Sapta Siaga 02 Rahasia Jejak Bundar Bagian 2
Betul juga - kalau begitu kami tak bisa ikut, sahut George. "Kau kan tidak marah, Peter" Karena bermain-main dengan beruang dan gajah sama sekali tak ada hubungannya dengan tugas kita selaku anggota Sapta Siaga."
"Baiklah, kalau begitu yang pergi hanya aku, Janet, Pam dan Colin, ujar Peter. "Tapi jangan lupa, kita mencari orang yang mengenakan baju wol biru Semu-semu merah. Siapa tahu. barangkali saja kalian berjumpa dengannya -"
" "XI Pam menemukan tanda bukti
"KEESOKAN HARINYA Peter datang lagi ke lapangan tempat sirkus bermain. dengan disertai oleh Janet Colin dan Pam. Skippy tidak diajak. karena mereka takut Jumbo akan marah apabila anjing itu mengendus-endus dekat kakinya. Skippy sangat kesal ditinggalkan sendiri. Sewaktu mereka sudah jauh pun, masih terdengar lolongannya.
"Kasihan si Skippy, ujar Janet. "Aku sebetulnya kepingin mengajak dia, tapi jangan-jangan nanti masuk ke kandang singa. Skippy memang terlalu ingin tahu'"
Tidak lama kemudian mereka sampai ke tempat sirkus bermain. Mereka melintasi lapangan. sambil memperhatikan orang-orang sirkus dengan penuh minat. lain benar nampaknya, kalau mereka berpakaian biasa! Kalau sedang beraksi di tengah gelanggang. nampak sangat menarik, tetapi sekarang seperti manusia-manusia biasa saja kelihatannya.
Beberapa orang di antara mereka menyalakan api unggun di tengah lapangan. dan nampak sedang sibuk memasak sesuatu dalam belanga hitam yang digantungkan di atas api. Bau masakan sangat sedap, sehingga Peter merasa lapar dibuatnya.
Mereka berhasil menemukan Trinkulo. Ternyata akrobat itu menepati janji. Diajaknya anak-anak berkenalan dengan Jumbo, gajah besar yang pandai bermain bola. Gajah itu bersuara riang. kedengarannya seperti bunyi terompet. Kemudian dililitkannya belalai yang panjang ke tubuh Janet. lalu anak perempuan itu diangkat dan diletakkannya di atas pundak yang lebar. Janet berseru karena terkejut bercampur senang.
"Kemudian mereka pergi mendatangi beruang kecil yang senang sekali melihat anak-anak itu. Diulurkannya kaki depan dan celah-celah terali kandangnya. Rupanya ingin menjangkau tangan mereka. Trinkulo membuka pintu kandang. dan mengeluarkan beruang kecil itu. Dengan segera binatang itu berjalan mendekat. lalu mendekapkan kedua belah kaki depannya ke betis Trinkulo_ Matanya yang jenaka menatap keempat anak yang mengerumuni.
"Sayang badannya terlampau berat." sesal Janet. Anak perempuan itu selalu ingin menjunjung setiap binatang yang disenangi olehnya. untuk dipeluk-peluk. "Kalau diperbolehkan. aku kepingin membelinya.
"Wah. bagaimana si Skippy nanti. apabila kita pulang membawa beruang"" tanya Peter.
Sesudah itu mereka diajak oleh Trinkulo melihat-lihat ke kandang singa. Pemuda bermuka masam yang bernama Louis ada di situ. bersama seorang lagi. Mereka berdua sedang bekerja. membersihkan kandang. Louis tetap bermuka masam, tetapi teman kerjanya tertawa ramah ketika melihat keempat anak itu_ Seekor singa mengaum. sehingga Janet terlompat ke belakang karena terkejut.
"Jangan takut, kata orang yang mengajak tersenyum tadi. Rupanya ia pelatih singa-singa itu. "Singa-singa ini tidak apa-apa. Mereka hanya berbahaya dalam keadaan lapar. Tapi walau begitu jangan berdiri terlalu dekat. Nak! He, Louis - air dalam palung ini sudah kotor sekali ! Isilah dengan air yang bersih.
Perintah itu dilakukan oleh Louis. Anak-anak memperhatikan pemuda itu menumpahkan isi palung yang sudah kotor, lalu mengisinya kembali dengan air bersih. Kelihatannya ia sama sekali tak takut terhadap singa-singa yang berada di dekatnya. Janet kurang suka terhadap pemuda itu. Tapi harus diakuinya bahwa Louis pemberani!
S ayang, mereka tidak dapat terus-menerus di situ. Peter dan ketiga anak lainnya meminta diri pada Trinkulo sambil mengucapkan terima kasih. Sesudah menepuk-nepuk beruang kecil sekali lagi. mereka berempat berjalan ke tempat Jumbo ditambatkan. Kaki gajah yang besar seperti tiang ditepuk-tepuk oleh mereka lalu mereka pun berjalan menuju pintu ke luar. melalui deretan kereta-kereta tempat tinggal orang-orang sirkus. Kereta-kereta itu dicat berwarna-warni_ Beberapa orang penghuni kereta-kereta itu kelihatan sedang sibuk mencuci. Pakaian yang sudah bersih mereka bentangkan di rumput supaya kering. Ada pula beberapa orang yang merentangkan tali jemuran. Macam-macam yang digantungkan di situ. melambai-lambai ditiup angin.
Keempat anak itu lewat sambil melihat-lihat sepintas lalu. Tiba-tiba Pam berhenti berjalan. Matanya menatap sesuatu yang tergantung pada tali jemuran. Kemudian ia berpaling memandang teman-temannya. Kelihatannya seperti habis melihat sesuatu yang penting. sehingga ketiga temannya buru-buru datang mendekat.
"Ada apa"" tanya Peter. "Kenapa mukamu menjadi merah!'"
"He - nanti dulu. ada yang memperhatikan kita atau tidak"" tanya Pam setengah berbisik Ternyata orang-orang sirkus sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Nah. Peter cepatlah! Perhatikan kaos-kaos kaki yang bergantungan pada tali jemuran itu. Kau teringat pada apa kalau melihatnya""
Teman-temannya memandang ke arah cucian yang tergantung pada tali jemuran. Ada sapu tangan yang sudah robek, beberapa potong baju rok anak-anak. begitu pula kaos-kaos kaki. Sejenak Peter mengira bahwa Pam tadi melihat baju wol berwarna biru.
Tapi pada tali jemuran itu sama sekali tak kelihatan tergantung baju wol biru. Jadi apa sebetulnya yang menarik perhatian Pam! Kemudian baru terlihat olehnya benda yang dimaksudkan oleh temannya itu.
Pandangan Pam tertatap .pada sepasang kaos kaki wol berwarna biru. Tidak biru poles, tetapi dengan sejalur benang merah terjalin memanjang. Seketika itu juga Peter teringat kepada benang wol yang terselip dalam buku catatannya. Mungkinkah benang tersebut berasal dari kaos wol yang tergantung di jemuran"
Dengan segera Peter mengeluarkan buku catatan dari sakunya. lalu mengambil benang wol yang masih terselip di dalamnya. Benang itu didekatkan ke kaos yang tergantung. untuk diperbandingkan. Warna birunya cocok. Merahnya juga sama. Sedang kelihatannya benang wolnya juga sejenis.
"Dan ini lihatlah!" ujar Pam bersungguh-sungguh. "Kaos ini nampaknya pernah tersangkut - ini. di sini - ada benangnya yang tercabut, sehingga kelihatan berlubang kecil. Sekarang aku yakin betul Peter! Benang biru yang kita temukan. berasal dari kaos kaki ini!"
Peter juga berperasaan begitu. Tapi sebelum mereka sempat memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. tahu-tahu muncul seorang perempuan tua. Perempuan itu mengusir mereka. sambil marah-marah.
"Mau apa kalian di sini! Awas. jangan pegang kaos-kaos itu!" katanya.
Karena perempuan tua itu sudah marah-marah. Peter tidak berani lagi menanyakan nama pemilik kaos kaki yang menarik minat mereka itu. Sayang! Karena kalau ia mengetahui nama orang itu. maka dengan segera ia pun akan mengetahui siapa pencuri kalung mutiara milik Lady Lucy!
" XII William yang berkaki palsu
"PEREMPUAN TUA semakin marah. ketika melihat anak-anak tidak segera pergi. Pam ditolakkannya sedikit sehingga anak perempuan itu terdorong ke depan.
"Kalian tuli rupanya! Ayo pergi!" pekiknya. Dengan cepat anak-anak menyingkir. karena takut kalau-kalau perempuan itu mengamuk nantinya. Dengan cepat mereka meninggalkan lapangan tempat sirkus. Semuanya berdiam diri. tapi nampak bahwa mereka sibuk memikirkan tanda bukti yang baru saja mereka temukan. Dan begitu mereka berada di jalan besar. ketujuh anak itu berebutan hendak berbicara.
"Cobalah. selama ini kita sibuk mencari-cari baju wol. Siapa mengira bahwa benang itu berasal dari kaos kaki!
"Tapi sudah pasti benang itu dari kaos kaki yang kita lihat tadi! Warna benangnya persis sama dengan benang yang kita temukan tersangkut pada permukaan tembok,
"Aduh. sayang kita tak ber
ani menanyakan nama pemilik kaos itu.
"Ya. coba kita berani tadi - pasti sekarang kita tahu siapa pencurinya.
Anak-anak itu lari cepat-cepat ke arah rumah Peter dan Janet. karena mereka ingin membicarakan tindakan selanjutnya. Ketika mereka membuka pintu gudang yang tak terkunci. ternyata Jack, George dan Barbara sudah menunggu di dalam' Ketiga anak itu tak memberi kesempatan kepada keempat teman mereka untuk bercerita perihal kaos kaki.
"Peter! Janet!" ujar Jack. begitu ia melihat Peter beserta rombongan muncul di pintu. "Kalian masih ingat pada bekas-bekas aneh berbentuk bundar yang - kita lihat di tanah dalam pekarangan Milton Manor" Kami menemukan bekas-bekas yang persis seperti itu. di tempat lain!"
"Di mana kalian melihatnya"" tanya Peter.
"Di tempat yang agak becek. dekat sebuah pondok yang bobrok, kata Jack lagi. "Kebetulan aku lewat di situ. bersama George. Begitu kami melihat bekas-bekas aneh itu di tanah. dengan segera kami pergi menjemput Barbara. Sesudah itu kami ke mari. untuk menceritakannya pada kalian. Dan hebatnya. Barbara tahu benda apa yang meninggalkan jejak seperti itu di tanah'"
"Pasti kalian takkan berhasil menebaknya!" ujar Barbara dengan bangga.
"Ayo. jangan main teka-teki lagi! Katakanlah, desak Janet tak sabar. la sudah lupa pada kaos kaki biru yang mereka lihat terjemur pada tali di lapangan sirkus.
"Aku pun mula-mula tak tahu jejak-jejak rata dan bundar yang kami lihat itu bekas apa, kata Barbara. "Tapi kemudian aku teringat, siapa yang tinggal dalam pondok tua di dekat situ. Dan seketika itu juga aku tahu bekas apa yang kami lihat itu.
"Bekas apa"" tanya Peter cepat-cepat. la sudah tak sabar lagi.
""Kau tahu siapa yang tinggal di pondok tua itu"" tanya Barbara. Ketika ia melihat mata Peter mulai membelalak lekas-lekas disambungnya. "Kau tak tahu rupanya! Orang yang tinggal di situ bernama William. Dia dulunya pelaut. Kakinya buntung sebelah, karena disambar ikan hiu. Sekarang dia memakai kaki palsu. yang terbuat dari kayu. Apabila ia berjalan di tanah yang lembek. kaki palsunya itu meninggalkan bekas-bekas yang bundar bentuknya. Persis seperti bekas-bekas yang kita lihat di dekat tembok dalam pekarangan Milton Manor. Jadi mestinya Pak tua William itulah pencuri yang kita cari !"
Anak-anak duduk sambil memikirkan kemungkinan itu Tapi kemudian Peter menggelengkan kepala.
" Tidak! Tidak mungkin, katanya tegas. "Tak mungkin Pak tua William yang mencuri. Dengan kakinya yang palsu sebelah, mana mungkin dia bisa memanjat tembok yang tinggi ! lagipula pencuri yang kita cari mengenakan sepasang kaos, hal mana berarti kedua belah kakinya masih lengkap!
"Eh! Dari mana kau tahu bahwa dia memakai kaos kaki"" tanya Barbara dengan heran. lalu Peter bercerita, bahwa mereka melihat sepasang kaos wol biru tergantung pada jemuran di lapangan tempat sirkus. Barbara berpikir sejenak. Sesudah itu ia berkata lagi.
"Kalau begitu pencuri yang kita cari memang masih lengkap kedua kakinya. Tetapi kenapa Pak tua William tak mungkin ikut dalam pencurian itu" Pokoknya bekas-bekas yang kami lihat dekat pondoknya, persis sama dengan .tanda-tanda bundar yang kelihatan di pekarangan Milton Manor! Dia kan bisa saja menolong. misalnya saja untuk menjunjung pencuri sewaktu hendak memanjat tembok k"e dalam! Kalau tidak. untuk apa Pak tua William itu ada di sana""
Itulah yang harus kita selidiki sekarang, jawab Peter sambil bangkit. "Ayolah! Kita pergi ke sana, untuk mengajukan beberapa pertanyaan padanya. dan untuk melihat jejak-jejak yang kalian lihat. Sama sekali tak terpikir olehku bahwa bekas-bekas di tanah itu disebabkan oleh kaki kayu!"
Mereka pun berjalan menuju ke pondok tua tempat tinggal bekas pelaut itu. Tanah di depan rumah itu agak becek. Dan benarlah, di situ nampak jelas jejak-jejak berbentuk bundar. Persis seperti yang dilihat anak-anak itu di pekarangan Milton Manor! Peter membungkuk, untuk menelitinya lebih dekat lagi. Agak lama Juga la. mengamat-amati bekas-bekas di tanah becek itu. Akhirnya la menggeleng. .
"Hm - tidak! Bekas-bekas ini tidak persis sama seperti yang kita lihat dul
u. Ukurannya lebih kecil. lihatlah sendiri!" Sambil berkata begitu, Peter mengeluarkan benang biru dari buku catatannya, dan melintangkannya di atas salah satu jejak yang dihadapinya. Benarlah! Benang itu lebih panjang kira-kira dua senti dari garis tengah jejak.
"Aneh, seru George. "Kalau begitu bukan Pak tua William yang meninggalkan bekas-bekas kaki palsunya di dalam pekarangan Milton Manor. Mungkinkah masih ada orang lain di daerah sini. yang juga berkaki palsu" Mestinya kaki palsu itu agak lebih besar dari yang ini !"
Anak-anak sibuk mengingat-ingat. Tapi tak seorang pun mengenal orang lain yang juga berkaki kayu. Benar-benar menjengkelkan !
"Kita ini selalu mengira telah berhasil memecahkan persoalan, tapi kemudian ternyata keliru lagi, ujar Peter dengan kesal. "Aku yakin, seorang berkaki kayu ikut serta dalam pencurian. Tapi orang itu bukan Pak tua William. Sedang kita juga tahu bahwa pencuri yang kita cari tak mungkin hanya berkaki satu, karena sudah jelas ia mengenakan sepasang kaos kaki.
Kaos kaki pencuri sudah kita temukan. tapi orangnya sendiri belum kita ketahui! ujar Janet. "Rahasia ini semakin rumit saja jadinya. Kita menemukan hal-hal yang semakin menyulitkan persoalan!
Menurut pendapatku, kita sebaiknya kembali saja besok ke lapangan tempat sirkus. Kita coba menyelidiki. siapa pemilik kaos kaki itu, ujar Peter. Walau kita tak berani terang-terangan menanyakan, tapi kita masih dapat memperhatikan siapa yang memakainya!"
"Betul, ujar Colin menyetujui. "Jadi besok kita berkumpul di sana pukul sepuluh pagi. Setiap kaos yang dipakai orang di lapangan itu harus kita perhatikan dengan saksama!"
XIII Jas yang cocok dengan peci
"KEESOKAN HARINYA pukul sepuluh pagi, para anggota Sapta Siaga sudah berkumpul di lapangan sirkus. Sebagai alasan kedatangan mereka, mereka mencari-cari Trinkulo. Tapi akrobat itu tak kelihatan batang hidungnya.
"Kalian mencari Trinkulo" Dia pergi ke kota, kata salah seorang akrobat yang mereka jumpai. "Mau apa kalian mencari dia""
"Ah, bukan untuk apa-apa. Kami hanya ingin meminta izin padanya. untuk melihat-lihat di sini, jawab Jack. "Kami kepingin melihat gajah. singa, beruang -"
"Masuk sajalah!" kata akrobat itu, lalu pergi sambil jungkir balik menuju ke kereta tempat tinggalnya. Anak- anak memandang kesigapan orang itu dengan penuh kekaguman.
Hebat benar akrobat-akrobat itu!" ujar Pam memuji. "Pandai sekali mereka jungkir balik. kelihatannya seperti roda berputar-putar'"
"Kenapa tidak kaucoba saja!" tanya Peter sambil meringis. Pam mencobanya. Tapi baru saja tangannya menyentuh tanah. badannya ikut menyusul, sehingga Pam terjerembab. Anak-anak tertawa melihatnya. Untung Pam bukan anak yang cepat tersinggung. la pun ikut tertawa.
Saat itu seorang anak perempuan yang masih kecil lewat di dekat mereka. Rupanya anak itu termasuk dalam rombongan sirkus. la tertawa melihat kecanggungan Pam. lalu memamerkan kepandaiannya. Anak itu jungkir balik silih berganti kaki dan tangannya menyentuh tanah, berputar-putar sekeliling lapangan.
"lihatlah anak itu, ujar George dongan agak iri. "Sedang anak-anak mereka pun pandai jungkir balik seperti roda. Kita harus berlatih dengan rajin, supaya sepandai mereka !
Sewaktu mereka mendatangi beruang kecil, ternyata binatang manja itu sedang tidur nyenyak dalam kandangnya. Kemudian dengan hati-hati ketujuh anak itu berjalan mendekati tempat menjemur pakaian. Tapi kaos-kaos kaki yang mereka lihat kemarin, sudah tak tergantung lagi pada tali jemuran. Nah! Kalau begitu, mungkin kaos itu sudah dipakai orang. Dan pemakainya tentu pencuri yang mereka cari !
"Anak-anak berkeliaran lagi di lapangan. Dengan sembunyi-sembunyi mereka memperhatikan pergelangan kaki setiap orang laki-laki yang dijumpai. Tapi anehnya. hari itu seolah-olah tak ada orang sirkus yang mengenakan kaos kaki ! Kesal sekali anak-anak karenanya.
Kemudian mereka melihat Louis berjalan di depan mereka. Pemuda bermuka masam itu menuju ke kandang singa. Dibukanya pintu kandang, lalu ia masuk ke dalam untuk membersihkan lantai. Singa-singa yang sedang berbaring dianggap
sepi olehnya. dan kawanan raja rimba itu juga tak mempedulikannya. Janet kagum sekali melihat keberanian Louis. Enak saja pemuda itu mengayunkan sapu dekat kaki singa !
Louis mengenakan celana flanel kotor yang sudah dipakainya kemarin. Celana itu digulung sampai setinggi lutut. la hanya memakai sepatu karet yang kotor, tanpa kaos kaki. Warna gelap yang dilihat anak-anak bukanlah warna kaos. melainkan kotoran yang melekat ke kakinya.
Beberapa saat lamanya anak-anak memperhatikan pemuda itu bekerja. Pada waktu mereka berpaling hendak pergi. ada lagi orang datang. Dengan cepat mereka melirik pergelangan kakinya. Sial. orang itu juga tak mengenakan kaos. kaki.
Tetapi Jack melihat sesuatu yang menarik perhatian. la berhenti berjalan, sambil menatapkan matanya pada orang
itu. Orang yang diperhatikannya mengerutkan dahi. Rupanya agak kesal karena ditatap terus-menerus.
"Kenapa aku kautatap terus-menerus"" tukasnya dengan jengkel. "Barangkali ada yang tak beres" Ayo, lihat ke .tempat lain."
Dengan cepat Jack memalingkan muka. Didorongnya teman-teman supaya berjalan terus. Begitu mereka sudah agak jauh dari orang yang marah itu. Jack berbisik.
"Kalian melihat jas yang dipakai orang itu" Bahannya persis seperti peci yang kita temukan tersangkut di atas dahan. Cuma bedanya. jas itu tak begitu kotor! Tapi aku yakin bahannya persis sama '"
"Ketujuh anak itu berpaling ke belakang. Orang yang dimaksudkan oleh Jack kelihatan sedang mengecat bagian luar dari kandang singa. Jasnya dibuka dan digantungkannya pada pegangan pintu kandang. Anak-anak ingin sekali memperbandingkan jas itu dengan peci yang mereka temukan. untuk melihat apakah benar-benar sama bahannya.
"Kau membawa pecinya"" bisik Pam pada Peter. Peter mengangguk. sambil menepuk-nepuk kantong jaketnya.
Tiba-tiba datang kesempatan baik. Dari jauh terdengar suara memanggil. Orang yang sedang mengecat itu menoleh ke arah datangnya suara, lalu meletakkan kuas di atas kaleng cat. la pergi dengan meninggalkan jasnya yang masih tergantung pada pegangan pintu kandang. Tanpa menunggu lama-lama, anak-anak itu datang menghampiri.
"Kalian pura-pura memperhatikan singa-singa." ujar Peter setengah berbisik. "Sementara itu aku memperbandingkan peci dengan jasnya." Dengan segera anak- berkerumun di depan kandang, sambil bercakap-cakap mengenai singa. Peter mengeluarkan peci dari kantong jaketnya. lalu didekatkan ke jas yang tergantung.
Dengan cepat peci dimasukkan kembali ke kantong. Tak mungkin keliru lagi. jas dan peci dibuat dari bahan yang tepat sama. Kalau begitu. mungkinkah orang yang sedang mengecat kandang itulah yang menjadi pencuri kalung"
Tapi kenapa ia sampai melemparkan pecinya ke atas pohon" Kenapa penutup kepala itu ditinggalkannya di sana" Perbuatan itu tak masuk akal. .
Sementara itu pemilik jas datang lagi sambil bersiul-siul. Setibanya di depan kandang. ia membungkukkan badan untuk mengambil kuas yang diletakkan di atas kaleng cat. Colin menatapkan mata ke ubun-ubun orang itu.
Anak-anak pergi berbondong-bondong. Semuanya ingin tahu. bagaimana hasil perbandingan yang dilakukan oleh Peter. Cocokkah peci dengan jas orang itu" Sewaktu mereka sudah agak jauh. sehingga pembicaraan mereka tak mungkin lagi terdengar oleh orang itu, Peter mengangguk.
""Ya, jas dan peci terbuat dari bahan sama, katanya. "Jadi mungkin orang itu pencuri yang kita cari. Kita harus waspada mengamat-amatinya,"
"Ah, tak perlu, ujar Colin tiba-tiba. Keenam temannya memandang dengan heran. karena itu ia melanjutkan keterangan, Aku tadi sempat memandang ubun-ubunnya. Dia bukan orang yang kulihat dalam Hutan Semak. Memang. rambutnya hitam. tetapi tak ada bagian yang agak botak di ubun-ubunnya!"
XIV Nampak lagi jeJak-jejak aneh
"KETUJUH ANGGOTA Sapta Siaga yang malang itu duduk di batang pagar yang mengelilingi lapangan sirkus. Mereka merasa putus asa.
"Bayangkanlah, kita sudah berhasil menemukan orang memakai jas yang sama bahannya dengan peci kita! Sekarang ternyata pencurinya tak mungkin orang itu. karena dia tidak botak di bagian ubun-ubunnya, keluh Peter.
"Nanti kalau kita berha
sil menemukan orang memakai kaos kaki biru yang menurut kita adalah kepunyaan pencuri, tahu-tahu kita akan salah tebak lagi, ujar Janet. "Barangkali saja kaos itu dipakai oleh bibinya. atau oleh orang lain lagi!" Anak-anak tertawa mendengar ucapan itu.
"Sebetulnya kita tidak tahu pasti. apakah memang benar peci yang di kantongku ini ada hubungannya dengan pencurian kalung mutiara, kata Peter sambil berpikir. "Kita kan hanya menemukannya saja. tersangkut di dahan yang tak jauh letaknya dari tempat pencuri memanjat tembok."
"Entah kenapa, tapi menurut perasaanku peci itu ada hubungannya dengan pencurian tersebut." balas George. Sesudah itu mereka berdiam diri lagi. Masing-masing termenung memikirkan persoalan yang sukar itu. Tiba-tiba Janet terpekik.
"Ada apa Janet" Kau menemukan jalan baru"" tanya Peter.
"Tidak. Tapi aku melihat sesuatu, jawab Janet sambil menunjuk ke suatu tempat di sebelah kanan mereka. Anak- anak mengikuti arah telunjuknya - dan mata mereka langsung terpaku di situ !
Tanah di sekitar tempat yang ditunjuk oleh Janet agak lembab. Dan di tempat itu nampak jejak-jejak sesuatu.
Bentuknya bundar. seperti yang nampak dekat pondok Pak tua William. dan juga seperti bekas-bekas aneh di pekarangan Milton Manor.
"Menurut perkiraanku. ukuran bekas-bekas ini persis seperti yang kita lihat dekat tembok," ujar Peter sambil meloncat turun dari pagar, "Kelihatannya agak lebih besar dari jejak kaki palsu Pak tua William. Sebaiknya kuukur saja." Sambil berkata begitu, Peter mengeluarkan benang biru yang masih disimpannya, lalu dengan hati-hati ditaruhnya melintang di atas jejak yang nampak.
"lihatlah," ujarnya dengan gembira. "Persis sama besar! Jejak-jejak yang kelihatan di sini, semuanya sama besar dengan yang kita lihat di Milton Manor!"
"Wah kalau begitu mestinya di sirkus ini juga ada orang berkaki palsu." kata Colin "Dia bukan pencurinya, karena tak mungkin bisa memanjat tembok yang tinggi. Tapi mungkin saja dia ikut membantu!"
"Kita harus mencari orang itu," kata George. "Kalau kita berhasil mengetahui dengan siapa dia bersahabat atau temannya tinggal sekereta. maka kita akan menemukan pencuri yang dicari-cari. Dan tanggung orang itu mengenakan kaos kaki biru! Nah, mulai ketahuan sekarang persoalannya.
Peter memanggil anak perempuan yang tadi jungkir balik memamerkan kepandaiannya.
"He, Dik - ke marilah sebentar! " seru Peter. "Kami ingin bicara sebentar dengan orang berkaki palsu, yang ikut dalam sirkus kalian. Di kereta mana ia tinggal""
"Kau ini gila rupanya," ujar gadis itu dengan seenaknya, Di sini tak ada orang yang kakinya buntung. Apa yang dicarinya di sirkus! Kaki kami semuanya sehat dan kami memerlukan sepasang kaki yang sehat. Ada-ada saja kau ini!"
"Nanti dulu, balas Peter dengan suara tegas "Kami tahu di sini ada seorang yang satu kakinya palsu. Kami ingin berjumpa dengan orang itu. Ini. kuberi coklat - apa- bila kaukatakan di mana tinggalnya.
"Dengan cepat anak perempuan kecil itu menyambar coklat yang disodorkan oleh Peter. Kemudian ia tertawa mengejek.
"Coklatmu hilang percuma ! Kau memang sinting, Tadi kan sudah kukatakan, di sini tak ada orang yang kakinya buntung !"
Sebelum Peter sempat berbuat apa-apa, anak perempuan itu sudah pergi menjauh sambil jungkir balik.
"Bisa saja kalian mengejar dan kemudian memukul anak itu, seru seorang wanita yang sedang berdiri di depan sebuah kereta tempat tinggal. "tapi tetap tak ada gunanya. Di sini memang tak ada orang yang berkaki palsu,
Sehabis bicara. wanita itu masuk ke dalam keretanya sambil menutup pintu. Para anggota Sapta Siaga berdiri dengan bingung, Tak tahu lagi mereka. apa yang harus dilakukan sekarang
" "Mula-mula kita menemukan jejak-jejak bundar di depan pondok Pak tua William. Kita sudah yakin. bahwa orang yang meninggalkan jejak-jejak itu pasti pencuri yang kita cari, ujar Peter berkeluh kesah. "Tapi ternyata dugaan kita keliru - karena Pak tua William sama sekali tak ada hubungannya dengan kejadian yang sedang kita selidiki, karena jejak-jejak kaki palsunya terlalu kecil. Sekarang kita menemukan jejak yang tepat u
kurannya - tapi dikatakan di sini tak ada orang yang berkaki palsu. Pusing kepalaku jadinya,
"Kita ikuti saja jejak-jejak ini," usul Janet. "Di tengah rumput tinggi memang tak nampak jelas. tapi barangkali masih cukup kelihatan."
Ternyata mereka memang berhasil mengikuti jejak-jejak bundar itu, sampai ke sebuah kereta yang tidak besar ukurannya Kereta itu letaknya tak jauh dari kandang singa, Louis sedang duduk-duduk di tangga kereta sebelah. Dengan heran diperhatikannya anak-anak yang datang terbungkuk-bungkuk mengikuti jejak yang tak begitu jelas.
Anak-anak itu naik ke atas tangga kereta kecil, lalu mengintip ke dalam. Kelihatannya kereta itu tak ditinggali orang. karena isinya penuh dengan bermacam-macam peralatan sirkus.
Sebutir batu melayang, dan jatuh di dekat kaki mereka, Anak-anak itu meloncat karena kaget,
"Ayo pergi! Untuk apa kalian mengintip di situ!" seru Louis sambil memungut sebutir batu lagi. Tangannya sudah siap melempar. "Ayo pergi! Kalau tidak, kulempar dengan batu ini!"'
" xv Salah masuk "KETUJUH ANGGOTA Sapta Siaga meninggalkan lapangan sirkus dengan terburu-buru. George mengusap-usap pergelangan kakinya. yang kena lemparan batu.
"Jahat benar si Louis itu'!" gerutunya. "Kenapa kita tak diperbolehkannya mengintip ke dalam kereta kecil tadi" Padahal isinya kan cuma peralatan sirkus saja!"
"Mungkin kalung mutiara disembunyikan di situ oleh peneurinya," ujar Janet sambil tertawa.
Mendengar kelakar adik perempuannya itu Peter lantas berpikir sejenak. Keningnya berkerut.
"Mungkin katamu itu ada benarnya, Janet." katanya kemudian. Sekarang kita sudah yakin. bahwa pencuri yang kita cari ada di sirkus 1m. Jadi mestinya kalung mutiara juga ada di sini. Dan kenapa Louis marah ketika kita hanya menjenguk sebentar ke dalam kereta tadi""
"Alangkah baiknya. apabila kita bisa memeriksa isinya," ujar Colin. "Tapi aku tak tahu bagaimana caranya."
"Aku tahu!" sambut Peter. "Colin, malam ini kita berdua menonton pertunjukan sirkus lagi. Tapi di tengah-tengah pertunjukan. apabila semua artis sudah berada di dalam tenda, kita menyelinap ke luar_ Kita akan memeriksa kereta kecil itu, untuk melihat apakah mutiara disembunyikan di sana."
"Masakan pencuri menyembunyikannya di tempat itu" tanya Pam. la kurang percaya. "Kan di situ gampang ketahuan.
Tapi Peter tetap bersikeras.
"Entah kenapa. tapi aku kepingin memeriksa tempat itu," katanya. "Bukankah jejak-jejak bundar menuju ke sana" Itu kan sudah cukup aneh!"
""Memang aneh," tukas Barbara. "Jejak seseorang berkaki palsu. Tetapi orangnya tidak ada ! Ah, petualangan kita kali ini sia-sia belaka!"
"Bukan sia-sia, ujar George membetulkan, '"tapi menyerupai teka-teki yang rumit. Mula-mula semuanya membingungkan, tapi kalau sudah banyak yang diketahui. maka persoalannya menjadi mudah."
"Benar juga katamu. Selama ini kita telah mengumpulkan berbagal bukti yang sebenarnya saling berpautan Kita saja yang belum berhasil menemukan hubungannya," kata Pam. "Sepotong benang wol yang ternyata tercabut dari kaos kaki, yang kita lihat tergantung pada tali jemuran. sebuah peci yang terbuat dari bahan yang sama dengan sebuah jas. Tapi jas itu dikenakan oleh orang yang sudah pasti bukan pencurinya. Begitu pula jejak-jejak aneh yang kelihatan di berbagai tempat. tapi tak menolong kita memecahkan rahasia pencurian ini !"
"Sudahlah. kita pulang saja, ujar Jack sambil memandang ke arlojinya. "Hampir waktunya makan siang Sepagi ini kita hanya membuang-buang waktu. Menurut pendapatku, kita sudah bekerja dengan sia-sia belaka selama ini '"
"Hari ini kita tidak mengadakan rapat lagi, ujar Peter dalam perjalanan pulang "Malam ini aku akan ke sirkus lagi. dengan Colin Jangan lupa bawa senter, Colin! Wah, bayangkan apa jadinya, apabila kita nanti menemukan kalung mutiara dalam kereta kecil itu!"
"Ah, tak mungkin," bantah Colin, "Aku heran. kenapa kau masih tetap berkeras hendak memeriksa kereta itu Tapi baiklah. kita bertemu nanti malam di depan pintu masuk !"
Ternyata Colin lebih dulu tiba. Tak lama kemudian Peter datang berlari-lari. Mereka masuk bersama-sama Sambil menge
luh. dikeluarkan lagi uang enam puluh penny guna membayar karcis masuk.
"Padahal kita hanya menonton sampai setengahnya saja, bisik. Peter dengan agak kesal Keduanya masuk ke dalam tenda. dan mencari tempat duduk yang jauh di sebelah belakang. Dengan begitu mereka nanti akan dapat dengan mudah menyelinap ke luar tanpa diketahui orang lain.
Pertunjukannya sangat menarik. Para badut, artis-artis dengan jangkungan serta para akrobat seolah-olah bermain lebih baik 1agi dari sebelumnya. Karena Itu dengan rasa agak menyesal. kedua anak itu menyelinap ke luar sebelum pertunjukan selesai.
"Setibanya di luar tenda. kedua anak itu tertegun sebentar. lapangan sirkus gelap. karena itu mereka harus mencari jalan terlebih dulu.
"Di sana, ujar Peter sambil memegang lengan Colin. "lihatlah, bukankah itu kereta kecil yang tadi""
Dengan hati-hati mereka bergerak menuju ke arah yang ditunjukkan oleh Peter. Mereka tak berani menyalakan senter. karena khawatir terlihat orang. Jangan-jangan nanti ditanyakan. kenapa mereka berkeliaran di lapangan sirkus pada malam hari Peter tersandung pada anak tangga paling bawah dari kereta yang mereka datangi. lalu naik ke atas.
"Ayolah, bisiknya pada Colin. "Di sini tak ada orang. Dan pintu juga tak terkunci. Kita menyelinap ke dalam. lalu memeriksa seluruh ruangan."
Kedua anak itu merayap masuk ke kereta. Mereka menubruk sebuah benda. Entah apa, mereka tidak tahu - karena dalam kereta itu gelap sekali.
"Bolehkah aku menyalakan senter"" tanya Colin sambil berbisik
"Ya, Aku tak mendengar bunyi yang mencurigakan." balas Peter juga dengan berbisik Dengan hati-hati mereka menyalakan senter, yang cahayanya mereka tutupi dengan tangan.
Alangkah terkejutnya kedua anak itu, ketika mereka memandang berkeliling! Ternyata mereka keliru masuk. Sama sekali tak kelihatan peralatan sirkus di situ. Mereka memasuki kereta tempat tinggal orang. Ya ampun! Bagaimana kalau mereka sampai ketahuan"
"Ayo cepat, kita keluar lagi!" ujar Peter. Tapi pada saat itu juga Colin menyambar lengannya. la mendengar suara-suara di luar. Sesudah itu kedengaran langkah orang menaiki tangga kereta di mana mereka sedang berada. Apakah yang harus mereka perbuat sekarang "
"XVI Terjebak ""CEPATI Kau bersembunyi di bawah dipan itu. Aku di sini!" bisik Peter kebingungan. Mereka menyembunyikan diri di bawah dua buah bangku yang dipakai sebagai tempat tidur. Selimut yang terhampar di atasnya ditarik menutupi lobang kolong. Mereka berbaring menunggu dengan badan gemetar.
Dua orang masuk ke dalam kereta. Seorang di antaranya membawa lampu. Masing-masing duduk di atas sebuah bangku. Muka mereka tak nampak oleh Peter. la hanya melihat sepatu kedua orang itu. serta pergelangan kaki mereka.
Tiba-tiba Peter terkejut. Orang yang duduk di atas dipan persembunyian Colin menarik kaki celananya agak ke atas. Dan Peter menatap sepasang kaos kaki, terbuat dari wol biru dengan selembar benang merah terjalin memanjang !
Masya Allah! Orang yang tersangka keras telah mencuri kalung mutiara milik Lady Lucy. sedang enak-enak duduk di depannya. Tapi Peter tak dapat melihat mukanya Siapakah orang itu"
"Aku akan pergi dari sini malam ini juga" ujar orang yang duduk di dipan di atas Peter "Aku sudah bosan dengan sirkus ini. karena selalu terjadi pertengkaran, Kecuali itu. aku juga khawatir kalau pada suatu waktu polisi akan datang memeriksa."
"Ah, kau memang penakut," tukas orang yang berkaos kaki biru. "Beri saja kabar nanti. kapan aman saatnya untuk mengantarkan mutiara itu ke tempatmu. Kalau perlu, kalung itu bisa kita biarkan berbulan-bulan di 1empat persembunyian."
""Kau yakin tempat itu aman""' tanya orang yang satu lagi. Temannya yang berkaos kaki biru tertawa, lalu mengatakan sesuatu yang aneh bagi telinga kedua anak yang bersembunyi.
"Kan ada singa""' katanya. la tertawa lagi.
Peter dan Colin mendengarkan pembicaraan itu, dengan perasaan takut bercampur bingung. Sudah jelas, pencuri mutiara ada dalam kereta itu. Dialah orang berkaos kaki biru. Sayang mukanya tak dapat mereka lihat! Begitu pula sudah jelas bahwa ia menyembunyikan mutiara. i
tu di suatu tempat. Mereka juga mendengar ucapan temannya yang ketakutan dan ingin lari malam itu juga. Tapi apa hubungan singa dengan pencurian kalung mutiara" Peter dan Colin menajamkan telinga.
"Kaukatakan saja pada mereka. aku kurang enak badan. Karena itu aku tak bisa tampil lagi ke gelanggang malam ini, ujar orang yang hendak lari. sesudah berdiam diri beberapa saat. "Sebaiknya sekarang saja aku pergi, sementara semua sedang sibuk di tenda. Tolong pasangkan kudaku!"
Orang yang berkaos kaki biru pergi ke luar. Peter dan Colin berharap-harap, mudah-mudahan orang yang satu lagi juga menyusul. Kalau dia tak ada dalam kereta. mungkin mereka berdua bisa melarikan diri. Tapi orang itu tak beranjak dari tempatnya. la tetap duduk sambil mengetuk-ngetukkan jarinya: Nyata sekali orang itu gelisah dan ketakutan.
Di luar terdengar bunyi-bunyi pakaian kuda yang sedang dipasang. Tak lama kemudian orang berkaos kaki biru berseru dari bawah tangga.
"Siap! Keluarlah. kau sudah bisa pergi sekarang. Sampai ketemu lagi!"'
Orang yang di bangku persembunyian Peter bangkit dari duduknya. lalu pergi ke luar. Tapi kedua anak yang sedang ketakutan itu semakin takut lagi ketika ternyata orang itu mengunci pintu dari luar! Sesudah itu ia menuju ke depan kereta. lalu duduk di tempat kusir. Dicepakkannya bibir menyuruh kuda berjalan dan kereta itu pun mulai bergerak melintasi lapangan
"Wah, bagaimana kita sekarang"" bisik Colin dengan agak bingung. "Pintu dikuncinya dari luar. Kita terjebak'"
"Ya - nasib kita memang sial, jawab Peter sambil merangkak ke luar dari persembunyiannya yang sesak itu.
"Kau melihatnya juga tadi" Satu di antara mereka mengenakan kaos kaki wol berwarna biru! Pasti dialah pencuri yang kita cari. Sialnya. justru dia yang tidak pergi dengan kereta ini."
"Tapi banyak juga yang kita dengar tadi, ujar Colin sambil ikut merangkak ke luar dari bawah dipan. "Sekarang kita mengetahui. bahwa mutiara yang dicuri disembunyikan dalam sirkus. Cuma apa yang dimaksudkan orang tadi dengan singa"
" Entahlah," jawab Peter. "Atau mungkin maksudnya kalung itu disembunyikan dalam kandang singa. Barangkali ditaruh di bawah papan lantai kandang itu."
"Dengan berhati-hati kedua anak itu mengintip lewat jendela sebelah depan, untuk melihat ke mana perginya kereta yang menjadi tempat kurungan mereka itu. Tepat saat itu kereta lewat di bawah lentera jalan yang bersinar terang. Peter menyenggol Colin.
"lihatlah!" bisik Peter. "Orang yang menjalankan kereta ini memakai jas dari bahan tweed. Bahannya sama dengan peci yang kita temukan di atas pohon. Jadi mestinya dia orang yang kita lihat sedang mengecat kandang singa!"
"Betul! Mungkin si pencuri meminjam pecinya. Mereka kan tinggal dalam satu kereta, jadi itu bisa saja terjadi, jawab Colin. "Nah, dengan begitu sebagian dari teka-teki kita sudah terjawab"
Kedua anak itu berusaha membuka Jendela. tapi tak berhasil Semua tertutup rapat. Napas Colin terdengus. ketika ia mengerahkan tenaga sekuat-kuatnya untuk memaksa jendela terbuka. Mendengar dengusan itu, orang yang duduk di tempat kusir menoleh ke belakang. Mestinya ia sempat melihat muka salah seorang dan kedua anak itu diterangi lampu jalan, karena seketika itu juga ia menyentakkan tali-tali kendali sehingga kuda berhenti berjalan. Orang itu melompat turun, lalu lari ke arah belakang.
"Habis riwayat kita sekarang," ujar Peter berputus asa "Ia mendengar kita ribut-ribut di sini lekas, bersembunyilah! la sudah membuka pintu!"
" XVII Untung lolos "TERDENGAR bunyi kunci diputar dan detik berikutnya pintu dibuka dari luar. Orang yang masuk menyalakan lampu senter. lalu mengarahkan cahayanya yang terang ke sekeliling ruangan kereta.
Tapi Peter dan Colin tak nampak, karena mereka sudah bersembunyi lagi di bawah dipan. Walau begitu orang tersebut tahu pasti bahwa ia tadi melihat muka seseorang yang, tak dikenal di dalam kereta. Karenanya ia menyingkapkan selimut di atas dipan Yang terjela sampai ke lantai Dengan segera nampak Peter yang meringkuk di bawahnya.
Orang itu berteriak Marah sekali kedengarannya. Peter d/tanknya kelua
r dari persembunyian, lalu diguncang-guncang dengan keras. Peter menjerit kesakitan. Seketika itu juga Colin menerjang ke luar dari bawah dipan tempatnya bersembunyi. Walau takut. tapi ia harus menolong Peter.
"Ah. rupanya kalian ada berdua! bentak orang itu. "Apa yang kalian lakukan di sini" Sudah berapa lama kalian berada dalam kereta""
"Belum lama, balas Peter. "Sebetulnya kami tadi salah masuk. Kami hendak masuk ke kereta lain. Tapi karena gelap. kami keliru jalan."
"Omong kosong!" tukas orang itu. "Kalian ini perlu dihajar. biar tak berani lagi seenaknya masuk ke dalam kereta tempat tinggal orang lain'"
Sambil berkata diletakkannya lampu senter di atas rak sehingga cahayanya menerangi seluruh ruangan. Dengan sikap mengancam orang itu menyingsingkan lengan bajunya. Melihat gelagat yang tidak baik itu. Colin mendorong
bahunya membentur rak. sehingga lampu senter terpelanting ke lantai. Seketika itu juga cahayanya padam, diiringi bunyi barang pecah. Ruangan menjadi gelap gulita.
"Cepat Peter, sambar kakinya!" seru Colin sambil menubruk Maksudnya hendak menangkap kaki orang yang hendak memukul mereka, tapi karena tempat itu gelap, tubrukannya meleset. Colin terdorong ke luar pintu! terguling-guling di tangga dan akhirnya terbanting ke jalan.
Peter merasa kepalanya kena tempeleng, lalu cepat-cepat mengelak. la juga menyambar kaki orang itu dan tertangkap olehnya sebelah. Sewaktu orang itu mengayunkan pukulan sekali lagi, ia kehilangan keseimbangan karena kakinya yang satu dipegang erat-erat oleh Peter.
Orang itu terhuyung-huyung. lalu jatuh terjerembab- Peter merangkak menuju ke pintu. la terpeleset. tersungkur di tangga dan jatuh membentur pagar tanaman di pinggir jalan.
Karena pergumulan yang terjadi dalam kereta, kuda penghela ketakutan dan lari menderap Kereta sirkus itu terombang-ambing ditariknya. Pasti orang yang berada di dalamnya terkejut setengah mati!
"Kamu di mana, Colin"" seru Peter. "Ayolah. lekas! Kesempatan baik ini harus kita pergunakan "
Ternyata Colin juga bersembunyi dalam semak-semak pagar itu. Tergesa-gesa ia keluar. dan kedua anak itu kemudian berlari sekencang-kencangnya. Ketika sudah agak jauh, Colin agak memperlambat larinya.
"Huhh - sekali ini petualangan kita serba sial, desahnya. "Masuk ke kereta yang benar saja pun kita tidak bisa.
"Ya - tapi dengan begitu kita berhasil mengumpulkan beberapa keterangan lagi, ujar Peter menenangkan temannya yang sedang kesal itu. "Kita tahu bahwa yang mengenakan kaos kaki biru adalah pencuri yang dicari. Sayang kita masih tetap belum tahu siapa orang itu. Aneh rasanya aku mengenal suaranya,"
""Tahukah kamu di mana kita berada sekarang" tanya Colin sementara berlari terus. "Maksudku, kita ini berlari ke arah pulang atau tidak" Maklumlah. selama ini kita sial terus. Jadi aku takkan heran. apabila saat ini kita berlari menjauhi rumah,"
"Ah, tidak." balas Peter, "arah kita sudah benar Sebentar lagi akan sudah sampai di lapangan tempat Sirkus. Bagaimana pendapatmu, jika kita menyelinap lagi ke dalam Aku kepingin tahu. siapakah orang yang mengenakan kaos kaki biru tadi!"
Tapi Colin tidak mau. karena petualangan sesore itu sudah cukup mendebarkan hati Walau begitu. apabila Peter sangat kepingin masuk lagi. Colin akan menunggu saja di luar pintu gerbang.
Peter menyelinap masuk lewat pagar, lalu berjalan menuju ke tempat di mana lampu-lampu menyala terang. Pertunjukan sudah bubar, dan para pengunjung sudah pulang ke rumah masing-masing. Saat itu orang-orang sirkus sedang makan malam. Cahaya lentera dan nyala api unggun menyemarakkan suasana.
Beberapa orang anak masih asyik bermain-main, Seorang dari mereka kelihatan sangat jangkung. Ketika diperhatikan dengan lebih saksama oleh Peter, ternyata anak itu berjalan di atas jangkungan. Dialah anak perempuan bandel yang mengatakan bahwa di sirkus tak ada orang berkaki buntung, Anak itu berjalan menuju ke kereta di dekat mana Peter sedang berdiri. Perhatian anak perempuan itu sepenuhnya dipusatkan pada keseimbangan badannya di atas jangkungan. sehingga tak nampak Peter olehnya.
Setelah anak perempua n itu lewat. Peter memandang pada sesuatu yang nampak di tanah di depannya Matanya menatap jejak-jejak jangkungan yang dipakai oleh anak bandel itu. Bentuknya rata dan bundar! Persis seperti jejak-jejak yang nampak di pekarangan. Milton Manor!
"Wah, rupanya kami buta selama ini'" ujar Peter pada dirinya sendiri. "Jejak dekat tembok Milton Manor ternyata bukan berasal dan kaki palsu. melainkan merupakan jejak-jejak jangkungan! Kenapa selama ini tak terpikirkan kemungkinan itu""
" xviii Peter bercerita "PETER memandang jejak-jejak bundar yang nampak di tanah. Kemudian dialihkannya pandangan. menatap ke arah anak perempuan yang berjalan mengongkang-ongkang dengan jangkungan. Tak salah lagi. ke mana pun kayu jangkungan dilangkahkan. kemudian nampak bekasnya yang bundar dan rata di tanah.
"Hm. rupanya pancuri kalung memakai jangkungan, ujar Peter dalam hati. "Dengan tongkat-tongkat yang panjang itu ia naik ke atas tembak. Aku harus segera menceritakannya pada Colin!"
Peter berlari dengan segera menuju ke gerbang luar, di mana Colin menunggunya.
"Colin! Sekarang aku tahu jejak-jejak apa lubang-lubang bundar yang kita lihat di tanah dalam pekarangan Milton Manor!" ujarnya begitu sampai di luar. "Ternyata bukan jejak kaki- palsu'"
"Kalau begitu. jejak apa"" tanya Colin dengan heran.
"Jangkungan'" jawab Peter. "Pencuri kalung mutiara Lady Lucy memakai jangkungan! Kan dengan begitu ia dapat mudah sekali memanjat tembok." Tapi Colin tak begitu memperhatikan kata-kata temannya itu.
"Sudahlah, Peter. kita pulang saja ke rumah, ujarnya sambil menguap lebar-lebar. "Hari sudah larut malam! Aku pasti kena marah nanti. Aku pun sudah sangat mengantuk."
"Aku juga, sambut Peter. "Baiklah. kita takkan membicarakan persoalan itu lagi malam ini. Besok saja kita mengadakan rapat, Akan kuminta Janet untuk memanggil teman-teman. Aku sekarang sudah tahu. bagaimana caranya pencuri masuk ke pekarangan dan mengambil kalung mutiara dari kamar tidur Lady Lucy"
Jawaban yang datang dari Colin. hanya berupa mulut yang sekali lagi terkuap lebar-lebar Anak Itu benar-benar merasa tak mampu lagi berpikir malam itu. Tubuhnya memar karena jatuh dari kereta, dan kepalanya agak. pusing karena terbentur ke tanah. Saat Itu hanya satu saja keinginannya. yaitu lekas-lekas masuk ke tempat tidur!
Sewaktu Peter sampai di rumah Janet sudah tidur lelap Karena itu Peter tidak membangunkannya la pun cepat- masuk ke tempat tidur. Niatnya hendak memikirkan hal-hal yang dilihat serta didengarnya malam itu. Tapi rasa mengantuknya tak tertahan lagi Begitu kepalanya menyentuh bantal, saat itu pula ia sudah tertidur !
Keesokan harinya. ketika Janet menanyakan, Peter tak mau bercerita dulu mengenal pengalamannya bersama Colin pada malam sebelumnya la menyuruh adik perempuannya itu mendatangi teman-teman, untuk memanggil mereka berapat Anak-anak itu berdatangan. Semua ingin tahu apa yang telah terjadi Mereka masuk satu per satu ke dalam gudang, sambil membisikkan kata 'Petualangan', Colin datang paling akhir. Katanya. ia kesiangan bangun! Kelima teman yang lain sudah tidak sabar lagi menunggu.
'Apa yang terjadi kemarin malam" Berhasilkah kalian menemukan kalung mutiara yang dicuri" Kalian sekarang sudah tahu, siapa pencurinya"" tanya Pam bertubi-tubi.
"Kalau mutiaranya sendiri belum kami temukan, Tapi persoalan lain-lainnya sudah kami ketahui semua," ujar Peter bangga.
"0 ya".... seru Colin kaget- "Kita sudah mengetahui semuanya" Mungkin kamu mengetahuinya. Peter - tapi aku tidak! Sekarang pun aku masih tetap mengantuk."
"Ayo. ceritakanlah. Peter!" kata George meminta 'Kami kepingin mendengarnya,
"Sebaiknya kita pergi saja ke Hutan Semak. Di sana akan kutunjukkan bagaimana cara pencuri naik ke atas tembok, balas Peter. Menurut perasaannya, akan lebih menarik apabila keterangan diberikan di tempat terjadi pencurian.
"Kau kan bisa saja menceritakannya di sini saja," ujar Janet dengan perasaan kecewa.
"Tidak, nanti saja! Sekarang kita ke Hutan Semak," balas Peter tegas. Mau tidak mau, keenam anggota Sapta Siaga yang lainnya terpaksa ikut ke tempat itu. Mer
eka langsung menuju pintu gerbang Milton Manor. Johns tukang kebun nampak sedang sibuk bekerja merawat tanaman bunga di samping jalan masuk
""Johns! Selamat pagi! Bolehkah kami masuk lagi" seru Peter dari luar. "Kami takkan mengusik tanaman atau merusak kebun
Sambil tertawa lebar, Johns membukakan pintu gerbang.
"Nah, ada hasil penyelidikan kalian"" tanyanya pada anak-anak yang berdesak-desakan masuk.
"0 ya - banyak sekali." jawab Peter. Ia mendahului berjalan menuju ke dekat tembok, di mana Colin melihat pencuri itu meloncat ke bawah, sewaktu anak-anak anggota Sapta Siaga main sembunyi-sembunyian dalam Hutan Semak, Anda Ikut saja dengan kami. Johns Nanti akan kuceritakan hal-hal yang kami temui selama ini
"Baiklah! Tapi kalian berjalan saja lebih dulu karena aku harus membuka gerbang agar mobil itu bisa masuk," ujar tukang kebun. Ternyata sebuah mobil besar berwarna hitam menunggu di luar Pengemudinya membunyikan klakson. Dengan buru-buru Johns membukakan pintu gerbang
Sementara itu anak-anak sudah sampai ke tempat yang sudah mereka kenal sebelumnya,
"Nah. sekarang dengarkan baik-baik, ujar Peter "Akan kuterangkan bagaimana pencuri bisa masuk ke dalam. la memakai tongkat jangkungan! Tongkat dibawanya sampai ke dekat tembok, Sesampai di situ ia lantas berdiri di atas jangkungan. menyender ke tembok, lalu duduk di atasnya. Jangkungan diangkatnya ke seberang tembok, lalu dipergunakannya lagi untuk berjalan di tanah yang lembek ini, Sesampai di jalan berkerikil, ia turun dari jangkungan. karena di situ tak nampak bekas kakinya. Sedang tongkat penolong disembunyikan dalam semak pagar jalan."
"Sesudah itu"' tanya Janet dengan mata bersinar-sinar
"Pencuri masuk ke dalam rumah. mengambil kalung mutiara. lalu kembali ke tempat di mana tongkat jangkungan disembunyikan, sambung Peter. "Dengan tongkat itu ia berjalan lagi sampai ke tembok, Karena itulah di sini banyak kelihatan jejak-jejak bundar!"
"Masya Allah - rupanya lubang-lubang ini bekas tongkat jangkungan!" seru Pam.
"Betul, ujar Peter membenarkan. "Tapi sewaktu ia Sedang melangkahkan kaki hendak naik ke atas tembok. peci yang dipinjamnya dari teman sejawatnya di sirkus tersangkut pada sebuah dahan. Peci itu dibiarkannya saja di situ, karena ia tak mau membuang-buang waktu lagi. Sewaktu ia duduk di atas tembok. kaos kakinya tercantol pada ujung batu bata yang agak menonjol Disentakkannya kaki ke atas dan kemudian dengan cepat meloncat ke seberang serta menghilang di Hutan Semak'"
"Dan tepat pada saat itu aku melihatnya," kata Colin "Tapi anehnya. aku tak melihat tongkat jangkungan sama sekali Diapakannya tongkat-tongkat itu!"'
" "XIX Di manakah kalung mutiara disembunyikan"
""KAU INGIN mengetahui apa yang terjadi dengan jangkungan yang dipergunakan pencuri untuk memanjat tembok ini""' tanya Peter. Terus terang saja, aku juga tidak tahu! Tapi menurut perkiraanku, mestinya tongkat itu sesudah tak diperlukannya lagi. kemudian dicampakkan ke suatu tempat yang tersembunyi. Barangkah ke dalam semak belukar."
"Betul juga," kata Pam. "Tapi susahnya semak yang mana ""
Anak-anak Itu mencari ke sana ke mari. memeriksa setiap semak dan rumput di dekat situ Tiba-tiba Colin berseru. sambil menunjuk ke arah seberang tembok
"Aku tahu di mana jangkungan itu disembunyikan," ujarnya "Dalam semak yang tajam daun-daunnya, Aku ingat. di luar ada semak seperti itu. Di sana memang persembunyian yang baik, karena siapalah yang mau menyusup ke dalam semak yang penuh duri !"
"Ayolah. jangan membuang-buang waktu lagi." kata Peter la bergegas ke luar dari pekarangan gedung besar itu lalu berlari mengitari tembok sebelah luar. Colin langsung menuju ke semak yang dimaksudkan olehnya.
Sakit rasanya kulit anak-anak itu teriris daun-daunan yang tajam. Tapi tak mereka pedulikan, karena ingin memecahkan rahasia pencurian yang sudah lama memusingkan kepala itu. Mereka menerobos terus sampai ke tengah semak.
Ternyata ketabahan itu membawa hasil. Benarlah, di tengah-tengah daun-daunan berduri mereka menemukan sepasang tongkat jangkungan. Dengan cepat Peter dan Colin menarik kedu
Sapta Siaga 02 Rahasia Jejak Bundar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
a batang itu ke luar. "Ternyata kau benar, Peter! " seru Janet. "Pintar benar kamu ini. Sekarang semua sudah kita ketahui' hubungannya: peci tua yang tersangkut di atas dahan, benang wol biru di tembok. jejak-jejak aneh berbentuk bundar. Dan yang paling penting. kita juga mengetahui bagaimana cara pencuri memanjat tembok yang tinggi ini. Menurut pendapatku, Sapta Siaga memang hebat sekali!"
"Pendapatku juga begitu!" terdengar suara di belakang mereka. Ketujuh anak itu menoleh. Di belakang mereka berdiri teman baik anak-anak itu. yaitu Pak Inspektur Petugas polisi itu berwajah merah. sedang napasnya agak terengah-engah. Rupanya ia berlari tadi. Sedang Johns tukang kebun, kelihatan bergegas pula menghampiri.
"Ah, Pak Inspektur, ujar Peter. Tak dikiranya petugas polisi itu ada di Milton Manor. "Anda tadi mendengar apa yang kukatakan!
"Ya, jawab Pak Inspektur dengan suara sesak. Tapi wajahnya berseri-seri. "Aku yang tadi datang naik mobil hitam. Begitu Johns membukakan pintu gerbang, langsung diceritakannya pula bahwa nampaknya kalian berhasil memecahkan rahasia pencurian kalung. Dan ketika kami melihat kalian bergegas ke luar dari pintu gerbang, segera pula kami ketahui bahwa kalian menemukan suatu bukti penting. Nah. ceritakanlah selengkapnya! Pasti kali ini kalian lebih tangkas daripada polisi.
Peter tertawa mendengar pujian itu.
"Persoalannya begini," ujar anak itu merendah hati. "kami bisa berkeliaran mencari keterangan dalam sirkus, tanpa menimbulkan kecurigaan. Tapi bayangkan apabila Anda menugaskan tujuh orang polisi ke sana. Pasti pencuri akan timbul kecurigaannya!"
Betul juga katamu itu, ujar Pak Inspektur, dipungutnya kedua tongkat jangkungan. lalu diperhatikannya dengan seksama. "Memang pintar, memanjat tembok tinggi dengan mempergunakan jangkungan. Tapi sudah tahukah kalian, siapa pencurinya"
"Yang jelas ia seorang artis sirkus yang biasa mengadakan pertunjukan dengan jangkungan ujar Peter.
" Menurut pendapatku. orangnya bernama Louis. Kalau Pak Inspektur pergi ke sirkus sekarang, barangkali akan menjumpai orang itu, dengan kaos kaki biru yang ada Setrip merahnya."
"Dan rambutnya hitam, sedang ubun-ubunnya agak botak," sambung Colin. "Maksudku, kalau betul dia pencurinya - karena orang yang kulihat bersembunyi dalam hutan ini ciri-cirinya begitu."
"Banyak benar yang kalian ketahui!" ucap Pak Inspektur kagum. "jangan-jangan kalian juga mengetahui warna piamanya Maukah kalian ikut mencari orang Itu" Dalam mobil ada dua orang pegawaiku. Kita semua bisa pergi bersama-sama"
"Wah!" ujar Pam. Dibayangkannya para anggota Sapta Siaga muncul di tempat sirkus, bersama tiga orang Polisi. "Pak Inspektur - apakah orang-orang sirkus nanti tidak takut melihat kita datang""
"Hanya orang-orang bersalah saja yang mempunyai alasan untuk merasa rakut." jawab Pak Inspektur "Ayolah, kita berangkat sekarang. Aku kepingin melihat apakah benar pencuri itu botak ubun-ubunnya luar biasa banyak sekali yang kalian ketahui!"
Dengan mengendarai mobil. mereka berangkat menuju ke tempat sirkus Orang-orang di situ terheran-heran melihat tiga orang polisi keluar dari mobil. diiringi tujuh orang anak.
"Itu dia orang yang bernama Louis," ujar Peter sambil menunjuk ke arah pemuda berwajah masam. yang sedang berdiri dekat kandang singa. "Sialan, ia tidak memakai kaos kaki!
"Kalau begitu, kita memperhatikan ubun-ubunnya saja." kata Colin.
Louis agak gelisah ketika dilihatnya Pak Inspektur menghampiri.
"Anda memakai kaos kaki atau tidak" tanya petugas polisi itu. Louis agak bingung mendengar pertanyaan seaneh itu Tapi Pak Inspektur tetap berkeras "Tariklah kaki celana ke atas." perintahnya. Dengan cepat Louis menarik .celananya ke atas.
Ternyata dia tak memakai kaos kaki, seperti yang sudah dilihat oleh Peter.
"Pak Inspektur," ujar Colin. "suruh dia membungkuk."
Louis semakin heran saja mendengar permintaan itu.
"Ayo, membungkuk," kata Pak Inspektur Louis menurut saja. la membungkukkan badan, seolah-olah sedang memberi hormat. Alangkah terkejutnya. ketika mendengar Colin berseru.
"Ya. betul - dialah orang yang kita c
ari! Lihatlah, ubun-ubunnya agak botak. Dialah orang yang kulihat bersembunyi di atas pohon. tepat di bawah tempatku duduk!"
"Untunglah jika begitu," kata Pak Inspektur la merasa lega, karena berhasil menangkap pencuri yang sangat licin. la memandang kembali ke arah pemuda itu. "Sekarang aku ingin bertanya Di manakah kausembunyikan kalung mutiara yang kaucuri""
"xx Penyelesaian yang menakjubkan
Louis menatap mereka sambil merengut.
"Kalian sudah gila rupanya!" ujarnya bersungut-sungut. "Macam-macam saja permintaan dan pertanyaan yang diajukan celanaku harus ditarik ke atas, sesudah itu aku disuruh membungkuk. Dan sekarang Anda berbicara tentang kalung mutiara. Kalung mutiara yang mana" Aku tidak mengerti! Aku tak tahu-menahu mengenai kalung mutiara."
""Ah. sudah - jangan bohong lagi, tukas Pak Inspektur. "Rahasiamu sudah kami ketahui semuanya. Bukankah engkau memakai jangkungan untuk meloncati tembok yang mengelilingi pekarangan Milton Manor" Kau masuk ke dalam kamar tidur Lady Lucy. Mencuri kalung mutiara yang berharga, dan sesudah itu pergi lagi ke dekat tembok. Kau berdiri kembali di atas jangkungan, untuk naik ke atas tembok dan meloncat ke luar.
Aku tak tahu maksud Pak Inspektur, gumam Louis sambi! memberengut. Tapi mukanya menjadi pucat.
"Baiklah. akan kusegarkan kembali ingatanmu, ujar Pak Inspektur lagi. "Jejak tongkat jangkungan yang kaupakai terlihat jelas di tanah dekat tembok. Kecuali itu masih ada pula peci yang tersangkut di dahan, serta selembar benang wol biru yang berasal dari kaos kakimu. Masih belum jelas juga" Kami pun berhasil menemukan sepasang jangkungan yang kausembunyikan dalam semak yang daun-daunnya tajam. Masakan semua itu kaulakukan untuk bermain-main saja! Sekarang kutanyakan sekali lagi - di manakah kalung mutiaranya""
"Cari sendiri, tukas Louis. "Barangkah abangku sudah melarikannya dengan kereta sirkus Pokoknya dia tak ada lagi di sini!"
"Tapi dia mengatakan. mutiara itu masih ada di sini, ujar Peter menyela pembicaraan. "Sewaktu kalian berdua berbicara mengenainya kebetulan aku ada dalam kereta."
Louis terkejut mendengar ucapan Peter itu. Dipandangnya anak itu dengan marah, tapi la tak mau menjawab.
"Dan kau mengatakan mutiara itu aman - karena ada singa," sambung Peter. Louis masih tetap membisu .
"Kalau begitu, kita menanyakan saja pada singa-singa." ujar Pak Inspektur. Dengan segera ia berjalan menuju kandang binatang-binatang buas itu, dengan diikuti oleh ketujuh anggota Sapta Siaga serta kedua petugas polisi Kecuali itu ikut pula, sekitar tiga puluh orang sirkus yang Ingin tahu apa yang terjadi. serta beruang kecil kesayangan Janet. Entah dengan jalan bagaimana. beruang kocak itu berhasil keluar dari kandangnya, lalu berkeliaran dengan seenaknya Pak Inspektur minta dipanggilkan pemelihara singa
"Siapa nama Anda"" tanya Pak Inspektur padanya ketika ia sudah datang.
"Riccardo" jawab pemelihara singa. la heran. kenapa tiba-tiba ada polisi yang ingin mengetahui namanya. "Kenapa""
"Soalnya begini, Tuan Riccardo," jawab Pak Inspektur lagi "Ada kemungkinan singa-singa peliharaan Anda dipakai pencuri sebagal penjaga mutiara yang dicurinya dari kamar tidur L"ady Lucy Thomas'" .
Alangkah terkejutnya Riccardo mendengar ucapan Pak Inspektur. Matanya terbeliak, sikapnya seolah-olah kurang mempercayai kata-kata yang baru saja didengar.
"Sekarang saya minta pada Anda untuk membuka pintu, lalu masuk ke dalam kandang," ujar Pak Inspektur.
"Tolonglah periksakan di bawah papan-papan yang 1onggar atau pada tempat-tempat yang bisa dijadikan tempat menyembunyikan mutiara itu."
"Riccardo membuka pintu kandang. Pemelihara singa itu Masih tetap belum dapat berkata apa-apa. Begitu heran dia mendengar berita yang mengejutkan itu. Kawanan singa yang ada di dalam memperhatikan dia masuk. Seekor di antaranya mengeluarkan bunyi seperti kucing, tapi jauh lebih nyaring.
Riccardo mengetuk-ngetuk papan lantai, tapi tak sebuah pun terdengar longgar. Pemelihara singa itu berpaling menghadap orang-orang yang sedang asyik memperhatikan. .
"Pak Inspektur melihat sendiri, kandang ini koson
g. Isinya cuma kawanan singa ini saja." katanya. "Dan tak mungkin kalung Itu disembunyikan pada tubuh mereka. atau pada rambut leher. karena pasti akan digaruk-garuk sehingga terlepas"
Peter melirik ke arah Louis. Pemuda itu kelihatan gelisah. matanya berulang kali memandang bak tempat air minum singa Dengan segera ia menyenggol Pak Inspektur.
"Suruhlah Tuan Riccardo memeriksa bak tempat minum," usulnya.
Riccardo menghampiri bak yang dimaksudkan oleh Peter. lalu ditumpahkan air yang ada di dalamnya.
"Coba Tuan tunggingkan bak itu," ujar Pak Inspektur. Riccardo melakukannya. memandang dasar bak - dan tiba-tiba berseru kaget.
"He! Dasar bak ini ada dua." katanya. "Ini, Tuan - Anda lihat saja sendiri"
Riccardo memperlihatkan dasar bak tempat minum itu pada orang-orang yang berkerumun di depan kandang. Benarlah! Di dasar bak kelihatan sebuah kotak lagi yang disoldir ke dasar yang asli Pemelihara itu mencongkel kotak tersebut. sehingga terlepas. Pada saat itu terdengar bunyi benda terjatuh ke lantai.
"Itu dia kalung mutiara yang hilang'" seru anak-anak serempak Singa-singa mulai gelisah mendengar suara ribut itu Riccardo memungut kalung mutiara yang tergeletak di lantai kandang, lalu diulurkannya lewat jari-jari besi untuk diserahkan ke tangan Pak Inspektur. Sesudah itu ia berpaling untuk menenangkan singa-singa peliharaannya. Beruang kecil yang sementara itu sudah berada di dekat Janet, mendengus ketakutan mendengar singa-singa menggeram. Janet mencoba menjunjung binatang kesayangannya itu. Tapi ia masih tetap terlampau berat.
"Lega aku rasanya. karena perkara ini berhasil terbongkar." ujar Pak Inspektur sambil mengantongi kalung mutiara. Anak-anak mendengar bunyi yang mencurigakan, lalu cepat-cepat berpaling. Ah, rupanya tidak ada apa-apa. bunyi itu berasal dari borgol yang dikenakan ke pergelangan tangan Louis. Kemudian pemuda itu digiring pergi oleh kedua petugas polisi. Mereka lalu di dekat tali penjemur pakaian. Kaos kaki biru, yang telah Ikut membantu Sapta Siaga dalam penyelidikan mereka. sudah tergantung lagi di sana. Kaos itu melambai kian ke mari ditiup angin.
"Sekarang kalian ikut dengan aku, ujar Pak Inspektur sambil mendorong ketujuh pembantu ciliknya supaya berjalan. "Kita beramai-ramai datang ke rumah Lady Lucy Thomas. Di sana kalian ceritakan pengalaman mencari kalung mutiaranya. Pasti wanita bangsawan itu akan memberikan hadiah pada kalian, jadi pikirkanlah mulai dari sekarang apa yang kalian ingini. Kau. Janet - kau akan meminta apa padanya""
"Ah. saya rasa Lady Lucy takkan memberikan seekor beruang kecil padaku, ujar Janet sambil memandang beruang lucu yang masih berjalan mengikuti. "Sebenarnya aku kepingin sekali mempunyai beruang kecil. Seperti beruang ini, tapi lebih kecil - supaya aku kuat menggendongnya. Pam juga kepingin memiliki seekor."
Pak Inspektur tertawa terbahak-bahak mendengar keinginan kedua anak perempuan itu.
"Ha ha ha - Janet. cobalah ajukan permintaanmu itu padanya, ujar Pak Inspektur di sela-sela tertawanya. "ha ha ha! Sapta Siaga. mintalah beruang kalau kalian menginginkannya. Mintalah seluruh sirkus pada Lady Lucy. Sudah sepantasnya kalian mendapat apa saja yang kalian inginkan! Sungguh, aku tak tahu apa yang harus kuperbuat kalau tak ada Sapta Siaga yang membantu! lain kali kalian mau memberikan bantuan lagi. Bukan""
"Tentu saja!" seru ketujuh anggota Sapta Siaga serempak.
TAMAT tamat Pedang Penakluk Iblis 6 Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng Pendekar Penyebar Maut 28
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama