The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare Bagian 7
"Hodge," kata Clary hati"hati. "Valentine bilang _Iace
akan segera bersama ayahnya. Ayah ]ace sudah mati. Apa
lagi artinya?" Hodge tidak mendongak dari kertas yang sedang dia
tulisi dengan tergesa-gesa. "Ini rumit. Kamu tidak akan
mengerti." "Aku cukup mengerti." Rasa pahit Clary seperti membakar
lidahnya. "Aku mengerti bahwa ]ace mempercayaimu, tapi
kamu memberikannya kepada pria yang membenci ayahnya
dan mungkin membenci Jace juga. Semua itu hanya karena
512 kamu terlalu pengecut untuk hidup dengan kutukan yang
pantas kamu dapatkan."
Kepala Hodge menyentak ke atas. "Itukah yang kamu
pikirkan?" "Itulah yang aku tahu."
Hodge meletakkan penanya, lalu menggelengkan kepalanya. Dia tampak lelah, dan sangat tua, jauh lebih tua
daripada penampilan Valentine, meskipun mereka sebaya.
"Kamu hanya tahu potongan-potongan dan kepingankepingannya, Clary. Dan sebaiknya begitu saja." Dia melipat
kertas yang telah dia tulisi menjadi persegi yang rapi, lalu
melemparkannya ke dalam api, sehingga api hijau seperti
asam menyala. Api itu pun lenyap.
"Kamu sedang apa?" Clary bertanya.
"Mengirim pesan." Hodge berbalik dari perapian. Dia
berdiri dekat dengan Clary, hanya terpisah oleh dinding
tak kasat mata. Clary menekankan jemarinya ke dinding,
berharap ia dapat menusukkannya ke dalam mata Hodge,
meskipun mata itu sesedih amarah Valentine.
"Kamu masih muda," kata Hodge. "Masa lalu tidak
berarti apa"apa bagimu, bahkan tidak seperti sebuah negara
bagi orang yang sudah tua, atau mimpi buruk bagi orang
yang merasa bersalah. Kunci memasang kutukan ini kepadaku
karena aku membantu Valentine. Tapi anggota Lingkaran
yang membantunya bukan cuma aku. Apakah pasangan
Lightwood tidak sama bersalahnya denganku" Bagaimana
dengan pasangan Wayland" Tapi hanya akulah yang dikutuk
513 untuk hidup tanpa bisa melangkah keluar dari pintu, bahkan
mengulurkan tangan keluar jendela."
"Itu bukan salahku," kata Clary. "Itu bukan salah
_Iace. Kenapa menghukumnya untuk apa yang telah Kunci
lakukan" Aku bisa mengerti kenapa kamu memberikan Piala
kepada Valentine, tapi ]ace" Dia akan membunuh ]ace, tepat
seperti dia membunuh ayah ]ace..."
"Valentine," kata Hodge, "tidak membunuh ayah
Jace." Sedu-sedan terlepas dari dada Clary. "Aku tidak percaya
kamu! Kamu hanya berbohong! Semua yang kamu katakan
cuma bohong!" "Ah," kata Hodge, "kemutlakan moral anak muda,
yang tidak mengizinkan adanya kelonggaran. Tidak bisakah
kamu melihatnya, Clary, bahwa dengan caraku sendiri, aku
berusaha menjadi orang baik?"
Clary menggelengkan kepalanya. "Tidak seperti itu.
Hal baik yang kamu lakukan tidak bisa menghapus hal
buruk yang telah kamu lakukan. Tapi?" Clary menggigit
bibirnya. "Kalau kamu memberi tahu aku di mana Valentine
berada..." "Tidak." Hodge mengembuskan kata itu. "Memang
dikatakan bahwa Nephilim adalah anak dari manusia dan
malaikat. Tapi warisan yang diberikan malaikat kepada
kita hanyalah jarak yang lebih jauh untuk terjatuh." Dia
menyentuh permukaan dinding tak kasat mata dengan
ujung"ujung jarinya. "Kamu tidak dibesarkan sebagai salah
satu dari kami. Kamu bukanlah bagian dari hidup yang
514 penuh luka dan pembunuhan ini. Kamu masih bisa pergi.
Tinggaan Institut, Clary, secepat yang kamu bisa. Pergilah,
dan jangan pernah kembali."
Clary menggeleng. "Aku tidak bisa," katanya. "Aku
tidak bisa melakukan itu."
"Kalau begitu, aku turut berduka cita," kata Hodge,
lalu dia melangkah keluar mangan.
Pintu menutup di belakang Hodge, meninggalkan Clary di
dalam keheningan. Hanya ada nafasnya sendiri yang keras
dan suara ujung"ujung jarinya menabrak penghalang tak
kasat mata di antara gadis itu dan pintu. Ia melakukan apa
yang tidak ingin ia lakukan, yaitu mengempaskan dirinya
ke dinding, lagi dan lagi, sampai ia lelah dan sisi badannya
terasa sakit. Lalu ia merosot ke lantai dan mencoba untuk
tidak menangis. Di suatu tempat di sisi lain tameng ini, Alec sedang
sekarat, sementara Isabelle menunggu Hodge untuk datang
dan menyelamatkan kakaknya. Di suatu tempat di luar
ruangan ini, ]ace sedang dibangunkan dengan kasar oleh
Valentine. Di suatu tempat, kesempatan ibu Clary semakin
surut, saat demi saat, detik demi detik. Sementara itu,
Clary malah terperangkap di sini, tidak berguna dan tanpa
harapan seperti anak kecil.
Clary duduk tegak. Ia teringat bahwa ketika di tempat
Madam Dorothea, Jaee memberinya stela. Apakah ia sudah
mengembalikannya" Clary menahan nafas, lalu merogoh
saku kiri jaketnya. Kosong. Perlahan tangan Clary merogoh
515 saku kanan, jemarinya yang berkeringat meraba-raba di bulu
kain sakunya, lalu menyentuh sesuatu yang keras, lembut,
dan bulat. Stela. Gadis itu melompat berdiri. Jantungnya berdebar"debar.
Ia menyentuh dinding tak kasat mata itu dengan tangan
kirinya. Ia memperkuat diri, lalu mengulurkan stelanya
dengan tangan satunya lagi sampai merasakan udara yang
mulus dan rata. Sebuah gambar telah terbentuk di dalam
benaknya, seperti ikan yang naik menembus air berawan.
Pola sisiknya semakin jelas saat mendekati permukaan.
Awalnya perlahan, lalu dengan lebih percaya diri, Clary
menggerakkan stela itu di dinding. Ia membuat garis-garis
terang seputih abu yang melayang di udara di depannya.
Ia merasakan saat rune itu selesai, lalu menurunkan
tangannya, dan bernafas dengan keras. Sejenak semuanya
tak bergerak dan diam. Rune itu bergantung seperti neon
yang menyala, membakar matanya. Lalu ada suara pecah
terkeras yang pernah Clary dengar, seakan-akan ia sedang
berdiri di bawah air terjun batu dan mendengarkan batu-batu
itu terempas ke tanah di sekelilingnya. Rune yang tadi ia
gambar kini berubah menjadi hitam dan terayak menjadi abu.
Lantai bergetar di bawah kakinya. Lalu semua itu berhenti,
dan ia tahu, tanpa ragu, bahwa ia sudah bebas.
Sambil masih memegang stela, Clary berlari ke jendela
dan mendorong tirainya ke samping. Senja sudah turun dan
jalanan di bawahnya disirami sinar ungu kemerahan. Ia
menangkap kilasan sosok Hodge sedang menyeberang jalan.
Kepala yang kelabu bergerak naik turun di kerumunan.
516 Clary melesat keluar perpustakaan, lalu menuruni
tangga. Ia hanya berhenti untuk mengembalikan stela
ke saku jaketnya. Ia berlari di tangga. Ketika sampai di
jalanan, ia sudah merasa sakit di bagian samping perutnya.
Orang-orang berjalan"jalan dengan anjing mereka di senja
yang lembab. Mereka melompat ke samping ketika Clary
meluncur cepat di trotoar sepanjang Sungai East. Ia melihat
dirinya sendiri di jendela gelap sebuah bangunan apartemen
ketika melewati ujung jalan. Rambutnya yang berkeringat
melekat di dahinya. Wajahnya dilapisi darah kering.
Clary sampai di perempatan di mana ia tadi melihat
Hodge. Sejenak ia mengira telah kehilangan pria itu. Ia
berlari menembus kerumunan di dekat pintu masuk kereta
bawah tanah dengan mendesak-desak orang menggunakan
bahu, lutut, dan sikunya. Dengan berkeringat dan memar,
Clary membebaskan diri dari kerumunan tepat waktu untuk
melihat kilasan setelan tweed menghilang di ujung sudut
sebuah lorong pelayanan sempit di antara dua bangunan.
Clary menggeliat di sekitar kotak sampah besar, lalu
masuk ke mulut lorong itu. Bagian belakang tenggorokannya
terasa terbakar setiap kali ia menarik nafas. Meskipun di
jalanan masih senja, di sini sudah gelap seperti awal malam.
Ia bisa melihat Hodge yang sedang berdiri di ujung jauh
lorong itu. Jalan buntunya merupakan bagian belakang
restoran cepat saji. Sampah restoran ditumpuk di luar.
Ada timbunan kantong makanan, piring kertas kotor, dan
peralatan makan plastik yang berderak"derak terinjak sepatu
but Hodge saat pria itu berbalik untuk melihat Clary.
51" Gadis itu teringat sebuah puisi yang pernah ia baca di
kelas Bahasa Inggris. Aku rasa kita berada di lorong tikus
Tempat orangorang mati kehilangan
Iulang"beluiang mereka.
"Kamu mengikutiku," kata Hodge. "Seharusnya
tidak." "Aku akan pergi kalau kamu memberitahuku di mana
Valentine." "Aku tidak bisa melakukan itu," kata pria itu. "Dia
akan tahu aku telah memberitahumu, dan kebebasanku
akan sesingkat hidupku."
"Memang akan jadi singkat begitu Kunci mengetahui
bahwa kamu telah memberikan Piala Mortal kepada
Valentine!" Clary mengingatkan. "Setelah menipu kami
supaya menemukannya untukmu. Bagaimana kamu bisa hidup
tenang, kalau tahu apa rencananya dengan benda itu?"
Hodge memotong Clary dengan tawa pendek. "Aku
lebih takut kepada Valentine daripada Kunci. Seharusnya
kamu juga begitu, kalau kamu bijaksana," katanya. "Dia
pasti akhirnya akan menemukan Piala itu juga, entah aku
bantu atau tidak." "Dan kamu tidak peduli bahwa dia akan menggunakannya
untuk membunuhi anak"anak?"
518 Wajahnya mengejang sejenak saat Hodge melangkah
maju. Clary melihat sesuatu bersinar di tangannya. "Apakah
semua ini benar"benar penting bagimu?"
"Aku sudah bilang," kata Clary. "Aku tidak bisa
membiarkannya begitu saja."
"Itu sayang sekali," kata Hodge. Clary pun melihatnya
mengangkat tangan. Tiba-tiba gadis itu teringat kata"kata
Jace bahwa dulu senjata Hodge adalah cakram, yaitu
piringan terbang. Clary menunduk bahkan sebelum ia melihat
lingkaran logam terang bersiul menuju kepalanya. Cakram
itu lewat, menderum, hanya beberapa inci dari wajah Clary,
lalu terbenam di tangga darurat logam di sisi kiri Clary.
Clary mendongak. Hodge sedang memandanginya.
Cakram kedua digenggam ringan di tangan kanannya.
"Kamu masih bisa lari," katanya.
Secara insting, Clary mengangkat tangannya, meskipun
akal memberitahunya bahwa cakram hanya akan mengirisirisnya. "Hodge..."
Sesuatu meluncur di depan Clary. Itu sesuatu yang
besar, abu-abu hitam, dan hidup. Clary mendengar Hodge
berteriak ketakutan. Sambil tersandung mundur, Clary melihat
makhluk itu dengan lebih jelas saat ia melangkah di antara
gadis itu dan Hodge. Itu seekor serigala sepanjang dua meter
dengan bulu hitam pekat dan satu garis abu"abu.
Ho dge, yang mencengkeram cakram di tangannya, menjadi
seputih tulang. "Kamu," dia bernafas. Dengan kaget, Clary
menyadari bahwa Hodge sedang berbicara kepada serigala
itu. "Aku kira kamu sudah kabur?"
519 Bibir serigala itu ditarik mundur dari giginya. Clary
melihat lidah merahnya terjulur keluar. Ada kebencian di
dalam matanya saat melihat Hodge. Itu kebencian yang
murni dan khas manusia. "Kamu datang untukku, atau gadis itu?" tanya Hodge.
Keringat mengalir deras dari pelipisnya, tapi tangannya
mantap. Serigala itu melangkah ke arahnya sambil menggeram
rendah. "Masih ada waktu," kata Hodge. "Valentine pasti mau
menerimamu kembali..."
Sambil menggeram, serigala itu menerjang. Hodge
berteriak lagi, lalu ada kilasan perak, dan suara mengerikan
saat cakram tertanam di bagian samping badan serigala
itu. Makhluk itu mundur, dan Clary melihat pinggiran
cakram itu menonjol dari bulunya. Darahnya mengalir saat
menyerang Hodge lagi. Hodge menjerit sekali saat dia terjatuh. Rahang serigala
itu mengapit bahunya. Darah terbang ke udara seperti
semprotan cat dari kaleng yang rusak, memercik dinding
semen dengan warnah merah. Serigala itu mengangkat
kepalanya dari badan Hodge yang iunglai, lalu membalik
pandangannya kepada Clary. Giginya meneteskan merah.
Clary tidak menjerit. Tidak ada udara di dalam paruparunya yang bisa ditarik keluar untuk membuat suara. Clary
berjuang untuk bangun, lalu lari. Ia berlari ke mulut lorong
dan lampu-lampu neon yang akrab di jalanan, berlari menuju
amannya dunia nyata. Tapi lalu ia mendengar serigala itu
520 menggeram di belakangnya, merasakan nafasnya yang panas di
punggung kakinya yang telanjang. Ia meledakkan kecepatannya
sekali, melemparkan dirinya menuju jalanan"
Rahang serigala itu mengatup di kaki Clary, menariknya
mundur. Tepat sebelum kepalanya membentur apartemen
yang keras, dan membuatnya tidak sadarkan diri, Clary
menyadari bahwa ia bisa menjerit juga, pada akhirnya.
Suara tetesan air membangunkan Clary. Perlahan ia membuka
mata. Tidak ada banyak yang bisa dilihat. Ia berbaring di
kasur yang diletakkan di lantai. Ternyata ini cuma kamar
berukuran kecil dan berdinding kotor.
Ada meja reot yang disandarkan ke salah satu dinding.
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di atasnya ada tempat lilin dari kuningan yang dicolokkan
lilin merah gendut. Lilin itu merupakan satu-satunya cahaya
di ruangan itu. Langit"langitanya retak dan basah. Bekas air
merembes melalui retakan di dinding. Samar-samar Clary
merasa ada yang aneh dengan ruangan ini, tapi perhatian
ini teralihkan oleh bau anjing basah yang kuat.
Clary beranjak duduk, dan langsung menyesal. Rasa
sakit yang panas menusuk kepalanya seperti paku besar,
diikuti oleh gelombang mual yang menyiksa. Kalau ada
sesuatu di dalam perutnya, ia pasti sudah muntah.
Cermin bergantung di atas kasur, terjuntai dari paku
yang ditusukkan di antara dua batu. Clary melihat ke
dalamnya, dan terkejut ngeri. Tidak heran wajahnya terasa
sakit. Ada goresan-goresan panjang menyambung dari ujung
mata kanannya ke pinggiran mulutnya. Pipi kanannya dilapisi
521 darah. Darah juga lengket di leher, juga di depan kaus dan
jaketnya. Tiba-tiba panik, Clary mencengkeram sakunya,
lalu mengendur. Stelanya masih ada.
Setelah itu ia menyadari apa yang aneh dari ruangan
itu. Salah satu dinding itu terdiri dari batang, yaitu batang
besi tebal dari lantai ke langi-langit. Ia berada di dalam
sel penjara. Peinbuluhnya bergelora dengan adrenalin. Clary terhuyung-huyung bangun. Gelombang rasa pusing menyirami
dirinya, sehingga ia harus menangkap pinggiran meja untuk
memantapkan diri. Aku tidak boleh pingsan, ia berkata
kepada diri sendiri dengan teguh. Lalu ia mendengar suara
langkah kaki. Seseorang sedang menyusuri koridor di luar sel. Clary
bersandar ke meja. Itu seorang pria. Dia membawa sebuah lampu. Cahayanya
lebih terang daripada lilin itu, sehingga Clary mengerjap dan
melihat pria itu sebagai bayangan di belakang cahaya. Clary
melihat sosok yang tinggi, berbahu bidang, dan berambut
kusut. Baru ketika pria itu mendorong pintu sel membuka
dan masuk ke dalam, Clary menyadari siapa dia.
Dia tampak sama. Jins usang, kaus denim, sepatu but
kerja, rambut yang berantakan, kacamata terdorong ke
tengah hidungnya. Luka-luka, yang pernah Clary lihat, kini
sudah menjadi bekas-bekas menyembuh di kulitnya yang
bersinar sekarang. Luke. 522 Semua ini terlalu banyak bagi Clary. Lelah, kurang
tidur dan makan, ketakutan, kehilangan darah. Semua itu
melandanya dengan deras. Clary merasa lututnya tertekuk
untuk jatuh ke lantai. Dalam hitungan detik, Luke mel intasi ruangan. Dia sangat
cepat, sehingga Clary tidak sempat mencapai lantai. Luke
menangkapnya, lalu menggendongnya seperti ketika Clary
masih kecil. Luke mendudukkannya di kasur, lalu mundur
dengan mata yang cemas. "Clary?" kata Luke. Tangannya
berusaha meraih Clary. "Kamu baik"baik saja?"
Clary tersentak mundur sambil mengangkat tangan
untuk menangkisnya. "Jangan sentuh aku."
Wajah Luke tampak sangat terluka. Dengan lelah, pria
itu memegangi dahinya. "Aku rasa aku pantas menerima
itu." "Yeah. Memang."
Wajah Luke menjadi susah. "Aku tidak mengharapkanmu
untuk mempercayaiku."
"Itu bagus. Karena aku memang tidak percaya."
"Clary?" Luke mulai melangkah menjauh. "Apa yang
telah aku lakukan... Aku tidak berharap kamu bisa mengerti.
Aku tahu kamu merasa aku menelantarkanmu."
"Kamu memang menelantarkanku," kata gadis itu.
"Kamu menyuruhku jangan meneleponmu lagi. Kamu tidak
pernah peduli tentang aku. Kamu tidak pernah peduli tentang
ibuku. Kamu berbohong tentang semuanya."
"Tidak," katanya. "Tidak semuanya."
"Jadi, namamu benar"benar Luke Garroway?"
523 Bahu Luke jelas kelihatan merosot. "Tidak," katanya,
lalu menunduk. Noda merah melumuri bagian depan kaus
denim birunya. Clary duduk tegak. "Itu darab?" ia bertanya. Sejenak
ia jadi lupa untuk marah.
"Ya," kata Luke. Tangannya menempel di sampingnya.
"Luka itu pasti terbuka ketika aku mengangkatmu."
"Luka apa?" Clary tidak bisa menahan diri untuk
tidak bertanya. Luke berkata dengan penuh pertimbangan, "Cakram
Hodge masih tajam, meskipun lengannya tidak bisa melempar
sebagus dulu lagi. Aku rasa dia pasti telah menoreh satu
tulang rusukku." "Hodge?" tanya Clary. "Kapan kamu...?"
Luke menatapnya tanpa berkata apa-apa. Lalu Clary
mendadak teringat serigala di lorong itu, semua hitam kecuali
satu garis abu-abu di samping. Clary pun teringat cakram
itu menabrak si serigala, lalu gadis itu menyadarinya.
"Kamu manusia serigala."
Luke menjauhkan tangannya dari kausnya. Jemarinya
ternoda merah. "Yap," katanya singkat. Dia bergerak ke
dinding, dan memukulnya dengan keras. Satu, dua, tiga kali.
Lalu dia berbalik kepada Clary, dan berkata, "Memang."
"Kamu membunuh Hodge," kata Clary
mengingat"ingat. "Tidak." Luke menggeleng. "Aku melukainya cukup
parah, aku rasa. Tapi ketika aku kembali untuk memeriksa
524 tubuhnya, dia sudah hilang. Dia pasti menyeret dirinya
untuk pergi." "Kamu merobek bahunya," kata Clary. "Aku melihatmu
waktu itu." "Ya. Meskipun itu pantas dia dapatkan, karena dia
mencoba membunuhmu waktu itu. Apakah dia melukai
orang lain?" Clary membenamkan giginya ke bibir. Ia merasakan
darah, tapi itu darah lama bekas serangan Hugo. "Jace,"
katanya berbisik. "Hodge memukulnya, dan menyerahkannya
kepada... kepada Valentine."
"Kepada Valentine?" kata Luke. Dia tampak kaget.
"Aku tahu Hodge telah memberikan Piala Morta] kepada
Valentine, tapi aku belum menyadari..."
"Bagaimana kamu bisa tahu itu?" Clary mulai bertanya,
sebelum teringat. "Kamu dengar aku berbicara dengan
Hodge di lorong," katanya. "Sebelum kamu melompat
kepadanya." "Aku melompat kepadanya, seperti katamu, karena dia
hendak mengiris kepalamu," kata Luke, lalu mendongak
saat pintu sel dibuka lagi.
Seorang pria jangkung masuk, diikuti oleh seorang wanita
mungil. Wanita itu sangat pendek, sehingga kelihatan seperti
anak"anak. Mereka berdua memakai baju santai sederhana,
yaitu jins dan kaus katun. Keduanya juga berambut melayang
berantakan, meskipun rambut wanita itu pirang, sedangkan
pria itu campuran abu-abu dan hitam. Keduanya sama-sama
berwajah tua-muda, tidak berkerut, tapi bermata lelah.
525 "Clary," kata Luke, "kenalkan orang kedua dan ketigaku,
Gretel dan Alaric." Alaric menundukkan kepala besarnya kepada Clary.
"Kita pernah bertemu."
Clary memandanginya dengan terkejut. "Pernah?"
"Di Hotel Dumort," katanya. "Kamu melemparkan
pisaumu ke tulang rusukku."
Clary mundur ke dinding. "Aku, ah" Maaf?"
"Jangan begitu," kata Alarie. "Itu lemparan yang
sempurna." Dia memasukkan tangan ke saku dadanya,
lalu mengeluarkan belati Jace yang bermata merah kedipkedip. Dia mengulurkannya kepada Clary. "Aku rasa ini
milikmu?" Clary memandangi belati itu. "Tapi..."
"Jangan khawatir," Alaric meyakinkan Clary. "Aku
sudah membersihkannya."
Tanpa kata, Clary mengambilnya.
Luke tertawa tertahan, "Kalau diingat lagi," katanya,
"mungkin penggerebekan di Dumort tidak serapi yang
direncanakan. Aku sudah mengatur sekelompok serigalaku
untuk menjagamu, dan mengejarmu kalau kamu tampak
berada di dalam bahaya. Ketika kamu masuk ke dalam
Dumort?" "]aee dan aku pasti bisa menanganinya." Clary memasukkan belati itu ke dalam ikat pinggangnya.
Gretel tersenyum sabar kepada Clary. "Untuk itukah
kamu memberi kami perintah, Pak?"
526 Bagian Tiga Kejatuhan Memberikan Isyarat Kejatuhan memberikan isyarat
begitu kebangkitan telah memberikan isyarat.
"William Carlos Williams, Kejatuhan
52" 528 21 Kisah Sang Manusia Serigala Matahari terbit dan tenggelam di sosok
Valentine Mogenstem. Kenyataannya, aku sudah mengenal ibumu sejak kami masih
anak"anak. Kami tumbuh di Idris. Itu tempat yang indah,
dan aku selalu menyesal kamu tidak pernah melihatnya.
Kamu pasti suka melihat pinus-pinus mengilap di musim
dingin, tanah hitam, dan sungai-sungai dingin yang seperti
kristal. Ada jaringan kota-kota kecil dan sebuah kota besar, yaitu
Alicante, di mata Kunci berkumpul. Mereka menyebutnya
Kota Kaca karena menara-menaranya dibuat dari zat penolak
iblis yang sama seperti stela kami. Di bawah sinar matahari,
kota itu berkilauan seperti kaca.
529 Ketika _Iocelyn dan aku sudah cukup besar, kami dikirim
ke Alicante untuk bersekolah. Di sanalah aku bertemu
dengan Valentine. Dia lebih tua satu tahun dariku. Dia benar-benar pemuda
paling terkenal di sekolah. Dia tampan, pintar, kaya, penuh
pengabdian, seorang pejuang yang luar biasa.
Aku bukan apa-apa. Aku tidak kaya maupun cemerlang,
dan berasal dari keluarga desa biasa. Aku harus berjuang
dalam pelajaran. Jocelyn adalah Pemburu Bayangan yang
alami, sedangkan aku tidak. Aku tidak tahan memakai Tanda
teringan sekalipun, dan tidak bisa mempelajari teknik"teknik
yang paling sederhana. Kadang"kadang aku berpikir untuk
kabur, pulang ke rumah dengan malu. Bahkan menjadi
fana. Dulu aku sesengsara itu.
Valentinelah yang menyelamatkanku. Dia datang ke
kamarku. Aku bahkan tidak pernah mengira dia tahu
namaku. Dia menawarkan untuk melatihku. Katanya, dia
tahu aku sedang bersusah payah, tapi di dalam diriku,
dia melihat bibit Pemburu Bayangan yang hebat. Dan di
bawah ajarannya, aku memang berkembang. Aku lulus
ujian, memakai Tanda"tanda pertamaku, membunuh iblis
pertamaku. Aku memuja dia. Dalam pikiranku, matahari terbit dan
tenggelam di sosok Valentine Morgenstern. Bukan cuma aku
yang diselamatkan, tentu saja. Ada lagi yang lain seperti
Hodge Starkweather yang lebih banyak bergaul dengan buku
daripada orang, Maryse Trueblood yang kakak laki"lakinya
menikahi seorang fana, dan Robert Lighmood yang takut
530 memakai Tanda. Valentine membawa mereka semua ke
bawah sayapnya. Dulu aku kita itu kebaikan hati. Sekarang
aku tidak yakin. Sekarang aku pikir waktu itu dia sedang
membangun barisan pemuja dirinya sendiri.
Valentine terobsesi dengan pikiran bahwa di setiap generasi,
Pemburu Bayangan semakin sedikit. Kami adalah keturunan
yang terancam punah. Dia yakin bahwa kalau saja Kunci
menggunakan Piala Raziel dengan lebih bebas, kita bisa
membuat lebih banyak Pemburu Bayangan. Bagi para guru,
pikiran ini melanggar hal keramat. Tidak sembarang orang
bisa menentukan siapa yang menjadi Pemburu Bayangan.
Dengan sembrono, Valentine bertanya, Kenapa tidak
membuat semua manusia menjadi Pemburu Bayangan, kalau
begitu" Kenapa tidak menghadiahi mereka dengan kemampuan
untuk melihat Dunia Bayangan" Kenapa menyimpan kekuatan
itu dengan egois untuk diri kita sendiri"
Ketika para guru menjawab bahwa kebanyakan manusia
tidak akan selamat dari perubahan itu, Valentine menuduh
mereka berbohong, mencoba menyimpan kekuatan Nephilirn
terbatas untuk sedikit orang terpilih. Itulah pernyataannya
pada waktu itu. Sekarang aku berpikir, mungkin dia
merasa bahwa kerusakan yang timbul memang pantas bagi
hasilnya. Bagaimanapun juga, dia meyakinkan kelompok kecil
kami akan kebenarannya. Kami membentuk Lingkaran,
dengan menyatakan niat untuk menyelamatkan ras Pemburu
Bayangan dari kepunahan. Tentu saja, karena masih tujuh
belas tahun, kami tidak begitu yakin bagaimana akan
531 melakukannya, tapi kami yakin pada akhirnya akan mencapai
sesuatu yang penting. Kemudian datanglah malam terbunuhnya ayah Valentine
di razia rutin ke perkemahan manusia serigala. Ketika
Valentine kembali ke sekolah setelah pemakaman, dia
memakai Tanda Merah untuk berduka. Dia menjadi berbeda.
Kebaikan hatinya sekarang disisipi kilasan amarah yang
mendekati kekejaman. Aku menyesali sikap barunya ini, dan berusaha lebih
keras daripada sebelumnya untuk menyenangkan hati
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Valentine. Aku tidak pernah menjawab amarahnya dengan
amarahku sendiri. Aku hanya merasa muak karena aku
telah mengecewakan dia. Satu-satunya yang bisa menenangkan amarahnya adalah
ibumu. Ia selalu berdiri agak terpisah dari kelompok kami.
Kadang-kadang ia meledak kami, menyebut kami klub
penggemar Valentine. Hal itu berubah ketika ayah Valentine
tewas. Kesedihan Valentine menumbuhkan simpati ibumu.
Mereka jatuh cinta. Aku juga sayang kepada Valentine. Dia teman terdekatku,
dan aku bahagia melihat Jocelyn bersamanya. Setelah kami
lulus sekolah, mereka menikah dan pergi untuk hidup di
tanah perkebunan milik orang tua ]ocelyn. Aku juga pulang,
tapi Lingkaran tetap dilanjutkan.
Awalnya kelompok ini hanyalah semacam kelompok
petualangan sekolah, tapi ukuran dan kekuatannya terus
tumbuh. Valentine pun tumbuh bersamanya. Pikiran utama
Lingkaran juga berubah. Lingkaran masih menuntut Piala
532 Mortal. Tapi sejak kematian ayahnya, Valentine terangterangan mendukung perang melawan semua Penghuni
Dunia Bawah, bukan hanya yang melanggar Piagam. Dunia
ini milik manusia, dia beralasan, bukan separuh iblis. Iblis
tidak akan pernah bisa dipercaya.
Aku tidak nyaman dengan arah baru Lingkaran, tapi
aku tetap bertahan. Sebagian karena aku masih tidak bisa
membiarkan Valentine terjatuh, sebagian karena ]ocelyn
memintaku untuk meneruskan. Ia berharap aku bisa membuat
Lingkaran menjadi lebih wajar, tapi itu tidak mungkin. Tidak
ada Valentine yang wajar. Robert dan Maryse Lightwood,
yang sudah menikah, juga sama parahnya. Hanya Michael
Wayland yang tidak yakin, seperti aku. Tapi meskipun
enggan, kami tetap mengikuti.
Sebagai kelompok, kami berburu Penghuni Dunia
Bawah tak kenal lelah, mencari mereka yang telah membuat
pelanggaran sekecil apa pun. Valentine memang tidak pernah
membunuh makhluk yang tidak melanggar Piagam, tapi dia
melakukan hal-hal lain. Aku pernah melihatnya mengikatkan koin perak di
kelopak mata seorang anak manusia serigala, membuat
anak perempuan itu buta, supaya anak itu memberitahunya
di mana kakak laki-lakinya berada" Aku melihatnya"tapi
kamu tidak perlu mendengar ini. Tidak. Aku minta maaf.
Apa yang terjadi berikutnya adalah ]oeelyn hamil. Saat
mengabariku tentang kehamilannya, ia juga mengaku menjadi
takut kepada suaminya. Tingkah laku Valentine menjadi
aneh, tidak jelas. Valentine sering menghilang ke gudang
533 bawah tanah mereka pada malam hari. Kadang-kadang
Jocelyn mendengar jeritan melalui dinding...
Aku menanyakannya kepada Valentine. Dia tertawa, dan
menganggap ketakutan ]ocelyn hanyalah kegugupan seorang
wanita yang sedang mengandung untuk kali pertamanya.
Dia mengajakku berburu dengannya malam itu. Kami masih
berusaha membersihkan sarang manusia serigala yang telah
membunuh ayahnya bertahun-tahun lalu.
Kami adalah parabataz', pasangan berburu yang sempurna,
pejuang yang akan mati demi pasangannya. Jadi, ketika
Valentine berkata akan menjagaku malam itu, aku percaya.
Aku tidak melihat serigala itu sampai ia menggigitku. Aku
ingat giginya mengunci bahuku, lalu malam itu berakhir.
Ketika terbangun, aku sedang berbaring di rumah Valentine.
Bahuku diperban, dan Joeelyn ada di sana.
Tidak semua gigitan manusia serigala membuat manusia
menjadi manusia serigala juga. Aku sembuh dari luka itu,
dan melewati minggu-minggu berikutnya dengan penantian
yang menyiksa. Aku menunggu bulan purnama. Kunci pasti
sudah mengunciku di sel pengawasan, kalau mereka tahu.
Tapi Valentine dan Jocelyn diam saja.
Tiga minggu kemudian, bulan naik dengan penuh dan
terang, dan aku mulai berubah. Perubahan pertama selalu
yang terberat. Aku ingat merasa bingung dan sakit yang
luar biasa, juga merasa gelap. Lalu aku terbangun berjamjam kemudian di padang rumput yang letaknya bermil-mil
dari kota. Aku berlumuran darah, dan ada sobekan tubuh
binatang hutan kecil di kakiku.
534 Aku kembali ke rumah orang tua ]ocelyn, dan mereka
menemuiku di pintu. Jocelyn menghampiriku sambil menangis,
tapi Valentine menariknya menjauh. Aku berdiri, berdarahdarah, dan gemetaran. Aku hampir tidak bisa berpikir,
dan rasa daging mentah masih ada di mulutku. Aku tidak
tahu apa yang aku harapkan dengan datang ke sana, tapi
seharusnya aku sudah tahu.
Valentine menyeretku turun, dan masuk ke dalam hutan
bersamanya. Katanya, seharusnya dia membunuhku dengan
tangannya sendiri. Tapi setelah melihatku, dia tidak sanggup
melakukannya. Dia memberiku sebuah belati yang dulunya
menjadi milik ayahnya. Katanya aku harus melakukan
hal terhormat itu dengan mengakhiri hidupku sendiri. Dia
mencium belati itu, memberikannya kepadaku, lalu kembali
ke dalam rumahnya, dan memalangi pintu.
Aku berlari menembus malam, kadang"kadang sebagai
manusia, kadang"kadang sebagai serigala. Aku terus berlari
sampai melewati perbatasan. Aku menyerbu ke tengah-tengah
perkemahan manusia serigala, mengacungkan belatiku.
Aku menuntut untuk bertarung dengan serigala yang telah
menggigitku dan mengubahku menjadi salah satu dari mereka.
Sambil tertawa, mereka menunjuk pemimpin klan mereka.
Dengan tangan dan gigi yang masih berdarah-darah bekas
perburuan, dia bangkit untuk menghadapiku.
Aku tidak pernah ahli bertarung satu lawan satu. Dulu
senjataku adalah busur. Aku punya penghilatan dan bidikan
yang jitu. Tapi aku tidak pernah bagus bertarung jarak
dekat. Valentinelah yang ahli bertarung dengan tangan.
535 Tapi aku hanya ingin mati, dan membawa makhluk yang
telah menghancurkan hidupku untuk mati bersamaku.
Mungkin aku merasa kalau aku bisa membalas dendamku,
dan membunuh serigala yang telah membunuh ayahnya,
Valentine akan berduka untukku.
Kami bergulat, kadang"kadang sebagai manusia, kadangkadang sebagai serigala. Aku melihat bahwa pemimpin klan
itu terkejut dengan keganasanku. Saat malam pudar menjadi
siang, dia mulai lelah, tapi amarahku tidak pernah reda.
Saat matahari mulai terbenam lagi, aku membenamkan
belatiku ke lehernya, dan dia mati. Aku basah kuyup dengan
darahnya. Aku kira rombongannya akan menyerangku dan mencabikeabikku. Tapi mereka berlutut di kakiku dan menunduk
dengan patuh. Manusia serigala punya hukum, yaitu siapa
pun yang membunuh pemimpin klan menjadi penggantinya.
Aku telah datang ke tempat para serigala, dan bukannya
mendapatkan kematian dan balas dendam di sana, aku
malah menemukan hidup baru.
Aku meninggalkan diriku yang lama, dan hampir lupa
bagaimana rasanya menjadi Pemburu Bayangan. Tapi tidak
melupakanjocelyn. Pikiran tentang dirinya selalu menemaniku.
Aku cemas Jocelyn berada di samping Valentine, tapi aku
tahu bahwa kalau aku mendekati rumahnya, Lingkaran
akan memburu dan membunuhku.
Akhirnya, Jocelyn datang kepadaku. Aku sedang tidur
di perkemahan ketika orang keduaku datang untuk memberi
tahu bahwa ada wanita Pemburu Bayangan muda yang ingin
536 bertemu denganku. Aku langsung tahu siapa itu. Aku bisa
melihat celaan di mata bawahanku saat aku berlari untuk
menemui ibumu. Tentu saja mereka semua tahu dulu aku
adalah Pemburu Bayangan, tapi hal itu dianggap sebagai
rahasia yang memalukan, dan tidak pernah diucapkan.
Valentine pasti tertawa. ]ocelyn menungguku di luar perkemahan. Ia sudah tidak
hamil, juga tampak lesu dan pucat. Ia sudah melahirkan,
katanya, seorang putra, dan menamainya Jonathan Christopher. Ia menangis ketika melihatku. Ia marah karena aku
tidak memberitahunya bahwa aku masih hidup. Valentine
berkata kepada Lingkaran bahwa aku telah mengakhiri
hidupku, tapi Jocelyn tidak percaya. Ia tahu bahwa aku
tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Aku merasa
kepercayaannya kepadaku tidak bisa dibenarkan. Tapi aku
terlalu senang bisa bertemu dengannya lagi, sehingga aku
tidak membantahnya. Aku bertanya bagaimana ia bisa menemukanku. Katanya,
ada kabar burung di Alicante tentang manusia serigala yang
dulunya adalah Pemburu Bayangan. Valentine telah mendengar
kabar itu juga, maka Jocelyn pergi untuk memperingatkanku.
Valentine datang tidak lama kemudian, tapi aku bersembunyi
darinya, seperti yang mampu dilakukan manusia serigala.
Dia pun pergi tanpa pertumpahan darah.
Setelah itu, aku mulai diam-diam menemui ]ocelyn.
Itu adalah tahun Piagam, dan semua Dunia Bawah ramai
membicarakan itu dan rencana Valentine untuk merusaknya.
Aku mendengar bahwa Valentine telah berdebat dengan
53" menggebu"gebu di Kunci untuk melawan Piagam, tapi tidak
berhasil. Jadi, diam-diam Lingkaran membuat rencana baru.
Mereka bersekutu dengan iblis"musuh terbesar Pemburu
Bayangan"untuk memperoleh senjata yang bisa diselundupkan
tanpa diketahui ke dalam Aula Besar Malaikat. Piagam
akan ditandatangani di sana.
Dengan bantuan satu iblis, Valentine mencuri Piala
Mortal. Dia meninggalkan sebuah tiruan. Berbulan"bulan
kemudian, barulah Kunci menyadari bahwa Piala itu telah
hilang. Pada saat itu, semua sudah terlambat.
Jocelyn berusaha mempelajari maksud Valentine dengan
Piala itu, tapi gagal. Tapi ibumu tahu bahwa Lingkaran
berencana menyerang Para Penghuni Dunia Bawah yang
tidak bersenjata dan membunuh mereka di Aula. Setelah
pembantaian itu, Piagam pasti gagal.
Meskipun keadaan sedang kacau, dengan cara yang
aneh, itu adalah hari-hari bahagia. ]ocelyn dan aku mengirim
pesan secara sembunyi-sembunyi kepada para peri, warlock,
bahkan para musuh bebuyutan kunonya serigala, yaitu vampir.
Kami memperingatkan mereka tentang rencana Valentine
dan mengajak mereka untuk mempersiapkan pertempuran.
Kami bekerja sama. Manusia serigala dan Nephilim.
Pada hari Piagam, aku mengintai dari tempat tersembunyi
saat Jocelyn dan Valentine meninggalkan rumah manor
mereka. Aku ingat bagaimana Jocelyn mencium rambut
pirang putranya. Aku ingat bagaimana matahari menyirami
rambut ibumu. Aku ingat senyumannya.
538 Mereka pergi ke Alicante dengan kereta kuda. Aku ingat
aku berlari di dekat mereka dengan keempat kakiku, bersama
rombonganku. Aula Besar Malaikat dipenuhi anggota Majelis
Kunci dan rombongan demi rombongan Penghuni Dunia
Bawah. Ketika Piagam hendak ditandatangani, Valentine
berdiri. Lingkaran pun turut berdiri. Mereka mengambil
senjata dari balik jubah mereka. Begitu Aula meledak
menjadi kacau, ]ocelyn berlari ke pintu ganda Aula, dan
membukanya. Rombonganku ada di depan pintu. Kami berhamburan
masuk ke Aula, membelah malam dengan lolongan kami,
lalu diikuti para ksatria peri dengan senjata kaca dan tanduk
mereka yang berbelit. Setelah itu, masuklah Anak"anak Malam
dengan memamerkan taring mereka, dan para warlock yang
memegang api dan besi. Saat orang-orang yang panik kabur
dari Aula, kami menyerang anggota Lingkaran.
Belum pernah Aula Malaikat bertumpahan darah
seperti itu. Kami berusaha tidak melukai Pemburu Bayangan
yang bukan anggota Lingkaran. ]ocelyn menandai anggota
Lingkaran, satu demi satu, dengan mantra seorang warlock.
Tapi banyak yang tewas, dan aku takut kami bertanggung
jawab atas beberapa di antaranya. Tepatnya, memang setelah
itu kami disalahkan atas banyak kematian orang yang tidak
bersalah. Tentang Lingkaran, ternyata anggotanya lebih
banyak daripada yang kami bayangkan. Mereka bertarung
dengan sengit melawan Para Penghuni Dunia Bawah.
Aku berjuang menembus kerumunan untuk mengejar
Valentine. Aku hanya berpikir tentang dia. Akulah yang
539 harus membunuhnya. Akulah yang harus mendapatkan
kehormatan itu. Akhirnya, aku menemukannya di patung
besar Malaikat. Dia sedang membunuh seorang ksatria peri
dengan sambaran kasar belatinya yang berlumuran darah.
Ketika melihatku, dia tersenyum sengit dan ganas.
"Manusia serigala yang bertarung dengan pedang dan
belati," katanya, "sama anehnya dengan anjing yang makan
dengan garpu dan pisau."
"Kamu tahu pedang ini, kamu tahu belati ini," kataku.
"Kamu juga tahu siapa aku. Kalau mau menyebutku,
gunakanlah namaku." "Aku tidak tahu nama seorang setengah manusia," kata
Valentine. "Dulu aku punya seorang teman, pria terhormat
yang mati sebelum membiarkan darahnya tercemar. Sekarang
seekor monster tak bernama dengan wajahnyalah yang berdiri
di hadapanku." Dia mengangkat belatinya. "Seharusnya
aku telah membunuhmu ketika sempat," dia berteriak, lalu
menerjangku. Aku menangkis serangan itu, lalu kami bertarung di
sekitar mimbar. Sementara itu, pertarungan membara di
sekeliling kami dan satu per satu anggota Lingkaran terjatuh.
Aku melihat pasangan Lightwood menjatuhkan senjata
mereka dan kabur. Hodge sudah menghilang, kabur sejak
permulaan. Lalu aku melihat Jocelyn menaiki tangga ke
arahku. Wajahnya ketakutan. "Valentine, berhenti!" ia menjerit.
"Ini Luke, temaiunu, hampir seperti saudaramu..."
Sambil menggeram, Valentine menangkap ibumu, lalu
menariknya. Belati Valentine terhunus ke tenggorokannya.
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
540 Aku menjatuhkan pisauku. Aku tidak akan mempertaruhkan
kesalamatan ]ocelyn. Valentine melihat hal itu di mataku. "Kamu selalu
menginginkan dirinya," dia berdesis. "Sekarang kalian
berdua berkomplot mengkhianatiku. Kalian akan menyesali
apa yang telah kalian lakukan, seumur hidup."
Dengan begitu, dia merampas loket dari leher Joeelyn,
dan melemparkannya kepadaku. Tali peraknya membakarku
seperti cambukan. Aku menjerit dan terjatuh. Pada saat itu,
dia menghilang ke dalam keributan sambil menyeret Jocelyn
bersamanya. Dalam keadaan terbakar dan berdarah"darah,
aku mengikuti mereka. Tapi Valentine terlalu cepat. Aku
memotong jalan melalui kerumunan orang dan melangkahi
mayat"mayat yang bergelimpangan.
Aku terhuyung-huyung di bawah cahaya bulan. Aula
terbakar dan langit diterangi api. Aku bisa melihat semuanya,
dari halaman rumput hijau ibukota sampai sungai yang
hitam, dan jalan menuju tepi sungai di mana orang"orang
kabur ke dalam gelap malam. Aku menemukan ]ocelyn di
pinggir sungai, akhirnya. Valentine sudah pergi, dan ibumu
mencemaskan Jonathan. Jocelyn mati"matian berusaha pulang. Kami menemukan
seekor kuda, lalu ia melompat pergi. Aku berubah menjadi
serigala, lalu mengikuti di belakangnya.
Serigala memang cepat, tapi kuda segar lebih cepat.
Aku tertinggal jauh di belakang, dan Joeelyn sampai di
rumah sebeium aku. 541 Bahkan aku sudah tahu saat mendekati rumah itu bahwa
ada yang sangat salah. Di sini juga ada bau api yang tebal
di udara, dan bau manis"bau amis bekas sihir iblis. Aku
menjadi manusia lagi, lalu terpincang-pincang menyusuri
jalan raya yang panjang. Jalan itu berwarna putih di bawah
cahaya bulan, seperti sungai keperakan yang membimbingku
kepada" reruntuhan. Rumah manor itu telah menjadi abu, lapisan demi
lapisan ayakan putih, bertebaran di halaman yang ditiup
angin malam. Hanya fondasinya yang masih bisa dilihat,
seperti tulang terbakar. Ada jendela di sini, cerobong yang
miring di sana. Tapi bahan rumah itu, batu bata dan semen,
buku-buku tak ternilai dan permadani dinding kuno yang
diturunkan dari generasi ke generasi, semuanya menjadi abu
yang tertiup melewati wajah rembulan.
Valentine telah menghancurkan rumah itu dengan
api iblis. Dia pasti telah melakukannya. Tidak ada api di
dunia ini yang bisa membakar sepanas itu, juga tidak bisa
meninggalkan sisa sesedikit itu.
Aku berjalan ke reruntuhan yang masih sedikit menyala.
Aku menemukan ]ocelyn sedang berlutut di atas sesuatu
yang mungkin dulunya adalah undakan pintu. Semuanya
hitam karena api. Ada juga tulang. Hangus seperti arang,
tapi masih bisa dikenali sebagai manusia. Ada carikan kain
di sana-sini, dan potongan perhiasan yang tidak termakan
api. Benang merah dan emas masih menempel di tulang
ibu Jocelyn, dan panas telah melelehkan belati ayahnya ke
tangan pria itu. 542 Di antara tumpukan tulang lainnya, liontin perak
Valentine berkilauan dengan lencana Lingkaran masih
membara putih di atas permukaannya... Di antara sisa-sisa
itu, tersebar seakan"akan terlalu rapuh untuk tetap menyatu,
ada tulang seorang anak kecil.
Kalian akan menyesali apa yang telah kalian lakukan,
Valentine telah berkata. Saat aku berlutut bersama ]ocelyn
di ubin batu yang terbakar, aku tahu bahwa Valentine
benar. Aku memang menyesalinya dan telah menyesalinya
setiap hari sejak itu. Kami kembali ke kota malam itu, ke antara api yang
masih membara dan orang"orang yang menjerit, lalu keluar
ke dalam gelapnya pedesaan. Seminggu kemudian barulah
Jocelyn berbicara lagi. Aku membawanya keluar dari Idris.
Karni lari ke Paris. Kami tidak punya uang, tapi ia menolak
untuk pergi ke Institut di sana untuk meminta bantuan. Ia
sudah tidak mau berurusan lagi dengan Pemburu Bayangan,
katanya, begitu pula Dunia Bayangan.
Aku duduk di kamar hotel murah dan kecil yang kami
sewa. Aku berusaha berdiskusi dengannya, tapi tidak ada
gunanya. Ia keras kepala. Setidaknya, Jocelyn memberitahuku
kenapa. Ia sedang hamil seorang anak lagi, dan sudah
mengetahuinya selama berminggu-minggu. Ia ingin membuat
hidup baru bagi mereka, dan tidak ingin ada bisikan tentang
Kunci atau Perjanjian mencemari masa depannya.
Ia menunjukkan kepadaku amulet yang telah ia ambil
dari tumpukan tulang. Ia menjualnya di pasar [oak di stasiun
Clignancourt. Dengan uang itu, ia membeli tiket pesawat
543 terbang. Ia tidak mau memberitahuku ke mana ia pergi.
Semakin jauh ia dari Idris, katanya, semakin baik.
Aku tahu bahwa meninggalkan hidup lamanya berarti
meninggalkan diriku juga. Maka aku berdebat dengannya,
tapi tidak berhasil. Aku tahu bahwa kalau bukan demi
anak yang dikandungnya, ia pasti telah bunuh diri. Karena
kehilangannya ke dunia fana lebih baik daripada ke kematian,
akhirnya dengan enggan aku menyetujui rencananya.
Begitulah aku mengucapkan selamat tinggal kepadanya
di bandara. Jocelyn mengucapkan kata"kata terakhirnya di
aula keberangkatan yang suram itu. Aku merinding sampai
ke tulang. "Valentine tidak mati."
Setelah ia pergi, aku kembali ke rombonganku. Tapi aku
tidak tenang di sana. Selalu ada lubang menganga di dalam
diriku, dan aku selalu bangun dengan menyebut namanya
di bibirku. Aku bukanlah pemimpin seperti sebelumnya.
Aku sangat tahu itu. Aku memang adil dan setara, tapi
terkucil. Aku tidak bisa menemukan teman di antara para
manusia serigala, begitu pula pasangan. Pada akhirnya,
aku terlalu manusia"terlalu Pemburu Bayangan"untuk
tinggal bersama manusia serigala. Aku memang berburu,
tapi perburuan itu tidak memuaskan. Ketika akhirnya
Piagam hendak ditandatangani, aku pergi ke kota untuk
menandatanganinya. Di Aula Malaikat, yang sudah bersih dari darah,
Para Pemburu Bayangan dan keempat cabang setengah
manusia duduk bersama lagi. Kami berkumpul di sana untuk
menandatangani surat"surat yang akan membawa kedamaian
544 di antara kita. Aku terkejut melihat pasangan Lightwood.
Mereka kelihatan sama terkejutnya melihatku masih hidup.
Kata mereka, anggota Lingkaran yang masih lolos dari
kematian hanyalah mereka bersama Hodge Starkweather
dan Michael Wayland. Michael sangat terpukul akibat kehilangan istrinya. Dia
menyembunyikan diri di lahan perkebunannya bersama
putranya yang masih muda. Kunci telah menghukum tiga
orang lainnya dengan pengucilan. Mereka akan pergi ke
New York untuk menjalankan Institut di sana. Pasangan
Lightwood punya hubungan dengan keluarga"keluarga
tertinggi di Kunci. Mereka dijatuhi hukuman yang jauh lebih ringan daripada
Hodge. Sebuah kutukan telah dipasang kepadanya. Dia akan
pergi bersama mereka. Tapi kalau dia bermaksud meninggalkan
tanah suci Institut, dia akan langsung terbunuh. Kata mereka,
Hodge akan mengabdikan diri kepada penelitiannya, juga
menjadi guru yang baik bagi anak"anak mereka.
Ketika kami telah menandatangani Piagam, aku berdiri
dan keluar dari aula. Aku pergi ke sungai tempat aku
menemukan Jocelyn pada malam Pemberontakan. Sambil
memperhatikan aliran air hitam, aku tahu aku tidak akan
pernah hidup tenang di kampung halamanku. Aku harus
bersama ]ocelyn atau tidak sama sekali. Aku pun memutuskan
untuk mencarinya. Aku meninggalkan rombonganku setelah menunjuk
seseorang untuk menggantikanku. Aku rasa mereka lega
melihatku pergi. Aku mengembara sebagai serigala tanpa
545 rombongan. Seorang diri di malam hari, aku tetap berada di
jalan kecil dan jalan desa. Aku kembali ke Paris, tapi tidak
menemukan petunjuk di sana. Lalu aku pergi ke London.
Dari London, aku naik kapal ke Boston.
Aku tinggal sebentar di perkotaan, lalu di Pegurumgan
Putih di daerah utara yang membeku. Aku banyak mengembara,
tapi semakin memikirkan New York dan para Pemburu
Bayangan yang diasingkan di sana. Dalam cara lain, ]oeelyn
juga terasingkan. Aku pun tiba di New York hanya dengan sebuah
ransel dan tidak tahu sama sekali harus mencari ibumu di
mana. Pasti cukup mudah menemukan rombongan serigala
dan bergabung, tapi aku bertahan. Seperti yang telah aku
lakukan di kota"kota lainnya, aku mengirim pesan melalui
Dunia Bawah untuk mencari tanda apa pun dari ]ocelyn.
Tapi tidak ada apa"apa, tidak sepatah kata pun, seakan"akan
ia telah menghilang begitu saja ke dunia fana tanpa jejak.
Aku mulai putus asa. Pada akhirnya, aku tidak sengaja menemukannya. Aku
sedang berkeliling di jalanan SOHO dengan acak. Saat berdiri
di kerikil Jalan Broome, lukisan yang bergantung di jendela
sebuah galeri menarik mataku.
Pemandangan di lukisan itulah yang langsung aku kenali.
Itu adalah pemandangan dari jendela rumah keluarganya.
Ada perkebunan hijau yang menyapu ke garis pepohonan
yang menyembunyikan jalanan di baliknya. Aku mengenali
gayanya, sapuan kuasnya, semuanya. Aku menggedor pintu
galeri, tapi tertutup dan terkunci. Aku kembali ke lukisan itu,
546 dan kali ini melihat tanda tangannya. Itulah kali pertamanya
aku melihat nama barunya. Jocelyn Fray.
Malam itu, aku menemukannya. Ia tinggal di lantai lima
gedung tempat singgah seniman di perumahan East Village.
Aku mendaki tangga setengah terang itu dengan jantung
berdebar-debar, lalu mengetuk pintu. Pintu itu dibuka oleh
gadis kecil berambut kepang merah dan bermata penuh ingin
tahu. Kemudian, di belakangnya, aku melihat ]ocelyn berjalan
ke arahku. Tangannya ternodai oleh cat, dan wajahnya sama
seperti ketika kami masih anak"anak...
Sisanya kamu tahu sendiri.
54" Reruntuhan Renwick Tidak ada air mata yang menetes sekarang.
Tidak ada rasa takut di dalam dirinya lagi.
Lama setelah Luke selesai berbicara, ruangan itu hening.
Satu-satunya suara adalah suara tetesan air yang samarsamar di dinding batu. Akhirnya, Luke berkata, "Katakan
sesuatu, Clary." "Kamu ingin aku bilang apa?"
Luke mendesah. "Mungkin bahwa kamu mengerti?"
Clary bisa mendengar darahnya mengetuk"ngetuk di
telinganya. Ia merasa seakan-akan hidupnya dibangun di
atas sehelai es yang setipis kertas, dan sekarang es itu mulai
retak, mengancam akan melemparkannya ke dalam gelapnya
es di bawah sana. _jauh di bawah air yang gelap, ada
rahasia"rahasia ibunya yang hanyut terbawa arus. Itu adalah
sisa"sisa terlupakan dari hidup ibunya yang berantakan.
548 Clary mendongak menatap Luke. Pria itu tampak
ragu"ragu dan kacau. Clary seperti melihat menembus kaca
buram. "Ayahku," kata Clary. "Foto yang selalu ibuku
simpan di atas perapian..."
"Itu bukan ayahmu," kata Luke.
"Apakah dia bahkan pernah hidup?" Suara Clary
meninggi. "Apakah pria di foto itu pernah ada, atau ibuku
hanya mengarang"ngarang tentangnya?"
"Ada. Tapi dia bukan ayahmu. Dia anak dari tetangga
ibumu ketika kalian tinggal di East Village. Dia tewas
akibat kecelakaan mobil, seperti yang ibumu ceritakan, tapi
ia tidak pernah mengenal pria itu. Ibumu punya fotonya
karena tetangganya membayarnya untuk melukis sebuah
potret diri john yang memakai seragam tentara. Ibumu
memberikan lukisan potretnya, tapi menyimpan foto itu, dan
berpura"pura pria itulah ayahmu. Aku rasa ia menganggap
cara itu lebih mudah. Kalau ia mengaku ayahmu telah pergi
atau menghilang, kamu pasti ingin mencarinya. Seorang pria
yang telah meninggal..."
"Tidak akan menyangkal kebohonganmu," Clary menyelesaikan kalimat Luke dengan pahit. "Apakah ibuku tidak
berpikir itu salah" Selama bertahun"tahun, ia membiarkanku
berpikir bahwa ayahku sudah meninggal, sementara ayahku
yang sebenarnya?" Luke diam saja, membiarkan Clary melengkapi kalimatnya
sendiri, membiarkan gadis itu memikirkan hal yang tidak
pernah terpikirkan olehnya sendiri.
549 "Adalah Valentine." Suara Clary bergetar. "Itulah maksudmu, kan" Bahwa Valentine adalah"memang"ayahku?"
Luke mengangguk. ]emarinya yang terikat menjadi
satu adalah satu"satunya tanda ketegangan yang pria itu
rasakan. "Ya." "Oh, ya Tuhan." Clary melompat berdiri. Ia tidak
tahan duduk lagi. Ia melangkah ke jeruji sel itu. "Itu tidak
mungkin. Ini tidak mungkin."
"Clary, tolong jangan marah..."
"Jangan marah" Kamu memberitahuku bahwa papaku
adalah orang yang pada dasarnya merupakan tuan besar
jahat, dan kamu ingin aku tidak marah?"
"Awalnya dia tidak jahat," kata Luke terdengar seperti
meminta maaf. "Oh, maaf aku tidak berpikir begitu. Menurutku, dia
jelas"jelas jahat. Semua hal yang dia gembar-gemborkan
tentang menjaga supaya ras manusia tetap suci, dan pentingnya
darah yang tidak tercemar... Dia seperti salah satu pria kulit
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
putih menyeramkan yang fanatik itu. Dan kalian berdua
benar-benar terlibat di dalamnya."
"Aku bukanlah orang yang berbicara Penghuni Dunia
Bawah itu kotor," kata Luke pelan. "Atau mereka tidak
bisa dipercaya." "Itu tidak sama!" Clary bisa mendengar air mata di
dalam suaranya. "Aku punya saudara laki-laki," ia melanjutkan
dengan suara terisak. "Kakek nenek juga. Mereka sudah
meninggal?" 550 Luke mengangguk, lalu menunduk menatap tangannya
yang besar, membuka lututnya. "Mereka sudah tewas."
"Jonathan," kata Clary pelan. "Dia pasti lebih tua
dariku" Satu tahun?"
Luke diam saja. "Aku selalu ingin punya kakak laki-laki," kata Clary.
"Jangan," Luke berkata dengan pahit. "Jangan siksa
dirimu sendiri. Kamu bisa melihat kenapa ibumu merahasiakan
semua ini darimu, kan" Apa baiknya bagimu mengetahui apa
yang telah hilang darimu bahkan sebelum kamu lahir?"
"Kotak itu," kata Clary. Benaknya bekerja dengan cepatcepat. "Kotak yang ada tulisan LC. di atasnya. Jonathan
Christopher. Itulah yang selalu ia tangisi. Itu rambutnya.
Rambut kakakku, bukan ayahku."
"Ya." "Dan ketika kamu bilang "Clary bukanlah Jonathan",
maksudmu kakakku. Ibuku jadi terlalu melindungiku karena
ia pernah kehilangan seorang anak."
Sebelum Luke bisa menjawab, pintu sel itu berdentang
membuka dan Gretel masuk. Wanita itu membawa "kotak
obat", yang Clary kira sebagai kotak plastik keras dengan
lencana Palang Merah di atasnya. Ternyata itu adalah nampan
kayu besar yang penuh dengan bertumpuk-tumpuk perban
terlipat, mangkuk"mangkuk yang mengepul berisi cairan tak
dikenal, dan dedaunan yang berbau tajam seperti lemon
busuk. Gretel meletakkan nampan itu di samping kasur, lalu
menyuruh Clary duduk dengan gerakan badannya. Clary
pun duduk dengan enggan. 551 "Anak baik," kata wanita serigala itu. Ia mencelupkan
kain ke salah satu mangkuk, lalu mengangkatnya ke wajah
Clary. Dengan lembut, ia membersihkan darah kering di
wajah gadis itu. "Apa yang telah terjadi denganmu?" Gretel
bertanya seperti menegur, seakan-akan ia mencurigai Clary
telah menggosokkan parutan keju ke wajahnya sendiri.
"Aku juga heran," kata Luke sambil memperhatikan
mereka dengan tangan terlipat.
"Hugo menyerangku," Clary berusaha tidak mengernyit
saat zat itu menyengat lukanya.
"Hugo?" Luke mengerjap.
"Burungnya Hodge. Aku kira itu burungnya sih. Mungkin
juga punya Valentine."
"Hugin," kata Luke pelan. "Hugin dan Munin adalah
burung peliharan Valentine. Nama mereka berarti "Pikiran"
dan "Ingatan?" "Yah, seharusnya mereka berarti "Serang" dan "Bunuh',"
kata Clary. "Hugo hampir mencungkil mataku."
"Dia memang dilatih begitu." Luke mengetukkan
sebelah jemarinya ke lengan yang lain. "Hodge pasti telah
mengambilnya setelah Pemberontakan. Tapi dia masih punya
Valentine." "Begitu pula Hodge," kata Clary. Ia mengernyit saat
Gretel membersihkan sayatan panjang di lengannya, yang
dilapisi oleh kotoran dan darah kering. Lalu Gretel mulai
memerbannya dengan rapi. "Clary..." 552 "Aku tidak ingin membicarakan masa lalu lagi," kata
Clary sengit. "Aku ingin tahu apa yang akan kita lakukan
sekarang. Valentine telah mendapatkan ibuku, Jasa., dan
Piala. Sedangkan kita tidak punya apa-apa."
"Aku tidak akan bilang kita tidak punya apa-apa,"
kata Luke. "Kita punya rombongan serigala yang kuat.
Masalahnya adalah kita tidak tahu di mana Valentine."
Clary menggelengkan kepalanya. Untaian rambut lurusnya
jatuh ke matanya, lalu ia melemparkannya ke belakang
dengan tidak sabar. Ya Tuhan, ia sangat kotor. Satu-satunya
hal yang ia inginkan lebih daripada yang lainnya"bampir
dari semua hal lainnya"adalah mandi. "Valentine punya
semacam markas kan" Sarang rahasia?"
"Kalau memang punya," kata Luke, "dia pasti
merahasiakannya." Gretel melepaskan Clary. Gadis itu menggerakkan
lengannya dengan hati"hati. Salep hijau yang Gretel oleskan
ke luka Clary telah mengurangi rasa sakit, tapi lengannya
masih terasa keras dan kaku. "Tunggu sebentar," kata
Clary. "Aku tidak pernah mengerti kenapa orang bilang begitu,"
kata Luke tidak kepada siapa pun secara khusus. "Aku
tidak bermaksud ke mana-mana."
"Mungkinkah Valentine ada di suatu tempat di New
York?" "Mungkin saja."
"Ketika aku melihatnya di Institut, dia datang melalui
Portal. Magnus bilang hanya ada dua Portal di New York.
553 Satu di tempatnya Dorothea, dan satu lagi di Renwick. Portal
di tempat Dorothea sudah hancur, lagipula tidak mungkin
juga dia bersembunyi di situ, jadi..."
"Renwick?" Luke tampak bingung. "Renwick bukan
nama Pemburu Bayangan."
"Bagaimana kalau Renwick itu bukan orang?" kata
Clary. "Bagaimana kalau itu nama tempat" Seperti restoran,
atau... atau hotel atau semacamnya."
Mata Luke tiba-tiba membesar. Dia berbalik kepada
Gretel yang sedang mendekatinya bersama nampan obat.
"Bawakan aku buku telepon," kata Luke.
Gretel berhenti. Wanita itu mengulurkan nampannya
dengan sikap menyalahkan. "Tapi, Pak, luka Anda..."
"Lupakan lukaku dan bawakan buku telepon," Luke
menggertak. "Kita ada di kantor polisi. Pasti ada banyak
buku telepon lama di sini."
Dengan wajah menghina, Gretel meletakkan nampan
itu ke lantai, lalu keluar dari ruangan. Luke menatap Clary
lewat kacamatanya yang telah merosot setengah jalan ke
hidung. "Pemikiran yang bagus," kata Luke.
Clary tidak menjawab. Ada kejang keras di tengah
perutnya. Ia berusaha bernafas. Ada pikiran yang mulai
menggelitik ujung benaknya, menunggu untuk meledak. Tapi
Clary menekannya dengan tegas ke bawah dan menjauh.
Ia tidak bisa memberikan sumber daya dan energi kepada
apa pun selain masalah yang sedang di tangannya sekarang
ini. 554 Gretel kembali bersama buku yellow pages yang kelihatan
lembab dan menyorongkannya kepada Luke. Dia membaca
buku itu sambil berdiri sementara wanita serigala itu
menyerang sisi tubuhnya yang terluka dengan perban dan
balsem lengket. "Ada tujuh Renwick di buku telepon." Luke
mendorong kacamatanya ke atas. Mereka langsung merosot
turun lagi. "Mereka bukan Pemburu Bayangan," katanya,
"dan sepertinya mustahil Valentine membuat markas di
rumah seorang fana atau Penghuni Dunia Bawah. Meskipun,
mungkin..." "Kamu punya telepon?" Clary menyela.
"Tidak ada di sini." Luke, sambil tetap memegang
buku telepon, mengintip Gretel di bawahnya. "Kamu bisa
mengambil teleponnya?"
Sambil mendengus jijik, Gretel melemparkan gumpalan
kain berdarah yang sedang ia pegang ke lantai, lalu berjalan
keluar ruangan untuk kedua kalinya. Luke meletakkan buku
telepon di atas meja, dan mengambil gulungan perban. Dia
mulai membelitkannya di sekeliling potongan diagonal yang
melintang di tulang rusuknya. "Maaf," katanya saat Clary
memandanginya. "Aku tahu ini menjijikkan."
"Kalau kita menangkap Valentine," tiba-tiba Clary
bertanya, "kita bisa membunuhnya?"
Luke hampir menjatuhkan perban itu. "Apa?"
Clary memainkan benang yang mencuat dari saku
celana jinsnya. "Dia telah membunuh kakak laki-lakiku,
juga kakek nenekku. Benar, kan?"
555 Luke meletakkan perban di meja, lalu menarik kausnya
turun. "Lalu kamu pikir membunuhnya akan membuat apa"
Menghapus semua itu?"
Gretel kembali sebelum Clary dapat mengatakan apaapa untuk menjawabnya. Wanita itu memasang wajah
martir dan menyerahkan kepada Luke sebuah ponsel model
lama. Clary jadi bertanya-tanya siapa yang membayar biaya
telepon itu. Clary mengulurkan tangannya. "Aku mau
menelepon." Luke tampak ragu. "Clary..."
"Ini tentang Renwick. Sebentar saja."
Luke menyerahkan ponsel itu dengan hati-hati. Clary
memencet nomornya, lalu setengah berbalik dari Luke untuk
membuat ruang pribadi khayalan.
Simon mengangkat teleponnya di dering kedua.
"Halo?" "Ini aku." Suara Simon naik satu oktaf. "Kamu baik-baik saja?"
"Aku baik. Kenapa" Kamu sudah mendengar sesuatu
dari Isabelle?" "Tidak. Apa yang mungkin aku dengar dari Isabelle"
Ada yang salah" Ada yang terjadi dengan Alec?"
"Tidak," kata Clary. Ia tidak ingin berbohong dengan
berkata bahwa Alec baik-baik saja. "Bukan Alec. Dengar,
aku cuma ingin kamu mencarikan sesuatu di Google
untukku." 556 Simon mendengus. "Kamu bercanda ya. Memangnya
mereka tidak punya komputer di sana" Kamu tahu kan,
jangan jawab itu." Clary mendengar suara pintu dibuka dan duk-meong
suara kucing ibunya Simon yang diusir dari atas papan ketik
komputer. Clary bisa membayangkan Simon dengan cukup
jelas di kepalanya saat sahabatnya itu duduk, jemarinya
bergerak dengan cepat di atas papan ketik.
"Kamu ingin aku mencari apa?" tanya Simon.
Clary memberitahunya. Ia bisa merasakan mata Luke
yang cemas saat ia berbicara. Tatapan Luke sama dengan
ketika Clary berusia sebelas tahun dan sakit flu dengan
demam tinggi. Luke membawakan kotak"kotak es batu untuk
diisap dan membacakan buku-buku favoritnya, termasuk
membuat bermacam-macam suara ketika bercerita.
"Kamu benar," kata Simon, sehingga Clary terputus dari
lamunannya. "Itu nama tempat. Atau setidaknya, dulunya
itu tempat. Sekarang sudah telantar."
Tangan Clary yang berkeringat tergelincir di telepon, jadi
ia mempererat genggamannya. "Ceritakan kepadaku."
"Renwick adalah suaka orang sakit jiwa yang paling
terkenal, juga penjara bagi para pendosa, dan rumah sakit
yang dibangun di Pulau Roosevelt pada abad ke-19," Simon
membaca dengan penuh tanggungjawab. "Rumah Sakit
Cacar Renwiek didesain oleh arsitek Jacob Renwick untuk
mengkarantina orang-orang miskin yang menjadi korban
wabah cacar air yang tidak dapat dikendalikan di Manhattan.
Selama abad berikutnya, rumah sakit ini ditelantarkan
55" sampai menjadi reruntuhan. Sekarang masyarakat dilarang
masuk ke sana." "Oke, itu cukup," kata Clary. jantungnya berdebardebar. "Pasti yang itu. Pulau Roosevelt" Ada orang yang
tinggal di sana?" "Tidak semua orang tinggal di daerah Slope, Tuan
Putri," kata Simon dengan sindiran yang lumayan mengejek.
"Omong-omong, kamu perlu aku mengantarmu lagi ke sana
atau semacamnya?" "Tidak! Aku tidak apa-apa. Aku tidak perlu apa"apa.
Aku cuma mau informasinya."
"Baiklah." Simon terdengar agak terluka, pikir Clary.
Tapi gadis itu berkata kepada dirinya sendiri bahwa itu
bukan masalah. Simon aman di rumah, dan itulah yang
penting. Clary memutuskan telepon, lalu berbalik kepada Luke.
"Ada rumah sakit yang telantar di ujung selatan Pulau
Roosevelt yang bernama Renwick. Aku rasa Valentine ada
di sana." Luke mendorong kacamatanya lagi. "Pulau Blackwell.
Tentu saja." "Apa maksudmu, Blackwell" Aku bilang..."
Luke memotongnya dengan gerakan badan. "Itulah
sebutan lama Pulau Roosevelt. Pulau Blackwell. Dulu pulau
itu dimiliki oleh keluarga Pemburu Bayangan tua. Seharusnya
aku sudah menebaknya." Dia berbalik kepada Gretel.
"Panggil Alarie. Kita perlu semua orang berkumpul di sini
secepat mungkin." Bibir Luke tertekuk menjadi setengah
558 senyum yang mengingatkan Clary akan seringai dingin
Jace saat bertarung. "Beri tahu mereka untuk bersiap-siap
bertarung." Mereka sampai ke jalanan melalui labirin sel dan koridor
yang berputar-putar sampai akhirnya membuka ke bekas
lobi kantor polisi. Bangunan itu sudah telantar, dan cahaya
miring dari matahari hampir senja membuat bayangan aneh
di atas meja-meja yang kosong, lemari-lemari tergembok yang
berbintik"bintik lubang rayap hitam, ubin lantai yang retak
mengeja moto NYPD atau New York Police Department,
yaitu Ftdelis ad Mariam. "Setia sampai mati," kata Luke yang mengikuti pandangan
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Clary. "Coba aku tebak," kata Clary. "Dari dalam, ini kantor
polisi yang telantar. Dari luar, kaum fana hanya melihat
bangunan apartemen rusak, atau tanah kosong, atau..."
"Sebenarnya, ini kelihatan seperti restoran China dari
luar," kata Luke. "Cuma pesan antar, tidak bisa makan
di tempat." "Restoran China?" Clary menggema tidak percaya.
Luke mengangkat bahu. "Yah, kita ada di Chinatown.
Dulu ini bangunan Daerah Kedua."
"Pasti orang berpikir aneh tidak ada nomor telepon
untuk memesan makanan."
Luke cengar-cengir. "Ada. Tapi kami tidak sering angkat
telepon. Kadang"kadang, kalau mereka bosan, beberapa anak
muda akan mengantarkan babi mu shu."
559 "Kamu bercanda."
"Tidak. Tipnya lumayan." Luke mendorong pintu depan
supaya terbuka, dan membiarkan aliran sinar matahari
masuk ke dalam. Masih tidak yakin apakah Luke bercanda atau tidak,
Ciary mengikuti Luke menyeberangi Jalan Baxter ke tempat
mobilnya diparkir. Bagian dalam truk pikap itu terasa akrab
dan nyaman. Ada bau samar"samar serpihan kayu dan kertas
tua dan sabun, juga sepasang dadu emas mewah yang Clary
berikan kepada Luke ketika ia berusia sepuluh tahun karena
benda itu kelihatan seperti dadu emas yang tergantung dari
kaca pengemudi di pesawat angkasa Millennium Falcon di
serial Star Wars. Bekas bungkusan permen karet dan cangkir
kopi kosong menggelinding di lantai.
Clary menarik dirinya naik ke jok penumpang, lalu
bersandar ke belakang sambil mendesah. Sebenarnya ia
lebih lelah daripada yang mau diakuinya.
Luke menutup pintu truk. "Tunggu di sini."
Clary memperhatikan Luke berbicara kepada Gretel
dan Alaric. Mereka berdiri di undakan kantor polisi tua
itu, menunggu dengan sabar. Clary menghibur diri dengan
membiarkan matanya memfokus dekat dan jauh, memperhatikan tudung pesona muncul dan menghilang. Awalnya,
itu sebuah kantor polisi tua, lalu berubah menjadi bagian
depan toko bobrok yang memakai tenda kuning bertulisan
MASAKAN CHINA JADE WOLF. Luke memberi tanda kepada orang kedua dan ketiganya,
menunjuk ke jalanan. Pikapnya berada di depan barisan van,
560 sepeda motor, jip, bahkan bus sekolah yang tampak sudah
iadi rongsokan. Semua kendaraan itu membentang meniadi
garis di sepanjang blok dan sekitar sudut jalan. Iring-iringan
manusia serigala. Clary penasaran bagaimana mereka bisa
meminta, meminjam, mencuri, atau menyita begitu banyak
kendaraan dengan pemberitahuan sesingkat itu. Bagusnya,
setidaknya mereka semua tidak harus pergi naik trem.
Luke menerima tas kertas putih dari Gretel. Setelah
mengangguk, pria itu melompat ke pikap. Sambil melipat
tubuh semampainya di belakang setir, dia menyerahkan tas
itu kepada Clary. "Kamu bertanggung jawab memegang
ini." Clary mengintip ke dalamnya dengan curiga. "Apa ini"
Senjata?" Bahu Luke bergetar oleh tawa tanpa suara. "Bakpao
panas, sebenarnya," katanya sambil menarik truk ke jalanan.
"Dan kopi." Clary merobek tas itu saat mereka menuju ke utara.
Perutnya berbunyi keras. Ia membelah bakpao itu, lalu
menikmati rasa asin lezat daging babinya dan kekenyalan
adonan putihnya. Ia menyiramnya dengan seteguk kopi super
manis, lalu menawari Luke sebuah bakapo. "Mau satu?"
"Tentu." Rasanya seperti masa lalu, pikir Clary saat mereka
berbelok ke Jalan Canal. Dulu mereka sering membeli satu
tas kue bola panas dari Toko Roti Kencana Emas dan
memakan setengahnya dalam perjalanan pulang melintasi
Jembatan Manhattan. 561 "Jadi, ceritakan kepadaku tentang ]ace yang tadi," kata
Luke. Clary hampir tercekik bakpao. Ia mengambil kopi, lalu
menenggelamkan batuknya dengan cairan panas. "Ada apa
dengan dia?" "Menurutmu, Valentine mau apa dengan dia?"
"Tidak tahu." Luke mengerutkan dahi. Wajahnya tersiram sinar matahari
sore. "Aku kira Jace salah satu anak Lightwood?"
"Bukan." Clary menggigit bakpao ketiga. "Nama
keluarganya Wayland. Ayahnya..."
"Michael Wayiand?"
Clary mengangguk. "Dan ketika ]ace sepuluh tahun,
Valentine membunuhnya. Michael, maksudku."
"Memang kedengaran seperti sesuatu yang bisa dilakukan
Valentine," kata Luke. Nada suaranya netral, tapi ada sesuatu
di dalam suaranya yang membuat Clary menatapnya dari
samping. Apakah Luke tidak mempercayai kata-katanya"
"_Iace melihatnya tewas," Clary menambahkan untuk
mendukung pernyataannya. "Itu mengerikan sekali," kata Luke. "Kasihan anak itu.
Hidupnya berantakan."
Mereka melaju di Jembatan Jalan ke-59. Clary melihat
ke bawah. Sungai berubah menjadi keemasan dan seperti
darah akibat matahari terbenam. Ia dapat melihat sekilas
ujung selatan Pulau Roosevelt dari sini, meskipun itu cuma
corengan ke arah utara. "Kondisinya tidak separah itu," kata
Clary. "Keluarga Lightwood merawatnya dengan baik."
562 "Aku bisa membayangkan itu. Mereka memang selalu
dekat dengan Michael," Luke mengamati. Dia membanting
setir ke jalur kiri. Dari spion samping, Clary bisa melihat
kafilah kendaraan yang ikut mengubah jalur untuk mengikuti
Luke. "Mereka pasti ingin merawat anak Michael."
"Jadi, apa yang terjadi ketika bulan muncul?" kata
Clary. "Kamu akan tiba-tiba berubah menjadi serigala,
atau apa?" Mulut Luke mengejang. "Tidak begitu. Hanya yang
muda"muda, yang baru saja Berubah, tidak bisa mengendalikan
perubahan mereka. Kebanyakan dari kami sudah belajar cara
mengendalikannya, setelah bertahun-tahun. Hanya bulan
penuh yang bisa memaksaku berubah sekarang."
"Jadi, ketika bulan hanya sebagian, kamu hanya merasa
sedikit serigala?" tanya Clary.
"Kamu bisa bilang begitu."
"Yah, silakan mengeluarkan kepala dari jendela kalau
kamu memang mau." Luke tertawa. "Aku manusia serigala, bukan anjing
golden retriever." "Berapa lama kamu sudah menjadi pemimpin klan?"
tiba-tiba Clary bertanya.
Luke ragu-ragu. "Sekitar seminggu."
Clary berputar untuk menatapnya. "Seminggu?"
Pria itu mendesah. "Aku tahu Valentine telah menculik
ibumu," katanya tanpa perubahan nada suara. "Aku tahu
kesempatanku kecil kalau melawannya sendirian, dan aku
tidak bisa mengharapkan bantuan dari Kunci. Perlu sehari
563 bagiku untuk mencari tempat rombongan manusia serigala
terdekat." "Kamu membunuh pimpinan klan supaya bisa menggantikan tempatnya?"
"Itulah cara tercepat yang terpikir olehku untuk memperoleh sekutu yang cukup banyak dalam waktu singkat,"
kata Luke tanpa penyesalan, juga tanpa rasa bangga.
Clary teringat saat ia memata-matai Luke di rumahnya.
Waktu itu ia menyadari adanya bekas cakaran yang dalam di
tangan dan wajah Luke, juga bagaimana pria itu mengernyit
ketika menggerakkan lengannya.
"Aku pernah melakukannya sebelum ini. Aku cukup
yakin aku bisa melakukannya lagi." Dia mengangkat bahu.
"Ibumu hilang. Aku tahu aku membuatmu membenciku.
Lagipula, aku tidak bisa kehilangan sesuatu, karena aku
memang tidak punya apa-apa."
Clary menaikkan sepatu kain hijaunya ke dasbor.
Melalui retakan kaca depan, di atas kedua kakinya, bulan
terbit di atas jembatan. "Yah," kata Clary. "Sekarang kamu
punya." Rumah sakit di bagian ujung selatan Pulau Roosevelt itu
dibanjiri cahaya pada malam hari. Gatis-garisnya yang seperti
hantu kelihatan aneh di depan sungai gelap dan penerangan
Manhattan yang lebih terang.
Luke dan Clary terdiam ketika pikap mereka menyusuri
pulau kecil itu. Jalanan rata berubah menjadi kerikil dan
akhirnya onggokan tanah. Jalan itu diikuti oleh lengkungan
554 pagar tinggi yang dirantai. Bagian atasnya dipasangi kawat
silet seperti simpul"simpul pita untuk pesta.
Ketika jalanan sudah terlalu melonjak-lonjak untuk
dilalui dengan kendaraan, Luke memarkirkan truk itu, lalu
mematikan lampunya. Dia menatap Clary. "Ada kemungkinan
aku bisa menyuruhmu menunggu di sini?"
Clary menggeleng. "Belum tentu lebih aman di mobil.
Siapa yang tahu Valentine mengirim apa untuk mengawasi
garis pertahanannya?"
Luke tertawa pelan. "Garis pertahanan. Aku setuju
deh." Luke melompat keluar dari truk, lalu memutari truk
untuk membantu Clary turun. Clary bisa saja melompat
sendiri dari truk, tapi senang rasanya dibantu oleh Luke,
seperti ketika gadis itu masih terlalu kecil untuk naik truk
sendiri. Kaki Clary menyentuh gumpalan debu kering, sehingga
kepulan debu beterbangan. Mobil"mobil yang telah mengikuti
mereka sedang diparkir, satu demi satu, membentuk semacam
lingkaran di sekeliling truknya Luke. Lampu depan mereka
menyapu pandangan Clary, menerangi pagar berantai menjadi
seperti berwarna putih keperakan.
Di balik pagar, rumah sakit itu sendiri merupakan
reruntuhan yang disirami cahaya tajam, sehingga menonjolkan
keadaannya yang bobrok. Dindingnya, yang sudah tak beratap,
mencuat dari tanah yang tidak rata seperti gigi yang rusak.
Dinding pagar dari batunya ditumbuhi tanaman menjalar
hijau yang sudah setebal karpet.
565 "Bobrok sekali," Clary mendengar dirinya berkata pelan.
Ada kilasan rasa takut di dalam suaranya. "Aku tidak
mengerti bagaimana Valentine bisa bersembunyi di sini."
Luke melihat ke rumah sakit di balik Clary. "Itu
tudung pesona yang kuat," katanya. "Cobalah untuk melihat
menembus cahayanya."
Alaric menghampiri mereka di sepanjang jalan. Angin
lembut membuat jaket denimnya mengibas terbuka, menunjukkan dadanya yang berbekas luka. Para manusia serigala
yang berjalan di belakangnya benar"benar kelihatan seperti
orang biasa, pikir Clary. Kalau ia pernah melihat mereka
semua bersama-sama di suatu tempat, ia pasti mengira
mereka saling mengenal. Ada kemiripan nonfisik di antara mereka, yaitu tatapan
yang kasar dan ekspresi yang teguh. Mungkin Clary akan
mengira mereka petani, karena mereka kelihatan lebih
terbakar matahati, kurus, dan bertulang besar daripada
rata-rata penduduk kota. Atau mungkin Clary akan mengira
mereka adalah geng bermotor. Tapi mereka sama sekali
tidak tampak seperti monster.
Mereka datang bersama dan segera berkumpul di dekat
truk Luke, seperti tim futbol yang sedang berkumpul dan
membungkuk. Clary sangat merasa orang luar, jadi ia berbalik
untuk melihat rumah sakit itu lagi. Kali ini ia mencoba
untuk menatap di sekeliling lampu, atau menembusnya,
seperti kalau kita melihat melalui lapisan cat tipis untuk
melihat sesuatu di baliknya.
566 Seperti biasa, Clary terbantu dengan berpikir bagaimana
ia menggambarnya. Lampu tampak memudar, dan sekarang
ia sedang melihat lahan berpohon oak kering. Di sana ada
bangunan bergaya Gothic Revival yang bagaikan membayang
tinggi di atas pepohonan seperti benteng sebuah kapal
besar. Jendela di lantai bawah tampak gelap dan tertutup,
tapi cahaya mengalir dari lantai tiga, melalui jendela yang
lengkungannya bersendi. Cahaya seperti garis api yang
menyala di sepanjang punggung bukit di kejauhan. Batu
serambi yang berat menghadang ke luar, menyembunyikan
pintu depan. "Kamu bisa lihat?" Itu Luke yang sudah muncul di
belakangnya dengan keanggunan langkah..., yah, serigala.
Clary masih memandangi bangunan itu. "Itu lebih
kelihatan seperti kastil daripada rumah sakit."
Luke memegang bahu Clary, lalu membalik gadis itu supaya
menghadapnya. "Clary, dengarkan aku." Genggamannya
erat dan terasa sakit. "Aku ingin kamu tetap di sampingku.
Bergeraklah ketika aku bergerak. Betpeganganlah pada lengan
bajuku kalau memang harus. Semua yang lain akan tetap
di sekeliling kita, melindungi kita. Tapi kalau kamu keluar
dari lingkaran, mereka tidak bisa menjagamu. Mereka akan
mengiringi kita menuju pintu."
Luke menjatuhkan tangannya dari bahu Clary. Ketika
pria itu bergerak, Clary melihat kilatan benda logam di
dalam jaketnya. Clary tidak menyadari bahwa Luke sedang
membawa senjata, tapi lalu ia teringat apa kata Simon tentang
isi ransel hijau pria itu. Jadi, Clary pikir itu masuk akal.
56" "Janji kamu akan melakukan kataku tadi?"
"Aku janji." Pagar itu nyata, bukan bagian dari pesona. Alaric, yang
masih di depan, mengguncangnya untuk mengetes, lalu
menaikkan tangan dengan malas. Cakar panjang tumbuh
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari bawah kuku jemarinya, lalu dia menyayat rantai itu,
mengiris logam itu menjadi pita. Rantai itu jatuh dengan
bunyi gemereneing seperti mainan.
"Maju." Alaric memberi tanda kepada yang lainnya.
Mereka berbaris maju secara bergelombang seperti satu orang.
Semuanya bergerak dengan selaras. Sambil mencengkeram
lengan Clary, Luke mendorong gadis itu di depannya, lalu
membungkuk untuk mengikuti. Mereka berdiri setelah masuk
ke dalam pagar, lalu mendongak untuk melihat rumah sakit
cacar itu. Di sana sudah berkumpul bayangan-bayangan
gelap. Dalam jumlah besar, bayangan itu berkerumun di
serambi, dan mulai menuruni undakan.
Alaric mendongak, dan mencium angin. "Bau amis
kematian sangat tercium di udara."
Luke berdesis cepat. "Yang Terabaikan."
Dia mendorong Clary di belakangnya. Clary berjalan,
lalu agak tersandung di tanah yang tidak rata. Rombongan
itu mulai bergerak di depannya dan Luke. Saat mereka
mendekat, semuanya jatuh menjadi berkaki empat. Bibir
mereka menggeram dan memamerkan taring. Tungkai
lengan dan kaki mereka memanjang dan ditumbuhi bulu.
Baju mereka pun hilang ditelan bulu.
568 Suara insting kecil di belakang otak Clary menjerit"jerit.
Serigala! Ayo lari! Tapi ia melawan perasaan itu dan bertahan
di tempatnya meskipun ia dapat merasakan syarat"syaraf
tangannya yang melompat dan gemetaran.
Rombongan melingkari mereka, menghadap ke depan.
Semakin banyak serigala yang mengapit lingkaran itu di
kedua sisinya. Clary dan Luke seperti menjadi pusat sebuah
bintang. Dengan cara itu, mereka mulai bergerak maju ke
serambi depan rumah sakit. Karena masih di belakang
Luke, Clary bahkan tidak melihat prajurit Yang Terabaikan
pertama saat mereka menyerang. Gadis itu mendengar ada
serigala yang melolong kesakitan. Lolongan itu semakin
meninggi, dan segera berubah menjadi geraman. Ada bunyi
gedebuk, lalu bunyi jeritan berdeguk, dan bunyi yang mirip
kertas dirobek... Clary jadi bertanya"tanya apakah Yang Terabaikan bisa
dimakan. Ia mendongak kepada Luke. Wajah pria itu keras.
Clary bisa melihamya sekarang, di balik cincin serigala.
Suasana menjadi sangat terang berkat lampu sorot dan sinar
Manhattan yang berkilauan. Ada lusinan Yang Terabaikan.
Kulit mereka sepucat mayat di bawah cahaya bulan, dan
hangus akibat rune yang seperti luka. Mata mereka kosong
saat melemparkan diri kepada para serigala. Para serigala
pun menghadapi mereka muka lawan muka, dengan cakar
mengoyak"ngoyak, gigi siap mencungkil dan menyobek.
Clary melihat salah satu perempuan prajurit Yang
Terabaikan terjatuh dengan tenggorokan terbuka, dan lengan
569 masih mengejang"ngejang. Seorang prajurit lainnya melukai
salah satu serigala dengan sebelah lengan, sementara lengan
lainnya tergeletak di tanah semetet darinya. Darah masih
berdenyut-denyut dari puntung lengan prajurit itu.
Darah hitam, yang payau seperti air rawa-rawa, mengalir
deras, dan melapisi rumput sehingga kaki Clary tergelincir. Luke menangkapnya sebelum ia terjatuh. "Tetaplah
bersamaku." Aku di sini, Clary ingin berkata, tapi tidak ada kata
yang bisa keluar dari mulutnya. Kelompok itu masih bergerak
maju di halaman menuju rumah sakit. Rasanya lambat dan
menyiksa. Cengkeraman Luke sekeras besi. Clary tidak tahu
siapa yang menang, kalau memang ada. Serigala unggul
di ukuran dan kecepatan, tapi Yang Terabaikan bergerak
dengan keteguhan yang menyeramkan dan ternyata sulit
dibunuh. Clary melihat serigala besar berbulu belang, yang tadinya
adalah Alaric, sedang menjatuhkan satu Yang Terabaikan
dengan mencabut kakinya. Prajurit itu tetap bergerak,
bahkan saat Alaric merobek"robek tubuhnya. Ia menebaskan
kapak, sehingga ada luka merah panjang membuka di kulit
Alaric. Karena perhatiannya teralihkan, Clary hampir tidak
menyadari ada Yang Terabaikan menembus lingkaran
pelindung, sampai prajurit itu menjulang di depannya.
Seakan-akan makhluk itu telah muncul dari rumput di kaki
gadis itu. Dengan mata putih dan rambut kusut, makhluk itu
mengangkat sebilah pisau yang menetes-neteskan darah.
570 Clary menjerit. Luke berputar, lalu menyeretnya ke
samping. Luke langsung menangkap pergelangan tangan
makhluk itu, lalu memuntirnya. Clary mendengar bunyi
derak tulang, lalu ada pisau jatuh ke rumput. Tangan
Yang Terabaikan itu berjuntai dengan lunglai, tapi ia tetap
mendekati mereka tanpa menunjukkan rasa sakit sama
sekali. Luke berteriak serak memanggil Alarie.
Clary berusaha meraih belati di ikat pinggangnya, tapi
cengkeraman Luke di lengannya terlalu kuat. Sebelum Clary
sempat berteriak supaya dilepaskan, ada jilatan api keperakan
yang ramping meluncur di antara mereka. Itu Gretel. Ia
mendarat dengan kaki depan di dada Yang Terabaikan
itu, menjatuhkannya ke tanah. Gretel mendengking marah
dengan buas, tapi Yang Terabaikan itu lebih kuat. Prajurit
itu melemparnya ke samping seperti boneka kain, lalu
berdiri. Sesuatu mengangkat Clary. Ia berteriak, tapi ternyata
itu Alaric, yang berwujud setengah serigala. Tangan Alaric
berkuku tajam. Dengan tenang, tangan itu menahan Clary
dengan lembut seperti Alaric mengayun gadis itu ke dalam
lengannya. Luke memberi isyarat kepada mereka. "Keluarkan ia
dari sini! Bawa ia ke pintu!" dia berteriak.
"Luke!" Clary berputar di genggaman Alaric.
"Jangan lihat," Alaric menggeram.
Tapi Clary melihatnya. Cukup lama untuk mengerti.
Luke mulai menyusul Gretel dengan pisau di tangannya,
tapi terlambat. Yang Terabaikan mengangkat pisaunya,
571 yang tadi jatuh ke rumput yang dibasahi darah. Makhluk
itu menancapkannya ke punggung Gretel, lagi dan lagi
saat wanita serigala itu mencakar-cakar dan berjuang, dan
akhirnya roboh. Cahaya di matanya yang keperakan memudar
menjadi gelap. Sambil berteriak, Luke mengayunkan pisaunya
ke tenggorokan Yang Terabaikan itu"
"Aku sudah hilang jangan lihat," Alarie menggeram. Dia
membalik badan sehingga jalur pandang Clary terhalang.
Mereka berlari menaiki undakan sekarang. Suara kaki Alaric
yang bercakar memarut granit seperti kuku di papan tulis
hitam. "Alaric," kata Clary.
"Ya?" "Maaf aku pernah melemparkan pisau kepadamu."
"Jangan minta maaf. Itu lemparan yang bagus."
Clary berusaha melihat melewati Alaric. "Di mana
Luke?" "Aku di sini," kata Luke. Alaric berbalik. Luke sedang
menaiki tangga, menyelipkan pedangnya kembali ke dalam
sarung, yang terikat ke sisinya, di bawah jaket. Pedang
pendek itu hitam dan lengket.
Alaric membiarkan Clary meluncur ke serambi. Gadis
itu mendarat, lalu berbalik. Ia tidak bisa melihat Gretel
atau Yang Terabaikan yang telah membunuhnya. Ia hanya
melihat banyak tubuh yang bergelombang dan kilatan logam.
Wajah Clary basah. Clary memegangnya untuk memeriksa
apakah wajahnya berdarah, tapi menyadari bahwa ternyata
ia menangis. 572 Luke menatap Clary dengan heran. "Gretel cuma
Penghuni Dunia Bawah," katanya.
Mata Clary membara. "Jangan bilang begitu."
"Baiklah." Luke berbalik kepada Alaric. "Terima kasih
sudah menjaganya. Sementara kita melanjutkan..."
"Aku ikut denganmu," kata Alaric. Dia membuat sebagian
besar perubahannya ke wujud manusia, tapi matanya masih
mata serigala, dan bibirnya tertarik ke belakang dari gigi
yang sepanjang tusuk gigi. Dia melenturkan tangannya yang
berkuku panjang. Mata Luke memohon. "Alaric, jangan."
Alaric menggeram datar. "Kamu adalah pimpinan
rombongan. Sekarang akulah orang keduamu karena Gretel
sudah mati. Tidak benar membiarkanmu maju sendirian."
"Aku..." Luke menatap Clary, lalu kepada lahan di
depan rumah sakit. "Aku perlu kamu tetap di sini, Alaric.
Maaf. Ini perintah."
Mata Alaric berkilat kesal, tapi dia minggir. Pintu
rumah itu itu merupakan kayu pahatan berat yang banyak
hiasannya. Pela-polanya akrab bagi Clary, yaitu mawar Idris,
rune yang berputar"putar, dan matahari bersinar. Ada suara
letupan palang yang hancur ketika Luke menendang pintu
itu. Dia mendorong Clary maju saat pintu itu mengayun
lebar. "Masuk ke dalam."
Clary melewatinya, lalu berbalik di ambang pintu. Ia
menangkap kilasan tatapan Alaric. Mata serigalanya bersinar.
Di belakang Alaric, di halaman depan rumah sakit itu,
tubuh-tubuh bertebaran, tanah dinodai darah hitam dan
573 merah. Pintu terbanting menutup di belakang Clary, sehingga
gadis itu bersyukur pandangannya terpotong.
Ia dan Luke berdiri di cahaya temaram, di jalan masuk
dari batu yang diterangi sebuah obor. Setelah hiruk-pikuk
pertarungan, keheningan itu bagaikan mantel yang mencekik
leher. Clary jadi terengah-engah mencari udara, tepatnya
udara yang tidak lembab dan berbau darah.
Luke mencengkeram bahu Clary. "Kamu baik"baik
saja?" Clary menyeka pipinya. "Seharusnya kamu tidak bilang
begitu. Tentang Gretel cuma Penghuni Dunia Bawah. Aku
tidak berpikir begitu."
"Senang mendengarnya." Luke berusaha mengambil obot
di pegangan logamnya. "Aku takut keluarga Lightweod
mengubahmu menjadi salinan mereka."
"Yah, tidak kok."
Obor itu tidak bisa diambil oleh Luke. Dia mengernyit.
Clary mencari-cari di dalam sakunya, lalu mengeluarkan batu
rune mulus yang telah diberikan ]ace sebagai hadiah ulang
tahun. Gadis itu mengangkatnya tinggi-tinggi. Sinar menyala
di antara jemarinya seakan"akan ia telah meretakkan biji
kegelapan, dan mengeluarkan penerangan yang terperangkap
di dalamnya. Luke melepaskan obor itu.
"Suluh sihir?" katanya.
"_Iaee memberikannya kepadaku." Clary dapat merasakan
batu itu berdenyut di tangannya, seperti detak jantung seekor
burung mungil. Ia ingin tahu Jane berada di mana di antara
tumpukan ruangan berbatu abu-abu ini. Mungkinkah Jace
574 ketakutan" Mungkinkah Jaee bertanya"tanya apakah dia
akan bertemu dengan Clary Lagi"
"Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali aku bertarung
dengan suluh sihir," kata Luke, lalu mulai menaiki tangga.
Tangga itu berkeriat-keriut dengan keras di bawah sepatu
butnya. "Ikuti aku."
Sinar suluh sihir membuat bayangan mereka, yang
memanjang dengan aneh, di dinding batu granit yang mulus.
Mereka berhenti di dekat tangga. Di atas mereka, Clary
bisa melihat lampu. "Apakah rumah sakit memang biasanya
seperti ini, ratusan tahun yang lalu?" Clary berbisik.
"Oh, rangka dari gedung yang dibangun oleh Renwick
masih ada di sini," kata Luke. "Tapi aku bisa membayangkan
Valentine, Blackwell, dan yang lainnya telah memperbarui
gedung ini supaya lebih sesuai dengan selera mereka. Lihat
ini." Luke menggarukkan sebelah sepatu butnya ke lantai.
Clary menunduk, dan melihat sebuah rune dipahat ke
dalam granit di bawah kaki mereka. Rune itu berbentuk
lingkaran. Di tengahnya ada semboyan dalam bahasa Latin.
In Hoc Signo Vinces. "Apa artinya?" tanya Clary.
"Artinya "Dengan tanda ini, kita akan berkuasa'. Itu
semboyan Lingkaran."
Clary mendongak ke arah lampu. "Berarti mereka ada
di sini." "Mereka ada di sini," kata Luke. Ada penantian di
pinggiran sempit nada suaranya. "Ayo."
575 Mereka menaiki tangga putar itu, berputar di bawah
cahaya lampu sampai lampu itu seperti ada di sekeliling
mereka. Kemudian mereka berdiri di mulut koridor yang
panjang dan sempit. Obor-obor berkobar di sepanjang
lorong. Clary menutupi suluh sihir dengan tangannya, lalu
batu itu mengedip seperti bintang mati.
Ada banyak pintu yang berseling-seling di sepanjang
koridor. Semuanya tertutup erat. Clary penasaran apakah
dulu itu semua bangsal ketika bangunan ini masih rumah
sakit, atau mungkin kamar pribadi. Ketika mereka menyusuri
koridor itu, Clary melihat tanda jejak sepatu but. Jejak itu
berlumpur dari rumput di luar, silang"menyilang. Seseorang
baru saja berjalan di sini.
Pintu pertama yang mereka coba ternyata terbuka
dengan mudah, tapi kamar di baliknya kosong. Hanya ada
lantai kayu dipelitur dan dinding batu. Penerangannya yang
mengerikan berasal dari cahaya bulan yang tumpah melalui
jendela. Raungan yang samar"samar dari pertarungan di luar
sana mengisi ruangan itu, seirama dengan suara samudra.
Ruangan kedua dipenuhi senjata, misalnya pedang, tombak,
dan kapak. Cahaya bulan mengalir seperti air keperakan
menimpa barisan-barisan baja yang tidak disarungkan. Luke
bersiul pelan. "Koleksi yang bagus."
"Menurutmu, Valentine memakai semua ini?"
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mustahil. Aku rasa ini untuk tentaranya." Luke
berbalik. Ruangan ketiga adalah sebuah kamar. Gantungan di
sekeliling tempat tidur berkelambu itu berwarna biru. Karpet
576 Persianya juga berpola biru, hitam, dan abu-abu, sementara
perabotannya dicat putih, seperti di kamar anak"anak. Semua
itu dilapisi debu tipis yang menyeramkan. Debu itu membuat
perabotan jadi berkilat di bawah cahaya bulan.
Di atas tempat tidur, ]ocelyn berbaring tertidur.
Wanita itu berbaring telentang. Satu tangannya melintang
di dada dengan berantakan. Rambutnya membentang di
bantal. Ia memakai semacam gaun tidur putih yang belum
pernah dilihat oleh Clary.]ocelyn bernafas dengan teratur dan
tenang. Di dalam tusukan cahaya bulan, Clary dapat melihat
kedutan kelopak mata ibunya yang sedang bermimpi.
Sambil menjerit kecil, Clary menyerbu ke sana, tapi Luke
menghadangkan tangannya ke depan dada Clary seperti
batang besi untuk menahan gadis itu. "Tunggu," katanya.
Suaranya tegang. "Kita harus berhati"hati."
Clary melotot kepada Luke, tapi pria itu menatap
melewatinya. Air muka Luke marah dan terluka. Clary
mengikuti garis pandangan Luke, lain melihat apa yang tidak
ingin ia lihat sebelumnya. Ada belenggu perak di pergelangan
tangan dan kaki ]ocelyn. Ujung"ujungnya ditanamkan dalamdalam ke lantai batu di kedua sisi tempat tidur. Meja di
samping tempat tidur ditutupi oleh barisan kabel dan botol,
juga kendi kaca dan peralatan aneh dengan alat bedah dari
baja yang berkilat-kilat. Sebuah kabel karet terentang dari
salah satu kendi ke pembuluh di lengan kiri Jocelyn.
Clary menyentakkan diri dari tangan Luke yang
menahannya, lalu menerjang ke tempat tidur. Gadis itu
memelukkan lengannya di sekeliling tubuh ibunya yang
577 tidak memberikan tanggapan. Tapi Clary seperti berusaha
memeluk boneka yang sendi-sendinya tersambung dengan
buruk. ]ocelyn tetap diam dan kaku. Nafasnya yang pelan
tidak berubah. Seminggu yang lalu, Clary pasti sudah menangis seperti
malam itu ketika kali pertama mengetahui bahwa ibunya
menghilang, menangis keras-keras. Tapi tidak ada air mata
yang menetes sekarang. Clary melepaskan ibunya, lalu berdiri
tegak. Tidak ada rasa takut di dalam dirinya lagi. Gadis
itu tidak mengasihani diri sendiri lagi. Hanya ada amarah
yang pahit dan hasrat untuk menemukan pria yang telah
melakukan ini, orang yang bertanggung jawab atas semua
ini. "Valentine," katanya.
"Pasti," Luke berada di sampingnya. Pria itu menyentuh
wajah ibunya dengan lembut, menaikkan kelopak matanya.
Mata Jocelyn sekosong pualam. "Ia tidak dibius," kata Luke.
"Aku rasa ia diberi mantra."
Clary mengembuskan nafas kuat"kuat dengan setengah
terisak. "Bagaimana kita bisa membawanya keluar dari
Sini?" "Aku tidak bisa menyentuh belenggunya," kata Luke.
"Perak. Apakah kamu punya?"
"Ruang persenjataan," kata Clary sambil berdiri. "Tadi
aku lihat ada kapak di sana. Beberapa. Kita bisa memotong
rantainya..." "Rantai itu tidak bisa dirusak." Suara yang berbicara
dari pintu itu terdengar rendah, berpasir, dan akrab.
578 Clary berputar dan melihat Blackwell. Pria itu menyeringai
sekarang. Dia mengenakan jubah berwarna gumpalan
darah yang sama seperti sebelumnya. Tudungnya terdorong
ke belakang, dan sepatu but berlumpur bisa dilihat dari
bawah celananya. "Graymark," kata Blackwell. "Kejutan
yang menyenangkan." Luke berdiri. "Kalau kamu terkejut, berarti kamu
memang idiot," katanya. "Aku jelas-jelas tidak datang
dengan tenang." Pipi Blackwell merona ungu gelap, tapi dia tidak
menghampiri Luke. "Kamu menjadi pemimpin klan lagi,
kan?" katanya, lalu tertawa dengan tidak menyenangkan.
"Kamu tidak bisa menghentikan kebiasaanmu, menyuruh
Para Penghuni Dunia Bawah mengerjakan pekerjaan kotormu"
Pasukan Valentine sedang sibuk menaburkan potongan tubuh
mereka di seluruh penjuru halaman. Tapi kamu malah di
sini, aman bersama pacar-pacarmu."
Blackwell mencibir ke arah Clary. "Yang satu ini
kelihatannya terlalu muda untukmu, Lucian."
Clary merona marah. Tangannya mengepal menjadi
tinju. Tapi suara Luke, ketika menjawab, tetap sopan. "Aku
tidak akan menyebut mereka pasukan, Blackwell," katanya.
"Mereka adalah Yang Terabaikan. Mereka manusia yang
telah disiksa. Kalau tidak salah, Kunci sangat menentang
hal itu. Maksudku, menyiksa orang dan memakai sihir
hitam. Mereka pasti tidak akan senang."
"Masa bodoh dengan Kunci," Blackwell menggeram.
"Kami tidak membutuhkan mereka dan cara mereka yang
579 memberi toleransi kepada makhluk campuran. Lagipula,
Yang Terabaikan tidak akan begitu lagi. Begitu Valentine
menggunakan Piala kepada mereka, mereka akan menjadi
Pemburu Bayangan yang sebaik kami. Itu lebih baik daripada
cara Kunci mendapatkan pejuang-pejuangnya sekarang ini.
Dasar pemalas pecinta Penghuni Dunia Bawah." Blackwell
memamerkan giginya yang tumpul.
"Kalau memang itu rencananya dengan Piala," kata Luke,
"kenapa belum dilakukan" Apa lagi yang dia tunggu?"
Alis Blackwell naik. "Kamu tidak tahu ya" Dia
sudah..." Sebuah tawa licin menyela mereka. Pangborn telah
muncul di samping Blackwell. Pakaiannya serba hitam dan
ada lilitan dari kulit yang melintang di bahunya. "Cukup,
Blackwell," katanya. "Kamu terlalu banyak bicara, seperti
biasanya." Pangborn mengarahkan giginya yang mencuat kepada
Luke. "Gerakan yang menarik, Graymark. Aku tidak
mengira kamu tega memimpin klan terbarumu ke dalam
misi bunuh diri." Pipi Luke mengejang. "Jocelyn," katanya. "Apa yang
telah Valentine lakukan kepadanya?"
Chuckle terkekeh"kekeh dengan bernada. "Aku kira
kamu tidak peduli." "Aku tidak melihat ada yang Valentine inginkan dari
Jocelyn sekarang," Luke melanjutkan. Dia tidak menghiraukan
ejekan itu. "Dia sudah mendapatkan Piala. Jocelyn tidak
560 berguna lagi. Valentine tidak pernah membunuh tanpa alasan.
Kalau memang ada alasannya, itu berbeda lagi."
Pangborn mengangkat bahu dengan tidak peduli. "Tidak
ada bedanya bagi kami, apa pun yang dilakukan Valentine
kepadanya," kata Pangborn. "Dulu Jocelyn istrinya. Mungkin
Valentine benci wanita ini. Itulah alasannya."
"Lepaskan ]ocelyn," kata Luke. "Kami akan pergi
bersamanya, dan memulangkan rombongan. Aku janji
kepadamu." "Tidak!" Clary berseru marah, sehingga Pangborn
dan Blackwell teralih kepadanya. Mereka berdua tampak
agak heran, seakan"akan Clary adalah kecoak yang bisa
berbicara. Clary berbalik kepada Luke. "Masih ada ]ace.
Dia pasti ada di sini."
Blackwell terkekeh"kekeh. "_Iace" Tidak pernah dengar
tentang Jace," katanya. "Sekarang, aku bisa menyuruh
Pangborn mengeluarkan ]ocelyn. Tapi aku lebih suka tidak.
Bagiku ia selalu wanita jalang, ]ocelyn itu. Meskipun ia
memang lebih baik daripada kita, dengan tampangnya dan
garis keturunannya. Ia cuma jalang dengan asal-usul yang
baik, itu saja. Ia hanya menikahi Valentine supaya bisa
membalikkan keadaan kepada kami semua..."
"Kecewa karena bukan kamu yang menikahinya,
Blackwell?" Luke hanya menjawab itu, tapi Clary bisa
mendengar amarah dingin di dalam suaranya.
Wajah Blackwell menjadi ungu. Dia melangkah dengan
marah ke dalam ruangan. 581 Luke pun bergerak dengan sangat cepat sampai-sampai
Clary hampir tidak melihat tindakannya. Pria itu mengambil
pisau bedah dari meja, dan melemparkannya. Pisau itu
berputar dua kali di udara, lalu menancap dari ujungnya di
tenggorokan Blackwell, sehingga jawabannya terpotong.
Blackwell tercekik. Matanya juling menjadi putih, lalu
jatuh berlutut dengan tangan memegangi tenggorokan. Cairan
merah gelap berdeguk di antara jemarinya yang terentang. Dia
membuka mulut seperti mau bicara, tapi hanya mengucurkan
segaris tipis darah. Tangannya tergelincir dari tenggorokan,
lalu ambruk ke lantai seperti pohon tumbang.
"Oh, ya ampun," kata Pangborn. Dia memandangi
tubuh rekannya dengan jijik. "Mengganggu sekali."
Darah dari sayatan di tenggorokan Blackwell menyebar
ke lantai menjadi kolam merah yang lengket. Luke memegang
bahu Clary, lalu membisikkan sesuatu di telinganya. Bisikan
itu tanpa arti. Clary hanya merasakannya sebagai dengungan
kaku di kepalanya. Ia teringat sebuah puisi dari kelas bahasa
Inggris. Puisi itu tentang bagaimana setelah kematian pertama
yang kamu lihat, kematian lainnya tidak berarti lagi. Ah,
penyairnya pasti tidak mengerti apa yang dia bicarakan.
Luke melepaskan Clary. "Kuncinya, Pangborn," kata
Luke. Pangborn menyenggol Blackwell dengan sebelah kaki,
lalu mendongak. Dia tampak gusar. "Atau apa" Kamu akan
melempar semprotan kepadaku" Cuma ada satu pisau di
meja itu. Tidak," dia menambahkan.
562 Dari balik bahunya, Pangborn menarik sebuah pedang
yang panjang dan tampak hebat. "Sepertinya kalau kamu
mau mendapatkan kunci itu, kamu harus mengambilnya
sendiri. Bukan karena aku peduli tentang ]ocelyn Morgenstern,
kamu mengerti kan, tapi hanya karena aku, khususnya,
sudah menunggu-nunggu kesempatan untuk membunuhmu",
selama bertahun-tahun."
Pangborn memanjang-manjangkan kata terakhirnya,
mengecapnya dengan kegembiraan lezat yang meluap-luap
sambil berjalan maju ke dalam ruangan. Pedang pendeknya
menyala bagaikan tombak kilat di bawah cahaya bulan.
Clary melihat Luke mengacungkan tangan ke arahnya.
Tangan itu memanjang dengan aneh, dan berujung paku
seperti belati-belati kecil. Clary menyadari dua hal, yaitu
Luke hendak Berubah, dan apa yang tadi dibisikkannya
adalah satu kata. Lari. Clary berlari. Ia berlari zigzag di dekat Pangborn, yang
hampir tidak melirik ke arahnya. Lalu gadis itu melewati
jasad Blackwell, dan keluar dari pintu. Clary sudah berada di
koridor, dengan jantung berdebarudebar, sebelum perubahan
Luke lengkap. Clary tidak melihat ke belakang, tapi ia
mendengar lolongan yang panjang dan tajam, suara logam
bertemu logam, juga suara sesuatu yang jatuh dan hancur.
Kaca pecah, pikirnya. Mungkin mereka telah menjatuhkan
meja di samping tempat tidur.
Clary berlari di aula menuju ruang persenjataan. Di
dalamnya, ia meraih kapak bergagang baja yang sudah
583 termakan cuaca. Kapak itu menancap dengan kuat di
dinding. Clary tidak bisa melepaskannya, sekuat apa
pun ia menariknya. Clary mencoba sebuah pedang, lalu
tongkat bulu"bahkan belati kecil"tapi tidak ada yang
bisa dilepaskan oleh tangannya. Akhirnya, setelah kukunya
sobek dan jarinya berdarah, Clary menyerah. Ada sihir di
ruangan ini, dan bukan sihir dari rune, melainkan sesuatu
yang liar dan aneh. Ini sesuatu yang gelap.
Clary mundur dari ruangan itu. Tidak ada di lantai ini
yang bisa menolongnya. Ia terpincang-pincang di koridor.
Ia mulai merasakan sakit dari capeknya yang luar biasa di
kaki dan tangannya. Akhirnya ia sampai di persimpangan
tangga. Naik atau turun" Kalau turun, ia mengingat"ingat,
tidak ada cahaya, kosong. Tentu saja, ada suluh sihir di
sakunya, tapi ia menggigil membayangkan harus berjalan
di ruang hitam itu sendirian. Di atas sana, Clary melihat
nyala lampu, dan menangkap kelip yang mungkin merupakan
gerakan seseorang atau sesuatu.
Clary naik. Tangannya sakit, kakinya sakit, semuanya
sakit. Lukanya telah diperban, tapi tidak berhenti menyengat.
Wajahnya terasa sakit di tempat Hugo telah menyayat pipi
dan mulutnya. Rasanya seperti logam dan pahit.
Clary sampai di lantai teratas. Pinggiran tangganya
berputar dengan halus seperti haluan kapal. Di sini hening
seperti di bawah tadi. Tidak ada suara pertarungan di luar
yang mencapai telinganya. Lagi-lagi ada koridor panjang
yang membentang di hadapannya, juga dengan banyak pintu.
Tapi beberapa di antaranya terbuka, dan menumpahkan
564 lebih banyak cahaya ke koridor. Clary melangkah maju,
lalu instingnya menariknya kepada pintu terakhir di sebelah
kiri. Dengan hati-hati, ia mengintip ke dalam.
Awalnya, kamar itu mengingatkannya dengan salah
satu tampilan buatan sebuah periode di Museum Seni
Metropolitan. Rasanya seperti ia telah melangkah ke
dalam masa lalu. Dinding papannya bersinar seperti baru
saja dipelitur, begitu pula rangkaian meja makan panjang
dengan piring"piring kuno dari China yang cantik. Cermin
berbingkai emas menghiasi dinding yang jauh, di antara
dua lukisan cat minyak berbingkai berat.
Semuanya berkelip-kelip di bawah cahaya obor. Piringpiring di meja ditumpuki dengan makanan, gelas-gelas bergalur
yang berbentuk mirip bunga lili miia. Kain linennya sangat
putih sampai-sampai menyilaukan. Di ujung ruangan ada
dua jendela besar yang dihiasi beledu berat.
The Mortal Instruments 1 City Of Bones Karya Cassandra Clare di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
]ace berdiri di dekat salah satu jendela. Dia sangat kaku,
sehingga sesaat Clary membayangkan bahwa dia adalah patung,
sampai gadis itu bisa melihat cahaya bersinar di rambutnya.
Tangan kirinya menahan tirai ke samping. Di jendela yang
gelap, Clary melihat pantulan lusinan lilin di dalam mangan,
terjebak di dalam kaca seperti kunang-kunang.
" ace," kata Clary. Suaranya terdengar seperti dari
kejauhan. Suara itu terkejut, bersyukur, dan mengandung
rindu yang tajamnya menyakitkan. ]ace berbalik, menjatuhkan
tirai, lalu tampak keheranan.
565 "_Iace!" Clary berkata lagi, lalu berlari ke arah pemuda
itu. Jaee menangkap Clary saat gadis itu melemparkan diri
kepadanya. Lengannya membungkus Clary dengan erat.
"Clary." Suara Jace hampir tidak bisa dikenali. "Clary,
sedang apa kamu di sini?"
Suara Clary teredam kaus Jace. "Aku datang demi
kamu." "Seharusnya kamu tidak datang." Pegangannya pada
Clary mengendur tiba-tiba. Jane mundur, memegangnya agak
jauh. "Ya Tuhan," kata Jace sambil menyentuh wajah Clary.
"Dasar idiot." Suara ]ace marah, tapi pandangan dan jemari
yang dengan lembut mendorong rambut Clary ke belakang
terasa lembut. Clary belum pernah melihat _Iace seperti ini.
Ada semacam kerapuhan di dalam diri pemuda itu, seakanakan dia tidak hanya tersentuh, tapi bahkan juga terluka.
"Kenapa kamu tidak pernah berpikir?" ]ace berbisik.
"Aku memang berpikir," kata Clary. "Aku berpikir
tentang kamu." Jace menutup matanya sejenak. "Kalau sesuatu terjadi
kepadamu..." Tangannya menelusuri garis lengan Clary
dengan lembut, sampai ke pergelangan tangan, seperti untuk
meyakinkan dirinya bahwa gadis itu benar-benar ada di
sana. "Bagaimana kamu bisa menemukanku?"
"Luke," Clary menjawab. "Aku datang bersama Luke.
Untuk menyelamatkanmu."
Sambil masih memeluk Clary, Jaee mengalihkan matanya
ke jendela. Ujung mulutnya sedikit berkerut. "Jadi mereka
566 adalah..., kamu datang bersama rombongan serigala itu?"
dia bertanya dengan nada suara yang aneh.
"Rombongannya Luke," kata Clary. "Dia manusia
serigala, dan..." "Aku tahu," ]ace memotongnya. "Seharusnya aku sudah
menebak itu", dari belenggu yang waktu itu." Dia melirik
ke pintu. "Di mana dia?"
"Di bawah," kata Clary pelan. "Dia sudah membunuh
Blackwell. Aku naik untuk mencarimu..."
"Dia harus menarik mereka kembali," kata Jace.
Clary menatapnya dengan tidak mengerti. "Apa?"
"Luke," kata Jace. "Dia harus menarik rombongannya
kembali. Ada kesalahpahaman."
"Apa, kamu menculik dirimu sendiri?" Clary bermaksud
menggoda, tapi suaranya terlalu tipis. "Ayolah, ]ace."
Clary menarik pergelangan tangan ]ace, tapi pemuda
itu bertahan. ]ace menatap Clary dengan penuh, lalu Clary
tersentak menyadari apa yang sebelumnya ia tidak perhatikan
karena terlalu lega. Terakhir kali Clary melihat ]ace, pemuda itu terluka dan
memar, dengan baju ternoda kotoran dan darah, rambut kotor
dengan darah hitam dan debu. Sekarang ]ace memakai kaus
putih longgar dan celana hitam. Rambutnya sudah disisir,
dan jatuh di sekitar wajahnya. Rambut itu berwarna emas
pucat dan kendur. _Iace menyapu beberapa helai rambut
dari matanya dengan tangannya yang kurus. Clary melihat
bahwa cincin perak itu sudah kembali ke jarinya.
567 "Itu pakaianmu?" Clary bertanya dengan bingung.
"Dan..., kamu diperban..." Suara Clary berhenti. "Sepertinya
Valentine merawatmu dengan sangat baik."
Jace tersenyum dengan rasa sayang yang letih. "Kalau
aku memberitahumu yang sebenarnya, kamu pasti bilang
aku gila," katanya. Clary merasa jantungnya berdenyut menyentuh bagian
dalam dadanya, seperti gerakan detak sayap burung kolibri yang
sangat cepat. "Tidak, aku tidak akan bilang begitu."
"Ayahku yang memberiku baju ini," kata ]ace.
Denyut jantung Clary berubah menjadi debarann
cepat. "]ace," ia berkata dengan hati-hati, "ayahmu sudah
meninggal." "Tidak." ]ace menggeleng. Clary merasakan bahwa Jace
sedang menahan perasaan yang besar, seperti rasa takut atau
gembira, atau dua"duanya sekaligus. "Aku kita memang
begitu, tapi ternyata tidak. Itu semua salah."
Clary teringat kata-kata Hodge tentang Valentine dan
kemampuannya untuk menceritakan kebohongan yang
mempesona dan meyakinkan. "Apakah ini yang Valentine
ceritakan kepadamu" Karena dia pembohong, Jace. Ingatlah
kata-kata Hodge. Kalau Valentine bilang ayahmu masih
hidup, itu cuma dusta supaya kamu melakukan apa yang
dia mau." "Aku sudah melihat ayahku," kata ]ace. "Aku sudah
berbicara dengannya. Dia memberiku ini." Jace menarik
kausnya yang baru dan bersih, seakan"akan itu adalah bukti
yang tidak terelakkan. "Ayahku tidak mati. Valentine tidak
568 membunuhnya. Hodge berbohong kepadaku. Selama ini aku
mengira dia sudah mati, tapi sebenarnya tidak."
Clary celingukan dengan liar, ke ruangan dengan piring
China bersinar, dan obor"obor yang menyala, lalu cermin
kosong yang menyilaukan. "Yah, kalau ayahmu benar"benar
ada di tempat ini, lalu di mana dia" Apakah Valentine
menculiknya juga?" Mata ]ace bersinar. Leher kausnya terbuka. Clary bisa
melihat bekas"bekas luka putih tipis yang menutupi tulang
selangkanya, seperti retakan di kulit keemasan yang mulus.
"Ayahku..." Pintu ruangan itu, yang sudah ditutup oleh Clary,
membuka dengan bunyi keriat"keriut. Seorang pria berjalan
masuk ke dalam ruangan. Itu Valentine. Rambutnya yang keperakan telah dipotong
cepak. Kepalanya bersinar seperti helm baja yang dipelitur,
dan mulutnya keras. Dia memakai sarung pinggang di ikat
pinggangnya yang tebal. Pangkal sebuah pedang panjang
menonjol dari atasnya. "Nah," katanya sambil meletakkan
sebelah tangan di pangkal pedang itu saat berbicara,
"kamu sudah membereskan barang"barangmu" Pasukan
Yang Terabaikan kita hanya bisa menahan para manusia
serigala selama..." Karena melihat Clary, Valentine berhenti di tengah
kalimat. Dia bukan jenis orang yang pernah tidak siaga, tapi
Clary melihat matanya berkilat kaget. "Apa ini?" Valentine
bertanya sambil beralih kepada Jace.
569 Tapi Clary sudah meraba pinggangnya untuk mengambil
belati. Ia memegang pangkalnya, menyentakkannya keluar
dari sarung, lalu menarik tangannya ke belakang. Amarah
berdebar-debar di belakang matanya seperti dentaman drum.
Clary sanggup membunuh pria ini. Ia akan membunuh
Valentine. Jaee menangkap pergelangan tangan gadis itu.
"Jangan." Clary tidak bisa menahan rasa tidak percayanya. "Tapi,
late..." "Clary," kata Jace tegas. "Inilah ayahku."
590 3 Valentine itu cuma dusta yang dicampur dengan sedikit kebenaran.
"Ternyata aku telah menyela sesuatu," kata Valentine.
Suaranya sekering sore yang berpasir. "Nak, maukah kamu
memberitahuku siapa ini" Salah satu anak Lightwood,
mungkin?" "Tidak," kata ]ace. Dia terdengar lelah dan tidak bahagia,
tapi tangannya yang menggenggam Clary tidak mengendur.
"Ini Clary. Clarissa Fray. Ia temanku. Ia..."
Mata hitam Valentine membabat Clary perlahan, dari
atas rambutnya yang kusut ke kakinya yang memakai
sepatu kain lecet. Mata itu berhenti di belati yang masih
digenggam tangan Clary. 591 Air muka yang tidak bisa diuraikan melintasi wajah
Valentine, yaitu sebagian senang, sebagian gusar. "Bagaimana
kamu bisa mendapatkan pisau itu, gadis muda?"
Clary menjawab dengan dingin. "]ace memberikannya
kepadaku." "Tentu saja dari ]aee," kata Valentine. Nada suaranya
ringan. "Boleh aku lihat?"
"Tidak!" Clary mundur satu langkah, seperti ia pikir
Valentine mungkin menerjang kepadanya. Lalu gadis itu
merasakan belatinya dicabut dengan rapi dari jemarinya. Jace
memegang belati itu, dan menatap Clary dengan ekspresi
minta maaf. "jasa," Clary berdesis. Ia meletakkan setiap
ons pengkhianatan yang ia rasakan ke dalam satu penggal
kata nama pemuda itu. Jace cuma berkata, "Kamu masih belum mengerti,
Clary." Dengan semacam rasa peduli dan penuh hormat
yang membuat Clary mual, ]ace menghampiri Valentine
dan menyerahkan belatinya. "Ini dia, Ayah."
Valentine mengambil belati itu dengan tangannya yang
besar dan bertulang panjang, lalu memperhatikannya. "Ini
adalah kindjal, yaitu belati Circassian, daerah di antara
Laut Hitam dan Laut Kaspia. Benda khusus ini dulunya
merupakan salah satu dari sepasang. Ini, lihatlah bintang
Morgensterns, terukir di pisaunya." Pria itu membaliknya,
menunjukkannya kepada Jace. "Aku terkejut pasangan
Lightwood tidak pernah menyadari ini."
552 "Aku tidak pernah menunjukkannya kepada mereka,"
kata Jace. "Mereka membiarkanku mempunyai barang"barang
pribadi. Mereka tidak membongkarnya."
"Tentu saja tidak," kata Valentine. Dia menyerahkan
kindjal itu kembali kepada Jace. "Mereka kira kamu anaknya
Michael Wayland." ]ace menyelipkan belati berpangkal merah itu ke ikat
pinggangnya, lalu mendongak. "Aku kita juga begitu," dia
berkata pelan. Pada saat itulah Clary menyadari bahwa ini
bukan lelucon. Jace tidak hanya mempermainkan Clary.
Dia benar"benar mengira Valentine adalah ayahnya yang
telah kembali. Rasa putus asa yang dingin menyebar melalui pembuluh
darah Clary. Jace yang marah, Jace yang memancing amarah,
Jace yang berang., Clary bisa menanganinya. Tapi Jace yang
baru ini, rapuh dan bersinar di bawah cahaya mukjizatnya
sendiri adalah orang asing baginya.
Valentine menatap Clary dari balik kepala _Iace yang
pirang kecokelatan. Mata pria itu menjadi dingin karena
senang. "Mungkin," katanya, "ide yang bagus kalau kamu
duduk sekarang, Clary?"
Clary menyilangkan tangannya dengan keras kepala di
depan dada. "Tidak."
"Sesukarnu." Valentine menarik sebuah kursi, lalu duduk
di bagian kepala meja itu. Setelah sejenak, Jace duduk juga,
di samping gelas anggur yang setengah berisi. "Tapi kamu
akan mendengarkan beberapa hal yang mungkin membuatmu
berharap sudah mengambil kursi," kata Valentine.
553 "Aku akan memberi tahu," Clary berkata kepadanya,
"kalau memang nanti aku mau duduk."
"Baiklah." Valentine bersandar. Tangannya berada di
belakang kepala. Leher kausnya terbuka sedikit, menunjukkan
tulang selangkanya yang berbekas luka. Seperti putranya,
seperti semua Nephilirn. Hidup yang penuh luka dan
pembunuhan, Hodge pernah berkata. "Clary," pria itu berkata
lagi, seakan-akan mengecap bunyi namanya. "Kependekan
dari Clarissa" Bukan nama yang akan aku pilih."
Bibirnya menggulung suram. Dia tahu aku anaknya,
pikir Clary. Entah bagaimana, dia tahu. Tapi dia tidak
mengatakannya. Kenapa dia tidak mengatakannya"
Karena _]aee, Clary tersadar. Jace akan berpikir..., ia
tidak bisa membayangkan apa yang akan pemuda itu
pikirkan. Valentine telah melihat mereka berpelukan ketika
dia memasuki pintu. Dia pasti tahu bahwa dia memegang
sepotong informasi yang bisa menghancurkan mereka. Benak
Valentine yang tajam sedang bekerja dengan cepat, berusaha
memutuskan bagaimana menggunakan pengetahuan itu
sebaik"baiknya. Clary memandang Jace dengan memohon lagi, tapi
pemuda itu menunduk memandangi gelas anggur di dekat
tangan kirinya. Gelas itu setengah berisi cairan merah
keunguan. Clary bisa melihat dada Jace yang naik turun
dengan cepat saat pemuda itu bernafas. Ternyata Jace lebih
kacau daripada yang ditampakkannya.
"Aku tidak peduli apa yang akan kamu pilih," kata
Clary. 554 "Aku yakin," Valentine menjawab sambil memiringkan
tubuhnya ke depan, "memang kamu tidak peduli."
"Kamu bukan ayahnya Jace," kata Clary. "Kamu berusaha
menipu kami. Ayahnya Jace adalah Michael Wayland.
Keluarga Lightwood tahu itu. Semua orang tahu."
"Keluarga Lightwood mendapatkan informasi yang salah,"
kata Valentine. "Mereka benar-benar percaya"percaya bahwa
Jace adalah putra teman mereka, yaitu Michael. Begitu
pula Kunci. Bahkan Para Saudara Hening tidak tahu siapa
Bukan Istri Pilihan 4 Pendekar Rajawali Sakti 113 Pembalasan Iblis Sesat Kisah Pedang Di Sungai Es 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama