Ceritasilat Novel Online

Irama Pencabut Nyawa 3

Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu Bagian 3


"Masih ada lagikah yang ingin kau katakan?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
Tauw Kun tidak menyahut. Kedua matanya dipejamkan dan dengan tabah menantikan
ancaman lawannya itu. "Baiklah!" seru Khouw Kiam Siu sambil perlahan-lahan mengangkat tangannya. Seluruh
tenaganya dikerahkan dan membidik kearah batang leher Tauw Kun tapi seketika ia
merandek dapat melihat sesosok bayangan berkelebat dengan pesat sekali didepannya
untuk kemudian menghilang di-semak-semak.
"Hei, kau! Aku tidak sangka sebagai ahliwaris si pemilik Kim Gaib kau tidak merasa sungkan
membunuh lawanmu yang sudah tidak berdaya!"
DEMIKIANLAH, suara seorang yang agak sember mencela tindakan Khouw Kiam Siu.
Cui-beng Lo-sat dan Kat Ju Hui memperhatikan sejenak. Mereka melihat wajah Khouw Kiam
Siu tiba-tiba berubah memerah dan menurunkan lagi pedangnya yang sudah siap untuk
diayun. Tauw Kun membuka matanya lagi dan sambil bersenyum menyindir berkata:
"Hee, hee, hee! Mengapa kau tidak meneruskan maksudmu itu?"
Khouw Kiam Siu tidak menghiraukan itu semua. Dilemparkan pedang yang dicekalnya dan
memburu kearah suara orang itu. Setibanya di dalam hutan itu, ia hanya melihat bekas2
telapak kaki seseorang. Ia sudah ingin menyelidiki lebih jauh, tetapi tiba-tiba terdengar
jeritan Kat Ju Hui. 78 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku tertipu!" serunya sambil lekas-lekas membalikkan tubuhnya dan memburu ke
tempatnya semula, dan mulutnya ternganga ketika melihat keadaan disitu.
Kat Ju Hui sudah terlentang ditanah dan Cui-beng Lo-sat beserta keempat pembantunya
tengah berdiri terbengong, sedangkan Tauw Kun sudah tidak berada disitu.
"Ma siocia, apa yang telah terjadi?" tanyanya bingung.
Seolah-olah orang yang baru terjaga dari tidurnya, Cui-beng Lo sat tersentak mendengar
pertanyaan itu. Setelah ditatapnya Khouw Kiam Siu sejenak, baru ia menyahut:
"Begitu kau tadi mengejar kearah hutan itu, sekonyong-konyong sesosok tubuh dengan
gerakannya yang gesit sekali sudah muncul disini. Tanpa mengatakan sesuatu, ia segera
menerkam Kat siocia untuk kemudian mengangkat Tauw Kun dan membawanya pergi!"
"Apa jenis kelamin orang itu?"
"Aku... aku tidak tahu! Gerakannya demikian gesit sehingga aku tidak dapat melihat dengan
tegas!" Khouw Kiam Siu lalu menghampiri Kat Ju Hui yang baru saja berbangkit dan menanya:
"Bagaimana lukamu?"
"Aku kira lukaku tidak berarti .." sahut Kat Ju Hui. "Aku-pun sudah menelan pil obatku."
"Dapatkah kau mengenali orang yang melukaimu dan membawa kabur Tauw Kun?"
"Tidak! Aku hanya melihat ia bergerak-gerak dengan pesat sekali. Aku memperhatikan
terus, namun tiba-tiba pandanganku jadi gelap."
"Dapatkah kau mengira2 siapa gerangan orang itu?"
"Mungkin salah seorang dari puri Kiam Pao."
Khouw Kiam Siu berdiri terbengong sambil berusaha menduga2 siapa orang yang lihay itu.
"Siapa itu yang bernama Thio Siok Ngo dari vila di atas puncak Thian-tai-hong" Kau katanya
telah pergi ke vila itu, betulkah?" tiba-tiba Kat Ju Hui menanya.
Bukan main kaget Khouw Kiam Siu mendengar pertanyaan itu. Ia merasa heran mengapa
Kat Ju Hui tiba-tiba menanyakan hal itu.
"Siapa yang mengatakan begitu?" akhirnya ia balik menanya.
"Tauw Kun! Seperti orang mengigau, dia mengatakan bahwa kau pasti telah pergi
menjumpai gadis itu dan gadis itulah yang telah memerintahkan untuk membunuh siorang
she Tauw itu." Khouw Kiam Siu menggigit bibirnya. Tidak berani ia membongkar rahasia penyamarannya
sebagai Khouw Kie Cong dan harus mencinta si gadis she Thio.
"Pernahkah kau pergi ke vila itu?" tanya lagi Kat Ju Hui agak keras.
"Apa maksudmu menanyakan hal itu?"
"Untuk sekedar mengetahui bahwa Tauw Kun tidak berdusta."
79 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ya, aku pernah pergi ke vila itu sekali."
"Dan kau tentu telah jatuh cinta pada gadis itu"!"
Khouw Kiam Siu tidak bisa menjawab. Tampak wajahnya tiba-tiba jadi merah.
"Tahukah kau siapa Thio Siok Ngo itu?" tanya Kat Ju Hui.
"Tidak....." "Dia adalah kemenakanku!"
".........!!!!"
"Kemenakanku itu memang sangat cantik, banyak pria jatuh cinta padanya, tetapi
ketahuilah bahwa ayahnya, Thio Mo Lam, telah menetapkan agar gadis itu menikah dengan
Tauw Kun!" Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi sengit.
"Aku sudah mengetahui itu!" sahutnya keras. "Tetapi, Thio Siok Ngo tidak mencintai Tauw
Kun!" "Oh.....oleh karena itu, kau lalu mencintai Thio Siok Ngo yang ternyata 10 tahun lebih tua
darimu" Kau betul tidak"."
"Kat siocia! Sudahlah, tidak usah kita bersitegang mendebatkan soal ini. Coba pikir,
bagaimana mungkin aku mencintai seorang gadis sedangkan aku sudah mengetahui bahwa
dalam waktu tidak lebih daripada 6 bulan aku akan membunuh diri!"
"Mengapa tidak mungkin"!"
"Kau katakanlah jika itu mungkin!"
"Aku MEMBATALKAN perjanjian kita dulu itu!"
"Kau sudi membatalkan?"
"Ya!" "Mengapa?" "Tidak ada apa-apa!"
Khouw Kiam Siu menatap gadis itu, lama juga baru ia berkata lagi:
"Baiklah! Dan terima kasih atas budimu yang besar itu, yang pasti kubalas!"
"Bagus!" "Bagaimana dengan Thio Kun dan Gak Cun" Kedua orang itu sangat mencintaimu!"
Kat Ju Hui tiba-tiba jadi gusar mendengar kata-kata itu.
"Apa anggapmu terhadap diriku" Apakah kau kira aku ini perempuan jalang"!" bentaknya
kalap. "Aku tidak pernah bermaksud menghinamu. Tetapi aku mengetahui bahwa Gak Cun sangat
80 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
mencintaimu, ia bahkan rela pergi ke puri Kiam Pao untuk mencarimu!"
"Hm! Simanusia berhati srigala itu" Mungkin karena cintanya tidak terbalas ia akan
melakukan sesuatu yang keji. Jika itu sampai terjadi, aku akan membunuhnya!"
Berkata begitu, Kat Ju Hui segera berjalan pergi tanpa menoleh lagi kepada Cui-beng Lo-sat
dan keempat kawannya. Khouw Kiam Siu mengawasi perginya gadis yang mencintainya itu, lalu menoleh kepada Cuibeng Lo-sat dan berkata:
"Ma siocia, aku pun harus segera pergi."
"Hendak kemana kau?"
"Aku masih harus menyelesaikan suatu urusan."
"Kau tidak pulang ke puncak Kiat-yun hong?"
"Tidak. Mengapa kau menanyakan itu"'
"Aku ingin sekali menjumpai si kakek gaib untuk menanyakan mengapa dia telah
memerintahkan kau pergi ke pegunungan Hiong-san dan mencegah aku menggempur
hweeshio-hweeshio dari kuil Siauw-lim-sie."
Khouw Kiam Siu berpikir sebentar. Ia telah memenuhi permintaan si kakek gaib dengan
berhasil, tetapi ia masih harus lekas-lekas menyelesaikan permintaan kakak angkatnya.
Maka ia lalu berkata: "Menyesal sekali aku belum bisa mengantarkan kau pergi ke puncak itu. Lagipula, kakek itu
mungkin sudah tidak lagi berada di atas puncak tersebut."
Terdengar Cui beng Lo-sat tertawa dengan suaranya yang lembut. Ia mengangguk dan
mengajak keempat kawannya berlalu dari situ.
Khouw Kiam Siu bersenyum puas sambil menggeleng-geleng kepalanya. Ia merasa
bersyukur sekali atas perubahan-bahan yang telah dialaminya. Betapa tidak ! Dalam waktu
yang demikian singkatnya, dari seorang yang tidak mampu berkelahi ia telah berubah
menjadi seorang ahli silat yang menggemparkan dan berkenalan dengan tokoh2 kenamaan
di kalangan persilatan seperti Khouw Kie Cong, Kat Ju Hui, Cui-beng Lo-sat, disamping iapun
telah mengalahkan Bian-san ji-kwi, Thio Kun dan Tauw Kun.
Setelah mengenang itu semua, ia segera melanjutkan perjalanannya ke puri Kiam Pao.
Ternyata untuk ke puri tersebut, ia harus melewati daerah pegunungan Sie-thian bok-san,
daerah pegunungan dimana semenjak kecil ia telah dipelihara dan digembleng oleh si Kakek
cerdas, Gouw Wie To. Dipandangnya pegunungan itu sejenak kemudian, tanpa terasa ia sudah mendaki
pegunungan tersebut dengan maksud menjumpai gurunya itu. Air matanya jatuh berlinang
ketika melihat rumah gubuk di dalam mana ia telah menikmati kasih-sayang yang hangat
selama beberapa belas tahun lamanya. Dengan hati berdebar-debar ia segera memanggil:
"Suhu!" Tidak terdengar sahutan. Ia berseru lagi dan ketika masih tidak mendengar sahutan, ia
segera mendorong pintu rumah gubuknya itu dan berjalan masuk kedalam. Tiba-tiba
tampak ia berdiri terpaku. Kedua matanya terbelalak.
81 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kongkong!!" serunya sambil menubruk sesosok tubuh yang menggeletak dilantai.
Memang yang dipeluknya itu adalah tubuh Gouw Wie To, tetapi tubuh gurunya itu sudah
kaku serta dingin. Suhunya sudah mati!
Sambil menangis sedih, diperiksanya tubuh itu, dan tiba-tiba saja terdengar ia menggeram
sengit. "Jahanam! Mengapa gurunya yang telah mengasingkan diri dari kalangan persilatan masih
juga diarah jiwanya"!"
Gouw Wie To yang mengetahui riwayat hidupnya sudah mati, ia merasa kecewa gurunya itu
keburu dibunuh orang sebelum memberitahukan siapa musuh-musuh besar yang harus
digempurnya. Ia masih ingat betul pesan gurunya itu yang mengatakan agar ia (Khouw Kiam Siu) jangan
sembarang memperlihatkan pedang buntung yang senantiasa berada dipinggang dan
tertutup oleh bajunya. "Mungkin dengan memperlihatkan pedang buntung ini aku akan mengetahui siapa musuhku
itu!" pikirnya. Maka segera dikeluarkan pedang itu. Setelah ditatapnya sebentar, lalu
dipancang di punggungnya.
Demikianlah, setelah mengubur mayat gurunya, Khouw Kiam Siu lalu meninggalkan daerah
pegunungan Sie-thian-bok-san untuk menuju ke puri Kiam Pao. Sambil menanya2 orang
ditengah jalan, ia berlari terus kearah tujuannya. Tatkala sedang melalui sebuah hutan kecil,
tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan sejenak.
"Siohiap......"
Begitulah terdengar seseorang memanggil dengan suaranya yang lemah. Ia meneliti
keadaan disekitarnya. Tidak beberapa jauh dari tempatnya berdiri, tampak beberapa puluh
orang diikat di dahan pohon dengan muka berlumuran darah. Melihat seragam yang
dikenakan oleh orang-orang itu, ia segera mengenali bahwa mereka adalah anggotaanggota partai Hong-bie pang. Cepat ia meloncat seraya menanya: "Mengapa kalian
dianiaya?" Sambil menahan sakit, orang yang memanggil Khouw Kiam Siu tadi menyahut:
"Kiam Pao telah memerintahkan kami untuk mencari Cui hun tjeng lie dan siohiap sendiri...
kami menolak perintah itu dan..."
"Bagaimana kalian mengenali aku?"
"Dengan melihat Kim Gaib yang terpancang di punggung siohiap....."
Khouw Kiam Siu menghunus pedang buntungnya yang tidak bersarung dan dengan satu
sabetan saja ia sudah membebaskan tali yang membelenggu orang-orang itu. Serentak
dengan itu, entah dari mana empat orang kakek yang berjubah kuning, bertubuh pendek
dan berkepala besar tahu2 sudah berada disitu.
"Aaah.....ternyata usaha kita tidak percuma!" kata salah seorang kakek kepada kawannya.
"Kita sudah berjumpa dengan si pemilik Kim Gaib!"
"Ayohlah, kita angkut padanya!" sahut kakek lainnya.
82 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Kakek yang pertama bicara tadi lalu menghampiri Khouw Kiam Siu dan membentak:
"Hei, bocah! Pernahkah kau mendengar nama Yun-bong Su-koay?"
"Aku tidak perlu mengetahui nama itu!" sahut Khouw Kiam Siu yang diam-diam merasa
heran dirinya mau diangkut.
"Hee, hee, hee! Kami berempat adalah Yun-bong Su-koay yang kini sudah menjadi
pengawal Thian lam Sin-kun!"
"Apa maksudmu ingin mengangkut aku?"
"Hm! Masih beruntung Sin-kun ingin menanyakan sesuatu darimu, jika tidak kau pasti sudah
kami keremus saat ini juga!"
Baru saja berkata begitu, kakek itu tiba-tiba melangkah mundur ketika dapat melihat
pedang buntung yang terpancang di punggung pemuda itu. Perlahan-lahan ia mendekati
ketiga kawannya dan berbisik:
"Tengoklah pedang yang terpancang di punggungnya, jika aku tidak salah melihat itulah
pedang Thian-kong-kiam!"
Ketiga kakek itu memperhatikan dan mendadak salah satu antara mereka berseru tanpa
terasa: "Thian-kong kiam!"
Khouw Kiam Siu sudah melanggar pesan Gouw Wie To agar tidak memperlihatkan pedang
pusaka buntungnya itu kepada siapapun, dan pada saat itu juga sudah mulai tampak
akibat2 daripada pelanggarannya itu.
"Hei, bocah!" seru si kakek yang tertua. "Aku sudah berusaha mengorek keterangan dari
situa bangka, tetapi kini ternyata kaulah yang memegang pedang itu!"
"Junjunganku, Thian-lam Sin-kun sudah berusaha mencari pedang itu selama 10 tahun,
namun dia sudah gagal," kata kakek yang ketiga. "Tidak terduga, kaulah yang menyimpan
pedang pusaka itu!" "Apakah kalian yang telah membunuh Gouw Wie To?" tanya Khouw Kiam Siu kaget.
"Betul, tua bangka itu tewas karena tidak sudi memberitahukan dimana tersimpannya
pedang buntung itu."
"Dan kaupun akan mengalami nasib yang sama jika tidak segera menyerahkan pedang itu
pada kami!" bentak si kakek yang kedua.
Khouw Kiam Siu mengertak giginya. Tidak terduga dengan mudah saja orang-orang yang
membunuh gurunya sudah dijumpainya. Belum lagi ia menyahut, si kakek yang tertua sudah
membentak lagi: "Bocah! Ayoh, serahkan pedangmu itu!"
"Kau ambillah dari punggungku!" teriak Khouw Kiam Siu, dan berbareng dengan itu,
sekonyong-konyong ia sudah menyerang si kakek yang tertua.
Kakek itu menganggap remeh. Acuh tak acuh diangkat tangannya dan menangkis. Tetapi,
benturan lengannya itu ternyata tidak mampu mengelakkan tinju lawannya yang menerobos
83 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
terus dan menghajar dadanya sehingga ia terpental dan roboh!
Khouw Kiam Siu tidak berhenti hingga disitu. Tampak kedua tangannya disilang, kemudian
dengan tiba-tiba saja dibentangkan lagi dan menghajar si kakek yang kedua dan ketiga.
Kedua kakek itu masih terpesona melihat robohnya kakek yang tertua dalam satu gebrakan
saja, maka ketika diserang, mereka tidak bisa mengegos ataupun menangkis, seolah-olah
mereka membiarkan saja dipukul dan roboh!
Sementara itu, si kakek yang tertua sambil meringis kesakitan sudah bangun lagi. Ia segera
memberi isyarat kepada kakek yang keempat untuk membantu kedua kawan mereka yang
baru saja dirobohkan, setelah itu, dengan wajah masih penasaran, mereka meloncat pergi.
Khouw Kiam Siu tidak mau ditinggalkan begitu saja. Ia meloncat dan mengejar dengan
maksud membikin pembalasan atas kematian gurunya. Namun ia tiba-tiba berhenti ketika
satu suara berkerincing terdengar yang kemudian disusul dengan melayangnya sebuah
tongkat dihadapannya. Dengan kaget ditatapnya tongkat yang sudah tertancap ditanah itu. Perlahan-lahan
mukanya diangkat dan mengawasi kedepan, dimana seorang nenek yang bermuka keriput
dan berambut putih seluruhnya tengah mengawasinya dengan tajam.
"Thiat-Cong-gin-leng!" katanya dalam hati. "Apa maksud nenek ini menahan aku?"
"Bocah! Aku memang sedang mencarimu!" kata nenek itu.
Khouw Kiam Siu melirik dan bukan main jengkelnya ketika tidak melihat Yun-bong Su-koay.
"Apakah Locianpwee guru Kat Ju Hui siocia?" tanyanya agak ketus.
"Betul! Aku Thiat-Cong-gin-leng!"
"Ada urusan apakah Locianpwee mencari aku?"
"Urusannya tidak banyak! Aku hanya ingin menanyakan mengapa kau menghina muridku"!"
"Menghina"!"
"Ya! Kau terlalu congkak! Apakah kau kira Hui-ji tidak pantas menjadi pasanganmu?"
"Apa artinya pertanyaan Locianpwee ini?"
"Bodoh! Dengan lain perkataan aku ingin mengetahui apakah kau mencintai Hui-ji?"
Semula Khouw Kiam Siu memang sudah merasa jengkel dihadang oleh nenek itu. Kini ia
dikatakan berotak tidak cerdas.
"Tidak!" sahutnya sambil melotot.
"Jahanam! Hui-ji telah menolongmu dari cengkeraman orang-orang puri Kiam Pao dan
karena perbuatannya itu muridku lalu jadi bermusuhan dengan pihak puri tersebut! Dan kau
tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap muridku itu"!"
Khouw Kiam Siu kaget juga melihat kekalapan nenek itu, sehingga sikapnya tiba-tiba jadi
gugup.

Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku".aku akan membalas budi Kat siocia yang besar itu!" akhirnya ia menyahut.
84 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku tidak sudi kau membalas budinya dengan budi lagi!"
"Lalu"!" "Aku minta kau membalas dengan Cintamu!"
"Dengan perkataan lain, Locianpwee menganjurkan aku untuk mempunyai isteri lebih dari
satu?" "Apakah kau sudah beristri?"
"Belum! Tetapi, jika tiap gadis yang kebetulan sudi menolong aku harus menjadi isteriku,
mungkin aku kelak akan mempunyai beberapa isteri!"
"Khouw Kiam Siu! Kau terlalu menghina aku!" tiba-tiba terdengar suara yang bernada merdu
membentak. Serentak dengan itu, tampak Kat Ju Hui berjalan menghampiri.
"Kat siocia! Aku tidak pernah bermaksud menghina, tetapi, terus terang saja aku tidak
mencintaimu!" kata Khouw Kiam-Siu tanpa tedeng aling2.
"Hei, bocah jahanam!" teriak Thian Cong gin-leng, "Akan kupukul kau jika berani menghina
muridku lagi!" Karena sengitnya, Kat Ju Hui tiba-tiba menyerang pemuda pujaan hatinya itu.
Khouw Kiam Siu menggeser kakinya kesamping dan berhasil mengelakkan serangan itu
seraya berseru: "Kat siocia! Jika kau menyerang lagi aku tidak akan mengelakkan!"
"Bagus! Nah, bersedialah untuk mati!" kata Kat Ju Hui sambil menarik tangannya
kebelakang dan siap menyerang lagi, tetapi Thiat-Cong gin-leng tiba-tiba berseru mencegah,
sehingga dengan terpaksa dibatalkan serangannya itu.
"Hei, bocah! Coba aku lihat punggungmu," kata Thiat-Cong-gin leng.
Acuh tak acuh Khouw Kiam Siu berbalik dan memperlihatkan punggungnya.
Thiat-Cong gin-leng mengawasi dengan seksama.
"Heran!" katanya seolah-olah berkata pada dirinya sendiri. "Mengapa Thian-kong-kiam
berada ditangan bocah ini?"
Khouw Kiam Siu terkejut mendapat kenyataan nenek itu pun mengenali pedang buntungnya
itu. Untuk kedua kalinya pedang itu telah menarik perhatian orang. Gurunya telah
memberitahukan, tanpa menyebut nama pedang itu, bahwa pedang pusaka itu erat
hubungannya dengan riwayat hidupnya sendiri dan tidak boleh diperlihatkan kepada
siapapun. Dan orang yang memberi peringatan itu, justru telah dibunuh karena pedang itu!
"Dari mana kau peroleh pedang itu?" tanya Thiat-Cong gin-leng.
"Locianpwee mengenal juga pedang ini?" Khouw Kiam Siu balik menanya.
"Ya! Bahkan banyak sekali orang yang mengenal pedang itu! Ada hubungan apa kau dengan
Khouw Bu Wie, si Muka alim?"
"Aku tidak tahu."
85 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Betulkah kau tidak tahu, atau kau memang berlagak edan?"
"Aku tidak berdusta. Aku betul-betul tidak tahu!"
"Dan kau tentu ingin mengetahui riwayat pedang itu, bukan?"
Bukan main girang Khouw Kiam Siu. Lekas-lekas ia menyahut: "Aku akan sangat berterima
kasih jika Locianpwee sudi memberitahukan!"
"Aku akan memberitahukan, tetapi cobalah katakan dulu, dari siapa kau peroleh pedang
tersebut?" "Dari seorang kakek yang tidak aku kenal namanya...."
"Thian-kong-kiam merupakan pedang pusaka, dan jika seseorang yang kau tidak kenal
sama sekali sudi juga menyerahkan pedang itu begitu saja, aku kira tiada seorangpun yang
terlebih beruntung daripadamu!"
"Locianpwee, aku tidak berdusta...." sahut Khouw Kiam Siu sambil berusaha
memperlihatkan wajah sungguh-sungguh. "Pedang ini diberikan padaku oleh seorang
kakek." Thiat-Cong-gin-leng mengawasi tajam pemuda itu. Sesaat kemudian baru ia berkata lagi:
"Bocah, meskipun pengakuanmu itu kurang masuk akal, tetapi karena merasa sayang
sebagai pemilik Thian-kong-kiam kau tidak mengetahui asal-usul pedang itu sendiri, maka
aku mau juga memberitahukan."
"Terima kasih, Locianpwee."
"Beberapa belas tahun yang lalu, Thian-kong-kiam, entah dari mana, telah diperoleh oleh
seorang yang bernama Khouw Bu Wie, si Muka alim. Berita itu segera tersiar luas dan
menggoncangkan seluruh kalangan persilatan. Semua orang berusaha merebut pedang
tersebut, namun belum lagi mereka berhasil, Khouw Bu Wie sudah lenyap tanpa bekas!"
Khouw Kiam Siu mendengari dengan hati berdebar-debar.
"Apakah Khouw Bu Wie ayahku?" pikirnya.
"Dan sekarang kau yang membawa-bawa pedang itu," kata lagi Thiat Cong-gin-leng. "Maka
kau pasti akan jadi sasaran orang-orang yang keranjingan memiliki pedang tersebut! Dan
kehadiranmu dikalangan persilatan sambil membawa-bawa satu teka-teki dan dua mustika
akan membuat kalangan tersebut mengalami kekacauan hebat!"
"Apa yang dimaksud dengan satu teka-teki dan dua mustika?"
"Kim Gaib, pedang buntung dan batu mujizat Ban-lian-ciok-tam, yang kau rebut dari Biansan ji kwi!"
"Locianpwee, kau keliru! Aku belum pernah melihat Ban-lian ciok-tam, apa lagi memilikinya!"
"Aku tidak tahu kau berdusta atau tidak. Tetapi, yang pasti ialah, orang-orang dikalangan
Kang ouw sudah menganggap kaulah yang memiliki batu mujizat tersebut!"
"Apakah Locianpwee pun beranggapan demikian?"
"Tidak, aku percaya apa yang kau katakan itu! Tetapi, kau pasti akan dikepung oleh orang
86 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
banyak!" "Aku tidak takut! Aku akan mempertahankan milikku ini!"
"Bocah, kau masih terlalu hijau! Kau belum mengetahui betapa dahsyat gelombang
kalangan Kang-ouw yang penuh dengan jahanam2 berkepandaian tinggi ! Baiklah sekarang
kita kembali ke persoalan Hui-ji. Apakah kau betul-betul tidak tertarik oleh muridku ini?"
"Locianpwee, aku tadi sudah menjawab pertanyaan tersebut."
"Kau menganggap Hui-ji tidak pantas menjadi pasanganmu?"
"Bukan soal pantas atau tidak pantas. Tetapi cinta tidak bisa dipaksa!"
Kat Ju Hui jadi malu sekali. Sambil menangis tersedu-sedu ia berlari pergi.
"Baiklah, jika kau mengatakan demikian. Sampai kita jumpa lagi!" kata Thiat-Cong-gin-leng.
Ia mencabut tongkatnya yang terbenam ditanah dan mengikuti muridnya itu.
KHOUW KIAM SIU memandangi perginya nenek itu. Sejurus kemudian, iapun lalu
melebarkan langkah-langkahnya menuju ke puri Kiam Pao.
Ketika hampir tiba di tempat yang dimaksud, ia terkejut sekali mendengar berita bahwa
Tauw Kun telah dipenggal kepalanya oleh seseorang dan mayatnya sengaja digantung
ditembok pekarangan puri Kiam Pao!
Pada masa itu, puri Kiam Pao adalah partai silat terbesar dan sangat disegani oleh partai2
lainnya, maka jika Tauw Kun, murid kesayangan Thio Mo Lam, yang terkenal berkepandaian
tinggi sekali, masih bisa dibunuh orang, dapatlah dibayangkan betapa hebat kepandaian
orang itu yang sudah berhasil menyelinap kedalam puri itu dan membunuh Tauw Kun.
Padahal puri Kiam Pao dijaga kuat oleh orang-orang yang lihay!
Siapakah gerangan orang yang bernyali besar dan gagah perkasa itu"
Menurut berita yang bocor dari puri Kiam Pao, orang itu berpakaian serba hitam,
mengerudungi mukanya dengan kain hitam juga dan menamakan dirinya sebagai si Algojo.
Berita itu membuat kalangan persilatan condong kepada kesimpulan bahwa si Algojo, suatu
nama yang baru saja terdengar, bermaksud membalas dendam terhadap puri Kiam Pao dan
sengaja memilih nama julukan yang seram itu, untuk merahasiakan gerak-geriknya sebelum
maksudnya terlaksana. Pada umumnya, berita yang mengejutkan itu amat menggembirakan pihak partai2 yang
senantiasa diancam oleh puri Kiam Pao tetapi tidak demikian halnya dengan Khouw Kiam
Siu. Ia merasa kecewa tugasnya itu telah diselesaikan oleh orang lain!
"Siapakah si Algojo itu?" demikian tanyanya kepada dirinya sendiri. "Apakah tidak mungkin
bahwa si Algojo itu adalah Khouw Kie Cong sendiri?"
Tetapi terpaksa ia harus menarik kembali dugaannya itu, ketika mengingat bahwa Khouw
Kie Cong tidak lagi mungkin melakukan itu semua karena sudah kehilangan tenaga saktinya.
Dengan matinya Tauw Kun, maka ia tidak lagi perlu masuk kedalam puri Kiam Pao. Yang
perlu dilakukannya kini yalah pergi ke puncak Thian-tai-san, kemudian sambil membawa
Thio Siok Ngo ia harus lekas-lekas pulang ke puncak Kiat-yun-hong untuk melaporkan dan
memperlihatkan gadis she Thio itu kepada Khouw Kie Cong. Demikianlah, dengan pikiran itu
87 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
ia lalu membelokkan tujuannya kearah timur dan tiba di tempat yang dimaksud pada
keesokan harinya. Tetapi ternyata tempat tinggal Thio Siok Ngo sudah mengalami banyak
perubahan. Pohon2 bunga dipekarangan sudah tidak terurus lagi, beberapa puluh mayat yang
berseragam dengan lambang sebilah pedang didada tampak berserakan disekitar vila itu.
Dilihat dari keadaannya, mayat-mayat itu sudah terbunuh paling sedikit 5 hari yang lalu.
Perasaan cemas menjala sanubari Khouw Kiam Siu yang sudah masuk kedalam untuk
menyelidiki lebih jauh, dan setelah seluruh vila dijelajahinya, ia tidak menjumpai Thio Siok
Ngo atau ibu pengasuhnya ataupun manusia lainnya.
Siapa yang telah datang disitu dan membunuh orang-orang dari puri Kiam Pao" Apa maksud
pembunuhan itu" Apakah orang-orang dari puri Kiam Pao yang dibunuh itu ditugaskan
untuk menjaga vila atau memang sengaja diutus untuk menjalankan suatu tugas tertentu"
Dan apakah Thio Siok Ngo masih hidup"
Khouw Kiam Siu tidak bisa menjawab serentetan pertanyaan-pertanyaannya sendiri itu. Ia
kecewa sekali, karena tidak satupun tugas yang diberikan oleh Khouw Kie Cong dapat
dilaksanakannya. Kepala Tauw Kun yang harus dipenggal sudah diambil orang lain,
sedangkan nasib Thio Siok Ngo yang harus dibawa ke puncak Kiat-yun-hong, masih
merupakan suatu teka-teki. Tiba-tiba ia membanting kakinya dan berseru lantang:
"Semua ini adalah kesalahanku!"
"Hee, hee, hee! Kesalahanmu"!"
"Ya!" seketika Khouw Kiam Siu mengkeret setelah melepaskan sahutannya itu. Karena
pertanyaan di atas bukanlah suara hati nuraninya sendiri, tetapi suara seseorang yang
mengguntur seperti kecer pecah ! Sambil celingukan mencari ia lalu berseru:
"Siapa kau?" "Aku" Ha, ha, ha! Aku si Algojo!"
Bukan alang kepalang kaget Khouw Kiam Siu mendengar jawaban itu. Matanya terbuka
lebar dan berkelebat-kelebat liar mencari bayangan orang itu, namun tidak tampak siapapun
disitu. "Ada dimana kau?"
"Tidak jauh dari tempatmu berdiri.''
"Aku ingin melihat wujudmu."
"Aku kira hal itu tidak penting."
"Baiklah. Tetapi, dapatkah aku menanyakan sesuatu?"
"Tentu!" "Betulkah kau yang telah membunuh Tauw Kun?"
"Betul!" "Mengapa?" 88 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
?"".." "Apakah orang-orang dari puri Kiam Pao ini kau juga yang membunuhnya?"
"Tidak salah! Dan kedatanganmu disini rupanya untuk mencari seseorang, bukankah?"
Lagi-lagi Khouw Kiam Siu terkejut mengetahui si Algojo bisa menebak jitu isi-hatinya.
"Bagaimana kau ketahui hal itu?" tanyanya.
Si Algojo tidak lantas menyahut. Sejurus kemudian dengan suaranya yang tetap gaib ia balik
menanya tanpa menjawab pertanyaan Khouw Kiam Siu:
"Bukankah kedatanganmu disini untuk mencari seorang gadis dan seorang wanita tua?"
"Betul! Dimanakah mereka sekarang?"
"Balikkanlah tubuhmu dan kau segera akan mengetahui!"
Sekalipun merasa heran atas permintaan orang aneh itu, namun Khouw Kiam Siu cepat
membalikkan tubuhnya dan melihat segundukan tanah. Di atas gundukan tanah itu tampak
sehelai papan yang bertuliskan:
"Kuburan Tian Giok Siu"
Sambil menggetar karena kaget dibalikkan lagi tubuhnya dan berseru gusar:
"Kau juga membunuh nenek itu?"
"Aku yang mengubur jenazahnya!"
"Lalu siapa yang membunuhnya?"
"Tauw Kun!" "Hm! Lagi-lagi jahanam itu telah menyebar maut! Bagaimana dengan Thio Siok Ngo?"
"Yang kau maksud tentu si gadis, bukan?"
"Betul! Apakah diapun telah dibunuh?"
"Tidak....hanya sayang dia kini bukan lagi seorang yang waras pikirannya! Gadis itu sudah
menjadi gila...." "Gila"!" "Gadis itu telah menderita tekanan bathin lama sekali. Perangainya sangat halus dan tidak
dapat menahan tekanan-tekanan yang dahsyat itu....dan menjadi gila....."
"Bagaimana kau mengetahui bahwa gadis itu menderita tekanan bathin?"
"Menyesal sekali aku tidak dapat menerangkan itu. Yang aku ketahui ialah gadis itu belum
mati dan kini ditawan dalam puri Kiam Pao. Mungkin juga dia akan dihukum mati!"
"Jika gadis itu dibunuh, aku akan membasmi seluruh Kiam Pao!"
"Hm.....dengan kepandaian yang kau miliki sekarang, aku yakin tekadmu itu akan kandas!"
89 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku tidak perduli! Aku mampu atau tidak membasmi Kiam Pao itu tidak penting, tetapi aku
pasti akan menggempur puri jahanam itu!"
"Mengapa kau jadi begitu nekad" Apakah gadis itu kekasihmu?"
"Bukan!" "Bukan"! Mengapa kau rela berkorban?"
"Aku tidak dapat menjelaskan hal itu. Tetapi, katakanlah siapa kau sebenarnya."
"Seperti telah aku beritahukan tadi, aku adalah si Algojo!"
"Aku belum pernah mendengar nama itu."
"Betul, karena si Algojo belum lama menjelma dalam dunia Kang ouw!"
"Sudikah kau memperlihatkan dirimu pada suatu hari?"
"Tidak!" "Mengapa"'' Khouw Kiam Siu menunggu lama juga, tetapi tidak terdengar suara sahutan. Ia sudah ingin
menanya lagi, ketika tampak satu bayangan hitam berkelebat dengan gerakannya yang
pesat sekali. "Algojo!" serunya.
Tetapi orang yang dipanggilnya itu bergerak turun terus dari atas puncak itu.
Khouw Kiam Siu jadi penasaran sekali. Ia meloncat dan mengejar, tetapi lari bayangan
hitam itu ternyata luar biasa cepatnya sehingga ia ketinggalan jauh dibelakang untuk
kemudian kehilangan jejaknya.
Sambil mengendorkan larinya, lagi-lagi pertanyaan timbul dalam otaknya:
Apakah dengan kebetulan saja si Algojo melalui pegunungan Thian-tai-san itu dan
menyaksikan orang-orang dari puri Kiam Pao bermaksud menangkap Thio Siok Ngo" Lalu ia
turun tangan membunuh orang-orang dari puri tersebut tanpa berhasil menolong Thio Siok
Ngo yang dibawa pergi"
"Hah! Itu hanya merupakan tafsiran belaka!" katanya dalam hati sambil dengan kecewa
berjalan turun dari puncak itu untuk segera pulang dipuncak Kiat-yun-hong dan melaporkan
segala kegagalannya kepada Khouw Kie Cong.
Puncak Kiat-yun-hong yang berada hanya diseberang puncak Thian-tai-san dapat
ditempuhnya dalam waktu yang sangat singkat, namun setibanya dipuncak tersebut, kedua
kakinya mendadak dirasakan lemas.
Tempat bersemayam Khouw Kie Cong juga sudah mengalami suatu perubahan hebat!
Permukaan puncak itu sudah tidak keruan macam. Batu-batu dan tanah terbongkar dan
menjadi suatu tumpukan puing yang menyeramkan. Pohon2 banyak yang tumbang. Dilihat
keseluruhannya, jelas tampak bahwa tempat itu telah diledakkan!
Khouw Kie Cong yang sudah kehilangan tenaga saktinya pasti sudah tewas dan kini
90 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
terbenam dibawah tumpukan puing2 itu! Namun siapakah yang telah meledakkan tempat
itu" Orang-orang dari puri Kiam Pao-kah"
Si Algojo-kah" Dengan kecewa diperiksanya sekeliling tempat itu dan berusaha mencari lubang goa dimana
Khouw Kie Cong biasa bersembunyi, tetapi hingga matahari menghilang disebelah barat kaki
langit, tumpukan tanah yang menutup goa itu belum selesai disingkirkan!
"Mungkin aku membutuhkan waktu dua hari untuk menyingkirkan tumpukan tanah ini,"
pikirnya. "Sekalipun aku berhasil, pada saat itu Lo Koko-ku pasti sudah tidak bernyawa lagi
dan mungkin juga ia tidak berada disini sama sekali!"
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara teriakan-teriakan. Cepat ia meloncat dan melongok
kebawah puncak. Samar-samar dilihatnya lima bayangan ramping sedang mengerubuti
seorang yang bertubuh kurus.
Sambil berindap2 ia berjalan turun dan bersembunyi dibalik sebuah batu didekat keenam
orang yang sedang bertempur itu.
"Cui-beng Lo-sat," katanya dalam hati kaget.
Memang kelima gadis itu adalah Ma Kang Lian dan keempat kawannya, yang sedang
mengerubuti si kakek gaib yang telah memerintahkan Khouw Kiam Siu pergi ke pegunungan
Hiong san untuk mencegah hweeshio-hweeshio dari kuil Siauw-lim-sie dibunuh habis.


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pertarungan berlangsung dengan seru. Kelima gadis itu menyerang dengan beringas, tetapi
si kakek hanya berusaha menangkis, mengegoskan dan mengelit serangan-serangan
tersebut, tanpa balas menyerang.
Khouw Kiam Siu menonton terus pertarungan itu. Dan dengan tiba-tiba saja teringat
olehnya bahwa kakek gaib itu telah berjanji untuk menjaga puncak Kiat-yun-hong, tetapi
kenyataan justru sebaliknya, puncak tersebut kini sudah hancur lebur tidak keruan! Ia sudah
ingin meloncat keluar ketika terdengar Cui-beng Lo-sat berseru:
"Hei, kakek! Mengapa kau merintangi aku membalas dendam terhadap partai Siauw lim?"
"Apakah kau bernama Ma Kang Lian?" tanya kakek itu.
"Betul!" sahut Cui-beng Lo-sat yang diam-diam merasa heran kakek itu mengetahui
namanya. "Dan kau pergi ke kuil Siauw-lim-sie atas perintah ibumu, Sauw hun Mo kie, bukankah?"
"Betul." "Tahukah kau bahwa dalam soal ini ibumu sendiri yang salah?"
"Apa salah"!"
"Mungkin kau tidak mengetahui mengapa kau diperintahkan pergi ke kuil Siauw-lim-sie?"
"Aku tahu!" "Apa yang kau ketahui?"
91 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku diperintahkan untuk membalas dendam terhadap pihak yang telah membunuh ayahku,
apakah itu salah"!"
"Itu tidak salah! Tetapi, bagaimana kau membuktikan bahwa ayahmu telah dibunuh oleh
partai Siauw-lim?" "Ayahku tidak kembali dan tidak ketahuan jejaknya setelah dikejar-kejar oleh orang-orang
partai Siauw-lim dan Bu tong. Ayahku tentu sudah dibunuh, jika tidak, tidak mungkin beliau
tidak pernah menengok anak isterinya selama 10 tahun!"
"Itu masih tidak membuktikan bahwa ayahmu telah dibunuh! Perlu kau ketahui bahwa
ayahmu telah melanggar peraturan kuil Siauw-lim-sie dan sebagai hukuman ia harus
mengasingkan diri!" "Baik! Anggap saja ayahku masih hidup! Beliau telah diusir keluar, dengan demikian ia
sudah tidak lagi menjadi anggota partai Siauw-lim. Tetapi mengapa ia masih dikejar-kejar
terus"!" "Oh, kau keliru nona kecil! Ayahmu DIUSIR dan bukan DIPECAT dari keanggotaannya, maka
ia masih tetap sebagai salah satu anggota partai Siauw-lim! Lagipula, ia diusir keluar dengan
maksud agar ia melakukan sesuatu untuk menebus dosa2nya. Dia tidak pernah dikejarkejar!"
Khouw Kiam Siu yang bersembunyi dibelakang batu mendengari terus. Ia memang ingin
sekali mengetahui siapa itu ayah Ma Kang Lian, yang terkenal dengan nama agamanya
sebagai Goan Tong Taysu, saudara seperguruan Goan Tjeng Taysu, yang sekarang
memimpin partai Siauwlim.
Cui beng Losat berpikir sebentar. Sikapnya yang semula beringas tampak agak berubah
lunak setelah mendengar penjelasan kakek aneh itu.
"Tetapi, apakah betul ayahku masih hidup?" tanyanya kemudian.
"Ayahmu masih hidup!" kata si kakek tegas.
"Ada dimana ayahku itu sekarang?"
"Ayahmu sedang berkelana di atas dunia yang amat luas ini, dan aku tidak tahu dia berada
dimana sekarang....."
"Aku tidak percaya. Ayahku pasti sudah dibunuh dan kau mengatakan itu untuk mencegah
aku membikin pembalasan!"
"Ma siocia, apakah kau kira aku akan diberi pahala oleh pihak Siauw lim atas usahaku
mencegah kau membikin pembalasan?"
"Tetapi aku tidak bisa mempercayai saja kata-katamu tadi tanpa bukti2."
"Beberapa waktu yang lalu, aku telah kebetulan menjumpai ayahmu, dan ia telah berulang
kali minta agar aku berusaha keras mencegah kau atau ibumu membalas dendam terhadap
partai Siauw-lim dan Bu-tong. Bukankah itu suatu bukti kuat bahwa aku tidak berdusta?"
"Ayahku yang telah minta Locianpwee mencegah aku membikin pembalasan?"
"Ya! Ayahmu, Ma Cong Kao alias si Muka kejam, yang kemudian lebih terkenal dengan nama
agamanya, Goan Tong Taysu!"
92 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Mau atau tidak, Cui-beng Lo-sat harus percaya juga kata-kata kakek itu, yang disamping
mengetahui namanya, nama ibunya dan nama ayahnya, juga mengetahui jelas mengapa
ayahnya telah diusir dari kuil Siauw-lim sie.
"Tetapi, aku harus mencari juga ayahku itu." katanya kemudian.
"Hee, hee, hee! Kau belum mengetahui betapa dahsyat kepandaian ayahmu itu. Mungkin
kau akan berhasil menjumpainya, namun dibawah hidungmu ia dapat lenyap tanpa bekas!"
"Bagaimana Locianpwee mengetahui hal ini demikian jelas?"
"Ayahmu adalah sahabat karibku!"
"Bolehkah aku mengetahui nama Locianpwee?"
"Aai! Menyesal sekali, aku sudah tua hingga namaku sendiri aku tidak ingat lagi....."
Mendengar hingga disitu, Khouw Kiam Siu sudah tidak lagi dapat menahan sabar. Dijejak
kedua kakinya yang membuat tubuhnya mencelat dan sekejap saja sudah tiba dihadapan
Cui beng Lo-sat dan kakek itu.
"Khouw Heng! Kaupun sudah datang?" seru si gadis berkerudung hitam.
"Ya!" sahut Khouw Kiam Siu dingin sambil menghampiri si-kakek dan berkata:
"Tugas yang kau serahkan padaku telah terlaksanakan!"
"Bagus ! Dan aku membilang banyak terima kasih!" sahut si kakek girang.
"Tetapi mengapa kau sendiri tidak membuktikan janjimu?"
"Janjiku"!"
"Kau telah berjanji untuk menjaga puncak ini, tetapi ternyata kau tidak menepati janjimu
itu!" "Hei, hei! Sabar dulu!"
"Puncak Kiat-yun-hong sudah hancur lebur akibat ledakan dan kau masih minta aku
bersabar"!" "Ya! Aku tidak mengingkari janjiku dan aku yakin tiada seorangpun telah berhasil mendaki
puncak ini!" "Kalau begitu tentu kaulah yang telah meledakkan permukaan puncak ini!"
"Eei! Kau menuduh aku"! Aku memang mendengar suara ledakan yang dahsyat sekali,
tetapi aku tidak mengetahui siapa yang memasang bahan peledak itu!"
"Bagaimana ini mungkin" Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa tiada seorangpun
yang telah mendaki puncak ini"! Berdasarkan keteranganmu itu sendiri aku berpendapat
bahwa kaulah yang bukan saja telah memusnahkan segala sesuatu di atas permukaan
puncak ini, tetapi kaupun telah membunuh saudara angkatku!"
"Jadi kau yakin bahwa Khouw Kie Cong telah mati dalam peledakan itu?"
"Tentu saja!" 93 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Apakah kau melihat mayatnya?"
Khouw Kiam Siu tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena memang ia tidak melihat
mayat saudara angkatnya itu.
"Baiklah, jika kau menganggap begitu. Khouw Kie Cong telah mati tetapi rohnya pasti tidak
akan puas. Kau belum berhasil memenuhi permintaannya!" kata lagi si kakek.
Diam-diam Khouw Kiam Siu terkejut kakek itu mengetahui juga tentang kegagalannya
menjalankan tugas yang diberikan oleh Khouw Kie Cong. Ia mengawasi saja kakek itu dan
tidak mengatakan apa-apa.
"Bocah, kau percaya atau tidak itu terserah padamu!" kata lagi kakek itu. "Tetapi kita dapat
berkompromi....." "Berkompromi tentang apa?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Terus terang saja bukan aku yang meledakkan tempat bersemayam Khouw Kie Cong di
atas, aku bahkan bersedia membantumu mencari jahanam itu, yang dalam waktu satu
tahun pasti sudah kutangkap....."
"Apabila dalam satu tahun itu kau tidak berhasil, bagaimana?"
"Aku akan memenggal kepalaku sendiri!"
"Jadi!" Kakek itu tertawa terkekeh. Ditatapnya pemuda she Khouw itu sejenak dan berkata lagi:
"Sekarang, akulah yang harus membayar jasa-jasamu. Kau telah berhasil menyingkirkan
maut dari kuil Siauw lim-sie!"
"Tidak! Aku tidak mau dibayar!"
"Hee, hee, hee! Kau dengar dulu. Aku bukan ingin membayar dengan uang. Aku
mengetahui bahwa kau telah menerima tenaga sakti dari Khouw Kie Cong, tetapi kau belum
dapat melancarkan jurus-jurus ilmu silatnya dengan sempurna. Kau belum dapat mengerahkan tenaga dalammu untuk bantu mendorong tenaga sakti itu sendiri!"
"Tetapi aku sudah berhasil merobohkan Bian-san ji-kwi dalam satu gebrakan saja....."
"Aku tahu. Tetapi jika aku memberi petunjuk padamu bagaimana memadukan tenaga sakti
Khouw Kie Cong dengan tenaga dalammu, tiap-tiap jurus yang akan kau lancarkan nanti
akan banyak lebih menguntungkan!"
"Bagaimana kau mengetahui tindak tandukku demikian jelas?"
"Aku akan memberitahukan, tetapi dengan syarat!"
"Syarat apa?" "Mudah saja. Kau menerima petunjukku bagaimana memadukan tenaga dalammu dan aku
akan memberitahukan apa yang ingin kau ketahui tadi."
Khouw Kiam Siu tidak lantas mengatakan apa-apa. Ia merasa heran kakek itu mendesak
terus untuk berbuat sesuatu kebaikan terhadap dirinya.
94 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Apa maksud sebetulnya kakek ganjil ini?" pikirnya.
"Hee, hee, hee! Kau rupanya mencurigai maksud, ya" Tidak usah kau khawatir aku
bermaksud jahat. Dan bukan suatu omong besar, tetapi jika saja aku mau mengganyangmu,
itu dengan mudah dapat kulakukan!" kata si kakek yang dapat melihat sikap ragu Khouw
Kiam Siu. "Tetapi aku tidak mau menerima budimu secara cuma2!"
"Haai! Kau betul-betul berkepala batu. Aku merasa sayang sebagai seorang yang telah
beruntung memiliki tenaga sakti, kau tidak mampu menggunakan tenagamu itu secara
sempurna. Aku memberikan petunjuk-petunjuk dan tidak menderita rugi apapun, tetapi
hasilnya sudah pasti kau akan dapat lebih berhasil untuk mencari orang yang telah
meledakkan permukaan puncak ini!"
Khouw Kiam Siu sudah mulai tertarik dan ketika Cui-beng Lo-sat pun turut membujuk agar
ia menerima tawaran kakek itu, maka ia lalu berkata:
"Baiklah, Locianpwee.. Aku terima maksudmu yang baik hati itu!"
"Bagus! Nah, kau duduklah bersila dihadapanku."
Khouw Kiam Siu menuruti saja permintaan kakek itu. Tetapi begitu ia membungkukkan
tubuhnya untuk duduk bersila, si kakek tiba-tiba berseru kaget:
"Hei, bocah! Darimana kau peroleh pedang buntung itu"!"
Khouw Kiam Siu mengangkat mukanya dengan kaget. Dan belum ia menjawab kakek itu
sudah berkata lagi: "Pernah apakah kau dengan Khouw Bu Wie?"
"Aku tidak kenal orang itu," sahut Khouw Kiam Siu sejujurnya.
"Siapa yang memberikan pedang itu padamu?"
"Seorang tua yang aku tidak kenal namanya."
"Tidak mungkin!"
"Yah, jika kau tidak percaya, ya, sudah!"
"Khouw Heng," Cui beng Lo-sat turut bicara. "Bagaimana wajah orang tua itu?"
Khouw Kiam Siu tidak mau menyebut2 nama Gouw Wie To, maka ia menyahut secara
serampangan saja. "Orang tua itu berjubah dari kain belacu dan berwajah alim. Tampaknya....."
"Haa....tidak salah lagi, tentu dia yang selalu memakai jubah dari kain belacu!" seru si
kakek. "Dia siapa?" tanya Cui-beng Lo-sat.
"Khouw Bu Wie, si Muka alim!"
"Locianpwee, apakah sebetulnya yang membuat pedang yang buntung ini jadi benda
95 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
perebutan" Dimanakah letak kegaiban atau kemujizatannya?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Apakah orang tua itu tidak memberitahukan akan hal itu padamu?"
"Tidak." "Aneh" Betul-betul suatu kejadian yang aneh!"
"Ada dimana orang tua itu sekarang?" tanya Cui beng Lo-sat.
"Aku tidak tahu."
"Ma siocia," kata si kakek. "Masih ingatkah kau bahwa ayahmu telah mengikat tali
pertunanganmu dengan putera seseorang?"
Bukan main kaget Cui-beng Lo-sat mendengar pertanyaan itu.
"Aku masih ingat!" sahutnya. "Bagaimana Locianpwee mengetahui hal ini?"
"Ayahmu telah memberitahukan padaku. Tetapi, tahukah kau siapa ayah bakal tunanganmu
itu?" "Tidak....." "Tali pertunanganmu telah diikat kepada putera Khouw Bu Wie!"
"Oh....." Hening sesaat...... Namun, tiba-tiba saja suara jeritan2 seram terdengar yang kemudian disusul dengan suara
bentakan-bentakan gusar. Karena kagetnya, mendadak Khouw Kiam Siu meloncat dan mengejar kearah suara itu.
Dibelakangnya tampak Cui-beng Lo-sat beserta keempat kawannya dan si kakek gaib yang
juga turut mengejar. SUARA jeritan lagi-lagi terdengar. Dari kejauhan tampak beberapa orang sedang mengejar
seorang yang berpakaian serba hitam dan mengerudungi mukanya dengan selembar kain
hitam juga. Khouw Kiam Siu mengejar terus, tetapi mendadak ia mengangkat tangan memberi isyarat
agar orang-orang yang berada dibelakangnya berhenti.
Dihadapan mereka tampak empat mayat. Si kakek mendekati dan tiba-tiba saja wajahnya
berubah kaget. "Yun-bong Su-koay!" serunya lantang. "Siapakah yang telah membunuh keempat iblis lihay
ini?" "Aku kira dia!" sahut Khouw Kiam Su sambil memandang jauh kedepan. "Sudah pasti dia!
Karena tiada lain orang yang demikian cepat geraknya!"
"Khouw Heng, siapa itu 'dia'?" tanya Cui beng Lo sat bingung.
"Si Algojo!" 96 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Si Algojo"! Siapa itu yang bernama julukan demikian seram?"
"Entahlah. Tetapi aku mengetahui bahwa ia sangat misterius dan kepandaiannya luar biasa!"
"Bagaimana kau mengetahui itu?"
"Aku pernah bercakap2 dengan si Algojo, dan aku yakin yang dikejar-kejar orang tadi adalah
si Algojo!" "Bagaimana kau mengenalinya?"
"Sebetulnya aku belum pernah melihat wajah si Algojo, tetapi aku pernah melihat tubuhnya,
pakaiannya, dan caranya dia mengerudungi mukanya, yalah tepat dengan apa yang telah
kita lihat tadi." Sementara itu, teriakan-teriakan orang-orang yang mengejar orang yang berpakaian serba
hitam sudah jauh sekali terdengarnya untuk kemudian hilang sama sekali. Maka Cui beng
Lo-sat yang masih ingin mengetahui tentang tunangannya itu lalu berkata kepada si kakek:
"Locianpwee, tali pertunanganku telah diikat kepada putera Khouw Bu Wie, lalu
bagaimana?" Si kakek berpikir sebentar, seolah-olah melepaskan kembali kenangannya ke zaman
beberapa puluh tahun yang lalu.
"Ya, aku masih ingat," katanya sambil ia mengusap2 dagunya. "Agar kalian mengetahui juga
apa yang telah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu, marilah dengar kisahku."
"30 tahun yang lalu," demikianlah si kakek mulai kisahnya.
30 tahun yang lalu, dikalangan Bu lim telah merajalela 10 tokoh2 persilatan yang
berkepandaian luar biasa.
Dinilai dari kepandaian mereka masing-masing, mereka adalah 1) Hu-tok-kek, si Tamu
ganjil. 2) lm-hong-kwi-lie, si Dewi angin. 3) Leng bin-siu sie, si Muka alim 4) Phan-jun siu, si
Pelangi. 5) Si Tongkat besi kerincingan perak. 6) Thian-lam Sin-kun atau si Raja muda dari
daerah Thian-lam. 7) Giok-bin-can-sin, si Dewa muka batu pualam. 8) Sauw hun Mokie, si
Penyapu sukma. 9) Pek-hoat-to-sauw, si Kakek bungkuk dan 10) Ban-biauw gie-hian, si Ahli
obat-obatan. Setelah menggoncangkan kalangan persilatan, kesepuluh manusia luar biasa itu berturuturut lenyap dari kalangan tersebut.
Tetapi kira-kira pada 15 tahun yang lalu, tiba-tiba tersiar kabar bahwa si Muka alim, Khouw
Bu Wie, telah beruntung memperoleh pedang Thian-kong-kiam, dan belum lagi berita itu
dapat dibuktikan kebenarannya, si Muka alim sudah lenjap dari kalangan Kang ouw.
"Dan...." si kakek meneruskan dengan kata-katanya sendiri sambil menoleh kearah Khouw
Kiam Siu. "Pedang itu kini berada dalam tanganmu. Aku khawatir dengan munculnya
pedang pusaka itu kalangan Bu-lim akan mengalami kekacauan2 lagi!"
"Tetapi, apakah yang membuat semua orang ingin memiliki pedang buntung ini?" tanya
Khouw Kiam Siu. "Menurut cerita yang tersiar, asal mulanya Thian-kong kiam adalah milik suami isteri yang
terkenal dengan julukan Ban-mo-thian-cun, yang hidup pada zaman 500 tahun yang silam."
97 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
si kakek bercerita lagi. "Dengan pedang itu, kedua suami isteri tersebut telah merajai
kalangan Bu-lim. Mereka berhasil mengalahkan 9 partai silat terbesar serta tenar namanya
pada zaman mereka itu."


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian, atas pertanyaan Khouw Kiam Siu mengapa pedang itu menjadi buntung, si kakek
lalu meneruskan ceritanya di atas.
Suami isteri Ban mo thian-cun telah menjagoi dikalangan Bu-lim, namun pada suatu hari,
entah mengapa, pasangan itu tiba-tiba merasa menyesal atas perbuatan-perbuatan mereka
dan bertekad mencuci tangan dengan mengasingkan diri disuatu tempat terpencil.
Mereka tidak mempunyai ahliwaris untuk memperkembangkan terus ilmu-ilmu dahsyat yang
dimiliki mereka itu dan karena merasa sayang, si suami lalu berusaha mencatat intisari
daripada ilmu-ilmu tersebut dengan maksud orang yang akan beruntung menemui catatan
itu mengenang terus nama Ban mo-thian-cun.
Tetapi, usaha itu ternyata meminta kesabaran serta ketelitian yang sangat dan baru 12
tahun kemudian ilmu Thian kong ngo sut atau 5 siasat membingungkan lawan, berhasil
dipindahkan dalam bentuk ukiran, keatas permukaan pedang Thian-kong-kiam!
Hari berganti dan musim pun berubah tanpa terasa 200 tahun telah berlalu. Pada suatu hari
pedang Thian-kong-kiam telah diketemukan dipuncak Cit kai hong dipegunungan Heng-san
oleh dua orang dari satu seperguruan, yalah Ang Kiat dan Ouw Kiat atau lebih terkenal
dengan julukan Ang Ouw ji-kiat, si Iblis Merah dan Hitam.
Enah bagaimana, berita tentang telah diperolehnya pedang Thian kong-kiam tahu2 sudah
tersebar ke seluruh pelosok dunia Kang ouw, dan tidak kurang daripada 1000 jago-jago
telah secara berbondong-bondong tiba di pegunungan tersebut untuk merebut pedang
pusaka itu. Pertarungan dahsyat tidak bisa dihindarkan lagi, dan ternyata orang-orang yang bertekad
merebut pedang itu bukan tanding Ang Ouw ji-kiat, mereka semua dihajar hancur lebur dan
terpaksa harus meninggalkan pegunungan Heng-san sambil menderita luka atau bantu
menggotong mayat kawan2 mereka.
Puncak Cit kai-hong sudah sepi, hanya tampak Ang Ouw ji-kiat saja, namun suatu
pertarungan akan segera terjadi lagi, karena kedua saudara seperguruan itu masing-masing
berwatak loba serta tamak dan masing-masing ingin memiliki pedang Thian-kong-kiam!
Mereka lalu membuat syarat, yalah mereka akan bertarung secara adil dan yang menang
akan memiliki pedang tersebut!
Demikianlah, mereka segera bergebrak dengan melancarkan jurus-jurus yang sudah
diketahui oleh kedua belah pihak. Keduanya menyadari bahwa hanya dengan kelincahan
dan tipu muslihat sajalah, kemenangan mutlak baru dapat direbutnya.
Beberapa ratus jurus telah lewat dan kedua orang itu masih tampak sama unggul serta
kuat. Pertarungan berlangsung terus hingga 1000 jurus dan masih juga belum ada yang
kalah atau tampak akan menyerah, namun keduanya sudah kehabisan tenaga untuk
meneruskan pertarungan itu. Sambil tersengal-sengal Ang Kiat meloncat mundur dan
berseru: "Sutee! Kita akan melanjutkan pertarungan ini lain kali, bagaimana kau pikir?"
"Siapa yang akan menyimpan Thian-kong-kiam?" tanya Ouw Kiat.
98 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Ang Kiat segera mematahkan pedang Thian-kong-kiam, bagian ujungnya dimasukkan
kedalam sakunya sedangkan bagian bawah berikut gagangnya diserahkannya kepada adik
seperguruannya seraya berkata:
"Agar kau atau aku tidak bisa mempelajari ilmu Thian-kong-ngo-sut, kau ambillah sebelah
pedang ini. Kita akan bertarung lagi disuatu tempat tertentu dan yang menang akan
memperoleh pedang ini seluruhnya!"
"Kapan dan dimana kita akan bertemu lagi?" tanya Ouw Kiat sambil menerima potongan
pedang yang diangsurkan itu.
Ang Kiat melirik dan matanya yang tajam segera dapat melihat bahwa mereka sedang
diintai oleh beberapa orang yang masih belum berlalu dari situ. Maka ia segera menggores
beberapa huruf ditanah memberitahukan waktu serta tempat yang ditanyakan itu. Setelah
itu ia segera menghapus tulisannya dan berjalan pergi.
"Sekarang terbukti bahwa pedang buntung milik Ouw Kiat berada dalam tanganmu," kata si
kakek kepada Khouw Kiam Siu. "Satu peringatan yang harus kau ingat baik-baik yalah,
karena telah memamerkan pedang itu, kau pasti akan menimbulkan iri-hati orang banyak,
seumpama bisa terbang sekalipun, kau pasti akan dikejar!"
Khouw Kiam Siu tidak merasa gentar, karena menurut keterangan gurunya, Gouw Wie To,
pedang Thian-kong-kiam itu mempunyai hubungan erat dengan dirinya. Ia mengawasi
keempat mayat Yun bong Su-koay dan merasa heran mengapa Thian-lam Sin-kun justru
memerintahkan keempat iblis itu untuk mencari pedang Thian-kong-kiam di tempat si Kakek
cerdas. "Aku harus pergi kedaerah selatan untuk menyelidiki hal ini," katanya dalam hati.
"Nah, ayohlah bersiap untuk menerima petunjuk-petunjukku," kata lagi si kakek.
"Aku sudah siap," sahut Khouw Kiam Siu sambil membetulkan duduknya.
Si kakek berjalan memutar ke belakang. Lalu serta merta ia menerkam dan mencekal
batang leher Khouw Kiam Siu seraya membentak:
"Jangan bergerak, atau kepalamu akan hancur!"
Khouw Kiam Siu terkejut sekali mendengar ancaman itu. Cengkeraman dilehernya dirasakan
semakin mengeras, tetapi dengan tenang saja ia lalu berkata:
"Locianpwee, apakah kau sedang berguyon?"
"Aku tidak pernah ingin berguyon!" bentak lagi si kakek dan dengan satu gentakan saja ia
sudah berhasil merebut pedang Thian-kong-kiam dan Kim Gaib sambil meloncat mundur
jauh ke belakang. Secepat kilat Khouw Kiam Siu meloncat bangun dan melepaskan jotosan kearah kakek itu.
Si kakek dengan tidak kalah cepatnya sudah menggantung Kim Gaib dan memancangkan
Thian kong-kiam di punggungnya. Sambil tertawa ia menangkis dan balas menjotos.. "DUK!"
Tampak Khouw Kiam Siu seperti bola karet membentur tembok membal ke belakang!
Sedangkan si kakek tetap berdiri tegak di tempatnya semula.
Sementara itu, Cui-beng Lo-sat yang lebih bersimpati terhadap sipemuda, tiba-tiba mencelat
99 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
maju, dia mengirim tinjunya dalam jurus Bo-im-sin hong ciang.
Si kakek dengan tenang saja memiringkan kepalanya sambil mengangkat tangan kirinya dan
menekan lengan gadis itu.
"Bocah perempuan!" bentaknya lantang. "Posisimu kurang baik dan jurus Bo im sin-hong
ciang jangan sekali-kali dilancarkan tanpa mengerahkan tenaga dalammu!"
Berkata demikian, ia segera menyerang Khouw Kiam Siu lagi. Jari tangan kirinya terbentang
lebar dan bermaksud mencakar muka, sedangkan tinju kanannya meluncur kearah dada
pemuda itu. Khouw Kiam Siu sudah tidak berhasil menunaikan dua tugas yang diberikan oleh Khouw Kie
Cong, itu saja sudah merupakan suatu pukulan tepat ditengah-tengah kepalanya. Kini
pedang Thian-kong kiam dan Kim Gaib telah direbut oleh kakek itu, maka matanya tiba-tiba
jadi gelap! "Hari ini kau atau aku!" katanya dalam hati. Mendadak tampak tangan kanannya menggait
cengkeraman. Tangan kirinya menangkis untuk kemudian menghimpit lengan kakek itu dan
sekonyong-konyong ia menggentak kebelakang.
Si kakek yang tidak menduga sama sekali pemuda itu akan balas menyerang dengan cara
seaneh itu, tiba-tiba mengerahkan tenaga agar berat badannya, seluruhnya tersalur
kebawah. Namun ia menjadi kaget sekali, tubuhnya dirasakan terangkat untuk kemudian
meluncur melalui kepala pemuda itu! Agar tidak terbanting, dilancarkannya jurus Kun-teehio-louw atau Labu bergelinding ditanah.
Kesempatan yang baik itu ternyata tidak disia2kan oleh Cui-beng Lo sat yang telah
menerima petunjuk-petunjuk cara melancarkan jurus Bo im-sin-hong-ciang. Kaki kanannya
diajukan didepan sedikit begitupun tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ditarik
kebelakang dan dalam posisi itulah ia tiba-tiba menyerang si kakek.
Si kakek yang baru saja berdiri, lekas-lekas mengegos. Namun hembusan angin serangan
jurus Bo im-sin-hong-ciang yang telah dilancarkan dengan betul (atas petunjuknya),
membuatnya terdampar dan terhuyung kesamping!
Cui-beng Lo-sat girang sekali. Ditatapnja Khouw Kiam Siu yang sudah siap untuk menyerang
lagi, ketika si kakek berseru:
"Berhenti!" "Berikan kembali Thian-kong-kiam dan Kim Gaibku, atau..."
"Hee, hee, hee! Kau sudah dapat melancarkan serangan-seranganmu dengan hebat!
Bagus!" sahut si kakek sambil tertawa terus.
Khouw Kiam Siu maupun Cui-beng Lo-sat terdiam melihat sikap kakek itu yang mendadak
agak berubah. "Aku terpaksa menyerang dan membuat kau marah," kata lagi si kakek. "Karena hanya
dengan jalan itu saja petunjukku dapat lebih mudah dimengerti olehmu!"
"Apa yang lebih mudah dimengerti?" tanya Khouw Kiam Siu yang masih bingung.
"Tatkala kau balas menyerang tadi, aku telah menggunakan ilmu Cian-kin-tui atau ilmu
Terpendam dalam tanah karena berat ribuan kati. Dengan ilmu itu, aku seolah-olah sudah
100 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
tertancap ditanah dan tidak bergeming, tetapi ternyata kau sudah berhasil melemparkan
aku, itu suatu bukti bahwa kau sudah mahir melancarkan tenaga sakti pemberian Khouw Kie
Cong!" Berkata begitu, si kakek lalu melepaskan lagi Kim Gaib dan pedang Thian-kong-kiam dari
punggungnya yang kemudian diserahkan kembali kepada Khouw Kiam Siu seraya berkata
lagi: "Nah, marilah dengar lagi keteranganku."
Khouw Kiam Siu menerima kedua benda pusaka itu dan tidak mengatakan apa-apa.
"Sebelum Khouw Kie Cong datang keatas puncak Kiat-yun-hong ini," si kakek melanjutkan.
"Puncak ini adalah tempatku bersemayam."
"Apakah Khouw Kie Cong telah mengusir Locianpwee?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Oh..... tidak. Pada suatu hari dia datang disini dan menemui lubang goa. Aku mengawasi
saja gerak-geriknya tanpa diketahui olehnya. Sekilas saja aku sudah mengetahui bahwa dia
tengah dirundung malang, dan karena merasa kasihan, aku tidak mau mengganggunya.
Pada suatu hari, setelah mengatur segala sesuatu demikian rupa aku berhasil menjumpainya
dan kita menjadi sahabat."
"Mengapa Khouw Kie Cong tidak pernah memberitahukan hal ini padaku?"
"Aku tidak tahu. Tetapi marilah dengar kisah selanjutnya. Persahabatanku dengan siorang
she Khouw itu demikian akrabnya sehingga tanpa diminta, ia menceritakan juga tentang
riwayat dirinya. Dia adalah murid Hu-Tek-Kek, si Tamu ganjil dan putera pertama Khouw Bu
Wie, si Muka alim." "Tunangan Ma siocia?"
"Bukan! Tali pertunangan Ma siocia diikat kepada puteranya Khouw Bu Wie yang kedua."
"Siapa namanya?"
"Aku tidak tahu," sahut si kakek sambil menoleh kepada Cui beng Lo-sat dan melanjutkan:
"Ma siocia, tolong sampaikan pesanku kepada ibumu bahwa atas permintaan ayahmu, aku
minta ibumu dan kau sendiri tidak lagi bersikap bermusuhan terhadap partai Siauw-lim dan
Bu-tong." lalu ia berjalan turun dari puncak itu.
"Khouw Heng," kata Cui-beng Lo sat. "Sebelum kitapun berpisah, sudikah kau menolong
aku?" "Tentu! Katakanlah!" sahut Khouw Kiam Siu cepat.
"Jika kau menjumpai kakek yang memberikanmu pedang Thian-kong-kiam itu, aku minta
kau memberitahukan padanya agar dia datang ke lembah Im-san-bain."
"Baik....." Cui beng Lo-sat menatap pemuda tampan itu sejenak. Sekalipun mukanya tertutup oleh kain
hitam, namun dari sikapnya dapat dilihat bahwa ia sedang bersenyum! Sejurus kemudian, ia
mengangguk dan segera mengajak keempat kawannya meninggalkan puncak itu.
Khouw Kiam Siu mendaki lagi ke atas puncak untuk mencari sekali lagi. Ia memanggil2
101 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
nama Khouw Kie Cong dalam suasana yang gelap itu, dan sebagai sahutan hanya terdengar
suara serangga yang beraneka ragam.
"Aku harus pergi ke puri Kiam Pao dan menolong Thio Siok Ngo," katanya dalam hati sambil
duduk di atas sebuah batu. "Baru kemudian pergi ke selatan menjumpai Thian lam Sin-kun!"
lalu direbahkan tubuhnya untuk kemudian tertidur disitu.
KEESOKAN harinya, pagi2 sekali Khouw Kiam Siu sudah bangun. Setelah melatih ilmu
silatnya sebentar, ia lalu jalan turun dari puncak Kiat yun hong untuk menuju ke puri Kiam
Pao. Untuk memperpendek jarak yang harus ditempuhnya itu, dibelokkan larinya kearah sebuah
hutan yang semak belukar. Dan baru saja ia masuk kedalam hutan itu, tiba-tiba terdengar
suara berkeresek yang kemudian disusul dengan munculnya seorang yang memanggul
sesosok tubuh. Gerak-gerik orang itu demikian mencurigakan, seolah-olah suatu perbuatan terlarang yang
hendak dilakukannya dipergok. Tanpa menoleh kebelakang lagi, ia berlari dengan pesat
sekali. "Gak Cun !" seru Khouw Kiam Siu kaget.
Orang itu tidak berhenti ataupun menyahut. Sambil memanggil| terus sesosok tubuh yang
berpotongan ramping itu, ia berlari terus.
Khouw Kiam Siu mengejar dan jadi terkejut sekali ketika mengenali bahwa orang yang
dipanggul oleh orang itu yang bukan lain dari pada Gak Cun, adalah Kat Ju Hui! Segera
diperkeras larinya dan menyapu dengan sebelah kakinya sehingga Gak Cun terjerumus
sambil melepaskan tubuh Kat Ju Hui yang jadi jungkir-balik ditanah!
Sambil meringis-ringis Gak Cun berbangkit, kemudian dengan sikap agak tersipu ia berseru:
"Eeh, Khouw Heng! Kita sudah berjumpa lagi!"
Khouw Kiam Siu yang sudah mencurigai pemuda itu menghampiri Kat Ju Hui yang masih
menggeletak ditanah seolah-olah mati.
"Apa maksudmu membius gadis ini?" tanyanya kaku.
"Aku....aku tidak membius....gadis itu memang sedang tidur nyenyak..." sahut Gak Cun
gugup. "Hei, jahanam! Aku sudah mengetahui apa yang terkandung dalam hati binatangmu! Nah,
pergilah sebelum aku menghajarmu!"
"Jadi kau mau mengusik2 urusanku ini"!" bentak Gak Cun yang tiba-tiba jadi beringas.
"Ya!" Serentak dengan sahutan Khouw Kiam Siu itu, Gak Cun sekonyong-konyong mengirim
jotosan2nya. Khouw Kiam Siu tidak menangkis. Ia menyerang tinju yang sedang meluncur kearah
dadanya itu dan tampak Gak Cun terdorong mundur sambil terputar2 dan muntahkan darah!
Ia sudah ingin memberi hajaran kepada pemuda yang bermaksud melakukan perbuatan
tidak senonoh itu, ketika terdengar Kat Ju Hui menggeram. Seketika dibatalkan maksudnya
102 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
itu dan memburu kearah si gadis.
"Hah, kau"!" teriak Kat Ju Hui ketika mengenali orang yang menghampirinya itu.
"Ya.... aku...." sahut Khouw Kiam Siu.
"Mana si binatang she Gak"!"
Khouw Kiam Siu menunjuk kearah mana Gak Cun tadi telah diserangnya, tetapi ia tidak
melihat pemuda itu, maka ia lalu kata:
"Dia sudah pergi !"
"Kau telah menghajarnya?"
"Ya." Paras Kat Ju Hui tiba-tiba berubah. Ia mengetahui bahwa Gak Cun telah berhasil menipunya
datang disitu lalu membiusnya dan merasa yakin tatkala ia pingsan, pemuda jahanam itu
telah mencemarkan kehormatannya.
"Khouw Kiam Siu!" teriaknya. "Aku kini sudah tidak lagi berhak memilikimu, tetapi
ketahuilah, bahwa aku masih tetap mencintaimu!"
Berkata demikian, ia segera meloncat pergi. Khouw Kiam Siu ingin mengejar untuk
memberitahukan bahwa Gak Cun sudah keburu dipergokinya sebelum pemuda itu
melakukan sesuatu yang melanggar kesusilaan, ketika ia mendengar seseorang memanggil
namanya dengan nada suara yang gaib. Cepat diputar tubuhnya dan terkejut melihat
seorang yang berpakaian serba hitam dan mengerudungi muka serta kepalanya dengan
selembar kain hitam juga.
"Si Algojo!" serunya dalam hati kaget mendapat kenyataan Si Algojo mengetahui namanya.
"Kau telah melukai Gak Cun, tidak gentarkah kau akan guru pemuda itu?" tanya si Algojo.
"Aku akan membunuhnya jika perlu!"
"Tahukah kau siapa guru pemuda she Gak itu?"
"Aku tidak perduli! Jika sekali lagi saja ia berani melakukan hal seperti ini, aku akan
membunuhnya!" "Pernah kau mendengar tentang kesepuluh tokoh persilatan dari zaman beberapa puluh
tahun yang lalu?" "Aku pernah mendengar! Apakah guru jahanam itu salah satu diantara kesepuluh manusia
luar biasa itu?" "Betul! Guru Gak Cun bernama julukan Phan-yun-siu, si Pelangi, yang sangat ditakuti karena
ilmunya Phan-yun-ciang atau ilmu jotosan mengusir awan!"
"Aku tidak gentar sedikitpun!"
"Hee, hee, hee! Baiklah jika kau mengatakan demikian!" si-Algojo tiba-tiba mengangkat
mukanya kearah punggung Khouw Kiam Siu dan berkata lagi:
"Apakah itu pedang Thian-kong-kiam?"
103 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kiam Siu melirik keatas untuk kemudian mengawasi si Algojo.
"Ya!" sahutnya tenang sekalipun diam-diam merasa terkejut juga melihat si Algojo agaknya
sangat tertarik akan pedangnya itu.
"Thian-kong kiam merupakan suatu benda yang senantiasa menjadi perebutan dikalangan
Bu-lim. Tiap orang yang berkecimpung dikalangan tersebut ingin memiliki pedang itu. Selain
itu, sudah tersiar kabar bahwa kau membawa-bawa dua mustika dan satu teka-teki, dengan
demikan, kau telah membuat tokoh2 persilatan yang sudah mengasingkan diri
dipegunungan terpencil, satu demi satu, sudah mulai gentayangan lagi."


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dengan maksud merebut dua mustika dan satu teka teki itu, tentu?"
"Betul!" "Apakah kaupun berkehendak seperti mereka itu?"
"Sungguh pandai kau menebak! Hanya aku tidak lagi mempunyai minat terhadap Kim
Gaibmu itu, disamping aku mengetahui juga bahwa batu mujizat Ban lian-ciok-tam tidak
berada dalam sakumu!"
Untuk beberapa saat Khouw Kiam Siu terdiam. Heran ia mendapat kenyataan si Algojo
mengetahui batu mujizat Ban lian-ciok tam tidak dimilikinya.
"Jadi kau ingin merebut pedang buntungku ini?" akhirnya ia menanya juga.
"Ehm .... bolehlah jika mau dikatakan demikian! Dan aku mengetahui juga di dalam sakumu
masih ada serupa benda"."
".....?""!"
"Benda yang dibungkus oleh kain hitam!"
Khouw Kiam Siu melangkah mundur karena kagetnya. Ia betul-betul tidak mengerti jika si
Algojo bisa mengetahui segala sesuatu yang berada dalam tubuhnya.
"Tidak beberapa jauh dari sini sudah menunggu beberapa orang yang bermaksud
menggempurmu ....." kata lagi si Algojo sambil menunjuk ke suatu arah tertentu.
"Mereka mencari mampus!" teriak Khouw Kiam Siu sengit.
"Khouw Kiam Siu! Tahukah kau bahwa dengan kata-katamu yang besar itu, kau pasti akan
tergelincir?" "Dan aku minta kau tidak turut campur dalam urusanku ini!"
Setelah membentak Khouw Kiam Siu segera meloncat pergi tetapi dengan satu gerakan
yang lincah, si Algojo sudah berhasil menghadangnya.
"Hei, algojo! Apakah kau betul-betul bermaksud merebut pedangku ini"!" teriak Khouw Kiam
Siu kalap. Si Algojo bersikap tenang sekali.
"Aku bermaksud membantumu dengan tolong menyimpankan pedang yang selalu diarah
itu," sahutnya. "Dan kau dapat mengambilnya kembali kapan saja!"
"Aku bisa menjaga milikku sendiri, tidak usah kau khawatir !"
104 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kau takkan mampu!"
"Kau coba-cobalah jika tidak percaya!"
"Aku tidak mau!"
"Mengapa" Kau tentu tidak mampu, bukan?"
"Aku lebih suka kau menyerahkan Thian-kong kiam dengan rela, agar kita tetap sebagai
sahabat2!" "Ha, ha, ha! Kau terlalu omong besar!"
Dengan sikap acuh tak acuh, si Algojo mengangkat kedua tangannya yang berkuku tajam
serta bengkok seperti gaitan baja, tiba-tiba dengan gerakan pesat sekali dilonjorkan kedua
tangannya itu dan mencengkram.
Cepat luar biasa Khouw Kiam Siu sudah melepaskan Kim Gaibnya yang segera digunakan
untuk menangkis. Namun dengan gerakan yang tidak terduga sama sekali cengkeraman itu
berubah menjadi jotosan yang entah bagaimana tahu2 sudah menghajar bahunya. Tampak
tubuhnya tergoncang hebat dan untuk beberapa saat ia berdiri terdiam! Tatkala
semangatnya pulih kembali, pedang Thian-kong-kiam sudah berada dalam cekalan si Algojo!
"Algojo! Kembalikan pedangku itu!" bentaknya cemas.
"Hee, hee, hee! Aku sudah mengatakan bahwa kau takkan mampu melindungi benda
pusaka ini, dan terbukti memang demikian! Maka aku terpaksa harus menyimpan juga
bungkusan yang berada dalam sakumu!"
Berkata begitu seketika ia meloncat menerkam. Kedua tangannya bergerak demikian
tangkas serta lincah membingungkan. Tangan kanannya meluncur seperti hendak
menempiling, namun begitu Khouw Kiam Siu menangkis, tangan kirinya diulur dan sekejap
saja sudah berhasil merogoh keluar bungkusan Khouw Kie Cong yang harus diserahkan
kepada Cio Tin, si gadis yang bertahi lalat sebesar kacang kedele, puteri pemimpin besar
partai Hong-bie pang! "Khouw Kiam Siu!" serunya sambil meloncat mundur jauh ke belakang. "Ketahuilah bahwa
kedua benda ini berada dalam tanganku melulu sebagai barang titipan. Aku akan
mengembalikan lagi padamu pada saat kau sudah tidak lagi terancam. Nah, sampai kita
jumpa lagi!" Karena terkejutnya Khouw Kiam Siu melihati saja larinya si Algojo. Baru kemudian memburu
sambil berteriak-teriak gusar, namun orang yang dikejarnya itu sudah ditelan kegelapan
malam. Kepalanya dihantam2 dengan telapak tangannya sendiri, seolah-olah hendak mengusir
kekosongan yang menyelinap kedalam otaknya itu. Betapa tidak, bungkusan yang tidak
diketahui apa isinya, yang tidak boleh terjatuh kedalam tangan orang lain dan pedang
Thian-kong kiam yang berhubungan erat dengan riwayat hidupnya, sudah dibawa mabur
oleh si Algojo, meskipun katanya untuk disimpan.
Siapakah sebenarnya si algojo itu" Dapatkah dia dipercaya"
Rasa kecewanya menjadi-jadi tatkala mengetahui bahwa kepandaiannya masih sangat
terbatas. Ini dapat jelas dilihat dari pertarungannya melawan si Algojo yang dalam dua
gebrakan saja dan tanpa melukainya, telah sekaligus berhasil merampas Thian-kong kiam
105 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
dan bungkusan Khouw Kie Cong yang tersimpan dalam sakunya!
Lama juga ia bercokol disitu tanpa menghiraukan nyamuk2 yang senantiasa menyerang
seperti kapal-kapal jet. Baru ia tersadar ketika mendengar ayam berkokok menyambut
kedatangan sang fajar. Sejurus kemudian, sang surya pun sudah memperlihatkan wajahnya.
Ia berbangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri sebuah sungai yang berada tidak
jauh dari tempat itu. Pada saat tertiarap ditepi sungai itu, dilihatnya bayangan seorang gadis
yang berpakaian serba putih di atas permukaan air sungai itu.
"Ngo Moy!" serunya tanpa terasa.
"Siapa yang kau panggil"!" demikianlah terdengar suara bernada lembut menanyanya agak
ketus. Secepat kilat dibalikkan kepalanya sambil meloncat berdiri. Dibawah sebuah pohon tidak
beberapa jauh dari tepi sungai itu, tampak seorang wanita tengah berdiri dengan sikap yang
angkuh sekali dan mukanya pun dikerudungi kain putih.
"Maaf!" katanya jengah. "Aku salah lihat ..." lalu lekas-lekas ia berjalan pergi.
"Berhenti!" bentak wanita itu kaku.
Seketika Khouw Kiam Siu menghentikan langkahnya dan melirik kebelakang. Kemudian
dibalikkan tubuhnya dan menanya: "Ada apakah?"
"Kau membawa-bawa alat tetabuhan itu, bukankah kau Khouw Kiam Siu?"
"Betul. Lalu mengapa?"
"Oh.....tidak apa-apa. Aku hanya ingin kau meninggalkan barang2 itu."
Pada saat itu juga Khouw Kiam Siu diam-diam sudah menginsyafi akan kebenaran
peringatan si Algojo yang mengatakan bahwa beberapa puluh orang sudah menantikannya
untuk merebut pedang Thian-kong-kiam dan batu mujizat Ban-lian-ciok-tam. Namun ia
masih berlagak tidak tahu dan menanya: "Barang2 apa?"
"Kau masih pura2" Aku minta kau meninggalkan Thian-kong kiam dan Ban-lian-ciok-tam!"
Serentak dengan berakhirnya kata-kata wanita itu, entah darimana tiba-tiba meloncat keluar
beberapa puluh orang. Diantaranya tampak tiga orang kakek, seorang tojin dan orang
hweeshio yang semuanya berwajah tamak.
Tanpa menghiraukan kepada wanita itu maupun Khouw Kiam Siu, si hweeshio yang
bertubuh gemuk dan mengenakan jubah berwarna merah, tiba-tiba berkata kepada si tojin:
"Yat Bok To-heng, apakah tidak baik jika kita berdamai dulu dengan ketiga kakek itu?"
"Aku kira tidak perlu kita hiraukan yang lain-lain !" sahut si tojin dengan sikap congkak
sekali. Dialihkan pandangannya kearah ketiga kakek itu dan melanjutkan:
"To-sia Sam-lo! Bsgaimana pendapat kalian jika aku dan Khong Suheng mengambil pedang
Thian-kong-kiam dan kalian mengambil batu mujizat Ban-lian ciok-tam?"
"Bagus!" sahut salah satu diantara ketiga kakek itu. "Kami, Tiga kakek dari kota To-sia, tidak
berkeberatan dengan usul Yat Bok Tojin itu!"
106 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Percakapan yang seolah-olah memandang remeh kepada beberapa puluh orang yang juga
ingin merebut Thian kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam itu, membuat suasana tiba-tiba jadi
gaduh dengan suara geraman atau dengusan. Pada saat yang sama, seorang yang berusia
setengah abad, bermata besar dengan tulang pipinya yang tinggi, melangkah keluar dari
rombongan itu dan berkata:
"Apakah aku tidak mau diperhitungkan dalam perebutan kedua pusaka itu?"
"Ee, Thio Dji Hai! Kaupun ingin diperhitungkan"!" tanya Yat Bok Tojin mengejek.
"Tentu! Dan ingatlah, semua orang yang berada disini harus diperhitungkan !" seru Thio Dji
Hai sengit. Yat Bok Tojin jadi gusar. Sekonyong-konyong ia menerkam Thio Dji Hai dengan kedua
tangannya yang berkuku runcing serta bengkok seperti gaitan.
Thio Dji Hai memang sudah siap menghadapi serangan, dengan tenang saja ia memutar
tubuhnya dan berhasil mengelakkan terkaman itu. Namun sebelum ia keburu balas
menyerang, terkaman yang kedua sudah datang lagi dan terdengar ia melepaskan jeritan
seram sambil terdorong ke belakang. Baju dibagian perutnya sudah tersobek dan ketika satu
terjangan tinju menghajar dadanya, tidak ampun lagi tubuhnya terpental dan roboh
terjengkang! Yat Bok Tojin tertawa berkakakan seram sambil mengangkat kedua tangannya keatas.
Kemenangan itu membuatnya berubah seperti orang gila.
"Hei, kalian!" bentaknya. "Siapa lagi yang merasa tidak puas dipersilahkan keluar!"
Serentak dengan selesainya tantangan itu, lima orang yang semuanya berusia kira-kira
setengah abad, tampil kemuka dengan wajah2 beringas.
Yat Bok Tojin bersikap tenang. Tampak wajahnya terhias oleh senyuman dingin ketika ia
berkata: "Ha, ha, ha! Cwan-tiong-ngo-lang pun agaknya sudah bosan hidup ya?"
Cwan tiong-ngo lang atau Lima srigala dari propinsi Su-cwan serentak menggeram
mendengar ejekan itu. Seorang yang berusia paling tua diantara kelima orang itu segera
berkata: "Thio Dji Hai adalah kawan karib kami berlima, kami bahkan berhutang budi...."
"Ha, ha, ha. Dengan lain perkataan kalian berlima bermaksud membalaskan sakit hati
siorang she Thio itu?" selak Yat Bok Tojin.
"Betul !" Sahutan itu dibarengi dengan meloncatnya kelima saudara seperguruan itu, yang masingmasing melepaskan jotosan2 hebat.
Yat Bok Tojin memutar2 kedua tangannya yang berjari tegang untuk menangkis serangan
serentak itu. Tetapi sedikit demi sedikit ia sudah mulai terdesak. Ia melawan terus dan
setelah sepuluh jurus lewat, maka ia hanya bisa menangkis atau mengelakkan seranganserangan tanpa mampu balas menyerang. Tiba-tiba ia meloncat mundur dan berseru:
"Tahan! Aku mempunyai usul untuk kalian!"
107 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Cwan-tiong-ngo lang tidak menyerang terus.
"Usul apa?" tanya salah seorang.
"Bukankah kedatangan kalian disini untuk merebut Thian kong kiam?" tanya Yat Bok Tojin.
"Betul!" "Bagaimana jika kita bekerja sama?"
"Maksudmu?" "Kita akan merebut dulu pedang pusaka itu, baru kemudian memperbincangkan lagi tentang
siapa-apa yang akan memperoleh Thian-kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam..."
Cwan-tiong-ngo-lang tidak lantas menyahut. Mereka berembuk beberapa saat lamanya baru
kemudian salah seorang menyahut:
"Baik! Dan awas, jangan kau main kayu!"
Yat Bok Tojin menyeringai sambil menghadap kepada si hweeshio gemuk dan berkata:
"Khong Suheng, ayohlah kita mulai!"
Si hweeshio gemuk yang berjubah merah yang ternyata Khong Kong Hweeshio itu segera
menghampiri Khouw Kiam Siu.
"Hei, anjing kecil! Jika kau masih ingin hidup, ayohlah, keluarkan Thian-kong kiam dan Banlian ciok-tam!"
"Aku tidak memiliki kedua benda yang kau maksud itu !" sahut Khouw Kiam Siu kaku.
"Jika demikian halnya, aku terpaksa harus merebut dengan kekerasan!"
Seketika Khouw Kiam Siu melepaskan Kim Gaibnya dan tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia
segera menyerang biarawan gemuk itu.
Khong Kong Hweeshio menganggap remeh, sambil tertawa panjang ia menangkis dan
begitu lengannya beradu dengan senjata lawannya itu, tiba-tiba dirasakan tubuhnya
terdorong oleh suatu hembusan angin santar. Selagi ia berusaha mengimbangi badannya
yang gemuk itu, satu tempaan Kim dengan tepat telah menghantam kepalanya yang gundul
sehingga ia roboh terguling.
To-sia Sam lo yang semula juga menganggap remeh kepada si pemuda she Khouw jadi
kaget sekali. Namun ketamakan untuk memiliki Thian kong kiam atau Ban lian ciok tam
memaksa mereka untuk menggempur juga pemuda yang cekatan itu. Serentak mereka
menerkam sambil menghujani jotosan2 dahsyat.
Khouw Kiam Siu memutar alat tetabuhannya dan pada jurus yang pertama itu ia sudah
berhasil menyodok salah seorang kakek yang sekonyong-konyong menjerit dan roboh,
sedangkan sisa yang dua, tidak lebih daripada sepuluh jurus pun berhasil ia lumpuhkan.
"Ayoh!" serunya kalap. "Siapa lagi yang masih keranjingan Thian-kong-kiam dan Ban-lianciok-tam, majulah !"
"Hee, hee, hee! Bocah ingusan, memang apa yang kau perlihatkan itu hebat sekali! Tetapi
jangan harap kau akan mampu meninggalkan tempat ini tanpa mau menyerahkan kedua
108 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
benda pusaka itu!" kata Yat Bok Tojin sambil mengangkat kedua tangannya yang berkuku
runcing dan menerkam. Khouw Kiam Siu sudah melihat bagaimana Thio Dji Hai sudah dicakar perutnya oleh
biarawan yang ganas itu, tetapi ia tetap bersikap tenang. Ditunggunya cakaran lawannya itu
dengan tabah dan tidak lepas dari rasa hati-hati, begitu kuku2 yang seperti gaitan itu sudah
hampir mencengkeram batok kepalanya, tiba-tiba ia menggeser ke-samping dan membuat
biarawan itu nyelonong sambil menggeram kecewa.
Yat Bok Tojin sudah mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh lawannya itu. Cepat
dibalikkan tubuhnya dan bermaksud menerkam lagi, tetapi terdengar ia menggeram
tertahan dan roboh terjengkang, Kim Gaib sudah lebih dulu menghajar kepalanya yang
gundul! Khouw Kiam Siu bersenyum puas melihat hasil pertarungannya itu. Rasa hatinya demikian
bergelora sehingga ia terlupa akan bahaya lain yang masih terus mengancam. Karena pada
saat ia berdiri terdiam itulah, satu pukulan keras menghajar punggungnya dan membuatnya
terhuyung beberapa langkah sambil muntahkan darah untuk kemudian tersungkur!
Dengan kepala dirasakan kosong, lamat2 ia mendengar suara tertawa yang mengguntur,
yang kemudian disusul dengan bentakan mengancam:
"Bocah! Serahkan Thian-Kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam atau kau akan mati konyol!"
"Toa-ko, tidak usah banyak bicara kepada bocah kepala batu itu, hajar saja!" kata suara lain
yang tidak kalah kerasnya.
Khouw Kiam Siu masih belum bergerak. Tampak dadanya kembang kempis dengan cepat
untuk mengatur kembali napasnya yang tiba-tiba jadi memburu itu. Sejenak kemudian, ia
berbalik dan perlahan-lahan duduk bersila sambil meletakkan alat tetabuhannya di atas
pangkuannya. Kedua matanya yang berapi2 ditatapkan kearah Cwan tiong-ngo-lang.
Kelima srigala dari propinsi Su-cwan tertawa mengejek. Lalu dengan sikap mengancam
mereka melangkah maju dan. . . .
"T i n n g g !! T i i n n g g ! Tiingg!!!"
Demikianlah dengan sangat terpaksa Khouw Kiam Siu harus membela diri dengan suara Kim
Gaibnya dan Cwan tiong-ngo-lang ternyata tidak bisa menahan alunan Irama Maut yang
melengking tinggi dan membuat suasana disitu seolah-olah tengah dilanda badai dan hujan
lebat. Semua orang berdiri terpaku dengan semangat entah terbang kemana. Mereka semua
mendengar hal yang sama, yalah taupan menderu2 santar, setan-setan menangis dan iblisiblis pun menjerit dalam suasana yang gelap dan dingin.
Dalam keadaan yang semakin menegang itu, tidaklah terlalu tepat jika dikatakan semua
orang berdiri terpaku, karena seorang wanita yang berpakaian serba putih dan
mengerudungi mukanya dengan selembar kain putih pula, dengan langkah-langkah seperti
kucing berjalan menghampiri.
Irama Maut yang sangat ditakuti ternyata tidak membawa pengaruh apa-apa terhadapnya,
yang dengan cepat saja sudah berdiri dibelakang Khouw Kiam Siu. Tangannya sudah
diangkat dan membidik kearah umbun2 si pemuda she Khouw, namun entah mengapa
tampak ia menggeleng-geleng kepalanya seperti enggan melakukan serangan yang pasti
109 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
membawa maut itu dan menurunkan lagi tangannya.
KHOUW KIAM SIU menabuh terus hingga pada suatu saat ia tiba-tiba berhenti dan tiada
seorang pun tampak mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri, bahkan Cwan-tiong-ngolang pun sudah menggeletak tidak berdaya!
I menarik napas lega, namun seketika hidungnya berkerut dapat mengendus suatu hawa
harum semerbak. Cepat dibalikkan tubuhnya dan melihat seorang wanita yang
mengerudungi mukanya tengah berdiri disitu. Ia meloncat berdiri tetapi tanpa dapat ditahan
lagi ia sekonyong-konyong roboh terbanting, karena bekas pukulan di punggungnya
menimbulkan suatu rasa sakit yang sangat.
Ia merasa cemas sekali mengingat wanita itu tadi bermaksud merebut Thian-kong-kiam dan
Ban-lian-ciok-tam. Sambil meringis-ringis kesakitan ia berusaha duduk bersila lagi dan
berkata: "Kau dapat membunuh aku sekarang!"
Wanita itu tiba-tiba tertawa cekikikan.
"Sekalipun aku tidak memukul, kau pasti akan tewas karena luka-lukamu itu," katanya.
"Ya, mungkin aku akan mati ..."
"Kau tampaknya tenang betul, apakah kau tidak takut mati?"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Diam-diam ia berusaha mengerahkan tenaga sakti Khouw
Kie Cong untuk mengusir rasa sakit di punggungnya.
"Sebetulnya kau tidak mungkin mati jika....." kata lagi si wanita berkerudung tanpa


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyelesaikan ucapannya itu.
"Jika apa?" "Jika kau mau menggunakan batu mujizat Ban lian-ciok tam yang tentu dapat
menyembuhkan luka-lukamu itu."
"Ya, mungkin. Tetapi aku tidak memiliki batu mujizat itu."
"Kau tidak memiliki batu tersebut"!"
"Tidak!" "Kau berdusta!"
"Kau dapat menggeledah sendiri jika tidak percaya!"
"Sebagai seorang yang memiliki kepandaian demikian dahsyat kau bersedia digeledah?"
"Apa salahnya"!"
Siwanita mau atau tidak harus percaya bahwa Khouw Kiam Siu tidak pernah merebut Ban
lian-ciok-tam dari Bian-san ji-kwi. Karena ia belum pernah berjumpa dengan seorang laki2
yang bersedia digeledah tubuhnya, dan jika Khouw Kiam Siu sampai minta digeledah, itu
menunjukkan dengan jelas akan watak polos pemuda itu sendiri. Ia tertawa cekikikan dan
berkata: 110 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Baiklah. Aku percaya bahwa kau tidak memiliki batu mujizat itu. Tetapi aku tidak bisa
berpeluk tangan saja melihat kau menderita hebat......"
"Kau bermaksud menolong aku ?"
"Betul." Khouw Kiam Siu tidak mengatakan apa-apa, ia sudah mengerahkan tenaga dalamnya cukup
lama, meskipun tubuhnya sudah basah dengan keringatnya sendiri, namun ternyata rasa
sakit dan nyeri di punggungnya hingga saat itu belum juga mereda, bahkan agaknya makin
menjadi-jadi saja. Belum lagi keburu ia menyahut, wanita itu sudah berkata lagi:
"Bagaimana" Bersediakah kau aku tolong?"
"Apa syaratmu?" tanya Khouw Kiam Siu terpaksa.
"Mengapa harus memakai syarat segala?"
"Tetapi aku tidak sudi menerima budimu dengan Cuma2 ..."
Hanya kata-kata itu saja yang masih bisa diucapkan oleh Khouw Kiam Siu, karena serentak
dengan itu, suatu rasa sakit yang tidak tertahankan tiba-tiba menyerang jantungnya.
Pandangannya mendadak jadi pudar untuk kemudian roboh pingsan!
Siwanita tidak menunggu lagi. Segera dikeluarkan sebuah botol yang berisikan semacam
bubuk obat. Bubuk obat itu ditaruh di atas telapak tangan kirinya, sedangkan tangan
kanannya menyingkap kain kerudungnya untuk kemudian dipakai mengangkat kepala
Khouw Kiam Siu. Tangan kirinya didekati ke lubang hidung pemuda itu dan.......
"Fhuu......" Demikianlah, dengan cara itu, bubuk obatnya masuk kedalam lubang hidung Khouw Kiam
Siu. Setelah menotok beberapa bagian tubuh pemuda itu, ia lalu duduk bersila dan
menantikan, tanpa mengetahui bahwa perbuatannta itu tengah diintai dengan cermat oleh
beberapa puluh pasang mata.
Tidak lama kemudian, beberapa orang yang mengintai itu pun sudah muncul disitu. Setelah
mengawasi siwanita sebentar orang yang jadi peminpin rombongan itu segera menanya
dengan ketus. "Hei, Siapa kau"!"
Siwanita lekas-lekas berbangkit dan merasa bersyukur mukanya tidak dilihat oleh orangorang itu ketika ia menyingkap kerudungnya untuk meniup bubuk obat ke lubang hidung
Khouw Kiam Siu. Sekilas saja ia sudah mengenali bahwa sipemimpin rombongan itu adalah
Thio Kun, putera pemimpin besar puri Kiam Pao. Justru kenyataan itu membuat sikapnya
tiba-tiba jadi beringas. "Kau tidak perlu mengetahui aku siapa!" bentaknya lantang.
"Kau kenal siapa bocah ini?" tanya lagi Thio Kun sambil berusaha menahan sabar.
"Itupun tidak perlu kau ketahui!"
"Kau mungkin belum tahu aku siapa, ya" Sehingga kau berani bersikap demikian kurang
ajar!" 111 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Thio Kun! Jangan kau menggertak2 tidak keruan, apa maksud kedatanganmu disini?"
"Inilah maksudku!" sahut Thio Kun, dan serentak dengan itu, ia tiba-tiba menjotos.
Dengan tenang, tetapi cepat sekali, siwanita berkerudung mengegos, setelah itu iapun balas
menyerang dengan mengebas lengan bajunya. Kebasan lengan baju yang tidak tampak luar
biasa itu ternyata mengandung tenaga dorongan keras, sehingga Thio Kun yang belum
keburu menarik kembali tinjunya terdampar beberapa langkah ke belakang.
Melihat kelihayan wanita itu, seorang kakek dari dalam rombongan Thio Kun lekas-lekas
tampil kemuka sambil memperlihatkan sebuah bendera kecil yang berbentuk segitiga dan
berwarna hitam dengan sebuah tanda lambang sebilah pedang emas di atasnya.
"Liehiap!" serunya. "Kami diperintahkan untuk menawan pemuda she Khouw itu, maka aku
minta kau rela menyerahkan bocah itu."
"Aku akan menyerahkan pemuda itu pada kalian, tetapi.... mengapa dia hendak ditawan?"
"Itu... . itu urusan pribadi puri kami dan kau tidak berhak turut campur!"
"Hii, hii, hii! Jika demikian, akupun tidak mau kalian turut campur dalam urusan pribadiku
dengan pemuda she Khouw itu!"
Kakek itu menelan ludahnya dan tampak jelas sekali ia sedang berusaha menahan hawa
amarahnya. "Liehiap, kau tentu sudah mengetahui bahwa siapa saja yang berani menghalang2i usaha
puri Kiam Pao akan mengalami kesukaran-kesukaran," katanya kemudian. "Dan aku
berharap kaupun tidak bersikap bermusuhan dengan pihak puri tersebut!"
Siwanita mengeluarkan suara ejekan. Mendadak tangan kanannya diangkat dan menuding
kakek itu seraya berkata lagi dengan keras:
"Oleh karena itu kau yang terkenal sebagai si Pendekar dari desa Kauw ciu lalu mau
membeo saja untuk gembong2 partai puri jahanam itu"!"
Wajah si kakek tiba-tiba berubah kaget dirinya dikenali. "Siapa kau?" tanyanya getas.
"Hii, hii, hii! Aku siwanita berkerudung putih....."
"Dari partai mana kau?"
Siwanita tidak menyahut. Ia hanya tertawa cekikikan dengan nada yang menyindir.
Si kakek jadi menggigil karena gusarnya. Serta-merta ia meloncat dan menjotos.
Siwanita tidak mundur setapak pun. Diangkat tangannya dan menangkis pukulan yang keras
itu, dan terdengarlah suara gemuruh orang-orang dari puri Kiam Pao seperti sarang tawon
digeprak. Dibawah gemuruh suara itu, tampak si kakek terhuyung2 ke belakang!
"Enyah!" seru si wanita sambil melepaskan jotosannya kearah Thio Kun yang dengan licik
sedang menghampiri Khouw Kiam Siu, sehingga sipemuda she Thio itu terguling!
"Angin ribut!" teriak si kakek yang sudah melihat gelagat kurang baik, dengan seruannya itu
ia memberi isyarat agar semua orang-orangnya meninggalkan tempat itu selekas mungkin.
Siwanita berkerudung tidak mengejar, ia membiarkan saja si kakek membantu Thio Kun
112 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
berbangkit untuk kemudian dibawa pergi. Ia duduk bersila lagi disamping Khouw Kiam Siu
yang tidak berapa lama kemudian tampak membuka matanya.
"Siaohiap," katanya lembut, "apakah punggungmu masih sakit?"
Dengan perasaan ragu-ragu Khouw Kiam Siu menggerakkan tubuhnya sedikit, dan ia
menjadi girang, karena pada saat itu ia tidak lagi merasa sakit, begitupun setelah tubuhnya
digerakkan. Perlahan-lahan ia berbangkit dan melihat sebuah bendera segitiga dengan
tanda-tanda lambang sebilah pedang emas.
"Kiam Pao!" geramnya sengit.
"Ya, orang-orang dari puri jahanam yang dipimpin oleh Thio Kun sudah datang disini tadi,"
kata siwanita berkerudung.
"Dimana mereka sekarang?"
"Aku telah beruntung dapat mengusir mereka yang bermaksud menawanmu."
Khouw Kiam Siu menatap muka yang dikerudungi selembar kain putih itu. Ditelitinya juga
potongan tubuh itu yang ramping serta penuh. Dan dari apa yang dilihatnya, ia dapat
menarik kesimpulan bahwa wanita itu tidak mungkin berusia lebih dari tiga puluh tahun.
"Siocia telah dua kali menolong aku," katanya. "Dan aku sangat berharap dapat membalas
budimu yang besar ini."
"Aku sudah mengatakan tadi bahwa aku menolong tanpa syarat, maka aku tidak mengharap
balasan apapun," sahut siwanita berkerudung.
"Terima kasih, siocia. Tetapi mengapa kau mau juga menolong aku" Bukankah kau ingin
merebut dua benda dari aku?"
"Aku sudah berubah pikiran....."
"Bolehkah aku mengenal namamu?"
"Aku....aku tidak mempunyai nama....."
"Mengapa kau membatalkan maksudmu merebut Thian kong-kiam dan Ban-lian-ciok tam?"
"Mengapa kau tiba-tiba jadi demikian rewel seperti seorang nenek"!" siwanita berkerudung
menegur agak ketus. "Baiklah, agar kau tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak keruan, aku permisi saja sekarang!"
Berkata begitu, ia betul-betul berjalan pergi tanpa menoleh lagi kepada Khouw Kiam Siu
yang jadi kaku seperti patung batu. Beberapa saat kemudian, ia menggeleng-gelengkan
kepalanya dan mengeluh: "Haai, wanita!"
"Wanita mengapa?" Tiba-tiba terdengar seseorang bertanya. Bukan main kaget Khouw Kiam
Siu. Ia mengira berada seorang diri saja disitu. Suara berkeresek dibelakangnya membuat ia
berbalik dan berseru ....
"Algojo!" "Hee, hee, hee! Ya, aku!" sahut orang berkerudung kain hitam.
113 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ayoh kembalikan Thian-kong-kiam dan bungkusanku!"
Si Algojo tertawa panjang sambil menengadah keatas.
"Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku hanya menjaga milikmu itu untuk sementara
waktu saja" Aku justru datang disini untuk mengembalikan milikmu itu. Jangan kau khawatir
aku akan mengingkari janjiku. Tetapi maukah kau menjawab pertanyaanku dengan jujur?"
"Apa yang hendak kau tanyakan?"
"Betulkah kau bernama Khouw Kiam Siu?"
"Aku tidak pernah menukar she atau mengganti nama!"
"Bagus! Nah, cobalah katakan darimana kau peroleh pedang Thian-kong kiam ini" Dan
ingat, kau harus menjawab dengan jujur!"
"Perlukah kau ketahui hal itu?"
"Ya!" "Siapa kau sebenarnya?"
"Aku sudah mengatakan bahwa aku adalah si Algojo. Ayohlah katakan, darimana kau
peroleh pedang Thian-kong kiam?"
"Aku tidak dapat memberitahukan hal itu."
"Baik, tetapi sudikah kau mengurus suatu urusan untukku?"
Khouw Kiam Siu tidak berani lantas menyetujui permintaan itu. Tengah ia menimbangnimbang, si Algojo sudah berkata lagi:
"Sebagai balas jasa akupun akan mengurus suatu urusan untukmu, bagaimana?"
"Aku kira aku tidak memerlukan bantuanmu. Aku bisa mengurus urusanku sendiri !" sahut
Khouw Kiam Siu dingin. "Hee, hee, hee! Congkak! Betul-betul kau satu manusia yang sangat congkak! Pepatah
mengatakan: Sepandai-pandai tupai meloncat, sekali-kali akan gagal juga! Begitupun akan
terjadi dengan kau, aku atau pun siapa saja, pada suatu kali kita akan membuat kesalahan
dan harus minta pertolongan orang lain!"
Tanpa terasa Khouw Kiam Siu menggigit-gigit jempolnya sambil mengawasi manusia aneh
itu. "Misalnya sekarang ini," kata lagi si Algojo. "Kau ingin pergi ke dalam puri Kiam Pao untuk
menyelidiki Thio Siok Ngo. Kau telah berusaha sekeras mungkin, tetapi kau pasti akan
gagal!" "Bagaimana kau mengetahui bahwa aku belum menjumpai gadis itu?"
"Haa, haa, haa! Kejadian apa saja di kalangan persilatan tidak mungkin luput dari telingaku.
Kau mempunyai kans besar untuk masuk kedalam puri tersebut, tetapi kau pasti tidak bisa
keluar lagi!" "Mengapa?" 114 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Keadaan dalam puri itu sangat luas dan penuh dengan rahasia sehingga seumpama kau
berhasil menerobos masuk kedalam puri itu, kau akan menjumpai kesukaran-kesukaran
untuk mencari Thio Siok Ngo. Bahkan anggota-anggota puri itu sendiri tidak mengetahui
dimana gadis she Thio itu telah dikeram."
"Tahukah kau ada dimana gadis itu sekarang?"
"Tentu saja! Hee, hee, hee..."
"Bagaimana nasibnya" Apakah dia masih hidup?"
"Haa"aku sudah mengatakan sepandai-pandainya kau meloncat pada suatu ketika kau pasti
akan tersungkur! Haa, haa, haa!"
Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi sengit.
"Maukah kau menjawab pertanyaanku tadi?" tanyanya ketus.
"Jika kau sendiri mau tukar menukar dengan jasa. Ya!" sahut si Algojo agak menyindir.
"Apa syaratmu?"
"Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku dengan jujur."
"Tanyakanlah!" "Apa hubunganmu dengan wanita yang berkerudung kain putih tadi?"
"Aku.....aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan wanita berkerudung itu, aku....aku
bahkan tidak mengenal siapa dia sebenarnya!"
"Bohong!" "Apa bohong"!"
"Dia menolongmu dia tidak gentar bermusuhan dengan pihak puri Kiam Pao, dan kau
mengatakan tidak mengenal siapa dia sebenarnya! Bukankah itu suatu omong kosong
belaka" Haa, haa, haa!"
"Aku sendiri bingung dan tidak mengetahui mengapa dia berbuat demikian baik
terhadapku!" "Uwah! Jadi tambah kalang kabut! Haa, haa, haa!"
"Hei, algojo....."
Si Algojo tiba-tiba mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat agar Khouw Kiam Siu tidak
melanjutkan kata-katanya itu. "Kau marah?" tanyanya kemudian.
"Ya!" "Haa, haa, haa! Coba saja kau pikir, apakah masuk akal jika seseorang yang sebetulnya
ingin merebut Thian-kong-kiam dan ban-lian ciok tam tiba-tiba berbalik jadi Dewi
penolong?" Khouw Kiam Siu harus mengakui akan kebenaran ucapan itu, sehingga hawa amarahnya
yang sudah bergolak mendadak mereda lagi.
115 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ya, akupun merasa bingung..." sahutnya. "Aku sudah berusaha menanyakan, tetapi
jawaban yang diberikan sangat samar."
Si Algojo tampak berpikir. Kemudian dengan sikap sungguh-sungguh ia berkata:
"Mungkinkah wanita itu sudah jatuh cinta padamu?"
"Aku tidak tahu! Yah, jika dia jatuh hati padaku, itu urusannya sendiri, tetapi yang pasti
yalah aku tidak mencintainya!"
"Jadi kau betul-betul tidak mengenalnya?"
"Tidak!" "Dengan demikian syaratku di atas tidak berlaku lagi !"
"........?""!"
"Sebagai gantinya aku minta kau membuka kain yang mengerudungi muka gadis itu!"
Permintaan yang sungguh diluar dugaan itu membuat Khouw Kiam Siu berteriak:
"Aku tidak dapat melakukan itu tanpa mengetahui maksudmu!"
"Dan kaupun tidak akan mengetahui ada dimana Thio Siok Ngo!"
"Aku akan berusaha mencari sendiri!"
"Dan kaupun lupa bahwa Thian-kong-kiam dan bungkusanmu masih berada dalam
sakuku....." Khouw Kiam Siu mengertak giginya mendengar ancaman itu. "Algojo !" serunya sengit.
"Ilmu silatmu banyak lebih lihay daripada apa yang aku miliki, dengan demikian kau pasti
dapat menyingkap sendiri kerudung wanita itu, mengapa kau justru bersikap begitu kejam
dengan menyuruh aku yang melakukan itu?"
"Karena aku sudah bersumpah bahwa seumur hidupku aku takkan bertarung melawan
seorang wanita. Baiklah, jika kau ingin mengetahui juga maksudku meminta kau
menyingkap kerudung wanita itu, aku akan memberitahukan juga."
"Katakanlah!" "Aku sedang mencari seorang gadis dan jangan kau menanyakan mengapa aku
berkehendak demikian. Wanita berkerudung putih itu justru memiliki ciri-ciri yang agak
bersamaan dengan gadis yang sedang aku cari itu. Aku hanya ingin melihat mukanya dan
selesai! Dapatkah kau menerima syaratku ini?"
Khouw Kiam siu berpikir sebentar.
"Apabila si Algojo hanya ingin melihat paras wanita itu, tidak salahnya jika aku membantu
usahanya itu," pikirnya.
"Bagaimana, bisakah kau menerima syaratku?" tanya lagi si Algojo agak tidak sabar.
"Baik, aku terima syaratmu. Ayohlah beritahukan ada dimana Thio Siok Ngo kini," sahut
Khouw Kiam Siu. 116 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku baru memberitahukan itu setelah melihat kau betul-betul melaksanakan syaratku tadi."
"Kau tidak percaya padaku?"
"Bukan soal tidak percaya."
"Lalu"!"

Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Melulu untuk menuruti kebiasaanku yang memang agak ganjil?"
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya. "Baiklah, aku akan segera menyusul wanita
itu sekarang juga," akhirnya ia berkata. "Tetapi kemana harus kukejar?"
Si Algojo mengangkat sebelah tangannya dan menunjuk ke suatu arah.
"Lihatkah kau sungai itu?" tanyanya.
"Ya." "Ikutilah tepi sungai itu dan kau akan menjumpai sebuah lembah. Dalam lembah itulah
siwanita berkerudung putih bersemayam."
KHOUW KIAM SIU mengangguk. Segera dibalikkan tubuhnya dan berlari mengikuti tepi
sungai yang dimaksud oleh si Algojo tadi. Setelah berlari-lari setengah jam lamanya, betul
saja dihadapannya tampak sebuah lembah yang terletak dikaki beberapa gunung dan
sangat terpencil. Dari kejauhan sudah terdengar gemuruhnya air terjun. Ia berjalan terus dan tidak lama
kemudian tiba ditepi air terjun tersebut tanpa melihat ada orang disitu. Ditelitinya keadaan
sekeliling lembah itu, tiba-tiba"..
"Ehm.... aku kira siapa yang telah datang, tidak tahunya kau?" demikian terdengar suara
yang merdu berkata. Dengan kaget Khouw Kiam Siu membalikkan tubuhnya kearah suara itu. Dibawah sebuah
pohon ia melihat seorang wanita yang mengerudungi mukanya dengan selembar kain putih
sedang berdiri disitu. Ia bersenyum sambil memberi hormat dan berkata:
"Aku memang sengaja berkunjung kesini untuk menjumpaimu....."
"Bagaimana kau mengetahui aku berada disini?" tanya wanita itu dengan sikap heran.
Khouw Kiam Siu tiba-tiba memberitahukan," sahutnya.
jadi gugup ditanya demikian. "Ada seseorang yang "Siapa orang itu?"
"Aku.....aku tidak kenal....ia memberitahukan bahwa namanya si Algojo."
"Si Algojo"!"
"Ya, kenalkah siocia padanya?"
"Tidak, tetapi aku pernah mendengar namanya itu. Dia selalu muncul untuk kemudian
menghilang dari kalangan Kang-ouw dengan cara yang misterius sekali. Tetapi....apakah
kedatanganmu disini atas kemauanmu sendiri" Atau si Algojo yang memang sengaja
meminta padamu untuk berkunjung ke tempatku ini?"
117 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kiam Siu memutar otaknya mencari jawaban. Semula ia bermaksud berdusta, tetapi
wataknya yang polos enggan melakukan itu. Maka ia segera berkata:
"Atas permintaan si Algojo!"
"Untuk?" tanya siwanita yang tampak semakin heran.
"Si Algojo ingin melihat parasmu dan akulah yang harus membuka kerudungmu itu..."
"Kau sudah menyanggupi permintaannya?"
Khouw Kiam Siu tanpa ragu-ragu mengangguk.
"Tolol!" bentak siwanita dan tiba-tiba saja ia menjotos dengan hebat sekali.
Khouw Kiam Siu menarik tubuhnya ke belakang tanpa mengangkat kedua kakinya. Tangan
kirinya dengan gerak memotong menangkis tinju yang meluncur kearah dadanya. Begitu
lengan si wanita terhalau, tangannya terus diluncurkan kedepan dan menjambret kerudung
yang menutupi muka gadis itu. Dia berhasil!
Satu paras manis dengan hidung yang rungi, dua baris alis yang hitam dan tebal dengan
satu mulut kecil yang berbibir tipis, dipamerkan dihadapan Khouw Kiam Siu. Yang sangat
menarik perhatian adalah sebuah tahi-lalat sebesar kacang kedele melekat di pelipis kiri
paras itu! "Haai!" serunya tanpa terasa karena terpesona melihat kecantikan serta keluwesan paras
wanita itu. Justru pada saat ia berdiri terbengong itulah, satu tinju yang mungil menghajar
dadanya sehingga ia terpental dan roboh!
Gadis cantik itupun terkejut melihat Khouw Kiam Siu terpukul jatuh, ia berdiri terpaku sambil
berkesip-kesip seperti orang yang terlena.
Khouw Kiam Siu perlahan-lahan berbangkit dan tiba-tiba saja iapun terkejut ketika melihat
tahi-lalat yang menghias di pelipis kiri wanita ini" seorang gadis dari usia 20an.
"Siocia," katanya sambil agak ragu-ragu menunjuk gadis itu. "Apakah kau puteri tunggal
pemimpin besar partai Hong bie pang yang bernama Cio Tin?"
"Apa maksud pertanyaanmu itu?" tanya si gadis. Kedua matanya dipasang dengan tajam
sekali. "Aku telah diminta oleh seorang tertentu untuk mencarimu"."
"Si Algojokah yang telah memerintahkanmu?"
"Bukan....." "Lalu siapa" Ayoh lekas katakan!"
"Khouw Kie Cong alias Sam kiat Sianseng!"
Paras gadis itu tiba-tiba berubah mendengar disebutnya nama Khouw Kie Cong yang disertai
Pedang Keabadian 1 Kibot 01 Sumpit Beracun Cincin Berlumur Darah 3

Cari Blog Ini