dia tidak punya ide di mana Hagrid pilihannya yang tersisa adalah menemukan Profesor Grubbly-Plank dan berharap dia akan menolong.


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia mengintip ke luar jendela ke halaman yang mendung dan berangin kencang. Tidak ada tanda-tandanya di mana pun dekat kabin Hagrid; kalau dia tidak sedang mengajar, dia mungkin berada di dalam ruang guru. Dia berangkat turun, Hedwig beruhu lemah selagi terayun-ayun di bahunya.
Dua gargoyle batu mengapit pintu ruang guru. Ketika Harry mendekat, salah satu dari mereka berkuak, "Kau seharusnya berada di dalam kelas, Nak Jim."
"Ini penting," kata Harry kasar.
"Ooooh, penting, bukan"" kata gargoyle yang satunya lagi dengan suara melengking tinggi. "Well, itu menempatkan kami di tempat seharusnya, bukan""
Harry mengetuk pintu. Dia mendengar langkah-langkah kaki, lalu pintu terbuka dan dia mendapati dirinya berhadapan dengan Profesor McGonagall.
"Kau tidak diberi detensi lagi!" katanya seketika, kacamata perseginya berkilat menakutkan.
"Tidak, Profesor!" kata Harry cepat-cepat.
"Well, kalau begitu mengapa kau berada di luar kelas""
"Tampaknya penting," kata gargoyle kedua menyindir.
"Saya mencari Profeosr Grubbly-Plank," Harry menjelaskan. "Burung hantu saya, dia terluka."
"Burung hantu terluka, katamu""
Profesor Grubbly-Plank muncul di balik bahu Profesor McGonagall, sambil mengisap pipa dan memegang sebuah salinan Daily Prophet.
"Ya," kata Harry sambil mengangkat Hedwig dengan hati-hati dari bahunya, "dia muncul setelah burung hantu pos lainnya dan sayapnya aneh, lihat -- "
Profesor Grubbly-Plank memasukkan pipanya dengan kokoh di antara gigi-giginya dan mengambil Hedwig dari Harry sementara Profesor McGonagall mengamati.
"Hmm," kata Profesor Grubbly-Plank, pipanya bergoyang sedikit ketika dia berbicara. "Kelihatan
nya sesuatu menyerangnya. Walau tak bisa memikirkan apa yang mungkin melakukannya. Thestral terkadang menyerang burung, tentu saja, tapi Hagrid telah membuat Thesrtral Hogwarts terlatih baik untuk tidak menyentuh burung hantu."
Harry tidak tahu juga tidak peduli apa itu Thestral; dia hanya ingin tahu bahwa Hedwig akan baik-baik saja. Namun, Profesor McGonagall memandang tajam kepada Harry dan berkata, "Apakah kau tahu berapa jauh burung hantu ini bepergian, Potter""
"Er," kata Harry. "Dari London, kukira."
Mereka saling pandang sejenak dan dia tahu, dari cara alisnya bertaut, bahwa Profesor McGonagall mengerti "London" berarti "Grimmauld Place nomor dua belas".
Profesor Grubbly-Plank menarik sebuah kacamata berlensa satu keluar dari bagian dalam jubahnya dan memasangnya ke matanya, untuk memeriksa sayap Hedwig lebih seksama. "Aku seharusnya bisa memperbaiki ini kalau kau meninggalkannya denganku, Potter," katanya, "bagaimanapun, dia seharusnya tidak terbang jauh selama beberapa hari."
"Er -- benar -- trims," kata Harry, persis ketika bel untuk istirahat berbunyi.
"Tak masalah," kata Profesor Grubbly-Plank dengan keras, sambil berpaling kembali ke dalam ruang guru.
"Sebentar saja, Wilhemina!" kata Profesor McGonagall. "Surat Potter!"
"Oh yeah!" kata Harry, yang sejenak telah melupakan gulungan yang terikat ke kaki Hedwig. Profesor Grubbly-Plank menyerahkannya dan menghilang ke dalam ruang guru sambil membawa Hedwig, yang menatap Harry seolah-olah tidak percaya dia akan menyerahkan dirinya seperti ini. Merasa sedikit bersalah, dia berpaling untuk pergi, tetapi Profesor McGonagall memanggilnya kembali.
"Potter!" "Ya, Profesor""
Dia melihat ke ujung-ujung koridor, ada murid-murid yang berdatangan dari kedua arah.
"Camkan di pikiranmu," katanya dengan cepat dan pelan, matanya kepada gulungan di tangannya, "bahwa saluran-saluran komunikasi di dalam dan di luar Hogwarts mungkin sedang diawasi, oke""
"Aku -- " kata Harry, tetapi arus siswa yang bergemuruh di sepanjang koridor hampir mencapainya. Profesor McGonagall memberinya anggukan kecil dan mundur ke
dalam ruang guru, meninggalkan Harry tersapu ke halaman sekolah bersama kerumunan. Dia melihat Ron dan Hermione sudah berdiri di sebuah sudut terlindung, kerah mantel mereka dinaikkan melawan angin. Harry membuka gulungan itu selagi dia bergegas menuju mereka dan menemukan kata-kata dalam tulisan tangan Sirius.
Hari ini, waktu yang sama, tempat yang sama.
"Apakah Hedwig baik-baik saja"" tanya Hermione dengan cemas, saat dia berada dalam jarak pendengaran.
"Ke mana kau membawanya"" tanya Ron.
"Ke Grubbly-Plank," kata Harry. "Dan aku bertemu McGonagall ... dengar
Dan dia memberitahu mereka apa yang telah dikatakan Profesor McGonagall. Yang membuatnya terkejut, tak seorangpun dari mereka tampak terguncang. Sebaliknya, mereka saling berpandangan penuh pengertian.
"Apa"" kata Harry, sambil melihat dari Ron kepada Hermione dan balik lagi.
"Well, aku baru saja berkata kepada Ron ... bagaimana kalau seseorang mencoba mencegat Hedwig" Maksudku, dia belum pernah terluka dalam penerbangan sebelumnya, bukan""
"Ngomong-ngomong, dari siapa surat itu"" tanya Ron, sambil mengambil catatan itu dari Harry.
"Snuffles," kata Harry pelan.
""Waktu yang sama, tempat yang sama"" Apakah maksudnya api di ruang duduk""
"Jelas saja," kata Hermione, juga membaca catatan itu. Dia tampak gelisah. "Aku hanya berharap tak ada orang lain yang sudah membaca ini ... "
"Tapi masih tersegel dan segalanya," kata Harry, mencoba meyakinkan dirinya sendiri serta Hermione. "Dan tak seorangpun akan mengerti apa artinya kalau mereka tidak tahu di mana kita sudah berbicara dengannya sebelumnya, benar "kan""
"Aku tidak tahu," kata Hermione dengan cemas, sambil mengangkat tasnya ke bahunya ketika bel berbunyi lagi, "sebenarnya tidak sulit menyegel kembali gulungan dengan sihir ... dan kalau seseorang sedang mengawasi Jaringan Floo ... tapi aku tidak melihat bagaimana kita bisa memperingatkannya untuk tidak datang tanpa dicegat
juga!" Mereka menuruni undakan batu ke ruang bawah tanah untuk Ramuan, mereka ketiga semuanya terben
am dalam pikiran, tetapi ketika mereka mencapai dasar tangga mereka disadarkan oleh suara Draco Malfoy yang sedang berdiri tepat di luar pintu ruang kelas Snape, sambil melambaikan sebuah potongan perkamen yang tampak resmi dan berbicara jauh lebih keras daripada yang diperlukan sehingga mereka bisa mendengar setiap kata.
"Yeah, Umbridge langsung memberi tim Quidditch Slytherin izin untuk terus bermain, aku pergi untuk memintanya pagi-pagi sekali. Well, cukup otomatis, maksudku, dia kenal baik ayahku, dia selalu muncul di Kementerian ... akan menarik melihat apakah Gryffindor dibolehkan terus bermain, bukan""
"Jangan naik," Hermione berbisik memohon kepada Harry dan Ron, yang keduanya sedang mengamati Malfoy, dengan wajah tegang dan tinju terkepal. "Itu yang dia mau."
"Maksudku," kata Malfoy, sambil menaikkan suaranya sedikit lagi, matanya yang kelabu berkilat dengki ke arah Harry dan Ron, "kalau masalah pengaruh dengan Kementerian, kukira mereka tidak punya banyak kesempatan ... dari apa yang dikatakan ayahku, mereka telah mencari alasan untuk memecat Arthur Weasley selama bertahun-tahun ... dan mengenai Potter ... ayahku bilang cuma masalah waktu sebelum Kementerian mengirimnya ke St Mungo ... tampaknya mereka punya bangsal khusus untuk orang-orang yang otaknya sudah kacau akibat sihir."
Malfoy membuat wajah aneh, mulutnya ternganga dan matanya digulirkan. Crabbe dan Goyle tertawa mendengkur seperti biasa, Pansy Parkinson menjerit senang.
Sesuatu menabrak bahu Harry, menjatuhkannya ke samping. Sepersekian detik kemudian dia menyadari bahwa Neville baru saja menyerbu melewati dirinya, langsung menuju Malfoy.
"Neville, jangan!"
Harry melompat maju dan meraih bagian belakang jubah Neville; Neville meronta gila-gilaan, tinjunya memukul-mukul, mencoba dengan putus asa mengenai Malfoy yang sejenak terlihat sangat terguncang.
"Tolong aku!" Harry berpaling kepada Ron, berhasil melingkarkan satu lengan di sekeliling leher Neville dan menyeretnya mundur, menjauh dari anak-anak Slytherin. Crabbe dan Goyle sedang menegangkan lengan mereka selagi mereka melangkah ke depan Malfoy, siap berkelahi. Ron menyambar kedua lengan Neville, dan bersama-sama dia dan Harry berhasil menyeret Neville ke belakang ke barisan Gryffindor. Wajah Neville merah tua, tekanan yang ditempatkan Harry ke tenggorokannya membuatnya sulit dimengerti, tetapi kata-kata aneh keluar dari mulutnya.
"Tak ... lucu ... jangan ... Mungo ... perlihatkan ... dia
Pintu ruang bawah tanah terbuka. Snape muncul di sana. Matanya yang hitam memandang ke barisan Gryffindor ke titik di mana Harry dan Ron sedang bergumul dengan Neville.
"Berkelahi, Potter, Weasley, Longbottom"" Snape berkata dengan suaranya yang dingin mengejek. "Sepuluh poin dari Gryffindor. Lepaskan Longbottom, Potter, atau akan jadi detensi. Ke dalam, kalian semua."
Harry melepaskan Neville, yang berdiri terengah-engah dan melotot kepadanya.
"Aku harus menghentikanmu," Harry terengah-engah, sambil memungut tasnya. "Crabbe dan Goyle akan merobek-robekmu."
Neville tidak berkata apa-apa; dia hanya menyambar tasnya sendiri dan berlari ke dalam ruang bawah tanah.
"Dalam nama Merlin," kata Ron lambat-lambat, selagi mereka mengikuti Neville, "tentang apa itu tadi""
Harry tidak menjawab. Dia tahu persis mengapa subyek mengenai orang-orang yang berada di St Mungo karena kerusakan sihir pada otak mereka sangat membuat Neville tertekan, tetapi dia telah bersumpah kepada Dumbledore bahwa dia tidak akan memberitahu rahasia Neville kepada siapapun. Bahkan Neville tidak tahu kalau Harry tahu.
Harry, Ron dan Hermione mengambil tempat duduk mereka yang biasa di bagian belakang kelas, menarik keluar perkamen, pena bulu, dan salinan Seribu Tanaman dan Jamur Sihir mereka. Kelas di sekitar mereka sedang berbisik-bisik mengenai apa yang baru saja dilakukan Neville, tetapi ketika Snape menutup pintu ruang bawah tanah dengan bunyi keras menggema, semua orang segera terdiam.
"Kalian akan memperhatikan," kata Snape dengan suaranya yang rendah mengejek, "bahwa kita punya seorang tamu bersama kita hari ini."
Dia memberi isyarat kepada su
dut suram ruang bawah tanah itu dan Harry melihat Profesor Umbridge duduk di sana, papan jepit di lututnya. Dia memandang ke samping kepada Ron dan Hermione, alisnya terangkat. Snape dan Umbridge, dua guru yang paling dibencinya. Sulit memutuskan yang mana yang dia inginkan menang atas yang lainnya.
"Kita akan melanjutkan dengan Larutan Penguat kita hari ini. Kalian akan menemukan campuran kalian seperti yang kalian tinggalkan pada pelajaran lalu; kalau dibuat dengan benar campuran-campuran itu seharusnya sudah matang selama akhir pekan -- instruksi -- " dia melambaikan tongkatnya lagi "-- di papan tulis. Teruskan."
Profesor Umbridge menghabiskan setengah jam pertama dari pelajaran itu mencatat di sudutnya. Harry sangat tertarik untuk mendengar dia menanyai Snape; begitu tertariknya, sehingga dia menjadi kurang hati-hati dengan ramuannya lagi.
"Darah salamander, Harry!" Hermione mengerang, sambil meraih pergelangan tangannya untuk mencegahnya menambahkan bahan yang salah ketiga kalinya, "bukan jus pomegranate!"
"Benar," kata Harry dengan samar, sambil meletakkan botol itu dan terus mengamati sudut. Umbridge baru saja bangkit. "Ha," katanya pelan, ketika dia berjalan di antara dua baris meja tulis menuju Snape, yang sedang membungkuk di atas kuali Dean Thomas.
"Well, kelas ini tampaknya cukup maju untuk tingkatan mereka," katanya cepat
kepada punggung Snape. "Walaupun aku akan bertanya apakah sebaiknya mengajari mereka ramuan seperti Larutan Penguat. Kukira Kementerian akan lebih suka kalau itu dihilangkan dari daftar pelajaran.
Snape meluruskan badannya lambat-lambat dan berpaling untuk memandangnya.
"Sekarang ... berapa lama Anda telah mengajar di Hogwarts"" tanyanya, dengan pena bulunya diseimbangkan di atas papan jepitnya.
"Empat belas tahun," Snape menjawab. Ekspresinya tidak dapat ditebak. Harry, sambil mengamatinya dengan seksama, menambahkan beberapa tetes ke dalam ramuannya; ramuan itu berdesis mengancam dan berubah dari biru kehijauan menjadi
jingga. "Aku yakin, Anda pertama melamar untuk pos Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam"" Profesor Umbridge bertanya kepada Snape.
"Ya," kata Snape pelan.
"Tapi Anda tidak berhasil""
Bibir Snape melengkung. "Jelas saja." Profesor Umbridge mencoret ke papan jepitnya.
"Dan kuyakin, Anda telah melamar untuk pos Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam secara teratur sejak Anda pertama kali bergabung dengan sekolah ini""
"Ya," kata Snape pelan, hampir tidak menggerakkan bibirnya. Dia terlihat sangat marah.
"Apakah Anda punya ide mengapa Dumbledore terus menolak menunjuk Anda"" tanya Umbridge.
"Kusarankan Anda bertanya kepadanya," kata Snape tersentak.
"Oh, akan kulakukan," kata Profesor Umbridge, dengan senyum manis.
"Kuanggap ini relevan"" Snape bertanya, matanya yang hitam menyipit.
"Oh ya," kata Profesor Umbridge, "ya, Kementerian ingin pemahaman menyeluruh terhadap -- er -- latar belakang para guru."
Dia berpaling, berjalan ke arah Pansy Parkinson dan mulai menanyainya tentang pelajaran. Snape melihat kepada Harry dan mata mereka bertemu selama sedetik. Harry buru-buru menjatuhkan pandangannya pada ramuannya, yang sekarang mengental jelek sekali dan mengeluarkan bau kuat dari karet terbakar.
"Kalau begitu, tidak ada nilai lagi, Potter," kata Snape dengan dengki, sambil mengosongkan kuali Harry dengan satu lambaian tongkatnya. "Kamu akan menuliskan sebuah esai bagiku tentang komposisi yang benar dari ramuan ini, menandakan bagaimana dan kenapa kau salah, untuk diserahkan pada pelajaran berikutnya, apakah kamu mengerti""
"Ya," kata Harry dengan marah. Snape sudah memberikan mereka pekerjaan rumah dan dia punya latihan Quidditch malam ini; ini berarti beberapa malam tanpa tidur lagi. Tampaknya tidak mungkin dia telah terbangun pagi itu sambil merasa sangat gembira. Semua yang dirasakannya sekarang hanyalah keinginan kuat agar hari ini segera berakhir.
"Mungkin aku akan bolos Ramalan," katanya dengan murung, ketika mereka berdiri di lapangan setelah makan siang, angin memecut keliman jubah dan pinggir topi. "Aku akan pura-pura sakit dan mengerjakan esai Snape sebagai gantinya, lalu aku tidak p
erlu terjaga sepanjang malam."
"Kau tidak bisa bolos Ramalan," kata Hermione dengan keras.
"Dengar siapa yang berbicara, kau keluar dari Ramalan, kau benci Trelawney!" kata Ron dengan marah.
"Aku tidak benci dia," kata Hermione angkuh. "Aku hanya mengira dia seorang guru yang benar-benar mengerikan dan seorang penipu tua sejati. Tapi Harry sudah ketinggalan Sejarah Sihir dan kukira dia tidak boleh ketinggalan yang lain lagi hari
ini!" Ada terlalu banyak kebenaran dalam hal ini untuk diabaikan, sehingga setengah jam kemudian Harry mengambil tempat duduknya dalam suasana ruang kelas Ramalan yang panas dan terlalu banyak parfum, sambil merasa marah kepada semua orang. Profesor Trelawney sekali lagi menyerahkan salinan-salinan Ramalan Mimpi. Harry mengira waktunya lebih baik dipakai untuk mengerjakan esai hukuman Snape daripada duduk di sini sambil mencoba menemukan arti dalam mimpi-mimpi rekaan.
Namun, kelihatannya dia bukan satu-satunya orang dalam Ramalan yang sedang marah. Profesor Trelawney membanting sebuah salinan Ramalan ke meja di antara Harry dan Ron dan berjalan pergi, bibirnya dikerutkan; dia melemparkan salinan Oracle berikutnya kepada Seamus dan Dean, hampir mengenai kepala Seamus, dan menyorongkan yang terakhir ke dada Neville dengan tenaga yang begitu kuat sehingga dia jatuh dari kursi empuknya.
"Well, lanjutkan!" kata Profesor Trelawney denagn kuat, suaranya melengking tinggi dan agak histeris, "kalian tahu apa yang harus dilakukan! Atau apakah aku seorang guru yang begitu di bawah standar sehingga kalian belum pernah belajar bagaimana membuka sebuah buku""
Kelas itu menatapnya dengan bingung, lalu kepada satu sama lain. Namun, Harry mengira dia tahu apa masalahnya. Selagi Profesor Trelawney menyentak kembali ke kursi guru yang bersandaran tinggi, matanya yang diperbesar penuh air mata kemarahan, dia mencondongkan kepalanya mendekat pada kepala Ron dan
bergumam, "Kukira dia sudah dapat hasil inspeksinya."
"Profesor"" kata Parvati Patil dengan suara berbisik (dia dan Lavender selalu agak mengagumi Profesor Trelawney). "Profesor, apakah ada yang -- er -- salah""
"Salah!" teriak Profesor Trelawney dengan suara yang bergetar penuh emosi. "Tentu saja tidak! Aku telah dihina, tentu saja ... seseorang telah membuat sindiran kepadaku ... tuduhan-tuduhan tak berdasar dilontarkan ... tapi tidak, tidak ada yang salah, tentu saja!"
Dia mengambil napas panjang dengan ngeri dan mengalihkan pandangan dari Parvati, air mata kemarahan berjatuhan dari balik kacamatanya.
"Aku tidak mengatakan apa-apa," dia tersedak, "tentang enam belas tahun pengabdian setia ... sudah berlalu, tampaknya, tanpa diperhatikan ... tapi aku tidak akan dihina, tidak, aku tidak akan!"
"Tapi, Profesor, siapa yang menghina Anda"" tanya Parvati takut-takut.
"Orang yang berkuasa!" kata Profesor Trelawney, dengan suara dalam, dramatis, yang bergetar. "Ya, mereka yang matanya terlalu diliputi hal-hal membosankan sehingga tidak bisa Melihat seperti yang ku-Lihat, Tahu seperti yang ku-Tahu ... tentu saja, kami para Penglihat selalu ditakuti, selalu dianiaya ... itu nasib kami."
Peti Bertuah 3 Dewa Arak 33 Mahluk Dari Dunia Asing Simple Past Present Love 2

Cari Blog Ini