Ghost Campus Karya Crimson Azzalea Bagian 1
Ghost Campus Oleh CrimsonAzzalea Edelwiss Sanoh Paillin seorang mahasiswi tingkat 1 di sebuah kampus elit ternama bernama Acropolis.
Edelwiss atau biasa di panggil Edel gadis berwajah ayu khas pribumi dan pemalu yang pernah mengalami koma setelah kecelakaan yg menewaskan kedua orang
tuanya menjadi memiliki kemampuan istimewa yaitu bisa melihat hantu dan makhluk halus.
bersama sahabatnya Irina yang juga memiliki kemampuan istimewa bisa merasakan kehadiran makhluk halus dan hantu, memulai kehidupan barunya sebagai mahasiswi
baru di kampus elit ternama berisi para pewaris keluarga kaya raya dan berpengaruh.
Akankah kehidupan mereka sebagai mahasiswi akan berjalan dengan mulus dan normal sedangkan mereka selalu ditakutkan dan dihantui oleh makhluk - makhluk
halus yang mengikuti mereka"
Apa keterkaitan geng "HalfBlood" yg notabennya geng anak pemilik kampus dengan mereka"kenapa mereka selalu terlibat dengan geng tersebut"
selamat membaca ^_^/ Warning Before Reading Sebelum membaca cerita ini, diperingatkan untuk beberapa hal terkait isi cerita.
DILARANG KERAS menjiplak, mengcopy, mengcapture, menyalin, meniru isi cerita ini baik secara langsung atau melakukan editing dibeberapa bagian tanpa seizin
penulis!!! Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dengan ketentuan pidananya sebagaimana berikut ;
Pasal 72 ayat (1) : "Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)".
Bersumber dari Kitab Undang - Undang Hukum Pidana (KUHP).
01. The Beginning Edel's POV Namaku Edelwiss Sanoh Phaillin dipanggil Edel. Aku adalah anak yatim piatu yang pemalu dan penakut. Umurku 18 tahun. Dengan tubuh yang tergolong mungil
ini, bisa dikatakan aku sama sekali tidak punya kelebihan apa-apa. Meski ada satu keistimewaanku yang tidak dimiliki kebanyakan orang.
Aku mempunyai kemampuan aneh yaitu bisa melihat makhluk halus. Mereka selalu mengganggu dan mengikutiku karena aku bisa melihat dan mendengarkan mereka.
Bukan hanya sekedar mengganggu, mereka bahkan sering meminta bantuanku untuk menyelesaikan permasalahan yang belum selesai semasa hidupnya. Kemampuan ini
mulai aku terima setelah bangun dari koma pasca kecelakaan mobil yang menewaskan kedua orang tuaku 1 tahun silam.
Kelebihan ini, membuatku takut dan sulit tidur. Aku sempat menjadi anak tidak stabil karena selalu dihantui makhluk tak kasat mata. Bayangkan saja bisa
melihat sesuatu yang menakutkan dan tidak bisa dilihat oleh orang normal lainnya" tentu tidak akan ada yang tahan.
"Edel sayang. Kamu sudah siap belum"Sarapan dulu, yuk"Suara tante Lily memanggil dari ambang pintu kamarku.
"Udah tante. Ini aku mau turun"Sahutku sambil berjalan ke arah pintu dan keluar bersama tante Lily.
Yang ini namanya tante Lily Castello atau biasa kupanggil tante Lily. Tante Lily adalah kakak kandung almarhumah mamaku. Orangnya penyayang, lembut dan
perhatian. Sepeninggalan kedua orang tuaku, aku tinggal bersama keluarga tante Lily yang terdiri dari 3 anggota keluarga yaitu tante Lily, om Jasper yaitu suami tante
Lily dan kak Angel, anak mereka.
Mereka menganggapku seperti anak mereka sendiri. Aku sangat bersyukur masih memiliki mereka.
Keluarga Castello sangat berjasa membentuk kembali keberanian dan kepercayaan diriku setelah koma dan bermasalah dengan kemampuan anehku ini.
Di meja makan seorang laki-laki dewasa berbahu lebar dan berdada bidang yang sedang membaca koran. Tanpa mengalihkan pandangannya dari koran, dia menyeruput
secangkir minuman panas yang masih mengepul. Begitu melihat kedatangan kami berdua, tatapan laki-laki yang tengah asik membaca berita itu langsung beralih.
Menoleh lalu tersenyum menatap kami.
"Morning darling. Bagaimana rasanya akan mulai ospek hari pertama dan menjadi mahasiswi?"Tanya om Jasper dengan logat Spanyolnya yang kental.
Ini adalah Om Jasper Castello, suami tante Lily. Dia laki-laki asli Spanyol bertubuh jangkung dan berkulit agak kecokelatan khas orang Amerika latin. Om
Jasper adalah pemilik bisnis yang amat sukses. Perusahaannya tercatat masuk dalam jajaran perusahaan paling berhasil seasia. Dia sering berpergian keluar
negeri untuk urusan bisnis. Tante Lily sebagai istrinya yang baik sering ikut menemani dalam perjalanan bisnis sang suami. Aku dan kak Angel lebih sering
ditinggal berdua saja dirumah yang super megah bak istana ini.
Aku bangga menjadi bagian dari keluarga ini. Meski memiliki segalanya, keluarga ini tidak pernah berlaku semena-mena kepada siapapun. Mereka berperilaku
baik kepada sesama manusia. Berperangai sopan pada sesama kaum jet set dan memiliki kepedulian tinggi terhadap kalangan yang lebih rendah.
"Morning pa, ma, Edel!"Sapa kak Angel mencium kedua orang tuanya lalu pipiku.
"Morning sweetheart"Jawab om Jasper dan tante Lily bersamaan.
"Pagi kak Angel"Jawabku.
Gadis cantik berkulit agak kecokelatan ini adalah kak Angel. Kakak sepupu yang paling aku sayangi. Orangnya lembut, feminine, anggun, dan cerdas. Jangan
sekali-kali membuatnya marah. Dia bisa jadi sangat judes saat marah. Banyak yang bilang aku dan kak Angel memiliki kemiripan yang unik. Katanya kami sama-sama
memiliki pancaran lembut khas wanita Jawa. Tentu saja dari segi itu ada kemiripan, karena mamaku dan tante Lily bersaudara kandung pemiliki darah asli
Jawa Tengah. Kak Angel selalu melindungi dan menyayangiku seperti adik kandungnya sendiri. Meskipun kami sempat tinggal berjauhan saat keluargaku menetap di Thailand,
keakraban kami tidak berkurang sama sekali.
"Gimana Del persiapan kamu untuk ospek hari ini"Udah siap semua, kan" jangan sampai kamu kena hukum nanti di acara ospek loh"Tanya kak Angel sambil sarapan.
"Udah beres kok kak. Tenang aja. Tapi kita cuma disuruh bawa peralatan tulis sama peralatan pribadi buat nginep aja, kak?"Jawabku dengan yakin dan setengah
keheranan karena list keperluan yang harus dibawa tidak penuh dengan benda yang aneh-aneh seperti pada acara orientasi biasanya.
"Emang cuma itu aja, Del. Kita kan mau orientasi. Perkenalan. Buat apa pake dandanan kayak jaman penjajahan sama bawa peralatan yang nggak penting"Kamu
pasti ngebayangin kayak ospek kebanyakan itu, ya"Tenang kita cuma perkenalan sama game-game aja biar seru"Jawab kak Angel.
"Iya. Biasanya pasti dandanannya aneh dan bawaanya juga lebih aneh lagi. Syukur deh. Jadi nggak nahan malu, hehe"Kataku menghela napas lega.
"Angel, kamu harus pastikan Edel jangan dihukum fisik terlalu berat. Edel fisiknya lemah. Mama nggak mau sampai Edel pingsan atau sakit. Nanti kamu harus
bilang sama Tristan dan Nico, ya?"Tante Lily mulai memberikan wejanganya. Dia sangat khawatir jika aku akan mengalami banyak kesulitan saat acara ospek
nanti. "Mama tenang aja. Anak - anak Halfblood nggak mau bikin acara ospeknya untuk jadi ajang penindasan. Kan mama tahu Tristan dan Chacha benci banget hal kayak
gitu. Aku juga nggak suka kok"Jawab kak Angel memastikan semuanya akan berjalan baik.
Halfblood adalah nama gengnya kak Angel. Anggotanya terdiri dari 4 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Mereka sudah bersama - sama sejak bayi. Orang
tua keenamnya adalah sahabat baik sekaligus rekan bisnis yang solid. Aku belum pernah bertemu mereka karena aku mulai tinggal disini semenjak lulus SMA.
Saat kecelakaan itu terjadi, aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA daerah Bandung. Selama meneruskan sekolah disana, aku tinggal dirumah lamaku di Bandung
hingga lulus SMA. "Eh, udah jam segini Del!Jalan yuk! Nanti kita telat dan kamu bisa kena hukum"Ujar kak Angel buru - buru mengajakku berangkat.
"Ayo kak" Jawabku mengambil tas dan pergi menyusulnya.
Usai berpamitan dengan tante Lily dan om Jasper, kami berdua langsung berangkat dengan mobil Porsche merah maroon milik kak Angel. Sebelum menuju ke kampus,
kami menjemput sahabat terdekatku. Kebetulan jalan menuju kampus memang melewati rumahnya.
"Hai, Del!Pagi kak Angel"Sapa seorang gadis berkulit putih bersih memasuki mobil.
Ini sahabat terbaikku sejak masih duduk di bangku SMA. Nama lengkapnya Hong Irina Yue dipanggil Irina. Orangnya sama mungilnya denganku tapi lebih berisi
dan chubby, kulitnya putih bersih khas wanita Tionghoa. Dia juga punya kemampuan aneh bisa merasakan kehadiran dan keberadaan makhluk halus meskipun tidak
bisa melihatnya seperti aku. Keluarganya adalah keluarga China kuno yang paham hal-hal gaib dan supranatural. Orangnya asli bawel, lincah tapi setia kawan
dan sangat baik meskipun agak sedikit manja.
"Pagi juga, Rin"Balas kak Angel.
"Hai, Rin. Lo udah siap semuanya?" Tanyaku pada Irina.
"Udah dong"Jawabnya penuh kebanggaan.
"Kak Angel, kampusnya gimana"Asik nggak?"Tanya Irina yang penasaran. Sejak awal mendaftar masuk ke Universitas ini, memang dia sudah sangat antusias. Apalagi
mendengar bahwa disini adalah gudangnya mahasiswa-mahasiswa berwajah rupawan.
"So pasti dong. Apalagi ada kakak dan sahabat-sahabat kakak. Tambah asik pastinya"Ujar kak Angel membanggakan kawan - kawannya.
"Yee..kak Angel malah pamer!" Sahutku.
"Haha. Iya deh sorry pamer. Tapi serius sahabat-sahabat kakak ini idola dikampus kok. Tristan, my honey Nico, Bastian, dan Bara itu cowok paling populer
dikampus. Semua cewek di kampus ini tergila-gila sama mereka. Nggak ada yang berani juga membantah mereka karena keluarga mereka dan kemampuannya sih.
Yah, sisi positifnya, kakak dan Chacha aman sama mereka berempat"Ujar kak Angel tersenyum jail.
"Udah kayak F4 aja, kak. Hehehe"Sahut Irina ikut tertawa jail.
"Maybe, Rin"Jawab kak Angel mengedipkan sebelah matanya.
Tidak lama kemudian. Kami tiba dikampus megah Acropolis yang mewah nan eksklusif. Kak Angel langsung memarkirkan mobilnya di parkir khusus senat.
"Kak Angel. Aku ada permintaan" Ujarku merasa sedikit ragu untuk mengatakannya.
"Permintaan apa?"Tanya kak Angel penasaran.
"Boleh nggak kalau teman-teman kakak jangan sampai tahu kalau aku adik sepupu kakak?"Pintaku. Kata-kata yang sudah kutahan sejak tadi akhirnya bisa meluncur
juga dari mulutku. "Loh"Kenapa memangnya, Del?"Tanya kak Angel heran saat mendengar permintaanku.
"Aku nggak mau diperlakukan istimewa. Nggak adil nantinya dengan peserta yang lain"Aku mengemukakan alasannya.
"Tapi fisik kamu kan lemah, Del. Gimana kalau nanti kamu sampai pingsan" Atau misalnya kamu diganggu dan ngeliat makhluk halus coba?"Ujar kak Angel khawatir
pada kondisiku yang lemah ini.
"Aku kan bareng Irina, kak. Aku akan berusaha untuk nggak kena hukum atau mancing kecurigaan" Bujukku.
"Aduh. Kakak khawatir karena ada acara menginap dan jurig malam segala. Takutnya nanti kamu kenapa-kenapa. Tanpa ada yang tahu bahwa kamu adalah adik sepupu
kakak, kamu bakal nggak diijinin untuk nggak mengikuti acara jurig malam itu, Del"Keluh kak Angel bertambah khawatir.
"Aku tahu, kak. Aku mau ikut seluruh rangkaian acara senormal anak lainnya. Aku nggak bisa terus menerus bergantung sama kakak. Aku harus bisa mandiri.
Aku mau nyoba proses yang normal juga. Makanya dari sekarang aku perlu jalanin sebisaku. Please!"Pintaku kembali membujuk kak Angel.
"Ok. Tapi kamu janji, ya. Kalau kamu mulai merasa nggak kuat atau nggak sanggup sama hal-hal aneh disekitar, harus langsung bilang ke kakak atau panitia
yang lainnya. Kamu juga jangan pisah-pisah sama Irina. Dia yang ngerti cara nanganin makhluk halus. Kakak akan atur supaya pembina kelompok kalian berdua
adalah Bastian atau Bara" Ujar kak Angel mengajukan persyaratannya.
"Iya kak. Aku janji akan ngikutin apa kata kakak. Tenang aja, ya"Jawabku menyanggupinya dan meyakinkan kak Angel.
"Tenang aja kak Angel. Aku akan selalu disamping Edel. Kalau ada apa-apa, aku akan kabarin kakak"Sahut Irina berjanji pada kak Angel.
"Oke, kalau gitu. Tapi ingat. Hati-hati ya, Del"Kak Angel kembali memperingati.
"Oh, iya. Satu lagi. Jangan berurusan sama geng Honeybee. Anggotanya bernama Melody, Rachel, Astrid dan Viola. Mereka suka nindas dan ngerjain orang. Apalagi
anak baru. Ciri-cirinya empat orang cewek paling centil sejagat dan hobinya merintah-merintah nggak jelas"Tutur kak Angel mendeskripsikan geng Honeybee.
"Oke kak, beres!"Seruku dan Irina bersamaan.
"Ya udah. Kakak pamit ke ruang senat dulu. Ada rapat panitia. Kalian bisa langsung ke lapangan bersama peserta lainnya. Lapangannya lurus kearah sana,
nanti diujung kalian bisa langsung ketemu kok"Kata kak Angel menunjukkan arah lapangan tengah. Tempat berkumpulnya para peserta ospek. Kak Angel pun meninggalkan
kami berdua. "Lo ngapain sih, Del" Pake acara menyembunyikan identitas segala" Bakal lebih aman kalau orang tahu lo adik sepupu kak Angel"Tanya Irina tidak mengerti
maksudku. "Bukan gitu. Gue mau dimulai dari kuliah ini untuk berusaha mandiri. Suatu saat kak Angel dan gue akan menjalani hidupnya masing-masing. Nggak bisa terus
menerus jadi pelindung gue. Nggak lama dari lulus kuliah mungkin kak Angel bakal nikah sama kak Nico. Gue nggak mau hidup jadi beban orang lain"Kataku
mengutarakan alasan yang sebenarnya.
"Hmm..gitu ya. Kasih tahu gue dulu kali harusnya. Jadi gue nggak kaget dan terbengong-bengong kayak tadi. Kalau alasannya begitu, gue dukung seribu persen.
Gue janji bantu kok. Apa yang lo bilang barusan sebenarnya ada dipikiran gue juga" Kata Irina setuju dan bersedia mendukungku.
"Thanks, Rin. Yaudah yuk, ke lapangan. Takut acaranya nanti dimulai"Ajakku menarik Irina ke lapangan.
End of Edel's POV Di ruang senat sedang berlangsung briefing terakhir panitia Ospek sebelum memulai acara.
Angel's POV Perkenalkan, namaku Angelina Rosalia Castello. Biasa dipanggil Angel. Aku adalah mahasiswi tingkat 5 jurusan Ilmu Komunikasi Internasional di Universitas
Acropolis. Mungkin kalian belum banyak tahu tentang Universitas Acropolis. Universitas Acropolis adalah universitas swasta terkemuka berstandar internasional. Fasilitas
dan kurikulum di universitas ini adalah yang terdepan dan favorit. Banyak yang bilang kampus ini isinya adalah anak-anak orang kaya yang berasal dari keluarga
bergelimang harta. Tapi memangnya kenapa" Kami juga tidak kuliah dengan main-main. Kampus kami banyak menghasilkan prestasi dan lulusan kampus kami banyak
diakui hingga ke kancah mancanegara. So, don't judge a book from its cover.
Hari ini ada acara ospek untuk para mahasiswa baru. Kebetulan aku adalah pengurus senat. Jabatanku di kepengurusan sebagai sekretaris ketua senat. Kampus
ini punya aturan dan tradisi aneh dimana pengurus senat sangat berperan vital dalam setiap aktifitas kampus juga berbagai hal yang berhubungan dengan kepentingan
kampus. Rektor jadi terkesan tidak punya kendali penuh dalam pengambilan keputusan serta aturan di kampus ini. Aku tahu persis apa alasannya. Tapi sebelum
aku memberitahu kalian alasannya, akan kuperkenalkan para pengurus inti dalam kepengurusan senat universitas Acropolis.
Pertama. Tristan Maximillian Becker yang akrab dipanggil Tristan. Mahasiswa tingkat 5 program double degree jurusan teknik telekomunikasi dan ekonomi bisnis.
Pemuda berwajah tampan dengan postur tubuh jangkung dan bersorot mata tajam ini adalah ketua senat. Selain ketua senat, Tristan juga menjabat sebagai ketua
klub Judo. Kampus Acropolis adalah milik keluarga Tristan yang kekayaannya tidak bisa dihitung lagi banyaknya. Pemuda berdahi lebar ini sangat bijaksana
dan berkepala dingin setiap mengambil keputusan.
"Semua harus terkonsep rapi. Apa yang sudah direncanakan tidak boleh keluar dari jalur kesepakatan bersama. Satu lagi, harus on time " Ujar Tristan memberikan
mandatnya selaku ketua panitia acara kali ini. Dia benci sekali jika segala sesuatu berjalan terlambat.
"Persiapan dan alat sudah oke semua. Pokoknya beres"Jawab pemuda tampan bertubuh jangkung yang berdiri persis di sebelah Tristan.
Kalau yang satu ini kesayanganku. Namanya Nicholas Arcturus Stafford dipanggil Nico. Mahasiswa tingkat 5 yang merupakan teman sekelas Tristan. Mereka sama-sama
mengambil program double degree dengan jurusan yang sama. Wakil Tristan di kepengurusan senat dan ketua klub Karate. Pemuda blasteran Inggris berkulit
putih ini wataknya penyabar dan berpembawaan kalem. Nico adalah sahabatku dari kecil. Sekarang sudah menjadi tunanganku yang resmi. So guys, he is mine.
"Yang untuk masing-masing kelompok datanya sudah dibuat dan dibagikan. Sudah ditentukan juga siapa saja pembimbing kelompoknya" Kataku memberikan laporan.
"Untuk bagian kesehatan dan dokumentasi udah beres, Tan"Sahut pemuda yang posisi duduknya paling santai diantara semua yang hadir. Ekspresi bosan terpancar
jelas di wajah tampannya.
Yang berwajah cuek dan santai ini namanya Sebastian Aznavour Bouvier atau lebih populer dengan nama Bastian. Mahasiswa tingkat 5 program double degree
jurusan teknik elektro dan ekonomi bisnis. Bastian adalah ketua klub musik dan salah satu pengurus inti senat. Meski terkesan jail, pemuda blasteran Perancis
ini berotak genius. Dia adalah jawara kampus yang selalu mendapatkan IP cumlaud disetiap ujian. Orangnya super cuek, jail, easy going dan sangat menyukai
musik. Dengan tubuh kurus jangkungnya itu tidak akan ada yang mengira bahwa Bastian adalah seorang master Aikido.
"Pos dan masing-masing data perkelompok sudah dibagikan ke pembina kelompoknya"Sahut pemuda tampan disebelah Bastian.
Yang keempat. Barra Everhart Van Deventer atau lebih suka dipanggil Bara. Mahasiswa tingkat 5 program double degree yang berjurusan sama dengan Bastian.
Ketua klub Basket berwajah tampan dengan alis tebal ini berdarah campuran Belanda Indonesia. Pemuda berparas keras dan memiliki postur tegap ini orangnya
emosional, tidak suka dibaweli dan benci berurusan dengan perempuan manja. Dia adalah master Jiujitsu yang cinta hidup sehat.
"Untuk kesiapan sarana dan tempatnya sudah lengkap. Asal nggak ada yang meracau aja"Ujar gadis cantik berkulit putih bersih di sebelah kiri Tristan sambil
melirik ke arah empat orang perempuan bergaya modis.
Yang terakhir namanya Anastasia Yukina Azuya. Lebih suka dipanggil Chacha. Sahabat sekaligus teman sekelasku di jurusan ilmu komunikasi internasional.
Gadis tomboy berdarah campuran Jepang dan Indonesia. Orangnya bawel, berani dan nekat. Tunangan Tristan ini adalah bendahara senat dan ketua klub fotografi.
Chacha sangat benci penindasan dan bersedia berkelahi hanya untuk membela orang-orang yang tertindas. Waktu kecil, dia selalu membelaku disaat aku diganggu.
Yang masih belum bisa aku pahami sampai saat ini adalah, kenapa sahabatku yang paling cantik ini punya kebiasaan kesasar saat bepergian sendirian"
Dari persahabatan dan kebersamaan kami yang sudah terbentuk semenjak kecil, geng Halfblood pun terbentuk. Alasan kenapa kami memilih nama itu karena kami
berenam sama-sama berdarah blasteran. Tristan adalah ketuanya yang terpilih secara alamiah karena jiwa kepemimpinannya yang paling menonjol diantara kami
berenam. Berdasarkan penjelasanku tadi, tentunya kalian sudah paham kenapa senat jadi sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan di kampus. Yup, karena
power yang kami berenam miliki membuat seisi kampus memiliki anggapan demikian. Sebenarnya kami tidak pernah bertindak semena-mena loh kepada siapapun
hanya karena pengaruh keluarga kami.
End of Angel's POV Chacha's POV Menggantikan Angel dalam perkenalan kali ini. Aku Chacha. Seperti yang sudah dijelaskan oleh sahabatku yang paling cantik ini. Akan kuperkenalkan geng
Honeybee yang berisi cewek-cewek lebay tidak bermutu dan berkepala kosong alias 'tong kosong nyaring bunyinya'. Anggotanya terdiri dari 4 orang gadis super
centil yang gayanya selangit.
"Apaan sih lo, Cha?"Emang siapa yang bakal ngacau"Lo kali yang suka ngacauin moment kebersamaan gue dan Tristan"Sahut gadis berambut panjang curly sambil
menatap Tristan penuh damba.
Nah, yang barusan berbicara tanpa berpikir itu namanya Melody. Gadis centil berwajah arab ini adalah mahasiswi tingkat 5 jurusan Psikologi yang juga menjabat
sebagai ketua klub Dance. Dari saat kami masih ospek, Melody sudah terobsesi pada Tristan. Membuatku sebal setengah mati. Awas kalau dia berani dekat dekat Tristanku! "Itu tuh, lo belum apa-apa udah gagal fokus. Ya wajar berarti kalau gue khawatir lo semua bakal meracau" sahutku dengan ngotot.
"Enak aja lo, gagal fokus!Fokus gue itu ya selalu ke my baby honey Tristan"Ujar Melody berusaha mendekati Tristan. Ah!!Jangan dekat-dekat!!
"Ehhh!!Apaan lo?"Balik duduk sana!"Bentakku menghalangi gadis centil itu dan menyuruhnya kembali ke tempat duduk.
Anak Halfblood yang lain cuma bisa memutar mata saja melihat kelakuan Melody dan pertengkarannya denganku.
"Udah-udah!Melody, Rachel, Astrid dan Viola pokoknya gue nggak mau ada acara penindasan atau main kekerasan ke anak-anak baru. Gue nggak suka ada penindasan!Apalagi
ke mahasiswi baru!Kalian berempat kebiasaan soalnya"Ujar Tristan memperingatkan mereka.
"Tristan sayang. Aku nggak nindas mereka asal mereka gak genit sama kamu. Itu aja kok"Jawab si ratu centil itu dengan gaya sok imut tingkat akut.
"Pokoknya awas! Kalau kalian empat tawon centil pakai kekerasan ke mahasiswa baru, gue akan kasih perhitungan ke kalian!"Ancamku. Sebal sekali melihat
gaya mereka. Di sebelah Melody, ada ketiga teman sekelasnya yang juga tidak kalah menyebalkan dan lebaynya dengan dia.
Gadis berwajah jutek disebelah kanan Melody bernama Rachel. Mahasiswi tingkat 5 jurusan Psikologi berkulit sawo matang yang sangat menyukai Nico ini berperangai
kasar dan gampang tersinggung.
Di sebelah kiri Melody namanya Astrid. Gadis bertampang tulalit dengan kulit putih itu hobbynya mengejar-ngejar 'cinta' Bastian. Kalau sudah begitu, biasanya
Bastian akan mengambil langkah seribu untuk menghindari Astrid.
Yang terakhir bernama Viola. Gadis berkulit agak gelap yang bawel dan lebay. Paling sering mengganggu dan mengikuti Bara. Viola bisa secara terang-terangan
mengungkapkan 'kecintaannya' terhadap Bara yang akan langsung ditanggapi Bara dengan penuh kekesalan.
"Gue setuju sama chacha. Kalau ada yang melanggar akan dikenakan sanksi. Klubnya gue blacklist untuk tidak menerima dana dari kampus dan berurusan sama
gue "Ancam Tristan. "Oh iya, Tan. Yang untuk acara nanti malam, kita harus kroscek ulang dulu supaya aman terutama untuk mahasiswi "Ujar Nico mengingatkan sang ketua.
"Hampir lupa gue. Siapa yang mau meriksa sebelum acara dimulai?"Tanya Tristan.
"Gue aja sama Bastian yang ngecek sebelum acara mulai nanti"Sahut Bara mengangkat tangannya.
"Oke. Sekali lagi gue ingatkan. Jangan ada yang sok senioritas pakai acara ngebully. Senat akan melakukan pengawasan ketat. Kepada siapapun yang berani
melakukan, akan dianggap melanggar aturan dan langsung dibuat laporan ke Rektor"Ujar Tristan memberikan putusannya yang terakhir.
"Gimana kalau masing-masing pos di jurig malam harus ada panitia ceweknya"Jangan cowok semua buat keamanan mahasiswi"Usul Angel.
"Buat ngejaga image kampus juga. Masa di tempat sepi mahasiswi cuma didampingi dengan senior cowok"Kurang etis kayaknya deh"Kataku setuju dengan usul Angel.
"Oke. Cukup beralasan. Ngel, diatur untuk panitia pos sama checkpointnya juga. Jumlah panitia cewek lebih sedikit jadi di masing-masing pos ditaruh 1 panitia
cewek"Kata Tristan. "Eh,Tan. Keempat tawon centil itu dipisahin aja biar nggak bikin ulah aneh-aneh"Bisik Nico pada Tristan.
"Gue juga maunya gitu. Cuma lo tahu sendiri siapa yang mau satu pos sama mereka"Bikin pusing aja"Keluh Tristan.
"Mereka berempat kerjaannya nguntit kita berempat terus. Gue mending ketemu setan dari pada harus bareng sama salah satu dari mereka"Ujar Nico.
"Emang gue mau"Bisa stress tingkat tinggi gue kalau bareng mereka. Bastian dan Bara juga bisa hard complain sama gue kalau ditempatin bareng mereka"Seru
Tristan pusing memikirkannya.
"Gini aja deh. Bikin mereka nyebar di beberapa pos. Jangan dibuat bareng supaya gak bertingkah yang aneh-aneh. Pilih pos yang isinya nggak pernah berurusan
sama mereka. Chacha dan Angel pasti tahu"Usul Nico.
"Terserah deh. Urusan ini lo kasih tahu Angel aja"Jawab Tristan tidak mau ambil pusing dengan urusan menyangkut keempat 'tawon centil' itu.
"Ngel. Gue pokoknya mau keempat ratu centil itu dipisahin sejauh-jauhnya dari cowok-cowok kita. Males gue ngeliat ulahnya!Bisa berasap kepala gue saking
emosinya!"Bisikku sambil memegangi kepala.
"Yaelah Cha. Gue juga nggak mau mereka deket-deket Nico. Apalagi si tawon jutek itu"Seru Angel sebal setengah mati pada Rachel.
"Singkirin jauh-jauh deh. Kalau bisa ke ujung dunia aja sekalian"Usulku.
"Oke semua fix. Acara mulai 15 menit lagi. Kita langsung kumpul dilapangan dan pembina kelompok tolong absen dan kumpulkan kelompok kalian sebelum dimulai"Perintah
Tristan memimpin seluruh panitia ospek.
End of Chacha's POV Di lapangan yang luasnya hampir sama dengan lapangan sepak bola, sudah berkumpul para mahasiswa baru. Dengan dandanan rapi kemeja putih dan bawahan hitam
yang tidak mirip dengan peserta ospek pada umunya, mereka berbincang dan saling berkenalan sambil menunggu acara dimulai. Edel dan Irina berdiri diantara
mahasiswa baru lainnya. "Gue kok excited banget ya, Del?"Ujar Irina sangat bersemangat.
"Lo excited karena penasaran sama senior yang isunya keren-keren kan?"Tebak Edel sambil tersenyum.
"Itu iya sih. Tapi penasaran sama acaranya juga"Jawab Irina.
Tidak berapa lama kemudian, para panitia dan senior memasuki lapangan dipimpin oleh Geng Halfblood. Seluruh peserta yang sejak tadi heboh berbincang riang,
tiba-tiba terdiam saat melihat kedatangan keempat laki-laki bertubuh jangkung dengan pesona khas blasteran. Para mahasiswi baru sampai dibuat terperangah.
Mereka terhipnotis oleh kharisma Tristan, Nico, Bastian, dan Bara. Sedangkan para mahasiswa terbius saat menatap kecantikan Chacha dan Angel.
"Selamat datang di Kampus Acropolis tercinta ini!Untuk adik-adikku yang baru, perkenalkan nama kakak Tristan. Ketua panitia dan ketua senat kampus ini.
Kita mulai dengan perkenalan kakak-kakak panitianya dulu, ya"Kata pembukaan Tristan ramah dan bersemangat dengan pose seperti orang yang menyambut kedatangan
tamunya. "Halo. Nama kakak Nicholas bisa dipanggil Nico. Kakak wakil ketua senat dan wakil ketua acara"Kata Nico tersenyum hangat sambil melambaikan tangan kanannya.
"Hai semua. Nama kakak Anastasia. Panggil kak Chacha aja, ya. Kakak Bendahara senat dan seksi acara untuk acara ospek kali ini. Kalau ada problem bisa
bilang sama kakak. Terutama kalau ada yang menerima ancaman. Oke" thank you"Kata Chacha dengan riang sambil mengacungkan jempolnya.
"Halo semua. Nama kakak Angelina biasa dipanggil Angel. Kakak sekretaris senat dan sekretaris acara ini. Salam kenal, ya"sapa lembut Angel penuh senyum.
"Hai. Nama kakak Sebastian panggil Bastian aja yang simple. Kakak pengurus senat dan pembina kelompok 1 di acara ini. Salam kenal all "Sahut Bastian dengan
gaya santai tapi ramah. "Hai. Nama kakak Barra. Pengurus senat dan pembina kelompok 1 di acara ini"Kata Bara tetap bersikap stay cool.
Satu persatu panitia pun mulai memperkenalkan diri masing-masing hingga tiba giliran geng honeybee.
"Nama kakak Melody. Kakak tercantik dan terkece dikampus ini. Ketua klub dance. Bagi kalian yang kece-kece bisa gabung di klub kita. Satu lagi, jangan
coba-coba mendekati Tristan kalau nggak mau cari masalah sama gue"Kata Melody dengan nada mengancam.
"Nama kakak Rachel. Sama dengan Melody jangan coba mendekati Nico kalau nggak mau kena masalah"Kata Rachel dengan tatapan judes.
"Hello adik-adik! nama kakak Astrid. Kakak terunyu di kampus ini dan calon nyonya Bastian. Jadi jangan coba deketin Bastian"Kata Astrid dengan gaya lebay
Ghost Campus Karya Crimson Azzalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mode on. "Hei semua. Nama kakak Violeta dipanggil viola. Kakak termanis di kampus dan calon tunangan Bara. So, jangan ganggu Bara!Understood?"Ancam Viola dengan
gaya super pede. Sontak membuat suasana menjadi hening dengan wajah ngeri mendengar ancaman yang dilontarkan secara terang-terangan. Seluruh panitia lain melihat ke mereka
berempat dengan pandangan jijik dan tidak habis pikir.
"Apaan sih tuh tawon - tawon!"Seru Bara yang paling pertama menunjukkan kekesalannya.
"Pakai proklamir calon nyonya and tunangan segala, geli gue!"Ujar Bastian dengan ekspresi tidak suka.
"Ngacau kan tuh empat tawon. Ngancem di publik begitu. Lakuin sesuatu dong!Kasihan para peserta jadi ketakutan gitu"Pinta Angel menarik lengan Nico.
"Aneh-aneh aja mereka!Sebentar aku colek Tristan sama Chacha dulu"Kata Nico lalu membisikan Tristan dan Chacha yang terbengong-bengong keheranan dengan
kelakuan aneh geng Honeybee. Begitu dicubit Nico, keduanya sadar. Dengan sigap Chacha merebut microphone dan berusaha mencairkan suasana.
"Hahaha. Bercanda kok adik-adik!Nggak usah dianggap serius bercandaan kak Melody, kak Rachel, kak Astrid dan kak Viola. Mereka memang suka bercanda"Ujar
Chacha mencoba menetralkan kembali situasi acara.
"Kalian semua tenang aja, disini kita semua sama nggak ada senioritas kok. Acara ini untuk permainan dan seru-seruan biar kalian yang baru masuk dengan
kita para senior bisa saling kenal dan akrab. Buat kedepannya kita saling bantu di kegiatan kampus"Tambah Tristan.
Melody yang hendak membuka mulutnya lagi segera dibungkam oleh kepalan tinju Chacha. Keempat geng Honeybee seketika berubah menjadi mode silent.
"Langsung ke pembagian kelompok"Ujar Nico menyudahi pembahasan tidak penting itu.
Edel dan Irina yang berada dibarisan paling depan, menyaksikan semuanya dengan hikmat dan patuh.
"Kakaknya ganteng-ganteng banget ya!Apalagi gengnya kak Angel. Sumpah ya mereka sih jadi artis juga bisa"Ujar Irina terpesona melihat geng Halfblood.
"Iya. Gue yang pernah lihat fotonya aja sampai ikut terperangah"Jawab Edel memandangi Bastian yang bergaya cuek sambil mengunyah permen karet.
"Tapi hati-hati ah. Jangan sampai ketahuan kita meratiin mereka. Tadi kata-kata kak Melody, kak Rachel, kak Astrid sama kak Viola udah cukup bikin gue
jiper"Ujar Edel ngeri mengingat ancaman tadi.
"Gue juga ngeri!Nanti kita ditindas selama dikampus, iih! Eh, bukannya kata lo kak Nico itu pacar kak Angel ya"Kok tadi kak Rachel yang ngancem masalah
kak Nico sih?"Tanya Irina penasaran.
"Setahu gue dari cerita kak Angel. Mereka berempat itu terobsesi sama kak Tristan, kak Nico, kak Bastian dan kak Bara tapi nggak dihirauin sama keempatnya.
Kak tristan itu tunangan kak Chacha. Kak Nico tunangan kak Angel. Kalau kak Bastian sama kak Bara katanya belum punya pacar atau tunangan. Kak Bastian
terlalu cuek sama cewek dan kak Bara beranggapan cewek itu bawel and ngerepotin. Cewek yang bisa deket sama mereka berdua cuma kak Chacha, kak Angel, keluarga
dan pembantu di rumah mereka"Tutur Edel menceritakan apa yang diketahuinya tentang geng Halfblood.
"Ooh..gitu. Waduh susah dong nih harapan gue buat ngedeketin kak Bara "Sahut Irina mulai melantur.
"Nanti kedengaran loh Rin. Habis nasib kita deh"Ujar Edel mengingatkan Irina.
"Lo juga dari tadi mandangin kak Bastian mulu. Emang gue nggak tahu"Ledek Irina tersenyum jail.
"Sstt..jangan kenceng-kenceng Rin! Nanti kedengeran!"Seru Edel membungkam mulut Irina yang tidak bisa berhenti bicara.
Di depan lapangan. Tristan masih kesal dengan acara ancam mengancam yang dilakukan geng Honeybee tadi.
"Lo berempat ikut gue sebentar"Perintah Tristan ke geng Honeybee diikuti Nico, Angel dan Chacha.
"Lo berempat apa-apaan sih bikin drama kayak tadi"Ngomong asal gitu! Ini bukan ajang unjuk kekuasaan!" Seru Tristan dengan nada sedikit meninggi sambil
menunjuk keempatnya. "Kan kenyataannya gitu, Tristan sayang. Biar mereka tahu kamu itu punya aku"Jawab Melody over pede.
"Jangan asal ngomong lo ya!Punya lo apaan?"Gue bungkam juga ya mulut rombeng lo pakai tinju gue"Seru Chacha menghalangi Melody yang hendak memeluk lengan
tunangannya. "Lo nggak bisa main ancam gitu ke mereka. Mereka anak baru, jangan suka nyebarin gosip khayalan kalian ke anak-anak baru. Nggak suka gue cara kalian begitu!"Ujar
Nico kesal. "Kok khayalan sih Nico"Itu akan jadi kenyataan masa depan kita"Sahut Rachel.
"Masa depan apaan sih"Tambah ngelantur ya kalian. Kasihan mereka ketakutan begitu. Nanti kalau jadi trauma, lo mau tanggung jawab" kalian anak Psikologi
tapi justru melakukan kekerasan psikis"Kata Angel mulai ikut panas.
"Sok tahu banget sih lo, Ngel!Anak Komnal tahu apa tentang Psikologi?""Umpat Rachel. Dengan sombongnya mendorong Angel hingga hampir jatuh tapi untungnya
berhasil ditahan oleh Nico.
"Heh!!Jangan kasar sama Angel!Wah, minta gue hajar lo!"bentak Chacha langsung maju hendak menyerang Rachel.
"Stop!Malah tambah kacau gini"Pokoknya kalau sampai kalian meracau lagi, semester depan kalian nggak akan diikutkan lagi diacara ospek. Klub dance gue
skors nggak boleh beraktifitas selama 3 bulan, paham?"Ancam Tristan sambil menahan Chacha yang masih berusaha menghajar Rachel.
Acara pun dimulai dengan kelompok yang sudah terbentuk. Edel dan Irina masuk kelompok 1 dibawah pembinaan Bastian dan Bara. Posisi ini tentunya membuat
mereka berdua bahagia. "Asik!!Kita dikelompok 1!Dibawah kak Bastian dan kak Bara. Kita beruntung, Del"Ujar Irina girang.
"Ini kerjaan kak Angel pasti. Dia sengaja masukin kita di kelompok sahabat dekatnya. untuk melindungi kita"Kata Edel ikut senang.
"Kak Angel is the best !"Sahut Irina sumringah.
"Adik-adik, sekarang kalian satu kelompok jadi kalian harus kompak dan saling bantu jangan egois ya. Akan ada banyak game yang harus kalian ikuti jadi
persiapkan diri kalian juga kekompakan kalian"Kata Bastian.
"Kalau ada yg punya penyakit atau nggak enak badan, langsung bilang ya biar tidak diikutkan dalam game berbau fisik"Kata Bara.
Acara pun dimulai. Isinya perkenalan kampus, touring keliling kampus, visi misi kampus, fasilitas dan sistem kampus. Sesi kedua berisi sistem dan program
masing-masing jurusan, perkenalan klub kampus, game asah otak dan hiburan, sampai ke game kelompok berlangsung meriah dan lancar terlaksana. Semua peserta
senang dan tidak menyangka akan ospek dengan acara seru tanpa penindasan yang semena-mena dari senior seperti ospek pada umumnya.
Tiba waktunya istirahat. Makan siang sudah disediakan oleh panitia.
"Akhirnya istirahat makan juga"Ujar Edel duduk dikursi taman mulai membuka makanannya.
"Tapi acaranya benar diluar dugaan gue. Kampus ini kan isinya anak super kaya semua, gue kira kita bakal dibantai dan dikerjain habis-habisan sama seniornya
kayak di film-film"Ujar Irina sambil memakan makan siangnya.
"Iya. Gue juga sempat khawatir semalam suntuk soal itu"Sahut Edel setuju dengan pendapat Irina.
Tiba-tiba Irina merasa hawa dingin menyentuh tengkuk lehernya. Edel terkejut saat melihat ada makhluk halus berkemeja putih memakai celana hitam panjang
dengan kepala dan baju berlumuran darah. Wajahnya pucat seperti es. Sangat menyeramkan. Hantunya menatap ke arah lapangan kemudian beralih melihat Edel.
Edel terperanjat. Dengan panik, dia berlari ketakutan sekencang-kencangnya.
"Edel!Mau kemana?"Jangan- jangan ada yang dia lihat"Panggil Irina yang mulai berkeringat dingin dan lari menyusul Edel ke arah gedung terdekat.
Edel tidak berhenti berlari. Tapi si hantu terus mengikutinya.
"Pergi!Jangan ikutin aku!"Teriak ketakutan Edel.
Irina yang kehilangan jejak Edel, menjadi panik dan bingung kemana harus mencarinya. Gelagat aneh Irina tertangkap oleh Bara dan Bastian yang kebetulan
sedang lewat saat patroli.
"Dek, kamu mau kemana"Jangan berkeliaran sendirian nanti kamu nyasar"Ujar Bara menepuk bahu Irina membuat Irina terlonjak kaget.
"Maaf kak. Aku lagi mencari temanku, namanya Edelwiss. Aku takut dia nyasar, kak"Rentet Irina saking paniknya.
"Nama kamu siapa" Kemana perginya" Teman kamu seperti apa?"Tanya balik Bastian.
"Namaku Irina, kak. Seingatku ke arah sana. Orangnya kecil, rambutnya lurus sebahu dan memakai gelang warna merah"Tunjuk Irina ke arah terakhir dia melihat
Edel dan mendeskripsikan ciri-cirinya.
Bastian berlari ke arah yang ditunjuk Irina untuk mencari Edel.
"Kamu tunggu disini aja. Jangan panik. Biar kita berdua yang cari teman kamu. Loh"Kenapa kamu berkeringat dingin"Kamu sakit"Ke ruang kesehatan aja, yuk"Ujar
Bara kaget melihat Irina yang berkeringat dingin. Saat mencoba merasakan suhu tubuh Irina, dia semakin terkejut dengan suhu dingin yang tidak lazim.
"Nggak apa-apa kak. Aku kalau panik memang begini"Jawab Irina berusaha menutupi keadaan yang sebenarnya dari Bara.
"Kok" Saat disentuh kak Bara, suhu badanku yang dingin karena hantu tadi mulai jadi normal lagi"Aneh?" Dalam hati Irina bingung dengan keganjilan yang
terjadi setelah disentuh Bara.
Terengah-engah Edel berlari menyusuri gedung kesenian yang sepi untuk menghindari hantu yang terus mengejarnya. Hantu laki - laki berwujud mengerikan itu
terus mengikutinya. Dia menjulurkan kedua tangannya. Edel bertambah takut saat melihat tangan yang berlumur darah itu semakin mendekatinya. Karena fokus
yang terbagi, Edel tidak memperhatikan tangga di depannya lalu terpeleset jatuh.
"Aahhhh!!!!"Jerit Edel saat terjatuh dari tangga.
Saat tubuh mungil Edel akan menghantam anak tangga, muncul sosok lain bertubuh jangkung dengan lengan kokoh yang menangkapnya.
"Kamu nggak apa-apa?"Tanya si penolong bersuara renyah itu.
Edel membuka matanya yang terpejam karena takut kemudian mendongak melihat wajah penolongnya. Terlihat wajah laki - laki tampan blasteran. Hidungnya bangir
dan mata bulat penuh kekhawatiran. Edel mengenalnya dengan nama Bastian. Mengenali siapa yang telah menolongnya membuat Edel terkejut bercampur malu. Sadar
dengan posisi mereka yang berpelukan, Edel langsung melepaskan diri dari pelukan Bastian.
"Maaf kak. Aku nggak apa-apa. Makasih sudah menolongku"Ujar Edel yang menunduk malu tidak berani menatap Bastian.
"Sama-sama. Lain kali lebih hati-hati lagi. Nama kamu Edelwiss ya?"Tanya Bastian sambil mengamati Edel dan mencocokkan dengan ciri - ciri yang digambarkan
oleh Irina. Edel menjawab pertanyaan Bastian dengan menganggukkan kepalanya. Suaranya seketika menghilang saking gugupnya saat ditatap oleh laki-laki jangkung dihadapannya
itu. Lalu Bara muncul setengah berlari karena mendengar ada keributan.
"Ada apa Bas?"Tanya Bara.
"Ngak ada apa-apa. Tadi dia jatuh dari tangga. Dia yang tadi dicari peserta bernama Irina itu"Jawab Bastian menunjuk ke arah Edel.
"Kamu nggak apa-apa" Seingat kakak kamu peserta kelompok 1, kan" Teman kamu yang bernama Irina panik mencari kamu tadi"Kata Bara.
"Nggak apa-apa, kak. Maaf tadi aku ninggalin dia karena mau ke toilet tapi ternyata malah kesasar. Maaf udah bikin kehebohan"Jawab Edel berbohong pada
keduanya. Diliriknya hantu yang mengejarnya tadi. Dia masih memperhatikan dari atas tangga dengan pandangan tajam. Tatapan hantu itu membuat Edel menjadi
berkeringat dingin dan siap berlari pergi.
"Kamu kenapa?"Tanya Bastian melihat ekspresi ketakutan Edel dan menahan tangannya agar tidak pergi kemana-mana.
"Ada apa sih?"Tanya Bara yang bingung. Dia melihat ke arah yang dilihat Edel. Karena penasaran, Bara naik menuju tempat yang dilirik Edel. Saat Bara mulai
mendekati si hantu, dia malah menghilang pergi entah kemana.
"Kenapa hantunya malah pergi saat didekati kak Bara?" Tadi saat aku ditolong kak Bastian, hantu itu juga langsung menjauhiku. Hanya berani melihat dari
kejauhan saja. Apa maksudnya?" Gumam Edel dalam hati.
"Nggak ada apa-apa disini"Gumam Bara memperhatikan tempat yang tadi dilihat Edel kemudian turun kembali menghampiri keduanya.
"Kamu diganggu sama siapa?"Tanya Bastian penasaran.
"Kamu diganggu senior ya?"Tanya Bara mencoba berspekulasi.
"Ng..nggak kok kak. Aku cuma ketakutan karena tadi kesasar dan masih kaget karena terjatuh dari tangga tadi"Jawab Edel terbata-bata masih terus berusaha
menutupi semuanya. "Kalau ada senior yang mengganggu kamu, bilang aja sama kita. Itu harus ditindak tegas oleh panitia"Ujar Bastian.
"Iya kak"Jawab Edel tersenyum pada keduanya.
Setelah kejadian mengerikan itu, Bastian dan Bara membawa Edel kembali bergabung di lapangan. Peserta lainnya sudah mulai dikumpulkan lagi untuk menerima
arahan selanjutnya. "Sekarang kalian bisa masuk ke asrama yang sudah kami siapkan. Letaknya di belakang gedung olahraga. Disana kalian bisa istirahat bersih-bersih dan mandi.
Tepat tengah malam kalian akan dikumpulkan lagi untuk acara jurig malam. Jadi diharapkan kalian menggunakan pakaian yang hangat dan jangan lupa menggunakan
name tag peserta agar mudah dikenali. Paham semua?""Chacha memberikan pengarahan pada semua peserta.
"Ya Kak!!!!!"Seru seluruh peserta menjawab secara serempak.
"Oke. Bubar!!!!"Perintah Chacha membubarkan peserta.
02. Scary Jurig Malam Event
Di kamar Asrama. Edel dan Irina berbincang masalah kejadian tadi siang usai bersih-bersih dan bersiap untuk tidur.
"Lo tadi kenapa kabur sendirian nggak ngajak gue sih"Bikin gue parno aja. Apa lo lupa gue juga bisa ngerasain kehadiran makhluk halus?" Protes Irina sambil
memanyunkan bibirnya. "Sorry, tadi gue benaran panik. Hantunya benar-benar nyeramin, Rin. Udah gitu selalu ngikutin gue, hampir aja gue jatuh dari tangga tadi" Kata Edel dengan
nada minta maaf. "Terus lo nggak kenapa-kenapa?"Sahut Irina terkejut.
"Nggak apa-apa, untungnya ada kak Bastian yang nolongin gue kalau nggak udah di ruang kesehatan kali gue"Jawab Edel.
"Ciieee..ada yang lagi seneng dong nih"Habis ditolong sama pangeran berkuda putih, hehe.."Ledek Irina sambil menyeringai lebar.
"A-apaan sih Rin"Wajarlah dia nolong gue dikondisi kayak gitu. Lagian gue nggak boleh kali terlalu ngarepin kak Bastian. Nanti sakit hati. Gue punya kemampuan
aneh gini, mana mau kak Bastian sama cwe aneh kayak gue yang berurusan sama hantu mulu"Kata Edel. Tersirat sedikit kekecewaan pada suaranya.
"iya juga sih. Gue juga sama dari dulu nggak pernah berani punya pacar karena kemampuan aneh gue ini. Eh, tapi Del, tadi ada yang aneh deh. Waktu badan
gue dingin karena hantu tadi, gue ketemu kak Bara dan kak Bastian. Pas gue ditepuk sama kak Bara dan tangan gue dia pegang, suhu badan gue yang tadinya
dingin tiba-tiba mulai balik normal. Biasanya bisa sampe 2 jam hantu pergi baru balik normal, kan?"Tutur Irina penuh keheranan.
"Tadi gue juga ngalamin hal aneh. Waktu ditolong sama kak Bastian, hantunya kayak nggak berani ngedeket dan saat kak Bara nyamperin ke tempat hantunya,
dia malah ngilang"Sahut Edel menjelaskan peristiwa yang dialaminya saat bersama Bastian dan Bara.
"Aneh, ya"Ada apa sama kak Bastian dan kak Bara"Atau mungkin mereka berdua punya kemampuan aneh juga yang kebalikan dari kita berdua"Kita bisa menarik
kehadiran hantu tapi mereka berdua justru bisa mengusir hantu"Mungkin nggak tuh?"Tanya Edel mencoba berspekulasi.
"Hmm..mungkin.."Gumam Irina dengan ekspresi berpikir keras.
"Mungkin apa, Rin?"Tanya Edel penasaran menunggu hipotesa Irina.
"Mungkin saking gantengnya kak Bastian dan kak Bara hantu aja sampe minder kali ya?"Sahut Irina yang mulai ngaco sambil terkekeh.
"Yeee!!Lo apaan sih?"Kan lagi serius ini!"Seru Edel melempar bantal ke arah Irina saking gemasnya. Keduanya terlibat perang bantal sambil tertawa.
Ruangan panitia ospek Setelah meeting persiapan, para panitia mempersiapkan acara jurig malam sesuai tugasnya masing-masing.
Bastian dan Bara yang bertugas memeriksa rute jurig malam yang akan di lalui, menjalankan tugas mereka sambil berbincang ringan.
"Kenapa lo"Kayak lagi ada yang dipikirin?"Tanya Bara melihat wajah Bastian yang merengut.
"Gue masih kepikiran anak baru yang namanya Edelwiss itu"Jawab Bastian.
"Edelwiss"Cewek mungil yang lo selametin tadi siang, bukan"Kenapa lo kepikiran cewek itu"Suka lo, ya?" tanya Bara dengan senyum jail.
"Bukan gitu juga kali. Menurut gue ada yang aneh sama ekspresi dia tadi. Terutama pas meratiin ke atas tangga. Dia kayak ngelihat sesuatu yang mengerikan.
Ngerasa nggak sih lo"Panik dan reaksinya nggak biasa menurut gue. Sekalipun untuk orang yang masih shock habis tersesat terus jatuh dari tangga"Tutur Bastian
penuh kecurigaan. "Hmm..emang aneh sih, tapi pas gue cek ke atas tangga, nggak ada apa-apa tuh. Yang menurut gue aneh reaksi temannya, si Irina. Waktu gue pegang pundak
dan tangannya, suhu badannya dingin banget, nggak normal. Persis orang hipotermia gitu, padahal tadi nggak hujan dan matahari terang benderang"Sahut Bara
juga mempunyai dugaannya sendiri.
"Lo ngeledek gue karena kepikiran cewek bernama Edelwiss itu, tapi lo juga pake acara pegang-pegang tangan temannya, dasar cumi!"Umpat Bastian mengajukan
protes. "Gue kan niatnya baik kali, meriksa kondisi si cewek barbie itu karena kelihatan nggak sehat. Nggak ada niat lain!"Jawab Bara membela diri.
"Cewek barbie?""Tanya Bastian heran dengan istilah yang digunakan Bara.
"Iya cewek barbie. Anak baru yang namanya Irina itu kayak barbie mukanya, putih dan sekecil boneka barbie" jawab Bara mendeskripsikan sosok Irina menurut
pandangannya yang unik. "Hahaha!!Bumi bakalan gonjang ganjing nih, seorang Barra Everhart Van Deventer akhirnya bisa muji dan memperhatikan perempuan selain muka nyokapnya sendiri"
ujar Bastian dengan pose bersyukur.
"Ah sial!Malah ngeledek gue!Emang kenyataan kali muka tuh cwe kayak barbie"Seru Bara sambil memukul bahu Bastian.
Tepat Jam 12 malam seluruh peserta dibangunkan kembali dengan bunyi beL. Suara pengumuman agar segera berkumpul menggema seantero kampus. Setelah semua
peserta berkumpul dan berbaris di lapangan, mereka dibagikan menjadi beberapa grup yang terdiri dari 2 orang perempuan dan 4 orang laki - laki. Masing-masing
grup diberitahukan rute dan tanda checkpoint yang harus mereka lalui.
Tiba juga giliran grup Edel dan Irina untuk memulai perjalanan di acara jurig malam. Keduanya berbaris dibelakang empat orang peserta laki-laki grupnya.
Wajah mereka penuh kekhawatiran.
"Rin, belum apa-apa gue udah takut nih. Gimana kalau hantu yang kemarin masih penasaran sama kita?" keluh Edel yang ketakutan sambil menggandeng lengan
Irina. "Gue juga takut, Del. Tapi tenang aja, gue udah bawa jimat penangkal hantu buatan gue sendiri. Sekarang kesiniin tangan lo"Pinta Irina kemudian menuliskan
huruf kanji cina di telapak tangan Edel. Fungsinya untuk mengusir makhluk halus yang berani mendekat.
"Serius nih bisa buat ngusir hantu?"Tanya Edel penuh minat.
"Harusnya bisa tapi kan lo tahu sendiri, hantu juga lain-lain. Kalau hantu itu kuat mungkin nggak langsung bisa ditangkal juga. Tapi seenggaknya bisa melindungi
lo supaya nggak kesurupan. Lumayan, kan?"Kata Irina sedikit ragu.
"Lumayan deh, seenggaknya gue nggak akan kerasukan, thanks Rin"Ujar Edel mencoba optimis.
"you're welcome, lo jangan jauh-jauh dari gue. Apapun yang terjadi kita harus tetep sama-sama"Kata Irina mengingatkan Edel lalu menggandeng tangannya.
Mereka berdua berjalan mengikuti anggota grup lainnya. Rute yang dilewati untuk jurig malam benar-benar memiliki suasana yang mencekam. Terutama untuk
Irina dan Edel yang bisa merasakan dan melihat makhluk halus. Lorong-lorong yang gelap dan sunyi, ruang-ruang kelasnya kosong dan dingin. Tiba-tiba pintunya
menutup sendiri saat mereka lewat. Gedung fakultas kesenian dipenuhi prakarya seni yang sepertinya memiliki nyawa, ruang lukis berisi lukisan yang terasa
misterius, dan ruang seni rupa banyak prakarya berbentuk ganjil.
Grup Edel dan Irina melewati ruang musik, alat-alat musik disana seperti memanggil untuk dimainkan. Mereka berhasil menemukan tanda checkpoint yang pertama
di ruang seni penuh patung, tanda itu diletakkan menempel di dahi salah satu patung yang terlihat memandangi mereka. Saat si ketua grup mencabutnya, Edel
dan Irina memandangi dengan wajah penuh kengerian.
Selanjutnya menuju gedung kedua yaitu gedung olahraga. Saat memasuki gedung olahraga, Irina seketika merasakan hawa dingin di tengkuk lehernya, keringat
dingin mengucur dan wajahnya memucat. Edel dikagetkan dengan penampakan hantu laki-laki tadi siang. Dia pun panik menggenggam kuat tangan Irina lalu memejamkan
matanya saking ketakutan. Karena panik, mereka berdua terpisah dari anggota kelompoknya. Mereka semakin ketakutan karena bingung tersesat di gedung olahraga
yang tidak familiar. Edel dan Irina berbalik dan menemukan pintu masuk pertama tadi kemudian berlari keluar dari gedung. Hantu itu masih mengikuti dengan wujud sama mengerikannya
seperti saat pertama kali terlihat.
Mereka terpaksa kembali ke gedung kesenian yang sudah dilewati untuk menghindari kejaran hantunya. Suasana justru semakin mencekam karena segala kengerian
di gedung bergaya tradisional itu.
"Aduh..kita malah kesasar nggak karuan gini. Segala kepisah lagi sama yang lain! Nggak bawa peta rutenya pula. Lengkap sudah"Keluh Irina ketakutan dan
kedinginan akibat keberadaan makhluk halus yang mengejar mereka.
"Iya, itu hantu ngapain ya ngejar-ngejar kita"Ayo kita sembunyi disini dulu sementara"Ajak Edel sambil melihat sekeliling ruang musik.
Tiba-tiba hantu itu muncul dari atas tempat bersembunyi mereka. Sontak Edel yang bisa melihatnya kaget dan berteriak.
"Aaahhhhhhh!!!!!!"Teriakan Edel mengagetkan Irina yang jadi ikut berteriak.
Mereka berlari keluar menuju lorong tapi si hantu sudah ada disana.
"Krek..kretek..krek..krrettekk"Suara gerakan si hantu bergerak cepat dengan gerakan ganjil mendekati Edel dan Irina.
"Aaahhhhhh!!Pergi jangan ikutin kita!!!!"Jerit Edel merinding ketakutan.
"Kenapa kamu ngikutin kita?""Seru Irina yang menggigil kedinginan karena kehadiran si hantu.
Si hantu penuh darah itu semakin mendekati mereka berdua. Edel dan Irina berbalik hendak melarikan diri tapi si hantu muncul tepat di depan wajah Edel,
membuat keduanya menjerit histeris.
Edel dan Irina berbalik dan berlari menelusuri lorong gedung. Masuk ke ruang seni lukis tiba-tiba si hantu sudah muncul lagi disitu.
"Aaahhhhh!!!"Jerit Edel menarik pergi Irina berlari keluar ruangan. Namun pintunya sudah tertutup dan tidak bisa dibuka.
"Toloongg!!!!!"Teriak Edel dan Irina sambil berusaha membuka dan menggedor-gedornya pintunya.
Si hantu semakin mendekati mereka, mengangkat tangan berdarahnya ke arah mereka membuat Edel dan Irina semakin histeris. Dalam posisi terjepit, Edel menunjukkan
telapak tangannya yang sudah diberi tulisan pelindung oleh Irina. Irina juga menuliskan huruf cina di telapak tangannya kemudian ikut mengarahkan telapak
tangannya ke arah si hantu. Sempat berhenti sejenak, tapi hantunya justru menjadi marah. Dia menghempaskan salah satu lukisan ke arah Irina hingga mengenai
lengan kanannya membuat kuas dalam genggamannya terlempar dan patah.
Tiba-tiba pintunya terbuka sendiri, mereka berdua pun terjatuh keluar ruangan dan langsung kabur melarikan diri. Berlarian menuju lorong ke arah pintu
keluar. Sayang pintunya menutup sendiri dengan hentakan kencang.
Edel dan Irina berlari ke arah lainnya dan menemukan gudang gedung kesenian yang gelap dan berdebu. Tak ada pilihan, mereka pun terpaksa bersembunyi disana.
"Kemana lagi kita harus lari"Sekarang kita terjebak di gedung ini"Keluh Edel yang mulai menangis karena frustasi tidak bisa menemukan jalan keluar dari
sana. "Gue juga nggak tahu Del. Hantunya cukup kuat sampai mantra gue nggak ada yang mempan. Dia bahkan matahin kuas dan berhasil menyerang gue. Mungkin dia
marah karena kita berusaha melawan tadi"Ujar Irina memegangi lengan kanannya yang cedera karena terkena hempasan lukisan tadi.
"Lo baik-baik aja, Rin?"Tanya panik Edel memeriksa lengan Irina yang terlihat mulai membiru.
"Memar sih tapi nggak penting. Yang penting kita harus bisa keluar dari sini dulu"Jawab Irina memutar otaknya, mencari cara untuk keluar dari sana.
"Apa mungkin hantu itu mau minta tolong ya, Rin?"Tanya Edel mulai menduga-duga.
"Mungkin aja. Yang udah-udah mereka emang biasanya mau minta tolong"Irina membenarkan dugaan Edel.
"Diluar sosoknya yang mengerikan, hantu itu kayaknya mahasiswa sini dulunya"Tambah Edel melanjutkan dugaannya.
"Biasanya, hantu memang akan menghantui tempat yang berkaitan dengannya semasa hidup"Tutur Irina lagi.
"Mungkin nggak sih, kalau dia meninggal di kampus ini?"Edel kembali mengajukan pertanyaan tentang dugaan-dugaan terkait motif si hantu.
"Terserah deh ya, yang jelas kita harus keluar dulu dari sini. Kalau lo mau coba komunikasi sama itu hantu, nggak sekarang. Gue harus bawa persiapan dulu,
takut dia ngerasukin lo"Seru Irina menolak ide yang mungkin akan diajukan Edel.
"Iya gue ngerti, tapi hantu itu nggak bakal ngebiarin kita keluar sebelum dia selesai ngasih tahu apa maunya dia"Ujar Edel.
"Terus menurut lo, kita harus menghadap ke tuh hantu buat nanya langsung"Hai mas hantu, ada yang bisa kita bantu"Gitu?""Ujar Irina sambil memperagakannya.
"Ya nggak gitu juga maksud gue, kita coba balik ke lorong tadi, nanti juga dia nongol sendiri"Jawab Edel antara kesal dan geli melihat peragaan yang dilakukan
sahabatnya. "Gubrakkk!!"Pintu gudang menjeblak sendiri dengan keras.
"Aaahhhhh!!!!!"teriak Edel dan Irina yang kaget setengah mati.
Barang gudang berjatuhan dan mengenai kepala Edel dengan cukup keras.
"Aaauuuwww!!"Jerit kesakitan Edel yang jatuh terjerembab terkena barang-barang yang berjatuhan hingga melukai kepalanya.
"Edel!!!Lo nggak apa-apa?"Teriakan panik Irina, membantu Edel untuk berdiri.
"Kepala lo berdarah Del, gimana nih?" Ujar Irina panik saat melihat darah di kepala sang sahabat.
"Nggak apa-apa Rin, cuma luka kecil aja"Jawab Edel dengan mata berkunang-kunang pusing akibat dari benturan dikepala tadi.
Sang hantu muncul secara tiba-tiba dan mendekati Edel.
"Aaahhhhh!!!"Jerit Edel ikut membuat panik Irina.
Mereka berdua berusaha kabur keluar gudang tapi pintunya tertutup tidak bisa dibuka.
"Toollooong!!!!!"Jerit Edel dan Irina secara bersamaan menggedor pintu gudang sekuat tenaga mereka.
Sedikit demi sedikit mereka mulai kehabisan tenaga. Kedinginan. Ketakutan. Sang hantu mendekat dan mengarahkan tangannya yang berlumuran darah ke arah
wajah lalu turun ke leher Edel. Mereka mulai lemas sambil menangis ketakutan. Akhirnya, Edel dan Irina jatuh tak sadarkan diri.
Si hantu memandangi mereka berdua yang pingsan lalu mendekati Edel dan menyentuh kepalanya dengan wajah sedih bercampur tak berdaya.
03. Broken Dream Edel 's Dream "dimana ini" gedung olahraga?" Edel melihat keadaan sekelilingnya dan mengenali bahwa itu adalah salah satu ruang gedung olahraga.
"kenapa aku bisa ada disini" bukannya aku terjebak di gudang kesenian?" dalam hati Edel yang bingung melihat sekelilingnya
Ghost Campus Karya Crimson Azzalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Irina!!" teriak Edel memanggil Irina
"kok aku sendirian?" pikir Edel mulai panik.
tiba - tiba terlihat seorang mahasiswa bertubuh tinggi melewati tanpa menabraknya
" apa ini mimpi" itu kan hantu yg semalam mengejar - ngejar aku dan Irina" seru Edel sambil menunjuk pemuda itu
"Allan!" panggil pemuda lainnya dari belakang.
"loe gak serius mau keluar dari klub ini kan?" tanya pemuda berkulit cokelat yang barusan memanggil
"gw gak ada pilihan lain Boy, loe dengar sendiri pak bambang yang mengeluarkan gw dari klub ini" ujar pemuda bernama Allan itu
"tapi loe gak bisa pasrah kayak gini, loe kan bintang lapangan kita, tanpa loe kita gak bakal bisa menang dalam turnamen futsal nanti" ujar pemuda bernama
Boy "sekalipun gw ngotot, gw gak bakal di ijinikan main sama pak bambang, Boy" ujar Allan
"oke, gw yang akan ngomong sama pak bambang. Dia gak bisa pilih kasih gitu, mentang - mentang si Farel itu anaknya. Dia ngeluarin loe supaya anaknya Farel
bisa jadi bintang lapangan kan" emang gw gak tahu apa akal busuknya!" umpat Boy kesal mengingat maksud dan tujuan sang pelatih
" intinya, gw gak ada pilihan lain boy . loe tahu gw gak punya power apa - apa di kampus ini, kampus ini mau menerima dan memberikan gw beasiswa aja merupakan
keberuntungan untuk gw yang cuma dari keluarga miskin. . gw gak bakal bisa melawan pak Bambang dan Farel" Allan pasrah pada nasibnya
"loe bisa kok bikin laporan ke dekan atau loe bisa menghadap senat buat dapat pembelaan, gw bakal bantu loe bikin laporannya" usul boy
"thanks Boy, loe emang sahabat gw" Allan setuju sambil menepuk pundak Boy.
Pemandang bergantidiruang klub futsal.
"Allan, kamu mulai berani melawan saya ya!!" seru seorang laki - laki yang berpenampilan pelatih
"bukan bermaksud melawan bapak, buat saya turnamen ini juga impian saya pak, ini tiket saya untuk menuju cita - cita menjadi pemain sepak bola profesional"
ujar Allan membela diri "sudah saya bilang, kamu saya larang untuk bermain karena perkelahian kamu dengan Farel tempo hari!" bentak sang pelatih bernama Bambang itu
"tapi dalam perkelahian itu, saya gak salah pak! Farel yang menyerang saya duluan, saya hanya membela diri pak" kata Allan memberikan klarifikasi
"apapun alasannya, kamu tetap saya hukum tidak bisa mengikuti turnamen minggu depan" ujar pak Bambang dengan nada tidak bisa dibantah
"ini gak adil pak! kalau saya dihukum karena perkelahian kemarin, kenapa Farel bebas hukuman dan bisa mengikuti turnamen itu?" Allan tidak terima dengan
diskriminasi pak Bambang padanya
"kamu meragukan keputusan saya, Allan?" tanya pak Bambang yang marah
"bapak tidak adil! cuma karena Farel anak bapak makanya dia bisa bebas dari hukuman ini kan" saya akan laporkan ini ke senat, bahwa bapak sudah melakukan
tindakan diskriminasi terhadap saya" seru Allan balik mengancam
pemandangan berganti lagi menampilkan pemuda yang sedang mengawasi Allan dan Boy yang sedang mengunjungi ruang senat dari kejauhan
pemuda itu menatap mereka berdua dengan tatapan dendam
Pemandangan berubah di lorong sepi gedung olahraga.
Allan yang sedang berjalan menuju klub futsal di sore hari menjelang gelap, tiba - tiba dijegat segerombolan mahasiswa yang membawa balok kayu dan pemukul
baseball. Mereka mengeroyok Allan di gudang Olahraga dan memukuli kakinya
"rasain loe! karena berani ngaduin masalah ini ke senat , sok tau banget loe anak miskin! loe harusnya bersyukur kampus ini mau nerima sampah kayak loe
jadi mahasiswa!!" umpat pemuda beralis tebal itu.
"Farel loe keterlaluan!!" seru Allan yang kesakitan penuh luka lebam dan darah.
"berenti!! Tolong!!" Edel yang mencoba berteriak berusaha menolong Allan, tapi suaranya tidak bisa keluar karema sosoknya hanya seperti berupa bayangan.
pemandangan berubah di atap gedung olahraga.
Allan memegang kaus futsal klubnya dan selembar kertas medis rumah sakit yang menyatakan bahwa syaraf kakinya sudah terluka parah dan di diagnosa tidak
bisa lagi meneruskan karirnya sebagai pemain futsal. Berdiri di ujung atap gedung olahraga dengan tatapan putus asa.
" impian gw udah hancur!! buat apa gw hidup?" sebentar lagi kampus ini pun akan menendangku keluar karena prestasiku sudah gak ada lagi yang bisa dibanggakan"
tangisan putus asa Allan sambil berteriak melempar kaus futsal dan kertas hasil diagnosanya
"jangan!! pasti masih ada cara lain!" Edel berusaha berteriak menolong Allan tapi sia - sia.
Allan melompat dari atas gedung olahraga dan tergeletak tidak bernyawa dengan kepala dan tubuh berlumuran darah
Sontak seluruh kampus langsung histeris melihatnya.
End of Edel's Dream Di checkpoint gedung olahraga.
"kak, dua orang rekan satu grup kita menghilang! Kita sudah cari disekeliling gedung tapi gak ada" lapor seorang peserta laki - laki pada panitia di check
point terdekat " siapa nama teman kalian yang hilang?" tanya panitia itu
"namanya Edelwiss dan Irina peserta kelompok 1 ,anak jurusan ekonomi managemen kak" jawab peserta satunya.
"oke, kalian ikut kakak ke tempat panitia inti" ajak si panitia
sesampainya di lapangan tempat panitia inti yang sedang berdiskusi sembari mengawasi jalannya kegiatan
"guys, ada peserta yang menghilang dari kelompok 1" ujar panitia checkpoint tadi
"kelompok 1" kelompok gw sama Bara, siapa yg hilang?" tanya Bastian
"namanya Edelwiss dan Irina, mahasiswi ekonomi managemen" jawab si panitia checkpoint
"hah" mereka berdua lagi?" sahut Bara terkejut
"siapa yang hilang tadi?"" tiba - tiba Angel ikut menyahut
" Edelwiss dan Irina kelompok 1" ujar Bastian heran dengan reaksi Angel
"Edel dan Irina kok bisa hilang" dimana hilangnya"gimana kejadiannya sih?"" tanya Angel panik ke peserta grup Edel dan Irina
"tenang dulu Ngel, ditanya pelan - pelan biar jelas" ujar Nico menenangkan Angel yang panik
"mereka tiba - tiba hilang saat kita masuk ke gedung olahraga. Saat kita sampai ditengah gedung, mereka udah gak ada kak" tutur peserta grup Edel dan Irina
menjelaskan kronologinya Angel langsung mengambil senter dan berlari menuju gedung olahraga.
"Angel tunggu!" teriak Nico ikut mengejar Angel
Bastian dan Bara yang kaget dengan reaksi Angel ikut berlari mengejar keduanya
"yasudah, kalian istirahat bersama yang lain dulu di lapangan tengah ya, nanti biar panitia yang mencari kedua teman kalian" kata Tristan
"ayo susul Angel, Tan" seru Chacha ikut panik
" jangan, sudah ada Nico, Bastian dan Bara. kalau kita ikut juga, tidak ada yang mengawasi disini. Siapa tahu nanti kedua peserta yang hilang tadi kembali
duluan kesini dan tidak ada yang mengabari mereka jadi lebih baik kita berdua jaga disini sampai mereka kembali" kata Tristan menahan Chacha
" iya benar juga sih, tapi aku khawatir melihat Angel panik begitu" kata Chacha
"udah tenang aja, kan ada Nico, Bastian dan Bara. . gak bakal kenapa - kenapa kok" kata Tristan menenangkan Chacha memegang tangannya. Chacha tersenyum
sambil menggandeng tangan Tristan
Angel yang sampai di gedung olahraga duluan, langsung masuk dan mencari Edel dan Irina.
"Edel!! Irina!!" teriak Angel memanggil keduanya
" Angel! kamu kenapa sih" jangan panik gini dong" ujar Nico menarik lengan Angel.
"kenapa Ngel panik banget gini?" tanya Bara yang keheranan
" Edelwiss dan Irina sudah dua kali menghilang seperti ini" keluh Bastian
" dua kali" kok loe gak ngasih tau gw sih Bas?" protes Angel ke Bastian
" kenapa emangnya Ngel?" tanya Bastian bingung menerima protes Angel
" Edelwiss itu adik sepupu gw, dan Irina itu sahabat dekatnya Edel. Mereka berdua adik - adik gw" ujar Angel mulai menangis
"Apa?"" Nico, Bastian dan Bara terkejut pengakuan Angel
"kok loe gak cerita dari awal?" tanya Bara
"Edel yang minta untuk gak cerita ke siapa - siapa, dia gak mau dapat perlakuan khusus makanya gw gak bilang?" kata Angel
" gimana dong nih kalau mereka gak ketemu" Edel fisiknya lemah, Irina gampang kedinginan!" rentet kepanikan Angel sambil menangis
" tenang dulu ya sayang, jangan nangis dan panik. Kita cari sama - sama pasti ketemu kok ya" bujuk Nico menenangkan Angel
"oke gini aja, kita berpencar. . loe sama Angel cari ke sana, gw ke sana dan Bara ke sana" usul Bastian memberikan arahan
"oke, ketemu di pintu keluar depan gedung olahraga" ujar Nico
mereka pun berpencar dan mencari sekeliling gedung olahraga. Setelah beberapa saat melakukan pencarian, hasilnya nihil. Berkumpul lagi di pintu depan gedung
olahraga. " ketemu?" tanya Nico dan Angel yang sudah lebih dulu sampai
" gak ada, gw udah cari sekeliling sampai ruang - ruang klub juga gak ketemu" jawab Bara
"gw juga gak menemukan apa -apa, udah gw cari sampai ke kolam renang indoor" kata Bastian
" kalau digedung olahraga gak ada, mungkin kita cari ke gedung lain yang terdekatnya. Siapa tahu mereka kesasar ke gedung lain karena mencari teman segrup
mereka, gw sama Angel ke gedung Laboratorium, loe berdua ke gedung kesenian mungkin mereka kembali kesana karena gak tahu jalan" usul Nico
"oke, saling kasih kabar via walkie talkie ya" kata Bastian. Mereka berpisah menjadi dua.
Bastian dan Bara memasuki gedung Kesenian tetapi pintunya terkunci.
"Aneh, ini harusnya kan gak dikunci karena jadi rute acara" ujar Bastian mencoba membuka pintunya
"mungkin macet kali, kita lewat pintu darurat aja dibelakang" kata Bara
mereka berputar ke pintu darurat belakang tetapi terkunci juga.
"terkunci juga?" ujar Bara
" kita dobrak aja kalo gitu" sahut Bastian
Bastian dan Bara pun mendobrak pintu darurat itu.
"BRAAAKKK!!!" pintu terhantam membuka. Mereka berdua masuk dan memulai pencarian
"Edel!!! Irina!!!!" panggil Bastian dan Bara
mereka menelusuri lorong gedung kesenian. Saat melewati ruang musik mereka melihat pintu yang terbuka dan tuts piano yang tertutup. Ruang lukis berantakan
dan ada lukisan rusak seperti bekas menghantam sesuatu. Bara memungut lukisan rusak itu dengan penasaran.
"ini lukisan kenapa jadi rusak begini?" Bara keheranan. Kemudian menemukan kuas berwarna merah yang patah dilantai dekat pintu lalu memungutnya. Tertera
nama Irina di ujung tangkai kuasnya.
"eh, ini punya Irina" seru Bara saat melihat nama pemilik kuasnya
" mana?" tanya Bastian ikut melihat
"kok bisa ada disini" dekat lukisan patah?" ujar Bara sambil berspekulasi
" feeling gw jadi gak enak nih, lukisan patah, kuas patah Irina, ruangan lukis ini juga berantakan kayak kapal pecah. . gak mungkin mereka berdua bisa
membuat ruangan jadi seberantakan ini dengan badan sekecil itu" ujar Bastian
" ayo kita cari ke tempat lain, bisa jadi ada orang lain yang mengerjai mereka" ajak Bara
mereka berdua bergegas mencari lagi mengelilingi gedung dengan panik karena merasakan ada bahaya yang mengancam Edel dan Irina.
"Edel!!!!Irina!!!!!" seru Bastian dan Bara
Mereka sampai di depan gudang gedung kesenian
"tinggal disini yang belum kita cek" kata Bastian
"ayo masuk!" ajak Bara mulai tidak sabar. Sayangnya pintu terkunci tidak bisa dibuka.
"ah sial! kenapa dikunci sih!" seru Bara
"dobrak aja!" kata Bastian mulai kehabisan kesabaran juga
"BRAAAKKK!!!" pintu terbuka paksa oleh hentakan keduanya.
Di dalam gudang, mereka melihat Edel dan Irina yang pingsan di dekat pintu.
"Edel!" teriak Bastian
"Irina!" teriak Bara
Bastian menghampiri Edel dan Bara menghampiri Irina
"Edel bangun!" panggil Bastian lalu terkejut melihat kepala Edel yang berdarah
"Rin, Irina bangun!" panggil Bara memeriksa tangan kanan Irina yang terlihat membiru
kemudian Bastian menggendong Edel dan Bara menggendong Irina. Mereka segera keluar dari gedung menuju ruang kesehatan
Tristan dan Chacha yang melihat mereka datang, langsung membantu dan ikut ke ruang kesehatan.
Tristan menghubungi Nico dan angel memberikan info tentang mereka.
si hantu Allan memperhatikan dari kejauhan kemudian tersenyum penuh misteri
di tempat lain "apaan sih tuh anak baru!! manja banget! pake digendong My baby Bastian segala!" ujar Astrid kesal
"my honey Bara, ngapain pake acara gendong - gendong tuh cwe cebol sih?"" teriak Viola
"minta diberi pelajaran kayaknya tuh anak baru" kata Rachel manas - manasi
" tenang aja, kita kasih pelajaran setelah ospek selesai. Biar klub kita gak kena sanksi my honey Tristan. Kita bikin kehidupan mereka berdua dikampus
ini seperti di neraka" kata Melody sambil tersenyum jahat.
Di ruang kesehatan. Edel dan Irina langsung mendapatkan perawatan team kesehatan tapi belum sadarkan diri.
Bastian, Bara, Tristan dan Chacha menunggui mereka
" ooh... "Ooh. . ini yang namanya Edel, sepupu Angel. . mereka gak terlalu mirip tapi sama - sama manis ya. . bedanya Edel lebih kecil aja" kata Tristan memberikan
penilaian Bastian langsung melirik tajam Tristan mendengarnya
"kenapa muka loe Bas" kan gw cuma kasih penilaian secara objektif, cemburu loe ya?" tanya Tristan kaget ditatap begitu oleh Bastian. Chacha langsung mencubitnya.
Bastian hanya memalingkan wajahnya memandangi wajah Edel dengan penuh perhatian
"iya mungil dan manis banget ya. . pantes jadi adik sepupu Angel, yang satunya lucu. . Chubby gitu pipinya. ." kata Chacha sambil terkekeh
Bara langsung tersenyum memandang Irina yang belum sadar saat mendengar ucapan Chacha.
Chacha dan Tristan menyadari tatapan dan raut wajah keduanya, merasa heran dan saling bertukar pandangan
Tiba - tiba Angel dan Nico muncul, langsung menghampiri tempat tidur Edel dan Irina.
"Edel!Irina!" seru Angel mendekati sisi tempat tidur Edel
" mereka kenapa?" tanya Angel sambil mengusap kepala Edel
"mereka kita temukan terkunci di gudang kesenian. Sewaktu ditemukann, mereka dalam keadaan pingsan. Edel kepalanya berdarah seperti terbentur benda keras
dan Irina mengalami memar di lengan dan tangan kanan seperti kena hantam cukup keras" laporan Bastian
"ada yang kemungkinan terjadi penyerangan pada mereka?" tanya Nico
"belum bisa dipastikan juga, karena gw dan Bastian gak menemukan tanda - tanda ada orang atau jejak penyerangnya" kata Bara
"ini perlu diselidiki secara serius, penyerangan seperti ini sudah masuk tindak kriminal dan sangat berbahaya, selama pelaku belum tertangkap kita stop
acara ospek ini dulu. . gw gak mau peserta lain ada yang jadi korban lagi" tegas Tristan mengambil keputusan darurat
"iya. . bahaya buat peserta, biar nanti gw umumin dan atur bareng Tristan. . kita tutup aja acaranya" kata Chacha setuju
" makasih ya guys" ujar Angel
"no problem Ngel, saudara loe ya saudara kita juga, mungkin kalau buat yang berdua ini sih gak tahu saudara atau yang lain" sindir Chacha sambil melirik
Bastian dan Bara. Mereka berdua cuma pura - pura tidak mendengarkan
Edel dan Irina mulai tersadar. Saat membuka mata, Edel langsung melihat Angel dan Bastian.
"kak Angel" kata Edel lemah
Irina yang sudah sadar lebih dulu memandang Edel dengan tatapan khawatir bercampur lega.
"kamu sudah baikan?" tanya Angel cemas
"iya kak aku baik - baik aja, ini dimana?" tanya Edel melihat sekelilingnya
" ini ruang kesehatan, Bastian dan Bara menemukan kalian berdua di gudang kesenian dalam keadaan pingsan dan luka - luka" kata Angel
"makasih kak, maaf ngerepotin lagi" ujar Edel berterima kasih pada Bastian dan Bara dengan malu dan tidak enak hati merasa terus merepotkan mereka
" gak apa - apa, sudah tanggung jawab kita sebagai pembina kalian" kata Bastian sambil tersenyum
" makasih dan maaf juga ya kak, bikin ulah lagi" kata Irina merasa malu dan bersalah
"Jangan dipikirkan, kalian istirahat aja. . yang penting kalian sembuh dulu" sahut Bara dengan intonasi lembut yang belum pernah di dengar kelima sahabatnya
yang lain melihat Bastian tidak secuek biasanya dan Bara yang tidak seketus biasanya terhadap perempuan, membuat Tristan, Chacha dan Nico heran dan saling pandang.
Kemudian Chacha dan Tristan menyeringai jail. Nico tersenyum senang dengan perubahan kedua sahabatnya itu.
Tidak lama, Tristan,Chacha dan Nico kembali ke lapangan untuk memberikan pengumuman bahwa acara ospek sudah selesai dan paginya seluruh peserta sudah dipulangkan.
Edel dan Irina pulang bersama Angel dan Chacha setelah mendapat perawatan lebih lanjut oleh dokter khusus universitas Acropolis atas permintaan Tristan.
Tristan, Nico, Bastian dan Bara masih penasaran dengan kejadian yang menimpa Edel dan Irina. Kenapa mereka berdua yang menjadi korban dan siapa yang menyerang
mereka. "gw masih penasaran, siapa penyerang Edel dan Irina" bisa semulus itu masuk ke acara dan area kampus tanpa terdeteksi lalu melakukan tindak penyerangan
ke peserta. Bahkan tidak terekam kamera cctv, hebat sekali menurut gw" ujar Nico takjub dengan kejadian yang terjadi
"gw juga sependapat sama Nico, kenapa bisa tidak terekam cctv" kita berempat sudah cek seluruh cctv keamanan dan seluruh gedung kesenian tapi tidak ada
jejak sama sekali" kata Tristan ikut bingung
"gw sama Bara malah ngalamin yang lebih aneh lagi, sebelum kejadian semalam. . Edel seperti dikejar - kejar saat jam makan siang sampai hampir jatuh dari
tangga. . Saat Bara sumbernya, tidak ada siapa - siapa" tutur Bastian
"jadi sebelumnya, Edel sudah diganggu duluan?" tanya Nico terkejut
"itu sih asumsi gw sama Bastian aja, soalnya gelagat Edel seperti habis dikejar - kejar. . cuma saat kita tanya, Edel tidak mau mengaku. Dia cuma bilang,
tersesat dan shock karena habis jatuh dari tangga" kata Bara bingung
"mungkin gak, mereka diancam sama pelakunya jadi takut ngomong sama kita?" dugaan Tristan
"kalo iya, harusnya Angel bisa mengorek informasi dari Edel atau Irina. . mungkin mereka bisa lebih jujur ke Angel" usul Bastian
"Angel juga bersikap aneh menurut gw, dia seperti menutupi sesuatu dari kita" kata Nico
"maksud loe, Co?" tanya Tristan
" Angel yang notabenenya kakaknya Edel, harusnya yang lebih ngotot untuk mengorek informasi tentang siapa penyerang Edel dan Irina, tapi Angel gak berusaha
bertanya tentang informasi itu, menurut gw aneh" kata Nico
"alasan Nico masuk akal, apalagi Nico selalu bisa tahu apa yang disembunyikan Angel" kata Bastian
"pokoknya kita coba tanya Angel baik - baik, tapi jangan dipaksa, nanti Angel tersinggung" usul Tristan
"Sip, pulang yuk. . besok kuliah nih" kata Bara
Mereka berempat pun pulang.
Hantu Allan mengawasi mereka berempat dari kejauhan dengan tatapan serius, kemudian tersenyum dan berjalan menghilang di kegelapan gedung megah Universitas
Acropolis 04. Best Luck Malam hari di rumah keluarga Castello. Angel masuk ke kamar Edel untuk membicarakan kejadian di malam jurig malam.
Setelah mendengar cerita Edel dan tentang mimpinya, Angel teringat pada mahasiswa bintang lapangan futsal yang semester lalu meninggal bunuh diri, bernama
Maulana Saputra. "kakak jadi ingat mahasiswa yang meninggal bunuh diri setelah ada laporan dia mengalami cedera kaki hingga tidak bisa lagi main futsal. Gak lama dari kematian
Allan, terjadi perombakan besar - besaran di keanggotaan klub futsal" ujar Angel
"aku harus bantu hantu itu kak, biarpun aku takut tapi dia mengalami kekerasan dan ketidakadilan" kata Edel
"kakak akan bantu untuk cari info mengenai hantu itu di data senat, kalau memang dia pernah report untuk pangaduan diskriminasi pelatih futsalnya, pasti
bisa kita usut dari report yang ada" analisa Angel
"aku mau coba menemui teman deket hantu Allan yang bernama Boy, mungkin dia tahu sesuatu" usul Edel
"Boy yang itu mahasiswa tingkat 7 sepertinya, coba nanti kakak cari datanya juga dari klub futsal" Angel merasa pernah mengingat laki - laki bernama Boy
itu " makasih kak" seru Edel
"tapi ingat, kamu jangan cari tahu sendiri. . ini bahaya Del, yang mau kamu selidiki ini Farel yang tega melakukan tindakan kekerasan ke teman satu klub
nya sendiri dan pak Bambang pelatih klub, tidak bisa sembarangan kita tantang. Kita juga tidak bisa minta tolong Tristan dan anak Halfblood lain untuk
menjaga rahasia kamu, intinya kita gak punya power buat melawan mereka" kata Angel mengingatkan Edel
"iya kak, aku tahu kok. . tapi kakak gak masalah sembunyi - sembunyi begini dari kak Nico?" tanya Edel yang cemas Angel akan bermasalah dengan Nico
"sebenarnya kakak juga khawatir Del, Nico selalu bisa tahu apa saja yang kakak sembunyiin, mungkin sebenarnya dia sudah curiga kakak menyembunyikan sesuatu
hanya belum menanyakannya saja" kata Angel
"aku gak mau karena kakak melindungi aku, jadi kakak yang punya masalah sama kak Nico, kalau memang kakak kepepet, kakak cerita saja sama kak Nico. . "
kata Edel khawatir dan merasa tidak enak hati
"kamu gak apa - apa kalau Nico tahu tentang kemampuan kamu?" tanya Angel
"gak apa - apa kak, aku liat kak Nico bisa dipercaya kok, jadi jangan sampai bermasalah sama kak Nico ya kak" " ujar Edel memberikan persetujuannya
"makasih ya, Del" ujar Angel
"aku yang harusnya berterima kasih kak, karena kakak sudah berusaha menutupi masalah aku dan Irina dari sahabat - sahabat kakak, aku tahu pasti berat harus
membohongi sahabat sendiri" kata Edel
Diskusi itu berakhir dengan kesepakatan bahwa mereka akan mulai menyelidiki tentang kasus kematian Allan.
Keesokan harinya. Hari pertama perkuliahan Edel dan Irina pun dimulai. Edel berangkat bersama Irina yang menjemputnya ke rumahnya dengan mobil Honda Jazz
Pink milik Irina karena Angel dijemput oleh Nico
sesampainya dikampus.Edel dan Irina bergegas menuju kelas mereka. Suasana kelas sudah ramai dengan teman - teman sekelas keduanya.
Setelah berkenalan dengan teman - teman sekelasnya, Edel dan Irina duduk di tempat duduk paling depan.
"Hai namaku Satrio panggil saja Rio, nama kalian siapa?" tanya seorang cwo berwajah Jawa dengan logat Jawa yang sangat kental
"hai juga, namaku Edelwiss panggil saja Edel" sahut Edel sambil bersalaman dengan Rio
"hai, gw Irina " jawab Irina bersalaman dengan Rio. Tiba - tiba dia bersimpuh didekat kursi Irina dan memandanginya dengan tatapan terpesona
" kamu pasti bidadari yang diturunkan Tuhan untukku" ujar Rio terkesima menatap wajah Irina
"kenapa sih loe" gak usah dekat - dekat deh!" seru Irina sambil menjauhkan diri dari Rio
"hai nama gw Theo, salam kenal ya" tiba cwo berkulit putih berbadan tinggi memperkenalkan dirinya pada Edel
"hai juga, nama gw Edelwiss panggil saja Edel, salam kenal juga Theo" sahut Edel sambil berjabat tangan dengan Theo
"gw Irina, salam kenal juga Theo" ujar Irina yang tetap berusaha menjauh dari Rio
kemudian dosen masuk dan kelas pun dimulai.
Saat jam istirahat. "Del, Rin, mau ke kantin bareng gak?" seru Theo dengan ramah
"Oke. ." Edel dan Irina menerima ajakan Theo
Di kantin kampus. Edel, Irina dan Theo duduk satu meja dan mulai makan. Rio ikut - ikutan duduk bersama mereka, sambil membawa makanan ditangannya lalu
menawarkannya ke Irina. Irina merasa risih dan sebal setengah mati tapi penolakan Irina tidak dihiraukan oleh Rio, dia terus saja mengganggu Irina. Edel
dan Theo hanya tertawa melihat tingkah polah keduanya.
Terdengar suara ribut para mahasiswi, saat geng halfblood memasuki kantin. mereka duduk berseberangan dengan meja Edel, Irina, Theo dan Rio. Geng Halfblood
duduk kemudian memesan makan dan minuman.
Ghost Campus Karya Crimson Azzalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"eh. . itu Edel dan Irina, Edel! Irina!" sapa Angel sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua
"hai kak Angel! " Edel dan Irina membalas sapaan Angel
"hai Edel! hai Irina! " sapa Geng Halfblood lainnya melambaikan tangan ke arah mereka
Kejadian langka itu menarik perhatian seisi kantin. Seluruh pasang mata memandang sinis ke arah Edel dan Irina yang bisa mendapatkan perhatian Geng Halblood.
Edel dan Irina yang sadar mereka diperhatikan, langsung menundukkan kepala dan fokus pada minuman mereka untuk menghindari tatapan satu kantin.
"kalian berdua kenal sama geng halfblood?" tanya Theo terkejut
"kak Angel itu kakak sepupu gw makanya mereka kenal sama kita" jawab Edel sedikit berbisik agar tidak terdengar yang lainnya
"ooh. .pantas, mereka menyapa kalian berdua. . tapi kalian harus hati - hati loh, kalau ada yang salah sangkan, kalian berdua bisa jadi sasaran kecemburuan
cwe - cwe satu kampus" Theo mengingatkan keduanya
" my Irina gak suka sama salah satu dari pangeran - pangeran halfblood itu kan?" tanya Rio sambil memegang tangan Irina
"jangan pegang - pegang! gw suka apa gak ya gak ada urusannya sama loe!" cetus Irina yang sebal melepaskan tangannya dari Rio
Bara melihat Rio memegang tangan Irina membuat suasana hatinya mendadak berubah
"Hilang nafsu makan gw!" umpat Bara sambil melemparkan sendoknya ke piring makanannya
"Kenapa loe badmood tiba - tiba?" tanya Chacha heran melihat sahabatnya yang berubah ketus
Bara hanya diam dan terus melihat ke arah Irina dan Rio yang sedang bertengkar mulut dengan wajah super bete.
"kenapa gw jadi panas gini sih melihat cwe barbie itu sama si jawir?" keluh Bara dalam hati
"ditanya malah bengong, woy Bara!" tanya Chacha mengibas - ngibaskan tangannya di depan muka Bara
"bodo ah!" seru Bara tiba - tiba berdiri lalu pergi meninggalkan yang lainnya
"Eh, Bara mau kemana loe?"" panggil Chacha
"Basket!" jawab Bara singkat terus berjalan pergi tanpa menoleh
"kenapa lagi sih tuh anak?"" keluh Chacha jadi ikutan kesal
"itu kali penyebabnya" tunjuk Nico tersenyum penuh arti ke arah Irina. Geng halfblood minus Bara menoleh ke arah Irina dan Rio yang sedang terlibat pertengkaran
verbal "oohhhh!! cembokur doi. ." ujar Chacha terkekeh geli
"hahaha!! si Bara kocak banget cemburunya. ." ujar Tristan sambil tertawa geli
Angel justru memasang wajah khawatir.
"gw ikut bahagia kalau Bara memang benar suka dengan Irina, tapi yang jadi kekhawatiran gw, kalau Bara tahu kelebihan Irina, apa dia akan bisa menerimanya"
ah, gw harus fokus dulu dengan misi untuk membantu Edel. . nanti gw harus ke ruang senat untuk melihat data mahasiswa bernama Allan dan Boy itu" Angel
bergumam dalam hati Nico menangkap keanehan sikap Angel, melihatnya dengan curiga tapi tidak mengatakan apapun
Bastian tiba - tiba mendengus kesal, keakraban Edel dan Theo yang terlihat terlalu intim baginya.
"cwo itu melihatnya terlalu fokus ke Edel! Gw tahu senyumnya Edel manis, mata polosnya itu bisa bikin siapa aja terbius, tapi gak usah gitu juga kali?".
. tunggu - tunggu. . masa iya gw suka sama sepupunya Angel" waduh! mulai ngaco nih kepala!" Bastian bergulat dengan pikirannya sendiri sambil memegangi
kepalanya "kenapa loe Bas?" tanya Tristan
"Gak tahu, berdengung nih kepala gw, konslet kali" ujar Bastian asal ngoceh
"sejak kapan kepala loe gak konslet?" ledek Chacha
"Angel kenapa ya" hari ini dia terlalu diam. ." dalam hati, Nico mulai merasakan ada yang ganjil pada diri Angel
"sayang, kamu kenapa diam saja" kamu sakit?" tanya Nico
"gak, cuma agak pusing aja sedikit" jawab Angel, terkejut ditanya seperti itu oleh Nico
"iya Ngel, loe juga dikelas kerjaannya melamun terus, kenapa sih?" tanya Chacha ikut menambahkan
" lagi pusing aja mungkin, gw ke perpus dulu ya mau pinjem buku buat tugas. . bye"Angel beranjak dari kursi dan pamit mencium pipi Nico sebelum pergi dengan
sedikit terburu - buru "Ngel! bareng ngerjain tugasnya! kok gw ditinggal sih?"" ujar Chacha penuh keheranan karena ditinggalkan oleh Angel. Tanpa memperdulikan panggilan Chacha,
Angel berjalan meninggalkan kantin
"Angel kenapa sih, Co" ada masalah sama loe ya?" tanya Bastian yang terheran - heran
"gak ada tuh, gw juga bingung" sahut Nico
Edel dan Irina yang melihat dari jauh kepergian Angel, langsung paham kemana Angel akan pergi.
Edel yang melihat Angel pergi dari kantin tiba - tiba melihat hantu Allan itu berdiri di dekat pintu kantin memandang Angel pergi kemudian berpaling memandang
tajam Edel. Edel yang kaget langsung memalingkan wajahnya.
"kenapa, Del?" tanya Theo
"gak ada apa - apa kok, aku sama Irina ke toilet duluan ya, bye! " seru Edel sambil menarik Irina
Irina awalnya bingung kemudian mengerti alasannya setelah hawa dingin terasa di sekujur tubuhnya
Sesampainya diruang senat, Angel langsung membuka komputer dan mengecek database mahasiswa yang hanya bisa diakses oleh senat. Mencari data mengenai Allan
dan Boy di data klub futsal.
"ini dia datanya! Allan anak fakultas teknik jurusan informatika, yang seharusnya sekarang sudah semester 7. Boy anak fakultas Teknik jurusan yang sama,
mereka sekelas ternyata. oh iya, satu lagi Farel anak fakultas hukum semester 7. Tapi kok gak ada data pelaporan tentang diskriminasi yang dilaporkan Allan
dan Boy disini?" Angel bingung kemudian mencetak data tersebut untuk diberikan pada Edel
Ternyata Nico memperhatikan secara diam - diam apa yang sedang dilakukan oleh Angel.
Angel menghubungi Edel memberitahunya bahwa data yang dicarinya sudah ketemu. Lalu Bergegas menuju ruang klub futsal di gedung olahraga. Nico terus mengikuti
Angel diam - diam. " buat apa Angel ke klub futsal " apa yang dia lakukan di ruang senat tadi?" batin Nico
Angel mengetuk pintu ruang klub futsal dan langsung dipersilahkan masuk oleh anggotanya.
Nico yang tidak bisa membuntuti masuk ke dalam, menunggu sambil bersembunyi. Sekitar 10 menit kemudian Angel keluar bersama seorang laki - laki jangkung
yang Nico kenal sebagai ketua klub Futsal bernama Gio.
"thanks atas informasinya, tapi gw minta tolong jangan bilang siapa - siapa tentang kedatangan dan pertanyaan gw tadi ya?" ujar Angel
"sama-sama Ngel, gw senang aja sih. Tumben loe mau ke sini, by the way kenapa gak ajak Chacha juga" Kan loe tahu gw naksir Chacha, lain kali ajak Chacha
donk" kata Gio dengan senyum penuh harap
"Ya tahu sendirilah gimana Tristan, dia gak suka Chacha ke sini makanya Chacha gak pernah lewat sini tanpa Tristan" kata Angel
"Tristan lagi Tristan lagi, gw kurang apa dari Tristan?" sampe Chacha lenget banget sama dia!! " seru Gio dengan wajah kesal
"Mending loe tanya aja deh sama Chacha, gw juga gak bisa ngomong apa - apa soal itu, pamit ya, bye!" Angel pamit meninggalkan Gio yang masih panas masalah
Tristan tiba - tiba ada laki - laki jangkung lainnya yang berlari mengejar Angel.
"Angel!"panggil cwo jangkung itu.
Angel menoleh kearah sumber suara. Terkejut saat melihat siapa yang memanggil namanya.
" hai, Leon" sapa Angel dengan perasaan risih
"buru - buru banget sih Ngel" tumben loe ke gedung olahraga tanpa cwo loeitu ?" tanya Leon dengan memberikan penekanan sebal pada kata 'cwo loe'
"iya, gw lagi ada keperluan tadi" jawab Angel singkat
"loe kenapa menghindari gw sih, Ngel?" tanya Leon mulai mendekati Angel.
Secara otomatis Angel bergerak mundur, menjauhi Leon.
"Enggak kok, perasaan loe aja kali" biasa aja. gw balik ke kelas dulu ya ada tugas, bye!" kata Angel buru - buru pergi meninggalkan Leon yang masih penasaran
"Ngel tunggu!" panggil Leon tapi Angel sudah pergi setengah berlari
"duh! hampir aja! gw lupa ke gedung olahraga bisa ketemu Leon, kalau Nico tahu pasti marah nih!" gumam Angel sambil memukul kepalanya sendiri
Angel kembali ke ruang senat yang kosong untuk mencari jadwal anggota senat yang bertugas saat Allan dan Boy melakukan pelaporan
Tiba - tiba Nico masuk dan menutup pintu ruang senat dengan ekspresi marah.
"hai sayang!" sapa Angel dengan wajah terkejut dan panik melihat wajah tunangannya itu
Nico mendekatinya dengan wajah super dingin, membuat Angel mundur ketakutan sampai tersudut ke dinding.
"kamu kemana aja, Ngel" Buat apa kamu ke klub futsal menemui Gio?" Nico mendekatkan wajahnya sejajar dengan wajah Angel lalu bertanya
"aaku cuma. .cuma. ." Angel terbata - bata saking bingungnya harus menjawab apa
"aku ngikutin kamu dari awal masuk ke ruang senat terus ke klub futsal sampai saat kamu bertemu Leon. Apa yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Nico dengan
wajah curiga "aaku. . gak ada maksud ngapa-ngapain ke sana, beneran. gak ada yang aku sembunyikan dari kamu dan yang pasti bukan sengaja untuk ketemu Leon juga" Angel
panik berusaha menjelaskan pada Nico
"kamu gak bisa bohong sama aku Ngel! Ada yang kamu sembunyikan, kamu gak percaya sama aku?" Nico bertanya. Tersirat kekecewaan pada suaranya.
Angel tidak bisa berbicara apa - apa lagi. Bingung. Bagaimana caranya menjelaskannya pada Nico.
"oke, kalau kamu gak bisa cerita, aku kecewa aja. Ternyata sampai saat ini, aku belum bisa jadi cwo yang kamu percaya untuk menjadi tempat mengadu kamu"
ungkapan kekecewaan Nico kemudian pergi menjauhi Angel. Berbalik hendak pergi dari sana. Angel berlari memeluk Nico dari belakang sampai dia menghentikan
langkahnya. " jangan marah! aku minta maaf sudah berbohong sama kamu, aku terpaksa!" ujar Angel bersandar dipunggung lebar Nico sambil memeluknya. Nico berbalik menghadapnya
dan menunduk menatap wajah sedih tunangannya.
"terpaksa kenapa?" tanya Nico dengan suara lembut
"aku akan ceritain semuanya ke kamu" Angel akhirnya bersedia menceritakan semuanya
Usai Angel menceritakan semuanya, Nico terkejut mengetahui fakta yang sebenarnya. Dengan alis bertautan, dia mencoba mencerna semua informasi yang baru
saja dia dengar. "jadi Edel dan Irina bisa melihat dan mendeteksi makhluk halus" kejadian yang mereka berdua alami kemarin itu perbuatan hantu mahasiswa yang bunuh diri
semester kemarin?" Nico mengkonfirmasi ulang apa yang ada dipikirannya
"iya. Makanya aku gak berusaha mencari tahu pelakunya, karena sudah tahu kalau ini pasti perbuatan makhluk halus. Edel selalu diikuti dan dikejar - kejar
makhluk sejenis itu jadi aku gak terlalu heran juga" jawab Angel
"dari mimpi itu, Edel bisa tahu hantu itu siapa" Kejadiannya bagaimana" Termasuk apa maunya?" tanya Nico lagi
"iya. aku bantu cari tahu supaya hantu itu gak ganggu Edel terus" Angel menyampaikan maksud yang sebenarnya.
"kamu gak cerita sama aku dan yang lain karena gak mau Edel dianggap orang aneh?"tanya Nico bisa menerka alasan Angel
"itu salah satu alasannya dan aku gak mau kalian ikut terseret dalam bahaya juga. Kamu lihat sendiri kemarin, bagaimana yang terjadi sama mereka berdua
saat itu?"tutur Angel
"tapi kalian bertiga gak bisa menghadapi hal - hal kayak gini tanpa perlindungan laki - laki! apa yang kamu coba selidiki kali ini bahaya, Ngel! gimana
kalau si Farel atau pak Bambang sampai tahu" kalian bisa dicelakai mereka juga!" Nico menjelaskan bagaimana bahayanya
"iya maaf, aku tahu makanya sekarang cerita ke kamu. Kamu percaya kan sama aku" dan mau bantu aku?" Angel meminta maaf sekaligus sedikit merengek minta
pertolongan "pasti aku bantu, gak mungkin aku ngebiarin kalian bertiga menghadapi masalah berbahaya seperti ini" jawab Nico mengusap kepala tunangannya itu
"makasih ya sayang!"ujar Angel lalu memeluknya
Dengan bantuan akses Nico, mereka bisa lebih mudah mencari data mengenai laporan diskriminasi Allan. Tapi didata senat tidak ditemukan data yang mereka
cari. Mereka beralih mencari rekaman cctv saat pelaporan berlangsung
Terlihat salah satu anggota senat yang mereka kenal bernama Aldo menerima laporannya.
"si Aldo yang nerima pelaporannya?" tapi kenapa gak ada di database senat?" Angel terkaget - kaget menyaksikan rekaman cctv itu
"kemungkinan, Aldo ada kaitannya sama Farel atau pak Bambang, karena datanya gak masuk ke senat" ujar Nico curiga
Angel dan Nico pergi menemui Aldo di lapangan basket.
"Aldo!" panggil Nico melambaikan tangannya
"hai Co, Ngel! ada keperluan senat?" tanya Aldo yang sedang bermain basket
"iya ada keperluan senat, kita ngobrol sebentar bisa kan?" pinta Nico
Ketiganya berbincang disamping lapangan agar tidak didengar orang lain
Bara yang baru kembali ke lapangan usai istirahat, berhenti ditempat saat melihat Nico,Angel dan Aldo yang sedang berbicara dipinggir lapangan
"ngapain tuh mereka bertigaan?" ujar Bara penasaran hendak menghampiri mereka
"Bara! Team tandingnya udah siap tuh!" panggil pemain lainnya
"oke bentar, gw kesana!" sahut Bara masih penasaran melihat ke arah ketiga pengurus senat yang sedang berbicara dipinggir lapangan itu, kemudian melanjutkan
latihannya Edel dan Irina yang baru selesai perkuliahan, berjalan di lorong menuju ruang senat untuk mencari Angel. Tiba - tiba keduanya tersandung hingga tersungkur.
"aduh!" teriak Edel dan Irina terjatuh.
"ups!sory sengaja!" ujar Astrid dan Viola
Mereka mengepung Edel dan Irina dengan gaya sok tingkat dewa.
"Heh! Cwe - cwe cebol! ngapain kalian ngintip - ngintip ruang senat?"" tanya Rachel dengan nada ketus
"ooh!! gw tau! kalian berdua mau cari perhatian Bara dan Bastian kan?""Melody langsung menuduh keduanya tanpa alasan
"gak kak! kita bukan mau mencari kak Bara dan kak Bastian, kita mau ketemu kak Angel ada keperluan" Edel mencoba memberikan pembelaan
"Angel?" bisa banget ya loe ngarang alesan!! kalo loe ketemu Angel udah pasti bisa ketemu Bastian dan Bara juga! emang kita gak tahu akal bulus kalian!"
seru Astrid mendorong Edel hingga jatuh
"jangan kasar kak! kita benaran mau ketemu kak Angel! Gak ada maksud apa - apa!" ujar Irina menambahkan sambil menolong Edel berdiri
"gak usah berdalih deh! Dasar cebol!" bentak Viola menarik rambut Irina
"aduh kak!! ampun! Kita gak ada maksud apa - apa!" ujar Irina menahan sakit dirambutnya
" kita cuma mau ketemu kak Angel bukan kak Bastian atau Bara, please!" mohon Edel mencoba membantu Irina yang dijambak oleh Viola tapi dihalangi dan didorong
oleh Astrid ke arah Rachel
"berani ngelawan ya ini anak?" " seru Rachel yang menahan Edel. Melody bersiap menamparnya
Chacha muncul menahan tangan Melody yang hampir mengenai pipi Edel.
"apa - apaan ini!!" bentak Chacha menggenggam kuat - kuat tangan Melody dan menghempaskannya dengan kesal
"Chacha?"" Geng honeybee terkejut
"loe semua bener - bener ya!! Dasar tawon - tawon centil! Kerjaan loe semua cuma ngerjain junior terus! loe gak tahu apa ini adik sepupu Angel?"" bentak
Chacha menunjuk ke arah Edel.
"adik sepupu Angel?" dia?"?" mereka berempat terkejut menunjuk ke arah Edel
"Iya,siapa lagi emang?" nenek lampir, lepasin Irina gak?" gw bogem loe!!" bentak Chacha sambil mengepalkan tinjunya dan menghentakan kaki ke arah Viola
yang langsung melepaskan Irina
"gw lihat loe semua melakukan penindasan ke junior lagi, apalagi mereka berdua, gw bikin perhitungan sama loe berempat! ngerti loe semua!!!" bentak Chacha
mengancam keempatnya "sekarang minggat loe semua!! Atau perlu gw panggil Tristan, Nico, Bastian sama Bara sekalian, biar loe rasain kalau mereka berempat ngamuk!" ancam Chacha
mengeluarkan handphonenya
"eh jangan!! ayo cabut!" Melody panik dan langsung pergi bersama gengnya
"dasar tawon centil!" keluh Chacha kesal setengah mati
"kalian gak apa - apa kan?"tanya Chacha membantu Edel dan Irina berdiri
"gak apa - apa kak" jawab keduanya menangis ketakutan
"kalau keempat tawon tadi mengganggu kalian lagi, bilang sama kakak, nanti kakak hajar mereka! oia kalian mau cari Angel ya?" tanya Chacha
" iya kak, tapi tadi udah lihat ke ruang senat gak ada, mungkin sama kak Nico" ujar Edel
" mau nunggu diruang senat" paling Angel nemenin Nico latihan karate, sebentar lagi juga nongol kok" Chacha menawarkan keduanya menunggu di ruang senat
" makasih kak" ujar Edel menerima usul Chacha
Mereka bertiga masuk ke ruang senat dengan akses Chacha lalu menunggu di dalam. Sambil menunggu, Chacha sibuk mengerjakan tugas kuliahnya, Edel dan Irina
duduk di sofa sambil melihat - lihat ruang senat yang rapi dan besar
"disini besar dan bagus ya?" ujar Irina terperangah
" iya lah, Rin. Ini kan ruang senat kampus elit, masa ruang senatnya kayak kantor guru disekolahan biasa?" timpal Edel tertawa mendengar ocehan polos Irina
"iya ya" apalagi buat geng halfblood yang super tajir dan keren - keren" ujar Irina terpesona melihat foto di meja kerja senat bertuliskan nama Bara
Edel menggelengkan kepalanya sambil tersenyum mendengar ucapan sahabatnya itu. Beralih menatap meja kerja senat milik Bastian. Terlihat foto Bastian sedang
memainkan gitar, Edel menatapnya sambil senyum - senyum sendiri. Chacha melihat kelakuan keduanya, hanya tersenyum penuh arti. Dia paham bagaimana perasaan
keduanya pada kedua sahabatnya itu.
tiba - tiba hantu bernama Allan itu ada di sudut ruangan. Edel terkejut karena hantu Allan menatapnya dengan tatapan memohon. Awalnya dia takut tapi tidak
tega melihat wajah memelas itu, kemudian memberanikan diri untuk menghampirinya.
" apa yang masih memberatkan kamu untuk pergi?" tanya Edel menekan rasa takutnya
Hantu itu menunjuk salah satu meja kerja yang bertuliskan nama Aldo
"Aldo" apa maksudnya?" tanya Edel tidak paham apa maksudnya
Hantu Allan mengisyaratkan Edel untuk mengikutinya.
" tunggu!" seru Edel berlari mengikutinya
"Edel mau kemana?" gak jadi nunggu kak Angel?" panggil Irina ikut berlari menyusul
mereka berdua mengikuti hantu Allan menuju gedung musik dan berhenti di salah satu ruangan dimana seorang mahasiswa bertubuh tinggi dengan kulit agak gelap
sedang memainkan alat musik drum. Edel mengenalinya dengan nama Boy, teman dekat Allan semasa hidup. Si hantu menatap sahabatnya itu dengan tatapan sedih.
"Rin, itu yang namanya Boy, teman dekat hantunya" bisik Edel
" maksud hantu Allan apa?" Dia mau kita menemui sahabatnya, gitu?" Irina bingung apa maksud hantu Allan menuntun mereka kesana
Boy menyadari keberadaan Edel dan Irina, kemudian menghampiri keduanya.
"kalian siapa" ada perlu apa ya?" tanya Boy
" kita mau. . mau. ." Irina terbata - bata bingung harus menjawab apa
"kalau gak ada yang penting, mending kalian berdua pergi! gw gak suka diganggu!" ujar Boy dengan nada ketus
"kita mau nanya tentang Maulana Andhika" seru Edel tanpa pikir panjang
Seketika Boy yang hendak memulai permainan drumnya lagi, langsung berhenti dan menatapnya dengan terkejut
" dari mana kalian tahu tentang Allan" mau apa kalian menanyakannya?" tanya Boy yang mulai meninggi suaranya
"kita pernah dengar beritanya" jawab Irina sedikit ngeri melihat reaksi Boy
"kalau kalian cuma penasaran dengan alasan kematian Allan atau mendengar isu - isu tentang motif Allan bunuh diri untuk publikasi dan memenuhi rasa penasaran
kalian, mending pergi aja! Gak usah cari tahu apa pun yang gak ada urusannya sama kalian!" bentak Boy
hantu Allan semakin sedih melihat reaksi dan perubahan sahabatnya semenjak dia mati.
"bukan gitu! kita tahu tentang diskriminasi dan pengeroyokan yang dialamin Allan sebelum bunuh diri" seru Edel terpaksa mengatakan yang diketahuinya
"dari mana kalian berdua tahu?" kalian anak tingkat 1, gak mungkin kalian tahu!" Boy tidak percaya mereka berdua tahu tentang kejadian yang menimpa Allan
"aku didatangi oleh arwahnya Allan dalam mimpi, dia menceritakan semuanya dan meminta pertolonganku untuk menyelesaikan masalah ini dengan Farel dan pak
Bambang" Edel menjelaskan apa yang dialaminya
"gak mungkin!! loe pasti bohong?"" seru Boy tidak mempercayainya
"kalau dia bohong, dari mana dia tahu siapa pelaku pengeroyokannya" sedangkan gak ada yang tahu bahwa Farel adalah pelakunya?" timpal Irina
"kita akan bantu untuk mengungkapkan masalah ini tapi kita perlu bantuan kakak untuk melaporkannya ke senat" pinta Edel
"ke senat?" buat apa?"senat aja gak peduli dengan laporan diskriminasi Allan dulu, sampai akhirnya mendapat perlakuan semena - mena dari Farel dan Pak
Bambang!"ujar kekesalan Boy
"senat bukan gak peduli, tapi gak tau kak" jawab Irina
"laporan yang dulu kakak laporkan, gak ada di catatan laporan senat, makanya gak ada tindakan" tutur Edel menjelaskannya
"gimana mungkin bisa gak tercatat" gw jelas - jelas melaporkannya langsung ke salah satu pengurusnya!" Boy bingung mendengarnya
" itu yang sedang kami cari tahu bersama kak angel dan kak Nico, kenapa bisa sampai tidak terdaftar dalam database senat" Padahal sudah ada pelaporan langsung"
ujar Irina "Angel dan Nico?" petinggi pengurus senat" kenapa mereka bisa mau mencari tahu" Jika laporannya gak terdaftar di senat?"tanya boy bingung
"Kami berdua yang bilang, karena mereka percaya sama keteranganku tentang masalah ini makanya mereka bersedia bantu" jawab Edel
"oke gw percaya, jadi apa yang harus gw lakukan untuk membuka kebusukan si Farel dan pak Bambang?" tanya Boy setuju ikut serta
"kakak sama kita berdua harus mengumpulkan bukti tentang keterlibatan Farel pada pengeroyokan Allan dan pendiskriminasian yang dilakukan pak Bambang" Irina
mengatakan rencananya "demi Allan, gw rela berurusan sama dua orang brengsek itu lagi" ujar Boy penuh dendam
Hantu Allan tersenyum menatap mereka dengan penuh rasa terima kasih. Edel membalasnya.
Ketiganya menuju gedung olahraga, tempat klub futsal. Boy menuju ruang futsal mencari pak Bambang untuk mendaftarkan kembali dirinya sebagai anggota futsal.
"Boy, rupanya kamu berani mendaftar lagi di klub ini?" tanya pak Bambang dengan nada sinis
" saya menyadari saya harusnya tidak keluar, saya mau bermain lagi, pak" ujar Boy berusaha menahan kekesalannya
"bagus. Kamu berarti sudah menyadari kesalahan kamu juga, harusnya sahabat kamu Allan itu juga menyadari tidak ada gunanya melawan keputusan saya waktu
itu" kata pak Bambang penuh kemenangan
Boy yang kesal, menahan emosinya sekuat tenaga demi mendapatkan bukti.
di tempat latihan futsal pun, Boy ikut mulai berlatih dilapangan futsal. Edel dan Irina mengawasi dari bangku penonton. Hantu Allan memandang pak Bambang
dan Farel dengan tatapan penuh kebencian.
"Boy, akhirnya sadar juga loe balik lagi ke klub futsal ini" loe gak berniat punya nasib yang sama kayak sahabat miskim loe itu kan?" ejek Farel dengan
nada merendahkan "kurang ajar loe! Berani menghina Allan begitu!" seru Boy masih menahan dirinya kemudian meneruskan latihannya
"loe bakal gw buat gak bisa ikut dalam turnamen, sama kayak sahabat miskin loe itu!" umpat Farel
"ini ada apa sih ribut - ribut" jangan manas - manasin anggota baru Farel! atau loe yang bakal gw buat gak bisa ikut turnamen!" seru Gio, ketua klub futsal
yang baru memasuki lapangan.
"bukan gw!dia tuh yang manas - manasin!" tuduh Farel menunjuk ke arah Boy
"loe yang gw liat dari tadi ngomong mulu! gw hukum loe lari keliling lapangan ini, tambah 5 putaran. gak pakai protes!" Gio kesal karena dibantah oleh
Misteri Pulau Neraka 5 Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Pendekar Kidal 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama