Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli Bagian 4
tetapi puas akan hukuman yang telah dijatuhkan atas Mak Uning.
Mak Uning sendiri dibawa kembali ke dalam penjara.
Di pintu gedung pengadilan bertemulah ia dengan ibunya
yang datang memeluknya seraya menangis tersedu-sedu.
"Kuning, bagaimanalah halku engkau tinggalkan?"
"Jangan putus asa, Mak. Tuhan yang pengasih penyayang
"___"2.1"..."
166 Assam Waslam ,; -, 45P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: akan memberi rezeki kepada tiap"tiap makhluknya. Doakan supaya
hamba dapat selamat pulang kembali, untuk memelihara Mak pula
sebagai dahulu. Ampunkan pula segala dosa kesalahan hamba. Siap a
tahu, kalau"kalau hamba tak pulang dari tempat pembuangan."
"Tak ada dosa kesalahanmu kepadaku. Kuning. Semata-mata
kebaikan juga. Walaupun di mata orang engkau jahat, tetapi
kepadaku engkau selalu baik. Oleh sebab itu selagi nyawaku di
kandung badan, tiadalah lupa aku mendoakan engkau selamat
dalam hukuman dan segera pulang kembali."
Tatkala itu kelihatan oleh Mak Uning Sitti Nurmala keluar
dengan ayahnya Baginda Mais. Hendak pulang ke rumahnya.
Tatkala dilihatnya saudara sebapanya ini sedang berpeluk"pelukan
dengan ibunya, sangatlah iba hatinya, lalu ia berhenti dekat
mereka. Melihat Sitti Nurmala berhenti itu diminta Mak Uninglah
berbicara sebentar dengan saudara perempuannya ini. Sitti Nurmala
mengabulkan permintaan ini. lalu Mak Uning berkata: "Ampuni
sekalian dosa dan kesalahan hamba. Hamba sangat menyesal telah
melakukan kejahatan itu atas diri Encik. Jika dapat hamba pulang
kembali ke Padang ini, akan hamba tebuslah dosa hamba itu."
"Aku ampuni sekalian dosamu kepadaku. Kuning. Semoga
engkau selamat dalam menjalankan hukumanmu dan lekas dapat
kembali memelihara ibumu. Sementara itu akulah yang akan
menggantikanmu untuk memeliharanya. Jangan kuatir! aku
perbuat ia sebagai ibuku yang kedua. "
Mendengar perkataan Sitti Nurmala ini. dijabatlah oleh
Mak Uning kedua belah tangan Sitti ini, lalu diciumnya dengan
merukuk seraya berkata dengan girang bercampur sedih, "Terima
kasih!" sedang air matanya yang belum pernah keluar karena
kesakitan yang bagaimana sekalipun, mengalir membasahi tangan
Nurmala. "Sudahlah!II kata Sitti Nurmala yang mulai tergenang pula air
matanya. "Jagalah dirimu baik"baik. supaya selamat pulang kembali.
Ini uang sedikit untuk belanjamu di jalan. Nanti kukirimkan pula.
"-"--__'=T"'?"?"- _
6P Amrie sm %mm 16" ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Mari Mak. pulang bersama"sama hamba, ke rumah hamba!" lalu
dipimpinnya ibu Mak Uning ini dan dibawanya naik bendinya
yang segera berangkat menuju Kampung Sebelah diikuti beberapa
lamanya oleh Mak Uning dengan matanya yang basah.
Sesudah Sitti Nurmala dengan ayahnya, keluarlah Hopjaksa
Sutan Alam Sah dengan Mr. Yatim dan dr. Aziz sambil bercakap"
cakap. "Siapa bersangka Nurmala dan Mak Uning bersaudara dan
anak Sutan Pamenan," kata dr. Aziz seraya menggeleng-gelengkan
kepalanya, seakan"akan ia masih belum percaya akan kebenaran
ini. "Aku pun tak percaya kepada kupingku, tatkala kudengar
rahsia ini. Dua orang yang bertentangan di dalam segala halnya,
sekarang nyata sebapa," sahut Pu'lr. Yatim.
"Dan siapa pula bersangka ia mempunyai pikiran yang baik
seperti itu," kata Hopjaksa. "Pada hakikatnya memang keduanya
sama. Perbedaan yang timbul pada mereka memang semata"
mata disebabkan oleh keadaan. Adat kebangsawanan dan keibuan
kita memang baik, tetapi jika terlalu kuno dan berlebih"lebihan
menjalankannya, demikian inilah akibatnya. Bapa tak kenal kepada
anak dan anak tak kenal kepada saudara."
"Sebenarnya Mak Uning ini masih mengandung bibit sifat yang
baik dalam hatinya. Hanya karena diliputi oleh keadaan yang buruk,
pergaulan yang tak baik dan kekurangan asuhan, tersembunyilah
sifat"sifat yang baik itu, tak dapatkeluar. Tetapitatkala didengarnya
ia telah menikam saudaranya sendiri, kelihatan perasaan yang
baik ini dalam hatinya. Jika lebih dahulu diketahuinya, Nurmala
saudaranya, niscaya tiadalah akan terjadipenganiayaan ini, bahkan
mungkin ia akan menyayangi Nurmala, secara buayanya. Lihatlah
kesayangannya kepada maknya. tak ubahnya dengan kesayangan
orang baik"baik kepada ibunya," kata dr. Aziz pula.
"Di luar memang ia terkenal sebagai seorang perewa yang baik
hati, lebih-lebih terhadap perempuan tua yang melarat. Rupanya ia
"___"2.1"..."
163 Mmmm _'_'L;:' ', &P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: ingat akan nasib ibunya yang telah dipermain"mainkan dan disia"
siakan oleh Sutan Pamenan. Inilah agaknya sebabnya ia sangat
benci kepada ayahnya ini, karena ia rupanya telah lama mendapat
tahu dari ibunya, siapa ayahnya," kata Hopjaksa.
"l-l amba sangat bergirang hati melihat Nurmala segera dapat
melenyapkan segala kesakitan hatinya kepada Mak Uning itu dan
suka menolong ibunya yang melarat. Jika tiada, tentulah orang
tua itu akan tersia"sia."
"Tim, engkau sekarang sedang sibuk mencari orang tuamu
Jangan-jangan nanti nyata pula, Sutan Pamenan ini pula ayahmu,"
kata dr. Aziz dengan bergurau.
Tetapi olok"olok ini masuk ke dalam hati Mr. Yatim "Mengapa
tak boleh jadi?" pikimya, "sebab Malim Batuah pun orang mudik
pula. Bahwa anak Sutan Pamenan dapat juga menjadi orang
baik-baik, telah disindirkan oleh Mak Uning tadi dan nyata
kebenarannya pada Nurmala. Sedang Mak Uning sendiri yang
besar dalam kemelaratan dan kehinaan, masih mempunyai sifat"
sifat yang baik, istimewa pula anaknya yang mendapat asuhan dan
didikan yang sempurna."
Dlok"olok sahabatnya ini dibalas oleh Mr. Yatim dengan olok"
olok pula: "Jika benar aku anak Sutan Pamenan pula, niscaya
dapatlah aku kawin dengan Bidasari karena walaupun ia seorang
buaya, tetapi Sutan, berasal tinggi, bukan anak tukang pedati
walaupun telah menjadi mester doktor. Ibu Bidasari tentu akan
suka bermenantukan aku. "
Dokter Aziz menyesal telah mengeluarkan perkataan ini,
karena walaupun timbul senyum simpul di bibir Mr. Yatim, tetapi
pada air mukanya nyata kelihatan kesakitan luka hatinya yang
belum sembuh itu, terasa kembali.
"Ah, masakan sekalian orang di Padang ini berbapaan Sutan
Pamenan, walaupun bagaimana juga ia suka kawin," kata Sutan
Alam Sah, untuk membujuk anak angkatnya ini.
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P Amril: sm %mm 169 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Ziz, bagaimana hal anaknya. Marah Udin, yang kaumasukkan
ke rumah sakit?" tanya Mr. Yatim.
"Keguncangan otaknya telah sepekan sembuh. Tetapi tiba-tiba
timbul bisul yang besar di hulu hatinya, yang matanya sampai lima.
Aku memang agak kuatir, kalau"kalau barahnya masuk ke dalam
rongga dadanya, karena rupanya agak ganjil bisul itu.
Iba hatiku mendengar pertanyaannya, apakah ia tidak kena
tinggam orang?" "Ziz, obati benar"benar anak itu! Tiada kuketahui, hatiku belas
kasihan kepadanya. Kalau ia telah sembuh dari penyakitnya, akan
kusuruh pinta ia oleh Nurmala kepada ayahnya, supaya dapat
kusekolahkan. Siapa tahu, barangkali baik untungnya. Aku tiada
bers audarakan laki"laki yang dapat kumajukan, sebagai ayahku
telah memajukan aku. Inilah salah satu daripada cara aku hendak
mencoba membalas budi ayahku kepadaku. "
Maksud Mr. Yatim ini sangat dipuji oleh dr. Aziz. Oleh sebab
itu ia berjanji kepada Mr. Yatim akan mengobati penyakit Marah
Udin sedapat-dapatnya. Setelah itu naiklah dr. Aziz ke atas bendinya, lalu pulang ke
Kandang, sedang Sutan Alam Sah pulang pula dengan Mr. Yatim
ke Pondok. Ketika gedung pengadilan hampir kosong, barulah kelihatan
keluar Sutan Pamenan dengan Datuk Gampo Alam. Mereka berjalan
kaki pulang ke rumahnya di Kampung Terendam, mungkin karena
tak adalagibendi tambangan, tetapi mungkin pula dengan sengaja
ditunggu mereka sampai orang tak ada lagi, dan bendi pun tak ada
pula, barulah mereka berani keluar, karena malu, telah mendapat
aib yang sebesar itu dalam majelis yang ramai.
Seumur hidupnya belum pernah ia diberi malu orang sedemi"
kian, karena tak ada yang berani menghinakannya. Jika bukan
dalam gedung pengadilan ia diberi malu sedemikian itu, niscaya
mengamuklah ia. Sekarang anaknya sendiri yang tiada dapat
"___"2.1"..."
1?" Asam Waslam ,; -, tfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: dipengapakannya lagi dan selama ini disangkakannya musuhnya
yang amat besar, yang telah mencoreng mukanya dengan arang,
yang tak dapat dipupus lagi. Air muka keduanya sangat muram.
lebih"lebih Sutan Pamenan. sehingga jalannya pun sebagai
orang yang lemah kaki. Tuduhan anaknya yang baru dikenalnya ini sangat mengguncang imannya. Lebih-Iebih karena sekalian tuduhan itu
memang benar belaka. Tak salah. Tempelakannya, amarahnya,
sampai kepada lemparan dengan kursi pun tiada dapat dis esalinya.
Memang ia yang salah dan kesalahan itu tiada diins afinya sampai
kepada waktu itu, sehingga bertumpuk-tumpuk.
Sekarang ini, tatkala anaknya sendiri berani menyesali dan
menempelaknya di muka orang banyak, dalam sidang pengadilan,
terbukalah matanya dan terasa benar olehnya, bahwa kelakuannya
yang sudah-sudah memang tak patut. Kawin di sini kawin di sana
dengan tiada mengindahkan maksud dan tujuan perkawinan,
memperbuat perkawinan itu sebagai suatu permainan yang
menyukakan hatinya belaka mengganggu anak istri orang, hanya
karena hendak menurutkan hawa nafsunya yang tiada baik
dan memperagakan kepada umum kekuasaan harta bendanya,
kebangsawanannya dan keberaniannya, yang sekaliannya terbawa
pula oleh adat istiadat negerinya.
Anak"anaknya yang banyak itu yang tiada dikenalnya dan tiada
diketahuinya di mana adanya, tak pernah diingat dan dipikirkannya,
apalagi dipelihara dan diasuhnya, itu pun karena adat negerinya
juga. Sekarang, setelah dibukakan matanya oleh anaknya yang telah
disia"siakannya itu, barulah terasa benar olehnya betapa besarnya
kesalahan yang telah diperbuatnya.
Oleh sebab itu berjanjilah ia akan memperbaiki kesalahannya
itu. Tetapi di mana sekalian istri dan jandanya yang banyak itu
dengan anak"anaknya, tiada diketahuinya. Satu"satunya anaknya
yang masih ada padanya ialah Marah Udin. yang diserahkannya
"-"--__'=T"'?"?"- _
6P Amril: sm %mm 171 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
pula kepada saudaranya Puti Umi, karena tiada mempunyai mamak
lagi dan karena demikianlah kata adatnya. Tetapi anak ini pun
pada waktu itu tak ada dalam tangannya, sakit di rumah sakit
karena dianiaya kemenakannya. Sutan Malik. Dan anaknya yang
satu-satunya yang diketahuinya ini yang ada dekatnya, telah
disuruh tinggamnya pula oleh sahabatnya, Datuk Gampo Alam.
untuk memperlindungi kemenakannya Sutan Malik yang durhaka
itu. "Astaghfirullah! Sungguh jahat budi pekertiku kepada anak
kandungku sendiri. Bukan kusia"siakan saja ia, tetapi kusuruh
bunuh pula. Aku bukan bapa penyia"nyia saja. tetapi bapa
pembunuh anak pula. Ya Allah! Mengapakah aku boleh jadi sedemikian ini'" Lupa
kepada Allah dan lupa kepada kebenaran, hanya karena hendak
menurut kebiasaan negeriku yang melebihkan kemenakan dart
anak, sedangkan pepatah mengatakan: Anak dipangku kemenakan
dibimbing. Kalau anak dipangku dan kemenakan dibimbing, bukankah
artinya itu anak harus dilebihkan dari kemenakan" Karena
pangkuan, lebih dekat daripada bimbingan, di tempat yang lebih
mulia. Mengapakah pepatah ini terbalik dipakaikan orang di sini:
Kemenakan dipangku, anak disia"siakan'" Mengapakah aku boleh
menjadi khilaf dan salah jalan sedemikian ini?" Demikianlah
pikiran Sutan Pamenan. Benar telah dipintanya kepada dr. Aziz, supaya anaknya
Marah Udin dapat diobat di rumah saja, tetapi permintaan
ini bukan karena sayangnya kepada anaknya, bahkan untuk
memperlindungkan kemenakannya yang bersalah, telah membakar
rumah orang, supaya kemenakannya ini jangan sampai mendapat
hukuman. Tetapi dr. Aziz tiada meluluskan pem'iintaannya ini, bahkan
mengancamnya akan menuntut kemenakannya di muka hakim
atas kesalahannya, apabila ia berkeras meminta, supaya Marah
"___"2.1"..."
1" Asam Waslam ,; -, tfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Udin dibawa pulang. Bukankah perbuatan dokter ini semata"mata
karena sayang kepada anak yang belum dikenalnya ini" Jadi orang
lain lebih sayang kepada anak kandungnya, daripada ia sendiri.
"Tetapi," katanya dalam hatinya, karena pikirannya berbaik
sesaat kepada kemenakannya yang telah sekian lama disayanginya
dan dipujanya, "kalau Marah Udin membukakan rahsia Sutan
Malik telah membakar rumah Panduko Sati, niscaya celakalah
kemenakanku. Apa yang harus kuperbuat sekarang ini, supaya
dapat: Sebagai mengambil rambut dalam tepung, rambut jangan
putus, tetapi tepung jangan pula terserak.
Memang kemenakanku ini telah banyak benar menyusahkan
aku. Bukan dalam hal keuangan saja, melainkan dalam hal yang
lain-lain pun. Tetapi kesalahan siapa" Kesalahanku juga. Aku
yang memanjakannya dan menurutkan sekalian permintaannya,
supaya jangan dikatakan orang aku tak tahu menjalankan adat
Padang. Sekarang ia sudah menjadi manja sedemikian, sehingga
pembakaran rumah orang yang menyebabkan melayang nyawa
seorang manusia, dipandangnya sebagai permainan saja. Apa
dayaku sekarang?" Demikianlah Sutan Pamenan diombang"ambingkan oleh
pikirannya dan sesalannya ke atas dirinya sendiri dari anaknya
kepada kemenakannya dan dari kebenaran kepada adat negerinya.
Tamparan anaknya di muka orang banyak menimbulkan perubahan
Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam hatinya, tetapi ia masih belum dapat melepaskan dirinya
dari ikatan adat negerinya.
Oleh sebab itu sepanjang jalan ke Kampung Terendam tiadalah
ia berkata"kata dengan Datuk Gampo Alam yang berjalan di sisinya,
melainkan selalu menunduk ke tanah dan berdiam diri.
Datuk Gampo Alam tiada pula hendak mengganggunya dalam
diamnya itu, karena ia tahu apa yang dipikirkan sahabatnya ini dan
terasa pula olehnya betapa besar aib yang telah diberikan musuhnya
Mak Uningkepada sahabatnya ini. Oleh sebab itu akan diusahakannya
juga sekali lagi untuk membunuh pemuda yang "palak" ini.
"-"--__'=T"'?"?"- _
6P Amril: sm %mm 173 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Tiba"tiba didengarnya Sutan Pamenan bertanya: "Sudahkah
Datuk kerjakan si Udin?"
"Sudah dan hamba tahu dari penjaga rumah sakit ia telah kena
pada dada kirinya. Yang hamba tuju memang hulu hatinya, karena
jika di sana, niscaya sampailah ajalnya."
"Ya, Allah!" seru Sutan Pamenan dengan terkejut.
"Jadi ia telah kena?"
"Sudah," sahut Datuk Gampo Alam dengan herannya mendengar pertanyaan ini dan mendengar ucap an Sutan Pamenan
ini. "Mengapa Mak Acik berkata sedemikian?"
"Hamba sekarang menyesal telah menyuruh mengerjakan
anak hamba sendiri. Tak dapatkah ia disembuhkan kembali?"
"Sekarang ini tidak lagi. Nasi telah menjadi bubur, tak dapat
dikadang lagi. " "Jadi ia harus mati?"
"Jika tiada, niscaya kemenakan Mak Aciklah yang akan mati
digantung," kata Datuk Gampo Alam dengan agak benci rupanya.
Di situ timbul pula perbantahan dalam hati Sutan Pamenan
antara anak kandungnya dengan kemenakannya. Perasaan keadilan
menariknya kepada anaknya, tetapi adat Padang menghelanya
kembali kepada kemenakannya. Sungguhpun demikian akhirnya
berkata juga ia: "Tetapi yang salah adalah Sutan Malik, mengapa
si Udin yang harus dihukum?"
Walaupun Datuk Gampo Alam telah melihat ada sesuatu
perubahan yang telah timbul dalam hati Sutan Pamenan karena
peristiwa dalam gedung pengadilan tadi, terutama penyesalan Mak
Uning atas penyia"nyiaan anak dan istrinya, tetapi tiada disangkanya
perubahan ini secepat itu telah bersarang dalam hati Sutan Pamenan,
sekarang rupanya anaknya dilebihkannya daripada kemenakannya.
"Jadibagaimanahendaknya sekarang ini?" tanya Datuk Gampo
Alam yang mulai bingung. . -"--"2.---"
1" Asam Waslam -, tfp
"Jika dapat, sembuhkan juga ia kembali," kata Sutan Pamenan
pula dengan hasrat. "Tak mudah. Mak Acik. Kaca dengan sekali banting dapat
dihancurkan, tetapi mempertautkannya kembali, tak dapat se"
mudah itu. Sungguhpun demikian akan hamba usahakan juga,
walaupun tak mengerti hamba, mengapa pikiran Mak Acik tibatiba bertukar sedemikian ini."
Tetapi sebelum Datuk Gampo Alam dapat berusaha, pada
malam itu meninggallah Marah Udin di rumah sakit. Menurut
keterangan dr. Aziz. bisulnya meletus ke dalam rongga dadanya,
dan keadaannya tak dapat ditolong lagi.
Berita ini sangat mengguncangkan iman Sutan Pamenan dan
menimbulkan sesalan dalam hati, sehingga malam itu juga pergilah
ia sendiri ke Rumah Sakit Ganting, untuk menjaga mayat anaknya
ini. Datuk Gampo Alam disuruh Sutan Pamenan membawa kabar
malang ini kepada kakaknya Puti Umi di Sawahan. Tetapi kakaknya
ini, begitu pula anaknya, Sutan Malik, tiada hendak pergi bersama"
sama dengan dia ke rumah sakit, menyelenggarakan mayat Marah
Udin. Katanya karena hendak bersedia-sedia di rumah, untuk
menguburkan "anak pisangnya" ini.
Di situ terasa benar oleh Sutan Pamenan bahwa hanya dalam
kesukaan mudah mendapat sahabat, tetapi dalam kesusahan sukar
mendapat kawan. Kawan tertawa mudah didapat, teman berduka
susah dicari. Kawan tertawa banyak di jalan, kawan menangis
jarang bertemu. Pada suatu ketika akan berdirilah juga ia seorang
diri di atas dunia ini, sebagai ia akan terbaring seorang diri pula
nanti di dalam kuburnya. Semalam"malaman itu sekejap pun Sutan Pamenan tiada tidur
karena menjaga jenazah anaknya Marah Udin yang terbujur di atas
sebuah bangku besi, diselimuti dengan sehelai kain putih. Dengan
membaca"baca selawat, didoakannya arwah anaknya yang telah
melayang karena perbuatannya s endiri.
Sebentar-bentar dibukanya kain penutup muka Marah Udin
dan dipandangnya muka anaknya yang pucat dan tegang yang
"-"--__'=T"'?"?"- _
6P Amril: sm %mm 175 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
seakan"akan menentang mukanya, untuk menempelakkan per"
buatannya yang durjana, telah menyuruh bunuh anaknya sendiri.
Karena seorang diri di sana, dalam bilik mati, hanya berdua dengan
inayat anaknya, di malam yang sunyi senyap, yang mendalamkan
segala pikiran dan kenang-kenangan, bertambah terasalah olehnya
kejahatan perbuatannya terhadap anak kandungnya ini dan
timbullah sesalan yang tiada terkira-kira dalam hatinya, sehingga
ngeri dan kecut rasa hatinya, serta seram bulu romanya.
Sekalian pekerjaannya yang tak baik selama ini, terhadap
istri dan anak"anaknya dan orang"orang lain pun, terbayang di
ruang matanya dengan terang dan nyatanya, berarak berturutturut dari mulanya sampai kepada waktu itu, sebagai pawai
kejahatan dan kebengisan yang tiada bandingnya, diakhiri dengan
puncak kedurjanaan, yang dilihatnya akibatnya pada waktu itu,
yaitu anaknya terbaring tiada bernyawa di rumah sakit, karena
kejahatannya. Tatkala dibukanya pula kain penutup mayat anaknya hendak
melihat mukanya, tertariklah olehnya kain ini agak jauh ke bawah,
sehingga terbuka dada Marah Udin dan kelihatan bisul yang telah
membawa ajalnya. "Masya Allah! Bagaimanakah besar hukuman
dosa yang akan kuterima di akhirat nanti! Ya, Allah, ampuni
hambamu ini! Ya Udin, maafkan juga kesalahan ayahmu yang tua
ini!" lalu berlututlah ia di pinggir tempat tidur anaknya, menangis
tersedu"sedu, karena sedih dan pilu hatinya, sampai rasakan tak
ingat ia akan dirinya. Demikianlah hal Sutan Pamenan semalam"malaman itu,
menyesal, sedih, takut dan ngeri silang berganti. Hanya doa untuk
anaknyalah yang diucapkannya tiada putus"putusnya yang agak
melipur hatinya. Pada keesokan harinya dibawalah jenazah Marah
Udin ke Kampung Terendam dan disiarkanlah oleh Sutan Pamenan
kepada sekalian kaum keluarganya dan sahabat kenalannya kabar
kematian anaknya ini, tetapi tiada seberapa orang yang datang
melawat, sehingga yang ada hanya orang-orang yang dalam
"___"2.1"..."
I'm Asam Waslam ,; -, tfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: rumahnya, orang"orang yang tinggal dalam rumah kakaknya Puti
Umi di Sawahan. kecuali Sutan Malik, dan tetangga"tetangganya
yang berdekatan. Oleh sebab itu sangatlah herannya dan sangat
pula besar terima kasihnya, tatkala dilihatnya Sitti Nurmala datang
dengan ibunya dan ayah tirinya serta ibu Mak Uning, sedang Mr.
Yatim dan dr. Aziz pun ada pula hadir.
"Ayah, ini uang Pp500,00 untuk menguruskan jenazah
adik hamba ini. Jika kurang, katakanlah kepada hamba, supaya
dapat dikuburkan ia secara orang baik-baik," kata Sitti Nurmala
seraya memberikan 5 helai uang kertas Rp100,00 kepada Sutan
Pamenan. Pemberian anaknya ini diterima dengan syukur tetapi dengan
amat pilu oleh Sutan Pamenan, sehingga tergenang air matanya,
Pertama karena ia sendiri pada waktu itu tidak mempunyai uang
sedikit pun, untuk membeli segala keperluan penguburan. Tentulah
ia akan terpaksa meminjam ke sana kemari atau menguburkan
anaknya secara amat sederhana, sehingga memberi aib namanya.
Dengan uang yang Pp500,00 ini bukan keperluan hari pertama
ini saja dapat dikajikan, tetapi sampai kepada hari yang ketujuh
pun dapat pula mengadakan kenduri. Apalagi karena Baginda
Mais sendiri dan Mr. Yatim serta dr. Aziz memberi pula, sehingga
bantuan uang yang diterimanya hari itu hampir Pp 1.0 00,00. Kedua
karena. Sitti Nurmala, anaknya yang baru kemarin diketahuinya dan
sampai kepada waktu itu dipandangnya seakan"akan musuhnya,
telah suka menolongnya dan memperlihatkan perhatiannya kepada
saudaranya yang baru meninggal ini dan mengakui mereka, dengan
tiadaberasa malu, sedang kemenakannya, Sutan Malik, yang selalu
disayangi, dimanjakan dan dipujanya, tiada tampak.
Sekarang nyata benar olehnya, biarpun anak yang disia"siakan,
cinta dan kasih sayang akan bapanya, tapi kemenakannya yang
dijulang dan dikasihi tak tahu membalas guna.
"Tidakkah jenazah Marah Udin akan dikuburkan secara adat
bangsawan Padang dengan perarakan tumbak berambu dan panji"-"--__'=T"'?"?"- _
5P 3994237de %mm 17"
');-_ V '-...______'._._"_"-?"-..
panji serta payung kuningnya?" tanya Baginda Mais kepada Sutan
Pamenan. "Jangan lagi Baginda, karena ia masih kecil dan belum dikenal
orang." "Sutan jangan malu"malu, Nurmala akan menanggung sekalian
biaya untuk menyelamatkan saudaranya. "
"Tak ada gunanya bermewah"mewah waktu ini, Baginda. Yang
sedemikian itu hanya adat biasa, bukan kewajiban. "
Sungguhpun demikian kakaknya, Puti Umi, lain pikirannya,
karena pada waktu itu kedengaranlah suara orang meratap di
atas rumah Sutan Pamenan, yaitu suara Puti Umi yang sedang
menangisi anak pisangnya yang terbaring di atas sebuah bangku,
ditutup dengan kain panjang. Karena demikianlah adat Padang,
yang mati harus diratapi, tanda orang berkaum keluarga, bukan
orang dagang yang sebatang kara.
Walaupun ratap tangis Puti Umi ini, sebagai induk bako
Marah Udin, berderai-derai dengan tersedu-s edu amat sedih
bunyinya, memanggil"manggil suami dan ibu bapanya yang tak
ada lagi di dunia ini dengan memuji"muji kebaikan mereka, tetapi
air matanya tiada keluar, sebab ia bukan karena pilu, tetapi karena
adat, meratap itu. Apabila ada ia berasa sedih pada waktu itu,
bukanlah karena ditinggalkan Marah Udin, tetapi karena teringat
kepada keluarganya yang tak ada lagi di dunia ini.
Oleh sebab itulah ratap ini rupanya sebagai "dendang mati"
yang dinyanyikan dengan lagu yang tetap dan cara yang tentu.
Walaupun bunyinya sedih, tetapi isinya tak pilu.
Setelah dimandikanlah mayat Marah Udin oleh alim
ulama, lalu dikafani dan disembahyangkan. Sekalian orang yang
melakukan upacara kematian ini secara Islam, diberilah sedekah
menurut adat Padang, masing-masing sepadan dengan kepentingan
pekerjaannya. Sesudah mustaid sekaliannya berpidatolah wakil Sutan
Pamenan meminta terima kasih atas sekalian pertolongan yang
"___"2.1"..."
ITS Mmmm _'_'L;:' ', &P
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: telah diberikan dalam menyelamatkan jenazah Marah Udin dan
memohonkan ampun dan maaf atas sekalian dosa kesalahannya
yang dapat memberati arwahnya di akhirat serta mendoakan, supaya
dilapangkan Allah anak ini di dalam kuburnya dan dilepaskan dari
siksaan kubur. Setelah itu diusunglah jenazahnyake kuburan di Ganting, lalu
dikuburkan di sana. Pada malam itu diadakanlah tahlil di rumah Sutan Pamenan.
Orang yang datang mengaji dan mendoa cukup banyaknya dan
tahlil ini dapat dilangsungkan dengan selamatnya.
Setelah selesai tahlil ini, duduklah Sutan Pamenan dengan
Datuk Gampo Alam bercakap"cakap cli langkan muka rumahnya,
di dalam gelap, karena lampu tengah dipadamkan. Hanya di ruang
dalam dan beranda belakang masih terang, karena di sana masih
ada orang yang bekerja. Sutan Pamenan duduk di lantai, di atas tikar pandan seraya
bersandar pada dinding. Walaupun badannya lelah, tetapi matanya
tiada mengantuk, karena pikirannya belum dapat dipalingkannya
dari kematian anaknya yang disebabkan dirinya sendiri itu. Oleh
sebab itu diajaknyalah Datuk Gampo Alam berkata-kata, untuk
melenyapkan pikirannya ini.
Datuk ini duduk dekat Sutan Pamenan seraya mengisap rokok
daun pisang. Walaupun ia ingin tidur, tetapi tiada berani menolak
permintaan sahabatnya ini, karena diketahuinya bagaimana hati
Sutan Pamenan pada waktu itu. Oleh sebab itu duduklah ia
mendengarkan sekalian curahan perasaan hati Sutan ini tentang
perkataan Mak Uning yang nyata anaknya, tentang kematian
Marah Udin yang disebabkannya, tentang kebaikan Sitti Nurmala
yang nyata anaknya pula, tentang keburukan Sutan Malik,
kemenakannya yang dijunjung dan disayanginya.
Sekarang telah ditetapkannya hatinya tiada lagi akan
mengerjakan pekerjaan laknat seperti yang sudah-sudah itu,
karena ia telah tua. Entah esok entah lusa ia harus mengikut
"-"--__'=T"'?"?"- _
6P Amil: sm %mm 179 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Marah Udin ke akhirat. Hendaknya jangan terlalu besar siksaan
yang harus dideritanya dalam neraka, karena dosanya. Siapa tahu,
kalau ia sekarang tobat, dan mengerjakan amal ibadah, masih ada
ke"mungkinan untuk mengurangi dos anya ini.
Diajaknya Datuk Gampo Alam meninggalkan sekalian per"
buatan yang tak baik itu dan mengerjakan amal ibadah yang saleh,
untuk menebus dosa mereka dan membawa bekal ke alam baka.
"Baiklah, jika demikian pikiran Mak Acik. Hamba menurut,
bagai lalat di ekor gajah. Kalau Mak Acik ke sana, ke mana pula
hamba akan pergi lagi," kata Datuk Gampo Alam yang termakan
sekalian perkataan dan pikiran sahabatnya ini, sebab ia pun terharu oleh sekalian kejadian yang tiba"tiba telah mengubah pikiran
Sutan Pamenan. Dengan berkata"kata ini hari makin bertambah"
tambah jauh malam. Kampung Terendam yang memang bukan
bagian yang ramai di kota Padang, menjadi bertambah sunyi dan
lengang. Orang dijalan hampir tiada kelihatan lagi melintas. Hanya
sekawan penjaga kampung yang cukup dengan alat senjatanya
yang bermacam-macam bentuknya itu kelihatan melintas sekalikali di tempat yang gelap, berjalan lambat"lambat berikut"ikutan
dengan pakaian serba hitam. Darijauh kedengaran anjing meraung
Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meremangkan bulu, sebagai suara orang yang meminta tolong,
karena ketakutan melihat hantu.
Tiba"tiba kelihatan dekat pintu rumah mereka, di tempat yang
gelap, suatu bayangan putih yang mengabut rupanya.
"Asap apa itu, Datuk" Merokokkah Datuk?" tanya Sutan
Pamenan seraya menunjuk kepada bayang yang memutih itu.
"Tidak, Mak Acik. Rokok hamba telah habis," sahut Datuk
Gampo Alam seraya memperhatikan pula bayang yang mengabut
itu, yang kian lama menjadi kian tebal dan padat, sehingga makin
terang rupanya. Sutan Pamenan menggosok kedua belah matanya karena
ia bersangka penglihatannya tak benar: tetapi bayang itu makin
"___"2.1"..."
13" Asam Waslam ,; -, tfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: bertambah nyata, karena telah mulai bertokoh, yang bentuknya
menyerupai manusia', berkepala, berbadan, berkaki, dan
bertangan. "Hantu, Mak Acik!" kata Datuk Gampo Alam, dengan gemetar
bibirnya, sedang bulu roma kuduknya mulai meremang dan
punggungnya rasa didirus dengan air dingin.
Memang Datuk Gampo Alam seorang yang berani, tetapihanya
kepada manusia, tidak kepada hantu yang tak dapat di"lawannya.
Oleh sebab itu merapatlah ia kepada Sutan Pamenan, yang makin
lama makin bertambah heran melihat bayang itu menjadi sebagai
seorang manusia yang memakai pakaian putih.
Tiba-tiba Sutan Pamenan menjerit: "Anakku Marah Udin!"
Sungguh bayang itu serupa benar dengan Marah Udin yang
berkelubung kain putih jarang. Mukanya muram, sebagai orang
yang sedih, matanya tajam memandang Sutan Pamenan, tangan
kirinya memegang hulu hatinya, sebagai orang yang merasa sakit
di sana dan tangan kanannya menunjuk ke atas, sebagai memperingatkan ayahnya kepada Tuhan.
"Udin!" memanggil Sutan Pamenan, lalu berjalan mengingsut
kepada bayang anaknya ini dan berlutut di mukanya. "Ampuni
aku Din, ampuni aku! Karena telah menyuruh binasakan engkau,"
lalu diraupnya kaki bayang anaknya ini, hendak diciumnya. Tetapi
tatkala itu bayang ini lenyap dari matanya.
Sutan Pamenan tersungkur ke tanah, lalu pingsan tiada ka"
barkan dirinya lagi. Datuk Gampo Alam yang mengenali bayang itu sebagai Marah
Udin yang telah dibunuhnya dengan tinggam dan melihat matanya
yang menyala sebagai marah atas perbuatannya yang durjana ini,
tangan kirinya yang menutup hulu hatinya, sebagai kesakitan dan
tangan kanannya yang mengancamnya dengan hukuman Tuhan,
dahsyat tiada terkira"kira. Badannya gemetar sebagai lalang diembus
angin, giginya gemeletuk sebagai orang kedinginan, peluh seninya
memercik seluruh tubuhnya, sehingga basah sekujur badannya.
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P Amil: sm %mm 131 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Ia hendak berteriak minta tolong, karena takut dicekik arwah
Marah Udin, tetapi suaranya tiada hendak keluar. la hendak lari,
tetapi kakinya sebagai lumpuh, tiada dapat digerakkannya. Oleh
sebab itu ditutupnyalah matanya, supaya jangan tampak olehnya
penglihatan yang sangat mengejutkan hatinya ini.
Tatkala didengarnya suara Sutan Pamenan menjerit me"
manggil nama anaknya dan kemudian bunyi orang jatuh di lantai,
dibukanyalah matanya, karena pada sangkanya tentulah sahabatnya
telah dicekik hantu itu dart telah jatuh mati. Sudah itu tentulah
akan datang gilirannya untuk menerima hukumannya.
Tetapi tatkala itu dilihatnya hantu tak ada lagi, sedang Sutan
Pamenan terbaring di lantai tiada bergerak. Di situ barulah dapat
ia mengeluarkan suaranya, minta tolong, sehingga istri Sutan
Pamenan dan orang"orang yang bekerja di dapur, datang berlari"
lari ke tempat itu, seraya bertanya dengan terkejut, "Ada apa" Ada
apa. " Datuk Gampo Alam menceritakan semua pemandangan yang
dahsyat itu. Dan sementara itu Sutan Pamenan diangkutlah ke
dalam, ke tempat yang terang.
Tiada berapa lama kemudian ingatlah Sutan ini kembali akan
dirinya, lalu dimintanya minum kopi. Sudah itu tidurlah ia dengan
nyenyaknya sampai keesokkan harinya. Hanya Datuk Gampo Alam
yang tiada berani tidur semalam-malaman itu, karena pikirannya
penuh oleh segala kejadian yang baru saja dialaminya.
Pada keesokan harinya Sutan Pamenan menyuruh Datuk
Gampo Alam memanggil Pakih Melano, imam surau Kampung
Terendam. Kepada imam ini mereka menyuruh tobatkan: "Engku
Pakih Melano, tobatkanlah kami, supaya kami dapat berbuat amal
dan ibadah. Kami telah tua, entah esok, entah lusa kami harus
menurut anak kami yang telah berpulang. Hendaknya mati kami
dalam beriman jua. "
Mula"mula Pakih Melano tiada percaya akan perkataan
Sutan Pamenan ini. Sangkanya ia bermain"main jua. Tetapi setelah
nyata padanya Sutan Pamenan berkata sungguh-sungguh, besarlah
hatinya. "___"2.1"..."
132 Asam Waslam ,; -, tfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Hamba bersyukur kepada Allah mendengar niat Mak Acik
yang baik ini. Manusia itu dari kecil menjadi besar, dari besar
menjadi tua dan setelah tua niscaya akan kembali juga kepada
asalnya. Tetapi sebelum itu haruslah kita bersedia bekal untuk di
akhirat. Hamba bersedia menerangkan kepada Mak Acik dan engku
Datuk, mana yang belum terang. "
"Bila kita mulai?"
"Esok harilah yang baik. Apa guna ditunggu lama" Pekerjaan
baik harus segera dikerjakan."
Pada keesokan harinya mulailah keduanya belajar mengaji
dan sembahyang, yang telah berpuluh-puluh tahun diabaikan
mereka. Tatkala Sitti Nurmala pada hari yang ketiga meninggalnya
Marah Udin, datang ke rumah ayah kandungnya di Kampung
Terendam, dilihatnya ayahnya dan Datuk Gampo Alam sedang
mengaji dengan taatnya pada Pakih Melano.
Sangat besar hatinya melihat perubahan ini pada ayahnya
dan harapannya besar, Sutan Pamenan tiada akan terperosok
pula ke dalam lembah penjudian. Untuk kehidupannya sehari"hari
dijanjikannya akan memberikan kepada ayahnya ini uang belanja
tiap"tiap bulan Pp50,00, sedang guru mengaji Pakih Melano
akan diberinya tiap-tiap bulan Rp20,00. Lain daripada itu akan
ditanggungnya pula beras dengan lauk pauknya, supaya dapatlah"
pengajian ini diteruskan dengan selamatnya.
Datuk Gampo Alam diminta oleh Baginda Mais menolongnya
dalam perdagangannya dan diberi pula kehidupan yang cukup.
Melihat sekalian pertolongan ini teringat kembali Sutan
Pamenan kepada perkataan orang yang telah didengarnya,
"Jangankan anak kandung, anak tiri pun dapat baik, asal
dibaiki." "-"-"._s"-?"?"-" _
6P Amr- sm %mmlzm 133 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
WW WWW Ketika dr. Aziz diberi tahu, bahwa penyakit Marah Udin
bertambah keras, dengan segera dokter itu pergi ke rumah sakit.
Dilihatnya anak itu memang sangat menderita dan harapan untuk
menolongnya sudah tipis. Sungguhpun begitu dr. Aziz hendak
mencoba juga, mudah"mudahan ia dapat melewati krisis yang
akan datang. Waktu dr. Aziz memberikan pertolongan itu, tiba"tiba Marah
Udin membuka matanya, seolah"olah dia mendapat kekuatan. Ia
berkata lambat"lambat kepada dr. Aziz, "Engku Dokter, penyakit
hamba sudah berat sangat. Agaknya obat"obat Engku Dokter
tak menolong lagi. Selagi saya ingat alangkah ingin saya hendak
minta terima kasih kepada Engku Mr. Yatim, karena beliau yang
menolong hamba ke rumah sakit ini. Hamba dipukuli oleh saudara
sepupu hamba, Sutan Malik, sehingga hamba luka dan pingsan.
Engku Mr. Yatimlah yang menolong hamba, sehingga hamba
tak jadi dibunuhnya. Lain dari itu hamba hendak menceritakan
suatu rahasia kepada beliau."
dr. Aziz mendekatkan kepalanya kepada si sakit dan berbisik,
"Rahsia apakah itu, Marah Udin" Kalau boleh kudengarkan,
ceritakanlah! Nanti kusampaikan pada Engku Mr. Yatim."
. $ 184 AMAJQE WWW; _- gp *. f" -.1<- umwmummun Balai Pustaka "Yang membakar rumah Panduko Sati malam hari raya, Sutan
Malik, kemenakan ayah hamba, Sutan Pamenan . .."
"Apakatamu, Udin?" tanya dr. Aziz dengan tercengang. "Sutan
Malik yang membakar?"
Marah Udin mengangguk. "Dilemparkannya 3 buah bom
mercon ke dalam biliknya. Karena hamba tak mau melempar"
kan, hamba dipukulinya sehingga hamba pingsan. Ayah hamba
dan Datuk Gampo Alam tahu semua itu, karena mereka yang
mengangkat hamba ke atas rumah."
Dr. Aziz menuliskan segala keterangan Marah Udin itu di
hadapan juru rawat Saleh sebagai saksi. Keterangan itu tentu
sangat perlu nanti untuk perkara yang masih gelap.
Tiada lama kemudian meninggal dunialah Marah Udin dengan
tiada dapat bertemu dengan ayahnya, Sutan Pamenan, yang tak
ada di rumah, waktu kabar anak itu sakit keras, disampaikannya
orang ke Kampung Terendam.
Malam itu juga dikabarkan dr. Aziz kematian Marah Udin ini
kepada Mr. Yatim, tetapi rahsia pembakaran rumah Panduko Sati
belum dibukanya, karena ia kuatir Mr. Yatim segera menuntut
Sutan Malik yang memang telah diancamnya dahulu dan sekarang
dibencinya, karena merebut kekasihnya. Bagaimana nanti hal Sutan
Pamenan, yang sekarang nyata ayah Sitti Nurmala, kekasihnya.
Tentu akan terbawa-bawa dalam perkara ini', setidak"tidaknya akan
menambah aib namanya. Oleh sebab itu hendak dipikirkannya
mas ak"masak, apa yang baik diperbuatnya dalam hal ini.
Pada pagihari kematian Marah Udin, Sutan Baheram, ayah Puti
Bidasari, sedang duduk di langkan belakang rumahnya di Kampung
Sebelah, di atas sebuah bangku kayu yang lebar, yang dihampari
tikar pandan yang halus. Ia sedang minum kopi dan makan ketan
dengan goreng pisang, bersama istrinya Puti Renosari.
Makanan dan minuman yang sederhana ini, begitu pulapakaian
mereka serta rumah dan perkakasnya, terang menyatakan bahwa
keluarga saudara Hopjaksa ini tiada masuk orang yang mampu,
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P Amril: dm (353357953392 135
',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
walaupun mereka berasal tinggi. Tetapi sebagai kebanyakan kaum
bangsawan Padang, mereka bangga akan keturunan mereka ini
dan keras memegang adat istiadatnya. Mereka tetap hendak
mengawinkan anaknya, Puti Bidasari, dengan Sutan Malik, asal
Baginda Mais tetap pula menurut segala perjanjiannya.
"Bujang Engku Baginda Mais datang tadi mengatakan anak
Engku Sutan Pamenan meninggal dunia di Rumah Sakit Ganting,"
kata Puti Renosari. "l-laaa?" sahut Sutan Baheram dengan terkejut lalu meletakkan
cangkir kopinya yang telah diangkatnya, hendak diminumnya
airnya. "Anaknya yang mana?" tanyanya.
"Anaknya yang dari istrinya orang Bangkahulu itu, yang
tinggal pada induk bakonya, Puti Umi, di Sawahan."
"Apa sakitnya?"
"Entahlah. Kata bujang Engku Baginda Mais, bisul mata lima
di hulu hatinya. Sejak hari raya ia diobat dalam Rumah Sakit
Ganting. " "Masya Allah! Bisul mata lima! Sedangkan mata tiga lagi tak
tahan. Berapa umurnya?"
"Katanya 12 tahun."
"Tentu saja tak tahan. Orang tua pun belum tentu akan
sembuh. Jangan-jangan ditinggam orang. Biasanya bisul tinggam
yang banyak matanya. "
"Ah, Udo ini ada-ada saja. Mengapa pula anak umur 12 tahun
ditinggam orang" Apa dosanya. "
"Dari mana akan diturunkan jenazahnya anak itu?"
"Katanya dari Kampung Terendam."
"Nantilah hamba pergi menjenguknya. Reno takkan pergi"
Jangan dilupakan, kemenakannya Sutan Malik akan menjadi
menantu kita. " -"--"2.---"
136 Asam www -, tfp "Hamba jangan lagi pergi, sebab si Bida akan tinggal sendiri
di rumah. Hamba kuatir kalau ada ap a"apa pula dengan dia. "
"Ada apa?" "Adakah Udo perhatikan si Tempang, anak penjaja ketan dan
pisang goreng itu." "Tidak. Mengapa?"
"Hampir tiap hari ia kemari menjaja pisang gorengnya, ia
berhenti di bawah jendela bilik si Bida dan berkata-kata sebentar
dengan dia perlahan"lahan. Tatkala hamba tanyakan kepadanya
apa yang dibicarakannya dengan si Bida, katanya tak apa-apa', si
Bida hanya hendak membeli jualannya.
Tetapi si Bida dari dahulu kurang suka makan pagi. Apalagi
sekarang, makan siang pun kadang-kadang tidak. Seandainya benar
dia hendak membeli penganan itu, dari mana diperolehnya uang?"
"Tentu dari Sutan Alam Sah."
"Sungguhpun demikian, hati hamba tak enak juga melihat
kelakuan anak ini. Hamba kuatir kalau-kalau masih ada juga
perhubungannya dengan Yatim. Hambatetap tak sukabermenantukan
anak tukang pedati ini, biarpun ia raja di langit sekalipun.
IClleh sebab itu sebaik"baiknya dengan lekas kita kawinkan dia
dengan Sutan Malik, supaya hilang sekalian was-was hati hamba.
Tak dapatkah Udo bayangkan nanti perkara ini kepada Sutan
Pamenan, kalau Udo melawat anaknya."
"Jangan sekarang, karena ia dalam kesusahan. Lebih baik
dengan Engku Baginda Mais hamba bicarakan, sebab pada sangka
hamba sekalian perkara ini tergantung pada beliau. Kalau hitam
kata beliau niscaya hitam, kalau putih tentu putih. Dan kalau hamba
katakan kekuatiran kita ini, niscaya dipercepatnya perkawinan si
Bida dengan Sutan Malik."
"Ya, ya, benar. Mungkin beliau ada di sana. "
"Kalau beliau tak ada di sana. akan hamba turut ke rumahnya,
Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
supaya lekas selesai perkara ini dan lekas pula lepas hutang kita."
"-"--__'=T"'?"?"- _
6P AM dm %mm 13" ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Memang Baginda Mais ada datang melawat ke Kampung
Terendam. Karena itu Sutan Baheram dapat menyampaikan
maksudnya. Keduanya berbisik"bisik merundingkan hal itu. Pun
Sutan Baheram menyatakan pula kekuatirannya.
"Jika demikian halnya dengan segeralah kita langsungkan
perkawinan ini. Memang waktu inilah saat yang haik untuk
mengawinkan Nurmala dengan Mr. Yatim, karena perhubungan
mereka sedang rapatnya. Marilah kita tunggu sampai Engku Sutan
Pamenan menujuh hari anaknya yang meninggal ini', sudah itu
akan saya ses akkanlah ia. Saya rasa dapat diterimanya permintaan
saya ini. Sementara itu baiklah Engku bersedia"sedia juga, supaya
segera selesai kedua perkawinan ini, yang lebih baik serentak kita
jalankan. Apa yang Engku perlukan, katakanlah kepada saya."
"Jika demikian, baiklah Engku. Terima kasih!"
Setelah tahlil menujuh hari di rumah Sutan Pamenan, datanglah Baginda Mais ke rumah Puti Umi di Sawahan. Di sana Sutan
Pamenan telah hadir, atas permintaan saudagar itu, lalu dibicara"
kan merekalah perkawinan Sutan Malik dengan Puti Bidasari.
Walaupun Sutan Malik sendiri pada waktu itu ada di rumahnya,
tetapi ia tiada dibawa berunding, karena perkara ini semata"mata
urusan ibunya dan mamaknya.
Lebih dahulu BagindaMais minta maaf. Walaupun diketahuinya
keluarga Sutan Pamenan masih di dalam perkabungan, tetapi ia
terpaksa mendesak, karena keadaan yang agak berbahaya untuk
dapat melangsungkan perkawinan Sutan M alik dengan Puti Bidasari
dengan selamatnya kelihatan mengancam. Lalu diceritakannya
kekuatiran Sutan Baheram dan istrinya.
"Kami menurut saja, bila Engku hendak melangsungkan per"
kawinan itu, karena perkawinan ini sebenarnya pekerjaan Engku.
Kami tiada berdaya apa-apa," jawab Sutan Pamenan, walaupun
dirasanya memang belum patut ia bersukaria mengawinkan ke"
menakannya, karena anaknya baru saja meninggal dunia. Tetapi
ia tiada berani menentang kemauan Baginda Mais', karena telah
banyak budinya kepadanya.
"___"2.1"..."
133 Mmmm .:".gf ', &P
di" .>: V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Jika demikian, sepekan lagilah kita mulai berinai. Semen"tara
itu Engku Sutan Baheram dapat pula bersedia-sedia.
Apakah permintaan Sutan Malik untuk jemputannya, supaya
hamba suruh sediakan oleh Sutan Baheram. "
"Uang penjemput cukuplah Rp500,00" sahut Puti Umi. "Tetapi
anak hamba ingin pula seperangkat pakaian jas lakan hitam
dengan sepatu dan kopiahnya, setangan sutra setengah lusin,
baju kerawang tiga helai dengan kain Bugis Balang Nipa empat
helai, selop beledu berkembang muka sepasang, arloji emas dengan
rantainya sebuah, cincin berlian sebentuk dan kereta angin sebuah.
Jika dapat ditambah dengan bendi dan kuda Batak, lebih baik."
"Permintaan Puti ini akan hamba sampaikan kepada Sutan
Baheram dan hamba percaya akan dipenuhinya sekaliannya," sahut
Baginda Mais dengan tersenyum, walaupun diketahuinya bahwa
Puti Umi hendak menjual mahal anaknya, karena ia yakin sekalian
permintaannya takkan ditampik oleh Baginda Mais yang kaya raya
itu. Jika kepada Sutan Baheram saja tak akan dimintanya apa"apa.
Kawin dengan tiada membawa jemputan pun akan diterimanya
juga, karena tak mudah ia akan mendapat menantu, apalagi yang
sebagai Puti Bidasari ini.
Setelah itu pergilah Baginda Mais ke rumah Sutan Baheram
di Kampung Sebelah menyampaikan sekalian perundingannya tadi
dengan Sutan Pamenan. Sutan Baheram dan Puti Renosari terkejut mendengar
permintaan Puti Umi ini. Dirasainya benar Puti ini hendak menjual
mahal anaknya, karena seorang puti tak perlu menjemput seorang
sutan. "Bagaimana pikiran Engku" Tidakkah terlalu banyak per"
mintaan Puti Umi itu" Seakan-akan lupa ia bahwa yang akan
menjadi menantunya bukan perempuan biasa, tetapi seorang puti
yang setingkat derajatnya dengan anaknya sehingga tak perlu
menjemput seorang Sutan," kata Puti Renos ari yang agak berasa
terhina karena permintaan yang banyak ini.
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P AM dm %mm 139 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Biarlah Puti, tak mengapa, karena saya yang berkehendak.
Sekalian permintaannya itu akan saya adakan dan akan saya bawa
kemari. Lebih dari itu akan saya adakan juga, asal saya dapat
mendudukkan Nurmala dengan Mr. Yatim. "
"Jika demikian, mana yang baik pada Engkulah, kami menurut," kata Puti Renosari pula dengan tak acuh.
"Ini uang Rp 1.000,00 belanjakanlah! Apa yang kurang
beritahukan kepada saya. Dengan segera akan saya adakan," lalu
Baginda Mais minta diri dan pergi ke rumah Hopjaksa Sutan
Alam Sah di Pondok yang tiada berapa jauh dari rumah Sutan
Baheram. Setelah sampailah Baginda Mais dengan istrinya ke rumah
Sutan Alam Sah, lalu diceritakannya kepada Hopjaksa ini, di
hadapan istrinya Sitti Mariama, bahwa Sutan Baheram dan Puti
Renosari segera akan memulai pekerjaan perkawinan P'uti Bidasari
dengan Sutan Malik. Walaupun kabar ini ditunggu"tunggu oleh Sutan Alam Sah,
karena dikenalnya sifat dan keras hati saudaranya, Puti Renos ari,
tetapi tatkala didengarnya kabar ini," terkejut juga ia dan sangat
kecewa. "Bila hendak dikawinkannya Bidasari dengan Sutan Malik?"
tanya Hopjaksa dengan agak gemetar suaranya.
"Katanya seminggu lagi akan dimulainya menginai anak
dara." "Tergesa"gesa benar. Apakah ini tidak kurang baik di mata
orang Padang, mengawinkan anak terburu"buru, sebagai barang
buruk?" kata Sutan Alam Sah pula, sedang hatinya mulai panas.
Baginda Mais tiada menjawab.
"labolehberbuat sesukahatinya dengan anaknya, tetapihamba
sebagai mamak Bidasari tiada suka dan tiada rela kemenakan
hamba dikawinkan dengan Sutan tak berguna, kemenakan Sutan
tukang judi," kata Sutan Alam Sah pula dengan bertambah-tambah
marahnya. "___"2.1"..."
19" Asam mm ;;;5 -, rfp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Maksud saya datang kemari ialah hendak meminang Mr.
Muhammad Yatim untuk Nurmala. Dahulu Engku berkata kepada
saya bahwa Mr. Muhammad Yatim akan Engku kawinkan dengan
Puti Bidas ari, sekarang perkawinan itu tak jadi. Sebab itu haraplah
saya. Engku dan orang kayo sudi juga menerima Nurmala untuk
Mr. Muhammad Yatim. "Ya, ya! Sekarang hamba terimalah permintaan Engku Baginda
itu," jawab Sutan Alam Sah dengan segera, karena sebal hatinya
mendengar kabar ini, sehingga tiada dipikirkannya lagi perkataan
yang dikeluarkannya. Jawab Hopjaksa ini sangat menggirangkan hati Baginda Mais,
sehingga ia bersyukur dan meminta terima kasih kepada Sutan
Alam Sah dan Sitti Mariama.
"Oleh sebab Engku dan orang kayo telah setuju akan
perkawinan ini, hendak saya tanyakah kepada Engku dan orang
kayo, apakah tidak lebih baik kalau perkawinan Mr. Yatim dan
Nurmala disamakan harinya dengan perkawinan Puti Bidasari
dengan Sutan Malik, supaya sekali membuka pura, dua tiga
utang lepas" Mr. Yatim anak Engku dan Puti Bidas ari kemenakan
Engku." "Ya, ya! Maksud hamba pun memang demikian, supaya ya,
sekali membuka pura, dua tiga utang terlepas," kata Hopjaksa,
sebagai tak tahu lagi ia, apa yang dikatakannya dan menurut saja
kehendak Baginda Mais, karenahendak membalaskan sakit hatinya
kepada kakak perempuannya.
"Jika demikian, dapatlah saya dengan segera bersedia"sedia,"
kata Baginda Mais pula dengan bertambah"tambah suka hatinya,
karena Sutan Alam Sah menurut sekalian kehendak hatinya,
sebagai orang yang terkena ilmu.
"Sekarang ingin saya hendak mengetahui berapa uang dan
apakah barang-barang yang dikehendaki Mr. Yatim, sebagai penjemput. Sekaliannya akan saya adakan dengan segera."
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P AM dm %mm 191 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Tak usah, sebab Sitti Nurmala seorang gadis bangsawan.
Antara bangsawan dengan bangsawan tak perlu berjemput"
jemputan," sahut Sutan Alam Sah pula dengan gelisah. Ingatannya
yang satu"satunya lagi ialah hendak melawan perkawinan keme"
nakannya, Puti Bidasari, dengan perkawinan anaknya, Mr. Yatim.
Baginda Mais heran mendengar putusan Hopjaksa ini, tetapi
ia tiada berani membantah, walaupun kurang disetujuinya. Sitti
Mariama tiada berani mencampuri perkara ini karena dilihatnya
suaminya hampir tak dapat menahan amarahnya. Dalam hal itu
lebih baik kalau dibiarkan sekalian perkataan dan kemauannya.
Jika dibantah, niscaya ia akan bertambah jadi.
Ia sendiri sangat menyesal akan putusan suaminya ini
karena diketahuinya Mr. Yatim sekali-kali tiada dapat menyetujui
perkawinan paksaan ini dengan tunangan sahabatnya, dr. Aziz,
sehingga takkan mungkin baik jadinya. Tetapi apa dayanya"
la tiada dibawa berunding. Walaupun hatinya sangat sedih,
mengingatkemalangan anak angkatnya ini, tetapi harus ditahannya
kesedihannya, karena ia tahu ia hanya seorang luar.
SutanAlamSahseakan"akanmenyesal akanperkataannyakepada
Baginda tadi, ia berkata pula untuk memperbaiki ke-salahannya ini:
"Perkara penjemputan Mr. Yatim hamba serahkan kepada Engku saja.
Lebih banyak lebih baik, supaya dapat dilihat orang, bahwa Engku
tahu benar menghargai pangkat dan martabat.
Adakan peralatan yang sebesar-besarnya dan semahalmahalnya, yang belum pernah diadakan orang di Padang ini.
Panggil sekalian orang Padang ini sampai ke Mudik dan Pariaman,
ya sampai ke Darat dan Medan Deli', panggil sahabat kenalan
Engku, yang berpangkat, yang kaya, yang bangsawan, yang cerdik
pandai, supaya diketahui orang benar-benar kekayaan Engku.
Sebab menantu Engku bukan sembarang orang, mester doktor,
pangkat yang setinggi-tingginya yang baru ada di Padang ini, ya,
seluruh Pulau Sumatera. Jangan sampai ia mendapat malu, karena
kurang sempurna peralatan ini.
-"--"2.---"
192 Asam www -, rfp "Angkat oleh Engku menantu Engku ini setinggi"tingginya,"
kata Sutan Alam Sah, sebagai orang mengigau dalam mimpi dengan
tak tahu apa yang diucapkannya. Yang dip ikirkannya hanya satu
saja, yaitu bagaimana menutup malu, karena anaknya ditampik
oleh kakaknya. Dengan mengadakan perkawinan yang seramairamainya dan upacara yang sebesar"besamya, hendak ditutupnya
kehinaan yang disebabkan oleh tampikan itu.
"Jika ini keinginan hati Engku, janganlah Engku kuatirkan.
Sejak Mr. Yatim sampai ke Padang ini telah saya usahakan menjunjung tinggi namanya. ltulah sebabnya telah saya adakan
penyambutan kedatangannya yang agak mewah. Dan memang
saya telah berniat, jika permintaan saya Engku kabulkan, akan
saya adakan perayaan perkawinan yang sebesar-besarnya, yang
sepadan dengan derajat seorang mester doktor. Karena pangkat
dan martabat yang setinggi ini harus kita junjung tinggi dan kita
hargai. Bagaimana pulalagi saya akan memperlihatkan kesyukuran
saya atas kemuliaan yang Engku limpahkan ke atas diri saya.
Segala bunyi-bunyian dan permainan akan saya adakan dan
saya datangkan dari negeri lain. Bukannya penduduk Padang saja
dari segala bangsa, tetapi sekali sanak saudara dan kaum sekeluarga
saya dari Pariaman, sahabat kenalan dan handai tolan saya dari
Darat akan saya minta datang. Perarakan dengan kendaraan gajah
mina, alat perkakas, payung kerajaan, panji-panji dan tombak
berambu, bunyi"bunyi gendang serunai dan lain"lainnya akan
saya adakan menurut adat orang besar-besar dan bangsawan di
Padang ini. Tak saya pandang berapa besar biayanya. Biar habis
separo dari harta saya, tak apa," kata Baginda Mais dengan sangat
gembiranya. "Jika demikian baiklah. Sekaliannya itu hamba serahkan kepada
Engku. Patut juga demikian karena anak dara dari Engku," kata Sutan
Alam Sah dengan puas rasa hatinya, karena jika demikian diperbuat
peralatan perkawinan Mr. Yatim akan lenyaplah kehinaan yang telah
diperolehnya, karena anaknya ditampik oleh saudaranya
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P Awam %mm 193 5". V '-...______'._._"_"-?"-..
"Jadi ada tiga permintaan yang hamba harap Engku turut
benar-benar hendaknya," kata Sutan Alam Sah pula.
"Apakah itu Engku?" tanya Baginda Mais.
"Pertama: perkawinan Yatim dan Nurmala harus dilangsung"
kan serentak, jadi sehari dengan perkawinan Bidasari dan Sutan
Malik." "Mudah saya lakukan."
"Kedua: perkawinan Yatim dan Nurmala harus lebih ramai dan
lebih raya dari perkawinan Bidasari dan Sutan Malik. "
"Sudah saya sanggupkan."
"Ketiga: kalauperkawinan Bidasari dengan Sutan Malik,karena
sesuatu hal harus dibatalkan, perkawinan Yatim dan Numiala pun,
harus dibatalkan pula."
Mendengar syarat yang ketiga ini Baginda Mais terdiam
seketika, karena di dalam hal itu pun ia masih ingin hendak
mengambil menantu Mr. Yatim. Tetapi ia tiada berani menolak
syarat yang ketiga ini, kuatir kalau-kalau Sutan Alam Sah karena
itu menganjur surut. Dan oleh sebab pada sangkanya tak ada
sesuatu alas an yang akan dapat membatalkan atau mengundurkan
perkawinan Bidasari dengan Sutan Malik, yang ada dalam
tangannya, dijawab-nyalah dengan tak merasa kuatir, "Pun saya
terima." "Baiklah! Demikianlah perjanjian kita," kata Sutan Alam Sah
pula, untuk menguatkan perjanjian itu.
"Baiklah Engku, saya ikrarkan," sahut Baginda Mais, yang
yakin akan tercapai sekalian maksudnya.
Tiada berapa lama kemudian daripada itu kembalilah Baginda
Mais ke rumahnya dengan amat sukacitanya, karena hasrat hatinya
Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang terbesar, tiada berapa lama lagi akan makbul. Mulai hari itu
juga ia berusaha untuk menepati sekalian janjinya kepada Sutan
Baheram dan Sutan Alam Sah.
Sesudah berangkat Baginda Mais, lama Hopjaksa itu duduk
termenung seorang dirinya, karena sekalian cita-citanya yang
. --"-"'2..---*
194 Asam mm ;;;5 -, rfp di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: sekian lama hendak mendudukkan Mr. Yatim dengan Puti Bidas ari
telah lenyap. Sekarang dilihatnya kedua anak angkatnya yang
berkasih-kasihan itu akan terpisah. Yang seorang jatuh ke tangan
sutan yang tiada berarti dan yang seorang lagi jatuh ke tangan
tunangan sahabat karibnya. Dan bagaimanakah akan hal kedua
anak yang dikas ihinya ini" Dapatkah mereka menanggung akibat
perkawinan yang tak disetujuinya ini" Jika tiada, bagaimanakah
halnya" Dan sekaliannya ini semata-mata karena kekerasan hati dan
kekunoan kakaknya yang sangat terikat kepada bangsanya yang
tinggi dan adatnya yang keras.
Mengenangkan hal ini bertambah"tambahlah sebal dan panas
hatinya kepada Puti Penosari dan Sutan Baheram.
Ia sendiri, dapatkah ia berbuat yang lain daripada yang telah
diputuskannya dengan Baginda Mais tadi untuk menutup kehi"
naan yang telah disebabkan oleh kakaknya itu" Satu-satunya
jalan ialah menerima pinangan hartawan Baginda Mais itu, untuk
anaknya, dengan mengadakan perkawinan yang gilang-gemilang.
Sitti Mariama tiada sependapat dengan suaminya, Hopjaksa
itu, tetapi ia tiada berani membantah. Hatinya kecut jika diingatnya apakah akan akibat perkawinan dan perceraian kedua anak
angkatnya itu. Oleh sebab itu masuklah ia ke dalam biliknya, lalu
menangis di sana seorang diri.
Pada keesokan harinya, hari Ahad, disampaikan Sutan Alam
Sahlah kepada Mr. Yatim, apa yang telah dibicarakannya dan
diputuskannya dengan Baginda Mais kemarin dan apa sebabnya ia
terpaksa berbuat sedemikian, walaupun keinginan hatinya tidaklah
demikan. "Tim, apalagi yang dapat kita perbuat untuk menghapuskan
arang yang telah dicorengkan kakakku ke muka kita dengan
penampikannya atas dirimu, lain daripada menunjukkan kepada
orang banyak bahwa engkau dihargai oleh bangsawan dan oleh
hartawan yang terkaya di Padang ini. Oleh sebab itu kupintalah
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P AM dm %mm 195 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
sekali lagi kepadamu dengan amat sangat, supaya kauturutlah
juga kehendak hatiku, yang terpaksa kujalankan dengan perasaan
yang sangat kecewa dan menyesal, untuk membela nama baik dan
kemuliaan kita. " Mr. Yatim sangat terkejut mendengarperkataan ayah angkatnya
ini. Walaupun pengharapannya telah putus akan mendapatkan
Puti Bidasari, tetapi belum putus untuk dapat meninggalkan kota
Padang, sebelum dipaksakawin dengan tunangan sahabatnya, yang
benar disayanginya sebagai saudara. Rupanya sekarang dapat juga
ia didahului oleh hukuman yang akan dijatuhkan ke atas dirinya
dengan tiada bersalah, karena kepindahannya dari padang belum
juga datang. Lama ia tiada dapat berkata"kata, karena sedih hatinya
dan putus asa. "Tim, aku tahu bagaimana perasaan hatimu sekarang ini,
karena tak jadi dengan Bidasari. Tetapi apa daya upayaku" Kita
bertentangan dengan seorang anggota dari masyarakat Padang
yang amat kokoh memegang adatnya. Tak dapat kupatahkan adat
itu walaupun dengan menghancurkan diriku sendiri. Jadi apa
gunanya kita pikirkan lagi" Bukankah lebih baik kita membela diri
dan kehormatan kita. "
"Tetapi hamba tiada dapat beristrikan Nurmala, Ayah," sahut
Mr. Yatim dengan suara yang hampir. tak dapat dikeluarkannya.
"Itu pun aku tahu. Tetapi aku yakin pula, apabila penampikan
saudaraku ini atas dirimu tiada kita lawan, niscaya keaiban yang
sangat besar akan jatuh ke atas diri kita. Jika engkau tiada hendak
membela diri dan kehormatanmu sendiri, belalah kehormatanku,
karena aku orang Padang dan harus tinggal di Padang ini.
Biarpun andaikata sehari kaukawini Nurmala, tak apa. Sudah
itu ceraikan dia, kalau perlu dengan talak tiga sekali. Maluku telah
tertutup dan arang yang tercoreng di mukaku, terhapus.
Jika tak dapat kaululuskan permintaanku ini, tiadalah aku
beranak lagi dan akan kuhitamkanlah kota Padang ini," kata Sutan
Alam Sah dengan sedih dan geram bunyi suaranya.
-"--"2.---"
196 Asam www -, -----".='.__--- x ";P
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Mr. Yatim tiada terkata"kata mendengar putusan ayahnya
ini. Pikirannya sangat kusut, sehingga ia tak tahu apa yang
baik diperbuatnya pada waktu itu. Oleh sebab itu dengan
tiada berpikir lagi berkatalah ia: "Baiklah, Ayah," lalu berdiri
dan masuk ke dalam biliknya menukar pakaiannya. Kemudian
keluarlah ia dari rumahnya, supaya jangan bertambah tertumbuk
pikirannya. Ke mana ia akan pergi, tiada diketahuinya dan tiada
pula dipedulikannya. Ia berjalan barang ke mana dibawa empu
kakinya. Dengan tiada diketahuinya sampailah ke Muara, lalu me"
nyeberang Sungai Arau dan mendaki Gunung Padang.
Apa yang akan diperbuatnya di Gunung Padang ini, tiada
diketahuinya pula. Tatkala sampailah ia ke kaki gunung ini, kelihatanlah
olehnya lima buah kuburan berdekat"dekatan yang bertembok dan
berbatu nisan, amat baik penyelenggaraannya. Dengan tiada insaf,
didekatinyalah kuburan ini dan tatkala dibacanya tulisan yang ada
pada batu nisan itu, barulah diingatnya bahwa kuburan itu ialah
kuburan Sitti Nurbaya dengan kekasihnya Samsulbahri dan orang"
orang tua mereka, yang sebagai telah berjanji akan beristirahat
bersama"sama, berdekat"dekatan dengan sejahtera sentosanya.
Akan beginikah pula akhirnya dengan dia dan kekasihnya
Puti Bidasari" Tak mustahil. Dalam hal itu diharapkannya,
supaya mereka dapat pula berbaring di sisi kedua pemuda yang
senasib dengan dia ini dan yang telah lebih dahulu terlepas dari
$ . .- :..-.:, 6P am m %)?"sz 197
": v Har?"___"
mmmmumum Balai Pustaka siksaan percintaannya dan sekarang telah bersatu di dalam kubur',
persatuan yang tak dapat diperolehnya di atas dunia ini.
"Samsulbahri dan Nurbaya!" katanya dengan pilu bunyi
suaranya. "Kamu berdua telah gugur sebagai korban perkawinan
paksaan. Berapa orang yang binasa yang telah mendahului kamu
dan berapa orang pula yang akan binasa mengikuti kamu, karena
perkawinan paksaan ini, hanya Allah yang mengetahui. Mungkin
aku dan Bidasari pun akan terbaring pula di sisimu kelak. Semoga
kami pun akan beroleh kenikmatan, sebagai yang kamu rasai pada
waktu ini, di alam barzah dan yang tiada kami peroleh dalam dunia
ini. " Setelah Mr. Yatim membaca doa selamat untuk sekalian
ahli kubur, keluarlah ia dari pemakaman ini, lalu meneruskan
pengembaraannya. Tetapi tiadalah jadi didakinya Gunung Padang,
melainkan membeloklah ia ke Batu Mandi, yang letaknya dipinggir
laut, di kaki Gunung Padang, yang di sebelah utara, lalu duduklah
ia di atas sebuah batu besar, di pinggir laut yang dalam itu, seraya
memandang ke laut lepas yang ada di sebelah barat kota Padang.
Lautan yang datar dan banglas sampai ke ujung langit yang
melengkung dengan warnanya yang biru, gelombang besar memecah di tepi pantai yang menganjur sampai jauh ke utara', pohon
nyiur yang rapat tumbuh di daratan, rupanya sebagai hutan kelapa
yang tak bersela, sekalian keelokan alam yang ada pada waktu itu,
dipandangnya dengan tiada dilihatnya, didengarnya dengan kuping
yang tuli dan dirasainya dengan kulit yang tebal, karena pikirannya
kembali kepada kesulitan halnya.
Kawin dengan Sitti Nurmala ia tak suka, tetapi melanggar
kemauan ayahnya, yang menurut pikiran orang Padang patut dan
baik, tak dapat pula. Apa yang hendak diperbuatnya pada waktu
itu" Kalau orang tua Puti Bidasari terikat pada turunannya yang
tinggi, dapat dimakluminya. Tetapi sekarang ayahnya sendiri pun
"___"2.1"..."
193 Mmmm gigi ', &P di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: tak kurang keras hatinya atas yang dikatakannya kehormatan
dirinya. sehingga tiada terasa olehnya, bahwa ia tak mungkin dapat
mengawini Sitti Numiala timangan s ahabat karibnya, apalagikarena
ia cinta kepada Puti Bidasari. Atau haruskah ia beristrikan dua
orang, sedang ayahnya sendiri tiada mau mengerjakan kebiasaan
bangsawan Padang ini"
Kalau orang tua Puti Bidasari dapat memaksa anaknya kawin
dengan orang yang tiada disukainya, mengapakah ayahnya harus
mencontoh pula perbuatan yang bengis ini"
Walaupun diketahui Mr. Yatim paksaan ayahnya ini dengan
ancaman yang sedemikian, tiada adil. tetapi dirasainya pula
keinginan ini tak dapat ditampiknya begitu saja, karena terlalu
banyak budi Hopjaksa ini kepadanya. Dari anak tukang pedati
yang hina dina, telah dijadikannya ia anak Hopjaksa yang mulia
dan bangsawan tinggi. Dari anak kampung yang bodoh, telah
dijadikannya ia ahli kehakiman yang berilmu dalam.
Lain pula kesayangan dan asuhan yang telah dicurahkannya
kepadanya, sedang ia sendiri telah berasa pula bapa kandung
kepadanya. Tak dapat dan tak panu ia mengecewakan hati ayahnya
ini dan memberi malunya sedemikian itu. Jadi apa yang harus
diperbuatnya pada waktu itu" Tak dapat dipikirkannya. Karena
hatinya kusut dan pikirannya kabut.
Sedang ia dalam hal yang sedemikian, tiba"tiba didengarnya
suara Sitti Nurmala menjerit di belakangnya, "Tim, mengapa
engkau di siniEE| Hati-hati Tim, nanti kau jatuh."
Tatkala ia menoldi kebelakang, dilihatnyagadis kes ayangannya
ini datang berlari"lari dengan dr. Aziz kepadanya.
"Mengap a, Nur?" tanya Mr. Yatim yang sebagai tak sadar akan
dirinya. "Kami lihat engkau duduk termenung di Batu Mandi. Tibatiba engkau berdiri, lalu mencondong ke laut. aku menjerit kuatkuat. Kukira kamu akan melompat ke laut "
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P Amril: dm %mm 199 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Aku sedang asyik melihat yu pekak, yang berenang hilir
mudik di hadapanku dengan matanya yang berkilat-kilat menentang aku," sahut Mr. Yatim.
"Tentu hendak memukaumu, supaya engkau lena dan jatuh
ke dalam laut, untuk dijadikannya makannya. Demikianlah cara
ikan ini memikat orang yang akan dimakannya. l-lih, meremang
buluku, tatkala melihat ia melintas sekilat dalam air yang di bawah
kakimu." "Sungguh kulihat engkau berdiri sangat di pinggir, Tim," kata
dr. Aziz. "Sedikit saja engkau tergelincir, niscaya terjerumuslah
engkau." "Ajaib! Aku tak ingat akan sekalian itu," kata Mr. Yatim.
"Jika kami tiadalekas datang, pastilah engkau jatuh ke dalam
mulut harimau laut itu!" kata Sitti Nurmala dengan masih seram
rasa bulunya. "Mungkin Tetapi kamu berdua mengapa ada di sini pada
waktunya benar, untuk menolong aku?" tanya Mr. Yatim.
Dr. Aziz menjawab, "Tadi aku pergi ke rumahmu, hendak
mengajakmu berjalan"jalan. Kulihat ibumu matanya merah bekas
menangis. Katanya engkau dipaksajuga oleh ayahmu kawin dengan
Nurmala, sebab orang tua Bidasari segera hendak mengawinkan
anaknya dengan Sutan Malik, sehingga engkau putus asa dan ke
luar rumah sebagai orang yang tiada ingatkan diri, lalu pergi entah
ke mana, tiada diketahuinya. Ia sangat kuatir, engkau beroleh
kecelakaan. Lalu kucari engkau.
Di hadapan rumah Numiala kulihat ia telah siap hendak ke
luar, lalu kuceritakan kekuatiran ibumu dan kutanyakan kalau"
kalau ia ada melihat engkau. Setelah dijawabnya ia tiada melihat
engkau, kubawalah ia bersama-sama mencari engkau.
Di tengah jalan kami tanyakan di sana sini ke mana tujuan
perjalananmu, lalu kami ikuti kamu ke Muara. Di kedai seberang
Sungai Arau dapat kami keterangan, engkau tiada mendaki Gunung
Padang, melainkan mengambil jalan ke Batu Mandi. Oleh sebab itu
kami turutlah engkau kemari. "
20" asam Waslam ;;;f -, dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Tim, cobalah ceritakan apa yang telah terjadi antara engkau
dan ayahmu, maka engkau jadi putus asa sedemikian ini," kata Sitti
Nurmala seraya memegang bahu Mr. Yatim.
"Ayahmu telah datang kepada ayahku membawa kabar,
bahwa Bidasari segera akan dikawinkan oleh orang tuanya dengan
Sutan Malik. Ayahku sedih mendengar kabar itu dan karena itu
ayahmu mendesak ayahku, supaya engkau dikawinkan dengan aku,
dipaksanyalah aku mengawini engkau, untuk menutup malunya.
Tatkala kukatakan kepadanya bahwa aku tak mungkin mengawini
engkau, dia tidak mau mengaku anak lagi padaku dan akan
ditinggalkannya kota Padang ini untuk selama-lamanya.
Apa akan kuperbuat lagi" Aku tersepit antara dua perasaan
yang tak mudah dapat kusingkirkan. Perasaan persahabatan
kepada Aziz, sebagai tunanganmu yang kaucintai dan perasaan
terima kasih kepada ayahku, yang telah mengasihi dan mengasuh
aku sebagai anak kandungnya serta mengangkat aku dari lembah
kehinaan. Ke sana susah kemari sulit.
Karena tak dapat berpikirlagi, keluarlah aku dari rumah untuk
mencari pikiran bagaimana hendak melepaskan diriku dari kedua
jepitan ini. Kepindahanku dari Padang ini, yang kuharapkan akan
dapat melepaskan aku dari kesulitan ini, sampai sekarang belum
juga datang. Untuk meninggalkan pekerjaanku di sini begitu saja,
kurasa tak patut pula. Akan tetapi di Batu Mandi inipun aku belum mendapat akal,
bagaimana sebaik-baiknya memecahkan soal itu. l-latiku menjadi
gelap, pikiranku kelam-kabut, sehingga sekiranya engkau tiada
datang tadi menarik aku dari Batu Mandi ini, mungkin akan jatuh
aku ke dalam laut. "Tim, mengapakah untung kita seburuk ini?" kata Sitti
Nurmala dengan berlinang-linang air matanya.
"Oleh sebab itu kupinta kepadamu berdua, retakanlah aku
Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengawini engkau Nur barang sehari, sekadar akan menutup
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 201 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
malu ayahku. Jika kaukehendaki, sehari sesudah kita kawin akan
kuceraikanlah engkau, jika perlu dengan talak tiga sekali, supaya
engkau dapat kawin benar dengan Aziz. "
Lama Sitti Nurmala dan dr. Aziz berdiam diri, sebagai tak mudah
mengambil putusan dalam perkara ini. Mereka pun rupanya berasa
pula berapa sukarnya mendapat jalan yang baik dalam soal ini.
"Kalau permintaanku ini tak dapat kauterima, memang tak
ada jalan lain bagiku, selain dari terjun di Batu Mandi ini, masuk
ke dalam mulut yu pekak. Dengan demikian akan terlepaslah aku
dari kesulitan ini dan engkau akan bebas dengan cita-citamu kedua. Hanya si Bida, bagaimanakah akan halnya dengan Sutan
Malik" Tetapi rasanya ia pun segera pula akan mengikut aku ke
liang lahat." "Tim, Tim! Janganlah engkau berkata sedemikian! Biarlah
aku kawin dengan engkau secara yang kaukatakan tadi," kata Sitti
Nurmala dengan menangis pula.
"Kalau perkawinan Bidasari dengan Sutan Malik dapat di"
urungkan, bagaimana?" tanya dr. Aziz sesudah berpikir dalam"
dalam sejurus lamanya. "Dalam hal ini rasaku ayahku tiada akan memaksa aku
mengawini Nurmala. Tampaknya ia tetap ingin mendudukkan
aku dengan Bidasari dan melihat engkau kawin dengan Nurmala,"
jawab Mr. Yatim. "Jika demikian, tak perlu engkau mengawini Nurmala, sebab
Sutan Malik tidak akan mengawini Bidasari," kata dr. Aziz dengan
pastinya. "Sutan Malik tidak akan mengawini Bidasari?" tanya Mr. Yatim
tercengang. "Bagaimana jalannya?"
Tidak. Kalau perlu kujalankan kekerasan atas dirinya," kata
dr. Aziz pula. "Bagaimana jalannya. Ziz?" tanya Sitti Nurmala dengan heran.
"Engkau lihat saja nanti. Nur," sahut dr. Aziz pula.
-"--"2.---"
'202 asam Waslam -, -----".='.__--- x ";P
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Ziz, jangan dengan kekerasan! lngat akan kedudukan dan
pangkatmu!" kata Mr. Yatim pula yang kuatir dr. Aziz akan berbuat
sesuatu yang tak patut dikerjakannya.
"Jangan kuatir! Aku tidak akan membunuhnya. Apabila ia
tiada suka menurut kemauan kita. niscaya ia akan membunuh
dirinya sendiri. " "M r. Yatim dan Sitti Nurmala memperhatikan muka
sahabatnya, dr. Aziz, hendak melihat apakah ia berkata benar
atau bermain-main. Tetapi pada mukanya hanya kelihatan
kesungguhan. "Untuk menyampaikan maksud kita ini hendaklah kamu
berdua, begitu pula Puti Bidasari. berbuat sebagai tak tahu apa"
apa dalam hal ini dan menurut sekalian kemauan orang tua.
sampai kepada saat penghabisan dalam perkawinan. Hanya untuk
menjawat kabul harus kauperpanjang waktunya. Minta tunggu
sampai aku datang. Sebelum itu jangan sekali-kali mau disuruh
menjawat kabul ini karena apabila kabul itu telah disahkan oleh
saksi-saksi, tak dapat lagi aku berbuat apa-apa. Jadi ingat benar
pesanku ini," kata dr. Aziz pula.
Mr. Yatim dan Sitti Nurmala tak mengerti bagaimana
sahabatnya ini akan membatalkan perkawinan mereka, kalau
upacara perkawinan itu telah sampai kepada penjawatan kabul,
karena peralatan pada waktu itu telah sampai ke puncaknya.
Mungkinkah perkawinan dapat dibatalkan dalam peralatan yang
seramai"ramainya"
Oleh sebab itu bertanyalah mereka: "Ziz. cobalah kauceritakan
juga bagaimana akalmu akan mencegah perkawinanku dengan
Nurmala" Supaya teguh hatinya. " kata Mr. Yatim.
"Ya, Ziz, supaya aku pun yakin pula, karena maksudmu ini
bukan suatu perkara yang mudah, walaupun dengan kekerasan
sekalipun," kata Sitti Nurmala.
"Amat sayang, Tim, tak dapat kubukakan rahsia ini lebih
dahulu. Apalagi kepadamu. Oleh sebab itu tunggulah dengan
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 203 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
yakin dan sabar. Jangan kuatir, tetapi doakan. Insya Allah sampai
juga maksud kita ini dengan selamatnya. Jika benar tak dapat
kualangi perkawinanmu dengan Numiala, tanda tak ada jalan lain
dan kurelakanlah engkau kawin dengan Nurmala, sebagai katamu
tadi, sekadar hendak melepaskan malu ayahmu. Dan kepadamu
Nur, kupinta, supaya suka pula dikawini Yatim buat sementara.
Kasihku kepadamu tiada akan berubah karena itu.
Hanya kupinta kepadamu berdua jangan sampai membuka
rahsia ini kepada siapa pun dan dengan cara bagaimanapun.
Perbuatlah sebagai kamu tak tahu apa-apa sebagai kataku tadi. "
"Ziz, kalau begitu benar perlunya disembunyikan rahsia itu,
baiklah! Kuserahkanlah untung kita berempat ke dalam tanganmu,
semoga disampaikan Allah juga usahamu ini dengan selamatnya.
Sekarang tenanglah pikiranku."
"Pikiranku pun demikian pula dan sekali lagi kukatakan
kepadamu, Insya Allah perkawinan Sutan Malik dengan Bidasari
dapat kubatalkan. " "Dan sekali lagi pula kuulang nasihat Yatim tadi, jangan
kaulakukan kekerasan yang boleh mencelakakan dirimu," kata Sitti
Nurmala. "Jangan kuatir, Nur. Sebanyak"banyaknya hanya kupakai
kekerasan mulut saja. Tetapi ini pun agaknya tak perlu."
Mendengar jawab dr. Aziz yang sungguh-sungguh itu
serianglah hati. keduanya, lalu mereka bermain"main di bawah
lindungan pohon"pohon yang rindang sambil melepas pandang ke
samudera luas. Nyata di bawah mata mereka Pulau Pandan dan
Pulau Angsa Dua yang menjadi buah pantun muda dan tua.
yang banyak membawa kisah dan hikayat. Sedang mereka
bers enang"senang datanglah dari bawah seorang anak yang menjual
juadah dan buah-buahan serta minuman, lalu dibeli merekalah
makanan dan minuman itu untuk melepaskan dahaga dan lapar.
Tetapi bersama"sama dengan anak ini datang pula berpuluh"puluh
_ . --"-"'2..---*
204 .am sm Waslam ;;;f -. dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: kera yang jinak, yang berkeliling di tanah, seakan"akan mengepung
mereka atau mengintip dari pohon sambil menggendong anaknya
di perut dan berteriak meminta makan.
Ketiganya melemparkan pisang satu per satu kepada kera"
kera itu, yang berebut"rebutan menangkap makanan yang sangat
digemarinya itu. Yang jantan dan besar, yang sebagai penghulu
binatang ini, berani mendekati Sitti Nurmala dan mengambil
pisang dari tangannya. Setelah ketiganya puas bermain"main di puncak Gunung
Padang ini, lalu kembalilah mereka ke rumah masing-masing.
Hari itu juga Puti Bidasari mendapat kabar tentang apa yang
telah terjadi di Gunung Padang.
Sejak waktu itu pada kedua rumah anak dara, yaitu di rumah
Baginda Mais dan Sutan Baheram di Kampung Sebelah orang
ribut bekerja siang malam, bersedia"sedia untuk peralatan dua
perkawinan, yang tergesa"gesa dan serentak akan dilakukan.
Lebih"lebih di rumah Baginda Mais, karena ia rupanya
sungguh-sungguh akan menepati sekalian janjinya kepada Sutan
Alam Sah, yaitu akan melangsungkan perkawinan Sitti Nurmala
dengan Mr. Yatim dengan upacara yang belum pernah dilakukan
di Padang. Sekalian yang perlu untuk meramaikan dan merayakan
perkawinan itu diadakannya dan didatangkannya dari mana"mana
dengan tiada mengindahkan berapa biayanya dan bagaimana sulit
mendapatnya. Begitu pula di rumah orang tua Bidasari diadakannya
sekalian yang diminta oleh Puli Renos ari dan suaminya, tetapi jauh
lebih kurang daripada di rumahnya sendiri.
Tiada terkira-kira ributnya di rumah saudagar yang kaya raya
ini. Ada orang yang menguruskan rumah tangga dengan alat
perkakas dan perhiasannya; ada yang memasak juadah dan
makanan yang lain, ada yang menjahit pakaian dan menyediakan
perhiasan pengantin perempuan, ada yang mendandani bilik
dan tempat tidur anak dara dengan tirai dan langit-langit yang
*_*-__" 6P Amril: dm %mm 205 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
beraneka warna dan kelambu sutra yang berlapis"lapis serta
bantal yang bertekat dan bersulam, amat elok rupanya. Ada yang
menyelenggarakan tempat pertunjukan dan permainan dan ada
pula yang memperbuat kendaraan untuk perarakan. Bermacam"
macamlah pekerjaan mereka.
Orang yang dipanggilnya bukan dari kota Padang saja dari
segala bangsa, lapisan dan golongan, tetapi juga dari mudik
sekeliling kota Padang, Pariaman, Painan, Medan dan Aceh, ya,
sampai ke Singapura dan tanah Jawa.
Berpuluh"puluh kerbau dan kambing, beratus ayam dan ber"
puluh karung beras dan bermacam-macam minuman disediakannya. Di seluruh kota Padang pecah kabar Baginda Mais hendak
mengawinkan anaknya Sitti Nurmala yang cantik itu dengan
Mester Doktor Muhammad Yatim yang baru lulus dalam ujiannya
di Sekolah Hakim Tinggi dan telah memperlihatkan kecakapannya
dalam pengadilan perkara Mak Uning karena telah dapat membuka
rahsia, bahwa Mak Uning bersaudara dengan Sitti Nurmala, yang
telah dianiaya itu dan keduanya anak Sutan Pamenan, bangsawan
yang terkenal di Padang. Dengan perkawinan ini akan bertemulah cendekiawan dan
kemuliaan dengan hartawan dan bangsawan. Baginda Mais akan
menghabiskan separo dari hartanya yang tiada ternilai banyaknya
itu, untuk menjadikan peralatan ini suatu perayaan yang belum
pernah diadakan di kota Padang, sedang pada hari yang sama
akan diadakan pula perkawinan adik Mr. Muhammad Yatim
ini, yaitu Puti Bidasari dengan Sutan Abdul Malik, kemenakan
Sutan Pamenan tadi. Walaupun perkawinan yang kedua ini tidak
akan seramai perkawinan di rumah Baginda Mais. tetapi ia akan
menambah juga semarak perkawinan yang sepasang ini.
Sekalian penduduk kota Padang bagaikan tak sabar menunggu
peralatan yang serentak ini. Hopjaksa Sutan Alam Sah yang tahu
-"--"2.---"
'206 asam Waslam -. dp kegemparan penduduk Padang karena perkawinan anaknya ini,
merasa puas hatinya karena sekarang terbukti bahwa anaknya
masih dijunjung dan dimuliakan orang.
Pada malam nikah, yaitu malam mempelai ke tengah untuk
bersanding dua dengan anak dara. penuh sesaklah rumah Baginda
Mais yang besar itu sampai ke halamannya dengan jamu dari
berbagai golongan dan tingkatan, laki-laki dan perempuan, yang
memakai pakaian yang indah"indah dan perhiasan yang mahal"
mahal, duduk di atas kursi yang telah diatur atau di atas tikar
permadani yang halus"halus buatannya, yang telah dihamparkan
di atas lantai jubin yang berwarna.
Di serambi tengah diadakan tempat duduk pengantin, terjadi
dari kasur berlapiskan kain sutra dan dewangga yang bersulam
dan bertekat benang emas dan perak, amat permai perbuatannya.
Di atasnya telah duduk bersila bersanding dua Mr. Yatim dan
Sitti Nurmala yang telah didandani dengan pakaian pengantin,
yakni pakaian raja"raja dan putri"putri di Padang. Mr. Yatim
memakai destar saluk yang bertabur emas, yang rupanya seakanakan mahkota, bajunya baju roki dari beledu merah yang leher,
tangan dan pinggirnya berpasmen emas', kemejanya dari sutra
berkancingkan emas pula. Celananya" dari beledu yang serupa
warnanya dengan warna bajunya, pendek, sesak, dan pinggirnya
serta sisinya bersuji berakam pula. Kakinya tertutup kaus putih
yang halus dan bersih sedang kasutnya yang amat permai pula
pada waktu itu tiada dipakainya karena ia duduk bersila di atas
tempat kedudukannya. Di pinggangnya yang berpending emas tersisip keris yang bersarung emas berukir"ukir dan berhulu emas pula yang bertatahkan
permata yang mahal-mahal. Jarinya penuh dengan cincin emas
bemiata intan dan berlian, delima dan zamrud yang bersinar"
sinar cahayanya. Mukanya yang dibedaki dihiasi api-api sepanjang
pinggir rambutnya. "-?"._5"-?"?"-_
6P Amril: dm %mm 207 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Sekalian pakaian ini sangat menyerupai pakaian bangsawan
Spanyol yang mungkin telah lama ditiru oleh orang Padang.
Walaupun pakaian dan perhiasan pengantin laki"laki ini
telah rimbun, tetapi pakaian pengantin perempuan lebih rampak
pula, sehingga rupanya sesak dan sarat. Tetapi pakaian ini lebih
menyerupai pakaian asli bangsa Melayu. Suntingnya yang dari
emas dan perak yang bermacam"macam bentuk dari romannya,
bermatakan ratna mutu manikam, dikenakan berleret"leret di
kepalanya, sedang kundainya penuh disemat dengan penusuk
sanggul dari emas dan perak pula, bertatahkan permata yang
gilang"gemilang sinarnya. Bajunya baju kurung dari sutra yang
penuh bertekat dan bersuji benang emas dan perak. Selendangnya
selendang berlapak yang penuh pula dengan sujian dan rakaman.
Begitu pula kainnya yang berlapis-lapis itu. Perhiasan yang dari
emas dan perak juga yang bertatahkan permata yang berkilau"
kilauan sinarnya penuh pada leher dan dadanya, tangan dan
jarinya, sdringga amat sarat dan berat rupanya.
Di sebelah kiri dan kanan kedua pengantin ini duduk berleret
menghadapinya puti"puti dan sitti"sitti yang muda"muda, yang
memakai pakaian sebagai anak dara, menjadi pengiringnya yang
dinamakan "pesemandan'm. Begitu pula puti"puti dan sitti"sitti
yang telah berumur pun ada pula yang dipersilakan datang untuk
memberi semarak dan memuliakan perayaan ini. Sekaliannya
dengan pakaian kebesaran yang indah"indah pula.
Di ruang tempat laki"laki. telah duduk sutan dan marah ber"
leret di pinggir ruang ini, di atas hamparan yang pem'rai', mas ing"
masing menurut derajatnya dengan memakai pakaian asli Padang.
Pun bangsawan-bangsawan yang dipersilakan datang karena tinggi
asalnya ada pula hadir. Hanya di serambi mukalah duduk di atas
kursi orang"orang yang berpangkat tinggi, saudagar"s audagar kaya,
1) pengiring anak dara dan mempelai
-?"-?"-'2..---"
203 Assay %manlwe -, gp
Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang"orang yang ternama, cerdik"pandai dan ninik"mamak, dari
segala bangsa, golongan danlapisan masyarakat. Orang"orang kaya,
istri mereka pun telah duduk pula berkumpul dalam suatu ruang
lain. Bunyi-bunyian telah kedengaran dan permaian telah dimulai.
Tinggal menanti kedatangan kadi lagi yang akan menikahkan
kedua pengantin itu. Begitu pula di rumah Sutan Baheram telah penuh sesak
dengan jamu yang kebanyakan dari kaum bangsawan. Puti
Bidasari dan Sutan Malik telah duduk pula bersanding dua dengan
pakaian pengantin cara raja-raja, sebagai di rumah Baginda Mais.
Sekaliannya telah siap, walaupun tiada sebesar dan semewah di
rumah saudagar Baginda Mais. Di sini pun orang tinggal menunggu
kedatangan kadi yang diminta datang pukul delapan. Puti Bidas ari
mukanya pucat, badannya gemetar, serta jantungnya berdebar"
debar, karena bakal suaminya atau lebih baik dikatakan bakal
algojonya, telah duduk di sisinya. Apabila telah datanglah kadi dan
telah dijawatnya kabul, jatuhlah hukuman matinya, karena ia telah
membulatkan pikirannya lebih baik mati daripada bersuamikan
Sutan Malik. Apabila tiada diingatnya isi surat Mr. Yatim yang
akhir, yang memberipengharapan kepadanya, karena perjanjian dr.
Aziz, niscaya telah diminumnya racun dan tak dapatlah dilakukan
persandingan ini. Tetapi pertolongan yang akan diberikan itu belum juga
kelihatan sedikit pun olehnya. Sekaliannya rupanya akan berlaku
seperti biasa terjadi pada peralatan perkawinan lain-lain. Tak
mungkinkah dr. Aziz lupa atau beralangan atau yang tak dapat
menepati janjinya, maka sampai kepada waktu itu belum kelihatan
ia" Ke mana ia pergi" Apa yang ditunggunya" Apa alangannya"
Sedang waktu kadi akan datang, kian lama kian dekat. Apabila telah
datang kadi ini dan telah diucapkan Sutan Malik perkataan,
"Aku terima perkawinan Puti Bidasari dengan uang emas
kawin sekian rupiah," menjadilah ia is tri Sutan Malik dan seratus
*_*-__" 6P Amril: sm %mnm 209 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
dr. Aziz sekalipun takkan dapat menceraikannya lagi dari Sutan
ini, jika tiada sesukanya. Sedang ia dilamun pikiran yang berat
itu, tiba"tiba kedengaran olehnya seorang pesemandan yang duduk
tiada berapa jauh daripadanya berkata, "ltu Engku Kadi datang."
"Masuklah, Engku Kadi. Kami telah siap menanti," kata Sutan
Baheram dengan suka rupanya.
Puti Bidas ariyang selalu duduk menekur, terangkat kepalanya
dan hilang sekalian semangatnya serta gemetar seluruh tubuhnya.
Sekarang putuslah sekalian pengharapannya. Jika tiada digagahinya
dirinya, niscaya robohlah ia ke lantai tiada ingatkan dirinya.
Kadi yang rupanya tergesa"gesa, karena hendak mengawinkan
Mr. Yatim pula dengan Sitti Nurmala, langsung maju ke tengah
seraya berkata, "Kita mulailah, karena hamba ditunggu pula
di rumah Engku Baginda Mais," lalu ia duduk di muka Puti
Bidasari yang bingung memikirkan bagaimana akalnya hendak
mengundurkan perkawinan ini, menurut nasihat dr. Aziz', karena
dokter ini belum kelihatan juga olehnya. Oleh sebab itu tiada dapat
dialanginya ayahnya dengan Sutan Pamenan dan beberapa orang
yang lain yang datang mendekat hendak menyaksikan perkawinan
itu. Puti Bidasari menutup matanya, supaya jangan terlihat
olehnya sekalian persiapan untuk pembunuh dirinya ini. Jika dapat
hendak ditutupnya pula kedua belah telinganya, supaya jangan
kedengaran olehnya kelak suara hakimnya menjatuhkan hukuman.
Tetapi keinginan hatinya ini tak dapat dilakukannya, karena anak
dara tiada boleh bergerak-gerak, apalagi mengangkat tangannya
dan menutup kupingnya. Tatkala kadi mengucapkan perkataan, "Aku terima ..." tibatiba kedengaran olehnya suara dr. Aziz dengan lantangnya: "Engku
Sutan Pamenan, untuk keselamatan Sutan Malik, ke-menakan
Engku, hamba minta supaya perkawinan ini diundurkan sebentar. "
Bidasari terkejut, lalu diangkatnya kepalanya dan dibukanya
21" smm www ;;; -, rfp
di" M V mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
matanya, hendak melihat, benarkah yang berkata"kata itu dr. Aziz
atau orang lain. Setelah dilihatnya sungguh dr. Aziz berdiri di pintu dengan
mengecapkan matanya sebagaihendak memberi isyaratkepada"nya,
supaya ia jangan kuatir, barulah kembali pengharapannya. Tetapi
jantungnya bagaikan pecah berdebar, karena pikiran yang harap"
harap cemas. Bagaimana akhirnya perbuatannya yang angkara ini"
Dapatkah ia mempengaruhi orang"orang ini, sehingga menurut
sebarang kemauannya" Jika tak suka mereka menurut, apakah
yang akan terjadi" Hendak mengamukkah ia" Sedang katanya tadi
pengunduran perkawinan itu untuk keselamatan Sutan Malik.
Demikianlah pikiran dan pertanyaan yang timbul tenggelam
dalam hati Puti Bidasari, pertanyaan yang tak'xdapat dijawabnya.
Sekalian yang hadir pun terkejut dan sangat heran melihat
kedatangan dr. Aziz yang tiba"tiba itu dan mendengar permin"
taannya yang belum pernah dikemukakan dalam sesuatu peralatan
perkawinan di Padang. Setelah termangu sejurus lamanya, berkatalah Sutan Pamenan
dengan suara orang yang mulai marah: "Apakah sebabnya Engku
Dokter mengganggu kami sedemikian ini?" Sutan Baheram
lalu berdiri dan mulai menyingsingkan lengan bajunya, karena
dipandangnya perbuatan dr. Aziz ini suatu penghinaan yang sangat
jemawa dalam rumahnya. "l-lamba datang ini bukan hendak mengganggu. Engku Sutan
Pamenan. melainkan hendak memperbincangkan keselamatan
kemenakan Engku. Sutan Malik. Apabila perkawinan Sutan Malik
dengan Puti Bidasari telah dilangsungkan, niscaya tak dapat lagi
kita berbicara, karena kecelakaan yang besar akan jatuh menimpa
dirinya. Oleh sebab itu hamba pinta, undurkanlah perkawinan
ini lima menit saja. supaya dapat Engku dengar apa yang hendak
hamba terangkan yang tak dapat hamba bukakan di muka orang
banyak ini. Setelah Engku dengar perkataan hamba nanti, ter"
gantung kepada Engku, apa yang akan Engku perbuat."
*_*-__" 6P Amril: sm %mnm 211 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Mula"mula Sutan Pamenan belum juga hendak keluar,
tetapi setelah dilihatnya dr. Aziz berkata sungguh"sungguh
dengan beraninya, yang menyatakan kebenarannya, apalagi
karena diketahuinya kemenakannya memang banyak mempunyai
kes alahan, misalnyapembakaran rumah Panduko Sati, bergoyanglah
imannya, lalu berdirilah ia perlahan-lahan dan berjalan menurut
dr. Aziz ke luar. Setelah sampailah mereka ke dekat bendi dr. Aziz yang
berhenti di tempat yang sunyi, agak jauh dari rumah Sutan
Baheram, berkatalah dr. Aziz: "Engku Sutan Pamenan, pada hamba
ada bukti dan ada saksi, yaitu Engku Saleh, juru rawat rumah sakit
Ganting, bahwa rumah Engku Panduko Sati, dengan sengaja telah
dibakar oleh Sutan Malik, kemenakan Engku pada malam hari raya,
dengan melemparkan tiga bom ke dalam bilik rumah itu, sebab
hendak melepaskan sakit hatinya, karena kalah dalam perlombaan
memasang mercon pada malam itu dengan anak Panduko Sati.
Jika perkawinan Sutan Malik dengan Puti Bidasari dilangsungkan,
malam ini juga akan hamba adukan kepada polisi pembakaran
rumah ini dan pembunuhan seorang yang mati terbakar dalam
rumah itu. Dan malam ini juga kemenakan Engku akan ditangkap,
untuk dihukum, barangkali dengan hukuman gantung."
Sutan Pamenan tersandar ke bendi dr. Aziz mendengar
tuduhan yang amat berat ini. Mukanya pucat dan seluruh badannya
berkeringat dingin. Lama ia terdiam, tiada dapat berkata"kata,
karena diketahuinya benar, memang kemenakannya, Sutan Malik,
yang melakukan kejahatan ini". Pada sangkanya tak ada orang
yang tahu rahsia ini lain daripada ia sendiri dengan temannya
Datuk Gampo Alam, dan anaknya, Marah Udin. Tentulah anaknya
ini yang membukakan rahsia itu kepada dr. Aziz di Rumah Sakit
Ganting. Dan jika sampai perkara ini ke tangan polisi, niscaya
terjadi apa yang dikatakan dr. Aziz tadi. Setidak"tidaknya ia tentu
akan mendapat hukuman penjara seumur hidup. Boleh jadi ia
212 smm www ;;; -, rfp di" M V mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
sendiri dengan Datuk Gampo Alam akan terbawa"bawa pula dalam
perkara ini, karena mereka ada di rumah Puti Umi malam itu dan
mengetahui kejahatan ini.
"Jadi bagaimana baiknya sekarang?" tanya Sutan Pamenan
yang tiada berdaya lagi, mendengar ancaman atas kemenakannya
itu. "Sekarang ini juga Engku dengan Sutan Malik bersama"sama
hamba pergi kepada Engku Sutan Ala1n Sah di rumah Engku
Baginda Mais, untuk memastikan bahwa Sutan Malik tidak akan
mengawini Puti Bidasari. Tetapi kita harus berangkat sekarang ini juga, supaya kita
sampai sebelum perkawinan Mr. Yatim dengan Sitti Nurmala
dilangsungkan. Kalau perkawinan mereka telah terjadi, takkan
dapat lagi diperbaiki keadaan Sutan Malik."
"Kalau begitu baiklah," sahut Sutan Pamenan dengan suara
yang hamp ir tak dapat dikeluarkannya,karena takut kemenakannya
akan dihukum gantung atau menjadi orang rantai seumur hidup.
Sebab itu tiada ia berpikir panjang lagi, lalu masuk ke dalam,
memanggil Sutan Malik, diikuti oleh dr. Aziz dari belakang.
"Malik, keluar sebentar! Sangat penting," katanya memanggil
kemenakannya dengan suara yang lemah.
Sutan Malik dengan sekalian hadirin sangat heran mendengar
seruan Sutan Pamenan ini, yang diucapkan dengan tergesa"gesa
dan kuatir, sehingga mempelai ini ragu-ragu dan tak tahu apa yang
yang akan diperbuatnya. Puti Bidasari mulai berseri mukanya, karena harapannya
bertambah"tambah besar, dr. Aziz akan dapat melepaskannya dari
perkawinan yang akan membawanya ke liang kubur ini. Lebih"lebih
tatkala ia mengerling kepada dr. Aziz yang berdiri di belakang
Sutan Pamenan dan mendapat isyarat daripadanya, bahwa bahala
telah lewat dan ia tak usah kuatir lagi, tiada terkira-kira girang
hatinya. & 5P Amr- sm %mmlzm 213 "Mengapa mempelai harus keluar, Engku Sutan Pamenan?"
tanya Sutan Baheram, yang bertambah"tambah heran dan geram
melihat peristiwa yang tiada menyenangkan hatinya ini.
"Perkara yang sangat penting Engku, yang tak dapat diundurkan barang semenit pun. Hamba harap Engku suka menunggu
kami sebentar. Segera kami akan kembali. Mari Malik!"
Di situ barulah Sutan Malik berdiri dan keluar mengikuti dan
dr. Aziz, dipandang oleh sekalian hadirin dengan termangu"mangu,
karena tak tahu apa sebabnya dan apa maksudnya mempelai
meninggalkan anak dara dengan pakaian pengantin, tatkala
mereka duduk bersanding dua dalam peralatan yang sedang amat
ramainya. Sutan Baheram pucat mukanya karena malu, sebab
anaknya ditinggalkan mempelai di tengah jamuan ramai. Peristiwa
yang sedemikian ini belum pernah terjadi. Kadi pun tiada terkatakata melihat Malik keluar dibawa mamaknya, karena ia pun tiada
dapat memikirkan apa keperluan mempelai yang telah bersanding
dua dengan anak dara, yanglebih penting lagi dari menjawat kabul.
IClleh sebab itu dikeluarkannyalah arlojinya, sebab kuatir terlambat
datang ke rumah Baginda Mais.
Hanya Puti Bidas arilah yang bertambah"tambah girang hati"
nya, karena algojonya tak ada lagi di sisinya dan hakimnya akan
pergi pula rupanya. Lebih"lebih tatkala dr. Aziz menoleh kep ada"
nya dengan senyum cemooh pada bibirnya, nyatalah padanya
bahwa Sutan Malik telah ada dalam tangan sahabatnya ini.
"Ke mana kita pergi, Uteh?" tanya Sutan Malik kepada
mamaknya, tatkala mereka berjalan pergi ke bendi dr. Aziz.
"Ke rumah Engku Baginda Mais, untuk mengatakan kepada
Hopjaksa Sutan Alam Sah, bahwa engkau tidak akan mengawini
Puti Bidas ari lagi. "
"Tidak mengawini Puti Bidasari lagi" Mengapa tidak?" tanya
Sutan Malik dengan terkejut dan bertambah-tambah herannya.
_ . --"-"'2..---*
214 smm www ;;; -, rfp di" M V mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
"Supaya engkau jangan ditangkap polisi malam ini juga dan
esok hari berayun di tiang gantungan, karena rahsiamu membakar
rumah Panduko Sati, sehingga ada orang yang mati terbakar, telah
diketahui orang. " Mendengar perkataan mamaknya itu. gemetarlah seluruh
badan Sutan Malik dan lemahlah kakinya, sehingga pastilah ia
akan rubuh ke tanah bila tiada berpegang pada Sutan Pamenan.
Setelah ditolong oleh Sutan Pamenan menaikkan
kemenakannya ke atas bendi dr. Aziz, berangkatlah mereka ke
rumah Baginda Mais, tetapi tiada masuk ke rumah saudagar ini,
melainkan ke rumah yang di sebelahnya, yaitu rumah seorang
sahabat dr. Aziz. Dalam rumah ini Sutan Pamenan dengan Sutan
Malik dan Saleh disuruhnya menunggu, sedang ia sendiri pergi
memanggil Sutan Alam Sah, Baginda Mais dan Mr. Yatim.
Waktu itu Baginda Mais dan Sutan Alam Sah sedang gelisah
menunggu kedatangan kadi yang terlambat. Bahkan Hopjaksa
bersangka, kadi dengan sengaja ditahan di rumah iparnya, untuk
mengganggu atau menghalang-halangiperkawinan Mr. Yatim dengan
Sitti Nurmala Oleh sebab itu disuruh tanyakannya kadi ini ke rumah
kakaknya. Tetapi dapat jawaban, kadi minta tunggu sebentar, karena
belum dapat mengawinkan Sutan Malik dengan Puti Bidasari.
Mr. Yatim dan Sitti Nurmala pun telah lama pula gelisah
menunggu kedatangan bantuan dari dr. Aziz, untuk membatalkan
perkawinan mereka. Kuatir timbul dalam hati mereka, kalau"kalau
dr. Aziz mendapat alangan, sehingga tidaklah dapat menepati
janjinya. Untung dan malang mereka tergantung kepada hasil atau
tidak hasilnya pekerjaan dr. Aziz.
Sungguhpun demikian kedua mereka tak dapat berkata"kata
atau berbisik pun untuk menyatakan kekuatiran mereka ini, karena
pengantin Padang, lebih-lebih dalam bersanding dua, jangankan
berkata-kata atau berbisik-bisik, mengerling pun tak boleh, apalagi
kepada kelaminnya, sehingga masing-masing menahan perasaan
*_*-__" 6P awam %mnm 215 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
hatinya ini sendiri"sendiri sebagai si Bisu bermimpi terasa ada,
terkatakan tidak. Dalam keadaan yang demikianlah dilihat Mr. Yatim ayahnya
Sutan Alam Sah menggamitnya dari jendela lalu berbisik-bisik,
menyuruh ia keluar sebentar, melalui jalan belakang.
Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan segera Mr. Yatim keluar melalui jalan yang tiada
berapa jauh daripadanya dengan hati yang berdebar"debar, lalu
mengikuti ayahnya ke rumah sebelah, tempat Sutan Pamenan
telah menunggu dengan Sutan Malik dan dr. Aziz, sedang Baginda
Mais yang termangu"mangu melihat Sutan Malik dalam pakaian
mempelai, pun telah ada pula menanti.
Mr. Yatim keluar meninggalkan Sitti Nurmala hanya dilihat
oleh pesemandan dan perempuan"perempuan bangsawan yang
ada dalam ruang pengantin saja. Walaupun mereka heran melihat
mempelai keluar, tetapi sebab ayahnya yang memanggil dan
didengar mereka bis ikan Sutan Alam Sah mengatakan ada perkara
yang sangat penting, hal ini tiadalah menjadi pikiran benar kepada
mereka, karena diketahui mereka Mr. Yatim seorang hakim yang
penuh dengan perkara-perkara yang penting. Seketika lagi tentu
ia akan kembali pula. Hanya Sitti Nurmalalah yang sak, Mr. Yatim keluar itu tentu"
lah berhubungan dengan muslihat kekasihnya dr. Aziz yang hendak
melepaskan mereka dari ikatan perkawinan ini. Hanya bagaimana
caranya belum diketahuinya, dr. Aziz sendiri tiada dilihatnya. Oleh
karena itu gelisahnya bertambah dan jantungnya berdebar-debar
karena perasaan harap-harap cemas yang timbul dalam hatinya.
Tetapi ia yakin muslihat dr. Aziz akan baik hasilnya.
Sementara itu kadi datang tergesa"gesa, lalu duduk dihadapan
anak dara, hendak memulai dengan segera mengawinkan kedua
pengantin: la takut tak jadi pula perkawinan itu, sebagai di rumah
Sutan Baheram, karena mempelai meninggalkan anak dara dan tak
kembali lagi. -"--"2.---"
'216 smm www -, rfp Tetapi di rumah Baginda Mais pun rupanya anak dara di"
tinggalkan mempelai pula, karena pengantin perempuan duduk
sendiri sedang Baginda Mais dan Sutan Alam Sah pun tak ada.
Ke mana mereka dan apakah yang telah terjadi pada malam yang
sial itu, sehingga pada dua peralatan bangsawan tinggi, anak dara
ditinggalkan mempelai"
Oleh sebab itu tatkala masuklah kembali mempelai bersama"
sama dengan Hopjaksa Sutan Alam Sah dan Baginda Mais yang
sangat bingung rupanya, lalu segeralah diburunya mempelai ini,
didudukkannya di sisi anak dara dan dimulainyalah mengawinkan
mereka. Tatkala Sitti Nurmala melihat mempelai datang kembali dan
duduk di sisinya, kaburlah penglihatannya dan pusinglah kepalanya
karena putus harapannya akan terlepas dari perkawinan paksaan
ini. Rupanya dr. Aziz tak dapat menolongnya, sehingga ia harus
juga kawin dengan Mr. Yatim, walaupun untuk sementara dan
pura"pura, sekadar hendak melepaskan maju Sutan Alam Sah',
tetapi sahabatnya Puti Bidasari akan terikatlah selama"lamanya
pada suami yang dibencinya.
Lafal kadi tiada didengarnya, tetapi tatkala sampai perkata"
an "kabul" ke telinganya, yang menyatakan ia telah menjadi istri,
jatuhlah ia ke belakang, tiada diingatkan dirinya lagi. Untunglah
dengan segera ia dipegang, lalu diusung ke tempat tidur pengantin
dan dibaringkan di sana. ISirang-orang gempar di tempat bersanding dua ini, lebih-lebih
Baginda Mais dengan istrinya', tetapi mempelai segera menutup
pintu bilik pengantin ini seraya berkata, "Jangan kuatir! Ia hanya
pusing karena lelah," lalu dikuncinya pintu ini dibukanya sekalian
pakaian dan perhiasan Sitti Nurmala dan diobatinya.
Tiada berapa lama kemudian, ingatlah Sitti ini akan dirinya
kembali, lalu meratap, "Ziz, Ziz! Di mana engkau sekarang"
"-?"._5"-?"?"-_
6P awam %mnm 217 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Mengapa tak kautolong kami, sehingga aku menjadi istri Yatim
dan Bida menjadi istri si Malik?"
"Aku Aziz,bukan Yatim. Lihatlah benar-benar mukaku! Engkau
tak menjadi istri Yatim, tetapi menjadi istriku, karena akulah yang
mengawini engkau tadi. Bukan Yatim."
"Engkau Aziz, bukan Yatim?" kata Sitti Nurmala memandang
Aziz. "Memang aku Aziz dan bukan Yatim. Sekarang engkau telah
menjadi istriku, dan sampailah sekalian cita"cita kita yang sekian
lama telah kita idamkan itu," kata dr. Aziz, karena sebenarnyalah
ia telah mengawini Sitti Nurmala, lalu dipeluk dan diciumnya pula
istrinya ini dengan sangat hasratnya.
"Aku masih berasa bermimpi, karena aku tahu benar mem"
pelai yang duduk mula"mula dekat aku memanglah Yatim, bukan
engkau, sampai ia keluar dipanggil ayahnya. Mempelai yang masuk
kembali untuk menjawat kabul tak ubahnya dari Yatim. Inilah
sebabnya aku putus asa sehingga jatuh pingsan, tatkala mendengar
kabul telah dijawat oleh mempelai, karena aku tak bata-bata lagi,
tentulah aku telah dikawini oleh Yatim. Bagaimana boleh jadi
pertukaran itu, tak dapat kupikirkan. Cobalah kauceritakan!"
"Begini Nur ...."
"Tunggu dahulu! Bagaimana hal Yatim dan Bidasari sekarang"
Beruntung pulakah mereka sebagai kita ini" Dapat pulakah kautukar mempelai Sutan Malik dengan mempelai Yatim, sehingga
Bidasari telah kawin pula dengan Yatim?" tanya Sitti Nurmala.
"Kedua mereka niscaya bersyukur pula, walaupun belum dapat
dikawinkan. Karena Sutan Malik tidak akan mengawini Bidasari,
sedang Yatim telah terlepas dari perkawinan paksaan dengan
engkau. Aku yakin mereka pun akan dapat pula nanti mencapai
cita-cita mereka. " '213 Mmmm -_ &!) "Alangkah haiknya dan alangkah besar hatiku apabila mereka
berdua dapat pula beroleh kurnia sebagai kita pada waktu ini.
Tetapi dengan halnya sekarang aku pun telah bersyukur juga,
karena bahaya kawin paksaan tak ada lagi. Aku pun mendoakan
supaya mereka berdua segera pula menjadi suami-istri. Sekarang
ceritakanlah bagaimana hikmatmu, sehingga dapat kaupecahkan
perkawinan paksaan kita dan kaujadikan perkawinan idaman.
Sangat ingin aku mendengarnya."
"Tatkala Marah Udin, saudaramu sebapa, akan meninggal
dunia di Rumah Sakit Ganting, dikatakannya kepadaku, yang
membakar rumah Panduko Sati malam hari raya itu ialah Sutan
Malik. Inilah senjataku yang sakti yang dapat menaklukkannya
"Ya Allah! Jadi Bidasari akan dikawinkan dengan seorang
penjahat pembakar rumah?"
"Bukan pembakar rumah saja, tetapi juga pembunuh orang
karena dalam kebakaran itu ada orang yang mati terbakar."
"M asya Allah! Alangkah durjananya Sutan Malik itu!"
"Dengan senjata ini kupaksa ia supaya tidak mengawini
Bidasari. Karena takut dihukum gantung, ia tunduk dan menurut
kubawa menghadap ayah Yatim, yang berjanji akan membatalkan
perkawinanmu dengan Yatim, kalau perkawinan Bidasari dengan
Sutan Malik diurungkan. Setelah sampailah aku dengan Sutan Malik, ayahmu Sutan
Pamenan dan juru rawat Saleh, yang menjadi saksi dalam perkara
ini ke rumah yang di sebelah ini, lalu kuminta datang ke sana
ayahmu Baginda Mais, ayah Yatim dan Yatim ...."
"Itulah sebabnya Yatim meninggalkan aku sendiri tatkala kami
bersanding dua." "Benar. Dan tatkala dilihat mereka Sutan Pamenan dengan Sutan
Malik yang berpakaian mempelai ada di sana, terkejutlah mereka"
"Mengapa Sutan kedua ada di sini dan dalam pakaian
sedemikian?" tanya ayahmu dengan sangat herannya.
*_*-__" 6P Awam? %mnm 219 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Kami langsung dari peralatan di rumah Sutan Baheram,
datang kemari hendak mengatakan kepada Engku"Engku sekalian,
bahwa kemenakan hamba Sutan Malik ini tiada dapat mengawini
dan tiada pula akan mengawini Puti Bidasari. "
Sekalian yang mendengar perkataan Sutan Pamenan ini
ternganga karena talq'ub. Pembatalan perkawinan secara ini, sedang
pengantin bersanding dua, sekali"kali tiada disangka mereka akan
dapat dilakukan dan belum pula pernah kejadian.
Setelah ayahmu tercengang beberapa lamanya, barulah ia
dapat mengeluarkan perkataan dengan geram dan tak mengerti:
"Tetapi apa sebabnya Sutan Malik tiba"tiba di dalam peralatan
besar tak dapat dan tiada akan mengawini Puti Bidasari?"
"Tentang sebabnya, janganlah kita bicarakan di sini. Memadailah kalau hamba pastikan bahwa Sutan Malik tidak akan kawin
dengan Puti Bidasari," jawab ayahmu Sutan Pamenan dengan
pastinya. "Astagfirullah! Apakah yang telah terjadi, maka perkawinan
diputuskan sedemikian ini. " mengucap Baginda Mais. "Dan apakah
kata Engku Sutan Baheram" Dapatkah diterimanya keputusan
perkawinan yang sedemikian ini" Tidakkah ia marah?"
"Tentang penerimaan dan kemarahan Engku Sutan Baheram
rasa hamba adalah perkara Engku Sutan Pamenan dengan Engku
Sutan Baheram, yang akan diselesaikan oleh kedua beliau sendiri.
Yang perkara kita di sini ialah janji Engku Hop kepada Mr. Yatim,
yaitu apabila Puti Bidasari tidak dikawini oleh Sutan Malik, Mr.
Yatim pun tidak pula akan kawin dengan Sitti Nurmala," kataku.
"M r. Yatim tidak kawin dengan Nurmala," diulang perkataan
ini oleh ayahmu, yang tersandar ke atas kursinya, seakan-akan tak
jelas olehnya arti perkataan itu.
"Benarkah itu, Engku Hop?"
"M emang benar. Dan kepada Engkupun telah hambapailitkan
sungguh perkara ini. Sekarang tinggal kepada Yatim lagi, mau tak
22" smm www ;;; -, rfp
di" M V mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
maunya ia mengawini Sitti Nurmala terserah kepadanya. Jika dari
hamba, terlepaslah sudah ia dari janjinya kepada hamba," kata
Engku Sutan Alam Sah dengan girangnya.
"Jika dari hamba, memang dari dahulu telah hamba katakan,
hamba tak dapat mengawini Nurmala. Jika tidak karena hendak
menutup malu ayah hamba, tiadalah akan hamba benarkan
perkawinan hamba dengan Nurmala. Sekarang karena hamba telah
lepas dari ikatan perjanjian hamba kepada ayah hamba, tiadalah
akan hamba kawini Nurmala," ujar Yatim.
"Ya, Allah! Siapa bersangka akan jadi sedemikian ini" Dua
perkawinan yang telah disiapkan disiarkan dan dirayakan sebagai
ini, akan jadi batal?"
Ke mana hendak saya sembunyikan muka saya" Bagaimana
Tobias Beraksi Kembali 2 Menggapai Impian Tertinggi Karya Ono Musfilar Budi Kesatria 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama