Ceritasilat Novel Online

Pendekar Yang Berbudi 11

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 11


turut kabur. Baru kira-kira satu Iie, ketiga orang itu berhenti berlari dan menoleh kebelakang.
Mereka mendengar suara sangat keras dari arah kaki puncak dimana tadi mereka
berdiri berkumpul. Mereka kaget dan mengulur lidah! Sungguh berbahaya! Kiranya
suara longsornya bukit salju yang besar, suaranya hebat memenuhi seluruh lembah!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 426
yoza collection Kalau mereka tidak menyingkir, pasti mereka akan binasa tertimbun bukit salju itu!
Setelah hatinya tenang, mendadak Kun San ingat sesuatu. Ah, kita terpedaya! tiba
tiba dia berderu. Seng Sie Jin heran. Apa katamu" tanyanya.
Kun San menghela napas. Kita telah terpedaya! sahutnya, Kalau benar Tiat Tan
Kong Kek terkurung di Keng Pok Ouw, habis siapakah yang melintasi puncak untuk
meninggalkan suratnya itu" Aku percaya surat itu ditulis dan ditinggalkan orang lain
yang berniat mencelakakan kita . . .
Kun San membekal suratnya dari rumah, ia pun membawa surat yang tadi,
keduanya terus dicocokkan satu sama lain, maka teranglah surat itu tulisan tangantangan yang berlainan.
Ini hebat! seru Sie Jien kaget, Pek Siauwhiap terkurung disana! Bagaimana"
Kun San menghela napas. Tapi apakah kebesaran kita" tanyanya berduka.
Taruhlah kita menempuh bahaya dan memaksa pergi mendaki puncak, bukankah itu
berarti kita menyerahkan jiwa secara sia-sia belaka"
Ho Tong bingung melihat kedua jago tua itu putus asa. Kalau kalian tidak mau pergi,
aku akan pergi sendiri! teriaknya. Dan ia melompat naik keatas punggung kudanya,
buat terus dikeprak dan dilarikan kearah longsoran bukit salju itu guna menyusul Pek
Kong. Liu Kun San sebat sekali, ia melompat menghadang didepan kuda.
Kita berdamai dahulu! kata jago tua itu. Kita mesti berdamai dahulu!
Ho Tong tak puas. Apakah yang harus didamaikan lagi" katanya keras, dan dia
terus menjepit perut kudanya, berniat melarikan pula kuda itu.
Selama belakangan ini, Liu Kun San sudah mengetahui si anak dungu, maka itu
kewalahan ia mencegahnya. Oleh karena itu terpaksa ia mengambil jalan singkat.
Mendadak saja ia menotok membikin orang tak dapat berkutik lalu cepat-cepat dia
menyambar tali kuda. Ho Tong kuat tetapi dibokong secara begitu, dia tidak berdaya. Lantas dia duduk
diam bagaikan patung diatas kudanya itu.
Justeru saat itu tampak dua orang berlari lari mendatangi, satu diantaranya
berteriak nyaring: Saudara Liu, mana dia itu pelajar muda"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 427
yoza collection Kun San menoleh dan mengawasi. Tiba-tiba dia menjadi girang sekali. Orang yang
memanggilnya adalah seorang tua yang wajahnya sangat jelek, sedangkan orang yang
kedua adalah seorang nona cantik yang berbaju hijau, cantiknya. Mirip Dewi..
Ah, kau toh saudara Teng Houwv" tanyanya berseru.
Si nona baju hijau tidak menanti kawannya menjawab, dia segera menanya: Jangan
mengoceh saja! Mana dia itu bocah tolol" Lekas bilang!
. Si nona bicara dengan suara dalam, terang dia sangat prihatin dan rada bingung.. .
Kun San segera mengenali suaranya si nona diwakiu malam itu, nona yang
menyerangnya dengan jarum rahasia. Ia menjadi tidak senang, hendak ia menegur. Tapi
Teng Houw segera mengedipkan mata kepadanya seraya berkata: Saudara Liu, tolong
kau beritahutan dahulu kemana perginya anak muda itu"
Melihat sikap dan suara bersungguh-sungguh dari sahabat itu, Kun San dapat
menahan hatinya. Pek Siauwhiap hendak menolong kau. sahutnya. Dia sudah pergi melintasi puncak
bersalju itu guna pergi ke Keng Pok Ouw.
Bukan main kagetnya Teng Hauw. Ba.. .bagaimana ini" serunya bertahan.
Matanya si nona baju hijau terbelalak. Dasar kau, serunya. Dasar perbuatan
bagusmu. Sebentar akan aku buat perhitungan denganmu.
Begitu ia berkata itu, begitu si nona lari pergi.
Kun San heran, dia mengawasi si nona dan Teng Houw, sahabatnya. Dia heran
melihat sahabat itu beroman takut atau berkitat
Siapakah nona baju hijau itu" tanyanya. 'Saudara Teng, kenapakah kau "
Teng Houw dapat menerka maksud sahabatnya itu. ia menghela napas. Disini
bukannya tempat berbicara .katanya
Kun San bertiga diajak pergi ke sebuah goa di sebelah selatan tempat itu. Kun San
memandang Ho Tong yang terus ditotok bebas sembari ia berkata padanya: Sabarlah,
jangan kau khawatirkan, nona baju hijau itu sudah pergi menolong Pek Siauw hiap!
Ho To dapat mengerti, ia diam saja. Ia percaya, kalau si nona dapat melintasi puncak,
Pek Kong pasti tak akan menghadapi ancaman bencana.. . .
Teng Houw menanti sampai Kun San memperkenalkan dia dengan Ho Tong dan
Seng Sie Jin, baru dia berkata: Ketika hari itu aku melakukan pertempuran d igunung
Hong San, aku terluka hebat hingga aku tak berdaya. Seperti saudara ketahui, aku
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 428
yoza collection dikepung Ho Siu Chong Liong bersama sama Hong San Sam Hiong serta Ceng Hie Siang
jin dari Kiu Kiong San. Aku berhasil membinasakan Loo-Toa Him Bu tetapi aku
sendiripun terluka sekujur tubuhku. Syukur ketika itu aku ditolong oleh seorang
bhikshuni tua dan aku telah dibawa ke Loo Ya Nia dimana aku diobati. Sebenarnya
seumur hidupku, tak sudi aku menerima budi orang. Demikian pula hari itu aku menolak
si pendeta menolong aku. Kemudian dia mengajukan satu syarat, yang aku dapat terima.
Maka aku bersedia diobati hingga aku sembuh. Tahukah saudara, apakah syaratnya itu"
Dia minta aku mengurus seorang anak perempuan, dan anak perempuan itu ialah si
nona baju hijau barusan.. .
Kun San beran sekali, dia mengawasi mendelong sahabatnya itu.
Saudara, tanyanya, 'kalau nona itu menjadi orang rawatanmu, kenapa barusan dia
berlaku demikian kurang hormat" '
Teng Houw tertawa lebar. 'Kau belum tahu kakak, katanya. Pada mulanya, kali itu
bhikshuni, hanya karena ingin aku menerima syaratnya, dia bicara secara sembarangan
saja. Sebenarnya nona itu seorang yang berbakat luar biasa. Dia telah memiliki
kepandaian luar biasa juga hingga dia sebetulnya tak membutuhkan lagi penilikan lain
orang Liu Kun San tetap heran. Siapakah pendeta wanita itu" tanyanya, Macam apakah
dia" Kenapa saudara sangat menghormatinya"
Mulanya aku juga tidak tahu siapa dia itu, saudaraku, sahut Teng Houw. Baru
belakangan aku ketahui dia adalah Ceng Khong Seng Nie, satu diantaranya Lam Pak Jie
Khong Kun San dan juga Sie Jin heran. Lam Pak Jie Khong. atau dua Khong dari Selatan
dan Utara , adalah orang-orang kenamaan yang mereka kagumi.
Ho Tong juga pernah dengar namanya Ceng Khong Seng Nie. Pek Kong justeru mau
mencari pendeta wanita itu, buat menanyakan halnya Siauw Couw Kun, guna sekalian
mencari keterangan tentang Leng In Is-su.
Maka ia lantas bertanya: Adakah pendeta yang tua itu benar tinggal diatas gunung
Loo Ya Nie" Teng Houw tak puas. Suaranya si anak muda menandakan dia tak menghormati
bhikshuni penolongnya itu. Tapi, ketika ia melihat romannya si anak muda, ia mengerti
bahwa orang itu mestinya dungu. Maka ia berkata saja dengan suaranya bersungguhsungguh: Sekarang ini Seng Nie tengah melakukan sesuatu yang penting dibagian barat
dari gunung ini, lantaran itu, tak dapat diijinkan untuk sembarang orang datang kemari,
atau orang tak akan dibiarkan saja! Aku berhutang budi, aku sendiri yang meminta
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 429
yoza collection tugas untuk menjaga di sini. Maka itu tempo aku mendengar bahwa Pek Siauwhiap
datang kemari, aku menjadi bingung dan kuatir sekali . .
Kun San turut menjadi bingung. Bagaimana sekarang" ia bertanya. Pek Siauwhiap
menjadi penolong saudara Seng dan aku juga . .
Teng Houw menjadi bertambah bingung.
Si anak muda datang untuknya. Bagaimana sekarang" Ia kenal baik tabiatnya Ceng
Khong Seng Nie. Sulit akan meminta sesuatu dari pendeta wanita itu.
Melihat begini, terserahlah kepada nasibnya Pek Siauwhiap sendiri, kemudian kata
orang she Teng itu, yang menghela napas panjang. Mengenai nona baju hijau itu, dapat
aku terangkan bahwa dia she In namanya So Ceng, dan dia menjadi ahli warisnya Seng
Nie. Pun percuma andaikata dia yang pergi memohonkan pertolongan . . .
Liu Kun San dan Seng Sie Jin bertambah bingung, tetapi tidak demikian dengan Ho
Tong. Pemuda itu berpikir apa yang harus dikuatirkan sebab Pek Kong justeru mau
mencari si pendeta perempuan.
Selagi mereka itu gelisah. Teng Houw ingat kata-katanya Kun San bahwa Pek Kong
pernah menolong dia. Dia lantas meminta penjelasan.
Kun San menuturkan perihal kejadian dirumah kayu itu serta menunjukkan surat
yang ditinggalkannya itu. Ia tanya, surat itu surat siapa.
Inilah tulisannya Ho Siu Tong Liong Ku Kun, kata Teng Houw habis membaca serta
memperhatikan surat, itu. Tadi malam In So Ceng bertemu kalian, dia mendengar
bahwa Pek Siauwhiap mau mencari Pek Gan Kwie, karena ia kuatir urusanku nanti
menggagalkah perjalanan kalian, si nona minta aku meninggalkan surat, buat minta
kalian lebih dulu mencari Pek Gan Kwie, baru kemudian kita nanti bertemu satu dengan
lain. Tidak disangka-sangka, manusia jahat itu justeru menggunakah kesempatan ini
buat memancing kalian pergi ke telaga Keng Pok Ouw itu, supaya kalian menerjang
bahaya. Aku percaya sekarang ini si jahat itu masih berada di dekat sini. Baiklah kita
cari dia guna membuat perhitungan dengannya!
Mendengar bahwa Ho Siu Tong Liong berada di sekitar pegunungan Loo Ya Nia ini,
Liu Kufi San menjadi ingat tentang pertemuannya dengan Thian Hud Ciang Ie Yang.
Maka perihal Ie Yang itu dituturkan pada Teng Houw, kemudian ia menambahkan.
Dengan adanya dua diantara Su Toa Sat Chee itu, mungkin yang dua lagi juga sudah
datang ke Liauwtong ini. Karena itu sekaranglah saat yang baik bagi kita untuk
menghajar yang dua itu yang sedang terpisah dari dua saudaranya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 430
yoza collection Ho Tong gembira mendengar hal bakal dilakukann.ya pertempuran, sampai ia lupa
pada Pek Kong, kawannya. Ketika itu ia tidak tahu bahwa kawannya justeru tengah
bertarung dengan In So Cecg.
Sebenarnya Nona In tengah ditugaskan gurunya melindungi sumoay, adik
seperguruan wanitanya. Sebab si adik sedang mempelajari ilmu Mum Bu Siang Sinkang,
hingga didalam tempo satu tahun, adik itu tidak dapat diganggu oleh siapapun juga.
Dengan sendirinya, siapa pun tak boleh memasuki gunung Loo Ya Nia. Maka iiu
kagetlah nona itu mendengar dari Kun San bahwa Pek Kong sudah pergi mendaki
puncak tertinggi buat pergi ke Keng Pok Ouw. Demikianlah, tanpa ayal sedikit juga, ia
lari menyusul, maksudnya akan menghadang anak muda itu, supaya si anak muda tidak
mengganggu adiknya. Setelah sampai diatas puncak, ia tidak melihat Pek Kong. Ia
mengawasi kearah Keng Pok Ouw. Diarah sanapun sisnak muda tak nampak. Ia menjadi
bertambah bingung Ia kuatir nanti anak muda itu keliru memandangi lembah Hong Ham Kok, tempat
dimana sang adik seperguruan lagi belajar sambi! menutup diri. Ia tahu aturan gurunya,
keras sekali. Lekas-lekas ia pulang terus ke gua Tek Kay Tong. Didalam gua, kamarnya
sang guru tertutup, sedangkan dua kamar lainnya sepi-sepi saja. Melihat demikian,
hatinya sedikit lega. So Ceng kurang pergaulan, ditambah lagi, aturan gurunya keras sekali. Terhadap
kaum pria, kesannya buruk. Dilain pihak, dia adalah nona remaja, dia telah mengenal
asmara. Secara kebetulan, ia bertemu dengan Pek Kong pemuda tampan dan gagah.
Tanpa merasa timbullah kesannya yang baik terhadap anak muda itu. Karena itu juga
ia kawatir si anak muda roboh sebagai korbannya longsoran salju. Begitulah, habis
memeriksa didalam gua, ia muncul keluar, matanya memandang jauh ke sekitarnya. Ia
pikir, kalau si anak muda datang, ia akan melihatnya. Ia memikir akan menghadang
pemuda itu. Tengah si nona memandang jauh kedepan itu mendadak dari belakangnya ia
mendengar suara keheran-heranan: Eh, eh, kembali kau! Ia terkejut segera ia berpaling.
Dengan heran-heran ia melihat si anak muda yang sedang di tunggunya, atau dijaga
untuk dihalangi. Itulah anak muda yang ia sukai, tetapi yang gurunya suruh rintangi. Ia
mundur selangkah sambil menegur: Ya. Inilah aku. Habis kau mau apa" Siapa suruh
kau datang kemari " Aneh tabiat si nona. Ia menyukai si anak muda, toh ia bersikap galak.
Pek Kong tiba di tempat itu secara kebetulan saja. Ia berhasil mendaki puncak
karena ia menggunakan ilmu ringan tubuh Hui Niauw Burung Terbang, . Salju longsor
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 431
yoza collection tetapi ia tidak kurang suatu apa. Ketika salju runtuh, ia berada dilain bagian. Ia bingung
sebab ia tidak melihat telaga Keng Pok Ouw. Ia cuma melihat puncak dan lembah. Disitu
tidak ada jalanan manusia. Dalam keadaan itulah ia melibat di kejauhan ada titik-titik
hitam sedang bergerak-gerak. Ia lantas menyusul sambil memasang mata. Ia melihat
seorang wanita, bahkan ia mengenali potongan tubuhnya wanita itu seperti potongan
tubuhnya Couw Kun, Hampir ia berseru memanggilnya. Ia terus menghampiri sampai
ia datang dekat dan mengenali si nona baju hijau. Maka ia perdengarkanlah suaranya
itu. Tetapi si nona jusreru mendampratnya. Ia menjadi tidak senang hatinya.
Gunung ini toh bukan milikmu ! ia balik menegur. Di sini aku merdeka untuk pergi
kemana aku suka! Mustahil kau dapat mengekang aku!
Sengaja, habis berkata begitu, anak muda ini menengadah langit. Ia meniru lagak
besar kepala nona itu. Didalam hati, In So Ceng tertawa melihat lagaknya si pemuda.
Apakah artinya meniru gaya orang" katanya mengejek. Tapi, ketika ingat kata-kata
mengekang ia mendongkol juga. Maka ia menambahkan: Siapa yang mau
mengekangmu Cis! Masih kau tak mau pergi dari sini "
Mendengar suara si nona, bukannya ia bergusar, Pek Kong justeru tertawa.
Mukanya si nona menjadi merah. Ia tidak menyangka orang bukan menjadi gusar,
tap, justeru mentertawakannya. Ia jadi berpikir bertentangan. Didalam hati ia diam-diam
bergirang, dimulut dia penasaran. Ia menjadi bingung sendirinya.. .
Bilang, kau sebenarnya mau mengangkat kaki dari sini atau tidak"' katanya nyaring.
Awas, aku nanti berlaku tak sungkan-sungkan lagi terhadapmu!
Sengaja nona ini memperlihatkan wajah dingin dan tangannya dikepal-kepal. Ia
sudah mengangkat tangannya itu buat mengancam, tetapi menyerang, tidak.. .
Pek Kong mengawasi. Ia menerka-nerka hati orang. Tiba-tiba ia ingat bagaimana
sikap nona itu terhadap Tiat Tan Kong Kek. Maka, pikirnya lebih jauh, mungkin Tiat Tan
Kong Kek telah dikurung si nona didalam guanya itu.
Mengapa dia cuma mengancamnya. Kenapa dia agaknya tidak mau meninggalkan
mulut gua ini" si anak muda masih berpikir lagi. Ah, mestinya terkaanku ini tidak salah!
Maka mendadak saja ia tertawa bergelak, terus ia berkata menantang. Biasanya aku
tak memperdulikan orang berlaku sungkan atau tidak terhadapku! Habis kau mau apa"
Aku bilang terus terang padamu, aku bukan saja tak sudi pergi dari sini, bahkan ingin
aku masuk kedaiam gua untuk melihat-lihat keindahannya !
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 432
yoza collection Habis mengucapkan demikian, benar-benar Pek Kong bertindak maju kearah guha,
dengan begitu ia seperti juga hendak menerjang si nona !
So Ceng menjadi bingung. Pergi! ia membentak berulang-ulang, sedangkan kedua belah tangannya lantas
dipakai menyerang bergantian. Biar bagaimana, ia hendak mencegah orang maju lebih
jauh. Pek Kong berkelit Tak mau ia menangkis. Ia tahu kepandaian si nona tak ada
dibawahnya. Kemarin mereka berdua sudah mengadu ilmu ringan tubuh. Diam-diam ia
terkejut. Serangan si nona tidak mengenainya tetapi salju pada berterbangan
karenanya! Hebat kepandaiannya! katanya di dalam hati.
Nona! katanya, walaupun kau telah pertontonkan kepandaianmu, belum tentu kau
dapat menggertak hingga orang takut karenanya! Dan ia maju pula. Sebab ia
memikirkan ke selamatannya Tiat Tan Kong kek.
In So Ceng bingung bukan main. Ia menyerang hebat Karena salju berhamburan, ia
tak melihat si anak muda terluka atau tidak, dan kalau terluka, parah atau tidak parah.
Diluar dugaannya, anak muda itu tidak kurang suatu apa, bahkan dia mengejeknya,
dan dia lantas maju pula.
Ah, benarkah kau mencari mampus" katanya didalam hati saking sengitnya. Dilain
pihak ia khawatir ribut-ribut itu nanti mengejutkan gurunya. Maka lantas ia berkata.
Jangan kau memandang enteng pada orang! Jika kau benar tidak takut mampus,
pergilah kebawah puncak itu, ditempat yang lega, disana kau boleh sambut tigapuluh
jurusku! Pek Kong sebaliknya tertawa geli.
Kalau kau dapat melayani aku tiga jurus saja, kaulah yang nomor satu dikolong
langit ini! katanya sengaja berjumawa.
Cis! si nona mengejek. Awas, jangan kau meniup hingga sang kerbau mumbul naik
kelangit! Nanti si pemilik kerbau datang padamu menagih kerbaunya, itu! Ayo jalanlah!
Meski ia berkata begitu, si nona toh mendahului berlari pergi, untuk lompat turun
kekaki puncak. Pek Kong tak mau kalah lagak, denga satu gerakan dari Niauw Keng, Kitab Burung,
iapun meluncur turun. Tiba ditanah datar, si nona masih berjalan terus.


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Yang Berbudi - Halaman 433
yoza collection Ah, mau apakah dia" pikir Pek Kong. Tiba-tiba ia sadar: Ah, jangan-jangan dia mau
memancing aku! Bukankah ini tipu daya memancing harimau meninggalkan gunung"
Maka ia berhenti berlari, terus ia memutar tubuh, buat lari balik!
Si nona terkejut, dia segera menyusul.
Hanya sebentar, Pek Kong sudah dihadang pula.
Eh, kenapa kau tidak maju terus" tegur si nona,
Pek Kong ingin menolongi orang, ia tidak guberis teguran itu. Ia lompat nyampimg,
lantas ia lari terus! Nona itu terkejut, dia lompat lari menyusul pula. Kembali ia menghadang.
Apakah kau takut mampus" tanyanya, sengit.
Pek Kong melirik, lalu mendelik. Em! ia perdengarkan suaranya. Jangan kau
menggunakan akal bulus terhadapku! Asal kau menghadang pula, jangan kau sesalkan
aku. Tapi si nona justeru menjadi semakin bingung.
Kalau kau maju lagi satu tindak! katanya keras, akan kuhajar kau . .
Melihat orang demikian bingung, Pek Kong justeru menerka semakin keras adanya
Tiat Tan Kong Kek didalam gua itu.
Minggir! bentaknya. Bukan ia pergi, justeru bertindak maju. Sebelah tangannya
dikibarkan, akan menghalau orang yang menghadang didepannya itu. Ia pula berlompat
tinggi, bukan untuk menerjang si nona, melainkan buat meloncat melewati kepalanya!
In So Ceng tidak menjadi gugup akan gerak-gerik si anak muda, hatinya tetap tabah
Segera iapun bergerak. Ia memutar tubunnya lompat menyusul dengan gerak Mega
Hijau ditanah datar, tangannya disodorkan untuk dengan tipu totokan Burung Jenjang
Kedinginan Mencari Ikan menotok jalan darah Hong-hu si anak muda itu!
Pek Kong mendengar bunyi angin gerakan sinona Segera ia berkelit dari mana ia
menoleh, mengawasi nona itu dengan mata melotot. Namun ia tak menegur atau
menyerang, ia justeru melompat lagi dan maju lebih jauh.
In So Ceng menjadi bingung dan penasaran! Segera ia mengambil keputusan
menghajar orang itu sampai pingsan hingga tak berdaya. Ia lompat menyusul,
tangannya digerakkan dalam satu serangan dahsyat !
Pek Kong tidak mau meladeni si nona, pikirannya hanya tertuju kepada Tiat Tan
Kong Kek semata. Pikirnya dengan dipelototi, nona itu akan menghentikan aksinya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 434
yoza collection Dengan mata melotot berarti bahwa ia sudah marah. Maka heranlah ia mendapati si
nona tidak kenal takut, bahkan nona itu maju terus, terus menyerangnya dengan hebat!
Sekali ini nona itu menyerang dari sebelah kanan.
Jikalau kau tidak diberi rasa, kau tak tahu maju atau mundur!.. . pikir Pek Kong.
Begitu berpikir, begitu si pemuda bertindak. Dengan gesit lincah ia berkelit dari
hajaran si nona. Cepat sekali tubuhnya mencelat ke samping terus kebelakang orang
dari mana ia mengirim dua serangan berbareng. Tangan kanan mencari sasaran buah
pinggang, tangan kiri, iga kiri si nona! Setelah itu ia mencelat menjauhkan diri !
In So Ceng tertawa kegelian ! Si pemuda bukan menyerangnya dengan hebat, juga
bukan menotoknya. melainkan ia ditowel, sehingga ia tak dapat mencegah tertawanya.
Mukanya menjadi merah karena malu!
Cis! ucapnya dengan sengit, terus ia melompat menerjang dengan lompatan Muni
Bu Siang Sin Kang. Pek Kong mau merayap naik ketika ia merasakan sambaran angin keras pada
kakinya. Ia menduga sebab-musababnya itu. Berbareng kaget, ia berseru nyaring.
Tubuhnya berjumpalitan turun dengan gerak Burung Elang Jungkir Balik . Selagi turun
itu, ia mengerahkan tenaga pada tangannya, menyerang kepala si nona yang berada
dibawahnya! Pukulan Muni Bu Siang Sinkang dari In So Ceng liehay sekali. Ia percaya dengan itu
ia dapat merobohkan jago silat kelas satu. Hanya ketika ia menyerang si anak muda ia
tidak mengerahkan tenaga seratus persen.
Pemuda tampan memuakkan, tapi sekaligus harus disayanginya.. .
Lalu terjadilah hal yang bagi si nona itu sangat mengheiankan. Bilamana seseorang
menyerang dan seorang lain menangkis, seharusnya tangan mereka beradu satu sama
lain. Tetapi kali ini tidak! Sinona menyerang sesuatu yang kosong sehingga tangan
mereka tidak bentrok. Selagi si nona terheran-heran itu, ia mendengar suara tertawa si anak muda diatas
kepalanya. Nona jangankah kita bertempur lebih jauh! demikian suara anak muda itu. Nona
bolehkah aku bertanya. Adakah didalam guamu ini engkau menyembunyikan seseorang
atau tidak" Pada Pek Kong pun tak ada niatan mencelakakan si nona. Harapannya hanya agar
orang tidak akan menghalang-halangiya. Sebab itu begitu ia meluncurkan tangannya,
demikian pula ia menariknya kembali, sehingga tangan mereka tak sampai bentrok. Ia
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 435
yoza collection merasa lucu bahwa nona itu dapat diakalinya. Hanya diluar dugaan, kata-katanya itu
menyebabkan si nona malu dan mendongkol. Pertama-tama muka si nona menjadi
merah. Kurang ajar! teriak nona itu. Jikalau nonamu tak dapat menghajar kau sampai
mampus, bocah, paling sedikit aku akan membuat kau tak dapat berlari lebih jauh!
Dan dengan marahnya itu ia segera menyerang berulang-ulang bagaikan bayangan
kedua tangannya mengurung si anak muda !
Pek Kong repot juga, terpaksa ia menggunakan Coa Kun, ilmu Silat Ular, untuk
senantiasa berkelit. Akhirnya ia mencelat jauh dengan satu tipu Keng Coa Jip Hiat , atau
Ular Kaget Masuk Kelubangnya . Ia lolos dari tendangan si nona.
In So Ceng melompat menyusul, melanjutkan penyerangannya.
Sabar, nona! si anak muda berseru. Bukan kata kita tidak bermusuhan satu sama
lain . Mengapa nona seakan-akan hendak mengadu jiwa denganku" Jika nona sungguh
tidak menyembunyikan seseorang didalam guamu ini.
Ngaco belo ! bentak So Ceng, lalu dia menyerang pula.
Pek Kong heran bukan main, dilihatnya muka orang itu menjadi merah. Justeru,
cahaya merah itu membuat wajah nona itu semakin menarik, semakin menggiurkan
hati. Ketika diserang pula, ia berkelit.
Nona, berhenti dan bicaralah biar terang! pintanya. Setelah kita selesai bicara,
masih ada waktu untuk bertempur pula.
So Ceng menyerang sambil membentak, katanya: Kau harus tahu sendiri !
Pek Kong berkelit terus. Herannya semakin bertambah tambah. Pikirnya. Apakah
aku sa lah bicara" Di bagian manakah"
So Ceng melihat orang tidak menangkis atau balas menyerangnya, sebaliknya,
pemuda itu berdiri tertegun. Ia menjadi bingung sendiri nya. Sekarang dialah yang
merasa heran atas sikap orang itu.
Seharusnya ia adalah seorang budiman.. . Pikirnya. Bagaimanakah aku dapat
memberi keterangan kepadanya" Ia malu akan merubah sikapnya itu Maka ia terus
mengotot. Berkali-kali ia meludah, terus menjadi sengit serta berkata: Pendeknya
sebelum diantara kita ada yang mati, tak mau aku menyudahi perkelahian ini. Jangan
kau kira karena dapat mempermainkan aku, lantas kau merasa telah memiliki
kepandaian yang tinggi, sehingga seseorang harus takut padamu !
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 436
yoza collection Pek Kong heran sekali. Kapan aku mempermainkanmu " tanyanya bingung.
In So Ceng tercengang! Sadarlah ia bahwa ia telah salah berkata! Namun ia masih
tak mau mengerti. Katakanlah kau hendak berkelahi terus atau tidak" bentaknya. Asalkan kau mau
menerima baik sebuah syarat!
Hati si pemuda menjadi lega. Nada suara sinema mulai berubah. Namun ia tetap
heran, Syarat apakah itu nona" tanyanya.
Syaratnya sangat sederhana !' sahut si nona, Aku minta kau segera pergi dari sini!
Tiat Tan Kong Kek sudah menantikan kau di tempatmu datang tadi!'
Pek Kong menatap tajam. Dapatkah ia mempercayai kata-kata nona itu" Apakah itu
bukan hanya akal sinona untuk memenangkan waktu.
Siapa mau percaya akan kata-kata bohong mu ini! katanya kemudian. Terus ia
memutar tubuhnya dan maju kembali!
Nona In melompat ke depan. Dia menghadang pula.
Asalkan kau mendaki pula puncak Cian Swee Hong! Katanya bengis. Kau harus
meninggalkan nyawamu di sini! '
Hatinya Pek Kong menjadi panas juga. Si nona terlalu, pikirnya! Ia tersenyum dingin.
Apa itu Cian Swee Hong atau Ban Swee Hong" tanyanya mengejek. Aku justeru
hendak menjelajahinya! Cian Swee Hong adalah nama puncak dari Loo Ya Nia itu. Cian Swee berarti Seribu
Tahun. Hong yaitu puncak. Karena nama Seribu tabun itu cianpwee maka si anak
muda mengejeknya dengan Ban Swee Hong, puncak Selaksa tahun.
Minggir! si anak muda meneruskan kata-katanya itu. Dan ia maju sambil
menyerang agar sinona menjauhkan dirinya.
So Ceng telah siap sedia. Begitu ia melihat wajah orang merah padam ia tahu pula
apa artinya itu. Segera iapun menyerang, maksudnya untuk mendahului.
Sekali ini kedua tangan tak ditarik kembali setengah jalan, sebab itu bentroklah
mereka satu sama lain, bahkan bentrokannyapun cukup keras. Maka nyaringlah suara
beradunya tangan mereka. Tetapi yang hebat adalah akibatnya,
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 437
yoza collection Kedua muda-mudi itu terpental mundur, tubuh mereka jungkir balik dan akhirnya
roboh, Dengan memaksakan diri, keduanya merayap bangun, terus mereka duduk
berhadapan untuk meredakan napas dia yang bergolak..
Serangan Pek Kong cukup keras akan tetapi tidak dengan sungguh-sungguh.
Pikirnya ia akan menang dengan mudah. Tadipun ia berhasil mempermainkan si nona.
Siapa tahu ia telah salah terka. Namun hal ini membuatnya penasaran sekali. Pikirnya:
Betapa ia nakal dan bandel sekali! Tak dapat tidak, ia harus diberi ajaran!
In So Ceng pun kaget dan bingung. Hebat tenaga si pemuda! Sedangkan ia, ia hanya
mau menghadang saja. Namun bilamana ia menyaksikan si anak muda jungkir balik
seperti dia dan perlu juga meredakan jalan napasnya, ia mendongkol bertepatan
merasa lucu juga. jika Tak kusangka, dia benar-benar lihay.. . pikirnya. Dia begini bandel, lalu bagaimana
.. Ia mengambil keputusan: Karena aku tak dapat mengusirnya, baik aku lihat dia
supaya aku dapat menenangkan waktu . . .
Maka ia mencelat bangun. Mari kita bertempur lagi! tantangnya.
Selama beristirahat itu. Pek Kongpun sempat berpikir. Ia percaya Tiat Tan Kong Kek
terkurung didalam gua, namun karena jago itu berwajah buruk, dia tentu tidak akan
diganggu oleh wanita itu.
Mungkin juga di gua itu tertahan pula seorang lain, ataupun ada kawannya si nona.
Mengapa aku tak mau menangkap kawan nona itu dan memaksa dia melepaskan
orang tahanannya itu" demikian pikirnya. Karena ia tahu si nona sangat gagah dan
sulit ditaklukkannya. Bertepatan dengan itu si nona sudah melompat bangun
menantang dan menyerangnya. Mau atau tidak, terpaksa iapun mencelat bangun
menyambut serangan itu. Pertempuran kali ini memang lain sifatnya, dari yang semula. Baik si pemuda
maupun sl pemudi, mereka mempunyai satu tujuan, yakni menawan lawannya masingmasing. Pertempuran amat dahsyat dari permulaan sampai detik-detik selanjutnya.
Keduanya benar-benar seimbang ketangkasannya, sama-sama gesit, sama-sama
lihay. Mereka bergerak cepat bagaikan bayangan !
Ketika itu matahari dengan diam-diam berjalan terus dan mulai condong kebarat
serta angin dingin meniup keras. Kedua muda-mudi ini tak merasakan hawa yang
dingin, sebaliknya mereka merasa lapar. Itulah sebab tanpa terasa mereka sudah
membuang banyak waktu. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 438
yoza collection Nona In menjadi bingung. Bagaimana jika ia kehabisan tenaga "
Dia amat keras kepala, bagaimana aku harus melayaninya" pikirnya kemudian. Dia
membuatku letih dan tak berdaya. Ini adalah berbahaya. Mau atau tidak aku harus
mengambil tindakan keras! Jika tidak, tentu ia tak dapat ditaklukkan!
Setelah itu, si nona segera menggunakan akalnya. Ia mencari waktu yang lowong
terus meloncat mundur, keluar dari kalangan, dan terus mengangkat kaki
Ketika Pek Kong melihat orang mundur, ia menganggap waktunya telah tiba.
Kini tibalah saatnya . .aku hajar dia! pikirnya.
Bertepatan sekali sinona sedang balik belakang, sekonyong-konyong si anak muda
lompat menyusul.. Sewaktu mendekati, ia mengulurkan sebelah tangannya dan dengan
jari jemari yang terbuka, ia menotok jalan darah Ciauw Yauw dari nona itu.
In So Ceng sedang merenung dan memasang telinganya Kini tahulah ia bahwa ia
sudah disusul. Ia bersiap siaga. Begitu serangan tiba ia tak berkelit atau menangkis,
hanya memutar tubuh sambil memasang kuda-kuda dan kedua tangannya disodorkan
untuk menyerang ! Serangan disambut dengan serangan !
Ketika menyerang diam-diam Pek Kong bergirang. Ia percaya si nona tidak
mengetahui akan serangannya itu. Ia baru sadar ketika nona itu memutar tubuhnya,
terus menyerangnya. Untuk menghindarinya, ia membatalkan serangannya seraya
berkelit kesamping. Sudah terlambat! Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya tertiup angin
terus membubung tinggi keudara!
Celaka, pikirnya. In So Ceng pun terkejut. Ia mengira si anak muda bersiap sedia. Jika anak muda itu
terpukul, ia tak akan terluka parah. "
Mungkinkah, seseorang yang tidak berjaga-jaga dan tubuhnya terpukul dapat naik
membubung tinggi lagi jauh" Celaka jika anak muda itu jatuh ketanah! Tanpa
disadarinya ia mengeluarkan jeritan tertahan, sekaligus tubuhnya mencelat, menyusul,
menanggapi tubuh orang agar dapat menghindari bahaya.. .
Bertepatan si nona mencelat, ia melihat bayangan putih menyambar kearahnya
dan tubuhnya dirasakan tertekan keras. Ia tertegun, tetapi segera ia mendengar suara
yang tak asing lagi baginya: Anak Ceng, kau tidak takut mati, ya! Mengapa kau tidak
menunggu dipintu namun membiarkan anak muda itu datang menyerbu"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 439
yoza collection Itulah suara Ceng Khong Seng Nie, gurunya, yang tubuhnya tampak turun sambil
sebelah tangannya memegangi tubuh Pek Kong.
Segera juga si nona berlutut memohon ampun. Tak kusangka anak ini dapat
menyusup ke dalam.. .! katanya tak habis mengerti.
Kau masih dapat mencaci makinya" tegur Ceng Khong Seng Nie. Hampir saja
Suara bhikshuni itu terhenti dengan tertahan. Inilah disebabkan ia melihat si anak
muda, yang dikiranya terluka parah, padahal tak kurang suata apa, wajahnyapun tenang.
Ia heran sekali! Bangunlah! katanya, pada muridnya.
Nanti aku tanyakan dia Sesungguhnya Pek Kong tidak terancam bahaya! Ketika ia didahului si nona, ia
menjaga diri dengan mengerahkan tenaga dalamnya, agar ia dapat bertahan dari
serangan nona itu. Tubuhnya terpental namun tak terluka. Ia terpental dan sekaligus ia
menggunakan ilmu Liong Hui Hong Bu Naga Terbang, Phoenix Menari. Ia membiarkan
tubuhnya terpental kearah mulut goa. Hanya diluar dugaan sewaktu tubuhnya
melayang itu, sekonyong-konyong ada tangan kuat yang memegangnya. Terus saja ia
dibawa turun sehingga ia mendengar serta melihat gerak-gerik kedua orang itu, guru
dan murid. Dan si guru adalah seorang pertapa wanita.
Pek Kong melihat seorang pertapa wanita tua yang berwajah lemah-lembut dan si
nona baju hijau berlutut didepan bhikshuni itu.
Sungguh si nona lihay sekali . . pikirnya. Tak heran, gurunya juga lihay!
Ceng Khong Seng Nie melepaskan si anak muda. Dengan senyum manis, ia tanya
lemah-lembut: Tan wat muda, kepandaianmu luar biasa! Siapakah gerangan gurumu
yang pandai itu" Tan wat berarti dermawan.
Pek Kong merendahkan diri. Ia memberi hormat.
Aku yang muda tidak mempunyai guru, jawabnya. Apa yang kumiliki sekarang ini
adalah hasil pelajaranku seorang diri. Loo-suthay, terima kasih atas pertolonganmu ini.
Maafkanlah aku! Aku harus melanjutkan perjalananku ke Keng Pok Ouw karena ada
suatu urusan yang perlu . .
Pertapa wanita terdiam. Tiba-tiba ia teringat: Bukankah ia ini. si pemuda yang anak
Couw memikirkannya setiap saat" Maka segera ia berkata: Tunggu dulu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 440
yoza collection Couw Kun tinggal seorang diri dikamarnya lalu menganjurkan Ho Tong pergi
menyusul Pek Kong. Ia gelisah, ia senantiasa memikirkan keselamatan si anak muda.
Pikirannya masih kacau meskipun Ho Tong sudah pergi. Kali ini ia teringat bahwa
Ho Tong kurang waspada dan ada kemungkinan pula dia menerbitkan huru-hara
ditengah jalan. Lagi pula ia sangat berduka, bila ia terkenang pada saat saat ayahnya
berpulang untuk selama-lamanya.
Dalam kesepian, Couw Kun juga tak mau keluarga Ong Pek Coan menghiburnya.
Itu hanya menyusahkan keluarga itu saja ! Untuk menghibur diri, ia bisa pergi


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemakam ayahnya. Disana ia berdiam diri serta memohon agar roh ayahnya mau
melindunginya dan menenangi pula Pek Kong supaya anak muda itu tidak kurang suatu
apa dan berhasil didalam pelajaran silatnya. Melalui kepandaiannya bersilat Pek Kong
tentu dapat membalas dendamnya.. .
Menurut Nona Sisuw, betapa sang hari merayap bagaikan gerobak reyot. Terlalu
lambat! Ia senantiasa menghitung hari lepas hari. Ia sudah menghitung selama 180
hari. Itulah saat Pek Kong berjanji akan pulang. Maka juga pada hari yang dijanjikannya
itu ia muncul diambang pintu, menanti sambil bersandar pada daun pintu. Ia terkaget
meski hanya suara tikus berjalan karena ia mengira sibuah hatilah yang pulang! Siasia saja hari itu ia menantikannya. Pek Kong tidak pulang ! Bila sang malam tiba, hatinya
menjadi amat gelisah. Sejak itu terus Couw Kun merasa khawatir seakan-akan mendapat firasat tidak baik.
Ia takut kalau kalau Pek Kong mendapat bencana.
Ya.. pada suatu hari.. ia pasti kembali! demikian pikir si nona pada saat-saat ia
bersusah hati. Itulah satu-satunya hiburan di tiap kali diingatnya setiap kali pula air
matanya bercucuran. Tiga bulan dilalui Couw Kun dalam keadaan menderita bathin itu.
Pada suatu malam, ketika ia belum tidur, selagi bersandar pada pembaringannya
tiba-tiba saja api lampunya bergoyang. Mendadak dari luar jendela melompat masuk
seorang pemuda yang berdandan sebagai pelajar.
Ah, benar-benar kau pulang ! serunya, kegirangan.
Ia lompat dari pembaringannya. Memang aku tahu, kau harus pulang!! Ia girang
bukan kepalang. Pemuda itu berseru, tangannya dikibaskan, api dipadamkan, terus ia peluk si nona!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 441
yoza collection Couw Kun kaget sekali ! Ia memang biasa bergaul rapat dengan si nona muda.
Mereka toh hidup bersama sejak masa kanak-kanak- Mereka biasa berangkulan tangan
dan duduk bersama. Hanya selama itu, Pek Kong belum pernah bersikap kurang ajar
Karena kaget, Couw Kun menepuk muka orang sehingga terdengar bunyi nyaring
halus, bertepatan pula ia merasakan seluruh tubuhnya lemas. Sebelum ia tahu apa-apa
lagi, ia sudah tak sadarkan diri. Ia tidak mengetahui bahwa sang waktu sudah lama
berlalu. Pada saat ia terjaga, telinganya menangkap suatu suara lembut dari seorang
perempuan tua: Anak ini harus dikasihani. Tubuhnya lemah sekali. Dia diculik orang,
kalau dia tidak berjumpa denganku ditengah jalan tadi entah bagaimana nasibnya.. .
Sungguh malang dan patut di Kasihani..
Lalu terdengar pula suatu suara merdu dari seorang wanita muda: 'Suhu, bilamana
suhu mengasihaninya, baiklah suhu ambil dia sebagai murid!
Couw Kun mendengarnya seperti ia sedang bermimpi. Ia terjaga, namun belum
sadar sepenuhnya. Ia coba menguatkan hatinya dan melihat dengan tajam. Mula-mula
ia hanya melihat gerak-gerik dua orang bagaikan bayangan saja. Beberapa kali
memejamkan mata dan melek kembali. Ternyata ia mendapatkan dirinya terjaga di
pembaringan. Didekatnya ada sebuah meja kecil. Diatasnya terdapat beberapa jilid kitabkitab. Di lantai terdapat sebuah pouwtoan, diatasnya duduklah pertapa seorang wanita
tua, yang berjubah putih serta disebelahnya berdirilah seorang nona berbaju hijau. Ia
terperanjat berada ditempat asing itu. Ia tidak tahu mengapa ia berada disitu" Juga ia
mau minta keterangan. Lalu ia lihat si bhikshuni menggoyang-goyangkan tangannya
kepadanya sambil berkata perlahan-lahan,
Anak, kau lemah sekali, janganlah kamu menggerakkan tubuhmu. Biarkanlah anak
Ceng mengurutimu Lantas si nona berbaju hijau itu menghampirinya.
Janganlah bersusah hati, kak, hiburnya manis. Kepandaian suhu lihay sekali! Aku
tanggung sebentar saja kau akan memperoleh kesegaran tubuhmu kembali.
Bhikshuni itu tertawa sekalian ia membentak: Kau mengoceh tidak keruan! Lekas
. Nona itu tidak menjawab, ia hanya tertawa kepada Couw Kun. Setelah itu ia mulai
menguruti. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 442
yoza collection Nona Siauw tak habis pikir. Selagi ia diuruti, ia merasakan hawa yang hangat
menyelusupi tubuhnya ia diliputi oleh suasana damai dan tenteram. Kemudian
pikirannyapun mulai terang, ia teringat peristiwa malam itu ketika ia dirangkul oleh si
pelajar tampan. Segera ia menerka bahwa ia sudah jatuh kedalam tangan orang jahat
tetapi ditolong oleh bhiksuni tua ini. Setelah si iona berbaju hijau selesai mengurut, ia
menggerakkan tubuhnya, turun dari pembaringan. Sambil menangis, ia memberi
hormat pada orang suci itu. Katanya. Taysu, aku yang malang adalah Siauw Couw Kun.
Aku bersyukur bahwa taysu telah menolongku. Bolehkah aku mengetahui nama besar
taysu serta sekarang ini dimana aku berada"
Pertapa itu tersenyum. Janganlah kau bersusah hati, nak! katanya Kau sudah terlepas dari bahaya,
seharusnya kau bergembira. Silahkan bangun aku hendak bicara denganmu.
Si nona berbaju hijaupim memegang tangan cya untuk membangunkan. Katanya :
Jangan bersnsah hati kak! Guruku paling tak suka melihat air mata.. . Kemudian ia
pergi kepojok kamar, mengambil dua potong pouwtoan dan melakukannya.
Silahkan duduk! ucapnya serta menarik tangan Couw Kun.
Maka duduklah mereka berdua dihadapan pertapa wanita itu.
Pin-nie bernama Ceng Khong, pertapa Wanita itu mulai berkata-kata. Tempat ini
terletak ditepi telaga Keng Pok Ouw, sebelah barat daya gunung Loo Ya Nia di
Liauwtong. Ia menatapi Couw Kun menarik napas dan menyambungnya pula: Betapa
suram wajahmu, raut mukamu begitu tertutup! Seakan-akan kau sedang menghadapi
kedukaaan keluarga.. Sekonyong-konyong Couw Kun menangis.
Ia diingatkan pula akan penderitaannya!
Jangan bersedih hati kak, hibur pula si nona berbaju hijau. Ia membelai-belai Couw
Kun dengan penuh kasih sayang seorang adik.
Guruku adalah maha penyayang yang selalu mengulurkan tangannya pada
sesamanya. Terhadap guruku, janganlah kau segan-segan menceritakan segala sesuatu
yang biar terang. Hai bocah, kau pandai sekali bicara" sapa gurunya yang juga tertawa. Kau gemar
bercerita. Nona itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya tersenyum.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 443
yoza collection Couw Kun menghapus air matanya. Ia menahan kesedihannya dan menceritakan
riwayat hidup keluarganya.
Ketika si bhiksuni mendengar bahwa ia adalah puterinya Siauw Seng Houw, hilang
lenyaplah senyumnya, sebaliknya, alisnya tertarik naik. Sekian lama terdiam saja. Lalu
tanyanya. Anak bersediakah kau atau tidak membalas sakit hati ayahmu"
Couw Kun tertegun. Hanya seketika, segera dijawabnya dengan sungguh-sungguh.
Kalau sakit hati ayah tidak terbalas, adalah hidup anak itu bagai anjing atau kuda. Mana
dapat aku melupakannya! Hanya sampai sekarang sudah hampir satu tahun aku masih
belum tahu siapa pembunuh ayahku itu. Disamping itu, aku tidak pandai apa-apa. Sebab
itu aku khawatir bahwa aku hany
.. Ceng Khong menengadah, menatapi langit-langit goa.
Dibawah langit ini tak ada soal yang sukar, katanya. Apa yang dikhawatirkan ialah
tak ada orang yang tahan uji.
Si baju hijau itu segera melitik pada si nona dan mengedipkan matanya.
Couw Kun dapat menangkap tanda itu. Ia berbelit dihadapan pertapa tua itu, serta
mem beri hormat, katanya; Suhu, sudilah kiranya menolong aku yang bersengsara dan
menderita ini . . . . Bhikshuni itu terdiam. Ketika ia menolong Couw Kun dari Kanglam Selatan,
dibawalah dia ke Liauwtong Utara. Itulah sebab ia melihat orang bertubuh indah dan
berbakat baik. Sewaktu si nona sadar dari pingsannya, seketika saja pikirannya berubah.
Karena ia melihat wajah nona itu. Disamping bakatnya yang baik, sinar mata si nona
memancarkan kekerasan hatinya. Kemudian hari bilamana ia sudah belajar silat,
mungkin iapun tak segan-segan membunuh orang . Pikirnya, jika si anak sudah sehat
kembali, ia hendak membawanya pulang ke Selatan. Siapa sangka dia adalah putri
tunggal Siauw Seng Houw. Serta merta pikirannyapun rubah pula.
Demikianlah, sesudah mendengar permintaan si anak, ia menarik napas dan
berkata: Baiklah, karena engkau penuh bakti, akupun bersedia menerimamu sebagai
muridku. Couw Kun girang benar. Sekali lagi ia mengucapkan terima kasihnya. Berulangulang ia mengangguk-anggukkan kepalanya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 444
yoza collection Sesudah orang memberi hormat, Seng Nie berkata dengan sungguh-sungguh' Anak
Couw dengarlah! Untuk mempelajari ilmu silatku, yang diberi nama Muni Bu Siang
Sinkang, pertama-tama kau harus membersihkan hatimu. Yaitu kau tak dapat
memikirkan apa pun juga! Setelah itu, kau harus mau menderita! Bersediakah kau"
Guru itu menekankan sedemikian rupa, sebab ia mendapat kenyataan bahwa murid
baru ini di dalam segala hal sama dengan muridnya yang berbaju hijau itu!
Baik, suhu, aku bersedia menerima segala sesuatu! jawab murid itu.
Lalu Ceng Khong Seng Nie menjelaskan perasaan-perasaan yang bagaimana yang
nona itu harus singkirkan. Sesudah itu, ia menambahkan siapa belajar silat dan ingin
mencapai kemahiran, dia harus jujur dan lurus, dia harus membuang segala pikiranpikiran yang bukan pada tempatnya.
Lagi pula selama setahun, sebelum kau mempeloleh pokok dasarnya, engkau tidak
diijinkan bergaul dengan pria yang mana pun. Maukah engkau berjanji kepadaku"
Couw Kun tertegun, tetapi seketika saja dijawabnya dengan pasti : Dapat, suhu!
Terus terang nona ini senantiasa memikirkan Pek Kong dan Ho Tong, terutama Pek
Kong, Ia juga memikirkan ayahnya dan itu adalah lain persoalannya. Itulah yang
merupakan penyebab utama ia dapat menguatkan hatinya untuk belajar silat. Sering ia
merenungkan kedua pemuda tersebut. Sekarang ini ia berada jauh di utara sini. . . entah
bagaimana dengan keduanya itu. Andaikan Pek Kong berhasil belajar silat, bagaimana
dia mengetahui bahwa ia berada di Lo Ya Nia ini"
Seng Nie melihat keragu-raguan si nona. Ditekannya pula: Sungguh-sungguhkah
kau dapat" Ya, suhu! jawab pula si murid, tanpa sangsi-sangsi lagi.
Nah, angkatlah kepalamu dan bersumpahlah kepada langit! kata si guru dengan
bengis. Kembali Couw Kun terheran-heran, ia mengawasi gurunya itu. Ia melihat orang
bersikap sungguh-sungguh dan bengis. Segera ia pergi kemulut gua, menengadahkan
kepalanya dan mengangkat sumpah: Murid bernama Siauw Couw Kun sudah bertekad
untuk belajar silat, mau berlaku jujur dan lurus, tidak akan melanggar pesan dan
peraturan. Jika murid toh berbuat hal-hal yang bukan pada tempatnya, murid bersedia
dihukum mati! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 445
yoza collection Selesai ia mengucapkan sumpahnya itu, Couw Kun ingat Pek Kong. Hatinya tergetar,
hampir saja ia menangis. Untuk menguasai perasaannya, tubuhnya bergetar
seluruhnya. Ceng Khong Seng Nie melihat gerak tubuh si nona, ia menarik napas. Ia berbangkit
dan menghampirinya, membelai-belai rambutnya yang indah terurai. Katanya
menghibur: Anak, mengertilah kau, jikalau gurumu tidak memaksa kau menegakkan
hatimu, sulit sekali untuk kau menyempurnakan pelajaranmu didalam tempo satu tahun.
Pelajaran itu sukar benar, sama saja seperti seorang mau naik ke langit! Bila kau gagal,
kaupun harus menunggu pula sampai tigapuluh tahun, baru kau berhasil. Dalam waktu
sedemikian lama itu, mungkin musuhpun telah tiada. Lalu . . . terhadap siapa kau dapat
membalas sakit hatimu itu" Kini, kau belajarlah dengan sepenuh hatimu. Camkanlah!
Segala pikiran apa juga harus kau kesampingkan.
Baik, suhu, anak Couw mengerti! katanya.
Hanya satu hal yang hendak aku ajukan! Sejak kecil anak mempunyai seorang
teman pria. Ia menganggap ayahku seperti ayahnya sendiri. Karena ayahlah yang
merawatnya dan kami berdua hidup bersama sama dibawah naungan satu atap. Tahun
yang lalu pemuda itu sudah pergi ke tanah pegunungan mencari obat umuk ayahku.
Setiba dirumah. ia segera berangkat pula untuk belajar silat. Keputusannya telah tetap,
membalas sakit hati ayahku. Ketika mau berangkat, pemuda itu berjanji akan kembali,
paling cepat, setengah tahun selambat-lambatnya satu tahun. Sebab itu, anak selalu
memikirkannya. Selama setahun penuh, kemungkinan besar kami tak akan berjumpa
satu sama lain. Anak khawatir ia banyak menderita kelak. Itulah sebabnya mengapa
anak ragu-ragu tadi. Tetapi kini adalah lain halnya! Anak bersedia belajar silat, agar
sakit hati itu anak sendirilah yang membalasnya. Suhu, aku berjanji, bahwa aku takkan
menyia-nyiakan pengharapan suhu.
Ceng Khong girang bersamaan pula merasa bingung dan menyesal juga!
Nampaknya anak ini dihadapkan pula dengan suatu masalah yang sukar. Sebaliknya ia
bergembira bahwa si anak masih berpikir jernih dan dapat membeda-bedakan segala
sesuatu. Yang membingungkannya ialah persoalan si anak muda itu. Ia harus
mengambil tindakan supaya anak ini dapat melupakan pemuda itu. Bagaimana
caranya" Inilah yang membuatnya kadang kala bersusah hati dan menyesal. Ya,
menyesal, sebab ia telah memaksa anak itu mengangkat sumpah !
Semua sudah terlanjur. Biarlah! akhirnya guru ini memutuskan. Ia menoleh pada
So Ceng dan berkata: Kau daharlah bersama adik seperguruanmu, kemudian antarlah
ia kekamar Tek Kay Sit di Loo Ya Nie. Mulai hari ini aku larang siapa saja menginjakkan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 446
yoza collection kakinya dilembah Hong Ham Kok meskipun hanya selangkah! Kalau toh ada orang yang
datang, paling baik kau cegat dia diluar lembah dibatas gunung. Tegasnya untuk urusan
diluar, kaulah yang bertanggung jawab semuanya. Kau ingat selama duapuluh satu hari,
tak perduli ada urusan apa juga, aku melarang kau mengganggu aku!
Nona itu menerima perintah, ia memberikan janjinya.
Demikianlah sejak hari pertama itu, Ceng Khong telah mendidik Couw Kun. Ia
memberikan pendidikan dasar, supaya tubuh si nona bersih dan kuat, agar pikirannya
terang dan mantap. Hingga pada suatu hari, diwaktu akan tiba saat penyempurnaan
pendidikannya itu mendadak terdengar bunyi tawa nyaring dan panjang, yang datang
dari mulut gua itu. Couw Kun terkejut! Kedua jalan darahnya, giok-cim dan hwee im, menjadi tegang
sehingga gurunya mesti memeganginya. Guru itupun ikut terkejut. Kedua belah
lengannya murid itu bergetar, sehingga ia harus mengerahkan tenaga dalamnya untuk
mengekang suasana tegang itu.
Couw Kun merasa tersiksa. Ia merasakan tulang-tulangnya sakit dan juga ulu
hatinya. Ia berusaha menahan semua itu. Dilain pihak, telinganyapun menangkap suatu
suara yang ia kenal baik. Ia pikirkan itu dan mengingatnya.
Bertepatan pula ia mendengar bunyi angin keras, yang membuat pendengarannya
yang pertama itu tersapu lenyap !
Mungkinkah aku bermimpi" bisik sinona dalam hati ragu-ragu. Segera ia membuka
matanya. Bersamaan pula ia nampak gurunya tengah mengawasi dengan tajam. Guru
itu seakan-akan marah kepadanya. Ia terkejut. Segera ia teringat akan sumpahnya. Tanpa terasa berlinanglah air matanya.. .
Ceng Khong Seng Nie mengetahui apa yang terjadi dengan muridnya ini. Ia tak
mengerti. Sudah dua puluh satu hari ia berusaha, tak dapat usahanya itu digagalkan.
Ketika ia mengawasi muridnya itu dengan tajam, murid yang menderita siksaan lahir
dan batin mendadak ia berseru serentak tangannya menepuk jalan darah pek-hoay
pada ubun-ubun si murid, sehingga ia terkejut. Setelah itu, si murid tampak tenang pula.
Bhikshuni ini segera menarik napas lega. Dan ia menggeleng-gelengkan kepalanya
Syukur buat Couw Kun, ia belum diajarkan ilnu silat. Kalau tidak, pas.i ia gagal
seluruhnya, sesudah itu, ia mendengar gurunya berkata dengan sabar. Nak, inilah saat
terakhir dirimu untuk membersihkan diri dari segala pikiran-pikiran yang bukan pada
tempatnya, Itu berarti, jika kau tak dapat mendaki puncak kau mesti turun kelembah.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 447
yoza collection IKALAU kau tidak bertekad bulat didalam cita-citamu gurumu pun tak
sanggup mempertahankan dirimu lagi!
Couw Kun berdiam. Iapun bersedih hati. Suara tadi tak dapat tidak adalah
suaranya Pek Kong, maka bergetarlah hatinya.
Ceug Khoan mengawasi murid itu dan ia dapat menduga hati orang. Dengan setulus
hati, ia berkata pula. Nah waktumu tinggal satu jam lagi. Maka sekarang terserah
kepadamu. Bilamana kau tak sanggup, dapat pinnie mengembalikan kau kepada diri
asalmu. Baiknya kau masih belum mulai dengan mempelajari ilmu silat
Couw Kun terkejut. Kata-kata gurunya itu berarti, jika ia gagal, baik ia membatalkan
saja pelajarannya itu. Masih ada waktu untuk ia mengundurkan diri. Guru itu pun
menyebut dirinya Pin-nie. bukan aku lagi.
Ia lantas coba menguasai keadaan. Ketika ia juga mencoba pula tangannya, tenaga
itupun sudah buyar. Karena kagetnya airmatanya ber cucuran pula.
Diam-diam Ceng Khong menarik pula.
Nah, tenanglah, katanya lembut. Coba kau pikirkan baik-baik. Sekarang istirahatlah
dulu Suhu. kata murid itu. Hanya demikianlah ucapannya, kembali ia menangis. Tapi ia
masih berusaha. Suhu, apakah suhu tak menghendaki pula..
Ceng Khong membiarkan orang terguguk.
Janganlah kau berduka, anak, hiburnya penuh sabar. Kau pikirkan baik-baik!
Setelah kau baru mengambil keputusanmu! Tak usah tergesa-gesa, masih ada waktu.
Jangan kau biarkan dirimu dihancurkan perasaanmu, itu dapat merugikanmu, bukan


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku. Dalam hati, Couw Kun berkata: Kak Kong, bersabarlah! Kau menunggu sedikit waktu
lagi! Ia menggertak giginya, matapun bersinar. Setelah itu, dengan nyaring suaranya ia
berkata kepada gurunya: Suhu, hatiku sudah beku bagai es, silahkan suhu melanjutkan
usaha suhu untuk mendidik aku!
Ceng Khong menatap tajam. Ia melihat tekad orang pada wajahnya. Diam-diam ia
tersenyum. Tiba-tiba ia berseru, tangannya digerak-gerakkan. Ia menepuk muridnya itu,
membuat orang separuh pingsan. Saat itu ia menyalurkan hawa panas dari tangannya
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 448
yoza collection menyusupi tubuh muridnya. Itulah sebabnya mengapa si murid tak sadarkan diri oleh
karena dia merasakan tubuhnya nyeri benar sehingga tak tertahankan !
Setelah menutupi muridnya dengan selimut, Ceng Khong pun duduk istirahat
sebentar, kemudian ia keluar dari kamar Tek Kay Sit. Pintunya ia tutup dan ganjel
dengan dua potong es besar. Setiba diluar, ia melihat In So Ceng sedang menggempur
dengan seru seorang pelajar muda yang berwajah tampan dan gagah. Ia heran akan
gerak-gerik anak muda. Ilmu silatnya ia tidak kenal, bahkan belum pernah melihatnya
juga. Lalu tiba saatnya si anak muda dibuat terpental keatas oleh So Ceng, maka ia
menanggapi tubuh orang untuk ditolong. Ketika itu dia dapat menduga, tentulah anak
muda ini yang membuat hati Couw Kun tergetar.
Sementara itu Pek Kong-- demikian anak muda itu---tidak sabar lagi. Disuruhnya
menanti dulu, sebaliknya ia bertindak maju.
In So Ceng melihat gerak-gerak si anak muda, ia terkejut. Ia lompat menghadang
sambil membentak: Guruku meminta kau menunggu, mengapa kau berani tidak
mendengarkan Minggir! bentak si anak muda, marah. Jangan kau membuatku gusar!
So Ceng marah sekali. Tanpa berkata sepatah katapun, ia menyerang. Tapi
tangannya itu segera ditangkap gurunya sekaligus dibe taknya: Anak Ceng, jangan kau
kurang ajar! Kemudian bhikshui itu menatapi si anak muda.
Tanwat, ada urusan apa kau mau pergi ke Keng Pok Ouw" tanyanya. Telaga itu
terpisah tigaratus lie dari sini. Disana selainnya ada serigala-serigala dan binatang liar
lainnya ada pula kami berdua, guru dan murid. Dapat kali tanwat memberikan
keterangan dulu padaku. Suara itu lembut, Pek Kong tak dapat bersikap keras.
Datangku yang muda kesini ialah karena aku mendengar kabar Tiat Tan Kong Kek
terkurung di Keng Pok Ouw, sahutnya terus terang Aku ingin menolongnya.
Kecuali itu, tanwat, apakah tak ada urusan lainnya" Ceng Khong masih menanya.
Ya hanya itu saja! sahut Pek Kong cepat Sesaat ia hanya ingat urusan Tiat Tan
Kong Kek, sehingga ia lupa kepada Couw Kun. Demikian pula ia pun tak memperhatikan
mengapa si pertapa wanita menekankan sedemikian rupa.
Nampak Ceng Khong girang. Lalu ia berpaling kepada muridnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 449
yoza collection Kapan Teng Tanwat melintasi gunung kita ini" tanyanya pada muridnya. Mengapa
kau tik beritahukan aku"
So Ceng melirik memelototi Pek Kong. Setelah itu dengan hormat ia menjawab
gurunya itu Tanpa ijin dari suhu, bagaimana Tiat Tan Kong Kek dapat mendatangi kita " Ia pun
tak berani. Sekarang ini ia berada disebelah barat, sedang menanti untuk terus
berangkat pulang' Pek Kong heran. Jika demikian halnya, mengapa dia terkurung di Keng Pok Ouw" tanyanya.
So Ceng mengawasi si anak muda. Ia mendongkol sekaligus merasa lucu. Ia teringat
akan salah paham diantara mereka berdua.
Apakah ia sendiri yang mengatakan kepadamu ia ditahan di Keng Pok Ouw"
tanyanyaPak Kong tidak menjawab. Segera ia ingat surat yang ditinggalkan didalam gubuk.
Pastilah surat itu surat palsu. Sekarang ia ingin mengetahuinya. Lagi pula ia menjadi
penasaran. Maaf, cianpwee, katanya, kepada Ceng Khong. Walaupun Keng Pok Ouw menjadi
tempat kediaman cianpwee, namun salahkah jika akupun diperbolehkan jalan-jalan ke
sana untuk melihat-lihat"
Kau bermimpi di siang hari ! So Ceng membentak, sebelum guru memberi jawaban
kepada pemuda itu 'Wajah si anak muda menjadi merah padam. Hampir ia mengumbar amarahnya.
Baiknya Ceng Khong datang sama tengah. Bhikshuni itu tertawa serta menanyakan
dengan manis: Tanwat kecil apakah kau tidak percaya Pin nie"
Pek Kong bingung. Ia mau percaya si pertapa wanita akan tetapi ia masih
penasaran. Tak dapat ia menjawabh. Tidak ada alasan untuk memberi keterangan. Iapun
tidak tahu harus mengatakan sebab apa ia dapat menyangkal.
Bhikdiuni itu tertawa pula.
Terus terang Teng Tanwat tidak berada di Keng Pok Ouw, katanya pula. Iapun tidak
berada dilembah ini. Jika Tanwat tidak percaya aku dapat menyuruh muridku ini pergi
mengantarkan untuk mencari dia. Jika ia benar-benar terancam bahaya, maka muridku
ini dapat membuatmu menolonginya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 450
yoza collection Pek Kong berpikir cepat Biarlah 'orang memperdayakan aku! Toh ada muridnya
yang menjadi orang tanggungan! Lalu jawabnya : Baiklah, cianpwee, aku turut perintah!
Ceng K'nong segera berkata pada muridnya: Anak Ceng, pergilah sekarang juga,
dan antarlah tanwat kecil ini mencari Teng Tanwat. Jika sudah bertemu, kau segera
kembali! Seketika ia berkata-kata, pertapa wanita itu lompat mundur dan dilain detik hilang
lenyaplah ia diatas puncak. Hanya sejenak saja nampak bayangannya berkelebat.
Pek Kong heran kagum sekali. Segera ia berkata didalam hatinya: Ilmu
meringankan tubuh pertapa wanita itu tidak ada orang kedua yang dapat menyainginya.
Jika benar Tiat Tan Kong Kek terjatuh didalam tangan mereka ini guru dan murid, tak
dapat ia ditolongi. Bagaimana aku dapat melalukannya" Sebab itu, semoga kiranya
benarlah keterangan mereka.. .
Masih si anak muda melupakan Couw Kun. Perhatiannya dipusatkan pada urusan
Teng Houw. Ketika ia mau bicara dengan si nona dan baru saja ia berkata : Gurumu
itu.. . Tiba-tiba ia dibentak si nona itu. Hayo jalan!
Baiklan, nona, ia terpaksa menjawab.
Akh merepotkan kau saja.. .
Hm! jawab si nona yang segera meloncat pergi dan berlari cepat!
Tanpa ayal lagi, Pek Kong segera lari menyusul.
Kedua orang itu amat pesat larinya. Si pemudi juga tidak mau kalah! Ia
memperlihatkan ilmu meringankan tubuhnya yang diberi nama Leng Khong Hie Touw ,
atau Menyeberang di Udara. Ia berlari tanpa menoleh, gerakan tubuhnya lincah, manis
dan sedap dipandangnya. Diam-diam dia bergirang karena ia yakin bahwa ia akan
meninggalkan pemuda itu jauh dibelakangnya..
Lewat sekian waktu, si nona berpaling. Segera ia terperanjat. Di luar dugaannya si
pemuda mengikuti dari belakangnya. Pemuda itu tersenyum terhadapnya. Ia malu
sendirinya! Ia menjadi penasaran sekali, sehingga mukanya menjadi merah jambu! Lalu
ia menggertak giginya dan lari semakin kencang.,.
Oleh karena ia berlari amat pesatnya, maka tak lama kemudian Nona In mulai
bernafas satu satu.. Peluhnya juga mulai berjatuhan. Dalam penasarannya ia ingin pula
melihat si anak muda itu dibelakangnya. Justeru ia baru berpikir, bersamaan pula ia
merasakan angin berhembus di sisinya. Tiba-tiba si anak muda sudah mendahuluinya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 451
yoza collection Pek Kong tahu nona itu menguji kepandaiannya, namun ia berpura-pura.
Nona, tegurnya sambil tertawa. Jalanan bersalju ini lunak dan licin, tak bebas untuk
dilalui! Apakah nona ingin beristirahat dulu"
Namun si nona menjadi mendongkol. Hm! ia memperdengarkan suaranya. Kau
jangan bertingkah, aku belum k
Pek Kong tersenyum. Nona ini berhati baja, seharusnya ia jujur. ' pikirnya. Mungkin ia tidak berdusta!
Hanya aneh, mengapa guru dan murid ini mencegah aku pergi ke Keng Pok Ouw"
Karena ia berpikir demikian, tanpa merasa Pek Kong berlari perlahan-lahan Ia
terkejut ketika ia memandang ke depan, si nona tak tampik pula bayangannya. Ia
menjadi bingung juga. Segera ia lari lebih kencang lagi.
Tiba-tiba ia mendengar suara rintihan, datangnya dari setumpuk besar salju. Segera
ia lari kebelakang tumpukan itu Di situ ia menjadi kaget sekali. Ia mendapatkan Kim Cie
Tay Peng Liu Kun San rebah dan berlumuran darah. Baju yang menutupi dadanya
terkoyak, lengan kiri dan bahunya terluka. Mata jago tua itu tertutup rapat dan napasnya
senen kemis. Dialah yang merintih-rintih itu. Terang dia terluka belum lama, namun
lukanya agak berat. Tanpa menunggu lagi, Pek Kong mengeluarkan obat Hwee Thian Siok Beng Tan
pemberian SinCiu Cui Kit. Ia memaksa memasukkannya kedalam mulut si jago tua.
Setelah itu ia menguruti dengan ilmu Ayam Emas Mematuk Gabah.
Manjur sekali pii itu! Dibantu dengan pengurutan, cepat sekali Kim Cie Tay Peng
memperoleh tenaganya kembali, sehingga ia segera membuka matanya serta
napasnyapun normal pula walaupun lambat sekali.
Oh, Pek Siauwhiap! katanya setelah ia mengenali Pek Kong. Aku gagal! Tok Kak
Yan Cun dibawa lagi oleh Thian Liong Pang dan Tiat Tan Kong Kekpun tengah
menyusulnya pula . . Pek Kong terkejut. Bagaimana dengan Ho Tong kakakku" tanyanya.
Kun San coba bergerak untuk duduk. Diapun pergi menyusul, katanya serta
tangannya menunjuk kedepan. Musuh kuat sekali! Kalau terlambat, celaka semua . . . .
Pek Kong bingung. Kun San terluka parah. Bagaimana ia dapat meninggalkannya!
Tetapi, cianpwee mengalir rerus. katanya ragu-ragu. Iapun melihat darahnya Kun San masih
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 452
yoza collection Jangan mengkhawatirkan aku, siauwhiap, kata jago tua iiu. Aku mempunyai obat
untuk menghentikan darah, lukaku tidak berbahaya. Lekas kau susul mereka!
Pek Kong menoleh kearah yang ditunjuk jago tua itu. Segera ia lari kesana. Sudah
tentu ia lari bagaikan angin kencangnya. Segera ia melihat sebuah rimba. Bahkan dari
dalamnya samar-samar ia mendengar suatu suara bentakan. Ia berusaha
mempercepat larinya. Maka tibalah ia di suatu tempat terbuka didalam rimba itu
dimana terdapat sebidang tanah penuh dengan salju. Ia melihat si nona berbaju hijau
sedang bertahan dari kepungan Thian Hud Ciang Ie Yang serta seorang imam tua yang
berjubah abu-abu yaNg berwajah sebelah putih dan sebelah merah keungu-unguan.
Dilain pihak tampak Ho Siu Cong Liong Ku Kun serta Tiat Tan Kong Kek, Teng Houw
sedang duduk bersila terpisah masing-masing sejauh sepuluh tombak.
Rupanya mereka sama-sama telah terluka dan kini sedang mengatur pernapasan
mereka. Ho Tong berdiri disisinya Tiat Tan Kong Kek, matanya mengawasi medan
pertempuran. Dibelakang Ku Kun, sebaliknya, berdirilah seorang yang tinggi besar dan tubuhnya
sangat kurus. Kedua matanya cekung dalam, sedangkan biji matanya berwarna kebirubiruan dan rambutnya panjang sampai dilutut. Ia adalah Pek Gan Kwie Leng Sie Cay si
Hantu Berwarna Biru ! Pek Kong terkejut melihat Pek Gan Kwie, tetapi ia lantas memikir untuk
menempurnya, tatkala ia mendengar suara Ho Tong: Shatee, kau bantulah nona itu!
Shatee ialah panggilan untuk adik yang ke tiga
Tetapi si imam berjubah abu-abu itu justru tertawa terbahak-bahak, iapun berkata:
Anak manis, ilmumu Sin Hauw Hoan Hay cukup hebat! Namun kau lihatlah ilmu Hay
Tee Loo Goat dari aku si imam tua! Dan kata-kata itu dibarengi dengan serangannya
dalam tipu silat yang dimaksud: Hay Tee Loo Goat . Di Dasar Laut Meraup Rembulan.
Sedangkan Sin Hauw Hoan Hay berarti Ular naga Sakti Membalikkan Laut.
So Ceng mau dihajar mukanya dengan tangan kiri si rahib. Itu bukanlah merupakan
tinju, hanya usapan . . . merah padam wajahnya, juga telinganya merah nampaknya. Ia
gusar sekali karena perilaku si imam yang melanggar tata susila.
Kau menghendaki kematianmu! bentaknya ia mundur setindak dan tangannya
disiapkan. Ia mau menghajar dengan satu jurus dari Muni Bu Siang Sin kang.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 453
yoza collection Memang si imam sengaja mempermainkan nona itu. Sesungguhnya, ia hendak
membuat nona itu malu. Karenanya ia melanjutkan serangannya. Sekali ini dengan
kedua belah tangannya. Samberan angin kedua tangan itu berupa seperti harimau!
in So Ceng amat tertegun. Ia mencium bau anyir yang keras sekali. Dengan
sendirinya ia melompat mundur. Dan kedua tangannya di pakai menghajar lawannya
itu. Hebat benar si imam! Dia dapat berkelit dari serangan itu. Terus dia maju pula,
untuk mengulangi menggunakan halimunnya yang berbau itu.
Kembali So Ceng terkejut. Ia memperdengarkan suatu seruan tertahan: Tubuhnya
pun kehilangan keseimbangannya, terhuyung-huyung seakan-akan mau jatuh, akibat
serangan bau busuk yang memusingkan kepala itu. Si imam tertawa nyaring, tubuhnya
mencelat, menyusul si nona. Tangan kanannya terus diulur, untuk menarik kepala orang!
Tepat Nona In terancam bahaya maut itu, diantara mereka terdengar satu suara
nyaring, satu bayangan putih berkelebat, menyusul maka si imam memperdengarkan
jeritan hebat dan tubuhnya terpental mundur dua tombak sambil dia memegangi
tangan kanannya dan matanya mendelong bengis.
Sebenarnya Im Yang repot melayani si nona maka barulah hatinya lega setelah si
imam membantuinya dengan menggunakan bubuk beracunnya itu, tetapi diluar
sangkaannya, disaat beroleh kemenangan, tiba-tiba munculah bayangan putih itu.
bahkan sirahib berjubah abu-abu telah lantas kena dipukul mundur. Dengan sendirinya
iapun mengundurkan diri. So Ceng tidak terluka, dia cuma pusing disebabkan racunnya si imam, begitu
melihat tibanya si anak muda, yang m.enolongi ia dari ancaman malapetaka, ia girang
berbareng penasaran. Sebab tetap ia tak puas terhadap anak muda itu.
Fui, siapa suruh kau campur tangan" ia membentak Pek Kong. Ia lantas
membanting kaki, terus ia bergerak, berniat menghampiri si rahib!
Pek Kong menarik tangannya nona itu!
Jangan dekati dia! mencegah si anak muda,. Seluruh tubuhnya rahib itu berbau
busuk! Selagi si nona bicara dengan si anak muda, Im Yang pun sudah menggunakan
kesempatan memberitahukan kawannya bahwa lawan mereka, si anak muda yang baru
tiba itu, adalah Pek Kong yang liehay.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 454
yoza collection Si imam melengak, hanya sebentar, terus ia berkata pada Leng Sie Cay: Saudara
Leng, sudah lama kau tidak berjual beli, nah sekarang aku berikan ketika kepadamu
untuk mendapatkan keuntungan pertama!
Pek Gan Kwie lantas tertawa nyaring. Tawanya itu sangat tak sedap didengarnya.
Itulah suara seperti kerongkongan pecah atau tangisan. Dia menjawab si imam dengan
berkata keras: Saudara Lui Kay, tak kecewa kau di sebut Im Yang Toojin! Kau dapat
membedakan tegas batas di antara hidup dan mati! Tapi haruslah kau ketahui, aku si
orang she Leng hendak membuat ramai-ramai dahulu.
Pek Kong mendengar suara orang itu, mendadak ia ingat maksudnya pergi ke
Liauwtong ini, maka ia tidak mau melayani In So Ceng, sebaliknya ia menghampiri Pek
Gan Kwie. Segera ia menyapa: Pek Gan Kwie! Tuan kecilmu hendak menanyakan
sesuatu padamu! Tidak menanti sampai Pek Gan Kwie menjawab, Im Yang Toojin sudah lompat
kepada si anak muda. Tegurnya: Kau telah membokong aku, apakah kiramu itu dapat
disudahi begitu saja"
Barusan Im Yang Toojin mendengar keterangannya Thian Hud Ciang tentang Pek
Kong, ia menjadi agak jeri terhadap pemuda itu, maka ia berniat berlaku licik dengan
meminjam jarum berbisa Cian Tok Bong Hong Ciam dari Leng Sie Cay guna
menyingkirkan musuh muda yang liebay ini. Ia tidak menyangka, Leng Sie Cay telah
berlaku sangat cerdik, dengan cara tidak langsung sudah mengalihkan persoalan dan
ia malah telah disindirnya. Ia sebagai seorang yang berkenamaan, didalam dunia Rimba
Persilatan, namanya sama terkenalnya sebagai Su Too Sat Chee, jadi ia perlu menjaga
namanya itu. Tak dapat ia menunjukkan kelemahannya. Demikianlah terpaksa ia
menghadapi pula si anak muda.
Leng Sie Cay cerdik luar biasa. Selama di Ngo Bwee Nia, ia pula telah mendapat
pelajaran dari Thian Liong Pang. Ketika itu hampir ia kena dijual partai itu, maka
selanjutnya ia harus berlaku waspada. Kalau sekarang ia suka bekerja sama lagi dengan
partai tersebut, itulah sebab ia percaya keterangannya Im Yang Toojin. Menurut siimam,
Thian Liong Pang telah mempunyai rencana baru. Ia mendengar pula halnya Ceng
Khong Seng Nie masih hidup karena mana tak dapat ia berdiam terus di Loo Ya Nia
dimana ia sebenarnya hendak meyakinkan ilmunya yang baru, yaitu ilmu Han Tok Im
Kang. Bisa Hawa Dingin. Sementara itu Pek Kong sebal melihat Im Yang Toojin, yang mukanya belang tak
sedap dipandang, sedangkan bubuk racunnya sangat jahat. Maka sembari tertawa
dingin ia berkata. Kau masih belum mau berhenti tuan " Mau apakah kau sebenarnya"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 455


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yoza collection oyamu menghendaki segera kau menyerahkan jiwamu ! sahut si imam galak.
Tapi, meski ia bicara temberang, ia toh lantas mundur satu tindak sebab ia takut si anak
muda mendadak mendahului menerjangnya.
Pek Kong maju satu tindak. Tuan kecilmu ini mempunyai cuma satu jiwa! katanya,
nyai kepandaian, kau ambillah!
Mendadak Pek Gan Kwie tertawa lebar, Benar !, Benar ! katanya, nyaring. Seorang
mau membeli, seorang mau menjual, maka harganya harus didamaikan dan diputuskan,
dengan demikian jual beli akan terjadilah!
Im Yang Toojin mendongkol sekali. Sahabat itu telah menyindirnya. Maka ia
mendelik terhadap sahabatnya itu. Tapi ia tidak dapat melayani saja si sahabat, musuh
telah ada di depan matanya. Segera ia bersiap dengan kuda-kudanya, kedua tangannya
di depan dada untuk mengerahkan tenaganya.
Jangan kau pura-pura saja ! katanya kemudian bengis. Kau terimalah
kebinasaanmu! Diam-diam Pek Kong melirik kesekitarnya. Ho Siu Cong Liong sudah bangkit berdiri,
matanya mengeluarkan sinar terang luar biasa. Dibelakangnya berdiri Thian Hud Ciang
Im Yang, Pek Gan Kwie berdiam saja tetapi dia tersenyum tawar!
Pada pihaknya, si anak muda melihat Tiat Tan Kong-Kek sudah bangun berdiri. Dia
berada disisi nona berbaju hijau. Dia bersikap prihatin terhadap pemuda kita. Sebaliknya
si nona nampak luar biasa tenangnya, bahkan dia menengadah, entah apa yang
direnungkannya. Hanya Ho Tong tampaknya seperti tidak tahu harus berbuat apa, ia terdiam saja,
namun masih dapat ia tertawa.
Pek Kong bertindak lebih jauh, ia menghampiri si imam muka belang. Katanya:
'Tuan, betapa kau telah memperlihatkan semua kepandaian dan tenagamu! Ia terus
berdiri biasa saja, tidak bersiap sedia, tidak memasang kuda-kuda, serta tangannyapun
digendongkan kebelakang, sedangkan matanya menatapi awan dilangit.
Im Yang Toojin tertegun. Sungguh luar biasa sikap si anak muda, sehingga ia
menerka-nerka dan berpikir bagaimana harus melayaninya. Segera ia menenukan
suatu siasat. Sabar, tunggu dulu! katanya, terus tertawa.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 456
yoza collection Aku ingin menanyakan kau sesuatu. Adakah kau atau bukan sebagai orang yang
oleh Hian Kie Kie su dipandang sebagai tamu yang terhormat dan disuguhi arak
beracun " Kaukah Pek Kong tertawa tawar. Ya. sahutnya, singkat.
In So Ceng heran mendengar pembicaraan itu.
Apakah dia memiliki Coa Po, Mustika Ular" pikirnya. Mustika itu memang dapat
memusnahkan segala macam racun jahat.
Karena ragu-ragu, Nona In melirik si anak muda.
Pek Kong tetap bersikap tenang seakan-akan ada andalannya sehingga ia tidak
jerih sedikitpun meski musuh-musuhnya lihay semua.
Juga Leng Sie Cay terheran-heran mendengar bahwa si anak muda tidak takut
racun. Aneh! pikirnya. Seingatku dibawah langit ini hanya paman gurukulah yang
memiliki kekuatan meminum racun tanpa jiwanya terancam bahaya apapun. Siapa kira
bocah ini pun kebal.. Jika demikian jarumku akan menghadapi lawan yang benar-benar
tangguh. Paman gurunya Pek Gan Kwie ialah yang bergelar Cian Tok Seng-cu ahli seribu
bisa. Im Yang Toojin berhasil menguasai dirinya. Dengan wajah sombong ia memandang
Pek Kong. Ia memberi hormat serta berkata: Maaf, maafkanlah aku. Aku kurang hormat
terhadapmu! Kau dapat meminum racun tanpa hilang jiwa. Rupanya kau kenal baik
pelbagai, jenis racun dan kau boleh dikatakan adalah ahli racun nomor wahid didunia
ini!! terus ia berpaling kepada Leng Sie Cay sambil melanjutkan kata-katanya: Saudara
Leng, kau mempunyai senjata jarum beracun Cian Tok Boag Hong Ciam. Bagus hari ini
kau berjumpa dengan lawanmu yang setimpal! Saudara, mengapa kau tidak mau coba
coba dengan tuan ini" Dengan demikian kau akan membuat pintoo dapat membuka
mataku! Pek Gan Kwie mengetahui bahwa ia hendak diadu domba.
Ah, hidung kerbau yang tidak mau mampus" makinya didalam hati. Karena ia tahu
bahwa orang hendak memancing-mancing maka segera ia tertawa terkekeh-kekeh.
Lalu ia berkata: Bilamana kau mau melihat aku si orang she Leng mengeluarkan
kepandaianku, itulah mudah sekali. Lagipula siapa melihat kepandaianku, dia akan puas
seperti juga kau, Lui Too ya! Hanya sebagaimana harga telah diputuskan, mengapa kau
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 457
yoza collection begitu baik hati mau mengalah terhadapku" Apakah mungkin kau takut barang itu ada
durinya" Im Yang Toojin mendongkol juga. Ia tidak berhasil memancing Pek Gan ,Kwie,
bahkan sebaliknya ia selalu diejek dan disindirnya. Diam diam ia memperhatikan sinar
mata sang kawan yang kelabu, ia merasa ngeri dan takut juga. Terpaksa ia harus
mengalah Jika tidak, mungkin ia akan dinista dan mendapat malu.
Baiklah! Katanya kemudian. Terima kasih yang kau telah mengalah! Lalu ia
berpaling pula pada Pek Kong memberi hormat serta: Pintoo mempunyai dua macam
permainan yang tak berharga. Yang satu ialah bubuk Thay It Ie Sin San. Bubuk itu telah
kupertunjukkan tadi. Yang kedua ialah Thay It Tong Sim Cie. Dan ini belum kuperlihatkan.
Bukankah tuan pandai menolak racun" Bagaimana jika aku minta diberi pengajaran
dengan seranganku Thay It Tong Sim Cie"
Pek Kong mendongkol berbareng geli melihat lagak orang itu.
Terserah kepada kaul sahutnya dingin. Segera ia melirik pula keadaan sekitarnya.
la melihat Tiat Tan Kong Kek agak bingung matanya mengawasi kepadanya dan
tangannya dipakai menunjuk-nundjuk lengan bajunya. Ia pun mengerti, segera pikirnya:
Thay-It-Tong Sim Cie disembunyikan didalam lengan baju. Bagaimana liehaynya
senjata rahasia itu " Ia tak tahu, bahwa senjata rahasia lawan mirip pusut, itu dapat
mengganggu jalan darah, terus mengulur ke ulu hati. Racunnya dapat mengamb.il jiwa
orang dalam sedetik. Jahatnya tidak kalah dengan Cian Tok Bong Hong Ciam, jarumnya
Pek Gan Kwie. Oleh karena itu ia tidak terlalu menghiraukannya.
Betapa gembira Im Yang Toojin bahwa ia dapat membohongi si anak muda, akan
tetapi ia masih belum puas, dari itu ia berkata pula: Mari kita adu kepandaian, sebab
aku masih perlu penjelasan lebih jauh. Bagaimana, adakah kiia menggunakan cara halus
atau cara kasar" Pek Kong tidak mengerti akan cara-cara mengadu senjata rahasia dengan cara
halus dan cara kasar. 'Bagaimana perbedaannya itu"' tanyanya.
Inilah perbedaannya. sahut Im Yang Toojin. Jika kita pakai cara kasar, kita
mengenakan senjata rahasia selagi kita bertempur. Cara halus ialah kita tak usah
bertempur lagi. Tetapi senjata rahasia kita, kta saling tusukkan ketubuh lawan. Mengenai
hal ini, kita dapat merundingkannya lebih dahulu: yaitu siapa yang menusuk lebih dulu,
siapa belakangan. Hanya pintoo ingin menjelaskan, sebab senjataku dapat merenggut
jiwa secepat ditusukkan, maka seandainya kau yang ditusuk lebih dulu, dengan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 458
yoza collection demikian kau tidak mempunyai waktu untuk menusukku. Maka aku juga pikirkan senjata
rahasiamu, setelah kau barulah aku! Bagaimana! "
Mendengar orang bicara begitu berbelit-belit. Pek Kong menerka bahwa dengan
sengaja musuh berbuat demikian guna memancing kemarahannya. la tertawa dingin
serta berkata: Sudah, tak usah kau rewel lagi! Seumurku, belum pernah aku memakai
senjata rahasia. Karena itu, kau boleh menusukku lebih dulu, setelah itu barulah kau
sambut tinjuku Bagus! seru Ho Tong mendengar suara kawannya itu. Terus ia bertepuk-tepuk
tangan. Orang-orang kedua belah pihak heran mendengar Pek Kong suka mengalah ditusuk
lebih dulu. Bahkan ln So Ceng sangat bingung sehingga ia memikir untuk mencegahnya
Matanya menunjukkan kegelisahannya. Namun ketika mendengar suara Ho Tong, ia
urungkan niatnya. Im Yang Toojin tertawa terkekeh-kekeh. Dia girang sekali.
Demikianlah persetujuan kita! ' serunya. Ia lantas meluruskan tangan kirinya, dan
napasnya disedot dalam-dalam, untuk mengerahkan tenaganya pada tangan kirinya itu.
Selekasnya, ia menggoyang-goyangkan lengan bajunya lalu sebuah bumbung kuningan
yang kecil sekali meluncur turun kedalam genggamannya.
Pek Kong mengawasi. Ia dapat menerka orang sedang mengumpulkan tenaganya.
Ia tidak tahu sampai dimana kekuatan tenaga dalam si imam, maka diam-diam ia pun
mengerahkan tenaga dalam, dikumpulkan didadanya.
Semua mata diarahkan kepada si anak muda yang gagah dan tampan. Lagi pula ia
bersikap tenang sekali. Pihak lawan menonton dengan asyiknya, menantikan
pertandingan dimulai. Pihak kawan berdebar-debar hatinya, menanti dengan penuh
khawatir karena takut si anak muda kalah . . .
Segera tibalah saatnya. Sekonyong-konyong Im Yang Toojin berseru nyaring, terus
tangan kirinya meluncur. Kena! demikian serunya bengis. Segera nampak sebuah benda hitam kecil yang
berkilauan, melesat dari telapak tangannya, menyambar lawannya.
Tubuh Pek Kong, lebih cepat dadanya bergerak, lantas ia merasakan tusukan angin
yang tajam. Diam-diam ia terkejut dan berkata di dalam hatinya; Aku tidak disangka
senjata imam ini begini lihay. Baiknya aku bersedia siang-siang melindungi diri, kalau
tidak dadaku dapat ditembusnya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 459
yoza collection Im Yang Toojin mengetahui baik betapa lihay senjata rahasianya itu yang serupa
dengan jarum. Ia mengetahui pula betapa besar tenaga yang ia telah kerahkan, Ia pun
mengetahui dengan baik bahwa ia telah menyerang dengan tepat, maka heranlah ia
akan kesudahannya. Semula ia menyangka bahwa lawan akan segera binasa. Terapi
orang tetap tegak pada tempatnya, tak kurang sesuatu apa.
Ketika imam ini tengah mengawasi dengan keheran heranan, tiba-tiba ia melihat
sepasang alis Pek Kong bergerak mengerut dan air mukanya lantas kejang. Ia tertawa
terbahak-bahak serta berkata dengan nyaring: Nah, bocah! Bagaimana kau masih
berlagak mau menjadi orang gagah" Lihatlah, betapa liehaynya senjata tooyamu . . .
Belum lagi ia selesai berbicara atau Pek Kong sudah berdiri alisnya dan sambil
tertawa nyaring, ia berkata keras: Thay It Tong Sim Cie benar-benar lihay luar biasa!
Nah, kini tibalah saatku untuk meninjumu.
Menyusul kata-kata si anak muda, Ho Tong bertepuk tangan pula seraya berseru:
Bagus! Shatee, jika kau tidak tega, ijinkanlah aku yang menghajarnya!
In So Ceng dan Teng Houwpun bergembira, mereka saling melirik.
Im Yang Toojin dan semua kawannya kaget bukan main! Mereka tertegun sekali.
Mereka semua mengetahui dengan baik betapa lihaynya Thay It Tong Sim Cie dan Cian
Tok Bong Hong Ciam. Dunia Persilatan sangat takut kepada mereka, tak terkecuali jagojagonya, tetapi Pek Kong tak mempan terhadap senjata rahasia si imam! Mereka saling
mengawasi, muka mereka pucat pasi, semua terdiam.
Yang paling takut adalah Im Yang Toojin, sebab sekarang adalah gilirannya untuk
menyambut tinju si anak muda. Ia bingung bukan main sehingga ia memikir untuk
mengangkat langkah seribu. Justeru itu ia melihat orang sedang bertindak perlahanlahan menghampirinya. Tanpa terasa mukanya menjadi pucat memutih seakan-akan
Tepat waktu itu terdengar seruan Ho Tong Celaka, orang itu kabur!
Pek Kong segera menoleh. Ia tidak melihat Pek Gan Kwie ditempatnya tadi semula
dia berdiri, sebaliknya tampaklah bayangan sesosok tubuh kabur diatas pohon tak jauh
dari situ. Ia mengerti bahwa orang telah melarikan diri. Mana ia mau mengerti" Justeru
orang itulah yang ia cari! Tanpa menghiraukan Im Yang Toojin, ia menjejak tanah
melompat pergi, menyusul Leng Sie Cay!
Im Yang Toojin menyaksikan peristiwa tersebut. Mulanya ia heran. Segera ia
memberi isyarat mengangkat kaki, menyingkir dari tempat yang berbahaya itu. Ia
mengerti Pek Gan Kwie telah lari karena liciknya. Nyatalah ia menampik bekerjasama
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 460
yoza collection dengan Than Liong Pang, partai naga langit. Maka untuk kebaikan dirinya, iapun tidak
berdiam lebih lama lagi ditempai itu.
In So Ceng juga tertegun sejenak. Sesaat Itu, terpikir dalam hatinya menyusul Pek
Kong untuk memberikan bantuannya, namun ia tidak takut meninggalkan tugasnya
menjaga gunung. Boleh jadi ia akan ditegur dan dihukum gurunya, bila ia melalaikan
tugasnya. Akhirnya, setelah mencaci maki Tiat Tan Kong Tek, ia lari pulang keiembah
Hong Ham Tek. Tiat Tan Kong Kek termenung sekian lama ia menyesal dan berduka. Dari dua orang
sahabatnya, yang satu terluka, yang lain terampas dan dibawa kabur musuh. Dan Pek
Kong pun entah kemana menyusul Pek Gan Kwie, Akhirnya ia menghela napas dalamdalam.
Adik, sekarang kita pergi kemana" ia tanya Ho Tong, ia bingung sekali.
Aku mau menyusul Pek Kong! sahut Ho Tong yang terus memanggil kudanya,
melompat naik punggung binatang itu, untuk kabur ke dalam rimba.
Tiat Tan Kong Kek heran mengawasi kepergian orang. Ia kesal bukan main. Ia tidak
dapat menyusul Tok Kak Yang Cun, yang di bawa kabur musuh, yaitu Ceng Hie Toojin
Orang sudah pergi jauh. Liu Kun San pun sedang terluka dan kawan itu perlu ditolong.
Akhirnya ia lari kearah tempat dimana tadi pemilik dari Dusun Liu ditinggalkan.
Sekarang marilah kita ikuti dulu Pek Kong, sia-sia saja si anak muda menyusul Pek
Gan Kwie. Hutan itu lebat. Ketika itupun sudah magrib. Cuaca menjadi remang-remang
dan rimba sudah mulai gelap. Hutan sendirinya amat luas . . .
Sesudah mencari sekian lama, Pek Kong menjadi berduka sekali. Ia juga
mengkhawatirkan keselamatan Tok Kak Yang Cun. Karena tak dapat mencari musuh, ia
pikir buat kembali saja. Disana masih ada kawan-kawannya, terutama Liu Kun San yang
terluka itu. Demikianlah, tanpa sangsi-sangsi pula, ia berjalan balik.
Pek Kong! Pek Kong! tiba-tiba ia mendengar panggilan berulang ulang. Ia
mengenali suara Ho Tong. Ho Tong! ia balik memanggil.
Maka segera keduanya berhadapan satu sama lain.
Mana mereka" tanya si anak muda heran, karena ia tidak tampak kawankawannya yang lain.
Nona tadi telah mencaci maki Tiat Tan Kong Kek, lantas dia pergi, kata Ho Tong.
Karena dia pergi, akupun naik kuda pergi menyusul kau!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 461
yoza collection Bagaimana dengan Tiat Tan Kong Kek"
Entahlah! sahut si dungu seenaknya saja. Ia memang tidak tahu kemana kawan
itu pergi, Pek Kong menjadi lesu dan masgul. Segera ia ajak kawan itu keluar dari rimba.
Untuk makan malam, mereka menangkap seekor kelinci, terus disembelih dan
dipanggang untuk dimakan bersama.
Sia-sialah kedua anak muda ini mencari Leng Sie Cay di seluruh gunung Loo Ya
Nia. Bahkan Tiat Tan Kong Kek dan Liu Kun San juga tak dapai diketemukan lagi. In So
Ceng pun tak tampak bayangan-bayangannya pula.
Untuk sejenak, Pek Kong bingung. Sungguh sulit untuk mengajak Ho Tong mendaki
puncak Loo Ya Nia. Kawan itu tak pandai ilmu meringankan tubuh. Lagi pula dia pergi
sendiri, ia khawatir akan keselamatan kawan yang tolol ini.
Si anak muda berpikir: Bila ia ingat itu sudah sekian lama menghilang. Bagaimana
dengan nona itu" Kalau Couw Kun pendek umurnya, mungkin dia sudah meninggalkan
dunia ini. Bilamana dia bernasib buruk, mungkin dia telah diperkosa dan disiksa orang
jahat. Sebaliknya, apabila dia telah ditolong oleh Ceng Khong Seng Nie, maka nasibnya
tak usah dikhawatirkan lagi. Kelak ada kemungkinan besar mereka berdua akan
bertemu pula.. Lantas Pek Kong ingat juga akan janji pertemuannya dengan Kim Pian Giok Liong
Siangkoan Sun Siu. Hari pertemuan sudah mendekat.
Biarlah aku tunda dulu semua urusan ini. pikirnya kemudian. Masgul atau tidak,
biar ia gelisah namun ia toh akan menuju kembali ke Selatan. Maka lewat beberapa
hari ia sudah tiba di Kanglam.
Pada malam pertama memasuki wilayah Kanglam, Pek Kong mengajak Ho Tong
singgah disebuah dusun, pergi kesebuah penginapan. Disitu mereka beristirahat sambil
berbicara kebarat ketimur.
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang nyaring. Pek Kong memasang telinga. Ia
segera mengenali suara Hwee Ceng Pa Beng Ciong. Ia heran.
Kau tunggu disini, jangan banyak berisik. pesannya pada Ho Tong, lalu ia perlahanlahan keluar dari kamarnya, melangkah kearah dari mana suara itu datang. Diantara
kertas jendela, ia mengintai kedalam sebuah kamar.
Paling dulu tampak bayangan dua orang. Sukar untuk dapat melihat dengan tegas.
Maka Pek Kong melompat naik keatas genteng, untuk mengintai lebih jauh dari atas
payon. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 462
yoza collection Benarkah, orang itu Beng Ciong adanya.
Dia bersama seorang tua kawannya yang bermuka lancip, tubuhnya kurus kecil,
kedua tangannya panjang. Berdua mereka duduk berhadap-hadapan.
'Saudara, Beng, demikian terdengar si orang tua berkata, perkara tuduhan bahwa
kau telah mencuri cu-teng-cui ko kini sudah jelas, maka dapatlah kau mengangkat muka
terangmu. Saudara, mari aku beri selamat padamu
Dan dia mengangkat cawan araknya, unttuk diceguk kering.
Hwee Ceng Pa pun turut mengeringkan isi cangkirnya.
Sebenarnya, berkata Beng Ciong kemudian, bersama-sama saudara Koh Piauw


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah aku melihat halnya Kiu Bwee Ho sudah berkhianat terhadap partai, sudah
seharusnya dia dihukum, maka sayanglah Pangcu sangat bercuriga dan ragu-ragu, ia
ajal-ajalan menerima baik saran untuk bertindak. Syukurlah sekarang ketua kita itu
dapat juga mengambil keputusan. Dan telah ditangkap dan Pangcu menjatuhkan
hukuman.. . Lantas si macan tutul tertawa lebar.
Mendengar sampai disitu Pek Kong kaget sekali. Kiu Bwee Ho Ouw Yan Nio memang
anggo ta Thian Liong Pang, kaum sesat, tetapi nona itu telah banyak berbuat baik
untuknya. Ah, dia berada bahaya.. pikirnya.
Tengah si anak muda bingung, ia mendengar si orangtua menanya Beng Ciong:
Saudara Beng, tahukah kau dimana di tahannya Ouw Yam Nio"
Sebelum menjawab Hwee Ceng Pa tertawa dahulu.
Kakak Him, apakah kau belum melupakan cintamu" tanyanya.
Bukankah manusia tetap manusia" sahutnya, tertawa pula. Saudara Beng, kalau
kau pernah merasakan nikmatnya bermain asmara, kau pasti akan berpikir lain. Tak
perduli Kiu Bwee Ho sudah melanggar aturan partai! Kau harus ketahui sebabnya
kenapa nona itu tetap merdeka sekian lama . .
St! bersuara Hwee Ceng Pa, yang lantas celingukan kesekitarnya, walaupun mereka
berada didalam kamar. Saudara Him berhati-hatilah kalau bicara, ini bukanlah hal yang
dapat dibuat main-main! Kalau orang mendengar pembicaraan kita ini dan sampai di
telinga ketua kami, apakah kiramu aku masib dapat hidup lebih lama pula" . . .
Tapi si orang tua bersikap sungguh-sungguh., Katanya keras: Siapa tak ingin orang
mengetahui rahasianya, tak ada jalan yang lebih sempurna dari pada dia jangan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 463
yoza collection melakukan perbuatannya itu! Kau menggodai aku, sahabat, kenapa aku tak dapat
bergurau denganmu" Pek Kong terus memasang telinga, hatinya berdetak. Ia telah memikir untuk
menolongi Kiu Bwee Ho. Kalau tadinya ia benci si nona karena kegenitannya, sekarang
ia mengasihani. Ingin sekali ia mendengar keterangannya Beng Ciong dimana nona itu
dikurung. Pertanyaannya si orang tua kurus kering cocok dengan rasa hatinya. Maka ia
menyesal pembicaraannya kedua orang itu beralih kesoal pribadi mereka.
Sudahlah, kakak Him! berkata Beng Ciong kemudian. Dia menyeringai. Baik kita
jangan bergurau pula . . Orang tua itu mengawasi. Dia tertawa.
Baiklah, mari sekarang kita bicara dari hal yang benar, bilangnya. Wanita itu sudah
hidup lama dalam dunia Sungai Telaga, selama itu kita cuma mendengar hal kegalakannya, tak pernah mendengar perihal ia mempunyai sahabat karib. Benarkah dia putih
bersih" Saudara, kau telah bekerjasama dengannya, andaikata kau belum pernah dahar
daging kambing, apakah juga kau belum tahu minum supnya" Kau bilanglah!
Beng Ciong mengawasi. Ia lihat kawan itu sudah mulai terpengaruhi alkohol,
Kakak, mari kita beristirahat! katanya, Hari ini kita telah membuat perjalanan satu
hari penuh! Orang tua itu tak mau mengerti.
Tidak! katanya, keras. Kau belum men awab pertanyaanku!
Hwee Ceng Pa tertawa. Eh, apakah kau sangka aku sudah sinting" tanya siorang tua, mengawasi kawannya
itu. Hwee Ceng Pa terdiam. Dia berpikir. Dia lupa akan pertanyaan orang itu
Kakak Him, apakah yang kau tanyakan tadi" tanyanya kemudian.
Siorang tua tertawa. Hm, seorang tongcu yang gemar berpura-pura, katanya. Bukankah aku tanyakan
kau dimana si siluman rase dikurung"
Diam diam Pek Kong bergembira Syukur ada kau! pikirnya. Aku tak usah pusing
pusing lagi mencarinya.. Hwee Ceng Pa terdiam Nampaknya ia berpikir keras
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 464
yoza collection Kak Him, apakah maksudmu menanyakan yang sedemikian" tanyanya. Ia tetap
bersangsi. Sepasang alis siorang tua kurus berdiri. Terang ia tak puas. Iapun menatap orang
didepannya. Saudara Beng, mustahilkah kau tidak percaya aku" tanyanya.
Beng Ciong bingung Orang hendak marah lagi!
Sabar, saudaraku, katanya kemudian. Kita sudah bersahabat belasan tahun,
masakah sebab urusan sepele ini kita mesti berselisih"
Orang tua itu bersikap tawar. Kau sendiri tidak mau menjawab aku! katanya
Mengenai soal persahabatan atau tidak, itu tergantung padamu, bukan padaku! Aku
hanya bertanya, mengapa kau tidak mau menjawab" Adakah itu namanya
persahabatan" Hwee Ceng Pa terdesak. Dia menyeringai.
Sebenarnya, kak, bukan aku tidak mau memberitahukan kau, sabutnya. Terus
terang urusan ini menjadi urusan yang besar dari partaiku. Sudah berulangkali Pangcu
menitik beratkan dan melarang orang membuka rahasia, supaya orang luar tidak
mendengar serta tidak mengetahui apa-apa! Jika rahasia bocor Pangcu sudah
mengancam hebat Kak Hmm! orangtua itu memperdengarkan suara tawarnya. Kiranya partaimu
menganggap aku si Him Loo Sam sebagai orang luar! Jika demikian halnya untuk apa
kau mencari aku dan mengajak aku turun gunung" Apakah itu berarti partaimu
menghendaki orang luar membantu kalian merampas kedudukan dunia persilatan ini"
Apakah sesudah seseorang memberikan bantuannya lantas ia mau disepak tergulingguling atau dibinasakan hingga tak berbekas" Oh, sayang baru pada malam ini aku si
orang she Him disadarkan dari mimpiku!
Beng Ciong menjadi bingung sekali, wajahnya memerah karena malunya.
Oh, oh saudara Him, harap kau jangan salah mengerti! katanya, gugup. Partaiku ini
sudah lama menghargai dan Loocianpwee Leng In Ie-su pun telah lama mendengar
nama besarmu! Demikianlah aku sudah diutus ke Hong San untuk mengundang saudara
turun gunung! Apakah itu buktinya bahwa partaiku ini tidak menghargai sahabat
walaupun ia asalnya orang luar" Mustahil partai kami merasa asing terhadap saudara"
Namun Mendengar sampai disitu, Pek Kong segera berpikir.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 465
yoza collection Sungguh aku tidak sangka orangtua yang kurus kering ini justeru adalah orang
terhormat undangan dari Thian Liong Pang.. demikian pikirnya. Sebenarnya siapakah
dia dan ia memiliki kepandaian luar biasa bagaimanakah"
Ketika pemuda kita sedang berpikir ia mendengar orang tua tertawa dua kali, dan
suara tawanya yang tak sedap itu pun dingin sekali kedengarannya. Dan dengan suara
ketewa itu juga dia menyela kata-kata Beng Ciong.
Janganlah kau terlalu memuji aku si orangtua, tuan! demikian katanya. Beginilah
memang adat Him Loo Sam. Aku paling tak suka mendengar pujian atau segala
umpakan. Janganlah kita berkata-kata yang bukan pada tempatnya! Dengan pendek saja
kau katakan, kau suka memberitahukan aku atau tidak, tempat dikurungnya Ouw Yam
Nio" Bukan main gusarnya Beng Ciong. Ia sampai berdiam saja. Tapi tidak dapat ia
berpikir lama-lama. Baiklah, saudara, aku mau mendengar perintahmu! sahutnya. Dalam hal ini aku
bicara karena aku sangat menghargai kakak. Cuma satu hal aku minta ialah agar urusan
itu tidak sampai kepada orang yang ketiga! Kalau rahasia ini bocor, sungguh hebat
kesudahannya nanti . . . !
Dalam hati Pek Kong merasa geli. Pikirnya: Asalkan kau membuka mulutmu, pasti
sepuluh orang akan mengetahui rahasiamu ini!
Sementara itu orang tua agaknya heran rupanya.
Aku tidak mengerti! Katanya. Kehebatan apakah yang bakal terjadi" Ouw Yam Nio
memang seorang tongcu, seorang anggauta penting dari partai kalian! Akan tetapi ia
dianggap bersalah. Lagi pula ia telah ditangkap dan dikurung atas perintah Pangcu
kalian. Lalu, apapula yang harus dikhawatirkan" Bukankah Ouw Yam Nio juga tidak akur
dengan pemimpin-pemimpin yang lain" Siapakah akan menentang jikalau Ouw Yam
Nio dihukum misalnya" Nah. apakah yang harus dikhawatirkan . ."
Hwee Ceng Pa segera memperlihatkan roman muka sungguh-sungguh.
Ada sesuatu yang kau belum mengetahui kak Him! katanya. Kiu Bwee Ho Ouw
Yam Nio sebenarnya adalah menjadi murid Bwee Hong Soat Lie berbareng cucu
keponakan dalam Sin Kiam Ciu Kat Giok Tong. Pula ia sudah diusir dari rumah
perguruannya sebab ia memaksa meminta gurunya mempelajarinya ilmu Hoan Soat
Ciang . . Pendekar Yang Berbudi - Halaman 466
yoza collection Oh! kata Pek Kong dalam hati. Pantas baru saja Ouw Yam Nio melihat bayangan
Bwee Hong Soat Lie segera dia lari tunggang-langgang, kiranya dia adalah murid jago
tua itu serta pula menjadi anak Kat In Tong dan Pui Hui! . . . Pantas, pantas!
Senang juga Pek Kong yang tanpa sengaja mendapat penjelasan tentang Ouw Yam
Nio. Lalu pikirnya, kabar ini perlu disampaikan kepada Kat In Tong atau Pui Hui. Biar
bagaimana Ouw Yam Hio adalah sanak mereka itu.
Ketika itu terdengarlah suaranya Beng Ciong, yang menyambungi kata-katanya:
Mengenai Ouw Yam Nio, dia adalah penyebab bentroknya Sin Kiam Ciu Kat Giok Tong
dengan Bwee Hong Soat Lie. Sebetulnya mereka telah digodai Pee Bie Looloo dan Sin
Kiam Ciu kena terdesak. Sejak diusir, Ouw Yam Nio takut berjumpa dengan Kat Giok
Tong, paman tuanya itu. Seterusnya ia hidup merantau. Entah bagaimana halnya kemudian ternyata ia
mempunyai kepandaian yang sekarang ia miliki. Maka Pangcu telah mengundangnya,
memintanya agar masuk menjadi anggauta partai kami.
Mendengar perkataan Hwee Ceng Pa itu. Pek Kong mulai mengerti urusan diantara
Bwee Hong Soat Lie dan Kat In Tong. Terhadap Ouw Yam Nto, kesannya segera menjadi
baik. Menurut dia, Ouw Yam Nio baru berusia duapuluh dan umur Honghu Pek Hee baru
delapan belas tabun. Sebab itu ketika Nona Honghu diambil sebagai murid Bwee Hong
Soat Lie, mungkin ketika itu Oaw Yam Nto sudah diusir dari rumah perguruannya dan
mungkin pada waktu itu dia baru berusia belasan. Dalam usia muda belia itu. Ouw Yam
Nio seorang wanita sebarang kara, sudah mesti terlunta-lunta, menjelajahi Sungai
Telaga. Maka dari itu, bahkan lebih menderita dari pada ia sendiri. Dalam usia itu, ia
dapat berdiam dengan berkecukupan dirumah Siauw Seng Houw, pamannya. Baru
setelah pamannya mendapat kecelakaan, ia mesti hidup menderita dan menghadapi
bahaya maut. Agaknya Bwee Hong Soat Lie keterlaluan. pikirnya kemudian. Kalau Ouw Yam Nio
dikirim pulang kerumah Kat Giok Tong, tak nanti dia hidup bersengsara hingga
terjerumus dalam lingkungan yang sesat . .
Sementara itu, orangtua yang menyebut dirinya Him Loo Sam, tertegun ketika
mendengar keterangan Beng Ciong itu. Ia tak mengetahui bahwa urusan Ouw Yam Nio
adalah demikian halnya. Toh, masih ada sesuatu yang kurang jelas baginya.
Bukannya orangtua Ouw Yam Nio itu sudah meninggal dunia" demikianlah
tanyanya. Lalu apalagi yang harus dikhawatirkan"
Hwee Ceng Pa menggelengkan kepalanya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 467
yoza collection Kakak sudah lama hidup menyendiri di gunung Hong San, tidak heran bilamana
ada banyak urusan di luar yang kakak tidak ketahui atau belum pernah mendengarnya,
katanya, menjelaskan lebih jauh. Memang beberapa waktu berselang ada cerita
diluaran bahwa beberapa orangtua itu sudah meninggal dunia. Akan tetapi pada akhir
tahun yang baru lalu, aku sendiri pernah melihat Pee Bie Looloo, sedangkan lain orang
ada yang berjumpa dan Bwee Hong Soat Lie dimusim semi tahun ini. Juga harus diakui
bahwa Bwee Hong Soat Lie paling cupat pikirannya, karena mau ia melindungi sekalipun
orang yang dianggapnya bersalah. Demikianlah, meski Ouvv Yam Nio telah diusir,
namun jika ia mendengar bahwa bekas muridnya itu tertawan dan terpenjara serta
nasibnya buruk, tentu ada kemungkinan ia datang untuk meminta muridnya itu! Dan,
kalau Kat Giok Tong masih hidup dan dia bekerjasama dengan Bwee Hong Soat Lie,
bukankah huru-hara akan menjadi besar sekali" Itulah namanya langit terbalik dan
bumi ambruk Orang she Him itu terkejut mendengar halnya orang-orang tua itu masih hidup. Ia
jadi berpikir keras. Kalau begitu, katanya kemudian, mengapa Ouw Yatn Nio tidak dihukum mati saja"
Bukankah dengan jalan demikian menjadi beres"
Lenyapkan dia" ah mudah! Bagaimana, bila kawanan
siluman itu mendengar berita dan datang berkumpul" Kalau orangnya masih ada
mudah kita berbicara ! Bagaimana jika sebaliknya "
Pasti mereka itu tidak mau mengerti dan sudah tentu mereka akan memusuhi kita.
Kini paling besar kita menyelidikinya lebih dulu, mencari tahu Kat Giok Tong sudah
menutup mata atau belum, setelah itu baru kita mengambil keputusan.
Oh, begitu!* kata si Loo Sam. Tapi, saudara Beng, tahukah engkau sebabnya
mengapa a-ku mau tahu tempatnya dimana Ouw Yam Nio dikurung!
'Bukankah ia disebabkan asmara lama yang tak dapat dilupakan!
Him Loo Sam lantas menunjukkan roman muka yang sungguh-sungguh.
Aku si orang she Him masih belum demikian dipengaruhi paras elok, katanya. Lagi
pula iapun tiada sangkut pautnya denganku! Terus terang belum lama ini aku telah
bertemu dengan Ceng Hie Tootiang. Ia memberitahukan bahwa Ceng Khong, si wanita
keparat telah hidup menyendiri di tepi telaga Keng Pok Ouw dan Tiat Tan Kong Kek di
Loo Ya Nia. Ceng Hie Tootiang telah menawan Tok Kok Tan Kong Kek. Karena ia
menyebut Tiat Tan Kong Kek, aku jadi ingat kakakku yang tertua. Bukankah Loo Toa
telah binasa ditangan Tiat Tan Kong Kek" Coba kau pikir, sakit hati itu harus dibalas
atau tidak" Pendekar Yang Berbudi - Halaman 468
yoza collection Beng Ciong menjadi heran, sehingga ia menatapi si kurus kering.
Urusan Ouw Yam Nio, apakah ada sangkut pautnya dengan urusan kau yang
hendak menuntut balas itu" tanyanya.
Tentu ada maksudnya, mengapa aku menanyakan begitu teliti tentang Kiu Bwee
Ho, si orang sbe Him menjawab. Aku merasa kalau aku mengandalkan tenagaku sendiri
agak sulit untukku merobohkan Tiat Tan Kong Kek. Maka itu aku pikir hendak meminjam
senjata rahasia Ouw Yam Nio. Aku mau hajar musuh dengan tusukan Kiu Bwee cie.
Beng Ciong meragukannya. Ouw Yam Nio bergelar Kiu Bwee Ho, itulah sebabnya ia sangat cerdik lagi licin,
katanya, Maka itu andaikata kakak bertemu dengannya, belum tentu ia suka
menyerahkan senjata rahasianya itu. Menurut aku, lebih baik kita mencari jalan lain
saja. Nanti, setibanya kita dimarkas, disana ada banyak orang, mustahil kita tak akan
memperoleh beberapa orang pembantu"
Dalam bal sakit hati, terutama sakit hati ayah dan kakak, tak dapat itu dibalas
dengan meminjam tangan lain orang, berkata si orang she Him dengan suara keras.
Kami Hong San Sam Him, sungguhpun bukan orang-orang luar biasa namun dalam
kalangan Rimba Persilatan, kami masih mempunyai nama juga! Mana dapat aku
meminjam tenaga orang partaimu" Ia berdiam sejenak, baru ia menambah kan: Kak
Beng, kau menggunakan berbagai alasan untuk menolak permintaanku! Mengapa
demikian. Sungguh-sungguhkah kau tidak mau memberitahukan aku"
Beng Ciong bingung bukan main! Kalau ia tetap tidak memberikan keterangan, ia
khawatir, orang marah dan berbalik menjadi lawan. Akhirnya ia berkata perlahan: Kak
aku ingin beritabukan kau, cuma kau.. ,
Belum habis Hwee Ceng Pa berkata-kata, ia sudah dikejutkan oleh suatu suara keras
dan berisik diluar kamarnya, seperti jatuhnya barang berat.
Si orang she Him juga terkejut.
Dengan satu serangan tangan Beng Ciong membuka daun jendela. Segera ia
melompat keluar, untuk melihat suara itu suara apa, dan siapa atau dari mana
datangnya. Diluar kamar itu ada sebuah pekarangan, yang menyambung dengan kebun rumah
penginapan itu. Setibanya Beng Ciong diluar, ia melihat seorang laki-laki bertubuh besar
roboh dibawah jendela dan disaat itu sedang berusaha untuk bangkit berdiri. Rupanya
dia naik melompati tembok, lalu jatuh terpeleset.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 469
yoza collection Begitu ia datang lebih dekat, Beng Ciong kenali orang itu, adalah orang yang dua
kali ia temukan dilembah Kie Hong Kok si muka hitam, maka tertawalah dia.
Hai, toIol! bentaknya Rupanya kau sudah bosan hidup! Mau apa kau lari kesini "
Lekas kau bicara dengan sungguh-sungguh! Awas nanti kuhajar kau sehingga kau tidak
bergerak lagi ! Orang itu adalah Ho Tong. Lama ia menantikan Pek Kong, belum juga kawan itu
kembali. Ia menjadi gelisah, maka ia menyusul keluar. Ia mendengar suara bicara di
balik tembok. Segera ia melompat pergi ke sebelahnya tetapi ia terpeleset dan
terjatuhlah dia. Bertepatan ia mau bangun, Beng Ciong pun mempergokinya. Lalu ia
melihat disisi Hwee Ceng Pa ada seorang lain, seorang tua kurus dengan kedua
tangannya panjang luar biasa. Disitu sebaliknya tidak ada Pek Kong. Maka ia melihat
kiri dan kanan dan seorang diri ia bekata: Heran kemanakah perginya".. .
Beng Ciong mendongkol bahwa orang tidak menghiraukannya. Akan tetapi
mendengar orang berkata-kata, iadapat menyabarkan diri.
Kau cari siapa" tegurnya. Katakanlah segera!
Ho Tong mengawasi, matanya melotot. Tuanmu yang nomor dua tak akan


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberitahukan kau! sahutnya, kaku.
Sesungguhnya Beng Ciong takut kalau-kalau pembicaraannya dengan si orang she
Him ada yang dengar, namun melihat orang muda bermuka hitam yang tolol itu, dia
paksakan diri tertawa juga.
Eh, tolol! katanya nyaring, orang yang kau cari itu telah tiada, sebab dia sudah dipaguti ular beracun! Mustahil.. ,
Kata-kata itu terputus dengan tiba-tiba.
Ho Tong kaget serta bingung, sehingga ia lompat menyambar ujung baju orang.
Siapakah yang telah meracuninya" tanyanya keras.
Beng Ciong adalah seorang tongcu, ilmu silatnya liehay, tetapi ia tahu si hitam itu
tolol, ia percaya orang tak dapat bertahan jika ia satu kali meninjunya, namun ia menjadi
alpa, maka terjadilah ia ketika bajunya dijambret. Tidak ayal lagi ia menyerang dengan
totokan pada jalan darah siauw-hu dari pemuda itu.
Ho Tong yang sekarang lain dari pada Ho Tong yang dulu. Ia sudah mempelajari
ilmu Him Hoan atau Beruang Berjungkir Balik . Ia lebih dapat bertahan dari pada harihari yang telah lewat itu. Ketika ia tertotok, terpaksa ia melepaskan jambretannya,
namun ia tak roboh, hanya merasakan kaku. Ia masih dapat berdiri tegak!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 470
yoza collection Pek Kong lagi mengintai terus ketika ia dikejutkan oleh suara tubuh jatuh dan lantas
ia melihat Ho Tong. Tadinya ia menyangka ada orang, atau musuh. Setelah melihat
kawannya itu, ia hendak menolongi namun ia sudah di dahului Beng Ciong berdua.
Terpaksa ia berdiam saja. Ia tidak mau sembarangan memperlihatkan diri.
Beng Ciong melompat mundur begitu ujung bajunya dilepaskan. Ia malu sebab
orang berhasil menjambretnya selagi ia berada didepan mata si orang tua she Him.
Lantas ia membentak bengis. Eh, bocah, karena kau berani turun tangan lebih dulu,
baiklah, tuan besarmu kan menghadiahkan sesuatu padamu!
Walaupun ia membuka suara besar, Hwee Ceng Pa tidak berani berlaku sembrono.
Ia maju dengan langkah berhati-hati.
Ketika itu Pek Kong masih tetap berdiam saja. Ia hendak menonton. Tadi ia
menyaksikan bagaimana Ho Tong dengan tipu Wan Jiauw atau Cengkraman Kera
telah berhasil menjambret baju orang, sehingga orang terkejut. Sekarang ia mau melihat
berapa jauh kawan itu sudah mendapat kemajuan.
Him Loo Sam juga mengawasi tajam. Melihat gerak-gerik Ho Tong pada pertama
kali, ia tidak melihat mata pada si tolol itu. Akan tetapi menyaksikan bagaimana bajunya
Beng Ciong dapat dijambret, pandangannya berubah. Ia lantas mengawasi tajam.
Setelah itu ia melihat Beng Ciong, yang bersikap seperti juga mau menghadapi lawan
yang lihay. Mau tidak mau ia tertawa dan berkata kepada sahabat itu: Saudara Beng,
kaulah seorang tongcu, untuk menghadapi seorang bocah, mengapa kau membawa
gayamu yang luar biasa ini" Bukankah itu menandakan kau terlalu berhati-hati,
sehingga kau memandang terlalu tinggi padanya"
Mukanya si tongcu menjadi merah. Segera ia menghentikan langkahnya.
Kau tidak tahu, kak. katanya, mencari alasan. Aku.. aku tak tahu bagaimana aku
harus berbuat! Pendekar Banci 4 Shugyosa Samurai Pengembara 9 Perjodohan Busur Kumala 5

Cari Blog Ini