Cahaya Bintang Karya Bois Bagian 3
Begitulah Bobby sekarang yang sudah merasa menjadi orang baik, yang senantiasa prihatin melihat kondisi sosial masyarakat yang katanya beradab. Rasa kepeduliannya terhadap masa depan mereka sungguh membuatnya mengusap dada. Haruskah ia berbuat sesuatu untuk menyelamatkan mereka, padahal dia sendiri masih kesulitan memperbaiki budinya sendiri. Haruskah ia menghilangkan rasa kepedulian di hatinya itu demi melapangkan perasaannya sendiri, yang mana selalu miris jika melihat orang-orang di sekitarnya berbuat dosa. Haruskah ia menyendiri dan menutup diri, tidak peduli terhadap urusan orang lain yang memang bukan urusannya. "Ah, sudahlah.... Biarlah mereka melakukan apa saja sekehendak hati mereka. Toh jika mereka berbuat dosa, mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya. Bukankah lebih baik mengurusi budiku sendiri, yang masih dipenuhi dengan banyak kekurangan," gumam Bobby seraya mengambil tissue dan membersihkan lemak yang melekat di bibirnya. "Hmm. tapi, benarkah mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya" Aku rasa tidak demikian, sebab orang baik-baik tentu akan terkena dampaknya. Jika Tuhan sudah menurunkan sebuah bencana dasyat, yang terkena bukan hanya mereka yang berdosa, tapi juga mereka yang tidak peduli, dan mereka yang sudah dianggap gagal dalam menyampaikan kebenaran. Sebab bencana adalah sebuah peringatan karena sebab Tuhan begitu sayang dan peduli kepada hamba-hambanya. Untuk mereka yang berdosa, supaya mereka mau menghentikan perbuatan dosa, untuk mereka yang tidak peduli, supaya mereka mau lebih peduli lagi, dan untuk mereka yang gagal supaya mereka mau berjuang lebih keras lagi.
Lagi pula, bukankah aku ini makhluk sosial yang mempunyai tugas mulia. Aku ini makhluk yang tak mungkin bisa mulia jika tanpa mempedulikan kemuliaan manusia lain. Tanpa itu, manusia tak mungkin sempurna kemuliannya, tak lengkap nilai kemanusiaannya yang sudah ditugaskan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Jika tidak melakukan tugas mulia itu, aku ini sama saja seperti hewan yang diciptakan hanya sekedar untuk berkembang biak dan memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan ada hewan yang sama sekali tidak peduli denga
n hewan lain yang menjadi mangsa atau pemangsa, sebab yang terpenting bagi hewan adalah bagaimana ia bisa mempertahankan kehidupannya sendiri dengan tanpa mempedulikan kehidupan hewan lain. Karenanyalah, aku tidak mau seperti hewan. Aku ini manusia yang sudah dikaruniakan akal pikiran, yang dengannya aku bisa menjalani kehidupanku sebagai manusia."
Setelah berpikir begitu, akhirnya Bobby bergegas meninggalkan rumah makan itu. Selama perjalanan pulang, ada saja hal-hal yang membuatnya miris. Sungguh saat itu dia tidak tahu harus bagaimana lagi bersikap, apakah dia memang harus menjadi manusia sejati, ataukah malah menjadi seperti hewan.
Esok harinya, di tepian telaga. Bobby kembali berjumpa dengan Bintang. Seperti biasa, sambil memandang keindahan telaga mereka bercakap-cakap seputar kehidupan. Saat itu Bobby menceritakan perihal realita yang dilihatnya selama ini, yaitu perihal orang-orang malas yang tak mau berusaha keras guna memperbaiki kualitas kehidupannya, juga mengenai rendahnya moral manusia yang sudah tergilas oleh pesatnya kemajuan zaman.
"Sebaiknya kau jangan seperti itu, Kak. Sebab jika terus seperti itu kau akan menjadi orang yang otoriter. Ingatlah, jangan sampai kau memaksakan nilai kemanusiaanmu kepada orang lain. Manusia hanya wajib menyampaikan dan harus belajar hidup dari kesalahan dan kekurangan manusia lain. Ketahuilah, bahwa apa yang kau lihat itu belum tentu sama seperti dugaanmu. Mungkin saja mereka itu merupakan orang-orang yang malas, atau manusia yang tak bermoral, tapi mungkin juga tidak. Untuk bisa mengetahuinya kau harus melakukan penyelidikan lebih jauh, apa sebenarnya yang membuat mereka jadi demikian. Tapi bukankah itu tidak mungkin, bagaimana mungkin kau mampu untuk menyelidiki kehidupan setiap orang. Karenanyalah, kau jangan pernah menilai sesuatu yang kau sendiri belum mengerti betul perihal kebenarannya, yaitu dengan menilai berdasarkan dengan apa yang kau lihat saja. Jika sampai melakukannya, berarti kau itu manusia yang sombong. Sebab, hanya Tuhanlah yang bisa mengetahui segalanya, bahkan yang tersembunyi di dalam hati makhluk ciptaan-Nya sekalipun. Karenanyalah kau tidak boleh membenci mereka, namun cintailah mereka apa adanya dengan kepedulian sejatimu, walaupun itu akan membuat hatimu miris. Bencilah hanya kepada perbuatan mereka saja, yang mana sudah betul-betul kau ketahui kalau perbuatan itu memang salah. Dan berjuanglah terus untuk menyampaikan kebenaran hingga akhir hayatmu. Sekali lagi, jangan sampai kau membenci manusianya, namun bencilah kepada perbuatan mereka dan berusahalah untuk memperbaiki sistem yang telah membuat mereka jadi demikian.
Ketahuilah, sebenarnya dulu aku juga seperti itu. Namun pada akhirnya aku menyadari kalau apa yang kulakukan itu adalah salah. Dulu aku begitu sombong karena menjadi orang yang baik, sehingga setan dengan mudahnya memperdaya aku dengan hal-hal yang aku anggap baik. Andai dulu aku bisa menyadari kalau kebaikan itu berasal dari-Nya tentu aku tidak akan seperti itu."
"Kau benar Bintang. Kini aku menyadari kalau semua kebaikan itu adalah dari Allah, dan tanpanya aku tidaklah mungkin menjadi orang yang baik. Dan orang yang kuanggap hina, mungkin saja dia justru lebih mulia di sisi-Nya daripada diriku. Aku betul-betul menyesal karena sudah menjadi sombong, yaitu merasa menjadi orang yang baik. Selama ini aku tidak mau memberikan uangku sepeser pun untuk orang yang memang membutuhkannya dengan alasan yang seakan-akan baik. Aku selalu menghina mereka yang kulihat masih segar-bugar tapi meminta-minta pada orang lain, aku berpikir jika aku memberikannya mungkin akan membuatnya semakin malas. Padahal.... aku tidak tahu keadaan dia sebenarnya, mungkin dia memang sedang mengalami kesulitan, yaitu dia sudah berusaha, namun dia mengalami kegagalan. Dia melakukan itu hanyalah terpaksa dan untuk sementara saja. Dan perokok yang kuhina itu pun, mungkin dia ingin sekali berhenti merokok. Namun karena dia belum tahu ilmunya, maka dia pun kesulitan untuk menghentikannya. Bahkan putusan pemerintah daerah yang melarang merokok di tempat umum merupakan kezol
iman yang tampaknya baik namun pada kenyataannya tidak. Sebab pemerintah membuat peraturan seperti itu tanpa memikirkan mereka yang sudah terlanjur terjerat oleh benda berbahaya itu. Bukankah para perokok itu adalah korban kebijakan pemerintah yang mengizinkan berdirinya perusahaan rokok, dan memberikan izin atas peredarannya di tengah masyarakat. Jika mereka bijaksana, seharusnya selain mengeluarkan peraturan yang melarang, juga menyediakan fasilitas yang memadai dan tentu sangat dibutuhkan oleh para perokok itu. Kalau perlu, pemerintah menyediakan layanan gratis untuk mereka yang ingin berhenti merokok, dan dikampanyekan sehingga semua orang tahu dan tergerak hatinya untuk berhenti merokok. Juga mengenai siswi SMA yang kulihat itu, mungkin saja saat itu ia sedang bersama ayahnya. Dan karena ia anak yang sangat perhatian pada ayahnya, maka ia pun bersikap demikian, walaupun aku tahu selama ini banyak juga siswi SMA yang sudah salah jalan seperti yang pernah kulihat di berbagai tayangan TV."
"Syukurlah kalau kau memang betul-betul menyadarinya. O ya, Kak. Ketahuilah! Sebetulnya kita di dunia ini adalah untuk mengenal Tuhan dan menghamba pada-Nya. Bukan untuk menghakimi manusia lain yang kita sendiri belum tahu sebab musababnya. Sebab, hanya Dialah, Zat yang Maha Tahu Segalanya. Biarlah Dia saja yang menjadi hakim mutlak, yang pantas menentukan dosa-dosa seseorang. Sebab, jika kau sampai menghakimi manusia lain tanpa bukti yang jelas, apalagi sampai membencinya, itu berarti kau sudah merusak nilai kemanusiaanmu sendiri. Sebab, nilai kemanusiaan hanya dapat dibina dengan mencintai, dan bukan dengan membenci. Ikutilah teladan Rasulullah yang dengan rasa cintanya justru mendoakan umatnya agar tidak salah jalan, bahkan Beliau pun mau mendoakan orang-orang yang telah menzolimi dan membencinya agar kembali ke jalan yang lurus.
Sebaiknya kau pasrahkan saja rasa kepedulianmu kepada Tuhan, dengan berharap kau akan mendapat petunjuk untuk melakukan suatu perbuatan yang baik dan berkah. Percayakan saja pada-Nya, jika itu memang perbuatan baik dan berkah, yang bertujuan untuk membantu manusia lain untuk menjadi lebih baik, tentu dengan seizin-Nya kau akan rela untuk menjalaninya. Dengan begitu, segala sesuatu yang datang padamu hanyalah yang baik saja, dan yang buruk tentu akan pergi dengan sendirinya. Ingatlah untuk selalu memohon segala petunjuk dan pertolongan-Nya di mana saja kau berada. Dan senantiasa berprasangka baik kepada-Nya, sehingga kau akan mendapat kebaikan sesuai dengan prasangkamu itu. Dengan demikian, segala perjuanganmu yang bertujuan untuk mengemban misi kekhalifahanmu tentu akan diridhai-Nya."
Saat itu Bobby terdiam memikirkan kata-kata Bintang barusan. "Ya Allah.... yang Maha mendengar lagi Maha Bijaksana, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kepada siapa lagi aku meminta dan kepada siapa lagi aku memohon selain hanya kepadaMu, Tuhan yang Maha Pemurah dan yang Mahatahu segalanya. Ampunkanlah segala perbuatanku yang membuat-Mu murka dan yang membuat-Mu menjauhi aku! Aku tahu Engkau adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karenanyalah aku yakin Engkau akan senantiasa mengampuni segala dosa-dosaku. Dan aku yakin, jika aku senantiasa berbuat baik sesuai dengan kehendak-Mu, tentu Engkau juga akan selalu mencintai dan menyayangiku. Kini aku memohon, berilah aku petunjuk-Mu untuk senantiasa berada di jalan-Mu yang lurus. Amin.... "
"Lihat, Kak! Brayak!" Seru Bintang tiba-tiba, memberitahukan perihal kehadiran anak-anak ikan gabus yang sedang bergerombol.
"Wah, banyak sekali. Pasti asyik jika dipancing dengan serat pelepah pisang. Kita bisa dapat banyak," kata Bobby senang.
"Hmm... lalu untuk apa anak-anak ikan itu"" tanya Bintang heran.
"Ya untuk dipelihara di aquarium. Bukankah anak ikan gabus itu mempunyai garis kuning yang bagus di badannya. Tentu akan menjadi indah jika mereka ada di aquarium. Tunggu sebentar ya, aku mau mencari serat pelepah pisang dan cacing untuk umpannya," jelas Bobby seraya melangkah pergi.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Bobby sudah kembali dengan membawa pancing serat pelepah
pisang dan ember yang diambilnya dari bagasi mobil. Di dalam ember itu ada sekantong plastik cacing kecil yang tadi dicarinya di bawah kedebong pisang yang tumbang. "Ini untukmu, Bintang," kata Bobby seraya menyerahkan pancing yang terbuat dari lidi daun kelapa yang dipasangi dengan benang serat pelepah pisang.
Kini keduanya sudah mulai memancing, dan tanpa terasa satu per satu anak ikan yang semula ada di telaga kini telah pindah ke dalam ember yang di isi air setengahnya. Kedua muda-mudi itu tampak gembira dengan hasil pancingan mereka yang lumayan banyak, hingga akhirnya Bintang menghentikan kegiatan itu. "Cukup, Kak! Bukankah ini sudah terlalu banyak."
"Terus saja, Bintang! Mumpung mereka masih ada di sini. Bukankah kita jarang mendapat kesempatan seperti ini."
"Tapi, Kak. Lihatlah anak-anak ikan yang ada di ember itu!"
Bobby pun segera melihatnya, di dalam ember beberapa anak ikan tampak sedang kepayahan. Dan beberapa yang lain tampak tenggelam di dasar ember tak bergerak sama-sekali.
"Mereka semua bisa mati jika kondisinya seperti itu, Kak."
"Eng. Kau betul, Bintang. Suhu dan keasaman air di ember jauh berbeda dengan di telaga, dan oksigennya pun tidak cukup untuk mereka semua. Kalau begitu, sebaiknya kita lepaskan mereka. Sungguh aku tidak menyangka akan seperti ini jadinya."
Setelah berkata begitu, Bobby segera melepaskan anak-anak ikan yang malang itu. Hingga akhirnya mereka bebas berlarian menuju saudara-saudara mereka yang lain.
"Sungguh berat perjuangan makhluk ciptaan Tuhan itu dalam mempertahankan kehidupannya," Bintang berkomentar.
"Berat" Mereka itu kan hanya anak ikan, Bintang. Janganlah kau terlalu menyesalinya," kata Bobby yang menduga Bintang sangat menyesal karena menyebabkan matinya beberapa anak ikan.
"Bukan soal itu, Kak. Aku memang menyesal akan kematian anak-anak ikan itu. Namun, aku mendapat pelajaran akan kejadian yang baru kita alami ini."
"Pelajaran apa itu, Bintang"" tanya Bobby penasaran.
"Coba kau pikir dan renungkan. Mereka itu jumlahnya banyak, namun dari mereka ada yang beruntung dan yang tidak. Yang beruntung adalah mereka yang tak memakan umpan kita, dan yang tidak beruntung adalah mereka yang masuk ke dalam ember itu. Itulah yang dinamakan takdir, dimana anak-anak ikan itu sama-sekali tidak bisa menduga akan takdir yang harus mereka jalani. Sungguh aku salut akan perjuangan mereka yang dengan begitu gigih mempertahankan kehidupannya, walaupun takdir pada akhirnya memutuskan mati di dasar ember," jelas Bintang panjang lebar.
"Ya kau betul, Bintang. Bukankah ketika kita masih berupa sperma juga seperti mereka, ada yang beruntung ada juga yang tidak. Dan yang beruntung adalah kita, sperma yang berhasil membuahi sel telur. Sungguh hingga saat ini aku tidak mengerti kenapa terkadang aku bisa mudahnya putus asa terhadap ujian yang diberikan Tuhan. Bukankah ketika masih menjadi sperma aku bisa menang dalam menghadapi persaingan, namun setelah aku bisa berpikir kenapa justru malah menjadi pecundang. Apakah semua itu karena aku belum betul-betul mencintai Tuhan, sehingga setiap ujian yang diberikan-Nya hanya kurasakan sebagai beban berat yang harus kupikul. Terus terang, selama ini aku sudah berusaha keras memikirkan perihal Tuhan dan mencoba untuk mencintai-Nya dengan sepenuh hatiku, tapi anehnya hingga saat ini cinta itu tak kunjung hadir."
"Hmm.. sebentar! Dulu aku pernah membaca jawaban dari surat pembaca di internet, yaitu mengenai Mencintai Tuhan. Sepertinya surat itu berhubungan dengan hal ini. Untungnya aku sempat mencetak surat itu dan selalu membawanya kemana-mana, yaitu agar aku bisa senantiasa mengingatnya.
Inilah surat itu," kata Bintang seraya memberikan beberapa lembar surat yang diambilnya dari dalam tas.
Saat itu, Bobby pun langsung membacanya.
Ibu Ummul. Untuk mencintai Allah janganlah pakai rasa, karena rasa apapun tidak akan pernah bisa merasakan cinta Allah. Untuk memikirkan Allah, maka janganlah gunakan pikiran, karena berpikir bagaimanapun Allah itu tidak akan pernah terpikirkan.
Begitu kita TIDAK menggunakan rasa kita, maka di dada kita akan dikaruniakan rasa yang ha
kiki nantinya. Begitu kita TIDAK menggunakan pikiran kita, maka di otak kita akan dikaruniakan pikiran yang hakiki nantinya.
Untuk realitasnya, lihatlah anak dari umur bayi sampai dengan umur 2 tahun. Dia tidak terikat dengan pikirannya, tapi bisa cerdas, dan bisa berkreasi walau dengan kapasitas seorang anak saja. Dia tidak terikat dengan rasa, buktinya kalau dia kehilangan apa saja dia tidak tergoncang dengan kehilangannya itu dalam waktu yang lama. Paling cuma sebentar saja. Saat dia diberi mainan baru pun dia tidak terikat dengan mainan baru itu dalam waktu yang lama. Hanya sebentar saja dia seperti asyik dengan mainannya itu. Tapi kosongnya rasa dia, bisa membuat orang mengalirkan rasa sayang kepadanya hampir tanpa batas. Siapa pun yang melihat anak bayi, maka orang akan mengalirkan rasa cinta ke bayi itu. Siapa saja.
Kenapa bisa begitu.... ". Ya..., karena sang bayi itu pada hakekatnya TIADA. FANA. Sang Bayi tidak tahu namanya, tidak tahu jenis kelaminnya, tidak tahu apakah dia lapar atau haus, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tidak tahu apa yang dia rasakan. TIDAK TAHU saja dia itu sebenarnya. Total keberserahan bayi itu. Tapi coba lihat, saat bayi itu dialiri rasa haus, maka dengan tergopoh-gopoh ada yang datang menyusuinya. Sang Ibu. Sang bayi tidak tahu sedikit pun apakah dia itu haus atau tidak. Tapi saat air mulai kurang dalam tubuhnya, maka ada dorongan kuat (kehendak) yang tidak bisa dia tahan untuk menangis. Dan dorongan kuat (kehendak) itu juga mengalir tak bisa diabaikan sedikit pun oleh sang ibu untuk menyodorkan susunya. Si bayi juga tidak tahu sedikit pun apakah yang diberikan kepadanya itu darah atau cairan busuk atau racun sekalipun. Dia tidak sedikit pun tahu. Tapi keberserahan sang bayi yang sangat total itu telah menyebabkan sang ibu TIDAK KUASA pula untuk tidak memberikan yang terbaik buat sang bayi. Selalu yang terbaik yang diberikan oleh sang ibu kepada si bayi, walau dengan itu sang ibu harus menderita dan pontang-panting untuk mendapatkannya. Karena sang ibu saat itu juga tengah FANA, TIADA. Sang ibu hanya patuh kepada sebuah aliran kehendak yang murni dari Tuhan. Aliran cinta kasih Tuhan. Sang bayi menerima dan sekaligus memberi cinta kasih kepada ibunya. Dan sang ibu pun demikian pula adanya.
Akan tetapi, akan sangat berbeda saat anak itu sudah mulai punya "pikiran sendiri", maka seringkali pikirannya itu bertabrakan dengan pikiran orangtuanya. Begitu juga saat anak itu sudah punya perasaan sendiri, maka rasa anak itu kadangkala bertentangan dan tidak klop dengan rasa orang tuanya.
Lalu siapa yang mengalirkan pikir pada anak bayi itu, siapa yang mengalirkan rasa pada anak bayi
itu..."". Nah jadilah seperti bayi itu, maka kita nanti akan tersenyum saja melihat ADA yang menggerakkan segala sesuatunya. Ada yang mengalirkan pikiran ke dalam otak kita, ada yang mengalirkan rasa ke dalam dada kita. Dan kita tinggal bersyukur saja dibuat-Nya. Syukur inilah sebenarnya makna HAKIKI dari cinta kita kepada Allah.
Karena kalau kita tidak bersyukur yang ditandai dengan tidak maunya kita menyiapkan otak kita untuk dialiri HANYA oleh pikiran Tuhan, maka pikiran kita sering atau hampir selalu saja bertabrakan dengan pikiran Tuhan. Saat kita tidak mau menyiapkan dada kita untuk menerima HANYA aliran rasa dan kehendak Tuhan, maka rasa dan kehendak kita nyaris selalu sering bertubrukan dengan rasa dan kehendak Tuhan. Buktinya...". Tuh lihat..., kita hampir saja selalu protes kepada Tuhan. Kenapa...". Ya... , karena masih ada sayanya. Ini pikiran saya, ini rasa saya, ini kehendak saya. Kalau ada yang tidak sama dengan atribut saya itu, maka DOOOORRR..., saya kecewa, saya menggerutu, saya mencak-mencak kepada Allah, dan juga kepada sesama manusia. Ya seperti kita-kita sekarang inilah.
Kerjaan kita hanya berdoa, berdoa, dan berdoa, tapi anehnya juga protes melulu ke Allah.
Akan tetapi saat mana kita mau bersyukur, maka Allah menjamin akan menambah apa-apa yang telah kita syukuri itu yang merupakan tanda atau bukti atas cinta Allah kepada kita. Dan bahasa cinta Allah itu adalah sebuah bahasa yang sangat
SEDERHANA yang bahkan seorang bayi pun bisa mengerti. Bahasa cinta Tuhan itu adalah dorongan-dorongan untuk menjalankan kehendak Tuhan dengan enak, tanpa beban, dan tidak terpaksa sedikit pun, yaitu untuk menjalankan fungsi kekhalifahan kita masing-masing di dunia ini. Bahasa cinta Tuhan itu bukanlah dorongan untuk melarikan diri dari permasalahan-permasalahan yang ada di depan mata kita.
Kalaupun kita tidak bersyukur, yang bisa diartikan bahwa kita tidak mencintai-Nya, Tuhan pun akan tetap mencintai makhluk-Nya. Tuhan akan tetap mengalirkan kehendak-Nya kepada setiap dada dan otak manusia agar manusia itu bisa menganyam kehidupannya. Karena Dia memang Sang Maha Pemanggul Tanggung Jawab atas semua kelangsungan hidup ciptaan-Nya. Akan tetapi dampak tidak bersyukurnya kita itu adalah munculnya kesombongan demi kesombongan, keangkuhan demi keangkuhan yang akibatnya juga akan ditanggung oleh kita sendiri. Dan akibatnya itu begitu buruknya....!.
Jika orang bersyukur, maka OTAKNYA akan LUAS. Artinya otaknya itu seperti dilalui oleh angin, tembus ke segala arah, dan menerima pula dari segala arah. Tidak ada sekatan sedikitpun di dalam otak itu. Coba perhatikan, orang yang terhenti di wilayah otak saat memikirkan sesuatu, maka sebentar saja kepalanya akan panas. Bahkan tidak jarang orang tersebut akan pusing, akan sakit kepala, akan puyeng, akan bete. Dan untuk keluar dari wilayah sekatan otak tersebut, maka orang biasanya rindu untuk datang ke puncak, ke gunung, atau ke pantai, sehingga dia bisa keluar dari wilayah otaknya dengan melihat suasana LUAS itu. Itulah sebabnya orang selalu rindu untuk jalan-jalan (santai, makan angin) ke wilayah yang berpemandangan luas.
Untuk keluar dari sekatan otak dengan cara yang sangat primitif adalah dengan merokok. Dengan merokok, orang bisa keluar dari kemelut pikiran (badai pikiran) di otaknya. Coba perhatikan orang yang sedang merokok. Saat-saat yang paling membuat sang perokok ecstasy adalah saat dia menghisap asap rokok dengan perlahan dan dalam, lalu dia mengeluarkannya kembali dengan hembusan perlahan-lahan dan lama pula. Apalagi kalau dibarengi dengan keluaran asap rokok yang berbentuk donat yang melingkar-lingkar dan menghilang perlahan.
Nikmat sekali, sehingga hampir secara otomatis badai pikiran di otak si perokok itu akan hilang. Inilah yang menyebabkan orang ketagihan untuk merokok. Kalau masalah nikotinnya sih itu adalah penyebab yang kesekiannya.
Begitu juga..., jika orang yang bersyukur, maka DADANYA akan LUAS. Dadanya seperti tembus ke mana-mana dan seperti bisa pula dilalui oleh aliran angin dari mana-mana. Cool sekali rasanya. Lembut sekali dada itu, selembut dada bayi, sehingga dada itu bisa dialiri bahasa Tuhan yang juga sangat lembut sekali.
Karena Tuhan itu memang adalah Sang Maha Lembut (Al Lathief). Sedih dan senang, marah dan sabar dan berbagai sifat bolak-balik lainnya yang muncul silih berganti hanya seperti singgah sebentar saja di dada itu, lalu menguap pergi.
Sehingga tidak meninggalkan ruang lagi untuk tumbuhnya rasa kecewa, rasa khawatir, dan rasa ketakutan (laa khaufun 'alaihim walahum yah zanun) baginya. Dada yang luas itu akan mampu menjangkau penderitaan orang lain di belahan bumi mana pun, sehingga simpati dan kehendak untuk membantu penderitaan orang lain itu mengalir dan tak tertahankan untuk dilaksanakan. Dada yang luas itu juga akan mampu menjangkau kebahagiaan orang lain dimana-mana, sehingga dia akan ikut bersyukur atas kebahagiaan orang lain itu.
Untuk keluar dari kesempitan dada itu, maka berbagai macam cara juga telah disediakan oleh Allah. Misalnya dengan menangis. Banyak cara untuk menangis itu, misalnya dengan menciptakan suasana untuk bisa menangis. Tangis simulasi otak. Menyanyi, mengaji, mengingat dosa, mengingat siksa adalah sedikit dari sekian banyak cara untuk bisa menangis. Tapi semua itu tampaknya hanyalah "pseudo crying" saja. Nah carilah tangis yang dikaruniai Tuhan. Cara Tuhan membuat tangis itu ada macam-macam, dengan menurunkan BENCANA yang sedahsyat Tsunami di Aceh, misalnya. Namun ada pula dengan menurunkan tangis yang melapang
kan dada karena Tuhan sendiri yang menangiskan kita. Melapangkan dada kita. Nikmat Tuhan saja sebenarnya.
Rasulullah Muhammad SAW, ISA, IBRAHIM AS adalah sedikit dari sekian banyak orang yang mempunyai pikiran dan dada yang luas, sehingga pikiran Beliau dan rasa Beliau mampu menjangkau melintasi zaman demi zaman.
Ah... , cukup segini dululah Bu Ummul, lain kali kita sambung lagi.
Wass Deka Usai membaca Bobby tampak berpikir keras, keningnya tampak berkerut berusaha memahami apa yang baru dibacanya.
"Bagaimana, Kak" Apa Kakak mengerti"" tanya Bintang tiba-tiba.
"Aku belum mengerti sepenuhnya," jawab Bobby terus terang.
"Kau harus membacanya berulang kali, Kak. Pada mulanya aku tidak begitu mengerti, namun setelah aku membacanya berulang kali, dan juga merenungkannya lebih dalam, akhirnya dengan perlahan isi surat itu mulai aku pahami. Bahwa sesungguhnya untuk bisa mencintai Allah tidaklah dengan rasa seperti yang kita rasakan selama ini ketika kita sedang mencintai berbagai bentuk ciptaan Tuhan, sebab rasa itu hanya bergantung kepada indera manusia yang terbatas. Kita mencintai suatu wujud materi karena sebab bentuk, warna, suara, rasa, atau baunya. Yang kesemuanya membutuhkan indera.
Mencintai sifat materi juga begitu. Manusia mencintai sifat manusia lain karena sebab, ia melihat, ia mendengar, ia meraba, ia mengecap, ia mencium, dan akhirnya ia merasakan. Tanpa indera mustahil manusia bisa mencintai suatu materi. Karenanyalah tidak mungkin bisa mencintai Allah dengan rasa yang demikian, sebab Allah itu bersifat ada dan tiada, Allah itu ada, namun juga tiada, adanya Allah karena sebab ketiadaan-Nya. Karenanyalah mencintai Allah tidak bisa dengan rasa melainkan dengan iman.
Dan untuk mengenal Allah janganlah memikirkan zat-Nya, sebab Zat Allah itu memang tak terpikirkan. Pikirkanlah segala hal yang menjadi ciptaan-Nya, sebab dengan memikirkan ciptaan-Nya itu kita pun bisa mengenal-Nya, yaitu melalui berbagai sifat dan prilaku yang dimiliki oleh semua ciptaan-Nya. Di tambah lagi dengan memperlajari sifat Allah yang tertera di dalam sifat dua puluh, yang secara spesifik dijabarkan dalam ilmu tauhid.
Karenanyalah kita tidak mungkin bisa mengenal Allah dengan cara memikirkan zat-Nya, sebab Allah itu bersifat ada dan tiada, Allah itu ada, namun juga tiada, adanya Allah karena sebab ketiadaan-Nya. Menurut indera kita Allah itu tiada, padahal sesungguhnya menurut indera kita pula Allah itu ada, tentunya jika kita mau menggunakan iman. Sesungguhnya segala ciptaan Tuhan yang ditangkap oleh indera kita adalah bukti keberadaan-Nya.
Begitu kita TIDAK menggunakan rasa kita, maka di dada kita akan dikaruniakan rasa yang hakiki nantinya. Begitu kita TIDAK menggunakan pikiran kita, maka di otak kita akan dikaruniakan pikiran yang hakiki nantinya.
Selain itu, kita pun harus selalu bertakwa kepadaNya dan tidak pula menghakimi segala rencana-Nya, yaitu dengan mengikuti apa yang sudah nurani kita katakan dengan cara berserah diri secara total. Dan karena keberserahan diri inilah kita bisa menjalankan segala takdir Tuhan yang sudah digariskan kepada kita dengan penuh keikhlasan, sehingga kita pun akan senantiasa bersyukur ketika mendapat nikmat dariNya dan senantiasa bersabar ketika mendapat ujian dari-Nya.
Itulah hakekat cinta sejati, yang mana dengan sendirinya kita akan mendapat Cinta Tuhan yang mana berupa kenikmatan-kenikmatan yang tak pernah kita rasakan sebelumnya. Tuhan pun akan menambah setiap kenikmatan yang kita disyukuri, dan akan senantiasa membimbing kita untuk bisa memilih takdir yang akan membawa kepada kebahagiaan, yaitu surga Allah," jelas Bintang panjang lebar.
"Bintang... Setelah kurenungkan isi surat itu dan juga keterangan darimu, kini aku bisa lebih memahami kenapa cinta Tuhan masih tak hadir. Aku sangat berterima kasih kepada yang menulis surat itu, karena dengan keikhlasannyalah pesan itu bisa sampai kepadaku. Dan aku juga berterima kasih kepadamu karena sudah menyampaikannya padaku.
Kini aku merasa lebih tentram karena aku sudah mulai bisa mengikhlaskan dan mempasrahkan atas segala takdir yang sudah digariskan kepad
aku. Ketahuilah, kalau selama ini aku sudah berjuang keras mencari belahan jiwaku. Namun ternyata usahaku itu tak membuahkan hasil. Karenanyalah selama ini aku terus saja merasa kecewa dan menderita, namun entah kenapa setelah aku mengikhlaskan dan mempasrahkannya, hatiku terasa begitu damai dan tentram. Bahkan kini aku mulai bisa mensyukuri atas segala nikmat yang diberikan Tuhan kepadaku. Bukan hanya nikmat, tapi juga hikmah yang kudapat di dalam setiap ujian itu, dan akhirnya aku pun mulai bisa bersabar atas segala macam bentuk ujian yang telah diberikan-Nya.
Kini aku merasakan kalau semua ujian itu adalah jalan untuk meningkatkan nilai kemanusiaanku dan juga nilai kemuliaanku di sisi-Nya. Bahkan, aku pun merasa kalau ujian itu adalah jalan untuk berjumpa dengan belahan jiwaku yang sebenarnya, yaitu kau... Bintang."
"A-apa! Ka-kau bicara apa, Kak""
"Bintang, terus terang a-aku mencintaimu."
"Be-benarkah yang kau katakan itu, Kak""
"Tentu saja. Sebab, entah kenapa kini aku merasa kalau kau itu adalah belahan jiwaku. Dan karenanyalah, aku kini mencintaimu."
"Kak, se-sebenarnya. A-aku sudah mencintaimu sejak lama."
"Be-benarkah""
"Iya, Kak. Bahkan lebih lama dari perkiraanmu."
Akhirnya dengan perasaan yang berbunga-bunga kedua muda-mudi itu pun berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing.
SEPULUH Pada suatu kesempatan di akhir pekan, Bobby
berniat menemui Randy. Keinginannya itu karena sebab ia ingin memberi pelajaran kepada sahabatnya itu, yaitu dengan bersandiwara agar dia tidak mengulangi kesalahannya, yang telah seenaknya memainkan perasaan orang. Apalagi setelah dia mendapat kabar perihal Winda yang sudah berangkat untuk menengok orang tuanya di kampung. Saat inilah kesempatannya untuk bertemu dengan Randy yang sedang sendirian di rumah, dan memberikan kejutan kepadanya.
Setibanya di rumah Randy, Bobby pura-pura menjadi seorang peminta-minta. Betapa terkejutnya Randy saat itu, sungguh dia tidak menduga akan bertemu dengan Bobby yang sudah dalam keadaan seperti itu.
"Ayo, Bob. Silakan duduk!" kata Randy menawarkan kepada pemuda itu. "Tunggu sebentar ya, Bob!" kata Randy seraya buru-buru ke belakang. Dan tak lama kemudian, pemuda itu sudah kembali dengan membawa makanan dan minuman.
"Ini, Bob. Makanlah dulu," kata pemuda itu iba.
"Terima kasih, Ran," ucap Bobby senang karena saat itu dia memang sedang lapar betulan. Lalu dengan tanpa ragu, Bobby pun segera menyantap makanan itu.
Setelah mengetahui Bobby sudah selesai menikmati makanannya, Randy kembali bicara. "Aduh, Bob. Sebenarnya ke mana saja kau selama ini""
"Emm... A-aku pergi mencari Winda, Ran."
"A-apa"""" Randy tampak terkejut.
"Ya, selama ini aku mencari Winda hingga hampir ke seluruh penjuru kota besar. Namun sayangnya, aku tak berhasil menemukannya."
"Kau memang sudah gila rupanya."
"Terserah kau mau bilang apa, yang jelas aku melakukan semua itu karena aku betul-betul mencintainya."
"Bob, aku mohon lupakanlah Winda! Sadarlah kalau dia itu bukan jodohmu."
"Itu tidak mungkin, Ran. Winda adalah belahan jiwaku, dan aku sangat sayang padanya. Andai aku berjumpa dengannya, aku pun akan langsung melamarnya."
"Tapi, Bob. Sekarang dia sudah menjadi istri orang."
"Kalau begitu. Aku akan membunuh suaminya. Dengan begitu tentu Winda akan menjadi milikku. Dan aku akan membunuh suaminya itu tanpa sepengetahuannya."
"Bob, sadarlah. Jangan hanya karena obsesimu itu kau jadi gelap mata. Ingatlah kalau perbuatan itu dosa besar, dan kelak kau akan dimintai pertanggungjawabannya."
"Hahaha...! Peduli setan! Pokoknya aku tetap pada pendirianku semula, yaitu menikahi Winda, walaupun dengan cara harus membunuh suaminya."
"Bob, aku mohon sadarlah! Aku ini sahabatmu, dan aku sangat peduli padamu. Apa kau tidak kasihan dengan Winda yang akan kehilangan suami yang dia cintainya, dan apa kau juga tidak kasihan dengan suaminya yang tak tahu apa-apa""
"Ran, aku tidak yakin kau peduli padaku. Mungkin kau cuma takut dengan kematian."
"Bob, a-aku tidak mengerti akan kata-katamu itu""
"Kau kan yang menikahi Winda! Dan kau pantas mati karenanya."
"Bo-Bob. Ka-kau bicara apa""
"Sudahlah, R an! Kau jangan berkelit! Aku sudah tahu kebusukanmu. Ternyata selama ini kau sudah menyembunyikan Winda dariku, dan itu karena keegoisanmu yang mementingkan diri sendiri. Kau sama sekali tidak peduli dengan diriku yang harus menderita karena mengharapkannya."
"Bob, maafkan aku! Aku betul-betul menyesal atas semua itu. Terus terang, aku tidak mungkin menyerahkan Winda padamu, sebab aku betul-betul mencintainya. Dan aku mencintainya ketika kau itu belum mencintainya. Ingatkah ketika kau memperkenalkannya padaku""
"Ya aku ingat."
"Setelah perkenalan itulah aku jatuh cinta padanya, dan semua itu lantaran dia menarik hatiku, apa lagi setelah aku tahu kalau dia itu adalah gadis yang baik. Semakin besarlah cintaku kepadanya. Bukankah saat itu kau sama sekali tak mencintainya lantaran fisiknya yang tak sempurna."
"Ran ketahuilah! Sebenarnya saat itu, biarpun kutahu wajahnya kurang cantik, tapi sesungguhnya dia telah menarik hatiku. Tapi, karena saat itu aku gengsi. Aku pun menapikkan hal itu. Coba kau pikir, apa kata teman-temanku jika aku sampai menikahi gadis seperti dia. Mereka pasti akan menertawakan dan mengolok-olok aku."
"Itu berarti kau belum dewasa, Bob. Kau lebih mengkhawatirkan apa kata orang ketimbang menuruti kata nuranimu sendiri."
"Ya, saat itu aku memang belum dewasa. Kini aku sudah tidak mempedulikan masalah fisik lagi. Andai aku bertemu dengan gadis seperti dia, dan dia menarik hatiku, tentu aku akan menikahinya. Seperti halnya ketika aku bertemu dengan gadis cantik, namun karena dia tak menarik hatiku, maka aku pun tidak mempedulikannya."
"Apakah ini berarti kau sudah bisa melupakan Winda""
"Apa kau bilang" Melupakan Winda. Tidak, Ran. Saat ini aku belum menemukan gadis yang menarik hatiku. Hanya Windalah yang masih melekat erat di hatiku."
"A-apakah itu berarti ka-kau akan membunuhku""
"Tentu saja. Hanya dengan cara itulah aku bisa menikahi Winda."
"Bob, sekali lagi aku minta maaf. Kau tidak perlu menjadi pembunuh jika ingin mendapatkan Winda!
Bob... A-aku akan menceraikannya, dan kau bisa menikah dengannya. Walaupun ini berat buatku, namun tentu lebih berat ketimbang menjadikan sahabatku menjadi seorang pembunuh."
"Benarkah yang kau katakan itu, Ran" Kau melakukan itu karena takut atau karena memang peduli dengan sahabatmu""
"Aku peduli padamu, Bob. Sebab, selama ini aku sudah begitu egois, yaitu menyembunyikan Winda darimu. Andai dulu aku bisa lebih bijaksana dengan tidak bersikap egois seperti itu, tentu tidak akan sesulit ini jadinya. Bob, percayalah kalau aku akan menceraikan Winda demi untuk kebaikanmu. Sungguh aku tidak mau kau menjadi seorang pembunuh."
"Sudahlah, Ran! Kau tidak perlu menceraikannya. Hehehe.! Sebenarnya saat ini aku sedang bersandiwara. Aku ini bukanlah orang bodoh yang hanya karena cinta buta tega membunuh sahabatnya sendiri."
Bobby pun menceritakan perihal pertemuannya dengan Winda dan rencananya untuk bersandiwara.
"Be-benarkah yang kau katakan itu, Bob" Ka-kau itu sungguh keterlaluan. Kau sudah membuat perasaanku tidak karuan."
"Hehehe. kini aku puas karena sudah bisa memberi pelajaran padamu. O ya, kalau kau mau tahu, sebenarnya kini sudah melupakan Winda. Sebab, aku menyadari kalau dia memang bukanlah jodohku. Ketahuilah, setelah usahaku yang begitu keras untuk mencari Winda, toh pada akhirnya Tuhan tak jua mempertemukanku. Bukankah itu pertanda kalau dia memang bukanlah untukku, dan keyakinanku itu semakin kuat setelah aku mengetahui kalau dia sudah menjadi istrimu."
"Syukurlah kalau kau menyadarinya, Bob."
"O ya, Ran. Kenapa kau tidak mau berterus terang""
"Aku takut, Bob. Aku takut kau akan membenciku. Masih ingatkah ketika terakhir kali kita bertemu"" Bobby mengangguk.
"Saat itu sebetulnya aku mau mengatakan hal yang sebenarnya, namun akhirnya aku mengurungkan niatku itu karena di dalam benakku sudah terbayang apa yang bakal terjadi kemudian. Saat itu aku takut kau akan membenciku dan menganggapku sebagai seorang pengkhianat. Apalagi setelah kutahu sikapmu ketika sandiwara lamaran itu, bisa-bisa kau memohon padaku untuk melepaskan Winda yang begitu kucintai. Beruntung jika k
au seorang yang pengertian dan besar hati, namun jika tidak tentu kebahagiaanku dan persahabatan kita akan terancam. Karenanyalah, akhirnya aku pun memilih untuk terus merahasiakannya dan memutuskan untuk meninggalkanmu hingga saat yang tepat untuk mengatakan mengenai kebenaran itu tiba. O ya, Bob. Bagaimana kalau kau kembali pada Nuraini! Sebenarnya dulu aku berusaha menjodohkanmu dengannya karena aku merasa bersalah, dan aku ingin menebusnya dengan membuatmu bahagia."
"Tidak, Ran. Aku sudah menemukan gadis lain yang kini mulai mengisi relung hatiku. Gadis itu bernama Bintang."
"Bi-Bintang"" tanya Randy terkejut.
"Ya, Bintang. Kau tentu mengenalnya, dia itu sahabat istrimu, gadis bercadar yang mempunyai hati yang begitu baik, bahkan mungkin lebih baik daripada istrimu itu. Dia itu gadis yang betul-betul sudah memikat hatiku, yaitu dengan kebaikannya. Tidak seperti Nuraini, gadis murahan yang berani berzinah."
"A-apa""" Nu-Nuraini berzinah""
"Ya, dia telah berzinah dengan Haris. Sungguh perbuatan yang memalukan. Semula aku begitu membencinya, namun sekarang aku justru kasihan padanya. Andai dia mau bertobat dan kembali ke jalan yang lurus, tentu aku akan bahagia sekali. Apalagi jika ia minta dicambuk dan diasingkan selama setahun, tentu aku akan sangat bangga padanya. Dan sepertinya, hanya dengan cara itu dosa-dosanya bisa segera diampuni. Kini tak banyak yang bisa aku lakukan padanya, selain hanya mendokan agar dia kembali ke jalan yang lurus. Kini aku terpaksa mengungkap aib Nuraini demi untuk kebaikannya, mungkin dengan begitu kau mau menasihatinya agar kembali ke jalan yang lurus. Bukankah kau orang yang pandai dalam hal itu."
"Bob, kau jangan mengada-ngada. Jangan kau memfitnah Nuraini dengan tuduhan keji seperti itu! Tidak mungkin Nuraini berzinah dengan Haris" Sebab Nuraini itu..."
"Sudahlah, Ran. Aku tidak mau mendengar perihal kebaikannya yang hanya sebagai topeng belaka. Benar saja dugaanku, jika aku sampai mengungkap hal ini, kau tentu akan menuduhku demikian. Dan terbukti sekarang kau sudah menuduhku sebagai tukang fitnah. Ketahuilah kalau aku sama-sekali tidak hendak memfitnahnya, namun aku bisa bicara begitu karena sebab aku mengetahuinya dengan mata kepalaku sendiri. Kalau kau memang tidak percaya, tanyakan saja pada dia!"
"Kalau begitu, ayo kita buktikan tuduhanmu itu!"
"Tapi, Ran. Rasanya percuma, dia pasti tak akan mau mengakuinya. Lagi pula, aku kan tidak mempunyai empat orang saksi, yang menurut pandangan agama, tuduhanku itu memang tak sepatutnya untuk dipercaya."
"Itu tak jadi soal, Bob. Sebab, jika dia memang melakukannya dan dia mencoba berkelit, minimal aku bisa membaca dari gelagatnya bicara. Bukankah orang yang berkata dusta karena sebab dosa bisa dibedakan dengan orang yang berkata jujur. Atau kalau perlu kita memintanya bersumpah atas nama Tuhan."
"Ran, apa kau sungguh-sungguh bisa membedakannya. Sudahlah Ran, aku yakin kau tidak akan mampu. Terus terang, aku kasihan padamu. Kalau kau mau tahu, selama ini sebenarnya kau sudah dibodohi olehnya. Dan aku maklum kenapa kau bisa sampai dibodohinya, itu semua karena topengnya yang kuakui betul-betul hebat. Andaipun dia bersumpah, tentu sumpahnya adalah sumpah palsu. Kau mungkin wajib untuk mempercayai manusia yang sudah bersumpah atas nama Tuhan, sebab kau bukan seorang saksi. Namun aku, yang kini sebagai saksi tentu tidak akan bisa mempercayainya begitu saja."
"Sudahlah, Bob. Aku tidak mau mendengar kata-katamu yang terus memojokkan Nuraini. Sebaiknya kita lekas ke sana. Kita lihat saja nanti, apakah semua tuduhanmu itu memang benar."
"Hmm... kalau begitu baiklah, ayo kita ke sana!"
"Kalau begitu, tunggu sebentar, Bob! Aku mau ganti pakaian dulu."
Lantas dengan segera Randy mengganti pakaiannya, dan setelah itu dia segera menelepon Nuraini. Lama juga mereka bercakap-cakap hingga akhirnya, "Ran.. Terus terang aku tidak mau bersandiwara lagi. Aku takut sesuatu yang diluar perkiraan kita akan terjadi, seperti waktu itu."
"Kita harus melakukannya, Nur. Sebab kalau tidak, aku justru khawatir Bobby akan menjadi putus harapan. Aku mohon, janganlah kau me
rusak apa yang sudah menjadi harapannya kini."
"Hmm... baiklah, Ran. Deminya aku rela menjadi Nuraini yang dulu, Nuraini yang belum memahami agama dengan baik."
"Syukurlah kalau kau mau melakukannya. Kalau begitu, sudah dulu ya. Aku khawatir Bobby akan berpikiran macam-macam jika kau tak segera menemuinya. Wassalamu'alaikum..."
"Wa-allaikum salam..."
Setelah menutup telepon, Randy segera menemui Bobby dan mengajaknya pergi ke rumah Nuraini. Dan setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya kedua pemuda itu tiba di tempat tujuan. Kini mereka sedang membicarakan apa yang sudah dituduhkan Bobby.
"Astagfirullah... ! Apa yang sudah kalian bicarakan"" tanya Nuraini terkejut.
"Sudahlah, Nur. Kau tidak usah bersembunyi lagi di balik topeng kebaikanmu itu. Sebab, aku memang sudah melihatmu di tepi telaga bersama Haris. Kau melakukannya di tempat sepi tak jauh dari kerimbunan pohon bambu."
"Ka-kau waktu itu ada di sana"" tanya Nuraini hampir tidak mempercayainya.
"Ya, sebab kata ibumu kau dan Haris pergi ke sana. Saat itu, aku yang sudah begitu ingin bertemu denganmu akhirnya mencoba menyusul. Namun, sungguh di luar dugaan ternyata... "
Bobby pun menceritakan segala yang dialaminya saat itu.
"Cukup, Kak. Kini aku mengerti, kenapa kau bisa sampai menuduhku begitu. Ketahuilah, kalau apa yang kau dengar dan kau saksikan saat itu tidak seperti apa yang kau duga."
Nuraini pun segera menceritakan kejadian waktu itu, malah dia menceritakan kenapa saat itu dia bisa pergi bersama Haris. "Kak, ketahuilah! Saat itu, setelah kepergianmu yang marah karena tahu aku dilamar Randy. Aku merasa betul-betul menyesal dan tidak tega melihatmu yang tampak benar-benar terpukul akibat sandiwara lamaran itu. Saat itu pun sebetulnya aku mau memberitahukan kalau itu hanyalah sebuah sandiwara, namun karena saat itu kau terus pergi, akhirnya aku cuma bisa menyesalinya. Dan disaat aku sedang terpukul karena merasa berdosa sudah membohongimu, tiba-tiba Haris datang ke rumahku. Dan setelah dia mengetahui apa yang aku alami, dia pun mencoba menghiburku. Saat itu dia mencoba mengajakku memancing, namun dia tidak mengajakku memancing ikan, tapi dia mau mengajakku memancing belut yang katanya pasti bisa menghibur dan menjadi pengalaman baru.
Karena itulah, aku pun akhirnya mau mengikuti ajakannya, dengan maksud untuk menghibur hatiku. Dan setelah berpamitan dengan ibuku, kami pun segera berangkat menuju telaga. Setibanya di sana, kami langsung menuju ke tempat dimana belut-belut biasa bersarang, yaitu di tempat yang tak jauh dari kerimbunan pohon bambu itu. Dan ketika umpanku dimakan seekor belut, aku langsung kegirangan. Begitu pun dengan Haris, dia tertawa senang karena melihatku gembira. Sungguh saat itu aku merasakan pengalaman baru yang luar biasa. Karena saking kuatnya tarikan belut itu, aku pun sempat terengah-engah dibuatnya. Saat itu, aku sempat bilang pada Haris kalau aku tak kuat melawan tarikannya yang luar biasa kuat. Namun, saat itu Haris memberi semangat padaku untuk tetap mempertahankannya, karena dia yakin tak lama lagi belut itu akan kelelahan. Benar saja, tak lama kemudian belut itu pun mulai kelelahan, pada saat itulah Haris membuka celana panjangnya dan turun ketepian telaga hanya dengan mengenakan celana pendek saja, dan dia berusaha keras membantu mengeluarkan belut dari sarangnya dengan cara merogoh lumpur dari arah berlawanan. Saat itu, aku dan Haris betul-betul merasa lega karena akhirnya kami berhasil mengeluarkannya.
Dan setelah memasukkan belut itu ke dalam ransel, kami pun berniat pergi karena mengetahui hari sudah sore. Saat itu aku sempat merapikan pakaian dan rambutku yang berantakan setelah lama beraktifitas, begitu pun dengan Haris yang kembali mengenakan celana panjangnya. Saat itu, lantaran saking gembiranya, aku pun langsung memuji Haris yang sudah membuktikan ucapannya kalau memancing belut itu memang pengalaman yang sangat hebat. Dan Haris pun menawarkan kalau lain waktu bisa memancing lagi. Sungguh apa yang sudah diupayakan Haris itu sudah begitu menghibur hatiku yang semula galau. Begitulah ceritanya, Kak."
"Be-ben arkan semua ceritamu itu, Nur"" tanya Bobby ragu.
"Sungguh, Kak. Untuk apa lagi aku berdusta padamu. Cukup sudah dustaku perihal sandiwara lamaran itu, dan aku sungguh menyesal karena sudah berbuat demikian. Kalau kau mau tahu, sebetulnya aku terpaksa bersandiwara seperti itu agar kau cepat menikahiku. Waktu itu aku sudah tak sanggup karena terlalu lama menunggu lamaranmu, kau selalu saja berkelit dengan alasan belum siap. Kalau kau mau tahu, sebetulnya selama kita pacaran aku sudah tersiksa karena selalu menolak hasrat biologisku, dan aku tidak mungkin memenuhi kebutuhan itu di luar ketentuan agama, karenanyalah aku ingin kita menikah sehingga aku bisa selamat dari perbuatan dosa. Tapi sayang, ternyata semua rencana itu sama sekali tidak berjalan sebagaimanamestinya."
Saat itu Bobby terdiam, sepertinya pemuda itu sedang memikirkan berbagai hal yang sudah Nuraini katakan. "Hmm... benarkah semua yang dikatakannya" Tidak, aku tidak boleh mempercayainya begitu saja. Aku harus mencari bukti lebih jauh kalau kejadian waktu itu memanglah kegiatan memancing." Kini pemuda itu menatap Nuraini seraya berkata, "Nur, aku sama sekali tidak percaya dengan karanganmu yang hebat itu. Aku perlu bukti lain yang lebih meyakinkan."
"Kenapa kau tidak tanyakan saja pada Haris, dia pasti akan memberikan keterangan yang sama."
"Tentu saja, dia kan sudah sekongkol denganmu."
"Bob, dengarkan aku!" pinta Randy tiba-tiba. "Saat ini kan Nuraini dan Haris belum bertemu. Aku yakin, Haris pasti belum tahu perihal keberadaanmu di tempat itu. Nah, jika kau menanyakan padanya dan dia memberikan keterangan yang sama berarti apa yang diceritakan Nuraini tadi memang begitulah adanya. Andai jika saat ini Nuraini berbohong, kemungkinan besar Haris akan memberikan alasan yang berbeda."
"Randy benar, Kak. Tidak mungkin kami bisa mengarang cerita yang sama, sedangkan saat itu aku dan Haris sama sekali tidak mengetahui keberadaanmu di tempat itu."
"Kalian benar. Kalau begitu, ayo Ran. Kita temui Haris dan memintanya menceritakan apa yang dilakukannya bersama Nuraini."
"Kalau begitu, Ayo Bob!"
Lantas dengan segera keduanya berangkat menemui Haris, dan betapa terkejutnya Bobby kalau ternyata cerita Haris sama persis dengan apa yang diceritakan Nuraini. Kini Bobby tampak sedang memikirkan hal itu, "Hmm... Ternyata Nuraini berkata jujur, dia memang sedang memancing dengan Haris. Tapi... ya ampun kenapa aku bisa sampai melupakan hal itu. Telepon, ya pesawat telepon. Pantas saja ceritanya bisa sama, sebab Nuraini pasti sudah meneleponnya. Bukankah perjalanan dari rumah Nuraini kemari cukup jauh, tentu ada kesempatan baginya untuk menceritakan semua itu. Sungguh cerdik sekali dia, hampir saja aku berhasil ditipunya."
"Bob, apa yang kau pikirkan"" tanya Randy tiba-tiba.
"Ah, bukan apa-apa. Aku hanya sedang menyesal saja karena telah menduga yang tidak-tidak terhadap Nuraini dan Haris."
"Sudahlah, kau jangan terlalu memikirkannya. Pradugamu selama ini hanyalah kesalahpahaman."
"Kau benar, Har. Kini semuanya sudah semakin bertambah jelas, siapa Nuraini itu sebenarnya."
"Bob, sebetulnya ketika Nuraini bercerita tadi aku sudah bisa menduga kalau ia memang berkata jujur. Sebab, tanda-tanda ia berdusta sama sekali tak kelihatan."
Mendengar itu, dalam hati Bobby hanya bisa tertawa. Sungguh pemuda itu merasa kasihan dengan sahabatnya yang bisa dengan mudahnya bisa dibohongi. "Randy... Randy... kasihan sekali kau, tentu saja kau tak bisa menganggap kebohongan itu. Sebab, mereka itu sudah pro dalam hal berdusta. Jika Nuraini baru pertama kali berbuat Dosa mungkin bohongnya akan mudah terlihat, tapi aku yakin dia sudah seringkali melakukannya sehingga dia sudah tak terpengaruh dengan perasaan dosa. Dan karenanya, dia pun bisa berbohong dengan tanpa ada beban sama sekali.
Untunglah kini aku sudah bisa lebih pasrah kepada Tuhan, sehingga apapun yang baik tentu akan datang padaku, dan yang tidak tentu akan pergi dengan sendirinya. Aku yakin, Tuhan telah memberitahuku yaitu dengan lintasan pikiran soal telepon itu."
Tak lama kemudian, Bobby dan Randy sudah pamit pulang. Kini mereka seda
ng dalam perjalanan menuju ke sebuah halte yang tak begitu jauh dari gang rumah Haris.
"Bob, semua kan sudah jelas, kalau Nuraini itu tidak berzinah. Lalu, apa rencanamu selanjutnya, apakah kau akan segera melamarnya"" tanya Randy kepada Bobby.
"Tidak, Ran. Aku tidak mau menikah dengan Nuraini."
"Kenapa, Bob" Apa lagi yang memberatkan hatimu""
"Aku kan sudah bilang padamu kalau aku mencintai gadis yang bernama Bintang, bahkan aku sudah menyatakan cinta padanya. Dan disaat itu, dia pun menerima cintaku. Kini aku berniat membelikannya seikat cincin sebagai tanda keseriusanku untuk melamarnya."
"Benarkah kau akan segera melamarnya""
"Hatiku sudah mantap, Ran. Kalau dialah gadis belahan jiwaku."
"Baiklah, Bob. Kalau begitu aku akan sangat mendukung niat baikmu itu."
"Terima kasih, Ran. O ya, apakah kau mau menemaniku membeli cincin itu""
"Tentu saja, Bob. Aku mau sekali."
Setibanya di mobil, kedua pemuda itu segera naik dan bergegas ke pasar. Hingga akhirnya, mobil yang mereka tumpangi tiba juga di tempat tujuan.
Esok harinya, di hari Minggu yang cerah. Bobby tampak sedang melangkah menuju ke rumah Randy. Rupanya dia sengaja datang ke rumah itu untuk meminta Winda agar mau mengantarkannya pergi ke rumah Bintang. Maklumlah, hingga hari ini Bobby memang belum mengetahui keberadaan rumah Bintang. Namun setibanya di tempat tujuan, dia malah tidak jadi berangkat ke sana. Hal itu dikarenakan saat itu Bintang justru sedang bertamu ke rumah Winda. Kini Bobby, Bintang, Randy, dan Winda tampak sedang berbincang-bincang di teras muka. Hingga akhirnya Randy dan istrinya sengaja pamit ke dalam dengan maksud memberi kesempatan kepada kedua muda-mudi itu agar bisa berduaan.
"Bintang... bolehkah aku melihat wajahmu itu sebentar saja! Sebab hari ini aku sudah berniat untuk melamarmu," pinta Bobby kepada Bintang.
"Benarkah yang kau katakan itu, Kak""
Bobby mengangguk. "Kalau memang demikian, tentu saja aku bersedia. Sebab kau memang berhak untuk melihat lebih dulu gadis yang hendak kau lamar. Andai kau suka, kau boleh melamarku. Andai pun tidak, itu adalah hakmu untuk menentukan pilihan," kata Bintang seraya membuka cadarnya dengan perlahan.
"Ka-kau..." Bobby tampak terkejut ketika Bintang telah membuka seluruh cadarnya.
"Ya, ini aku. Nuraini... Bintang Nuraini. Gadis yang selama ini terus berusaha keras untuk mendapatkan cintamu kembali, yang mana selama ini sudah membenciku dan mendugaku melakukan perbuatan terlarang, dan itu semua karena kesalahpahaman. Ketahuilah! Setelah kepergianmu aku betul-betul kehilanganmu. Dan sejak saat itu aku terus bercermin kenapa Tuhan sampai menjauhkanmu dariku.
Semula aku menduga kau bukanlah pemuda yang baik untukku. Namun setelah aku mengerti akan arti prasangka baik, maka aku pun kembali berkaca. Saat itu aku merasa justru sebaliknya, bahwa aku bukanlah gadis yang pantas untukmu. Lantas aku berusaha untuk berprasangka baik, kalau kau itu adalah pemuda yang baik, dan karenanyalah Tuhan tak mengijinkan aku untuk bisa bersamamu. Dan sejak saat itulah aku melihat kekuranganku itu, yaitu aku belum menjadi gadis yang sesuai dengan tuntunan agama. Dan sejak saat itulah, aku mulai berhijab dengan sempurna dan terus memperdalam ilmu agamaku seraya mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Setiap hari aku tak lupa untuk terus berdoa dan berharap, andai suatu saat aku sudah menjadi gadis yang shalihah kiranya Tuhan berkenan untuk mempersatukan kita lagi.
Hingga suatu hari harapanku itu sepertinya terbuka lebar, yaitu ketika kita bertemu kembali di tepi telaga. Saat itu, sebetulnya aku ingin sekali mengungkap jati diriku, namun entah kenapa aku merahasiakannya dengan memakai nama Bintang. Nama yang selama ini tidak banyak orang yang mengetahuinya, karena aku memang tidak pernah menggunakannya lagi lantaran nama itu adalah pemberian ayahku yang begitu kubenci. Aku membenci ayahku karena sebab ia telah menceraikan ibuku. Namun sekarang, nama itu sudah kembali menjadi nama depanku, dan itu dikarenakan aku sudah memahami agama dengan lebih baik, sehingga aku pun bisa memaafkan ayahku. Dan berkat nama itu, juga penampilan b
aruku, akhirnya aku kembali membuatmu jatuh cinta untuk yang kedua kali.
Andai saat itu aku langsung membuka jati diriku tentu kau akan menjauh dariku, dan aku tentu tidak akan mempunyai kesempatan lagi. Dan karena kekhawatiran itu pulalah yang membuatku terpaksa kembali bersandiwara, yaitu setelah kau mengungkapkan perihal kesalahpahaman mengenai apa yang terjadi antara aku dan Haris di telaga petang itu.
Saat itu, sebelum kalian datang menemuiku. Randy sempat meneleponku dan memintaku untuk kembali menjadi Nuraini yang dulu, yaitu menjadi Nuraini yang belum berbusana dengan sempurna. Dan aku pun terpaksa melakukan itu oleh sebab kekhawatiran Randy yang sangat masuk akal, yaitu sama seperti kekhawatiranku juga. Bahwasannya, setelah kau mengetahui kalau Bintang adalah aku, maka kau pasti akan meninggalkannya juga. Selain itu, sebetulnya Randy juga ingin mengetahui perihal benar-tidaknya perzinahan yang kau tuduhkan itu. Sebab, dia sendiri memang betul-betul ingin mengetahuinya, apa aku ini betul-betul berzinah dengan Haris atau tidak. Ketika dia meneleponku waktu itu, dia pun sama sekali tidak membicarakan perihal tuduhanmu itu.
Karenanyalah ketika kalian membicarakan masalah itu di rumahku, aku betul-betul terkejut dibuatnya. Dan karena aku memang tidak melakukan itu, aku pun menceritakan apa adanya. Tapi sayangnya saat itu kau tetap tidak percaya, dan saat itulah terlintas pikiran agar kau menemui Haris dan mendengar sendiri cerita darinya. Saat itu, Randy yang memang mempercayai ceritaku juga setuju dengan gagasanku, dan dia pun berusaha meyakinkanmu kalau gagasanku itu adalah sebuah bukti yang bisa merubah penilaianmu. Tapi sayangnya, lagi-lagi kau masih juga tidak mempercayainya. Dan semua itu lantaran kesombonganmu yang merasa telah menjadi orang baik, sehingga kau merasa lintasan pikiran perihal aku menelepon Haris sebelum kalian tiba di sana adalah petunjuk dari Tuhan. Padahal sesungguhnya lintasan pikiran itu bukan dari Tuhan, melainkan dari setan yang berupaya memperdayamu agar kau menjadi sombong dengan tanpa kau sadari.
Ingatlah, Kak! Semakin kau memahami ajaran agama, maka setan yang menggodamu pun akan semakin lihai. Mereka berusaha memperdayamu dengan hal-hal yang kau anggap berasal dari Tuhan. Aku mengetahui perihal ketidakpercayaanmu itu dari Randy, sebab kau sudah menceritakan hal itu padanya, yaitu disaat kau pulang dari membeli cincin untuk Bintang. Karenanyalah Randy mengundangku ke mari, dan dia juga memintaku untuk menceritakan semua ini apa adanya. Sebab hanya dengan cara inilah mungkin kau mau mengerti."
"Benarkah yang kau katakan itu"" tanya Bobby
ragu. "Tentu saja benar. Namun kini aku sudah mempasrahkan semuanya kepada putusan Tuhan yang Maha Mengetahui, apakah kita bisa bersatu kembali atau tidak. Dan apakah Tuhan akan menolongmu dengan memberi petunjuk yang benar, atau Dia akan tetap membiarkanmu di dalam kesesatanmu yang sudah menjadi sombong lantaran kau merasa menjadi orang baik yang selalu diberi petunjuk oleh-Nya, padahal sebenarnya setanlah yang sudah memberimu petunjuk yang menyesatkan itu."
Mendengar kata-kata Bintang barusan, membuat Bobby kembali berpikir dan berpikir. Hingga akhirnya wajah pemuda itu tampak damai karena sudah menyesali segala kekeliruannya. "Alamak.... ternyata Gadis cantik yang pernah kubenci itu adalah Bintang. Gadis baik yang memang tidak mungkin berani melakukan itu. Sungguh tidak layak aku membencinya lantaran praduga yang tak kuketahui dengan jelas. Biarlah kini aku serahkan kepada Tuhan saja, dan semuanya tentu akan terbukti setelah malam pertama nanti. Andai dia memang sudah tidak perawan lagi, aku kan tinggal menceraikannya. Dan jika dia memang masih suci, tentu aku adalah pemuda beruntung yang bisa mendapatkannya."
Saat itu Bobby langsung memandang Bintang dengan penuh keyakinan. Seiring dengan itu, Bintang langsung tertunduk dan segera memakai cadarnya kembali. "Bintang... maukah kau menikah denganku""
Saat itu Bintang tidak menjawab, sebuah pertanda bahwa dia memang bersedia. Ketika kata lamaran itu terucap, di dalam hatinya, gadis itu sempat meraguka
n kalau Bobby adalah suami idamannya. Maklumlah, selama ini sedikit banyak dia sudah mengetahui beberapa sifat Bobby yang tak berkenan di hatinya. Biarpun begitu, akhirnya dia percaya kalau sifat yang tak berkenan itu pasti bisa berubah, hingga akhirnya dia pun tak terlalu mempersoalkannya. Yang jelas, dia mau menikah dengannya bukan karena cinta buta, namun lebih kepada keimanan dan niat baik Bobby yang mau menikahinya dengan cara yang halal. Sebab dia menyadari, tujuan utamanya menikah adalah untuk beribadah. Kini dia sudah menyadarinya, kalau penampilan fisik dan kepribadian yang tak berkenan bukanlah sesuatu yang terpenting dalam membina suatu hubungan. Sebab, jika hati sudah menerima dan perbedaan bukanlah masalah tentu tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Lagi pula, bukankah manusia itu bisa berubah kapan saja, dan karenanyalah perceraian itu dihalalkan karena manusia memang makhluk lemah yang mungkin saja tidak mampu dalam mempertahankan bahtera rumah tangganya.
Walaupun perceraian itu dibenci Tuhan, namun Tuhan tetap Maha Penyayang. Karenanyalah, manusia diberi kesempatan untuk menjalani kesempatan berikutnya dan menjadikan peristiwa yang dialaminya itu sebagai pelajaran guna bisa memaknai arti kehidupan. Dan karena itulah, Bintang sama sekali tidak takut dengan perceraian. Sebab dia percaya, jika mereka memang betul-betul mau mengikuti petunjuk Tuhan, dia yakin perceraian itu tidak akan pernah terjadi. Perceraian hanya bisa terjadi jika salah-satu dari mereka sudah kalah oleh bisikan setan yang menyesatkan. Sehingga ego akan lebih bermain ketimbang nuraninya yang senantiasa berkata jujur.
Bahkan kini Nuraini mencoba untuk mempercayai Bobby sepenuhnya, kalau pemuda itu kelak bakal menjadi suami idamannya, walaupun dia menyadari hal itu bisa saja bertolak belakang. Sebab dia memang belum mengetahui tabiat aslinya, yang mungkin saja tidak sesuai harapan. Itulah yang dinamakan cinta sejati, yang dibina atas dasar kepercayaan. Sebab, kepercayaan itu adalah bagian pada cinta itu sendiri. Yang tanpanya, cinta tidaklah sempurna.
Bobby pun yakin untuk melamarnya karena dia mau menikah semata-mata karena Allah, dan dia akan menjadikan kehidupan rumah tangganya sebagai ladang amal yang akan menambah kedekatannya kepada Tuhan. Dan jika gadis itu terbukti masih suci, tentu gadis seperti itulah yang diyakini bisa menyempurnakan akidahnya, yaitu gadis yang berkomitmen teguh dan optimis untuk bisa bersama-sama mengarungi kehidupan di dalam sebuah bahtera rumah tangga yang diridhai Tuhan.
Akhirnya Bobby dan Bintang Nuraini menikah. Mereka menikah dengan cara yang sederhana, dan hal itu sama sekali tidak mengurangi kesakralannya. Malam harinya, seusai sholat malam, Bintang Nuraini tak lupa berdoa kepada Tuhan, mengikuti apa yang pernah dibacanya di internet.
"Ya Allah.. Ampunilah dosaku yang telah kuperbuat, limpahkanlah aku dengan kesabaran yang tiada terbatas, berikanlah aku kekuatan mental, kurniakanlah aku dengan sifat keridhaan, peliharalah lidahku dari kata-kata nista, kuatkanlah semangatku dalam menempuh segala cobaan-Mu, berikanlah aku sifat kasih sesama insan.
Ya Allah... Sekiranya suamiku ini adalah pilihanMu di Arash, berilah aku kekuatan dan keyakinan untuk terus bersamanya. Sekiranya suamiku ini adalah suami yang akan membimbing tanganku di titian-Mu, kurniakanlah aku sifat kasih dan ridha atas segala perbuatannya. Sekiranya suamiku ini adalah bidadara untukku di Jannah-Mu, limpahkanlah aku dengan sifat tunduk dan tawaduk akan segala perintahnya. Sekiranya suamiku ini adalah yang terbaik untukku di dunia-Mu, peliharalah tingkah laku serta kata-kataku dari menyakiti perasaannya. Sekiranya suamiku ini jodoh yang dirahmati oleh-Mu, berilah aku kesabaran untuk menghadapi segala macam tabiatnya yang tak berkenan.
Tetapi ya Allah... Sekiranya suamiku ini ditakdirkan bukan untuk diriku seorang, tunjukkanlah aku jalan yang terbaik untuk menerima segala takdirMu. Sekiranya suamiku tergoda dengan keindahan dunia-Mu, limpahkanlah aku kesabaran untuk terus membimbingnya. Sekiranya suamiku tunduk terhadap nafsu yang melalai
kan, kurniakanlah aku kekuatan-Mu untuk memperbaiki keadaannya. Sekiranya suamiku mencintai kesesatan, pandulah aku untuk menarik dirinya keluar dari keterlenaannya.
Ya Allah... Kau yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untukku, Kau juga yang Maha Mengampuni segala kekhilafan dan keterlanjuranku. Sekiranya aku khilaf mengambil putusan, bimbinglah aku ke jalan yang Engkau ridhai. Sekiranya aku lalai dalam tanggung jawabku sebagai istri, hukumlah aku di dunia tetapi bukan di akhirat-Mu. Sekiranya aku ingkar dan durhaka, berikanlah aku petunjuk ke arah rahmatMu
Ya Allah... Sesungguhnya aku lemah tanpa petunjuk-Mu, aku buta tanpa bimbingan-Mu, aku cacat tanpa hidayah-Mu, aku hina tanpa Rahmat-Mu.
Ya Allah... Kuatkan hati dan semangatku, tabahkan aku menghadapi segala cobaan-Mu. Jadikanlah aku istri yang disenangi suami, bukakanlah hatiku untuk menghayati agama Mu, bimbinglah aku menjadi istri Salehah. Hanya pada-Mu, Ya Allah... aku memohon segala harapan, karena aku pasrah dengan dugaan-Mu, karena aku sadar hinanya aku, karena aku insan lemah yang kerap keliru, karena aku terlena dengan keindahan dunia Mu, karena kurang kesabaranku menghadapi cobaan-Mu, karena pendek akalku mengarungi ujian-Mu.
Ya Allah Tuhanku... Aku hanya ingin menjadi istri yang dirahmati, istri yang dikasihi, istri yang salehah, istri yang senantiasa di hati. Amin... "
Pada saat yang sama, Bobby pun sedang berdoa kepada Tuhan. Dia berdoa dengan khusuk dan penuh pengharapan, mengikuti lembaran doa yang pernah diberikan Bintang dan dengan sedikit tambahan doa darinya.
"Ya Allah.. Ampunilah dosaku yang telah kuperbuat, limpahkanlah aku dengan kesabaran yang tiada terbatas, berikanlah aku kekuatan mental, kurniakanlah aku dengan sifat keridhaan, peliharalah lidahku dari kata-kata nista, jauhkan aku dari berbagai penyakit hati, kuatkanlah semangatku menempuhi segala cobaan-Mu, berikanlah aku sifat kasih sesama insan. Andai istriku memang tak suci lagi, berilah aku kekuatan dan kesabaran sehingga aku tak sampai menceraikannya.
Ya Allah... Sekiranya istriku ini adalah pilihan-Mu di kerajaan-Mu, berilah aku kekuatan dan keyakinan untuk terus bersamanya. Sekiranya istriku ini adalah istri yang menjadi tanggung jawabku untuk membimbingnya menuju titian-Mu, kurniakanlah aku sifat sabar dan tawakal atas segala perbuatannya. Jadikanlah aku suami yang bijaksana dan penuh tanggung jawab, yang bisa membawa bahtera rumah tangga ini sesuai dengan keridhaan-Mu. Sekiranya istriku ini adalah bidadari untukku di Sorga-Mu, limpahkanlah aku dengan sifat sayang dan lemah lembut kepadanya, dan jadikanlah aku hanya untuk dirinya seorang hingga akhir hayat kami. Sekiranya istriku ini adalah yang terbaik untukku di dunia-Mu, peliharalah tingkah laku serta kata-kataku dari menyakiti perasaannya. Sekiranya istriku ini jodoh yang dirahmati oleh-Mu, berilah aku kesabaran untuk menghadapi segala macam rintangan yang menghadang.
Tetapi ya Allah... Sekiranya aku ditakdirkan bukan untuk dirinya seorang, tunjukkanlah aku jalan yang terbaik untuk menerima segala takdir-Mu. Sekiranya istriku tergoda dengan keindahan dunia-Mu, limpahkanlah aku kesabaran untuk terus membimbingnya. Sekiranya istriku tunduk terhadap nafsu yang melalaikan, kurniakanlah aku kekuatan-Mu untuk membetulkan keadaannya. Sekiranya istriku mencintai kesesatan, pandulah aku untuk menarik dirinya keluar dari keterlenaannya.
Ya Allah... Kau yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untukku, Kau juga yang Maha Mengampuni segala kekhilafan dan keterlanjuranku. Sekiranya aku khilaf mengambil putusan, bimbinglah aku ke jalan yang Engkau ridhai. Sekiranya aku lalai dalam tanggungjawabku sebagai suami, hukumlah aku di dunia tetapi bukan di akhirat-Mu. Sekiranya aku ingkar dan durhaka, berikanlah aku petunjuk ke arah rahmatMu
Ya Allah... Sesungguhnya aku lemah tanpa petunjuk-Mu, aku buta tanpa bimbingan-Mu, aku cacat tanpa hidayah-Mu, aku hina tanpa Rahmat-Mu.
Ya Allah... Kuatkan hati dan semangatku, tabahkan aku menghadapi segala cobaan-Mu. Jadikanlah aku suami yang disenangi istri, bukakanlah hatiku untuk menghayati agama-Mu, bimbingl
ah aku menjadi suami yang saleh. Hanya pada-Mu, Ya Allah... aku memohon segala harapan, karena aku pasrah dengan dugaan-Mu, karena aku sadar hinanya aku, karena aku insan lemah yang kerap keliru, karena aku terlena dengan keindahan dunia-Mu, karena kurang kesabaranku menghadapi cobaan-Mu, karena pendek akalku mengarungi ujian-Mu.
Ya Allah Tuhanku... Aku hanya ingin menjadi suami yang dirahmati, suami yang dikasihi, suami yang saleh, suami yang sentiasa di hati. Amin..."
Usai berdoa, Bobby pun bersiap-siap untuk menafkahi istrinya. Kini dia dan istrinya itu sudah berada di atas tempat tidur. Dan seusai berdoa memohon perlindungan Tuhan demi keselamatan benih yang akan mereka semai, pemuda itu pun langsung menafkahi istrinya di bawah selimut yang lembut. Sungguh Bobby sangat bersyukur atas malam pertamanya itu, karena ternyata dia diberikan seorang istri yang selama ini memang dia idam-idamkan. Ternyata Bintang Nuraini memang masih suci, dan dia pun berniat untuk menggantung rasa penasarannya itu hinga hari ke tujuh. Kini pemuda itu tampak beristirahat sambil bersandar di ranjang, sedangkan istrinya tampak berbaring di dadanya penuh kemanjaan. Dalam hati, pemuda itu tampak menyesali prasangka buruknya selama ini. "Duhai Istriku sayang... maafkan aku yang selama ini sudah mengiramu sebagai gadis yang tak bermoral.
Sungguh prasangka yang tak sepatutnya melekat erat di benakku," ucapnya dalam hati.
Belum sempat pemuda itu mengungkapkan apa yang ada di hatinya itu, mendadak Bintang Nuraini sudah mendahuluinya. "Tidak apa-apa, Sayang. aku bisa mengerti. Kau berbuat begitu karena kesalahpahaman," kata gadis itu seraya menggenggam tangan suaminya.
"Ka-kau bisa membaca pikiranku""
"E-entahlah... aku juga tidak mengerti. Bahkan hingga kini aku pun masih bingung, kenapa terkadang di hatiku timbul sebuah perkataan yang membuat aku merasa harus menjawabnya" Dan anehnya, jawaban itu selalu saja nyambung dengan pikiranmu. Tapi itu jarang sekali terjadi, yaitu hanya jika perasaanku sedang betul-betul sensitif. Seperti saat ini, ketika kebahagiaan yang kurasakan begitu membuatku ingin menangis. O ya, ingatkah ketika malam itu, disaat kau sedang menyendiri di atas sepeda motormu, ketika kau sedang mengadu pada malam berbintang"" tanya Bintang kepada suaminya.
"Ka-kau gadis misterius itu" Gadis yang datang dan pergi dengan begitu saja"" tanya Bobby hampir tak mempercayainya.
"Iya, Sayang. Saat itu kau pun bilang kalau aku bisa membaca pikiranmu, padahal sesungguhnya saat itu aku hanya menjawab apa yang ada di hatiku."
"Aneh... apakah itu karena kau bagian dari diriku""
"Entahlah... Mungkin saja begitu. Dan karenanyalah kini kita kembali bersatu untuk menyempurnakan bagian yang terpisah itu."
"Mungkin juga hanya sebuah kebetulan. Kalau begitu katakanlah, Sayang...! Perkataan apa yang ada di benakmu itu sehingga kau menjawabnya demikian""
"Tadi di benakku tergambar dirimu yang mengatakan kau menyesal karena sudah berburuk sangka padaku. Lantas aku pun menjawabnya seperti yang kau dengar tadi."
"Sayang apakah aku berkata Istriku sayang... maafkan aku yang selama ini sudah mengiramu sebagai gadis yang tak bermoral. Sungguh prasangka yang tak sepatutnya melekat erat di benakku."
"Sama sekali tidak. Di benakku hanya tergambar dirimu yang mengatakan kau menyesal karena sudah berburuk sangka padaku. Itu saja."
"Syukurlah. ternyata kau tidak betul-betul bisa membaca pikiranku. Kau hanya mendapat firasat mengenai apa yang ada di hatiku. Terus terang, aku takut sekali jika kau betul-betul bisa melakukan itu."
"Astagfirullah... hampir saja aku terpedaya oleh bisikan setan. Tadi aku sempat merasa hebat karena mempunyai kelebihan itu. Kini aku semakin yakin, tidak ada Jin dan Manusia yang dapat mengetahui isi hati kita yang sebenarnya, sebab hanya Allah-lah yang dapat mengetahuinya. Aku menduga setan telah berhasil mencuri sedikit data darimu dan dia mencoba memberitahunya padaku, dengan tujuan agar aku tergelincir. Seperti halnya para peramal yang mendapat berbagai informasi dari setan, namun karena di langit sudah dipasang panah-panah api, maka setan p
un hanya bisa mendapat informasi mengenai apa yang akan terjadi itu hanya sedikit saja. Lantas mereka memberikan informasi itu kepada para peramal dengan tujuan menyesatkan manusia. Karenanya siapa saja yang percaya dengan ramalan selain dari yang ada di Al-Quran dan Hadist Rasul adalah sesat."
Cahaya Bintang Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"O ya, bagaimana dengan orang-orang yang bisa menerawang dari jarak jauh, atau seorang yang bisa membaca peristiwa masa lalu."
"Kak, ketahuilah! Kalau sebenarnya semua data mengenai isi dunia sudah tertulis jelas sampai sedetail-detailnya pada sebuah kitab yang bernama Lauhul Mahfuzh. Seperti dari partikel debu hingga jagad raya, dari satu huruf hingga ensiklopedia. Dan termasuk kata-kataku barusan. Karenanya tidak usah heran jika ada orang yang sampai tahu, semua itu adalah karena ulah setan yang sengaja mencuri informasi dari kitab tersebut, atau bisa juga Tuhan sendiri yang memberitahunya karena orang itu sudah menjadi kekasih Tuhan. Dulu Allah membiarkan setan mencuri informasi itu, dan akibatnya kehidupan dunia pun jadi kacau-balau. Ilmu sihir merajalela, dan kekuatan hitam hampir mengusai dunia. Zaman itu adalah zaman jahiliyah. Karenanyalah, Allah lantas menurunkan Al-Quran dan mengutus seorang Rasul untuk membenahi itu semua, yaitu di wilayah yang paling parah kejahilannya, yaitu kota Mekah. Malah pada saat itu, rumah Allah yang ada di kota itu sudah berani mereka kotori dengan hal-hal yang Allah benci, yaitu dengan meletakkan berhala-berhala yang menjadi sembahan mereka. Selain menurunkan Kitab Suci Al-Quran dan Rasulnya Muhammad SAW, Allah juga membatasi gerak setan dalam upaya mencuri informasi dari Kitab Lauhul Mahfuzh, yaitu dengan memasang panah-panah api. Dan karenanyalah setan hanya bisa mendapatkannya sedikit saja. Allah sengaja membiarkan itu demi berjalannya sebuah sistem yang seadil-adilnya, yaitu agar anak cucu Adam bisa selamat dari godaan setan, dan setan pun di berikan haknya, sesuai dengan janji Tuhan kepadanya."
"Benarkah semua itu"" tanya Bobby agak bingung.
"Entahlah, Wallahu alam. Sebetulnya aku juga mengetahui semua itu dari guruku. Karenanyalah agar kita bisa benar-benar yakin kalau semua itu benar atau tidak kita harus mau belajar mengenai sejarah Islam, yaitu sejak Nabi Adam diciptakan hingga masa Kejayaan Islam. Kita bisa mengetahuinya lewat Al-Quran, Hadist Rasul, Internet, dan berbagai buku yang berkenaan dengan hal itu. Masih ingatkah Kakak dengan tulisan Harun Yahya yang mengatakan, Dalam Al-Quran Allah mengajak manusia untuk tidak mengikuti secara buta kepada kepercayaan dan norma-norma yang diajarkan masyarakat. Akan tetapi memikirkannya dengan terlebih dahulu menghilangkan segala prasangka, hal-hal yang tabu dan yang mengikat pikiran mereka."
"Ya, kau benar. Sebaiknya kita jangan begitu saja menelan mentah-mentah berbagai informasi yang kita dapatkan, namun kita wajib mengkajinya lebih jauh agar kita tidak tersesat nantinya. Apalagi berbagai informasi yang kita baca melalui buku-buku atau internet, yang merupakan buah pikiran penulisnya.
Bukankah penulis itu juga manusia, yang memiliki banyak kekurangan. Ia bisa benar dan bisa juga salah.
O ya, Istriku sayang... Sebentar ya, aku mau menunjukkan sesuatu padamu!" pinta Bobby seraya melangkah dan mengambil limas teka-teki yang ditemukannya waktu itu. "Sayang. apakah kau mengetahui benda ini"" tanya Bobby seraya kembali merebahkan diri di sisi istrinya dan memberikan benda itu kepadanya.
"Ini kan limas teka-tekiku, kenapa bisa ada padamu""
"Aku menemukannya malam itu, rupanya tanpa sengaja kau telah menjatuhkannya. Akhirnya kini semua terjawab sudah, ternyata benda itu memang milikmu. Ketahuilah, dulu aku hampir saja menduakan Tuhan karena terlalu berharap dengan benda itu. Walaupun pada mulanya aku menganggap benda itu hanyalah sebagai perantara, namun lama-kelamaan dan dengan sangat perlahan benda itu hampir membuatku tergelincir. Untung saja Randy sempat memperingati sehingga aku bisa selamat. O ya, ngomong-ngomong apa kau sudah bisa memecahkan teka-teki itu."
"Tentu saja. Lihatlah!" kata Bintang seraya memutar setiap bagian dari limas itu
sesuai dengan urutan simbol yang benar.
"Nah terbuka sudah," kata Bintang seraya mengambil dua buah benda yang ada di dalam limas tersebut. "Eng. Ini adalah duplikat sepasang kubus berpikir yang diberikan oleh sahabat ibuku yang bernama Tante Olivia1, yaitu disaat aku sedang berulang tahun," jelas bintang seraya memberikan sepasang kubus yang bentuknya menyerupai dadu itu kepada suaminya. "O ya, kalau kau mau tahu, sebetulnya sepasang kubus itu digunakan untuk mengungkap tabir kehidupan. Coba kau perhatikan setiap simbol yang ada di keenam sisinya! Sesungguhnya simbol-simbol itu adalah bahasa
Cerita yang berkenaan dengan Tante Olivia itu bisa anda baca pada cerita Merah Muda dan Biru.
kiasan yang mengandung makna untuk memahami arti kehidupan sesungguhnya."
Kini Bobby tampak memperhatikan kedua kubus yang masih penuh misteri itu. Dalam benaknya, lelaki itu terus memikirkan perihal simbol-simbol yang kata Bintang mempunyai arti penting dalam memahami arti kehidupan yang sesungguhnya. "Hmm. apakah simbol-simbol ini merupakan petunjuk untuk siapa saja yang memang ingin mengungkap rahasia kenapa Tuhan menciptakan manusia, yang bermula dari penciptaan Adam dan Hawa yang pada akhirnya harus tinggal di dunia karena telah berbuat dosa," pikir Bobby seraya kembali memperhatikan semua simbol yang ada di kedua kubus itu, enam buah simbol yang berbeda terdapat pada masing-masing kubus. Persis seperti dua buah dadu yang apabila dikocok akan menghasilkan kombinasi sisi yang berbeda. Namun pada kubus itu, simbol yang bermakna itulah yang akan dikombinasikan. Sebenarnya keenam simbol itu adalah, pertama simbol Lafaz Allah dan nama Rasul yang disatukan dalam bentuk kaligrafi, kedua simbol pria, ketiga simbol wanita, keempat simbol warna merah muda, kelima simbol warna biru, dan keenam adalah simbol dunia.
Karena bentuknya seperti dadu, maka Bobby pun mencoba memperlakukannya seperti benda itu. Dia mengocoknya di dalam tangan, dan setelah dirasa cukup, lelaki itu pun segera membuka genggamannya dan memperhatikan kombinasi simbol yang ada pada bagian atas kedua kubus itu. "Hmm... wanita dan warna merah muda," lalu Bobby mencobanya lagi, "Hmm kali ini, pria dan wanita."
Bobby terus mengocok kedua kubus itu sehingga dia mendapat beberapa kombinasi seperti berikut, wanita dan dunia, Tuhan beserta Rasul-Nya dan dunia, wanita dan warna biru, pria dan warna merah muda, dunia dan warna biru, Tuhan beserta RasulNya dan pria, Tuhan beserta Rasul-Nya dan wanita, dunia dan pria, Tuhan beserta Rasul-Nya dan warna biru, dunia dan warna merah muda, Tuhan beserta Rasul-Nya dan warna merah muda, dunia dan biru, merah muda dan biru. "Hmm... semua ini benar-benar membingungkan, apa maksud dari kombinasi-kombinasi itu" Jangankan kombinasinya, beberapa simbol itu saja tidak aku pahami maksudnya."
"Kenapa, Kak" Kau bingung ya"" tanya Bintang tiba-tiba.
"Iya... Sayang... Aku betul-betul bingung."
"Aku juga, Kak. Sungguh telah dibuat pusing. Tapi kata Tante Olivia, sebelum kita mengerti tentang arti simbol-simbol itu kita harus mengerti dulu arti simbol-simbol yang ada pada limas itu."
"Hmm. apakah kau sudah mengetahui maksud dari simbol-simbol yang ada di limas itu"" tanya Bobby penasaran.
"Sedikit, Kak. Kalau tidak salah, maksud dari simbol-simbol pada limas itu begini, keempat simbol yang ada pada bagian dasar yang terdiri dari Lafaz Allah, nama Muhammad, Al-Quran, dan Hadist Rasul adalah kita harus berpegang teguh kepada kalimat tauhid, yaitu mengakui Allah adalah Tuhan kita dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. Dan sebagai manusia yang sudah berikrar demikian, maka ketika menjalani kehidupan manusia wajib berpedoman pada Al-Quran dan Hadist Rasul.
Sedangkan pada ke empat simbol di atasnya yang terdiri dari simbol hati, dua tangan menadah, orang sujud, dan bayi adalah manusia harus mempunyai hati yang bersih, karena dengan hati yang bersih manusia bisa bekerja dengan baik, halal, dan juga bisa mencintai sesama atas dasar cintanya kepada Tuhan. Manusia adalah mahluk lemah yang harus senantiasa berdoa dan memohon hanya kepada-Nya. Dia hanya menghamba kepada-Nya,
sujud sebenar-benarnya sujud, yaitu hanya menyembah kepada Allah tanpa pernah menyekutukan-Nya. Manusia juga harus menjadi seperti bayi yang senantiasa pasrah dan bersih dari dosa, sehingga dengan begitu Tuhan akan selalu membimbingnya agar ia bisa memilih takdir yang akan membawanya sampai ke Jannah-Nya.
Kemudian pada susunan ketiga, yang terdiri dari simbol tangan yang memberi, tangan yang menggenggam, bibir, dan pedang adalah manusia harus menjalankan tugasnya sebagai khalifah, yaitu ia memberikan yang terbaik yang mampu ia lakukan, berjuang dengan penuh semangat dan hanya mengharap ridha Allah semata. Menyampaikan kebenaran dengan cara yang lembut, dan menggunakan kekerasan hanya untuk membela diri, berjihad memerangi kaum zolim yang menindas. Semangat jihad tak boleh padam, demi tegaknya kebenaran.
Dan pada susunan puncak, yang terdiri dari simbol Lafaz Allah yang bercahaya, matahari yang bercahaya, bintang yang bercahaya, dan bulan yang bercahaya adalah simbol-simbol yang menjelaskan kalau Allah itu adalah sumber dari segala cahaya, cahaya di atas cahaya, matahari adalah cahaya yang memberikan kehidupan, bintang adalah cahaya yang memberikan petunjuk, dan bulan adalah cahaya kerinduan.
Pada hakekatnya manusia mempunyai kerinduan untuk kembali kepada penciptanya, yaitu kematian. Bulan bisa bercahaya karena mendapat cahaya dari matahari, begitu pun manusia bisa hidup karena diberikan ruh oleh Tuhannya. Manusia dan Tuhan mempunyai ikatan yang begitu erat dalam konteks penciptaannya, layaknya seorang ibu yang melahirkan anaknya, dan anak itu akan selalu rindu pada ibunya. Jika si anak pergi jauh, pada suatu saat ia akan pulang untuk melepaskan kerinduannya pada sang Ibu dan juga kampung halamannya.
Jadi, kerinduan terhadap segala ikatan primordial yang bersifat fisik (keluarga, kampung halaman) adalah simbol dari kerinduan metafisik manusia untuk kembali pada Tuhannya. Namun kerinduan metafisik itu tidak dapat terobati, kecuali batin manusia itu telah tersucikan untuk merasakan limpahan kasih sayangNya. Kerinduan yang tidak terobati adalah sumber dari segala penderitaan batin manusia. Tidak mengherankan kalau manusia selalu dalam keadaan gelisah dan menderita karena tidak tahu bagaimana mengobati kerinduan metafisiknya. Karena itulah cahaya bintang hadir untuk memberi petunjuk kepada manusia yang tersesat tak tahu arah tujuan. Bintang adalah matahari di kejauhan, jika jauh ia memberi petunjuk dan jika dekat ia memberikan penghidupan. Begitulah arti dari simbol-simbol yang ada pada setiap bagian limas itu, Kak," jelas Bintang Nuraini panjang lebar.
"Hmm... Lalu arti urutan yang benar dari bagian dasar hingga ke bagian puncaknya itu"" tanya Bobby
lagi. "Kalau arti urutan yang benar dari bagian dasar hingga ke bagian puncaknya itu adalah seperti berikut ini. Simbol Lafaz Allah, hati, tangan memberi, dan seberkas cahaya, itu artinya Allah mencintai manusia dengan cara memberikan cahaya-Nya kepada orang-orang mukmin. Lalu urutan berikutnya, yaitu Nama Muhammad, dua tangan menadah, tangan mengepal, dan matahari yang bersinar, yang artinya Muhammad itu adalah utusan Allah, yang kehadirannya telah diharapkan banyak orang untuk memperjuangkan dan menegakkan kebenaran. Urutan berikutnya lagi adalah Al-Quran, orang sujud, bibir, dan bintang. Yang artinya Al-Quran itu adalah petunjuk, petunjuk untuk menghamba kepada Tuhan dengan benar, yaitu bertakwa kepada-Nya dan berani menyampaikan kebenaran walaupun akan pahit akibatnya, sebab kebenaran itu nantinya akan menjadi petunjuk kepada manusia yang sedang dalam kesesatan. Dan urutan yang terakhir, yaitu Hadist Rasul, bayi, pedang, dan bulan yang bersinar mempunyai arti sebagai berikut. Hadist Rasul itu adalah petunjuk atas segala ketidakjelasan dan ketidakmengertian, tanpanya Al-Quran itu bagaikan pedang, bisa bermanfaat dan bisa juga merusak, tergantung kepada manusianya, apakah ia mempunyai hati yang bersih atau malah sebaliknya.
Ketahuilah... Bila seorang yang busuk hatinya sengaja menafsirkan ayat Al-Quran dengan seenaknya, maka dampaknya tentu bisa sangat berbahaya. Untuk itulah
Hadist Rasul sangat diperlukan untuk menjelaskan segala hal yang masih belum jelas itu. Dan dengan berpedoman kepada keduanya, maka manusia bisa pulang ke asalnya dan melepaskan kerinduan pada pencipta-Nya. Demikianlah, Kak. Arti semua urutan simbol yang benar dari bagian terbawah limas hingga ke puncaknya. Dan setelah kita mengerti akan tujuan hidup manusia di dunia, maka kita pun akan bisa mengerti tentang hakikat penciptaan, yaitu dengan bantuan sepasang kubus itu, yang nantinya akan mengupas arti kehidupan. Bagaimana, Kak" Kau mengerti penjelasanku kan""
"Iya, Sayang. Walaupun belum sepenuhnya. O ya, ngomong-ngomong kenapa ketika aku mengadu pada malam berbintang kau bisa ada di sana"" tanya Bobby.
"Itu Rahasia Illahi, Sayang... Ceritanya begini.... Waktu itu aku sedang sedih karena perceraian orang tuaku. Tapi begitu bertemu denganmu, entah kenapa kesedihanku sirna seketika. Saat itu aku merasakan sebuah perasaan yang begitu berbunga-bunga, bahagia sekali rasanya saat itu, bahkan aku pun sempat berandai-andai. Andai saat itu kau adalah suamiku, aku ingin sekali dipeluk, merasakan hangatnya dekapan kasih sayangmu. Saat itu pun aku ingin sekali mengungkapkan beribu kata cinta untukmu, namun. aku takut, aku malu. Dan akhirnya aku cuma bisa berharap, kiranya kau mau bangkit dari sepeda motormu, lantas menghampiri aku dan mengucapkan kata cinta padaku. Namun harapanku itu tak terwujud, kau diam seolah tak menghiraukan kehadiranku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkanmu karena aku merasa saat itu setan sedang menggodaku dengan jerat cinta yang membutakan. Dan semua itu karena aku telah melihat wajah tampan yang diterangi rembulan, sehingga aku pun merasa syahdu.
Sejak pertemuan malam itulah aku tak bisa melupakanmu, namun aku tak berdaya karena tak tahu hendak mencarimu ke mana. Hingga pada suatu ketika Randy datang kepadaku dan memperlihatkan fotomu. Sungguh aku sangat terkejut, dan sekaligus senang karena telah mendapat kesempatan yang tak disangka dan tiada diduga. Bahkan, saat itu Randy ingin menjodohkan aku denganmu. Mengetahui itu, aku pun langsung menangis bahagia. Ketahuilah. Sebetulnya saat itu Randy ingin langsung mengenalkan aku padamu. Namun karena dia takut kau akan tersinggung lantaran saat itu kau masih sangat mencintai Winda, akhirnya dia memutuskan untuk membuat sandiwara perkenalan yang bertujuan agar kita bisa saling berkenalan secara wajar, seolah memang tidak direncanakan."
"Ya, pada mulanya aku memang merasa demikian. Semula kupikir kau itu temannya Haris yang mau ikut memancing lantaran Randy mengajak Haris memancing. Namun karena prilaku Randy saat itu sangat mencurigakan, akhirnya aku bisa menduga kalau itu hanyalah sebuah sandiwara. Untungnya pertemuan malam itu begitu berkesan bagiku, sehingga aku pun memutuskan untuk lebih mengenalmu, dan ternyata kau itu memang gadis menyenangkan buatku. Apalagi kau itu gadis yang semakin membuatku penasaran, kau itu begitu susah untuk disentuh.
Selama kita bersama, hanya sekali aku bisa menyentuhmu, yaitu setelah aku mengucapkan kata cinta, dan itu pun hanya sebatas memegang bahumu.
Sebab ketika aku ingin mencium keningmu kau segera menghindar karena menyadari kekeliruan. Tapi kini, aku bisa menciummu sesukaku."
Lantas Bobby pun segera mencium kening istrinya itu berkali-kali, bukan hanya kening, tapi juga, pipi, dan seterusnya, dan seterusnya. Bahagia sekali rasanya malam pertamanya itu, bisa menikmati gadis yang dia cintai dengan tanpa beban dosa sama sekali, betul-betul fresh dan menggairahkan. Kenikmatan sorga Dunia yang sempurna, Ecstasy tingkat tinggi yang hanya bisa dicapai dengan kondisi psikologis dan fisik yang prima. Dan semua itu bisa terjadi karena keduanya selalu mengingat Tuhan di mana pun mereka berada, dan ketika melakukan aktifitas apapun. Termasuk ketika mereka akan berhubungan intim, mereka pun tak lupa untuk berdoa kepada Tuhan. Karena dengan selalu mengingat Tuhan manusia akan mendapat petunjuk yang laksana cahaya bintang memberikan petunjuk kepada manusia yang tak tahu arah tujuan. Ia menerangi hati dan memberi kehidupan
padanya. Tanpa mengingat Tuhan hati akan mati, dan manusia tidak akan tahu bagaimana menjalani kehidupan yang betul-betul diridhai Allah.
Assalam.... Mohon maaf jika pada tulisan ini terdapat kesalahan di sana-sini, sebab saya hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan dosa. Saya menyadari kalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya. Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafan karena kurangnya ilmu, mohon kiranya teman-teman mau memberikan nasihat dan meluruskannya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak.
Akhir kata, semoga cerita ini bisa bermanfaat buat saya sendiri dan juga buat para pembaca. Amin. Kritik dan saran bisa anda sampaikan melalui e-mail bangbois@yahoo.com
Wassalam. [ Cerita ini ditulis tahun 2006 ]
tamat Seruling Gading 7 Pendekar Rajawali Sakti 198 Iblis Pemenggal Kepala Manusia Harimau Marah 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama