Ceritasilat Novel Online

Summer In Seoul 3

Summer In Seoul Karya Ilana Tan Bagian 3


ponsel hadiah dari Jung Tae-Woo tadi pagi. Orangtuanya tentu akan khawatir setengah
mati. Beberapa saat yang lalu Bibi Chon sudah datang untuk membereskan rumah.
Sebelum berangkat ke bandara tadi pagi, Jung Tae-Woo memberitahu Sandy, bibi itu
biasa datang membereskan rumah tiga kali seminggu. Jung Tae-Woo juga
menambahkan Bibi Chon sudah bekerja untuk keluarganya sejak lama dan bahwa dia
bisa dipercaya seratus persen, sehingga Sandy lebih tenang. Bagaimanapun keadaan
tidak terlalu aman saat ini. Kalau kenyataan ia tinggal di rumah Jung Tae-Woo tercium
wartawan, entah kehebohan apa lagi yang akan terjadi.
Setelah memperkenalkan diri kepada Bibi Chon dan membiarkan wanita setengah
baya bertubuh gemuk itu menjalankan tugasnya, Sandy mengambil telepon rumah dan
masuk ke kamar untuk menelepon orangtuanya. Seperti dugaan pertamanya, ternyata
orangtuanya tidak tahu-menahu tentang kebakaran itu dan sekarang Sandy malah
harus berusaha keras menenangkan mereka.
Pertama-tama ia berbicara dengan ibunya, jadi ia berbicara dalam bahasa Indonesia.
Ya, Sandy nggak apa-apa, Ma. Nggak ada yang luka. Apinya memang besar dan
Sandy nggak sempat mengambil barang-barang & Apa" & Oh, setahu Sandy sih nggak
ada yang meninggal. Semuanya selamat & Tapi pemadam kebakarannya agak
terlambat, jadi apartemen Sandy sudah hangus semua.
116 Tiba-tiba Sandy mendengar suara ayahnya di ujung sana dan ia ganti berbicara
dalam bahasa Korea. Ayah, Ayah tidak usah khawatir begitu. Aku tidak apa-apa.
Sungguh. Tidak terluka sedikit pun. Mama kenapa"
Sepertinya ibunya sedang berusaha merebut telepon dari tangan ayahnya. Sandy
tersenyum sendiri mendengar ibunya yang tidak sabaran. Akhirnya ibunya kembali
menguasai telepon sehingga Sandy kembali berbicara dalam bahasa Indonesia.
Sandy, bagaimana kalau kamu pulang dulu ke sini untuk sementara" ibunya
menawarkan. Sandy tertawa kecil. Sandy kan masih harus kuliah. Mama ini bagaimana"
Jadi, sekarang kamu tinggal di rumah siapa" tanya ibunya langsung.
Sandy bingung harus menjawab apa. Sekarang" & Ng, sementara ini Sandy tinggal
di rumah teman. Dia tinggal sendiri jadi nggak keberatan kalau Sandy numpang
sebentar. Lagi pula di rumahnya ada kamar kosong. Hari ini rencananya Sandy mau
cari tempat tinggal baru.
Kamu bukan tinggal di rumah Young-Mi" tanya ibunya lagi.
Bukan. Mama kan tahu sendiri rumah Young-Mi hanya cukup untuk mereka
sekeluarga. Kalau tinggal di sana, Sandy hanya bakal menambah beban Paman dan
Bibi, kan" Young-Mi sudah meminjamkan pakaiannya untuk Sandy, jadi Sandy nggak
mau lebih merepotkan lagi.
Oh, begitu" Terus, siapa nama teman kamu itu" Berapa nomor teleponnya"
Alamatnya di mana" Sekarang Sandy agak enggan menjawab, Teman Sandy"
Iya, teman kamu yang mengizinkan kamu tinggal di rumahnya itu. Siapa
namanya" Mama kenal dia"
Oh & oh & itu & Dilema. Apakah ia harus berterus terang"
Jangan-jangan kamu sekarang ada di rumah artis itu.
Kata-kata ibunya seperti petir di siang bolong. Jadi ibunya sudah tahu" Bagaimana
bisa" Mama ini ngomong apa sih" Sandy masih berusaha mengelak.
Ada teman Mama yang cerita. Suara ibunya berubah datar. Jadi"
Sandy tidak bersuara. Ia duduk bersila di tempat tidur sambil menatap jari-jari
kakinya. Coba bilang terus terang sama Mama, apa kamu memang punya hubungan
dengan artis itu" Sandy menelan ludah dan menarik napas pelan. Memang kenal, sahutnya agak
takut-takut. 117 Kenal" Seperti apa" desak ibunya. Terus, bagaimana ceritanya sampai kamu
sekarang ada di rumahnya"
Sandy menggigit bibir dan akhirnya memilih berterus terang. Ma, kami sama sekali
nggak ada hubungan apa-apa. Sandy hanya bermaksud membantu Jung Tae-Woo ssi,
nggak lebih dari itu. Mama harus percaya sama Sandy. Memang benar, Sandy sekarang
tinggal di rumahnya, tapi ini juga hanya untuk sementara.
Sandy mendengar ibunya mendesah lirih. Mama nggak tahu, Sandy. Memangnya
kamu nggak punya teman lain yang bisa membantu" Kenapa harus di rumahnya"
Sandy memejamkan mata, salah satu tangannya terangkat ke kening.
Ibunya melanjutkan lagi, Entahlah, Sandy, Mama benar-benar nggak tahu harus
ngomong apa. Terus terang saja, Mama merasa & Kenapa artis itu lagi"
Sandy juga pernah berpikir seperti itu. Sejak ia mengatakan setuju membantu Jung
Tae-Woo, setiap hari ia selalu teringat pada hal-hal yang tidak seharusnya diingat-ingat
lagi. Tapi, Ma, Jung Tae-Woo ssi orang yang baik, katanya.
Kamu sudah besar, sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
nggak. Terserah keputusanmu saja, kata ibunya. Mama akan mengirimkan pakaian
untukmu. Kamu perlu apa lagi"
Setelah ibunya menutup telepon, Sandy duduk merenung. Dadanya terasa sesak. Ia
menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya pelan-pelan. Cara itu biasa
dilakukannya untuk menenangkan diri.
Nona. Sandy menoleh ke arah pintu kamar ketika mendengar suara Bibi Chon
memanggilnya dari luar. Sandy segera turun dari tempat tidur dan berjalan ke pintu. Ia
membuka pintu dan melihat wajah Bibi Chon yang berseri-seri.
Sebelum Sandy sempat membuka mulut, Bibi Chon sudah lebih dulu mengulurkan
tangan dan berkata, Saya menemukan ini di lantai. Apakah ini milik Anda"
Sandy menatap benda yang ada di telapak tangan Bibi Chon. Benda itu bros
berbentuk hati dan berwarna merah mengilat dengan pinggiran keemasan.
Tenggorokannya tercekat. Ia baru ingat, di malam kebakaran itu ia sedang
memandangi bros tersebut. Ternyata waktu itu tanpa sadar ia lalu memasukkannya ke
saku piama. Sandy bahakn sudah hampir melupakannya sampai benda itu muncul lagi
di hadapannya sekarang. Apakah ini milik Anda" Bibi Chon mengulangi pertanyaannya.
Sandy tersentak. Ya, benar. Terima k
asih sudah menemukannya. Sandy menerima bros itu dan Bibi Chon kembali mengerjakan tugasnya. Sandy
menutup pintu kamar. Ia kembali duduk di tempat tidur sambil menatap bros itu. Ia
mendongak memandang langit-langit kamar, menarik napas panjang sekali lagi, lalu
118 mengembuskannya perlahan. Sekali, dua kali, tiga kali, dan tiba-tiba saja air matanya
bergulir turun. Ia menghapusnya dengan telapak tangan, lalu menarik napas panjang
dan mengembuskannya lagi.
Kang Young-Mi merapikan rambutnya yang tertiup angin dengan jari-jari tangan. Ia
dan Sandy sedang duduk-duduk di kafe langganan mereka. Karena cuaca sore hari ini
bagus sekali, mereka memilih meja di luar yang dinaungi payung besar bergaris-garis
biru dan putih. Young-Mi mengamati temannya yang duduk di hadapannya dengan
dahi berkerut. Sandy sedang mengaduk-aduk cappuccino-nya dengan gerakan lambat.
Young-Mi merasa sikap temannya agak lain. Akhir-akhir ini Sandy sering melamun,
sepertinya banyak sekali yang dipikirkannya. Young-Mi pernah berusaha mencari tahu
apa yang ada dalam benak Sandy, tapi tidak mendapat jawaban yang memuaskan.
Soon-Hee, hari ini Jung Tae-Woo pulang, ya" tanya Young-Mi sambil lalu.
Sandy tidak menjawab, bahkan mengangkat wajah pun tidak. Ia masih terus
mengaduk cappuccino-nya. Kang Young-Mi menarik napas dalam-dalam. Hei, Han Soon-Hee!
Kali ini Sandy tersentak dan menatapnya dengan pandangan bertanya. Apa"
Kenapa" Aku tanya, Jung Tae-Woo kembali hari ini, bukan"
Oh, tidak. Tadi siang dia menelepon dan bilang tidak jadi pulang hari ini, jawab
Sandy sambil mengangkat bahu. Katanya ada urusan mendadak atau semacamnya.
Mungkin besok baru pulang.
Begitu" Young-Mi mengangguk-angguk dan terdiam. Setelah berpikir sebentar, ia
bertanya lagi, Wah, jangan-jangan dia selingkuh dengan artis Jepang"
Sandy tertawa ringan. Kalau dia memang bisa selingkuh atau setidaknya punya
hubungan dengan wanita, bukankah sejak awal aku tidak dibutuhkan"
Young-Mi ikut tertawa. Benar juga, katanya. Jadi kau akan pindah setelah dia
pulang nanti" Sandy mengangkat wajah dan memiringkan kepala. Mmm, begitulah. Rasanya
tidak enak kalau aku pindah begitu saja tanpa bilang dulu padanya, kan"
Young-Mi mencondongkan tubuhnya ke depan. Maksudku, kenapa kau tidak
tetap tinggal di rumah Jung Tae-Woo saja" Aku rasa dia tidak akan keberatan.
Mata Sandy melebar. Kau gila" Kalau ketahuan, itu bisa jadi skandal besar! Para
wartawan tabloid gosip bakal jungkir balik saking senangnya, katanya. Lagi pula
ibuku juga marah-marah. Akan jauh lebih baik kalau aku punya tempat tinggal sendiri.
119 Masa aku bisa berdiam diri membiarkan Jung Tae-Woo menanggungku" Masa dia mau
menanggungku" Yang benar saja.
Young-Mi berdeham, menatap kesepuluh kuku jari tangannya yang dipotong rapi
dan berkata, Bukankah dia suka padamu"
Walaupun Sandy tidak menunjukkan ekspresi apa pun, sudah tentu Young-Mi bisa
menduga hubungan Soon-Hee dan Jung Tae-Woo tidak sesederhana yang mereka
katakan. Ia yakin Jung Tae-Woo tertarik pada Sandy. Kenapa ia bisa yakin" Karena
Jung Tae-Woo mengizinkan gadis itu tinggal di rumahnya, membelikan ponsel
untuknya, dan merayakan ulang tahunnya. Lalu selama berada di Jepang, laki-laki itu
sering menelepon Sandy, kalau tidak menelepon, ia akan mengirim pesan singkat
melalui ponsel. Young-Mi nyaris yakin sebenarnya Sandy juga tertarik pada Jung Tae-Woo, tapi ia tidak punya alasan kuat yang mendukung keyakinannya itu. Sandy snediri
tidak pernah secara blakblakan mengatakan ataupun menunjukkan perasaan tentang
masalah yang satu ini. Bagaimana" tanya Young-Mi. Kau sendiri juga bisa merasakannya, kan"
Sandy menatapnya sambil tersenyum samar. Merasakan apa" Kau ini ada-ada saja.
Oh ya, aku belum berterima kasih padamu karena sudah seharian ini kau menemaniku
mencari apartemen baru. Kau mau membantuku memilih perabot, kan" Harus
kukatakan dulu bahwa aku hanya sanggup membeli beberapa perabot dasar. Kalau
pindah nanti, aku pasti akan membutuhkan bantuanmu lagi.
Young-Mi tidak berkomentar apa-apa. Ia mengembuskan napas perlahan dan
bersandar kembali ke kursi plasti
knya. Tentu saja, katanya setelah terdiam beberapa
saat. Aku akan membantumu.
Tae-Woo melepaskan kacamata hitam setelah mobil yang ditumpanginya melaju di
jalan dan meninggalkan bandara. Ia menyandarkan kepala ke kursi dan menoleh ke
arah Park Hyun-Shik yang duduk di sampingnya.
Hyong, sekarang kita ke mana" tanyanya.
Park Hyun-Shik menjawab, Bukankah tadi kita bilang mau minum-minum
bersama yang lain" Para anggota staf juga sudah bekerja keras di Jepang. Sudah
sepantasnya mereka bersenang-senang sedikit. Kau juga.
Tae-Woo berpikir sejenak, lalu mengeluarkan ponsel dari balik jasnya. Ia menekan
tombol sembilan dan menempelkan ponselnya ke telinga.
Park Hyun-Shik tersenyum. Menelepon dia"
Tae-Woo memandang manajernya dan mengedipkan mata.
120 Irinya, kata Park Hyun-Shik sambil mendesah. Mungkin aku juga harus mencari
pacar. Tae-Woo tidak menanggapi kata-kata manajernya karena suara Sandy sudah
terdengar di ujung sana. Oh, ini aku, kata Tae-Woo. Ia merasa semangatnya naik begitu mendengar suara
gadis itu. Kau sudah sampai" Mmm, kau di mana" Di rumahmu. Eh, kau masih ada kerjaan"
Tidak. Kenapa" Pulang makan" Tae-Woo tertawa pelan. Memangnya di rumah ada yang bisa dimakan"
Tentu saja ada. Pulang makan ya" Aku tunggu.
Oke, kata Tae-Woo. Aku pulang sekarang.
Hei, kau tidak jadi minum-minum dengan kami" tanya Park Hyun-Shik begitu
Tae-Woo menutup ponsel. Tae-Woo tersenyum meminta maaf. Maaf, Hyong. Lain kali saja, aku yang traktir.
Kemudian ia meminta sopir mengantarnya ke rumah.
Wah, sebenarnya kita sedang merayakan apa" Kenapa makanannya banyak sekali"
tanya Tae-Woo begitu ia masuk ke dapur.
Sandy yang mengenakan celemek dan sarung tangan tahan panas sedang
meletakkan sepanci kimchi jjigae* panas di meja. Ia mengangkat kepala ketika Tae-Woo
muncul. Senyumnya mengembang. Sudah pulang" Bagaimana perjalananmu"
Melihat makanan yang ada di meja juga Sandy yang mengenakan celemek, lalu
mendengar gadis itu menanyakan bagaimana perjalanannya, Tae-Woo jadi merasa
agak kikuk. Jung Tae-Woo ssi, kau kenapa"
Tae-Woo tersentak dan memandang gadis di hadapannya. Apa" Oh, perjalananku
baik-baik saja. Sandy memeriksa kesiapan hidangan di meja, lalu beralih memandang Tae-Woo.
Ayo, kita makan. Ia melepaskan celemek dan sarung tangannya.
Tae-Woo duduk dan bertanya, Kau yang masak semua ini"
* Sup kimchi. Kimchi adalah acar khas Korea, terbuat dari sawi putih yang dipedaskan.
121 Sandy duduk di hadapannya. Aku ingin menjawab Benar, akulah yang
memasaknya", tapi kenyataannya bukan. Ia tertawa kecil. Tadi pagi aku meminta Bibi
Chon memasaknya. Aku hanya tinggal memanaskan.
Tae-Woo tersenyum dan mulai makan.
Sandy mencondongkan tubuh ke depan. Bagaimana" Enak"
Tae-Woo mengangguk. Mmm, tentu saja. Ngomong-ngomong, apakah ada yang
sedang dirayakan" Sandy memiringkan kepala dan berpikir-pikir. Mmm, tentu saja ada. Banyak.
Banyak" Seperti apa"
Kita merayakan kepulanganmu dari Jepang, kata Sandy. Apakah kau tahu hari
ini tepat satu bulan sejak pertama kali kita bertemu" Itu bisa dirayakan. Kau juga boleh
menganggap ini sebagai ucapan terima kasih karena kau sudah banyak membantuku.
Tae-Woo tersenyum dan mengangguk-angguk. Ada lagi"
Kita juga bisa merayakan apartemen baruku.
Tae-Woo mengangkat wajah dan menatap Sandy. Kau sudah mendapatkan
apartemen" Sandy mengangguk tegas. Ya, besok aku akan pindah.
Kenapa" tanyanya tanpa berpikir.
Sandy tertawa kecil. Jung Tae-Woo ssi, kau tidak mungkin berpikir aku akan
tinggal di sini dan menjadi bebanmu selamanya, bukan"
Beban apa" kata Tae-Woo.
Sandy tidak mengacuhkan pertanyaan itu dan terus berbicara, Lagi pula, kalau
wartawan tahu kita tinggal bersama, mereka pasti berpikir kita sudah bertunangan dan
akan segera menikah. Memangnya kau mau membuat skandal baru lagi"
Ah, perjanjian untuk menghapus gosip gay. Akhir-akhir ini Tae-Woo sering
melupakan hal yang satu itu.
Menurut persetujuan yang dulu, aku hanya akan menjadi pacarmu dalam foto.
Jadi aku tidak bisa menikah denganmu, kata Sandy dan tertawa.
Tae-Woo tahu Sandy hanya bergur
au, tapi ia sedang tidak ingin ikut tertawa. Ia
hanya menunduk dan meneruskan makannya.
Sandy berdeham. Jung Tae-Woo ssi, sebenarnya perjanjian kita sampai kapan" Aku
sudah melakukan semua yang disebutkan dalam kesepakatan, bukan" Kita sudah
berfoto, aku bahkan sampai dikejar-kejar wartawan. Gosip gay sudah tidak terdengar
lagi, kurasa sudah cukup.
Tae-Woo mengangkat kepalanya. Apa maksudmu"
Apa maksudku" Jung Tae-Woo ssi, aku kan tidak bisa membantumu selamanya.
Aku juga punya kesibukan sendiri, punya kehidupan sendiri. Sejak orang-orang
122 mengenalku sebagai kekasih Jung Tae-Woo", hidupku tidak sama lagi. Aku bukan artis
dan aku tidak terbiasa dengan hal-hal semacam itu.
Begitu" Kupikir banyak orang ingin punya kekasih orang terkenal.
Sandy tersenyum. Kau benar. Aku juga pernah berandai-andai seperti itu.
Alangkah senangnya kalau kekasihku artis. Teman-temanku pasti iri setengah mati. Ia
memandang Tae-Woo dengan sorot mata geli. Tapi kenyataan tidak persis seperti itu.
Walaupun aku hanya kekasih gadungan Jung Tae-Woo, itu saja sudah cukup sulit
bagiku. Jadi kau tidak mau punya kekasih artis" tanya Tae-Woo hati-hati.


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sandy memiringkan kepala sambil merenung, lalu menjawab, Tidak. Sebaiknya
tidak. Tae-Woo meletakkan sendoknya. Kalau begitu, apakah aku harus berhenti"
Ia mengangkat wajah dan melihat Sandy sedang menatapnya dengan pandangan
bertanya. Kau bilang apa" tanya gadis itu.
Apakah harus berhenti menjadi penyanyi" Tae-Woo mengulangi kata-katanya.
Memangnya kenapa harus berhenti"
Tae-Woo menatap mata Sandy dan berkata, Karena sepertinya aku menyukaimu.
Karena sepertinya aku menyukaimu.
Apakah ia salah dengar" Tidak, Jung Tae-Woo memang mengatakannya. Sandy
kaget mendengar pengakuan itu keluar dari mulut Jung Tae-Woo. Apakah dia sedang
bercanda" Tidak, sepertinya tidak. Raut wajahnya serius. Lalu" Bagaimana"
Jadi bagaimana" Apakah aku harus mulai mencari pekerjaan lain" tanya Jung
Tae-Woo lagi, lebih pada dirinya sendiri.
Sandy mengerjapkan mata dan menyadari Jung Tae-Woo sedang memerhatikannya
lekat, menanti jawaban. Aku tidak sedang bercanda, kata Jung Tae-Woo, seakan bisa membaca isi pikiran
Sandy. Aku tahu, sahut Sandy. Itulah yang ditakutkannya, bahwa Jung Tae-Woo tidak
bercanda. Lalu ia tersenyum, Tapi sebaiknya kau tetap jadi penyanyi saja.
Menurutmu begitu" Sandy mengalihkan pandangan dari Jung Tae-Woo dan berkata, Tentu saja. Karena
kau memang cocok menjadi penyanyi. Ia bangkit dari kursinya. Kalau kau sudah
selesai makan, biar kubereskan. Kau baru pulang. Istirahat saja.
123 Jung Tae-Woo tepekur sejenak, lalu ia mengangguk dan bangkit. Baiklah. Maaf
merepotkanmu. Besok & mungkin aku tidak bisa membantumu pindah rumah. aku
harus pergi pagi-pagi sekali.
Sandy tertawa kecil. Tidak apa-apa. Young-Mi akan membantuku.
Jung Tae-Woo mengangguk lagi, kemudian ia berbalik dan berjalan ke arah tangga.
Sandy memandangi punggung laki-laki itu. Ketika Jung Tae-Woo menginjak anak
tangga kedua, ia memanggilnya, Jung Tae-Woo ssi.
Jung Tae-Woo menoleh. Ada apa"
Terima kasih. Terima kasih" Untuk apa"
Karena menyukaiku. Untuk segalanya. Terima kasih.
124 Dua Belas KAu sedang membaca atau tidak"
Sandy tersadar dari lamunan dan mengangkat wajah. Kang Young-Mi yang duduk
di hadapannya sedang memerhatikannya dengan alis terangkat.
Mm" Young-Mi menutup buku yang dibacanya dan melipat tangan di meja. Kita masuk
ke perpustakaan ini satu jam lalu. Tapi selama setengah jam terakhir kau hanya
memelototi halaman yang itu-itu terus. Kau memegang bolpoin, tapi tidak menulis.
Kau melihat buku, tapi tidak membaca. Han Soon-Hee, apa yang sedang kaupikirkan"
Sandy tertawa kecil dan membalikkan halaman bukunya. Tidak ada. Hanya
sempat bosan dan melamun sebentar.
Young-Mi mengetuk-ngetukkan jari di meja. Jung Tae-Woo tidak menghubungi-mu"
Mm, gumam Sandy tanpa memandang temannya. Sudah hampir satu bulan aku
tidak berhubungan dengannya. Lagi pula untuk apa" Masalah di antara kami sudah
selesai. Aku sudah membantunya seperti yang dia minta. Tidak ada lagi yang bisa
kulakukan. Untunglah wartawan berhenti mengejar-ngejarmu, kata Young-Mi. Akhirnya,
meski sudah tahu namamu, mereka belum pernah mendapatkan foto-fotomu yang
jelas. Kau tidak mungkin hidup setenang ini kalau wajah aslimu terpampang di media
cetak. Saat itu ponsel Sandy yang tergeletak di meja bergetar pelan. Ia meraihnya dan
membaca tulisan yang muncul di layar. Lee Jeong-Su.
Halo" Soon-Hee, punya waktu sekarang" suara laki-laki itu terdengar lesu.
125 Sandy ragu sejenak. Ada apa"
Keluarlah sebentar. Ada yang ingin kubicarakan denganmu.
Sandy menutup ponsel dan memandang Young-Mi.
Kenapa" Lee Jeong-Su mau bertemu lagi" tebak Young-Mi.
Sandy tersenyum samar dan membereskan buku-bukunya. Aku pergi dulu ya"
Langit sudah nyaris gelap ketika Sandy tiba di depan kafe yang disebutkan Jeong-Su.
Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat laki-laki itu sudah menunggunya di dalam. Lee
Jeong-Su sedang duduk bersandar di sana dengan segelas air putih di meja. Sesekali ia
melirik jam tangan dan mengusap wajah dengan kedua telapak tangan.
Sandy masih ingat betapa dulu ia sangat memercayai laki-laki itu. Betapa dulu ia
sangat menyukainya. Sandy membuka pintu kafe dan terdengar bunyi dentingan halus. Pelayan
menghampirinya dan Sandy segera berkata padanya bahwa temannya sudah
menunggu. Dengan langkah ringan, Sandy menghampiri Lee Jeong-Su. Laki-laki itu
duduk membelakangi pintu, sehingga tidak menyadari kehadiran Sandy.
Sudah menunggu lama" tanya Sandy sambil menarik kursi di hadapan Jeong-Su
lalu duduk. Jeong-Su tersentak dan senyumnya mengembang. Oh, tidak. Aku juga baru
datang. Jus jeruk, kata Sandy kepada pelayan yang menanyakan pesanannya.
Setelah pelayan itu pergi, Sandy memandang Lee Jeong-Su. Ada apa memanggilku
ke sini" Bagaimana kabarmu" Sandy tersenyum. Baik-baik saja. Seperti yang kaulihat. Kau sendiri"
Lee Jeong-Su meneguk airnya, lalu terdiam sejenak. Akhirnya ia berkata, Aku
sudah berpisah dengannya.
Oh" Memangnya kenapa"
Jeong-Su menatap mata Sandy dan menjawab dengan nada yakin, Karena
kukatakan padanya aku masih belum bisa melupakanmu.
Alis Sandy terangkat karena terkejut. Apa"
Itu benar, kata Jeong-Su menegaskan.
Saat itu pelayan mengantarkan jus jeruk yang dipesan Sandy. Sandy mengucapkan
terima kasih dengan kikuk, lalu kembali memandang Lee Jeong-Su. Laki-laki itu begitu
tampan, dan selama mereka bersama ia selalu bersikap baik kepada Sandy. Tentunya
sampai laki-laki itu meninggalkannya. Namun dari dulu, salah satu kelemahan Lee
126 Jeong-Su adalah tidak bisa memantapkan keputusan. Ia tidak bisa bertahan lama pada
satu pendirian. Soon-Hee, bisakah kau memberiku kesempatan sekali lagi" tanyanya. Raut
wajahnya begitu bersungguh-sungguh. Sandy bisa merasakan laki-laki itu memang
serius. Perlahan Sandy mengaduk jus jeruknya. Aku akan jujur padamu. Ketika kita
berpisah dulu, selama beberapa waktu perasaanku kacau sekali. Aku tidak mengerti
kenapa kau meninggalkanku. Aku selalu berpikir, apa yang sudah kulakukan... apa
yang belum kulakukan... sampai kau bisa membuat keputusan seperti itu.
Lee Jeong-Su bergerak-gerak gelisah di kursinya.
Selama beberapa waktu, aku sering memikirkanmu dan segala hal yang
berhubungan denganmu, Sandy melanjutkan. Tapi kemudian segalanya berubah.
Perlahan-lahan, entah sejak kapan dan entah bagaimana, ada sesuatu yang lain yang
menggantikan dirimu dalam pikiranku.
Lee Jeong-Su menatap gelasnya. Maksudmu"
Sandy tidak menjawab. Ia hanya meminum jus jeruknya dengan pelan.
Lee Jeong-Su mengangkat wajahnya dan menatap Sandy. Kau sungguh-sungguh
tidak bisa setidaknya mau mencoba kembali padaku"
Sandy menarik napas, lalu berkata, Aku bisa melupakan semuanya, tapi aku tidak
akan kembali pada orang yang sudah meninggalkanku.
Lee Jeong-Su tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menatap Sandy dengan
pandangan menerawang. Sudah lihat" Tae-Woo tidak menjawab. Ia terus memandangi tabloid yang tadi disodorkan
manajernya. Ada artikel yang menyebutkan hubungan Jung Tae-Woo dan kekasihnya
mulai retak karena kekasihnya itu menemui pria lain. Pria lain" Apakah mantan pacar
Sandy" K au sudah menghubungi Sandy"
Tae-Woo mendengar pertanyaan itu, tapi tidak menjawab. Ia tidak bisa menjawab.
Ia sedang berpikir. Tae-Woo. Sepertinya Park Hyun-Shik mulai kehilangan kesabaran. Tae-Woo mengangkat
wajah dan meletakkan tabloid itu di meja kerja manajernya.
Belum, aku belum menghubunginya, jawabnya tenang.
Kenapa kau bisa setenang itu" Kau sudah punya rencana" desak Park Hyun-Shik.
127 Tae-Woo menggeleng dan tersenyum. Tidak juga. Hyong mau aku melakukan apa"
Bukankah sudah pernah kukatakan bantuan Sandy kepada kita sudah selesai. Dia
bukan kekasih Jung Tae-Woo lagi, baik di dalam maupun di luar foto.
Park Hyun-Shik jelas terlihat bingung mendengarnya. Jadi maksudmu, kau akan
membiarkan masalah ini" Bagaimana kau akan menghadapi wartawan kalau mereka
bertanya" Aku bisa menghadapinya. Hyong tenang saja.
Aku heran, sudah satu bulan terakhir ini kau tidak menghubungi Sandy, kata
Park Hyun-Shik setelah terdiam beberapa saat. Kau benar-benar tidak mau bertemu
dengannya lagi" Tae-Woo hanya tersenyum. Park Hyun-Shik mengerutkan kening. Biasanya aku tidak pernah salah tentang
hal-hal seperti ini. Hal-hal seperti apa"
Kukira kau menyukainya. Apakah aku salah"
Tidak. Lalu" Aku sudah ditolaknya. Ah, begitu" Lalu kau menyerah begitu saja"
Tidak. Aku tidak mengerti. Sekarang kau sama sekali tidak menghubunginya. Apa
maksudmu dengan tidak menyerah"
Senyum Tae-Woo bertambah lebar. Ia mengedipkan mata ke arah manajernya, tapi
tidak berkata apa-apa. Soon-Hee! Soon-Hee! Sandy sedang duduk melamun di bangku panjang di taman kampus ketika ia
mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh dan melihat Kang Young-Mi berlari ke
arahnya. Benar-benar berlari. Ia tak pernah melihat temannya itu berlari sebelumnya.
Astaga, capek sekali, kata Young-Mi dengan napas terengah-engah begitu ia tiba
di samping Sandy. Sini, duduk dulu, kata Sandy sambil bergeser memberi tempat untuk temannya.
Tanpa berkata apa-apa, Young-Mi menyodorkan tabloid yang sedang dipegangnya
kepada Sandy. Perhatian Sandy langsung tertuju pada artikel yang terpampang di
hadapannya. Apa ini" tanyanya dengan kening berkerut.
128 Young-Mi masih sibuk mengatur napas sehingga tidak bisa menjawab.
Sandy membaca artikel itu tanpa bersuara. Setelah selesai, ia melipat kembali
tabloid tersebut dan menarik napas.
Bagaimana" tanya Young-Mi.
Sandy mengangkat bahu. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa menulis berita
seperti ini. Young-Mi mengibaskan tangan dengan tidak sabar. Bukan itu. Maksudku, apakah
menurutmu Jung Tae-woo yang mengatakan pada wartawan" Bukankah kau memang
tidak membantunya lagi" Jadi bagaimanapun Jung Tae-Woo memang harus putus"
dengan pacarnya". Sandy tertegun, lalu memiringkan kepala. Entahlah, katanya.
Kau tidak mau bertanya kepadanya"
Sandy berpaling ke arah temannya dengan kaget. Tanya apa"
Young-Mi mendengus jengkel. Astaga, kau...
Bagaimana ia bisa bertanya pada Jung Tae-Woo" Sudah satu bulan mereka tidak
bertemu dan berbicara. Lagi pula, Jung Tae-Woo memang tidak mungkin memperta-hankan cerita tentang kekasihnya, sementara orang yang membantunya menjadi
pacar sudah tidak mau membantu lagi.
Young-Mi menatap temannya yang duduk di sampingnya dengan kesal. Ia tidak bisa
percaya Sandy tidak mau melakukan apa-apa tentang artikel yang ditunjukkannya itu.
Menurutnya, setidaknya Sandy bisa menelepon Jung Tae-Woo dan bertanya atau
menjelaskan situasi yang sebenarnya. Atau apa pun. Tapi anak bodoh itu hanya duduk
melamun. Walaupun orang-orang masih tidak mengenali Han Soon-Hee yang sedang
duduk melamun seperti orang bodoh ini sebagai Han Soon-Hee pacarnya Jung Tae-Woo, Young-Mi merasa temannya ini harus tetap menjaga nama baiknya. Kenapa anak
itu tidak keberatan disebut-sebut sebagai tukang selingkuh"
Young-Mi mengibaskan rambut ke belakang dengan perasaan jengkel. Bisa jadi
malah Jung Tae-Woo yang mengatakan semua cerita itu pada wartawan untuk
menyelamatkan reputasinya sendiri. Ya, itu mungkin saja.
Hei, Soon-Hee. Bagaimana kalau Jung Tae-Woo yang melakukan semua itu"
desaknya sekali lagi. Alis Soon-Hee teran gkat. Menurutmu begitu"
Young-Mi mengangkat bahu. Mungkin saja, bukan" Makanya, kenapa kau tidak
bertanya langsung kepadanya"
129 Sebelum Sandy sempat menjawab, ponselnya berbunyi. Young-Mi melihat
temannya buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan membukanya.
Jung Tae-Woo" Halo" Raut wajah Soon-Hee berubah sedikit.
Bukan Jung Tae-Woo. Ya, Mister Kim... Ya" Sekarang" ... Ya, saya mengerti.
Sandy menutup ponselnya dan tersenyum kepada Young-Mi. Young-Mi, aku
harus pergi sekarang, Mister Kim memintaku menemuinya.
Bosmu memang drakula penghisap darah, celetuk Young-Mi. Kau selalu bilang
mau berhenti, tapi tidak pernah sekali pun mulai menulis surat pengunduran diri.
Setidaknya jadwal kuliahku tidak pernah terganggu gara-gara dia, Soon-Hee
membela atasannya. Aku pergi dulu ya"
Young-Mi memandangi temannya yang berjalan pergi, lalu memandang tabloid
yang sedang dipegangnya. Sebaiknya masalah ini cepat diluruskan, sebelum para penggemar Jung Tae-Woo
mengamuk. Han Soon-Hee tidak tahu bagaimana liarnya para penggemar Jung Tae-Woo kalau sudah dipancing. Mereka tidak akan rela idola mereka dicampakkan
seorang wanita. Semoga saja masalah in cepat selesai.
Miss Han, terima kasih karena sudah datang. Oh, terima kasih, Mister Kim
menyambut Sandy dengan penuh semangat di dalam studionya yang seperti biasa;
berantakan. Hari ini rambut Mister Kim dicat kuning dan tubuhnya dibungkus jaket
kulit panjang yang kelihatannya sangat tebal. Sandy bertanya-tanya apakah Mister Kim
tidak merasa gerah. Mister Kim menggerak-gerakkan jari tangannya ke arah beberapa pakaian yang
dibungkus plastik bening yang tergeletak di meja bundar di sudut ruangan. Tolong
antarkan kepada Jung Tae-Woo, ya"
Sandy mengerjap-ngerjapkan matanya. Siapa"
Seperti yang kaulihat, Miss Han, aku sedang sibuk sekali dan tidak ada yang bisa
membantuku... Harus diantarkan kepada siapa"
... Antarkan saja ke rumahnya. Kau sudah punya alamat rumahnya, bukan" ...
Ke rumahnya" Rumah Jung Tae-Woo"
... Jangan bilang kau sudah menghilangkan alamat itu, Miss Han. Aku sendiri tidak
tahu lagi di mana kusimpan alamatnya...
Apa yang harus kukatakan kalau kami bertemu"
130 ... Katakan saja model pakaian itu bisa menjadikannya trendsetter di kalangan anak
muda... Apakah Mister Kim membaca pikiranku"
... Nah, ide-ideku sedang berontak ingin keluar dari otak. Aku sedang merasa
kreatif sekali... Tidak, dia tidak membaca pikiranku.
... Jadi pergilan sekarang juga, Miss Han, dan biarkan aku sendiri dengan ide-ideku.
Menemui Jung Tae-Woo" tanya Sandy agak bingung karena terlalu banyak hal


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berlalu-lalang di benaknya.
Bukan, ayahnya, celetuk Mister Kim dari balik meja kerjanya, lalu melanjutkan
tanpa menunggu tanggapan, tentu saja Jung Tae-Woo. Bukankah pakaian itu untuk
dia" Ayo, Miss Han, gerakkan kakimu.
Oh, ya. Sandy cepat-cepat menghampiri meja bundar dan mengangkat pakaian-pakaian yang ditunjukkan atasannya tadi.
Ketika ia memegang kenop pintu untuk membukanya, Mister Kim memanggil.
Sandy berbalik menunggu perintah selanjutnya.
Mister Kim sedang memegang tabloid, tabloid yang sama dengan yang ditunjukkan
Young-Mi tadi. Asal kau tahu saja, Miss Han. Aku tidak percaya sedikit pun berita ini, kata Mister
Kim tiba-tiba sambil menunjuk artikel yang membahas Sandy itu. Jadi cepat
selesaikan. Sandy kaget. apakah Mister Kim tahu tentang dirinya dan Jung Tae-Woo" Tidak
mungkin. Karena tidak tahu harus bersikap bagaimana, Sandy hanya memaksakan seulas
senyum, lalu cepat-cepat keluar dari ruangan itu.
Sandy sendiri tidak mengerti kenapa ia enggan bertemu Jung Tae-Woo. Mungkin
karena kata-kata Jung Tae-Woo ketika mereka bertemu terakhir kali itu. Mungkin juga
karena sudah lama tidak saling berbicara, jadi kalau harus mulai bicara lagi, sepertinya
agak aneh. Apa yang harus dikatakannya"
Sandy mendesah pelan sambil berjalan menyusuri jalan menuju rumah Jung Tae-Woo.
Mm" Mobil itu... seperti mobil Jung Tae-Woo, Sandy bergumam sendiri ketika
melihat mobil merah yang diparkir di jalan itu, tidak terlalu jauh di depannya. Ia
menyipitkan mata memerhatikan m
obil tersebut. 131 Seiring setiap langkah, semakin jelas terlihat ada tiga orang yang berdiri di dekat
mobil itu. Seorang laki-laki dan dua wanita. Laki-laki itu mengenakan topi dan
kacamata hitam. Dari jauh saja Sandy sudah bisa mengenali pria itu Jung Tae-Woo.
Sandy melihatnya sedang berbicara dengan dua wanita, bukan... lebih tepatnya dua
gadis yang sepertinya siswi sekolah menengah. Kedua gadis itu berbicara penuh
semangat sementara Jung Tae-Woo mendengarkan sambil sesekali tersenyum.
Bagaimana, Oppa" Sandy mendengar salah satu gadis itu bertanya penuh harap.
Jung Tae-Woo tersenyum dan baru akan menjawab ketika matanya menangkap
sosok Sandy. Oh. Sandy menghentikan langkahnya tidak jauh dari tiga orang itu. Ia tidak tahu harus
berbuat apa. Menyapa Jung Tae-Woo" Ya, tentu. Setidaknya itu pasti harus dilakukan
terlebih dulu. Tapi sebelum ia sempat membuka mulut, Jung Tae-Woo sudah buru-buru
menghampirinya dengan wajah cerah.
Sudah datang" tanya Jung Tae-Woo begitu berdiri di sampingnya.
Sandy mengerjapkan mata dan menatap Jung Tae-Woo lalu beralih memandang
kedua gadis tadi. Mereka masih mengenakan seragam sekolah. Sepertinya baru pulang
sekolah. Kedua-duanya berambut panjang dan bertubuh tinggi kurus. Mereka juga
sedang memerhatikan Sandy dengan perasaan ingin tahu.
Mereka Lee Mi-Ra dan Chon Jin-Ae, kata Jung Tae-Woo memperkenalkan kedua
gadis tadi. Bagi Sandy nama-nama itu tidak berarti apa-apa. Ia yakin sebentar lagi ia
pasti lupa, tapi ia mengangguk.
Kedua gadis itu tersenyum kepadanya. Menurut Sandy senyum mereka agak
menakutkan. Apa kabar, Onni" sapa mereka berdua bersamaan.
Kami penggemar Tae-Woo Oppa, kata salah seorang gadis itu, rambutnya agak
pirang. Sandy sudah lupa siapa namanya.
Oh... ternyata penggemar.
Onni ini pacarnya Tae-Woo Oppa, ya" tanya yang satunya lagi yang berambut
agak keriting. Bagaimana menjawabnya" Sandy memandang Jung Tae-Woo yang diam saja, lalu
kembali memandang dua gadis di depannya itu.
Kenapa" tanyanya pada akhirnya.
Si keriting memandangi Sandy dari kepala sampai ke ujung kaki, lalu berkata pelan,
Onni berbeda sekali dengan yang di dalam foto.
132 Sandy baru menyadari bahwa selama ini, walau semua orang tahu Han Soon-Hee
adalah pacar Jung Tae-Woo, mereka tidak pernah melihat wajah Han Soon-Hee yang
sesungguhnya dengan jelas.
Kami membaca di tabloid kalian berdua sudah berpisah karena Onni suka pada
pria lain, sela si pirang dengan cepat.
Alis Sandy terangkat. Makanya kalian jangan langsung percaya pada apa yang kalian baca di tabloid,
Jung Tae-Woo menyela. Kalian lihat sendiri, kami masih baik-baik saja.
Kedua gadis itu berpandangan, lalu mereka memandangi Sandy. Kini mata mereka
beralih ke Jung Tae-Woo. Jung Tae-Woo menampilkan senyumnya yang paling menawan dan berkata,
Baiklah, sekarang kalian pulang saja ya, sebelum orangtua kalian cemas. Hati-hati di
jalan. Sandy agak kaget ketika Jung Tae-Woo meraih pakaian-pakaian yang sedang
dijinjingnya. Sini, biar kumasukkan bawaanmu ke mobil, kata Jung Tae-Woo.
Sandy membiarkan Jung Tae-Woo menuntunnya ke mobil. Jung Tae-Woo membuka
pintu mobil untuk Sandy, lalu langsung berjalan memutar ke sisi pengemudi.
Sebelum masuk ke mobil, Jung Tae-Woo sempat melambai kepada kedua
penggemarnya itu sambil berkata, Sampai ketemu. Jangan keluyuran lagi. Langsung
pulang ke rumah, mengerti"
Ya, jawab kedua gadis itu serentak.
Sandy juga ikut tersenyum kepada mereka, lalu masuk ke mobil. Memangnya apa
lagi yang bisa dilakukannya"
Ketika mobil sudah mulai melaju, Jung Tae-Woo mengembuskan napas lega.
Untunglah kau datang, katanya sambil menoleh ke arah Sandy. Aku sudah
kehabisan akal tadi. Mereka memaksa mau ke rumahku. Masa tadi mereka sampai
mencegatku di tengah jalan.
Sikap Jung Tae-Woo kelihatan biasa-biasa saja. Ia berbicara seakan-akan waktu
hampir sebulan tanpa berhubungan tidak pernah ada di antara mereka. Ternyata
kekhawatiran yang menguasai Sandy sejak tadi tidak beralasan. Jung Tae-Woo masih
seperti dulu. Sandy memerhatikan Jung Tae-Woo yang memegang kemudi dan menatap lurus ke
jalan. Jung Tae-Woo sudah melepas
kan kacamata hitamnya, tapi ia masih memakai
topi. Sandy bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya Jung Tae-Woo baru pulang dari
mana. Ia mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung sampai ke siku dan
celana jins yang agak longgar. Apakah baru dari acara pemotretan" Pandangan Sandy
133 kembali beralih ke wajah Jung Tae-Woo. Sepertinya sudah lama sekali ia tidak melihat
laki-laki itu. Sekarang Jung Tae-Woo ada di sampingnya. Ia bisa melihatnya, bisa
mendengar suaranya. Entah kenapa, mendadak Sandy merasa lega. Saking leganya
sampai dadanya terasa sesak dan matanya terasa panas.
Kenapa diam saja" tanya Jung Tae-Woo tiba-tiba.
Sandy tersentak dan menyadari Jung Tae-Woo sedang menatapnya heran.
Tidak apa-apa, sahutnya sambil berpaling, memandang lurus ke depan. Kenapa
kau tidak mengundang mereka ke rumahmu saja" Biar mereka puas. Bukankah kau
sangat memerhatikan penggemarmu"
Yang benar saja. Kalau mereka kuizinkan masuk, bagaimana kalau lain kali mereka
datang berbondong-bondong dan semua mau masuk" kata Jung Tae-Woo sambil
tertawa. Sandy ikut tersenyum, tapi kemudian ia teringat sesuatu. Pikiran ini membuatnya
mengerutkan kening. Tadi sepertinya salah satu gadis itu memegang ponsel, tepat
sebelum aku masuk ke mobil. Gadis yang pirang.
Lalu kenapa" Apa yang aneh" tanya Jung Tae-Woo tidak mengerti.
Sandy memiringkan kepala. Tidak ada. Mungkin... mungkin hanya perasaanku.
Beberapa saat kemudian Jung Tae-Woo menghentikan mobil di depan rumahnya.
Sandy mencondongkan tubuh ke depan dan memandangi rumah itu lewat kaca
depan mobil. Sudah lama ia tidak melihat rumah ini dan tiba-tiba ia merasa rindu.
Aneh sekali. Ayo, turunlah, kata Jung Tae-Woo sambil melepaskan sabuk pengaman.
Mm" Jung Tae-Woo memandangnya. Bukankah kau ke sini untuk menemuiku"
Sandy tersadar. Oh, ya. Benar. Ia segera membuka sabuk pengaman dan keluar
dari mobil. Jung Tae-Woo sudah mengeluarkan pakaian-pakaian dari kursi belakang mobil.
Sandy mengikuti Jung Tae-Woo masuk ke rumah. Rumah itu sama seperti terakhir
kali ia tinggalkan. Tentu saja, pikirnya dalam hati. Memangnya sudah berapa tahun
aku tidak melihat rumah ini"
Ayo, masuk, kata Jung Tae-Woo sambil meletakkan pakaian-pakaian dari Mister
Kim di meja ruang duduk. Kenapa malu-malu begitu" Kau kan juga sudah pernah
tinggal di sini. Sandy mendengus, membuka sepatu, dan memakai sandal rumah yang sudah
tersedia. Kemudian ia menghampiri laki-laki itu.
Nah, kenapa kau datang ke sini" tanya Jung Tae-Woo. Ia berjalan ke dapur. Mau
minum apa" 134 Itu. Sandy menunjuk pakaian-pakaian di meja ruang duduk. Mister Kim
memintaku membawakannya untukmu.
Jung Tae-Woo hanya memandang tumpukan pakaian itu sekilas lalu membuka
lemari es. Oh, kenapa repot-repot" Bukankah sudah kukatakan padanya aku akan ke
butiknya besok. Oh ya" Lalu kenapa Mister Kim menyuruhnya ke sini" Sandy heran.
Sebenarnya sejak pertama kali disuruh membawakan pakaian untuk Jung Tae-Woo,
ia sudah heran. Kenapa Mister Kim menyuruhnya membawakan pakaian untuk Jung
Tae-Woo" Biasanya tugas Sandy bukan itu. Tugas Sandy sebelumnya adalah semacam
asisten pribadi Mister Kim, bukan kurir.
Mau minum apa" Tidak usah. Ya sudah, minum jus saja. Ini.
Sandy menerima sebotol jus apel yang disodorkan Jung Tae-Woo.
Jadi hanya itu" tanya Jung Tae-Woo lagi.
Mm" Kau kemari hanya untuk itu"
Oh, gumam Sandy, lalu bertanya, apa kabarmu" Baik-baik saja"
Jung Tae-Woo meneguk air dan mengangguk. Baik-baik saja.
Sibuk sekali" tanya Sandy hati-hati.
Jung Tae-Woo berpikir sebentar. Tidak juga, jawabnya.
Sandy menarik napas dan mengangguk-angguk. Tidak sibuk. Tidak sibuk katanya.
Kenapa" Jung Tae-Woo menundukkan kepala sedikit untuk melihat wajah Sandy.
Mm" Lalu sebagai jawaban, Sandy hanya tersenyum dan menggeleng.
Jung Tae-Woo tersenyum. Rindu padaku"
Mata Sandy membesar. Apa katanya"
Senyum Jung Tae-Woo melebar. Rindu padaku, kan" Aku benar, kan"
Sandy mendengus pelan dan tertawa kecil. Tidak.
Jung Tae-Woo memasang wajah kecewa. Tidak"
Tidak, kata Sandy sekali lagi.
Wah, berarti usahaku sia-sia, kata Jung T
ae-Woo sambil berjalan ke arah piano
putihnya. Usaha apa" tanya Sandy.
Jung Tae-Woo duduk menghadap pianonya. Tidak apa-apa. Lupakan saja.
Sandy menghampirinya. Sudah lama tidak mendengarmu main piano, kata Sandy
sambil berdiri bertopang dagu di piano Jung Tae-Woo. Mainkan satu lagu.
Jung Tae-Woo berpikir-pikir sejenak. Aku akan main dengan satu syarat.
135 Sandy mengangkat dagu, menantangnya. Syarat apa"
Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku, kau mau memberitahuku" tanya Jung
Tae-Woo. Sandy mengerutkan kening karena merasa lucu. Syarat apa itu"
Setuju atau tidak" tanya Jung Tae-Woo sambil memosisikan sepuluh jarinya di
atas tuts-tuts piano. Ia menatap Sandy lurus-lurus, menunggu jawaban.
Kenapa aku harus memberitahumu" tanya Sandy lagi.
Supaya aku bisa langsung berlari menemuimu, jawab Jung Tae-Woo ringan.
Sandy tertegun. Ia merasa jantungnya berdebar dua kali lebih cepat. Apakah laki-laki itu sungguh-sungguh" Apa maksudnya"
Akhirnya Sandy berdeham dan berkata, Baiklah, aku akan memberitahumu kalau
suatu saat nanti aku rindu padamu. Tapi kau tidak perlu berlari menemuiku, nanti kau
capek. Jung Tae-Woo tertawa. Tiba-tiba ia berseru pelan, Ah, ada satu hal lagi sebelum
aku main! Apa" Ia menatap Sandy. Artikel itu, katanya ragu-ragu. Artikel tentang
perselingkuhanmu" itu... bukan aku yang mengatakannya.
Oh... Aku hanya ingin kau tahu, kata Jung Tae-Woo lagi. Jad kau tidak usah
mencemaskan masalah itu lagi. Serahkan saja padaku.
Dalam hati, Sandy sudah tahu bukan Jung Tae-woo yang menyebarkan gosip
tersebut. Maka tanpa ragu ia pun langsung mengangguk.
Tapi, apakah kau memang... maksudku, apakah sekarang kau memang dekat
dengan seseorang" Kau sendiri yang bilang gosip-gosip seperti itu tidak bisa dipercaya. Kenapa
bertanya seperti itu" tanya Sandy kesal.
Aku memang tidak percaya. Makanya aku bertanya langsung padamu, kata Jung
Tae-Woo membela diri. Aku ingin tahu jawabannya darimu.
Sandy meringis. Tidak, semua yang ditulis di artikel itu tidak benar.
Jung Tae-Woo mengangguk. Oke, aku percaya padamu. Ah, satu hal lagi.
Sandy menghela napas. Apa lagi" Kau sebenarnya mau main atau tidak"
Kalau suatu saat nanti aku rindu padamu, bolehkah kukatakan padamu"
Pertanyaan itu membuat hati Sandy berdebar-debar lagi.
Boleh..., sahut Sandy, berusaha agar suaranya tidak terdengar gugup. Terserah
kau saja. Aku rindu padamu. 136 Kali ini Sandy merasa jantungnya berhenti berdegup. Ia hanya bisa menatap laki-laki yang sedang tersenyum itu. Ia tidak bisa mengucapkan apa pun, tidak bisa
memikirkan apa pun. Baiklah, kata Jung Tae-Woo akhirnya. Sekarang lagu apa yang harus
kumainkan" 137 Tiga Belas SANDY, setelah Mama pikir-pikir, sebaiknya kamu jangan terlibat dengan artis itu
lagi. Sandy memindahkan ponsel ke telinga kirinya. Mama, Sandy kan sudah bilang
bahwa hubungan Sandy dengan dia nggak seperti yang Mama kira.
Di ujung sana, ibunya menghela napas berat dan berkata, Mama ngagk peduli
kalian punya hubungan yang seperti apa, tapi yang penting, jangan bergaul dengan
artis itu. Atau artis mana pun.
Giliran Sandy yang menarik napas panjang.
Awalnya Mama pikir kamu bisa menyelesaikannya, tapi sepertinya nggak begitu,
kata ibunya lagi. Suaranya terdengar sedih. Kenapa kamu harus terlibat dengan dia"
Memangnya kamu sudah lupa tentang Lisa"
Sandy terdiam. Ia merasa tidak perlu diingatkan pada masalah itu. Ia belum lupa.
Tidak pernah lupa. Bagaimana bisa lupa" Sejak pertama kali bertemu Jung Tae-Woo
sampai sekarang, setiap kali melihat Jung Tae-Woo, ia selalu teringat pada Lisa, selalu
bertanya pada dirinya sendiri apakah keputusannya benar. Kini ia merasa ada yang
salah pada keputusannya. Seharusnya ia memang tidak terlibat dengan Jung Tae-Woo,
karena sekarang ini hatinya kacau, pikirannya kacau. Ia tidak bisa tenang karena belum
sepenuhnya jujur pada laki-laki itu.
Jangan katakan masalah kali ini berbeda dengan masalah Lisa, kata ibunya lagi.
Karena walaupun berbeda, Mama nggak peduli. Tolong jangan terlibat dengan dia
lagi. Jung Tae-Woo orang yang baik, Ma, kata Sandy
. 138 Mama nggak tahu apakah dia orang yang baik atau jahat, sela ibunya cepat.
Yang Mama tahu, kematian kakakmu ada hubungannya dengan dia. Jadi jauhi dia,
Sandy. Jauhi dia. Sandy tersentak. Kenapa Mama bicara seperti itu" Mama bicara seakan-akan Jung


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tae-Woo sendiri yang menyebabkan kematian Lisa.
Bukan itu yang Mama katakan! kata ibunya keras. Mama hanya berpikir, kalau
saja waktu itu Lisa nggak ke Korea, kalau saja dia nggak ikut acara itu, sekarang dia
pasti masih hidup. Pada dasarnya ibunya bukan orang yang berpikiran sempit, Sandy tahu itu. Ibunya
bukan orang yang suka berandai-andai. Sebenarnya bukan ini yang Sandy harapkan
ketika ia memutuskan membantu Jung Tae-Woo. Saat itu tujuannya hanya untuk
mengenal Jung Tae-Woo, mengenalnya lebih baik. Hanya sebentar dan sebatas itu. Ia
tidak punya maksud apa pun. Bagaimana ia bisa tahu masalahnya bisa berubah jadi
seperti ini" Bagaimana ia bisa tahu bahkan perasaannya bisa berubah jadi seperti ini"
Setelah menutup telepon, Sandy bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela.
Ia menyingkap tirai dan memandang ke luar jendela. Hujan. Sudah berapa lama" Ia
tidak menyadarinya. Sandy menarik napas, lalu mengembuskannya pelan. Ia memegang pipinya yang
terasa hangat. Benar, kakak perempuannya, Lisa, sudah meninggal. Lisa dulu
penggemar Jung Tae-Woo. Lisa penggemar Jung Tae-Woo yang meninggal pada acara
jumpa penggemar empat tahun lalu. Siapa yang bisa menduga Lisa akan meninggal
hanya karena menghadiri acara jumpa penggemar" Sandy masih ingat ketika Lisa
meneleponnya empat tahun yang lalu.
Sandy! seru kakaknya gembira. Acaranya baru selesai nih! Akhirnya aku ketemu Jung Tae-Woo! Aku melihat dia! Aku bahkan bicara dengan dia! Oh ya, aku berhasil mendapatkan tanda
tangannya. Dapat dua. Satu buat kamu. Dan aku juga mendapat bros dari dia! Tadi dia
membagikan sepuluh bros kepada penggemar-penggemarnya. Salah satunya aku! Beruntung
banget, kan" Sandy hanya mendengus dan tertawa. Aduh, senangnya. Pasti Onni satu-satunya orang
Indonesia di sana. Onni sempat bicara sama dia" Pakai bahasa apa" Memangnya Onni bisa
bahasa Korea" Jangan anggap enteng Onni-mu ini ya, kata kakaknya sambil tertawa. Aku bisa bahasa
Inggris sedikit-sedikit. Bahasa Korea" Setidaknya aku bisa bilang Sarang haeyo*, Tae-Woo
Oppa". Itu yang paling penting.
Sandy tersenyum mendengar tawa kakaknya di ujung sana.
Kenapa sih kamu nggak mau ikutan" Rugi lho, kata Lisa lagi.
139 Sandy meringis. Ih, Onni kan tahu aku bukan penggemar Jung Tae-Woo. Untuk apa
berdesak-desakan demi melihat seseorang yang tidak aku suka" Memangnya seperti Onni yang
demi melihat Jung Tae-Woo saja harus naik pesawat ke sini.
Cinta perlu pengorbanan, kata Lisa puitis, lalu tertawa lepas.
Sandy juga ikut tertawa. Ya sudah, sekarang aku lagi nunggu dia keluar, kata Lisa. Wah, mulai hujan nih. Oh,
nah, nah, nah... itu dia udah keluar. Udah dulu ya. Sebentar lagi aku pasti pulang. Jangan
makan dulu. Tunggu aku. Annyeong!**
Itu terakhir kalinya Sandy mendengar suara Lisa. Lisa tidak pulang makan. Sandy
menunggunya pulang untuk makan, tapi dia tidak pulang. Setelah menunggu lama, telepon
berbunyi dan Sandy nyaris lumpuh mendengar berita itu. Ia tidak ingat apa yang dilakukannya
kemudian. Semuanya menjadi kabur. Kalau tidak salah, ia langsung menelepon orangtuanya di
Jakarta, lalu berlari ke rumah sakit. Lisa tidak membuka mata ketika Sandy tiba di rumah sakit.
Kakaknya tidak membuka mata saat Mama dan Ayah tiba di rumah sakit. Ia bahkan tidak
membuka mata ketika Mama memanggil namanya. Lisa tidak pernah membuka matanya lagi.
Sandy tersadar dari lamunan dan menyadari pipinya basah karena air mata. Ia
menghapusnya dengan telapak tangan, namun air mata tidak mau berhenti mengalir.
Sekarang harus bagaimana" Jung Tae-Woo... haruskah ia memberitahu laki-laki itu"
Tiba-tiba ponselnya berdering. Sandy tersentak. Ia memandang ponselnya yang
tergeletak di tempat tidur. Ia menghapus air mata dan meraih ponsel itu. Ia melihat
layar ponsel yang menyala. JTW. Jung Tae-Woo.
Halo" Sandy" Terdengar suara Jung Tae-Woo. Sudah makan"
Tanpa sadar Sandy tersenyum. Kau menelepon cuma untuk menanyakan itu"
Memangnya tidak boleh" balas Jung Tae-Woo. Sudah makan, belum"
Tentu saja sudah. Sekarang sudah lewat jam makan malam, sahut Sandy. Kau
belum makan" Belum. Aku baru selesai syuting untuk acara televisi, jawab Jung Tae-Woo, lalu
terdengar suara bersin. Kau kenapa" Flu" tanya Sandy.
Tidak. Hanya saja cuaca agak dingin hari ini, ujar Jung Tae-Woo.
Sandy mendengar sepertinya Jung Tae-Woo sedang membersihkan hidungnya.
* Aku cinta padamu ** Sampai nanti. 140 Sekarang sedang hujan. Jangan berkeliaran ke mana-mana. Pakai baju yang tebal
sedikit, kata Jung Tae-Woo menasihati.
Memangnya kau ibuku" balas Sandy sambil tertawa kecil.
Hanya berusaha menunjukkan sedikit perhatian. Sudahlah. Tidak apa-apa. Aku
akan pergi makan dengan Hyun-Shik Hyong.
Jung Tae-Woo ssi. Ah, apakah dia barusan memanggil Jung Tae-Woo"
Apa" Sandy tidak tahu apa yang ingin dikatakannya. Tadi ia hanya ingin mendengar
suara Jung Tae-Woo. Kau tidak apa-apa, kan" tanya Jung Tae-Woo dengan nada khawatir.
Sandy menggeleng, tapi setelah menyadari Jung Tae-Woo tidak bisa melihatnya, ia
berkata, Tidak, aku tidak apa-apa.
Lalu ada yang mau kaukatakan"
Sandy tidak menjawab. Wah, jangan-jangan kau rindu padaku" gurau Jung Tae-Woo.
Mm. Apa" Kau bilang apa"
Sandy ragu-ragu sejenak, lalu menetapkan hatinya. Mm, aku memang rindu
padamu. Oke, itu artinya aku harus berlari menemuimu sekarang, kata Jung Tae-Woo.
Sandy tertawa. Itu tidak perlu.
Kau ada di rumah, kan" Tunggu di situ. Aku akan segera ke sana.
Jung Tae-Woo ssi, tidak usah. Lagi pula sedang hujan Jung Tae-Woo ssi" Halo"
Jung Tae-Woo ssi. Astaga. Sandy menatap ponselnya heran. Ada apa dengan laki-laki
itu" Apakah dia serius"
Tae-Woo hampir tidak bisa memercayai telinganya sendiri. Sandy rindu padanya. Ia
segera bangkit dari tempat duduk dan mengumpulkan barang-barangnya.
Tae-Woo, kau mau makan di mana" tanya manajernya yang baru masuk ke ruang
rias. Mau makan bersama hei, kau mau ke mana"
Tae-Woo memandang Park Hyun-Shik sekilas dan berkata, Maaf, Hyong. Aku
harus menemui Sandy sekarang.
Oh" Kenapa buru-buru seperti itu" tanya manajernya lagi. Apa yang terjadi"
Sandy kenapa" 141 Tae-Woo yang sudah berjalan mencapai pintu berbalik dan menatap manajernya. Ia
tersenyum melihat manajernya kebingungan.
Dia rindu padaku, kata Tae-Woo, lalu keluar meninggalkan Park Hyun-Shik yang
masih terlihat bingung. Sandy mendengar bel pintu berbunyi. Begitu cepat sudah sampai" Ia bangkit dan
berjalan ke pintu. Ketika ia membuka pintu, Jung Tae-Woo sudah berdiri di sana sambil
tersenyum lebar. Bukankah sudah kubilang kau tidak perlu datang kemari, kata Sandy. Kau
kehujanan Sandy tercengang ketika Jung Tae-Woo tiba-tiba memeluknya. Napasnya tercekat
dan untuk sesaat ASndy lupa bagaimana cara bernapas kembali.
Jung Tae-Woo ssi, kau kenapa" tanyanya lirih.
Jung Tae-Woo masih tetap memeluknya. Padahal kita baru bertemu kemarin,
kenapa rasanya seolah sudah lama sekali aku tidak melihatmu" gumam laki-laki itu.
Sandy cuma tertawa kecil. Bukankah kau tadi bilang kau belum makan"
Tiba-tiba Jung Tae-Woo melepaskan pelukannya dan memegang bahu Sandy
dengan kedua tangannya. Benar juag. Ayo, temani aku makan di luar.
Sebentar. Sandy menahannya. Apakah ia harus memberitahu Jung Tae-Woo
tentang Lisa" Ada apa" tanya Jung Tae-Woo.
Memang sebaiknya dikatakan. Tapi bagaimana caranya" Apakah harus sekarang"
Tidak, ia harus berpikir dulu. Ia harus memikirkan kata-katanya. Ia akan memberitahu
Jung Tae-Woo, tapi tidak sekarang.
Tidak apa-apa, jawab Sandy akhirnya. Baik, kutemani kau makan di luar.
Samar-samar Sandy mendengar bunyi sirene, seperti sirene ambulans atau mobil polisi.
Bukan, bukan bunyi sirene. Itu bunyi bel pintunya. Sandy membalikkan tubuh dan
berusaha membuka mata. Ia melirik jam kecil di samping tempat tidurnya. Siapa yang
datang sepagi ini" Sandy memaksa dirinya bangkit dari tempat tidur dan dalam keadaan setengah
sadar, ia berjalan terhuyung-huyung ke pintu dan membukanya.
Oh, Young-Mi" katanya setelah melihat siapa yang berdiri di depan pintu. Ia
mundur selangkah agar temannya bisa masuk.
142 Tanpa berkata apa-apa, Young-Mi menerobos masuk. Sandy agak heran melihat
sikap temannya. Ia menutup pintu kembali dan masuk menyusul temannya.
Young-Mi berdiri tegak di tengah-tengah ruangan. Wajahnya serius sekali.
Young-Mi, ada apa" tanya Sandy hati-hati.
Young-Mi membuka tas dan mengeluarkan beberapa lembar kertas. Ia memutar
tubuhnya menghadap Sandy.
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, kata Young-Mi. Ia menyodorkan
kertas-kertas itu kepada Sandy. Tolong jelaskan apa maksud semua ini.
Sandy mengerutkan kening dan menerima kertas-kertas itu dari tangan Young-Mi.
Begitu membaca kertas pertama, tubuhnya menjadi kaku.
Aku mendapat artikel itu dari internet dan aku mencetaknya, kata Young-Mi.
Sandy meletakkan tangan di dahinya. Kalimat-kalimat artikel itu berputar-putar
dalam benaknya, membuat kepalanya berdenyut-denyut.
...Siapa sebenarnya Han Soon-Hee" Kekasih Jung Tae-Woo atau seseorang yang ingin
membalas dendam" ... Han Soon-Hee adalah adik penggemar Jung Tae-Woo yang meninggal
dunia saat jumpa penggemar empat tahun lalu... Apa maksudnya mendekati Jung Tae-Woo" ...
Membalas dendam atas kematian sang kakak... Jung Tae-Woo sudah tahu" Atau tidak... Sekadar
menebus dosa" ... Rasa kasihan...
Ada juga foto dirinya. Jelas sekali. Foto ini... Sandy ingat, pasti diambil ketika ia
bertemu dua gadis penggemar Jung Tae-Woo di tengah jalan. Saat itu ia merasa mereka
memegang ponsel. Ternyata mereka memang sedang memotretnya saat itu. Mereka
memotretnya dan mencari tahu tentang dirinya.
Soon-Hee, apa artinya itu" tanya Young-Mi.
Sandy menggeleng. Dari mana mereka tahu semua ini"
Young-Mi mencengkeram bahu Sandy dan mengguncangnya. Maksudmu semua
ini benar" Sandy menatap Young-Mi dengan pandangan bingung. Ya... Tidak... Ya... bukan,
tidak. Demi Tuhan, jawab yang benar! seru Young-Mi.
Sandy terduduk di lantai. Tangannya masih memegang kertas-kertas itu.
Young-Mi menarik napas dan ikut duduk di lantai. Baiklah, katanya pelan. Aku
akan bertanya dan kau menjawab.
Sandy hanya menatap temannya, lalu menatap kertas-kertas di tangannya.
Benarkah kau punya kakak" tanya Young-Mi.
Sandy mengangguk. Kakakmu penggemar Jung Tae-Woo yang meninggal dunia itu"
Sandy mengangguk lagi dan mendengar napas Young-Mi tercekat.
143 Kenapa selama ini kau tidak pernah menceritakannya padaku" Selama ini aku
berpikir kau anak tunggal.
Tapi, Young-Mi, yang tertulis di artikel ini... tentang balas dendam... itu tidak
benar. Aku tidak punya maksud seperti itu. Kau harus percaya padaku, kata Sandy
panik. Tentu saja aku percaya padamu, kata Young-Mi. Sekarang masalahnya bukan
itu. Para penggemar Jung Tae-Woo sangat marah, kau tahu" Di setiap website Jung Tae-Woo ada artikel-artikel semacam ini, juga komentar-komentar yang tidak enak. Ini bisa
jadi skandal besar, Soon-Hee. Dan kau sekarang sudah bukan orang asing lagi.
Wajahmu sudah terpampang di internet. Sebentar lagi juga akan terpampang di
tabloid-tabloid. Kau akan dikejar-kejar wartawan, Soon-Hee.
Sandy merasa kepalanya berputar. Apa yang sudah dilakukannya"
Jung Tae-Woo sudah tahu tentang kakakmu"
Sandy tertegun. Jung Tae-Woo. Laki-laki itu tidak tahu apa-apa. Ia belum sempat...
Sandy bergegas bangkit dan meraih ponselnya.
Jung Tae-Woo belum tahu"
Sandy mendengar Young-Mi bertanya, tapi ia tidak menjawab. Ia menekan tombol
ponselnya dengan tangan gemetar, lalu menempelkannya di telinga. Tidak aktif. Ponsel
Jung Tae-Woo tidak diaktifkan. Sandy mencoba nomor telepon rumahnya. Tidak
diangkat juga. Ia menutup ponselnya dengan gerakan lambat. Kepalanya terasa berat. Bagaimana
sekarang" Ia menarik napas panjang, lalu berjalan cepat ke arah lemari pakaiannya.
Soon-Hee, kau mau ke mana" tanya Young-Mi.
Aku harus bertemu dengannya, kata Sandy sambil menarik jaketnya dari dalam
lemari. Tae-Woo duduk di depan komputernya dengan kepala tertunduk. Pagi ini ia terbangun
dengan perasaan bahagia. Saat itu entah kenapa ia merasa tidak nyaman dengan
perasaan seperti itu, se akan-akan perasaan bahagia tersebut tidak akan bertahan lama.
Ternyata memang terbukti. Pagi-pagi sekali Park Hyun-Shik sudah menelepon,
menyuruhnya membuka komputer, dan masuk ke sebuah website.
Tae-Woo membaca artikel-artikel yang tertera di website itu. Apakah itu benar"
Penggemarnya yang meninggal dunia empat tahun lalu itu kakak Sandy" Saat ini ia
baru menyadari hal-hal kecil yang dulu membuatnya heran, tapi saat itu ia tidak benar-benar memperhatikannya.
144 Tae-Woo ingat, saat itu mereka sedang makan daging panggang di rumah Hyun
Shik Hyong. Hyun-Shik Hyong memberitahu gadis itu tentang jumpa penggemar Tae-Woo. Sandy kelihatan kaget lalu terbatuk-batuk, lalu ia bertanya, Jumpa penggemar"
Seperti yang dulu" Kemudian ketika ia meminta bantuan Sandy memilihkan hadiah untuk
penggemarnya, gadis itu mengusulkan bros. Ketika Tae-Woo mengatakan ia sudah
pernah memberikan bros untuk penggemarnya, gadis itu berujar, Aah, benar juga.
Sandy juga pernah bertanya padanya tentang kecelakaan empat tahun lalu itu. Saat
itu wajahnya agak pucat, Tae-Woo baru menyadarinya sekarang. Ia juga berkata,
Kurasa... kau tidak salah.
Tae-Woo juga teringat pada kata-kata manajernya dulu. Park Hyun-Shik pernah
berkomentar bahwa ia merasa aneh Sandy tidak meminta imbalan apa pun untuk
berfoto dengannya dan berpura-pura menjadi kekasihnya.
Tae-Woo mengusap wajah dengan kedua tangannya, matanya menatap layar
komputer. Apakah Sandy sungguh ada hubungannya dengan penggemarnya yang
meninggal itu" Apakah gadis itu ingin membalas dendam" Tidak, tidak mungkin.
Sandy sudah berkata kecelakaan itu bukan kesalahannya.
Tidak, ia tidak bisa duduk saja. Apa yang sedang ditunggunya" Ia harus menemui
Sandy. Ia harus bicara dengannya. Bicara apa" Ia tidak tahu. Ia tidak bisa berpikir. Yang
pasti, ia harus bertemu gadis itu.
Tepat pada saat Tae-Woo bangkit dari kursi, telepon rumahnya berdering. Ia
membiarkan mesin penjawab telepon yang menerimanya. Ia meraih kunci mobilnya
dan baru akan keluar dari pintu ketika terdengar suara manajernya di mesin penjawab
telepon. Tae-Woo, tolong angkat teleponnya. Aku tahu kau ada di sana. Tae-Woo!
Tae-Woo hanya bergeming menatap mesin penjawab telepon.
Mereka ingin bertemu denganmu. Kau harus datang kemari.
Tae-Woo tahu siapa mereka yang dimaksud Park Hyun-Shik. Para produser dan
agennya. Ia mengangkat gagang teleponnya dan berkata, Aku ingin bertemu dengannya
dulu. Setelah itu aku baru ke sana.
Seperti yang sudah diduganya, banyak wartawan sudah menunggu di depan
rumah. Ia bisa mendengar mereka berteriak-teriak memanggilnya dari depan pagar.
Tae-Woo langsung masuk ke mobil, membuka pagar rumah dengan remote control, dan
melesat pergi tanpa menghiraukan wartawan-wartawan itu. Ia tidak bisa memberi
komentar apa pun. Tidak sebelum ia bertemu Sandy.
145 Belum begitu jauh meninggalkan rumah, Tae-Woo melihat seorang gadis sedang
berlari ke arahnya. Sandy. Gadis itu sedang berlari menuju rumahnya.
Sandy berlari secepat mungkin. Ia berlari menyusuri jalan menuju rumah Jung Tae-Woo. Ia harus bertemu laki-laki itu. Ia harus menjelaskan semuanya. Sebentar lagi
sampai. Tiba-tiba ia melihat mobil merah melaju ke arahnya. Mobil Jung Tae-Woo. Ia
berhenti berlari, berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah. Pasti Jung Tae-Woo juga sudah melihatnya, karena mobil itu langsung berhenti tepat di sampingnya.
Sandy melihat jendela mobil diturunkan. Jung Tae-Woo menatapnya dari balik


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kacamata gelapnya. Sandy tidak mampu berkata apa-apa karena masih berusaha
mengatur napas. Masuklah, kata Jung Tae-Woo. Ada banyak wartawan di belakang.
Sandy menurut. Sepanjang perjalanan, mereka tidak berbicara. Jung Tae-Woo tetap menatap lurus ke
depan. Sandy ingin memulai percakapan, tapi tidak tahu harus memulai dari mana.
Dari sikap diam Jung Tae-Woo, Sandy yakin laki-laki itu sudah tahu tentang artikel di
internet itu. Apakah Jung Tae-Woo marah" Entahlah. Sandy melirik Jung Tae-Woo
dengan hati-hati. Sulit melihat ekspresinya dari balik kacamata gelap. Akhirnya Sandy
memilih diam dulu. Mobil Jung Tae-Woo terus melaju ke arah luar kota. Sandy
memperkirakan mereka sedang menuju pantai. Ternyata memang benar. Akhirnya Jung Tae-Woo menghenti-kan mobil di pinggir jalan yang sepi. Di sebelah kanan mereka terbentang laut luas. Di
sebelah kiri mereka terdapat beberapa rumah makan.
Sandy duduk tegang sementara Jung Tae-Woo mematikan mesin mobilnya. Dari
sudut matanya, ia melihat Jung Tae-Woo membuka kacamata gelapnya namun tetap
memakai topi. Laki-laki itu menarik napas panjang dan melepaskan sabuk pengaman.
Kemudian ia membuka pintu mobil dan keluar.
Keluarlah, katanya pada Sandy.
Sandy melepaskan sabuk pengaman perlahan-lahan. Otaknya terus menyusun kata-kata yang ingin diutarakannya pada Jung Tae-Woo. Ia keluar dari mobil dan mengham-piri Jung Tae-Woo yang berdiri dan setengah bersandar pada bagian depan mobil,
memandang laut. Sandy berdiri di sampingnya. Ia ingin membuka mulut, tapi tidak ada suara yang
keluar. Ia tidak suka melihat Jung Tae-Woo yang pendiam seperti ini.
Maaf, gumam Jung Tae-Woo.
Sandy menoleh ke arahnya. Apa yang dikatakannya tadi" Maaf"
146 Jung Tae-Woo masih tetap memandang ke laut. Ia mengembuskan napas. Maafkan
aku, katanya sekali lagi. Nada suaranya lemah, seakan-akan ia tidak bisa mengucap-kan kata-kata yang lain lagi. Maafkan aku.
Sandy mengerutkan kening karena heran. Minta maaf untuk apa" tanyanya.
Jung Tae-Woo menoleh ke arahnya, tersenyum samar. Mengenai kakakmu,
katanya. Maafkan aku. Hati Sandy terasa seolah diremas. Kenapa Jung Tae-Woo yang harus meminta
maaf" Justru ia sendiri yang ingin meminta maaf karena tidak menceritakan hal ini
sejak awal. Tidak, gumam Sandy. Untuk apa minta maaf" Kau tidak salah.
Jadi, artikel itu benar" tanya Jung Tae-Woo lagi.
Sandy tidak suka mendengar nada suara Jung Tae-Woo yang seperti itu. Laki-laki
itu kelihatan sedih, putus asa, kecewa.
Sandy menarik napas, lalu mengembuskannya perlahan. Benar, dulu aku punya
kakak perempuan. Benar, dia meninggal empat tahun lalu. Dan benar, dia meninggal
setelah menghadiri acara jumpa penggemar itu.
Kepala Jung Tae-Woo tertunduk. Mereka terdiam sejenak, lalu Jung Tae-Woo
bertanya pelan, Kukira kau anak tunggal.
Sandy menoleh ke arah Jung Tae-Woo, lalu kembali menatap laut. Kata-katanya
mengalir lancar. Sebelum ibuku menikah dengan ayahku, ibuku pernah menikah
dengan sesama orang Indonesia. Lisa anak hasil pernikahan ibuku dengan suami
pertamanya. Tapi ketika Lisa berusia dua tahun, ayahnya meninggal dunia. Dua tahun
kemudian, ibuku menikah dengan ayahku. Aku lahir. Ketika usiaku sepuluh tahun,
kami sekeluarga pindah ke Seoul. Lisa tidak ingin ikut, jadi ia tetap tinggal di Jakarta
bersama neneknya. Walaupun begitu, hubungan kami sangat baik. Ia sering datang ke
Seoul, tapi tidak pernah bisa berbahasa Korea.
Empat tahun yang lalu, ia datang ke Seoul untuk menghadiri jumpa
penggemarmu. Dia salah satu penggemar terbesarmu. Selalu membicarakan dirimu.
Kadang-kadang aku bosan mendengarnya. Aku tidak mengerti kenapa dia sangat
mengidolakan Jung Tae-Woo. Sebelum pergi ke acara itu, dia terus berusaha
mengajakku menemaninya ke acara jumpa penggemar itu, tapi aku tidak mau. Katanya
aku akan rugi karena tidak mengenal Jung Tae-Woo, tidak mendengar Jung Tae-Woo
menyanyi. Aku ingin kau mengerti aku tidak menyalahkanmu. Sandy menatap Jung Tae-Woo. Laki-laki itu juga sedang menatapnya. Karena itu aku tidak pernah punya
dendam terhadapmu. Mungkin awalnya kau sempat heran kenapa aku bersedia
membantumu, kenapa aku bersedia terlibat dalam urusanmu. Saat itu aku hanya ingin
147 mengenal dirimu, mengenalmu lebih baik. Aku ingin tahu kenapa kakakku sangat
menyukaimu. Aku berpikir, bila aku bisa memahami alasan kakakku menyukaimu, aku
akan merasa lebih memahaminya dan perasaanku akan membaik. Hanya itu.
Sandy memalingkan wajah. Seharusnya kuceritakan lebih awal. Maafkan aku.
Jung Tae-Woo memasukkan kedua tangan ke saku celana. Lalu, katanya, apakah
kau sudah bisa memahami kakakmu"
Sandy tersenyum samar. Jung Tae-Woo menanyakan pertanyaan yang tepat.
Apakah ia sudah bisa memahami Lisa" Apakah ia sudah menemukan jawaban kenapa
Lisa sangat menyukai Jung
Tae-Woo" Kurasa belum, jawabnya. Belum" Sandy menoleh memandang Jung Tae-Woo. Laki-laki itu juga sedang menatapnya
dengan raut wajah yang susah ditebak artinya.
Kurasa aku tidak akan pernah bisa memahaminya, Sandy melanjutkan, karena
menurutku apa yang kurasakan berbeda dengan apa yang Lisa rasakan.
Dahi Jung Tae-Woo berkerut tidak mengerti.
Sepertinya rasa suka yang dirasakan Lisa terhadapmu berbeda dengan rasa suka yang
kurasakan terhadapmu, kata Sandy dalam hati. Matanya menatap mata Jung Tae-Woo
lurus-lurus. Kerutan di dahi Jung Tae-Woo perlahan-lahan menghilang. Ketika baru akan
mengatakan sesuatu, ponselnya berbunyi. Ia mengeluarkan ponselnya dengan cepat.
Halo" ... Mm... Aku mengerti.
Jung Tae-Woo hanya mengucapkan kata-kata pendek itu, lalu menutup flap
ponselnya kembali. Dari Paman Park Hyun-Shik" tanya Sandy.
Jung Tae-Woo melihatnya sekilas, lalu mengangguk. Mm.
Kau disuruh menemuinya, bukan"
Jung Tae-Woo tidak menjawab.
Mungkin... Apakah menurutmu sebaiknya kita tidak saling bertemu dulu untuk
sementara" Maksudku, karena ada masalah seperti ini. Kurasa kita berdua juga perlu...
berpikir. Jung Tae-Woo mengembuskan napas keras-keras, tapi tidak berkata apa-apa.
Mereka berdua kembali terdiam beberapa saat. Masing-masing menikmati
keheningan yang hanya diselingi deburan ombak. Entah kenapa ada sepercik perasaan
damai ketika itu. Kalau boleh, Sandy ingin waktu berhenti saat itu juga. Ia ingin
menikmati kesunyian itu, perasaan damai itu, dan suara laut yang menenangkan
148 dengan Jung Tae-Woo di sampingnya. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Cepat atau
lambat mereka harus menghadapi kenyataan.
Sebaiknya kita kembali saja sekarang, kata Sandy akhirnya.
Sandy bergerak, berniat menjauhi mobil, ketika tiba-tiba ia merasa pergelangan
tangannya dicekal. Ia menoleh dan melihat Jung Tae-Woo sedang mencengkeram
pergelangan tangannya tanpa memandangnya. Mendadak saja ia merasa sulit
bernapas. Kau tidak usah khawatir, kata Jung Tae-Woo dengan nada rendah. Biar aku saja
yang menyelesaikan masalah ini. Setelah itu kita akan bicara lagi. Kau... kau mau
menunggu sampai saat itu"
Sandy mengangguk, lalu berkata sekali lag, Kita kembali saja sekarang...
149 Empat Belas SEJAK hari itu, Sandy mengalami hari-hari biasa. Walaupun juru bicara Jung Tae-Woo
sudah meluruskan gosip itu, tentu saja tidak semua pihak menerimanya sebagai
kenyataan. Masih saja ada penggemar Jung Tae-Woo yang mengatakan hal-hal yang
tidak menyenangkan dan menyebarkannya di internet. Sandy juga tidak bisa berjalan-jalan sendirian di tempat umum lagi. Sekarang banyak orang yang mengenalinya,
terlebih lagi remaja-remaja penggemar Jung Tae-Woo. Ada yang bersikap sopan, hanya
tersenyum ketika mengenalinya. Tapi ada juga yang kasar, menuduhnya memperalat
dan menghancurkan nama baik Jung Tae-Woo, bahkan ada yang menuduhnya
memanfaatkan kecelakaan kakaknya sendiri demi mendapatkan Jung Tae-Woo.
Sandy menyadari bahwa yang mengalami masa-masa sulit tidak hanya dirinya
sendiri, tapi juga Jung Tae-Woo. Laki-laki itu harus menghadapi mimpi buruknya
sekali lagi. Orang-orang kembali membicarakan kecelakaan empat tahun lalu yang
melibatkan dirinya dan yang mengakibatkan salah seorang penggemarnya meninggal
dunia. Sejak mereka kembali dari pantai itu, Sandy sama sekali belum berbicara dengan
Jung Tae-Woo. Sudah seminggu lebih. Berkali-kali Sandy ingin meneleponnya, tapi
kemudian membatalkan niatnya. Ia merasa sebaiknya tidak menghubungi laki-laki itu
untuk sementara ini, seperti yang mereka sepakati. Tapi bagaimana ini" Hatinya tidak
tenang. Miss Han. Sandy tersentak dan menoleh. Mister Kim sudah berdiri di sampingnya sambil
berkacak pinggang. Ya, Mister Kim" Ia bergegas bangkit dari kursinya.
150 Apa yang sedang kaupikirkan, Miss Han" Aku sudah memanggilmu ratusan kali,
kata Mister Kim. Wajahmu juga pucat seperti bulan.
Sandy menunduk. Aku minta maaf.
Karena Jung Tae-Woo"
Sandy mengangkat wajahnya dengan kaget. Oh, Mister Kim, itu
Mister Kim mengangkat sebelah tangan untuk menghentikan kata-kata Sandy.
Miss Han, aku tidak percaya pada go
sip-gosip yang beredar. Aku percaya padamu. Do
you understand that"
Sandy terdiam. Mister Kim berjalan kembali ke meja kerjanya dan duduk di kursinya yang besar.
Tapi kau memang menyukainya, kan"
Pertanyaan Mister Kim yang langsung dan tiba-tiba itu membuat Sandy tidak bisa
berkata apa-apa. Kau ingin bertemu dengannya"
Sandy masih diam. Ternyata Mister Kim mengartikan sikap diamnya sebagai jawaban ya . Kenapa
kau tidak menghubunginya"
Sandy tersenyum dan menggeleng.
Mister Kim menyandarkan kepala ke kursi. Benar juga, katanya. Dia pasti se-dang banyak urusan sekarang ini. Kalau semuanya sudah diselesaikan, aku yakin dia
pasti akan menghubungimu.
Sandy hanya mengangguk sedikit, lalu keluar dari studio Mister Kim. Ia berjalan ke
ruang penerimaan tamu yang saat itu sedang kosong. Ia duduk di sofa dan
memandang ke luar jendela kaca yang besar. Banyak mobil yang berlalu-lalang, tapi
Sandy tidak benar-benar memerhatikannya. Ia menatap ponsel yang ada dalam
genggamannya. Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku, maukah kau memberitahuku" ... Agar aku bisa
langsung berlari menemuimu.
Benarkah" Tidak, ia tidak akan mencobanya.
Tiba-tiba ponsel dalam genggamannya berbunyi. Ia menatap layar ponsel dan
jantungnya langsung berdebar dua kali lebih cepat. Jung Tae-Woo.
Sandy menempelkan ponselnya ke telinga. Ya" Kenapa suaranya terdengar serak"
Bagaimana kabarmu" Mata Sandy terasa panas begitu mendengar suara Jung Tae-Woo.
Baik-baik saja" suara Jung Tae-Woo terdengar lagi. Suaranya terdengar ceria,
ringan, dan santai. 151 Mm, jawab Sandy sambil mengerjapkan mata untuk menghalau air mata.
Bagaimana denganmu" Ingin bertemu denganmu. Sandy tidak berkata apa-apa.
Jung Tae-Woo mendesah panjang. Bagaimana ini" Sudah lama aku tidak
melihatmu, tidak mendengar suaramu, rasanya aneh sekali. Sepertinya semua yang
kulakukan tidak ada yang benar. Lalu aku berpikir, mungkin kalau aku meneleponmu
dan mendengar suaramu, aku akan merasa lebih baik. Sekarang setelah mendengar
suaramu, aku memang merasa lebih baik, tapi timbul masalah lain. Hening sejenak.
Aku jadi semakin ingin melihatmu.
Tanpa sadar Sandy tersenyum, namun pandangannya mulai kabur.
Apa aku boleh berpikir seperti itu"
Sandy mengerjapkan mata, tapi kali ini air matanya tidak bisa dihentikan.
Bisa membantuku" tanya Jung Tae-Woo lagi. Katakan Jung Tae-Woo, fighting!"
sekali saja. Sandy tertawa kecil dan menghapus air mata dengan telapak tangannya. Jung Tae-Woo, fighting! katanya.
Ia mendengar Jung Tae-Woo mendesah puas. Baiklah, aku akan mengikuti kata-katamu. Aku akan bertahan. Dan kau sendiri, Sandy, fighting!
Sandy menutup ponsel dengan perlahan. Ya, bertahanlah, Sandy.
Kau mau ke Jakarta" Sandy memandang Kang Young-Mi sambil tertawa kecil. Kenapa terkejut begitu"
Mereka berdua sedang mengobrol di kafe langganan ketika Sandy memberitahu
Young-Mi ia akan pulang ke Jakarta tiga hari lagi. Ternyata temannya kelihatan lebih
terkejut daripada yang disangkanya.
Young-Mi mengempaskan tubuh ke kursi dan mendesah. Kau sedang melarikan
diri" tuduhnya. Sandy menggeleng. Tidak. Melarikan diri dari apa"
Dari Jung Tae-Woo, jawab temannya langsung.
Astaga, kenapa aku harus melarikan diri dari dia"
Lalu kenapa tiba-tiba ingin pulang ke Jakarta"
Sandy ikut bersandar di kursi. Hanya ingin berganti suasana. Aku ingin mene-nangkan diri sebentar. Kau tahu sendiri di sini aku tidak akan bisa tenang. Tidak se-belum masalah itu beres. Lagi pula ibuku sudah marah-marah.
Young-Mi menatap Sandy dengan kening berkerut. Kenapa marah"
152 Tentu saja marah kalau kedua anak perempuannya mendadak jadi bahan pembica-raan tidak enak di tabloid-tabloid, di saat yang sama pula, jelas Sandy.
Tapi sebenarnya kau tidak menyalahkan Jung Tae-Woo atas kecelakaan kakakmu
itu, kan" tanya Young-Mi hati-hati.
Tidak, jawab Sandy. Ia menghela napas dan menegaskan sekali lagi, Tidak.
Lalu kenapa kau tidak menemuinya"
Karena kami perlu waktu untuk berpikir. Walaupun aku tidak menyalahkannya,
bagaimanapun pasti ada ganjalan di antara kami. Apalagi aku juga harus memikirkan
ibuku. Mereka berdua terdiam sejenak, sibuk dengan pikiran masing-masing. Kemudian
Young-Mi bertanya, Berapa lama kau akan tinggal di Jakarta"
Sandy mengangkat bahu. Mungkin cuma satu minggu. Mungkin lebih. Entahlah.
Yang pasti, aku akan kembali.
Kau sudah memberitahu Jung Tae-Woo soal ini"
Sandy menggeleng. Apakah perlu"
Kurasa itu pertanyaan bodoh.
Sandy memiringkan kepala. Aku tidak tahu bagaimana harus memberitahunya.
Jangan memintaku melakukannya, kata Young-Mi begitu melihat tatapan Sandy.
Kau harus mengatakannya sendiri.
Tae-Woo memeriksa penampilannya di depan cermin. Lima menit lagi ia harus tampil
di depan kamera. Hari ini ia akan tampil dalam acara bincang-bincang yang cukup
populer. Tentu saja gosip yang paling hangat tentang dirinya akan dikonfirmasi. Tidak
apa-apa. Ia sudah siap. Melalui cermin, ia melihat Park Hyun-Shik menghampiri dari
belakang. Manajernya menunjuk jam tangan. Tae-Woo mengangguk mengerti.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan
ponsel. Begitu membaca tulisan yang muncul di layar ponsel, ia tersenyum. Sudah
seminggu terakhir ini ia tidak menghubungi gadis itu. Kenapa Sandy tiba-tiba
meneleponnya" Halo" katanya begitu ponselnya ditempelkan di telinga.
Ini aku. Terdengar suara Sandy di ujung sana.
Tae-Woo tersenyum. Aku tahu.
Sandy hanya bergumam tidak jelas, lalu bertanya, Sedang apa"
Sebentar lagi on air, sahut Tae-Woo sambil melihat ke sekeliling. Ada apa"
Tidak apa-apa. Hanya ingin mendengar suaramu.
Begitu" kata Tae-Woo senang. Di mana kau sekarang"
153 Di bandara. Tae-Woo mengerutkan kening. Sepertinya ia salah dengar. Di mana"
Di bandara. Ia tidak salah dengar. Kenapa ada di bandara" Menjemput seseorang"
Aku akan pergi ke Jakarta. Aku meneleponmu untuk mengatakan itu.
Tunggu... Jakarta" Jakarta, Indonesia"
Sepertinya Tae-Woo tanpa sadar telah menyuarakan pikirannya, karena Sandy
menjawab, Ya, aku akan pergi ke Indonesia. Sudah cukup lama aku ingin bertemu
orangtuaku. Berapa lama kau akan di sana" tanya Tae-Woo. Tangannya mendadak terasa


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lemas. Sekitar seminggu, jawab Sandy cepat. Hanya untuk liburan.
Begitu. Oh, aku harus masuk sekarang. Jaga dirimu.
Tae-Woo masih dalam keadaan setengah sadar. Mm... Kau juga, gumamnya.
Walaupun Sandy sudah memutuskan hubungan, Tae-Woo masih memegangi
ponsel di telinganya. Gadis itu akan pergi. Tae-Woo mendadak merasa tidak bertenaga. Walaupun ia bisa
memahami kenapa Sandy ingin pergi ke Jakarta, kenapa Sandy merasa perlu
menjauhkan diri dari Korea untuk sementara, tetap saja ia tidak ingin gadis itu pergi.
Walaupun sangat ingin pergi ke bandara sekarang, ia tahu sudah tidak ada gunanya.
Sandy pasti sudah masuk ke pesawat. Itulah sebabnya kenapa gadis itu tidak
memberitahunya lebih awal. Sandy tahu Tae-Woo pasti akan mencegahnya kalau
memang bisa. Memikirkan gadis itu akan pergi membuat Tae-Woo cemas. Bagaimana
kalau Sandy tidak kembali" Tidak bertemu Sandy beberapa waktu ini saja sudah
membuat Tae-Woo agak panik, seperti orang yang kehilangan arah, apalagi sekarang.
Tae-Woo, ayo, sudah saatnya.
Tae-Woo menoleh ke manajernya. Ia mengangkat sebelah tangan untuk memberi
tanda. Lalu ia mematut dirinya sekali lagi di cermin. Jung Tae-Woo, fighting!
154 Lima Belas HEI, lagi dengerin lagu apa nih"
Sandy menoleh ke arah suara yang bernada ceria dan penuh semangat itu. Tara,
saudara sepupunya yang sebaya dengannya, masuk ke kamarnya dan langsung
merebahkan diri di tempat tidur. Sebelum Sandy menjawab, Tara sudah meraih kotak
CD yang sedang dipegang Sandy.
Cakep amat nih cowok, komentarnya ketika melihat cover depan CD yang
gambarnya foto Jung Tae-Woo itu. Lho, San, kok ada tanda tangan segala" Ini beneran
tanda tangan penyanyi ini" Lo pernah ketemu"
Sandy tertawa dan merebut kotak CD itu kembali. Ya. Waktu itu aku pergi ke
acara jumpa penggemarnya.
Ia melihat Tara hanya meringis dan mengangkat bahu. Ada kalanya ia ingin seperti
sepupunya itu. Tara gadis yang periang, santai, dan berbakat dalam bahasa. Lihat saja,
walaupun menghabiskan hampir seluruh hidupnya
di Paris bersama ayahnya dan
hanya sesekali mengunjungi ibunya di Jakarta bila sedang liburan seperti sekarang,
bahasa Indonesia Tara tanpa cela. Bahkan ia sama sekali tidak kesulitan mengikuti
perkembangan bahasa gaul Indonesia. Tidak seperti Sandy yang bahasa Indonesia-nya
masih terdengar agak resmi.
Ada rencana apa hari ini" tanya Sandy. Kok pagi-pagi sudah ke sini"
Gue bosan di rumah, jawab sepupunya ringan. Ia duduk di tepi tempat tidur
Sandy dan merapikan ikal-ikal rambutnya. Ngomong-ngomong, lo kok tiba-tiba
nongol di Jakarta. Bikin kaget aja. Lagi patah ati"
Apa" Udah punya gebetan belon sih" Tara mengganti pertanyaannya.
155 Apa itu gebetan" Mata Tara melebar. Yee... lo ini orang Indonesia apa bukan" katanya sambil
tertawa kecil. Maksud gue tuh, lo udah punya cowok yang ditaksir belon" Udah
punya cowok belon" Gitu lho.
Senyum Sandy mengembang. Sudah, jawabnya sambil menunjuk gambar cover
depan CD Jung Tae-Woo. Ini dia.
Tara meringis. Iye, gue juga punya affair sama Brad Pitt, katanya cepat. Gimana
sih, ditanya baek-baek kok jawabnya gitu.
Sandy juga sudah memperkirakan Tara tidak akan percaya. Ia menatap wajah Jung
Tae-Woo di cover CD itu. Sudah satu minggu ia berada di Jakarta, dan selama satu
minggu itu ia tidak bisa melihat foto-foto dan artikel Jung Tae-Woo di tabloid dan di
televisi. Namun masih ada Young-Mi yang sering mengirimkan SMS untuk mencerita-kan kabar terbaru. Jung Tae-Woo juga kadang-kadang mengirim SMS untuk
mengabarkan keadaannya. Tara, bisa pinjam handphone-mu sebentar"
Pourquoi" Kenapa" tanya Tara sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas
tangannya. Pulsaku sudah habis. Aku mau kirim SMS ke temanku di Korea. Aku mau bilang
lusa aku akan balik ke Korea, Sandy menjelaskan.
Tara menggeleng-geleng sambil mendesah. Lo jangan ngomong pake bahasa yang
seresmi itu dong. Gue jadi merinding nih. Pake aku-kamu segala. Emang kita pacaran"
Sandy hanya tertawa. Tara membantunya mengirim SMS kepada Young-Mi dalam
bahasa Inggris karena ponsel Tara tidak memiliki fasilitas huruf hangeul dan karena
Sandy sendiri tidak begitu bisa bahasa Inggris. Menulis bahasa Korea tanpa hangeul
terasa terlalu aneh. Nih, udah kekirim, kata Tara, lalu ia bangkit dari tempat tidur Sandy. Sekarang
kita cabut yuk! Apa" Kamu mau ke mana"
Tara memandangi dirinya di cermin yang tergantung di dinding, berbalik ke kiri,
berbalik ke kanan, lalu mendekatkan wajah ke cermin, seakan-akan ingin memeriksa
apakah ada setitik debu di ujung hidungnya. Kita ke Bandung. Mau nggak" usul Tara
sambil menjauhkan wajahnya dari cermin. Gue lagi pengin jalan nih. Bukan cuma lo
yang patah ati. Gue juga lagi bete. Hari ini kita have fun aja. Ayo dong! Lelet amat sih
nih anak. Ganti baju sana!
* * * 156 Jadi kamu pasti kembali hari ini" tanya Young-Mi dengan ponsel yang ditempelkan
di telinga. Ia mengucapkan terima kasih kepada pelayan toko yang menyerahkan
barang belanjaannya dan kembali memusatkan perhatian pada Sandy yang sedang
berbicara di ujung sana. Mm, jawab Sandy. Suaranya kurang jelas karena sambungan internasional.
Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang. Dua jam lagi aku akan berangkat lagi
ke bandara. Pesawatku berangkat tengah malam, jadi menurut jadwal aku akan sampai
besok pagi. Young-Mi mendorong pintu kaca toko dan keluar. Oke. Aku akan menjemputmu
di bandara nanti. Tidak usah. Aku bisa naik taksi sendiri. Bukankah kau harus membantu ibumu"
Biasanya tidak ada pelanggan yang datang pada jam-jam segitu, bantah Young-Mi. Jung Tae-Woo sedang di Amerika Serikat, jadi tidak bisa pergi menjemputmu.
Aku tahu. Dia pulang hari ini juga, tapi mungkin sampai di Seoul agak malam
besok. Young-Mi meringis. Rupanya kau masih berhubungan dengan dia. Memangnya
ibumu tidak marah-marah"
Young-Mi mendengar temannya tertawa kecil di seberang sana, lalu Sandy berkata,
Tidak, sebenarnya ibuku tidak benar-benar marah. Ibuku hanya sedih karena teringat
lagi pada Lisa. Ibuku juga kesal karena kedua anak perempuannya menjadi bahan
pembicaraan di Korea. Tapi sekarang gosipnya sudah mereda, kan"
You ng-Mi mengangguk, walaupun ia tahu Sandy tidak bisa melihat anggukan
kepalanya. Ya, Jung Tae-Woo sudah menyelesaikannya. Entah bagaimana. Setidaknya
sekarang dia memang sibuk sekali.
Oh, begit AHH! Young-Mi berhenti berjalan. Ia mengerutkan kening. Halo" Halo" Soon-Hee"
Tidak ada jawaban. Sambungan telepon sudah terputus. Young-Mi menatap
ponselnya, lalu menelepon ponsel Sandy. Tidak bisa. Young-Mi mencoba sekali lagi.
Tetap tidak bisa. Awalnya Young-Mi tidak begitu merisaukan hubungan telepon yang terputus, tapi
ketika tidak bisa menemukan Sandy di bandara waktu ia menjemput keesokan harinya,
ia mulai cemas. Ia kembali berusaha menghubungi ponsel Sandy, tapi tetap tidak bisa
tersambung. Young-Mi kebingungan. Ia tidak tahu nomor telepon rumah Sandy di Jakarta. Ia
harus menghubungi siapa" Tiba-tiba ia teringat pada SMS yang diterimanya dari Sandy
dengan menggunakan ponsel saudara sepupunya. Young-Mi memeriksa ponselnya.
Semoga saja SMS dari nomor ponsel sepupu Sandy itu masih ada.
157 Ah, ternyata belum dihapus. Syukurlah.
Young-Mi cepat-cepat menghubungi nomor itu dan menunggu dengan tidak sabar.
Halo" Terdengar jawaban dari seberang sana. Suara perempuan. Saudara sepupu
Sandy atau bukan" Sepertinya memang benar.
Young-Mi berusaha menyusun kata-kata dalam bahasa Inggris secara kilat. Hello,
katanya ragu-ragu. Is this Soon-Hee"s cousin"
Yes, jawab perempuan itu. Suaranya terdengar aneh. This is Tara. Who"s
speaking" Untunglah sepupu Sandy bisa berbahasa Inggris dengan lancar. My name is Kang
Young-Mi. Soon-Hee"s friend from Korea, kata Young-Mi memperkenalkan diri. I need to
ask you something. Soon-Hee told me that she would arrive in Korea today,b ut I couldn"t find
her at the airport. She couldn"t make it"
Begitu mendengar jawaban sepupu Sandy, mata Young-Mi terbelalak. Apa"! I"m
sorry... what was that" Can you say that again, please"
Young-Mi merasa tubuhnya lemas seketika. Begitu memutuskan hubungan, ia
langsung menghubungi Jung Tae-Woo melalui ponsel Park Hyun-Shik karena ia tidak
punya nomor ponsel Jung Tae-Woo. Tidak tersambung. Mungkin Park Hyun-Shik dan
Jung Tae-Woo sedan berada dalam pesawat yang membawa mereka pulang ke Korea
dari Amerika Serikat. Young-Mi menutup flap ponselnya dengan keras. Ia mengacak-acak rambut dengan
perasaan putus asa. Ia harus segera memberitahu Jung Tae-Woo apa yang sudah terjadi
pada Sandy. Lelah sekali, gumam Park Hyun-Shik sambil masuk ke mobil yang sudah menunggu
mereka di pintu depan bandara.
Tae-Woo menyandarkan kepala ke kursi. Sandy seharusnya sudah kembali ke Korea
hari ini. Benarkah telah nyaris satu bulan berlalu sejak terakhir ia bertemu gadis itu"
Hari ini ia bakal bisa menemuinya. Tae-Woo merasa semangatnya pulih kembali begitu
berpikir ia bisa melihat Sandy.
Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri sejak kapan gadis itu menjadi salah satu
alasannya untuk menjalani hari-hari. Karena ingin melihat dan bersama gadis itu, maka
ia tetap bertahan, tetap bangun di pagi hari, tetap bernapas. Sekarang Tae-Woo bisa
memahami apa artinya bila seseorang ingin tetap bertahan hidup demi orang lain. Ia
sering menonton drama yang tokoh utamanya mengidap penyakit parah yang
mematikan, namun ingin tetap bertahan hidup demi orang yang dicintainya. Sebelum
ini, Tae-Woo tidak terlalu memahami perasaan seperti itu tapi sekarang, walaupun
158 tidak mengidap penyakit apa pun, ia ingin tetap hidup. Karena dalam hidup ini, ada
seseorang yang sangat berharga baginya. Karena dalam hidup ini, ia ingin selalu bisa
melihat dan bersama orang itu.
Aneh. Teman Sandy yang bernama Kang Young-Mi itu sudah meneleponku
belasan kali. Lamunan Tae-Woo dibuyarkan suara manajernya. Ia menoleh dan melihat Park
Hyun-Shik sedang mengerutkan kening menatap ponselnya.
Kang Young-Mi" tanya Tae-Woo.
Park Hyun-Shik mengangguk. Aku juga baru tahu setelah kuaktifkan ponselku
kembali. Tae-Woo ikut mengeluarkan ponsel dan mengaktifkannya.
Tiba-tiba ponsel Park Hyun-Shik berbunyi.
Dari Kang Young-Mi, kata Park Hyun-Shik dan segera menjawab teleponnya.
Tae-Woo memerhatikan manajernya berbicara denga
n teman Sandy itu. Kang Young-Mi ssi, bicaranya pelan-pelan saja. Aku tidak mengerti apa yang
kaukatakan, kata Park Hyun-Shik. Jung Tae-Woo" ... Ya, dia ada di sini... Mau bicara
dengannya" ... Oke, sebentar.
Tae-Woo mengerutkan dahi. Mendadak saja perasaannya tidak enak. Apa ada
hubungannya dengan Sandy"
Ia menerima ponsel dari Park Hyun-Shik. Ya"
Jung Tae-Woo ssi, aku ingin memberitahumu lebih awal, tapi ponsel Paman Park
Hyun-Shik tidak aktif dan aku tidak tahu nomor ponselmu. Tae-Woo mendengar
suara teman Sandy itu agak gugup dan kacau.
Aku dan Hyun-Shik Hyong memang baru turun dari pesawat, jadi ponsel kami
berdua tidak aktif tadi, Tae-Woo menjelaskan. Perasaannya semakin tidak enak. Ada
apa kau mencariku" Soon-Hee... Kenapa ia tiba-tiba merasa sulit bernapas"
Ada apa dengan Sandy" tanyanya. Tangannya mulai terasa dingin. Ia sendiri
mulai panik. Di mana dia"
Soon-Hee masih di Jakarta.
Dia tidak pulang hari ini" Kenapa"
Kang Young-Mi tidak bersuara sejenak. Tae-Woo baru akan memanggilnya ketika
gadis itu berbicara lagi. Dia mengalami kecelakaan.
Apa" Kali ini penjelasan Kang Young-Mi mengalir dengan lancar. Tadi aku sudah
menelepon saudara sepupunya yang ada di Jakarta karena ponsel Soon-Hee tidak bisa
159 dihubungi. Dia yang mengatakan padaku Soon-Hee mengalami kecelakaan lalu lintas.
Taksi yang ditumpanginya terlibat dalam tabrakan beruntun di jalan tol.
Tae-Woo merasa dadanya berat sekali, susah bernapas, darahnya seolah-olah
membeku begitu saja. Bagaimana keadaannya sekarang"
Belum sadar. Suara Kang Young-Mi mulai pecah. Sepertinya gadis itu mulai
menangis. Belum sadarkan diri... Ya Tuhan...
Tae-Woo berusaha keras untuk menarik napas. Di rumah sakit mana" ... Aku
mengerti... Terima kasih.
Sandy sedang terbaring tidak sadarkan diri...
Tae-Woo, ada apa" Sandy masuk rumah sakit"
Tae-Woo mendengar suara Park Hyun-Shik, tapi ia tidak punya tenaga untuk
menjawab. Pikirannya kalut.
Hei, Jung Tae-Woo! Aku harus ke sana, katanya cepat tanpa memandang manajernya. Aku harus ke
Jakarta. Tara memeluk rantang dengan sebelah tangan sementara tangannya yang lain mem-betulkan letak tali tasnya. Rantang berisi makanan itu akan diberikannya kepada
orangtua Sandy yang sudah menunggui Sandy semalaman di rumah sakit. Ibu tara
yang menyuruhnya membawakan makanan untuk mereka.
Ia melangkah memasuki pintu depan rumah sakit besar itu dan berjalan ke lift.
Siang ini ia tidak ada jadwal apa pun, sorenya juga tidak ada acara penting. Tara
berencana membujuk oom dan tantenya itu istirahat. Ia bisa menjaga Sandy bila oom
dan tantenya mau pulang sebentar. Tara merasa kasihan pada kedua orang itu.
Kemarin ibu Sandy banyak menangis dan ayah Sandy juga sempat menangis setelah
melihat anak perempuan terbaring di kamar rumah sakit dengan tubuh dan wajah
penuh luka. Ting! Tara tersentak mendengar denting bel yang menandakan terbukanya pintu lift. Ia
mengembuskan napas keras dan keluar dari lift. Ketika akan membelok menuju kamar
Sandy, ia menghentikan langkahnya. Di depan pintu kamar Sandy ia melihat dua laki-laki yang tidak dikenalnya sedang berdiri berhadapan dengan kedua orangtua Sandy.
Tara melihat oomnya merangkul tantenya yang sesekali menyeka air mata dengan sapu
tangan sambil mengangguk-angguk kecil.
160 Tara menyipitkan mata. Sepertinya ia pernah melihat salah satu dari kedua laki-laki
itu. Bukan yan berkacamata, tapi yang berdiri di samping temannya dengan kepala
tertunduk. Raut wajah laki-laki itu kelihatan kusut. Tunggu... bukankah laki-laki itu
sama dengan laki-laki yang fotonya ada di sampul depan CD yang pernah ditunjukkan
Sandy kepadanya" Tara memerhatikan lebih cermat lagi. Benar... memang orang itu.
Orang itu berarti... artis"
Kemudian Tara melihat orangtua Sandy berjalan mengikuti si laki-laki berkacamata.
Si artis menundukkan kepala kepada orangtua Sandy, tapi ia tidak ikut pergi. Ia tetap
berdiri di depan pintu kamar tempat Sandy dirawat.
Laki-laki itu memegang pegangan pintu kamar sejenak. Tidak bergerak. Lalu
dengan perlahan ia membuka pintu dan masuk.
Tae-Woo merasa tubuhnya lelah seka
li. Belum pernah ia merasa seperti ini. Seluruh
tenaganya seakan sudah terserap habis. Dadanya terasa begitu berat. Ia naik pesawat
pertama yang bisa didapatkannya ke Jakarta, lalu langsung ke rumah sakit tempat
Sandy dirawat. Semuanya berjalan seperti mimpi. Ketika ia bertemu kedua orangtua
Sandy untuk pertama kalinya, ketika ia berbicara pada mereka, meminta supaya ia
diizinkan melihat Sandy, ia masih merasa dalam keadaan setengah sadar.
Ia masuk ke kamar Sandy dan hatinya seakan diremas begitu kuat ketika melihat
gadis itu berbaring dengan mata terpejam. Tae-Woo menghampiri tempat tidur dan
memerhatikan wajah Sandy yang lebam. Kepalanya diperban, begitu juga siku dan
sebelah kakinya. Tae-Woo menarik kursi dan duduk di sisi tempat tidur. Ia tersenyum lemah.


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ini aku, bisiknya pelan.
Gadis itu tetap diam tidak bergerak.
Tae-Woo menjulurkan tangan dan menyentuh tangan Sandy. Sudah lama tidak
melihatmu. Kau tahu, aku hampir melupakan wajahmu. Kalau aku sampai lupa
bagaimana wajahmu, aku tidak bakal bisa melakukan apa pun lagi. Kau tahu kenapa"
Karena aku akan terlalu sibuk berusaha mengingat wajahmu sampai-sampai tidak
mampu memikirkan masalah lain. Gawat, kan"
Ia membelai pipi Sandy dengan ujung jemarinya. Sekarang setelah melihatmu, aku
baru ingat. Ah, benar... Matamu seperti ini... hidungmu seperti ini... mulutmu...
dahimu... dan rambutmu. Ia menggenggam tangan gadis itu dengan lembut. Kenapa aku bisa lupa
wajahmu" Tae-Woo mendesah. Ingatanku memang buruk, aku tahu. Menurutmu
161 aku harus bagaimana" Menurutku, aku harus melihatmu setiap hari supaya tidak lupa.
Itu artinya kau harus selalu di sisiku, bersamaku. Bagaimana"
Tara menghampiri pintu kamar Sandy dan ragu-ragu sebentar. Ia tidak punya pikiran
atau maksud apa pun. Ia hanya ingin tahu apa yang dilakukan laki-laki itu di kamar
Sandy. Karena itu ia memantapkan hati dan membuka pintu itu dengan perlahan.
Ia melihat laki-laki itu duduk di sisi tempat tidur. Laki-laki itu tidak menyadari
kehadirannya di balik pintu. Tara melihatnya menggenggam tangan Sandy dengan
salah satu tangannya. Tara tertegun melihat cara laki-laki itu memandang saudara
sepupunya. Belum pernah ada orang yang menatapnya dengan cara seperti itu. Tara
bukan tipe orang yang romantis, tapi ia merasa tatapan itu begitu tulus. Ia pasti sudah
luluh jika ada orang yang menatapnya penuh perasaan seperti itu.
Laki-laki itu sedang berbicara. Samar-samar Tara bisa mendengar suaranya, ia tahu
laki-laki itu berbicara dalam bahasa Korea, tapi tidak mengerti apa yang sedang
dikatakannya. Sambil berbicara, laki-laki itu menyentuh wajah Sandy dengan ujung
jemarinya. Hanya dengan ujung jemari, dan perlahan sekali, seakan-akan takut akan
menyakiti gadis yang terbaring di tempat tidur itu. Tanpa disadarinya, Tara menahan
napas, terkesima melihat laki-laki itu dan Sandy. Suara laki-laki itu pelan dan dalam.
Walaupun Tara tidak mengerti sedikit pun apa yang diutarakannya, herannya ia bisa
merasakan perasaan yang mengalir melalui ucapan laki-laki itu.
Laki-laki itu menghela napas berat. Ia menatap wajah Sandy dan saat itu Tara
mendengar laki-laki itu berbisik, Sarang hae...
Kerongkongan Tara tercekat dan entah kenapa air matanya bergulir turun. Yang
membuat Tara tersentuh adalah cara laki-laki itu mengucapkannya: dengan segenap
perasaan, seolah-olah tidak lagi punya tenaga untuk mengucapkan kata-kata lain. Tara
tidak bisa berbahasa Korea, tapi ia tahu arti kalimat barusan.
Aku mencintaimu.... 162 Enam Belas BEBERAPA hari setelah itu Tae-Woo terus berada di Jakarta. Park Hyun-Shik sibuk
membatalkan dan menyusun ulang jadwal kerja Tae-Woo. Tae-Woo ingin berada di
dekat Sandy. Ia juga menggunakan kesempatan itu untuk lebih mengenal kedua
orangtua Sandy. Setelah mengenal mereka secara pribadi, ia baru mengetahui dengan
pasti bahwa sebenarnya kedua orangtua Sandy tidak membencinya karena kejadian
empat tahun lalu. Masih sama. Belum sadar, kata Tae-Woo sambil duduk di bangku panjang di
koridor rumah sakit. Ia menggenggam ponsel yang ditempelkan di telinga dan
bersandar ke dinding. Ibunya menelepon dari Amerika
untuk menanyakan keadaan Sandy. Tentu, Ibu. Kalau ada kabar apa pun, aku akan menelepon Ibu... Ya, Hyong
masih di sini menemaniku... Ibu tidak usah mencemaskan aku. Aku bisa menjaga diri...
Ya, bye. Tae-Woo menutup ponsel dan memejamkan mata. Sudah beberapa hari ini tidurnya
tidak nyenyak. Ia lelah, tapi tidak bisa terlelap. Orangtua Sandy juga begitu. Ayah
Sandy sudah kembali bekerja tapi datang menjenguk putrinya tiap sore. Ibunya selalu
berada di rumah sakit. Tadi sepupu Sandy yang bernama Tara datang dan kini
menemani ibu Sandy pergi makan siang di kafetaria rumah sakit.
Sambil menarik napas panjang, Tae-Woo kembali ke kamar Sandy. Ia duduk di
tempatnya seperti biasa, di sisi tempat tidur. Dokter pernah berkata, bila Sandy
sadarkan diri, ia akan baik-baik saja. Masalahnya, dokter tidak tahu kapan Sandy akan
sadar. Gadis itu tetap terbaring tak bergerak, tidak membuka mata.
163 Tae-Woo menggenggam tangan Sandy. Tiba-tiba gerakannya terhenti. Ia
mengerutkan kening. Apakah ia salah lihat tadi" Sepertinya kelopak mata Sandy
bergerak. Tidak, ia hanya bermimpi.
Tapi kemudian ia merasakan tangan Sandy yang sedang digenggam bergerak. Ia
tersentak dan menatap wajah Sandy dengan jantung berdebar keras.
Kelopak mata gadis itu bergerak, lalu perlahan-lahan matanya terbuka.
Tae-Woo merasa begitu lega sampai kakinya terasa lemas. Sandy sadar! Ia sudah
sadar. Tae-Woo menjulurkan tangan dan menyentuh pipi Sandy. Gadis itu menoleh
lemas dan matanya bertemu mata Tae-Woo.
Kau sudah sadar, kata Tae-Woo kepadanya, senyumnya mengembang. Ia begitu
lega, begitu bahagia sampai ia ingin melompat. Bagaimana perasaanmu"
Sandy membuka mulut, tapi terlalu tak bertenaga untuk berbicara. Tae-Woo cepat-cepat menggeleng. Jangan bicara dulu. Kau masih lemah. Tunggu sebentar, kita harus
memanggil dokter. Tae-Woo menekan tombol merah di dekat tempat tidur dan kembali memandangi
Sandy. Kelihatannya gadis itu masih setengah terjaga, karena matanya sesekali
terpejam, lalu terbuka lagi, tapi dari matanya Tae-Woo tahu Sandy mengenalinya.
Gadis itu memandangnya, lalu membuka mulut lagi. Tae-Woo mendekatkan
telinganya ke wajah Sandy untuk mendengarkan kata-katanya.
Aku... rindu... padamu. Tae-Woo tertegun. Suara Sandy memang lebih mirip bisikan, tapi ia mendengar
kata-kata itu dengan jelas. Tae-Woo tersenyum dan berkata pelan, Aku juga.
Tidak lama kemudian, terdengar pintu dibuka. Tae-Woo menoleh dan melihat
dokter dan perawat bergegas masuk. Ia menoleh kembali kepada Sandy dan berkata,
Dokter sudah datang. Aku akan pergi sebentar untuk memanggil ibumu. Kau sudah
tidak apa-apa. Kau akan baik-baik saja.
Ibumu sudah tahu aku yang akan mengantarmu pulang, kata Jung Tae-Woo sambil
meletakkan tas Sandy di sofa kamar.
Hari ini Sandy sudah boleh meninggalkan rumah sakit. Keadaannya sudah
membaik walaupun tubuhnya masih agak lemah. Lagi pula setelah seminggu siuman
di rumah sakit, Sandy mulai merasa bosan setengah mati.
Ketika tabrakan keras itu terjadi, hal terakhir yang diingatnya adalah Jung Tae-Woo.
Bahwa ia belum bertemu laki-laki itu lagi. Belum bicara dengannya. Ia takut tidak akan
pernah punya kesempatan melihat Jung Tae-Woo lagi. Lalu semuanya gelap. Ia tidak
tahu apa-apa lagi. 164 Ia nyaris tidak percaya pada apa yang dilihatnya ketika pertama kali membuka
mata. Ia melihat wajah Jung Tae-Woo. Seperti sedang bermimpi. Kalau bermimpi, saat
itu ia tidak ingin bangun. Tapi ternyata itu kenyataan. Jung Tae-Woo sungguh ada di
sana, di sisinya, menggenggam tangannya dan berbicara padanya.
Kenapa menatapku seperti itu"
Sandy tersentak dari lamunan dan melihat Jung Tae-Woo sedang menatapnya
dengan alis terangkat. Sandy tersenyum dan menggeleng.
Jung Tae-Woo mendorong kursi roda ke samping tempat tidur. Ayo, kubantu,
katanya. Sandy membiarkan Jung Tae-Woo menggendongnya dan mendudukkannya di
kursi roda. Walaupun sebagian perbannya sudah dilepas, kakinya masih tidak kuat
untuk berjalan atau berdiri, karena itu mereka membutuhkan kursi roda.
Sebelum pulang ke rumah, aku ingin membawamu ke suatu tempat, kata Jung
Tae-Woo sambil meraih tas Sandy dan
mendorong kursi roda Sandy keluar pintu.
Kita mau ke mana" tanya Sandy heran.
Aku ingin mengajakmu makan siang. Untuk merayakan kesembuhanmu.
Di mana" Kau akan tahu. Kita naik apa" Tentu saja naik mobil. Eh... kau tidak takut, kan" tanya Jung Tae-Woo agak ragu.
Sandy menggeleng. Bukan begitu maksudku. Ini bukan di Korea. Di Indonesia
kemudi mobil ada di sebelah kanan. Memangnya kau bisa"
Jung Tae-Woo tertawa. Ada orang yang akan mengemudikan mobil. Aku juga
sudah memperingatkannya untuk mengemudi dengan hati-hati sekali.
Siapa" Kalau kukatakan, kau tidak akan kenal siapa dia.
Sandy memiringkan kepala dan tidak bertanya-tanya lagi. Bertanya juga tidak ada
gunanya kalau Jung Tae-Woo sudah tidak mau mengatakan apa-apa.
Ternyata Sandy memang tidak mengenal pria setengah baya yang mengemudikan
mobil itu. Sandy melihat Jung Tae-Woo berbicara padanya dalam bahasa Inggris, lalu
pria setengah baya itu mengangguk mengerti. Mereka pun berangkat.
Mereka berhenti di hotel terkenal di daerah Jakarta Selatan.
Kita mau makan di sini" tanya Sandy ragu-ragu.
Ya. Aku sudah memesan tempat. Ayo, kubantu keluar, kata Jung Tae-Woo.
165 Sandy cepat-cepat menahannya. Tunggu sebentar, Jung Tae-Woo ssi. Aku...
maksudku, aku tidak masuk ke tempat seperti itu dengan kursi roda. Maksudku
Kata-kata Sandy terputus ketika Jung Tae-Woo memegang wajahnya dengan kedua
tangan. Tidak apa-apa. Ada aku, katanya sambil tersenyum menenangkan.
Sandy tidak berkata apa-apa lagi. Ia membiarkan dirinya didudukkan di kursi roda
dan didorong masuk ke lobi hotel.
Seorang pegawai hotel sepertinya sudah mengenal Jung Tae-Woo. Ia langsung
tersenyum ramah dan langsung menunjukkan jalan menuju restoran.
Sandy merasa agak aneh ketika masuk ke restoran itu dan tidak melihat seorang
pun di sana. Hanya ada beberapa pelayan yang berdiri di sudut ruangan, menunggu
perintah. Sandy juga memerhatikan ada beberapa pria yang memainkan alat musik di
panggung kecil di tengah restoran.
Pegawai hotel yang mengantar mereka menunjukkan meja yang sudah disiapkan
untuk mereka, di bagian depan, dekat panggung. Sandy juga melihat ada grand piano
hitam serta pemusik yang duduk di sana dan memainkannya.
Ketika Jung Tae-Woo sudah duduk berhadapan dengannya, Sandy membuka
mulut. Kenapa aku merasa kau sudah mengatur semua ini"
Mengatur apa" Jung Tae-Woo balas bertanya dengan raut wajah tanpa dosa.
Sandy tersenyum. Tidak ada orang di restoran ini, kecuali pelayan dan beberapa
pemain musik. Jangan-jangan penyebabnya adalah kau.
Jung Tae-Woo hanya tertawa.
Tak lama kemudian makanan mereka diantarkan. Sepertinya sudah lama sekali
sejak Sandy makan bersama Jung Tae-Woo. Ia sangat menikmatinya. Ia selalu merasa
senang berada di dekat Jung Tae-Woo. Bila ia bersama laki-laki itu, ia merasa lebih
tenang, lebih bahagia. Saat mereka selesai makan, Sandy baru akan mengatakan sesuatu ketika Jung Tae-Woo mengangkat tangan untuk menghentikan ucapannya.
Aku tahu apa yang kauinginkan, kata Jung Tae-Woo yakin.
Alis Sandy terangkat. Dari tadi kau terus melirik piano di sana itu, kata Jung Tae-Woo. Aku sudah
tahu kau akan memintaku bermain piano. Benar tidak"
Sandy kaget dan tertawa. Bagaimana kau bisa tahu" tanyanya.
Tentu saja, sahut Jung Tae-Woo. Karena aku mengenalmu.
Sandy memerhatikan Jung Tae-Woo saat ia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah
piano. Pria yang tadinya bermain piano berdiri dan mempersilakan Jung Tae-Woo
166 duduk. Saat itu juga lampu sorot entah di mana menyala menyinari piano itu. Jung Tae-Woo duduk di depan piano dan memosisikan jari-jari tangan di tuts-tutsnya.
Jung Tae-Woo menatap Sandy dan bertanya, Kau ingin aku memainkan lagu apa"
Apa saja, jawab Sandy cepat.
Aku sudah menulis sebuah lagu, kata Jung Tae-Woo sambil menekan beberapa
nada di piano. Sebenarnya lagu ini kutulis untukmu, tapi belum ada liriknya, juga
belum ada judulnya. Untuk sementara ini hanya ada nadanya.
Biarpun begitu, Sandy tetap merasa tersanjung.
Jung Tae-Woo mulai memainkan piano. Sandy sangat suka mendengar Jung Tae-Woo bermain. Setiap nada yang keluar dari piano i
tu begitu hidup, membentuk melodi
indah. Walaupun masih belum ada liriknya, Sandy sangat senang dengan kenyataan
bahwa Jung Tae-Woo menulis lagu itu untuknya.
Ketika lagu itu berakhir, Sandy bertepuk tangan bersama para pemusik lain. Sandy
mengira Jung Tae-Woo akan kembali ke meja mereka, tapi laki-laki itu malah
mengambil mikrofon. Lalu salah seorang pemusik tadi mengambilkan bangku tinggi
dan meletakkannya di tengah-tengah panggung. Para pemusik lain bersiap-siap
kembali dengan alat musik mereka. Apa yang sedang dilakukan Jung Tae-Woo"
Jung Tae-Woo tersenyum padanya. Laki-laki itu menyalakan mikrofon dan berkata,
Sebenarnya aku ingin menyanyikan laguku sendiri untukmu, tapi tidak ada yang
cocok dengan apa yang ingin kukatakan padamu sekarang. Jadi, aku akan
menyanyikan lagu lain. Ia terdiam sejenak dan melanjutkan, Ada satu lagu yang
rasanya cocok. Jung Tae-Woo akan menyanyi" Sandy menunggu dengan hati berdebar.
Jung Tae-Woo memberi tanda kepada para pemusik dan musik mulai mengalun. Ia
pun mulai bernyanyi. Sandy menahan napas ketika mengenali lagu itu. Salah satu lagu favoritnya
sepanjang masa. Lagu yang dinyanyikan Kang Ta yang berjudul Confession. Dulu,
setiap kali mendengarkan lagu ini di CD Kang Ta atau di radio, ia selalu bermimpi
suatu saat nanti ada seseorang yang akan menyanyikan lagu ini khusus untuknya. Kini
mimpinya menjadi kenyataan. Jung Tae-Woo sedang menyanyikan lagu itu. Khusus
untuknya. Ya... aku ingin hatimu datang padaku
Aku ingin melangkah ke dalam matamu yang sedih
Tidak bisa... kau tidak bisa menerima hatiku semudah itu
Tapi kuharap kau membuka hatimu dan menerimaku
167 Aku bisa merelakan hari-hariku untukmu
Tidakkah kau tahu yang paling berharga hanya dirimu"
Seluruh cintaku akan menjadi bintang
yang akan melindungimu di sisimu
Aku ingin terlelap bersamamu di malam yang sejuk
Tidak banyak yang kumiliki
tapi akan kuserahkan semuanya untukmu
Tolong terimalah cinta dan sedikit mimpiku
Aku bisa merelakan hari-hariku untukmu
Tidakkah kau tahu yang paling berharga adalah dirimu"
Seluruh cintaku akan menjadi bintang
yang akan melindungimu di sisimu
Aku ingin terlelap bersamamu di malam yang sejuk
Tidak banyak yang kumiliki
tapi akan kuserahkan semuanya untukmu
Tolong terimalah cinta dan sedikit mimpiku
Terima kasih... Aku akan hidup demi dirimu yang bersedia menerima hatiku
Walaupun cahaya di wajahmu meredup
aku akan tetap mencintaimu...
Aku akan tetap mencintaimu...
Aku akan tetap mencintaimu...
(Terjemahan lagu Confession)
Ketika lagu itu berakhir, Sandy baru menyadari air matanya mengalir tanpa
sepengetahuannya. Jung Tae-Woo turun dari panggung dan menghampirinya. Sandy mendongak
menatap Jung Tae-Woo yang tersenyum. Lalu laki-laki itu berlutut di samping kursi
rodanya. Anak bodoh. Kenapa menangis" tanya Jung Tae-Woo sambil menghapus air mata
di pipi Sandy dengan jarinya.
Sandy tidak tahu harus menjawab apa. Ia diam saja sambil memandangi wajah laki-laki di depannya.
168 Jung Tae-Woo menatapnya lurus-lurus. Aku mencintaimu.
Sandy tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya saat itu. Yang ia tahu
pipinya terasa panas, air matanya kembali mengalir, lalu Jung Tae-Woo
mencondongkan tubuh untuk menciumnya.
169 Epilog KAU akan pergi ke Amerika, Miss Han" tanya Mister Kim dengan kening berkerut.
Aku tidak salah dengar"
Sandy memasang senyum termanisnya dan menjawab, Benar, Mister Kim. Hanya
sepuluh hari. Tidak lebih.
Mister Kim mendecakkan lidah. Memangnya untuk apa kau ke sana" Kau mau
pindah ke sana atau bagaimana"


Summer In Seoul Karya Ilana Tan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sandy menggeleng-geleng. Tidak, Mister Kim. Hanya jalan-jalan.
Tujuh bulan lalu aku sudah memberimu cuti karena kau mengalami kecelakaan.
Masa sekarang kau mau cuti lagi" Mister Kim masih bersikeras.
Mister Kim, ayolah, bujuk Sandy. Hanya sepuluh hari.
Mister Kim menatapnya dengan mata disipitkan. Kau pergi dengan siapa"
Oh" Sandy jadi salah tingkah. Oh... dengan... Jung Tae-Woo.
Hah! seru Mister Kim. Anak itu! Dia pikir karena dia artis maka bisa
sembarangan merebut asistenku kapan saja dia mau" Seenaknya saja! Fine, kau boleh ke
Amerika. Sebagai gantinya, s
uruh Jung Tae-Woo tidak usah pergi. Dia harus
menggantikanmu menjadi asistenku selama kau cuti.
Sandy tertawa mendengar atasannya marah-marah. Jangan begitu, Mister Kim.
Tapi bagaimanapun, kalau dipikir-pikir, saya harus berterima kasih pada Anda.
Untuk apa" Karena Mister Kim telah memintaku mengantarkan pakaian kepada Jung Tae-Woo
sehingga aku bisa berkenalan dengannya.
Itu salah satu penyesalanku.
Saya senang Anda melakukannya, kata Sandy, tidak mengacuhkan kata-kata
Mister Kim. 170 Mister Kim menatapnya. Sungguh, Sandy menegaskan.
Akhirnya atasannya menyerah. Okay, aku akan mengabulkan permintaan cutimu.
Tapi hanya sepuluh hari. Tidak lebih. Understand"
Sandy mengangguk dan tersenyum lebar. Terima kasih, Mister Kim. Anda baik
sekali. Kau sungguh tidak mau mengganti nada deringmu" tanya Sandy. Ia berdiri di
ambang pintu kamar Jung Tae-Woo sambil menggenggam ponsel laki-laki itu.
Jung Tae-Woo berhenti mengemas pakaian ke koper dan mengangkat wajah.
Kenapa" Kau menjawab teleponku lagi" ia balas bertanya. Kau memang tidak
sengaja atau jangan-jangan kau sedang memata-mataiku"
Sandy mendengus. Hoho... kau... Sudahlah, tidak apa-apa. Tidak perlu kaujawab
pertanyaanku. Biar aku yang mengganti nada deringmu.
Sandy baru mulai menekan-nekan tombol ponsel Jung Tae-Woo ketika laki-laki itu
mengambil ponselnya dari tangan Sandy.
Jangan diganti, katanya.
Kenapa" tanya Sandy.
Jung Tae-Woo tersenyum dan kembali mengemasi pakaian. Aku suka kita punya
nada dering yang sama. Silakan saja jawab teleponku sesukamu. Tidak ada yang perlu
kusembunyikan. Sandy meringis, lalu berkata, Ayo cepat. Kita harus berangkat ke bandara.
Sudah hampir selesai, kata Jung Tae-Woo sambil mengunci koper. Kau sendiri
yakin tidak ada barangmu yang ketinggalan" Kita sudah tidak punya waktu untuk
kembali ke apartemenmu. Tidak ada, kata Sandy yakin. Ia meraih topi kuning pemberian Jung Tae-Woo dan
memakainya. Jung Tae-Woo ssi, orangtuamu sudah tahu aku akan ikut ke sana"
Kau sudah tanya itu berkali-kali, sahut Jung Tae-woo sambil membawa koper ke
lantai bawah. Sandy menyusulnya dari belakang.
Aku hanya tidak mau mereka kaget begitu melihatku, Sandy menjelaskan. Aku
memang sudah bertemu ibumu, tapi aku belum bertemu ayahmu.
Jung Tae-Woo meletakkan kopernya di dekat pintu depan.
Jung Tae-Woo ssi, panggil Sandy.
Jung Tae-Woo memutar tubuh dan menatap Sandy. Apa"
Kenapa aku ada di nomor sembilan ponselmu"
171 Sandy melihat Jung Tae-Woo agak kaget mendengar pertanyaannya, lalu laki-laki
itu tersenyum geli. Astaga, kukira ada masalah serius apa.
Aku hanya penasaran. Karena aku suka nomor sembilan dan karena aku merasa kau cocok dengan angka
sembilan, jawab Jung Tae-Woo ringan.
Cocok" Hanya karena itu"
Jung Tae-Woo meletakkan kedua tangan di bahu Sandy. Ya, jawabnya sambil
menatap lurus ke mata Sandy. Sekarang, ayo pergi, sebelum ketinggalan pesawat.
Siapa yang tidak berkemas sejak kemarin" tanya Sandy agak jengkel.
Jung Tae-Woo tertawa dan merangkul bahu Sandy. Baiklah, aku minta maaf. Bisa
kita berangkat sekarang"
Oke, sahut Sandy. Jangan lupa kuncimu. Sudah kaukunci semua jendelanya"
Kompor gas sudah diperiksa"
Hei, kau tidak jadi minum-minum dengan kita" tanya Park Hyun-Shik begitu ia menutup
ponsel. Tae-Woo tersenyum meminta maaf. Maaf, Hyong. Lain kali aku yang traktir. Kemudian
ia meminta sopir mengantarnya ke rumah.
Begitu kembali dari luar negeri, sudah ada yang menunggu di rumah. Menyenangkan
sekali, kata Park Hyun-Shik sambil tersenyum.
Dia memintaku makan di rumah, kata Tae-Woo.
Aku heran kenapa kau menyimpan nomor telepon Sandy di nomor sembilan, kata Park
Hyun-Shik. Ia mendadak ingat pernah melihat Tae-Woo menekan nomor sembilan di ponsel
untuk menghubungi Sandy. Oh, itu, kata Tae-Woo sambil tersenyum. Hyong tahu aku suka bisbol, kan"
Aah, sepertinya aku tahu alasannya, kata Park Hyun Shik sambil mengangguk-angguk
mengerti. Tae-woo mengabaikan manajernya itu dan tetap melanjutkan, Dalam bisbol ada sembilan
pemain. Kurang satu saja tidak bisa. Sembilan artinya lengkap.
Kenapa aku menyimpan nomor
Sandy di nomor sembilan" Itu karena kalau dia ada, aku baru merasa benar, merasa lengkap. Dia
nomor sembilanku. Persis seperti yang kuduga, kata Park Hyun-Shik puas.
tamat Lembah Nirmala 29 Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong Geisha 1

Cari Blog Ini