Ceritasilat Novel Online

Rahasia Rumah Kosong 2

Sapta Siaga 08 Rahasia Rumah Kosong Bagian 2


"Jadi kau juga beranggapan bahwa aku keliru"" kata Peter sambil menatap Jack. "Tidak, aku tidak keliru. Ketika aku melihat ke dalam waktu itu, nyala api gas benar-benar menyala. Masa bodoh jika semua mengatakan bahwa listrik air dan segala-galanya sudah ditutup! Pokoknya api itu menyala. Dalam kamar itu ada orang - dan kecuali menghidupkan nyala gas, ia juga melakukan hal-hal lain!"
Jack menatap Peter dengan heran.
"Hal lain apa"" tanya Jack. "Dan kenapa tidak kauceritakan pada Pak Frampton""
"Kan sudah kucoba! Kau tahu sendiri. aku mencoba untuk menceritakannya!" seru Peter. "Tapi setiap kali aku membuka mulut, orang itu langsung membentak dan menyuruhku tutup mulut! Tidak - aku tak mau mengatakan apa-apa lagi padanya! Rahasia ini akan kupecahkan sendiri!"
"Tunggu dulu, "Peter! Ceritakanlah padaku. Apa lagi yang diperbuat orang itu di kamar, di samping menyalakan api "gas"" tanya Jack. Dalam hati ia sudah khawatir, jangan- jangan pikiran kawannya itu agak terganggu.
"Dengarlah. Kau masih ingat ketika kuceritakan bahwa aku hampir melihat sesuatu dalam kamar itu kemarin pagi, kecuali api gas yang menyala"" tanya Peter. "Dan waktu itu aku tak bisa mengingatnya dengan jelas, karena sewaktu aku merasa melihat sesuatu, kau berteriak dari bawah""
"Ya, aku ingat," jawab Jack. "Nah, apa yang kau lihat saat itu""
""Aku melihat tanaman dalam pot." kata Peter. "Persis seperti yang dipelihara ibuku dalam rumah kaca. Tanaman itu bunga yang besar. Dan kulihat pula bahwa tanaman Itu tumbuh subur Sama sekali tidak layu, seperti seharusnya jika ditinggal tanpa terawat dalam rumah kosong selama berminggu-minggu. Tanaman seperti itu perlu sering disiram."
""Maksudmu, ada orang yang selalu menyiramnya"" tanya Jack.
"Betul," jawab Peter. la sudah agak tenang kembali. "Dan aku tadi sempat memeriksa tanah dalam pot itu. Ternyata agak basah. Jadi ada yang menyiramnya, paling lama baru kemarin. Dan masih ada lagi yang kulihat. Kau pasti akan melihatnya juga, jika kau anggota Sapta Siaga yang cekatan'"
"Apa maksudmu"" tanya Jack. Sekali lagi ia tercengang.
"Kulihat bahwa jam yang terletak di atas rak tempat pediangan berjalan," kata Peter. "Padahal jam itu perlu diputar sekali seminggu. Jadi pasti ada orang masuk dan memutarnya selama seminggu yang lalu. Betul, kan" Lalu menurut perasaanku tadi, di kamar itu tercium bau asap tembakau. Ya, aku merasa pasti ada yang tinggal dalam kamar itu!"
"Astaga!" seru Jack kaget. "Tapi siapa orang itu, Peter" Dan untuk apa ia tinggal di situ""
"Itulah tugas Sapta Siaga, untuk menyelidikinya," jawab Peter. "Datangi kawan-kawan semua! Ingatkan pada mereka. tepat pukul sebelas besok pagi akan ada rapat yang penting sekali. Dan jangan sampai terdengar oleh Susi. Ini soal yang benar-benar rahasia!"
" IX Pembagian tugas "SEKALI lagi para anggota Sapta Siaga datang tepat pada waktunya.
"Ada apa, Peter"" tanya George, ketika melihat tampang Peter begitu serius. "Kelihatannya ada sesuatu yang kaupi
kirkan." "Memang betul," jawab Peter. la nyengir sebentar.
Setelah itu tampangnya menjadi serius kembali. Nampak jelas bahwa ada sesuatu urusan'penting! Para anggota Sapta Siaga duduk dengan penuh rasa ingin tahu. Semua menatap pemimpin mereka. Apakah yang akan diberitakan oleh Peter"
Dengan singkat dan jelas Peter melaporkan kunjungannya bersama Jack ke Loji Bartlett, dan bagaimana mereka kemudian tertangkap basah oleh Pak Grim dan Pak Frampton yang dari bank. Pak Frampton itulah yang menyimpan kunci-kunci Loji Bartlett.
Kemudian diceritakannya bagaimana ia meminta Pak Frampton agar mau masuk ke gedung kosong itu, untuk memeriksa apakah keran gas sungguh-sungguh sudah ditutup atau belum. Anak-anak mendesah kecewa, ketika mendengar dari Peter bahwa keran gas ternyata memang sudah ditutup: Setelah itu Peter melanjutkan kisahnya, bagaimana mereka berempat masuk ke kamar balkon. Anak-anak sekali lagi mendesah karena kecewa, ketika mendengar bahwa pediangan di tempat itu sama sekali tidak menyala. Setelah itu ....
"Bagian berikut yang menyebabkan mereka membelalakkan mata karena kaget adalah mengenai jam yang hidup dalam kamar. Para anggota Sapta Siaga memandang Peter dengan kagum, "Peter memang seorang pemimpin Sapta Siaga yang sejati! Bukan main sikapnya persis seorang detektif. la juga sangat berani, karena tidak mau menerima saja dikata-katai oleh Grim dan petugas bank.
"Sayang sekali kalian tadi tidak bisa melihat Peter, ketika ia keluar dari rumah itu," kata Jack ketika Peter selesai bercerita. "Ia sangat marah. la membanting pintu keras-keras, sehingga nyaris terlepas dan engselnya, Mukanya merah padam, dan ...."
"Sudahlah," kata Peter. Mukanya kelihatan merah padam lagi. Tapi sekali ini karena malu dipuji-puji terus oleh Jack. "Siapa pun pasti akan marah, kalau diperlakukan secara tidak adil Sungguh, beberapa kali aku mencoba memberitahukan pada Pak Frampton mengenai jam itu. begitu pula tentang tanaman dan bau asap tembakau. Tapi ia sama sekali tidak mau mendengarkan.
"Tolol sekali orang itu!" kata Barbara jengkel. "Bayangkan, hal-hal seperti itu sama sekali tak dilihatnya, Tapi Jack pun tidak melihatnya! Ya kan""
"Sudahlah, Barbara," kata Peter, ketika melihat muka Jack yang kini menjadi merah. "Kita. kini menghadapi urusan yang benar-benar misterius. Dan kita harus menyelidikinya sendiri. Sekarang ada sesuatu urusan yang benar-benar menyibukkan bagi Sapta Siaga'"
Peter memandang berkeliling. Dilihatnya wajah kawan-kawannya, semua nampak serius. la melanjutkan, "Nah! Sekarang, bagaimana caranya menyelidiki siapa orangnya yang masuk ke gedung itu" Dan mungkinkah ia "masih "ada di sana serta bersembunyi di suatu tempat setiap kali Pak Frampton dan Grim masuk ke dalam" Atau mungkin saja Grim tahu mengenainya! Lalu apabila ternyata memang ada orang dalam rumah itu, untuk apa ia di situ""
"Sebaiknya kita selidiki saja dulu. apakah Grim memang benar-benar jujur," kata George. "Kalau semua orang menilainya begitu, maka kita akan tahu bahwa ia tak ada sangkut-pautnya dengan urusan ini."
"Ya, betul juga," kata Peter. "Kalian ada yang mengenal seseorang yang pernah mempekerjakan Grim""
""Ya, ia pernah bekerja untuk nenekku selama setahun," kata Pam. "Waktu itu pun aku sudah tak senang padanya. Karena aku tak diizinkannya memetik buah yang belum ranum sewaktu aku datang ke rumah Nenek pada suatu hari!"
"Hm! Menurut perasaanku, itu malah menunjukkan bahwa ia jujur!" kata Colin.
"Atau bisa juga jahat!" sambung George. "Bagaimana pendapat kalian - apakah tidak sebaiknya jika Pam mengajukan beberapa pertanyaan pada neneknya""
"Ya, itu tugasmu hari ini, Pam," kata Peter sambil memandangnya.
"Beres!" kata Pam sambil mencatat lugas itu dalam buku notesnya, walau sebenarnya ia takkan mungkin lupa.
"Kita juga perlu menyelidiki, di mana sebetulnya Grim tinggal," kata Peter lagi. "Kalau bisa, kita harus mengetahui apakah ia ada di rumah tiap malam. Karena mungkin saja Grim sendiri yang enak-enakan di Loji Bartlett itu. Maksudku, mungkin saja istrinya cerewet, dan selalu mengomel terus. Karena itu ia lantas memilih tin
ggal di gedung kosong itu setelah ada kesempatan baik sekarang. Pasti ia tahu caranya masuk ke rumah itu, walau ia tak memegang kunci."
"Kurasa itu agak sukar masuk akal," kata Barbara membantah. "Maksudku tentang istrinya yang cerewet."
"Yah - setiap kemungkinan perlu kita jajaki," kata Peter dengan tegas. "Tak ada sesuatu yang begitu mustahil, sehingga tak perlu diselidiki. Grim tokoh penting dalam urusan yang misterius ini. Semakin banyak yang kita ketahui mengenai dirinya, semakin baik"
"Baiklah," kata Barbara cepat-cepat. "Tapi mudah-mudahan saja bukan aku yang harus berbicara dengan istrinya yang mungkin cerewet itu!"
Barbara sangat kaget ketika mendengar bahwa justru dialah yang ditugaskan oleh Peter.
""Kau pergi bersama Janet, begitu kita sudah tahu di mana rumahnya. Kurasa Pam bisa menanyakan hal itu pada neneknya."
"Apakah kita tidak perlu menyelidiki tentang """ Frampton"" tanya Jack. Menurut perasaannya, sekali ini banyak yang harus mereka selikidi."
"Ya, soal Pak Frampton bisa kutanyai pada ayahku, kata Peter. "Kurasa ayahku pasti kenai dengan orang itu, atau tahu mengenainya. Tapi di pihak lain, kurasa Pa""k Frampton tak ada sangkut-pautnya dengan urusan ini. "
"Lalu apa lagi yang masih harus kita kerjakan" tanya George.
"Nanti 'kalau sudah cukup -banyak yang kita ketahui tentang Grim dan kita sudah bisa menentukan bagaimana sebetulnya orang itu, mungkin aku akan memutuskan bahwa kita harus mengawasi Loji Bartlett,"" kata Peter. la kedengarannya tegas sekali saat itu. Persis detektif tulen! "Di tempat itu ada gudang yang menghadap ke pintu dapur. Kurasa "kalau ada orang yang masuk ke rumah itu diam-diam, pasti akan menyelinap lewat dapur. Kita yang laki-laki harus bergiliran menjaga di sana. Pintu itu perlu diawasi terus-menerus. Aku bertekat melacak orang yang secara sembunyi-sembunyi tinggal dalam kamar di belakang balkon itu."
"Asyik " kata Pam. Hatinya berdebar-debar mendengar rencana yang bertubi-tubi itu. "Kau benar-benar pemimpin yang hebat, Peter. Sungguh!"
"Betul," kata Jack pula. Kawan-kawan lainnya sependapat.
"Kita lihat saja nanti apakah pendapat kalian benar, kata Peter sambi! berdiri. "0 ya, untuk rapat berikut ada kata semboyan baru. Semboyan yang sekarang sudah terlalu lama kita pakai."
"Apa semboyan kita yang baru"" tanya "Jack
"Grim," jawab Peter sambil tersenyum. Singkat saja. Grim! Dan jangan sampai ada yang lupa, ya!
" "x Pam, Janet dan Barbara beraksi
SELESAI makan siang, dengan segera Pam berangkat mendatangi neneknya. la mengantongi buku notes serta sebatang pensil. Mungkin ia perlu mencatat keterangan Nenek, untuk Peter. la senang sekali menjadi anggota Sapta Siaga. Tak pernah diketahui sebelumnya, tugas apa yang akan dihadapi berikutnya.
Ketika Pam datang, neneknya sedang sibuk membuang bunga narsis kuning yang sudah layu dari tanamannya. Nenek gembira sekali melihat kedatangan cucunya itu.
"Aku tak mengira kau akan datang siang ini, Pam." kata Nenek. "Kau hendak menemani aku minum teh""
"Bukan, Nek," jawab Pam. "Aku ditugaskan oleh Peter untuk menanyakan tentang diri seseorang pada Nenek."
"Astaga!" kata Nenek kaget. "Menanyakan tentang siapa"" .
''Tentang tukang kebun yang pernah bekerja di sini, tentang Georgie Grim," kata Pam sambil mengambil buku notes dari kantongnya. "Begini Nek! Saat ini Sapta Siaga sedang menghadapi urusan baru, yang penuh dengan rahasia. Dan kami ingin tahu tentang Grim, karena menurut perasaan kami ia terlibat dengan persoalan itu."
"Ah, kalian ini ada-ada saja," kata Nenek sambil tertawa.
''Tapi kalau itu tugas dan Peter, maka kau memang harus melakukannya. Nah, sekarang - apa yang ingin kauketahui""
"Sewaktu Grim bekerja di sini, bagaimanakah kelakuannya"" tanya Pam. "Jujur atau tidak""
""Oh, dia sangat jujur," jawab "Nenek. Pam mencatat keterangan itu. "Sangat jujur," tulisnya.
"Lalu - apakah Nenek pernah meminta pada Grim untuk menjaga rumah ketika Nenek bepergian"" tanya Pam lagi.
"Ya, pernah. Sewaktu ia bekerja untukku, la bersama istrinya pernah tinggal di sini selama sebulan sewaktu Nenek bepergian," jawab Nen
ek. "Istrinya mengurus kebersihan rumah. Orangnya kurus pucat. Kalau tidak salah ingat, ia sering batuk-batuk."
"Nanti dulu, jangan cepat-cepat, Nek, kata Pam sambil menulis secepat mungkin dalam buku catatannya. .
"Masih ada pertanyaan lagi" tanya Nenek dengan geli. "Aku rasanya seperti sedang diperiksa polisi, Pam."
Pam tertawa. Menurut perasaannya, ia melakukan tugas itu dengan baik. Sambil menggigit-gigit pangkal pensilnya, ia memikirkan pertanyaan berikut yang perlu diajukan. 0 ya!
"Eh - Nenek kehilangan barang atau tidak sewaktu Nenek kembali"" tanyanya. .
"Sama sekali tidak!" jawab Nenek. "Istrinya bahkan sempat mengawetkan buah-buahan kami. Ketika hendak dibayar, ia menolak! Katanya, ia sudah cukup senang karena diizinkan tinggal di sini. Memang, setelah tinggal selama kurang lebih sebulan di sini, kesehatannya kelihatan menjadi agak lebih baik. Wah, mungkin aku bicara terlalu cepat, Pam" Sini, biar aku saja yang mencatatkannya untukmu."
"Ah, tidak," jawab Pam dengan segera. "Biarlah, Nek! ini tugasku. Kalau Nenek mau mengulangi sekali lagi dengan agak lambat, aku pasti akan bisa mencatat semuanya."
"Aku benar-benar kagum melihat kalian, para anggota Sapta Siaga," kata Nenek. "Kalian sangat teliti bekerja. Kau tinggal di sini dulu ya Pam - minum teh bersamaku."
"Aku sebenarnya mau saja, Nek. tapi kurasa Peter memerlukan keterangan ini siang ini juga," jawab Pam.
"Yah, terima kasih, Nek! Keterangan ini sama sekali tak kami sangka-sangka. Kami semua menduga, Grim mungkin melakukan sesuatu hal yang sebetulnya terlarang."
"Apa itu"" tanya Nenek. Kelihatannya ia sangat ingin tahu,
"Itu rahasia, Nek," kata Pam. "Sewaktu kami sedang sibuk dengan suatu misteri. kami tidak diperbolehkan bercerita mengenainya. Terima kasih banyak, Nek! Aku pergi saja lagi sekarang!"
Pam pergi sambil melompat-lompat. Dalam kantongnya tersimpan buku notes yang berisi keterangan Nenek, Pam merasa gembira. Peter tidak sering memberi tugas yang penting padanya. Karena itu ia merasa bangga, karena berhasil mencatat semua jawaban yang diberikan Nenek atas pertanyaan-pertanyaannya. Menurut perasaan Pam, ia sangat pintar! .
Ketika Pam tiba di gudang tempat Sapta Siaga biasa mengadakan rapat, Peter dan ketiga anggota Serikat yang laki-laki sudah ada di dalam. Pam mengetuk pintu sambil menyebutkan semboyan.
"Lolipop," katanya. Tapi tak terdengar jawaban dari dalam gudang.
""Buka pintu!" seru Pam. "Aku kan sudah menyebutkan semboyan kita."
"Siapa pun yang ada di luar- kau tak menyebutkan kata semboyan kita," terdengar suara Peter.
"Aku Pam," seru Pam tersinggung. "Kau sendiri tahu aku yang datang. Aku punya banyak kabar baru. Buka pintu dong!"
"Sebutkan kata semboyan dulu," kata Peter lagi.
"Tapi aku kan sudah ..." Tiba-tiba Pam teringat bahwa kata semboyan mereka sudah diganti lagi dengan yang baru. "Ah, betul juga! Maaf, Peter! Grim, Grim, GRIM!"
"Satu kali saja sudah cukup," kata Peter sambil membukakan pintu. "Nah, kau ketemu dengan nenekmu""
"0 ya!" jawab Pam dengan wajah berseri-seri. "Ini catatanku, lengkap dengan pertanyaanku serta jawaban Nenek. Semua kucatat!" .
Pam menyodorkan buku catatannya pada Peter. Pam bangga sekali, karena ternyata Peter membaca, ia mengembalikan buku catatan itu sambil menganggukkan kepala.
"Bagus sekali, Pam," puji Peter. "Kau melakukan tugasmu dengan baik sekali. Yah, kelihatannya Grim jujur. Begitu pula istrinya. Kalau melihat keterangan nenekmu, istrinya itu bahkan baik hati. Sebetulnya agak mengherankan, karena terus terang saja aku berperasaan Grim yang pemarah itu yang masuk ke Loji Bartlett secara diam-diam. Tapi sekarang kelihatannya orang lain yang melakukan perbuatan itu. Seseorang yang perbuatannya sama sekali tak diketahui oleh Grim. Sebab kalau ia tahu, sudah pasti sudah dilaporkannya. Kan nenekmu menerangkan, Grim orangnya jujur sekali."
"Memang aneh," kata George mengiyakan. "Yah, pokoknya kita harus menyelidiki urusan ini sampai jelas."
"Seperti sudah kukatakan tadi, kita harus terus-menerus mengawasi pintu dapur gedung itu," kata Peter. "Nah, itu Janet dan Barbara datang.
Mereka tadi bertugas mengadakan penyelidikan mengenai istri Grim. Aku ingin tahu, apakah mereka masih ingat kata semboyan kita yang baru." .
Terdengar pintu diketuk dari luar, disusul suara Janet yang mengatakan, "Grim." Setelah itu, sambil cekikikan, "Pak Grim."
"Dan Ibu Grim," sambung Barbara. Peter membukakan pintu sambil tertawa nyengir.
"Dasar bandel!" katanya. "Ayo masuk! Katakanlah, apa berita kalian."
"Halo, Pam!" sapa Janet ketika melihat Pam sudah ada di dalam. "Bagaimana kata nenekmu tentang Grim""
"Kata Nenek, Grim sangat jujur," jawab Pam. "Ini catatanku mengenai jawaban yang diberikannya. Semuanya kucatat." .
Janet dan Barbara kagum melihat catatan Pam.
"Wah, kami sama sekali tak mencatat, Peter. Kami hanya mengajukan pertanyaan, lalu jawaban-jawabannya kami ingat. "
"Itu kan tak apa," kata Peter. "Sekarang sampaikan laporan kalian, Janet."
"Yah, kami mendatangi rumah tempat tinggal Grim," kata Janet. "Aku mengetahuinya dari Pak Pos. Itu urusan gampang. Aduh Peter, tempat tinggal Grim ternyata sangat menyedihkan.
"Apa maksudmu" Kenapa menyedihkan"" tanya Peter.
"Rumah di pinggir terusan. Letaknya sangat rendah, sama tingginya dengan permukaan air," kata Janet. "Kau kan tahu, tahun ini banyak turun hujan. Air dalam terusan naik, lalu 'melimpah', dan membanjiri kebun mereka..
"Sebagai akibatnya, lantai rumah menjadi sangat lembab," sambung Barbara. "Kami bahkan melihat sendiri, salah satu dindingnya penuh lumut. Sungguh, keadaan mereka sangat menyedihkan!"
"Bangunan itu juga sudah bobrok sekali," kata Janet lagi.
"Wah, kalau Ayah yang memilikinya, pasti rumah itu takkan dibiarkannya menjadi sebobrok itu, Peter. Rumah-rumah buruh di pertanian kita masih bisa dibilang istana kalau
dibandingkan dengan gubuk Grim. Aku tak mengerti bagaimana mereka bisa tahan tinggal di rumah yang keadaannya separah itu. Atapnya berlubang besar, karena ada beberapa genteng terlepas,"
Pantas mereka senang sekali ketika diminta nenekku menjaga rumahnya sewaktu ia bepergian," kata Pam. "Dan sekarang aku mengerti apa sebabnya Ibu Grim kelihatan kurus dan penyakitan, seperti kata nenekku. Terang saja ia sakit-sakitan, karena terpaksa tinggal dalam gubuk yang lembab dan bau di tepi terusan!"
"Apa sebabnya mereka tidak pindah saja," kata Jack.
"Soalnya sekarang tidak begitu mudah mendapat rumah kosong," kata George menjelaskan. "Apalagi yang sewanya murah. Lalu kalian berhasil mendapat keterangan mengenai Ibu Grim, Janet", Kalian berjumpa dengan dia"
'Tidak," jawab Janet. ''Tapi kami sempat berbicara dengan wanita tetangganya. Wanita itu rumahnya terletak jauh lebih tinggi daripada gubuk tempat kediaman "keluarga Grim. Dan juga kering! ia kebetulan melihat ketika kami sedang melihat-lihat tempat tinggal Grim. la lalu memanggil kami, untuk menanyakan apa yang kami cari di situ."
"Kami menjawab, bahwa kami cuma melihat-lihat pondok tua itu," kata Barbara. "Jadi kami tidak bohong, kan" Kemudian kami tanyakan siapa yang diam di pondok itu, walau sebetulnya kami sudah tahu itu tempat kediaman Grim."
"Bagus sekali siasat kalian," kata Peter memuji. "Lalu apa cerita wanita itu pada kalian""
"Yah, yang diceritakannya sudah kita ketahui semua! Grim bekerja sebagai buruh harian, mengurus kebun besar di Loji Bartlett Setiap sore ia pulang, sekitar pukul enam. Istrinya sering sakit. Jadi Grim pada saat istirahat siang selalu pergi berbelanja. Dan setiap malam ia pula yang memasak. Dan wanita itu juga mengatakan, Ibu Grim orangnya baik hati...."
""Serta sangat sayang pada Pak Grim," sela Barbara, yang ingin bercerita pula. "Bayangkan, ada juga orang yang senang pada orang yang selalu cemberut seperti Pak Grim!"
"Rupanya Ibu Grim sakitnya cukup parah," kata Janet lagi. "Kata tetangga mereka itu, sudah seminggu lamanya Ibu Grim tidak kelihatan menjemur pakaian di luar. Bahkan pekerjaan itu pun, Grim yang melakukannya!"
"Wah, kalau begitu kelihatannya Pak Grim sebenarnya baik, walau terhadap kita ia selalu marah-marah," kata Peter. Ia agak kaget juga mendengar kabar itu. "Menurut keterangan nenek Pam, orangnya jujur sekali.
Dan kalau ia mau berbuat sebanyak itu untuk istrinya, ternyata Grim juga baik hati."
"Kurasa ia selalu bersikap cemberut karena tinggal dalam gubuk reyot dan lembab itu," kata Barbara. Anak itu benar-benar kaget membayangkan ada orang terpaksa hidup dalam gubuk yang .begitu bobrok.
Saat itu para anggota Sapta Siaga menyadari, penyelidikan mereka ternyata tak ada hasilnya untuk memecahkan rahasia aneh itu. Dari segala keterangan yang dikumpulkan bahkan ternyata bahwa Grim sama sekali tak terlibat di dalamnya. Sekarang tak ada lagi orang yang bisa dicurigai. Mungkin kecuali Pak Frampton, petugas bank. Tapi mengenai dirinya. Peter langsung mengatakan,
"Dia baik orangnya. Ayahku sudah bertahun-tahun mengenalnya. Ketika aku sambil lalu mengatakan berjumpa dengan Pak Frampton, Ayah langsung mengomentari. 'Ah, Frampton! Orang itu baik. Dia temanku. Di mana kau berjumpa dengan dia"' "
"Astaga! Lantas apa jawabmu"" tanya Jack. ia teringat lagi pada perjumpaan mereka dengan Pak Frampton, yang nyaris saja menjerumuskan mereka dalam kesulitan besar. "Jawabanmu bagaimana""
"Untung saja tepat pada saat itu Skippy menggonggong. Aku jadinya tidak menjawab pertanyaan Ayah, malah sebaliknya bertanya pada Skippy," Kata Peter sambil . tertawa. "Kutanyakan padanya, 'Siapa yang datang, Skip" "Yuk, kita lihat saja siapa yang kaugonggongi! Dan seketika itu juga kami meninggalkan kamar."
Setelah itu anak-anak terdiam. Mereka semua merasa lesu. Sekarang apa lagi yang harus dilakukan" Apa lagi yang harus mereka perbuat untuk memecahkan rahasia yang dihadapi, kecuali tugas yang diusulkan oleh Peter" ia mengatakan, para anggota yang laki-laki harus secara bergilir mengawasi pintu dapur Loji Bartlett dari gudang kecil yang terdapat di seberangnya. Tapi sekarang mereka tahu, bukan Grim yang akan mereka lihat masuk ke dalam rumah nanti. Lagipula. mungkinkah, mereka akan bisa melihat orang tak dikenal itu masuk" Mereka tak bisa mengawasi semua pintu dan jendela. Ketika mereka masih yakin yang keluar-masuk di situ Grim, memang mudah saja memutuskan untuk mengawasi pintu dapur. Tapi sekarang mungkin saja orang tak dikenal yang menyalakan api gas sebenarnya tak pernah keluar masuk! Mungkin saja orang itu selalu berada dalam rumah. Dan setiap kali ia ingin memanaskan badan, atau ingin memasak air, barulah keran gas dibuka olehnya!
"Sebaiknya kita berunding dulu untuk merencanakan tindakan selanjutnya," kata Peter kemudian, "Nah, barangkali ada yang ingin mengajukan usul" Usul yang benar-benar baik""
Mula-mula tak ada yang membuka mulut. Tapi akhirnya Jack mengajukan suatu usul.
"Yah, satu-satunya gagasanku, salah seorang dari kita malam ini harus naik ke balkon itu lagi dan memperhatikan kalau-kalau ada api menyala dalam kamar. Kalau ada, lalu diintip lewat celah tirai untuk melihat siapa yang ada di dalam. Itulah usulku!"
" "XI Penemuan mengejutkan
"Para anggota Sapta Siaga memandang Jack dengan kagum.
"Kenapa gagasan itu tak terpikir oleh kita selama ini"" kata Peter. "Tentu saja orang yang bersembunyi dalam rumah Itu akan merasa aman pada waktu malam. Grim sudah pulang, dan di situ tak ada siapa-siapa lagi. Jika kita mengawasi dari balkon, mungkin kita akan bisa melihat sesuatu yang sangat menarik." .
Cup! Aku yang pergi," kata George cepat-cepat.
Anak laki-laki pergi semua," kata Peter memutuskan.
"Satu dari kita harus menjaga di pintu gerbang. Tugasnya memberitahukan pada kawan-kawan jika ada orang datang. Kita tak boleh sampai ketahuan ada di situ. Lalu satu lagi harus menjaga di bawah pohon, untuk memberitahukan pada kita yang ada di atas balkon. Kurasa sebaiknya aku dan Jack yang memanjat balkon - karena kami sudah pernah ke sana,"
"Bolehkah kami ikut"" tanya Janet. "Kedengarannya perkara ini mulai asyik!"
''Tidak, kalian tidak bisa ikut," kata Peter. "Anak-anak perempuan tidak boleh ikut . Nah " kalian bertiga bisa atau tidak, keluar malam ini"" tanyanya pada Jack, George dan Colin.
"Kita minta izin saja untuk menonton," kata Jack. "T api kita tidak nonton sampai selesai. Sekitar pukul delapan nanti kita menyelinap ke luar, l
alu pergi ke Loji Bartlett"
""Setuju, kata Peter. "Jadi malam nanti kita berkumpul di depan bioskop. Kalian yang perempuan bisa ikut datang kalau diizinkan. Tapi kalian harus menonton sampai selesai. Pokoknya terserah orang tua kalian!" ."
"Aku pasti tidak boleh," kata Barbara sedih. Kenapa selalu kalian yang laki-laki saja yang selalu menghadapi tugas yang menegangkan" Malam ini aku pasti "tak dapat tidur, karena memikirkan apa yang akan terjadi dengan kalian."
Sore itu anak-anak merasa gembira dan bersemangat. Bahkan Skippy pun ikut merasakannya. Anjing itu kelihatannya kecewa, ketika Peter dan Janet berangkat menonton tanpa mengajaknya.
Tapi ketika sudah duduk dalam gedung bioskop, para anggota Sapta Siaga tak .begitu memperhatikan film yang nampak di layar. Padahal ceritanya bagus, tentang seekor kuda liar! Biasanya mereka senang sekali pada film semacam itu. Anak-anak yang laki-laki duduk dengan gelisah. Sebentar-sebentar melirik ke arloji. Mereka ingin cepat-cepat sudah pukul delapan, supaya mereka bisa memulai petualangan mereka.
Pukul delapan kurang sepuluh menit, Peter berbisik pada Jack, "Kita pergi saja sekarang! Aku sudah tak sabar lagi menunggu lebih lama. Bilang pada kawan-kawan tapi anak-anak perempuan tentu saja harus tetap tinggal di sini.
Anak-anak perempuan itu memandang dengan kecewa ketika keempat anak laki-laki keluar bersama-sama. Peter berjalan paling depan. Di luar sudah gelap. Tapi "anak-anak membawa senter mereka. Malam itu berawan. Di langit tak kelihatan satu bintang pun.
Mereka menuju ke rumah Jack, lalu menyelinap ke gerbang di belakang kebun.
"Jangan sampai kelihatan oleh Susi, kata Jack memperingatkan dengan suara pelan. "Malam ini ia ada di rumah."
T api untung saja Susi tak kelihatan. Peter merasa lega. Dengan cepat anak-anak itu melintasi lapangan yang terdapat di belakang rumah. Setelah itu melalui jalan kecil, menuju jalan di depan Loji Bartlett. Sesampai di sana Peter berhenti.
"Nah!" katanya pada ketiga kawannya. "Kalian semua sudah tahu apa tugas masing-masing. Colin, kau menjaga dekat gerbang. Kalau ada orang datang, kau memberi tanda dengan isyarat seperti bunyi burung hantu. Kau George, kau harus berdiri di bawah pohon yang akan kami panjat untuk naik ke atas balkon. Kau juga harus berbunyi seperti burung hantu, jika melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan. Bagaimana Jack - sudah siap dengan sentermu" Kita perlu penerangan untuk naik ke atas pohon."
Jack mengikuti teladan Peter, yang menyelipkan senter di sela gigi dan menggigitnya. Dengan demikian tangan mereka bebas untuk memanjat. Dan mereka bisa melihat jalan, walau gerak mereka menjadi agak kikuk.
Colin bersembunyi di belakang semak dekat gerbang masuk. Sedang George berdiri di kaki pohon. ia menajamkan telinga, kalau-kalau terdengar bunyi yang asing menurut perasaannya. Kemudian didengarnya bunyi telapak sepatu karet Peter dan Jack yang saat itu sedang melangkah lewat sandaran balkon.
Peter dan Jack kecewa sekali. Ternyata mereka tidak bisa lagi mengintip lewat celah tirai. Tirai itu sekarang tertutup rapat! Sedikit pun tak ada celah di antaranya!
"Lihatlah," bisik Jack. "Sekarang kita tidak bisa lagi melihat ke dalam kamar!"
"Memang benar," Jawab Peter. "Tapi dengan begitu ternyata ada orang yang masuk lagi ke dalam kamar. Bahkan mungkin saja orang itu ada di dalam sekarang."
Kedua anak itu merapatkan hidung mereka ke kaca jendela yang tertutup. Tapi sia-sia belaka! Mereka tetap tak bisa melihat ke dalam. Tak ada yang kelihatan. Tapi mereka mendengar bunyi sesuatu. Dan datangnya jelas dari arah kamar!
"Dengar!" bisik Jack. "Bunyi apa itu""
""Kayaknya bunyi radio yang disetel pelan sekali," kata Peter. "Begitu pelan, sehingga nyaris tak terdengar. Tapi walau begitu, aku yakin itu suara radio. Bayangkan radio! Siapa ya, yang sedang ada di dalam kamar"
Keduanya memadamkan senter. Sekeliling mereka gelap-gulita. Mereka berdiri dengan ragu-ragu, ia tahu apa yang harus diperbuat selanjutnya. Dalam hati mereka bertanya-tanya: bagaimana caranya orang tak dikenal itu bisa masuk ke dalam rum
ah" Kelihatannya cuma Pak Frampton saja yang memegang kunci-kunci rumah itu.
Bahkan Grim pun tak diserahi kunci. Lagipula, orang itu sudah terbukti benar-benar jujur. Kalau begitu, mungkinkah ada orang lain yang memegang kunci" Atau mungkinkah orang itu masuk lewat lubang batubara" Atau barangkah ada jendela yang kurang rapat ditutup" Segala pertanyaan itu berkisar dalam pikiran -anak-anak yang sedang berdiri kebingungan di balkon. Tapi tiba-tiba terjadi sesuatu yang sangat mengejutkan mereka.
Dan arah gerbang depan terdengar suara burung hantu! Pasti itu Colin, yang hendak memberi isyarat. Peter dan Jack kaget setengah mati, ketika segera setelah itu menyusul suara burung hantu lagi. Kali ini datangnya dari bawah pohon. Begitu dekat kedengarannya. sehingga mereka berdua nyaris terlompat karena kaget.
"Ada bahaya!" bisik Peter. "Kau harus diam, Jack. Sebentar lagi akan terjadi sesuatu."
Keduanya tak berani berkutik lagi. Mereka bahkan menahan napas. Kemudian mereka mendengar suara, yang menyebabkan mereka menjadi semakin ketakutan.
"Ada orang memanjat pohon," bisik Peter. "Aku mendengar suaranya. Dan kulihat cahaya senternya."
"Sekarang bagaimana"" tanya Jack. Anak itu gemetar ketakutan. "Apa yang harus kita lakukan" Kalau kita tetap di sini saja, pasti akan kelihatan. Dan di sini tak ada tempat untuk bersembunyi."
"Betul!" jawab Peter: "Tapi kita bisa cepat-cepat memanjat ke pohon lagi dan bersembunyi di dahan yang lebih tinggi dan lebat daunnya." Sambil berkata begitu, ditariknya Jack ke arah pohon. Dari arah bawah terdengar orang yang baru datang itu memanjat pohon. Napasnya terengah-engah. Untung saja ia tidak cepat! Dengan bergegas-gegas Peter dan Jack memanjat lebih tinggi lagi, sampai berada di dahan yang letaknya sekitar dua meter di atas balkon. Mereka lantas bersembunyi di situ, sambil memandang dari sela-sela daun ke arah balkon.
"Sekarang kita harus diam!" bisik Peter pada Jack.
Mereka melihat seorang laki-laki naik lewat pohon ke balkon. Senternya diselipkan di mulut, seperti yang dilakukan oleh Peter dan Jack pula tadi. Sementara orang itu menginjakkan kaki ke lantai balkon, dari bawah terdengar lagi suara burung hantu.
Peter dan Jack melihat orang yang baru datang itu berdiri di bawah mereka. Orang itu mengambil senter yang terselip di mulutnya. Cahayanya nampak jelas dari atas.
Orang itu menghampiri jendela kamar, lalu mengetuknya. Caranya mengetuk, rupanya merupakan isyarat rahasia. Peter menahan napas, begitu pula halnya dengan Jack. Dengan hati-hati mereka mengintip ke bawah. Nampak tirai jendela disingkapkan ke samping. Seketika itu juga sinar memancar dari dalam kamar ke luar. Setelah itu jendela dibuka dari dalam. .
Pada saat balkon menjadi terang karena ada sinar dari dalam, kedua anak laki-laki yang bersembunyi di atas pohon melihat siapa orang yang baru datang itu. Dan ternyata mereka kenal padanya!
Orang itu bergegas menghampiri jendela, lalu masuk ke dalam kamar. Kemudian jendela ditutup lagi, begitu pula tirai-tirainya. Tirai-tirai Itu ditutup rapat sekali, sehingga tak ada sedikit pun cahaya merembes dari dalam ke luar. Ketika jendela sudah tertutup lagi, barulah Peter dan Jack berani menarik napas panjang. Peter memegang lengan Jack.
"Jack!" katanya setengah berbisik. "Kau lihat tadi, siapa orang yang baru datang tadi""
"Ya. Sudah jelas orang itu Grim, tukang kebun rumah ini!" kata Jack. Kedengarannya ia sangat heran. "Atau menurut pendapatmu, siapa orang tadi""
"Memang Grim! Tapi siapa akan mengira bahwa tahu-tahu Grim yang muncul. Bayangkan Grim, yang terkenal kejujurannya! Pantas dia marah ketika melihat bekas tapak kaki kita di bawah pohon, dan mengetahui bahwa kita juga memanjat ke atas. Rupanya kita memakai jalan rahasianya untuk masuk ke dalam kamar balkon.
"Tapi siapa orang yang ada dalam kamar"" tanya Jack bingung. "Mestinya orang itulah yang menyalakan api gas, memutar jam serta menyirami tanaman! Mungkinkah seorang perampok yang bertugas mengumpulkan barang-barang curian, yang kemudian akan dibawa pergi oleh Grim""
"Entahlah!" kata Peter. ia pun merasa bingung
menghadapi perkara itu. "Kurasa Grim yang mematikan keran utama dari saluran gas kemarin malam, ketika kita masuk ke rumah untuk memeriksa. Rupanya ia sudah melihat bekas kaki kita di bawah pohon. ia menduga kita melihat nyala api gas dalam kamar. Lalu ia khawatir, jangan-jangan kita akan mengadukan hal itu. Karenanya secara diam-diam dimatikannya keran gas, untuk berjaga-jaga jika ada orang mengatakan melihat nyala api dalam kamar. Memang, tak mungkin ada api menyala tanpa gas. Aku waktu itu sampai bingung memikirkannya."
"Aku Juga," kata Jack. "Nah, sekarang bagaimana" Kurasa lebih baik kita turun saja. Aku yakin saat ini tak ada lagi barang baru yang masih bisa kita lihat. Kita datangi saja Colin dan George. Jangan-jangan mereka sudah setengah mati ketakutan, memikirkan keadaan kita."
Peter dan Jack lantas turun dari pohon. Mereka sangat berhati-hati. Bahkan senter pun tak berani mereka nyalakan. Jadi mereka terpaksa meraba-raba dulu dengan kaki, setiap kali sebelum mereka turun selangkah ke bawah. Tapi tak lama kemudian mereka sudah sampai di tanah dengan selamat.
"Tapi George tak ada lagi di bawah pohon.
"Mungkin dikiranya kita orang tadi, bisik Jack. "Bagaimana jika kita bisikkan saja semboyan kita" Dengan begitu George akan tahu bahwa kita yang datang.
"Memang aku baru saja hendak menyebutkannya, kata Peter. Dan ia pun membisikkan kata semboyan Sapta Siaga.
"Grim! Grim!" katanya.
"Aku di sini!" Terdengar suara George berbisik dari dalam samak di dekat situ. "Wah, benar-benar lega "asanya mendengar semboyan kita kausebutkan! Aku tadi sudah takut saja, jangan-jangan orang itu muncul lagi. Kalian tadi mendengar isyaratku""
"Ya. Dan isyarat Colin pun kami dengar," kata Peter
"Yuk, kita ke tempat Colin. Perkara ini rasanya menjadi semakin misterius saja!"
Mereka menemukan Colin bersembunyi dekat gerbang depan. Anak itu langsung muncul, begitu mendengar Peter mengucapkan kata-kata 'Grim'. Kemudian mereka berempat menyelinap ke luar. Tak lama setelah itu mereka sudah berjalan di jalan kecil yang menuju ke lapangan di belakang rumah Jack. Mereka membisu terus selama Itu. Sesampai di tengah lapangan, keempat anak itu berhenti. Saat. itu juga Colin langsung bertanya. Rupanya ia tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahu. .
"Siapa orang tadi" Kalian sempat melihatnya"" .
"Ya," jawab Peter. "Bayangkan, orang yang datang itu ternyata Grim. Padahal sebelumnya kita sudah menarik kesimpulan bahwa ia sama sekali tak terlibat dalam urusan ini. Lalu apa yang dilakukannya dalam kamar itu"" .
"Orang itu jahat, meninggalkan istrinya yang sakit sendiri di rumah setiap malam," kata Colin. "Rupanya ada 'temannya bersembunyi di Loji Bartlett. Jangan-jangan mereka berencana hendak merampok di situ dengan tenang, sementara pemiliknya sedang bepergian. Tak ada yang menghalangi mereka untuk mengangkut barang-barang di situ, sedikit demi sedikit."
""Bagaimana - apakah tidak lebih baik jika urusan ini kita laporkan saja pada polisi"" tanya George.
"Entahlah, aku tidak tahu. Kurasa lebih baik kulaporkan pada ayahku," kata Peter. "Soalnya, ayahku kenal dengan Pak Frampton, dan Pak Frampton yang menyimpan kunci-kunci rumah itu. Sebaiknya kita serahkan saja pada mereka, tindakan apa yang harus diambil. Wahl Siapa mengira bahwa ternyata Grim memang terlibat!"
"Aku dari semula sudah tak suka pada orang itu," kata Colin. "Ia jahat, dan cepat marah! Yuk - kita pergi saja dari sana. Perasaanku seperti di lapangan ini banyak orang jahat seperti Georgie Grim, mengintai dalam gelap sambil menunggu kesempatan baik untuk menyergap kita. Ayo, cepatlah sedikit!"
"Kita ke rumahku, lalu langsung melaporkan pada ayahku," kata Peter. "Kalian semua harus ikut. Banyak yang perlu diceritakan, dan aku memerlukan bantuan kalian untuk meyakinkan Ayah. Enaknya kita lewat di bioskop dulu, untuk melihat apakah anak-anak perempuan sudah keluar. Mereka pun harus ikut dalam urusan ini!"
Mereka lantas mengambil jalan lewat gedung bioskop. Sesampai di sana mereka melihat orang-orang kebetulan sedang keluar. Janet serta kedua kawannya nampak di antara mereka.
Peter bergegas menghampiri ketiga anak perempuan itu..
"He, kalian harus ikut dengan kami," serunya. "Tadi terjadi sesuatu yang benar-benar aneh, dan sekarang kami hendak ke rumahku untuk melaporkan pada Ayah. Biar Ayah yang memutuskan, tindakan apa yang harus diambil!"
" XII Ayah Peter bertindak
"KEEMPAT anak laki-laki itu lantas menceritakan pengalaman mereka pada Janet, Pam dan Barbara. Pam terpekik ketika cerita itu sampai pada bagian di mana Peter dan Jack mendengar ada orang naik ke balkon tempat mereka sedang berada. .
"Aduh!" .serunya. ''Kalau aku ada di situ tadi, aku pasti akan setengah mati ketakutan Dan siapakah orang itu" Wah, untung saja aku tidak ikut dengan kalian tadi.
"Ternyata yang datang itu Georgie Grim! kata Peter. "Bayangkan - padahal kita sudah menyangka orang itu baik hati dan jujur! Pokoknya, urusan ini sekarang benar-benar sudah menjadi perkara berat! Karena itulah kuputuskan. lebih baik kita melaporkannya pada ayahku!
Orang tua Peter dan Janet heran sekali ketika melihat ketujuh anggota Sapta, Siaga muncul bersama-sama. .
"Lho! Kenapa kalian ke mari, dan bukan langsung pulang ke rumah"" tanya ibu Peter pada kelima kawan anak-anaknya.
"Ada sesuatu yang perlu kami laporkan, Bu, kata Peter. "Ayah pasti akan kaget mendengarnya. Kami dari Sapta Siaga tadi...."
"Kalian kan tidak terlibat lagi dalam petualangan "baru" kata Ayah mengomentari. "Atau kalian mengalami keributan dengan orang lain""
"Tidak, Ayah," jawab Peter. "Yah - mudah-mudahan saja Ayah tidak langsung marah jika mendengar apa yang kami lakukan."
" "Ceritakan saja dulu mulai dari awal," kata Ibu sambil menyuguhkan kue pada anak-anak. "Kau kan pemimpin Sapta Siaga, Peter" Kalau begitu kau saja yang mulai bercerita.
Peter lantas mulai bercerita. Mulai dari pagi-pagi ketika pesawat terbang model kepunyaan Susi tersasar terbang lewat tembok dan menghilang dalam kebun Loji Bartlett. Setelah Itu menyusul cerita tentang tukang kebun yang " marah-marah, lalu bagaimana ia bersama Jack mengambil pesawat model yang ternyata tersasar ke atas balkon.
"Itulah awal kejadian misterius ini," kata Jack memotong cerita Peter. "Ya kan, Peter" Karena ketika Peter secara kebetulan melihat ke dalam kamar lewat celah tirai yang tidak tertutup rapat, ia melihat ada nyala api gas di dalam!"
Orang tua Peter tercengang mendengar cerita mereka. Bagaimana Sapta Siaga beraksi untuk membuktikan kejujuran Grim serta kebaikannya terhadap istrinya yang sakit. Apalagi ketika mendengar akhir pengalaman mereka tadi, yang ternyata sama sekali tak diduga-duga!
"Kami bersembunyi di pohon, dua meter di atas balkon. Kami berusaha melihat siapa orang yang mengetuk jendela kamar balkon. Lalu ketika tirai jendela ditarik ke samping dan cahaya memancar dari dalam ke luar, kami melihat siapa orang itu."
"Siapa"" tanya ayah Peter. Kelihatannya ia sangat tertarik.
"Grim," kata Peter menjelaskan. "Sungguh! Ada orang membukakan jendela dari dalam, dan begitu Grim masuk, tirai lantas ditutup lagi dan jendela dikunci dari dalam!"
"Kami lantas memutuskan sebaiknya soal ini kami laporkan saja pada Anda," kata Jack pada ayah Peter.
"Anda kenal dengan Pak Frampton, dan ia yang menyimpan kunci-kunci Loji Bartlett. Menurut kami, Anda pasti tahu tindakan apa yang harus diambil."
"Memang sebaiknya begitu," kata ayah Peter. "Wah, kalian dari Sapta Siaga ini macam-macam saja pengalamannya! Tak ada yang bisa kusalahkan dalam tindakan 'kalian menghadapi urusan ini. Kalian bekerja dengan pikiran, dan kalian juga berani! Sekarang tentu saja kita harus melacak jejak Grim. untuk mengetahui apa yang hendak dilakukannya di situ. Berkat kalian, kita akan bisa menyergapnya bersama kawannya yang satu lagi.'"
"Wah, asyik!" seru Pam bersemangat. "Apa yang akan Anda lakukan sekarang""
"Aku akan menelepon Pak Frampton dan memintanya datang sambil membawa kunci-kunci Loji Bartlett. Setelah itu kami akan pergi ke sana untuk menyergap Grim beserta kawannya yang bersembunyi di situ," kata ayah Peter sambi! berjalan mendekati pesawat telepon.
"Ayah - bolehkah kami ikut, Yah"" tanya Pete
r. Ia khawatir, jangan-jangan mereka tak boleh ikut mengalami peristiwa yang paling menegangkan dalam misteri ini.
"Kita lihat saja apa kata Pak Frampton nanti," kata Ayah sambil memutar nomor telepon petugas bank itu. Anak-anak mendengarkan pembicaraan ayah sambil berdiam diri. Jantung mereka berdebar keras. Wah - bukan main petualangan mereka sekali ini! Mudah-mudahan saja mereka diizinkan mengalaminya sampai saat terakhir.
Sehabis menelepon. ayah Peter menatap ketujuh anak-anak yang menunggu dengan sabar di depannya.
"Pak Frampton sangat tertarik mendengar laporanku tadi. Ia langsung berangkat naik mobil ke mari untuk menjemputku. Katanya Peter dan Jack boleh ikut, supaya mereka bisa memberikan kesaksian sekali lagi bahwa mereka benar-benar melihat api gas menyala kemarin."
"Kawan-kawan yang lain tidak bisa ikut, Yah"" tanya Janet kecewa. "Aduh, aku kepingin sekali ikut menyaksikan."
"Aku bisa mengerti," kata ayahnya. "Tapi kau harus mengerti pula. pasti akan merepotkan jika ketujuh anggota Sapta Siaga berduyun-duyun mengikuti kami yang sedang menghadapi urusan yang mungkin sangat serius. Pak Frampton bermaksud hendak menelepon polisi. la hendak meminta agar polisi siap bertindak, begitu ia menelepon dari Loji Bartlett untuk minta pertolongan. Sebelumnya perlu kita selidiki apakah urusan ini memang benar-benar merupakan urusan polisi atau tidak. Kalau menurut perasaanku, ini memang perkara yang harus ditangani polisi."
Jack dan Peter berkobar-kobar semangat mereka. Keduanya saling berpandang-pandangan sambil tersenyum gembira. Mereka berdua akan mengalami petualangan ini sampai ke titik paling akhir. Apakah yang akan terjadi nanti"
Apa yang akan dikatakan oleh Grim, jika melihat mereka tiba-tiba muncul" Dan siapakah kawannya, yang mungkin perampok itu"
Beberapa menit kemudian terdengar bunyi tuter mobil di depan rumah. Ayah Peter bergegas keluar, diikuti oleh Peter dan Jack. Anak-anak yang lain memandang saja dengan iri.
Sementara itu ibu Janet sudah sibuk menelepon orang tua anak-anak itu, untuk memberi tahu bahwa mereka tak perlu khawatir. Para anggota Sapta Siaga saat itu sedang berkumpul di rumah Peter dan Janet
Dalam mobil Pak Frampton. Peter dan Jack duduk di jok belakang. Mereka diam saja. Masih terbayang kemarahan Pak Frampton terhadap mereka berdua, ketika ketahuan masuk ke pekarangan Loji Bartlett! Dan Pak Frampton juga tak mengatakan apa-apa pada mereka. Ia hanya berbicara sebentar dengan ayah Peter. Setelah itu dikemudikannya mobil menuju Loji Bartlett.
Jack meremas lengan Peter.
"Sekali ini kita menghadapi petualangan seru," kata Jack setengah berbisik. "Menurut pendapatmu, apa yang akan terjadi n"anti""
" XIII Dalam rumah kosong "MOBIL berhenti di depan Loji Bartlett. Gedung besar itu gelap gulita. Tak ada lampu yang menyala. Mereka berempat turun dari mobil, lalu berdiri di dekatnya. Pak Frampton berbicara dengan suara pelan.
"Sebaiknya aku membuka pintu depan dulu," katanya. "Setelah itu kita semua masuk dengan diam-diam. Kita tidak boleh ribut-ribut, supaya jangan terlalu cepat ketahuan oleh orang-orang yang ada di dalam. Begitu masuk, kita langsung menuju ke kamar yang pernah kudatangi bersama kedua anak laki-laki ini. Kita akan menyergap orang-orang itu di dalam, lalu minta penjelasan kenapa mereka ada di dalam rumah ini. Sekarang, ikut aku!"
Pak Frampton lantas menghampiri pintu depan, lalu membukanya. Pintu itu berderik sedikit ketika dibuka. Pak Frampton masuk dengan langkah menyelinap. Ketika ayah Peter beserta kedua anggota Sapta Siaga sudah masuk, pintu lantas ditutup kembali dengan hati-hati.
Pak Frampton menyalakan senter yang dibawanya, lalu berbisik, "Itu - di pojok ada pesawat telepon. Kau - siapa namamu, Nak""
"Peter, Pak," jawab Peter.
"Nah, kau Peter, kau bertugas cepat-cepat lari ke pesawat telepon nanti dan memanggil polisi, jika kita mengalami kesulitan," kata Pak Frampton. "Bilang saja pada polisi, aku meminta agar mereka mengirimkan seorang petugas dengan segera ke mari. Mengerti""
""Ya Pak," jawab Peter. Semangatnya semakin berkobar-kobar.
"Sekarang kita harus diam semua," kata Pak Frampton sambil berjalan mendului ke atas, diterangi cahaya senter yang dibawanya. Anak tangga berlapis karpet tebal, jadi langkah mereka sewaktu lewat di situ sama sekali tak kedengaran. Pak Frampton dan ayah Peter berjalan di depan, disusul oleh Peter dan Jack. Jack merasa dadanya sesak, karena menahan ketegangan.
Mereka berempat naik terus, sampai ke tingkat dua. Pak Frampton mematikan senternya. Di bawah sebuah pintu nampak jalur sinar terang. Itulah pintu kamar balkon! Dari dalam kamar terdengar samar-samar suara orang berbicara. Kemudian suara-suara itu bertambah keras. Mereka yang. berada di luar mendengar orang berteriak-teriak dan mengancam!
Apakah yang sedang terjadi dalam kamar tertutup itu" Jack merasa lututnya gemetar.
"Jangan takut," kata Pak Frampton, ketika melihat Jack gemetar. "Mereka sedang mendengarkan sandiwara radio."
Jack lega. Suara ribut-ribut itu ternyata datang dari pesawat radio. Ah, betul juga! Ia pernah mendengarnya bersama Peter, ketika mereka berdua sedang berada di balkon! Sementara itu Pak Frampton sudah maju mendekati pintu yang tertutup, lalu berusaha membukanya. Tapi sia-sia - pintu itu terkunci dari dalam!


Sapta Siaga 08 Rahasia Rumah Kosong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian Pak Framtpon mengetuk keras-keras sambil berseru dengan suara galak, "Ayo ! Cepat, buka pintu!"
Tiba-tiba kamar yang terkunci itu menjadi sunyi. Radio dimatikan oleh orang yang di dalam. Pak Frampton mengetuk sekali lagi.
"Buka pintu, kataku!" serunya keras-keras.
"Siapa itu"" tanya orang yang di dalam.
"Cepat, buka pintu! Nanti akan kaulihat sendiri!" bentak Pak Frampton. Peter dan Jack terlompat karena kaget mendengar suara sekeras itu. "Kukenali suaramu, Grim! Habis riwayatmu sekarang! Ayo buka pintu, kalau tidak ingin nasibmu bersama kawanmu menjadi lebih parah lagi!"
Selama beberapa detik tak terdengar jawaban dari dalam. Tapi kemudian Grim menjawab dengan suara cemas.
"Itu kan Anda, Pak Frampton" Pak, Anda kan tidak membawa polisi ke mari" Pak, Anda tahu sendiri saya ini jujur, dan .....
"Aku belum memanggil polisi saat ini," teriak Pak Frampton dengan nada marah. "Tapi jika kau tidak cepat-cepat membuka pintu, saat ini juga akan kusuruh orang ke bawah untuk memanggil polisi. Dan mengenai kejujuranmu, kurasa akan sukar bagimu untuk membuktikan hal itu, Grim."
Di dalam kamar terdengar suara berbisik-bisik, seolah-olah saat itu Grim sedang menenangkan seseorang. Kemudian ia berbicara lagi. Suaranya kedengaran meminta-minta.
"Pak Frampton, saya akan segera membuka pintu ini dan pergi ke luar, asal saya boleh menutup pintu lagi sampai saya selesai berbicara dengan Anda."
"Cepat buka pintu, atau kami akan masuk sekarang juga. Pak Frampton sudah marah sekali "Aku tidak mau tawar-menawar! Dan awas, jika kawanmu yang ada di dalam sampai melarikan diri lewat jendela, maka nasibmu akan semakin parah! Sekarang jangan main-main lagi! BUKA PINTU!"
Tapi pintu masih tetap tertutup. Pak Frampton berpaling pada Peter, lalu berbicara keras-keras supaya terdengar oleh Grim.
"Peter, kau pergi ke serambi bawah," kata Pak Frampton."Kautelepon polisi sekarang, seperti kataku tadi. Minta pada mereka agar mengirim seorang petugas dengan segera ke mari"
"Baik, pak!" jawab Peter. Tapi baru saja ia melangkah pergi, tiba-tiba terdengar Grim berseru dari dalam,
"Jangan, Pak! Jangan panggil polisi! Saya akan membuka pintu. Tunggu, Pak - tunggu!"
""Tunggu dulu, Peter," kata Pak Frampton dengan suara pelan. "Kurasa ia akan menurut sekarang."
Tak ada yang bergerak, sementara di balik pintu terdengar bunyi anak kunci di putar. Kemudian pintu terbuka pelan-pelan. Grim muncul di depan mereka. Tampangnya yang masam, saat ini nampak lesu dan bingung.
"Sekali lagi saya minta, jangan masuk ke kamar ini Pak " katanya sambil memegangi daun pintu sehingga tak ada yang bisa melihat ke dalam. "Jangan Pak!"
"Ayo minggir," "kata .Pak Frampton sambi! mendorong Grim ke samping. Pak Frampton masuk ke dalam kamar diikuti oleh ayah Peter. Peter dan Jack membuntut di belakang. Dalam hati mereka bertanya-tanya, apa yang akan mereka "hat dalam kamar misterius itu.
Te rnyata tak seorang pun menduga pemandangan yang nampak dl dalam kamar. Keempat-empatnya berdiri dengan mulut ternganga.
" XIV Peristiwa tak tersangka
"KAMAR balkon itu nampak bersih dan nyaman. Api gas di pediangan berkobar-kobar, sedang jam di atas rak "berdetak-detak dengan bunyi yang enak didengar telinga. Meja yang ada dalam kamar dilapisi taplak putih. Di atas meja nampak roti yang diletakkan pada baki kayu bersama mentega dan sepiring keju kuning.
Tapi bukan itu yang menyebabkan keempat tamu malam-malam Itu memandang sambil melongo. Mereka berempat memandang ke pojok kamar, di mana terdapat sebuah pembaringan yang ditaruh dekat api. Seorang wanita berbaring di situ. Wanita itu kurus. Ia sudah tua. Rambutnya sudah beruban. Wajahnya pucat, sedang tangannya gemetar. ia memandang keempat tamu yang masuk dengan ketakutan.
Pak Frampton tertegun. Seperti yang lain-lainnya juga, ia menyangka akan melihat seorang laki-laki, seorang 'perampok'. Tapi ternyata yang ada dalam kamar cuma seorang wanita tua yang memandang dengan wajah ketakutan.
""Pak, Ini semua kesalahan saya," kata wanita itu dengan suara gemetar. "Janganlah bersikap ter1alu keras pada Georgie."
"Anda tak perlu cemas, Bu," kata Pak Frampton. Aneh, suaranya sama sekali tidak galak seperti tadi. "Kami cuma datang untuk memeriksa apa yang terjadi di sini."
"Tiba-tiba wanita tua itu menangis. Air matanya bercucuran membasahi pipinya yang pucat. Dengan segera Grim datang menghampiri dan memegang tangan wanita itu.
"Sudahlah, kau tak perlu khawatir," katanya. "Aku melakukan tanpa berniat jahat."
Kemudian dipandangnya Pak Frampton. :
"Soalnya begini Pak," katanya menjelaskan. "Istri saya tidak kuat badannya, dan selama musim dingin ia batuk-batuk terus. Kata dokter, ia harus dipindahkan dari pondok kami. Kata dokter pondok itu terlalu lembab, dan sebaiknya istri saya dimasukkan ke rumah sakit..."
'Tapi saya tidak mau," kata wanita tua itu. "Saya tidak mau berpisah dari Georgie. Saya pasti mati jika dipisahkan dari suami saya."
"Tapi kemudian air terusan banjir karena hujan lebat, lalu melimpah masuk ke dalam pondok," kata Grim dengan bingung. "Lebih parah lagi, beberapa genteng atap jatuh sehingga air hujan masuk ke kamar tidur kami. Yah, lalu apa yang masih bisa saya lakukan, pak" Tak ada tempat lain yang bisa kami datangi. Padahal kami cuma memerlukan sebuah kamar yang kecil saja! Lalu karena kebetulan saya mendapat pekerjaan di sini ...."
"Ah, begitu," kata Pak Frampton, lalu duduk di kursi. "Ya, aku mengerti. Jadi kau lantas memindahkan istrimu ke sini, ke kamar yang hangat dan kering, lalu kau menyalakan gas dan lampu. Kau membuka keran air ledeng...
"Betul, Pak. Sewaktu pertama kalinya saya ke mari, saya masuk lewat lubang batubara. Lalu saya ke dapur dan membuka pintu di situ," kata Grim. "Anda mengambil seluruh kunci rumah ini, Pak. Tapi saya kebetulan tahu, masih ada satu kunci cadangan yang tergantung di atas bupet. Lalu pada suatu malam saya memindahkan istri saya ke mari, Pak. Perjalanan ke sini sangat menyiksa bagi dia, Pak..."
Dan setelah- itu kau menyuruhnya beristirahat di sini," kata Pak Frampton. "Lalu kau melakukan segala tugas rumah tangga untuknya. Kau yang belanja, mencuci pakaian dan menjemurnya di belakang pondok kalian! Ya, aku tahu mengenai semuanya itu, Grim. Dan setiap malam kau naik ke sini, lewat jendela balkon."
"Betul, Pak," jawab Grim dengan sedih. "Saya marah sekali pada kedua anak ini, ketika saya mengetahui bahwa mereka memanjat pohon yang di luar dan naik ke balkon. Saya sudah ketakutan sekali, ketika mereka melaporkan pada Anda bahwa mereka melihat nyala api gas di sini. Sungguh, Pak - saya selama ini terus-terusan khawatir rasanya. Ya, saya tahu bahwa saya salah. Tapi saya tidak mempunyai kemungkinan lain, Pak!"
"Kenapa kau tidak minta izin padaku"" tanya Pak Frampton.
"Anda pasti tak memperbolehkan!" kata Grim bingung. Ia lantas menatap ayah Peter yang selama itu diam saja. "Begini, Pak. Istri saya ini selama ada di sini sudah berbuat sebisa-bisanya. Walau ia sakit, tapi setiap hari selalu membersihkan
debu. Semua tanaman diberinya air, dan semua perabot dilap. ia selama di sini selalu ketakutan. Tapi batuknya sudah agak berkurang, Pak.
Tahu-tahu Peter merasa air matanya meleleh. Kasihan mendengar cerita Grim yang malang. Istrinya selalu sakit-sakitan, dan harus tinggal dalam gubuk lembab dan bocor. Dan sebetulnya mereka cuma menumpang tinggal saja dalam kamar gedung yang sedang kosong itu.
Tambahan lagi Ibu Grim masih menyempatkan diri dalam keadaan sesakit itu untuk membersihkan rumah dan menyirami tanaman!
Setelah semua diam sesaat, kemudian Pak Frampton membuka mulut lagi. ia berbicara dengan ramah.
"Yah, Grim - tentu saja aku harus melaporkan kejadian ini pada pemilik Loji Bartlett. Tapi akan dikemukakan pula segala kesulitanmu. Akan kukatakan pula bahwa istrimu selalu menjaga kebersihan rumah dan ...."
"Tapi Anda kan takkan melaporkan pada polisi, Pak"" tanya wanita yang tergeletak di pembaringan dengan suara sedih. "Suami saya baik hati. Pak. Ia sangat jujur, dan selalu baik hati. Dia memang lekas marah, dan sifatnya ini kadang-kadang menyulitkannya sendiri - tapi ia selalu jujur. Saya tahu betul mengenai hal itu!"
"Aku takkan memanggil polisi," kata Pak Frampton. "Tapi mungkin kalian juga tahu, pemilik tempat ini minggu depan akan kembali. Jadi kalian tak bisa lagi tinggal lebih lama di sini."
""Kalau begitu saya akan kembali lagi ke gubuk kami," kata Ibu Grim. "Batuk saya sudah agak reda, Pak - sejak saya tinggal di kamar yang hangat dan kering ini. Saya akan bisa tinggal lagi dalam gubuk kami
''Tidak!'' teriak Grim dengan tiba-tiba. Kedengarannya ia sangat cemas. "Kau akan dibawa pergi "dariku. Mereka akan mengatakan kau sakit, lalu kau akan bawa pergi.
"Begini sajalah," kata Pak Frampton.. "Kalian tinggal dulu di sini sampai aku menerima kabar dari pemiliknya. Kulihat kalian berdua bisa dipercaya. Tapi lain kali jika kalian mengalami kesulitan lagi, mintalah pertolongan pada kawan, Grim. Jangan berbuat begini lagi.
"Saya takut minta tolong karena khawatir kalau-kalau istri saya dibawa pergi," kata Grim. "Maaf bahwa saya telah merepotkan Bapak. Tapi sungguh - kami sama sekali tak berbuat jahat."
Ayah Peter berdiri. . "Yuk, Frampton -.:.. kita pergi saja," katanya. "Biar sajamereka di sini dulu. Grim, besok kau datang ke rumahku, ya. Akan kusediakan susu dan telur untuk istrimu. Selamat malam, Bu Grim. Janganlah sedih! Akan kita usahakan untuk menolong Anda dan Grim. Selamat malam, Grim.
"Selamat malam, Pak," kata Grim. Keempat tamu mereka keluar lagi, meninggalkan Grim yang berdiri di pintu dengan wajah waswas.
"Ayah, tidak bisakah kita menolong mereka"" tanya Peter pada ayahnya. Tampangnya sama gelisahnya seperti Grim. ,"Aku takkan puas, sebelum bisa menolong Grim serta istrinya!"
" "xv Hidup Sapta Siaga!
"KEESOKAN harinya diadakan lagi rapat Sapta Siaga dalam gudang. Anak-anak datang dan menyebutkan semboyan mereka satu per satu.
"Grim!" "Grim!" "Grim! Bolehkah aku masuk""
Lima kali Peter membukakan pintu. Dan lima kali pula Skippy menggonggong, menyambut kedatangan anak-anak. Semua kelihatan agak gelisah. Semua terkejut dan kaget mendengar kejadian malam sebelumnya.
"Bayangkan - kita membenci Grim yang selalu. marah-marah! Padahal ia cuma khawatir, takut kalau rahasianya ketahuan oleh kita!" kata Janet. "Kasihan rasanya. jika kupikirkan bahwa mereka berdua akan terpaksa kembali ke gubuk mereka yang lembab," kata Barbara. "Ibu Grim pasti akan terserang penyakit batuk lagi. Tapi beberapa hari lagi mereka mau tidak mau akan harus pergi dari Loji Bartlett. Aduh, petualangan kita kali ini akhirnya sama sekali tidak menyenangkan!"
Kita harus berbuat sesuatu untuk menolong mereka," kata Jack. la mengambil dompet dari kantongnya, lalu menumpahkan isinya di atas sebuah kotak kayu. "Lihatlah! Ini seluruh tabunganku. Susi juga ikut menyumbang!"
"Apa" Susi juga ikut menyumbang"" tanya Janet dengan heran.
"Ya, aku menceritakan pengalaman kita padanya kemarin malam, ketika aku pulang," kata Jack. "Bagaimanapun, kan pesawat model miliknya yang mengawali petualangan kita ini. Betul, kan""
"Memang benar," kata kawan-kawan sambil mengangguk.
"Jadi menurut pendapatku, Susi berhak mendengar kisah kita," kata Jack lagi. "Begitu aku selesai bercerita dan memaparkan maksudku untuk menyumbangkan simpananku, Susi lantas menyuruhku untuk membawa uang tabungannya pula."
"Wah - sama sekali tak kuduga semula," kata Barbara "Susi ternyata baik hati."
"Sekarang apakah kita semua mau menyumbangkan simpanan untuk diberikan pada keluarga Grim"" tanya Peter. "Dan kecuali itu, apa lagi yang masih bisa kita lakukan untuk mereka" Kurasa uang sumbangan kita akan bisa dimanfaatkan untuk membetulkan atap gubuk mereka yang bocor. Tapi kecuali itu, masih ada lagi yang harus kita lakukan untuk menolong mereka. Aku belum puas apabila kita belum mengimbali perbuatan kita selama ini. Kita mengintip Pak Grim sampai rahasianya terbongkar."
Semua setuju, bahwa mereka harus membantu kedua orang yang malang itu. Peter merasa bangga terhadap Serikat Sapta Siaga yang dipimpinnya. Tak seorang pun di antara mereka yang bersifat tak suka menolong! Benar-benar senang rasanya punya teman-teman seperti mereka.
Tiba-tiba Skippy menggonggong, disusul bunyi pintu diketuk dari luar.
"Semboyan!" seru Peter.
"Aku tak tahu apa semboyan kalian!" Ternyata yang datang itu ayah Peter.
"Ah, Ayah yang datang rupanya! Masuk sajalah, Ayah tak, perlu menyebutkan semboyan kami dulu!" kata Peter sambil membukakan pintu. Ayahnya masuk sambi! tersenyum! memandangi anak-anak yang ada di situ. Ketika melihat uang yang tertumpuk di atas peti kayu, alis Ayah terangkat seakan-akan hendak bertanya.
"Wah, ada orang kaya rupanya di sini," katanya bergurau.
""Uang ini kami kumpulkan untuk menolong Grim serta istrinya, kata Peter menjelaskan. "Yang ini hasil tabungan Jack" dan Sus"i. Kami semua akan menyerahkan sumbangan masing-masing Kami merasa menyesal, karena berpikiran jahat mengenai Grim, dan mengintip-intip - padahal ia cuma ingin merawat istrinya."
"Ya - memang sangat menyedihkan nasib mereka," kata ayahnya.. Aku pun Ikut terharu seperti kalian, Peter. Aku merasa senang bahwa kalian ingin menolong mereka. Aku pun bermaksud untuk memberi bantuan!"
""Bagaimana caranya, Yah"" tanya Peter.
"Begini," kata Ayah. "Kau kan tahu pondok kita, yang selama ini ditempati orang yang mengurus sapi-sapi kita. Nah, orang Itu sekarang kan- berhenti. Kini aku bermaksud membetulkannya dulu, dan setelah itu menawarkannya untuk didiami oleh Grim beserta istrinya. Kita memerlukan seseorang yang bisa ditugaskan merawat pagar tanaman di sini dan melakukan pekerjaan lain-lainnya. Jadi kalau Grim mau bekerja dan tinggal di pertanian kita, ia boleh menempati pondok itu. Tempatnya terang dan kering, jadi istrinya akan bisa hidup dengan nyaman di situ."
Seketika itu juga Janet meloncat bangun, lalu memeluk ayahnya erat-erat
"Aku senang sekali mendengar kabar itu, Yah!" katanya gembira. "Kami tak sampai. hati, membayangkan mereka harus kembali ke pondok mereka yang lembab itu. Wah, alangkah senangnya menjadi orang dewasa - bisa melakukan hal-hal seperti itu!"
"Dan alangkah senangnya menjadi muda kembali, dan menjadi anggota Serikat Sapta Siaga!" balas ayahnya. "Aku tahu, kalian suka iseng dan mencampuri urusan orang lain. Tapi akhirnya tindakan kalian selalu tepat! Pokoknya aku merasa senang bahwa kalian berhasil membongkar rahasia Grim. Sekarang ia bisa hidup tenang lagi. Dan kita juga!"
"Bolehkah kami menyerahkan sumbangan kami, untuk membayar ongkos membetulkan pondok yang akan ditawarkan pada Grim"" tanya Jack. "Dengan sumbangan kami, kami bermaksud hendak menolongnya!"
"Terima kasih," - kata ayah Peter. "Serahkan saja sumbangan kalian pada Peter. Nanti dia yang menyerahkan padaku. Aku masih ingin mengatakan sesuatu hal lagi pada kalian. Kalian sebagai serikat Sapta Siaga sudah sering mengalami petualangan. Tapi kurasa selama ini belum pernah ada, yang akhirnya begini memuaskan seperti petualangan yang sekarang. Dan masih ada satu lagi, aku sangat bangga terhadap kalian!
"Sehabis mengucapkan pujian Itu, ayah Peter berdiri. Ia tersenyum menatap ketujuh anak yang kelihatan senan
g itu, lalu pergi ke luar. Setelah ayahnya pergi, Peter memandang berkeliling dengan wajah berseri-seri.
"Nah, Sapta Siaga - kalian mendengar kata-kata ayahku 'tadi"" katanya. "Kau dengar kata Ayah, Skip" Hidup Sapta Siaga! Hip-hip-hip...."
"Horeeee!" seru anak-anak serempak, sementara Skippy menggonggong-gonggong dengan ribut. Petualangan mereka sekali itu benar-benar luar biasa. Dan semuanya dimulai karena Susi minta tolong diterbangkan pesawat terbang modelnya!
TAMAT tamat Pewaris Mustika Api 1 Tjeng Hong Kie Su Karya Chin Yung Berita Ekslusif 4

Cari Blog Ini