Ceritasilat Novel Online

Relikui Kematian 4

Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling Bagian 4


Mereka turun ke dapur, di mana Hermione mengarahkan tongkatnya ke perapian.
Api menyala: Api itu memberi ilusi kenyamanan dalam ruangan berdinding batu dengan meja kayu panjang di tengahnya. Lupin mengeluarkan beberapa butterbeer dari jubahnya dan mereka duduk.
"Aku sudah di sini tiga hari yang lalu tetapi aku harus mengecoh Pelahap Maut yang menguntitku," kata Lupin. "Jadi kalian datang kesini setelah pernikahan itu""
"Tidak," kata Harry, "sebelumnya kami berhasil melarikan diri dari sepasang Pelahap Maut yang berada di kafe Jalan Tottenham Court."
Lupin menumpahkan butterbeer-nya.
"Apa"" Mereka menjelaskan apa yang telah terjadi; ketika mereka selesai, Lupin tampak terkejut.
"Tetapi bagaimana mereka menemukan kalian secepat itu" Tidak mungkin melacak seseorang yang ber-Apparate kecuali kau memeganginya saat mereka
melakukannya!" "Dan mereka tidak mungkin hanya berjalan-jalan saja di Jalan Tottenham Court saat itu, kan"" kata Harry. "Kami menduga," kata Hermione, "mungkinkah Harry masih meninggalkan pelacak"" "Tidak mungkin," kata Lupin. Ron kelihatan puas, dan Harry merasa lega.
"Lagipula mereka pasti tau Harry ada di sini jika ia masih memiliki pelacak, kan" Tetapi aku tidak tau bagaimana mereka bisa melacakmu sampai ke Tottenham Court. Mencemaskan, sungguh mencemaskan.."
Lupin terlihat aneh, tapi selama Harry berkonsentrasi, pertanyaan itu dapat menunggu.
"Ceritakan pada kami apa yang terjadi setelah kami pergi, kami tidak mendapat kabar apapun sejak ayah Ron memberitau bahwa keluarganya aman."
"Baiklah, Kingsley menyelamatkan kami," kata Lupin."'Untung saja dia mengirim Patronus sehingga para tamu dapat ber-Disapparate sebelum mereka datang."
"Mereka yang kau maksud Pelahap Maut atau orang Kementrian"" tanya Hermione.
"Keduanya; tetapi tujuan mereka semua sama," kata Lupin. "Ada sekitar selusin dari mereka, tetapi mereka tidak tahu bahwa kau disana, Harry.
Arthur mendengar rumor bahwa mereka mencoba menanyakan keberadaanmu pada Scrimgeour sambil menyiksanya, sebelum mereka membunuhnya; jika itu benar, artinya Scrimgeour tidak memberitahukan apapun tentangmu."
Harry menatap R on dan Hermione; mereka kelihatan terkejut dan bersyukur.
Harry tidak pernah menyukai Scrimgeour, tetapi bila yang Lupin katakan itu benar, yang dilakukan Scrimgeour untuk terakhir kalinya itu bertujuan untuk melindunginya.
"Para Pelahap Maut menggeledah The Burrow dari atas hingga bawah," Lupin melanjutkan. "Mereka menemukan Ghoul itu, tetapi mereka tidak ingin dekatdekat dengan ghoul itu - dan mereka menginterogasi kami selama beberapa jam. Mereka mencoba untuk mendapatkan informasi tentangmu, Harry, tapi tentu tidak ada yang tahu mengenai keberadaanmu selain anggota Orde.
"Di waktu yang bersamaan, Pelahap Maut juga menerobos rumah-rumah anggota Orde di negeri ini. Tidak ada yang meninggal," tambah Lupin dengan cepat,
"tetapi mereka kejam. Mereka membakar rumah Dedalus Diggle, tetapi kalian tahu ia tidak disana, dan mereka menggunakan kutukan Cruciatus kepada keluarga Tonks. Seperti yang sudah kukatakan tadi, untuk mencari tahu ke mana kau pergi setelah mengunjungi mereka. Mereka baik-baik saja - terguncang, tetapi yang lain baik-baik saja."
"Para Pelahap Maut berhasil menerobos Mantra Pelindung itu"" Harry bertanya, mengingat bagaimana efektifnya mantra itu pada malam ia sampai di halaman rumah keluarga Tonks.
"Yang harus kau tahu, Harry, Pelahap Maut mendapat dukungan dari Kementrian sekarang," kata Lupin. "Mereka dapat menggunakan mantra yang brutal, tanpa takut akan diidentifikasi atau ditahan. Mereka dapat menembus setiap perlindungan yang kami buat, dan saat mereka berhasil masuk, mereka dapat masuk ke tempat yang lain juga."
"Dan apakah mereka akan menganiaya orang-orang agar mengetahui dimana Harry berada"" tanya Hermione dengan nada tinggi.
"Ya," Lupin kelihatan ragu-ragu, lalu menarik sebuah Daily Prophet.
"Ini," katanya, memberikannya pada Harry, "cepat atau lambat kau akan tahu.
Itu yang mereka gunakan untuk mencarimu."
Harry meluruskan gulungan koran itu. Sebuah foto besar wajahnya mengisi halaman pertama dengan tajuk utama:
DICARI ORANG YANG BERKAITAN DENGAN KEMATIAN ALBUS DUMBLEDORE
Ron dan Hermione mengerang marah, tetapi Harry tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia mendorong jauh koran itu; ia tidak ingin membacanya lagi: Ia tahu apa yang akan mereka katakan. Tidak seorang pun tahu siapa yang membunuh Dumbledore kecuali mereka yang ada di atas menara saat Dumbledore meninggal. Dan Rita Skeeter telah berkata pada dunia sihir bahwa ada seseorang yang melihat Harry berlari dari menara sesaat setelah Dumbledore jatuh.
"Maaf, Harry," kata Lupin.
"Jadi para Pelahap Maut sudah menguasai Daily Prophet juga"" tanya Hermione, nada suaranya marah. Lupin mengangguk.
"Tetapi apakah masyarakat menyadari apa yang sedang terjadi""
"Pengambil-alihan itu dilakukan dengan licin dan hati-hati," kata Lupin. "Versi resmi tentang pembunuhan Scrimgeour adalah pengunduran diri, dan dia digantikan oleh Pius Thicknesse yang berada di bawah Mantra Imperius."
"Mengapa Voldemort tidak menyatakan dirinya sebagai Menteri Sihir"" tanya Ron. Lupin tertawa.
"Dia tidak perlu melakukannya Ron. Karena memang dialah Menteri Sihir, tapi mengapa harus berada di belakang meja Kementrian" Bonekanya, Thicknesse, yang akan melakukan semua kegiatan Menteri. Sementara dia dapat mengembangkan pengaruhnya dalam Kementrian.
"Sebenarnya, banyak orang yang sudah menyimpulkan apa yang telah terjadi.
Sudah terjadi perubahan yang dramatis di Kementrian pada beberapa hari terakhir, dan banyak yang berbisik bahwa Voldemort pastilah berada di baliknya. Bagaimanapun, itu kesimpulannya: Mereka saling berbisik. Mereka tidak percaya satu sama lain, tidak tahu siapa yang harus dipercaya; mereka takut untuk berbicara, bila kesimpulan mereka benar, keluarga mereka akan menjadi target Voldemort. Ya, Ya, Voldemort memainkan kartunya dengan baik.
Menyatakan diri sebagai Menteri malah akan memicu pemberontakan. Jadi dia tetap di belakang topengnya, menciptakan keragu-raguan, ketidapastian, dan rasa takut"
"Dan perubahan dramatis dalam Kementrian," kata Harry, "membuat dunia sihir melawanku daripada Voldemort""
"Itu salah satunya," kata Lupin, "dan ini adalah tujuan utama
nya. Sejak kematian Dumbledore, kau, Anak-yang-Bertahan-Hidup, adalah simbol dan harapan untuk melawan Voldemort. Tapi membuat anggapan bahwa kau ada sangkut pautnya dengan kematian sang pahlawan, Voldemort tidak hanya meletakkan sekantung emas di atas kepalamu, tapi juga memberi rasa takut bagi siapa pun yang membantumu."
"Sementara itu, Kementrian sudah mulai melakukan tindakan pada penyihir kelahiran Muggle."
Lupin menunjuk Daily Prophet.
"Lihat halaman dua."
Hermione membalik halaman Daily Prophet dengan ekspresi yang sama saat ia memegang buku Secrets of The Dark Arts.
"Registrasi penyihir kelahiran Muggle!" Hermione membacanya dengan suara keras, '"Kementrian Sihir sedang melakukan survey 'Penyihir Kelahiran Muggle' untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana mereka memiliki kemampuan sihir."
"Riset yang dilakukan Departemen Misteri baru-baru ini menyatakan bahwa sihir hanya bisa diberikan dari satu orang ke orang lainnya ketika penyihir dilahirkan.
Karena tidak terbukti tidak memiliki keturunan penyihir, kelahiran Muggle diduga dapat memiliki kemampuan sihir dengan mencurinya."
"Kementrian membuat ketetapan untuk mengambil kembali kemampuan sihir mereka, dan sudah mengirimkan undangan kepada setiap penyihir kelahiran Muggle untuk datang menghadiri wawancara dengan Komisi Registrasi Kelahiran Muggle yang baru."
"Orang-orang tidak akan membiarkan ini terjadi," kata Ron.
"Ini sedang terjadi Ron," kata Lupin. "Penyihir kelahiran Muggle sedang dikumpulkan saat ini."
"Tetapi bagaimana mereka bisa berpikiran tentang 'mencuri' kemampuan sihir"" kata Ron. "Jika kau bisa mencuri sihir, maka tidak akan ada Squib, kan""
"Aku tahu," kata Lupin. "Namun, jika kau tidak dapat membuktikan bahwa kau memiliki setidaknya satu hubungan dengan penyihir, sekarang kau dianggap memiliki kekuatan sihir secara ilegal dan harus menerima hukumannya."
Ron memandang Hermione, lalu berkata, "Bagaimana jika penyihir berdarah-murni dan berdarah campuran bersumpah bahwa penyihir keturunan Muggle adalah bagian dari keluarga mereka" Aku akan bercerita kepada semua orang bahwa Hermione adalah sepupuku - "
Hermione merangkul tangan Ron dan meremasnya.
"Terima kasih Ron, tetapi aku tidak akan membiarkanmu - "
"Kau tidak akan punya pilihan," tegas Ron, memegang tangan Hermione. "Aku
akan menceritakan silsilah keluargaku padamu sehingga kau bisa menjawab pertanyaan tentang mereka." Hermione tertawa.
"Ron, saat ini kita sedang bersama dengan Harry Potter, orang yang paling dicari di negara ini, aku rasa itu tidak masalah. Jika aku kembali ke sekolah, itu akan berbeda. Apa rencana Voldemort pada Hogwarts"" tanya Hermione ke Lupin.
"Setiap siswa dan siswi diwajibkan untuk hadir," jawab Lupin. "Baru diumumkan kemarin. Sebuah perubahan, karena sebelumnya hal itu bukanlah sebuah kewajiban. Tentu, hampir setiap penyihir di Inggris bersekolah di Hogwarts, tapi orang tua mereka juga punya hak untuk memilih apakah mereka ingin mengajar anak mereka sendiri di rumah atau mengirim mereka ke luar negeri.
Dengan cara ini, Voldemort dapat menguasai seluruh populasi dunia sihir melalui anak mereka. Dan juga cara lain untuk menyiangi para kelahiran Muggle, karena para siswa diberi Status Darah - sebagai bukti pada Kementrian bahwa mereka keturunan penyihir - sebelum mereka diizinkan untuk bersekolah."
Harry merasa muak dan marah. Saat ini mungkin saja ada seorang anak berusia sebelas tahun, dengan penuh semangat menata setumpuk buku-buku mantera baru, tanpa
menyadari bahwa ia tidak akan pernah melihat Hogwarts, atau tidak akan pernah melihat keluarganya lagi.
"Ini... ini..." gumam Harry, berusaha mencari kata yang sepadan dengan rasa marah yang ada dalam dirinya, tapi Lupin mengatakan, "Aku tahu." Lupin terlihat ragu.
"Aku mengerti kalau kau tidak akan menjelaskannya Harry, tapi sepertinya para anggota Orde mengira bahwa Dumbledore memberimu sebuah misi." "Memang," jawab Harry, "Ron dan Hermione terlibat dan mereka ikut denganku." "Bisakah kamu menceritakan padaku misi apa itu""
Harry menatap wajah tirus itu, dengan rambut tebal berwarna abu-abu, dan berharap ia bisa mengataka
n jawaban yang berbeda. "Maaf, aku tak bisa, Remus. Jika Dumbledore tidak menceritakannya kepadamu, kupikir aku juga tak bisa."
"Aku berpikir kau akan mengatakan hal itu," kata Lupin, terlihat kecewa. "Tetapi mungkin aku masih berguna untukmu. Kau tahu siapa aku dan apa yang dapat aku lakukan. Aku bisa ikut dengan kalian untuk melindungi kalian. Tidak perlu menceritakan padaku apa yang kalian lakukan."
Harry terlihat ragu. Itu adalah penawaran yang sangat menggoda, walau pun entah bagaimana caranya untuk menjaga rahasia misi mereka bila Lupin bersama mereka sepanjang waktu.
Hermione terkejut. "Tetapi bagaimana dengan Tonks"" tanya Hermione. "Memang ada apa dengannya"" jawab Lupin.
"Yah," kata Hermione memasang muka masam, "kau sudah menikah! Bagaimana perasaannya bila kau ikut dengan kami""
"Tonks akan baik-baik saja," kata Lupin, "Ia akan tinggal di rumah orangtuanya." Ada yang aneh dari nada bicara Lupin, nada bicaranya dingin. Juga ada salah dengan
gagasan bahwa Tonks akan aman bersembunyi di rumah orang tuanya, karena Tonks adalah anggota Orde, dan setahu Harry, Tonks adalah orang yang tidak bisa diam dan selalu ingin ikut beraksi.
"Remus," kata Hermione, "apakah semuanya baik-baik saja... kau tahu... antara dirimu
dan - " "Semuanya baik-baik saja, terima kasih," kata Lupin cepat.
Wajah Hermione memerah. Mereka semua diam, lalu dengan nada aneh dan sedikit malu,
Lupin berkata, seakan ia mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, "Tonks akan
memiliki seorang bayi."
"Oh bagus sekali!" seru Hermione.
"Luar biasa!" kata Ron gembira.
"Selamat," kata Harry.
Lupin tersenyum, tapi senyumnya terkesan dibuat-buat, yang membuatnya terlihat seperti menyeringai, lalu berkata, "Jadi... apakah kalian setuju dengan penawaranku"
Akankah tiga menjadi empat" Aku tidak yakin Dumbledore akan menolaknya, ia memberikanku jabatan sebagai guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam kalian. Dan aku harus menceritakan padamu bahwa aku percaya kita akan menghadapi sihir-sihir yang tidak pernah kita bayangkan."
Hermione dan Ron menatap Harry.
"Hanya - hanya untuk memperjelas," kata Harry, "Kau ingin meninggalkan Tonks di rumah orang tuanya dan ikut dengan kami""
"Ia akan baik-baik saja disana, mereka akan menjaganya," kata Lupin. Ia bicara dengan nada yang berbeda, "Harry, aku yakin James menginginkanku untuk ikut denganmu." "Yah," kata Harry pelan. "Tapi menurutku tidak begitu. Aku yakin ayahku ingin tahu mengapa kau tidak bersama anakmu sendiri."
Wajah Lupin memucat. Suhu di dapur seakan-akan turun sepuluh derajat. Ron memandang ruangan itu seakan ingin mengingat semua kejadian yang terjadi.
Sementara mata Hermione bergerak cepat antara Harry dan Lupin. "Kau tidak mengerti," kata Lupin. "Jelaskan, kalau begitu," kata Harry. Lupin menelan ludah.
"Aku - aku membuat kesalahan yang parah dengan menikahi Tonks. Aku kira aku telah melakukan hal yang benar tapi ternyata malah menjadi hal yang paling kusesali."
"Oh, aku tahu," kata Harry, "jadi sekarang kau mencampakkan ia dan anaknya dengan lari bersama kami""
Lupin tersentak berdiri, kursinya bergerak ke belakang, dan ia menatap tajam pada Harry. Dan untuk pertama kalinya Harry melihat bayangan serigala pada wajah manusia.
"Apakah kau tidak mengerti apa yang sudah kulakukan pada istriku dan anakku yang belum lahir" Aku seharusnya tidak menikahinya, aku membuatnya menjadi sampah masyarakat."
Lupin menendang kursi itu.
"Kau hanya mengenalku sebagai anggota Orde dan dalam perlindungan Dumbledore di Hogwarts! Kau tidak pernah tahu bagaimana dunia sihir melihat makhluk sepertiku! Saat mereka tahu penderitaanku, mereka bahkan tidak mau bicara denganku! Tidakkah kau tahu apa yang telah kuperbuat" Bahkan keluarganya jijik dengan pernikahan kami. Orang tua mana yang ingin anak mereka menikah dengan manusia serigala" Dan anakku - anakku..."
Lupin mencengkram rambutnya sendiri; ia kelihatan sedikit kacau.
"Makhluk sepertiku tidak seharusnya kawin! Anakku akan menjadi seperti aku, aku yakin
- bagaimana aku bisa memaafkan diriku sendiri, saat aku tahu aku akan menurunkan keadaanku pada anak yang tidak bersalah" Dan bil
a ia, dengan sebuah keajaiban, tidak seperti aku, dan akan lebih baik, beratus-ratus kali lebih baik, tanpa ayah yang akan membuatnya malu"
"Remus!" bisik Hermione, matanya berkaca-kaca. "Jangan berkata seperti itu itu - bagaimana bisa seorang anak akan malu memiliki ayah sepertimu""
"Oh, entahlah, Hermione," kata Harry. "Aku akan malu padanya." Harry tidak tahu darimana kemarahan itu datang, tetapi itu mendorongnya untuk berdiri juga. Lupin terlihat seakan Harry baru saja memukulnya.
"Jika pemerintahan yang baru menganggap kelahiran Muggle sudah cukup buruk," kata Harry, "apa kata mereka dengan seorang anak setengah manusia serigala dan orang tua mereka adalah anggota Orde" Ayahku meninggal
karena melindungi ibuku dan aku, dan kau kira dia akan berharap kau akan meninggalkan anakmu untuk pergi bersama kami""
"Berani-beraninya kau!" kata Lupin. "Ini bukan tentang keinginan akan - akan bahaya atau kemuliaan - beraninya kau menyarankan seperti - "
"Aku rasa kau memang suka menantang bahaya," kata Harry, " Kau ingin tahu bagaimana rasanya berada dalam sepatu Sirius..."
"Harry, jangan!" Hermione memohon padanya, tetapi Harry tetap memandang marah pada wajah Lupin yang pucat pasi.
"Aku tidak pernah percaya ini," kata Harry. "Orang yang mengajarkanku cara melawan Dementor - ternyata seorang pengecut."
Lupin menarik tongkatnya begitu cepat bahkan sebelum Harry sempat menyentuh tongkatnya. Terdengar suara ledakan keras dan Harry merasakan dirinya terpelanting mundur dan menghantam dinding dapur dan meluncur turun ke lantai. Harry masih sempat melihat sekilas ujung jubah Lupin melambai menghilang ke arah pintu.
"Remus, Remus, kembali!" Hermione menangis, tetapi Lupin tidak menggubrisnya. Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu dibanting.
"Harry!" ratap Hermione. "Bisa-bisanya kau -"
"Itu mudah," kata Harry. Ia berdiri dan dapat merasakan memar yang muncul di kepala yang menghantam dinding. Harry masih bergetar penuh rasa marah.
"Jangan menatapku seperti itu!" bentak Harry ke Hermione.
"Jangan mulai dengannya!" geram Ron.
"Tidak - tidak - kita tidak harus bertengkar!" kata Hermione, berdiri di antara mereka. "Kau seharusnya tidak mengatakan hal itu pada Lupin," kata Ron kepada Harry.
"Ia pantas mendapatkannya," kata Harry. Bayangan bermunculan dalam benak Harry. Sirius jatuh menembus selubung. Dumbledore melayang jatuh. Kilatan
cahaya hijau, dan suara ibunya, memohon belas kasihan...
"Orang tua," kata Harry, "seharusnya tidak meninggalkan anak mereka bahkan bahkan saat mereka harus meninggalkannya."
"Harry, - " kata Hermione, menghibur Harry, tetapi Harry menghindari Hermione dan pergi, mata Harry menatap api yang Hermione buat. Harry baru sekali berbicara pada Lupin dari perapian itu, saat mencari keterangan mengenai James, dan Lupin menghiburnya. Sekarang Lupin tersiksa, wajah pucatnya masih teringat jelas. Tiba-tiba Harry merasa muak dan menyesal. Ron dan Hermione tidak berani berbicara. Tapi Harry yakin mereka saling pandang di belakangnya, berkomunikasi dalam diam. Harry berbalik dan menangkap mereka berbalik dengan cepat satu sama lain.
"Aku tahu seharusnya aku tidak menyebutnya pengecut." "Tidak, seharusnya tidak," kata Ron. "Tetapi ia memang seperti itu." "Sama saja..." kata Hermione.
"Aku tahu," kata Harry. "Tetapi jika hal itu membuatnya kembali pada Tonks, ia akan menghargainya, kan""
Harry tidak dapat tahan untuk beralasan. Hermione tampak bersimpati sedangkan Ron tidak yakin. Harry menatapi kakinya berpikir tentang ayahnya. Apakah James akan mendukung Harry atas apa yang ia katakan pada Lupin" Atau ia akan marah saat tahu bagaimana anaknya memperlakukan teman lamanya"
Keheningan dalam dapur mendengungkan keterkejutan akan apa yang baru saja terjadi dan ditambah dengan celaan Ron dan Hermione dalam diam. Daily Prophet yang Lupin bawa masih tergeletak di atas meja, Harry menatap halaman pertama koran itu. Ia berjalan mendekat dan duduk, membuka-buka lembar-lembar halaman, berpura-pura membaca. Ia tidak dapat mengerti katakata yang tertulis di sana, pikirannya penuh dengan Lupin. Harry yakin Ron dan Hermione suda
h menyelesaikan komunikasi dalam diam mereka. Harry membalik halaman koran dengan suara yang keras, dan nama Dumbledore tertangkap oleh matanya. Butuh beberapa saat sebelum Harry menyadari foto yang terpampang, yang merupakan foto sebuah keluarga. Di bawah foto tertulis:
Keluarga Dumbledore: dari kiri ke kanan, Albus, Percival, menggendong bayi Ariana, Kendra, dan Aberforth.
Harry tertarik, lalu menatap foto itu dengan seksama. Ayah Dumbledore, Percival, adalah pria tampan yang matanya bersinar bahkan di foto tua itu. Bayi itu, Ariana, hanya sedikit lebih panjang dari sepotong roti dan tidak terlihat begitu jelas. Sang ibu, Kendra, memiliki rambut hitam yang diikat dalam gulungan sanggul tinggi, dengan wajah yang cantik. Dalam gaun sutra berkerah tinggi, Harry bisa melihat seorang penduduk asli Amerika dengan mata gelap, tulang pipi yang tinggi, dan hidung yang lurus. Albus dan Aberforth menggunakan jaket berkerah yang serupa dan memiliki potongan rambut sebahu yang serupa pula. Albus terlihat beberapa tahun lebih tua, tapi tetap saja kedua bocah itu terlihat serupa, dan ini sebelum hidung Albus patah dan sebelum ia mengenakan kacamata.
Keluarga itu tampak bahagia dan normal, tersenyum dalam koran. Tangan Ariana menggapai-gapai keluar dari gendongannya. Harry melihat bagian atas foto dan tertulis sebuah tajuk:
BIOGRAFI ALBUS DUMBLEDORE
Oleh: Rita Skeeter Memikirkannya saja hanya akan membuat perasaan Harry menjadi semakin buruk. Harry melanjutkan membaca.
Bangga dan angkuh, tidak lagi dapat Kendra Dumbledore lakukan setelah berita penangkapan dan penahanan suaminya, Percival, ke Azkaban. Dia tidak lagi bisa tinggal di Mould-on-the-Wold dan akhirnya memindahkan keluarganya ke Godric Hollow, sebuah desa yang nantinya terkenal sebagai tempat di mana Harry Potter berhasil lolos secara misterius dari Kau-Tahu-Siapa.
Seperti Mould-on-the-Wold, Godric Hollow merupakan rumah bagi beberapa keluarga penyihir, tapi karena tidak ada yang mengenal Kendra, ia beranggapan tidak ada yang tahu tentang kejahatan yang suaminya lakukan di desa sebelumnya. Dengan menolak semua kunjungan dari tetangga baru mereka yang ramah, ia yakin bahwa keluarganya akan hidup aman.
"Dia membanting pintu tepat di depan mukaku saat aku ingin menyambutnya dengan memberinya semangkuk kue ketel," kata Bathilda Bagshot. "Tahun pertama mereka di sini aku hanya melihat dua bocah itu. Aku tidak tahu kalau mereka memiliki seorang putri kalau aku tidak sedang memetik Plangentine di malam hari di musim dingin pertama kedatangan mereka, dan aku melihat Kendra menuntun Ariana ke halaman belakang. Menuntunnya berjalan memutari kebun, memeganginya dengan erat, lalu kembali ke dalam. Aku tidak
tahu mengapa mereka bertingkah seperti itu."
Mungkin menurut Kendra, kepindahannya ke Godric Hollow adalah kesempatan yang baik untuk menyembunyikan Ariana, yang mungkin sudah ia rencanakan sejak lama. Waktunya pun sangat tepat. Ariana hampir berusia tujuh tahun saat ia menghilang, dan tujuh merupakan usia yang penting. Karena beberapa ahli menyatakan bahwa seorang penyihir akan menunjukkan kemampuan sihirnya di usia ini, bila memang ada. Tidak seorang pun yang hidup dapat mengingat apakah Ariana pernah menunjukkan kemampuan sihir sekecil apa pun. Dan jelas Kendra telah mengambil keputusan untuk menyembunyikan keberadaan putrinya daripada harus malu karena telah melahirkan seorang Squib. Menjauh dari teman dan tetangga yang mengenal Ariana akan membuatnya lebih mudah untuk menyembunyikan Ariana. Sedikit orang yang mengetahui keberadaan Ariana pun menjaga rahasia mereka, termasuk kedua saudaranya yang selalu menjawab pertanyaan tentang adik mereka dengan jawaban yang sudah diajarkan oleh ibu mereka, "'Saudariku terlalu rapuh untuk bisa pergi ke sekolah."
Minggu depan: Albus Dumbledore selama di Hogwarts - Penghargaan dan Kepurapuraan.
Harry salah, apa yang ia baca malah membuat perasaannya semakin kacau. Ia kembali melihat foto sebuah keluarga bahagia. Benarkah" Bagaimana ia tahu"
Harry ingin pergi ke Godric Hollow walaupun Bathilda tidak dapat berbicara padanya. Ia ingin pergi ke tem
pat dimana ia dan Dumbledore kehilangan orang terkasih mereka. Harry sedang menurunkan koran untuk menanyakan pendapat Ron dan Hermione, tapi suara crack yang memekakkan telinga bergema di seluruh dapur.
Untuk pertama kali dalam tiga hari, Harry telah melupakan Kreacher. Ia pikir Lupin telah kembali dan tidak memerhatikan seseorang yang berusaha melepaskan diri yang muncul tiba-tiba di sebelah kanan kursinya. Orang itu segera berdiri saat Kreacher melepaskan pegangannya dan membungkuk rendah pada Harry dan berkata, "Kreacher telah kembali dengan Mundungus Fletcher si pencuri, Tuan."
Mundungus beringsut dan menarik tongkatnya, tapi Hermione lebih cepat.
"Expelliarmus!"
Tongkat Mundungus terpelanting ke udara dan Hermione menangkapnya.
Dengan rasa bingung, Mundungus berlari ke arah tangga tapi Ron meringkusnya, dan Mundungus terjatuh diiringi suara sesuatu yang patah.
"Apa"" teriak Mundungus, berusaha melepaskan diri dari pegangan Ron. "Aku kenapa" Ngirim peri rumah ke aku, apa maumu, aku salah apa, lepasin, lepasin, atau..."
"Kau tidak berada dalam posisi yang bagus untuk mengancam, Mundungus," kata Harry. Ia melempar korannya, menyebrangi dapur dalam beberapa langkah dan berlutut di sebelah Mundungus yang berhenti memberontak dan tampak ketakutan. Ron berdiri dan melihat Harry mengacungkan tongkatnya tepat di depan hidung Mundungus. Mundungus berbau busuk seperti asap tembakau yang basi dan basah, rambutnya kusam, dan jubahnya penuh noda.
"Kreacher meminta maaf atas lamanya waktu membawa si pencuri, Tuan,"
kata si peri rumah. "Fletcher tahu bagaimana menghindari penangkapan, punya banyak tempat bersembunyi dan kaki tangan. Tapi Kreacher akhirnya berhasil mendapatkannya."
"Kau telah melakukannya dengan baik, Kreacher," kata Harry dan si peri rumah membungkuk rendah.
"Kami punya beberapa pertanyaan untukmu," kata Harry pada Mundungus yang langsung berteriak, "Aku panik, oke" Aku enggak pernah mau ikutan, enggak bermaksud menyinggung, sobat, tapi aku enggak mau mati muda buat kamu. Dan Kau-Tahu-Siapa langsung terbang ke aku, kalian semua pasti kabur, aku kan sudah bilang aku enggak mau ikutan..."
"Agar kau tahu, kami semua tidak ber-Dissaparate," kata Hermione.
"Yah, kalian kan emang pahlawan. Tapi aku enggak pernah mau pura-pura siap buat bunuh diri..."
"Kami tidak tertarik mengapa kau kabur dari Mad-Eye," kata Harry, yang sekarang mengarahkan tongkatnya ke mata berkantung Mundungus yang merah.
"Kami sudah tahu bahwa kau hanya sampah yang tidak dapat diandalkan."
"Kalau gitu, kenapa aku dikejar sama peri rumah" Atau masalah piala itu lagi" Sudah enggak ada, sudah habis, atau kau..."
"Juga bukan masalah piala, walau kau hampir mendekati masalahnya" kata Harry. "Sekarang diam dan dengarkan."
Rasanya menyenangkan saat harus melakukan sesuatu, menemukan orang yang bisa
memberi sedikit kebenaran. Tongkat Harry kini begitu dekat dengan hidung Mundungus
yang menjadi sedikit juling agar tetap bisa melihat ujung tongkat Harry.
"Saat kau membersihkan rumah ini dari benda-benda berharga," kata Harry memulai, tapi
Mundungus memotongnya lagi.
"Sirius enggak peduli sama sampah..."
Terdengar derap langkah dan terlihat kilatan tembaga, lalu terdengar suara logam dan jeritan kesakitan. Kreacher telah berlari ke arah Mundungus dan memukul kepalanya dengan panci.
"Ber'enti, ber'enti, dia harus diikat!" teriak Mundungus ketakutan saat Kreacher mengangkat panci yang berat itu lagi. "Kreacher, jangan!" teriak Harry.
Tangan kecil Kreacher gemetar karena berat panci masih terangkat tinggi. "Mungkin sekali lagi, Tuan Harry, untuk keberuntungan"" Ron tertawa.
"Kami membutuhkannya dalam keadaan sadar, Kreacher, tapi bila dibutuhkan sedikit paksaan, kau dapat kehormatan untuk melakukannya," kata Harry.
"Terima kasih banyak, Tuan," kata Kreacher sambil membungkuk. Lalu ia mundur beberapa langkah. Mata besarnya tetap menatap Mundungus jijik. "Saat kau membongkar rumah ini dan mengambil barang-barang berharga," Harry memulai lagi, "kau mengambil setumpuk barang dari lemari dapur. Salah satunya adalah sebuah liontin." Mulut Harry tiba-tiba kering dan ia
bisa merasakan ketegangan Ron dan Hermione. "Apa yang kau lakukan dengan liontin itu""
"Kenapa"" tanya Mundungus. "Emangnya penting""
"Kau masih menyimpannya!" teriak Hermione.
"Tidak," kata Ron. "Dia hanya ingin meminta uang lebih untuk liontin itu."
"Uang lebih"" kata Mundungus. "pasti susah... aku kasih gratis, tahu! Enggak ada pili'an
lain." "Apa maksudmu""
"Aku lagi jualan di Diagon Alley, terus dia datang dan tanya apa aku punya izin jualan artifak sihir. Wanita sialan. Dia suka sama liontin itu. Dia bilang mau ngelepasin aku kalau aku ngasih liontin itu dan aku kira aku lagi beruntung."
"Siapa wanita ini"" tanya Harry.
"Enggak tau, nenek sihir dari Kementrian kaya'nya."
Mundungus mencoba mengingatnya, alisnya bertaut.
"Wanita pendek, pake pita di kepala."
Mundungus terdiam lalu menambahkan, "Kaya' kodok."
Harry menjatuhkan tongkatnya dan mengenai hidung Mundungus yang menembakkan bunga api merah, mengenai alis Mundungus dan mulai menyala.
"Aguamenti!" teriak Hermione, dan air memancar keluar dari ujung tongkatnya, menyemprot dan membuat Mundungus tersedak.
Harry menatap Ron dan Hermione yang sama terkejutnya. Bekas luka di punggung tangan kanannya terasa gatal.
*Thanks Myu untuk koreksinya.
Bab 12 Magic is Might Sihir adalah Kekuatan*
Di bulan Agustus, petak rumput yang tidak terawat di depan Grimmauld Place mulai layu di bawah sinar matahari hingga menjadi rapuh dan kecokelatan.
Penghuni rumah nomor dua belas tidak pernah dilihat oleh siapapun di rumah-rumah sekitarnya, tidak juga nomor dua belas itu sendiri. Muggle yang tinggal di Grimmauld Place sendiri sudah lama terbiasa dengan kesalahan penomoran memalukan yang menyebabkan rumah nomor sebelas bersebelahan dengan rumah nomor tiga belas.
Deretan rumah itu telah menarik beberapa pengunjung karena keanehan yang ada. Bahkan selama beberapa hari para pengunjung itu datang ke Grimmauld
Place tanpa alasan lain, atau kelihatannya begitu, selain bersandar ke susuran tangga yang berhadapan dengan rumah nomor sebelas dan tiga belas, mengamati dinding penghubung antara kedua rumah itu. Para pengintai itu berganti tiap dua hari, meskipun mereka semua berbagi ketidaksenangan pada pakaian normal.
Orang-orang London yang melewati mereka mengira mereka hanya suka berpakaian aneh dan hanya melihat sekilas, walau pun ada juga yang menatap mereka lekat-lekat, penasaran mengapa ada orang yang mau memakai jubah di suhu sepanas ini.
Para pengamat itu terlihat tidak begitu puas dengan penjagaan mereka.
Awalnya mereka memulai dengan penuh semangat, seakan-akan mereka telah melihat sesuatu yang menarik pada akhirnya, hanya untuk mundur dengan wajah kecewa.
Pada satu September, datang lebih banyak orang lagi yang memata-matai deretan rumah itu. Setengah lusin pria dengan jubah panjang berdiri dalam diam dan waspada, memandangi rumah nomor sebelas dan tiga belas, tapi sepertinya yang mereka tunggu tidak juga muncul. Ketika malam tiba membawa hujan deras dan hawa dingin yang tidak terduga untuk pertama kalinya dalam bermingguminggu, muncullah momen yang tak dapat dijelaskan ketika mereka nampaknya telah melihat sesuatu yang menarik. Seorang pria dengan wajah kebingungan menunjuk dan temannya, seorang pria gemuk dan pucat, mulai maju, namun beberapa saat kemudian mereka kembali ke posisi semula, diam, terlihat frustasi dan kecewa.
Sementara itu, di dalam rumah nomor dua belas, Harry baru saja masuk ke aula. Ia hampir saja kehilangan keseimbangan saat ber-Apparate di anak tangga teratas, tepat di depan pintu, dan berpikir bahwa salah seorang Pelahap Maut mungkin melihat sekilas saat sikutnya terlihat. Harry menutup pintu dengan hati-hati, lalu membuka Jubah Gaibnya, dan bergegas melintasi lorong yang suram yang menuju ke ruang bawah tanah, sebuah gulungan Daily Prophet curian ada di genggaman tangannya.
Bisikan rendah "Severus Snape" yang biasa menyambutnya, sapuan angin dingin menerpanya, dan untuk sesaat lidahnya menggulung.
"Aku tidak membunuhmu," kata Harry begitu lidahnya tidak lagi terikat, lalu menahan nafas sejenak saat sosok debu itu meletup. Ia menunggu hingga ia setengah jalan
menuruni tangga yang menuju dapur, di luar jangkauan telinga Mrs. Black, menepis kabut debu yang tersisa, sebelum berkata, "Aku dapat berita, dan kalian tidak akan suka."
Dapur hampir tidak dapat dikenali lagi. Setiap senti kini berkilau; panci dan
wajan tembaga berkilau kemerahan; meja kayu tampak mengkilap; gelas piala dan piring yang sudah disiapkan untuk makan malam memantulkan cahaya dari perapian yang di dalamnya terdapat kuali yang mendidih. Bagaimanapun, tak ada sesuatu di ruangan itu yang berbeda lebih dramatis daripada seorang peri rumah yang kini datang terburu-buru pada Harry, memakai handuk putih bersih, rambut telinganya pun sebersih dan sehalus kapas, liontin Regulus menggantung di dadanya yang kurus.
"Tolong lepaskan sepatu Anda, Master Harry, dan cucilah tangan sebelum makan malam," kata Kreacher sambil menerima Jubah Gaib Harry dan menggantungnya di kait yang ada di dinding, di sebelah sejumlah jubah tua yang baru saja dicuci.
"Apa yang terjadi"" tanya Ron cemas. Ia dan Hermione sedang membaca sekumpulan peta dan catatan tulisan tangan yang terkumpul di ujung meja dapur yang panjang, tapi sekarang mereka menatap Harry selagi ia melangkah ke arah mereka dan menjatuhkan koran di atas tumpukan perkamen.
Sebuah foto dengan wajah pria berhidung bengkok, berambut hitam, menatap pada mereka semua, di bawah tajuk yang berbunyi:
SEVERUS SNAPE DIANGKAT SEBAGAI KEPALA SEKOLAH HOGWARTS.
"Tidak!" jerit Ron dan Hermione.
Hermione lebih cepat, ia merenggut koran itu dan mulai membaca cerita yang mengiringi dengan nyaring.
"Severus Snape, yang telah lama bekerja sebagai guru Ramuan di Sekolah Sihir Hogwarts, hari ini ditunjuk sebagai Kepala Sekolah dan menjabat sebagai staf tertinggi di sekolah itu. Dengan adanya pengunduran diri guru Telaah Muggle sebelumnya, Alecto Carrow akan mengisi posisi tersebut. Dan saudaranya, Amycus, mengisi posisi guru Pertahanan Ilmu Hitam."
" 'Aku menerima kesempatan untuk menegakkan tradisi dan adat para penyihir - '
Seperti melakukan pembunuhan dan memotong telinga orang, kukira! Snape, kepala sekolah! Snape di ruang kerja Dumbledore - demi celana Merlin!" pekik Hermione, membuat Harry dan Ron melompat. Ia berdiri dan bergegas keluar ruangan, sambil berteriak, "Aku akan kembali sebentar lagi!"
'"Demi celana Merlin"'" ulang Ron yang terpesona. "Dia pasti kecewa." Ia menarik koran ke hadapannya dan membaca dengan teliti artikel tentang Snape.
"Guru-guru lain tidak akan tinggal diam, McGonagall, Flitwick, dan Sprout tahu kejadian sebenarnya, mereka tahu bagaimana Dumbledore meninggal. Mereka tidak akan menerima Snape menjadi sebagai sekolah. Dan siapa para Carrows ini""
"Pelahap Maut," jawab Harry. "Ada foto mereka di dalam. Mereka juga ada di puncak menara saat Snape membunuh Dumbledore, jadi seperti reuni. Dan,"
lanjut Harry dengan sengit sambil menarik sebuah kursi, "sepertinya guru-guru lain tak punya pilihan lain selain tinggal dan bertahan. Kalau Kementrian dan Voldemort mendukung Snape, pilihan mereka hanya tinggal dan mengajar, atau menghabiskan beberapa tahun di Azkaban - dan itu pun kalau mereka beruntung.
Aku rasa mereka akan tetap tinggal dan berusaha untuk melindungi para siswa."
Kreacher datang terburu-buru ke meja dengan sebuah mangkuk besar di tangannya, lalu menyendokkan sup ke dalam mangkuk saji sambil bersiul.
"Terima kasih, Kreacher," kata Harry sambil membalik koran agar tidak perlu melihat wajah Snape. "Yah, setidaknya kita tahu dengan pasti di mana Snape berada sekarang."
Harry mulai menyendokkan sup ke dalam mulutnya. Kualitas masakan Kreacher meningkat dramatis sejak ia diberi liontin Regulus. Bahkan bawang gorengnya terasa enak.
"Masih banyak Pelahap Maut yang mengawasi rumah ini," kata Harry sambil melanjutkan makannya, "lebih banyak dari biasanya. Sepertinya mereka mengharapkan kita berbaris dengan membawa koper sekolah kita dan menuju Hogwarts Express."
Ron melirik jamnya. "Aku telah memikirkannya seharian. Sudah enam jam lalu kereta itu berangkat. Aneh rasanya, kita tidak di kereta saat ini."
Harry seakan dapat melihat mesin uap berwarna merah bergerak di anta
ra bukit dan pertanian, bergerak seperti ulat berwarna merah. Ia yakin saat ini Ginny, Neville, dan Luna duduk dalam satu kompartemen, mungkin sedang menduga-duga di mana ia, Ron, dan Hermione berada, atau sedang berdebat apa cara terbaik untuk meruntuhkan rezim Snape.
"Mereka hampir melihatku kembali tadi," kata Harry. "Aku mendarat begitu buruk di anak tangga teratas, dan Jubahku tersingkap."
"Aku selalu melakukannya. Oh, itu dia," tambah Ron membenahi posisi
duduknya agar bisa melihat Hermione yang memasuki dapur. "Dan demi celana kolor Merlin, apa itu"" "Kebetulan aku ingat ini," kata Hermione terengah-engah.
Ia membawa sebuah lukisan berbingkai besar, yang kini diletakkannya di lantai sebelum mengambil tas manik kecilnya dari laci dapur. Hermione membuka tasnya dan memaksa lukisan itu masuk, dan terlepas dari fakta bahwa benda itu jelas terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam tas sekecil itu, dalam beberapa detik ia menghilang, seakan begitu mudahnya, ke kedalaman tas yang tak terduga.
"Phineas Nigellus," Hermione menerangkan setelah ia meletakkan tas di atas meja diiring suara dentaman yang cukup keras.
"Maaf"" kata Ron, tapi Harry mengerti. Lukisan diri Phineas Nigellus Black dapat berpindah antara potretnya di Grimmauld Place dan satunya yang tergantung di ruang kepala sekolah di Hogwarts: ruangan bundar di puncak menara di mana Snape tanpa diragukan lagi sedang berada sekarang, dalam kemenangannya atas koleksi Dumbledore, barang-barang perak magis, Pensieve, Topi Seleksi, dan, kecuali benda itu sudah dipindahkan, pedang Godric Gryffindor.
"Snape bisa saja mengirim Phineas Nigellus untuk melihat keadaan rumah ini untuknya," Hermione menjelaskan pada Ron setelah ia duduk kembali. "Tapi coba saja, yang bisa Phineas Nigellus lihat sekarang hanyalah isi tasku."
"Pemikiran bagus!" kata Ron, tampak terkesan.
"Terima kasih," Hermione tersenyum dan mulai memakan supnya. "Jadi, Harry, apa lagi yang terjadi hari ini""
"Tidak ada," kata Harry. "Tujuh jam aku berdiri mengintai pintu masuk Kementrian, tidak ada tanda-tanda dari wanita itu. Tapi tadi aku melihat ayahmu, Ron. Dia kelihatan baik-baik saja."
Ron mengangguk, memperlihatkan apresiasinya atas berita itu. Mereka setuju bahwa terlalu berbahaya untuk berkomunikasi dengan Mr Weasley selama ia keluar masuk Kementrian, karena ia selalu dikelilingi oleh pekerja-pekerja Kementrian lain. Tapi tetap saja melegakan untuk melihatnya, walau ia selalu tampak tegang dan gelisah.
"Dad bilang kebanyakan pegawai Kementrian menggunakan Jaringan Floo untuk datang bekerja," kata Ron. "Itu sebabnya kita tidak pernah melihat Umbridge,
dia tidak pernah lewat pintu masuk, dia pikir dirinya terlalu penting."
"Dan bagaimana dengan penyihir tua aneh dan penyihir kecil yang mengenakan jubah biru laut itu"" tanya Hermione. "Oh ya, orang dari Pemeliharaan Sihir," jawab Ron.
"Bagaimana kau tahu kalau ia bekerja untuk Pemeliharaan Sihir"" tanya Hermione, sendoknya tetap terangkat.
"Dad bilang semua orang dari Pemeliharaan Sihir memakai jubah biru laut." "Kau tidak pernah bilang pada kami!"
Hermione menjatuhkan sendoknya, lalu menarik berkas catatan dan peta yang sedang ia
dan Ron periksa saat Harry baru memasuki dapur.
"Tidak ada satu pun catatan tentang jubah biru laut di sini, tidak ada!" kata Hermione sambil membolak-balik halaman demi halaman dengan tergesagesa. "Well, memangnya penting"" "Ron, semuanya penting! Kalau kita ingin masuk ke Kementrian dan tidak ingin
menyerahkan diri di saat mereka selalu berjaga-jaga kalau ada penyusup, setiap detil kecil menjadi penting! Sudah kukatakan berkali-kali, maksudku, tidak ada gunanya kita mengintai terus-terusan kalau - "
"Blimey, Hermione, aku melupakan satu hal kecil - " "Kau menyadarinya, kan, bahwa tidak ada tempat yang lebih berbahaya di seluruh dunia untuk kita saat ini daripada Kementrian... "


Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita bergerak besok," kata Harry.
Hermione terdiam, rahangnya membuka dengan kaku. Ron tersedak supnya. "Besok"" ulang Hermione. "Kau tidak serius, kan, Harry""
"Aku serius," kata Harry. "Tidak ada bedanya persiapan kita saat ini atau setelah kita mengin
tai Kementrian sampai bulan depan. Semakin lama kita menunda, bisa jadi liontin itu semakin jauh. Ada kemungkinan Umbridge membuangnya. Karena ia tidak bisa membuka liontin itu."
"Kecuali," kata Ron, "dia telah menemukan satu cara untuk membukanya dan dia sedang di bawah pengaruh liontin itu."
"Tidak ada bedanya, dari awal dia memang sudah jahat," ujar Harry seraya mengangkat bahu. Hermione menggigiti bibirnya, sibuk berpikir.
"Kita tahu semuanya penting," lanjut Harry pada Hermione. "Kita tahu mereka tidak lagi ber-Apparate keluar masuk Kementrian. Sekarang kita tahu hanya pegawai senior yang bisa menyambungkan Jaringan Floo ke rumah mereka, karena Ron mendengar dua orang Unspeakable itu mengeluh tentangnya. Dan kurang lebih kita tahu di mana kantor Umbridge, karena apa yang kalian pernah dengar seorang pria berjanggut berkata pada temannya '"Aku harus ke tingkat satu, Dolores ingin menemuiku,'" kata Hermione tiba-tiba.
"Tepat," kata Harry. "Dan kita tahu kita masuk menggunakan koin aneh, tanda, atau
apalah namanya itu, karena aku melihat penyihir itu meminjam satu dari temannya -"
"Tapi kita tidak punya satupun!"
"Kalau rencana kita berjalan lancar, kita akan punya," lanjut Harry dengan tenang. "Entahlah, Harry, entah... Mungkin saja terjadi kesalahan, kita terlalu bergantung pada keberuntungan..."
"Sama saja walau kita menghabiskan tiga bulan lagi untuk bersiap-siap," kata Harry. "Ini saatnya untuk bergerak."
Dari wajah Ron dan Hermione, Harry tahu kalau mereka ketakutan. Ia sendiri tidak
percaya diri, namun ia yakin bahwa memang sudah waktunya untuk menjalankan rencana mereka.
Mereka sudah menghabiskan empat minggu bergantian bersembunyi di bawah Jubah Gaib dan memata-matai pintu masuk utama Kementrian yang sudah diketahui Ron, terima kasih pada Mr Weasley, sejak kecil. Mereka mengekor pegawai Kementrian, menguping obrolan mereka, dan mempelajari di mana
mereka muncul di satu tempat di satu waktu yang sama. Terkadang mereka bisa mengambil Daily Prophet dari tas salah satu pegawai. Perlahan, mereka bisa menggambarkan sebuah peta dan catatan penting yang sekarang tergeletak di depan Hermione.
"Baiklah," kata Ron perlahan, "kalau kita memang pergi besok... aku rasa lebih baik hanya aku dan Harry yang pergi."
"Oh, jangan mulai lagi!" desah Hermione. "Kukira kita sudah selesai membahasnya."
"Kita tidak hanya akan melewati pintu masuk di bawah Jubah, ini berbeda, Hermione." Ron menunjuk-nunjuk ke atas Daily Prophet sepuluh hari lalu. "Kau ada dalam daftar kelahiran Muggle yang tidak hadir untuk wawancara!"
"Dan kau seharusnya sedang sekarat karena spattergroit di the Burrow! Kalau ada orang yang seharusnya tidak pergi, orang itu adalah Harry. Dia punya harga sepuluh ribu Galleon di kepalanya -"
"Baik, aku akan tinggal di sini," kata Harry. "Jangan lupa beritahu aku kalau kalian sudah berhasil mengalahkan Voldemort, oke""
Saat Ron dan Hermione tertawa, bekas luka di dahi Harry terasa sakit.
Tangannya spontan memegangnya, tapi Harry melihat Hermione memerhatikan dan Harry melanjutkan gerakan tangannya berpura-pura menyapu rambut yang menutupi matanya.
"Kalau kita bertiga pergi, kita harus ber-Disapparate sendiri-sendiri," kata Ron. "Sudah tidak cukup lagi bila kita semua ingin bersembunyi di bawah Jubah Gaib."
Bekas luka Harry semakin terasa sakit. Ia berdiri. Kreacher langsung mendatanginya.
"Master belum menghabiskan supnya, apakah Master lebih suka sup kental yang enak, atau Master lebih suka tart karamel kesukaan Master""
"Terima kasih, Kreacher, tapi aku akan kembali sebentar lagi - er - kamar mandi."
Tahu bahwa Hermione menatap curiga padanya, Harry bergegas menaiki tangga menuju aula dan kemudian ke lantai satu, di mana ia masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu. Sambil menahan rasa sakitnya, Harry bersandar pada wastafel hitam dengan kran berbentuk ular yang membuka mulutnya, lalu ia memejamkan mata.
Ia sedang berjalan di jalanan yang temaram. Bangunan di kedua sisi jalan memiliki atap kayu yang tinggi, dan terlihat seperti rumah kue jahe. Ia menuju salah satunya, lalu melihat tangannya yang berjari panjang dan puc
at mengetuk pintu. Ia merasakan semangat yang semakin menggebu.
Pintu terbuka: seorang wanita yang sedang tertawa muncul. Raut wajahnya berubah begitu ia melihat wajah Harry: kesenangan hilang, ketakutan menggantikannya...
"Gregorovitch"" ujar sebuah suara yang tinggi dan dingin.
Wanita itu menggelengkan kepalanya, lalu ia berusaha untuk menutup pintu.
Tangan putih itu menahan pintu, mencegah wanita itu untuk menutupnya.
"Er wohnt hier nicht mehr!" teriak wanita itu sambil menggelengkan kepalanya.
"Dia tidak tinggal di sini! Dia tidak tinggal di sini! Aku tak tahu dia!"
Menyerah untuk berusaha menutup pintu, wanita itu mundur ke ruang tengah yang gelap.
Harry mengikutinya, mendekati wanita itu, dan tangannya yang berjari panjang menarik
sebuah tongkat. "Di mana dia"" "Das weiB ich nicht! Dia pindah! Aku tak tahu, aku tak tahu! "Tangan putih itu mengacungkan tongkatnya. Wanita itu berteriak. Dua anak kecil berlari
masuk ke ruang tengah. Wanita itu berusaha untuk melindungi mereka dengan tangannya. Lalu terlihat kilatan cahaya berwarna hijau.
"Harry! HARRY!"
Harry membuka matanya; ia telah terbaring di lantai. Hermione sedang menggedor-gedor pintu. "Harry, buka!"
Ia pasti berteriak-teriak tadi, Harry tahu itu. Ia berdiri dan membuka pintu. Hermione
hampir saja terjatuh, dan begitu ia mendapat kembali keseimbangannya, Hermione
menatap curiga. Ron berada tepat di belakangnya, tampak waspada dengan
mengacungkan tongkatnya ke sudut-sudut kamar mandi yang dingin.
"Apa yang kau lakukan"" tanya Hermione tegas.
"Kau pikir apa yang aku lakukan"" tanya Harry sedikit menantang.
"Kau berteriak-teriak kesetanan!" kata Ron.
"Oh, ya... aku pasti tertidur atau... ""
"Harry, tolong jangan anggap kami bodoh," kata Hermione sambil menarik nafas dalam-dalam. "Kami tahu kalau bekas lukamu terasa sakit di bawah tadi, dan kau sangat pucat."
Harry duduk di pinggiran bak mandi.
"Baiklah. Aku baru saja melihat Voldemort membunuh seorang wanita. Mungkin sekarang ia sedang membunuh seluruh keluarga wanita itu. Padahal ia tidak harus
melakukannya. Seperti Cedric, mereka hanya ada di sana...""Harry, kau seharusnya tidak membiarkan hal ini terjadi lagi!" raung Hermione, suaranya bergema di dalam kamar mandi. "Dumbledore ingin kau menggunakan Occlumency! Dia memberitahu bahwa koneksi itu berbahaya - Voldemort dapat menyalahgunakannya, Harry! Apa bagusnya melihat dia membunuh dan menyiksa orang" Bagaimana hal itu bisa membantu kita""
"Karena itu artinya aku tahu apa yang sedang dia lakukan," kata Harry.
"Jadi kau tidak akan berusaha menutup pikiranmu""
"Hermione, aku tidak bisa. Kau tahu aku payah dengan Occlumency, aku tidak pernah bisa menguasainya."
"Kau tidak pernah benar-benar berusaha!" balas Hermione panas. "Aku tidak mengerti, Harry - apa kau suka dengan koneksi atau hubungan atau apa namanya -terserah kaulah..." Hermione tampak bimbang saat Harry kembali berdiri.
"Suka"" kata Harry dingin. "Apa kau akan suka"" "Aku - tidak - maafkan aku, Harry, aku tidak bermaksud..." "Aku membencinya, aku benci kenyataan bahwa dia bisa masuk ke dalam pikiranku, dan
aku harus melihat betapa berbahayanya dia. Tapi aku akan menggunakannya."
"Dumbledore..."
"Lupakan Dumbledore. Ini pilihanku, bukan orang lain. Aku ingin tahu mengapa ia
mengejar Gregorovitch."
"Siapa"" "Dia seorang pembuat tongkat dari luar negeri," kata Harry. "Dia yang membuat tongkat Krum dan Krum menganggap orang itu brilian."
"Tapi kau bilang," kata Ron, "Voldemort sudah menahan Ollivander entah di mana. Kalau dia sudah mendapatkan seorang pembuat tongkat, mengapa dia harus mencari satu lagi""
"Mungkin dia sependapat dengan Krum, mungkin dia pikir Gregorovitch lebih baik... atau Gregorovitch dapat menjelaskan apa yang tongkatku lakukan saat dia mengejarku, karena Ollivander tidak tahu."
Harry menatap ke arah cermin retak yang berdebu. Ia dapat melihat Ron dan Hermione saling bertukar pandang meragukannya.
"Harry, kau terus-terusan berbicara tentang apa yang tongkatmu lakukan," kata Hermione, "Kaulah yang melakukannya! Mengapa kau tidak mau mengakui kekuatanmu sendiri""
"Karena aku tahu itu bukan
aku! Dan Voldemort juga tahu, Hermione! Kami berdualah yang tahu apa yang terjadi!"
Mereka saling bertukar pandang. Harry tahu ia tidak bisa meyakinkan Hermione karena ia terus memberondong Harry dengan argumen melawan teori tentang
tongkatnya dan kenyataan bahwa Harry membiarkan dirinya melihat pikiran Voldemort. Untungnya, Ron menengahi.
"Cukup," Ron menasehati Hermione. "Terserah dia. Dan bila kita ingin pergi ke Kementrian besok, bukankah lebih baik kita merencanakan sesuatu""
Dengan enggan, seperti yang dapat dilihat oleh dua orang lainnya, Hermione tidak melanjutkan perdebatan ini, walau Harry yakin kalau ia akan menyerangnya lagi begitu ada kesempatan. Pada saat bersamaan, mereka kembali ke dapur, di mana Kreacher telah menyiapkan sup kental dan tart karamel untuk mereka semua.
Mereka tidak tidur hingga larut malam, berjam-jam menyusun rencana hingga semua memiliki pemahaman yang sama. Harry, yang kini tidur di kamar tidur Sirius, berbaring di atas tempat tidur dengan cahaya dari ujung lampunya menerangi foto ayahnya, Sirius, Lupin, dan Pettigrew, serta menggumamkan keseluruhan rencana yang telah disusun selama sepuluh menit. Saat ia memadamkan tongkatnya, ia berpikir. Bukannya berpikir tentang Ramuan Polijus, Pastiles Pemuntah, atau jubah biru laut pegawai Pemeliharaan Sihir; Harry malah memikirkan Gregorovitch dan bisa berapa lama ia bersembunyi sementara Voldemort sangat menginginkannya.
Rasanya pagi datang terlalu cepat.
"Kau kelihatan kacau," sambut Ron begitu ia masuk ke kamar untuk membangunkan Harry. "Tidak untuk waktu lama," kata Harry sambil menguap.
Mereka menemui Hermione di dapur. Kreacher sedang menyiapkan kopi dan roti panas untuk Hermione. Ia terlihat sibuk dan serius, dan Harry menganggap bahwa ia sedang melakukan persiapan ujian akhir.
"Jubah," kata Hermione pelan, dilanjutkan dengan anggukan tegang, lalu melanjutkan memasukkan barang-barang ke dalam tasnya, "Ramuan Polijus...
Jubah Gaib... Peledak Pengalih Perhatian... kalian juga harus membawanya untuk berjaga-jaga nanti... Pastilles Muntah, Gula-Gula Mimisan, Telinga Terjulur..."
Mereka menghabiskan sarapan mereka dan bersiap berangkat. Kreacher membungkuk pada mereka dan menjanjikan pai daging saat mereka kembali.
"Terberkatilah dia," kata Ron tulus, "dan dulu aku sering membayangkan bagaimana aku akan memenggal kepalanya dan menjadikannya pajangan dinding."
Perlahan mereka keluar dan berdiri di depan pintu penuh waspada. Mereka dapat melihat beberapa Pelahap Maut yang bermata menonjol sedang mengawasi rumah dari seberang halaman yang berkabut.
Hermione ber-Dissaparate dengan Ron dulu, baru kembali untuk menjemput Harry.
Setelah kegelapan sesaat dan sedikit tercekik, Harry menemukan dirinya berada di sebuah gang kecil di mana rencana awal mereka dijalankan. Tempat itu kosong, hanya ada dua tempat sampah besar. Biasanya para pegawai Kementrian datang di atas jam delapan.
"Baiklah," kata Hermione sambil melihat jam tangannya. "Wanita itu seharusnya datang lima menit lagi. Saat aku membuatnya pingsan..."
"Hermione, kami sudah tahu," potong Ron tajam. "Dan bukannya kita akan membuka pintu itu sebelum wanita itu datang""
Hermione terpekik. "Aku hampir lupa! Mundur."
Hermione mengarahkan tongkatnya ke pintu berat yang digambari grafiti api dan tergembok di samping mereka, yang kemudian terbuka diiringi suara bantingan. Koridor gelap di dalamnya mengarah, menurut pengamatan mereka, ke sebuah gedung teater kosong. Lalu Hermione menutup pintu.
"Sekarang," kata Hermione seraya berbalik pada Harry dan Ron, "kita pakai Jubah lagi dan..."
"... menunggu," kata Ron menyelesaikan sambil melemparkan Jubah Gaib ke atas kepala Hermione seperti menyelimuti sebuah sangkar burung dan memutar matanya pada Harry.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara pop kecil dan seorang pegawai wanita Kementrian yang kecil dengan rambut kelabu ringan ber-Apparate di depan mereka, wanita itu berkedip menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang baru keluar dari awan. Wanita itu bahkan tidak sempat merasakan hangatnya matahari, karena Mantra Pemingsan non-verbal Hermione mengen
ai dadanya dan ia tumbang.
"Kerja bagus, Hermione," kata Ron, yang muncul di belakang tempat sampah di samping pintu teater saat Harry melepas Jubah Gaib. Mereka mengangkat
wanita kecil itu ke dalam koridor gelap yang mengarah ke belakang panggung.
Hermione mengambil beberapa helai rambut wanita itu dan menambahkannya ke botol yang berisi Ramuan Polijus yang baru saja ia keluarkan dari tas manik. Ron menggeledah tas wanita kecil itu.
"Dia Mafalda Hopkirk," kata Ron sambil membaca sebuah kartu identitas kecil milik korban mereka yang bekerja di Kantor Penggunaan Sihir Yang Tidak Perlu. "Kau sebaiknya membawanya Hermione, dan ini koinnya."
Ron memberi Hermione beberapa koin emas kecil dengan tulisan M.O.M. yang baru saja Ron ambil dari tas wanita itu.
Hermione meminum Ramuan Polijus yang sekarang berwarna seperti bunga heliotrope, lalu beberapa detik kemudian berdirilah tiruan Mafalda Hopkirk.
Saat Hermione mengambil kacamata Mafalda dan memakainya, Harry sedang melihat jamnya. "Kita bergerak lambat, tuan Pemeliharaan Sihir akan datang beberapa detik lagi."
Mereka bergegas menutup pintu, Ron dan Harry memakai Jubah Gaib, sementara Hermione tetap berdiri dan menunggu. Beberapa detik kemudian terdengat suara pop lain, dan di depan mereka muncul seorang pria kecil yang tampak seperti musang**.
"Oh, hallo, Mafalda,"
"Hallo!" kata Hermione, suaranya gemetar. "Apa kabar""
"Tidak begitu baik, sebenarnya," jawab pria kecil itu. Ia terlihat putus asa.
Saat Hermione dan pria itu berjalan ke jalan besar, Harry dan Ron mengikuti mereka.
"Aku turut sedih mendengarnya," kata Hermione saat pria itu akan menceritakan masalahnya. Sangat penting untuk mencegahnya mencapai jalanan. "Ini, makanlah permen."
"Eh" Oh, tidak, terima kasih."
"Aku memaksa," kata Hermione dengan agresif sambil menyorongkan sekantung permen ke wajah pria itu. Merasa tersudut, pria itu mengambil satu.
Efeknya terjadi begitu cepat. Sesaat setelah pastiles menyentuh lidahnya, pria itu langsung muntah-muntah, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa Hermione
telah mencabut beberapa helai rambutnya.
"Ya ampun!" kata Hermione saat pria itu memenuhi gang dengan muntahannya. "Mungkin kau sebaiknya mengambil cuti!"
"Tidak - tidak!" pria itu tersedak dan muntah lagi. Ia berusaha untuk berjalan tapi tidak bisa. "Aku harus - hari ini -harus pergi..."
"Tapi itu konyol!" kata Hermione gusar. "Kau tidak bisa bekerja dengan keadaan seperti ini - kurasa lebih baik kau ke St Mungo agar bisa disembuhkan."
Pria itu terjatuh, tapi tetap merangkak, berusaha keluar ke jalan. "Kau tidak bisa pergi bekerja kalau begini!" teriak Hermione.
Akhirnya pria itu menerima pernyataan Hermione. Dibantu Hermione, pria itu kembali mencoba berdiri mencari tempat lalu menghilang, tidak meninggalkan apapun selain tasnya yang diambil Ron, dan genangan muntah.
"Urgh," kata Hermione sambil mengangkat ujung jubahnya menghindari muntahan itu. "Tidak akan berantakan seperti ini kalau kita membuatnya pingsan."
"Ya," kata Ron yang muncul dari bawah Jubah sambil memegangi tas pria tadi,
"tapi kupikir setumpuk orang tidak sadar akan lebih menarik perhatian. Dia giat sekali bekerja, ya" Berikan rambut dan Ramuannya."
Dalam dua menit, Ron sudah berdiri sebagai seorang pria kecil berwajah seperti musang dan menggunakan jubah biru laut yang terlipat dalam tas pria itu.
"Aneh, mengapa dia tidak pakai seragam, padahal tadi dia sangat ingin pergi kerja, kan" Aku Reg Cattermole, menurut label di belakang jubah ini."
"Sekarang tunggu di sini," kata Hermione pada Harry yang masih di bawah Jubah Gaib, "dan kami akan membawakan rambut untukmu."
Harry menunggu sepuluh menit, tapi rasanya lebih lama dari itu, berdiri sendirian di dalam gang yang penuh muntahan, di sebelah pintu yang menyembunyikan Mafalda yang pingsan. Akhirnya, Ron dan Hermione muncul.
"Kami tidak tahu siapa dia," kata Hermione, memberikan beberapa helai rambut keriting hitam, "tapi dia harus pulang karena mimisan parah! Ini, orang itu cukup tinggi, kau akan butuh jubah yang lebih besar."
Hermione mengeluarkan jubah tua yang baru dicuci Kreacher. Harry mengganti jubah
nya dan meminum Ramuannya.
Setelah transformasi yang menyakitkan, tinggi Harry mencapai dua meter, lengannya berotot, dan berjanggut. Setelah menyimpan Jubah Gaib dan kacamata dalam jubahnya yang baru, ia bergabung bersama Ron dan Hermione.
"Blimey, itu menakutkan," kata Ron, menatap Harry yang kini jauh lebih tinggi dari pada dirinya.
"Ambil satu koin Mafalda," kata Hermione pada Harry, "ayo, sudah hampir jam sembilan."
Mereka keluar dari gang itu bersama-sama, setelah berjalan lima ratus meter di jalanan yang ramai, terdapat dua baris pegangan berwarna hitam yang mengapit dua tangga, satu bertuliskan PRIA dan satu lagi WANITA.
"Sampai jumpa," kata Hermione gugup. Ia menuruni tangga mengikuti pegangan untuk WANITA. Harry dan Ron bergabung dengan segerombolan pria berpakaian aneh yang ternyata mereka mengarah ke toilet umum bawah tanah, yang diberi keramik hitam putih.
"Pagi, Reg!" kata seorang pria dengan jubah biru laut, lalu ia masuk ke dalam salah satu [color = orange]petak[/color] dengan memasukkan koin emas ke dalam lubang di pintu. "Bikin susah, ya" Memaksa kita berangkat kerja seperti ini! Mereka pikir siapa yang akan datang, Harry Potter""
Pria itu menertawakan leluconnya sendiri. Ron tertawa terpaksa.
"Ya," kata Ron. "Bodoh sekali, ya""
Ron dan Harry masuk ke petak masing-masing.
Lalu Harry mendengar suara siraman. Harry membungkuk, menoleh ke kanan dan mengintip dari celah di bawah petak, ia melihat sepasang kaki naik ke atas toilet. Ia menoleh ke kiri dan melihat Ron sedang berkedip padanya.
"Apa kita harus menyiram diri kita sendiri"" bisik Ron.
"Sepertinya," balas Harry dalam suara bisikan yang berat dan dalam.
Mereka berdua berdiri. Merasa begitu bodoh, Harry naik ke atas toilet.
Harry tahu seketika kalau ia sudah melakukan hal yang benar, karena walau ia berdiri di dalam air, sepatu, kaki, dan ujung jubahnya tetap kering. Harry meraih rantai, menariknya, dan beberapa saat kemudian ia merosot turun dan muncul di salah satu perapian Kementrian Sihir.
Harry begitu canggung dengan tubuhnya, ia tidak terbiasa mengendalikan tubuh sebesar itu. Atrium Kementrian terlihat lebih gelap daripada yang Harry ingat. Sebelumnya, di tengah atrium terdapat air mancur emas, memancarkan cahaya berkilauan di atas lantai dan dinding kayu yang mengkilap. Sekarang, sebuah patung hitam besar dari batu menggantikannya. Patung itu cukup menakutkan, merupakan pahatan seorang penyihir pria dan wanita yang duduk di atas singgasana yang penuh ukiran, melihat ke bawah, ke arah pegawai Kementrian yang bermunculan dari perapian. Di dasar patung itu terukir tulisan sebesar setengah meter dengan ucapan: SIHIR ADALAH KEKUATAN.
Harry merasa ada dorongan dari belakang, seorang pria baru saja muncul di perapian yang sama.
"Minggir, tak dapatkah kau - oh, maaf, Runcorn!"
Ketakutan, pria botak itu bergegas pergi. Rupanya orang yang sedang Harry tirukan, Runcorn, adalah orang yang suka mengintimidasi.
"Psst!" terdengar suara dan Harry melihat seorang wanita berambut ikal dan pria seperti musang dari Pemeliharaan Sihir memanggilnya dari sebelah patung.
Harry segera mendekati mereka.
"Kau bisa masuk dengan lancar, kan"" bisik Hermione pada Harry. "Tidak, dia tersangkut di rawa-rawa itu tadi," kata Ron.
"Oh, lucu sekali... mengerikan, ya"" kata Hermione pada Harry yang sedang memandangi patung. "Kau tahu mereka duduk di atas apa""
Harry memerhatikan ukiran patung itu dan yang ia kira hanya ukiran singgasana ternyata pahatan tumpukan manusia. Beratus-ratus manusia telanjang, pria, wanita, dan anakanak. Semua dalam wajah jelek, sedikit bodoh, dan kebingungan.
Mereka terhimpit menjadi satu, menahan berat penyihir berjubah yang tampan. "Muggle," bisik Hermione. "Dalam posisi yang tepat. Ayo, pergi."
Mereka bertiga mengikuti arus para penyihir yang berjalan menuju gerbang emas di ujung atrium, dan diam-diam mencari sosok Dolores Umbrige yang tidak juga mereka temukan. Mereka melewati gerbang, masuk ke dalam aula
yang lebih kecil di mana terdapat barisan-barisan di depan dua puluh lift dengan pintu teralis emas. Mereka ikut mengantri, lalu terdengar suara
memanggil, "Cattermole!"
Ketiganya menoleh. Perut Harry terasa jungkir balik. Seorang Pelahap Maut yang telah menyaksikan kematian Dumbledore sedang berjalan ke arah mereka. Pegawai Kementrian di sekitar mereka langsung terdiam, mata mereka menunjukkan rasa putus asa, Harry dapat merasakan ketakutan menjalari mereka. Pria itu terlihat marah dan sedikit kejam, terlihat begitu aneh dalam jubah hitamnya yang penuh dengan sulaman benang emas. Seseorang dalam kerumunan memanggil, "Pagi, Yaxley!" tapi Yaxley tidak peduli.
"Aku meminta seseorang dari Pemeliharaan Sihir untuk membetulkan kantorku, Cattermole. Kantorku kehujanan."
Ron diam saja berharap kalau yang dimaksud bukan dirinya, tapi tidak seorang pun menyahut.
"Hujan... di kantormu" Itu - itu tidak baik, kan""
Ron tertawa gugup. Mata Yaxley melebar.
"Kau pikir itu lucu, Cattermole""
Beberapa orang keluar dari barisan dan bergegas pergi.
"Tidak," kata Ron, "Tentu saja tidak."
"Kau tahu, kan, kalau aku akan turun untuk menginterogasi istrimu, Cattermole"
Aku malah terkejut tidak melihatmu sedang menggenggam tangan istrimu saat ia menunggu di bawah sana. Sudah menganggapnya sebagai pilihan yang salah"
Cukup bijaksana. Pastikan kau menikahi seorang darah murni lain waktu."
Hermione mendesah ketakutan. Yaxley menatapnya. Hermione terbatuk pelan dan menoleh ke arah lain. "Aku - aku," kata Ron tergagap.
"Kalau istriku disangka seorang Darah Lumpur," kata Yaxley, "- wanita sampah seperti itu tidak akan pernah aku nikahi - dan Kepala Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir harus bekerja, dan pekerjaanku sangat penting, Cattermole. Kau mengerti""
"Ya," bisik Ron.
"Kalau begitu bekerjalah, Cattermole. Dan bila kantorku belum kering dalam satu jam, Status Darah istrimu akan jauh lebih buruk daripada sekarang."
Teralis emas di belakang mereka terbuka. Dengan anggukan dan senyum kaku pada Harry, yang diharapkan senang dengan perlakuan terhadap Cattermole, Yaxley masuk ke lift. Harry, Ron, dan Hermione masuk ke lift lain dan tidak ada yang masuk bersama mereka, seakan mereka menular. Teralis itu tertutup dan mulai bergerak naik.
"Apa yang harus kulakukan"" tanya Ron seketika pada Harry dan Hermione. Ia terlihat tegang. "Kalau aku tidak datang, istriku... maksudku, istri Cattermole..."
"Kami akan ikut denganmu, kita harus tetap bersama," kata Harry, tapi Ron menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Tidak mungkin, kita tidak punya cukup waktu. Kalian berdua pergi ke kantor Umbridge, aku akan membetulkan kantor Yaxley - tapi bagaimana aku menghentikan hujan""
"Coba Finite Incantatem," kata Hermione, "akan berhasil kalau disebabkan oleh kutukan. Kalau tidak, berarti ada yang salah dengan Mantera Atmosfernya. Dan itu akan susah untuk diperbaiki, jadi untuk sementara lebih baik gunakan Impervius untuk menjaga barang-barangnya tetap kering."
"Ulangi lagi, tapi pelan-pelan," kata Ron yang putus asa, sambil mencoba mencari pena bulu di kantungnya, tapi lift tiba-tiba berhenti. Terdengar suara wanita,
"Lantai Empat, Departemen Regulasi dan Kontrol Makhluk Gaib, termasuk Divisi Hewan, Makhluk, dan Hantu, Kantor Hubungan Goblin, dan Biro Pengendali Hama," dan teralis pun terbuka lagi. Seorang pria masuk dan pesawat kertas ungu beterbangan masuk berputar di sekitar lampu lift.
"Pagi, Albert," kata seorang pria berkumis yang tersenyum pada Harry. Harry melirik ke arah Ron dan Hermione saat lift bergerak naik. Ia melihat Hermione sedang membisikkan instruksi pada Ron. Pria tadi mendekati Harry, meliriknya, dan berbisik, "Dirk Cresswell, kan" Dari Kantor Hubungan Goblin" Bagus sekali, Albert. Aku yakin aku akan mendapatkan pekerjaannya sekarang!"
Pria itu mengedip. Harry tersenyum, berharap agar hal ini segera berakhir. Lift berhenti dan teralis membuka kembali.
"Lantai Dua, Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir, termasuk Kantor Penggunaan Sihir Yang Tidak Perlu, Markas Auror, dan Dinas Administrasi Wizengamot."
Harry melihat Hermione mendorong Ron dan ia bergegas keluar lift, diikuti oleh pria tadi, meninggalkan Harry dan Hermione berdua. Saat teralis tertutup, Hermione langsung berkata, "Lebih baik aku ikut
Ron, Harry. Aku tidak yakin Ron bisa melakukannya, dan bila dia ketahuan..."
"Lantai Satu, Kementrian Sihir dan Staf Pendukung."
Teralis emas terbuka lagi dan Hermione terdiam.
Empat orang berdiri di depan mereka. Dua di antaranya sedang sibuk berbicara. Seorang pria berambut panjang dalam jubah hitam dan emas. Dan seorang wanita seperti kodok dengan pita merah menghiasi rambut pendeknya, sedang menggamit papan di dadanya.
Bab 13 The Muggle-Born Registration Commission Komisi Pendaftaran Kelahiran Muggle
"Ah, Mafalda!" kata Umbridge, melihat pada Hermione. "Travers mengirimmu, benar kan"" "Y-ya." cicit Hermione.
"Bagus, yang kau kerjakan sangat bagus." Umbridge bicara pada penyihir lakilaki dalam pakaian hitam dan emas. "Dengan demikian masalah selesai. Pak Menteri, jika Mafalda dapat menjaga catatannya kita segera siap untuk memulai." dia memeriksa clipboardnya. "Sepuluh orang hari ini dan salah satunya istri dari pekerja Kementrian! Tut, tut... bahkan di sini, di jantung Kementrian!"
dia melangkahkan kakinya di samping Hermione, dua orang penyihir pria yang telah mendengarkan pecakapan antara Umbridge dengan Menteri. "Kita akan turun kebawah, Mafalda, kau akan menemukan semua yang kau perlukan di ruang sidang. Selamat pagi Albert, kau akan keluar""
"Ya, tentu saja," kata Harry dengan suara berat Runcorn.
Harry keluar dari lift. Terali emas begemerincing menutup di belakangnya.
Menengok melewati bahunya, Harry melihat Hermione, kekhawatiran terpampang di wajahnya, seorang penyihir pria tinggi di sampingnya, pengikat rambut beludru Umbridge sejajar dengan bahunya.
"Apa yang membawamu kesini, Runcorn"" tanya menteri sihir yang baru. Dia tinggi, berambut gelap dan janggutnya bersinar keperakan, dan di bawah dahinya bayangan matanya mengilat, yang dalam bayangan Harry seperti kepiting yang keluar dari balik batu.
"Perlu bicara secepatnya dengan," Harry ragu-ragu beberapa saat, "Arthur Weasley. Seseorang berkata ia berada di tingkat satu."
"Ah," kata Plum Thicknesse. "Apakah ia sudah terbukti punya hubungan dengan pihak tak diinginkan"" "Tidak." kata Harry, tenggorokannya serasa kering. "Tidak, tidak seperti itu."
"Ah, well. Itu hanya soal waktu," kata Thicknesse. "Jika kau bertanya padaku, darah pengkhianat sama buruknya dengan darah lumpur. Selamat siang, Runcorn."
"Selamat siang, Pak Menteri."
Harry melihat Thicknesse berjalan ke arah koridor berkarpet. Saat Menteri telah hilang dari pandangan, Harry menarik keluar Jubah Gaib dari dalam kantung jubah hitamnya, mengenakannya dan mulai ke arah koridor yang berlawanan. Runcorn sangat tinggi sehingga Harry harus berdiri maju mundur untuk memastikan kaki besarnya telah tersembunyi.
Kepanikan bergetar pada perut Harry, selama dia melewati pintu demi pintu kayu yang berkilat, masing-masing mempunyai plat dengan masing-masing nama dan pekerjaan, kekuatan kementrian, kerumitannya, sulitnya dimasuki, tampaknya berusaha melawannya sehingga rencana yang telah mereka susun dengan hati hati bersama Ron dan Hermione selama empat minggu menjadi tampak kekanak-kanakan. Mereka telah memikirkan segala usaha untuk
memasuki Kementrian tanpa terdeteksi: Mereka tidak menyempatkan diri untuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan apabila mereka terpencar. Hermione sekarang tertahan di proses pengadilan yang tak diragukan lagi memakan waktu berjam-jam; Ron sedang berjuang melakukan sihir yang Harry yakin diluar kemampuannya, kebebasan seorang wanita kemungkinan bergantung pada hasilnya, dan dia, Harry, berkeliling di lantai atas saat dia tahu pasti target pencariannya telah turun di dalam lift.
Dia berhenti berjalan, bersandar di dinding dan berusaha memutuskan apa yang harus dilakukan. Keheningan terasa menekannya: Tidak ada kesibukan atau percakapan atau suara tapakan kaki di koridor berkarpet ungu ini sesepi seakan-akan mantra Muffliato telah digunakan disekeliling tempat ini Kantornya pasti disini, Harry mengira-ngira.
Rasanya tidak mungkin Umbridge akan menyimpan perhiasannya di kantor, tapi disisi lain kelihatan bodoh bila tidak mencari untuk memastikannya.
Karena itu dia mulai menyusuri
koridor lagi, tidak melewati seorangpun kecuali seorang penyihir yang merengut menggumamkan instruksi kepada pena-bulu yang mengapung di depannya, menulis dengan tergesa-gesa pada selembar perkamen.
Sekarang sambil memperhatikan nama-nama di pintu-pintu, Harry berbelok di sudut. Setengah jalan ke koridor berikutnya, dia tiba di tempat yang luas, tempat terbuka dimana selusin penyihir pria maupun wanita duduk pada barisan meja tulis yang tidak seperti meja sekolah, seakan-akan lebih sering dipoles dan bebas coretan. Harry berhenti untuk mengamati mereka, efeknya sangat memesonakan. Mereka semua menggoyang dan memutar tongkat mereka pada saat yang bersamaan, dan berlembar-lembar kertas warna berbentuk persegi terbang ke masing-masing tujuan seperti layang-layang merah muda kecil.
Setelah beberapa saat Harry sadar bahwa proses tersebut berirama, bahwa semua kertas mempunyai bentuk pola yang sama dan setelah beberapa saat dia sadar bahwa ia sedang menonton proses pembuatan pamflet - kertas persegi yang berhalaman, yang, ketika sudah disusun, dilipat dan ditempatkan secara sihir, jatuh di tumpukan disamping masing-masing penyihir pria dan wanita.
Harry merangkak mendekat, melewati para pekerja yang sangat berkonsentrasi pada pekerjaannya, Harry ragu mereka akan menyadari jejak kaki di karpet berbulu, dan dia berhasil menyelipkan pamflet lengkap dari tumpukan disebelah penyihir perempuan muda. Dia membacanya di balik Jubah Gaib-nya. Covernya berwarna merah muda dengan dihiasi judul berwarna emas.
Darah lumpur dan bahayanya sikap mereka terhadap ketenangan komunitas darah murni.
Dibawah judul dihiasi dengan gambar mawar merah, dengan wajah bodoh tersenyum ditengah dedaunan, seakan tercekok oleh rumput liar dengan gigi taring dan pandangan marah. Tidak ada nama pengarang dalam pamflet, tetapi bekas luka di punggung tangan kanannya menggelenyar saat dia memeriksa itu.
Lalu penyihir perempuan muda disampingnya menegaskan kecurigaannya dengan berkata, "Apakah semua tahu wanita tua jelek mengintrogasi darah lumpur sepanjang hari""
"Hati-hati." kata penyihir pria disampingnya, melihat sekeliling tegang; salah satu halamannya tergelincir dan jatuh kelantai.
"Apa dia punya telinga ajaib, seperti mata yang ia punya sekarang""
Penyihir perempuan mengerling ke arah pintu kayu mahogani yang mengilap, di sekeliling tempat itu penuh dengan pembuat pamflet: Harry menengok ke arah itu dan kemarahan timbul dari dalam dirinya seperti ular. Disana terdapat lubang pengintip pada pintu depan Muggle, besar, disekeliling mata bersinar dengan selaput iris yang biru ditempatkan ditengah-tengah kayu - mata itu terlihat tak asing bagi orang yang mengenal Alastor Moody.
Untuk beberapa detik Harry lupa dimana ia berada dan apa yang ia lakukan disana: Ia bahkan lupa bahwa ia sedang tak terlihat. Ia langsung berjalan ke balik pintu untuk mempelajari mata itu. Mata itu tidak bergerak, mata itu menatap dengan buta ke arah atas, membeku. Plat dibawahnya berbunyi: Dolores Umbridge
Asisten Senior Menteri Dibawahnya lagi, sebuah plat baru yang bersinar berbunyi: Kepala Komisi Pendaftaran Kelahiran Muggle
Harry melihat kembali ke arah selusin pembuat pamflet: Seakan-akan mereka bersungguh-sungguh dengan pekerjaannya, ia dapat memastikan bahwa mereka tidak sadar jika pintu kantor itu kosong dan terbuka di depan mereka. Oleh karena itu ia mengambil dari dalam kantongnya benda aneh dengan sedikit kaki berombak, dan tubuh dari tanduk karet berumbi. Menunduk di bawah jubahnya, ia menaruh detonator jebakan** di lantai.
Detonator itu langsung berlari cepat melalui kaki-kaki para penyihir di depan Harry. Beberapa saat kemudian selama Harry menunggu dengan tangan di kenop pintu, lalu ledakan besar disusul bau tajam menyengat, asap hitam membumbung dari sudut: Penyihir perempuan muda di depan berteriak. Lembaran merah muda berterbangan kemana-mana saat ia dan beberapa penyihir wanita melompat, mencari sumber keributan. Harry memutar kenop pintu, melangkah ke dalam kantor Umbridge dan menutup pintu di belakangnya.
Ia teringat kembali ke masa lalu, ruangan itu persis seperti
kantor Umbridge di Hogwarts: Gorden berenda, serbet, dan bunga kering, di setiap bagian tertutup bunga. Dindingnya sama membosankan dengan permukaan piring hiasan yang sama dengan berbagai macam warna, hiasan berpita pajangan anak kucing yang berlompatan dan cekatan dengan menjijikan. Mejanya ditutupi dengan kalepak, taplak berbunga. Dibalik mata Mad-Eye, teleskop pelengkap disiapkan oleh Umbridge untuk memata-matai para pekerja di salah satu sisi pintu. Harry mengangkat dan melihat melewatinya, melihat mereka masih berkumpul di sekeliling jebakan peledak. Dia memutar teleskop ke arah luar, meninggalkan lubang di belakangnya, menarik bola mata ajaib keluar dan menaruhnya di kantungnya. Lalu ia bebalik ke arah ruangan lagi, mengangkat tangannya dan bergumam,"Accio kalung."
Tak ada yang terjadi, tapi ia tak menyangkanya, tidak ada keraguan Umbridge tahu semua mantra dan sihir perlindungan. Oleh karena itu ia langsung ke balik meja dan membuka laci-laci, ia melihat pena bulu dan buku catatan dan spellotape: Penjepit kertas yang memikat dengan ular yang melingkar, seperti dari meja dan akan menggigit kembali: Kotak kecil penuh renda penuh dengan penjepit rambut beludru dan penjepit, tapi tidak ada tanda keberadaan kalung.
Disamping meja terdapat lemari arsip: Harry mencari disana, seperti lemari arsip kepunyaan Filch di Hogwarts, itu sangat penuh dengan folder yang dilabeli dengan nama. Belum selesai Harry mencari, dibawah laci ia melihat seseatu.yang mengalihkan perhatianya dari pencarian: File Mr.Weasley.
Ia menariknya dan membukanya.
Arthur Weasley Status Darah : Darah murni, tetapi dikecualikan karena kecenderungan sebagai pendukung muggle. Diketahui sebagai anggota Orde Phoenix. Keluarga : Istri (Darah Murni), tujuh anak, dua yang termuda di Hogwarts. PS: anak laki-laki termuda, terakhir diketahui berada dirumah, dikatakan sakit serius. Kementrian telah mengkonfirmasi. Status perlindungan : DIAWASI. Segala pergerakan akan dipantau. Kemungkinan besar berhubungan dengan tak diinginkan no. 1
(telah tinggal dengan keluarga weasley sebelumnya)
"Tidak diharapkan no. 1." Harry bergumam dalam desahan. Lalu ia menaruh kembali folder Mr.Weasley dan menutup laci. Ia pikir ia tahu siapa dan cukup yakin, ia menegakan diri dan memandang berkeliling untuk tempat mencari penyembunyian baru, ia melihat poster dirinya dengan kata TAK DIINGINKAN
NO. 1 menghiasi di bawah dadanya. Notes kecil merah muda tertempel disana
dengan gambar kucing kecil tertempel di pinggirnya. Harry bergerak mendekat untuk membacanya dan melihat tulisan Umbridge, "Untuk di hukum."
Lebih marah dibanding sebelumnya, ia mulai mencari di bawah vas dan keranjang bunga yang basah, tapi tidak begitu mengagetkan, kalungnya tidak berada disana. Ia meyapukan pandangan terakhir di kantor itu, dan hatinya melonjak.
Dumbledore memandang ke arahnya dari cermin kecil berbentuk persegi, yang bersandar di lemari buku di samping meja.
Harry berlari menyebrangi ruangan dan memegangnya, tapi kenyataannya saat itu yang dia pegang bahkan bukan cermin sama sekali. Dumbledore tersenyum dengan prihatin dalam cover buku yang bekilau itu. Harry tidak segera menyadari tulisan hijau melingkar yang tertulis di samping topinya - Kehidupan dan Kebohongan Albus Dumbledore - dibagian lain lebih kecil tertulis di bawah dadanya: "oleh Rita Skeeter, pengarang terkenal dari Armando Dippet: Jenius atau Orang Bodoh
Harry membuka buku bertahap dan melihat halaman penuh foto dua anak lelaki remaja, keduanya tersenyum luar biasa dengan tangan saling tersandar di bahu yang lain. Dumbledore, dengan rambut panjang sesiku, telah tumbuh sedikit jenggot tipis yang mebuat salah satu ingatan Harry ke dagu Krum yang sangat membuat Ron kesal. Anak kecil yang menjerit kegirangan dalam diam disamping Dumbledore kelihatan senang, dia kelihatan liar. Rambut ikal emasnya jatuh ke bahunya. Harry membayangkan apakah itu Doge muda, tapi sebelum dia dapat memastikan tulisan di bawah gambar itu, pintu kantor terbuka.
Jika Thicknesse tidak melihat ke balik bahunya saat dia masuk, Harry tidak akan sempat memakai Jubah Gaib-nya
. Setelah itu, ia mengira Thicknesse mungkin menangkap sekilas gerakan, karena untuk beberapa saat dia tetap diam memandangi dengan ingin tahu ketempat dimana Harry baru saja hilang.
Mungkin memutuskan bahwa dia baru saja melihat hidung Dumbledore bergerak di depan buku. Pada Harry yang tergesa-gesa menempatkan itu di depan dirinya, Thicknesse akhirnya berjalan kearah meja dan menunjuk tongkatnya pada pena yang berdiri tegak di wadah tinta. Itu terbuka dan mulai menulis dengan tergesa-gesa menulis catatan untuk Umbridge. Sangat pelan, dengan napas tertahan. Harry kembali keluar kantor melewati area terbuka.
Pembuat pamflet masih berkelompok mengelilingi perangkap peledak, yang dilanjutkan dengan teriakan lemah kearah asap. Harry segera mematikan di koridor saat penyihir perempuan berkata, "Aku bertaruh pencuri itu disini dari eksperimental, mereka sangat tidak peduli, ingat saat bebek beracun""
Cepat-cepat kembali kearah lift, Harry memeriksa pilihan. Kalung itu sepertinya
tidak pernah ada di Kementrian dan tidak ada harapan yang menyenangkan dimana Umbridge berada walaupun dia sedang duduk dalam ruang sidang yang padat. Prioritas mereka sekarang adalah meninggalkan Kementrian sebelum mereka ketahuan, dan mencoba lagi di lain hari. Pikiran utama yang harus di lakukan adalah menemui Ron lalu mereka dapat bekerja sama mengeluarkan Hermione dari ruang sidang.
Lift sedang kosong saat dia tiba. Harry melompat kedalam dan menarik Jubah Gaib-nya setelah itu dia mulai turun. Keberuntungan menyelamatkannya, saat itu berderak berhenti pada tingkat dua, basah kuyup dan mata terbelalak. Ron masuk.
"P-pagi," dia berbicara gagap kepada Harry saat lift bergerak kembali. "Ron, ini aku, Harry!"
"Harry! Untunglah, aku lupa seperti apa kau terlihat - kenapa Hermione tidak bersamamu"" "Dia pergi kebawah ke ruang sidang dengan Umbridge, dia tidak dapat menolak, dan-" Tapi sebelum Harry selesai, lift berhenti kembali: Pintu terbuka lagi dan Mr.
Weasley berjalan kedalam, berbicara kepada penyihir perempuan tua berambut pirang kaku dan sangat tinggi sehingga menyerupai sarang semut.
"...aku benar-benar mengerti apa yang kau katakan, Wakanda, tapi aku takut tidak dapat bergabung ke-"
Mr. Weasley memutuskan diam; dia telah menyadari Harry. Itu sangat aneh, menyadari Mr. Weasley memandangnya dengan sangat tidak suka. Pintu lift tertutup dan keempatnya terdorong ke bawah sekali lagi.
"Oh hello, Reg," kata Mr. Weasley, melihat sekeliling saat suara tetesan air terus menerus menetes dari jubah Ron. "Benarkah istrimu di introgasi hari ini" Er - yang terjadi padamu" Kenapa kau basah kuyup""
"Hujan di kantor Yaxley." Kata Ron. Dia berbicara ke bahu Mr. Weasley, dan Harry yakin dia takut ayahnya akan mengenalinya jika mereka saling berkontak mata. "Aku tidak dapat menghentikannya, jadi mereka mengirimku untuk menemui Bernie - Pillswort, aku pikir mereka berkata-"
"Ya, banyak kantor yang sering hujan akhir-akhir ini," kata Mr.Weasley. "Apakah kau mencoba Meteolojink Recanto" Itu ampuh pada Bletchley."


Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Meteolojink Recanto"" gumam Ron. "Tidak. Terimakasih, D - maksudku terimakasih, Arthur."
Pintu lift terbuka: Penyihir perempuan tua yang rambutnya mirip sarang semut keluar dan Ron dibelakangnya dan menghilang dari pandangan. Harry bermaksud untuk mengikutinya, tapi jalannya tertahan oleh Percy Weasley yang berdiri di dalam lift, hidungnya tertutup dalam koran yang sedang dibacanya.
Tidak sampai pintu lift tertutup, Percy telah menyadari dia berada dalam satu lift yang sama dengan ayahnya. Dia mengangkat wajahnya, melihat Mr.
Weasley, berubah semerah lobak, dan meninggalkan lift beberapa saat setelah pintu terbuka lagi. Untuk beberapa saat, Harry mencoba keluar, tapi kali ini ia menyadari dirinya tertahan oleh lengan Mr. Weasley.
"Sebentar, Runcorn."
Pintu lift tertutup kembali dan saat mereka turun kembali, Mr.Weasley berkata, "Kudengar kau memberikan informasi tentang Dirk Cresswell."
Harry mempunyai kesan bahwa kemarahan Mr. Weasley tidak dikarenakan pertemuannya dengan Percy. Dia memutuskan kesempatan terbaiknya yaitu berpura pura bodoh.
"Maaf." katanya
. "Jangan mengelak, Runcorn." kata Mr. Weasley dengan sengit. "Kau mengawasi para penyihir yang mempunyai silsilah keluarga palsu, benar""
"Aku -jadi memangnya kenapa jika aku melakukan ini""
"Jadi, Dirk Cresswell sepuluh kali benar-benar penyihir dibandingkan kau." kata Mr. Weasley sungguh-sungguh, saat lift sampai di tingkat terakhir. "Dan jika dia bertahan di Azkaban, kau harus bertanggung jawab kepadanya, tidak termasuk anak, istrinya, dan temannya-"
"Arthur," Harry memotong, "apakah kau tahu bahwa kau diawasi""
"Itu adalah perlindungan, Runcorn"" kata Mr.Weasley dengan keras.
"Tidak," kata Harry, "itu kenyataan! Mereka memata-mataimu setiap gerakan-"
Pintu lift terbuka kembali.dan mereka tiba di Atrium. Mr. Weasley memberi Harry pandangan tajam. Harry berdiri disana, terguncang. Ia harap ia dapat menjadi orang lain selain Runcorn... pintu lift kembali tertutup.
Harry menarik kembali Jubah Gaib-nya dan memakainya kembali. Ia akan mencoba membebaskan Hermione sementara Ron menangani hujan di dalam kantor. Saat pintu terbuka, ia melangkah keluar ke arah jalan dengan obor batu yang benar-benar berbeda dari panel kayu dan koridor berkarpet sebelumnya.
Saat lift berjalan lagi, Harry bergidik sedikit, melihat di kejauhan pintu hitam dengan tanda ke arah Departemen Misteri.
Ia mulai berjalan, tujuannya tidak pada pintu hitam tapi ke arah pintu satunya yang ia ingat berada di sisi kiri, yang terbuka ke bawah ke kamar pengadilan.
Pikirannya bergulat dengan segala kemungkinan saat ia turun kebawah: Ia masih punya sepasang jebakan peledak, tapi mungkin lebih mudah dengan ketukan pelan memasuki ruang sidang, sebagai Runcorn dan berbicara dengan cepat kepada Mafalda" Tentu saja, ia tidak tahu apakah Runcorn cukup penting untuk kabur dengan ini, dan bahkan jika dia mengatur itu ketidak munculan Hermione mungkin akan segera dicari sebelum mereka selesai di Kementrian...
Seakan-akan menghilang, ia tidak segera sadar perasaan dingin yang tidak biasa yang merayap maju kearahnya. Jika saja ia tidak turun ke bawah ke arah kabut.itu menjadi dingin dan semakin dingin setiap ia melangkah: Perasaan dingin sampai pada tenggorokannya dan mengoyak paru-parunya lalu ia merasakan kehilangan semua kegembiraan, tanpa harapan, mengisinya, semakin besar di dalam dirinya...
Dementor, dia kira. Ia berlari ke tangga dan berbelok ke kanan, ia baru saja melihat kilasan yang menyeraman. Benda hitam di luar ruang sidang, tinggi, sosok hitam berkerudung, muka mereka benar-benar tersembunyi, mereka bernafas kasar pada tempatnya. Para kelahiran Muggle yang amat ketakutan dibawa masuk untuk diinterogasi duduk berkerumun dan
gemetar dalam bangku kayu mereka yang keras. Kebanyakan dari mereka menyembunyikan wajah mereka dalam tangan mereka, mungkin insting untuk mencoba melindungi diri mereka dari mulut rakus dementor. Beberapa duduk berkumpul dengan keluarga mereka, yang lain duduk sendirian. Para dementor melayang naik dan turun di depan mereka, dan udara dingin, dan tanpa harapan dan kehilangan kegembiraan terasa disekeliling Harry seperti kutukan...
Lawan itu, dia berbicara pada dirinya sendiri, tapi dia tahu dia tidak dapat membuat Patronus disini tanpa mendadak menunjukan dirinya. Jadi dia bergerak maju, sediam yang dia bisa, dan setiap dia melangkah dia merasa mati rasa seakan ada sesuatu yang dicuri dari otaknya, tapi kekuatan dirinya untuk memikirkan Hermione dan Ron, yang memerlukannya.
Bergerak seakan-akan naik, sosok hitam menakutkan: Wajah tanpa mata tersembunyi dibawah kerudung saat dia melewatinya, dan dia merasakan mereka, merasakan, mungkin, kehadiran seseorang yang masih mempunyai harapan, seseorang yang tabah...
Dan lalu, dengan tiba-tiba dan mengagetkan ditengah-tengah keheningan membeku, salah satu pintu ruang bawah tanah terbuka dan jeritan bergaung disekelilingnya.
"Tidak, tidak, aku darah campuran, aku darah ampuran, aku beritahu kau!
Ayahku seorang penyihir, dia benar-benar, cari dia, Arkie Alderton, dia pembuat sapu terbang yang sangat hebat, cari dia, aku beri tahu kau lepaskan tanganmu padaku, jauhkan tangan mu dari-"
"Ini peringata n terakhirmu." kata Umbridge dengan suara lembut, yang dibesarkan dengan sihir sehingga itu terdengar jelas diantar a jeritan putus asa. "Jika kau melawan, kau akan dijadikan subjek kecupan dementor."
Teriakan lelaki itu mereda, tapi isak tertahan tetap bergaung melewati koridor.
"Bawa dia pergi," kata Umbridge.
Dua dementor muncul di pintu keluar ruang sidang, mereka busuk, tangan berkeropeng menggenggam tinggi lengan si penyihir pria yang akan telah di pingsankan. Mereka melayang turun melewati koridor dengannya dan kegelapan mengikuti di belakang mereka menelan mereka dari pandangan.
"Selanjutnya - Mary Cattermole." panggil Umbridge.
Wanita kecil berdiri; dia gemetar dari kepala hingga kaki. Rambut gelapnya yang licin tergelung dengan rapi dan dia mengenakan jubah sederhana.
Wajahnya benar benar pucat. Saat dia melewati dementor, Harry melihatnya terguncang.
Dia melakukannya menurut instingnya, tanpa sedikitpun rencana, karena dia benci di pandangi saat berjalan sendirian memasuki ruang bawah tanah: Saat pintu terayun menutup, dia menyelinap kedalam ruang sidang dibelakang wanita itu.
Itu ruangan yang berbeda saat dia diinterogasi karena ia tidak dibenarkan menggunakan sihir. Ruangan ini lebih kecil, melihat langit-langit yang benarbenar tinggi, membuat claustrophobic* merasa terkurung di dasar.
Lebih banyak dementor disini, menyebarkan aura dingin di sekeliling tempat ini:
Mereka berdiri tanpa muka berjaga disudut dengan jarak yang cukup aman dari ketinggian, podium yang ditinggikan.disini, dibalik birai, duduk Umbridge, dengan Yaxley di sisinya dan Hermione, wajahnya seputih wajah Mrs. Cattermole, di sisi lainnya.di kaki podium bersinar perak, kucing berambut panjang berkeliling naik dan turun, dan Harry sadar bahwa itu perlindungan penuntut dari perasaan tanpa harapan yang dipancarkan oleh dementor: hanya terdakwa yang merasakan, tidak untuk pendakwa.
"Duduk." kata Umbridge dalam suara pelan dan halusnya.
Mrs. Cattermole tersandung pada kursi tunggal di tengah tengah lantai dibawah podium yang tinggi. Beberapa saat setelah dia duduk, rantai bergemerincing mengikat tangannya dan melambungkannya di kursi.
"Kau adalah Mary Elizabeth Cattermole"" tanya Umbridge.
Mrs. Cattermole memberi sebuah anggukan
"Menikah dengan Reginald Cattermole dari Departemen Pemeliharaan Sihir"" Mrs. Cattermole menitikan airmata.
"Aku tidak tahu diamana dia, dia bermaksud menemuiku disini!"
Umbridge mengabaikannya. "Ibu dari Maisie, Ellie dan Alfred Cattermole""
Mrs. Cattermole semain terisak dibanding sebelumnya.
"Mereka ketakutan, mereka pikir aku mungkin tidak akan kembali ke rumah-"
"Kecuali bagian dari kita." Yaxley meludah. "Anak kecil sombong dari darah lumpur tidak dapat mendapatkan simpati kita."
Isakan Mrs. Cattermole membuat langkah Harry tidak terdengar saat dia berjalan berhati-hati ke arah podium yang tinggi. Sesaat ia melewati tempat dimana Patronus kucing berpatroli, dia merasakan perbedaan temperatur: Terasa hangat dan nyaman disini. Patronusnya, dan sangat yakin kenapa Umbridge dan yang lainnya ceria karena mereka sangat bahagia disini, di bagiannya membenarkan hukum yang membelit yang dia bantu tulis, ia menepi ke arah podium di samping Umbridge, Yaxley dan Hermione, duduk di belakangnya.
Dia sangat khawatir membuat Hermione terlonjak. Dia bermaksud melepaskan mantra Muffliato pada Umbridge dan Yaxley, tetapi bahkan gumaman kata dapat membuat Hermione tahu. Lalu Umbridge meninggikan suaranya kepada
Mrs.Cattermole dan Harry mengambil kesempatan.
"Aku di belakangmu," dia bergumam di telinga Hermione seperti yang Harry kira, dia melompat dengan hebat, dia hampir menjatuhkan botol tinta yang dia gunakan untuk menulis interogasi, tapi Umbridge dan Yaxley masih berkonsentrasi pada Mrs. Cattermole, dan mereka tidak menyadarinya.
"Tongkat yang di ambil darimu telah tiba di Kementrian hari ini, Mrs.
Cattermole." kata umbbridge "delapan tiga per empat inchi, kayu cherry, dengan inti rambut unicorn. Kau mengakui deskripsinya""
Mrs. Cattermole mengangguk, mengelap matanya pada lengan baju.
"Dapatkah kau memberi tahu kita dari penyihir
mana perempuan atau lelaki kau mengambil tongkat ini""
"M-mengambil"" isak Mrs. Cattermole. "Aku tidak m-mengambil itu dari seseorang. Aku membelinya saat aku berumur sebelas tahun. Tongkat itu -itu - itu memilihku."
Dia menangis lebih keras dari sebelumnya.
Umbridge tertawa pelan, tawa genit membuat Harry ingin menyerangnya. Dia bersandar pada palang, agar lebih baik mengobservasi korbannya, dan sesuatu yang keemasan berayun kedepan, dan terjuntai ke udara kosong : kalungnya.
Hermione melihatnya, dia menjerit kecil, tapi Umbridge dan Yaxley, masih bersungguhsungguh pada mangsanya, tidak peduli pada apa yang terjadi.
"Tidak," kata Umbridge, "tidak, aku pikir tidak begitu, Mrs. Cattermole.
Tongkat hanya memilih penyihir perempuan atau lelaki. Kau bukan seorang penyihir. Aku harus mengetahui pendapatmu tentang pertanyaan ini karena itu kau dikirim ke sini - Mafalda, lewatkan mereka untukku."
Umbridge mengulurkan tangannya yang kecil: Dia benar-benar terlihat seperti kodok untuk beberapa saat yang Harry benar-benar kaget dia tidak punya selaput di antara j arijarinya yang pendek. Tangan Hermione bergetar kaget.
Dia meraba-raba tumpukan dokumen yang seimbang pada kursi disebelahnya.
Akhirnya dia berhasil mengambil lembaran perkamen dengan nama Mrs. Cattermole di atasnya.
"Itu - itu sangat indah, Dolores," dia berkata, menunjuk pada perhiasan bersinar yang tergantung di lipatan blus Umbridge.
"Apa"" bentak Umbridge, mengerling kebawah. "Oh ya - peninggalan keluarga turun temurun," katanya, menepuk kalung yang menempel didadanya yang besar. "'S' yang berarti Selwyn... aku mempunyai hubungan dengan para Selwyn...
pastinya, ada beberapa keluarga darah murni yang mana aku tidak berhubungan... sayangnya," dia melanjutkan, dalam suara yang lebih pelan, menjentik melewati pertannyaan Mrs. Cattermole, "itu tidak bisa disamakan katakanlah untukmu. 'Profesi orang tua: pedagang sayur'."
Yaxley bersorak kegirangan, dibawah kucing perak dengan bulu lembut berpatroli turun naik, dan para dementor berdiri menunggu disudut.
Kebohongan Umbridge telah membuat darah naik ke otak Harry dan hilang akal karena- kalung yang dipakainya adalah curian dari pencuri licik yang digunakannya untuk mendukung argumennya bahwa ia berdarah murni..ia mengangkat tongkatnya, tidak peduli dirinya tersembunyi di balik Jubah Gaib, dan berkata, "Stupefy!"
Terdapat kilatan cahaya merah; Umbridge runtuh dan dahinya membentur sisi birai: Kertas Mrs. Cattermole meluncur dari pangkuannya ke lantai dan, jatuh ke bawah, kucing perak yang berkeliling menghilang. Udara dingin menghantam mereka seperti angin yang mendekat: Yaxley, kebingungan, melihat sekeliling mencari sumber kekacauan dan melihat tangan tanpa tubuh milik Harry dan tongkat itu menunjuk padanya.dia mencoba menarik tongkatnya, tapi terlambat:
"Stupefy!" Yaxley jatuh ke bawah dan terbaring melingkar dilantai. "Harry!"
"Hermione, jika kau pikir aku akan duduk di sini dan berpura pura-" "Harry, Mrs. Cattermole!"
Harry berbalik, melepas jubah gaib; turun kebawah, dementor telah bergerak dari sudut; mereka melayang kearah wanita yang terantai di kursi: Apakah karena patronus yang menghilang atau karena tuannya telah kehilangan kontrol, mereka kelihatan tak terkendali. Mrs. Cattermole mengeluarkan jerit ketakutan.tangan busuk mencengkram dagunya dan menunduk pada wajahnya.
"EXPECTO PATRONUM!"
Rusa jantan perak membumbung tinggi dari ujung tongkatnya dan melompat kearah dementor, yang terjatuh kebelakang dan melebur dalam kegelapan lagi.
Cahaya rusa dari jantan, lebih kuat dan lebih hangat dibanding perlindungan dari si kucing, mengisi keseluruhan ruang bawah tanah, dan berderap keliling ruangan.
"Ambil horcruxnya!" Harry memberi tau Hermione.
Ia kembali berlari kebawah tangga, menjejalkan Jubah Gaib-nya ke dalam tas dan mendekati Mrs. Cattermole.
"Kau"" dia berbisik, melihat ke wajahnya. "Tapi - tapi Reg bilang, kau salah satu yang mengajukan namaku untuk diinterogasi!"
"Benarkah"" gumam Harry, menyentak rantai yang mengikat tangan Mrs.
Cattermole, "Well, aku telah merubah keputusan. Diffindo!" Tidak ada yang terja
di. "Hermione, bagaimana aku dapat memecahkan rantai ini""
"Tunggu, aku sedang mencoba seseatu di atas sini-" "Hermione, kita dikelilingi oleh dementor""
"Aku tahu itu, Harry, tapi jika dia bangun dan kalungnya telah hilang - aku perlu membuat duplikatnya - Geminio! Ini... itu dapat mengecohnya..." Hermione berlari menuruni tangga."Coba lihat... Relashio!"
Rantainya terbuka dan terjatuh ke samping lengan kursi. Mrs. Cattermole terlihat lebih ketakutan dibanding sebelumnya.
"Kau pergi dari sini dengan kami," kata Harry melepaskan kaki wanita itu. "Pulanglah ke rumah, ambil anak-anakmu dan pergi, pergilah ke negara lain jika kau bisa. Sembunyikan dirimu dan lari. Kau lihat bagaimana itu, kau tidak ingin mereka mendengar kejadian ini."
"Harry," kata Hermione, "Bagaimana kita dapat keluar jika dementor di luar pintu""
"Patronus," kata Harry menunjuk tongkat.
Rusa jantan berjalan perlahan, tetap bersinar, berjalan ke arah pintu, "Sebanyak yang
dapat di ciptakan; lakukan Hermione,"
"Expec - expecto patronum," kata Hermione, tidak ada yang terjadi."Itu, satu-satunya mantra yang bermasalah dengannya." Harry memberi tahu Mrs.
Cattermole yang benar-benar terkejut," sedikit ketidakberuntungan, sungguh...
Ayo Hermione...""Expecto patronum! "Berang-berang perak keluar dari ujung tongkat Hermione dan berenang dengan anggun di
udara, bergabung dengan rusa jantan.
"Ayo," kata Harry, dan dia memimpin Hermione dan Mrs. Cattermole ke arah pintu. Saat Patronus melayang keluar dari ruang bawah tanah, terdapat teriakan kekagetan dari beberapa orang yang menunggu diluar, Harry melihat sekeliling; dementor kembali terjatuh kebelakang dan melebur dalam kegelapan lagi, sebelum hewan perak tiba. "Itu telah diputuskan, kalian semua akan pulang kerumah dan pergi menyembunyikan keluargamu,"
Harry memberi tahu para kelahiran Muggle yang menunggu diluar, yang terpesona oleh cahaya Patronus, dan tetap gemetar ketakutan. "Pergi keluar negeri jika kau bisa, sejauh mungkin dari Kementrian, itu - er - posisi resmi yang baru. Sekarang jika kalian mengikuti Patronus, kalian akan dapat meninggalkan Atrium,"
Mereka menaiki tangga batu tanpa ditangkap; tapi saat mereka menuju lift, Harry mulai merasa khawatir. Jika mereka muncul di Atrium dengan rusa jantan dan berang-berang yang meluncur di sampingnya dan dua puluh atau lebih, setengah dari mereka dituduh sebagai kelahiran Muggle, ia tidak dapat menahan pikiran bahwa mereka akan menarik perhatian yang tak diinginkan. Ia baru sampai pada kesimpulan yang tak dapat diterima saat lift berdencing terbuka di depan mereka.
"Reg!" jerit Mrs. Cattermole, dan dia melempar dirinya kepelukan Ron. "Runcorn
membebaskanku, dia menyerang Umbridge dan Yaxley. Dan memberi tahu semua untuk meninggalkan negara ini, aku pikir kita sebaiknya melakukannya, Reg, aku sangat yakin. Ayo cepat pulang dan mengambil anak-anak dan - kenapa kau sangat basah""
"Air," gumam Ron, melepaskan dirinya. "Harry, mereka tahu ada penyusup di dalam Kementrian, seseatu tentang lubang di pintu kantor Umbridge, aku kira kita punya lima menit jika-"
Patronus Hermione menghilang dengan bunyi pop wajahnya berubah ketakutan saat dia menghadap harry. "Harry, jika kita terjebak disini - !"
"Itu tidak akan jika kita tidak bergerak cepat," kata Harry. Ia mengarah ke grup yang diam dibelakang mereka, yang mana mereka sedang melongo padanya.
"Siapa yang punya tongkat""
Sekitar setengah dari mereka mengangkat tangannya.
"Ok, semua yang tidak memiliki tongkat perlu menyelamatkan dirimu pada seseorang yang punya. Kita harus cepat - sebelum mereka menghentikan kita, ayo,"
Mereka memecah dirinya menjadi dua lift. Patronus Harry berdiri mengawal mereka hinga jeruji emas tertutup dan lift mulai bergerak.
"Tingkat delapan," kata suara dingin penyihir perempuan, "Atrium."
Harry tahu dengan pasti bahwa mereka dalam masalah. Atrium telah penuh dengan orang yang keluar masuk perapian, menahan mereka semua.
"Harry!" cicit Hermione. "Kemana kita akan pergi - ""
"STOP!" Harry menggelegar, dan kekuatan suara Runcorn bergaung melewati atrium: Penyihir pria menutup perapian yang beku
. "Ikut aku," dia berbisik pada kelompok kelahiran Muggle yang ketakutan, yang bergerak bergerombol, dituntun oleh Ron dan Hermione.
"Ada apa, Albert"" kata penyihir botak yang sama saat dia keluar dari perapian lebih dulu. dia terlihat gugup. "Gerombolan ini perlu pergi sebelum kau menutup jalan keluar," kata Harry dengan wibawa yang semestinya.
Kelompok penyihir di depannya melihat ke satu sama lain.
"Kita semua sudah diberitahu untuk menutup semua jalan keluar dan jangan biarkan seorangpun-"
"Apakah kau menentangku"" Harry membentak dengan keras. "Apakah kau ingin aku mempelajari silsilah keluargamu, seperi yang aku lakukan pada Dirk Cresswell""
"Maaf!" kata si penyihir botak sambil menghembuskan nafas, mundur. "Aku tidak bermaksud, Albert, tetapi aku kira.......mereka semua di interogasi dan......."
"Darah mereka murni," kata Harry, dan suara dalamnya menggaung impresif melewati aula. "Lebih murni dibandingkan kalian semua aku berani bertaruh, kalian pergilah," ia manganjurkan para kelahiran Muggle, yang bergegas menuju ke perapian dan mulai menghilang secara berpasangan. Kementrian Sihir mundur kembali, beberapa terlihat bingung, yang lainnya ketakutan dan marah. Lalu:
"Mary!" Mrs.Cattermole malihat ke balik bahunya. Reg Cattermole yang sesugguhnya tanpa muntahan tapi pucat dan lesu, baru saja keluar dari lift.
"R-Reg"" Dia melihat dari suaminya ke Ron, bersumpah dengan keras.
Penyihir botak ternganga, kepalanya berputar dengan menggelikan dari Reg Cattermole ke yang lain.
"Hey - apa yang terjadi" Ada apa ini"" "Tutup jalan keluarnya! TUTUP ITU!"
Yaxley telah menerobos keluar dari lift dan yang lainnya berlari ke arah kelompok disamping perapian yang semuanya adalah kelahiran Muggle tapi Mrs.
Cattermole sekarang telah menghilang. Saat penyihir botak mengangkat tongkatnya, Harry mengangkat tinjunya yang sangat besar dan menghantamnya, membuat lelaki itu melayang melewati udara.
"Dia telah menolong para kelahiran muggle kabur, Yaxley!" Harry menjerit.
Teman sekerja penyihir botak berdiri dan jerjadi hiruk pikuk, dibaliknya Ron menggapai
Mrs. Cattermole, menariknya ke perapian yang terbuka dan menghilang. Merasa bingung,
Yaxley melihat dari Harry ke penyihir lelaki yang dipukulnya, saat Reg Cattermole yang
sesngguhnya menjerit, "Istriku! Siapa yang bersama dengan istriku" Apa yang terjadi""
Harry melihat kepala Yaxley berputar terlihat menuduh melihat kebenaran di wajah
kasarnya. "Ayo!" Harry menjerit pada Hermione; dia menggenggam tangannya dan mereka melompat ke dalam perapian bersama pada saat Yaxley telah meluncurkan kutukan melewati atas kepala Harry. Mereka berputar beberapa saat sebelum muncul di dalam ruangan toilet yang kecil. Harry membuka pintu; Ron telah berdiri di sana di samping tempat cuci tangan, masih bertengkar dengan Mrs. Cattermole.
"Reg, aku tidak mengerti-"
"Ayo pergi, aku bukan suamimu, kau harus pulang ke rumah!"
Terdapat kegaduhan di ruang toilet yang kecil di belakang mereka; harry melihat
sekeliling; Yaxley baru saja muncul.
"AYO PERGI!" Harry berteriak. Dia menggenggam tangan Hermione dan lengan Ron dan berbalik dengan segera.
Kegelapan meyelubungi mereka dengan sensasi yang menekan, tetapi ada sesuatu yang
salah.....Tangan hermione terasa mulai terlepas dari genggamannya.......
Dia mengira dia akan mati lemas, dia tidak dapat bernafas atau melihat dan dia hanya dapat merasakan di sekelilingnya, lengan Ron dan jari Hermione yang semakin lama tergelincir.....
Dan lalu dia melihat pintu Grimmauld Place nomor dua belas, dengan pengetuk pintu bergambar ular, tapi sebelum dia dapat bernafas tedapat jeritan dan kilatan cahaya ungu; tangan Hermione segera menggapainya dan semua kembali gelap.
Nemesis 3 Pedang Siluman Darah 5 Hidung Belang Penghisap Darah When World Is Yours 3

Cari Blog Ini