Sapta Siaga 11 Bermain Api Bagian 2
nggil dokter untuk memeriksanya! Yang paling disedihkan Nenek, adalah hilangnya barang-barang yang paling disayangi olehnya. Piala-piala Kakek, yang dimenangkan dalam berbagai pertandingan olahraga, serta permata warisan keluarga. Sayang masih belum berhasil ditemukan sampai sekarang!"
"Kedua perampok yang tertangkap, mungkin sebentar lagi akan mengaku di mana mereka menyembunyikan barang-barang. itu," kata Pam.
"Tapi kurasa perampok nomor tiga, yang masih belum berhasil ditangkap, pasti akan mengambil barang-barang itu dari tempat penyembunyian yang sekarang, dan memindahkannya ke tempat lain!" kata Peter. "Tentu ia juga berjaga-jaga, siapa tahu kedua kawannya membeberkan rahasia pada polisi! Dengan begitu ia bisa menunggu sampai keributan mereda dan setelah itu dengan tenang mengambil barang-barang hasil perampokan untuk dirinya sendiri!"
"Ya, itu juga mungkin," kata Colin, sambil meletakkan surat kabar. "Barangkali, mereka tertangkap di daerah sini juga! Padahal sudah disangka bahwa saat ini mereka pasti sudah minggat."
"Dan kurasa itulah yang sekarang dilakukan oleh perampok nomor tiga;" kata Jack.
"Kalau tidak, pasti ia sukar bisa berkeliaran dengan bebas pada siang hari," sambung Colin "Kalau kumis bisa saja dicukur. Tapi tubuh yang gemuk tidak bisa disembunyikan dengan mudah. Begitu pula warna rambut yang kemerah-merahan."
"Kalau rambut saja, masih bisa disembunyikan. Katakanlah, dicat dengan warna lain. Atau ditutupi dengan topi," kata Barbara.
Yuk, kita teruskan mendandani boneka kita," kata Janet. "Bagaimana pendapatmu tentang dia sekarang, Colin""
Dengan dibantu Pam, Janet menyeret boneka mereka ke depan Colin. Boneka Guy ini nampak aneh dengan celana komprang yang dipenitikan ke tubuh, jas wol kumal yang besar, serta sepatu tinggi dari karet. Skippy mulai lagi, menggonggong-gonggong dengan marah.
"Skippy rupanya sama sekali tidak suka padanya," kata Pam. "Kau tadi jadi membeli topeng, Colin" Ah ya - itu dia barangnya. Cepat, pakaikan pada boneka kita, dan setelah itu topi bisa kita pasangkan pula!"
Colin memasang topeng dengan cermat ke kepala boneka yang sebelah depan. Anak-anak tertawa terbahak-bahak. Sekarang boneka itu sudah mirip orang!
"Aneh - kau memilih topeng berkumis merah, Colin!" kata Janet. "Seperti perampok yang berhasil lolos! Pak Guy Fawkes, apakah orang itu sebetulnya bukan Anda sendiri""
Tentu saja boneka tidak menjawab. Matanya memandang kaku ke depan. Skippy menggeram-geram terus. Ia benar-benar tidak suka melihat wujud aneh itu.
""Coba lepaskan sebentar topengnya!" kata George. "lalu atur bentuk kepala, supaya topeng itu lebih pas. Sekarang terlalu panjang ke bawah."
Topeng dilepaskan, dan anak-anak memukul-mukul kepala boneka itu sampai bentuknya menjadi lebih baik. Begitu topeng dipasang lagi, Skippy langsung menggonggong dengan marah.
"Sekarang petnya," kata George, lalu meletakkannya dengan hati-hati ke kepala boneka. la meletakkannya agak miring, supaya lebih keren. Para anggota Sapta Siaga terpingkal-pingkal. Boneka -itu sangat kocak kelihatannya!
"Apa kabar, Pak Guy Fawkes"" sapa George, sambil menyalami tangan boneka. "Mudah-mudahan Anda sehat-sehat saja sekarang, dan sudah tak sabar lagi menunggu hangatnya api unggun kami minggu depan."
"Kelihatannya tidak enak sikapnya, duduk di atas peti itu," kata Janet. "Tubuhnya terlalu berat, tidak bisa diluruskan. Bagaimana jika kita dudukkan di kursi yang ada sandarannya" Kalau di atas kursi, kurasa ia akan lebih lama tahan di atas api unggun nanti
"Kalau tidak salah, dalam kandang masih ada kursi bersandaran yang sudah tidak terpakai lagi," kata Peter. "Kita ambil yuk!"
Anak-anak berbondong-bondong keluar dari gudang, diikuti oleh Skippy. Boneka Guy ditinggal sendiri, terhenyak di atas kotak.
""Permisi sebentar, Pak Fawkes," kata Colin sopan. Kawan-kawannya geli melihat tingkah lakunya.
Mereka pergi ke kandang. Benarlah, kursi yang dimaksudkan oleh Peter ada di pojok, bersama barang-barang lain yang juga sudah tak terpakai lagi. Alas duduk kursi itu yang terbuat dari anyaman rotan, sudah bolong. Begitu pula sebagia
n dari sandarannya. Tapi sandaran lengan masih utuh.
"Inilah yang kita perlukan," kata Peter senang. "Alas yang bolong itu bisa kita tutupi dengan selembar papan, supaya boneka kita bisa didudukkan kursi itu kembali ke gudang, sedang Peter berjalan di depan sambil menyorotkan senter untuk menerangi jalan.
Ketika hampir sampai di gudang yang nampak terang karena lampu minyak'yang menyala di dalam, anak-anak tertegun. Sinar senter Peter menerangi sesuatu yang tegak bersandar ke dinding gudang, dekat pintu yang terbuka. Apakah itu"
"Itu - itu boneka Guy kita!" seru Janet ketakutan. "Lihatlah - ia keluar dari dalam gudang - dan sekarang berdiri di situ!"
Boneka itu masih tetap bertopeng, sehingga kelihatannya persis manusia, Manusia yang sedang bersandar di dinding. Saat itu terdengar suara tertawa ditahan-tahan, dari arah semak di dekat situ.
"Susi!" Jack berseru dengan marah. "Kau mengambil boneka kami, dan menyenderkannya di luar! Tunggu sampai kalian bertiga berhasil kutangkap - seenaknya saja!"
Terdengar lagi suara mencekikik, disusul langkah lari. Trio Rewel minggat, setelah berhasil melakukan serangan mereka yang pertama.
"Boneka kita mereka gantungkan pada paku! Lihatlah!" kata Peter dengan marah. Dilihatnya bagian leher boneka itu tertancap pada sebatang paku yang memang sudah ada di dinding. "Wah - tadi kelihatannya persis manusia yang sedang bersandar ke dinding! Apa sebabnya kita tadi begitu ceroboh, pergi tanpa mengunci pintu""
"Tunggu saja sampai aku sudah pulang nanti," kata Jack, mengancam Trio Rewel yang sudah pergi dari situ. " Akan kuhajar ketiga anak bandel itu! Yuk, kita masukkan saja lagi Pak Guy ini ke dalam gudang. Kasihan, ia dipermain-mainkan anak bandel!"
" Bab 12 "Pembalasan Jack
"PARA anggota Sapta Siaga benar-benar marah. Bayangkan, Trio Rewel ternyata berani masuk ke dalam gudang tempat rapat mereka, dan mengeluarkan boneka dari situ.
"Kita benar-benar goblok, pergi tanpa mengunci pintu terlebih dulu," keluh Peter. "Tapi Skippy tidak menggonggong atau menggeram, seperti biasa dilakukannya jika ada orang bersembunyi di dekat-dekat sini."
"Kurasa mereka baru muncul, ketika kita pergi mengambil kursi," kata Colin. "Sekali ini kebetulan mereka mujur! Tapi lain kali kunci pintu setiap kali kau meninggalkan gudang, Peter. Siapa tahu pada kesempatan berikut boneka kita mereka curi, lalu dibakar di atas api unggun mereka sendiri. Apakah mereka juga akan membuat api unggun, Jack""
"Jangan tanyakan padaku," tukas Jack. "Masakan mereka mau bercerita padaku! Kedua anak perempuan itu, Doris dan Hilda maksudku, rasanya mereka lebih payah lagi daripada Susi. Mereka tidak henti-hentinya cekikikan. Kurasa mereka juga akan membuat api unggun dan membakar mercon. Tapi tentang boneka - aku tidak tahu!"
"Kemudian mereka mendudukkan boneka Guy ke kursi, setelah alas kursi yang bolong ditutup dengan papan. Boneka Itu terduduk situ dengan lengan tersandar ke lengan kursi. Kelihatannya seperti sedang duduk santai. Pantas sekali memegang pipa, atau membaca koran!
"lumayan juga boneka kita," kata Barbara. "Tapi belum pernah kulihat Guy Fawkes segemuk dia. Mungkin kalau kita lengkapi dengan pipa, yang diselipkan ke mulutnya ...."
"Wah, hari sudah malam," kata George, setelah melirik arlojinya. "Aku masih ada pekerjaan rumah! Aku harus pulang sekarang. Rapat kita kali ini menyenangkan, walau akhirnya agak menjengkelkan. Tolong sampaikan terima kasih pada ibumu, Peter. Hidangan tadi benar-benar enak!"
Setelah itu rapat bubar, karena bukan cuma George saja yang belum menyelesaikan pekerjaan rumah. Tidak lama kemudian gudang sudah gelap. ,Pintu dikunci, dan anak kuncinya dikantongi oleh Peter. Tinggal boneka Guy Fawkes yang duduk sendiri dalam gelap.
Jack naik sepeda pulang. Ia masih marah-marah. Perbuatan Susi tadi benar-benar keterlaluan! Kesal rasanya, punya adik seperti dia. Ketika sampai di rumah, Jack langsung pergi ke belakang untuk menyimpan sepeda.
Tiba-tiba dilihatnya sinar samar-samar dalam tempat peranginan di kebun.
""Eh - siapakah yang ada di sana"" katanya dalam hati. Jack menyelinap mendek
ati tempat itu. Didengarnya beberapa suara berbicara dengan nada pelan. Ia langsung mengenali mereka.
"Susi serta kawan-kawannya! Kurasa Trio Rewel sedang rapat!" kata Jack dalam hati. "Nah - sekarang giliranku mengintip mereka."
Jack menghampiri tempat peranginan itu. Dalam hati ia heran, kenapa Trio Rewel memilih tempat rapat sedingin itu. Ia nyengir. Sekarang ada kesempatan baginya untuk membalas dendam!
Didengarnya suara Susi berbicara.
"Kita tidak bisa membiarkan Sapta Siaga menyombongkan diri dengan boneka seperti itu - serta tabungan untuk membeli mercon dan kembang api berkilo-kilo - dan menyalakan api unggun yang paling besar di daerah sini," kata Susi. "Aku sebetulnya tidak berkeberatan, asal mereka mau membagi-bagi mercon dan mengizinkan kita menonton api unggun, begitu pula memberi kesempatan bagi kita untuk ikut membakar Guy Fawkes. Tapi mereka memang jahat! Mereka semua jahat - tak mau memberi kesempatan pada kita untuk ikut bersenang-senang!"
"Kita serbu saja lagi mereka,'" kata seorang kawan Susi. Mungkin Hilda yang berbicara.
"Bagaimana dengan tumpukan kayu bakar untuk api unggun mereka" Di mana tumpukan "itu" Apakah kita tidak bisa menyerbu tumpukan itu dan mengambilnya""
"Aku tidak tahu di mana mereka membangunnya," kata Susi. "Tapi itu bisa kuselidiki. Kutanyakan saja pada Jack. Pasti abangku itu mau mengatakannya padaku."
Terdengar suara tertawa cekikikan, disusul suatu kalimat yang tak tertangkap oleh Jack. Jack mulai marah lagi. Anak-anak itu memang bandel - mau menyerbu api unggun Sapta Siaga!
"Sayang kita sendiri tidak punya uang untuk membeli mercon," kata Doris. "Harganya sangat mahal. Dan tidak enak membakar mercon, kalau cuma sedikit jumlahnya. Dan kita juga tidak mempunyai boneka Guy Fawkes. "
Pembicaraan mereka setelah Itu pelan sekali, sehingga tak terdengar oleh Jack. Rupanya Trio Rewel sedang menyusun rencana. Rencana apa" Jack merasa gelisah. Apakah yang hendak dilakukan ketiga anak perempuan yang bandel itu" Satu hal sudah pasti - ia takkan membuka rahasia, di mana letak api unggun Sapta Siaga! Bisa saja ia memberi petunjuk - tapi yang akan menyesatkan mereka!
Jack tersenyum nakal. Ya - ia bisa menyuruh Trio Rewel berjalan sampai jauh sekali - tapi tanpa menemukan api unggun. Biar tahu rasa mereka!
"Kemudian ia mendapat akal lagi. Ia hendak menakut-nakuti ketiga anak perempuan Itu. Jack mengerang dengan keras. Kedengarannya aneh dan menyeramkan, sehingga ia sendiri kaget.
"Uuaa-ahhh-uuaaahhh! "
Anak-anak dalam tempat peranginan langsung terdiam. Kemudian terdengar suara Susi, seperti ketakutan kedengarannya.
"Astaga! Bunyi apa itu tadi""
Jack mengerang lagi, makin keras dan berakhir dengan lolongan melengking seram. Trio Rewel menjerit ketakutan, lalu lari tunggang-langgang ke rumah. Jack masuk ke tempat peranginan. Ia merebahkan diri pada sebuah kursi, sambil tertawa terpingkal-pingkal.
"Aduh, aduh - sakit perutku karena tertawa," katanya sambil tertawa terus. "Tak kusangka aku bisa mengerang seseram Itu. Nah sekarang aku masuk saja ke rumah, pura-pura baru kembali dari rapat Sapta Siaga !"
Jack lantas masuk ke rumah ,dengan langkah santai, sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Ketiga anak perempuan Itu langsung menghampirinya. Kelihatannya mereka masih ketakutan.
"Jack! Sewaktu kau lewat di kebun tadi, kau juga mendengar suara menyeramkan" tanya Susi.
"Apa maksudmu" Oh, kucing yang mengeong-ngeong tadi"" kata Jack pura-pura tidak "tahu. "Aduh, kalian takut mendengar suara,itu" Atau suara burung hantu" Anak perempuan memang payah! Baru mendengar tikus mencicit saja, sudah lari pontang-panting. ya, kalian kira kalian tadi lucu, mengambil boneka kami dari dalam gudang" Itu perbuatan jahil, tahu!"
"Kalian sendiri tidak jahil"" tukas Susi dengan segera. "Kalian tidak mau mengajak kami membuat boneka, padahal kami sendiri tidak punya. Mercon juga tidak mau dibagi-bagi, padahal itu pun tidak kami miliki! Dan pasti kau juga tidak mau mengatakan, di mana kalian akan menyalakan api unggun. Pasti kami juga tidak boleh ikut menonton."
"Di mana kalian akan menyalakan api unggun""
tanya Hilda, bersikap pura-pura biasa saja, "Masakan itu saja tidak boleh kami ketahui !"
"Ah, kalau itu saja bisa kukatakan," kata Jack. "Kalian tahu lapangan Haylings, yang letaknya di sebelah atas bukit yang sangat terjal" Nah, di situlah kami menumpukkan kayu bakar, siap untuk dinyalakan. Awas ya, jangan jahil dan menyalakannya. Aku tak percaya pada kalian bertiga!"
Sehabis berkata begitu, Jack meninggalkan ruangan. Trio Rewel saling berpandang-pandangan sambil nyengir.
"Nah, apa kataku" Kan gampang!" kata Susi. "Besok kita ke sana, mengobrak-abrik tumpukan kayu mereka!"
" Bab 13 Wajah di Balik Jendela
"KEESOKAN paginya, Jack buru-buru naik sepeda pergi ke rumah Peter. Sesampai di sana, ia menceritakan perbuatannya menipu Trio Rewel Peter nyengir mendengarnya
"Bagus sekali akalmu itu," katanya memuji Jack. "Aku akan ikut denganmu sekarang juga. naik sepeda ke Bukit Haylings. Di sana kita menumpukkan beberapa potongan ranting kering, lalu menyelipkan surat di bawahnya! Menurut perasaanmu, kapan mereka akan berangkat ke sana""
"Sepulang mereka dari sekolah siang," kata Jack. "Cuma Susi saja yang punya sepeda, jadi mereka akan terpaksa jalan kaki mendaki bukit itu. Padahal lerengnya sangat terjal. Kau kan juga tahu!"
"Sekarang saja kutulis surat untuk mereka," kata Peter, lalu mengambil pinsil dan secarik kertas. Ia menulis sebentar, lalu menunjukkan surat itu pada Jack.
Ambillah api unggun ini kalau mau! Enak ya mendaki bukit. Salam geli dari - Sapta Siaga.
"Jack tertawa geli. "Bagus!" katanya. "Pasti mereka akan sangat jengkel nanti, karena payah-payah mendaki bukit - ternyata tanpa guna! Tapi kurasa kita toh perlu mengawasi api unggun kita, Peter. Aku takkan heran jika mereka mencari-cari terus sampai ketemu dan kalau sudah ditemukan lantas diobrak-abrik! Apalagi setelah kena tipu, naik ke Bukit Haylings secara percuma."
"Ya, betul - kita perlu mengawasinya. Salah seorang di antara kita harus menjaga terus di tempat itu," kata Peter. "Sekarang hari - Kamis. Siang ini sebaiknya kita mengadakan rapat, mengumpulkan uang sumbangan yang mungkin masih akan masuk. Sekaligus kita juga menentukan dua orang di antara kita, yang harus membeli mercon dan kembang api hari Sabtu lusa. Jangan sampai terlambat membeli, karena nanti yang bagus-bagus sudah habis semua! Nanti dulu - Malam Pesta Api jatuh pada hari Minggu - jadi kita akan memasangnya hari Senin setelah itu."
"Kenapa bukan hari Sabtu saja"" tanya Jack.
"Sebab Colin mungkin berhalangan datang," kata Peter. "Ia meminta padaku, agar jangan diadakan hari Sabtu. Sebentar ya - kuambil sepedaku dulu. Setelah itu kita bersama-sama berangkat ke Bukit Haylings sekarang juga, supaya jangan terlambat tiba di sekolah nanti. Sementara aku mengambil "sepeda, kaukumpulkan beberapa batang ranting kering."
Tak lama kemudian, kedua anak laki-laki itu nampak memacu sepeda mereka di jalan. Mereka mengangkut beberapa batang ranting kecil. Setiap kali mereka memandang ranting-ranting itu, keduanya nyengir.
Berat rasanya mendaki tanjakan Bukit Haylings yang terjal. Ketika sudah hampir sampai di puncak, mereka terpaksa turun dari sepeda dan mendorongnya. Tapi akhirnya mereka tiba juga di puncak. Di situ mereka buru-buru menyusun ranting kering, seperti hendak membuat api unggun kecil-kecilan. Setelah itu Peter menyelipkan surat ke bawahnya. Dimasukkannya demikian rupa, sehingga salah satu sudut kertas tersembul sedikit ke luar.
"Nah - mudah-mudahan Trio Rewel puas nanti, setelah capek-capek mendaki bukit," kata Peter. "Yuk - terlambat kita nanti. Untung dari sini kita terus menurun!"
Hari itu Sapta Siaga berapat lagi dalam gudang mereka pukul lima lewat seperempat. Semua sudah minum teh di rumah masing-masing. Skippy sibuk meloncat-loncat karena girang. Ia tidak mengerti, apa sebabnya anak-anak begitu sering mengadakan rapat. Tapi itu juga tidak begitu penting. Pokoknya Skippy selalu senang, jika bisa berkumpul beramai-ramai.
Lampu minyak sudah dinyalakan. Ruangan gudang nampak nyaman dan hangat. Boneka Guy masih duduk terus di kursi, sementara Peter sibuk mengumpulkan uang
sumbangan yang masih masuk.
"Satu pound lima puluh penny," katanya kemudian, setelah menghitung jumlah keseluruhan yang terkumpul. "Bagus sekali! Sekarang siapa mau ikut dengan aku membeli mercon" Aku hendak membelinya besok saat istirahat siang, dan tidak jadi menunggu hari Sabtu. Kurasa kita bisa pergi bertiga - sedang yang lain boleh mengatakan sekarang, mercon apa saja yang perlu kami beli."
Rapat memutuskan, Peter akan membeli mercon besok bersama George dan Pam. Kemudian tiba giliran pada Jack untuk menyampaikan laporan. Sambil nyengir, ia bercerita tentang pengalamannya secara diam-diam mengikuti perundingan Trio Rewel. Diceritakannya bahwa ia mendengar rencana mereka, hendak mengobrak-abrik tumpukan kayu bakar untuk api unggun Sapta Siaga. Disusul dengan tipuannya, ketika ia mengatakan bahwa Trio Rewel bisa menemukan tumpukan kayu bakar itu di atas Bukit Haylin"s.
"lalu aku bersama Peter tadi pagi naik ke sana, untuk mengatur tumpukan kayu yang sedikit sekali, disertai sepucuk surat dari Sapta Siaga," katanya. "Tanggung Trio Rewel hari ini juga berjalan kaki ke sana, sehabis sekolah sore!"
"Pasti mereka marah-marah sekarang," kata Janet. "Mudah-mudahan saja, mereka tidak lantas mengobrak-abrik api unggun kita yang sebenarnya."
"Kurasa saat ini mereka belum tahu tempatnya," kata Jack. "Dan begitu kudengar mereka sudah tahu - atau sedang sibuk mencari - aku akan melaporkan pada kalian. Jadi kita bisa berjaga-jaga!"
Tiba-tiba anak-anak kaget, karena Skippy menggeram-geram. Bulu tengkuk anjing spanil itu tegak. Ia menghampiri pintu, dan mendengarkan di situ dengan seksama. Sekonyong-konyong Pam menjerit, sehingga sekali lagi anak-anak kaget. Janet berpaling, dan menatapnya dengan marah.
"Kenapa kau tiba-tiba berteriak" Justru itulah yang diingini Trio Rewel- supaya kita ikut menjerit ketakutan!"
Dengan tangan gemetar, Pam menunjuk ke arah jendela.
"Aku tadi melihat muka orang di situ," katanya.
"Kalau begitu, pasti Susi serta kedua kawannya," kata Jack kesal. "Kenapa tidak kita tutup saja tirainya""
Anak-anak lari ke pintu lalu cepat-cepat membukanya, sementara Skippy lari ke luar sambil menggonggong. Ia mengendus ke sana-sini, lalu berdiri sambil menggeram-geram.
"Mereka sudah pergi," kata Peter, sambil menyorotkan senter ke segala arah. "Mungkin mereka bermaksud merampas boneka kita sebagai pembalasan. Diam, Skip! Sudah tidak ada siapa-siapa lagi di sini."
Anak-anak masuk lagi. Peter menarik tirai menutupi jendela tadi.
"Kurasa kita bubar saja sekarang," katanya. Sabtu pagi kita berkumpul lagi di sini, untuk menyelesaikan persiapan untuk api unggun. Jack, bilang pada Susi bahwa kita melihatnya tadi - atau salah seorang kawannya - sewaktu mengintip dari balik jendela. Katakan Juga pada mereka, enak tidak berjalan jauh tadi!"
"Baiklah," kata Jack, lalu pergi naik sepeda. Anak Itu tercengang, ketika berpapasan dengan Trio Rewel di depan pagar muka rumah orang tuanya. Saat itu ketiga anak itu sedang melangkah masuk dengan lesu. Doris kelihatannya seperti mau menangis.
"Kau jahat!" tukas Susi. "Kami disuruh naik jauh-jauh ke puncak Bukit Haylings! Dan di sana cuma ada kayu kering seonggok, disertai sepucuk surat. Pergelangan kaki Doris terkilir, sewaktu menuruni bukit. Kau jahat!"
"Tapi - tapi - kalau begitu bukan -kalian yang" mengintip dari balik jendela gudang tadi" tanya Jack bingung.
"Aku tak mengerti maksudmu," kata Susi. Jangan sok lucu, ah! Sudah kukatakan tadi kami baru saja sampai - dan sekarang aku harus segera merawat pergelangan kaki Doris."
Ketiga anak perempuan itu masuk, meninggalkan Jack sendiri di depan pintu pekarangan rumah. Jack bingung - dan agak menyesal karena menipu ketiga anak itu. Bukan maksudnya menyebabkan Doris cedera. Tapi kalau begitu - siapakah tadi, yang mengintip dari balik jendela" Menurut Jack, ia perlu segera menelepon Peter mengenai soal itu!
" Bab 14 "Sapta Siaga Kaget
"BEGITU ada kesempatan, Jack segera menelepon Peter.
"Peter" Hei - yang tadi datang dan mengintip dari balik jendela, ternyata bukan Susi atau salah seorang kawannya. Mereka baru saja kemb
ali dari Bukit Haylings, ketika aku sampai di rumah. Doris terkilir pergelangan kakinya. Jalannya pincang."
Peter bersiul kaget. "Kalau begitu, siapa"" katanya. "Tunggu dulu, ini Ayah datang. Yah, tadi Ayah mengintip ke dalam gudang, ketika kami sedang rapat di situ""
"Tidak," jawab ayahnya. "Tapi hari ini Pak Kebun bekerja sampai sore. Mungkin ia melihat ada cahaya lampu kalian dalam gudang, lalu mengintip sebentar."
"Ah - kalau begitu pasti dia," kata Peter, lalu meneruskan keterangan itu pada Jack.
"lagipula pintu gudang kan terkunci," katanya menambahkan. "Tak ada yang bisa masuk. Nah, sampai besok, Jack."
Susi ternyata sangat marah karena merasa ditipu oleh Jack.
""Kuadukan kau nanti pada Ibu," katanya mengomel. "Coba kaulihat pergelangan kaki Doris sekarang! Hati-hati saja, Sapta Siaga yang jahil - kami akan mencari tumpukan kayu api unggun kalian sampai ketemu, lalu kami obrak-abrik! Dan jika boneka kalian berhasil kami rampas, kami akan membakarnya."
"Ngomong jangan seenaknya," kata mencemooh. "Kau kan tahu sendiri, gudang kami selalu terkunci sekarang! Ya - aku tahu kemarin malam kalian menemukannya ketika kebetulan tidak dikunci. Padahal hanya sebentar saja, karena kami sedang mengambil kursi untuk boneka kami. Aku menyesal, pergelangan kaki Doris terkilir! Sungguh! Sekarang jangan ganggu aku lagi!"
Tapi Susi mengomel terus. Jack sampai terpaksa mengurung diri di dalam kamarnya. Diam-diam ia menyesal. karena ia dan Peter telah menipu Susi beserta kawan-kawannya. Sekarang, jika Susi sudah sekali mengancam akan membalas dendam, maka biasanya ancaman - itu pasti akan dilaksanakan! Bagaimana jika Trio Rewel sampai berhasil menemukan tumpukan kayu Sapta Siaga" Pasti akan langsung dibakar mereka!
Keesokan harinya Peter pergi bersama George dan Pam, untuk membeli mercon dan kembang api. Semua yang dipesan berhasil mereka beli - kecuali jenis yang bernama Roket Bulan.
""Besok akan sudah ada lagi persediaan kami," kata wanita penjaga toko. "Mampir saja besok! Kami juga sudah memesan kembang api yang terbangnya melompat-lompat."
"Wah, simpankan beberapa bungkus untuk kami," kata Peter. "Kami sudah menabung satu pound lima puluh penny. Sekarang satu pound dan beberapa penny sudah kita belanjakan. Sisanya kusimpan, untuk membeli kembang api selebihnya besok. Roket Bulan pasti akan kami beli!"
Wanita penjaga toko menghitung harga kembang api yang dibeli oleh Peter. Satu pound dan lima penny! Peter menghitung uang sebanyak itu, sedang sisanya dikantongi kembali.
"Masih tersisa empat puluh lima penny," katanya. "Sampai di gudang nanti, akan kucatat uang yang sudah dibelanjakan. Sisanya kukembalikan ke dalam kotak yang ada di atas rak. Jika masih ada yang punya uang untuk membeli mercon, boleh saja menambahkannya ke tabungan kita besok pagi, jika kita berkumpul lagi untuk menambah tumpukan kayu bakar ke api unggun kita. Malam ini kita tidak rapat."
Begitu kembali di gudang, Peter langsung masuk untuk menaruh uang sisa. Ia sempat memandang boneka yang terduduk di kursi. Timbul pikirannya, untuk meminta pipa Ayah yang sudah tua.
""Itu belum kita usahakan," kata Peter dalam hati. "Dan dengan pipa, kurasa lebih cocok."
Malam itu ia menanyakannya pada Ayah.
"Pipa tua" Wah, sebetulnya pipa-pipaku yang tua itu justru yang kusenangi," kata Ayah. "Tapi nanti dulu! Aku punya satu, yang gagangnya patah. Guy Fawkes kalian pasti takkan berkeberatan jika diberi pipa patah."
Dicarinya pipa itu sampai ketemu, lalu diberikannya pada Peter. Saat itu Skippy lari ke pintu, lalu duduk sambil menggonggong di situ.
"Ajak dia jalan-jalan sebentar di kebun." kata ibu Peter.
"Baik, Bu," kata Peter. "Yuk Skip - Jalan-Jalan! Sekaligus kita ke gudang, untuk membawakan pipa untuk boneka. Kau ikut, Janet""
"Kunci gudang ada padamu"" tanya Janet. Peter merogoh-rogoh kantong yang satu, lalu mencari dalam kantong lainnya.
"Aduh, tidak ada," katanya. "Ke mana larinya kunci itu" Tadi aku masih sempat mengunci pintu, setelah masuk sebentar untuk menaruh uang tabungan kita. Astaga! Jangan-Jangan anak kunci itu kutinggalkan dalam lubangnya."
, "Cepat-cepat saja kita periksa ke sana," kata Janet, karena ia langsung teringat pada Trio Rewel. Setelah cepat-cepat mengenakan mantel, keduanya lantas lari masuk ke kebun menuju gudang yang terletak di belakang.
Skippy Ikut bersama mereka. Sesampai di "depan pintu gudang, Peter menyorotkan senternya ke arah lubang kunci.
"Nah, apa kataku - anak kunci kutinggalkan dalam lubangnya," kata Peter. "Aku ini benar-benar goblok, tidak pantas menjadi pemimpin Sapta Siaga. Untung saja Susi tidak datang, dan melarikan anak kunci ini!"
Peter membuka pintu, dan mereka masuk ke dalam gudang. Tiba-tiba Janet berseru kaget, sambil memegang lengan abangnya.
"Peter - lihatlah! Pakaian boneka tidak ada lagi. Rupanya Susi ke mari tadi. Aduh, kenapa anak kunci tertinggal di lubangnya""
Memang boneka yang terduduk di kursi tinggal memakai topeng saja. Selebihnya, tidak memakai apa-apa, Tampangnya konyol, gemuk bundar seperti asal mulanya.
"Satu-satunya yang ditinggalkan oleh Trio Rewel, cuma peniti yang kita pakai untuk menyematkan celana panjang ke perutnya," kata Janet sedih. "Aduh, Peter! Boneka kita yang bagus - apa kata kawan-kawan nanti""
Peter tidak bisa menjawab. Ia cuma bisa termenung, karena bingung. Kejadian itu merupakan kesalahannya semata-mata. Peter memandang berkeliling. Ia masih setengah berharap, mungkin saja pakaian boneka itu dilemparkan ke pojok gudang. Tapi tidak - bahkan topi petnya pun tidak ada di situ.
"Kita kembali ke rumah," kata Peter sedih.
Pintu gudang dikuncinya dengan cermat dan anak kunci dimasukkan olehnya ke dalam kantong. "Kejadian ini sungguh-sungguh tidak enak! Aku akan menelepon Jack sekarang juga, untuk mengabarkan perbuatan Trio Rewel padanya."
Jack juga kaget dan marah seperti Peter serta adiknya, ketika ia mendengar kabar itu.
0, Jadi ke sanalah Susi serta kedua kawannya pergi tadi" katanya. "Kusangka mereka hendak. mengadakan rapat konyol mereka lagi di tempat peranginan, Tapi ternyata menyelinap ke gudang. Hahh -tahu rasa SUSI sekarang!"
Jack mengembalikan gagang pesawat telepon ke tempatnya. lalu bergegas mencari Susi. Adiknya itu sedang duduk-duduk di depan pendiangan bersama Hilda dan Doris.
Ketiga anak perempuan itu asyik membaca buku. Begitu masuk, Jack langsung marah. Ditariknya rambut Susi kuat-kuat.
"Kalian apakan pakaian boneka kami!" bentaknya. Rupanya ke sana kalian pergi tadi - untuk mencuri!"
"Jangan seenaknya saja menuduh, kata SUSI tercengang. "Kami selama ini berada di loteng, mencari-cari barang tua untuk lelang yang akan diselenggarakan oleh Ibu."
"Bohong!" bentak Jack. "Mana pakaian Guy Fawkes kami""
" Bab 15 Lagi-lagi Trio Rewel
"SUSI serta kedua kawannya nampak kaget, karena Jack berteriak-teriak terus.
"Sungguh, bukan kami yang mengambilnya," jawab Susi dengan suara yang bertambah nyaring. "Tapi aku senang mendengar boneka konyol kalian kehilangan pakaiannya." Susi tertawa terbahak-bahak. Jack semakin panas dibuatnya.
"Di mana kausembunyikan!" serunya. Tapi tepat pada saat itu, ibu Jack menengok sebentar ke dalam.
"Jangan berteriak-teriak, Jack! Ada apa""
"Susi serta kedua kawannya ini mengambil pakaian boneka kami," kata Jack mengadu.
Karena kesal, ia sampai lupa bahwa sebetulnya tidak baik berbuat begitu. Tapi maklumlah, ia sudah tidak bisa menahan rasa marah.
"Sudah mencuri, berbohong pula. Mengaku sajalah, Susi - aku kan tahu watakmu!"
"Sudah," kata ibu mereka. "Jack, kau masuk ke kamar, sampai sudah tenang kembali. Aku yang akan bicara dengan Susi."
Jack pergi ke luar ruangan, sambil marah-marah. Ia menengok ke dalam kamar Susi. Ia mengharapkan, akan menemukan pakaian boneka disembunyikan di kolong tempat tidur, atau dalam lemari. Tapi ternyata tidak ada di situ. Karena itu ia lantas pergi ke kamarnya.
Tidak lama kemudian Ibu masuk.
"Kau tidak boleh lagi menuduh-nuduh Susi serta kawan-kawannya, mengatakan mereka yang mencuri pakaian boneka kalian," kata Ibu. "Mereka bingung karenanya! lagipula, Susi tadi bercerita betapa kau bersama Peter menipu mereka, sehingga mereka payah-payah mendaki Bukit Haylings. Malu rasanya melihat kelakua
nmu, Jack!" "Nanti dulu, Bu," sanggah Jack. "Tolonglah tanyakan pada Susi, di mana ia menyembunyikan pakaian boneka kami."
"Aku tak mau mendengar persoalan itu lagi," kata Ibu sambil pergi ke luar. Jack ditinggal dalam kamar, dalam keadaan marah. Tapi Ibu kelihatan jengkel sekali. Jadi Jack tidak berani keluar dari kamar, untuk menelepon Peter. Ia merasa yakin, Trio Rewel pasti akan cekikikan menertawakan, jika ia menghubungi pemimpin Sapta Siaga itu.
Keesokan harinya, pagi-pagi Sapta Siaga mengadakan pertemuan dalam gudang. Semua kelihatan sedih. Mereka memandang boneka yang tadinya bagus. Sekarang kelihatan memelas sekali, karena tinggal topeng saja yang masih ada. Pam menangis. Ia menyesali pakaian yang telah dikumpulkan dengan susah-payah.
""Kurasa ibumu perlu mendatangi ibu Susi dan Jack, Peter," katanya. "Persoalan ini perlu dibereskan, karena yang dilakukan Susi itu kan mencuri namanya."
"Ah - sebetulnya bukan mencuri," kata Jack. Padahal ia sendiri juga mengatakan begitu pada adiknya. Tapi kalau orang lain yang mengatakan, rasanya tidak begitu enak. Karena itu ia buru-buru menambahkan,
"Maksudku - Susi pasti akan memulangkannya setelah Malam Pesta Api. Ini cuma salah satu keisengannya lagi, Aku kemarin marah sekali padanya. Mau rasanya menghajar adikku itu!"
"Kurasa, sebetulnya aku yang salah dalam hal ini," kata Peter pelan. "Jika aku tidak lupa, meninggalkan anak kunci dalam lubangnya, maka pasti ini takkan terjadi. Akulah yang bertanggung jawab. Susi yang saat itu kebetulan datang, langsung memanfaatkan kesempatan. Sama saja seperti ketika kita lupa mengunci pintu, sewaktu mengambil kursi untuk boneka kita. Waktu itu pun, Susi sedang mujur!"
"Yah, apa boleh buat," kata Colin. "Sekarang kita terpaksa mencari pakaian lagi! Dalam garasi kami ada mantel tua. Pasti sudah tak terpakai lagi. Aku akan membawa mantel itu. Sedang seorang dari kalian, tentu ada yang bisa mengusahakan topi baru untuk boneka kita. Guy Fawkes harus cukup puas dengan itu saja!"
""Kami sudah membeli mercon dan kembang api," kata Pam. la buru-buru menukar pokok pembicaraan. Ia kasihan melihat Peter yang termangu-mangu. "Bagus-bagus! Uang tabungan masih tersisa empat puluh lima penny, untuk membeli beberapa buah mercon model baru yang bernama Roket Bulan. Bagaimana jika aku sekarang ke toko, untuk melihat apakah mercon itu sudah ada, Peter""
"Baiklah," kata Peter. Diambilnya kotak uang dari atas rak. "Kemarin uang sisa kukembalikann ke sini." Peter menggoncang-goncang kotak. Tiba-tiba tampangnya nampak bingung dan ketakutan. Kotak itu cepat-cepat ditaruhnya ke tas meja yang ada di situ, lalu dibuka tutupnya. Setelah memandang sebentar ke dalam, Peter menatap kawan-kawannya dengan panik.
"uang kita lenyap!" katanya. "Se-penny pun tidak ada lagi! Empat puluh lima penny - semuanya lenyap!"
Anak-anak bingung. Semua terdiam. Bahkan Skippy pun ikut melongo. Kemudian Jack berkata terbata-bata,
"Jika Susi yang mengambil- pasti ia cuma main-main saja, Peter! Sungguh! Adikku - ia bukan pencuri!"
"Tapi bukankah ia sudah mencuri pakaian boneka kita"" kata Barbara. "Aku tak heran, jika pelakunya ternyata Trio Rewel!"
"Tunggu, tunggu - nanti dulu," kata Peter cepat-cepat. "Perasaanku sama seperti Jack! Aku tidak percaya, Susi akan mau mencuri! Bagaimanapun, dia adik Jack. Kurasa Susi serta kawan-kawannya mungkin mengambil pakaian dan uang kita, karena ingin membalas dendam. Mereka bermaksud menahannya sampai setelah Malam Pesta api - dan sesudah itu mengembalikannya pada kita ...."
"Ya, ya - kurasa itulah niat mereka," kata Janet. "Aku yakin! Jack, bilang saja pada Susi bahwa kau tahu uang kita ada pada mereka, tapi sesudah Malam Pesta Api mereka harus segera mengembalikannya! Jadi Roket Bulan kita beli sehabis malam itu. Sebenarnya tidak baik, jika kita bertengkar terus dengan mereka. Lama-lama jadi konyol!"
"Baiklah," kata Jack. "Tapi sekarang, marilah kita cepat-cepat berangkat, mengumpulkan kayu bakar lagi. Aku tak tahan duduk terus di sini, rasanya mau marah saja!"
Anak-anak lantas keluar dari gudang. Peter mengunci pintu dengan cermat
, lalu mengantongi anak kuncinya. Kemudian mereka berangkat ke lapangan di belakang kebun, ke tempat tumpukan kayu untuk api unggun nanti.
"Tanah di sekitar sini, nampaknya seperti habis digali," kata George. "Untuk apa ya""
Kemudian dipandangnya tumpukan kayu bakar. "Kurasa masih perlu ditambah lagi. Sudahlah, Peter dan Jack. Kalian jangan terus-terusan sedih. Tampang kalian, kelihatan seperti baru saja mendengar bahwa soal hitungan kalian salah semua!"
Lelucon George itu tidak berhasil memancing senyum kawan-kawannya. Memang tidak enak, kehilangan pakaian boneka, serta uang sisa tabungan yang sebenarnya akan dipakai untuk membeli mercon lagi. Ah, apa sebabnya Peter sampai lupa mengunci pintu kemarin malam"
Anak-anak mengumpulkan kayu bakar dengan cara sama seperti sebelumnya. Dengan begitu, dalam waktu singkat saja tumpukan kayu sudah bertambah tinggi. Anak-anak mulai gembira lagi, karena membayangkan betapa api unggun mereka akan berkobar besar nanti. Skippy lari kian ke mari sambil, menggondol ranting-ranting kering. Anjing Itu sangat kepingin membantu. Begitu rajin, sampai ranting-ranting yang sudah ditumpukkan, digondol lagi olehnya. Tentu saja perbuatannya itu langsung dicegah.
Tiba-tiba George berhenti mengumpulkan kayu.
""He! Itu Susi beserta kedua kawannya," katanya sambil menuding. "Rupanya mereka sedang mencari di mana tempat api unggun kita !"
"Mana pakaian boneka kami"" tanya Pam, yang masih penasaran karena kehilangan itu.
"Bukan kami yang mengambil!" balas Susi dari jauh.
"Mengaku sajalah!" tukas Pam. "He, jangan mendekati tumpukan kayu kami. Kalian kalau mendapat kesempatan sedikit saja, pasti juga akan mengambil kayu kami!"
"Jangan begitu, Pam," kata Janet. Ia merasa tidak enak, menuduh-nuduh sembarangan saja.
"Kami tidak kepingin mengambil tumpukan kayu konyol seperti itu," kata Susi, sambil mendekati tempat api unggun. "Kutendang sekali saja, pasti berantakan. Lihatlah!"
Anak-anak" Sapta Siaga hanya bisa kaget, ketika tiba-tiba Susi beserta kedua kawannya lari mengelilingi tumpukan kayu, sambil menendang-nendang. Beberapa ranting kecil tercampak kena tendang. Wah - ini sudah keterlaluan!
" Bab 16 Menjaga Api Unggun
"MELIHAT Sapta Siaga bergegas mendekat, Susi serta Doris dan Hilda cepat-cepat lari.
"Hati-hati saja," ancam Susi dari kejauhan.
"Kami akan datang lagi, dan nanti kalian lihat kayu api unggun kalian akan habis berantakan!"
"Sekarang kita terpaksa menempatkan penjagaan di sini," kata Peter dengan nada menyesal. "Aku mulai merasa, kita salah ketika memulai pertengkaran dengan Susi. Anak itu sangat cerdik!"
Mereka menyelesaikan pembuatan tumpukan api unggun, sambil berjaga-jaga kalau Trio Rewel muncul lagi. Tapi ketiga anak Itu tidak muncul kembali.
"Sebaiknya sore ini kita silih berganti menjaga di sini," kata George.
"Tida"k! aku tahu "akal yang lebih baik," kata Jack. Biar aku saja yang mengawasi Susi serta kedua kawannya. Takkan kulepaskan mereka dan pengawasanku. Dan nanti malam mereka akan kuajak nonton. Dengan begitu aku bisa tahu pasti, bahwa tak ada kesempatan bagi mereka untuk berbuat iseng. Ibuku sudah berjanji memberi aku uang untuk "nonton bersama mereka. Aku sebenarnya tidak suka melakukannya, tapi hanya ini akal baik yang bisa kupikirkan."
"Ide itu bagus sekali, Jack," kata Janet. "Dengan begitu kita tak perlu berdiri di lapangan yang dingin ini sepanjang hari, untuk menjaga kayu bakar kita! Bagaimana Jika Peter menemani nonton nanti malam" Kalau kau sendiri, pasti repot menghadapi mereka bertiga."
"Baiklah," kata Jack lega. "Dengan begitu tugasku menjadi agak ringan."
Maka malam itu Peter menemani Jack, mengantarkan tiga anak perempuan yang kerjanya cekikikan terus, menonton film.
Jack dipuji oleh ibunya. "Aku senang melihat kalian tidak bertengkar lagi," kata ibunya. "Aku tahu, bukan anak-anak perempuan itu yang mengambil pakaian boneka kalian. Mereka tidak begitu wataknya! "
Jack diam saja. Padahal dalam hati ia berkata, perbuatan begitu justru cocok sekali dengan watak Trio Rewel. Sesiang itu ia terus mengawasi mereka dengan waspada. Karenanya ia
tahu pasti, mereka tak pernah pergi ke dekat-dekat tumpukan kayu. Dan selama dalam gedung bioskop, mereka pun akan terus di bawah pengawasan - sampai saat tidur! Trio Rewel tidak bisa berkutik!
Keesokan paginya, hari Minggu. ketiga anak perempuan itu pergi ke gereja. Dan Jack tentu saja ikut bersama mereka lagi. Setelah makan siang, Susi mulai gelisah.
"Kita jalan-jalan yuk," katanya mengajak Hilda dan Doris. Jack langsung memasang telinga. Nah - mau ke mana ketiga anak itu" Jangan-jangan ke tempat tumpukan kayu.
"Aku ikut," katanya.
"Jangan," jawab SUs1. "Aku sudah bosan, kauawasi terus-menerus. Kaukira kami ini mau apa" Mengobrak-abrik tumpukan kayu kalian" Pasti begitu sangkaanmu, ya Jack""
Tepat begitulah pikiran Jack. Karenanya, mukanya menjadi merah. Tepat saat itu ia dipanggil ayahnya.
"Jack! Tolong aku membersihkan mobil, ya Nak"" kata Ayah.
"Anu, Yah - sebetulnya aku hendak ikut jalan-jalan dengan Susi serta kawan-kawannya," kata Jack.
"Tapi kami tidak mengajaknya, Yah," kata Susi, sambil nyengir bandel. "Kami pergi, Jack. Jangan bandel ya!"
Ketiga anak perempuan itu pergi, meninggalkan Jack yang menuju ke garasi. Jack yang malang. Ia tidak bisa menolak lagi. Ia mulai menyemprot mobil ayahnya dengan air.
Sialan, pikirnya. Sekarang ia tidak bisa lagi mengawasi Trio Rewel. Tapi nanti dulu! Apakah tidak lebih baik, jika ia cepat-cepat menelepon Peter dan memintanya agar mengawasi tumpukan kayu mereka. Sayang jika tumpukan api unggun yang sebagus itu sampai diobrak-abrik Trio Rewel!
""Bolehkah aku menelepon Peter sebentar, Yah"" katanya meminta izin. "Aku - aku teringat, ada urusan penting yang harus kusampaikan padanya."
"Kau menyemprot mobil saja dulu sampai selesai," kata ayahnya. "Urusanmu kan bisa menunggu selama itu!"
Jack terpaksa bekerja mencuci mobil selama tiga perempat jam. Dalam hati ia marah-marah. Bagaimana jika sementara itu Trio Rewel sudah mengobrak-abrik api unggun Sapta Siaga" Jack sudah tidak tahan lagi. Begitu diizinkan pergi oleh ayahnya, dengan segera ia lari untuk menelepon.
"Peter! Begini, Susi dan kedua kawannya tadi pergi jalan-jalan. Tapi bisa saja mereka sebenarnya hendak menyerang api unggun kita. Kau bisa menjaga siang ini di sana""
"Beres," kata Peter. "Terima kasih atas pemberitahuanmu." Kemudian dipanggilnya Janet. "Janet! Jack baru saja menelepon. Katanya, Susi serta kedua kawannya pergi jalan-jalan. Kita perlu mengawasi tumpukan kayu bakar kita."
"Wah - kalau begitu kita pergi sekarang ke lapangan!" kata Janet, sambil menyambar mantelnya. Bersama Peter ia pergi ke belakang kebun. Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di lapangan belakang rumah.
Tapi di sana tidak ada siapa-siapa. lapangan itu kosong. Mungkin Susi mengajak kedua kawannya mengambil jalan lain. Peter melayangkan pandangan sekilas ke arah tumpukan kayu. Dan detik itu juga, ia kaget setengah matit
Peter menyambar lengan Janet, sambil menuding ke arah tumpukan kayu. Mulutnya bergerak-gerak, tapi tak ada suara yang keluar. Tumpukan kayu yang semula tinggi, kini tidak ada lagi. Kayu kering berserakan ke mana-mana, tersebar di atas rumput.
"Mereka berhasil merusaknya," kata Janet. Air matanya berlinang-linang. "Jahat sekali mereka! Padahal tumpukan kita sudah bagus, dan tinggi! Aduh - kenapa Jack tidak lebih dulu menelepon" Kita,pasti berhasil mengusir mereka, jika lebih cepat ke mari!"
Muka Peter merah padam. Ia menatap tumpukan kayu yang berantakan dengan pandangan marah. lalu datang menghampiri.
"lubang apa ini"" kata Janet kaget, ketika kedua anak itu sudah dekat ke bekas tumpukan kayu. "Kelihatannya Susi serta kawan-kawannya mengobrak-abrik tumpukan kayu kita, lalu menggali lubang dengan sekop di sini! Sudah sinting mereka rupanya!
Mau apa mereka, Peter""
"Entahlah, aku juga tidak tahu," jawab Peter. "Sekarang sebaiknya kita cepat-cepat menelepon,Jack. Eh - tunggu dulu - itu kan Susi dan kedua kawannya, yang sedang menuju ke sini" Betul, itu mereka! Yuk, kita songsong ketiga anak itu. Aku ingin tahu apa kata mereka!"
" Bab 17 "Sekop - Dan Kancing
"PETER dan Janet menyongsong Trio Rewe
l, yang datang menghampiri tumpukan kayu yang berserakan ke mana-mana. Ketiga anak perempuan itu memandang berkeliling dengan heran.
"Kenapa begini keadaannya"" tanya Susi. "Kalian sendiri yang mengacak-acak""
"Bukan! Kalianlah yang melakukannya," kata Peter dengan suara gemetar, menahan marah.
"Tapi kami baru saja datang!" kata Doris tersinggung. "Kalian melihat sendiri tadi!"
"Itu katamu - tapi sudah jelas, sebelumnya kalian sudah ke mari," kata Peter. "Kalian memang jago, kalau melakukan perbuatan jahil!"
Susi memandang Peter dan tumpukan kayu yang berserakan, silih berganti.
"Yah, aku tak mau mengatakan bahwa kami takkan mau mengacak-acaknya sedikit," kata Susi mengaku. "Tapi pasti tidak sampai kocar-kacir begini! Eh - siapa yang menggali lubang di tengah-tengah itu"'"
""Jangan suka pura-pura," kata Peter jengkel. Tapi tiba-tiba Janet menarik lengan abangnya.
Sapta Siaga 11 Bermain Api di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Peter! Peter, mereka tidak berpura-pura! Mereka juga kaget, seperti kita! Peter, bukan mereka yang melakukannya!"
"Peter takkan mau percaya," kata Susi, sambil mencibir. "Jack juga pasti sama saja! Tapi percayalah - kami baru saja ke mari sekarang! Kenapa kita tidak memeriksa saja di sini, untuk mengetahui siapa yang sebetulnya mengacak-acak tumpukan kayu kalian""
Peter dan Janet menatap Susi. Adik Jack yang biasanya bandel itu, sekali ini berbicara dengan sungguh-sungguh.
"Kalian menyangka kami yang mengambil pakaian boneka serta uang kalian - dan sekarang kalian menyangka kami lagi yang merusak tumpukan kayu api unggun kalian. Tapi bukan kami yang melakukannya. Aku tidak bohong!"
Setelah berkata begitu, Susi mengajak kedua kawannya pergi, meninggalkan Peter dan Janet yang masih terus melongo tanpa bisa mengatakan apa-apa. Kemudian Janet berkata pada Peter,
"Peter, mereka memang tidak berpura-pura tadi. Bukan mereka yang merusak tumpukan kayu kita- dan sekarang aku juga tidak percaya bahwa mereka pula yang melakukan perbuatan lain-lainnya terhadap kita. Lagipula, aku sama sekali tak bisa percaya bahwa Susi yang mengambil uang tabungan k1ta. "Rupanya ada orang lain yang berbuat iseng, Peter!"
"Tapi siapa orang itu"" tanya Peter bingung. "Dan untuk apa mengambil pakaian tua dari boneka" Itu kan perbuatan sinting!"
"Kita periksa saja sebentar tempat ini," kata Janet. "Mungkin ada jejak kaki, atau tanda lain. Aku juga kepingin tahu, siapa yang menggali-gali tanah di sini. Lihatlah, tanah yang terbongkar itu! Mungkin Pak Burton tahu mengenainya" Dia kan tahu kita akan membuat api unggun, karena kita meminta ranting-ranting kering yang ditebasnya dari pagar tanaman!"
"Betul juga - mungkin Pak Burton melihat ada orang berkeliaran di sini," kata Peter. "Adakah dia di sekitar sini" Biasanya kalau hari Minggu, Pak Burton membantu memerah susu, supaya pekerja yang bertugas mengurus sapi-sapi mendapat kesempatan beristirahat."
"Kurasa itu Pak Burton - di sana," kata Janet, sambil memandang ke arah hutan. "Mungkin ia hendak pergi ke pondoknya. Yuk, kita, susul - lalu kita tanyakan padanya apakah ia melihat orang menggali-gali di lapangan ini."
Kedua anak itu lari menyusul orang yang berjalan jauh di depan mereka. Tapi sebelum tersusul, orang itu sudah menghilang dalam hutan.
""Ya - kurasa itu tadi Pak Burton," kata Peter. "Yuk, kita susul ke pondoknya!" .
Peter dan Janet berjalan dalam hutan, sampai ke pondok kecil yang terselubung tanaman menjalar. Di situ mereka berseru-seru,
""Pak Burton! Pak Burton! Anda ada di situ"" Tapi tak terdengar jawaban dari dalam pondok.
"Aku akan melihat ke dalam, " kata Peter, lalu masuk lewat pintu yang agak terbuka. Janet mengikuti dari belakang.
"Ah - dia tak ada di sini," kata Peter. Ia memandang berkeliling. Dalam pondok agak gelap. Tapi ketika mata Peter sudah biasa melihat dalam gelap, nampak olehnya suatu benda yang agak berkilat. Peter mengambil benda itu.
"Sekop!" katanya heran. "Lihatlah, Janet- ini kan sekop Pak Burton! Ini, namanya tertulis di gagangnya. Pak Burton selalu menuliskan namanya pada alat-alat kepunyaannya. Dengan begitu kalau ada yang dicuri orang, bisa lekas ketahuan!"
Janet agak cemas. "P eter," katanya, "kan tidak mungkin dia yang melakukan berbagai perbuatan itu" Aku senang pada Pak Burton! Tapi - tapi ada orang menggali-gali tanah sekitar tempat tumpukan kayu kita dengan sekop - dan pada gagang sekop ini tertulis nama Pak Burton!"
""Maksudmu, mungkin dia yang mengintip dari balik jendela, lalu masuk ketika pintu kebetulan tidak terkunci, serta mengambil pakaian dari boneka Guy kita"" kata Peter.
"Yah, Pak Burton memang perlu pakaian yang agak baik. Dan bisa kubayangkan pula bahwa ia perlu uang. Tapi di pihak lain, kita sudah kenai lama dengan Pak Burton. Dan menurut Ayah, dia hebat! Jadi tak mungkin Pak Burton pelakunya - kecuali jika ia tiba-tiba menjadi sinting !"
"Yah, yang jelas sekop ini kepunyaannya," kata Janet. "Aduh, tak enak rasanya membayangkan Pak Burton yang mengambil barang-barang kita, serta mengobrak-abrik tumpukan kayu. Kalau kita laporkan pada Ayah, pasti Pak Burton dipecat!"
Sekali lagi Peter memandang berkeliling dengan bingung. Menyangka Trio Rewel yang berbuat iseng, sudah tidak enak! Apalagi sekarang, beranggapan Pak Burton -yang menjadi pelaku berbagai perbuatan aneh! Saat ini dilihatnya sebuah benda kecil bundar, terletak di lantai pondok.
"Kancing," kata Peter heran, setelah memungut benda itu. "Lihatlah, Janet. Rasa-rasanya aku pernah melihatnya."
Ya, Jane! pun pernah melihatnya.
"Masakan kau sudah lupa" Jas yang kita pakaikan pada boneka, berkancing seperti ini. Kancing belang kuning dan coklat! Rupanya pencuri jas itu berada dalam pondok ini. Dan tahu-tahu satu kancingnya lepas, terjatuh ke lantai. Tapi siapa orang itu, Peter" Kalau Pak Burton, jasnya pasti terlalu besar!"
"Tapi bisa saja dikecilkan," kata Peter. "Yuk - kita pulang saja sekarang. Ada sesuatu yang aneh mengenai persoalan ini."
" Bab 18 "Jack Mendapat Ilham
"PETER dan Janet pulang dengan perasaan gelisah dan sangat bingung.
"Sebaiknya kita ceritakan kejadian ini pada kawan-kawan besok, di sekolah, kata Peter. "Jika mereka masing-masing bisa mengusahakan bekal makanan, dan Ibu mengizinkan kita membuat sirop lagi, maka kita bisa cepat-cepat makan sore dulu, lalu mulai membangun kembali tumpukan kayu untuk api unggun kita. Boneka kita masih ada, begitu pula mercon dan kembang api. Memang tidak sebanyak yang kita harapkan, tapi masih cukup untuk bersenang-senang."
"Ya, mengecewakan bahwa rencana kita yang hebat, dengan boneka yang bagus serta kembang api yang semarak, akhirnya kacau tapi kita harus puas dengan apa yang ada," kata Janet.
Hari Senin sehabis sekolah siang, Sapta Siaga berkumpul lagi dalam gudang. Janet menyampaikan berita kejadian hari Minggu pada para anggota yang perempuan sedang yang laki-laki diberi tahu oleh Peter. Anak-anak datang membawa bekal makanan, sedang sirop disediakan oleh Peter dan Janet.
"Setelah makan dan minum sebentar, rapat dibuka.
"Nah," kata Peter memulai pembicaraan, "Kalian kan sedikit banyak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan tumpukan kayu kita kemarin. Habis berantakan - dan kalian juga tahu, aku dan Janet berpendapat bahwa pelakunya sama sekali bukan Susi serta kawan-kawannya."
"Katamu mungkin Pak Burton, pekerja yang biasa membersihkan pagar dan parit," kata Colin.
"Tapi ternyata juga bukan dia," kata Peter. Itu kabar baru bagi para anggota Sapta Siaga, kecuali Janet. "Ayahku kebetulan berbicara tentang dia tadi pagi. Kata Ayah, Pak Burton sudah sejak beberapa hari ini sakit, dan terpaksa berbaring di rumah. Jadi sudah pasti bukan Pak Burton yang berbuat macam-macam dengan barang-barang kita!"
"Kalau begitu mungkin seorang gelandangan, yang kebetulan lewat lalu mengintip ke dalam gudang. Ketika melihat pakaian yang dipakaikan ke boneka kita masih cukup baik, ia lantas mencurinya - dan sekaligus uang kita pula," kata Jack. "Tapi masih ada yang belum kumengerti! Siapa yang mengobrak-abrik tumpukan kayu - dan untuk apa melubangi tanah di sekitarnya""
Sesaat anak-anak terdiam. Rupanya bingung memikirkan teka-teki itu. Tapi tiba-tiba Jack memukulkan telapak tangannya ke lutut. "Begitu keras bunyinya sehingga kawan-kawannya kaget.
"Kita buta!" kata
Jack bergairah. "Goblok - sungguh-sungguh tolol kita ini!"
Kawan-kawannya menatapnya dengan bingung. Apa maksud Jack"
"Tenang, Jack - tenang!" kata Peter. "Ada apa" Sikapmu,.seolah-olah baru saja melihat hantu!"
"Bukan, bukan hantu yang kulihat. Tapi kurasa, sekarang aku tahu siapa yang mencuri barang-barang kita, serta mengacaukan rencana kita," kata Jack. "Ya, tentu saja dia! Siapa lagi kalau bukan dia!"
"Siapa maksudmu"" tanya Peter.
"Yah, siapa lagi kalau bukan perampok nomor tiga, yang berhasil meloloskan diri ketika kedua temannya diringkus polisi! Para penjahat yang merampok rumah nenek si Colin!" kata Jack. "Masakan kalian belum mengerti juga"!"
"Perampok ketiga" Ya - tapi ...." Peter terbata-bata.
"Ya, dialah orangnya! Orang itu tahu, polisi sudah mengenal ciri-ciri dirinya. Ia mengetahuinya dari koran! Jadi ia harus bertukar pakaian - dan pakaian itu diambil olehnya dari boneka kita!" kata Jack.
"Tentu saja! Dia kan tinggi gemuk!" kata Janet. "Jadi memerlukan pakaian berukuran besar - dan pakaian itu dilihatnya dipakai boneka kita ...."
" "Ya - sewaktu ia mengintip ke dalam gudang lewat jendela," kata George setengah berteriak. "Orang yang mengintip waktu itu bukan Pak Kebun atau Pak Burton - tapi mestinya perampok itu!'"
"Ia juga memerlukan uang - lalu uang tabungan kita dicurinya," kata Barbara.
"Kalian mau tahu dugaanku" Kurasa perampok yang dua lagi, sebelum tertangkap masih sempat menguburkan barang-barang hasil perampokan mereka di lapangan belakang!" seru Peter. "Karenanya tempat itu digali-gali - terbukti dari banyaknya lubang baru yang ada di sana, serta tanah yang berhamburan. Dan untuk menggali, perampok itu mencuri sekop kepunyaan Pak Burton!"
"Dan rupanya sejak Pak Burton jatuh sakit, perampok itu secara sembunyi-sembunyi tidur dalam pondok di hutan!" kata Pam. "Dan itulah yang menyebabkan kancing itu ada di sana! Perampok itu memakai jas boneka, dan kemudian salah satu kancing jas itu terlepas dan jatuh ke lantai!"
Skippy merasakan kegairahan yang sedang dialami anak-anak. Anjing itu menggonggong-gonggong, sambil mengibaskan ekornya kian ke mari. Peter menepuk-nepuknya.
"Diam, Skip - diamlah! Sebentar lagi kau bisa ikut ramai-ramai! Nah, begini, kawan-kawan! Perampok itu kini masih ada dalam hutan - dan mungkin saat ini berada dalam pondok Pak Burton. Kurasa ia belum berhasil menemukan barang rampokan yang disembunyikan kedua kawannya. Dan ia pasti belum mau pergi dari sini, selama barang-barang itu belum ditemukan olehnya. Jadi ...."
"Jadi, sebaiknya kita melaporkannya pada polisi!" seru Jack. "Kita perlu bergegas, sebab kalau tidak mungkin ia sudah lebih dulu berhasil menemukan barang-barang itu, lalu minggat. Kita benar-benar tolol- sama sekali tak memikir ke arah situ! Orang ribut-ribut tentang perkara perampokan - sedang ternyata perampok ketiga selama ini berkeliaran terus di sekitar gudang kita!"
"Dan dia kita sangka Susi," kata Janet. "Kasihan anak itu! Sungguh, tak enak perasaanku karenanya!"
"He! Jangan lupa, sekarang ini Malam Pesta Api," kata Barbara. "Kita harus segera menelepon polisi! Kalau tidak, takkan ada waktu lagi bagi kita untuk membangun kembali tumpukan kayu, menaruh boneka Guy di atasnya, lalu menyalakan mercon dan kembang api. Jangan sampai pesta mercon kita batal!"
"Ya, ya, baiklah," kata Peter. "Akan kulaporkan pada polisi dugaan kita ini. Tapi tentu saja ada kemungkinan, mereka tidak mempercayainya. Jack, kau dan George membawa boneka kita ke luar. Pam, kau yang mengurus mercon dan kembang api. Janet, jangan lupa korek api untuk menyalakan api unggun. Sedang Colin dan Barbara - kalian bertugas menumpukkan kembali kayu bakar kita yang terserak-serak!"
"Beres, Boss!" kata Jack bersemangat. "Skippy, kau berjalan paling depan!"
"Dan jangan lupa membuka mata," seru Peter, sambil lari ke rumah untuk menelepon polisi. "Pasti perampok itu masih ada di sekitar sini!"
Bab 19 "Ketegangan Beruntun
"PARA anggota Sapta Siaga bergegas melakukan tugas masing-masing. Tak lama kemudian boneka Guy Fawkes, yang berpakaian mantel lusuh serta topi pet, digotong ke lu
ar bersama kursi yang didudukinya sekaligus. Jack dan George membawanya ke belakang kebun, menuju ke lapangan rumput. Pam menyusul sambil mendekap bungkusan besar berisi mercon dan kembang api. Sedang Janet cepat-cepat lari ke rumah, mengambil korek api.
Tak lama setelah itu, anak-anak sudah berkumpul di lapangan. Hari mulai gelap. Tak lama lagi, senter sudah harus dinyalakan apabila hendak melihat sesuatu. Tiba-tiba Jack kaget, karena merasakan tetesan air di mukanya.
"Sialan," keluhnya. "Hujan akan turun rupanya!"
Colin dan Barbara bergegas mengumpulkan ranting dan dahan yang terserak-serak. Pekerjaan itu tidak gampang, karena tempat itu sudah agak gelap. Jack dan George meletakkan boneka yang mereka gotong, lalu membantu mengumpulkan kayu bakar. Tapi tiba-tiba Colin menarik mantel Janet.
"He, lihatlah," bisik anak itu, "kelihatannya di sana ada orang - di sana, di seberang lapangan ini!"
Janet memandang ke arah yang dimaksudkan Colin. Kemudian ia menyikut Jack dan George yang sedang sibuk bekerja di dekatnya.
"Jangan ribut!" kata Janet dengan suara pelan. "Lihatlah ke sana - tapi jangan secara menyolok!"
Anak-anak memandang ke seberang lapangan, yang saat itu agak berkabut dan remang-remang karena hujan rintik-rintik. Dan mereka melihat apa yang dilihat Colin tadi. seorang laki-laki yang sedang sibuk menggali! Orang Itu tidak melihat mereka, karena jarak terlalu jauh. lagipula, orang itu menggali tanah sambil membelakangi mereka.
" Itu perampok nomor tiga!" bisik Janet. Apa yang kita lakukan sekarang""
"Bersikap pura-pura tidak ada apa-apa," kata Colrn. "Cukup jika kita mengawasi dengan sembunyi-sembunyi, sampai polisi datang. Cuma Itulah yang bisa kita- lakukan saat ini!"
"Kau bisa melihat, apakah dia memakai pakaian boneka kita"" bisik Pam.
"Tidak bisa - kabut terlalu tebal, dan orang itu terlalu jauh dari sini," kata Colin. "Tapi pasti dia perampok itu, karena kalau bukan, untuk apa ia menggali-gali dalam gelap" Yuk, kita selesaikan dulu membangun tumpukan kayu, lalu kita letakkan boneka Guy di atasnya. Kita harus pura-pura sibuk dengan urusan kita sendiri, sehingga tidak sempat melihatnya di sana."
"Anak-anak lantas bergegas membangun kembali tumpukan kayu yang berserakan. Setelah selesai, boneka serta kursi yang diduduki serempak dijunjung ke atas tumpukan itu.
"Bagus sekali duduknya di situ," kata Jack. "Kokoh, tidak bisa jatuh dengan gampang! Sayang sekarang hujan - jangan-jangan api unggun kita nanti tidak bisa menyala! Semuanya basah kena air hujan!"
"Benar-benar mengecewakan," kata Pam. "Semua rencana kita rusak. Semuanya!"
"Jangan ribut!" desis Colin. "Orang itu ke mari! Kalian tidak perlu takut, karena Skippy ada di sini. Teruskan kesibukan kita dengan api unggun, sambil berbicara sesama kita. Jangan acuhkan orang itu!"
Sementara itu orang yang dibicarakan sudah dekat sekali. Pam menoleh sebentar dan nyaris saja berteriak kaget! Orang yang datang itu memakai pakaian yang dicuri dari boneka Guy! Semuanya lengkap, mulai dari topi pet sampai sepatu karet tinggi. Skippy mulai menggonggong dan menggeram-geram. Orang yang baru datang itu langsung membentak.
""Ayo pergi dari lapangan ini. Tanah ini kepunyaan seorang petani. Kalian tidak boleh membuat api unggun di sini!"
"Petani yang memiliki tanah ini ayahku," kata Janet. "Ia tahu bahwa kami membuat api unggun di sini. Hati-hati terhadap anjing kami. la penggigit!"
Laki-laki itu mengangkat sekop yang dipegangnya tinggi-tinggi, karena Skippy berlari-lari mengelilinginya sambil menggonggong terus. Anak-anak ribut berteriak-teriak.
"Jangan pukul!"
"Turunkan sekop itu, anjing itu jangan dipukul!"
"Skippy - sini, Skip!"
Tak ada yang tahu apa yang mungkin terjadi selanjutnya - kalau tidak dengan tiba-tiba saja dua buah mobil berhenti di pinggir jalan sebelah lapangan. Enam orang laki-laki berpakaian seragam meloncat keluar dari kedua kendaraan itu.
"Polisi!" seru Jack bersemangat. "lihatlah - polisi sudah datang!"
Seketika itu Juga laki-laki tadi lari menyeberang lapangan yang berkabut, dikejar oleh Skippy serta anak-anak. Orang itu menendang
Skippy, kena kakinya. Skippy mendengking kesakitan, lalu menghampiri Janet dengan terpincang-pincang.
"Di sini orangnya - ia ada di sekitar sini!" Jack berseru-seru, sambil melambai-lambaikan senternya yang menyala. Orang-orang yang berpakaian seragam segera menyebar, lalu bergerak serempak ke tengah lapangan. Tiba-tiba datang seorang menyusui dengan napas terengah-engah. Orang itu Peter! Setelah menelepon polisi, ia menceritakan segala-galanya pada ibunya. Setelah itu barulah ia kembali ke lapangan, untuk menggabungkan diri kembali dengan kawan-kawannya.
"Bukan main - cepat sekali polisi datang!" kata Peter. "Ternyata mereka percaya pada laporanku. Kudengar salah seorang di antara kalian tadi berseru, orang itu ada di lapangan ini""
""Betul - Skippy mengejarnya, dan kami juga," kata Jack. "Tapi Skippy ditendang olehnya, sampai pincang. Kita harus berhati-hati terhadap orang itu1 Sebaiknya jangan berpencar. Dia tadi lari ke arah sana. Tapi pasti tertangkap, karena polisi sudah menyebar ke segala arah!"
Saat itu Skippy lari maju dengan langkah pincang, sambil menggonggong-gonggong. Rupanya ia melihat orang itu. Anak-anak Sapta Siaga merasa kesal. Hari sudah remang-remang gelap. Mereka mendengar suara-suara berteriak serta bunyi langkah berlari-lari, tapi mereka tidak bisa melihat apa-apa. Tambahan lagi, hujan semakin deras!
Tiba-tiba terdengar Skippy mendengking, seperti kesakitan. Anak-anak langsung lari menuju ke arah suaranya. Sesampai di situ, Peter langsung berjongkok lalu meraba-raba kaki Skippy yang pincang.
"Kurasa tidak patah," katanya lega.
Seorang polisi datang. "Kalian melihat orang itu di sisi sini atau tidak"" katanya. "Kami kehilangan jejaknya, karena gangguan hujan. Astaga - apakah yang nampak di sebelah sana itu""
"Itu tumpukan kayu untuk api unggun kami," jawab Peter, "dan yang di atasnya - itu boneka Guy Fawkes, yang akan kami bakar nanti. Tapi boneka itu pasti sekarang sudah basah kuyup! Jadi kurasa kami terpaksa membatalkan Pesta Api, Sayang!
"Aku tadi terkejut, karena tiba-tiba melihat sosok tubuh duduk di atas sesuatu tumpukan," kata polisi itu. "Yah - kurasa kami terpaksa menghentikan usaha pengejaran. Orang itu mungkin sudah minggat ke dalam hutan! Kalau sudah ada di sana, tak mungkin bisa ditangkap lagi."
Anak-anak mendengar polisi berkumpul, lalu kembali ke mobil. Peter mengumpat.
"Sekarang penjahat itu pasti takkan tertangkap lagi, karena tentunya sudah lari dari sini."
"Belum," bisik Janet dengan tiba-tiba.
Suaranya agak gemetar, karena menahan ketegangan. "Ia belum lari, Peter. Ia duduk di atas tumpukan kayu! Ia menyamar dengan jalan memakai mantel boneka kita - tapi ketika sinar senterku kebetulan tersorot ke sana, aku sempat melihat sepatu karet tingginya. Di situlah ia bersembunyi, Peter! Ia tahu, kita takkan menyalakan api unggun, karena hujan!"
Dengan segera Peter menghampiri tumpukan kayu. Ya - ternyata ucapan Janet benar!
Penjahat itu duduk di atas kursi, pakaiannya tidak nampak karena diselubungi mantel hujan. Mukanya ditutup dengan topeng. Sedang boneka yang sesungguhnya tergeletak di belakang tumpukan kayu itu.
"Kalian pura-pura mengatur tumpukan kayu di sini," bisik Peter. "Skippy kuajak pergi, supaya ia tidak mengendus bau orang itu lalu menggonggong. Aku akan berusaha menyusui polisi, sebelum mereka berangkat. Jadi kalian tetap berada di sini - sementara aku lari ke jalan!"
" Bab 20 "Pesta Api Yang Meriah
"PETER cepat-cepat lari ke jalan. Ketika sudah dekat ke mobil polisi, ia berseru-seru sambil melambai-lambaikan senter yang menyala. Mobil polisi yang di depan sudah bergerak hendak pergi, tapi berhenti lagi karena Peter yang berseru-seru itu.
"Orang itu sudah kami temukan!" seru Peter. "Ia menyamar menjadi boneka Guy, duduk di atas tumpukan kayu kami. Tapi kami melihat sepatu karetnya. Cepatlah, Pak - nanti ia lari lagi!"
Setelah itu segala-galanya berlangsung serba cepat. Polisi berlari-lari menyeberang lapangan, penjahat melompat turun dari atas tumpukan kayu, Skippy lari terpincang-pincang untuk menyergap - dan penjahat jatuh terpelanting! Sebelum sempa
t bangun lagi, polisi sudah meringkusnya. Penjahat itu meronta sambil berteriak-teriak.
"Kalian pulang saja sekarang," kata Pak Sersan yang memimpin regu polisi. "Nanti kalian sakit kalau berhujan-hujan terus di sini. Sayang tumpukan kayu basah kena hujan - sebaiknya besok saja kalian menyalakannya. Besok pagi kami akan melakukan penggalian di lapangan sini. Mungkin kami akan berhasil menemukan barang-barang hasil perampokan, sebelum kalian menyalakan api unggun. Jika kami sudah berhasil, kami akan ikut menari-nari mengelilingi api!"
Anak-anak memperhatikan polisi pergi sambil menggiring penjahat yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Janet menghembuskan napas lega.
"Wah, tiba-tiba aku capek sekali," katanya.
"Kita pulang saja sekarang. Badanku basah kuyup."
"Kita baru saja mengalami kejadian yang tegang, tapi acara Pesta Api kita gagal," kata Jack. Padahal kita sudah menyusun rencana yang begitu bagus!"
"Dan Skippy cedera kakinya," kata Peter.
"Sekarang malas rasanya merayakan Pesta Api. Kita batalkan saja sama sekali. Jadi besok tidak usah menyalakan api unggun. Habis, mercon kita juga tidak banyak. Kayu bakar basah kena hujan, begitu pula boneka Guy kita. Yuk, kita pulang saja sekarang."
Anak-anak berpisah dengan perasaan kecewa.
Tapi keesokan paginya - suasana tiba-tiba berubah. Pak Sersan menelepon untuk mengatakan bahwa Sapta Siaga boleh mengambil kembali pakaian boneka mereka, karena pakaian penjahat sudah ditemukan.
"Dan masih ada lagi yang hendak kusampaikan pada kalian," kata Pak Sersan dengan nada misterius.
"Apa, Pak"" tanya Peter.
"Aku senang sekali, karena kalian membantu tugas kami," kata petugas polisi Itu.
"Karenanya aku akan mengirimkan sebuah kotak besar berisi mercon dan kembang api, teriring ucapan terima kasih. Kurasa mercon yang kukirimkan itu cukup banyak, bahkan untuk dua puluh anak pun masih cukup! Nah, kuucapkan selamat bergembira nanti malam.
"Wah, terima kasih banyak, Pak!" seru Peter dengan gembira.
Kawan-kawannya juga ikut bergembira, ketika Peter menyampaikan kabar baik Itu pada mereka. Dengan segera "disusun rencana baru sehabis sekolah pagi.
"Ibuku mengundang kalian minum teh pukul lima nanti - dan setelah itu ayahku akan membantu menyalakan api unggun, kata Peter.
""Dan Pak Burton yang hari ini masuk lagi, akan menumpukkan kayu sampai setinggi langit, katanya," sambung Janet. "Kayu yang sekarang basah kuyup. Untuk menyalakannya, ia akan mengambil kayu bakar dari gudang tempat menyimpan kayu."
"Masih ada satu persoalan lagi," kata Peter. "Jack, aku merasa tidak enak tentang Susi. Benar-benar tidak enak! Maksudku - kita kan menuduhnya beserta kawan-kawannya ...."
"Ya - kau tak perlu ragu-ragu - kita menuduh mereka mencuri," kata Jack. "Yah - mereka ternyata juga tidak menyalakan api unggun kemarin malam. Jadi kurasa, kau bermaksud mengundang mereka untuk ikut menonton api unggun kita malam ini!"
"Ya - memang begitu niatku," kata Peter. "Tapi menurut perasaanmu, maukah Susi datang" Bagaimanapun, sikap kita kan terlalu kasar padanya selama ini."
"Sebaiknya, kita bersama-sama menulis surat padanya," usul Janet. Anak-anak lantas menyusun surat, yang kemudian diserahkan oleh Jack pada Susi. Adiknya itu tercengang. Tapi dibukanya surat dari Sapta Siaga itu, lalu dibacanya.
""Susi yang baik,
Pertama-tama, kami ingin minta maaf atas segala ucapan kami yang kasar terhadapmu. Sungguh kami menyesal Selanjutnya, kami akan senang sekali jika kau bersama Hilda dan Doris mau ikut menghadiri Pesta Api kami malam ini. Kami mendapat hadiah mercon dan kembang api sekotak besar. Kami ingin mengajak kalian membakarnya. Sebelumnya, harap datang minum teh dulu dalam gudang. Kata semboyan kami 'Willie Winkie'!
Salam kami, Sapta Siaga."
""Astaga!" ujar Susi. Matanya bersinar-sinar. "Hilda dan Doris pasti tercengang mendengar kabar ini! Datang ke pesta kalian" Tentu saja kami mau! Dan, benarkah yang tertulis di sini - kami boleh ikut berkumpul dengan kalian dalam gudang - serta menyebutkan kata semboyan""
"Betul - tapi cuma sekali ini saja," kata Jack cepat-cepat. "Dan harap kalian
jangan berbuat aneh-aneh nanti, Susi!"
"Tentu saja tidak!" jawab Susi. "Wah - ini baru kejutan!"
Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Sapta Siaga, Susi diperbolehkan mengucapkan kata semboyan mereka, serta diizinkan masuk ke dalam gudang bersama Hilda dan Doris. Tapi acara kali itu bukan rapat - melainkan hanya perjamuan teh yang biasa. Susi bersikap ramah. Permintaan maaf anak-anak ditolaknya dengan ucapan bahwa mereka tidak perlu meminta maaf.
"Kalian tak perlu meminta maaf," katanya sambil tersenyum gembira. "Aku juga mengata-ngatai kalian - dan kami memang berbuat iseng! Macam-macam yang kami kerjakan untuk mengganggu rencana api unggun kalian - walau perbuatan perampok lebih keterlaluan lagi. 0 ya terima kasih atas undangan kalian. Kalian baik hati, mengizinkan kami menyebutkan kata semboyan. Tak kusangka kalian mau berbuat begitu."
Para anggota Sapta Siaga senang sekali melihat sikap Susi yang peramah. Janet mulai bertanya-tanya dalam hati, kenapa ia beserta kawan-kawannya sampai menyangka yang bukan-bukan mengenai Susi serta kedua temannya.
"Tapi, di pihak lain - aku takkan heran jika sikap Susi yang sebaik ini tidak tahan lama," pikir Janet. "Bukan hanya sikapnya, tapi juga sikap kami! Ah, sudahlah - pokoknya malam ini kita semua bersahabat!"
Sehabis makan dan minum dalam gudang, anak-anak pergi ke lapangan sebelah belakang kebun. Api unggun menyala tinggi sekali. Boneka Guy yang didudukkan di kursi yang terpancang di atas tumpukan kayu yang terbakar, bergerak-gerak kena angin.
"Lihat, lihat! Boneka kita tertawa! Guy Fawkes kita tertawa!" seru Janet, sambil menari-nari mengelilingi api yang menjulang tinggi nyalanya. "Rupanya sekarang ia baru merasa senang, karena tubuhnya tidak kedinginan lagi!"
Tapi ternyata tidak semuanya asyik menonton Pesta Api itu. Siapakah yang tidak hadir"
Skippy. Anjing itu takut mendengar letusan
mercon. Karena itu ia memilih berbaring dengan santai dekat pendiangan di dalam rumah. Ia pura-pura tidak bisa berdiri, karena kakinya yang pincang dibalut dengan kain pembalut.
Sampai lain kali, Skip! Sampaikan salam pada para anggota Sapta Siaga, yang saat ini sedang asyik bermain api. Mudah-mudahan saja tangan mereka tidak terbakar! Tapi anak-anak itu bisa menjaga diri.
TAMAT tamat Munculnya Pendekar Bayangan 1 Pendekar Kelana Sakti 5 Jago Jago Rogo Jembangan Pendekar Jembel 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama