Ceritasilat Novel Online

Relikui Kematian 3

Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling Bagian 3


"Tidak secepat itu, Tuan yang Agung,*" kata Fred yang langsung melewati sekelompok wanita paruh baya.
"Mari - permettez-moi untuk assister vous," kata Fred ke sepasang gadis Perancis canti
k yang terkikik dan mengizinkan Fred untuk menemani mereka.
George akhirnya membantu para wanita paruh baya itu. Dan Ron membantu
teman kerja Mr. Weasley, Perkins. Sementara Harry harus menghadapi sepasang orang tua yang agak tuli.
"Hai," terdengar suara yang sudah familiar saat Harry keluar dari tenda untuk menjemput antrian selanjutnya. Ternyata Tonks dan Lupin ada di barisan terdepan. Tonks mengubah rambutnya menjadi pirang untuk acara ini. "Arthur bilang kau yang berambut keriting.
Maaf semalam," tambah Tonks dalam bisikan. Lalu Harry mengantar mereka.
"Kementrian telah menjadi anti-manusia serigala saat ini dan kedatangan kami semalam akan menambah masalahmu."
"Tidak apa-apa, aku tahu," kata Harry, yang lebih berbicara pada Lupin daripada Tonks. Lupin memberinya senyuman tipis, dan saat Tonks dan Lupin berbalik, Harry dapat melihat wajah Lupin sudah kembali murung. Harry penasaran, tapi tidak ada waktu untuk itu. Hagrid telah membuat keributan. Ia salah mengartikan petunjuk Fred. Seharusnya Hagrid duduk di kursi yang telah diperbesar dan diperkuat untuknya di barisan belakang, bukannya malah duduk di lima kursi yang sekarang sudah hancur dan menyerupai setumpuk korek emas.
Sementara Mr. Weasley membenahi kerusakan dan Hagrid tak berhenti meminta maaf, Harry kembali ke depan dan menemukan Ron sedang berhadapan dengan penyihir paling aneh. Dengan rambut putih sepanjang bahu, ia memakai topi yang jumbainya menyentuh hidungnya, dan jubah berwarna kuning telur yang menyakitkan mata.
" Xenophilius Lovegood," katanya sambil mengulurkan tangan pada Harry, "aku dan putriku tinggal di seberang bukit, baik sekali keluarga Weasley mau mengundang kami. Apakah kau mengenal Luna"" tanyanya pada Ron.
"Ya," kata Ron, "bukankah tadi dia bersamamu""
"Dia pergi ke kebun kecil yang menarik itu, ingin menyapa jembalang, bukankah itu sebuah investasi berharga! Hanya beberapa penyihir yang bisa belajar kearifan pada jembalang - atau lebih baik kita menyebutnya dengan nama mereka yang sebenarnya - Gernumbli gardensi."
"Kami tahu beberapa nama yang bagus untuk mereka," kata Ron, "tapi kurasa Fred dan George sudah memakainya."
Ron mengantar beberapa warlock saat Luna datang.
"Hallo, Harry!" kata Luna.
"Er - namaku Barny," kata Harry terkejut.
"Kau mengubah namamu juga"" tanya Luna ceria.
"Bagaimana kau bisa tahu""
"Oh, aku mengenali ekspresimu."
Seperti ayahnya, Luna memakai jubah berwarna kuning terang dan menghiasi rambutnya dengan bunga matahari besar. Karena sudah terbiasa dengan tingkah aneh Luna, melihatnya sekarang seperti berpakaian cukup normal. Untung saja tidak ada lobak yang menggantung menjadi pengganti anting-anting.
Xenophilius yang sedang berbicara serius dengan seorang kenalannya, tidak memperhatikan pembicaraan Luna dan Harry. Setelah berpisah dari penyihir itu, ia kembali menemui putrinya yang langsung mengacungkan jari dan berkata, "Dad, lihat - tadi ada jembalang yang menggigitku!"
"Hebat! Liur jembalang punya banyak kegunaan!" kata Mr. Lovegood, memegang tangan Luna yang terluka dan memeriksa luka yang berdarah itu. "Luna, sayangku, bila kau merasakan sebuah bakat yang tumbuh hari ini -keinginan untuk menyanyi opera atau berpuisi dalam bahasa Mermish, mungkin - jangan ditahan! Mungkin saja kau telah diberkati oleh Gernumbli!"
Ron, yang melewati mereka langsung mendengus keras.
"Ron, kau boleh saja tertawa," kata Luna tenang, saat Harry mengantarkan menuju kursi mereka, "tapi Dad sudah banyak meneliti tentang kemampuan sihir Gernumbli."
"Benarkah"" kata Harry, yang tidak memiliki keinginan untuk menantang cara berpikir Luna dan ayahnya yang aneh. "Kau yakin tidak ingin memberikan sesuatu pada bekas gigitan itu""
"Ah, tidak usah," kata Luna sambil memasukkan jarinya ke dalam mulut dan memandangi Harry dari atas ke bawah. "Kau kelihatan pintar. Aku sudah bilang pada ayah kalau semuanya akan memakai jubah pesta, tapi dia yakin seharusnya kita menggunakan warna kuning bila ingin ke pesta pernikahan, untuk keberuntungan."
Saat Luna pergi mengikuti ayahnya, Ron muncul dengan seorang wanita tua yang menggamit tangannya. Hidungny
a yang seperti paruh, lingkaran merah di matanya, dan topi merah muda berbulu, membuatnya seperti burung flamingo yang sedang marah.
"... dan rambutmu terlalu panjang Ronald, tadi kukira kau Ginevra. Demi jenggot Merlin, apa yang Xenophilius pakai" Dia jadi seperti telur dadar.
Dan siapa kau"" bentaknya pada Harry.
"Oh iya, Bibi Muriel, ini sepupu kami, Barny."
"Weasley yang lain" Kalian berkembang seperti jembalang. Bukankah Harry Potter ada di sini" Aku berharap bisa bertemu dengannya. Kukira dia temanmu, Ronald, atau kau hanya membual"'
"Tidak - dia tidak bisa datang."
"Ehm. Hanya alasan, kan" Sepertinya dia tidak seberani seperti yang ditulis di koran. Aku yang menganjurkan agar sebaiknya sang pengantin memakai tiaraku," jelasnya pada Harry. "Buatan goblin, kau tahu, dan sudah ada pada keluargaku selama berabad-abad.
Gadis itu cantik, tapi tetap saja - orang Perancis. Antarkan aku ke tempat duduk yang bagus, Ronald, aku sudah seratus tujuh dan tidak boleh terlalu lama berdiri."
Ron memberi pandangan penuh arti pada Harry saat pergi dan tidak kembali untuk beberapa wakut. Saat Ron kembali, Harry sudah mengantarkan selusin orang ke tempat masing-masing. Tenda itu sudah hampir penuh dan sudah tak ada barisan lagi di depan tenda.
"Muriel itu mimpi buruk," kata Ron sambil mengusap dahinya dengan lengan jubah. "Untung saja dia hanya datang saat Natal. Dia marah sekali saat Fred dan George menaruh Bom Kotoran di bawah kursinya saat makan malam. Dad selalu berkata bahwa mereka tidak akan menerima warisan dari Bibi Muriel seperti mereka peduli saja. Mereka kan sudah kaya, dengan apa yang mereka kerjakan... wow!" Ron berkedip beberapa kali ke arah Hermione yang mendatangi mereka. "Kau tampak hebat!"
"Selalu dengan nada terkejut," kata Hermione tersenyum. Hermione memakai jubah ringan berwarna lembayung yang sesuai dengan sepatunya. Rambutnya halus dan berkilau. "Bibi Muriel tidak sependapat denganmu. Aku bertemu dengannya di tangga saat ia akan memberikan tiaranya pada Fleur. Dia bilang
'Oh, jadi ini si gadis kelahiran Muggle itu"' lalu 'Postur tubuhmu jelek dan kakimu terlalu kurus'."
"Jangan diambil hati, dia memang kasar pada setiap orang," kata Ron.
"Membicarakan Muriel"" tanya George yang baru muncul dari dalam tenda
bersama Fred. "Dia bilang telingaku besar sebelah. Seandainya paman Bilius masih ada, walau ia akan menjadi bahan tertawaan."
"Bukankah dia yang melihat Grim dan meninggal dua puluh empat jam kemudian"" tanya Hermione. "Ya, dia meninggal dengan sedikit aneh," aku George.
"Tapi sebelum dia gila, dia selalu menjadi biang pesta," kata Fred. "Biasanya dia akan menghabiskan sebotol Firewhisky dan langsung ke lantai dansa, mengangkat jubahnya, dan mengeluarkan bunga dari..."
"Sepertinya orang yang menyenangkan," kata Hermione, sementara Harry tertawa keras.
"Aku tidak akan menikah, untuk beberapa alasan," kata Ron.
"Kau membuatku takjub Ron," kata Hermione.
Semuanya tertawa hingga tidak memperhatikan seseorang yang datang terlambat, seorang pria muda berambut gelap, berhidung bengkok, dan beralis hitam tebal, sampai ia menyodorkan undangan ke Ron dan memandangi Hermione berkata, "Kau kelihatan luar biasa!"
"Viktor!" Hermione terkejut sampai menjatuhkan tas manik-maniknya, yang bersuara terlalu keras, tidak sesuai dengan ukurannya. Ia beringsut mengambilnya dan berkata, "Aku tidak tahu kau akan - ya ampun - senang bisa bertemu - apa kabar""
Kuping Ron memerah. Setelah melihat undangan tapi tidak percaya, Ron bertanya dengan nada yang terlalu tinggi, "Bagaimana kau bisa kemari""
"Fleur mengundangku," kata Krum sambil mengangkat alisnya.
Harry, yang tidak punya dendam terhadap Krum, menjabat tangannya. Lalu, merasa perlu menjauhkan Krum dari Ron, Harry menawarkan diri untuk mengantarkannya ke tempat duduk.
"Temanmu sepertinya tidak senang melihatku," kata Krum, saat memasuki tenda. "Atau saudaramu"" tambahnya saat melihat ke rambut Harry yang merah dan keriting.
"Sepupu," gumam Harry, tapi Krum tidak mendengarkan. Kedatangannya menyebabkan sebuah keributan, terutama di antara sepupu Veela. Karena Krum memang seorang
pemain Quidditch terkenal. Sementara orang-orang masih
menjulurkan leher mereka agar bisa melihat Krum, Ron, Hermione, Fred, dan George terburu-buru memasuki tenda.
"Saatnya duduk," kata Fred pada Harry, "atau kita akan diinjak sang pengantin."
Harry, Ron, dan Hermione duduk di barisan kedua, di belakang Fred dan George. wajah Hermione masih bersemu dan kuping Ron masih merah. Setelah beberapa saat, Ron membisiki Harry, "Apa kau perhatikan kalau dia menumbuhkan jenggot kecil bodoh itu""
Harry menggerutu tidak tahu.
Rasa tidak sabar sudah memenuhi tenda yang hangat, dengung obrolan berkurang saat terdengar tawa sopan yang terdengar gembira. Mr dan Mrs.
Weasley berjalan di atas karpet, tersenyum dan melambaikan tangan pada keluarga. Mrs. Weasley memakai jubah baru berwarna nila yang sesuai dengan topinya.
Sesaat kemudian Bill dan Charlie berdiri di depan. Keduanya memakai jubah pesta dengan mawar putih besar di setiap lubang kancingnya. Fred bersiul dan membuat sepupu Veela terkikik. Semua orang terdiam saat musik dimainkan, yang sepertinya berasal dari balon-balon emas.
"Oooh!" kata Hermione yang berputar di tempat duduknya, melihat ke arah pintu masuk.
Banyak orang yang mendesah terkesan saat Monsieur Delacour dan Fleur berjalan masuk di atas karpet. Fleur memakai gaun putih yang sangat sederhana dan berkilau keperakan. Biasanya sinar auranya akan membuat orang lain tampak redup, tapi hari ini semua orang menerima sebagian kecantikannya. Ginny dan Gabrielle, keduanya memakai gaun emas, terlihat lebih cantik dari biasanya. Dan saat Fleur sampai di depan, Bill tampak seperti tidak pernah bertemu dengan Fenrir Greyback.
"Tuan dan nyonya," Harry terkejut melihat dari siapa suara itu berasal. Orang dengan rambut yang menipis, orang yang sama yang memimpin upacara pemakaman Dumbledore, orang yang kini berdiri di depan Bill dan Fleur. "Kita berkumpul pada hari ini untuk merayakan penyatuan dua jiwa..."
"Ya, tiaraku membuat semua tampak bagus," kata Bibi Muriel dalam bisikan.
"Tapi kurasa gaun Ginevra terlalu pendek."
Ginny menoleh, lalu tersenyum dan mengedip pada Harry, lalu kembali menghadap ke depan. Pikiran Harry terbang keluar dari tenda dan kembali pada
sore saat ia menghabiskan waktu berduaan bersama Ginny di sekolah. Rasanya sudah lama sekali dan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Rasanya seperti mencuri waktu yang berharga dari seseorang, seseorang yang tidak memiliki bekas luka seperti petir di dahi.
"Apakah kau, William Arthur, menerima Fleur Isabelle..."
Di barisan depan, Mrs. Weasley dan Madame Delacour terisak dalam sapu tangan berenda mereka. Suara seperti terompet terdengar dari arah belakang, yang menandakan bahwa Hagrid sudah mengeluarkan sapu tangan berukuran taplak miliknya. Hermione menoleh dan Harry dapat melihatnya, mata Hermione juga dipenuhi air mata.
"... dan aku nyatakan kalian sebagai suami istri."
Pria berambut tipis itu mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi melampaui kepala Bill dan Fleur dan hujan bintang perak turun melingkari dua orang yang baru saja disumpah. Saat Fred dan George mulai bertepuk tangan, balon-balon emas meletus dan berubah menjadi burung-burung dan lonceng-lonceng emas kecil.
"Tuan dan nyonya!" kata pria berambut tipis itu. "Tolong Anda sekalian berdiri!"
Semua orang berdiri, Bibi Muriel menggerutu keras. Pria itu mengayunkan tongkatnya. Kursi-kursi yang tadi diduduki melayang anggun keluar saat dinding kanvas tenda menghilang, meninggalakan kanopi yang disangga oleh tiang-tiang emas, memperlihatkan pemandangan daerah perkebunan yang indah di bawah sinar matahari sore. Lalu, emas cair mengalir dari tengah tenda membentu lantai dansa yang berkilau. Kursi-kursi yang melayang tadi kembali dengan meja bertaplak putih, membentuk grupgrup kecil. Semuanya melayang anggun dan menyentuh tanah perlahan. Anggota band berjaket emas berjalan menuju podium.
"Halus sekali," aku Ron. Para pelayan muncul sambil membawa nampan perak berisi jus labu, Butterbeer, dan Firewhisky, sementara nampan lain berisi kue tart dan sandwich.
"Kita harus memberi selamat pada mereka!" kata Hermione yang berji
njit mencoba mencari Bill dan Fleur yang sudah dikelilingi oleh orang yang ingin memberi selamat.
"Kita akan punya waktu nanti," kata Ron yang mengambil tiga gelas Butterbeer dari nampan yang lewat dan memberikan segelas pada Harry. "Hermione, ayo, kita cari meja dulu... jangan di sana! Jangan dekat-dekat Muriel."
Ron berjalan melewati lantai dansa, menoleh ke kanan dan kiri, Harry yakin Ron sedang menjauhkan diri Krum. Saat mereka sudah memutari tenda, hampir seluruh meja sudah ditempati, yang kosong hanya meja di mana Luna duduk sendiri.
"Boleh bergabung"" tanya Ron.
"Oh, ya," kata Luna senang. "Dad baru saja pergi untuk memberikan hadiah kami pada Bill dan Fleur." "Apa itu" Persediaan Gurdyroot seumur hidup""
Hermione ingin menendang kaki Ron tapi malah kaki Harry yang kena. Membuat Harry merintih kesakitan dan tidak mendengar percakapan selanjutnya.
Band sudah mulai bermain musik. Bill dan Fleur turun ke lantai dansa untuk pertama kali, diiringi oleh tepuk tangan meriah. Lalu Mr. Weasley mengajak madame Delacour turun ke lantai dansa yang diikuit oleh Mrs. Weasley dan ayah Fleur.
"Aku suka lagu ini," kata Luna mengikuti musik waltz dan beberapa detik kemudian dia berdiri dan meluncur ke lantai dansa, di mana dia berputar di satu titik dengan mata tertutup dan mengayunkan tangnnya.
"Dia hebat, ya," kata Ron kagum. "Selalu tau saat yang tepat."
Tapi senyum Ron langsung menghilang karena Viktor Krum langsung duduk di kursi Luna. Hermione terlihat senang, tapi kali ini Krum datang tidak untuk memujinya. Dengan wajah marah Krum berkata, "Siapa pria dengan baju kuning itu""
"Xenophilius Lovegood, ayah dari teman kami," kata Ron. Nada dari kalimat Ron menunjukkan agar tidak menertawakan Xenophilius, dan jelas, menantang. "Ayo berdansa," tambah Ron pada Hermione.
Hermione menoleh dan kelihatan senang, ia berdiri, dan mereka berdua menghilang di tengah-tengah kumpulan orang yang ada di lantai dansa.
"Ah, mereka bersama sekarang""
"Er - sepertinya," kata Harry.
"Siapa kau"" tanya Krum.
"Barny Weasley."
Mereka berjabat tangan. "Barny - kau kenal dengan Lovegood itu""
"Tidak juga, aku baru bertemu dengannya hari ini. Mengapa""
Krum melihat dari atas gelasnya, memperhatikan Xenophilius yang sedang berbicara
dengan beberapa warlock di sebrang lantai dansa.
"Karena," kata Krum, "jika dia bukan tamu Fleur, aku akan berduel dengannya, di sini,
saat ini juga, karena telah memakai lambang kotor itu di dadanya."
"Lambang"" kata Harry yang akhirnya memandangi Xenophilius juga. Tanda segitiga
aneh berkilau di dadanya. "Mengapa" Apa yang salah dengan itu"" "Grindelvald. Itu lambang Grindelvald."
"Grindelwald... Penyihir hitam yang dikalahkan Dumbledore"" "Tepat."
Otot di rahang Krum mengeras, dan ia berkata, "Grindelvald membunuh banyak orang,
termasuk kakekku. Tapi dia tidak pernah menjamah negeri ini, dia bilang dia takut pada Dumbledore - dan jelas, saat dia dikalahkan. Tapi itu," Krum menunjuk Xenophilius. "Itu adalah lambang Grindelvald. Aku langsung mengenalinya. Grindelvald mengukirnya di dinding di Durmstrang saat dia masih menjadi murid di sana. Beberapa idiot memakai lambang itu di buku dan pakaian mereka, berpikir bisa membuat orang lain kagum - sampai mereka diajari oleh orang yang telah kehilangan keluarga karena Grindelvald."
Krum mengepalkan tangannya berlagak mengancam dam masih memandangi Xenophilius. Harry merasa bingung. Sepertinya tidak mungkin ayah Luna menjadi pendukung seorang Penyihir Hitam dan tak seorang pun di dalam tenda bermasalah dengan tanda segitiga yang seperti huruf Rune itu.
Apa kau - er - yakin kalau itu lambang..."
"Tidak mungkin aku salah," kata Krum dingin. "Aku melihat lambang itu bertahuntahun, aku sangat mengenalnya." "Yah, mungkin saja," kata Harry,
Xenophilius tidak tahu lambang apa itu. Bisa saja dia menganggap bahwa itu potongan kepala dari Snorkack Tanduk-Kisut."
"Tanduk-Kisut apa""
"Aku sendiri tidak tahu. Tapi sepertinya dia dan putrinya pergi berlibur untuk mencari Snorkack itu."Harry merasa talah memberikan penjelasan yang buruk tentang Luna dan ayahnya. "Itu putrinya," kata Harry sambil
menunjuk Luna yang masih menari sendiri,
mengayunkan tangan di atas kepalanya seperti ingin menakut-nakuti para kurcaci. "Mengapa dia bergerak seperti itu"" tanya Krum.
"Mungkin dia ingin mengusir Wrackspurt," kata Harry yang mengenali gerakan itu. Krum tidak mengerti apakah Harry bercanda atau tidak. Krum mengeluarkan tongkatnya dan mengetuk-ketukkannya di atas pahanya, percikan api muncul dari ujungnya. "Gregorovitch!" kata Harry tiba-tiba, dan Krum terkejut, tapi Harry tidak peduli. Ia
teringat saat melihat tongkat Krum pertama kali: Ollivander memegang dan memeriksanya sebelum Turnamen Triwizard.
"Memang ada apa"" kata Krum curiga. "Dia pembuat tongkat!" "Aku tahu," kata Krum.
"Dia membuat tongkatmu! Jadi itu sebabnya aku kira - Quidditch..."
Krum memandangi Harry, semakin curiga.
"Bagaimana kau tahu Gregorovitch membuat tongkatku""
"Aku... aku membacanya, kurasa," kata Harry. "Di - di sebuah majalah fans,"
Harry mengarang gila-gilaan dan Krum sudah tidak curiga lagi.
"Aku tidak ingat aku pernah berbicara tentang tongkatku dengan fans,"
kata Krum. "Jadi... er... di mana Gregorovitch sekarang""
Krum kebingungan. "Dia pensiun beberapa tahun lalu. Milikku adalah salah satu tongkat terakhir yang
Gregorovitch jual. Dia yang terbaik - walau aku tahu, kalau orang-orang Inggris lebih banyak memakai buatan Ollivander."
Harry tidak menjawab. Dia berpura-pura memperhatikan orang-orang yang berdansa, seperti Krum, tapi Harry berpikir keras. Jadi Voldemort mencari pembuat tongkat ternama, dan Harry tidak perlu mencari alasannya. Jelas karena tongkat Harry telah merusak tongkat Voldemort saat pengejaran malam itu. Tongkat holly dan bulu phoenix miliknya telah mengalahkan tongkat pinjaman itu, karena sesuatu yang tidak diketahui atau dimengerti oleh Ollivander. Apakah Ollivander lebih tahu" Apakah dia memang lebih punya kemampuan daripada Ollivander" Apakah dia juga tahu tentang rahasia tongkat yang tidak diketahui Ollivander"
"Gadis itu cantik sekali," kata Krum pada Harry. Krum menunjuk Ginny yang baru saja menari bersama Luna. "Apakah dia juga saudaramu""
"Ya," kata Harry terdengar tidak suka, "dan dia sudah punya pacar. Tipe pencemburu bertubuh besar. Kau tidak akan ingin melawannya."
Krum menggerutu. "Apa untungnya," kata Krum, menghabiskan minumannya lalu berdiri, "menjadi pemain Quidditch internasional kalau semua gadis cantik sudah ada yang punya""
Dan Krum pergi meninggalkan Harry untuk mengambil sandwich dari nampan dan berjalan menerobos kerumunan. Harry ingin mencari Ron, memberitahu tentang Gregorovitch, tapi Ron sedang berdansa dengan Hermione di tengah lantai dansa. Harry mengalihkan pandangannya dan melihat Ginny yang sekarang dengan teman Fred dan George, Lee Jordan. Harry berusaha untuk tidak menyesal mengingat janjinya pada Ron.
Harry tidak pernah ke pesta pernikahan sebelumnya. Jadi Harry tidak tahu apakah perayaan para penyihir ini berbeda dengan perayaan Muggle, walau Harry yakin tidak mungkin ada kue pernikahan dengan burung Phoenix di atasnya yang langsung terbang setelah kuenya di potong, atau berbotol-botol champagne beterbangan di atas kerumunan undangan, di dunia Muggle. Saat malam mulai turun, kanopi diterangi oleh cahaya dari lentera emas, dan keriuhan pesta mulai berkurang. Fred dan George sudah menghilang sejak tadi bersama dengan sepasang sepupu Fleur. Charlie, Hagrid, dan seorang penyihir pendek bertopi ungu, sedang bernyanyi 'Odo the Hero' di pojok.
Harry sedang menerobos kerumunan dan melarikan diri paman Ron yang mabuk dan menganggap Harry sebagai anaknya, lalu Harry melihat seorang penyihir
tua duduk sendirian. Rambut putih tebalnya membuatnya tampak seperti bunga dandelion yang sedang mekar yang memakai topi yang sudah dimakan ngengat.
Rasanya pria itu begitu familiar. Harry tiba-tiba teringat kalau pria itu adalah Elphias Doge, anggota Orde Phoenix, dan penulis berita kematian Dumbledore.
Harry mendekatinya. "Bolehkah aku duduk""
"Tentu, tentu," kata Doge, suaranya mencicit tinggi. Harry duduk dan mendekat pada Doge. "Mr. Doge, saya Harry Potter." Doge terkejut.
"Anakku! Arthur bilang kau ad
a di sini, menyamar... aku senang, aku merasa terhormat!" Doge menuangkan Harry segelas champagne.
"Aku ingin menulis surat untukmu," bisik Harry, "setelah kematian Dumbledore...
rasanya tidak percaya... dan kau, aku yakin... "Tiba-tiba mata kecil Doge dipenuhi air mata. "Aku membaca berita kematian yang kau tulis di Daily Prophet," kata Harry. "Aku tidak
tahu kalau berteman dengan profesor Dumbledore."
"Semua orang juga mengira begitu," kata Doge sambil mengusap matanya dengan serbet makan. "Jelas aku yang paling lama mengenalnya, jika Aberforth tidak masuk hitungan -dan entah, orang-orang tidak pernah mengingat Aberforth." "Ngomong-ngomong tentang Daily Prophet... aku tidak tahu apakah kau melihatnya,
Mr. Doge..." "Oh, Elphias saja, anakku."
"Elphias, apakah kau melihat hasil wawancara Rita Skeeter tentang Dumbledore"" Wajah Doge diwarnai dengan amarah.
"Oh, ya, Harry, aku melihatnya. Wanita itu, lebih pantas bila menyebutnya sebagai
burung hering, benar-benar menolak saat aku ingin berbicara padanya. Aku sendiri malu bisa jadi begitu kasar. Memanggilnya ikan trout yang suka ikut campur, dan kau bisa lihat hasilnya, dia mengatakan kalau aku agak gila."
"Dalam wawancara itu," lanjut Harry, "Rita Skeeter berkata bahwa profesor Dumbledore
pernah berkutat dengan sihir hitam saat masih muda."
"Jangan percaya sedikit pun!" kata Doge. "Sedikit pun, Harry! Jangan biarkan sesuatu merusak kenanganmu dengan Albus Dumbledore!"
Harry melihat wajah Doge yang marah, dan Harry malah merasa tertekan. Apa Doge
pikir mudah sekali untuk Harry memilih untuk tidak percaya" Apakah Doge mengerti bahwa Harry butuh diyakinkan, butuh untuk tahu segalanya"
Mungkin Doge tau apa yang dirasakan Harry, ia lalu melanjutkan, "Harry, Rita Skeeter itu mengerikan..."
Kalimat itu dipotong oleh lengkingan seseorang.
"Rita Skeeter" Oh, aku suka dengannya, selalu membaca tulisannya!"
Harry dan Doge menatap Bibi Muriel yang sudah berdiri di sana dengan bulu-bulu yang
menari di topinya, dan segelas champagne di tangannya. "Rita menulis buku tentang
Dumbledore, kau tahu!"
"Hallo, Muriel," kata Doge. "Ya, kami baru saja membicarakan..."
"Hei kau! Berikan kursimu, usiaku sudah seratus tujuh!"
Sepupu Weasley berambut merah yang lain meloncat dari kursinya, ketakutan.
Dan Bibi Muriel mengangkat kursi itu dengan kekuatan yang mengejutkan dan mendudukkan dirinya di antara Doge dan Harry.
Hallo lagi, Barry, atau siapa pun namamu," kata bibi Muriel pada Harry. Nah, apa pendapatmu tentang Rita Skeeter, Elphias" Kau tahu dia menulis biografi Albus Dumbledore" Aku sudah ingin membacanya, aku bahkan sudah memesannya di Flourish dan Blotts!"
Doge bersikap serius, tapi Bibi Muriel malah mengosongkan gelasnya dan menjentikkan jarinya yang kurus pada pelayan yang lewat, untuk mengisi gelasnya lagi. Ia meminum champagne barunya dalam tegukan besar, bersendawa, lalu berkata, Kalian jangan bertingkah seperti kodok beku! Sebelum Dumbledore dihormati atas segala hal itu, memang ada banyak isu miring tentang Albus!"
"Berita yang salah," kata Doge, wajahnya memerah.
"Oh, semua tahu kalau kau memuja Dumbledore. Aku yakin kau akan tetap menganggapnya malaikat walau kau tahu apa yang dilakukannya pada saudarinya yang
Squib itu!" "Muriel"' Doge memperingati.
Rasa dingin yang tidak ada hubungannya dengan champagne dingin, memenuhi dada Harry. "Apa maksudmu"" tanya Harry pada Muriel. "Siapa bilang saudari Dumbledore seorang Squib" Bukannya dia sakit""
"Kau salah, Barry!" kata bibi Muriel, kelihatan senang atas perhatian yang ia dapat. "Lagipula, apa yang kau tau tentangnya" Semuanya terjadi bertahuntahun bahkan sebelum kau ada, sayang, dan kenyataannya adalah hanya sedikit orang yang masih hidup yang tahu kejadian sebenatnya. Itu sebabnya aku penasaran bagaimana Rita tahu! Dumbledore menyembunyikan saudarinya bertahun-tahun!"
"Salah!" kata Doge. "Benar-benar salah!"
"Dia tidak pernah cerita padaku kalau saudarinya seorang Squib," kata Harry tanpa berpikir, dadanya masih terasa dingin.
"Mengapa dia harus menceritakannya padamu"" tanya Bibi Muriel yang berusaha untuk memperhatikan Harry.
" Alasan Albus Dumbledore tidak pernah membicarakan Ariana," kata Elphias, suaranya penuh dengan emosi, "adalah, menurutku, karena Dumbledore begitu hancur setelah kematian Ariana."
"Mengapa tidak ada orang yang pernah melihatnya, Elphias"" kata Muriel.
"Mengapa tidak ada orang yang tahu kalau Ariana itu ada, sampai mereka mengeluarkan peti mati dari dalam rumah dan melakukan upacara pemakaman"
Di mana Albus yang baik hati saat saudarinya terkunci dalam gudang bawah tanah" Pergi dan belajar di Hogwarts, dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di rumah!"
"Apa maksudmu, 'terkunci di gudang bawah tanah'"" tanya Harry. "Apa maksudnya"" Bibi Muriel tertawa dan menjawab pertanyaan Harry.
"Ibu Dumbledore adalah seorang wanita yang menakutkan. Kelahiran Muggle, tapi kudengar dia berpura-pura..."
"Dia tidak berpura-pura menjadi apa pun itu! Kendra adalah seorang wanita yang baik," bisik Doge sedih, tapi Bibi Muriel tidak peduli.
"... begitu bangga dan berkuasa, penyihir yang lebih baik mati daripada menghasilkan seorang Squib..." "Ariana bukan seorang Squib!" bisik Doge marah.
"Kalau begitu jelaskan, Elphias, mengapa Ariana tidak masuk Hogwarts!" kata
Bibi Muriel, lalu kembali pada Harry. "Dulu, Squib sering diusir, memenjarakan mereka di dalam rumah, dan dianggap tidak ada..."
"Kuberitahu kau, bukan itu yang terjadi!" kata Doge, tapi Bibi Muriel tidak mendengarkan dan terus berbicara pada Harry.
"Squib biasanya dikirim ke sekolah Muggle dan tinggal di komunitas Muggle...
karena lebih mudah begitu daripada harus mencari tempat di dunia sihir, di mana mereka jadi orang buangan. Tapi sepertinya Kendra Dumbledore tidak ingin putrinya di kirim ke sekolah Muggle..."
"Ariana rapuh!" kata Doge putus asa. "Kesehatannya membuatnya tidak bisa pergi..."
"Membuatnya tidak bisa pergi bahkan hanya untuk keluar rumah"" bantah Muriel. "Bahkan ibunya tidak membawanya ke St Mungo atau memanggil Penyembuh untuk putrinya!"
"Muriel, bagaimana kau bisa tahu lebih baik daripada..."
"Agar kau tahu, Elphias, sepupuku, Lancelot, saat itu bekerja menjadi Penyembuh di St Mungo. Dan dia bercerita pada keluarganya bahwa dia tidak pernah melihat Ariana dirawat di sana. Bukankah mencurigakan!"
Doge mulai meneteskan air mata. Bibi Muriel yang sepertinya menikmati kemenangannya, menjentikkan jarinya untuk meminta champagne lagi. Harry mengingat bagaimana keluarga Dursley menyingkirkannya, menguncinya, dan menyembunyikannya hanya karena ia seorang penyihir. Apakah saudari Dumbledore juga mendarita karena alasan yang berkebalikan darinya, terpenjara karena tidak punya kemampuan sihir" Apakah Dumbledore benarbenar meninggalkannya dan pergi ke Hogwarts untuk membuktikan dirinya sebagai penyihir yang brilian dan berbakat"
"Kalau saja Kendra tidak meninggal lebih dulu," Muriel menyimpulkan, "aku yakin kalau dia akan membunuh Ariana."
"Muriel!" bentak Doge. "Seorang ibu membunuh putrinya sendiri" Pikirkan apa yang baru saja kau katakan!"
"Jika ibu itu mampu memenjarakan putrinya bertahun-tahun, mengapa tidak"" Bibi Muriel mengangkat bahunya. "Tapi tentu saja itu tidak mungkin, karena Kendra lebih dulu mati - sepertinya tidak ada yang berpikir..."
"Oh, kau yakin kalau Ariana yang membunuh Kendra"" tantang Doge. "Mengapa tidak""
"Ya, Ariana mungkin saja sangat ingin bebas dan membunuh Kendra agar bisa bebas," kata Bibi Muriel yakin. "Gelengkan kepalamu sebanyak kau suka, Elphias! Kau ada di pemakaman Ariana, kan""
"Memang," kata Doge dengan bibir gemetar. "Perasaan Albus begitu terluka..."
"Bukan hanya perasaannya yang terluka. Bukankah Aberforth mematahkan hidung Dumbledore saat itu""
Doge terlihat begitu ketakutan, seakan Muriel akan menusuknya. Muriel tertawa keras dan meneguk champagnenya lagi.
"Bagaimana kau tahu"" kata Doge.
"Ibuku adalah teman dari Bathilda Bagshot," kata Bibi Muriel senang. "Bathilda menceritakan semuanya pada ibuku saat aku menguping di pintu.
Bertengkar di depan peti mati! Kata Bathilda, Aberforth berteriak-teriak bahwa semua adalah Albuslah yang harus disalahkan sebagai penyebab kematian Ariana, lalu dia menonjok wajah Albus. Menurut Bathilda, A
lbus bahkan tidak menghindar, bukankah itu aneh. Karena Albus bisa saja mengalahkan Aberforth bahkan dengan kedua tangannya terikat ke belakang."
Muriel meneguk lagi champagnenya. Cerita skandal lama ini sepertinya membuat Muriel berbesar hati dan Doge malah ketakutan. Harry tidak peduli harus percaya pada siapa. Yang ia inginkan hanya satu, kebenaran. Dan Doge hanya duduk di sana dan berkeras bahwa Ariana sakit parah. Harry tidak percaya kalau Dumbledore akan diam saja bila ada kekejaman seperti itu terjadi di rumahnya, tapi tetap saja cerita itu terdengar aneh.
"Dan kuberitahu satu hal lagi," kata Muriel setelah menurunkan gelasnya.
"Aku rasa Bathilda sudah menceritakan semua itu pada Rita Skeeter.
Semua petunjuk tentang sumber yang dekat dengan Dumbledore - semua orang tahu kalau dia ada saat pemakaman Ariana."
"Bathilda tidak akan pernah berbicara pada Rita Skeeter!" bisik Doge. "Bathilda Bagshot"" kata Harry. "Penulis Sejarah Sihir""
Nama itu tercetak di halaman depan salah satu buku Harry, walau bukan buku yang paling sering dibaca Harry.
"Ya," kata Doge lega, seakan menemukan tempat untuk mengapung saat ia hampir tenggelam. "Seorang sejarahwan berbakat dan teman lama Albus."
"Sedikit sinting sekarang, setahuku," kata Bibi Muriel ceria.
"Kalau memang benar, Skeeter makin tidak terhormat karena telah mengambil keuntungan darinya," kata Doge, "dan tidak ada jaminan atas semua yang dikatakan Bathilda!"
"Oh, selalu ada cara untuk mengingat kenangan itu, dan aku Yakin Rita Skeeter tahu semua itu," kata Muriel. "Bahkan bila Bathilda benar-benar sinting, aku yakin masih ada foto dan surat peninggalannya. Bathilda mengenal Dumbledore begitu lama... dan begitu Skeeter pergi Godric Hollow, semua akan jelas."
Harry yang baru saja meminum Butterbeernya, tersedak. Doge menepuk-nepuk pungung Harry, sambil memandangi bibi Muriel dengan mata marah. Saat Harry sudah baikan, ia bertanya, "Bathilda Bagshot tinggal di Godric Hollow""
"Oh, ya, dia sudah tinggal lama di sana! Bahkan saat keluarga Dumbledore pindah ke sana setelah Percival dipenjara. Dan mereka bertetangga."
"Keluarga Dumbledore tinggal di Godric Hollow"" "Ya, Barry, kan baru aku bilang tadi!" kata bibi Muriel.
Harry merasa kosong. Selama enam tahun, Dumbledore tidak pernah memberitahunya kalau mereka berdua pernah tinggal dan kehilangan orang terkasih mereka di Godric Hollow. Mengapa" Apakah Lily dan James Potter dimakamkan denkat dengan ibu dan saudari Dumbledore" Apakah Dumbledore pernah mengunjungi makam mereka" Tapi Dumbledore tidak pernah memberitahu... tidak merasa perlu bercerita...
Dan mengapa hal ini begitu penting, Harry juga tidak tahu. Tapi Harry menganggap bahwa Dumbledore telah berbohong dengan tidak pernah mengatakan bahwa mereka berdua pernah tinggal di tempat yang sama dan mengalami hal yang sama. Harry menerawang tidak memerhatikan sekitarnya sampai Hermione muncul dari kerumunan dan duduk di sebelahnya.
"Aku sudah tidak kuat berdansa lagi," kata Hermione lelah. Ia melepaskan salah satu sepatunya dan menggosok tumitnya. "Ron sedang mengambil Butterbeer.
Tadi aku melihat Viktor pergi dari ayah Luna setelah marah-marah padanya.
Aneh, kan. Sepertinya mereka bertengkar..." Hermione menurunkan nada suaranya dan menatap Harry, "Harry, kau baik-baik saja""
Harry tidak tahu bagaimana ia harus memulai, tapi itu tidak penting. Karena saat itu, sesuatu yang besar dan keperakan telah turun menembus kanopi, tepat di atas lantai dansa. Anggun dan berkilauan, seekor lynx mendarat
membuat orang-orang terpesona. Semua menoleh dan terdiam melihatnya.
Lalu mulut Patronus itu membuka lebar dan terdengat suara nyaring, dalam, dan lambat, milik Kingsley Shacklebolt. "Kementrian telah dikuasai. Scrimgeour mati. Mereka datang."
Bab 9 TEMPAT PERSEMBUNYIAN Semuanya berjalan lambat dan membingungkan. Harry dan Hermione meloncat dari kursi dan mengeluarkan tongkat mereka. Banyak orang yang baru menyadari suatu hal aneh telah terjadi. Mereka masih tampak kebingungan saat kucing perak itu menghilang. Semua bungkam memandangi tempat Patronus tadi muncul, lalu seseorang berteriak.
Harry dan Hermione berlari menerobos kerumunan orang yang panik. Para tamu berlari ke segala arah, beberapa di antaranya ber-Disapparate, perlindungan the Burrow telah rusak.
"Ron!" teriak Hermione. "Ron, kau di mana""
Saat mereka menerobos di tengah lantai dansa, Harry dapat melihat sosok bertudung dan bertopeng muncul. Lalu ia melihat Lupin dan Tonks mengangkat tongkat mereka dan keduanya berteriak "Protego!", dan terdengar tangisan menggema.
"Ron! Ron!" panggil Hermione yang hampir menangis saat mereka berada di tengahtengah para tamu yang ketakutan. Harry meraih tangan Hermoine meyakinkan diri agar tidak terpisah. Lalu kilatan cahaya melewati atas kepala mereka.
Akhirnya mereka menemukan Ron, yang langsung meraih tangan Hermione yang lain, lalu Harry merasa tempat itu berputar. Semuanya berubah gelap.
Dan yang bisa Harry rasakan hanya tangan Hermione yang menggenggamnya erat. Harry merasa mereka menjauh dari the Burrow, dari Pelahap Maut yang berdatang, bahkan dari Voldemort.
"Kita ada di mana"" terdengar suara Ron.
Harry membuka matanya. Sesaat ia pikir mereka masih di pesta pernikahan, karena mereka masih dikelilingi oleh banyak orang.
"Jalan Totenham Court," kata Hermione terengah-engah. "Jalan. Kita harus menemukan tempat untuk berganti pakaian."
Harry menurut. Mereka setengah berlari di sebuah jalan yang lebar dan gelap
yang dipenuhi pejalan kaki. Di kedua sisi jalan berjajar toko-toko yang sudah tutup, dan bintang-bintang berkedip di atas mereka. Saat sebuah bus tingkat berhenti dan penumpang di dalamnya menatap mereka saat mereka berlari melewatinya. Harry dan Ron masih mengenakan jubah pesta mereka.
"Hermione, kita tidak membawa pakaian ganti," kata Ron saat seorang wanita tertawa keras melihatnya.
"Mengapa aku tidak membawa Jubah Gaib"" Harry mengutuki kebodohannya sendiri. "Tahun lalu aku membawanya ke mana-mana."
' 'Tenang, aku membawa Jubahmu, dan aku membawa pakaian ganti untuk kita semua," kata Hermione. "Sekarang bersikaplah seperti biasa, masuk kemari."


Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hermione berbelok masuk ke dalam gang kecil yang gelap.
"Saat kau bilang kau membawa Jubah dan pakaian..." kata Harry sambil mengerutkan dahinya ke arah Hermione yang hanya membawa tas manik kecil, yang jelas tidak punya banyak ruang di dalamnya.
'Bagaimana mungkin. ' 'Mantra Perluasan yang Tak Terdeteksi," kata Hermione. ' 'Sulit memang, tapi aku rasa aku sudah melakukannya dengan baik. Aku sudah memasukkan semua yang kita butuhkan."Hermione mengayunkan tas kecilnya yang kemudian terdengar gema seperti kotak dengan banyak muatan yang berguling di dalam.
"Oh, sial, pasti buku-buku itu," kata Hermione sambil mengintip ke dalam tas,
' 'padahal sudah kutata sesuai dengan abjad... ah sudahlah... Harry, pakai Jubah Gaibmu. Ron, cepat ganti pakaianmu."
"Kapan kau mengemasi semua ini"" tanya Harry saat Ron melepas jubahnya.
"Sudah kubilang di the Burrow, kan" Aku mengemasi barang-barang yang kita butuhkan. Kau tahu, siapa tahu kita harus kabur tiba-tiba. Aku mengemasi ranselmu tadi pagi, Harry, setelah kau ganti baju... dan aku masukkan ke sini semua... saat itu aku merasa..."
"Kau memang benar-benar luar biasa," kata Ron yang menyerahkan gulungan jubahnya.
' 'Terima kasih," kata Hermione yang berusaha memasukkan jubah Ron ke dalam tasnya. ' 'Harry, cepat pakai Jubahmu!"
Harry memakai Jubah Gaib di bahunya dan memakai tudung untuk menutupi kepalanya, dan ia menghilang dari penglihatan. Harry baru saja menyadari apa yang baru saja terjadi.
' 'Yang lain - orang-orang di pesta pernikahan..."
"Kita tidak bisa mengkhawatirkan mereka sekarang," bisik Hermione.
' 'Mereka mencarimu, Harry, dan akan lebih membahayakan mereka bila kau kembali ke sana."
"Hermione benar," kata Ron yang seperti tahu kalau Harry akan berkomentar walau Ron tidak bisa melihatnya. "Hampir semua anggota Orde ada di sana.
Mereka akan mengatasinya."
Harry mengangguk, lalu teringat kalau mereka tidak bisa melihatnya dan berkata, "Benar." Lalu Harry teringat akan Ginny dan ia merasa perutnya dipenuhi cairan asam.
"Ayo, aku rasa kita harus pergi," kata Hermione.
Mereka kembali ke jalan dan melihat
segerombolan orang yang bernyanyi bersama saat menyebrang jalanan. "Hanya ingin tahu, mengapa Jalan Tottenham Court"" tanya Ron pada Hermione.
"Entahlah, muncul begitu saja di kepalaku. Tapi aku yakin kita akan lebih aman di dunia Muggle, mereka tidak akan mengira kita akan kemari."
"Benar," kata Ron sambil melihat sekeliling, ' 'tapi apa tidak terlalu - terbuka""
' 'Memang mau di mana lagi"" kata Hermione yang terlihat ngeri saat gerombolan pria di sebrang jalan bersiul padanya. "Kita tidak mungkin bisa memesan kamar di Leaky Cauldron, kan" Lalu Grimmauld Place, Snape bisa saja masuk ke sana...
kurasa kita bisa mencoba bersembunyi di rumah orang tuaku, walau mungkin saja mereka akan kembali... oh, aku harap mereka tidak akan bilang apa-apa."
"Baik-baik saja, sayang"" teriak pria mabuk di seberang jalan. ' 'Mau minum" Segelas besar ditch ginger mungkin""
' 'Ayo cari tempat duduk," kata Hermione tak sabar saat Ron ingin membalas teriakan pria di seberang jalan. ' 'Lihat! Ayo ke sana!"
Sebuah cafe malam yang kecil dan lusuh. Sebuah lampu minyak redup ada di setiap meja plastik, tapi tempat itu hampir kosong. Harry duduk di kursi di pojok dan Ron duduk di sampingnya, di depan Hermione. Hermione tidak menyukai tempat ini, ia begitu sering menoleh untuk memastikan karena ia duduk membelakangi pintu masuk. Harry tidak suka diam saja, berjalan telah
memberinya ilusi bahwa mereka memiliki tujuan. Di bawah Jubah, Harry dapat merasakan efek Ramuan Polijus perlahan memudar, tangannya sudah kembali seperti semula. Harry mengeluarkan kacamatanya dan memakainya.
Setelah beberapa menit, Ron berkata, "Kau tahu kita tidak jauh dari Leaky Cauldron, jalan Charing Cross hanya..."
"Kita tidak bisa Ron!" kata Hermione.
"Kita tidak perlu menginap di sana, hanya untuk cari tahu apa yang terjadi!"
"Kita tahu apa yang terjadi! Voldemort sudah menguasai Kementrian. Apa lagi yang perlu kita tahu"" "Baik, baik, itu hanya sebuah usulan."
Lalu kembali bungkam. Pelayan yang sedang mengunyah permen karet mendekat dan Hermione memesan dua cappucino. Karena Harry tidak terlihat, tentu aneh bila mereka memesan tiga. Dua orang pekerja yang tinggi besar memasuki cafe dan duduk di sebelah mereka. Hermione mengecilkan suaranya menjadi bisikan.
"Setelah kita menemukan tempat yang cukup sepi untuk ber-Dissaparate dan kita pergi ke pedesaan, aku akan mengirim pesan untuk anggota Orde."
"Kau bisa melakukan Patronus yang berbicara itu"" tanya Ron. ' 'Aku sudah berlatih, dan aku rasa aku bisa," kata Hermione.
"Selama hal itu tidak mempersulit mereka saja. Bisa saja mereka sedang ditahan sekarang. Ya ampun, menjijikkan," tambah Ron setelah menerima dan mencicipi kopi dengan busa di atasnya. Pelayan itu langsung memelototinya dan pergi untuk melayani tamu yang lain. Pekerja bertubuh besar dan berambut pirang itu mengusir sang pelayan. Pelayan itu menatap merasa terhina.
' 'Ayo pergi, aku tidak ingin minum kotoran ini," kata Ron. "Hermione, apa kau membawa uang Muggle untuk membayar ini""
' 'Ya, aku membawa semua tabunganku sebelum berangkat ke the Burrow.
Aku rasa uangku ada di dasar tas," keluh Hermione sambil mengambil tas maniknya.
Kedua pekerja itu melakukan hal yang sama, dan Harry menirunya. Mereka bertiga mempersiapkan tongkat masing-masing. Ron baru menyadari apa yang terjadi, langsung mendorong Hermione untuk bersembunyi di bawah bangku, tepat saat seorang Pelahap Maut melepaskan mantra yang meleset dan mengenai
dinding. Harry yang masih tidak kelihatan, berteriak, ' 'Stupefy!"
Pelahap maut berambut pirang terkena kilatan cahay merah tepat di wajahnya, yang langsung terjatuh, pingsan. Temannya, tidak tahu darimana mantra itu berasal, melepaskan serangan pada Ron. Tali hitam meluncur dari ujung talinya dan mengikat tubuh Ron - pelayan itu berteriak dan berlari keluar pintu Harry melepaskan Mantra Pemingsan lagi pada Pelahap Maut yang sudah mengikat Ron. Tapi mantra itu meleset, memantul di kaca jendela, dan mengenai sang pelayan yang langsung pingsan.
"Expulso!" teriak Pelahap Maut itu, lalu meja yang ada di depan Harry meledak. Ledakan itu membuat Harry ter
pental ke dinding dan tongkatnya terlepas, dan Harry merasa Jubahnya merosot.
"Petrificus totalus!" teriak Hermione, dan Pelahap Maut itu terbujur kaku dan jatuh ke atas meja, kursi, danporselen di dekatnya. Hermione merangkak keluar dari bawah bangku sambil membersihkan pecahan asbak yang menjatuhi rambutnya. Hermione gemetar hebat.
"D-Diffindo!" Hermione mengacungkan pada Ron yang langsung berteriak karena Hermione menyobek bagian lutut celana jeansnya. "Oh, maaf, Ron, tanganku gemetar! Diffindo!"
Tali yang mengikat Ron terlepas. Ron berdiri dan menggerakkan tangannya untuk meredakan rasa sakitnya. Harry memungut tongkatnya dan menyingkirkan puingpuing bekas pertarungan yang menutupi tubuh besar Pelahap Maut yang berambut pirang yang sekarang tergeletak di bawah bangku.
"Seharusnya aku mengenalinya, dia ada di sana saat Dumbledore meninggal,''
kata Harry. Harry berpindah ke Pelahap Maut lainnya. Mata pria itu bergerak cepat memelototi Harry, Ron, dan Hermione.
"Dolohov," kata Ron. ' 'Aku mengenalinya dari poster buronan tua. Aku rasa yang besar itu Thorfirm Rowle."
' 'Aku tidak peduli siapa mereka!" kata Hermione sedikit histeris. ' 'Bagaimana mereka menemukan kita" Apa yang harus kita lakukan""
Entah bagaimana kepanikan Hermione bisa membuat Harry bisa berpikir jernih.
"Kunci pintunya," kata Harry pada Hermione, "dan Ron, padamkan lampu."
Harry memandangi Dolohov yang lumpuh, berpikir cepat saat pintu terkunci dan Ron
menggunakan Deluminator untuk menenggelamkan cafe itu dalam kegelapan.
Harry bisa mendengar dari jauh pria yang menggoda Hermione tadi, sekarang berteriak pada gadis lain.
' 'Apa yang harus kita lakukan pada mereka"" bisik Ron pada Harry dalam gelap. ' 'Membunuh mereka" Mereka pasti akan membunuh kita."
Hermione ketakutan dan mundur beberapa langkah. Harry menggelengkan kepalanya. "Kita akan menghapus ingatan mereka," kata Harry. "itu lebih baik dan mereka tidak akan mengejar kita lagi. Bila kita membunuh mereka, malah membuktikan bahwa kita pernah ada di sini."
"Kau bosnya," kata Ron lega. ' 'Tapi aku tidak pernah menggunakan Mantra Memori." ' 'Aku juga tidak," kata Hermione, ' 'tapi aku tahu teorinya."
Hermione menarik nafas dalam untuk menenangkan diri lalu mengarahkan tongkatnya ke
dahi Dolohov dan berkata, "Obliviate!"
Mata Dolohov menjadi tidak fokus dan menerawang.
"Brilian!" kata Harry yang menepukkan tangannya ke bahu Hermione. "Urus yang lain sementara aku dan Ron membereskan semuanya."
"Membereskan"" kata Ron, memandang cafe yang sudah setengah hancur itu. "Mengapa""
"Bukankah kau akan penasaran kalau tiba-tiba terbangun dan melihat sekitarmu seperti baru saja dibom"" "Oh, benar..."
Ron berusaha keras sebelum akhirnya berhasil mengeluarkan tongkat dari saku celananya.
' 'Tidak heran mengapa aku tidak bisa mengeluarkannya, Hermione, kau membawa jeans lamaku. Ketat sekali."
"Oh, maaf," desis Hermione saat ia menarik sang pelayan menjauh dari jendela, lalu Harry mendengar Hermione menggumam sendiri tentang di mana Ron bisa menancapkan tongkatnya.
Saat cafe sudah dibenahi ke kondisi semula dan mengangkat dua Pelahap Maut itu ke tempat duduk mereka, saling berhadapan.
"Bagaimana mereka menemukan kita"" tanya Hermione yang masih memandangi kedua pria yang tidak sadar itu. ' 'Bagaimana mereka tahu di mana kita"" Hermone menoleh ke arah Harry.
"Kau - kau sudah tidak meninggalkan jejak, kan, Harry""
''Tidak mungkin," kata Ron. ' 'Jejak itu akan hilang begitu seseorang berusi tujuh belas
tahun, itu hukum sihir, kau tidak bisa melakukannya pada penyihir dewasa."
"Itu yang kau tahu," kata Hermione. "Bagaimana jika Pelahap Maut menemukan cara
untuk melakukannya pada penyihir yang sudah berusia tujuh belas tahun!"
' 'Tapi Harry tidak berada dekat dengan Pelahap Maut mana pun dalam waktu dua
puluh empat jam. Siapa yang akan memantrai Harry""
Hermione tidak membalas. Harry merasa bersalah. Benarkah ia yang menyebabkan Pelahap Maut menemukan mereka"
' 'Jika aku tidak menggunakan sihir dan kalian tidak bisa menggunakan sihir di dekatku,
sepertinya kita harus..." kata Harry.
"Kita tidak akan berpisah!" kata Herm
ione tegas. "Kita butuh tempat yang aman untuk bersembunyi," kata Ron. "Kita butuh waktu untuk berpikir."
"Grimmauld Place," kata Harry.
Ron dan Hermione tercengang.
' 'Jangan bodoh, Harry, Snape bisa masuk ke sana!"
' 'Ayah Ron bilang mereka sudah menyiapkan kutukan untuk Snape-bila itu tidak dapat menahannya," lanjut Harry, saat melihat Hermione yang ingin menentang, "memang
kenapa" Sungguh, tak ada yang lebih kuinginkan daripada bertemu Snape!" "Tapi..."
"Hermione, apa ada tempat lain" Itu satu-satunya kesempatan kita. Snape hanya seorang Pelahap Maut. Kalau aku masih meninggalkan jejak, mereka semua akan datang ke mana pun kita pergi."
Hermione tidak dapat membalas, walau sepertinya ia sangat ingin membalas.
Saat Hermione membuka kunci pintu, Ron menekan Deluminator untuk mengembalikan cahaya cafe. Lalu, dalam hitungan ketiga, mereka mengangkat mantra dan sebelum Pelahap Maut dan sang pelayan merasakan sesuatu yang tidak lebih dari rasa kantuk yang luar biasa, mereka bertiga menghilang dalam
kegelapan sekali lagi. Beberapa detik kemudian, Harry bernafas lega saat membuka matanya. Mereka berdiri di depan bangunan kecil dan lusuh yang sudah mereka kenal. Mereka bisa melihat bangunan nomor dua belas itu, karena mereka telah diberitahu oleh Dumbledore, sang Pemegang Rahasia. Mereka langsung berlari sambil memeriksa apakah mereka diikuti atau dimata-matai. Mereka bergegas menaiki tangga batu, dan Harry mengetukkan tongkatnya ke pintu.
Terdengar suara denting logam dan rantai, lalu pintu berderak terbuka dan mereka bergegas masuk. Saat Harry menutup pintu, lampu gas bermodel lama langsung menyala, memberi cahaya di sepanjang lorong panjang. Tetap sama seperti yang Harry ingat, penuh jaring laba-laba dan terdapat pajangan kepala peri rumah yang berjajar di dinding. Tirai gelap panjang menutup potret ibu Sirius. Satu hal yang tidak pada tempatnya hanya tempat payung berbentuk kaki Troll yang sekarang tergeletak, sepertinya Tonks menyandungnya terakhir kali.
' 'Aku rasa ada orang yang pernah datang kemari," bisik Hermione.
"Tidak mungkin kalau anggota Orde sudah meninggalkannya," gumam Ron membalas.
' 'Jadi di mana kutukan yang disiapkan untuk Snape"" Tanya Harry.
"Mungkin aktif kalau dia yang datang," tebak Ron.
Mereka masih berdiri di atas keset tepat di depan pintu, tidak berani masuk lebih dalam. "Kita tidak bisa diam saja di sini," kata Harry yang melangkah maju. "Severus Snape""
Suara Mad-Eye Moody berbisik dalam kegelapan, membuat mereka bertiga melompat kaget. ' 'Kami bukan Snape!" teriak Harry sebelum udara dingin menyapunya dan membuat lidahnya bergulung membuatnya tidak bisa bicara.
Sebelum Harry bisa merasakan lidahnya lagi, lidah itu kembali seperti semula.
Ron dan Hermione juga sepertinya merasakan hal yang tidak menyenangkan yang sama. Ron seperti ingin muntah. Hermione tergagap, "Itu p-pasti K-Kutukan Pengikat L-Lidah yang Mad-Eye siapkan untuk Snape!"
Harry memberanikakn diri untuk melangkah lagi. Sesuatu bergerak dalam
bayangan di ujung lorong, dan sebelum mereka bisa berkata sesuatu, sebuah sosok muncul dari bawah karpet, tinggi, keabuan, dan menakutkan. Hermione berteriak, begitu pula nyonya Black, tirainya terbuka. Sosok keabuan itu melayang ke arah mereka, dengan rambut dan janggut sepanjang pinggang yang melambai, wajahnya tirus seakan tak berdaging, dengan rongga matanya yang kosong. Sosok mengerikan tapi sudah dikenalnya itu mengangkat tangan, menunjuk Harry.
"Tidak!" teriak Harry, walaupun sosok itu mengangkat tongkatnya, tidak ada mantra terlepas darinya. ' 'Tidak! Bukan kami! Kami tidak membunuhmu..."
Bersamaan dengan kata 'membunuhmu' sosok itu meletup menghilang, meninggalkan kumpulan awan debu. Harry terbatuk dan matanya berair.
Hermione berjongkok dengan tangannya memegangi kepala. Ron yang bergetar hebat menepuk bahu Hermione dan berkata, "TT-tidak apa-apa... s-sudah pergi."
Debu masih beterbangan membentuk kabut tipis, dan nyonya Black masih berteriak. "Darah lumpur, sampah, kotoran memalukan yang menodai rumah ayahku..."
"DIAM!" teriak Harry yang mengacungkan tongkatnya, dan dengan ledakan d
an percikan merah, tirai itu menutup dan membuatnya terdiam.
"Itu... itu..." rengek Hermione saat Ron membantunya berdiri.
' 'Ya," kata Harry, ' 'tapi itu bukan dia, kan" Hanya sosok untuk menakut-nakuti Snape."
Harry penasaran apakah semua itu bisa berhasil, atau Snape akan menyingkirkan sosok menakutkan tadi, sama seperti saat ia membunuh Dumbledore" Rasa takut masih tertinggal saat mereka terus berjalan, bersiap-siap bila ada sesuatu lain yang akan terjadi, tapi hanya ada tikus yang berjalan merapat di dinding.
"Sebelum lebih jauh, lebih baik kita memeriksanya dulu," bisik Hermione yang mengangkat tongkatnya dan berkata, Homenum revelio!"
Tidak terjadi apa-apa. "Kau baru saja mengalami shock berat," kata Ron berbaik hati. ' 'Memang harusnya apa yang terjadi""
"Itulah yang seharusnya terjadi!" kata Hermione sedikit tersinggung. ' 'Tadi itu
mantra untuk menunjukkan keberadaan manusia, dan tidak ada seorang pun di sini selain kita!"
"Dan si Dusty* tua," kata Ron sambil memandangi bagian karpet di mana sosok tadi muncul.
' 'Ayo naik," kata Hermione yang memandangi tempat yang sama penuh ketakutan. Hermione mendahului untuk menaiki tangga yang berderak menuju ruang tamu di lantai satu.
Hermione mengayunkan tongkatnya untuk menyalakan lampu yang kemudian menerangi ruangan. Hermione duduk di sofa dengan tangan memeluk tubuhnya erat. Ron berjalan menuju jendela dan membuka tirai beludru sedikit.
' 'Tidak ada orang di luar," Ron melaporkan. "Dan kalau Harry masih meninggalkan Jejak, mereka pasti sudah mengejar kita kemari. Aku tahu kalau mereka tidak masuk ke dalam rumah, tapi - ada apa, Harry""
Harry meringis kesakitan. Bekas lukanya terasa terbakar lagi. Dan dalam pikirannya ia bisa melihat pantulan cahaya di atas air dan merasakan amarah yang bukan miliknya memenuhi tubuhnya, begitu garang dan cepat seperti tersengat listrik.
' 'Apa yang kau lihat"" tanya Ron sambil mendekati Harry. ' 'Apa kau melihatnya di rumahku"" ' 'Tidak, aku hanya merasa marah - dia benar-benar marah."
' 'Tapi bisa saja dia di the Burrow," kata Ron. ' 'Apa lagi" Apa kau tidak melihat yang lain" Apa dia sedang menyiksa seseorang""
' 'Tidak, aku hanya merasa marah - aku tidak tahu..."
Harry merasa kebingungan dan Hermione pun tidak membantu saat ia bertanya dengan suara ketakutan, "Bekas lukamu lagi" Ada apa" Kukira koneksi itu sudah tertutup."
' 'Tadinya," gumam Harry, bekas lukanya masih terasa sakit dan membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. ' 'Aku-aku rasa koneksi itu terbuka lagi saat dia kehilangan kendali, makanya..."
"Kalau begitu tutup pikiranmu!" kata Hermione nyaring. "Harry, Dumbledore tidak ingin kau menggunakan koneksi itu, dia ingin kau menutupnya, itu sebabnya kau belajar Occlumency! Atau Voldemort akan menanamkan penglihatan yang salah, ingat..."
"Ya, aku ingat, terima kasih," kata Harry dengan gigi terkatup. Harry tidak butuh Hermione untuk mengingatkannya bahwa Voldemort pernah menggunakan koneksi mereka untuk menjebaknya, yang kemudian berakhir dengan kematian Sirius. Harry berharap ia tidak pernah mengatakan apa yang ia lihat dan katakan. Karena membuat Voldemort lebih menakutkan, dan sepertinya Voldemort sedang melihat mereka dari jendela. Bekas lukanya makin terasa sakit dan Harry mencoba untuk melawannya.
Harry memunggungi Ron dan Hermione, berpura-pura memperhatikan permadani pohon keluarga Black yang terpampang di dinding. Lalu Hermione terpekik.
Harry langsung mengeluarkan tongkatnya dan saat ia menoleh, ia melihat Patronus keperakan menembus jendela dan mendarat di lantai di depan mereka, dan memadat menjadi musang yang berbicara dengan suara ayah Ron.
"Keluarga selamat, jangan membalas, kami dimata-matai."
Patronus itu menghilang. Ron mengeluarkan suara antara rengekan dan perasaan lega, dan menjatuhkan diri ke sofa. Hermione mendekat dan memegangi tangannya.
' 'Mereka baik-baik saja!" bisik Hermione. Ron tertawa kecil dan memeluknya. "Harry," kata Ron dari balik bahu Hermione, ' 'aku..."
' 'Tidak apa-apa," kata Harry, rasa sakit masih menerpa kepalanya. "Itu keluargamu, tentu saja kau khawatir. Aku pun akan merasakan hal yan
g sama." Harry teringat akan Ginny. ' 'Aku memang merasakan hal yang sama."
Rasa sakit di bekas lukanya memuncak dan terasa terbakar sepert saat di kebun di The Burrow. Samar-samar Harry mendengar Hermione berkata, ' 'Aku tidak ingin sendirian. Bisakah kita tidur di kantung tidur yang aku bawa dan tidur di sini""
Harry mendengar Ron menyetujui. Harry sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Ia ingin menyerah.
"Kamar mandi," gumamnya sambil meninggalkan ruangan secepat mungkin tanpa harus berlari.
Harry hampir berhasil, menggerendel pintu dengan tangannya yang gemetar hebat. Ia memegangi kepalanya yang kesakitan dan jatuh ke lantai. Lalu, dalam ledakan kesakitan, ia merasakan amarah yang bukan miliknya. Ia melihat ruangan yang panjang dan hanya diterangi oleh perapian. Pelahap Maut berambut pirang itu terbaring di lantai, berteriak, dan menggeliat. Dan ada sosok yang berdiri di
depannya, mengangkat tongkat, sementara Harry berkata dalam suara tinggi, dingin, dan tak berbelas kasihan.
"Lagi, Rowle, atau harus kami sudahi dan memberikanmu pada Nagini" Lord Voldemort tidak akan mengampunimu kali ini... Kau memanggilku hanya untuk mengatakan bahwa Harry Potter telah meloloskan diri lagi" Draco, berikan Rowle rasa kesakitan... lakukan, atau kau akan merasakan kemarahanku!"
Sepotong kayu dimasukkan ke dalam perapian, dan api memerah. Cahayanya jatuh pada wajah pucat yang ketakutan -seakan baru keluar dari kedalaman air, Harry menarik nafas dalam dan membuka matanya.
Harry bergelung di lantai marmer hitam yang dingin. Hidungnya hampir menyentuh ekor ular perak yang menyangga bak mandi besar. Ia duduk. Wajah Malfoy yang cekung dan ketakutan terpatri di dalam matanya. Harry merasa muak atas apa yang baru ia lihat, apa yang Voldemort perintahkan pada Draco.
Terdengar ketukan keras di pintu dan Harry melompat saat mendengar suara Hermione.
"Harry, kau mau memakai sikat gigimu""
"Ya, terima kasih," kata Harry menjaga agar suaranya terdengar seperti biasa. Lalu ia berdiri dan membukakan pintu untuk Hermione.
* Dusty bisa menjadi nama orang, bisa juga berarti berdebu.
* Ditch ginger dalam pengertian ini dinyatakan sebagai nama minuman. Kita masih menerima saran atas pengertian dari ditch ginger.
Bab 10 KISAH KREACHER Harry bangun lebih dulu keesokan paginya, terbungkus kantung tidur di lantai ruang tamu. Langit terlihat dari celah tirai. Langit tampak biru tenang, masih antara malam dan fajar. Begitu sepi, yang terdengar hanya nafas berat dan pelan dari Ron dan Hermione yang masih tertidur. Harry menatap sosok gelap yang tertidur di sebelahnya. Ron telah bersikap ksatria dan memaksa Hermione tidur di sofa. Bayangan Hermione menutupi Ron. Tangan Hermione menggantung, dan jarinya hampir menyentuh jari Ron. Harry berpikir apakah mereka tertidur dengan saling berpegangan tangan. Bayangan itu tibatiba membuatnya merasa sendiri.
Harry menatap langit-langit yang gelap, ke arah lampu gantung yang dipenuhi jaring laba-laba. Kurang dari dua puluh empat jam yang lalu, ia sedang berdiri di bawah sinar matahari di depan pintu masuk tenda, menunggu para tamu untuk menunjukkan tempat duduk mereka. Sepertinya sudah lama sekali. Apa yang akan terjadi sekarang" Ia terbaring di lantai dan memikirkan Horcrux, misi yang rumit dan sulit, yang telah Dumbledore berikan... Dumbledore...
Keberanian yang muncul sejak kematian Dumbledore mulai berubah. Tuduhan yang diberikan Muriel di pesta pernikahan telah bersarang di pikirannya dan seperti penyakit yang menginfeksi kenangan tentang penyihir yang diidolakannya. Apakah Dumbledore akan membiarkan hal itu terjadi" Apakah iaseperti Dudley yang tidak peduli selama hal itu tidak mengganggunya"
Apakah ia meninggalkan saudarinya yang terpenjara dan disembunyikan"
Harry memikirkan Godric Hollow, memikirkan makam yang tidak pernah Dumbledore ceritakan. Harry memikirkan benda misterius yang diwariskan Dumbledore tanpa penjelasan. Dan rasa marah Harry terus membesar dalam kegelapan. Mengapa Dumbledore tidak memberitahu" Mengapa Dumbledore tidak menjelaskan" Apakah Dumbledore benar-benar peduli pada Harry" Atau Harry
sekadar alat yang terpoles dan terasah, tapi tidak pernah dipercaya"
Harry tidak tahan untuk tetap terbaring dan memikirkan hal-hal pahit itu. Ia harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya. Ia keluar dari kantung tidurnya, mengambil tongkatnya, dan berjalan perlahan keluar ruangan.
Di ujung tangga ia berbisik "Lumos," dan pelan-pelan ia menaiki tangga diterangi cahaya dari ujung tongkatnya.
Di lantai dua ada kamar dimana ia dan Ron pernah tidur saat terakhir kali mereka kemari. Harry memandangi bagian dalam kamar itu. Pintu lemari terbuka dan seprai tertarik lepas dari tempat tidur. Harry teringat dengan tempat payung Troll yang tergeletak jatuh. Seseorang telah mengobrak-abrik tempat ini sepeninggal anggota Orde. Snape" Atau Mundungus, yang melucuti barangbarang di rumah ini baik sebelum dan sesudah kematian Sirius" Harry menatap potret yang terkadang diisi oleh Phineas Nigellus Black, kakek buyut Sirius.
Tapi potret itu kosong, meninggalkan sebidang latar belakang berwarna lumpur.
Phineas Nigellus tentu sedang menghabiskan malamnya di kantor kepala sekolah di Hogwarts.
Harry menaiki tangga lagi hingga di lantai teratas yang hanya diisi oleh dua pintu. Satu pintu dengan papan nama Sirius. Harry belum pernah masuk ke kamar bapak baptisnya. Harry mendorong pintu sambil mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, memperluas jangkauan cahaya dari ujung tongkatnya. Kamar itu luas dan, pasti sebelumnya, indah. Ada tempat tidur besar dengan kayu ukiran di
bagian kepala, jendela tinggi yang ditutupi oleh tirai beludru, dan tempat lilin gantung yang tertutup debu dengan lilin yang masih tertancap di tempatnya ditemani sisa tetesan lilin yang membeku. Debu melapisi gambar yang terpasang di dinding dan di atas tempat tidur. Jaring laba-laba terbentang dari lampu gantung ke atas lemari kayu. Harry memasuki kamar itu dan terdengar suara tikus yang berlari.
Sirius remaja telah memenuhi dinding dengan berbagai poster dan potret, dan hanya sedikit warna asli dinding yang terlihat, perak keabuan. Harry yakin kalau orang tua Sirius telah gagal menghilangkan Mantra Tempel Permanen yang Sirius pasang, karena Harry yakin kalau orang tua Sirius tidak akan suka dengan selera dekorasi anak tertua mereka. Mungkin Sirius sedikit keterlaluan saat ingin menggoda orang tuanya. Ada beberapa bendera besar Gryffindor, merah dan emas, hanya untuk menunjukkan perbedaan dirinya dengan seluruh keluarga Slytherinnya. Ada banyak gambar sepeda motor Muggle dan (Harry harus mengakui keberanian Sirius) beberapa poster gadis Muggle berbikini, Harry tahu karena gambar itu tidak bergerak, tersenyum dan mata menatap menerawang diam di atas kertas. Kontras sekali dengan potret yang ada di dinding. Potret itu berisi empat siswa Hogwarts yang berjajar saling merangkul bahu kawannya, tertawa ke arah kamera.
Dengan luapan rasa senang, Harry mengenali ayahnya dari rambut hitam yang tidak bisa rapi dan mencuat di bagian yang sama dengan rambut Harry, juga memakai kacamata. Di sebelahnya, Sirius, sangat tampan, wajah arogannya begitu muda dan lebih bahagia daripada yang pernah Harry lihat. Di sebelah kanan Sirius berdiri Pettigrew, lebih pendek, gemuk, dengan mata berair, penuh rasa senang karena bisa bergabung dalam kelompok paling keren, bersama biang onar paling dikagumi, James dan Sirius. Di sebelah kiri James ada Lupin, yang terlihat lusuh, tapi dalam keadaan yang sama gembira dan terkejutnya karena bisa bergabung... dan Harry tahu alasannya. Harry mencoba melepasnya dari dinding, potret itu menjadi miliknya sekarang - Sirius telah mewariskan segalanya - tapi bahkan menggesernya pun Harry tidak bisa. Sirius telah melakukan segalanya untuk mencegah orang tuanya mendekor ulang kamarnya.
Harry memandang lantai. Langit di luar semakin terang, seberkas cahaya menerangi kertas-kertas, buku-buku, dan benda-benda kecil lain yang berserakan di karpet. Jelas kalau kamar Sirius juga sudah digeledah, walau sepertinya barang-barangnya dianggap tidak berharga. Beberapa buku telah ditarik begitu kasar sehingga hampir terlepas dari sampulnya, dan halaman-halaman buku itu terseb
ar di lantai. Harry membungkuk untuk mengambil beberapa lembar kertas dan memeriksanya. Harry mengenali salah satunya sebagai bagian dari edisi lama Sejarah Sihir yang ditulis oleh Bathilda Bagshot,
dan yang kedua adalah manual perawatan sepeda motor. Dan yang ketiga adalah kertas kusut dengan tulisan tangan. Harry merapikannya.
Dear Padfoot, Terima kasih banyak untuk hadiah ulang tahun Harry! Itu adalah hadiah favoritnya. Masih berusia satu tahun tapi sudah terbang ke mana-mana dengan sapu terbang mainannya. Dia begitu senang memainkannya. Aku sertakan foto agar kau bisa melihatnya sendiri. Kau tahu kalau sapu itu hanya melayang satu meter dari tanah, tapi Harry hampir membunuh kucing kami dan memecahkan vas mengerikan yang Petunia berikan sebagai kado Natal (tidak ada yang mengeluh). Tentu saja James menganggapnya lucu, selalu berkata bahwa Harry akan menjadi pemain Quidditch hebat. Tapi kami harus menyimpan semua pajangan dan tidak boleh lengah mengawasi Harry saat dia di atas sapu.
Kami mengadakan pesta ulang tahun kecil, hanya kami dan Bathilda yang selalu baik pada kami dan begitu menyayangi Harry. Sayang sekali kau tidak bisa datang, tapi Orde lebih penting. Lagipula Harry masih terlalu muda untuk tahu ulang tahunnya! James merasa sedikit tertekan bersembunyi di sini, walau dia berusaha menyembunyikan perasaannya tapi aku tahu - apalagi Dumbledore masih meminjam Jubah Gaibnya. Tak ada kesempatan untuknya berjalan-jalan.
Jika kau bisa mengunjungi kami, James pasti akan senang. Wormy datang minggu lalu, dia kelihatan sedih, mungkin karena berita McKinnon. Aku sendiri menangis semalam begitu mendengar beritanya.
Bathilda sering mengunjungi kami. Dia seorang wanita tua yang mengagumkan, yang selalu bercerita betapa luar biasanya Dumbledore. Aku penasaran, apakah Dumbledore akan senang kalau tahu. Jujur, aku tidak tahu apa aku harus percaya atau tidak. Karena rasanya tidak dapat dipercaya kalau Dumbledore Tubuh Harry terasa kebas. Ia berdiri kaku memegangi kertas itu dalam j arij arinya yang gemetar. Sementara di dalam dirinya muncul letupan rasa senang yang mengalir di seluruh pembuluh darahnya. Perlahan Harry berjalan menuju tempat tidur dan duduk.
Harry membaca surat itu sekali lagi, tapi ia tidak mendapatkan apapun lebih dari saat membacanya untuk pertama kali tadi, lalu ia memandangi tulisan tangan itu. Ibunya menuliskan huruf 'g' yang sama seperti dirinya. Harry memperhatikan huruf perhuruf tulisan di surat itu dan semakin ia merasa akrab dengannya. Surat itu merupakan harta berharga. Sebuah bukti bahwa Lily pernah hidup, benar-benar hidup. Bukti bahwa tangan hangatnya pernah bergerak di atas perkamen ini, menggoreskan tinta ke dalam huruf dan kata.
Kata-kata tentang Harry, anaknya.
Harry cepat-cepat mengusap matanya yang basah dan membaca ulang surat
itu. Kali ini lebih berkonsentrasi pada isinya. Rasanya seperti mendengarkan dari suara yang pernah diingatnya.
Mereka memelihara kucing... mungkin kucing itu mati, seperti orang tuanya, di Godric Hollow... atau pergi karena tidak ada yang memberinya makan... Sirius memberi sapu pertama Harry... orang tuanya mengenal Bathilda Bagshot.
Apakah Dumbledore yang memperkenalkan mereka" Dumbledore masih meminjam Jubah Gaibnya... ada yang aneh...
Harry berhenti dan memikirkan kata-kata ibunya. Mengapa Dumbledore meminjam Jubah Gaib James" Harry masih mengingat jelas saat sang kepala sekolah memberitahunya, bertahun-tahun yang lalu, "Aku tidak butuh Jubah untuk menjadi tidak terlihat." Mungkinkah ada anggota Orde yang membutuhkannya dan Dumbledore menjadi perantaranya" Harry melanjutkan.
Wormy datang... Pettigrew, si pengkhianat, yang terlihat "sedih". Benarkah"
Apa ia peduli bahwa ia sedang menemui Lily dan James dalam keadaan hidup untuk terkahir kali"
Lalu Bathilda lagi, yang menceritakan betapa hebatnya Dumbledore, rasanya tidak dapat dipercaya kalau Dumbledore...
Kalau Dumbledore apa" Begitu banyak kemungkinan yang tidak dapat dipercaya yang dapat terjadi pada Dumbledore. Mendapatkan nilai terendah dalam pelajaran Transfigurasi, misalnya. Atau tiba-tiba memiliki keterta
rikan khusus pada kambing seperti Aberforth.
Harry berdiri dan mencari-cari di lantai, mungkin lanjutan suratnya ada di sana. Harry mengambil kertas-kertas itu dan menikmati mencarinya. Lalu ia meniru penggeledah sebelumnya, menarik laci-laci, mencari di dalam buku, berdiri di atas kursi agar bisa menjangkau bagian atas lemari, dan merangkak ke bawah tempat tidur dan kursi.
Akhirnya, Harry berbaring di lantai dan menemukan sepotong kertas yang tersobek, terselip di bagian bawah laci. Saat Harry menariknya, ia tahu bahwa itu adalah foto yang dimaksudkan Lily. Bayi berambut hitam di atas sapu kecil, terbang keluar masuk foto, tertawa senang, dan sepasang kaki, yang pasti milik James, mengejarnya. Harry menyimpan foto dan surat Lily dalam kantungnya, dan melanjutkan mencari lembar kedua.
Setelah lima belas menit mencari, Harry terpaksa harus menyimpulkan bahwa sisa surat ibunya tidak ada. Apakah sisa surat itu hilang begitu saja setelah enam belas tahun, atau telah diambil oleh seseorang yang telah menggeledah kamar ini" Harry membaca lembar pertama surat itu lagi, kali ini mencoba
mencari petunjuk yang mungkin menunjukkan isi lembar kedua. Sapu terbang mainannya mungkin akan menjadi petunjuk menarik bagi Pelahap Maut... petunjuk paling potensial hanyalah tentang Dumbledore. Rasanya tidak dapat dipercaya kalau Dumbledore - apa"
"Harry" Harry! Harry!"
"Aku di sini!" jawab Harry. "Ada apa""
Terdengar derap kaki di luar dan Hermione memasuki ruangan.
"Kami bangun dan tak tahu kau ada di mana!" kata Hermione yang kehabisan nafas. Hermione menoleh dan berteriak, "Ron! Aku sudah menemukannya!"
Terdengar suara Ron menjawab dan menggema dari lantai bawah. "Bagus! Katakan padanya kalau dia kurang ajar!"
"Harry, tolong jangan menghilang begitu saja! Kami khawatir! Lagipula mengapa kau naik ke kamar ini"" Hermione memandangi kamar yang berantakan. "Apa yang kau lakukan""
"Lihat apa yang baru saja kutemukan."
Harry mengacungkan surat ibunya. Hermione mengambil dan membacanya sementara Harry memperhatikan. Saat Hermione selesai membaca, ia menatap Harry.
"Oh, Harry..." "Dan ini." Harry menyodorkan foto sobek dan Hermione tersenyum saat melihat seorang bayi yang terbang keluar masuk foto di atas sapu mainan.
"Aku sudah mencari sisa suratnya," kata Harry, "Tapi tidak ada." Hermione memandangi ke sekeliling ruangan.
"Apakah kau yang membuat ruangan ini berantakan, atau memang sudah seperti ini sebelum kau kemari""
"Seseorang sudah mengobrak-abrik dan sedang mencari sesuatu sebelumnya," kata Harry.
"Sudah kuduga. Setiap ruangan yang aku masuki juga berantakan. Menurutmu
apa yang mereka cari""
"Informasi tentang Orde, bila itu Snape."
"Tapi dia sudah mendapatkan semuanya, maksudku, dia ada dalam Orde, kan"" "Kalau begitu," kata Harry yang ingin terus mendiskusikan teori ini,
"bagaimana kalau informasi tentang Dumbledore" Yang ada dalam lembar kedua surat ini. Kau pasti mengenal Bathilda yang ibuku sebutkan."
"Siapa"" "Bathilda Bagshot, penulis..."
"Sejarah Sihir," kata Hermione yang mulai tertarik. "Jadi orang tuamu mengenalnya" Bathilda adalah seorang sejarahwan sihir yang luar biasa."
"Dan dia masih hidup," kata Harry, "dan dia tinggal di Godric Hollow. Bibi Muriel berbicara tentangnya di pesta pernikahan. Dia juga berbicara tentang keluarga Dumbledore. Topik yang menarik, kan"."
Hermione tersenyum mengerti akan apa yang Harry maksudkan. Harry mengambil surat dan foto itu, lalu memasukkannya ke dalam kantung yang menggantung melingkar di lehernya, sehingga ia tidak perlu menatap Hermione, lalu ia berpaling.
"Aku mengerti mengapa kau senang berbicara dengan Muriel tentang ayah dan ibumu, juga Dumbledore," kata Hermione. "Tapi itu tidak begitu membantu kita untuk menemukan Horcrux, kan"" Harry tidak menjawab dan Hermione langsung melanjutkan, "Harry, aku tahu kau ingin pergi ke Godric Hollow, tapi aku takut...
aku takut bagaimana mudahnya para Pelahap Maut menemukan kita seperti kemarin. Dan hal itu yang makin membuatku ingin menghindari tempat orang tuamu dimakamkan, aku yakin mereka berharap kau akan pergi ke sana."
"Bukan itu," kata Harry
yang masih menghindar untuk menatap Hermione.
"Muriel mengatakan sesuatu tentang Dumbledore di pesta pernikahan. Dan aku ingin kebenaran..."
Harry memberitahu Hermione semua yang Muriel ceritakan. Saat Harry selesai, Hermione berkata, "Tentu, aku mengerti mengapa kau kecewa, Harry..."
"Aku tidak kecewa," kata Harry berbohong, "aku hanya ingin tahu apakah cerita itu benar atau..."
"Harry, apa kau pikir kau bisa mendapatkan kebenaran dari wanita tua kejam seperti Muriel atau Rita Skeeter" Bagaimana bisa kau percaya pada mereka" Kau kenal Dumbledore!"
"Aku pikir aku kenal," gumam Harry.
"Tapi kau tahu berapa banyak kebenaran yang Rita tulis tentangmu! Doge benar, bagaimana mungkin kau biarkan orang-orang seperti mereka merusak kenanganmu tentang Dumbledore""
Harry memandang ke arah lain, mencoba untuk tidak mengingkari amarah yang ia rasakan. Hal itu lagi, memilih yang kita percaya. Harry menginginkan kebenaran. Mengapa setiap orang ingin agar Harry tidak mengetahui kebenaran"
"Lebih baik kita turun ke dapur," usul Hermione setelah jeda beberapa saat.
"Kita harus mencari sarapan."
Harry setuju walau enggan, lalu mengikuti Hermione keluar dan melewati pintu kamar kedua. Di pintu terdapat goresan yang cukup dalam di bawah sebuah tanda yang tidak Harry sadari saat keadaan gelap tadi. Harry berhenti di ujung tangga untuk membacanya. Sebuah tanda larangan kecil yang ditulis dengan tulisan tangan yang rapi. Tanda larangan seperti yang Percy Weasley gantung di depan pintu kamarnya.
Dilarang Masuk Tanpa Izin Langsung Dari Regulus Arcturus Black Rasa senang memenuhi darah Harry, walau ia sendiri tidak tahu mengapa. Ia membaca tanda larangan itu sekali lagi. Hermione sudah ada di tangga di lantai bawah.
"Hermione," kata Harry, dan ia begitu terkejut karena suaranya begitu tenang. "Kembalilah ke atas." "Ada apa""
"R.A.B. kurasa aku menemukannya."
Terdengar suara terkejut dan Hermione berlari kembali ke atas. "Dalam surat ibumu" Tapi aku tidak melihat..."
Harry menggelengkan kepalanya, lalu menunjuk tanda larangan milik Regulus. Hermione membacanya, lalu menggamit tangan Harry dan berkedip-kedip tidak percaya.
"Adik Sirius"" bisik Hermione.
"Dia seorang Pelahap Maut," kata Harry, "Sirius menceritakannya padaku. Dia menjadi Pelahap Maut dalam usia yang sangat muda lalu ketakutan dengan apa yang akan dia lakukan sebagai Pelahap Maut dan ingin keluar - jadi mereka membunuhnya."
"Pas sekali!" pekik Hermione. "Kalau dia seorang Pelahap Maut, dia punya akses ke Voldemort, dan saat dia sadar, dia ingin menjatuhkan Voldemort!"
Hermione melepaskan pegangannya, berjalan ke arah pegangan tangga, dan berteriak, "Ron! RON! Cepat naik!"
Ron muncul, terengah-engah, beberapa menit kemudian, dengan tongkat siap di tangan.
"Ada apa" Kalau laba-laba raksasa lagi, aku ingin sarapan sebelum..."
Ron berdiri membeku menatap tanda larangan yang ditunjuk oleh Hermione.
"Apa" Ini kamar adik Sirius, kan" Regulus Arcturus... Regulus... R.A.B.! Liontin apa kau pikir""
"Ayo cari tahu," kata Harry. Harry mendorong pintu, tapi terkunci. Hermione mengarahkan tongkatnya ke pegangan pintu dan berkata, "Alohomora."
Terdengar suara click dan pintu terbuka.
Mereka masuk bersamaan dan memandang sekeliling. Kamar tidur Regulus lebih kecil daripada kamar Sirius, tapi memiliki kemegahan yang sama.


Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara Sirius menekankan betapa berbedanya dirinya dengan anggota keluarganya, Regulus bersikap sebaliknya. Warna Slytherin yang perak dan hijau memenuhi ruangan, menutupi tempat tidur, dinding, dan jendela. Logo keluarga Black dilukis dengan begitu teliti di atas kepala tempat tidur, lengkap dengan moto mereka, TOUJOURS PUR. Di bawahnya tertempel potongan koran yang sudah menguning yang membentuk sebuah kolase yang tidak teratur. Hermione berjalan melintasi ruangan untuk melihatnya.
"Semuanya tentang Voldemort," kata Hermione. "Sepertinya Regulus telah menjadi fans Voldemort selama bertahun-tahun sebelum dia bergabung menjadi Pelahap Maut."
Debu beterbangan dari tempat tidur saat Hermione duduk di atasnya untuk membaca kliping-kliping itu. Sementara Harry, menemukan foto lain,
tim Quidditch Hogwarts yang sedang tersenyum dan melambaikan tangan mereka.
Harry mendekat dan melihat lambang ular menghiasi dada mereka. Slytherin.
Regulus mudah sekali dikenali, seorang anak yang duduk di tengah di barisan depan, dia memiliki rambut hitam dan wajah arogan yang sama seperti kakaknya, walau ia lebih pendek, kurus, dan tidak setampan Sirius.
"Dia seorang Seeker," kata Harry.
"Apa"" kata Hermione tidak jelas, karena ia masih membenamkan diri dalam kliping tentang Voldemort.
"Dia duduk di tengah di barisan depan, itu tempat Seeker... sudahlah," kata Harry, menyadari bahwa tidak seorang pun mendengarkan. Ron sedang membungkuk mencoba mencari sesuatu di bawah lemari. Harry melihat berkeliling mencoba mencari tempat untuk menyembunyikan sesuatu. Tapi sepertinya sudah ada yang menggeledah tempat ini sebelum mereka. Isi laci berantakan, debu-debu sudah tersentuh, tapi tidak ada yang berharga di sana, hanya pena bulu tua, buku pelajaran tua yang sudah diperlakukan kasar, sebotol tinta yang baru saja dipecahkan yang isinya sudah mengental menutupi sebagian isi laci.
"Ada cara yang lebih mudah," kata Hermione saat Harry mengelap jarinya yang terkena tinta ke celana jeansnya. Hermione mengangkat tongkatnya dan berkata, "Accio Liontin!"
Tidak terjadi sesuatu. Ron yang sedang mencari di lipatan tirai, terlihat kecewa.
"Jadi sekarang sudah jelas, kan" Benda itu tidak ada di sini""
"Oh, bisa saja masih di sini, tapi dilindungi oleh kontra-mantera," kata Hermione. "Mantera yang mencegah agar sesuatu tidak dapat dipanggil dengan sihir."
"Seperti yang Voldemort lakukan pada baskom batu di gua," kata Harry, mengingat saat ia tidak bisa memanggil Liontin palsu.
"Bagaimana cara kita menemukannya kalau begitu"" tanya Ron.
"Kita cari secara manual," kata Hermione.
"Ide bagus," kata Ron sambil memutar matanya, lalu melanjutkan memeriksa tirai.
Mereka menyisir tiap senti ruangan itu selama lebih dari satu jam, tapi akhirnya, dengan terpaksa, mereka harus menyimpulkan bahwa Liontin itu tidak ada di sana.
Matahari sudah benar-benar terbit sekarang. Cahayanya bahkan tetap menyilaukan walau sudah ditahan oleh jendela suram yang berdebu.
"Tetap saja ada kemungkinan liontin itu disembunyikan di rumah ini," kata Hermione berharap, saat berjalan menuruni tangga. Saat Harry dan Ron mulai kehilangan semangat, Hermione malah semakin tertarik. "Entah apakah dia berhasil menghancurkannya atau tidak, dia pasti ingin menyembunyikannya dari Voldemort, kan" Ingat semua hal buruk yang terjadi saat kita kemari terakhir kali" Jam yang menyemburkan baut-bautnya pada tiap orang dan jubah-jubah tua yang mencoba mencekik Ron. Mungkin saja Regulus yang menyiapkannya untuk melindungi tempat persembunyian liontin itu, walau kita tidak menyadarinya saat... saat..."
Harry dan Ron menatap Hermione. Satu kaki Hermione melayang di antara anak tangga, tatapannya seperti orang yang baru terkena Mantra Ingatan, matanya menjadi tidak fokus.
"... saat itu," Hermione menyelesaikan kalimatnya dalam bisikan.
"Ada yang salah"" tanya Ron.
"Ada di lemari kaca di ruang tamu. Tidak ada yang bisa membukanya. Dan kita... kita..."
Harry merasa ada sebuah bata yang memaksa masuk ke dalam dada dan perutnya. Harry ingat, ia bahkan sempat memegangnya saat setiap orang mencoba untuk membukanya. Lalu liontin itu dibuang ke karung sampah, bersamaan dengan sekotak bubuk Wartcap dan kotak musik yang membuat setiap orang mengantuk...
"Kreacher menyelinapkan banyak barang dari kita," kata Harry. Hanya itu satu-satunya harapan yang ada, harapan tipis yang mereka miliki, ysng tidak akan mereka lepaskan. "Dia menyembunyikan semua barang-barang itu di lemarinya di dapur. Ayo!"
Harry berlari menuruni tangga dengan melompati dua-dua anak tangga sekaligus, Ron dan Hermione juga berlari di belakangnya. Keramaian yang mereka buat bahkan membangunkan potret ibu Sirius saat mereka melewati ruang tengah.
"Kotoran! Darah Lumpur! Sampah!" ibu Sirius meneriaki mereka saat mereka berlari menuju dapur di lantai dasar dan menutup pintu di belakang mereka.
Harry berlari menyebrangi ruangan. Tergelincir s
edikit saat mencoba berhenti di depan lemari Kreacher dan Harry membukanya. Terdapat sebuah sarang kotor yang di atasnya terdapat selimut tua yang pernah digunakan si peri rumah untuk tidur, tapi tidak ada lagi barang-barang atau perhiasan-perhiasan kecil yang Kreacher selamatkan. Satu-satunya yang tersisa hanyalah buku Alam Kebangsawanan: Silsilah Para Penyihir. Menolak untuk mempercayai penglihatannya, Harry menarik selimut itu dan mengoyanggoyangkannya.
Seekor tikus mati jatuh dan terlempar ke atas lantai. Ron mengerang dan menjatuhkan diri ke atas kursi, dan Hermione menutup matanya.
"Belum selesai," kata Harry, ia lalu meninggikan suaranya dan memanggil, "Kreacher!"
Terdengar suara crack keras dan si peri rumah yang Harry warisi dari Sirius muncul begitu saja di depan perapian yang kosong dan dingin. Bertubuh hanya separuh tinggi manusia, kurus, kulitnya yang berkeriput, dan banyak rambut putih yang mencuat dari telinganya yang berbentuk saperti sayap kelelawar.
Ia masih memakai kain kotor yang
sama saat mereka pertama kali bertemu, dan dengan tatapan menghina ia menunduk pada Harry untuk menunjukkan sikap santunnya pada sang majikan.
"Tuan," kata Kreacher dengan suaranya yang seperti kodok, dan ia membungkuk dalam-dalam, lalu menggumam pada lututnya, "kembali ke rumah Nyonya bersama Weasley si
Darah Pengkhianatdan si Darah Lumpur..."
"Aku melarangmu untuk menyebut seseorang dengan "Darah Pengkhianat" atau "Darah
Lumpur"," geram Harry. Kreacher, dengan hidung yang seperti moncong babi dan mata merahnya, bukanlah makhluk menggemaskan dan mudah disukai, bahkan bila si peri rumah tidak mengkhianati Sirius demi Voldemort.
"Aku punya beberapa pertanyaan untukmu," kata Harry, jantungnya berdetak cukup kencang saat ia melihat si peri rumah, "dan aku menyuruhmu untuk menjawabnya dengan jujur. Mengerti""
"Ya, Tuan," kata Kreacher sambil membungkuk lebih dalam. Harry melihat bibir Kreacher bergerak-gerak tanpa suara, jelas ia mengucapkan hinaan yang Harry larang. "Dua tahun lalu," kata Harry, jantungnya berdetak kencang hingga terasa memenuhi rusuknya, "ada sebuah liontin emas di ruang tamu. Kami membuangnya. Apa kau mengambilnya""
Terjadi kebungkaman sesaat, lalu Kreacher mengangkat wajahnya dan menatap wajah Harry. Lalu ia berkata, "Ya."
"Di mana liontin itu sekarang"" tanya Harry yang merasa senang, Ron dan Hermione pun tampak lega.
Kreacher menutup matanya seakan ia tidak sanggup untuk melihat reaksi mereka saat
mendengar j awabannya. "Hilang." "Hilang"" suara Harry menggema, rasa senang itu langsung menguap. "Apa maksudmu, liontin itu hilang"" Peri rumah itu gemetar.
"Kreacher," kata Harry tajam, "aku menyuruhmu untuk..."
"Mundungus Fletcher," teriak si peri rumah, matanya masih tertutup rapat.
"Mundungus Fletcher mencuri segalanya. Potret nona Belia dan nona Cissy, sarung tangan nyonya, piala Order of Merlin, Tingkat Pertama, dengan logo keluarga, dan, dan..."
Kreacher terengah-engah mencari udara. Dadanya kembang kempis, bergerak cepat, lalu matanya membuka dan ia berteriak-teriak.
"... dan liontin, liontin Tuan Regulus, Kreacher melakukan kesalahan, Kreacher tidak melaksanakan perintah!"
Harry bereaksi dengan instingnya, saat Kreacher menyerbu tongkat besi yang bersandar di perapian, Harry langsung meloncat menindih Kreacher. Teriakan Hermione bercampur dengan teriakan Kreacher, tapi Harry berteriak lebih keras, "Kreacher, aku menyuruhmu untuk tetap diam!"
Harry merasa si peri rumah membeku dan ia melepaskannya. Kreacher terbaring di lantai batu yang dingin, air mata mengalir dari matanya yang cekung.
"Harry, biarkan dia berdiri!" bisik Hermione.
"Agar dia bisa memukuli dirinya sendiri dengan tongkat besi itu"" dengus Harry, berlutut di samping si peri rumah. "Tidak. Baiklah, Kreacher, aku ingin kebenaran.
Bagaimana kau tahu Mundungus Fletcher mencuri liontin itu""
"Kreacher melihat dia!" isak si peri rumah, air matanya masih mengalir melewati hidungnya dan mulutnya yang penuh dengan gigi yang keabuan.
"Kreacher melihat dia keluar dari lemari Kreacher dengan tangan dipenuhi harta Kreacher. Kreacher menyuruh pencuri it
u untuk berhenti, tapi Mundungus Fletcher tertawa dan 1-lari..."
"Kau bilang "liontin Tuan Regulus"," kata Harry. "Mengapa" Dari mana asalnya"
Apa yang harus Regulus lakukan dengannya" Kreacher, duduklah dan ceritakan semua yang kau tahu tentang liontin itu, dan semua yang harus Regulus lakukan dengannya."
Peri rumah itu duduk dan meringkuk seperti bola, meletakkan wajahnya di antara kedua lututnya dan mulai bergerak maju mundur. Saat ia berbicara, suaranya mendengung, tapi cukup jelas didengar dalam dapur yang sepi dan bergema.
"Tuan Sirius melarikan diri, sebuah pembersihan yang bagus, karena dia anak nakal dan menyakiti hati Nyonya dengan cara rendah. Tapi Tuan Regulus adalah kebanggaan.
Beliau tahu bagaimana menjaga nama keluarga Black dan martabat darah murni. Bertahun-tahun beliau bercerita tentang Pangeran Kegelapan, yang akan membawa para penyihir keluar dan dapat menguasai Muggle dan kelahiran Muggle... dan saat beliau berusia enam belas tahun, Tuan Regulus bergabung dengan Pangeran Kegelapan.
Sebuah kebanggaan, begitu bangga, begitu senang dapat mengabdi...
Lalu suatu hari, setahun setelah beliau bergabung, Tuan Regulus datang ke dapur untuk menemui Kreacher. Tuan Regulus selalu menyayangi Kreacher. Dan Tuan Regulus berkata... beliau berkata..."
Peri rumah tua itu bergerak lebih cepat.
".. .beliau berkata bahwa Pangeran Kegelapan membutuhkan peri rumah."
"Voldemort butuh peri rumah"" ulang Harry, menoleh pada Ron dan Hermione, yang juga sama bingungnya.
"Oh, ya," desah Kreacher. "Dan Tuan Regulus menawarkan Kreacher. Sebuah kehormatan, kata Tuan Regulus, sebuah kehormatan untuk beliau, dan untuk Kreacher,
yang harus melakukan semua yang Pangeran Kegelapan perintahkan... lalu k-kembali ke rumah."
Gerakan Kreacher semakin keras, begitu pula isakannya.
"Lalu Kreacher menemui Pangeran Kegelapan. Pangeran Kegelapan tidak memberitahu apa yang akan dilakukan, hanya membawa Kreacher ke sebuah gua di pinggir laut. Dan di dalam gua terdapat sebuah gua yang lebih besar, dan di dalamnya terdapat sebuah danau hitam..."
Rambut yang ada di leher Harry merinding. Suara Kreacher membentuk sebuah gambaran jelas tentang air yang gelap itu. Harry bahkan dapat membayangkan begitu jelas dalam pikirannya apa yang terjadi, seakan ia melihatnya sendiri. "... ada sebuah perahu..."
Tentu ada sebuah perahu. Harry ingat perahu itu, kecil, berwarna hijau pudar, dan telah disihir agar hanya dapat membawa seorang penyihir dan seorang korban menuju pulau kecil tepat di tengahnya. Jadi begini, bagaimana Voldemort menguji pertahanan untuk
Horcrux miliknya. Dengan meminjam makhluk yang tidak berharga, peri rumah. "Sebuah b-baskom terisi penuh oleh cairan, yang ada di pulau. P-Pangeran Kegelapan menyuruh Kreacher untuk meminumnya..." Tubuh peri rumah itu bergetar hebat.
"Kreacher meminumnya. Dan saat meminumnya, Kreacher melihat hal-hal buruk... perut
Kreacher terasa terbakar... Kreacher menangis pada Tuan Regulus untuk menyelamatkannya, Kreacher pada Nyonya Black, tapi Pangeran Kegelapan hanya tertawa... dia menyuruh Kreacher meminum semuanya... lalu dia meletakkan liontin
dalam baskom... memenuhinya lagi dengan cairan itu.
"Lalu Pangeran Kegelapan berlayar kembali, meninggalkan Kreacher di pulau..." Harry masih dapat melihat bayangan bagaimana hal itu terjadi. Ia dapat melihat wajah pucat yang seperti ular milik Voldemort menghilang di kegelapan, mata merahnya melihat tanpa ampun, meninggalkan si peri rumah dengan mayat yang akan muncul, saat
si peri rumah merasa begitu kehausan karena cairan yang membakar yang meminumnya... tapi, imajinasi Harry tidak dapat melanjutkan, karena ia tidak tahu
bagaimana Kreacher bisa lolos.
"Kreacher butuh air. Kreacher merangkak ke pinggir pulau dan minum dari danau hitam... dan tangan, tangan mayat, keluar dari air dan menarik Kreacher ke dalam danau..."
"Bagaimana kau bisa melarikan diri"" tanya Harry, ia tidak kaget mendengar dirinya sendiri berbisik.
Kreacher mengangkat wajah jeleknya dan melihat Harry dengan mata besarnya yang memerah.
"Tuan Regulus menyuruh Kreacher pulang," kata Kreacher. "Aku tahu - tapi
bagaimana kau bisa lolos dari Inferi"" Kreacher tidak mengerti.
"Tuan Regulus menyuruh Kreacher pulang," ulang Kreacher. "Aku tahu, tapi..."
"Jelas sekali, kan, Harry"" kata Ron. "Dia ber-Disapparate!"
"Tapi kau tidak bisa ber-Apparate keluar masuk gua itu," kata Harry, "karena Dumbledore..." "Sihir peri tidak seperti sihir para penyihir, kan"" kata Ron.
"Maksudku, mereka bisa ber-Apparate dan ber-Disapparate keluar masuk Hogwarts sementara kita tidak."
Ada kebungkaman saat Harry mencerna kata-kata Ron. Bagaimana mungkin Voldemort membuat kesalahan" Tapi saat Harry memikirkannya, Hermione berkata, dan suaranya begitu dingin.
"Tentu, Voldemort tentu telah mempertimbangkan pemakaian peri rumah, seperti semua
darah murni lain yang memperlakukan mereka seperti binatang... tapi dia tidak tahu
kalau peri rumah punya sihir yang tidak dia miliki."
"Hukum tertinggi peri rumah adalah perintah majikan," tekan Kreacher.
"Kreacher dipanggil pulang, jadi Kreacher pulang."
"Kalau begitu kau melakukan apa yang diperintahkan, kan"" kata Hermione berbaik hati.
"Kau tidak melanggar perintah sama sekali!"
Kreacher menggelengkan kepalanya dan bergerak lebih cepat lagi.
"Lalu apa yang terjadi setelah kau kembali"" tanya Harry. "Apa yang Regulus katakan
setelah kau menceritakan apa yang terjadi""
"Tuan Regulus menjadi cemas, sangat cemas," kata Kreacher. "Tuan Regulus menyuruh
Kreacher untuk bersembunyi dan tidak meninggalkan rumah. Lalu... suatu malam... Tuan
Regulus datang untuk menemui Kreacher dalam lemari, dan tuan Regulus tampak aneh, tidak seperti biasanya, menurut Kreacher pikirannya terganggu... dan beliau meminta Kreacher mengantarnya ke gua, gua di mana Kreacher pergi bersama Pangeran Kegelapan..."
Harry dapat membayangkan dengan jelas, rasa ketakutan si peri rumah tua dan seorang Seeker kurus berambut gelap yang begitu mirip dengan Sirius...
Kreacher tahu bagaimana membuka pintu masuk yang tersembunyi menuju gua yang lebih besar, tahu bagaimana menggunakan perahu kecil itu, lalu berlayar bersama master Regulus yang disayanginya menuju pulau dan baskom berisi racun itu...
"Dan Regulus menyuruh untuk meminum cairan itu"" kata Harry muak.
Kreacher menggelengkan kepalanya dan menangis. Tangan Hermione naik menutupi mulutnya, sepertinya ia memahami sesuatu.
"T-Tuan Regulus mengeluarkan liotin dari kantungnya, liontin yang mirip seperti liontin milik Pangeran Kegelapan," air mata Kreacher mengalir di kedua sisi hidungnya. "Dan beliau menyuruh Kreacher untuk mengambil liontin. Begitu baskom itu kosong, Kreacher harus menukarnya."
Isakan Kreacher semakin menjadi. Harry harus berkonsentrasi tinggi untuk mengerti.
"Dan beliau menyuruh - Kreacher pergi - meninggalkan beliau. Beliau menyuruh Kreacher pulang - dan tidak boleh bilang pada Nyonya - apa yang beliau lakukan
- dan harus menghancurkan - liontin asli. Dan beliau minum - semua cairan itu dan Kreacher menukar liontin itu - dan melihat... saat Tuan Regulus... ditarik ke dalam danau... dan..."
"Oh, Kreacher!" ratap Hermione yang juga menangis. Hermione berlutut di sebelah si peri rumah dan berusaha untuk memeluknya. Tiba-tiba Kreacher berdiri, menjauh dari Hermione, jelas menolak untuk dipeluk.
"Si Darah Lumpur menyentuh Kreacher, tidak boleh, apa kata nyonya""
"Sudah kubilang kau tidak boleh menyebut Hermione "Darah Lumpur"!" geram Harry, tapi si peri rumah sudah menghukum dirinya sendiri, ia menghantamkan dahinya ke lantai.
"Suruh dia berhenti - suruh dia berhenti!" teriak Hermione. "Oh, tidak bisakah kau melihat betapa dia harus menurut padamu""
"Kreacher - berhenti, berhenti!" teriak Harry.
Si peri rumah terbaring di lantai, terengah-engah, dan gemetaran. Lendir hijau keluar dari hidungnya, memar muncul di mana ia menghantamnya tadi, dan matanya bengkak, merah, dan dipenuhi air mata. Harry tidak pernah melihat seuatu yang semenyedihkan ini.
"Jadi kau membawa liontin itu ke rumah," kata Harry tetap ingin mengetahui keseluruhan cerita. "Dan kau berusaha untuk menghancurkannya""
"Kreacher bahkan tidak dapat menggoresnya," erang si peri rumah. "Kreacher mencoba semua, semuanya yang ia t
ahu, tapi tidak berhasil, tidak ada yang berhasil... begitu banyak sihir yang melindungi. Kreacher yakin untuk menghancurkannya, liontin itu harus dibuka, tapi tidak bisa terbuka... Kreacher menghukum dirinya sendiri, lalu mencoba lagi, menghukum dirinya sendiri, lalu mencoba lagi. Kreacher gagal memenuhi perintah, Kreacher tidak dapat menghancurkan liontin itu! Dan Nyonya begitu marah dan bersedih karena Tuan Regulus menghilang, dan Kreacher tidak dapat bercerita apa yang terjadi, tidak, karena Tuan Regulus telah m-melarang Kreacher memberitahu k-keluarga apa yang terjadi di g-gua..." Isakan Kreacher semakin keras sehingga kata-kata yang keluar tidak lagi jelas.
Air mata Hermione mengalir di pipinya saat ia melihat Kreacher, tapi Hermione tidak berani untuk menyentuhnya lagi. Bahkan Ron yang tidak menyukai Kreacher, terlihat kasihan. Harry duduk di atas tumitnya dan menggelengkasn kepala, mencoba menarik kesimpulan.
"Aku tidak mengerti, Kreacher," kata Harry. "Voldemort mencoba membunuhmu, Regulus mati karena ingin menjatuhkan Voldemort, tapi kau masih dengan senang hati mengkhianati Sirius demi Voldemort" Dengan senang hati kau mendatangi Narcissa dan Bellatrix dan memberikan informasi pada Voldemort melalui mereka..."
"Harry, Kreacher tidak berpikir seperti itu," kata Hermione yang sedang menghapus air mata dengan punggung tangannya. "Dia itu budak, peri rumah terbiasa diperlakukan buruk, bahkan kejam. Dan yang Voldemort lakukan padanya hanyalah suatu hal yang biasa. Apa artinya perang antarpenyihir untuk peri rumah seperti Kreacher" Dia setia pada orang yang baik padanya, dan nyonya Black pasti baik padanya, begitu pula Regulus. Jadi Kreacher melayani mereka dengan tulus dan meniru apa yang mereka percaya. Aku tahu apa yang akan kau katakan," lanjut Hermione saat Harry akan memprotes, "kalau regulus berubah pikiran... tapi sepertinya dia tidak menjelaskannya pada Kreacher. Dan aku pikir aku tahu mengapa. Kreacher dan keluarga Black akan lebih aman dalam garis kedarah-murnian mereka. Regulus hanya berusaha untuk menyelamatkan mereka semua."
"Sirius..." "Sirius tidak suka pada Kreacher, Harry, dan kau tahu itu. Kreacher sudah sendirian dalam waktu yang lama saat Sirius kembali untuk tinggal di rumah ini, dan mungkin Kreacher haus akan kasih sayang. Aku yakin 'Nona Cissy' dan
'Nona Belia' cukup menyenangkan bagi Kreacher, jadi ia mencoba menyenangkan hati mereka dan memberitahu apa yang mereka inginkan. Sudah kukatakan bahwa para penyihir akan membayar apa yang mereka lakukan pada peri rumah. Voldemort... dan juga Sirius..."
Harry tidak membalas. Saat Harry melihat Kreacher yang terisak di lantai, ia ingat apa yang Dumbledore katakan padanya, beberapa jam setelah kematian Sirius, kurasa Sirius tidak menganggap Kreacher sebagai makhluk yang punya perasaan seperti manusia...
"Kreacher," kata Harry, setelah beberapa saat, "saat kau sudah lebih baik, er... duduklah."
Beberapa menit kemudian Kreacher berhenti dari isakannya dan terdiam. Lalu memaksa dirinya untuk kembali ke posisi duduk sambil menggosok-gosok jarinya ke matanya seperti anak kecil.
"Kreacher, aku ingin kau, kalau kau mau, pergi dan mencari Mundungus Fletcher. Kami harus tahu di mana liontin itu - liontin Tuan Regulus. Ini penting.
Kami ingin menyelesaikan apa yang Tuan Regulus lakukan, kami ingin - er -memastikan bahwa ia tidak mati sia-sia." Kreacher menjatuhkan kepalan tangannya dan menatap Harry. "Menemukan Mundungus Fletcher"" kata Kreacher.
"Dan membawanya kemari, ke Grimmauld Place," kata Harry. "Apakah kau bisa melakukannya untuk kami""
Kreacher mengangguk dan berdiri, tiba-tiba Harry mendapat sebuah ide. Ia mengeluarkan kantung pemberian Hagrid dan mengambil Horcrux palsu, liontin pengganti dengan catatan dari Regulus untuk Voldemort di dalamnya.
"Kreacher, aku, er, ingin kau memiliki ini," kata Harry sambil menyodorkan liontin itu pada tangan si peri rumah. "Liontin ini milik Regulus dan aku yakin ia ingin kau memilikinya sebagai tanda terima kasih karena kau sudah..."
"Jangan berlebihan, sobat," kata Ron. Lalu si peri rumah menatapi liontin itu dan
darinya keluar suara lolongan keterkejutan dan kesedihan, dan kembali melemparkan dirinya ke lantai.
Butuh tiga puluh menit untuk menenangkan Kreacher, yang begitu senang karena telah dihadiahi dengan peninggalan keluarga Black, dan ia mencoba berdiri dengan lutut lemahnya. Setelah akhirnya Kreacher mampu melangkah, mereka membantu Kreacher untuk kembali ke lemarinya, melihatnya meletakkan liontin itu di atas selimut kotornya, dan meyakinkan bahwa mereka akan melindungi liontin itu selama Kreacher pergi. Lalu Kreacher membungkuk rendah pada Harry dan Ron, dan bahkan mengejang aneh ke arah Hermione sebagai bentuk penghormatan, sebelum akhirnya ia ber-Disapparate dengan suara crack keras seperti biasa.
Bab 11 PENYUAPAN Jika Kreacher bisa kabur dari danau penuh Inferi, Harry yakin bahwa penangkapan Mundungus hanya memakan sedikit waktu, dan pagi ini ia berkeliling rumah sebagai bentuk antisipasi. Bagaimanapun, Kreacher tidak kembali pagi
itu atau bahkan pada waktu sore. Saat malam tiba, Harry merasa putus asa dan cemas, dan makan malam dengan roti berjamur, yang sudah Hermione coba siapkan dengan berbagai mantra transfigurasi yang gagal, juga tidak membantu.
Kreacher tidak kembali hari itu, juga tidak keesokan harinya. Namun, dua lakilaki berjubah muncul di depan rumah nomor dua belas itu, dan mereka tinggal
disana sampai malam, memandang ke arah rumah yang tidak bisa mereka lihat.
"Aku yakin mereka adalah Pelahap Maut," kata Ron, saat ia, Harry, dan Hermione memandang dari jendela. "Apa mereka tahu bahwa kita disini""
"Kupikir tidak," kata Hermione, walaupun ia terlihat ketakutan, "atau mereka akan mengirim Snape untuk mengejar kita""
"Kau pikir Snape akan kemari dan lidahnya terikat dengan kutukan Moody"" tanya Ron.
"Ya," kata Hermione, "Snape bisa memberitau banyak cara bagaimana mereka bisa masuk, ya kan" Tapi sepertinya mereka menunggu apakah kita akan muncul. Mereka tentu tahu kalau Harry pemilik rumah ini sekarang."
"Bagaimana mereka - "
"Wasiat para penyihir diperiksa Kementrian, ingat" Mereka akan tahu bahwa Sirius mewariskan tempat ini padamu."
Kehadiran Pelahap Maut di luar meningkatkan perasaan tidak menyenangkan di dalam rumah nomor dua belas. Mereka tidak mendengar kabar dari siapapun di sekitar Grimmauld Place sejak Patronus Mr. Weasley, dan ketegangan mulai bertambah. Gelisah dan sensitif, Ron melakukan kebiasaan yang menjengkelkan dengan bermain-main dengan Deluminator; Ini membuat Hermione sangat marah, karena sambil menunggu Kreacher, ia mempelajari buku The Tales of Beedle the Bard dan merasa kesal karena lampu yang terus-terusan berkelip nyala mati.
"Bisakah kau berhenti"" teriak Hermione pada hari ketiga sejak kepergian Kreacher, saat cahaya mati-menyala lagi.
"Maaf, maaf!" kata Ron sambil mengembalikan cahaya itu dengan Deluminator.
"Aku tidak sadar telah melakukannya!"
"Bisakah kau melakukan sesuatu yang berguna untuk dirimu"" "Apa, seperti membaca cerita anak-anak"" "Dumbledore meninggalkanku buku ini, Ron - "
"- dan ia meninggalkanku Deluminator ini, mungkin aku harus melakukan sesuatu dengan ini!" Tidak tahan mendengar pertengkaran itu, Harry keluar dari ruangan secara
diam-diam. Ia melihat ke bawah, ke arah dapur, karena itu adalah tempat Kreacher muncul. Di tengah jalan menuju ke aula, Harry mendengar langkah kaki di pintu depan, dan terdengar suara dentingan logam dan rantai.
Seluruh sarafnya menjadi tegang: Harry mengeluarkan tongkatnya, lalu bersembunyi dalam bayangan potongan kepala peri rumah dan menunggu. Pintu terbuka: Harry melihat kilauan cahaya dari lampu jalan, dan seseorang berjubah masuk ke aula dan menutup pintu di belakangnya. Orang itu berjalan maju selangkah, dan suara Moody bertanya, "Severus Snape"". Lalu sosok berdebu muncul dan menuju ke arah orang asing itu dengan tangan terangkat.
"Bukan aku yang membunuhmu, Albus," katanya dengan suara yang pelan.
Sosok berdebu itu meletup, dan tidak mungkin dapat melihat orang asing itu karena kabut debu yang baru saja muncul. Harry menunjuk tongkatnya ke tengah-tengah awan itu.
"Jangan bergerak!"
Ia lupa akan lukisan Mrs. Black: Saat
Harry berteriak, tirai yang menutupi lukisan itu terbuka dan Mrs. Black mulai berteriak, "Darah Lumpur dan sampah mengotori rumahku..."
Ron dan Hermione bergegas turun ke bawah dan berhenti di belakang Harry, tongkat mereka terarah ke orang asing yang sekarang berdiri di ruang tengah dengan tangan terangkat.
"Tahan dulu, ini aku, Remus!"
"Oh, untunglah," kata Hermione lemas yang tongkatnya langsung terarah ke lukisan Mrs. Black dan tirai itu menutup kembali dan suasana kembali hening.
Ron menurunkan tongkatnya, tetapi Harry tidak. "Buktikan!"
Lupin berjalan maju ke arah cahaya, dan tangannya masih terangkat, seperti orang menyerahkan diri.
"Aku Remus John Lupin, seorang manusia serigala, terkadang dikenal sebagai Moony, salah satu dari empat orang pembuat Peta Perampok, menikah dengan Nymphadora, biasanya dikenal dengan Tonks, dan aku mengajarkanmu bagaimana cara menghasilkan Patronus, Harry, yang berupa rusa jantan."
"Oh, baiklah," kata Harry, menurunkan tongkatnya, "tetapi aku harus memastikannya, kan""
"Sebagai mantan guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam-mu, aku setuju bahwa kau harus memastikannya. Ron, Hermione, kalian seharusnya tidak terlalu cepat menurunkan pertahanan kalian."
Mereka berita berjalan mendekati ke Lupin. Terbungkus dengan jubah berpergian yang tebal, ia terlihat lemah, tetapi senang bertemu dengan mereka.
"Tidak ada tanda dari Severus"" ia bertanya.
"Tidak," kata Harry. "Apa yang terjadi" Apakah semuanya baik-baik saja"" "Ya," kata Lupin, "tetapi kita semua diawasi. Ada sepasang Pelahap Maut di luar
"- Kami tahu - "
"- aku harus ber-Apparate langsung ke pintu agar mereka tidak akan melihatku.
Mereka tidak tahu apakah kau ada di sini karena kalau mereka tahu, mereka pasti akan mengerahkan lebih banyak orang. Mereka memata-matai setiap tempat yang berhubungan denganmu, Harry. Ayo turun ke bawah, banyak hal yang harus kuceritakan kepadamu, dan aku ingin tahu apa yang terjadi pada kalian setelah kalian meninggalkan The Burrow."
Sang Penebus 8 Pendekar Rajawali Sakti 101 Rahasia Dara Iblis Iblis Pulau Hantu 1

Cari Blog Ini