The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair Bagian 3
"Ya," kata Puddleglum. "Dia punya kekuatan dua kali lipat daripada biasanya kalau dia bebas sekarang. Dan aku tidak pandai bermain pedang. Dia akan mengalahkan kita berdua, aku tidak heran, dan kemudian Pole mungkin akan tinggal sendirian untuk menghadapi ular itu."
Si tawanan sekarang begitu memberontak sehingga ikatan-ikatannya mengiris pergelangan tangan dan kakinya. "Hati-hati," katanya. "Hati-hati. Suatu malam aku bisa melepaskannya. Tapi si penyihir ada saat itu. Kalian tidak memilikinya untuk membantu kalian malam ini. Bebaskan aku sekarang, dan aku teman kalian. Kalau tidak aku akan jadi musuh kalian selamanya."
"Cerdas, bukan"" kata Puddleglum.
"Sekali lagi," kata si tawanan, "aku memerintahkan kalian untuk membebaskanku. Demi semua rasa takut dan cinta, demi langit jernih di Dunia Atas, demi sang singa, Aslan sendiri, aku memerintahkan kalian "
"Oh!" kata ketiga petualang seolah mereka terluka. "Itulah tandanya," kata Puddleglum. "Itulah kata-kata tandanya," kata Scrubb lebih hati-hati. "Oh, apa yang harus kita lakukan"" kata Jill.
Itu pertanyaan mengerikan. Apa gunanya saling berjanji bagaimanapun mereka tidak akan membebaskan si kesatria, kalau sekarang mereka harus melakukan itu begitu si kesatria menyebutkan nama yang sangat mereka sayangi" Di sisi lain, apa gunanya menghafalkan t
anda-tanda itu kalau mereka tidak akan mematuhinya" Tapi bisakah Aslan benar-benar menginginkan mereka membebaskan seseorang--bahkan orang gila--yang memintanya dalam nama Aslan" Bisakah itu sekadar kecelakaan" Atau bagaimana kalau Ratu Dunia Bawah tahu semua tentang tanda-tanda itu dan membuat si kesatria mengetahui nama ini hanya untuk menjebak mereka" Tapi, bagaimana kalau itu tanda yang sesungguhnya"... Mereka sudah salah melakukan tiga tanda sebelumnya, mereka tidak bisa salah melakukan yang keempat.
"Oh, kalau saja kita tahu!" kata Jill.
"Kurasa kita tahu sekarang," kata Puddleglum.
"Apakah maksudmu kaupikir semua akan baik-baik saja kalau kita membebaskan dia"" kata Scrubb.
"Aku tidak tahu itu," kata Puddleglum. "Kau tahu, Aslan tidak memberitahu Pole apa yang akan terjadi. Dia hanya memberitahunya apa yang harus dilakukan. Orang itu akan membunuh kita begitu dia bebas, aku tidak heran. Tapi itu tidak berarti kita tidak mau mengikuti tanda."
Mereka bertiga berdiri berpandangan dengan mata berbinar-binar. Itu saat yang memuakkan. "Baiklah!" kata Jill tiba-tiba. "Mari selesaikan. Selamat tinggal, semua...!" Mereka berjabat tangan. Si kesatria sudah berteriak sekarang, ada busa di pipinya.
"Ayo, Scrubb," kata Puddleglum. Dia dan Scrubb menghunus pedang mereka dan mendekati si tawanan.
"Dalam nama Aslan," kata mereka, dan mulai memotong ikatan. Begitu tawanan itu bebas, dia menyeberangi ruangan dalam satu lompatan dan mengambil pedangnya sendiri (yang dilepaskan dari dirinya dan diletakkan di meja), dan menghunusnya.
"Kau dulu!" teriaknya dan menyerang kursi perak. Pedangnya pasti bagus sekali. Perak itu pecah terkena hantamannya, dan sesaat kemudian hanya beberapa potongan aneh, bersinar di lantai, yang tersisa darinya. Tapi begitu kursi itu pecah, dari sana memancar kilat, suara seperti guruh kecil, dan (sesaat) bau memuakkan.
"Tetaplah di sana, alat sihir yang jahat," katanya, "sehingga pemilikmu tidak akan bisa menggunakanmu lagi untuk korban lain." Kemudian dia berbalik dan memerhatikan para penyelamatnya, dan sesuatu yang salah, apa pun itu, telah menghilang dari wajahnya.
"Apa"" teriaknya, berpaling pada Puddleglum. "Apakah aku melihat di depanku marshwiggle--marsh-wiggle Narnia yang sungguhan, hidup, dan jujur""
"Oh, jadi kau pernah mendengar tentang Narnia"" kata Jill.
"Apakah aku telah melupakannya ketika di bawah kutukan"" tanya si kesatria. "Yah, itu dan semua kutukan jahat lain sekarang sudah selesai. Kau boleh percaya bahwa aku mengenal Narnia, karena aku Rilian, Pangeran Narnia, dan Caspian raja yang agung adalah ayahku."
"Yang Mulia," kata Puddleglum, berlutut pada satu kakinya (dan anak-anak juga melakukan hal yang sama), "kami datang ke sini untuk mencarimu."
"Dan siapa kalian, para penyelamatku yang lain"" kata Pangeran pada Scrubb dan Jill.
"Kami dikirim Aslan sendiri dari di luar ujung dunia untuk mencari Yang Mulia," kata Scrubb. "Aku Eustace yang berlayar bersama Raja ke Pulau Ramandu."
"Aku berutang kepada kalian bertiga utang yang lebih besar daripada yang bisa kubayar," kata Pangeran Rilian. "Tapi ayahku" Apakah dia masih hidup""
"Dia berlayar ke timur lagi sebelum kami meninggalkan Narnia, Yang Mulia," kata Puddleglum. "Tapi Yang Mulia harus mempertimbangkan bahwa Raja sangat tua. Perbandingannya sepuluh banding satu beliau akan meninggal dalam pelayaran."
"Dia sudah tua, katamu. Berapa lama aku telah dikuasai si penyihir""
"Lebih dari sepuluh tahun sejak Yang Mulia hilang di hutan di sebelah utara Narnia."
"Sepuluh tahun!" kata Pangeran, mengusap wajahnya dengan tangan seolah supaya bisa mengingat masa lalu. "Ya, aku memercayaimu. Karena sekarang setelah menjadi diriku sendiri aku bisa mengingat semua hidup terkutuk itu, meskipun ketika mengalaminya aku tidak bisa mengingat diriku sendiri. Dan sekarang, teman-teman yang baik--tapi tunggu! Aku mendengar suara kaki mereka (suaranya memuakkan sekali, suara langkah yang lembek itu! Euh!) di tangga. Kunci pintunya, Nak. Atau tunggu. Aku punya pikiran yang lebih bagus. Aku akan menipu para earthman ini, kalau Aslan memberiku
keberanian. Tunggu aba-abaku."
Dia berjalan dengan langkah tegas ke pintu dan membukanya lebar-lebar.
BAB DUA BELAS Ratu Dunia Bawah DUA earthman masuk, tapi bukannya berjalan ke dalam ruangan, mereka memosisikan diri di tiap sisi pintu, dan membungkuk dalam-dalam. Mereka langsung diikuti orang terakhir yang diharapkan atau dipikirkan akan dilihat mereka: Lady Bergaun Hijau, Ratu Dunia Bawah. Dia berdiri diam di ambang pintu, dan mereka bisa melihat matanya bergerak saat dia menyerap seluruh situasi itu--ketiga orang asing, kursi perak yang hancur, dan sang pangeran yang bebas, dan memegang pedang.
Wajahnya menjadi sangat pucat, tapi Jill merasa warna putih pucat itu bukan warna wajah orang yang ketakutan tapi wajah orang marah. Sesaat si penyihir menatap sang pangeran, dan tatapannya sangat kejam. Kemudian dia sepertinya berubah pikiran.
"Tinggalkan kami," katanya pada kedua earthman. "Dan jangan biarkan ada yang mengganggu kami sampai aku memanggil, atau kalian kubunuh." Para gnome itu bergerak pergi dengan patuh, dan si ratu penyihir menutup lalu mengunci pintu.
"Bagaimana, Pangeranku Yang Mulia," katanya, "Apakah serangan malammu belum datang, atau apakah sudah berakhir begitu cepat" Mengapa kau berdiri di sini tanpa terikat" Siapakah orang-orang asing ini" Dan apakah mereka yang telah menghancurkan kursi yang merupakan satu-satunya cara keselamatanmu""
Pangeran Rilian gemetar saat sang ratu bicara padanya. Dan tidak heran: tidak mudah membuang kutukan yang telah memperbudaknya selama sepuluh tahun hanya dalam setengah jam. Kemudian, bicara dengan susah payah, dia berkata:
"Madam, kursi itu tidak memiliki kegunaan lagi. Dan kau, yang telah memberitahuku seratus kali betapa kau mengasihaniku karena kutukan yang mengikatku, tentu akan mendengar dengan gembira bahwa kutukan itu sekarang telah berakhir untuk selamanya. Ada, sepertinya, kesalahan kecil pada cara Yang Mulia menangani kutukan itu. Ini, teman-teman sejatiku, telah menyembuhkanku. Aku sekarang berpikiran waras, dan ada dua hal yang ingin kukatakan padamu. Pertama-tama-menyangkut rencana Yang Mulia untuk menjadikanku kepala pasukan earthman yang akan keluar ke Dunia Atas dan di sana, dengan kekerasan, menjadikan diriku raja suatu bangsa yang tidak pernah melakukan kesalahan apa pun padaku--membunuh penguasa sejati mereka dan memangku takhta mereka sebagai tiran asing yang haus darah--sekarang aku tahu sendiri, aku benar-benar merasa jijik dan membenci kekejaman itu. Dan kedua: aku putra Raja Narnia, Rilian, putra tunggal Caspian, yang kesepuluh yang menyandang nama itu, yang juga digelari Caspian si Petualang Samudra. Karena itu, Madam, sudah jadi tujuanku, juga kewajibanku, untuk langsung pergi dari kerajaan Yang Mulia menuju negeriku sendiri. Semoga kau memberi izin padaku dan teman-temanku, dan menjamin keselamatan serta memberi kami penunjuk jalan melalui tanahmu yang gelap."
Sekarang si penyihir tidak mengatakan apa pun, tapi bergerak lembut menyeberangi ruangan, selalu menjaga wajah dan matanya tetap terfokus pada sang pangeran. Ketika mencapai lemari kecil yang menempel di dinding tidak jauh dari perapian, dia membukanya, dan mengeluarkan segenggam bubuk hijau. Bubuk ini dilemparnya ke dalam api. Api tidak berkobar, tapi aroma sangat manis dan membuat mengantuk tercium darinya. Dan meskipun pembicaraan terus berlangsung, aroma itu semakin kuat, dan mengisi ruangan, dan membuat sulit berpikir. Kemudian, wanita itu mengambil instrumen musik mirip mandolin. Dia mulai memainkannya dengan jemarinya--suara yang mantap dan monoton yang tidak akan kauperhatikan setelah beberapa menit. Tapi semakin sedikit kau memerhatikannya, suara itu semakin merasuk dalam otak dan darahmu. Ini juga membuat sulit berpikir. Setelah memetik alat musik itu beberapa lama (dan sekarang aroma manis sangat kuat), dia mulai bicara dengan suara manis yang lembut:
"Narnia"" katanya. "Narnia" Aku sering mendengar Yang Mulia mengucapkan kata itu saat mengigau. Pangeran tersayang, kau sangat sakit. Tidak ada negeri bernama Narnia."
"Ya, ada, Ma'am," kata Puddleglum. "Tahu bukan,
aku kebetulan tinggal di sana seumur hidupku."
"Begitu," kata si penyihir. "Beritahu aku, kumohon, di mana negeri itu""
"Di atas sana," kata Puddleglum, dengan tegas menunjuk ke atas. "Aku--aku tidak tahu di mana tepatnya."
"Bagaimana"" kata sang ratu, dengan tawa lembut yang berlagu. "Apakah ada negeri di atas di antara bebatuan dan lapisan atap""
"Tidak," kata Puddleglum, sedikit berjuang untuk menarik napas. "Letaknya di Dunia Atas."
"Dan apa, atau di mana, ini... bagaimana kau menyebutnya... Dunia Atas ini""
"Oh, jangan begitu bodoh," kata Scrubb, yang berjuang keras melawan sihir aroma manis dan suara alat musik itu. "Seolah kau tidak tahu saja! Tempatnya di atas, di atas di mana kau bisa melihat langit, matahari, dan bintang-bintang. Wah, kau sendiri sudah ke sana. Kami bertemu denganmu di sana."
"Aduh, maaf, adik kecil," kata si penyihir sambil tertawa (kau tidak bisa mendengar tawa yang lebih merdu lagi). "Aku tidak ingat apa pun tentang pertemuan itu. Tapi kita sering menemui teman-teman kita di tempat-tempat aneh saat kita bermimpi. Dan kecuali semua orang bermimpi sama, kau tidak bisa meminta orang lain mengingatnya."
"Madam," kata sang pangeran dengan tegas, "aku sudah memberitahu Yang Mulia bahwa aku putra Raja Narnia."
"Dan kau akan jadi demikian, temanku sayang," kata si penyihir dengan suara menenangkan, seolah dia sedang menghibur anak kecil, "kau akan menjadi raja banyak tanah impian yang kausukai."
"Kami juga sudah ke sana," bentak Jill. Dia sangat marah karena bisa merasakan sihir semakin menguasai dirinya. Tapi tentu saja, fakta bahwa dia masih bisa merasakannya, menunjukkan sihir itu belum sepenuhnya bekerja.
"Dan kau Ratu Narnia juga, bukankah begitu, anak cantik," kata si penyihir dengan nada suara separo menghibur separo mengejek.
"Aku tidak seperti itu," kata Jill, mengentakkan kakinya. "Kami datang dari dunia yang lain."
"Wah, ini permainan yang lebih menarik daripada yang lain," kata si penyihir. "Ceritakan, gadis kecil, di mana dunia lain ini" Kapal dan kereta macam apa yang menghubungkannya dengan dunia kami""
Tentu saja banyak hal langsung menyerbu pikiran Jill: Sekolah Eksperimen, Adela Pennyfather, rumahnya sendiri, perangkat radio, bioskop, mobil-mobil, pesawat terbang, buku kupon, antrean. Tapi hal-hal ini sepertinya berbayang dan jauh. (Tring tring--tring--bunyi denting instrumen si penyihir.) Jill tidak bisa mengingat nama-nama benda di dunia kita. Dan kali ini dia tidak terpikir bahwa dirinya sedang disihir, karena saat itu mantra sedang berkerja dengan kekuatan penuh. Dan tentu saja, semakin tersihir dirimu, semakin kau merasa kau sama sekali tidak kena sihir. Jill mendapati dirinya berkata (dan saat itu lega mengatakan):
"Tidak. Kurasa dunia lain itu pasti hanya mimpi."
"Ya. Itu hanya mimpi," kata si penyihir sambil terus memetik alat musiknya.
"Ya, hanya mimpi," kata Jill.
"Tidak pernah ada dunia seperti itu," kata si penyihir.
"Tidak," kata Jill dan Scrubb, "tidak pernah ada dunia seperti itu."
"Tidak pernah ada dunia selain duniaku," kata si penyihir.
"Tidak pernah ada dunia kecuali duniamu," kata mereka.
Puddleglum masih berjuang keras. "Aku tidak mengerti apa maksudmu dengan dunia," katanya, bicara seperti orang kehabisan udara. "Tapi kau bisa main alat musik itu sampai jarimu putus, dan kau tetap tidak akan bisa membuatku melupakan Narnia, dan seluruh Dunia Atas. Kami tidak akan pernah melihatnya lagi, aku takkan heran. Kau bisa saja menghapusnya dan mengubahnya jadi gelap seperti ini, menurutku. Tidak ada yang lebih mungkin lagi. Tapi aku tahu aku pernah di sana. Aku pernah melihat langit penuh bintang. Aku pernah melihat matahari terbit dari batik lautan di pagi hari dan tenggelam di belakang gunung-gunung saat malam. Dan aku melihat matahari tinggi di langit tengah hari saat aku tidak bisa menatapnya langsung karena silau."
Kata-kata Puddleglum memberi efek menyadarkan. Ketiga temannya bernapas lagi dan saling memandang seperti orang-orang yang baru dibangunkan.
"Wah, itu dia!" teriak sang pangeran. "Tentu saja! Berkat Aslan bagi marsh-wiggle yang
jujur ini. Kita semua bermimpi beberapa menit belakangan ini. Bagaimana kita bisa lupa" Tentu saja, kita semua pernah melihat matahari."
"Ya ampun, tentu saja!" kata Scrubb. "Bagus, Puddleglum! Kaulah satu-satunya yang punya pikiran sehat, menurutku."
Lalu terdengar suara si penyihir, mendekur lembut seperti suara merpati yang hinggap tinggi di pohon elm dalam kebun tua, pukul tiga, di tengah siang musim panas yang membuat mengantuk, dan dia berkata:
"Apakah matahari yang kalian bicarakan ini" Apakah kata itu ada artinya""
"Ya, tentu saja," kata Scrubb.
"Bisakah kalian menceritakan seperti apa bentuknya"" tanya si penyihir (tring, tring, tring, bunyi denting musik).
"Yang Mulia," kata sang pangeran dengan sangat dingin dan sopan. "Kau lihat lampu itu. Benda itu bulat, kuning, dan memberi cahaya pada seluruh ruangan, dan tergantung di langit-langit. Benda yang kami sebut matahari itu mirip lampu, tapi jauh lebih besar dan terang. Dia memberi cahaya bagi seluruh Dunia Atas dan tergantung di langit."
"Tergantung di mana, Yang Mulia"" tanya si penyihir, kemudian, ketika mereka semua masih berpikir bagaimana menjawabnya, dia menambahkan, dengan tawa lembutnya yang merdu. "Kalian mengerti" Ketika kalian berusaha memikirkan dengan jelas apakah matahari ini, kalian tidak bisa memberitahuku. Kalian hanya bisa memberitahuku bentuknya seperti lampu. Matahari kalian hanya dalam mimpi, dan tidak ada apa pun dalam mimpi yang tidak dicontoh dari lampu. Lampu itu nyata, matahari hanya dongeng, cerita anak-anak."
"Ya, aku mengerti sekarang," kata Jill dengan suara berat dan putus asa. "Pasti begitu." Dan sementara dia mengatakan ini, kata-katanya sepertinya masuk akal.
Dengan perlahan-lahan dan nada berat, si penyihir mengulangi, "Tidak ada matahari." Dan mereka semua tidak mengatakan apa pun. Si penyihir mengulangi dengan nada yang lebih lembut dan dalam. "Tidak ada matahari." Setelah berhenti sejenak, dan pergulatan dalam pikiran mereka, mereka berempat berkata bersama, "Kau benar. Tidak ada matahari." Rasanya sangat melegakan bisa menyerah dan mengatakan hal itu.
"Tidak pernah ada matahari," kata si penyihir.
"Tidak. Tidak pernah ada matahari," kata sang pangeran, si marsh-wiggle, dan anak-anak.
Selama beberapa menit terakhir Jill telah merasa ada sesuatu yang harus dia ingat sekuat tenaga. Dan sekarang dia ingat. Tapi sangat sulit mengatakannya. Dia merasa ada bobot sangat berat di atas bibirnya. Akhirnya, dengan kekuatan yang sepertinya mengeluarkan semua tenaganya, dia berkata:
"Ada Aslan." "Aslan"" tanya si penyihir, denting petikan alat musiknya sedikit mencepat. "Nama yang bagus! Apa artinya""
"Dia Singa Agung yang memanggil kami keluar dari dunia kami," kata Scrubb, "dan mengirim kami ke sini untuk menemukan Pangeran Rilian."
"Apakah singa itu"" tanya si penyihir.
"Oh, minta ampun!" kata Scrubb. "Tidakkah kau tahu" Bagaimana kita bisa menggambarkannya padanya" Apakah kau pernah melihat kucing ".
"Tentu," kata sang ratu. "Aku suka kucing."
"Yah, singa adalah agak--hanya agak--ingat--mirip kucing besar--dengan surai. Paling tidak, tidak mirip surai kuda, tahu bukan, surainya lebih mirip wig hakim. Dan warnanya kuning. Dan dia sangat kuat."
Si penyihir menggeleng. "Aku mengerti," katanya. "kau melakukan hal yang sama dengan singa-mu, begitu nama yang kausebutkan, seperti yang kaulakukan dengan matahari-mu. Kau sudah melihat lampu, jadi kau membayangkan lampu yang lebih besar dan bagus dan menyebutnya matahari. Kau sudah melihat kucing, dan sekarang kau ingin kucing yang lebih besar dan bagus, dan itu disebut singa. Yah, ini bagus untuk dipercaya, tapi sejujurnya, akan lebih cocok kalau kalian semua lebih muda. Dan lihat saja bagaimana kalian tidak bisa mengembangkan imajinasi kalian tanpa mencontohnya dari dunia nyata, duniaku ini, yang satu-satunya dunia. Tapi bahkan kalian pun sudah terlalu tua untuk permainan seperti lni. Sementara untukmu, pangeranku, kau pria dewasa, malulah! Apakah kau tidak malu bermain seperti ini" Ayolah, kalian semua. Tinggalkan permainan kekanak-kanakan ini. Aku punya pekerjaan bagi
kalian di dunia nyata. Tidak ada Narnia, tidak ada Dunia Atas, tidak ada langit, tidak ada matahari, tidak ada Aslan. Dan sekarang, semua tidur. Dan mari kita memulai hidup yang lebih bijaksana besok. Tapi, pertama-tama, ke tempat tidur, tidur, tidur nyenyak, bantal-bantal empuk, tidur tanpa mimpi-mimpi bodoh."
Sang pangeran dan anak-anak berdiri dengan kepala tertunduk rendah, pipi mereka merona, mata mereka setengah terpejam. Kekuatan mereka hilang, sihir hampir sempurna. Tapi Puddleglum, dengan susah payah mengumpulkan kekuatannya, berjalan ke api. Kemudian dia melakukan hal yang sangat berani. Dia tahu dia tidak mungkin terluka lebih parah daripada manusia, karena kakinya (yang telanjang) berselaput, keras, dan berdarah dingin seperti kaki bebek. Tapi dia tahu dia pasti tetap terluka cukup parah, dan memang begitu. Dengan kaki telanjangnya dia menginjak-injak api, mematikan sebagian besar sampai menjadi abu di perapian itu. Dan tiga hal langsung terjadi pada saat yang sama.
Pertama-tama, aroma manis yang berat semakin berkurang. Karena meskipun belum seluruh api itu padam, tapi sebagian besar sudah, dan yang tersisa tercium seperti marsh-wiggle gosong, yang tentu saja sama sekali bukan bau yang memabukkan. Ini langsung membuat otak semuanya jauh lebih jernih. Sang pangeran dan kedua anak mendongak lagi dan membuka mata mereka.
Kedua, si penyihir, dengan suara keras dan kasar, sangat berbeda dengan semua nada manis yang digunakannya sampai sekarang, berteriak, "Apa yang kaulakukan" Berani menyentuh apiku lagi, lumpur bau, dan aku akan mengubah darah dalam pembuluh-pembuluhmu menjadi api."
Ketiga, rasa sakit itu sendiri membuat pikiran Puddleglum langsung jernih dan dia langsung menyadari apa yang dipikirkannya. Tidak ada yang bisa menghilangkan sihir sebaik kejutan rasa sakit.
"Maaf, Ma'am," katanya, kembali dari perapian, berjalan timpang karena rasa sakit. "Maaf. Semua yang kaukatakan cukup benar, aku tidak heran. Aku seseorang yang selalu lebih suka tahu kemungkinan yang terburuk kemudian berusaha sebaik mungkin. Jadi aku tidak akan menyanggah apa pun yang kaukatakan. Tapi ada beberapa hal lain yang harus dilakukan. Kalau kami hanya bermimpi, atau mengarang-ngarang, semua hal itu--pohon-pohon, rumput, matahari, bulan, bintang, dan Aslan sendiri. Kalau kami melakukan itu. Kalau begitu aku hanya bisa bilang, dalam hal itu, hal-hal yang dikarang itu sepertinya jauh lebih penting daripada yang nyata. Dan itu lucu, kalau dipikir lagi. Kami hanya anak kecil bermain-main, kalau kau benar. Tapi empat anak kecil yang bermain-main bisa membuat dunia mainan yang menghancurkan dunia nyatamu. Karena itulah aku akan tetap berdiri di dunia mainan. Aku di sisi Aslan bahkan kalau tidak ada Aslan untuk memimpin duniaku. Aku akan hidup seperti orang Narnia sebisaku bahkan kalau tidak ada Narnia. Jadi, terima kasih banyak untuk makan malammu, kalau kedua pemuda dan gadis muda ini siap, kami akan langsung meninggalkan negerimu dan meraba-raba dalam kegelapan untuk menghabiskan akhir hidup kami mencari Dunia Atas. Bukannya hidup kami akan cukup panjang, menurutku, tapi tidak ada ruginya kalau dunia tempat yang semembosankan katamu."
"Oh, hore! Puddleglum hebat!" teriak Scrubb dan Jill. Tapi sang pangeran berteriak tiba-tiba, "Hati-hati! Lihat si penyihir."
Ketika mereka melihat, seluruh rambut mereka hampir berdiri tegak.
Alat musik jatuh dari tangan si penyihir. Tangannya seolah terikat pada sisi tubuhnya. Kakinya saling menjalin, dan tapaknya telah menghilang. Juntaian gaun hijaunya menebal dan menjadi keras, dan sepertinya menjadi satu dengan pilar hijau jalinan kakinya. Dan pilar hijau bergerak itu menggelung dan mengayun seolah tidak punya persendian, atau malah seluruhnya terdiri atas persendian. Kepalanya sekarang mendongak jauh ke belakang dan sementara hidungnya tumbuh semakin panjang, setiap bagian lain dari wajahnya seolah menghilang, kecuali matanya. Mata besar yang membara, tanpa alis atau bulu mata. Semua mi butuh waktu untuk diceritakan, tapi sebenarnya terjadi begitu cepat sehingga mereka hanya melihatnya sekejap
. Lama sebelum ada waktu untuk melakukan apa pun, perubahan itu telah sempurna, dan ular kobra besar jelmaan si penyihir, hijau seperti racun, setebal pinggang Jill, telah menggerakkan gelungan badannya yang menjijikkan membelit kaki Pangeran. Secepat kilat tubuhnya melingkar lagi, berusaha mengikat tangan Pangeran yang memegang pedang. Tapi sang pangeran bertindak tepat waktu. Dia mengangkat tangan dan berhasil membebaskannya: lingkaran hidup itu mengetat di sekeliling dadanya--siap mematahkan rusuk-rusuknya seperti kayu bakar kalau dieratkan lagi.
Sang pangeran menangkap leher makhluk itu dengan tangan kirinya, berusaha mencekiknya sampai kehabisan napas. Tindakan ini membuat wajah ular itu (kalau kau bisa menyebutnya wajah) berhadapan kira-kira sepuluh sentimeter dengan wajahnya sendiri. Lidah bercabang bergetar mengerikan keluar-masuk, tapi tidak bisa mencapainya. Dengan tangan kanannya, Rilian menghantamkan pedangnya dengan pukulan sekeras yang dia bisa. Sementara itu Scrubb dan Puddleglum sudah mengeluarkan senjata mereka dan berlari membantu. Ketiga pukulan itu menghantam pada saat yang sama: pukulan Scrubb (yang bahkan tidak melukai kulit ular itu dan tidak berguna sama sekali) di tubuh si ular di bawah tangan Pangeran, tapi pukulan sang pangeran dan Puddleglum sama-sama jatuh pada leher si ular. Pukulan itu pun tidak mematikan, meskipun ular itu mulai melonggarkan belitannya pada kaki dan dada Rilian. Dengan tebasan berkali-kali mereka memotong kepalanya. Makhluk itu terus bergelung-gelung dan bergerak seperti per lama setelah dia mati, dan lantai, seperti yang kaubayangkan, jadi sangat kotor.
Lalu sang pangeran, setelah mengatur napas, berkata, "Teman-teman, terima kasih." Kemudian ketiga pemenang berdiri saling memandang dan terengah-engah, tanpa berkata-kata lagi, dalam waktu lama. Jill dengan sangat bijaksana telah duduk dan diam. Dia berkata pada dirinya sendiri, "Aku benar-benar berharap aku tidak pingsan--atau muntah--atau melakukan sesuatu yang bodoh."
"Ibuku yang terhormat telah terbalaskan dendamnya," kata Rilian akhirnya. "Ini jelas cacing yang sama yang kukejar tanpa hasil di mata air di hutan Narnia, bertahun-tahun yang lalu. Selama ini aku telah menjadi budak pembunuh ibuku. Tapi aku senang, teman-teman, bahwa penyihir jahat ini akhirnya menjelma menjadi ular akhirnya. Sama sekali tidak sesuai dengan hati, ataupun kehormatanku untuk membunuh seorang perempuan. Tapi lihatlah gadis itu." Maksudnya Jill.
"Aku baik-baik saja, terima kasih," kata Jill.
"Nona," kata sang pangeran, membungkuk ke arahnya. "Kau sangat berani, dan karena itu, aku tidak ragu, kau pasti keturunan bangsawan di duniamu sendiri. Tapi mari, teman-teman. Ini ada sedikit anggur tersisa. Mari kita menyegarkan diri dan saling bersulang. Setelah itu membuat rencana."
"Ide yang sangat bagus, Sir," kata Scrubb.
BAB TIGA BELAS Dunia Bawah Tanpa Ratu SEMUA merasa mereka pantas mendapat apa yang Scrubb sebut "saat bernapas". Si penyihir telah mengunci pintu dan menyuruh para earthman untuk tidak mengganggunya, jadi tidak ada bahaya interupsi saat itu. Urusan pertama mereka, tentu saja, kaki Puddleglum yang terbakar. Beberapa pakaian bersih dari kamar tidur sang pangeran, dirobek-robek memanjang, dan diberi mentega serta minyak sayur tebal-tebal dari meja makan, bisa menjadi pembalut yang cukup baik. Ketika ini telah dilakukan, mereka semua duduk dan menyegarkan diri, dan membicarakan rencana melarikan diri dari Dunia Bawah.
Rilian menjelaskan ada cukup banyak jalan keluar yang bisa digunakan untuk naik ke Permukaan tanah, dia pernah dibawa melalui sebagian besar jalan ini. Tapi dia tidak pernah keluar sendiri, selalu bersama si penyihir, dan dia selalu mencapai jalan-jalan keluar ini dengan naik kapal menyeberangi Laut Tanpa Matahari. Apa yang akan dikatakan para earthman kalau dia pergi ke pelabuhan tanpa si penyihir, dan bersama tiga orang asing, dan langsung meminta kapal, tidak ada yang bisa menebak. Tapi sepertinya mereka akan menanyakan berbagai hal. Di sisi lain, jalan keluar baru, yang akan digunakan untuk menyerang Dunia A
tas, ada di sisi laut sebelah sini, dan hanya beberapa mil jauhnya. Sang pangeran tahu bahwa jalan itu hampir selesai, hanya beberapa meter tanah yang memisahkan terowongan dari udara bebas. Mungkin saja sekarang terowongan itu sudah selesai. Mungkin si penyihir kembali untuk memberitahukan hal ini padanya dan untuk memulai serangan. Kalaupun bukan ini yang terjadi, mereka mungkin bisa menggali sendiri, dan keluar dari jalan itu dalam beberapa jam--kalau saja mereka bisa mencapainya tanpa dihentikan, dan kalau saja mereka menemukan tempat itu tanpa penjagaan. Tapi itulah kesulitannya.
"Kalau bertanya padaku--" Puddleglum memulai, tapi Scrubb memotong.
"Dengar," katanya, "suara apa itu""
"Aku sudah cukup lama bertanya-tanya!" kata Jill.
Mereka semua, sebenarnya, telah mendengar suara itu. Tapi suara itu mulai dan meningkat begitu bertahap sehingga mereka tidak tahu kapan mereka pertama kali mendengarnya. Selama beberapa saat suara itu sudah menjadi samar-sama hampir teredam seperti angin lembut, atau suara lalu lintas di tempat yang sangat jauh. Kemudian suara itu semakin keras seperti gumam laut. Kemudian terdengar gemuruh dan desis. Sekarang sepertinya ada suara-suara juga geram tetap yang bukan suara.
"Demi sang singa," kata Pangeran Rilian, "sepertinya keheningan tempat ini akhirnya punya lidah juga." Dia bangkit, berjalan ke jendela, dan menyingkap gordennya. Yang lain berkumpul di sekelilingnya untuk melihat ke luar.
Hal pertama yang mereka lihat adalah kilau merah yang besar. Bayangannya membuat petak-petak merah pada atap Dunia Bawah ribuan meter di bawah mereka, sehingga mereka bisa melihat langit-langit berbatu yang mungkin telah tersembunyi kegelapan sejak dunia diciptakan. Kalau itu sendiri datang dari sisi jauh kota sehingga banyak bangunan, kelabu dan besar, berdiri menutupinya. Tapi cahaya itu juga menerangi banyak jalan yang menjulur dari tempatnya ke istana. Dan di jalan-jalan itu sesuatu yang sangat aneh sedang terjadi. Kerumunan earthman yang penuh sesak dan diam telah menghilang. Sebagai gantinya di sana ada makhluk-makhluk yang bergerak sendiri-sendiri, berdua-dua, atau bertiga-tiga. Mereka bersikap seperti orang yang tidak ingin dilihat: menyelinap dalam bayangan menara-menara jaga atau di ambang-ambang pintu, kemudian bergerak cepat-cepat menyeberangi tempat terbuka ke tempat persembunyian yang baru. Tapi hal paling aneh, bagi siapa pun yang pernah mengenal gnome, adalah keributannya. Teriakan dan jeritan terdengar dari mana-mana. Tapi dari pelabuhan datang raungan dalam dan bergemuruh yang semakin lama semakin keras dan sudah mengguncangkan seluruh kota.
"Apa yang terjadi pada para earthman"" kata Scrubb. "Apakah mereka yang berteriak""
"Ini hampir tidak mungkin," kata sang pangeran. "Aku tidak pernah mendengar satu pun makhluk itu bicara dengan suara keras dalam tahun-tahun menyedihkan saat aku ditahan. Ada kutukan barn, aku tidak ragu."
"Dan cahaya merah di sana itu apa"" tanya Jill. "Apakah ada yang terbakar""
"Kalau kalian bertanya padaku," kata Puddleglum, "menurutku ada api utama di Bumi yang keluar untuk membuat kawah barn. Kita berada tepat di tengahnya, aku tidak heran."
"Lihat kapal itu!" kata Scrubb. "Kenapa dia main begitu cepat" Tidak ada yang mendayungnya."
"Lihat, lihat!" kata sang pangeran. "Kapal itu sudah mencapai sisi jauh pelabuhan dia berada di jalan. Lihat! Semua kapal bergerak ke kota! Ya ampun, taut pasang. Banjir akan melanda kita. Demi Aslan, untung istana ini di dataran yang lebih tinggi. Tapi air naik sangat cepat."
"Oh, apa yang akan terjadi"" jerit Jill. "Air dan api dan semua makhluk itu memenuhi jalan."
"Kuberitahu apa itu," kata Puddleglum. "Si penyihir telah menebar mantra sehingga kapan pun dia terbunuh, di saat yang sama kerajaannya akan hancur berkeping-keping. Dia jenis orang yang tidak keberatan mati kalau dia tahu orang yang membunuhnya akan terbakar, terkubur, atau tenggelam beberapa menit kemudian."
"Benar sekali, wiggle yang baik," kata sang pangeran. "Ketika pedang kita memenggal kepala si penyihir, pukulan itu mengakhiri semua sihirnya, da
n sekarang Dunia Bawah hancur berkeping-keping. Kita sedang melihat akhir dari Dunia Bawah."
"Benar, Sir," kata Puddleglum. "Kecuali kalau ternyata ini juga akhir seluruh Bumi."
"Tapi apakah kita akan diam di sini dan--menunggu"" gagap Jill.
"Tidak menurutku," kata sang pangeran. "Aku mau menyelamatkan kudaku, Coalblack, dan kuda si penyihir, Snowflake (kuda yang hebat dan pantas mendapat majikan yang lain) yang dikandangkan di halaman. Setelah itu, mari buat rakit untuk pergi ke dataran yang lebih tinggi dan berdoa semoga kita menemukan jalan keluar. Tiap kuda bisa membawa dua orang kalau perlu, dan kalau kita memaksa mereka, mereka bisa mengarungi banjir."
"Maukah Yang Mulia mengenakan baju besi"" tanya Puddleglum. "Aku tidak menyukal itu"--dan dia menunjuk ke jalanan di bawah. Semuanya memandang ke bawah. Lusinan makhluk (dan sekarang setelah mendekat, mereka jelas para earthman) bergerak dari arah pelabuhan. Tapi mereka tidak bergerak seperti kerumunan tanpa tujuan. Mereka bertingkah seperti prajurit modern sedang menyerang, bergerak cepat dan berlindung, berusaha supaya tidak terlihat dari jendela-jendela istana.
"Aku tidak berani melihat bagian dalam baju best itu lagi," kata sang pangeran. "Aku memakainya seperti ruang bawah tanah yang bisa bergerak, dan baunya busuk penuh sihir dan perbudakan. Tapi aku akan membawa tamengnya."
Dia meninggalkan ruangan dan kembali dengan binar aneh di matanya beberapa saat kemudian.
"Dengar, teman-teman," katanya, mengulurkan tameng itu ke arah mereka. "Sejam yang lalu warnanya hitam dan tanpa hiasan, dan sekarang, ini." Tameng itu telah berubah secemerlang perak, dan padanya, lebih merah daripada darah atau buah ceri, ada gambar sang singa.
"Tak ragu lagi," kata sang pangeran, "ini berarti Aslan akan menjadi pembimbing yang baik, entah dia berkehendak kita hidup atau mati. Dan itu saja sudah cukup. Sekarang, menurutku, kita harus berlutut dan berdoa, kemudian semua saling berjabat tangan, seperti teman-teman baik yang sebentar lagi akan berpisah. Kemudian, mari turun ke kota dan menghadapi petualangan yang ada di depan kita."
Dan mereka semua melakukan yang dikatakan sang pangeran. Tapi ketika Scrubb berjabat tangan dengan Jill, dia berkata, "Sampai berjumpa lagi, Jill. Maaf aku menyebalkan dan begitu cerewet. Kuharap kau bisa pulang dengan selamat," dan Jill berkata, "Sampai berjumpa lagi, Eustace. Dan aku minta maaf aku begitu mengesalkan." Dan inilah pertama kalinya mereka menggunakan nama depan mereka, karena mereka tidak terbiasa melakukannya di sekolah.
Sang pangeran membuka pintu dan mereka semua menuruni tangga: ketiga pemuda dengan pedang terhunus dan Jill dengan pisau terhunus. Para penjaga telah menghilang dan ruang besar di kaki tangga ruang Pangeran kosong. Lampu suram dan menyedihkan itu masih menyala dan dengan cahayanya mereka tidak menemui kesulitan melewati lorong demi lorong. Suara-suara dari luar istana tidak mudah terdengar di sini, tidak seperti ketika mereka berada di ruangan di atas. Di dalam istana segalanya masih hening, dan sepi. Saat mereka berbelok di sudut menuju aula utama di lantai dasarlah mereka bertemu earthman yang pertama--makhluk gemuk berkulit putih dengan wajah sangat mirip babi yang sedang menghabiskan semua sisa makanan di meja. Dia menjerit (jeritannya juga sangat mirip jeritan babi) dan berlari ke bawah bangku, melambaikan ekor panjangnya di luar raihan tangan Puddleglum tepat waktu. Lalu dia berlari melalui pintu yang jauh, terlalu cepat untuk diikuti.
Dari aula mereka keluar ke halaman. Jill, yang ikut sekolah berkuda di saat liburan, baru saja menangkap aroma kandang kuda (aroma yang terasa sangat manis, jujur, seperti rumah ketika ditemui di tempat seperti Dunia Bawah) ketika Eustace berkata, "Ya ampun! Lihat itu!" Roket besar terbang entah dari mana di luar dinding-dinding istana dan pecah menjadi bintang-bintang hijau.
"Kembang api!" kata Jill dengan nada heran.
"Ya," kata Eustace, "tapi kau tidak mungkin membayangkan para earthman itu memasangnya untuk bersenang-senang! Itu pasti tanda."
"Dan pasti artinya tidak bag
us bagi kita, menurutku," kata Puddleglum.
"Teman-teman," kata sang pangeran, "ketika seseorang sudah memulai petualangan seperti itu, dia harus mengucapkan selamat tinggal pada harapan dan ketakutan, kalau tidak kematian atau penyelamatan akan datang terlambat untuk menyelamatkan kehormatan dan akal sehatnya. Ho, kudaku yang cantik." (Sekarang dia membuka pintu kandang.) "Hei, saudara! Tenang, Coalblack! Tenang sekarang, Snowflake! Kau tidak akan dilupakan."
Kedua kuda ketakutan karena cahaya-cahaya dan suara-suara yang aneh. Jill, yang begitu ketakutan masuk di lubang hitam antara satu gua dan gua lain, maju tanpa takut di antara kedua binatang yang mengentak-entakkan kaki dan mendengus-dengus itu, dan dia serta sang pangeran memasang pelana dan kekang dalam beberapa menit saja. Kedua hewan itu tampak sangat gagah ketika keluar ke halaman, menggelengkan kepala mereka. Jill menunggangi Snowflake, dan Puddleglum naik ke belakangnya. Eustace naik ke belakang sang pangeran di punggung Coalblack. Kemudian dengan gema ketukan kaki yang menggemuruh, mereka keluar dari gerbang utama ke jalanan.
"Tidak banyak bahaya akan terbakar. Itu sisi bagusnya," kata Puddleglum mengamati, menunjuk ke kanan. Di sana, kurang dari seratus meter jauhnya, mencercah ke dindingdinding rumah, air.
"Beranilah!" kata sang pangeran. "Jalan ke sana menurun curam. Air baru naik sampai tengah bukit paling besar kota ini. Air bisa naik setinggi itu dalam setengah jam pertama dan tidak bisa naik lebih tinggi lagi dalam dua jam berikutnya. Aku lebih mengkhawatirkan itu " dan dia menunjuk dengan pedangnya ke arah earthman tinggi besar yang membawa gading babi hutan, diikuti enam earthman dengan berbagai bentuk dan ukuran yang baru saja keluar dari jalan samping dan melangkah ke bayangan rumah tempat tidak ada yang bisa melihat mereka.
Sang pangeran memimpin mereka, selalu menuju ke arah cahaya merah tapi sedikit ke arah kirinya. Rencananya adalah mengitari api (kalau itu memang api) ke arah dataran yang lebih tinggi, dengan harapan mereka bisa menemukan jalan ke lorong yang baru digali. Tidak seperti ketiga temannya, Rilian hampir seperti sedang bersenang-senang. Dia bersiul sambil berkuda, dan menyanyikan bagian-bagian lagu lama tentang Corin si Tinju Petir dari Archenland. Sebenarnya, dia begitu senang terbebaskan dari kutukan yang begitu lama sehingga semua bahaya lain menjadi seperti permainan belaka. Tapi teman-temannya merasa perjalanan itu mengerikan.
Di belakang mereka ada suara tabrakan dan tumbukan kapal-kapal, serta gemuruh bangunan-bangunan runtuh. Di atas mereka ada petak-petak besar cahaya suram di langit-langit Underworld. Di depan ada kilau cahaya misterius, yang sepertinya tidak mendekat. Dan arah yang sama samar-samar datang jeritan, teriakan, panggilan, tawa, pekikan, dan bentakan yang terus-menerus. Dan berbagai macam kembang api terbang ke udara. Tidak ada yang bisa menebak apa artinya. Lebih dekat pada mereka, sebagian kota diterangi cahaya merah, dan sebagian dengan cahaya yang sangat berbeda yang datang dari lampu-lampu gnome yang mengerikan. Tapi ada banyak tempat yang tidak diterangi cahaya mana pun, dan tempat-tempat itu gelap total. Dan keluar masuk tempat-tempat itu para earthman mengendap dan menyelinap, selalu dengan tatapan menusuk para petualang, selalu berusaha menyembunyikan diri mereka sendiri. Ada wajah-wajah yang besar dan yang kecil, mata-mata yang besar seperti ikan dan kecil seperti beruang. Ada bulu-bulu dan rambut-rambut kaku, tanduk dan taring, hidung tipis dan dagu begitu panjang sehingga tampak seperti janggut. Sesekali sekelompok earthman terlalu besar atau terlalu dekat. Kemudian sang pangeran akan menghunus pedangnya dan berpura-pura akan mengejar mereka. Dan makhluk-makhluk itu, dengan segala jenis cicitan, jeritan, dan decakan, akan menghilang dalam kegelapan.
"Tapi ketika mereka telah mendaki banyak jalanan curam dan sudah jauh dari banjir, dan nyaris keluar dari kota di sisi datarannya, situasi menjadi semakin gawat. Mereka sekarang sudah dekat cahaya merah itu dan hampir sejajar dengannya, meskipu
n mereka belum bisa melihat apa sesungguhnya sumber cahaya itu. Tapi dengan sinarnya mereka bisa melihat para musuh dengan lebih jelas. Ratusan-mungkin ribuan--gnome semua bergerak ke arahnya. Tapi mereka melakukannya dengan bergelombang, dan kapan pun mereka berhenti, mereka berpaling dan menatap para petualang.
"Kalau Yang Mulia minta pendapatku," kata Puddleglum, "menurutku mereka bermaksud memotong Plan kita di depan."
"Itu juga yang kupikirkan, Puddleglum," kata sang pangeran. "Dan kita tidak akan bisa menembus berigu banyak. Beranilah! Marl kita maju sampai ke ujung rumah itu. Dan saat mencapainya, berlindunglah pada bayangannya. Gadis ini dan aku akan maju sedikit lagi. beberapa makhluk jahat ini akan mengikuti kami, aku tidak ragu. Mereka rapat di belakang kita. Kau, yang bertangan panjang, hajarlah sebanyak mungkin, saat mereka melewati persembunyianmu. Kita bisa mendapat cerita yang sesungguhnya atau tahu apa yang membuat mereka ingin menyerang kita."
"Tapi tidakkah yang lain akan menyerang kita untuk menyelamatkan yang kita tangkap"" tanya Jill dengan suara yang tidak seberani yang diusahakannya.
"Kalau begitu, Madam," kata sang pangeran, "kau akan melihat kami mau di sekelilingmu, dan kau harus menyerahkan dirimu pada sang singa. Sekarang, Puddleglum yang baik."
Si marsh-wiggle menyelinap ke dalam baying-bayang secepat kucing. Yang lain, selama beberapa saat yang memualkan, terus maju dengan tenang. Kemudian tiba-tiba dari belakang mereka terdengar jeritan yang mengerikan, bercampur dengan suara familier Puddleglum, berkata, "Nah! Jangan menjerit sebelum disakiti, atau kau akan benar-benar disakiti, tahu" Siapa pun bisa mengira itu jeritan babi disembelih."
"Perburuan yang baik," puji sang pangeran, langsung memutar Coalblack dan kembali ke sudut rumah. "Eustace," katanya, "tolonglah, pegang kendali Coalblack." Kemudian dia turun, dan ketiganya menatap dalam diam ketika Puddleglum menarik tangkapannya ke luar ke bawah penerangan cahaya. Gnome itu sangat kecil dan menyedihkan, hanya kira-kira setinggi satu meter. Dia memiliki semacam jengger ayam (tapi keras), di bagian atas kepalanya, mata merah muda yang kecil, dan mulut serta dagu begitu besar dan bundar sehinga wajahnya tampak seperti kuda nil mini. Kalau saja mereka tidak berada dalam situasi yang begitu gawat, mereka pasti tertawa terbahak-bahak ketika melihatnya.
"Nah, earthman," kata sang pangeran, berdiri di depannya dengan pedang diacungkan sangat dekat dengan leher si tawanan, "bicaralah, seperti gnome yang jujur, dan kau boleh bebas. Berbohong pada kami, dan kau akan mati. Puddleglum yang baik, bagaimana dia bisa bicara kalau kau mendekap mulutnya begitu erat""
"Tidak bisa bicara, dan dia tidak bisa menggigit juga," kata Puddleglum. "Kalau saja aku punya tangan manusia yang payah dan lembek (maafkan aku, Yang Mulia) aku pasti sudah berdarah-darah sekarang. Tapi bahkan marshwiggle pun capek digigit-gigit."
"Baiklah," kata sang pangeran pada si gnome, "sekali gigit dan kau mati. Buka mulutnya, Puddleglum."
"Oo-ee-ee," cicit si earthman, "bebaskan aku, bebaskan aku. Bukan aku. Aku tidak melakukannya."
"Tidak melakukan apa"" tanya Puddleglum.
"Apa pun yang Yang Mulia katakan aku lakukan," jawab makhluk itu.
"Beritahu namamu," kata sang pangeran, "dan apa yang para earthman lakukan hari ini."
"Oh, ampun, Yang Mulia, tolong, orang-orang baik," gagap si gnome. "Berjanjilah jangan beritahu Ratu apa pun yang kukatakan."
"Sang Ratu, seperti kau menyebutnya," kata sang pangeran tegas, "sudah mati. Aku sendiri yang membunuhnya."
"Apa"" jerit si gnome, membuka mulutnya yang aneh lebar-lebar karena terkejut. "Mati" Penyihir itu sudah mati" Dan dibunuh Yang Mulia!" Dia mengembuskan napas lega dan menambahkan, "Wah, kalau begitu Yang Mulia teman kami!"
Sang pangeran menurunkan pedangnya sedikit. Puddleglum membiarkan makhluk itu duduk. Dia menatap berkeliling ke keempat petualang dengan mata merahnya yang berkejap-kejap, tertawa sekali-dua kali, dan memulai.
BAB EMPAT BELAS Dasar Dunia "NAMAKU Golg," kata si gnome. "Dan aku akan memberitahu Yan
g Mulia semua yang kuketahui. Kira-kira satu jam yang lalu kami semua sedang melakukan pekerjaan kami--pekerjaan wanita itu, aku harus bilang--sedih dan diam, sama seperti yang kami lakukan sehari-hari selama bertahun-tahun. Kemudian terdengar ledakan dan dentuman keras. Begitu mereka mendengarnya, semua berkata pada dirinya sendiri, aku sudah sangat lama tidak bernyanyi, menari, atau menjerit, apa itu" Dan semuanya berpikir sendiri, Wah, aku pasti dikutuk. Kemudian semua berkata pada dirinya sendiri, Aku sama sekali tidak tahu mengapa aku membawa beban ini, dan aku tidak akan membawanya lebih jauh lagi: itu saja. Dan kami semua membuang karung, bungkusan, dan peralatan kami. Kemudian semua berbalik dan melihat cahaya merah besar di situ. Dan semua berkata pada dirinya sendiri, Apa itu" Dan semuanya menjawab sendiri dan berkata, Itu rekahan atau retakan yang terbuka dan cahaya hangat yang menyenangkan datang dari dalamnya dari Dunia yang Sangat Dalam, ribuan meter di bawah kita."
"Ya ampun," kata Eustace, "apakah ada negeri lain lebih di bawah""
"Oh, ya, Yang Mulia," kata Golg. "Tempat-tempat yang indah, kami menyebutnya Tanah Bism. Negeri tempat kita berada sekarang, negeri si penyihir, adalah apa yang kami sebut Tanah Dangkal. Ini terlalu dekat dengan permukaan bagi kami. Ugh! Kau bahkan hampir merasa tinggal di atas, di permukaan itu sendiri. Mengertilah, kami gnome malang dari Bism yang dipanggil si penyihir ke sini dengan sihir untuk melakukan pekerjaan baginya. Tapi kami melupakan semua itu sampai ledakan itu terdengar dan kutukan dipatahkan. Kami tidak tahu siapa kami atau di mana tempat kami. Kami tidak bisa melakukan apa pun, atau memikirkan apa pun, kecuali apa yang dia masukkan ke kepala kami. Dan hal-hal suram dan menyedihkanlah yang dia masukkan di
sana bertahun-tahun ini. Aku hampir lupa bagaimana bercanda atau menari. Tapi begitu ledakan itu terdengar dan rekahan terbuka dan taut mulai naik, semua itu kembali. Dan tentu saja kami semua pergi secepat yang kami bisa untuk menuruni rekahan dan pulang ke tempat kami sendiri. Dan kau bisa melihat mereka di sana meluncurkan roket dan berdiri dengan kepala untuk menyatakan kegembiraan. Dan aku sangat memohon pada Yang Mulia supaya segera membebaskanku supaya bisa bergabung dengan mereka."
"Kurasa ini hebat sekali," kata Jill. "Aku sangat senang kita juga membebaskan para gnome selain diri kita sendiri ketika kita memenggal si penyihir! Dan aku sangat gembira mereka tidak lagi mengerikan dan suram seperti sang pangeran dulu--yah, penampilannya dulu."
"Itu semua bagus sekali, Pole," kata Puddleglum hati-hati. "Tapi para gnome itu tidak tampak seperti kumpulan yang sedang melarikan diri bagiku. Mereka lebih mirip formasi militer, kalau menurutku. Tatap wajahku, Mr Golg, dan beritahu aku kau tidak sedang mempersiapkan perang""
"Tentu saja kami mempersiapkan perang, Yang Mulia," kata Golg. "Tahu bukan, kami tidak tahu si penyihir sudah mati. Kami pikir dia akan memerhatikan dari istana. Kami berusaha menyelinap pergi tanpa dilihat. Kemudian ketika kalian berempat keluar dengan pedang terhunus dan kuda, tentu saja semua orang berkata pada dirinya sendiri, Perang dimulai, karena tidak tahu bahwa Yang Mulia tidak berpihak pada si penyihir. Dan kami sudah memutuskan untuk berjuang sekuat tenaga daripada kehilangan harapan untuk kembali ke Bism."
"Aku percaya gnome ini jujur," kata sang pangeran. "Bebaskan dia, Puddleglum. Aku sendiri, Golg yang baik, telah dikutuk seperti dirimu dan teman-temanmu, dan baru saja mendapat kesadaranku lagi. Dan sekarang, satu pertanyaan lagi. Apakah kau tahu jalan ke lorong yang baru digali itu, yang dimaksudkan si penyihir untuk menjadi jalan tentara ke Dunia Atas""
"Ee-ee-ee!" cicit Golg. "Ya, aku tahu jalan mengerikan itu. Aku akan menunjukkan awalnya bagi kalian. Tapi tidak ada gunanya Yang Mulia memintaku ikut dengan kalian ke sana. Aku lebih baik mati."
"Kenapa"" tanya Eustace gugup. "Apa yang sangat mengerikan di sana""
"Terlalu dekat ke permukaan, ke luar," kata Golg, menggigil. "Itulah hal paling buruk yang dilakukan si pe
nyihir pada kami. Kami akan disuruh ke luar--ke dunia luar. Mereka bilang tidak ada atap di sana, hanya kekosongan raksasa mengerikan yang disebut langit. Dan penggalian sudah begitu jauh sehingga beberapa ayunan pacul bisa membawamu ke sana. Aku tidak berani pergi ke dekatnya."
"Hore! Kenapa tidak bilang dari tadi"" teriak Eustace, dan Jill berkata, "Tapi di sana sama sekali tidak mengerikan. Kami menyukainya. Kami tinggal di sana."
"Aku tahu kalian, rakyat Dunia Atas, tinggal di sana," kata Golg. "Tapi kupikir itu karena kalian tidak bisa menemukan jalan ke bawah ini. Kau tidak mungkin benar-benar menyukainya--merangkak-rangkak ke sana kemari seperti serangga di atas tanah!"
"Bagaimana kalau menunjukkan jalan itu kepada kami sekarang juga"" kata Puddleglum.
"Saat yang baik," teriak sang pangeran. Seluruh rombongan berangkat. Sang pangeran kembali menunggangi kudanya, Puddleglum naik di belakang Jill, dan Golg memimpin di depan. Sambil berjalan, dia terus-menerus meneriakkan kabar baik bahwa si penyihir sudah mati dan keempat orang Dunia Atas ini tidak berbahaya. Dan mereka yang mendengarnya dari Golg meneriakkannya pada yang lain, sehingga dalam beberapa menit seluruh Dunia Bawah penuh teriakan dan jerikan, dan ratusan bahkan ribuan gnome, melompat, berputar-putar, berdiri dengan kepala, bermain lompat kodok, dan melepaskan kembang api besar, mengerumuni Coalblack dan Snowflake. Dan sang pangeran harus menceritakan kisah kutukan dan pembebasannya sendiri paling tidak sepuluh kali.
Dengan cara ini mereka mencapai sisi rekahan. Rekahan itu kira-kira tiga ratus meter panjangnya dan mungkin enam puluh meter lebarnva. Mereka turun dari kuda dan mendekati tepiannya, dan melihat ke dalamnya. Panas yang kuat menerpa wajah mereka, bercampur aroma yang tidak mirip apa pun yang pernah mereka cium. Aroma itu kaya, tajam, menyenangkan, dan membuatmu bersin. Dalamnya rekangan itu begitu terang sehingga awalnya membuat silau mata dan mereka tidak bisa melihat apa-apa. Ketika sudah terbiasa, mereka merasa bisa melihat sungai api, dan, di tepian sungai itu, sesuatu yang mirip lading-ladang dan kebun-kebun yang berpendar panas tak tertahankan--meskipun mereka tampak suram bila dibandingkan dengan sungai. Ada warna biru, merah, hijau, dan putih semua berbaur jadi satu: kaca bias yang sangat baik dengan matahari tropis menyinarinya di tengah hari bisa memberikan efek yang sama. Menuruni sisi kasar rekahan itu, tampak hitam seperti lalat dalam semua cahaya terang itu, ratusan earthman sedang bergerak.
"Yang Mulia," kata Golg (dan ketika mereka berpaling untuk melihatnya, mereka tidak bisa melihat apa pun kecuali kegelapan beberapa saat, mata mereka harus membiasakan diri). "Yang Mulia, kenapa kalian tidak ikut turun ke Bism" Kalian akan jauh lebih bahagia di sana daripada di negeri dingin, tanpa perlindungan, dan telanjang di atas. Atau paling tidak, turunlah untuk sekadar kunjungan singkat."
Jill berpikir yang lain tidak akan mendengarkan tawaran itu sama sekali. Tapi dengan ketakutan dia mendengar sang pangeran berkata:
"Sungguh, Golg yang baik, aku setengah berpikir akan turun ke sana bersamamu. Karena ini petualangan yang sangat menarik, dan mungkin tidak pernah ada manusia fana yang melihat Bism sebelum ini atau punya kesempatan ini lagi. Dan aku tidak tahu bagaimana, saat tahun-tahun berlalu, aku bisa menanggung ingatan bahwa aku pernah mendapat kesempatan untuk masuk ke bagian terdalam Bumi dan tidak mengambil kesempatan itu. Tapi bisakah manusia tinggal di sana" Kau tidak berenang di sungai api itu, bukan""
"Oh, tidak, Yang Mulia. Kami tidak melakukannya. Hanya salamander yang tinggal dalam api."
"Binatang apa salamander kalian itu"" tanya sang pangeran.
"Sulit menjelaskannya, Yang Mulia," kata Golg. "Karena mereka begitu panas sehingga putih dan sulit dilihat. Tapi mereka mirip naga-naga kecil. Mereka bicara pada kami dari dalam api. Mereka sangat pandai bicara: sangat cerdik dan bisa bicara dengan jelas."
Jill melirik cepat kepada Eustace. Dia merasa yakin temannya itu bahkan lebih tidak menyukai ide masuk ke rekahan
itu daripada dirinya. Semangatnya hilang ketika melihat wajah Eustace agak berbeda. Dia lebih mirip sang pangeran daripada Scrubb lama di Sekolah Eksperimen. Karena semua petualangannya, dan hari-hari ketika dia berlayar bersama Raja Caspian, kembali padanya.
"Yang Mulia," katanya. "Kalau teman lamaku, Reepicheep si tikus ada di sini, dia pasti berkata kita tidak bisa menolak petualangan ke Bism tanpa kehilangan kehormatan kita."
"Turun di sini," kata Golg, "aku bisa menunjukkan pada kalian emas sungguhan, perak sungguhan, berlian sungguhan."
"Huh!" kata Jill kasar. "Seolah kita tidak tahu bahwa kita berada di bawah tambang paling dalam bahkan di sini pun."
"Ya," kata Golg. "Aku pernah mendengar goresan-goresan kecil di pasir yang kalian Orang-orang Atas sebut tambang. Tapi di situlah kalian mendapat emas mati, perak mati, batu-batu mulia mati. Di Bism sana kami memilikinya hidup dan berkembang. Di sana aku akan memetikkan segerumbul batu delima yang bisa kalian makan dan memeraskan secangkir penuh jus berlian. Kalian tidak akan peduli lagi pada harta karun yang dingin dan mati dari tambang-tambang dangkal kalian setelah mencoba yang masih hidup di Bism."
"Ayahku pergi ke ujung dunia," kata Rilian sampai berpikir. "Bukankah hebat kalau putranya pergi ke dasar dunia."
"Kalau Yang Mulia ingin melihat ayahmu saat dia masih hidup, yang kurasa pasti akan membuatnya senang," kata Puddleglum, "sudah saatnya kita kembali ke jalur penggalian itu."
"Dan aku tidak mau turun ke lubang itu, apa pun yang dikatakan orang," tambah Jill.
"Wah, kalau Yang Mulia memang sudah siap kembali ke Dunia," kata Golg, "ada sebagian jalan yang lebih rendah daripada ini. Dan mungkin, kalau banjir masih terus naik "
"Oh, ayo, ayo, ayo jalan!" kata Jill memohon.
"Aku khawatir itulah yang harus kita lakukan," kata sang pangeran sambil mendesah. "Tapi aku meninggalkan setengah hatiku di Tanah Bism."
"Tolonglah!" kata Jill memohon.
"Di mana jalannya"" tanya Puddleglum.
"Ada lampu sepanjang jalan ke sana," kata Golg. "Yang Mulia bisa melihat awal jalan itu di sisi jauh rekahan ini."
"Berapa lama lampu itu akan menyala"" tanya Puddleglum.
Saat itu suara mendesis seperti suara api (mereka bertanya-tanya setelahnya apakah itu suara salamander) datang mengambang dari kedalaman Bism.
"Cepat! Cepat! Cepat! Ke jurang, ke jurang, ke jurang!" katanya. "Rekahan ini menutup. Dia menutup. Dia menutup. Cepat! Cepat!" Dan di saat yang sama, dengan derakan yang menulikan telinga, batu-batu bergerak. Saat mereka memerhatikan, rekahan itu sudah semakin sempit. Dari setiap sisi para gnome yang terlambat berlari ke arahnya. Mereka tidak menunggu untuk menuruni tebingnya. Mereka melompat kepala terlebih dulu dan, entah karena semburan udara panas yang begitu kuat dari bawah, atau alasan yang lain, mereka bisa terlihat mengambang turun seperti daun-daun. Semakin banyak dan semakin banyak mereka mengambang, sehingga kegelapan hampir menutupi sungai api dan kilauan batu-batu mulia yang hidup. "Selamat tinggal, Yang Mulia. Aku pergi," teriak Golg, dan melompat. Hanya sedikit yang tinggal untuk mengikutinya. Rekahan itu sekarang tidak lebih lebar daripada kali kecil. Sekarang dia setipis rekahan di pilar. Sekarang dia hanya seutas benang yang sangat terang. Kemudian, dengan getar seperti ribuan kereta menabrak ribuan pasang bemper, bibir batu itu menutup. Aroma panas yang membuat gila itu menghilang. Para petualang sendirian di Dunia Bawah yang sekarang tampak jauh lebih gelap daripada sebelumnya. Pucat, remang-remang, dan mati, lampu-lampu memberi tanda arah jalan.
"Sekarang," kata Puddleglum, "sepuluh banding satu kita sudah tinggal terlalu lama, tapi lebih baik kita tetap mencoba. Lampu-lampu itu akan mati dalam beberapa menit lagi, aku tidak heran."
Mereka memacu kuda sampai berlari dan berderap di jalan yang gelap dengan gagah. Tapi jalan itu hampir langsung menurun lagi. Mereka pasti berpikir Golg menunjukkan arah yang salah kalau saja tidak melihat, di sisi lain lembah, lampu-lampu berjajar mendaki sejauh yang bisa mereka lihat. Tapi di dasar lembah lampulampu menerangi air yang bergerak.
"Hati-hati," kata Pangeran. Mereka berlari menuruni bukit. Keadaan pasti cukup menakutkan di dasar lima menit kemudian karena air naik merambah lembah seperti berkejaran, dan kalau harus berenang, kuda-kuda tidak mungkin menang. Tapi saat itu air baru tiga puluh sampai lima puluh sentimeter tingginya, dan meskipun air menampar-nampar kaki-kaki kedua kuda, mereka bisa mencapai sisi seberang dengan selamat.
Lalu dimulailah perjalanan naik yang lambat dan melelahkan tanpa pemandangan apa pun kecuali lampu-lampu pucat yang mendaki dan terus mendaki sejauh yang bisa dilihat. Ketika mereka melihat ke belakang mereka bisa melihat air meluas. Seluruh bukit di Dunia Bawah sekarang menjadi pulau, dan hanya di pulau-pulau itulah lampu tetap menyala. Setiap saat ada lampu yang padam. Tidak lama kemudian ada kegelapan total di mana-mana kecuali di jalan yang mereka ikuti, dan bahkan di bagian yang lebih rendah di belakang mereka, meskipun belum ada lampu yang mati, cahaya lampu menerangi air.
Meskipun mereka punya alasan yang kuat untuk terburu-buru, kedua kuda tidak bisa terus tanpa istirahat. Mereka berhenti: dan dalam keheningan mereka bisa mendengar suara debur air.
"Aku ingin tahu apakah--siapa namanya itu--Bapak Waktu--sudah tenggelam sekarang," kata Jill. "Dan semua binatang yang tidur itu."
"Kurasa kita belum setinggi itu," kata Eustace. "Tidakkah kauingat bagaimana kita harus berjalan turun terus untuk mencapai laut tanpa matahari" Kurasa air belum mencapai gua Bapak Waktu."
"Itu mungkin saja," kata Puddleglum. "Aku lebih tertarik pada lampu-lampu di jalan Kelihatannya agak pucat, bukan""
"Mereka selalu begitu," kata Jill.
"Ah," kata Puddleglum. "Tapi mereka lebih hijau sekarang."
"Kau tidak berpikir mereka akan mati, bukan"" teriak Eustace.
"Yah, bagaimanapun cara kerja mereka, kau tidak bisa berharap mereka bisa bertahan selamanya, bukan"" jawab si marsh-wiggle. "Tapi jangan biarkan itu merusak semangatmu, Scrubb. Aku juga memerhatikan air, dan kurasa air tidak naik secepat tadi."
"Itu cukup menghibur, teman," kata sang pangeran. "Kalau kita tidak bisa menemukan jalan keluar. Aku minta maaf. Akulah yang harus disalahkan karena kesombongan dan fantasiku yang menunda perjalanan kita di mulut jalan masuk ke Tanah Bism. Nah, sekarang mari kita terus."
Selama kira-kira sejam selanjutnya, Jill kadang-kadang berpikir Puddleglum benar tentang lampu-lampu, dan kadang-kadang berpikir itu hanya imajinasinya. Sementara itu, dataran berubah. Langit-langit Dunia Bawah begitu dekat sehingga bahkan dengan cahaya temaram itu mereka sekarang bisa melihatnya dengan cukup jelas. Dan dinding-dinding kasar raksasa Dunia Bawah bisa dilihat semakin mendekat di kedua sisi. Jalan itu membawa mereka ke terowongan terjal. Mereka mulai melewati pacul, sekop, kereta dorong, dan tanda-tanda lain bahwa penggali baru saja meninggalkan kerja mereka. Kalau mereka bisa yakin akan keluar, ini semua sangat menggembirakan. Tapi pikiran akan masuk ke lubang yang akan semakin sempit dan semakin sempit, dan sulit berbalik kembali, sangat tidak menyenangkan.
Akhirnya langit-langit begitu rendah sehingga kepala Puddleglum dan sang pangeran menghantamnya. Mereka turun dari kuda dan menuntunnya. Jalan tidak rata dan mereka harus maju dengan hati-hati. Saat itulah Jill memerhatikan kegelapan yang semakin merata. Tidak ragu lagi sekarang. Wajah-wajah teman-temannya tampak aneh dan menakutkan dalam cahaya hijau. Kemudian tiba-tiba (dia tidak bisa menahannya) Jill menjerit pelan. Lampu-lampu, yang di depan mereka, mati semua. Lampu-lampu di belakang mereka juga. Kemudian mereka berada dalam kegelapan total.
"Beranilah, teman-teman," terdengar suara Pangeran Rilian. "Entah kita hidup atau mati, Aslan akan melindungi kita."
"Itu benar, Sir," kata suara Puddleglum. "Dan kalian harus selalu ingat bahwa ada
satu hal baik dalam terperangkap dl bawah ini: kita menghemat biaya penguburan."
Jill diam saja. (Kalau kau tidak ingin yang lain tahu betapa takutnya dirimu, ini selalu tindakan bijaksana untuk dilakukan, karena suaramula
h yang akan mengkhianatimu.)
"Kita bisa saja terus atau tetap berdiri di sini," kata Eustace. Dan ketika mendengar getar dalam suara temannya, Jill tahu betapa bijaksana dirinya untuk diam saja.
Puddleglum dan Eustace maju terlebih dulu dengan tangan diulurkan ke depan, karena takut akan menabrak sesuatu. Jill dan sang pangeran mengikuti, sambil menuntun kuda-kuda.
"Wah," terdengar suara Eustace lama kemudian, "apakah mataku yang aneh atau ada petak cahaya di sana""
Sebelum yang lain bisa menjawabnya, Puddleglum berteriak, "Stop. Aku mencapai jalan buntu. Dan ini tanah, bukan batu. Apa yang kaukatakan, Scrubb""
"Demi sang singa," kata sang pangeran, "Eustace benar. Ada sejenis "
"Tapi bukan cahaya siang," kata Jill. "Itu cahaya biru yang dingin."
"Lebih baik daripada tidak sama sekali," kata Eustace. "Bisakah kita keluar mencapainya""
"Letaknya tidak tepat di atas," kata Puddleglum. "Cahaya itu di atas kita, tapi letaknya dalam dinding yang kutabrak ini. Bagaimana, Pole, kalau kau naik ke bahuku dan mencari tahu apakah kau bisa meraihnya""
BAB LIMA BELAS Jill Hilang PETAK cahaya itu tidak menerangi apa pun dalam kegelapan tempat mereka berdiri. Yang lain hanya bisa mendengar, bukan melihat, upaya Jill naik ke punggung si marsh-wiggle. Mereka mendengarnya berkata, "Kau tidak perlu mencolokkan jarimu ke mataku," dan, "Atau memasukkan kakimu ke mulutku," dan, "Ya, sudah benar," dan, "Sekarang, aku akan memegangi kakimu. Jadi tanganmu bebas untuk berpegangan pada dinding tanah."
Kemudian mereka mendongak dan segera melihat siluet hitam kepala Jill di petak cahaya itu.
"Bagaimana"" mereka semua berteriak gugup.
"Ini lubang," teriak suara Jill. "Aku bisa keluar dari situ kalau lebih tinggi."
"Apa yang kaulihat melaluinya"" tanya Eustace.
"Belum banyak," kata Jill. "Puddleglum, lepaskan kakiku supaya aku bisa berdiri di bahumu bukannya duduk. Aku bisa menyeimbangkan diriku dengan berpegangan di dinding."
Mereka bisa mendengar dia bergerak kemudian lebih banyak bagian dirinya yang kelihatan di bawah cahaya abu-abu lubang itu. Bahkan seluruh tubuhnya sampai ke pinggang.
"Hore " Jill memulai, tapi tiba-tiba kata-katanya terpotong jeritan: bukan jeritan keras. Kedengarannya mulutnya tertutup atau ada sesuatu yang disumbatkan kepadanya. Setelah itu suaranya kembali dan sepertinya Jill berteriak sekeras mungkin, tapi mereka tidak bisa mendengar kata-katanya. Dua hal terjadi pada saat yang sama. Petak cahaya itu tertutup sama sekali beberapa saat, dan mereka bisa mendengar suara derakan dan perkelahian, dan suara si marsh-wiggle berteriak, "Cepat! Tolong! Pegang kakinya! Ada yang menariknya. Ini! Tidak, di sini. Terlambat!"
Lubang itu, dan cahaya yang dingin yang mengisinya sekarang jelas lagi. Jill menghilang.
"Jill! Jill!" teriak mereka panik, tapi tidak ada jawaban.
"Kenapa kau melepaskan kakinya"" kata Eustace.
The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tidak tahu, Scrubb," gerutu Puddleglum. "Aku sudah kacau sejak lahir, aku tidak heran. Nasib. Nasib menjadi pembunuh Pole, sama seperti sudah nasibku makan Rusa yang Bisa Berbicara di Harfang. Bukannya itu salahku juga, tentu saja."
"Ini peristiwa paling memalukan dan menyedihkan yang terjadi pada kita," kata sang pangeran. "Kita telah mengirimkan gadis pemberani itu ke tangan musuh dan tinggal di belakang demi keamanan."
"Jangan menganggapnya seburuk itu, Sir," kata Puddleglum. "Kita belum selamat dari kematian karena kelaparan di lubang ini."
"Aku ingin tahu apakah aku cukup kecil untuk melalui lubang yang dilalui Jill"" kata Eustace.
Yang sebenarnya terjadi pada Jill adalah ini. Begitu dia mengeluarkan kepalanya dari lubang dia mendapati dirinya melihat ke bawah seolah dari jendela lantai atas, bukannya ke atas seolah dari pintu ruang bawah tanah. Dia sudah begitu lama berada dalam kegelapan sehingga awalnya matanya tidak bisa mengenali apa yang mereka lihat, kecuali bahwa dia tidak melihat di siang hari, kepada dunia yang begitu ingin dilihatnya. Udara rasanya sangat dingin, dan cahayanya pucat kebiruan. Juga ada banyak suara dan banyak benda putih beterbangan di udara. Saat itulah dia bert
eriak pada Puddleglum untuk membiarkannya berdiri pada bahu temannya itu.
Setelah melakukannya, dia bisa melihat dan mendengar jauh lebih baik. Suara-suara yang didengarnya ternyata ada dua jenis: entakan ritmis beberapa kaki, dan musik empat alat gesek, tiga seruling, dan sebuah drum. Dia juga bisa menempatkan diri dengan lebih baik. Dia sedang melihat keluar dari lubang di gundukan terjal yang menurun dan dasarnya kira-kira lima meter di bawahnya. Semuanya sangat putih. Banyak orang bergerak. Kemudian Jill tersentak! Orang-orang itu faun-faun kecil yang kurus, dan dryad dengan rambut berkibar bermahkota daun. Sesaat mereka tampak seolah bergerak begitu saja, kemudian Jill melihat mereka sebenarnya berdansa-dansa dengan begitu banyak gerakan kaki yang sulit dan gerakan yang butuh waktu untuk dimengerti. Lalu tiba-tiba sekali dia menyadarinya, cahaya biru pucat itu cahaya bulan, dan benda putih di tanah adalah salju. Dan tentu saja! Ada bintang-bintang bersinar di langit hitam beku di atas sana. Dan benda-benda hitam tinggi di belakang para penari adalah pohon-pohon. Mereka bukan saja mencapai dunia luar, tapi juga keluar di tengah Narnia. Jill merasa bisa pingsan karena senang, dan musik itu--musik liar itu, sangat manis tapi juga agak menakutkan, penuh sihir baik seperti musik si penyihir penuh sihir jahat--membuatnya lebih menyadari keberadaannya.
Semua ini butuh waktu lama untuk diceritakan, tapi tentu saja hanya butuh sedikit waktu untuk dilihat. Jill berbalik hampir seketika untuk berteriak pada yang lain, "Hore! Tidak apa-apa. Kita sudah di luar, dan kita sudah sampai di rumah." Tapi alasan dia tidak pernah mengatakan lebih dari "Hore" adalah ini. Mengeliling para penari adalah para dwarf, semua mengenakan pakaian yang terbaik, kebanyakan berwarna merah dengan tudung berpinggiran bulu serta pita emas dan bot besar berpinggiran bulu. Saat berjalan berkeliling, dengan rajin mereka melempari bola-bola salju. (Itulah benda-benda putih yang Jill lihat beterbangan di udara.) Mereka tidak melemparkan bola-bola salju itu pada para penari seperti yang mungkin dilakukan anak-anak nakal di Inggris.
Mereka melemparkan bola-bola salju itu di atas para penari dengan pengaturan waktu sangat tepat dengan musiknya dan dengan bidikan yang sangat baik sehingga semua penari berada pada tempat yang tepat di saat yang tepat, sehingga tidak ada yang akan kena lemparan. Ini disebut Tari Salju Besar dan dilakukan setiap tahun di Narnia di malam terang bulan pertama ketika tanah telah tertutup salju. Tentu saja ini juga sejenis permainan selain tarian, karena sesekali beberapa penari akan bergerak agak salah dan wajah mereka akan kena lemparan bola salju, kemudian semua akan tertawa. Tapi tim penari, dwarf, dan pemusik yang baik bisa berjalan terus berjam-jam tanpa sekali pun ada yang kena lempar. Di malam yang cerah ketika udara dingin, pukulan genderang, suara burung hantu, dan cahaya bulan membangkitkan darah hutan mereka yang liar dan membuatnya semakin liar, mereka akan berdansa sampai fajar. Aku berharap kau bisa melihatnya sendiri.
Yang telah menghentikan Jill ketika mengatakan "Hore" adalah tentu saja bola salju cukup besar yang melayang melintasi para penari dari dwarf di sisi seberang dan menghantamnya tepat di mulut. Dia tidak keberatan, dua puluh bola salju pun tidak bisa merusak suasana hatinya saat itu. Tapi betapa gembiranya pun dirimu, kau tidak bisa bicara dengan mulut penuh salju. Dan ketika, setelah meludah-ludah, dia bisa bicara lagi, dia begitu gembira sehingga lupa bahwa yang lain, masih dalam kegelapan di belakangnya, masih belum tahu kabar gembira itu. Dia merangkak sejauh mungkin keluar lubang, dan berteriak ke arah para penari.
"Tolong! Tolong! Kami terperangkap dalam bukit. Tolong bantu kami keluar."
Orang-orang Narnia yang tidak memerhatikan lubang kecil di sisi bukit, tentu saja sangat terkejut, dan memandang ke beberapa arah yang salah sebelum menemukan sumber suara itu. Tapi ketika melihat Jill, mereka semua berlari ke arahnya, dan banyak yang merangkak naik ke gundukan tanah, dan lebih dari selusin tan
gan diulurkan untuk membantunya. Dan Jill memegang mereka dan dengan demikian keluar dari lubang dan mulai menuruni gundukan tanah itu kepala terlebih dulu, kemudian bangkit dan berkata:
"Oh, tolong bantu yang lain keluar. Ada tiga orang lain, selain kuda-kuda. Dan salah satunya adalah Pangeran Rilian."
Jill sudah berada di tengah kerumunan ketika mengatakan ini, karena selain para penari ada berbagai makhluk yang menonton tarian itu, dan tidak dilihatnya sebelumnya, yang berlari datang. Bajing-bajing keluar dari pepohonan begitu banyak sehingga seperti hujan, begitu juga para burung hantu. Landak berjalan secepat kaki pendek mereka bisa membawa mereka. Beruang dan musang mengikuti dengan langkah lebih pelan. Panther besar, menggerak-gerakkan ekornya dengan gembira, adalah yang terakhir mengikuti rombongan itu.
Tapi begitu mengerti apa yang dikatakan Jill, mereka semua langsung sibuk. "Pacul dan sekop, anak-anak, pacul dan sekop. Lari ambil peralatan kita!" kata para dwarf, dan berlari masuk hutan secepat mungkin. "Bangunkan Tikus Tanah, mereka hebat soal menggali. Mereka hampir sama baiknya dengan dwarf," kata seseorang. "Apa yang dikatakannya tentang Pangeran Rilian"" kata yang lain. "Hus!" kata si panther. "Anak malang itu gila, dan tidak heran setelah tersesat dalam bukit. Dia tidak tahu apa yang dia katakan." "Benar," kata seekor beruang tua. "Wah, dia bilang Pangeran Rilian itu kuda! " "Tidak, dia tidak bilang begitu," kata seekor bajing dengan nada sangat kurang ajar. "Ya, dia bilang begitu," kata bajing yang lain bahkan lebih kurang ajar lagi.
"Itu b-b-b-benar. Ja-ja-jangan begitu bodoh," kata Jill. Dia bicara seperti itu karena giginya sekarang bergemeletuk karena dingin.
Dengan segera salah satu dryad memberinya mantel bulu yang dijatuhkan dwarf ketika dia berlari untuk mengambil peralatan tambangnya, dan faun yang baik berlari di antara pepohonan ke tempat Jill bisa melihat cahaya api di mulut gua, untuk mengambilkan minuman hangat baginya. Tapi sebelum faun itu kembali, semua dwarf datang lagi dengan membawa sekop serta pacul dan langsung bekerja di dinding bukit. Kemudian Jill mendengar teriakan "Hai! Apa yang kalian lakukan" Turunkan pedang itu," dan, "Dia yang paling ganas, bukan"" Jill buru-buru mendekat dan tidak tahu harus tertawa atau menangis ketika melihat wajah Eustace, sangat pucat dan kotor, tampak dari kegelapan lubang itu, dan tangan kanan Eustace memegang pedang yang diayunkannya pada siapa pun yang mendekatinya.
Karena tentu saja Eustace mengalami hal yang sangat berbeda dengan Jill beberapa menit terakhir itu. Dia telah mendengar Jill berteriak dan melihatnya menghilang entah ke mana. Seperti sang pangeran dan Puddleglum, dia berpikir musuh menangkap Jill. Dan dari bawah sana dia tidak bisa melihat bahwa cahaya biru pucat itu cahaya bulan. Dia berpikir lubang itu hanya mengarah ke gua lain, yang memiliki penerangan fosfor dan penuh makhluk-jahat-entah-apa yang menghuni Dunia Bawah. Jadi ketika dia membujuk Puddleglum untuk memanggulnya, menghunus pedangnya, dan mengeluarkan kepalanya, dia melakukan hal yang sangat berani. Yang lain mau saja melakukannya lebih dulu, tapi lubang itu terlalu kecil bagi mereka. Eustace sedikit lebih besar, dan jauh lebih kaku daripada Jill, jadi ketika dia melihat keluar dia menghantamkan kepalanya pada puncak lubang dan membuat salju runtuh ke wajahnya. Sehingga, ketika dia bisa melihat lagi, dan melihat selusin makhluk mendatanginya secepat mereka bisa berlari, tidak mengherankan dia berusaha mengusir mereka.
"Stop, Eustace, stop," teriak Jill. "Mereka teman. Tidakkah kaulihat" Kita keluar di Narnia. Semuanya baik-baik saja."
Kemudian Eustace mengamati, dan minta maaf pada para dwarf (dan para dwarf bilang tidak apa-apa), dan selusin tangan dwarf yang kekar dan berbulu membantunya keluar seperti mereka membantu Jill beberapa menit sebelumnya. Kemudian Jill merangkak naik gundukan tanah itu dan memasukkan kepalanya pada lubang gelap itu dan meneriakkan kabar gembira tersebut pada para tawanan. Saat menjauh, dia mendengar Puddleglum bergumam, "Ah, Pole ya
ng malang. Ini semua terlalu berat baginya. Membuatnya gila, aku tidak heran. Dia mulai melihat hal-hal yang tidak ada."
Jill bergabung dengan Eustace dan mereka saling berjabat tangan serta menghirup udara tengah malam dalam-dalam. Dan mantel hangat dibawakan bagi Eustace juga minuman hangat, bagi keduanya. Sementara mereka minum, para dwarf sudah membongkar tumpukan salju dan tanah pada bukit itu di sekitar lubang awal, dan sekarang suara sekop dan pacul bekerja sama riangnya dengan suara entakan kaki faun dan dryad ketika menari sepuluh menit sebelumnya. Hanya sepuluh menit! Tapi Jill dan Eustace telah merasa semua bahaya yang mereka hadapi dalam gelap, panas, rasa tanah pasti hanya mimpi. Di luar sini, dalam udara dingin, dengan bulan dan bintang-bintang di atas (bintang-bintang Narnia lebih dekat daripada bintang-bintang di dunia kita) dan dengan wajah-wajah ramah dan gembira di sekeliling mereka, tidak ada yang bisa memercayai adanya Dunia Bawah.
Sebelum mereka menghabiskan minuman panas mereka, kira-kira selusin tikus tanah, baru dibangunkan, masih sangat mengantuk, dan tidak begitu gembira, tiba. Tapi begitu mereka mengerti permasalahannya, mereka bergabung dengan penuh semangat. Bahkan para faun pun membuat diri mereka berguna dengan membawa tanah dalam keranjang-keranjang kecil, dan para bajing berdansa dan melompat ke sana kemari dengan gembira, meskipun Jill tidak pernah benar-benar mengerti apa sebenarnya yang mereka lakukan. Beruang-beruang dan burung hantu cukup puas dengan memberikan saran-saran, dan terus bertanya pada anak-anak apakah mereka ingin masuk gua (di sanalah Jill melihat api tadi), menghangatkan diri, dan makan malam. Tapi anak-anak tidak bisa pergi sebelum melihat teman-teman mereka bebas.
Tidak ada orang di dunia kita yang bisa mengerjakan apa yang dilakukan para dwarf dan Tikus Tanah yang Bisa Berbicara di Narnia, tapi tentu saja, tikus tanah dan dwarf tidak menganggapnya pekerjaan. Mereka suka menggali. Karena itulah tidak lama sebelum mereka bisa membuka rekahan lebar gelap di sisi bukit. Dan dari kegelapan keluarlah ke cahaya bulan--ini akan cukup mengerikan kalau mereka tidak tahu siapa kedua makhluk itu pertama-tama, sosok tinggi, berkaki panjang, bertopi kerucut, si marsh-wiggle, kemudian, menuntun kedua kuda, Rilian sang pangeran.
Saat Puddleglum muncul, teriakan-teriakan terdengar dari segala arah. "Wah, itu wiggle--wah, itu Puddleglum tua--Puddleglum tua dari Rawa Timur--apa yang telah kaulakukan, Puddleglum"--ada kelompok yang mencarimu--Lord Trumpkin memasang pengumuman--ada hadiahnya!" Tapi semua ini terhenti, serentak, menjadi keheningan, sama cepatnya suara menghilang di asrama yang nakal kalau kepala sekolah membuka pintu. Karena sekarang mereka melihat sang pangeran.
Tidak ada yang meragukan siapa dirinya. Ada banyak binatang, dryad, dwarf, dan faun yang mengingatnya dari hari-hari sebelum dia dikutuk. Ada beberapa yang cukup tua dan bisa mengingat bagaimana ayahnya, Raja Caspian, waktu masih muda, dan melihat kemiripannya. Tapi kurasa dia pasti mengenalinya. Meskipun dia pucat karena penahanan yang lama di Dunia Bawah, berpakaian hitam, berdebu, kusut, dan lelah, ada sesuatu pada wajahnya yang tidak mungkin salah dimengerti. Itulah pancaran karisma semua Raja Narnia yang sejati, yang memerintah dengan berkah Aslan dan duduk di Cair Paravel dl takhta Peter sang Raja Agung. Segera semua kepala tertunduk dan semua lutut tertekuk, sesaat kemudian semua berteriak dan menjerit, melompat-lompat dan menari-nari gembira, berjabat tangan, berciuman, dan berpelukan, sehingga mata Jill berkaca-kaca. Hasil perjalanan mereka ternyata pantas bagi semua rasa sakit yang mereka alami.
"Kumohon, Yang Mulia," kata dwarf yang paling tua, "ada upaya menyediakan makan malam di gua di sana, disiapkan untuk akhir Tari Salju "
"Tentu saja, dwarf yang baik," kata sang pangeran. "Karena belum pernah ada pangeran, kesatria, orang-orang baik, atau beruang yang begitu lapar seperti yang kami berempat alami malam ini."
Seluruh kerumunan itu mulai bergerak melalui pepohonan ke arah gua. Jill mende
ngar Puddleglum berkata pada mereka yang mengelilinginya. "Tidak, tidak, ceritaku harus menunggu. Tidak ada yang pantas dibicarakan tentang diriku. Aku ingin mendengar berita. Jangan menceritakannya padaku dengan hati-hati, karena aku lebih suka mendengar semuanya sekaligus. Apakah kapal sang raja karam" Ada kebakaran hutan" Tidak ada perang di perbatasan Calormen" Atau ada beberapa naga, aku tidak akan heran"" Dan semua makhluk itu tertawa keras-keras dan berkata, "Bukankah itu benar-benar kata-kata marsh-wiggle""
Kedua anak hampir jatuh karena lelah dan lapar, tapi kehangatan gua, dan penampilannya saja, dengan perapian di dinding, lemari, cangkir-cangkir, piring-piring saji, dan piring-piring makan di lantai batu yang halus, sama seperti dalam dapur rumah pertanian, menyegarkan mereka sedikit. Tapi tetap saja, mereka sudah lelap ketika makan malam disiapkan. Dan sementara mereka tidur, Pangeran Rilian menceritakan seluruh petualangannya pada binatang-binatang dan dwarf yang lebih tua dan bijaksana. Dan sekarang mereka semua mengerti, bagaimana si penyihir jahat (tidak ragu lagi pasti sejenis dengan Penyihir Putih yang membuat Musim Dingin Panjang di Narnia dulu sekali) telah merencanakan semua ini, pertama-tama membunuh ibu Rilian kemudian mengutuk Rilian sendiri. Dan mereka mengerti bagaimana si penyihir telah menggali ke bawah Narnia dan akan menyerang lalu memimpinnya melalui Rilian: dan bagaimana Rilian tidak pernah membayangkan bahwa negeri yang diberikan si penyihir padanya (dia menjadi raja, tapi sebenarnya tetap budak si penyihir) adalah negerinya sendiri. Dan dari cerita anak-anak, mereka melihat bagaimana si penyihir bersekutu dan berteman dengan para raksasa berbahaya di Harfang. "Dan pelajaran bagi kita semua, Yang Mulia," kata dwarf yang paling tua, "adalah semua penyihir dari utara itu punya maksud yang sama, tapi setiap zaman mereka punya rencana yang berbeda untuk memperolehnya."
BAB ENAM BELAS Penyembuhan KETIKA bangun keesokan paginya dan mendapati dirinya berada dalam gua, untuk sesaat yang mengerikan, Jill mengira dirinya kembali berada di Dunia Bawah. Tapi ketika melihat dia berbaring di kasur isi tanaman heather dengan mantel bulu menyelimuti dirinya, dan melihat api yang menyenangkan menyala (seolah baru dinyalakan) di perapian baru dan, lebih jauh lagi, sinar matahari pagi datang dari mulut gua, dia ingat semua keadaan yang menyenangkan itu. Mereka telah makan malam dengan enak, semua berdesakan dalam gua itu, meskipun sudah sangat mengantuk sebelum semua berakhir. Samar-samar dia ingat para dwarf berkumpul di sekeliling api dengan penggorengan lebih besar daripada diri mereka sendiri, dan suara desis serta aroma nikmat sosis.
Dan bukan sosis payah yang separonya terisi kacang kedelai pula, tapi benar-benar sosis daging berbumbu, gemuk, panas, dan hanya sedikit gosong. Dan gelas besar penuh cokelat panas, dan kentang panggang, chestnut panggang, apel bakar dengan kismis mengisi tempat yang tadinya berisi bijinya, dan es untuk menyegarkanmu setelah semua makanan panas itu.
Jill duduk dan memandang ke sekeliling. Puddleglum dan Eustace berbaring tidak jauh, keduanya masih tidur nyenyak.
"Hai, kalian berdua!" teriak Jill keras-keras. "Kapan kalian akan bangun""
"Sstt, sstt!" kata suara mengantuk dari atasnya. "Waktu untuk istirahat. Tidur nyenyak, kuu-kuu, kuu-kuu. Tidak usah bekerja. Kuukuu!"
"Wah, kurasa," kata Jill, melirik sekumpulan bulu yang bertengger di atas jam besar di sudut gua, "Kurasa ini Glimfeather!"
"Benar, benar," gumam si burung hantu, mengangkat kepalanya dari bawah sayap dan membuka sebelah mata. "Aku datang dengan membawa pesan untuk sang pangeran kira-kira jam dua pagi. Bajing-bajing membawa kabar gembira. Kabar untuk sang pangeran. Dia sudah pergi. Kalian juga akan menyusul.
Selamat pagi " kemudian kepalanya kembali menghilang.
Karena sepertinya tidak ada harapan akan mendapat informasi apa pun dari burung hantu itu, Jill bangun dan mulai melihat berkeliling untuk mencari tempat cuci muka dan sarapan. Tapi hampir seketika faun kecil masuk ke gua, kaki kambingnya m
embuat suara ketak-ketuk pada lantai batu.
"Ah! Kau sudah bangun akhirnya, Putri Hawa," katanya. "Mungkin kau lebih baik membangunkan Putra Adam. Kalian harus berangkat beberapa menit lagi dan dua centaurus sudah berbaik hati akan membiarkan kalian naik di punggung mereka kembali ke Cair Paravel." Dia menambahkan dengan suara pelan, "Tentu saja, kau pasti tahu itu kehormatan sangat spesial dan belum pernah terjadi, diizinkan naik ke punggung centaurus. Aku tidak tahu apakah pernah ada yang melakukannya sebelumnya. Tidak baik membiarkan mereka menunggu."
"Di mana sang pangeran"" adalah pertanyaan pertama yang diajukan Eustace dan Puddleglum begitu mereka terbangun.
"Dia sudah pergi untuk menemui sang raja, ayahnya, di Cair Paravel," jawab si faun, yang namanya Orruns. "Kapal Yang Mulia diharapkan akan merapat sebentar lagi. Sepertinya Raja bertemu Aslan--aku tidak tahu hanya penampakan atau bertemu langsung--sebelum dia pergi jauh, dan Aslan menyuruhnya kembali dan memberitahunya dia akan menemukan putranya yang sudah lama hilang menunggunya ketika dia kembali ke Narnia."
Eustace sekarang sudah bangun dan Jill membantu Orruns menyiapkan sarapan. Puddleglum disuruh tetap di tempat tidur. Centaurus bernama Cloudbirth, penyembuh yang terkenal, atau (seperti yang dikatakan Orruns) "dukun", masuk untuk melihat kaki marsh-wiggle itu yang terbakar.
"Ah!" kata Puddleglum dengan nada hampir senang, "dia akan memotong kakiku pada Intut, aku tidak heran. Kalian lihat saja." Tapi dia cukup senang bisa tetap di tempat tidur.
Sarapan terdiri atas telur orak-arik dan roti panggang dan Eustace makan seolah dia tidak baru saja makan besar tengah malam kemarin.
"Menurutku, Putra Adam," kata si faun, menatap heran pada mulut Eustace yang penuh. "Tidak perlu terburu-buru seperti itu. Kurasa para centaurus belum menyelesaikan sarapan mereka sendiri."
"Kalau begitu mereka pasti bangun sangat siang," kata Eustace. "Aku berani bertaruh sekarang sudah sekitar jam sepuluh."
"Oh tidak," kata Orruns. "Mereka bangun sebelum matahari terbit."
"Kalau begitu mereka pasti menunggu waktu siang sebelum mulai sarapan," kata Eustace.
"Tidak," kata Orruns. "Mereka mulai sarapan begitu bangun."
"Ya ampun!" kata Eustace. "Apakah mereka makan banyak sekali saat sarapan""
"Wah, Putra Adam, tidakkah kau mengerti" Centaurus punya perut manusia dan perut kuda. Dan tentu saja keduanya ingin sarapan. Jadi pertama-tama dia makan bubur, ikan, ginjal, bacon, telur orak-arik, ham dingin, roti panggang, selai jeruk, kopi, dan bir. Dan setelah itu dia mengurus bagian kuda dari dirinya dengan merumput selama kira-kira sejam dan menyelesaikannya dengan dedak hangat, gandum, dan sekantong gula. Karena itulah sangat merepotkan kalau mengajak centaurus menginap di akhir minggu. Benar-benar sangat merepotkan."
Saat itu terdengar suara kaki kuda mengetuk batu di mulut gua, dan anak-anak mendongak. Kedua centaurus, satu dengan janggut hitam dan yang lain dengan janggut pirang emas menutupi dada bidang mereka yang telanjang, berdiri menunggu mereka, menundukkan kepala mereka sedikit supaya bisa melihat ke dalam gua. Kemudian anak-anak menjadi sangat sopan dan menyelesaikan sarapan mereka dengan cepat. Tidak ada yang menganggap centaurus lucu ketika melihatnya. Mereka makhluk yang khidmat dan ajaib, penuh kebijaksaan kuno yang mereka pelajari dari bintang-bintang, tidak mudah dibuat gembira atau marah, tapi kemarahan mereka merupakan gelombang mengerikan kalau datang.
"Selamat tinggal, Puddleglum sayang," kata Jill, mendekati sisi tempat tidur si marsh-wiggle. "Aku menyesal menyebutmu menyebalkan."
"Aku juga," kata Eustace. "Kau teman terbaik di dunia."
"Dan aku berharap bisa bertemu denganmu lagi," tambah Jill.
"Tidak banyak kesempatan untuk itu, menurutku," jawab Puddleglum. "Kurasa aku juga tidak akan melihat wigwam tuaku lagi. Dan pangeran itu--dia baik--tapi apakah kalian pikir dia cukup kuat" Pikirannya sudah dihancurkan kehidupan di bawah tanah, aku tidak heran. Sepertinya kegilaannya bisa muncul kapan pun."
"Puddleglum!" kata Jill. "Kau memang menyebalkan.
Kau terdengar seperti orang yang menghadiri pemakaman tapi aku percaya kau benar-benar gembira. Dan kau bicara seolah takut segalanya, padahal kau sebenarnya sama beraninya dengan--singa."
"Nah, omong-omong tentang pemakaman," kata Puddleglum, tapi Jill, yang mendengar kedua centaurus mengetuk dengan kaki mereka di belakangnya, mengagetkan Puddleglum dengan memeluk lehernya yang kurus dan mencium wajahnya yang seperti lumpur, sementara Eustace menjabat tangannya. Kemudian mereka berdua berlari kepada para centaurus, dan si marsh-wiggle kembali berbaring, berkata pada dirinya sendiri, "Yah, aku tidak bermimpi gadis itu akan melakukan itu. Meskipun aku memang tampan."
Menunggang centaurus, tentu saja, kehormatan besar (dan selain Jill dan Eustace, mungkin tidak ada manusia lain di dunia yang pernah melakukannya) tapi sangat tidak nyaman. Karena tidak ada orang yang masih menyayangi hidupnya akan mengusulkan untuk memasangkan pelana pada centaurus, dan menunggang tanpa pelana sama sekali tidak menyenangkan, terutama kalau, seperti Eustace, kau tidak pernah belajar menunggang kuda. Para centaurus sangat sopan dengan cara yang khidmat, anggun, dan dewasa, dan saat mereka berlari melalui hutan-hutan Narnia mereka bicara, tanpa menoleh, menceritakan pada anak-anak kegunaan daun-daun dan akar-akaran, pengaruh planet-planet, dan kesembilan nama Aslan dengan artinya masing-masing, dan hal-hal seperti itu. Tapi bagaimanapun kaku dan lelahnya kedua anak manusia itu, mereka mau memberikan. apa pun untuk mengulangi perjalanan itu: untuk melihat padang-padang dan tebing-tebing itu berkilau karena salju kemarin malam, untuk bertemu kelinci-kelinci, bajing-bajing, dan burung-burung yang mengucapkan selamat pagi padamu, untuk menghirup lagi udara Narnia dan mendengar suara pohonpohon Narnia.
Mereka mencapai sungai, mengalir jernih dan biru dalam cahaya matahari musim dingin, jauh di bawah jembatan terakhir (yang berada di kota kecil beratap merah Beruna) dan dibawa menyeberang di rakit oleh pengemudi feri, yang marsh-wiggle, karena marsh-wigglelah yang melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan air dan ikan di Narnia. Dan ketika telah menyeberang, mereka meneruskan perjalanan di sisi selatan sungai dan akhirnya mencapai Cair Paravel itu sendiri. Dan ketika tiba, mereka melihat kapal besar yang mereka lihat ketika pertama menginjakkan kaki di Narnia, berlayar di sungai seperti burung besar. Seisi istana sekali lagi berkumpul di padang antara istana dan teluk untuk menyambut kedatangan Raja Caspian. Rilian, yang telah mengganti pakaian hitamnya, dan sekarang mengenakan mantel merah di atas baju rantai perak, berdiri di dekat tepian air, dengan kepala tanpa topi, untuk menyambut ayahnya. Si dwarf Trumpkin duduk di sebelahnya di atas kursi yang ditarik keledainya. Anak-anak melihat tidak mungkin mendekati sang pangeran karena kerumunan orang, selain itu, mereka juga merasa agak malu. Jadi mereka meminta pada para centaurus apakah mereka boleh duduk di punggung mereka lebih lama lagi sehingga bisa melihat segalanya dari atas kepala kerumunan itu. Dan para centaurus mengizinkan.
Suara terompet perak terdengar melintasi air dari dek kapal. Para pelaut melempar talitemali, tikus-tikus (yang bisa bicara, tentu saja) dan marsh-wiggle cepat-cepat menambatkannya, lalu kapal berhenti. Para pemusik, tersembunyi di suatu tempat dalam kerumunan, mulai memainkan lagu yang khidmat dan bernada kemenangan. Dan tak lama kemudian sekoci Raja sudah siap dan para tikus menjalankannya ke dermaga.
Jill membayangkan akan melihat raja yang sudah tua akan menaiki sekoci itu. Tapi ternyata sesuatu terjadi. Seorang bangsawan berwajah pucat menepi dan berlutut di depan sang pangeran dan Trumpkin. Mereka bertiga bicara dengan kepala berdekatan beberapa menit, sehingga tidak ada yang bisa mendengar apa yang mereka katakan. Musik terus bermain, tapi kau bisa merasakan semuanya merasa tidak tenang. Kemudian empat kesatria membawa sesuatu dan bergerak sangat pelan, muncul dari sekoci. Ketika mereka mulai melangkah di dermaga, kau bisa melihat apa yang mereka bawa: sang r
aja tua di tempat tidur, sangat pucat dan diam. Mereka meletakkannya. Sang pangeran berlutut di sisinya dan memeluknya. Mereka bisa melihat Raja Caspian mengangkat tangannya untuk memberkati putranya. Dan semuanya bersorak, tapi ini sorakan yang tidak terlalu bersemangat, karena mereka semua merasa ada yang salah. Kemudian tiba-tiba kepala sang raja kembali tergolek di bantalnya, para pemusik berhenti bermain dan ada keheningan. Sang pangeran, berlutut di sisi tempat tidur sang raja, menyandarkan kepalanya ke sana dan menangis.
Terdengar bisik-bisik dan gerakan-gerakan gelisah. Kemudian Jill melihat semua yang mengenakan topi, kerudung, helm, atau tudung melepaskannya--termasuk Eustace. Kemudian Jill mendengar suara gemeresik dan kibaran di atas istana, ketika dia mendongak dia melihat bendera besar bergambar singa emas diturunkan ke setengah tiang. Dan setelah itu, dengan perlahan, hati-hati, dengan denting sedih dan tiupan terompet yang mengiris hati, musik dimulai lagi, kali ini dengan nada yang membuat hatimu berduka.
Mereka berdua turun dari centaurus masing-masing (yang tidak memerhatikan mereka).
"Aku ingin berada di rumah," kata Jill.
Eustace mengangguk, tanpa kata, dan menggigit bibirnya.
"Aku datang," kata suara berat di belakang mereka. Mereka berbalik dan melihat sang singa sendiri, begitu cemerlang, nyata, dan kuat sehingga semuanya langsung mulai tampak pucat dan tidak nyata bila dibandingkan dengannya. Dan dalam waktu yang lebih singkat daripada yang dibutuhkan untuk bernapas Jill melupakan Raja Narnia yang baru saja meninggal dan hanya ingat bagaimana dia membuat Eustace jatuh dari tebing, dan bagaimana dia telah melupakan hampir semua tanda, dan tentang semua pertengkaran dan bentakan. Dan dia ingin berkata, "Maafkan aku," tapi tidak bisa bicara. Kemudian sang singa memanggil mereka mendekat melalui tatapannya, dan menunduk lalu menyentuh wajah pucat mereka dengan lidahnya, dan berkata:
"Jangan pikirkan itu lagi. Aku tidak selalu marah. Kau telah melakukan pekerjaan yang kutugaskan pada kalian di Narnia."
"Tolonglah, Aslan," kata Jill, "bolehkah kami pulang sekarang""
"Ya. Aku datang untuk membawa kalian pulang," kata Aslan. Kemudian dia membuka mulutnya dan meniup. Tapi kali ini mereka tidak merasa melayang di udara, mereka malah tetap diam, dan tiupan liar Aslan menjauhkan kapal, jenazah Raja, istana, salju, dan langit musim dingin. Semua itu melayang di udara seperti asap, dan tiba-tiba mereka berdiri di terik matahari tengah musim panas, di padang rumput halus, di antara pepohonan besar, dan di sebelah sungai jernih dan segar. Kemudian mereka melihat bahwa mereka sekali lagi berada di puncak Gunung Aslan, tinggi di atas akhir daratan tempat Narnia berada. Tapi anehnya musik duka bagi Raja Caspian masih terdengar, meskipun tidak ada yang tahu dari mana asalnya. Mereka berjalan di tepi sungai dan sang singa berjalan di depan mereka, dan dia menjadi begitu indah, dan musiknya begitu sedih, sehingga Jill tidak tahu mana yang membuat matanya berkaca-kaca.
Kemudian Aslan berhenti, dan anak-anak melihat ke sungai. Dan di sana, di pasir emas dasar airnya, terbaringlah Raja Caspian, mati, dengan air mengalir di atasnya seperti kaca hidup. Janggutnya yang putih panjang bergerak seperti rumput laut. Dan mereka bertiga berdiri dan menangis. Bahkan sang singa menangis: air mata singa yang besar-besar, setiap air mata lebih berharga daripada sebutir berlian keras di dunia. Dan Jill memerhatikan bahwa Eustace tampak tidak seperti anak kecil menangis, atau anak yang menangis dan berusaha menyembunyikan, tapi seperti orang dewasa menangis. Paling tidak, itulah yang paling mirip menurutnya, tapi sebenarnya, seperti yang dia katakan, orang sepertinya tidak punya umur tertentu di gunung itu.
"Putra Adam," kata Aslan, "pergilah ke semak-semak itu dan petiklah duri yang akan kautemukan di sana, dan bawakan padaku."
Eustace menurut. Duri itu sepanjang tiga puluh sentimeter dan setajam anggar.
"Tusukkan pada telapak kakiku, Putra Adam," kata Aslan, mengulurkan kaki depan kanannya dan mengembangkan cakar besarnya
kepada Eustace. "Haruskah"" kata Eustace.
"Ya," kata Aslan.
Kemudian Eustace mengetatkan giginya dan menusukkan duri itu ke telapak sang singa. Dan dari sana muncul tetes besar darah, lebih merah daripada merah yang pernah kaulihat atau bayangkan. Dan darah itu jatuh ke sungai di atas jenazah sang raja. Di saat yang sama musik yang menyedihkan itu berhenti. Dan raja yang mati itu mulai berubah. Janggut putihnya menjadi abu-abu, dan dari abu-abu menjadi kuning, dan semakin pendek, lain menghilang seluruhnya. Dan pipinya yang tirus semakin berisi dan segar, dan semua kerut-kerutnya menjadi halus, lalu matanya terbuka dan berbinar gembira, sementara bibirnya tersenyum, dan tiba-tiba dia melompat dan berdiri di hadapan mereka-pria yang sangat muda, bahkan masih anak-anak. (Tapi Jill tidak bisa menentukan yang mana, karena orang tidak memiliki umur tertentu di negeri Aslan. Bahkan di dunia ini anak-anak paling bodohlah yang paling kekanak-kanakan dan orang dewasa paling bodohlah yang paling dewasa.) Dan dia buru-buru menghampiri Aslan dan mengembangkan tangannya sejauh yang dia bisa untuk memeluk leher yang besar itu, dan dia memberi Aslan ciuman kuat seorang raja, dan Aslan memberinya ciuman liar seekor singa.
Akhirnya Caspian berpaling pada yang lain. Dia tertawa keras kaget dan gembira.
"Wah! Eustace!" katanya. "Eustace! Jadi kau sudah mencapai akhir dunia juga. Bagaimana dengan pedang kedua terbaikku yang kaupatahkan pada ular laut itu""
Eustace melangkah maju dengan kedua tangan mengembang, tapi kemudian berhenti dengan ekspresi kaget.
"Lihat ini" katanya gugup. "Ini semua bagus sekali. Tapi bukankah kau--" Maksudku tidakkah kau "
"Oh, jangan begitu menyebalkan," kata Caspian.
"Tapi," kata Eustace, memandang Aslan. "Tidakkah dia sudah-eh-meninggal""
"Ya," kata sang singa dengan suara sangat tenang, hampir (menurut Jill) seolah dia tertawa. "Dia sudah meninggal. Kebanyakan orang begitu, tahu bukan. Bahkan aku pun sudah. Hanya sedikit yang belum."
"Oh," kata Caspian, "aku mengerti apa yang membuatmu takut. Kaupikir aku hantu, atau omong kosong seperti itu. Tapi tidakkah kau lihat" Aku akan jadi hantu kalau muncul di Narnia sekarang, karena aku tidak boleh berada di sana lagi. Tapi seseorang tidak bisa jadi hantu di negerinya sendiri. Aku mungkin akan jadi hantu kalau datang ke negerimu. Aku tidak tahu. Tapi kurasa itu juga bukan negerimu, karena kau sekarang di sini."
Harapan besar mengembang di hati anak-anak. Tapi Aslan mengelengkan kepalanya. "Tidak, sayangku," katanya. "Saat kalian bertemu lagi denganku di sini, kalian akan tinggal. Tapi tidak sekarang. Kalian harus kembali ke dunia kalian sementara waktu."
"Sir," kata Caspian, "aku selalu ingin melihat sekilas saja dunia mereka. Apakah itu salah""
"Kau tidak bisa berbuat salah lagi, karena kau sudah meninggal, anakku," kata Aslan. "Dan kau boleh melihat dunia mereka--selama lima menit waktu mereka. Kau tidak melakukan apa pun dalam waktu itu." Kemudian Aslan menjelaskan pada Caspian apa yang akan menyambut Jill dan Eustace dan segalanya tentang Sekolah Eksperimen. Sepertinya dia mengenal tempat itu sama baiknya dengan anak-anak.
"Putri," kata Aslan pada Jill, "petik cabang pada semak itu." Jill melakukannya, dan begitu cabang itu berada di tangannya, dia berubah menjadi cambuk berkuda yang baru.
"Sekarang, Putra-putra Adam, hunus pedang kalian," kata Aslan. "Tapi hanya gunakan sisi yang tumpul, karena yang akan kalian hadapi ini pengecut dan anak-anak, bukan kesatria."
"Apakah kau akan ikut kami, Aslan"" kata Jill.
"Mereka hanya akan melihat punggungku," kata Aslan.
Dia memimpin mereka dengan cepat melalui hutan, dan sebelum berjalan jauh, dinding Sekolah Eksperimen muncul di depan mereka. Kemudian Aslan mengaum sehingga matahari bergetar di langit dan sembilan meter dinding runtuh di depan mereka. Mereka melihat melalui lubang itu, ke bawah ke halaman sekolah dan ke atas ke atap gimnasium, semua di bawah langit musim gugur yang membosankan yang mereka lihat sebelum petualangan mereka dimulai. Aslan berpaling pada Jill dan Eustace lalu meniup merek
a dan menyentuh dahi mereka dengan lidahnya. Kemudian dia berbaring di depan lubang yang telah dia buat di dinding dan menghadapkan punggungnya yang keemasan ke Inggris, dan wajahnya yang anggun ke arah tanahnya sendiri. Di saat yang sama Jill melihat orang-orang yang sangat dia kenal berlari melintasi lapangan ke arah mereka. Kebanyakan anggota geng ada di sana--Adela Pennyfather dan Cholmondely Major, Edith Winterblott, "Spotty" Sorrier, Bannister besar, dan si kembar Garrett yang menjijikkan. Tapi tiba-tiba mereka berhenti. Wajah-wajah mereka berubah, dan semua kekejaman, kesombongan, kejahatan, dan kelicikan hampir menghilang dalam satu ekspresi ketakutan. Karena mereka melihat dinding runtuh, dan singa seukuran gajah kecil berbaring di lubangnya, dan ketiga orang berpakaian berkilauan dan membawa senjata mengejar mereka. Karena, dengan kekuatan Aslan dalam diri mereka, Jill melecutkan cambuknya ke arah anak-anak perempuan dan Caspian serta Eustace memukulkan bagian tumpul pedang mereka ke arah anak-anak laki-laki begitu hebatnya sehingga dalam dua menit para penindas itu berlarian sambil berteriak-teriak, "Pembunuh! Fasis! Singa! Ini tidak adil." Kemudian Kepala Sekolah (yang omong-omong, seorang wanita) datang berlari-lari untuk melihat apa yang terjadi. Dan ketika dia melihat sang singa, dinding yang runtuh, Caspian, Jill, dan Eustace (yang tidak dikenalinya) dia berteriak histeris lalu kembali ke sekolah dan mulai menelepon polisi dengan cerita tentang singa yang lari dari sirkus, narapidana yang lari dari penjara dan merobohkan dinding serta membawa pedang. Dalam semua keributan ini Jill dan Eustace menyelinap diam-diam ke dalam dan mengganti pakaian indah mereka ke baju biasa, dan Caspian kembali ke dunianya sendiri. Dan dinding itu, dengan perintah Aslan, utuh kembali. Ketika polisi tiba, dan menemukan tidak ada singa, tidak ada dinding runtuh, dan tidak ada narapidana, dan Kepala Sekolah yang bertingkah seperti orang gila, ada penyelidikan tentang semuanya. Dan dalam penyelidikan itu semua hal tentang Sekolah Eksperimen terungkap, dan kira-kira sepuluh anak dikeluarkan. Setelah itu, teman-teman Kepala Sekolah merasa dia tidak bisa menjadi Kepala Sekolah lagi, jadi mereka mengangkatnya menjadi Inspektur Sekolah supaya merepotkan para kepala sekolah lain. Dan ketika mereka melihat dia bahkan tidak bisa melakukan itu dengan baik, mereka memasukkannya ke Parlemen tempat wanita itu hidup bahagia selamanya.
Eustace menguburkan pakaian indahnya diam-diam suatu malam di halaman sekolah, tapi Jill menyelundupkan pakaiannya ke rumah dan mengenakannya pada pesta kostum liburan berikutnya. Dan mulai hari itu berbagai hal berubah menjadi semakin baik di Sekolah Eksperimen, dan tempat itu menjadi sekolah yang cukup baik. Dan Jill serta Eustace selalu berteman.
Tapi jauh di Narnia, Raja Rilian menguburkan ayahnya, Caspian si Navigator, raja yang kesepuluh yang memakai nama itu, dan berduka baginya. Dia sendiri memerintah Narnia dengan baik dan negeri itu makmur di masa pemerintahannya, meskipun Puddleglum (yang kakinya sembuh sempurna dalam waktu tiga minggu) sering kali mengatakan bahwa pagi hari yang cerah bisa berubah jadi berhujan di siangnya, dan kau tidak bisa mengharapkan masa bahagia akan berlangsung terus. Rekahan di bukit itu masih terbuka, dan sering kali di hari musim panas yang panas rakyat Narnia masuk ke sana membawa kapal dan lentera dan turun ke air, berlayar ke sana kemari, bernyanyi, di atas laut bawah tanah yang dingin dan gelap, bertukar cerita tentang kota-kota yang ada jauh di dasar sana. Kalau kau cukup beruntung untuk pergi ke Narnia, jangan lupa berkunjung ke gua-gua itu.
~~~SELESAI~~~ Edited by. Echi https://desyrindah.blogspot.com
Rahasia Kincir Hantu 3 Pendekar Naga Geni Harta Tanjung Bugel Serangan Nekat 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama