100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal Bagian 2
Selamat tinggal ibuk, seorang wanita cantik dan berani yang meninggalkan seorang putra dan seorang suami.....
selamat tinggal bapak, seorang pria gagah, jujur dan setia, seorang pria yang tidak mau menikah lagi bahkan setelah belasan taun kehilangan istrinya saat usianya masih muda, dia memilih menyusul istrinya dan membiarkan seorang anaknya hidup sendiri agar menjadi manusia yang lebih kuat dan berani dari dirinya.. "bapak, ibuk.. Rizal sayang kalian"
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 15 (sekelumit kisah ) .
saya masih merasakan kenangan dari ibuk, kalau diibaratkan luka, luka itu sudah hampir sembuh, tapi selalu saja ada hal yang membuat luka itu malah menganga lebar, kepergian bapak benar2 membuat jatuh mentalku yang baru saja bisa menikmati hidup selama 3 tahun disini..
hari itu adalah sehari setelah peletakan nisan bapak, om dan tanteku juga sudah pulang ke solo dengan berat hati karena meninggalkanku mengurus hidup sendiri...
saya sedang membereskan kamar bapak, tempat ini adalah tempat istirahat inspiratorku, kamar ini mulai berdebu, saya membersihkanya dengan seksama, saya menata lemari yang masih lengkap dengan baju seragam dan kaos harian almarhum bapak, saya membersihkan buku yang tertata rapi di rak, terselip diantara buku2 itu ada sebuah album foto, saya membukanya, tapi dengan segera kututup kembali, kenapa", saya cuma belum siap bernostalgia sekarang. saya mengelap kursi dan meja baca milik bapak. tampak disudut meja masih ada satu slop penuh rokok filter milik bapak, masih bersegel. disampingnya terdapat sebuah pipa rokok yang terbuat dari gading gajah beserta korek api klasik, nampaknya ini ketinggalan saat bapak berangkat ke aceh dulu, saya meletakanya kembali dan melanjutkan bersih2..
"ahhh selesai juga" gumamku, baru saja mau menutup pintu kamar perhatian saya tertuju pada rokok bapak, saya mengambilnya, kemudian duduk di teras samping rumah.. saya membuat secangkir teh sambil membawa sebuah majalah yang saya lupa majalah apa itu..
saya membuka 1 bungkus hemm,, harum juga pikirku, saya iseng mencoba sebatang dan menghisapnya "uhuuuukk, hukkk", saya malah terbatuk2 sampe hampir mutah, "ini enaknya apa sih, "" baru saja saya mau membuang sisa rokok itu ada sesuatu yang dahsyat menyakiti perutku..
"baguss ya bagus, baru tinggal dirumah sendiri beberapa hari udah mulai ngrokok, mau jadi anak nakal kamu"" ternyata Risa mencubitku dengan sangat keras, Saya : "aaduuuhhh, ampun ris, ini aduhhh sakittt ris lepasin" bukanya dilepaskan cubitan itu malah makin keras dihujamkan ke perutku,
100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa : "kamu kenapa sihhhh" sekarang malah nyoba2 rokok segala"" sekarang cubitan itu makin menyiksaku dengan gerakan memutar tangan oleh risa, ini namanya cubitan dewa level 10 batinku,
Saya : "iya2 ini aku jelasin, tapi lepasin dulu, ini duhhh", akhirnya risa melepaskanku dari cubitan itu, huftttt sakit banget, bahkan ada sensasi terbakar setelah cubitan itu dilepas
Saya : "gilak kamu ris, sakit banget, kalo ada olimpiade nyubit menang deh kamu " Risa : "apaan sih ngrokok, belum bisa cari uang juga udah ngrokok, besok kalo udah kerja sakpuasmu zal!"
Saya : "iya2 ris" kataku sambil meringis memegangi perutku yg mulai membiru.. Risa : "zall"
Saya :"apa lagi comell""
Risa :"kamu gak masuk sekolah udah seminggu... setelah almarhum bapakmu di yasinkan kemaren aku kira kamu berangkat lagi, ehh tapi belum, aku pikir kamu udah pindah sekolah tanpa pamit" ujarnya dengan nada suara yang menurun.. Saya : "aku gak akan pergi tanpa pamit ris, aku cuma masih males berangkat tadi" Risa : "trus kamu kapan pergi ke solo""
Saya : "aku gak akan kemana2 ris, aku tetep disiini" risa : "loh kok" terus kamu gimana", kamu sendirian"" Saya cuma mengangguk dan menghirup nafas panjang..
Saya : "aku gak mau jadi beban orang lain ris, omku seorang pensiunan tentara, anak2 beliau juga semua kuliah, kalo ditambah aku malah jadi lebih banyak tanggunganya"
Risa : "trus keuanganmu gimana", kan juga butuh biaya buat hidup sama sekolah"" wajah risa tampak khawatir
Saya :"aku udah mikir ini mateng ris, bapak punya taspen, nanti bisa tak gunain buat hidup sehari2, dan aku tabung sebagian, aku juga mau kerja sambilan besok, buat beli alat2 sekolah, aku punya cita2 jadi dokter ris, kalo saya ikut om mungkin gak akan kesampaian, tp kalo aku mandiri disini, mungkin aku punya kesempatan, dari tabungan uang taspen bapak akan ku tabung, dan kalo aku belajar lebih keras mungkin akan dapet beasiswa, aku cuma modal percaya sama Tuhan ris" Risa : "kamu gak perlu berbuat sejauh itu zal, kamu kalo ikut om mu mungkin
100 Tahun Setelah Aku Mati
lebih enak kan " saya : "mungkin ris, tapi udah bulet niatku ris "
Risa : "zal, kamu cowok yang hebat, enggak kamu gak hebat, kamu luar biasa zal, pikiranmu itu lohh, kamu akan buat semua orang simpati ke kamu dengan sifatmu itu "
saya : "aku rasa aku sudah terlalu lama aku hidup bersembunyi, aku cowok ris, dan aku gak mau sembunyi lagi, aku akan hadapi kenyataan itu, kenyataan kalo aku sekarang yatim piatu dan sebatang kara, kenyataan kalo kedua orangtuaku udah meninggal, kenyataan kalo aku gak seperti orang pada umumnya, aku niatkan untuk gak akan takut apapun lagi, dulu saat kecil aku penakut, dan saat takut aku bisa lari ke ibuku, tapi kemudian ibuk juga harus diambil paksa dariku, tapi itu gapapa, karena kalo aku takut lagi aku bisa bersembunyi dan lari kepada sosok yg lebih kuat, yaitu bapaku, tapii bapaku juga bernasib sama dan harus di jemput dengan paksa, sekarang aku coba buat lebih pemberani ris, tapi kalo aku takut lagi, aku mencoba gak lari dan gak sembunyi lagi, aku akan melawan dan menghadapi kenyataan apapun, sekali lagi tapi kalau kenyataanya aku kalah dan semakin ketakutan aku akan lari dan sembunyi lagi ris, ke sosok yg lebih kuat.. Allah, kadang pasrah adalah hal paling baik saat kamu sudah berusaha habis2an" Risa : "zal, dan kalo kamu lelah dengan semua ketakutan dan larimu, kamu bisa datang padaiku "
Saya : Risa : zal, kamu mau dapet beasiswa buat lanjutin ke jurusan kedokteran" saya : "iya ris, itu cita2ku dr kecil pengen jadi dokter"
Risa : "iya, dan itu gak mudah zal, karena sainganmu aku " Saya hanya tersenyum dan tertawa, "terimakasih risa, kamu yang terbaik "ucapku, aku paham kata2 risa tadi bermaksud agar aku belajar lebih giat lagi.. Risa : "dan apapun masalahmu zal, aku akan membantumu, zal, kalau kamu sakit, kalau kamu lagi laper, kalo kamu lagi kesepian, kamu tau kan harus kemana".. karena aku sayang sama kamu zal"
saya : sayang""
Risa hanya mengangguk... 100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa :"dari awal smp malah, kamu sosok yg spesial zal, kamu entahlah, aku gak pernah berhenti mikir kamu, kamu yg misterius, aku dari dulu coba buat dapetin perhatianmu zal, tapi kayak ada tembok gede yang ngalangin matamu, dan sampai kemarin aku tau bahwa kehidupanmu yang membuat pribadi kamu jadi cuek, pendiem pemalu, aku baru beberapa bulan bener2 kenal sama kamu zal, dan malah aku tambah gak bisa berhenti mikir kamu, kamu terlalu spesial, kamu unik....."
tampak risa berbicara sambil menunduk, mungkin dia malu... saya memahami perasaanya,, saya berpikir sejenak untuk membuat satu jawaban..
saya :"kamu adalah teman pertamaku ris, seorang yng pertama kali menegurku di sekolah, di smp kita dulu, kamu inget", kamu maksa aku duduk sebangku sama kamu, itu pertama kali dihidupku ada seorang yg seumuran yg mau duduk bersebelahan denganku, masa kecilku dulu jangankan duduk sebelahan, bahkan saat aku masuk kelas aku dilemparin kapur, Risa kamu perempuan yang sempurna, kamu cantik, pinter, baik, kamu yg pertama tau tentang aku, kamu yg selalu memberi dukungan kepadaku.. kamu adalah teman yang sempurna.... dan maukah kamu tetap menjadi temanku dulu, aku begok banget masalah cinta2an kayak gitu, kamu juga aku belum cocok dan belum siap dengan namanya pacaran, dan ...."
belum juga selesai ngomong, kalimat saya sudah di potong.
Risa : "zal,, kamu malah belepotan gitu omongnya , gak masalah zal, aku cuma mau jujur sama kamu, aku paham posisimu, kamu gak ada waktu juga buat hal macam ini sekarang,kamu harus sibuk menata hidupmu aku juga belum pantas pacaran sama kamu, dan aku akan berusaha memantaskan diriku buat kamu, aku akan belajar tegar seperti kamu, aku akan belajar sabar dan dewasa seperti kamu "
Saya :"Risa, makasih ya, aku menghargai perasaanmu dan sikapmu. Risa :"boleh aku minta tolong zal""
Saya :"apaitu ris""
100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa : "biarin aku bisa terus deket sama kamu zal, aku gak mau kamu disini sendiri terus, aku pengen nemenin kamu terus"
SAya :"dan aku juga gak mau kamu tinggal ris "
saya dan risa hanya tersenyum, ada perasaan yang aneh bercampur aduk, tapi saya senang risa bisa mengerti
itulah sekelumit kisah awalku dengan kejujuran perasaan risa, apakah akan berlanjut hubunganku dengan risa", tunggu saja akan ada kejutan di akhir cerita....
. . . waktu itu risa terakhir datang kerumahku pas hari sabtu, dan saya terbangun kesiangan minggu pagi itu, saya segera buru2 melaksanakan sholat subuh, karena jam sudah menunjukan 05.10 wib.
"ahhh masih ngantuk" gumamku, saya tersadar dan menampar2 pipiku sendiri.. "ayookk zal, kenapa jadi males gini" saya berusaha menyadarkan diri saya yang sedikit malas..
saya melangkah keluar kamar dengan wajah yg masih penuh iler, untuk membuat sarapan..
baru saja saya mengambil 2 butir telur dari kulkas, saya melihat dimeja makan sudah tersaji makanan berupa nasi goreng dengan telur dadar dan disebelahnya segelas teh panas yg terlihat masih panas karena masih mengepul uap panasnya. "lohhh, siapa nih pagi2 udah nganter makanan"" saya melihat jam masih menunjukan 05.30.. saya masih heran, saya berjalan mendekat meja makan dan seperti ritual pagiku biasa, saya bersin2 dulu "hadehhhh, gejala pilek kronis nih" gumamku sambil menyeka ingus dan belek yang menghiasi wajahku.. "jangan pake tangan dasar cowok jorok" suara yang kukenal, dan dia menyodorkan sapu tangan yang sama seperti saat saya pertama bertemu denganya,
Saya : "ris, kamu kayak sari aja suka ngagetin aku" kataku sambil menerima sapu tangan itu,
100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa :"kapok wekk :P , dasar cowok ceroboh, aku tadi ngetok2 berkali2 gak ada jawaban, aku muter lewat pintu belakang ee ternyata gak dikunci, rumahmu kemasukan maling bau tau rasa yaa"
Saya : "iya2 besok gak kelupaan lagi wis, udah terlanjur juga kemasukan maling" kataku sambil nyengir kuda untuk menyindir risa
Risa : "emang ada ya maling secantik aku"" kata dia sok imut dengan menyibakan rambutnya kebelakang.
Saya : "-_" Risa :" udah itu dimakan sarapanmu, spesial itu bikinya pake cinta, hahaha" Saya :"bukanya pake nasi ya", kalo begok jangan kebangetan yak, kasian uda lama sekolah gak pinter2" kataku sambil nyengir lagi, dan saya ditabokin -_- Saya :"ris, makasih ya.. kamu bak bgt sama aku"
Risa :"gak tega aku ninggal cowok ceroboh bin jorok kayak kamu tinggal sendiri di rumah segede ini "
risa beranjak dari meja makan dan mengambil tasnya. dia mengeluarkan sebundel besar buku tulis, dan buku cetak. brukkk begitu bunyinya saat dia meletakan dimeja tumpukan buku itu...
Saya :"apa itu ris" kataku sambil mengunyah makanan banyak2 Risa : "ini namanya buku,, orang2 sekarang udah pake ini buat nulis, gak kayak jamanmu masih pakek daun :P, heran aku baru seminggu gak sekolah kamu sekarang jadi bodo ya "
Saya :" anak sd hamil juga tau itu buku ris, tapi buku apa " ujarku sewot. Risa : "ini buku tugas rizal o'on, kamu udah seminggu gak masuk, niii kamu harus kelar ngerjain ini minggu depan.. besok kita libur seminggu, sekolah buat persiapan ujian kelas 3.
Saya : "ha" libur", wahhh bisa tumpul karatan otaku lama2" Risa :"makanya belajar!"
risa melorot salah satu buku di tumpukan buku yang seabrek itu. Risa : "ini zal, kamu belum baca kan""
saya membaca sampul buku berwarna biru itu, ahhh buku rapor, bahkan aku tidak
100 Tahun Setelah Aku Mati
ingat kalo bulan kemaren adalah penerimaan rapor, dan akhirnya roporku belum diambil sampe risa membawakanya, saya membaca indeks nilaiku satu persatu.. hemmm cukup memuaskan batinku.
Risa :"selamat ya zal, kamu rangking satu lagi"
Saya : "iya ris makasih, bapak ibuku pasti suka, nanti akan kubacakan buat mereka , kok kamu bisa ambil", kan yg ngambil harus wali murid" Risa : "Ayahku yang ambil zal, kmarin aku minta tolong ayah, kayaknya ayahku juga tertarik sama kamu, anak istimewa katanya"
Saya : "makasih ya ris, sampaikan juga sama ayahmu ya. risa hanya mengangguk, dan menyerahkan sebuah selembar kertas... Risa : "nih, besok anak2 ekskul pecinta alam harus ikut" saya membaca selebaran itu. "merapi camp"
"haaaa!"" gawat, di merapi", sebuah gunung sakral, wahhh wahhh bisa2 ..............
100 Tahun Setelah Aku Mati PART 16 (Terror lereng Merapi bagian 1 )
hari dimana kami anggota ekskul pecinta alam pun akhirnya datang juga,, kami sudah membawa perlengkapan masing2, seperti tas cerier, nasting, matras, slepping bag, dan beberapa alat navigasi. setelah pembagian kelompok selesai kami pun berangkat, oiya saya sekelompok dengan irawan, teman baiku sejak dari smp. dan 3 orang cewek dari kelas sebelah.. hari itu anggota yang ikut acara ini hanya berjumlah 20 orang, dengan dibagi 4 kelompok, artinya satu kelompok berisi 5 orang, dan disamaratakan, setiap kelompok diisi 2 laki2 dan 3 perempuan..
hemmpp ini akan melelahkan, saya membatin. tampak di kelompok 3 ada risa yang heboh sendiri dengan bawaan super banyak, saya cuma cengengesan liat kelakuan anak itu.... kami diawasi beberapa instruktur yang akan berada di masing2 pos, dan beberapa titik pos bayangan setiap ketua kelompok wajib memberikan laporan kepada intruktur melalui ht yang disediakan.. kami menempuh perjalanan dari selo (plalangan) boyolali. setiap kelompok akan diberi jarak mulai mendaki selama 10 menit, jadi akan ada jarak yang lumayan untuk tiap kelompok, kelompok saya mendapat nomor undian 5. artinya adalah yang paling akhir berangkat, dan kelompok risa mendapat nomor undian pertama.. "payah dehh, uda pasti paling sengsaraa kalo kayak ginii "keluhku dalam hati, kami baru mulai mendaki 50 menit kemudian, waktu menunjukan pukul 15.00, huahhh perkiraan waktu sampai ke puncak adalah 5-6 jam waktu normal, saya dan Irawan hanya bercanda terus sepanjang jalan, bersama2 dengan, susi, Dina, dan Ani, kita membicarakan banyak hal, mulai dari yang gak penting, sampai yang paling gak penting, haha, cukup menyenangkan. treking dari plalangan menuju pondok pendaki hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit, dan kami sudah berjalan menuju pos 1... semua masih mudah dan kelihatan baik2 saja, sesekali tampak dari kejauhan kelompok lain sedang berjalan menembus pepohonan yang rimbun. setiap beberapa menit sekali ht yang kubawa berbunyi, terdengar suara senior untuk mencari tau bagaimana keadaan kami.. dan pos 1 sudah kami lewati dengan waktu tempuh sekitar 2 jam , huahh sudah sore, waktu azhar sudah lewat saat kami sudah berjalan melewati pos 1. kami memutuskan berhenti sejenak untuk istrht dan shalat dengan keterbatasan yang ada, dan kami
100 Tahun Setelah Aku Mati
mulai berjalan menuju pos 2. di pos 2 ini mulai ada sebuah hawa dingin.. bukan dingin dari suhu udaranya, tapi dingin entah menjelaskanya bagaimana. waktu menunjukan pukul 18.30, perjalanan masih jauh sampai kami dapat beristirahat di watu gajah atau pasar bubrah... irawan memutar2 frekuensi ht nya... Irawan : "gawattt... htnya rusak zal"
Saya :"apa", uda kamu cek batrenya"" kataku sambil mengetuk2 senter, kami masih butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke pos 2... "ini alasanya aku gak mau dapet kelompok paling akhir" gumamku. saya membuka peta dan mengukur koordinat kami berada..
saya : "wan, rute ini lumayan berat kita harus hati2, kanan kiri kita jurang. kamu paling belakang ya, aku paling depan. kalau ada apa2 langsung bilang, dina,susi, ani, kalian di tengah, jangan buat gerakan yg mengagetkan perhatikan langkah sama pegangan kalian"
teman2ku hanya mengangguk tanda mengerti, dan hall yang kutakutkan semenjak pertama membaca selebaran itu mulai terjadi...
direrimbunan pepohonan sudah banyak yang memperhatikan kami, mereka semua tampak sama wujudnya karena mereka semua dibalut dengan kain putih dari ujung kaki sampai ujung kepala, jika kalian tanya jumlah saya gak tau pasti, yang saya tau mereka banyak, banyak banget malahan...
Irawan : "zallll!!!!, berhenti dulu"
saya menghentikan jalanku dan menengok kebelakang, Saya :"ada apa wan""
Irawan : "kayaknya ni ht mulai fungsi lagi.. kita berhenti sebentar dehh, laporan dulu sama minta petunjuk arah, dari tadi kita gak nemu tanda juga kan" Saya :"oke wan, sus, din, sama ani kita minum bentar sambil laporan posisi kita ya. saya membuka peta kembali dan mencari dimana koordinat kami sekarang, cukup sulit karena selain pandangan yg hanya diterangi sinar senter perhatian saya teralihkan dengan beberapa makhluk yang mulai tertarik kepadaku. saya membaca beberapa doa pelindung dalam hati sekedar menjauhkan mereka.. Saya : "nahh ini wan kordinat kita, ayo cepet kamu laporan" kataku sambil memberikan secarik kertas berisi koordinat kami sekarang.
Irawan mengangguk dan menyalakan ht untuk meminta petunjuk arah, baru saja
100 Tahun Setelah Aku Mati
tombol ht itu dipencet, dan bukan suara senior yang kami dengar... tapiii itu suara gending jawa dan lengkingan suara sinden yang lebih mirip suara tawa yang terkekeh jelek,
saya menyaut ht dari tangan irawan dan mencabut batrainya, sebelum teman2ku bertambah takut. tampak kengerian di wajah mereka. irawan duduk mendekat, diikuti dina,susi dan ani yg berpelukan satu sama lain,,
Irawan : "zal, kamu tau ini gimana"" tanya irawan dengan wajah panik, ketiga cewek itu juga ikut nimbrung dengan cerewet dan panik. saya menghela nafas panjang.
Saya : "kita harus tetap tenang,kita terpisah jauh dari rombongan, mungkin kita keluar jalur sejauh 5km, lihat ini jalur peta yg kita bawa berbeda dengan yg kita bawa tadi". saya baru menyadari bahwa peta yg saya bawa dari tadi sudah berubah, ya berubah menjadi seperti efek cermin, yg harusnya kita belok kekiri malah kanan, dan begitu juga sebaliknya, saya memfotocopy peta yg diberikan senior sehari sebelum berangkat, dengan tujuan saya punya arsip tentang jalur pendakian merapi, tapi begitu saya bandingkan hasil foto copyan ternyata gambarnya berbeda dari file aslinya, padahal saya yakin sebelum petang tadi gambarnya sama. tampak wajah teman2ku berubah benar2 panik.. Susi :"truss gimana dong" kita kesasar", aku takut nihhh, ini pertama kalinya aku naik gunung" kata susi dengan gemetar, suara teman2 yg lain juga bersautan karena mereka tak kalah panik.
Saya : "oke, kita kesasar, tapi tenang dulu, aku punya peta yg bener, dan kita tinggal mengikuti peta ini, kita jalan dari sini menuju titik jalur pendakian, kita udah terlalu jauh keluar jalur, kita gak mungkin motong jalan, terlalu bahaya kiri kanan kita jurang, kita harus muter buat sampe ke watu gajah, posisi kita disini" saya menunjuk satu titik di peta yg diterangi sinar senter. saya memang sudah bisa membaca peta dari kecil, dulu saya sering diajari menggunakan kompas, topografi, membaca jejak dll oleh almarhum bapak.
Saya : "sus,din, ani jangan takut.. saling awasi yg lain. irawan simpan aja ht itu, itu gak berfungsi, pas aku lepas batrenya tadi posisi ht itu sebenernya udah mati keabisan batre, kamu di belakang kayak tadi ya. dan buat semuanya maaf, tapi aku harus ngomong kalo kita lagi diganggu penunggu sini, tetap tenang, jangan
100 Tahun Setelah Aku Mati
parno, baca doa menurut agama masing2, selama jalan nanti fokus aja ke pundaku liat pundaku aja, sama lihat dimana kaki kalian menapak, jgn sampe jatuh, jangan celingukan juga ya."
semua teman2ku mengangguk mendengar instruksiku, harusnya irawanlah yg menjadi ketua kelompok, tapi saya maklum ini mungkin pengalaman pertamanya...
waktu menunjukan pukul 19.45, sebelum berjalan kami sholat isak dengan keadaan yg seadanya... saya membayangkan betapa instruktur dan senior kami kebingungan mencari kami, saya juga membayangkan wajah khawatir dari risa disana.. harusnya kami sudah sampai pos 2 sejam yg lalu...
kami berjalan menembus hutan, beberapa kali saya menahan kaget, karena melihat sosok siluman... ya menurutku siluman adalah jelmaan jin yang berubah menjadi sosok hewan atau setengah hewan.. saya melihat beberapa makhluk aneh itu, mereka hanya memperhatikanku tanpa berani mengganggu... kyaiku pernah berkata bahwa mataku batinku ini selain bisa melihat dan merasakan juga bisa memukul dan melindungi, kyai berkata bahwa ini adalah bakat alam miliku, dan seiring berjalanya waktu akan terus menguat, mata batin ini akan membuat takut jin yang lemah, atau yg ilmu kanuraganya dibawahku, tapi akan membuat tertantang jin jahat yg lebih "besar" , begitu kata kyaiku dulu. sya beberapa kali harus berhenti untuk menengok peta, dan saat berhenti mereka, makhluk2 halus itu terlihat semakin banyak, bukan hanya satu dua tp banyak sekali, tampak di sebuah dahan pohon waru ada sesosok makhluk berbadan manusia dengan wajah kucing, dia duduk di sebuah dahan dengan mata yg berpendar dalam gelap, dia bergerak tanpa pakaian , dan turun ketanah, cara berjalanya seperti gorila dengan setengah bungkuk berjalan dengan kaki dan punggung tangan untuk menahan badanya, tubuhnya berbulu keperakan, dengan ekor yg mengibas2,, dia mengajaku berbicara.. dan karena kami menggunakan bahasa batin saya buatkan perkiraan percakapan saya dengan makhluk itu"
"sssstttttt, jika kalian masuk kesini pasti ada kepentingan", hanya kamu yang bisa melihat kami, apa tujuan kalian", kekayaan", harta"" dia mendesis desis dengan lidah yang menjulur,
100 Tahun Setelah Aku Mati
"saya seorang muslim, dan saya tidak ada kepentingan denganmu, jangan ganggu kami, kami hanya tersesat"
"hahahaha, kalau kalian tersesat akan menarik bangsa kami bermain dengan kalian, kamu anak adam yang unik, di keraton kami ini akan banyak yang menyukaimu"
makhluk itu berlalu, jam menunjukan setengah sembilan malam, artinya sudah 1 jam kami berjalan, saya melihat teman2 tampak kelelahan....
Saya : "kita istirahat dulu ya, air kalian masih ""
semua teman2ku menggeleng, sambil mencoba meminum tetes2 terakhir air yg ada pada botol air mereka, saya mengeluarkan sebotol penuh air mineral 1,5liter dari ranselku.,
Saya : "ini.. semuanya dihemat ya" saya mengulurkan minumku kepada dina, dina : "makasih zal" dina meminumnya seteguk dan diurutkan pada teman2ku yg lain.
saya menghela nafass panjang... "kenapa harus terjadi hal seperti ini" saya bergumam.. saya memicingkan mata melihat kearah ani, tepatnya ke sebuah batu yang diduduki ani, batu itu terlalu kotak simetris dan presisi untuk sebuah batu di tengah hutan, saya melihat teman2 yang lain, mereka juga menduduki batu yang serupa.. saya menunduka kepala dan terbelalak, saya juga menduduki batu yang sama.. batu dengan tulisan aksara jawa, entah apa artinya saya lupa. saya berteriak "semua sekarang berdiri cepet!!!" sema temanku berdiri dengan kaget, mereka tampak bingung, dan saya hanya menoleh kekanan kiri sekeliling saya.. "kitaa..... kita di tengah makam!!!" tanpa kami sadari kami sedang berada di tengah2 kuburan tua, saya heran juga, kenapa kami sampai tidak melihat puluhan batu nisan yang berserakan dari tadi, kami segera mengemasi barang bawaan kami, dan dengan langkah kaki yang kami percepat kami melanjutkan perjalanan, baru saja kami berjalan beberapa meter tiba2.
"hiiii...hiiiii...hiiiiiii.," terdengar sangat jelas suara perempuan seperti tertawa yang dipaksa keluar dari mulut, baru saja saya mau bicara pada teman2ku untuk tetap
100 Tahun Setelah Aku Mati
tenang, tapi tampaknya mereka sudah benar2 ketakutan, dina,ani dan susi mereka sontak berlari dengan bergandengan tangan, "gawatt,, bahaya ni".. saya dan irawan mengejar ketiga cewek itu, mereka berlari sambil berteriak tolong2, tak jarang mereka terjatuh, irawan menarik tas susi yang berlari paling belakang, karena mereka berlari dengan tangan saling bergandeng mereka malah jatuh bersama2, saya memegangi pundak dina, dan memandang matanya tajam... Saya :"din,, tenanggg.. jangan kalap, berbahaya di tempat kayak gini kalian lari, sus, sama kamu ani.. jangan lari bahaya..!" mereka hanya diam dan keringat mereka bercucuran, begitu juga saya dan irawan, tenaga kami sudah habis, saya masih mencari cara untuk menemukan jalan ke pos, saya terlalu capek karena insiden barusan, ditambah kenyataan ada sosok perempuan yang saya yakin adalah perempuan yang tiba2 tertawa tadi.. kini sedang berada disebuah dahan pohon yang rendah, dia memainkan kakinya sambil bernyanyi jawa "ungklangungklang belulang", jika kalian tanya rupanya.. hemmmmmm baik saya diskripsika, mungkin ini cocok dikatakan sebagai "wewe", dia berwujud perempuan tua, dengan rambut gimbal, wajahnya keriput dengan banyak kutil, di mulutnya terlihat gigi besar yang jarang2, dia memiliki punggung bungkuk dan maaf payudara yang menggantung sangat besar tp kendor dan tak keriput, penampilanya menyeramkan dia menatapku sambil bernyanyi jawa.. saya menoleh kepada yang lain, 3 cewek itu seperti hampir pingsan. mereka tak mungkin melanjutkan jalan,
Saya :"wan, tolong jaga cewek2 itu bentar, kasih mereka minum, selimuti mereka, merka kedinginan, kamu tolong ambil gula jawa di tasku, dan kasih mereka sepotong2." irawan tanpa bertanya langsung menurut dan menghampiri 3 cewek temanku itu...
pandangan saya kembali menuju sosok wewe itu, saya sebenarnya sudah sangat lelah, bahkan sekarang saaya ketakutan, kaki saya mulai gemetar, saya memakai cincin pemberian kyai,untuk menghajar makhluk itu dengan sisa tenaga yang ada. makhluk itu nampak terkejut...
tapi dia kemudian malah tertawa saya mengheningkan cipta dan membaca beberapa doa, dan begitu mata saya terbuka, saya jatuh terduduk melihat pemandangan didepan saya.......
100 Tahun Setelah Aku Mati
Irawan :"zal!, kamu kenapa!"" irawan buru2 mendekatiku dengan khawatir.. dan irawan juga melihatnya, dia tampak lebih ketakutan dari saya... kini dia jatuh terduduk dan mulutnya membisu, tampak udara dingin pegunungan tidak mempengaruhinya, karena saya melihat keringat sebesar biji jagung menets diwajahnya... saya merasa gentar melihat puluhan pocong dengan wajah menyeramkan, tampak ada wujud seperti kera hitam legam dengan mata merah menyala, ada beberapa berwujud manusia dengan tanpa kepala, dan beberapa bagian tubuh yang tidak utuh... kini wewe itu sudah berdiri tepat didapnku yang bersimpuh lemas kelelahan, disampingnya berdiri sesosok "leak" ya mirip leak yang ada di bali dengan lidah seperti komodo yang menjulur2... "ini keterlaluan!" batinku, mereka terlalu banyak, saya tidak mungkin membakar mereka semua, kalau saya nekat mungkin malah saya yang mati disini, ini diluar kemampuanku...
"kamu menantang kami le"" kata wewe itu dengan bahasa batin.. "tidak, kami hanya tersesat, kami akan pergi" jawabku dengan sangat ketakutan, baru pertama kali saya mendapat situasi seperti ini...
"kenapa buru2, kenapa tidak bermain dulu" , darah perjaka dan perawan seperti kalian akan sangat nikmat " sosok leak itu menyahut...
saya memilih nekat...... yaitu nekat berlari ditengah hutan pegunungan yang terjal dan penuh jurang..
"wan,din,susi,ani lari!!!!!!!" saya berteriak sangat keras, ternyata 3cewek itu juga melihat penampakan didepanku,
kami lari meninggalkan barang2 kami, dan sialnya hanya irawan yang memegang senter, itu pun sudah sangat lemah sinarnya...
saya berlari sambil membaca beberapa doa agar tidak diikut, saya menoleh, mereka mengikuti kami, mereka terbang, rasa sakit di kaki tidak kupedulikan, entah berapa kali kami tersandung akar pohon dan batu2 besar, kami terus berlari dengan sisa2 tenaga yang sudah sangat terkuras, saya sudah tidak peduli lagi dengan pos itu, yang terpenting adalah kami selamat dari terror ini....ini mengingatkan pada kejadian saat saya masih kecil, dimana saya selalu berlari ketika bertemu makhluk halus, tapi kali ini berbeda, kalau dulu saya sendiri, sekarang saya bersama teman2ku dan saya tidak ingin mereka celaka, makanya
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya memilih kaburr.. saya lupa berapa doa perlindungan yang saya amalkan tapi nampaknya berhasill, mereka tidak mengikuti kami lagi, tapi hal buruk berikutnya terjadi sedetik kemudian..
"WAAANNN!!!!" saya berteriak, ada sebuah sungai, dan......
kami terjatuh, saya kira kami akan mati, ternyata sungai itu tidak dalam, dan kami juga jatuh dari bibir sungai yg tidak tinggi, kami tersengal2, nafas kami masih memburu, dan jantung kami masih berdetak sangat cepat, seluruh tubuh saya berasa ngilu, karena berkali2 terkantuk benda keras..
Saya : "kalian gakpapa,"" tidak ada jawaban, mereka masih kelelahan dan terlihat sangat syok dengan kejadian tadi, tampak Susi meringis kesakitan memegangi kakinya, ani dan dina juga terlihat sempoyongan, sedangkan irawan dia terjatuh duluan mungkin punggungnya menghantam tanah dia jadi memegangi bahu dan punggungnya.
"apa kita bakal mati"" kata dina yang mulai menangis, kami masih berada di air disebuah anak sungai yang dangkal setinggi lutut..
"mungkin" jawabku enteng...
"tapi tinggal kalian yang memilih, mau mati lemas dan ketakutan atau memilih mencari jalan pulang sama aku", saya memapah susi, tampaknya kakinya terluka parah, sebenarnya berdiripun saya hampir tak bisa, tapi kasian susii, irwan juga sedang terkilir, kami menepi ke pinggiran sungai. mencari tempat yang kering, irawan dan yang lain masih ketakutan, mereka tak henti2nya menoleh kebelakang, untuk memastikan makhluk2 itu sudah pergi..
kami kedinginan, haus, capek, dan takut.. beberapa kali terdengar lolongan anjing dan suara2 alam yang lain, para cewek mulai menangis, mereka ketakutan bagaimana caranya pulang, atau paling tidak selamat.. kami bahkan tidak membawa barang apapun, selain baju basah yang kami kenakan dan benda2 lain yang menempel dibadan..
bagaimana dengan saya" saya sangat ketakutan sama seperti mereka, tapi saya mencoba tenang dan mencari solusi, irawan yang biasanya cerdas juga nampak diam karena syok. dan tiba2
Saya : "heyyy, kalian lihat sinar itu""
Irawan :ha", iya itu sinar lampu" itu rumah penduduk zal,"
100 Tahun Setelah Aku Mati
pernyataan saya dibenarkan oleh irawan, rona wajah teman2ku membaik, seperti ada harapan baru. sebuah pertolongan...
kami menyebrang anak sungai itu, meskipun tidak dalam, yang menganggu kami adalah airnya yang sedingin es..
tubuh kami menggigil kedinginan, kami berjalan cukup jauh mungkin sekitar 1km, dengan keadaan tubuh seperti ini, ini benar2 menyiksa, susi tidak lagi kupapah, dia mutah2 sepanjang jalan, sekarang diaku gendong, akhirnya kami sampai dsebuah perumahan, sudah ada listrik mengalir dan jalan aspal, waktu menunjukan jam 22.30 malam, ada satu hal yang terbesit, dimana ini", apakah kami terlalu jauh kesasar dan mungkin sampai ke daerah sleman, mungkin kinah rejo karena memang jarak desa tersebut hanya beberapa km dari puncak merapi...
kami berjalan menuju jalan, di pinggir jalan ada seorang bapak dan ibu, mungkin suami istriii. mereka menanyakan ada apa dengan kami,kami berbicara da menjelaskan secara singkat kalau kami terpisah dari rombongan pendaki.. nama bapak itu bapak jemino, sedangkan nama ibu itu adalah ibu yati... dan begitu saya bertatapan mata dengan mereka saya tau, mereka bukan manusia!, saya melihat beberapa orang di belakang jendela rumah mereka, dan kamu tau" mereka semua dikampung ini, semuanya bukan manusia....
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 17 (teror lereng merapi-bagian2 )
*nama bapak itu bapak jemino, sedangkan nama ibu itu adalah ibu yati... dan begitu saya bertatapan mata dengan mereka saya tau, mereka bukan manusia!, saya melihat beberapa orang di belakang jendela rumah mereka, dan kamu tau" mereka semua dikampung ini, semuanya bukan manusia.... *
Saya bingung apa yang harus saya lakukan, kami berharap yang kami temukan adalah perkampungan penduduk agar kami bisa meminta pertolongan, tapi justru kami terjebak di sebuah perkampungan jin...
keringat mulai mengucur lagi, saya sudah lama tidak mengalami ketakutan yang demikian, sungguh sebuah kejadian yang kali ini pertama kali menimpaku, ditambah kenyataan saya sedang bersama teman2ku yang tidak tau apa2... ohh tuhannnnn...
pasangan orang tua itu nampak melihat luka dari irawan dan susi, saya hanya terdiam... mulut saya kaku, saya ingin langsung menanyai 2 pasangan itu, sebenarnya siapa sejatinya mereka.. tapi saya tidak bisa melakukan apa2, saya terlalu lelah.. bahkan untuk berdiri kakiku sudah gemetaran, amalan penangkal dan pelindung makhluk halusku pun tidak akan berfungsi jika tenaga saya sudah terkuras seperti ini, rasa takuut itu kembali saat saya melihat wujud asli mereka, 2 orang wujud manusia dengan wajah putih yang sangat pucat, mata mereka menghitam dengan gigi yang sudah tidak ada lagi dan hanya memperlihatkan gusi mereka yang berwarna ungu.... tapiii,,, teman2 saya ditolong oleh mereka, dan saya masih curiga, saya awasi tiap gerakan dari orang tua itu,,, teman2ku berbicara sekedar basa basi dengan menanyakan lokasi ini dimana, dan makhluk yang bernama pak jemino itu hanya berkata "kalian di lereng merapi" Pak jemino : "kalian gak bisa jalan, besok kami bantu kalian pulang, atau buat ngabari guru kalian ya, sekarang ngnep dulu saja dirumah kam, nanti makan sama minum. sekalian biar dipijet sama diobati sama mbok yati ya "
tampak wajah teman2ku lega, mereka terlihat senang karena merasa terror dan kesialan ini akan berakhir.. tapi tidak bagiku, saya ketakutan sekali, dan sialnya saya tidak bisa berbuat apa2 selain diam dan berdoa memohon petunjuk Allah. temanku memperkenalkan dirinya masing2 sambil menyalami 2 sosok didepanku, mereka tidak sadar bahwa yang mereka salami bukan manusia, saya tidak menyalami mereka, saya terrduduk diam dan lemas ekspresi wajahku mungkin akan menunjukan wajah ketegangan...
100 Tahun Setelah Aku Mati
Irawan : "dia namanya rizal pak, maaf mungkin kecapean jadi bengong terus" ujar rizal yang berusaha sopan.
Bu Yati : "ohhh nak rizal ya, hehehe" orangtua itu terkekeh, teman2 saya yang lain tampak senyum2 saja, tapi suara itu membuat saya merinding ngeri.. "ayo zalll, lama bisa bahaya disini" saya membatin.. saya berusaha berdiri.. bruukkk lagi2 saya terjatuh terduduk.. nampaknya saya sudah mencapai baatas karena menggunakan ilmu batin saya sejak petang tadi ditambah setamina saya terkuras untuk medaki, berlari dan menggendon susi.
Pak jemino :"kamu gakpopo le", kalo susah berdiri nanti saya papah" Saya :"egak pak, makasih saya masih kuat jalan"kataku sambil memandang 2 makhluk itu,
Pak jemino :"hehehe, yowis kalo kuat le, semoga kamu kuat sampe besok" makhluk jadi2an itu terkekeh, dan kata2nya barusan yang penuh arti dan tanda tanya, dan semakin membuatku bergidik ngeri....
saya memutuskan untuk mengikuti permainan dari 2 makhluk itu, sudah buntu rasanya pikiranku, saya tidak akan menyerah kalau akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, saya akan terus curiga dan mengawasi apa yang sebenarnya terjadi, dan saya memilih jalan terbaik untuk saat itu, yaitu pasrah mengikuti mereka, paling tidak itu bisa mengulur waktu untuk memikirkan rencana dan kalau saya tidak punya rencana apa2 paling tidak itu akan membuat kami bisa hidup lebih lama walaupun hanya sebentar...
... ..... kami berjalan dengan lemas menuju sebuah "rumah" dari dua orang tua itu, sepanjang jalan saya melihat warga yang bukan manusia tentunya. mereka saling menegur rombongan kami, sekedar menanyakan siapa kami dan apa yang terjadi " pintar betul mereka, benar2 cerdik" batinku dalam hati, saya melihat wujud2 aneh dari wujud asli warga di kampung itu, ada yang berujud siluman dengan wajah kera dan tubuh perempuan muda, beberapa poocong, beberapa gendruwo, dan beberapa tulang manusia utuh yang biasa disebut jrangkong, saya menahan gejolak rasa takutku, bahkan mereka lebih kuat dari makhluk2 yang mengganggu kami tadi..
akhirnya kami sampai kesebuah rumah, cukup bagus untuk ukuran rumah makhluk halus, mereka menipu kami dengan rumah yang benar2 seperti rumah pada umumnya, kami diminta duduk diruang tamu,
Pak jemino :"sebentar ya, bapak ambil obat urut dulu, kalian istirahat aja
100 Tahun Setelah Aku Mati
sebentar, bunee buatin minum sama sekalian makananya" dan kedua orangtua itu berlalu dan menuju dapur mungkin, dapur yang mungkin berisi jasad korban mereka sebelumnya.. saya melihat teman2ku, keadaan mereka amburadul sepertiku tapi terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya...
irawwan mengeluarkan ht dari sakunya, ohh ht itu masih terbawa olehnya, saya berpikir keras, untuk kabur sambil membawa teman2ku, apakah ada kesempatan mungkin hanya ini, kalau kami tetap disini entah apa yang akan terjadi, tapi jika kami kabur entah apa juga yang akan terjadi pikirku kelu. barusaja ingin mengatakan sesuatu pak jemino sudah ada diruangan kami, degggg,, apa yang akan tterjadi..
orangtua itu membawa sebuah botol, dan beberapa pakaian, dia menyerahkan kepada kami.
Pak jemino : "ini kalian ganti baju dulu ya, pakaianya sederhana gapopo to, dari pada kedinginan.. ini pakaian milik kedua almarhum anak saya" ujarnya dengan nada suara datar, teman2ku langsung menerimanya dan mengganti pakian di ruangan yang disediakan.. kecuali saya, saya terduduk mematung dan berada satu ruang sendirian dengan makhluk yang mengaku pak jemino itu, dan disusul manusia jadi2an bernama bu yati, sambil membawa satu nampan penuh berisi makanan dan minuman..
Saya :"hebat kalian, benar2 cerdik... apakah kalian penguasa disini" kataku pada mereka,
Pak jemino : "hahaha, kamu memang anak pilihan, secepat itu tau, bahkan seorang yang berilmu tinggi belum tentu bisa membedakan kami" ujarnya pelan.. Saya : "apa maksud kalian", jika memang mau mengakhiri kami, maka akhiri dengan cepat" ujarku dengan nada tinggi tapi pelan.
Bu yati : "ikuti saja yo lee" wanita tua itu menimpaliku..
baru saja mau menanggapi bicara dengan mereka teman2ku sudah keluar dari kamar.. saya hanya bisa mengunci mulutku rapat2.
Bu yati : "nahhh, ayo makan sik, laper sama haus to kaliannn sekarang ayo makan bareng2" ujar wanita itu,
dann kami sudah berada di sebuah meja makan dengan makanan dan minuman sudah tersaji didepan kami.
Bu yati : "wiss ayo, diminum, disini simbok sama bapak cuma makan hasil bumi, kayak jagung, telo.. tapi dimakan ya"
Irawan :"makasih sekali pak buk, ini sudah cukup, kami berterimakasih sudah ditolong" ujar irawan menimpali dengan sopan... teman2ku langsung menenggak
100 Tahun Setelah Aku Mati
minuman itu banyak2, kami memang sangat kehausan.. tak terkecuali saya, saya haus tapi ragu dengan apa yang disajikan, saya hanya menatap gelas didepan saya "aneh" batinku dalam hati..
ini air minum biasa, bukan darah cemani atau darah burung gagak seperti yang biasa makhluk halus lainya minum..
Pak jemino : "nak rizal, jangan bengong silahkan diminum gak usah takut semua yang tersaji ini hallal"
deggg... sebersit aura.. dan tampaknya anggapan saya salah tentang mereka.. aura ini positif, sama seperti aura milik sari... dan suara itu tidak terdengar menyeramkan...
Ani :"zallll.. udah dipersilahinnn ayokkk lah menghargai bapak sama ibu jemino" ujar ani mengagetkanku...
Saya mengangguk, dan meminum air itu.. benar2 biasa dan malah sangat segar batinku,, saya berusaha tidak curiga dan nekat menyantap apa yang tersaji di depanku,,,
selama makan pak jemino menceritakan desa ini, desa ini namanya desa xxxxxx. saya tidak pernah mendengar nama itu, saya yakin hanya dibuat2. dia menceritakan kehidupan disini dan mengatakan bahwa dia adalah lurah, dan saya yakin mereka adalah penguasa disini, mereka juga menceritakan keluarga mereka dan almarhum putra putri mereka, beberapa nasihat juga di sampaikan kepada kami seperti mengenai ibadah, berdoa, belajar dll. mereka tampak seperti benar2 manusia dan orangtua yang ramah..
makan malam itu kami cukupkan, irawan meminta izin untuk mengecas baterai ht..
setelah itu irawan dan susi masing diobati lukanya dan dipijat, ani dan dina juga sama karena banyak sekali luka lecet mereka.. terkecuali saya, saya hanya membisu sambil memperhatikan mereka..
dan setelah selesai kami dipersilahkan istirahat, besok pagi kami akan dibantu untuk bertemu dengan rombongan kami...
kami sudah berada disebuah kamar, irawan dan saya tidur di sebuah kamar dengan kasur tua,
sedangkan 3 cewek lainya berda di kamar sebelahnya.. terlihat irawan masih syok,, saya tidak ingin mengatakan hal yang membuatnya takut. dia sudah tiduran dan tidak berselang lama nampaknya dia benar2 terlelap karena kelelahan... saya keluar kamar, dan menutup pintunya, saya mencari 2 makhluk itu... dan mereka sudah duduk berhadapan di meja makan yang kami gunakan tadi,
100 Tahun Setelah Aku Mati mereka sudah berujud asli mereka, wujud pucat mereka... "saya meminta penjelasan kalian, kenapa kalian menolong kami"" Bu yati : "kamu beragama kan le", harusnya kamu tau tidak semua bangsa kami jahat"
Pak jemino : "kamu anak emas, dan kalau gak ada kamu mungkin teman2mu sudah mati lemas di hutan, bersama jin hitam itu"
Saya :"jadi"", kalian tidak bermaksud buruk pada kami""
Pak jemino : "tentu saja tidak, kami juga jin muslim, saya penguasa disini, dan kamu dan teman2mu tidak akan di ganggu"
Saya : "maaf ya, saya hanya belum bisa percaya tadi" Bu yati ; "tidak masalah, kamu melakukan hal yang benar" Saya :"dan bagaimana kami kembali" dimana ini sebenarnya""
Pak jemino :"kamu berada di tengah alas, ini adalah kerajaan merapi, saya adalah lurah yang berkuasa di daerah ini, beruntung kalian bertemu jin putihan seperti kami...
dulunya ini adalah perkampungan pendduk yang ditinggalkan karena letusan merapi tahun 1800an, kami memakai tempat ini untuk tinggal, dan cara untuk kamu pulang besokk.. kamu akan segera tau" kata pak jemino yang melayang mendekatiku, dia menyentuh keningku dan........
saya tidak ingat apapun karena seperti pingsan rasanya. .
"rizallllll.... rizalllllllll... uhh rizalll kamu kenapa!" terdengar suara perempuan yang kukenal, saya terbangun gara2 tepukan dipipku..
pusing, dan dingin itu yang pertama saya rasakan..
Saya : "risa", loh kok"" saya bingung dan memandang kesekeliling, tampak hanya hamparan luas bebatuan dan pasir.
risa memelukuu, saya masih bingung, teman2ku dari kelompok lain berdatangan....
Saya :"dimana ini", irawan,dina,susi,ani dimana mereka""", mereka gak kenapa2 kan"" ucapku yang sangat khawatir dengan mereke..
semua terdiam, instrukturku datang... namanya pak bambang Pak bambang :"rizal, syukur kamu selamat, dari mana aja kalian", apa yang terjadi", dimana temen2mu""
pak bambang memburuku dengan pertanyaan, saya malah bingung sendii, berusaha mengingat kejadian malam itu. dan saya sontak berdiri, ahhh sakit sekali
100 Tahun Setelah Aku Mati kakiku... saya menoleh kiri kanan..
Saya : "pak kita harus nyari yang lain, saya jelaskan nanti pak!" ucapku dengan sempoyongan, baru saja berjalan beberapa detik kemudian seorang seniorku berteriak dairi kejauhan
"pakkk!!! meereka ketemu!, mereka disini semua" katanya sambil teriakk keras.. saya berlari dengan kaki yang sangat sakit, rasa takut akan keselamatan teman2ku menjalar ke tubuhku yang baru bangunnnn..
"dimana mas"" tanyaku pada seniorku..
"di..disana, aku gak berani liat" dia tampak takut sekali, saya berlari kearah yang ditunjuknya....
dan.. "astaghfirullah" batinku, saya melihat mereka terlentang di hamparan pasir dan batu,
tapi yang palin menakutkan, mereka semua terbungkus kain kafan!!!.. apaa ini" kenapa, saya tidak peduli, saya menghampiri mereka, ini irawann... saya memeriksa nafasnya, dannn... dia masih bernafas... mereka selamat.."alhamdulillah," ucapku bersyukur, mereka semua selamat, nampaknya hanya tertidur sepertiku tadi, saya melihat setumpuk pakaian yang tergeletak di tanah, dan sebuah ht, saya membuka kain kafan irawan, dia telanjang... ternyata ini yg membuat mereka dalam keadaan terkafani kecuali saya, baju yang diberikan pak jemino, mereka semua memakainya kecuali saya.. teman2ku yg lain datang mereka juga tampak terkejut dan ketakutan.. "mereka gak papa, mereka cuma pingsan. tolong bantu dina,susi sama ani, mereka gak berpakaian, itu pakaian mereka, tolong ya yang cewek.. hati2 kaki susi terluka" ucapku berseruuu
pak bambang berjongkok disebelahku.
"apa yang kalian alami rizal", sesuatu yang gak masuk akal"" saya hanya mengangguk dan berusaha membangunkan irawan dan dia membuka mata dengan terkejut melihat sekeliling, begitu juga ketiga cewek yang lainn.. mereka tampak ketakutan mereka terbangun di tempat yang berbeda ri tempat mereka tidur semalam. dan mereka juga kaget karena mereka saat bangun sudah memakai kain kafan..
3 cewek itu digendong teman cewek yang lain untuk berganti baju, irawan juga sangat syok dengan kejadian ini..
"zal"", kamu tau"" tanyanya dengan gemetar.
"ya aku tau semuanya wan, aku tau, dan nanti akan kujelaskan sama kalian"
100 Tahun Setelah Aku Mati
. . hari itu uga kami dibawa pulang tidak ada yang berani bertanya tentang apa yang menimpa kami semalam.
bahkan mungkin teman2ku juga terlalu takut untuk menceritakanya kembali,, kami ditandu dan dibawa turun gunung, sepintas diperjalanan saya melihat pak jemino dan ibu yati yang melambaikan tangan kepadaku.
saat kami tidur ternyata kami dipindahkan dari tidur kami, kami dibawa ke dekat perkemahan kru penyelamat di pasar bubrah
dan sejak saat itu saya berfikir 2 x untuk naik gunung lagi..
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 18 (semua akan kutanggung)
"udah lama kalian"" ujarku kepada Irawan, dina, ani dan susi. sore itu adalah sabtu sore dan hari terakhir kami liburan yang terpaksa liburan kami harus diisi dengan ketakutan..
Susi :"ahhh enggak kok zal, baru aja. eh ris kamu disini juga" kata susi. saya dan risa baru saja kewarung untuk membeli bahan sembako dan beberapa camilan untuk teman2ku yang memang sehari sebelumnya berniat datang untuk membicarakan hal yang baru saja 3 hari kami lalui..
Risa : "iya nih sus " kata risa sambil menyalami mereka. Irawan :"zal,....."
Saya : "iya wan aku paham, duduk2 dulu jangan tegang, semuanya nanti bakal tak ceritain" ujarku sambil mengajak mereka masuk..
Risa :"zal, aku buatin minum dulu ya"" kata risa sambil tersenyum manis padaku, saya hanya mengangguk.
saya menyetel tv sekedar memecah kekakuan, tampaknya mereka sangat syok dengan kejadian di merapi kemarin..
Saya :"kakimu masih sakit sus"" tanyaku sambil melihat kaki susi dengan perban dipergelangan kakinya..
susi : "dikit zal, dan makasih kamu pahlawan zal " Saya :"makasih untuk""
Susi :"untuk semuanya " jawabnya dengan suara halus.. saya :"haaa"" saya malah makin bingung.
Anii :"gemes aku liat kamu zal, kayak orang gak ngalamin apa2 aja, mukamu itu lho polosnya minta ampunnn pengen tak jitakin" kata ani dengan melotot serem. Dina :"kamu itu kemaren yang bisa bikin kami rada tenang zal,dari cara kamu cari arah, cara kamu nglindungi kita2 makasih ya, irawan juga makasih ya wan" kata dina menimpali dengan tersenyum.
irawan hanya mematung, mungkin dia belum bisa menerima kejadian di luar nalar itu.
saya : "yahhhh... aku cuma spontan nglakuin itu, gak usah difikirkan. semoa orang
100 Tahun Setelah Aku Mati
juga bakal nglakuin hal yang sama, dan apapun penjelasanku nanti boleh kalian terima atau tidak. terserah kalian, aku gak maksa kalian percaya" mereka hanya mengangguk. terutama irawan dia tampak antusias sekali. saya mulai bercerita tentang kerajaan merapi itu dan siapa sebenarnya pak jemino dan ibu yati itu. mereka tampak tertegun dengan kenyataan itu dengan hal yang saya jelaskan, masih ada ekspresi ketakutan di wajah mereka.
saya :"jadi gitu ceritanya, monggo aku balikin sama kalian buat percaya apa enggak"
Irawan :"zal, trus gimana kamu bisa tau"" tanya irawan menyelidik saya menoleh kearah risa yang sudah duduk disampingku, saya mengangkat sebelah alis saya, memberikan sebuah kode padanya, dia mengangguk dan paham apa yang kumaksud.
saya :"well... aku sedikit beda dari kalian, lebih tepatnya aneh. aku punya kelebihan enggak maksudku kutukan lebih tepatnya"
Ani : "zal"""
saya mulai bercerita tentang buruknya masalaluku dengan semua hal yang tidak masuk akal, saya tidak ingin menyembunyikanya lag, biarlah jika mereka ingin tau maka mereka akan tau percuma kututupi juga itu yang sya pikirkan saat itu. Irawan :"jadi bener dugaanku ya zal, selama ini emang kamu bisa liat kayak gitu. Saya :"yaa seperti itulah wan, dan buat kalian setelah tau monggo masih mau temenan sama orang aneh kayak aku apa enggak monggo"
Irawan :"tumben omonganmu kayak orang idiot zal", kamu itu udah kayak sodara buatku jangan goblok lagi ya " kata irawan menepun pundaku.
saya hanya tersenyum, senang rasanya teman2ku sangat pengertian.. Susi :"kamu hebat zal... bisa sampe sejauh ini, kalo aku mah gak tau gimana idupku kalo kayak kamu"
Saya : "aku cuma menjalani apa yang ditimpakan gusti Allah, keadaanku yg abnormal, kepergian ibu sama bapaku, dan hidupku yang sebatang kara saat ini, semua udah ada jalanya, sakit memang bahkan dulu aku sering mengutuk Tuhan, tapi sekarang aku coba lebih ikhlas dan semua ini akan kutanggung" lagi2 mereka diam, seperti memikirkan kata2ku barusan.. hening selama beberapa menit dan irawan memcah kebisuan diantara kami.
100 Tahun Setelah Aku Mati
Irawan : "ahhh kamu ini zal, malah bikin perasaanku gak enak aja, udah nonton tv aja yokkk" saut irawan yang membuat kekakuan obrolan kami mereda.. obrolan kami berjalan dengan biasa lagi, yahhh hanya obrolan2 dan guyonan asal nyablak khas anak SMA.
jam 5 sore, teman2ku pamit untuk pulang,
saya : "sampe besok yaa, pr mu kerjain wan, nyontek muluuu dari dulu " Irawan : "yeee. aku kasian sama kamu zal, ntar kesalip sama aku nilaimu hahaha" Saya :" buktiin aja besok haha"
susi dina dan ani juga berpamitan, sebelum pulang membonceng motor ani susi membisikan sesuatu..
"Risa beruntung punya kamu".
susi kemudian berlalu dengan kaki yang masih pincang sambil tersenyum... saya menghela nafas... "kayaknya aku yang beruntung sus"gumamku pelan. saya kembali masuk kedalam rumah, risa sedang membereskan gelas kotor dan membawanya ke dapur.
Saya :"ris..." Risa :"iya zal gimana"" katanya tanpa menoleh. sambil mencuci gelas. Saya :"makasih ya, kamu selalu nemenin aku"
Risa :"dan sekarang kamu masih merasa sebatang kara"" tanya nya balik dengan pandangan masih di bak cucian piring.
Saya :"kadang ris, saat kamu gak ada disini"
Risa :"yaa.. dan aku kan selalu ada buat kamu, walaupun aku gak disini" Risa tersenyum sangat manis, perempuan sempurna gumamku dalam hati. saya membantu risa mencuci beberapa gelas tadi dan menaruhnya di rak piring dan gelas.
Risa :"huaaa, kelar deh, abis ini mau ngapain zal""
Saya : "abis shalat maghrib sih mau belajar lagi aku ris, kamu mau pulang kapan"" Risa :"bagus dehh tapi anter aku pulang dulu ya :P"
Saya :"lah" kok tumben, bukanya kamu bawa motor""
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Risa :"ya biarinnn, motorku taroh sini aja, kamu kan belom pernah kerumahku.. Ayahku mau ketemu kamuu"
Saya :"haaa""", mau ketemu buat apa to riz""
100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa :"ya buat ketemu aja, udahhh ahhh jangan banyak tanya, sekarang ayo sholat trus anter aku pake motormu" kata risa sambil mencet hidung ku keras banget.. Saya :"iya2 wel bawel "
singkatnya saya sudah berada di garasi dan memanasi motor vespaku, udah berdebu aja nih si butut, ujarku sambil ngelap pespa tua kesayangan almarhum bapak.. saya memang lebih sering keluar dengan sepedaku dari pada memakai motor.
Saya :"Risss... ayo keburu malemm, pintunya kunci semua!"kataku berteriak didepan gerbang
Risa :"iyaaa!!!!, ini rumahmu zal, kok jadi aku yang kamu suruh2"!!!" kata dia gak kalah kenceng, saya cuma cengengesan diatas motor.
Saya :"ayoo dehhh,"
Risa :"ayokkk" kata risa sambil membonceng motorku, Saya :"udahhh""""
Risa :"udahhh kok " katanya dengan suara manis Saya :"ya turun kalo udah "
dannnn jurus sakit seribu tahun menghujam perutku
Risa :"hiiihhhhhhh ni anak malah ngeselinnn dari tadi... niiii rasaiinnn niiiii, bikin gemesss aku dari tadi" risa mencubitku dengan kekuatan penuhhhhh Saya :"ee.. iya iya ampunnn lah risss, becanda doanggg lepasin nih sakit niii" Risa :"bodo ahhhh" serunya sambil mencubit dengan tenaga maksimalnya sebelum dilepas.
Saya :"ris ..."
Risa :"apaa!" Saya :"bisa mati aku ris kamu cubit terus, biru nihhh" Risa :"ohhh mau dimatiin sekalian"""
Saya :"ehh enggak.. berangkat yok berangkat" :3 .
. . saya beberapa kali ditunjukan arah kerumah risa, tapi ya baru kali ini saya akan
100 Tahun Setelah Aku Mati
kesana.. Saya :"rissss,, bapakmu mau ngapain ketemu aku"" Risa :"haaa" gak kedengeran"
saya :"bapakkkmu mau ketemu aku kenapa!"" ngapain"" Risa : "haaa"" Babi apa" mana babinya
Saya : -_- ini suara pespanya yang kenceng apa dasarnya risa yang budek ya. Risa :"zal, dari portal itu belok ke kiri ya"
dan akhirnya kami sampai didepan rumah risa, dan didepanku sebuah rumah yang ekstra besar, muke gile ni rumah kayak hotel aja segede ini kah rumah risa" Pintu pagar risa di bukakan oleh seorang ibuk2,
"makasih buk " ucapku dengan sopan, Risa :" ayo zal masuk, mbok makasih ya"
Saya :"ohh iya ris, baru saja turun dari motor didepan pintu kami ditunggu oleh seorang yang tinggi gede, dengan brewok yang dicukur rapi, pawakanya sebesar bapak. tapi kalo bapak wajahnya bersih dari kumis dan jenggot orang itu memiliki bulu wajah yang banyak dengan perawakan yang sangat kekar. njirrrr.... apa itu ayahnya risa"""""
Risa :"yahhhh.. kok tumben didepan pintu""
ayahnya risa :"nunggu kamu, kenapa jam segini baru pulang"" Risa hanya menunduk..
Saya :"maaf om saya gak sopan, risa tadi dari rumah saya, saya Rizal, tadi risa bilang om mau ketemu saya" ujarku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Ayahnya risa :"ohhh,, jadi kamu Rizal, yaudah masuk dulu" ujar beliau dengan suara keras.... glekkk saya memandang risa, risa hanya diam sambil menunduk.. kayaknya galak nih batinku.
saya dipersilahkan duduk diruang tamu yang dihiasi dengan interior yang bagus.. wahhhh saya gak henti2nya kagum dengan rumah ini, jauh banget dengan rumah yang saya tinggali saya membatin dengan takjub.
"nama saya hamzah" beliau memperkenalkan dirinya
Om hamzah :"riza sering cerita tentang kamu, ya kalo saya gapapa risa berteman
100 Tahun Setelah Aku Mati
dengan siapapun, tapi harus tau dulu kamu siapa. rumah kamu dimana " Saya :"rumah saya di daerah S****** om, gak jauh dari sini kok. Om hamzah :"ohhh, trus orang tuamu kerjanya apa"
Saya :"kedua orang tua saya sudah meninggal om, ibuk saya dulu pegawai bank, meninggal tahun 95, kalau bapak saya dulu seorang Tentara AD, baru meninggal sebulan yang lalu, sekarang saya tinggal sendiri " saya menjawab dengan nada suara datar tapi keras, supaya tidak terkesan menyedihkan..
Om hamzah :"trus biaya hidupmu gimana", siapa yang nanggung", yang ngurus rumah gimana"" tanya om hamzah dengan menyelidik, tatapan matanya sangat tajam. seperti tatapan mata almarhum bapak saya dulu. saya menghela nafas panjang...
saya :"saya sekarang hidup dari uang pensiun almarhum bapak saya om, ya saya rasa cukup untuk tabungan, dan sekarang sedang cari kerja sambilan untuk biaya oprasional sekolah om.. yaa setidaknya saya masih sangat bersyukur selepas kepergian kedua orangtua saya, saya ditinggali banyak fasilitas om, rumah yang layak, kendaraan dll, saya yakin banyak anak yang tidak seberuntung saya" Om hamzah hanya terdiam, beliau seperti memikirkan sesuatu.. Om hamzah : "hahahahahaha," beliau malah tertawa, saya bingung dengan tawa itu, apakah ada yang salah dengan omongan saya.
Om hamzah :"maafin saya ya nak rizal, tadi saya pura2 galak cuma mau ngetes kamu aja, ternyata yang diceritakan risa itu gak berlebihan, anak muda kayak kamu bener2 masih ada, hebatt bener2 tangguh anaknya Hartono ini" saya tertegun...
saya :"om kenal dengan bapak saya""
Om hamzah :"tentu saja kenal, sapa yang gak kenal lettu hartono, semasa muda dulu almarhum bapakmu dengan saya itu teman akrab, kalo bapakmu itu di AD,kalo saya sekarang tugas di polri, bapakmu itu bukan orang sembarangan semasa hidupnya, gak heran karirnya bagus, ya dan saya juga gak heran kalo anaknya sama tangguhya dengan bapaknya "
saya :"trimakasih om" ujarku dengan halus..
Risa kemudian datang sambil membawa nampan yang berisi minuman dan makanan ringan.
100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa :"udah yahhh, jangan ngerjain rizal terus ahh" kata risa sambil ngomel dengan ayahnya..
Om hamzah :"hahahha, udah enggak kok, sini ikut duduk kamu nduk" Om hamzah :"trus gimana rencanamu kedepan le", setelah ini mau gimana", maksud saya setelah lulus sma"
Saya :"saya mau melanjutkan pendidikan untuk jadi dokter om" jawabku singkat. om hamzah :"hemmmm,, berat itu, jadi dokter itu gak gampang biayanya gak murah.. kenapak gak jadi tentara atau polisi aja", postur tubuh kamu bagus" saya :"enggak om, dari dulu saya cuma ingin jadi dokter, menurut saya pekerjaan itu semua sama kalau manfaatnya bisa dirasakan banyak orang, untuk biaya saya akan belajar lebih keras lagi om, saya berusaha terus sampe semua bisa saya raih, saya akan berusaha agar dapet beasiswa"
om hamzah :"dan kalo kamu gagal""
saya :"saya akan coba lagi, jika gagal lagi, maka akan saya coba lagi, kalau beasiswa memang saya gak bisa dapat saya akan cari cara lain om, entah apa itu, tapi saya akan usaha semua akan saya tanggung"
Om hamzah :"dan jika kamu tidak bisa nanggung semua itu"" saya :"saya juga gak tau om, saca cuma percaya aja, cuma yakin aja" Om hamzah :"hahahaha, ya ya saya paham, sifat keras kepalamu itu benar2 mrip bapakmu, heh risa, dijaga ni nak rizal, rugi kamu gak dapet dia, hahaha" Risa :"ihhhh apasih ayah ihhhh :P" kata risa dengan wajah yang tersipu. Om hamzah :"yaya nak rizal, semoga kamu diberi jalan yang mudah ya, dan saya ikut berduka cita atas kepergian ibu dan bapakmu, tapi itu akaan ada hikmahnya, kamu tunggu saja ya.dan kalau butuh bantuan tolong jangan segan bilang sama saya, bapakmu itu dulu sudah banyak bantu saya . saya tinggal dulu kedalam ya, Risa nak rizal jangan kamu apa2in lho ya hahaha" kata om hamzah dengan suara keras.
Risa :"aku cewek yah -_harusnya omong kek gitu sama rizal" saya hanya senyum2 sendiri melihat risa yang salting,
Risa :"zal, kamu dirumah juga cuma belajar kan", mending disini aja, sama aku, nanti tak ambilin buku, aku tak mandi bentar tapi.. kamu disini aja ya.. saya :"emmm,, aku gak enak ris malem2 disini, "
100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa :"halahhh, kalo bapak udah suka sama kamu kayak gitu nginep pun boleh zal" saya hanya bisa nurut, dan risa sudah pergi untuk mandi..
saya cuma duduk2 diruang tamu, sesekali membuka handphone saya, mata saya memandang kesebuah ruangan yang luas, tampak foto2 keluarga risa yang difigura tertempel di tembok, ternyata ayah risa tadi sudah berpangkat AKBP, hemmm.. tampak ibu dari risa juga ada disana, cantik sekali bahkan diusianya saat ini difoto itu terlihat masih awet muda, Risa pernah bercerita bahwa ibunya bekerja di KBRI jadi sering berpergian keluar negri.. pantas gak ada disini.. saya merasakan hawa dan aura dirumah ini positif, tidak ada makhluk pengganggu juga hemmm,,
Risa : "maaf ya zal lama" ucap risa yang mengagetkanku Saya :"egak papa ris ehh..."
gak ada yang aneh dari penampilan risa, dia bertambah cantik dari biasanya, entahlah mungkin karena model rambutnya atau apa saya gak paham. Risa :"eheheh gak usah segitunya ngilatinya :P mulutnya tutup " saya :"apasih ris -_"
Risa :"makanya liatnya biasa aja, aku tau kok aku cantik" kata risa sok imut.. Saya :"iya kamu cantik ris" kataku sambil menerima buku dari tangan risa... Risa :"apa udah cukup cantik untuk jadi pacarmu""
glekkk pertanyaan kayak gini membuat saya mati kutu. Saya :"bahkan terlalu cantik hehe" ucapku dengan garing. Risa :"zallll"
saya paham ada perkataan yang tertahan dimulut risa, Saya :"bukanya kemarin kita pernah omong ini ris""" Risa :"iya zal, aku paham, cumaaa....
Saya :"cuma apa ris""
Risa :"cuma takut aja kamu sama orang lain, banyak yang suka kamu zal, kamu pinter, juara umum,olahraga juga jago, dan sifatmu jg baik, kayak susi tadi dina, sama ani juga sama tatapan mereka ke kamu itu gak biasa, aku cewek dan aku paham"
saya mulai paham apa yg dimaksud risa. saya hanya mengusap rambutnya pelan tanpa berkata apapun, dan melanjutkan membaca buku.
100 Tahun Setelah Aku Mati
ckiittttttt, Saya :"risss, kebiasaan deh kamu, kalo ususku keluar gimana""" risa :"hihhhh kamu nyebelin bgt sih, masih aja cuek sama aku" tampaknya risa benar serius ngambeknya
saya memegang pundaknya agar berhadapan denganku.
"trus kenapa ris", bukanya aku pernah bilang aku juga suka kamu", aku akui ada perasaan lebih ke kamu, hanya saja gak sekarang ris, kamu yang paling mengenalku... tentu paham dengan yang harus fokus aku lakukan, riss.. aku butuh kamu, cuma kamu.. saat semua beres.... aku janji"
risa menubrukan kepalanya ke bahu depanku dengan pelan.. "jika kamu sudah berjanji, aku cuma bisa percaya dengan janjimu, tepati ya zal, dan selama menunggu waktu itu dateng, aku juga bakal usaha, menjadi pantas buat kamu"..
saya mengusap rambut risa...
"berusahalah keras, kalau tidak kamu akan jauh tertinggal dariku" .
risa mendongakan kepalanya dan wajah kami saling berhadapan, "aku sayang kamu zal"
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 19 (kunjungan teman lama)
hari itu adalah minggu pagi, hari ini saya harus sendirrian dirumah, Risa tidak bisa menemaniku kali ini karena dia ada acara keluarga dengan Ayahnya.. saya membuka kulkas.. "ahh cuma ada telor sama tempe" gumamku, bosan rasanya makan menu yang itu2 saja, pikiran itu segera saya hilangkan dan berganti dengan kalimat "Allhamdulillah".. saya harusnya bersyukur dengan apa yang bisa saya makan hari ini..
saya memasak telur dan tempe itu, dan memakanya di teras belakang yang menghadap taman kecil dibelakang rumah..
selesai makan saya cuma termenung, menatap pohon mangga yang tertiup angin, saya sedang memikirkan beberapa hal..
hemmm, saya merogoh dompet d celana jeansku, "duit tinggal segini, besok harus segera dapet kerjaan, ayoo zal sekarang gak boleh males" gumamku sambil memukul2 pelan kepalaku.
ting tong..... suara bel pintu berbunyi
ada tamu sepertinya, saya bergegas menuju depan,
saya :"iya sebentar" kataku sambil berlari kecil menuju pintu depan.. tampak didepan rumah seorang perempuan dewasa dengan blus biru dan rok ketat menunggu didepan pintu..
saya :"iya mbak ada yang bisa dibantu""
mbak2 :"iya mas, maaf mengganggu minggu paginya, apa benar ini rumah Bp.Hartono""
Saya :"iya betul mbak, silahkan masuk dulu mbak" saya mempersilahkan wanita itu masuk dan duduk di ruang tamu..
saya : "gimana mbak", ada perlu apa""
saya mulai kawatir jangan2 mbak2 ini dept kolektor..
mbak2 :"iya begini mas, maaf sebelumnya, mas ini namanya siapa", dan hubunganya apa dengan bapak hartono,
Saya :"ohh iya mbak, nama saya rizal, saya anaknya almarhum pak hartono. mbak2 :"nama saya Tini mas, dan saya dari agen asuransi, dan saya ada sedikit pemberitahuan untuk mas untuk mengisi beberapa data, karena mas adalah ahli
100 Tahun Setelah Aku Mati
waris dari Bp.hartono."
degggg... apa2an apa saya mewarisi hutangnya bapak", batin saya, saya memang belum paham dengan hal2 seperti ini, setelah kepergian bapak memang yang menguruskan beberapa dokumen adalah om bowo jadi saya kurang pahamm.. Saya :"ohh, ya mbak, bisa tolong dijelaskan dulu", saya kurang faham" mbak tini tersenyum dan melanjutkan bicara
mbak2 :" begini mas, saya mohon kesediaanya untuk mengisi beberapa data diri mas, kemarin saudara mas, Bapak Bowo mengajukan klaim ke kami, dan asuransi dari bp.hartono dapat dicairkan kepada mas yang selaku ahli waris, " mbak tini menyerahkan sebuah form kertas, dan sebuah surat bermatrai, saya membacanya dengan teliti, dan saya tertegun dengan nominal yang tertulis di surat itu.
"500 juta" saya cuma melongo, bahkan bapak sampai berfikir sejauh itu, bahkan setelah kematianya bapak memberiku warisan yang sangat banyak, saya masih tertegunn..
"mas, mohon diisi terlebih dahulu ya" kata mbak tini yang mengaggetkanku. "ehh iya mbakk" saya mengisi form itu dengan hati2 sekali. saya : "sudah mbak, ada lagi""
Mbak2 :"cukup mas, dan untuk pencairanya minimal mas harus berumur 18 tahun, sekarang umur mas berapa""
saya :"saya baru 16 mbak"
mbak2 :"oh ya, jadi mas bisa mengambil klaim asuransinya saat mas umurnya sudah 18 tahun ya, begitu saja mas. ada yang mau ditanyakan"" saya :"cukup mbak, trimakasih"
mbak2 :"baik mas, kalau ada yang mau ditanyakan ini kartu nama saya" ujarnya sambil menyerahkan kartunamanya
setelah mbak dari asuransi itu pergi saya masih tertegun didepan pintu, uang 500 juta, untuk seorang remaja macam saya, hemmm kira2 apa yang bisa kubeli dengan uang sebanyak itu besok..
"enggak2, aku gak boleh mikir itu, uang ini dibayar nyawa oleh bapak, bapak
100 Tahun Setelah Aku Mati
bahkan sampai mengasuransikan nyawanya, aku harus tetep nabung, aku harus tetep kerja" saya bergumam sambil menampar2 pipi saya..
saya kembali kedalam rumah, dan menelfon om bowo untuk mengucapkan terimakasih kepada beliau.
"ya le, itu hakmu.. dan ingat uang itu untuk kelancaran studimu dan hidupmu besok, om juga belom lama tau pas liat dokumen2 bapakmu kemari, ingat kamu jaga diri jangan jadi liar karna kamu sekarang hidup sendiri" kata om menasihatiku lewat telfon..
saya mencukupkan pembicaraan dengan om bowo dan duduk didepan televisi. "bapak, trimakasih pak" gumamku pelan,,,,
tak terasa saya tertidur di sofa, dan saat saya bangun jam sudah menunjukan pukul 5 sore, saya buru2 melaksanakan shalat azhar, dan dilanjutkan membersihkan taman belakang dari rumput liar...
"huaaaa, kelar jugaak" saya bicara sendiri sambil mengusap keringatku.. "sekarang kamu sudah lebih baik zal" ada suara dari arah yang berlawanan dariku, suara yang sangat kukenal..
"Sarii" dan saya menoleh, betul itu sariii... Saya :" sari """, kamu kesini"""
saya memandang sari, beberapa hari setelah kepergian bapak, sari datang menemuiku, sekarang dia menemuiku lagi, masih sama seperti dulu, dia berujud anak kecil dan semakin mendekatiku dia semakin membesar seolah seumuran denganku, dan wajah dan posturnya sangat mirip dengan risa... kemunculan sari juga ditandai dengan harum bunga melati yang semerbak, mungkin kalau ini dialami orang lain mereka akan langsung lari ketakutan melihat sari, tapi tidak bagiku, saya seperti mendapat kunjungan teman lama.. Sari :"yaaa, kebetulan aja zal, aku ingin melihat keadaanmu, tampaknya kamu baik2 saja, kamu benar2 tabah"
Saya :"bukankah ini yang kamu inginkan" " sautku sambil tersenyumm.. Sari :"rumah lamamu kini sudah ditinggali penghuni baru zal" saya :"ohh ya"", bagus dong.. mereka sudah gak ganggu lagi kan"" tanyaku
100 Tahun Setelah Aku Mati
menyelidik sari :"semenjak kamu terakhir datang, kamu ngasih amalan pelindung negatif kan" bangsaku yang suka ganggu gak akan mendekati mereka " saya hanya mengangguk..
Saya dan sari hanya membicarakan hal2 yang ringan tentang kehidupanku, padahal sebenarnya itu sama sekali gak perlu karena sari pasti juga tau tentang semua yang terjadi padaku.
tapi saya senang, seorang teman dari masa lalu, seorang teman yang menemaniku dalam ketakutan, seorang teman yang bahkan sudah puluhan tahun yang lalu mati...
sari :"zal,," Saya :"iya kenapa ri"" Sari :"terimakasih ya"
saya :"gak kebalik" harusnya aku yang makasih sama kamu kan"" sari :"aku juga harus berterimakasih zal, beberapa tahun hidup denganmu kamu memngobati dendamku, kamu bisa membuat aku ikhlas dengan kematian dari setengah diriku dulu, aku senang, dan kamu tau zal, sebentar lagi mungkin aku akan kembali kealamku, menyusul setengah diriku.. hanya tinggal beberapa hal yang membuatku masih gentayangan dan penasara, bisakah kamu membantuku"." tanya sari dengan suara yang sayu...
Saya :"apa itu sari", jika memang ini untukmu akan kulakukan" ucapku dengan yakin..
Sari :"yang pertama, apakah aku bisa mempercayaimu"" Saya :"maksudmu apa " jangan berbelit belit"
Sari :"yaaahhh, kamu digariskan untuk hidup yang gak mudah zal, dan selama kamu hidup hantaman2 itu akan terus ada, apakah aku bisa mempercayaimu", ya mempercayai kamu akan kuat dan sanggup bertahan agar tidak jatuh terlalu dalam" bisakah" aku cuma ingin kamu tidak berakhir seperti aku" Saya :"bukankah kamu bisa lihat sendiri", sekarang aku masih hidup dengan sehat disini, walaupun ingatan masa lalu itu masih menghantui, ditambah kepergian orangtuaku dan masa depanku yang belum jelas, tapi sari, kamu bisa percaya denganku, gak akan semudah itu buat aku menyerah, sekarang aku punya banyak
100 Tahun Setelah Aku Mati
hal yang kusayangi dan tidak akan aku biarkan diriku kalah sama keadaan" jawabku dengan suara yang sangat yakin..
sari hanya tersenyum.. Sari :"ya artinya memang kamu semakin matang zal " "
Saya :"dan yang selanjutnya apa sari", katamu ada beberapa hal yang masih menghalangimu kembali kealamu""
sari hanya terdiamm.. dia berdiri dari tempat dimana kami duduk, sekarang dia melayang sejengkal dari permukaan tanah, dia melayang menjauh dariku beberapa meter dia tampak mengecil dan kembali ke wujud anak kecilnya.. "Sari!!!" saya memanggilnya dengan suara yang keras
Sari membalikan tubuhnya dengan tetap melayang dan menatap kearahku.. kali iini dia menunjukan wujud yang menyeramkan, dengan warna kulit pucat dan membiru dan berair, sari beru pertama kali ini menunjukanya padaku, ada apa denganya""
Sari :"zal, inilah wujudku yang terakhir atau keadaanku saat mati, menyeramkan ya"" ujarnya dengan senyuman yang menurutku bisa membuat orang dewasa lari terbirit2.
Saya :"aku pun sudah tau, aku cuma bingung, ada apa denganmu""" Sari :"zal, kamu berjanji mau membantuku""
Saya :"aku janji membantumu, seperti kamu yg berjanji menjadi temanku selamanya"
Sari memutar tubuhnya 360 derajat dan kembali dengan wujud yang lebihh enak dilihat, dan dengan senyum yang tidak menyeramkan.
sari :"maka bantulah aku zal, dengan hal terakhir yang masih membuatku gentayangan, sekarang aku sudah ikhlas dengan kematianku, aku ingin kembali tapi belum bisa, ada satu hal yang masih menghalangiku"
Saya :"apa itu sari" " jawabku sambil berjalan mendekatinya Sari hanya menggeleng pelan,
"bukan sekarang zal, mugkin beberapa tahun lagi, dan jika kamu benar2 ingin membantuku, tolong cari tau sendiri"
sari berbalik dan melayang menembus tembok belakan rumah "Sariii !!!!!!!" percuma, teriakanku percuma dia sudah pergi,,
100 Tahun Setelah Aku Mati
hari itu saya bingung, ada apa dengan temanku ini.. dia tampak menderita... saya masih tertegun dengan pertemuan barusan, sari benar2 misterius, saya belum paham betul dengan maksudnya "beberapa tahun lagi""" entah lah mungkin artinya Sari memintaku untuk bersabar dan mencari tau apa yang dia maksud..
saya kembali kedalam rumah dan menjalankan shalat maghrib.. saya membiasakan diri untuk tardaruz dari setelah maghrib sampai menjelang isya, dan dilanjukan shalat isya..
setelah selesai ibadah saya kembali ke meja belajar, membaca beberapa buku untuk pelajaran besok, sambil sesekali membolak balik koran pagi tadi untuk mencari lowongan kerja paruh waktu..
sekitar pukul 8, hpku berbunyi nyaring..
"Risa" gumamku, kenapa ni tiba2 telpon, dari tadi juga gak sms.. Saya :"hallooo risss, kenapa""
degggggggggg...... yang terdengar bukan suara risa, tapi suara seorang laki-laki dengan suara bising , seperti berada di keramaian pinggir jalan... "halo mas, apa mas keluarga mbak dg kendaraan AB 67xxx x", mbak dengan identitas Risa Putri Ayuningtyas, kecelakaan di jalan solo, dan sekarang lagi dibawa menuju RS.Sardjito"
jantungku seakan berhenti berdetak,
"halooo.... halooooo mas" suara orang yang entah siapa itu kuhiraukan, rasa takut akan kehilangan itu kembali muncul... peluh mulai membasahi wajahku dengan cepat, saya berusaha mengangkat telfon dengan tangan yang sepertinya ikut lemas..
"sa...saya akan segera menuju kesana, tolong hubungi bapak hamzah beliau tugas di polsek XXXXX, beliau orangtuanya" saya menutup telepon, dengan sekuat tenaga saya berlari menuju garasi, saya membuka gerbang dengan terburu2, rasa khawatir dan takut itu benar2 membuatku kalap, terbesit tentang bayangan ibu yang meninggal dalam kecelakaan, saya tidak henti2nya berdoa, berdoa agar risa selamat dan baik2 saja...
100 Tahun Setelah Aku Mati
"kunci... kunci mana"" saya malah kebingungan mencari kunci, "ahh ketemu, "saya berusaha menyalakan mesin motor tua itu "Brengsek!!!" umpatku dengan marah, motor tua ini tidak bisa diajak kerjasama, saya melihat kunci mobil di dasbor mobil dengan kaca jendela yang terbuka, "saya menyautknya, "bissmillah" gumamku, saya sudah beberapa kali menyetir mobil milik almarhum bapak, tapi hanya sampai sekelling kompleks, saya memberanikan diri, saya keluarkan mobil itu dan menutup semua pintu.. nekat, ya saya nekat, baru kali ini saya menyetir mobil tanpa didampingi orang lain, dan kali ini jaraknya jauh,, saya pacu mobil jenis Hyundai milik bapak secepat yang saya bisa, saya seperti sudah tidak peduli lagi dengan keselamatanku sendiri, satu2nya yang kupedulikan adalah keadaan risa, pikiran buruk itu tidak juga hilang dari otaku... apa jadinya saya tanpa risa, dia satu2nya orang yang mengenalku... dia satu2nya orang yang peduli padaku selain keluargaku sendiri.. "Semoga kamu tidak apa2 ris" tak terasa air mata keluar, saya sangat trauma dengan hal seperti ini,
saya sampai di rumahsakit itu, saya kebingungan untuk parkir.."ahhh masa bodo" teriaku didalam mobil, saya keluar tanpa mencabut kuncinya, saya memarkirkan mobil sembarangan, saya sempat ditegur satpam dengan galak "pak! ini darurat! saya belum bisa parkir, saya minta tolong" ujarku dengan suara seperti membentak satpa itu, saya tidak menunggu kata2 dari satpam itu, saya tidak peduliii.. saya berlari menuju ruang ugd, "mbakkk,, mbakkk, tolong tunjukan ruangan korban kecelakaan bernama Risa yang baru kecelakaan di jalan solo, cepat mba" kataku dengan nada suara tinggi..
Saya diminta mengikutinya, dan tibalah saya disebuah ruangan bertirai, tirai itu dibuka dannn .......
Hati saya seperti dilubangi lagi, lubang pertama dibuat oleh ibuku, dan lubang kedua dibuat oleh bapaku, dan kali ini Risa"" apakah kamu akan membuat lubang ketiga dihatiku" tolong bangun dan bicaralah kalau kamu baik-baik saja ...
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 20 (kamu harus tetap bersamaku)
Saya masih termangu dengan mata yang hampir menangis, saya mematung didepan tirai dan melihat seorang yang sangat kukenal, Risa, dia sedang diberikan pertolongan oleh beberapa dokter, dia tidak sadarkan diri, saya melihat kasur tempat risa ditidurkan penuh dengan darah, saya melihat tubuhnya juga penuh dengan luka..
entah berapa menit saya berdiam diri disana, kakiku terasa lemas tapi kaku, seseorang dengan seragam hijau menariku..
"mas, pasien harus mendapat perawatan, kondisinya mengkhawatirkan, mohon beri ruang, pasien akan kami pndah keruan icu, saya tidak berkata apapun, saya melangkah mundur, dan melihat risa yang dibawa pergi dengan tergesa2 oleh tim medis..
"apakah semua orang yang kusayangi akan kau ambil ya Rabb"" tanyaku dalam hatii..
"tidakkk, Risa dia Risa dia tidak akan meninggalkanku semudah ini ya dia akan selamat, Ya rabb tolong berikan dia hidup" pikiran buruku coba kugant dengan prasangka yang lebih baik.. saya terduduk disebuah kursi, saya menyenderkan kepalaku pada sebuang plang besi yang entah apa fungsinya,.. Trauma itu kembali saat melihat keadaan risa... rasa sesak didada yang baru sekitar sebulan saya alami kini memenuhi dadaku dan membuatku seolah sulit bernafas, saya sangat takut saat kematian sangat dekat dengan orang terdekatku...
"jangan pergi, kamu yang bilang tidak akan meninggalkanku" .
"nak rizal" suara om hamzah ayahanda risa membuyarkan lamunanku. Saya :"om....."
pak hamzah :"jangan berpikiran buruk ya nak, om juga khawatir, sekarang risa sedang dirawat intensif, kamu tenang dulu" kata2 ayah risa ini tidak dapat menyembunyikan rasa takut dan khawatirnya, tampak beliau juga sangat gelisah
100 Tahun Setelah Aku Mati
sama sepertiku.. saya memperhatikan pak hamzah sedang menelfon seseorang... saya kembali melamun..
"risa tepati janjimu untuk tidak akan meninggalkanku" .
1jam berselang dari pertama saya tiba disini, waktu yang harusnya tidak lama itu terasa sangat menyiksaku, setiap seorang dokter atau perawat keluar dari sebuah ruangan saya langsung menanyainya tak peduli apakah dia dokter atau perawat yang menangani risa atau bukan.
saya melirik om bowo yang juga sama gelisahnya denganku, tampaknya beliau sedang menelfon ibunya risa..
Saya melihat seorang dokter diambang pintu ruangan. dia menganggukan kepala kepadaku, seperti langsung paham saya menyenggol om hamzah untuk menengok dokter itu, kami buru2 mendekatinya..
"dari pemeriksaan kami ini kurang baik pak, Putri bapak mengalami koma karena pendarahan dan benturan yang sangat keras" ujar dokter itu kepada om hamzah.. Pak hamzah :"lalu sekarang apa yang bisa saya lakukan pak""
Dokter :"kami menyarankan perawatan yang intensif, dan oprasi. tulang tangan dan kaki pputri bapak patah, 2 tulang rusuknya juga patah, dan benturan di bagian kepala belakang membuat radang di otaknya, sungguh sebuah mukjizat putri bapak bisa selamat saat ini, tapi tidak boleh lengah, terus berdoa agar keadaan putri bapak cepat stabil, agar kami bisa melakukan tindakan medis lainya"
ekspresi wajah om hamzah terlihat cemas, beliau menelfoon seseorang, entah siapa..
saya hanya termangu dengan omosi yang bercampur aduk, pikiranku masih melayang tentang keadaan risa..
"riss... jika kamu sehat kembali ris, apapun keadaanmu besok, aku bersumpah tidak akan membiarkanmu seperti ini lagi " saya membatin, saya berjalan mendekati om hamzah yang berada diluar pintu, beliau terduduk lesu... beberapa anggota kepolisian juga ada disampingnya...
Pak hamzah :"nak rizal, trimakasih sudah datang, sekarang kamu pulang saja,
100 Tahun Setelah Aku Mati
kamu besok tetap harus sekolah, biar saya yang jaga risa sampe ibunya bsk pulang kesini"
Saya :"egak om, saya akan tinggal dulu disini, saya cuma ingin memastikan risa selamat, saya akan berangkat sekolah pagi2 dan setiap pulang sekolah saya aka kesini"
Pak hamzah :"terimakasih nak rizal" Saya :"om, risa akan baik-baik saja kan om"" Pak hamzah :"kita berdoa saja nak rizal" .
saya terduduk lemas, dengan tangan yang mengepal kuat, saya ingin menangis, tapi saya tahan,,,
bahkan pikiran akan kehilangan risa pun tak pernah terlintas sebelumnya, sampai saat ini.. dimana sekarang risa terbaring dan sedang berjuang antara hidup dan matinya....
saya membayangkan bagaimana keadaanku tanpa risa, risa itu adalah orang yang selalu ada buatku, saat bapak saya dulu dinyatakan hilang risa datang dengan membawa harapan bapak akan selamat, tapi takdir berkata lainn saat bapak harus meninggal, tpi kemudian risa datang lagi dan membawa harapan kalau aku tidak benar2 sendirian, karena ada dia, ada risa yang membuatku merasa tidak sebatangkara, tapi..... kalau risa juga ditakdirkan pergi apakah harapan lain masih ada", apakah akan ada harapan baru", atau apakah hanya akan ada keputus asaan dan kesepian "
"cepat bangun anak bawel, cepet bangun, dan cerewetlah seperti biasa, cubiti aku sesukamu kalo kamu bangun" gumamku dalam hati...
Semalaman saya tidak bisa tidur, saya hanya bisa melihat ke awang2, memikirkan banyak hal yang sudah saya lalui dengan risa, ahhhhhh... saya malah frustasi.. seperti de javu, jangan lagi.. cukup sudah orang yang kusayangi harus mati dengan tragis, jangan ada lagi ya rabb, jika engkau menginginkan nyawa, maka tukarlah nyawa risa denganku, biarkan dia hidup..
... 100 Tahun Setelah Aku Mati
.... saya beranjak dari kursi panjang yang kugunakan tiduran, melihat beberapa keluarga pasien ruang icu lain,, tadi baru saja saya mendengar ada kabar bahwa seorang ibu muda meninggal saat melahirkan putra keduanya, yang tragisnya anak yang dilahirkanya ikut meninggal... saya melihat keseberang ruangan, tampak seorang bapak sedang menunggui anaknya yang mungkin masih berusia 3 tahun yan tidur beralaskan sarung di sebuah kursi ruang tunggu, saya yakin itu adalah suami dan anak dari ibu yang meninggal saat melahirkan barusan.. kenapa saya bisa tau"" karena saya melihat arwah seorang perempuan dengan wajah tersenyum sedih berada didekat mereka... arwah itu tampak membelai kepala bapak itu sambil menangis dan tersenyum dalam waktu yang sama.. dan sepersekian detik kemudian dia menghilang, pergi ke alam kubur pastinya, meninggalkan dunia yang fana, meninggalkan suami dan putranya yang masih sangat kecil..
apakah ini yang dulu dimaksud sari, mungkin sesaat setelah kematian orangtuaku dulu mereka juga mengunjungiku juga... pengalaman ini sangat mengerikan dan menyentuh betapa seseorang tidak akan bisa melawan takdir, saya mendoakan arwah wanita itu agar bisa mendapat tempat yang layak di alam kubur.... saya menoleh kekiri dan kanan, memastikan tidak ada arwah yang baru dicabut dari raganya, terutama saya ingin memastikan arwah risa masih berada di raganya yang tertidur.
saya tidak henti2nya berdoa, malam itu untaian dzikir juga terucap pelan dari mulutku,.
saya melangkah keluar, ruangan dan melihat om hamzah duduk dengan kepala menunduk, tampak dimulutnya ada sebatang rokok filter persis seperti milik almarhum bapak dulu...
"om" tampaknya teguranku membuyarkan lamunan beliau. Pak hamzah :"ya nak rizal, belu tidur juga""
saya menggeleng, saya melirik ke jam tangan saya jam 3 pagi.. artinya saya hampir tidak tidur hari ini....
Saya :"om.. setelah risa sehat apakah saya boleh terus bersama risa". saya akan
100 Tahun Setelah Aku Mati
menjaganya, saya akan menjadi penyemangatnya, seperti risa yang selalu menjadi penyemangat saya. bolehkah""
Pak hamzah :"tentu saja boleh, jaga risa, dia anak semata wayang saya, untuk saat ini berteman saja dulu kalian masih terlalu muda"
Saya :"pasti pak" jawabku dengan yakin..
waktu berjalan terus dan saya habiskan dengan mengobrol dengan om hamzah, beliau menceritakan kronologi kejadian itu,
entah berapa lama saya berbincang dengan om hamzah, sampai adzan subuh berkumandang. saya dan om hamzah menuju mushala di kompleks rs... "kamu akan berangka sekolah nak rizal""" tanya om hamzah di serambi mushala setelah selesai shalat.
saya hanya mengangguk.. Pak hamzah :"yaa jangan sampe bolos ya, tolong bawakan surat keterangan ini untuk izin sekolah risa ya",
Saya :"iya om, dan bolehkah saya minta tolong juga""." pak hamzah :"apa itu nak rizal""
saya :"kalau boleh saya pinjam motornya pak, semalam saya kesini naik mobil, nekat karena motor saya ngadat, sekarang saya gak berani naik mobil" Pak hamzah :"wahh nekat juga kamu, ini pake motor saya, motor supra warna hitam ya, ini kartu parkirnya diujung sana, kamu cocokan nomor platnya" Saya :"makasih om, kunci mobil saya ada sama satpam ya om," ujarku sambil berlalu dan berpamitan..
sepanjang jalan pulang pikiranku kosong, saya hanya melamun sepanjang jalan apalagi hal yang kulamunkan selain risa..
saya sampai rumah dan bersiap berangkat sekolah, sudah hampir 3 minggu saya tidak sekolah, sudah banyak sekali pelajaran yang kutinggalkan, saya mengecek dompet.. tinggal hanya ada selembar uang 20ribu.. hanya tinggal ini uangku satu2nya..
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya tiba disekolah dengan lesu, seperti semangat belajarku sudah luntur, belum banyak atau mungkin belum ada yang tau tentang keadaan risa, banyak yang menyambutku dengan sapaan dan ucapan berbela sungkawa untuk meninggalnya bapak, guru2ku juga demikian beliau2 juga menyampaikan bela sungkawa dan dukungan buatku..
jam 07.15 dan pelajaran jam pertama akan segera dimulai, saya duduk bersama irawan, surat izin risa sudah saya sampaikan kepada guru piket karena saya memang tidak sekelas dengan risa...
hari itu sangat menjemukan buatku, sama sekali materi yang diberikan guru tidak dapat masuk keotakku, didalam otakhu hanya ada risa... risaaa... risaa... begitu terus yang ada diotaku,,
saat jam istirahat saya diserbu anak2 kelas lain, mereka berebutan menayakan keadaan risa, nampaknya mereka sudah tau risa mendapat musibah.. "sekarang risa koma, dia dirawat di RS.Sardjito" kataku pelan, saya tidak menanggapi pertanyaan yang tidak terlalu penting, saya hanya menjawab seadaanya..
"risa kecelakaan di jalan solo" ujarku juga pelan..
"resee" gumamku dalam hati, saya meninggalkan mejaku meninggalkan krumunan teman2ku yang lain saya duduk disebuah bangku panjang yang berada di koridor samping kelasku yang tampakya sepi dari gangguan.
"zallll" saya menoleh, ternyata itu susi..
Saya : "kenapa sih sus""" tanyaku dengan nada tinggi.. saya merasa sedang tidak ingin diganggu, rasanya jengah.. ditambah rasa kantuk yang membuatku semakin tidak bisa berkonsentrasi.
Susi :"kamu yang sabar ya", susi ikut duduk disampingku, saya masih menghiraukan kehadiranya.. pikiran saya masih penuh, dan belum bisa diisi apapun..
susi :"zall" susi memanggil lagi...
saya :"hemm" saya menjawab dengan malas dan sebuah jeweran menarik daun telingaku
saya :"susss! apaa2an sih", kalo cuma mau ganggu sono ganggu yang lain" ucapku setengah berteriak.
100 Tahun Setelah Aku Mati
susi :"udah belum sewotnya", aku tau kamu lg gak karuan, tapi inget temen risa bukan cuma kamu aja, aku dan temen2 lain juga pengen tau keadaanya" suara susi sangat lembut, tanpa ada penekanan di kalimatnya, kata-kata halus itu membuat saya sedikit bersabar.
saya :"maaf sus, pikiranku lagi ruwet, aku khawatir banget sama keadaan risa" ujarku dengan sedikit lebih halus.
Susi :"akupun demikian zal, tolong ya zal, kasi tau aku aja nanti temen2 lain biar aku yang kasi tau, biar kamu gak terganggu. aku tau kok kamu gak suka terlalu banyak omong" susi melakukan pendekatan dengan kalimat yang masuk akal, itu membuat saya sedikit melunak.
Saya kemudian memberitahu susi tentang keadaan risa, bagaimana kejadian itu sampai menimpa risa, di kamar mana risa dirawat dan sebagainya. susi :"makasih ya zal"
saya :"iya sus" jawabku singkat, saya berdiri dan ingin mencari tempat lain tapi sedetik kemudian tangan susi menariku
dan memaksaku untuk duduk lagi...
Saya :"ada apa lagi sih sus""" tanyaku yang kali ini dengan nada lebih tinggi, saya mulai muak ditanya2 terus.
Susi :"duduk sini dulu" kata susi sambil merogoh kantong kresek yang dibawanya saya :"ada apa lagi"" tanyaku yang mulai kesel.
susi :"minum dulu, ini.. aku juga bawa bekal roti bakar sama selai, kamu temenku kan", temenin aku bentaran ya"
susi mengatakan kata teman, sampai sekarang saya masih sensitif dengan kata "teman" ya karena dulu predikat "teman" sangat sulit kudapatkan, tapi sekarang saya sudah diakui sebagai teman oleh banyak orang, lalu saya memilih duduk seperti yang diminta susi.
Susi :"minum dulu" kata susi dengan tersenyum manis.
saya menerima teh botol itu dan meminumnya lewat sedotan, saya melirik kearah susi, ya susi juga termasuk kembang sekolahan, dia banyak disukai karena selain cantik dan tubuhnya yang berisi dia juga berprestasi dalam bidang seni, seperti menggambar, bernyanyi dan tari klasik...
"ahhh enak juga" batinku, memang semenjak tadi malam tenggorokanku belum
100 Tahun Setelah Aku Mati
kemasukan makan dan minum, mungkin emosiku juga dipengaruhi asupan gizi yang kurang...
Susi :"lebih enakan zal"" tanya susi dengan lembut Saya :"iya sus makasih ya"
susi :"kamu belum makan juga kan", semalem kamu gak tidur kan"" tanya susi menyelidik.
saya :"kok kamu tau"" jawabku sambil menerima roti pemberian susi. Susi :"keliatan banget zal, zal kamu boleh cuek, tapi jangan cuek sama keadaanmu sendiri ya" susi menatapku dengan mata yang sayu.. suaranya terdengar sedikit bergetar...
saya :"iya sus, makasih ya"
susi tersenyum dengan sangat manis..
wajah susi ini cantik, bisa dikategorikan selevel seperti risa, wajahnya tirus tapi tidak terkesan kurus, bibirnya tipis dengan hidung yang mancung seperti risa, mungkin yang membuat dia menarik adalah rambut yang agak kemerahan dan bergelombang dibagian bawah, mungkin dia memang oriental, saya juga gak tau,, susi :"zall"
saya :"iya sus gimana"" suaraku terdengar aneh karena mulutku dipenuhi roti. Susi :"seberapa penting risa buat kamu zal""
saya berusaha menelan roti yang belum terkunyah dimulutku bulat2 dan minum banyak2 untuk memudahkan makanan itu masuk keperutku,
Saya :"ahhhh... Risa ya.. entah sus, dia yang paling mengerti aku sus, dia yang paling mengenalku, dia yang pertama mengakuiku. dia serba pertama di fase hidupku yang baru sus, dia yang membawa aku ke sebuah warna baru dihidupku, dia penyemangatku, wajar kayaknya kalo aku sampe sebegini khawatirnya sama dia, karena aku merasa cuma dia yang bisa mengerti dan memahamiku..dia satu2nya yang membuat aku merasa enggak sebatangkara sus" Susi :"dan apa kamu suka sama risa"""
Saya hanya diam, berpikir sebentar kira2 jawaban seperti apa yang akan kukatakan.
saya :"mungkin bisa dibilang gitu sus"
susi :"Risa benar2 beruntung ya mengenalmu lebih dulu"
100 Tahun Setelah Aku Mati
saya :"aku yang benar2 beruntung mengenalnya dulu" saya membalik kata2 susi.. Susi :"andai aku mengenalmu zal" jawabnya sambik tertunduk. Saya :"bukanya kamu udan kenal aku sus""
Susi :"maksudku andai aku megenalmu lebih dulu dan lebih cepat dari risa" setelah kata2 itu susi berdiri dan menuju kelasnya baru beberapa langkah dia membalikan badanya kearahku dan berkata.
"zal, kamu yang semangat ya,nanti aku jenguk risa juga, Risa pasti sembuh, dan kalau dia udah sembuh suruh dia jaga kamu baik2, kalo enggak dia harus hati2 sama aku"
saya hanya terheran2 dengan sikap anehnya itu.. .
100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kringg.. suara bel pulang sekolah berbunyi nyaring dan panjang. "rizal!" irawan memanggilku dari kejauhan, saya sudah berlari menuju parkiran motor, "nanti aja wannnn lagi urgent ini!" teriaku dari ujung koridor.. saya pacu motor milik bapak risa ini dengan kecepatan penuh, saya ingin tau keadaan risa sekarang..
"risss, kamu harus udah bangun ya, paling enggak melek aja, pas aku uda nyampe aku pengen liat kamu bangun" gumamku dengan penuh harap.. saya sudah sampai didepan ruangan dimana risa dirawat, kemana om hamzah kok gak ada, saya melihat dari jendela kaca pintu risa masih blm sadarkan diri, seluruh badanya seperti diperban ditambah gips di tangan dan kakinya. sedih sekali saya melihatnya risa si energik kali ini hanya tertidur di kasur ruang icu.. boleh gak ya saya masuk, saya mencoba membuka pintu ruangan itu. "mas ini siapa ya"" saya kaget, dari belakang ada seorang ibu2 yang menepuk pundaku..
"ehh maaf buk, saya temenya risa pasien yang dirawat disini" ujarku sopan. "siapa namamu"" ibu itu kembali bertanya.
"saya rizal bu, teman satu sekolahanya risa" jawabku sambil mnyalami dan mencium tangan ibu itu..
"ohhh jadi ini yang namanya nak rizal "
"saya ibunya risa, nama saya Ndari" kata ibuu itu yang ternyata beliau adalah ibunya risa..
100 Tahun Setelah Aku Mati saya :"ohhh maaf tante, saya gak tau sebelumnya"
Bu Ndari :"iya gapapa, kamu juga belum pernah ketemu saya kan sebelumnya"" Saya :"iya bu" jawabku pelan.
Bu Ndari :"mau njenguk risa kan", yaudah ayo masuk, tapi harus seteril dulu ya, lapor dulu sama petugasnya" jawab tante ndari,
tante ndari ini juga cantik, diusianya yang mungkin sudah kepala empat tapi wajah dan tubuhnya masih terlihat muda dan segar, dan mungkin risa mewarisi bakat cantik dari ibunya ini.
saya mencuci tangan, dan melepas sepatu, saya diharuskan memakai baju yang berwarna hijau dengan penutup kepala, ini aturan jika ingin menjenguk pasien ruang icu.
wajah risa masih terlihat cantik seperti biasa, meskipun sebuah selang dan sesuatu yang bening menutupi mulut dan hidungnya itu tidak mengurangi nilai kecantikanya dimataku.
tubuh yang penuh perban itu dan mata yang masih tertutup rapat membuatku bersedih, kenapa hal buruk malah terjadi pada seorang yg sebaik risa.. sosok periang dan ramah, seorang cewek yang digilai banyak cowok karena selain cantik pribadinya yang santun, dan sederhana akan membuat semua cowok yang mengenalnya jatuh cinta. hanya cowok gila yang menyia2kan risa.. dan mungkin saya adalah orang gila itu, saya menyia2kan perasaan risa.. mungkin betul yang dikatakan banyak orang, kamu baru akan mengerti pentingnya seseorang setelah kamu kehilangan orang itu..
saya tidak ingin jadi orang gila yang menyia2kan perempuan sebaik risa, "risa, kamu harus tetap bersamaku ya" gumamku dalam hati.
tak terasa setitik air mata jatuh dari mataku, saya buru2 mengelapnya, saya sedang memperhatikan wajah risa dari dekat.. wajah yang dihiasi beberapa luka gores, wajah yang selama tiga setengah tahun ini menemaniku dengan ikhlas, saya masih memperhatikan wajah risa, saya melihat telinganya, telinga yang selalu mendengarkan setiap cerita dan keluh kesahku dengan seksama, saya melihat matanya yang terpejam, mata yang selalu memperhatikanku, melihatku
100 Tahun Setelah Aku Mati
dan memberiku perasaan aneh saat matanya bertatapan denganku, ssaya melihat bibirnya yang tersumpal beberapa selang, bibir itu selalu menyapaku setiap hari, menasihatiku dengan kata2 yang baik, menyindirku dengan kata2 yang biasanya gak pernah saya mengerti, bibir itu selalu mengucapkan kata dukungan untuku, kata-kata indah yang selalu menjadi penyemangatku,
tapi sekarang telinga,mata dan bibir itu tidak bisa meresponku seperti biasa... posisi seperti ini membuatku merasa tidak enak,seorang yang paling peduli denganku, seorang yang menyayangiku dengan iklas sedang berada pada masa kritis di hidupnya, dan saya hanya bisa melihatnya tanpa bisa berbuat apapun.. "risa, heh comel, tolong bangun yaa, jangan tidur mulu, kita banyak agenda berdua kan", minggu depan kan kita mau masak bareng, inget gak kamu yang maksa buat belajarbareng terus, ayo bangun biar kita bisa belajar bareng lagi" saya mengucapkan kata2 itu dengan pelan ditelinga risa, sebuah tindakan mubadzir, tapi saya ingin mengatakan itu..
sebuah tepukan dipundak mengaggetkanku, ternyata ibunya risa, saya sampai lupa kalau diruangan ini juga ada ibunya risa, saya buru2 mengelap wajahku yng sedikit basah oleh air mata.
Bu Ndari :"risa udah melewai masa kritis nak rizal, sekarang kondisinya sudah setabil, dan sebentar lagi kalau kondisinya membaik akan langsung oprasi" tante ndari seperti mengerti dengan perasaanku saaat ini, kata2 beliau tadi benar2 membuatku lega.
"alhamdulillah" ucapku dengan penuh syukur, harapan itu masih ada, harapan untuk terus bersama risa, harapan bahwa saya dan risa tidak akan pernah meninggalkan dan ditinggalkan..
"ris, segeralah sehat, supaya aku bisa menepati janjiku"
100 Tahun Setelah Aku Mati Part 21 (setan-setan penunggu)
saya masih melamun diruangan itu, namun kali ini dengan perasaan yang lebih lega,
"Risa sering cerita tentang nak rizal, ternyata memang bener2 anak baik ya" tante ndare mengajaku berbicar..
Saya :"putri tante yang terlalu baik " saya menimpali dengan pelan, banyak yang kami obrolkan. dan tante ndari tampak antusias mengajukan pertanyaan tentang saya, saya juga hanya menjawab apa adanya, dari obrolan kami saya tau ternyata ibunya risa ini bekerja di KBRI untuk Thailand, beliau hanya pulang tiap 3 bulan itu pun kalau sempat, tapi mendengar keadaan risa yang kecelakaan beliau langsung meninggalkan segudang pekerjaanya dan pulang keindonesia, tampak jelas kesedihan di raut wajah beliau..
"meskipun risa selamat kemungkinan dia gak akan bisa sehat seperti sedia kalanak rizal, tadi saya udah ngobrol sama dokternya" tante ndari seperti menahan tangis trlihat jelas di matanya yang mulai berkaaca2. Saya :"saya percaya putri tante ini orang yang luar biasa tangguh kok, saya gak peduli apapun keadaan risa setelah ini, saya akan terus menemani risa tante" jawabku dengan pelan tapi yakin, saya memegang pinggiran tempat tidur risa yang terbuat dari besi dengan geram, entah apa alasan saya geram.. saya kembali melihat risa yang masih tertidur, si comel ini malah terlihat aneh saat hanya berdiam seperti sekarang..
jam 3 sore, saya masih duduk2 dengan tante ndari, waktu shalat azar sudah dekat.
Saya :"tante, saya mau ke mushala sebentar ya, " Tante ndari :"iya nak rizal, tolong doakan risa juga" Saya :"selalu tante... selalu disetiap doa saya"
saya berjalan menuju mushala, perut saya sudah keroncongan, karena hanya diisi sepotong roti pemberian susi tadi, saya mencoba menahan lapar ini karena uang saya memang sudah sangat tipis, beruntung tanggal itu adalah tanggal tua jadi sebentar lagi saya akan mendapat pemasukan.
100 Tahun Setelah Aku Mati
sepanjang jalan menuju mushala saya banyak melamun, entah apa, saya lupa dengan yang saya lamunkan...
saya berjalan sendiri, tidak ada orang sama sekali, saya baru sadar harusnya mushola sudah dekatt tapi dimana" dan lorong koridor ini" perasaan saya tadi lewat jalan biasa menuju mushala, tapi jalan ini asing buat saya, diamana ini" anehhh... sialll saya dikerjai, saya pasti sedang dimainkan makhluk halus. pandangan disekeliling lorong menjadi gelap seperti malam hari, tempat yang terang adalah sebuah koridor lurus yang sangat panjang, hampir mustahil rumah sakit ini mempunyai koridor sepanjang ini. jalan sepanjang koridor diterangi dengan sebuah lampu kecil berdebu dilangit2nya..
saya ragu untuk melangkah saya hanya terpaku diam, dan menganalisa keadaan ini saya yakin sedang dijebak untuk dikerjai..
saya merogoh saku.. siall cincin pemukul makhluk halusku tertinggal di tas, harusnya benda itu selalu kupakai di tempat yang penuh aura orang sakit ini..
saya mengheningkan cipta menundukan kepala sejenak untuk berdoa memohon perlindungan, saat menunduk ada sekkelebat bayangan putih, ada sesosok jinn.. auranya netrall..
sosok anak kecil, perempuan berbaju putih, dia berdiri membelakangiku.. dia seperti,, mungkinkah dia"
"Sarii!!!" saya berteriak coba memastikan kalau makhluk itu adalh makhluk yang kukenal, dia tidak bergeming..
saya mendekatinya.. "sarii, kenapa ini", ada apa"" saya berusaha mendapatkan perhatianya, saya bingung dengan keadaan ini..
baru berjalan dualangkah sari malah berlari, sangat cepat, untuk wujud anak kecil dia sangat cepat, saya mengikutinya dengan berlari juga, say tertinggal cukup jauh, saya berteriak2 memanggilnya.. dia sama sekali tidak menoleh, dia malah menjauh makin cepat, saya melihat dia tidak berlari lagi, kini dia melayang sejengkal dari permukaan lantai...
koridor ini seperti tidak ada ujungnya, nafas saya mulai habis, kaki saya juga
100 Tahun Setelah Aku Mati
sudah lemas karena dari kemarin kurang makan dan tidur... saya tidak berhenti mengejar sarii... di kejauhan saya melihat jalan buntu, tidaak bukan buntu, ada satu pintu, sari sudah menembus pintu itu.. saya masih sekitar 100 meter dibelakangnya.. saya berhenti diambang pintu dengan hendel bulat itu, saya berhenti untuk sekedar mengatur nafas .... "ada apa ini, kenapa"" saya bergumam sambil masih terengah-engah..
Pintu apa ini.. saya membukanya, tidak dikunci..
Jedarrrrrr!!. pintu seperti terdorong tenaga kuat padahal saya hanya menyentuhnya sedkit,,
deggg... waktu seperti berhenti jantung saya juga seakan tidak berdetak lagi. Ruangan ini.. ini kamar mayat!!!
saya berada disebuah ruangan besar dan luas, sangat luas mungkin ruangan paling luas yang pernah saya lihat. aaa didalam ruangan itu seperti kamar mayat.! tempat tidur dari besi berkarat sangat banyak mungkin puluhan, atau bahkan ratusan! diatas masing2 tempat tidur ada sebuah kantong mayat, yang saya yakin ada isi didalamnya..
keringat sebesar biji jagung menetes melewati pipiku.. dimana dia"" sari,, dimana dia""
saya bergidik ngeri, mencoba kembali, saya berbalik dan pintu yang saya gunakan masuk sudah tidak ada!, sialll !!!!
saya berjalan melewati sebuah kantong mayat yang bagiat resleting atas tidak tertutup, saya memberanikan diri membukanya..
Degg.... ini..ini.. gak mungkin mustahilll.. didalamnya saya melihat.. Irawan!!!, sahabat dekatku,,
saya mundur selangkah karena kaget, brakkk saya menabrak tempat tidur sebelahnya.. ii..ii..iini Andi!! saya melihat Andi sahabatku SMP... jaa jaangan jangann!!
saya nekat membuka satu persatu kantong mayat itu..
Ani,Dina,Somad,Tyo, me..mereka semua teman2ku dan teman2ku sekolah yang lainn.. saya membuka 2 kantong mayat yang berada di satu tempat tidur
100 Tahun Setelah Aku Mati
"Astaghfirullah" istighfar saya ucapkan berkali2 di kantong mayat itu... berisi om bowo dan istrinya... saya benar2 takut kali ini.. sangat mengerikan pengalamanku yang satu ini..
saya melihat 2 tempat tidur beroda berjalan sendiri kearahku pelan.. saya ditabraknya pelan... sebuah tempat tidur beroda khas rumah sakit diisi dengan 2 kantong mayat...
saya membukanya dengan nekat... deg...
saya menangis.. ya menangis seperti bayii.. yang ada didalam kantong mayat itu adalah almarhum ayah dan ibuku,,,
mereka berada disitu, harusnya mereka sudah lama meninggal... saya memeluk kedia mayat itu dan menangis sejadi-jadinya.. kenapa saya diperlihatkan hal semacam ini"", ini adalah siksaan paling kejam!, saat saya sudah hampir ikhlas dengan kepergian orangtuaku, saya malah diperlihatkan kedua jenazahnya sekaligus...
saya masih memelunya sambil menangis..
"enggak!!!!!," saya melangkah mundurrr sambil berteriak..
"ini cuma tipuan, mereka! mereka menggangguku!,Sariii!! apa maksudmu ha!!!!" saya berteriak yang kumaksudkan kepada sari..
saya menyeka air mataku saya melihat kantong mayat satunya yang datang bersama kantong mayat orangtuaku.
Risa... ya isinya adalah risaaa..
semua mayat itu isinya pasti adalah orang2 terdekatku.. saya tertundukk.. saya merasa sangat marah..
"ini keterlaluan... ini keterlaluan!" geramku dengan sangat marah.. .
"semua yang dekat denganmu akan mati dengan mengenaskan" ada sebuah suara mengaggetkanku.. itu dia...
"Sari!!!, keterlaluan!, apa maksudmu!" saya berteriak sangat marah kepada makhluk yang membelakangiku itu..
"heh!! denger aku!!" saya berteriak lagi.
dia berbalik, dan ternyata dugaanku salah.. ya salahhh, itu bukan sari, sama sekali
100 Tahun Setelah Aku Mati
bukan dia, makhluk itu memiliki wajah yang hancur, mata tanpa kelopak mata jadi yang terlihat hanya 2 buah bola mata yang seperti tertempel di wajahnya yang tanpa hidung, hanya ada 2 buah lubang hidung, tanpa bibir dibawahnya gigi yang nyaris ompong terlihat diwajahnya. dia mendekatiku, sosok kecil ini berubah auranya yang tadinya netral menjadi sangat gelap hingga membuat kulitku terasa dingin.. saya melangkah mundur karena panik dan menabrak tempat tidur mayat itu, kantong mayat itu jatuh dilantai, kantong mayat dengan isinya berupa wujud jelmaan risa..
dan yang menakutkan adalah sosok risa itu bangkit dengan wajah sangat pucat, dia memegangiku, saya berusaha berontak, tapi makhluk itu sangat kuat peganganya. dia mendekatkan bibirnya ke telingaku.
"kenapa kamu membiarkan aku seperti ini"" begitu katanya sangat jelas kudengar, itu membuatku ngeri dan sangat ketakutan...
kalian tau yang paling menakutkan lagi" yaa semua isi kantong mayat itu bangkit dengan wajah pucat dan tatapan kosong.
kalian pernah menonton film zombie" mayat hidup" mungkin seperti itu yang saya alami..
Pedang Urat Petir 2 Ilmu Silat Pengejar Angin Karya Siasa Tak Mungkin Kuhindar 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama