Ceritasilat Novel Online

Anne Of Island 1

Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery Bagian 1


Tentang Penulis Lucy Maud Montgomery lahir di Clifton (sekarang New London), Pulau
Prince Edward, pada 30 November 1874. Ibunya, Clara Woolner Macneill
Montgomery, meninggal karena TBC ketika Lucy berusia 21 bulan.
Ayahnya, Hugh John Montgomery, pergi meninggalkan daerah asalnya,
menuju teritorial barat Kanada. Lucy tinggal bersama kakek dan neneknya
dari pihak ibu, Alexander Marquis Macneill dan Lucy Woolner Macneill.
Dia dibesarkan dalam aturan yang sangat ketat. Setelah lulus dari
Universitas Dalhouise di Halifax, Nova Scotia, dalam bidang literatur, dia
mengajar di beberapa sekolah. Dan kemudian, pada 1898 dia kembali
untuk tinggal bersama neneknya yang telah menjanda. Pengalamannya
memberikan inspirasi untuk menulis buku pertamanya, Anne of Green
Gables, pada 1908. Selain itu, dia juga menulis beberapa buku lain, di
antaranya lanjutan kisah Anne si gadis kecil berambut merah ini.
ISI BUKU 1 Bayangan Perubahan 2 Bunga Musim Gugur 3 Selamat Datang dan Selamat Berpisah
4 Gadis Cantik 5 Surat dari Rumah 6 Di Taman 7 Pulang ke Rumah 8 Lamaran Pertama Anne 9 Kekasih yang Tak Diharapkan dan Teman yang Disambut
10 Patty's Place 11 Lingkaran Kehidupan 12 "Pertobatan Averil"
13 Para Pelanggar Aturan Beraksi
14 Kematian 15 Mimpi yang Terjungkir Balik
16 Penghuni Baru 17 Surat dari Davy 18 Warisan Miss Josephine untuk Anne
19 Selingan 20 Gilbert Akhirnya Bicara
21 Bunga Mawar Masa Lalu 22 Musim Semi, dan Anne Pulang ke Green Gables
23 Paul Tidak Bisa Bertemu Manusia Batu
24 Kehadiran Jonas 25 Kehadiran Pangeran yang Memesona
26 Kehadiran Christine 27 Curahan Hati 28 Petang di Bulan Juni 29 Pernikahan Diana 30 Romansa Mrs. Skinner 31 Surat Anne untuk Philippa
32 Minum Teh dengan Mrs. Douglas
33 "Ia Terus Datang, Lagi dan Lagi"
34 Akhirnya John Douglas Berbicara
35 Tahun Terakhir di Redmond
36 Kunjungan Keluarga Gardner
37 Para Sarjana Muda 38 Harapan Palsu 39 Pernikahan dan Pernikahan Lagi
40 Wahyu 41 Cinta Tak Lekang oleh Waktu
BAYANGAN PERUBAHAN "Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir musim kemarau1," kutip
Anne Shirley seraya menerawang, menatap ladang yang sudah ditebas. Ia
dan Diana Barry baru saja memetik apel di kebun buah Green Gables dan
sekarang sedang beristirahat di sudut yang terang, tempat biji-biji thistle
beterbangan tertiup angin musim panas yang manis dan membawa
keharuman pakis dari Hutan Berhantu.
Tetapi, seluruh pemandangan yang terbentang di sekeliling mereka mulai
menandakan kedatangan musim gugur. Laut bergemuruh di kejauhan,
ladang terlihat gundul dan kering, dibingkai oleh batang keemasan, lembah
tepian sungai di bawah Green Gables dibanjiri aster ungu muda, dan
Danau Air Berkilau berwarna biru"biru"biru, bukan biru musim semi
yang berubah-ubah, atau biru langit pucat musim panas, tapi biru yang
jernih, tenang, dan indah, seakan-akan airnya telah melewati semua jenis
emosi dan telah mengalami semua masalah sehingga ketenangannya bagai
tak tergoyahkan oleh impian yang selalu berubah-ubah.
"Musim panas yang menyenangkan," kata Diana sambil memutar-mutar
cincin di tangan kirinya seraya tersenyum. "Dan pernikahan Miss
Lavendar sangat indah. Mr. dan Mrs. Irving sekarang pasti sudah ada di
pantai Pasifik." "Rasanya mereka sudah pergi lama sekali berkeliling dunia," keluh
Anne. "Aku tak percaya mereka baru menikah seminggu lalu. Semuanya
berubah. Miss Lavendar serta Mr. dan Mrs. Allan telah pergi rumah
pendeta terlihat sepi dengan seluruh jendela tertutup! Kemarin malam aku
melewatinya, dan aku merasa seakan-akan semua orang yang tinggal di
sana sudah meninggal."
"Kita tak akan pernah lagi mendapatkan pendeta sebaik Mr. Allan," kata
Diana murung. "Yah, kurasa musim dingin nanti gereja akan diisi oleh
para pendeta pengganti sementara, dan bahkan mungkin ada hari-hari
Minggu tanpa khotbah karena pendeta belum datang. Ditambah lagi, kau
dan Gilbert pergi pasti akan membosankan sekali."
"Tapi ada Fred, kan?" sindir Anne.
"Kapan Mrs. Lynde pindah?" tanya Diana, seakan tak mendengar
sindiran Anne. "Besok. Aku senang dia datang tapi itu satu lagi perubahan baru.
Kemarin Marilla dan aku mengosongkan kamar tamu. Kau tahu, aku benci
melakukan itu. Tentu saja itu hal bodoh tetapi kami seakan-akan
melakukan pelanggaran. Kamar tamu itu sudah seperti tempat keramat
bagiku. Waktu aku kecil, aku pikir kamar itu ruangan paling menakjubkan
di seluruh dunia. Kau ingat seberapa besar keinginanku untuk tidur di
kamar tidur tamu tapi bukan kamar tamu Green Gables. Oh, tidak, tidak
pernah di sana! Itu terlalu menakjubkan aku tak mungkin tidur sekejap pun
karena terpesona. Jika Marilla menyuruhku melakukan sesuatu di sana,
aku tidak pernah Berjalan di kamar itu tidak pernah sama sekali. Malahan,
aku berjingkat-jingkat dan menahan napas, seolah sedang di gereja. Lalu
aku akan merasa lega setelah keluar dari kamar itu. Gambar George
Whitefield dan Duke of Wellington tergantung di sana, di kanan dan kiri
cermin, dan memandangku dengan galak setiap kali aku di sana, terutama
jika aku berani mengintip bayanganku di cermin kamar tamu yang
merupakan satu-satunya cermin bagus di Green Gables. Aku selalu
bertanya-tanya mengapa Marilla berani membersihkan kamar itu. Dan
sekarang kamar itu tidak hanya dibersihkan, tetapi juga dikosongkan. Foto
George Whitefield dan Duke telah dipindahkan ke lorong di lantai atas.
"Dan berakhirlah semua kejayaan di dunia ini,?" tutup Anne dengan tawa
yang sedikit sendu. Tidak pernah menyenangkan jika tempat keramat kita
dinodai, bahkan jika kita sudah lebih dewasa sekalipun.
"Aku akan kesepian jika kau pergi," erang Diana untuk keseratus
kalinya. "Apalagi kalau ingat kau akan pergi minggu depan!"
"Tapi kita kan masih bersama," kata Anne ceria. "Kita tidak boleh
membiarkan minggu depan mencuri kebahagiaan minggu ini. Aku sendiri
juga tidak suka mengingat bahwa aku akan pergi rumah dan aku sudah
menjadi teman baik. Ngomong-ngomong soal kesepian! Seharusnya
akulah yang berkeluh-kesah. Kau akan tetap tinggal di sini bersama temanteman lama Dan Fred! Sedangkan aku harus sendirian di antara orangorang asing, tak kenal siapa pun!"
"Kecuali Gilbert dan Charlie Sloane," kata Diana, setengah menyindir
Anne. "Charlie Sloane tentu akan sangat menghibur," Anne menyetujui dengan
sarkastis, dan kedua gadis itu tertawa. Diana tahu pasti apa pendapat Anne
mengenai Charlie Sloane. Tetapi, meski mereka sering berbagi rahasia dan
saling percaya, Diana tidak tahu pendapat Anne mengenai Gilbert Blythe.
Sebenarnya, Anne sendiri juga tidak tahu.
"Kedua orang itu mungkin saja akan tinggal di ujung lain Kingsport, dan
kami jarang bertemu" lanjut Anne. "Aku senang akan ke Redmond, dan
aku yakin nantinya aku akan menyukainya. Tapi, pada minggu-minggu
pertama pastilah aku tidak akan menyukainya. Bahkan akhir minggu pun
aku tak bisa menantikan waktu pulang ke rumah seperti saat aku pergi ke
Queen dulu. Rasanya Natal baru akan tiba ribuan tahun lagi."
"Semua berubah atau akan berubah," kata Diana sedih. "Aku punya
perasaan bahwa semua tak akan pernah sama lagi, Anne."
"Mau tak mau kita pasti akan mengalami perubahan," kata Anne dengan
penuh pertimbangan. "Kita pasti akan mengalaminya. Diana, apa kau pikir
menjadi dewasa itu seindah apa yang kita bayangkan dulu waktu kita
masih kanak-kanak?" "Entahlah ada Beberapa hal menarik saat kita dewasa," jawab Diana,
seraya mengelus cincinnya sambil tersenyum kecil yang selalu
menyebabkan Anne merasa tertinggal dan tak berpengalaman. "Tetapi
banyak juga hal-hal yang membingungkan. Kadang-kadang aku rasa jadi
dewasa itu menakutkan lalu aku rasanya akan rela memberikan apa pun
agar bisa jadi anak kecil lagi."
"Kukira kita akan terbiasa jadi dewasa pada waktunya nanti," kata Anne
riang. "Lagi pula ternyata tak banyak hal yang tak terduga meskipun
menurutku justru hal-hal tak terduga itulah yang mengasyikkan. Kita
sekarang delapan belas tahun, Diana. Dua tahun lagi kita dua puluh. Waktu
sepuluh tahun, kupikir orang yang berumur dua puluh tahun itu sudah tua,
tapi masih tetap berjiwa muda. Tak lama kemudian kau akan menjadi ibuibu lima puluhan yang kalem, dan aku akan menjadi Bibi Anne si perawan
tua yang selalu berkunjung setiap liburan. Kau akan selalu menyediakan
tempat untukku, kan, Di sayang" Bukan kamar tidur tamu, tentunya
perawan tua tidak mungkin mengharapkan kamar tidur tamu, dan aku akan
rendah hati seperti Uriah Heep, dan akan cukup senang jika diberi pojok
kecil di teras atau di ruang tamu."
"Kau bicara apa, sih, Anne?" kata Diana tertawa. "Kau akan menikah
dengan orang yang baik hati, tampan dan kaya dan tak ada satu kamar
tidur tamu pun di Avonlea yang cukup indah untukmu dan kau tak akan
mau mengenal kami, semua teman-teman masa kecilmu. Awas, ya! Kalau
kamu begitu, nanti kudoakan supaya hidungmu hilang!"
"Sayang sekali, hidungku kan cukup bagus dan aku tak ingin kehilangan
hidungku," kata Anne sambil mengelus hidungnya yang indah. "Aku tidak
punya banyak bagian tubuh yang kusuka, jadi aku tidak mungkin
menghilangkan yang ada. Jadi, walaupun aku harus menikah dengan Raja
Pulau Kanibal, aku berjanji tidak akan melupakanmu, Diana."
Kedua gadis itu berpisah sambil tertawa, Diana pulang ke Orchard
Slope, Anne berjalan ke Kantor Pos. Di sana ia mendapati sepucuk surat,
dan saat Gilbert Blythe menyusulnya di jembatan di atas Danau Riak Air
Berkilau, mata Anne berkilau-kilau gembira karena membaca surat itu.
"Priscilla Grant juga akan ke Redmond," serunya. "Bagus sekali bukan"
Dulu aku pernah berharap kalau ia juga ke Redmond, tapi dia pikir
ayahnya tak akan setuju. Tapi, ternyata ayahnya setuju dan kami akan
pergi bersama-sama. Aku rasa, aku dapat menghadapi sepasukan tentara
berpanji-panji atau satu batalion profesor di Redmond dengan sahabat
seperti Priscilla di sisiku."
"Kurasa kita akan menyukai Kingsport," kata Gilbert. "Katanya,
Kingsport itu kota tua yang menyenangkan dan memiliki kebun raya
terbaik di dunia. Kudengar pemandangan di sana sangat indah."
"Aku penasaran apakah akan bisa lebih indah dari ini," gumam Anne
sambil memandang berkeliling dengan pandangan penuh cinta dan
terpesona seperti pandangan orang-orang yang menganggap bahwa
"rumah" akan selalu menjadi tempat terindah di dunia, seolah tak ada
tempat indah yang lain di kolong langit.
Mereka bersandar di jembatan di danau tua itu, mereguk keindahan pesona
senja, tepat di tempat dulu Anne memanjat dari sekocinya yang tenggelam
pada hari ketika ia pura-pura menjadi Elaine yang hanyut ke Camelot.
Warna lembayung senja yang indah masih mewarnai langit di sebelah
barat, tetapi bulan telah terbit dan air danau terbentang dengan kilau perak
yang indah di bawah cahaya bulan. Kenangan manis dan indah teranyam
di hati kedua muda-mudi itu.
"Kau diam sekali, Anne," kata Gilbert akhirnya.
"Aku takut kalau aku berbicara atau bergerak maka semua keindahan
menakjubkan ini akan lenyap seperti kesunyian yang pecah berkeping,"
kata Anne sambil mendesah.
Tiba-tiba Gilbert meletakkan tangannya di atas tangan putih langsing
yang ada di pagar jembatan itu. Matanya yang berwarna cokelat kehijauan
memandang ke kegelapan, bibirnya yang masih kekanak-kanakan terbuka
untuk mengatakan sesuatu mengenai impian dan harapan yang
menggetarkan hatinya. Tetapi Anne buru-buru menarik tangannya dan
berbalik dengan cepat. Pesona senja telah lenyap baginya.
"Aku harus pulang," katanya, dengan alasan yang dicari-cari. "Sore ini
Marilla sakit kepala, dan aku yakin saat ini si kembar pasti sudah
melakukan kenakalan yang mengerikan. Seharusnya aku tidak pergi terlalu
lama." Anne mengoceh tanpa henti sampai mereka tiba di jalan Green Gables.
Gilbert yang malang tidak mendapatkan satu kesempatan pun untuk bicara.
Anne merasa agak lega setelah mereka berpisah. Diam-diam dia memiliki
perasaan baru mengenai Gilbert di hatinya, sejak kejadian sesaat di taman
di Pondok Gema waktu itu. Sesuatu yang asing diam-diam menyelinap ke
dalam persahabatan mereka yang sempurna sesuatu yang akan
merusaknya. "Sebelumnya aku tak pernah merasa senang melihat Gilbert pergi,"
pikirnya, setengah kesal, setengah sedih, sambil berjalan sendirian ke arah
rumah. "Persahabatan kami akan rusak jika dia meneruskan omong kosong
ini. Tidak boleh aku tak mengizinkannya. Oh, Mengapa sih, laki-laki tidak
bisa menggunakan akal sehat!"
Anne juga merasa aneh karena ia masih bisa merasakan kehangatan
tangan Gilbert. Dia juga merasakan getar aneh itu ketika Gilbert
memegang tangannya walaupun hanya sesaat. Yang lebih aneh lagi, getar
itu bukanlah getar yang tidak menyenangkan sangat berbeda dengan saat
Anne berdansa dengan Charlie Sloane di pesta White Sands tiga malam
sebelumnya. Anne bergidik mengingatnya. Tetapi, semua masalah terkait
dengan teman-teman prianya itu lenyap saat dia memasuki dapur Green
Gables dan menemukan seorang anak lelaki berusia delapan tahun
menangis tersedu-sedu di sofa.
"Ada apa, Davy?" tanya Anne memeluknya. "Di mana Marilla dan
Dora?" "Marilla menemani Dora tidur," isak Davy, "dan aku nangis karena Dora
jatuh di tangga ruang bawah tanah di luar, kepala duluan, dan hidungnya
terkelupas, dan" "
"Cup ... cup ... jangan nangis, Sayang. Pasti kau sedih karena Dora jatuh,
tapi menangis tidak akan menolongnya. Besok Dora pasti sudah baik
kembali. Menangis tidak dapat menolong siapa pun, Davy, dan" "
"Aku nangis bukan karena Dora jatuh dari tangga," kata Davy,
memotong khotbah Anne yang bermaksud baik dengan pilu. "Aku nangis
karena aku nggak liat dia jatuh. Kenapa sih, aku selalu kelewat saat-saat
yang asyik"!" "Oh, Davy!" Anne hampir tertawa terbahak-bahak. "Apa menurutmu
menyenangkan melihat Dora kecil yang malang jatuh dari tangga dan
terluka?" "Lukanya nggak GITU parah, kok," kata Davy menantang. "Pasti aku
akan sedih banget kalau dia mati, Anne. Tapi keluarga Keith nggak
gampang mati. Kami seperti keluarga Blewett, kayaknya. Herb Blewett
jatuh dari loteng jerami Rabu kemarin, terus menggelinding ke bawah
lewat talang ke kandang kuda. Di situ ada kuda marah yang liar dan
menakutkan. Terus dia menggelinding ke bawah kaki kuda itu. Lalu dia
bisa keluar hidup-hidup, tulangnya cuma patah tiga. Mrs. Lynde bilang,
ada orang yang nggak akan mati meski dibunuh pake kapak. Apa besok


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mrs. Lynde ke sini, Anne?"
"Ya, Davy, dan aku harap kau selalu bersikap baik dan manis padanya."
"Aku akan baik dan manis. Tapi apa dia akan mengantarku tidur, Anne?"
"Mungkin. Mengapa?"
"Soalnya," kata Davy dengan yakin, "Kalau iya, aku nggak mau
ngucapin doaku di depannya kayak di depanmu, Anne."
"Mengapa?" "Soalnya aku pikir nggak bagus berdoa pada Tuhan di depan orang
asing, Anne. Boleh saja kalau Dora mau berdoa di depan Mrs. Lynde, tapi
aku nggak akan. Aku tunggu saja sampai dia pergi, baru berdoa. Boleh
nggak, Anne?" "Ya, jika kau yakin kau tidak akan lupa berdoa, Davy."
"Oh, aku nggak akan lupa, pasti. Berdoa itu menyenangkan, kok. Tapi,
kalau berdoa sendiri, nggak seasyik waktu sama kamu, Anne. Kalau saja
kau tetap di rumah, Anne. Aku nggak ngerti kenapa sih kau pergi dan
meninggalkan kami." "Aku tidak MENGINGINKANNYA, Davy, tetapi kurasa, aku harus
pergi." "Kalau kamu nggak mau pergi, kamu nggak perlu pergi. Kamu orang
dewasa. Kalau aku dewasa nanti aku nggak akan melakukan sesuatu yang
aku nggak mau, Anne."
"Kelak, Davy, kau akan melakukan hal-hal yang tak ingin kau lakukan."
"Nggak akan," kata Davy mentah-mentah. "Coba aja kalau berani!
Sekarang aku harus melakukan hal-hal yang nggak ingin kulakukan karena
kamu dan Marilla akan menghukumku kalau aku nggak mau. Tapi kalau
aku sudah besar, kamu nggak akan bisa menghukumku, dan nggak akan
ada orang yang menyuruh-nyuruhku. Aku nggak sabar menunggu saat itu!
Eh, Anne, Milty Boulter bilang kata ibunya kamu pergi kuliah buat cari
jodoh. Benarkah?" Untuk sesaat, Anne kesal. Lalu dia tertawa sambil mengingatkan diri
sendiri bahwa ketidaksopanan pikiran dan ucapan Mrs. Boulter tak perlu
membuatnya sakit hati. "Tidak, Davy, tidak. Aku pergi untuk sekolah dan menjadi dewasa dan
belajar banyak hal."
"Hal-hal apa?" " Ya, macam-macam. "Sepatu dan kapal dan lilin stempel Dan kubis dan
raja ,?" kutip Anne. Menirukan dongeng anak-anak, saat singa laut
berusaha menipu kerang dengan mengajak kerang ngobrol tentang
berbagai hal, lalu saat kerang terlena, singa laut memakannya.
"Tapi kalau kamu MEMANG mau cari jodoh, apa yang akan kau
lakukan" Aku penasaran," kata Davy ngotot. Baginya, masalah itu sangat
menarik. "Sebaiknya kau tanya pada Mrs. Boulter," kata Anne tanpa berpikir.
"Aku pikir pasti dia lebih tahu prosesnya daripadaku."
"Akan kutanya nanti kalau aku ketemu," kata Davy serius.
"Davy! Awas kalau kamu berani tanya!" pekik Anne, menyadari
kesalahannya. "Tapi kan tadi kamu bilang gitu," protes Davy.
"Saatnya tidur," kata Anne memutuskan, agar terbebas dari masalah itu.
Setelah Davy pergi tidur, Anne berjalan-jalan ke Victoria Island dan
duduk sendiri di sana, diselubungi sinar bulan yang murung, saat air
tertawa di sekelilingnya dalam duet antara sungai dan angin. Anne selalu
menyukai sungai itu. Telah begitu banyak khayalan yang ia bayangkan di
atas air sungai yang berkilauan. Ia lupa akan masa kecil tanpa kasih
sayang, komentar pedas para tetangga, dan semua masalahnya semasa
kecil. Dalam imajinasinya, ia berlayar di atas laut dongeng yang menyapu
pantai "tanah terlupakan", tempat Atlantis dan Elysium yang hilang
berada, dengan bintang malam sebagai pilot menuju tanah Harapan Hati.
Dan, dia lebih kaya dalam mimpi-mimpi itu daripada dalam kenyataan.
Karena hal-hal yang dapat dilihat dapat berakhir, tetapi hal-hal yang tak
terlihat tetap abadi. BUNGA MUSIM GUGUR Minggu berikutnya berlalu dengan cepat, disibukkan dengan "hal-hal
terakhir", begitu Anne menyebutnya, yang tak terhitung banyaknya. Salam
perpisahan banyak diucapkan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak, tergantung apakah si pemberi salam atau si penerima salam
bersimpati sepenuh hati terhadap harapan Anne, atau berpikir bahwa
harapan Anne terlalu tinggi karena pergi ke perguruan tinggi dan tugas
merekalah untuk "mengembalikan kakinya menginjak bumi".
Kelompok Pengembangan Avonlea menyelenggarakan pesta perpisahan
untuk Anne dan Gilbert pada suatu malam di rumah Josie Pye. Tempat itu
dipilih sebagian karena rumah Mr. Pye besar dan dekat, sebagian lagi
karena ada dugaan kuat bahwa gadis-gadis keluarga Pye tidak akan ikut
dalam acara itu jika tawaran agar pesta dilaksanakan di rumah mereka
tidak diterima. Pesta itu sangat menyenangkan karena gadis-gadis keluarga
Pye sangat ramah dan tidak mengucapkan atau melakukan apa pun yang
dapat merusak suasana. Josie, anehnya, sangat ramah dan tak seperti
biasanya"ia bahkan sempat memuji Anne, meski kurang tulus, "Baju
barumu cukup cocok denganmu, Anne. Benar, kau terlihat LUMAYAN
dengan baju itu." "Kau baik sekali," jawab Anne, dengan mata berbinar. Selera humornya
meningkat, dan kata-kata yang dapat menyakiti perasaannya saat dia empat
belas tahun sekarang sama sekali tak mengganggunya. Josie curiga bahwa
di balik mata nakalnya, Anne menertawakan dirinya. Tapi, dia memuaskan
hatinya dengan berbisik pada Gertie, saat mereka berjalan ke bawah,
bahwa Anne Shirley pasti akan jadi orang sombong karena kuliah"lihat
saja nanti! Semua anggota "lama" Kelompok Pengembang hadir di pesta itu, penuh
dengan kegembiraan, semangat, dan keriangan anak muda. Diana Barry,
dengan wajah kemerahan dan lesung pipi, dibayangi oleh Fred yang setia.
Jane Andrews, rapi, wajar dan tak macam-macam. Ruby Gillis, terlihat
sangat cantik dan cemerlang dengan atasan sutra berwarna krem dan
geranium merah di rambut emasnya. Gilbert Blythe dan Charlie Sloane,
sama-sama berusaha sebisa mungkin ada di dekat Anne yang malah
berusaha menghindar. Carrie Sloane, tampak pucat dan melankolis karena,
konon, ayahnya tidak mengizinkan Oliver Kimball datang ke pesta itu.
Moody Spurgeon MacPherson tampil dengan wajah bulat dan telinga
menonjolnya. Dan, Billy Andrews, yang duduk di sudut sepanjang malam
itu, terkekeh jika ada seseorang yang berbicara padanya, dan memandang
Anne Shirley dengan senyum lebar di wajahnya yang besar dan berbintikbintik.
Anne sebenarnya tahu terlebih dulu tentang pesta itu, tapi ia tidak tahu
bahwa dia dan Gilbert, sebagai pendiri Kelompok Pengembang, akan
dihadiahi "pidato" berisi pujian dan "tanda penghormatan?"Anne
mendapatkan sebuah buku drama Shakespeare, dan Gilbert mendapatkan
pulpen. Anne begitu terkejut dan bahagia saat mendengar hal-hal indah
yang diucapkan dalam pidato itu, yang dibacakan oleh Moody Spurgeon
dengan nada khidmat dan resmi, sehingga air mata mengembang di mata
abu-abunya. Anne telah bekerja keras dan setia pada perjuangan
Kelompok Pengembangan mereka, dan relung hatinya menghangat karena
para anggota kelompok menghargai upayanya dengan tulus. Dan, mereka
juga sangat baik, bersahabat dan menghibur"begitu juga dengan gadisgadis keluarga Pye. Saat itu Anne mencintai seluruh dunia. Dia sangat
menikmati malam itu, tetapi sayangnya berakhir dengan kurang sempurna.
Sekali lagi Gilbert melakukan kesalahan dengan mengatakan sesuatu yang
sentimental padanya saat makan malam di beranda yang diterangi cahaya
bulan. Lalu Anne, karena ingin menghukum Gilbert, bersikap ekstra baik
pada Charlie Sloane dan membiarkan Charlie mengantarnya pulang. Tapi,
balas dendam Anne ternyata tak ada gunanya dan lebih menyakitkan.
Gilbert berjalan pulang dengan gembira bersama Ruby Gillis, dan Anne
dapat mendengar mereka tertawa dan berbicara riang dalam suasana udara
musim gugur yang tenang dan segar. Mereka pasti bersenang-senang,
sedangkan dia bosan setengah mati dengan Charlie Sloane, yang berbicara
tanpa henti dan sama sekali tak menarik. Sesekali Anne mengatakan "ya"
atau "tidak" dengan setengah hati, dan berpikir betapa cantiknya Ruby
malam itu, betapa besar mata Charlie di bawah cahaya bulan"lebih buruk
daripada siang hari dan bahwa dunia ini, entah mengapa, bukanlah tempat
yang indah seperti apa yang diyakininya tadi.
"Aku hanya lelah"itu saja," simpul Anne, saat akhirnya sendirian di
kamarnya. Dan dia meyakini itu. Tapi esok petangnya, hati Anne dibanjiri
perasaan bahagia dari sumber dari mata air rahasia saat melihat Gilbert
berjalan melalui Hutan Berhantu dan menyeberangi jembatan kayu tua
dengan langkah-langkahnya yang cepat dan mantap menuju ke Green
Gables. Jadi ternyata Gilbert tidak akan melewatkan malam terakhirnya di
Avonlea dengan Ruby Gillis!
"Kau terlihat lelah, Anne," kata Gilbert sesampai di Green Gables.
"Aku lelah, dan, yang lebih parah, aku sedih. Aku lelah karena telah
mengepak koper dan menjahit seharian. Tapi aku sedih karena ada enam
perempuan yang datang untuk mengucapkan selamat jalan padaku, dan
setiap orang mengatakan sesuatu yang seolah-olah mengisap semua warna
dari kehidupan dan membiarkannya kelabu dan muram dan sedih seperti
pagi bulan November."
" Dasar para wanita tua pendengki!" begitulah komentar elegan Gilbert.
"Oh, tidak. Mereka tidak begitu," kata Anne dengan serius. "Itulah
masalahnya. Jika mereka itu dengki, aku tak akan ambil pusing. Tapi,
mereka semua baik, ramah, keibuan, menyukaiku dan aku juga menyukai
mereka, itu sebabnya apa yang mereka katakan, atau mereka maksudkan,
menyebabkan aku terbebani. Mereka membiarkanku mengetahui bahwa
mereka pikir aku gila karena pergi ke Redmond dan mencoba
mendapatkan gelar B.A., dan sejak saat itu aku bertanya-tanya apakah aku
memang gila. Mrs. Peter Sloane mendesah dan berkata semoga saja aku
kuat hingga kuliahku selesai, dan saat itu juga aku membayangkan diri
sebagai korban gangguan saraf di akhir tahun ketigaku. Mrs. Eben Wright
berkata biaya tahun keempat di Redmond pastilah sangat mahal, dan aku
langsung merasa egois sekali bila aku menghamburkan uang Marilla dan
uangku sendiri untuk kebodohan semacam itu. Mrs. Jasper Bell berharap
semoga aku tidak membiarkan masa-masa kuliah merusak diriku, seperti
yang terjadi pada sebagian orang, dan aku merasakan di seluruh tulangku
bahwa pada akhir tahun keempat di Redmond aku akan menjadi makhluk
yang menyebalkan, merasa paling tahu, dan memandang rendah pada
semua hal dan semua orang di Avonlea. Dan menurut Mrs. Elisha Wright
gadis-gadis Redmond, terutama yang di Kingsport, umumnya "sok gaya
dan sombong," dan dia pikir aku pasti tak akan bisa cocok; dan aku
membayangkan diriku, gadis desa hina, berpakaian tidak rapi, dan
memalukan, berjalan dengan kaki terseret melewati aula-aula klasik
Redmond mengenakan bot cokelat kemerahan."
Anne mengakhiri ceritanya dengan campuran antara tawa dan desahan.
Mengingat sifatnya yang sensitif, semua celaan itu terasa sebagai beban,
termasuk celaan dari orang yang pendapatnya dia hargai. Pada saat itu
hidup tidaklah nikmat, dan semua ambisinya lenyap bagai lilin tertiup
angin. "Jangan pedulikan mereka," hibur Gilbert. "Kau tahu pasti betapa sempit
pandangan hidup mereka, walaupun mereka itu makhluk-makhluk yang
sempurna. Melakukan apa pun yang belum pernah MEREKA lakukan
adalah sesuatu yang memancing laknat Tuhan. Kau adalah gadis Avonlea
pertama yang pergi kuliah, dan kamu tahu bahwa semua pelopor selalu
dianggap gila." "Oh, aku tahu. Tapi MERASAKAN sangatlah berbeda dari
MENGETAHUI. Akal sehatku juga mengatakan apa yang kamu katakan,
tapi ada saat-saat ketika aku tak bisa menggunakan akal sehat. Omongkosong menguasai jiwaku. Betul. Setelah Mrs. Elisha pergi aku bahkan
kehilangan semangat untuk menyelesaikan mengepak."
"Kau hanya lelah, Anne. Ayo, lupakan semua dan berjalanlah bersamaku
"jalan-jalan melewati hutan di belakang rawa. Di sana mungkin ada
sesuatu yang ingin kuperlihatkan padamu."
"Mungkin" Memangnya kau tidak tahu apakah sesuatu itu ada di sana
atau tidak?" "Tidak. Aku hanya tahu bahwa sesuatu itu seharusnya ada di sana
berdasarkan apa yang kulihat pada musim semi lalu. Ayo. Kita bisa
berpura-pura kembali menjadi dua anak kecil yang pergi mengikuti tiupan
angin." Mereka berjalan dengan riang. Anne, karena teringat malam sebelumnya
yang tidak menyenangkan, menjadi sangat baik pada Gilbert. Gilbert, yang
menjadi lebih bijaksana, berhati-hati dan bersikap tidak lebih dari sekadar
teman masa kecil. Mrs. Lynde dan Marilla memandang mereka dari
jendela dapur. "Mereka akan menjadi pasangan serasi suatu saat nanti," kata Mrs.
Lynde dengan senang. Marilla meringis sedikit. Dalam hatinya dia mengharapkan itu terjadi,
tetapi ketika mendengar masalah itu diucapkan oleh Mrs. Lynde dengan
nada bergosip, dia hanya berkata, "Mereka masih anak-anak."
Mrs. Lynde hanya tertawa.
"Anne sudah delapan belas tahun. Aku menikah saat aku seusia itu. Kita
ini orang tua, Marilla, terlalu tua hingga berpikir bahwa anak-anak tak
akan pernah dewasa. Anne itu seorang perempuan muda dan Gilbert itu
seorang lelaki, dan Gilbert memuja tanah yang Anne pijak, semua orang
juga bisa melihatnya. Gilbert itu pria yang baik, Anne juga demikian.
Kuharap Anne tidak memimpikan omong kosong romantis di Redmond.
Aku tidak setuju dengan tempat pendidikan yang laki-laki dan
perempuannya bercampur. Aku tidak percaya," tutup Mrs. Lynde dengan
khidmat, "bahwa murid-murid di perguruan tinggi seperti itu akan
melakukan hal lain selain pacaran."
"Pastilah mereka belajar sedikit," kata Marilla tersenyum.
"Sangat sedikit," dengus Mrs. Rachel. "Tapi, aku pikir Anne akan
belajar. Dia tidak pernah bersikap genit. Tapi, dia juga tidak menghargai
Gilbert sepenuhnya. Oh, aku tahu tentang gadis-gadis! Charlie Sloane juga
tergila-gila padanya, tapi aku tidak pernah menyarankan Anne untuk
menikahi seorang Sloane. Tentu saja, keluarga Sloane itu baik, jujur, dan
terpandang. Tetapi, mereka tetap Keluarga sloane."
Marilla mengangguk. Bagi orang luar pernyataan bahwa keluarga Sloane
adalah keluarga Sloane mungkin tidak dapat dimengerti, tetapi Marilla
mengerti. Setiap desa memiliki sebuah keluarga semacam itu, yang orangorangnya baik, jujur, dan terpandang. Walaupun begitu, Keluarga sloane
tetaplah akan seperti itu, walaupun mereka berbicara dengan sopan dan
bertata krama. Gilbert dan Anne, yang gembira dan tak menyadari bahwa masa depan
mereka telah ditetapkan oleh Mrs. Rachel, berjalan-jalan melewati
bayangan Hutan Berhantu. Di belakangnya, bukit-bukit panen terjemur di
bawah cahaya merah matahari tenggelam, di bawah langit pucat berwarna
merah dan biru. Hutan cemara di kejauhan tampak merah berkilau, dan
bayangan panjang pohon-pohon memagari padang rumput. Di sekeliling
mereka angin sepoi-sepoi bernyanyi di sela-sela pohon cemara, dan dalam
nyanyian itu terdapat nada musim gugur.
"Hutan ini sekarang benar-benar dihantui oleh kenangan lama," kata
Anne sambil membungkuk mengambil setangkai pakis, yang warnanya
mulai memudar karena musim dingin segera tiba. "Rasanya Diana dan aku
kecil yang sering bermain di sini seakan masih ada dan duduk di samping
Buih-Buih Dryad dalam keremangan, berjanji untuk bertemu dengan para
hantu. Kau tahu tidak, dulu aku tak pernah bisa berjalan di jalan ini pada
sore hari tanpa merasa sedikit ketakutan dan gemetar" Dulu kami pernah
membayangkan hantu paling mengerikan hantu seorang anak kecil yang
terbunuh, ia mengendap-ngendap di belakangmu dan menyentuhkan jarijari dinginnya di tanganmu. Kuakui, sampai sekarang, jika aku ke sini
setelah malam turun, aku selalu membayangkan ada langkah-langkah kaki
kecil mengendap-endap di belakangku. Aku tidak takut pada hantu White
Lady, pria tanpa kepala, atau tengkorak, tapi seandainya saja dulu aku tak
pernah membayangkan hantu anak kecil itu. Marilla dan Mrs. Barry sangat
marah karenanya," Anne mengakhiri ceritanya dan tertawa penuh
kenangan. Hutan di sekeliling bagian depan rawa itu dipenuhi bunga vista ungu
yang diselubungi jaring laba-laba. Di belakang kerimbunan cemara yang
muram dan lembah yang hangat oleh sinar matahari dan dipagari pohon
maple, mereka menemukan "sesuatu" yang Gilbert cari.
"Ah, ini dia," katanya puas.
"Pohon apel"dan sendirian, jauh di sini!" seru Anne gembira.


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, dan juga pohon apel yang benar-benar berbuah apel, di sini di
tengah-tengah banyak pohon pinus dan beech, jauh dari kebun buah mana
pun. Suatu hari musim semi lalu aku berada di sini dan menemukannya,
putih dipenuhi bunga. Jadi kuputuskan untuk datang kembali pada musim
gugur dan melihat apakah apelnya sudah berbuah. Lihatlah, pohon ini
penuh dengan apel yang tampaknya enak juga "cokelat kekuningan
seperti apel musim gugur dengan semburat merah. Biasanya buah pohon
apel liar berwarna hijau dan tidak menggugah selera."
"Kupikir pohon ini tumbuh bertahun-tahun yang lalu dari benih yang
ditabur oleh kesempatan," kata Anne setengah melamun. "Dan, pohon ini
telah tumbuh dan subur dan berkuasa di sini, sendirian di antara pohonpohon asing lainnya, makhluk yang berani dan teguh!"
"Di sini ada pohon tumbang yang diselimuti lumut. Duduklah, Anne"
pohon ini bisa menjadi singgasana hutan. Aku akan memanjat dan
memetik apel. Apel-apel itu ada di tempat tinggi"pohonnya harus
menggapai cahaya matahari."
Rasa apel-apel itu terbukti lezat. Di bawah kulitnya yang cokelat
kekuningan terdapat daging buah yang putih dengan guratan-guratan halus
berwarna merah. Dan, di samping rasa apel, buah itu juga memiliki rasa
liar menyenangkan yang tidak dimiliki apel yang tumbuh di perkebunan.
"Apel terlarang di Surga pastilah tidak seenak ini," komentar Anne.
"Saatnya pulang. Lihatlah, tiga menit yang lalu masih senja, dan sekarang
sudah terang bulan. Sayang sekali kita tidak bisa menyaksikan perubahan
itu. Tapi kurasa saat-saat seperti itu tak akan pernah bisa disaksikan."
"Ayo kembali ke rawa lalu ke rumah melewati Kanopi Kekasih. Apakah
sekarang kau masih murung, Anne?"
"Tidak. Apel-apel itu adalah makanan surga bagi jiwa yang lapar.
Kurasa aku akan mencintai Redmond dan mengalami empat tahun yang
menyenangkan di sana."
"Lalu setelah empat tahun"apa?"
"Oh, di ujung jalan sana ada tikungan lain," jawab Anne ringan. "Aku
tak tahu tikungan itu mengarah ke mana aku juga tak mau tahu. Lebih baik
kalau tidak tahu." Kanopi Kekasih adalah tempat yang indah pada malam hari, tenang dan
temaram di bawah cahaya pucat sinar bulan. Mereka berjalan melalui
Kanopi Kekasih dalam keheningan yang akrab dan menyenangkan, tanpa
merasa perlu untuk berbicara.
"Jika Gilbert selalu menyenangkan seperti malam ini, semua hal akan
sangat indah dan sederhana," pikir Anne.
Gilbert memandang Anne saat ia berjalan. Dengan gaun yang ringan dan
tubuhnya yang ramping dan berkulit halus, Anne mengingatkannya pada
bunga iris putih. "Aku ingin tahu apakah aku akan bisa membuatnya menyukaiku,"
pikirnya, dengan hati tertikam damba.
SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERPISAH Charlie Sloane, Gilbert Blythe, dan Anne Shirley meninggalkan Avonlea
pada Senin pagi berikutnya. Anne berharap hari itu adalah hari yang baik.
Diana akan mengantarnya ke stasiun dan mereka berharap saat-saat
berkendara berdua untuk terakhir kalinya ini akan menjadi saat-saat yang
menyenangkan. Tapi, waktu Anne pergi tidur pada hari Minggu malam,
angin timur merintih di Green Gables dengan ramalan tak menyenangkan
yang akan terpenuhi esok paginya. Anne terbangun dan melihat air hujan
berderai-derai membasahi jendela dan awan yang semakin lebar menaungi
permukaan kelabu kolam. Bukit-bukit dan laut tersembunyi dalam kabut,
dan seluruh dunia terlihat suram dan redup. Anne berganti pakaian dalam
suasana fajar yang kelabu. Dia harus buru-buru mengejar kereta ke
pelabuhan. Sembari berjuang menahan air mata yang AKAN menggenang
di matanya, Anne menyadari bahwa ia sebentar lagi akan meninggalkan
rumah yang sangat dia sayangi, dan sesuatu mengatakan padanya bahwa
dia akan meninggalkan rumah itu selamanya, selain sebagai tempat
perlindungan pada saat liburan. Semua tidak akan sama, pulang saat
liburan tidak sama dengan tinggal di sana. Dan, oh betapa ia sangat
mencintai dan menyayangi semuanya"kamar serambi putih kecil,
keramat dalam impian masa remaja, Ratu Salju tua di jendela, sungai di
lembah, Buih-Buih Dryad, Hutan Berhantu, dan Kanopi Kekasih"seribu
satu tempat tersayang dengan kenangan abadi masa lalu. Dapatkah dia
benar-benar bahagia di tempat lain"
Sarapan di Green Gables pagi itu agak suram. Davy, mungkin untuk
pertama kali dalam hidupnya, tidak dapat makan. Dia malah menangis
tanpa malu di atas buburnya. Yang lain juga tampaknya tidak berselera
makan, kecuali Dora, yang memakan ransumnya dengan nyaman. Dora,
seperti tokoh puisi Charlotte yang bijaksana dan abadi, "terus memotong
roti dan mentega" saat tubuh kekasihnya terbaring di atas tandu , adalah
salah satu makhluk beruntung yang jarang terusik oleh apa pun. Walaupun
baru berusia delapan tahun, diperlukan upaya keras untuk mengusik
ketenangan Dora. Tentu dia sedih karena Anne akan pergi, tetapi apakah
itu harus membuatnya tak bisa menikmati telur rebus dan roti bakar" Tentu
saja tidak. Dan, karena Davy tidak dapat menghabiskan sarapannya, Dora
yang menghabiskannya untuk Davy.
Diana muncul tepat waktu dengan kuda dan keretanya, wajahnya yang
kemerahan berkilau di atas jas hujannya. Kata-kata perpisahan harus
diucapkan. Mrs. Lynde keluar dari kamarnya untuk memberikan pelukan
sayang pada Anne dan mengingatkannya agar menjaga kesehatan. Marilla,
dengan kaku dan tanpa meneteskan air mata, mengecup pipi Anne dan
berkata bahwa Anne harus memberi kabar begitu dia tiba di tempat tinggal
barunya. Orang lewat yang mengamati peristiwa itu mungkin akan
menyimpulkan bahwa kepergian Anne tidak berarti apa-apa baginya"
kecuali jika orang itu dapat melihat baik-baik ke dalam mata Marilla.
Dora mengecup Anne dengan hati-hati dan meneteskan dua tetes kecil
air mata. Tapi, Davy yang telah menangis dari tangga serambi belakang
sejak mereka bangkit dari meja makan, menolak mengucapkan selamat
jalan. Saat dia melihat Anne berjalan ke arahnya, dia meloncat berdiri,
menaiki tangga, bersembunyi dalam lemari pakaian, dan menolak untuk
keluar. Tangis teredamnya adalah suara terakhir yang Anne dengar saat dia
meninggalkan Green Gables.
Hujan turun dengan lebat sepanjang perjalanan menuju Bright River,
stasiun yang mereka tuju karena cabang jalur kereta api dari Carmody
tidak berhubungan dengan kereta menuju pelabuhan. Charlie dan Gilbert
sudah ada di peron stasiun saat Anne dan Diana sampai di sana, dan peluit
kereta berbunyi. Anne tiba tepat pada saatnya untuk pemeriksaan tiket dan
koper, mengucapkan salam perpisahan kepada Diana dengan tergesa-gesa,
dan bergegas naik. Anne berharap seandainya saja ia bisa dia kembali ke
Avonlea dengan Diana. Dia tahu dia akan merindukan rumah setengah
mati. Dan, oh andai saja hujan yang muram ini berhenti turun! Seolah
seluruh dunia menangis karena musim panas telah berlalu dan semua
kesenangan telah hilang! Bahkan kehadiran Gilbert pun tidak membuatnya
senang, karena Charlie Sloane juga ada di sana. Sifat khas keluarga Sloane
hanya dapat dihadapi saat cuaca baik dan terasa sangat tak tertahankan saat
hujan. Tetapi, saat kapal uap meninggalkan pelabuhan Charlottetown, semua
berubah menjadi lebih baik. Hujan berhenti dan matahari mulai
memancarkan sinar keemasannya lagi di antara celah-celah di awan,
menyebabkan laut abu-abu menjadi berkilau dengan pancaran warna
tembaga, dan menyinari kabut yang menyelubungi pantai merah Pulau
Edward dengan kilau keemasan pertanda hari cerah. Selain itu, Charlie
Sloane tiba-tiba mabuk laut dan harus pergi ke bawah, sehingga tinggallah
Anne dan Gilbert berdua di geladak.
"Aku sangat senang karena semua anggota keluarga Sloane mabuk laut
begitu ada di atas air," pikir Anne tanpa belas kasihan. "Aku yakin aku tak
akan bisa mengucapkan selamat tinggal pada "negeri leluhur" untuk
terakhir kalinya jika Charlie ikut berdiri di sini dan pura-pura
memandangnya dengan penuh perasaan."
"Jadi, akhirnya kita pergi juga," kata Gilbert tanpa rasa sentimental.
"Ya, aku merasa seperti "Childe Harold", tokoh dalam puisi Childe
Harold"s Pilgrimage karya Byron, hanya saja yang aku pandang bukanlah
"pantai leluhur"," kata Anne, mengedipkan mata abu-abunya penuh
semangat. "Kurasa negeri leluhurku yang asli adalah Nova Scotia. Tapi,
pantai leluhur bagi seseorang adalah tanah yang sangat dia cintai, dan
bagiku itu adalah Pulau Prince Edward. Sulit kupercaya bahwa aku tidak
tinggal di sini seumur hidupku. Sebelas tahun sebelum aku pindah ke
Pulau Prince Edward tampak bagaikan sebuah mimpi buruk. Sudah tujuh
tahun berlalu sejak aku menyeberang dengan kapal ini Mrs. Spencer
membawaku dari Hopetown pada malam itu. Aku dapat melihat diriku
sendiri, mengenakan gaun belacu tua sempit dan topi pelaut cokelat pudar,
menjelajahi geladak dan kabin penuh rasa ingin tahu. Malam itu malam
yang indah, dan pantai-pantai merah Pulau Edward itu berkilauan di
bawah cahaya matahari. Sekarang aku menyeberangi selat ini lagi. Oh,
Gilbert, aku benar-benar berharap akan menyukai Redmond dan
Kingsport, tetapi aku yakin aku tak akan menyukainya!"
"Ke mana hilangnya semua falsafah hidupmu, Anne?"
"Habis ditenggelamkan gelombang rasa sepi dan rindu rumah yang
membanjir bagai air bah. Selama tiga tahun aku mendambakan pergi ke
Redmond sekarang aku pergi ke sana dan sekarang aku berharap untuk
tidak pergi! Sudahlah! Aku akan kembali ceria dan filosofis jika aku bisa
menangis dengan baik satu kali saja. Aku Harus menangis, "sebagai
pelampiasan" dan aku harus menunggu sampai aku ada di tempat tidur di
kamar sewaanku nanti malam, di mana pun tempatnya, barulah aku bisa
menangis. Lalu Anne akan menjadi dirinya sendiri. Aku penasaran apakah
Davy sudah keluar dari lemari atau belum."
Pukul sembilan malam itu kereta mereka tiba di Kingsport. Saat turun,
mereka langsung disilaukan oleh cahaya lampu-lampu biru putih stasiun
dan hiruk pikuk orang di stasiun yang ramai. Anne merasa sangat bingung,
tetapi sesaat kemudian tiba-tiba dia ditarik oleh Priscilla Grant, yang telah
tiba di Kingsport pada hari Sabtu yang lalu.
"Ketemu juga kau, Sayang! Kau pasti lelah sekali seperti waktu aku tiba
di sini Sabtu malam."
"Lelah! Priscilla, jangan membahasnya. Aku lelah, hijau, udik, dan
rasanya seperti baru berumur sepuluh tahun. Demi rasa belas kasih,
bawalah sahabatmu yang malang dan bingung ini ke suatu tempat agar dia
bisa berpikir kembali."
"Aku akan membawamu langsung ke rumah pondokan kita. Kereta kuda
yang kusewa sudah menunggu di luar."
"Untung sekali kamu di sini, Prissy. Kalau kamu tak ada sepertinya aku
akan duduk saja di atas koperku, saat ini juga dan menangis sedih.
Menyenangkan melihat satu wajah akrab di antara kerumunan orang-orang
asing!" "Apakah yang di sana itu Gilbert Blythe, Anne" Wah, dia sudah besar,
ya" Dia masih terlihat seperti anak sekolah waktu aku dulu mengajar di
Carmody. Dan, pasti itu Charlie Sloane. Dia tak berubah, ya tak mungkin
berubah! Dia terlihat seperti waktu dia baru dilahirkan, dan dia akan tetap
terlihat seperti itu saat dia delapan puluh tahun. Ke sini, Sayang. Kita akan
tiba di rumah dalam dua puluh menit."
"Rumah!" erang Anne. "Maksudmu kita akan tiba di kamar pondokan
yang mengerikan, di kamar tidur dari ruangan yang disekat seadanya dan
menghadap halaman belakang yang suram."
"Itu bukan tempat yang mengerikan, Anne. Ini kereta kita. Ayo naik sais
akan mengurus kopermu. Oh, ya soal rumah itu. Itu tempat paling indah di
antara rumah-rumah lainnya, dan kamu akan mengakui itu besok pagi
setelah tidur nyenyak semalaman dan rasa murungmu hilang. Rumah
pondokan kita adalah rumah batu abu-abu yang besar dan kuno di St. John
Street, tak jauh dari Redmond. Dulu kawasan itu merupakan kediaman
orang-orang elite, tapi kejayaan telah meninggalkan St. John Street dan
sekarang rumah-rumah di sana hanyalah bayangan akan kejayaan masa
lalu. Rumah-rumah itu sangat besar sehingga orang-orang yang tinggal di
sana harus menyewakan sebagian kamarnya agar rumah itu penuh.
Setidaknya itulah mengapa induk semang kita sangat bersemangat agar
kita terkesan. Mereka asyik, Anne induk semang kita, maksudku."
"Ada berapa orang?"
"Dua. Miss Hannah Harvey dan Miss Ada Harvey. Mereka kembar dan
dilahirkan sekitar lima puluh tahun yang lalu."
"Tampaknya aku tak terpisahkan dari kembar," Anne tersenyum. "Ke
mana pun aku pergi mereka selalu muncul."
"Oh, sekarang mereka bukan kembar, Sayang. Setelah mereka berusia
tiga puluh tahun, mereka tak lagi menjadi anak kembar. Miss Hannah
menua dengan tak terlalu anggun, dan Miss Ada tetap seperti saat usia tiga
puluh tahun dulu, juga tidak terlalu anggun. Aku tak tahu apakah Miss
Hannah dapat tersenyum atau tidak, sampai saat ini aku belum pernah
memergokinya, tapi Miss Ada selalu tersenyum dan itu malah lebih buruk.
Walau begitu, mereka baik dan ramah, dan mereka menerima dua penyewa
karena jiwa ekonomis Miss Hannah tidak bisa melihat "kamar kosong
tersia-sia" bukan karena mereka butuh uang, seperti yang Miss Ada
katakan padaku sebanyak tujuh kali sejak Sabtu malam. Soal kamar kita,
kuakui kamar kita adalah ruang yang disekat, dan kamarku menghadap ke
halaman belakang. Kamarmu yang di depan dan menghadap ke
pemakaman Old St. John yang terletak tepat di seberang jalan."
"Kedengarannya mengerikan," Anne bergidik. "Kupikir aku lebih baik
di kamar yang menghadap halaman belakang."
"Oh, tidak, tidak boleh. Tunggu dan lihatlah dulu. Pemakaman Old St.
John itu adalah tempat yang indah. Tempat itu telah lama menjadi
pemakaman hingga akhirnya tak dipakai lagi dan telah menjadi salah satu
tempat wisata unggulan di Kingsport. Kemarin aku berjalan-jalan di sana.
Di sana ada pagar tembok batu besar dan pohon-pohon besar yang berjajar,
juga jajaran pepohonan di jalan bagian dalam. Batu-batu nisannya unik,
dengan tulisan paling aneh dan ganjil. Kau harus pergi ke sana, Anne, dan
kita lihat apakah kau menyukainya atau tidak. Tentu saja saat ini tidak ada
seorang pun yang dimakamkan di sana. Tapi, beberapa tahun lalu mereka
mendirikan sebuah monumen indah untuk mengenang para tentara Nova
Scotia yang gugur dalam Perang Crimea. Monumen itu terletak tepat di
seberang gerbang masuk dan di sana ada "ruang untuk imajinasi", seperti
yang sering kau katakan. Nah, akhirnya kopermu datang juga bersama
kedua pria itu, yang datang untuk mengucapkan selamat malam. Haruskah
aku berjabat tangan dengan Charlie Sloane, Anne" Tangannya selalu
dingin seperti ikan mati. Kita harus meminta mereka agar sesekali
berkunjung. Miss Hannah berkata padaku dengan serius bahwa kita boleh
menerima "tamu pria" dua malam dalam satu minggu, asalkan tidak terlalu
larut, dan Miss Ada meminta padaku, sambil tersenyum, untuk
memastikan mereka tidak menduduki bantal sofanya yang cantik. Aku
berjanji untuk memastikan hal itu. Tapi, hanya Tuhan yang tahu di mana
mereka Dapat duduk, kecuali jika mereka duduk di lantai, karena bantalbantal ada di atas Semua benda. Bahkan Miss Ada memiliki bantal
Battenburg di atas piano."
Kali ini Anne tertawa. Ocehan ceria Priscilla memang ditujukan untuk
menggembirakan Anne. Saat itu rasa kangen rumah Anne lenyap dan tidak
kembali hingga waktu dia duduk sendirian di kamarnya yang kecil. Dia
berjalan ke arah jendela dan memandang ke luar. Jalan yang terbentang di
bawah tampak suram dan sunyi. Di seberang jalan, bulan bersinar di atas
pohon-pohon di Old St. John, tepat di belakang kepala singa yang gelap
dan besar di atas monumen makam. Anne bertanya-tanya benarkah bahwa
baru tadi pagi dia meninggalkan Green Gables. Perubahan dan perjalanan
satu hari memang menyebabkan waktu terasa cepat berlalu.
"Aku pikir bulan itu sedang memandang Green Gables sekarang,"
renungnya. "Tapi aku tak akan memikirkan Green Gables agar tidak
merasa kangen rumah. Aku juga tidak akan menangis. Aku akan
menundanya hingga waktu yang lebih tepat. Sekarang aku akan naik ke
tempat tidur dengan tenang dan dengan pikiran sehat dan tidur."
GADIS CANTIK Sejak masa Kolonial awal, Kingsport adalah kota tua yang menarik dan
terbalut dalam suasana kuno, seperti perempuan tua cantik yang memakai
pakaian dengan mode dari masa mudanya. Di berbagai tempat terlihat
tanda-tanda pembaruan, tetapi jiwanya masih murni, penuh dengan relikrelik aneh, dan diselubungi romansa dari berbagai legenda masa lalu. Dulu
kota itu adalah stasiun perbatasan di tepi hutan belantara, dan pada waktu


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu orang-orang Indian masih sering bermasalah dengan para pendatang.
Kemudian kota itu berkembang menjadi pangkal perselisihan antara
Inggris dan Prancis, pada satu saat dijajah oleh yang satu dan pada saat
lain dijajah oleh yang lain, dengan tanda-tanda peperangan antara negaranegara itu yang membekas di sana-sini.
Di tamannya terdapat sebuah menara martello, seluruh bagiannya
ditandatangani oleh para turis, sebuah benteng Prancis tua yang telah
dibongkar di bukit di belakang kota, dan sejumlah meriam antik di alunalun. Selain itu tempat-tempat bersejarah lainnya juga ada, yang mungkin
akan diburu oleh orang-orang yang ingin tahu, dan tidak ada tempat yang
lebih unik dan lebih indah daripada Old St. John"s Cemetary di tengah
kota, dengan jalan-jalan yang tenang, rumah-rumah kuno di dua jalan, dan
kegiatan modern yang sibuk di bagian lain. Semua warga Kingsport
merasakan getaran kebanggaan posesif terhadap Old St. John"s. Semua
orang di kota itu mengklaim bahwa ada nenek moyang mereka yang
terkubur di sana, dengan nisan bengkok aneh ataupun nisan besar dengan
tulisan semua fakta dan silsilah sejarah keluarga. Sebagian besar batu
nisan tua yang ada pemakaman itu tidaklah dihiasi mahakarya seni atau
keterampilan lainnya. Sebagian besar hanyalah batu alam abu-abu atau
cokelat yang dipahat kasar, dengan hiasan ala kadarnya. Sebagian lagi
dihiasi ukiran tengkorak dan tulang bersilang, dan hiasan liar ini sering
kali disandingkan dengan hiasan malaikat. Sebagian besar hiasan dan
ukiran nisan hampir rata karena terkikis cuaca dan rusak. Hampir semua
tulisan dimakan taring waktu, hingga sejumlah tulisan hampir hilang
sepenuhnya, dan tulisan lain hanya dapat dibaca dengan susah payah.
Pemakaman itu sangat padat dan tertutup tanaman rambat, karena
dikelilingi oleh barisan pohon elm dan willow. Di bawah bayangannya,
raga-raga itu pastilah berbaring tanpa mimpi, angin dan dedaunan
bersenandung bagi mereka selamanya, dan tidak terganggu oleh hirukpikuk lalu lintas di luar.
Esok sorenya, Anne melakukan pelancongan pertama di Old St. John"s.
Pagi harinya dia dan Priscilla telah pergi ke Redmond dan mendaftarkan
diri sebagai murid, setelah itu tidak ada lagi yang perlu dilakukan. Kedua
gadis itu dengan riang pergi dari kampus, karena tidaklah menyenangkan
dikelilingi oleh sekelompok orang, yang sebagian besar tampak begitu
asing seakan tak yakin mereka termasuk kelompok yang mana.
Para mahasiswa baru berdiri terpisah berdua-dua atau bertiga-tiga, saling
memandang dengan rasa ingin tahu. Mahasiwa tingkat satu, yang merasa
lebih senior dan berpengalaman, berkumpul di tangga besar di lorong
masuk dan berteriak sekuat paru-paru mereka, menantang musuh
bebuyutan mereka, mahasiswa tingkat dua. Beberapa mahasiwa tingkat
dua berkeliaran dengan angkuh, memandang remeh pada "anak kemarin
sore" di tangga. Gilbert dan Charlie tidak terlihat di mana pun.
"Aku tak mengira akan merasa gembira melihat Sloane," kata Priscilla,
saat mereka melintasi kampus, "tapi sekarang aku akan sangat senang bila
melihat mata besar Charlie. Setidaknya matanya itu sudah kukenal."
"Oh," desah Anne. "Aku tak dapat menggambarkan bagaimana
perasaanku ketika aku berdiri di sana, menunggu giliran mendaftar"
seolah-olah aku adalah setetes kecil air tak berarti dalam ember yang
sangat besar. Merasa tak berarti itu sangatlah tak enak, tetapi lebih tak
tertahankan lagi jika telah terpatri di benakmu bahwa kau tidak akan
pernah, tidak akan bisa, menjadi apa pun kecuali menjadi seseorang yang
tak berarti, dan begitulah perasaanku tadi seakan-akan tak kasatmata dan
beberapa mahasiswa tingkat dua akan menginjakku. Seakan aku akan
dikuburkan tanpa tangisan, tanpa penghormatan, dan tanpa nyanyian."
"Tunggulah sampai tahun depan," Priscilla menenangkan. "Maka kita
akan terlihat bosan dan berpengalaman seperti semua mahasiswa tingkat
dua itu. Tentu saja merasa tidak berarti itu mengerikan, tapi aku pikir itu
lebih baik daripada merasa begitu besar dan aneh seperti yang aku rasakan
tadi"seolah-olah aku terbentang di seluruh Redmond. Begitulah yang
kurasakan tadi"aku pikir itu karena aku lima senti lebih tinggi daripada
yang lain. Aku tak kuatir ada seorang mahasiswa tingkat dua yang
menginjakku. Aku takut jika mereka menganggapku gajah, atau penduduk
pulau pemakan kentang yang tumbuh sangat besar."
"Kurasa masalahnya adalah kita tak bisa menerima Redmond yang besar
karena tempat ini tidak seperti Queen yang kecil," kata Anne, sambil
mengumpulkan kepingan-kepingan filosofi cerianya untuk menutupi
semangatnya yang hilang. "Waktu meninggalkan Queen, kita mengenal
semua orang dan memiliki tempat tinggal. Kupikir secara tak sadar kita
berharap agar saat tiba di Redmond, kita dapat melanjutkan hidup yang
kita tinggalkan di Queen, dan sekarang kita merasa seakan-akan tanah
yang kita pijak ini hilang. Aku bersyukur karena Mrs. Lynde ataupun Mrs.
Elisha Wright tidak tahu, atau tak akan pernah tahu, apa yang kupikirkan
saat ini. Mereka pasti akan berkomentar "sudah kubilang, kan," dan
meyakini bahwa itu adalah awal dari suatu akhir. Padahal ini hanyalah
akhir dari suatu awal."
"Tepat. Nah, itu baru Anne-ku. Kita akan menyesuaikan diri dan
berkenalan dengan yang lain, lalu semuanya akan baik-baik saja. Anne,
apa kamu memerhatikan gadis yang berdiri sendiri di luar pintu toilet
wanita sepanjang pagi tadi"gadis cantik dengan mata cokelat dan bibir
melengkung?" "Ya, tentu saja. Aku memerhatikannya terutama karena sepertinya dia
satu-satunya makhluk yang TERLIHAT kesepian dan tanpa teman seperti
yang AKU RASAKAN dulu. Aku memiliki DIRIMU, tetapi dia tidak
memiliki siapa pun."
"Aku juga berpikir bahwa dia kesepian. Aku lihat beberapa kali dia
bergerak seperti akan mendatangi kita, tetapi dia tidak pernah sampai
terlalu"pemalu, mungkin. Aku harap dia akan mendatangi kita. Jika saja
aku tidak merasa bagai seekor gajah canggung, aku tentu telah
mendatanginya. Aku tak dapat berjalan menyeberangi lorong besar itu
dengan begitu banyak laki-laki yang berteriak-teriak di tangga. Dia anak
baru paling cantik yang kulihat hari ini, tapi mungkin di hari pertamamu di
Redmond, kebaikan hati bisa menipu dan kecantikan pun tidaklah berarti,"
kata Priscilla sambil tertawa.
"Aku akan ke Old St. John"s setelah makan siang," kata Anne. "Aku tak
yakin apakah pemakaman adalah tempat yang baik untuk menghibur diri,
tetapi tempat itu sepertinya satu-satunya tempat yang mudah dicapai dan
memiliki pepohonan, dan aku harus berada di antara pepohonan. Aku akan
duduk di salah satu batu tua lalu menutup mataku dan membayangkan
diriku ada di hutan Avonlea."
Walaupun begitu, Anne tidak melakukan apa yang direncanakannya
karena Old St. John"s sangatlah menarik sehingga dia menjaga agar
matanya tetap terbuka lebar. Mereka masuk melalui gerbang, melewati
lengkung batu besar yang sederhana dan di atasnya ada patung singa besar
Inggris. ?"Dan di Inkerman, semak-semak liar berduri masih berlumur darah, dan
bukit-bukit suram itu kelak akan disebut-sebut dalam sejarah ?" kutip Anne
sambil menatapnya dengan hati bergetar.
Mereka berada di tempat yang remang-remang, dingin, dan hijau dengan
angin berembus pelan. Mereka berjalan-jalan di sepanjang jalan berumput,
membaca tulisan-tulisan unik di batu nisan yang dipahat pada zaman yang
lebih menyenangkan daripada zaman kita.
?"Di sini terbaring Albert Crawford, Esq.?" Anne membaca tulisan di
sebuah nisan batu abu-abu usang, ?"yang bertahun-tahun bertugas sebagai
Penjaga Artileri Raja di Kingsport. Dia bertugas di ketentaraan hingga
perdamaian pada tahun 1763, dan pensiun karena alasan kesehatan. Dia
adalah petugas yang berani, suami terbaik, ayah terbaik, teman terbaik. Dia
wafat pada 29 Oktober 1792 di usia 84 tahun." Lihat tulisan batu nisan
ini, Prissy. Jelas terlihat "ruang imajinasi" di sini. Kehidupan seperti ini
pastilah penuh petualangan! Dan sifat-sifat pribadinya, aku yakin tak ada
pujian yang lebih baik. Aku ingin tahu apakah mereka mengatakan
padanya bahwa dia adalah orang paling baik di dunia saat dia masih
hidup." "Ini ada lagi," kata Priscilla. "Dengarkan"'Mengenang Alexander Ross,
yang wafat pada 22 September 1840 di usia 43 tahun. Ini adalah
persembahan kasih dari orang yang ia layani dengan setia selama 27 tahun.
Dia telah dianggap sebagai seorang teman dan patut mendapatkan
kepercayaan dan kasih sayang sepenuhnya.?"
"Tulisan batu nisan sangat bagus," komentar Anne. "Aku tidak akan
mengharapkan tulisan yang lebih bagus. Kita semua adalah pelayan atau
semacamnya, dan jika kesetiaan kita dapat dituliskan dengan jujur pada
batu nisan kita, tak ada lagi yang perlu ditambahkan. Ini ada batu abu-abu
kecil yang menyedihkan, Prissy"'untuk mengenang anak tersayang." Dan
ini ada lagi "dipersembahkan untuk mengenang orang yang dikuburkan di
tempat lain." Aku ingin tahu di mana kuburan tak dikenal itu. Benar, Pris,
pemakaman-pemakaman lain tidak akan semenarik ini. Kau benar"aku
akan sering datang ke sini. Aku sudah mencintainya. Tampaknya kita tak
hanya berdua di sini"lihatlah di ujung jalan itu ada seorang gadis."
"Ya, dan aku yakin itu gadis yang sama dengan yang kita lihat di
Redmond tadi pagi. Aku sudah memerhatikannya selama lima menit. Dia
sudah berjalan ke arah sini sebanyak enam kali, lalu berbalik pergi
sebanyak enam kali juga. Entah dia sangat pemalu atau terlalu segan. Ayo
ke sana dan menemuinya. Aku yakin lebih mudah berkenalan di
pemakaman daripada di Redmond."
Mereka menyusuri jalan makam yang beratap dan berumput menuju
orang asing yang sedang duduk di sebuah batu abu-abu di bawah pohon
willow besar. Dia benar-benar sangat cantik, tipe kecantikan yang penuh
dengan vitalitas, spesial, dan memesona. Ada kilau kecokelatan di
rambutnya yang halus bagai satin, dan ada rona merah jambu di pipinya
yang bundar. Matanya besar, cokelat dan menggoda, di bawah alis hitam
melengkung tajam. Mulutnya melengkung indah dan semerah mawar. Dia
mengenakan gaun cokelat yang indah, dengan sepasang sepatu mungil
termutakhir mengintip di bawah gaunnya. Topi jeraminya yang berwarna
merah muda pudar dan dikelilingi bunga poppy berwarna cokelat
keemasan memiliki nuansa tak terbantahkan bahwa topi itu adalah "kreasi"
seorang seniman. Priscilla tiba-tiba tersadar dengan rendah diri bahwa topi
miliknya hanya dihias oleh toko topi wanita di desanya, dan Anne
bertanya-tanya dengan tidak nyaman apakah blus yang dia jahit sendiri,
dan dipaskan oleh Mrs. Lynde, akan terlihat SANGAT kampungan jika
dijejerkan di samping gaun cemerlang gadis asing itu.
Untuk sesaat kedua gadis itu merasa ingin berbalik saja, tetapi mereka
telah berhenti dan berbelok menuju batu abu-abu itu. Sudah terlambat
untuk mundur karena gadis bermata cokelat itu dengan jelas
menyimpulkan bahwa mereka datang untuk berbicara padanya. Tiba-tiba
dia berdiri, menghampiri dengan tangan terentang dan senyum riang
bersahabat. Tidak terlihat adanya tanda-tanda rasa malu ataupun segan.
"Oh, aku ingin berkenalan dengan kalian," serunya gembira. "Aku
SETENGAH mati ingin kenal. Aku melihat kalian di Redmond pagi ini.
Di sana MENGERIKAN, ya" Tadi aku berharap seandainya saja aku
tinggal di rumah dan menikah."
Anne dan Priscilla tertawa mendengar kata-kata tak terduga itu. Gadis
bermata cokelat itu juga tertawa.
"Itu benar. Aku Bisa saja menikah, lho. Ayo, mari duduk di batu nisan
ini dan berkenalan. Tak akan sulit, kok. Aku tahu kita akan saling
mengagumi"aku tahu begitu aku melihat kalian di Redmond pagi ini.
Aku ingin sekali mendatangi dan memeluk kalian berdua."
"Lalu, mengapa tidak?" tanya Priscilla.
"Karena aku tak bisa memutuskan apakah aku akan melakukannya atau
tidak. Aku tak pernah bisa memutuskan apa pun sendiri"aku selalu
dirundung kebimbangan. Begitu aku memutuskan untuk melakukan
sesuatu, aku merasakan dalam tulang-tulangku bahwa pilihan yang lainlah
yang benar. Ini kemalangan yang mengerikan, tapi aku dilahirkan seperti
itu, dan percuma menyalahkan aku, seperti yang dilakukan beberapa
orang. Jadi tadi itu aku tak dapat memutuskan apakah sebaiknya aku
mendekat dan berbicara pada kalian, padahal aku benar-benar ingin
melakukannya." "Kami kira kau malu," kata Anne.
"Tidak, tidak, Sayang. Pemalu bukanlah kekurangan"atau kelebihan"
Philippa "Gordon Phil, singkatnya. Panggil saja aku Phil. Nah, nama
kalian siapa?" "Dia Priscilla Grant," kata Anne sambil menunjuk.
"Dan DIA Anne Shirley," kata Priscilla, balas menunjuk.
"Dan kami dari Pulau Prince Edward," kata keduanya serempak.
"Aku datang dari Bolingbroke, Nova Scotia," kata Philippa.
"Bolingbroke!" seru Anne. "Wah, aku dilahirkan di sana."
"Benarkah" Wah, berarti kamu seorang Bluenose"orang Nova Scotia
asli." "Tentu tidak," jawab Anne. "Bukankah Dan O"Connell pernah berkata
bahwa jika seseorang dilahirkan di kandang kuda tidak berarti dia itu
seekor kuda" Aku ini orang Pulau Prince Edward sampai ke sumsum."
"Yah, pokoknya aku senang kamu dilahirkan di Bolingbroke. Itu berarti
kita ini bisa dibilang tetangga, bukan" Dan aku suka itu, karena jika aku
memberitahukan rahasia padamu, itu tidaklah seperti jika aku
menceritakan rahasia itu kepada orang asing. Aku harus
memberitahukannya. Aku tak dapat menjaga rahasia"tak ada gunanya
juga kucoba. Itu kekuranganku yang paling buruk itu dan juga
kebimbangan, seperti yang sudah kukatakan tadi. Dapatkah kau percaya"
"perlu setengah jam untuk memutuskan topi mana yang akan kupakai
sebelum aku ke sini"Ke Sini, ke pemakaman! Awalnya aku ingin
memakai topiku yang cokelat dengan hiasan bulu, tetapi begitu aku
mengenakannya aku pikir topi yang merah muda dengan pinggiran terkulai
akan lebih baik. Setelah aku menjepit TOPI itu di kepalaku, aku jadi lebih
menyukai yang cokelat. Akhirnya aku meletakkan mereka berdampingan
di atas tempat tidur, menutup mataku, dan menusuk dengan jepit topi. Jepit
itu menusuk topi yang merah muda, jadi aku mengenakannya. Bagus,
bukan" Katakan bagaimana penampilanku menurutmu?"
Mendengar permintaan yang polos itu, yang dikatakan dengan nada
serius, Priscilla tertawa kembali. Tetapi, sambil meremas tangan Philippa,
Anne berkata, "Pagi tadi kami pikir kau adalah gadis tercantik di
Redmond." Mulut Philippa melengkung menjadi senyuman yang memesona dan
menampakkan sedikit gigi berwarna sangat putih. "Kurasa juga begitu,"
komentarnya cuek, mengejutkan Anne dan Priscilla, "Tapi aku ingin ada
orang lain yang mendukung pendapatku. Aku juga tak dapat memutuskan
bagaimana penampilanku. Begitu aku memutuskan bahwa aku cantik, aku
mulai merasa sedih karena merasa bahwa aku tidak cantik. Selain itu, aku
memiliki bibi buyut tua mengerikan yang selalu mengatakan padaku,
sambil mendesah sedih, "Dulu kamu itu bayi yang cantik. Sangat
mengherankan betapa anak-anak berubah saat beranjak dewasa." Aku
sangat menyukai para bibi, tetapi aku benci bibi buyut. Jika kalian tak
keberatan, sering-seringlah mengatakan bahwa aku ini cantik. Dan aku
juga akan mengatakan hal yang sama jika kalian ingin"aku BISA begitu,
dengan sepenuh hati."
"Terima kasih," Anne tertawa, "tetapi Priscilla dan aku cukup yakin
dengan kecantikan kami jadi kami tidak perlu kepastian dari orang lain.
Kau tak perlu repot-repot."
"Oh, kalian menertawakan aku. Aku tahu, kalian pikir aku ini orang
sombong yang menyebalkan, tapi aku bukanlah orang yang seperti itu. Tak
ada kesombongan sedikit pun dalam diriku. Dan aku tak pernah segansegan memuji gadis lain jika mereka memang pantas dipuji. Aku sangat
senang mengenal kalian. Aku tiba di sini hari Sabtu dan sejak itu aku
hampir mati karena kangen rumah. Perasaan itu sangatlah mengerikan,
bukan" Di Bolingbroke aku adalah orang penting, dan di Kingsport aku
bukanlah siapa-siapa! Ada saat-saat ketika aku merasa sangat murung. Di
mana kalian tinggal?"
"St. John"s Street nomor 38."
"Wah, itu lebih bagus lagi. Aku tinggal di dekat sini di Wallace Street.
Tapi, aku tak menyukai rumah pondokanku. Rumah itu suram dan sepi,
dan kamarku menghadap ke halaman belakang yang mengerikan. Tempat
itu tempat terburuk di seluruh dunia. Dan kucing"yah, tentu saja tidak
SEMUA kucing Kingsport berkumpul di sana pada malam hari, tetapi
pastilah setengahnya berkumpul di sana. Aku menyukai kucing yang tidur
di depan perapian yang hangat, di atas permadani, tapi kucing yang ada di
halaman belakang adalah hewan yang sangat berbeda. Malam pertama aku


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di sini, aku menangis semalaman, begitu juga dengan kucing-kucing itu.
Kalian harus melihat hidungku pada pagi harinya. Betapa aku berharap tak
pernah meninggalkan rumah!"
"Aku tak mengerti bagaimana caramu memantapkan hati untuk datang
ke Redmond jika kamu adalah orang yang begitu plin-plan," kata Priscilla
geli. "Terberkatilah hatimu, Sayang, karena aku tidak ingin ke sini. Ayahlah
yang ingin agar aku ke sini. Hatinya telah mantap"aku tak tahu mengapa.
Menggelikan sekali membayangkan aku belajar untuk meraih gelar B.A.,
bukan" Tapi aku dapat melakukannya. Otakku cemerlang."
"Oh!" kata Priscilla samar.
"Tentu saja. Tapi sangat sulit menggunakannya. Dan orang-orang
dengan gelar B.A. pastilah makhluk yang rajin belajar, bermartabat,
bijaksana, dan serius. Tidak, aku tidak ingin datang ke Redmond. Aku
melakukan ini karena patuh pada Ayah. Ayah itu orang yang SANGAT
kusayangi. Lagi pula, aku tahu jika aku tinggal di rumah, aku harus
menikah. Ibuku maunya begitu"ia sudah memutuskan begitu. Ibu
membuat banyak keputusan. Tapi sudah beberapa tahun ini aku sangat
tidak suka dengan gagasan menikah. Aku ingin bersenang-senang dulu
sebelum menikah. Dan, walaupun bayangan diriku mendapatkan gelar
B.A. itu cukup aneh, gambaran diriku menjadi wanita tua yang telah
menikah justru lebih aneh lagi, bukan" Aku baru delapan belas tahun.
Tidak, aku menyimpulkan lebih baik datang ke Redmond daripada
menikah. Lagi pula, bagaimana aku bisa memutuskan lelaki mana yang
akan kunikahi?" "Apa begitu banyak?" Anne tertawa.
"Segudang. Para lelaki sangat menyukaiku"benar. Tapi, hanya ada dua
orang yang pantas untuk dinikahi. Yang lain terlalu muda dan terlalu
miskin. Aku harus menikah dengan orang kaya, lho."
"Mengapa begitu?"
"Sayang, kau tak dapat membayangkan Aku menjadi istri orang miskin,
bukan" Aku tak dapat melakukan satu pun hal berguna, dan aku SANGAT
boros. Oh, tidak, suamiku harus memiliki segudang uang. Jadi, itu yang
menyebabkan calon-calon lain tersisih dan hanya tinggal dua orang saja.
Tapi aku tak bisa memutuskan bahwa memilih di antara dua orang lebih
mudah daripada memilih dari dua ratus orang. Aku tahu pasti bahwa siapa
lelaki pun yang kupilih, aku akan menyesal seumur hidup karena tidak
menikahi lelaki yang lain."
"Apakah kamu tidak"mencintai"satu orang pun?" tanya Anne, agak
ragu. Tidaklah mudah baginya untuk berbicara dengan orang asing yang
begitu misterius dan memiliki kehidupan yang jauh berbeda.
"Demi Tuhan, tidak. Aku tak dapat mencintai seorang pun. Yang seperti
itu bukan diriku. Lagi pula aku tidak ingin begitu. Jatuh cinta membuatmu
menjadi seorang budak, menurutku. Dan, lelaki akan mendapatkan
kekuasaan untuk menyakitimu. Aku takut. Tidak, tidak, Alec dan Alonzo
adalah dua pria yang baik dan aku begitu menyukai keduanya sampaisampai aku tak tahu siapa yang lebih kusukai. Itu masalahnya. Alec lebih
tampan, tentu saja, dan aku tak bisa menikah dengan lelaki yang tidak
tampan. Dia juga berperangai baik, dan memiliki rambut ikal hitam yang
indah. Dia agak terlalu sempurna"aku tak yakin aku akan menyukai
suami yang sempurna"seseorang yang tidak punya kesalahan."
" Kalau begitu mengapa tidak menikah dengan Alonzo?" tanya Priscilla
dengan tajam. "Bayangkan jika menikah dengan orang yang bernama Alonzo!" kata
Philippa sedih. "Aku tak yakin aku bisa menahan penderitaan itu. Tapi, dia
memiliki hidung yang klasik, dan AKAN sangat bagus jika dalam satu
keluarga ada orang dengan hidung yang bagus. Aku tak menyukai
hidungku. Sampai saat ini, hidungku lebih seperti hidung keluarga Gordon,
dari ayahku, tetapi aku sangat takut jika hidungku berubah menjadi seperti
hidung keluarga Byrne, dari ibuku, saat aku menua. Setiap hari aku
memeriksanya untuk memastikan jika hidungku ini masih hidung keluarga
Gordon. Ibuku berasal dari keluarga Byrne dan memiliki hidung Byrne
yang paling aneh. Tunggu saja sampai kau lihat sendiri. Aku sangat
menyukai hidung yang bagus. Hidungmu sangat bagus, Anne Shirley.
Hidung Alonzo yang bagus adalah penyeimbang bagi namanya yang
mengerikan. Tapi nama ALONZO! Tidak, aku tak dapat memutuskan.
Andai saja aku dapat memilih seperti waktu aku memilih topi-topi tadi"
menyuruh mereka berdua berdiri berdampingan, menutup mata, dan
menusuk dengan jepit topi pastilah semua akan jadi mudah."
"Bagaimana perasaan Alec dan Alonzo saat kamu datang ke sini?" tanya
Priscilla. " Oh, mereka masih mengharap. Aku berkata pada mereka agar
menunggu sampai aku bisa mengambil keputusan. Mereka mau
menunggu. Mereka berdua memujaku, kalian tahu. Sementara ini, aku
bermaksud untuk bersenang-senang. Aku harap aku akan mendapatkan
segunung pacar di Redmond. Aku tak akan bahagia sebelum aku
mendapatkan pacar, kalian tahu. Tapi tidakkah kalian pikir anak baru
sangatlah sederhana" Aku hanya melihat satu lelaki yang sangat tampan di
antara anak-anak baru lainnya. Dia pergi sebelum kalian datang. Aku
mendengar temannya memanggilnya Gilbert. Temannya itu memiliki mata
yang BEGITU MENONJOL. Tapi, kalian belum akan pergi, kan" Jangan
pergi dulu." "Kurasa kami harus pergi," kata Anne, dengan agak dingin. "Hari mulai
gelap dan masih ada yang harus kulakukan."
"Tapi, kalian berdua akan menemuiku, kan?" tanya Philippa, sambil
berdiri dan merangkul Anne dan Priscilla. "Dan, izinkan aku menemui
kalian. Aku ingin bersahabat dengan kalian. Aku sudah sangat menyukai
kalian. Dan aku belum menyebabkan kalian jijik dengan kesembronoanku,
kan?" "Tidak juga," Anne tertawa, sambil membalas pelukan Phil, membalas
keramahannya. "Karena aku tidak sebodoh yang terlihat, lho. Kalian harus menerima
Philippa Gordon dengan segala kekurangannya sebagaimana Tuhan
menciptakannya dan aku yakin kalian akan menyukainya. Pemakaman ini
indah, ya" Aku akan senang jika dimakamkan di sini. Ini ada makam yang
tadi belum kulihat"ini, yang berpagar besi"oh, teman, lihatlah"di
batunya tertulis bahwa ini adalah makam taruna angkatan laut yang gugur
dalam pertempuran antara kapal Inggris HMS Shannon dan kapal Amerika
USS Chesapeake. Bayangkan!"
Anne berhenti di dekat pagar dan memandang nisan yang sudah aus itu,
jantungnya bergetar dilanda kegairahan yang tiba-tiba. Makam tua itu,
dengan pohon-pohon yang terlalu melengkung dan lorong berbayangbayang panjang, mengabur dari pandangannya. Dalam lamunannya, dia
melihat Kingsport Harbor hampir seratus tahun yang lalu. Dari balik kabut,
perlahan-lahan muncullah kapal perang abad 18, brilian dengan "bendera
Inggris" berkibar di atasnya. Di belakangnya kapal satu lagi, dengan sosok
kaku yang gagah terbalut bendera berbintang dan tergeletak di geladak
nakhoda"Lawrence2 yang gagah. Waktu telah membalikkan sejarah, dan
Shannon berlayar dengan jaya di pantai itu dengan Chesapeake sebagai
hadiah. "Kembalilah, Anne"Shirley kembalilah," Phillippa tertawa sambil
menarik lengan Anne. "Kau hanyut di masa seratus tahun yang lalu.
Kembalilah." Panglima kapal perang Amerika, USS Chesapeake.
Anne sadar kembali sambil mendesah. Matanya berkilau lembut.
"Aku selalu menyukai cerita lama itu," katanya, "dan walaupun Inggris
menang, aku pikir aku menyukai cerita itu karena panglima gagah yang
kalah itu. Makam ini tampaknya menyebabkan hal itu terasa begitu dekat
dan begitu nyata. Taruna malang ini baru berusia delapan belas tahun. Dia
gugur karena menderita luka parah dalam pertempuran yang gagah berani"
begitu yang tertulis di batu nisannya. Gugur seperti itu adalah yang
diharapkan oleh semua prajurit."
Sebelum dia berbalik, Anne melepaskan setandan pansy ungu yang
dikenakannya di rambut dan menjatuhkannya perlahan di atas makam
pemuda yang gugur di pertempuran laut besar itu.
"Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai teman baru kita?" tanya
Priscilla, ketika Phil telah meninggalkan mereka.
"Aku menyukainya. Ada sesuatu yang sangat menyenangkan di dirinya,
di luar semua omong-kosong yang dia ucapkan. Aku yakin, seperti yang
dia katakan, bahwa dia tidak sebodoh itu. Dia itu anak yang baik dan
mudah disukai"tapi aku tak tahu apakah dia akan pernah dewasa."
"Aku juga menyukainya," kata Priscilla mantap. "Dia banyak bicara
mengenai lelaki seperti yang selalu Ruby Gillis lakukan. Tapi, jika
mendengar Ruby bicara aku selalu marah atau bosan, sedangkan saat aku
mendengarkan Phil, aku malah ingin tertawa. Jadi, mengapa bisa begitu?"
"Ada satu perbedaan," kata Anne merenung. "Kupikir itu karena Ruby
sangat SADAR akan laki-laki. Dia mempermainkan cinta dan perasaan
orang. Lagian, kau merasa saat dia membualkan pacar-pacarnya,
sebenarnya dia sedang pamer bahwa dia punya lebih banyak penggemar
pria daripada kamu. Nah, saat Phil berbicara mengenai pacar-pacarnya, ia
terdengar seolah dia hanya membicarakan sahabat. Dia benar-benar
melihat pria sebagai teman baik. Dia juga senang jika memiliki selusin
teman yang mengikutinya, hanya karena dia senang menjadi orang yang
populer dan disangka populer. Bahkan Alex dan Alonzo aku tak akan
pernah bisa memisahkan kedua nama itu baginya hanyalah dua teman
main yang ingin bermain bersamanya seumur hidupnya. Aku senang kita
bertemu dengan Phil, dan aku senang kita pergi ke Old St. John"s. Aku
yakin sore ini aku mulai betah di Kingsport. Aku harap begitu. Aku tak
suka merasa sebagai orang asing."
SURAT DARI RUMAH Selama tiga minggu berikutnya Anne dan Priscilla terus merasa bagaikan
orang asing di tanah asing. Lalu, tiba-tiba semua hal menjadi begitu
menarik"Redmond, para profesor, kelas-kelas, para murid, pelajaranpelajaran, pertemanan. Hidup menjadi sama kembali, dan bukanlah
fragmen-fragmen yang terpisah. Para murid baru bukanlah sekadar
kumpulan individu yang tak memiliki hubungan satu sama lain tetapi
mereka berada dalam satu kelas, dengan semangat kelas, yel yel kelas,
minat kelas, antipati kelas, dan ambisi kelas. Mereka berhasil meraih juara
pada acara tahunan "Arts Rush" melawan para mahasiswa tingkat dua.
Oleh karena itu, mereka memperoleh penghormatan dari kelas-kelas yang
lain dan memperoleh opini yang sangat meningkatkan kepercayaan diri
mereka. Selama tiga tahun sebelumnya mahasiswa tingkat dua selalu
memenangi acara tersebut. Kemenangan yang mereka raih ada
hubungannya dengan strategi yang dipimpin oleh Gilbert Blythe. Ia
mengatur kampanye dan mencetuskan taktik-taktik baru, yang
melemahkan semangat para mahasiswa tingkat dua dan mengantarkan
mahasiswa tingkat satu ke kejayaan.
Sebagai hadiah atas jasanya, Gilbert dipilih menjadi presiden Kelas
Mahasiswa Tingkat Satu, posisi terhormat dan penuh tanggung jawab"
setidaknya begitulah menurut sudut pandang seorang mahasiswa baru dan
didambakan oleh banyak orang. Dia juga diundang untuk bergabung
dengan "Lambs?"persaudaraan mahasiswa Lamba Theta"suatu
penghargaan yang jarang sekali diberikan pada seorang mahasiswa tingkat
satu. Sebagai awal masa inisiasi, dia harus melakukan pawai di jalan-jalan
bisnis utama di Kingsport sepanjang hari dengan mengenakan topi wanita
bertali dan celemek dapur tebal dengan belacu berbunga yang mencolok.
Dia melakukannya dengan gembira, mengangkat topinya dengan penuh
penghormatan pada perempuan-perempuan yang dia kenal. Charlie Sloane,
yang tidak diundang untuk bergabung dengan Lambs, berkata pada Anne
bahwa dia tidak mengerti bagaimana Blythe bisa melakukan itu, dan DIA,
Charlie Sloane, tidak akan mungkin mau mempermalukan dirinya sendiri
seperti itu. "Bayangkan Charlie Sloane mengenakan celemek "bunga dan topi
wanita bertali"," kekeh Priscilla. "Dia akan tampak sangat mirip dengan
Nenek Sloane. Nah, Gilbert, walau berpakaian seperti itu, tetap terlihat
maskulin seperti saat dia memakai pakaiannya sendiri."
Anne dan Priscilla menemukan diri mereka sibuk di tengah-tengah
kehidupan sosial Redmond. Semua itu terjadi begitu cepat dan sebagian
besar adalah berkat Philippa Gordon. Philippa adalah anak gadis seorang
yang kaya dan terkenal, dan termasuk keluarga "Bluenose?"turunan asli
keluarga Nova Scotia yang tua dan eksklusif. Hal ini, ditambah dengan
kecantikan dan daya tariknya"daya tarik yang diakui oleh semua orang
yang bertemu dengannya"membuka pintu ke berbagai kelompok, klab,
dan kelas di Redmond. Dan, ke mana pun dia pergi, Anne dan Priscilla
juga pergi. Phil "memuja" Anne dan Priscilla, terutama Anne. Dia adalah
jiwa kecil yang loyal dan bersih dari semua bentuk pembanggaan diri.
"Cintai aku, cintai temanku" tampaknya, tanpa disadari, sudah menjadi
motonya. Tanpa perlu berupaya keras, Phil membawa kedua temannya
memasuki lingkaran pertemanannya yang selalu membesar. Dan, kedua
gadis Avonlea itu mendapati jalur sosial mereka di Redmond terasa begitu
mudah dan menyenangkan. Hal ini tentu saja menyebabkan mahasiswimahasiswi tingkat satu lainnya iri dan bertanya-tanya karena mereka tidak
mendapatkan bantuan Philippa dan harus menerima nasib untuk tetap
berada di pinggir pada tahun pertama kuliah mereka.
Bagi Anne dan Priscilla, dengan pandangan hidup yang lebih serius, Phil
tetaplah gadis kecil menarik dan mudah disukai seperti saat pertemuan
pertama mereka. Walaupun begitu, seperti apa yang pernah dia katakan,
Phil memiliki otak yang cemerlang. Kapan dan di mana dia belajar
tetaplah menjadi misteri karena gadis itu tampaknya selalu menginginkan
hal-hal "yang menyenangkan", dan malam hari saat dia berada di rumah,
dia selalu dikunjungi oleh tamu. Dia memiliki semua "pacar" yang
didambakan orang, karena sembilan dari sepuluh mahasiswa tingkat satu
dan sebagian besar kelas-kelas lain saling bersaing untuk mendapatkan
senyumnya. Dengan polosnya Phil menyukai semua itu, dan dengan
senang hati menceritakan kembali setiap penaklukan barunya pada Anne
dan Priscilla, dengan komentar-komentar yang mungkin akan
menyebabkan telinga para pencinta yang tak beruntung itu terbakar hebat.
"Alec dan Alonzo tampaknya belum punya saingan berat," kata Anne,
menggoda. "Tak seorang pun," Philippa setuju. "Aku menulis surat pada mereka
setiap minggu dan bercerita mengenai pria-pria mudaku di sini. Aku yakin
itu pasti menghibur bagi mereka. Tapi, tentu saja, pria yang paling aku
sukai tak dapat kuperoleh. Gilbert Blythe tidak menganggapku, selain itu
dia memandangku seolah aku ini hanyalah seekor anak kucing kecil manis
yang butuh dielus. Dan aku sangat tahu penyebabnya. Aku harusnya sebal
padamu, Ratu Anne. Aku seharusnya membencimu tapi malah
mencintaimu sepenuh hati, dan aku sangat sedih jika tak melihatmu satu
hari saja. Kau berbeda dari gadis-gadis lain yang kukenal sebelumnya.
Saat kau memandangku dengan cara tertentu, aku merasa tak berarti,
seperti makhluk kecil sembrono, dan aku berharap bisa menjadi lebih baik,
lebih bijaksana serta lebih kuat. Lalu aku bertekad untuk memperbaiki
diriku, tapi begitu aku berpapasan dengan pria tampan, aku langsung lupa
tekadku. Kehidupan kampus itu luar biasa, ya" Lucu rasanya mengingat
bahwa aku membencinya pada hari pertama. Tapi jika tidak begitu,
mungkin aku tak akan pernah mengenalmu. Anne, tolong katakan padaku
sekali lagi bahwa kau sedikit menyukaiku. Aku merindukan kata-kata itu."
"Aku sangat menyukaimu"dan aku pikir kamu adalah anak kucing yang
baik, manis, menarik, bergairah, dan tak bercakar," Anne tertawa, "tapi,
aku tak mengerti kapan kau memiliki waktu untuk belajar."
Tetapi, Phil pastilah menemukan waktu untuk belajar karena prestasinya
bagus di setiap mata kuliah. Bahkan profesor Matematika yang tua dan
penggerutu, membenci mahasiswa serta menentang mereka masuk di
Redmond, tak dapat menjatuhkannya. Phil memimpin prestasi semua
mahasiswi di semua mata kuliah, kecuali dalam mata kuliah Bahasa
Inggris karena di bidang itu Anne Shirleylah yang berprestasi dengan
gemilang, meninggalkannya jauh di belakang. Anne sendiri merasa kuliah
tahun pertamanya sangatlah mudah, sebagian besar berkat kerja kerasnya
yang tekun bersama Gilbert selama dua tahun terakhir di Avonlea. Hal ini
menyebabkan dia memiliki lebih banyak waktu untuk kehidupan sosial
yang sangat dia nikmati. Tetapi sedetik pun dia tak pernah melupakan
Avonlea dan teman-temannya di sana. Baginya, saat-saat paling
membahagiakan setiap minggu adalah saat menerima surat dari rumah.
Baru setelah ia menerima surat dari rumah, Anne bisa mulai menyukai
Kingsport dan merasa kerasan di sana. Sebelum surat-surat itu datang,


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Avonlea seolah ribuan kilometer jauhnya. Surat-surat itu membawa
Avonlea menjadi lebih dekat dan menghubungkan kehidupan lama dengan
kehidupan baru begitu erat sehingga kedua kehidupan itu tampak bagaikan
satu kehidupan yang sama. Tumpukan surat pertama terdiri dari enam
surat, dari Jane Andrews, Ruby Gillis, Diana Barry, Marilla, Mrs. Lynde,
dan Davy. Surat Jane begitu sempurna dan ditulis dengan rapi dan lugas, tanpa
kalimat-kalimat yang menarik. Dia tak pernah bercerita mengenai sekolah,
padahal Anne sangat ingin mendengar hal itu, dia tak menjawab satu pun
pertanyaan yang Anne tanyakan dalam suratnya. Tetapi, dia memberi tahu
Anne berapa meter renda yang dia rajut, serta cuaca macam apa yang ada
di Avonlea, juga baju baru yang seperti apa yang ingin dibuatnya, dan
bagaimana perasaannya saat kepalanya sakit.
Ruby Gillis menulis surat yang menyesalkan ketiadaan Anne,
memastikan bahwa Anne ketinggalan banyak hal, bertanya seperti apa
"pria-pria" Redmond, dan sisanya berisikan pengalaman "melelahkan"
dengan para pria pengagumnya. Surat itu lucu dan tak berbahaya, dan
Anne pasti akan tertawa terbahak-bahak seandainya saja dia tidak
membaca catatan tambahan di bawah surat itu. "Menilai dari suratnya,
Gilbert tampaknya menikmati Redmond," tulis Ruby. "Tapi kurasa Charlie
tak betah di sana." Jadi Gilbert menulis surat pada Ruby! Baiklah. Dia berhak untuk
melakukan itu, tentu saja. Namun"!! Anne tidak tahu bahwa Ruby-lah
yang pertama kali menulis surat dan Gilbert harus menjawabnya sebagai
sopan santun. Anne melempar surat Ruby dengan kesal.
Tetapi, surat Diana yang ceria, berisi banyak berita, dan menyenangkan,
langsung menghapus rasa sebal yang timbul setelah membaca catatan
tambahan pada surat Ruby. Surat Diana agak terlalu banyak berisi
mengenai Fred, tetapi dia juga menuliskan berbagai hal menarik, dan
Anne hampir merasa dirinya kembali berada di Avonlea saat membaca
surat itu. Surat Marilla agak formal dan tanpa warna, juga tanpa gosip atau emosi.
Walaupun begitu, surat itu membawa suasana seluruh kehidupan Green
Gables yang sederhana, dengan kedamaian yang dikenalnya dan kasih
sayang abadi yang selalu ada untuknya.
Surat Mrs. Lynde penuh dengan berita-berita gereja. Sejak berhenti
mengurus rumah, Mrs. Lynde kian memiliki lebih banyak waktu untuk
mengabdikan diri mengurus masalah-masalah gereja, serta memberikan
jiwa dan raganya pada gereja. Saat ini Mrs. Lynde lebih banyak bekerja
untuk mengisi mimbar Avonlea yang kosong.
"Aku yakin saat ini yang menjadi pendeta hanyalah orang bodoh,"
tulisnya pahit. "Coba kau lihat kandidat-kandidat seperti apa yang
dikirimkan untuk kami, dan seperti apa khotbah mereka! Setengah dari
khotbahnya ngawur, dan, yang lebih parah lagi, khotbahnya juga tidak
terdengar mirip ajaran dogma. Pendeta yang sekarang kami miliki adalah
pendeta paling buruk. Dia biasanya mengutip satu ayat dan berkhotbah
mengenai hal lain. Dan dia berkata, dia tidak percaya bahwa semua orang
kafir akan tersesat selamanya. Bayangkan! Kalau orang kafir itu tidak
tersesat, buat apa kita susah-susah menyumbang uang bagi para
misionaris! Minggu malam lalu dia mengumumkan bahwa pada hari
Minggu dia akan memberikan khotbah mengenai mukjizat Elisa tentang
mata kapak yang berenang. Kurasa sebaiknya khotbahnya hanya
didasarkan pada Alkitab dan tidak perlu membahas masalah sensasional.
Sangat buruk jika seorang pendeta tak dapat menemukan cukup bahasan
dalam Kitab Suci. Kamu pergi ke gereja mana, Anne" Aku harap kau pergi ke gereja secara
teratur. Orang cenderung ceroboh dalam hal pergi ke gereja, dan aku
paham bahwa mahasiswa adalah pendosa terbesar dalam hal ini. Aku
diberi tahu bahwa banyak mahasiswa yang belajar pada hari Minggu.
Kuharap kau tidak terperosok begitu rendah, Anne. Ingat bagaimana kamu
dibesarkan. Dan, hati-hati berteman. Kau tidak pernah tahu makhluk
seperti apa mereka di perguruan tinggi. Di luar mereka mungkin tampak
seputih domba, tapi di dalam mereka berbahaya bagai serigala. Kau
sebaiknya tidak berbicara dengan pria muda mana pun selain yang berasal
dari Pulau Prince Edward.
Aku lupa menceritakan padamu apa yang terjadi pada hari saat pendeta
itu dipanggil ke sini. Itu hal paling lucu yang pernah kulihat. Aku berkata
pada Marilla, "Jika Anne ada di sini, pastilah dia tertawa." Bahkan Marilla
juga tertawa. Begini, pendeta itu adalah lelaki kecil gemuk dan sangat
pendek dengan tungkai bengkok. Nah, babi tua milik Mr. Harrison"yang
besar dan tinggi"pada hari itu lepas lagi dan masuk ke halaman. Tanpa
sepengetahuan kami, dia masuk ke teras belakang dan babi itu ada di sana
saat pendeta baru itu muncul di pintu. Babi itu lari ke luar, tetapi dia tak
bisa lari ke mana pun selain ke antara kaki pendeta yang melengkung. Jadi
babi itu lari ke sana, dan, karena babi itu begitu besar dan si pendeta begitu
kecil, babi itu menjungkalkan si pendeta dan membawa pendeta itu lari.
Topi si pendeta terlempar ke satu tempat dan tongkat si pendeta terlempar
ke tempat lain, tepat saat Marilla dan aku mencapai pintu. Aku tak akan
lupa tampangnya. Dan babi malang itu hampir mati ketakutan. Aku tak
akan pernah bisa membaca Injil mengenai babi yang terjun dari tepi jurang
ke dalam danau tanpa melihat babi Mr. Harrison berlari menuruni bukit
dengan pendeta itu di punggungnya. Mungkin babi itu berpikir lebih baik
menggendong Pendeta Tua itu di punggungnya daripada berada dalam
perutnya. Aku bersyukur si kembar sedang tidak ada di sana. Tidak baik
jika mereka melihat seorang pendeta dalam keadaan tak bermartabat
seperti itu. Sebelum babi dan pendeta itu sampai di sungai, pendeta itu melompat
atau jatuh. Babi itu berlari melewati sungai membabi-buta dan berlari ke
hutan. Marilla dan aku lari ke bawah, menolong pendeta itu bangun dan
membersihkan mantelnya. Dia tidak terluka, tapi dia sangat marah.
Tampaknya dia menganggap aku dan Marilla bertanggung jawab atas hal
itu, walaupun kami telah mengatakan padanya bahwa babi itu bukan milik
kami, dan selalu datang mengganggu ke sini sepanjang musim panas. Lagi
pula untuk apa dia datang dari pintu belakang" Kau tak akan pernah
memergoki Mr. Allan melakukan hal itu. Sepertinya lama sekali sebelum
kita mendapatkan seseorang seperti Mr. Allan. Tapi ini semua hanyalah
firasat buruk yang tak ada gunanya. Sejak saat itu kami tak pernah melihat
babi itu lagi, dan aku yakin kami tak akan pernah lagi melihatnya.
Avonlea terasa sepi. Aku tak pernah menyangka Green Gables sesepi
ini. Kupikir aku akan mulai membuat selimut katun lagi musim dingin ini.
Mrs. Silas Sloane memiliki pola daun apel baru yang bagus.
Saat aku menginginkan sesuatu yang menggairahkan, aku membaca
mengenai sidang pembunuhan di surat kabar Boston yang dikirimkan oleh
keponakanku. Aku tak pernah terbiasa, tetapi sidang itu sangatlah menarik.
Amerika pastilah tempat yang mengerikan. Kuharap kau tak pernah pergi
ke sana, Anne. Tapi, betapa mengerikannya karena gadis-gadis sekarang
menjelajah seluruh dunia. Itu membuatku berpikir mengenai Iblis dalam
Kitab Ayub, yang berkeliling dan menjelajah bumi. Aku tak percaya
Tuhan menciptakan Iblis agar menjadi seperti itu.
Davy bersikap cukup baik sejak kau pergi. Suatu hari dia bersikap nakal
dan Marilla menghukumnya dengan menyuruh Davy memakai celemek
Dora sepanjang hari, tapi ia malah menggunting semua celemek Dora.
Karena itu aku memukulnya dan ia malah mengejar-ngejar ayam jantanku
sampai mati. Keluarga MacPherson sudah pindah ke tempatku. Wanita itu pintar
mengurus rumah dan sangat teliti. Dia mencabut semua bunga lili bulan
Juni-ku karena menurutnya bunga-bunga itu menyebabkan taman terlihat
tidak rapi. Thomas yang menanam bunga-bunga itu waktu kami menikah.
Suami wanita itu tampaknya seorang pria baik-baik, tetapi wanita itu
sepertinya tak bisa meninggalkan kebiasaan menjadi perawan tua.
Jangan belajar terlalu keras, dan pastikan kau memakai pakaian tebal
begitu cuaca mendingin. Marilla sangat mengkhawatirkan dirimu, tapi aku
bilang padanya bahwa kau lebih berakal sehat daripada yang pernah
kuduga dulu, dan kau akan baik-baik saja."
Surat Davy terdengar begitu sedih pada awalnya.
"Anne sayang, tolong tulis surat dan bilang marilla spaya tidak
mngikatku di pagar jembatan kalau aku mancing soalnya anak laki
mertawakanku. Di sini sepi banget tanpa kamu tapi sagat meyenangkan di
sekolah. Jane andrews lebih galak dari kamu. Aku menakuti mrs. Lynde
pake lampion labu tadi malem. Dia sering marah dan dia marah karena aku
ngejar ayam jantan tuanya keliling halaman sampe jatuh mati. Aku ngak
bmaksud bikin dia jatuh mati. Apa yang nyebabin dia mati, Anne, aku
ingin tau. Mrs Lynde mlempar ayam itu ke kandang babi atau mungkin mjualnya
ke mr. blair. Mr blair ngasi 50 sen buat ayam mati. Aku dengar mrs. lynde
minta pendeta buat bedoa buat dia. Apa hal buruk yang dia lakuin, anne,
aku ingin tau. Aku mendapat layangan dengan ekor yang bagus, anne.
Milty bolter cerita cerita yang bagus padaku di sekolah kemarin. Ceritanya
beneran. Joe Mosey tua dan Leon main kartu satu malam minggu lalu di hutan.
Kartunya di atas batang pohon dan laki-laki hitam besar yang lebih besar
dari pohon datang dan mengambil kartu dan batang pohon terus hilang
dengan bunyi kayak petir. Aku yakin mreka pasti takut. Milty bilang orang
hitam itu harry tua. Apa iya, anne, aku ingin tau. Mr. kimball di
spenservale sangat sakit dan harus ke rumah sakitan. Maaf karena aku
musti tanya marilla kalau ejaannya bener. Marilla bilang dia harus pergi ke
rumah sakitan gila. Dia pikir ada ular di perutnya. Gimana rasanya kalo
ada ular di perutmu, anne. Aku ingin tau. Mrs. lawrence bell sakit juga.
Mrs. lynde bilang masalahnya dia juga mikir tlalu banyak soal perutnya."
"Aku ingin tahu," kata Anne sambil melipat surat-suratnya, "bagaimana
pendapat Mrs. Lynde mengenai Philippa."
DI TAMAN "Apa rencana kalian hari ini, teman-teman?" tanya Philippa, muncul di
kamar Anne pada Sabtu sore.
"Kami akan berjalan-jalan di taman," jawab Anne. "Aku seharusnya
tinggal dan menyelesaikan blusku. Tapi aku tak bisa menjahit pada hari
seperti ini. Ada sesuatu di udara yang masuk ke darahku dan menimbulkan
rasa gembira dalam diriku. Jari-jariku akan kejang dan keliman yang
kujahit akan jadi bengkok. Jadi, hidup taman dan pinus!"
"Apa "kami" melibatkan orang lain selain kau dan Priscilla?"
"Ya, termasuk Gilbert dan Charlie, dan kami akan sangat senang jika
kau juga ikut." "Tapi," kata Philippa sedih, "jika aku ikut, hanya aku sendiri yang tak
punya pasangan, dan itu akan jadi pengalaman baru bagi Philippa
Gordon." "Yah, pengalaman baru akan memperluas wawasan kita. Ayo ikut, dan
kau akan bisa bersimpati terhadap semua jiwa-jiwa malang yang sering
kali tak punya pasangan. Tapi, di mana korban-korbanmu yang biasa?"
"Oh, aku bosan dengan mereka semua dan tidak ingin seorang pun
menggangguku hari ini. Selain itu, aku juga merasa sedikit sedih"hanya
sedikit. Tidak cukup serius, bukan sedih sekali, sih. Aku menulis surat
untuk Alec dan Alonzo minggu lalu. Aku memasukkan surat ke dalam
amplop dan menuliskan alamat masing-masing di amplop itu, tetapi aku
tidak mengelemnya. Malam itu ada sesuatu yang lucu. Yah, Alec akan
berpikir bahwa itu lucu, tapi Alonzo tidak. Aku terburu-buru, jadi aku
mengeluarkan surat Alec dari amplop"begitulah yang kusangka"dan
menuliskan catatan tambahan. Lalu aku mengirimkan kedua surat itu. Pagi
ini aku mendapat surat balasan dari Alonzo. Teman-teman, ternyata aku
menuliskan catatan tambahan itu di surat Alonzo dan dia sangat marah.
Tentu saja nanti kemarahannya akan"reda dan aku sebenarnya tidak
peduli seandainya ia terus marah"tapi itu merusak hariku. Jadi, kupikir
lebih baik aku kemari supaya ceria kembali. Setelah musim pertandingan
sepak bola dibuka, tak akan ada hari Sabtu sore-ku yang kosong. Aku
sangat menyukai sepak bola. Aku memiliki topi paling bagus dan baju
hangat bergaris-garis dengan warna-warna Redmond untuk dipakai nonton
pertandingan bola. Meski kalau memakainya aku akan agak mirip tiang
tukang cukur"yang belang-belang merah putih biru"Apa kau tahu
bahwa Gilbert-mu telah terpilih sebagai Kapten tim sepak bola mahasiswa
tingkat satu?" "Ya, dia memberi tahu kami tadi malam," kata Priscilla, melihat Anne
yang kesal tak mau menjawab. "Kemarin Gilbert dan Charlie kemari.
Kami tahu mereka akan datang, jadi kami, dengan susah payah,
menyingkirkan atau menyembunyikan semua bantal Miss Ada. Satu bantal
dengan sulaman timbul yang paling rumit kusembunyikan di lantai di
sudut dinding dekat kursi. Kupikir bantal itu akan aman di sana. Tapi,
percaya, nggak" Charlie Sloane, yang duduk di kursi itu, melihat bantal
itu, mengambilnya dengan takzim, lalu duduk di atasnya sepanjang sore.
Bantal itu rusak! Miss Ada yang malang bertanya padaku hari ini, masih
tetap tersenyum, tapi dengan begitu mencela, mengapa aku membiarkan
bantal itu diduduki. Aku bilang aku tidak memberi izin"itu masalah
takdir yang diperparah dengan sifat asli keluarga Sloane yang mendarah
daging dan aku angkat tangan jika kedua hal itu bersatu-padu."
"Bantal Miss Ada benar-benar membuatku kesal," kata Anne. "Minggu
lalu dia menyelesaikan dua bantal baru, diisi dan disulam dengan segenap
hati. Sudah tak ada tempat untuk meletakkan bantal-bantal itu, jadi dia
mendirikan bantal-bantal itu di dinding di bawah tangga. Bantal-bantal itu
selalu jatuh, dan jika kami naik atau turun tangga dalam kegelapan, kami
jatuh tersandung bantal-bantal itu. Minggu lalu, saat Dr. Davis berdoa
untuk semua orang yang terancam bahaya di laut, aku menambahkan
dalam hati "dan untuk semua orang yang tinggal di rumah tempat bantalbantal terlalu dicintai!" Nah! Kami sudah siap, dan itu Gilbert dan Charlie
sedang melewati pemakaman Old St. John. Kamu ikut, Phil?"
"Aku ikut, jika aku boleh berjalan bersama Priscilla dan Charlie. Dengan
begitu aku tak akan merasa terlalu mengganggu. Gilbert-mu sangat baik,
Anne, tapi mengapa dia sering bergaul dengan si Mata Ikan Koki itu, sih?"
Sikap Anne langsung kaku. Dia tidak suka Charlie Sloane, tapi jelekjelek Charlie juga berasal dari Avonlea, jadi tak seorang pun boleh
menertawakannya. "Charlie dan Gilbert sudah lama berteman," katanya dingin. "Charlie
anak yang baik. Bukan salahnya memiliki mata seperti itu."
"Jangan bilang begitu! Pastilah dia punya salah! Dia pasti telah
melakukan sesuatu yang mengerikan di kehidupan masa lalu dan sekarang
dia mendapatkan hukuman sehingga memiliki mata seperti itu. Pris dan
aku akan mengolok-oloknya sore ini. Kami akan menggodanya di depan
hidungnya tanpa dia sadari."
"Dobel P iseng," begitu Anne menyebut mereka, benar-benar
melaksanakan niat mereka menggoda Charlie. Tetapi Sloane tidak
menyadarinya. Ia berpikir bahwa dia beruntung sekali bisa berjalan-jalan
dengan dua mahasiswi cantik seperti mereka, terutama Philippa Gordon, si
kembang kelas. Tentunya itu akan menyebabkan Anne terkesan. Anne
akan melihat bahwa ada gadis yang menghargai dirinya.
Gilbert dan Anne berjalan sedikit di belakang ketiganya, menikmati sore
musim gugur yang tenang dan indah di kerindangan pohon pinus, di jalan
yang menanjak dan berbelok dekat pelabuhan. "Keheningan di sini
bagaikan doa, ya?" kata Anne, mendongak menatap langit yang
bercahaya. "Betapa aku menyukai pinus! Mereka tampak seakan
menghunjamkan akar mereka ke dalam romantika dari berbagai masa.
Sangat menyenangkan datang ke sini, kapan pun, dan bercakap-cakap
dengan mereka. Aku selalu merasa senang di luar sini."
?"Dan di gunung, keheningan menghampiri Bagai terkena mantra
surgawi, Kedukaan mereka runtuh bagai jarum-jarum gugur Dari pinus
tertiup badai"," kutip Gilbert. "Pohon-pohon tinggi menjulang ini
membuat ambisi kecil kita tampak remeh, ya, Anne?"
"Kurasa jika mengalami kedukaan, aku pasti datang ke pohon pinus
untuk mendapatkan ketenangan," kata Anne setengah melamun.
"Kuharap kau tak akan pernah mengalami kedukaan besar, Anne," kata
Gilbert, yang tak bisa menghubungkan antara kedukaan dengan makhluk
penuh semangat dan keceriaan hidup yang berdiri di sampingnya, tak
menyadari bahwa orang yang dapat terbang begitu tinggi dapat pula jatuh
ke jurang terdalam, dan orang yang bisa sangat berbahagia adalah orang
yang bisa menderita begitu dalam.
"Tapi itu pasti terjad "kadang-kadang," renung Anne. "Saat ini hidup


Anne Of Green Gables 3 Anne Of The Island Karya Lucy M. Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rasanya bagaikan secangkir kejayaan yang menempel di bibirku. Tapi, ada
sedikit kepahitan di dalamnya"selalu ada dalam setiap cangkir. Suatu saat
aku harus mencicipi kepahitan itu. Yah, kuharap aku akan cukup kuat dan
berani menghadapinya. Dan, kuharap kedukaan itu bukanlah berasal dari
kesalahanku sendiri. Kau ingat apa kata Dr. Davis Sabtu malam kemarin"
bahwa kepedihan yang Tuhan berikan kepada kita mengandung hiburan
Masalah Di Teluk Pollensa 1 Pendekar Rajawali Sakti 4 Kitab Tapak Geni Budi Kesatria 5

Cari Blog Ini