Ceritasilat Novel Online

Misteri Kucing Siam 1

Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam Bagian 1


Misteri Kucing Siam By: Enid Blyton Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
ANAK BESAR DI RUMAH SEBELAH
Bets sangat gembira. Hari itu Pip akan pulang, karena sekolahnya libur panjang. Selama tiga bulan Bets merasa kesepian, karena abangnya itu tinggal di asrama. Tapi kini Pips akan ada lagi di rumah.
"Sedang Larry dan Daisy akan tiba pula besok!" kata Bets pada ibunya. "Wah, Bu - asyik rasanya kalau banyak lagi anak-anak teman bermain."
Larry dan Daisy itu teman-teman Pip. Mereka sebenarnya lebih tua daripada Bets, tapi ia selalu diperbolehkan ikut bermain bersama-sama. Dalam liburan Paskah yang lalu mereka berempat serta seorang anak laki-laki lagi yang ditemani anjingnya mengalami petualangan ramai. Mereka berhasil menyelidiki, siapa sebenarnya yang membakar sebuah pondok.
"Waktu itu kami menjadi Pasukan Mau Tahu," kata Bets sambil mengingat-ingat. "Dan kami berhasil membongkar seluruh rahasia kejadian itu - ya kan, Bu" Wah, aku kepingin kami bisa menyelidiki misteri lagi selama liburan ini!"
Ibunya tertawa. "Ah - itu kan cuma karena mujur saja, kalian berhasil membongkar rahasia pondok yang terbakar," kata Ibu. "Kau jangan mengharapkan misteri lagi, Bets, karena jelas takkan ada. Sekarang cepatlah berpakaian. Sudah waktunya menjemput Pip."
Pip senang sekali bisa pulang berlibur ke rumah. Begitu sampai, ia langsung lari ke kebun bersama Bets. Segala-galanya diperhatikan olehnya dengan asyik, seolah-olah sudah bertahun-tahun tidak pulang.
Adik perempuannya membuntuti terus, sambil mengoceh dengan suara lantang. Bets sangat menga-gumi Pip. Tapi Pip tidak begitu memperhatikan adiknya itu. Menurut anggapannya, Bets masih kecil, masih ingusan. Masih gemar bermain dengan boneka, dan menangis kalau terjatuh sedikit saja.
"Larry dan Daisy juga akan pulang besok," kata Bets dengan napas memburu, karena harus mengikuti langkah Pip yang lebih panjang. "Wah, Pip - apakah kita akan beraksi sebagai Pasukan Mau Tahu lagi""
"Itu kan cuma kalau ada sesuatu yang perlu diselidiki, goblok," kata Pip. "O, ya hampir saja aku lupa - liburan ini Fatty juga akan datang lagi ke sini. Orang tuanya begitu senang berlibur di Peterswood waktu Paskah kemarin, sehingga mereka lantas membeli sebuah rumah kecil di sini. Dan Fatty akan kemari liburan ini."
"Bagus," kata Bets dengan gembira. "Aku suka pada Fatty, karena dia ramah terhadapku. Jadi kita bisa lagi menjadi Pasukan Mau Tahu yang lengkap ... o ya, Pip, tentunya Buster ikut lagi, ya""
"Tentu saja," jawab Pip. Buster itu anjing piaraan Fatty. Anjing itu kecil, berbulu hitam. Anak-anak semua sayang pada Buster. "Senang rasanya bisa bertemu lagi dengan Buster."
"Dari mana kau tahu Fatty akan datang"" tanya Bets, sambil berlari-lari mengikuti Pip.
"Ia menulis surat padaku," jawab Pip. "Nanti dulu - suratnya ada padaku. la menuliskan pesan untukmu di situ."
Pip merogoh kantongnya, lalu mengeluarkan sepu-cuk surat yang sudah kumal. Dengan bergairah Bets mengambil surat itu. Tulisannya tidak panjang, tapi sangat rapi.
Pip yang budiman, Aku hanya hendak mengabarkan, orang tuaku telah membeli Rumah Putih yang tidak jauh dan tempat kediamanmu. Jadi liburan musim panas ini kita akan bertemu lagi. Moga-moga ada lagi misteri yang bisa kita selidiki. Asyik, kita bisa beraksi lagi sebagai Pasukan Mau Tahu dengan Anjing. Salamku pada si cilik, Bets. Begitu aku sampai, aku akan mampir ke rumahmu.
Salam, Frederick Algernon Trotteville
"Kenapa tidak ditandatanganinya dengan nama Fatty"" tanya Bets. "Frederick Algernon Trotteville - rasanya konyol kedengarannya."
"Yah - Fatty sendiri kadang-kadang memang konyol," kata Pip. "Mudah-mudahan sekali ini ia tidak lagi terlalu membangga-banggakan diri sendiri. Kau masih ingat liburan yang lalu, bagaimana ia membang-gakan bekas-bekas memar yang terjadi karena jatuh dari tumpukan jerami""
"Ya, tapi memar-memarnya memang hebat nam-paknya," kata Bets sambil mengenang kejadian itu. "Warnanya macam-macam - hebat sekali! Aku kepingin kalau luka memar juga bisa kelihatan seperti itu."
Larry dan Daisy tiba sekitar pukul
tiga siang keesokan harinya. Selesai minum teh mereka langsung lari mendatangi Pip dan Bets. Senang rasanya bisa berkumpul lagi beramai-ramai. Setelah beberapa saat mengobrol, Bets merasa agak tersisih. Soalnya, cuma ia sendiri yang tidak bersekolah di tempat lain dan tinggal di asrama. Jadi kadang-kadang ada pembicaraan yang tidak dimengerti olehnya.
"Coba umurku tidak baru delapan tahun," pikirnya, mungkin untuk keseribu kalinya. "Larry sudah tiga belas, sedang yang lain-lain dua belas - jauh lebih tua daripadaku. Aku takkan mungkin bisa menyusul mereka."
Sementara anak-anak itu sedang asyik bertukar kabar sambil mengobrol dan tertawa-tawa, terdengar langkah enteng dari arah depan. Sekejap kemudian muncul
seekor anjing kecil berbulu hitam di tengah mereka, sambil menggonggong-gonggong dengan bersemangat.
"Eh, ini kan Buster! Kau sudah datang lagi, Buster!" seru Daisy bergembira. Anak-anak yang lain ikut senang, ribut menyapa Buster dengan ramah. Karena-nya mereka tidak segera melihat Fatty. Bets yang paling dulu melihat anak gendut itu muncul. Fatty dirangkulnya dengan ramah. Fatty nampak gembira, karena ia pun senang pada Bets. Ia pun merangkul Bets.
Anak-anak yang lain memandangnya sambil nyengir.
"Hallo, Fatty!" sapa Larry. "Bagaimana hasilmu di sekolah""
"Aku juara kelas,'' kata Fatty, dengan sikap yang tidak bisa dibilang rendah hati.
"Masih tetap Fatty yang dulu juga," kata Pip sambil meringis. "Jadi jago ini, juara itu - otak jenius seperti biasanya - murid terhebat di sekolah!"
"Tutup mulut," kata Fatty. Sambil bercanda dipukulnya Pip. "Kalau kau - kurasa tentunya murid yang paling bawah dalam kelas, ya""
Enak rasanya berbaring-baring di rumput sambil bercanda dengan Buster, serta membayangkan hari-hari libur musim panas selama delapan atau sembilan minggu mendatang. Tidak perlu memikirkan pelajaran. Tak ada peraturan sekolah yang mesti dipatuhi. Memang liburan musim panas rasanya paling menye-nangkan bagi mereka!
"Ada kabar baru, Bets"" tanya Fatty. "Barangkali ada kejadian misterius, atau masalah yang perlu dipecah-kan" Jangan lupa, kita masih tetap Pasukan Mau Tahu - ditambah seekor anjing!"
"Aku tahu," jawab Bets. "Tapi saat ini sama sekali tidak ada kejadian misterius, Fatty. Pak Ayo Pergi saja, sudah berminggu-minggu aku tidak melihatnya."
Orang yang dijuluki 'Pak Ayo Pergi' itu nama sebenarnya Pak Goon. la polisi desa Peterswood. Anak-anak menjulukinya 'Pak Ayo Pergi', karena itulah yang selalu dikatakannya kalau berjumpa dengan mereka. Pak Goon tidak suka pada anak-anak. Dan anak-anak pun tidak suka padanya.
"Kelihatannya di sini sama sekali tidak ada kejadian menarik, sejak kita kembali lagi ke sekolah waktu itu," kata Pip.
Tiba-tiba Bets teringat pada sesuatu. "O ya, - rumah sebelah sudah didiami orang lagi sekarang," katanya.
Rumah yang dimaksudkan Bets itu selama dua tahun belakangan tidak ada penghuninya. Anak-anak meno-leh ke arah Bets.
"Ada anak-anak di situ"" tanya Pip.
"Tidak," jawab Bets. "Setidak-tidaknya, kurasa tidak ada. Aku pernah melihat seorang anak laki laki yang sudah remaja di situ, tapi kalau tidak salah ia pekerja di kebun. Kadang-kadang aku mendengar dia bersiul-siul di situ. Merdu sekali siulannya. O ya - kecuali itu banyak sekali kucing di sana. Kucing-kucing aneh!"
"Kucing" Kucing kayak apa"" tanya Pip heran.
Telinga Buster langsung tegak, begitu mendengar kata kucing disebutkan. Anjing itu menggeram pelan.
"Muka mereka coklat tua wamanya, begitu pula ekor dan kaki mereka," kata Bets. "Sedang bulu tubuh berwarna kuning susu. Aku pernah melihat gadis yang merawat mereka menggendong seekor di antaranya. Kucing itu aneh sekali kelihatannya."
"Pasti kucing Siam yang dimaksudkan oleh Bets," kata Larry. "Matanya biru cerah, Bets""
"Entah, aku tidak tahu," jawab Bets. "Jarakku waktu itu tidak cukup dekat, jadi tidak bisa kuperhatikan dengan jelas. Lagipula mata kucing kan hijau wamanya, Larry - bukan biru."
"Tapi kalau kucing Siam, matanya biru cerah," kata Fatty. "Aku tahu, karena bibiku pernah punya seekor. Bagus sekali kucing itu. Namanya Patabang. Kuci
ng begitu sangat berharga."
"Aku kepingin kapan-kapan ke rumah sebelah, untuk melihat mereka," kata Daisy. Menurut pendapatnya, kucing bermata biru cerah dengan bulu kuning susu kecuali kepala, kaki dan ekor yang berwarna coklat tua, pasti sangat indah. "Pemiliknya siapa, Bets""
"Seorang nyonya, bernama Lady Candling," kata Bets. "Tapi aku belum pernah berjumpa dengan dia. Kurasa nyonya itu sering bepergian."
Anak-anak meneruskan obrolan mereka, sambil berbaring-baring di rumput. Sekali-sekali terdengar suara terpekik kaget. Maklumlah. Buster iseng mendata-ngi mereka, lalu menjilat-jilat muka. Tentu saja anak yang dijilati kaget, lalu mendorongnya supaya pergi.
Kemudian terdengar bunyi siulan riang di balik tembok pembatas ke rumah sebelah. Siujan itu terdengar jelas dan merdu.
"Itu dia anak laki-laki yang kuceritakan tadi," kata Bets. "Bagus ya, siulannya""
Larry berdiri, lalu menghampiri tembok. Sesampai di situ ia memandang ke sebelah, sambil menopangkan kaki ke tepi sebuah jambangan bunga yang besar. Dilihatnya seorang anak laki-laki di pekarangan rumah sebelah. Umurnya sekitar lima belas tahun. Tubuhnya besar, dengan wajah bundar kemerah-merahan. Bola matanya biru sekali, memandang seolah-olah selalu heran. Mulutnya besar, dengan dua deret gigi putih cemerlang. Anak itu sedang sibuk menggaruk tanah dekat tembok pagar.
Ia merasa sedang diperhatikan, lalu mendongak. la tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi yang putih bersih.
"Hai," sapa Larry. "Kau tukang kebun rumah sebelah ini""
"Aduh - bukan!" jawab anak itu. la nyengir semakin lebar. "Aku ini cuma pembantu saja. Pembantu tukang kebun. Tukang kebun di sini Pak Tupping. Itu, yang berhidung bengkok dan cepat marah."
Larry cepat-cepat memandang berkeliling kebun. Tapi ia tidak melihat hidung bengkok. Jadi Pak Tupping tidak ada di situ. Menurut perasaannya, orang itu pasti tidak bisa diajak bercanda.
"Bisakah kami kapan-kapan datang untuk melihat kucing-kucing yang ada di situ"" tanya Larry. '"Kan kucing Siam mereka itu, yang dipelihara Lady Candling""
"Betul! Mereka bagus-bagus," kata anak laki-laki temannya berbicara. "Yah, sebaiknya. kalau mau datang, tunggu saja sampai Pak Tupping sedang tidak ada. Menurut anggapannya - kalau melihat aksinya - seluruh tempat ini kepunyaan dia, termasuk kucing-kucing sekaligus. Begini, datang saja besok sore. Pak Tupping akan keluar saat itu. Kau lewat tembok ini saja. Gadis perawat kucing-kucing itu akan ada di sini. Namanya Nona Harmer. Dia pasti takkan keberatan jika kau ingin melihat kucing-kucing piaraannya."
"Beres!" kata Larry senang. "Kami akan datang besok sore. He - namamu siapa""
Sebelum anak laki-laki itu sempat menjawab, sudah terdengar suara seseorang berseru dari suatu tempat tak jauh dari situ. Orang itu marah-marah.
"Luke! Luke! Ke mana lagi kau pergi,. hah"! Kan sudah kukatakan, kau harus membuang sampah itu" Sialan anak itu, sama sekali tak ada gunanya di sini."
Luke menatap Larry dengan pandangannya yang selalu nampak tercengang. Cepat-cepat dipanggulnya alat penggaruk. Kelihatannya seperti ketakutan.
"Itu dia," bisik Luke. "Itu Pak Tupping. Aku harus pergi sekarang. Besok saja kau datang lagi."
Setelah itu ia pergi, sementara Larry turun dari jambangan, lalu mendatangi kawan-kawannya yang masih berbaring di rerumputan.
"Dia itu pembantu tukang kebun," ceritanya. "Namanya Luke. Kelihatannya baik hati, tetapi agak tolol. Kurasa menakut-nakuti angsa saja dia takkan mampu!"
Menurut perasaan Bets, ia pun pasti takkan mampu. Angsa kan besar, dan suka mendesis-desis kalau diganggu.
"Bagaimana - apakah kita besok akan melihat kucing-kucing itu"" tanyanya pada Larry. "Aku mendengar kau tadi menyebut-nyebut tentang mereka."
"Memang betul. Besok sore, apabila tukang kebun yang bernama Pak Tupping itu sedang tidak ada," jawab Larry. "Kita ke sana lewat tembok pagar. Tapi Buster lebih baik jangan diajak-kan tahu bagaimana dia kalau melihat kucing!"
Mendengar kata yang terakhir, Buster langsung menggeram. Kucing" Untuk apa anak-anak hendak pergi melihat kucing" Binatang konyol dan tak berguna, denga
n cakar tajam seperti jarum! Cuma satu saja guna kucing - untuk dikejar!
2 PAK TUPPING JAHAT! Keesokan sorenya anak-anak itu teringat, mereka hendak ke rumah sebelah untuk melihat kucing-kucing Siam yang ada di sana. Larry pergi ke tembok lalu bersiul, memanggil Luke.
Tak lama kemudian anak laki-laki itu muncul. la meringis, memamerkan giginya yang putih. "Kalian bisa datang sekarang," katanya. "Pak Tupping sedang pergi."
Dengan segera anak-anak memanjat tembok, lalu masuk ke pekarangan rumah sebelah. Bets dibantu menyeberang oleh Fatty. Buster jengkel sekali, karena ia ditinggal. Anjing itu menggonggong-gonggong dengan marah, sambil berdiri pada kaki belakang serta menggaruk-garuk dinding tembok dengan sepasang kaki depannya.
"Kasihan si Buster," kata Bets. "Jangan sedih, Buster - kami cuma sebentar saja."
"Anjing tidak boleh masuk ke sini," kata Luke. "Soalnya, di sini kan banyak kucing. Mereka sangat berharga. Banyak sekali uang yang masuk sebagai hadiah dalam berbagai perlombaan, kata gadis yang mengasuh mereka."
"Kau tinggal di sini"" tanya Larry, sementara mereka berbondong-bondong menyusur jalan kebun menuju beberapa rumah kaca.
"Tidak, aku tinggal di tempat ayah tiriku," kata Luke. "Ibuku sudah meninggal dunia. Aku seorang diri, tidak punya adik maupun kakak. Namaku Luke Brown. Umurku lima belas tahun."
"O ya," kata Larry. Mereka belum sempat berkenalan secara resmi. "Namaku Laurence Daykin. Umurku tiga belas tahun. Margaret ini adikku, berumur dua belas. Nama panggilannya Daisy. Lalu dia itu - namanya yang panjang Frederick Algernon Trotteville. Umurnya juga dua belas. Panggilannya si Gendut - alias Fatty."
"Aku lebih senang jika disapa dengan nama Frederick," kata Fatty dengan nada tersinggung. "Aku tidak mau dipanggil Fatty oleh sembarang anak."
"Kau kan bukan sembarang orang, Luke"" tanya Bets. Luke meringis.
"Kalau maumu begitu, aku akan menyapamu dengan nama Frederick," katanya pada Fatty. "Sepantasnya kau bahkan harus disebut Tuan Frederick,- tapi kurasa begitu pun kau takkan suka."
"Dan aku Elisabeth Hilton, singkatannya Bets. Umurku delapan tahun," kata Bets cepat-cepat. la sudah khawatir saja, jangan-jangan Larry akan melewati dirinya. "Dan ini abangku, Philip. Umurnya dua belas, sedang nama panggilannya Pip."
Setelah mereka menceritakan tempat kediaman masing-masing pada Luke, anak itu lantas mengatakan di mana ia tinggal. Di sebuah rumah bobrok, di tepi sungai. Sambil saling memperkenalkan diri, anak-anak sudah melewati rumah-rumah kaca. Mereka melalui sebuah kebun mawar yang indah, menuju sebuah bangunan bercat hijau.
"Itu dia tempat kucing-kucing," kata Luke. "Dan itu Nona Harmer."
Seorang wanita muda bertubuh montok nampak di dekat kandang kucing. la memakai jas dan celana yang panjangnya sampai ke lutut. la kaget ketika melihat lima orang anak muncul.
"Hai," sapanya. "Kalian dari mana""
"Kami tadi masuk lewat tembok," jawab Larry. "Kami ingin melihat kucing-kucing yang ada di sini. Katanya bukan kucing biasa, ya""
"Memang," jawab wanita muda itu. Umurnya sekitar dua puluh tahun. "Itu mereka! Kalian suka pada mereka""
Anak-anak memandang ke dalam bangunan yang kelihatan berupa kandang besar. Banyak kucing ada di situ. Semua sewarna - coklat tua dan kuning susu, dengan mata biru cemerlang. Kucing-kucing itu membalas tatapan anak-anak, sambil mengeong dengan suara aneh. "Mereka bagus sekali," kata Daisy dengan segera.
"Bagiku, kelihatannya aneh," kata Pip.
"Mereka itu betul-betul kucing"" tanya Bets. "Kelihatannya kayak monyet!" Anak-anak yang lain tertawa. "Kalau sudah sekali kena cakar, kau takkan beranggapan lagi bahwa mereka itu monyet," kata Nona Harmer sambil tertawa. "Kucing-kucing ini semuanya sangat berharga - sudah sering memenang-kan hadiah uang yang banyak dalam berbagai pertandingan."
"Kucing mana yang paling banyak memenangkan hadiah"" tanya Bets. "Itu - yang di sebelah sana," kata Nona Harmer, lalu mengajak anak-anak mendekati sebuah kandang terpisah. Kandang itu agak kecil, seperti kandang anjing bentuknya, tetapi berdiri di atas tonggak. "Nah, Dark Queen kucing manis" Ini ada tamu, yang hendak mengagumi kecantikanmu!"
Kucing Siam besar yang ada dalam kandang terpisah itu mengusap-usapkan kepalanya ke pagar kawat yang mengurung dirinya, sambil mengeong-ngeong nyaring. Pengasuhnya menggaruk-garuk kepalanya dengan sikap sayang.
"Dark Queen ini kucing kami yang paling istimewa," katanya. "Baru saja ia memenangkan hadiah pertan-dingan keindahan, sebesar seratus pound. Nilainya sendiri jauh lebih besar lagi."
Dark Queen berdiri. Ekornya yang coklat tua ditegakkan, melambai pelan ke kiri dan ke kanan. Saat itu Bets melihat sesuatu yang menarik.
"Di tengah bulu ekornya yang coklat tua ada beberapa helai yang berwarna kuning susu," katanya pada Nona Harmer.
"Betul," jawab pengasuh itu. "Dulu ia pernah digigit kucing lain di tempat itu. Ketika bulunya tumbuh lagi, ternyata berwarna kuning susu. Tetapi lama-kelamaan akan berubah menjadi coklat tua lagi. Nah - bagaimana pendapat kalian mengenai dirinya""
"Rasanya persis sama seperti yang lain-lainnya juga," kata Daisy. "Maksudku - mereka kan persis sama semuanya""
"Memang, karena warna bulu mereka persis sama," jawab Nona Harmer. "Tapi aku selalu bisa membeda-bedakan, walau semuanya dicampur di satu tempat."
"Bayangkan, nilainya lebih dari seratus pound!" kata Fatty, sambil menatap Dark Queen yang membalas tatapannya tanpa berkedip. "Luke, matamu sama birunya seperti mata Dark Queen. Kau bermata kucing Siam!" Semuanya tertawa, sementara Luke kelihatan agak kikuk.
"Bolehkah Dark Queen dikeluarkan"" tanya Daisy. la sudah kepingin sekali memegang kucing indah itu. "Jinakkah dia""
"O ya." jawab Nona Harmer. "Semuanya jinak-jinak. Kami mengurung mereka, karena nilai mereka sangat tinggi. Kami tidak berani menanggung risiko membiar-kan mereka berkeliaran di luar, karena takut kalau-kalau ada yang ingin mencuri."
Nona Harmer mengambil anak kunci yang tergantung pada sebatang paku. lalu membuka pintu kandang. Diambilnya Dark Queen. Kucing indah itu mengusap-usapkan tubuhnya pada pengasuhnya, sambil men-dengkur-dengkur dengan suara dalam. Daisy membelai-belai kucing itu. yang langsung meloncat ke dalam pelukannya. Daisy senang sekali.
"Aduh. ramahnya kucing ini!" katanya gembira.
Tahu-tahu terjadi keributan di situ! Secara tiba-tiba saja Buster sudah datang berlari-lari, lalu melonjak ke dalam pelukan Fatty sambil menggonggong dengan gembira. Dark Queen langsung melompat dari pelukan Daisy, menghilang ke balik semak. Buster melongo sesaat. Tapi sambil mendengking gembira, detik berikutnya ia sudah mengejar kucing tadi. Terdengar suara pergumulan sengit.
Nona Harmer terpekik karena kaget. Mulut Luke melompong, sementara matanya memancarkan sinar takut. Kucing-kucing ribut mengeong-ngeong. Fatty memanggil-manggil dengan suara garang.
"Buster! Ayo kemari! BUSTER! Kau tidak dengar ya"! Kemari, kataku!"
Tapi percuma saja. Biar dipanggil sampai serak pun, Buster takkan mau mendengar - apabila sedang asyik mengejar kucing. Saking bingungnya, Nona Harmer mengejar masuk semak. Tapi ternyata cuma Buster saja yang ditemukannya di situ. Hidungnya berdarah kena cakar. Lidahnya terjulur ke luar, sementara matanya nampak bersinar-sinar karena bersemangat.
"Mana Dark Queen"" keluh Nona Harmer. "Aduh, gawat nih! Pus, pus!"
Bets menangis. Tak enak perasaannya membayang-kan Dark Queen hilang. Kemudian ia merasa seperti mendengar bunyi dalam semak, di sebelah ujung jalan kebun. Dengan segera ia berlari ke sana untuk memeriksa, sementara air matanya berlinang-linang membasahi pipinya.
Saat itu terjadi lagi keributan. Ada orang datang dari balik kandang. Ternyata orang itu Pak Tupping, tukang kebun. Luke memandang atasannya dengan mata terbelalak ketakutan.
"Ada apa di sini"" seru Pak Tupping. "Siapa kalian" Mau cari apa dalam kebunku"" "Ini bukan kebun Anda," kata Fatty dengan tabah. "Ini kebun Lady Candling, teman ibuku."
Tapi percuma saja mengatakan pada Pak Tupping bahwa kebun itu bukan miliknya. Ia merasa dialah pemiliknya. Setiap bunga yang mekar, setiap biji buncis - bahkan setiap biji kismis yang paling kecil sekalipun, semua merupak
an miliknya pribadi. Dan tahu-tahu ada anak-anak masuk ke kebunnya, bersama seekor anjing! Padahal ia paling benci pada anak-anak, anjing, kucing dan burung-burung.
"Ayo semuanya keluar!" teriaknya marah-marah. "Cepat - semuanya keiuar! Kalian dengar kataku" Awas - kalau nanti kalian kujumpai masuk ke sini lagi, pasti kutempeleng nanti dan kuadukan pada orang tua kalian. Nona Harmer, kenapa Anda berkeluh-kesah"" "Dark Queen hilang!" tangis Nona Harmer. Nampak-nya ia juga takut pada Pak Tupping, seperti Luke.
"Syukur, apabila karenanya Anda dipecat," kata Pak Tupping. "Aku ingin tahu, apa sih gunanya kucing" Semuanya cuma binatang brengsek! Kalau ada satu yang hilang, bagus!"
"Anda memerlukan bantuan kami mencari Dark Queen"" tanya Daisy pada gadis pengasuh kucing-kucing itu.
"Kalian keluar!" bentak Pak Tupping. Hidungnya yang besar dan bengkok berubah warna, menjadi merah padam. Matanya yang berwarna kelabu kusam terbelalak, menatap Daisy. Orang itu jelek tampangnya, kelihatan cepat sekali marah. Rambutnya kuning jagung, sudah beruban di sana-sini. Kerut-merut di mukanya nampak kotor berdaki. Anak-anak tidak senang melihat tampang laki-laki itu.
Mereka memutuskan, lebih baik pergi saja - karena Pak Tupping kelihatannya sudah tidak bisa lagi menahan kesabaran. Anak-anak kembali ke tembok pagar. Mereka masih sempat melihat bahwa Bets tidak ada. Tapi menurut perkiraan mereka, anak itu pasti sudah lari mendului dan cepat-cepat memanjat tembok ke sebelah, karena takut melihat tukang kebun galak itu. Fatty memanggil-manggil Buster.
"Biarkan anjing itu di sini," kata Pak Tupping. "Dia perlu dihajar dulu. Biar kapok, dan tidak berani lagi masuk ke kebunku."
"Jangan berani-berani menyentuh anjingku!" seru Fatty dengan segera. "Nanti Anda digigitnya." Pak Tupping menyambar Buster dan mencengkeram kalung lehernya. Ia memegang pada tengkuk, sehingga anjing itu sama sekali tak berdaya. Pak Tupping pergi sambil menjinjingnya. Fatty hampir-hampir tidak bisa lagi menahan kemarahannya. Dikejarnya tukang kebun jahat itu, lalu ditarik lengannya. Tapi orang itu malah memukulnya, sehingga Fatty kaget. Saat itu juga Pak Tupping membuka pintu sebuah gudang, mencampak-kan Buster ke dalam, lalu mengunci pintu. Sedang anak kuncinya dikantongi. Setelah itu ia berpaling lagi menatap Fatty. Tampangnya jahat sekali, sehingga anak gendut itu cepat-cepat lari menjauh.
Tak lama kemudian keempat anak itu sudah terkapar di atas rumput, di seberang tembok. Napas mereka terengah-engah. Mereka marah sekali. Mereka mening-galkan Luke yang ketakutan, begitu pula Nona Harmer yang malang, yang juga merasa takut. Tanpa mereka ketahui, Bets juga masih ketinggalan di kebun sebelah. Sedang Buster terkunci dalam kandang.
"Dasar orang jahat!" kata Daisy. Anak itu sudah nyaris menangis. Fatty mengumpat dengan gigi terkatup rapat.
"Coba lihat ini - tanganku memar," katanya. "Aku tadi dipukulnya, kena di sini."
"Kasihan Buster," kata Pip, ketika terdengar lolongan sedih di kejauhan.
"Mana Bets"" tanya Larry sambil memandang berkeliling. "Bets! Bets! Kau ke mana""
Tapi tak terdengar jawaban. Bets masih ada di kebun sebelah,
"Rupanya dia masuk ke dalam rumah," kata Pip. "He - apa yang akan kita lakukan sekarang, tentang Buster" Kita harus menyelamatkan dia, Fatty! Tidak bisa kita tinggalkan sendiri di sana. Pasti orang itu tadi akan memukulnya."
"Kasihan si Buster." kata Daisy. "Dan juga Dark Queen. Mudah-mudahan saja dia berhasil ditemukan kembali. Aku ingin tahu, bagaimana Buster tadi menyeberangi tembok ke rumah sebelah."
"Bukan lewat tembok," kata Fatty, "itu kan mustahil! Pasti dia tadi berpikir-pikir dulu, lalu masuk ke kebun lewat depan untuk mencari kita di sana. Kalian kan tahu, Buster cerdas otaknya. Wah - bagaimana cara kita menyelamatkan dia sekarang" Huh, aku benci sekali pada Pak Tupping itu! Pasti Luke sangat menderita, harus bekerja sebagai bawahannya."
"Aku hendak mencari Bets," kata Pip. "Mestinya ia bersembunyi - karena mungkin ketakutan tadi."
Ia pun masuk ke dalam rumah untuk mencari adiknya. Tapi segera muncul kembali, dengan tamp
ang bingung. "Bets sama sekali tak ada di dalam," katanya. "Sudah kupanggil-panggil, tapi tidak menyahut. Ke mana lagi anak itu" Dia tadi kan menyeberangi tembok - jadi tidak masih tertinggal dalam kebun di sebelah""
Tapi ternyata Bets masih ada di sana. Anak itu bersembunyi ketakutan. Apa yang harus dilakukannya sekarang" Mencoba menyeberangi tembok seorang diri, tidak bisa. Sedang lari ke luar lewat pintu pekarangan depan, tidak berani - karena takut ketahuan Pak Tupping!
3 LUKE MEMANG BAIK HATI Ketika Bets tadi lari ke dalam semak untuk melihat apakah Dark Queen ada di situ, ternyata yang ada cuma seekor burung jalak. Burung hitam itu langsung terbang menjauh, begitu Bets muncul. Tapi anak itu masih juga menyuruk ke dalam semak, melihat ke mana-mana sambil memanggil-manggil Dark Queen dengan suara pelan.
Tiba-tiba dilihatnya sepasang mata bersinar, meman-dangnya dari atas pohon. Sesaat Bets kaget - tapi kemudian ia berseru gembira.
"Ah, di situ kau rupanya, Dark Queen! Untung aku berhasil menemukanmu kembali!"
Setelah itu Bets berpikir. Tak ada gunanya menurun-kan Dark Queen dari atas pohon, selama Buster belum dikeluarkan dari kebun. Kucing indah itu lebih aman di tempatnya yang tinggi. Sementara Bets mendongak memandangnya, Dark Queen mulai mendengkur-dengkur. Rupanya senang pada Bets.
Setelah memperhatikan sekilas, Bets merasa pasti mampu memanjat pohon tempat kucing itu. Dengan segera ia sudah berada di atas dahan di samping Dark Queen, sambil mengelus-elus dan mengajak kucing itu bicara. Dark Queen menikmati belaian Bets. Kepalanya yang coklat tua digeser-geserkannya pada Bets, sambil mendengkur dengan suara nyaring.
Kemudian Bets mendengar suara Pak Tupping berteriak-teriak. Rasa takut anak itu timbul lagi. Aduh - temyata tukang kebun itu sudah datang lagi. Rupanya ia tadi sama sekali bukan pergi. Bets mendengarkan teriakan orang yang sedang marah-marah itu dengan tubuh gemetar. Ia tidak berani turun dan pohon, menggabungkan diri dengan anak-anak lainnya. Ia duduk saja diam-diam di samping kucing, sambil mendengarkan keributan di bawah.
Ia tidak bisa mengikuti dengan jelas kejadian itu. Tapi beberapa saat kemudian ia menyadari, anak-anak pasti sudah pergi kembali lewat tembok. Dan ia ditinggal sendiri di situ. Bets ketakutan sekali. Ia sudah hendak turun saja dari pohon, untuk mencari Nona Harmer dan melaporkan di mana Dark Queen berada. Tapi tiba-tiba terdengar langkah orang datang. Bets mengintip dari sela dedaunan. Dilihatnya Luke diseret Pak Tupping. Kasihan anak itu - kupingnya dijewer!
"Kau perlu dihajar rupanya - berani mengajak anak-anak luar masuk ke kebunku!" tukas Pak Tupping. Ditamparnya Luke keras-keras, sampai anak itu menjerit kesakitan. "Kau digaji untuk bekerja di sini, tahu! Sekarang kau harus kerja lembur dua jam, karena lancang mengajak anak-anak tadi masuk ke sini!"
Dipukulnya Luke sekali lagi, lalu ditariknya kupingnya keras-keras. Setelah itu ditolakkannya, sehingga ter-sungkur-sungkur. Bets merasa kasihan sekali pada Luke. Air matanya meleleh, dan ia terisak pelan. Jahat sekali Pak Tupping itu!
Pak Tupping pergi lagi, sementara Luke meraih sebatang penggaruk tanah dan beranjak pergi ke arah berlawanan. Saat itu Bets memanggilnya dengan suara lirih,
"Luke!" Penggaruk yang dipegang Luke terjatuh ke tanah. Anak itu memandang berkeliling sambil melongo. Siapa yang memanggilnya" la tidak melihat siapa-siapa di situ.
"Luke," panggil Bets sekali lagi. "Aku di sini - di atas pohon. Dan Dark Queen ada bersamaku."
Saat itu barulah Luke melihat Bets duduk di atas dahan, didampingi kucing Siam yang minggat. Bets cepat-cepat turun, lalu berdiri di dekat Luke.
"Tolong aku memanjat pagar, Luke," katanya.
"Kalau ketahuan Pak Tupping lagi, pasti aku akan langsung dipecat olehnya - dan ayah tiriku akan menghajar diriku sampai biru-biru," kata Luke yang malang. Mukanya yang kemerah-merahan nampak ketakutan, persis seperti Bets saat itu.
"Yah - aku juga tidak mau kau sampai kehilangan pekerjaan." kata Bets. "Kucoba saja memanjat sendiri."
Tapi Luke tidak sampai hati. Biarpun ia sedan
g ketakutan setengah mati, namun ia merasa wajib menolong anak kecil itu. Mula-mula ia menurunkan Dark Queen dulu dari atas pohon. Setelah itu bersama Bets ia berjingkat-jingkat menyusur kebun, sambil berjaga-jaga kalau Pak Tupping tiba-tiba muncul.
Sesampai di kandang kucing, Dark Queen cepat-cepat dimasukkan ke tempatnya dan pintu ditutup lagi.
"Nona Harmer pasti senang bahwa dia sudah ditemukan," bisik Luke pada Bets. "Nanti akan segera kulaporkan padanya. Sekarang ayo - kita lari ke tembok. Nanti kau kutolong memanjat ke atas."
Keduanya lantas lari ke tembok pagar. Dengan cepat Luke menopang kaki Bets, dan sesaat kemudian anak perempuan itu sudah duduk di atas tembok.
"Cepatlah sedikit," desis Luke, "kudengar Pak Tupping datang!"
Bets begitu ketakutan sehingga ia langsung melompat ke bawah. Ia jatuh tersungkur pada tangan dan lututnya. Tak dipedulikannya kedua anggota badannya yang tergores-gores itu. Dengan segera ia lari menuju ke tempat anak-anak yang masih berbaring di atas rerumputan. Sesampai di situ ia langsung menjatuhkan din. Tubuhnya gemetar.
"Bets! Ke mana kau tadi"" seru Pip.
"Kau tertinggal di sebelah, ya"" kata Fatty. "Aduh - lihatlah, lututmu luka tergores!"
"Dan tanganku juga," kata Bets dengan suara gemetar. Disodorkannya kedua tangannya yang nampak berdarah. Fatty cepat-cepat mengambil sapu tangannya, lalu mengusap darah pada tangan Bets.
"Bagaimana caramu tadi memanjat tembok"" tanyanya.
"Aku ditolong Luke," jawab Bets. "Padahal ia takut sekali kalau-kalau Pak Tupping muncul dengan tiba-tiba, lalu ia ketahuan sedang menolong aku. Pasti ia akan diberhentikan, kalau hal itu sampai terjadi."
"Kalau begitu dia benar-benar baik budi, mau menolongmu," kata Larry. Anak-anak yang lain sependapat dengan dia.
"Aku suka pada Luke," kata Bets. "Kurasa dia benar-benar anak baik. Moga-moga saja ia tidak akan mengalami kesulitan, karena mengijinkan kita memanjat tembok untuk melihat kucing-kucing tadi."
Saat itu kembali terdengar suara lolongan di kejauhan. Bets agak heran, lalu memandang berkeliling.
"Mana Buster"" katanya. Ia tadi tidak tahu bahwa anjing itu dibawa pergi lalu dikurung, walau bunyi ribut-ribut sempat didengar olehnya. Anak-anak lantas menceritakan kejadian itu padanya. Bets jengkel dan sekaligus kaget mendengarnya.
"Kita harus menyelamatkannya!" seru Bets. "Harus, harus! Fatty - pergilah ke sana lagi, dan ambil Buster!"
Tapi Fatty tidak kepingin menghadapi risiko berjumpa lagi dengan Pak Tupping yang pemarah itu. Lagipula ia tahu, anak kunci gudang tempat Buster dikurung ada dalam kantong tukang kebun itu.
"Coba Lady Candling tidak sedang pergi, pasti akan kuminta ibuku menelepon nyonya itu dan meminta agar Pak Tupping disuruh melepaskan Buster lagi," kata
Fatty. Ia menggulung lengan kemejanya, untuk memperhatikan memar di lengannya, yang sementara itu sudah nampak mulai menjadi ungu warnanya.
"Kalau memar ini kutunjukkan pada ibuku, biar selusin Lady Candling pun pasti akan ditelepon olehnya."
"Memarmu itu nanti pasti akan hebat jadinya," kata Bets. Ia tahu, Fatty selalu bangga kalau di tubuhnya ada bekas memar. "Aduh - coba dengar, Buster melolong lagi. Kasihan! Yuk, kita mengintip ke sebelah dari tembok. Mungkin Luke ada di sana. Kita minta padanya untuk mengintip ke dalam gudang dan membujuk Buster supaya dia agak tenang."
Anak-anak lantas berjingkat-jingkat menghampiri tembok. Dengan hati-hati Larry mengintip ke sebelah. Tapi di situ tidak ada siapa-siapa. Kemudian terdengar seorang bersiul-siul. Ternyata Luke lagi. Larry bersiul pula. Siulan pertama terhenti - lalu disambung lagi. Kemudian berhenti, sementara Larry menyiulkan lagu yang sama.
Tak lama kemudian terdengar seorang datang menyeruak semak. Tampang Luke muncul, merah dan bulat, seperti bulan sedang purnama.
"Ada apa"" bisiknya. "Aku tak berani lama-lama. Pak Tupping masih ada di sekitar sini."
"Soalnya tentang Buster," bisik Larry. "Tolong intipkan sebentar di jendela gudang, lalu bujuk dia dengan ucapan apa saja. Tolong ya""
Luke mengangguk, lalu menghilang lagi. Anak itu menuju ke gudang, sambil berjaga
-jaga jangan sampai ketahuan Pak Tupping. Dilihatnya tukang kebun itu ada di kejauhan. Pak Tupping membuka jasnya. Rupanya bersiap-siap hendak bekerja. Jas itu digantungkannya ke paku yang tertancap di dinding luar salah satu rumah kaca. Saat itu dilihatnya Luke memandangnya. Pak Tupping lantas berteriak memanggilnya.
"Nah, Pemalas! Sudah kauselesaikan pekerjaanmu tadi" Coba ke sini - ikat batang-batang tomat ini!"
Luke terdengar berseru meneriakkan sesuatu, lalu menyelinap masuk ke semak yang ada di dekatnya. Dari dalam semak diperhatikannya Pak Tupping berjalan menuju kebuh sayur di dekat dapur, sambil mengurai-kan tali rami. Tukang kebun itu masuk ke dalam kebun kecil itu lewat ambang pintu bercat hijau, yang terdapat di tengah tembok yang mengelilingi kebun.
Saat itu Luke melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh berani. la lari menyelinap dengan cepat. Dihampirinya jas Pak Tupping yang tersampir pada paku. la merogoh kantong sebelah luar, mengambil anak kuhci pintu gudang, lalu lari dengan benda itu. Dibukanya pintu gudang. Seketika itu juga Buster lari ke luar. Luke masih berusaha menangkapnya. Maksudnya hendak dilemparkan ke seberang tembok. Tapi anjing kecil itu lebih cepat geraknya. la mengelak, lalu lari menyusur sebuah jalan dalam kebun.
Luke cepat-cepat menutup pintu kembali, lalu lari ke tempat jas Pak Tupping tersampir. Anak kunci yang diambilnya tadi dikembalikan ke dalam kantong. Setelah itu ia pergi mendatangi Pak Tupping dalam kebun dapur, sambil berdoa dalam hati semoga Buster cukup pintar dan langsung lari lewat pintu pekarangan depan.
Tapi ternyata Buster tersesat dalam kebun. Tahu-tahu ia sudah muncul di ambang pintu kebun dapur. Anjing itu mendengking dengan gembira, ketika melihat Luke ada di situ. Pak Tupping langsung menoleh.
"Lho - itu kan anjing tadi!" katanya heran serta marah sekaligus. "Bagaimana ia bisa keluar dari dalam gudang" Tadi kan kukunci pintunya! Dan bukankah anak kuncinya ada dalam kantongku""
"Saya tadi melihat Anda menguncinya, Pak," kata Luke. "Mungkin dia ini anjing lain."
Pak Tupping mengibas-ngibaskan lengannya sambil berteriak-teriak ke arah Buster. Sementara itu Buster lari menandak-nandak masuk ke dalam kebun, tepat di atas sederet tanaman wortel. Luke merasa yakin, anjing itu melakukannya dengan sengaja, Sedang muka Pak Tupping berubah warna. Merah padam.
"Ayo keluar!" teriaknya, lalu melemparkan sebong-kah batu besar ke arah Buster. Anjing kecil itu mendengking, lalu mulai menggali tanah. Tepat di tengah-tengah tanaman wortel! Akar tanaman itu berhamburan ke atas.
Wah - saat itu Pak Tupping benar-benar mengamuk. Ia memburu sambil menjerit-jerit. Buster menjauh sedikit, lalu mulai menggali lagi. Kini giliran tanaman bawang.
Ketika ada batu besar melayang terlalu dekat ke tubuhnya, Buster cepat-cepat lari ke luar lewat pintu yang dicat hijau. Ia melesat lewat jalan kecil yang paling dekat. Tak lama kemudian ia sudah berhasil menemu-kan jalan keluar, lalu berpacu melawan bayangannya sendiri menuju ke rumah Pip yang di sebelah.
Sesampai di sana ia menyerbu ke tengah anak-anak yang kaget melihat dirinya tiba-tiba muncul. Bertubi-tubi pertanyaan mereka padanya. Semua mengajaknya bicara dengan serempak. Buster berguling menelentang dengan keempat kaki terangkat ke atas. Ekornya memukul-mukul tanah, sementara lidahnya yang merah terjulur ke luar.
"Anjing manis," kata Fatty, sambil menepuk-nepuk perut anjingnya. "Sayang kau tidak bisa bercerita, bagaimana caramu bisa membebaskan diri!"
Malam itu anak-anak menunggu Luke pulang. Biasanya ia bekerja sampai pukul lima sore. Tapi sekali itu ia disuruh Pak Tupping bekerja terus sampai pukul tujuh malam, sebagai hukuman. Walau Luke bertubuh kekar, tapi ketika akhirnya diperbolehkan pulang, ia sudah capek sekali.
"Luke! Bagaimana Buster bisa bebas tadi" Tahukah kau bahwa ia sudah lepas lagi"" seru Pip, begitu Luke muncul. Luke mengangguk.
"Aku yang mengambil anak kunci dari kantong jas Pak Tupping, lalu membebaskan anjing kecil itu," katanya. "Wah - kalian tadi harus melihat tampang Pak Tupping, ketika Buster tahu-tahu mun
cul dalam kebun dapur. Nyaris saja ia kena serangan jantung!"
"Luke! Jadi kau yang membebaskan Buster," seru Fatty. Ditepuknya punggung remaja yang baik hati itu. "Trims, Luke! Kami tadi sudah gelisah terus memikirkan nasibnya. Tentunya kau tadi takut ya - sewaktu membebaskannya.''
"Tentu saja," kata Luke sambil menggaruk-garuk kepala. Ia teringat lagi, betapa takut perasaannya tadi. "Tapi anjing kecil itu kan baik - tidak bersalah apa-apa.
Aku suka pada anjing. Sudah kusangka kalian semua prihatin mengenainya."
"Kau memang baik hati, Luke," kata Bets, sambil menggantungi lengan remaja itu. "Kau menolong aku memanjat tembok dengan selamat, lalu kaubebaskan pula si Buster. Kami ingin berteman denganmu!"
"Anak-anak kayak kalian, tak pantas berteman dengan anak miskin seperti aku ini," kata Luke malu-malu. Tapi dari wajahnya nampak bahwa ia merasa senang.
"Kenapa tidak bisa," jawab Larry. "Kecuali itu, sebagai balas budi terhadap kebaikanmu pada kami hari ini, kami berjanji akan menolong kapan saja kau memerlukan bantuan."
"Kurasa aku tak perlu bantuan anak-anak seperti kalian," kata Luke yang bertubuh kekar itu dengan ramah. "Tapi pokoknya, terima kasih! Kalian jangan berani-berani lagi masuk ke kebun lewat tembok - nanti aku dipecat!"
"Baiklah," kata Fatty. "Dan jangan lupa - kapan-kapan kalau kau sedang menghadapi kesulitan besar, kami pasti akan menolongmu, Luke!"
4 BU TRIMBLE Luke ternyata sangat menyenangkan, sebagai teman. Memang anak itu agak ketolol-tololan. Membaca dan menulis pun hanya bisa sedikit-sedikit saja. Tapi ia banyak mengenal hal-hal yang sama sekali tidak diketahui anak-anak.
Misalnya saja, ia pandai membuat peluit dari ranting-ranting yang berlubang sebelah tengahnya. Sejumlah peluit buatannya dihadiahkan olehnya pada Bets. Diajarinya anak kecil itu memainkan lagu-lagu dengan peluit-peluit itu. Bets senang sekali.
Lalu ia juga mengenal segala jenis burung yang ada di daerah pedesaan itu. Ia tahu di mana mereka membuat sarang, seperti apa wujud telur mereka, serta bunyi kicauan burung-burung itu. Kelima anak teman barunya dengan cepat merasa bergembira apabila diajak berjalan-jalan oleh Luke. Segala ceritanya didengar dengan asyik. Mereka semua mengaguminya.
"Aneh, dia bisa mengetahui segala hal yang diceritakannya - padahal membaca dan menulis dengan benar saja tidak bisa," kata Pip. "Dan dia juga sangat cekatan dalam bertukang. Binatang dan burung bisa diukirnya dengan cepat dari potongan-potongan kayu. Lihatlah tupai ini, yang diukirkannya untukku."
"Ia sekarang sedang membuatkan patung Dark Queen untukku," kata Bets dengan bangga. "Ia akan membuatnya persis seperti kucing itu, sampai-sampai ke gelang bulunya yang berwarna kuning susu di ekornya yang coklat tua. Kata Luke patung itu akan dicatnya persis yang asli - sampai dengan matanya yang biru."
Dua hari kemudian patung Dark Queen dari kayu itu selesai diukir oleh Luke. Anak-anak begitu mendengar bunyi siulannya di balik tembok, langsung datang mendekat untuk melihat kenapa ia memanggil. Saat itu Luke menyerahkan patung kucing itu.
Patung itu benar-benar hebat! Bahkan Fatty yang menganggap dirinya hebat dalam segala bidang seni - bahkan dia pun terkagum-kagum melihatnya. Diamat-amatinya patung itu dengan penuh perhatian.
"Bagus, Luke," katanya kemudian. "Pewarnaannya juga hebat - kuping, muka, kaki dan ekor berwarna coklat tua, sedang warna bulu badannya kuning susu - lalu matanya yang biru cerah! Bahkan gelang bulu berwarna kuning susu di tengah ekor Dark Queen yang coklat tua, tak lupa kauwarnai dengan tepat. Di tempat itu kan dia digigit kucing lain""
"Betul," kata Luke. "Tapi lambat-laun akan menjadi coklat tua lagi. Kata Nona Harmer. perbedaan warna itu tidak akan mengurangi nilainya dalam pameran."
"Bagaimana kabar Pak Tupping hari-hari ini"" tanya Pip.
"Wah, gawat!" keluh Luke. "Kepingin rasanya tidak bekerja sebagai bawahannya. Bisanya cuma marah-marah melulu. Aku selalu takut saja, kalau ia mengadukan diriku pada ayah tiriku. Kalau itu sampai terjadi, pasti aku akan dipukul. Ayah tiriku tidak suka padaku."
Kelima an ak itu merasa kasihan pada Luke. Kelihatannya, kehidupannya tidak menyenangkan. Padahal ia ramah dan murah hati, selalu siap membantu kalau diperlukan. Ia sayang sekali pada Bets, dan selalu membela apabila Pip mengganggu adiknya. Padahal Pip sering mengganggu Bets.
Buster juga sangat memuja Luke.
"Ia merasa berterima kasih padamu, karena menye-lamatkan dirinya daripukulan Pak Tupping," kata Fatty, sambil memperhatikan betapa Buster berusaha naik ke atas pangkuan Luke. Napas anjing itu terdengar terengah-engah. Bukan karena capek, tapi karena asyik.
"Dia memang anjing manis," kata Luke. "Aku senang pada anjing. Memang sedari dulu sudah suka. Tapi aku juga suka pada kucing. Kucing itu binatang yang indah, ya""
"Tadi kami melihat ada seseorang dalam kebunmu," kata Larry. "Seorang wanita setengah umur. Badannya kurus sekali, dengan hidung agak merah, kaca mata yang saban kali terjatuh dari hidungnya. Rambutnya disanggul. Kecil, menempel di tengkuk. Siapa dia" Itukah Lady Candling""
"Wah, bukan," jawab Luke. "Dia itu peneman Lady Candling. Namanya Bu Trimble. Ia takut sekali terhadap Pak Tupping! Soalnya, Bu Trimble bertugas memetik bunga untuk dipajang dalam rumah. Kalau ia kebetulan sedang memetik bunga dan Pak Tupping kebetulan ada di kebun, Pak Tupping pasti selalu membuntuti seperti anjing yang siap hendak menggigit. Ia selalu mengomen-tari, 'Jika Anda memetik bunga mawar lebih banyak lagi, pohonnya bisa mati!' Atau, 'Jika Anda memetik bunga apiunku itu, pasti akan rontok nanti - Anda tidak boleh memetiknya pada saat matahari sedang menyinarinya.' Pokoknya, hal-hal kayak begitulah yang terus-menerus dikatakannya. Kasihan wanita tua itu, ia gemetar ketakutan. Aku benar-benar kasihan padanya."
"Kelihatannya setiap orang takut pada Pak Tupping," kata Daisy. "Orangnya memang jahat. Mudah-mudahan pada suatu waktu nanti ia akan menerima hukuman setimpal, sebagai balasan untuk sifatnya itu. Tapi kurasa itu tidak mungkin."
"Yuk - kita melihat kebunku, Luke," ajak Bets, sambil menarik lengan remaja itu. "Ada beberapa kuntum bunga yang sudah mekar."
Luke ikut dengannya. Ternyata kebun itu kecil ukurannya, semua ditanam sendiri oleh Bets. Di situ ada sebatang semak mawar, lalu semak frambus yang kecil, serta beberapa rumpun semak apiun.
"Bagus," puji Luke. "Kau sudah pernah memetik buah frambus dari semakmu itu""
'' Belum,'' jawab Bets sedih. " O ya, Luke - tahun lalu aku menanamkan dua buah arbei yang sudah ranum sekali. Tapi sial, dari buah-buah itu sama sekali tidak tumbuh tanaman arbei. Aku benar-benar kecewa karenanya. Padahal aku sudah berharap-harap, akan bisa memetik buah arbei tahun ini."
Luke tertawa geli mendengamya. Ia tertawa terbahak-bahak.
"Aduh, Bets! Pohon arbei tidak tumbuh dari buahnya," katanya sambil tertawa terus. "Tanaman itu tumbuh dari sulurnya. Kau tahu kan maksudku, batang menjulur panjang yang menjalar dari tanaman asalnya. Dari sulur-sulur itulah kemudian tumbuh tanaman baru. Begini sajalah - kau akan kuberi beberapa sulur dari kebun sebelah. Saat ini aku sedang sibuk membersihkan jalur tanaman arbei, dan pasti banyak sulur yang akan dicampakkan ke tempat sampah. Kalau kau mau, bisa kuambilkan beberapa sulur untukmu."
"Tapi nanti tidak apa-apa"" tanya Bets agak sangsi.
"Maksudku, semua itu benar-benar sampah""
"Ya - semuanya akan dibakar bersama tumpukan sampah," kata Luke. "Besok Pak Tupping kebetulan cuti sehari. Kau datang saja ke seberang, nanti kutunjukkan bagaimana cara sulur arbei tumbuh, dan kuberikan beberapa batang padamu."
Keesokan harinya Bets memanjat tembok dengan dibantu oleh Pip, dan di seberang disambut oleh Luke yang langsung mengajaknya pergi ke galangan arbei. Luke menunjukkan tumbuhan arbei yang muncul dari sulur yang menjalar dari tumbuhan yang tua.
"Pintar sekali tanaman arbei ini, menumbuhkan


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanaman baru dengan cara begitu," kata Bets. Kemudian ia melihat setumpuk sulur yang sudah dicabuti, di atas gerobak dorong yang ada di dekat situ.
"Wah - itukah yang akan dibuang, Luke"" tanya Bets. "Berapa banyak yang boleh kuambil""
"Ambil saja enam sulur," kata Luke.
Dipilihkannya enam sulur yang baik, masing-masing dengan tunas tanaman arbei yang nampaknya segar. Diberikannya keenam sulur itu pada Bets.
"Siapa itu"" tanya Bets dengan tiba-tiba, ketika melihat ada orang datang. "Itu Bu Trimble," kata Luke. "Kau tak perlu takut padanya. Ia tidak apa-apa."
Bu Trimble datang menghampiri, lalu tersenyum ke arah Bets. Anak itu tidak begitu senang melihat wanita tua itu. Orangnya kurus-kering. Memakai kaca mata tanpa bingkai, sisi dalamnya menekan tepi hidungnya. Kaca mata itu saban kali merosot terus. Tapi tidak jatuh ke tanah, karena digantungkan pada seuntai rantai halus. Bets memandang dengan penuh perhatian. Ia ingin tahu, berapa kali kaca mata itu terlepas dari batang hidung.
"Nah, siapa gadis cilik ini"" tanya Bu Trimble sambil menganggukkan kepala kepada Bets. Suara wanita itu ceria, berkicau seperti suara burung. Kaca mata yang menempel di batang hidungnya jatuh lagi, dan untuk kesekian kalinya dipasangkan lagi ke batang hidung.
"Saya Bets, dari sebelah," jawab Bets.
"Dan apa itu yang di tanganmu"" tanya Bu Trimble lagi, sambil memandang tanaman arbei yang digenggam oleh Bets. "Harta yang indah, ya""
"Bukan," jawab Bets. "Cuma beberapa sulur tanaman arbei." Kaca mata Bu Trimble terlepas dari batang hidungnya, dan dipasang kembali.
"Hati-hati, jangan sampai kau dibelit sulur,"- kata wanita tua itu, lalu tertawa geli karena leluconnya sendiri. Menurut perasaan Bets, sebenarnya tidak terlalu lucu. Tapi ia ikut tertawa, demi kesopanan. Dan kaca mata Bu Trimble terlepas lagi, dan dengan cepat ditenggerkan ke puncak hidung.
"Apa sebabnya kaca mata itu tidak tetap di tempatnya"" tanya Bets penuh minat. "Apakah hidung Anda terlalu tipis, sehingga selalu terlepas lagi""
"Ah - kau ini macam-macam saja," kata Bu Trimble, sambil tertawa lagi. "Nah, selamat tinggal - aku masih ada pekerjaan lain."
Bu Trimble pergi. Bets merasa lega karenanya. "Kaca matanya enam kali terlepas dari batang hidungnya, Luke," katanya.
"Kau ini memang luar biasa," kata Luke geli. "Tapi mudah-mudahan saja ia tidak melaporkan pada Pak Tupping, bahwa ia melihatmu ada di sini."
Malang baginya, justru itulah yang dilakukan oleh Bu Trimble! la sebenarnya tidak bermaksud jahat. la bahkan sama sekali tidak tahu-menahu bahwa Pak Tupping mengusir anak-anak keluar beberapa hari sebelumnya.
Keesokan harinya, ketika Bu Trimble sedang memetik bunga mawar, Pak Tupping datang lalu berdiri di belakang wanita itu sambil memperhatikan kesibukannya.
Bu Trimble mulai merasa takut, seperti biasanya apabila tukang kebun yang masam itu muncul. Sikap orang itu begitu kasar! Bu Trimble berpaling, sambil tersenyum ngeri.
"Pagi ini indah ya, Pak Tupping"" katanya. "Bunga mawar ini bagus-bagus." "Pasti takkan bagus lagi, begitu Anda selesai mengacak-acak di sini,"kata Pak, Tupping. "Aku kan tidak mengacak-acak," kata Bu Trimble. "Aku tahu caranya memetik mawar."
"Ala - pengetahuan Anda tidak lebih banyak daripada anak kecil," tukas Pak Tupping, la senang sekali melihat Bu Trimble takut pada dirinya.
Begitu mendengar anak kecil disebut-sebut, Bu Trimble lantas teringat lagi pada Bets.
"O ya," katanya, berusaha mengalihkan pembicaraan, "kemarin dalam kebun ada anak perempuan, bersama Luke!"
Seketika itu juga tampang Pak Tupping menjadi masam sekali.
"Anak perempuan - di sini"" teriaknya. "Mana Luke! Kuhajar dia habis-habisan, kalau memang benar ia mengajak anak-anak itu kemari lagi sementara aku tidak ada!"
la pun bergegas mencari Luke, sementara Bu Trimble gemetar ketakutan. Kaca matanya terlepas lagi dari hidungnya, dan rantainya tersangkut ke kerah bajunya yang terbuat dari kain renda. Ada dua puluh menit barangkali ia sibuk berusaha melepaskan rantai kusut itu, karena jari-jari tangannya gemetar terus.
"Jahat sekali Pak Tupping itu!" gumamnya pada diri
sendiri. "Aduh - moga-moga saja Luke tidak
mengalami kesulitan karena kata-kataku tadi. Luke baik
hati - lagipula dia kan masih anak-anak. Mudahmudahan saja ia tidak mengalami kesulitan."
Apa boleh buat-kini Luke benar-benar menghadapi kesulitan besar. Pak Tupping
mendatanginya dengan langkah panjang-panjang, lalu berdiri menatapnya dengan mata terpicing di balik alisnya yang tebal.
"Siapa anak perempuan yang datang ke sini kemarin"" tanyanya dengan galak. "Salah-seorang yang dari sebelah, kan" Apa diperbuatnya di sini, hah""
"Dia tidak berbuat sesuatu yang terlarang, Pak," jawab Luke. "Dia anak baik." "Kukatakan tadi, 'Apa diperbuatnya di sini!' " teriak Pak Tupping dengan marah. "Tentu memetik buah per
- atau buah plum!" "Dia anak perempuan dari rumah sebelah," kata Luke tersinggung. "Anak itu takkan melakukan hal-hal kayak begitu. Saya cuma memberikan beberapa sulur arbei untuk ditanam di kebunnya. Cuma itu saja. Sulur-sulur itu toh akan dibakar di tumpukan sampah!"
Tampang Pak Tupping sudah tidak keruan lagi saking marahnya. Bayangkan - begitu lancangnya Luke, berani memberikan sesuatu dari kebunnya pada orang lain. Pak Tupping sungguh-sungguh merasa kebun itu miliknya, dan bukan kepunyaan Lady Candling. Tak terpikir olehnya bahwa majikannya itu pasti mau memberikan beberapa sulur arbei pada seorang anak perempuan, karena Lady Candling senang pada anak-anak.
Tangan Pak Tupping melayang, menempeleng Luke. Setelah itu ia langsung pergi ke tembok pagar. Luke tidak berani mengikuti. Ia merasa yakin, anak-anak pasti sedang pergi. Soalnya, ia mendengar suara mereka beberapa waktu yang lalu di jalan, disertai bunyi lonceng sepeda berdering-dering. Luke membungkuk untuk melanjutkan pekerjaannya. Telinganya merah, bekas tamparan Pak Tupping. Luke merasa kesal pada Bu Trimble. Apa sebabnya wanita itu sampai harus mengadukan Bets"
Ternyata anak-anak saat itu memang sedang pergi naik sepeda - kecuali Bets. Tujuan pesiar sekali itu terlalu jauh untuknya. Karena itu ia ditinggal di rumah, ditemani oleh Buster. Bets sangat jengkel. Tidak enak rasanya, berumur lima tahun lebih muda daripada yang lain-lain. Ia selalu tidak boleh ikut!
"Sini, Buster! Duduklah di dekatku, nanti kubacakan cerita tentang kelinci," kata Bets. Begitu mendengar perkataan 'kelinci', Buster langsung datang. Dikiranya Bets hendak mengajak berjalan-jalan. Tapi ternyata tidak. Anak perempuan itu duduk di bawah sebatang pohon, lalu mengambil buku yang dikepit di bawah ketiaknya. Bets mulai membacakan cerita.
"Pada suatu waktu ada seekor kelinci besar, bernama Woffly. Kelinci itu ...."
Buster tidak kepingin mendengar cerita. Bosan! Anjing itu lari ke pintu pekarangan. Ia duduk di situ, menunggu anak-anak yang lain kembali. Jadi Bets tinggal seorang diri di bawah pohon. Tiba-tiba ia mendengar bunyi sesuatu. Ia mendongak - aduh, dilihatnya ada orang memanjat tembok pagar. Seseo-rang bertampang galak. Pak Tupping!
5 PAK TUPPING - BUSTER - DAN PAK GOON
Bets begitu kaget dan ngeri, sehingga tak mampu bangkit untuk melarikan diri. la memandang berkeliling, mencari-cari Buster. Tapi anjing itu sama sekali tidak nampak. Jadi Bets hanya bisa memandang dengan ketakutan ke arah Pak Tupping, yang datang mendekat dengan wajah merah karena marah.
"Kaukah yang masuk ke kebunku kemarin"" tanya orang itu.
Bets mengangguk. la tak mampu mengatakan apa-apa.
"Kau mengambil beberapa sulur arbeiku"" tanya Pak Tupping, dengan lebih galak lagi.
Bets masih tetap belum mampu berbicara. la mengangguk sekali lagi. Mukanya pucat pasi. Kan tak ada salahnya mengambil sulur-sulur arbei yang kemarin itu. Bets sudah menanamnya dengan cermat di kebunnya, dan mengairinya. Sulur-sulur itu sudah kepunyaannya sekarang. Di sebelah kan cuma akan dibuang dan dibakar!
Pak Tupping menyentakkan anak perempuan yang ketakutan itu, sehingga berdiri.
"Tunjukkan di mana kau menaruhnya," kata laki-laki itu.
"Lepaskan aku," kata Bets, ketika akhirnya bisa membuka mulut. "Nanti kulaporkan pada Ibu!"
"Bilang saja, kalau mau," tukas Pak Tupping. "Dan aku akan melaporkan perbuatanmu pada Pak Goon! Akan kukatakan pada polisi itu, kau mengambil sulur arbeiku. Biar kau dijebloskan ke dalam penjara olehnya, bersama Luke!"
"Anak kecil takkan dimasukkan ke dalam penjara," kata Bets. la mulai menangis. Ngeri rasanya, mem-bayangkan Luke akan dipenjarakan.
"Mana tanaman arbei itu"" tanya Pak Tupping. Bets mendului, pergi ke kebunnya. Begitu Pak Tupping melihat galangan arbei yang ditanam dan diairi begitu rapi, ia langsung membungkuk. Sulur-sulur yang sudah ditanam baik-baik, dicabuti olehnya semua. Semua dipatah-patahkannya, lalu dicampakkan ke api unggun yang masih membara dekat situ. Bets menangis tersedu-sedu. Ia sedih mengingat tanaman arbeinya.
"Kau anak jahat," kata Pak Tupping. "Sekarang dengar baik-baik. Jika kau berani masuk lagi ke kebunku, aku akan langsung pergi mendatangi Pak Goon. Polisi itu sahabatku, tahu! Pasti dengan segera ia akan datang ke ayahmu. Sedang mengenai Luke - sudah jelas dia akan masuk penjara."
Setelah itu Pak Tupping berpaling. Maksudnya hendak kembali lewat tembok. Tapi sebelum sampai di sana, Buster sudah muncul sambil berlari-lari. Anjing itu mendengar suara Bets menangis. Ketika tercium olehnya bau Pak Tupping, seketika itu pula ia mengerti. Buster memang anjing yang cerdik!
Pak Tupping langsung dilabrak olehnya. Ia menyambar kaki celana orang itu, sambil menggeram dengan galak. Pak Tupping berteriak kaget. "Suruh anjingmu pergi!" teriaknya. Bets memanggil Buster.
"Jangan, Buster! Kemari!"
Tapi Buster sedang asyik. Ini dia musuhnya, berani mengganggu Bets-nya yang tersayang sampai anak itu menangis. Buster menggeram lagi.
Pak Tupping ketakutan. Kakinya menyepak-nyepak. Diambilnya sepotong ranting. Buster menarik kain celana Pak Tupping sampai robek besar. Digondolnya robekan itu ke bawah suatu semak, untuk dikunyah-kunyah di situ. Pak Tupping melihat ada kesempatan baik lalu cepat-cepat memanjat tembok. Tapi ia tidak memperhitungkan ketangkasan Buster. Secepat kilat anjing itu muncul dari balik semak. Disambarnya mata kaki Pak Tupping. Kena ujung kaki celananya, serta sebagian dari kaos kaki orang itu. Pak Tupping terpekik, lalu jatuh terguling ke balik tembok.
Bets sudah tidak tahu lagi, apakah ia masih harus menangis atau tertawa. "Aduh, Buster, Buster!" katanya lega. "Kau ini memang benar-benar hebat!"
"Grrr!" geram Buster dengan senang, sambil mengunyah-ngunyah potongan kain yang masih ada dalam moncongnya.
Setelah itu Bets duduk kembali. la berpikir-pikir. Sebetulnya ia ingin cepat-cepat lari ke dalam rumah, untuk melaporkan kejadian itu pada ibunya. Ia ingin dibujuk, karena tadi benar-benar kaget dan ketakutan. Tapi jika kejadian itu diceritakan, jangan-jangan ibunya akan melaporkan pada Lady Candling. Lalu Pak Tupping akan dimarahi oleh majikannya itu. Sebagai akibatnya, mungkin Pak Tupping akan pergi ke polisi dan mengatakan bahwa Luke mencuri untuk diberikan padanya. Pada Bets.
"Padahal Pak Goon tidak suka pada kami, sejak kami berhasil lebih cepat daripada dia membongkar rahasia kebakaran pondok," kata Bets pada dirinya sendiri.
"Jadi pasti ia mau saja mendengarkan segala laporan Pak Tupping, lalu ribut-ribut mengenainya. Dan langan-jangan Luke nanti benar dimasukkan ke dalam penjara. Aduh, kenapa anak-anak tidak ada di sini sekarang."
Akhirnya anak-anak itu datang juga. Fatty langsung melihat pipi Bets yang basah kena air mata. "Ada apa, Bets"" tanya anak gendut itu. "Kau tadi kena marah""
" Wah - tadi ada kejadian gawat di sini," kata Bets. Ia senang, karena kini bisa melaporkan segala-galanya pada mereka. Dan ia pun mengisahkan segala-galanya. Pip, Larry dan Fatty marah sekali, membayangkan Bets yang cilik diperlakukan dengan begitu kasar. Sedang Daisy segera merangkulnya.
"Kasihan si Bets," bujuknya. "Lalu - apa yang terjadi setelah itu""
Bets melanjutkan kisahnya, mengenai Buster yang merobek-robek kain celana Pak Tupping. Anak-anak yang lain tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Buster ditepuk-tepuk.
"Anjing hebat! Anjing hebat!" kata Pip berulang-ulang. "Orang pencemberut kayak Pak Tupping memang mesti dibegitukan. Anjing pintar!"
Fatty merangkul Bets. "Kepurusanmu benar, tidak memberi tahu ibumu," katanya. "Maksudku, lebih baik bagi Luke apabila kita tidak ribut-ribut mengenai kejadian ini. Soalnya, dia pasti akan ketahuan, apabila Pak Goon datang untuk memeriksa dirinya. Kalian kan tahu bagaimana sifat
Luke. Selalu ketakutan menghadapi orang dewasa, hanya karena sering diperlakukan dengan tidak adil."
"Bayangkan - tanaman Bets diobrak-abrik dengan seenaknya," kata Pip jengkel. "Coba aku sudah cukup besar - pasti Pak Tupping langsung kudatangi. Akan kugoncang-goncang dia, sampai semua giginya rontok!"
Anak-anak yang lain tertawa. Memang, semuanya kepingin bisa begitu, apabila teringat pada Bets yang malang serta tanaman arbeinya yang begitu disayangi. Buster menggonggong, sambil mengibaskan ekor.
"Katanya, ia tadi sudah berusaha menggoncang-goncang Pak Tupping!" kata Daisy.
Anak-anak yang lebih besar sibuk menghibur Bets, sebagai obat ketakutannya tadi. Semuanya bersikap ramah padanya. Larry pulang ke rumah sebentar. la meminta pada ibunya, apakah ia boleh mengambil beberapa tanaman arbei untuk diberikan pada Bets. Ketika diijinkan, ia mengambil beberapa sulur lalu menanamkannya untuk anak itu. Tentu saja anak kecil itu senang sekali.
Fatty membelikan sebuah buku sebagai hadiah. Seluruh uang sakunya habis untuk itu. Tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Orang kalau memberi hadiah, memang tidak pantas membicarakan harganya.
Daisy memberikan sebuah bonekanya yang sudah agak tua. Bets lebih senang lagi menerima hadiah itu. Bahkan Pip pun, yang biasanya terlalu sibuk sendiri untuk menemani adiknya yang dikatakan masih bayi itu, sekali ini mengajaknya berputar-putar dalam kebun naik sepedanya yang besar. Jadi Bets benar-benar terlipur perasaannya!
Kemudian timbul rasa ingin tahu pada diri anak-anak itu, apakah Luke juga mengalami kesulitan. Pukul lima sore, begitu terdengar bunyi siulannya yang biasa, mereka cepat-cepat berlari ke pintu pekarangan depan. Remaja itu berjalan kaki pulang.
"Luke!" sapa mereka. "Bagaimana Pak Tupping sampai bisa tahu mengenai Bets dan tanaman arbei itu" Kau mengalami kesulitan karenanya atau tidak" Kau tahu, Pak Tupping menyebabkan Bets tadi ketakutan setengah mati""
"Kasihan si Bets," kata Luke. "Aku tidak menyangka dia ada di rumah. Coba kalau tahu, pasti kucegah Pak Tupping pergi ke sebelah. Kukira kalian pergi semua. Soalnya, kudengar bunyi lonceng sepeda kalian tadi di jalan. Ketika Pak Tupping kembali dan mengatakan padaku bahwa ia sudah memarahi Bets dan mencabuti semua tanaman arbeinya - huh, saat itu kepingin rasanya aku melabrak orang itu. Tapi kalau itu kulakukan, pasti ia akan langsung melapor pada Pak Goon. Jadi apa gunanya""
"Kau tadi dimarahi juga olehnya"" tanya Bets. "Dan bagaimana ia bisa tahu tentang diriku""
"Mestinya diceritakan oleh Bu Trimble," kata Luke. "Ya, aku memang kena marah. Aku ditempeleng, lalu disuruh bekerja lebih berat lagi daripada biasanya. Aku kepingin bisa berhenti saja."
"Menurut perasaanku juga lebih baik begitu," kata Larry. "Tapi kenapa tidak bisa""
"Soalnya ini pertama kalinya aku bekerja - dan sebaiknya bertahan selama masih bisa di tempat kerja yang pertama," kata Luke menjelaskan. "Kecuali itu masih ada soal lain. Pasti Pak Tupping akan menjelek-jelekkan diriku jika aku minta berhenti, sehingga aku tidak bisa mendapat pekerjaan di tempat lain. Kalau itu sampai terjadi, aku bisa ribut dengan ayah tiriku nanti. Aku harus menyerahkan setengah dari upahku padanya."
"Banyak sekali kesulitanmu, Luke." kata Daisy. "Kepingin rasanya bisa ikut membantu."
"Dengan begini pun kalian sudah menolong diriku," kata Luke. "Aku kan menceritakan macam-macam kesulitanku pada kalian. Tidak lagi harus kusimpan dalam hati, seperti selama ini. Lega rasanya, kalau bisa menceritakan kesulitan dirisendiri pada orang lain. He. lihatlah - itu Pak Goon, polisi desa!"
Seorang laki-laki bertubuh gempal, bermuka merah dengan mata melotot seperti mata kodok melangkah di jalan desa, menuju ke tempat anak-anak sedang berkumpul.
"Mungkinkah dia hendak ke tempat Pak Tupping"" tanya Bets. Ia sudah mulai waswas lagi.
"Entah," kata Luke. la pun mulai takut. Luke selalu takut kalau melihat polisi. Apalagi melihat Pak Goon, karena orang itu bukan polisi yang ramah.
"Jangan-jangan kita disuruhnya pergi dari sini," bisik Daisy. "Kalian masih ingat - begitu sering ia meneriakk
an 'Ayo pergi!' pada kita ketika liburan Paskah yang lalu" Memang dasar jahat!"
Dengan langkah pelan Pak Goon datang menghampiri. Anak-anak memperhatikan terus. Buster mulai menggeram-geram. Sedang Pak Goon pura-pura tidak melihat mereka. Ia sama sekali tidak senang pada anak-anak itu, sejak mereka berhasil memecahkan teka-teki suatu peristiwa yang ingin diselidikinya sendiri sampai berhasil.
Tahu-tahu Buster menerjang maju. Ia lari berkeliling-keliling sambil menggonggongi mata kaki polisi itu. Ia tidak bermaksud menggigit. Tapi begitu pun Pak Goon sudah kaget setengah mati. "Ayo pergi!" katanya pada Buster dengan nada mengancam. "Kaudengar kataku! Pergi!"
"Sini, Buster!" panggil Fatty. Tapi nadanya tidak memerintah. Jadi tak diacuhkan oleh Buster. Anjing itu benar-benar bahagia. Mula-mula Pak Tupping, seka-rang giliran Pak Goon yang bisa ditakut-takuti. Wah - asyik sekali anjing kecil yang hitam legam itu.
"Ayo PERGI!" bentak Pak Goon. Tawa Luke meledak, melihat betapa cekatan Buster meloncat untuk mengelakkan tendangan polisi itu. Kini Pak Goon memandang ke arahnya.
"He!" katanya. "Awas - kalau berani menertawakan hukum, nanti kau akan mengalami kesulitan. Apa yang kauperbuat di sini" Ayo pergi!"
"Dia teman kami," kata Fatty. "Buster! Sini, Buster!"
Tahu-tahu nampak Pak Tupping muncul di pintu pekarangan rumah sebelah. Rupanya ia mendengar gonggongan anjing, lalu keluar untuk memeriksa. Dengan segera ia mengenali Buster.
"Kaulaporkan saja anjing itu," katanya pada Pak Goon. "Tadi celanaku dirobeknya! Lihatlah - ini bekasnya! Itu anjing jahat - anjing buas."
Kemudian ia melihat Luke.
"Apa yang kaulakukan di sini - dan tidak langsung pulang ke rumah"" tukasnya. Luke dengan segera mengambil langkah seribu. Ia bergegas pergi. Lebih baik jangan cari perkara, dengan Pak Tupping atau Pak Goon.
Buster sudah merasa menang. Ia pergi menghampiri Fatty, yang mengangkatnya.
"Benar-benar anjing buas," kata Pak Tupping sekali lagi. "Kalau kau memerlukan keterangan selengkapnya, Pak Goon, aku bisa memberinya."
Pak Goon tidak bermaksud melaporkan Buster. Karena ia tahu, setiap laporan akan sampai di meja Inspektur Jenks. Dan atasannya itu ramah terhadap anak-anak yang berdiri di dcpannya saat itu. Tapi menurut pikirannya, tak ada salahnya berpura-pura akan melaporkan kebuasan Buster. Dikeluarkannya buku catatannya yang besar dan hitam dari kantong baju seragamnya. Diambilnya sebatang pinsil pendek, lalu ia mulai menulis lambat-lambat. Serius sekali sikapnya!
Anak-anak mulai ketakutan. Dengan cepat mereka kembali ke pekarangan rumah Pip dan Bets. Bets memandang Buster. Rasa takutnya timbul lagi.
"Apakah - apakah Buster akan dimasukkan ke dalam penjara"" tanyanya dengan suara lirih. Alangkah lega perasaannya, ketika melihat anak-anak tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaannya itu.
"Tentu saja tidak," kata Fatty. "Mana ada penjara untuk anjing, Bets. Kau tak perlu khawatir tentang si Buster ini!"
6 DARK QUEEN HILANG Setelah itu terjadi peristiwa yang saling menyusul dengan cepat. Dan tahu-tahu Pasukan Mau Tahu sudah kembali menghadapi misteri rumit yang perlu di-pecahkan.
Pagi itu anak-anak sedang asyik bermain dalam kebun rumah Pip dan Bets. Ramai sekali suara berteriak dan berseru-seru. Mereka sedang bermain Indian-Indianan. Setelah beberapa saat, Bets agak capek karena keributan itu. la lantas minta jadi squaw saja. Squaw itu kaum wanita Indian, yang kerjanya duduk-duduk dalam tenda yang disebut wigwam. Menurut pikirannya, jadi squaw lebih aman. Tidak perlu khawatir tertangkap dan dikelupas kulit kepalanya, atau diikat ke pohon dan dihujani tembakan panah!
Sorenya Bu Hilton, yaitu ibu Pip dan Bets, bertamu ke tempat Lady Candling, yang sudah kembali dari berlibur beberapa waktu di tempat lain.
"Kalian sore ini boleh piknik dalam kebun," kata Bu Hilton pada Pip. "Daisy! Jaga baik-baik ya, jangan
sampai ada yang nakal. Kalau bekal kalian kurang, minta saja dengan sopan pada juru masak. Ingat - sopan, kataku. Minta padanya agar dibikinkan roti dengan mentega lagi."
"Baiklah, Bu Hilton. Terima kasih
banyak," kata Daisy. Dan sore itu pukul setengah empat, Bu Hilton pergi ke sebelah. Apik sekali dan danannya. Anak-anak memperhatikannya pergi. Mereka merasa beruntung, bukan mereka yang harus berdandan rapi-rapi untuk menghadiri perjamuan minum teh. Lebih enak piknik, bisa berpakaian seenaknya!
Asyik sekali mereka makan-makan sore itu. Dua kali mereka minta tambah. Daisy yang memintakan ke dapur. la tidak lupa bertanya dengan sopan pada juru masak. Di samping rati, mereka juga diberi buah-buahan. Jadi acara piknik mereka benar-benar memuaskan. Tidak lama kemudian Bu Hilton kembali. la langsung mendatangi anak-anak. Wajahnya nampak prihatin.
"Anak-anak," katanya, "kalian tahu apa yang terjadi di sebelah" Seekor kucing indah yang sering meme-nangkan pertandingan, hilang! Namanya Dark Queen. Lady Candling sangat bingung, karena kucing itu yang paling berharga di antara kucing-kucing piaraannya. Dan yang lebih gawat lagi - ada kemungkinan Luke yang mencurinya!"
"Bu!" tukas Pip dengan nada tersinggung. "Luke itu sahabat kami. la takkan mungkin berbuat jahat seperti itu!"
"Ya, betul - tak mungkin!" sambung Bets.
"Wah, Bu Hilton," kata Fatty serius, "saya rasa tak sepantasnya Anda menuduh Luke berbuat begitu!"
"Aku tidak mengatakan dia melakukannya," kata Bu Hilton. "Aku tadi bilang, ada kemungkinan dia yang mencuri. Semua tanda yang ada menunjukkan bahwa cuma dia saja yang mempunyai kesempatan untuk melakukannya."
"Tapi bukan dia, tak mungkin dia," kata Daisy. "Anak itu sangat jujur wataknya. Lebih masuk akal jika yang melakukan Pak Tupping, orang jahil itu."
"Tupping pergi sepanjang siang sampai sore bersama Pak Goon. Kelihatannya ia berteman dengan polisi itu," kata Bu Hilton. "Jadi mustahil dia yang mencuri kucing itu."
Anak-anak memandang Bu Hilton dengan perasaan cemas bercampur bingung. Fatty yang paling dulu pulih akal sehatnya.
"Luke itu sahabat baik kami, Bu Hilton," katanya, "dan kalau ia mengalami kesulitan, kami harus menolong dia. Saya merasa yakin. dia tak ada sangkut-pautnya dengan peristiwa hilangnya Dark Queen. Sama sekali tidak! Maukah Anda menceritakan seluruh kejadiannya pada kami" Kelihatan.nya ada tugas lagi untuk Pasukan Mau Tahu."
"Aduh, Frederick - janganlah sok aksi kalau bicara," tukas Bu Hilton dengan sikap tak sabaran. "Dan jangan ikut campur dalam urusan ini. Ini bukan urusan kalian! Mentang-mentang kalian pernah berhasil memecahkan satu misteri dengan baik, jangan lantas mengira kalian bisa dengan seenaknya mencampuri setiap perkara yang terjadi."
Muka Fatty berubah menjadi merah padam warna-nya. Tak enak hatinya, diomeli di depan kawan-kawan. "Bu, ceritakanlah apa sebetulnya yang terjadi di sebelah," kata Pip meminta pada ibunya.
"Yah," kata Bu Hilton, "Nona Harmer mendapat cuti sehari sejak pagi tadi, setelah memberi makan kucing serta membersihkan kandang-kandang mereka. Untuk hari ini Dark Queen dimasukkan ke dalam kandang besar, bersama kucing-kucing yang lain. Kemudian Nona Harmer pergi, naik bis pukul sepuluh. Pukul satu kurang sedikit Bu Trimble ikut dengan Lady Candling ke kandang kucing untuk melihat keadaan mereka. Sesampai di situ Pak Tupping menunjukkan di mana Dark Queen berada. Kalian tahu kan, betapa cantiknya kucing itu."
Anak-anak mengangguk. "Terus, Bu," kata Pip. "Itukah kali terakhir Dark Queen ketahuan ada di situ""
"Tidak," jawab ibunya. "Sekitar pukul empat sore Bu Trimble mengantarkan aku melihat kucing-kucing itu, sebelum teh dihidangkan. Waktu itu Dark Queen masih ada dalam kandang bersama kucing-kucing lainnya."
"Dari mana Ibu tahu, Bu"" tanya Pip. "Bagaimana Ibu bisa tahu itu Dark Queen" Semuanya kan persis sama kelihatannya."
"Betul," kata ibunya, "tapi Dark Queen rupanya pernah digigit kucing lain ekornya, dan di tempatbekas gigitan itu bulunya tumbuh lagi berwarna kuning susu - bukan coklat tua. Ketika Bu Trimble menunjukkan kucing itu padaku, aku sempat memperhatikan gelang berwarna kuning susu di ekornya. Kelihatan jelas sekali! Jadi pukul empat sore kucing itu masih ada dalam kandang."
"Lalu," desak Pip.
"Pukul lima Pak Tupping kembali, b
ersama Pak Goon," sambung Bu Hilton. "Mula-mula ia memamer-kan tanaman tomatnya yang tumbuh subur pada polisi itu. Setelah itu mereka pergi ke kandang kucing. Nah - saat itu dengan tiba-tiba Pak Tupping melihat bahwa Dark Queen tidak ada lagi dalam kandang!"
"Astaga!" seru Fatty. "Jadi dia mestinya hilang antara pukul empat dan pukul lima, Bu Hilton." "Tepat," kata Bu Hilton. "Dan karena saat itu cuma Luke saja satu-satunya yang ada dalam kebun, maka aku khawatir dialah satu-satunya yang dicurigai mencuri. la tahu, kucing itu mahal sekali harganya. Kata Tupping, anak itu pernah mencuri pula beberapa hari yang lalu. Sulur arbei, atau sesuatu yang sepele seperti itu."
Muka Bets merah. Air matanya berlinang-linang. Sialan sulur arbei itu! la bimbang, ingin bercerita pada ibunya tentang persoalan itu. Tapi Fatty menatapnya dengan kening berkerut, untuk memperingatkan agar jangan membuka mulut.
"Ya, begitulah," kata Bu Hilton lagi, sambil melepaskan sarung tangan. "Tapi kurasa Luke kawan kalian itu kini menghadapi kerumitan besar. Nampaknya tak ada yang melihat dirinya antara pukul empat dan pukul lima. Jadi mungkin saja kucing itu dimasukkannya ke dalam keranjang, lalu dibawanya ke salah satu tempat."
"Tak mungkin Luke berbuat begitu, Bu!" Bets sudah tidak tahan lagi. "Ibu tidak tahu sih, anak itu sangat baik budi dan jujur. Banyak sekali peluit buatannya sendiri yang dihadiahkannya padaku. la juga membuatkan patung Dark Queen yang bagus sekali. Ini dia, Bu - lihatlah!"
"Sebetulnya lebih baik kalian jangan berteman dengan orang-orang seperti begitu," tukas ibunya. la sama sekali tak memperhatikan patung kucing yang disodorkan Bets padanya. "Kalian semua belum cukup besar, sehingga belum bisa membedakan siapa yang betul-betul jujur dan siapa yang tidak. Kalian jangan bicara lagi dengan Luke, ya!"
Sehabis itu Bu Hilton masuk ke rumah. Anak-anak saling berpandangan dengan perasaan kecewa dan sedih.
"Ibumu tidak bisa melarang kita bicara dengan Luke," kata Fatty pada Pip dan Bets. "Kita harus bicara dengan dia. Luke teman kita, dan sudah sering menolong kita - serta Buster. Jadi sekarang kita wajib menolong dirinya."
Teman-temannya sependapat. Mereka duduk selama beberapa saat sambil berpikir-pikir. Kemudian mulai berunding.
"Pasti ada seseorang yang mencuri Dark.Queen," kata Fatty membuka pembicaraan. "Itu sudah jelas! Dan kelihatannya, cuma Luke saja yang mungkin melaku-kannya. Tapi kita yakin tak mungkin dia! Jadi kalau begitu - siapa""
"Yuk - kita mencari jejak pencurinya," kata Bets bersemangat. la teringat kembali, betapa asyiknya mereka mencari-cari jejak dalam perkara misterius yang berhasil mereka pecahkan kemudian.
"Kita menyusun daftar orang-orang yang patut dicurigai!" kata Daisy. "Persis yang kita lakukan dulu!"
"Nah, kurasa kini Pasukan Mau Tahu bisa mulai beroperasi lagj," kata Fatty dengan gaya tokoh penting. "Kuusulkan.... '
"He!" potong Larry. "Kau melupakan sesuatu, Fatty. Akulah pemimpin Pasukan Mau Tahu. Bukan kau!"
"Ya deh," kata Fatty agak merajuk. "Kalau begitu mulai sajalah! Asal kau tahu saja, otakku jauh lebih cerdas. Selama semester yang lalu aku ini juara kelas, dan ...."
"Ah - tutup mulut, Fatty!" kata anak-anak serempak. Kecuali Bets. Anak kecil itu diam saja. Fatty kelihatannya sudah mau pergi saja. Tapi ia tidak bisa merajuk berlama-lama, karena terlalu kepingin tahu dan berminat ikut dalam penyelidikan itu. Tak lama kemudian kelima anak itu sudah sibuk memperunding-kan rencana mereka.
"Sekarang kita pikirkan dulu persoalan itu dengan kepala dingin," kata Daisy. "Pukul empat tadi Dark Queen masih ada dalam kandang bersama kucing-kucing lainnya, karena itulah saat ibu Pip melihatnya di situ ketika ia datang menengok bersama Bu Trimble. Tapi ketika Pak Ayo Pergi dan Pak Tupping datang melihat sekitar pukul lima, kucing itu sudah tidak ada lagi. Jadi dalam wakru satu jam itu mestinya ada seseorang datang menyelinap ke kandang, membuka pintunya, mengambil Dark Queen, menutup pintu kandang lagi lalu pergi sambil membawa kucing itu untuk diserahkan pada orang lain. Atau disem-bunyikan!"
"Betul," kata Larry. "Pemaparanmu sangat jelas, Daisy."
"Soal berikutnya - siapakah yang mungkin mencuri kucing itu" Siapa yang rasa-rasanya bisa dicurigai"" tanya Pip.
"Yah - kurasa Bu Trimble bisa saja menyelinap pergi, lalu mengambil Dark Queen," kata Fatty. "Bisa, tapi kemungkinannya kecil sekali! Bu Trimble itu kan termasuk orang yang langsung panik, kalau tanpa sengaja mengeposkan surat tanpa menempelkan perangko di sampulnya. Kejadian begitu saja pasti membuatnya termimpi-mimpi malamnya. Tapi walau begitu kita harus memperrimbangkan setiap orang yang memiliki kesempatan mencuri Dark Queen."
Larry mengambil sebuah buku notes dari kan-tongnya.
"Akan kutuliskan nama-nama mereka di sini," katanya. "Bu Trimble. Itu sudah satu. Bagaimana dengan Lady Candling""
"Kau ini - masak dia mencuri kucingnya sendiri," kata Daisy.
"Kenapa tidak mungkin"" bantah Larry. "Siapa tahu. kucing itu diasuransikan terhadap pencurian. Jadi kalau kucing itu hilang karena dicuri, Lady Candling akan menerima uang yang banyak sebagai ganti rugi. Hal-hal begini perlu juga kita pertimbangkan." Lalu ditulisnya nama Lady Candling dalam buku notesnya.
"Pak Tupping"" kata Bets.
Dengan sikap menyesal, Larry menggeleng.
"Tak mungkin, Bets." katanya. "Aku sebetulnya kepingin bisa menuliskan namanya dalam daftar ini. Tapi jika ia sepanjang siang terus bersama Pak Ayo Pergi, percuma saja kita mencurigai dirinya. Tapi bagaimana dengan Nona Harmer" Mungkinkah ia menyelinap kembali setelah berangkat, lalu mengambil kucing itu" la pun tahu. Dark Queen sangat mahal harganya."
Itu pikiran baru bagi mereka. Semua lantas membayangkan wajah Nona Harmer, gadis bertubuh montok yang selalu tersenyum itu. Dia bukan potongan orang yang sampai hati mencuri kucing yang berharga milik majikannya. Tapi - namanya tetap dituliskan dalam daftar orang-orang yang dicurigai.
"Kita sebaiknya menyelidiki di mana dia berada antara pukul empat dan lima tadi," kata Pip.
"Siapa lagi yang masih ada"" tanya Daisy. "Yang sudah kita catat Bu Trimble, Lady Candling, lalu Nona Harmer. Bagaimana dengan juru masak serta pembantu rumah tangga di sebelah" Keduanya kan juga bisa saja mencuri-curi kesempatan untuk menyelinap ke kandang kucing, lalu mengambi! Dark Queen""
"Aku belum pemah melihat mereka," kata Pip. "Tak seorang pun di antara kita pemah melihat kedua orang itu. Kita perlu mengadakan penyelidikan tentang mereka. Wah - banyak juga orang yang perlu dicurigai rupanya! Cukup banyak pekerjaan yang harus di-lakukan!"
"Satu-satunya orang yang cukup jahat sehingga pantas melakukan perbuatan itu cuma Pak Tupping - tapi justru dia satu-satunya yang tak mungkin bisa dicurigai," kata Bets sedih. "Yah, tak ada lagi kecuali yang tadi, kan""
"Kita harus mengikutkan nama Luke dalam daftar ini," kata Larry. "Aku tahu, kita tidak mencurigai dirinya! Tapi Pak Tupping mendakwa bahwa ialah yang mencuri kucing itu - jadi sebaiknya kita tuliskan juga namanya dalam daftar ini. Kapan-kapan kita mau, bisa kita coret lagi."
Jadi nama Luke pun ikut tercatat sebagai orang yang dicurigai. Kasihan remaja itu - selalu dilanda kesulitan.
"Yuk, kita panggil dia," kata Larry. "Dia belum pulang, karena kalau sudah mestinya sudah tadi-tadi ia bersiul memanggil kita, untuk menceritakan segala-galanya."
Anak-anak menghampiri tembok pagar, lalu menyiul-kan nada-nada khusus yang sudah disepakatkan dengan Luke sebagai isyarat panggilan. Tapi sampai pegal bibir mereka bersiul, Luke tetap tidak muncul. Ke manakah anak itu"
7 LUKE DIDAKWA MENCURI Kelima anak itu duduk di atas tembok, sementara Buster menggaruk-garuk dinding batu di bawah mereka. Anak-anak itu memikirkan tindakan selanjutnya. Pip melirik jarum arlojinya.
"Pukul enam kurang seperempat," katanya. "Jangan-jangan Luke sudah pulang. Tapi mustahil - pasti ia mampir sebenrar, untuk berbicara dengan kita."
"Mungkin ia sedang diperiksa Pak Ayo Pergi." kata Fatty. Kemungkinan itu bisa diterima. Anak-anak kepingin bisa menyelidiki kebenarannya.
Kemudian Fatty mendapat akal.
"He, Pip," katanya, "kau bisa menyelidiki apa yang terjadi, kalau kau
mau." "Bagaimana caranya"" tanya Pip.
"Ibumu tadi kan diundang minum teh di sebelah," kata Fatty menjelaskan. "Jadi kau pergi saja ke situ, untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. Lalu kalau ada orang melihatmu lalu bertanya apa yang kauperbuat di situ, bilang saja ibumu tadi diundang minum teh oleh
Lady Candling. Dan kau ke situ karena ingin melihat, barangkali saja sapu tangan ibumu tercecer di kebun." "Tapi ibuku sama sekali tidak kehilangan sapu tangan," kata Pip. "Kau tidak melihatnya mengeluarkan barang itu dari tasnya tadi, ketika sedang bicara dengan kita" Harum sekali baunya."
"Tentu saja aku juga melihatnya, Goblok," kata Fatty tak sabar. "Itu kan cuma alasan saja. Kau tak perlu mengatakan ibumu kehilangan sapu tangan, karena kita tahu itu tidak betul. Tapi kau kan boleh saja bilang 'mungkin'""
"Bagus ide si Fatty itu," kata Larry. "Itulah satu-satunya jalan bagi salah seorang di antara kita untuk masuk ke kebun, tanpa langsung diusir lagi oleh Pak Goon atau Pak Tupping. Melompat sajalah ke sebelah, Pip - dan cobalah selidiki apa yang terjadi di situ. Cepatlah sedikit! Untung saja ibumu baru saja kembali dari perjamuan teh di sana."
Pip sebenarrtya kepingin sekali pergi. Tapi ia juga takut ketahuan oleh Pak Tupping, atau Pak Goon. Akhirnya ia membulatkan tekat. Ia meloncat ke sebelah, melambaikan tangan ke arah kawan-kawannya, lalu menyelinap pergi di sela semak.
Luke sama sekali tak nampak. Pip bergerak melewati kandang kucing. Di situ pun tak ada siapa-siapa. Ia mengintip ke dalam kandang tempat Dark Queen tadi bersama kucing-kucing lainnya. Kucing-kucing itu memandangnya sambil mengeong-ngeong. Pip terus berjalan. Melewati rumah pesemaian, lalu berdiri di balik semak. Terdengar olehnya suara beberapa orang di dekat situ, Pip mengintip dari balik semak. Dilihatnya beberapa orang berdiri di atas rumput. Kebanyakan dari mereka dikenal oleh Pip.
"Itu Lady Candling," katanya dalam hati. "Dan itu Bu Trimble. Wah, kelihatannya sangat gelisah. Dan itu Pak Tupping. Tampangnya nampak senang dan sok penting! Lalu itu Pak Ayo Pergi, polisi desa. Dan itu - kasihan, itu Luke!"
Luke berdiri di tengah kerumunan orang itu. Tampangnya bingung dan sangat ketakutan. Pak Goon, polisi desa, berdiri menghadapi Luke dengan buku catatan yang besar di tangannya. Luke tergagap-gagap menjawab pertanyaan yang dibentakkan bertubi-tubi padanya oleh Pak Goon.
Sedikit terpisah dari orang-orang itu ada dua orang wanita. Pasti itulah juru masak serta pembantu rumah tangga, pikir Pip. Kedua wanita itu berbisik-bisik sambil saling menyenggol.
Pip merayap, mendekati orang-orang itu. Sekarang bisa didengarnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada Luke yang nampak semakin takut.
"Apa yang kaulakukan sesiang ini"" "Saya - saya tadi - si-sibuk menggali kacang polong di galangan panjang," kata Luke terbata-bata.
"Maksudmu galangan yang di dekat kandanc kucing"" tanya Pak Goon, sambil menuliskan sesuatu dalam buku catatannya.
"Be-be-betul, Pak," kata Luke.
"Jadi sesiang ini kau selalu berada di dekat tempat kucing-kucing itu"" desak polisi desa. "Ada orang da tang ke situ""
"Bu T-t-trimble, Pak, sek-sekitar puk-pukul empat, bersama seorang nyonya," kata Luke, sambil menyi-bakkan rambutnya yang acak-acakan ke belakang. "Mereka berdiri di situ selama beberapa menit, lalu pergi lagi."
"Lalu apa yang kaulakukan dari pukul empat sampai pukul lima tadi"" tanya Pak Goon. Suaranya galak sekali. Luke nampaknya sudah nyaris pingsan, saking ketakutan.
"Tid-tidak ap-apa-apa, Pa-pak - cuma mengg-g-gali saja," katanya semakin gugup. "Mengg-g-gali terus dek-dekat kandang kuc-c-c-cingg. Waktu itu sama sekali tak ada orang datang, sampai Anda ingin melihat kucing-kucing itu bersama Pak Tupping."
"Dan ketika kami melihat ke dalam kandang, ternyata Dark Queen tidak ada lagi di situ," sela Pak Tupping dengan suara galak. "Nah, Pak Goon - buktinya sudah jelas, bukan" Dark Queen dicuri antara pukul empat dan pukul lima - dan kini anak ini menyatakan selama itu tak ada orang lain kecuali dia sendiri di dekat kucing-kucing itu. Dialah yang mencuri Dar
k Queen! Tak ada keraguan lagi mengenainya - dan kucing itu dijualnya pada salah-seorang temannya, untuk mempe-roleh tambahan uang saku. Luke ini memang anak jahat. la sudah selalu begitu, sejak bekerja untukku."
"Saya tidak jahat, Pak Tupping!" seru Luke, yang tiba-tiba menjadi agak berani. "Saya belum pernah mengambil sesuatu yang bukan milik saya! Selama ini saya selalu bekerja keras untuk Anda! Apa saja yang Anda lakukan, selalu saya terima - walau kadang-. kadang sudah keterlaluan. Anda tahu betul, saya takkan pernah mau mencuri salah satu kucing itu. Memikirkan-nya saja, saya sudah takut!"
"Cukup! Cukup!" potong Pak Goon dengan galak. "Kau tidak boleh bicara begitu terhadap Pak Tupping. Anak macam kau ini perlu dipukul rupanya!"
"Ah, soal itu bisa kuurus," kata Pak Tupping mencemooh. "Aku bicara saja sebentar dengan ayah tirinya. Dia tahu bagaimana watak anak ini!"
"Kurasa kita belum perlu mengatakan apa-apa pada ayah tiri Luke, Tupping," kata Lady Candling dengan suara pelan tapi jelas. "Sebelum kita lebih banyak mengetahui kejadian aneh ini."
Pak Tupping kelihatan agak kaget. Sedari tadi ia asyik sendiri, sampai nyaris lupa Lady Candling juga ada di situ. Luke berpaling pada majikannya itu.
"Saya harap Nyonya tidak mau percaya begitu saja pada kata-kata Pak Tupping dan Pak Goon mengenai din saya," katanya penuh harap. "Sungguh, bukan saya yang mencuri Dark Queen. Saya tidak tahu di mana kucing itu sekarang. Saya belum pernah rnengambil sesuatu tanpa ijin dari kebun Anda!"
"Kau bohong!" 'kata Pak Tupping dengan nada menang. "Lalu bagaimana dengan sulur-sulur arbei itu, hah""
Pip kaget sekali melihat Luke tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Tubuhnya yang kekar tergoncang-goncang karena isakannya. Lengannya menutupi mukanya. Rupanya ia sudah sangat ketakutan dan bingung.
"Biarlah ia pulang sekarang," kata Lady Candling dengan suara lembut. "Anda sudah cukup memeriksa dirinya. Dia kan baru lima belas tahun umurnya. Pak Goon, saya minta Anda mau pergi sekarang juga. Kau juga Luke - pulang sajalah dulu."
Pak Goon kelihatannya sama sekali tidak senang. Ia merasa menyesal, karena tidak bisa memperlakukan Luke seperti pesakitan yang sudah dewasa. Ia tahu, anak itu harus diperbolehkannya pulang. Dan ia pun merasa tidak enak, karena disuruh pergi oleh Lady Candling. Sambil mendehem-dehem dengan suara nyaring, diliriknya Lady Candling dengan pandangan mence-mooh, lalu ditutupnya buku catatannya yang besar.
"Aku masih perlu bicara sedikit dengan ayah tirimu," katanya dengan lagak penting pada Luke. Anak itu langsung pucat mendengar kata-katanya itu. Ia takut sekali pada ayah tirinya.
"Aku ikut, kata Pak Tupping, karena siapa tahu, mungkin saja ayah tirinya itu bisa memberi keterangan pada kita tentang kawan-kawan anak ini. Dark Queen pasti diberikannya pada salah seorang dari mereka."
Jadi Luke pergi, diapit Pak Goon dan Pak Tupping. Kasihan anak itu, sekali-sekali masih terdengar isakan-nya. Pip merasa benci sekali kepada kedua laki-laki dewasa itu. Kasihan si Luke! Sedikit pun tak ada kesempatan baginya untuk membela diri.
Pip tidak tahu bahwa kedua laki-laki itu akan membawa Luke lewat dekat tempatnya bersembunyi. Karenanya ia tidak sempat mundur ke balik semak yang lebat, supaya tidak ketahuan. Tiba-tiba Pak Tupping melihat muka Pip yang mengintip dari celah semak bunga. Pak Tupping berhenti, lalu melangkah dengan cepat ke samping. Pip dicengkeramnya, lalu ditariknya ke luar.
"Apa yang kaulakukan di sini"" bentaknya. "Ini satu dari kawanan anak sebelah, Pak Goon," katanya pada polisi desa yang memandang sambil tercengang.
"Mereka selalu mengintip-intip ke sini. Akan kugiring dia sekarang juga ke majikanku, biar dimarahi habis-habisan!"
Luke hanya bisa memandang sambil melongo, sementara Pip digiring dengan kasar oleh tukang kebun yang marah-marah. Lady Candling mendengar suara ribut-ribut, lalu kembali ke kebun untuk melihat apa lagi yang terjadi sekarang.
"Lepaskan aku!" tukas Pip. "Orang jahat! Lepaskan, kataku - sakit tanganku kaupilin!"
Pak Tupping memang sengaja melakukannya. Dan Pip juga tahu. Tap
i ia tidak berdaya. Dengan segera mereka sudah berdiri di depan Lady Candling. Nyonya itu kelihatan sangat heran.
"Saya menjumpai anak ini bersembunyi dalam semak sebelah sana," kata Pak Tupping melaporkan. "Saban kali, selalu ada saja anak-anak di situ. Mereka teman-teman Luke. Pasti mau berbuat jahat."
"Apa yang kaulakukan dalam kebunku"" tanya Lady Candling dengan nada garang.
"Ibu saya baru saja minum teh di sini bersama Anda, Lady Candling," kata Pip dengan nada sesopan-sopannya. "Anda tidak kebetulan menemukan sapu tangannya yang ketinggalan""
"Astaga! Jadi kau ini Philip, putra Bu Hilton"" kata Lady Candling, sambil tersenyum padanya. "Ibumu tadi bercerita tentang dirimu. Kau kan punya seorang adik perempuan, bernama Bets""
"Betul, Lady Candling," jawab Pip. la tersenyum. Manis sekali senyumnya. "Adik saya itu baik sekali. Kalau diperbolehkan, kapan-kapan dia akan saya ajak ke sini."
"Ya, bawalah adikmu itu kemari," kata Lady Candling. "Tupping, ternyata kau tadi keliru besar. Rupanya anak ini datang karena hendak mencari sapu tangan ibunya. Bu Hilton tadi minum teh bersamaku di sini."
Pip mengusap-usap lengannya, sambil mengernyit-kan muka seolah-olah kesakitan.
"Kau disakiti Tupping tadi"" tanya Lady Candling prihatin. "Kasihan! Tupping, kau tadi terlalu kasar terhadap anak ini."
Pak Tupping cemberut tampangnya. Ternyata kelanjutan soal itu jauh berlainan dengan sangkaannya semula.
"Kalau sapu tangan ibumu ditemukan di sini, pasti akan kusuruh antarkan ke sebelah," kata Lady Candling pada Pip. "Dan jangan lupa mengajak adikmu mengunjungi aku di sini, ya" Aku senang sekali pada anak-anak perempuan."
"Kalau kami datang, pasti akan diusir orang ini," kata Pip sambil menuding Pak Tupping.
"Tidak bisa!" tukas Lady Candling dengan segera. "Tupping, anak-anak ini boleh kemari, kapan saja mereka mau. Mengerti""
Muka Pak Tupping merah padam. Kalau dia itu balon, pasti saat berikut sudah meledak. Tapi ia tidak berani membantah perintah majikannya. Dengan sikap kurang ajar ia berpaling, kembali ke tempat Pak Goon menunggu bersama Luke.
Pip bersalaman dengan Lady Candling, mengucap-kan terima kasih, meminta diri lalu menyusul Pak Tupping.
"Luke!" serunya. "Luke! Kau tidak boleh putus asa, Luke! Semua temanmu akan membantu. Kami tahu pasti, bukan kau yang mencuri kucing itu!"
"Ayo pergi!" sergah Pak Goon, yang kini sudah benar-benar marah. "Jangan bermulut lancang! Kalian selalu mau ikut campur dengan urusan orang lain! Ayo pergi, kataku!"
Tapi Pip tidak mau pergi. Ia menandak-nandak mengikuti, sambil berjaga-jaga jangan sampai bisa ditangkap Pak Goon. Sambil membuntuti, ia terus rneneriakkan kata-kata pembangkit semangat pada Luke. Polisi desa dan tukang kebun Lady Candling sudah bukan main jengkelnya pada anak bandel itu.
Pip mendengar Pak Goon berbicara pada Pak Tupping. Kata Pak Goon, ia hendak kembali malam itu, untuk memeriksa kandang kucing dengan seksama.
"Ah - rupanya dia hendak mencari-cari tanda bukti yang bisa dipakai untuk semakin memperkuat tuduhan terhadap Luke," pikir Pip. "Jadi sebaiknya aku dan teman-teman menduluinya. Kuberi tahu sekarang juga pada mereka."
Sambil menyerukan kata-kata terakhir untuk mem-besarkan hati Luke, Pip berpaling, lari ke tembok pagar dan langsung memanjatnya ke sebelah. Ia bergegas menceritakan segala yang didengarnya tadi pada kawan-kawannya. Wah - keadaan mulai asyik sekarang!
8 BERBAGAI INDIKASI "Apa yang terjadi tadi, Pip" Lama sekali kau pergi!" kata Larry menyambut kedatangan temannya itu, yang langsung merebahkan diri di samping anak-anak yang empat lagi.
"Ah, si Ayo Pergi dan Pak Tuping sudah begitu pasti, Luke yang mencuri," kata Pip. "Kasihan si Luke! Bayangkan, ia tadi menangis melolong-iolong, seperti yang kadang-kadang dilakukan Bets!"
Tidak enak rasanya, membayangkan anak sebesar Luke menangis. "Apa sebabnya mereka begitu yakin dia yang mencuri Dark Queen"" tanya Daisy.
"Yah - memang dasar sial - tapi soalnya, kucing itu dicuri orang antara pukul empat dan lima sore ini, sedang selama itu Luke bekerja dekat kandang kucing," jawab Pip. "Itu
keterangannya sendiri. Dan ia juga mengatakan, selama itu tak ada orang lain datang ke situ."
"Aneh!" kata Bets. Ia nampak bingung. "Kita tahu betul, bukan Luke yang melakukannya - tapi kelihatannya yang melakukan mesti dia! Ini benar-benar misteri yang misterius."


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul," kata Fatty sambil merenung. "Rasanya tak ada gunanya menanyai orang-orang lain yang patut dicurigai, karena tersangka utama - yaitu Luke - dia sendiri mengatakan sore itu cuma ia sendiri yang ada di dekat kandang kucing. Tapi - aku tidak bisa membayangkan, dia yang mencuri kucing itu. Biar kepingin, dia takkan berani. Lagipula aku tahu pasti, dia tidak ingin mencurinya."
"Aku ingin tahu, di mana Dark Queen sekarang," kata Bets.
"Ya, betul! Jika kita bisa menemukannya, mungkin ada gambaran lebih jelas mengenai siapa yang mencurinya," kata Larry. "Maksudku, kucing itu sekarang tentunya ada pada seorang temannya. Wah - ini memang teka-teki rumit!"
"Apakah kita tidak bisa mencari tanda-tanda bukti"" tanya Bets. Menurut pendapatnya, dengan tanda-tanda bukti itu mungkin Luke bisa bebas dari dakwaan.
"O ya, aku lantas ingat lagi," kata Pip dengan segera, "si Ayo Pergi tadi mengatakan, malam ini ia hendak kembali lagi untuk memeriksa sekitar kandang kucing. Kurasa ia ingin mencari-cari tanda bukti di situ - tentunya yang akan semakin memperkuat tuduhan terhadap Luke, menurut perasaanku!"
"Yah - kuusulkan bahwa sebaiknya kita mendului saja," kata Fatty dengan segera, sambil bangkit.
"Apa" Pergi ke sebelah lagi-sekarang"" tanya Larry kaget. "Bisa repot kita nanti!"
"Jangan khawatir," kata Fatty menenangkan, "sebe-lum si Ayo Pergi dan Pak Tupping kembali, kita sudah lama pergi lagi dari sana. Kedua orang itu pasti akan terlalu asyik mengadukan Luke pada ayah tirinya."
"Baiklah - kalau begitu sekarang saja kita ke sana," kata Larry. "Siapa tahu, kita berhasil menemukan salah satu barang bukti - walau aku sama sekali tidak bisa menduga, apa! Yuk, kita berangkat!"
"Bets lebih baik tidak ikut saja," kata Pip. "Dia masih terlalu kecil - siapa tahu, nanti dengan tiba-tiba terjadi kesulitan."
"Tidak bisa! Aku hams ikut," tukas Bets kesal. "Jangan jahil, Pip. Aku cuma memerlukan bantuan sedikit untuk memanjat tembok. Siapa tahu, aku nanti menemukan tanda bukti yang tidak kalian lihat. Mungkin saja ada gunanya aku ikut."
"Betul, Bets," kata Fatty. Seperti biasa, anak gendut itu langsung membela Bets. "Biariah dia ikut, Pip. Tidak enak rasanya, apabila tidak bisa ikut mengalami sesuatu yang menarik."
Akhirnya Bets diperbolehkan ikut. Sedang Buster ditinggal. la dimasukkan ke dalam sebuah gudang dan dikunci pintunya, supaya tidak bisa menyusul mereka lagi ke kebun Lady Candling.
Seteiah itu mereka pergi ke seberang tembok. Fatty menolong Bets memanjat. Di sebelah kelihatannya tidak ada siapa-siapa. Dengan hati-hari anak-anak menyeli-nap menuju kandang kucing. Binatang-binatang piaraan itu sedang berbaring-baring di bangku mereka. Melihat anak-anak datang, kucing-kucing itu memandang dengan mata mereka yang biru cerah.
"Nah - sekarang mulailah mencari tanda-tanda petunjuk," kata Larry.
"Petunjuk kayak apa"" tanya Bets.
"Aku juga tidak tahu - sampai ada yang kita temukan," jawab Larry. "Periksa tanah di sekitar sini. Nah, lihatlah! Pasti di sinilah Luke bekerja tadi sore."
Ia menuding sebuah gerobak dorong yang berisi rumput liar sampai setengahnya. Di dekatnya ada sekop yang ditancapkan ke tanah. Sedang jas kerja Luke
lersangkut pada dahan sebatang pohon.
"la tadi menggali di galangan itu," kata Fatty sambil berpikir-pikir. "Tak mungkin ia bekerja lebih dekat lagi ke kandang kucing dari tempat itu. Tentunya ia pasti akan melihat siapa saja yang mendatangi kandang kucing. Tidak mungkin tidak."
Anak-anak pergi ke tempat Luke bekerja tadi sore. Ternyata dari situ semua kucing yang ada dalam kandang terlihat jelas. Jadi tak mungkin ada orang yang membuka pintu kandang, mengambil Dark Queen lalu menurup pintu lagi, tanpa dilihat Luke.
Tapi kenyataannya kucing itu hilang! Dan Luke berani bersumpah, bukan dia yang mengambil. Kalau begitu, siapa yang mencuri
Dark Queen" "Kita periksa saja sekeliling kandang kucing," kata Larry dengan tiba-tiba. "Siapa tahu, barangkali kucing itu sendiri yang lari."
"Betul juga," kata Fatty setuju. Mereka lantas kembali mendatangi kandang-kandang yang dibuat dari kayu itu. Buatannya kokoh, dibangun di atas tonggak-tonggak. Kelihatannya mirip kandang ayam.
"Di sini tak ada lubang yang bisa dilewati kucing," kata Pip setelah memeriksa beberapa saat. "Dark Queen tidak mungkin bisa minggat sendiri. Pasti ada orang yang mengambilnya."
"Ketika ibumu bersama Bu Trimble datang pukul empat, dia masih ada di situ - tapi ketika si Ayo Pergi muncul bersama Pak Tupping pukul lima, tidak ada lagi," kata Daisy, "dan selama itu Luke sibuk bekerja di samping kandang. Aku benar-benar tak mengerti. Dark Queen lenyap, seperti disulap kekuatan gaib!"
"Jangan-jangan memang begitu," kata Bets serius. "Kekuatan gaib itu kuat sekali, kan" Barangkali ...."
Saat berikutnya mukanya memerah, karena anak-anak yang lain ramai menertawakannya.
"Yah, Dark Queen mestinya disulap supaya hilang - atau dan semula memang tidak ada di sini!" katanya menantang.
"Dia jelas ada di sini tadi, Goblok! Kan ibu kita sendiri masih melihatnya," tukas Pip. "He! Apa itu""
Pip menuding sesuatu yang terietak di lantai kandang besar, tempat kucing-kucing dikumpulkan. Anak-anak mengintip lewat pagar kawat. Sesaat tidak ada yang bicara. Kemudian Fatty memoncongkan bibirnya. Alisnya terangkat ke atas, sementara tangannya menggaruk-garuk kepala.
"Sialan! Aku tahu benda apa itu!" katanya. "Itu kan peluit kayu, seperti yang biasa dibikin oleh Luke"untuk Bets."
Memang betul! Di lantai kandang tergeletak suatu tanda bukti. Tapi tanda bukti yang mengejutkan anak-anak. Bagaimana peluit itu bisa ada dalam kandang" Kemungkinannya cuma satu - mestinya Luke yang menjatuhkannya dengan tak disengaja, ketika masuk ke dalam kandang. Anak-anak terdiam semua. Mereka betul-betul kaget.
"Tak mungkin Luke! Mustahil!" kata Bets dengan suara serak menahan tangis. "Kita semua tahu, dia tak bersalah."
"Ya, kita tahu! Tapi kenyataannya sekarang, dalam kandang ada peluit - yang hanya mungkin Luke saja yang menjatuhkannya dengan tak sengaja," kata Fatty. "Kejadian ini memang luar biasa!"
"Fatty, apabila Pak Goon melihat peluit itu, mungkin dia akan mengatakan ini bukti nyata bahwa Luke pasti pencurinya," kata Bets dengan cemas.
Fatty mengangguk. "Tentu saja! Ini tanda bukti yang sangat jelas, Bets - bagi orang kayak si Ayo Pergi, yang kemampuannya melihat cuma sejauh ujung hidungnya sendiri saja!" tukas Fatty.
"Tapi bagimu tidak begitu, Fatty"" desak Bets, sambil memegang tangan anak gendut itu. "Aduh, Fatty - kau kan tak menyangka Luke yang menjatuhkannya di situ""
Geger Pulau Es 1 Wanita Gagah Perkasa Karya Liang Ie Shen Empat Iblis Kali Progo 2

Cari Blog Ini