Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery Bagian 2
~66~ perempuan yang sangat "sangat peka".
Sementara mereka di sana, Mrs. James White tua
datang. "Aku baru saja dari rumah Lorenzo," umumnya.
"Lorenzo adalah lelaki paling bangga di Avonlea menit ini.
Coba tebak" Seorang bayi lelaki yang baru lahir di sana "
setelah tujuh anak perempuan, akhirnya dia berhasil juga."
Tiba-tiba terlintas sebuah gagasan di kepala Anne, dan
saat mereka pergi, dia berkata, "Aku akan langsung ke
rumah Lorenzo White."
"Tapi, dia tinggal di Jalan White Sands dan cukup jauh
dari sini," Diana memprotes. "Gilbert dan Fred yang akan
meminta sumbangan darinya."
"Mereka tidak akan pergi ke sana hingga Sabtu depan,
dan saat itu sudah terlambat," kata Anne tegas. "Peristiwa
bahagia itu nanti sudah basi. Lorenzo White sangat pelit,
tapi dia akan menyumbangkan Apapun saat ini. Kita tidak
boleh membiarkan kesempatan emas ini lepas, Diana." Dan
hasilnya tepat seperti ramalan Anne. Mr. White menemui
mereka di pekarangan, tersenyum lebar bagaikan matahari
cerah. Saat Anne meminta sumbangan, dia menyetujui
dengan antusias. "Pasti, pasti. Tulis saja aku akan menyumbang satu
dolar lebih banyak daripada sumbangan tertinggi yang telah
kalian dapatkan." "Kalau begitu lima dolar " Mr. Daniel Blair
menyumbangkan empat dolar," kata Anne, setengah
khawatir. Tetapi, Lorenzo bergeming.
"Kalau begitu lima dolar " dan ini uangnya, langsung
kuberikan. Sekarang, aku ingin kalian masuk ke rumah. Ada
sesuatu di sana yang sangat layak dilihat " sesuatu yang
baru dilihat oleh segelintir orang. Masuk saja dan berikan
~67~ pendapat Kalian." "Apa yang akan kita katakan jika bayinya tidak lucu?"
bisik Diana khawatir saat mereka mengikuti Lorenzo yang
bersemangat masuk ke dalam rumah.
"Oh, pasti ada suatu hal yang menyenangkan untuk
dikatakan," kata Anne santai. "Selalu begitu jika kita
melihat bayi." Namun, bayinya Memang lucu, dan Mr. White merasa
lima dolarnya layak untuk pujian tulus para gadis itu
terhadap si pendatang baru mungil yang montok. Tetapi, itu
adalah saat pertama, terakhir, dan sekali-kalinya Lorenzo
White pernah menyumbang untuk apa pun.
Anne, meskipun kelelahan, melakukan satu lagi usaha
untuk kepentingan umum malam itu, dengan menyeberangi
ladang untuk menemui Mr. Harrison. Seperti biasa, Mr.
Harrison sedang mengisap pipa di beranda bersama Ginger
di sampingnya. Meskipun sebenarnya dia termasuk
penduduk Jalan Carmody, tetapi Jane dan Gertie, yang tidak
terlalu mengenalnya kecuali dari laporan-laporan yang
meragukan, dengan gugup telah memohon Anne untuk
meminta sumbangan dari Mr. Harrison.
Namun, Mr. Harrison langsung menolak untuk
menyumbangkan uang satu sen pun, dan seluruh siasat
Anne sia-sia belaka. "Tapi, kupikir Anda mendukung kelompok kami, Mr.
Harrison," Anne berkata murung.
"Memang " memang " tapi dukunganku tidak
sedalam kantungku, Anne."
"Kalau aku menemui beberapa lagi kejadian seperti
yang kualami hari ini, aku pasti akan jadi orang pesimis
seperti Miss Eliza Andrews," Anne berkata kepada
bayangannya di cermin loteng timur, sebelum pergi tidur.
~68~ ~69~ Tanggung Jawab yang Harus Dipikul "Ada apa?" tanya Gilbert, yang baru tiba di pintu dapur
yang terbuka, dan mendengar desahan Anne.
Anne tersipu, lalu menyembunyikan tulisannya di
bawah beberapa karangan tugas sekolah.
"Tidak ada, kok. Aku hanya berusaha menuliskan
beberapa pikiranku, seperti yang disarankan oleh Profesor
Hamilton, tapi tulisan-tulisan itu tidak memuaskanku. Semua
tampak begitu kaku dan konyol jika langsung dituliskan di
kertas. Imajinasi bagaikan bayangan " kita tidak dapat
mengurung mereka, karena mereka adalah hal-hal yang liar
dan selalu menari-nari. Tapi kupikir suatu hari aku bisa
mempelajari rahasianya, jika terus berusaha. Aku tidak
memiliki banyak waktu luang yang menyenangkan, kau
tahu. Saat aku selesai mengoreksi latihan-latihan dan
karangan-karangan di sekolah, belum tentu aku merasa
ingin menuliskan ide-ideku sendiri."
"Kau berhasil dengan gemilang di sekolah, Anne.
Semua anak menyukaimu," kata Gilbert sambil duduk di
undakan batu. "Tidak, tidak semuanya. Anthony Pye tidak dan Tidak
~70~ Akan Pernah menyukaiku. Yang lebih buruk lagi, dia tidak
menghormatiku " sama sekali tidak. Dia hanya
membuatku terus khawatir dan kuakui, itu sangat
membuatku takut. Bukan karena dia sangat nakal " dia
hanya sedikit bandel, tapi tidak lebih buruk daripada anakanak lain. Dia jarang tidak mematuhiku; tapi dia patuh
sambil cemberut, menunjukkan ketidaksetujuan, seakan
kata-kataku sama sekali tidak berarti baginya " dan itu
berpengaruh buruk pada anak-anak lain. Aku sudah
mencoba segala cara untuk mengambil hatinya, tapi aku
khawatir tidak akan pernah berhasil. Aku ingin
melakukannya, karena dia sebenarnya adalah anak laki-laki
yang manis meskipun dia Seorang Pye, dan aku bisa
menyukainya jika dia mengizinkanku."
"Mungkin itu hanya akibat apa yang dia dengar di
rumah." "Tidak sepenuhnya begitu. Anthony adalah seorang
anak yang mandiri dan memiliki pendapatnya sendiri tentang
segala hal. Dia selalu menganggap para guru lelaki lebih
baik dan guru-guru perempuan tidak ada gunanya. Yah, kita
akan melihat apa yang bisa dilakukan oleh kesabaran dan
kebaikan hati. Aku senang mengatasi berbagai kesulitan,
dan mengajar adalah pekerjaan yang benar-benar menarik.
Paul Irving yang membuatku merasa begitu meskipun
banyak masalah lain. Anak itu benar-benar sempurna,
Gilbert, dan juga seorang genius. Aku yakin, dunia akan
mendengar karyanya suatu hari," Anne menyimpulkan
dengan yakin. "Aku juga senang mengajar," kata Gilbert. "Bisa
dibilang mengajar adalah latihan yang baik. Kau tahu, Anne,
aku belajar lebih banyak saat mengajar pikiran-pikiran muda
~71~ di White Sands selama beberapa minggu ini daripada saat
aku belajar sendiri selama bertahun-tahun di sekolah.
Sepertinya kita semua akan berhasil dengan cukup baik.
Orang-orang Newbridge juga menyukai Jane, kudengar, dan
kupikir para penduduk White Sands lumayan puas dengan
pelayanmu yang rendah hati ini " semua, kecuali Mr.
Andrew Spencer. Aku bertemu dengan Mrs. Peter Blewett
saat pulang tadi malam dan dia berkata kepadaku bahwa
dia pikir sudah menjadi tugasnya untuk memberitahuku
bahwa Mr. Spencer tidak menyetujui metode-metode
mengajarku." "Kau pernah memerhatikan, tidak," tanya Anne, "saat
orang-orang berkata, sudah menjadi tugas mereka untuk
memberi tahu sesuatu kepadamu, kau harus bersiap-siap
menerima sesuatu yang tidak menyenangkan" Mengapa
sepertinya mereka tidak pernah berpikir, sudah menjadi
tugas mereka untuk memberi tahu hal-hal menyenangkan
yang mereka dengar tentang dirimu" Mrs. H. B. Donnell
datang lagi ke sekolah kemarin dan berkata kepadaku, dia
pikir sudah menjadi tugasnya untuk memberitahuku bahwa
Mrs. Harmon Andrew tidak menyetujui aku membacakan
dongeng-dongeng peri kepada anak-anak, dan bahwa Mr.
Rogerson berpikir kemajuan Prillie dalam aritmetika kurang
cepat. Jika Prillie tidak menghabiskan waktu terlalu banyak
untuk melirik anak-anak lelaki dari balik batu tulisnya, pasti
dia bisa lebih baik. Aku merasa cukup yakin jika Jack Gillis
yang mengerjakan tugas penjumlahan Prillie, meski aku
tidak pernah bisa memergokinya langsung."
"Apakah kau berhasil membuat putra harapan Mrs.
Donnell untuk menerima namanya yang suci?"
"Ya," Anne tertawa, "tapi itu benar-benar sebuah tugas
yang sulit. Awalnya, saat aku memanggilnya "St. Clair", dia
tidak menyahut hingga aku mengulanginya dua atau tiga
~72~ kali. Lalu, saat anak-anak lain menyenggolnya, dia akan
menoleh dengan ekspresi kesal, seakan mengatakan kalau
aku memanggilnya John atau Charlie, maka dia pasti tak
akan menyadari bahwa yang kumaksud adalah dia. Jadi,
aku menahannya suatu sore sepulang sekolah dan berbicara
baik-baik kepadanya. Kukatakan bahwa ibunya ingin aku
memanggilnya St. Clair, dan aku tidak bisa menolak
keinginan itu. Dia mengerti saat aku menjelaskan semuanya
dia adalah bocah kecil yang berpikiran sangat logis"dan
dia berkata, aku bisa memanggilnya St. Clair, tapi dia akan
"membabat" anak mana pun yang berusaha memanggilnya
begitu. Tentu saja, aku harus menegurnya lagi karena dia
menggunakan bahasa yang kurang pantas. Sejak saat itu,
aku memanggilnya St. Clair dan anak-anak lain
memanggilnya Jake, dan segalanya berjalan lancar. Dia
berkata kepadaku bahwa dia ingin menjadi tukang kayu, tapi
Mrs. Donnell berkata, aku harus berusaha membuat St.
Clair menjadi seorang profesor di perguruan tinggi."
Pembicaraan tentang perguruan tinggi memunculkan
topik baru dalam pikiran Gilbert, dan selama beberapa saat
mereka membicarakan rencana-rencana dan keinginankeinginan mereka serius, jujur, penuh harapan, seperti anak
muda mana pun yang sangat menyukai perbincangan
tentang masa depan terbentang yang penuh dengan
kemungkinan-kemungkinan menakjubkan.
Gilbert akhirnya memutuskan bahwa dia ingin menjadi
seorang dokter. "Itu adalah sebuah profesi yang hebat," katanya
antusias. "Seorang lelaki harus berusaha meraih sesuatu
sepanjang hidupnya " bukankah ada seseorang yang
mengatakan bahwa seorang lelaki bagaikan seekor binatang
yang sedang bertarung" Dan aku ingin memerangi penyakit,
kesakitan, dan ketidakpedulian " yang semuanya saling
~73~ berhubungan. Aku ingin bekerja keras dan jujur di dunia ini,
Anne " ikut berperan dalam menambah pengetahuan
dunia yang sejak dulu telah dikumpulkan dan dilengkapi oleh
orang-orang yang hidup sebelum kita. Para pendahulu itu
telah melakukan banyak hal baik bagiku, sehingga aku ingin
menunjukkan rasa terima kasihku dengan melakukan
sesuatu bagi orang-orang yang hidup setelah masaku.
Bagiku, tampaknya itu satu-satunya cara seseorang untuk
bisa bersikap adil dalam tugasnya terhadap umat manusia."
"Aku ingin menambahkan beberapa keindahan dalam
hidup," kata Anne sambil menerawang. "Aku tidak
bermaksud ingin membuat orang-orang Tahu lebih banyak
" meskipun aku tahu, itu Memang ambisi yang paling
terhormat. Tapi, aku ingin membuat mereka menikmati
waktu yang lebih menyenangkan karenaku " untuk
memiliki sedikit pikiran menyenangkan atau bahagia, yang
tidak akan pernah ada jika aku tidak terlahir."
"Kupikir saat ini pun kau telah berhasil mewujudkan
ambisi itu setiap hari," kata Gilbert penuh kekaguman.
Dan dia memang benar. Anne adalah salah seorang
anak yang dilahirkan dengan bakat ceria penuh cahaya. Jika
dia bertemu dengan seseorang atau makhluk hidup lainnya,
sebuah senyuman atau sepatah kata yang terlontar darinya
terasa bagaikan sinar matahari yang membuat orang
merasa memiliki harapan, keindahan, dan kebaikan.
Akhirnya, Gilbert berdiri dengan penuh sesal.
"Yah, aku harus pergi ke rumah Keluarga
MacPhersons. Moody Spurgeon pulang dari Queen hari ini
sampai Minggu, dan dia membawakan sebuah buku yang
dipinjamkan oleh Profesor Boyd kepadaku."
~74~ "Dan aku harus membuatkan teh untuk Marilla. Dia
sedang pergi menemui Mrs. Keith sore ini, dan dia akan
segera kembali." Anne sudah selesai mempersiapkan hidangan minum
teh saat Marilla pulang; perapian berderak ceria, sebuah
vas berisi tanaman pakis yang memutih karena hawa beku
dan daun-daun mapel berwarna merah delima menghiasi
meja, dan aroma nikmat daging ham serta roti bakar
menguar di udara. Namun, Marilla membenamkan diri ke
kursinya sambil mendesah keras.
"Apakah matamu membuatmu kesulitan" Apakah
kepalamu sakit?" tanya Anne dengan gelisah.
"Tidak. Aku hanya lelah " dan khawatir. Ini soal Mary
dan anak-anak itu " keadaan Mary semakin memburuk "
dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dan tentang si
kembar, aku tidak tahu bagaimana keadaan mereka nanti."
"Apakah sudah ada kabar dari paman mereka?"
"Ya, Mary sudah menerima surat darinya. Dia sedang
bekerja di sebuah kamp penebangan kayu dan "terikat ke
sana", apa pun artinya itu. Tapi, dia berkata, dia tidak
mungkin membawa anak-anak itu hingga musim semi. Dia
berharap bisa menikah pada musim semi dan akan pulang
untuk membawa mereka; tapi dia berkata, Mary harus
meminta salah satu tetangganya untuk mengasuh mereka
selama musim dingin. Mary berkata, dia tidak bisa meminta
bantuan pada tetangganya. Mary tidak pernah bisa cocok
dengan orang-orang Grafton Timur. Dan kesimpulannya,
Anne, aku yakin Mary ingin aku membawa anak-anak itu
" dia tidak berkata begitu, tapi Tampak menginginkannya."
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh!" Anne mengatupkan kedua tangannya penuh
gairah. "Dan tentu saja kau akan membawa mereka,
~75~ bukan?" "Aku belum mengambil keputusan," kata Marilla cepat.
"Aku tidak terburu-buru memutuskan hal-hal tertentu
seperti dirimu, Anne. Hubungan sepupu generasi ketiga
tidaklah terlalu dekat. Dan tanggung jawab untuk mengasuh
dua anak berusia enam tahun sangat mengerikan " apalagi
mereka kembar." Marilla beranggapan bahwa anak-anak kembar selalu
dua kali lebih nakal daripada satu anak.
"Anak-anak kembar sangat menarik " setidaknya satu
pasangan kembar," kata Anne. "Hanya saja, jika ada dua
atau tiga pasang kembar, keadaan jadi monoton. Dan
kupikir, sungguh menyenangkan bagimu memiliki sesuatu
yang bisa menghiburmu, saat aku sedang berada di
sekolah." "Kupikir tidak akan terlalu banyak hiburan " lebih
banyak kekhawatiran dan kelelahan, kurasa. Jika mereka
berusia sama dengan saat aku mengadopsimu dulu
sepertinya itu tidak akan terlalu berisiko. Aku tidak terlalu
berkeberatan dengan Dora " dia tampak baik dan tenang.
Tapi, Davy adalah tantangan."
Anne sangat menyukai anak-anak kecil dan hatinya
sangat mendambakan si kembar Keith itu. Kenangan akan
masa kecilnya sendiri yang tidak dipedulikan masih
terbayang jelas dalam benaknya. Dia tahu, satu-satunya
kelemahan Marilla adalah keyakinan teguh terhadap hal-hal
yang memang dia anggap sudah jadi tanggung jawab dan
tugasnya. Dan Anne dengan lihai mengarahkan argumenargumennya ke sana.
"Jika Davy nakal, bukankah itu alasan yang lebih kuat
agar dia mendapatkan pendidikan yang bagus, Marilla" Jika
kita tidak mengambil mereka, kita tidak tahu siapa yang
~76~ akan mendidik mereka, atau pengaruh macam apa yang
akan mengelilingi mereka. Bagaimana kalau kedua anak itu
diasuh tetangga sebelah Mrs. Keith, keluarga Sprott" Mrs.
Lynde berkata jika Henry Sprott adalah orang paling tidak
taat yang pernah hidup, dan kita tidak bisa memercayai apa
pun yang dikatakan anak-anaknya. Bukankah mengerikan
jika si kembar harus mempelajari hal-hal seperti itu" Atau,
mungkin mereka pergi ke Keluarga Wiggins. Mrs. Lynde
berkata, Mr. Wiggins menjual apa pun yang bisa dijual dari
tempat itu dan tidak bisa memberi makan keluarganya. Kau
tidak akan suka jika kerabatmu kelaparan, bahkan meskipun
mereka hanya sepupu generasi ketiga, bukan" Bagiku,
Marilla, tampaknya sudah menjadi tugasmu untuk
mengasuh mereka." "Kupikir memang begitu," Marilla menyetujui dengan
muram. "Kupikir aku akan memberi tahu Mary bahwa aku
akan mengambil mereka. Kau tidak perlu terlihat sepuas itu,
Anne. Ini berarti akan banyak sekali pekerjaan tambahan
untukmu. Aku tidak bisa menjahit dan menambal karena
mataku, jadi kau yang harus memerhatikan pembuatan dan
perawatan pakaian mereka. Dan kau tidak menyukai
kegiatan menjahit." "Aku membencinya," kata Anne dengan tenang, "tapi
jika kau bersedia menerima anak-anak itu karena perasaan
tanggung jawabmu, aku bisa menjahit untuk mereka juga
karena perasaan tanggung jawabku. Kadang, baik juga bagi
orang untuk terpaksa melakukan apa yang tidak disukainya
.... selama itu tidak berlebihan."
~77~ Marilla Mengadopsi si Kembar "Itu Marilla, pulang dari pemakaman," dia berkata
kepada suaminya, yang tergolek di sofa dapur. Thomas
Lynde akhir-akhir ini lebih sering berbaring di sofa dan
terlihat lebih mudah lelah, tetapi Mrs. Rachel, yang
pengamatannya sangat tajam terhadap segala sesuatu di
luar rumahnya sendiri, tidak terlalu menyadarinya. "Dan dia
membawa anak-anak kembar itu bersamanya, " ya, itu
Davy yang membungkuk di dasbor kereta dan berusaha
meraih ekor kuda poni, dan Marilla menariknya agar
mundur. Dora duduk di bangku serapi yang bisa kita
harapkan. Dia selalu tampak bagaikan baru saja dikanji dan
disetrika rapi. Yah, Marilla yang malang akan sangat sibuk
musim dingin ini pastinya. Tetap saja, aku tidak tahu apa
yang bisa dia lakukan selain membawa mereka, dalam
situasi seperti ini, dan dia akan memiliki Anne untuk
membantunya. Anne tertarik setengah mati terhadap
seluruh urusan ini, dan harus kuakui dia pintar mengambil
hati anak-anak. Ya Tuhan, rasanya baru kemarin Matthew
yang malang membawa Anne pulang, dan semua orang
menertawakan ide Marilla mengangkat seorang anak. Dan
sekarang, dia mengadopsi sepasang anak kembar. Kita
tidak pernah bisa berhenti terkejut hingga akhir hayat."
~78~ Kuda poni itu berderap melintasi jembatan di Lynde"s
Hollow dan sepanjang jalan sempit Green Gables. Wajah
Marilla tampak suram. Grafton Timur berjarak enam belas
kilometer dari situ dan Davy Keith tampaknya memang tak
bisa berhenti bergerak. Marilla tidak mampu membuatnya
duduk diam dan cemas setengah mati sepanjang jalan
kalau-kalau Davy jatuh dari kereta dan mematahkan
lehernya sendiri, atau terjatuh melewati dasbor ke bawah
kaki-kaki kuda poninya. Putus asa, Marilla akhirnya
mengancam akan mencambuk Davy jika mereka sudah tiba
di rumah. Mendengar itu, Davy memanjat ke pangkuannya,
tidak memedulikan tali kekang yang Marilla pegang, lalu
melingkarkan lengan montoknya di leher Marilla dan
memeluknya erat-erat, penuh sayang.
"Aku nggak percaya kau serius," katanya, mengecup
pipi keriput Marilla. "Kau Nggak seperti orang yang
mencambuk anak kecil cuma karena dia nggak bisa
diem.Emang sulit kan, kalau diem saja waktu kau seumur
aku?" "Tidak, aku selalu diam jika disuruh," kata Marilla,
berusaha tegas, meskipun dia merasa hatinya luluh di
bawah sentuhan penuh kasih Davy yang impulsif.
"Itu sih, karena kau perempuan," kata Davy, bergerak
kembali ke tempatnya setelah sekali lagi memeluk Marilla.
"Tapi kau dulu pasti Pernah jadi anak perempuan kecil.
Lucu deh, ngebayangin kau dulu jadi anak kecil. Dora
emang bisa duduk diem ... tapi nggak seru kalau kau diem
aja. Kayaknya jadi anak perempuan nggak asyik. Sini deh,
Dora, kuajak main yang lebih asyik."
Metode Davy untuk "ngajak main yang asyik" adalah
menjambak rambut ikal Dora. Dora memekik, kemudian
menangis. ~79~ "Bagaimana kau bisa menjadi bocah senakal ini saat
ibumu yang malang baru saja dibaringkan di makamnya?"
keluh Marilla putus asa. "Tapi ibuku lega lho, bisa meninggal," sahut Davy
penuh rahasia. "Aku tahu, karena dia sendiri yang bilang .
Ibu lelah banget karena sakit. Kami ngomong lama malam
sebelum dia meninggal. Ibu bilang kau membawaku dan
Dora selama musim dingin, dan aku harus jadi anak baik.
Aku mau jadi anak baik, tapi emangnya anak baik nggak
boleh bergerak dan harus duduk diem terus" Ibu juga bilang,
aku harus baik ke Dora dan membelanya, dan aku akan
melakukan itu." "Apakah menarik rambutnya adalah sikap yang baik?"
"Yah, tapi aku nggak akan biarin orang lain
menjambaknya," jawab Davy, mengepalkan tinjunya penuh
tekad. "Coba saja kalau berani. Lagian itu tadi nggak sakitsakit amat, kok ... Dora nangis kar"na dia kan, perempuan.
Untung aja aku anak laki-laki, tapi sayang aku kembar.
Kalau adik si Jimmy Sprott ngelawan, Jimmy cuma bilang.
"Aku lebih tua, jadi lebih tau," dan Adiknya langsung diem.
Tapi, aku nggak bisa bilangin itu ke Dora padahal dia nggak"
pernah mau ikut mauku. Boleh ya, aku yang nyetir kreta,
bentaaar aja, aku kan, laki-laki."
Marilla sangat bersyukur saat dia sudah melaju
memasuki pekarangan rumahnya sendiri. Di sana, angin
malam musim gugur menari-nari bersama dedaunan yang
kecokelatan. Anne menunggu di gerbang untuk menyambut
mereka dan mengangkat si kembar. Dora bersikap tenang
saat diberi kecupan, tetapi Davy membalas sambutan Anne
dengan salah satu pelukannya yang penuh kasih dan
pengumuman gembira, "Halo, aku Mr. Davy Keith."
Di meja, saat makan malam, Dora bersikap bagaikan
seorang perempuan kecil terhormat, tetapi tingkah laku
~80~ Davy tidak terlalu terpuji.
"Aku lapar banget, jadi nggak sempat makan sopansopan," katanya saat Marilla menegurnya. "Dora nggak
selapar aku. Banyak banget kegiatan yang aku lakuin pas
ke sini tadi, kan" Wah, kue ini enak banget dan empuk.
Kami udah lamaaa banget nggak makan kue karena Ibu
sakit melulu dan Mrs. Sprott bilang dia terlalu repot
ngelakuin yang lain selain manggang roti buat kami. Dan
Mrs. Wiggins nggak pernah masukin buah plum ke dalam
kuenya. Payah banget dia! Minta sepotong lagi, dong!"
Marilla pasti menolak, tetapi Anne mengiriskan
potongan kue kedua Davy sembari mengingatkan bahwa
anak itu harus mengucapkan "terima kasih". Davy hanya
menyeringai dan menggigit sepotong besar. Setelah
potongan kue keduanya habis, baru dia berkata. "Kalau
dikasih satu lagi, aku mau "bertrima kasih"."
"Tidak, kau sudah cukup banyak makan kue," kata
Marilla dengan nada yang dikenal Anne dan nanti juga akan
dikenali oleh Davy sebagai keputusan akhir yang tak bisa
ditawar. Davy mengedipkan mata kepada Anne, kemudian,
membungkuk di atas meja, menyambar kue Dora dari
tangan kembarannya, yang baru dicuil sedikit. Lalu, dia
membuka mulutnya lebar-lebar, dan memasukkan seluruh
potongan kue ke dalamnya. Bibir Dora bergetar dan Marilla
tidak dapat berkata apa-apa saking terkejutnya. Anne
langsung berseru, dengan ekspresi "guru sekolah"-nya yang
terbaik, "Oh, Davy, pria terhormat tidak melakukan hal-hal
seperti itu." ~81~ "Emang nggak," sahut Davy, begitu dia bisa bicara
setelah menelan kuenya, "tapi aku bukan pria kehormat."
"Tapi, tidakkah kau ingin menjadi pria terhormat?"
tanya Anne yang terkejut.
"Tentu aja. Tapi kau nggak bisa jadi pria kehormat
kalau belum gede." "Oh, tentu saja kau bisa," Anne bersikeras, berpikir
bahwa sekarang adalah kesempatan bagus untuk
menanamkan nilai-nilai luhur. "Kau bisa mulai menjadi
seorang pria terhormat sejak masih kecil. Dan pria-pria
terhormat Tidak Pernah merebut makanan dari perempuan
" atau lupa mengucapkan terima kasih " atau
menjambak." "Kalau gitu mereka nggak asyik," kata Davy jujur.
"Aku nunggu gede aja kalau mau jadi pria kehormat."
Marilla, menyerah kalah dan memotong seiris kue lagi
untuk Dora. Saat itu, dia merasa tidak mampu menangani
Davy. Hari itu terasa berat baginya, dengan pemakaman
dan perjalanan yang jauh bersama si kembar. Dia menatap
masa depan dengan rasa pesimistis yang mengalahkan
pesimisme Eliza Andrews sendiri.
Si kembar tak terlalu mirip, meskipun keduanya pirang
dan berkulit terang. Dora memiliki rambut ikal panjang
halus yang tidak pernah berantakan. Sedangkan Davy,
rambut keriting kusut memenuhi kepalanya yang bulat.
Mata Dora yang cokelat kehijauan tampak lembut dan
sayu; sedangkan mata Davy yang berwarna sama, lincah
dan menari-nari bagaikan mata sesosok peri. Hidung Dora
lurus, sedangkan hidung Davy bulat mencuat; Dora
memiliki mulut yang mungil dan serius, mulut Davy
bagaikan selalu tersenyum; selain itu, dia memiliki lesung
~82~ pipit di salah satu pipinya. Yang membuatnya tampak
menggemaskan dan lucu saat tertawa. Keceriaan dan
kenakalan terpancar dari seluruh sudut wajah mungilnya.
"Sebaiknya mereka pergi tidur sekarang," kata Marilla,
yang berpikir bahwa itu cara terbaik untuk menyingkirkan
mereka. "Dora akan tidur bersamaku, dan kau bisa
mengantar Davy ke loteng barat. Kau tidak takut tidur
sendiri kan, Davy?" "Nggak, tapi aku nggak mau tidur sekarang," jawab
Davy santai. "Oh ya, kau akan tidur." Hanya itu yang bisa diucapkan
oleh Marilla yang sudah kelelahan, tetapi sesuatu dalam
nada suaranya membuat Davy menurut. Dia berjalan
menaiki tangga dengan patuh bersama Anne.
"Kalau gede nanti, aku akan bangun Semalaman, biar
tau gimana rasanya," katanya pada Anne.
Bertahun-tahun kemudian, Marilla tidak pernah
memikirkan minggu pertama kedatangan si kembar di
Green Gables tanpa bergidik. Bukan karena jauh lebih
buruk daripada minggu-minggu setelahnya, tetapi karena
perubahan situasi yang tiba-tiba. Setiap hari, jarang ada
menit-menit panjang tanpa Davy berbuat kenakalan atau
merencanakannya; tetapi kejahilan pertamanya terjadi dua
hari setelah kedatangannya. Saat itu Minggu pagi " hari
yang indah dan hangat, senyaman dan selembut bulan
September. Anne membantu Davy berpakaian untuk pergi
ke gereja sementara Marilla membantu Dora. Awalnya,
Davy sangat berkeberatan karena harus cuci muka.
"Mukaku dicuci Marilla kemarin " dan Mrs. Wiggins
~83~ nyuci mukaku pake sabun pada hari pemakaman. Itu cukup
buat seminggu. Aku nggak ngerti apa gunanya kau bersih.
Lebih nyaman kotor."
"Paul Irving mencuci mukanya setiap hari, atas
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemauan sendiri," kata Anne cerdik.
Davy baru menjadi penghuni Green Gables selama
sekitar empat puluh delapan jam; tetapi dia sudah memuja
Anne dan membenci Paul Irving, yang selalu dia dengar
dipuji-puji oleh Anne dengan antusias sehari setelah
kedatangannya. Jika Paul Irving mencuci muka setiap hari,
maka sudah diputuskan, dia, Davy Keith, akan melakukannya juga, meskipun itu akan membuatnya mati.
Pertimbangan yang sama juga membuat Davy mematuhi
keinginan Anne tentang kebersihan badan, dan dia benarbenar terlihat mungil dan tampan saat semua sudah siap.
Anne merasakan kebanggaan dan keibuan pada Davy saat
dia menuntun anak itu ke bangku gereja tua tempat
Keluarga Cuthbert biasa duduk.
Awalnya, Davy bersikap cukup baik, karena sibuk
mencuri-curi pandang ke semua anak lelaki kecil yang bisa
dia lihat, dan bertanya-tanya yang mana Paul Irving. Dua
himne gereja pertama dan pembacaan ayat-ayat Alkitab
berlalu dengan damai. Mr. Allan sedang berdoa saat
peristiwa penuh sensasi itu terjadi.
Lauretta White duduk di depan Davy, kepalanya sedikit
tertunduk dan rambut pirangnya terjalin dalam dua kepang
panjang. Di antara dua kepang itu, tampak leher putih yang
menggoda, terbungkus oleh tepian baju berenda longgar.
Lauretta adalah anak montok dan tenang, berusia delapan
~84~ tahun, yang selalu bisa menjaga sikap baik sejak hari
pertama sang ibu membawanya ke gereja, saat dia masih
berusia enam bulan. Davy memasukkan tangannya ke saku dan
mengeluarkan " seekor ulat-ulat yang berbulu lebat dan
menggeliat-geliat. Marilla sempat melihatnya dan berusaha
memegang lengan Davy, tapi terlambat. Davy sudah
menjatuhkan ulat bulu itu ke tengkuk Lauretta.
Tepat di tengah doa Mr. Allan, tiba-tiba jeritan
memecah keheningan terdengar. Sang pendeta berhenti,
terkejut dan membuka mata. Setiap orang menoleh ke
sumber suara. Sementara Lauretta menggeliat-geliat dan
melompat-lompat, merogoh-rogoh bagian belakang gaunnya
dengan panik. "Ow " Mama " Mama " lepaskan ini " ow "
keluarkan " ow " anak nakal itu menaruhnya di leherku
" ow " Mama " semakin turun " ow " ow " ow
"." Mrs. White berdiri dan dengan wajah memerah
menyeret Lauretta keluar dari gereja. Pekikannya
menghilang di kejauhan dan Mr. Allan melanjutkan doanya.
Namun, semua orang merasa hari itu mereka tidak sanggup
lagi bersikap khusyuk. Untuk pertama kali dalam hidupnya,
Marilla tidak memerhatikan isi khotbah dan Anne duduk
dengan pipi merah membara karena sangat malu.
Saat mereka tiba di rumah, Marilla menyuruh Davy
masuk ke kamar dan menahannya di sana selama sisa hari.
Dia tidak mengizinkan Davy ikut makan malam, tetapi
memberinya hidangan minum teh sederhana, hanya roti dan
susu. Anne membawa hidangan itu untuk Davy dan duduk
dengan sedih di dekat anak itu, sementara Davy bersantap
~85~ penuh kenikmatan, sama sekali tanpa penyesalan. Namun,
mata Anne yang sedih membuatnya terusik.
"Paul Irving," Davy berkata sambil berpikir keras,
"nggak akan masukin ulat bulu ke leher seorang gadis di
gereja, ya?" "Memang, dia tidak akan begitu," jawab Anne muram.
"Oke deh, aku nyesel, tapi dikit aja," Davy mengakui.
"Habis ulatnya gemuk banget dan lucu ... aku nemu di
undakan gereja pas kita mau masuk. Sayang kan, kalau
nggak dimainin. Lagian, lucu banget kan, lihat anak itu jeritjerit?"
Pada hari Selasa sore, Kelompok Penggalangan Dana
Amal Gereja berkumpul di Green Gables. Anne terburuburu pulang dari sekolah, karena dia tahu Marilla
membutuhkan seluruh bantuan yang bisa dia berikan. Dora,
yang rapi dan tenang, dengan gaun putihnya yang tersetrika
rapi dan pita hitamnya, duduk bersama para anggota
Kelompok Penggalangan Dana Amal di ruang tamu,
berbicara dengan sopan saat ditanya, tetap diam saat tidak
ditanya, dan dalam segala hal bersikap sebagai seorang
anak teladan. Davy, yang sebaliknya sangat kotor, sedang
membuat pai lumpur di halaman.
"Aku berkata dia boleh main lumpur," kata Marilla
lelah. "Kupikir, itu akan mencegahnya melakukan lebih
banyak kenakalan. Meski dia jadi kotor. Kita akan minum
minum teh dulu, baru setelah itu kita panggil dia untuk
minum tehnya. Dora bisa minum teh bersama kita, tapi aku
tidak akan berani membiarkan Davy duduk di meja
bersama seluruh anggota kelompok di sini."
Saat Anne mempersilakan Kelompok Penggalangan
~86~ Dana Amal untuk minum teh, dia melihat Dora tidak berada
di ruang tamu. Mrs. Jaspar Bell berkata, Davy datang ke
pintu depan dan memanggilnya keluar. Setelah Anne
berkonsultasi secara cepat dengan Marilla di dapur, mereka
memutuskan untuk membiarkan kedua anak itu minum teh
nanti saja. Acara minum teh hampir berakhir saat ruang makan
tiba-tiba dimasuki oleh sesosok makhluk yang tampak pilu.
Marilla dan Anne menatap kaget, sementara para anggota
Kelompok Penggalangan Dana Amal terpana. Mungkinkah
itu Dora " sosok mungil yang terisak-isak, dalam balutan
gaun basah, air menetes-netes dari sekujur tubuh dan
rambutnya, ke karpet baru Marilla"
"Dora, apa yang terjadi denganmu?" jerit Anne, dengan
lirikan penuh rasa bersalah ke arah Mrs. Jaspar Bell, yang
keluarganya dikenal sebagai satu-satunya keluarga di dunia
yang tidak pernah mengalami kecelakaan.
"Davy menyuruhku berjalan di atas pagar kandang
babi," lolong Dora. "Aku nggak mau, tapi dia menyebutku
kucing penakut. Aku jatuh ke kandang babi, gaunku kotor,
dan babinya menabrakku. Gaunku benar-benar kotor, tapi
Davy bilang, kalau aku berdiri di bawah pompa, dia akan
mencucinya sampai bersih. Aku berdiri di sana dan dia
memompa air menyiramku, tapi gaunku nggak jadi bersih,
malah pita dan sepatuku yang cantik juga rusak."
Anne terpaksa menemani para tamu di meja makan
sendirian, sementara Marilla pergi ke atas dan mengganti
baju Dora dengan baju lamanya. Davy berhasil ditemukan
dan disuruh masuk kamar tanpa diberi makan. Anne pergi
ke kamarnya saat matahari terbenam dan berbicara serius
dengan anak lelaki itu " sebuah metode yang sangat dia
percayai meski kadang-kadang sangat bertolak belakang
dengan hasilnya. Anne berkata kepada Davy bahwa dia
~87~ merasa sangat kecewa karena kelakuannya.
"Aku juga nyesel kok skarang," Davy mengakui, "tapi
masalahnya, aku baru nyesel setelah selesai. Dora nggak
mau bantu bikin pai lumpur, takut bajunya kotor dan aku jadi
kesal. Paul Irving pasti nggak akan nyuruh sodara
perempuannya jalan di pagar kandang babi, ya, kalau dia
tahu adiknya akan jatuh?"
"Tidak, dia tidak akan pernah memimpikan hal
semacam itu. Paul adalah seorang pria kecil terhormat."
Davy memejamkan matanya rapat-rapat dan
tampaknya merenungkan kesalahannya. Kemudian, dia
bangkit dan melingkarkan lengannya di leher Anne,
menyembunyikan wajah mungilnya di bahu Anne.
"Anne, kau suka aku nggak, dikiit aja, walau aku bukan
anak baik kayak Paul?"
"Sebenarnya, aku menyukaimu," kata Anne dengan
jujur. Entah bagaimana, rasanya mustahil untuk tidak
menyukai Davy. "Tapi aku lebih menyukaimu jika kau tidak
senakal itu." "Aku " ada lagi nakalku, Anne," Davy melanjutkan
dengan suara teredam. "Aku nyesel skarang, tapi takut
ngasih tahu kamu. Kau nggak akan marah, kan" Jangan
bilang Marilla, ya?"
"Aku tidak tahu, Davy. Mungkin aku harus
memberitahunya. Tapi, kupikir aku bisa berjanji bahwa aku
tidak akan memberitahunya jika kau berjanji tidak akan
melakukannya lagi, apa pun kenakalanmu itu."
"Nggak, nggak akan lagi. Lagian mereka udah nggak
banyak lagi skarang. Aku tadi nemu satu di tangga ruang
bawah tanah." "Davy, apa yang telah kau lakukan?"
"Aku naruh katak di tempat tidur Marilla. Kau boleh
~88~ pergi dan ngambil kataknya kalau mau. Tapi Anne,
bukannya lebih asyik kalau dibiarin aja?"
"Davy Keith!" Anne melompat dari rangkulan Davy
dan berlari menyeberangi lorong menuju kamar tidur
Marilla. Tempat tidurnya agak berantakan. Anne
menyibakkan selimut dengan gugup, dan memang benar, si
katak ada di sana, mengedipkan mata kepadanya dari
bawah sebuah bantal. "Bagaimana aku bisa membawa makhluk mengerikan
ini keluar?" keluh Anne gemetar. Dia teringat pada sekop
perapian, dan dia mengendap-endap ke bawah untuk
mengambilnya sementara Marilla sibuk di dapur. Anne
kesulitan sendiri saat membawa katak itu ke bawah, karena
binatang itu melompat dari sekop tiga kali, dan sekali waktu,
Anne mengira katak itu lari ke ruang depan. Saat akhirnya
berhasil melepaskan katak itu di kebun ceri, dia menarik
napas panjang lega. "Jika Marilla tahu, dia tidak akan pernah merasa aman
lagi untuk pergi tidur sepanjang hidupnya. Aku sangat
senang karena bocah nakal itu mengaku tepat pada
waktunya. Oh, itu Diana memberikan isyarat untukku dari
jendela kamarnya. Aku senang " aku benar-benar merasa
butuh sedikit selingan, setelah kelakuan Anthony Pye di
sekolah dan Davy Keith di rumah. Saraf-sarafku tegang
menghadapi semua yang bisa mereka lakukan dalam satu
hari." ~89~ Masalah Warna Anne, yang duduk di tepian beranda, menikmati
kenikmatan angin barat lembut berembus di sepanjang
ladang yang baru dibajak pada senja kelabu bulan
November dan menikmati desahan melodi angin di antara
pepohonan cemara yang bergoyang, memalingkan
wajahnya. "Masalahnya, Anda dan Mrs. Lynde tidak saling
mengerti," dia menjelaskan. "Itulah masalah yang selalu
terjadi saat orang-orang tidak saling menyukai. Awalnya,
aku juga tidak menyukai Mrs. Lynde, tapi segera setelah
aku mengerti dirinya, aku mulai menyukainya."
"Mrs. Lynde mungkin saja bisa disukai beberapa orang;
tapi aku tidak mau terus-terusan makan pisang karena
disuruh untuk belajar menyukainya," gerutu Mr. Harrison.
"Dan dari apa yang kumengerti tentangnya, aku tahu, dia
adalah seorang perempuan yang selalu ingin ikut campur.
Dan aku mengatakan itu kepadanya."
"Oh, pasti itu sangat melukai perasaannya," kata Anne
dengan nada menegur. "Tega sekali Anda mengatakan halhal semacam itu. Aku pernah mengatakan hal-hal
mengerikan kepada Mrs. Lynde, sudah lama sekali, tapi
saat itu aku tidak bisa menahan kemarahanku. Aku tidak
bisa mengatakannya dengan Sengaja."
"Itu adalah kebenaran, dan aku percaya kita harus
~90~ mengatakan kebenaran kepada semua orang."
"Tapi Anda tidak mengungkapkan seluruh kebenaran,"
Anne membantah. "Anda hanya mengungkapkan
kebenaran yang menyakitkan. Contohnya, Anda
mengatakan kepadaku lusinan kali jika rambutku merah, tapi
tak pernah sekali pun Anda berkata kepadaku, aku memiliki
hidung yang cantik."
"Aku yakin kau sudah tahu tanpa perlu diberi tahu,"
Mr. Harrison terkekeh. "Aku juga tahu rambutku merah " meskipun Jauh
lebih gelap daripada dulu " jadi tidak ada gunanya
memberitahuku tentang hal itu juga."
"Yah, baiklah, aku akan berusaha untuk tidak
mengungkit-ungkitnya lagi, karena kau sangat sensitif. Kau
harus memaklumiku, Anne. Aku memiliki kebiasaan
berbicara blak blakan dan orang-orang harus
memakluminya." "Tapi, mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak
berkeberatan. Dan kupikir, kebiasaan Anda itu sama sekali
tidak memperbaiki keadaan. Apa yang Anda pikirkan bila
ada seseorang yang menusukkan peniti dan jarum kepada
orang-orang sambil berkata, "Maaf, kalian harus maklum "
ini sudah kebiasaanku." Anda tentu akan berpendapat
bahwa orang itu gila, bukan" Dan tentang Mrs. Lynde yang
suka ikut campur, mungkin memang benar. Tapi, pernahkah
Anda berkata kepadanya bahwa dia memiliki hati yang
sangat baik dan selalu menolong orang-orang miskin, dan
tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun saat Timothy
Cotton mencuri semangkuk ~91~ mentega dari tempat pemerahan susu Keluarga Lynde, lalu memberi tahu istrinya
bahwa dia membeli mentega itu dari Mrs. Lynde" Saat
bertemu dengan Mrs. Lynde, Mrs. Cotton berkata
kepadanya bahwa rasa mentega itu mirip lobak, dan Mrs.
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lynde hanya berkata, dia menyesal karena ternyata rasa
mentega itu tidak enak."
"Kurasa dia memang memiliki beberapa kebaikan," Mr.
Harrison mengakui dengan enggan. "Kebanyakan orang
memilikinya. Aku sendiri juga punya, meskipun kalian tidak
akan pernah menduganya. Tapi, bagaimanapun, aku tidak
akan memberikan apa-apa untuk karpet itu. Bagiku
sepertinya, di sini orang-orang terus meminta sumbangan
uang. Bagaimana perkembangan proyek kalian untuk
mengecat aula?" "Lancar sekali. Kami melakukan pertemuan Kelompok
Pengembangan Desa Avonlea Jumat malam lalu dan
mengetahui bahwa kami mendapatkan cukup banyak uang
sumbangan untuk mengecat aula, serta mengganti atapnya
juga. Kebanyakan orang memberikannya dengan murah
hati, Mr. Harrison."
Anne memang seorang gadis yang baik hati, tapi dia
juga bisa menyindir saat diperlukan.
"Warna apa yang akan kalian gunakan?"
"Kami telah memutuskan untuk memakai warna hijau
yang sangat indah. Atapnya akan berwarna merah tua,
tentu saja. Mr. Roger Pye akan membeli cat itu di kota hari
ini." "Siapa yang mengerjakannya?"
"Mr. Joshua Pye dari Carmody. Dia hampir selesai
memperbaiki atap. Kami harus melakukan perjanjian
dengannya, karena semua anggota Keluarga Pye dan Anda
tahu, ada empat keluarga berkata, mereka tidak akan
~92~ menyumbangkan satu sen pun uang jika Joshua tidak
mendapatkan pekerjaan itu. Mereka telah mengumpulkan
dua puluh dolar dan kami berpikir, jumlah itu terlalu besar
untuk dilewatkan, meskipun beberapa orang berpendapat
seharusnya kami tidak pernah memberikan pekerjaan
kepada Keluarga Pye. Mrs. Lynde berkata, mereka selalu
berusaha mengatur segala sesuatu."
"Pertanyaan utamanya adalah: apakah Joshua ini
mengerjakan tugasnya dengan baik" Jika memang begitu,
kupikir tidak masalah apakah namanya Pye atau Pudding."
Mr. Harrison bermaksud bercanda, karena Pye diucapkan
sama dengan pai. "Dia memiliki reputasi sebagai pekerja keras, meskipun
orang-orang berkata dia adalah seorang lelaki yang sangat
ganjil. Dia sangat jarang berbicara."
"Kalau begitu, dia memang cukup ganjil," kata Mr.
Harrison datar. "Atau setidaknya, orang-orang di sini akan
menjulukinya begitu. Aku sendiri tidak pernah banyak
bicara sebelum aku datang ke Avonlea. Di sini, aku harus
mulai mempertahankan diri, atau Mrs. Lynde akan berkata
aku bisu dan mulai mengumpulkan sumbangan agar aku
bisa mempelajari bahasa isyarat. Kau belum akan pulang,
kan, Anne?" "Aku harus. Aku harus menjahit untuk Dora malam ini.
Selain itu, Davy mungkin sudah menghancurkan hati Marilla
dengan beberapa kenakalan baru saat ini. Pagi ini, hal
pertama yang dia tanyakan adalah, "Ke mana perginya
gelap, Anne" Aku ingin tahu." Aku berkata kepadanya,
kegelapan pergi ke sisi lain dunia, tapi setelah sarapan pagi,
dia menyatakan bahwa itu salah kegelapan bersembunyi di
sumur. Marilla bilang dia memergoki Davy bergelantungan
di dinding sumur empat kali hari ini, berusaha untuk meraih
kegelapan." ~93~ "Dia benar-benar pembuat onar," kata Mr. Harrison.
"Dia datang ke sini kemarin dan menarik enam bulu dari
ekor Ginger sebelum aku datang dari kandang. Sejak
kemarin, burung malang itu murung terus. Anak-anak itu
pasti jadi sumber masalah bagi kalian."
"Semuanya yang layak kita dapatkan pasti
menimbulkan sedikit masalah," kata Anne, diam-diam
bertekad untuk memaafkan kenakalan Davy berikutnya,
apa pun itu, karena dia telah membalaskan dendam Anne
kepada Ginger. Mr. Roger Pye membawa pulang cat untuk aula malam
itu dan Mr. Joshua Pye, seorang lelaki kasar dan tak ramah,
mulai mengecat keesokan harinya. Tidak ada gangguan saat
dia melakukan tugasnya. Aula pertemuan itu terletak di
tempat yang disebut sebagai "jalan bawah". Pada akhir
musim gugur, jalan itu selalu berlumpur dan becek, dan
orang-orang yang akan pergi ke Carmody selalu memilih
memutar ke jalan "atas" yang lebih panjang. Aula itu
dikelilingi hutan cemara yang rapat sehingga tidak terlihat
kecuali jika kita berada di dekatnya. Mr. Joshua Pye
mengecat seluruh bangunan sendirian dan tanpa bantuan,
yang sangat sesuai dengan hatinya yang enggan berbagi.
Jumat sore, dia menyelesaikan pekerjaannya dan
pulang ke Carmody. Segera setelah kepergiannya, Mrs.
Rachel Lynde melongok ke aula, menembus jalan bawah
yang berlumpur karena tak bisa menahan rasa penasaran
untuk melihat seperti apa penampilan baru aula pertemuan
dengan cat baru. Saat dia melewati kelokan segerumbul
pohon spruce, dia pun melihatnya.
Pemandangan itu membuat Mrs. Lynde terpaku. Dia
~94~ menjatuhkan tali kekang, mengangkat kedua tangannya, dan
berseru "Tuhan Mahabesar!" Dia menatap aula itu
bagaikan tidak bisa memercayai penglihatannya sendiri.
Kemudian, dia tertawa nyaris histeris.
"Pasti ada suatu kesalahan " pasti begitu. Aku tahu,
Keluarga Pye pasti akan mengacau."
Mrs. Lynde pulang, bertemu beberapa orang di jalan,
dan berhenti untuk memberi tahu mereka tentang keadaan
aula pertemuan. Kabar itu menyebar bagaikan kebakaran
hutan pada musim panas. Gilbert Blythe, yang sedang
membaca buku di rumah, mendengarnya saat matahari
terbenam dari pemuda yang dipekerjakan ayahnya. Dia lalu
berlari terengah-engah ke Green Gables, dan di jalan
bertemu dengan Fred Wright. Mereka menemukan Diana
Barry, Jane Andrews, dan Anne Shirley, dalam keadaan
murung, di gerbang pekarangan Green Gables, di bawah
pohon-pohon dedalu yang gundul.
"Itu tidak benar kan, Anne?" seru Gilbert.
"Itu benar," jawab Anne, tampak bagaikan dewi
kesedihan penuh tragedi. "Mrs. Lynde mampir dalam
perjalanan pulangnya dari Carmody untuk memberitahuku.
Oh, benar-benar mengerikan! Apa gunanya berusaha
mengembangkan apa pun?"
"Apanya yang mengerikan?" tanya Oliver Sloane, yang
baru tiba dengan sebuah kotak peralatan yang dia bawakan
dari kota untuk Marilla. "Kau belum mendengarnya?" tanya Jane kesal. "Yah,
singkatnya begini " Joshua Pye telah mengecat aula itu
dengan warna biru, bukannya hijau " warna biru gelap
yang mencolok, warna yang mereka gunakan untuk
mengecat kereta-kereta dan gerobak. Dan Mrs. Lynde
berkata, itu adalah warna paling menggelikan untuk sebuah
~95~ bangunan, terutama karena dipadukan dengan atap berwarna merah. Kau bisa memukulku hingga roboh
memakai sehelai bulu saat aku mendengarnya. Benar-benar
menghancurkan hati, setelah semua masalah yang kita
hadapi." "Bagaimana kesalahan seperti itu bisa terjadi?" lolong
Diana. Akhirnya, semua orang menunjuk ke keluarga Pye
sebagai penyebab kekacauan. Para Pengembang telah
memutuskan untuk menggunakan cat Morton-Harris, dan
warna kaleng cat Morton-Harris dinomori berdasarkan
kartu tabel warna. Pembeli akan memilih warnanya di kartu
itu dan memesan nomor yang cocok. Nomor 147 adalah
warna hijau yang mereka inginkan, dan saat Mr. Roger
Pye, lewat putranya, John Andrew, menyampaikan kepada
para Pengembang bahwa dia akan ke kota dan membelikan
cat untuk mereka, para Pengembang berpesan pada John
Andrew agar menyampaikan kepada ayahnya untuk
membeli cat nomor 147. John Andrew meyakinkan jika dia
sudah menyampaikan itu, tapi Mr. Roger Pye dengan galak
menyatakan bahwa John Andrew berkata kepadanya untuk
membeli nomor 157; dan itulah penyebab masalahnya.
Malam itu, kemurungan menyelimuti setiap rumah para
Pengembang di Avonlea. Kemuraman di Green Gables
begitu terasa, sehingga Davy pun terpengaruh. Anne
menangis dan tidak bisa dihibur.
"Aku harus menangis, bahkan meskipun aku hampir
tujuh belas tahun, Marilla," isaknya. "Sungguh
mengecewakan. Dan ini tampak seperti ancaman
kehancuran bagi kelompok kami. Kami hanya akan
ditertawakan." ~96~ Namun, dalam kehidupan nyata, seperti dalam mimpi,
sering kali yang terjadi adalah sebaliknya. Para penduduk
Avonlea tidak tertawa, mereka terlalu marah. Mereka telah
menyumbangkan uang untuk mengecat aula pertemuan itu,
dan konsekuensinya, mereka merasa sangat kecewa
karena kesalahan itu. Kecurigaan publik mengarah kepada
Keluarga Pye. Roger Pye dan John Andrew telah gagal
melakukan tugas yang dipercayakan kepada mereka; dan
Joshua Pye pasti terlahir sebagai orang dungu karena tidak
menduga ada sesuatu yang salah saat membuka kaleng cat
dan melihat warnanya. Joshua Pye, saat mendengar hal itu,
menukas bahwa selera warga Avonlea dalam memilih
warna sama sekali bukan urusannya. Dia dipekerjakan
untuk mengecat aula, bukan untuk mendiskusikan warna
catnya; dan dia layak mendapatkan bayaran untuk itu.
Para Pengembang membayar honor Joshua Pye
dengan muram, setelah berkonsultasi dengan Mr. Peter
Sloane, yang menjabat sebagai hakim kota.
"Kalian harus membayarnya," Peter memberi tahu.
"Kalian tidak dapat menuntutnya untuk bertanggung jawab
atas kesalahan ini, karena dia mengklaim bahwa dia tidak
pernah diberi tahu warna apa yang harus digunakan, hanya
diberi kaleng cat, dan disuruh mengerjakannya. Tapi, ini
benar-benar memalukan dan aula itu benar-benar tampak
buruk." Para Pengembang yang sial itu menduga masyarakat
Avonlea akan lebih berprasangka buruk terhadap mereka
dibandingkan sebelumnya. Tetapi sebaliknya, simpati
masyarakat mengalir terhadap usaha mereka. Orang-orang
berpendapat bahwa kelompok kecil pemberani dan antusias
yang telah bekerja sangat keras untuk mewujudkan tujuan
~97~ mereka itu sudah diperlakukan buruk. Mrs. Lynde berpesan
agar mereka terus bekerja keras dan menunjukkan kepada
Keluarga Pye bahwa benar-benar ada orang di dunia ini
yang bisa melakukan segala sesuatu tanpa membuatnya
berantakan. Mr. Major Spencer mengirimkan pesan bahwa
dia akan membersihkan tunggul-tunggul pohon di sepanjang
jalan depan tanah pertaniannya dan menanaminya dengan
rumput atas biaya sendiri; dan Mrs. Hiram Sloane mampir
ke sekolah suatu hari dan melambai-lambai memanggil
Anne dengan misterius agar keluar hanya untuk memberi
tahu Anne bahwa jika "Komplotan" ingin membuat taman
geranium di persimpangan jalan pada musim semi, mereka
tidak perlu mengkhawatirkan sapinya, karena dia akan
menjaga agar hewan penjelajah itu tetap berada dalam
kerangkeng yang aman. Bahkan Mr. Harrison pun
terkekeh, meskipun dia hanya terkekeh saat sedang
sendirian, dan memperlihatkan sikap simpatik di depan
Anne. "Tak perlu dipikirkan, Anne. Kebanyakan cat akan
memudar hingga lebih buruk setiap tahun, tapi warna biru
memang awalnya tampak buruk, jadi akan memudar sedikit
lebih indah. Dan atapnya diganti dan dicat dengan baik.
Orang-orang pasti bisa duduk di aula setelah ini tanpa harus
basah karena bocor. Bagaimanapun, kalian sudah berhasil
cukup baik." "Tapi, aula pertemuan Avonlea akan menjadi buah bibir
di seluruh kota dalam waktu lama," kata Anne pedih.
Dan harus diakui, itu memang benar.
~98~ ~99~ Davy Mencari Sensasi "Betapa indahnya bulan November ini!" ujar Anne,
yang tidak pernah bisa mengubah kebiasaan berbicara
sendiri yang dia miliki sejak masih kanak-kanak.
"November biasanya bulan yang tidak menyenangkan "
seakan-akan tiba-tiba saja sang tahun menyadari bahwa dia
semakin tua dan tidak dapat melakukan apa-apa selain
menangis dan mengkhawatirkannya. Tahun ini menua
dengan indah " tepat seperti seorang perempuan tua yang
mengetahui bahwa dia masih bisa tampil menarik dengan
rambut beruban dan keriput di wajahnya.
"Ada hari-hari yang indah dan senja-senja yang
mengagumkan. Tadi malam juga terasa sangat damai,
bahkan Davy pun nyaris berkelakuan baik. Aku benarbenar berpikir bahwa dia mengalami kemajuan pesat.
Betapa heningnya hutan hari ini " tidak ada gumaman,
kecuali angin sepoi yang berdesir di pucuk-pucuk
pepohonan. Kedengarannya seperti ombak di pantai-pantai,
di kejauhan. Betapa menyenangkannya hutan ini! Wahai,
pepohonan yang cantik! Aku mencintai kalian seperti aku
mencintai sahabatku!"
~100~ Anne berhenti, melingkarkan lengannya di sebatang
pohon birch muda yang ramping, lalu mengecup batangnya
yang berwarna putih kekuningan. Diana, yang muncul di
belokan jalan, melihatnya dan tertawa.
"Anne Shirley, kau ini pasti pura-pura telah dewasa.
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku yakin, saat kau sendirian, kau masih menjadi anak kecil
seperti dirimu dulu."
"Yah, kita tidak akan pernah bisa melupakan kebiasaan
kanak-kanak sekaligus," sahut Anne ceria. "Kau lihat
sendiri, saat empat belas tahun dulu tubuhku termasuk kecil,
dan dengan tiga tahun lagi belum bisa dibilang aku sudah
benar-benar dewasa. Aku yakin, aku akan selalu merasa
menjadi seorang anak kecil jika berada di hutan. Perjalanan
pulang dari sekolah ini nyaris menjadi satu-satunya
kesempatan yang kumiliki untuk bermimpi " kecuali
sekitar setengah jam sebelum pergi tidur. Aku sangat sibuk
mengajar, belajar, dan membantu Marilla mengurus si
kembar sehingga tidak memiliki saat-saat untuk
memimpikan banyak hal. "Kau tidak tahu, betapa menakjubkan petualangan yang
kubayangkan menjelang tidur di loteng timur setiap malam.
Aku selalu membayangkan aku adalah seseorang yang
sangat cerdas, sukses, dan sangat memesona " seorang
primadona besar atau seorang perawat Palang Merah, atau
seorang ratu. Tadi malam aku menjadi ratu. Benar-benar
mengagumkan untuk membayangkan diri kita sebagai ratu.
Kita bisa benar-benar mengalami kesenangannya tanpa
harus mengalami masalah yang sebenarnya, dan kita bisa
berhenti menjadi ratu kapan pun kita mau, yang tidak bisa
~101~ terjadi dalam kehidupan nyata.
"Tapi, di hutan sini, aku lebih suka membayangkan halhal berbeda. Aku membayangkan diriku adalah sesosok
dryad yang tinggal di sebuah pohon pinus tua, atau sesosok
peri hutan kecil warna cokelat yang bersembunyi di balik
sehelai daun keriput. Pohon birch putih yang kau pergoki
sedang kukecup tadi adalah saudaraku. Cuma bedanya, ia
sebatang pohon, dan aku seorang gadis. Tapi itu bukan
perbedaan yang besar. Kau mau ke mana, Diana?"
"Ke rumah Keluarga Dickson. Aku berjanji akan
membantu Alberta memotong kain untuk gaun barunya.
Bisakah kau jalan-jalan denganku petang ini, Anne, dan kita
pulang bersama?" "Mungkin bisa " apalagi Fred Wright sedang di kota,"
jawab Anne pura-pura polos.
Diana tersipu, menyentakkan kepalanya, lalu berjalan
menjauh. Namun, dia tidak tampak tersinggung.
Anne benar-benar berniat ikut Diana ke rumah
Keluarga Dickson malam itu, tetapi tidak bisa. Saat dia tiba
di Green Gables, terjadi sebuah kekacauan yang membuatnya melupakan semua hal lain. Marilla
menemuinya di pekarangan " tergesa dan kebingungan.
"Anne, Dora hilang!"
"Dora! Hilang!" Anne menatap Davy, yang berayunayun di gerbang pekarangan, dan mengenali kilasan jahil di
matanya. "Davy, apakah kau tahu di mana Dora?"
"Tidak, aku nggak lihat," jawab Davy tegas. "Aku
nggak lihat dia sejak makan siang tadi, sumpah."
"Aku pergi sejak pukul satu," kata Marilla. "Thomas
Lynde tiba-tiba sakit dan Rachel mengirim pesan agar aku
langsung ke sana. Saat aku pergi, Dora sedang bermain
~102~ dengan bonekanya di dapur dan Davy sedang membuat pai
lumpur di belakang kandang. Aku baru pulang setengah jam
lalu " dan Dora tidak terlihat di mana-mana. Davy berkata
dia tidak melihat Dora sejak aku pergi."
"Memang," Davy mengakui dengan sungguh-sungguh.
"Dia pasti masih berada di sekitar sini," kata Anne.
"Dora tidak pernah berkeliaran jauh sendirian " kau tahu
betapa pemalunya dia. Mungkin dia tertidur di salah satu
ruangan." Marilla menggeleng. "Aku telah memeriksa seluruh penjuru rumah. Tapi dia
mungkin berada di bangunan lain." Pencarian yang
saksama dilanjutkan. Setiap sudut rumah, pekarangan, dan
bangunan-bangunan di luar sudah dijelajahi oleh Anne dan
Marilla yang cemas setengah mati. Anne memeriksa
kebun-kebun buah dan Hutan Berhantu, sambil memanggilmanggil nama Dora. Marilla mengambil sebatang lilin dan
memeriksa gudang. Davy menemani mereka bergantian,
dan sering mengusulkan tempat-tempat yang mungkin
didatangi Dora. Akhirnya, mereka bertemu lagi di
pekarangan. "Ini aneh dan misterius sekali," erang Marilla.
"Di mana dia, ya?" tanya Anne putus asa.
"Mungkin dia jatuh ke sumur," kata Davy ceria.
Anne dan Marilla saling berpandangan ketakutan.
Pikiran itu telah mengganggu mereka selama pencarian,
tetapi tidak ada yang berani mengungkapkannya.
"Dia " mungkin saja," bisik Marilla.
Anne, lemah dan mual, pergi ke sumur dan mengintip
ke dalam. Embernya ada di tempatnya. Jauh di bawah
terlihat pantulan redup dari air tenang. Sumur Keluarga
~103~ Cuthbert adalah sumur terdalam di Avonlea. Jika Dora "
tetapi Anne tidak dapat menerima pikiran itu. Dia bergidik
dan membuang muka. "Larilah untuk memanggil Mr. Harrison," kata Marilla,
meremas kedua tangannya cemas.
"Mr. Harrison dan John Henry tidak ada " mereka
pergi ke kota hari ini. Aku akan memanggil Mr. Barry." Mr.
Barry datang bersama Anne, membawa segulung tali yang
terikat ke sebuah alat mirip cakar, ujung garu untuk
menggali sampah. Marilla dan Anne berdiri di dekatnya,
beku dan gemetar oleh kengerian dan ketakutan, sementara
Mr. Barry memeriksa sumur. Davy yang duduk di gerbang
mengamati kelompok itu dengan wajah yang memancarkan
kegembiraan. Akhirnya, Mr. Barry menggeleng kepala, dengan
ekspresi lega. "Dia tidak mungkin ada di dalam sana. Tapi aku juga
heran, di mana dia bersembunyi. Hei kau, Anak Muda,
apakah kau yakin, kau tidak tahu di mana saudara
kembarmu berada?" "Sudah aku kasih tahu berkali-kali kalau aku nggak
tahu," kata Davy, sedikit tersinggung. "Mungkin penyihir
datang dan menculiknya."
"Mustahil," tukas Marilla tajam, lega karena Dora tak
ada di dalam sumur. "Anne, mungkinkah dia pergi ke rumah
Mr. Harrison" Dora selalu bicara tentang burung beonya
sejak kau mengajaknya ke sana."
"Aku tidak yakin Dora bisa pergi sejauh itu sendirian,
tapi aku akan pergi ke sana dan memeriksanya," kata
Anne. Tidak ada yang menoleh ke arah Davy saat itu, atau
melihat perubahan yang sangat nyata pada ekspresi
~104~ wajahnya. Diam-diam, Davy menuruni pagar gerbang dan
berlari secepat kaki-kaki gemuknya bisa membawa ke
kandang. Anne terburu-buru berlari menyeberangi ladang menuju
kediaman Mr. Harrison tanpa terlalu banyak berharap.
Rumahnya terkunci, tirai-tirai penutup jendela terpasang,
dan tidak ada tanda-tanda makhluk hidup apa pun di sekitar
tempat itu. Dia berdiri di beranda dan memanggil Dora
keras-keras. Ginger, di dalam dapur di belakang Anne, tiba-tiba
memekik dan menyumpah-nyumpah dengan galak; tetapi di
antara semburan kemarahannya, Anne mendengar tangisan
lemah dari sebuah bangunan kecil di pekarangan, gudang
peralatan Mr. Harrison. Anne langsung berlari ke sana,
membuka gerendel, dan menjumpai sesosok makhluk
mungil dengan wajah bernoda air mata duduk dengan sedih
di atas sebuah ember wadah paku yang terbalik.
"Oh, Dora, Dora, betapa kau membuat kami semua
ngeri! Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"
"Davy dan aku datang untuk melihat Ginger," isak
Dora, "tapi, ia nggak kelihatan, Davy cuma bisa membuat
burung itu teriak-teriak marah dengan menendang pintu.
Lalu, Davy membawaku ke sini, lari keluar dan pintunya
ditutup; aku nggak bisa keluar. Aku nangis, takut banget.
Lapar dan dingin. Kupikir kau nggak akan pernah datang,
Anne." "Davy?" Tetapi, Anne tidak dapat mengatakan apa-apa
lagi. Dia menggendong Dora pulang dengan berat hati.
Kegembiraannya karena menemukan Dora selamat dan
baik-baik terhapus oleh kepedihan karena tingkah laku
Davy. Kenakalannya mengunci Dora di gudang bisa dengan
~105~ mudah dimaafkan. Namun, Davy telah berbohong "
kebohongan yang sangat keji dan berbahaya. Itu adalah
fakta yang sangat menyedihkan dan Anne tidak dapat
mengabaikannya. Dia merasa ingin duduk dan menangis
kecewa. Dia telah mulai menyayangi Davy dengan tulus dia
tidak menyadari seberapa besar ketulusannya hingga menit
ini dan luka hatinya tak tertahankan saat mengetahui Davy
sengaja berbohong. Marilla mendengarkan kisah Anne sambil membisu
sudah jelas Davy tidak akan mendapatkan pembelaan
darinya; Mr. Barry tertawa dan menyarankan agar Davy
segera dihukum. Saat Mr. Barry pulang, Anne
menenangkan dan menghangatkan Dora yang masih terisak
dan gemetaran, mengambilkan makan malam, lalu
mengantarnya tidur. Kemudian, dia kembali ke dapur, tepat
saat Marilla masuk dengan muram, sambil menuntun atau
lebih tepatnya menyeret Davy yang enggan dengan rambut
penuh sarang laba-laba, Marilla menemukan Davy
bersembunyi di sudut istal yang tergelap.
Marilla menyentakkan Davy ke karpet di tengah lantai,
kemudian pergi dan duduk di dekat jendela timur. Anne
duduk dengan lemas di jendela barat. Di antara mereka, si
pembuat onar berdiri. Punggungnya menghadap ke arah
Marilla punggung yang tampak lemah, bersalah, dan
ketakutan; tetapi wajahnya menghadap ke arah Anne. Dan
meskipun ada sedikit ekspresi malu, mata Davy
menyorotkan persekongkolan, bagaikan tahu bahwa dia
telah melakukan kesalahan dan akan dihukum karenanya,
tetapi nanti dia bisa tertawa bersama Anne setelahnya.
Namun, tidak ada senyum tersembunyi yang membalas
tatapannya di mata kelabu Anne. Ada sesuatu yang lain "
sesuatu yang buruk dan tidak menyenangkan.
"Tega sekali kau bertingkah seperti itu, Davy?" Anne
~106~ bertanya pedih. Davy bergerak-gerak gelisah.
"Aku hanya pengin senang-senang. Udah lama banget
nggak ada yang seru, aku jadi bosan. Trus kupikir pasti
asyik kalau aku bikin kalian takut setengah mati. Dan
lumayan seru juga, sih."
Meskipun merasa takut dan sedikit menyesal, Davy
menyeringai saat mengatakan itu.
"Tapi, kau berdusta, Davy," kata Anne, semakin sedih.
Davy tampak kebingungan. "Apa itu kebohongan" Maksudmu bualan?"
"Maksudku, cerita yang tidak benar."
"Memang," kata Davy jujur. "Kalau nggak, kalian
nggak akan takut. Aku Harus mengatakannya."
Anne mulai merasa lelah akibat ketakutan dan
kecemasan yang tadi melandanya, dan sikap Davy yang
tampak tidak menyesali perbuatannya menambah kekalutan
Anne. Dua tetes besar air mata menggenang di matanya.
"Oh, Davy, bagaimana kau bisa melakukannya?" Anne
bertanya, dengan suara bergetar. "Tidakkah kau tahu
betapa salahnya tindakanmu?"
Davy benar-benar terkejut. Anne menangis " dia
membuat Anne menangis! Luapan penyesalan yang
mendalam bergulung bagaikan ombak, menerpa hati
kecilnya yang hangat, dan menenggelamkannya. Dia
terburu-buru mendekati Anne, meringkuk di pangkuannya,
mengalungkan lengan di lehernya, dan air matanya tumpah.
"Aku nggak tahu kalau membual itu salah," isaknya.
"Gimana aku tahu kalau itu salah" Anak-anak Mr. Sprott
membual tiap hari, sampai sumpah-sumpah segala. Pasti
Paul Irving nggak pernah membual, ya" Padahal aku sudah
~107~ bersusah-payah biar jadi sebaik dia, tapi sekarang kau pasti
nggak akan sayang aku lagi. Aku nyesel banget bikin kamu
nangis Anne, dan sumpah, aku nggak akan membuat lagi."
Davy membenamkan wajahnya di bahu Anne dan
menangis keras. Anne, yang tiba-tiba memahami alasan
mengapa Davy tak merasa bersalah karena berbohong,
memeluknya erat-erat dan menatap Marilla dari balik ikal
rambut Davy. "Dia tidak tahu bahwa berbohong itu salah dan sama
artinya dengan membual, Marilla. Kupikir kita harus
memaafkannya kali ini, jika dia berjanji tidak akan pernah
mengucapkan kebohongan lagi."
"Aku nggak akan ngulangin lagi, karena aku tahu
sekarang kalau itu salah," Davy berjanji di antara
isakannya. "Kalau kalian dengar aku membuat lagi kalian
bisa ..." terdiam, mencari-cari hukuman yang layak bagi
dirinya sendiri. "kuliti aku hidup-hidup, Anne."
"Sekarang kau tahu jika "membual" sama dengan
"berbohong", Davy," kata sang guru sekolah.
"Mengapa?" tanya Davy, turun dari pangkuan Anne
dan menatapnya dengan wajah penasaran dan bernoda air
mata. "Kenapa membual itu sama jeleknya dengan
berbohong" Aku nggak ngerti."
"Arti katanya sama, dan seorang anak tidak boleh
membohong maupun membual."
"Banyak sekali yang nggak boleh dilakukan," keluh
Davy. "Aku nggak pernah ngira kalau jumlahnya banyak
banget. Aku minta maaf karena telah membu ... bohong,
abis gampang banget sih, tapi sejak sekarang aku janji
nggak akan bohong lagi. Apa hukumannya karena aku
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bohong?" Anne menatap Marilla meminta pengertian.
~108~ "Aku tidak ingin terlalu keras pada anak kecil," kata
Marilla. "Aku yakin tidak ada orang yang pernah
mengajarinya bahwa berbohong itu salah, dan anak-anak
Keluarga Sprott itu bukan teman yang layak. Mary yang
malang terlalu sakit untuk mendidiknya dengan layak, dan
kupikir kita tidak dapat berharap seorang anak berumur
enam tahun mengetahui hal-hal seperti itu berdasarkan
insting semata. Kupikir kita harus mengasumsikan dia tidak
tahu Apa-Apa saat ini, dan mulai dari awal. Tapi, dia harus
dihukum karena telah mengurung Dora, dan aku tidak bisa
memikirkan hal lain kecuali menyuruhnya tidur tanpa makan
malam, seperti yang sering kita lakukan. Bisakah kau
menyarankan sesuatu yang lain, Anne" Kupikir dengan
imajinasimu, kau bisa menemukan sebuah hukuman yang
bagus." "Tapi, hukuman sangat mengerikan dan aku hanya suka
membayangkan hal-hal yang menyenangkan," kata Anne
sambil memeluk Davy. "Begitu banyak hal yang tidak
menyenangkan yang sudah terjadi di muka bumi ini,
sehingga tidak perlu lagi membayangkannya."
Akhirnya, Davy disuruh diam di kamar tidurnya, seperti
biasa, dan tak boleh keluar hingga esok siang. Dan rupanya,
Davy sempat merenung, karena saat Anne naik ke kamar
tidurnya beberapa lama kemudian, Davy memanggilnya
pelan. Anne masuk ke kamar Davy dan menemukan anak
itu duduk di tempat tidur, bertopang dagu.
"Anne," kata Davy serius, "salah ya, jika semua orang
memb " berbohong" Aku ingin tahu."
"Ya, memang begitu."
"Apakah orang dewasa yang melakukannya juga
salah?" "Ya." ~109~ "Kalau begitu," Davy menyimpulkan, "Marilla juga
salah, karena DIA berbohong. Dia lebih buruk karena aku
nggak tahu kalau itu salah, sedangkan dia tahu."
"Davy Keith, Marilla tidak pernah berbohong seumur
hidupnya," kata Anne tegas.
"Dia bohong. Selasa lalu, dia bilang sesuatu yang buruk
Akan terjadi padaku kalau aku nggak berdoa. Aku udah
nggak berdoa seminggu ini, pengin tahu saja apa yang
terjadi .... tapi nggak terjadi apa-apa," kata Davy kesal.
Anne berusaha menahan tawa, lalu berusaha
menyelamatkan reputasi Marilla dengan sepenuh hati.
"Tapi, Davy Keith," kata Anne serius, "sesuatu yang
mengerikan Telah terjadi padamu hari ini."
Davy tampak tidak percaya.
"Kalau disuruh tidur tanpa dikasih makan sih," katanya
cuek, "sudah biasa dan Nggak mengerikan. Memang, aku
nggak suka, tapi sejak tinggal di sini aku sering dihukum
dikurung di kamar dan jadi terbiasa. Lagian kalau malam
aku nggak makan, aku bisa makan dua kali lipat pas
sarapan besoknya." "Maksudku bukan hukumanmu disuruh tidur tanpa
makan. Yang kumaksud adalah fakta bahwa kau
mengucapkan suatu kebohongan hari ini. Dan, Davy," Anne
membungkuk di atas kaki tempat tidur, lalu mengayunkan
jarinya dengan galak di hadapan si pembuat onar itu,
"mengatakan kebohongan adalah hal terburuk yang bisa
Terjadi pada seorang anak lelaki " nyaris yang paling
buruk. Jadi, kau lihat, Marilla benar."
"Tapi, kukira sesuatu yang buruk itu pasti
menegangkan," protes Davy.
"Bukan Marilla yang harus disalahkan karena
pikiranmu. Hal-hal buruk tidak selalu menegangkan. Sering
kali, hal-hal buruk hanya menyebalkan dan konyol."
~110~ "Tapi, sungguh lucu melihat Marilla dan kau melongok
ke dalam sumur," kata Davy sambil memeluk lututnya.
Anne terus menahan wajah seriusnya hingga tiba di lantai
bawah, kemudian dia menjatuhkan diri di sofa ruang duduk,
lalu tertawa hingga perutnya sakit.
"Kuharap kau mau berbagi lelucon itu denganku," kata
Marilla, sedikit kesal. "Aku belum menemukan hal yang
bisa membuatku tertawa hari ini."
"Kau akan tertawa jika kau mendengarnya," Anne
meyakinkan. Dan Marilla memang tertawa. Ini
menunjukkan betapa pengetahuannya tentang perilaku
anak-anak sudah sangat berkembang dan toleran sejak
mengadopsi Anne. Namun, dia segera mendesah
setelahnya. "Kupikir, seharusnya aku tidak memberitahukan itu
kepadanya, meskipun aku mendengar seorang pendeta
pernah mengatakannya kepada seorang anak. Tapi, Davy
benar-benar membuatku kewalahan. Katanya, dia tidak
melihat gunanya berdoa hingga dia sudah cukup besar nanti
dan cukup penting bagi Tuhan. Anne, aku tidak tahu apa
yang akan kita lakukan terhadap anak itu. Aku tidak pernah
bisa mengerti dirinya. Aku benar-benar putus asa."
"Oh, jangan katakan itu, Marilla. Ingat betapa buruknya
kelakuanku saat baru tiba di sini."
"Anne, kau tidak pernah berkelakuan buruk " Tidak
pernah. Aku bisa mengatakan hal itu sekarang, karena aku
telah mengetahui, mana tindakan yang benar-benar buruk.
Kau memang selalu terlibat masalah besar, kuakui, tapi
alasanmu selalu baik. Davy berkelakuan buruk hanya
karena dia menyukainya."
"Oh, tidak. Kupikir dia juga tidak benar-benar
~111~ berkelakuan buruk," Anne memohon. "Itu hanya kenakalan
biasa. Dan rumah ini cukup sepi baginya, kau tahu. Tidak
ada anak lelaki lain yang bisa bermain bersamanya, dan
otaknya membutuhkan sesuatu untuk dipikirkan. Dora
sangat sopan dan tenang sehingga tidak cocok untuk
menjadi teman bermain seorang anak lelaki. Kupikir lebih
baik jika kita membiarkan mereka bersekolah, Marilla."
"Tidak," sahut Marilla dengan tegas. "Ayahku selalu
berkata, tidak ada seorang anak pun yang boleh dikurung di
dalam dinding sekolah hingga usianya tujuh tahun, dan Mr.
Allan mengatakan hal yang sama. Si kembar bisa belajar
sedikit di rumah, tapi tidak akan bersekolah hingga mereka
berusia tujuh tahun."
"Yah, kalau begitu kita harus berusaha mengubah sikap
Davy di rumah," kata Anne ceria. "Dengan seluruh
kesalahannya, sebetulnya dia adalah seorang anak lelaki
yang menyenangkan. Aku tidak bisa mencegah diriku
menyayanginya. Marilla, ini tidak baik untuk dikatakan, tapi
sejujurnya, aku lebih menyukai Davy daripada Dora, karena
Dora terlalu baik." "Aku tidak yakin, tapi aku sendiri juga merasa begitu,"
Marilla mengakui, "dan ini tidak adil, karena Dora sama
sekali bukan pembuat onar. Tidak ada anak yang sebaik dan
sepatuh dia, tapi kau jarang benar-benar menyadari
keberadaannya." "Dora terlalu baik," kata Anne. "Dia bersikap sangat
baik bahkan jika tidak ada orang yang menyuruhnya begitu.
Dia telah terlahir seperti itu, jadi dia tidak terlalu
membutuhkan kita. Dan kupikir," Anne menyimpulkan,
mengatakan kebenaran yang paling penting, "kita paling
mencintai orang-orang yang membutuhkan kita. Dan Davy
~112~ sangat membutuhkan kita."
"Dia benar-benar membutuhkan sesuatu," kata Marilla
setuju. "Rachel Lynde akan mengatakan, yang
dibutuhkannya adalah pukulan yang keras."
~113~ Fakta dan Fantasi ?"Apa?"" aku bertanya.
?"Wajah St. Clair Donnell, Miss.?"
"St. Clair memang memiliki sangat banyak bintik di
wajahnya, meskipun aku berusaha mencegah anak-anak
lain mengomentarinya " karena wajahku dulu berbintikbintik seperti itu, dan aku sangat mengingatnya. Tapi,
kupikir St. Clair tidak berkeberatan. Dia memukul Jimmy
dalam perjalanan pulang dari sekolah karena Jimmy
memanggilnya "St. Clair". Aku juga mendengar peristiwa
pemukulan itu, tapi tidak secara resmi, jadi kupikir aku tidak
akan mengomentarinya. "Kemarin, aku berusaha mengajari Lottie Wright
penjumlahan. Aku berkata, "Jika kau memiliki tiga permen
di satu tanganmu dan dua permen di tanganmu yang satu
lagi, berapa banyak permen yang kau miliki?" "Semulut
penuh," jawab Lottie. Dan saat pelajaran ilmu pengetahuan
alam, ketika aku meminta mereka memberiku satu alasan
bagus mengapa katak tidak boleh dibunuh, dengan serius
Benjie Sloane menjawab, "Karena besok akan hujan."
"Sungguh sulit untuk tidak tertawa, Stella. Aku harus
menahan semua kegelianku sampai aku pulang, dan Marilla
berkata, dia jadi gugup kalau mendengar tawa terbahak dari
~114~ loteng timur tanpa sebab jelas. Dia berkata, ada seorang
lelaki di Grafton yang gila, dan seperti itulah tanda-tanda
awalnya. "Apakah kau tahu bahwa Thomas " Becket dibaptis
sebagai seekor Ular" Rose Bell yang berkata begitu ... juga
bahwa William Tyndale adalah orang yang Menulis Kitab
Perjanjian Baru. Claude White berkata bahwa egletser f
orang yang memasang bingkai jendela!
"Kupikir, hal yang paling sulit dalam mengajar ini,
sekaligus yang paling menarik, adalah meminta anak-anak
menceritakan pikiran mereka yang sebenarnya mengenai
berbagai hal. Minggu lalu, hari saat hujan deras, aku
mengumpulkan mereka di sekelilingku waktu makan siang
dan berusaha membuat mereka berbicara padaku seakanakan aku ini salah seorang dari mereka. Aku meminta
mereka untuk memberi tahu hal-hal yang paling mereka
inginkan. Beberapa jawaban cukup biasa " boneka, kuda
poni, dan sepatu skate. Yang lain benar-benar orisinal.
Hester Boulter ingin "mengenakan gaun hari Minggunya
setiap hari dan duduk di ruang tamu". Hannah Bell ingin
"menjadi orang baik tanpa harus bersusah payah". Marjory
White, yang berumur sepuluh tahun, ingin menjadi seorang
Janda. Saat ditanya mengapa, dengan serius dia berkata,
jika kau tidak menikah, orang-orang akan menjuluki dirimu
perawan tua, tapi jika kau menikah, suamimu akan
menyuruh-nyuruh kita. Tapi kalau kau seorang janda, dua
kemungkinan itu tidak akan terjadi. Keinginan yang paling
berkesan adalah keinginan Sally Bell. Dia menginginkan
"bulan madu". Aku bertanya kepadanya, apakah dia
mengetahui artinya" Dan dia berkata, bulan madu adalah
hadiah sepeda yang sangat menyenangkan, karena
sepupunya di Montreal berbulan madu setelah menikah, dan
sepupunya itu selalu memiliki sepeda keluaran terbaru!
~115~ "Pada hari lain, aku meminta mereka semua untuk
memberitahuku hal paling nakal yang pernah mereka
lakukan. Aku tidak bisa membujuk murid-muridku yang
lebih tua untuk mengatakannya, tapi kelas tiga menjawab
cukup leluasa. Eliza Bell pernah "membakar gulungan
benang wol bibinya". Ketika ditanya apakah dia sengaja
melakukannya, dia menjawab, "tidak sepenuhnya". Dia
hanya berusaha membakar ujungnya sedikit untuk melihat
bagaimana benang itu akan terbakar, dan ternyata satu
gulungan penuh terbakar saat itu juga. Emerson Gillis
menghabiskan sepuluh sen untuk membeli permen saat
seharusnya dia memasukkannya ke dalam kotak
sumbangan gereja. Kejahatan terburuk Annetta Bell adalah
"menyantap sedikit blueberry yang tumbuh pemakaman". Willie White pernah "meluncur turun di atap
kandang biri-biri beberapa kali dengan memakai celana hari
Minggunya". "Tapi, aku kena hukuman setelahnya, karena
harus mengenakan celana bertambal ke Sekolah Minggu
sepanjang musim panas. Dan kalau kau sudah kena
hukuman, kau nggak perlu tobat", kata Willie.
"Kuharap kau bisa melihat beberapa karangan mereka
" aku sangat ingin kau bisa membacanya, sehingga aku
mengirimkan beberapa duplikat tulisan mereka. Minggu lalu,
aku berkata kepada kelas empat jika aku ingin mereka
menulis surat untukku tentang hal-hal yang mereka sukai,
misalnya, tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi atau
hal-hal menarik tentang sesuatu atau seseorang yang
pernah mereka temui. Mereka menulis surat di kertas surat
~116~ yang sebenarnya, memasukkannya ke dalam amplop,
kemudian mengirimkannya kepadaku, semua tanpa bantuan
orang lain. Jumat pagi lalu, aku menemukan setumpuk surat
di mejaku, dan malamnya, aku menyadari bahwa pekerjaan
mengajar memiliki kenikmatan yang sama besar dengan
kesulitannya. Karangan-karangan ini benar-benar menunjukkannya. Ini surat dari Ned Clay, dengan alamat,
ejaan, dan struktur bahasa yang benar-benar asli.
Miss ShiRley guruku Green gabels. Di Pulau kaleng burung Guru terhormat kupikir aku akan menuliskan suatu
karangan untukmu tentang burung-burung. Burungburung adalah hewan yang sangat berguna. kucingku
menangkap burung-burung. namanya William tapi pa
memanggilnyatom. dia belangbelang dan satu
telinganya beku musim dingin lalu. biar begitu, dia
kucing yang tampan. pmanku memelihara kucing.
kucing itu datang ke rumahnya suatu hari dan ndak
mau pergi dan paman bilang kucing itu lupa orangorang yang sudah dia kenal. paman membiarkannya
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidur di krusi goyangnya dan bibi bilang paman lebih
memanjakan kucing daripada anak-anaknya. Itu tidak
benar, Kita harus baik pada kucing-kucing dan
memberi meraka susu segar tapi tidak boleh lebih
memanjakannya daripada anak-anak kita sendiri. itu
yang kupikir jadi tak ada lagi dari
edward blake ClaY. "St. Clair Donnell, seperti biasa, menulis singkat dan
~117~ tepat sasaran. St. Clair tidak pernah menyia-nyiakan kata.
Dia tidak memberi judul ataupun pesan tambahan bukan
karena malas, tetapi dia memang anak yang tak punya
banyak imajinasi." Miss Shirley yang terhormat,
Kau menyuruh kami menggambarkan sesuatu yang
aneh, yang pernah kami lihat. Aku akan menggambarkan Aula Pertemuan Avonlea. Aula itu
memiliki dua pintu, satu pintu dalam dan satu pintu
luar. Aula itu memiliki enam jendela dan sebuah
cerobong asap. Aula itu memiliki dua tembok di depan
dan belakang, dan dua tembok di kedua sisinya. Dan
catnya biru. Itulah yang membuatnya aneh. Aula itu
dibangun di jalan bawah Carmody. Itu adalah
gedung ketiga yang terpenting di Avonlea. Gedung terpenting lainnya
adalah gereja dan bengkel pandai besi. Orang-orang
mengadakan klub-klub debat
dalamnya, serta konser-konser.
dan ceramah Hormat saya, Jacob Donnell. N.B. Aulanya berwarna biru yang sangat terang.
"Surat Annetta Bell cukup panjang, yang mengejutkan
aku, karena menulis esai bukanlah keahlian Annetta dan
tulisannya biasanya sependek tulisan St. Clair. Annetta
adalah seorang anak kecil yang pemalu dan seorang murid
teladan berkelakuan baik, tapi tidak ada orisinalitas dalam
dirinya. Ini suratnya: Guruku yang terhormat, Kupikir aku akan menulis sepucuk surat untuk
memberi tahu betapa aku menyayangimu. Aku
~118~ menyayangimu sepenuh hati, jiwa, dan raga dengan
seluruh kemampuanku untuk mencintaimu dan aku
ingin mengabdi padamu untuk selamanya. Itu akan
menjadi suatu kehormatan tertinggi bagiku. Karena
itulah, aku berusaha sangat keras untuk bersikap baik
di sekolah dan mempelajari pelajaranku.
Kau sangat cantik, guruku. Suaramu seperti musik
dan matamu seperti bunga-bunga pansy yang dilapisi
embun. Kau seperti ratu yang anggun dan tinggi.
Rambutmu seperti emas yang bergelombang. Anthony
Pye bilang warnanya merah, tapi jangan pedulikan
Anthony. Aku baru mengenalmu beberapa bulan, tapi seakan
aku sudah mengenalmu sepanjang hidupku " saat kau
datang ke dalam kehidupanku untuk memberi berkah
dan keindahan. Aku akan selalu menoleh ke belakang,
ke tahunini, saatsaat paling mengagumkan dalam
hidupku karena kau telah membuat hidupku sangat
kaya, dan menjagaku dari kenakalan dan kejahatan.
Aku berutang budi atas semua ini kepadamu, guruku
yang paling manis. Aku tidak akan pernah melupakan betapa manisnya
dirimu saat terakhir kali aku melihatmu dengan gaun
hitamdan bungabunga di rambutmu. Aku akan
mengenangmu seperti itu untuk selamanya, bahkan
saat kita sama-sama sudah tua dan beruban. Kau
akan selalu muda dan cantik bagiku, guruku tersayang.
Aku akan memikirkanmu sepanjang waktu " pada
pagi hari, siang hari, dan sore hari. Aku
menyayangimu saat kau tertawa dan mendesah "
~119~ bahkan meskipun kau tampak kesal. Aku tak pernah
melihatmu marah meskipun Anthony Pye bilang kau
selalu tampak begitu, tapi kupikir kau tidak akan kesal
kepadanya jika dia tidak layak menerimanya. Aku
sangat menyukaimu dalam gaun apa pun " kau
tampak lebih mengagumkan dalam setiap gaun baru,
dibandingkan sebelumnya. Guruku tersayang, selamat malam. Matahari telah
terbenam dan bintang-bintang telah bersinar ...
Bintang-bintang yang seterang dan seindah matamu.
Aku mengecup tangan dan wajahmu, Guruku yang
manis. Semoga Tuhan menjagamu dan melindungimu
dari marabahaya apa pun. Muridmu yang mengasihimu,
Annetta Bell. "Surat luar biasa ini sangat membuatku kebingungan.
Aku tahu, Annetta pasti tidak mampu menulisnya. Saat dia
masuk sekolah keesokan harinya, aku mengajaknya
berjalan-jalan ke anak sungai kecil saat istirahat, dan
memintanya berkata jujur tentang suratnya. Annetta
menangis dan akhirnya mengakuinya. Dia bilang, dia tidak
pernah menulis sepucuk surat pun, dan dia tidak tahu
bagaimana caranya, atau apa yang harus dia katakan. Tapi,
ada setumpuk surat cinta di laci atas meja kerja ibunya,
yang ditulis untuk ibunya oleh seorang "kekasih" dari masa
lalu. ?"Dia bukan ayah," isak Annetta, "dia adalah seseorang
yang sedang belajar untuk menjadi seorang pendeta, jadi dia
~120~ bisa menulis surat-surat yang indah, tapi Ma tidak menikah
dengannya. Ma berkata, dia sering kali tak bisa mengerti
apa maksud surat-surat itu. Tapi, kupikir surat-surat itu
manis, jadi aku hanya menyalin beberapa hal dari sana-sini
untuk menulis surat kepadamu. Aku mengganti kata "lady"
dengan "guru" dan aku sendiri menambahkan sedikit saat
aku bisa memikirkannya, dan mengubah beberapa kata.
Aku mengganti "mood" dengan "gaun". Aku tidak tahu apa
itu "mood", tapi kupikir itu sesuatu yang bisa dipakai.
Kupikir kau tidak akan tahu bedanya. Aku tidak mengerti
bagaimana ibu guru bisa tahu bahwa itu bukan suratku. Kau
pasti sangat pintar, Ibu Guru."
"Aku berkata kepada Annetta, menyalin surat orang
lain dan mengirimkannya sebagai surat dari kita sendiri
sungguh tidak terpuji. Tapi, aku khawatir, satu-satunya hal
yang disesali Annetta adalah karena tindakannya diketahui.
?"Dan aku benar-benar menyayangimu, Ibu Guru," dia
terisak. "Memang benar, bahkan meskipun si pendeta yang
menulisnya terlebih dahulu. Aku benar-benar menyayangimu sepenuh hati."
"Sungguh sulit untuk memarahi siapa pun di dalam
situasi seperti itu. "Ini adalah surat Barbara Shaw. Aku tidak bisa meniru
noda-noda tinta seperti aslinya dengan persis.
Guruku tersayang, Kau bilang kita bisa menulis tentang suatu kunjungan. Aku belum pernah mengunjungi siapa pun,
kecuali satu kali. Aku mengunjungi Bibi Mary musim
dingin lalu. Bibi Maryku ini adalah seorang perempuan
istimewa dan pengatur rumah tangga yang sangat
~121~ hebat. Malam pertama aku di sana, kami minum teh.
Aku menjatuhkan sebuah poci dan memecahkannya.
Bibi Mary bilang, dia telah memiliki poci itu sejak dia
menikah dan tidak ada orang yang pernah
memecahkannya sebelum ini. Saat kami berdiri, aku
menginjak gaunnya, dan seluruh rimpel sobek dari
roknya. Keesokan paginya, saat aku bangun, aku
membenturkan teko ke wastafel dan membuat kedua
benda itu belah, dan aku menumpahkan secangkir teh
hingga mengenai taplak meja saat sarapan. Saat aku
membantu Bibi Mary menyiapkan makan malam, aku
menjatuhkan sebuah piring keramik dan piring itu
pecah berantakan. Malamnya, aku jatuh dari tangga
dan pergelangan kakiku tergilir, jadi aku harus
berbaring di tempat tidur selama seminggu. Aku
mendengar Bibi Mary berkata kepada Paman Joseph,
itu adalah suatu anugerah, karena jika tidak, aku akan
memecahkan segalanya di rumah itu. Saat kakiku
pulih, sudah saatnya aku pulang. Aku tidak begitu
menyukai berkunjung ke rumah seseorang. Aku lebih
menyukai sekolah, terutama setelah aku pindah ke
Avonlea. Dengan hormat, Barbara Shaw. Surat Willie White dimulai dengan,
Nona yang Terhormat, Aku ingin menceritakan kepadamu tentang bibiku
~122~ yang Sangat Berani. Dia tinggal di Ontario dan suatu
hari, dia keluar untuk ke kandang, dan melihat seekor
anjing di halaman. Anjing itu tidak memiliki urusan di
sana, jadi bibiku mengambil sebuah tonggkat lalu
memukulnya dengan keras, sehingga anjing itu masuk
ke kandang, lalu mengurungnya di dalam. Dengan
segera, seorang lelaki datang dan mencari seekor
singa bual" (Pertanyaan; apakah maksud Willie seekor
singa yang buas") yang baru kabur dari sirkus. Dan
ternyata, anjing itu adalah singa yang lepas, dan Bibiku
yang Sangat Berani telah mengurungnya di kandang
dengan sebuah tongkat. Aku heran dia tidak
menyadarinya, tapi dia sangat berani. Emerson Gillis
berkata, jika bibiku berpikir itu adalah seekor anjing,
sebenarnya dia tidak lebih berani daripada jika hewan
itu seekor anjing. Tapi, Emerson hanya iri karena dia
tidak memiliki seorang Bibi Sangat Berani, hanya ada
paman-paman. ?"Dan aku menyimpan yang terbaik untuk terakhir. Kau
akan menertawakanku karena berpikir Paul adalah seorang
genius, tapi aku yakin, surat ini akan meyakinkanmu bahwa
dia bukan seorang anak biasa. Paul tinggal jauh di dekat
pantai bersama neneknya dan tidak memiliki teman bermain
" teman bermain yang sebenarnya. Kau ingat, profesor
Manajemen Sekolah kita memberi tahu, kita tidak boleh
memiliki murid "favorit", tapi aku tidak bisa menahan diriku
untuk menyayangi Paul lebih daripada murid-muridku yang
lain. Kupikir tidak ada bahayanya, karena semua orang
menyukai Paul, bahkan Mrs. Lynde, yang berkata dia tidak
~123~ akan pernah percaya bagaimana dia bisa sangat menyukai
seorang Yankee. Anak-anak lain di sekolah juga
menyukainya. Tidak ada sifat lemah atau kebanci-bancian
dalam dirinya, meskipun dia banyak bermimpi dan
berfantasi. Dia sangat jantan dan bisa membela diri dalam
semua permainan. Baru-baru ini dia berkelahi dengan St.
Clair Donnell karena St. Clair berkata, Union Jack bendera
Inggris lebih bagus daripada bendera Bintang dan Garis
Amerika Serikat. Hasilnya adalah perkelahian yang
seimbang, dan kesepakatan bersama untuk menghormati
patriotisme masing-masing, sejak saat itu. St. Clair berkata
bahwa dia bisa memukul Paling Keras, tapi Paul bisa
memukul Paling Sering.?"
Surat Paul. Guruku Tersayang, Kau berkata jika kami bisa menulis kepadamu
tentang orang-orang menarik yang kami kenal. Kupikir,
Orang-orang paling menarik yang pernah kukenal
adalah manusia-manusia batuku, dan aku bermaksud
menceritakan mereka kepadamu. Aku belum pernah
bercerita kepada siapa pun tentang mereka, kecuali
nenek dan ayah, tapi aku ingin kau juga mengenal
mereka karena kau bisa mengerti beragam hal. Ada
banyak sekali orang yang tidak mengerti hal-hal
tertentu, dan tidak ada gunanya bercerita kepada
mereka. Manusia-manusia batuku hidup di pantai. Aku bisa mengunjungi mereka
hampir setiap malam, sebelum musim dingin tiba.
Sekarang, aku tidak bisa mengunjungi mereka hingga
musim semi, tapi mereka pasti ada di sana, karena
~124~ orang-orang seperti itu tidak pernah berubah ... Itu hal
yang sangat mengagumkan tentang mereka. Nora
adalah orang pertama yang berkenalan denganku, jadi
kupikir aku paling menyayanginya. Dia tinggal di Gua
Andrews, dan memiliki rambut serta mata hitam, dan
dia mengetahui seluruh kisah tentang putri duyung dan
roh-roh air. Kisah-kisah yang dia ceritakan hebat
sekali, kau harus mendengarnya kapan-kapan.
Kemudian, ada si kelasi kembar. Mereka tidak tinggal
dimana pun, mereka berlayar sepanjang waktu, tapi
sering berlabuh untuk berbicara denganku. Mereka
adalah sepasang makhluk ceria dan telah melihat
segalanya di dunia ini " dan lebih banyak hal di luar
dunia ini. Apakah kau tahu sesuatu yang pernah terjadi
pada si kelasi yang lebih muda" Dia berlayar dan
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menuju tepat ke arah sebuah padang rembulan. Kau
tahu, padang rembulan adalah suatu jejak yang dibuat
bulan purnama di permukaan air saat terbit dari balik
lautan, Ibu Guru. Yah, si kelasiyang lebih muda berlayar
hingga dia sampai di bulan,
dan ada sebuah pintu emaskecil di bulan. Dia
di sepanjang padang rembulan
membukanya, lalu berlayar ke sana. Dia mengalami suatu
petualangan menakjubkan di dalam bulan, tapi surat ini
akan terlalu panjang jika aku harus menceritakannya.
Kemudian, ada si Perempuan Emas di gua. Suatu
hari, aku menemukan sebuah gua besar di pantai, dan
aku memasukinya. Setelah beberapa saat, aku
menemukan si Perempuan Emas. Dia memiliki rambut
~125~ emas yang panjangnya hingga ke kaki, dan gaunnya berkilauan
dan terangbagaikan emas yang hidup. Dia memiliki sebuah harpa
emas dan memainkannya sepanjang hari " kita bisa
mendengar musiknya sepanjang waktu di tepi pantai
itu, jika mendengarkan dengan teliti. Tapi, kebanyakan orang
berpikir, itu hanya angin yang bertiup di antara
bebatuan. Aku tidak pernah memberi tahu Nora
tentang si Perempuan Emas.Aku khawatir itu akan
melukai perasaannya. Bahkan perasaannya terluka jika aku
berbicara terlalu lama dengan si Kelasi Kembar.
Aku selalu bertemu dengan si Kelasi Kembar di
Batu-Batu Bergaris. Si kembar yang lebih muda
memilikitemperamen yang sangat baik, tapi si kembar yang
tuakadangkadang bisa sangat kejam dan mengerikan.
Aku memiliki kecurigaan terhadap si kembar yang tua
itu. Aku yakin, dia akan menjadi seorang bajak laut
jika dia berani. Ada sesuatu yang sangat misterius
pada dirinya. Dia pernah mengumpat sekali. Aku berkata
kepadanya, jika dia mengulanginya sekali lagi, dia tidak
perlu berlabuh untuk berbicara kepadaku, karena aku
berjanji kepada nenekku, aku tidak akan pernah
bergaul dengan siapa pun yang suka mengumpat. Dia
lumayan ketakutan dan berkata, jika aku bisa
memaafkannya, dia akan mengajakku ke matahari
terbenam. Jadi, malam berikutnya, saat aku duduk di
Batu-Batu Bergaris, si kembar yang lebih tua berlayar
mendekat dari laut dalam sebuah kapal yang
mengagumkan, dan akunaik ke sana. Kapal itu
~126~ benarbenar penuh mutiara dan berwarna seperti
pelangi, seperti bagian dalam cangkang tiram, dan
layarnya mirip sinar bulan.
Yah, kami berlayar tepat ke arah matahari terbenam.
Pikirkan itu, Ibu Guru, aku berada dalam matahari
terbenam. Dan tahukah apa yang terjadi" Matahari
terbenam adalah suatu padang penuh bunga. Kami
berlayar ke sebuah tamanyang luas, dan awanawan
ternyata adalah hamparan bunga. Kami berlayar ke
sebuah pelabuhan besar, dengan warna keemasan, lalu
aku melangkah keluar dari kapal, memijak sebuah
padang rumput luas yang seluruhnya tertutup oleh
bunga-bunga buttercup yang sebesar mawar. Aku
tinggal di sana sangat lama. Sepertinya setahun telah
berlalu, tapi si kembar yang lebih tua berkata, itu
hanya beberapa menit. Karena di tanah matahari
terbenam, waktu berjalan jauh lebih lambat daripada di
sini. Muridmu yang menyayangimu,
Paul Irving. N.B. Tentu saja, Surat ini tidak benar-benar nyata,
Ibu Guru. ~127~ Suatu Hari Sial Anne pergi ke sekolah dengan perasaan buruk.
Pipinya bengkak dan wajahnya sakit. Ruang kelas di
sekolah dingin dan berasap, karena api di perapian tak juga
mau menyala dan anak-anak berkumpul di sekelilingnya
sambil gemetaran. Anne menyuruh mereka duduk di kursi
masing-masing dengan nada yang lebih tajam daripada
biasanya. Anthony Pye berjalan dengan angkuh ke kursinya
dengan sikap tidak hormat, dan Anne melihat dia
membisikkan sesuatu kepada teman sebangkunya, lalu
melirik Anne sambil menyeringai.
Bagi Anne, sebelumnya tidak pernah terdengar begitu
banyak pensil berderit yang membuat ngilu seperti pagi itu;
dan saat Barbara Shaw mendatangi mejanya dengan
pekerjaan penjumlahannya, dia tersandung ember berisi
batubara. Batubara bergulir ke seluruh ruangan, batutulis
Barbara pecah berkeping-keping, dan saat dia bangkit,
wajahnya yang bernoda abu batubaram enyebabkan anakanak lelaki tertawa bergemuruh.
Anne menoleh dari murid-murid kelas dua yang sedang
membaca. "Sungguh, Barbara," katanya dingin, "jika kau tidak
bisa bergerak tanpa tersandung sesuatu, lebih baik kau diam
di bangkumu. Sungguh tidak bisa diterima bagi seorang
~128~ gadis seusiamu masih juga canggung."
Barbara yang malang berjalan kembali ke mejanya, air
mata berbaur dengan debu batubara dan membuat
wajahnya coreng moreng. Sebelumnya, sang guru terkasih
dan penuh simpati tidak pernah berbicara dengan nada
seperti itu kepadanya, dan hati Barbara hancur. Anne
sendiri sedikit menyadari bahwa sikapnya terlalu keras,
tetapi itu hanya membuat perasaannya yang buruk menjadi
semakin parah. Anak-anak kelas dua tak akan melupakan
pelajaran hari itu, termasuk ketika Anne memberikan tugas
penjumlahan yang amat sangat sulit. Tepat saat Anne
mendiktekan soal hitungan, St. Clair Donnell tiba dengan
terengah-engah. "Kau terlambat setengah jam, St. Clair," Anne
memperingatkan dengan dingin. "Kenapa?"
"Maaf Bu, aku harus membantu Ma membuat puding
untuk makan malam karena akan ada tamu dan Clarice
Almira sakit," itu jawaban St. Clair, dengan penuh hormat,
namun tak urung mengundang tawa dari teman-temannya.
"Silakan duduk dan kerjakan enam soal di halaman
delapan puluh empat buku aritmetikamu sebagai hukuman,"
kata Anne. St. Clair tampak terkejut mendengar nada suara
Anne, tetapi dia pergi dengan patuh ke mejanya dan
mengeluarkan batutulisnya. Kemudian, diam-diam dia
memberikan sebuah bungkusan kecil kepada Joe Sloane di
seberang lorong. Anne memergokinya dan mengambil
kesimpulan yang salah tentang bungkusan itu.
Mrs. Hiram Sloane tua akhir-akhir ini membuat dan
menjual "kue kacang" untuk menambah pemasukan. Kue
itu menggoda kebanyakan anak lelaki dan selama beberapa
~129~ minggu, Anne merasa kue-kue itu mengganggu ketenangan
kelasnya. Dalam perjalanan ke sekolah, anak-anak lelaki
biasanya membeli kue-kue Mrs. Hiram dan membawanya
sekolah, dan jika mungkin, memakannya dan membaginya bersama teman-teman lain selama jam
pelajaran. Anne sudah memperingatkan mereka, jika
mereka membawa kue lagi ke sekolah, mereka akan
dihukum. Namun lihat apa yang terjadi, St. Clair Donnell
dengan tenang memberikan sebungkus kue itu, terbungkus
dalam kertas bergaris-garis biru-putih yang digunakan Mrs.
Hiram, tepat di hadapan Anne pada Joe Sloane.
"Joseph," kata Anne dengan tenang, "bawa bungkusan
itu kemari." Joe, terkejut dan malu, mematuhinya. Dia adalah
seorang anak gemuk yang selalu tersipu dan tergagapgagap saat ketakutan. Tidak ada orang lain yang pernah
tampak lebih bersalah daripada Joe yang malang saat itu.
"Lemparkan itu ke api," kata Anne.
Joe tampak sangat bingung.
"T " t " t " tolonglah, Bbb " B " Bu Guru," dia
tergagap. "Lakukan saja apa yang kuperintahkan, jangan
membantah." "T " t " tapi B " B " Bu, ini " ini " a... dalah
"." Joe terengah-engah putus asa.
"Joseph, apakah kau akan mematuhiku atau Tidak?"
tanya Anne. Seorang anak lelaki yang lebih berani dan lebih percaya
diri daripada Joe Sloane pun pasti akan ngeri oleh nada
suara dan kilatan berbahaya di mata Anne. Ini adalah Anne
~130~ yang baru, yang belum pernah dilihat oleh murid-muridnya
sebelum ini. Joe, dengan tatapan tersiksa ke arah St. Clair,
pergi ke tungku, membuka pintu depan tungku yang besar
dan berbentuk bujur sangkar, kemudian melemparkan
bungkusan biru-putih itu ke dalamnya, sebelum St. Clair,
yang melompat berdiri, bisa mengucapkan sepatah kata.
Kemudian, dia merunduk tepat pada waktunya.
Selama beberapa saat, para penghuni sekolah Avonlea
yang ketakutan tidak tahu apakah yang terjadi adalah
gempa bumi atau letusan gunung berapi. Bungkusan yang
tampak tak berdosa, yang Anne kira berisi kue kacang Mrs.
Hiram, sebenarnya berisi beraneka ragam kembang api dan
kembang api putar. Warren Sloane telah meminta ayah St.
Clair Donnell yang pergi ke kota kemarin untuk
membelikannya kembang api, karena berencana merayakan
ulang tahun malam itu. Letupan kembang api bertalu-talu,
dan kembang api putar menyembur keluar dari tungku, dan
bergerak liar di sekeliling ruangan, mendesis dan meletus.
Anne menjatuhkan diri ke kursinya dengan pucat dan takut,
sementara semua anak perempuan menaiki meja sambil
memekik-mekik. Joe Sloane berdiri sambil terpana di tengah
kekacauan itu dan St. Clair, yang tidak bisa menahan tawa,
bergoyang-goyang di lorong ke depan dan ke belakang.
Prillie Rogerson pingsan dan Annetta Bell histeris.
Rasanya waktu berlalu begitu lama, meskipun
sebenarnya hanya beberapa menit, sebelum kembang api
putar terakhir habis. Anne, yang telah memulihkan diri,
bangkit untuk membuka pintu dan jendela, mengeluarkan
gas dan asap yang memenuhi ruangan. Kemudian, dia
membantu anak-anak perempuan menggendong Prillie yang
tak sadarkan diri ke beranda. Di sana, Barbara Shaw yang
~131~ sangat ingin berguna, menuangkan seember air yang
setengah membeku ke wajah dan bahu Prillie sebelum ada
yang sempat mencegahnya. Dibutuhkan waktu satu jam penuh hingga keadaan
kembali normal " tapi tidak sepenuhnya. Semua murid
menyadari bahwa ledakan itu pun tidak menghilangkan
atmosfer mengerikan di sekeliling guru mereka. Tidak ada
orang, kecuali Anthony Pye, yang berani membisikkan
sepatah kata pun. Ned Clay yang tanpa sengaja membuat
pensilnya berderit saat mengerjakan penjumlahan, tak
sengaja menatap mata Anne, dan langsung berharap lantai
terbuka, lalu menelannya karena merasa sangat bersalah.
Pelajaran geografi tentang sebuah benua diberikan dengan
sangat cepat sehingga membuat mereka pusing. Pelajaran
tata bahasa dipecah-pecah dan dianalisis dengan masingmasing bagian kecil yang membahayakan kehidupan
mereka. Chester Sloane, yang mengeja "intimidasi" dengan
dua "s", merasa bahwa dia tidak akan pernah bisa hidup
dengan menanggung rasa malu karenanya, di dunia ini,
bahkan pada masa mendatang.
Anne menyadari bahwa sikapnya ini menggelikan dan
dia akan menertawakan insiden tadi pada saat minum teh
nanti, tapi kesadaran itu malah membuatnya tambah kesal.
Saat sudah lebih tenang nanti mungkin dia bisa menghadapi
situasi itu sambil tertawa, tetapi saat ini rasanya mustahil;
jadi dia mengabaikannya dengan kesal.
Saat Anne kembali ke sekolah setelah makan siang,
seperti biasa semua murid sudah berada di bangku mereka
dan semua wajah tertunduk dengan patuh ke meja, kecuali
wajah Anthony Pye. Dia mengintip Anne dari balik
bukunya, mata hitamnya berkilauan penuh penasaran dan
~132~ cemooh. Anne membuka laci mejanya untuk mencari kapur
dan tepat di bawah tangannya, seekor tikus yang lincah
muncul dari laci, merayap ke mejanya, kemudian melompat
ke lantai. Anne menjerit dan mengempaskan diri ke belakang,
bagaikan tikus itu seekor ular, dan Anthony Pye tertawa
terbahak. Kemudian, keheningan menyelimuti "
keheningan yang sangat mengerikan dan sangat tidak
nyaman. Annetta Bell bimbang apakah dia harus histeris
lagi atau tidak, terutama karena dia tidak tahu ke mana
tikus itu lari. Namun, dia memutuskan untuk tidak histeris.
Dari mana dia akan mendapatkan penghiburan saat seorang
guru yang berwajah sangat pucat dan matanya berkilat-kilat
berdiri di hadapannya"
"Siapa yang meletakkan tikus itu di dalam mejaku?"
tanya Anne. Suaranya pelan, tetapi membuat punggung
Paul Irving merinding. Joe Sloane menatap mata Anne,
merasa bertanggung jawab dari puncak kepala hingga ujung
jari kakinya, tetapi tergagap-gagap dengan tidak terkendali,
"B " b " bukan a " a " aku I " Ibu " Gu "
Guru, b " bu " bukan ak " aku."
Anne tidak memerhatikan Joseph yang sangat
mengibakan. Dia menatap Anthony Pye, dan Anthony Pye
membalas tatapannya tanpa malu dan menyesal.
"Anthony, apakah ini perbuatanmu?"
"Memang," jawab Anthony tak peduli.
Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hijaunya Lembah Hijaunya 32 Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter Pendekar Pengejar Nyawa 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama