Ceritasilat Novel Online

Legenda Golok Halilintar 1

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li Bagian 1


L Leeggeen nd daa G Goollook kH Haalliilliin nttaarr Karya : Lan Li Saduran : Sin M Edisi Ke 1 : Desember 2008
Djvu Kiriman : Lavilla Ebook pdf oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://ebook-dewikz.com
JILID KE SATU Pendahuluan Halilintar memecah di langit yang berwarna kelam abuabu dan menghantam bumi!
Dewi KZ 1 Getaran bunyi halilintar yang mengelegar-gelegar
dahsyat bergentayangan dicelah-celah lembah gunung lama
sekali hilangnya. Kilatan cahaya yang datangnya hanya sekilas, menerangi
tiga macam barang yang membuat orang miris, diatas bukit
tunggal yang menyerupai kepala botak dewa Lohan. Golok
panjang yang putus, Pedang yang patah, Busur panah yang
cacad. Golok panjang yang putus, hanya menyisakan bagian
kira-kira dua cun dari ujung goloknya, tetapi diatas puncak
menusuk tanah batu yang kerasnya bagaikan emas dan besi
diatas, ekor pitanya berwarna merah darah mencolok
berkibar di terpa angin, gagang golok tersebut berbeda
dengan yang lain, besarnya sama dengan jari tangan anakanak, kelihatan terbuat dari bahan yang empuk, sekarang
berdiri dengan tegak. Pedang yang patah, tergeletak di tempat tidak jauh dari
golok panjang yang putus, ujung pedang yang telah patah
setengah, entah dimana bagian patahannya" Dalam kilatan
halilintar, gagang pedang itu mengeluar-kan cahaya ke
Sekeliling tempat itu, sekali pandang sudah dapat
diketahui gagang pedang itu telah tertanam banyak batu
perhiasan. Busur panah yang cacad, tergantung di pinggir tebing
tidak jauh dari golok putus, pedang patah, sepertinya
hampir jatuh ke bawah jurang, sebetulnya, sebagian
busurnya sudah terbenam di celah batu, kokoh tidak dapat
dicabut lagi, punggung busurnya terbuat dari giok putih, tali
busurnya sudah hilang, sehingga disebut busur panah yang
cacad. Kilat dan halilintar sudah berlalu, dari jurang yang
sangat dalam timbul angin yang sangat dingin, dan
Dewi KZ 2 mendadak suara rintik-rintik hujan turun dari langit yang
lusuh! Apakah langit turut bersedih atas sisa pertarung-an di
puncak bukit tunggal ini" meneteskan air mata kasihan pada
golok panjang yang putus, pedang yang patah dan busur
panah yang cacad. Apa betul" Atau bukan"
0-0dw0-0 BAB I Gua iblis Kilatan halilintar bagaikan pelangi, amarah geledek
masih bergetar! Lembah iblis yang gelap gulita terletak di
daerah Ban-li-san (Pegunungan sepuluh ribu) di Gui-lin
selatan. Begitu kilat halilintar berkelebat, sisa cahaya yang merah
menyala terang, membuat lembah iblis terang benderang
sekilas dan lembah yang sejak ribuan tahun, siang malam
terkunci oleh kegelapan, baru tampak di mata langit.
Tampak dasar lembah berlumut hijau tanpa jalan, tidak
terlihat batunya, di sampingnya berdiri bukit-bukit yang
menjulang tinggi, kadang ada juga batu-batu yang
mencolok keluar, bentuknya seperti binatang raksasa jaman
purbakala, dengan mata yang mengerikan memandang ke
bawah, membuat orang takut.
Saat kilatan sinar berkelebat, terlihat satu anak kecil
sedang meloncat melewati batu yang terletak di atas dasar
bukit, yang tingginya puluhan meter.
Dewi KZ 3 Anak itu! Loncatannya ringan dan lincah, tidak kalah
dari loncatan monyet batu-batu yang bisa melon-cat sampai
sejauh dua tombak. Yang lebih aneh lagi, dia turun dari atas bukit tinggi yang
banyak jumlahnya, bocah lelaki yang baru berumur sepuluh
tahun, bagaimana bisa datang ke tempat itu" Untuk apa dia
datang" Saat kilatan sekali lagi datang di ikuti suara halilintar,
geraknya seperti ular emas yang melesat ke bawah lembah,
dengan cepat lewat di depan anak itu, biarpun sangat
berani, dia terkejut juga atas kejadian itu.
Bocah itu belum minum dan makan sejak kemarin siang,
tubuhnya gemetar tersiram air hujan, lapar dan dingin,
membuat orang dewasa saja bisa patah semangat, apa lagi
bocah cilik ini, dia hampir putus asa.
Dia melihat pemandangan sekeliling tempat, kesunyian
dan kegelapan belum memperlihatkan muka asli lembah
iblis yang mengerikan, demua menambah ketakutan bocah
ini. Mendadak, kilat dan halilintar datang lagi, mem-buat
hati bocah yang kelaparan ini mendapat pukulan berat.
Tetapi... sinar kilat dan suara halilintar ini seperti memberi
rangsangan sejenak, membuat jiwa pemberani-nya pulih
kembali. Dengan semangat yang pulih, dia berpikir: "pepatah
mengatakan ayahnya adalah gambaran laki-laki sejati, dia
adalah pemimpin dari empat pendekar wahid yang
termasyur yang mendapat gelaran "Lui-to (Golok
Halilintar), In-kiam (Pedang Awan), Giok-kiong (Busur
Kumala) dan Kau-sat (Kail Pembunuh)"
Dewi KZ 4 Ayahku berjuluk Lui-to-cai-thian (Golok halilintar di
langit)! Adalah seorang ayah yang gagah, mana boleh aku
jadi seorang pengecut dan gampang putus asa."
Semangatnya yang teguh seperti membuat suatu
keajaiban, begitu bocah itu memikirkan sebutan ayahnya,
Lui Kie Lui-to-cai-thian, semangat juangnya langsung
bangkit, hilang rasa takut terhadap situasi sekelilingnya
yang gelap dan asing, juga melupakan perihnya perut lapar
dan gemetaran untuk sementara, mengunakan ilmu
meringankan tubuh yang diajarkan ayahnya sejak dia masih
kanak-kanak, dia meloncat ke bawah, ke jurang iblis.
Ke bawah jurang iblis" Tentu saja, bocah kecil itu tidak
tahu dia telah menuju tempat yang salah, dia tidak
mengenal jalan, hanya menerjang tempat itu bagaikan
orang buta. Sekali lagi kilat dan halilintar berselingan keluar, hujan
lebat tercurah dari langit, sekejap saja bajunya sudah basah
semua, detik ini mana mungkin dia menpersoalkan bajunya
yang basah" Tetapi terpaan hujan lebat tersebut,
membangkitkan rasa dingin dan lapar yang telah dilupakan
tadi, dia jadi lebih tersiksa lagi.
Bocah itu terpaksa melanjutkan loncatan yang bagaikan
angin melewati batu-batu yang terjal, sebentar saja sudah
melesat sejauh sepuluh tombak.
Hujan lebat, batu licin, di tambah lapar, dingin, dan
kelelahan, baru saja bocah itu meloncati batu terjal di
seberang yang jaraknya satu tombak, mendadak kaki-nya
terpeleset, dalam hatinya berseru, 'Celaka' belum katakatanya juga diucapkan, tenaga dalamnya seperti terkuras
habis, tanpa daya dia jatuh terpelanting menuju bawah
jurang yang puluhan tombak dalamnya.
Dewi KZ 5 Anak kecil itu putus asa! Dia memejamkan kedua
matanya, terasa suara angin yang menderu di pinggir
kupingnya, kecepatan turunnya cepat, dalam hatinya dia
merasa sedih, dan berkata:
"Ayah, sebetulnya A Bin tidak boleh kabur dari
rumah........." Belum berhenti berpikir, tubuhnya mendadak menimpa
benda yang basah, empuk dan sangat kenyal, dia tidak
merasa sakit, malah tubuhnya terpental balik ke udara dan
jatuh lagi, berulang-ulang hingga empat kali, baru bisa
terlentang diatasnya. Dia terkejut bercampur senang, dengan teliti di rabanya
benda yang menahan tubuhnya, dalam hatinya berkata,
'beruntung selamat" ternyata dia selamat oleh lumut hijau
yang tebalnya beberapa kaki, yang tumbuh sejak jaman
purba kala tidak terkena sinar matahari, lumut itu berobah
jadi empuk dan elastis, biarpun ada orang jatuh dari tempat
tinggi hingga seratus tombak pun, tidak akan terluka.
Hujan makin deras, dibawah jurang terasa lebih deras
lagi, A Bin merangkak bangun di bawah dasar jurang yang
gelap, dia meraba-raba dinding jurang yang licin dan basah,
dengan lunglai menginjak lumut yang empuk dan basah
hingga sepuluh tombak jauhnya.
Mendadak tangannya meraba celah yang kosong, A Bin
tidak waspada, keseimbangan tubuhnya tidak terkontrol,
dan lumut yang dibawah kaki tidak bisa menahan kakinya,
sehingga dia jatuh kedalam lubang itu, terdengar satu suara
"bruk", ternyata dia jatuh ke atas tanah yang keras dan
kering. Hujan yang deras menjadi berhenti karena terhalang
lumut, sekarang A Bin merasa lebih leluasa, dia bersandar
di tembok lubang itu yang ternyata menyerupai sebuah goa,
Dewi KZ 6 setelah beristirahat sejenak, dia melihat gelapnya dalam goa
hingga tidak kelihatan apa-apa, pelan-pelan dia teringat
kehidupan masa lalunya...........
0-0dw0-0 Ketika A Bin baru dilahirkan tiga hari, ibunya meninggal
karena sakit, dia di rawat oleh ayahnya dengan penuh kasih
sayang, sejak kecil ayahnya telah memupuknya dasar
latihan silat, dan oleh kakek dari ibunya yang terpelajar, dia
diajarkan membaca dan menulis, hingga umur sepuluh
tahun, dia telah menguasai seratus dua belas jurus ilmu
ayahnya yang bernama Ilmu golok halilintar, 'Lui-teng-kiehoaf (jurus Halilintar gemuruh)
Karena ayah A Bin, Lui Kie sangat sayang pada
anaknya, maka dalam kehidupan sehari-harinya dia jarang
keluar rumah, sepanjang tahun dia menemani anak
tersayangnya, kecuali tiap tiga tahun sekali pada bulan 5 di
saat hari Pecun (bacang) dia pergi ke Kwie-lam, mengikuti
pertemuan Empat pendekar wahid yang diadakan tiga
tahun sekali di Liong-bun-hong (Puncak-pintu langit) di
Ban-li-san. Pertemuan ini sudah berlangsung sekitar dua puluh
tahunan, tiap tiga tahun menjelang malam hari raya Pe-cun,
empat pendekar wahid di jaman itu akan datang ke Liongbun-hong untuk mengadu kepandaian, yang menang akan
memegang tanda " Su-ciat-leng" (Empat perintah tertinggi)
selama tiga tahun. "Su-ciat-leng" hanya berupa Papan perintah yang
berwarna hitam, perebutan Papan perintah ini telah
berlangsung sepanjang dua puluh tahun, Papan perintah
mempunyai kekuasaan yang sangat besar, bagi golongan
hitam atau putih di dunia persilatan, biarpun tidak terikat
Dewi KZ 7 oleh Papan perintah itu, tetapi tetap mengakui
keberadaannya, karena orang yang meme-gang "Su-ciatleng", adalah orang yang paling hebat ilmu silatnya, siapa
yang berani melawan Papan perintah itu, berarti menantang
pada Empat pendekar wahid, tidak bisa di sangsikan lagi.
Di dunia persilatan siapa yang mau bermusuhan dengan
gabungan Empat pendekar wahid ini"
Tahun ini timbul pikiran A Bin untuk ikut ayahnya ke
Liong-bun-hong menyaksikan pertemuan empat pendekar
wahid. Ayahnya Lui-to-cai-thian tahu perjalanan kali ini
tidak aman, maka dia tidak mengijin-kan A Bin ikut, tapi
meski A Bin orangnya kecil, nyali-nya sangat besar, setelah
ayahnya pergi, dia seorang diri meninggalkan rumahnya,
dia telah mengelabui kakek-nya. Dengan menempuh ribuan
li dari In-lam datang ke Liong-bun-hong di pengunungan
itu! Sehari sebelumnya A Bin telah menemukan sebuah
tempat tersembunyi di puncak itu dan mengintai situasinya,
pada malam hari raya Pecun, di waktu bulan sabit
menerangi Liong-bun-hong, disana telah penuh oleh orangorang dari segala partai perguruan silat.
A Bin mengetahui aturan Empat pendekar wahid, dan
sebetulnya kepandaian Empat pendekar wahid ini hampir
seimbang semuanya, mereka sudah beberapa kali
bertanding, tapi tidak ada pemenangnya, maka mereka
berjanji tiap tiga tahun sekali mereka bertemu, masingmasing akan menggunakan tiga jurus ilmu terbarunya, dan
akan dinilai dengan adil oleh empat orang itu, siapa yang
lebih maju pesat dalam ilmunya, dialah yang berhak atas
"Su-ciat-leng" selama tiga tahun.
Sepuluh tahun yang sudah lewat, In-kiam (Pedang
Awan), Giok-kiong (Busur Kumala), Kau-sat (Kail
penbunuh) telah menang satu kali, sedang Lui-to-cai-thian
telah menang dua kali, Empat pendekar wahid telah
Dewi KZ 8 berjanji, siapa saja yang lebih dulu bisa menang tiga kali,
maka dia berhak memegang "Su-ciat-leng" selamanya,
maka dengan rasa percaya diri yang sangat besar, A Bin
ingin menyaksikan ayahnya menjadi pemilik benda itu
selamanya.

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di tengah Liong-bun-hong (Puncak pintu langit) terdapat
empat buah tempat duduk dari batu merupa-kan tempat
penampilan Empat pendekar wahid.
Tepat jam dua belas malam, di Liong-bun-hong sunyi,
tidak ada yang berbicara, semua orang yang datang dari
segala perguruan silat masing-masing diam menunggu. A
Bin membuka matanya lebih lebar, dalam hatinya dia
sangat tegang. Di bawah cahaya malam, satu sosok bayangan, melesat
turun dari ketinggian, lajunya sangat cepat bagaikan bintang
jatuh dari angkasa langsung jatuh tepat di batu tempat
duduk di bagian selatan. A Bin melihat keindahan orang itu melesat, dengan
pikiran dan dalam hati berdebar dia tahu hanya ayahnya
saja yang menguasai ilmu meringankan tubuh itu, hampir
saja mulutnya kelepasan memanggil "Ayah telah datang".
Kata yang ingin di ucapkan dimulut, mendadak berhenti
karena kecewa. Pandangan matanya dengan cepat telah
melihat orang yang datang tersebut di bahu tangannya
tergantung sebilah kail besar yang meng-kilap, ternyata
adalah Kail pembunuh Kau Bun-kek, salah satu dari
anggota Empat pendekar wahid.
Empat pendekar wahid hanya datang satu orang,
menbuat orang-orang partai yang ingin menonton
tercengang dan gaduh, hati A Bin lebih bergolak bagaikan
terbakar. Dewi KZ 9 Kau Bun-kek menunggu sejenak, dan dari sarung tangan
bajunya dia memperlihatkan sebuah benda yang warna
hitam, itulah, "Su-ciat-leng" yang direbutnya dulu, bukanlah
hal aneh sekarang berada ditangannya, tetapi yang baru
pertama kali melihat benda yang melambangkan kekuasaan
di dunia persilatan, tidak bisa menahan diri dan membuat
suara gaduh. Dengan kedua mata yang jernih Kau Bun-kek
memandang sekeliling lapangan satu kali, dan dengan
tertawa nyaring berkata: "Pertemuan untuk memperebutkan Su-ciat-leng telah
berjalan delapan belas tahun, waktunya jam dua belas
malam tepat lewat, jika tidak datang tidak akan ditunggu
lagi, sekarang aku akan memanggil tiga nama pendekar
wahid yang belum datang sebanyak tiga kali, bila tidak
menampakkan diri, berarti "Kau Bun-kek" ada kesempatan,
memegang lagi Su-ciat-leng."
Orang-orang di sekeliling yang datang dari segala jurusan
mengharapkan pemimpin iblis yang suka melihat darah ini
kalah dalam pertarungan kali ini, agar Su-ciat-leng itu jatuh
ke tangan tiga pendekar wahid lain, tetapi sampai detik ini,
Lui-to (Golok Halilintar), In-kiam (Pedang Awan), Giokkiong (Busur kumala) masih belum datang.
"Siapa yang mau mencampuri urusan ini, katakan
setuju?" Betul saja, Kau Bun-kek berteriak keras:
"Saudara Busur Kumala (Giok-kiong), Giok Kang-tong!"
dia berteriak tiga kali, tapi tidak ada orang yang menyahut,
tersenyumlah Kau Bun-kek yang bermuka buas.
Dan dia berteriak lagi: Dewi KZ 10 "Saudara Pedang Awan (In-kiam) In Tiang-long!" Juga
dipanggil tiga kali, "Tidak ada balasan," Kau Bun-kek
semakin senang. Dia berteriak lagi: "Saudara Golok halilintar di langit (Lui-to-cai-thian) Lui
Kie!" A Bin menyaksikan Busur Kumala, Pedang Awan sama
sekali tidak menampakkan diri, seperti ada rusa kecil yang
menabrak ketika mendengar Kau Bun-kek memanggil nama
ayahnya, ayahnya juga tidak muncul, tidak terasa
punggungnya mengucur keringat dingin.
Makin keras tertawa Kau Bun-kek, dia berteriak lagi:
"Saudara Lui-to-cai-thian, Lui Kie!" Tetap tidak ada alasan,
A Bin memandang mata yang hampir lepas, hatinya seperti
terbakar, dia tidak dapat menguasai diri.
Kau Bun-kek diam-diam bernapas panjang, dan dengan
tertawa senang berteriak untuk ketiga kaliny: "Saudara Luito-cai-thian, Lui Kie!"
Ternyata, dari kejauhan terdengar suara balasan yang
nyaring: "Lui Kie datang!"
Kau Bun-kek seperti terkena halilintar di siang hari,
dalam keadaan sangat terkejut dia belum memperhatikan
suara jawaban yang agak berbeda, roman mukanya yang
berseri-seri langsung menghilang, warna mukanya berobah
menjadi pucat ke abu-abuan.
Semua orang yang berasal dari semua partai di dunia
persilatan turut senang, mereka berpikir, jika Lui Kie, Luito-cai-thian datang, tidak mungkin Kau Bun-kek tidak
bersedia menyerahkan "Su-ciat-leng" dan tiga tahun ke
Dewi KZ 11 depan, dunia persilatan akan berada dalam ketentraman
dan aman. Setelah sesosok bayangan hitam melesat ke batu duduk
di seberang Kau Bun-kek, semua orang melihat jelas, yang
bersuara sepatah kata "Itu," ternyata yang menyebut dirinya
Lui Kie adalah bocah laki-laki yang belum berumur sepuluh
tahun. Kau Bun-kek merasa aneh bercampur terkejut dan
curiga, dia berkata dengan kasar:
"Anak ingusan siapa yang berani menyamar nama Lui
Kie?" Bocah yang berhadapan dengan salah satu dari Pendekar
Wahid, Kau-sat (Kail Pembunuh) Kau Bun-kek, sama
sekali tidak takut, dia menjawab dengan kata-kata yang
tegas: "Aku Lui Bin! Ayahku tidak bisa datang pada waktunya
karena ada suatu urusan, pertemuan hari ini aku yang
mewakili ayah untuk bertanding."
Kau Bun-kek tercengang sebentar lalu tertawa terbahakbahak dan berkata:
"Ku kira siapa! Ternyata anak saudara Lui Kie, ayahmu
tidak bisa datang! Jadi kau ingin mewakili ayahmu....!!
Ha...ha...ha..." Orang-orang yang berada di pinggir lapangan juga
menjadi gaduh dan berbisik-bisik.
A Bin tegar, dengan suara nyaring berkata:
"Kau menganggap aku tidak pantas untuk mewakili
ayahku?" Tidak hentinya Kau Bun-kek tertawa, tetapi dia
menjawab juga: Dewi KZ 12 "Bagus! Bagus! Ayahnya harimau tidak mungkin
anaknya anjing, ayahnya seorang ksatria. Aku Kau Bun-kek
menerima saudara Lui kecil mewakili ayahnya
berpartisipasi dalam pertemuan ini, tetapi aku tidak mau
menyandang nama yang mengatakan yang besar meng-hina
yang kecil. Sekarang aku menetapkan pada orang-orang
yang menonton, kau boleh menyerangku sebanyak tiga
jurus, jika dalam tiga jurus, kau bisa memaksaku untuk
membalas serangan atau jatuh dari tempat duduk batu ini,
berarti kaulah yang memenang-kan pertandingan ini. Tanda
"Su-ciat-leng" ini boleh kau bawa pulang dan menjadi
pemiliknya selama tiga tahun!"
A Bin mendengar kata Kau Bun-kek, kedua matanya
bersinar sejenak, segera bertanya:
"Apakah kau bisa dipercaya" Jangan asal berkata tapi
tidak ada buktinya!"
Kau Bun-kek tetap tertawa, dan berkata dengan tegas:
"Aku bicara di hadapan umum, mana bisa tidak
menepati janji, silakan keluarkan jurusmu!"
A Bin menenangkan pikiran sejenak lalu mengeluarkan
sebuah golok dari pinggangnya, golok itu dibuatkan oleh
ayahnya menyerupai golok halilintarnya, gagang golok itu
terbuat dari urat badak, bisa bengkok bisa juga lurus, hingga
leluasa menggunakannya. Begitu "golok halilintarnya" muncul, jantung Kau Bunkek bergetar juga, mukanya berobah warna, dia meneliti
golok yang dipegang A Bin, golok itu tampak lebih kecil
dari kepunyaan ayahnya Lui-to-cai-thian, semangatnya
segera pulih, seperti tidak ragu-ragu lagi, dengan suara
nyaring dia berkata: "Lui kecil, ayo keluarkan jurusmu!"
Dewi KZ 13 Perkataannya belum habis, sinar mata Kau Bun-kek
terlihat bayangan cahaya warna merah, ternyata A Bin
telah menyerang, Golok Halilintar nya bergerak dengan
jurus "Kuang-su-gu-touw" atau (sinar menyo-rot kerbau
menubruk), pita merah pada goloknya ikut bergerak.
Golok bergoyang, menciptakan tiga kuntum bunga yang
menarik sekali, dan ujung lancip golok di dalamnya,
menyerang tubuh Kau Bun-kek.
Jurus itu mempunyai perobahan aneh, tujuannya sangat
mematikan, berupa jurus dalam jurus, jurus aneh yang
bersambung terus dengan jurus intinya.
Kau Bun-kek dengan suara tertawa bagaikan lonceng
besar, tubuhnya dengan cepat di geser sedikit kekanan,
Kau-sat yang beratnya sepuluh kati yang digantung
dipundak kiri ditaruh kedepan dadanya.
"Trang, trang" dua suara nyaring itu adalah benturan
serangan tiga serangan beruntum golok A Bin yang
berbenturan dengan Kau-sat, sisa satu serangan, sudah
menuju dada Kau Bun-kek. Kejadian itu membuat orang-orang dunia persilatan
dalam hati terperanjat, biarpun A Bin masih seorang bocah,
tetapi dia telah menguasai inti sari ilmu " Golok Halilintar",
kalau saja tenaga dalamnya sudah cukup, dia sudah pantas
berada di deretan jago kelas satu di dunia persilatan.
Serangan golok yang menuju dada Kau Bun-kek, dapat
dihindari olehnya dengan menarik nafas mengempiskan
dada sambil goyang pinggang.
Begitu serangan tidak berhasil, tanpa ragu-ragu A Bin
memutar golok, dan ditujukan ke bawah, merobah tusukan
menjadi sabetan, jurus Thian-bun-sau-swat (Menyapu salju
Dewi KZ 14 di pintu langit) dilancarkan menyerang bagian tengah tubuh
musuhnya. Kau Bun-kek betul-betul punya kepandaian yang hebat,
dengan cepat dia menjatuhkan diri ke sebelah kiri,
bersamaan itu kaki kanannya diayunkan, jelas dalam
keadaan menyelamatkan diri, dia bermaksud menyimpan
serangan balik pada lawannya, agar lawan menghindar,
bersamaan waktunya satu tangan kirinya bersandar di batu
duduk itu. Ternyata A Bin betul-betul menghindar tendangannya,
sambil merobah laju goloknya ke arah tenggorokan lawan
dengan cepat. Tetapi Kau Bun-kek yang duduk dengan bantuan satu
tangan kiri bersandar di batu, cepat tubuhnya bergoyang,
dengan beruntung menghindar jurus itu.
Sepertinya bila tidak menggunakan jurus itu, dalam
hitungan detik tenggorokannya pasti akan berlobang, betulbetul sangat menegangkan, ternyata Kau Bun-kek bisa
menghindar dengan leluasa dan sempurna.
Tetapi, A Bin yang punya otak brilian, setelah serangan
pertamanya tidak berhasil, dia telah menyadari bila ingin
mengalahkan Kau Bun-kek dalam tiga jurus, dia harus
mengeluarkan jurus aneh, maka dalam jurus kedua, dia
memberi kesempatan Kau Bun-kek menyombongkan diri,
agar dia merasa betul-betul merasa hebat, dan tertawa riang
beberapa kali. Bersamaan dengan tertawanya A Bin melepaskan Golok
halilintarnya, satu kilatan merah bagaikan terjangan
halilintar meluncur, ini adalah jurus menjinakan musuh
yang sangat hebat dalam jurus Golok halilintar bernama
Tiang-hong-koan-jit (Pelangi menantang matahari).
Dewi KZ 15 Kau Bun-kek sama sekali tidak menyangka jurus Golok
halilintar A Bin begitu cepat, baru saja dia melihat, Golok
halilintar tersebut sudah berada didepan tubuh.
Sebagai salah satu empat pendekar wahid, bila Kau Bunkek gentar terhadap serangan A Bin, tentu sangat
memalukan, perbandingan tenaga dalam dan tingkatan
ilmunya tidak bisa diukur jauhnya, bila dia menggunakan
ilmu kebalnya yang sempurna, golok terbang yang menusuk
tubuhnya pun tidak akan berakibat apa-apa.
Tetapi dengan kedudukan Kau Bun-kek yang tinggi, bila
dia sampai terkena ujung golok A Bin, meski hanya ujung
bajunya, otomatis dia harus mengaku kalah, gara-gara dia
tadi terlalu sombong mengucapkan kata-kata, jadi dia tidak
boleh melayang menghindar atau membalas serangan.
Dalam keadaan terdesak, niat jahatnya mendadak
timbul, angin telapak tangannya mendadak keluar, bukan
saja dia telah memukul Golok halilintar sampai jatuh
kebawah, dia juga mengerahkan tenaga penuh menghadang
A Bin, dan bila A Bin sampai terkena, dia segera akan mati
ditempat itu juga. Biarpun Kau Bun-kek punya niat jahat, tetapi tidak lupa
matanya menatap orang-orang disekeliling-nya, mata
orang-orang yang menaruh cemoohan itu membuat dia
merobah niatnya, dia menyimpan kembali tenaga
dalamnya, dengan tertawa berkata:
"Ternyata keponakanku adalah anak muda yang
mengagumkan, masa depannya tentu sangat cerah, aku Kau
Bun-kek bila telah membuat janji, mana boleh
melangarnya, jurus telapak tangan ini hanya menguji
keberanianmu saja!" Habis bicara, Kau Bun-kek segera menyerahkan tanda
Su-ciat-leng ke tangan A Bin.
Dewi KZ 16 A Bin segera menyimpan tanda Su-ciat-leng, tanpa


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuang waktu lagi dia segera berjalan pulang.
0-0dw0-0 Ban-li-san (Pegunungan selaksa) sangat luas, A Bin harus
menempuh perjalanan selama dua hari baru bisa keluar dari
lingkup pegunungan ini, dan pada malam kedua, hujan
turun dengan deras. Kilat dan halilintar saling bersahutan, begitu hujan deras
baru turun, karena A Bin tergesa-gesa berlari mengejar
waktu, dia tersasar salah masuk ke daerah Lembah iblis,
baru saja sampai di pinggir lembah itu, mendadak terdengar
suara seperti langit runtuh bumi retak, batu-batuan seperti
bukit kecil berterbangan dan menggelinding mendatanginya. Dalam keadaan yang sangat keritis ini, tanpa pikir
panjang, A Bin terpaksa meloncat ke bawah lembah.
Baru saja dia turun, batu tersebut sudah melewati
kepalanya, menggelinding terjun ke dasar lembah, terdengar
suara keras "Bruk", suaranya membuat gema di antara
gunung dan lembah, A Bin baru mengetahui bahwa
Lembah iblis ini sangat dalam, jika dia jatuh meski tidak
remuk oleh batu besar itu, dia akan hancur lebur juga jatuh
kebawah dasar lembah. Belum hilang rasa terkejutnya, tubuhnya yang sedang
melesat ke bawah mendadak pinggangnya terasa dirangkul
oleh sebuah tangan raksasa, rangkulannya terasa kencang
sekali, A Bin terkejut, rohnya seperti keluar dari batoknya,
dia berpikir tangan iblis dari mana ini"
Setelah tenang pikirannya, dia melihat sekeliling-nya dan
tertawa sendiri, ternyata tubuhnya persis jatuh ke dalam
Dewi KZ 17 keranjang pohon tua rotan yang tumbuh di celah batu
gunung. Setelah istirahat sejenak, A Bin baru meloncat keluar dari
keranjang rotan itu, dia mendarat di atas batu yang paling
dekat............ 0-0dw0-0 Dalam goa itu ingatan A Bin kembali sadar dalam
kejadian sebelumnya, timbul pertanyaan dalam hatinya,
apakah jatuhnya batu seperti gunung kecil itu kejadian
alamiah, atau ada orang sengaja mencelakakan dirinya.
Dengan bingung, A Bin melihat satu titik terang yang
timbul dari dalam hati, tergerak rasa ingin tahunya, A Bin
memegang Golok halilintarnya, berjalan masuk kedalam
gua. Makin dalam masuk, tubuhnya makin merasa dingin,
tetapi tercium oleh hidungnya bau wangi yang
menyegarkan, segera rasa lelahnya pulih dan laparnya
menghilang, hanya hawa dingin yang menusuk tulang yang
susah di hindari. A Bin yang tertarik oleh bau wangi itu, tanpa hiraukan
hawa dingin yang menusuk tubuh, berjalan dengan langkah
tegak, sinar itu makin terang, dan hawa di dalam goa makin
dingin lagi. Kira-kira satu jam lamanya, pemandangan dalam goa
sudah terlihat dengan jelas, hati A Bin terperanjat dan
gerakan kakinya segera berhenti.
Matanya sudah bisa melihat semuanya, ada setumpukan
bunga-bunga dan rumput yang tampak asing baginya, di
lantai tidak ada tanah sedikit pun, bunga dan rumput itu
Dewi KZ 18 tumbuh diatas batu yang putih bagaikan salju, dan bau
wangi yang menyegarkan keluar dari bunga dan rumput itu.
Keadaan dalam gua sangat lebar, kira-kira seratus meter
persegi, di tengah tumpukan bunga dan rumput berdiri tiga
buah tempat duduk dari batu ukir, masing-masing setinggi
satu tombak lebarnya lima kaki.
Batu duduk itu terukir gumpalan awan, dilihat sepintas
persis sebuah awan putih, dan di atasnya terdapat orang tua
yang sedang duduk, janggutnya panjang hingga mencapai
perut, kedua matanya tertutup, penampilan mereka sangat
agung. Ketiga orang tua itu bulu rambut dan jambang-nya
semua sudah putih, roman mukanya seperti orang hidup,
tetapi tidak tampak warna darahnya, mereka seperti batu,
dari potongan bajunya, diperkirakan mereka adalah orangorang ratusan tahun lalu.
Sinar kecil yang menarik A Bin masuk kedalam, ternyata
keluar dari gumpalan sinar bagaikan embun yang kira-kira
berdiameter satu meter .. .yang melingkari tubuh tiga orang
tua itu. Melihat cahaya yang menerangi gua itu, diperkirakan
ketiga orang tua telah melatih ilmu hingga tingkat tertinggi,
sehingga dalam tubuhnya bisa mengeluarkan lingkaran
sinar yang berbeda dengan sinar lain.
Meski sekitar tempat itu makin dingin, A Bin sangat
tertarik oleh pemandangan aneh dan orang aneh, dia hanya
bersin karena kedinginan, tapi tidak menghiraukan tubuh
yang menggigil. Dengan teliti dia memandang ketiga orang tua itu,
ternyata warna kulit muda, rambut dan godeknya, model
bajunya sama semua seperti orang yang bisa ilmu
Dewi KZ 19 memisahkan tubuh, bersamaan waktu menjadi tiga orang
persis dirinya, A Bin makin tercengang.
Tergerak oleh rasa ingin tahu, A Bin mendekat hingga
satu kaki terasa orang tua itu tidak mati dalam bertapa,
masih seperti orang hidup, timbul keinginannya agar orang
tua itu membuka mata melihatnya.
A Bin merasa telah melanggar tempat tinggal orang,
timbul rasa menyesal dan ingin keluar secepat-nya.
Mendadak jengot panjang warna putih orang tua yang
duduk di bagian kiri bergerak tanpa ada angin, A Bin
terkejut sekali, rasa takut dan gemetar makin ber-tambah,
dia segera ingin mengangkat kaki mundur dari tempat itu,
cepat berlari. Ternyata kedua kaki dari sebatas dengkul ke bawah jari
kaki telah beku, sama sekali tidak mau diperintah lagi,
bergerak sedikitpun tidak bisa, A Bin terkejut hingga
mukanya menjadi pucat, tidak tahu apa karena terlalu
terkejut membuat kaku kedua kakinya, atau ketiga orang
tua aneh yang bertapa itu mempunyai ilmu hitam
menguasainya" Atau karena hawa dingin dalam gua yang
membekukan kakinya" Dalam kebingungan, A Bin hanya ingin menggunakan
kedua tangannya meraba kedua kaki yang membeku,
ternyata kedua tangannya seperti kakinya, tidak dapat
digerakkan juga. Dia mencoba menggerakan kepalanya, tapi juga tidak
bisa bergerak sedikit pun, A Bin tambah terkejut bukan
main, tanpa sadar membuka mulut ingin berteriak dan yang
membuat dia tambah putus asa adalah meskipun sudah
sekuat tenaga ingin berteriak sekeras-kerasnya, tetapi tidak
ada suara yang keluar dari mulutnya, apa suaranya juga
ikut membeku. Dewi KZ 20 Pukulan dahsyat ini membuat kesadaran, kecerdasan A
Bin jadi hilang, dia bagaikan patung batu yang membeku
berdiri di tempat, jiwa dan raganya semuanya membeku,
seperti batu peninggalan sejarah.
A Bin sama sekali tidak bisa bergerak, hanya melalui
sepasang matanya dia bisa melirik tiga orang tua yang
duduk di batu seperti awan. Dia berpikir apa mereka juga
seperti dia sendiri, membeku juga"
Setelah melihat beberapa detik, A Bin pun tidak
mendapatkan jawaban, dalam keadaan linglung dia melihat
sepintas kulit mata orang tua yang duduk di tengah
bergerak-gerak. A Bin terkejut bercampur senang, matanya
memperhatikan kedua mata orang tua itu. Betul juga, orang
tua yang duduk di tengah setelah kulit matanya di gerakan
sebentar, pelan-pelan membuka matanya, seperti seorang
yang sudah tertidur panjang baru melek matanya.
Setelah terbuka matanya, sinar matanya yang berwarna
aneh dengan pandangan dingin seperti es melihat muka A
Bin. Sejenak kemudian, dua orang tua yang duduk di kiri
kananpun membuka kedua matanya, juga dengan
pandangan dingin seperti es melihat A Bin.
Tiga sorot pandangan yang menatap muka A Bin, lebih
dingin dari dinginnya gua itu, membuat tubuh A Bin
gemetaran. Tiga orang aneh biarpun orang hidup, selain enam
matanya yang mempunyai warna aneh, tubuhnya sama
sekali tidak bereaksi, seperti patung batu yang diukir.
Dewi KZ 21 A Bin ingin bicara tapi suaranya tidak bisa keluar, hanya
membalas pandangan mereka, ingin mengetahui tiga orang
tua itu bagaimana menghukum-nya"
Kedua belah pihak berpandangan beberapa detik, baru
terdengar suara yang tidak menandakan senang atau marah,
keluar dari mulut orang tua yang duduk dikiri, dengan
dingin berkata: "Sayang, kita bertiga yang sudah memupuk ilmu yang
selama Ji-kah-cu (dua kali enam puluh tahun), telah
terganggu oleh bocah yang tidak tahu apa-apa, bagaimana
pun membuat kita sedih sekali!"
Mendengar kata-kata yang bernada penuh jengkel dan
kehilangan, seperti mewakili orang lain, tanpa perasaan
senang atau marah, tidak ada nada tinggi, kata-katanya
dingin seperti es, mulutnya pun tidak gerak.
A Bin makin takut bercampur perasaan terkejut, kagum,
mendengar perkataan itu, suara yang keluar dari mulut
yang tidak bergerak menandakan tenaga dalamnya sudah
mencapai tingkat kesempurnaan, sehingga
dapat mengeluarkan perkataan dari dalam perut, istilahnya
"bahasa perut", meskipun para pendekar hebat juga bisa
menguasai ilmu berkata perut tetapi nada yang keluar
bernafas pendek dan cepat, berbeda dengan suara biasa,
tidak seperti yang dikatakan orang tua yang duduk dikiri
itu, perkataannya tidak tergesa-gesa dan santai, ini
merupakan hal yang menakjubkan, belum pernah ada cerita
ini sebelumnya. Kata yang diutarakan orang tua yang duduk di sebelah
kiri, membuat A Bin lebih terperanjat, bila betul bertiga
saudara ini sudah menghabiskan waktu dua kali 60 tahun,
berarti umur mereka lebih dari seratus dua puluh tahun"
Dewi KZ 22 Yang membuat A Bin risau adalah, bila betul kata orang
tua itu, berarti A Bin telah merusak latihan mereka yang
dikumpulkan selama dua kali 60 tahun, sungguh susah di
mengerti oleh orang biasa. Sejak masuk ke gua, satu rumput
satu batu pun belum pernah digeser, batuk pun tidak,
bagaimana A Bin yang masuk tidak mengganggu mereka,
dikatakan telah merusak latihan mereka"
Pikiran A Bin belum habis, terdengar orang tua yang
duduk di sebelah kanan berkata dengan perkataan perut
yang tanpa perasaan: "Berlatih dengan susah selama dua kali 60 tahun, masih
susah menebus dosa yang dulu! Tuhan terlalu kejam buat
kita tiga bersaudara, kalau tahu akhirnya begini, buat apa
kita datang ke Lembah iblis, tersiksa oleh suasana dingin
selama ratusan tahun, bukankah kita masih bisa menikmati
hidup senang di Siau-yau-kiong selama puluhan tahun."
Walau A Bin tidak tahu dimana letaknya Siau-yaukiong, tetapi dari ucapan orang tua yang duduk di sebelah
kanan itu, dia bisa mendapat sedikit perkiraan, dia
menduga, ketiga orang tua aneh ini telah banyak berbuat
dosa di masa lalu, kemudiaan insaf, dan datang ke gua
lembab di Lembah Iblis ini, berusaha mencari pencerahan
dan menahan siksaan dalam suasana dingin, juga melatih
kepandaian mencari kesempurnaan hidup.
Terdengar kata-kata dari perut orang tua yang duduk di
tengah: "Jite! Samte! Ternyata latihan kalian yang susah selama
Ji-kah-cu (dua kali 60 tahun), masih belum menghilangkan
rasa marah dan rasa jengkel kalian, ini membuktikan
menjadi dewa itu sangat susah. Menurut aku, meskipun
anak ini tidak melanggar masuk, kita bersaudara pun juga
susah mendapatkan buah emas yang murni dari latihan,
Dewi KZ 23 apakah benar kedatangan anak ini pun takdir kita, kalau
benar kita harus rela menerima nasib kita!"
Perkataan perut orang tua di tengah, sama seperti dua
orang tua yang lain, tanpa perasaan, tanpa nada, tetapi
didengar oleh A Bin kata-katanya penuh welas asih dan
damai, berbeda jauh dengan kedua orang tua yang lain,
hampir bersamaan kedua orang tua di sebelah kiri dan
kanan bertkata: "Apa maksud perkataan Toako?"
Orang tua yang duduk di tengah berkata dengan tenang:
"Kalian pasti tahu maksud melatih ilmu supaya
mendapat buah emas, jangan bicara yang lain dulu, pokok
utama yang harus di taati, adalah putuskan tujuh macam
perasaan, membatasi enam nafsu, selama 120 tahun kita
berlatih menjernihkan pikiran, menjauhkan hawa nafsu,
hidup seperti kura-kura, menolak ratusan godaan,
sebetulnya terlalu memasakan diri, betul-betul belum bisa
mencapai taraf bisa melupakan diri, ini bisa di lihat dari
kedatangan anak ini, perasaan jengkel dan marah adik
berdua segera timbul, membuktikan kata-kataku tidak salah,


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bila kita memaksa menahan diri, jangan kata kita bertiga
hanya berlatih dua kali 60 tahun, di beri waktu dua belas
kali 60 tahun pun akan sia-sia."
Perkataan yang diucapkan orang tua di tengah itu
membuat dua orang tua di kiri dan kanan merasa malu,
mereka diam saja. A Bin pun yang di pinggir mendengarkan
kata-katanya, sdikit mengerti juga ter-hadap arti katakatanya. Dalam hati dalamnya timbul rasa hormat yang
tinggi! Orang tua yang duduk di kanan sepertinya ada hal yang
mengganjel, dia bertanya:
Dewi KZ 24 "Perkataan toako sangat masuk akal, kami sebagai adik
sangat malu tidak bisa berpikir demikian, tetapi toako
bilang, kedatangan anak ini sebagai takdir kita, apa ini
pikiran yang dipaksakan!"
Sambil menutup matanya sebentar, lalu dia menghela
nafas sekali, orang tua tengah itu berkata:
"Pertanyaan Jite, terlihat perasaan tidak ikhlas-nya
belum sirna, bukan saja menyesali orang, juga menyesali
Tuhan, kalian kira perkataanku tentang takdir itu hanya
kata-kata yang menghibur kalian" Faktanya mengatakan
bukan, apa kau lupa, sebelum datang ke Lembah iblis kita
telah mempersiapkan diri berapa lama, membawa berapa
banyak alat untuk menjaga diri, baru bisa melewati
rintangan puluhan ribu binatang berbisa, ular beracun,
lumut yang penuh kalajengking beracun, baru bisa selamat
sampai di gua ini, coba kita bayangkan anak ini, dia tidak
mempunyai ilmu satu persen dari sepuluh persen ilmu kita
pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi tidak dia terluka
sedikitpun........."
Belum habis kata-katanya, orang tua yang di sebelah kiri
merasa tidak puas dengan kata-kata itu, dia memotong
perkataan Toako nya dan berkata:
"Apa anehnya, dia kebetulan mendapat kesempatan saat
turunnya hujan besar setelah hari raya Pe Cun, sehingga
menghilangkan racun-racun yang gentayangan di luar
lembah, dan saat ratusan binatang berbisa menghindar,
kesempatan baik itu menguntungkan anak ini hingga tidak
terluka oleh ular berbisa saat melewati lembah lumut,
apakah ini dinamakan takdir?"
Orang tua di tengah berkata dengan tenang: "Samte, kau
bilang anak ini kebetulan mendapatkan kesempatan" Aku
tanya, dalam waktu seratus tahun setelah kita bertiga masuk
Dewi KZ 25 ke dalam Gua iblis ini, ada berapa orang yang jatuh ke
lembah ini dan tidak mati, dan ada berapa orang yang
berani merayap masuk ke gua ini dalam kegelapan, dan ada
berapa orang yang menemukan tiga kesempatan dalam
kurun waktu ratusan tahun, begitu kebetulan mendapatkan
kesempatan yang sempurna itu, apakah ini bukan takdir"
Apakah kau mesti tahu dulu takdir, baru mau mengakui?"
Kata orang tua yang ditengah itu membuat kedua orang
tua di sebelah kiri dan kanan menjadi bungkam, diam tidak
bisa menjawab. Orang tua yang di tengah memandang A Bin dengan
seksama, dengan nada kasihan berkata:
"Sayang anak ini, bila dinilai dari kecerdasan dan bakat
sejak lahir, dialah bibit unggul dalam ribuan orang! Susah
dicari!" Ketiga orang tua itu telah melepas kekangan emosinya,
nada bicaranya sudah tidak sedingin waktu pertama.
Orang tua yang duduk disebelah kiri memotong:
"Betul! Anak ini mempunyai dasar tubuh sifat jantan,
bila aliran es yang dingin itu masuk keparu-parunya, tidak
lebih dari dua belas jam, darahnya akan membeku dan
mati!" A Bin mendengar kata-kata itu, seperti terkena geledek,
dia berkata dalam hati, 'Ampun, dua kali selamat dalam
kecelakaan, masih tidak luput dalam takdir kecelakaan
ketiga! Orang tua di tengah itu merubah roman muka-nya yang
kaku, timbul tawanya, dan dengan ramah berkata pada A
Bin: Dewi KZ 26 "Hai Bocah, jangan risau, nyawa kecilmu akan
kuselamatkan, yang aku bicarakan sayang itu adalah
menolong nyawamu, kau mesti belajar dengan tekun ilmu
kami yang berbeda dari aliran ilmu silat umum, setelah aku
belajar dan mencapai hasil buah emas, baru tahu ilmu kami
berbeda dari jalur resmi, melihat bakat dan tubuhmu, yang
masih murni aku merasa sayang!"
A Bin merasa aneh, ketiga orang tua tersebut entah
datang dari mana, kelihatan bukan orang jahat, kenapa
mereka belajar ilmu yang menyimpang.
Orang tua duduk di sebelah kanan bisa melihat jalan
pikiran A Bin, dia ikut berkata:
"Bocah! Kau mungkin ingin tahu riwayat kita tiga
bersaudara! Ketahuilah Toako kami namanya Tiong Ki-cu,
aku bernama Yu-siau-yau-cu, Samte bernama Co-siau-yaucu, seratus tahun lalu di gunung Bu-san kami adalah
pemilik Siau-yau-kiong, di kalangan dunia persilatan kami
mendapat julukan Sam-lo Siau-yau-cu. Biarpun berlatih
ilmu sesat, tetapi tidak berbuat yang tidak diperkenankan
oleh alam (membunuh), wanita-wanita yang telah
membantu menyempurnakan ilmu kita, juga mendapat
imbalan obat mujarab untuk pemulihan.................."
Orang tua di sebelah kiri juga terkenang pada
kejayaannya di masa lalu, dia berkata:
"Kita bersaudara biarpun belajar ilmu sesat, tetapi pada
masanya mempunyai kedudukan terhormat di dunia
persilatan, begitu orang menyebut Sam-lo Siau-yau-cu,
semua akan merasa kagum dan segan.............."
Biarpun A Bin masih kanak-kanak, tetapi dia sudah
banyak membaca buku, pengetahuannya sangat luas, dia
mendengar perkataan orang tua yang di sebelah kiri dengan
sangat terperanjat, pikirnya, dia bukan seorang yang takut
Dewi KZ 27 mati, jadi tidak boleh belajar ilmu sesat yang di luar dari
jalur aturan dunia persilatan.
Pandangan mata Tiong Ki-cu yang tajam, melihat
dengan nada kagum dan tersenyum:
"Bocah! tekadmu yang tidak takut mati dapat di puji,
tetapi kau jangan kuatir, kau tidak perlu belajar ilmu yang
harus di bantu perempuan, hanya karena paru-parumu telah
terserang oleh hawa dingin es, sehingga harus
menggunakan ilmu yang kukuasai, baru bisa menghilangkan hawa dingin dalam paru-parumu, tetapi kau
harus rajin belajar. Setelah beberapa tahun, dengan tenaga dalam dan ilmu
silat kami, baru bisa menyelamatkan nyawamu dan hidup
terus, biarpun kau tidak belajar ilmu sesat, itu tidak jadi
masalah, karena ilmu silat hanyalah alat untuk membantu
orang susah dan beramal, asal digunakan dengan tujuan
baik ilmu sesat juga tidak menjadi masalah!"
Habis bicara, tidak menghiraukan A Bin yang masih
menolak, tangan kanannya di angkat dengan perlahan,
lengan jubahnya menggembung, sebuah hisapan yang kuat
mengenai tubuh A Bin, A Bin seperti berada dalam pusaran
raksasa di lautan luas, dia tidak dapat menguasai diri lagi,
kepalanya terasa tidak ada ingatan, membubung keatas,
setelah tenang pikirannya, dia baru tahu bahwa dirinya
sedang tidur telentang di depan Tiong Ki-cu.
Tiong Ki-cu membungkukkan kepala dengan suara halus
dan muka serius berkata: "Kau harus menahan siksaan aliran darah yang
berlawanan arah, aku akan menyalurkan "Ciat-im-sam-kekceng-kie" melalui urat darah, (Dasar pernapasan murni tiga
inti negatif) baru bisa menghilangkan hawa es di dalam
tubuhmu, sesudah tiga bulan tubuhmu akan mengalami
Dewi KZ 28 perobahan besar, meski tidak bisa dikatakan berganti tulang
berobah urat, cuci bulu dan sumsumnya, tetapi dasar tenaga
dalammu sudah maju jauh dari pada hari ini!"
Habis bicara, tanpa menunggu lama, dia segera
mengangkat telapak tangan kanannya memukul kepala A
Bin . A Bin hanya merasakan terpaan angin kencang
mengurung kepalanya, persis di atas pusat jalan darah
pokok, tubuhnya tergetar sejenak, terus tidak sadarkan diri.
Seperti dalam alam mimpi, dia merasa tubuhnya jatuh
dari puncak gunung pada ketinggian ribuan tombak ke
bawah, organ dalam tubuhnya seperti ditarik oleh tenaga
magnit ke atas, semua pori-pori jalan darah di bagian
pergelangan, seperti dilonggarkan oleh orang, dan ribuan
rayap atau semut masuk ke dalam pori-pori, bergerak
merayap, terasa tulangnya lemas uratnya kendor, sangat
tersiksa sekali. Beberapa kali dia ingin membuka mulut berteriak, tetapi
tenggorokannya seperti tidak men-dengar perintah, meski
berusaha sekuat tenaga pun, dia tidak bisa mengeluarkan
suara. Dan bersamaan itu darah dalam tubuhnya, mulai
mengalir terbalik arah, walaupun berusaha membuka
matanya, tetapi hanya ada bayangan buram, apapun tidak
jelas. Entah berapa lama, rasa sakit mulai menghilang
begitu pula dengan pegalnya tulang dan urat, semangatnya
juga pulih, pemandangan di depan mata jelas terlihat.
A Bin melihat Tiong Ki-cu sedang memejamkan mata,
kepalanya sedikit turun, berdiam seperti seorang tua
melupakan segalanya. Dewi KZ 29 Setelah istirahat beberapa detik, Tiong Ki-cu membuka
matanya, dengan pelan-pelan berkata:
"Bocah! Darah mengalir terbalik sesungguhnya sangat
menderita, jadi kau harus kuat menahan rasa sakit, kau
ingat pepatah mengatakan, "Bisa makan pahit di atas pahit,
baru bisa jadi orang di atas orang." (orang yang tahan uji,
baru bisa jadi orang sukses)"
A Bin tidak bisa bicara, dan tidak bisa menggoyangkan
kepala tanda memgerti tetapi kedua matanya terpancar
sinar keteguhan. Tiong Ki-cu tertawa sejenak, berkata lagi:
"Sekarang aku akan menotok tiga pusat jalan darahmu,
menyalurkan "Ciat-im-sam-kek-ceng-kie" ke dalam jalan
darahmu" Habis bicara, dengan cepat dia menyodorkan tangan
kurus yang dingin, menangkap pergelangan tangan A Bin,
A Bin merasakan tangan kurus itu seperti gelang besi,
seluruh tubuhnya langsung kram, jalan darahnya mengalir
terbalik ke organ dalam tubuhnya.
Dalam hitungan detik, terasa pusat jalan darah di depan
dadanya telah di totok oleh Tiong Ki-cu beberapa kali.
A Bin merasakan kesal yang sangat dalam, dada-nya
seperti ingin pecah. Kurang lebih setengah jam seluruh
tubuhnya seperti dalam kuali air mendidih, terbakar sampai
luka. ' Terdengar dalam kuping suara Tiong Ki-cu:
"Detik ini tubuhmu bagaikan terbakar, karena sifat positif
dalam tubuhmu beradu dengan Ciat-im-sam-kek-ceng-kie
yang aku salurkan, biar aku memijat agar sebagian jalan
darahmu bisa menyesuaikan ilmu liar ini menuju kebaikan."
Dewi KZ 30 A Bin merasakan sepasang tangan Tiong Ki-cu tidak
berhenti menekan memijat seluruh jalan darah pentingnya
hingga ke seluruh tubuh. Perasaan membara dalam tubuhnya mulai hilang,
berganti dengan rasa dingin yang makin berat.
Segumpal arus dingin yang masuk ke dalam tubuh,
membuat jantungnya terasa beku, lebih sakit dari pada arus
panas yang tadi masuk, A Bin menggigil hingga kedua garis
giginya beradu kencang, dia ber-tahan terus.
Kecepatan dua telapak tangan Tiong Ki-cu bertambah,
dia menyentuh ke seluruh tubuh A Bin, setengah jam
kemudian rasa dingin makin hilang, A Bin mendapatkan
pusat jalan darah yang di pijat, aliran darah dan nafasnya
pun hilang sama sekali. Kerisauan dalam hatinya pun hilang, dari tegang menuju
tenang, tidak terasa A Bin tertidur nyenyak.
0-0dw0-0 Waktu cepat lalu, sesudah melewati waktu lama, dalam
gua yang dingin tidak ada siang dan malam, tidak bisa
membedakan hari, tapi perkiraan A Bin sudah ada beberapa
bulan lamanya. Kebanyakan waktu itu, A Bin berada dalam keadaan
setengah pingsan, hanya pada waktu di pijat oleh Tiong Kicu baru sadar, walaupun masih ada rasa sakit karena dingin
dan darah mengalir terbalik, tetapi makin hari terasa makin
ringan, jalan darah rubuhnya pun sudah mulai
menyesuaikan perobahan yang berlawanan dengan biologi
manusia umumnya, yang di buat oleh aliran ilmu sesat, tapi
ada sesuatu hal yang aneh terjadi dalam jangka waktu
panjang, Dewi KZ 31 A Bin tidak pernah makan dan minum sedikit-pun, tapi
tidak terasa lapar. Pada suatu hari, A Bin terbangun dari tidurnya, Tiong
Ki-cu mendadak berkata: "Langkah pertama ilmu ini telah selesai dengan
sempurna, sebentar lagi, aku akan menggunakan ilmu
rahasia dari aliran Tok-wan-tay-hoat (Cara cepat mencapai


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hasil), memberikan tenaga intisari dari hasil latihanku
selama seratus tahun Han-kie-sin-kang (Tenaga inti hawa
dingin) membantu tenaga dalammu, beberapa hari
kemudian kau harus mengikuti petunjuk yang aku ajarkan,
untuk mengendalikan cara nafas, setengah tahun kemudian
tibalah waktu latihan tenaga dalam, tenaga luar dan ilmu
silat lain!" Mendengar kata-kata Tiong Ki-cu, dua adiknya merasa
terkejut, bersamaan mereka berkata:
"Toako, jangan menggunakan cara itu! Bila kau
menggunakan ilmu Tok-wan-tay-hoat dan memberikan
tenaga mumi yang kau latih selama seratus tahun kepada
anak ini, hawa mumimu akan terkuras sekitar delapan
puluh hingga sembilan puluh persen, nanti bukan saja
umurmu akan berkurang, pun selama sisa hidup harus
terkurung dalam gua ini, tidak bisa keluar gua, dan karena
tidak melihat matahari, kau akan mati!"
Mendengar kata-kata kedua orang tua itu, A Bin merasa
tidak nyaman, dari matanya terlihat maksud menolak dan
gelisah. Tetapi Tiong Ki-cu dengan tegas dan hikmat berkata:
"Putusanku sudah bulat, kalian jangan meng-halangi, kita
bertiga sudah tahu bahwa kita tidak ada harapan lagi
mencapai hasil mendapat buah emas mumi dalam ilmu
silat, maka tidak boleh sayang lagi pada simpanan lama.
Dewi KZ 32 Bila ilmu sesatku telah diturunkan pada anak ini, dan
dipakai untuk berbuat amal pada masyarakyat luas,
bukankah lebih bagus, daripada ikut kita masuk ke liang
kubur!" selanjutnya dia berkata pada A Bin, "bocah, kau
harus mendengarkan pesan, bila tidak, aku bisa terluka, kau
pun tidak mendapat keuntungan, bukankah pengorbananku
menjadi sia-sia!" Selanjutnya dia mendudukan A Bin dengan sikap bersila,
mengajarkan cara melihat ke dalam tubuh, mata
memandang hidung, hidung memandang jantung, dari
pikiran ruwet masuk dalam keheningan, meng-hilangkan
ribuan pikiran yang bersimpang siur.
A Bin tidak bisa menolak, terpaksa menerima
seluruhnya, agar tidak menjadi sia-sia pengorbanan Tiong
Ki-cu, dia menuruti perintah itu, tidak lama dia sudah
mencapai taraf manusia dan langit bersatu, pikirannya
menjadi jernih sekali. Tiong Ki-cu sangat senang, dalam hati dia memuji
kecerdasannya, ilmu mengendalikan dirinya sangat kuat,
kali ini dia pasti berhasil menyalurkan tenaga intinya, maka
dia menjulurkan kedua tangannya, ke atas dan ke bawah
menotok pusat nadi A Bin, diatas kepala "Sin-teng-hiat" dan
di perut "Tiong-ki-hiat"
Menghadapi situasi tegang ini Tiong Ki-cu masih tenang,
tapi kedua orang tua yang di sampingnya Yu-siau-yau-cu
dan Co-siau-yau-cu, malah sangat tegang sekali.
Tiong Ki-cu memusatkan tenaga muminya yang didapat
dari latihan ilmu "Han-kie-sin-kang" selama seratus dua
puluh tahun, dirobah menjadi setitik aliran udara yang
halus, keluar dari kedua jarinya menuju aliran jalan
darahnya. Dewi KZ 33 Dan seperti menahan berat ribuan kilo, Tiong Ki-cu
tampak sangat lelah, tetapi dia tetap harus bertahan untuk
menghindari kegagalan total.
Rambut putih yang panjangnya empat lima inci,
bergoyang tanpa angin, bertebaran diatas batu berukiran
awan, dan rambutnya yang mengkilat bagaikan perak,
mulai layu dan kusam abu-abu dari ujung hingga setengah,
angin ringan berlalu, setengah rambutnya yang abu-abu itu,
berterbangan jatuh. Tenggorokan A Bin berbunyi, dan tubuhnya jatuh
terlentang ke belakang, Tiong Ki-cu juga mengikuti
merendahkan tubuhnya ke depan, kuku dua jarinya tetap
menotok pada pusat nadi A Bin "Sin-teng-hiat" dan "Tiongki-hiat"
Yu-siau-yau-cu dan Co-siau-yau-cu hanya bisa
mengkhawatirkan, dan mereka tahu, Tiong Ki-cu sendiri
yang sudah menentukan, orang lain tidak bisa membantu.
A Bin terlentang di atas batu berukiran awan itu, yang
masuk ke dalam tubuhnya arus yang sangat dingin
bercampur arus yang sangat panas, dan jatuh dalam
bayangan yang mengganggu, A Bin ingat pesan Tiong Kicu, dia tidak menghiraukan.
Tidak lama kemudian, dia telah masuk dalam suasana
yang menakjubkan, tanpa pikiran, tanpa sakit, hanya
kenyamanan, ketenangan. Waktu tanpa ditunggu telah
berlalu..................
Terdengar teriakkan bersama dari mulut Yu-siau-yau-cu
dan Co-siau-yau-cu: "Toako!" Suaranya sangat sedih dan menakutkan, terjadi sesuatu
yang kejadian. Dewi KZ 34 A Bin membuka sepasang matanya, terasa tubuh nya
sangat segar bugar, pandangan matanya melihat dinding
atas gua, lalu melihat sekeliling, dia baru ingat lagi dimana
dia sekarang, dengan menggulingkan tubuh nya, dia
melihat ke samping, mendadak dia terperanjat.
Entah kapan Yu-siau-yau-cu dan Co-siau-yau-cu sudah
meloncat ke tempat duduk Tiong Ki-cu sedang menopang
tubuh Tiong Ki-cu yang telah rontok rambut putihnya,
pandangan matanya tidak bersinar, kulit seluruh tubuhnya
kendur, keadaan tubuhnya sangat loyo.
A Bin tahu, Tiong Ki-cu telah menyalurkan tenaga
murni yang telah dipupuk ratusan tahun ke dalam
tubuhnya, sehingga dia kehilangan seluruh tenaganya,
tubuhnya jadi loyo begitu, biarpun A Bin tidak bisa bicara,
dia segera melipatkan tumitnya dan bersujud di depan
Tiong Ki-cu, menangis tanpa bersuara, sangat sedih.
Yu-siau-yau-cu dan Co-siau-yau-cu meluruskan posisi
duduk Tiong Ki-cu, membantu memijat sejenak, agar Tiong
Ki-cu tertidur dengan tenang, Yu-siau-yau-cu dengan nada
serius berkata pada A Bin:
"Bocah! sebetulnya aku tidak ingin Toakoku
menghamburkan tenaga dalamnya hanya untuk menolongmu, tetapi itu sudah menjadi kenyataan, untuk
tidak menyia-nyiakan pengorbanan Toako, kau harus betulbetul berusaha, agar berhasil pada waktunya!"
Biarpun kata-katanya sangat dingin, tetapi A Bin tahu
betul Yu-siau-yau-cu dan Co-siau-yau-cu adalah orang yang
mengutamakan tali persaudaraan, perkataan nya tidak
mengandung kebencian, dengan sopan A Bin menganggukan kepala. Co-siau-yau-cu berkata juga:
Dewi KZ 35 "Kau jangan menganggap Jiko tidak punya perasaan,
setelah Toako menberikan tenaga dalamnya kepadamu,
kami juga sudah menganggap kau sebagai murid sendiri,
Toako sekarang telah tenang kembali, dan memerlukan
waktu setahun untuk melakukan pemulihan, saat itu, kau
ikuti petunjuk jiko, belajar pernapasan"
Selanjutnya A Bin di bawah petunjuk Yu-siau-yau-cu
dan Co-siau-yau-cu belajar ilmu pernapasan, agar tenaga
murni yang diberikan Tiong Ki-cu, bisa tersimpan dengan
aman, kedua orang tua itu menyuruh A Bin memetik benda
putih yang tumbuh di dinding gua sebagai makanannya,
karena di gua ini tidak ada benda lain yang bisa dimakan.
Kedua latihan ilmu yang sedang dilatih merupakan ilmu
bersifat Im, maka makanan yang bersifat positif dilarang di
makan. 0-0dw0-0 Waktu seperti air mengalir, tidak berasa sudah hampir
satu tahun, Tiong Ki-cu selama ini seperti mayat duduk
bertapa tanpa bergerak. Sedang Yu-siau-yau-cu dan Cosiau-yau-cu sangat sibuk, membimbing A Bin dalam ilmu
pernapasan, kadang kala mereka mengurus Tiong Ki-cu,
setelah satu tahun, karena kecerdasan A Bin, mereka jadi
berobah pandangannya, mereka turut menyayangi A Bin.
A Bin yang telah mendapatkan tenaga murni dari Tiong
Ki-cu, dan belajar tekun ilmu pernapasan, tetapi dia tetap
tidak bisa mengobati suaranya selama setahun, hanya
dengan isyarat tangan dia menggantikan mulut, berbicara
dengan kedua orang tua itu.
A Bin baru tahu mengapa Siau-yau-cu bertiga mencari
tempat terpencil ini dan berlatih tekun selama ratusan
Dewi KZ 36 tahun, bila latihan mereka berhasil, mereka bisa membentuk
tulang dan otot baru, menjadikan tubuhnya seperti emas
yang tidak bisa rusak, membuat prestasinya melebihi orang
purbakala, tetapi karena mereka belajar ilmu sesat, mereka
mesti berlatih di dalam tempat yang sangat dingin dan
sunyi, hingga mereka memilih gua di lembah iblis ini.
Ternyata usaha manusia tidak dapat melawan kehendak
Tuhan, perbuatan yang melangkahi ciptaan Tuhan adalah
sebuah pelanggaran, A Bin yang mempunyai rubuh bersifat
positif telah salah masuk ke gua itu, membuat hasil yang
akan didapat oleh ketiga Siau-yau-cu menjadi gagal, dalam
sekejap impian mencapai ilmu tertinggi menjadi buyar.
Setelah mengetahui seluk beluk mereka, A Bin makin
giat belajar agar dirinya berhasil, dan dia bertekad
menemukan cara ajaib dari seluruh dunia, membantu ketiga
Siau-yau-cu berlatih mencapai hasilnya, menebus kesalahan
dulu. Setahun kemudian, Tiong Ki-cu telah melewati masa
yang membeku, seluruh tubuhnya sudah bisa bergerak
dengan leluasa, tetapi ilmu yang dia pelajari selain menahan
dingin dan menahan lapar, yang lain telah hilang semua,
tetapi melihat kemajuan A Bin yang pesat, dia senang
sekali, setiap hari dia memberikan petunjuk, ingin A Bin
belajar lebih sungguh-sungguh.
Tidak terasa beberapa tahun telah lewat, A Bin tumbuh
dengan pesat dari seorang anak kecil, tumbuh menjadi
pemuda yang cakap, tenaga dalamnya juga maju dengan
pesat. Pada suatu hari, ketika A Bin sedang bersemedi
mengatur napas, mendadak dari Tan-tian terasa ada satu
aliran panas yang menjurus ke atas, seperti ingin keluar dari
mulutnya, bagaikan kuda liar lepas kendali, tidak dapat
dikuasai, A Bin terkejut sekali, dia ingin menahan aliran
Dewi KZ 37 panas itu ke bawah tapi tidak berhasil, terasa hawa murni di
Tan-tian makin bergolak, melaju ke atas dada, bagaikan
sungai besar, tanpa berhenti dan susah di bendung, lima
bagian dalam tubuhnya dan jantung seperti di terjang aliran
panas itu, bergoyang tanpa henti.................
Ini adalah gejala bahaya besar bagi seorang yang berlatih
tenaga dalam mencapai kesuksesan sempurna! Bila aliran
panas itu keluar dari mulut, bukan saja latihannya akan
gagal total, fisik orangnya juga akan terluka berat, bisa jadi
lumpuh, yang paling ringan pun akan kehilangan ilmunya,
latihan berat puluhan tahun pun akan hancur dalam
hitungan detik. A Bin mengetahui bahaya yang dihadapi sangat besar
resikonya, maka dia menggigit bibirnya dengan tenaga
penuh, jangan sampai aliran panasnya keluar mulut, tetapi
dia tidak bisa menahan menguapnya aliran panas tersebut
tanpa berhenti, dia merasakan organ dalam tubuhnya
bergetar dengan keras, ulu hatinya sangat sakit dan
kencang, seperti mau meledak.
Bertahan lagi selama lima belas menit, dia sudah tidak
berdaya, keringat dingin bercucuran di seluruh tubuh.
Di saat yang kritis ini, A Bin merasakan punggung
belakang di bagian jantung dipukul oleh telapak tangan
orang. Terdengar di pinggir kuping, suara Yu-siau-yau-cu
berkata: "A Bin, cepat balikan arah jalannya darah di seluruh
tubuh dan salurkan aliran panas itu ke jalur jalan darah."
A Bin merasa ada satu arus hangat melalui jalan darah
Beng-bun-hiat menuju organ dalam tubuhnya, aliran panas
Dewi KZ 38 yang berkeliaran di dalam dada, langsung dijinakkan oleh
arus hangat yang diberikan dari luar tubuh.
A Bin bernafas pelan-pelan, dia segera membalikan arus
jalan darah dalam tubuhnya, ternyata benar, aliran panas
dari Tan-tian yang naik ke atas, dengan mengalirkan jalan
darah secara terbalik, pelan-pelan kembali menuju jalan
darahnya. Badai jadi tenang kembali, terdengar kata Tiong Ki-cu di
telinga: "A Bin, selamat! Kau telah berhasil dengan sempurna!"
Mata A Bin melirik ke samping, ternyata Yu-siau-yau-cu
sedang duduk bersila di belakangnya, Tiong Ki-cu sudah
pindah duduk di tempat lain, tiga orang tua itu berseri-seri
memandangnya. Co-siau-yau-cu dengan tertawa berkata:
"Aku dan Jiko dalam setengah tahun ini telah
mengetahui kau akan berhasil dengan sempurna pada
waktunya, maka setiap detik menjagamu agar tidak terjadi
hal yang fatal" A Bin merasakan perhatian mereka yang sangat dalam,


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak tertahan timbul rasa harunya, dia membungkukkan
tubuh tanda terima kasih.
Tiong Ki-cu berkata: "Anak bodoh! Jangan berbuat demikian, lebih baik
bicarakan urusan yang lebih penting, ilmu silat, cara
pernafasan, dan tenaga dalamku telah diberikan pada-mu,
sekarang dalam tubuhmu ada hawa Han-kie yang sangat
dingin, kekuatannya sebanding dengan pesilat nomor satu
yang menpunyai dasar tenaga dalam alamiah yang masih
disayangkan adalah tubuhmu yang bersifat positif belum
Dewi KZ 39 bisa menerima ilmu negatif ini hingga mencapai
puncaknya, bila di kemudian hari kau terus berlatih dengan
tekun, saat kau bertarung dengan lawan yang bagaimana
pun hebatnya, dengan hanya memakai telapak dan telunjuk
tangan saja, senjata apa pun tidak ada yang bisa
melukaimu..........."
Mengetahui kesuksesan dirinya demikian besar, A Bin
merasa terharu dan berterima kasih, tidak terasa dia
mencucurkan air mata! Dengan rasa menyesal Tiong Ki-cu yang muka-nya agak
pucat berkata lagi: "Suaramu hilang, karena tubuhmu yang bersifat positif
berlawanan dengan tenaga dalam yang kusalur-kan padamu
yang bersifat negatif, sehingga timbul aliran nafas yang
dingin mengunci tenggorokanmu, agak susah untuk
disembuhkan, tapi bila kau ingin menyembuhkannya,
hanya ada dua cara, yaitu kau harus meningkatkan tenaga
positifmu, caranya adalah dengan ilmu kami mengambil
sari dari lawan jenismu, menggunakan ilmu ini terhadap
wanita jalang yang selalu menggunakan laki-laki sebagai
sumber tenaganya, kau harus menyedot tenaga positifnya
untuk membantu menambah tenaga positifmu, agar tenaga
positif dan negatifnya berimbang, untuk yang satu ini kau
tidak akan mau mempelajarinya, maka keberhasilanmu
sangat susah, selain jalan ini, untuk memulihkan suaramu
supaya sembuh, kau harus meningkatkan tenaga dalammu
setingkat, hingga kepandaianmu setaraf dengan pesilat kelas
satu, satu cara lagi yang merupakan cara paling bagus,
tetapi kalau bukan jodohnya, tidak akan bisa didapatkan,
yaitu kau mesti mendapatkan 3 batang Su-li-kut (tulang
putih dari tosu suci yang sudah dikremasi), tulang putih ini
dari tosu yang telah berilmu Budha ratusan tahun, setelah
tulang putih ini di tumbuk dan abunya di makan, maka
Dewi KZ 40 hawa nafas yang positif dan negatif akan bersatu, hawa ini
seolah-olah mencuci tulang sumsum mengganti bulu tubuh,
meningkatkan tenaga dalam sampai puncak tertinggi, segala
kepintaran dan kecerdasanmu akan berobah meningkat
jauh, dengan pikiran kau bisa menguasai musuhmu, kau
bukan saja menjadi orang paling agung di dunia persilatan,
juga bisa panjang umur, tulang kekar urat berobah, awet
muda. Hanya saja tosu-tosu menganggap aliran sesat kami
tidak sesuai dengan ajaran mereka, maka mereka tidak mau
mempelajarinya supaya bisa umur panjang, padahal buat
mereka tidak perlu waktu seratus tahun mereka sudah bisa
memetik hasilnya. Su-li-kut yang berumur ratusan tahun
susah di dapat, apa lagi yang berwarna putih, dalam seratus
batang tulang jarang menemukan satu batangpun,
sedangkan kau memerlukan tiga batang Su-li-kut putih, jadi
sangat susah sekali mendapatkannya!"
Setelah A Bin mendengarkan penjelasan Tiong Ki-cu, dia
merasakan hasil yang di capai sekarang, buat dia sudah
terlalu banyak, mana berani dia meng-harapkan lebih lagi,
maka dia tidak merasa kecewa.
Yu-siau-yau-cu berkata: dan Co-siau-yau-cu bersama-sama "Pertemuan kita tiga bersaudara dengan kau adalah
jodoh, sekarang Toako tidak bisa meninggalkan gua ini,
kitapun tidak ingin kembali ke dunia ramai dan akan
menghabiskan sisa umurnya disini, kita berdua belajar ilmu
tidak sebanyak Toako, tetapi akan memilih satu dua bagian
yang istimewa untukmu, agar ilmu kami tidak ikut terkubur
di gua ini." Benar saja, kemudian selain A Bin berlatih ilmu yang
diberikan Tiong Ki-cu, jurus-jurus, cara mengendalikan
pikiran, pernafasan. Yu-siau-yau-cu juga mengajarkan A
Dewi KZ 41 Bin ilmu meringankan tubuh, cara menotok, pukulan
telapak tangan, senjata rahasia dan sebagainya.
Dan Co-siau-yau-cu juga mengajarkan ilmu yang dulu
dia pelajari, khusus menyedot sari tenaga positif orang lain,
ilmu ini dinamakan "Ku-yang-na-hoan" (mengambil Yang
memperkuat unsur), semula A Bin tidak mau mempelajari
ilmu ini, tetapi Co-siau-yau-cu beberapa kali memberi
nasihat sambil berkata, di dunia luar banyak sekali orangorang yang bermoral bejat, lebih-lebih A Bin punya dasar
tenaga dalam yang sangat tinggi dan orangnya tampan,
akan mudah sekali tertipu, dengan belajar ilmu ini dia bisa
menjaga diri. Maka di bawah petunjuk Co-siau-yau-cu, A Bin belajar
juga ilmu Ku-yang-na-hoan, karena dia baru meningkat
dewasa, begitu mendengarkan petunjuk guru nya, muka
dan telinganya menjadi merah.
0-0dw0-0 Waktu cepat berlalu, pada suatu hari Tiong Ki-cu dengan
serius berkata pada A Bin:
"Sekarang semua kepandaian kita tiga saudara sudah
diwariskan padamu, selain suaramu yang tidak terobati, kau
telah menguasai ilmu dasar yang paling tangguh, menurut
perkiraanku, sejak kau masuk ke gua ini, sudah enam tahun
lamanya, kebetulan hari ini adalah hari kedua hari raya Pecun, di luar kebetulan sedang hujan dan banyak halilintar,
binatang-binatang beracun sedang menghindar, kau boleh
keluar gua dan mulai mengamalkan kepandaianmu,
sesungguhnya dengan kepandaianmu saat ini, sudah tidak
perlu takut pada binatang beracun, tetapi bila kau keluar
pada jam-jam ini, bisa mengurangi banyak kerepotan,
sekarang tubuhmu telah berobah, setelah terjun ke dunia
Dewi KZ 42 ramai, kau boleh makan dan minum seperti orang biasa
tidak ada masalah, tetapi kau jangan makan dua macam
barang, satu adalah sari ginseng, satu. lagi bubuk mutiara,
jika kedua barang itu termakan, tidak akan terjadi
kerusakan dalam tubuhmu, tetapi akan membuatmu
lumpuh selama satu jam."
Setelah hidup demikian lama dengan ketiga Siau-yau-cu,
A Bin merasa tidak tega untuk meninggalkan mereka. Yusiau-yau-cu dan Co-siau-yau-cu tidak menghiraukan katakata A Bin, Yu-siau-yau-cu mengeluarkan satu bungkusan
di bawah tempat duduknya, termasuk satu stel baju yang
bukan model orang biasa dan satu stel baju dalam, sepatu
kain, memerintahkan A Bin untuk mengganti bajunya yang
sudah kumal. Dan di bekali sedikit emas dan mutiara untuk
biaya perjalanan. Co-siau-yau-cu menjelaskan apa saja yang harus
diperhatikan di kemudian hari, setelah A Bin berlutut
mengucapkan terima kasih, kedua orang tua itu mendorong
A Bin keluar gua agar segera berangkat.
Halilintar bagaikan pelangi, geledek menggetarkan bumi!
0-0dw0-0 Di sebelah kiri mulut jalan Pek-lun, yang menuju Ban-lisan di Kwie-lam, satu-satunya warung arak di kampung
kecil, tidak seperti biasanya, penuh dengan tamu.
Tamu-tamu yang memenuhi warung arak itu, semuanya
pada takut geledek dan halilintar, diperkira-kan akan segera
turun hujan lebat, dan setelah mulut gunung Pek-lun ini,
sejauh dua puluh Li tidak ada tempat untuk berteduh lagi.
Dari pada terkena hujan di perjalanan, lebih baik
Dewi KZ 43 beristirahat sejenak di warung gubuk kampung gersang ini,
sambil menikmati arak dari daerah Kwie-lam.
Tetapi hari ini ada sesuatu yang ganjil, tamu yang datang
bukan pedagang yang biasa lewat, tiap orang itu tubuhnya
tegap, ada yang membawa senjata tajam, melihat sepintas
akan mengetahui mereka adalah orang-orang dunia
persilatan, dan mereka telah melintas Ban-li-san, sepertinya
di gunung itu ada satu perjamuan.
Gubuknya kecil, tapi tempat duduknya banyak, berturutturut masih berdatangan tamu, yang paling mencolok ada
tiga tamu. Yang paling dulu menarik perhatian adalah tamu yang
telah duduk, seorang pemuda berbaju hitam yang matanya
bersinar tajam, tetapi mempunyai muka seperti monyet,
mulutnya lancip, sepasang matanya bersinar seperti api,
persis seperti cerita legenda pendobrak langit, raja monyet
Sun-go-kong. Orang ini umurnya masih muda, tetapi kelihatan sudah
dewasa, segala tindak tanduknya, duduk, minta arak pesan
menu sayur........... Begitu masuk gubuk tersebut, matanya telah memandang
tamu yang duduk di sekelilingnya, seperti ingin mengetahui
apa ada musuhnya, atau teman brengsek. Dia melihat tamu
yang lain memandangnya dengan mata kagum, dalam
hatinya dia merasa senang. Setelah melihat tamu-tamu
sekelilingnya adalah orang-orang biasa dalam dunia
persilatan, maka dengan tingkah angkuh dia duduk sendiri
di meja kosong sambil menikmati arak.
Orang-orang disana ada juga yang mengenalnya, mereka
berbisik pada teman semejanya mengatakan bahwa pemuda
yang berbaju hitam ini adalah pendatang baru di dunia
persilatan, nama aslinya Cia Ma-lek, karena dia adalah
Dewi KZ 44 satu-satunya murid dari pendekar ternama Seng-jiu-pui-suo,
Leng Hau-te. Di belakang orang-orang persilatan
menyebutnya bangsat Cia Ma-lek, gurunya adalah orang
aneh yang suka berkelana, biarpun mempunyai julukan
dewa pencuri di kalangan dunia persilatan, sebetulnya dia
mempunyai harta berlimpah dari nenek moyangnya, jadi
tidak perlu mencuri untuk membiayai hidupnya, ilmu
copetnya hanya untuk membuat malu orang. Bangsat Cia
Ma-lek telah menguasai kurang lebih tujuh puluh persen
ilmu gurunya, tetapi dia licik dan akalnya melebihi
gurunya, sedang untuk ilmu tunggal gurunya, dia tidak
belajar banyak, semua berkat lindungan nama besar
gurunya, akal busuknya banyak dan pintar berkelit, delapan
cara mencuri telah di kuasai dengan sempurna maka orangorang dunia persilatan selalu menaruh curiga bila bertemu
dia. Belum lama Cia Ma-lek duduk, orang aneh kedua masuk
ke gubuk lagi. Orang ini roman muka dan bajunya sangat aneh, musim
panas bulan lima di pegunungan ini, dia malah memakai
jubah putih dari kulit domba, dan bulu kulit dombanya
dipakai terbalik keluar, rambutnya di sanggul seperti
sanggul tosu, memakai sepatu warna putih, berkumis seperti
bulu domba kecil, dan matanya tertutup oleh kaca-mata
hitam. Begitu orang ini muncul, semua orang yang duduk
duluan termasuk Cia Ma-lek, diam diam menghela napas,
mereka tahu dia adalah Hiapkhek ternama yang berjuluk
Piau-bhe-lo-jin (Kakek Jubah kulit kambing), Yo-po-lo-to.
Begitu Yo-po-lo-to masuk, dia tidak melihat tamu-tamu
yang datang duluan, segera dia mencari tempat dan duduk
di tempat yang kosong, lalu memesan arak dan makanan,
dan melahab dengan rakus, sekejab saja telah menghabisi
Dewi KZ 45 sepuluh poci arak Kwie-lam, sepuluh kati daging sapi dan
dua ekor ayam rebus, tapi dia tampak masih belum
kenyang, dia memanggil pelayan untuk tambah sayur dan
arak. Saat mata semua orang memperhatikan orang yang
berjubah kulit domba itu makan besar, diam-diam
menyelinap masuk seorang tamu, setelah tamu-tamu lain
memperhatikannya, dia telah duduk di dekat jendela, dan
pelayan telah mengantarkan arak dan makanan, diam-diam
dia minum arak sendiri. Orang ini tidak terlalu menarik perhatian seperti Yo-polo-to dan Cia Ma-lek. Hanya Cia Ma-lek sangat
memperhatikannya, karena orang ini umurnya lebih kecil,
kira-kira lima belas tahunan, orang ini pakaiannya tidak
aneh seperti Yo-po-lo-to, tetapi modelnya seperti jubah tosu
dan memakai sepatu yang kekecilan, ketika Cia Ma-lek
melihat matanya yang bersinar hijau, dia menduga pasti
orang ini berilmu tinggi, dan mempunyai banyak harta,
identitasnya juga sangat mencurigakan, alasan ketiga bagi
Cia Ma-lek mengawasi pemuda itu karena di waktu pesan
makanan dia tampak sedikit ragu-ragu dan menunjuk ke
meja Cia Ma-lek, ternyata dia memesan makanan yang
sama dengan Cia Ma-lek. Cia Ma-lek merasa curiga, melihat rumah makan ini
biarpun kecil, tetapi tempat duduknya banyak, kenapa anak
muda yang berbaju unik itu hanya menunjuk arah mejanya
dan pesan sayur yang sama, apa sengaja mau mencari
masalah. Bersamaan waktu itu, Yo-po-lo-to telah kenyang, dengan
suara keras dia minta pelayan menunjukan tempat kamar
kecil. Dewi KZ 46 Cia Ma-lek tahu orang tua ini suka mempermain-kan
orang, caranya tidak kalah dengan dia dan gurunya, terangterangan berkata ingin ke kamar kecil, entah mau
mempermainkan siapa. Begitu Yo-po-lo-to pergi ke
belakang dia jadi makin penasaran, setelah melihat sejenak
pada pemuda yang berbaju unik, dia melangkahkan kakinya
ke meja pemuda itu, ingin menyelidiki asal-usulnya.
Pemuda yang berbaju unik itu ternyata adalah A Bin
yang baru keluar dari Gua iblis, setelah mendapat petunjuk


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu-siau-yau-cu, dengan menggunakan ilmu meringankan
tubuh yang tinggi dia melesat keluar, setelah keluar gua dia
langsung menuju mulut gunung Pek-lun.
A Bin juga menghindari hujan dan masuk ke gubuk ini,
dia belum punya pengalaman bagaimana memesan
makanan, karena suaranya hilang dan tidak bisa bicara,
maka dengan terpaksa dia memesan sayur menurut meja
Cia Ma-lek, karena itu mengundang Cia Ma-lek datang ke
mejanya. Cia Ma-lek seperti orang yang kenal lama saja, dia
berdiri di pinggir meja A Bin sambil memberi salam:
"Permisi" dan dengan enaknya dia duduk di bangku meja
A Bin, A Bin tidak tahu apa maksudnya, dan juga tidak bisa
bertanya, hanya bisa membalas salamnya dengan
tersenyum. Dengan penuh percaya diri Cia Ma-lek berkata:
"Adik! Melihat penampilanmu yang lain dengan lain,
pasti adik adalah murid seorang Tay-suhu, apa boleh aku
tahu nama anda dan guru anda, biar kita bisa berkawan."
A Bin risau, dia tidak tahu bagaimana menjawab-nya,
dia juga tidak bisa menberi isyarat.
Dewi KZ 47 Cia Ma-lek mengira A Bin adalah anak ayam yang baru
keluar dari kandangnya, tidak tahu tingginya langit tebalnya
bumi, dan sombongnya melebihi dirinya, dia jadi agak
marah dan berkata: "Aku Cia Ma-lek, guruku adalah Seng-jiu-pui-suo Leng
Hau-te" Cia Ma-lek mengira begitu dia mengatakan diri-nya dari
aliran mana, bila lawannya kurang gaul, tidak tahu nama
besar Cia Ma-lek, paling sedikit pernah mendengar nama
gurunya. Ternyata A Bin hanya memandangnya dan tersenyum
ramah, tidak bereaksi apa pun.
Cia Ma-lek sangat terkejut, dengan pengalaman-nya
menilai orang, hanya dari sinar mata hijau orang muda ini
dia sudah dapat memastikan orang ini dari dunia persilatan,
tidak mungkin tidak tahu nama besar gurunya, dari tingkah
yang tidak menghiraukan, mungkin saja dia orang lebih
penting. Cia Ma-lek sangat pintar memutar otak, dia merobah
sedikit warna mukanya, pelan-pelan dia berdiri dan berkata:
"Saudara sangat dingin terhadapku, apa kau menganggap
aku Cia Ma-lek tidak pantas menjadi sahabatmu!"
A Bin melihat Cia Ma-lek salah paham dan ingin pergi,
dengan perasaan sangat menyesal A Bin meng-gunakan
jarinya tangan menulis di meja:
"Aku Lui Bin! guruku adalah Han-yu-sam-lo"
Ternyata di waktu berangkat, Co-Yu-siau-yau-cu telah
berpesan jangan mengatakan nama Siau-yau-sam-cu, bila
ada yang menanyakan nama gurunya, jawab saja dengan
nama Han-yu-sam-lo. Dewi KZ 48 Cia Ma-lek agak senang dengan jawaban A Bin, dia
duduk kembali dibangku, dengan berkata seperti sudah
berteman lama: "Adik juga turun dari gunung Thian-bun!"
Dia tidak tahu siapa sebetulnya Han-yu-sam-lo, tetapi
melihat penampilan A Bin bukan orang biasa, gurunya pasti
orang hebat. Dengan namanya yang asing itu, ada
kemungkinan mereka orang hebat, makanya dia ingin
bersahabat dengan A Bin. Mendengar nama puncak Thian-bun, A Bin ter-getar
juga hatinya. Dia merenungkan sejenak, biarpun "Su-ciatleng" ada ditangannya, tetapi pertandingan empat senjata
ampuh itu tetap berlangsung, entah ayahnya ikut bertanding
atau tidak, bagaimana menang kalahnya" Dia hanya
menggeleng-gelengkan kepala, tetapi memperlihatkan
wajah rasa ingin tahu. Cia Ma-lek masih belum mengetahui si A Bin tidak bisa
bicara, dia agak curiga kenapa orang ini tidak mau banyak
bicara, karena ingin mengutarakan pendapatnya, dengan
senang dia berkata: "Kau tidak datang ke Thian-bun-hong tidak apa-apa!
Tahun ini seperti tahun sebelumnya, yang menyombongkan
diri hanya Kau Bun-kek seorang, dia berteriak-teriak
sendiri, yang lainnya Lui-to, In-kiam, Giok-kiong, seorang
pun tidak ada yang keluar............
A Bin ingin bertanya, ingin berkata dengan isyarat
tangan, mendadak di mulut gunung terdengar suara kaki
kuda menghampiri warung arak
Terlihat mereka berenam naik kuda, masing-masing
memakai baju jago silat, mukanya bengis, tampak dari
kalangan persilatan. Dewi KZ 49 Di depan warung arak, mereka bersamaan meloncat
turun dari punggung kudanya, dengan angkuh masuk ke
dalam warung, kedua belas matanya melirik tamu-tamu
disekeliling warung, penampilannya sangat angkuh.
Peminpinnya seorang yang mukanya agak gelap,
jengotnya berdiri, hidung seperti macan, bermulut besar, dia
seperti mencari sesuatu tapi tidak menemukan, dengan agak
jengkel berteriak: "Mana majikannya?"
Pelayan warung sudah mengetahui bahwa enam orang
ini bukan orang baik-baik, maka tidak berani berlambatlambat, dengan cepat dia menghanpiri.
Orang yang mukanya agak gelap itu berkata:
"Di warung ini apa sudah datang seorang pemuda
berbaju hitam yang mukanya seperti monyet!"
Setelah mendengar suara gertakan itu pelayan warung
berkata: "Ada! Ada! Ada!" sambil menunjuk meja yang di duduki
Cia Ma-lek, dan berkata terkejut, "Ih, aneh, tadi dia duduk
di meja itu kenapa hilang........." tadi dia tidak melihat
Cia Ma-lek pindah duduk ke tempat A Bin.
A Bin juga melihat ke sekeliling, ternyata Cia Ma-lek
entah sejak kapan sudah tidak ada di warung lagi, waktu
enam orang itu masuk warung A Bin melihat Cia Ma-lek
bangkit dari tempat duduk, di kiranya dia kembali ketempat
duduknya, ada kemungkinan dia melarikan diri.
Orang yang bermuka gelap itu berteriak kepada semua
tamu di warung: "Kita enam orang bersaudara adalah "Sai-it-ngo-su"
(Singa tunggal lima tikus), berhubung tadi di pegunungan
Dewi KZ 50 barang kami tercuri oleh Cia Ma-lek, jadi kami mau
menghukum bangsat itu, bila kalian ada yang tahu dia lari
kemana" Silahkan beritahu, bila tahu tapi tidak melaporkan,
berarti bermusuhan dengan kita" kata pemimpin Sai-it-ngosu.
Sebetulnya, orang ini tidak perlu menyebutkan nama
kelompoknya, karena semua orang, selain A Bin, sudah
tahu mereka adalah penjahat kejam dari golongan hitam,
tidak ada orang berani mengusiknya, malah ada yang takut
terlibat, mengetahui Cia Ma-lek tadi duduk berdampingan
dengan A Bin, sengaja memandang ke arah meja A Bin,
ingin menghindari bencana yang tidak diinginkan.
Orang yang mukanya agak gelap dengan pandangan
tajam terpancing juga melihat ke arah meja A Bin, betul
juga di sana kelihatan ada bangku kosong yang baru
ditinggalkan orang, segera dia menghampiri meja A Bin,
dengan suara keras membentak:
"Hey, bocah! Apa kau melihat kemana Cia Ma-lek
pergi?" Biarpun orang itu berbuat kasar dan kata-katanya tidak
sopan, tetapi bagi A Bin yang telah hidup selama enam
tahun dengan tiga orang Siau-yau-cu, dia telah
mendapatkan pupukan Tiong Ki-cu, hingga terlatih
meredam hawa amarahnya, kata-kata dan tingkah laku
orang itu tidak membuat A Bin marah, dia hanya
memandang dengan tenang. Ternyata orang itu tersinggung oleh tingkah dingin A
Bin, dia membentak: "Apa kau tidak punya mata, kau tahu tidak siapa yang
bicara denganmu, berani sekali melihat aku dengan mata
anjingmu!" Dewi KZ 51 A Bin mulai marah, tetapi dia masih mencoba menahan
diri, orang itu telah memasang kuda-kuda, ingin memukul
A Bin yang dianggap kurang ajar.
Bersamaan waktu itu, di belakang warung terdengar
suara omelan dari seseorang:
"Warung kalian ini apa untuk burung! Kamar kecilnya
tidak pantas, baunya bukan main, dan banyak sekali badutbadut tengik, baru duduk sejenak saja sudah datang
sekelompok kacoa dan lima ekor tikus bau yang setengah
mati!" Orang yang bermuka agak hitam mendengar suara
sindiran yang ditujukan pada mereka, seketika berobah
mukanya dan ingin membentak siapa orangnya.
Kain hordeng pintu belakang tampak terbuka, keluar
seseorang dengan santai berjalan, ternyata Yo-po-lo-to yang
tadi makan dengan lahap dan mencari kamar kecil.
Kesombongan kelompok Sai-it-ngo-su segera lenyap,
mereka tahu Yo-po-lo-to suka mempermainkan orang-orang
dari golongan hitam, kalau bertemu orang jahat, suka
memberi hukuman, dia adalah musuhnya golongan hitam,
dengan julukan "Siu-mo", kelompok ini tidak mengakui
mereka sebagai Siu (bangsat), tetapi tahu betul bahwa Yopo-lo-to adalah musuh mereka.
Enam orang jagoan golongan hitam yang punya reputasi
hebat mengetahui, mereka berenam tidak akan bisa
melawan Yo-po-lo-to sedikitpun, asalkan "Siu-mo" tidak
mencari masalah pada mereka, itu sudah ber-untung, mana
berani membentak orang lagi.
Tanpa banyak bicara, dengan lemas mereka
meninggalkan warung itu, cepat menunggang kuda masingmasing pergi ke arah utara.
Dewi KZ 52 Seperti orang bodoh yang bicara sinting, dia menghalau
pergi kelompok Sai-it-ngo-su, Yo-po-lo-to seperti tidak tahu
apa-apa, dia mengomel terus sambil membayar bon
makanan, langsung melangkah keluar warung.
Sebelum pergi, dia melihat A Bin sejenak, dari kaca mata
hitamnya, dia bisa melihat A Bin telah terlatih ilmu Piekuang-sin-gan (Malaikat mata hijau), memandang kaca
mata hitam itu A Bin telah melihat Yo-po-lo-to memandang
dirinya dengan seksama. A Bin memberi senyuman tanda terima kasih atas
pertolongannya yang telah menghilangkan gangguan dan
melihat dia pergi ke utara.
Kuping A Bin mendengar orang berkata:
"Wah! Lote, sejak aku melihatmu, aku tahu kau adalah
orang luar biasa, ternyata betul juga! Siu-mo-lo-to juga
sampai memperhatikanmu!"
A Bin mendengar suara Cia Ma-lek, entah kapan dia
sudah kembali ke sampingnya. Kemudian Cia Ma-lek
dengan leluasa bercerita panjang lebar tentang
pengalamannya di dunia persilatan, bagaimana menggunakan ilmu mencurinya mempermainkan orang, karena
A Bin tidak bisa bicara, dia membiarkan Cia Ma-lek bicara
dengan senang dan semangat.
Awan di langit makin tebal, hujan lebat akan segera
turun, di jalan pegunungan turun dua orang penunggang
kuda putih, kuda yang gagah orangnya juga lain dengan
orang biasa, yang seorang gadis berbaju hijau berusia sekitar
dua puluh tahun, mukanya bagai-kan bunga, kulitnya
seperti batu giok, matanya seperti mata burung hong, bibir
yang indah dengan pinggang yang ramping, sungguh
seorang gadis yang cantik sekali. Yang seorang lagi, seorang
kakek dengan rambut, jengot serba putih, beralis tebal,
Dewi KZ 53 mukanya bersinar, kedua penunggang kuda yang satu tua
yang satu muda bagaikan lakon dalam sebuah gambar.
Mereka menambatkan kudanya di depan warung itu, lalu
masuk ke dalam, yang tua memandang sekeliling ruangan,
yang muda tidak memandang siapa pun, mata indahnya
hanya menuju meja kosong yang baru ditinggalkan Yo-polo-to.
Baru saja mereka duduk, mata semua orang seperti
tertarik melihatnya, kecuali Cia Ma-lek yang sedang asyik
menceritakan riwayat hidupnya.
Gadis yang baju hijau itu sambil melihat orang tua
memesan makanan sambil dengan suara kecil mengomel:
"Wai-kong (Kakek luar), kau terlalu hati-hati, kita ke
Thian-bun-hong hanya melihat-lihat, dan tidak berbuat apaapa, apa yang salah, kau tidak mau kesana dan hanya
berputar-putar di gunung ini, sampai harus berteduh di
warung ini." Setelah pelayan pergi, orang tua itu dengan tersenyum
katanya: "Siau-cian! demi kau aku tidak buka suara, sekali aku
buka suara akan membuat orang-orang terkejut, aku ingin
orang-orang di dunia persilatan tahu, bahwa wanita pun
juga bisa jadi jagoan, makanya lebih baik kau menahan diri,
supaya begitu muncul, kau akan menggemparkan dunia
persilatan." Suara percakapan kedua orang itu sangat kecil, tetapi A
Bin yang manpu melihat jauh ke langit dan mendengar
suara lembut dari bumi bisa mendengar, kata-kata mereka
sangat menarik hatinya, maka ocehan Cia Ma-lek malah
tidak didengarkan lagi. Dewi KZ 54 Gadis baju hijau yang dipanggil Siau-cian masih terus
menggerutu, orang tua yang berjenggot putih perak itu
kebetulan beradu pandang dengan A Bin. Mata A Bin yang
bersinar hijau membuat dia tercenggang sejenak, membuat
dia memandang mata A Bin terus-menerus.
A Bin tenang-tenang saja di pandang orang, dia tidak
menghindar malah membalasnya dengan ter-senyum.
Siau-cian melihat Wai-kongnya memandang ke lain


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arah, dia merasa aneh, dia juga jadi memandang ke arah A
Bin. Baju yang dipakai A Bin sangat lucu dipandang, tetapi
tidak mengurangi ketampanannya, silauan "Malaikat mata
hijau" nya membuat Siau-cian memandang beberapa kali,
dan berbisik pada kakeknya.
Dari kejauhan A Bin mendengarkan Siau-cian bertanya
pada kakeknya: "Wai-kong! mata anak muda itu agak aneh!"
Kakeknya dengan tersenyum menjawab:
"Siau-cian, kalau bicara mesti sopan, mungkin dia bisa
mendengarkan percakapan kita!"
Cia Ma-lek juga melihat tingkah laku A Bin yang tidak
menghiraukannya, dia jadi berpaling ke arah pandangan A
Bin, hal ini terlihat juga oleh Siau-cian bahwa perkataannya
terdengar oleh A Bin, lalu Siau-cian berkata lagi dengan
kakeknya: "Ternyata dia bersama si pencuri" Mana mungkin dia
orang baik-baik?" Cia Ma-lek tidak mampu mendengar kata-kata yang
menghinanya, tetapi dia mengenal siapa orang tua yang
berjenggot perak itu, dengan cepat dia meninggal-kan
Dewi KZ 55 bangkunya menghadap pada orang tua itu dengan sopan
memberi hormat: "Maafkan, tadi Siautit tidak melihat Supek datang!"
Tingkah laku yang sopan dan hormat tersebut membuat
A Bin merasa aneh, apa dia terhadap gurunya juga bersikap
begitu, dia memperkirakan kakek itu adalah Cianpwee
dunia persilatan. Siau-cian dengan nada aneh berkata:
"Wai-kong, kapan menjadi seperguruan orang ini!"
Sambil mengusap jenggot peraknya, dia berkata:
"Aku dengan kakeknya adalah sahabat lama!" lalu
berkata pada Cia Ma-lek, "siapa temanmu yang semeja itu"
Hayo kenalkan pada kita!"
Cia Ma-lek dengan senang segera mengajak A Bin,
berkatakan pada A Bin: "Ini adalah paman Wie, sepuluh tahun yang lalu dia
adalah satu-satunya pendekar terkenal yang berani
menantang jago-jago Siau-lim dan Bu-tong tanpa
tandingan, julukannya "Gin-hoat-lojin, (Kakek Jenggot
Perak)." A Bin baru tahu kakek ini adalah pendekar terkenal,
yang dijuluki "Gin-hoat-lojin" Wie Tiong-hoo, saat muda,
berkat ilmu silat yang dikuasainya, dengan hormat
mendatangi kuil Siau-lim dan Bu-tong menguji
ketangguhan ilmu kedua aliran itu, dan mendapat ijin dari
pemimpin kedua aliran itu dengan janji bertanding untuk
mengikat persahabatan, setelah saling bertukar ilmu dengan
jagoan-jagoan kedua aliran itu dia pulang dengan selamat,
kemudian namanya dijunjung tinggi di dunia persilatan.
Gin-hoat-lojin berkata dengan senang:
Dewi KZ 56 "Tidak usah dibesar-besarkan ceritanya, pada waktu itu
aku senang belajar ilmu silat hingga berbuat hal-hal yang
ceroboh, hingga sekarang, bila dipikirkan aku merasa malu,
lain dengan saudara Lui yang menguasai ilmu tangguh,
biarpun nama gurunya asing, tapi aku kira mereka adalah
ahli ilmu silat yang tidak ingin diketahui orang!" lalu dia
memperkenalkan Siau-cian kepada kedua orang itu, dia
hanya mengatakan Siau-cian adalah cucu luarnya, yang lain
tidak diceritakan. A Bin sangat risau tapi tidak bisa bicara, dia ragu-ragu
bagaimana menjawabnya, Siau-cian yang di samping
dengan sinis berkata: "Wai-kong! Jangan terlalu semangat, diapun malas
menjawabnya mungkin kita tidak pantas jadi kenalannya!"
Kakek Wie Tiong-hoo juga merasa aneh, A Bin terpaksa
menggunakan jari dicelupkan ke gelas arak, menulis
keterangan di meja, bahwa sejak keluar dari perguruan, dia
mengalami gangguan suara sehingga tidak bisa bicara,
harap dimaafkan. A Bin menulis dengan arak, kata-katanya halus,
tulisannya rapih, Gin-hoat-lojin sambil menyayangkan
riwayat A Bin tetap memuji:
"Ceritakan! Ceritakan!"
Setelah mengetahui cerita yang sebenarnya, dan ternyata
A Bin baru berkenalan dengan Cia Ma-lek, Siau-cian jadi
merobah pandangan terhadap A Bin, dengan suara
menyesal berkata halus: "Lui Toako, aku telah ceroboh, aku tidak baik telah
melecehkanmu!" A Bin tidak bisa menjawab, hanya dengan mata-nya
yang hijau memandang mata Siau-cian yang jernih,
Dewi KZ 57 membuat Siau-cian malu dan menundukan kepala, kedua
pipinya langsung berobah merah.
Kakek Wie Tiong-hoo dan Cia Ma-lek melihat mereka
berdua saling pandang dengan akrab, mereka pura-pura
tidak melihat, terus melanjutkan percakapan tentang
peristiwa di dunia persilatan, A Bin juga sering ikut
memberi isyarat tangan untuk bertanya atau menjawab,
Siau-cian merobah ucapan yang sinisnya ketika pertama
kali bertemu A Bin, sekarang nada ucapannya berobah
halus dan enak didengar. Wie Tiong-hoo melihat dengan senang dan terkejut,
tetapi tidak banyak bicara tentang perobahan Siau-cian
Tidak lama kemudian, betul saja hujan turun sangat
lebat, kurang lebih satu jam kemudian baru hujan berhenti,
cuaca berobah menjadi cerah, tamu-tamu warung
berangsur-angsur meninggalkan warung arak itu, Gin-hoatlojin dengan Siau-cian berpamitan pada A Bin dan Cia Malek, menunggang kuda berjalan duluan.
Cia Ma-lek berjalan kaki menemani A Bin, di perjalanan
Cia Ma-lek menunjuk pada arah perginya kakek Wie dan
Siau-cian berkata: "Adik Lui, tidak sangka kau punya jodoh persahabatan,
bukan saja kakek Wie sangat sayang padamu, cucunya
Siau-cian pun menaruh perhatian pada pandangan
pertama!" A Bin sedang menikmati kejadian tadi, tidak disangka isi
hatinya telah diketahui oleh Cia Ma-lek, dia jadi merasa
malu dibuatnya. Cia Ma-lek tidak memperhatikan muka A Bin, di
perjalanan dia tetap bercerita tentang pertualangan dirinya.
Dewi KZ 58 Perjalanan kedua anak muda ini setelah melalui tikungan
jalan, di sana terdapat tumpukan batu gunung, dan hutan
yang tidak terlalu lebat, baru saja mereka menginjakan
kakinya di pinggir hutan, terdengar suara bentakan:
"Bangsat tengik, kau sudah masuk perangkap kami!"
Sedang senang-senangnya Cia Ma-lek bercerita, tidak
tahu ada orang yang menghalangi jalannya, setelah dilihat
ternyata mereka musuh yang bertemu di jalan sempit,
mereka adalah Sai-it-ngo-su.
Orang yang berkata itu adalah pemimpin kelompok
enam orang yang bernama Kong Tai-hong dengan julukan
"Ci-bin-pa" (Macan muka ungu) sambil berteriak dia
berkata: "Bangsat tengik, cepat serahkan barang yang kau curi
dari adik ke enam, melihat gurumu, kami tidak akan
memberimu hukuman, bila tidak, kau harus tahu keganasan
kelompok Sai-it-ngo-su!"
Cia Ma-lek melihat enam bajingan yang menghadang
jalan, dia tahu tidak bisa menghindar lagi, bila satu lawan
satu tidak jadi masalah, bila mereka berenam menyerang
bersama dia pasti kalah, biar pun Cia Ma-lek banyak akal
licik, dan tidak mau menerima kerugian di depan mata.
Tetapi bahaya di depan mata tidak membuat dia mau
menyerah kalah begitu saja, dengan pura-pura bodoh dia
berkata: "Aku kira siapa, ternyata bandit Sai-it-ngo-su, kalian
jangan menganggap karena aku dan guru punya julukan
pencuri dewa, lalu setiap orang yang kehilangan barang
pasti dicuri oleh kami, kalian berenam kehilangan barang
apa, coba katakan, apakah pasti ada di tubuhku?"
Dewi KZ 59 Ci-bin-pa Kong Tai-hong berkata berang: "Bangsat
tengik kau jangan bersilat lidah, cepat serahkan barang
yang kau curi, kita tidak peduli tindakan gurumu di
kemudian hari, saat ini kami akan membereskan kau dulu!"
Cia Ma-lek tidak takut gertakan itu, dia masih tertawa
kecil, katanya: "Bandit Kong, kau begitu memandang guruku, aku
merasa tersanjung, kau paksa aku mengeluarkan barang,
tetapi harus dijelaskan dulu, barang apa yang dimaksud"
sebab seluruh tubuhku penuh dengan barang, kau mencari
barang apa?" Ketua kelompok lima tikus membentak: "Jik-hoat-lo-su"
(Tikus rambut merah) Cuo-tong berkata:
"Bangsat tengik! Siapa yang ada waktu beradu mulut
denganmu, cepat keluarkan barang "Hiat-san-peng-can"
(Kodok salju) yang kau curi dari adik keenam, maka segala
urusan beres, bila tidak kita tidak akan pandang lagi
gurumu, segera membereskan kau!"
Cia Ma-lek tertawa terbahak-bahak berkata: "Aku kira
barang langka apa, sehingga kalian berenam turun gunung,
dengan garang memaksa aku, ternyata barang kecil "Hiatsan-peng-can!"
Macan Muka Ungu Kong Tai-hong berteriak: "Ya itu!
Kau jangan punya pikiran miring, cepat kembalikan pada
kita!" Cia Ma-lek masih tertawa:
"Agar Enam raja gunung puas, benda "Hiat-san-pengcan" ..........aku belum pernah melihat!"
Keenam orang itu tidak terima dipermainkan Cia Ma-lek
lagi, segera mereka bersama-sama ingin meng-hajarnya.
Dewi KZ 60 "Tunggu sebentar!" Cia me-lek berteriak.
Mereka berenam suara lantang, tapi dalam hati
sebetulnya masih takut pada gurunya Seng-jiu-pui-suo Leng
Hau-te, bila tidak terpaksa, mereka tidak ingin berselisih
dengan Cia Ma-lek. Mereka bersamaan berkata:
"Bangsat tengik, cepat bicara!"
Cia Ma-lek masih berseri-seri berkata:
"Dari dulu ada perkataan begini "tangkap bangsat
tangkap barang bukti, tangkap yang berjinah tangkap
pasangannya," kalian berenam menuduhku mencuri "Hiatsan-peng-can", kalian harus membukti-kan apa barang itu
ada ditubuhku atau tidak, bila barangnya tidak ada, guruku
akan mencari kalian!"
A Bin menonton adegan ini di pinggir, dia tidak tahu apa
Cia Ma-lek mencuri, dia sendiri pun tidak bisa bicara,
sehingga hanya diam berpangku tangan saja.
Sambil menjawab pertanyaan enam orang tersebut, Cia
Ma-lek melirik kepada A Bin, A Bin tidak mengerti apa
maksudnya, dia balik memandang ke arah Cia Ma-lek,
perbuatannya membuat enam orang itu curiga.
Ci-bin-pa Kong Tai-hong segera menangkap arti lirikan
Cia Ma-lek, dia bersuara sadis:
"Bangsat tengik, pantas saja kau bersedia di-geladah,
ternyata kau telah menyimpan "Hiat-san-peng-can" pada
anak muda ini." Dia segera meloncat ke depan A Bin, dan membentak:
"Anak muda! Cepat serahkan Hiat-san-peng-can, jangan
membuat kami pusing, maka kau akan selamat!"
Sebetulnya Kong Tai-hong hanya mengira-ngira barang
itu ada ditubuh A Bin, tetapi tidak berani memastikan, dia
Dewi KZ 61 tahu sifat Cia Ma-lek yang banyak akal licik, ilmu silatnya
juga cukup baik, menggeladah tubuhnya tidak mudah, bila
barangnya ternyata tidak ada ditubuhnya, Cia Ma-lek akan
merongrong mereka tanpa henti, lebih baik jangan cari
masalah dengan Cia Ma-lek, tetapi A Bin adalah anak
muda polos, gampang diatur, lebih baik digeladah duluan,
bila tidak ada ditubuhnya, Hiat-san-peng-can pasti ada di
tubuh Cia Ma-lek. A Bin merasa tidak mengantongi barang itu, dia tidak
takut sedikitpun, tetapi dia tidak ingin digeladah, maka
matanya melotot pada Kong Tai-hong.
Mengiranya A Bin pura-pura tuli dan bisu, Kong Taihong berteriak sekali, lalu menjulurkan tangan kirinya
menangkap A Bin. A Bin tidak menggerakan kakinya sedikit pun, hanya
menarik tenaga dalam satu kali, tubuhnya sudah mundur
satu kaki lebih, telapak tangan Kong Tai-hong hanya
mengenai angin. Gerakan A Bin membuat Kong Tai-hong gentar, dia
adalah jagoan di dunia hitam, pandangannya luas, gerakan
lawannya itu membuktikan tenaga dalamnya sangat tinggi,
pasti orang ini dari perguruan ternama, maka dia tidak
berani melanjutkan serangannya, dengan nada sopan
berkata: "Siapa gurumu" Cepat katakan, jangan sampai aku
melukai dirimu!" Cia Ma-lek menyindir di samping, berkata:
"Ci-bin-pa jangan sok ingin berteman, gurunya mana
mau berkenalan dengan kalian, bila dikatakan, kalian juga
akan terkejut!" Dewi KZ 62 Keenam orang itu marah atas perkataan Cia Ma-lek,
melihat A Bin tetap bungkam, mereka merasa terhina dan
tidak tahan atas tingkah A Bin, Kong Tai-hong dengan
suara keras berkata: "Kawan-kawan dia tidak memandang kita ber-enam,
nama gurunya pun tidak mau dikatakan, bila dia
mengandalkan kepandaiannya, lebih baik kita berenam


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencoba keahliannya!"
Kelompok Sai-it-ngo-su ini sebetulnya ingin menghadapi
Cia Ma-lek dengan cara mengeroyok, setelah bertambah
satu lagi musuh tangguh, mereka jadi ingin sekalian
mengganyang A Bin dengan cara mengeroyok.
Cia Ma-lek segera meloncat keluar, mulutnya berkata:
"Aku tidak bermusuhan dengan kalian, jika kalian ingin
berkelahi pada temanku, silahkan, jangan libatkan aku!"
Macan Muka Ungu Kong Tai-hong berpikir, Cia Ma-lek
tidak ikut bertarung lebih bagus, anak muda ini biarpun
berilmu tinggi, mana bisa menahan gempuran mereka
berenam, maka dia berteriak:
"Bangsat tengik, awas, jangan melarikan diri!"
Ngo-lo-su tanpa menunggu komando Ci-bin-pa, sudah
bergerak menyerang A Bin dari segala arah, lima macan
senjata, bagaikan angin campur geledek menuju tubuh A
Bin. A Bin tidak bermaksud melukai mereka, tetapi untuk
jaga diri dengan kedua telapak tangannya dia menghadang
lima macan senjata itu, ke lima tikus merasakan ada angin
yang sangat dingin menahan senjata masing-masing, malah
berbalik arah menyerang muka sendiri, mereka terkejut
bukan main, bersamaan dengan gerakan "Keledai malas
menggelinding", masing-masing pundaknya menyentuh
Dewi KZ 63 tanah mengeluar kan suara, "Duk, Duk" berurutan, lima
tikus telah menggelinding sejauh setengah tombak.
Ci-bin-pa Kong Tai-hong melihat kejadian itu dengan
mata melotot penuh rasa terkejut, setelah mengetahui
kepandaian A Bin begitu tinggi, dia ikut menyerang juga
akan mendapat malu. Cia Ma-lek bertepuk tangan sambil tertawa:
"Bagus! bagus! Bandit Kong apa kau sendiri akan
menggeladah anak muda itu!"
Kong Tai-hong tahu mereka bukan tandingan A Bin,
tanpa menghiraukan sindiran Cia Ma-lek, dengan jengkel
berkata: "Kita kelompok Sai-it-ngo-su punya mata tanpa bola
mata, tidak tahu diri membuat malu sendiri, kita enam
bersaudara tidak akan minta kembali "Hiat-san-peng-can"
apa anda bisa beritahu nama, agar di kemudian hari bisa
membalas budi!" Cia Ma-lek tertawa terbahak-bahak, berkata:
"Dia bernama Lui Bin, bila kalian masih ada umur,
boleh cari dia, tetapi dengan kepandaian yang begini
rendah, jangan harap bisa membalas budi!"
Kong Tai-hong tidak mendengarkan kata Cia Ma-lek,
dengan menjejakkan kedua kakinya ke tanah, dia sudah
meloncat balik ke dalam hutan, tindakannya segera disusul
oleh Ngo-lo-su. Cia Ma-lek meloncat kembali ke samping A Bin, dengan
senang memuji A Bin: "Adik Lui, sungguh kau orang yang tidak suka
memamerkan diri, aku Cia Ma-lek juga tidak menyangka,
kau menguasai ilmu yang maha hebat.............."
Dewi KZ 64 Kata-katanya belum habis, dia melihat A Bin dengan
muka marah mengeluarkan sebuah benda dari dadanya,
ternyata itu adalah Hiat-san-peng-can yang dia titipkan
pada A Bin sewaktu di warung arak.
Cia Ma-lek sangat cerdik dia menangkap expresi muka A
Bin, untuk menghindar salah paham pada A Bin, dia cepat
berkata: "Adik Lui, benda Hiat-san-peng-can adalah obat mujarab
untuk mengobati racun, racun dari senjata tajam atau
senjata gelap hingga racun di gigit binatang berbisa, segera
hilang bila dihisap oleh benda ini setelah ditaruh di bagian
luka racun, kelompok Sai-it-ngo-su juga mencuri benda ini
dari orang lain, aku ingin mempermainkan mereka, jadi
mengambilnya dari dada Pek-bin-lo-su (Tikus muka putih).
Kemudian karena aku ingin melihat ilmu silatmu, jadi
sengaja menaruh benda itu di dadamu............."
Perkataan Cia Ma-lek belum habis diutarakan, terdengar
suara terbahak-bahak dari dalam hutan:
"Pencuri cilik! Hari ini kau tidak beruntung, baru dihalau
kelompok Sai-it-ngo-su, datang aku Pencuri iblis!"
A Bin dan Cia Ma-lek memandang kearah suara orang
itu, ternyata Pencuri iblis Yo-po-lo-to sedang keluar dari
hutan. Cia Ma-lek tidak berani bertingkah di depan orang ini,
segera menghampiri dan memberi hormat:
"Paman Lo-to, bila kau juga menginginkan Hiat-sanpeng-can, aku akan serahkan dengan dua tangan, tetapi aku
telah duluan memutuskan untuk memberikan barang itu
kepada adik Lui!" Yo-po-lo-to sambil tertawa:
Dewi KZ 65 "Pencuri licik! kau orangnya kecil tapi siasatnya banyak,
pintar putar otak, apakah kau takut aku cari masalah, maka
cepat-cepat panggil aku paman, dan memberi janji kosong
untuk menjaga hubungan?"
Cia Ma-lek dengan mengeluarkan lidah dari mulutnya,
makin tertawa, katanya: "Kau orang bijaksana, tipu muslihat dalam perut ku
mana bisa mengelabuimu!"
Yo-po-lo-to tertawa terbahak-bahak berkata:
"Pencuri licik! Jangan banyak mulut, aku dengan
gurumu Pencuri ulung Leng Hau-te belum pernah menjalin
hubungan, tetapi aku suka cara kerjanya, biarpun kau
punya nama Cia Ma-lek, tetapi aku Pencuri iblis tidak akan
membuat masalah padamu, tujuanku datang saat ini bukan
kau, hanya ingin menilai adik Lui!"
Setelah bicara, dia melepaskan kaca mata hitam yang
dipakainya, melihat A Bin dari atas ke bawah.
Cia Ma-lek melihat tingkah laku Yo-po-lo-to, lalu
berkata pada A Bin: "Adik Lui! Kau mendapat kehormatan, yang aku tahu
paman Lo-to waktu dulu memakai kaca mata hitam karena
dunia sangat kotor dan orang pada licik, tidak pantas
diteliti, sehingga dia memakai kaca mata hitam, sekarang
dia membuka kaca mata hitam menilaimu, biarpun bukan
orang pertama, sedikit sekali orang yang mendapat
kehormatan tersebut."
Diwaktu kecil A Bin juga pernah dengar nama Yo-po-loto, tadi di warung arak dia juga telah membantu
menghilangkan kerepotan, maka dia memberi hormat pada
Lo-to. Dewi KZ 66 Dengan menganggukkan kepala, Yo-po-lo-to memuji A
Bin: "Dilihat dari fisik dan kecerdasan, kau adalah orang yang
jarang terdapat, dan yang istimewa adalah sepasang
matamu yang hijau, menandakan kau telah menguasai
tenaga dalam tingkat tinggi, boleh tahu gurumu?"
Cia Ma-lek cepat mewakili A Bin berkata: "Adik Lui
tidak bisa bicara, gurunya adalah Han-yu-sam-lo."
Yo-po-lo-to belum pernah mendengar nama Han-yusam-lo, dia menggeleng-gelengkan kepala:
"Mungkin nama samaran, pandanganku adalah nomor
satu, gurumu pasti orang ternama, tapi tidak usah
dibicarakan dulu, aku lihat kau lain dengan orang biasa,
maka aku khusus mengajakmu berbuat sesuatu."
Cia Ma-lek merasa terkejut berkata:
Gema Di Ufuk Timur 10 Lupus Berantem Gaya Baru Perawan Lembah Wilis 18

Cari Blog Ini