Ceritasilat Novel Online

Misteri Kucing Siam 2

Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam Bagian 2


"Akan kukatakan bagaimana pendapatku tentang soal ini," kata Fatty lagi.'' Kurasa ada orang yang sengaja menaruh peluit itu di situ, supaya kecurigaan ditimpakan pada Luke. Begitulah pendapatku."
"Wah! Kurasa kau benar, Fatty!" seru Larry. Tapi seruannya itu tidak terlalu keras, karena nanti terdengar orang di rumah Lady Candling. "Urusan ini makin lama semakin misterius saja rasanya. He - apakah harus kita biarkan saja tanda bukti ini tergeletak di sini, sehingga terlihat oleh si Ayo Pergi" Kita kan yakin, ini tanda bukti palsu"!"
"Betul katamu itu," sambut Pip. "Sebaiknya kita ambil saja barang itu!"
Anak-anak memandang peluit yang tergeletak di lantai kandang. Pintu kandang terkunci, sedang anak kuncinya tak nampak ada di situ. Jadi bagaimana cara mereka mengambil peluit"
"Kita harus bertindak cepat," kata Fatty cemas. "Sebentar lagi si Ayo Pergi mungkin sudah muncul lagi. Aduh - bagaimana caranya kita mengambil peluit itu""
Anak-anak tidak ada yang tahu akal. Jika peluit itu sedikit saja lebih dekat ke pagar kawat, mereka bisa mengambilnya dengan bantuan ranting atau sepotong kawat Tapi peluit itu terletak di bagian belakang kandang.
Kemudian sekali lagi Fatty mendapat ilham hebat. Diambilnya sebutir batu kecil, lalu disentilkannya ke dalam kandang, ke arah peluit. Seekor kucing melihat batu itu menggelinding, lalu meloncat untuk berm
ain-main dengannya. Ditepuknya batu itu dengan kaki depannya. Karena letak batu itu berdekatan dengan peluit, maka peluit itu ikut tersenggol dan tergeser sedikit. Kucing itu lantas bermain-main pula dengan peluit.
Anak-anak memperhatikan sambil menahan napas. Kucing itu mengejar batu yang menggelinding. Setelah itu kembali ke peluit dan menatapnya lama-lama. Kelihatannya seperti menunggu benda itu menggelinding pula.
Kemudian binatang itu mengulurkan kaki depannya. Didorongnya peluit itu pelan-pelan. Ternyata bisa menggelinding. Kucing mulai asyik. Diambilnya peluit dengan kedua kaki depannya, dipermainkan sebentar lalu dijatuhkan lagi. Sebelum menyentuh lantai kandang, peluit itu sudah ditampar dengan kaki depan. Peluit terpental, dan jatuh ke dekat pagar kawat.
"Hebat! Hebat!" desah Fatty dengan gembira. Kini diambilnya segulung kawat dari kantongnya. Memang luar biasa - apa saja yang ada dalam kantong si gendut itu! Kawat itu dilipatnya, dengan semacam jerat di sebelah ujung. Kawat berjerat itu disisipkannya ke dalam kandang, lewat celah di antara kawat pagar.
Anak-anak yang lain memperhatikan dengan penuh gairah. Kawat yang disodorkan sudah sampai ke dekat peluit. Fatty mengorek-ngorek dengan sabar, berusaha menjerat benda itu. Kucing yang tadi bermain-main dengan peluit, ikut memperhatikan dengan penuh minat. Tapi tiba-tiba salah satu kaki depannya terulur, dan - menepuk jerat di ujung kawat, sehingga peluit kini tersangkut di situ!
"Wah - terima kasih, Pus!" kata Fatty senang. Dengan hati-hati ditariknya peluit ke arah pagar kawat, lalu disentakkannya ke atas. Peluit terlempar ke luar celah kawat, dan jatuh dekat kaki Bets. Anak itu buru-buru memungutnya.
"Berhasil!" kata Fatty. "Coba kita lihat sebentar. Ya, betul - ini memang bikinan Luke. Untung kita berhasil mengeluarkannya. Tanda bukti ini sekarang tidak bisa ditemukan lagi oleh si Ayo Pergi. Luke takkan semakin dicurigai karena benda ini!"
"Kau ini memang pintar, Fatty," kata Bets kagum.
"Bagus, Fatty!" puji Pip.
Dada Fatty langsung membusung karena bangga dan merasa penting. "Ah, ini sih belum apa-apa," katanya, "aku sering mendapat akal yang lebih baik lagi. Pernah suatu kali
"Tutup mulut!" kata Larry, Daisy dan Pip serempak. Dan Fatty terdiam. Peluit tadi dikantonginya. "Coba can, kalau-kalau ada tanda bukti lain," kata Pip. "Siapa tahu, dalam kandang masih ada." Kelima anak itu kembali merapatkan hidung ke pagar kawat. Hidung Bets mengernyit.
"Bau kandang ini tidak enak," katanya.
"Binatang yang dikurung dalam kandang memang tidak pernah enak baunya," kata Larry. "Bukan, bukan bau binatang maksudku," kata Bets lagi. "Bau lain! Kayak bau bensin."
Anak-anak mengendus-endus.
"Maksudnya minyak terpentin," kata Fatty. "Aku juga menciumnya sekarang - samar-samar. Tapi kurasa itu bukan bukti, Bets - walau harus kuakui penciumanmu sangat tajam. Mungkin Nona Harmer memakai minyak itu untuk membersihkan kandang. Nah, bagaimana - masih ada tanda bukti lain yang kelihatan""
Tapi kelihatannya di situ tidak ada apa-apa lagi yang bisa ditemukan, walau anak-anak sibuk mencarj ke sekeliling kandang dan berulang kali mengintip ke dalam.
"Ini benar-benar menjengkelkan," tukas Fatty. "Sama sekali tak ada yang bisa membantu penyelidikan kita. Satu pun tak ada! Yah - tapi untung saja kita menemukan peluit tadi, sebelum kelihatan oleh Pak Tupping atau si Ayo Pergi. Aku merasa yakin, pasti benda itu diletakkan dengan sengaja di situ oleh seseorang, supaya Luke dicurigai mencuri Dark Queen. Jahat sekali orang itu!"
"Kepingin rasanya memasukkan segala macam barang ke dalam kandang ini," kata Pip, "supaya si Ayo Pergi bingung menghadapinya!"
Anak-anak memandang ke arahnya dengan gembira.
"Wah - hebat sekali idemu itu!" kata Fatty. Dalam hati ia agak menyesal, kenapa bukan dia sendiri yang mendapat akal itu.
"Ya, ya - yuk, kita melakukannya!" kata Larry bersemangat. "Kita masukkan segala macam tanda bukti konyol, yang tak mungkin bisa dipakai untuk menyalahkan Luke. Si Ayo Pergi pasti pusing kepalanya, apabila berusaha mengadakan penyelidikan berdasarkan bukti-b
ukti palsu itu!" Anak-anak cekikikan. Sekarang-apa saja yang akan mereka masukkan ke dalam kandang" "Aku punya permen," kata Pip terkikik. "Kumasuk-kan saja sebutir ke dalam kandang." "Dan aku akan memasukkan secarik pita rambutku,"
kata Daisy. "Tadi kebetulan putus, dan potongannya kukantongi."
"Dan aku punya beberapa kancing biru yang terlepas dan pakaian bonekaku," kata Bets. "Itu saja yang kujadikan barang bukti palsu!"
"Kurasa, kalau tidak salah aku mengantongi sepasang tali sepatu berwarna coklat yang masih baru," kata Larry, sambil mencari-cari dalam kantong. "Ya - ini dia. Biar kumasukkan saja sekaligus!"
"Apa yang akan kaumasukkan ke situ, Fatty"" tanya Bets. Fatty mengeluarkan segenggam puntung cerutu dan kantongnya. Anak-anak melongo melihatnya. "Untuk apa kau mengumpulkan puntung cerutu"" tanya Lam;, setelah rasa herannya berkurang.
"Kuisap," kata Fatty. "Ini semua bekas cerutu yang diisap ayahku. Sehabis mengisap satu, selalu ditinggal-nya dalam asbak di kamar tidurnya."
"Kau bukan mengisapnya!" kata Pip tak percaya. "Ini cuma bualanmu lagi, kayak biasanya! Kau mengantongi puntung-puntung itu, supaya baumu kayak orang dewasa. Pantas - selama ini aku selalu heran, kenapa si Gendut baunya aneh!"
Kata-kata Pip itu pura-pura tak didengar oleh Fatty - karena memang begitulah kenyataannya. la menganto-ngi puntung cerutu, supaya disangka sudah dewasa!
"Kucampakkan saja sebatang puntung ini di bawah kandang - kuletakkan di tanah," katanya. "Dan satu kumasukkan ke dalam kandang. Moga-moga saja tak ada kucing yang memakannya - nanti sakit! Dua puntung cerutu, pasti si Ayo Pergi pusing tujuh keliling memikirkannya!"
Anak-anak lantas menaruh 'tanda bukti' masing-masing ke kandang. Pip mencampakkan sebutir permen yang besar. Kucing-kucing memandang benda itu dengan sikap tidak senang. Rupanya mereka tidak suka mencium bau permen itu.
Daisy menjejalkan segumpal pita rambut yang sudah kumal di sela kawat pagar. Bets menyisipkan kancing berwarna biru. Larry menaruhkan sepotong tali sepatunya yang masih baru - sedang Fatty melempar-kan sepotong puntung cerutu ke bawah kandang, dan sepotong lagi dimasukkannya ke dalam kandang.
"Nah - sekarang cukup banyak tanda bukti yang bisa ditemukan si Ayo Pergi! Mudah-mudahan ia cepat datang!"
9 PAK GOON BERAKSI "He!" kata Daisy dengan tiba-tiba, sementara ia memperhatikan potongan pita rambutnya bergerak-gerak sedikit di lantai kandang, karena tertiup angin yang masuk. "He! Mudah-mudahan saja tak ada yang lantas menyangka akulah yang mencuri kucing itu. Ibuku pasti akan mengenali pita itu, jika ia melihatnya!"
"Astaga! Tak terpikir olehku kemungkinan itu tadi," kata Pip.
"Kau tak perlu bingung," kata Fatty menenangkan suasana. "Nih - aku punya sampul besar! Kita masing-masing memasukkan benda sama seperti yang jadi tanda bukti palsu ke dalam sampul ini. Kumasukkan dua puntung cerutu. Kau, Daisy - kaumasukkan potongan pita rambutmu yang sebelah lagi ke dalamnya."
Daisy menurut. Setelah itu Bets memasukkan sebutir kancing bonekanya, Larry menaruhkan pita sepatu yang sebelah lagi, dan Pip menyelipkan sebutir permen.
Fatty melipat sampul itu dengan cermat, lalu mengantonginya.
"Jika ada seorang di antara kita dituduh mencuri karena adanya tanda-tanda bukti dalam kandang ini, maka cukup apabila isi sampul ini kita tunjukkan! Pasti
semua akan tahu, kita melakukannya sebagai lelucon saja," kata Fatty. Saat itu terdengar bunyi lonceng dan arah rumah Pip dan Bets. Bets mengeluh. "Itu tanda aku dipanggil untuk tidur. Sialan! Aku belum mau pergi," katanya.
"Kau harus pergi," kata Pip. "Kemarin saja kau sudah diomeli, karena terlambat pulang. Wah - sebetulnya aku kepingin tinggal di sini, untuk melihat si Ayo Pergi dan Pak Tuping menemukan tanda-tanda bukti yang kita tinggalkan di sini!"
"Yuk, kita tinggal di sini," ajak Larry.
"Aku ikut," kata Bets setengah menangis. la sudah sedih saja, karena lagi-lagi tidak kebagian. Namun Pip tetap keras. Adiknya didorong ke arah rumah mereka.
"Kau harus pulang, Bets! Nah - itu, terdengar lagi lonceng memanggilmu!"
"Ya, tapi itu kan j uga panggilan untukmu!" bantah Bets. "Itu tanda bahwa kau harus pulang dan berganti pakaian untuk makan malam. Kau jangan pura-pura tidak ingat!"
Pip memang bukan lupa. Larry menarik napas panjang. la tahu, saat itu juga sudah waktu baginya serta Daisy untuk pulang ke rumah. Perjalanan pulang mereka lebih jauh daripada Pip dan Bets.
"Kami pun harus pulang," kata Larry. "Fatty - kau kan bisa tinggal di sini untuk mengintip" Pasti lucu sekali! Kau tinggal saja, ya" Orang tuamu kan tidak begitu pedulian! Kau nampaknya bisa seenaknya saja, mau pulang kapan!"
"Ya deh - aku menunggu di sini untuk mengintip perbuatan mereka," kata Fatty. "Sebaiknya aku memanjat pohon itu. Tidak sukar naik ke atasnya, sedang daun-daunnya cukup rimbun. Dari atas aku bisa melihat segala-galanya, tanpa ketahuan."
"Kalau begitu - yuk, Bets, kita pulang," kata Pip, yang sebetulnya segan. Bayangkan, Fatty akan asyik sendiri nanti!
Saat itu terdengar suara dua orang bercakap-cakap sambil masuk ke dalam kebun. Anak-anak saling pandang-memandang.
"Pak Tupping sudah datang lagi, bersama si Ayo Pergi," bisik Larry. "Cepat, ke tembok!"
"Sampai besok, Fatty," kata Pip dengan suara pelan. Anak-anak yang empat lagi lari menyelinap menuju tembok. Pip membantu Bets naik. Anak-anak yang lain menyusul. Fatty ditinggal sendiri di kebun sebelah. Anak itu bergegas memanjat pohon. Biar gendut, gerak-geriknya cukup tangkas.
Ia duduk pada dahan yang cukup lebar. Disibakkan-nya dedaunan yang menutupi, sehingga ia bisa melihat ke bawah. Dilihatnya Pak Tupping berjalan menuju kandang kucing, bersama Pak Goon.
"Nah - sekarang kita periksa sekitar sini, Pak Tupping," kata poiisi desa itu. "Siapa tahu, barangkali saja ada tanda bukti. Wah - aku sudah sering menemukan petunjuk, yang menyebabkan aku bisa langsung membekuk penjahat yang dicari!"
"Bukan main!" kata Pak Tupping dengan serius. "Yah, aku takkan heran apabila Luke meninggalkan sesuatu di tempat ini. Mungkin saja dia cerdik sehingga bisa mencuri kucing yang berharga - tapi belum cukup cerdik untuk menyamarkan jejak."
Kedua laki-laki itu mulai mencari-cari dengan teliti di sekitar kandang kucing. Kucing-kucing Siam yang ada dalam kandang memperhatikan kesibukan mereka dengan penuh perhatian. Mata mereka yang biru cemerlang, memperhatikan dengan waspada. Kucing-kucing itu tidak mengerti, apa sebetulnya yang dilakukan orang yang begitu banyak pada hari itu dekat kandang mereka. Sementara itu Fatty mengintip dan atas pohon.
Pak Goon yang pertama-tama menemukan puntung cerutu di bawah kandang kucing. Begitu terlihat, dengan segera disergap olehnya. Diacungkannya puntung cerutu itu tinggi-tinggi.
"Apa itu"" tanya Pak Tupping dengan heran.
"Puntung cerutu," kata Pak Goon dengan nada puas. Tapi kemudian air mukanya berubah rnenjadi bingung. Didorongnya topi polisinya ke tengkuk, lalu digaruk-garuknya kepala. "Eh - Luke yang masih anak-anak itu, dia mengisap cerutu"" tanyanya.
"Jangan konyol," tukas Pak Tupping. "Tentu saja tidak! Itu bukan petunjuk. Pasti ada orang yang kemari diajak Lady Candling untuk melihat kucing-kucingnya, melemparkan puntung cerutunya ke bawah kandang. Karena itulah di situ kautemukan puntung."
"Hmmm!" Pak Goon tidak mau begitu saja menyingkirkan petunjuk menarik berupa puntung cerutu itu. "Yah - ini perlu kupikirkan dulu."
Fatty terkikik pelan. Sementara itu kedua laki-laki yang di bawah meneruskan pencarian. Akhirnya Pak Tupping menegakkan tubuh.
"Kelihatannya tidak ada barang lain di sini," katanya. "Bagaimana - mungkin dalam kandang ada sesuatu""
Pak Goon nampaknya sangsi.
"Kurasa tidak mungkin," jawabnya kemudian, "tapi tidak ada salahnya jika kita periksa. Kau membawa anak kunci pintunya, Pak""
Pak Tupping pergi ke balik kandang kucing, lalu mengambil anak kunci yang disangkutkan pada paku yang ada di situ. Tapi sebelum ia sempat membuka pintu, sudah terdengar Pak Goon berseru kaget. Polisi desa itu mengintip ke dalam dan celah kawat pagar. Dan ia melihat berbagai benda yang berserakan di lantai kandang. Wah - ternyata di situ banyak sekali petunjuk! Hati Pak Goon berdebur-de
bur saking gembira. "Ada apa, Pak"" tanya Pak Tupping sambil mendekat.
"Huh! Lihatlah - kau lihat tali sepatu yang di sana itu"" tanya Pak Goon sambil menuding. "Itu tanda bukti yang penting sekali! Ternyata ada orang masuk ke situ, lalu tali sepatunya terlepas."
Pak Tupping memandang tali sepatu itu sambil melongo. Kemudian dilihatnya kancing berwarna biru
- serta pita rambut. Napasnya tersentak karena kaget. Cepat-cepat diselipkannya anak kunci Re lubangnya, lalu dibukanya pintu kandang.
Kedua laki-laki itusibuk mengumpulkan 'tanda bukti' yang ada dalam kandang, untuk diperhatikan.
"Satu hal sudah pasti!" kata Pak Goon dengan nada puas. "Orang yang masuk kemari itu, memakai sepatu dengan tali berwarna coklat. Dan lihatlah - kancing ini pasti terlepas dari jas seseorang."
"Lalu ini apa"" kata Pak Tupping, sambil menunjuk-kan permen pada Pak Goon. Permen itu yang ditaruh oleh Pip ke situ. Pak Goon mengendus-endus baunya.
"Itu permen!" katanya tegas. "Luke biasa makan permen""
"Kurasa ya," jawab Pak Tupping. "Anak laki-laki kan biasanya mengulum permen. Tapi Luke tidak memakai ikat rambut, Pak Goon. Dan lihatlah - di sini ada puntung cerutu lagi - seperti yang kautemukan di bawah kandang tadi."
Kegembiraan Pak Goon karena menemukan barang bukti sebanyak itu lambat-laun berganti dengan keheranan. Benda-benda yang ada di tangannya diperhatikan olehnya sambil membisu.
"Kalau melihat petunjuk-petunjuk ini," katanya kemudian lambat-lambat, "pencuri kucing itu mestinya seseorang yang mengisap cerutu, memakai pita rambut dan kancing jas berwarna biru, mengulum permen dan memaki tali sepatu berwarna coklat, Aneh!"
Di atas pohon, Fatty harus menutup mulutnya kuat-kuat dengan kedua tangannya, supaya tidak tersembur keluar gelak tertawanya. Lucu sekali melihat Pak Goon dan Pak Tupping kebingungan menghadapi petunjuk-petunjuk palsu yang sengaja dipasang anak-anak di situ supaya ditemukan oleh mereka. Dengan hati-hati Pak Goon menjilat permen yang ada di tangannya.
"Ya - memang betul permen," katanya. "Wan, ini benar-benar teka-teki yang rumit! Begini banyak tanda bukti yang kita temukan di sini, tapi tak ada orang yang cocok untuknya. Kau masih menemukan bukti lain, Pak Tupping""
Pak Tupping merangkak masuk ke dalam kandang kucing, lalu memeriksa di situ dengan teliti.
"Tidak - aku cuma mencari-cari saja, siapa tahu ada sesuatu yang terlewat," katanya. Tapi betapa teliti sekalipun ia mencari, namun tak ada barang lain yang ditemukan. Karena itu ia keluar lagi. Tampangnya kusut dan kesal.
"Yah - kelihatannya tidak ada apa-apa lagi di sini," katanya. Dari suaranya ketahuan bahwa ia sangat kecewa. "Tapi aku yakin kau akan berhasil memastikan, Luke itulah pencurinya. Segala benda ini sama sekali bukan petunjuk - cuma kebetulan saja masuk ke kandang sini."
"Tapi permen bukan barang yang bisa secara kebetulan masuk ke situ," kata Pak Goon menggerutu.
"Semua barang ini akan kubawa pulang ke rumah. Di sana aku akan berpikir-pikir mengenai petunjuk-petunjuk ini."
Dalam hati Fatty tertawa geli, sementara memandang Pak Goon yang sibuk memasukkan tanda-tanda bukti palsu ke dalam selembar sampul yang bersih. Tutup sampul direkatkan dengan ludah, lalu sebelah luarnya dibubuhi tulisan. Sambil mengantongi sampul yang sudah ditutup, ia lantas berpaling pada Pak Tupping.
"Nah - sampai lain kali kalau begitu," katanya. "Terima kasih atas bantuanmu, Pak. Satu hal sudah jelas - pasti anak yang bernama Luke itulah pencuri yang kita cari. Aku sudah mengatakan padanya tadi, besok aku akan mampir untuk meminta keterangannya dengan teliti sekali. Jika aku sampai tidak berhasil memeras pengakuan dari mulutnya, jangan panggil aku Theophilus Goon lagi!"
Sehabis menyebutkan namanya yang panjangnya hampir semeter itu, Pak Goon melangkah pergi dengan sikap anggun. Sementara tanda-tanda bukti sudah tersimpan aman dalam kantongnya, otaknya disibukkan hal-hal yang membingungkan. Pita rambut. Aneh! Kancing berwarna biru! Luar biasa! Tali sepatu coklat, yang masih baru - lebih luar biasa lagi. Permen! Membingungkan!! Lalu dua puntung cerutu. Dua pot
ong! Menurut perasaan Pak Goon saat itu, jika puntung cerutu yang ditemukan cuma satu - persoalannya pasti akan lebih mudah. Tapi untuk apa seorang pencuri mengisap dua batang cerutu pada saat hendak mencuri seekor kucing"
Sementara itu Fatty sudah tidak sabar lagi. Ia ingin cepat-cepat turun dari pohon dan pulang ke rumah untuk makan malam. Tiba-tiba perutnya terasa sangat lapar. la mengintip lagi ke bawah, barangkali saja Pak Tupping sudah pergi. Tapi ternyata belum.
Tukang kebun itu merangkak kembali ke dalam kandang kucing, seolah-olah hendak mencari sesuatu Setelah beberapa saat ia keluar lagi. Tampangnya seperti sedang berpikir-pikir. Pintu kandang dikuncinya kembali. Setelah itu ia pergi, masih sambil berpikir. Fatty menunggu sampai langkah orang itu tidak kedengaran lagi. Setelah itu buru-buru ia turun dan pohon.
Sebelum pergi, ditatapnya mata biru kucing-kucing yang ada dalam kandang. Ia merasa lega, karena peluit buatan Luke ada dalam kantongnya. Kalau benda itu sampai ditemukan kedua laki-laki tadi - wah, itu baru tanda bukti nyata namanya! Fatty tertawa geli seorang diri, ketika mengingat kembali betapa Pak Goon tadi kaget dan sekaligus gembira karena menemukan 'barang bukti' yang begitu banyak.
"Nah, besok Luke harus didatangi dan ditanyai macam-macam," katanya pada diri sendiri sambil melangkah pulang. "Wah - hari ini benar-benar mengasyikkan!"
10 PIP DAN BETS BERTAMU
Keesokan harinya, pagi-pagi benar Fatty sudah datang ke rumah Pip. la sudah tidak sabar lagi, ingin lekas-lekas menceritakan betapa kaget dan bingungnya Pak Goon serta tukang kebun ketika menemukan petunjuk-petunjuk palsu yang begitu banyak. Larry dan Daisy tiba hampir bersamaan dengan Fatty yang datang bersama Buster. Tak lama kemudian anak-anak itu sudah tertawa terpingkal-pingkal semuanya mendengar cerita Fatty.
"Lalu si Ayo Pergi bertanya pada Pak Tupping, apakah Luke mengisap cerutu," sambung Fatty sambil terkikik. "Nyaris saja aku terjatuh dari pohon, karena sibuk menahan tertawa."
"Tadi kami sudah bersiul-siul memberi isyarat pada Luke," kata Pip, "tapi belum dijawab olehnya. la pun belum nampak dekat tembok. Mungkinkah dia terlalu takut, sehingga tidak berani menjawab""
"Mungkin saja," kata Fatty. "Yah, pokoknya kita
perlu bicara sebentar dengan dia untuk menceritakan padanya tentang peluit yang kita temukan dalam kandang. Begitu pula tentang petunjuk-petunjuk palsu yang kita masukkan ke situ. Kusiuli saja dia sekarang, senyaring-nyaringnya!"
Tapi siulan Fatty yang paling nyaring pun, tidak menghasilkan jawaban dari seberang tembok. Karena-nya anak-anak lantas memutuskan untuk menunggu di pintu pekarangan depan, sekitar pukul satu. Saat itu Luke biasanya pulang untuk makan siang.
Sekitar waktu yang direncanakan, anak-anak sudah siap menunggu di depan. Tapi Luke tidak muncul. Anak-anak masih menunggu sampai pukul satu lewat sepuluh menit. Setelah itu mereka sendiri harus bergegas pulang ke rumah masing-masing untuk makan siang.
"Mungkin dia dipecat," kata Fatty. Baru saat itu terpikir olehnya kemungkinan itu. "Mungkin ia takkan pernah lagi datang ke sebelah."
"Aduh, kasihan!" kata Bets terkejut dan sedih. "Jadi menurutmu, mungkin Lady Candling memecatnya dan mengatakan ia tak perlu masuk kerja lagi""
"Bagaimana caranya supaya kita tahu pasti"" kata Larry.
"Kita bisa menanyakannya pada Pak Tupping," usul Daisy. Tapi ia sendiri menyangsikan kemungkinan itu. Sedang anak-anak yang lain memandangnya dengan sikap mencemooh.
"Kau ini - seolah-olah kita bisa begitu saja bertanya pada orang galak itu," kata Larry. Semuanya lantas sibuk berpikir, mencari jalan.
"Aku tahu,'' kata Pip setelah beberapa saat membisu. "Kata Lady Candling, aku boleh mengajak Bets berkunjung ke tempatnya. Nah - nanti sore aku akan ke situ. Lalu aku kan bisa langsung bertanya pada Lady Candling, mengenai Luke. Ya, kan""
"Ide bagus, Pip," kata Fatty. "Aku pun sedang memikirkan kemungkinan itu. O ya - kecuali itu kau mungkin juga bisa menyelidiki, di mana Lady Candling antara pukul empat dan pukul lima. Maksudku, selidiki apakah ada kesempatan baginya
untuk menyelinap tanpa ketahuan ke kandang kucing, lalu mengambil Dark Queen secara diam-diam."
"Yah, aku merasa pasti bukan dia yang melakukannya," kata Pip dengan segera. "Kita cukup melihat orangnya saja, pasti akan tahu dia takkan bisa berbuat demikian! Lagi pula kita kan sudah memutuskan tak ada gunanya langsung menanyai orang-orang yang bisa dicurigai, karena selama waktu sejam itu Luke selalu ada dekat kandang itu. Kalau ada orang datang, pasti akan terlihat olehnya."
"Betul juga," kata Fatty. "Aku tidak melihat kemungkinan sedikitpun bagi pencurinya untuk bisa mengambil kucing itu tanpa diketahui oleh Luke. Kata anak itu, bahkan selama setengah menit pun ia tidak pernah pergi dari tempatnya bekerja."
"Nah - lonceng di rumah sudah berdering lagi, memanggil kita makan," kata Bets. "Yuk, Pip - nanti kita kena marah! Kalian datang saja lagi nanti sore. Akan kami ceritakan pengalaman kami berdua di sebelah sore ini."
Anak-anak lantas berpisah. Masing-masing pulang untuk makan siang. Semua merasa gelisah, memikirkan nasib Luke. Mungkinkah anak itu benar-benar dipecat" Pasti ia diberhentikan oleh Lady Candling! Kalau tidak, tentunya ia sudah muncul tadi pagi, seperti biasanya. Kasihan si Luke!
Sekitar pukul setengah empat sore, Pip dan Bets memutuskan untuk pergi bertamu ke rumah Lady Candling. Daisy yang sudah datang lebih dulu, memandang Bets. Anak perempuan itu memakai celana terusan yang sudah dekil. Pip pun sama saja. Celana pendeknya kelihatan kotor sekali!
"Apakah kau tidak perlu memakai gaun yang bersih, Bets"" tanya Daisy: "Dan coba lihat celana pendekmu, Pip! Sungguh, kelihatannya seperti kau habis duduk di atas karung arang."
"Aduh! Jadi kami perlu berganti pakaian dulu"" tanya Pip cemas. Ia paling tidak suka memakai pakaian bersih.
"Yah - kurasa terasa lebih sopan apabila kalian datang dengan pakaian bersih," kata Daisy. Apa boleh buat - Pip dan Bets terpaksa masuk dulu ke rumah, untuk berganti pakaian.
Ibu mereka melihat kedua anak itu masuk ke dalam, lalu memanggil mereka.
"Kenapa kalian masuk"" seru Ibu.
"Mau mencuci badan, Bu - dan mengenakan
pakaian bersih," jawab Bets. "Apa"" Bu Hilton tercengang. "Kalian sakit, ya" Mau ke mana, dengan pakaian bersih"" "Mau bertamu ke tempat Lady Candling, Bu," jawab Bets, sebelum Pip sempat mencegahnya.
"Bertamu ke tempat Lady Candling"" kata Bu Hilton, la semakin tercengang. "Untuk apa" Kan tidak diundang olehnya" Kalian tidak bisa begitu saja datang tanpa undangan."
Pip menyikut Bets keras-keras, sehingga nyaris saja adiknya itu terjatuh. Jadi Bets hanya memandang ibunya saja, sambil membisu. la khawatir, jangan-jangan sudah terlanjur bicara.
"Nah - rupanya Bets tiba-tiba menjadi bisu," kata Bu Hilton agak kurang sabar. "Ada apa sebenarnya, Pip" Bukan kebiasaanmu mau pergi bertamu sore-sore, bersama Bets. Ada apa dengan dirimu""
"Begini soalnya, Bu," kata Pip menjelaskan duduk perkara. "Kemarin aku berjumpa dengan Lady Candling. Kata nyonya itu, Ibu bercerita padanya tentang Bets. Lalu aku dimintanya membawa Bets ke tempatnya, karena kata Lady Candling ia suka sekali pada anak perempuan."
"Lho! Kapan kau berjumpa dengan Lady Candling"" tanya Bu Hilton. Makin lama ia makin tercengang. "Aduh, Pip! Mudah-mudahan saja kau tidak berbuat lancang, masuk seenaknya ke sebelah dan berbuat macam-macam di situ."
"Wah - tidak, Bu," kata Pip dengan tampang tak bersalah. "Masakan aku mau berbuat macam-macam! Yah - kami tak jadi pergi apabila Ibu tak setuju - tapi Bets pasti kecewa karenanya."
Sambil berkata begitu, Pip cepat-cepat berbisik pada Bets.
"Ayo, cepat - mulailah menangis!"
Bets mulai menarik suara, dengan tampang disedih-sedihkan. "Aku ingin ke sana - aku ingin ke sana!" tangisnya. "Ya deh, kalau begitu pergi sajalah," kata Bu Hilton cepat-cepat. "Tapi ingat - sikap kalian harus sopan."
"Menurut pendapatku, pasti Lady Candling akan merasa terhibur apabila kami menyatakan ikut menyesal bahwa kucingnya hilang," kata Pip. "Dan sekaligus menanyakan, apakah sudah ditemukan kembali,"
Bu Hilton melongo. "Aneh, kenapa kau tahu-tahu bersikap begitu penuh
perhatian, Pip," katanya. "Entah kenapa, tapi aku punya perasaan bahwa pasti ada udang di balik batu. Yah, pokoknya apabila kudengar nanti dari Lady Candling bahwa kerjamu di sana cuma merepotkan saja, aku pasti akan sangat marah."
Anak-anak bergegas masuk ke rumah, untuk berganti pakaian. Bets sudah takut saja, jangan-jangan Pip akan mengomeli dirinya karena mengatakan mereka akan bertamu ke rumah Lady Candling. Tapi Pip malah memujinya.
"Kesalahanmu membuka rahasia kita, sudah kaute-bus dengan tangisanmu yang hebat tadi," kata Pip. "Aku sampai nyaris percaya bahwa kau benar-benar menangis, Bets."
Beberapa saat kemudian keduanya sudah melangkah dengan sikap sopan keluar dan pintu pagar depan, lalu memasuki jalan kecil yang menuju ke gedung kediaman Lady Candling. Dalam perjalanan ke situ mereka melewati Pak Tupping, yang sedang sibuk memangkas semak pagar. Tukang kebun itu menatap dengan masam ketika keduanya lewat.
"Selamat sore, Pak Tupping - cuaca baik ya, hari ini," kata Pip, menirukan gaya basa-basi ibunya. "Tapi rasanya tak lama lagi hujan pasti turun, hmm"Tapi ada baiknya, untuk kebun sayuran!"
Pak Tupping menggerutu. Semak yang tak bersalah, diguntinginya dengan gemas. Pip meringis. Pasti tukang kebun jahat itu kepingin bisa mengguntingi kupingnya dan kuping Bets seperti caranya menggunting semak.
Anak-anak sampai di pintu depan lalu menekan bel. Seorang gadis berpakaian rapi muncul, memandang kedua anak itu sambil tersenyum. Itulah pembantu rumah tangga Lady Candling.
"Maaf - Lady Candling ada di rumah"" tanya Pip.
"Kurasa ia sedang dikebun sekarang," jawab gadis itu. "Kuantarkan kalian ke beranda - dan dari situ kalian bisa mencarinya, kalau mau. Mungkin Lady Candling sedang memetik bunga mawar."
"Kucing yang hilang sudah ditemukan kembali"" tanya Pip, sementara ia serta adiknya ikut di belakang gadis itu menuju ke beranda.
"Belum," jawab gadis itu. "Nona Harmer sudah sangat bingung memikirkannya. Kejadian itu memang benar-benar aneh! Tapi kurasa pasti Luke yang mengambil. Soalnya, cuma ia sendiri yang ada di dekat situ, antara pukul empat dan pukul lima."
"Anda sendiri, tidak melihat atau mendengar sesuatu yang aneh kemarin sore"" tanya Pip. Dalam hati ia memutuskan, tak ada salahnya jika mengajukan beberapa pertanyaan pada gadis itu.
"Aku tak melihat apa-apa," kata gadis pembantu itu. "Kemarin sore Lady Candling kan mengadakan perjamuan minum teh. Banyak juga yang diundang. Begitulah - sekitar sembilan atau sepuluh orang. Karenanya kami sibuk terus, aku dan juru masak. Antara pukul empat dan lima kami sama sekali tak sempat datang ke kebun, karena sibuk terus. Coba saat itu kami menyelinap sebentar ke sana, mungkin saja pencuri itu tertangkap basah oleh kami. Ya - memang saat itu memang kesempatan baik sekali bagi si pencuri! Nona Harmer sedang keluar, begitu pula Pak Tupping - sedang aku dan juru masak sibuk di dapur. Lady Candling sendiri sibuk mengobrol dengan tamu-tamunya."
"Ya," kata Pip sependapat, "dan rupanya hal itu juga diketahui si pencuri, sehingga bisa mengatur perbuatan jahatnya dengan begitu rapi."
"Karena itulah kami beranggapan, pelakunya mesti Luke," kata gadis itu. "Sebenarnya aku suka pada anak itu. Agak tolol kadang-kadang, tapi selalu baik hati.
Padahal Pak Tupping jahat sekali terhadap dirinya." "Anda juga tidak senang pada Pak Tupping"" tanya Bets dengan segera.
"Dia itu pak tua yang kasar dan pemarah!" tukas gadis pembantu rumah tangga Lady Candling. "Tapi jangan bilang aku mengatakan begitu, ya. Aku dan juru masak. kami merasa sayang kenapa bukan dia yang mencuri kucing berharga itu. Yah, aku tak boleh lama-lama mengobrol di sini. Pergi sajalah, mencari Lady Candling dalam kebun."
Pip dan Bets masuk ke dalam kebun. Tempat itu nampak cerah, disinari cahaya matahari sore.
"Dan cerita gadis tadi, kita bisa mencoret nama-nama Lady Candling, juru masak serta gadis itu sendiri dari daftar orang-orang yang dicurigai," kata Pip pada adiknya. "Nah - itu Bu Trimble datang."
Wanita setengah umur itu menghampiri mereka. Bets cepat-cepat berbisik pada abangnya.
"Pip! Yuk, ki ta hitung, berapa kali kaca matanya terlepas dari batang hidungnya! Kaca matanya saban kali terlepas."
"Nah - anak-anak!" sapa Bu Trimble dengan suaranya yang tinggi seperti kicauan burung. la tersenyum lebar, memamerkan sederet gigi yang besar-besar. "Kalian mencari Lady Candling, ya" He - kurasa aku pernah berjumpa dengan gadis cilik ini! Kau kan yang nyaris terbelit sulur arbai""
Bu Trimble tertawa geli karena leluconnya sendiri. Kaca matanya terlepas dari batang hidung, menggelan-tung pada rantai pengikatnya. Dengan gerakan cepat, tangan wanita itu sudah meletakkannya lagi sehingga bertengger pada batang hidung yang tipis.
"Ya, betul, Bu," jawab Bets. "Kami datang hendak mengunjungi Lady Candling."
"Aduh - sayang! Beliau baru saja pergi!" kata Bu Trimble. "Apa boleh buat, kalian terpaksa cukup puas disambut olehku saja!"
Bu Trimble tertawa lagi, dan sekali lagi kaca matanya terlepas dari hidung.
"Dua kali,"kata Bets pelan.
"Anda tahu di mana Luke sekarang"" tanya Pip. Timbul niatnya untuk mendatangi anak itu, apabila ia ada di sekitar situ. "Tidak, aku tidak tahu," jawab Bu Trimble. "Ia tidak muncul hari ini. Pak Tupping kesal sekali karenanya."
"Apakah Luke dipecat Lady Candling, Bu Tremble"" tanya Bets. Tanpa disengaja, huruf i' dari nama Trimble tertukar dengan 'e'.
"Namaku Trimble, bukan Tremble," kata Bu Trimble. Memang, Trimble itu nama yang masih bisa dibilang lumrah. Tapi Tremble' berarti gemetar'! Mana ada orang yang bernama Bu Gemetar!
"Tidak, Luke tidak dipecat oleh Lady Candling," kata Bu Trimble lagi. "Setidak-tidaknya, itu sepanjang pengetahuanku. Sayang ya, kucing sebagus itu hilang! Kemarin pukul empat aku masih melihatnya."
"Ya, Anda bersama ibuku waktu itu," kata Pip. "Dan mestinya Anda tidak melihat siapa-siapa dekat kandang itu, kecuali Luke""
"Ya, betul," jawab Bu Trimble. "Kecuali Luke tentunya, yang sibuk bekerja terus, menggali galangan. Aku dan ibu kalian cuma sebentar saja di situ, karena setelah itu kami harus cepat-cepat kembali ke perjamuan. Banyak sekali kerjaku waktu itu. Sedikit pun tak sempat beristirahat, sampai perjamuan selesai."
"Kalau begitu sudah jelas Anda takkan mungkin mencuri kucing itu!" kata Pip sambil tertawa, Bu Trimble begitu kaget mendengarnya, sampai kaca matanya tcrlepas. Hidungnya yang memang sudah merah, menjadi semakin merah. Hampir seperti buah tomat!
"Wah, lucu!" katanya, sambil berusaha melepaskan kaca matanya yang tersangkut pada kerah bajunya yang terbuat dan kain renda. "Hih - membayangkan kemungkinan mencuri saja, aku sudah seram."
"Bolehkah kami melihat kucing-kucing, Bu Tremb le"" tanya Bets.
"Kurasa boleh saja," jawab Bu Trimble. "Dan harap ingat baik-baik, namaku Trimble - bukan Tremble. Nona Harmer saat ini sedang mengurus kucing-kucing asuhannya. Yuk - kita datangi sebentar."
Wanita setengah umur itu berjalan mendului. Kaca mata jepitnya sudah tertengger lagi di puncak hidung. Tapi baru saja beberapa langkah ia berjalan, benda itu sekali lagi terlepas.
"Empat kali," kata Bets menghitung dengan suara jelas.
"Empat kali apa, Nak"" tanya Bu Trimble. Ia berpaling, sambil tersenyum manis. Tangannya meme-gangi kaca mata, supaya jangan jatuh.
"Jangan pegang," kata Bets. "Aku ingin menghitung, berapa kali saja ia terjatuh selama kami di sini."
"Kau ini anak aneh!" kata Bu Trimble. Kelihatannya agak kesal. Kaca matanya ditopang dengan tangannya sekarang. Bets agak menyesal. Menurut perasaannya, Bu Trimble main licik!
Mereka sampai di kandang kucing. Nona Harmer ada di situ, sedang sibuk mencampur makanan kucing. Ia
mendongak ketika terdengar langkah mereka datang. Wajahnya yang bundar dan gembira sekali itu nampak lesu.
Hai," sapanya, "kalian datang hendak melihat kucing-kucingku"''
"Ya, betul," jawab Bets. "Anda mestinya merasa tiak enak, Dark Queen dicuri orang pada saat Anda sedang pergi."
"Memang," jawab gadis montok itu, sambil menga-duk-aduk makanan dalam panci. "Aku menyesal, kenapa pergi kemarin. Sebetulnya aku mendapat cuti hanya untuk setengah hari saja. Tapi Pak Tupping lantas menawarkan diri akan mengurus kucing-kucing ini
untukku selama sehari. Tentu saja aku mengucapkan terima kasih padanya, lalu pergi. Namun sejak itu tak habis-habisnya aku menyesali diri."
"Pak Tupping rnenawarkan diri mengurus kucing-kucing, kata Anda tadi"" tanya Pip. la heran. Pak Tupping, rnenawarkan diri untuk berbuat baik pada orang lain! "Bukan begitu kebiasaannya."
"Memang," kata Nona Harmer sambil tertawa. "Tapi kemarin aku kepingin sekali pulang ke rumah. Kalau setengah hari saja cutiku, tidak bisa! Soalnya, tempat tinggalku jauh dari sini. O ya - kalian mengumpulkan karcis-karcis kereta api" Kalau mau, kuberikan karcisku yang kemarin. Penjaga pintu stasiun tidak meminta. ketika aku kembali kemarin malam."
Pip memang gemar mengumpulkan karcis kereta api. Diambilnya karcis yang disodorkan Nona Harmer padanya.
"Terima kasih," kata Pip, lalu mengantongi karcis itu. Pasti Larry akan iri nanti, pikirnya. Larry juga gemar mengumpulkan karcis kereta api.
"Anda juga beranggapan, Luke yang mencuri Dark Queen, Nona Harmer"" tanya Pip kemudian.
"Sama sekali tidak," jawab yang ditanya. "Anak itu agak konyol, tapi dia jujur. Kalau mau tahu siapa yang kuduga mencuri kucing itu - pasti orang sirkus yang berteman dengan Luke. Nanti dulu - siapa namanya" Kalau tidak salah, Jake."
Itu merupakan kabar baru bagi Pip dan Bets. Luke tak pernah bercerita pada mereka tentang Jake. Luke punya teman, orang sirkus! Wah - menarik! Apa sebabnya Luke tak pernah bercerita tentang orang itu"
"Jake itu tinggalnya di dekat sini"" tanya Pip.
"Tidak! Tapi saat ini sirkus tempatnya bekerja sedang mengadakan pertunjukan di kota Fairing yang tidak jauh dari sini," kata Nona Harmer. "Jadi ada kemungkinan nya orang itu ada di dekat-dekat sini. Dark Queen pasti hebat, kalau tampil di sirkus. Aku sempat mengajarkan beberapa kepandaian padanya."
Sementara itu Bu Trimble sudah tidak sabar lagi, karena waktu sudah mendekati saatnya minum teh. Wanita setengah umur itu mendehem-dehem pelan beberapa kali. Kaca matanya langsung terlepas dari batang hidung.
"Kita pergi saja sekarang," kata Pip, yang memahami makna deheman itu. "Terima kasih atas kesediaan Anda menunjukkan kucing-kucing itu pada kami. Anda tak
perlu mengantar kami ke luar, Bu Tremble - kami pergi lewat tembok saja."
"Namaku Trimble, bukan Tremble," kata Bu Trimble Senyumnya lenyap sebentar. "Masakan nama semudah itu tidak bisa kalian ingat dengan benar" Dan kalian tidak boleh memanjat-manjat tembok. Kuantarkan saja sampai ke depan."
"Di sana ada Pak Tupping," kata Bets. Kaca mata Bu Trimble terlepas dari tenggerannya, begitu ia mende-ngar nama tukang kebun yang selalu masam itu disebut
"Yah - kalau kalian memang ingin memanjat tembok, aku takkan melarang!" katanya. "Sampai ketemu lagi, Anak-anak. Nanti akan kuceritakan pada Lady Candling bahwa kalian datang bertamu."
"Delapan kali terjatuh," kata Bets dengan nada senang, ketika mereka kembali dengan jalan memanjat tembok. "He, Pip - aneh ya, Luke tak pernah bercerita pada kita tentang Jake!"
11 PERGI KE SIRKUS Sorenya mereka berjanji akan minum teh bersama Larry dan Daisy. Dan mereka berangkat bersama-sama dengan Fatty. Buster juga ikut. Sambil berjalan Pip sibuk bercerita. Banyak sekali yang diceritakannya.
"Luke tidak muncul untuk bekerja hari ini," katanya. "Aneh, karena ia tidak dipecat Lady Candling. Aku juga heran, apa sebabnya ia tak pernah bercerita pada kita mengenai Jake."
"Jangan-jangan - mungkinkah dia mengatakan pada Jake agar datang ke kandang kucing kemarin, lalu dia memberikan Dark Queen pada kawannya itu"" kata Larry menduga-duga. "Maksudku - aku tahu menurut kita bukan Luke yang mencuri kucing itu, tapi - yah, bagaimana pendapat kalian""
Saat .itu untuk pertama kalinya timbul kesangsian anak-anak mengenai diri Luke. Remaja itu sama sekali tidak pernah bercerita pada mereka mengenai Jake. Padahal jika ia hidup di sirkus, anak-anak sudah pasti kepingin mendengar cerita-cerita mengenainya. Kecuali itu, cuma Luke saja satu-satunya yang selama waktu sejam terus berada di dekat kandang kucing.
"Aku masih tetap tak percaya bahwa Luke yang mencuri - begitu pul
a Jake, kawannya itu," kata Bets tandas. "Itulah pendapatku!"
"Pendapatku juga begitu," kata Daisy. "Tapi kenapa urusan ini begitu membingungkan""
"Dalam menghadapi perkara yang lalu, kita jauh lebih cekatan," kata Larry dengan nada suram. "Ingat saja apa-apa yang kita temukan waktu itu, dan para tersangka yang kita tanyai."
"Yah," kata Pip, "satu hal bisa kukatakan dengan pasti - nama-nama para tersangka bisa kita coret semua dari daftar. Aku cuma setengah jam saja di sebelah tadi, tapi selama itu cukup banyak kuperoleh keterangan sehingga kini tahu bahwa tak seorang pun dalam daftar kita itu mungkin mencuri Dark Queen."
"Bagaimana kau bisa tahu"" tanya Fatty.
"Yah - kemarin Lady Candling kan mengadakan perjamuan," kata Pip. ''Jadi sudah jelas nyonya itu tidak bisa meninggalkan perjamuan itu yang sedang ramai-ramainya, untuk mencuri kucingnya sendiri. Sedang juru masak dan pembantu rumah tangga sibuk terus selama perjamuan minum teh itu. Jadi mereka berdua juga lepas dari sangkaan. Bu Tremble ikut sibuk membantu, dan Lady Candling pasti akan langsung curiga sekali apabila wanita itu pergi selama kira-kira sepuluh menit, untuk mencuri kucing!"'
"Teruskan, Pip," kata Fatty. "Mana daftarmu, Larry, dengan nama-nama mereka yang dicurigai" Kita coret saja satu per satu."
"Nama Nona Harmer juga bisa dicoret," kata Pip, ''karena kemarin ia pulang ke rumahnya dan ia tinggal di Langston yang jauh dari sini. Ini, lihatlah - ini arcisnya untuk kembali kemari. Penjaga pintu di stasiun tidak memintanya dan Nona Harmer ketika ia keluar. Jadi nama gadis itu juga bisa kita coret saja."
"Kalau begitu semua sudah dicoret - kecuali Luke!'' kata Larry. "Wah! Kelihatannya ada kemungkinan pencurinya kawan Luke - seseorang yang menyelinap masuk, mengedipkan mata ke arah Luke, mengambil kucing lalu pergi lagi, dengan keyakinan bahwa Luke pasti takkan membuka rahasianya. Aduh - kepingin rasanya bisa ketemu dengan Luke, lalu menanyakan tentang Jake padanya."
"Aku tahu di mana Luke sekarang! Rasanya aku tahu!" seru Pip. "Pasti dia ada di sirkus - bersama temannya, Jake! Berani taruhan dia akan ikut apabila sirkus itu pergi lagi!"
Anak-anak semua merasa yakin bahwa Pip benar. Tentu saja, Luke pasti ada di sirkus.
"Yuk, nanti sehabis minum teh kita bersepeda ke Farring," kata Fatty mengusulkan. "Pasti dengan segera di sana akan terlihat tenda-tenda sirkus - dan kalau Luke ada di sana, dengan segera pula kita akan menemukannya!"
"Setujuu!" seru anak-anak. Mereka mulai bersema ngat kembali. Seridak-tidaknya ada yang bisa mereka kerjakan saat itu. "Yuk, kita cepat-cepat saja minum teh, dan sesudah itu langsung berangkat."
Bu Daykin, ibu Larry dan Daisy agak heran juga melihat anak-anak begitu cepat menyikat sajian makan sore yang sudah diatur begitu rapi olehnya.
"Kalian ini cuma sangat lapar saja, atau tergesa-gesa"" tanyanya. "Atau tadi siang tidak makan""
"Kami cuma terburu-buru saja, Bu Daykin," kata Fatty, sesopan-sopannya bicara dengan mulut penuh berisi makanan. "Setelah ini kami hendak jalan-jalan naik sepeda."
"Ya, ke Farring," sela Bets. Detik berikutnya sepasang sikut sudah bersarang di sisinya. Sebelah kiri dari Pip, sedang Larry dari kanan. Keduanya sudah khawatir saja, jangan-jangan Bets terlalu banyak bercerita nantinya.
"Kenapa ke Farring"" tanya Bu Daykin heran. la tidak tahu, di sana ada sirkus. "Kota itu kan tidak menarik."
"Yah, menurut kami asyik juga bersepeda pulang-balik ke sana," kata Larry. "Lebih baik sekarang saja kita berangkat. Kami takkan terlambat pulang, Bu."
Fatty harus pulang sebentar untuk mengambil sepedanya. Begitu pula halnya dengan Bets dan Pip. Bets senang sekali, karena ia diijinkan ikut sekali itu. Farring tidak begitu jauh letaknya dari desa mereka. Kemudian semuanya berangkat dengan gembira.
Setelah beberapa saat bersepeda, nampak seseorang yang juga naik sepeda di depan mereka. Orang itu bertubuh tinggi gempal, berpakaian seragam biru tua.
"Astaga! Itu kan si Ayo Pergi!" kata Pip. "Jangan susul dia! Siapa tahu nanti dia membelok di salah satu tempat. Setelah itu barulah kita cepat-cepat
terus ke Farring." Tapi Pak Goon ternyata juga mengarah ke Farring!
"Aduh! Mudah-mudahan saja dia tidak juga bermak-sud mendatarigi Jake," kata Fatty cemas. "Mungkinkah la berhasil mengetahui bahwa Luke punya kawan orang sirkus" Sialan! Kita tidak boleh membiarkan si Ayo Pergi mendului kita - karena bisa saja Jake itu merupakan petunjuk yang sangat penting."
Tapi kemudian terjadi sesuatu yang sangat menye-nangkan hati anak-anak. Ban sepeda Pak Goon kempis. Kupanya melindas pecahan beling. Tahu-tahu bannya sudah mengempis. Sepeda polisi desa itu masih meluncur sebentar sambil terantuk-antuk. Pak Goon berseru jengkel, lalu meloncat turun.
Dituntunnya sepedanya ke tepi jalan, lalu diambilnya alat-alat penamba! ban. Saat itu anak-anak melewatinya sambii nyengir lebar. Fatty meiambai-lambai ke arahnya.
"Selamat sore, Pak Goon! Kasihan - ban Anda bocor rupanya!"
Polisi desa itu cepat-cepat menoleh. Kekagetannya berubah menjadi kejengkelan, ketika melihat kelima anak itu bersepeda cepat-cepat menuju Farring. la lantas mulai menambal ban dalamnya. Sementara itu anak-anak bersepeda terus. Mereka tahu, paling sedikit baru seperempat jam lagiPak Goon bisa berangkat untuk menyusul
"Nah, itu - tenda-tenda sirkussudah kelihatan," kata Bets, ketika mereka sampai di puncak sebuah bukit dan mulai meluncur ke bawah "Dan lihatlah, itu kandang kandangnya - serta caravan-caravan tempat tinggai para pemain sirkus. Alangkah meriahnya!"
Suasana di sirkus sangat menarik. Seekor gajah besar diikatkan kaki belakangnya ke batang sebuah pohor. yang besar, Lima ekor harimau mengaum lapar dalam kandang yang sangat kokoh. Tujuh ekor kuda yang indah-indah sedang dirunggangi berkeliling lapangan oieh para pengasuh mereka. Kuda-kuda itu sedang melakukan latihan jasmani!
Asap mengepul dari cerobong kereta-kereta tempat tinggai yang dicat berwarna-warni. Bau masakan yang sedap rnenghambur di udara.
"Ikan haring diasap." kata Bete, sambil mengernyit kan hidung.


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Susis," tebak Daisy.
"Aduh. enaknya bau masakan ini!" kata Fatty. "Biar aku tadi sudah makan sore, tapi sekarang kepingin makan lagi rasanya!"
"Bagaimana rencana kita sekarang"" kata Larry, sambil meloncat turun dari sadel. Sepedanya disandar-kan ke pagar. "Kita mencari Luke, atau langsung menanyakan apakah Jake ada di sini""
"Sebaiknya kita jangan beramai-ramai," usul Fatty. "Kurasa lebih baik aku sendiri saja yang masuk, lalu bertanya mengenai Jake dengan sopan."
"Nanti harimau-harimau itu menerjang keluar dari kandang mereka begitu kau muncul, karena kepingin melahap anak begitu gendut," kata Larry. "Tidak! Aku saja yang pergi."
"Kan aku yang mendapat gagasan tentang sirkus ini!" bantah Pip. "Aku yang mula-mula menduga. mungkin Luke ada di sini. Jadi kurasa akulah yang berhak masuk!"
"Ayo cepatlah arhbil keputusan," kata Daisy tak sabar
lagi. "Sebentar lagi Pak Goon pasti akan sudah sampai di sini."
"Yah - kalau begitu kita semua saja masuk, kecuali Bets," kata Larry. "Kurasa tidak apa-apa jika kita memencar dan berkeliaran di sekitar lapangan sirkus ini. Kulihat anak-anak lain juga melakukannya. Tapi Bets lebih baik tinggal di sini, untuk menjaga sepeda kita."
"O, begitu ya"!" tukas Bets tersinggung. "Kenapa aku""
"Kau kan takutpada harimau," kata Pip. "Pada gajah kau juga takut! Sewaktu ke kebun binatang waktu itu, kau tidak mau ketika disuruh menunggang gajah. Dan siapa tahu, binatang apa lagi yang mungkin ada dalam kandang yang sebelah sana itu - kurasa beruang coklat yang besar-besar."
"Aduh," kata Bets ngeri. "Yah - kalau begitu lebih baik aku di sini sajalah! Tapi biar begitu kalian jahat, karena pergi semua," Air mata anak itu berlinang-linang. la tahu, ia takkan berani pergi sendiri memasuki lapangan sirkus. Tapi menurut perasaannya, mestinya salah seorang dari anak-anak itu kan bisa menemani dirinya menjaga sepeda.
Tapi anak-anak yang lain sudah memanjat pagar, masuk ke lapangan sirkus. Mereka lantas memencar, berkeliaran di situ untuk menanyakan Jake pada orang yang kebetulan lewat.
Pip yang berhasil menemukan kawan Luke itu. Ia bertanya pada seorang anak peremp
uan yang bandel, apakah anak itu tahu di mana Jake berada. Anak sirkus itu mula-mulanya menjulurkan lidah untuk mengejek, sambil melontarkan ucapan kasar. Tapi kemudian ia menuding seorang laki-laki bertubuh besar, yang sedang memberi minum pada seekor kuda. Pip mendatangi orang itu. Orang itu menoleh ketika disapa.
"Kau mau apa"" tanyanya.
"Anu - aku mencari seorang anak laki-laki kenalanku," jawab Pip. "Namanya Luke. Ada pesan untuknya. Dia ada di sini"" "Tidak," jawab laki-laki itu singkat. "Sudah beberapa minggu aku tak melihatnya."
Pip merasa kecewa. "Sayang - aku kepingin sekali bicara dengan dia," katanya. "Anda tahu di mana dia sekarang""
"Tidak," jawab orang itu lagi. "Aku tidak suka memberikan alamat orang lain pada anak-anak yang' selalu mau tahu. Sana, pergi dan jangan suka mencampuri urusan orang lain."
Sementara Pip sedang berbicara dengan laki-laki itu, Fatty datang menghampiri.
"Dia ini yang bernama Jake"" tanya anak gendut itu. Pip mengangguk. "Tapi katanya, sudah berminggu-minggu tidak melihat Luke," kata Pip.
"Kami ini teman-temannya," kata Fatty dengan serius. "Percayalah! Kami cuma ingin bicara sebentar dengan dia."
"Sudah kukatakan tadi, aku tidak tahu di mana anak itu," kata laki-laki yang bernama Jake. "Sekarang keluar dan lapangan ini. Dan ingat apa kataku tadi - sudah berminggu-minggu aku tidak berjumpa dengan Luke."
Bets berdiri menjaga sepeda, sambil memperhatikan kawan-kawannya yang berkeliaran di sekitar perkemah-an. la juga berjaga-jaga kalau Pak Goon datang. Bets berdoa dalam hati, semoga polisi desa itu tidak berhenti lalu bertanya apa yang diperbuatnya di situ. Akhirnya Bets memutuskan lebjh baik bersembunyi saja di balik pagar, supaya tidak nampak oleh orang-orang yang lewat.
Anak perempuan itu lantas merangkak ke balik pagar, lalu duduk berjongkok di situ. Di dekatnya ada caravan besar, berwama merah nyala. Bets memperhatikan kereta tempat tinggal orang sirkus itu. Tiba-tiba ia tercengang. Dilihatnya ada orang mengintip dirinya dari balik tirai tenda. Dan orang itu - Luke!
12 MELINDUNGI TEMAN Bets duduk tanpa bergerak sedikit pun. la menahan napas. Dilihatnya tirai tersibak lebih lebar. Kemudian jendela kereta dibuka pelan-pelan. Luke menjulurkan kepalanya ke luar.
"Hai, Bets!" panggilnya dengan hati-hati. "Kenapa kau ada di sini" Mau nonton sirkus""
"Bukan," jawab Bets dengan suara pelan pula. la berdiri. "Kami mendengar bahwa kau punya teman di sini, Luke. Kami ingin berjumpa dan berbicara denganmu - lalu kami mengira mungkin kau pergi ke temanmu itu."
"Dia pamanku," kata Luke. "Aku tidak begitu senang padanya, tapi kecuali dia tak ada orang lagi yang bisa kudatangi. Soalnya, aku takut dijebloskan ke penjara karena dituduh mencuri Dark Queen. Karenanya aku lantas minggat."
"Tapi bukan kau kan yang mencurinya"" tanya Bets.
"Tentu saja bukan," jawab Luke. "Seolah-olah aku ini pencuri! Kecuali bahwa itu perbuatan jahat, aku pun takkan berani melakukannya. Kau sendiri di sini""
"Tidak - yang Iain-lain juga ada di sini," jawab Bets "Mereka sedang mencari Jake, untuk menanyakan apakah kau ada di sini."
"Oh," kata Luke. "Tapi jangan bilang-bilang padanya mengenai kesulitan yang sedang kuhadapi - maksud-ku, mengenai Dark Queen. Aku khawatir kalau itu kukatakan padanya, dia tidak mau menyembunyikan diriku di sini. Jadi aku cuma mengatakan, aku habis bertengkar dengan ayah tiriku dan karenanya ingin minggat ikut sirkus. Kutunjukkan padanya bekas-bekas memar kena pukulan ayah tiriku kemarin malam. Lalu kata pamanku itu, aku akan disembunyikannya di sini sampai sirkus berangkat. Aku akan diajaknya ikut. Anak kuat kayak aku bisa dipakainya sebagai pembantu."
"Kau dipukul ayah tirimu"" tanya Bets dengan prihatin. "Aduh, Luke, nasibmu benar-benar malang! Mudah-mudahan saja anak-anak tidak mengatakan apa-apa pada Jake mengenai kucing yang dicuri itu. Tapi kurasa tidak! Mereka hanya hendak mengatakan, ada pesan untukmu."
"Yah - jika mereka bercerita padanya aku dicurigai mencuri sesuatu, sudah pasti aku tak boleh lagi bersembunyi di sini," kata Luke. "Orang sirkus tidak suka be
rurusan dengan polisi. Kau jangan bilang pada siapa-siapa bahwa aku di sini, ya Bets" Aku hams bersembunyi terus dalam kereta ini, sampai sirkus berangkat."
"Aku takkan bercerita pada siapa-siapa - kecuali pada anak-anak," kata Bets, "percayalah! O ya, Luke - menurut pendapatmu, kemungkinannya siapa yang mencuri kucing itu" Hilangnya kan antara pukul empat dan pukul lima - sedang selama itu kau selalu ada di dekat kandang. Waktu itu kau sama sekali tidak melihat siapa-siapa""
"Tidak, sama sekali tak ada orang datang," kata Luke. Kejadian itu benar-benar membingungkan."
"O ya, Luke - aku juga perlu menceritakan sesuatu yang aneh," kata Bets. la teringat pada peluit yang ditemukan dalam kandang. Tapi sebelum ia sempat menceritakannya, terdengar suara orang bercakap cakap di dekat situ. Luke bergegas menutup jendela dan menarik tirai rapat-rapat.
Ternyata yang datang Daisy beserta ketiga anak lainnya. Mereka nampak sangat kecewa.
"Percuma, Bets," kata Fatty. "Kami berhasil menjumpai Jake, tapi ia tak mau mengatakan apa-apa tentang Luke. Katanya, sudah berminggu-minggu tidak melihat anak itu."
"Tapi walau begitu aku mempunyai firasat Jake pemah berjumpa dengan dia selama ini, serta tahu di mana dia sekarang," kata Pip. "Benar-benar menjeng kelkan - sudah datang jauh-jauh, tapi tanpa hasil sedikit pun."
"Kenapa si Bets"" tanya Fatty, sambil memperhati kan anak perempuan itu. "Lihatlah, mukanya merah - seolah-olah kepingin mengatakan sesuatu. Ada apa, Bets""
"Ah, tidak ada apa-apa," kata Bets. "Aku cuma tahu, di mana Luke sekarang."
Keempat anak yang lain memandang dirinya, seolah-olah Bets dengan tiba-tiba saja menjadi gila.
"Apa maksudmu"" tanya Pip setelah beberapa saat "Di mana dia""
"Kalian lihat kereta tempat tinggal berwarna merah di sebelah sana"" kata Bets sambil memelankan suara. "Nah - di situlah Luke bersembunyi. Aku melihatnya Ia tadi mengintip ke arah sini. Aku juga sudah bicara dengan dia."
"Bukan main!" kata Larry. "Kita capek-capek berkeliaran di lapangan, berjumpa dengan Jake tapi tidak berhasil mengorek keterangan sedikit pun - dan sementara itu Bets yang cilik ini asyik mengobrol dengan Luke! Setelah ini apa lagi yang akan dilakukannya" Memang anak luar biasa!"
Bets berseri-seri. Sebetulnya cuma kebetulan saja ia merangkak ke balik pagar, lalu duduk dekat caravan merah itu. Tapi walau demikian, timbul juga perasaan bahwa ia pintar dan tidak bisa disepelekan.
"Kalian tadi bercerita tentang kucing yang dicuri pada Jake"" tanyanya. "Soalnya, Luke tidak mengatakan apa-apa tentang itu padanya, karena takut Jake nanti tidak mau menyembunyikannya. Ia cuma mengatakan lari dari rumah ayah tirinya, sambil menunjukkan luka-luka memar kena pukul."
"Tentu saja kami tidak bercerita tentang kucing itu, Konyol," tukas Pip. "Akulngin tahu, bisakah kita bicara sebentar dengan Luke. Dia tadi mengintip dari balik jendela yang mana""
Bets menuding ke jendela itu. Pip menyiulkan lagi yang biasa dipakai Luke sebagai isyarat pengenalan. Nampak tirai di balik jendela bergerak sedikit. Di belakangnya kelihatan bayangan kepala Luke. Setelah itu jendela terbuka pelan-pelan.
"He, Luke!" panggil Fatty dengan suara tertahan. "Kami tidak mengatakan apa-apa pada Jake tentang kucing itu. Kau benar-benar bermaksud minggat ikut sirkus""
"Ya," jawab Luke.
"Tapi kau tidak takut, nanti semua akan merasa yakin kaulah yang mencuri Dark Queen"" tanya Larry. "Terus-terang saja, tidak baik apabila melarikan diri dari kesulitan yang sedang dihadapi."
Saat itu terdengar bunyi orang turun dan sepeda di balik pagar. Terdengar jelas napas terengah-engah. Napas orang bertubuh berat. Anak-anak saling berpandangan, lalu mengintip ke balik pagar. Ya, betul - seperri yang mereka khawatirkan, yang datang itu Pak Goon! Rupanya ia berhasil menambal ban sepedanya yang bocor, dan kini sudah sampai di sirkus.
"Ini sepeda kalian"" tanya polisi desa itu, ketika melihat kepala anak-anak muncul di balik pagar. "Apa yang kalian can di sini""
"Ah - cuma ingin melihat sirkus. Pak," kata Fatty dengan sopan. "Harimau mereka bagus-bagus. Pak Goon. Anda h
arus berjaga-jaga. jangan sampai dimakan. Harimau paling senang kalau mendapat makanan daging yang banyak."
Pak Goon mendengus. "Ayo pergi," tukasnya. "Kalian pasti mau iseng lagi di sini. Kalian tadi melihat sahabat kalian itu, Luke maksudku""
"Luke"" Fatty memandang Pak Goon dengan mata terbentang lebar. "Luke" Mana Luke" Dia tidak ada di tempat Lady Candling" Kami ingin sekali bicara dengan dia - asal Anda mau mengatakan di mana anak itu sekarang berada."
Sekali lagi Pak Goon mendengus. Fatty kepingin sekali bisa mendengus seperri dia. Dengusannya hebat. Menurut perasaan Fatty, teman-temannya di sekolah pasti akan senang apabila mendengar dengusan macam begitu.
"Ayo pergi," kata Pak Goon sekali lagi, sambil menaiki sepedanya. "Anak-anak lancang, mencampuri. urusan hukum!"
Setelah itu ia bersepeda menuju gerbang lapangan. Anak-anak tidak berani berbicara lagi dengan Luke.
Mereka menyusup lewat celah pagar, lalu cepat-cepat menaiki sepeda masing-masing. Mereka masih sempat melihat Pak Goon berbicara dengan seseorang, lalu berjalan menuju ke tempat Jake yang masih sibuk memberi minum pada kuda-kuda.
"Nah - kan tepat dugaan kita tadi." kata Fatty.
Ternyata si Ayo Pergi juga mendengar kabar tentang lake. Mudah-mudahan saja Jake tidak mengatakan di mana Luke bersembunyi, begitu ia tahu anak itu dicurigai mencuri Dark Queen!"
"Sebaiknya kita menjauhi kereta tempat tinggal ini," kata Pip. "Rasanya aneh, kenapa kita berdiri di dekatnya. Si Ayo Pergi memang tolol sekali - tapi bisa saja terlintas dalam pikirannya bahwa kita tertarik pada kereta ini karena alasan tertentu!"
Mereka lantas pergi, meninggalkan Luke seorang diri dalam caravan. Mereka ingin sekali bisa berbuat sesuatu untuk teman mereka itu. Tapi tidak bisa! Mereka cuma bisa berdoa, semoga anak itu bisa selamat dan pergi ikut Jake, tanpa ketahuan orang.
"Walau begitu, menurut perasaanku nasibnya akan sama saja nanti," kata Larry, sementara mereka bersepeda pulang. "Kurasa ia takkan lebih bahagia nidup dengan Jake yang pencemberut itu, dibandingkan dengan ketika ia bekerja pada Pak Tupping dan tinggal bersama ayah tirinya."
Ketika mereka tiba kembali di desa hari sudah malam. Sudah hampir waktu tidur bagi Bets. "Kita berpisah saja di sini," kata Larry, sambil berhenti di persimpangan jalan tempat orang tuanya tinggal. Besok kita berkumpul lagi!"
"Selamat malam," seru teman-temannya, lalu melanjutkan perjalanan. Sedang Larry dan Daisy langsung pulang.
"Sebentar lagi kau sampai di rumah, Fatty," kata Pip "Sayang ya - misteri ini nampaknya kayak sampai di jalan buntu! Luke minggat, dan kini kita takkan pernah bisa tahu siapa sebenarnya yang mencuri Dark Queen."
"Ya - kurasa bagi kita persoalan ini berakhir sampai di sini saja," kata Fatty, sambil meloncat turun dari sadel sepedanya. la sudah sampai di depan rumahnya "Apabila Luke sudah pergi, Pak Goon pasti takkan melanjutkan penyelidikannya. Dan kita pun takkan bisa memperoleh keterangan lebih jelas. Sayang!"
"Sudahlah-jadi sampai besok," kata Bets. Bersama abangnya ia meneruskan perjalanan pulang. Ketika mereka berdua membelok masuk ke pekarangan rumah, dari dalam terdengar deringan lonceng. Itu tanda bahwa Bets hams masuk ke kamar tidur.
"Tepat pada waktunya," kata Pip. "Yang jelas, malam ini kau tidak kena marah, Bets. Selamat tidur!"
Bets masuk ke kamar mandi. Sementara itu Pip pergi mencuci badan, lalu mengenakan pakaian rapi. Ia berpakaian sambil bersiul-siul. Ternyata ia menyiulkar lagu yang biasa disiulkan oleh Luke.
"Kasihan anak itu," pikir Pip sambil membersihkan kuku. "Kurasa takkan ada kabar lagi tentang dirinya setelah ini. Yah - aku akan tetap ingat padanya, karena peluit-peluit buatannya yang bagus itu."
Sehabis makan malam, Pip membersihkan sepeda. Ia baru harus tidur pukul setengah sembilan. Jadi masih cukup banyak waktu. Sepedanya digosok sampai bersih. Setelah itu ia pergi ke kebun. Saat itu musim panas, jadi matahari masih bersinar sampai malam. Pip duduk di pondok peranginan yang ada dalam kebun, lalu duduk sambil membaca di situ.
Kemudian ia merasa seolah-olah mendengar bunyi
gemerisik pelan. Ia memandang ke luar. Disangkanya ada burung yang hinggap di semak. Tapi karena tidak melihat apa-apa, ia pun melanjutkan bacaannya. Tak lama kemudian terdengar dentangan lonceng jam di desa menandakan waktu setengah sembilan. Pip menutup buku yang dibacanya, lalu mendatangi kedua orang tuanya untuk mengucapkan selamat tidur.
Pip sudah capek. Dengan segera ia terlelap. Macam-macam mimpinya dalam tidur. Ia bermimpi menunggangi Buster, dikejar oleh Pak Goon. Lalu Jake menggabungkan diri, menunggangi seekor macan. Setelah itu Luke lari ketakutan di depan mereka. Didengarnya siulan lagu yang biasa diperdengarkan oleh Luke sebagai isyarat.
Pip memutar tubuh dalam tidurnya. Ia bermimpi terus, - dan Luke hadir terus di situ. Bunyi siulannya pun masih terdengar. Nyaring dan terus-menerus.
Tiba-tiba Pip merasa tubuhnya dijamah. Ia terkejut, lalu bangun. Ia duduk dengan tubuh gemetar, karena masih teringat pada mimpinya. Ia terpekik pelan, karena kaget dijamah tadi.
"Ssst! Ini aku, Pip." Itu kan suara Bets. "Jangan ribut-ribut."
"Bets! Tukas Pip jengkel. "Mau apa kau, mengejut-kan diriku kayak tadi" Nyaris pingsan aku karena perbuatanmu!"
"Dengar, Pip! Ada orang bersiul dalam kebun," bisik Bets. "Yang disiulkan lagu yang biasa diperdengarkan oleh Luke. Itu, yang selalu kita pakai sebagai isyarat dengannya. Mungkinkan itu Luke" Apakah ia mencari kita""
Kini Pip sudah benar-benar bangun. Baru saja hendak dijawabnya pertanyaan Bets, kerika terdengar lagi bunyi siulan di luar. Bunyi siulan yang terdengar dalam mimpinya. Kini ia tahu, yang tadi itu bukan siulan mimpi, tapi siulan benar-benar. la meloncat turun dari tempat tidur.
"Kau benar, Bets!" katanya. "Mestinya itu Luke. Karena sesuatu hal, ia pergi lagi dari sirkus, lalu kembali ke sini. Sebaiknya kita lihat saja, mau apa dia. Maksudku - aku yang akan melihat. Kau tinggal saja di sini."
"Aku ikut," kata Bets berkeras. "Aku yang mendengar siulannya tadi - bukan kau. Jadi aku hams ikut."
"Tapi nanti kau cuma berisik saja - karena terjatuh dari tangga atau semacam itu," tukas Pip. "Siapa bilang!" kata Bets jengkel. Suaranya mulai meninggi. Pip cepat-cepat menyenggolnya.
"Jangan ribut - nanti terbangun semua mendengar suaramu. Baiklah - ikut saja kalau mau, tapi jangan berisik!"
Mereka tidak mau repot-repot mengenakan mantel kamar dulu, karena hawa malam di luar cukup hangat. Dengan kaki telanjang mereka menyelinap sepanjang lorong, dan sampai di serambi dalam di ujung atas tangga. Tahu-tahu kaki Pip tersandung sesuatu. Ia jatuh berguling-guling di tangga. Untung sempat cepat-cepat menyambar pinggiran tangga, sehingga tidak jatuh lebih jauh ke bawah.
"Ada apa, Pip"" tanya Bets ketakutan. "Aku tadi tersandung kucing dapur," bisik Pip. "Wah, mudah-mudahan saja tidak ada yang terbangun."
Keduanya duduk di tengah tangga selama beberapa saat, sambil menahan napas. Mereka sudah khawatir saja kalau ayah atau ibu mereka terbangun. Tapi tidak- kamar tidur orang tua mereka tetap sepi. Kucing yang menyebabkan Pip tersandung duduk meringkuk di kaki tangga. Matanya yang hijau seperti bersinar dalam gelap.
"Kurasa ia tadi sengaja membuat aku tersandung," kata Pip dengan suara pelan. "Sejak kita membolehkan Buster masuk ke rumah, ia selalu kesal padaku. Ayo pergi, Pus."
Kucing itu mengeong lalu lari. Anak-anak melanjut-kan langkah, berjalan sambil meraba-raba dalam lorong, menuju pintu yang membuka ke kebun. Pip membuka kunci pintu, lalu melangkah ke luar. Kebun sunyi. Bets menggenggam tangan abangnyaa erat-erat. Anak itu tidak suka berada di tempat gelap.
Saat itu terdengar lagi siulan yang tadi.
"Kedengarannya datang dari ujung belakang kebun," kata Pip. "Yuk, kita ke sana! Berjalan di atas rumput, Bets. Berisik, kalau berjalan di kerikil."
Kedua anak itu menyelinap melintasi taman, menuju kebun sayur di belakang, mengitari tumpukan sampah. Dekat pondok peranginan nampak bayangan gelap bergerak-gerak.
Ternyata itu Luke! Pip dan Bets mendengar suaranya memanggil pelan, dalam gelap. Ternyata anak itu memang datang kembali!
13 LUKE MENDAPAT BANTUAN "Kaukah it u, Luke"" bisik Pip. "Ada apa" Kenapa kau pergi lagi dari sirkus""
Pip menarik Luke, mengajaknya masuk ke pondok. Sesampai di dalam mereka duduk, Bets di sebelah kiri dan Pip di sebelah kanan Luke. Bets menyelipkan tangannya ke dalam genggaman tangan Luke yang kasar. Anak bertubuh kekar itu memegang tangan Bets dengan sikap sayang.
"Ya - aku lari lagi dari perkemahan sirkus," katanya. "Polisi itu mendatangi pamanku, lalu menceritakan segala-galanya tentang kucing yang hilang sambil mengatakan bahwa ia merasa akulah yang mencurinya. la lantas bertanya pada pamanku, apakah dia tahu-menahu tentang kucing itu."
"Dan tentunya kau disuruh pergi oleh Jake, ketika mendengar kejadian itu," kata Pip.
"Aku tidak dilaporkannya pada polisi itu," kata Luke. "Katanya, ia sama sekali tidak tahu tentang kucing yang dicuri orang, dan sudah berminggu-minggu ia tidak melihat aku. Ia juga tidak kepingin bertemu dengan aku, katanya pada polisi itu. Tapikurasa seluruh perkemahan sirkus pasti akan digeledah, karena polisi itu begitu yakin bahwa Dark Queen disembunyikan di sana."
"Dan kurasa mereka akan sekaligus mencari dirimu," kata Bets.
"Betul," jawab Luke. "Yah - pamanku menunggu sampai polisi itu sudah pergi lagi. Setelah itu aku didatangi, dan disuruhnya pergi. Katanya ia tak peduli jika aku minggat dari rumah ayah tiriku. Tapi ia tak mau menolongku melarikan diri dari kejaran polisi."
"Tapi kau kan tidak bisa pulang ke ayah tirimu"" kata Pip, "Dia kan jahat terhadapmu!"
"Memang, tidak bisa," kata Luke. "Aku kan tidak kepingin dihajar sampai setengah mati"! Tapi - lalu apa yang akan kukerjakan sekarang" Aku kemari karena kurasa kalian bisa memberi aku makanan sedikit. Sejak tadi siang perutku belum terisi apa-apa. Aku sudah lapar sekali!"
"Aduh, kasihan!" kata Bets. "Tunggu, akan kuambil-kan makanan untukmu. Dalam tempat penyimpanan makanan masih ada perkedel dan kue-kue."
"He, Bets - jangan gila-gilaan," kata Pip sambil menarik tangan adiknya untuk mencegahnnya pergi.
Apa kata Ibu besok, apabila melihat perkedel dan kue itu sudah tidak ada lagi" Kau kan tidak bisa bohong, mengaku tidak tahu apa-apa mengenainya. Jadi kau terpaksa berterus terang. Lalu kau ditanyai pada siapa makanan itu kauberikan - dan pasti akan timbul dugaan, kau memberikannya pada Luke."
"Kalau begitu, apa yang bisa kita berikan padanya"" tanya Bets.
"Roti dengan mentega," kata Pip. "Kalau itu, tidak gampang ketahuan. Kecuali itu kita juga bisa mengambil kue-kue kecil yang disimpan dalam kaleng. Dan buah-buahan juga masih banyak."
"Itu saja sudah cukup," kata Luke lega. Bets lantas bergegas masuk ke dapur. Di dalam kakinya tersandung kucing, sampai ia terjatuh. Tapi tidak sakit Dengan cepat diambilnya makanan, ialu dibawanya ke tempat Luke dan Pip. Luke segera makan dengan lahap. Kelihatannya lapar sekali.
"Nah. lebih enak rasanya sekarang," katanya kemudian. "Menurut pendapatku, tak ada yang lebih sengsara dibandingkan dengan perut lapar."
"Lalu di mana kau tidur malam ini"" tanya Pip. "Entahlah," jawab Luke. "Di mana saja, di bawah semak. Kurasa lebih baik aku menjadi kelana saja."
"Jangan," kata Bets. "Tinggal saja di tempat kami untuk sementara. Kau bisa tidur dalam pondok peranginan ini. Kasur dari kursi ayunan bisa kita taruhkan di atas bangku situ. Kau tidur di atasnya."
"Dan setiap hari akan kami antarkan makanan untukmu, sampai sudah ada rencana lebih lanjut," kata Pip. Ia mulai bersemangat. "Pasti asyik nanti."
"Aku tidak mau merepotkan kalian," kata Luke. "Ah, tidak." kata Pip. "Kau tinggal saja di kebun kami, dan siapa tahu nanti kita berhasil membongkar teka-teki hilangnya Dark Queen. Setelah itu, kalau semuanya sudah beres, kau bisa kembali ke tempatmu bekerja."
"Kuambil saja sekarang kasur itu," kata Bets, lalu lari ke tempat gelap. Ia berhasil sampai ke tempat kursi ayunan tanpa mengalami kesukaran, karena sementara itu matanya sudah terbiasa memandang dalam gelap. Pip bergegas membantunya. Kasur mereka gotong berdua ke tempat Luke menunggu sambil duduk dalam pondok.
Kasur digelar di atas bangku. Setelah itu Pip lari ke garasi, men
gambil selembar selimut tua.
"Malam ini agak hangat," katanya pada Luke, "jadi kau takkan kedinginan nanti. Besok pagi akan kami antarkan sarapan untukmu."
"Tapi bagaimana dengan tukang kebun kalian"" tanya Luke takut-takut. "Pukul berapa dia datang" Apakah dia akan masuk ke sini""
"Saat ini orang itu sedang sakit," kata Pip. "Paling cepat beberapa hari lagi ia baru masuk kembali. Ibuku sudah jengkel saja. Soal sayur-sayuran di kebun dapur. Katanya tanaman itu perlu disiangi. Beberapa kali ia sudah mencoba menyuruh aku dan Bets melakukan-nya. Tapi aku paling tidak suka disuruh mencabuti rumput liar."
Luke merasa lega. "Kalau begitu aku bisa aman di sini." katanya. "Baiklah. Terima kasih - dan selamat tidur."
Pip dan Bets kembali ke rumah, langsung masuk ke kamar tidur masing-masing. Keduanya bergairah, membayangkan betapa kaget teman-teman besok apabila mendengar bahwa Luke ada dalam kebun dan semalam tidur di situ. Bets meringkuk di tempat tidurnya dengan perasaan bahagia. Ia senang. karena bisa menolong Luke. Ia senang pada anak yang baik hati itu.
Keesokan paginya setelah bangun, Pip duduk sebentar di tepi tempat tidur. Ia berpikir-pikir. Apa kiranya hidangan sarapan pagi itu. Kalau susis, pasti ia akan bisa menyelundupkan beberapa potong dan mengantarkannya pada Luke. Tapi kalau yang disajikan telur rebus - wah, sulit! Ah, pokoknya ia pasti bisa mengambilkan roti dengan mentega.
Saat itu Bets sedang memikirkan hal yang sama. Anak perempuan itu cepat-cepat berdandan, lalu turun ke bawah. Sambil berjalan ia berpikir-pikir, apakah ia sempat memotong roti dan mengolesinya dengan mentega, sebelum ada yang masuk ke kamar makan Menurut perasaannya, pasti bisa!
Tapi ketika ia sedang asyik mengiris roti tebal-tebal. tahu-tahu ibunya masuk ke kamar makan. Ibu memandang Bets dengan heran.
"Kau sedang berbuat apa"" tanya Ibu. "Sudah begitu laparkah, sehingga tidak bisa menunggu saat sarapan" Aduh, tebal sekali irisanmu itu, Bets!"
Kasihan - Bets terpaksa meletakkan irisan roti tebal itu ke piringnya, lalu memakannya sampai habis. Setelah itu menyusul bubur. Pip dan Bets menghabiskan isi piring masing-masing. Setelah itu nyaris saja kedua anak itu bersorak gembira. Sebuah basi berisi sosis dihidangkan. Mata Pip dan Bets bersinar-sinar. Mereka pasti akan bisa mengambilkan satu atau dua potong sosis, untuk Luke.
"Bolehkah aku minta dua sosis kali ini"" tanya Pip.
"Aku juga," sambung Bets.
"Astaga - lapar sekali kau rupanya, Bets!" kata ibunya. Tapi diberikannya juga masing-masing dua. Ayah mereka sedang asyik membaca koran, jadi takkan bisa melihat apa yang mereka kerjakan. Tapi Ibu" Ibu bisa melihat dengan jelas. Nah - bagaimana caranya supaya susis itu bisa disembunyikan" Repot juga persoalannya.
Tapi saat itu Annie, pembantu mereka, masuk ke kamar makan.
"Nyonya mau membeli bendera untuk mengumpul-kan derma bagi rumah sakit desa ini"" tanya Annie. "Nona Lacy yang menawarkan. la menunggu di pintu depan."
"O ya, tentu saja," jawab Bu Hilton. la bangkit untuk mengambil tasnya, yang ketinggalan di tingkat atas. Pip dan Bets saling mengedipkan mata. Dengan cepat Pip mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya, lalu susis dibungkus di dalamnya. Bets juga melakukan perbuatan yang sama. Tapi sayangnya - sapu tangannya tidak begitu bersih! Susis yang sudah terbungkus sapu tangan cepat-cepat dijejalkan ke dalam kantong bersama beberapa iris roti. Saat itu ibu mereka datang lagi. la melongo, memandang kedua piring yang sudah licin tandas.
"Pip! Bets! Cepat sekali kalian makan pagi ini! Kalau makan jangan bergegas-gegas. Bukan main - kalian kan tadi mendapat susis masing-masing dua potong! Dan bubur sepiring penuh!"
Bets tercekikik. Pip cepat-cepat menendang kaki adiknya di bawah meja. Setelah itu mereka tidak berani lagi mencoba mengambil makanan lain dan cepat-cepat mengantonginya. Mereka merasa Ibu masih menatap mereka terus dengan heran dan bingung.
Ternyata Luke senang sekali menerima bawaan roti beserta susis. Pip dan Bets juga membawakan air minum untuknya. Luke duduk sambil makan dalam pondok peranginan. Ketiganya be
runding sambil berbisik-bisik.
"Nanti siang akan kami bawakan makanan lagi," kata Pip. "Sedang buah-buahan bisa kaupetik sendiri, ya Luke""
Luke mengangguk. Diteguknya air dingin sampai habis, lalu dikembalikannya gelas yang sudah kosong. Saat itu terdengar suara seseorang memanggil-manggil. Bets bangkit dengan segera.
"Itu Fatty - dengan Buster!" katanya. "Hai, Fatty - kami ada di sini! Dalam pondok!"
Fatty masuk ke kebun, bersama Buster. Anjing kecil itu langsung lari masuk ke pondok peranginan, sambil menggonggong dengan gembira melihat kawannya ada di situ. Luke menepuk-nepuknya.
Sesampai di ambang pintu pondok, Fatty tertegun. Mulutnya ternganga lebar, heran melihat Luke ada di situ, Bets tertawa melihat anak gendut itu melongo.
"Kami menyembunyikannya di sini," katanya sebagai penjelasan pada Fatty. "Dan makanan, setiap kali kami antarkan untuknya. Asyik deh! Fatty, tidak bisakah kita menyelesaikan soal pencurian itu, supaya Luke tidak perlu takut lagi" Yuk, kita cepat-cepat saja membongkar teka-teki itu!"
Setelah itu mereka lantas menceritakan segala kejadian kemarin malam pada Fatty. Kemudian muncul pula Larry dan Daisy. Kedua anak itu pun mula-mula kaget, lalu ikut bergembira. Menyenangkan sekali suasana dalam pondok pagi itu.
"Mana peluit yang kita temukan dalam kandang kucing"" tanya Pip. Benda itu disodorkan untuk dilihat oleh Luke.
"Kami menemukannya dalam kandang," kata Fatty. "Dan karena menurut perasaan kami Pak Goon pasti akan melihatnya, lalu Pak Tupping akan memberi tahu peluit ini kepunyaanmu, maka kami lantas mengambil-nya dari situ. Setelah itu kami memasukkan berbagai tanda bukti palsu ke dalam kandang. Kau pasti tertawa jika melihatnya. Aku meletakkan sepotong puntung cerutu ke situ, dan sepotong lagi ke bawahnya!"
Luke bersiul. "Wah!" katanya. "Itu rupanya sebabnya, kenapa Pak Goon tahu-tahu gelisah ketika melihat pamanku mengisap cerutu! Mulanya aku tidak mengerti. Kata pamanku, muka polisi itu berubah menjadi ungu, ketika Paman mengambil sebatang cerutu dan menyalakan-nya. Paman pernah menerima hadiah cerutu satu kotak. Apabila ia perlu berhati-hati dalam berbicara dengan seseorang, ia selalu menyalakan sebatang cerutu dan mengisapnya. Katanya, dengan begitu ia bisa berpikir lebih baik."
Anak-anak cekikikan membayangkan puntung cerutu Fatty menyebabkan Pak Goon gelisah ketika melihat Jake mengisap cerutu. Kemudian Luke memperhatikan peluit yang dipegang Fatty.
"Ya - itu memang buatanku," katanya, "tapi kemudian tercecer entah di mana, dalam kebun. Kenapa tahu-tahu ada dalam kandang kucing" Aku membuatnya sudah beberapa bulan yang lalu."
Anak-anak kembali membicarakan kejadian misterius itu. Tapi mereka tak berhasil menemukan penjelasan. Luke tetap berkeras mengatakan, selama ia bekerja dekat kandang tak ada orang lain datang. Jadi kalau begitu, bagaimana Dark Queen bisa tahu-tahu hilang"
Anak-anak semua menyisakan makanan mereka sedikit, untuk diberikan pada Luke. Daisy nyaris saja mengalami kesulitan, ketika hendak memasukkan kue berlapis selai ke dalam kantongnya. Kebetulan ibunya memandang ke arahnya, dan melihat perbuatan itu. Tentu saja Ibu sangat marah.
"Daisy! Mau kauapakan kue selai itu" Masak dimasukkan ke dalam kantong"!"
"Aduh - aku ini bagaimana," kata Daisy sambil mengeluarkan kue itu lagi dan memandangnya dengan heran. "Kusangka sapu tanganku."
"Kalau kau bermaksud hendak mengambilkan kue itu untuk diberikan pada anjing Frederick - tidak boleh!" kata ibunya lagi. "Anjing itu sudah terlampau gemuk!"
"Ah, Bu - masak aku memberikan makanan pada Buster," kata Daisy serius. "Tak mungkin!"
Tapi toh cukup banyak makanan yang berhasil diselundupkan anak-anak untuk Luke. Mereka juga membawakan air dalam ember, serta sabun dan selembar handuk yang sudah tua. Setiap malam mereka mengatur tempat tidurnya dalam pondok peranginan.
Sebagai balas jasa, Luke bekerja dalam kebun sayuran setiap kali ibu Pip dan Bets sedang pergi. Rumput liar dicabuti, galangan dibersihkan. Pokoknya, kebun itu rapi nampaknya sekarang. Letaknya agak jauh dan rumah, jadi Luke takkan nampak apabil
a sedang bekerja di situ.
"Aku harus berbuat sesuatu untuk membalas kebaikan hati kalian," katanya pada Pip dan Bets. Kedua anak itu semakin menyenangi Luke karenanya. Tiga hari anak itu tinggal dalam kebun keluarga Pip dan Bets. Setelah itu mulai lagi terjadi berbagai peristiwa. 14
PAK GOON CURIGA Pada suatu hari Bu Hilton masuk ke kebun. la tercengang. ketika melihat kebun sayuran tahu-tahu sudah begitu rapi. Dipandangnya kebun itu sesaat sambil melongo. Kemudian dipanggilnya Pip dan Bets. Ibu tersenyum sayang.
"Pip! Bets! Kalian memang anak-anak yang baik! Kalian mencabuti rumput liar di kebun sayuran selama tukang kebun sakit, tanpa mengatakan apa-apa padaku! Aku senang sekali, Nak!"
Bets sudah membuka mulut untuk mengatakan bahwa bukan dia serta Pip yang melakukannya. Tapi Pip menatapnya dengan tampang yang begitu galak, sehingga Bets cepat-cepat menutup mulutnya kembali. Tapi kini mukanya memerah.
Muka Pip juga menjadi merah. Kedua anak itu merasa tidak enak, karena dipuji untuk sesuatu perbuatan yang sebenamya bukan mereka yang melakukan. Tapi bagaimana mereka bisa mengaku berterus-terang, tanpa menyebabkan Luke terbongkar rahasianya"
Hampir sama tidak enaknya dipuji tanpa sepantasnya dipuji, seperti halnya dipersalahkan untuk sesuatu yang bukan kita yang melakukan," pikir Pip. "Wah - kurasa sekarang aku dan Bets terpaksa menyiangi kebun itu sedikit - supaya bisa dengan tenang mengaku telah bekerja, walau bagian yang terbesar sebenarnya dilakukan oleh Luke!"
Kawan-kawan mereka tercengang ketika melihat Pip dan Bets menyiangi rumput liar dalam kebun sayuran. Kedua anak itu merasa benar-benar berjasa sekarang. Luke tertawa melihat mereka.
"Bets mencabuti setengah dari selada yang disemai-kan tukang kebun," katanya bercerita. "Rupanya ia mengira tanaman itu rumput liar. Tapi tak apa, Bets - masih cukup banyak selada yang tersisa dalam kebun!"
Pada suatu siang Pak Goon berjumpa dengan Fatty yang sedang lewat bersama Buster. Dipanggilnya anak gendut itu.
"Aku ingin bicara sebentar denganmu, Frederick," kata Pak Goon dengan gaya sok penting. Polisi desa itu mengeluarkan buku catatan hitamnya yang besar dari dalam kantong, lalu membalik-balik halamannya.
"Maaf, tak sempat," kata Fatty dengan sopan. "Aku sedang berjalan-jalan dengan Buster."
"Kau berhenti di tempatmu sekarang," kata Pak Goon mulai marah. "Kukatakan tadi, ada sesuatu yang perlu kukatakan padamu."
"Biasanya yang Anda katakan cuma, 'Ayo Pergi'," tukas Fatty. "Anda tahu pasti, bukan itu yang hehdak Anda katakan""
"Kapan-kapan, Anak muda - kapan-kapan kau pasti akan ditahan, karena menghina polisi," kata Pak Goon dengan suara geram.
"O ya"" kata Fatty dengan penuh minat.
"Nah - ini dia," kata Pak Goon. Rupanya ia berhasil menemukan halaman yang dicari dalam buku catatan-nya. "Ya, ini dia! Tanggal lima bulan ini, Frederick, kau bersama empat orang anak berkeliaran di perkemahan sirkus dan berbicara dengan seseorang bernama Jake."
"Tepat," sambut Fatty. Dalam hati ia bertanya-tanya, apalagi yang akan datang berikutnya.
"Sopan sedikit, ya!" bentak Pak Goon. Fatty memandangnya dengan sikap begitu tak bersalah, sehingga sudah gatal saja rasanya tangan Pak Goon karena ingin menempeleng. Sikap sopan Fatty kadang-kadang bisa sangat menjengkelkan.
"Yah, bilang saja Anda mau apa," kata Fatty. "Aku benar-benar harus terus sekarang - karena Buster sudah tidak sabar lagi!"
"Guk," gonggong Buster. Ternyata anjing itu juga pintar bersandiwara. Ia pura-pura sudah tidak tahan lagi.
"Begini," kata Pak Goon. Didekatkannya mukanya ke muka Fatty, yang langsung mundur selangkah, "begini - aku kepingin tahu, Luke waktu itu ada di perkemahan, ya kan""
"O ya"" balas Fatty bertanya. "Kalau Anda tahu pasti, kenapa bertanya lagi padaku" Silakan cari saja dia di sana!"
"Nah, itu dia persoalannya," kata Pak Goon. "Dia tidak ada lagi di sana sekarang! Salah seorang anak sirkus membuka rahasia ...."
"Rahasia"" tanya Fatty dengan tampang tolol. "Rahasia apa, Pak. Wah - jangan-jangan tentang Dark Queen! Anda melihat kucing itu" Di mana dia sekarang" Anda sudah menem
ukan kucing itu rupanya! Di mana
...." "Diam!" bentak Pak Goon. "Yang kumaksudkan dengan 'rahasia', bukan Dark Queen. Kau sebenarnya
juga sudah mengerti. Maksudku tadi, salah seorang anak sirkus bercerita, ia melihat Luke di sana. Tapi ketika kucari, ternyata sudah tidak ada lagi."
"Sial ya, Pak," kata Fatty ikut prihatin. Pak Goon menatapnya sambil melotot. Fatty membuka mulut lagi, "Lho, aku tidak boleh mengatakan, 'Sial', Pak" Maksudku cuma ingin ikut prihatin."
Pak Goon menarik napas dalam-dalam. Lalu mengetengahkan hal yang dari semula hendak dikatakan olehnya.
"Kau serta kawan-kawanmu tahu, di mana Luke sekarang," katanya. "Betul, kan" Aku cuma ingin memperingatkan saja - jika kalian menyembunyikan anak itu, atau tidak melaporkan pada polisi walau tahu di mana ia berada, kalian nanti akan mengalami kesulitan besar. Kesulitan yang mahabesar!"
Fatty kelihatan kaget. Apa sebabnya Pak Goon curiga bahwa anak-anak tahu di mana Luke kini berada, atau bahkan menyembunyikan anak itu"
"Apa sebabnya Anda beranggapan kami hendak menyembunyikan Luke, Pak"" tanyanya. "Seolah-olah kami ini bisa menyembunyikan dirinya tanpa ketahuan oleh Anda! Wah - polisi cerdas seperti Anda kan tahu segala-galanya!"
"Ya - lebih banyak yang kuketahui daripada sangkaan kalian," kata Pak Goon.
Dan dengan begitu pembicaraan selesai. Pak Goon menutup buku catatannya dengan sikap tegas, lalu melanjutkan perjalanan. Sedang Fatty berjalan lagi sambil berpikir-pikir.
"Rupanya Pak Tupping mengintip dari balik tembok, lalu melihat Luke sekilas," pikirnya. "Atau merasa seperti melihatnya. Sialan! Kita tidak kepingin terlibat dalam kesulitan. Tapi kalau begitu, bagaimana dengan Luke" Mungkin sebaiknya anak itu disuruh pergi saja dari sini, dengan dibekali uang."
Ketika Fatty menceritakan kejadian itu pada keempat temannya, anak-anak mendengarkan dengan penuh minat. Bets langsung bingung.
"Jangan suruh Luke pergi," pintanya. "Mungkin kita berhasil membongkar rahasia pencurian itu, dan sesudah itu Luke bisa kembali bekerja pada Lady Candling."
"Kita takkan bisa membongkarnya," kata Fatty dengan nada suram. "Ternyata kita tak secerdik sangkaan kita sendiri. Kurasa bahkan Inspektur Jenks pun takkan berhasil menyibakkan misteri Dark Queen."
"O ya!" seru Daisy dengan segera. la teringat kembali, betapa ramah sikap Inspektur Jenks pada mereka pada liburan Paskah yang lalu, ketika mereka berhasil membongkar rahasia suatu kejadian misterius. "Betul - Inspektur Jenks! Aku sampai lupa padanya! Tidak bisakah kita menghubungi dia dan melaporkan perkara Luke padanya" Aku merasa pasti, Pak Inspektur takkan memasukkan anak itu ke penjara. Tentu dia mau menyimpan rahasia kita."
"Begitu pendapatmu"" kata Larry. "Yah - pokok-nya aku sama sekali tidak melihat jalan keluar dari musibah ini. Jika si Ayo Pergi menggeledah kebun rumah Pip, pasti Luke akan ditemukannya di situ. Kecuali anak itu, nanti kita pun akan mengalami kesulitan besar! Yuk-kita laporkan saja urusan ini pada Pak Inspektur. Dia dulu kan mengatakan selalu bersedia menolong kita, apabila bisa!"
"Aku suka pada Inspektur Jenks," kata Bets. "Ah - kau ini, pada siapa pun kau selalu suka," kata Pip.
"Siapa bilang"! Aku tidak senang pada Pak Tupping, atau Pak Goon," tukas Bets. "Yuk, kita laporkan saja segala-galanya pada Pak Inspektur. Kurasa ia pasti mau mengerti."
"Aku akan meneleponnya." kata Fatty. Teman-temannya memandang dirinya dengan kagum. Menurut perasaan mereka Fatty hebat, berani menelepon orang yang menurut Bets merupakan 'polisi yang tinggi, tinggi sekali kedudukannya'.
Ternyata Fatty menepati janji. Ia pulang ke rumah, menunggu dulu sampai tak ada orang lain yang bisa ikut mendengarkan, lalu memutar nomor telepon kantor polisi di kota besar tempat Inspektur Jenks bekerja.
Untung baginya, Inspektur itu kebetulan ada di kantor.
"Ah - ini Frederick Trotteville"" kata petugas polisi itu dengan suara ramah. "Apa kabar" Mudah-mudahan semua dalam keadaan sehat. Ya - aku masih ingat pengalaman kita yang menarik selama liburan Paskah yang lewat - ketika kau bersama teman-temanmu berhasil memb
ongkar teka-teki pondok yang terbakar
- harus kuakui, kalian hebat waktu itu. Dan - sejak itu ada lagi misteri lain yang berhasil kalian selidiki sampai terbongkar""
"Begini, Pak," kata Fatty memulai laporannya, "di sini ada suatu misteri, yang tidak bisa kami pecahkan. Sungguh - tidak bisa! Aku tidak tahu, apakah Anda sudah mendengar laporan mengenainya. Ada seekor kucing hilang - seekor kucing yang sangat berharga."
Di seberang sambungan tak terdengar apa-apa selama beberapa saat. Rupanya Pak Inspektur sedang mengingat-ingat. Kemudian terdengar lagi suaranya lewat kabel telepon.
"Ya - laporan mengenai kejadian itu sudah sampai padaku. Aku ingat lagi sekarang. Kalau tidak salah, sahabat kalian Pak Goon yang berwenang menangani persoalan aneh itu."
"Wah, Pak - sebetulnya dia bukan kawan kami," kata Fatty berterus-terang. "Tapi orang yang disangka melakukan kejahatan itu - dia itu yang kawan kami. Dan karena itulah aku menelepon Anda sekarang. Kami agak bingung saat ini. Mungkin saja Anda bisa membantu kami dengan saran-saran."
"Terima kasih atas kepercayaan kalian padaku," kata Pak Inspektur. "Kebetulan besok aku ada tugas luar, dan lewat di desa kalian. Ada tidak kemungkinannya kalian mengundang aku makan sore sambil minum teh - katakanlah, piknik di tepi sungai""
"Wah, tentu saja bisa, Pak!" kata Fatty dengan gembira. "Kalau begitu beres! Nanti akan kami ceritakan segala-galanya pada Anda."
"Jadi beres," kata Inspektur Jenks. "Sekitar pukul empat sore aku akan sampai di jalan tempat tinggal kalian. Senang rasanya bisa berjumpa kembali. Kau sependapat, kan""
"Ya, tentu saja, Pak!" kata Fatty. "Sampai besok, Pak - dan terima kasih banyak." Sehabis menelepon, ia bergegas kembali ke rumah Pip. Anak-anak yang lain ternyata berkumpul di kebun.
"Beres!" kata Fatty setelah sampai di situ. "Pak Inspektur akan minum teh bersama kita besok sore. Kita piknik di tepi sungai. Nanti akan kita ceritakan segala-galanya padanya."
"Dia benar-benar akan kemari, Fatty" Kau mengun-dangnya makan sore bersama kita" Wah - kau hebat, Fatty!" seru teman-temannya. Dada si gendut mulai membusung lagi.
"Urusan begitu memang harus dilakukan oleh orang semacam aku ini," katanya bangga. "Bagiku, mem-bereskan soal-soal begitu merupakan urusan kecil. Pokoknya, serahkan saja padaku ...."'
"Tutup mulut!" seru Larry dan Pip dengan segera. Tapi mereka tidak sungguh-sungguh kesal kali ini. Soalnya, semua terlalu gembira membayangkan akan berjumpa lagi dengan Inspektur ramah yang bertubuh besar itu. Apalagi Bets, anak itu gembiranya bukan main. la sangat menyenangi Pak Inspektur, dan waktu itu dengan cepat semua persoalan bisa langsung dibereskan olehnya. Siapa tahu, mungkin kini ia akan berhasil lagi!
"Kita persiapkan hidangan teh yang enak untuknya," kata Daisy. "Kita ceritakan pada ibu-ibu kita siapa yang akan datang. Pasti nanti kita diijinkan membawa apa saja yang kita inginkan. Bahkan kaum dewasa pun menganggap seorang inspektur perlu diperlakukan secara istimewa!"
Ternyata ucapan Daisy tepat. Begitu para ibu mengetahui bahwa Pak Inspektur Jenks bersedia untuk ikut berpikriik dengan anak-anak mereka, langsung tersedia hidangan yang serba enak.
Anak-anak mengemaskan segala perbekalan yang disediakan, lalu berdiri di depan pintu pekarangan depan. Mereka menunggu Inspektur Jenks datang. Tapi tahu-tahu Pak Goon muncul naik sepeda. Begitu melihat anak-anak berdiri di situ, ia langsung turun dan menghampiri.
"Aku ingin bicara dengan kalian," katanya dengan gayanya yang sok aksi. "Maaf, tapi kami mau piknik," kata Larry. "Anda pasti kepingin ikut, karena piknik kali ini benar-benar sedap."
Bets mulai menyebutkan, apa-apa saja yang mereka bawa. Pak Goon mcmandang bekal makanan mereka dengan heran.
"Makanan sebanyak itu akan kalian makan sendiri"" tanyanya curiga. Fatty langsung menduga, pasti polisi desa itu menyangka bekal itu sebagian akan diberikan pada Luke. Fatty meringis.
"Wah, tidak Pak," katanya, "makanan ini bukan untuk kami sendiri saja. Ada orang lain yang ikut kebagian. Tapi takkan kami katakan, siapa orang itu. Nanti
rahasia terbongkar."
"Hmmm!" Pak Goon bertambah curiga. "Kalian hendak piknik ke mana"" "Di tepi sungai," jawab Bets. Pak Goon lantas pergi lagi, sambil berpikir-pikir. Fatty tertawa geli melihatnya.
"Pasti ia mengira kita hendak mengantarkan makanan ini ke tempat Luke bersembunyi," katanya. "Ia tidak tahu kita akan piknik bersama Pak Inspektur. He - pasti asyik nanti, apabila ia membuntuti kita lalu menyergap karena menyangka Luke ada bersama kita. Tidak tahunya, selama itu kita terus bersama Pak Inspektur."
"Ya, hebat," kata Daisy. "He - itu dia Inspektur Jenks datang!"
Inspektur itu datang naik mobil polisi berwarna hitam. Mobil dinas itu diparkir dalam garasi di rumah Pip. Setelah itu ia menyalami anak-anak.
"Senang rasanya bisa ketemu lagi dengan kalian," katanya sambil tersenyum cerah. "Nanti dulu - bagaimana sebutan diri kalian waktu itu" O ya - Pasukan Mau Tahu, ditambah seekor Anjing! Ya, betul - dan ini dia anjingnya. Anjing manis!"
Mereka lantas menuju ke sungai. Bets berjalan bergandengan tangan dengan Pak Inspektur. Petugas polisi itu bertubuh tinggi besar, dengan mata bersinar jenaka serta mulut yang selalu tersenyum. Tampangnya memancarkan sinar cerdas. Potongannya rapi, dengan pakaian seragam kepolisian. Bets asyik bercerita, menyebutkan apa-apa saja yang dijadikan bekal piknik.
"Wah, timbul seleraku mendengar ceritamu," kata Inspektur Jenks. "Sebaiknya kita langsung saja makan! Nah - di mana enaknya kita duduk""
15

Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PAK GOON BINGUNG Mereka menemukan tempat yang teduh dan nyaman, di tepi air. Di belakang mereka terdapat tebing yang menjorok ke depan, ditumbuhi pepohonan. Takkan mungkin ada orang bisa melihat mereka di situ. Tempat itu cocok sekali untuk berunding.
Mula-mulanya anak-anak sama sekali tak menying-gung kesulitan yang sedang mereka hadapi. Mereka makan dengan lahap. Pak Inspektur pun kelihatannya sangat menikmati hidangan piknik itu. Acara sore itu sangat meriah.
"Nah -" kata Pak Inspektur kemudian, ketika bekal makanan tinggal sedikit yang tersisa, "bagaimana kalau kita sekarang berbicara dengan serius sebentar" Aku sudah mempelajari laporan perkara yang kalian ceritakan padaku lewat telepon kemarin, jadi aku sudah tahu perinciannya. Tapi aku masih ingin mendengar apa yang hendak kalian ketengahkan. Kata Frederick kemarin, anak yang bernama Luke itu teman kalian""
Anak-anak mulai bercerita dengan bersemangat. Semua yang mereka ketahui disampaikan pada Inspektur Jenks. Tapi mereka tidak bercerita tentang tanda-tanda bukti palsu yang mereka pasangkan untuk menipu Pak Tupping dan Pak Goon. Anak-anak merasa kurang enak, kalau hal itu diceritakan.
Akhirnya mereka sampai pada bagian, pada saat mereka berbicara dengan Luke di sirkus, lalu anak itu pada suatu malam datang ke rumah Pip.
"Dan sejak itu kami yang memberi makan padanya, sedang tidurnya dalam pondok peranginan di kebun kami," kata Pip. "Tapi sekarang kami merasa bahwa si Ayo - eh, maksudku Pak Goon - kami merasa Pak Goon tahu di mana Luke kami sembunyikan. Kami khawatir jika anak itu kami sembunyikan terus, nanti dia dan juga kami sendiri akan terjerumus dalam kesulitan."
"Untung kalian mau menghubungi aku," kata Pak Inspektur. "Itu tindakan yang bijaksana! Ya, betul - sudah jelas kalian tidak boleh menyembunyikan Luke. Pertama-tama, apabila anak itu lari lalu menyembunyi-kan diri, maka sangkaan terhadapnya akan semakin kuat. Jadi jangan minggat, kalau ada kesulitan! Tapi kalian tidak perlu khawatir, dia takkan dimasukkan ke dalam penjara. Umurnya kan baru lima belas! Lagipula kami tidak seenaknya saja memenjarakan orang, sebelum terbukti bahwa Luke itu melakukan kejahatan. Sama sekali belum terbukti bahwa Luke yang mencuri kucing itu - walau harus kuakui bahwa kedudukannya sangat lemah. Kalian sependapat kan, dengan aku""
"Ya, memang," kata Fatty. "Justru itulah yang sangat membingungkan kami. Soalnya begini, Pak Inspektur. Kami mengenal Luke dan juga senang padanya. Tak bisa kami bayangkan, bagaimana anak baik kayak dia bisa berbuat seperti itu. Anaknya agak dungu, dan selalu takut-takut kalau menghadapi orang dewasa, ka
rena takut dimarahi atau dipukul. Padahal anak itu baik sekali hatinya. Tapi Pak Goon dan Pak Tupping begitu yakin, dialah yang melakukan perbuatan itu."
"Yah, kunasihatkan agar Luke keluar saja dari persembunyiannya lalu bekerja kembali," kata Inspek-tur Jenks. "Eh - kurasa ia tidak perlu bilang apa-apa tentang di mana ia selama ini, serta siapa yang menyembunyikan dirinya. Itu sama sekali tidak perlu disebut-sebut."
"Tapi kalau begitu ia harus kembali ke ayah tirinya," kata Bets, "dan Pak Inspektur, ayah tirinya itu kejam sekali. Pasti Luke akan dipukul olehnya."
"Tidak," kata Inspektur Jenks. "Aku akan bicara dulu dengan ayah tiri itu. Akan kalian lihat nanti, sejak itu Luke takkan disentuhnya sedikit pun. Sementara itu aku akan mendalami misteri ini - siapa tahu aku bisa berhasil menyibakkannya sedikit. Dari apa yang kudengar dari kalian, kelihatannya urusan ini sangat menarik."
"Anda memang Inspektur yang baik hati," kata Bets, sambil memegang tangan petugas polisi itu. "Mudah-mudahan, jika pada suatu kali aku melakukan sesuatu kesalahan besar, Andalah yang menangkap aku - dan bukan orang lain!"
Semuanya tertawa mendengar ocehan anak itu.
"Kurasa kau takkan pernah melakukan sesuatu yang terlarang, Bets," kata Pak Inspektur, sambil tersenyup memandang tampang Bets yang begitu serius. "Kalau hal itu sampai terjadi, aku pasti akan sangat heran."
"He - kenapa si Buster"" tanya Fatty saat itu. Anjingnya meninggalkan kelompok yang sedang asyik mengobrol itu. Kini terdengar gonggongannya di sebelah atas tebing. Kemudian menyusul suara seseorang.
"Suruh anjing ini pergi! Jaga dia baik-baik, kalau tidak ingin kulaporkan!"
"Wah - si Ayo Pergi!" bisik Daisy dengan nada senang. "Ternyata ia memang membuntuti kita! Kurasa sekarang ia menyangka kita di sini bersama Luke. Dan rupanya Buster tadi mendengar dia merangkak-rangkak ke sini, lalu menggonggonginya!"
"He! Suruh anjing ini pergi!" Terdengar lagi suara Pak Goon yang marah-marah. Fatty naik ke atas tebing sambil menyusup di sela-sela semak yang menaungi. Sesampai di atas, dipandangnya Pak Goon yang marah sekali kelihatannya.
"Ha! Sudah kusangka kalian ada di situ," kata Pak Goon. "Ya, dan aku juga tahu dengan siapa kalian di situ!"
"Kalau begitu aku heran, apa sebabnya Anda tidak bersikap lebih sopan sedikit," kata Fatty seenaknya.
"Sopan" Kenapa aku harus sopan"" tukas Pak Goon. "Nah, sekarang kalian tertangkap basah - menyem-bunyikan seseorang yang melakukan kejahatan! Sekali ini kalian sudah keterlaluan. Suruh anjingmu ini mundur. Biarkan aku turun ke tepi sungai, biar bisa kubekuk orang itu."
Fatty terkikik pelan. Dipanggilnya Buster, lalu dipegangnya erat-erat pada kalung lehernya. Ia menepi dengan sopan sementara Pak Goon menerobos semak menuju ke bawah lalu meloncat ke tepi air. Menurut perkiraannya, ia akan berhadapan dengan empat anak yang ketakutan, serta Luke yang pucat pasi.
Tapi betapa kaget dan ngeri polisi desa itu, ketika ternyata ia bertatapan mata dengan Pak Inspektur, atasannya! Pak Goon benar-benar bingung. Matanya yang sudah melotot semakin melotot, seolah-olah nyaris jatuh ke luar. Ia cuma bisa menatap Pak Inspektur, tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun.
"Selamat sore, Goon," sapa atasannya itu.
"S-s-s-," Pak Goon terbata-bata, meneguk ludah beberapa kali, lalu mencoba sekali lagi, "S-s-selamat sore, Pak - s-s-saya tak mem-mengira Anda ada di sini."
"Kalau tidak salah, kudengar kau tadi mengatakan. hendak membekuk diriku," kata Pak Inspektur. Pak Goon meneguk ludah lagi. Tangannya merogoh-rogoh kerah, berusaha melonggarkannya. la mencoba terse-nyum.
"Maaf, Pak - hendaknya Anda mau mengerti, Pak," katanya dengan suara gemetar, "Saya - anu, Pak - saya mengira akan menjumpai orang lain disini. S-saya t-t-tak mengira akan menjumpai Anda di sini."
"Anak-anak ini memberi kehormatan padaku untuk memberi nasihat mengenai perkara kucing yang hilang dicuri orang," kata Inspekteur Jenks. "Duduklah, Goon. Ada baiknya jika kudengar keteranganmu mengenai kejadian itu. Kurasa penyelidikanmu mengenainya belum terlalu jauh, ya""
"Begini, Pak - s aya punya berbagai tanda bukti. Pak," kata Pak Goon bersemangat. la berharap. dengannya akan berubah pandangan Inspektur Jenks terhadap dirinya. "Karena Anda toh hadir di sini. saya minta nasihat Anda mengenainya."
Pak Goon mengeluarkan sebuah sampul putih dari kantongnya, lalu langsung membukanya. Dari dalam-nya dikeluarkan dua potong puntung cerutu, kancing berwarna biru, sepotong pita rambut, permen, serta tali sepatu berwarna coklat. Pak Inspektur memandang benda-benda itu sambil melongo.
"Semuanya itu tanda bukti"" tanyanya kemudian.
"Betul, Pak," jawab Pak Goon. "Saya menemukan-nya di tempat kejahatan itu terjadi, Pak. Dalam kandang kucing."
"Semuanya ini sungguh-sungguh kautemukan dalam kandang kucing"" ulang Pak Inspektur, sambil memper-hatikan barang-barang itu dengan sikap tak percaya. "Permen ini juga kautemukan di situ, Goon""
"Ya, Pak - semuanya! Selama ini belum pernah saya menemukan tanda bukti sebanyak ini," kata Pak Goon, la senang, melihat Pak Inspektur tercengang.
"Aku juga belum pernah," kata Inspektur Jenks. la menoleh sebentar ke arah anak-anak. Nampak mereka kaget sekali ketika melihat Pak Goon memperagakan barang-barang bukti palsu itu pada Inspektur Jenks. Di mata petugas polisi itu timbul kilatan jenaka.
Lembah Merpati 6 Pendekar Bloon 16 Rahasia Pedang Berdarah Mahluk Dari Dunia Asing 1

Cari Blog Ini