Ceritasilat Novel Online

Relikui Kematian 7

Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling Bagian 7


"Ada satu program ini," Ron berkata pada Harry dengan suara rendah, "yang memberitahu berita apa adanya. Semua program lain adalah di pihak Kau-Tahu-Siapa dan mengikuti jalur Kementrian, tapi yang satu ini ... tunggu hingga kau mendengarnya, ini hebat. Hanya saja, mereka tidak dapat siaran setiap malam, mereka harus tetap berpindah tempat, kalau-kalau mereka dirazia dan kau membutuhkan password untuk mendengarkannya ... Masalahnya, aku ketinggalan acara terakhir..."
Dia mengetuk ringan di bagian atas radio dengan tongkatnya, berkomat-kamit kata-kata acak di bawah nafasnya. Dia melirik Hermione secara sembunyi-sembunyi, terutama karena takut akan ledakan amarah, tetapi untuk semua perhatian Hermione bahkan tidak menganggap dia ada. Setelah sepuluh menit atau lebih
Ron mengetuk dan berkomatkamit, Hermione membalik halaman bukunya, dan Harry melanjutkan berlatih dengan tongkat blackthorn.
Akhirnya Hermione turun dari tempat tidurnya. Ron berhenti mengetuk seketika.
"Jika ini mengganggumu, aku akan menghentikkannya!" Ron memberitahu Hermione dengan gugup.
Hermione tidak berkenan untuk menanggapi, tapi mendekati Harry.
"Kita perlu bicara," pinta Hermione.
Harry melihat pada buku yang masih ada dalam genggaman Hermione. Itu adalah Kehidupan dan Kebohongan Albus Dumbledore.
"Apa"" kata Harry khawatir. Ia teringat bahwa ada satu bab tentang ia disana; ia tidak yakin kalau ia tertarik untuk mendengarkan versi Rita tentang hubungannya dengan Dumbledore. Bagaimanapun, jawaban Hermione adalah, sama sekali tidak terduga.
"Aku ingin pergi dan bertemu Xenophilius Lovegood."
Harry menatap Hermione. "Maaf"" "Xenophilius Lovegood, ayah Luna. Aku ingin pergi dan berbicara kepadanya!" "Er - kenapa""
Hermione mengambil nafas panjang, menguatkan dirinya sendiri, dan berkata, "Ini soal tanda itu, tanda di Beedle Sang SenimanA. Lihat ini!"
Dia menyorongkan Kehidupan dan Kebohongan Albus Dumbledore ke bawah mata enggan Harry dan memperlihatkan foto dari surat asli yang ditulis Dumbledore untuk Grindelwald, dengan tulisan khas Dumbledore yang tipis dan miring. Harry benci melihat bukti mutlak bahwa Dumbledore benar-benar menulis kata-kata itu, bahwa mereka bukanlah penemuan Rita.
"Tanda tangan," kata Hermione. "Lihat tanda tangannya, Harry!"
Harry menuruti. Untuk sesaat dia tidak punya ide apa yang Hermione bicarakan, tapi, melihat lebih dekat dengan bantuan penerangan dari tongkatnya, dia melihat bahwa Dumbledore membubuhkan huruf A dari Albus dengan versi kecil dari tanda segitiga yang sama dengan yang tertulis dalam Kisah Beedle Sang Seniman.
"Er - apa yang kau - "" tanya Ron sejenak, tetapi Hermione tidak mengindahkannya dan melihat kembali kepada Harry.
"Ini semakin jelas, kan"" kata Hermione. "Aku tahu Viktor berkata ini adalah tanda Grindelwald, tapi ini pasti terdapat di makam tua itu di Godric's Hollow, dan tanggal pada nisannya telah ada lama sebelum Grindelwald datang! Dan sekarang, ini! Yah, kita tidak bisa bertanya kepada Dumbledore atau Grindelwald apa artinya - aku bahkan tidak tahu apakah Grindelwald masih hidup - tapi kita dapat bertanya pada Mr. Lovegood. Ia telah memakai simbol ini di pernikahan. Aku yakin ini penting, Harry!"
Harry tidak menjawab secara langsung. Dia melihat pada wajah Hermione yang serius, dan penuh keingintahuan, kemudian beralih ke kegelapan yang meliputi, berpikir. Setelah hening beberapa waktu, Harry berkata, "Hermione, kita tidak memerlukan kejadian Godric's Hollow yang lain. Kita telah membahas untuk pergi ke sana, dan - "
"Tapi ini selalu muncul, Harry! Dumbledore meninggalkan untukku Kisah Beedle Sang Seniman, bagaimana kau tahu kalau kita tidak harus mencari tahu tentang tanda itu""
"Kita mulai lagi!" Harry merasa sedikit jengkel. "Kita tetap mencoba meyakinkan diri kita sendiri bahwa Dumbledore meninggalkan kita tanda dan petunjuk - "
"Deluminator sejauh ini sangat berguna," Ron mulai bicara. "Aku pikir Hermione benar, aku pikir kita harus pergi dan bertemu Lovegood."
Harry melemparkan pandangan kecewa pada Ron. Dia cukup yakin bahwa dukungan Ron terhadap Hermione hanya sedikit berhubungan dengan keinginan untuk tahu arti tentang rune bentuk segitiga itu.
"Ini tidak akan seperti kejadian Godric's Hollow," Ron menambahkan, "Lovegood ada di pihakmu, Harry, The Quibbler telah ada untukmu selama ini, ia tetap memberitahu pada semua orang bahwa mereka harus menolongmu!"
"Aku yakin ini penting!" kata Hermione sungguh-sungguh.
"Tapi tidakkah kalian pikir, jika ini benar, Dumbledore akan memberitahuku tentang ini sebelum ia meninggal""
"Mungkin ... mungkin ini sesuatu yang perlu kau cari tahu sendiri," jawab Hermione seraya mencengkeram sedotan dengan lemah.
"Yeah," kata Ron menjilat, "itu masuk akal."
"Tidak, bukan itu," bentak Hermione, "tapi aku tetap berpikir kita harus berbicara kepada Mr. Lovegood. Simbol yang menghubungkan Dumbledore, Grindelwald, dan Godric
's Hollows" Harry, aku yakin kita harus tahu tentang hal ini!"
"Aku pikir kita seharusnya mengadakan pemilihan suara," kata Ron. "Yang berminat untuk menemui Lovegood -"
Tangan Ron telah terangkat ke udara sebelum Hermione. Bibir Hermione gemetar mencurigakan ketika ia mengangkat tangannya.
"Kau kalah, Harry, maaf," kata Ron, menepuk punggung Harry.
"Tak apa," kata Harry, setengah terhibur, setengah jengkel. "Hanya saja, setelah kita bertemu Lovegood, mari mencoba dan mencari beberapa Horcrux lagi, oke" Ngomongngomong, di mana Lovegood tinggal" Apakah salah satu dari kalian tahu""
"Yeah, mereka tidak jauh dari rumahku," jawab Ron. "Aku tidak tahu tepatnya di mana, tapi Mum dan Dad selalu menunjuk ke arah bukit ketika mereka menyebutkan soal mereka. Seharusnya tak terlalu sulit untuk menemukannya."
Ketika Hermione telah kembali ke tempat tidurnya, Harry merendahkan suaranya.
"Kau hanya setuju untuk berusaha dan kembali ke dalam buku bagus Hermione."
"Semua adil dalam cinta dan perang," kata Ron gembira, "dan ini sedikit dari keduanya. Bergembiralah, ini libur Natal, Luna akan berada di rumah!"
Mereka mendapatkan gambaran bagus akan desa Ottery St. Cachopole dari lereng bukit yang berangin, di mana mereka akan ber-Disapparate besok pagi.
Dari sudut pandang mereka yang tinggi, desa itu terlihat seperti koleksi rumah mainan diantara pilar-pilar miring sinar matahari yang menembus ke bumi dari sela-sela awan. Mereka berdiri satu atau dua menit untuk melihat ke arah The Burrow, tangan mereka membayangi mata mereka, tetapi yang dapat mereka lihat hanyalah pagar-pagar tinggi dan pepohonan di kebun buah-buahan, yang memberikan rumah kecil bengkok itu perlindungan dari penglihatan Muggle.
"Ini aneh, sedekat ini, tapi tidak datang berkunjung," kata Ron.
"Yah, ini tidak seperti kau belum menemui mereka. Kau ada di sana untuk Natal," kata Hermione dingin.
"Aku tidak berada di The Burrow!" sahut Ron dengan sedikit tertawa. "Kau pikir aku akan kembali ke sana dan memberitahu mereka semua aku pergi dari kalian" Yeah, Fred dan George akan sangat baik tentang ini. Dan Ginny, dia akan sangat mengerti."
"Tetapi dimana kau berada"" tanya Hermione terkejut.
"Rumah baru Bill dan Fleur. Pondok Karang. Bill selalu baik padaku. Dia - dia tidak terpengaruh saat dia mendengar apa yang aku lakukan, tapi dia tidak mencari tahu lebih banyak. Dia tahu aku benar-benar menyesal. Tidak satu pun anggota keluarga yang lain yang tahu aku ada di sana. Bill memberitahu Mum
kalau ia dan Fleur tidak pulang ke rumah pada hari Natal karena mereka ingin menghabiskan waktu berdua. Kau tahu, liburan pertama setelah pernikahan mereka. Aku tidak berpikir Fleur akan keberatan. Kau tahu bagaimana dia membenci Celestina Warbeck."
Ron berputar membelakangi The Burrow.
"Ayo kita coba ke sana," katanya, memimpin jalan menuju puncak bukit.
Mereka berjalan beberapa jam, Harry, di bawah desakan Hermione, bersembunyi di bawah Jubah Gaib. Kelompok bukit rendah itu nampak tidak berpenghuni, kecuali sebuah pondok kecil, yang terlihat ditinggalkan.
"Apa kalian pikir itu tempatnya, dan mereka telah pergi untuk Natal"" kata Hermione, mengintai lewat jendela di dapur kecil yang rapi dengan geranium pada ambang jendela. Ron mendengus.
"Dengar, aku rasa kau akan dapat mengetahui siapa yang tinggal di sana jika melihat lewat jendela Lovegood. Ayo coba bukit-bukit selanjutnya."
Jadi mereka ber-Disapparate beberapa mil ke arah utara.
" Aha!" teriak Ron, angin menyibak rambut dan pakaian mereka. Ron menunjuk ke atas, ke arah puncak bukit di mana mereka muncul tadi, di mana rumah berpenampilan paling aneh berdiri tegak melawan langit, silinder hitam besar dengan bayangan rembulan bergantung di sebelahnya pada langit sore. "Itu bisa jadi rumah Luna, siapa lagi yang akan tinggal di tempat seperti itu" Itu terlihat seperti benteng raksasa!"
"Itu tidak seperti burung," kata Hermione, memberengut pada menara.
"Aku sedang membicarakan tentang benteng catur," kata Ron.
"Sebuah kastil menurutmu."
Kaki Ron yang terpanjang dan ia yang pertama sampai di puncak bukit. Ketika Harry dan Hermione sampai, te
rengah-engah dan mencengkeram stik di samping mereka, mereka melihat Ron menyeringai lebar.
"Itu milik mereka," kata Ron. "Lihat."
Tiga buah tanda buatan tangan dipaku pada pintu gerbang yang terlihat agak reyot. Tulisan pertama berbunyi, THE QUIBBLER. EDITOR, X. LOVEGOOD yang kedua, PETIK MISTLETOE-MU SENDIRI yang ketiga, MENJAUH DARI PLUM DIRIGIBLE
Gerbang itu berderak saat mereka membukanya. Jalan kecil berliku menuju pintu depan telah ditumbuhi dengan berbagai tanaman aneh, termasuk semaksemak yang ditutupi buah Jingga seperti lobak yang kadang-kadang Luna pakai sebagai anting. Harry pikir dia mengenali Snargaluff dan menjauhi tunggul keriput itu. Pohon apel kepiting berumur dua tahun, bengkok karena angin, daunnya tinggal sedikit tetapi masih dipenuhi dengan buah merah seukuran buah beri dan semak mistletoe bermanik-putih, berdiri bagai pengawal di kedua sisi pintu masuk. Burung hantu kecil dengan kepala seperti elang yang sedikit datar mengintai ke bawah pada mereka dari salah satu cabang.
"Kau lebih baik melepaskan Jubah Gaib, Harry," saran Hermione. "Kau yang Mr. Lovegood ingin tolong, bukan kami."
Harry melakukan apa yang Hermione sarankan, menyerahkan padanya Jubah Gaib untuk disimpan di dalam tas manik. Dia kemudian mengetuk pintu hitam yang tebal tiga kali, yang dipenuhi dengan paku besi dan memakai pengetuk pintu berbentuk seperti elang.
Sudah sepuluh menit berlalu, kemudian pintu terbuka dan di sana berdiri Xenophilius Lovegood, telanjang kaki dan mengenakan apa yang terlihat sebagai pakaian tidur yang lusuh. Rambut putih panjang dan mengembangnya kotor dan tidak rapi. Xenophilius pastilah lebih rapi sewaktu di pernikahan Bill dan Fleur jika dibandingkan.
"Apa" Apa ini" Siapa kau" Apa yang kau inginkan"" dia berteriak dengan suara tinggi, suara bersungut-sungut, melihat pertama-tama kepada Hermione, lalu pada Ron, dan akhirnya pada Harry, di mana mulutnya membentuk huruf O
yang sempurna dan lucu. "Halo, Mr. Lovegood," sapa Harry, hendak berjabat tangan,"saya Harry, Harry Potter." Xenophilius tidak menyambut tangan Harry, meskipun matanya terpaku pada bekas luka Harry. "Bolehkah kami masuk"" tanya Harry. "Ada sesuatu yang ingin kami tanyakan pada Anda."
"Aku ... Aku tidak yakin itu bijaksana," bisik Xenophilius, dia menurut dan melihat sekeliling taman dengan cepat. "Agak mengejutkan ... Kataku ... Aku ...
Aku khawatir aku tidak benar-benar berpikir aku harus
"Tidak akan lama," kata Harry, sedikit kecewa dengan sambutan yang kurang-hangat. "Aku - oh, baiklah. Masuk, cepat, cepat!"
Mereka hanya sedikit di belakang ambang pintu depan ketika Xenophilius membanting pintu menutup di belakang mereka, mereka berdiri di dapur teraneh yang Harry pernah lihat. Ruangan itu berbentuk bulat sempurna, sehingga ia merasa seperti berada dalam pot lada raksasa. Semuanya terpasang pas di tembok - tungku, tempat cuci piring, dan lemari
- dan semuanya dilukisi dengan bunga, serangga, dan burung dengan warna-warna cerah. Harry berpikir dia mengenali gaya Luna. Efeknya di ruang yang cukup tertutup seperti itu, sedikit berlebihan.
Di tengah-tengah lantai, sebuah tangga besi tempa spiral mengarah ke lantai atas. Ada suara bising dan keras datang dari atas: Harry ingin tahu apa yang mungkin Luna sedang lakukan.
"Lebih baik kalian naik ke atas," kata Xenophilius, tetap terlihat sangat tidak nyaman, dan dia memimpin.
Ruangan di atas terlihat seperti kombinasi dari ruang tamu dan tempat kerja, dan seperti, bahkan lebih berantakan dari dapur. Meskipun lebih kecil dan bundar sempurna, ruangannya agak menyerupai Ruang Kebutuhan saat kesempatan yang tidak terlupakan ketika ruangan itu telah merubah dirinya menjadi labirin besar yang mencakup semua barang tersembunyi selama berabad-abad. Ada beberapa tumpukan di atas tumpukan dari buku dan kertas di setiap tempat. Model buatan rumit dari makhluk-makhluk yang tidak Harry kenal, semua sayap mengepak atau rahang menggigit, menggantung dari langitlangit.
Luna tidak ada disana. Benda yang membuat suara ribut itu terbuat dari kayu dan mempunyai banyak roda gigi dan roda-roda lain yang berputar me
nggunakan sihir, ia terlihat seperti keturunan aneh dari sebuah bangku kerja dan satu set rak, tapi setelah beberapa waktu Harry menyimpulkan bahwa itu adalah mesin cetak model lama, dari fakta bahwa itu memproduksi majalah Quibbler.
"Permisi," kata Xenophilius, dan dia melangkah ke mesin, mengambil taplak meja kotor dari bawah buku-buku dan kertas-kertas yang sangat banyak, yang semuanya berjatuhan ke lantai, dan melemparnya ke atas mesin yang terkadang
mengeluarkan suara keras yang tidak jelas dan bising. Dia kemudian menghadap ke Harry. "Kenapa kau datang kemari""
Namun sebelum Harry menjawab, Hermione berteriak sedikit terkejut. "Mr. Lovegood - apa itu""
Dia menunjuk pada sesuatu yang besar, tanduk spiral abu-abu, tidak seperti unicorn, yang
menonjol beberapa kaki ke dalam ruangan.
"Itu tanduk dari Snorkack-Tanduk-Kisut," kata Xenophilius.
"Tidak, itu bukan!" kata Hermione.
"Hermione," Harry berkomat-kamit malu, "Sekarang bukan saatnya - "
"Tapi Harry, itu adalah Tanduk Erumpent! Itu Barang-Barang yang Dapat Diperjual-belikan kelas B dan itu adalah benda yang sangat berbahaya untuk dimiliki di rumah!"
"Bagaimana kau tahu itu tanduk Erumpent"" tanya Ron, menjauh dari tanduk secepat dia bisa, memandang curiga pada ruangan yang berantakan.
"Ada deskripsinya dalam Hewan-hewan Fantastis dan Dimana Mereka Bisa Ditemukan! Mr. Lovegood, Anda harus menyingkirkannya, apakah Anda tidak tahu bahwa itu bisa meledak hanya dengan sedikit sentuhan""
"Snocknack-Tanduk-Kisut," kata Xenophilius sangat jelas, ketidaksetujuan muncul di wajahnya, " adalah makhluk sihir yang pemalu dan hebat, dan tanduknya - "
"Mr. Lovegood. Saya mengenali tanda beralur di sekitar pangkalnya, itu tanduk Erumpent dan sangat berbahaya -saya tidak tahu dimana Anda mendapatkannya
"Aku membelinya," kata Xenophilius seketika. "Dua minggu yang lalu, dari penyihir muda berbakat yang mengetahui ketertarikanku pada keindahan Snorkack. Kejutan Natal
untuk Luna-ku. Sekarang," lanjutnya kepada Harry, "sebenarnya kenapa kau datang kemari, Mr. Potter""
"Kami membutuhkan beberapa pertolongan," kata Harry, sebelum Hermione memulai kembali.
"Ah," kata Xenophilius," Pertolongan, Hmm."
Matanya yang bagus kembali bergerak kepada bekas luka Harry. Dia terlihat ketakutan dan terpesona secara bersamaan.
"Ya. Masalahnya adalah ... menolong Harry Potter ... agak berbahaya...."
"Bukankah kau orang yang tetap memberitahu setiap orang bahwa tugas pertama mereka adalah menolong Harry"" kata Ron. "Pada majalahmu""
Xenophilius melihat sekilas ke belakang Ron pada mesin cetak yang tersembunyi, yang masih berbunyi keras dan bising di bawah taplak meja.
"Er - ya, aku telah mengekspresikan pandangan itu. Namun -" "Itu tugas untuk semua orang, bukan Anda pribadi"" kata Ron.
Xenophilius tidak menjawab. Dia menelan ludah, matanya berpindah-pindah antara mereka bertiga. Harry mendapat kesan bahwa dia sedang mengalami tekanan menyakitkan dalam dirinya.
"Di mana Luna"" Tanya Hermione. " Mari kita tanyakan apa pendapatnya."
Xenophilius menelan ludah. Dia terlihat menguatkan dirinya sendiri. Akhirnya dia berkata dengan suara gemetar yang sulit didengar karena suara mesin cetak,
"Luna ada di bawah, di sungai, memancing Plimpies Air Tawar. Dia ... dia akan senang melihat kalian. Aku akan pergi dan memanggil dia dan kemudian - ya, baiklah. Aku harus mencoba untuk menolong kalian."
Dia menghilang ke bawah melalui tangga spiral dan mereka mendengar pintu
depan dibuka dan ditutup. Mereka saling berpandangan satu sama lain.
"Kutil tua pengecut," kata Ron. "Luna sepuluh kali lebih berani darinya."
"Dia mungkin cemas tentang apa yang akan terjadi pada mereka jika Pelahap Maut menemukan aku disini," sahut Harry.
"Yah, aku setuju dengan Ron," kata Hermione, "Munafik tua yang mengerikan, memberitahu semua orang untuk menolongmu dan mencoba menghindari dari diri sendiri. Dan demi Tuhan, menjauhlah dari tanduk itu."
Harry menyeberang ke jendela di bagian paling ujung dari ruangan. Dia dapat melihat sebuah sungai, sebuah pita tipis berkilau terletak jauh di bawah mereka di dasar bukit. Mereka berada sangat tinggi;
seekor burung terbang melewati jendela ketika Harry menatap ke arah the Burrow, kini tak terlihat di balik barisan bukit lain. Ginny ada di suatu tempat, di sana. Mereka sangat dekat satu sama lain hari ini, dari semenjak pernikahan Bill dan Fleur, tetapi Ginny tidak mengetahui bahwa Harry memandang ke arahnya saat ini, memikirkan tentang dirinya. Harry mengira dia harus gembira akan ini; setiap orang yang berhubungan dengannya terancam bahaya, sikap Xenophilius membuktikan hal itu.
Dia menjauh dari jendela dan pandangannya jatuh pada benda aneh lainnya yang berdiri di atas papan geser yang bengkok dan berantakan; sebuah patung pendek penyihir yang terlihat cantik namun keras, dan memakai hiasan kepala yang terlihat sangat aneh. Dua benda yang menyerupai terompet telinga emas melengkung keluar dari sisi-sisinya.
Sepasang sayap biru kecil yang berkilau menempel pada tali kulit yang keluar dari atas kepalanya, sementara salah satu dari lobak-lobak Jingga menempel pada tali kedua yang melingkari dahinya.
"Lihat ini, " kata Harry.
"Menarik," kata Ron. "Mengejutkan dia tidak memakainya ke pernikahan."
Mereka mendengar pintu depan ditutup, dan sesaat kemudian Xenophilius naik melalui tangga melingkar masuk ke dalam ruangan, kakinya yang kurus sekarang terbungkus sepatu bot Wellington, membawakan sebuah baki dengan cangkir-cangkir teh yang tidaktersusun-rapi dan sebuah teko yang mengepul.
"Ah ,kau telah melihat penemuan hewan peliharaanku," dia berkata, mendorong baki ke lengan Hermione dan bergabung dengan Harry di sisi patung.
"Modelnya, cukup menyerupai, berdasarkan kepala dari Rowena Ravenclaw yang cantik, 'Kepintaran tak terhingga adalah harta manusia yang paling berharga'!" Dia menunjukkan benda seperti terompet telinga.
"Ini pipa pindah Wrackpurt - untuk memindahkan semua sumber gangguan dari wilayah dekat si pemikir. Di sini," dia menunjuk sayap kecil, "baling-baling billywig, untuk mendorong naik kerangka pikiran. Akhirnya," dia menunjuk kea rah lobak jingga, "Plum Dirigible, dapat meningkatkan kemampuan untuk menerima hal yang luar biasa."
Xenophilius melangkah kembali pada baki teh yang Hermione telah atur keseimbangannya di atas salah satu meja yang berantakan.
"Bolehkah aku menyuguhkan sari akar Gurdy"" kata Xenophilius. "Kami membuatnya sendiri." Ketika ia mulai menuangkan minuman yang berwarna ungu pekat seperti jus beetroot, ia menambahkan, "Luna ada di bawah Jembatan Dasar, dia sangat bersemangat karena kalian ada disini. Dia seharusnya tidak akan lama, dia telah menangkap hampir cukup Plumpies untuk membuat sup untuk kita semua. Silahkan duduk dan jangan sungkan untuk gulanya."
"Sekarang," dia memindahkan tumpukan kertas dari sebuah kursi dan mendudukinya, "Bagaimana aku dapat membantumu, Mr. Potter""
"Yah," kata Harry, melirik Hermione, yang mengangguk dengan membesarkan hati, "Ini tentang simbol yang Anda pakai di sekeliling leher Anda saat pernikahan Bill dan Fleur, Mr. Lovegood. Kami bertanya-tanya apakah artinya itu."
Xenophilius mengangkat alisnya.
"Apakah yang Anda maksud tanda dari Deathly Hallows""
Note: *: Nama orang... **: Lynx, sejenis kucing hutan berekor pendek, biasanya hidup di hutan-hutan Eropa, Asia, dan Amerika Utara. Panjangnya satu meter dengan bulu tebal berwarna kuningkecoklatan dengan sedikit totol, dan ada bulu-bulu halus berwarna hitam di ujung telinganya. Klik sini untuk mengetahui wujud asli lynxyang cantik ini.. ***: Blackthorn, sejenis semak berduri dari keluarga mawar, biasanya membentuk semak yang rimbun setinggi hingga 4 m, di beberapa bagian Eropa dan Asia. Bunganya berwarna putih, biasanya muncul sebelum daunnya yang berbentuk oval dan bergigi. Buahnya keras, berwarna biru kehitaman, dan rasanya pahit, biasa digunakan sebagai perisa sloe gin (sejenis minuman beralkohol). A: Bard = seniman, kalau-kalau kau tak tahu apa artinya.
Bab 21 The Tale of the Three Brothers Dongeng Tiga Bersaudara
Harry berbalik untuk menatap Ron dan Hermione. Tak ada satu pun dari mereka yang terlihat mengerti mengenai apa yang Xenophilius katakan.
"Deathly Hallows""
"Benar," kata Xenophilius. "Kal
ian belum pernah mendengarnya" Aku tak terkejut. Sangat, sangat sedikit penyihir yang percaya. Lihat bocah laki-laki tolol yang ada di pesta pernikahan saudaramu," ia mengangguk ke arah Ron, "yang menyerangku karena aku menggunakan lambang dari Penyihir Hitam yang terkenal! Sangat bodoh. Tidak ada yang Gelap mengenai Hallows itu - setidaknya secara kasarnya. Seseorang menggunakan lambang itu untuk menguak dirinya kepada orang lain yang percaya, dengan harapan mereka akan menolong seseorang dalam Pencarian itu."
Ia mengaduk beberapa bungkah gula ke dalam cairan Gurdyroot-nya dan meminumnya sedikit.
"Maaf," kata Harry. "Saya masih belum mengerti."
Agar terlihat sopan, Harry minum sedikit dari cangkirnya, dan hampir tersedak: Gurdyroot itu sedikit menjijikkan, seperti seseorang yang mencairkan Kacang Segala Rasa rasa ingus.
"Baiklah, kau lihat, orang-orang yang percaya mencari Deathly Hallows itu," kata Xenophilius.
"Tetapi, apa saja Deathly Hallows itu"" tanya Hermione.
Xenophilius menyisihkan cangkirnya yang kosong.
"Kurasa kalian kenal dengan 'Dongeng Tiga Bersaudara'""
Harry menjawab, "Tidak," tetapi Ron dan Hermione menjawab, "Ya."
Xenophilius mengangguk dengan payah.
"Yah, baiklah, Mr. Potter, semuanya berawal dari 'Dongeng Tiga Bersaudara'... Aku punya salinannya di suatu tempat..."
Xenophilius memandang samar-samar berkeliling ruangan, ke tumpukan-tumpukan perkamen dan buku-buku, tetapi Hermione berkata, "Aku punya salinannya, Mr. Lovegood, aku punya disini."
Dan Hermione menarik Kisah Beedle Sang Seniman keluar dari tas manik kecilnya.
"Yang asli"" tanya Xenophilius dengan tajam, dan ketika Hermione mengangguk, ia berkata, "Baiklah, kenapa kau tidak membacakannya saja" Cara terbaik untuk membuat kita semua mengerti."
"Er... Baiklah," kata Hermione gugup. Ia membuka buku itu, dan Harry melihat lambang yang sedang mereka selidiki di halaman depan ketika Hermione berdeham sedikit, dan mulai membaca."
" 'Alkisah, tersebutlah tiga bersaudara yang berjalan jauh, melalui jalan yang sepi dan berkelok ketika matahari terbenam -"'
"Tengah malam, ibuku selalu mengatakannya," kata Ron, yang sedang berbaring santai, lengannya berada di belakang kepalanya, untuk mendengarkan. Hermione memandangnya kesal.
"Maaf, aku hanya merasa itu akan menjadi sedikit lebih menyeramkan bila terjadi di tengah malam!" kata Ron.
"Yeah, karena kita benar-benar membutuhkan sedikit ketakutan di kehidupan kita," kata Harry sebelum ia dapat menghentikan dirinya. Xenophilius tidak terlihat memperhatikan, tetapi memandang keluar jendela pada langit.
"Lanjutkan, Hermione."
"'Dalam perjalanannya, tiga bersaudara itu sampai ke sebuah sungai yang terlalu dalam untuk diseberangi dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi, mereka mempelajari ilmu sihir, dan mereka dengan mudah melambaikan tongkat mereka dan membuat jembatan muncul diatas sungai itu. Mereka sudah setengah jalan ketika mereka mendapati jalan mereka dihalangi oleh seorang yang berkerudung
'"Dan Kematian berbicara kepada mereka-'"
"Maaf," Harry menginterupsi, "tetapi Kematian berbicara kepada mereka"" "Ini hanya dongeng, Harry!" "Benar, maaf. Lanjutkan."
"' Dan Kematian berbicara kepada mereka. Ia marah karena ia sudah dikerjai habishabisan oleh tiga korban baru ini, karena para pengelana biasanya tenggelam ke dalam sungai. Tetapi Kematian sungguh licik. Ia berpura-pura memberi selamat pada tiga bersaudara itu atas sihir mereka, dan mengatakan bahwa masing-masing dari mereka mendapatkan hadiah karena telah cukup cerdas untuk menghindarinya.
"' Maka saudara yang tertua, yang suka berkelahi, meminta tongkat yang lebih kuat dibandingkan tongkat lain yang ada: tongkat yang harus selalu memenangkan pertarungan bagi pemiliknya, tongkat yang pantas untuk penyihir yang mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang ke sebuah pohon elder* di tepi sungai, membuat sebuah tongkat dari cabang pohon itu, dan memberikannya kepada saudara yang tertua.
"' Lalu saudara yang kedua, yang merupakan anak yang congkak, memutuskan bahwa ia ingin untuk menghina Kematian lebih jauh, dan meminta kekuatan untuk menghidup
kan orang-orang lain dari Kematian. Maka Kematian mengambil sebuah batu dari pinggir sungai dan memberikannya kepada anak yang kedua, dan memberitahukan padanya bahwa batu itu memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang mati.
"' Kemudian Kematian bertanya pada saudara yang ketiga dan termuda, apa yang ia inginkan. Anak yang termuda itu adalah yang paling sederhana dan juga paling bijak dari tiga bersaudara itu, dan ia tidak mempercayai Kematian. Maka ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya pergi dari tempat itu tanpa diikuti oleh Kematian. Dan Kematian, dengan sangat segan, langsung menyerahkan Jubah Gaib miliknya.'"
"Kematian memiliki Jubah Gaib"" Harry menginterupsi lagi.
"Supaya ia dapat membuntuti orang-orang," kata Ron. "Terkadang ia merasa bosan mengejar mereka, mengelepakkan lengannya dan berteriak...
maaf, Hermione." '"Lalu Kematian menyingkir dan mengijinkan tiga bersaudara itu untuk melanjutkan perjalanan mereka, dan mereka pun membicarakan perjalanan yang telah mereka alami dan mengagumi hadiah dari Kematian.
'"Setelah itu, tiga bersaudara itu pun berpisah untuk tujuan mereka masingmasing.
" 'Anak yang pertama bepergian selama seminggu lagi, dan sampai ke sebuah desa
yang jauh, mencari seorang penyihir lain yang telah berseteru lama dengannya.
Tentu saja, dengan Tongkat Elder sebagai senjatanya, ia tidak akan gagal untuk menang dalam pertarungan yang berikut. Meninggalkan musuhnya mati tergeletak di lantai, anak tertua itu masuk ke sebuah penginapan, dimana ia membual tentang tongkat kuat yang ia dapatkan dari Kematian, dan bagaimana tongkat itu membuatnya tak terkalahkan.
" 'Malam itu juga, penyihir lain mendekati anak tertua itu saat ia tertidur, mabuk berat karena anggur, di tempat tidurnya. Pencuri itu mengambil tongkat Elder dan sebagai tambahan, menggorok tenggorokan anak tertua.
'"Dan Kematian mengambil anak pertama itu sebagai miliknya.
'"Sementara itu, anak kedua melakukan perjalanan ke rumahnya sendiri, di mana ia tinggal sendirian. Di sana ia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang mati, dan memutarnya tiga kali di atas telapak tangannya.
Ia sangat terkagum-kagum dan senang, ketika bayangan seorang gadis yang pernah ia harapkan untuk dinikahi, sebelum kematian gadis itu yang terlalu cepat, muncul seketika di hadapannya.
" 'Tetapi gadis itu sedih dan dingin, terpisah darinya oleh sebuah tirai. Meskipun ia telah kembali ke dunia fana, ia sebenarnya tidak benar-benar ada di sana dan tersiksa. Akhirnya anak kedua itu, menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia, lalu bunuh diri supaya ia dapat benar-benar menyusul gadis itu.
"Dan Kematian mengambil anak kedua itu sebagai miliknya.
" 'Tetapi meskipun Kematian telah mencari anak ketiga selama bertahun-tahun, ia tidak pernah dapat menemukan anak itu. Hanya ketika ia sudah tua, anak termuda itu akhirnya melepaskan Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki-lakinya. Dan ia menyambut Kematian sebagai seorang teman lama, dan pergi bersama Kematian dengan gembira, dan meninggalkan kehidupan ini.'"
Hermione menutup buku itu. Ada jeda sesaat sebelum Xenophilius akhirnya sadar Hermione telah selesai membaca; lalu ia melepaskan pandangannya dari jendela dan berkata, "Yah, begitulah ceritanya."
"Maaf"" kata Hermione, terdengar bingung.
"Mereka adalah Deathly Hallows," kata Xenophilius.
Ia mengambil sebuah pena bulu dari sebuah meja di sikunya, dan menarik sebuah sobekan perkamen dari antara beberapa buku.
"Tongkat Elder," katanya, dan menggambar garis vertikal di atas perkamen.
"Batu Kebangkitan," lanjutnya, dan menambahkan sebuah lingkaran di atas garis tersebut. "Jubah Gaib," ia menyelesaikan, menutup garis dan lingkaran itu dalam sebuah segitiga, untuk membuat simbol yang sungguh membangkitkan rasa ingin tahu Hermione. "Bersama-sama," katanya, "Deathly Hallows."
"Tetapi tidak ada kata-kata 'Deathly Hallows' dalam cerita," kata Hermione.
"Yah, tentu saja tidak," kata Xenophilius, dengan gembira sekali. "Itu adalah dongeng anak-anak, diceritakan lebih untuk menghibur daripada untuk mengajar. Orang-orang yang mengerti tentang hal in
i, bagaimanapun, menyadari bahwa cerita kuno ini berkenaan dengan tiga buah benda, atau Hallows, yang mana, bila bersatu, akan menjadikan sang pemilik Penguasa Kematian."
Ada sedikit kesunyian ketika Xenophilius memandang keluar jendela. Matahari sudah hampir terbenam di langit.
"Luna seharusnya mendapatkan cukup Plimpies secepatnya," ia berkata diam-diam.
"Ketika kau mengatakan'Penguasa Kematian'-" kata Ron.
"Penguasa," kata Xenophilius, melambaikan tangannya di udara, "Penakluk**.
Apapun yang kau suka."
"Tetapi... Apakah Anda bermaksud..." kata Hermione perlahan, dan Harry dapat merasakan bahwa Hermione mencoba untuk menjaga agar pertanyaannya tidak bernada skeptis, "bahwa Anda percaya bahwa benda-benda ini -Hallows ini benar-benar ada""
Xenophilius menaikkan alisnya lagi. "Yah, tentu saja."
"Tetapi," kata Hermione, dan Harry dapat mendengar ia mulai membantah, "Mr. Lovegood, bagaimana mungkin Anda bisa percaya -T'
"Luna sudah menceritakan padaku semua tentangmu, nona muda," kata Xenophilius. "Kau adalah, kurasa, bukannya tidak pintar, tetapi sangat terbatas. Sempit. Berpikiran tertutup."
"Mungkin kau harus mencoba topi itu, Hermione," kata Ron, mengangguk ke arah sebuah patung pendek yang menggelikan. Suaranya tertekan karena menahan tawa.
"Mr. Lovegood," Hermione memulai lagi, "Kita semua tahu bahwa ada benda-benda seperti Jubah Gaib. Mereka langka, tetapi mereka ada. Tetapi - "
"Ah, tetapi Hallow Ketiga adalah Jubah Gaib yang sebenarnya, Miss Granger!
Maksudku, itu bukan jubah yang diberi Mantera Ilusi, atau membawa sebuah Kutukan Pembuat-Bingung, atau dirajut dari rambut Demiguise, di mana akan menyembunyikan seseorang tetapi akan kehilangan kemampuannya seiring dengan berjalannya waktu. Kita membicarakan tentang sebuah jubah yang benar-benar membuat pemakainya tak terlihat, dan bertahan selamanya, yang menyembunyikan secara konstan dan tak tertembus, tak masalah apapun mantera yang dilemparkan padanya. Berapa banyak jubah semacam itu yang pernah kau lihat, Miss Granger""
Hermione membuka mulutnya untuk menjawab, lalu menutupnya lagi, terlihat lebih bingung dari biasanya. Hermione, Harry, dan Ron menatap satu sama lain, dan Harry tahu bahwa mereka semua memikirkan hal yang sama. Itu karena jubah yang seperti dideskripsikan Xenophilius ada di ruangan itu bersama mereka saat itu juga.
"Tepat sekali," kata Xenophilius, seakan-akan ia sudah mengalahkan mereka dengan argumen yang beralasan. "Tak ada satupun dari kalian yang pernah melihat benda seperti itu. Pemiliknya mungkin sangat kaya, bukan""
Ia memandang keluar jendela lagi. Sekarang langit mulai berwarna kemerahan.
"Baiklah," kata Hermione, bingung. "Anggaplah Jubah itu ada... Bagaimana tentang batu itu, Mr. Lovegood" Benda yang Anda anggap Batu Kebangkitan""
"Apa tentang itu""
"Baiklah, bagaimana hal itu benar-benar ada"" "Buktikan bahwa itu tak ada," kata Xenophilius. Hermione kelihatan kecewa.
"Tetapi itu - maaf, tetapi itu benar-benar konyol! Bagaimana mungkin aku dapat membuktikan bahwa benda itu tidak ada" Apakah Anda mengira aku dapat mengambil semua - semua kerikil di dunia ini dan mengeceknya satu per satu" Maksudku, Anda dapat menganggap bahwa semuanya ada bila landasan Anda mempercayainya adalah bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan bahwa itu tidak ada!"
"Ya, kau bisa," kata Xenophilius. "Aku senang melihat bahwa kau sudah
membuka pikiranmu sedikit."
"Jadi Tongkat Elder itu," kata Harry cepat, sebelum Hermione dapat menjawab Xenophilius lagi, "Anda berpikir itu juga ada"" "Oh, baiklah, dalam masalah ini ada banyak sekali bukti," kata Xenophilius. "Tongkat Elder adalah Hallow yang paling mudah dilacak, karena benda itu sering berpindah dari tangan ke tangan."
"Yaitu"" tanya Harry.
"Karena pemilik tongkat itu harus merebutnya dari pemiliknya yang sebelumnya, jika ia benar-benar ingin menjadi pemiliknya," kata Xenophilius. "Aku yakin kalian sudah mendengar bagaimana tongkat itu datang kepada Egbert si Hebat, setelah ia membunuh Emeric si Jahat" Bagaimana Godelot meninggal di ruang bawah tanahnya sendiri, setelah anak laki-lakinya, Hereward, m
engambil tongkat darinya" Bagaimana Loxias yang mengerikan, yang mengambil
tongkat itu dari Baraabas Deverill, yang dibunuhnya" Perjalanan berdarah Tongkat Elder sudah terekam jelas dalam sejarah Persihiran."
Harry memandang Hermione. Hermione sedang memberengut pada Xenophilius, tetapi ia tidak membantahnya. "Lalu, kau pikir dimana Tongkat Elder tersebut berada sekarang"" tanya Ron. "Aduh, siapa yang tahu"" kata Xenophilius, seraya memandang keluar jendela.
"Siapa yang tahu dimana Tongkat Elder tersembunyi" Jejaknya menghilang bersama Arcus dan Livius. Siapa yang dapat mengatakan yang mana dari mereka yang benar-benar mengalahkan Loxias, dan yang mana yang mengambil tongkat itu" Dan siapa yang dapat mengatakan siapa yang mungkin mengalahkan mereka"
Sejarah, sayangnya, tidak menceritakannya pada kita."
Ada sedikit jeda. Akhirnya Hermione bertanya dengan kaku, "Mr. Lovegood, apakah keluarga Peverell mempunyai hubungan dengan Deathly Hallows""
Xenophilius nampak terperanjat ketika sesuatu terlintas di benak Harry, tetapi ia tidak dapat mengingatnya. Peverell... ia pernah mendengar nama itu sebelumnya...
"Tetapi kau telah menyesatkanku, nona!" kata Xenophilius, sekarang duduk lebih tegak di kursinya dan melotot pada Hermione. "Kupikir kalian baru dalam Pencarian Hallows! Banyak dari kami, Para Pencari, percaya bahwa keluarga Peverell mempunyai segala - segala! - kaitan dengan Hallows itu!"
"Siapakah keluarga Peverell itu"" tanya Ron.
"Itu adalah nama pada makam dengan tanda di atasnya, di Godric's Hollow," kata Hermione, masih memandang Xenophilius. "Ignotus Peverell."
"Tepat!" kata Xenophilius, jari telunjuknya terangkat. "Tanda Deathly Hallows diatas makam Ignotus adalah bukti konklusif!"
"Dari apa"" tanya Ron.
"Oh, bahwa tiga bersaudara dalam cerita itu sebenarnya adalah tiga bersaudara Peverell, Antioch, Cadmus, dan Ignotus! Bahwa mereka adalah pemilik Hallows yang asli!"
Setelah ia menatap ke jendela sekali lagi, ia bangkit berdiri, mengambil nampan, dan menuju ke tangga spiral.
"Kalian akan tinggal untuk makan malam"" ia bertanya, seraya menghilang ke bawah lagi. "Semua orang selalu meminta resep sup Plimpy Air Tawar kami."
"Mungkin untuk ditunjukkan kepada Departemen Penanganan Keracunan di St. Mungo," kata Ron.
Harry menunggu sampai mereka dapat mendengar Xenophilius bergerak di dapur bawah sebelum berbicara. "Apa yang kau pikirkan"" tanya Harry ke Hermione.
"Oh, Harry," kata Hermione lelah, "ini hanya sampah. Ini tidak mungkin merupakan arti tanda itu yang sebenarnya. Ini pasti hanya sebuah penafsiran yang aneh darinya terhadap masalah itu. Benar-benar membuang-buang waktu."
"Kurasa ini adalah orang yang membawakan kita Snorkack Tanduk-Kisut," kata Ron.
"Kau juga tidak mempercayainya"" tanya Harry pada Ron.
"Tidak, dongeng itu hanya salah satu cara kau menceritakan anak-anak pelajaran, kan" 'Jangan mencari masalah, jangan berkelahi, jangan mengganggu apapun yang lebih baik ditinggalkan! Rendah hatilah, pikirkan urusanmu sendiri, dan kau akan baik-baik saja. Kalau dipikirkan," Ron menambahkan, "mungkin dongeng itu yang menyebabkan takhyul bahwa pemilik Tongkat Elder akan tidak beruntung."
"Apa yang sedang kalian bicarakan""
"Salah satu dari takhyul-takhyul itu, kan" 'Penyihir yang lahir pada bulan Mei
akan menikahi Muggle.' 'Kutukan yang dilakukan di senja hari, akan menghilang pada tengah malam.' 'Tongkat dari kayu apel, tidak akan makmur.' Kalian seharusnya sudah pernah mendengarnya. Ibuku mengetahui banyak takhyul seperti itu."
"Harry dan aku dibesarkan oleh Muggle," Hermione mengingatkan Ron. "Kami diajarkan takhyul yang berbeda." Hermione menarik nafas dalam-dalam ketika bau yang cukup tajam tercium dari arah dapur. Hal yang bagus dari perdebatannya dengan Xenophilius adalah itu membuat Hermione lupa bahwa ia terganggu oleh Ron. "Kurasa kau benar," katanya pada Ron. "Itu hanya dongeng kesusilaan, sangat jelas hadiah mana yang paling baik, yang mana yang akan kau pilih - "
Mereka bertiga berbicara disaat yang sama: Hermione berkata, "Jubah," Ron berkata, "tongkat," dan Harry berkata, "batu."
Mereka memandang sat u sama lain, setengah terkejut, setengah geli.
"Kau mengatakan Jubah," kata Ron ke Hermione, "tetapi kau tidak akan membutuhkannya bila kau memiliki tongkatnya. Sebuah tongkat yang tidak dapat terkalahkan, Hermione, ayolah!"
"Kita sudah memiliki sebuah Jubah Gaib," kata Harry, "Dan Jubah itu sangat membantu kita, kalau kau tak menyadarinya!" kata Hermione. "Di lain pihak, tongkat itu hanya akan mendatangkan masalah-"
"Hanya jika kau berteriak pada semua orang tentang hal itu," bantah Ron.
"Hanya jika kau cukup bodoh untuk menari sambil melambaikan tongkat itu di atas kepalamu, dan bernyanyi, 'Aku memiliki sebuah tongkat yang tak terkalahkan, datanglah dan coba dapatkan jika kau berpikir kau cukup kuat.'
Selama kau dapat menutup mulutmu-"
"- Ya, tetapi apakah kau bisa tetap menutup mulutmu"" kata Hermione. "Kau tahu bahwa satu-satunya hal yang benar yang ia katakan pada kita hanyalah bahwa ada cerita mengenai tongkat yang sangat kuat selama beratus-ratus tahun."
"Adakah"" tanya Harry.
Hermione terlihat sebal: Ekspresinya sudah begitu familiar dan Ron dan Harry tersenyum satu sama lain.
"Tongkat Kematian, Tongkat Takdir, mereka muncul dengan nama yang berbeda-beda selama berabad-abad, biasanya tergantung penyihir hitam yang memilikinya. Profesor Binns menyebutkan beberapa di antara mereka, tapi - oh,
itu semua omong kosong. Tongkat hanya sama kuatnya dengan penyihir yang menggunakannya. Beberapa penyihir hanya suka menganggap bahwa tongkatnya lebih besar dan lebih baik dari milik orang lain."
"Tetapi bagaimana kau tahu," kata Harry, "bahwa tongkat-tongkat itu Tongkat Kematian, Tongkat Takdir - adalah tongkat yang sama, selama berabad-abad sesekali muncul dengan nama yang berbeda""


Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana jika mereka semua adalah benar-benar Tongkat Elder, yang dibuat oleh Kematian"" Harry tertawa: Ide aneh yang ada dalam pikirannya selama ini, konyol.
Tongkatnya, ia mengingatkan dirinya sendiri, terbuat dari kayu holly, bukan elder, dan tongkat itu dibuat oleh Ollivander, apapun yang dilakukannya pada malam Voldemort mengejarnya di langit dan bila tongkat itu tidak dapat terkalahkan, bagaimana bisa tongkat itu hancur"
"Jadi, kenapa kau memilih batu"" tanya Ron padanya.
"Yah, jika kau bisa membawa orang-orang kembali, kita dapat bertemu Sirius...Mad-Eye...Dumbledore...orang tuaku..."
Tak ada satupun dari Ron dan Hermione yang tersenyum.
"Tetapi, menurut Beedle Sang Seniman, mereka tidak ingin kembali, kan"" kata Harry, memikirkan dongeng yang baru saja mereka dengar. "Tidak ada cerita lain tentang batu yang dapat membangkitkan seseorang dari kematian, kan"" ia bertanya pada Hermione.
"Tidak," Hermione membalas dengan sedih. "Aku tidak berpikir semua orang kecuali Mr. Lovegood dapat menganggap bahwa itu ada. Beedle mungkin mengambil ide dari Batu Bertuah; kalian tahu, sebagai pengganti batu yang membuatmu abadi, sebuah batu untuk membalikkan kematian."
Bau dari dapur tercium semakin kuat. Bau itu seperti celana dalam yang terbakar hangus. Harry bertanya-tanya apakah ia dapat memakan apapun yang Xenophilius masak demi kesopanan.
"Lalu, bagaimana dengan Jubah itu"" tanya Ron pelan. "Apakah kalian tidak sadar, bahwa ia benar" Aku menjadi sangat terbiasa menggunakan Jubah Harry, dan seberapa bagusnya benda itu, aku tidak pernah berhenti memikirkannya. Aku tidak pernah mendengar ada jubah lain seperti milik Harry. Jubah itu sempurna. Kita tidak pernah ketahuan selama berada di dalamnya - "
"Tentu saja tidak - kita 'kan tidak kelihatan bila berada di dalamnya,Ron!"
"Tapi kalian tahu kan, semua hal yang ia katakan mengenai jubah lain itu benar, dan jubah itu tidak benar-benar berharga satu knut sepuluh buah! Itu tidak pernah terjadi padaku sebelumnya, tetapi aku pernah mendengar jubah yang mantranya hilang ketika jubah itu sudah usang, atau jubah yang dirobek dengan mantra sehingga berlubang, milik Harry dulunya dimiliki oleh ayahnya, jadi itu tidak benar-benar baru, tetapi itu... sempurna!"
"Ya, baiklah, Ron, batu itu..."
Ketika Ron dan Hermione bertengkar dalam bisikan-bisikan, Harry berkeliling ruangan, hanya separuh mendengarkan. Begitu i
a sampai ke tangga spiral, ia menengok ke lantai atas dan terkejut seketika. Wajahnya sendiri sedang memandangnya dari langit-langit ruangan di atas. Setelah sesaat merasa kebingungan, Harry sadar bahwa itu bukan cermin, melainkan sebuah lukisan.
Penasaran, ia mulai menaiki tangga itu.
"Harry, apa yang sedang kau lakukan" Kurasa kau tidak seharusnya berkeliling ketika Xenophilius tidak di sini!"
Tetapi Harry telah sampai ke lantai berikutnya. Luna telah menghias langitlangit kamar tidurnya dengan lima wajah yang dilukis dengan indah: Harry, Ron, Hermione, Ginny, dan Neville. Mereka tidak bergerak seperti lukisan di Hogwarts, tapi ada sedikit mantra pada semua lukisan itu. Harry berpikir bahwa mereka bernafas. Ada rantai emas yang menyatukan gambar itu, tetapi setelah memandangnya selama semenit, Harry sadar bahwa rantai itu adalah sebuah kata yang ditulis berulang-ulang dalam tulisan emas: sahabat...sahabat...sahabat...
Harry merasakan ketertarikan yang besar pada Luna. Ia melihat-lihat sekeliling ruangan itu. Ada sebuah foto yang besar di samping tempat tidur, foto Luna kecil dan seorang wanita yang sangat mirip dengan Luna. Mereka sedang berpelukan. Luna kelihatan lebih rapi di foto itu dibandingkan dengan yang Harry pernah lihat selama ini. Foto itu berdebu. Hal ini membuat Harry merasa sedikit aneh. Harry memandang berkeliling. Ada sesuatu yang salah. Karpet biru pucat juga penuh dengan debu. Tidak ada pakaian dalam lemari, yang pintunya sedikit terbuka. Tempat tidurnya dingin, terlihat tidak nyaman, seakan-akan tidak pernah ditiduri selama berminggu-minggu. Sebuah jaring laba-laba merentang di jendela terdekat, bak menyeberangi langit merah.
"Ada apa"" tanya Hermione saat Harry turun dari tangga, tetapi sebelum ia dapat merespon, Xenophilius telah mencapai anak tangga teratas dari dapur, kini memegang nampan yang dimuati dengan mangkuk.
"Mr. Lovegood," kata Harry, "di mana Luna""
"Maaf"" "Di mana Luna"" Xenophilius terdiam di tangga.
"Aku - aku sudah mengatakannya padamu. Luna ada di Jembatan Botions memancing Plimpy." "Lalu kenapa Anda hanya menyediakan nampan itu untuk empat orang""
Xenophilius mencoba berbicara, tapi tak ada suara yang keluar. Satu-satunya suara yang terdengar adalah gerakan mesin cetak yang terus-menerus, dan sedikit derit dari nampan yang digoyangkan oleh tangan Xenophilius.
"Kurasa Luna tidak ada di sini selama berminggu-minggu," kata Harry.
"Pakaiannya tidak ada, tempat tidurnya tak pernah ditiduri. Di mana dia" Dan kenapa Anda selalu memandang keluar jendela""
Xenophilius menjatuhkan nampannya. Mangkuk-mangkuk itu terlempar dan hancur. Harry, Ron, dan Hermione mengambil tongkatnya masing-masing.
Tangan Xenophilius berhenti ketika akan memasukkan tangannya ke sakunya.
Saat itu, banyak The Quibbler jatuh dari bawah taplak, lalu hening. Hermione merunduk dan mengambil salah satu majalah itu, tongkatnya masih mengarah ke Mr. Lovegood.
"Harry, lihat ini!" Harry berjalan secepat ia bisa ke arah Hermione. Halaman depan The Quibbler memuat fotonya sendiri, dihiasi dengan tulisan "Orang Yang Paling Tidak Diinginkan" dan tulisan hadiah uang.
"The Quibbler berpindah haluan ya"" tanya Harry dingin, pikirannya bekerja sangat cepat. "Inikah yang Anda lakukan ketika pergi ke taman, Mr.
Lovegood" Mengirim seekor burung hantu ke Kementrian"" Xenophilius menggigit bibirnya.
"Mereka mengambil Luna-ku," ia berbisik. "Karena apa yang sudah kutulis.
Mereka mengambil Luna-ku dan aku tidak tahu dimana ia berada, apa yang sudah mereka lakukan padanya. Tapi mungkin mereka akan mengembalikannya padaku bila aku - bila aku - "
"Menyerahkan Harry"" Hermione menyelesaikan untuknya.
"Tidak," kata Ron datar. "Minggir, kami pergi."
Xenophilius tampak mengerikan, bibirnya juga menyeramkan dan terlihat tidak senang.
"Mereka akan datang sebentar lagi. Aku harus menyelamatkan Luna. Aku tak dapat kehilangan Luna. Kalian tidak boleh pergi."
Ia membentangkan tangannya di depan tangga, dan Harry merasa melihat ibunya yang melakukan hal yang sama di depan tempat tidurnya.
"Jangan membuat kami menyakitimu," kata Harry. "Minggir, Mr. L
ovegood." "HARRY!" teriak Hermione.
Figur-figur di atas sapu terbang melewati jendela. Ketika mereka bertiga melihat Xenophilius, ia mengeluarkan tongkatnya. Harry menyadari kesalahan mereka saat itu juga. Ia melemparkan dirinya ke samping, mendorong Ron dan Hermione untuk menyelamatkan mereka dari Mantra Pemingsan Xenophilius yang melewati ruangan itu dan mengenai tanduk Erumpent. Sebuah ledakan yang sangat besar terjadi. Suaranya terdengar seperti akan menghancurkan ruangan itu.
Potongan kayu dan kertas dan reruntuhan terlempar ke segala arah, bersama kepulan debu yang tebal. Harry terlempar ke udara, lalu terjatuh ke lantai, tak dapat melihat karena puing-puing berjatuhan di atasnya, tangannya melindungi kepalanya. Ia mendengar jeritan Hermione, teriakan Ron, dan serangkaian suara metalik menyakitkan yang membuatnya tahu bahwa Xenophilius sudah terlempar ke bawah tangga spiral.
Setengah terkubur di dalam reruntuhan, Harry berusaha untuk berdiri. Ia nyaris tak dapat bernapas atau melihat dalam kepulan debu. Separuh langit-langit sudah ambruk dan ujung tempat tidur Luna sudah menggantung di tepi lubang.
Patung pendek Rowena Ravenclaw jatuh di sampingnya dengan separuh bagian wajahnya rusak. Potonganpotongan perkamen melayang turun dari udara, dan sebagian besar mesin cetak tergeletak miring, menutupi tangga paling atas untuk menuju ke dapur. Kemudian sosok putih lain bergerak mendekat dan Hermione, penuh dengan debu seperti patung, menaruh jarinya di depan bibir.
Pintu di bawah terbuka. "Bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa tidak perlu terburu-buru, Travers"" kata suara yang keras. "Bukankah aku mengatakan padamu bahwa orang gila ini hanya mengoceh seperti biasa"" Ada suara keras dan jeritan kesakitan Xenophilius.
" Tidak.. .tidak... di atas.. .Potter!"
"Aku mengatakan padamu minggu lalu Lovegood, kami tidak akan kembali kecuali ada informasi yang kongkrit! Ingat minggu lalu" Ketika kau ingin menukar anak perempuanmu dengan topi tolol itu" Dan minggu sebelumnya" Ada suara keras dan pekikan lagi - "Ketika kau berpikir bahwa kami akan mengembalikannya jika kau menawarkan pembuktian tentang Snorkack" - suara keras - "Tanduk" - suara keras - "Kisut""
"Tidak - tidak - aku memohon pada kalian!" tangis Xenophilius. "Ini benar-benar Potter, sungguh!"
"Dan sekarang kau kembali memanggil kami untuk mencoba dan meledakkan kami!" raung salah satu Pelahap Maut itu, lalu ada serangkaian suara ledakan kecil diantara dengan teriakan penuh penderitaan Xenophilius.
"Tempat ini terlihat akan rubuh, Selwyn," kata suara dingin yang kedua, bergema ke atas tangga. "Tangga ini benar-benar tertutup. Bisakah kau mencoba membersihkannya" Mungkin dapat membuat tempat ini runtuh."
"Kau pembohong kotor," teriak penyihir yang bernama Selwyn.
"Kau belum pernah melihat Potter seumur hidupmu, kan" Kurasa kau memanggil kami ke sini untuk membunuh kami, ya kan" Dan kau berpikir bahwa kau akan mendapatkan anak perempuanmu dengan cara seperti ini""
"Aku bersumpah...aku bersumpah...Potter ada diatas!"
"Homenum Revelio," kata sebuah suara di kaki tangga. Harry mendengar Hermione terkejut, dan ia merasakan sensasi aneh yang melewati dirinya, menyelimuti dirinya dalam bayangannya.
"Ada orang di atas, Selwyn," kata laki-laki kedua itu dengan tajam.
"Itu Potter, kukatakan padamu, itu Potter!" tangis Xenophilius.
"Tolong...tolong...kembalikan Luna, biarkan aku mendapatkan Luna kembali..."
"Kau dapat mendapatkan anak perempuanmu, Lovegood," kata Selwyn, "jika kau naik ke atas dan membawakan padaku Harry Potter. Tetapi jika ini adalah sebuah rencana, jika ini adalah sebuah jebakan, jika kau memiliki seorang kaki tangan di atas sana untuk menyerang kami, kita lihat saja apakah kita dapat membagi sedikit mayat anak perempuanmu agar kau bisa menguburnya."
Xenophilius meraung penuh ketakutan dan keputusasaan. Terdengar suara langkah pendek-pendek dan derit pelan. Xenophilius sedang mencoba untuk melewati puingpuing di tangga.
"Ayo," bisik Harry, "kita harus keluar dari sini."
Harry mencoba untuk mengeluarkan dirinya dari reruntuhan dengan memanfaatkan keributan
yang dibuat Xenophilius di tangga. Ron terkubur sangat dalam. Harry dan Hermione memanjat, sesunyi yang mereka bisa, ke arah tempat Ron terkubur, mencoba untuk menarik laci yang berat dari kakinya. Ketika Xenophilius semakin mendekat, Hermione berhasil untuk membebaskan Ron dengan menggunakan Mantra Mengapung.
"Baiklah," kata Hermione, ketika mesin cetak yang rusak dan menutupi tangga paling atas mulai berderak. Xenophilius hanya tinggal beberapa langkah lagi dari mereka. Hermione masih penuh dengan debu.
"Apakah kau mempercayaiku, Harry""
Harry mengangguk. "Baiklah," Hermione berbisik, "berikan Jubah Gaib padaku. Ron, kau akan memakainya." "Aku" Tapi Harry - "
"Tolonglah, Ron! Harry, genggam erat tanganku, Ron pegang bahuku."
Harry mengulurkan tangan kirinya. Ron menghilang di bawah Jubah. Mesin cetak yang menutupi tangga bergetar. Xenophilius mencoba untuk menyingkirkannya menggunakan Mantra Mengapung. Harry tak tahu apa yang sedang Hermione tunggu.
"Tahan," bisiknya. "Tahan, sebentar lagi..." Wajah pucat pasi Xenophilius muncul di pintu.
"Obliviate!" raung Hermione, pertama-tama mengarahkan tongkatnya ke wajah Xenophilius lalu ke lantai dibawah mereka. "Deprimo!"
Hermione membuat lubang di lantai ruang tamu. Mereka jatuh seperti batu.
Harry masih memegang tangan Hermione ketika ia mendengar ada teriakan dari bawah, dan ia sempat melihat dua laki-laki yang mencoba menghindari reruntuhan dan perabotan hancur yang menghujani lantai bawah rumah itu dari atas.
Hermione berputar-putar di udara dan suara rumah yang hancur terngiang di telinga Harry ketika Hermione membawanya sekali lagi ke dalam kegelapan. Note:
*: Elder (Sambucus sp.), atau lebih dikenal sebagai Elderberry, adalah satu genus yang berisi sekitar 5-30jenis semak atau pepohonan yang kebanyakan hidup di daerah beriklim sedang atau subtropis. Bunganya umumnya berwarna krem atau putih, sedangkan buahnya kecil, berwarna merah, kebiruan, atau hitam. Menurut mitos, kayunya tidak boleh dipotong tanpa menyanyikan syair pujian bagi ElderMother, atau dia akan mengamuk. Elder yang di sini tentu satu dari beberapa jenis Elder yang hidup di Eropa. FYI, ada satu jenis Elder yang hidup di Indonesia, yaitu Sambucus javanica atau pohon sangitan
**: Conqueror = Vanquisher = Penakluk.
Bab 22 Deathly Hallows Harry jatuh, terengah-engah dirumput dan merangkak sekaligus. Tampaknya mereka mendarat di sudut sebuah lapangan saat senja hari; Hermione sedang berlari membuat sebuah lingkaran di sekitar mereka dengan melambaikan tongkat sihirnya.
"Protego totalum...Salvio hexia..."
"Dasar pengkhianat tua pengadu," Ron terengah-engah keluar dari jubah gaib dan melemparnya ke Harry. "Hermione kau memang jenius, sangat jenius, aku tak percaya kita dapat keluar dari semua itu."
"Cave inimicum... aku sudah bilang itu adalah tanduk Frumpent, bukan kah telah kuperingatkan dia" Dan sekarang rumahnya hancur berantakan."
"Dia pantas mendapatkannya," ucap Ron, memeriksa sobekan di jeansnya dan luka di kakinya, "apa yang kau pikir akan mereka lakukan padanya""
"Oh kuharap mereka tak membunuhnya," erang Hermione, "karena itulah aku ingin para Pelahap Maut dapat melihat Harry sekilas sebelum kita pergi, jadi mereka tahu Xenophilius tidak berbohong."
"Tetapi kenapa kau menyembunyikanku"" tanya Ron.
"Kau seharusnya berada di ranjang karena spattergroit Ron! Mereka menculik Luna karena ayahnya mendukung Harry! Apa yang akan terjadi pada keluargamu kalau mereka
tahu kau bersamanya""
"Tapi bagaimana dengan Ayah dan Ibu-mu""
"Mereka di Australia," jawab Hermione, "mereka seharusnya baik-baik saja. Mereka tak mengetahui apapun."
"Kau memang jenius," ulang Ron terpesona.
"Yeah, kau memang jenius Hermione," Harry mengiyakan dengan bersemangat. "Aku
tak tahu apa yang kan kita lakukan tanpamu." Hermione berseri-seri tapi langsung serius lagi. "Bagaimana dengan Luna""
"Ya, bila mereka mengatakan yang sebenarnya dan dia masih hidup..." Ron memulai. "Jangan katakan itu, jangan katakan!" Hermione berseru, "dia pasti masih hidup, itu pasti."
"Kalau begitu dia pasti di azkaban, kuharap," ucap Ron, "mungkinkah dia ber
tahan hidup disana... banyak orang tidak bertahan."
"Dia akan bertahan," sergah Harry, dia tak mampu membayangkan alternatif lainya, "dia
tangguh, Luna jauh lebih tangguh dari yang kau kira, dia mungkin mengajari para penghuninya tentang Wrackspurt dan Nargle."
"Kuharap kau benar," ucap Hermione, dia menyeka matanya, "aku sangat menyesal tentang Xenophilius bila..."
"...bila dia tidak mencoba menjual kita pada para Pelahap Maut, yeah," potong Ron.Mereka mendirikan tenda dan berbenah didalamnya, Ron membuatkan teh untuk mereka,
setelah pelarian mereka yang menyesakkan, tenda yang dingin dan pengap itu
terasa seperti rumah: aman, akrab dan ramah.
"Oh, kenapa kita pergi kesana"" erang Hermione setelah beberapa menit terdiam. "Harry, kau benar, lagi-lagi ini tentang Godric's Hollow, benar-benar buang-buang
waktu! Deathly Hallows.. .sepertinya omong kosong.. .atau sebenarnya..." sepertinya dia tiba-tiba mendapatkan sebuah ide, "dia mungkin saja mengarang semua itu, mungkin saja kan" Dia mungkin tidak percaya pada Deathly Hallows sama sekali, dia cuma ingin kita tetap disana hingga Pelahap Maut datang."
"Kukira tidak," sanggah Ron, "lebih sulit mengarang sesuatu saat kau sedang dibawah tekanan dari pada yang kau kira. Aku membuktikannya saat para Perampas mengerjaiku. Lebih mudah berpura-pura menjadi Stan, karena aku mengetahu sedikit tentang dia, daripada mengarang seorang yang benar-benar baru. Lovegood tua benar-benar tertekan, mencoba memastikan kita tetap tinggal. Aku yakin dia menceritakan yang sebenarnya agar kita tetap bicara."
"Aku pikir itu bukan suatu masalah," dengus Hermione, "walaupun dia jujur, aku belum pernah mendengar omong kosong separah itu dalam hidupku"
"Tunggu dulu," sergah Ron, "Kamar Rahasia dulunya sebuah mitos kan"" "Tapi Deathly Hallows tak mungkin ada Ron!"
"Kau tetap berpikir begitu, tapi satu darinya ada," ucap Ron lagi, "Jubah Gaib milik Harry..."
"Kisah Tiga Saudara adalah sebuah dongeng," ucap Hermione tegas, "sebuah dongeng tentang bagaimana manusia takut kepada kematian. Bila bertahan hidup hanya semudah bersembunyi dibawah Jubah Gaib, kita telah memiliki segala yang kita butuhkan!"
"Aku tak tahu. Kita dapat melakukannya dengan sebuah tongkat sihir yang tak terkalahkan" ucap Harry, memutar-mutar tongkat blackthorn yang tak disukainya dengan jarinya.
"Tidak ada hal seperti itu, Harry!"
"Kau bilang ada banyak sekali tongkat sihir.. .tongkat kematian dan apalah mereka menyebutnya..."
"Baiklah, walaupun kau ingin percaya kalau Tongkat Elder* itu nyata, bagaimana dengan Batu Kebangkitan*"" jarinya menggambarkan sebuah tanda ketika menyebutkan nama itu, dan suaranya berubah kasar. "Tak ada sihir yang dapat menghidupkan yang mati, dan itu mutlak."
"Saat tongkat sihirku terhubung dengan tongkat sihir Kau-Tahu-Siapa, Ayah dan Ibuku muncul.. .dan Cedric..."
"Tapi mereka tak benar-benar kembali dari kematian kan"" sangkal Hermione, "seperti...sebuah tiruan sekilas tidaklah sama dengan benarbenar membuat mereka hidup kembali"
"Tapi dia, gadis dalam dongeng, juga tidak benar-benar kembali dari kematian kan" Dongeng itu mengatakan bahwa sekali seseorang mati, dia menjadi milik kematian. Tapi saudara yang kedua masih bisa bertemu dia dan berbicara dengannya, ia kan" Dia bahkan hidup bersamanya untuk beberapa saat..."
Hermione terlihat murung dan ada sesuatu yang sulit diartikan dari ekspresi Hermione. Lalu, saat Hermione memandang Ron sekilas, Harry menyadari bahwa sebenarnya itu adalah ketakutan: dia telah menakuti Hermione dengan pembicaraan tentang hidup bersama orang mati.
"Jadi si Peverell yang dikuburkan di Godric's Hollow..." Ron mengucapkanya dengan cepat, mencoba mengatakannya dengan tenang, "...kau tidak mengetahui apapun tentang dia""
"Tidak," jawab Hermione, terlihat lebih tenang dengan perubahan topik pembicaraan, "aku mencarinya setelah aku lihat tanda di makamnya: bila dia adalah orang yang pernah terkenal atau telah melakukan sesuatu yang penting aku yakin dia akan ada di salah satu buku yang kita miliki. Satu-satunya tempat dimana aku dapat menemukan nama Peverell adalah di buku Bangsawan
Alamiah: Sebuah Silsilah Sihir**. Aku meminjamnya dari Kreacher," dia menerangkan ketika Ron mengangkat alisnya. "Termuat daftar dari garis keturunan keluarga berdarah-murni yang sekarang telah hilang di jalur laki-laki. Sepertinya keluarga Peverell adalah salah satu dari yang paling awal menghilang."
"Hilang dari jalur laki-laki"" ulang Ron
"Itu berarti punah," ucap Hermione, "beberapa abad lalu, dalam kasus keluarga Peverell. Meskipun begitu, mungkin saja mereka masih memiliki keturunan, tapi dengan nama yang berbeda."
Dan hal itu muncul di memori Harry seperti kepingan yang bersinar, ingatan yang telah teraduk-aduk saat mendengar nama "Peverell": seorang tua yang
kotor mengacungkan sebuah cincin yang buruk ke wajah petugas kementrian, dan dia berteriak keras, "Marvolo Gaunt!"
"Apa"" ucap Ron dan Hermione bersama-sama.
"Marvolo Gaunt! Kakek dari Kau-Tahu-Siapa! Di pensieve! Dengan Dumbledore! Marvolo Gaunt pernah berkata kalau dia adalah keturunan keluarga Peverell."
Ron dan Hermione terlihat bingung.
"Cincin itu, cincin yang menjadi Horcrux, Marvolo Gaunt mengatakan kalau cincin tersebut adalah lambang keluarga Peverell! Aku melihatnya melambaikan cincin tersebut ke wajah petugas kementrian, dan dia hampir saja melesakkan hidungnya!"
"Lambang keluarga Peverell"" ucap Hermione tajam, "dapatkah kau melihat bagaimana bentuknya""
"Tidak jelas," jawab Harry, mencoba mengingat. "Tak ada yang bagus disana, sejauh yang bisa kulihat: mungkin banyak goresannya. Aku baru benar-benar melihatnya dengan dekat hanya saat cincin itu telah terbelah."
Harry melihat kepahaman Hermione dari matanya yang melebar tiba-tiba. Ron melihat dari satu ke yang lainnya, terkagum-kagum.
"Ya ampun... kau yakin ini adalah tanda itu lagi" Tanda dari Hallows""
"Kenapa tidak," ucap Harry bersemangat, "Marvolo Gaunt adalah seorang tua yang cuek dan bodoh yang hidup seperti babi, yang dia pedulikan hanyalah leluhurnya. Bila cincin itu telah diturunkan dalam beberapa abad, dia mungkin tidak tahu apa itu sebenarnya. Tak ada buku di rumah itu, dan percayalah, dia bukan orang yang suka berdongeng kepada anak-anaknya. Dia senang berpikir bahwa goresan di batu itu adalah lambang keluarga, karena sejauh yang dia pahami, menjadi darah murni otomatis membuatmu terpandang."
"Ya...sangat menarik," ucap Hermione dengan hati-hati, " tapi Harry, apakah kau pikir, seperti yang kukira, bahwa kau berpikir...""
"Kenapa tidak" Ucap Harry, mengabaikan kehati-hatiannya, "ini adalah sebuah batu, iya kan"" dia melihat Ron mencari dukungan. "Bagaimana kalau ini adalah Batu Kebangkitan""
Mulut Ron pun terbuka "Ya ampun...tapi apakah ini akan tetap bekerja bila Dumbledore telah membe...T' "Bekerja" Ron, ini tidak akan pernah bekerja! Batu Kebangkitan itu tidak perna ada!"
Hermione melompat berdiri, terlihat jengkel dan marah. "Harry kau mencoba untuk mencocokkan segalanya kedalam dongeng Hallo ws..."
"Mencocokkan segalanya"" Harry mengulanginya. "Hermione, kecocokan ini terjadi dengan sendirinya! Aku tahu lambang dari Deathly Hallows ada di batu tersebut! Gaunt mengatakan bahwa dia adalah keturunan dari keluarga Peverell!"
"Semenit lalu kau bilang kau tak pernah melihat tanda di batu itu dengan jelas!"
"Dimanakah kau yakini cincin itu berada saat ini"" Ron bertanya pada Harry, "apa yang Dumbledore lakukan padanya setelah dia membelahnya""
Tapi imajinasi Harry telah berkelana jauh, jauh dari Ron dan Hermione... tiga benda, atau Hallows, yang apabila disatukan, akan membuat pemiliknya menguasai kematian.. .Penguasa.. .Pemenang.. .Penakluk... musuh terakhir yang harus dikalahkan adalah kematian...
Dan dia membayangkan dirinya sendiri, memiliki Hallow, menghadapi Voldemort, yang Horcruxnya tiada tandingannya.. .tidak dapat hidup saat yang lainnya selamat... apakah ini jawabannya" Hallow melawan Horcrux" Apakah ada cara untuk memastikan kalau dialah yang menang" Bila dia yang menguasai Deathly Hallows, akankah dia selamat"
"Harry"" Tapi suara Hermione hanya sayup-sayup terdengar: dia telah menarik Jubah Gaibnya dan membiarkannya meluncur di jari-jarinya, kain itu begitu gemulai seperti
air, ringan seperti udara. Dia belum pernah melihat apapun yang bisa menyamainya selama hampir tujuh tahun kehidupannya di dunia sihir. Jubah itu sama persis dengan apa yang telah di sebutkan oleh Xenophilius : Sebuah Jubah yang benar-benar membuat pemakainya sama sekali tak terlihat, dan mempertahankan keabadian, memberikan perlindungan yang tetap dan tak tertembus, apapun mantra yang disebutkan kepadanya...
Dan kemudian bersama satu hembusan nafas dia mengingat... "Dumbledore memegang Jubahku dimalam orang tuaku meninggal!" Suaranya bergetar dan dia bisa merasakan perubahan di wajahnya, tapi dia tidak
peduli. "Ibuku memberi tahu Sirius bahwa Dumbledore meminjam Jubah ini! Itulah! Dia ingin mengujinya, karena dia mengira ini adalah Hallows ke tiga! Ignotus Peverell dimakamkan di Godric's Hollow..." Harry berjalan mondar-mandir disekitar tenda, merasa bahwa rangkaian kejadian yang benar sedang membuka semua disekitarnya. "Dia adalah leluhurku. Aku adalah keturunan dari Saudara ketiga!
Ini semua masuk akal!"
Dia merasa punya bukti untuk meyakini kepercayaannya pada Hallow, baginya memiliki mereka dapat memberikan perlindungan, dan dia merasa senang saat dia berpaling lagi kepada dua sahabatnya.
"Harry," ucap Hermione lagi, tapi Harry sedang sibuk membuka kantong di lehernya, jari-jarinya bergetar hebat.
"Baca ini," Harry berkata padanya, menyerahkan surat ibunya ke tangan Hermione, "Baca ini! Dumbledore meminjam Jubah itu, Hermione! Kenapa dia menginginkan jubah itu" Dia tidak membutuhkan sebuah Jubah, dia dapat melakukan Mantra Menghilang yang sangat kuat yang dapat membuat dirinya benar-benar tak terlihat tanpa jubah!"
Sesuatu terjatuh ke lantai dan menggelinding, berkilapan, dibawah kursi: dia telah menjatuhkan snitch pemberian Dumbledore saat dia menarik surat ibunya. Dia mengambilnya, kemudian pemikiran luar biasa yang tiba-tiba mengejutkan memberinya hadiah yang lain, rasa terkejut dan kagum membuncah dalam dirinya dan diapun berteriak.
"ADA DI DALAM SINI! Dia meninggalkanku cincin itu - ada di dalam snitch!"
"Kau... kau yakin""
Dia tak mengerti mengapa Ron terlihat mundur beberapa langkah. Karena menurut Harry hal itu mudah dipahami dan sangat jelas. Semuanya cocok, semuanya... Jubahnya adalah Hallow ke tiga, dan saat dia menemukan cara membuka snitch itu dia akan memiliki yang kedua, dan kemudian apa yang dia butuhkan adalah mencari Hallow pertama, Tongkat Elder dan kemudian...
Tapi semuanyapun mengabur secara perlahan: semua ketertarikannya, semua harapannya dan kebahagiannya serasa padam sekaligus, dan dia berdiri sendiri dalam kegelapan, dan mantra kemenangan sepertinya telah terpatahkan.
"Itu yang dia cari."
Perubahan dalam suara Harry membuat Ron dan Hermione terlihat semakin takut. "Kau-Tahu-Siapa mencari Tongkat Elder."
Harry membalikkkan badannya dari wajah-wajah yang ragu dan tegang. Dia tahu bahwa itu adalah yang sebenarnya. Dan semua masuk akal, Voldemort tidak mencari tongkat baru; dia mencari sebuah tongkat sihir tua, sangat tua malahan. Harry keluar melalui pintu masuk tenda, melupakan Ron dan Hermione saat dia melihat ke kegelapan malam, dan berpikir...
Voldemort dibesarkan di panti asuhan Muggle. Tentunya tak seorang pun telah menceritakan Dongeng Beedle sang Penyair saat dia masih kecil, lebih banyak daripada yang telah didengar Harry. Sedikit sekali Penyihir yang percaya pada Deathly Hallows. Apakah mungkin Voldemort telah mengetahuinya"
Harry memandang ke kegelapan, bila Voldemort telah mengetahui tentang Deathly Hallows, tentunya dia telah mencarinya, melakukan segala cara untuk memilikinya: tiga benda yang membuat pemiliknya menguasai kematian" Jika dia dia telah mengetahui tentang Deathly Hallows, dia tidak memerlukan lagi Horcrux sebagai prioritas. Bukankan sebuah kenyataan bahwa dia telah memegang sebuah Hallow, dan dia menjadikannya Horcrux, menunjukkan kalau dia tidak mengetahui rahasia terakhir dunia sihir ini"
Yang berarti bahwa Voldemort mencari Tongkat Elder tanpa menyadari kekuatan penuhnya, tanpa mengerti bahwa itu adalah salah satu dari tiga.. .dan memang tongkat sihir itu adalah
Hallow yang tak bisa disembunyikan, yang kehadirannya telah jelas diketahui... Jejak dari Tongkat Elder telah malang melintang di halaman-halaman sejarah sihir...
Harry memandang langit yang berawan, bentukan awan abu-abu dan keperakan melewati wajah sang bulan. Dia merasa pening, heran akan penemuannya.
Dia kembali ke tenda. Suatu kejutan melihat Ron dan Hermione masih tetap berdiri ditempat dimana ia meninggalkan mereka, Hermione masih memegang surat Lily, Ron di sampingnya terlihat sedikit gelisah. Tidakkah mereka menyadari seberapa jauh mereka telah melangkah dalam beberapa menit berlalu"
"Ini dia"" Ucap Harry, mencoba membawa mereka kedalam keyakinannya, "ini menerangkan segalanya. Deathly Hallows benar-benar ada dan aku telah mendapatkan satu.. .mungkin dua..."
Dia mengangkat Snitchnya.
".. .dan Kau-Tahu-Siapa sedang mencari yang ketiga, tapi dia tidak menyadarinya.. .dia hanya berpikir kalau itu hanyalah sebuah tongkat sihir sakti..."
"Harry," sergah Hermione, bergerak mendekati Harry dan mengembalikan surat Lily, "maaf, tapi kupikir apa yang kau temukan ini salah, semuanya salah."
"Tapi tidakkah kau melihatnya" Semua ini cocok..."
"Tidak," jawab Hermione, "tidak sama sekali, Harry, kau baru saja lupa diri, tolonglah," katanya sambil melanjutkan, "tolong jawab aku: bila Deathly Hallows itu benar-benar ada, dan Dumbledore telah mengetahuinya, mengetahui bahwa siapapun yang memiliki ketiganya akan menguasai kematian.. .Harry, kenapa dia tidak memberi tahumu" Kenapa""
Dia telah menyiapkan jawaban atas pertanyaan tersebut.
"Tapi kau yang mengatakannya, Hermione! Kau harus menemukannya sendiri! Ini adalah sebuah pencarian!"
"Tapi aku hanya mengatakan untuk mencoba serta membujukmu untuk datang ke rumah Lovegood!" teriak Hermione jengkel. "Aku tidak benar-benar mempercayainya!"
Harry tak memperhatikannya.
"Dumbledore biasanya membiarkanku mencari sesuatu sendiri. Dia membiarkanku mencoba kekuatanku, mengambil resiko. Rasanya ini seperti sesuatu yang akan dilakukannya."
"Harry, ini bukan permainan, ini bukan latihan! Ini kenyataan, dan Dumbledore meninggalkanmu perintah yang sangat jelas: cari dan hancurkan Horcrux! Simbol itu tak berarti apapun, lupakan Deathly Hallows, kita takkan sempat melakukan pencarian lain..."
Harry tidak terlalu mendengarkannya. Dia melihat Snitch di tangannya lagi dan lagi, setengah berharap agar snitch itu terbelah, dan mengungkap Batu Kebangkitan, untuk membuktikan kepada Hermione kalau semua itu benar, bahwa Deathly Hallows itu suatu kenyataan.
Hermione mencari dukungan Ron.
"Kau tak mempercayai semua ini kan Ron""
Harry memandangnya, Ron meragu.
"Aku tak tahu.. .maksudku.. .beberapa diantaranya sangat cocok," ucap Ron ragu.
"Tapi saat kau melihat secara keseluruhan..." dia bernafas panjang. "Kukira kita harus menyingkirkan Horcrux, Harry. Dumbledore menginginkan kita melakukannya. Mungkin...mungkin kita harus melupakan tentang Hallow ini."
"Terimakasih, Ron" ucap Hermione. "Aku akan jaga pertama."
Hermione melangkah melewati Harry dan duduk di pintu masuk tenda dengan membuang raut marahnya.
Tapi Harry sangat sulit tidur malam itu. Bayangan bilakah Deathly Hallows menjadi miliknya, dan dia tak dapat beristirahat saat pikirannya berkecamuk dalam kepalanya: Tongkat, Batu dan Jubah, bilakah dia dapat memiliki ketiganya...
Aku terbuka saat tertutup... tapi apanya yang tertutup" Kenapa dia tak bisa memiliki batu itu sekarang" Bila saja dia memiliki batu itu, dia bisa menanyakannya pada Dumbledore secara langsung.. .dan Harry membisikkan katakata kepada Snitch itu dalam kegelapan, mencoba apapun, bahkan Parseltongue, tapi Bola emas itu tidak mau terbuka juga...
Dan tongkat itu, Tongkat Elder, dimanakah dia bersembunyi" Dimanakah Voldemort mencarinya saat ini" Harry sangat menginginkan lukanya terbakar dan memperlihatkan pikiran Voldemort, karena untuk pertama kalinya, dia dan Voldemort menginginkan sesuatu yang benar-benar sama.. .Hermione tak akan suka ide ini, tentunya... bagaimanapun, dia tak mempercayainya...Xenophilius benar, kata-katanya tentang Hermione... Terbatas, Sempit, Pikiran yang Te
rtutup. Sebenarnya Hermione takut dengan kebenaran Deathly Hallows, terutama Batu Kebangkitan... dan Harry menekan mulutnya ke snitch di tangannya lagi, menciumnya, hampir mengulumnya, tapi snitch itu tak bergeming...
Sudah hampir fajar saat dia mengingat Luna, menyendiri di sebuah sel di Azkaban, dikelilingi Dementor, dan tiba-tiba dia malu pada dirinya sendiri. Dia telah melupakan Luna dalam keseriusannya merenungi Hallows. Jika saja dia bisa menyelamatkannya, tapi jumlah Dementor sebegitu banyak mungkin akan benar-benar sulit dilawan. Kemudian dia juga berpikir tentang tongkat barunya, dia belum pernah mengeluarkan Patronus menggunakan blackthorn...
dia harus mencobanya besok pagi...
Bila saja dia bisa memiliki Tongkat sihir yang lebih baik...
Dan keinginannya akan Tongkat Elder, Tongkat Maut, tak terkalahkan, tak terpatahkan, menelannya sekali lagi...
Mereka membereskan tendanya pagi berikutnya dan berpindah menerobos derasnya hujan. Hujan lebat mengejar mereka hingga ke pantai, dimana mereka mendirikan tenda malam itu, dan menetap hingga seminggu penuh, bersama pemandangan membosankan yang membuat Harry merasa suram dan stres. Dia hanya dapat memikirkan tentang Deathly Hallows. Api telah dinyalakan dalam dirinya dan tak satupun, tidak ketakpercayaan Hermione yang teguh maupun keraguan Ron yang gigih, dapat memadamkannya. Dan nafsu untuk memiliki Hallows telah menyala dalam dirinya, membuatnya menjadi kurang menyenangkan.
Dia menyalahkan Hermione dan Ron: sikap mereka yang melalaikannya seburuk kehampaan hujan yang membasahi jiwanya, tapi tidak pernah dapat mengikis keyakinannya, yang tetap mutlak. Keyakinan Harry dan keinginannya akan Hallow telah sangat banyak menguras dirinya sehingga dia merasa terisolasi dari dua temannya dan obsesi mereka akan Horcrux.
"Terobsesi"" tanya Hermione dengan suara yang rendah dan marah, saat Harry dengan cukup ceroboh menggunakan kata itu suatu petang, setelah Hermione mengingatkannya akan kekurang tertarikannya lagi untuk mencari Horcrux selanjutnya, "Kami tidak terobsesi, Harry! Kami adalah orang yang ingin mencoba melakukan apa yang Dumbledore ingin kita lakukan!"
Tetapi dia tidak merespon kritik tersembunyi itu. Dumbledore telah meninggalkan tanda dari Hallows untuk Hermione pecahkan, dan dia pun sama, Harry tetap meyakininya, menyimpan Batu Kebangkitan tersembunyi dalam Snitch emas. Tidak dapat hidup saat yang lainnya selamat...penguasa kematian...kenapa Ron dan Hermione tak mengerti"
"Musuh terakhir yang harus dikalahkan adalah Kematian," Harry mengutip dengan tenang.
"Kukira Kau-Tahu-Siapa yang seharusnya kita lawan," jawab Hermione, dan Harry menyerah atas nya.
Misteri Patronus kijang betina, yang sedang sengit didiskusikan oleh dua temannya, terlihat kurang penting bagi Harry saat ini, menjadi kurang menarik.
Hal lain yang bermasalah baginya adalah lukanya yang mulai menusuk-nusuk lagi, walaupun dia telah berusaha menyembunyikan kenyataan ini dari kedua temannya.
Dia selalu menyendiri kapanpun itu terjadi, tetapi kecewa dengan apa yang dilihatnya. Penglihatannya dan Voldemort yang dulu berbagi telah berubah kualitas; menjadi kabur, dan tak jelas walau dia menajamkan fokusnya. Harry hanya dapat melihat gambaran yang kabur dari sebuah benda yang mirip
tengkorak, dan sesuatu yang mirip sebuah gunung yang lebih banyak bayangannya daripada bendanya. Dulunya sangat jelas tergambar, seperti nyata, Harry kebingungan dengan perubahan ini. Dia khawatir hubungan antara dirinya dan Voldemort telah rusak, hubungan yang mereka berdua takutkan dan, apapun yang telah dia katakan pada Hermione, syukuri. Bagaimanapun juga Harry terhubung secara kurang memuaskan, gambar yang samar-samar karena kehancuran tongkatnya, seakan-akan ini adalah kesalahan dari tongkat blackthorn sehingga dia tak dapat lagi melihat pikiran Voldemort sebaik sebelumnya.
Bersamaan dengan berlalunya hari, Harry tak dapat berbuat apa-apa tapi menyadari, meskipun dirinya yang baru selalu asyik sendiri, bahwa Ron tampaknya mencoba mengambil tanggung jawab. Mungkin karena dia bertekad mendamaikan dan menghentikan permusuhan
diantara mereka, mungkin juga karena antusiasme dan kualitas kepemimpinan Harry telah menurun, dan saat ini Ronlah yang sering menyemangati dan memotivasi kedua temannya untuk beraksi.
"Tinggal tiga Horcrux," dia selalu mengatakannya, "kita perlu rancana sebelum bertindak, ayolah! Dimanakah kita belum mencari" Ayo kita menelusurinya lagi. Panti asuhan..."
Diagon Alley, Hogwarts, Rumah Riddle, Borgin dan Burkes, Albania, setiap tempat yang mereka tahu Tom Riddle pernah tinggal atau bekerja, berkunjung atau membunuh, Ron dan Hermione berkumpul lagi, Harry bergabung hanya agar Hermione berhenti membuatnya kesal. Dia lebih senang duduk sendiri dalam sepi, mencoba membaca pikiran Voldemort, untuk mengetahui lebih banyak tentang Tongkat Elder, tapi Ron memaksakan untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang tidak mungkin, hanya -Harry menyadari- agar mereka tetap berjalan.
"Kau takkan pernah tahu," ucap Ron tertahan, "di bagian atas Flagley terdapat sebuah desa penyihir, dia mungkin pernah menginginkan untuk tinggal disana.
Ayo kita kesana dan berkeliling"
Seringnya mendatangi wilayah-wilayah sihir membuat mereka dilirik sesekali oleh para Perampas. "Beberapa diantara mereka sepertinya seburuk Pelahap Maut," ucap Ron,
"kebanyakan yang menangkapku sedikit menyedihkan, tapi Bill meyakinkanku beberapa diantara mereka benar-benar berbahaya. Mereka mengatakannya di Potterwatch..."
"Di apa"" tanya Harry
"Potterwatch, bukankah sudah kubilang kalau itu namanya" Program yang selalu
aku cari di radio, yang memberikan informasi yang benar tentang apa yang terjadi! Hampir semua program mendukung Kau-Tahu-Siapa, semua kecuali Potterwatch, aku benar-benar ingin mendengarnya, tapi agak sulit untuk melacaknya..."
Ron menghabiskan sore demi sore menggunakan tongkatnya untuk untuk menghentikan melodi yang keluar dari atas radio saat tombolnya dia putar.
Kadang-kadang mereka menangkap siaran yang menerangkan saran bagaimana memperlakukan ramuan Naga, dan sesekali beberapa baris "Sekuali Penuh Cinta Panas dan Pekat" saat dia mencari, Ron terus mencoba menemukan kata sandi yang benar, membisikan kata-kata secara acak dalam nafasnya .
"Mereka biasanya ada hubungannya dengan Orde," dia memberitahu mereka. "Bill dapat dengan tepat menebak mereka. Aku yakin akan menemukannya pada akhirnya..."
Tapi tak sampai Maret akhirnya keberuntungan menghampiri Ron. Saat itu Harry sedang duduk di pintu masuk tenda, dalam tugasnya berjaga, memandang dengan malas seonggok buah yang mirip anggur yang hampir mendekati dinginnya tanah, dan Ron pun berteriak dengan kegirangan dari dalam tenda.
"Aku menemukannya, Kata sandinya 'Albus'! Masuklah Harry!"
Untuk pertama kalinya dia bangkit setelah seharian menyendiri mendalami Deathly Hallows, Harry buru-buru masuk kedalam tenda dan menemui Ron dan Hermione yang berlutut di lantai dekat sebuah radio kecil. Hermione, yang baru saja membersihkan pedang Gryffindor karena tak ada kerjaan, duduk ternganga, memandang speaker kecil, dimana sebuah suara yang tak asing berbicara.
"...Maafkan kami yang harus sementara absen di udara, karena di wilayah kita sibuk menghadapi para Pelahap Maut yang menawan."
"Tapi itu kan Lee Jordan!" ucap Hermione. "Aku tahu," jawab Ron. "Keren kan""
".. .kini kita kita telah menemukan tempat lain yang aman," kemudian Lee melanjutkan, "dan dengan bangga aku beritahukan pada anda kalau dua kontributor kita telah bergabung denganku sore ini, Selamat sore, Kawan!"
"Hai." "Selamat sore, River."
"'River'," "itu Lee," terang Ron. "Mereka mempunyai nama samaran, tapi kau biasanya dapat membe..." "Ssst," potong Hermione.
"Tapi sebelum kita mendengarkan Royal dan Romulus," Lee melanjutkan, "mari kita dengar laporan siapa saja yang telah meninggal yang oleh Wizarding Wireless Network News dan Daily Prophet dirasa tidak terlalu penting untuk disebutkan. Dengan sangat menyesal kita sampaikan kepada para pendengar mengenai meninggalnya Ted Tonks dan Dirk Cresswell."
Harry terkejut dan merasakan perutnya seperti dililit. Dia, Ron dan Hermione saling memandang dengan ngeri.
"Goblin dengan nama Gornuk juga telah terbunuh. Kela
hiran-Muggle Dean Thomas dan goblin kedua, yang dipercaya telah bepergian dengan Tonks, Creswell dan Gornuk, mungkin masih selamat. Bila Dean mendengarkan, atau bila anda mengetahui dimana posisinya, orang tua dan saudara perempuannya sangat mengharapkan berita darinya.
"Sementara itu, di Gaddley, satu keluarga Muggle yang terdiri atas lima orang ditemukan mati dalam rumahnya, pihak muggle mencurigai adanya kebocoran gas, tapi para anggota Orde Phoenbc menginformasikan bahwa itu adalah Mantra Pembunuh- bukti tambahan, bila dibutuhkan, tentang kenyataan bahwa pembantaian muggle tidak lebih telah dijadikan sebagai olahraga penghibur dibawah rezim baru."
"Terakhir, dengan sangat menyesal kami beritakan pada para pendengar bahwa sisa-sisa tubuh dari Bathilda Bagshot telah ditemukan di Godric Hallow. Bukti menunjukkan bahwa dia telah mati beberapa bulan lalu. Dan informasi dari Orde Phoenix mengungkapkan bahwa ditubuhnya terdapat luka-luka yang diakibatkan oleh sihir hitam."
"Para pendengar, kami ingin mengajak anda semua untuk bersama-sama kami dalam satu menit mengheningkan cipta untuk mereka: Ted Tonks, Dick Creswell, Bathilda Bagshot, Gornuk dan yang tak dapat disebut, juga simpati yang sama bagi para Muggle yang dibunuh oleh Pelahap Maut."
Kesunyian pun datang, Harry, Ron dan Hermione pun terdiam. Separuh dari diri Harry sangat ingin mendengar lebih banyak, tapi separuhnya lagi sangat takut dengan apa yang akan terjadi berikutnya. Ini adalah pertama kalinya dia merasa sepenuhnya terhubung dengan dunia luar setelah sekian lama.
"Terimakasih," ucap Lee, "dan kini kita bisa kembali ke kontributor kita Royal,
untuk berita terbaru mengenai bagaimana pengaruh tatanan dunia sihir baru terhadap dunia Muggle"
"Terimakasih River," terdengar suara yang jelas, dalam, teratur, mengayomi.
"Kingsley!" ucap Ron semangat.
"Kami Tahu," ucap Hermione mendiamkannya.
"Para Muggle masih belum mengetahui sebab penderitaan yang membuat mereka terusmenerus menjadi korban," ucap Kingsley, "bagaimanapun juga, kita masih terus mendengar cerita-cerita yang penuh inspirasi tentang penyihir yang mau mengorbankan keselamatan dirinya demi melindungi teman-teman dan tetangga Muggle, tanpa sepengetahuan Muggle tersebut. Aku ingin mengajak kepada semua pendengar untuk mencontoh mereka, mungkin dengan memberikan mantra pelindung di sekitar tempat tinggal Muggle di daerah anda.
Banyak nyawa yang bisa diselamatkan bila hal-hal sederhana biarpun kecil, bisa kita lakukan".
"Dan apa yang ingin kau sampaikan, Royal, kepada para pendengar yang berpendapat bahwa di saat-saat berbahaya ini, seharusnya 'penyihir duluan'
menjadi prioritas"" tanya Lee.
"Menurutku ini hanya langkah pendek dari 'Penyihir duluan' ke 'Darah Murni duluan' dan kemudian menjadi 'Pelahap Maut'" jawab kingsley, "kita semua manusia kan" Setiap kehidupan punya hak sama, dan berhak untuk diselamatkan".
"Jawaban yang sempurna, Royal, dan kau mendapatkan suaraku untuk menjadi Menteri Sihir bila nanti kita berhasil keluar dari kemelut ini," ucap Lee lagi, "dan kini, kita beralih ke Romulus yang kita ketahui sebagai 'Teman Dekat Potter'."
"Terimakasih River, sahut suara lain yang juga tak asing. Ron mulai berbicara lagi, tapi Hermione mencegahnya dengan bisikan.


Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita tahu itu Lupin."
"Romulus, apakah kau tetap berkeras, dalam setiap kehadiranmu di program kami kau selalu yakin kalau Harry Potter masih hidup""
"Ya," ucap Lupin tegas, "tiada keraguan sedikitpun, menurut saya kematiannya akan disebarkan seluas mungkin oleh Pelahap Maut, bila itu terjadi, karena hal ini dapat mejatuhkan moral orang-orang yang menentang rezim baru. 'Anak yang Bertahan Hidup' adalah sebuah simbol dari semua perlawanan kami: kemenangan bagi kebaikan, kekuatan bagi yang tak bersalah, pentingnya untuk tetap
melawan." Campuran dari ucapan terimakasih dan malu berseteru dalam diri Harry, apakah Lupin telah memaafkannya atas semua kekasaran kata-katanya saat terakhir dia bertemu dengannya"
"Dan apakah yang ingin anda katakan pada Harry siapa tahu dia sedang mendengarkan, Romulus""
"Aku ingin mengatakan bahwa semangat kami selalu
bersamanya," ucap Lupin, lalu dengan sedikit ragu mengucapkan, "dan aku ingin menyarankannya untuk mengikuti instingnya, yang tepat dan hampir selalu benar!"
Harry memandang Hermione, yang matanya dipenuhi airmata.
"Hampir selalu benar," Hermione mengulangi,
"Oh, bukankah sudah kuberi tahu"" ucap Ron dengan nada terkejut, "Bill memberi tahuku bahwa Lupin tinggal dengan Tonks lagi! Dan tampaknya Tonks kini terlihat bertambah besar...!"
".. .dan adakah berita terbaru dari teman-teman Harry Potter yang sedang menderita demi kesetiaannya"" Lee pun melanjutkan.
"Baiklah, seperti biasa para pendengar, beberapa lagi yang secara jelas mendukung Harry Potter sekarang telah ditawan, termasuk Xenophilius Lovegood, si mantan editor The Quibler," terang Lupin.
"Setidaknya dia masih hidup!" bisik Ron.
"Kita juga mendengar bahwa beberapa jam lalu Rubeus Hagrid" -ketiganya menahan nafas, dan hampir saja kehilangan potongan kalimat terakhir"dikenal sebagai penjaga di Sekolah Hogwarts, telah lolos dari penangkapan di lantai dasar Hogwarts, dia telah digosipkan mengadakan pesta 'Dukung Harry Potter' di rumahnya. Untungnya Hagrid tidak ditahan, dan sedang -kami yakin-dalam pelarian."
"Kukira akan sangat membantu, saat kau melarikan diri dari Pelahap Maut, bila kau memiliki saudara laki-laki setinggi enam belas kaki"" tanya Lee.
"Bisa menjadi senjata," Lupin menyetujui dengan parau, "kalau boleh aku ingin menambahkan bahwa saat kita disini di Potterwatch bertepuk tangan atas semangat Hagrid, kami ingin menyerukan bahkan kepada pendukung terdekat Harry untuk tidak mengikuti cara Hagrid. Pesta 'Dukung Harry Potter' adalah sesuatu yang tak bijaksana pada keadaan seperti saat ini."
"Benar sekali, Romulus," ucap Lee, "jadi kami menyarankan agar anda terus menunjukkan kesetiaan anda kepada orang yang mempunyai bekas luka berbentuk petir dengan mendengarkan Potterwatch! Dan kini mari kita mendengarkan berita tentang penyihir yang telah terbukti selicin Harry Potter. Kami ingin menanyakan tentang Pemimpin Pelahap Maut, dan disini telah hadir diantara kita narasumber yang akan memberikan pandangan tentang beberapa gosip gila yang beredar mengenai dirinya. Kami perkenalkan narasumber baru kita, Rodent""
"Rodent" ucap suara yang tak asing lain, Harry, Ron dan Hermione berteriak bersamasama.
"Fred!" "Bukan.. .apakah dia George""
"Itu Fred, kukira," ucap Ron, mencondongkan tubuhnya mendekat, mendengarkan apapun yang si kembar katakana.
"Aku tak mau menjadi Rodent, tak mau. Aku telah memberi tahumu kalau aku ingin menjadi 'Rapier'!"
"Oh baiklah, Rapier, dapatkah kau menceritakan pada kami berbagai cerita yang telah kau dengar mengenai Pemimpin Pelahap Maut ini""
"Tentu saja River," ucap Fred, "sebagaimana yang diketahui para pendengar kecuali mereka berlindung di bawah kolam di taman atau ditempat yang sejenisnya- strategi Kau-Tahu-Siapa yang tetap menjadi bayangan membuat keadaan menjadi panik. Perhatikanlah, bila semua berita mengenai penampakannya adalah asli, kita akan menemukan 19 sosok Kau-Tahu-Siapa berlarian di sekeliling kita"
"Yang memang cocok baginya, tentunya," ucap Kingsley, "hawa misterius menciptakan teror yang lebih besar dari pada langsung menampakkan dirinya."
"Setuju," lanjut Fred, "jadi, pendengar, marilah kita berusaha tenang sedikit.
Segalanya sudah cukup parah tanpa kepanikan anda. Satu contoh, ide baru Kau-Tahu-Siapa ini dapat membunuh seseorang hanya dengan lirikan matanya saja.
Itu adalah Basilisk, pendengar. Satu tes sederhana: pastikan apakah sesuatu yang bercahaya mengarah padamu memiliki kaki. Bila punya, cukup aman untuk menatap matanya, walaupun itu benar-benar Kau-Tahu-Siapa, yang mungkin saja itu hal yang terakhir bisa kau lakukan."
Untuk pertama kalinya dalam berminggu-minggu, Harry tertawa lepas:
dia dapat merasakan beban berat meninggalkannya.
"Dan bagaimana dengan gosip yang telah menyebar tentang sering terlihatnya dia""
"Yah, siapa yang tak menginginkan sedikit liburan yang menyenangkan setelah kerja keras yang di lakukan"" Tanya Fred. "Maksudnya adalah, jangan terlalu membesarkan rasa aman yang palsu, memikir
kan dia sedang pergi keluar negeri.
Mungkin ya, mungkin tidak, tapi kenyataannya dia bisa bergerak lebih cepat daripada Severus Snape yang berhadapan dengan sampo saat dia mau, jadi jangan terlalu mengandalkan cerita dia sedang berada jauh bila kau akan mengambil resiko. Aku tak pernah mengira aku akan mendengar diriku sendiri mengatakannya, tapi Keselamatan adalah yang utama!"
"Terimakasih untuk saran-saran yang bijak, Rapier," ucap Lee. "Pendengar, Rapier telah mengakhiri perjumpaan kita di Potterwatch kali ini. Kami belum tahu waktu yang memungkinkan bagi kami untuk siaran lagi, tapi percayalahlah kami akan kembali. Tetaplah pada saluran anda: kata sandi berikutnya adalah
'Mad-Eye', salinglah menjaga keselamatan bersama, tetap semangat, selamat malam."
Tombol di radio itu berputar dan cahaya dibalik panel tuning padam. Harry, Ron dan Hermione masih tersenyum-senyum. Mendengar suara yang tak asing dan bersahabat adalah obat kuat yang luar biasa; Harry menjadi sudah
tebiasa dengan keterisolasiannya dan dia hampir lupa bahwa masih ada orang lain yang melawan Voldemort. Baginya ini semua bagaikan terbangun dari tidur yang panjang.
"Bagus kan"" Ucap Ron bahagia.
"Brilian," sambut Harry.
"Mereka sangat berani" ucap Hermione memuji, "tapi kalau mereka ditemukan..." "Mereka tetap bergerak kan"" ucap Ron. "Seperti kita."
"Tapi apakah kau dengar apa yang Fred katakan"" Harry bertanya dengan bergairah: kini siaran itu telah usai, pikirannya kembali lagi pada obsesinya semula. "Dia sedang pergi! Dia masih mencari tongkat sihir itu, aku tahu!"
"Harry..." "Ayolah Hermione, kenapa kau tak mau mengakuinya! Vol-" "HARRY, TIDAK!"
"-demort tengah mencari Tongkat Elder."
"Nama itu tabu," Ron berbisik, melompat ketika mendengar suara berderik dari sesuatu yang patah diluar tenda. "Sudah kubilang, Harry, sudah kubilang kita tak boleh mengucapkan namanya lagi- kita harus membuat perlindungan lagi disekitar kita- cepat- itu adalah cara mereka menemukan-!"
Tapi Ron berhenti bicara dan Harry mengetahui apa sebabnya. Teropong Pengintai telah menyala dan mulai berputar diatas meja; mereka mendengar suara-suara yang semakin dekat: kasar dan bersemangat, Ron menarik Deluminator dari sakunya dan mengkliknya, lampu di tenda mati semua.
"Keluarlah dari sana dan angkat tanganmu!" terdengar suara parau dari kegelapan. "Kami tahu kau ada didalami Ada setengah lusin tongkat sihir mengarah kepadamu dan kami tak peduli siapa yang akan kami kutuk!"
* Pengertian sementara dari Elder Wand, mengacu pada bab 21, yang menyatakan tongkat itu dibuat dari elder tree # Resurrection Stone **Nature 's Nobility: A Wizarding Genealogy
Bab 23 Malfoy's Manor Kediaman Keluarga Malfoy Harry melihat sekeliling pada dua orang lainnya, sekarang semuanya diliputi kegelapan. Dia melihat Hermione mengacungkan tongkatnya, ke arah luar, tetapi malah mengarah ke wajahnya; terdengar suara keras, kilatan cahaya putih, dan dia menunduk kesakitan, tak bisa melihat. Dia bisa merasakan wajahnya membengkak dengan cepat dibalik tangannya saat langkah-langkah berat mengelilinginya.
"Bangun, orang hina."
Tangan tak dikenal menarik Harry kasar dari lantai, sebelum dia bisa menghentikan mereka, seseorang menggeledah sakunya dan mengeluarkan tongkat blackthorn. Harry mencengkeram wajahnya yang luar biasa sakitnya, yang terasa tak dikenali di dalam j arij arinya, ketat, bengkak dan gembung seolah dia menderita reaksi alergi hebat. Matanya menyempit hingga tinggal celah dan sulit untuk melihat; kacamatanya jatuh saat dia keluar dari tenda: semua yang bisa terlihat hanyalah bentuk kabur dari empat atau lima orang bergulat dengan Ron dan Hermione di luar.
"Minggir-dari-dia!" Ron berteriak. Terdengar suara yang tidak diragukan lagi adalah suara buku-buku jari menghantam daging: Ron menggerung kesakitan dan Hermione berteriak, "Jangan! Tinggalkan dia sendiri, tinggalkan dia sendiri!"
"Pacarmu akan jadi lebih buruk dari ini kalau dia ada di daftarku," kata sebuah suara parau mengerikan yang terdengar familiar. "Gadis yang lezat... traktiran bagus... Aku akan menikmati kelembutan kulitnya..."
Perut Ha rry jungkir balik. Dia tahu siapa ini, Fenrir Greyback, manusia serigala yang diizinkan memakai jubah Pelahap Maut sebagai bayaran atas keikutsertaannya.
"Cari ke seluruh tenda!" ujar suara yang lain.
Harry dilempar ke tanah dengan muka lebih dulu. Suara gedebuk memberitahunya bahwa Ron telah dilumpuhkan di sebelahnya. Mereka bisa mendengar suara langkah kaki dan suara benda bertabrakan; orang-orang itu menyingkirkan kursi-kursi di dalam tenda saat mereka mencari.
"Sekarang, mari kita lihat siapa yang kita dapat," kata suata tamak Grayback dari atas kepala mereka, dan Harry diputar punggungnya. Sorotan sinar dari tongkat menyinari wajahnya dan Greyback tertawa.
"Aku bakal perlu butterbeer untuk mencuci ini. Apa yang terjadi padamu, jelek"" Harry tidak segera menjawabnya.
"Kubilang," ulang Greyback, dan Harry menerima pukulan di perutnya yang membuat rasa sakitnya berlipat ganda. "Apa yang terjadi padamu""
"Disengat," Harry bergumam. "Tadi tersengat."
"Yeah, sepertinya sih," kata suara kedua.
"Siapa namamu"" gertak Greyback.
"Dudley," jawab Harry.
"Dan nama depanmu""
"Aku-Vernon. Vernon Dudley."
"Cek daftarnya, Scabior," kata Greyback, dan Harry mendengar dia malahan bergerak ke
samping melihat Ron. "Dan kau, jahe"""Stan Shunpike," kata Ron."Jangan bohong," kata pria yang dipanggil Scabior. "Kami tahu Stan Shunpike, dia bergabung dengan kami."
Terdengar suara pukulan lagi.
"Agu Bardy," jawab Ron, dan Harry bisa bilang mulutnya penuh dengan darah. "Bardy Weasley."
"Seorang Weasley"" teriak Greyback kasar. "Jadi kau berhubungan dengan darah
pengkhianat meski kau bukan Darah-Lumpur. Dan terakhir, temanmu yang cantik..." nafsu makan dalam suaranya membuat Harry merinding.
"Tenang, Greyback," kata Scabior ditimpali ejekan yang lain."Oh, aku tak akan mengigitnya dulu. Kita lihat apakah dia lebih cepat mengingat namanya daripada Barny. Siapa namamu, cewek""
"Penelope Clearwater," jawab Hermione. Suaranya terdengar ketakutan, tetapi
meyakinkan. "Apa status darahmu""
"Darah-campuran," kata Hermione.
"Cukup mudah untuk dicek," kata Scabior. "Tapi mereka semua kelihatannya masih dalam usia 'ogwarts-" "Kabi keluar," kata Ron.
"Keluar, kau bilang, jahe"" kata Scabior. "Dan kalian memutuskan untuk kemping" Dan kau pikir, 'anya untuk tertawaan, kau mengucapkan nama Pangeran Kegelapan""
"Bugan derdawaan," kata Ron. "Gecelagaan.""Kecelakaan"" lebih banya ejekan lain yang terdengar."Kau tahu, siapa yang sering mengucapkan nama Pangeran Kegelapan, Weasley"" geram
Greyback, "Orde Phoenix. Apa itu berarti sesuatu buatmu""
"Didak." "Mereka tidak menunjukkan penghormatan yang seharusnya pada Pangeran Kegelapan,
jadi namanya dilarang. Beberapa anggota Orde dilacak dengan cara begitu. Kita lihat
nanti. Ikat mereka dengan dua tawanan lain!" Seseorang merenggut rambut Harry, menyeretnya sebentar, mendorongnya ke posisi duduk, kemudian mulai mengikatnya dengan punggung berhadap-hadapan dengan tawanan lain. Harry masih setengah buta, hanya bisa melihat sedikit melalui matanya yang bengkak.
Saat akhirnya orang yang mengikat mereka menjauh, Harry berbisik pada tawanan lainnya.
"Ada yang masih punya tongkat""
"Tidak," jawab Ron dan Hermione dari kedua sisinya. "Ini semua salahku. Aku mengucapkan namanya. Maaf-" "Harry""
Terdengar suara baru, tetapi familiar, dan sumbernya dari tepat di belakang Harry, dari
orang yang diikat di sisi kiri Hermione.
"Dean"" "Itu kau! Kalau mereka tahu siapa yang mereka dapat -! Mereka penjambret, mereka hanya mencari pembolos untuk dijual demi emas -"
"Tidak buruk untuk malam ini," terdengar Greyback berkata, bersamaan dengan suara boot berpaku yang terdengar berjalan di dekat Harry dan mereka mendengar lebih banyak
suara benturan dari dalam tenda. "Seorang Darah-Lumpur, Goblin pelarian, dan para pembolos ini. Sudah kau cek nama mereka di daftar, Scabior""
raungnya."Yeah, tak ada Vernon Dudley di sini, Greyback.""Menarik," kata Greyback. "Itu menarik."Dia menunduk di sebelah Harry, yang melihat, meski melalui celah kecil yang tertinggal
di atara kelopak matanya yang bengkak, wajah yang ditutupi rambut dan kumis abu-abu
gel ap, dengan gigi runcing kecoklatan dan luka di sudut mulutnya. Greyback berbau
seperti waktu di menara saat Dumbledore meninggal: bau lumpur, keringat dan darah.
"Jadi kau tidak diinginkan, kalau begitu, Vernon" Atau kau ada di daftar dalam nama
yang berbeda" Kau di asrama mana di Hogwarts""
"Slytherin," jawab Harry otomatis.
"Lucu bagaimana mereka semua berpikir kita ingin mendengar itu," ejek Scabior dari balik baying-bayang. "Tapi tak ada satupun dari mereka yang bisa memberitahu kami dimana ruang rekreasinya."
"Ruang rekreasinya di bawah tanah," kata Harry jelas. "Kau masuk melalui dinding. Dindingnya penuh tengkorak dan benda lain dan terletak di bawah danau, jadi cahayanya hijau semua." Hening sejenak.
"Well, well, sepertinya kita benar-benar menangkap Slytherin kecil," kata Scabior. "Bagus untukmu, Vernon, karena tak banyak Slytherin berdarah Lumpur. Siapa Ayahmu""
"Dia bekerja di Kementrian," Harry berbohong. Dia tahu bahwa seluruh ceritanya akan runtuh dengan penyelidikan terkecil, tapi di sisi lain, dia hanya punya kesempatan sampai wajahnya pulih kembali sebelum permainan selesai karena alasan apapun. "Departemen Bencana dan Kecelakaan Sihir."
"Kau tahu, Greyback," ujar Scabior. "Kurasa ada Dudley di sana."
Harry hampir tak bisa bernapas: Bisakah keberuntungan,
keberuntungan tipis, membebaskan kereka dari situasi ini"
"Well, well," kata Greyback, dan Harry bisa mendengar setitik keraguan di suaranya yang tanpa belas kasihan, dan tahu kalau Greyback sedang penasaran apakah dia baru saja menyerang dan menawan anak Pegawai Kementrian.
Jantung Harry berdetak kencang dibalik tali yang melingkari dadanya; dia tak akan terkejut kalau Greyback bisa melihatnya. "Kalau kau memberitahukan yang sebenarnya, jelek, kau tak perlu takut kalau kita pergi ke Kementrian. Kuharap ayahmu akan memberi hadiah karena kami menjemputmu."
"Tapi," kata Harry, mulutnya kering, "kalau kau membiarkan kami-"
"Hei!" Terdengar seman dari dalam tenda. "Lihat ini, Greyback!"
Sesosok gelap datang tergesa-gesa ke arah mereka, dan Harry melihat kilatan cahaya perak dari cahaya tongkat mereka. Kereka telah menemukan pedang Gryffindor."Sa-a-ngat bagus," ujar Greyback senang, mengambil pedang itu dari rekannya. "Oh,
benar-benar bagus. Buatan-goblin, sepertinya, ini. Dari mana kau dapat benda seperti ini""
"Itu punya Ayahku," Harry berbohong, berharap pada harapan bahwa sekarang terlalu gelap bagi Greyback untuk melihat nama yang dipahat tepat di bawah pangkalnya. "Kami meminjamnya untuk memotong kayu bakar -" "Tunggu sebentar, Greyback! Lihat ini, di Prophet!" Saat Scabior berbicara, bekas luka Harry, yang tertarik kencang sepanjang dahinya yang bengkak, terbakar hebat.
Lebih jelas daripada yang bisa dia lihat di sekelilingnya, dia melihat sebuah bangunan yang menjulang tinggi, sebuah benteng suram, berwarna hitam pekat dan terlarang: pikiran Voldemort tiba-tiba menjadi setajam pisau cukur lagi; dia meluncur menuju bangunan raksasa itu dengan perasaan tenang tapi bertujuan...
Sangat dekat... sangat dekat...
Dengan usaha dan hasrat yang sangat besar Harry menutup pikirannya dari pikiran Voldemort, menarik dirinya sendiri kembali ke tempat dia duduk, terikat ke Ron, Hermione, Dean, dan Griphook di kegelapan, mendengarkan Greyback dan Scabior. '"Hermione Granger," kata Scabior, "Darah Lumpur yang diketahui bepergian dengan 'arry Potter."
Bekas luka Harry terbakar dalam diam, tapi dia berupaya sekuat mungkin untuk membuat dirinya tetap sadar, tidak juga untuk menyelinap ke pikiran Voldemort.
Dia mendengar bunyi derap sepatu bot Greyback saat dia menunduk di depan Hermione. "Kau tahu, cewek" Fotonya benar-benar mirip denganmu." "Bukan! Itu bukan aku!"
Cicit ketakutan Hermione sudah seperti sebuah pengakuan, "...diketahui bepergian dengan Harry Potter," ulang Greyback pelan.
Keheningan terbentuk menutupi tempat itu. Bekas luka Harry benar-benar menyakitkan, tapi dia berusaha dengan seluruh kekuatannya melawan tarikan pikiran Voldemort. Sebelumnya tak pernah sepenting ini untuk tetap berada pada pikirannya sendiri.
"Well, ini mengubah semuanya, kan"" bisik G
reyback. Tak ada yang berbicara: Harry merasakan gerombolan Penjambret menonton, membeku, dan merasakan lengan Hermione gemetaran di dekatnya. Greyback berdiri dan mengambil beberapa langkah ke tempat Harry duduk, membungkuk lagi untuk menatap sosoknya yang tak berbentuk.
"Apa itu di dahimu, Vernon"" tanyanya lembut, napasnya terasa di cuping hidung Harry saat dia menekankan jarinya yang kotor ke bekas luka Harry.
"Jangan sentuh!" Harry berteriak; dia tak bisa menghentikan dirinya sendiri, dia merasa dia akan muntah gara-gara rasa sakitnya.
"Kupikir kau memakai kacamata, Potter"" dengus Greyback.
"Aku nemu kacamata!" salak salah satu dari Penjambret yang menyelinap di belakang. "Ada kacamata di tenda, Greyback, tunggu -"
Dan sedetik kemudian kacamata Harry dipasangkan lagi ke wajahnya. Para Penjambret mendekat sekarang, melihatnya.
"Ini dia!" teriak Greyback dengan suara paraunya. "Kita menangkap Potter!"
Mereka semua mundur beberapa langkah, terpaku pada apa yang telah mereka lakukan. Harry, masih berjuang untuk tetap sada di pikirannya sendiri yang sedang terbagi, tak bisa memikirkan apapun untuk dikatakan. Penggalan penglihatan memecah di permukaan pikirannya Sumpah Palapa 24 Sherlock Holmes - Petualangan Penyewa Dorset Street Lembah Kodok Perak 1

Cari Blog Ini