Ceritasilat Novel Online

Tuduhan Palsu 2

Sapta Siaga 09 Tuduhan Palsu Bagian 2


"Apa" Mengawasi semua pintu dan jendela"" kata pembantu Bu Sonning itu. ''Takkan ada orang yang mampu melakukannya. Dan katakanlah aku harus melakukannya, aku tak kuat bangun terus sepanjang malam."
"Wah - kami harus pergi lagi,'" kata Peter. "Mudah-mudahan saja Elisabeth bisa lekas ditemukan. Tak enak rasanya harus bersembunyi sendirian di suatu tempat yang dingin dan sunyi, dan tak berani pulang karena merasa malu'"
Mereka meminta diri, lalu keluar dari rumah itu.
"Aku tahu,apa yang akan kukerjakan malam ini," kata Peter, begitu ia dan Jack sudah meninggalkan tempat itu. "Aku akan bersembunyi dalam kebun rumah tadi! Pasti jika Elisabeth menyelinap masuk, aku akan melihatnya. Tapi aku tak bermaksud melaporkannya pada palisi. Aku hendak berusaha membujuk anak itu, agar menceritakan segala- galanya pada neneknya'"
"Batul! Aku juga ikut," kata Jack bersemangat. "Yuk- sekarang kita ke istal untuk mendatangi kawan-kawan. Pasti nanti mereka mengatakan ingin ikut menjaga pula di sini!"
XI TOM DAN ELISABETH "BEGITU Peter dan Jack memasuki gerbang tempat pemeliharaan kuda, dengan segera mereka melihat sisa anggota Sapta Siaga yang menunggu di situ. Kelihatannya kelima anak itu diserahi tugas mengambil rumput kering dan jerami. Semuanya sibuk memanggilnya. Kedua pemuda yang bekerja di istal juga ada di situ.
"Hai Peter - Jack" seru Janet. "Kami membantu di sini. Asyik deh! Pak Warner tadi mengatakan kami nanti boleh membawa kuda ke lapangan, bersama Tom dan Harry."
"Hebat! Aku juga ikut bersama Jack," kata Peter gembira. Ia gemar bergaul dengan kuda. Sudah
sering ia membantu Jack, tukang kuda pembantu ayahnya. Peter menghampiri kedua pemuda tukang istal yang sedang sibuk bekerja. Harry menatapnya samb"il nyengir. Tapi Tom cuma mengangguk saja. Peter memperhatikan pemuda itu dengan teliti. Jadi dialah yang pernah bertemu dengan Elisabeth, di Gorton!
"Hai Tom," sapa Peter. "Kudengar kau beberapa hari yang lalu berjumpa dengan Elisabeth di Gorton. Kebetulan sekal!! Polisi masih tetap belum berhasil menemukannya, Menurut perasaanku neneknya pasti sudah sangat gelisah memikirkan nasib cucunya itu!"
"Lalu anak Itu sendiri bagaimana"" kata Tom dengan suara parau. "Kurasa ia pun sama sekali tidak enak perasaannya. "
""Yah - kalau ia benar mencuri, sudah sepantasnya jika ia merasa tidak enak," jawab Peter. "Anehnya, Bu Wardle yang menjadi pembantu nenek Elisabeth mengatakan bahwa anak itu baik sekali tabiatnya. Selalu berterus terang! Sini - kubantu saja sebentar dengan pelana itu."
"Terima kasih," kata Tom. "Aku tertarik pada nasib anak itu - padahal cuma kebetulan saja melihatnya di Gorton. Kurasa sekarang ia pasti sudah sampai di Prancis.
Katanya waktu Itu, ia hendak mendatangi abangnya di sana."
"Elisabeth tidak di Prancis," kata Peter sambil sibuk mengangkat pelana yang berat. "Setiap malam ia mendatangi rumah neneknya dan mengambil berbagai barang di situ. Bu Wardle yang menceritakan padaku. Kata Bu Wardle, ia tak tahu bagaimana caranya Elisabeth bisa masuk ke dalam rumah - karena semua terkunci rapat. Menurut dugaan bu Wardle, mungkin anak itu memegang kunci pintu samping, yang tak ada gerendelnya."
Saat itu Jack menghampiri mereka.
"Kami lantas bermaksud hendak mengawasi rumah itu malam nanti," katanya. "Kami merasa pasti akan melihat Elisabeth jika anak itu datang dalam gelap lalu masuk ke rumah, Kami ingin mencoba membujuknya agar mau bicara dengan neneknya, yang sangat sayang padanya. Kami tak sampai hati membayangkan seorang anak perempuan hidup seorang diri di tempat yang sunyi, dengan perasaan bingung dan sedih."
"Kalian benar-benar bermaksud hendak menjaga di sana malam ini"" tanya Tom. Kedengarannya ia kaget.
Peter mengangguk. Ia sama sekali tak senang melihat Jack menceritakan rencana rahasia Sapta Siaga pada seorang pemuda yang baru saja dikenal. Jack kadang-kadang konyol, pikir Peter sambil menatap kawannya itu dengan kening berkerut. Jack kaget melihat sikap Peter yang tiba-tiba berubah.
"Kalau kalian bermaksud mengawasi rumah itu, aku kepingin ikut juga" kata Tom dengan tiba-tiba. "Aku pasti bisa melihat kalau ada orang menyelinap masuk rumah pada malam hari. Aku Ikut!"
Peter ragu-ragu sejenak. Sebenarnya ia ingin mengatakan, Tom tak boleh ikut! Tapi bagaimana cara mencegahnya, jika pemuda itu bertekat hendak pergi" Baginya itu pasti pengalaman yang menarik, dan sekaligus kesempatan untuk membuktikan kepintarannya melihat orang yang mencoba masuk ke rumah secara sembunyi-sembunyi!
"Baiklah," kata Peter kemudian. "Kami akan sudah ada di sana pukul setengah sebelas malam. Cuma kami berempat saja yang laki-laki. Anak-anak perempuan tak perlu ikut. Begitu kami datang, kami akan memberi isyarat. Jika kau sudah ada di situ, balas isyarat kami."
""Aku pasti akan sudah ada di sana," jawab Tom. "Dan kurasa juga satu atau dua petugas polisi. Nanti kalau aku dilihat polisi, kalian harus membantuku ya. Katakan pada mereka aku kawan kalian, dan bukan maling!"
"Baiklah," kata Peter. Ia semakin menyesali Jack, kenapa terlalu banyak bercerita'pada Tom. "Apakah kita sekarang akan membawa kuda-kuda ke lapangan""
Ternyata dugaannya benar. Anak-anak berderet-deret menunggang atau menuntun kuda, menuruni bukit lalu menuju ke lapangan yang nampak cerah disinari matahari sore.
"Kemudian mereka kembali ke istal, bersama Tom dan Harry. Tom kelihatannya capek. Ia tak banyak bicara. Tapi Harry masih terus saja bercanda, sambil memukul punggung kawan sekerjanya itu beberapa kali. Ketika ada kesempatan, Peter berbisik pada Tom.
"Nanti malam jangan lupa memberi isyarat seperti bunyi .burung hantu," bisiknya. Tom mengangguk, lalu berpaling. Anak-anak mengucapkan selamat be
rpisah, lalu naik sepeda masing-masing menuruni bukit. Maksud mereka hendak pulang.
Tiba-tiba mereka melihat seseorang di kejauhan, yang saat itu sedang melangkahi pagar lapangan. Orang yang mereka lihat Itu menenteng sebuah koper kecil. Ia mengenakan mantel dan topi berwarna biru, seperti pakaian seragam sekolah. Tiba-tiba orang itu menoleh ke arah mereka. Kelihatannya seperti takut, lalu lari cepat-cepat menjauh.
"Lihat!" seru Collin sambil menunjuk. Apakah itu Elisabeth" Dia membawa koper! Cepat kita harus mengejarnya!"
Mereka bergegas mengayuh sepeda masing-masing. Jalan di situ tidak rata, sehingga mereka terantuk-antuk. Akhirnya mereka sampai di tempat anak tadi memanjat pagar. Dekat tempat itu nampak sesuatu benda berwarna putih. Janet memungutnya.
"Sapu tangan." katanya. "Dan lihatlah -- di pojok ini ada huruf yang disulam dengan benang hijau. Huruf E!. Tadi itu ternyata memang Elisabeth! Rupanya ia bersembunyi di dekat-dekat sini! Yuk - kita harus cepat-cepat mengejarnya!"
Mereka menjunjung sepeda mereka melewati pagar. Di jalan mereka melihat ke arah anak tadi lari.
"Itu dia!" seru George. "Di pojok jalan - dekat pondok tua itu! Kita harus berusaha agar ia mau bertemu dengan kita, sehingga bisa dibujuk untuk ikut! Kita harus membunyikan bel sepeda, supaya ia mendengar kedatangan kita!"
XII PERBUATAN YANG MENJENGKELKAN
"KETUJUH anggota Sapta Siaga mengayuh sepeda mereka "cepat-cepatnya. Mereka berusaha mengejar anak berpakaian mantel biru sambil membunyikan bel untuk menarik perhatiannya.
Tapi anak itu sudah sampat di pojok jalan lalu membelok. Ketika para anggota Sapta Siaga sampai di sana. anak tadi sudah tidak kelihatan lagi. Anak-anak turun dari sepeda, lalu saling berpandang-pandangan dengan kecewa.
"Ke mana perginya" Ia tidak kelihatan lagi di jalan," kata Janet. "Rupanya bersembunyi! Tapi di sekitar sini tak ada tempat yang cocok untuk itu."
"Ia bisa saja bersembunyi di pondok tua yang sudah rusak itu," kata Colin sambil menunjuk. "Itu, di sana - di sela pohon-pohon yang berkelompok. Pasti ia bersembunyi ke sana!"
""Sebaiknya kita periksa saja," kata George. Anak-anak menyandarkan sepeda mereka dekat pagar tanaman. menyelip lewat celah di pagar Itu, lalu lari menuju ke pondok yang ditunjuk oleh Colin. Pondok Itu sudah tua dan rusak. Bangunannya dan batu. Atapnya sudah rusak. Di tingkat dasar hanya ada dua ruangan, sedang di tingkat atas ada satu, Di pajak salah satu ruangan tingkat dasar terdapat tangga yang menuju ke tingkat atas. T angga Itu juga terbuat dari batu. tapi sudah pecah-pecah.
"Tak ada siapa-siapa di sini!" kata Pam heran. Tapi nanti dulu - itu ada tangga batu di pojok ruangan. Mungkin anak itu bersembunyi di tingkat atas!"
George bergegas, naik - dan sesaat kemudian terdengar ia berseru keras.
"Anak itu tak ada di sini," serunya dari atas. 'Tapi aku menemukan kopernya. Di tutupnya ada huruf-huruf singkatan E.M.W.S. Ternyata memang Elisabeth yang kita lihat tadi!"
Seketika itu juga kawan-kawannya berdesak-desakan naik ke atas. Mereka melihat sebuah koper kecil terletak di lantai yang kotor, Betul - di tutupnya tertulis huruf-huruf E.M.W.S.
"Elisabeth Mary Wilhelmina Sonning." kata Barbara sambil menyentuh huruf-huruf itu satu per satu. "Tapi anaknya sendiri di mana sekarang"" Barbara berseru kuat-kuat, "Elisabethl Kau di mana""
"Tapi tak ada yang menjawab panggilannya.
"Aneh," kata Janet "Di sini sama sekali tak ada tempat untuk bersembunyi. Apa sebabnya anak Itu melemparkan kopernya ke mari, lalu lari lagi" Kan ia bisa menduga sendiri bahwa kita akan menemukannya! Ke mana anak itu" Elisabeth!"
""Sebaiknya kubuka saja koper ini," kata Peter. "Aku mempunyai perasaan aneh mengenai kejadian ini. Mudah-mudahan saja koper ini tidak dikunci,"
Ternyata memang tidak! Dengan mudah Peter berhasil membukanya. Kawan-kawannya berdesak-desak, semua ingin melihat isinya, Di dalam koper ada sebuah kotak kecil. Selain itu tidak ada apa-apa lagi. Kotak itu diikat dengan seutas tali.
"Mungkin ini uang yang dicuri!' kata Colin. Wah! Lihatlah - di tutup kotak tertulis 'UANG GURU'. Buka
saja kotak itu, Peter!"
Peter melepaskan tali pengikat, lalu membuka kotak. Dalam kotak itu ternyata masih ada satu kotak lagi yang lebih kecil!. Kotak itu juga terikat dengan tali. Peter cepat-cepat membukanya, dan melihat sebuah kotak lagi di dalamnya, Peter mulai bingung. Aneh - untuk apa uang ditaruh dalam kotak, yang ditaruh dalam kotak, yang ditaruh dalam kotak yang lebih besar lagi!
Dibuka kotak ketiga. Ternyata tak ada kotak yang lebih kecil di dalamnya. melainkan sebuah kartu. Kartu itu diletakkan terbalik. Peter mengambil kartu itu. Matanya melotot, seakan-akan tak memahami apa yang dilihatnya di balik kartu itu!
"Apa tulisannya" Ada tulisannya atau tidak"" seru Pam sambil menjulurkan leher untuk ikut melihat Peter membantingkan kartu yang dipegangnya ke lantai, lalu menginjak-injaknya. Tampangnya marah sekali.
"Di situ tertulis 'Salam manis dari Susi!'" desisnya. "Hih, kepingin rasanya menempeleng anak bandel itu. Kita ditipu olehnya! Sudah repot-repot mengejar, karena melihat sapu tangan yang tercecer dekat pagar -lalu sibuk kayak orang konyol, membuka kotak-kotak ini yang isinya cuma ejekan belaka!'
Anak-anak Sapta Siaga benar-benar marah saat itu. Apalagi Jack.
"Berani benar anak itu menipu kita!" katanya. "Awas, jika aku sampai di rumah nanti - pasti dia akan kubalas!
"''Tapi ke mana ia sekarang"" kata Barbara. Setelah kita membelok di tikungan, aku tak melihatnya lagi. Rupanya ia sudah menyiapkan sepedanya, yang disembunyikan di dekat-dekat sini!"
"Ya - semuanya sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya oleh Susi, kata George. "Harus kuakui, akalnya memang hebat! Wah - aku tadi sudah menyangka bahwa kita akan berhasil menyergap Elisabeth!'"
"Susi tentunya tertawa terpingkal-pingkal sewaktu menuliskan huruf-huruf E.M.W.S. di tutup koper ini," kata Jack, "Sekarang aku baru mengenalinya kembali. Koper ini sudah lama ada di ruang loteng kami."
"Sudahlah - kita pulang saja dulu ke rumah," kata Janet, "aku sudah bosan berbicara terus tentang Susi."
Mereka lantas pergi, dari pondok tua itu. Peter mengurus acara malam itu dengan para anggota Sapta Siaga yang laki-laki. Anak-anak perempuan merasa sedih, karena tidak diizinkan ikut.
"Kalau ada petualangan pada malam hari, kami selalu tidak boleh ikut, kata Janet mengomel. "Padahal kami sangat kepingin! Kan asyik, mengintai dalam kebun yang gelap! Kalian akan berlima, bersama Tom tukang kuda. Tapi sebetulnya sayang pemuda itu harus ikut dengan kalian!"
"Barangkali akan ada pula polisi satu orang atau dua," kata George. "Kurasa sebaiknya kita mendului mereka saja datang ke sana. Aku khawatir mereka akan sangat kaget, apabila tahu-tahu ada segerombolan orang datang dan ikut mengintai bersama mereka. Mungkin mereka akan bingung, tak tahu lagi siapa yang menjadi polisi - mereka atau kita!"
Anak-anak tertawa mendengar lelucon George. Kemudian Peter berpaling menatap Jack,
"Awas ....jangan sekali-kali kau ceritakan pada Susi tentang rencana kita nanti malam," kata Peter, "Nanti ia mengacau lagi. Aku masih belum habis heran, bagaimana caranya Elisabeth bisa masuk ke rumah neneknya. Mestinya ia memegang sebuah kunci lain."
"Mereka memutuskan untuk berkumpul lagi pukul sepuluh lewat sepuluh menit di pojok jalan, dan setelah itu bersama-sama naik sepeda ke Belling. ""
"Sesampai di Pondok Bramble, kita menyembunyikan sepeda di bawah pagar tanaman, lalu masuk ke kebun lewat jalan belakang," kata Peter menguraikan rencananya. "Ingat - jangan lupa memberi isyarat jika ada bahaya!"
"Wah, rasanya petualangan kita malam nanti pasti menegangkan," kata Jack. "Mudah-mudahan saja Susi nanti tak mendengar ketika aku bangun dari tempat tidur lalu menuruni tangga rumah."
"Ingat Jack - jika karena kekonyolanmu Susi sampai bisa membuntuti dari belakang, kau akan kupecat dari Serikat Sapta Siaga!" kata Peter. Dan ia bersungguh-sungguh mengatakannya!
" XIII DALAM PENGINTAIAN "M ALAM itu Peter, Jack, George dan Colin menyelinap keluar dari rumah masing-masing, Jack sudah ketakutan saja - khawatir kalau Susi mendengarnya keluar. Tapi ketika ia menempelkan telinga ke pi
ntu kamar tidur adiknya itu, didengarnya suara mendengkur pelan.
Syukurlah - Susi sudah tidur nyenyak! Ia teringat pada ancaman Peter yang akan memecatnya dari Serikat Sapta Siaga. apabila ia tidak berhati-hati menghadapi Susi yang cerdik. Jack merasa lega mendengar bunyi dengkur adiknya!
Keempat anak laki-laki itu berkumpul di tempat yang sudah disepakatkan. Kemudian mereka bersepeda bersama-sama menuju rumah nenek Elisabeth di desa Belling.
Di tengah jalan mereka tak berjumpa dengan siapa-siapa, Mereka tak melihat polisi, Untunglah kalau begitu! Sesampai di tempat tujuan mereka turun dan sepeda,lalu menyembunyikan kendaraan mereka itu dalam pagar samak yang terdapat tidak jauh dari Pondok Bramble. Rumah Bu Sonning nampak gelap.
"Nanti yang memberi isyarat cuma aku saja." bisik Peter. "Sebab apabila kita semua melakukannya setiap kali terdengar atau ter1ihat sesuatu yang menarik atau mencurigakan.- nanti kebun ini kedengarannya seperti penuh dengan burung hantu. Dan polisi pasti akan langsung curiga!"
"Baiklah," balas George sambil berbisik pula. "Bolehkah kami memilih tempat persembunyian kami sendiri-sendiri" Bagaimana jika dua dari kita bersembunyi di kebun yang di depan. sedang dua lagi mengintai di kebun belakang.
"Tidak!" kata Peter dengan suara pelan. "Dua di belakang, satu di depan - kau, Colin - dan seorang lagi mengawasi sisi yang ada pintunya. Jangan lupa, Bu Wardle mengatakan bahwa ia menduga Elisabeth memegang kunci pintu itu. Dan di sebelah dalamnya tidak ada gerendel."
"0 ya, kata Jack. "Kalau begitu, aku saja yang bersembunyi dalam semak yang terdapat di sisi pintu pagar, Peter, Di sisi yang satu lagi tak ada pintu. Dengan begitu kita mengawasi semua pintu - dan juga jendela "
""Malam ini gelap sekali," kata Peter sambil mendongak memandang ke langit. "Tak ada bulan, sedang langit berawan - jadi bintang pun tak nampak. Rasanya tak mudah melihat apa-apa di tempat segelap ini. Jadi kita harus memasang telinga baik-baik."
"Mata kita akan segera terbiasa melihat dalam gelap," kata Colin. Tiba-tiba disambarnya lengan Peter, sehingga kawannya itu terlompat karena kaget. "Dengar - bunyi apa itu""
Terdengar bunyi gemerisik di dekat mereka lalu muncul bayangan tubuh seseorang. Orang itu berbicara pada mereka.
"Ini aku - Toml Aku menunggu di sini, sampai mendengar kalian datang. Di mana kalian akan bersembunyi""
Anak-anak menceritakan rencana mereka,
"Kalau begitu, aku akan mengintip dari atas pohon," kata Tom kemudian. "Dari situ aku bisa melihat dengan baik - atau mendengar jika ada orang datang! Kurasa di sini tak ada polisi. Aku sudah agak lama di tempat ini, tak melihat siapa-siapa." .
"Kalau kau mendengar orang datang, jangan lupa membeli isyarat," kata Peter mengingatkan. "Nanti kubalas dengan isyarat yang sama. Tapi cuma kita berdua saja yang saling memberikan isyarat.
"Kucari saja pohon yang bisa kupanjat," bisik Tom. "Nah - yang itu saja. yang dekat dinding. Dari situ aku bisa melihat dengan jelas ke mana-mana - Asal saja awan menyingkir dan langit berbintang lagi!"
Peter dan ketiga kawannya menyebar pergi ke tempat pengintaian masing-masing. Jantung mereka berdebar-debar, Pekerjaan begini memang mengasyikkan! Mereka mendengar Tom memanjat ke atas pohon tempatnya akan mengintai. Setelah itu sekeliling mereka sepi lagi. Peter masuk ke dalam samak, dari mana ia bisa mengawasi rumah.
"Tiba-tiba terdengar suara melengking. Seperti ada yang menjerit! Anak-anak kaget. Jantung mereka berdebar lebih keras lagi! Suara apa itu" Saat itu mereka melihat bayangan putih terbang mengitari kebun, Semua menarik napas laga.
"Ah - cuma burung pungguk saja!" pikir Peter, "Aduh - setengah mati kagetku tadi dibuatnya. Untung saja burung pungguk lain bunyinya dengan burung hantu. Kalau tidak, pasti kita semua menyangka ada orang datang menyelinap ke mari!"
Setelah itu agak lama juga tak terjadi apa-apa - sampai terdengar suara burung hantu.
"Hul Huu-hu-hu-huuul"
"itu pasti Tom memberi isyarat," pikir Peter. Ia tak herani bergerak lagi, karena khawatir akan terlihat oleh orang yang datang. Ia menajamkan
mata, berusaha melihat dalam gelap.
Tiba-tiba semak tempatnya bersembunyi disenggol orang. Dengan segera Peter meringkuk. Didengarnya suara batuk-batuk. Batuk orang dewasa. Rupanya yang datang itu petugas polisi. Begitu pelan langkahnya sehingga hanya Tom saja yang berhasil mendengar. Peter menunggu sebentar, sampai ia merasa pasti bahwa polisi itu sudah menemukan tempat pengintaian yang cocok. Kemudian ia membalas isyarat tadi.
"Huu hu huu huuuul"
Sekarang kawan-kawan semua pasti tahu, paling sedikit ada seorang polisi dalam kebun! Jantung Peter berdebar keras, Tiba-tiba ia merasa aneh dan gelisah - di mana-mana nampak bayangan gelap. Dalam hati ia setengah berharap, mudah-mudahan saja Elisabeth tidak muncul malam ini! Ia merasa kasihan pada anak itu. Pasti akan ketakutan, jika tahu bahwa ia dikepung orang banyak!
Tiba-tiba Peter melongo. Ia menatap ke arah rumah dengan heran, Betulkah ia melihat cahaya terang di dalam satu kamar di tingkat atas" Sinar yang seperti berasal dari senter" Ya - betul, cahaya senter! Ia melihat sinar itu bergerak ke berbagai arah, di balik tirai tertutup!
Pasti yang di dalam itu Elisabeth! Entah dengan cara bagaimana - tapi kenyataannya anak itu berhasil menyelinap juga masuk, tanpa ketahuan. Atau mungkinkah itu Bu Wardle" Ah, tak mungkin! Kalau Bu Wardle, pasti ia menyalakan lampu kamar! Peter memberi isyarat burung hantu sekali lagi.
"Huuu hu huhuuu!"
Sekarang semuanya pasti berjaga-jaga. Jika Elisabeth ternyata berhasil menyelinap masuk, pasti ia "arus keluar lagi. Dan saat itu mereka akan melihatnya! .
Cahaya terang di kamar atas lenyap - lalu muncul di kamar lain. Menurut dugaan Peter, tempat itu pasti dapur. Mungkin anak yang minggat itu kelaparan, dan saat itu sedang mencari makanan di situ!
Tapi bagaimana caranya masuk ke rumah" Dan yang terlebih-lebih penting lagi - lewat mana ia keluar nanti"
" XIV BENAR-BENAR ANEH! "CAHAYA senter di dalam rumah nampak bergerak-gerak terus. Kemudian lenyap - seperti dipadamkan. Semua yang mengintip di luar menajamkan telinga, sambil berusaha memandang dalam gelap. Sekarang pasti Elisabeth akan keluar lagi, dan mereka harus menyergapnya, lewat pintu atau jendela manakah anak itu akan muncul sebentar lagi"
Tapi mereka menunggu dengan sia-sia. Tak ada pintu yang terbuka. Tak ada jendela berderik. Sepuluh menit lamanya para pengintai menunggu dengan tegang, sambil membisu. Kemudian terdengar suara seorang laki-laki berseru dari satu tempat dalam kebun.
"Bill!" seru orang itu. "Ada yang kaulihat di luar""
Peter kaget sekali ketika ada orang lain menjawab.
"Tidak! Aku tidak melihat apa-apa di sini. Mestinya anak itu masih ada di dalam. Yuk. kita bangunkan Bu Wardle, lalu memeriksa rumah!"
Jadi ternyata ada dua petugas polisi dalam kebun saat itu! Wah - polisi yang satu lagi sama sekali tak terdengar oleh Peter. Anak-anak agak bingung. Apa yang harus mereka lakukan sekarang" Mereka melihat kedua polisi itu menyalakan senter masing-masing. Terdengar langkah mereka berjalan, menuju pintu depan.
Peter memberi isyarat lagi. Kawan-kawannya menduga bahwa mereka dipanggil olehnya. Mereka lantas meninggalkan tempat masing-masing dan mendatangi pemimpin mereka dengan berhati-hati Tom turun dari pohon, lalu menggabungkan diri.
"Kedua polisi itu tak mendengar atau melihat siapa-siapa, sama saja seperti kita," kata Peter. "Dan kita hanya melihat ada cahaya lampu dalam rumah. Cahaya senter. Tom - kecuali itu masih ada lagi yang kaulihat""
"Tidak," jawab Tom. "Aku lebih baik pergi saja sekarang. Soalnya polisi tak kenai padaku. Mungkin mereka akan heran, apa yang kulakukan di sini bersama kalian. Nah - sampai lain kali!"
Dengan segera Tom menghilang dalam gelap, meninggalkan keempat anggota Sapta Siaga yang masih berkumpul. Kemudian keempat anak itu bergerak mendekati pintu depan. di mana kedua polisi masih berdiri setelah menekan bel. Peter dan ketiga kawannya berdiri di tempat gelap, karena tak ingin ketahuan. Kemudian mereka melihat pintu depan terbuka dengan lambat. Nampak Bu Wardle menjengukkan kepala dengan hati-hati ke luar. Ia memakai gau
n tidur, sedang rambutnya digulung ke atas.
"Ah - polisi," terdengar Bu Wardle berkata. "Silakan masuk! Rupanya aku tadi tertidur, walau sudah kukatakan aku akan berusaha ikut menjaga sepanjang malam. Kalian ingin tahu apakah ada barang yang diambil lagi""
"Begini. Bu Wardle," kata salah seorang dari kedua petugas polisi itu. "Kami tahu bahwa saat ini ada orang di dalam rumah. Kami melihat cahaya senter bergerak-gerak dalam dua kamar. Izinkan seorang dan kami masuk dan memeriksa - sedang seorang lagi menjaga di luar. Siapa tahu anak itu - jika ternyata memang dla - berusaha melarikan diri. Kami tak melihatnya keluar lagi. Waktu masuk tadi pun kami tak tahu! Tapi cahaya senternya kelihatan,"
"Ah, begitu. Baiklah, silakan masuk," kata Bu Wardle. "Tapi jangan ribut-ribut, karena nanti majikanku ketakutan. Masuk saja dulu ke dapur. Dengan segera akan bisa kukatakan, apakah ada lagi makanan yang hilang."
Seorang polisi ikut masuk dengan Bu Wardle, sementara yang satu lagi menjaga dalam kebun. Keempat anggota Sapta Siaga memperhatikan dan tempat gelap. Mestinya Elisabeth masih ada dalam rumah, karena tak mungkin ia bisa keluar lewat pintu atau jendela yang mana pun - tanpa ketahuan!
Mereka melihat lampu dinyalakan dalam tiap kamar secara berturut-turut. Rupanya polisi sibuk mencari, ditemani oleh Bu Wardle. Setelah menunggu agak lama, kemudian anak-anak mendengar suara orang bercakap-cakap di ruang depan. Sesaat setelah itu Bu Wardle muncul lagi di pintu bersama petugas polisi.
''Tak ada siapa-siapa, Bill," kata petugas itu pada rekannya yang berdiri di luar, "Dalam rumah tak ada orang, selain Bu Wardle dan Nyonya Sonning. Bu Wardle bahkan masuk ke kamar tidur majikannya untuk memeriksa barangkali saja anak itu menyelinap masuk ke situ. Tapi ternyata tidak!" ,
"Tapi tadi tak kulihat orang keluar," kata polisi yang bemama Bill. Suaranya terdengar bingung. "Lalu - ada barang-barang yang diambil""
"Ya - makanan lagi. Kecuali itu tidak," jawab polisi yang satunya. "Aneh, ya" Mana mungkin ada orang bisa masuk ke dalam tanpa kelihatan oleh kita - lalu mengambil makanan - dan kemudian keluar lagi dengan cara yang ajaib"' Yah - terima kasih, Bu Wardle. Maaf, kami tadi mengganggu tidur Anda, Tapi benar-benar ajaib! Bagaimana cara anak itu bisa keluar-masuk, tanpa terlihat oleh kami. Kami pun bingung memikirkan di mana ia bersembunyi. Kami sudah mencari ke mana-mana. Yah - besok abangnya akan datang ke sini. Tapi kalau kami tak berhasil menemukannya, rasanya Ia juga tak mungkin bisa berhasil!"
Setelah itu polisi pergi, dan pintu depan ditutup kembali. Lampu serambi dalam dipadamkan, disusul beberapa saat kemudian dengan lampu yang menyala di tingkat atas. Pasti Bu Wardle sudah masuk 1agi ke kamar tidurnya.
""Bagaimana pendapatmu, Peter"" tanya Jack berbisik "Aneh ya"" .
"Memang! Aku tak mengerti," jawab Peter. "Maksudku - kita berempat bersembunyi di sini, ditambah dengan dua petugas polisi serta Tom yang ada di atas pohon - tapi tak seorang pun dl antara kita melihat Elisabeth masuk ke rumah lalu keluar lagi. Bahkan langkahnya saja tidak kedengaran!"
Tapi ia pasti masuk dan keluar lewat sini," kata Jack. Ia masuk lewat salah satu pintu atau jendela, dan kemudian bahkan menyalakan senter dalam rumah untuk melihat apa saja yang bisa, di bawa setelah itu keluar lagi, sementara kita di sini menjaga. Tapi tahu-tahu ia sudah menghilang lagi. Tidak - aku pun tak bisa mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi!" "
"Yuk - kita pulang saja," kata Peter. "Aku capek sekali setelah menuggu begitu lama - tapi hasilnya mengecewakan. Aku kasihan mengingat Elisabeth! Bagaimana perasaannya, terpaksa mencuri-curi makanan pada malam hari, dan kalau siang bersembunyi! Pasti ia sangat sengsara!"
"Yah - mungkin abangnya bisa menolong, " kata Colin. Dia kan akan datang besok. Yuk - kita pulang saja sekarang!"
"" XV BERTENGKAR KEESOKKAN paginya, keempat anggota Sapta Siaga itu terlambat Mereka terlalu capek, karena menjaga sampai larut malam! Janet merasa kesal karena Peter tak bangun-bangun juga. Ia sudah kepingin sekali mengetahui apa yang
terjadi kemarin malam! "Aduh - pasti aku terlambat," keluh Peter sambil meloncat turun dari tempat tidur. "Kenapa tidak dari tadi-tadi aku kaubangunkan, Janet!
"Siapa bilang aku tak melakukannya," kata Janet jengkel. "Aku sudah meneteskan air dingin ke mukamu, berteriak dekat telinga dan menarik pakaian tidurmu. Sedang Skippy pun sampai ikut menggonggong-gonggong! Masih kurang apa lagi" Dan apakah yang terjadi kemarin malam""
"Sama sekali tak terjadi apa-apa, kata Peter sambil bergegas memakai pakaian sekolah. Maksudku, kami tak berhasil menjumpai Elisabeth. Ia masuk ke dalam rumah, mengambil kepet1uannya lalu pergi ke luar lagi - dan menghilang kembali. Tak seorang pun melihatnya masuk dan ke luar! Padahal saat itu dalam kebun ada tujuh orang yang mengawasi, Jadi -" Peter berhenti bercerita, karena didengarnya ibu memanggil dari bawah, "Ya, Bu! Aku turun, sekarang!"
Peter bergegas turun ke kamar makan, menelan sarapannya sambil berdiri, lalu cepat-cepat naik sepeda menuju ke sekolah. Ketika berpisah di pojok jalan, ia berseru pada Janet
"Nanti sore ada rapat pukul setengah enam tolong bilang pada Pam dan Barbara'"
Tapi rapat sore itu sama sekali tak menarik. Semuanya nampak kecewa, setelah berharap-harap akan terjadi sesuatu yang benar-benar asyik kemarin malam. Pam menimbulkan kejengkelan anak-anak, karena mengatakan Jika ia yang bersembunyi dalam kebun, pasti ia akan mendengar atau melihat Elisabeth lewat.
"Pasti kalian tertidur saat itu," katanya. "Pasti! Maksudku - masa tujuh orang menjaga, tapi tak seorang pun melihat atau mendengar apa-apa. Pasti kalian tertidur semua!"
"Diam!" bentak Peter. "Kau ini seenaknya saja mengoceh, Pam! Awas - jangan mulai lagi ya! Diam kataku!"
Tapi Pam keras kepala. "Pokoknya jika Elisabeth sebetulnya sama sekali tidak masuk lalu keluar lagi dari rumah itu- dan kurasa begitulah kejadian sebenarnya, karena kalian sama sekali, tak mendengarnya datang - maka tentunya anak itu bersembunyi di salah satu tempat dalam rumah."
"Polisi sudah mencari ke mana-mana di situ" kata Peter. "Aku "sendiri pun sudah mempunyai sangkaan yang begitu. Tapl setelah petugas polisi kemarin malam menggeledah di situ tanpa berhasil menemukannya, aku lantas melepaskan pikiran Itu, Rumah itu tidak besar. Di situ tidak ada ruang di bawah atap yang bisa untuk bersembunyi dan juga tidak ada ruangan bawah tanah. Tapi kami mendengar kabar yang menarik malam tadi. Kata Polisi abang Elisabeth yang tinggal di Prancis akan datang ke sini hari ini. Mungkin ia bisa memberikan keterangan yang berguna bagi kita."
"Kalau begitu kenapa kau tidak datang saja padanya"" tukas Pam. Ia hari itu sangat keras kepala. "Kau akan bisa mengatakan. padanya segala sesuatu yang kauketahui misalnya saja tentang Tom, tukang kuda yang melihat Elisabeth di Gorton."
""Hm. Baru itulah katamu yang ada gunanya hari ini, Pam," kata Peter, lalu berpaling pada Jack. "Maukah kau ikut, Jack. Rasanya ingin juga aku bertemu dengan orang itu."
Tiba-tiba Skippy menggonggong dengan ribut.
Kenapa lagi kau ribut-ribut"" kata Peter. Hari itu ia lekas sekali marah. Rupanya karena tadi malam tidur terlalu larut. "Ada apa dengan si Skippy" Jika Susi yang menyebabkannya, kebetulan! Aku ingin mendampratnya, karena menipu kita dengan koper kemarin."
Ternyata Skippy memang menggonggong karena Susi. Ketika Peter membuka pintu, dilihatnya Susi berdiri di ambang pintu sambil tertawa nyengir.
"Saus rempah!" katanya, begitu melihat Peter. "Aku boleh masuk ya! Aku punya beberapa keterangan. Benar-benar penting! Aku tahu di mana Elisabeth berada dan apa yang dilakukan olehnya sekarang. Aku ...."
"Kau tidak tahu apa-apa!" bentak Peter, lalu berpaling memanggil Jack. "Jack! Seret adikmu ini pulang. Pam, Barbara, Janet - kalian membantu Jack menyeret Susi. " Ayo - cepat!" '
Susi kaget sekali ketika ternyata bahwa ia benar-benar diseret ke luar sampai ke pintu gerbang depan. Dan anak-anak yang menyeretnya tidak melakukan tugas itu dengan pelan!
""Ya deh!" teriaknya marah sambil menendang dan memukul ke kiri dan kanan. "Takkan kukatakan apa yang kuketahui. T
api lihat saja nanti - pasti kalian akan mengakui bahwa aku benar! Dan aku juga tahu apa kata semboyan kalian yang sekarang! Saus rempah, saus rempah - SAUS REMPAHH!"
Susi menghilang ke jalan, sementara para anggota Sapta Siaga masuk lagi ke dalam gudang. Perasaan mereka agak enteng sekarang, karena sudah bisa melampiaskan kejengkelan dan kekecewaan mereka.
"Kini kita harus menukar lagi semboyan kita," kata Peter kesal. "Bagaimana Susi bisa mengenalnya. Jack" Mungkin kau bicara dalam tidur ya""
"'Tidak!" balas Jack. "Rupanya ia tadi bersembunyi dekat gudang, dan mendengar kita menyebutkannya sewaktu masuk. Susi memang menjengkelkan sekali. Menurut pendapatmu, mungkinkah ia mengetahui sesuatu""
"Mana mungkin"" balas Peter. "Tapi apa sebabnya kau tak bisa mengatur adikmu itu" Kalau Janet sikapnya seperti dia, pasti sudah kuhajar."
""Coba kalau berani!" kata Janet menantang. Ia tak mau seenaknya saja dipukul oleh Peter.
"Wah ....,. kenapa kita bertengkar terus hari ini! kata Barbara heran. "Rupanya Peter dan kawan-kawannya capek, karena kurang tidur tadi malam! Nah - ada rencana kita yang selanjutnya"" .
''Tidak ada - kecuali aku dan Jack akan mendatangi abang anak yang hilang itu, setelah ia tiba di rumah nenek mereka dari Prancis," kata Peter setelah ia tenang kembali.
"Pasti ia akan ke sana, karena ada kabar bahwa adiknya dilihat orang ada di sekitar situ. Yuk, Jack - aku sudah bosan dengan rapat melulu. Kita pergi sekarang!"
XVI KABAR TAK TERDUGA "BEGITU Peter dan Jack sampai di Pondok Bramble dengan segera mereka mendengar suara orang bercakap-cakap dalam kebun. Mereka menyandarkan sepeda dekat pintu pagar, lalu ,memandang ke kebun.
Mereka melihat tiga orang sedang duduk-duduk di situ, sambil menikmati sinar matahari sore yang hangat. Seorang dari mereka sudah pernah dilihat kedua anak itu, yaitu Bu Wardle. Yang satu lagi seorang wanita yang sudah lanjut usianya, Rupanya Itu nenek Elisabeth, Sedang orang yang ketiga. seorang pemuda yang umurnya sekitar delapan belas tahun, Pemuda itu kelihatannya gelisah.
"Mestinya dialah abang anak yang minggat itu, kata Peter, "Bagus - jadi ternyata ia sudah datang, Yuk, kita masuk dari depan. Kalau Bu Wardle melihat kita, pasti kita dipanggil, Jadi kita bisa bercakap-cakap dengan dia."
Ternyata Bu Wardle memang melihat mereka, dan langsung mengenali.
"Itu dia kedua anak yang baik hati, yang menyumbangkan barang-barang bekas," kata pembantu itu pada majikannya, Bu Sonning, "Ke sinilah dulu - pasti Bu Sonning ingin mengucapkan terima kasih pad kalian!"
Peter dan Jack datang mendekat
Selamat sore," sapa Peter dengan sopan. "Mudah-mudahan Anda sudah menemukan kabar tentang CUCU Anda, Bu Sonning "
Tidak - kami belum menerima kabar apa-apa," kata wanita tua itu. Peter kaget ketika melihat air mata meleleh "di pipinya yang sudah keriput. "Ini cucuku, Charles. Ini abang Elisabeth. Charles datang dari Prancis untuk memberikan bantuan karena Elisabeth sangat sayang " padanya. Jika anak itu tahu abangnya ada di sini, mungkin ia mau keluar dari tempatnya bersembunyi."
"Kami berjumpa dengan seorang "muda yang bertemu dengan Elisabeth di Gorton, kata Peter. J"adi rupanya anak itu sedang dalam perjalanan ke mari""
"Apa" Ada orang yang melihat Elisabeth di Gorto"n" tanya Charles. "Itu kan bukan dalam perjalanan ke sini. Siapa anak yang melihatnya itu""
"Namanya Tom - ia bekerja menjadi tukang kuda di Istal Warner," jawab Peter sambil menunjuk ke "arah puncak bukit yang nampak di kejauhan. "Menurut cerna anak itu, Elisabeth mengatakan bahwa ia hendak ke Prancis, untuk pergi ke tempatmu."
"Tapi Elisabeth tak tahu di mana tempat tinggalku di Perancis;" kata Charles. "Selama ini aku selalu berpindah-pindah terus. Bahkan polisi pun repot ketika hendak menghubungi. Aku merasa pasti, Elisabeth takkan senekat itu. Tak bisa kubayangkan ia hendak mencariku. padahal ia sama sekali tak tahu di mana tempatku berada di Prancis!"
Yah - kata Tom itulah yang diceritakan adikmu padanya," kata Peter. "Tak mungkin Tom hanya mengarang-ngarang saja. karena sebelum itu mereka berdua bel
um pernah berjumpa!"
"Kalau begitu sebaiknya kutemui saja pemuda yang bernama Tom itu," kata Charles lalu berdiri dari kursinya. Tapi tepat pada saat itu terdengar telepon berdering dalam rumah.
"Tolong lihat siapa yang menelepon, Charles," kata Bu Sonning. Dengan segera Charles masuk ke rumah. Peter dan Jack menunggu dengan sabar. Mereka kaget sekali melihat pemuda itu muncul lagi sambil lari dengan wajah berseri-seri.
"Nek -yang menelepon tadi kepala sekolah Elisabeth. Ia ...."
"Ah - rupanya anak itu sudah kembali ke sekolah atau pulang ke rumah bibinya." kata Bu Sonning.
Tidak, Nek! Tapi urusan uang yang dicuri, sekarang sudah beres," kata Charles sambil menjamah tangan neneknya. "Dan tentu saja Sekarang terbukti bahwa bukan Elisabeth yang mengambilnya. Anak yang sebetulnya mencuri, ketika dalam koran terus-menerus dikabarkan bahwa Elisabeth belum ditemukan juga, timbul rasa takutnya. lalu mengaku."
"Siapa anak Itu"" tanya Bu Wardle marah.
Anak itu ternyata kawan karib Elisabeth," kata Charles. "Namanya Lucy Howell. Tahun lalu ia pernah ikut menginap bersama Elisabeth di sini, Nek! Entah kenapa tapi ketika Lucy melihat kotak berisi uang itu di atas meja, ia langsung mengambilnya tanpa melihat isinya lagi. Kotak itu disembunyikannya di salah satu tempat, menunggu kesempatan baik untuk membongkarnya. Ia tak tahu bahwa di dalamnya ada uang sebanyak dua puluh pound. Ia kaget sekali ketika tahu-tahu polisi dipanggil untuk mengusut perkara itu,
Tentu saja, kata Bu Sonning ketus. "'Dari semula aku sudah tak senang melihat Lucy, Menurut perasaanku, anak itu licik. Sayang ia kawan karib Elisabeth,"
''Yah - rupanya saat itu Lucy jengkel terhadap Elisabeth, Ia agak iri. karena Elisabeth lebih bagus angka-angkanya dalam rapor dan juga lebih hebat dalam olahraga! Karena itulah ia lantas mengambil kotak uang, menaruhnya ke dalam laci lemari Elisabeth Dan ketika semua laci dan lemari anak--anak asrama digeledah, kotak uang itu ditemukan dalam laci Eliisabeth - " dalam keadaan tertutup! Saat rtu Elisabeth telah pergi ke rumah Bibi Rose untuk berakhir pekan di sana -lalu po1isa datang ke sana untuk menanyainya!"
"Kasihan Elisabeth!" keluh Bu Sonning, Tapi kenapa ia tidak membantah tuduhan itu" '
"Tentu saja ia membantah - tapi keterangannya tak dapat dipercaya. Sial baginya, ia memang masuk ke ruang kelas di mana kotak uang itu di sembarangan di atas meja. Ia membuat pekerjaan rumah di situ, dan ada yang melihatnya ketika berada dalam itu. Bibi Rose bingung mendengar segala " itu sehingga Elisabeth tak melihat " lain, kecuali minggat! Kurasa ia menyangka pasti akan dimasukkan ke dalam penjara.
"Kasihan'" kata Bu Sonning sekali lagi. tapi sekarang ia bisa pulang, karena sudah terbukti bahwa ia "tidak bersalah. Benar-benar menyedihkan, kejadian " seperti itu harus dialami anak seperti Elisabeth, Padahal ia sangat jujur!'
"Memang! Tapi sekarang. Bagaimana caranya memberitahukan padanya bahwa perkaranya sudah "beres"" tanya Bu Wardle. "Kita kan sama sekali tidak tahu, di mana anak itu sekarang!"
Betul," kata Charles dengan cemas. "Tapi kita harus berhasil menemukan anak itu. Rupanya ia hanya membawa uang yang ada padanya cukup untuk naik kereta api sampai di sini saja. ia takkan punya uang lagi, untuk membeli makanan atau barang-barang lain yang diperlukan. Saat ini pasti ia Sedang bersembunyi di salah satu tempat--- seorang diri, bingung dan sedih - karena menyangka kita pasti malu karena perbuatannya!"
"Sudahlah, jangan teruskan lagi," kata Bu Sonning, lalu menutupi mukanya dengan sapu tangan. Wanita tua itu menangis tersedu-sedu. "Kasihan anak yang baik dan manis itu - selalu baik budi. Kita harus berhasil menemukannya, Charles!" ."Yah - pertama-tama aku harus mendatangi pemuda tukang kuda yang mengaku berjumpa dengan Elisabeth di Gorton," kata Charles sambil berdiri dari kursinya. "Kalian mengantar aku ke sana, ya"" sambil berkata begitu, ia menatap Peter dan Jack.
"Baik!" kata kedua anak itu serempak. Selama itu mereka mengikuti pembicaraan dengan penuh perhatian.
"Kami akan mengantarmu sekar
ang juga. Syukurlah persoalan ini berhasil dibereskan akhirnya!"
" XVII PERBUATAN ANEH "PETER dan Jack mengantarkan Charles keluar dari kebun, lalu mendaki jalan 'bukit menuju Istal Warner. Kedua anggota Sapta Siaga menuntun sepeda masing-masing. Mereka senang pada Charles. Pemuda itu mengingatkan mereka pada seseorang - tapi mereka tak tahu pada siapa!
"Mana Tom"" seru Peter pada Harry, ketika mereka sampai di istal. Pemuda bertubuh kekar itu sedang sibuk memasang pelana ke punggung seekor kuda.
"Ada di sekitar sini," balas Harry sambil berteriak pula. "Kurasa di sebelah sana."
"Coba kaulihat apakah Tom ada di sana - sedang aku memeriksa ke kandang kuda," kata Peter. Charles ikut dengan Jack, sementara Peter pergi ke kandang. Ternyata Tom sedang membersihkan salah satu kandang di ujung sebelah sana.
"He Tom!" seru Peter memanggilnya. "Ada orang ingin bertemu denganmu!"
"Siapa"" tanya Tom dari kejauhan.
"Kau masih ingat bahwa kau berjumpa dengan anak perempuan yang bernama Elisabeth"" kata Peter. "Orang itu abangnya, Charles, Ia datang dan Prancis - ia sangat gelisah dan ...;'
Peter tak jadi meneruskan kata-katanya, karena tahu-tahu Tom mencampakkan alat penggaruk yang sedang dipegangnya ke tanah, lalu lari ke luar secepat-cepatnya. Peter hanya bisa melongo saja memandangnya. Lalu ketika Peter menyusul ke pintu kandang, Tom sudah tidak kelihatan lagi batang hidungnya! Dilihatnya Jack dan Chartes berjalan menuju ke tempatnya. Peter berseru pada ""a, .
"Kalian tadi melihat Tom lawat" Tahu-tahu ia lari ke luar, entah apa sebabnya!'
"Baru saja kami melihat seseorang lari ke luar," kata Jack. "Sial! Padahal kita sengaja datang untuk menemuinya. Kau tidak mengatakan bahwa ada orang ingin bertemu dengan dia""
"Ya - tentu saja! Aku tak tahu pasti apakah ia mendengar kataku tadi, tapi tiba-tiba ia melemparkan alat penggaruk yang sedang dipegang, lalu lari tanpa mengatakan apa-apa,", kata Peter bingung.
"Saat itu Harry datang bersama anak perempuan yang juga bekerja di situ.
"Kalian tak perlu terlalu memperhatikan Tom," kata Harry. "Anaknya agak aneh. Ya kan, Kate""
Anak perempuan itu mengangguk.
"Ia tidak banyak bicara," katanya. "Anaknya memang aneh - kurasa dia agak sinting!"
'Tapi ke mana perginya"" tanya Peter. "Tahukah kalian di mana ia tinggal" Dengan begitu kami bisa datang ke rumahnya. Soalnya teman kami ini ingin mengajukan beberapa pertanyaan padanya."
Tapi baik Harry maupun anak perempuan yang bernama Kate tidak tahu di mana Tom tinggal. Akhirnya Peter" dan Jack terpaksa menyerah.
"Sayang," kata mereka pada Charles. Peter menambahkan, "Kalau kau mau, besok kita bisa ke mari lagi. Ini bukannya karena Tom bisa menceritakan hal-hal yang penting padamu. Bahkan mungkin ia cuma mengarang-ngarang saja bahwa ia berjumpa dengan Elisabeth. Barangkali ia membaca dalam koran tentang adikmu itu, lalu dikarangnya perjumpaan di Gorton itu! Anaknya memang agak aneh!"
"Yah - terima kasih," kata Charles. Wajahnya kelihatan cemas lagi. "Aku pulang saja sekarang. Nenek pasti gelisah terus, selama Elisabeth belum berhasil ditemukan. Orang tuaku belum diberi tahu - tapi besok kami terpaksa mengirim kawat agar mereka cepat-cepat pulang. Saat ini ayahku sedang di Cina. Ia sedang melakukan tugas penting di sana, dan mula-mulanya kami tak mau merepotkannya. Polisi rupanya beranggapan, mereka akan bisa menemukan adikku dengan segera."
"Ya - tanpa membawa uang, dan dengan pakaian seragam sekolah - seharusnya mudah saja mengenalinya," .kata Jack. "Yah - kalau begitu sampai di sini sajalah!"
Kedua anak itu bersepeda menuruni bukit.
"Aku'merasa lega. ternyata yang mencuri uang bukan Elisabeth." kata Peter. "Walau aku belum pernah bertemu dengan anak itu, tapi menurut perasaanku agak aneh bahwa anak yang katanya begitu jujur dan terus terang seperti dia, bisa mencuri uang. Dan sekarang, sesudah aku berjumpa dengan neneknya, serta dengan Charles yang ramah itu- dia ramah sekali, ya Jack - aku semakin merasa yakin bahwa Elisabeth mustahil seorang pencuri."
"Perkara itu memang aneh," kata Jack, "Dan sebetulnya belum selesai selama ia belum ditemukan Kita harus ingat anak itu belum tahu bahwa pencuri yang sesungguhnya sudah mengakui kesalahannya."
"Aku "tahu," kata Peter sambil merenung. Kemudian ia berkata lagi, Yah - besok sore kita mengadakan rapat Sapta Siaga lagi, pada waktu yang, sama seperti tadi. Kita mengabarkannya pada kawan-kawan besok - di sekolah. Kita harus memberikan laporan mengenai segala kejadian sore ini. lalu kita lihat saja, apa lagi yang masih bisa kita lakukan. "
Baiklah," kata Jack, "Sampai besok!"
Kedua anak itu berpisah, masing-masing dengan membunyikan bel sepeda mereka. Keduanya memikirkan hal yang sama. .
"Sayang Elisabeth belum tahu bahwa ia tidak lagi dituduh mencuri!"
Keesokan sorenya para anggota Sapta Siaga berkumpul lagi dalam gudang di belakang rumah Peter dan Janet, seperti biasanya. Anak-anak ingin sekali mendengar laporan Peter dan Jack. Semuanya ingin mendengar cerita tentang Charles, abang Elisabeth - dan tentang pembicaraan telepon yang terjadi sewaktu Peter dan Jack sedang ada di rumah Bu Sonning,
"Sayang Tom tidak sampai berbicara dengan Charles, kata Colin " setelah Peter selesai dengan laporannya. Mungkinkah ia cuma mengada-ada saja tentang perjumpaannya dengan Elisabeth, dan karena itu takut ketahuan oleh Charles""
"He - aku tahu sebabnya'" seru George dengan tiba-tiba. "Kurasa anak itu tahu di mana Elisabeth berada saat ini Oleh sebab itulah tingkah lakunya aneh! Karena itu ia tahu-tahu lari, untuk memberitahukan pada Elisabeth bahwa abangnya ada di sini!"
"Mungkin saja dugaanmu itu benar, George," kata Peter sambil berpikir-pikir. "Ya - mungkin saja ia tahu di mana Elisabeth saat ini! Kalau begitu, semakin banyak alasan kita untuk mendatanginya lagi besok! Kita akan langsung bertanya padanya. apakah ia tahu di mana anak perempuan itu. Kita perhatikan air mukanya. Kalau ia tahu, pasti akan kelihatan dari perubahan air muka - biarpun ia bersumpah-sumpah bahwa ia tak tahu-menahu!"
"Kita ajak juga Charles ke sana," kata Jack. "Jika ia merasa bahwa Tom tahu di mana adiknya, aku yakin Charles akan bisa memaksa Tom membuka mulut!"
"Betul," kata Peter. "Nah - mungkin besok kita akan menyaksikan adegan yang menarik. Kita lihat saja!"
XVIII PETER BERAKSI "KEESOKAN sore, ketujuh anggota Sapta Siaga sekali lagi berangkat naik sepeda ke Istal Warner. Mereka mampir di Pondok Bramble untuk meninggalkan pesan untuk Charles, Pemuda itu diminta menyusul, apabila ia mau. Kebetulan ia sedang pergi, ketika' mereka datang.
Sewaktu ketujuh anak itu tiba di Istal Warner, Harry sedang mendorong gerobak berisi rumput kering di pekarangan. Kate ada bersamanya. Tapi Tom tak kelihatan.
"Ia tadi minta izin agar hari ini diperbolehkan bekerja di lapangan, dan bukan dalam kandang," kata Harry ketika ditanya. "Kalau kalian ingin berjumpa dengannya, kalian harus ke sana dengan sepeda. Tapi hati-hati, hari ini Tom agak lekas tersinggung perasaannya!"
"Jika nanti "ada pemuda bernama Charles datang ke mari, tolong beri tahukan padanya kami ke mana" kata Peter. "Orangnya yang kemarin ke mari bersama 'kami"
Setelah itu mereka lantas berangkat ke lapangan. Dari kejauhan nampak Tom sedang sibuk melatih kuda di tengah padang rumput. Mereka berseru-seru memanggil namanya sambil melambai-lambai Tom berhenti bekerja, lalu menatap ke arah mereka. Kemudian ia membalas lambaian dan datang dengan .menunggang kuda yang sedang dilatih.
Maaf, saat ini aku sedang sibuk," katanya. "Kalian mau apa""
"Tom aku ingin menanyakan sesuatu padamu," Jawab Peter. Kau tahu di mana tempat Elisabeth bersembunyi" Kau tahu""
"Tiba-tiba Tom nampak seperti ketakutan,
"Apa sebabnya aku harus tahu"" katanya, "Kau edan!
Sambil berkata begitu, ia mengentakkan tumit ke rusuk kuda dan langsung lari menjauh!
"Dia tahu! Dia tahu!' seru Jack. 'Tapi tak mau mengatakannya." ia berpaling ke arah Peter, Tiba-tiba matanya terbelalak memandang, kawannya itu."lho - ada apa, Peter" Kenapa kau memandang begitu""
Memang saat itu Peter nampak aneh. Seolah-olah kepalanya baru dipukul orang, Bingung, melongo! Jack ketakutan, lalu menggoncang-gonc


Sapta Siaga 09 Tuduhan Palsu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ang tubuh Peter. Peter! Peter! Ada apa""
"Astaga Tentu saja ia tahu Elisabeth ada di mana, kata Peter, "Tak ada orang lain yang lebih tahu di mana anak itu bersembunyi! Tak ada!"
"Peter!" seru kawan-kawannya serempak. Semua bingung - karena menyangka Peter terganggu pikirannya Apa lagi yang dimaksudkannya"'
Tapi Peter tak berkata apa-apa lagi melainkan melakukan sesuatu yang mengagetkan. Diangkatnya sepeda melewati pagar dan memasuki lapangan, lalu "bersepeda cepat-cepat mengejar Tom. Sementara itu Tom sudah semakin jauh dengan kuda tunggangannya.
Kembali, Goblok! Semuanya sudah beres! Elisabeth! Ayo kembali, kataku! Ada kabar baik untukmu! Elisabeth! ELISABETH!"
"Wah! Peter sinting," gumam Jack ketakutan. Anak- anak yang masih seperti terpaku di pagar memandang kejadian di depan mata mereka dengan mulut melongo.
Ternyata Peter berhasil mengejar Tom. Ia sudah mendekati kuda yang ketakutan, sambil berteriak-teriak terus.
"Percayalah - semuanya sudah beres! Lucy Howell sudah mengaku bahwa dia yang mengambil uang itu! Semua sudah tahu bahwa kau sama sekali tidak bersalah! Berhentilah sebentar, Goblok dan dengarkan kataku!"
Akhirnya kuda itu berhenti juga, dan penunggangnya "membiarkan Peter turun dari sepeda dan datang menghampiri. Para anggota Sapta Siaga yang selebihnya bergegas-gegas mendekat, untuk mengetahui apa yang sebetulnya terjadi.
Napas Peter terengah-engah. Tapi ia berbicara terus,
"Kau kan Elisabeth! Ya - aku tahu kau Elisabeth! Aku tahu abangmu mirip seseorang - dan tadi ketika di pagar lapangan Ini dengan tiba-tiba saja kulihat kemiripan antara kalian berdua! Elisabeth, kau tak peltu bersembunyi lagi. namamu sudah dibersihkan. Dan lihatlah - itu abangmu, di pintu pagar. Sudahlah, kau sebenarnya kan Elisabeth""
Tukang kuda yang Sebenarnya anak perempuan itu menangis.
"Ya" - aku memang Elisabeth Sonning," kaitanya pelan. Betulkah Lucy mengatakan bahwa ia yang mengambil kotak uang itu" Dan semula aku sudah mengira bahwa ia yang melakukannya - tapi aku tak tahu dengan pasti! Jadi tak ada lagi yang mencurigai diriku sebagai pencuri""
"Tidak," Jawab Peter. "Wah - kau benar-benar berani! "
Bekerja berat sebagai tukang - kuda di istal! Lalu kalau malam, kau bersembunyi di mana" Bagaimana .
"Oh - itu Charles datang!" seru Elisabeth, yang masih tetap dianggap sebagai Tom o1eh para anggota Sapta Siaga. Anak itu melarikan kuda tunggangannya mendekati Charles, sambil berseru-seru memanggil, "Charles! Charles! Aduh, senang sekali hatiku melihatmu!"
Elisabeth melompat turun dari kuda, dan kedua abang adik itu saling berpelukan. Peter dan kawan-kawannya datang mendekat. Mereka ikut bergembira. Ternyata problem yang begitu lama memusingkan kepala mereka itu -berakhir dengan cara yang tak tersangka-sangka!
"Kau ini memang benar-benar monyet!" kata Charles, Tiba-tiba wajahnya tidak nampak cemas lagi. "Kau keterlaluan. sampai aku harus datang dari Prancis - dan semua orang sibuk mencarimu! Di mana saja kau bersembunyi selama ini" Bagaimana kau bisa keluar-masuk rumah Nenek tanpa ketahuan" Kenapa -" ,
"Aduh, Charles, nanti sajalah kujawab semua pertanyaanmu," kata Elisabeth dengan tertawa sambil menangis. "Sekarang kita cepat-cepat pulang ke rumah Nenek, Aku ingin memeluknya, dan mengatakan bahwa ia tak perlu gelisah lagi!"
"Kalau begitu kita berangkat saja sekarang, kata Charles sambil merangkul adiknya, lalu menoleh pada ketujuh anggota Sapta Siaga, "Kalian juga ikut," katanya, "Kami sangat berhutang budi pada kalian! Dan aku kepingin tahu, bagaimana kalian bisa menebak bahwa tukang kuda yang jorok ini sebenarnya adikku Elisabeth, si bandel!
"XIX AKHIR PETUALANGAN
"BERAMAI-RAMAI mereka, pergi keluar dari lapangan, lalu mengambil jalan yang menuju ke Pondok Bramble. Sapta Siaga gembira sekali, karena bisa ikut menghadiri akhir petualangan itu. Tahu-tahu di tengah jalan mereka berpapasan dengan Susi. Adik Jack yang bandel itu sedang naik sepeda dengan seorang teman.
"Halo," sapanya. "Nah - kalian sudah berhasil memecahkan rahasia konyol itu""
"Ya," jawab Jack panas. "Ternyata pemuda yang ber
nama Tom itu sebenarnya Elisabeth - yang menyamar menjadi tukang kuda! Kau takkan bisa menebaknya - biar dalam waktu seratus tahun sekalipun!"
"Ala, aku juga sudah tahu," kata Susi dengan sikapnya yang menjengkelkan. "Takkan kukatakan pada kalian, bagaimana aku bisa mengetahuinya. Tapi pokoknya aku juga sudah lama tahu!" Sambil melambaikan tangan, Susi meneruskan perjalanan.
"Anak itu pembohong besar," kata Janet kesal "Kan tak mungkin ia juga tahu, Jack""
"Aku takkan heran apabila ternyata bahwa ia benar-benar tahu," jawab Jack sambil mengeluh. "Pokoknya sekarang ia akan terus-menerus berkata bahwa ia sudah lama tahu. Kenapa aku tadi menceritakan padanya""
"Yah - kalau kau sendiri tidak tahu. apalagi kami," kata Peter. "Kurasa sebaiknya kaukunci saja mulutmu itu, Jack! Nah - kita sudah sampai di Pondok Bramble. Nenek pasti akan sangat bergembira!"
Bu Sonning menyongsong kedatangan cucu perempuannya dengan air mata berlinang-1inang. Ia menangis karena terlalu gembira. "
Bu Wardle buru-buru masuk ke dalam, lalu keluar lagi dengan membawa kue dan limun untuk semuanya. Bahkan Skippy yang tak pernah ketinggalan, juga mendapat bagian,
"Elisabeth, kata Charles, ''Di mana saja kau bersembunyi selama ini" Dan yang kaupakai itu - itu kan celanaku" Sambil berkata begitu, Charles menarik kaki celana berkuda yang dipakai oleh Elisabeth "Kau mengambilnya dari mana"'
"Dari lemari pakaianmu di sini" jawab Elisabeth "Aku tahu" takkan ad orang mencarinya. Tapi ukurannya agak kebesaran bagiku Dan lihatlah - sekarang kotor sekali jadinya! Se1iap malam aku bersembunyi di atas loteng kandang, dengan selembar selimut tua untuk menutup tubuhku Enak juga tidur di situ - nyaman dan hangat!"
Jadi ternyata memang kau yang mengambil selimut 'dari dipan itu! kata Bu Wardle. "Itu sudah kukira! Dan juga makanan, kan"'"
"Betul! Soalnya setelah membeli karcis kereta api untuk pergi ke sini. aku lantas tidak punya uang lagi,'" kata Elisabeth, jadi aku terpaksa bekerja. Tapi upah hanya dibayarkan seminggu sekali! Jadi " terpaksa mengambil makanan sampai saat menerima upah - karena aku tak sanggup terus-terusan tak makan!"
"Kasihan," kata bu Wardle. "Dari semula aku sudah tahu bahwa kau tak bersalah! Kau bukan pencuri! Ya- aku bahkan sengaja membuatkan kue dan perkedel khusus untukmu, Nak. Sengaja kuletakkan di dapur dengan harapan kau akan datang dan mengambilnya."
"Aduh, terima kasih," kata Elisabeth. Aku juga heran, kenapa ada begitu banyak makanan dalam lemari dapur. Lagipula makanan yang kusukai semuanya!"
"Apa sebabnya kau bercerita pada kami bahwa kau berjumpa dengan - yah, dengan dirimu sendiri di Gorton"" tanya Peter ",
""Maksudku hendak mengalihkan perhatian," kata Elisabeth. "Menurut perkiraanku, jika orang-orang mengira aku sudah pergi ke Prancis untuk mencari Charles di sana, mereka takkan menebak bahwa,sebenarnya aku bersembunyi dekat rumah nenekku. Aku harus mencari tempat persembunyian dekat sini, karena perlu makanan. Lagipula aku ingin merasa di dekat orang yang ada hubungannya dengan diriku. Saat. ini aku sedih sekali'"
"Lalu bagaimana caramu bisa masuk ke rumah"" tanya Bu Wardle. Charles mengajukan pertanyaan yang sama. Sedang Peter menambahkan,
"Malam itu kami bahkan beramai-ramai mengawasi dari kebun. Kau sendiri juga ada, Elisabeth - menyamar sebagai Tom, dan menjaga dan atas pohon! Kau kan benar-benar memanjat pohon waktu itu""
Elisabeth tertawa. "Ya, tentu saja," katanya. "Pohon itu ada dahannya yang menjulur sampai ke jendela kamar mandi. Dan aku tahu cara membuka jendela itu dari luar, lalu menyusup ke dalam kamar mandi. Nanti kutunjukkan caranya. Mudah sekali - kalau kebetulan membawa pisau lipat. Tapi masuknya agak sulit, karena aku sudah agak terlalu besar sekarang! Saat itu aku nyaris saja tertawa, karena geli mengingat begitu banyak yang mengawasi di bawah - sedang aku enak-enak di atas pohon, menunggu kesempatan baik untuk menyusup ke rumah lewat jendela. Malam itu banyak sekali makanan yang kuambil. Kalian . melihat sinar senterku di dapur, kan" Dan sewaktu aku turun lagi lewat pohon. kudengar pintu
depan diketuk polisi."
"Lalu kau meminta pada kami agar jangan mengatakan pada polisi bahwa kau ada di situ - rupanya karena saat itu kantongmu penuh berisi makanan!" kata Peter sambil tertawa geli "Ya, kurasa kata abangmu tadi tepat. Kau memang monyet!"
"Tapi sebagai tukang kuda di istal, kerjaku baik sekali," kata Elisabeth serius. "Nek, kata Pak Warner ia puas sekali terhadapku! Ia bahkan berjanji menaikkan upah, jika aku terus rajin seperti sekarang. Bolehkah aku bekerja terus sebagai tukang kuda" Rasanya lebih enak daripada harus sekolah!"
"Tidak bisa," jawab neneknya sambil tersenyum "Kau harus kembali k sekolah dan bergaul lagi dengan kawan-kawanmu di sana, dan kau harus belajar rajin-rajin supaya mencapai hasil baik dalam ulangan, walau kau sudah ketinggalan satu setengah minggu!
Sekarang aku ingin tahu, Peter. Bagaimana kau tiba-tiba saja menyadari bahwa Tom si tukang kuda itu sebenarnya Elisabeth"" tanya Charles.
"Yah - soalnya tiba-tiba aku melihat kemiripan tampang kalian berdua," jawab Peter. "Dan dengan begitu, secara tiba-tiba pula aku- melihat hubungan antara segala kejadian selama ini - kau mengerti kan maksudku" Saat itu aku sudah khawatir saja kalau-kalau Elisabeth minggat lagi begitu ia melihatmu - seperti yang terjadi kemarin ketika mendengar bahwa kau ada di istal. Aku lantas bersepeda sekuat tenaga mengejarnya, sambil menjerit-jerit, memanggil.
"Aku kaget sekali ketika kau mengejar dengan sepedamu," kata Elisabeth. "Tapi untung saja kau berhasil! Nek, aku kan liburan nanti akan ke mari" Bolehkah anak-anak ini sekali-sekali datang bermain-main ke sini""
"Tentu saja boleh," jawab Bu Sonning, nenek Elisabeth. "Aku akan selalu senang melihat mereka datang. Aku cuma sedih melihat satu hal. Rambutmu, Elisabeth! Sayang kaupotong sependek itu, padahal dulu begitu bagus dan lembut!"
"Ape boleh buat - terpaksa, Nek," jawab Elisabeth. "Aku memotongnya dengan gunting kuku Nenek, ketika aku datang ke mari malam-malam untuk mengambil celana berkuda kepunyaan Charles. Aku juga sekaligus mengambil baju kaos tangan panjangnya. Tapi sekarang sudah kotor sekali! Pasti Charles takkan bisa mengenalinya lagi. Aduh, Nek - bahagia sekali rasanya aku sekarang! Hatiku rasanya lapang sekali, tidak seperti biasanya selama ini."
"Yuk - kita pergi," kata Peter dengan suara pelan pada para anggota Sapta Siaga. "Kita tinggalkan saja mereka dalam keadaan bahagia. Ayo, kita minta perrnisi pulang,
Ketujuh anak itu minta diri dari Bu Sonning, kedua cucunya serta Bu Wardle, Skippy tidak mau ketinggalan. Anjing itu mengangkat kaki depannya, ikut memberi salam. Kemudian mereka pergi naik sepeda lagi, diiringi oleh Skippy yang barlari-lari di sisi sepeda mereka.
"Petualangan kita kali ini benar-benar ramai'" kata Jack. "Siapa yang mengira bahwa akhirnya akan seperti tadi" Aku sendiri ikut-ikutan merasa bahagia sekarang! Kapan kita rapat lagi, Peter""
"Besok - untuk merayakan keberhasilan kita, kata Peter. "Setiap orang membawa makanan dan minuman untuk pesta kita. Dan tentu saja kita juga harus mencari kata semboyan baru. Enaknya apa ya"'
Tukang kuda! seru Jack dengan segera.
Semboyan itu enak kedengarannya. Tapi jangan tanyakan, apakah memang itu yang dijadikan semboyan Sapta Siaga yang baru. Coba saja datangi sendiri pondok tempat mereka biasa mengadakan rapat. Lalu ketuk pintu sambil membisikkan kata, "Tukang kuda
Kita lihat saja nanti, spakah Sapta Siaga akan mengizinkanmu masuk dan menghadiri rapat mereka. Tapi jangan bandel seperti Susi - karena dia sudah pasti takkan diizinkan masuk!
TAMAT tamat Biang Ilmu Hitam 1 Pedang Golok Yang Menggetarkan Karya Wo Lung Shen Pedang Golok Yang Menggetarkan 1

Cari Blog Ini