Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha Bagian 2
Nuning segera mencari hand phone Aulia. Alhamdulillah ketemu di dalam laci meja
belajarnya. Sayang hand phone-nya mati. Namun Nuning tak habis akal. Dia mengganti baterai
hand phone Aulia dengan baterai hand phone miliknya.
Banyak sekali pesan singkat yang masuk ketika dia membuka hand phone Aulia.
Kebanyakan pesan singkat itu datang dari teman-teman dekat Aulia. Nuning pun tak terlalu
menghiraukannya. Kemudian dia segera mencari informasi di dalam hand phone tersebut.
Di dalam kotak masuk tak ada yang informasi yang terlalu membantu. Dia agenda-nya pun
juga tak ada. Di register apalagi. Tak ada nomor yang bisa dipertanyakan. Nuning hampir
kehabisan akal. Dia kembali lagi mencari di berita terkirim. Satu per satu pesan itu dibukanya.
Dan..... ada satu pesan yang menurutnya janggal. Pesan itu dikirim oleh Aulia kepada seseorang
bernama Mas Syarif. Yang berisi,
"Asw. Mas, Aulia mw ty, apa yg hrs Lia lkkn jk Lia sk dg seorg ikhwn yg sgt jauh. Dia seorg munsyid dr Solo. Mungkin Mas
tahu siapa dia. Lia mhn solusinya Mas ya" Wass".
Pesan itu dikirim tanggal 1 Juli 2008. Nuning mulai bertanya-tanya, siapa Mas Syarif ini"
Kemudian dia mencari tahu jawaban apa yang diberikan oleh Mas Syarif ini, di kotak masuk.
Namun tak ada jawaban itu. Mungkin Aulia sudah menghapusnya.
Dia kembali membuka berita terkirim itu. Ada satu pesan lagi yang ditujukan pada Mas
Syarif. Isinya, "Mas, tlg dilupkn sj prtyaan Lia yg brsn. Dn tlg, rahasiakan ini pd syppn y" Aq sdh ptskn u mlpkn smwnya. Mgkn mmg bkn
jdh. Slm u Mbk Mia. Afwn w jzk".
Internet novel publicing Nuning kembali berpikir. Ini sebuah informasi yang sangat bagus. Meskipun dia tidak tahu
siapa Mas Syarif ini, tapi paling tidak, melalui laki-laki ini, mungkin dia bisa menemukan sosok
ikhwan misterius itu. Bukankah dalam pesannya Aulia menuliskan bahwa Mas Syarif ini
mungkin tahu siapa dia. Siapa tahu saja Mas Syarif ini benar-benar tahu siapa ikhwan itu.
Nuning tersenyum kecil sambil melangkah keluar kamar Aulia serta membawa hand phone
milik Aulia tadi. Ada sebongkah harapan yang tiba-tiba saja menyusup kedalam hatinya.
Doanya, semoga saja ini pertanda bahwa sebentar lagi Aulia akan sadar dari komanya.
* * * Delapan Setelah Dani pulang dan beristirahat, Nuning segera memberitahukan perihal yang tadi ia
temukan di kamar Aulia. Dari awal dia menemukan buku harian adiknya itu sampai tentang Mas
Syarif yang dia juga tak tahu siapa. Namun dia menjelaskan, siapa tahu saja dari Mas syarif itu
bisa memberikan informasi tentang keberadaan sosok ikhwan misterius itu.
Keesokannya Nuning dan Dani pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan Aulia. Kali ini
Pak Wahyu dan Bu Wardah tidak ikut. Mereka menjaga Fitri dirumah. Sementara itu, Aulia
belum juga ada perubahan. Nuning dan Dani berkonsultasi dengan dokter Rina.
"Jadi bagaimana keadaannya sekarang dok?", Tanya Nuning ketika beremu dengan dokter
Rina. "Keadaannya masih sama seperti hari-hari kemarin. Belum sadarkan diri dan jantungnya juga
masih lemah". Jawab dokter Rina.
"Oh iya, apa kalian sudah menemukan apa penyebab depresi yang dialami oleh adik kalian
itu?" Tanya dokter Rina kemudian.
"Sudah dok". Jawab Nuning sambil mengeluarkan sebuah buku harian Aulia dan sebuah
hand phone dari dalam tasnya.
"Apa penyebabnya?"
"Dia sedang jatuh cinta pada seorang pria". Ucap Nuning.
"Jatuh cinta?". Tanya dokter Rina setengah tak percaya.
Nuning membuka satu halaman buku harian Aulia agar dokter Rina membacanya. Setelah
dokter Rina membacanya, dia mengatakan satu hal pada Nuning dan Dani yang sedari tadi
menunggu dia berbicara. "Kalau begini keadaannya, kalau cinta sudah membuat Aulia koma, maka satu-satunya jalan,
kita harus membawa laki-laki itu pada Aulia dan berusaha membuat dia agar mau mengucapkan
kata cinta pada Aulia. Sebab penyakit yang dialami Aulia adalah penyakit cinta. Perasaan cinta
yang dipendam terlalu dalam akan menyebabkan hal-hal semacam ini jika si pencinta tak kuat
fisiknya. Seperti Aulia. Maka secepatnyalah kalian membawa laki-laki itu pada Aulia. Aulia itu
hanya butuh balasan cinta dari laki-laki pujaannya. Saya rasa ketika cintanya itu terbalas, maka
dia akan sadar dan hidup seperti sediakala. Tapi disamping dia juga mempunyai penyakit lemah
jantungnya". Jelas dokter Rina pamjang lebar.
"Apa kalau cara itu tidak bisa kami lakukan, Aulia akan selamanya koma?". Kali ini Dani
yang bertanya. "Hanya Allah yang bisa memberikan keajaiban. Seperti halnya orang sakit yang harus
diberikan obat agar bisa sembuh, Aulia pun demikian. Dia harus segera diberikan obat agar
penyakitnya bisa segera sembuh. Dan obatnya adalah laki-laki yang dia cintai itu. Maka dari itu
saya katakan bahwa hanya Allah saja yang bisa memberikan keajaiban padanya".
Internet novel publicing Nuning dan Dani tertunduk lemas. Mereka benar-benar bingung. Sebab mereka sendiri tidak
tahu siapa laki-laki yang dicintai Aulia itu.
Setelah mengucapkan terima kasih pada dokter Rina, mereka berdua pamit dan segera keluar
dari ruangan dokter Rina. Nuning mempunyai sebuah gagasan agar secepatnya mereka
menghubungi Mas Syarif. Laki-laki yang pernah dikirimi Aulia Sms. Sambil mendudukan tubuh
mereka di kursi ruang tunggu, Dani segera menghubungi ikhwan bernama Mas Syarif itu dari
Ponsel Nuning. Cukup lama nada sambung terdengar. Namun Alhamdulillah akhirnya terdengar juga suara
seorang laki-laki mengucapkan salam.
"Assalamu"alaikum...."
"Wa"alaikumussalam....", Jawab Dani dengan lebih santai.
"Maaf sebelumnya, apa benar ini Mas Syarif?", Tanya Dani.
"Oh...iya benar, saya Syarif. Kalau boleh tahu anda ini siapa ya?", Mas Syarif balik bertanya.
"Oh, saya Dani, kakak ipar dari Aulia. Apa Mas ini kenal dengan Aulia?"
"Aulia" Aulia yang mana ya?", Tanya Mas Syarif dengan heran.
"Mas tidak kenal dengan Aulia?"
"Ehm" mungkin saya pernah tahu namanya saja, tapi saya lupa. Memangnya ada apa ya?"
"Begini Mas, to the point saja. Saat ini Aulia sedang koma di rumah sakit karena penyakit
yang disebabkan karena dia memendam perasaan cinta pada seorang laki-laki"
"Masya Allah"..". Ucap Mas Syarif.
"Sedangkan kami sendiri tidak tahu siapa laki-laki itu. Kami pun tahu kalau dia tengah
mencintai seorang laki-laki itu dari buku hariannya. Dan setelah kami telusuri lagi, didalam
ponselnya terdapat sebuah pesan singkat yang isinya ditujukan pada Mas Syarif. Apa Mas
sempat membaca pesannya?"
"Isi pesannya seperti apa" Kok saya lupa ya".
"Sebentar Mas ya". Ucap Dani. Nuning segera membuka sms di ponsel Aulia dan
dibacakannya pada Mas Syarif.
"Begini Mas isinya. Asw. Mas, Aulia mw ty, apa yg hrs Lia lkkn jk Lia sk dg seorg ikhwn yg
sgt jauh. Dia seorg munsyid dr Solo. Mungkin Mas tahu siapa dia. Lia mhn solusinya Mas ya"
Wass". Begitu Mas. Apa Mas pernah membaca pesan seperti itu?"
"Oh".Iya, iya. Saya pernah membaca pesan itu. Tapi pada saat itu saya sedang sibuk sekali
karena sedang melakukan promo album nasyid saya"."
"Oh, Mas Syarif ini seorang munsyid juga rupanya?"
"Iya, Alhamdulillah. Lalu, saya tidak sempat membalas pesan itu. Lagipula saya juga kadang
lupa siapa Aulia ini. Karena pesan yang masuk dari pembaca novel saya itu banyak sekali. Dan
mungkin salah satunya dari Aulia".
"Novel" Mas ini penulis juga?"
"Iya. Kebetulan saya seorang munsyid sekaligus penulis. Lalu bagaimana kelanjutannya?"
"Nah itu dia Mas. Saya juga tidak tahu harus bagaimana. Dokter bilang, Aulia bisa sadar dari
komanya kalau dia sudah menerima balasan cinta dari laki-laki itu. Tapi saya sendiri tidak tahu
siapa laki-laki itu. Nah, maksud saya menghubungi Mas, berharap mungkin Mas tahu siapa
ikhwan itu. Seorang munsyid dari Solo". Ucap Dani penuh harap.
"Oh begitu. Wah, saya juga kurang tahu Mas. Gimana ya?"
"Atau, mungkin Mas tahu nama-nama munsyid yang berasal dari Solo siapa saja?"
"Ehm".nanti deh saya cari-cari dulu ya. Insya Allah kalau memang nanti ada informasi akan
saya kabari". Internet novel publicing "Wah, terima kasih banyak Mas ya" Jadi merepotkan nih"
"Ah..tidak apa-apa Mas. Memang sepantasnyalah sesama saudara seiman harus saling
membantu". "Ya sudah kalau begitu. Saya tunggu informasinya ya Mas" Assalamu"alaikum?"
"Wa"alaikumussalam".". Jawab Mas Syarif.
Dani dan Nuning tersenyum simpul. Ada perasaan lega yang tiba-tiba saja menyusup
kedalam relung hati mereka masing-masing. Mereka pun segera bergegas melihat keadaan Aulia
sekarang. * * * Hari ini hari Minggu. Semua keluarga berada dirumah sakit untuk menjenguk Aulia. Masih
belum ada perubahan. Tidak membaik, juga tidak memburuk. Keadaannya masih stabil. Kabar
yang ditunggu-tunggu dari Mas Syarif pun belum juga datang. Mereka semua hanya bisa pasrah
dan bertawakal pada Allah semoga cobaan ini akan cepat berlalu.
Siang ini Nuning berada di kamar Aulia, sementara orang tua, suami, dan anaknya sedang
makan siang di kantin rumah sakit sekalian membelikan dia makan siang. Selepas zuhur tadi dia
lebih memilih untuk menemani Aulia di kamarnya. Sejurus doa selalu dia panjatkan untuk
kesembuhan adik tersayang itu. Sesekali dia berbicara sendiri dengan Aulia meskipun dia tahu
kalau adiknya itu tak akan mendengarnya.
"Kamu tahu Li" Mbak begitu sayang padamu. Dulu sewaktu kamu memutuskan untuk
berjilbab, Mbak sangat bahagia. Terlebih lagi karena kamu mau terjun langsung ke dunia
da"wah. Dengan sendirinya kamu jadi tahu bagaimana pergaulan diantara aktivis. Mbak begitu
bangga padamu karena kamu bisa membuat orang tua kita bangga.
Tapi sekarang Li" Kenapa sekarang hanya karena rasa suka terhadap lawan jenis, kamu jadi
tidak berdaya seperti ini" Kenapa kamu jadi terbunuh oleh cinta yang tidak seharusnya ada
dalam hatimu" Kenapa kamu jadi terkalahkan oleh nafsu yang seharusnya bisa kamu cegah"
Kenapa Li" Kenapa?"
Nuning tersungkur di peraduan Aulia sambil menangis. Sesekali dia menghapus air matanya.
"Saat ini semua keluarga sangat mencemaskan keadaanmu Li. Karena kami pun tidak tahu
sampai kapan kondisi kamu akan seperti ini" Karena kami tidak tahu harus kemana kami
mencari obat untuk menyembuhkan sakitmu" Dan kenapa harus seorang ikhwan misterius yang
kamu cintai saat ini yang bisa menjadi perantara kesembuhanmu" Kenapa obat biasa tidak
mampu menjadi perantara itu" Bangun Li! Bangun!! Kamu harus sadar! Kamu harus bangkit!
Hidupkan masa depanmu Li. Jangan kamu kalah oleh bisikan nafsu setan. Mbak yakin kamu
bisa. Kamu pasti bisa".
Tangis Nuning semakin pecah. Namun dia sadar, sekuat apa pun usaha dia untuk
membangunkan Aulia, Aulia tidak akan sadar.
Tiba-tiba sebuah bunyi ringtone terdengar dari tas Nuning. Dia tersentak kaget dan segera
mengambil Ponselnya. Dia sempat melihat nomor yang menghubunginya itu. Nomor tidak
dikenal. Segera diangkatnya.
"Assalamu"alaikum....". Suara seorang pria terdengar begitu lantang di telinga Nuning.
"Wa"alaikumussalam. Maaf ini siapa ya?". Tanya Nuning.
"Saya Syarif Mbak, yang tempo hari pernah dihubungi oleh Mas Dani terkait masalah adik
iparnya yang sedang sakit itu".
"Oh!! Iya iya. Saya Nuning. Saya istrinya Mas Dani. Maaf ya Mas tidak mengenali". Pinta
Nuning sumringah. Ada keceriaan yang tiba-tiba saja hadir dihatinya.
Internet novel publicing "Oh"ya nggak apa-apa. Begini Mbak, kebetulan setelah saya cari-cari informasi tentang
seorang munsyid yang berasal dari Solo, itu ndak ada. Tapi kalau tim nasyid dari Solo, itu ada
satu Mbak". Jelas Mas Syarif to the point.
"Tim nasyid?" "Iya Mbak. Ada apa?"
"Hmm" tidak. Lalu?"
"Ya sampai saat ini yang saya temukan hanya tim nasyid itu yang berasal dari Solo.
Selebihnya saya rasa tidak ada lagi".
Nuning masih tertegun dengan pikirannya sendiri. Tim Nasyid" Pikirnya dalam hati.
"Apa nama tim nasyid itu Mas?"
"Namanya True Voice. Tim nasyid ini berjumlah 5 orang".
"True Voice"!" Tanya Nuning setengah tak percaya.
"Iya. Ada apa Mbak?", Tanya Mas Syarif balik.
"Apa Mas tahu dimana tim nasyid True Voice itu tinggal?"
Nuning balik bertanya tanpa mengindahkan pertanyaan Mas Syarif barusan.
"Wah".afwan Mbak, kalau informasi lebih detailnya saya tidak tahu karena saya juga diberi
tahu oleh manajer saya. Atau kalau Mbak sempat, cari di internet saja. Insya Allah akan ada
banyak informasi yang akan Mbak dapatkan tentang tim nasyid itu disana. Sekali lagi afwan
Mbak". Seiringan dengan permintaan maaf Mas Syarif, Pak Wahyu, Bu Wardah, Dani, dan Fitri
datang bersamaan. Mereka memperhatikan Nuning yang sedang berbicara di telepon.
Wajah Nuning lesu. "Oh, ya sudah kalau begitu. Terima kasih ya Mas atas informasinya" Semoga dibalas oleh
Allah dengan segala kebaikan"
"Amin. Terima kasih Mbak. Kalau begitu saya doakan semoga pencariannya berhasil dan
semoga Aulia bisa cepat sembuh. Assalamu"alaikum"
"Wa"alaikumussalam". Nuning menutup ponselnya.
"Siapa Ning?", Tanya Bu Wardah dengan wajah cemas bercampur harap. Yang lain ikut
menyimak. "Mas Syarif". Jawab Nuning datar.
"Dia bilang apa Dik?". Kali ini Dani yang bertanya.
Nuning menghela nafasnya.
"Dia bilang kalau seorang munsyid yang berasal dari Solo tidak ada. Tapi kalau tim nasyid
yang asalnya dari Solo ada". Jawaban Nuning begitu gamang terdengar. Nuning menjawab itu
sambil menatap wajah Aulia.
"Apa nama tim nasyid itu?"
Sambil mengalihkan wajahnya ke orang tua dan suaminya, dia menjawab,
"True Voice". "Lalu kamu tahu dimana True Voice itu berada?". Tanya Pak Wahyu yang kini tengah
menggendong Fitri. "Tepatnya aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya......"
Nuning menghentikan kata-katanya. Dia mengalihkan sesaat pandangannya pada Aulia dan
meneruskan jawabannya. "Aku tahu siapa ikhwan yang saat ini tengah Aulia cintai".
"Siapa Ning"!", Tanya Pak Wahyu dan Bu Wardah berbarengan.
"Salah satu personil dari True Voice itu". Jawab Nuning yang lagi-lagi datar.
Internet novel publicing "Tahu dari mana kalau kami tahu siapa laki-laki yang sekarang dicintai Aulia?". Tanya Pak
Wahyu. "Aulia pernah menuliskan di buku hariannya kalau Nuning mengenal siapa ikhwan yang saat
ini ada dalam hatinya. Dan Nuning tahu siapa ikhwan itu. Ikhwan yang tidak pernah tahu adanya
Aulia. Ikhwan yang sangat jauh darinya, dari pandangannya, dan tidak pernah dikenalnya
sebelumnya. Dia bernama...Firman". Jawab Nuning parau namun penuh keyakinan.
"Kamu yakin Ning namanya Firman?", Tanya Bu Wardah.
Nuning mengangguk. "Iya Bu. Karena hanya Firman-lah yang Nuning kenal diantara anggota True Voice itu".
"Lalu apa yang sekarang harus kita lakukan?". Tanya Dani.
"Aku belum tahu pasti Mas keberadaan Firman itu dimana. Tapi kata Mas Syarif tadi, kita
bisa coba cari di internet. Multiply, Friendster, atau...di google dan yahoo sekali pun. Mungkin
itu bisa membantu kita menemukan dimana keberadaan Firman. Ya Mas?"
"Insya Allah". Jawab Dani tegas.
Tiba-tiba semua yang ada di ruangan itu menjadi ingin sekali melihat bagaimana paras
seorang Firman. * * * Dikantor, Dani mencoba mencari informasi dari berbagai sarana. Di google, dia mengetik
nama True Voice untuk ditelusurinya. Alhamdulillah banyak yang membahas dan mengulas
tentang tim nasyid muda tersebut. Tapi tak ada satupun informasi yang mengulas tentang
keberadaan Firman. Dia banyak melihat foto-foto anggota True Voice, tapi dia belum tahu yang
mana Firman. Dia tak habis akal. Di Friendsternya, dia juga coba mencari nama tim nasyid itu. Dan
alhamdulillah....ada yang cocok. Dia buka FS16 True Voice tersebut. Alhamdulillah lagi, disana
ada contact person-nya. Dengan segera Dani mencatat no CP tersebut. Dia juga mengirimkan
pesan di FS tersebut yang mengatakan bahwa dia ingin sekali bertemu dengan semua anggota
True Voice. Sesampainya dirumah, dia langsung memberi tahukan kabar gembira itu. Nuning begitu
bahagia. Dia segera menyuruh suaminya untuk menghubungi CP True Voice itu.
"Assalamu"alaikum...", Ucap seorang laki-laki dari sebrang sana.
"Wa"alaikumussalam". Jawab Dani.
"Maaf, saya mau tanya. Apa benar ini CP dari tim nasyid True Voice?"
"Iya benar, saya Novri CP dari tim nasyid True Voice. Bapak ini dari mana ya?"
"Ehm...saya Dani. Kakak ipar dari Aulia". Jawab Dani sekenanya. Dia bingung harus dari
mana dia memulai. "Aulia?" "Ehm.....gimana ya saya menjelaskannya" Begini, bisa tidak saya minta alamat Firman, salah
satu anggota True Voice?"
"Maaf, untuk apa ya Pak?"
"Baik, saya jelaskan. Dan saya berharap, anda atau siapa pun yang mengetahuinya, bisa
percaya dengan penjelasan saya. Begini, Aulia itu adalah adik ipar saya. Saat ini dia tengah
mengalami koma karena depresi yang menderanya. Frustasi itu disebabkan karena dia
16 Friendster
Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Internet novel publicing memendam perasaan cintanya pada salah satu anggota True Voice. Yaitu Firman. Jadi saya
mohon dengan sangat, Mas bisa memberikan alamat dimana tempat tinggal Firman sekarang".
"I..iya, tapi untuk apa ya?"
"Adik saya itu sekarang tengah koma karena perasaan cintanya pada Firman. Saya hanya
ingin bicara pada Firman. Itu saja. Saya hanya ingin minta bantuan dia untuk bisa
menyembuhkan Aulia. Tolong Mas". Kali ini suara Dani begitu tegas dan lantang.
CP yang bernama Novri tadi bingung harus berbuat apa.
"Maaf Pak, saya tidak bisa begitu saja memberikan alamat Firman pada Bapak. Kalau mau,
Bapak datang langsung saja ke basecamp True Voice. Insya Allah akan kami terima dengan baik,
dan Bapak bisa membicarakan hal tersebut dengan kami secara bersama-sama. Bagaimana?"
Dani berpikir sejenak. "Baiklah. Dimana alamatnya?"
Setelah Novri memberikan alamatnya pada Dani, Dani pun segera berterima kasih dan
mengatakan akan secepatnya datang kesana. Ya, meskipun harus cuti dulu dari pekerjaannya
karena tempatnya yang cukup jauh, yaitu di Solo.
Setelah Nuning mengetahui hal tersebut, dia pun langsung setuju dengan apa yang dikatakan
oleh suaminya itu. Mereka memutuskan, lusa mereka akan segera menuju ke Solo.
* * * Sembilan Hari itu tiba. Setelah Dani meminta cuti dari kantornya dan Nuning juga sudah menitipkan
Fitri pada orang tuanya, mereka segera berangkat menuju Solo dengan penerbangan pagi
menggunakan pesawat Air Lines, dengan sebelumnya sudah mengabarkan pada Novri kalau
mereka akan berkunjung. Baiknya lagi, pada saat itu memang kebetulan True Voice sedang tidak
ada kegiatan. Dengan bekal tekad dan sebuah harapan agar mereka bisa segera bertemu Firman,
mereka membelah angkasa luas menuju Solo.
Sesampainya di Bandara Adi Sucipto, Dani segera menghubungi Novri. Alhamdulillah
diangkat. Setelah berbincang cukup lama akhirnya Dani tahu kemana mereka harus
melangkahkan kakinya itu.
Dengan mengikuti petunjuk yang diberikan Novri tadi, akhirnya Dani dan Nuning sampai
juga di basecamp True Voice tepat sepuluh menit sebelum azan zuhur berkumandang. Mereka
disambut dengan baik oleh Novri dan orang-orang yang ada pada saat itu. Namun sayangnya,
True Voice belum juga datang.
Setelah shalat Zuhur dan makan siang, Dani dan Nuning sedikit berbincang-bincang dengan
Novri dan beberapa orang lainnya yang ada disitu. Dani menceritakan semua permasalahannya
pada mereka yang akhirnya mengharuskan mereka untuk jauh-jauh datang ke Solo.
Novri mengatakan bahwa dia sudah menghubungi True Voice agar segera datang. Dan
Alhamdulillah mereka tengah berada di perjalanan.
Nuning sudah mulai gelisah. Sementara Dani masih terus saja berbincang dengan Novri
perihal sepak terjang True Voice di kancah pernasyidan.
Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya True Voice itu datang juga. Dani dan Nuning
segera berdiri menyambut mereka. Satu per satu Nuning menatap wajah-wajah personel True
Voice itu. Dan, satu wajah yang melintasi penglihatannya tiba-tiba saja membuat hati Nuning
menjadi tak menentu. Dialah Firman. Laki-laki itu hanya tersenyum pada Dani dan Nuning tanpa
pernah dia tahu kalau sebenarnya dialah yang menjadi target pencarian Dani dan Nuning.
Internet novel publicing True Voice segera duduk bersama dengan Dani, Nuning, dan Novri serta manajer mereka
yang bernama Andi. Firman dan kawan-kawannya masih menganggap bahwa Dani dan Nuning
ini adalah salah satu fans mereka yang datang berkunjung. Maka mereka pun menyikapinya
sama seperti fans-fans mereka lainnya.
Namun perasaan itu tak berlangsung lama. Setelah Novri memberitahukan perihal
kedatangan Dani dan Nuning ke tempat mereka pada Andi, Andipun tidak tahu harus berkata
apa. Awalnya dia juga sangat terkejut. Kenapa kejadiannya persis seperti Maria pada Fahri
dalam novel Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El-Shirazy"
Andi berpikir sejenak. Setelah itu dia mengambil keputusan agar dia membicarakan hal
tersebut pada Dani dan Nuning terlebih dahulu agar jelas detail permasalahannya. Dani dan
Nuning pun menurutinya. Mereka berbincang sebentar lalu kembali menemui Firman dan
kawan-kawannya. Perbincangan dimulai oleh Andi yang membuka pertemuan itu. Biasanya Andi tak pernah
seperti itu pada fans-fans True Voice yang datang ke basecamp TV. Tapi kali ini berbeda. Ada
keanehan yang ditangkap oleh Firman dan kawan-kawannya selama Andi berbicara. Sementara
Dani dan Nuning hanya bisa diam sambil mendengar Andi berbicara.
Pada akhirnya Andi masuk ke permasalahan inti. Dia mengatakan semua yang tadi dia
dengar dari Novri, juga dari Dani dan Nuning. Semua yang mendengar hal itu terkejut. Terlebih
lagi Firman yang tiba-tiba saja terhenyak dan tak bisa mengatakan apa-apa setelah Andi
mengetahui hal tersebut. "Gimana pendapatmu Firman?" Tanya Andi mengejutkan keterhenyakan Firman.
Firman tak langsung bisa menjawab pertanyaan itu. Dia masih shock atas berita yang baru
saja di dengarnya dan masih belum bisa menanggapi hal tersebut. Dia meminta waktu sejenak
untuk menyendiri dan berpikir. Ya, memikirkan sebuah permasalah yang sangat baru bagi diri
dan hidupnya. * * * Sudah tiga hari Dani dan Nuning berada di Solo. Sudah tiga hari pula mereka menanti
jawaban dari Firman. Pagi ini Dani meminta Andi agar dia bisa dipertemukan oleh Firman di
basecamp Truevoice. Andi bersedia mempertemukan mereka berdua. Semalam, Andi
menghubungi Firman dan alhamdulillah Firman berkenan untuk bertemu dengan Dani.
Pagi ini, Dani dan Nuning berniat untuk bertemu dengan Firman sebelum mereka pulang ke
Jakarta. Semua barang-barang mereka sudah dikemas kedalam koper. Dibawah sinar mentari
yang baru saja menampakkan dirinya, Firman, Dani, dan Nuning duduk bersama di bangku
panjang yang ada di halaman belakang basecamp Truevoice.
Awalnya Dani mengucapkan terima kasih pada Firman karena telah berkenan bertemu
dengan dia dan Nuning. Firman lebih banyak diam saat ini. Dani pun hanya bisa pasrah melihat
sikap Firman yang seolah tak acuh pada kondisi keluarga mereka saat ini.
Dani memulai pembicaraan.
"Sebelumnya ana berterima kasih sekali atas kesediaan antum untuk bertemu dengan ana dan
istri. Jujur ana sudah bingung sekali bagaimana caranya agar antum mau membantu keluarga
kami untuk menyembuhkan Aulia".
"Kesembuhan itu datangnya dari Allah, Mas". Ucap Firman memotong perkataan Dani.
"Ya memang kesembuhan itu datangnya dari Allah. Kalau Allah tidak mengizinkan
seseorang itu untuk sembuh dari penyakitnya, mau dengan usaha apapun tidak akan berhasil.
Tapi apa hanya dengan memohon dan berdoa kepada Allah, kesembuhan itu akan datang dengan
Internet novel publicing sendirinya, jika kita tidak berusaha dan berikhtiar" Apa antum tidak sadar kalau sebenarrnya
antum bisa menjadi perantara kesembuhan Aulia?"
Firman hanya terdiam sambil mengarahkan pandangannya ke pepohonan yang ada dihadapan
mereka. "Mungkin jika kami masih mempunyai sedikit harapan untuk kesembuhan Aulia, kami
mohon sekali lagi pada antum agar berkenan membantu Aulia untuk sembuh. Kami mohon
dengan sangat. Kami datang kesini jauh-jauh dari Jakarta semata-mata hanya karena kami
mempunyai harapan yang besar pada antum. Kami tidak meminta lebih pada antum. Kami hanya
minta agar antum mau datang bersama kami ke Jakarta sebagai perantara kesembuhan Aulia. Itu
saja". Sekali lagi Dani memohon kepada Firman. Sedangkan Nuning hanya dapat duduk diam
disamping Dani sambil mendengarkan suaminya itu memohon kepada Firman.
"Lalu jika seandainya ana sudah berada di Jakarta, apa yang harus ana lakukan untuk bisa
membantu Aulia agar bisa sembuh dari penyakitnya?". Kali ini suara Firman lebih lantang
terdengar. "Ya...antum bisa...berbuat apa saja yang diperintahkan oleh dokter". Jawab Dani sekenanya.
Karena sebenarnya dia tak mempunyai jawaban yang pasti atas pertanyaan Firman itu.
"Apa saja?" Tanya Firman geram. Dani hanya menatap Firman dengan gugup.
"Apa maksudnya ana bisa menyentuh dia seenaknya" Atau mungkin, justru ana harus
menikahinya dulu agar ana bisa membantu kesembuhan dia" Seperti Fahri dengan Maria dalam
novel Ayat-Ayat Cinta" Ingat Mas, Mbak, pernikahan itu tidak bisa dilaksanakan atas dasar
kasihan semata. Harus ada rasa cinta dan pemahaman satu sama lain. Lagi pula pernikahan itu
bukan hanya dilakukan sehari atau dua hari, bukan pula sebatas membantu Aulia untuk sembuh,
setelah itu perkara selesai. Bukan itu Mas, Mbak. Pernikahan itu lebih dari apa yang kalian ingin
ana lakukan pada Aulia. Dan ana sebagai laki-laki berhak untuk menolak hal tersebut. Ana masih
ingin memiliki masa depan yang cerah bersama dengan wanita shalihah yang ana cintai dan satu
pemahaman dengan ana".
"Cukup!!!". Kali ini Nuning angkat bicara. Sambil berdiri dia terus berbicara pada Firman.
"Kami tidak pernah menyuruh kamu untuk menikahi Aulia, Firman. Kami hanya memintamu
untuk bersedia datang ke Jakarta bersama kami. Mungkin dengan jalan lain selain pernikahan,
kamu bisa membantu Aulia. Tapi kalaupun tidak ada jalan lain, mengapa kau begitu membenci
Aulia sehingga kau enggan menikahinya" Dia itu wanita shalihah, Firman. Dia akhwat berjilbab
yang selalu menjaga pergaulannya pada siapapun. Dia amat menjaga kesopanannya. Dia tak
pernah berpacaran apalagi bersentuhan tangan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Aulia
adalah seorang aktivis dakwah di kampusnya. Dan apa kau tahu Firman" Meskipun dia
mencintaimu, tapi dia tidak pernah menuliskan namamu dalam buku hariannya, dia tak pernah
menyimpan fotomu dalam dompetnya, dia tak pernah bercerita pada siapapun tentang
perasaannya terhadapmu. Dia hanya memendam semua itu sendirian. Dan apakah dia salah jika
mempunyai perasaan itu terhadapmu" Dia pernah menuliskan di buku hariannya, kalau saja dia
tahu akan seperti ini kejadiannya, maka buta adalah lebih baik baginya menurut dia. Apakah tak
ada rasa kasihan sedikitpun dihatimu untuk dia" Sedangkan kesakitannya saat ini juga
sebenarnya bukanlah keinginannya. Ingat Firman, kamu bukanlah malaikat yang bisa sempurna.
Kamu hanya manusia biasa yang kerap juga melakukan kesalahan. Seshalih dan sealim apapun
kamu, tetap kamu hanyalah manusia biasa. Jangan pernah merendahkan siapapun, sebab dimata
Allah semua sama, kecuali tingkat ketaqwaannya. Dan saya bisa menjamin ketaqwaan Aulia. Dia
seorang wanita yang sangat mulia".
Internet novel publicing Nuning menarik nafasnya. Tanpa terasa air mata kesedihannya jatuh membasahi pipinya
karena Firman tak juga mengerti perasaannya. Dani sedikit menenangkannya. Melihat dan
mendengar hal itu, Firman hanya diam seribu bahasa tanpa menanggapi perkataan Nuning. Dia
hanya menunduk lemas dengan pikiran yang terus berkecamuk dalam benaknya. Tatapannya
terlihat hampa. Tiba-tiba suara ringtone handphone Dani berbunyi. Ketika dilihat, tertera nama Bapak di
layar handphone-nya. Dia segera mengangkatnya.
"Assalamu"alaikum"
"Wa"alaikumussalam. Dan, bagaimana dengan Firman, apa dia sudah mau ke Jakarta untuk
menemui Aulia" Kenapa kamu tidak juga mengabari bapak dan ibu di Jakarta?"
Dani hanya diam sambil menatap Nuning yang masih terus mengeluarkan air matanya.
"Halo, Dan..Dani" Kamu masih disana" Kapan pulang" Kenapa kamu diam saja Dan?"
"Ehm... Sebentar lagi Dani dan Nuning akan pulang Pak. Tapi mungkin....tanpa Firman".
Jawab Dani begitu lesu dan tak bersemangat.
"Lho!! Kenapa bisa begitu Dan" Kenapa Firman tidak mau membantu kita?" Terdengar suara
Pak Wahyu begitu terkejut mendengar kata-kata Dani. Dan sebenarnya, Dani pun tidak tahu
harus memberikan jawaban apa pada Pak Wahyu. Tapi biar bagaimana pun, dia harus
menceritakan yang sebenarnya pada Pak Wahyu.
"Begini Pak, banyak pertimbangan yang harus dipertimbangkan oleh Firman, yang
menyebabkan dia tidak bisa ikut kita ke Jakarta. Dan Dani yakin, tanpa Firman pun, kalau Allah
mengizinkan, Aulia pasti sembuh. Kita harus yakin itu Pak". Dani berusaha meyakinkan Pak
Wahyu bahwa kesembuhan Aulia itu pasti akan tiba masanya meskipun tanpa Firman sekalipun
yang mereka kira bisa menjadi perantara kesembuhan Aulia.
"Ya memang, tapi apa kamu tidak bisa membujuknya sekali lagi agar dia mau ikut
bersamamu ke Jakarta" Barusan Dokter Rina mengatakan, kondisi Aulia semakin lemah. Belum
ada tanda-tanda kalau keadaannya membaik. Tolonglah Dan, demi Bapak dan Ibu".
Dani terdiam sambil menatap Nuning kemudian menatap Firman dengan penuh harap.
Firman pun kembali menatapnya.
"Sebentar ya Pak..." Ucap Dani kemudian menutup Handphone-nya dengan telapak
tangannya. "Dik, kondisi Aulia semakin lemah. Biar bagaimanapun hari ini kita harus pulang. Aulia
sedang membutuhkan kita" Ucap Dani pada Nuning.
"Lalu" Untuk apa kita kesini kalau....."
"Dik, sudahlah, kalau memang Firman tidak berkenan membantu kita, kita harus menghargai
keputusan dia. Meskipun berat adanya. Ya" Lagipula, tidak ada yang sia-sia dimata Allah"
Nuning menatap wajah suaminya itu dengan lirih. Dia menghela nafasnya dan kembali
menundukkan wajahnya. Air mata itu kembali membasahi pipinya. Dani kembali berbicara pada
Pak Wahyu sebelum akhirnya Firman angkat bicara.
"Ana putuskan untuk bersedia membantu kalian. Ana sudah pikirkan, biar bagaimanapun,
ana sudah terlibat dalam masalah ini. Sebagai orang yang beriman, sudah sepatutnya ana
berkewajiban untuk membantu kalian. Dan setelah ana pikir-pikir lagi, ana bersedia ikut kalian
ke Jakarta". Dani dan Nuning begitu terkejut mendengarnya. Tapi inilah kebahagiaan yang sedari tadi
dicari mereka. Mendengar kesediaan Firman untuk ikut ke Jakarta. Dani dan Nuning
mengucapkan terima kasih padanya. Dani pun mengabarkan pada Pak Wahyu kalau akhirnya
Firman bersedia ikut mereka ke Jakarta. Pak Wahyu pun tak terkira bahagianya.
Internet novel publicing Pagi itu juga, Dani, Nuning, dan Firman berangkat ke Jakarta. Firman meminta izin pada
pihak manajemen True Voice untuk pergi beberapa hari ke Jakarta. Dengan penerbangan pagi,
mereka pun berangkat ke Jakarta. Dan sebelumnya Firman sudah meminta izin pada orang
tuanya. Perjalanan ke Jakarta itu bukanlah yang pertama bagi Firman, tapi baru kali ini dia
merasakan perasaan yang galau dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Dia hanya banyak diam
sambil memikirkan sesuatu yang entah apa itu. Pikirannya sangat galau. Sebentar lagi dia akan
bertemu dengan seorang akhwat yang sangat mencintainya sampai harus membawa-bawa dirinya
jatuh ke dalam permasalahan hatinya ini.
* * * Firman duduk terdiam di teras depan rumahnya sambil memegang sebuah mushaf Al Qur"an
kecil yang baru saja dibacanya setelah shalat Isya tadi. Seorang wanita paruh baya yang sedari
tadi memperhatikan Firman dari balik jendela rumahnya, kini menghampiri Firman.
"Man, kamu kenapa toh "le" Dari tadi ibu perhatikan kamu kok melamun saja" Ada masalah"
Cerita sama ibu. Siapa tahu saja ibu bisa membantumu "le". Ibu paruh baya yang ternyata ibunda
Firman, duduk disamping Firman sambil mengusap-usap kepalanya. Jujur, saat ini Firman sangat
merasakan kehangatan belaian lembut ibunya. Dia menatap wajah ibunya dengan tatapan penuh
harap. Suatu harapan yang bisa membantunya keluar dari permasalahan yang tengah ia hadapi
saat ini. Dia tersenyum. "Ada masalah apa toh?" Tanya ibunya sekali lagi.
Firman menarik nafasnya kemudian dia hembuskan perlahan. Dalam hatinya ia berucap,
ibunya tahu saja kalau dia memang sedang punya masalah. Masalah yang sangat berat.
"Firman memang punya masalah "bu. Apa benar ibu akan mendengarkan cerita Firman?"
Ibunya tersenyum sambil mengangguk.
"Mau cerita apa?"
Firman terdiam sejenak. Masalah ini tak bisa dibiarkan, dipendam dalam hati, dan
disembunyikan dari ibunya. Karena biar bagaimanapun, ini sudah menyangkut masa depannya.
Bagaimana jika dia memang harus menikahi Aulia. Meskipun sebenarnya, hatinya tidak
menginginkan hal itu. Lalu iapun mulai bercerita.
"Firman tidak ingin menyembunyikan hal ini pada ibu. Jujur, saat ini Firman sangat bingung.
Saking bingungnya, Firman berpikir untuk lari saja dari dunia ini. Tapi kemana" Sedangkan
tempat yang ada selain dunia ini adalah akhirat. Firman belum mau kesana "bu". Ucap Firman
mengawali ceritanya. "Sebenarnya masalahmu apa toh "le?" Tanya ibunya tanpa berbelit-belit.
"Begini "bu. Kemarin ada sepasang suami istri ikhwan dan akhwat yang datang menemui
Firman untuk memberitahukan suatu hal".
"Apa hal itu?" "Ehm...mereka memberitahukan bahwa adik mereka yang bernama Aulia, saat ini sedang
sakit dan mengalami koma di rumah sakit, di Jakarta".
Firman menghentikan sejenak kata-katanya dan menatap wajah ibunya yang menampakkan
raut wajah yang seolah-olah berkata padanya, "Lalu?". Firman pun melanjutkan kata-katanya.
"Masalahnya, penyakit yang dia alami saat ini adalah karena dia memendam perasaannya
pada Firman". "Perasaan apa toh?" Tanya ibunya tidak mengerti.
Internet novel publicing "Entahlah perasaan apa itu "bu. Tapi yang pasti, mereka bilang Aulia itu koma karena
cintanya tidak tersampaikan pada Firman. Lantas mereka meminta Firman untuk pergi ke Jakarta
bersama mereka untuk membantu Aulia agar bisa sembuh. Firman bingung "bu. Sangat bingung.
Apa yang harus Firman lakukan" Sedangkan Firman tidak pernah mengenal siapa Aulia itu.
Bagaimana paras wajahnya dan sikapnya juga Firman tidak pernah tahu. Bahkan tak pernah
terbersit sedikitpun di benak Firman, kalau ada seorang akhwat yang jatuh cinta pada Firman,
sampai sebegitu dahsyatnya. Menurut Firman itu bukan cinta, tapi hanya nafsu belaka. Dan
Firman kira, kejadian seperti ini hanya ada dalam novel dan film saja. Seperti Maria dalam novel
Ayat-Ayat Cinta yang memendam perasaan cintanya pada Fahri yang telah menikah dengan
Aisha, akhirnya dia depresi dan koma di rumah sakit. Lucunya, hanya Fahri saja yang bisa
menjadi perantara kesembuhan Maria itu. Firman kira, semua itu hanya dalam dunia khayal.
Namun semua kini menjadi kenyataan. Kini Firman yang dikondisikan menjadi Fahri, tapi
untungnya tidak ada Aisha dalam masalah ini. Tolong jelaskan "bu, apa yang harus Firman
lakukan?" "Firman, masalahmu saat ini memang mirip sekali dengan kisah Fahri dalam novel Ayat-Ayat
Cinta. Tapi memang bedanya tidak ada Aisha. Tapi apa kamu lupa, bahwa perbedaannya bukan
hanya terletak pada adanya Aisha atau tidak".
"Memang ada perbedaan apa lagi "bu?" Tanya Firman penasaran.
"Ada satu lagi perbedaannya. Aulia yang kamu anggap sebagai Maria bukanlah seorang non
Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
muslim seperti Maria yang ada dalam novel Ayat-Ayat Cinta bukan?"
Firman sangat terkejut mendengar kata-kata ibunya. Dia terdiam sejenak kemudian
mengangguk lirih. "Nah, disitu letak perbedaannya Firman. Kalau yang ibu dengar dari ceritamu, sepertinya
kamu tidak suka dengan Aulia itu" Kenapa?"
"Ya karena dia sudah membuat Firman menjadi terpojok seperti ini tanpa bisa berbuat apaapa
"bu. Kakaknya meminta Firman untuk membantunya agar bisa sembuh tanpa memikirkan
perasaan Firman. Seolah-olah Firman harus mempertanggung jawabkan sebuah kesalahan yang
tidak pernah Firman lakukan pada siapapun".
"Bukan. Bukan hal itu yang membuat kamu tidak suka pada Aulia. Tapi karena dia sudah
berani mencintaimu. Itu kan alasannya?"
"Maksud ibu apa?"
"Firman. Tidak ada seorangpun yang bisa membenci orang lain tanpa pernah ia melihat
orang itu sebelumnya atau karena satu perbuatan yang belum pernah dia lakukan. Kamu belum
pernah melihat Aulia dan belum pernah mengenal sifat dan tingkah lakunya "kan" Lalu kenapa
kamu bisa membencinya" Apa hanya karena masalah ini saja" Cobalah Firman, tengok lagi
kedalam hati nuranimu yang terdalam. Apakah ini salah Aulia jika ia terlahir ke dunia ini untuk
mencintaimu" Apakah ia salah jika ia memendam rasa cintanya padamu?"
"Ya tapi "bu, karena perasaannya terhadap Firman itu, akhirnya Firman terbawa kedalam
permasalahan yang sangat rumit". Elak Firman.
"Firman, sekarang ibu tanya, jika ada seorang temanmu menawarkan seorang akhwat untuk
berta"aruf denganmu apa kamu terima?"
"Kenapa ibu jadi mengalihkan pembicaraan kesana?"
"Jawab saja Firman!".
Firman berpikir sejenak lalu menjawab.
"Karena tujuannya untuk berta"aruf saja, Firman rasa tak ada salahnya. Toh kalau Firman
tidak cocok dengannya, maka ta"aruf pun dibatalkan. Memang kenapa "bu?"
Internet novel publicing "Nah seperti itu Firman. Kamu belum pernah bertemu dan mengenal Aulia, lalu apa salahnya
jika kamu mencoba membantu dia untuk sembuh?"
"Firman ingin membantu dia "bu. Tapi bagaimana kalau nanti keluarganya meminta Firman
untuk menikahinya" Seperti keluarga Maria meminta Fahri untuk menikahinya. Apa yang harus
Firman lakukan?" "Apa kamu tidak mau menikahinya?"
"Maksud ibu?" "Aulia itu pasti gadis yang baik "Man".
"Dari mana ibu tahu?"
"Kamu menyebutnya akhwat" Apa seorang akhwat itu tidak baik budi pekerti dan
akhlaknya" Ibu tahu kamu "Man. Kamu tidak akan menyebut orang-orang biasa itu dengan
sebutan ikhwan dan akhwat. Kamu pasti menyebutnya dengan sebutan laki-laki atau perempuan.
Dan pasti kamu menyebut teman-teman seperjuanganmu dengan sebutan ikhwan/akhwat. Asal
kamu tahu saja, ibu itu memperhatikan segala tindak tanduk dan perkataanmu".
Firman terdiam sambil merenungi perkataan ibunya itu.
"Pikirkanlah kembali "nak. Sekarang, kebaikanmu sedang di uji oleh Allah. Jangan sampai
hanya karena Aulia itu mencintai kamu dan membawamu kedalam masalahnya, kamu jadi
membenci dia. Mungkin saja dia itu adalah seorang wanita yang sangat menjaga kemuliaan
dirinya. Apa hanya karena dia mencintaimu, lalu kamu membencinya sehingga untuk dimintai
tolong saja untuknya kamu tidak mau" Lalu bagaimana kalau semua kejadian ini tidak pernah
terjadi, dan tiba-tiba ada seorang ustadz yang mengajukan biodata akhwat untuk berta"aruf
denganmu, dan ketika itu kamu tahu bahwa akhwat itu adalah Aulia. Apa yang akan kamu
lakukan" Apa kamu akan menolaknya" Tidak kan "Man" Nah, seperti itulah sekarang.
Anggaplah kamu diminta oleh keluarga Aulia untuk bersedia berta"aruf dengannya. Pergilah ke
Jakarta. Bantulah Aulia untuk bisa sembuh dari penyakitnya. Kalau memang kamu tidak ingin
menikahinya, ibu akan terus berdoa agar ada jalan lain yang dapat menyembuhkan Aulia.
"Janganlah kamu membencinya "Man. Sebab masalah ini juga bukan sepenuhnya kesalahan
dia. Ibu yakin, sebenarnya dia juga tidak ingin seperti ini. Ibu yakin, kalau saja perasaan sukanya
terhadapmu dapat dihilangkan, mungkin sudah dari dulu dia lenyapkan. Tapi hal itu mustahil
"Man. Allah yang menganugerahkan perasaan itu. Janganlah kamu menyalahinya. Kalau hanya
karena perasaan cintanya terhadapmu kamu membencinya, lalu bagaimana dengan akhwatakhwat
lain yang ada diluar sana yang saat ini mungkin juga mempunyai perasaan yang sama
seperti Aulia. Yang juga menyimpan perasaannya terhadapmu. Apa kamu juga akan
membencinya" "Kesalahan Aulia dimatamu hanyalah dia mencintaimu dan kamu mengetahui hal itu.
Selebihnya" Tidak ada "Man. Aulia itu gadis yang shalihah. Dia adalah akhwat yang jauh lebih
baik dari wanita-wanita zaman sekarang. Dia tak jauh berbeda dengan teman-teman akhwatmu.
Dia berjilbab, rajin ibadah, pandai mengaji, lalu apa kurangnya "Man" Apa kurangnya hanya
karena dia mencintaimu" Tidak "Man. Dia wanita yang baik".
Firman terperanjat mendengar kata-kata ibunya yang seolah-olah telah mengenal Aulia
dengan baik. "Kenapa ibu begitu bersemangat membela Aulia?", Tanya Firman dengan penuh perasaan.
"Bukan membela "Man..."
"Ya apalah itu. Tapi kenapa seolah-olah ibu sangat mengenal Aulia" Ibu kan belum pernah
mengenalnya apalagi bertemu dengannya?".
Internet novel publicing "Kemarin, ibu bertemu dengan kakaknya Aulia. Mereka menceritakan permasalahan ini pada
ibu. Merekapun menceritakan tentang Aulia pada ibu, maka dari itu ibu sangat mengenal Aulia.
Meskipun hanya mendengar dari cerita kakaknya itu. Sekali lagi ibu tegaskan "Man. Saat ini
kebaikanmu tengah di uji. Lakukanlah apa yang seharusnya kamu lakukan untuk menolong
hamba Allah yang lain yang memang sedang membutuhkan bantuanmu. Allah telah
menunjukmu untuk dapat membantu menyembuhkan Aulia. Jika memang hanya pernikahan
yang bisa menolongnya, ibu harap kamu bisa bersikap bijaksana. Meskipun kamu tidak
mencintainya, paling tidak ada satu pahala yang kamu dapat. Menolong nyawa seseorang, yaitu
Aulia. Lagipula ibu yakin, kalau kamu menikah dengannya, kamu tidak akan rugi. Kamu akan
mendapatkan perhiasan dunia. Ingat "Man. Pikirkan kembali ya sayang?"
Ibunya pergi dari hadapannya sambil meninggalkan sebuah belaian sayang di kepalanya.
Firman masih terdiam memikirkan sesuatu. Tiba-tiba air matanya terjatuh membasahi pipinya.
"Inikah jalan hidup yang harus aku tempuh untuk menjemput jodoh yang telah Kau janjikan
itu Ya Allah?", Gumam Firman dalam hati yang masih menyisakan sejuta tanya yang belum ia
temukan jawabannya. * * * Sepuluh "Man! Firman! Bangun "Man! kita sudah mendarat. Kamu mau istirahat dulu atau mau
langsung ke rumah sakit?"
Pertanyaan Dani membuyarkan impian Firman tentang perbincangannya dengan ibunya
semalam. Dia mengucek-ngucek kedua matanya dan membetulkan posisi duduknya. Dia tak
langsung menjawab. "Kamu mau istirahat dulu atau mau langsung kerumah sakit?", Tanya Dani mempertegas
pertanyaan sebelumnya. Firman menatap penuh tajam wajah Dani. Dia seperti terlihat bingung. Belum pernah dalam
fase kehidupannya dia sebingung ini.
Pramugari sudah mengumumkan bahwa pesawat sudah mendarat. Dia menyarankan agar
penumpang segera bersiap-siap untuk turun dan memeriksa barang-barang bawaan mereka.
Sejurus kemudian, Dani, Nuning, dan Firman sudah berada di dalam taxi. Firman memutuskan
untuk langsung pergi ke rumah sakit menemui akhwat yang dia tahu sangat mencintai dirinya.
Jalanan memang macet. Namun tidak terlalu lama mereka terjebak dalam kemacetan itu.
Kurang dari satu jam, mereka sudah sampai dirumah sakit. Entah mengapa, jantung Firman tibatiba
berdegup kencang. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
Kakinya ia langkahkan mengikuti Dani dan Nuning melewati koridor-koridor rumah sakit
yang tak pernah sepi dari pengunjung dan pasien. Hati Firman menjadi galau tatkala dia
menyadari bahwa keputusan yang telah dia ambil sudah terlalu jauh. Tapi dia segera sadar.
Seperti inilah semestinya seorang muslim bertindak. Meskipun dia harus mengorbankan hati dan
perasaaannya, tapi dia sudah bisa mengikhlaskan dirinya untuk bisa semampunya membantu
Aulia. Ya, semampunya, bukan sepenuhnya. Karena kalau sepenuhnya, dia belum siap dengan
segala kemungkinan yang ada.
Dari kejauahan dia melihat seorang ibu paruh baya dengan seorang laki-laki yang
menurutnya adalah suaminya, segera menghampiri Dani dan Nuning. Mereka pun segera
berpelukan. Tanpa terasa dan tanpa diminta, air mata itu pun mengiringi pertemuan mereka.
Internet novel publicing Firman hanya bisa menarik nafasnya sejenak untuk menghilangkan sedikit rasa gugupnya,
kemudian dia hembuskan perlahan. Ibu Wardah, ibu paruh baya yang tadi dilihatnya, segera
menghampiri dirinya. "Apa kamu... Nak Firman?" Tanya Bu Wardah pada Firman dengan nada yang penuh harap.
Firman menatap wajah Bu Wardah sambil mengangguk.
"Ya. Saya Firman "bu!" Jawab Firman dengan suara bergetar.
Air mata itu terjatuh. Air mata itu meleleh di ujung mata Bu Wardah. Harapan itupun
kembali hadir di kedalaman relung hatinya. Seketika itu juga dia hendak bersimpuh di kaki
Firman namun segera dicegah oleh Firman.
"Ibu jangan! Tidak perlu seperti itu. Ini memang sudah kewajiban setiap muslim untuk
membantu saudarinya".
"Terima kasih "Nak". Ucap Bu Wardah lirih.
Firman mengangguk. Pak Wahyu pun turut mengucapkan terima kasih padanya. Firman pun
hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Sekarang apa yang harus saya lakukan?" Tanya Firman pada semua yang ada disana.
"Sekarang kita temui dulu dokter Rina. Mungkin dia lebih tahu apa yang harus kamu lakukan
sekarang". Jawab Dani.
Dani dan Firman menemui dokter Rina di ruangannya. Tanpa berlama-lama lagi, dokter Rina
segera mengajak Firman menemui Aulia di kamarnya.
"Kalau boleh saya tahu, bagaimana keadaannya sekarang dok?" Tanya Firman di sela-sela
langkahnya menuju kamar Aulia.
"Keadaannya saat ini sangat lemah. Bahkan denyut nadi dan detak jantungnya bergerak
sangat lambat. Untungnya kamu segera datang".
Firman hanya tersenyum lirih tanpa berucap sedikitpun. Pintu kamar Aulia sudah terlihat.
Sebelum dia memasuki kamar itu, dia menarik nafasnya perlahan kemudian dihembuskannya.
Pintu kamar itu dibuka oleh dokter Rina. Langkahnya semakin bergetar dibuatnya. Seketika
matanya menangkap seorang wanita yang lemah terbaring tak berdaya di sana. Lebih tepatnya
lagi, seorang akhwat. Ya, dialah Aulia.
Firman menghentikan langkahnya di depan pintu. Pak Wahyu, Bu Wardah, Dani, Nuning,
dan dokter Rina tak banyak bicara. Mereka hanya saling berpandangan sambil berucap dalam
diam. Firman mulai melangkahkan kakinya mendekati tubuh Aulia yang masih terbaring lemah.
Aulia yang masih belum tahu kalau ikhwan yang dia cintai kini ada di sampingnya.
Dengan perasaan yang tak menentu, Firman menghampiri Aulia. Dia melihat wajah Aulia
yang putih bersih. Kepalanya masih tertutup dengan jilbab yang biasa ia kenakan. Di mulut dan
hidungnya terdapat alat untuk membantu pernafasannya. Tubuhnya masih tertutup dengan
selimut. Matanya terpejam sangat rapat. Ia seperti sedang tertidur. Tidur yang sangat nyenyak.
Firman segera menundukkan pandangannya setelah dia menyadari bahwa saat ini Aulia
hanyalah koma. Jadi dia masih harus tetap menjaga pandangannya.
"Apa yang harus saya lakukan "dok?" Tanya Firman dengan perasaan yang hanya dia sendiri
yang mengetahui. "Dia menjadi koma seperti ini karena memendam perasaannya terhadapmu. Dia hanya akan
bisa kembali sadar jika kamu berkenan menik...."
"Apa ada jalan lain selain menikahinya dok?" Tiba-tiba Dani segera memutus kata-kata
dokter Rina. Semua yang ada disana terkejut. Terutama Pak Wahyu dan Bu Wardah.
Internet novel publicing "Ehm...entahlah. Sebab syaraf-syaraf pada tubuh Aulia ini akan merangsang segala sentuhan
dan suara dari orang yang dicintainya. Apa kamu mau menyentuhnya tanpa menikahinya terlebih
dahulu?" Pertanyaan itu ditujukan pada Firman. Dan saat ini Firman benar-benar bingung. Namun
Dani seperti mempunyai ide yang bagus.
"Dok, Firman ini seorang munsyid17. Dia biasa menyanyikan lagu-lagu religi. Bagaimana
kalau kita coba dulu dengan menggunakan suara Firman" Siapa tahu saja syaraf-syaraf pada
otaknya itu bisa merangsang suara Firman?"
Dokter Rina berpikir sejenak. Diapun mengangguk.
"Bisa. Kita bisa coba. Barangkali hal ini bisa merangsang syaraf-syaraf otaknya. Sebab,
mengingat Aulia juga belum pernah bertemu dengan Firman kan" Begitu juga sebaliknya. Dan
selama ini Aulia hanya bisa mendengar suara Firman tanpa bisa berinteraksi secara langsung
bukan?" Semua mengangguk. Tanpa berlama-lama, Firman menarik kursi yang ada disana kemudian
dia duduk di sebelah kanan tubuh Aulia. Dia pun segera menyanyikan sebuah lagu milik grup
nasyidnya. Yang lain hanya mendengarkan dengan perasaan yang penuh harap dihati, semoga
Firman memang benar-benar orang yang dipilih Allah sebagai perantara kesembuhan Aulia.
Tak ada reaksi. Itulah yang ditangkap oleh Firman dan yang lainnya ketika Firman
menghentikan lagunya. Dia menatap Dani yang berdiri di sebelah kiri Aulia. Kecemasan kembali
menghampiri mereka. Namun tiba-tiba kedua mata Aulia terlihat seperti bergerak-gerak. Nuning
yang pertama kali melihat hal itu.
Spontan harapan yang sebelumnya redup kini kembali bersinar lagi. Dokter Rina kembali
menyuruh Firman untuk menyanyi kembali. Dan mata Aulia pun masih terus bergerak. Semua
tersenyum melihat perkembangan itu. Dokter Rina segera memeriksa keadaan Aulia. Dia
membuka kelopak matanya sambil menyorotkan lampu senter kecil miliknya kesana. Kornea
matanya seolah-olah menangkap sinar itu.
Dokter Rina menatap ke semua sambil mengangguk dan tersenyum. Yang lain pun ikut
tersenyum, termasuk Firman. Kali ini dia mencoba untuk mengajak Aulia berbincang. Meskipun
dia tidak tahu apakah suaranya itu di dengar oleh Aulia atau tidak.
"Assalamu"alaikum". Ucap Firman sedikit bergetar.
"Ehm..Aulia, ini Firman. Apa kau mengenalku" Aku yakin kau pasti sudah mengenalku jauh
sebelum aku mengenal dan melihatmu saat ini. Oh iya, apa kabarmu hari ini" Aku selalu
mendoakanmu agar Allah senantiasa menjagamu di setiap hembusan nafas dan putaran waktu
yang kau lalui dalam kehidupan ini".
Sejenak Firman menghentikan kata-katanya. Dia melihat jemari tangan Aulia bergerak,
meskipun setelah itu dia tak melihatnya bergerak lagi. Dia kembali berkata.
"Aku...datang kesini karena ingin menjengukmu. Aku ingin melihatmu sembuh dan kembali
menapaki hari-harimu dengan ceria. Kata kakakmu, kau seorang aktivis da"wah di kampus. Apa
itu benar" Jika memang benar adanya, aku sangat bangga padamu. Dapatkah kau ceritakan
kegiatanmu selama ini setelah kau sembuh nanti" Bangunlah Aulia! Aku tak ingin kau terusterusan
seperti ini karena perasaan yang kau pendam terhadapku. Aku sudah disampingmu.
Bangun Aulia! Bangun! "Sudah sekian lama kau tidak melihat matahari terbit dari peraduannya. Apa kau tidak ingin
melihat keindahan sinar sang surya yang menghangatkan seisi bumi ini" Kau juga sudah lama
tak menyentuh mushaf-mu. Ayat-ayat itu telah lama menunggu untuk kau baca. Apa kau tak
17 Penyanyi lagu-lagu nasyid
Internet novel publicing merindukannya" Dan satu yang harus kau ingat, kau juga telah lama meninggalkan keluargamu
dan terbang ke dunia lain yang entah apa namanya dan dimana dunia itu. Apa kau tak ingin
kembali ke sini dan berkumpul bersama mereka" Apa kau tak merindukan mereka" Mereka
disini sangat merindukanmu Aulia. Bangunlah! Dan tataplah hari esok dengan senyummu.
Senyum yang menurut keluarga dan teman-temanmu pasti sangat manis.
"Da"wah saat ini sangat membutuhkanmu. Jangan kau rusak hidupmu seperti ini. Bangunlah!
Bangun Aulia! Bangun! Bangun!"
Firman tertunduk lemas. Dia merasa usahanya sia-sia. Tanpa terasa air matanya mengalir dari
ujung matanya. Sejenak dia terdiam. Yang lain pun hanya bisa pasrah melihat kondisi seperti itu.
Suasana saat itu sangat hening. Tak berapa lama, Firman kembali besuara.
"Saya akan menikahinya!" Ucap Firman tanpa keraguan sedikitpun. Semua yang
mendengarnya saat itu sangat terkejut. Apakah dia sungguh-sungguh mengatakan hal itu" Batin
mereka masing-masing bergumam.
"Kamu sungguh-sungguh Firman?" Tanya Nuning.
Firman hanya mengangguk. Kemudian dia mengarahkan pandangannya pada Aulia. Namun
tiba-tiba dia melihat jemari tangan Aulia bergerak lagi. Kali ini gerakannya lebih sering. Dan
matanya" Kali ini matanya juga bergerak. Dan perlahan-lahan kedua matanya itu terbuka.
Dengan segera Firman berdiri dan menjauh sedikit dari tempatnya duduk tadi.
Aulia kini telah membuka matanya. Dokter Rina segera memeriksa keadaan Aulia. Bu
Wardah dan Pak Wahyu sangat senang melihat perkembangan anaknya itu. Tak terkecuali
dengan Dani dan Nuning. Mereka seperti melihat sebuah harapan baru pada Aulia.
Samar-samar Aulia menangkap cahaya terang yang menembus kornea matanya. Kedipan
matanya masih sangat lemah. Pak Wahyu, Bu Wardah, Dani, dan Nuning menghampiri Aulia.
Mereka menangis haru dan bahagia karena melihat Aulia sudah bangun kembali dan bisa
berkumpul lagi dengan mereka.
Satu per satu mata Aulia menangkap sosok orang-orang yang sangat ia cintai dan ia sayangi.
"Kamu sudah sadar sayang?" Tanya Bu Wardah retoris.
Aulia hanya tersenyum sambil menahan tangisnya.
"Ibu!" Panggil Aulia lirih. Suaranya terdengar sangat lemah.
"Iya sayang, ibu disini".
Aulia mengalihkan tatapannya pada Pak Wahyu.
"Bapak!" Lirih Aulia.
"Iya, bapak juga disini menemani Aulia".
Dia mengalihkan juga pandangannya pada Dani dan Nuning. Dia tak memanggil mereka, tapi
tangan lembutnya berusaha menggenggam jemari Nuning. Dia menatap wajah kakaknya itu
dengan tatapan yang sangat berarti. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi sangat sulit untuk
di ucapkan. Dokter Rina pun segera memeriksa keadaannya kembali.
"Ya Allah, terima kasih. Kau telah mengembalikan Aulia pada kami. Terima kasih Ya
Allah". Ucap Nuning dalam hati.
Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu, Firman masih saja berdiri di belakang Dani dan Nuning tanpa berucap
sedikitpun. Sejurus kemudian dia memutuskan melangkah keluar kamar untuk menenangkan
dirinya. Dia berjalan sejalan-jalannya dan bersandar di salah satu tiang rumah sakit.
Dani menoleh kebelakang namun Firman sudah tidak ada. Dia memutuskan keluar kamar
untuk mencari Firman. Dari jarak beberapa meter dari pintu kamar, ia dapati Firman tengah
menunduk lesu sambil bersandar di sebuah tiang..
"Firman!" Panggil Dani pelan.
Internet novel publicing Firman menolehkan kepalanya.
"Kamu kenapa" Ayo masuk! Biar bagaimanapun Aulia itu harus tahu kalau antum sangat
berjasa dalam proses kesembuhannya".
Firman menggeleng. Lesu. "Kenapa "Man?" Tanya Dani.
Firman menghela nafasnya. Dia membuang pandangannya jauh ke depan.
"Ana justru tidak ingin dia tahu kalau ana ada di sini".
Dani hanya terdiam tanpa mau bertanya kenapa Firman tidak ingin Aulia tahu kalau dia ada
di sini. "Man!" Panggil Dani.
"Ya?" Sahut Firman.
"Apa...kata-kata terakhir antum sebelum Aulia sadar itu, masih berlaku?"
Firman hanya terdiam. Tiba-tiba dia berucap.
"Afwan Mas. Ana minta maaf."
"Ya, ana menghargai keputusan antum. Toh kata-kata antum tadi hanya salah satu cara untuk
kesembuhan Aulia bukan" Tapi karena Aulia sudah sadar, maka antum pun sudah tak punya
kewajiban apa-apa lagi di sini. Afwan ya, karena telah merepotkan antum".
Firman mengangguk sambil tersenyum lirih.
"Tapi, sekarang antum bersedia kan untuk menemui Aulia" Sebentar saja. Sebelum pada
akhirnya antum kembali ke Solo, dan Aulia masih terus saja berharap pada antum tanpa sebuah
kepastian yang tidak jelas".
Firman terlihat berpikir sejenak. Namun akhirnya dia mengangguk dan bersedia menemui
Aulia. Mereka melangkahkan kaki bersama menuju kamar Aulia.
* * * "Li, apa kamu tahu siapa yang berjasa atas kesembuhanmu" Apa kamu tahu "Li?" Tanya
Nuning. Aulia menyahut, "Allah".
Nuning tersenyum. Namun bukan itu yang dia maksud.
"Allah memang selalu berjasa dalam setiap fase kehidupan kita Li. Tapi selain kehendak dan
izin Allah, ada orang lain yang Mbak maksudkan".
Dengan tatapan yang sangat lirih, Aulia bertanya,
"Siapa dia Mbak?"
Nuning kembali tersenyum dan melirikkan kedua matanya pada Pak Wahyu dan Bu Wardah.
"Seseorang yang senantiasa ada dalam hatimu. Seseorang yang selalu kamu sembunyikan
namanya dari siapapun kecuali pada Allah. Seseorang yang kini ada di sini, yang sengaja datang
kesini untuk membantumu untuk sembuh. Kamu tahu siapa dia?"
Raut wajah Aulia seketika berubah. Wajahnya terlihat cemas, dan bibirnya mulai bergumam
menyebutkan nama Firman tanpa bersuara sedikitpun.
Nuning mengangguk sambil tersenyum,
"Iya. Dia Firman. Dia ada di sini Li".
Aulia hanya terdiam tanpa menyahuti kata-kata Kakaknya itu. Tiba-tiba dari luar, Dani
mengucapkan salam sambil berjalan menghampiri Aulia. Berjalan dengan seorang ikhwan
bernama Firman. Internet novel publicing Samar-samar Aulia menatap wajah laki-laki yang selama ini ada di dalam hatinya. Dia
menangkap senyum itu. Senyum yang pertama kali dilihatnya ketika Firman tengah
mendendangkan nasyid di panggung.
Seketika itu, riak-riak air mata mengalir begitu saja dari ujung matanya. Dia tak kuasa
menahan tangis itu. Dengan cepat diapun mengalihkan pandangannya. Firman pun hanya berdiri
dengan jarak beberapa langkah dari tempat tidur Aulia. Mereka hanya saling terdiam tanpa
berucap sedikit pun. Namun Firman memutuskan untuk memulainya.
"Anti...sudah sadar Aulia?"
Aulia hanya mengangguk perlahan tanpah menoleh sedikit pun pada Firman. Sedangkan
Firman pun hanya menunduk.
"Syukran atas bantuannya dan atas kesediaan antum untuk datang ke Jakarta". Ucap Aulia
pelan. Firman mengangguk, "Afwan..." Sahut Firman.
"Kesembuhan itu datangnya dari Allah. Kalau bukan karena kehendak Allah, maka
kesembuhan itu tidak akan bisa terwujud".
Setelah itu tak ada lagi perbincangan yang berarti. Baik Firman maupun Aulia sudah tak tahu
lagi apa yang harus mereka bicarakan. Mereka saling bicara dalam diam. Dan mereka pun hanya
bisa berdoa dalam hati semoga masing-masing mereka mempunyai kekuatan dan ketabahan
dalam menghadapi segala ujian hidup. Dan yang pasti saling mendoakan agar satu sama lain bisa
dikaruniai cinta yang sejati dari Allah. Ya, cinta yang hanya bisa dibalut dalam doa.
Firman memutusakan untuk meminta diri. Dia keluar kamar untuk menenangkan dirinya.
Dani pun menyusulnya. Dan lagi-lagi, air mata itu mengalir bagai anak sungai yang melewati
batang hidung Aulia. Ada perasaan mencekam yang seolah mengoyak-oyak hatinya.
* * * Sebelas "Untung ya bu, semua usaha dan pengorbanan kita bisa diganti oleh dengan kesembuhan
Aulia. Nuning senang sekali" Ucap Nuning pada Bu Wardah di sela-sela langkah mereka seusai
sarapan di kantin rumah sakit bersama dengan si kecil Fitri.
"Alhamdulillah Ning. Semua itu juga atas kehendak Allah kalau kata Firman. Oh iya,
sekarang dia ada dimana?"
"Dia ada dirumah bersama dengan Mas Dani. Mau istirahat dulu katanya. Dan rencananya,
besok dia akan pulang ke Solo".
"Besok Ning" Apa tidak terlalu cepat?" Tanya Bu Wardah sambil terus menuntun Fitri yang
tengah asyik menikmati kue yang baru saja dibelinya di kantin.
"Nuning rasa tidak terlalu cepat bu. Lagi pula dia sudah tidak mempunyai kepentingan apaapa
lagi di Jakarta. Toh di Solo dia juga mempunyai aktivitas yang harus ia selesaikan. Jadi kita
hargai saja keputusannya".
"Apa kita tidak bisa membujuknya untuk tinggal beberapa hari lagi disini" Aulia belum pulih
benar Ning. Ibu yakin kalau Firman ada disini, Aulia pasti bisa cepat sembuh".
"Bu, Nuning yakin, ada atau tidak adanya Firman, kehidupan Aulia pasti akan baik-baik saja.
Ibu percaya deh sama Nuning. Lagi pula, Firman itu kan bukan siapa-siapa kita bu. Dia mau
datang bersama Nuning untuk membantu Aulia saja itu sudah bersyukur. Janganlah kita meminta
macam-macam lagi padanya. Sudah terlalu banyak yang dia lakukan untuk kita. Nuning harap,
bapak dan ibu jangan terlalu berharap padanya. Ya?"
Internet novel publicing "Iya ibu tahu. Tapi apa maksud kamu agar jangan terlalu berharap?"
Nuning terdiam sejenak lalu kembali bersuara,
"Ehm....ibu ingat apa kata-kata terakhir Firman sebelum Aulia sadar?"
Bu Wardah berpikir sebentar lalu menyahut,
"Iya ibu ingat. Kalau tidak salah, dia itu akan menikahi Aulia. Memang kenapa Ning?"
"Ibu tidak salah. Itu memang kata-kata terakhir Firman yang dia katakan sebelum Aulia sadar
dari komanya. Sebenarnya.... tadinya Nuning dan Mas Dani mempunyai pikiran untuk meminta
kesediaan Firman agar dia mau menikahi Aulia diluar niat dia untuk membantu kita dalam
kesembuhan Aulia. Tapi jawabannya,,,,dia tidak bersedia. Alasannya karena dia tidak mau
niatnya menikahi Aulia itu hanya karena kasihan, bukan cinta. Meskipun dia mengakui
kekaguman dirinya pada Aulia sebagai wanita shalihah. Tapi entah mengapa dia tetap tidak mau
menikahinya. Nuning dan Mas Dani pun tidak bisa memaksanya. Kami hanya bisa menghargai
keputusannya itu. Ibu mengerti "kan?" Jelas Nuning.
Bu Wardah seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia mengangguk lirih, "Ya, kamu benar
Ning. Ibu dan bapak pun tidak akan memaksa dia untuk bersedia menikahi Aulia. Dan ibu yakin,
kalau Aulia itu akan bisa mengerti. Karena ibu tahu, Aulia tidak akan mengulangi kesalahannya
seperti ini lagi. Ya "kan Ning?"
Nuning mengangguk sambil tersenyum,
"Iya ibu benar. Biar bagaimanapun, Aulia adalah gadis yang tegar. Nuning yakin, sebenarnya
Aulia tidak ingin memiliki perasaan terhadap Firman, tapi karena perasaan itu Allah yang
mengkaruniai, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa"
Bu Wardah mengangguk. Langkah mereka semakin dekat ke kamar Aulia. Namun tiba-tiba
si kecil Fitri mendadak ingin buang air kecil. Bu Wardah pun memilih untuk mengantar Fitri ke
toilet. Sedangkan Nuning masuk ke kamar Aulia.
* * * "Terima kasih ya "sus?" Ucap Aulia pada seorang suster yang membawakan sarapan
untuknya. "Sama-sama Mbak. Jangan lupa dimakan ya sarapannya" Biar cepat sembuh dan bisa pulang
dari rumah sakit ini".
Aulia hanya tersenyum sambil memandang wajah suster yang bernama Rosi itu.
"Kalau gitu saya keluar dulu ya Mbak?"
"Iya. Makasih sekali lagi ya "sus?" Kata Aulia yang hanya dibalas dengan senyuman oleh
suster Rosi, kemudian dia segera berlalu dari hadapan Aulia.
Saat ini Aulia sedang duduk di kursi roda menghadap ke sebuah jendela besar sambil
menatap indahnya pemandangan diluar sana dari dalam kamarnya. Pikirannya jauh melayang ke
alam yang entah apa namanya. Di pangkuannya terdapat sebuah mushaf Al Qur"an yang tadi
sempat ia baca sebelum suster Rosi datang. Dia kembali menatapi mushaf itu sambil termenung.
Sudah sejak lama dia meninggalkan dunianya dan pergi ke dunia lain yang tak pernah ia kenali
sebelumnya. Matanya jauh memandang lurus keluar. Hatinya sedikit terhibur ketika melihat burungburung
diluar sana tengah asyik menikmati suasana pagi bersama dengan komunitas mereka
sesama burung yang lain. Dalam diamnya dia berdoa,
"Ya Allah, betapa hinanya diri ini yang telah menempatkan cinta kepada hamba-Mu lebih
tinggi dari cintaku kepada-Mu. Maafkan aku Ya Allah. Aku sungguh-sungguh bertaubat. Mulai
Internet novel publicing saat ini aku berjanji untuk tidak lagi memikirkan nama lain selain nama-Mu. Aku akan
membuang seluruh kenangan akan bayang-bayangku terhadap dirinya. Takkan lagi aku
memikirkan dan mengharapkannya. Aku sudah menjadi orang yang bodoh dan hina. Aku benarbenar
ingin kembali pada-Mu. Aku benar-benar ingin membuka kembali lembaran hidupku yang
baru. Aku benar-benar ingin menata kembali langkahku yang sudah sekian lama ini terkotori
oleh perasaan yang tak semestinya ada dalam hatiku. Aku minta maaf dan memohon ampun
pada-Mu. Mohon dengan sangat Ya Allah. Aku berdoa, baik aku maupun dia, kelak bisa
menemukan cinta sejati yang Engkau persembahkan hanya untuk diriku dan dirinya. Cinta, yang
hanya bisa kurangkai dan kubalut dalam doa kepada-Mu. Aku mohon Ya Rabb".
Setetes air mata itu jatuh membasahi pipinya. Dia segera menghapusnya tanpa menunggu air
mata itu kering. Helaan nafasnya sedikit membuat dia dapat bernafas lega.
Dari luar, Nuning terdengar mengucapkan salam sambil melangkah mendekati Aulia.
"Assalamu"alaikum".
"Wa"alaikumussalam". Jawab Aulia pelan.
"Apa kabar adik Mbak yang satu ini?" Tanya Nuning berusaha memecah kesunyian. Dia
menyeret sebuah kursi dan duduk di samping Aulia.
"Alhamdulillah baik. Mbak sendiri gimana?"
"Baik juga alhamdulillah". Jawab Nuning. Matanya menangkap sarapan Aulia yang belum
juga disentuhnya sedikitpun.
"Kamu belum sarapan Li" Makan ya, Mbak suapin?"
Aulia menggeleng, "Aku nggak lapar Mbak". Jawab Aulia gamang.
"Tuh kan kamu mulai lagi. Ingat Li, kamu itu baru sembuh. Kamu harus banyak makan dan
minum vitamin untuk bisa membantu memulihkan kondisi tubuhmu. Dan kamu juga harus ingat,
seberat apapun masalah yang kamu hadapi sekarang ini, kamu tidak boleh kalah dengan keadaan.
Kamu harus tetap menjalani kehidupanmu. Kamu ini aktivis da"wah Li. Jadilah seorang akhwat
yang tegar, jangan loyo seperti wanita-wanita awam diluar sana yang kalau ada masalah sedikit
langsung sakit. Kamu harus beda Li. Kamu harus beda!".
Aulia hanya terdiam mendengar kata-kata Nuning. Lalu dia menoleh ke arah kakaknya itu.
"Maafin aku ya Mbak?"
Nuning mengangguk sambil tersenyum.
"Sekarang kamu makan ya?"
"Iya. Sini, biar aku makan sendiri" Pinta Aulia. Nuning segera memberikannya.
Tanpa banyak kata, Aulia memakan sarapannya. Nuning yang melihatnya merasa sangat
bahagia karena melihat adiknya itu sudah mau makan.
"Li..." Panggil Nuning.
"Hm...." Sahut Aulia.
"Kenapa kamu menyembunyikan semua ini pada kami?"
Aulia menghentikan sejenak aktivitas sarapannya. Dia tertegun mendengar pertanyaan
Nuning. Namun dia pun menjawabnya dengan terlebih dahulu menghela nafasnya.
"Awalnya aku tidak pernah menyangka kalau akhirnya akan seperti ini. Entah perasaan apa
yang aku rasakan pada Firman Mbak. Yang pasti sejak tiga tahun lalu, aku selalu mengingatnya
meskipun aku sudah berusaha untuk melupakannya. Aku juga bingung kenapa wajah yang belum
pernah ku lihat sebelumnya, tiba-tiba bisa merasuk begitu saja dalam relung sukmaku saat
pertama kali melihatnya. Diri yang belum pernah kukenal sebelumnya, tiba-tiba saja menjadi tak
bisa lekang dari ingatanku. Entah mengapa dia yang menjadi tempat jatuhnya cintaku, padahal
Internet novel publicing banyak ikhwan yang melintasi penglihatanku tapi tak pernah seperti ini. Mungkin inilah
akibatnya karena aku kurang mengindahkan perintah Allah untuk menjaga pandangan.
"Aku sedih saat aku yakin cintaku padanya tidak akan terbalas. Tapi aku lebih sedih lagi
karena aku harus jatuh cinta padanya. Kenapa harus dia" Sampai sekarang aku belum juga
menemukan jawabannya. Hatiku sakit Mbak. Sebisa mungkin aku bersikap biasa-biasa saja dan
apa adanya di depan siapapun, tapi itu tetap tidak bisa menutupi rasa sakit dan hancurnya hatiku
karena aku harus berpura-pura bersikap tegar dan bersikap seolah-olah tak pernah ada masalah
apapun dalam hatiku. Semakin aku buang perasaan itu, semakin sakit pula hatiku. Coba
bayangan Mbak, aku harus membohongi diriku sendiri demi sebuah hati yang tak pernah
terbalaskan. "Air mataku bukanlah air mata kesedihan karena aku tidak bisa memilikinya, tapi air mata
kesedihan karena aku mencintainya. Dan karena hal itu, sebisa mungkin aku berusaha untuk
membencinya. Membenci orang yang aku cintai. Dan hal itu sangat sakit. Di satu sisi aku
mencintainya, tapi di sisi lain aku membencinya karena aku mencintainya. Dua perasaan yang
berbeda itu terus berperang dan bergejolak di hatiku sampai akhirnya aku menjadi lemah dan tak
berdaya seperti ini. Dan kenapa aku menyembunyikan semua ini dari Mbak dan yang lain,
karena aku memang tidak ingin terlihat lemah di mata siapapun. Maafkan aku ya Mbak?"
Seketika itu air matanya jatuh menetes membasahi pipinya.
"Iya Mbak ngerti. Lalu apa langkah kamu selanjutnya untuk menapaki hari-hari kamu
kedepan" Apa...kamu ingin meminta Firman untuk bersedia menikahimu?"
Sontak Aulia terkejut dengan kata-kata Nuning.
"Memintanya untuk menikahi aku"!"
Nuning mengangguk pelan. Namun anggukan itu disambut dengan gelengan Aulia.
"Tidak Mbak. Aku tidak mau sehina itu. Aku baru sadar, bahwa perasaan yang aku rasakan
terhadap Firman bukanlah sebuah cinta, tapi hanya perasaan untuk sekedar memiliki. Dan itu
hanya sebuah nafsu. Kalaupun memang aku benar-benar mencintainya....biarlah kutitip cintaku
ini pada Zat Yang Maha Pemberi cinta dan kasih. Biarlah kubalut cinta ini dengan kesucian dan
ketulusan doa yang selalu aku panjatkan pada-Nya. Aku tidak mau lagi jatuh kedalam lembah
yang sama. "Aku sudah cukup berterima kasih pada Firman karena dia sudah bersedia membantu
kesembuhanku, dan aku tidak akan meminta lebih lagi padanya. Biarlah dia hidup dengan jalan
hidupnya sendiri, dan aku dengan jalan hidupku sendiri. Aku telah mengikhlaskan cintaku ini
hanya pada Allah. Telah kutitipkan cintaku ini pada-Nya. Dan akan kuambil lagi setelah aku
benar-benar telah menemukan pasangan jiwaku yang sejati, jika memang orang itu bukanlah
Firman. Aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak lagi mengingatnya dan melupakan
semua tentangnya. Aku akan memulai kembali lembaran hidupku yang baru, tanpa adanya
bayang-bayang Firman lagi. Mbak mau membantuku "kan?"
Nuning tersenyum dan mengangguk. Diapun segera memeluk tubuh Aulia dengan sangat
erat. Dan air mata itu kembali mengalir dari ujung mata Aulia.
Dalam peluknya yang erat, Nuning berkata,
"Li, besok Firman akan pulang ke Solo"
Tiba-tiba mulut Aulia kelu. Entah apa yang dia rasakan saat ini. Tapi dia tetap mengangguk,
menandakan kalau dia sudah merelakan Firman pergi dari Jakarta, dan juga dari hatinya.
Meskipun itu untuk selamanya.
* * * Internet novel publicing Dua Belas Di bangku taman, Aulia duduk sendiri. Seusai shalat dhuha tadi, dia memutuskan untuk
menyendiri di taman sambil merobek satu per satu kertas dari buku diarynya dan dia lemparkan
kedalam kaleng yang sudah penuh dengan api. Dia mencoba untuk membakar kenangan masa
lalunya. Dari kejauhan, terlihat Firman dan si kecil Fitri berjalan menghampirinya. Ketika sudah
dekat, Firman mencoba untuk menyapanya.
"Assalamu"alaikum" Ucap Firman sambil terus menggandeng Fitri yang sedang asyik
memakan kuenya. Aulia sempat terkejut melihat Firman ada di dekatnya. Namun dia berusaha untuk santai saja
walaupun hatinya saat ini tidak menentu.
"Wa"alaikumussalam" Jawab Aulia tanpa menoleh ke arah Firman.
"Ehm...sedang apa anti disini?" Tanya Firman membuka pembicaraan.
Sambil terus merobek satu per satu kertas buku diarynya, Aulia menjawab,
Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Membakar seluruh kenangan lama yang tak semestinya ada dalam hati ana".
Firman hanya terdiam sambil memandangi serpihan-serpihan kertas yang beterbangan karena
terbakar api yang ada di dalam kaleng.
"Ehm...ana mau pamit. Nanti siang ana akan kembali ke Solo". Ucap Firman.
Aulia menghentikan sejenak kegiatannya lalu memulainya kembali. Setelah menghela
nafasnya, dia menyahuti perkataan Firman.
"Hati-hati". Firman mengangguk lirih. Mereka saling menunduk dan melepaskan pandangan ke arah lain.
"Sebelumnya ana minta maaf atas semua peristiwa ini". Sambung Aulia.
"Bukan maksud ana membuat antum repot atau merasa terbebani. Jujur, selama ini ana sudah
berusaha untuk perasaan ini. Tapi sulit sekali. Di satu sisi ana ingin sekali membuang jauh
perasaan ini, tapi di sisi lain, ada perasaan yang seolah mengharuskan ana untuk tetap
mempertahankan perasaan ini. Dan hal itu yang belum bisa ana lakukan. Sekali lagi ana minta
maaf. Maaf atas segala khilaf dan salah yang membuat antum jadi merasa tidak tenang menjalani
hidup antum. Mungkin memang beginilah jalannya. Semoga dari semua kejadian ini bisa
membawa hikmah dan berkah untuk ana pribadi.
"Silahkan antum menjalani hidup antum dengan cara dan jalan antum sendiri. Ana pun juga
demikian. Dan ana harap, baik ana maupun antum, masih senantiasa istiqomah di jalan-Nya, dan
senantiasa selalu memanjatkan doa yang suci, agar Allah senantiasa memberikan kita pasangan
dan cinta yang benar-benar sejati. Sekali lagi ana minta maaf. Dan...hati-hati di jalan".
Firman masih terus terdiam dan menunduk. Dia tak berniat mengucap sepatah katapun.
Sampai pada akhirnya Aulia berdiri dari duduknya.
"Sekali lagi ana mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada antum. Mudah-mudahan di
kehidupan mendatang, antum bisa menemukan wanita shalihah yang bisa antum jadikan
pasangan hidup, yang juga antum cintai dan mencintai antum. Sehingga kalian bisa berlabuh di
dermaga cinta-Nya. Cinta yang selalu terbalut dengan doa yang tertuju pada-Nya.
"Afwan, ana pamit. Assalamu"alaikum" Ucap Aulia sambil meraih tangan si kecil Fitri.
"Ayo sayang, kita ke umi. Fitri lagi makan apa sih?"
"Ini tante, Fitli lagi makan kue bolu. Tadi di beliin sama om Filman. Enak deh tante".
Aulia hanya tersenyum mendengar celotehan keponakannya itu yang masih lugu. Sambil
terus melangkahkan kakinya kedepan sambil menuntun Fitri, dan semakin menjauhi Firman yang
masih tengah tertegun di tempatnya berdiri, Aulia terus berdoa agar cintanya kini bisa bersemi
Internet novel publicing dengan indah di sisi Tuhannya. Kini dia berjanji untuk tidak lagi menempatkan cinta lain selain
cintanya kepada Allah Swt, Rabb semesta alam yang Maha Pemberi Cinta.
Dan sekali lagi dia hanya bisa membalut cintanya itu dalam doa yang selalu terpanjatkan
kepada Sang Pemilik Cinta, Allah Azza Wajalla.
Aulia semakin jauh melangkah, sedangkan Firman mendapati secarik kertas di bangku taman
tempat Aulia duduk tadi. Dia mengambil kertas itu. Isisnya adalah sebuah surat tulisan tangan
Aulia. Tanpa pikir panjang lagi, dia pun membacanya.
Assalamu"alaikum?"
Akh Firman, Maafkan aku yang telah mencintaimu. Maafkan aku yang telah membuat hariharimu
terganggu. Mungkin selama ini kau tak menyadari kalau ada seorang ukhti
yang mengharapkanmu. Aku pun tidak tahu dari sisi apa aku mencintaimu. Perasaan
itu tiba-tiba saja menyusup di dalam hatiku saat aku pertama kali melihatmu tiga tahun
yang lalu. Apa aku salah jika aku memendam rasa ini padamu" Sungguh, jika aku
ditanya apakah aku menginginkan rasa ini, aku akan menjawab, ini bukanlah
keinginanku. Tapi Allah yang telah menganugerahkan rasa ini padaku.
Akh Firman, Apa yang harus aku lakukan" Selalu pertanyaan itu yang aku lontarkan pada setiap
sudut di hatiku. Setiap saat aku selalu berharap agar Allah selalu memberikan jawaban
itu padaku. Tapi sampai sekarang, aku belum menemukan jawaban yang pasti atas
pertanyaan itu. Bisakah kau menolongku" Jika memang aku salah dalam mencintaimu,
maka aku berharap agar engkau berkenan memaafkanku. Tapi aku ingin bertanya satu
hal padamu, apakah engkau pernah jatuh cinta"
Akh Firman, Sungguh, jika perasaan cinta ini tidak begitu dalam padamu, aku juga tidak ingin
seperti ini. Seperti wanita yang tidak mempunyai harga diri. Mungkin disaat yang
sama, disaat engkau tahu bahwa aku mencintaimu, engkau sudah mulai tidak mau tahu
semua tentangku. Akh Firman, Haruskah aku merasa bersalah atas perasaan ini" Perasaan yang sebenarnya tidak
pernah aku inginkan" Andai saja tiga tahun lalu aku tidak pernah datang ke konser itu"
Andai saja tiga tahun lalu kakakku tidak pernah mengajakku ke tempat itu" Andai saja
tiga tahun lalu aku mempunyai alasan agar aku tidak jadi pergi kesana" Andai saja tiga
tahun lalu aku tidak pernah melihatmu" Pasti semuanya tidak akan seperti ini jadinya.
Akh Firman, Sekuat tenaga aku selalu berusaha untuk bisa melupakanmu. Melupakan bayangmu,
melupakan semua tentang dirimu. Tapi yang aku dapat, apa kau tahu Akhi" Hatiku
semakin sakit. Sakit sekali. Kalau saja kau tahu apa yang aku rasakan saat ini. Tapi
aku tak tahu apa yang akan kau lakukan jika kau mengetahui perasaanku, mungkin
kau sudah tak mau tahu lagi tentangku.
Internet novel publicing Akh Firman, Sekali lagi maafkan aku. Jika memang takdir telah menentukan kalau aku dan
engkau tidak berjodoh dan tidak bisa bersatu, maka memang inilah jalan yang terbaik
yang telah Allah berikan untuk kita. Suatu saat kau akan menemukan belahan jiwamu.
Begitu juga denganku. Dan "dia" adalah yang terbaik, yang kelak akan Allah berikan
untukku, sebagai pengganti dirimu.
Akh Firman, Maafkan aku yang telah mencintaimu.........
Wassalamu"alaikum.....
Setelah membaca surat itu, sekilas Firman tertegun menatap Aulia dari belakang yang terus
melangkah dengan pasti sambil terus bercanda ria dengan keponakan kecilnya, Fitri. Dia tidak
tahu apakah keputusannya untuk tetap tidak menikahi Aulia adalah keputusan yang benar atau
tidak. Tapi yang pasti, hatinya saat ini sangat ragu dan bimbang untuk kembali memutuskan
apakah Aulia memang jodoh yang sudah Allah siapkan untuknya dengan jalan yang begitu rumit
ini" Ataukah Aulia hanya sekedar intermezo yang hanya melintasi fase kehidupannya saja"
Entahlah. Saat ini Firman masih terus tertunduk diam sambil terus mencermati kata-kata dalam surat
yang Aulia tulis untuknya. Setelah menghela nafasnya, dia merobek surat itu dan membuangnya
kedalam kaleng yang masih dipenuhi oleh kobaran api yang tidak terlalu besar itu namun bisa
segera menghanguskan surat yang ia lemparkan kedalamnya.
Sementara itu Aulia masih terus saja bercanda ria dengan Fitri. Ia tak lagi menghiraukan
Firman yang ia tinggalkan sendiri di bangku taman. Kini ia berazzam untuk tidak lagi
memikirkan siapapun dan apapun selain Allah swt. Ya meskipun itu sangat sulit, tapi
menurutnya tidak ada yang tidak mungkin selama manusia itu mau berusaha.
Dalam gelak tawa dan candanya bersama Fitri, terselip sebuah syair lagu yang pernah ia
dengar sebelumnya, yang bunyinya,
Haruskah diri ini menjerit dan berlari
Mengejar dirimu yang kian jauh melangkah....
Atau ku harus lari dari kenyataan ini
Memendam cinta dan coba melupakanmu...
Mungkin jika seorang pecundang bisa berpikiran seperti itu. Seperti dirinya dulu yang
sempat menjadi seorang pecundang. Namun kini dia bukan lagi seorang pecundang yang hanya
bisa pasrah dengan keadaan tanpa mau berusaha untuk merubahnya kearah yang lebih baik. Kali
ini dia yakin, bahwa dirinya pasti bisa mengubur semua kenangan yang tak semestinya ada
dalam hatinya. Untuk menjadi seorang akhwat sejati yang selalu istiqomah dijalan da"wah-Nya.
Matahari terus terpancar dari ufuk timur. Sinarnya tak lagi menghangatkan namun cukup
untuk memberikan pencerahan kepada hati dan jiwa para penerima sinarnya, bahwa matahari
masih setia menemani langkah-langkah mereka dan masih banyak cinta yang perlu mereka
bagikan. Pada orang tua, keluarga, sahabat, dan makhluk Allah yang lain yang tak hanya sekedar
cinta berbalut hawa nafsu, namun cinta yang senantiasa di balut dengan kemanisan iman,
keindahan taqwa, dan kesucian doa. Ya, cinta yang selalu terbalut dengan doa kepada Sang
Pemilik Cinta, Rabb semesta alam, Allah swt.
Internet novel publicing Dia-lah yang pantas terlebih dahulu mendapatkan cinta hamba-hamba-Nya, sebelum hambaNya yang lemah. "Terima kasih Ya Rabb. Engkau telah menunjukkan jalan kehidupanku yang lurus, jalan
yang Engkau anugerahi. Amin".
Ucap Aulia sambil terus melangkah dengan pasti meninggalkan Firman dan meninggalkan
kenangan masa lalunya. Melangkah untuk menggapai hari yang lebih cerah.
Selesai di Deptan 17/11/08 Pukul 15.08 WIB Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua yang tengah jatuh cinta, namun
tidak bisa memiliki. Obat bukanlah penyembuh rasa sakit. Namun obat adalah
perantara atas kesembuhan yang Allah berikan.
Wallahu "alam... Kritik dan saran: Hamasah.2801@gmail.com Kehidupan Para Pendekar 7 Merah Muda Dan Biru Karya Bois Imbauan Pendekar 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama