Ceritasilat Novel Online

The Feels Fat 1

The Feels A Fat Karya Windyasari S Bagian 1


"The Feels A Fat"
A Novel by. Windyasari S Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 3 BAB 1 BENER NGGA YA " 6 BAB 2 BLUES WOMEN 11 BAB 3 OH, TERNYATA BLUES WOMEN ITU 18
BAB 4 BUKU = PENIS " 25 BAB 5 'SENSI, CENGENG. .KENAPA NGGA"! 32
BAB 6 ARE WE FREE " 37 BAB 7 WHAT'S HAPPENED WITH IMMAN " 47
BAB 8 COGITO ERGO 57 BAB 9 ORAN-ORANG ITU TERASING 65
BAB 10 DEAR, DIARY 77 BAB 11 THAT WAS NOT HER NAME 85 BAB 12 LOVE CAN MAKE SOMEONE SICK 96
BAB 13 IT'S SHOW TIME 103 BAB 14 YA, TUHAN 109 BAB 15 MYSPACE 118 BAB 16 "MAAF, LAGU KALIAN TERLALU
STANDAR 34 BAB 17 CK..CK..CK..CHE 141 BAB 18 GIG AGAIN 150 BAB 19 WADUH 166 BAB 20 TRAGEDI KEDUA 182 BAB 21 'GO, RINI..GO..GO..GO' 193
BAB 22 YOU GO, GUYS 204 This work is licensed under the Creative Commons Attribution-Noncommercial-No
Derivative Works 3.0 Unported License. To view a copy of this license, visit http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/ or send a letter to Creative Commons, 171 Second Street, Suite 300, San Francisco, California, 94105, USA.
"The Feels A Fat"
A Novel by. Windyasari S KATA PENGANTAR Hai!.. .apapun alasan kamu kenapa buku ini bisa ada di tangan kamu sampai bagian pengantar ini kebaca itu merupakan pertanda bagus!. Selain itu, tentunya berarti kamu ada minat terhadap buku. Itu pertanda bagus!
Buku yang saya tulis ini cukup ringan dan isinya adalah sebuah cerita fiksi yang memang saya sangat ingin untuk menuliskannya. Tokoh-tokoh di sini, mereka adalah orang-orang yang terbentuk dalam sebuah grup band bernama The Feels A Fat. Yang sebenarnya pelesetan dari kata 'filsafat' tapLtapLtapL wait! saya tidak bermaksud meremehkan kata itu. Justru saya ingin kata itu menjadi seolah-olah ringan dan menarik perhatian. Itu saja koq. Karena saya sendiri meminati filsafat walau secara non-akademis (kalo tidak disebut amatir).
Ok, kalo filsafat menurut saya sendiri adalah sebuah pertanyaan, rasa heran, rasa penasaran atau pernyataan mengenai kehidupan dan dunia atau 'di luar dunia' itu sendiri yang dimana setelah itu kita mencoba mencari jawaban sendiri atas pertanyaan tadi atau bahkan pun kita sulit untuk mencari jawabannya tapi selagi kita selalu mempertanyakan hal itu, itu sudah termasuk pada sikap filosofi.
Di sini kita akan melihat sebuah cerita bagaimana sekumpulan orang dalam cerita ini membuat kita merasa - selain menikmati ceritanya-ngeh, sadar akan hal-hal yang selama ini kita abaikan. Kehidupan, manusia, dan atau bahkan sekedar gemar membaca (mudah-mudahan kamu sudah ngeh sama yang terakhir sebelum baca novel ini ya).
Waktu saya baca buku 'Memoar Seorang Filosof' karya Bryan Magee yang menceritakan filosofi hidupnya sendiri mengatakan bahwa sewaktu dia kecil sudah mempertanyakan hal-hal yang sifatnya filosofis, seperti misalnya, -saya akan menuliskannya secara ringan-, "Apakah segala suatu gerak-gerik kita semuanya ada yang 'ngatur' proses tersebut di bawah sadar kita"", Apakah itu ada prosesnya sampai pada akhirnya menuju gerakan kita yang terakhir/ keputusan kita yang terakhir"" atau pertanyaan lain seperti, "Apakah kalau kita terus bergerak ke atas langit akan menemui sebuah batas atau ujung.atau malah tidak berujung"" (seperti sedihnya di lagu Glenn Friedly,"Sedih Tak Berujung"). Well, walaupun pertanyaan saya sendiri belum sebanyak Bryan Magee di bukunya itu sewaktu kecil saya juga pernah mempertanyakan hal itu. Tapi.tapi.saya yakin, bahwa hal itu sangat lumrah untuk anak kecil. Saya pikir sih ngga ada yang istimewa tentang anak kecil yang seperti itu. Mungkin aja banyak anak kecil seperti itu, tapi tidak dengan orang dewasa!. Yaah..namanya juga anak kecil, selaluuuu pengen tau. Walaupun saya tidak melakukan riset apakah anak-anak kecil lainnya pernah bertanya-tanya seperti itu atau seberapa banyak anak kecil yang seperti itu, tapi gimana pun saya tidak pernah merasa itu spesial. Saya hanyalah anak kecil biasa, apanya yang aneh"
Yaah..saya berharap banget.setidaknya pembaca tidak usah menyukai filsafat juga. at least.saya lebih berharap buku ini dibaca terutama oleh orang yang tidak suka baca menjadi suka baca.
Itu sangat indah bagi saya.juga kamu. (Jujur aja, saya suka baca bukan dari kecil!, yaah dari akhir SMA-lah hehe..).Saya juga ingin menegaskan kalo yang saya tulis ini hanya sekedar 'keinginan' besar untuk menulis. Bukan sebagai intelektual sama sekali (ya, iyalah!). Karena saya adalah penulis novel hehe.
Bandung, 15 Maret 2006 -Penulis- BAB I BENER NGGA YA " Seorang ibu muda yang cantik, manis dan lucu tampak akan segera melahirkan anaknya yang pertama, debut!!. Dia didampingi suaminya tercinta yang selisihnya 5 tahun-an menuju rumah sakit di pusat kota Bandung di daerah dago menggunakan mobil sedan Toyota tahun 1980-an. Suaminya cukup tampan, terlihat wise, pelindung, kalem, cool, perfect husband! Suaminya antara cemas dan senang karena istrinya akan segera melahirkan. Istrinya itu udah sibuk ngecoh mengaduh-aduh kesakitan (oh, mulianya pegorbanan seorang ibu).-Mom, I miss u so much, yang ini kata-kata pribadi dari penulis-.
Namun pada waktu bersamaan di 'dunia lain' seorang atau...sebuah roh sedang ditanya oleh Tuhan. Tuhan berkata,"Wahai umatku, kau akan segera dilahirkan. Siapkah kamu" Dan maukah kamu mengakhiri hidupmu nanti pada usia .. Dan meninggal karena ...."" Roh kemudian menjawab, "Saya bersedia, Tuhanku".
Tuhan berkata lagi, "Baiklah 'anakku', kalau begitu kau akan dilahirkan pada tahun 1984 menurut tahun di bumi dan di negara-mu oleh ibumu sebentar lagi tanpa penundaan".
"Tiriling....trlinliing..triliiing.....triiliiiing......"(anggap saja itu backsound seperti di film-film saat tersadar dari gambaran lamunan atau mimpi, namun yang ini lamunan). Hmmffh.....Aris menghela nafas
berhenti dari lamunannya, kemudian berpikir dan bertanya-tanya dalam hatinya, 'Mungkin ga ya gue dan manusia lainnya seperti itu sebelum lahir" Atau.. ..bener ga sih kaya gitu"....' "teng..teng..teneeng...tenene...neeng...Juniii...nu... niiinut...." (dan anggap saja ini suara bel rumah). Aris terhentak dari pemikirannya dan segera membuka pintu rumah yang kebetulan dia sedang sendirian di rumahnya. Melihat dulu ke lubang pintu siapa yang datang. Tampak sosok yang begitu sudah familiar baginya. Seorang pria seumuran Aris dengan gaya ala rock 'n roll style (yang alhamdulillah memang musisi dan fasih dalam rock 'n roll), sedikit lebih tampan daripada Aris, percaya diri, smart 'n gaul, hehehe.. .bercanda! Cukup smart saja! dan terlihat cool. Dia teman kampusnya Aris yang bernama Imman. "Weeiii.. .prend! Come here! (Dengan logat sok Inggris pada kalimat 'here')", Aris menyapa temannya itu. Imman tersenyum (manis) mendengar temannya berseru seperti itu kemudian berkata dengan sepetan (sindiran) sambil masuk ruang tamu,"Cek.aallaaah.bahasa Inggrisnya 'masuk ga bilang-bilang' apa""" Aris menanggapi dengan penuh kebingungan dan aga malu ('aga' karena yang nanya itu temen deketnya koq), "Mmm...duh...'naon(apa) nya" Hehe...naon sih"" Imman menjawab,"Sebenernya ga tau juga sih hahaha...". Kemudian Aris tiba-tiba berkata dengan nada yang tak kalah sinis -dengan background setting dan tokoh Imman pun berhenti tak bergerak sejenak seperti film The Matrix- yang 'menusuk' penulis novel ini sendiri,"Harusnya sih 'seorang Imman' yang katanya sedikit lebih tampan daripada Aris tau jawabannya kalo emang penulisnya tau"
Diiiiiinng.....!!! Ups! Heehehe.... Piis ah!
Kemudian backround setting kembali normal, Imman pun bergerak dan memperlihatkan Aris tidak sadar dan lupa bahwa dia baru saja bicara pada penulis.
"What's up...what's up" Waddap A" (dibaca Ei) ada apa nih tiba-tiba ke sini,mas"Tapi kebetulan..aku lagi kesepian."kata Aris ke Imman dengan tatapan 'menggoda'. "Jijik loo!!.hahaha..enggak.gini..gimana nih proyek band kita" Jadikeun nya" Tinggal 1 orang lagi sih...vokalis, man! Gw pengen vokalis cewe! Tapi karakter suaranya jangan itu-itu aja. I wanna some
rock 'n rooollss!!.....huahaha...yang tegas! lebih
bagus lagi klo suaranya tegas, dan sexy hehe..tapi rock banget! Kaya..ini nih.vokalis yeah yeah yeahs!! Anjriit keren tu suara!"..Aris menimpali dengan suara datar,"Ga ada,man.ada juga kaya The Cranberries-an gitu..atau..Chocolate..".. "Cokelat
maksud lo"", Imman mengoreksi walau tau si Aris ini sengaja di-Inggris-Inggris-in pelafalannya"Yaaah.. ..I know...It's hard...tapi gue ga nyerah ah! Vokalis cewe masih jarang di band-band, masih banyakan cowo. Walaupun gitaris kita udah cewe.gue tetep keukeuh euy vokalisnya pengen cewe juga!" timpal Imman.
Aris bertanya tentang kepenasaranannya yang dia pikirin di awal tadi, diskusi tepatnya! Karena klo niatnya nanya dia juga tau klo Imman juga ga mungkin bener-bener tau."Eh.Man, gw mo nanya..menurut loo.mmm.hehe..-Menurut looo"- (lanjut Aris dengan kedua tangan seperti menembak gaya ala 'Sumpeh loo'). "Cek..aahkk...apaan sih cepet..ga penting pisan!" sela Imman."Hehehe.menurut lo..mmm..lo pernah denger ga ungkapan klo..kita sebelum dilahirin ditetapin dulu ama Tuhan mengenai kematian kita sendiri, sampe berapa usia kita dan mati karena apaa..gitu..pernah dengar ga"", tanya Aris. "Ummm.well.well.well", timpal Imman sambil manggut-manggut mengerutkan dahi dan tangannya mengelus-elus dagunya.
"Well.weleh..weleh..si komo.si komo..", sambung Imman lagi serampangan becanda menyanyikan lagu klasik 'si komo' itu. "'Baleeg euuy.man!"(Baleg = B.Sunda yang artinya benar dalam kualitas
dan kinerja),timpal Aris."Iya.iya.apa yaah" Yaa..iya pernah denger. Lo nanya pendapat gue, gitu"", tanya Imman dibalas dengan anggukan Aris."Mmmm.waah.sebagai.orang yang gemar filsafat, weeiis.hehehe.wah gw sendiri belum kepikiran pertanyaan kaya gitu" Lagian menurut gw ga seorang pun bener-bener tau tentang ini. Atau..mereka ga kan percaya sama sekali..itu aja! Ga tau atau ga percaya ! yaah..ga usah ditanya deh kenapa-kenapanya.kalopun ada yang percaya sebenernya mereka ga bener-bener tau. Seperti.emang lu tau kehidupan setelah mati" Ga mungkin tau kan" Tapi kita yakin itu ada! Nah, seperti itulah kira-kira. Itu namanya semacam apriori. Jadi kita nerima pernyataan itu trus percaya tanpa mengalami dulu." Lanjut Imman dengan gamblang. "Tau dari mana lo"",tanya Aris "Apa"", tanya Imman balik, "Ya itu tadi priori..naon..""sambung Aris "Apriori" tau dari langit doong.. Immaaan.. ..ya dari bukulah! Kaya ga tau aja gw suka buku hehehe."jawab Imman sambil melahap gorengan yang dia bawa sendiri ke rumah Aris itu.
Aris termenung seketika, merenung bukan lagi mengenai pertanyaan awalnya tadi, melainkan mulai ngeh-nya dia terhadap fungsi dari baca buku ketika menyadari temannya tahu sesuatu yang dia belum tahu. Sebenernya sih yang suka buku bukan Imman aja, temen kampusnya yang calon personil band mereka nanti gemar baca buku juga dan filsafat. Sang calon gitaris cewe mereka pun suka baca buku dan tidak dapat dipungkiri.setelah mendengar perkataan Imman tadi Aris jadi ada rasa tertarik terhadap buku yang selama ini benar-benar dia abaikan walau ketertarikannya belum sampe 50%.
BAB 2 BLUES WOMEN .... Malam itu, malam minggu ketika Imman sedang kencan dengan cewenya yang bernama Jane. Kadang Imman suka memproklamirkan ke teman-temannya bahwa dialah Tarzan yang sebenarnya!. Pacarnya dengan hanya wajah tersipu malu saja jika hal itu diucapkan di depan banyak orang di hadapan Jane (yang tentu setelah itu di tempat yang lebih jauh dari orang-orang tadi Imman selalu kena damprat oleh tas jinjing milik Jane, 'maaluu.tauuuu!!', begitu kata Jane). Well, Jane adalah wanita yang lembut, cukup feminin, cantik, berambut panjang sepunggung (tapi punggungnya ngga bolong) tapi bukan berarti keturunan bule walaupun namanya Jane. Ceritanya waktu itu ibunya Jane ini sebelum punya anak terobsesi dengan nama Jennifer! Tapi menurut suaminya nama itu terlalu kebarat-baratan banget! Akhirnya diambil jalan tengah dengan memberi nama bayinya Jane saja, Jane Andarasari. Walaupun tetep kedengeran kebarat-baratan ya" Hehehe.biarin atuhlah..kan saya yang mengarang novel ini jadi bebaskaaan...
Malam itu mereka kencan ke salah satu kafe kawasan Bandung yang berkonsep musik, rockstar, Rock 'n Roll (yeah u know, huh"), Rock 'n Roll Cafe (tidak begitu buruk, bukan kedengarannya jika saya rubah seperti ini namanya"). Malam itu Imman kepengen nonton band yang memang telah dijadwalkan sebagai Blu
es Nite. Dulu, waktu pertama mereka jadian kira-kira sekitar 2 tahun yang lalu, Jane selalu protes jika diajak ke kafe seperti ini, dia lebih enjoy diajak ke kafe-kafe romantis yang sunyi, dan juga ga mau ke kafe dugem karena di sana banyak asap rokok katanya. Jane memang tidak kuat terhadap asap rokok, karena bisa membuatnya sakit. Untunglah Imman sangat pengertian waktu itu ketika pernah mengajak Jane ke tempat dugem. Tapi seiring berjalannya waktu mengenai cafe bertema musik rock itu Jane luluh juga (walaupun tetap saja untuk cafe dugem tidak suka). Jane mulai menyukai musik-musik rock 'n roll, garage rock bahkan blues klasik seperti kekasihnya itu. Disamping si Jane tetap menyukai musik-musik pop romantis. Ah, tapi Imman juga suka koq ama musik pop romantis, namanya juga manusia hehehe..begitu kata Imman suatu hari berdasarkan pembelaannya di depan teman-temannya (yang dikatakannya setelah menyatakan dirinyalah Tarzan yang sebenarnya.. .."!@#%!!).
Sebelum band yang ditunggu-tunggu oleh Imman tampil, yang bernama Bluesy Men. Sebagai pembukaan seorang solois membawakan lagu-lagu blues dengan hanya diiringi gitar akustik dan kadang dia menggantinya dengan gitar elektrik Epiphone Riviera berwarna merah maroon. Suaranya sangat lantang, yaah..layaknya vokal blues-lah. Powerfull! Dan menjiwai, lead guitar-nya juga apik..
Dan yang semakin bikin Imman tercengang adalah.. ..dia wanita!! Gaaaa.. ..abis-abisnya Imman melongo terkesima ke wanita bergitar itu. Sampe-sampe...yeah..si Jane cemburu. Dia cemberut merhatiin kekasihnya serius ngeliatin wanita itu. Sampe si Jane berlagak terbatuk-batuk dengan aga heboh untuk mencari perhatian pacarnya sambil mengibas-ngibaskan asap rokok yang sebenernya tidak ada. Seolah-olah Jane ingin mengatakan,"Hei! I'm sick here! Look at me, bastard!" karena ya itu tadi Jane memang sebenarnya memiliki paru-paru yang tidak terlalu kuat dengan asap rokok. Maka dia pun mempergunakan kelemahannya tadi untuk akting di depan kekasihnya yang udah bikin dia cemburu. Hasilnya" Imman tetap terperangah melihat wanita itu!. Sambil dengan wajah innocence, Imman akhirnya bilang ke Jane, "Yang, liat tuh!! Kayanya itu yang gue cari!!" dengan ekspresi excited "APA"! YANG LO CARI"!! APAAN NIH"" Jane kaget berat dengernya. "Heuh" Eh..eu.bukaan.aah! maksudnya itu 'tu vokalis yang gw cari untuk band gw, sayaang.!", sambil tersenyum lebar ke Jane dan mengelus-elus dengan lembut sembari mencium kepala Jane. (Duh perih juga nulisnya, penulis tidak seperti ituu -saat novel ini ditulis-..heuheuhe). Jane lega mendengarnya dan menghela nafas antara kesal dan lega namun akhirnya Jane balas merangkul kekasihnya itu dengan manja. Setelah wanita itu sekira 20 menit membawakan lagu-lagu blues seperti dari Bonnie Rait, Memphie Minnie, Janish Joplin dan bahkan John Lee Hooker, wanita itu duduk sembari menikmati soft drink yang disediakan waitress. Tampak terlihat kelelahan, namun.wanita itu cantik juga dan manis, rambutnya se-di bawah bahu, hehe (semuanya aja cantik! ya maaf dong!), sama sekali TIDAK terlihat tomboy sama halnya dengan teman Imman, Rini yang calon gitaris bandnya itu,
Rini yang rambutnya lebih panjang dari wanita itu, good looking namun wajahnya terlihat tegas seperti angkuh. Imman hendak menghampiri wanita itu dan berbicara, namun karena Jane masih khawatir dan cemburu, Jane bersikeras agar ikut nimbrung juga menghampiri wanita itu.
"Waah.. .keren.. ..keren.. .blues women hehehe.", Imman langsung sok kenal sok deket aja lagaknya. Wanita itu tersenyum sambil agak sedikit heran namun akhirnya
berkata,"Waa.makasih.makasih.makasih yaa" sambil tersenyum lebar. Namun Jane-lah yang menimpali, "Sama-samaaaa....", sambil tersenyum berusaha tulus. Imman langsung memperkenalkan dirinya sambil menyalami, "Adikarya..Imman Adikarya"."Huuh.sok James Bond lu!!", timpal Jane yang mengomentari gaya perkenalan Imman ala James Bond (Bond,..James Bond). Imman hanya tersenyum dan wanita itu pun tersenyum sambil membalas uluran tangan Imman," Marvelli...panggil aja Velli sih" sambil tetap tersenyum. "Oya ini kenaliiin.mm..cewe gue..hehe.J
ane". Jane menimpali, "Jane", sambil tersenyum, lalu Velli membalas "Vellii."sambil tersenyum juga. Velli mempersilahkan Imman dan Jane duduk di mejanya.
"Huuuhffh..soo.gue sebenernya nih tertarik tadi liat lu maen.daaan..kebetulan gw lagi mau ngebentuk band.baru siih.dan kita lagi butuh vokalis cewe. Tapi santei..kita udah ada beberapa link ama radio, media cetak, internet.jadi ya ga susah-susah amat klo manggung hehe.dan aliran juga yaaah.ga jauuhlah ama blues..", kata Imman disambung dengan nyengir kuda yang seolah-olah berkata 'So how"'. Velli kemudian mengatupkan bibirnya dan melirik ke bawah sambil berpikir lalu berkata, "Mmm.menarik juga sih.kebetulan gw lagi cari band cuman yang mau aliran kaya gue ini rada susah hehe.boleh deh dicoba". Setelah berkata ba bi bu tentang musik yang sesekali diikuti pula oleh Jane walaupun Jane hanya sebatas sebagai penikmat musik akhirnya Imman berusaha mengetes Velli ini apakah dia punya kesamaan dengan kedua personil bandnya (kecuali Aris memang) yaitu gemar baca buku" Atau bahkan filsafat" Kemudian Imman bertanya ke Velli, "Kamu..tertarik dengan filsafat ga"atau tau mengenai filsafat mungkin"". Velli menjawab, "Hmmm.yaah ga terlalulah.banyak yang masih belum saya tau", seraya tersenyum meyakinkan. Kemudian Imman menanggapinya dengan seolah-olah itu tidak masalah dan malahan Imman terus berceloteh mengenai filsafat dasar dari mulai apa itu filsafat, dan siapa itu Aristoteles sampai filsafat ekonominya Karl Marx dan sebagainya seolah-olah Velli ini tidak tahu apa-apa. Tapi Velli mendengarkan dengan seksama namun di tengah pembicaraan Velli berkata sambil terbatuk (dengan sengaja), "Ohhook.Socrates.ehhmm..", katanya meniru adegan dalam film American Pie di dalam kelas ketika seorang tokoh berkata sambil pura-pura batuk, "Ohhook. a looser". Kemudian Imman berhenti dengan ocehannya dan berkata, " W..wha..what"".. .kemudian Velli
menjawab,"Nothin'."sambil tersenyum manis. Lalu Jane menimpali kekasihnya itu,
"Socrateees.wooi!" Lalu Iman bertanya kebingungan, "Socrates kata lu tadi"", tanyanya ke Velli. "Ngga.ngga." kata Velli sok tenang ekspresinya. Kemudian Velli buru-buru izin pamit seolah-olah mengalihkan pembicaraan tanpa menonton band berikutnya Bluesy Men karena katanya Velli sedang tidak enak badan sejak tadi siang. Dia pun sudah memesan taksi sejak 15 menit yang lalu ketika di sela perbincangannya dengan Imman dan Jane. Taksi telah datang dia pun berlalu menuju pintu cafe didampingi oleh pelayan cafe di situ dengan membawakan gitarnya menuju taksi. Tentu sebelum itu Imman dan Velli sudah saling bertukar nomer hp (handphone) masing-masing yang dengan inisiatif tinggi Jane berkehendak nomer Velli ditulis di hp miliknya saja, bukan di hp milik Imman. Ck..ck.. .ck.. ..cemburu gituuuu....
Obrolan dengan penulis : Hmm.hmm.bluess.women.kedengera nnya seksi (menurut saya sih), karena musik blues itu sendiri gimanaaaa gitu.hehe. Oya, kenapa sih tadi si Velli mesti pura-pura batuk ala film American Pie" Sambil nyebut, "Socrates'". Who is he" Or.What is it" Ok, dia adalah manusia, jadi pertanyaan yang cocok yang pertama ya. Dia hidup di jaman ratusan tahun sebelum Masehi (SM). Dia gurunya Plato. Mungkin lebih familiar dengan nama Plato" Socrates seperti halnya Plato adalah seorang filsuf, 'rockstar', genius man! Tapi yang paling unik, dia suka berprilaku seolah-olah dia bodoh, tidak tahu apa-apa. Salah satu ucapannya katanya,"Hal yang paling saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa". Ga tau muna ga tau apalah. Tapi dia bener-bener memang merasa tidak tau, koq. Mungkin menurut saya lebih cocok 'merasa tidak puas' dengan apa yang dia udah tau. Dia jadi ngga sadar akan kepintarannya. Tapi yang pasti saya sih salut pernah ada orang kaya gitu. Hmmm.apakah si Velli ini mungkin mengikuti jejak Socrates" Berarti dia setidaknya tau, dong apa yang Imman tanyain" Apa yang Imman bahas dan Imman maksud" Hmmm.semakin 'seksi' aja kayanya Velli ini hahaha.dan agak sedikit misteriuskah Velli" Atau pada akhirnya biasa aja ga terlalu misterius" Sebenarnya pada bab ini juga saya sebagai penulis belum t
au hahaha.maaf, mungkin cara saya menulis agak berbeda dengan penulis lain, tapi kemudian setelah saya kira menulis seperti ini kurang etis ternyata, menurut sebuah sumber, novelis besar Tom Clancy melakukan proses menulis yang hampir sama bahwa 'tidak tahu kelanjutan ceritanya' sebelum ditulis. Dan pembaca pun berkata : "Mmmh.cari temen tuh.."!"
BAB 3 OH, TERNYATA BLUES WOMEN ITU.....
Ternyata Blues Women itu apa maksud lo" Hehehe.mungkin pembaca bertanya-tanya kaya
gitu (mungkin). Sabar, jack!. Ok" Kita terusin........
Imman dateng ke rumah Aris untuk membicarakan pertemuannya dengan Velli yang membuat dia sampai terkesan dan tertarik untuk dijadiin vokalis bandnya. Sebelumnya Imman sempat sms Aris atas pertemuannya itu. Dan Velli pun berminat untuk ketemuan ama anak-anak lainnya yang bakal ngebentuk band. Kayanya basecampnya di Aris nih, selain emang paling strategis, alat musik untuk sekedar briefingan band juga mendukung. Imman bilang ke Veli lewat sms (yang kini akhirnya nomer hp Velli udah ada di phonebook-nya Imman) kalo briefing dilaksanakan jam 4 sore. Velli setuju. Tapi Imman bilang ke anak-anak lainnya klo mereka ketemuan jam 3 aja sebelum Velli dateng, jadi mereka bisa 'ngomongin' Velli dulu dan ngerencanain apa-apa aja yang bakal diomongin ke Velli. Walaupun pada akhirnya sih mereka cuma ngalor ngidul sambil makan gorengan (lagi) sebelum Velli dateng itu. Sampai akhirnya Velli dateng jam 4 sore lebih 7 menit. Imman memperkenalkan dulu Velli ke anak-anak lainnya, ke Aris dan Rini.
"So.."" kata Velli sambil tersenyum setelah kenalan dan setelah ada jeda beberapa detik hening.
Imman yang merasa paling tanggung jawab atas 'pengutusan' Velli ke pertemuan itu menjelaskan ke Velli dan kedua temannya itu. "Yaa.seperti yang kita rencanain sejak awal kan.gw, Aris ama Rini niat ngebentuk band. Aliran sih.ngga jauh ama musiknya Vellilah..hehe..", katanya seraya tersenyum.
"Kita sekarang mungkin bikin konsep dulu band ini mau punya ciri apa, tapi ya alami aja.ngga dibuat-buat, atau diada-ada. Trus mau dinamain apa bandnya" Yaa.klo gw.pribadi sih mmm.pengen punya image band ini, band yang gila buku! Kebetulan gw dan Rini sih udah suka buku. Tapi memang klo Aris belum ya, Ris"" Kata Imman sambil natap Aris dan nyengir kuda. Aris yang ditanya cuma senyum-senyum sambil nopang dagu yang kebetulan lagi pada duduk sila semuanya di kamar Aris termasuk Aris sendiri. Tapi Aris ngga jawab apa-apa, dia merasa beda dan kebedaanya itu tidak menguntungkan posisi dia saat itu. Tapi Aris ngga menganggap bahwa si Imaan itu otoriter atau egois, karena dia sadar konsepnya itu baik dan justru bisa memotivasi dia. Dan Imman pun cuma meneruskan perkataannya itu dengan,"Kalem, Ris.. " sambil tersenyum dan merangkul Aris, karena dia tau si Aris bakal kemotivasi, apalagi dengan hadirnya 2 cewe personil di band barunya itu. Maaasa.. , sih gw mau kebanting, pikirnya.(fiiuh.jadi ada sedikit diskriminasi ya"). Imman pun bilang ke ketiga temennya itu bahwa dia terinspirasi dari band luar asal London bernama The Rakes yang punya ciri khas sebagai 'kutu buku' dan hobi berat baca buku dan hal itu beneran apa adanya. Hal ini tentu saja 'diamini' banget ama Rini yang juga suka buku terutama filsafat dan sejarah selain buku musik tentunya. Tapi gimana dengan Veli" Waktu ketemu di Rock 'n Roll Cafe Imman ngga nanyain hal itu ke Velli. Lalu Imman yang lagi jadi juru bicara nanya hal itu ke Velli, "So..kita belum tau nih.. .lo suka buku ga" Tapi.. .yaa.. .klo lu ngga suka gpp, sih... ato...sorry, nih bukannya maksud gimana-gimana.klo misalnya Velli ga suka dan punya ide lain, juga untuk Aris, nih...kalian boleh koq ngajuin konsep laen..santei aja, jack!" kata Imman bijaksana. (sebelum nulis 'Imman bijaksana, saya ampir 'keceletot' loh nulis Arif Bijaksana!.. ..gara-gara tokoh Aris juga kali ya hehehe). "Gimana, Vel", Tanya Imman lagi. "Haha.buku, sih udah kaya penis buat gue!", jawab Velli.
"........." titik-titik ini lah apa yang diungkapin Aris, Imman dan Rini. Mereka cengo, bengong dan kaget. Mungkin kaget karena mereka sendiri orang Timur. Yah.. .kita
orang Timur. ".........", masih pada diem.
Trus Velli yang akhirnya menyalakan sumbu kedieman itu. "Hehehe...koq pada cengo, man" " Yang lain cuma saling pandang dan ga percaya apa yang baru mereka denger dan mereka sedikit berusaha untuk senyum walo kaya kepaksa saking masih herannya. (dan atau takjub akan keterbukaan cewe yang satu ini") "Maksud gue gini, sih. Penis kan salah satu dari 2 alat utama untuk bikin anak. Nah, dengan masuknya buku-buku ke dalam tubuh gue.ya.gue jadi bisa 'ngelahirin' pemikiran-pemikiran gue sendiri, kesimpulan gue sendiri dan sukur-sukur gue juga lagi berambisi untuk ngelahirin buku baru yang gue tulis nanti yang dimana itu tu hasil dari proses masuknya buku tadi ke gue, sesuatu yang tadinya adalah penis atau alat untuk bikin anak itu. Jadilah ada 'orang baru' -dalam hal ini buku-, gituuuu..kata Velli dengan senyum yang kali ini tiba-tiba 'sok' imut dan 'sok' manis dengan memiringkan kepalanya ketika di akhir kata 'gituuuu.. '
Imman akhirnya buka mulut, tapi baru sekedar buka mulut, "ow.waw.heeuffhh hehehe..", katanya sambil menghela napas lalu sedikit tertawa keheranan.
Aris ngga kalah takjub atas keterbukaan Velli dalam berbicara, "Keren juga , lu! Dah punya gandengan belum, neng hehehe.", kata Aris becanda. "AHAHA..!!", samber Imman ketawa sengaja ngikutin gaya ketawanya Keanu Reeves di film Permanent Record yang perannya sebagai gitaris di sebuah band.
Aris becanda apa becanda ya" Hmm, sebenernya sih ceritanya becanda doang, koq karena Aris sendiri udah punya cewe.Yup! cewenya bernama Ellen. Tapi,.tanpa sepengetahuan Aris dan temen-temen sebandnya, Ellen punya affair dengan cowo laen. Udah 5 bulan Aris ditipu. Sedangkan hubungan mereka udah setaun lebih 2 bulan. Dan sebenernya lagi, ketika mereka sedang briefing, di saat bersamaan Ellen sedang menjalani salah satu kegiatan selingkuhnya itu. Setau Aris pada saat itu Ellen sedang jalan ama sobatnya ke mall. Padahal, Ellen lagi ada di kosan cowo selingkuhannya itu. Dan apapun yang mereka lakukan di sana adalah 'hal-hal' yang tidak sejauh Ellen lakukan dengan Aris karena kesopanan Aris sendiri terhadap Ellen.
How poor he is".....Well, lanjut lagi ke obrolan
briefing mereka. "Jadi.lo.gimana nih ama konsep gue tadi" Bisa diterusin"", kata Imman penuh harap dan antusias. Yang lainnya masih sibuk sama keheranannya. Velli mengangguk seolah-olah memberi jawaban 'ya' atas seseorang yang sedang menyatakan cintanya dan memintanya untuk dijadikan pacar. Kenapa" Karena anggukannya terlihat tulus, dengan senyuman manis dilengkapi mata yang berkedip ketika mengangguk seperti klo seseorang sedang mengatakan, "Aku tidak apa-apa, koq...yakin deh..". Trus Imman terlihat senyum girang kaya om-om girang (emangnya kaya gimana 'om-om girang'" Jangan kira penulis tau,ya.Saya pengen aja nulis kaya gitu). Tapi Imman juga ga lupa nanya dulu ke Rini dan Aris, "Gimana nih yang lainnya.." setuju" Ris, setuju"", katanya tanpa mempedulikan lagi jawaban dari Rini karena udah yakin pasti dia setuju"Ok, jack siapa takut" Ehehe." "Yaa..terus terang gue juga udah ada niat sih sebelum kita ngumpul sekarang ini.udah ada minat ama buku tapi belum sepenuhnya", kata Aris dengan tiba-tiba mimiknya lebih serius. "Ok.. .thx,man.. .hehehe" kata Imman makin girang. "Oya!", tiba-tiba kata Imman lagi. "Vel, lu.suka buku-bukunya kaya apa""
"Umm.yaah.semacam..filsafat, musik, politik gitu-gitu deeh."
"Waah.lu cuuurang luu..ngga bilang ke gue dari awal pas di Rock 'n Roll Cafe, belagu luu..", kata Imman becanda, walau dalam hati Velli, siapa yang belagu sebenernya waktu itu hehehe, batinnya. "Tapi kita di sini juga sama dong ama gue dan Rini.tapi,Ris gue ngga ngebatesin lu untuk suka buku-buku yang jenisnya sama koq, bebas aja.", lanjut Imman.
"hhmm.tapi justru kayanya gue tertariknya ama buku filsafat duluan deh.soalnya.lu inget ga pertanyaan aneh gue ke lu tentang.itu..tu..aduh apa...gue susah neranginnya.yang tentang.ah ga usah dijelasin ya hehe..inget kan"Itu kan pertanyaan filosofis kan"", kata Aris. "Huh" Ooh.. .I see..I see.. .yang..kemaren -kemaren gue ke rumah lu hehehe.ok..deehh
.pas dong kita. Anjiss...poool, maneh! (Gila,.. .keren banget, kamu!)^ diterjemahin koq kadi aneh ya.."! Tiba-tiba Rini gitaris mereka itu punya saran untuk teman-temannya itu, "Ato gini, deh. Ngga usah kepatok ama filsafatlah, pokonya image kita anak band yang gila buku, rakus! Laper! Apapun yang kita tau dan kita rasain kita buat ke lagu. Ngga usah sempit filsafat doang. Pokonya buku! Udah aja.", kata Rini semangat '45 atau semangat 300 SM seperti para filsuf Yunani Kuno terhadap semangat berpikirnya a.k.a jenius!. "Ok...shaatujuuu!", balas Aris dengan logat Sunda yang diamini oleh teman-temannya.
Imman melanjutkan obrolan mereka lagi, "Eh.teruuss.tentang nama band nih, sebenernya kemaren pas gue lagi di warnet kampus ama Rini pulangnya kita ngebahas nama band. Trus, Rin" ceritain, Riiiiin.jadinya ide dia sih", "Iyaa.jadi gue dah ada ide sih tentang nama band ini, setuju atau ngganya ya terserah, sih. Tadinya kemaren kalo kita jadi ada unsur filsafat nih di band. Dan ternyata kita sepakat ada kan" Walopun gue tadi ngasih saran jangan terlalu filsafat banget yang dijadiin image. Tapi untuk ngeliatin unsur filsafat di band ini, ato tarolah bukan untuk ngeliatin sih. Untuk ngegambarin personilnya. Kaya misalnya band yang namanya Strawberry karena personilnya suka strawberry, sekedar itu doang, misalnya! Nah gimana kaloo...nama band kita The Feels A Fat" Plesetan dari filsafat. Solanya kalo kita kasih nama The Philosophers.aduuuh kayanya kita juga ngga segitunya ya"! Biar keliatan lebih ringan dan ngga serem aja, 'The Feels A Fat',gimana"", Tanya Rini ke temen-temennya. Temennya selama Rini ngomong manggut-manggut aja serius. Lalu Velli nanya, "Tapi kalo orang-orang nanya apa hubungannya dengan kalimat itu, 'The Feels A Fat' yang artinya kira-kira kan merasakan sebuah kegemukan atau ketebalan. Kita harus ada alesan untuk itu, lho" Kemudian Rini menjawab semangat lagi, "Nah iya gue belum jelasin itu. Kebetulan sound gitar gue dan katanya Imman juga sound gitar lu, Vel ada kesamaan kita, agak fat gitu kan, crunch, over drive gitu kan" Nah itulah!", katanya sambil menunjukan jari telunjuknya ke atas. "ooh.yayaya..", kata Velli sambil manggut-manggut semangat juga. "Ok, jadi kita bermaksud nunjukin karakter sound kita gitu ya, sekalian ya" Keren juga lu hehehe.iya karakter gue yaa ke John Lee Hooker gitu deh hehe.. "
"Siip! Gue juga keinfluence ama soundnya The Beatles, The Kinks, The White Stripes sama gitar di lagu-lagunya Jerry Lee Lewis whuaa.keren banget tuh!" lanjut Rini ngga kalah antusiasnya. Ngga lama kemudian ngga kerasa ampir mo magrib, briefing selesai. Imman dalam hati bergumam,'Ternyata cewe blues itu ngga se-misterius yang dia kira atau.lebih terbuka di luar dugaan dia. Maksudnya.sepertinya gaya bicara dia blak-blakan sekali'..
BAB 4 BUKU = PENIS " Aris terus terngiang-ngiang dengan perkataan Velli bahwa buku itu udah kaya penis bagi Velli alias dengan masuknya buku-buku ke dalam dirinya, dia bisa melahirkan pemikiran dan gagasan dia sendiri, atau bahkan dia bisa melahirkan buku baru yang dia tulis., gila tu cewe, pikirnya. Kerenlah, pikirnya lagi. Pol-lah, masih pikirnya lagi. Aris semakin terpancing untuk ningkatin minat bacanya. Lebih tepatnya lagi menimbulkan minat bacanya, karena sebelumnya memang hampir ngga ada. Ngga kepikiran aja ama Aris. Terus dengan isengnya Aris mikir, klo buku udah kaya penis buat Velli, berarti klo dia udah keranjingan baca buku, buku itu kaya apa ya buat dia". Dia senyum-senyum sendiri aja mikirin itu. Taulaah.apa yang dia pikirin. Namun tiba-tiba, senyum-senyum sendirinya itu berubah seketika ketika dia nerima SMS yang pesannya, "Hei, gi ngapain" :) kapan kita ketemuan lagi. Eh btw, jaket gue ketinggalan tuh kayanya di kosan kamu. Kemaren sih kita buru-buru pas kamu anter aku pulang. Ok, I like ur kiss, babe.. ;P" From: My Honey.
"Slllurr...krrreess...", (anggep itu suara toilet flush diputer yang kebetulan adiknya Aris abis buang air di wc sebelah kamar Aris). Kreatif dikitlaaah, masa mau dibarengi suara-suara geledeg petir kaya di film-film India atau sinetron penyiksaan"! Cu
m - on! Aris sadar akan bunyi toilet itu dan juga sadar seolah-olah dengan backsound itu dia terbuang dan ngerasa di-dump banget ama cewenya itu. Seperti acara jodoh-jodohan yang dulu digelar MTV luar untuk cowo yang ga kepilih diiringi suara toilet dengan MC yang berkoar-koar dengan nyanyian/You've got to move...,you've got to move".
Anjjriiit.. , hanya itu yang ada di benak Aris sekarang. Nyesek banget bacanya, damn! Itu jelas bukan sms buat dia. "Ow, My God 5x", diucapkan Aris. Aris diam seketika, bingung. Sekarang dia harus gimana"... apa dia bales sms Ellen" Atau dia diem aja a.k.a 'aksi diam'". Akhirnya dia memutuskan untuk balas SMS dengan berbunyi,"Besok juga kita ketemu!! Terserah lo mau ketemu setelah ambil jaket itu atau sebelumnya. Gue dah ga peduli lagi! You have successfully make me sick, congrats, woman!! Dan sebaiknya ngga usah bales sms gue sekarang apalagi nelpon. Gue lagi ga pengen diganggu!. Besok gue pastiin waktunya! 'Have fun'!" Ngga disadarin.air mata netes di pipi Aris, yaah.dia emang cowo sensi, tapi bukan cengeng, bukan! Saya sebagai penulis juga ampe ngga tega gini nulisnya. Agak berat.
Kemudian tiba-tiba ada miscall dari Ellen, tapi hanya miscall. Mungkin menandakan bahwa dia ngga akan bales sms atau nelpon sesuai keinginan Aris, tapi pesan dia dah diterima dan Ellen setuju dengan pertemuannya itu yang tentu bakal bikin Ellen takut setengah mati. Bego, sih
Ellen! Aris kemudian ngelamun terus sambil ngerokok dan tiduran juga dilengkapi dengan air mata yang dikit-dikit netes, yaah ngga sebanyak kalo cewe nangis sih. Sambil muterin keras-keras lagu-lagunya Chuck Berry., yang setelah setengah jam kemudian dia ganti ama lagu-lagu Glenn Friedly, lagu-lagu patah hati yang mewakili cowok banget.
Keesokan pagi harinya dia udah ngerasa 'baekan' setidaknya ngga seberat kemaren perasaannya. Entah karena dia cowok ataupun apalah.yang jelas dia jauh lebih baik. Malah sebelum ketemu Ellen dia hari ini berniat ke kosan Imman untuk pinjem buku pengantar filsafat yang katanya keren itu, The Outer Limits karya Stephen Law., yang konon kata Imman itulah buku cikal bakal Imman jadi menyukai filsafat.
Tanpa kita pikir panjang, setelah penjelasan ba-bi-bu dari Ellen ketika pertemuannya dengan Aris. Kini status Ellen hanyalah 'mantan' bagi Aris. Tepatnya 'mantan yang telah berhasil menipu'. Ellen pun sadar bahwa dia salah walaupun dia menangis juga. Entah kenapa Ellen mesti nangis, padahal dialah yang 'bahagia', atau karena dia cewe sehingga walau sedih, dan senang ataupun malu, dan menyesal karena ketauan 'boong tetap menangis"
Aris sendiri belum menceritakan hal ini pada Imman yang memang teman dekatnya kan. Karena memang buru-buru untuk ketemu Ellen setelah pinjem bukunya Imman. Saat ketemu Ellen pun pastinya Aris, dong yang ngebuka percakapan duluan dengan bilang, "Udah diambil jaketnya" Perlu diambilin ngga"" dengan gaya bicara sok cool. And so on.and so on..
Aris pun kembali ke kosannya Imman. Yaah, sebenernya Imman asli dari Bandung koq. Cuman memang kampus Imman cukup terbilang jauh dari rumahnya. Bukan karena Imman manja,
melainkan dia pengen aja ngekos bareng temen-temennya. Nah, kalo rumahnya deket kan orang-orang di rumah malah curiga kalo dia pengen kos. Jadi karena rumahnya terbilang jauh dari kampusnya, keluarganya setuju-setuju aja dia kos.
Aris nyeritain semuanya. Semuanya! Tentang kejadian tadi. "Wah, yang bener lu..."" , reaksi Imman pertama kali ketika Aris cerita pada saat itu. "Yaah.gimana yaa.. " gue juga bakal keliatan sok tau dan ga 'berprikemanusiian' kalo gue cuma bilang, 'sabar aja'. Dan gue juga paling ngga mau bilang, 'Sabaar, ntar juga lu dapet yang lebih baek.' Ngga bisa gue. Tau darimana, coba gue kalo lu bakal dapetin yang lebih baek dari Ellen" " "Lu bener!", sambung Aris.
"Iya kan"! Emang sih itu bisa dianggep doa semata. Tapi gue aja suka ngga suka kalo ngedenger orang bilang gitu ketika gue broken. Walopun maksud orang itu baek banget. Itu malah makin kedengeran miris tau ga"! Itu sama aja dengan bilang,'Tenaang, neraka itu ngga ada koq, jadi lu ngga usah takut ama kematian'
ato sebaliknya, 'Neraka itu pasti ada, jadi kita harus berbuat baik'
"...............", Aris no
comment, kebingungan selama beberapa detik sampe dia bilang, "Duuuhh.mulai deh lu.tapii..yaa.gue lagi pengen tau-menau, nih.ciiee.tentang yang lo suka, dan lo baca.ekstrim bener keliatannya ya".by the way..dari pernyataan contoh tadi lu percaya yang mana" Jangan-jangan yang ke-dua, lagi, kalo neraka itu ngga ada, serem juga lo..", Aris mulai keliatan lupa ama 'mantan'nya.
"Oh! Ngga..ngga..nggalah. Itu contoh aja, perbandingan. Maksud gue ya itu yakin ato percaya padahal kita belum tau atau belum ngalamin.
Yaa..siapa sih yang pernah bilang,'Edaan neraka serem ah, gue tobat deh.ngga mau ke sana lagi' atau, 'Eh gue udah nyari lho waktu gue mati, ternyata ngga ada akherat' ngga mungkin ada kan yang pernah ngomong gitu"! Yaa sama aja dengan, 'tenang, Ris..lu bakal dapet penggantinya, gue tadi abis jalan-jalan ama doraemon pake laci meja belajar untuk ngeliat semua itu' So Immposible, right".tapii..yaah.gue juga bingung sih dengan paranormal yang pada tau masa depan dan masa lalu.gue ngga bisa jelasin itu, ato no comment,
deh.. " "Woow..edan oge maneh..Eh..eh..tapi..kan dii.kitab-kitab suci, akhirat itu ada. Kita juga beragama dan tau itu. Tu gimana tu"", Tanya Aris dengan lebih semangat lagi dan masih ngelupain mantannya.
"Waah.gue ge er ditanya-tanya hehehe..tapi nyantei.gue ngga takabur koq hehe.justru gue jadi respect ama lu. Yaah.itu namanya kepercayaan dan keyakinan, Ris. Seperti kita taulah..kitab suci itu pedoman hidup. Masa iya..pedoman utama manusia di bumi dibuat ama orang juga" Yaa klo undang-undang sih bedalah. Itu pedoman negara dan masyarakat. Ini hidup, kehidupan di dunia!" "I see, terus.terus""
"Ada niih.tokoh yang namanya Immanuel Kant. Filsuf maksud gue. Dia termasuk filsuf era modern. Kata dia, nih. Tuhan itu perlu untuk diandaikan ada. Karena kalo ngga, manusia bisa gawat. Kacau balau. Karena ngga ada aturan apapun. Kira-kira gitulah. Jadi ya kalo kita percaya akhirat, itu karena kita kemungkinan besar percaya adanya Tuhan juga. Jadi yaa.keyakinanlah. Walopun semuanya itu sifatnya apriori. Apriori tu, kita nerima gitu aja suatu pernyataan dan percaya padahal belum ngalamin. Tapi kita yakin. Nah ada kebalikannya, nih Aposteriori. Itu tu maksudnya kita percaya kalo udah ngalamin, jadi sifatnya materi ato fisik banget. Indrawi tepatnya. Gagasan aposteriori ini keluar dari Aristoteles.Dia."
"Tunggu-tunggu... Immanuel Kant.. ..Aristoteles" koq kaya nama kita..""
"Iya..ya"" tau! Tanya aja tuh ama penulisnya"!" Penulis: "Hei!...kenapa kalian melihatku seperti itu" Mesti, gue jawab""
Imman & Aris: "...................nothin", ungkap
mereka seperti setengah ketakutan.
"Ok lanjutlah...Aristoteles filsuf Yunani Kuno
sejak ratusan taun sebelum masehi gitulah. Kalo
kata dia sih.yaa..aposteriori tadi. Kalo Apriori,
tokohnya waktu itu Plato, Plato itu gurunya
Aristoteles." "Lha" Guru, murid koq bisa beda"" "Yaah.justru itulah. Yang bagus itu gitu kalo belajar jangan maen 'iya-iya' aja. Tapi belajar kritis. Terutama kalo kita udah mahasiswa. Jangan disuapin muluu. Yaa lebih bagus lagi sih kalo kita dari SD udah dilatih gitu. Tapi yang lebih buruk lagi sih sama sistem pendidikan di sini (Indonesia). Apa-apa yang kita pelajarin aga dibatesin,deh. Banyak yang bakal kita ngga tau kalo cuman ngandelin sekolah. Makanya itulah pentingnya buku. Banyak buku yang ngga diajarin waktu kita sekolah. Yaa itu semata-mata untuk melindungi sistem pemerintahan yang sedang berlangsunglah kalo bahasa seriusnya mah. Pemerintah takut kita jadi 'bahaya', kali hehehe. Padahal belajar atau baca sesuatu kan bukan berarti kita setuju dan ngejalanin, kalo emang kita kritis. Yaa kaya Aristoteles tadi ke gurunya Plato.Fiiiuuh..minum.minum! buuaah.gue cape ngomong hehehe..."
Aris langsung ngambil gelas yang berisi air putih di meja kamar kosan Imman (dalam hal ini bukan Immanuel Kant) sambil nyengir takjub. Sebenernya Imman ngga jarang bagi-bagi 'sesuatu' kaya gitu ke Aris. Hanya kali ini beda. Aris sendiri udah mulai ngeh atas apa-apa aja yang Imman dapet
dari buku. Jadi dia udah mulai tertarik kalo ngedengerin. Dan udah ngga masuk telinga kiri keluar telinga kanan lagi kaya dulu-dulu.
"Man,..sorry nih bukannya ngalihin pembicaraan..sorry..yaah harap maklumlah. Gini, gue kepengen coba bikin lirik nih. Tapi.mungkin aga cengeng hehe.lo ngerti kan" Gpp, nih ngga berbau filsafat or.else", tiba-tiba kata Aris kemudian.
"Eiis...gpp,man, Santei aja...kenapa juga lo mesti takut dibilang cengeng" Karena lu cowo, hah" Hehehe.lagian lirik di band kita nih ngga mesti berbau-bau kaya gitu koq. Malah ngga sama sekali juga gpp. Itu sih cukup buat image kita aja dan alasan kenapa nama band kita The Feels A Fat nantinya."
Aris cuma terseyum kecil aga malu sebenernya terhadap Imman. Walaupun Imman sendiri udah ngga aneh ama sifatnya Aris ini. Imman tau Aris ini sensi dan dia mau ngertiin sobatnya itu dengan menghibur, "Lo.. .seperti.. .Rosseu.. .atau.. .Blues musician. Dua hal itu bisa bikin seseorang keliatan keren kenapa kita sensi atau cengeng sekalipun..terutama buat cowo." Why" So, let's check the next page.
BAB 5 SENSI, 'CENGENG'" KENAPA NGGA"
"Hah" Emang." Iya sih kalo blues gue aga-aga tau sih historinya. Tapi.jelasin lagi, dong hehehe. Biar gue ngga mumet nih ama siiii...brengsex!!", kata Aris masih kesel akan mantannya itu.
"Hehehe..kalem, boss. Lu minum juga, deh..", kata Imman sambil nyodorin gelas ke Aris. Setelah Aris nenggak air putih tadi Aris mendesak Imman lagi untuk segera ngejelasin apa maksudnya tadi. "Sok..sok..gimana tadi""
"Ok, yaa..iya..blues kan lirik-liriknya menyedihkan, pilu ciee...Itu udah kaya attitude mereka sih. Karena awalnya kan musik blues itu Negro-negro gitu. Yaa..Negro kan sejarahnya dijadiin budak-budak belian gitu. Mereka jadi mencurahkan 'kesakitannya' itu lewat musik. Menciptakan pola-pola chord dan scale (tangga nada) yang.pilu heuheuheuh..Itu awal mulanya. Tapi liat dong mereka musisi blues terutama yang Negro-negro,
sooo...very.....eksklusif, kaya mahal, kebanyakan
mereka dari Mississipi kaya BB. King siapa lagi lu taulah kalo itu"
"Robert Johnson, Blind Lemon Jefferson...Blues Boy King", lanjut Aris.
"Ya itu BB. Kiing..ahh hehe"
"heuheuhe.....heureuy (bercanda)..", kata Aris
ngebela diri. "Yaa, ga jarang musik-musik blues gitu nyeritain
patah hati, kaya lo hehehe.sory-sory.. "
Aris Cuma nyengir gondok aja digituin.
Imman ngelanjutin lagi, "Trus kalo Rosseu tadi
tuu...dia juga filsuf modern juga sekitar taun 1700anlah." "Oh, modern tu maksudnya taun segitu ya hehe." "Oh iya.emang gue belum cerita" Hehe, perasaan udah deh. Iya modern itu 1500 ke atas deh maksudnya gitu. Kalo kuno di Yunani itu sekitar
300 SM" "ck.. .ck.. ..ck..., gila lu", sahut Aris baru tau.
"Iya tuh apa tadi gue bilang.jadi lupa" O,
ya.Rosseu itu salah satu tokoh yang mewakili
gerakan Ro-man-tis.-is-me."
"Romaaantis""
"Iya, romantis. Makannya jangan gengsi dulu lo untuk bikin lagu romantis. Awalnya gerakan ini juga kaya 'ngeberontak' sih kaya musisi blues tadi. Jadi dari hati deh. Jadi gini, waktu di jaman itu 'tu jamannya filsafat era modern tadi, sebelum gerakan Romantisisme ada, para filsuf sangat ngejunjung tinggi pemikiran dengan rasio, ngga ada deh mesti percaya Tuhan, dan agama segala macem apalagi mistis. Pokonya yang masuk akal aja, deh, yang rasional aja. Gitu pikiran mereka. Romantisisme nganggep bahwa pkiran-pikiran berdasarkan rasio itu 'nyiksa' atau 'ngebelenggu' manusia. Manusia itu harus dibebasin, bebaskeeuun heuheuhe....jadi seolah-olah mereka ngalamin 'kerinduan' dengan apa yang kejadian di Abad Pertengahan sebelum jaman modern, dimana agama, Tuhan juga budaya mistis di daerah Timur masih 'kepake'. Dan mereka nge-ekspresiin semuanya itu lewat budaya dan seni. Di seni mereka bisa bebas menurut mereka sendiri. Seperti contohnya pelukis, penyair, atau penulis kaya si neng ini'ni.", sambil menunjuk ke arah penulis (terserah pembaca mau ngebayanginnya kaya gimana, ok") "..Mereka pikir mereka bisa bebas berekspresi dengan karyanya tanpa tekanan dari pemikiran kaku dengan rasio seperti di jaman itu. Banyak di jaman itu yang karya-karyanya dalem, nusuk hati heh
e, atau nyeritain pengalamannya sendiri. Dan jangan salah, man! Rosseu konon katanya gampang nangis tuh hehe. So, ngapain lo.gengsi atau malu kalo nulis lirik gitu-gitu".. .santei aja. Yang penting kan musiknya nanti sesuai ama musik kita. Jadi maksud gue, yaa.paling polos pikiran kita gini,deh. Anggep aja 'keren' kaya orang-orang tadi hehehe..
Aris terdiam di kamarnya. Sambil siap bolpen dan kertas kosong. Dia makin pe de aja nulis setelah denger perkataan Imman. Well, sebagai drummer dan tidak bisa bermain gitar. Dia pun hanya membuat lirik aja. Belum ke musiknya. Tapi dia bener-bener pengen nulis sesuatu. Yang jadinya lirik sangat sederhana dan pendek sekali, ngga ribet, ngga puitis. Ah, bebas aja..
"Life Without Love"
Have you ever feel lonely" Have you ever feel can't reach" And what are you gonna do" Nothing but you just can cry
Reff: No more hug, no more kiss No more friends, no more love No more anything 'cos you could life without love
I know I can't read my future But what can I say 'bout me" What can I say if It's happened" Nothing special with my love life ...
Aris kembali membaca lirik buatannya sampe 3 kali. Dan memang mungkin dia seperti Rosseu, mudah menangis. Rasanya Aris pengen nangis inget-inget mantannya itu. Tapi yah...nangisnya cowo tentu beda dengan nangisnya cewe. Yaa, agak berbedalah. Kamarnya digelapin. Cuma lampu meja aja yang diterangin, juga lampu akuarium, senter di meja, lampu kasur dan hari itu siang hari. Lho"" Terang banget, dong"! Hehe, ngga...ngga...malem, koq! Dan cuma lampu meja aja koq yang nyala, beneeer, janjiii, hehehe...so, makin ngedukung aja suasana kaya gitu untuk ngelamun. Dan emang sengaja dibuat ngedukung sama Aris malem itu.
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di kamarnya Velli yang penuh dengan poster-poster musisi blues dan ngga ketinggalan poster Aristoteles, Velli sedang melamun sebagai pengantar tidur. Rutin. Ya, rutin. Velli ini -apalagi cewe- ngga kalah sensinya dibanding Aris. Dia sering ngelamun, bukan aja ngelamun merenungkan filsafat atau buku-buku yang dia baca, tapi juga sering ngelamun mikirin kehidupan dia. Cinta (oya, F.Y.I: Velli jomblo), ambisi, cita-cita, dan sebagainya. Tapi karena entah kenapa Velli lagi sulit untuk memejamkan mata. Dia berlalu ke rak buku di kamarnya. Dan ngambil salah satu buku dari rak itu, buku itu berjudul "When GOD Winks" karya SQuire Rushnell. Buku itu bukan buku filsafat. Setidaknya buku itu memang ngga
menyatakan sebagai buku filsafat. Dan buku itu dia beli di toko buku di rak bagian 'psikologi'. Buku yang membahas tentang kebetulan-kebetulan di kehidupan ini yang patut untuk direnungkan oleh pembacanya, begitulah si penulis buku itu berharap.
Di tempat lainnya lagi, gitaris kita, Rini sedang ngutak-ngatik gitar dan efeknya dengan ampli kecil (practice amp) Fender di kamarnya. Dia sedang cari karakter sound yang pas dan baru untuk band barunya itu. Berbeda dengan Velli yang gitarnya Epiphone Riviera, Rini menggunakan Fender Stratocaster warna sunburst. Dengan efek stompbox Nobel Overdrive yang konon lebih 'asyik' daripada overdrive-nya Boss dan tentu lebih mahal. Sedangkan Velli sendiri menggunakan efek stompbox Marshall Jackhammer dan stompbox Digitech Screamin' Blues. Setelah lelah mencari-cari sound gitar, Rini pun langsung deh bergegas tiduurrr..dia juga suka rutin ngelamun kaya Velli, cuma kali ini dia sedang capek, jadi langsung aja ke dunia mimpi.
Dan gimana dengan Imman" Imman udah tidur dari tadi!
Obrolan dengan penulis: Yang namanya cinta, satu rasanya. Bukan sejuta..
BAB 6 ARE WE FREE" Jumat sore sekitar jam 4, Imman berniat janjian ama Jane di tempat makan daerah dago di fast food waralaba yang logonya seorang kakek tua yang konon sang kakek tesebut memulai usaha makanannya itu mulai usia 60-an tahun, memulai. dengan menyebar resep ayam goreng-nya ke berbagai restoran. Si kakek pun, ssshh, ah...koq jadi cerita si kakek, sih ehhehe. Jam 3 sore Imman udah nyampe duluan. Sengaja, supaya dia bisa baca buku dulu sambil minum soft drink. Kali ini buku yang dia baca adalah komik Doraemon, haha..no..no kidding. Dia
sedang baca karya klasik terjemahan dari pengarang asal Jerman, Hans J. Morgenthau dengan judul "Politik Antar Bangsa" .
Jam 4.10 Jane pun dateng. Dengan memesan makanan terlebih dahulu. Tadinya mereka berdua mau nonton, tapi mereka akhirnya memutuskan untuk makan aja di situ. Imman menceritakan band barunya itu dari mulai image dan nama bandnya ke Jane. Sebagai pacar yang baik Jane pun antusias mendengarkan. Jane memang mendukung sekali kalo cowonya itu ngeband. Oya Imman itu jadi bassist. Jane berasa udah ngga sabar untuk nunggu saat-saat dia nonton pertunjukan band pacarnya itu. Bagi Jane itu moment yang cool. Sebenernya Jane juga punya minat baca, namun tidak seperti bacaan pacarnya itu. Dia lebih menyukai novel klasik atau novel-novel sastra. Well, ngga masalah. Itu juga buku-buku yang keren. Buku favorite-nya Jane seperti SAMAN karya Ayu Utami atau karya-karyanya Agatha Christie, Ian Flaming, Pramoedya Ananta Toer, dan lain-lain. Jane memang kuliah di jurusan sastra dan seringkali menulis cerpen untuk surat kabar, dulu waktu remaja dia sering ngirim cerpen ke majalah-majalah remaja. Dan ambisi terbesarnya adalah menulis novelnya sendiri. Dia hanya perlu menunggu waktu. Imman pun sebenernya ngga kalah ingin punya ambisi menulis novel filsafat, atau buku apapun yang dia pengen. Eeuh.. .sok atuh duet nulis buku hehehe.. .kalo udah married kan keren duet kaya gitu. Kalo suami istri lain duet nyanyi atau bikin musik, ini duet nulis buku hehehe..
Sepulang dari situ sebenernya Imman ada janji dengan teman-teman bandnya untuk briefing selanjutnya. Tapi kali ini di kosan Imman. Karena Aris sendiri sedang ada kuliah tambahan, jadi briefing kali ini diadain di kosan Imman. Sesampeinya di gerbang pagar kosan Imman, Rini dan Velli pun tepat datang pada saat itu. Kali ini Jane udah ngga ada perasaan curiga atau cemburu lagi. Dia udah mulai mengerti dan nyaman dengan Velli. Karena mereka ternyata punya kecocokan sama-sama menyukai novelnya Agatha Christie. Sejak itu Jane jadi respect dengan Velli.
Kebetulan Imman abis dari dago belanja aneka cemilan dan minuman dingin (penulis jadi laperr, nih..). Sesampei di kamar Imman, Rini memberi tau bahwa bulan depan band mereka bisa maen di acara rutin sebuah radio Bandung, yang diadain tiap minggunya di sebuah mall daerah Gatot Subroto secara live on air. Tapi syaratnya memang harus lagu sendiri. Maka dari itu dia meminta produser acara tersebut yang kebetulan kenalannya Rini dan Imman, agar The Feels A Fat manggung bulan depan aja. Dan untuk awal-awal dan perkenalan mereka manggung tanpa fee.
"Oya, ngomong-ngomong, nih si Aris katanya bikin lirik. Tapi gue belom liat. Yaah,...cinta-cintaan gitu katanya atau mungkin keputusasaan katanya," kata Imman sambil melahap roti yang dibelinya. Reaksi Velli, Rini dan juga Jane senyum-senyum penuh mengerti. Karena mereka udah tau tragedi yang nimpa Aris. Jane yang daripada bengong, pikirnya, nunggu briefing selesai, udah siap-siap dengan bawa novel untuk dibacanya. Dia anteng aja ngemil sambil baca di kasur. "Eh, *sok-sok(Bahasa Sunda artinya silahkan atau ayo).. .diambil cemilannya", kata Imman akhirnya nawarin.
"Duh..bingung, nih mau ngambil yang mana.enak semua hehehe..", kata Rini mupeng. "Aahh.bebas ajalaah..mo yang mana, ya ngga, Vel.."" kata Imman sambil nyengir-nyengir kuda ngga peduli mulutnya penuh makanan. "Kata siapa kalian bebas"", ujar Velli agak cool gaya bicaranya.
Saat itu sementara Jane masih asyik baca novel, Rini dan Imman saling berpandangan. Dan saat itu juga mereka berdua sadar dan paham maksud Velli. Bahwa Velli PRO DETERMINISME. (dimana hal itu dinegasikan/ditolak oleh Rini dan Imman).
Tapi itu bukan berarti Rini dan Imman langsung keki, atau 'memberontak'. Mereka justru semangat bahkan cenderung senang. Karena akhirnya mereka bisa nemu 'lawan' suatu gagasan yang diakui oleh Aristoteles yang bernama Determinisme, yaitu bahwa segala sesuatunya disebabkan atau diatur oleh hukum alam atau ada penyebabnya, bahkan tanpa kita sadari. Rini dan Imman matanya berbinar-binar mendengar ucapan Velli. Ngga sabar untuk sekedar adu argumen
secara intelek. Ngga adu jotos kaya di MPR. Imman menggosok-gosokkan telapak tangannya kaya orang lagi kedinginan dengan senyum dan mata berbinar-binar, sambil berkata, "Waah.ada yang 'nakal' nih hehehe, keren..koq..keren...gue mau denger penjelasannya dari lo. Santei aja kita diskusi
hehehe." "Yaa.sebenernya sih.kayanya kalian udah taulah dari Aristoteles hehe.tapi ok kita diskusi aja, ya.
Ok, begini.. " "Gue setuju sama pemikiran Aristoteles, Bahwa pergerakan tubuh kita ada penyebabnya. So, seperti tadi kan.kita sebenernya ngga bebas mau milih makan apa. Walopun seolah-olah kita bebas, kita yang nentuin. Tapi secara ngga sadar itu semua ada penyebabnya, sampe akhirnya ada keputusan terakhir dari kita. Penyebab itu disebutnya penyebab terakhir (yang justru maksudnya 'tu awal penyebab) atau substansi terakhir untuk tujuan akhir atau yang disebut juga teleologis. Tapi ada filsuf di jaman pra-Socrates namanya Democritus menemukan apa yang disebut dengan atom. Atom di sini seperti atom kimia, terukur. Dan atom di dalam tubuh kita itu termasuk ke proses yang nyebabin gerak-gerik kita, keputusan terakhir kita" "Mmm..I see..sih" balas Imman. "Yaah..sebenernya..lanjut Rini. "Kenapa kalo gue dan Imman menegasikan.Determinisme itu
yaa..kalau.seolah-olah kita ngga bebas, apapun yang terjadi diatur oleh atom-atom itu, apapun yang gue lakuin ngga salah, dong". Misalnya gue nabok lu nih hehehe.masa itu ngga salah""", ujar Rini kritis.
"Well, ngga juga. Itu jelas salah! Awas aja klo lu berani ahaha, becanda.Ya jelas itu salah, Rin. Karena kita punya hati nurani yang bisa ngontrol itu semua. Hati nurani ini ngga da hubungannya dengan atom. Maksud gue, ngga terukur. Metafisika! Ngga kaya fisika bisa diukur, kan"! Kalo menurut gue, sih. Semua 'kerja sama' atom-atom itu dikirim sinyalnya ke otak, kalo kata Rene Descartes sih ke kelenjar otak. Dan gue juga percaya akan adanya roh di dalam tubuh manusia. Dan kata Descartes pun roh berhubungan langsung dengan kelenjar otak untuk mengatur pikiran, kemudian pikiran yang mengendalikan keinginan/nafsu." "Hi..hi..hi..aha..haha..ha.sorry..sorry, Vel gue bukan ngetawain pendapat lu. Gue jadi tiba-tiba inget program acara pendidikan TPI jaman dulu. Inget ngga" Kan kaya kita gini ngobrolnya hahaha.sorry..sorry, motong", kata Rini ngga tahan ketawa. Dan Imman juga Velli pun turut ketawa. Kecuali Jane yang masih asyik baca novel dan cuma ngelongok ke arah mereka bertiga pas suasana sedikit gaduh dengan tertawaan mereka. "Tu orang masih pada idup ga ya, yang di TPI" Hehe", tanya Velli ngeyel
"Oooh...yaa masihlaah.. .lu kata waktu itu taun 30-an apa"" Ya ngga segitunya juga kaleeee.ahahaha.gila lu!", balas Rini. "Eh, lu tau darimana tadi, teori itu"", Tanya Imman
ke Velli "Lhaa iniii ada teksnya, alllaah (ala Tora Sudiro).lu kata gue penyiar apa" Hehehe. becanda aja lu!"
Mereka pun tertawa lagi.Velli pun melanjutkan,
"Mmm.kalooo.dari menurut gue sih..rohlah yang punya nafsu, misalnya kaya tadi lu mo nabok gue hehe..terus semuanya itu dikendalikan dengan pikiran supaya ngga jadi nabok. Dimana pikiran itu udah dapet 'sinyal' dari atom-atom. Nah contoh gampangnya, nih makannya banyak tuh kalo orang udah nampar langsung nyesel saat itu juga, karena ya atom-atomnyalah yang bekerja seperti itu tapi pikirannya ngga kuat nahan atom-atom tadi dan roh pun terlalu bernafsu. Jadi semuanya saling ngedukung untuk nampar. Tapi orang itu harus disalahin karena kenapa nafsu dan pikirannya ngga sanggup mengendalikan"! Atom hanyalah alam, hukum alam tidak bisa disalahkan. Bukan berarti jahat itu ngga salah hanya karena adanya hukum alam."
"Dan gue percaya ada roh, -di luar karena gue beragama juga-. Karena kalo kita meninggal cuma ada tubuh. Ngga idup lagi. Roh itu udah 'pergi' ke alam baka. Kalo emang roh itu ngga ada, kenapa kita bisa mati" Ketahanan tubuh karena sakit atau udah tua bukan alasan! Tetep aja kenapa orang meninggal bisa diam , kosong, dan ga idup lagi. Ya karena yang idup itu udah pergi. Kita beda sama mesin. Kita punya hati dan akal di luar teknis/mekanisme tubuh. Klo mesin rusak/sakit dan mati.semasa me
sin itu hidup dia kan ngga berakal dan berhati nurani kaya manusia. Jadi dia tidak punya roh. Lagian dibuatnya juga sama manusia.", terang Velli diteruskan dengan minum minuman kaleng.
"Yaah.kalo masalah roh sih kita percaya, Vell. Tapi kalo determinisme gue dan Rini mengafirmasikan/mengiyakan Immanuel Kant." "Weeiis..pantesan namanya mirip hehe.", kata Velli becanda
"Yaa..doong, Immaaan...hehhe" "Hahaha.kebayang ya 4 dari kita semua sesuai kan namanya ama para filsuf..", lanjut Velli Tiba-tiba backround setting cerita novel ini menggambarkan masing-masing tokoh personil The Feels A Fat secara bergantian, dengan angle close up dan
Penulis berteriak ke pembaca
:,"Otaaak..roolliiiiing..action!!"
Unknown : Weiis..pantesan namanya mirip
Aristoteles.." Aris : "Iya dooong, Ariiis.. .hehe" Next
Unknown : Weiis.. .pantesan namanya mirip Rene Descartes..."
Rini : "Iyaa doong,.. .RiiiiniLhehe.."
Next Unknown : "Weiis.pantesan namanya mirip Machiavelli.."
Marvelli : "Iya, doong...MarveelliiiLhehe." CUT!
Lanjut!..(seolah-olah ke-4 tokoh kita tadi tidak pernah ada adegan tersebut dalam cerita dan seolah-olah mereka ber-4 lupa)
Imman melanjutkan pembicaraan, "Yaah, gue setuju ama Immanuel Kant. Katanya bahwa manusia itu harus diandaikan bebas. Karena kalo bebas dia bisa melakukan apapun, terserah dia! Nah karena terserah itulah, manusia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalo salah ya dihukum. Kalo manusia disebut ngga bebas, berarti apapun yang dia lakuin di luar kendali dia dan dia ngga pantas dihukum, dong"!. Gitu sih, gue sih ama Rini setuju dengan Immanuel Kant."
"Ooh..ok..kalo gue sih logikanya gini. Kalo kita sakit, terkapar, ngga bisa bangun. Tapi roh kita, nafsu kita, pikiran kita pengen maen misalnya, pengen ke luar rumah. Kita ngga bisa apa-apa kan" Itu di luar kuasa kita. Kita ngga bebas. Atom-atom ngga mendukung. Ato bahkan mungkin kerja atom itu jadi minimal karena kita sakit..kaya gitulah kira-kira..Tapi sedangkan kalo kita sehat. Atom itu bisa menentukan dan ngebantu pikiran kita untuk ke luar rumah ato diem aja di rumah.. " "Mmm..kalo gitu menurut lu.di luar peran atom itu.peran Tuhan gimana, dalam nentuin gerak-gerik kita"",Tanya Rini
"Oh, tentu gue percaya Tuhan. Sebelumnya gini. Gue juga udah baca pemikiran Leibniz. Dia pro determinisme. Tapi dia pikir bahwa atom itu bukan atom-atom yang seperti Democritus maksud. Berarti bukan atom yang terukur kaya di fisika dan kimia. Tapi menurut Leibniz atom yang dia maksud itu lebih berupa energi, metafisika, deh! Ngga terukur, nama atom itu MONAD. Nah kalo menurut gue pribadi, sih atom yang ngatur tubuh kita itu terdiri dari yang sifatnya fisika dan metafisika. Monad dan atom fisika. Monad yang tidak terukur itu, yang lebih berupa energi bekerja sama dengan atom fisika (atau kimia-lah, sama aja) untuk nentuin pergerakan kita atau keputusan kita. Nah apa peran Tuhan"atom-atom itu, ya monad, ya atom fisika rumit lho!. Mereka terpisah, banyak, dan monad juga tidak terukur sehingga kita ngga tau apakah itu kecil-kecil ato besar. Siapa yang bisa mengatur semuanya itu secara harmonis" Tuhan! Kita bukan mesin komputer yang dalemnya rumit dan tapinya dibuat manusia. Kita dibuat Tuhan, dan Tuhanlah yang udah 'ngerancang' semuanya agar bisa jalan." "I see.I see.", kata Rini
Disusul dengan Imman yang manggut-manggut. "Well, walopun kita beda-beda pemikiran akan filsafat, atau ideologi. No problem kan dengan band ini"", tanya Imman ke kedua temannya "Ya, nggalaaah.no problem!", jawab Rini dan Velli kompak sambil tersenyum.. Mereka pun terdiam sejenak seperti merenung. Kemudian Imman menoleh ke pacarnya Jane, tersadar dari tadi ngobrolnya dengan Rini dan Velli terus. Ternyata Jane pun tertidur. Lelap juga. Imman pun berkata dengan penuh rasa sayang, "Ehh...tidur, neng..hehe.."", sambil mengelus-ngelus rambut kekasihnya itu yang kebetulan kepala Jane menghadap tepat di belakang kepala Imman yang sedang duduk di karpet kamar dekat kasur.."Liat tuuh..cewe gue cantik ya kalo tidur.."", Tanya Imman ke Rini dan Velli dengan nyengir kuda.
"Emang kita ngga cantik, Man" hehe..", balas
Rini disusul dengan tawa kecil Velli "Nggaaa.. ..kalian lebih cantik koq..", balas Imman dengan tatapan sok mesra.Rini cuma mencibir dan cuek dengan perkataan Imman, sementara Velli pun sedang asyik minum karena haus banyak ngomong.
BAB 7

The Feels A Fat Karya Windyasari S di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

WHAT'S HAPPENED WITH IMMAN""
Akhirnya The Feels A Fat bakal latian untuk pertama kalinya di sebuah rental studio musik di Bandung di kawasan yang letaknya di daerah Setiabudhi. Mereka udah booking studionya untuk 2 jam lamanya pada jam 7 malem hari Sabtu. Karena jadwal kuliah mereka kalo bukan weekend lumayan padet, belum lagi dengan tugas-tugas kuliah yang numpuk. Maklum, mereka rata-rata masih pertengahan semester kuliahnya. Aris dan Imman pergi bareng dan nyampe duluan, walopun mereka pergi dengan kendaraan masing-masing, karena sebagai cowok sejati mereka tau pulangnya harus mengantar dan mengawal 'neng-neng bergitar', Rini dan Velli yaitu gitaris dan vokalis mereka sendiri. Ngawal gitarnya atau orangnya ya" Hehehe.. .tentu keduanyalah..
Setelah keempat personil komplit, mereka langsung bergegas masuk studio. Masing-masing memasang alatnya. Aris langsung bergegas menuju drum dengan membawa stiknya. Imman memasang Fender Jazz Bass-nya, Rini memasang Fender Strat-nya beserta efeknya, Velli memasang Epiphone Rivieranya beserta efek dan mengecek mic-nya.
"Waah,...Marshall, nih
amplinya.. .mmm.. .yummy.. .",kata Rini "Eh, mana lirik dari lu, Ris..kita coba aransemen aja ya..", lanjut Imman...
Aris memberi secarik kertas yang udah kusut yang berisi lirik yang ditulisnya kepada Velli. Sebenarnya sebelumnya mereka udah sempat briefing lagi untuk menemukan chord dari lagu tersebut. Dan Rinilah yang menemukan chord-nya. Maka sekarang tinggal aransemen. Mereka mencoba mengiringi lagunya dengan aransemen yang masih kasar. Belum ada melodi gitar dan variasi drum dan bass pun masih sangat mentah. Setelah beberapa menit mencoba Velli berkata, "Eh, ni kayanya gue nemu melodinya, tadi denger ngga..ya kira-kira kaya gitulah. Trus tadi variasi kocokan gitar lu juga keren, Rin masukin
aja." "Ok, sip...gue juga tadi nemu melodi nih di bait akhir pas penutup."
"Oya..itu juga maksud gue. Hehe.sip cobain lagi yaa."
Mereka mencobanya lagi, walaupun 'perkawinan' antara bass dan drum belum begitu kentara. Tapi aransemen mereka udah kena soulnya. Rini dan Velli pun memasukan blues scale favorite masing-masing (karena mereka belum hafal lebih dari 2 pola blues scale hehehe...).
Ngga kerasa udah 2 jam berlalu. Mereka kelelahan. Pastinya!. Dan yang paling keliatan kelelahan adalah Velli, karena dia sebelum dateng ke studio mesti ngumpulin deadline tugas kuliahnya paling lambat jam 5 sore tadi. Dan perjalanan dari kampusnya yang letaknya di daerah Cikutra itu cukup jauh menuju Setiabudhi apalagi menggunakan angkot. Berbeda dengan yang lainnya yang kampusnya kebetulan di daerah Setiabudhi. Walaupun kalau Rini mesti ke rumahnya dulu di daerah Wastu Kencana. Alhasil sehabis latihan Velli jadi paling diem.
"Eh, kenapa VelLlemes aaamat...diem aja lagi.lagi jatuh cinta yaaa."", kata Rini dengan nada menggoda.
"Lhha" Nyambung amat jadi ke jatuh cinta.."! Cape, euy.duuh.pijitin, dong hehe..", jawab Velli sambil duduk bersandar ke sofa. "Ama gue aja..gimana" huehuheue.", kata Aris harap-harap cemas.
"Duuh.dasar, lo. Lo pijitin gue di bagian laen ajaaa, gimana".puas"" Hehehe.", bantah Velli sekenanya.
"Eh, minum atuh, Vell.daripada diem gitu..", kata Imman
"O iya iya.ampe lupa.. "
Kemudia Imman mengambilkan minuman yang ada di lemari pendingin di ruang tunggu studio. "Eh..woi...ngga usah lama-lama yoo..Gue ada 'kewajiban', nih mo nonton midnight ama si Jane. Gue mo kencan romantis.", katanya sambil menepuk-nepuk dada. "Lo bareng gue, Vel, kan sejalan.", lanjut Imman lagi.
"Heuh"" Apanya yang sejalan"", kata Velli polos karena dari tadi ngelamun dan kecapean sehingga ngga ngeh dengan ucapan Imman. "Yaa..jalan ke rumahnya laah...", kata Imman "Ohh..hhehe.. .duh lagi ngga connect, nih..kirain sejalan dalam perjalanan hidup hehehe.", kata Velli bener-bener asal.
"Naooon.atuh neng Velli teh suka gariink", kata Rini sambil ge
leng-geleng kepala. Aris dan Imman langsung membawakan gitar milik Rini dan Velli. Kalo Imman sambil membawa bass miliknya juga.
Setelah Aris dan Rini juga Imman dan Velli masuk ke mobilnya masing-masing mereka langsung cabut dari studio dengan arah yang berbeda. Jalanan cukup macet. Berhubung malem minggu, tapi untungnya macetnya ngga terlalu parah. Imman langsung melaju mobilnya hendak menuju rumah Velli yang kebetulan sejalan dengan rumah Jane yaitu di daerah Jl. Pahlawan. Setelah sekitar 7 menit mereka di mobil dan kejebak macet walopun ngga pake lama macetnya. Velli karena sangat kecapean malah ketiduran, lumayan pules juga tidurnya. Imman pun sadar bahwa teman wanita di jok sebelahnya tertidur. Sewaktu menunggu macet, entah ada angin apa, atau mungkin ngga ada kerjaan lagi, Imman spontan menatap Velli yang sedang tidur, cukup lama, sekitar 5 menit Imman menatap. Itu pun kepotong oleh penjual bunga di kawasan Dago yang menawarkan bunganya ke Imman, karena hal itu biasa dilakukan oleh penjual bunga tiap malam minggu jika melihat mobil-mobil yang isinya cewe-cowo berdua duduk di jok depan. Tapi Imman tidak menghiraukan penjual bunga itu. Dan sekitar 5 detik kemudian setelah mobil Imman maju sejauh 2 meter saja dari kemacetan, Imman pun menatap Velli lagi. Entah kenapa.Mungkin kalo kita tanya ke Imman kenapa bisa gitu, dia cuma jawab,'I dunno...I dunno...I dunno why"!!jadi.. .lebih baik ngga usah tanya dia. Yang jelas yang dia pikir saat itu, ketika natap Velli yang sedang tertidur adalah, 'She's so damn sweet...'Yup! He think so!. Namun akhirnya mobil lolos dari kemacetan 'Dago Saat Malam Minggu'. Setelah itu mobil Imman dapat melaju
dengan lancar. Setelah sampai, mobil pun berhenti. Tapi Velli belum bangun juga. Kebayang berarti capenya kaya apa. Seperti lari jarak 100 Km-kah" Atau.seperti berlari mengelilingi Taman Cilaki sebanyak 5 kali" Hmm.. .mungkin saja (Nulis apa, sih gue "$##@!!). Setelah mobil berhenti, tadinya Imman mo langsung ngebangunin Velli dan ngebawain gitarnya ke dalem rumah. Tapiii, pikirnya,...'Tunggu, ah...brengsek! Koq, dia lagi manis, sih"" Oow.maafkan aku, Jane..', batinnya begitu. Tapi kemudian dia pikir lagi dalem hati, 'Sebenernya dari awal gue ketemu Velli juga emang lucu, sih ni anak. Berarti pertanyaaan gue adalah,.Brengsek! Koq, dia tidur, sih"" Jadi kan gue bisa bebas liat mukanya -yang entah kenapa, gue juga ngga tau- tanpa ketauan Velli!! Damn!..duuh, maafin gue juga, Vel..gimana pun gue ngeliatin lo tanpa ijin..', begitu batinnya lagi.. Imman menghela nafas, bingung atas apa atau entah apa yang sedang dirasainnya itu Seketika itu penyiar radio yang terdengar di mobil memutar playlist-nya, yaitu sebuah lagu dari band Oasis dengan judul "Married With Children" yang lagunya hanya diiringi dengan gitar akustik itu, dan suara vokal Liam Gallagher pun lebih lembut daripada lagu-lagu Oasis lainnya, tanpa embel-embel suara serak. Tapi emang lagu-lagu di album pertama mereka si Liam ngga terlalu serak sih vokalnya. Lagunya pun kalo ditilik-tilik liriknya ada cocoknya juga dinyanyiin Velli untuk Imman ketika kata batin Imman terakhir tadi, minta maaf dalam hati. Dan Imman pun masih menatap Velli.
"Married With Children" (By. Oasis)
Intro gitar There's no need for you to say you're sorry Goodbye I'm going home I don't care no more so don't you worry Goodbye I'm going home
I hate the way that even thought you know you're wrong
You say you're right I hate the books you read and all your friends You're music shite it keeps me up all night, up all night
(pada bag. lirik baris terakhir di atas tiba-tiba hujan rintik-rintik)
There's no need for you to say you're sorry Goodbye I'm going home I don't care no more so don't you worry Goodbye I'm going home
I hate the way that you are so sarcastic
And you're not very bright
You think that everything you've done's fantastic
You're music shite it keeps me up all night, up all
night Melody gitar (Saat bagian melodi ini Imman langsung mengingat-ingat kejadian waktu pertama kali mereka ketemu di Rock 'n Roll Cafe)
And it would be nice to be alone for a wee
k or two But I know that I will be right, right back here with you
With you, with you, with you, with you, with you, with you
(Ketika bagian lirik 'with you...' angle visual memutar mengelilingi Velli dan Imman kemudian dari arah depan mereka, bergerak semakin menjauhi mereka mengikuti irama vokal yang semakin menghilang)
There's no need for you to say you're sorry
Goodbye I'm going home I don't care no more so don't you worry
Goodbye...I'm going...home...
Imman tertegun sejenak...
Dan ngomong'ngomong soal 'home' kemudian Imman menatap rumah... rumah.. .tunggu.. .WAIT!! Ini bukan rumah Velli! Oow..., tolol banget gue!!, pikir Imman. Ini rumah Jane!!. Semprul! Kenapa gue hari ini"" Tanpa pikir panjang Imman langsung men-starter mobilnya sebelum penghuni rumah itu, terutama Jane tau kalo Imman di depan rumanya, terlebih lagi kalo Jane tau Imman pake acara diem dulu di mobil dan natap Velli yang sedang ketiduran. Walopun Jane tau sebelum dijemput Imman bakal nganter Velli pulang dulu. Dan itu ngga masalahlah bagi Jane. Untung Velli juga belum bangun. Fiiuuuh!!....
Setelah 5 menitan sampe juga ke rumah Velli (yang sesungguhnya hehe..), pas mobil berhenti pun Imman menghela nafas lega kaya abis lolos dari kejaran anjing. Ini bisa dipastiin bukan karena tadi salah rumah, tapi karena rasa bersalah dia terhadap Jane dan mungkin juga terhadap Velli yang di mana Imman udah curi-curi pandang tanpa sepengetahuan Velli. Setelah sampei dan mobil berhenti, Velli pun masih belum bangun. Tapi kali ini Imman ngga nunggu lama-lama lagi sambil ngliatin Velli dibalik mata Velli yang sedang tertutup itu. Imman berniat langsung membangunkan Velli. Tadinya Imman mau bangunin pelan-pelan dengan menepuk-nepuk pundak Velli. Tapi, akhirnya dia pake cara lain. Wajah Imman dicondongkan ke deket telinga Velli dan berkata dengan pelan dan tegas dengan nada lambat, "Woooii...banguuunnn...", kata Imman ampe mulutnya monyong-monyong saking ngomongnya dilambatin. Velli belum bangun. Dan Imman pun berseru, "Laah.. .pules aaamat, gue cium juga apa.."!", kata Imman (yang kayanya -para pembaca sekalian diwajibkan untuk nyanyi lirik Club 80's-"dari hatiiii..."). Karena cara tadi ngga manjur, akhirnya Imman ngebangunin pake cara standar aja dengan menepuk-nepuk pundak Velli, Yaah, lagian ada-ada aja ya Imman pake cara gitu segala. Ngebangunin aja sok kreatif. "OoLbangun, Vel...dah nyampe!"..eei..!" Akhirnya secara perlahan Velli membuka matanya (yang sempet bikin Imman deg-degan beberapa detik saat proses membukanya mata Velli). "Heuh.."Oh"...di mana, nih"", Tanya Velli dengan suara aga parau. "Ya di rumah lo-laah..", jawab Imman dengan sok tegas, seolah-olah salah rumah itu tidak pernah terjadi."Heuh" Lu..siapa"", tanya Velli. "Allaaah (gaya Tora Sudiro).masih sempet becanda.bangun, neng..". Velli cuma cengar-cengir aja denger tanggapan Imman yang gagal Velli kerjain dengan pura-pura amnesia. "Lo tidur pulas amaat.mimpi apaan, Vel.."", tanya Imman yang sepertinya untuk meyakinkan juga bahwa tadi Velli bener-bener tidur."Ahh..lupa gue.pokonya gue cape banget, ih. Ampe ketiduran. Untung gue ngga ngacai hehehe.", jawab Velli
"Hahaha..awas aja, lo ngacai di jok gue hehe.", kata Imman sambil berlalu ngebawain gitarnya Velli ke dalem rumah.
Terlihat ibunya Velli membukakan pintu rumahnya. Hmm..memang mirip juga dengan Velli. Ibunya ramah menyambut Imman dan bertanya pada Velli
seolah-olah, pacar Velli-kah""." Siapa ini, Vel"",
Tanya ibunya Velli sambil tersenyum ramah ke arah Imman yang seolah-olah nada
pertanyaanya,'Ow..ow..siapa diaaa"' kuis Kang Aom Kusman.
Velli menjawab dengan lunglai karena cape juga dan agak kesel ditanya seperti itu, "Temen..temeen.. ! temen band..bassist." "Oooh.seband toh.. " ngga masuk dulu..siapa namanya""
"ehehe..Imman, tante..", jawab Imman sopan
"Oh, Imman masuk dulu, atuh!.. "
"Oh, ngga makasih, tante..mungkin lain kali, deh
hehe.. " "Ok..ok.makasih, yaa..udah nganterin Velli, nih", kata Ibunya Velli lagi "Oya, sama-sama, tante.. "
Imman pun bergegas menuju pagar rumah Velli. Velli mengantarnya sampai pagar. Sebelum Imman masuk mobil
dia berkata, "EListirahat, loLntar cape gitu, sakit lagi, ngga jadi manggung, lagi ntar...awas aja, lo..hehe..", kata Imman seolah-olah ingin menunjukan perhatiannya adalah hanya 'perhatian terhadap teman'.
"Bussyeet...masih lama, kali manggung...iya siap, deh boss.hehe..", kata Velli sambil tangannya sikap hormat. "Kencan mah...kencan aja loo.banyak ooomong..heuheuhue..", sambung Velli lagi. Imman cuma cengar-cengir aja digituin dan akhirnya malambaikan tangan."Daah..makasih, lho.."balas Velli. Imman pun berlalu menuju rumah Jane sambil mengklakson mobilnya tanda pamit.
Velli langsung menuju kamarnya dan menjatuhkan badannya ke kasur. 'Bussyet,.lemes banget', pikirnya. Ngga lama Velli langsung teridur. Tanpa ganti baju dan cuci muka dulu. Biasanya, sih kalo malem minggu kebiasaan ritual Velli yang sampe dicatet di alarm handphonenya adalah ngedengerin lagu-lagu blues di sebuah stasiun radio yang memang tiap malem minggu diputarnya. Daripada hunting musik blues susah, maka Velli pun mewajibkan rutinitas tersebut. Kecuali sabtu ini karena udah kecapean banget.nget.nget! Setidaknya di radio ini Velli masih bisa denger lagunya Blind Lemon Jefferson yang hampir ngga mungkin dia dapet di toko kaset, bahkan toko kaset loak di Cihapit. Download di internet pun belum dapet. Jadi sangatlah penting bagi dia acara radio tersebut. Bukan sekedar pelarian malam minggu atas kejombloannya aja hehe.Tapi untungnya selain malam minggu setiap malam Rabu pun ada stasiun radio lain yang memutar lagu-lagu blues. Tentu hal ini pun berlaku bagi Rini yang -untungnya- pacarannya long distance.
BAB 8 COGITO ERGO .... Sudah 2 minggu berlalu sejak The Feels A Fat melakukan latihan band pertama. Dan selama 2 minggu itu mereka udah latihan 3 kali. Aris pun selama ini mulai menambah referensi bacaannya. Hal ini dilakukannya karena lebih diperkuat lagi untuk melupakan mantannya, Ellen. Ngga dipungkirin juga bahwa ternyata cara ini berhasil. Sangat kebetulan memang. Walaupun awalnya tetap agak berat untuk buku-buku filsafat -walaupun tentang filsafat dasar- yang pada awalnya tetap sulit untuk langsung dimengerti. Berdasarkan masalah ini, Aris pernah mengadukan hal itu pada sobatnya Imman dan meminta saran terhadap sobatnya itu bagaimana agar tidak lepas minatnya untuk membaca buku. Imman menyarankan -yang di mana memang berdasarkan pengalamannya dulu-untuk membaca buku-buku ringan atau yang temanya sesuai dengan hobinya dulu. Aris pun pada saat itu mulai membeli buku-buku mengenai musik dan berlanjut ke buku psikologi yang rata-rata untuk memotivasi hidup untuk mewujudkan impian dan cita-cita yang di mana sebelumnya buku-buku seperti itu dia lewatkan begitu saja karena belum ngeh. Ngga lupa juga buku-buku tips mengenai patah hati hehe...Lambat laun pun Aris mulai keranjingan membaca....
Suatu ketika ada kejadian yang bikin Aris pengen tenggelam ke dalam Bumi, melebur dengan tanah dan menyatu dengan alam HUA..HA. HA..HA. Well, waktu itu Aris sedang jalan-jalan ke toko buku gede di jalan Merdeka sendirian. Seperti tadi saya bilang, atas dasar saran Imman untuk baca-baca dulu buku ringan dan sesuai dengan minatnya, Aris juga merasa 'minat' akan buku-buku kecil yang isinya saran-saran bijak untuk menyembuhkan patah hati. Setelah baca sinopsis dan daftar isi dari sebuah buku semacam itu, diambillah buku yang sedang dia pegang itu, yang judulnya sangatlah ringan, "Tips Melupakan si Dia dan Cari Yang Baru!". Judulnya sangat menarik perhatian seorang Aris. Dia bawa buku itu menuju kasir. Kemudian, 'Ow, My Guuooaad..,pikirnya. Kenapa hidupku harus senista iniiii..Ya, Tuhan tenggelamkan aku ke dalam bumi sekarang juga!!.', jerit batinnya. Dia melihat Ellen namun Tuhan masih baik, Ellen tidak bersama cowo barunya, melainkan bersama sobatnya. Sialnya Ellen sedang menuju ke arahnya. Aris bengong, dong! Kakinya seperti dipaku, bukan karena dia merasakan sakit hatinya kembali, tapi karena..buku!..buku yang sedang dipegangnya itu!! Gila! Bakal malu dia!! Ketika Ellen menghampiri Aris dalam jarak sekitar 3 meter buku itu dihempaskannya begitu saja ke belakang!. "Hei,..
", sapa Ellen ramah (lebih tepat lagi sok innocence)
"Hei,...ngapain di sini"", tanya Aris sok cool seolah-olah dia ngga pernah melempar apapun barusan.
"Nganter, nih....Viny cari-cari majalah..", kata Ellen sambil tersenyun diikuti sobatnya Ellen, Viny tersenyum juga ke Aris namun.sepertinya ada rasa iba dan ngga enak di mata Viny. "Lo"..ngapain" cari majalah juga" Hehe..", tanya
Ellen "Ooh..ngga.gue cari buku musik gitulah.. " -'Buku patah hati, bego!", batinnya"Sendiri, Ris"", tanya Viny sobatnya Ellen basa-basi.
"Yaah.iyalaaah.", jawab Aris dengan penekanan seolah-olah pengen bilang, 'Masa mo sama Ellen" Yang bener aja"!'
Tiba-tiba Satpam dari arah belakang
nyamperin..dan.mengembalikan buku yang
dilempar oleh Aris tadi yang ternyata mengenai
kakinya si Satpam tersebut!...
Namun satpam itu mengembalikannya dengan
sopan. 'Damn! GOD, WHY!"..', batinnya Tanpa bilang makasih Aris langsung nerima buku itu dengan sangat cepat supaya judulnya ngga ketauan Ellen.
"Buku apaan tuh" Koq dikasih Satpam"", Tanya Ellen heran
"Ngga..iya tadi..jatuh,.ya buku musik tadilah.", Tanya Aris gugup
"Oooh,..Ok gue cabut dulu ya liat-liat majalah lagi,..Deeeh..", kata Ellen dibarengi dengan lambaian tangan juga lambaian tangan dari Viny. 'Fiiiuuh!!.Untuuuuung.dia ngga curiga ato rese liat-liat bukunya....', batin Aris dalem hati. Asli! Aris lemes banget saat itu! Dan dia jadi ngga nafsu bahkan setengah jijik untuk membeli buku itu. Tapi untuk dikembaliin ke rak pun, Aris merasa itu lebih memalukan lagi. Akhirnya dia liat dulu ke arah Ellen untuk meyakinkan bahwa Ellen berada pada jarak jauh dengannya dan lalu dia akan segera ke kasir untuk membayar. Sampe akhirnya ngga lama kemudian Ellen ke lantai atas tempat buku-buku fiksi. Saat itu juga Aris buru-buru ke kasir. Sampe-sampe satpam malah sempet curiga -sampe akhirnya Aris bener-bener sampe kasir-, ni, orang kaya mau maling ya.
Well, jangankan untuk diperlihatkan ke Ellen, ke sobatnya Imman pun ngga bakalan. Dia bakal ngerasa malu abis! Hanya mbak-mbak kasirlah yang diperbolehkan tau, dan..yaah.seorang satpam bolehlah.mau gimana lagi.Duh! Maaf ya, Ris sebagai penulis saya tidak bermaksud.
Sepulang dari toko buku yang kini sudah jadi tongkrongan favorite Aris selain kios depan rumahnya, Aris menuju kos-an Imman. Tentu saja,..mereka tidak menceritakan 'aib' masing-masing. Imman tentang ngeliatin Velli ketika Velli tidur, dan Aris yang beli buku patah hati dan terlebih lagi peristiwa 'tegang' tadi di toko buku. Tapi percayalah, baru kejadian-kejadian hangat tadilah mereka saling tertutup. Saat Aris masuk ke kamar Imman, Imman sedang maen PS, ngga jauh deh cowo mah, PS sepak bola. Tapi jangan salah, dia suka beradu PS bola dengan Jane hi..hi..hi.. "Ei, dari mana, jack"", tanya Imman. "Dariii.. ..toko buku.. .tapi liat-liat aja..lagi ngga ada duit..hehe.. "
"Man, gue..kan udah baca beberapa buku filsafat yaa.walopun gue belum ngeh-ngeh banget nih, tapi kayanya .mereka jadi banyak yang ngeraguin Tuhan, tuh. Ya walopun ada juga yang percaya.
Pantesan gue sering denger orang-orang yang minat filsafat banyak yang ateis, gue baru kebayang sekarang kenapa-kenapanya.", kata Aris "Yaah.itu mah..gimana kitanya aja, Ris. Kritis aja kalo baca-baca buku gitu. Yang penting nambah ilmu aja...Ciiieh...sok bijak gue. Jijik juga..hehe..", jawab Imman sambil terus memainkan PS-nya.. "EUUHH.. ..eleee/"!!(kalah).. .aaanjritt.", teriak Imman tiba-tiba heboh dengan PS-nya. Tapi Aris tidak menghiraukan dan malah merenung. Yah, merenung! Itulah orang-orang yang minat filsafat. Setelah akhirnya Imman selesai maen PS sampei akhir babak walau kalah, Imman menyudahi permainannya. Dan melanjutkan pembicaraan tadi dengan Aris, dia senang kalo ditanya-tanya soal ini, berasa kepake hehehe.dan tau pasti sobatnya itu butuh diskusi.
"Yah.santei, Ris.ngga usah jadi takut..hehe..filsuf juga manusia. Belum tentu bener. Tapi yaa.gue suka dengan gagasan filsuf yang percaya Tuhan secara logika. Artinya mereka juga punya alesan kenapa mereka mesti percaya Tuhan. Bukan karena mereka pasrah ama budaya atau tradisi aja. Kaya misalnya Imm
anuel Kant sama Rene Descartes. Kalo merk-merk produk ternama punya slogan. Descartes juga punya! Yang jadi terkenal banget! Cogito Ergo Sum! Artinya.. 'Gue mIkir, so...gue ada! Hehe...", kata Imman sambil nepuk-nepuk dada.
"Kenapa ketawa".ngga ngerti, nih.jujur aja..", balas Aris.
"Hehe.. .maksudnya 'Aku Berpikir, maka aku ada' .itu tadi pake bahasanya gue aja, sih.. " "Apaan tuh"", tanya Aris
"AHAHA..iya, maksud Descartes.contohnya gini, deh.lu coba sekarang mikrin tentang sesuatu deh..apa aja.!"
"Mmmm...apa..yaa..duh..yang kelintas si Ellen..males banget!!", jawab Aris jujur. "Haha.ok..ok mmm.pikirin ini aja.yang lebih mutu yeee.hehe.mmm.lu percaya Tuhan ngga setelah lu tau filsuf banyak yang ngga percaya""", tanya Imman.
"Bussyyeet.ya percayalah.ngga segitunya juga kali guee.. "
"Eee.belom lho...siapa taau.hehe.. "
"Astagfirullahalladziimm .. .tobat gue. _ gila lo!",
kata Aris sambil mengurut-unrut dada.
"Nah...ok! Lu percaya Tuhan. Lo mikir gitu kan"!
Dengan lo tadi mikir aja, udah ngebuktiin kalo lo
emang eksis, ada, nyata, bukan tipuan!"
"...Ooow.I see..", kata Aris sambil manggutmanggut pelan dengan menatap Imman dengan
serius. "Tapi.kalo gue misalnya ngga percaya Tuhan."", tanya Aris kemudian
"Sama aja!.karena gimana pun itu pikiran lo. Lu ngeraguin sesuatu pun, berarti lo sedang mikir, dan dengan itu berarti lo bener-bener ada dan nyata. Malah Descartes pun untuk nyari kebenaran atau gagasan dia sendiri, dengan cara selalu ngeraguin sesuatu, sangsi. Dan ketika dia ngeraguin sesuatu itu, dia sedang mikir, dan berarti dia eksis atau ada." "Berarti.bagi dia, apapun pikiran dia bener,
dong""" "Yaah.itu sebenernya mirip Plato, sih. Ngandelin pikiran! Rasionalisme! Tapi kalo Descartes itu kebenaran itu ya patokannya sama sesutu yang sempurna dan dia tau manusia ngga ada yang sempurna. Yang sempurna itu Tuhan! Nah, jadi menurut dia tolok ukur kebenaran sejati ya Tuhan. Sama, sih kaya kalo kita percaya akan suatu agama dari Tuhan. Jadi ngga kaya filsuf laen yang ngga percaya Tuhan, keukeuh merasa dialah atau manusialah yang segala-galanya. Bahwa Tuhan itu ilusilah, mitoslah.yang sangat mengagung-agungkan peran manusia bahkan di atas Tuhan. Itu yang namanya humanisme."
"Nah, gue udah baca, nih dan inget sih orang yang ngga percaya Tuhan atau nempatin Tuhan 'seenaknya'. Kaya Spinoza dan Ludwig Feuerbach kalo ngga salah Spinoza nganggep dirinya Tuhan, ya" Koq bisa-bisanya, ya....""", tanya Aris menunjukan hasil baca bukunya. "Iyaa..itu Phanteisme namanya. Jadi kayanya dia monoteisme, karena nganggep substansi itu tunggal, satu. Substansi itu sendiri berarti suatu penyebab yang berdiri sendiri. Dia ngga menegasikan adanya Tuhan sebenernya , Tapi,.heu..tapi.berhubung dia nganggep substansi itu satu, jadinya.,"belum selesai Imman ngomong Aris langsung menambahkan, "Alam dan Tuhan menyatu, ya"!" "Iya, betul!..weiis kemajuan hehehe.iya jadi dia pikir karena alam dan Tuhan itu nyatu, jadi alam itu juga ya Tuhan, Tuhan itu ya alam termasuk segala isinya, termasuk manusia, termasuk dirinya sendiri!!.begitulah.", sambung Imman. "Oww..."
"Belum lagi faham deisme, yang nganggep Tuhan itu ada, tapi Dia cuma nyiptain segala-galanya, setelah itu diem. Selanjutnya terserah anda.hahaha.alias terserah kita sendiri sebagai manusia.", lanjut Imman lagi.
"Nah, kalo Feuerbach tu...malahan menyarankan manusia untuk nolak agama ya" Wow...'keren'
haha..."!" "Oya, Feuerbach itu nganggep Tuhan itu buatan manusia. Jadi manusia mengada-ada gitu. Jadi kalo kita nanya ke Feuerbach, 'Kamu percaya Tuhan ngga"' palingan dia jawab, 'Ah, ada-ada aja kamu.' hehe.Feuerbach mikir kalo manusia itu lupa, ngga sadar kalo Tuhan itu cuma ciptaan mereka, jadi dia nganggep kafir itu sama aja dengan agama. Manusia nyiptain Tuhan sebenarnya adalah ngeproyeksiin dirinya sendiri. Kalo Tuhan itu seolah-olah sempurna, ya karena sifat manusia itu yang secara ngga sadar selalu ingin sempurna. Jadi menurut dia sifat-sifat Tuhan, Maha Tahu, Maha Adil dan sebagainya itu sebenernya sifat dari manusia sesungguhnya yang diproyeksiin ke sesuatu di luar diri manusia, yaitu Tuha
n buatan. Jadi hal kaya gitu justru malah melemahkan posisi manusia itu sendiri katanya." "Waah.dia nganggep seolah-olah kita-kita ini orang bego, ya.hehe.", komentar Aris. "Yaah...jangan diambil ati-lah. Namanya juga opini, susah, sih. Yang penting kita semua yakin ama keyakinan masing-masing aja. Baik itu yang percaya Tuhan ataupun ngga. Kita hormati aja keyakinannya. Komentar belakangan hehehe."
Setelah cape ngomong, akhirnya mereka berdua nyeruput teh botol yang dibeli di warung terdekat. Dan Imman pun langsung menyabet stik PS, disusul Aris yang ngga mau kalah dan ngajak beradu maen
PS. BAB 9 ORANG-ORANG ITU TERASING ""
"Halo"..ya"...hmm..ya. Lagi baca. Ok.", Velli menjawab dengan lunglai telepon dari seseorang. Seseorang 4 tahun lebih tua darinya. Cowok. Sama-sama berjiwa seni. Sama-sama punya hobi serupa. Tapi tidak sama-sama saling mencintai. I mean.Velli-lah yang mencintai cowok itu. Tapi.itu dulu. Sekarang hal itu udah ngga dia pikirin lagi, sejak ternyata upaya Velli tidak berhasil, failed sampai akhirnya bukan Velli yang dipilih cowok itu. Kenapa Velli menjawab telepon dari cowok itu dengan lunglai" Karena cowok itu cuma nanyain DVD BB.King yang dipinjem Velli saat Velli dulu sekalian berniat mencoba ngajak cowok itu makan bareng. Tentu saja cowok itu menolak karena sadar hal itu adalah upaya Velli untuk PDKT, walaupun sebagai cowok dia menolaknya dengan lembut dan halus seperti debu rumah atau asap kendaraan yang mengepul. Dan kenapa pula cowok yang dikenalnya lewat sebuah
event musik konser band indie luar itu 'menolak' Velli" Karena dibutuhkan rating tinggi untuk bisa menjadi ceweknya, jadi jika ada wanita yang walaupun cantik luar dalam tetapi tidak memiliki 'pangsa pasar' yang baik maka cowok itu akan kurang berminat karena tidak akan terlalu membuatnya bangga untuk bisa terlihat atau menyandang gelar (meminjam judul lagu Sheila On 7) 'Pejantan Tangguh' di mata saingannya. Tapi apakah dia ganteng" Ya!...ya, sih. Well, saya sebagai penulis tidak akan menceritakan lebih lanjut tentang masa lalu Velli. Karena ngga penting dan bukan point utama dalam novel ini. Velli adalah tipe cewek yang tidak tabu terhadap PDKT. Tapi PDKT-nya tidak bersifat agresif karena menunggu timbal balik dari gebetannnya. Seperti itulah prosesnya.
Hari itu adalah hari Rabu. Rencana anak-anak mau pada briefing jam 3 di rumah Velli. Kenapa ngga di rumah Aris" Ternyata The Feels A Fat sepakat awal-awal untuk briefing di rumah masing-masing personil secara bergilir sebelum netep di rumah Aris supaya mereka familiar dengan rumah sesama personil dan lebih akrab aja. Velli inisiatif nyiapain cemilan. Yaah, sekedar keripik singkong dan sebotol soft drink. 10 menit lagi adalah jam 3. Tapi bel rumah udah bunyi lagi, Aris dan Rini dateng. Aris dateng-dateng udah sok akrab aja, "Weei... my lil' sweet
blueser..hehe,....eh...tumben...seksi amat hari ini.". Rini menyikut Aris karena ternyata di ruang keluarga yang ngga jauh dari situ terdapat ibunya Velli sedang baca majalah sambil nonton tv. Aris langsung spontan nutup mulutnya pake tangan. Padahal Velli hanya pakai celana jeans panjang dan kaos tanpa lengan, bukan kemben dan rok mini koq. "Iih.iya gitu""..aah.ganti, ah.", kata Velli risih.
"Ehh..ngga..ngga, becanda.. .ngga usah
ganti.. .hihihi...", sanggah Aris
"Aahh....enak aja lu!..gantilah"., kata Velli sambil
berlalu ke kamarnya untuk mengambil jaket
cardigan. "Elu, siih.iseng banget.", Rini mengomentari Aris.
"Iih.gue becanda, lagian kan gue emang suka gitu ke lu juga..dan ngga keterlaluan.." "Iyaaa..tapi gimana pun Velli belum biasa elo kaya gitu.dan lo juga jangan dibiasain, ah! norak
lo!" "Maap..dooong.. gimana, dong".." "Yaa.udahlah.jangan gitu lagi." Aris hanya terdiam merasa bersalah namun.Velli juga ngga marah sih. Cuma malu aja dikatain gitu. Velli menuju ruang tamu dengan kali ini menggunakan cardigan dan membawa cemilan yang siap untuk disuguhin.
"Waaah....ada cemilan, nih. Bebas ngga nih gue milih hehe..", kata Rini menyinggung obrolan mereka tentang determinisme di briefing minggu lalu.
Velli cuma tersenyum aja nanggepinnya.
Sambil mengunyah keripik yang udah dia cicip duluan. "Imman mana, Vel" Belum dateng", Tanya Aris. "Belumlah, paling bentar lagi.tuh dateng..panjang umur..", katanya sambil menunjuk ke arah luar jendela ruang tamu.
Imman menuju pintu masuk. "Eii.dah lama"..", Tanya Imman ke semuanya. "Baruuu, aja..", jawab Rini.
"Waaa.keripik kesukaan gue hehe.", kata Imman
sambil langsung nyomot aja.
"Iih.ngga permisi dulu, gitu..haha..", kata Aris
"Eeh.oh iya.Vel, minta ya" Ehehe.", ijin Imman sambil nyengir kuda dan pura-pura lupa minta ijin.
"Eh, Vel.koleksi buku lo..liat, dong hehe.siapa tau ada yang bisa gue paling hehe..", kata Imman. "Ooh.iya di rak di kamar gue. Kita briefing di situ aja. Ada radio tape ama gitar juga. Di sini ngga bebas..takut berisik hehe.."
Mereka berempat menuju kamar Velli dan melewati ibunya Velli yang sedang baca majalah. Mereka pun ngucapin permisi ke ibunya Velli dengan sopan. Ibunya menjawab,"Oya..ya mariii...Vel, udah disuguhin belum temen-temennya"" "Udah, maaah...", sahut Velli. Saat mereka masuk ke kamar Velli, Imman secara sontak berseru, "Weiis, Aristoteles..", katanya sambil tangannya hormat ke poster Aristoteles di kamar Velli.
"Mana buku lo" Ooh.ini. Wooo..banyak juga lo.
Weeuhh.Vel".. "
"Yah.."", Tanya Velli.
"Banyak...buku-buku....kiri"" Karl Marx, Tan Malaka, Lenin, Soe Hok Gie, Che Guavara...", kata Imman sambil melihatnya satu persatu. "Are you...""....", Tanya Imman hendak akan menanyakan sesuatu.
"Nggaaa... gue bukan orang kiri, koq.. .hehe.. .ngga boleh baca buku doang"..Buku tentang Hitler juga gue beli, kaleee..", sergah Velli. "Ooh.kirain hehe..", kata Imman lagi sambil terus memperhatikan buku-buku Velli sambil manggut-manggut sendiri.
"Di sekolah tu ngga pernah diajarin tau ngga"! Karena pasti sepertinya tabu. Padahal kan ngga apa-apa untuk nambah wawasan doang.", kata Velli
lagi. Aris cuma geleng-geleng kepala aja denger Velli ngomong gitu. Ni cewek ampe mikir gitu yaa., pikirnya.
Rini juga ngga kalah penasaran ama rak bukunya Velli. Tinggal Aris yang masih diem tapi kemudian bilang, "Iiih...ikut liat, euy...Kayanya meni rame gitu..hehe."
Mereka bertiga melihat rak buku milik Velli seperti ngeliat akuarium. Sementara Velli megang gitar akustiknya dan memainkannya secara 'asal-asalan'. "Lo sendiri...pandangan lo ama 'Kiri' itu gimana, Vel"", Tanya Imman kemudian. "Ummm.terus terang gue.ngga langsung pro, sih setelah baca buku-bukunya. Tapi juga bukan berarti gue kontra 100 %. Gue cuma masih tahap bertanya-tanya aja. Masih abstainlah hehe." "Sama, dong hehe.karena gimana, yah gue mesti punya ilmu yang cukup dulu untuk bisa mihak kiri ato kanan.yaah.ato ngga ga usah segitunya juga sih", kata Imman.
"Nah, iya gitu gue juga.Eh, tapi tau ngga, lo.gue
kan masih tahap bertanya-tanya gitu ya tentang
paham komunisme-sosialisme, lo tau ngga buku
'Pemikiran Karl Marx' karangan Franz MagnisSuseno" Tuh ada tu di gue. Pertanyaan-pertanyaan
dia sama, lho ma gue.",terang Velli.
"Ehh.apaan, nih" Boleh ceritain dulu ngga pokok
permasalahannya, alias.kalian itu ngomongin apa"
Hehe.", Tanya Aris penasaran.
Aris, gitu-gitu juga adalah orang yang tidak pernah
malu bertanya, ngga gengsian. Dan sikap seperti itu
menguntungkan Aris sendiri. Dia ngga malu untuk
bertanya-tanya tentang sesatu yang ngga dia ngerti
walopun nanya ke cewek. Great!
Kali ini Rini yang menjelaskan dengan semangat.
"Inii...apaah..mmm...ya itu awalnya filsafat juga, sih, Ris. Jadi ada filsuf yang paling terkenal sebagai penggagasnya, nih. Karl Marx namanya. Dia penggagas Komunisme- Sosialisme. Walopun kalo sosialisme sih udah ada sejak dulu jaman Yunani Kuno, ya. Tapi Karl Marx itu beda pemikirannya. Lebih ilmiahlah."
Rini melanjutkan kembali penjelasannya sambil meminum soft drink yang disuguhin Velli sebelumnya,"Pendeknya, sih Karl Marx mikir bahwa para buruh pabrik atau perusahaan, ato disebut juga kaum proletariat diperlakukan secara ngga fair ama majikannya. Karena mereka itu kerja dan dapet upah yang cuma ngegantiin tenaga mereka kerja aja. Selebihnya mereka ngga dapet apa-apa. Jadi mereka kerja untuk nyambung hidup. Merek
a sekedar bikin produk, tapi mereka sendiri ngga bisa memiliki produk itu. Mereka jadi terasing sendiri sama pekerjaannya, alias ter-alineasi Sedangkan majikan yang punya pabrik ngga kerja. Tapi keuntunganya jauh lebih banyak daripada para buruh itu. Ngga sekedar untuk nyambung hidup, majikan juga masih bisa foya-foya." "Tapi kan majikan itu yang punya pabrik ato perusahaannya, Rin. Bukannya itu hak mereka" Masa harus sama, sih ama buruhnya"", Tanya Aris masih heran.
"Nah, itu dia. Karl Marx bodo amat ama siapa yang punya. Justru! Kepunyaan ato kepemilikan itu harus dihapus! Ngga ada cara lain! " "Lha"" Emang bisa" Emang pada mau"".", Tanya Aris lagi penasaran.
"Kekerasan! Cuma itu satu-satunya cara. Walopun kekerasan bukan awal idenya Marx. Dengan berevolusi. Semua buruh harus bersatu sampe kuat dan bisa numbangin kepemilikan itu sampe bisa jadi milik bersama nantinya. Karl Marx bilang kehidupan dunia itu bener-bener ditentuin dari sudut ekonomi dan itu juga yang nentuin sejarah dunia." "Ooh.pantesan buruh-buruh suka demo berarti ada pengaruh dari Karl Marx, gitu"", Tanya Aris lagi. "Yaahl..selama ini sih buruh-buruh kalo demo bukan untuk revolusi. Paling minta gaji naek aja. Itu ngga nyelesein masalah, katanya. Tetep aja keadaan yang ngga seimbang itu ada. Yang bener-bener penyelesaian itu penghapusan hak milik pribadi!"
Lalu Velli ngelanjutin pembicaraan Rini,"Kita sekarang hidup di dunia kapitalisme, inilah lawan dari komunisme-sosialisme. Komunisme-sosialisme sebenernya sama aja koq. Cuma komunisme agak lebih radikal, sih. Komunisme-sosialisme itu adalah keadaan di mana ngga ada hak milik pribadi, ngga ada kelas atas dan kelas bawah, semua jadi milik bersama, bahkan negara juga udah ngga ada." "Lha, terus" Siapa yang ngatur kalo negara ngga
ada"" "Ya ngga ada, atau memang sekedar ngatur kepemilikan yang semuanya jadi milik negara, bukan orang-orang tertentu atau majikan-majikan
itu." "Tapi gue tau ada negara komunis, waloupun gue belum 'ngeh' ama istilah itu. Itu berarti ada negara, dong"", Tanya Aris lagi.
"Kalo yang gue baca dari bukunya Franz Magnis-Suseno, 'Pemikiran Karl Marx', sih ya memang negara komunis akhirnya ada negara juga. Lagian yang mimpin negara itu juga bukan Karl Marx. Kaya sebelum Uni Soviet kalah sama Amerika. Uni Soviet juga bernegara karena semata-mata juga untuk ngelindungin masyarakat-nya dari negara kapitalis. Sebelum negara kapitalis runtuh semua.
Negara masih diperluin, gitu kira-kira yang gue baca. Terus gue juga baca, negara komunis itu justru ada penguasanya karena ada pergeseran dari apa yang Marx ajarin. Malah kekuasaannya gede banget. Kalo menurut Karl Marx kan negara komunis kepemilikan dan kekuasaan di tangan negara. Bukan orang-orang kaya atau borjuis. Orang-orang borjuis diilangin, deh. Tapi negara komunis malah memegang kekuasaan itu dengan 'sangat' berkuasa. Padahal menurut Marx negara itu sebenernya lama-lama bakal hilang pada komunisme-sosialisme. Sebenernya sebelum itu yang nguasain kepemilikan pabrik, tanah, atau perusahaan ya orang-orang yang kerja di situ juga, buruh-buruh itu juga, tapi ngga ada bos. Tapi akhirnya di negara komunis malah orang-orang tertentu yang mengatasnamakan sebagai wakil negaralah yang berkuasa. Sedangkan buruh-buruhnya ya pada kerja doang aja. Gue juga baca buku yang nulisnya para eks-anggota komunis yang judulnya 'Matinya Tuhan Komunis' yang disunting sama Richard Crossman. Malah katanya buruh-buruh di negara komunis, di Soviet itu gajinya jauh lebih kecil dari negara kapitalis itu sendiri. Itu yang bilang eks-komunis, lho. Bukan kaum intelektual kaya Franz Magnis-Suseno."
Kemudian Imman melanjutkan, "Yaah...kalo lo mau tau lebih lanjut, baca-baca aja buku-buku yang isinya seperti itu. Biar lo sendiri yang nilai. Dan meningan lo selalu liat dari dua sisi kalo ada suatu yang bertentangan. Jangan gampang kekomporin ama buku. Inget! Selalu liat dari dua sisi! Sebenernya gimana pun Karl Marx niatnya baik dan mulia. Mulia banget. Tapi gue kemudian sering mengandaikan andai pengikutnya 100 % mirip Karl Marx kalo emang pro. Jangan jadi geser-geser prak
teknya. Walopun 'nelen' gitu aja juga ngga bagus. Tapi kenyataannya mereka selalu ngedukung Marx 100 % dan hampir ngga pernah menyalahkan Marx. Yaaah.tapi kalopun bener-bener sama 100% kekerasan tetep ada, sih. Karena itu solusinya menurut Marx pada akhirnya.Yaah,. mungkin bisa jadi bener juga Marx kalo keadaan ekonomi dan bahkan dengan revolusi dengan kekerasan bisa ngubah sejarah dan kehidupan. Buktinya kapitalisme sendiri hasil dari pemberontakan kelas menengah terhadap feodalisme yang dikuasai Raja-raja. Akhirnya mereka ngubah sejarah bahwa 'keuntungan-laba'lah yang berkuasa. Ngga peduli dari kalangan kelas manapun., kalo seseorang berusaha lalu sukses ya bisa maju dan kaya. Kalo feodalisme kan cuma Raja dan keturunannya Raja aja yang bener-bener berkuasa dan kaya raya. Orang-orang kelas menengah atau bangsawan yang akhirnya ngeberontak tadi juga tadinya tetep harus mengabdi ama Raja dan mempersembahkan sebagian hartanya untuk Raja sesuai dengan ketentuan. Kalo di kapitalis kan ngga ada kaya gitu-gitu. Dan itu akibat dari ngeberontak tadi, kekerasan
Suling Pusaka Kumala 2 Pendekar Naga Putih 72 Pertarungan Dua Naga Misteri Gunung Monster 1

Cari Blog Ini