Ceritasilat Novel Online

Anne Of Island 2

Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery Bagian 2


dan kekuatan, sedangkan kepedihan yang kita timbulkan sendiri melalui
kebodohan dan kejahatan adalah hal yang paling berat" Tapi, kita tidak
boleh membicarakan kesedihan pada sore seperti ini. Sore ini diciptakan
hanya untuk menikmati hidup, bukan?"
"Andai aku bisa, aku ingin kau selalu gembira dan bahagia, Anne," kata
Gilbert penuh perasaan. "Itu berarti kau tidak bijaksana," jawab Anne buru-buru. "Aku yakin tak
ada kehidupan yang dapat berkembang dengan baik dan menjadi utuh
tanpa adanya cobaan dan kepedihan"walaupun mungkin kita baru akan
mengakui itu jika kita cukup nyaman. Ayo"yang lain telah sampai di
paviliun dan memanggil kita."
Mereka semua duduk di paviliun kecil di taman, memandang matahari
musim gugur yang terbenam dan memancarkan cahaya merah tua dan
keemasan. Di kiri mereka terbentang Kingsport, atap-atap dan puncak
gereja menjadi suram di bawah selubung asap ungu. Di kanan mereka
terbentang pelabuhan, berwarna merah dan tembaga di bawah lembayung
senja. Di depan mereka tampak air berkilauan, sehalus satin, dan berwarna
abu-abu keperakan. Di belakang mereka Pulau William yang gundul
membayang dari balik kabut, menjaga kota itu bagaikan seekor bulldog
yang gagah. Mercusuar di pulau itu memanggil dengan cahayanya melalui
kabut bagaikan sebuah bintang berkelap-kelip, dan panggilannya dijawab
oleh mercusuar lain jauh di kaki langit.
"Pernahkah kalian melihat tempat yang tampak begitu kuat?" tanya
Philippa. "Aku tidak menginginkan Pulau William, tapi aku yakin aku tak
dapat memperolehnya meskipun aku menginginkannya. Lihatlah penjaga
di puncak benteng itu, tepat di samping bendera. Dia terlihat seperti dari
negeri romansa, ya?"
"Omong-omong soal romansa," kata Priscilla, "kami tadi mencari bunga
heather"tapi, tentu saja, kami tak dapat menemukan satu pun. Sudah
terlambat jika mencarinya pada musim ini, kurasa."
"Heather!" seru Anne. "Heather tidak tumbuh di Amerika, bukan?"
"Hanya ada dua taman bunga heather di seluruh benua ini," kata Phil,
"satu bidang di sini, di taman ini, dan satu lagi di Nova Scotia, aku lupa di
mana. Resimen Highland yang terkenal, Black Watch, mendirikan kemah
di sini selama satu tahun, dan, saat para tentara itu membuang jerami dari
tempat tidur mereka, ada bibit heather yang bertunas."
"Oh, betapa menyenangkan!" kata Anne terpesona.
"Ayo pulang lewat Spofford Avenue," usul Gilbert. "Kita dapat melihat
semua "rumah indah tempat tinggal para bangsawan kaya". Spofford
Avenue adalah jalan permukiman terbaik di Kingsport. Tak seorang pun
yang bisa membangun rumah di sana kecuali jika dia jutawan."
"Oh, ayo lewat sana," kata Phil. "Ada tempat kecil yang sangat bagus
yang ingin kuperlihatkan padamu, Anne. TEMPAT itu tidak dibangun oleh
seorang jutawan. Tempat itu tempat pertama yang terlihat setelah
meninggalkan taman, dan tempat itu pastilah tumbuh saat Spofford
Avenue masih berupa jalan desa. Tempat itu PASTI tumbuh dengan
sendirinya"bukan dibangun! Aku tak peduli dengan rumah-rumah lain
yang ada di jalan itu. Rumah-rumah itu terlalu baru dan berkilau. Tapi,
tempat kecil itu bagaikan tempat impian"dan namanya"tapi tunggu
sampai kau lihat sendiri."
Mereka melihat rumah itu saat mereka berjalan menaiki bukit dengan
barisan pinus dari taman. Di puncak bukit, tempat Spofford Avenue
berakhir perlahan-lahan menjadi satu jalan mulus, berdirilah sebuah rumah
papan kayu putih dengan segerombol pinus di kedua sisinya, dengan dahan
terentang seakan melindungi atap rumah yang rendah. Rumah itu ditutupi
oleh tanaman rambat berwarna merah dan emas, dan jendela-jendela
dengan daun jendela berwarna hijau mengintip dari baliknya. Di depan
rumah itu ada sebuah taman kecil, dikelilingi oleh tembok batu rendah.
Walaupun saat itu bulan Oktober, taman itu masih sangat indah dengan
semak-semak dan bunga-bunga surgawi yang kuno dan indah"peony,
southern-wood, lemon verbena, alyssum, petunia, marigold, dan krisan.
Tembok batu kecil, dengan pola tulang ikan, mengapit jalan dari gerbang
hingga teras depan. Seluruh tempat itu seakan dipindahkan dari suatu desa
terpencil, tapi ada sesuatu dari tempat itu yang menyebabkan tetangga
terdekatnya, istana besar yang dikelilingi oleh taman milik seorang raja
tembakau, tampak kasar, sombong dan kurang berselera. Seperti yang
dikatakan Phil, ada perbedaan jelas antara dilahirkan dan dibangun.
"Ini adalah tempat terindah yang pernah kulihat," kata Anne bahagia.
"Tempat ini menimbulkan perasaan merinding yang menyenangkan,
seperti dulu. Tempat ini lebih indah dan lebih unik daripada rumah batu
Miss Lavendar." "Aku ingin kalian memerhatikan nama tempat ini," kata Phil. "Lihatlah
"ditulis dengan huruf putih, di lengkungan di gerbang itu. "Patty"s Place".
Bukankah itu luar biasa" Terutama di jalan ini dengan nama-nama rumah
bergaya seperti Pinehursts dan Elmwolds maupun Cedarcrofts" "Patty"s
Place," bayangkan! Aku mengagumi tempat ini."
"Apa kau tahu siapa Patty itu?" tanya Priscilla.
"Patty Spofford adalah nama wanita tua pemilik tempat ini, begitu yang
kutahu. Dia tinggal di sana dengan keponakannya, dan dia tinggal di sana
selama ratusan tahun, kurang"lebih mungkin kurang sedikit, Anne.
Sengaja agak kulebih-lebihkan agar puitis. Aku tahu bahwa para orang
kaya telah mencoba membeli tempat itu bertahun-tahun lalu tapi"tempat
itu cukup mahal, lho"tapi "Patty" tak akan menjualnya. Dan, ada sebuah
kebun apel di halaman di belakang rumah"kalian akan melihatnya jika
kita bisa masuk ke sana"kebun apel sungguhan di Spofford Avenue!"
"Aku akan memimpikan "Patty"s Place" malam ini," kata Anne. "Wah,
aku merasa seakan-akan aku berasal dari tempat itu. Aku ingin tahu
apakah kita akan bisa melihat dalamnya, jika mungkin."
"Itu tak mungkin," kata Priscilla.
Anne tersenyum misterius.
"Tidak, itu tak mungkin. Tapi aku yakin itu akan terjadi. Aku merasakan
perasaan yang merambat, membuat merinding, dan aneh"kalian boleh
menyebutnya firasat"tapi "Patty"s Place" dan aku sepertinya akan jadi
teman baik." PULANG KE RUMAH Tiga minggu pertama di Redmond terasa begitu lama, tetapi sisa semester
terasa bagai diterbangkan angin. Sebelum mereka sadar, mahasiswamahasiswi Redmond mendapati diri mereka sibuk belajar untuk ujian
Natal, dan merasa lebih berbahagia atau lebih sedih setelah ujian selesai.
Nilai tertinggi diraih berganti-ganti oleh Anne, Gilbert, atau Philippa,
Priscilla mendapat nilai baik sekali, Charlie Sloane mendapat nilai yang
cukup baik walaupun diraih dengan susah payah, dan dia bersikap puas
diri seolah dialah yang meraih semua nilai tertinggi.
"Aku tak percaya bahwa besok aku sudah ada di Green Gables," kata
Anne pada malam sebelum keberangkatan pulang liburan. "Tapi aku akan
berada di sana. Dan kau, Phil, akan berada di Bolingbroke dengan Alec
dan Alonzo." "Aku sangat ingin menemui mereka," aku Phil, sambil mengunyah
cokelat. "Mereka pria yang menyenangkan, kau tahu. Di sana akan ada
dansa, dan acara berkuda, dan jambore tanpa akhir. Aku tak akan
memaafkanmu, Ratu Anne, karena tidak mau ikut pulang bersamaku
liburan ini." "Kau paling hanya tahan marah padaku paling lama tiga hari, Phil. Kau
sangat baik karena mengundangku ke rumahmu"dan aku sangat ingin
pergi ke Bolingbroke suatu saat nanti. Tapi, aku tak bisa pergi tahun "ini
aku HARUS pulang ke rumah. Kau tak tahu betapa aku merindukannya."
"Kau pasti tak akan menikmatinya," goda Phil. "Kurasa akan ada satu
atau dua acara membuat selimut, dan semua tukang gosip tua di sana akan
berbicara di depanmu dan juga membicarakanmu di belakang. Kau akan
mati kesepian, Nak."
"Di Avonlea?" kata Anne, sangat geli.
"Nah, jika kau ikut denganku kau akan bersenang-senang. Bolingbroke
akan tergila-gila padamu, Ratu Anne"rambutmu dan gayamu juga, oh,
segalanya! Kau sangat BERBEDA. Kau akan sukses"dan aku akan
terkena imbasnya?"bukan mawar, tapi berada dekat mawar itu." Ayolah
ikut, Anne." "Ceritamu mengenai keberhasilan sosial sangat menarik, Phil, tapi aku
akan membuat ceritaku sendiri untuk mengimbanginya. Aku akan pulang
ke rumah petani desa kuno, dulu berwarna hijau tapi sekarang warnanya
agak memudar, yang terletak di antara daun-daun apel yang tumbuh di
perkebunan. Di bawahnya ada sebuah sungai dan hutan cemara Desember
di belakangnya, di sana aku dapat mendengar bunyi harpa dipetik oleh
jari-jari hujan dan angin. Tak jauh ada sebuah kolam yang saat ini tentulah
warnanya telah berubah menjadi abu-abu. Di dalam rumah itu ada dua
wanita tua, yang satu tinggi kurus, dan yang satu lagi pendek gemuk, dan
juga ada sepasang anak kembar, yang satu adalah anak yang sangat baik,
dan yang satu lagi adalah apa yang disebut Mrs. Lynde sebagai "setan
cilik". Di lantai atas di atas teras, ada sebuah kamar kecil. Di sana impianimpian lama tergantung di mana-mana, dan tempat tidur bulu yang besar,
gemuk, dan agung akan terlihat begitu mewah dibandingkan kasur di
rumah pondokan. Apakah kau menyukai ceritaku, Phil?"
"Kedengarannya membosankan," kata Phil, sambil menyeringai.
"Oh, tapi aku melewatkan satu hal yang akan mengubahnya," kata Anne
lembut. "Di sana ada cinta, Phil"cinta yang setia dan lembut, cinta yang
tak akan pernah kutemukan di tempat lain di dunia ini"cinta yang
menungguku. Nah, ceritaku begitu indah, bukan" Bahkan walaupun
warnanya tidak cerah-cerah amat?"
Phil berdiri dengan diam, melemparkan kotak cokelatnya, berjalan
mendekati Anne, dan merangkulnya. "Oh, Anne, aku harap aku seperti
dirimu," katanya dengan serius.
Diana menjemput Anne di Stasiun Carmody pada malam berikutnya, dan
mereka berkereta bersama di bawah langit sunyi berhiaskan bintang.
Green Gables terlihat seperti sedang berpesta saat mereka masuk ke jalan
menuju rumah. Ada cahaya di setiap jendela, kilauannya menembus
kegelapan bagai bunga merah api yang tergantung di depan Hutan
Berhantu yang gelap. Dan, di halaman ada api unggun dengan dua sosok
kecil yang menari gembira mengelilinginya, salah satu sosok itu
mengeluarkan pekikan saat kereta kuda itu berbelok di bawah pohon
poplar. "Maksud Davy, itu teriakan perang Indian," kata Diana. "Pekerja Mr.
Harrison mengajarkan itu pada Davy, dan dia telah berlatih untuk
menyambutmu dengan teriakan perang itu. Mrs. Lynde berkata teriakan itu
menyebabkan saraf-saraf tuanya terguncang. Davy mengendap-endap di
belakang Mrs. Lynde, kau tahu, lalu berteriak sekencang-kencangnya. Dia
memutuskan untuk membuat api unggun bagimu. Davy menumpuk
ranting-ranting pohon pada malam sebelumnya dan terus-menerus
meminta Marilla agar mengizinkannya menuangkan sedikit minyak tanah
di atas ranting-ranting itu sebelum menyalakan api. Aku pikir Marilla
mengizinkannya, kalau mencium baunya, walaupun Mrs. Lynde bilang
bahwa Davy akan meledakkan dirinya sendiri dan juga orang lain jika dia
dibiarkan menyalakan api unggun."
Pada saat itu Anne telah turun dari kereta kuda, dan Davy dengan
gembira memeluk lutut Anne, sedangkan Dora menggenggam tangannya.
"Api unggunnya bagus banget, kan, Anne" Ayo aku kasih tahu cara
menyodoknya"lihat apinya" Ini buatmu Anne, karena aku senang banget
kau pulang." Pintu dapur terbuka dan siluet tubuh kurus Marilla terlihat gelap karena
cahaya dari dapur. Dia lebih suka bertemu Anne dalam gelap, karena dia
sangat takut tak bisa menahan tangis gembira"dia, Marilla yang kaku dan
tegas, orang yang mengajarkan bahwa memperlihatkan emosi merupakan
hal yang tak pantas. Mrs. Lynde berdiri di belakangnya, ramah dan
keibuan, tetap seperti dahulu. Cinta yang disebutkan Anne kepada Phil
telah menunggunya, mengelilinginya, dan membungkusnya dengan berkah
dan keramahannya. Tak ada satu pun di dunia ini yang dapat menyaingi
ikatan lama, teman lama, dan Green Gables! Mata Anne begitu berbinarbinar saat mereka duduk di meja makan yang penuh terisi, pipinya begitu
kemerahan, tawanya begitu ceria! Dan, Diana juga akan ada di sana
sepanjang malam. Betapa rasanya bagaikan seperti dulu! Cangkir teh
berbentuk kuntum mawar menghiasi meja! Tapi seperti biasa, Marilla
berusaha bersikap tenang dan mengurangi kegembiraan yang menurutnya
berlebihan. "Kau dan Diana pasti akan ngobrol sepanjang malam," kata Marilla
menyindir saat kedua gadis itu menaiki tangga. Marilla selalu sarkastis
saat merasa tak bisa menumpahkan emosinya.
"Ya," kata Anne senang, "tapi aku akan menemani Davy tidur dulu. Dia
memaksa." "Tentu saja," kata Davy, saat mereka berjalan di lorong. "Aku ingin ada
yang mendengarku berdoa lagi. Nggak menyenangkan mengucapkan doa
sendiri." "Kau tidak mengucapkannya sendirian, Davy. Tuhan selalu bersamamu
dan mendengarmu." "Yah, aku nggak akan bisa ngeliat Dia," bantah Davy. "Aku ingin
mengucapkan doa pada orang yang bisa kulihat, tapi aku Nggak AKAN
mengucapkannya pada Mrs. Lynde atau Marilla!"
Meskipun demikian, saat sudah memakai baju malam flanel abu-abunya,
Davy tidak terlihat bergegas untuk berdoa. Dia berdiri di depan Anne,
berjalan dengan kaki telanjang dan terlihat ragu.
"Ayo, Sayang, berlututlah," kata Anne.
Davy mendekati Anne dan membenamkan kepalanya ke pangkuan
Anne, tapi dia tidak berlutut.
"Anne," katanya dengan suara teredam. "Aku nggak pingin berdoa.
Sudah seminggu aku nggak pingin berdoa. Aku nggak berdoa kemarin
malam atau malam sebelumnya."
"Mengapa tidak, Davy?" tanya Anne lembut.
"Kau"kau tak akan marah kan kalau aku bilang?" Davy memohon.
Anne mengangkat tubuh kecil terbalut flanel abu-abu itu ke
pangkuannya dan memeluknya.
"Apakah aku pernah "marah" saat kau menceritakan sesuatu padaku,
Davy?" "E ... eng ... enggak, kau nggak pernah marah. Tapi kau terus sedih, dan
itu lebih parah. Kau akan sedih banget kalau aku bilang padamu, Anne"
dan kau juga akan malu, kurasa."
"Apakah kau melakukan hal yang nakal, Davy" Karena itu kau tak bisa
mengucapkan doa?" "Nggak, aku tak pernah melakukan hal yang nakal"belum. Tapi aku
ingin melakukannya."
"Apa itu, Davy?"
"A Aku ingin mengatakan kata kotor, Anne," Davy berkata dengan putus
asa. "Aku dengar pekerja Mr. Harrison mengucapkannya minggu lalu, dan
sejak itu aku ingin mengucapkannya SEPANJANG waktu "bahkan waktu
aku berdoa." "Kalau begitu katakan, Davy."
Davy mengangkat wajahnya takjub.
"Tapi, Anne, itu kata yang SANGAT buruk."
"KATAKAN!" Davy ragu sejenak, lalu dengan berbisik dia mengucapkan kata kotor itu
dan langsung membenamkan wajahnya di bahu Anne.
"Oh, Anne, aku nggak akan mengucapkannya lagi"nggak akan. Aku
nggak INGIN mengucapkannya lagi. Aku tahu itu jelek, tapi aku nggak
nyangka kalau begitu"begitu"aku nggak tahu kalau rasanya seperti
ITU." "Tidak, dan kurasa kau tak akan pernah ingin mengatakan itu lagi, Davy
"ataupun memikirkannya. Dan, jika aku jadi kau, aku tak akan sering
bermain dengan pekerja Mr. Harrison."
"Dia bisa membuat teriakan perang yang bagus," kata Davy sedikit
menyesal. "Tapi kau tak ingin pikiranmu dipenuhi kata-kata kotor, bukan, Davy"
Kata-kata kotor akan meracuni pikiranmu dan mengusir semua hal yang
baik dan berani." "Tidak," kata Davy terbelalak.
"Makanya jangan berteman dengan orang yang mengucapkan kata-kata
itu. Dan sekarang apa kau bisa mengucapkan doamu, Davy?"


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh, ya," kata Davy, berlutut dengan bersemangat, "Aku bisa
mengucapkannya sekarang, pasti. Sekarang aku nggak takut ngucapin "jika
ajal menjemput sebelum aku bangun", seperti saat waktu aku masih ingin
mengucapkan kata kotor itu."
Mungkin Anne dan Diana saling mencurahkan isi hati mereka
malamnya, tapi tak terlihat tanda-tanda bahwa mereka berdua kelelahan
dan terlambat tidur. Mereka berdua tampak begitu segar dengan mata
cerah saat sarapan, seperti halnya penampilan muda-mudi yang bersenangsenang dan mencurahkan isi hati sepanjang malam. Salju belum turun saat
itu, tapi saat Diana menyeberangi jembatan kayu tua dalam perjalanan
pulang, butir-butir salju putih mulai berjatuhan di atas ladang dan hutan,
yang cokelat kekuningan dan abu-abu dalam tidur mereka yang tanpa
mimpi. Dengan cepat lembah dan bukit di kejauhan terlihat pudar dan
memutih, bagaikan hantu di balik selendang, seolah musim gugur yang
pucat telah memasang cadar pengantinnya yang putih suci di rambutnya
dan menunggu sang mempelai pria musim dingin. Jadi, mereka merayakan
Natal putih, dan itu adalah hari yang menyenangkan. Pada pagi Natal,
surat dan hadiah datang dari Miss Lavendar dan Paul, Anne membukanya
dengan gembira di dapur Green Gables yang penuh dengan apa yang
disebut Davy, sambil mengendus-endus gembira, "wangi yang enak."
"Saat ini Miss Lavendar dan Mr. Irving telah menempati rumah baru
mereka," lapor Anne. "Aku yakin Miss Lavendar sangat gembira"aku
tahu itu dari nada di suratnya"tapi ada catatan dari Charlotta Keempat.
Dia sama sekali tak suka Boston, dan dia sangat kangen rumah. Miss
Lavendar ingin agar aku pergi ke Pondok Gema kapan-kapan jika sempat
dan menyalakan api untuk menghilangkan lembap, dan melihat apakah
bantal-bantal berjamur. Aku rasa aku akan mengajak Diana ke sana
minggu depan, dan kami akan menghabiskan malam dengan Theodora
Dix. Aku ingin menemui Theodora. Omong-omong, apakah Ludovic
Speed masih mengunjunginya?"
"Begitulah katanya," kata Marilla, "dan Ludovic ingin terus melakukan
itu. Orang-orang sudah bosan menanti-nanti apakah masa pacaran mereka
akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius."
"Jika aku Theodora, aku akan memaksanya sedikit," kata Mrs. Lynde.
Dan, tak ada keraguan kalau Mrs. Lynde pasti telah melakukan itu.
Ada juga surat dengan tulisan cakar ayam yang merupakan ciri khas
Philippa, penuh dengan cerita mengenai Alec dan Alonzo, apa yang
mereka katakan dan apa yang mereka lakukan, dan bagaimana tampang
mereka saat mereka melihatnya.
"Tapi aku tak dapat memutuskan siapa yang akan kunikahi," tulis Phil.
"Aku benar-benar berharap kau ikut ke sini untuk memutuskannya bagiku.
Seseorang harus melakukan itu. Saat aku melihat Alec, jantungku berdetak
keras dan aku pikir, "Pasti dialah orangnya." Kemudian, waktu Alonzo
datang, jantungku berdetak seperti itu lagi. Jadi itu bukanlah pertanda,
walaupun seharusnya itu adalah pertanda seperti yang tertulis dalam novelnovel yang pernah kubaca. Nah, Anne, jantung-MU tak akan berdetak
keras saat melihat orang lain selain Pangeran Tampan yang asli, kan"
Pastilah ada yang sangat salah dengan jantungku. Tapi, aku di sini
bersenang-senang. Aku benar-benar berharap kau ada di sini! Hari ini salju
turun dan aku sangat gembira. Aku begitu takut kami akan mendapatkan
Natal yang hijau, dan aku benci Natal hijau. Kau tahu, jika Natal dengan
suasana cokelat-abu-abu kotor, seakan ratusan tahun lalu Natal telah
ditinggalkan dan dibiarkan terendam dan basah, sebutannya malah Natal
Hijau! Jangan tanya alasannya. Seperti yang dikatakan Lord Dundreary,
"memang ada beberapa hal yang "ga bisa dipahami manusia."
"Anne, pernahkah kau naik trem dan ternyata kau tak punya uang buat
ongkos" Aku pernah, kemarin. Mengerikan sekali. Aku memiliki uang
receh saat aku naik. Kupikir uang itu ada di saku kiri mantelku. Saat aku
sudah duduk, aku meraba saku mantelku. Uang itu tak ada di sana. Aku
merinding. Aku mencari di saku yang lain. Tidak ada. Aku merinding lagi.
Lalu aku mencari di saku dalam yang kecil. Tak ada juga. Aku merinding
dua kali sekaligus. "Aku melepaskan sarung tanganku, meletakkannya di bangku, dan
mencari-cari di semua saku mantelku. Uang itu tak ada. Aku berdiri dan
mengguncang diriku, lalu memandang ke lantai. Kereta itu penuh orang,
yang baru pulang setelah menonton opera, dan mereka semua menatapku,
tapi aku saat itu tak peduli dengan hal sepele semacam itu. "Tapi aku tak
dapat menemukan uang itu. Aku menyimpulkan pastilah aku telah
memasukkan uang itu ke dalam mulut dan tak sengaja menelannya.
"Aku tak tahu harus bagaimana. Aku bertanya-tanya apakah kondektur
akan menghentikan kereta kuda dan menurunkanku dengan memalukan"
Mungkinkah aku bisa meyakinkan dia bahwa aku hanyalah korban
kecerobohanku sendiri, dan bukan makhluk hina yang mencoba menaiki
kereta kuda dengan Cuma-Cuma" Aku sangat berharap Alec atau Alonzo
ada di sana. Tetapi mereka tak ada karena aku tak ingin mereka ikut
bersamaku. Jika aku TIDAK menolak mereka tadinya, pastilah mereka ada
di sana saat itu. Dan, aku tak dapat memutuskan apa yang harus kukatakan
pada kondektur jika dia datang. Begitu aku mengarang sebuah kalimat
untuk menjelaskan keadaanku, kurasa tak seorang pun yang akan percaya
dan aku harus mengarang kalimat lain. Sepertinya tak ada jalan lain
kecuali pasrah. Aku mungkin bisa bersikap seperti wanita tua yang, saat
nakhoda berkata bahwa saat badai bahwa dia harus percaya pada Yang
Mahakuasa, berseru, "Oh, Kapten, apakah seburuk itu?"
Pada saat itu, saat semua harapan telah lenyap, dan kondektur
menyodorkan kotaknya pada penumpang di sebelahku, aku tiba-tiba ingat
di mana aku menyimpan koin celaka itu. Ternyata aku tidak menelannya.
Aku mengeluarkannya dari bagian jari telunjuk sarung tanganku dan
menjatuhkannya ke dalam kotak. Aku tersenyum pada semua orang dan
merasa bahwa dunia begitu indah."
Kunjungan ke Pondok Gema menyenangkan seperti piknik liburan.
Anne dan Diana pergi ke sana melalui jalan tua di hutan beech, sambil
membawa keranjang piknik. Pondok Gema, yang telah ditutup sejak
pernikahan Miss Lavendar, sekali lagi mendapatkan udara dan sinar
matahari, dan perapian menyala kembali dalam ruang-ruang kecil itu.
Parfum dari mangkuk mawar Miss Lavendar masih memenuhi udara. Sulit
dipercaya bahwa Miss Lavendar tidak ada di sana, dengan mata cokelatnya
yang berkilau menyambut, dan bahwa Charlotta Keempat, dengan pita
biru dan dengan senyum lebarnya, tak akan muncul di pintu. Paul juga
tampaknya ada di sana sibuk berkhayal tentang peri.
"Ini membuatku merasa seperti hantu yang mengunjungi sekilas cahaya
bulan dari masa lalu," Anne tertawa.
"Ayo ke luar dan melihat apakah gema-gema masih ada. Bawa terompet
tua itu. Benda itu masih tergantung di belakang pintu dapur."
Gema-gema masih ada, mengapung di sungai putih, dengan suara yang
jernih dan banyak seperti dulu, dan saat gema-gema itu tak lagi menjawab,
gadis-gadis itu mengunci Pondok Gema kembali dan pergi tepat pada saat
langit berwarna merah dan oranye kekuningan disinari matahari terbenam
musim dingin. LAMARAN PERTAMA ANNE Tahun itu tidaklah berlalu begitu saja dengan cahaya kehijauan dan
lembayung senja merah muda kekuningan. Sebaliknya, tahun baru ditandai
dengan angin ribut liar dan hujan salju. Suatu malam angin badai menderu
di atas padang rumput beku dan lembah hitam, dan meraung di atap
bagaikan hewan tersesat, serta meniup salju dengan kencang ke arah
jendela yang bergetar. "Pada malam seperti ini orang akan meringkuk dalam selimut mereka
dan memohon pengampunan," kata Anne pada Jane Andrews, yang datang
untuk menghabiskan sore itu dan menginap. Tapi, saat mereka meringkuk
dalam selimut di kamar beranda Anne yang kecil, bukan pengampunannya
yang Jane pikirkan. "Anne," katanya dengan sangat serius, "Aku ingin mengatakan sesuatu.
Boleh?" Anne merasa agak mengantuk setelah menghadiri pesta Ruby Gillis
malam sebelumnya. Dia lebih suka tidur daripada mendengar curahan hati
Jane, yang ia yakin pastilah membosankan. Dia tidak bisa menduga sama
sekali apa yang akan dikatakan Jane. Mungkin Jane bertunangan juga,
mengingat gosip beredar tentang Ruby Gillis yang bertunangan dengan
guru sekolah di Spencervale, yang digilai banyak gadis.
"Sebentar lagi aku akan menjadi gadis lajang terakhir dari kelompok
empat sekawan kami," pikir Anne mengantuk. Namun, dengan lantang dia
berkata, "Tentu saja."
"Anne," kata Jane, masih serius, "bagaimana pendapatmu tentang
abangku, Billy?" Anne kaget mendengar pertanyaan tak terduga ini, dan bingung. Waduh,
apa PENDAPATNYA tentang Billy Andrews" Dia tak pernah memikirkan
APA PUN tentang Billy Andrews"muka bulat, bodoh, selalu tersenyum,
Billy Andrews yang baik. Apakah ADA ORANG yang pernah berpikir
tentang Billy Andrews"
"A-ku tak mengerti, Jane," katanya gagap. "Apa maksudmu
sebenarnya?" "Apakah kau menyukai Billy?" tanya Jane terus terang.
"Wah"yah"ya, aku menyukainya, tentu saja," Anne terkesiap,
bertanya-tanya apakah dia mengatakan kebenaran. Tentu saja dia
bukannya TIDAK menyukai Billy. Tapi apakah perasaan acuh tak acuh
yang dia rasakan saat melihat Billy dapat dianggap suka" APA yang ingin
Jane sampaikan" "Apakah kau menginginkannya menjadi suamimu?" tanya Jane kalem.
"Suami!" Anne terduduk di tempat tidur, agar dapat menghadapi
masalah pendapatnya mengenai Billy Andrews dengan lebih baik. Lalu dia
menjatuhkan diri ke atas bantal lagi, terengah. "Suami siapa?"
"Suamimu, tentunya," jawab Jane. "Billy ingin menikahimu. Dia selalu
tergila-gila padamu"dan sekarang Ayah telah memberikan lahan
pertanian sebelah atas untuknya dan tak ada lagi hal yang menghalanginya
untuk menikah. Tapi, dia terlalu pemalu sehingga dia tak bisa melamarmu
sendiri, jadi dia memintaku melakukannya. Sebenarnya aku tidak ingin,
tapi dia terus menggangguku sebelum aku bilang ya. Nah, bagaimana
menurutmu, Anne?" Apakah ini mimpi" Apa ini salah satu mimpi buruk yang di dalamnya
kau menemukan dirimu bertunangan atau menikah dengan seseorang yang
kau benci atau tak kau kenal, tanpa mengerti bagaimana itu bisa terjadi"
Tidak, dia, Anne Shirley, sedang berbaring di tempat tidurnya sendiri, dan
benar-benar terjaga, dan Jane Andrews ada di sampingnya, melamarnya
untuk abangnya, Billy. Anne tidak tahu apakah dia harus sedih atau
tertawa, tapi dia tak dapat melakukan keduanya karena takut melukai
perasaan Jane. "A"kau tahu aku tak dapat menikahi Bill, Jane," Anne berhasil menarik
napas juga akhirnya. "Wah, aku tak pernah memikirkan itu"tak pernah!"
"Yah, kupikir juga tidak," aku Jane. "Billy terlalu pemalu untuk
mendekati perempuan. Tapi, mungkin kau ingin mempertimbangkannya
kembali, Anne. Billy itu pria yang baik. Aku harus mengatakan itu karena
dia abangku. Dia tak punya kebiasaan buruk dan dia adalah seorang
pekerja keras, jadi kau bisa bergantung padanya. "Seekor burung di tangan
lebih berharga daripada dua ekor burung di rerimbunan." Dia berkata
padaku bahwa dia mau menunggumu menyelesaikan kuliah, kalau kau
memaksa, walaupun sebenarnya dia LEBIH SUKA menikah musim semi
ini sebelum musim tanam dimulai. Dia akan selalu bersikap baik padamu,
aku yakin, dan kau tahu, Anne, aku akan senang jika kau menjadi
saudaraku." "Aku tak dapat menikahi Billy," kata Anne tegas. Akal sehatnya telah
pulih, dan dia juga merasa agak marah. Gagasan itu terlalu aneh. "Tak ada
gunanya memikirkan itu, Jane. Aku tidak menyukainya seperti itu, dan kau
harus mengatakannya pada Billy."
"Yah, sudah kukira kau tak akan mau," desah Jane pasrah, merasa bahwa
dia telah melakukan yang terbaik. "Aku sudah bilang pada Billy bahwa
aku tak yakin ada gunanya bertanya padamu, tapi dia memaksa. Yah, kau
telah mengambil keputusan, Anne, dan kuharap kau tak menyesalinya."
Jane berbicara dengan nada yang agak dingin. Dia memang sudah
menduga bahwa Billy tak akan memiliki kesempatan untuk menikahi
Anne. Walaupun begitu, dia merasa agak jengkel karena Anne Shirley,
seorang gadis yatim piatu yang diadopsi, tanpa orang tua atau saudara,
menolak abangnya"salah satu anggota keluarga Andrews di Avonlea.
Yah, terkadang orang yang bangga diri akan kena batunya, kata Jane
dalam hati. Anne tersenyum dalam kegelapan membayangkan bahwa dia akan
menyesal karena tidak menikah dengan Billy Andrews.
"Kuharap Billy tidak terlalu sedih karenanya," katanya manis.
Jane menggeleng cuek di bantalnya. "Oh, dia tak akan patah hati. Billy
cukup waras untuk tidak membiarkan itu terjadi. Dia juga menyukai Nettie
Blewett, dan Ibu lebih suka jika Billy menikah dengan Nettie. Nettie itu
orang yang dapat mengelola dan menabung dengan baik. Aku pikir, jika
Billy yakin bahwa kau tak akan menikahinya, dia akan menikahi Nettie.
Tolong jangan ceritakan ini pada siapa pun, ya, Anne?"
"Tentu saja aku tak akan menceritakan ini pada siapa pun," kata Anne,
yang tidak memiliki sedikit pun keinginan untuk mengumumkan bahwa
Billy Andrews ingin menikahinya, lebih memilih dirinya, akhirnya
menikahi Nettie Blewett. Nettie Blewett!
"Dan sekarang aku rasa sebaiknya kita tidur," usul Jane.
Jane tidur dengan mudah dan cepat, tetapi dia tidak menyadari bahwa
kata-katanya menyebabkan Anne tidak bisa tidur. Gadis yang baru dilamar
itu berbaring terjaga hingga pagi buta, dan lamunannya jauh dari kata
romantis. Walaupun begitu, keesokan paginya, barulah dia memperoleh
kesempatan untuk menertawakan seluruh masalah itu. Setelah Jane pulang
"masih dengan suara dan sikap yang agak dingin karena Anne telah
menolak kehormatan untuk menjadi anggota Keluarga"Andrews Anne
kembali ke kamarnya, menutup pintu, dan akhirnya tertawa.
"Andai aku bisa berbagi lelucon ini dengan seseorang!" pikirnya. "Tapi
aku tak bisa. Aku paling hanya akan bercerita pada Diana, dan walau
seandainya aku tidak berjanji pada Jane untuk merahasiakan ini, aku tetap
saja tak bisa bercerita banyak pada Diana sekarang. Karena dia akan
menceritakan semua pada Fred"aku tahu dia pasti begitu. Yah, aku telah
mendapatkan lamaran pertamaku. Aku tahu ini akan terjadi suatu saat"
tapi aku tak pernah berpikir bahwa lamaran itu akan diwakilkan. Ini sangat
lucu"tapi juga agak menyedihkan."
Anne tahu benar apa yang membuatnya sedih, walau dia tidak
mengungkapkannya dengan kata-kata. Sejak dulu ia sudah membayangkan
apa yang akan terjadi saat seseorang melamarnya. Dan dalam
bayangannya, lamaran itu selalu sangat romantis dan indah: dan
"seseorang" itu sangatlah tampan dan bermata gelap serta gagah dan juga
pandai bicara. Pria itu bisa seorang Pangeran Tampan yang akan
memperoleh jawaban "ya" penuh gairah, ataupun seseorang yang ditolak
dengan penuh sesal dengan kata-kata penolakan yang indah. Jika pria itu
adalah pria yang ditolak, Anne akan menyampaikan penolakannya dengan
begitu indah sehingga hampir sama indahnya dengan penerimaan. Lalu
pria itu akan pergi, setelah mengecup tangannya, meyakinkan bahwa dia
akan selalu mencintai Anne. Dan itu akan selalu menjadi kenangan indah,
yang patut dibanggakan dan juga agak mengharukan.
Dan, sekarang pengalaman menggairahkan itu ternyata muncul dalam
bentuk yang aneh. Billy Andrews meminta adiknya untuk mewakili dia
melamar Anne karena ayah mereka telah memberi Billy lahan pertanian di
bagian atas, dan jika Anne tidak "mau", Nettie Blewett yang akan
mendapatkannya. Nah itulah romantikamu! Anne tertawa"dan kemudian
mendesah sendu. Keindahan lamunan telah terhapus dari salah satu impian
gadis kecil. Apakah proses yang menyakitkan ini akan terus berlanjut
hingga semuanya menjadi menjemukan dan membosankan"
KEKASIH YANG TAK DIHARAPKAN DAN TEMAN YANG DISAMBUT Semester kedua di Redmond berlalu secepat yang pertama?"terbang
secepat kilat," kata Philippa. Anne menikmati semua hal yang terjadi di
semester itu sepenuhnya"persaingan kelas yang menggairahkan,
mendapatkan sahabat baru, kegiatan sosial menggembirakan, kegiatan


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dia lakukan sebagai anggota berbagai komunitas, wawasan dan
ketertarikan yang meluas. Anne belajar dengan keras, karena dia bercitacita untuk memenangi Beasiswa Thorburn di bidang bahasa Inggris. Jika
mendapatkan beasiswa itu, dia akan kembali ke Redmond tahun depan
tanpa harus mengusik tabungan Marilla"Anne telah memutuskan bahwa
dia tak mau merepotkan Marilla.
Gilbert juga mengejar beasiswa, tapi dia masih menemukan waktu untuk
sering berkunjung ke rumah pondokan di jalan St. John"s nomor tiga puluh
delapan. Dia adalah pendamping Anne hampir di semua kegiatan kampus,
dan Anne tahu bahwa mereka digosipkan sebagai pasangan di Redmond.
Anne marah mendengar gosip itu tapi dia tak dapat melakukan apa-apa,
dia tak dapat mengusir teman lama seperti Gilbert, terutama setelah
pemuda itu tiba-tiba menjadi dewasa, bijaksana serta waspada. Gilbert
tentu harus waspada karena ada banyak pemuda Redmond yang akan
dengan senang hati menggantikan tempatnya di samping mahasiswi
langsing berambut merah dengan mata abu-abu yang memikat bagaikan
bintang itu. Anne tidak pernah diikuti oleh kerumunan pemuda seperti yang berbaris
mengikut Philippa pada tahun pertamanya, tapi ada seorang mahasiswa
tingkat satu yang kurus dan pintar, seorang mahasiswa tingkat dua yang
gemuk, pendek, dan periang, dan seorang mahasiswa tingkat tiga yang
pintar dan tinggi, yang sering berkunjung ke St. John"s nomor tiga puluh
delapan dan bercakap-cakap dengan Anne mengenai berbagai masalah
keilmuan dan budaya, maupun hal-hal lain.
Gilbert tidak menyukai salah seorang pun dari saingan-saingannya itu,
dan dia sangat berhati-hati untuk tidak memberi seorang pun kesempatan
dengan cara tidak tergesa-gesa menunjukkan perasaannya yang sebenarnya
pada Anne. Bagi Anne, Gilbert telah menjadi sahabatnya seperti waktu di
Avonlea, dan dengan begitu Gilbert dapat mempertahankan posisinya
melawan pria-pria lain yang mendekati Anne. Anne mengakui dengan
jujur bahwa tak ada teman sebaik Gilbert. Dia sangat senang, kata Anne
pada diri sendiri, bahwa Gilbert telah menyingkirkan semua gagasan tak
masuk akalnya tentang mereka berdua"walau diam-diam Anne sering
bertanya-tanya kenapa. Hanya ada satu insiden yang terjadi pada musim dingin itu. Pada suatu
malam, Charlie Sloane, yang duduk dengan tegak di atas bantal
kesayangan Miss Ada, meminta Anne untuk berjanji agar "menjadi Mrs.
Charlie Sloane suatu hari nanti". Setelah mendapatkan lamaran Billy
Andrews yang tiba-tiba, jiwa Anne yang romantis tidak terguncang
mendengar lamaran itu, tetapi peristiwa itu sangatlah menghancurkan
hatinya. Dia juga sangat kesal karena dia merasa tak pernah memberikan
isyarat yang membesarkan hati sehingga Charlie berpikir untuk
melamarnya. Tetapi, seperti yang akan Mrs. Rachel Lynde tanyakan
dengan nada menghina, apa yang dapat kau harapkan dari seorang Sloane"
Seluruh sikap, nada bicara, suasana hati, dan kata-kata Charlie
mengandung karakter khas keluarga Sloane yang tak peka pada sekeliling.
Dia merasa seolah menawarkan kehormatan pada Anne"tak ada keraguan
tentang itu. Dan saat Anne, yang benar-benar tidak sadar akan anugerah
itu, menolak Charlie dengan cara sehalus dan sebaik yang dia"bisa
seorang Sloane juga memiliki perasaan yang seharusnya tak boleh dicabik
seperti itu"sifat khas keluarga Sloane pun muncul.
Charlie tidak menerima penolakan itu seperti pria dalam impian Anne.
Sebaliknya, dia kesal dan menunjukkannya, dia mengucapkan dua atau
tiga hal yang cukup buruk. Kemarahan Anne meluap dan dia membalas
dengan kata-kata tajam yang membuat Charlie marah. Charlie mengambil
topinya dan keluar dari rumah itu dengan wajah merah. Anne berlari ke
lantai atas, terjatuh dua kali tersandung bantal Miss Ada, dan melemparkan
dirinya ke tempat tidur, sambil menangis karena merasa malu dan marah.
Bayangkan dia telah bertengkar seorang Sloane! Bagaimana ia bisa
membiarkan dirinya marah mendengar kata-kata yang diucapkan Charlie
Sloane" Oh, ini benar-benar suatu kemunduran"lebih buruk daripada
menjadi rival Nettie Blewett!
"Kuharap aku tak akan pernah melihat pria mengerikan itu lagi," isaknya
di bantal. Anne tak dapat menghindari perjumpaan dengan Charlie lagi, tapi
Charlie yang sangat marah memastikan bahwa jika mereka berjumpa,
jarak mereka cukup jauh. Oleh karena itu, bantal Miss Ada selamat dari
kerusakan. Jika Charlie bertemu Anne di jalan, atau di lorong-lorong
Redmond, dia menganggukkan kepala dengan dingin. Ketegangan di
antara kedua teman lama itu berlanjut selama hampir satu tahun! Lalu
Charlie mengalihkan kasih sayangnya pada seorang mahasiswi tingkat dua
yang montok, berpipi kemerahan, pesek, dan bermata biru yang
menghargai kasih sayangnya, sehingga dia akhirnya bisa memaafkan Anne
dan berbaikan kembali dengannya. Tentu saja dengan sikap sok baik demi
menunjukkan pada Anne bahwa gadis itu telah rugi karena menolaknya.
Suatu hari, Anne bergegas memasuki kamar Priscilla dengan gembira.
"Baca ini," pekiknya, menyorongkan sebuah surat pada Priscilla. "Ini
dari Stella"dan dia akan masuk Redmond tahun depan"dan bagaimana
menurutmu mengenai gagasannya" Aku pikir gagasannya sangat bagus,
jika kita bisa melaksanakannya. Apa menurutmu kita bisa, Pris?"
"Aku baru bisa mengatakan pendapatku setelah aku tahu apa gagasan
itu," kata Priscilla, sambil menyingkirkan kamus bahasa Yunani dan
mengambil surat Stella. Stella Maynard adalah sahabat mereka sewaktu di
Akademi Queen dan selama ini bekerja sebagai guru.
"Aku akan berhenti mengajar, Anne sayang," tulisnya, "dan kuliah tahun
depan. Karena aku mengikuti tahun ketiga di Queen, aku bisa langsung
masuk ke tingkat dua di Redmond. Aku bosan mengajar di sekolah desa.
Suatu saat nanti, aku akan menulis risalah mengenai "Cobaan yang
Dihadapi Seorang Guru Sekolah Desa." Risalah itu akan mengenai
realisme. Tampaknya orang menganggap bahwa kita hidup sangat mewah,
dan tidak mengerjakan apa pun selain mengambil gaji kita. Risalahku akan
mengisahkan hal-hal yang sebenarnya kita alami. Setiap minggu,
setidaknya sekali, aku selalu mendengar orang berkomentar bahwa
pekerjaan guru sekolah adalah pekerjaan mudah dengan bayaran tinggi.
"Yah, kau mendapat uang dengan mudah," begitu kata sejumlah pengusaha
padaku, merendahkan. "Kau tinggal duduk saja dan mendengarkan
pelajaran." Dulu aku selalu membantah pernyataan ini, tapi sekarang aku
lebih bijaksana. Seperti orang bijak bilang, fakta memang sulit diubah, tapi
yang lebih sulit lagi diubah adalah kesalahpahaman. Jadi, sekarang aku
hanya tersenyum dan tetap diam. Aku mengajar sembilan tingkat di
sekolahku dan aku harus mengajar sedikit dari setiap pelajaran, mulai dari
menyelidiki bagian dalam cacing tanah hingga mempelajari tata surya.
Murid termudaku berusia empat tahun ibunya menyekolahkan anak itu
agar "tidak mengganggu di rumah?"dan murid tertuaku berusia dua puluh
tahun"yang tiba-tiba sadar bahwa bersekolah lebih mudah daripada kerja
keras membajak sawah. Dengan hanya enam jam setiap hari untuk
menyampaikan semua pelajaran, tak heran bila murid-muridku merasa
bingung dan kewalahan, seperti seorang anak kecil yang dibawa untuk
menonton biograph 1. Aku ingin tahu ada apa selanjutnya, dan yang
barusan tadi apa, sih" keluh si anak. Dan aku merasa persis seperti itu.
"Dan surat-surat yang kuterima dari wali murid, Anne! Ibu Tommy
menulis padaku bahwa Tommy kurang cepat dalam berhitung. Tommy
baru bisa mengerjakan pengurangan sederhana, sedangkan Johnny Johnson
sudah sampai pada pecahan, padahal Johnny tidaklah sepintar Tommynya, dan itu harusnya tak boleh terjadi. Lalu, ayah Susy ingin tahu
mengapa Susy selalu menulis surat dengan banyak salah eja, dan bibi Dick
ingin aku memindahkan Semacam tontonan layar lebar masa lalu. Di masa itu, yang
disajikan bukan satu film panjang, melainkan beberapa potongan berita dan film bisu singkat,
sehingga bentuknya adalah rangkaian rekaman pendek yang terus berganti-ganti. Sebutan biograph
diambil dari nama perusahaan film tertua di dunia yang berdiri pada 1895.tempat
duduknya karena anak laki-laki keluarga Brown yang nakal dan duduk sebangku
dengan Dick mengajarkannya kata-kata kotor. Belum lagi masalah
keuangan"tapi aku tak akan mulai menceritakan itu. Menjadi guru
sekolah desa sepertinya adalah azab dari para dewa pada manusia-manusia
yang tak mereka sukai! "Nah, sekarang aku merasa lebih baik setelah menumpahkan seluruh
kekesalanku. Bagaimanapun juga, aku menikmati mengajar selama dua
tahun terakhir ini. Tapi, aku akan pergi ke Redmond. Dan sekarang, Anne,
aku memiliki sebuah rencana. Kau tahu aku benci menyewa kamar. Aku
sudah menyewa kamar selama empat tahun dan aku bosan. Kurasa aku tak
akan tahan jika harus menyewa kamar selama tiga tahun lagi. Jadi,
bagaimana jika kau, Priscilla dan aku bergabung, menyewa sebuah rumah
kecil di Kingsport" Biayanya pasti lebih murah daripada menyewa kamar
sendiri-sendiri. Tentu saja kita harus memiliki seorang pengurus rumah
dan aku telah memiliki seorang calon. Kau pernah mendengarku bercerita
mengenai Bibi Jamesina, kan" Dia adalah bibi termanis yang pernah hidup
di bumi ini, meski namanya agak aneh. Bukan salahnya bernama seperti
itu! Dia dipanggil Jamesina karena ayahnya, yang bernama James,
tenggelam di laut sebulan sebelum bibiku lahir. Aku selalu memanggilnya
Bibi Jimsie. Nah, putri tunggal Bibi baru saja menikah dan pergi untuk
menjadi misionaris di luar negeri. Bibi Jamesina tinggal sendiri di sebuah
rumah besar, dan sangat kesepian. Dia pasti mau pergi ke Kingsport dan
mengurus rumah untuk kita, jika kita memintanya, dan aku tahu kalian
akan menyukainya. Semakin kupikirkan, aku semakin menyukai rencana
ini. Kita dapat memiliki waktu-waktu yang indah bersama dan tak
terganggu. Nah, jika kau dan Priscilla setuju dengan rencanaku, lebih baik jika
kalian, yang sudah di Redmond, mulai berkeliling dan mencari rumah
yang cocok untuk kita tempati sejak musim semi ini. Itu lebih baik
daripada menunggu hingga semester baru di musim gugur. Jika kalian
dapat memperoleh rumah dengan perabotan lengkap, itu akan lebih baik.
Tapi, jika tidak, kita dapat saling menggunakan perabotan yang kita miliki
dan mungkin meminjam perabotan tak terpakai dari keluarga atau teman
lama kita. Putuskanlah secepat mungkin dan tulislah surat padaku. Jadi,
Bibi Jamesina akan tahu rencana apa yang harus dia buat untuk tahun
depan." "Aku rasa ini gagasan yang bagus," kata Priscilla.
"Kupikir juga begitu," Anne menyetujui dengan senang. "Tentu saja,
rumah pondokan kita ini bagus, tapi, bagaimanapun juga, tempat ini
bukanlah rumah yang sebenarnya. Ayo berburu rumah secepatnya,
sebelum musim ujian dimulai."
"Aku khawatir akan sulit mendapatkan rumah yang memadai," Priscilla
mengingatkan. "Jangan berharap terlalu tinggi, Anne. Rumah yang bagus
di lingkungan yang ramah mungkin harganya mahal. Kita mungkin harus
cukup puas dengan rumah kecil yang buruk di jalan di mana orang-orang
tidak saling mengenal."
Setelah itu, mereka segera mulai berburu rumah, tetapi ternyata mencari
rumah yang mereka inginkan terbukti lebih sulit daripada yang ditakutkan
Priscilla. Begitu banyak rumah, lengkap dengan perabotan atau tanpa
perabotan, tapi yang satu terlalu besar sedangkan yang lain terlalu kecil,
yang ini terlalu mahal, yang itu terlalu jauh dari Redmond. Musim ujian
telah berlalu. Minggu terakhir semester itu tiba dan "rumah impian",
begitulah Anne menyebutnya, yang mereka cari tetap bagai di awangawang.
"Mungkin sebaiknya kita menyerah dan menunggu hingga musim
gugur," kata Priscilla letih, saat mereka berjalan di taman pada suatu hari
indah di bulan April dengan angin sepoi-sepoi dan langit cerah, pelabuhan
terlihat seputih susu dengan kilauan kabut berwarna mutiara di atasnya.
"Aku tak akan memikirkan masalah itu sekarang, dan merusak sore yang
indah ini," kata Anne, memandang berkeliling dengan bahagia. Aroma
pinus tercium di udara yang dingin dan segar, dan langit begitu jernih dan
biru"bagai cangkir berkah yang ditungkupkan. "Musim semi bernyanyi
dalam darahku hari ini, dan daya tarik bulan April tersebar di udara. Aku
melihat gambaran dan memimpikan impian, Pris. Ini karena angin datang
dari barat. Aku sangat menyukai angin barat. Angin ini menyanyikan
harapan dan kegembiraan, bukan" Saat angin timur bertiup, aku selalu
memikirkan hujan yang pilu membasahi lis atap dan menyebabkan
gelombang kesedihan di pantai abu-abu. Jika aku tua nanti, pastilah aku
akan terkena rematik jika angin timur bertiup."
"Bukankah menyenangkan saat kau melepaskan pakaian musim dingin
dan baju bulu untuk pertama kalinya dan bersenda gurau seperti ini dengan
mengenakan pakaian musim semi?" Priscilla tertawa. "Bukankah rasanya
seakan-akan kau kembali baru?"
"Semuanya bagaikan kembali baru pada musim semi," kata Anne.
"Musim semi selalu terasa sangat baru. Musim semi selalu memiliki
keindahan tersendiri. Lihatlah betapa hijaunya rumput di sekeliling kolam
kecil itu, dan kuncup-kuncup willow mulai bermunculan."
"Dan, ujian telah selesai dan berlalu"Wisuda akan segera dilaksanakan
"Rabu depan. Pada hari ini, minggu depan, kita akan ada di rumah."
"Aku senang," kata Anne sambil melamun. "Ada banyak hal yang ingin
kulakukan. Aku ingin duduk di tangga teras belakang dan merasakan angin
bertiup di ladang Mr. Harrison. Aku ingin berburu pakis di Hutan
Berhantu dan mengumpulkan violet di Permadani Violet. Kau ingat piknik
kita waktu itu, Priscilla" Aku ingin mendengar kodok-kodok bernyanyi
dan pohon poplar berbisik. Tapi, aku juga telah belajar mencintai
Kingsport dan aku senang karena aku akan kembali ke sini musim gugur
yang akan datang. Jika saja aku tidak memenangi Beasiswa Thorburn, aku
yakin aku tak dapat kembali ke sini. Aku TAK BISA mengambil sedikit
pun dari tabungan Marilla."
"Andai kita dapat menemukan sebuah rumah!" desah Priscilla. "Lihatlah
di Kingsport sana, Anne"rumah-rumah, rumah di mana-mana, dan tak
satu pun yang untuk kita."
"Hentikan, Pris. "Yang terbaik akan segera tiba." Seperti kata orang
Romawi kuno, kita akan menemukan sebuah rumah atau kita akan
membangunnya sendiri. Pada hari yang indah seperti ini, tak ada kata
"gagal" dalam kamus ceriaku."
Mereka tinggal di taman sampai matahari terbenam, merasakan mukjizat
dan kejayaan serta keajaiban gelombang musim semi, lalu pulang ke
rumah seperti biasa, melalui Spofford Avenue, karena ingin melihat
Patty"s Place yang indah.
"Aku mendapat firasat seakan-akan ada hal misterius yang akan terjadi
sekarang ?"mataku kedutan,?" kata Anne, saat mereka berjalan mendaki
bukit itu. "Ini perasaan yang indah seperti dalam buku dongeng. Oh"oh"
oh! Priscilla Grant, lihatlah dan katakan padaku apakah itu nyata, atau aku
berhalusinasi?" Priscilla memandang ke arah yang dimaksudkan Anne. Kedutan dan
mata Anne tidak menipunya. Di atas gerbang melengkung Patty's Place
bergantung sebuah tanda kecil sederhana. Bunyinya "Disewakan. Lengkap
dengan Perabotan. Informasi di Dalam."
"Priscilla," bisik Anne, "menurutmu apakah kita bisa menyewa Patty"s
Place?" "Tidak, kurasa tidak," jawab Priscilla tegas. "Itu terlalu bagus untuk
menjadi kenyataan. Kisah-kisah dongeng tidak terjadi lagi saat ini. Aku
tak akan berharap, Anne. Kekecewaan itu akan terlalu mengerikan untuk
ditanggung. Pastilah mereka akan meminta harga jauh di atas kemampuan
kita. Ingatlah, rumah ini ada di Spofford Avenue."
"Bagaimanapun kita harus mencari tahu," kata Anne penuh tekad.
"Terlalu malam jika kita berkunjung sekarang, tapi kita akan ke sini besok.
Oh, Pris, jika kita bisa mendapatkan tempat indah ini! Aku selalu merasa
bahwa keberuntunganku berkaitan dengan Patty"s Place, bahkan sejak aku
memandangnya untuk pertama kali."
PATTY'S PLACE Malam berikutnya, kedua gadis itu berjalan dengan mantap di jalan masuk
dengan dinding pola tulang ikan melintasi halaman rumah kecil itu. Angin
bulan April menghibur pohon-pohon pinus dengan lagunya, dan
pepohonan begitu hidup dengan burung-burung robin"hewan yang
tampan, gemuk, dan hebat"melompat-lompat pongah di sepanjang jalan.
Anne dan Priscilla mengetuk pintu dengan malu-malu, dan disambut
seorang pelayan wanita yang tampak kuno dan suram. Pintu itu membuka,
dan di belakangnya langsung terlihat sebuah ruang keluarga yang besar. Di
dalam ruangan itu ada dua orang wanita yang juga tampak kuno dan
suram, duduk di samping perapian kecil yang menyala riang. Keduanya


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat mirip, meski yang satu tampak seperti berusia tujuh puluhan dan
yang satu lagi lima puluhan. Mereka memiliki mata berwarna biru terang
yang luar biasa besar di balik kacamata berbingkai baja, mengenakan topi
dan selendang abu-abu, merajut tanpa tergesa-gesa dan tanpa henti,
berayun di kursi goyang, dan memandang kedua gadis itu tanpa bicara. Di
belakang mereka duduk sepasang patung anjing keramik putih besar,
dengan totol-totol hijau di seluruh badannya, berhidung hijau dan telinga
hijau. Kedua patung anjing itu langsung menarik perhatian Anne. Mereka
tampak bagaikan dewa kembar yang menjaga Patty's Place.
Selama beberapa menit, tak ada seorang pun yang berbicara. Kedua
gadis itu terlalu gugup sehingga tak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Kedua wanita kuno atau pun anjing keramik itu tampaknya tidak ingin
berbicara. Anne memandang sekilas ruangan itu. Betapa indahnya!
Di balik sebuah pintu lain yang terbuka terlihat hutan pinus dan burungburung robin yang dengan berani meloncat ke ujung tangga. Lantai dihiasi
dengan permadani anyaman bulat, seperti yang dibuat oleh Marilla di
Green Gables, tetapi tampak begitu tua dibandingkan tempat-tempat lain,
termasuk Avonlea. Dan, ternyata permadani ini ada di Spofford Avenue,
bayangkan! Di satu sudut terdapat jam besar berpelitur berdiri di atas
lantai, berdetak keras dan khidmat. Ada lemari kecil yang indah di atas rak
perapian, di balik pintu kacanya terdapat sejumlah keramik antik berkilau.
Di dinding bergantung lukisan-lukisan dan foto-foto lama. Di salah satu
sudut terdapat tangga mengarah ke atas, dan di belokan tangga pertama,
terdapat sebuah jendela panjang dan sebuah kursi yang terlihat begitu
nyaman. Semuanya itu persis seperti apa yang dibayangkan Anne. Tetapi
keheningan sudah terlalu panjang dan Priscilla menyenggol Anne
menyuruhnya bicara. "Kami"kami melihat tanda bahwa rumah ini disewakan," kata Anne
lirih pada wanita yang lebih tua, yang ternyata adalah Miss Patty Spofford.
"Oh, ya," kata Miss Patty. "Aku berniat menurunkan tanda itu hari ini."
"Jadi"jadi kami terlambat," kata Anne sedih. "Anda sudah
menyewakannya pada orang lain?"
"Tidak, tapi kami memutuskan untuk tidak menyewakannya sama
sekali." "Oh, sayang sekali," seru Anne sungguh-sungguh. "Saya sangat
mencintai tempat ini. Tadinya saya berharap kami dapat menyewanya."
Lalu Miss Patty meletakkan rajutannya, melepaskan kacamatanya,
mengelapnya, dan memasangnya kembali, lalu menatap Anne dengan
serius untuk pertama kalinya. Wanita yang lain mengikuti gerakan Miss
Patty dengan begitu sempurna sehingga dia seolah adalah bayangan
cermin Miss Patty. "Kau MENCINTAI tempat ini," kata Miss Patty penuh tekanan. "Apa itu
berarti kau benar-benar MENCINTAI tempat ini" Atau kau hanya sekadar
menyukai penampilan tempat ini" Gadis-gadis zaman sekarang sering
membesar-besarkan pernyataan mereka sehingga tak seorang pun yang
tahu apa yang BENAR-BENAR mereka maksudkan. Sewaktu masih muda
dulu aku tidak melakukan itu. JADI seorang gadis tidak akan mengatakan
bahwa dia MENCINTAI lobak dengan nada yang sama pada saat dia
mengatakan bahwa dia mencintai ibunya atau Juru Selamatnya."
Anne menjawab setulus hati. "Saya benar-benar mencintainya," katanya
lembut. "Saya jatuh cinta pada tempat ini begitu saya melihatnya musim
gugur lalu. Dua sahabat saya dan saya ingin menyewa sebuah rumah tahun
depan daripada menyewa kamar, jadi kami mencari rumah kecil yang
disewakan, dan begitu saya melihat rumah ini disewakan, saya sangat
gembira." "Kalau kau mencintainya, kau boleh menyewanya," kata Miss Patty.
"Hari ini aku dan Maria memutuskan bahwa kami tidak akan menyewakan
rumah ini karena kami tidak menyukai orang-orang yang ingin
menyewanya. Kami tidak PERLU menyewakannya. Kami mampu
membiayai perjalanan ke Eropa tanpa harus menyewakan rumah ini. Tentu
saja menyewakan tempat ini akan membantu, tapi aku menyewakan rumah
ini bukan karena uang. Uang jelas tak akan membuatku tergoda untuk
menyewakan rumah ini pada orang-orang yang telah melihatnya sejauh ini.
KAU berbeda. Aku yakin kau benar-benar menyukainya dan akan
memeliharanya. Kau boleh menyewa rumah ini."
"Jika"jika kami mampu membayar harga yang Anda minta," kata Anne
ragu-ragu. Miss Patty menyebutkan jumlah yang dia inginkan. Anne dan Priscilla
saling pandang. Priscilla menggeleng.
"Saya rasa kami tak mampu membayar begitu banyak," kata Anne,
sambil menelan kekecewaannya. "Anda tahu, kami hanyalah mahasiswa
dan kami miskin." "Jadi berapa harga yang kalian mampu?" tanya Miss Patty, sambil
berhenti merajut. Anne menyebutkan angka. Miss Patty mengangguk dengan serius.
"Begitu juga boleh. Seperti yang aku bilang tadi, kami tidaklah benarbenar perlu menyewakan tempat ini. Kami tidak kaya, tapi kami memiliki
cukup banyak uang untuk pergi ke Eropa. Aku belum pernah pergi ke
Eropa seumur hidupku, dan tidak berharap atau ingin pergi. Tapi
keponakanku ini, Maria Spofford, sangat ingin pergi. Nah, kau tahu
bagaimana orang muda seperti Maria tak boleh berjalan-jalan keliling
dunia sendirian." "Tidak"sa"saya rasa tidak," gumam Anne, melihat bahwa Miss Patty
benar-benar serius. "Tentu saja tidak. Jadi, aku harus pergi bersamanya untuk menjaganya.
Aku juga berharap akan menikmati perjalanan itu. Usiaku tujuh puluh
tahun, tapi aku belum lelah dengan kehidupan. Aku berani mengatakan
bahwa aku akan pergi ke Eropa sebelum gagasan tentang itu muncul di
pikiranku. Kami akan berada di sana selama dua tahun, mungkin tiga.
Kami akan berlayar bulan Juni dan kami akan mengirimkan kunci rumah
ini pada kalian, dan menyiapkan rumah ini sehingga kalian dapat pindah
kapan pun kalian mau. Kami akan membawa beberapa benda yang sangat
kami sayangi, tetapi sisanya akan kami tinggalkan."
"Apakah Anda akan meninggalkan kedua anjing keramik itu?" tanya
Anne malu-malu. "Apakah kamu ingin aku meninggalkan mereka itu?"
"Oh, tentu saja. Mereka menyenangkan."
Ekspresi senang muncul di wajah Miss Patty.
"Aku sangat menyukai anjing-anjing itu," katanya bangga. "Mereka
sudah berusia lebih dari seratus tahun, dan mereka telah duduk di kedua
sisi perapian sejak abangku Aaron membawa mereka dari London lima
puluh tahun lalu. Nama Spofford Avenue diambil dari nama abangku,
Aaron." "Dia lelaki yang baik," kata Miss Maria, berbicara untuk pertama
kalinya. "Ah, sekarang ini kau tak akan menemukan pria sebaik dia."
"Dia paman yang baik bagimu, Maria," kata Miss Patty, penuh emosi.
"Kau baik sekali karena mengingatnya."
"Aku akan selalu mengingatnya," kata Miss Maria sungguh-sungguh.
"Aku dapat melihatnya, saat ini, berdiri di depan perapian, dengan kedua
tangannya di balik ekor jasnya, tersenyum pada kita."
Miss Maria mengeluarkan saputangan dan mengusap matanya, tapi Miss
Patty kembali serius ke masalah bisnis.
"Aku akan meninggalkan anjing-anjing itu di tempatnya, hanya jika kau
berjanji untuk berhati-hati dengan mereka," katanya. "Nama mereka Gog
dan Magog. Gog adalah yang memandang ke arah kanan dan Magog
adalah yang memandang ke arah kiri. Dan, satu hal lagi. Kuharap kalian
tidak keberatan jika rumah ini disebut Patty"s Place?"
"Oh, tentu saja tidak. Kami rasa nama itu adalah salah satu hal termanis
dari tempat ini." "Kulihat kau memiliki pikiran sehat," kata Miss Patty sangat puas.
"Percaya tidak" Semua orang yang datang kemari untuk menyewa rumah
bertanya apakah mereka dapat menurunkan nama itu dari gerbang jika
mereka menyewa tempat ini. Kukatakan pada mereka bahwa nama itu satu
kesatuan dengan rumah ini. Tempat ini sudah menjadi Patty"s Place sejak
abangku Aaron mewariskannya untukku, dan tetap akan menjadi Patty"s
Place sampai aku dan Maria meninggal. Jika aku dan Maria meninggal,
pemilik berikutnya dapat menamai tempat ini sesuai kemauannya," Miss
Patty mengakhiri, seakan dia mengatakan, "Setelah itu, terserahlah." "Dan
sekarang, apakah kalian ingin melihat-lihat rumah ini sebelum kita
membuat perjanjian?"
Kedua gadis itu menjelajahi rumah dengan gembira. Selain ruang
keluarga yang besar, ada sebuah dapur dan sebuah kamar tidur kecil di
lantai bawah. Di lantai atas terdapat tiga kamar, satu kamar berukuran
besar dan dua kamar berukuran kecil. Anne sangat menyukai salah satu
dari kamar berukuran kecil itu, dengan jendela yang menghadap ke pinus
besar, dan diam-diam berharap kamar itu untuknya. Kertas dindingnya
berwarna biru pucat dan terdapat sebuah meja rias kecil kuno dengan
tempat lilin. Jendelanya memiliki penutup berbentuk wajik, dan di bawah
jumbai tirai muslinnya, terdapat tempat duduk yang tentunya akan menjadi
tempat menyenangkan untuk belajar atau bermimpi.
"Tempat ini begitu indah sehingga aku yakin begitu kita bangun kita
akan merasa betapa malam berlalu begitu cepat," kata Priscilla saat mereka
pergi. "Miss Patty dan Miss Maria bukanlah orang yang cocok dengan mimpimimpi," Anne tertawa. "Dapatkah kau membayangkan mereka "keliling
dunia'"terutama dengan mengenakan selendang dan topi itu?"
"Aku rasa mereka akan melepaskannya sebelum mereka berangkat," kata
Priscilla, "tapi aku yakin mereka akan membawa rajutan mereka ke mana
pun. Mereka tak dapat berpisah dari rajutan itu. Mereka akan berjalanjalan di Westminster Abbey dan merajut, aku yakin itu. Sementara itu,
Anne, kita akan tinggal di Patty"s Place"dan di Spofford Avenue. Saat ini
aku merasa seperti seorang jutawan."
Phil Gordon datang ke St. John"s nomor tiga puluh delapan malam itu
dan melemparkan dirinya ke tempat tidur Anne. "Teman-teman tercinta,
aku lelah setengah mati. Aku merasa bagaikan seseorang tanpa negara"
atau tanpa bayangan" Ah, aku lupa yang mana. Omong-omong, aku habis
berkemas untuk pulang."
"Dan kurasa kamu kecapaian karena kau tak dapat memutuskan benda
apa yang harus dimasukkan terlebih dahulu, atau di mana kau harus
menyimpannya," Priscilla tertawa.
"Buenar sekali. Dan, saat aku sudah berhasil memaksa masuk semuanya,
entah bagaimana caranya, dan induk semangku beserta pelayannya duduk
di atas koper agar aku bisa menguncinya, aku baru sadar bahwa bendabenda yang akan kukenakan untuk pesta Wisuda malah kuletakkan di
bagian bawah. Aku harus membuka koper itu, memasukkan tanganku, dan
meraba-raba selama satu jam sebelum akhirnya aku bisa mengeluarkan
benda yang kuinginkan. Aku memegang sesuatu yang rasanya seperti
benda yang kucari, lalu aku menariknya, dan ternyata itu benda lain.
Tidak, Anne, aku TIDAK menyumpah."
"Aku tak bilang begitu."
"Yah, kau tampaknya berpikiran begitu. Tapi, kuakui aku hampir saja
mengumpat. Dan aku merasa begitu putus asa"aku tak dapat melakukan
apa pun selain tersedu, mendesah, dan bersin. Bukankah itu benar-benar
menyedihkan" Ratu Anne, tolong katakan sesuatu untuk menghiburku."
"Ingat, Kamis malam minggu depan kau sudah berada bersama Alec dan
Alonzo," kata Anne. Phil menggelengkan kepalanya muram.
"Kurang membantu. Tidak, aku tidak menginginkan Alec dan Alonzo
saat aku sedih. Tapi, apa yang terjadi dengan kalian berdua" Sekarang
setelah aku melihat kalian baik-baik, wajah kalian seperti bercahaya. Oh,
kalian benar-benar BERCAHAYA! Ada apa?"
"Pada musim dingin yang akan datang, kami akan tinggal di Patty"s
Place," kata Anne gembira. "Tinggal di sana, ingat, bukan menyewa
kamar! Kami telah menyewa rumah itu, dan Stella Maynard akan datang,
dan bibinya akan mengurus rumah itu bagi kami."
Phil melompat, mengusap hidungnya, dan berlutut di hadapan Anne.
"Teman-teman"oh, teman-teman"izinkan aku ikut. Oh, aku akan
menjadi anak yang sangat baik. Jika tak ada kamar untukku, aku akan tidur
di kandang anjing kecil di kebun"aku telah melihatnya. Izinkanlah aku
ikut." "Berdiri, konyol."
"Aku tak akan bergerak sebelum kalian mengatakan bahwa aku boleh
tinggal bersama kalian musim dingin mendatang."
Anne dan Priscilla saling pandang. Lalu Anne berkata perlahan, "Phil
sayang, kami akan dengan senang hati mengizinkanmu tinggal bersama
kami. Tapi kami akan berkata jujur. Aku miskin Pris miskin Stella
Maynard miskin rumah kami akan sangat sederhana dan meja makan kami
kosong. Nanti kau harus hidup seperti kami. Nah, kau kan kaya dan rumah
tempatmu menyewa kamar selama ini juga sangat bagus."
"Oh, apa peduliku?" tuntut Phil tragis. "Lebih baik makan malam daundaunan bersama kalian sahabat-sahabatku daripada makan daging sapi
yang gemuk di rumah yang sepi. Janganlah berpikir bahwa aku ini Banyak
makan, teman. Aku mau hidup dengan roti dan air dan Sedikit selai jika
kalian mengizinkanku tinggal bersama kalian."
"Lalu," lanjut Anne, "ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Bibi
Stella tak dapat melakukan semua hal. Kami semua harus melakukan
pekerjaan rumah juga. Nah, kau "
"Aku memang tak bisa apa-apa," kata Philippa. "Tapi aku akan belajar
melakukan banyak hal. Kau hanya harus mengajariku satu kali. Aku sudah
Bisa merapikan tempat tidur. Dan, ingat, walaupun aku tak bisa masak,
aku Bisa menahan marah. Itu penting. Dan aku Tak pernah mengeluh
tentang cuaca. Itu juga penting. Oh, ayolah! Aku tak pernah begitu
menginginkan sesuatu seperti ini seumur hidupku dan lantai ini luar biasa
keras." "Ada satu hal lagi," kata Priscilla tegas. "Kau, Phil, seperti yang semua
orang Redmond tahu, menerima tamu hampir setiap malam. Nah, di
Patty"s Place kami tak akan melakukan itu. Kami telah memutuskan
bahwa kami hanya menerima tamu pada Jumat malam. Jika kau mau ikut
dengan kami, kau harus mematuhi aturan itu."
"Yah, tentu kalian tak berpikir aku akan keberatan, bukan" Sebenarnya
aku senang. Aku tahu seharusnya aku membuat peraturan seperti itu untuk
diriku sendiri, tapi aku tak dapat memutuskan untuk membuat aturan itu
atau mematuhinya. Jika kau bisa membuat keputusan itu untukku, aku
akan sangat lega. Jika kalian tak mengizinkanku tinggal bersama kalian,
aku akan mati kecewa, lalu aku akan kembali dan menghantui kalian. Aku
akan tinggal tepat di undakan depan pintu di Patty"s Place, jadi kalian
tidak mungkin keluar atau masuk tanpa melewati hantu diriku."
Sekali lagi Anne dan Priscilla bertukar pandang menahan geli.
"Yah," kata Anne, "tentu saja kami tak dapat berjanji untuk
mengizinkanmu tinggal tanpa bertanya pada Stella, tapi aku pikir dia tak
akan keberatan, jadi kami rasa, kau boleh ikut dan kami menyambutmu
dengan gembira." "Kalau kau bosan dengan kehidupan kami yang sederhana, kau bisa
langsung pergi dan kami tak akan bertanya," tambah Priscilla.
Phil meloncat berdiri, memeluk mereka gembira, dan pergi dengan riang.
"Kuharap semua akan baik-baik saja," desah Priscilla.
"Kita harus MEMBUAT semua baik-baik saja," kata Anne. "Aku rasa
Phil akan cocok dengan istana kecil kita."
"Oh, Phil itu anak baik untuk diajak bermain bersama dan dijadikan
sahabat. Dan, tentu saja, semakin banyak orang semakin sedikit uang yang
harus kita keluarkan dari dompet kita yang tipis. Tapi, apakah dia bisa
diajak hidup bersama" Kau harus hidup bersama seseorang sepanjang
musim panas sampai musim dingin, sebelum kau bisa tahu apakah
seseorang itu BISA diajak tinggal bersama."
"Yah, kita semua harus diuji, begitulah. Dan seperti kata pepatah, kita
harus hidup dan menerima hidup apa adanya. Phil tidak egois, walau dia
agak sembrono, dan aku yakin kita semua akan cocok satu sama lain di
Patty"s Place.?"
LINGKARAN KEHIDUPAN Anne kembali di Avonlea dengan kilauan di wajahnya karena
mendapatkan Beasiswa Thorburn. Orang-orang berkata dia tak banyak
berubah, dengan nada terkejut dan sedikit kecewa. Avonlea juga tidak
berubah. Setidaknya begitulah yang terlihat pertama kali. Tapi, saat Anne
duduk di bangku gereja tempat duduk keluarga Green Gables, pada hari
Minggu pertama setelah dia pulang, dan memandang para jemaat, dia
melihat sedikit perubahan yang membuatnya sadar bahwa waktu tidaklah


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diam, bahkan di Avonlea. Seorang pendeta baru berdiri di mimbar. Di
bangku gereja ada lebih dari satu wajah yang dikenal yang hilang
selamanya. "Paman Abe" tua, ramalannya telah berakhir. Mrs. Peter
Sloane yang mendesah untuk terakhir kalinya, seperti yang telah diduga.
Timothy Cotton yang seperti kata Mrs. Rachel Lynde "akhirnya meninggal
setelah mencoba selama dua puluh tahun". Dan, Josiah Sloane tua, yang
tak dikenali seorang pun saat jasadnya terbaring di peti matinya karena
jambangnya dicukur rapi. Mereka semua tidur di makam kecil di belakang
gereja. Dan, Billy Andrews telah menikah dengan Nettie Blewett! Mereka
"terlihat" pada hari Minggu itu. Saat Billy, tersenyum bangga dan bahagia,
berjalan bersama pengantinnya yang gemuk dan berpakaian sutra
menyusuri gang gereja ke tempat duduk keluarga Harmon Andrews. Anne
memejamkan mata untuk menyembunyikan matanya yang berkilat jenaka.
Dia teringat malam musim dingin berbadai saat libur Natal ketika Jane
melamarnya untuk Billy. Billy ternyata tidak mengalami patah hati karena
penolakan itu. Anne bertanya-tanya apakah Jane juga yang melamarkan
Nettie untuk Billy, ataukah Billy telah mengumpulkan cukup keberanian
untuk mengajukan pertanyaan besar itu sendiri. Seluruh anggota keluarga
Andrews tampaknya juga bangga dan gembira, mulai dari Mrs. Harmon
yang duduk di bangku gereja, hingga Jane di paduan suara. Jane telah
mengundurkan diri dari sekolah Avonlea dan akan pergi ke Barat pada
musim gugur. "Tak bisa mendapatkan seorang kekasih di Avonlea, itulah sebabnya,"
kata Mrs. Rachel Lynde menghina. "Katanya dia pikir dia akan lebih sehat
jauh di Barat sana. Sebelumnya aku tak pernah mendengar bahwa
kesehatannya buruk."
"Jane itu gadis yang baik," kata Anne setia. "Dia tak pernah mencoba
menarik perhatian seperti yang dilakukan gadis-gadis lain."
"Oh, dia tak pernah mengejar-ngejar pria, jika itu yang kau maksud,"
kata Mrs. Rachel. "Tapi pasti dia ingin menikah, seperti semua orang, itu
masalahnya. Apa lagi yang menyebabkan dia pergi ke Barat, ke sebuah
tempat terasing, kalau bukan karena kata orang di sana jumlah pria jauh
lebih banyak daripada wanita" Jangan beri tahu aku!"
Tapi bukan Jane yang menyebabkan Anne terkejut. Ruby Gillis-lah,
yang duduk di samping Jane di tempat paduan suara, yang menyebabkan
Anne terkejut. Apa yang terjadi dengan Ruby" Dia lebih cantik daripada
sebelumnya, tapi mata birunya terlalu terang dan berkilau, dan warna
pipinya begitu cerah, selain itu dia juga sangat kurus, tangannya yang
memegang buku himne terlihat begitu rapuh dan transparan.
"Apakah Ruby Gillis sakit?" tanya Anne pada Mrs. Lynde, saat mereka
pulang dari gereja. "Ruby Gillis sekarat karena terkena tuberkulosis," kata Mrs. Lynde terus
terang. "Semua orang tahu itu kecuali dirinya sendiri dan Keluarganya.
Mereka tak mau mengakui itu. Jika kau tanya Mereka, mereka akan
mengatakan bahwa Ruby Gillis sehat wal afiat. Dia tidak bisa mengajar
sejak dia penyakit itu musim dingin lalu, tapi dia berkata bahwa dia akan
mengajar lagi pada musim gugur, dan dia ingin mengajar di sekolah White
Sands. Pastilah dia sudah dimakamkan saat tahun ajaran baru di White
Sands dimulai, gadis malang."
Anne terkejut dan terdiam. Ruby Gillis, sahabat lamanya, sekarat"
Benarkah itu" Tahun-tahun terakhir ini mereka tumbuh di tempat yang
berbeda, tapi ikatan kuat di antara mereka masih ada, dan ikatan itu terasa
semakin kuat di hati Anne setelah Anne mendengar berita itu. Ruby, yang
pintar, ceria, dan genit! Tak mungkin menghubungkan gadis cantik itu
dengan sesuatu yang mengerikan, seperti kematian. Ruby menyapa Anne
dengan gembira seusai gereja, dan memaksanya untuk mampir malam
berikutnya. "Aku akan pergi pada hari Selasa dan Rabu malam," bisiknya gembira.
"Ada konser di Carmody dan pesta di White Sands. Herb Spencer
mengajakku. Dia pacarku yang Terakhir. Kau harus datang besok. Aku
sangat ingin berbicara denganmu. Aku ingin mendengar semua yang kau
lakukan di Redmond."
Anne tahu bahwa yang dimaksud Ruby adalah dia ingin memberi tahu
Anne mengenai pacar-pacarnya yang terbaru. Walaupun begitu, Anne
berjanji untuk pergi dan Diana menawarkan diri untuk pergi bersamanya.
"Aku sudah lama ingin mengunjungi Ruby," kata Diana pada Anne saat
mereka meninggalkan Green Gables pada malam berikutnya, "tapi aku tak
dapat pergi sendiri. Pastilah sulit untuk mendengar Ruby mengoceh seperti
yang biasa dia lakukan dan berpura-pura tak ada hal buruk yang terjadi
padanya, bahkan saat dia sulit berbicara karena terbatuk-batuk. Dia telah
berjuang untuk terus hidup, tapi kabarnya dia tak memiliki kemungkinan
sembuh." Kedua gadis itu berjalan dalam diam di sepanjang jalan yang disinari
cahaya senja yang kemerahan. Burung-burung robin menyanyikan
kebaktian senja jauh di pucuk pohon, mengisi udara keemasan dengan
suara mereka yang gembira. Nyanyian kodok dari arah rawa dan kolam
mengapung di atas ladang-ladang tempat benih bergerak hidup dan
bergetar menyambut sinar matahari dan hujan yang membasahi. Udara
begitu wangi oleh keharuman gerumbul raspberry yang liar dan manis.
Kabut putih melayang di lembah yang sunyi dan bunga violet star bersinar
dengan warna birunya di sekitar sungai.
"Matahari terbenam yang indah," kata Diana. "Lihat, Anne, itu terlihat
seperti suatu negeri, ya" Awan ungu yang panjang dan rendah itu
pantainya, dan langit jernih di sebelah sana terlihat seperti laut berwarna
emas." "Andai kita bisa berlayar ke sana menggunakan perahu sinar bulan yang
dulu ditulis Paul dalam karangannya"Kau ingat?"pasti menyenangkan
sekali," kata Anne, tersadar dari angan-angannya. "Apa kau pikir kita bisa
menemukan kembali masa lalu kita di sana, Diana"semua musim semi
dan musim bunga lama" Tempat tidur bunga yang Paul lihat di sana adalah
mawar-mawar yang mekar untuk kita di masa lalu?"
"Hentikan!" kata Diana. "Kau membuatku merasa seolah kita ini adalah
wanita-wanita tua yang seluruh kehidupannya telah berlalu."
"Aku merasa seakan-akan kita memang seperti itu sejak aku mendengar
cerita mengenai Ruby yang malang," kata Anne. "Jika benar bahwa dia
sekarat, hal menyedihkan lainnya pastilah juga benar."
"Kau tidak keberatan jika kita mampir di rumah Elisha Wright sebentar,
kan?" tanya Diana. "Ibu memintaku untuk memberikan selai ini kepada
Bibi Atossa." "Siapa itu Bibi Atossa?"
"Oh, kau belum dengar" Dia adalah istri Samson Coates dari
Spencervale"bibinya Mrs. Elisha Wright. Dia itu juga bibi ayahku.
Suaminya meninggal musim dingin lalu dan dia ditinggalkan dalam
keadaan sangat miskin dan kesepian. Jadi, keluarga Wright mengajaknya
untuk tinggal bersama mereka. Ibuku pikir kami seharusnya mengajak Bibi
tinggal bersama kami, tapi Ayah menentang. Dia tak mau tinggal bersama
Bibi Atossa." "Apa dia begitu mengerikan?" tanya Anne bingung.
"Kau mungkin dapat melihat seperti apa dia sebelum kita bisa pergi dari
tempat itu," kata Diana. "Ayah bilang wajah Bibi seperti kapak"bisa
membelah udara. Tapi, lidahnya lebih tajam lagi."
Saat mereka tiba, Bibi Atossa sedang memotong kentang di dapur
keluarga Wright. Dia mengenakan pakaian tua yang warnanya sudah
pudar, dan rambut abu-abunya tidak tertata rapi. Bibi Atossa tidak suka
terlihat "sedang dalam kondisi kurang siap", makanya ia bersikap sangat
tidak menyenangkan. "Oh, jadi kamu Anne Shirley?" katanya waktu Diana memperkenalkan
Anne. "Aku telah mendengar tentang dirimu." Nada suaranya
mengesankan bahwa dia tak mendengar satu pun hal bagus. "Mrs.
Andrews memberitahuku bahwa kau pulang ke rumah. Dia bilang kau
telah banyak berkembang."
Tak ada keraguan bahwa Bibi Atossa merasa ada banyak hal yang harus
dikembangkan lebih lanjut. Dia tidak berhenti memotong kentang.
"Apa perlu mempersilakanmu duduk?" dia menambahkan sambil
menyindir. "Tentu saja, di sini tak ada hal yang menarik. Semua orang
sedang pergi." "Ibu menghadiahi Bibi sebotol selai rhubarb," kata Diana dengan manis.
"Ibu membuatnya hari ini, dan dia pikir mungkin Bibi ingin mencicipi."
"Oh, terima kasih, " kata Bibi Atossa masam. "Aku tak pernah suka selai
buatan ibumu"selai buatannya selalu terlalu manis. Walau begitu, aku
akan mencoba mencicipinya sedikit. Selera makanku memburuk musim
semi ini. Badanku tak sehat," lanjut Bibi Atossa serius, "tapi aku tetap
bekerja. Orang yang tak bekerja tak boleh berada di sini. Jika kau tak
repot, maukah kau berbaik hati menyimpan selai ini dalam sepen" Aku
sedang buru-buru agar kentang ini selesai malam ini. Aku rasa kalian, dua
GADIS, tidak pernah melakukan hal seperti ini. Kalian pasti takut merusak
tangan kalian." "Saya biasa memotong kentang sebelum kami menyewakan pertanian,"
Anne tersenyum. "Aku juga melakukannya," Diana tertawa. "Minggu lalu, tiga hari aku
memotong kentang. Tentu saja," dia menambahkan sambil menggoda,
"aku merendam tanganku dalam jus lemon dan mengenakan sarung tangan
anak-anak saat tidur setiap malam setelahnya."
Bibi Atossa mendengus. "Kurasa itu kau dapatkan dari majalah-majalah
bodoh yang sering kau baca. Aku heran mengapa ibumu mengizinkanmu
membaca majalah itu. Tapi, dia selalu memanjakanmu. Waktu George
menikahi ibumu, kami semua berpikir bahwa ibumu bukanlah istri yang
cocok untuknya." Bibi Atossa mendesah keras, seakan ramalan buruk mengenai
pernikahan George Barry telah terpenuhi.
"Oh, sudah mau pergi, ya?" tanyanya saat kedua gadis itu berdiri. "Yah,
kalian pasti tak akan senang berbicara dengan seorang wanita tua
sepertiku. Sayang, anak-anak lelaki tidak ada di rumah."
"Kami ingin bergegas dan mengunjungi Ruby Gillis," jelas Diana.
"Oh, alasan bisa saja dicari, tentu saja," kata Bibi Atossa, cuek. "Datang
dan langsung pergi lagi sebelum kalian berkunjung cukup lama untuk
menanyakan kabar dengan baik. Aku rasa itu karena kuliah. Lebih
bijaksana jika kalian menjauhi Ruby Gillis. Dokter bilang TBC itu
menular. Aku selalu tahu Ruby akan terkena penyakit, karena keluyuran
ke Boston musim gugur lalu. Orang yang tidak senang tinggal di rumah
pasti terkena penyakit."
"Orang yang tidak pergi berkunjung juga bisa terkena penyakit. Kadangkadang mereka bahkan meninggal," kata Diana serius.
"Tapi bukan salah mereka jika itu terjadi," balas Bibi Atossa. "Aku
dengar kau akan menikah bulan Juni, Diana."
"Itu tidak benar," kata Diana, mukanya memerah.
"Yah, jangan menunggu terlalu lama," kata Bibi Atossa tegas. "Sebentar
lagi kau akan memudar"warna kulitmu dan juga rambutmu. Dan keluarga
Wright selalu berubah dalam artian tak baik. Kau harus memakai topi,
Miss Shirley. Hidungmu berbintik-bintik dengan memalukan. Oh, tapi kau
BENAR-BENAR berambut merah! Yah, kurasa kita semua diciptakan
sebagaimana Tuhan menciptakan kita! Sampaikan salamku pada Marilla
Cuthbert. Dia tak pernah mengunjungiku sejak aku tiba di Avonlea, tapi
tak seharusnya aku berkeluh-kesah. Keluarga Cuthbert selalu merasa
bahwa mereka lebih tinggi daripada orang lain di sekitar sini."
"Oh, dia mengerikan, bukan?" Diana menarik napas saat mereka
berjalan. "Dia lebih buruk daripada Miss Eliza Andrews," kata Anne. "Tapi coba
bayangkan hidup dengan nama seperti Atossa seumur hidupmu! Bukankah
itu membuat semua orang menjadi masam" Dia seharusnya
membayangkan bahwa namanya adalah Cordelia. Pasti itu akan sangat
membantu. Itu juga membantuku dulu waktu aku tidak menyukai nama
Anne." "Josie Pye akan menjadi seperti Bibi Atossa saat dia tua nanti," kata
Diana. "Ibu Josie dan Bibi Atossa itu sebenarnya saudara sepupu, lho. Oh,
Tuhan, aku senang ini sudah berakhir. Dia begitu jahat"tampaknya dia
memasukkan keburukan ke dalam semua hal. Ayah menceritakan sebuah
cerita lucu tentang Bibi Atossa. Suatu hari di Spencervale, ada seorang
pendeta yang sangat baik, pria yang sangat rohaniah, tapi telinganya sangat
pekak. Dia sama sekali tak bisa mendengar percakapan biasa. Nah,
biasanya mereka mengadakan pertemuan doa pada Minggu malam, dan
seluruh anggota gereja yang hadir berdiri dan berdoa bergiliran, atau
mengucapkan beberapa nasihat dari ayat Alkitab. Tapi, suatu malam Bibi
Atossa merusak suasana. Dia tidak berdoa atau membaca nasihat. Dia
malah merecoki semua orang di gereja itu dan menakut-nakuti mereka.
Dia memanggil nama mereka dan memberi tahu mereka bagaimana
kelakuan mereka, dan menceritakan semua pertengkaran dan skandal
selama sepuluh tahun terakhir. Akhirnya dia mengakhiri semua itu dengan
mengatakan bahwa dia jijik pada gereja Spencervale dan dia tak
bermaksud untuk menodai gereja lagi, dan dia berharap pembalasan yang
mengerikan akan terjadi. Lalu dia duduk kehabisan napas, dan pendeta itu,
yang tak mendengar sepatah kata pun, dengan seketika mengucapkan,
dengan suara yang sangat tulus, "amin! Tuhan mengabulkan doa saudara
kita!" Kau harus dengar Ayah saat menceritakan cerita itu."
"Omong-omong soal cerita, Diana," kata Anne, dengan berahasia, "kau
tahu, akhir-akhir ini aku bertanya-tanya apakah aku bisa menulis sebuah
cerita pendek"sebuah cerita yang sangat bagus untuk diterbitkan?"
"Wah, tentu saja kau bisa," kata Diana, setelah dia memahami usul Anne
yang luar biasa. "Bertahun-tahun lalu di Klub Cerita kita, kau selalu
menulis cerita yang sangat menggairahkan."
"Yah, bukan cerita seperti itu yang kumaksud," Anne tersenyum. "Aku
telah memikirkannya akhir-akhir ini, tapi aku selalu takut untuk mencoba,
karena seandainya aku gagal, pastilah sangat memalukan."
"Aku pernah dengar Priscilla bilang bahwa semua cerita-cerita pertama
Mrs. Morgan ditolak. Tapi aku yakin ceritamu tak akan ditolak, Anne,
karena editor-editor zaman sekarang lebih punya perasaan."
"Margaret Burton, salah satu gadis tingkat tiga di Redmond, menulis
sebuah cerita musim dingin yang lalu dan cerita itu diterbitkan Canadian
Woman. Aku yakin aku bisa menulis cerita yang sama bagusnya."
"Dan, apakah kau akan mengirimkannya ke Canadian Woman?"
"Aku akan mencoba salah satu majalah besar dulu. Semua tergantung
cerita macam apa yang kutulis."
"Ceritanya tentang apa?"
"Aku belum tahu. Aku ingin mendapatkan plot yang bagus. Aku yakin
itu perlu dari sudut pandang editor. Satu-satunya yang pasti adalah nama
tokoh utama wanitanya. Namanya AVERIL LESTER. Cukup cantik,
bukan" Jangan menceritakan ini pada siapa pun, Diana. Aku belum
memberi tahu seorang pun kecuali kau dan Mr. Harrison. Mr. Harrison
tidak terlalu mendukung dia bilang sekarang ini terlalu banyak sampah
yang ditulis, dan dia mengharapkan aku melakukan hal yang lebih baik
daripada itu, setelah setahun kuliah."
"Memangnya apa yang Mr. HARISSON tahu tentang itu?" tanya Diana
menghina. Mereka mendapati rumah keluarga Gillis ceria dengan cahaya dan tamutamu. Leonard Kimball dari Spencervale, dan Morgan Bell dari Carmody,
saling melotot di ruang tamu. Beberapa gadis ceria juga mampir. Ruby
mengenakan gaun berwarna putih dan mata serta pipinya berkilau. Dia
tertawa dan mengoceh tanpa henti, dan setelah gadis-gadis lain pergi, dia
membawa Anne ke lantai atas untuk memamerkan pakaian musim
panasnya yang baru. "Aku memiliki sutra biru yang belum dibuat menjadi baju, tapi kain itu
terlalu berat untuk pakaian musim panas. Aku pikir aku akan
menyimpannya untuk musim gugur. Aku akan mengajar di White Sands,
lho. Bagaimana topiku menurut kalian" Topi yang kau pakai di gereja
kemarin itu sangat kecil. Tapi, aku sendiri sebenarnya lebih suka topi yang
lebih cerah. Kalian lihat dua pria konyol di bawah tadi" Mereka berdua
begitu sungguh-sungguh ingin menyingkirkan yang lain. Aku tak peduli
sedikit pun pada mereka berdua, kau tahu. Yang kusuka itu Herb Spencer.
Kadang-kadang aku benar-benar berpikir kalau dialah JODOHKU. Pada
Natal lalu, kupikir kepala sekolah Spencervale itu jodohku. Tapi aku
menemukan sesuatu mengenai dirinya dan akhirnya aku menjauhinya. Dia
hampir gila waktu aku menolaknya. Aku harap kedua pria tadi tidak


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang malam ini. Aku ingin berbincang-bincang sepuasnya denganmu,
Anne, dan menceritakan banyak hal padamu. Kau dan aku akan selalu jadi
sahabat baik, ya, kan?"
Ruby melingkarkan lengannya di pinggang Anne sambil tertawa kecil.
Tapi, untuk sesaat mata mereka bertemu, dan, di balik semua keceriaan
Ruby, Anne melihat sesuatu yang membuat hatinya sakit.
"Sering-sering datang kemari, ya, Anne?" bisik Ruby.
"Datanglah sendiri"aku menginginkanmu."
"Apa kau merasa sehat, Ruby?"
"Aku! Oh, tentu saja aku sangat sehat. Aku tak pernah merasa lebih baik
daripada ini seumur hidupku. Tentu saja, pilek yang kualami musim dingin
lalu menyebabkanku sedikit lemah. Tapi lihatlah warnaku. Aku tak terlihat
seperti orang sakit, aku yakin."
Suara Ruby agak tajam. Dia menarik tangannya dari Anne, seolah
marah, dan berlari ke bawah. Dia bersikap ceria berlebih-lebihan, dan
tampaknya begitu senang bercanda dengan kedua pengagum prianya
sehingga Diana dan Anne merasa tersisihkan dan akhirnya pulang.
"PERTOBATAN AVERIL"
"Apa yang kau pikirkan Anne?"Anne dan Diana berkeliaran sore itu di
lembah indah di dekat sebuah anak sungai. Tetumbuhan pakis menjorok ke
arah sungai, rerumputan menghijau, dan buah-buah pir bergelantungan
menebarkan aroma harum, awan-awan putih menyelimuti pemandangan
itu. Anne terbangun dari lamunannya dan mendesah gembira.
"Aku sedang memikirkan ceritaku, Diana."
"Oh, kau sudah mulai memikirkannya?" Diana memekik, wajahnya
berseri-seri karena penasaran.
"Ya, aku sudah menulis sedikit, beberapa halaman, tapi masih ada
banyak hal lagi di benakku. Aku kesulitan menemukan alur yang pas.
Tidak ada plot yang cocok untuk gadis bernama AVERIL."
"Kenapa kau tidak mengganti namanya saja?"
"Tidak, itu tidak mungkin. Aku sudah mencobanya, tapi aku tidak bisa
melakukannya, sama seperti aku tidak bisa begitu saja mengganti namamu.
AVERIL sangat nyata bagiku, dan apa pun nama yang kuberikan
kepadanya, aku selalu saja berpikir dia adalah AVERIL. Tapi akhirnya aku
punya alur yang cocok untuknya. Aku juga merasa gembira ketika
memilih nama-nama untuk semua tokoh ceritaku. Kau tak tahu betapa
menariknya hal itu. Aku sudah berbaring berjam-jam memikirkan namanama itu. Nama pahlawannya adalah PERCEVAL DALRYMPLE."
"Kau sudah memberi nama SEMUA tokoh ceritamu?" tanya Diana
sedih. "Kalau belum, aku ingin meminta izin kepadamu untuk memberi
nama buat mereka untuk tokoh-tokoh yang tidak penting saja. Jadi aku
bisa merasa punya kontribusi untuk ceritamu."
"Kau boleh memberi nama untuk bocah lelaki upahan yang masih
tinggal bersama keluarga LESTER," Anne membolehkan. "Dia tidak
begitu penting, tapi hanya dialah tokoh yang belum diberi nama."
"Beri dia nama RAYMOND FITZOSBORNE," Diana mengusulkan. Dia
telah memikirkan banyak nama di dalam benaknya, sisa-sisa dari Klub
Cerita yang dulu dia miliki bersama Anne, Jane Andrews, dan Rubby
Gillis pada masa-masa sekolah mereka. Anne menggeleng ragu.
"Kurasa nama itu terlalu mewah untuk seorang bocah pesuruh, Diana.
Aku tidak bisa membayangkan seorang Fitzosborne memberi pakan babi
dan memungut sampah, iya, kan?"
Diana tidak mengerti, jika kau punya imajinasi, apa gunanya kalau kau
tak bisa menggunakannya untuk hal-hal seperti itu; tetapi mungkin Anne
lebih paham tentang hal itu, dan akhirnya si bocah pesuruh diberi nama
ROBERT RAY, dan bisa dipanggil BOBBY kalau perlu.
"Menurutmu, berapa banyak yang akan kau dapat?" tanya Diana.
Tapi Anne belum memikirkan hal itu. Dia sedang mengejar ketenaran,
bukan sekadar keuntungan, dan impian sastranya belum tercemari oleh
pertimbangan uang. "Aku boleh membacanya, kan?" rengek Diana.
"Kalau ceritaku sudah selesai ditulis, aku akan membacakannya
untukmu dan Mr. Harrison, dan aku ingin kau memberi masukan yang
BAGUS. Tak ada orang lain yang boleh melihatnya sampai cerita ini
diterbitkan." "Bagaimana akhir ceritanya" Bahagia atau sedih?"
"Aku belum yakin. Aku lebih suka akhir yang sedih, karena dengan
begitu ceritanya akan lebih romantis. Tapi aku paham bahwa editor buku
tidak menyukai cerita yang berakhir sedih. Aku dengar Profesor Hamilton
pernah bilang, hanya orang genius yang bisa menulis cerita berakhir
sedih," ungkap Anne rendah hati, "Dan aku bukanlah orang genius."
"Oh, aku lebih suka akhir yang bahagia. Lebih baik kau biarkan dia
menikahinya," kata Diana, yang, terutama setelah pertunangannya dengan
Fred, berpikir bahwa setiap cerita harus berakhir demikian.
"Tapi kau, kan, sering menangis ketika membaca cerita?"
"Memang, sih, tapi hanya di tengah-tengah cerita. Bagaimanapun aku
lebih suka akhir yang bahagia."
"Aku harus membuat adegan menyedihkan di dalam cerita," kata Anne
menimbang-nimbang. "Mungkin sebaiknya tokoh ROBERT RAY terluka
dalam sebuah kecelakaan dan kemudian mati."
"Jangan, jangan bunuh BOBBY," protes Diana sambil tertawa. "Dia
milikku dan aku ingin dia tetap hidup dan tumbuh. Bunuh saja tokoh lain,
kalau kau mau." Selama dua minggu berikutnya, Anne bergulat dan bersuka-ria,
tergantung suasana hati, dengan kegiatan menulisnya.Terkadang dia
bergembira merayakan sebuah gagasan hebat, namun kali lain dia tampak
putus asa karena beberapa tokoh yang bertentangan TIDAK mau bersikap
baik. Diana tidak mengerti semua itu.
"BUATLAH mereka bersikap seperti yang kau mau," katanya.
"Aku tidak bisa," ratap Anne. "Averil benar-benar tokoh yang tidak bisa
diatur. Dia AKAN melakukan dan mengatakan hal-hal yang tidak aku
inginkan. Lalu dia akan mengacaukan semuanya dan aku harus menulis
ulang semuanya." Akhirnya, bagaimanapun, cerita itu selesai, dan Anne membacakannya
kepada Diana di pojok serambi. Anne bisa menciptakan "adegan
tragisnya" tanpa mengorbankan ROBERT RAY, dan ia terus mengawasi
Diana sembari membacakan ceritanya. Diana menyambut dengan antusias,
tetapi, ketika bagian akhir cerita selesai dibacakan, dia tampak agak
kecewa. "Kenapa MAURICE LENNOX kau matikan?" tanyanya.
"Dia kan penjahatnya," Anne membela diri. "Dia harus dihukum."
"Tapi aku paling suka tokoh ini," protes Diana rewel.
"Yah, dia sudah mati, dan dia akan tetap begitu," kata Anne agak
menyesal. "Jika aku membiarkannya hidup, dia akan menganiaya AVERIL
dan PERCEVALl." "Ya"kecuali kalau kau mau mengubah si Lennox ini."
"Tidak romantis, dong, kalau begitu. Lagi pula, ceritanya akan jadi
semakin panjang." "Ya, sudahlah. Bagaimanapun, ini cerita yang bagus dan sempurna,
Anne, dan aku yakin cerita ini akan membuatmu terkenal. Kau sudah
punya judul?" "Oh, aku sudah punya judul sejak lama. Aku akan memberinya judul
PERTOBATAN AVERIL. Kedengarannya bagus dan enak didengar, kan"
Katakan terus terang, Diana, apakah kau menemukan kesalahan dalam
ceritaku?" "Hmm," Diana ragu-ragu, "bagian ketika AVERIL membuat kue tidak
tampak romantis dan tidak cocok dengan kelanjutannya. Memang itu yang
biasa dilakukan semua orang. Tokoh pahlawan seharusnya tidak memasak.
Itu pendapatku." "Lho, justru di situ letak humornya, dan itu salah satu bagian terbaik dari
keseluruhan cerita," kata Anne. Bisa dibilang dalam hal ini dia benar.
Diana dengan hati-hati menahan diri untuk mengkritik lebih jauh, tetapi
Mr. Harrison lebih sulit dipuaskan. Pertama-tama, dia berkata kepada
Anne bahwa ada terlalu banyak deskripsi di dalam cerita.
"Buanglah semua deskripsi yang terlalu berbunga-bunga itu," katanya
tanpa perasaan. Anne punya perasaan tak enak bahwa Mr. Harrison justru benar, dan dia
memaksa dirinya menghapus banyak deskripsi kesukaannya, walaupun
butuh tiga kali penulisan ulang sebelum cerita bisa dipotong untuk
memuaskan Mr. Harrison yang cerewet.
"Aku sudah membuang SEMUA deskripsi kecuali pada bagian matahari
terbenam," Anne akhirnya berkata. "Aku tidak bisa membuangnya. Itu
bagian terbaik." "Tapi tak ada hubungannya dengan cerita," kata Mr. Harrison, "dan kau
seharusnya tidak membuat latar cerita itu di antara orang-orang kota yang
kaya. Apa yang kau tahu tentang mereka" Kenapa kau tidak membuat latar
tempat itu di sini, di Avonlea"ganti namanya dulu, tentu saja. Kalau
tidak, Mrs. Rachel Lynde akan berpikir dialah tokoh pahlawannya."
"Oh, tidak bisa seperti itu," protes Anne. "Avonlea adalah tempat
terindah di dunia, tapi tidak cukup romantis untuk latar cerita ini."
"Aku berani bilang bahwa ada banyak romantika di Avonlea"dan juga
tragedi," kata Mr. Harrison masam. "Tapi orang-orang di cerita ini tidak
sama dengan di tempat-tempat lain. Mereka terlalu banyak bicara dan
menggunakan bahasa yang sok pintar. Bahkan si DALRYMPLE ini bisa
bicara melantur sampai dua halaman, dan tidak memberi kesempatan
kepada si gadis untuk berbicara. Jika dia melakukan itu dalam kenyataan,
si gadis pasti sudah mendampratnya."
"Aku tidak percaya," kata Anne datar. Jauh di lubuk hatinya dia berpikir
bahwa kata-kata indah dan puitis yang ditujukan kepada AVERIL pasti
akan memikat hati gadis mana pun. Lagi pula, agak mengerikan juga
mendengar AVERIL yang mulia seperti ratu "mendamprat" seseorang.
Averil "menolak pelamarnya".
"Bagaimanapun," kata Mr. Harrison lagi tanpa ampun, "aku tidak paham
kenapa MAURICE LENNOX gagal memikat gadis itu. Dia lebih baik
daripada yang lain. Dia melakukan hal-hal buruk, tapi setidaknya dia
melakukan sesuatu. Justru si Perceval yang tidak punya kerjaan, mondarmandir tak keruan."
"Mondar-mandir tak keruan". Itu kedengaran lebih buruk daripada
"mendamprat". "MAURICE LENNOX adalah tokoh antagonis," kata Anne marah. "Aku
tidak mengerti kenapa orang-orang lebih menyukainya daripada
PERCEVALl." "Perceval terlalu sempurna, dan itu menjengkelkan. Lain kali kalau kau
menulis tentang pahlawan, jangan lupakan sifat manusiawinya."
"AVERIL tidak akan pernah menikahi MAURICE. Dia jahat."
"Perempuan itu akan mengubahnya. Kau bisa mengubah seseorang; tapi
tidak bisa mengubah ubur-ubur, pastinya. Ceritamu tidak jelek, kok"
malah lumayan menarik, kuakui. Tapi kau terlalu muda untuk menulis
cerita yang mungkin akan bermanfaat. Tunggulah sepuluh tahun lagi."
Anne memutuskan untuk tidak lagi meminta orang lain mengkritisi
ceritanya jika dia menulis lagi. Itu bisa membuatnya kecil hati. Anne tak
akan membacakan ceritanya ke Gilbert, walau dia memberi tahu Gilbert
tentang ceritanya. "Kalau berhasil, kau akan melihatnya sendiri ketika sudah diterbitkan,
tapi kalau gagal, tak ada seorang pun yang akan melihatnya."
Marilla tidak tahu apa pun tentang hal itu. Dalam khayalannya, Anne
melihat dirinya membacakan cerita untuk Marilla dari majalah dan Marilla
memuji cerita itu"karena dalam khayalan, semuanya bisa terjadi"lalu
dengan penuh kemenangan dia akan menyebutkan nama pengarangnya.
Suatu hari, Anne membawa selembar amplop besar dan panjang"serta
alamat tujuan tertera di depannya, dengan keceriaan dan kepercayaan diri
anak muda tak berpengalaman"ke kantor sebuah majalah top. Diana juga
sama bersemangatnya. "Menurutmu, berapa lama mereka akan mengabarimu?" tanya Diana.
"Mestinya tidak lebih dari dua minggu. Oh, betapa bahagia dan
bangganya aku kalau ceritaku dimuat!"
"Pasti dimuat, dan mereka akan memintamu mengirim lebih banyak
cerita. Mungkin kau akan terkenal seperti Mrs. Morgan suatu hari nanti,
Anne, dan aku akan merasa bangga karena mengenalmu," kata Diana,
yang memiliki paling tidak"ketulusan untuk menghargai karunia yang
dimiliki teman-temannya. Seminggu yang penuh mimpi indah berlalu, dan kemudian datanglah
kenyataan pahit. Pada suatu sore, Diana melihat Anne sedang duduk di
sudut serambi, dengan ekspresi mata mencurigakan. Di atas meja ada
amplop panjang dan gulungan kertas yang tampak lecek.
"Anne, ceritamu sudah kembali belum?" tanya Diana.
"Sudah," jawab Anne singkat.
"Wah, editornya pasti sudah gila. Apa alasannya mengembalikan
ceritamu?" "Tidak ada. Cuma ada kertas yang menerangkan bahwa ceritaku tidak
dimuat." "Aku tak pernah menyukai majalah itu," kata Diana setia kawan.
"Cerita-cerita di situ kalah menarik daripada yang ada di Canadian
Woman, walaupun harganya lebih mahal. Kurasa editornya suka
berprasangka buruk terhadap mereka yang bukan Yankee. Jangan berkecil
hati, Anne. Ingat saja bagaimana cerita-cerita milik Mrs. Morgan kembali.
Kirim ceritamu ke Canadian Woman."
"Pastinya begitu," jawab Anne mencoba percaya diri kembali. "Dan
kalau ceritaku dimuat, akan kukirim salinannya ke editor Amerika itu.
Tapi bagian matahari terbenam akan kubuang. Aku pikir Mr. Harrison
benar." Matahari mulai terbenam; dan walaupun bagian cerita itu sudah dibuang,
tak lama kemudian editor Canadian Woman mengirim balik "Pertobatan
Averil" dan membuat Diana dengan geram menyimpulkan bahwa cerita
itu tak dibaca sama sekali, dan dia bersumpah akan berhenti berlangganan
majalah itu secepatnya. Anne menyikapi penolakan keduanya ini dengan
tenang walaupun putus asa. Dia mengunci ceritanya itu di dalam peti di
loteng tempat cerita-cerita bikinan Klub Cerita disimpan; tetapi
sebelumnya dia menyerahkan salinannya kepada Diana yang memohon
diberi. "Ambisi sastraku sudah berakhir," kata Anne getir.
Dia tak pernah menyinggung masalah itu kepada Mr. Harrison, tetapi
suatu sore lelaki itu menanyakan apakah ceritanya sudah dimuat.
"Tidak, editornya tidak mau memuatnya," Anne menjawab singkat.
Mr. Harrison menoleh dan menatapnya.
"Jangan putus asa, tetaplah menulis," katanya membesarkan hati.
"Tidak, aku tidak akan pernah menulis lagi," kata Anne, dengan
keputusasaan khas remaja sembilan belas tahun ketika kesempatan ditutup
di hadapannya. "Kalau aku tidak akan menyerah begitu saja," kata Mr. Harrison sambil
termenung. "Aku akan menulis sesekali, tapi aku tidak mau pusing apakah
tulisanku akan dimuat atau tidak. Aku akan menulis tentang orang-orang
dan tempat-tempat yang aku tahu, dan akan membuat tokoh-tokoh cerita
berbicara dengan bahasa Inggris sehari-sehari, dan aku akan membiarkan
matahari terbit dan terbenam seperti biasa tanpa harus meributkan
kenyataan itu. Kalaupun aku mau membuat tokoh jahat, aku akan memberi
mereka kesempatan, Anne"itu pasti. Ada banyak orang jahat di dunia ini,
kurasa, tapi kau tidak akan mudah menemukan mereka"meskipun Mrs.
Lynde percaya bahwa kita semua jahat. Tapi sebagian besar dari kita
masih berperilaku baik. Teruslah menulis, Anne."
"Tidak, sungguh bodoh jika aku mencobanya lagi. Kalau aku sudah lulus
dari Redmond, aku akan tetap mengajar. Aku bisa mengajar. Aku tidak
bisa menulis cerita."
"Akan tiba saatnya untuk menikah ketika kau sudah lulus dari
Redmond," kata Mr. Harrison. "Tidak baik menunda pernikahan terlalu
lama"seperti yang kulakukan."
Anne pun beranjak pulang. Memang ada saat-saat ketika Mr. Harrison
menjadi sangat menyebalkan. "Mendamprat", "mondar-mandir tak keruan",
dan "menikah". Waduh!
PARA PELANGGAR ATURAN BERAKSI Davy dan Dora siap berangkat ke Sekolah Minggu. Mereka pergi berdua"


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan ini tidak biasa, karena Mrs. Lynde selalu menghadiri Sekolah Minggu.
Tetapi kaki Mrs. Lynde terkilir dan sekarang dia pincang, jadi dia harus
tinggal di rumah pagi ini. Si kembar juga akan mewakili keluarga itu di
gereja, karena kemarin sore Anne pergi untuk menghabiskan akhir pekan
dengan teman-temannya di Carmody, dan Marilla sedang sakit kepala.
Davy menuruni tangga pelan-pelan. Dora menunggunya di selasar; dia
sudah didandani oleh Mrs. Lynde. Davy sudah bersiap sedari tadi. Dia
membawa satu sen di kantongnya untuk iuran Sekolah Minggu, dan
sekeping uang lima sen untuk iuran gereja; dia membawa Injil di satu
tangan dan buku Sekolah Minggu di tangan satunya; dia paham
pelajarannya, dia hafal ayat-ayat pilihan yang harus dihafal, juga
pertanyaan-pertanyaan katekismusnya dengan sempurna. Bukankah ia
sudah mempelajari semuanya"meski terpaksa"di dapur Mrs. Lynde
sepanjang Minggu sore lalu" Dan Davy sekarang harusnya merasa tenang.
Namun, meskipun sudah menghafal ayat dan katekismus, dalam hati Davy
sangat gelisah dan tak puas. Mrs. Lynde berjalan terpincang-pincang dari
dapur, tepat ketika Davy bergabung dengan Dora.
"Kau sudah mandi?" tanyanya tegas.
"Ya"kau bisa lihat sendiri," jawab Davy sambil cemberut.
Mrs. Rachel mendesah. Dia tak yakin leher dan telinga Davy sudah
bersih. Tapi dia tahu, kalau dia mencoba memeriksa Davy, anak itu akan
kabur dan dia tak bisa mengejarnya hari ini.
"Yah, kalau begitu jangan nakal, ya," dia memperingatkan mereka.
"Hindari jalan berdebu. Jangan nongkrong di serambi gereja untuk
mengobrol dengan anak-anak lain. Jangan banyak tingkah di bangku
kalian. Jangan sampai lupa ayat-ayatnya. Jangan kehilangan uang
iurannya. Jangan berbisik waktu berdoa, jangan lupa mendengarkan
khotbah." Davy tak menanggapi. Dia berjalan melalui jalan setapak diikuti Dora si
penurut. Tapi dalam hati dia merasa geram. Davy telah banyak menderita
"atau setidaknya begitulah pendapatnya"karena perkataan atau
perbuatan Mrs. Rachel Lynde sejak wanita itu pindah ke Green Gables,
Mencari Bende Mataram 9 Pendekar Mata Keranjang 20 Takhta Setan Bidadari Lentera Merah 2

Cari Blog Ini