Ceritasilat Novel Online

Hitler Bangkit Lagi 3

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes Bagian 3


semuanya, dan mencatat "Distribusi yang lebih baik
terhadap yang baik, medioker, dan inferior!" dan memutuskan untuk menunda memecahkan masalah
khusus ini. Berkebalikan dengan apa yang mungkin
diasumsikan oleh orang berpikiran picik, sang F"hrer
tidak diwajibkan untuk segera memberikan jawaban"
ia hanya perlu memilikinya untuk digunakan pada saat
yang tepat. Dan dalam contoh ini, mari kita katakan
bahwa waktu yang tepat adalah pada saat pecah perang
berikutnya. Aku hanya agak terkejut dengan serangkaian peristiwa yang terjadi setelah penyerahan diri yang menyedihkan oleh D"nitz yang dungu itu. Sekutu ternyata
memang bertengkar soal harta rampasan sehebat yang
telah kuprediksi"namun, sayangnya, mereka tidak
lupa untuk membaginya. Rusia mengambil bagian
mereka di Polandia dan sebagai balasan, dengan murah
hati memberikan Silesia Polandia. Dipimpin oleh sekelompok Demokrat Sosial, Austria memisahkan diri
152 HITLER BANGKIT LAGI menjadi netral. Di seluruh Jerman yang tersisa, apa yang
pada hakikatnya adalah rezim-rezim boneka"beberapa
menyamar dengan baik, yang lain kurang baik"yang
dipasang dengan proses yang tampak demokratis, di
bawah kepemimpinan tokoh-tokoh seperti mantan napi
Adenauer dan Honecker, peramal ekonomi Erhard yang
gendut atau"juga tidak terlalu mengejutkan"Kiesinger,
salah satu dari ratusan ribu orang-orang yang dengan
setengah hati buru-buru bergabung dengan Partai pada
1933. Aku harus mengatakan bahwa aku mendapatkan
kepuasan tertentu membaca bahwa si kutu loncat ini
akhirnya hancur karena ia bergabung dengan N.S.D.A.P.
pada saat-saat terakhir. Tentu saja, para pemenang menerapkan rencana
lama mereka untuk menyuntikkan dosis federalisme
berlebihan pada Volk, untuk menjamin perpecahan
abadi di dalam bangsa ini. Mereka menciptakan sejumlah negara bagian, disebut Bundesl"nder, yang
sejak awal saling ikut campur dalam urusan masingmasing dan dengan tajam mengkritik semua resolusi
yang diloloskan oleh parlemen federal yang benarbenar tidak becus. Kerusakan paling berkepanjangan
dan tak masuk akal yang ditimbulkan oleh kebijakan
Sekutu terjadi pada Bavariaku tercinta. Di sini, di
mana aku pernah membangun fondasi pergerakanku,
penduduknya memuja para penjahat paling dungu, yang
ingin menyembunyikan kesalehan munafik mereka dan
keasyikan mereka menikmati sogokan yang sudah tak
bisa diperbaiki lagi dengan mengacung-acungkan dan
mengosongkan gelas-gelas bir berukuran besar. Usaha
mereka yang paling jujur adalah sesekali berkunjung ke
153 TIMUR VERMES rumah bordil. Sementara itu, di bagian utara negeri ini, Demokrasi
Sosial telah membuat kemajuan besar, memperluas kekuasaannya menjadi sebuah klub sosial-romantis yang
luas, dan dalam prosesnya dengan bahagia membagibagikan kekayaan negara. Tokoh-tokoh lain yang memerintah republik ini, menurut pendapatku, sama tidak
berharganya untuk disebutkan; mereka adalah para
pembual yang biasa ditemui dalam politik parlemen yang
palsu, dengan perwakilan yang paling memuakkan"
segera setelah Perang Besar"ditunjuk menjadi kanselir
dengan urgensi paling besar. Memilih yang paling kasar
dan paling lembek di antara para kurcaci intelektual ini
dan melemparkan yang disebut reunifikasi Jerman ke
dalam pangkuannya yang luas tentu merupakan salah
satu "lelucon" istimewa sang takdir.
Aku harus mengakui bahwa apa yang dianggap
"reunifikasi" ini adalah salah satu dari beberapa kebohongan kelas satu yang disebarkan oleh republik.
Karena bagaimana bisa mereka menyebutnya sebagai
reunifikasi yang sebenarnya ketika komponen-komponen penting"seperti Silesia yang sudah disebutkan di
atas dihibahkan kepada Polandia, juga Alsace-Lorraine
atau Austria"hilang" Orang bisa mengukur betapa
sederhananya pikiran para badut dalam pemerintahan
itu dengan fakta bahwa mereka berada dalam posisi
untuk meminta beberapa kilometer persegi wilayah
yang hancur dari orang-orang Rusia yang gemetar,
tapi bukan wilayah makmur dari Prancis sang musuh
bebuyutan, yang pastinya akan menjadi keuntungan
nyata bagi bangsa ini. 154 HITLER BANGKIT LAGI Tapi makin besar sebuah kebohongan, makin mudah
ia dipercayai. Karena rasa terima kasih atas upaya
"reunifikasi"-nya yang heroik, sang kanselir pengganti
diizinkan untuk "memerintah" negeri ini selama
enam belas tahun, empat tahun lebih lama daripada
aku. Tak bisa dipercaya. Dan lelaki yang mirip G"ring
setelah meminum obat tidur dengan dosis ganda.
Memandangnya saja sudah menyedihkan. Selama
lima belas tahun aku bekerja keras untuk mengasah
penampilan luar sebuah partai yang kuat; kini aku
menemukan bahwa orang bisa dengan begitu mudah
mengatur negeri ini dengan mengenakan sebuah baju
hangat. Aku hanya senang bahwa Goebbels tidak ada di
sini untuk melihatnya. Leaki malang itu akan berputarputar begitu cepat dalam kuburannya sehingga asap
akan keluar dari tanah. Dalam tahun-tahun sela, musuh bebuyutan kami,
Prancis, telah menjadi teman yang paling dekat. Orangorang bodoh yang berkuasa di kedua negara saling
melingkarkan lengan mereka ke leher satu sama lain
begitu ada kesempatan, bersumpah tidak akan lagi
memerangi satu sama lain layaknya lelaki sejati. Tekad
teguh ini dimantapkan dalam sebuah aliansi Eropa,
yang tidak berbeda dengan segerombolan anak sekolah.
Gerombolan ini tampaknya telah menghabiskan waktu
dengan berdebat tentang siapa yang seharusnya menjadi
pemimpin dan siapa yang harus menyumbangkan
gula-gula paling banyak. Sementara itu, bagian timur
benua ini telah berusaha menyamai perbuatan bodoh
yang dilakukan bagian barat, meskipun dengan sebuah
perbedaan: perdebatan sama sekali tak ada di timur,
155 TIMUR VERMES karena yang paling penting adalah meneteskan air liur
di belakang para diktator Bolshevik. Aku merasa begitu
muak ketika membaca ini sehingga aku merasa ingin
muntah pada beberapa kesempatan.
Alasan pihak Barat bisa menghabiskan sebagian
besar waktunya pada pertengkaran kekanak-kanakan
adalah bahwa para ahli keuangan Yahudi-Amerika, yang
memegang kekuasaan tertinggi di sana, mengurus halhal yang lebih penting. Dari rakyat Jerman yang tersisa
pada akhir perang, mereka telah memastikan pengabdian
seorang Sturmbannf"hrer yang patuh, Wernher von
Braun, oportunis yang sangat mencurigakan dari hari
ketika ia dilahirkan. Persis seperti yang diperkirakan,
ia segera mau menjual pengetahuan yang ia peroleh
dari mengembangkan misil V-2 kami pada penawar
tertinggi. Roket-roketnya memungkinkan terbangnya
senjata pemusnah dunia milik Amerika dan dengan
demikian memungkinkan penguasaan dunia, yang
secara membingungkan menyebabkan kebangkrutan
sistem Judeo-Bolshevik di timur hanya dalam empat
puluh lima tahun. Aku tidak bisa menyembunyikan
fakta bahwa, pertama-tama, aku merasa hal ini sangat
mencengangkan. Sulap apa yang ada di belakang hal ini"
Sejak kapan Yahudi meruntuhkan Yahudi"
Untuk sementara waktu, teka-teki ini akan tetap
tak terpecahkan. Yang tak terbantahkan adalah bahwa,
setelah runtuhnya sistem pemerintahan Bolshevik,
rezim boneka Jerman telah diberi sebuah traktat perdamaian serta kemerdekaan. Tentu saja, orang sulit
menyebutnya kemerdekaan nyata tanpa senjata roket
156 HITLER BANGKIT LAGI kami sendiri. Sebaliknya, segala jenis pemerintahan
berusaha bukan untuk membangun persenjatan yang
kuat, tapi untuk keterlibatan yang lebih intens dalam
perdagangan Eropa, yang sangat menyerderhanakan
politik luar negeri; pada dasarnya ada puluhan orang
yang menentukan apa yang harus kau lakukan"orang
mungkin sebaiknya memercayakan saja jabatan itu
pada bocah berusia lima tahun.
Satu-satunya ideologi yang berlaku adalah ekspansi
tak terkendali aliansi kekanak-kanakan itu, yang berarti
hampir semua orang dimasukkan, bahkan penduduk
kawasan-kawasan tepi Eropa yang paling tertinggal.
Jika kau mengizinkan semua orang bergabung dalam
klubmu maka keanggotaan tidak lagi menjadi sesuatu
yang spesial. Maka semua orang yang berusaha mengambil keuntungan harus memulai sebuah klub baru di
dalam klub tersebut. Tidak mengejutkan, upaya-upaya
ke arah ini telah dimulai: para anggota terkuat tengah
mempertimbangkan untuk membuat klub baru, atau
mengusir pihak-pihak yang lemah, yang tentu saja
benar-benar merupakan olok-olok bagi klub semula.
Keadaan Jerman saat ini menampilkan gambaran
yang sangat menyedihkan. Yang memerintah negeri
ini adalah seorang perempuan gemuk dengan segala
rasa percaya diri dan kharisma sebatang willow yang
rindang. Ia telah menodai buku catatannya dengan
bermain dalam episode Bolshevik selama tiga puluh
tahun, namun tak seorang pun dalam rombongannya
yang merasa tidak nyaman sedikit pun dengan hal ini.
Ia bergabung dengan para peminum bir Bavaria, yang
partainya bagiku tampak seperti imitasi Sosialisme
157 TIMUR VERMES Nasional yang pucat dan muram. Mereka mendandani
elemen yang progresif secara sosial tapi setengah
matang bukan dengan keyakinan nasional, melainkan
dengan kepatuhan pada Vatikan yang terdengar akrab
dengan Partai Tengah yang dulu. Lubang-lubang lain
dalam programnya diisi dengan berbagai klub senapan
pegunungan dan band instrumen tiup; penampilan
keseluruhannya begitu buruk sehingga kau ingin menampar wajah para penipu ini.
Tapi karena pendukung mereka tidak cukup untuk
membuat sebuah pemerintahan yang bisa bekerja,
Nyonya dari Timur itu memiliki kelompok lain yang
terdiri dari anak-anak muda yang kebingungan dan
tanpa tujuan, yang digunakan sebagai maskot mereka
adalah seorang menteri luar negeri yang tak berguna.
Yang lazim bagi semua anggota partai ini adalah fakta
bahwa, dengan setiap pergerakan yang dibuat kaum
muda, kegelisahan dan kurangnya pengalaman mengalir
dari setiap pori-pori mereka. Tak ada orang waras yang
akan memercayakan sekotak paku payung pada para
pengecut seperti ini kalau saja ada bahkan sebuah
petunjuk pun tentang sebuah alternatif. Tapi tak ada satu
pun. Ketika aku merenungkan Demokrasi Sosial, air
mata menggenang di mataku. Aku teringat pada Otto
Wels atau Paul L"be, teman-teman seperjuangan yang
tidak patriotik, para bajingan, tak diragukan lagi, tapi
setidaknya mereka adalah bajingan bermutu tinggi.
Demokrasi Sosial di masa sekarang dipimpin oleh sebuah
agar-agar yang ambisius dan seekor babon borjuis kecil.
Siapa pun yang mencari keselamatan politik lebih lanjut
158 HITLER BANGKIT LAGI ke kiri ditinggalkan sama sekali. Tak seorang pun di sayap
kiri yang tahu bagaimana memukulkan sebuah gelas bir
besar ke tengkorak lawan politik mereka; pemimpin dari
kandang babi ini lebih peduli pada lapisan cat di mobil
sportnya ketimbang kebutuhan para pendukungnya.
Satu-satunya cahaya terang dalam seluruh kekacauan
demokratis ini adalah sebuah partai hebat yang memiliki nama "Hijau". Partai ini juga memiliki para
aktivis perdamaian yang bebal dan tak berpengalaman,
tapi bahkan pergerakan kami perlu membubarkan
S.A. mereka pada 1934"sebuah urusan yang tak menyenangkan tapi perlu, di mana kami tidak benarbenar meraih seluruh kemenangan, tapi tak ada
ruang untuk R"hm dalam rencana kami. Tidak, apa
yang setengah memuaskan tentang "Hijau" ini adalah
bahwa mereka memiliki akar yang dalam, meskipun
N.S.D.A.P. pada masa jayanya tidak mungkin menyadari
keberadaan mereka; meski begitu, aku menganggap
mereka mengagumkan. Setelah perang, industrilisasi dan
motorisasi besar-besaran telah menyebabkan kerusakan
yang luas pada bumi, udara, tanah, dan Volk. "Hijau"
telah bertekad untuk melindungi lingkungan Jerman,
termasuk gunung-gunung Bavaria yang sudah sangat
kucintai, di mana hutan-hutan Jerman jelas menderita
kerusakan besar. Penolakan mereka terhadap energi
atom, yang mampu melakukan hal-hal menakjubkan,
jelas tak masuk akal, dan sangat patut disesalkan karena
akibat insiden di Jepang hampir semua partai kini
memutuskan untuk menolaknya, dengan demikian kehilangan akses terhadap material-material nuklir yang
bisa dijadikan senjata. Namun bagaimanapun juga, dari
159 TIMUR VERMES sudut pandang militer, republik ini sudah tak punya
harapan. Selama beberapa dekade daftar berbagai kegagalan
politik ini telah menurunkan kekuatan tentara terhebat
di dunia, sedemikian rupa sehingga orang akan tergoda
untuk membariskan mereka di tembok. Tentu saja, aku
telah berulang-ulang menasihati bahwa kita jangan
pernah menghabisi Timur untuk selamanya, bahwa
elemen konflik tertentu harus tetap ada, bahwa sebuah
Volk yang sehat membutuhkan perang setiap dua
puluh lima tahun untuk memperbarui darah mereka.
Tapi apa yang terjadi di Afghanistan bukanlah konflik
berkelanjutan untuk menggembleng pasukan; itu benarbenar merupakan sebuah lelucon. Kecilnya jumlah
korban yang patut diteladani"seperti yang sudah
kuduga pada mulanya"bukanlah hasil keunggulan
teknologi yang masif, tapi karena fakta bahwa sejak awal
kita hanya mengirimkan sedikit orang di sana. Sekilas
orang bisa melihat bahwa, secara militer, keseluruhan
urusan ini sangat meragukan; jumlah pasukan yang


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikirim tidak dihitung berdasarkan tujuan tertentu,
tapi"menurut tradisi parlementer terbaik"untuk menghindari ketidakpuasan baik rakyat maupun "sekutu" kita.
Seperti bisa diduga, ia justru gagal dalam keduanya.
Satu-satunya hasil dari petualangan ini adalah bahwa
kematian heroik prajurit, cara paling terhormat seorang
lelaki mengakhiri hidupnya, praktis telah dihilangkan.
Upacara pemakaman diselenggarakan ketika yang justru
lebih tepat diadakan adalah pesta perayaan; sekarang
Volk Jerman menganggap bahwa hal yang paling normal
di dunia adalah para prajurit kembali ke rumah dari
160 HITLER BANGKIT LAGI medan pertempuran, dan lebih baik lagi, tanpa terluka!
Hanya satu hal yang memuaskan: Yahudi Jerman
tetap musnah, bahkan setelah enam puluh tahun.
Sekitar 100.000 orang Yahudi yang tersisa, seperlima
dari angka pada 1933"penyesalan publik atas fakta ini
sekadarnya, yang bagiku tampak benar-benar logis, tapi
tidak sepenuhnya bisa diprediksi. Mengingat kehebohan
yang menyertai hilangnya lahan hutan Jerman, orang
mungkin membayangkan bahwa sejenis "reboisasi"
bangsa Semit juga mungkin terjadi. Namun sejauh
yang aku ketahui, permukiman-permukiman baru dan
restorasi nostalgis terhadap masa lalu, terutama yang
dicintai di mana persoalannya terkait dengan gedunggedung (seperti Church of Our Lady dan gedung opera
di Dresden), gagal diwujudkan.
Tak diragukan lagi, penciptaan negara Israel telah
melepaskan beban hingga batas tertentu. Penempatan
posisi negara ini oleh mereka di tengah bangsa-bangsa
Arab adalah sebuah gerakan yang sungguh bijaksana,
karena ini berarti bahwa selama berpuluh-puluh dan
beratus-ratus tahun semua pihak yang terlibat akan
terus sibuk dengan satu sama lain. Konsekuensi dari
kemuduran orang-orang Yahudi"pastinya kemunduran
yang tidak disengaja"adalah apa yang disebut keajaiban ekonomi. Penulisan sejarah demokratis telah
menganggap si gemuk Erhard dan antek-antek InggrisAmerikanya yang menyebabkan ini, tapi orang normal
mana pun bisa melihat bahwa kemakmuran ini berjalan
seiring dengan menghilangnya parasit-parasit Yahudi.
Jika kau masih menolak untuk memercayai ini, kau hanya
perlu melihat dengan cermat pada bagian timur negeri
161 TIMUR VERMES ini, di mana selama berpuluh-puluh tahun mereka"
betapa bebalnya!"telah secara khusus mengimpor
Bolshevisme dan ajaran-ajaran Yahudinya.
Barangkali kita sebaiknya membiarkan saja segerombolan kera yang bobrok menjalankan negara ini;
mereka akan melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Yang disebut reunifikasi tidak membawa perbaikan apa
pun; paling banter orang memiliki kesan bahwa kera-kera
ini telah ditukar dengan kera-kera lain. Ada sepasukan
pengangguran, jutaan jumlahnya, dan sebuah kemarahan
tanpa suara dalam masyarakat, ketidakpuasan terhadap
keadaan yang berlangsung, yang mengingatkanku pada
1930, kecuali bahwa pada masa itu kita tidak memiliki
frasa yang sangat tepat untuk menyebut "apatisme
politik?"ini menyiratkan bahwa terdapat batasan
bagi muslihat yang bisa digunakan seseorang untuk
membohongi sebuah Volk seperti bangsa Jerman.
Dengan kata lain, kondisinya benar-benar sempurna
bagiku. Begitu sempurna sehingga aku langsung memutuskan untuk memeriksa situasi internasional secara
lebih rinci. Sayangnya, aku tertahan dari penelitianku
ini oleh sebuah komunikasi yang mendesak. Seseorang
yang tak kukenal berpaling padaku membawa sebuah
masalah militer, dan karena aku tidak punya negara
untuk diperintah aku memutuskan untuk memberikan
dukungan pada kameradku itu. Jadi, aku menghabiskan
tiga setengah jam berikutnya terlibat dalam latihan
angkatan laut bernama Minesweeper.
162 Empat Belas alam keadaan seperti ini aku bisa mendengar
koor para peragu Reich yang melolong, "Bagaimana mungkin sang F"hrer dari gerakan Sosialis
Nasional bisa mengambil bagian dalam siaran televisi
yang menampilkan seorang Ali Gagmez?" Dan aku
bisa memahami dengan baik berbagai keraguan ini
seandainya mereka termotivasi oleh pertimbanganpertimbangan artistik, karena seni yang hebat tidak
boleh dinodai politik. Bagaimanapun juga orang tidak
akan pernah berusaha menghiasi lukisan Mona Lisa,
bahkan tidak dengan sebuah swastika. Namun ocehan
tak karuan seorang emsi"dan Herr Gagmez tidak
lebih dari itu"tidak pernah bisa digolongkan ke dalam
ekspresi budaya tinggi, bahkan sebaliknya. Namun,
seandainya berbagai keraguan itu dipicu oleh ketakutan
bahwa kepentingan nasional mungkin mengalami
kerugian karena disajikan dalam lingkungan yang begitu
inferior, aku harus membantah anggapan ini dengan
mengatakan bahwa ada hal-hal yang tak bisa dipahami
163 TIMUR VERMES atau dinilai oleh kebanyakan orang sekadar dengan
menggunakan penalaran mereka. Ini adalah salah satu
dari berbagai masalah di mana rakyat harus percaya
pada F"hrer mereka. Di sini aku harus mengakui bahwa diriku sedang
berusaha di tengah-tengah sedikit kesalahpahaman.
Saat itu, aku masih berasumsi bahwa Madame Bellini
dan aku akan bekerja sama untuk menerapkan
programku demi kebaikan yang lebih besar bagi bangsa
Jerman. Sebenarnya, yang pernah dibicarakan Madame
Bellini adalah program panggungku. Dan persis inilah
contoh lain betapa bakat bawaan yang murni"insting
sang F"hrer"jauh lebih unggul dalam memperoleh
pengetahuan. Sementara sang ilmuwan dengan berbagai
perhitungan yang dilakukannya dengan susah payah,
atau sang anggota parlemen yang sangat ambisius,
terlalu mudah teralihkan perhatiannya oleh pelbagai
detail superfisial, dia yang terpilih merasakan panggilan
bawah sadar dari sang takdir, bahkan meski sebuah nama
seperti Ali Gagmez mungkin muncul untuk membantah
hal ini. Dan aku benar-benar yakin bahwa takdir telah
ikut campur sekali lagi, seperti yang ia lakukan dulu
pada 1941 ketika serangan awal di musim dingin yang
sangat berat menghentikan serangan kami ke Rusia
sebelum kami bisa masuk terlalu jauh, dengan demikian
memberi kami kemenangan. Atau misi itu akan tuntas seandainya para jenderalku
yang tidak kompeten... Tapi aku tidak akan mengingat-ingat hal ini lagi.
Lain kali aku akan melaksanakannya dengan sangat
berbeda, dengan sebuah staf jenderal yang setia dan
164 HITLER BANGKIT LAGI berbakti, yang dilahirkan dan dibesarkan dalam pasukan
SS-ku. Maka ini akan menjadi permainan anak-anak.
Di sisi lain, dalam kasus Gagmez, takdir menggunakan
kesalahpahaman untuk mempercepat keputusanku.
Karena aku akan tetap tampil dalam siarannya"biarlah
para penjaja mencatat hal ini"meskipun aku sudah
tahu hakikat sebenarnya produk yang sedang dijajakan.
Tapi hanya setelah pemikiran lebih panjang, yang
barangkali sudah merampas kesempatan ini dariku.
Dulu, aku menyatakan dengan cukup jelas kepada
Goebbels bahwa aku siap memerankan orang bodoh jika
itu memungkinkanku mencuri perhatian orang-orang
Jerman. Kau tidak akan meyakinkan satu orang pun
jika tak ada yang mendengarkanmu. Dan si Gagmez itu
telah menghadirkan untukku penonton yang jumlahnya
ratusan ribu. Dari sebuah perspektif kritis, Gagmez adalah salah
satu dari "para seniman" yang hanya bisa dilahirkan oleh
sebuah demokrasi borjuis. Perkawinan campuran telah
memadukan sebuah tampilan selatan, bahkan Asia,
dengan bahasa Jerman lisan yang sempurna, meskipun
dinodai dengan dialek yang mengerikan. Kombinasi ini
tampaknya menjadi hal paling dibutuhkan yang membuat
penampilan Gagmez menjadi mungkin. Ini serupa dengan
para aktor kulit putih di Amerika yang menghitamkan
diri mereka sendiri untuk mendapatkan peran sebagai
orang-orang negro yang lugu. Kesejajarannya sangat
mencolok, hanya saja dalam kasus ini hidangan yang
ditawarkan bukan lelucon negro, tapi lelucon tentang
orang-orang asing. Lelucon ini tampaknya sangat diminati sehingga sejumlah komedian rasis kini sibuk
165 TIMUR VERMES menjalankan bisnis mereka. Ini tak bisa dipahami. Di
mataku lelucon-lelucon tentang ras atau orang-orang
asing adalah sebuah kontradiksi dalam dirinya sendiri.
Sebuah gurauan yang diceritakan kepadaku oleh seorang
kamerad pada 1922 mungkin bisa mengilustrasikan
poin ini: Dua veteran bertemu. "Jadi, di mana kau terluka?" salah satu dari mereka
bertanya. "Di perang Dardanelles," kata yang lain.
"Ooh, itu pasti menyakitkan!" yang pertama menjawab.
Sebuah kesalahpahaman yang jenaka, yang bisa dipahami setiap prajurit tanpa terlalu banyak kesulitan.
Dan dengan mengganti tokoh-tokohnya, kita bisa
mengubah tingkatannya menjadi gurauan yang lucu
dan bahkan mencerahkan. Ini bisa diperbesar jika,
misalnya, peran si interogator diambil oleh seseorang
yang dikenal kejam, seperti Roosevelt atau BethmannHollweg. Sendainya, di lain pihak, kita berasumsi bahwa
penanya tanpa otak itu adalah seekor ngengat, humornya
hilang seketika, karena setiap pendengar akan bertanya,
"Bagaimana bisa seekor ngengat tahu di mana letak
Dardanelles?" Seorang idiot yang melakukan hal-hal idiot tidaklah
lucu. Sebuah lelucon yang bagus membutuhkan elemen
kejutan untuk menguraikan efek didaktisnya secara
lengkap. Bagaimana lelucon bahwa seorang Turki
itu tolol bisa dianggap sebagai kejutan" Tentu saja,
seandainya ada lelucon tentang seorang Turki yang
memainkan peran seorang ilmuwan brilian, maka
166 HITLER BANGKIT LAGI keabsurdan ini sendiri akan menimbulkan tawa. Tapi
baik Herr Gagmez, ataupun kolegannya yang lain, tidak
menuturkan lelucon seperti ini. Apa yang tampaknya
sangat popular dalam bidang ini adalah anekdot tentang
orang asing tak terdidik yang tersandung-sandung
dalam permainan lompat tali. Kemunafikan demokratis
yang lazim dalam masyarakat "liberal" ini jelas terlihat:
sementara memulas semua orang asing dengan kuas yang
sama umumnya dianggap buruk"dan karena itu para
komedian politik Jerman harus memilah-milah tanpa
henti beragam jenis yang berbeda"Gagmez dan temantemannya yang meragukan bisa mencampuradukkan
orang-orang India, Turki, Polandia, Yunani, Italia sekaligus.
Aku benar-benar bahagia dengan pendekatan ini,
bahkan lebih dari bahagia. Seandainya Herr Gagmez
menikmati jumlah penonton yang besar, ini akan menjamin bahwa aku juga akan menerima perhatian yang
besar. Lagi pula, berdasarkan sifat lelucon-leluconnya
aku bisa mengandaikan dengan yakin bahwa para
penonton ini sebagian besar terdiri dari orang-orang
Jerman berdarah murni. Sayangnya, bukan karena para
penonton Jerman mungkin memiliki rasa kesadaran
nasional tertentu, tapi karena orang-orang Turki adalah
orang yang sederhana dan bangga, yang mungkin
juga senang menonton olok-olok sesungguhnya, dengan semua badut-badut itu, tapi mereka tidak suka
diceramahi dan diejek oleh para emigran Turki. Orang
Turki perlu yakin bahwa dirinya mendapatkan respek
dan penghargaan dari dunia di sekelilingnya, dan ini
bertentangan dengan memerankan orang bodoh.
167 TIMUR VERMES Menurut pendapatku bentuk humor ini menyedihkan
sekaligus tak bermakna. Jika ada tikus di dalam rumahmu, kau tidak memanggil badut, kau memanggil
pemberantas hama. Tapi seandainya itu yang perlu
dilakukan maka penting bagiku untuk menunjukkan
dari penampilan perdanaku bahwa seorang Jerman yang
tulus tidak perlu antek-antek asing untuk membantunya
membuat lelucon tentang berbagai ras yang inferior.
Ketika aku tiba di studio, aku didekati oleh seorang
perempuan muda. Ia memiliki fisik yang begitu atletis
sehingga orang mungkin berpikir ia dari sebuah unit
pendukung, tapi sejak pengalamanku dengan gadis
"zlem itu, aku memutuskan untuk lebih berhati-hati.
Perempuan muda itu dililit kabel hingga ke kepala,
mengenakan sesuatu di mulutnya yang pasti sejenis
mikrofon, dan memberi kesan bahwa ia berjalan langsung dari pusat kontrol Luftwaffe.
"Halo," katanya, mengulurkan tangannya. "Aku Jenny.
Dan Anda pasti..." ia agak bimbang, "Adolf...?"
Untuk sesaat aku bertanya-tanya apa yang harus
kulakukan dengan sikap akrab yang langsung bahkan
janggal ini, tapi tak seorang pun kelihatan terkejut.
Sebenarnya ini adalah pertemuan pertamaku dengan
jargon industri televisi. Seperti yang muncul kemudian,
orang-orang di sini ternyata yakin bahwa pengalaman
penyiaran sama dengan perjuangan yang lazim di
parit-parit perlindungan, dan bahwa mulai sekarang
orang berada dalam persaudaraan para veteran yang
anggota-anggotanya bersumpah setia satu sama lain
hingga kematian, atau setidaknya hingga acara tertentu
dihentikan. Awalnya aku merasakan pendekatan se168
HITLER BANGKIT LAGI macam ini tidak pantas, tapi untuk membuatnya lebih
bisa diterima, orang harus mempertimbangkan bahwa
generasi Jenny tidak pernah punya pengalaman hidup di
medan pertempuran. Aku berniat untuk mengubah hal
ini di masa depan, tapi untuk sementara aku memutuskan
untuk menghadapi sikap akrab juga dengan sikap akrab
dan untuk menenangkannya aku berkata pada anak


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muda ini, "Kau bisa memanggilku Paman Wolf."
Ia mengernyit sebentar dan kemudian berkata, "Oke,
Herr... maksudku... Paman... silakan ikut aku untuk
make-up." "Tentu saja," kataku, mengikutinya melewati ruang
siaran, sementara dia menekan mikrofon ke mulutnya
dan berkata, "Elke, kami datang." Kami menyusuri beberapa koridor tanpa berkata-kata.
"Apakah Anda pernah di televisi sebelumnya?" ia
bertanya. Aku mendapat kesan bahwa dia agak pendiam
bersamaku. Aku kira ia terpesona dengan aura F"hrer.
"Dalam beberapa kesempatan," kataku. "Tapi sudah
agak lama." "Tentu saja," katanya. "Mungkin aku pernah melihatmu dalam sebuah acara sebelumnya?"
"Aku rasa tidak," kataku. "Di sini juga, di Berlin, di
Stadion Olimpiade." "Apakah Anda yang jadi pembuka untuk Mario
Barth?" "Apa?" aku bertanya, tapi ia tampaknya tidak lagi
mendengar. "Anda langsung menarik perhatianku, parodiparodimu brilian. Aku rasa mengagumkan bahwa Anda
bisa menyiapkan semuanya sekaligus. Tapi Anda akan
169 TIMUR VERMES melakukan hal yang berbeda sekarang, "kan?"
"Sesuatu... yang sungguh berbeda," kataku dengan
ragu-ragu. "Saat untuk main-main sudah lama berlalu..."
"Kita sudah sampai," Fr"ulein Jenny berkata, membuka sebuah pintu yang di baliknya ada sebuah meja
rias. "Aku akan meninggalkanmu di tangan Elke. Elke,
ini... mmm... Paman Rolf."
"Wolf," aku mengoreksinya. "Paman Wolf."
Elke, seorang perempuan berpenampilan rapi yang
berusia sekitar empat puluh tahun, mengerutkan alisnya,
melihat padaku dan kemudian pada catatan yang ada di
sebelah kosmetikanya. "Aku tidak melihat nama Wolf di
sini. Daftarku mengatakan aku seharusnya menangani
Hitler sekarang," katanya tersenyum. Kemudian ia
mengulurkan tangannya padaku dan berkata, "Namaku
Elke. Siapa namamu, darling...?"
Di sini sekali lagi ada persahabatan nan akrab
yang lazim di dalam parit-parit, meskipun Frau Elke
tampak sedikit terlalu tua untuk Paman Wolf. Jadi aku
memutuskan: "Herr Hitler."
"Baiklah kalau begitu, Herr Hitler," kata Frau Elke.
"Ambil kursi, sayang. Ada permintaan khusus" Atau aku
hanya mengerjakan apa yang menurutku cocok?"
"Aku percaya penuh padamu," kataku, sambil duduk.
"Bagaimanapun juga, aku tidak bisa mengurus segalanya
sendiri." "Kau tidak salah," kata Frau Elke, memasangkan
jubah pelapis untuk melindungi seragamku. Kemudian
dia mengamati wajahku. "Kau memiliki kulit yang menakjubkan, manis," katanya, sambil mengambil wadah
bedak bubuk. "Banyak orang seusiamu tidak minum
170 HITLER BANGKIT LAGI dengan cukup. Kau harus melihat kulit wajah beberapa
orang lain yang kutangani di sini..."
"Aku suka minum banyak air murni," kataku, "Yang
menghancurkan semangat ras kita adalah puncak sikap
tak bertanggung jawab."
Frau Elke mendengus, mengubur ruangan kecil ini
dan kami berdua dalam awan bedak yang besar. "Maaf
soal ini, say," katanya. "Aku akan membersihkannya
dalam sekejap." Kemudian ia menyedot habis awan itu
dan membersihkan celana seragamku dengan sebuah
perangkat pengisap kecil. Ketika ia menyapu debu di
rambutku, pintu terbuka. Di cermin aku bisa melihat Ali
Gagmez masuk ruangan. Ia terbatuk-batuk.
"Apakah mortir asap bagian dari acara?" ia menyeringai.
Tidak," kataku. "Ini kesalahanku," kata Frau Elke. "Tapi sebentar lagi
dia akan sempurna." Aku suka itu. Tak ada perkataan
berbelit-belit, tak ada alasan, hanya sebuah pengakuan
yang teguh akan kesalahan seseorang, dan janji untuk
memperbaikinya sendiri. Aku tak pernah gagal merasa
bahwa hal ini memuaskan, bahwa selama beberapa
dekade keturunan ras Jerman tidak pernah benar-benar
tenggelam dalam sup genetik demokrasi.
"Luar biasa," Gagmez berkata, mengulurkan
tangannya. "Aku dengar dari Frau Bellini bahwa kau
mengungkapkan petasan-petasan ini. Aku Ali."
Aku mengeluarkan tanganku yang tidak terkena
bedak dari balik jubah pelindung dan menjabat
tangannya. Luncuran pertikel kecil berhamburan dari
rambutku. 171 TIMUR VERMES "Senang bertemu Anda. Hitler."
"Jadi" Apa yang terjadi, kawan" Segalanya oke?"
"Aku rasa begitu. Frau Elke?"
"Aku hampir selesai, sayang," Frau Elke berkata.
"Seragam yang hebat," kata Gagmez. "Benar-benar
terlihat autentik! Di mana kau menemukan bendabenda semacam itu?"
"Nah, urusannya tidak sesederhana itu," kataku, memikiran beberapa hal. "Beberapa kunjunganku terakhir
biasanya ke Josef Landolt di Munich."
"Landolt," Gagmez merenung. "Tak pernah mendengar nama itu. Tapi Munich... itu pasti dengan Pro
Sieben. Mereka memiliki beberapa desainer kostum
jempolan." "Aku rasa dia sudah pensiun saat ini," kataku.
"Aku bisa melihat bahwa ini akan berhasil dengan
brilian"kau dengan karya Nazimu, dan aku. Meski
pertunjukan Nazi tidaklah benar-benar baru."
"Lalu?" aku bertanya dengan curiga.
"Tidak, yakinlah, bagaimanapun juga ini akan menjadi hebat," katanya. "Selalu begitu. Tak ada masalah,
kawan. Semuanya sudah pernah dilakukan sebelumnya...
Aku memperoleh pertunjukan tentang orang asing di
New York, semuanya penuh kemarahan pada tahun
sembilan puluhan. Dari mana kau mendapatkan materi
F"hrer-mu?" "Dari rakyat Jerman, pada akhirnya."
Gagmez tertawa. "Bellini benar, kau sungguh-sungguh
membawa peranmu sepanjang waktu. Oke, sobat, sampai
nanti. Apakah kau membutuhkan sebuah isyarat"
Haruskah aku memulai sebuah subjek tertentu sebelum
172 HITLER BANGKIT LAGI aku memperkenalkanmu?"
"Itu tidak perlu," kataku.
"Aku tidak bisa melakukan itu," kata Gagmez.
"Kau tahu, tanpa sejenis naskah. Aku pasti akan dapat
masalah besar. Tapi aku tidak pernah benar-benar punya
waktu untuk improvisasi... Ngomong-ngomong, sobat"
sampai nanti." Dan ia meninggalkan ruangan.
Sebenarnya aku mengharapkan instruksi lebih lanjut.
"Sekarang apa?" aku bertanya pada Frau Elke.
"Pikirkanlah hal itu," ia tertawa. "Aku pikir sang
F"hrer sudah tahu ke mana dia harus pergi."
"Tak ada perlunya bersikap arogan," aku memarahinya. "Sebagai sang F"hrer Reich Jerman, urusanku adalah
menjalankan persoalan negara, bukan tur murahan."
Sembari mengeluarkan sebuah dengusan ia segera
menjauhkan bedak itu dari hidungnya. "Kau tak bisa
mengenaiku kali ini," katanya, terdengar agak lebih
tenang. Ia menunjuk ke sebuah sudut ruangan. "Lihat
itu" Kau bisa mengikuti programnya dari layar itu. Ada
banyak layar seperti itu di sekitar sini, di ruang ganti
dan di kantin. Jenny akan datang menjemputmu, untuk
memastikan kau masuk tepat waktu."
Program tersebut persis seperti yang kuduga,
karena aku telah melihat dan mendengarnya. Gagmez
menyajikan beberapa potongan film di mana ia
tampil sebagai seorang Polandia atau seorang Turki
dan menerjemahkan berbagai keburukan mereka ke
dalam pertunjukan panggung. Orang ini jelas bukan
Charlie Chaplin, tapi ternyata itu tidak buruk. Penonton
memberikan sambutan simpatik pada tindakan konyolnya, dan kita bisa mengatakan bahwa setidaknya
173 TIMUR VERMES penampilannya memiliki sebuah kesadaran politik pada
intinya, jika kita merentangkan konsep ini cukup jauh.
Yang berarti tak diragukan lagi bahwa apa yang akan
aku katakan akan jatuh di lahan yang subur.
Serah terimanya berlangsung dengan sebuah frasa
yang tetap, yang diucapkan Gagmez tanpa basa-basi:
"Dan sekarang, sebuah pertunjukan terkini dari Adolf
Hitler." Dan demikianlah, untuk pertama kalinya aku
melangkah ke luar dari bagian sayap dan masuk dalam
silaunya lampu sorot. Seolah aku kembali ke Sportpalast
setelah bertahun-tahun penderitaan di negeri orang.
Panas dari cahaya lampu itu membakar kulitku, aku
bisa melihat wajah-wajah muda di antara penonton.
Mungkin ada beberapa ratus orang, mewakili puluhan
ribu, ratusan ribu, yang duduk di depan televisi mereka.
Inilah masa depan Reich, inilah orang-orang yang di
atas pundak mereka aku akan membangun Jermanku.
Aku bisa merasakan ketegangan dalam diriku, juga
kegembiraan. Jika aku pernah menyimpan keraguan,
semuanya hilang dalam kegairahan puja-puji ini. Aku
terbiasa bicara selama berjam-jam terus-menerus; kini
aku hanya punya lima menit.
Aku melangkah ke podium dan berdiri di sana tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.
Pandanganku beredar dari satu sisi studio rekaman
ke sisi lain. Aku mendengar keheningan, ingin mengetahui apakah berpuluh-puluh tahun demokrasi, seperti
yang sudah kuduga, hanya meninggalkan sedikit hal
selain jejak-jejak samar dalam jiwa-jiwa muda ini.
Gelak tawa pecah di kalangan penonton ketika namaku
diumumkan, tapi tawa itu cepat mereda; kehadiranku
174 HITLER BANGKIT LAGI secara fisik menyebabkan kediaman di seluruh kerumunan penonton. Dari ekspresi mereka, aku bisa
melihat bahwa mereka berusaha membandingkan raut
mukaku dengan wajah para penghibur profesional yang
mereka kenal; aku bisa melihat ketidakpastian yang
dipicu oleh tak lebih dari sekadar kontak mata dalam
keheningan yang senyap itu. Kecemasaku akan adanya
gangguan tidak berdasar"bahkan interupsi pada setiap
pertemuan di Hofbr"ukeller lebih besar jumlahnya.
Aku bergerak maju dan menyiapkan diri untuk
berbicara, namun kemudian hanya menyilangkan
lenganku"seketika level kebisingan turun jauh hingga
seratus kali. Jauh di sudut mataku, aku bisa melihat
Gagmez sang pencinta seni mulai berkeringat ketika
ia menyaksikan tampaknya tak ada yang terjadi. Aku
segera menyadari bahwa pria ini takut akan keheningan,
dan tidak tahu apa pun tentang kekuatannya. Alis
matanya berkerut meringis, seolah-olah aku melupakan
naskahku. Seorang asisten berusaha memberiku tanda, mengetuk-ngetuk jam tangannya dengan marah. Aku
bahkan memperlama keheningan dengan secara perlahan mengangkat kepalaku. Ketegangan di ruangan
itu jelas terasa, seperti kegelisahan Gagmez. Aku
menikmatinya. Aku biarkan udara mengalir ke dalam
paru-paruku, tegak dan memecahkan keheningan
dengan suara yang nyaris tak terdengar. Ketika semua
orang mencoba mendengar ledakan kanon, sebuah
peniti yang jatuh bisa terdengar.
"Saudara sebangsaku orang-orang Jermanku!
Apa yang aku, 175 TIMUR VERMES apa yang kita baru saja lihat dalam sejumlah pertunjukan,
adalah sepenuhnya benar. Benar bahwa orang Turki tidak memiliki kejeniusan yang
kreatif dan tidak juga ia akan pernah memilikinya.
Benar bahwa ia adalah seorang pedagang keliling
seorang penjaja seorang penjual yang kemampuan intelektualnya
jarang melewati kemampuan intelektual
salah satu dari kerabat kita.
Benar bahwa orang India adalah seorang tukang ngomel
dibingungkan oleh agamanya.
Benar bahwa hubungan antara Polandia dan properti
telah dihancurkan untuk selamanya! Ini semua adalah kebenaran-kebenaran umum,
yang nyata bagi setiap orang Jerman,
laki-laki atau perempuan,
yang tidak membutuhkan 176 HITLER BANGKIT LAGI penjelasan lebih jauh. Namun, adalah sebuah aib bagi bangsa kita
bahwa di sini, di tanah Jerman, hanya seorang Turki! pengikut gerakan kita
berani mengatakan hal-hal ini
dengan lantang.

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saudaraku sebangsa, orang-orang Jerman,
menyaksikan negeri kita hari ini,
ini tidaklah mengherankan.
Orang-orang Jerman sekarang
memilah-milah sampah mereka dengan lebih
cermat ketimbang ras mereka, dengan satu pengecualian.
Di ranah humor. Di sini, hanya orang Jerman yang berkelakar tentang orang
Jerman, Orang Turki bergurau tentang orang Turki.
Tikus rumah bercanda tentang tikus rumah
dan tikus lapangan membuat lelucon tentang tikus
lapangan. Ini harus berubah dan ini akan berubah. Mulai hari ini, pada 22.45,
tikus rumah akan bercanda soal tikus lapangan,
177 TIMUR VERMES luwak tentang rusa, dan orang Jerman tentang orang Turki.
Dan dengan demikian aku benar-benar sependapat dengan kritik tentang
orang-orang asing yang dinyatakan oleh pembicara sebelumnya."
Aku melangkah mundur. Keheningan yang terjadi begitu mengherankan.
Aku melangkah turun panggung. Masih tak ada
suara dari para penonton. Madame Bellini sedang membisikkan sesuatu di telinga seorang kolega. Aku berdiri
di sampingnya dan mengamati penonton sekali lagi.
Mata orang-orang bingung; pandangan mereka menyisir
panggung mencari sesuatu yang disorot, kemudian
kembali ke meja presenter. Gagmez duduk di sana,
mulutnya mengangga dan mengatup seperti sebuah
boneka ketika ia berusaha untuk menemukan dialog
jenaka untuk menutup acara itu. Ini adalah pertunjukan
impotensi secara mencolok yang memunculkan ledakan tawa penonton. Tidak tanpa kepuasan saat aku
menyaksikan ketidakberdayaannya yang sempurna,
yang akhirnya mereda dalam ketidakpedulian. "Sampai
jumpa di acara berikutnya"kembali saksikan kami."
Madame Bellini berdeham. Ia tampak tak yakin, jadi aku
memutuskan untuk menenangkannya.
"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan," kataku
kepadanya. "Oh?" katanya. "Kau tahu sekarang?"
"Tentu," aku menjawab. "Hal yang sama pernah terjadi padaku. Kami telah menyewa gedung Circus Krone
178 HITLER BANGKIT LAGI dan tidak jelas apakah...!"
"Permisi," kata Madame Bellini. "Itu teleponku."
Ia menyendiri ke sebuah sudut di daerah belakang
panggung dan meletakkan telepon selulernya di telinga. Ia tampak tidak suka dengan apa yang sedang
dikatakan. Ketika aku berusaha melihat ekspresinya
aku merasakan sebuah tangan di seragamku. Gagmez
memegang kerahku. Wajahnya telah kehilangan semua
keceriaannya tadi. Ketika ia mendorongku ke set dan
mendesis kepadaku melalui gigi yang digertakkan, sekali
lagi aku menyadari dengan sangat menyakitkan betapa
aku merindukan SS-ku. "Apa yang kau pikir sedang kau mainkan, kau bangsat
tolol" Kau dan persetujuanmu dengan pembicara
sebelumnya bisa enyah dari sini!"
Di balik bahunya aku melihat beberapa penjaga berlari
terburu-buru ke arah kami. Gagmez mendorongku ke
dinding lagi, kemudian melepaskanku. Wajahnya ungu.
Kemudian ia berbalik dan berteriak, "Apa sebenarnya
yang sedang terjadi di sini" Aku kira bangsat ini akan
melakukan lelucon Nazi-nya!" Ia menoleh pada Sawatzki
si Pemesan Hotel dan, tanpa mengurangi volumenya,
berkata, "Di mana Carmen" Di" Mana" Carmen?"
Pucat tapi tak melemah, Madame Bellini bergegas.
Aku bertanya-tanya apakah aku bisa mengandalkan
kesetiaannya, tapi tidak bisa mencapai sebuah kesimpulan definitif. Ia melambaikan tangannya dalam upaya
meredakan situasi dan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi tak ada kata-kata yang keluar.
"Akhirnya! Carmen! Itu tadi sebuah kekacauan besar.
Apakah kau melihatnya" Apakah kau benar-benar
179 TIMUR VERMES melihatnya dengan baik" Di mana kau menemukan
bangsat ini" Kau mengatakan aku akan menampilkan
pertunjukanku tentang orang asing dan dia akan
mengikutinya dengan omong kosong Nazi. Kau
mengatakan dia tidak akan sepakat denganku. Dia
akan berpura-pura sangat tegang tentang orang-orang
Turki di televisi dan omong kosong semacam itu! Dan
sekarang ini! Apa maksudmu dengan "pengikut gerakan
kita?" Gerakan sialan apa" Dan bagaimana aku menjadi
seorang pengikut" Apa yang harus aku lakukan setelah
ini?" "Aku telah katakan kepadamu ia agak berbeda," kata
Madame Bellini. Ia memperoleh kembali ketenangannya
dengan kecepatan yang mengagumkan.
"Aku tak peduli," Gagmez berbusa-busa. "Biarkan
aku mengatakan kepadamu saat ini: Aku mau bangsat
ini keluar dari acaraku sekarang. Ia tidak mengikuti
kesepakatannya. Aku tak akan menampilkan bangsat ini
di seluruh acaraku dan menghancurkannya."
"Tenang," kata Madame Bellini dengan nada yang
sulit dimengerti, yang sekaligus lembut dan energik.
"Acaranya tidak berlangsung seburuk itu."
"Apa semuanya oke?" salah satu petugas penjaga bertanya.
"Baik-baik saja," kata Madame Bellini, menenteramkannya. "Semuanya sudah terkendali. Tenanglah, Ali."
"Aku tidak akan tenang," Gagmez melolong, kemudian menusuk-nusukkan jarinya ke bawah tali
pundakku. "Kau tidak akan menghancurkanku, bung,"
katanya, mengetuk dadaku berulang-ulang dengan
jarinya seperti seekor pelatuk. "Kau pikir kau bisa
180 HITLER BANGKIT LAGI berlenggak-lenggok di sini dengan seragam Hitlermu
yang konyol dan perilaku sialanmu yang oh-begitu-tak
bisa diduga. Tapi biar kukatakan padamu: itu buka hal
baru; itu topi sialan yang usang. Kau seorang amatir.
Apa yang sebenarnya kau pikir kau lakukan di sini" Kau
muncul dan kau pikir sudah mendapatkan semuanya.
Tapi kau tak akan ke mana-mana, bung, kau bisa
mengucapkan selamat tinggal! Jika ada orang di sini
yang mendapatkan pengikuti, itu adalah aku! Ini adalah
penonton-ku, mereka adalah penggemar-ku"jauhkan
tangan kotormu! Kau amatir yang menyedihkan.
Seragammu dan pertunjukanmu"itu semua cuma
kumpulan omong kosong. Dengan kekacauan itu, kau
mungkin bisa melakukannya di tenda bir tua atau klub
senapan, tapi biar kukatakan padamu: kau tak akan
pernah menjadi siapa-siapa."
"Aku tidak perlu," kataku tenang. "Di belakangku ada
jutaan orang Jerman, yang..."
"Hentikan omong kosong itu," Gagmez menjerit.
"Kau tak sedang di televisi sialan sekarang! Kau pikir kau
bisa menipuku" Kau tak akan menipuku! Bukan! Aku!!"
"Tenang, kalian berdua," kata Bellini, kini menaikkan
suaranya. "Pasti, kita perlu membereskan sedikit hal di
sini. Masih ada sedikit penyetelan yang harus dikerjakan.
Tapi tidak begitu buruk. Hanya sesuatu yang baru.
Sekarang, mari kita tenang dan tunggu serta lihat apa
yang dikatakan para kritikus..."
Jika aku pernah merasa yakin mengenai panggilanku
sejak kemunculanku kembali di zaman modern ini,
inilah saatnya. 181 Lima Belas alam masa-masa krisislah seorang F"hrer
sejati muncul. Ketika ia menunjukkan keberanian,
ketekunan, dan tekadnya, meksipun dunia melawannya.
Jika Jerman tidak pernah mempunyai aku, tak seorang
pun akan bergerak memasuki Rhineland pada 1936.
Mereka semua gemetar; tidak ada yang bisa kami lakukan jika musuh memutuskan untuk menyerang. Kami
mempunyai lima divisi yang siaga; sedangkan Prancis
saja memiliki enam kali lipat banyaknya. Namun aku
mengambil risiko. Tak seorang pun berani, dan saat itu
aku memperhatikan dengan cermat untuk melihat siapa
yang berdiri membelaku, dengan kaki mereka atau hati
mereka, bahu membahu, dan pedang di tangan.
Juga dalam masa-masa krisislah takdir menyingkapkan para loyalis sejati. Momen-momen keraguan
itu ketika sebuah upaya berbahaya berhasil menjadi
kesuksesan jika"dan hanya jika"keyakinan fanatik
tetap tidak terpatahkan. Kesempatan ketika orang bisa
mengenali mereka yang tidak memiliki keyakinan se182
HITLER BANGKIT LAGI macam ini, namun menyaksikan keadaan bergulir
dengan ekspektasi yang resah, untuk menentukan di
pihak mana mereka harus bertempur. Sang F"hrer harus
dengan saksama mengamati orang-orang ini. Mekipun
mereka bisa dimanipulasi, kita sama sekali tidak boleh
menggantungkan keberhasilan pergerakan pada mereka.
Sensenbrink adalah salah satu dari jenis mereka.
Sensenbrink mengenakan apa yang pada zaman ini
mungkin disebut sebagai setelan berkualitas tinggi. Ia
berusaha tampil kasual, tapi aku bisa melihat dia pucat;
wajahnya menunjukkan kepucatan seorang penjudi
yang tahu bahwa ia tidak bisa menanggung kekalahan,
atau yang lebih buruk, ia tidak bisa menanggung
momen ketika menjadi jelas bahwa kekalahannya tidak
terelakkan. Orang-orang seperti ini tidak pernah fokus
pada tujuan mereka sendiri, mereka selalu memilih
mengejar tujuan yang menjanjikan sukses paling cepat,
tapi gagal menerima bahwa sukses tidak akan pernah
menjadi milik mereka. Mereka berharap mencapai
sukses, tapi mereka hanya akan mengantarnya, dan
karena mereka merasakan hal ini, mereka takut akan
momen kekalahan ketika menjadi jelas bahwa bukan
hanya kesuksesan bukanlah milik mereka, tapi juga bahkan tidak bergantung pada mereka sebagai pengantar.
Sensenbrink gelisah mengenai reputasinya, bukan
mengenai kepentingan nasional. Benar-benar jelas
bahwa Sensenbrink tidak akan pernah menumpahkan
darah untuk Jerman atau diriku dengan sekumpulan
peluru di luar aula bir di Munich. Sebaliknya: betapa
menawannya ia didampingi Madame Bellini"setiap
orang dengan sebelah mata bisa melihat bahwa di luar
183 TIMUR VERMES kepercayaan dirinya yang pongah, ia adalah orang yang
mengharapkan dukungan moral Madame Bellini. Ini
tidak mengejutkan. Dalam hidupku, aku telah bertemu empat perempuan dominan. Perempuan-perempuan yang tak akan
terpikirkan sebagai pilihan pasangan. Misalnya, kau
mendapat kunjungan Mussolini atau Antonescu. Jika
kau kemudian mengatakan kepada salah satu dari
perempuan-perempuan ini untuk masuk ke ruangan
sebelah dan tidak kembali sampai diminta, kau perlu
yakin itulah yang akan terjadi. Eva melakukan itu, tapi
aku tidak pernah meminta hal itu dari tiga lainnya.
Leni Riefenstahl adalah salah satu dari mereka. Seorang
perempuan hebat, tapi jika aku mengajukan permintaan
itu kepada Leni, ia pasti akan menghantamkan kameranya ke kepalaku! Dan Madame Bellini memiliki kaliber
yang sama dengan kuartet yang patut disegani ini. Aku
rasa tidak seorang pun selain aku memperhatikan betapa
dia juga sadar akan pentingnnya jam-jam ini, menitmenit ini. Tapi"ya Tuhan!"perempuan fantastis ini
memiliki kendali yang luar biasa. Aku memperhatikan
ia mengisap rokoknya lebih dalam dari biasanya, tapi itu
saja. Ia menegakkan tubuhnya yang kurus dan berotot,
ia penuh perhatian, selalu siap memberikan perintahperintah yang membantu, dan reaksinya saksama dan
cepat, seperti serigala yang mengendap-endap. Dan tak
satu uban pun ada di kepalanya; mungkin ia bahkan
lebih muda dari yang kubayangkan, akhir tiga puluhan"
benar-benar sebuah contoh perempuan yang luar biasa!
Aku juga memiliki intuisi bahwa ia merasa kedekatan
Sensenbrink yang tiba-tiba tidak menyenangkan, bukan
184 HITLER BANGKIT LAGI karena dia merasa Sensenbrink membosankan, bukan,
tapi karena ia tidak menyukai ketidakjantanannya, karena
ia merasa bahwa bukannya memberikan kekuatan untuk
membantunya, lelaki itu malah menguras energinya. Aku
merasakan sebuah desakan yang kuat untuk bertanya
padanya bagaimana ia merencanakan menghabiskan
malam itu, dan dengan kepiluan tertentu tiba-tiba aku
teringat pada malam-malam di Obersalzberg. Sering
kami duduk sepanjang malam"bertiga, berempat,
berlima. Kadang-kadang aku bicara, kadang-kadang
tidak. Bahkan, terkadang jam-jam berlalu tanpa kata,
diinterupsi hanya oleh batuk sesekali. Pada waktu-waktu
lain, aku hanya akan mengusap-ngusap anjing. Aku
selalu merasa pertemuan-pertemuan ini lebih kondusif
untuk melakukan perenungan. Segalanya tidak selalu
berjalan mudah; sang F"hrer adalah salah satu dari
sedikit orang di negara ini yang harus meninggalkan
kesenangan bersahaja berupa kehidupan keluarga yang
normal. Dan kehidupan di sebuah hotel seperti kehidupanku
agak kesepian; ini adalah salah satu aspek dari kehidupanku yang paling sedikit berubah selama enam
puluh tahun terakhir. Kemudian terpikir olehku bahwa dalam situasi ini
aku benar-benar harus bertanya pada Madame Bellini,
tapi entah bagaimana rasanya tidak tepat, terlalu
akrab, terutama karena kami belum lama kenal. Aku


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memutuskan untuk menyingkirkan pikiran itu. Di
sisi lain, aku hanya merasa pas menggelar perayaan
kecil untuk menandai kembalinya aku ke kehidupan
publik. Hanya segelas anggur bersoda atau sesuatu yang
185 TIMUR VERMES seperti itu, bukan untukku tentu saja, tapi aku selalu
menikmati ditemani orang lain bersemangat tinggi yang
mengangkat gelas. Pandanganku mendarat ke Sawatzki
si Pemesan Hotel. Matanya berbinar-binar padaku, jelas penuh dengan
penghargaan. Aku tahu pandangan itu, pandangan yang
seharusnya tidak diterjemahkan dengan cara yang salah.
Sawatzki bukan salah satu lelaki yang mengenakan
kemeja S.A, yang ditarik dari tempat tidur R"hm
pada malam itu dan kemudian pada tubuhnya yang
menjijikkan ditembakkan beberapa peluru, menyisakan
satu peluru yang mematikan hingga saat terakhir. Tidak,
Sawatzki menatapku dengan semacam pemujaan tanpa
kata, yang terakhir kusaksikan di Nuremberg pada
ratusan ribu orang yang kuberi harapan. Yang tumbuh di
dunia yang penuh penghinaan dan ketakutan akan masa
depan, sebuah dunia yang dipenuhi para pembual yang
menunda-menunda dan para pecundang perang, yang
melihat tangan kokohku yang akan menuntun mereka,
mereka yang bertekad mengikutiku.
"Jadi," kataku berjalan mengikuti Sawatzki. "Apakah
kau menikmatinya?" "Tak bisa dipercaya," kata Sawatzki. "Benar-benar
impresif. Aku telah menyaksikan Ingo Appelt, tapi ia
payah dibandingkan Anda. Anda punya keberanian.
Apakah Anda benar-benar tak peduli pada apa yang
dipikirkan orang tentang diri Anda?"
"Sebaliknya, anak muda," kataku. "Aku akan menyuarakan kebenaran. Dan mereka harus berpikir: Ini
adalah seeorang yang menyuarakan kebenaran."
"Dan" Itukah yang sedang mereka pikirkan sekarang?"
186 HITLER BANGKIT LAGI "Tidak. Tapi mereka sekarang berpikir dengan cara
yang berbeda dari sebelumnya. Dan hanya itu yang perlu
dicapai seseorang. Pengulangan yang berkelanjutan akan
mengurus sisanya." "Ya," kata Sawatzki, "tapi ulangannya pada Minggu
pagi pukul sebelas, jadi kukira itu tidak akan membuat
banyak percikan." Aku memberinya pandangan kosong. Sawatzki berdeham, kemudian berkata, "Ikut aku. Kita akan merancang sesuatu di kantin."
Kami berjalan ke tempat di mana beberapa karyawan
televisi sedang ngobrol dengan wajah terlihat bosan.
Seorang pemuda berpenampilan kumal menoleh padaku dengan mulut penuh dan tertawa sangat keras.
Kemudian ia batuk dan memberikan salut Nazi yang
cukup baik. Aku menyentak lenganku sebagai balasan
dan membiarkan Sawatzki membawaku ke sebuah area
di kantin di mana Sekt sedang menanti kami. Menilai
berdasarkan reaksi Sawatzki, itu adalah sebuah produk
yang sangat berkelas; ia memerintahkan seorang pelayan
kantin untuk menyiapkan dua gelas, menyatakan bahwa
jenis anggur bersoda sepert ini bukan sesuatu yang
mereka hidangkan setiap hari.
"Gagmez tidak memesan minuman ini terlalu sering,"
kata si pelayan. Sawatzki tertawa, memberiku segelas, mengangkat
gelasnya dan berkata, "Ini untukmu!"
"Untuk Jerman," kataku. Kemudian kami beradu
gelas dan minum. "Apa ada yang salah?" Sawatzki bertanya dengan
gelisah. "Apakah rasanya tidak enak?"
187 TIMUR VERMES "Kalaupun aku minum anggur, biasanya berjenis
pencuci mulut seperti Trockenbeerenauslese," aku menjelaskan. "Aku tahu seharusnya anggur ini memiliki rasa
pahit, sesungguhnya dalam anggur ini rasa seperti itu
dianggap sebagai kelebihan, tapi aku khawatir rasanya
terlalu asam bagiku."
"Aku bisa mencarikan yang lain buatmu..."
"Tidak, jangan khawatir. Aku sudah terbiasa."
"Tapi kau bisa minum Bellini."
"Bellini" Seperti Madame?"
"Ya, tentu saja. Kau mungkin menyukainya. Tunggu
sebentar!" Ketika Sawatzki melompat pergi, aku berdiri di sana
dengan pikiran tak menentu. Untuk sesaat aku mengingat
semua masa yang mengerikan pada tahun-tahun awalku
dalam politik, di permulaan perjuanganku, sebelum
aku diperkenalkan secara pantas ke dalam masyarakat
dan merasa agak tersesat di pinggiran. Namun, ingatan
yang tak menyenangkan ini hanya berlangsung selama
sepersekian detik, karena begitu Sawatzki berbalik pergi
seorang perempuan muda berambut cokelat menghampiriku dan berkata, "Fantastik! Bagaimana kau bisa
memunculkan sesuatu seperti tikus rumah dan tikus
lapangan?" "Kau bisa melakukan hal yang sama," kataku dengan
yakin. "Yang perlu kau lakukan adalah berjalan-jalan di
alam dan tetap membuka matamu. Ya ampun! Banyak
orang Jerman zaman sekarang yang lupa melihat hal-hal
sederhana. Boleh aku tanya apa pendidikanmu?"
"Aku masih belajar," katanya. "Sinologi, Kajian Teater
dan..." 188 HITLER BANGKIT LAGI "Ya Tuhan!" aku tertawa. "Segera berhenti! Makhluk
cantik sepertimu dijejali omong kosong seperti itu!
Kau jauh lebih baik mencari seorang suami muda yang
berani untuk dirimu sendiri dan melakukan sesuatu
untuk melindungi ras Jerman."
Ia tertawa sungguh-sungguh. "Itu method acting,
"kan?" "Nah ini dia!" Madame Bellini berseru di belakangku.
Di sampingnya ada Sensenbrink, bersama Gagmez di
belakangnya, sebuah senyuman tersiksa di bibirnya.
Mereka bergabung dengan kami. "Ayo kita bersulang!
Kita semua profesional di sini. Dan jiwa profesional
dalam diri kita tak bisa tidak menyimpulkan bahwa ini
adalah program yang hebat! Belum pernah ada yang
seperti ini. Kalian berdua akan menjadi sebuah tiket
impian!" Sensenbrink dengan semangat mengisi gelasnya
dengan anggur bersoda, sementara Sawatzki kembali
dan memberikan segelas sesuatu yang berwarna aprikot.
"Apa ini?" "Coba saja," katanya, mengangkat gelas. "Temanteman: Untuk sang F"hrer!"
"Untuk sang F"hrer!"
Ada tawa simpatik dan gembira di sekitarku dan aku
bergulat keras untuk menangkis semua ucapan selamat
yang diberika kepadaku. "Tolonglah, nyonya-nyonya dan
tuan-tuan, kita masih memiliki banyak pekerjaan yang
harus dilakukan!" Dengan hati-hati aku menyeruput
minuman itu dan memberi Herr Sawatzki sebuah
anggukan penghargaan. Minuman ini benar-benar
berasa buah, sangat menyenangkan hingga ke langit189
TIMUR VERMES langit mulut namun tanpa kompleksitas yang berlebihan.
Intinya minuman ini terasa seperti bubur buah gaya
pedesaan yang bersahaja, dimeriahkan dengan sedikit
Sekt, tapi hanya setetes sehingga menikmati minuman
ini orang tak perlu takut bersendawa secara berlebihan
atau mengalami gangguan serupa. Pentingnya detail
seperti ini tidak bisa diremehkan; dalam situasi seperti
yang kualami, orang harus selalu berhati-hati untuk
bersikap tanpa cela. Yang kurasa tidak menyenangkan dalam pertempuran informal tapi penting ini, adalah orang tidak
boleh begitu saja menarik diri kapan pun ia ingin,
kecuali pada bersamaan ia menyatakan perang. Jika
orang sedang sibuk mengeksekusi Rencana Manstein
di Prancis utara, atau jika orang sedang meluncurkan
serangan kejutan untuk menduduki Norwegia, maka
tentu saja semua orang pasti sangat mengerti. Sama
mengertinya seperti jika orang pamit ke ruang kerjanya
setelah bersulang untuk memeriksa desain-desain
kapal-U atau membantu mengembangkan pengebompengebom berkecepatan tinggi yang sangat penting
untuk kemenangan akhir kita. Namun, di masa damai
orang hanya berdiri menghabiskan waktunya minum
bubur buah. Perilaku kasar Sensenbrink makin menguji
kesabaranku, sementara wajah masam Gagmez tidak
membuat sore itu menjadi lebih menyenangkan. Jadi,
aku mengundurkan diri, setidaknya untuk sementara,
mengambil sesuatu dari meja saji prasmanan.
Campuran berbagai jenis sosis disajikan dalam
wadah kaleng kotak yang dipanaskan, juga aneka daging
panggang dan mi dalam jumlah besar, tak satu pun yang
190 HITLER BANGKIT LAGI menarik perhatianku. Aku baru akan berbalik ketika
Sawatzki muncul di sampingku.
"Adakah sesuatu yang bisa aku ambilkan buatmu?"
"Tidak, tidak, jangan khawatir..."
"Sialan!" kata Sawatzki, menepuk jidatnya. "Anda
mencari rebusan, bukan?"
"Tidak, aku bisa... mengambil salah satu dari roti
lapis ini..." "Tapi Anda lebih suka rebusan, bukan" Sang F"hrer
senang makanan sederhana!"
"Itu memang menjadi pilihanku," aku mengakui.
"Atau sesuatu tanpa daging."
"Aku benar-benar minta maaf, kami tidak cukup
memahaminya sedari tadi," katanya. "Aku seharusnya
mengingatnya. Tapi jika kau menunggu sebentar..."
Ia menarik telepon selulernya dan mengetuknya
dengan jari-jarinya. "Teleponmu bisa masak juga?"
"Tidak," katanya. "Tapi sepuluh menit dari sini ada
sebuah restoran yang terkenal karena harganya yang
murah dan rebus-rebusan. Jika Anda mau aku bisa
memesan sesuatu dari sana."
"Tolong, jangan repot-repot. Lagi pula, aku sangat
suka berjalan-jalan," kataku. "Aku bisa makan rebusan
di sana." "Jika Anda tak keberatan, aku sendiri yang akan
mengantar Anda ke sana," kata Sawatzki. "Tidak jauh."
Kami mengundurkan diri dari pesta dan berjalan
melalui malam Berlin yang dingin. Ini jauh lebih
menyenangkan daripada berdiri di kantin itu di mana
seluruh divisi penyiaran terus-menerus melimpahkan
191 TIMUR VERMES pujian satu sama lain. Begitu sering kaki kami menendang dedaunan.
"Bisakah aku bertanya sesuatu pada Anda," kata
Sawatzki. "Tentu silakan."
"Apakah sebuah kebetulan" Maksudku, bahwa Anda
juga seorang vegetarian?"
"Tentu saja tidak," kataku. "Ini sesuatu yang wajar.
Aku menjadi seorang vegetarian sudah begitu lama,
hanya persoalan waktu sebelum yang lain mengikuti
keyakinanku. Para koki prasmanan itu saja yang tampaknya belum mendengar hal ini."
"Tidak, yang kumaksud adalah: apakah Anda selalu
menjadi vegetarian, atau hanya sejak Anda menjadi
Hitler?" "Aku selalu menjadi Hitler. Memangnya kau bayangkan siapa diriku sebelumnya?"
"Yah, mungkin Anda telah mencoba yang lain lebih
dulu. Churchill, atau Honecker."
"Himmler yakin pada semua omong kosong esoteris
itu, reinkarnasi dan mistisisme. Aku bisa meyakinkanmu
aku tidak pernah menjadi Honecker."
Sawatzki melihat padaku. "Dan tidak pernahkah
Anda berpikir diri Anda membawa seni Anda ini terlalu
jauh?" "Seseorang harus menjalani segalanya dengan tekad
fanatik yang sempurna. Kalau tidak ia tak akan berhasil
sampai ke mana pun."
"Tapi"ambil saja satu contoh"tak seorang pun
memperhatikan apakah Anda benar-benar seorang
vegetarian atau tidak."
192 HITLER BANGKIT LAGI "Pertama," kataku. "ini adalah soal kesejahteraan.
Dan kedua, tak bisa ada keraguan bahwa beginilah cara
yang dikehendaki alam. Dengar, seekor singa bisa berlari
dua atau tiga kilometer sebelum ia benar-benar lelah.
Dua puluh menit, atau bahkan"seperempat jam. Seekor
unta, sebaliknya, bisa terus berjalan selama seminggu.
Makananlah yang membuatnya begitu."
"Sebuah contoh yang bagus dari penalaran yang
kelihatan masuk akal tapi keliru."
Aku berhenti dan melihat padanya. "Apa maksudmu
"kelihatan masuk akal tapi keliru?"Baik, kalau begitu
mari kita rumuskan dengan cara lain. Di mana Stalin?"
"Mati, aku bisa bilang."
"Baiklah. Dan Roosevelt?"
"Sama." "P"tain" Eisenhower" Antonescu" Horthy?"
"Dua yang pertama mati, dan aku belum pernah
mendengar yang lain-lain."
"Nah, mereka mati juga. Dan bagaimana denganku?"
"Anda tidak mati."
"Tepat sekali," kataku dengan puas, dan berjalan lagi.
"Dan aku yakin bahwa ini terjadi karena aku seorang
vegetarian." Sawatzki tertawa. Kemudian ia menyusulku. "Itu
benar-benar bagus. Tidakkah Anda menuliskan hal-hal
semacam itu?"

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa repot-repot" Aku mengetahuinya."
"Aku selalu khawatir aku akan lupa pada hal-hal
seperti ini," katanya, sambil menunjuk pintu sebuah
restoran. "Kita sudah sampai."
Kami memasuki restoran separuh kosong itu dan
193 TIMUR VERMES memberikan pesanan kami pada seorang pelayan tua. Ia
memberiku tatapan kaku dan kemudian mengerutkan
wajahnya dalam kebingungan. Sawatzki memberinya
lambaian yang menenangkan, dan wanita itu pergi
untuk mengambil minuman tanpa perlu basa-basi.
"Enak di sini," kataku. "Mengingatkanku pada masamasa perjuanganku di Munich."
"Apakah kau berasal dari Munich?"
"Tidak, dari Linz. Atau sebenarnya..."
"...atau sebenarnya dari Braunau," kata Sawatzki. "Aku
sudah membaca sedikit."
"Dari mana kau berasal?" aku bertanya padanya,
sebagai balasan. "Dan ngomong-ngomong berapa usiamu" Kau pasti belum tiga puluh!"
"Dua puluh tujuh," kata Sawatzki. "Aku berasal dari
Bonn, dan aku kuliah di Cologne."
"Rhinelander," kataku dengan gembira. "Dan selain
itu seorang Rhinelander yang berpendidikan!"
"Jerman dan Sejarah. Sebenarnya aku ingin menjadi
seorang jurnalis." "Untunglah kau bukan jurnalis," aku menegaskan.
"pembohong hina dina, hingga tulang sumsum."
"Industri TV tidak jauh lebih baik," katanya. "Tak
bisa dipercaya, omong kosong yang mereka aduk-aduk.
Dan tiap kali kami menemukan sesuatu yang bagus,
stasiun lebih memilih tumpukan omong kosong. Atau
sesuatu yang lebih murah. Atau keduanya." Tanpa jeda,
ia menambahkan, "Selain Anda, tentunya. Apa yang
Anda lakukan benar-benar berbeda. Untuk pertama
kalinya aku merasa bahwa kami tidak hanya menjual
sampah lama. Aku menyukai pendekatan Anda. Hal194
HITLER BANGKIT LAGI hal mengenai vegetarianisme dan segalanya"kau tidak
berpura-pura; pada dirimu, entah bagaimana hal itu
menjadi bagian dari keseluruhan konsepnya."
"Aku lebih suka istilah ideologi," kataku, tapi aku
sangat gembira dengan antusiasme mudanya.
"Anda tahu, ini sesuatu yang selalu ingin kulakukan,"
kata Sawatzki. "Bukan sekadar menjual barang usang,
tapi sesuatu yang berkualitas. Di Flashlight kami harus
menjual begitu banyak sampah. Dengar, ketika aku
anak-anak, aku selalu ingin bekerja dalam sebuah suaka
margasatwa. Menolong hewan-hewan yang malang,
sejenis itulah. Atau menyelamatkan hewan-hewan. Melakukan sesuatu yang positif."
Pelayan itu meletakkan dua mangkok rebusan di
depan kami. Aku sangat tersentuh; rebusan itu tampak
luar biasa. Dan beraroma seperti aroma rebusan
yang semestinya. Kami mulai menyantap, dan untuk
sementara tak seorang pun dari kami mengucapkan
sepatah kata. "Enak?" Sawatzki bertanya.
"Sangat enak," kataku, menyendoknya dari mangkuk.
"Seolah-olah langsung dari kekacauan medan perang."
"Ya," katanya. "Ada sesuatu mengenai makanan ini.
Bersahaja, tapi enak."
"Kau sudah menikah?"
Ia menggelengkan kepala. "Bertunangan?" "Tidak," katanya. "Lebih seperti tertarik. Ada seseorang."
"Tapi?" "Dia tidak tahu sama sekali. Dan aku juga tidak tahu
195 TIMUR VERMES apakah ia tertarik padaku."
"Kau harus berani dan berusaha dengan segala tenaga
untuk merebut kemenangan total. Lagi pula, kau bukan
pemalu." "Tentu, tapi dia..."
"Jangan ragu. Maju, melangkah cepat. Hati perempuan seperti medan pertempuran. Keduanya tidak
dimenangkan dengan keragu-raguan. Orang harus memusatkan seluruh kekuatannya dan memosisikannya
dengan baik." "Apakah begitu cara Anda mengenal istri Anda?"
"Nah, aku tak pernah bisa mengeluhkan kurangnya
minat perempuan. Tapi pendekatanku secara umum
adalah sebaliknya." "Sebaliknya?" "Dalam beberapa tahun terakhir aku memenangi
lebih banyak peperangan ketimbang perempuan."
Ia tertawa. "Jika Anda tidak akan menuliskannya,
aku yang akan melakukannya. Jika Anda terus mengembangkan gaya ini Anda benar-benar harus berpikir
tentang menulis sebuah buku. Buku tips ala Hitler.
Bagaimana memiliki sebuah hubungan yang bahagia."
"Aku tak yakin itu adalah panggilanku," kataku.
"Maksudku, pernikahanku agak pendek."
"Begitu yang kudengar. Tapi itu tidak jadi masalah.
Kita akan memberinya judul Mein Kampf"Bersama
Istriku. Dengan judul seperti itu, buku itu akan terjual
seperti kacang goreng."
Aku harus tertawa juga. Aku menatap Sawatzki
dengan termenung, rambut pendeknya yang berdiri
acak-acakan, ekspresinya yang waspada, kata-katanya
196 HITLER BANGKIT LAGI yang enteng tapi sama sekali tidak bodoh. Dan dalam
suaranya aku merasakan bahwa lelaki ini bisa menjadi
salah satu orang yang menemaniku di masa lalu. Ke
penjara, ke Istana Kanselir Reich, ke F"hrerbunker.
197 Enam Belas h, Herr Hitler, aku sudah menantimu!" kata
si penjual koran dengan suara teatrikal yang bersemangat.
"Benarkah?" aku bertanya, sambil tertawa. "Mengapa?"
"Ya, aku menonton penampilanmu," katanya, "dan
kukira kau ingin membaca apa yang ditulis tentang
dirimu. Dan bahwa kau mungkin mencari sebuah tempat
di mana pilihan koran dan majalahnya"bagaimana aku
mengatakannya, ya?"sedikit lebih luas! Masuk, masuk!
Duduklah. Apakah kau mau secangkir kopi" Ada yang
salah" Apakah kau baik-baik saja?"
Aku merasa khawatir ia telah mengetahui kelemahan
kecil dalam diriku, dan benar-benar sebuah kelemahan
kecil, sebuah gelombang kegembiraan, seperti yang tak
pernah aku alami lagi sejak lama. Aku terbangun sesegar
bunga daisy pada sekitar pukul setengah dua belas,
menyantap sarapan kecil, dan kemudian memutuskan
untuk membaca koran-koran, persis seperti yang diduga
sang penjual. Dua hari sebelumnya kemejaku telah
198 HITLER BANGKIT LAGI dikirim, memungkinkan aku mengenakan sesuatu yang
kurang resmi untuk bergerak dengan mudah. Setelan
yang sedang aku kenakan sekarang sederhana, gelap
dan berpotongan tradisional, dan aku telah memilih
memasangkannya dengan topi berwarna gelap. Ketika
aku berangkat dari hotel, aku bisa segera melihat bahwa
aku menarik jauh lebih sedikit tatapan dibanding
biasanya. Ini adalah hari yang cerah sejernih kristal dan
luar biasa segar, seperti bisa diduga untuk musim ini.
Untuk saat ini aku merasa terbebas dari semua kewajiban
dan aku melangkah maju dengan perasaan memiliki
tujuan. Begitu damai, nyaris terasa normal, dan karena
aku mengambil jalur hijau sepanjang jalan setapak dan
melewati taman-taman, hanya sedikit hal yang menyita
perhatianku, kecuali seorang perempuan gila yang
membungkuk, jelas berusaha untuk menemukan dan
kemudian mengumpulkan kotoran anjing spanielnya
di rumput panjang yang tidak dipangkas. Sekilas
timbul pikiran dalam benakku bahwa kegilaan ini
mungkin akibat sebuah wabah, tapi tak seorang pun
tampak terusik dengan hal itu. Sebaliknya, seperti yang
kutemukan tak lama kemudian, mesin-mesin pembagi
ditempatkan dengan cermat di sana-sini, dan dari sana
para perempuan gila ini bisa menarik kantong-kantong
kecil. Kesimpulan sementara yang aku capai, ini pasti
perempuan yang memiliki harapan membara untuk
punya anak namun tidak terpenuhi, dan meningkat
menjadi semacam histeria yang muncul dalam perhatian
yang tidak proporsional terhadap segala macam anjing.
Dan aku harus mengakui bahwa menyediakan kantongkantong untuk para makhluk malang ini adalah sebuah
199 TIMUR VERMES solusi pragmatis yang menakjubkan. Dalam jangka yang
lebih panjang, tentu saja, perempuan-perempuan ini
harus diarahkan kembali ke tugas-tugas mereka yang
sewajarnya, tapi aku rasa pihak-pihak tertentu akan menentang ini. Semua ini terlalu familier.
Pikiranku penuh dengan berbagai pemikiran yang
sangat ringan ini, aku berjalan tanpa hambatan menuju
kios; aku bahkan nyaris tak dikenali sama sekali. Situasi
ini anehnya terasa familier, tapi aku tidak mengerti
alasannya hingga aku mendengar kata-kata si penjual
koran. Ini adalah atmosfer yang sering kualami di
masa-masa awalku di Munich, setelah kebebasanku dari
penjara. Aku cukup terkenal di kota itu, tapi saat itu aku
masih seorang ketua partai kecil, seorang ketua yang bisa
melihat ke dalam jiwa rakyat. Dan adalah orang-orang
kecil, orang-orang paling kecil, yang secara menyentuh
memberiku dukungan mereka padaku. Saat itu aku
akan menyeberangi Viktualienmarkt, di mana yang
termiskin dari para perempuan pasar akan tersenyum
dan memberi isyarat padaku, menawarkan dua telur
atau satu pon apel. Aku pulang ke rumah seperti seorang
pemburu sejati, yang disambut oleh nyonya rumah yang
berseri-seri; wajah-wajah mereka dulu memancarkan
kebahagiaan murni seperti yang sekarang kukenali
pada wajah si penjual koran. Kesan dari masa lalu ini
membanjiriku begitu cepat, bahkan sebelum aku bisa
memahami apa sebenarnya kesan itu; ia begitu luar biasa
sehingga aku harus segera berpaling. Namun karena
pengalaman profesionalnya yang panjang, penjual koran
itu telah memperoleh pemahaman yang mengesankan
tentang sesama lelaki seperti yang barangkali hanya
200 HITLER BANGKIT LAGI ditemui orang pada sopir-sopir taksi.
Aku terbatuk-batuk malu dan berkata, "Bukan kopi
untukku, terima kasih. Tapi aku mau secangkir teh. Atau
segelas air." "Keinginanmu adalah perintah untukku," katanya,
mengisi sebuah ketel seperti yang ada di kamar hotelku.
"Aku telah menaruh beberapa koran di kursimu.
Tidak banyak; aku rasa internet adalah tempat terbaik
untuk melihat-lihat."
"Ya, internetwork ini," kataku menyepakati. "Sebuah
fasilitas yang menakjubkan. Dan aku juga tidak percaya
bahwa kesuksesanku akan bergantung pada niat baik
koran-koran." "Aku tidak ingin merusak kegembiraanmu," kata
penjual koran itu, mengambil kantong teh dari rak.
"Tapi tak perlu khawatir... Mereka yang menontonnya
tampak menyukaimu." "Aku tak punya kekhawatiran," kataku dengan
percaya diri. "Apa nilai opini seorang kritikus?"
"Ya..." "Tidak ada," kataku. "Tidak sama sekali! Itu tidak
berarti sama sekali pada tahun tiga puluhan dan juga
tidak berarti sama sekali sekarang. Yang dilakukan
para kritikus ini hanyalah mengatakan apa yang harus
dipikirkan orang. Kepekaan yang sehat yang dimiliki
Volk sama sekali tidak lebih rendah. Bahkan, Volk secara
instingtif tahu apa yang harus dipikirkan, bahkan tanpa
para kritikus kita yang terhormat. Sebuah Volk yang
sehat memiliki ide yang sangat jernih tentang apa yang
baik dan apa yang tidak. Apakah petani membutuhkan
seorang kritikus untuk mengatakan kepadanya seberapa
201 TIMUR VERMES bagus tanah di mana ia menanam gandumnya. Tidak!
Sang petani sendiri lebih tahu."
"Karena dia melihat ladangnya setiap hari," penjual
koran itu berkicau. "Tapi ia tidak melihatmu setiap hari."
"Tapi ia melihat televisinya setiap hari, jadi ia bisa
membuat perbandingannya sendiri. Tidak, Jerman
tidak membutuhkan siapa pun untuk mengonsep opini
untuknya. Ia membentuk opininya sendiri."
"Ya, kau memang seharusnya tahu," katanya dengan
sebuah senyum lebar, menawariku gula. "Maksudku,
kau adalah pakar dalam hal pembentukan opini sendiri".
"Apa maksudnya itu?"
"Aku benar-benar harus berhati-hati denganmu,"
kata si penjual koran, menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tak bisa tidak berbicara denganmu seolah kau
benar-benar dia." Sebuah tangan mengetuk meja penjualan. "Pelangganku datang. Selamat membaca apa
yang dikatakan koran-koran. Tidak terlalu banyak."
Aku melihat pada tumpukan kecil di samping kursi.
Aku tidak muncul di halaman depan koran-koran
itu, tapi aku pun tidak bisa mengandaikan bahwa
kejadiannya akan begitu. Juga tidak ada koran-koran
besar yang menulis tentang persoalan ini. Misalnya, Bild
yang hebat itu tidak ada di antara tumpukan. Mengingat
program Gagmez telah berjalan beberapa waktu, media
mungkin tidak lagi begitu tertarik. Pada akhirnya
hanya sedikit koran regional yang meliputnya, yang
memerintahkan seorang editor untuk menonton televisi
setiap hari untuk menyusun sebuah kolom pendek.
Tiga dari para editor ini telah menonton program


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut dengan harapan akan terhibur, dan semua
202 HITLER BANGKIT LAGI dari opini itu mengatakan bahwa pidatoku adalah fitur
yang paling patut dicatat. Salah seorang berpendapat
bahwa yang mengagumkan, dari semua orang, sesosok
Hitlerlah yang mengidentifikasi secara tepat apa yang
disajikan Gagmez setiap minggu: sekumpulan klise
tentang orang-orang asing. Dua yang lain berkata bahwa,
berkat "penampilan keji yang sangat bagus" olehku,
Gagmez akhirnya menemukan kembali ketajamannya,
yang sudah terlalu lama hilang.
"Jadi?" kata penjual koran. "Senang?"
"Aku pernah mulai dari paling bawah sebelumnya,"
kataku, sambil menyeruput teh. "Dulu aku berbicara
di hadapan dua puluh penonton. Aku rasa sepertiga
dari mereka datang tak sengaja. Tidak. Aku tidak boleh
mengeluh. Aku harus melihat masa depan. Bagaimana
pendapatmu?" "Bagus," katanya. "Sangat blak-blakan, tapi bagus.
Meskipun Gagmez tampak tidak terlalu senang."
"Memang," kataku. "Itu sesuatu yang terlintas di
pikiranku sebelumnya. Mereka yang mabuk kesuksesan
selalu menganggap sebagai sesuatu yang tidak adil
kapan pun ada ide segar yang membuat perbedaan. Dan
kemudian mereka mulai mencemaskan mata pencarian
mereka." "Apakah ia akan mengizinkankanmu kembali ke
acaranya?" "Ia akan melakukan apa pun yang dikatakan perusahaan produksi itu kepadanya. Ia hidup dari sistem
itu; ia harus mengikuti aturan-aturannya."
"Aku nyaris tak percaya baru beberapa minggu lalu
sejak aku mengangkatmu dari jalan di luar kiosku," kata
203 TIMUR VERMES si penjual koran. "Aturannya sama seperti enam puluh tahun lalu,"
kataku. "Tak pernah berubah. Satu-satunya perbedaan
adalah lebih sedikit orang Yahudi untuk dikhawatirkan.
Dan begitu juga Volk berada dalam keadaan yang lebih
baik. Omong-omong, aku belum berterima kasih secara
pantas padamu. Apakah mereka...?"
"Jangan khawatir," kata si penjual koran. "Kami telah
mencapai kesepakatan. Aku telah diurus." Kemudian
teleponnya yang bisa dibawa-bawa berdering. Ia mengangkat alat itu ke telingannya. Aku mengambil satu
edisi Bild dan membalik-balik halamannya. Koran itu
memproyeksikan kombinasi kemarahan dan kebencian,
berawal dengan berbagai berita tentang ketidakcakapan
politik dan membangun gambaran seorang ibu kanselir
yang tak tahu apa-apa, tapi pada akhirnya jinak, berjalan
dengan kaku melewati segerombolan kurcaci yang
mengganggu. Sementara itu, hampir semua keputusan
politik yang "dilegitimasi" oleh demokrasi dibantah
sebagai sepenuhnya omong kosong. Koran terhormat
ini menyimpan racun tertentu untuk gagasan Uni Eropa
yang dianggapnya benar-benar menjijikkan. Tapi apa
yang paling kusuka dari semua ini adalah cara operasinya
yang subtil. Misalnya, aku menemukan yang berikut ini
dalam sebuah kolom humor di antara lelucon-lelucon
tentang ibu mertua dan para suami yang dikhianati:
Seorang Portugis, seorang Yunani, dan seorang
Spanyol pergi ke tempat pelacuran. Siapa yang bayar"
Jerman. Sangat, sangat lucu. Tentu saja Streicher akan memerintahkan agar sebuah gambar menyertai lelucon itu,
204 HITLER BANGKIT LAGI yang menggambarkan tiga orang selatan berewok dan
penuh minyak tengah mengais-ngais sebuah benda kecil
yang tak berdosa, sementara pekerja Jerman yang jujur
bekerja keras jauh di latar belakang. Namun, setelah
dipertimbangkan, gambar semacam itu mungkin merusak kehalusan leluconnya.
Sebaliknya, sebuah adonan cerita kriminal yang
penuh warna memenuhi halaman-halamannya, diikuti
oleh kategori laporan yang selalu menjadi bentuk
penenang paling efektif"olahraga. Dan kemudian
sekumpulan foto yang menunjukkan orang-orang terkenal yang tampak kuno atau jelek, sebuah simfoni
kedengkian, dendam, dan niat jahat yang sempurna.
Untuk alasan ini, aku akan senang jika sebuah catatan
singkat mengenai penampilanku secara kebetulan masuk
ke halaman-halaman ini. Tapi si penjual koran sudah
benar tidak memasukkan Bild dalam tumpukannya,
mereka tidak menyebut aku. Aku menurunkan koran
itu ketika ia meletakkan teleponnya lagi.
"Itu putraku," katanya. "Orang yang sepatunya tidak
kau suka. Ia bertanya apakah kau pria dari kiosku. Ia
menontonmu. Di telepon seluler temannya. Ia mengatakan kau benar-benar aneh."
Aku menatap penjual koran itu dengan kosong.
"Ia berpikir kau cemerlang," lelaki itu menerjemahkan.
"Aku takut untuk berpikir film-film macam apa yang
mereka miliki di ponsel mereka, tapi kau bisa yakin
mereka tidak akan menonton sesuatu yang mereka
anggap membosankan."
"Kepekaan orang-orang muda belum ternoda," aku
menegaskan. "Bagi mereka tidak ada baik atau buruk,
205 TIMUR VERMES mereka hanya berpikir menggunakan alat yang diberikan
alam untuk mereka. Jika seorang anak dibesarkan
dengan baik, ia tak akan pernah membuat keputusan
yang buruk." "Kau punya anak?"
"Sayangnya tidak," katanya. "Maksudku, gosip kadang-kadang disebar oleh orang-orang yang tertarik
dengan urusan sedikit off the record, seperti yang kita
katakan di rumah kita sendiri."
"Aku mengerti," kata si penjual koran, dengan gembira
menyalakan sebatang rokok. "Kalau begitu, apakah itu
soal nafkah?" "Tidak, mereka ingin menghancurkanku, mengubahku menjadi bahan tertawaan. Sejak kapan memberikan
hadiah kehidupan pada seorang anak menjadi sesuatu
yang keliru atau tidak terhormat?"
"Coba katakan itu pada para ultrakonservatif."
"Setuju, seseorang harus selalu memperhitungkan
orang-orang sederhana. Kau bisa mengarang-ngarang
argumen apa pun yang kau suka, tapi bagi banyak orang
hal itu akan selangkah terlalu jauh. Himmler pernah
mengusahakannya, di SS. Ia ingin melembagakan hak
yang sama untuk anak-anak legal dan ilegal, tapi tidak
berhasil, bahkan tidak pernah ada. Sayangnya begitu"
anak-anak yang malang. Anak-anak lelaki kecil, anakanak perempuan mungil, mereka menderita karena
pandangan yang mencela, mereka diusik, anak-anak
lain menari-nari mengelilingi mereka, menyanyikan
lagu-lagu keji. Dan ini merusak semangat nasional, rasa
komunitas. Kita semua adalah orang-orang Jerman, yang
sah maupun yang tidak sah. Aku selalu mengatakan:
206 HITLER BANGKIT LAGI Anak-anak adalah anak-anak, apakah mereka berada di
gubuk-gubuk atau di parit-parit. Tentu saja, seseorang
harus menafkahi mereka. Tapi hanya anjing yang paling
menjijikkan yang akan melarikan diri dari kewajiban."
Aku mengembalikan Bild ke raknya.
"Jadi apa yang terjadi pada akhirnya?"
"Tidak ada. Tentu saja itu murni fitnah. Dan aku
tidak pernah mendengar lagi tentang hal itu."
"Yah, begitulah," kata si penjual koran, menyeruput
teh. "Aku tak tahu apakah Gestapo membicarakannya di
berbagai tingkatan, tapi aku yakin ini tidak akan penting
lagi." "Mungkin tidak. Maksudku, kau membuat pers
patuh padamu, bukan?" katanya, tertawa, seolah-oleh ia
telah memecahkan sebuah lelucon.
"Tepat sekali," aku mengangguk. Kemudian "The
Ride of the Valkyries" berdering.
Fr"ulein Kr"meier telah menyetelkannya untukku.
Setelah kami membawa komputer itu untuk diservis,
kami mengetahui bahwa manajer perbekalan juga
menyuplaiku dengan salah satu telepon portabel ini.
Perangkat ini luar biasa, apalagi orang bisa menggunakannya untuk menjelajahi internetwork ini, dan
bahkan lebih efisien lagi daripada perangkat tetikus"
orang mengemudi dengan jari-jarinya. Aku langsung
menyadari bahwa di tanganku ada adikarya kejeniusan
kreatif Arya, dan yang dibutuhkan adalah beberapa
gesekan jari untuk menemukan bahwa"tentu saja"
perusahaan Siemens yang unggul telah bertanggung
jawab untuk teknologi yang membawa keajaiban ini ke
207 TIMUR VERMES pasar. Fr"ulein Kr"meier harus melakukan gerakan jari
untukku, karena aku tidak dapat membaca tampilan
visualnya tanpa kacamata. Aku ingin menyerahkan
segalanya pada dia; bagaimanapun juga, sang F"hrer
tidak bisa menyibukkan diri dengan terlalu banyak
pernak-pernik, itu adalah tugas sekretaris. Namun,
dengan cukup benar, ia mengingatkanku bahwa aku
hanya bisa mengandalkan tenaganya selama setengah
hari. Aku memarahi diriku sendiri karena terlalu
bergantung pada mesin partaiku. Menemukan diriku
lagi di titik awal, aku harus menghadapi perangkat aneh
ini sendirian, entah baik atau buruk.
"Ada nada dering yang khusus?" Fr"ulein Kr"meier
bertanya. "Tentu saja tidak," aku menjawab dengan sengit.
"Lagi pula aku tidak bekerja di kantor terbuka!"
"Jadi, aku akan kasih Anda dering yang normal?"
Aku kemudian mendengar sebuah kebisingan yang
bersuara seperti badut mabuk memainkan xilofon. Lagi
dan lagi. "Apa itu?" aku bertanya, ngeri.
"Itu telepon Anda?" kata Fr"ulein Kr"meier, sambil
menambahkan, "Mein F"hrer!"
"Dan bunyinya seperti itu?"
"Hanya pas berdering."
"Matikan! Aku tidak ingin orang mengiraku orang
tolol!" "Karena itu aku bertanya pada Anda?" kata Fr"ulein
Kr"meier. "Apa Anda lebih suka ini?"
Lebih banyak badut yang memainkan instrumeninstrumen bermacam-macam.
208 HITLER BANGKIT LAGI "Itu mengerikan," aku merintih.
"Tapi aku kira Anda tidak peduli dengan apa yang
orang pikirkan tentang Anda?"
"Fr"ulein Kr"meier sayang," kataku. "Secara pribadi
aku menganggap Lederhosen pendek adalah celana
paling maskulin yang bisa dikenakan laki-laki. Dan
ketika, suatu hari, aku sekali lagi menjadi Panglima
Wehrmacht, aku akan menyuplai seluruh divisi dengan
celana pendek seperti ini, dan kaus kaki wol."
Pada titik ini, Fr"ulein Kr"meier membuat suara
aneh dan mengusap hidungnya.
"Aku tahu," aku melanjutkan. "Kau tidak memberi
hormat dari Jerman selatan; kau tidak memahami
cara berpikirku. Tunggu saja hinga divisi ini berdiri
di sana, pada sebuah parade, kemudian akan menjadi
jelas bahwa semua lelucon tentang celana pendek kulit
tidaklah berdasar. Namun"dan kini aku tiba pada
intinya"pada jalurku menuju kekuasaan aku terpaksa
mengakui bahwa para industrialis dan negarawan tidak
menganggap serius para politikus yang mengenakan
celana ini. Meninggalkan celana pendek adalah salah satu
penyesalan terbesarku, tapi aku melakukannya karena
sesuai dengan tujuanku dan dengan demikian untuk
tujuan Volk Jerman. Dan izinkan aku mengatakan ini,
aku tidak melepaskan celana yang sangat mengagumkan
ini hanya demi satu perangkat telepon yang akan
membuat pengorbananku sia-sia dan membuatku terlihat seperti orang yang benar-benar bodoh! Jadi jangan
cuma berdiri di sana; carikan aku dering yang masuk
akal." "Itulah alasan kenapa aku tanya pada Anda?" Fr"ulein
209 TIMUR VERMES Kr"meier mendengus, menyimpan saputangannya. "Aku
bisa membiarkannya sehingga ini jadi kayak telepon
biasa" Tapi aku bisa mencarikanmu musik lain yang
Anda suka. Kata-kata, suara, musik..."
"Musik, juga?" "Asal aku nggak harus memainkannya sendiri. Itu
harus ada dalam sebuah... sebuah... rekaman!"
Kemudian ia menyetel "The Ride of the Valkyries"
untukku. "Bagus, "kan?" aku berkata kepada si penjual koran,
dengan yakin mengangkat telepon itu ke telingaku
"Hitler di sini!"
Aku tak bisa mendengar apa pun kecuali Valkyries
terus berdering. "Hitler!" kataku. "Hitler di sini!" Dan ketika Valkyries terus berbunyi aku mencoba "Markas besar
F"hrer!" Jaga-jaga seandainya penelepon terkejut karena
terhubung denganku secara pribadi. Tak ada yang terjadi
untuk mencegah Valkyries bertambah keras. Sekarang
telingaku benar-benar sakit.
"HITLER DI SINI," Aku berteriak. "MARKAS
BESAR F"HRER!" Rasanya seolah aku kembali berada
di Medan Pertempuran Barat pada 1915.
"Tekan tombol hijau!" kata penjual koran itu dengan
sedih. "Aku tidak tahan mendengar Wagner!"
"Tombol hijau mana?"
"Benda itu di teleponmu," ia berteriak. "Kau harus
mengusapnya ke kanan."
Aku melihat mesin itu, di mana memang kau bisa


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat sebuah penggeser hijau. Aku mendorongnya ke
kanan, Valkyries terdiam, dan aku berteriak, "HITLER
210 HITLER BANGKIT LAGI DI SINI! MARKAS BESAR F"HRER!"
Tak terdengar apa pun. Penjual koran itu memutar
matanya, mengambil tanganku bersama telepon dan
dengan pelan menuntunnya ke telingaku.
"Herr Hitler?" Aku bisa mendengar suara Pemesan
Hotel Sawatzki. "Halo" Herr Hitler?"
"Ya," kataku. "Hitler di sini!"
"Aku sudah lama sekali berusaha menghubungi Anda.
Frau Bellini ingin mengabari Anda bahwa perusahaan
benar-benar bahagia!"
"Baik," kataku, "itu bagus. Tapi aku mengharapkan
sesuatu yang lebih."
"Lebih?" Sawatzki bertanya, bingung.
"Herr Sawatzki, sayang," kataku dengan acuh, "tiga
artikel koran semuanya mengatakan baik dan bagus, tapi
kita harus memiliki tujuan-tujuan yang lebih besar..."
"Artikel-artikel koran?" Sawatzki meraung. "Siapa
yang bicara tentang artikel-artikel koran" Anda sukses di
YouTube. Dan Anda mendapat hits tak berkesudahan!"
Kemudian ia menurunkan suaranya dan berkata,
"Hanya antara Anda dan aku, orang-orang di sini ingin
sekali menurunkan Anda persis setelah acara. Aku tidak
akan menyebut nama. Tapi lihatlah! Orang-orang muda
menyukai Anda!" "Kepekaan orang-orang muda belum ternoda," kataku.
"Dan itulah mengapa kami harus memproduksi
materi baru segera," kata Sawatzki dengan gembira.
"Mereka memperpanjang slot Anda. Mereka juga ingin
melakukan beberapa klip pendek! Anda harus datang
segera ke kantor! Di mana Anda?"
211 TIMUR VERMES "Di kios," kataku.
"Bagus," ujar Sawatzki. "Tetap di sana, sebuah taksi
sedang dalam perjalanan!" Ia menutupnya.
"Jadi?" penjual koran itu bertanya. "Berita bagus?"
Aku mengulurkan teleponku. "Bisakah kau menggunakan ini untuk mencari sesuatu yang bernama
U-Tube?" 212 Tujuh Belas pa yang terjadi begini. Dengan menggunakan
beberapa alat teknis, seseorang telah merekam
penampilanku dalam acara Gagmez dan memasukkannya
ke dalam Internetwork, di sebuah tempat di mana semua
orang bisa menampilkan film-film pendek mereka.
Dan semua orang bisa menonton apa pun yang mereka
inginkan, tanpa didikte oleh media gosip Yahudi. Orangorang Yahudi juga bisa menawarkan berbagai upaya
mereka yang patut dikasihani di sini, tapi orang bisa
segera melihat dengan tepat apa yang sedang terjadi:
Volk tengah menonton penampilanku bersama Gagmez
lagi dan lagi. Kau bisa mengetahui hal ini dari sebuah
angka di bawah klip filmnya.
Nah, aku tidak memberikan keyakinan yang tak
sepatutnya pada angka-angka itu. Aku sudah memiliki
cukup pengalaman bersama para kamerad partai dan
industrialis untuk mengetahui bahwa para pemburu
karier dan berbagai sosok curang lainnya yang mengintai di mana-mana, selalu bahagia memberikan per213
TIMUR VERMES tolongan ketika mereka bisa menyajikan angka-angka
dengan secara positif. Mereka memperindahnya, atau
membandingkannya dengan angka-angka lain yang
membuat penampilan mereka sendiri sangat atraktif,
sembari menekan lusinan angka lain yang akan mengungkapkan realitas yang jauh dari menyenangkan.
Karena alasan ini aku memutuskan untuk melaksanakan
sendiri tugas itu, dan aku mengecek jumlah pendaftaran
orang-orang Yahudi. Aku bahkan berusaha menerima
kenyataan"orang tidak bisa terlalu pilih-pilih dalam
masalah ini"dan melihat pada angka-angka untuk film
Chaplin, The Great Dictator. Ya, jumlah pengunjung
di sini terentang hingga tujuh angka, tapi orang harus
meletakkan hal ini dalam konteksnya yang tepat. Bagaimanapun, berbagai upaya Chaplin yang murah dan buruk
itu sudah lebih dari tujuh puluh tahun usianya, yang
berarti hampir 15.000 pengunjung per tahun. Tetaplah
bukan sebuah jumlah yang tak berarti, tapi hanya di atas
kertas, tentu saja. Karena orang harus mengasumsikan
adanya penurunan minat secara perlahan. Wajar saja
kalau keingintahuan manusia terhadap peristiwaperistiwa yang baru mestinya lebih besar dibanding
terhadap barang-barang tua yang sudah berdebu itu.
Terutama dalam sebuah kasus seperti ini: sebuah
produksi hitam-dan-putih, sementara orang-orang
zaman sekarang terbiasa dengan warna-warna cerah.
Orang mungkin berasumsi bahwa film ini telah menarik
sebagian besar pengunjung Internetwork pada 1960an dan "70-an. Belakangan ini, mungkin paling banter
hanya ada sekitar seratus per tahun, kemungkinan besar
para mahasiswa film, beberapa rabi, dan para "penonton
214 HITLER BANGKIT LAGI spesialis" lain seperti mereka. Selama tiga hari terakhir,
aku dengan mudah melewati angka ini seribu kali lipat
atau lebih. Aku melihat semua ini sangat menarik, untuk satu
alasan spesifik tertentu.
Hingga titik ini, pengalamanku yang paling positif
dalam melakukan pencerahan dan propaganda publik
adalah dengan metode-metode yang sangat berbeda
dari metode propaganda yang digunakan saat ini. Aku
telah bekerja dengan pasukan kemeja coklat S.A., yang
melambai-lambaikan bendera di belakang lori ketika
mereka berkendara melewati kota, menghantamkan
tinju mereka ke wajah para pejuang Bolshevist Red
Front, memecahkan tengkorak mereka dengan tongkat
pemukul dan, dengan dukungan penuhku, juga berusaha
menjejalkan akal sehat ke dalam diri para komunis
dungu itu dengan sepatu bot militer mereka. Kini aku
mengamati bahwa sekadar daya tarik sebuah ide, sebuah
pidato, ternyata bisa memikat ratusan ribu orang untuk
menonton dan terlibat dalam perdebatan intelektual.
Sebenarnya, hal ini sangat sulit dipahami. Bahkan ini
jelas tidak mungkin. Sesuatu sedang membuatku resah,
sebuah kecurigaan, jika bukan ketakutan, jadi aku segera
menelepon Sensenbrink. Ia sedang bersemangat.
"Apakah kau telah melihat angkanya?" ia bergembira.
"Kau baru saja mencapai 700.000, dan angka itu akan
terus bertambah sepanjang waktu. Ini gila. Kau di luar
dugaan." "Memang," kataku, tidak terlalu paham dengan segala
yang ia katakan. "Tapi aku rasa kegembiraanmu terlalu
berlebihan. Itu tak mungkin masuk akal!"
215 TIMUR VERMES "Apa" Apa maksudmu" Kau angsa emas kami, pak
tua! Percayalah padaku, ini baru landasannya. Kita akan
melesat ke angkasa."
"Tapi kau masih harus membayar semua orang!"
"Orang yang mana?"
"Aku sendiri menangani propaganda untuk beberapa
waktu. Dan aku tahu bahwa untuk membawa 700.000
orang ke pihakmu kau perlu 10.000 orang. Dan mereka
haruslah orang yang fanatik."
"Sepuluh ribu orang" Sepuluh ribu orang apa?"
"Sepuluh ribu orang tentara S.A., secara teoretis.
Dan itu sebuah perkiraan yang konservatif. Tapi aku
membayangkan kau belum mempunyai sebuah tentara
S.A., "kan" Jadi kau membutuhkan sekurangnya 15.000."
"Kau orang aneh," Sensenbrink mengerang, meskipun
ia masih terdengar senang. Aku tidak bisa yakin, tapi
kurasa diriku mendengar bunyi gelas berdenting di latar
belakang. "Tapi hati-hati, suatu hari nanti seseorang
akan menanggapimu dengan serius!" Dan ia menutup
telepon. Dan dengan demikian tampaknya masalahnya sudah
selesai. Jelas, Sensenbrink tak ada hubungannya dengan
hal itu. Dukungan ini tampaknya berasal dari Volk itu
sendiri. Sensenbrink pastilah seorang pembohong tak
bermoral, tentu saja, seorang penipu; keraguan ini masih
tetap ada, ini persis merupakan risiko yang dihadapi
seseorang jika ia tidak memilih bawahannya sendiri.
Tapi secara keseluruhan ia tampaknya seorang teman
yang bisa dipercaya. Dan aku pun memulai produksi
materi tambahan untuk program.
Seperti yang selalu terjadi, ketika orang mendapat
216 HITLER BANGKIT LAGI beban berlebih secara kreatif mereka memunculkan
usulan-usulan yang paling meragukan. Aku harus
memfilmkan laporan-laporan aneh seperti "Sang F"hrer
mengunjungi bank" atau "Sang F"hrer di kolam renang".
Aku segera menolak mentah-mentah omong kosong
seperti itu. Harus menonton para politikus terlibat dalam
olahraga tak lebih dari sebuah keadaan memalukan bagi
Volk. Kegiatan-kegiatan olahragaku segera terhenti
begitu aku mengambil alih kekuasaan. Para pemain
bola, penari"merekalah yang ingin ditonton orang,
tengah melakukan gerakan-gerakan mereka dengan
sempurna. Disiplin mereka bahkan meningkat hingga
ke derajat seni yang agung. Dalam atletik, misalnya,
sebuah lemparan lembing yang sempurna adalah
pemandangan yang luar biasa untuk dilihat. Namun
kemudian bayangkan seseorang seperti G"ring ikut,
atau ibu kanselir itu. Siapa yang ingin menyaksikan salah
satu dari dua ikan paus ini berusaha untuk lari gawang"
Bukan sebuah pemandangan yang bagus.
Tentu saja ada orang yang akan mendebat, "Ibu
kanselir itu harus menunjukkan pada Volk bahwa
dirinya adalah seorang pemimpin yang dinamis. Untuk
ini ia tidak perlu berusaha menunjukkan lompatan
atau senam ritmik, tapi lebih baik melakukan sesuatu
yang lebih tidak berbahaya, seperti golf. Tentu saja
itu akan bisa dilakukan." Hal yang seperti itu akan
menjadi perbincangan di lingkaran para pengagum
Inggris yang konservatif. Tapi siapa pun yang telah
melihat golf dimainkan dengan standar yang tinggi
pasti tidak akan menonton seorang sipir penjara yang
tak menarik bermain-main selama berjam-jam. Dan
217 TIMUR VERMES apa yang dikatakan para negarawan lain" Pagi harinya,
ia dengan susah payah mengikuti seluk-beluk kebijakan
ekonomi, di sore harinya ia keluar di lapangan golf,
melakukan ayunan yang kikuk di lapangan rumput. Dan
mengenai tampil mengenakan celana renang"nah, itu
adalah hal yang paling konyol dari semuanya. Kau tak
bisa membujuk Mussolini untuk tidak melakukannya.
Dan yang lebih baru, orang yang diduga pemimpin
Rusia juga melakukan hal itu. Orang yang menarik,
pastinya, tapi menurutku itu adalah sebuah kesimpulan
yang tak terelakkan: di saat seorang politikus membuka
kemejanya, kebijakannya mati di dalam air. Yang akan ia
katakan adalah, "Dengar, saudara-saudara sebangsaku,
aku telah membuat temuan yang paling luar biasa:
kebijakan-kebijakanku tampak lebih baik tanpa memakai kemeja."
Jenis usulan omong kosong macam apa itu"
Aku bahkan telah membaca bahwa seorang menteri
perang Jerman baru-baru ini difoto dengan seorang
gadis di sebuah kolam renang. Sementara pasukannya
berada di medan tempur, atau setidaknya menyiapkan
diri untuk ditempatkan di medan perang. Seandainya
aku berkuasa, ini akan menjadi hari terakhir lelaki itu
dalam jabatannya. Aku tidak ingin diganggu dengan
surat pengunduran diri"kau meletakkan sebuah
pistol di mejanya, sebuah peluru di dalam laras, kau
tinggalkan ruangan, dan jika bajingan itu memiliki
sedikit saja rasa kesusilaan maka ia tahu apa yang harus
dilakukannya. Dan jika tidak, pagi berikutnya peluru
itu sudah bersarang di otaknya, dan ia menelungkup di
kolam. Kemudian semua orang lain di kementerian tahu
218 HITLER BANGKIT LAGI apa yang akan terjadi jika kau menusuk pasukanmu dari
belakang saat mengenakan celana renang.
Tidak, sejauh menyangkut diriku, kelakar mandi
seperti itu sama sekali tidak mungkin.
"Jadi, apa yang ingin kau lakukan sebagai gantinya,
jika itu tidak cocok denganmu?"
Pertanyaan ini dimuntahkan padaku oleh seorang
bernama Ulf Bronner, seorang asisten direktur, barangkali berusia pertengahan tiga puluhan dan seorang lelaki
dengan pakaian yang sangat buruk. Tetapi, dia pakaiannya
tidak sekumuh para juru kamera; dari pekerjaanku
belakangan ini untuk dan dengan perusahaan-perusahaan penyiaran, aku mengetahui bahwa mereka
adalah orang-orang yang tampak paling tidak rapi
dalam setiap bentuk pekerjaan, dikalahkan hanya oleh
para fotografer pers. Aku tidak tahu mengapa harus
begitu, tapi sejauh yang bisa kulihat para fotografer pers
tampak mengenakan baju compang-camping bekas para
juru kamera televisi. Mungkin mereka membayangkan
bahwa tak ada seorang pun yang melihat mereka, karena
bagaimanapun kamera ada di tangan mereka.
Tiap kali aku menemukan gambar seseorang yang
tidak menarik di sebuah majalah"mereka mungkin
meringis atau semacamnya"aku sering bertanya-tanya
terlihat seperti apa fotografernya.
Si Bronner ini berbusana lebih baik daripada itu, tapi
tidak jauh lebih baik. "Aku berurusan dengan politik," kataku. "Juga dengan
isu-isu yang terentang melampaui politik."
"Bagaimana bisa itu dibuat lucu?" Bronner menggerutu. "Semua politik adalah omong kosong. Tapi ini


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

219 TIMUR VERMES bukan acaraku, "kan?"
Selama bertahun-tahun aku telah mempelajari
bahwa keyakinan fanatik terhadap tujuan bersama
tidak selalu penting. Dan dalam beberapa perkara,
hal itu bahkan bisa menjadi penghalang. Aku telah
melihat para sutradara yang atas nama seni tidak
mampu menghasilkan sebuah film yang bisa dipahami.
Pada akhirnya aku lebih suka ketidakpedulian Bronner;
setidaknya itu membuat tanganku sangat bebas ketika
mengolok-olok berbagai pencapaian menyedihkan
para wakil rakyat yang dipilih secara demokratis. Dan
karena orang harus menyederhanakan hal-hal ketika
dimungkinkan, aku memilih topik yang paling dasar"
secara harfiah. Aku memulai suatu pagi dengan berdiri
di luar sebuah taman kanak-kanak, di sebelah sekolah
tak biasa yang sekarang sudah sering aku lewati dalam
banyak kesempatan. Berkali-kali, aku mengamati kelakuan tidak bertanggung jawab para sopir mobil, yang
mengebut dengan kecepatan tinggi, dengan ceroboh
membahayakan nyawa dan kesejahteraan anak-anak
kita. Dalam sebuah pidato singkat aku melancarkan
serangan brutal pada kegilaan kebut-kebutan ini,
kemudian kami mengambil gambar para pembunuh
anak-anak yang konyol ini, yang kemudian dimasukkan
ke dalam acara. Reaksi yang kami timbulkan luar biasa.
"Apakah kau sedang melakukan acara kamera
tersembunyi?" "Tentu saja tidak, perempuanku sayang. Kamera itu di
sini, tidakkah kau lihat?" Aku menunjuk pada perangkat
rekaman dan para kamerad kameraku, berbicara padanya dengan lembut dan sabar, karena pemahaman
220 HITLER BANGKIT LAGI seorang perempuan akan masalah-masalah teknis selalu
agak lemah. Ketika aku menuntaskan penjelasanku, aku
bertanya apakah perempuan itu adalah pengunjung
tetap di kawasan tersebut.
"Yang berarti bahwa para pengendara mobil ini
mungkin telah menarik perhatianmu."
"Y-yaaaa," dia berkata dengan pelan. "Mengapa kau
tanyakan?" "Apakah kau sepakat denganku bahwa, karena kelakuan yang ditunjukkan oleh begitu banyak pengemudi
mobil, orang pasti mencemaskan anak-anak yang bermain di sana?"
"Emmm... aku rasa, kira-kira begitu, tapi... apa yang
ingin kau capai?" "Suarakan kekhawatiranmu sebebas yang kau inginkan, perempuan dan kameradku sayang!"
"Tunggu dulu! Aku bukan kamerad siapa pun! Tapi
karena Anda bertanya... aku kadang-kadang memang
sedikit marah ketika aku lewat di sini bersama anakanak..."
"Lalu mengapa pemerintah yang dipilih dengan
bebas ini tidak memberikan hukuman yang lebih keras
terhadap para pembalap yang begitu ceroboh seperti
ini?" "Aku tidak tahu..."
"Kita akan mengubah ini! Untuk Jerman. Kau dan
aku! Hukuman apa yang kau sarankan?"
"Hukuman apa yang aku sarankan?"
"Apakah kau pikir hukuman yang berlaku sekarang
sudah memadai?" "Aku tak yakin..."
221 TIMUR VERMES "Atau apakah hukuman itu tidak cukup atau tidak
diterapkan dengan cukup keras?"
"Tidak, tidak"Aku tidak menginginkan itu."
"Apa maksudmu" Bagaimana dengan anak-anak?"
"Maksudku itu... itu tak masalah. Tak masalah seperti
adanya sekarang. Aku benar-benar bahagia!"
Ini sebuah respons yang lazim. Rasanya seperti
hidup dalam sebuah iklim ketakutan, dan ini di bawah
suatu bentuk pemerintahan yang seharusnya begitu
bebas. Perempuan polos dan tak berdosa dari Volk ini
tidak berani berbicara terbuka di hadapanku ketika
aku mendekatinya dalam seragam tentaraku yang sederhana. Aku terkejut. Dan ini reaksi dari kira-kira tiga
per empat orang yang kuajak bicara. Seperempat yang
lain bertanya, "Apakah kau petugas keamanan baru di
sini" Akhirnya ada orang yang mengatakan sesuatu! Ini
benar-benar memalukan. Mereka semua seharusnya
dipenjara!" "Kalau begitu, kalian meminta pemenjaraan?"
"Paling tidak!"
"Aku kira hukuman mati telah dihapuskan..."
"Sayangnya begitu!"
Mengikuti prinsip yang sama aku kini mengecam
kebobrokan apa pun yang kuamati, entah dengan mata
kepalaku atau dalam laporan-laporan media. Makanan
beracun, pengemudi-pengemudi mobil yang menelepon
dengan perangkat seluler mereka ketika menyetir,
kebiasaan berburu yang barbar, dan banyak lagi. Dan
yang membuatku tercengang, orang-orang ini tidak
menuntut hukuman yang kejam atau, yang lebih sering,
tidak berani mengungkapkan pikiran mereka. Ada satu
222 HITLER BANGKIT LAGI peristiwa di mana hal ini terlihat sangat jelas. Sejumlah
besar orang telah berkumpul di pusat kota untuk
berdemonstrasi melawan pemerintah. Tampaknya tak
terpikirkan oleh siapa pun untuk memilih solusi yang
paling jelas"pasukan pendobrak"tapi setidaknya
mereka telah membangun sejenis tenda pasar untuk
mengumpulkan tanda tangan, yang bertujuan untuk
mencegah angka aborsi yang sangat tinggi di Jerman,
yaitu 100.000 per tahun. Tentu saja, pemusnahan darah Jerman dalam skala
begitu besar juga tidak bisa kuterima. Setiap orang bodoh
bisa melihat bahwa, dengan mengasumsikan lima puluh
persen adalah anak laki-laki, ini akan menyebabkan
kehilangan tiga divisi dalam jangka menengah. Jika
bukan empat. Namun, di hadapanku, orang-orang
yang jujur dan sopan ini tidak ingin mengartikulasikan
keyakinan mereka, dan tak lama setelah kami tiba
demonstrasi bubar begitu saja.
"Apa yang bisa kita katakan?" Aku bertanya pada
Bronner. "Tiba-tiba orang-orang malang ini tampak
berubah. Habislah apa yang disebut kebebasan berekspresi."
"Luar biasa," Bronner terkesiap. "Itu bahkan lebih
baik daripada kejadian dengan para pemilik anjing yang
memprotes kewajiban menuntun anjing!"
"Tidak," aku berkata. "Kau salah paham. Para pemilik
anjing yang menolak itu bukanlah orang Jerman yang
terhormat. Mereka semua Yahudi. Tidakkah kau lihat
bintang-bintang" Mereka langsung tahu siapa yang
mereka hadapi." "Mereka bukan Yahudi," Bronner memprotes. "Bukan
223 TIMUR VERMES "Yahudi" yang tertulis di bintang-bintang, yang tertulis
adalah "Anjing"."
"Nah, itu dia, begitu khas Yahudi," Aku menjelaskan.
"Yang ia lakukan adalah menebar kebingungan. Dan
kemudian dalam api kebingungan ia memasak sup
beracun yang berlemak."
"Tapi itu..." Bronner terengah-engah, dan kemudian
ia tertawa. "Kau benar-benar luar biasa!"
"Aku tahu," kataku. "Omong-omong, apakah seragam
untuk para juru kameramu sudah datang" Di masa
depan gerakan ini harus tampak menyatu!"
Ilham kami disambut dengan antusiasme liar di
kantor perusahaan produksi.
"Kau bahkan bisa mengubah seorang paderi menjadi
ateis," Madame Bellini tertawa ketika ia melihat materi
itu. "Kau akan berpikir begitu, tapi aku telah membuat
berbagai upaya yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan itu," aku mengenang. "Bahkan tidak satu mantra
pun di dalam sebuah kamp bisa memperdaya banyak
dari para setan-penipu itu."
Film-film pendek itu disertakan dalam acara
Gagmez dua minggu setelah penayangan perdanaku,
dan ditambah dengan orasi penuh semangat yang
aku sampaikan menjelang acara berakhir. Setelah
empat minggu berjalan, aku ditugasi untuk diberikan
segmen lain. Hampir benar-benar terasa bahwa diriku
mengalami usia awal dua puluhan sekali lagi. Dengan
perbedaan bahwa dulu aku menguasai sebuah partai.
Kali ini, yang kukuasai adalah sebuah acara televisi.
Selain itu, penilaianku terhadap karakter Gagmez
224 HITLER BANGKIT LAGI terbukti benar. Sebuah kebencian tertentu telah bergejolak dalam dirinya ketika ia melihat pengaruh dan
kekuasaanku meningkat pada acaranya, dan prinsip
sang F"hrer menyatakan dirinya sendiri dengan lebih
tegas. Namun lelaki itu tidak memberikan perlawanan
atas perkembangan ini. Meskipun ia tidak benarbenar menerima keputusan perusahaan, protes yang
diajukannya lemah, sementara di belakang layar ia
kadang-kadang marah kepada mereka yang berwenang.
Jika berada di posisinya, aku akan mengerahkan segala
kemampuanku; sejak awal aku akan dengan terus
terang menolak menoleransi campur tangan apa pun;
tanggapanku terhadap campur tangan pertama adalah
mengancam akan menghentikan semua pekerjaan
untuk perusahaan itu"apa peduliku pada segala
macam kontrak" Tapi Gagmez bertingkah mengikuti
pola yang lazim; dalam keputusasaan ia berpegangan
pada pencapaiannya yang menyedihkan, ketenarannya
yang meragukan, pada slot televisinya, seolah-olah itu
Manusia Muka Kucing 3 Kicau Kacau Karya Indra Herlambang Tongkat Sakti Berbulu Domba 2

Cari Blog Ini