The Hidden Oasis Karya Paul Sussman Bagian 5
"Keparat," gerutu Flin.
Beberapa gambar itu"hitam-putih"adalah perempuan
besar yang menarik dan berstoking, tali bretel, G-string dan
kutang separuh terbuka, walaupun dalam beberapa gambar di
antaranya kutang dan G-string tak tampak lagi, memperlihatkan
payudara, kelamin si perempuan yang berambut subur dan, fokus
dari kebanyakan gambar, bagian bokong yang sangat penuh.
Perempuan itu tampaknya berada di dalam sebuah kamar hotel,
di atas ranjang, kadangkala berbaring telentang dengan kedua
kakinya membuka, kebanyakan gambar perempuan itu sedang
berlutut dengan bokong menghadap kamera, tangan merogoh
di antara kedua pahanya, dengan menggenggam pisang yang
besarnya tak wajar. "Aku tak akan pernah makan pie banofee lagi," kata Majdi
sambil murung, membenarkan letak kacamatanya. "Demi
Tuhan, apa yang membuatmu memotret?""
"Bukan aku yang mengambil gambar sialan itu!" Flin meradang. "Ya Tuhan, Majdi, kau menganggap aku?"
"Kami tidak tahu siapa yang mengambil gambar itu," kata
Freya, terdengar tak begitu jengkel daripada kedua pria itu.
"Kamera itu ditemukan di padang pasir. Kami berharap gambar
di dalamnya bisa memberi keterangan kepada kami tentang
pemiliknya, apa yang dia lakukan di sana."
"Sedang mengeksplorasi, kalau dilihat dari gambarnya," kata
Majdi, sambil memiringkan kepalanya ke satu sisi ketika dia menilai postur tertentu yang berubah. "Bagaimana bisa dia?""
"Jangan," sela Flin. "Pokoknya jangan."
Semuanya ada tiga puluh enam gambar dan mereka menelitinya satu per satu. Freya baru saja menyelesaikan separuh
sebelum menyimpulkan bahwa hal ini hanya membuang-buang
THE HIDDEN OASIS | 231 waktu dan kembali ke ruang tunggu. Flin tetap meneliti, membungkuk di atas kotak lampu. Majdi menunggu di belakang
Flin saat dia meneliti gambar"gambar lain dengan caranya
sendiri, mengamati dengan cermat setiap gambar dengan harapan sia-sia akan menemukan sesuatu yang berguna. Pada saat dia
sampai pada beberapa gambar terakhir, Flin sudah pasrah dan
menganggap semua itu sia-sia belaka. Dia baru akan menegakkan badannya ketika, tiba-tiba, dia menjadi tegang dan membungkuk lagi, wajahnya berada hanya beberapa sentimeter di
atas permukaan Perspex kotak itu.
"Apa yang perempuan itu lakukan sekarang?" tanya Majdi,
memerhatikan minat Flin dan ikut membungkuk di sisinya.
Flin mengabaikan pertanyaan itu.
"Aku ingin gambar ini dicetak," katanya, sambil mengetuk
gambar paling akhir dari rol itu, suaranya terdengar mendesak
sekarang, bersemangat. "Flin, kau memang teman lamaku, tetapi ini "kan bukan
tempat ?" "Tidak ada pisang, Majdi, aku berjanji."
Si pria Mesir itu mendesah panjang.
"Baiklah, baiklah."
Dia menarik selembar kertas fotogra" Ilford dari tumpukan
di salah satu rak dan, setelah mengantar Flin keluar dari ruang
gelap, dia menutup pintu.
"Kau menemukan sesuatu?" tanya Freya, sambil mendongak.
"Mungkin ya, mungkin tidak," kata Flin. "Majdi sedang mencetaknya sekarang."
"Apa itu?" "Kita tunggu saja hasil cetaknya."
Freya mencoba mendesaknya, tetapi Flin menghindar pertanyaan itu dan berjalan mondar-mandir sebelum kembali ke
pintu ruang gelap dan mengetuknya.
"Sudah selesai?"
232 | PAUL SUSSMAN "Beri aku waktu!" terdengar jawaban.
"Berapa lama lagi?"
"Sepuluh menit."
Flin kembali mondar-mandir, ke sana-kemari, sambil menatap jam dinding terus menerus, menepuk-nepukkan tangan
di pahanya sampai akhirnya pintu ruang gelap itu terbuka dan
Majdi muncul, dengan selembar A4 mengilap tergenggam di
tangannya. Flin dengan cepat menghampiri dan meraih gambar
cetak itu dari tangan temannya. Freya melihat dari balik bahu
Flin. Freya tidak tahu apa yang sedang diharapkannya"gunung
pasir, barangkali. Atau gambar Rudi Schmidt, ada indikasi
mengapa kakaknya harus menaruh minat pada laki-laki itu,
mengapa minatnya sampai harus membuatnya terbunuh.
Foto itu tidak memberikan jawaban apa-apa seperti yang diharapkannya. Bahkan tampaknya tidak diambil di padang pasir.
Semacam gerbang batu atau pintu masuk besar, itulah yang
terlihat, ditumbuhi tanaman lebat seolah bangunan yang dapat
diakses dari gerbang itu telah lama ditinggalkan dan diserahkan
kepada alam. Freya mencondongkan tubuhnya lebih dekat,
mencoba memahami foto itu, memerhatikan pintu kayu persegi,
garis bentuk burung terukir pada tembok di atasnya, menara
tinggi berbentuk trapesium di kedua sisinya. Untuk sesaat
lamanya dia menatap gambar itu; kemudian menunjuk gambar
yang terukir di bagian depan masing-masing menara: sebuah
obelisk yang di dalamnya ada motif garis melengkung dan tanda
salib yang aneh. "Aku pernah melihatnya sebelum ini," kata Freya. "Pada
obelisk keramik di dalam tas Rudi Schmidt, yang aku ceritakan
kepadamu." Flin hanya diam menatap. Foto itu sedikit bergetar di tangannya.
"Kota Zerzura putih seperti seekor merpati," bisiknya. "Dan
pada pintunya terukir seekor burung."
THE HIDDEN OASIS | 233 "Apa artinya?" Flin tidak menanggapi. Dia justru berjalan melintasi ruangan,
meraih kamera Leica, menyorongkannya kepada Majdi.
"Kita harus mencetak "lm di dalam kamera ini," katanya.
"Kita harus mengeluarkannya dari kamera dan mencetaknya."
"Flin, aku ingin sekali membantu, tetapi banyak sekali hal
lain yang harus kuselesaikan. Aku harus?"
"Kita harus mencetak "lm ini, Majdi. Aku harus tahu apa
yang ada di dalamnya. Sekarang. Kumohon."
Si pria Mesir berkedip, bingung dengan sikap kasar temannya
ini. Kemudian, dengan anggukan, ia mengambil kamera itu.
"Kalau memang penting sekali."
"Memang penting sekali," kata Flin. "Percayalah."
Majdi memutar kamera itu di tangannya.
"Kemungkinan besar ini akan memakan waktu yang lebih
lama daripada rol yang lain," katanya. "Tombol rewind-nya
rusak berat, casing-nya mungkin penuh dengan pasir dan kerikil
halus"Leica terkenal lemah dalam hal itu"dan bahkan jika
aku bisa mengeluarkan "lm dari kamera ini, tak ada jaminan?"
Dia mengangkat bahu. "Kita lihat saja apa yang bisa kulakukan. Beri aku waktu
empat puluh menit. Nanti aku akan tahu apakah "lmnya dapat
diselamatkan atau tidak."
Dia kembali masuk ke ruang gelap. Flin berteriak.
"Terima kasih, sahebee." Dia berhenti bicara, kemudian
menambahkan: "Dan maaf sudah menjadi orang yang menyebalkan."
Majdi menghela tangannya.
"Kau seorang ahli peradaban Mesir. Menjadi orang yang menyebalkan cocok dengan bidangmu."
Dia berbalik, mengedipkan mata, dan menghilang ke dalam
ruang gelap, meninggalkan kedua tamunya kembali.
234 | PAUL SUSSMAN "Maukah kau menceritakan kepadaku apa yang terjadi?"
tanya Freya. "Tempat apa di dalam gambar itu?"
Flin sedang menatap foto itu lagi, kepalanya menggeleng tipis
seolah dia hampir tak memercayai apa yang sedang dilihatnya,
senyum tipis bermain di sudut mulutnya. Ada keheningan
cukup lama. "Aku sama sekali tidak yakin," katanya akhirnya. "Tidak
tanpa melihat gambar apa yang ada di "lm yang lain."
"Tetapi kau merasa bahwa kau mengetahuinya."
Hening lagi, kemudian: "Ya, ya, memang aku tahu."
Pria itu menatap Freya. Walaupun wajah Flin pucat dan
lusuh, matanya bersinar terang. Kombinasi yang tampaknya semakin memperkuat wajah tampannya.
"Aku pikir ini sepertinya suatu tempat bernama Zerzura,"
katanya. "Di mana tepatnya?"
Yang membuat Freya kesal, Flin tidak menjawab. Flin melihat gambar itu kembali, kemudian melirik jam tangannya.
Setelah memutuskan sesuatu, dia menarik ponselnya dari saku
jinsnya dan menekan sebuah nomor dengan ibu jarinya, berjalan
menjauh ke sisi lain, tak terdengar. Freya menghela tangannya
seakan mengatakan "Ada apa ini sebenarnya?", tetapi Flin hanya
mengangkat telapak tangan ke arahnya dan berbicara cepat
di telepon. Ketika selesai, dia mengantungi lagi telepon itu,
melintasi ruangan, dan meraih lengan Freya.
"Apa yang kau tahu tentang Mesir kuno?" tanya Flin, sambil
menarik Freya ke tangga spiral.
"Sebanyak yang aku tahu tentang "sika kuantum," jawabnya.
"Waktunya untuk mengikuti kursus kilat."
THE HIDDEN OASIS | 235 Yasmin Malou" punya sebuah rahasia yang dia jaga dari orangtuanya, saudara sekandungnya, suaminya Hosni, dan juga majikan
Amerikanya. Dia merokok. Rahasia itu memang tidak betul-betul luar biasa. Namun,
menurut pendapatnya, hal itu juga bukan hal yang harus dipamerkan oleh seorang perempuan. Hosni sangat mungkin
tidak akan kebingungan setengah mati jika dia mendapatinya
sedang merokok, tetapi keluarganya sudah pasti tidak akan
menyetujui. Dan Mr. Angleton telah menyatakan dengan jelas
sejak awal bahwa dia tidak akan menenggang aktivitas merokok ketika sedang bekerja. Malou" boleh melakukan apa saja
yang dia inginkan di kamar hotel itu, Angleton pernah berkata
kepadanya?"Oh, kau bahkan boleh bekerja sambil telanjang
kalau itu dapat membuatmu berkonsentrasi?"tetapi rokok
benar-benar tidak boleh. Malou" bukanlah perokok berat"hanya tiga atau empat
batang Cleopatra Lights sehari"dan bukan hal yang susah
untuk menjauhi benda itu ketika dia sedang bekerja di
stasiun penyadapan. Hanya di pengujung sore keinginan itu
tak tertahankan. Kemudian dia akan mengunci pintu, turun
ke lantai bawah dan, menempatkan diri di ujung koridor di
samping jendela terbuka, merokok.
Kini, untuk alasan tertentu, keinginan itu lebih kuat lagi
daripada biasanya. Setelah menyelesaikan satu batang, dia
langsung menyalakan batang berikutnya, dan akibatnya istirahat
normalnya selama lima menit memanjang menjadi sepuluh
menit. Kemudian dia sadar bahwa dia kehabisan permen mentol
dan harus naik lift menuju lantai bawah lalu ke toko untuk
membelinya kembali. Pada saat tiba kembali di kamar hotel,
napasnya disamarkan dengan baik, jejak abu dibersihkan dari
gaunnya, dia telah kehilangan dua puluh menit waktu terbaiknya. Tentu tidak akan menjadi masalah kalau saja tidak ada
sebuah panggilan telepon yang ditujukan ke ponsel kepada
Molly Kiernan ketika dia sedang tidak berada di tempat: lampu
peringatan berwarna merah pada perekam yang sedang me236 | PAUL SUSSMAN monitor nomor tertentu itu berkedip cepat ketika dia melangkah
masuk. Panggilan lain ke nomor lain tidak terlalu penting. Melanjuti
kunjungannya sore tadi, Angleton telah berkata secara spesi"k
kepadanya bahwa dia harus segera dihubungi kalau ada lalu
lintas panggilan ke Nokia milik Kiernan. Setelah membanting
pintu dan melempar tas tangannya ke tempat tidur, Yasmin
Malou" bergegas menghampiri alat perekam. Dia meraih buku
catatan dan pulpen, menekan tombol Play, duduk bersiap untuk
mentranskrip. Desis statis, kemudian suara, berbisik dan mendesak:
"Molly, ini Flin. Aku berada di Museum Mesir. Dengan
Freya Hannen. Kami sedang mencetak beberapa foto"aku akan
menjelaskan nanti"dan aku akan mengantarnya ke Kedutaan
Besar Amerika. Bisa temui kami di sana" Ini penting dan
mendesak, Molly, sungguh mendesak. Baiklah, terima kasih."
Akhir panggilan. Malou" mengulang rekaman itu lagi, memastikan transkripsinya tepat, tidak kehilangan atau salah mendengar apa pun.
Kemudian, dia mengangkat telepon khusus yang telah dipasang
Angleton di kamar itu, memutar sebuah nomor. Panggilannya
dijawab pada dering kedua.
"Mr. Angleton, ini Yasmin Malou". Ada panggilan, pada
ponsel Kiernan. Transkripnya seperti ini?"
Dia mengangkat catatannya dan mulai membaca.
"Menurutmu keadaannya aman?" tanya Freya ketika Flin membawanya kembali ke museum. Bayangan tentang si kembar
pengejarnya itu masih tajam dalam benaknya, dan galeri besar
dan penuh sesak itu terasa begitu terbuka dibandingkan ruang
studio fotogra" yang kecil dan terkurung itu. "Bagaimana kalau
THE HIDDEN OASIS | 237 mereka masih mencari kita?"
"Sudah lebih dari satu jam," jawab Flin, berhenti di sisi peti
mati batu raksasa dan mengamati keadaan sekeliling. "Dugaanku,
kalau mereka berpikiran untuk datang ke tempat ini, mereka
pasti sudah sampai dan pergi. Aku tak bisa menjamin itu, jadi
tetaplah waspada. Kalau kau melihat sesuatu?"
"Apa?" "Lari." Flin melihat ke sekeliling untuk beberapa saat, kemudian
melintasi galeri, foto gerbang itu masih tergenggam di tangannya.
Freya mengikuti di sampingnya. Flin terlihat, kalau tidak bisa
disebut santai, lebih tenang dan lebih yakin daripada Freya,
seolah kehadiran begitu banyak benda kuno telah melarutkan
kerasnya bahaya yang sedang mereka alami. Mereka telah melintasi sekitar separuh panjang galeri, interior luas bergema
dengan gumam suara dan derap langkah, kemudian Flin mulai
bicara. "Zerzura adalah oasis Sahara yang hilang," jelasnya, sambil
menepi ketika serombongan siswa sekolah berseragam biru
berjalan ke arah mereka, dipimpin seorang guru yang bertampang kasar. "Sebenarnya aku telah memiliki presentasi
PowerPoint yang cukup baik tentang itu, tetapi dalam keadaan
seperti sekarang ini aku kuatir kau harus melihat versi yang telah
diedit." "Tak masalah," kata Freya, sambil menatap sekeliling dengan
gelisah, setengah berharap salah seorang dari si kembar sedang
mengintip dari balik sebuah patung.
"Nama itu berasal dari kata bahasa Arab zarzar," lanjut
Flin, sebagai pemanasan untuk subjeknya: "yang berarti burung
jalak, burung gereja, burung kecil. Kita belum benar-benar
tahu banyak tentang tempat itu, kecuali bahwa ia pertama kali
disebut dalam sebuah manuskrip zaman pertengahan, Kitab alKanuz, Buku tentang Mutiara Tersembunyi, dan diperkirakan
ada di suatu tempat di sekitar lingkungan Gilf Kebir, walaupun
238 | PAUL SUSSMAN De Lancey Forth memperkirakannya berada di Great Sand Sea,
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan Newbold?" Flin memerhatikan bahwa dia telah membuat Freya bingung
mengikuti penjelasannya dan mengangkat tangannya.
"Maaf, terlalu banyak keterangan. Salah satu bahaya dari
menghabiskan hidupmu tenggelam dalam persoalan seperti
ini"kau tidak akan pernah dapat menjelaskannya dengan cara
yang sederhana. Yang perlu kau ketahui untuk tujuan saat ini
adalah bahwa oasis itu adalah oasis yang hilang dan sebagian
besar penyelidik padang pasir abad kedua puluh awal"Ball,
Kemal el-Din, Bagnold, Almasy, Clayton"mencoba menemukannya, walaupun akhirnya gagal . Bahkan, perburuan untuk
menemukan Zerzuralah yang mendorong begitu banyak
eksplorasi awal itu."
Mereka tiba di gudang bundar berkubah tinggi di pintu
masuk museum dan terus berjalan ke depan, masuk ke galeri
bertanda "Kerajaan Lama", dindingnya dipenuhi patung dan
relief berukir. "Banyak orang berdebat bahwa Zerzura tidak pernah benarbenar ada," Flin melanjutkan, terlalu asyik dengan apa yang dia
katakan sehingga tampaknya lupa pada berbagai pajangan di
setiap sisi dan keramaian di sekitar. Tidak seperti Freya, yang
tatapannya terus menerus gugup ke segala arah.
"Bahwa semua hal itu hanyalah sebuah legenda. Seperti El
Dorado, atau Shangri-La, atau Atlantis"kisah-kisah menarik
dan menakjubkan, tetapi hanya dongeng "ktif yang cenderung
diinspirasi oleh tempat-tempat liar seperti padang pasir. Aku
selalu percaya bahwa tempat itu benar-benar ada, dan bahwa
Zarzura itu hanya nama lain, nama yang muncul jauh kemudian,
untuk sebuah tempat yang dirujuk oleh bangsa Mesir kuno
sebagai wehat seshtat, Oasis Tersembunyi."
Flin melirik untuk memastikan bahwa dia tidak membingungkan Freya. Freya mengangguk, memberi tanda bahwa dia tetap
mengikuti apa yang sedang dijelaskannya.
THE HIDDEN OASIS | 239 "Sayangnya, untuk kasus Zerzura, kita benar-benar tidak tahu
banyak tentang wehat seshtat," kata Flin, alisnya agak mengernyit
seolah kecewa bahwa dia tak memiliki banyak informasi tentang
hal ini. "Dengan satu pengecualian khusus, yang akan aku
jelaskan nanti, semua bukti sangat terpecah dan sulit ditafsirkan:
beberapa potongan lontar, petroglif yang rusak parah, beberapa
prasasti dan penyebutan yang agak membingungkan dalam
Aegyptiaca-nya Manetho"aku tidak akan membuatmu bosan
dengan menceritakan ini seluruhnya. Apa yang secara mendasar
telah kita kita kumpulkan"dan aku ulangi lagi, sebagian besar
darinya terbuka untuk ditafsirkan"adalah bahwa ada lembah
besar atau wadi yang terbentang di sisi timur Gilf Kebir, dan
itu dari masa yang sangat awal, bahkan sebelum Sahara menjadi
sebuah padang pasir?"
"Tepatnya berapa lama?" tanya Freya memotong. Walaupun
merasa masih gugup, dia merasa dirinya semakin tertarik kepada
kisah itu. "Wah, sulit untuk memastikan tanggal yang tepat," katanya,
tampak senang dengan ketertarikan Freya. "Tapi kita mendiskusikan soal masa, paling sedikit, sekitar sepuluh, dua puluh ribu
tahun Sebelum Masehi, mungkin juga sama awalnya dengan
Palaeolithik Tengah."
Istilah itu tak berarti apa-apa bagi Freya, tetapi dia tidak mau
memotong penjelasan Flin dengan bertanya.
"Kembali ke kabut masa prasejarah, sepertinya," lanjut Flin,
mengulang lagi jalinan penjelasannya. "Bahkan kemudian,
lembah ini, oasis, apa pun nama yang ingin kau berikan, tampaknya dipandang sebagai tempat keagamaan yang sangat berarti
dan luhur, lokasi tepatnya dijaga ketat kerahasiannya. Kapan
dan mengapa tempat itu pertama kali dipandang seperti itu kita
tak tahu, tapi tampaknya tetap dengan status itu sampai sekitar
akhir Kerajaan Lama. Sekitar 2000 Sebelum Masehi. Setelah itu,
pengetahuan tentang asal muasal oasis hilang dan lenyap dari
sejarah." 240 | PAUL SUSSMAN Mereka tiba di ujung galeri dan menaiki tangga, sekelompok
wisatawan berada di sekitar mereka ketika mereka naik menuju
lantai atas museum. Di sini lebih sunyi dan tak begitu ramai dibandingkan lantai bawah gedung. Flin membawa Freya kembali
ke jalan yang telah mereka lalui tadi, menuju gedung bundar,
berbelok ke ruang kecil yang tak terpakai yang dipenuhi kotak
pajangan penuh artefak batu dan keramik, semuanya jelas berasal
dari masa lebih awal daripada semua benda yang telah mereka
lewati sejauh ini. Flin berhenti di depan sebuah kotak dan menunjuk. Di dalamnya, diapit oleh sepasang sisir gading dan
sebuah mangkuk tanah liat besar, ada tiga benda yang dikenal
Freya: obelisk keramik kecil, masing-masing berukuran sebesar
jari, masing-masing berukiran lambang yang sama seperti yang
ada pada obelisk yang tersimpan dalam tas milik Rudi Schmidt.
Freya meneliti label yang tertempel: miniatur Nazar Benben,
Predynastic (3000 sebelum masehi), Hierakonpolis.
"Apa yang dimaksud dengan Benben?" tanya Freya, pikiran
tentang para pengejarnya kembali bergerak-gerak di kepalanya.
"Benben yang itu," koreksi Flin, sambil memiringkan badan
di sisi Freya, sikutnya menyentuh sikut Freya. "Aku kuatir di
sinilah kita harus menyimpang sejenak dan masuk ke dunia
kosmologi Mesir kuno yang agak rumit. Aku tahu ini bukan
sesuatu yang berada dalam daftar minatmu, tetapi bersabarlah
mendengar penjelasanku karena ini berkaitan. Aku akan mencoba menjelaskannya dengan sederhana."
"Silakan," kata Freya.
Sepasang anak muda mendekati kotak itu dan melirik isinya
sesaat. Tidak satu pun dari mereka yang tampak berminat, dan
mereka langsung berlalu. Flin menunggu sampai mereka tidak
mendengar, kemudian mulai bercerita lagi.
"Benben yang satu itu adalah "tur utama dalam agama
dan mitologi bangsa Mesir kuno," jelasnya. "Dalam banyak
hal, malah. Secara simbolis, ia melambangkan gundukan tanah
primordial, puncak tanah kering kecil pertama yang timbul dari
Nun, Lautan Kekacauan primitif. Menurut Teks Piramida"
THE HIDDEN OASIS | 241 koleksi tulisan religius bangsa Mesir tertua yang diketahui"RaAtum, Tuhan pencipta, terbang melintasi kegelapan Nun dalam
bentuk burung Benu?"
Flin menepuk foto yang ada di tangannya, mengindikasikan
burung berekor panjang yang terukir pada tembok di atas
pintu. ?"dan mendarat di Benben, yang dari sana lagunya mengantar sinar matahari pertama. Dari sanalah nama itu berasal, dari
weben Mesir kuno, berarti "terbit dengan gemilang"."
Pasangan muda tadi kembali mendekat, melewati mereka,
si perempuan sedang berbicara di ponselnya. Lagi-lagi, Flin menunggu sampai mereka berlalu sebelum memulai kembali penjelasannya.
"Bagaimanapun juga, Benben ini lebih dari sekadar
lambang," ujarnya, wajahnya menekan pada lemari, sikunya
masih menyentuh siku Freya. "Kita tahu dari sejumlah teks kuno
dan prasasti bahwa ia adalah obyek "sik yang nyata: sebuah batu
berbentuk seperti obelisk. Ada juga dugaan bahwa pada awalnya
ia adalah meteorit, atau bagian dari meteor, walaupun sejumlah
teks yang relevan begitu rumit dan terbuka untuk ditafsirkan.
Apa yang memang kita ketahui adalah bahwa Benben itu dikurung dalam tempat suci di dalam kuil matahari besar Iunu
dan, bagaimanapun juga, memiliki kekuatan supernatural yang
luar biasa." Freya mengeluarkan desah senang.
"Aku tahu, aku tahu, semuanya terdengar agak seperti
Raiders of the Lost Ark, walaupun kita memiliki sejumlah
sumber yang turut menegaskan"termasuk satu dari arsip
kerajaan Sumerian"yang luar biasa konsisten dalam penjelasan
mereka. Mereka menceritakan bagaimana Benben itu akan diseret ke dalam pertempuran sebagai kepala tentara "raun dan
akan mengeluarkan suara aneh dan sinar membutakan yang
sepenuhnya merusak kekuatan lawan. Hal itu mungkin bisa
menjelaskan dua dari sekian nama pengganti yang digunakan
242 | PAUL SUSSMAN untuk menggambarkannya: kheru-en Sekhmet, suara Sekhmet"
Sekhmet adalah dewi perang mesir kuno "dan iner-en sedjet,
Batu Api. Itulah makna lambang itu, ngomong-ngomong?"dia
menunjuk motif yang ada pada sisi obelisk keramik?"Sedjet,
tulisan hieroglif untuk api. Terminal berbentuk palang melambangkan anglo, dengan api menyala?"
Flin berhenti lagi, mengangkat tangannya, seperti yang telah
dilakukan sebelumnya. "Tapi itu keluar dari subyek pembicaraan kita. Intinya adalah
bahwa Benben itu dan wehat seshat"Oasis Tersembunyi"tak
pelak lagi berkaitan dan kau tidak akan bisa mendiskusikan
yang satu tanpa merujuk kepada yang lain. Akan tampak bahwa
batu itu asalnya disimpan di dalam kuil yang ada di dalam oasis;
seperti kataku, kita sedang berbicara tentang puluhan ribu tahun
sebelum Masehi di sini, bahkan jauh sebelum Lembah Nil
dijajah. Dan walaupun kita tak terlalu yakin, ada sejumlah bukti
yang menyatakan bahwa alasan oasis ini dipandang sangat sakral
adalah karena di sanalah Benben itu pertama kali ditemukan.
Dua-duanya adalah bagian dari paket yang sama. Karena itulah,
juga wehat seshtat, oasis itu juga dirujuk sebagai inet benben"
Lembah Benben." Flin melihat ke sekeliling, memerhatikan mungkin dia telah
memberikan informasi terlalu banyak kepada Freya. Tetapi Freya
mengacungkan kedua ibu jarinya ke atas dan setelah melihat
terakhir kalinya pada kotak itu Flin mengajaknya berlalu, membawa Freya keluar dari ruangan itu. Mereka melewati ruang
bundar museum dan sepanjang galeri di atas yang menghadap
ke aula besar di bawah. "Ada alasan lain tentang relevansi Benben dengan ini semua,"
katanya, sambil mengangkat foto di tangannya. "Dan itu adalah
bahwa sejauh ini uraian paling jelas dan paling terperinci yang
kita miliki tentang Oasis Tersembunyi muncul dalam sebuah
teks yang secara khusus berkaitan dengan Benben. Di sini."
Mereka membelok ke kanan ke ruang lain, juga sunyi dan
sepi, yang memamerkan sekumpulan lontar yang dipenuhi tulisTHE HIDDEN OASIS | 243 an hieroglif. Di sisi terjauh ruang itu dan yang membentang
hampir sepanjang sisi lebarnya, ada lemari kaca setinggi dada.
Flin berhenti di depannya dan memerhatikan isinya, senyum
tipis terulas di sudut bibirnya. Di dalam lemari itu ada selembar
lontar yang dari ujung ke ujung penuh dengan berkolomkolom teks dengan tinta hitam yang tidak rata. Tidak seperti
benda lain dalam pajangan, yang sebagian besarnya dihasilkan
dengan sangat indah dan halus, dengan aneka warna indah
dan hiasan rumit, dokumen itu tampak hambar dan tak rapi.
Hieroglif-nya tampak bergelombang dan saling bertumbukan
seolah ditulis dalam keadaan tergesa-gesa. Mereka juga tidak
terlihat seperti hieroglif yang sebenarnya, simbolnya berantakan
dan acak-acakan, tumpang tindih, lebih tampak seperti tulisan
bahasa Arab daripada piktogram Mesir tradisional. Freya mencondongkan tubuh ke depan, membaca catatan penjelasan di
dinding di belakang lemari:
Lontar Imti-Khentika. Dari makam Imti-Khentika, Pendeta
Agung Iunu/Heliopolis, Dinasti keenam, masa pemerintahan Pepi
II (2246-2152 Sebelum Masehi)
"Terlepas dari tampilannya, sampai batas tertentu ini adalah
lontar paling penting yang ada di ruangan ini," kata Flin, sambil
mengangguk ke arah lembar itu. "Dengan pengecualian teks
Daftar Raja Turin dan Oxyrhynchus, boleh jadi ini merupakan
lontar Mesir yang paling penting, titik."
Dia menyentuhkan tangannya pada bagian atas kaca lemari,
tersirat sikap menghormati dari cara Flin memandang isi di
dalamnya. "Ini ditemukan empat puluh tahun lalu," lanjutnya, sambil
mengusap-usapkan tangannya perlahan pada permukaan kaca,
seolah sedang mengelus hewan langka. "Oleh seseorang bernama
Hassan Fadawi, salah seorang arkeolog terbesar yang pernah
dihasilkan oleh Mesir dan seorang?"
Dia baru akan mengatakan "sahabat lamaku" atau semacam
244 | PAUL SUSSMAN itu yang sebaiknya didengar oleh Freya, tetapi setelah jeda sesaat
digantinya menjadi "kolega".
"Ini kisah yang sangat dahsyat, sejajar dengan Carter dan
Tutankhamun. Fadawi baru berusia dua puluh tahun saat itu,
baru lulus universitas. Dia sedang melakukan pekerjaan pembersihan rutin di Necropolis, di Seers"areal kuburan pendeta
agung Iuni"dan membentur makam Imti-Khentika, benarbenar secara kebetulan. Segel pada pintunya tidak rusak, yang
berarti kuburan itu tak pernah tersentuh, sama persis dengan
ketika kuburan itu ditinggalkan pada hari ia ditutup empat
ribu tahun lalu. Tidak berlebihan jika aku mengatakan betapa
penting penemuan ini, salah satu dari sedikit kuburan Kerajaan
Lama yang masih utuh yang pernah ditemukan, mendahului
Tutankhamun hampir seribu tahun."
Walaupun lontar itu jelas hal yang dia kenal betul, kisahnya
dia ketahui dengan baik, Flin terlihat sangat terpukau, seperti
bocah sekolah yang sangat bergairah. Antusiasme Flin menjalar,
menarik Freya larut ke dalam kisah itu, seluruh ketakutannya
sementara terlupakan seolah mereka kini berada dalam bagian
realitas yang berbeda. "Dan apa yang ada di dalamnya?" tanya Freya, sambil mendongak ke arah Flin penuh harap. "Apa yang mereka temukan?"
Flin diam sejenak seolah sedang bersiap menerima wahyu
yang luar biasa. Kemudian:
"Tidak ada," jawabnya, matanya berbinar menggoda.
"Tidak ada?" "Ketika Fadawi menerobos pintu itu, makam dalam keadaan
kosong. Tidak ada hiasan, tidak ada benda-benda, tidak ada
prasasti, tidak ada jasad. Tidak ada apa-apa"kecuali sebuah peti
kayu kecil, dengan isinya?"
Dia menyentuhkan ruas jarinya pada rangka kayu lemari.
"Sungguh sesuatu yang amat memalukan. Media dari seluruh
dunia berada di sana untuk meliput pembukaan oleh Presiden
Nasser"Fadawi ditinggalkan dengan perasaan malu luar biasa.
THE HIDDEN OASIS | 245 Sampai dia membaca apa yang tertulis pada lontar itu, begitu.
Pada titik itu, dia menyadari bahwa makam itu lebih luhur
maknanya daripada bila dia dipenuhi oleh harta-karun emas."
Sesuatu dalam cara Flin mengatakan hal itu telah mengirimkan sentuhan kecil ke tulang belakang Freya. Aneh, pikirnya,
dengan segala hal yang telah terjadi kepadanya, dia mendapati
dirinya begitu terhanyut dalam ceramah tentang sejarah ini.
"Lanjutkan," pintanya.
"Ya, ini dokumen yang amat rumit, dan yang jelas ditulis dengan tergesa-gesa. Dokumen ini ditulis dalam hieratik"semacam
tulisan tangan cepat hieroglif. Masih banyak perdebatan tentang
bagaimana tepatnya membuat penafsiran tentang bagian tertentu
dokumen ini, tetapi esensinya adalah penjelasan tentang zaman
dan kehidupan Imti-Khentika"semacam otobiogra"nya"dan
juga penjelasan mengapa tubuhnya tidak pernah disimpan di
dalam makam yang telah dia siapkan untuk dirinya sendiri. Aku
tidak mau repot menerjemahkannya dari awal sampai selesai
karena bagian pertama?"
Dia menggerakkan tangannya ke sisi kirinya.
?"tidak berkaitan secara khusus, hanya berbagai gelar Imti,
tugasnya sebagai pendeta agung, semua formulasi baku. Dari
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
titik inilah?" Dia menyentuh bagian atas lemari di depan tempat dia berdiri, sekitar separuh panjang lontar ke bawah.
?"semuanya menjadi sesuatu yang menarik. Tanpa basibasi Imti tiba-tiba memberikan penjelasan yang panjang dan
membingungkan tentang situasi politik kontemporer" satusatunya penjelasan terperinci dan samar yang kita miliki tentang
tahun-tahun akhir Kerajaan Lama dan keruntuhannya ke dalam
kekacauan antara sesama saudara pada Peralihan Pertama."
Freya tidak menangkap apa yang dia maksud. Seperti sebelumnya, dia membiarkan saja, tidak ingin menginterupsinya.
"Semua ini sangat rumit," lanjut Flin, "dan aku kesulitan meringkasnya, tetapi pada dasarnya Imti menjelaskan bagaimana
246 | PAUL SUSSMAN Mesir terpecah. Firaun Pepi II sudah tua dan pikun"dia sudah
duduk di takhta kepemimpinan selama sembilan puluh tiga
tahun pada saat itu, pemerintahan terpanjang dalam kerajaan
mana pun dalam sejarah"dan kekuasaan pusat pun runtuh.
Terjadi kelaparan, perang sipil, invasi oleh pihak asing, tak berhukum. Dalam kata-kata Imti: Maat, dewi keteraturan, telah diambil alih oleh Set, penguasa padang pasir, kekacauan, kon"ik,
dan kejahatan." Flin mulai bergerak ke sepanjang lemari, mengikuti kisah
yang tergelar pada lontar itu.
"Menurut Imti, dalam menghadapi keruntuhan besar ini,
para tokoh pemimpin di seluruh negeri datang bersama dalam
pertemuan rahasia dan mengambil keputusan yang bersejarah:
demi keamanannya sendiri dan untuk mencegahnya jatuh ke
tangan orang yang disebutnya "pelaku kejahatan", Batu Benben
harus dipindahkan dari Kuil Iunu dan, di bawah tuntunan Imti,
dipindahkah melintasi padang pasir ke?"
Dia berhenti, membungkuk di atas lemari dan mulai membaca, suaranya semakin dalam dan lebih bergetar, seolah bergema
jauh dari masa lalu: ?"set ityu-en wehat seshat inet-djeseret mehet
wadjet er-imenet er-djeru tae m-khet sekhet-sha" em ineb-aa enSetekeh"Tempat bagi Leluhur Kami, Oasis Tersembunyi,
Lembah Suci subur dan hijau, di sisi barat, di ujung dunia, jauh
melampaui lapangan pasir, di dinding Set yang besar."
Dia mendongak dan menatap Freya, wajahnya agak memerah.
"Sungguh dahsyat, bukan" Seperti kataku, sejauh ini, inilah
deskripsi paling jelas dan terperinci yang kita miliki tentang
oasis." "Sejelas itu?" "Sejernih kristal, menurut standar Mesir kuno. Lapangan
pasir merujuk ke Lautan Pasir Besar, dinding Set adalah sisi
timur Gilf Kebir. Set, seperti yang aku katakan tadi, adalah dewa
padang pasir Mesir kuno. Semacam kode pos aktual, tidak ada
lagi yang lebih tepat daripada itu. Dan itu belum semuanya."
THE HIDDEN OASIS | 247 Flin mulai memerhatikan isi lemari itu lagi.
"Imti kemudian menjelaskan tentang ekspedisi itu sendiri"
perspektif yang agak menarik, karena dia menulis penjelasan itu
sebelum dia memulai perjalanan dan oleh karena itu merekam
berbagai peristiwa yang belum terjadi. Lagi-lagi, aku tidak
akan menceritakan semuanya kata demi kata, tetapi bagian terakhirnya sungguh berguna."
Flin berhenti di dekat bagian ujung lontar, membungkuk
sekali lagi dan membaca, suaranya juga terdengar dalam dan
bergetar. "Maka sampailah kita di ujung dunia yang terjauh, Dinding
Barat, dan Mata Khepri telah terbuka. Kita melewati Mulut
Osiris, memasuki Inet Benben, sampai di hut aat, kuil agung.
Inilah rumahmu, oh Batu Api, dari mana kau datang pada permulaan semua hal, dan ke mana kau kini kembali. Ini adalah titik
akhirnya. Gerbang sudah tertutup, Mantera Penyembunyian
sudah diucapkan, Dua Kutukan sudah disampaikan"semoga
pelaku kejahatan lumat dalam rahang Sobek dan ditelan masuk
ke dalam perut ular Apep! Aku, Imti-Khentika, Peramal Paling
Agung, tidak akan kembali dari tempat ini, karena adalah kehendak para dewa bahwa makamku tetap kosong untuk selamalamanya. Semoga aku berjalan di jalan yang indah, semoga aku
sampai di cakrawala surgawi, semoga aku dapat makan di sisi
Osiris setiap hari. Pujian bagi Ra-Atum!"
Dia berhenti dan meluruskan badan. Freya menanti penjelasan berikutnya, tetapi yang ditunggu tidak juga muncul.
"Itu saja?" Freya tidak dapat menutupi kekecewaannya. Setelah semua
penjelasan ini, dia mengharapkan, bila bukan pengungkapan
yang samar, paling tidak semacam klari"kasi, semacam isyarat
mengenai apa yang sedang terjadi dan mengapa itu terjadi.
Justru, kini segalanya tampak lebih membingungkan dan tak
jelas daripada keadaannya ketika Flin memulai penjelasannya.
Mata Khepri, mulut apa pun namanya, kutukan, dan ular" tak
248 | PAUL SUSSMAN ada arti apa-apa baginya, sama sekali tak ada. Dia merasa seolah
sudah dibawa melewati jalan berliku yang rumit hanya untuk
muncul kembali persis di titik mulai, bahkan tanpa pernah mendekati bagian pusatnya.
"Itu saja?" ulangnya. "Sudah semuanya?"
Flin mengangkat bahunya memohon maaf. "Seperti yang
telah aku katakan, tidak banyak informasi di luar sana. Kini kau
tahu sebanyak yang aku tahu."
Tiba-tiba sekelompok wisatawan masuk ke dalam ruangan,
dipimpin oleh seorang perempuan sambil mengangkat payung
lipat. Mereka berjalan lurus dan keluar dari pintu di sisi lain
tanpa melirik sedikit pun ke isi ruangan itu. Freya menatap
lontar itu, kemudian mengambil foto dari tangan Flin.
"Kalau oasis ini tidak mungkin ditemukan?"
"Bagaimana mungkin Rudi Schmidt bisa berada di sana?"
Flin menyelesaikan kalimatnya. "Itu pertanyaan pentingnya,
bukan" Aspek paling tidak membingungkan dari semua kisah
Zerzura-wehat seshtat adalah bahwa meskipun oasis itu "tersembunyi?"?"Flin mengangkat tangannya dan menggoyangkan ujung jarinya untuk mengindikasikan tanda kutip"
"bagaimanapun juga, orang memang tampaknya tersandung
hal ini sesekali. Rudi Schmidt, misalnya. Dan siapa pun yang
memberikan keterangan yang menjadi dasar penjelasan Kitab alKanuz untuk yang lain"mungkin saja orang Badui: ada desasdesus yang telah lama beredar bahwa beberapa suku bangsa
padang pasir tertentu tahu lokasinya, walaupun secara pribadi
aku belum dapat mengon"rmasinya."
"Jadi bagaimana?" tanya Freya. "Bagaimana mereka menemukannya?"
Flin mengangkat tangannya.
"Hanya Tuhan yang tahu. Sahara adalah tempat misterius,
hal-hal misterius terjadi di sana. Orang bodoh seperti diriku
menghabiskan seluruh hidupku meneliti oasis itu, dan orang
lain baru saja berkelana di dalamnya. Tidak ada syair atau alasan
THE HIDDEN OASIS | 249 untuk hal itu. Percaya atau tidak, penjelasan paling meyakinkan
yang pernah aku dengar datang dari seorang cenayang, seorang
perempuan yang sangat aneh yang tinggal di dalam sebuah
tenda di Aswan, yang mengklaim dirinya adalah reinkarnasi dari
istri Pepi II, Ratu Neith. Dia mengatakan kepadaku bahwa oasis
memiliki mantera rahasia yang dikenakan kepadanya, bahwa
semakin keras seseorang mencari, semakin susah ia ditemukan,
bahwa hanya mereka yang tidak benar-benar mencarinya justru
akan menemukan asal-usulnya. Untuk nasihat arifnya itu aku
membayar lima puluh pound."
Flin menggerutu kurang senang dan melirik jam tangannya.
"Ayo, kita harus kembali."
Mereka melihat lontar yang tidak rapi itu sekali lagi dan
mulai berjalan kembali melintasi museum. Terdengar suara
lonceng entah di mana, menandakan bahwa jam kunjungan
sudah berakhir. "Apakah Alex tahu tentang semua ini?" Freya bertanya ketika
mereka sedang menuruni anak tangga menuju lantai dasar.
"Oasis itu, Batu Benben itu?"
Flin mengangguk. "Kami menghabiskan waktu bersama di Gilf Kebir dan aku
biasa membuatnya bosan dengan semua cerita ini di dekat api
unggun di luar tenda. Walaupun, sebenarnya, dia sudah memberi
sebaik yang dia bisa. Jika aku tak pernah mendengar hal lain
tentang sedimen danau, aku tidak akan kecewa berlebihan."
Mereka sampai di anak tangga paling bawah dan memasuki
galeri Kerajaan Lama. Rombongan pengunjung mengalir menuju
gerbang utama, dikawal oleh petugas berseragam.
"Seberapa penting oasis itu?" tanya Freya. "Maksudku, apakah" kau tahu?""
"Penuh intan permata dan harta karun?" Flin tersenyum.
"Aku sangat meragukannya. Kitab al-Kanuz mengklaim siapa
pun yang menemukannya akan mendapatkan kekayaan berlimpah, tetapi hampir pasti itu hanya hiperbola. Sejumlah pohon
250 | PAUL SUSSMAN dan banyak reruntuhan kuno"itu saja yang akan berada di di
dalamnya. Secara akademis memang sangat berarti, tetapi bagi
orang yang hidup di dunia nyata?"
Dia mengangkat bahu. ?"sama sekali tak penting."
"Batu Benben?" tanya Freya.
"Sekali lagi, untuk ilmuwan dan banyak teori seperti diriku,
itu akan menjadi penemuan yang hebat. Salah satu lambang
penting bagi Mesir kuno"penting sekali. Bagaimanapun juga,
pada akhirnya, ia hanyalah sebongkah batu, meskipun itu batu
yang unik. Walapun batu itu tidak terbuat dari emas padat atau
apa pun. Ada lebih banyak lagi artefak yang bernilai komersial di
luar sana." Mereka telah melewati bagian bawah gedung bundar berkubah dan kembali ke galeri yang berisi deretan peti mati batu
raksasa. Freya berhenti, mengangkat foto gerbang misterius itu
dan mengajukan pertanyaan yang telah ada dalam pikirannya
sejak matanya tertumpu pada gambar itu.
"Jadi mengapa seseorang mau membunuh kakakku hanya
untuk ini?" Flin melihat ke arah Freya, kemudian mengalihkan pandangan. Hanya sesaat sebelum dia bicara.
"Aku tak tahu," katanya. "Maafkan aku, Freya, tetapi aku
benar-benar tidak tahu."
Setelah masuk kembali ke bagian administratif museum,
mereka menaiki anak tangga spiral menuju departemen fotogra".
Ruangan gelap itu masih tertutup.
"Bagaimana, Majdi?"tanya Flin, sambil mengetuk.
Tidak ada jawaban. Dia mengetuk lagi, lebih keras.
"Majdi" Kau masih di sana?"
Tidak ada jawaban. Flin mengetuk untuk terakhir kalinya,
kemudian memegang gerendel dan membuka pintu. Dia terhenyak saat matanya menyesuaikan diri dengan keremangan
THE HIDDEN OASIS | 251 ruangan itu, kemudian: "Oh, Tuhan! Tidak!"
Freya berada di belakang Flin, pandangannya tertutup oleh
sosok tubuh Flin yang tinggi. Setelah melangkah ke depan, dia
melihat ke dalam. Tangannya segera menutup mulutnya ketika
dia menyadari apa yang sedang dilihatnya, dan ada suara tercekat ketakutan dari dalam tenggorokannya. Majdi terkapar di
lantai ruangan gelap itu, matanya terbelalak, tenggorokannya
tersayat dari telinga ke telinga. Darah bersimbah di mana-mana,
hitam dan kental"di wajah, kemeja, dan tangan si pria Mesir
itu, berkumpul di seputar kepalanya seperti lingkaran cahaya.
"Oh, Majdi," Flin mengerang, menghantamkan kepalan
tangannya di kusen pintu. "Oh sahabatku, apa yang telah aku
lakukan?" "Salaam." Flin dan Freya tertegun. Si kembar sedang duduk di sofa di
satu sudut ruangan itu. Salah satu dari mereka sedang memegang
lembaran "lm yang telah dicetak, yang lain memegang pisau
lipat berlumuran darah. Keduanya berwajah kosong dan tak
gentar, seolah adegan di dalam ruangan gelap itu tidak lebih
mengejutkan mereka daripada pemandangan seseorang yang
sedang menghirup teh atau bermain ping-pong. Terdengar
hentakan kaki dan empat orang pria lagi muncul di anak tangga
teratas di tangga spiral itu, menutupi jalan untuk meloloskan
diri. Satu orang bermata hitam dan hidung dan bibir yang
membengkak dan buruk"yang dihajar keras oleh Flin dalam
lift di American University. Dia meneriakkan sesuatu kepada si
kembar dan mereka mengangguk. Setelah melangkah ke depan,
dia menghampiri Flin, melirik ke arahnya, kemudian memukul
bahu orang Inggris itu tangan besarnya dan mengayunkan lututnya dengan keras dan brutal ke selangkangannya.
"Ta"ala mus zobry, ya-ibn el-wiskha," semburnya ketika Flin
rubuh ke lantai dengan napas tersengal-sengal kesakitan. "Makan
itu, bangsat." 252 | PAUL SUSSMAN Untuk sesaat Freya terlalu terkejut untuk bisa bereaksi. Kemudian, dengan mengepalkan tangannya, dia menghajar lakilaki itu. Tonjokannya meleset karena lengannya segera ditangkap
dari belakang dan ditarik ke punggungnya. Foto itu direbut dari
tangannya. Freya meronta dan menendang dan menyumpah,
tetapi mereka terlalu kuat untuknya dan ketika moncong pistol
ditekan ke pelipisnya, dia tahu tidak ada gunanya mencoba
melawan dan akhirnya menyerah. Masih sambil mengerang
kesakitan, Flin ditarik agar berdiri dan digeledah, ponselnya
ditarik dari sakunya dan diinjak-injak. Dia dan Freya didorong
menuju anak tangga, si kembar mengikuti dari belakang, pria
dengan pisau lipat menyeka mata pisau itu dengan saputangan
sambil berjalan. Ketika mereka menuruni tangga, Freya menarik
lehernya, menengok ke belakang ke mayat Majdi yang bersimbah
darah, kemudian ke arah Flin.
"Maafkan aku," katanya, suaranya serak karena syok, wajahnya kelabu. "Seharusnya aku tidak melibatkan kalian. Kalian
berdua." Flin menggelengkan kepala.
"Aku yang minta maaf," ujarnya parau, hampir tak mampu
mengeluarkan suara karena dia sangat kesakitan. "Seharusnya
aku tidak melibatkan dirimu sama sekali."
Sebelum Freya sempat bertanya apa yang dia maksud, salah
seorang dari gerombolan itu menggumamkan sesuatu dan
menekan pistol lebih keras lagi ke leher Freya, memaksanya
melihat ke arah depan lagi. Setelah itu suara yang ada adalah
derap langkah kaki mereka pada anak tangga logam dan erang
kesakitan Flin. Di luar Museum Barang Antik Mesir, Cy Angleton duduk di
sebuah tembok persegi di sudut taman berpatung, menyaksikan
ketika Flin dan Feya dibawa ke luar di pintu samping. Walaupun
THE HIDDEN OASIS | 253 Brodie berjalan terseok-seok, dan para pria yang mengelilinginya
itu mengapitnya melebihi yang diperlukan, mereka terlihat
biasa saja, tidak ada masalah, dan tidak ada satu pun"baik
rombongan wisatawan di kebun maupun polisi berseragam putih
yang berdiri di celah di sekeliling"memerhatikan mereka.
Hanya Angleton yang menyaksikan mereka, menatap penuh
perhatian ketika mereka melewati taman dan keluar dari museum
melalui gerbang utama. Dia diam sejenak, kemudian mengikuti,
mengawasi mereka ketika berbelok ke kanan di sepanjang jalur
pejalan kaki di depan museum, menjauh dari Midan Tahrir. Taksi
dan penjual perhiasan lalu lalang di sekitarnya, menawarkan
kartu pos, ukiran, dan yang tak terhindarkan: "perjalanan khusus
yang tidak ditawarkan orang lain ke Piramida dan pabrik lontar".
Angleton menolak mereka semua, dan mengikuti kelompok itu
melewati Hotel Hilton dan turun ke Corniche el-Nil, tempat
dua unit mobil"BMW hitam dan Hyundai perak"sedang
menunggu, mesin menyala. Si kembar naik ke dalam BMW
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara dua orang Barat itu masuk ke dalam Hyundai dan
pintu pun ditutup. Saat itu, Brodie sempat melirik ke luar, matanya sekilas menangkap wajah Angleton sebelum iring-iringan
mobil bergerak masuk ke lalu lintas malam hari.
"Anda mau barang antik, Pak?"
Seorang bocah laki-laki, tidak lebih dari enam atau tujuh
tahun, menghampiri pria Amerika itu, menyodorkan ukiran
kucing yang kasar dan jelas modern.
"Dua puluh pound Mesir," kata bocah itu. "Sangat kuno.
Anda mau?" Angleton tidak mengatakan apa-apa, matanya terkunci pada
mobil saat mereka melesat di Corniche.
"Sepuluh pound Mesir. Ukiran yang sangat bagus. Anda
mau, Pak?" "Yang aku inginkan," gerutu Angleton, "adalah jawaban."
Dia terus memerhatikan sampai iringan mobil itu tak terlihat
lagi. Kemudian, dia merogoh sakunya, menarik keluar segulung
254 | PAUL SUSSMAN uang kertas, dan menyodorkannya kepada si bocah itu, sebelum
berbalik dan bergegas kembali ke arah museum.
"Anda mau pergi Piramid, Pak" Anda mau pergi toko parfum"
Parfum asli Mesir. Sangat murah, sangat bagus untuk istri."
Angleton hanya melambaikan tangan ke balik bahunya dan
terus berjalan. Di areal Kedutaan Besar Amerika, Molly Kiernan modanrmandir ke sana-kemari dengan cemas, kartu identitasnya melambai-lambai di rantai di sekitar lehernya, matanya beralih
antara ponsel dan pintu utara Kedutaan. Semua staf dan tamu
harus melewati pintu itu, dan sesekali pintu gerbang di lobi
keamanan membuka dan seseorang muncul. Setiap kali ada
yang muncul di pintu itu, Kiernan berhenti dan memerhatikan,
namun akhirnya menggelengkan kepala dan mulai mondarmandir lagi, sambil memukul-mukulkan ponsel pada pahanya
seolah mencoba memaksanya agar berdering. Sudah dua kali
sudah Kiernan menjawab panggilan telepon sebelum dering
pertama selesai. Panggilan itu bukan yang dia harapkan, dan
dengan sopan tapi tegas, dia memutusnya.
"Ayo," bisiknya. "Apa yang terjadi di sana" Di mana kalian"
Ayo!" Kairo - Zamalek bagaimana persisnya Anda dapat membawa benda itu
keluar dari negeri ini, Mr. Girgis?"
"Aku yakin inilah apa yang kalian sebut dengan rahasia
dagang, Monsieur Colombelle. Yang perlu Anda ketahui adalah
"DAN THE HIDDEN OASIS | 255 bahwa benda pahatan itu akan tiba di Beirut di waktu dan
tempat yang telah disepakati. Dan juga dengan jumlah uang
yang telah disepakati."
"Dan benda-benda itu berasal dari Dinasti kedelapan belas"
Anda bisa benar-benar memastikannya?"
"Aku mengantar apa yang telah aku janjikan. Anda telah
diberi tahu bahwa benda pahatan ini berasal dari Dinasti kedelapan belas dan persis seperti itu keadaannya. Aku tidak
berurusan dengan barang-barang palsu dan produksi ulang."
"Dengan cartouche Akhenaten?"
"Dengan cartouche Akhenaten, cartouche Nefertiti, dan yang
lain yang telah dijelaskan kepada Anda oleh ahli barang antikku.
Sayangnya Mr. Usman sedang menangani bisnis lain malam
ini dan tidak dapat bergabung dengan kita, tetapi dia bisa meyakinkan bahwa barang-barang itu akan melebihi apa yang telah
Anda perkirakan, atau malah melebihi."
Monsieur Colombelle"seorang pria Prancis kecil dan necis
dengan rambut hitam yang tidak alamiah"mengeluarkan tawa
kepuasan. "Kita akan menghasilkan banyak uang, di sini, Mr. Girgis.
Banyak sekali." Girgis membuka tangannya.
"Itulah satu-satunya alasan aku menjalankan bisnis. Kalau
boleh merekomendasi, ravioli lobster juga sangat bagus."
Pria Prancis itu mengintip menunya ketika Girgis meneguk
segelas air putih dan melirik meja kedua rekannya. Boutros
Salah, pria tinggi besar berkumis tebal dan sebatang rokok
terselip di sudut mulutnya, dan Mohammed Kasri"seorang
pria jangkung, berjanggut, dan berhidung bengkok"membalas
tatapannya dan ketiganya mengangguk kecil untuk menyatakan
bahwa kesepakatan itu sudah dibuat.
Makan malam itu adalah gangguan yang tidak diharapkan
oleh Girgis, tetapi Colombelle telah terbang ke Kairo secara
256 | PAUL SUSSMAN khusus dan klien-kliennya yang menunggu pengantaran benda
pahatan curian juga tidak baik untuk diabaikan. Jumlah uang
yang terlibat"2 juta dolar"tidak besar"bisa ditolak bila dibandingkan dengan keseluruhan harta Zerzura"tetapi bisnis
adalah bisnis dan jadilah pertemuan itu berjalan. Keempat orang
itu telah mendiskusikan semua perrincian bisnis itu, sementara
di bawah meja Girgis mengetuk-ngetukkan kakinya dengan
tidak sabar, menunggu kabar mengenai isi kamera itu, apakah
akan membawa mereka ke oasis. Dia mengharapkan hasilnya
lebih cepat daripada ini"anak buahnya sudah mencari negatif
"lm itu selama lebih dari satu jam saat ini"tetapi tetap berusaha
untuk terlihat tenang. Paling tidak mereka telah memiliki negatif
itu, dan Brodie dan gadis itu juga, yang merupakan satu langkah
ke arah yang benar. Dia meneguk air putih lagi, memeriksa
ponselnya dan mulai membaca menunya sendiri, mencoba
untuk melepaskan pikiran. Saat itu seorang pramusaji mendekat
dan, sambil sedikit membungkuk, membisiki telinganya. Girgis
mengangguk. Setelah mendorong kursinya ke belakang, dia
berdiri. "Mohon maaf, Monsieur Colombelle, tetapi sesuatu yang
tidak diduga terjadi dan aku diminta untuk meninggalkan
tempat ini. Rekanku akan menjawab semua pertanyaan Anda selanjutnya yang mungkin akan Anda ajukan dan, jika berkenan,
mengatur acara hiburan khusus untuk Anda setelah usai makan
malam. Sungguh menyenangkan dapat berbisnis dengan Anda."
Dia bersalaman dengan pria Prancis itu, yang terlihat agak
tercengang oleh ketidaksopanan tuan rumah yang akan pergi
meninggalkannya, dan, tanpa berlama-lama, berbalik dan meninggalkan restoran. Di luar, limusinnya sudah menunggu. Si
pengemudi membuka pintu belakang dan seorang pria gemuk
dan tidak rapi dengan potongan rambut seperti mangkuk puding
dan berkacamata plastik berlensa tebal menggeser duduknya di
sepanjang tempat duduk belakang untuk memberi ruang kepada
Girgis: Ahmed Usman, ahli barang antiknya.
"Jadi?" tanya Girgis ketika pintu telah tertutup.
THE HIDDEN OASIS | 257 Usman mengetuk-ngetukkan ujung jemarinya bersamaan.
Ada sesuatu yang aneh pada tindakannya.
"Tidak ada, aku rasa, Mr. Girgis. Separuh "lm sudah rusak,
dan separuh yang lain?"
Dia memberikan setumpuk cetakan foto berukuran A4.
"Tak berguna, benar-benar tak berguna. Lihat, semua gambar
adalah bagian dalam oasis"tidak ada yang dapat digunakan
untuk mengidenti"kasi lokasinya. Ini sama saja seperti mencoba
menemukan sebuah rumah di tengah kota sementara yang kau
miliki hanya sebuah gambar kamar mandi. Tak bisa digunakan
sama sekali." Girgis mengamati gambar itu semua, mulutnya melengkung
membentuk mimik antara menyeringai dan menggertak.
"Mungkin kau melewatkan sesuatu?"
Usman mengangkat bahu, mengetukkan jemarinya bersamaan lagi.
"Aku sudah menelitinya dengan sangat berhati-hati, jadi menurutku tidak ada yang terlewatkan. Dan juga?" Dia tertawa
gugup. ?"aku bukan orang yang berpengalaman dengan hal ini."
"Brodie?" "Profesor Brodie-lah yang berwenang untuk itu."
"Jadi aku rasa ini waktunya kita pergi dan berdiskusi dengannya," kata Girgis, sambil memberikan foto itu kembali. Setelah
mengangkat telepon interkom di dalam limusin, dia memberikan
instruksi kepada pengemudi.
"Aku tak tahu bagaimana dia bisa membantu," kata Usman
ketika mobil mulai melaju. "Bahkan jika dia bisa menemukan
sesuatu. Dari apa yang aku dengar, dia agak?"
Tawa gugup berikutnya. ?"keras kepala."
Girgis merapikan kancing kemejanya, membersihkan sesuatu
258 | PAUL SUSSMAN pada jaketnya. "Percayalah, begitu Manshiet Nasser selesai dengan Profesor Brodie, tidak ada yang tidak akan dilakukannya
untuk kita. Dia akan memohon dengan sangat untuk membantu.
Mengiba." Kairo " Manshiet Nasser
"KENA kau," umpat Freya, menginjak kecoak dengan sepatu
olahraganya. Kerangka luarnya membuat suara gemeretak kecil
ketika dia pelan-pelan menendangnya ke lantai berdebu, isi
tubuhnya yang berwarna kuning coklat bergabung dengan
kecoak lain yang telah dia usir satu jam yang lalu.
"Kau tak apa-apa?" tanya Flin.
Freya mengangkat bahu. "Tak begitu baik. Bagaimana dengan?"" Dia mengangguk
ke arah selangkangan Flin.
"Akan segera pulih. Walaupun aku kira aku tak akan bersepeda dulu untuk sementara waktu."
Freya tersenyum lemah. "Menurutmu apa yang akan mereka lakukan terhadap kita?"
Kini giliran Flin yang mengangkat bahu.
"Dari bukti yang ada, tidak ada yang secara khusus
menyenangkan. Mereka tahu lebih baik daripada aku."
Dia menggerakkan kepala ke arah tiga laki-laki yang sedang
duduk diam di seberang, senjata mesin ada di pangkuan
mereka. "Hei kalian, apa yang kalian rencanakan?" Flin berteriak ke
arah mereka. Tidak ada jawaban. "Aku kira pasti sebuah kejutan," katanya, sambil tergopoh ke
depan dan mengusap pelipisnya.
THE HIDDEN OASIS | 259 Mereka berada di lantai teratas di dalam ruangan yang kelihatannya belum selesai dibangun"sebuah ruangan besar dan
suram yang diterangi oleh lampu pijar tunggal di lantai dekat
penjaga.Walaupun lantai, plafon, anak tangga, dan pilar sudah
pada tempatnya"beton kasar, dengan batang besi penguat yang
sudah karatan menonjol di sana-sini seperti cabang pohon tua"
hanya ada tiga dinding. Sisi keempat ruang itu terbuka ke udara
malam, sebuah ruang kosong bercelah yang menghadap ke alam
terbuka penuh cahaya berkedip Kota Kairo seperti mulut gua
yang berada jauh tinggi di tebing. Flin dan Freya berada di sisi
ujung ruang itu, duduk di sepasang kotak kayu yang terbalik.
Di belakang mereka, lantai berakhir dan menurun panjang dan
curam ke jalan di bawah. Para penahan mereka berada di tengah
ruangan, di samping anak tangga. Bahkan tanpa dinding itu
pun, orang-orang Barat itu dengan sengaja dipenjara.
"Tempat apa ini sebenarnya?" Freya bertanya ketika mereka
dibawa ke sini tadi. "Manshiet Nassar," ujar Flin memberi tahu. "Tempat tinggal
Zabbaleen." "Zabbaleen?" "Pemulung di Kairo."
"Kita diculik oleh pemulung sampah?"
"Aku curiga kita hanya ditahan di sini," kata Flin. "Menurut
pengalamanku Zabbaleen adalah orang-orang yang berlaku baik,
kalau bukan yang paling sehat dan bersih."
Percakapan itu sudah hampir satu jam yang lalu, dan mereka
masih menunggu"untuk apa persisnya, tidak satu pun dari
mereka yang tahu. Ketika mereka tiba, keadaan masih terang,
tetapi malam telah turun dengan cepat. Kini semua tenggelam
dalam kegelapan, sinar steril lampu tak banyak berpengaruh
dalam menghapus bayangan di sudut ruangan. Ngengat dan
serangga lain berkeliaran di sekitar pipa lampu pijar; udara panas
dan berdebu dan yang menggantung pada apa pun"melarutkan
260 | PAUL SUSSMAN semuanya, meleburkan semuanya"adalah aroma sampah busuk
yang masam dan pekat. Freya mendesah dan melirik jam tangannya: 18.11. Flin
berdiri dan berbalik, menelusupkan tangannya ke saku celananya
dan menatap ke udara malam. Mereka berada di belakang
gedung, yang berdiri di lereng yang curam. Di bawah ada
kumpulan atap yang padat yang berundak-undak menjauh
seperti tanah longsor yang beku terbingkai, semuanya bergabung
dengan kekacauan tanah dan batu bata dan beton dan tumpukan
sampah yang suram. Ketika sisi lain Kairo bermandikan cahaya
benderang"hamparan putih dan oranye berkilau terlihat di
kejauhan"sudut ini tenggelam dalam kesuraman. Ada beberapa
jendela yang berpenerangan redup, berkas kecil warna dalam kegelapan yang menyelimuti, dan jalan di bawah bersinar oranye
lemah dalam cahaya setengah lusin lampu sodium. Yang lain
gelap, seolah bangunan dan gang dan trotoar dan sampah lebur
dalam tinta hitam. Sesekali terdengar teriakan, suara panci berdentangan, deru mesin di kejauhan, tetapi tidak ada manusia,
atau paling tidak yang terlihat oleh Flin. Areal ini menimbulkan
perasaan seram yang aneh"sebuah desa para hantu melekat di
tepi kota kehidupan. Sambil melangkah perlahan mendekati ujung lantai, Flin melihat ke bawah, ke jalan yang jauh berada di bawah. Sebuah truk
sedang merayap naik di bukit di sisi kirinya, deru rendah mesinnya diiringi oleh denting lembut beling dari tumpukan botol yang
diangkutnya. Truk itu lewat tepat di bawah tempat dia berdiri
dan susah payah merangkak di lereng, menghilang di sudut
karena jalan membelok di depan gedung. Satu menit berlalu,
dan kemudian truk lain muncul, kali ini mengangkut gulungan
kawat listrik yang mirip spageti. Di belakangnya, tampak sangat
mencolok dalam lingkungan yang bobrok itu, ada limusin hitam
panjang. Flin memerhatikannya ketika mobil itu memutar di
sudut dan tak terlihat, kemudian menoleh ke arah Freya.
"Sepertinya kita akan kedatangan tamu," katanya. Ketika
dia berbicara, terdengar suara klakson di luar dan para penjaga
THE HIDDEN OASIS | 261 bangkit berdiri. Dari bawah terdengar gema langkah kaki,
awalnya samar, tetapi semakin keras saat para pendatang baru
ini"tampaknya lebih dari satu orang"menaiki gedung menuju
tempat mereka berada. Secara naluriah, tangan Freya menggenggam tangan Flin. Langkah kaki semakin dekat sampai
akhirnya dua pria muncul di ruangan itu. Yang satu pendek dan
gemuk, tidak rapi, dengan potongan rambut seperti mangkuk
puding dan amplop manila berukuran A4 tergenggam di tangannya. Yang satu lagi lebih tua dan lebih kecil, berpakaian necis,
rambut abu-abunya disisir ke belakang, wajahnya tajam dan
berkulit pucat, bibirnya begitu sempit hampir seperti tidak ada.
Sepertinya dialah yang memimpin: orang Mesir yang lain dengan penuh hormat bergeser memberi ruang untuknya, lampu
di lantai menyelimuti kelompok ini dalam sinar dingin. Keadaan
hening mencekam sesaat, kemudian:
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Romani Girgis," gumam Flin dengan napas tertahan.
"Kau kenal pria ini?" Freya melepas tangan Flin dan menengok ke arahnya.
"Aku tahu dia," jawab pria Inggris itu, sambil menatap ke sisi
lain ruangan. "Semua orang di Kairo tahu Romani Girgis."
Ada jeda sesaat, kemudian Flin mengeluarkan suaranya:
"Si bangsat fantastis yang sulit dibayangkan."
Jika dia marah karena penghinaan, atau bahkan mengerti apa
yang dimaksud, Girgis tidak memperlihatkannya. Sebalimya,
dia malah memerintahkan rekannya, yang berjalan melintasi
ruangan dan memberikan amplop manila itu pada Flin.
"Ini seperti bukan dirimu, tumben kau mau melakukan pekerjaan kotormu sendiri, Girgis," kata si Inggris, sambil menarik
setumpuk foto dari dalam amplop dan melihatnya satu per satu.
"Di mana si Tweedledee dan Tweedledum itu?"
Pertanyaan ini membuat Girgis berpikir sejenak untuk memahaminya. Setelah mengerti dia pun tersenyum, ekspresi tak
senang yang halus, dingin, seperti reptil yang akan menggigit
sesuatu. 262 | PAUL SUSSMAN "Mereka sedang mengunjungi ibu mereka," katanya, bahasa
Inggrisnya fasih dengan aksen berat. "Anak yang sangat berbakti,
berhati lembut. Jauh lebih lembut daripada diriku. Nanti kau
bisa lihat sendiri."
Senyumnya mulai melebar dan kemudian segera berubah
menjadi seringai jijik ketika seekor kecoak merayap di lantai
tepat di depannya. Dia mundur selangkah, sambil menggerutu.
Salah seorang pengawalnya melangkah maju dan menginjak
serangga itu, menginjak-injaknya di lantai beton. Hanya ketika
merasa yakin serangga itu telah benar-benar mati tak bergerak,
Girgis baru dapat menguasai diri. Sambil membersihkan lengan
bajunya, dia kemudian berkata kepada Flin, nada suaranya kini
dingin dan setajam pisau bedah. Para pria Mesir lain berdiri
diam di sisinya, wajah mereka keras, bayangan mereka memenuhi plafon di atas.
"Kau akan melihat foto itu," kata Girgis, matanya berkilau
penuh kedengkian. "Kau harus mengamatinya, dan kemudian
harus mengatakan kepadaku di mana gambar itu diambil. Di
mana tepatnya gambar itu diambil."
Flin melirik sekilas ke tumpukan foto itu.
"Oh, yang ini di Timbuktu," katanya. "Yang ini di Shanghai,
yang ini sepertinya El Paso dan ini?"
Ia mengangkat foto itu. ?"tembak aku jika ini bukan tanteku Ethel di Torremolinos."
Girgis menatapnya, sambil mengangguk-angguk seolah dia
memang menunggu jawaban itu. Setelah mengeluarkan sekotak
kertas basah dari saku jaketnya, dia menarik selembar dan
pelan-pelan mengelap tangannya. Untuk sesaat lamanya dia
diam, satu-satunya suara adalah bunyi ngengat yang lembut
yang mengerumuni lampu dan, dari luar, bunyi berisik pedati
dan suara klakson kendaraan di kajauhan. Kemudian, setelah
melempar kertas basah ke lantai, pria Mesir itu berbicara
kepada rekannya. Salah seorang penjaga mengangkat lampu
dan menyangganya pada kursi, menyorotkannya ke arah sudut
THE HIDDEN OASIS | 263 terjauh dalam ruangan itu yang penuh dengan tumpukan
karung polipropilen raksasa dari lantai sampai atap. Di samping
tumpukan itu ada sebuah mesin yang menyerupai pencacah
kayu besar, dengan bukaan di atas dan berbagai tombol dan tuas
di sisinya. Girgis mendekati mesin itu, pria gemuk tadi mengikuti di sisinya seperti anjing yang patuh. Dua orang penjaga
menggeret Flin dan juga Freya, menyodok keduanya dengan
senjata mereka. Yang ketiga, pria yang memindahkan lampu,
menghilang di bawah, berteriak kepada seseorang di sana.
"Kau tahu benda apa ini?" tanya Girgis ketika Flin dan Freya
sudah berada di sampingnya, sambil menepuk mesin itu.
Mereka tidak bereaksi. Keduanya berdiri dengan wajah
dingin dan menantang. "Namanya granulator," kata si Mesir, menjawab pertanyaannya
sendiri. "Semacam benda yang biasa di bagian kota ini. Biasanya
benda ini disimpan di lantai bawah, tetapi yang satu ini sudah
kami bawa ke atas sini untuk" kesempatan khusus."
Dia mengeluarkan dengus senang, mulutnya bergerak seperti
senyuman reptil yang dingin.
"Mari kuperlihatkan kepada kalian bagaimana mesin ini
bekerja." Dia menengok ke arah pengawalnya, yang mengeluarkan
pisau lipat dan membukanya. Flin tegang dan bergerak ke depan
Freya, siap melindunginya. Tampaknya pisau itu tidak ditujukan
untuk mereka. Pria itu malah bergerak ke tumpukan karung dan
merobek salah satunya dengan pisau itu. Botol plastik tumpah
ruah dari dalamnya, membanjiri lantai.
"Tidak perlu keterampilan khusus dan ilmu pengetahuan
untuk hal ini," lanjut Girgis, sambil mengambil tisu basah dari
sakunya dan menyeka tangannya. "Ini permainan anak-anak.
Dalam arti har"ah, karena yang lebih sering mengoperasikan alat
ini adalah anak-anak Zabbaleen. Seperti yang akan diperlihatkan
oleh pembantu kecilku ini."
Ada gerakan di belakang mereka dan laki-laki yang menuruni
264 | PAUL SUSSMAN tangga kembali muncul, bersama seorang bocah laki-laki. Dengan
wajah kotor dan tampak kurang gizi, bocah itu tidak lebih dari
tujuh atau delapan tahun usianya, tangannya tersembunyi di
balik lengan baju djellaba yang terlalu besar. Girgis berbisik
kepadanya dan bocah laki-laki itu melangkah ke mesin. Lengan
kirinya menjulur dan menekan tombol merah berbentuk jamur.
Terdengar deru dan letupan, dan ruangan itu dipenuhi oleh
suara mesin yang memekakkan telinga.
"Kami tidak punya hal seperti ini ketika aku muda," teriak
Girgis, sambil menaikkan volume suaranya agar bisa lebih
terdengar di atas suara bising mesin. "Tapi kemudian hanya
dalam beberapa dekade terakhir benda ini menjadi sangat diperlukan. Begitu banyak plastik sekarang ini. Dan seperti biasanya, Zabbaleen telah menyesuaikan diri dengan zaman yang
berubah." Bocah laki-laki itu bergerak ke tumpukan botol dan dengan lengan kirinya mengumpulkan selusin botol pada keliman
djelabba-nya. Lalu, kembali ke granulator, dia mulai memasukkan satu per satu botol ke dalam mulut mesin di bagian atas.
Terdengar bunyi desis dan gemeretak serta potongan plastik
berukuran uang logam menyembur, berhamburan membanjiri
lantai seperti hujan es. "Seperti yang kau lihat, botol itu masuk ke dalamnya dalam
keadaan utuh dan tercacah oleh pisau di dalamnya," jelas Girgis,
masih sambil berteriak. "Mereka kemudian muncul dalam
bentuk material mentah yang dapat dijual ke pedagang plastik di
kota. Sangat sederhana. Dan sangat e"sien."
Bocah itu kemudian memasukkan seluruh botol ke dalam
mesin, dan setelah menerima tanda dari Girgis, menekan tombol
merah lagi, mematikannya.
"Sangat sederhana dan sangat e"sien," ulang pria Mesir itu,
suaranya terdengar keras tak wajar dalam keheningan yang
kini menyergap ruangan itu. "Walaupun sayangnya tidak selalu
sangat aman." THE HIDDEN OASIS | 265 Dia menyikut si bocah, yang kemudian mengangkat lengan
kanannya. Lengan djelaba-nya tersingkap memperlihatkan
lengan buntung yang tadinya tangan utuhnya, jaringan bekas
luka terlihat memanjang sampai sikunya seolah lengan itu telah
direndam dalam cat merah jambu pucat. Freya menyeringai; Flin
menggeleng kepalanya, keduanya merasa sangat iba terhadap si
bocah dan muak karena dia harus dipertontonkan dengan cara
itu. "Lengannya terkena pisau itu, kau lihat," kata Girgis, tersenyum. "Lengan mereka tertarik masuk, tangan-tangan kecil
yang rusak dan terpotong. Banyak yang tidak dapat segera dibawa ke rumah sakit dan mati karena kehabisan darah. Yang
namanya berkah kadang turun dalam banyak cara. Belum tentu
juga mereka punya masa depan yang cerah nantinya."
Dia membiarkan suasana hening itu sesaat, masih menggosok tangannya dengan tisu basah. Kemudian dia menoleh ke
Freya. "Aku tahu kau seorang pemanjat tebing, Miss Hannen."
Freya menatapnya, sambil bertanya-tanya ke mana arah pembicaraannya.
"Aku kuatir aku hanya tahu sedikit tentang hal itu," lanjut
Girgis. "Tidak banyak permintaan untuk ini dalam daftar bisnisku. Aku tertarik untuk mengetahui lebih banyak. Misalnya,
benarkah aku jika berpikiran bahwa akan sangat sulit untuk memanjat dengan hanya satu tangan?"
Flin bergeser setengah langkah ke depan.
"Jangan libatkan dia dalam persoalan ini. Apa pun yang kau
inginkan, jangan libatkan dia dalam hal ini."
Girgis mendelik. "Tetapi dia ada dalam persoalan ini," katanya. "Dia sangat
terlibat dalam persoalan ini. Itulah sebabnya tangannyalah yang
akan masuk ke granulator kalau kau tidak mengatakan kepadaku
di mana semua foto itu diambil."
266 | PAUL SUSSMAN "Keparat kau," sembur Flin, sambil mengangkat foto dan
menggerakkannya pada Girgis. "Ini hanya reruntuhan. Pepohonan dan reruntuhan. Bagaimana bisa aku mengetahui di
mana gambar itu diambil" Itu bisa di mana saja. Di mana saja!"
"Oh, mari kita berharap, demi Miss Hannen, bahwa kau
bisa mengatakan lokasinya dengan tepat, di mana pun itu. Kau
punya waktu dua puluh menit untuk mencermati foto itu dan
memberikan informasi. Setelah itu?"
Dia memukul tombol start merah granulator, membuat
mesin itu menyala sebentar sebelum dia mematikannya lagi.
"Dua puluh menit," dia mengulang ketika gema pisau pencacah perlahan menghilang. "Aku akan menunggumu di lantai
bawah." Dia melemparkan tisu basah ke sisinya dan, didampingi
oleh rekannya yang berantakan, melintasi ruangan itu kembali,
memutari sesuatu di lantai"kecoak, duga Freya"sebelum menuruni tangga.
"Kau membunuh kakakku," Freya berteriak ke arahnya.
Girgis memperlambat langkah dan menoleh, matanya agak
mengecil seolah tidak begitu yakin bahwa dia mendengar apa
yang diucapkan Freya. "Kau membunuh kakakku," ulangnya. "Dan aku akan membunuhmu."
Hening sejenak, kemudian Girgis tersenyum.
"Ya, mari kita berharap Profesor Brodie dapat mengatakan
kepadaku di mana gambar itu diambil atau kau akan memanjat
dengan satu tangan."
Dia mengangguk dan menghilang menuruni tangga.
THE HIDDEN OASIS | 267 Kairo " Butneya IBU merekalah yang telah mengajarkan kepada si kembar
bagaimana membuat torly kambing, resep yang, menurut
pendapat mereka yang beruntung pernah mencicipinya, terbaik di Kairo, kalau bukan di seluruh Mesir. Rahasianya,
dia mengatakan kepada keduanya, adalah merendam daging
kambing dalam karkaday, semakin lama semakin baik, sepanjang
hari jika mungkin, jus merahnya tidak hanya membantu melembutkan daging, tetapi juga menyerapkan rasa manis halus
yang membasahi mulut sehingga keduanya melengkapi dan
menguatkan bahan-bahan lain dalam wadah, yaitu bawang
merah, kentang, buncis, dan kacang merah.
"Pertama kita rendam daging kambing itu," begitu ibu
mereka biasa menyanyi ketika mereka masih kecil dulu, sambil
memutar daging dalam larutan bahan masakan, "kemudian kita
masukkan ke dalam oven, dan kemudian?"
"Masuk ke dalam mulut kita!" sahut si kembar bersama,
mengeluarkan suara mengunyah yang keras dan menepuknepuk perut mereka. Sang ibu tertawa riang, sambil menarik
kedua anak laki-lakinya itu ke dalam pelukannya dan merangkul
mereka. "Beruang kecilku!" dia menggoda. "Monster kecilku!"
Malam ini, dengan semua yang terjadi bersama Girgis"
terbang ke padang pasir, kejar-kejaran di Kairo"tidak ada
waktu untuk merendam daging itu, tidak pas benar, dan karena itu mereka baru merendamnya di dalam karkaday ketika
mereka memotong dan mempersiapkan sayuran lain sebelum
menggabungkan semuanya dalam wadah keramik dan dipanaskan dalam oven.
Mereka memasak untuk ibunya paling tidak dua kali seminggu, atau lebih sering lagi kalau mereka punya waktu,
kembali ke pondok sempit dengan dua kamar milik ibu mereka
di Butneya, tempat mereka dibesarkan, di tengah labirin gang
268 | PAUL SUSSMAN kumuh yang berkelak-kelok di belakang masjid Al-Azhar. Mereka
mencoba mengajak sang ibu pindah, untuk hidup bersama
mereka, atau paling tidak membiarkan mereka menyewakannya
tempat yang lebih nyaman, tetapi dia merasa bahagia di sini
dan itulah tempat tinggalnya. Si kembar memberi sang ibu
uang dan membelikan perabot"termasuk tempat tidur besar
yang cantik, TV berlayar lebar, dan pemutar DVD"dan para
tetangga juga menaruh perhatian padanya, sehingga dia dijaga
betul. Terlepas dari hal itu, mereka cemas. Bertahun-tahun
mengalami kekerasan "sik oleh el-Teyaban, si Ular"mereka menolak menganggapnya ayah mereka"telah meninggalkannya
dalam keadaan lemah dan goyah, dan walaupun Ular itu sudah
lama menghilang"setelah keduanya menghajarnya"kerusakan
itu sudah terjadi. Jauh di dalam hati, keduanya tahu bahwa tidak
ada lagi yang tertinggal dalam diri ibunya. Ada sesuatu yang
tidak pernah mereka bicarakan maupun mereka akui. Terlalu menyakitkan. Omm adalah segalanya untuk mereka. Segalanya.
Torly sudah matang, mereka mengeluarkannya dari oven.
Ruangan itu seketika penuh dengan aroma lemak daging masak
yang membangkitkan selera, dibubuhi samar-samar aroma
mentol"bahan masakan rahasia lain milik ibunya. Mereka membawanya ke ruang tengah dan menatanya di lantai. Ketiganya
duduk bersila mengelilingi mangkok keramik, menyendok isinya ke piring mereka, sang ibu mengoceh, dan menyeruput dari
sendoknya, mulutnya yang tak bergigi mengeriput seperti siput
kering. "Beruang kecilku!" dia tertawa. "Betapa kalian telah memanjakan omm! Lain waktu kalian harus membiarkan aku yang
memasak." "Lain waktu," mereka menjawab, sambil saling melirik dan
mengedipkan mata, tahu bahwa dia hanya berbasa-basi, bahwa
dia senang ditunggui dan dimanja. Dan mengapa tidak" Sang
ibu telah cukup berkorban untuk mereka selama bertahuntahun. Ibu terbaik di dunia. Segalanya bagi mereka. Segalanya.
Mereka mengobrol sambil makan, atau paling tidak sang
THE HIDDEN OASIS | 269 ibu yang berbicara, bercerita tentang semua kabar dan gosip di
sekitar lingkungan mereka: bagaimana Mrs. Guzmi punya cucu
laki-laki lagi, dan si malang Mr. Farid yang sudah tua harus
menjalani operasi pengangkatan testikel keduanya, dan keluarga
Attalas baru saja membeli kompor baru ("Enam tungku listrik,
kau percaya itu! Enam! Dan mereka mendapatkan nampan
cuma-cuma untuk memanggang"). Sang ibu tidak bertanya
tentang pekerjaan anak-anaknya dan mereka juga tidak mengatakan soal itu kepadanya. Sesuatu yang berkaitan dengan
hubungan masyarakat, itu saja yang ibu mereka tahu. Tidak ada
gunanya membuat dia kuatir. Dan, mereka tidak akan bekerja
kepada Girgis lebih lama lagi. Selama bertahun-tahun mereka
telah menabung lebih dari cukup untuk mewujudkan impian
mereka: hak berjualan makanan di Stadion Internasional Kairo ,
menjual taamiya dan fatir dan, tentu saja, torly buatan sang ibu
yang legendaris itu. Tidak lama lagi mereka akan memutuskan
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hubungan kerja itu. Girgis, keduanya sepakat, adalah orang
benar-benar bodoh. Begitu torly habis, mereka membawa peralatan makan ke
tempat cucian piring dan"masing-masing memakai celemek
Red Devils"mencuci piring, sementara ibunya beristirahat
di kursi berlengan yang senderannya dapat digerakkan. Kursi
itu mereka curi untuk ibu mereka dari toko perabot kantor
di Zamalek. Ibu mereka menggosok-gosok kakinya dan bersenandung.
"Apakah kalian membawakan omm sedikit hadiah?" tanyanya
manja ketika mereka mendekatinya. "Sesuatu untuk cuci mulut?"
"Ibu," desah keduanya. "Itu tidak baik untukmu."
Dia mengeluh, merengek, dan memohon, menggoyakangoyangkan kursi, mengeong seperti kucing lapar, dan walaupun
tidak setuju, mereka tidak ingin menolaknya, sadar bahwa itu
adalah salah satu kesenangannya. Dan ketika salah satu dari
mereka menyalakan pemutar DVD, yang lain menggelar semua
peralatan di atas baki"sabuk, sendok, air, korek api, kain lap
beralkohol, jus lemon, kapas"dan, sambil mengambil alat
270 | PAUL SUSSMAN penyuntik, jarum, dan bungkusan heroin dari sakunya, meraciknya.
"Beruang kecilku," gumam sang ibu ketika obat-obatan
sudah disuntikkan ke lengannya, menyandarkan kepalanya ke
belakang dan mata menutup. "Monster kecilku."
Mereka memegang kedua tangannya, dan mengusap rambutnya, dan mengatakan betapa mereka mencintainya dan akan
selalu berada di sisinya. Kemudian, begitu ibunya sudah larut
masuk ke dalam dunianya sendiri, mereka duduk di lantai dan
menyalakan DVD, bertepuk tangan semangat walaupun mereka
telah menontonnya lima puluh kali sebelumnya: kemenangan 43 El-Ahly atas Zamalek di Final Piala Mesir 2007, pertandingan
sepak bola terbesar yang pernah dimainkan.
El-Ahly, El-Ahly Tim terbesar yang pernah ada
Kami bisa bermain pendek, kami bisa bermain panjang
Setan Merah terus melaju!
Mereka bersenandung dengan suara lembut, sementara di
belakang mereka omm mendesah dan tersenyum.
"Beruang kecilku," dia bergumam. "Monster kecilku."
Kairo " Manshiet Nasser
"SETIAP hari selama sepuluh tahun terakhir, aku selalu bermimpi
bisa melihat gambar seperti ini," kata Flin, sambil mengamati setumpuk foto di tangannya. "Dan sekarang ketika aku sedang melihatnya, aku tak dapat memikirkan sesuatu yang lain di bumi
ini yang lebih ingin kulihat."
Dia melihat foto itu bergantian, mengamatinya satu per satu
lagi. THE HIDDEN OASIS | 271 "Bisa di mana saja," keluhnya, sambil menggelengkan kepalanya tak berdaya. "Di mana saja."
Freya memalingkan kepalanya dan memandang ke luar,
ke kota, melalui ruang kosong tak berdinding di sisi belakang
ruangan itu. Anehnya, dia merasa tenang, padahal dua puluh
menit waktu yang diberikan untuk mereka hampir habis. Di
belakang mereka ada tiga penjaga yang sedang bermain kartu
di pangkal tangga, tampaknya lupa akan kehadiran mereka.
Di sampingnya, Flin sedang memerhatikan setumpuk foto.
Dia sudah melakukan hal itu sejak Girgis pergi, matanya yang
tampak bosan tertuju kepada gambar itu, tangannya gemetar.
Sebagian dari foto itu menampakkan lereng yang dipenuhi
pohon, dinding curamnya menjulang tinggi menuju langit
pucat di atas, seolah ada yang telah mengiris karang itu dengan
pisau bedah. Yang lain lebih spesi"k: obelisk yang menjulang
tinggi dengan tanda sedjet pada masing-masing dari empat permukaannya. Sebuah jalan besar dengan patung-patung sphinx.
Patung "gur yang sedang duduk dengan tubuh manusia dan
kepala elang yang monumental. Ada juga pilar dan bagian
dinding dan tiga gambar lagi berupa gerbang yang pernah
mereka lihat, semuanya terbungkus tanaman lebat"bunga,
pohon, cabang, dan daun, seolah batu bata dan batu struktur
berukir buatan manusia setelah sekian lama larut ke dalam
lanskap alamiah, beralih kembali ke bentuk asli mereka.
Bata lumpur, batu berukir, pohon, dinding batu"bagaimanapun juga tak memberi petunjuk tertentu tentang konteksnya
yang lebih luas, tentang lokasi oasis yang sebenarnya. Dan kini
waktu mereka hampir habis.
Mereka akan memotong lenganku, pikir Freya. Dia benarbenar tak sanggup membayangkan ketakutan apa yang akan
terjadi kepadanya. Dia seolah sedang melihat adegan itu dari
luar dirinya. Seakan bagain tubuh orang lainlah yang akan segera
dihancurkan. Mereka akan memotong lenganku dan aku tidak
akan dapat memanjat lagi.
272 | PAUL SUSSMAN Untuk alasan yang tak dia mengerti, dia merasa seperti
sedang tertawa. Freya melirik jam tangannya"beberapa menit telah berlalu"
dan melangkah ke tepi lantai beton yang kasar, melihat ke jalan di
bawah. Dia berpikir untuk meloncat, tetapi terlalu tinggi untuk
sampai di bawah. Paling sedikit tiga puluh meter, mungkin
mendekati tiga puluh lima. Ketianggian itu bisa menewaskannya
atau paling sedikit akan menghancurkan kakinya seperti kayu
bakar. Selain itu juga tidak ada kemungkinan memanjat untuk
membebaskan diri"dia sudah berlutut dan mengamati keadaan
dari tepi lantai, mencoba menilai jalan turun yang potensial,
tapi hal itu tidak mungkin dilakukan. Dan lagi pula, para
penjaga akan menangkap basah apa yang sedang mereka lakukan
sebelum mereka mulai turun. Lengan yang hancur, kaki yang
patah, tembakan: ketiganya bukan pilihan yang menarik.
"Menurutmu apakah dia hanya mengancam?" tanya Freya
sambil menatap Flin. "Kau tahu" granulator itu" menurutmu
apakah mereka akan benar-benar?""
Flin mendongak, kemudian kembali mengamati foto, tak
sanggup menatap mata Freya. Dia memerlukan sebuah jawaban.
Hanya ada sisa waktu satu menit sekarang.
Jauh di sisi kanan Freya, ada deru mesin dan berkas lampu
ketika sebuah truk besar lewat dengan perlahan di sudut jalan.
Truk itu mengentak dan bergetar ketika pengemudinya menekan
rem, mencoba mengendalikan kendaraan itu. Freya berpikir
apakah harus berteriak, meminta tolong, tetapi apa gunanya"
Bahkan jika pengemudi truk itu mendengar dan mengerti, apa
yang akan dilakukannya" Menelepon polisi" Menaiki tangga dan
menyelamatkan mereka dengan satu tangan" Tak ada harapan,
sama sekali tak ada harapan.
Dia melipat lengannya, sambil membayangkan seberapa
sakitnya peristiwa yang mungkin akan dia alami, apakah akan
menyakitkan, atau dia hanya akan syok dan pingsan.
"Ada yang bisa membawaku ke rumah sakit?" dia berteriak
THE HIDDEN OASIS | 273 bertanya. "Apa ada rumah sakit terdekat?"
"Demi Tuhan," kata Flin, suaranya tegang dan hampir pecah,
wajahnya mengilap karena keringat dan pucat. Anehnya, dia
tampak lebih bersemangat daripada Freya.
Di atas bukit, truk itu telah berhasil melewati belokan itu dan
kini turun perlahan ke arah Freya, remnya mendesis dan berderik.
Dari jauh, sepertinya bak truk itu tampak dipenuhi tumpukan
pasir atau puing, walaupun sulit untuk memastikannya dalam
sinar yang remang dan lampu jalan yang sebentar-sebentar
tampak seperti akan mati. Freya memerhatikannya sesaat,
kemudian tiba-tiba tersentak ketika di belakangnya salah seorang penjaga berteriak karena baru saja menang main kartu.
Dia memamerkan kartu-kartu yang dimainkannya kepada dua
rekannya, membuat gerakan menggosok dengan jari tangannya
yang mengindikasikan bahwa mereka berutang uang kepadanya.
Sambil mengomel, mereka memberikan uang tunai dan baru
saja akan mulai main lagi ketika dari luar terdengar tiga suara
keras klakson mobil. Waktunya habis. Seolah wajahnya ditampar
keras-keras, kenyataan tentang situasi yang dia hadapi menyergap
Freya. Dia mulai gemetar, berusaha keras menahan muntah. Dia
menoleh kepada Flin. "Kau harus membebat sikuku dengan sesuatu untuk menahan
perdarahan," Suara Freya naik turun, matanya penuh ketakutan.
"Ketika mereka mulai memotong" kalau nanti mereka sudah
selesai melakukannya. Kau harus mendapatkan sesuatu untuk
dipasang erat-erat pada sikuku atau aku akan mati kehabisan
darah." "Mereka tidak akan melakukan apa pun terhadapmu," kata
Flin. "Kau boleh pegang kata-kataku. Tenang saja di belakangku.
Aku akan?" "Apa" Apa yang akan kau lakukan?"
Flin tampak tak bisa menjawab.
"Diam saja di belakangku," dia mengulang tak yakin.
Freya mendekati Flin, memegang tangannya, dan meremas274 | PAUL SUSSMAN nya. Untuk sesaat mereka berdiri seperti itu. Kemudian, dia
melepas pegangannya, menjauh sedikit, dan melepas kaitan
sabuknya, Flin tetap tak bergerak saat Freya melepas sabuk dari
lubangnya pada celana jins dan memberikannya kepada Flin.
"Untuk mengikat lenganku," katanya. "Segera setelah mereka
memotong selesai, kau harus mengikatkan ini pada lenganku.
Berjanjilah." Flin tak berkata apa-apa.
"Kumohon, Flin."
Ada jeda, kemudian Flin mengangguk, mengambil sabuk
dari tangan Freya dan menyentuh pipinya.
"Kau diam saja di belakangku."
Para penjaga telah membereskan kartu dan mengamati tangga
di bawah ketika ada suara kaki sedang menaiki tangga. Salah
satu dari mereka melirik ke arah Freya dan menyeringai, mengayunkan tangan kanannya di pergelangan kirinya, mulutnya
membuat suara meraung seolah mesin sedang menggilasnya.
Freya gemetar dan membalikkan badan, kembali melangkah
ke tepi lantai, dan melihat ke truk itu lagi. Truk itu kini berada empat puluh meter lebih di atas bukit, masih menurun
dengan kecepatan seperti siput. Barangkali dia harus berteriak.
Berteriak kepada mereka yang berada di bawah. Dia tidak
punya risiko apa-apa. Dia menarik napas dalam-dalam dan membuka mulutnya, tetapi untuk alasan tertentu dia tidak dapat
mengeluarkan suaranya. Dia hanya berdiri di sana menatap
truk yang merangkak semakin dekat, baknya tiba-tiba tampak
lebih jelas saat truk itu tepat berada di bawah salah satu lampu
sodium. Ternyata, baknya tidak dipenuhi tumpukan pasir dan
puing, seperti dugaannya, melainkan oleh material bekas"
potongan pakaian, karpet, tumpukan kapas, dan sepertinya
potongan kasur busa: bantalan yang empuk dan lembut"
"Flin," bisiknya, bahunya menegang, aliran listrik menjalari
tulang punggungnya. Dan kemudian, lebih mendesak: "Flin."
"Hmm?" THE HIDDEN OASIS | 275 Flin menghampirinya. Freya mengangukkan kepalanya ke
bawah ke arah truk, yang kini hanya dua puluh meter jauhnya
dari mereka. "Kau pernah menonton Butch Cassidy and the Sundance
Kid?" tanya Freya. "Adegan ketika mereka?"
"Loncat dari tebing." Flin menyelesaikan kalimat itu. "Oh
Tuhan, Freya, aku kira aku tak akan bisa. Terlalu jauh."
"Pasti bisa," katanya, sambil mencoba bersuara lebih meyakinkan daripada yang dia rasakan.
"Terlalu jauh."
"Aku tak akan membiarkan mereka memenggal lenganku,
Flin." Di belakang mereka, gema langkah kaki semakin mendekat.
Flin melihat ke arah Freya, kemudian ke truk, kemudian ke
Freya lagi. "Baiklah," katanya, mengernyit seolah akan meminum sesuatu yang dia tahu rasanya memualkan.
Flin menyelipkan foto itu ke dalam kemejanya dan mengancingkan kerahnya, sambil kemudian membenahi letaknya di
dalam kemejanya. Salah seorang penjaga sudah berjalan menuju
granulator. Dua orang yang lain masih melihat ke bawah dari
tangga. Tidak seorang pun yang memerhatikan mereka secara
langsung. "Hitung sampai tiga," bisik Freya ketika bagian depan truk
hampir sejajar dengan tempat mereka berdiri. "Satu" dua?"
"Di "lm" mereka berhasil melompat, "kan?"
Freya mengangguk. "Walaupun keduanya ditembak nantinya.
Tiga!" Mereka berpegangan tangan dan meloncat ke udara.
Untuk sesaat, dunia di sekitar mereka samar menjadi kaleidoskop dinding dan atap dan balkon dan tali jemuran yang
membingungkan, sebelum beralih terfokus kembali saat mereka
mendarat di bagian belakang truk. Tumpukan kain dan karpet
276 | PAUL SUSSMAN menengadah di bawah, menerima kejatuhan mereka. Freya
terlempar ke tepi mengenai pintu belakang truk, terhempas ke
lembaran kasur busa yang basah, memukul keras lehernya, tetapi
dia tidak cedera. Flin tidak begitu beruntung. Terpelanting di
gulungan karpet lama dan ke sisi truk, dia terbang di udara
seperti pemain sirkus yang mabuk, menghantam sisi truk ke
dalam tumpukan gentong plastik dan dari sana wajahnya terjerembab di tumpukan sampah, benda tak terlihat menyayat
lengan kirinya agak dalam.
Mereka diam di tempat itu selama beberapa detik, gugup, kehabisan napas. Kemudian teriakan terdengar di atas dan mereka
mulai bergegas turun. Freya bangkit dan melompat dari belakang
truk yang masih berjalan dan mendarat di tanah. Flin meluncur
dan mendarat dengan badan tegak, lengan kemejanya lembap
oleh darah. Sambil terhuyung, Flin menarik Freya menuju gang
kecil di seberang gedung tempat mereka ditawan. Teriakan
dari atas kini dijawab oleh teriakan lain di jalan, oleh beberapa
pria yang tentunya sudah ditugaskan di sana untuk mengawasi
bagian belakang gedung. Mereka sampai di gang dan melewati
mulutnya yang sempit dan gelap, berjalan tertatih melewati
kegelapan, tersumbat oleh bau sampah yang masam, menyengat,
dan menyesakkan, langkah kaki mereka menimbulkan bunyi
gemerisik pada gelombang sampah.
"Ada banyak tikus!" Freya menjerit, merasakan sesuatu"
banyak sekali"menggerayangi telapak kaki dan mata kakinya.
"Abaikan saja!" perintah Flin. "Jalan terus."
Mereka menerobos kegelapan dan berjalan terus, lebih mengikuti naluri daripada penglihatan mata telanjang. Sinar lampu
jalan di belakang sedikit membantu menghapus keremangan
malam yang menyelimuti. Flin tersandung, jatuh, bangkit
kembali, terengah-engah jijik; kaki Freya tenggelam dalam
sesuatu yang rasanya menakutkan, seperti bangkai hewan. Dia
terus berjalan, kegelapan semakin pekat, baunya semakin tak
tertahankan, sampai tiba-tiba gang itu berbelok tajam ke kiri
dan mulai menurun tajam. Ada cahaya di depan sana, dibingkai
THE HIDDEN OASIS | 277 oleh celah sempit sisi gang yang lebih rendah. Dari belakang,
di sudut jalan, terdengar hiruk-pikuk orang mengejar mereka:
kutukan dan teriakan dan rentetan senjata. Mereka terus berjalan, bergerak secepat yang mereka bisa, sampah berangsurangsur habis digantikan oleh serakan kaleng bekas dan wadah
cat. Celah tadi semakin tampak dekat sampai dinding di kedua
sisinya terlewati dan mereka muncul di atas pematang vertikal
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setinggi tiga meter. Di sekelilingnya ada perumahan rapat
dan kumuh; siraman cahaya muncul dari tiang di sisi mereka,
menyorotkan sinar cahaya yang tajam dan dingin. Di bawah
mereka, terdengar suara berdengung, dibarengi dengan aroma
kotoran yang menusuk hidung.
"Lompat," pekik Flin.
"Ini kandang babi!"
"Lompat!" Flin mendorong Freya dari belakang dan Freya meluncur
ke bawah, terjerembab dalam cairan kental lumpur dan jerami.
Tangannya tenggelam ke dalam kubangan itu hampir sampai
batas siku, suara dengung beralih ke suara dengking ketika
beberapa bentuk berwarna hitam merayap di sana-sini sekitar
Freya. Sambil berusaha berdiri, Freya menoleh dan mendongak,
menampar moncong penuh kotoran yang menyentuh pahanya.
Flin masih berada di atas pematang, menempel di dinding tepat
di sisi kanan mulut gang, lengan kirinya basah bersimbah darah,
kepalan tangannya mengencang. Suara bising kaleng yang berserakan semakin keras ketika para pengejar mengejar mereka,
diiringi bunyi letusan senjata api yang tak kunjung henti dan
menyebar. "Ke sebelah sana!" bisik Flin, sambil menganggukkan kepala
ke arah tumpukan jerami di sudut jauh kandang babi itu. "Ke
sana! Cepat!" "Bagaimana dengan?"
"Cepat lari!" Freya menyeberangi lumpur, mencapai tumpukan jerami, me278 | PAUL SUSSMAN manjatnya, dan bersembunyi ketika pengejar pertama muncul
dari gang, berjarak cukup jauh di depan rekan-rekannya. Pria itu
menoleh dan berteriak ke arah teman-temannya. Saat itu Flin
menubruknya, lalu memukulnya keras-keras dan mendorong
kepalanya masuk ke kandang babi dan dia pun terjerembab
dengan bunyi gemeretak keras ketika sesuatu menghantamnya.
Flin meloncat ke dalam lumpur. Setelah menarik pistol dari
genggaman laki-laki itu, dia dengan cepat menggeledah sakunya,
menarik klip amunisi tambahan, kemudian menyeberangi
kubangan dan melompat ke balik tumpukan jerami, sambil
mendorong turun kepala Freya agar tak terlihat saat pengawal
Girgis yang lain meluncur keluar dari gang. Mereka kemudian
berhenti dan melihat ke sekeliling. Karena tak dapat melihat
posisi Flin dan Freya, para pria Mesir itu mulai menembak ke
sembarang arah, memberondong tempat itu dengan rentetan
senjata api yang memekakkan telinga. Peluru berdesing dan
menghantam di sekitar Flin dan Freya, membuat lumpur dan
jerami berhamburan; beberapa babi di dalam kandang itu
berlarian ke segala arah, menguik ketakutan. Selama kejadian itu
berlangsung, Flin memegang erat Freya dengan satu tangannya,
sementara tangan yang lain menggenggam senjata, menanti
berondongan senjata api itu mereda. Ketika tembakan-tembakan
itu berhenti, tanpa ragu dia mendorong Freya untuk lebih
menunduk lagi, dan dalam posisi merangkak dia melepaskan
tembakan, jemarinya secara ritmis menarik pelatuk, lengannya
bergerak ke kiri dan ke kanan ketika mengincar target yang berbeda. Dia mengosongkan klip amunisi, menyelipkan yang baru,
dan meletuskannya beberapa kali lagi. Kemudian, secara perlahan, dia menurunkan senjatanya. Tidak ada tembakan balasan.
Dia bangkit dan memegang lengan Freya, napasnya berat.
"Beres," katanya. "Sudah selesai."
Selama beberapa saat Freya masih berada di tempatnya,
meringkuk dengan tubuh penuh lumpur, gema letusan senjata
berangsur menghilang, hanya meninggalkan rintihan babi yang
terluka dan bunyi daun-daun jendela yang terbuka secara berTHE HIDDEN OASIS | 279 sambungan seperti domino ketika orangorang- di sekeliling
dan di atas mereka membuka jendela rumah mereka untuk
melihat apa yang terjadi. Kemudian Freya membersihkan dirinya dan beralih ke posisi berlutut, sambil memerhatikan melalui
tumpukan jerami. Di depannya, tergeletak di bagian atas
pematang yang terang seolah ada lampu menyorot pemain teater
di atas panggung, ada empat mayat yang meringkuk.
"Tuhan," katanya, gemetar. "Ya Tuhan."
Muncul suara-suara sekarang, dan teriakan, dan raungan
sirene di kejauhan. Flin membiarkan keadaan itu beberapa saat,
memerhatikan mulut gang, kalau-kalau masih ada pengejar lain
yang muncul. Kemudian, setelah menyelipkan senjata itu ke
bagian belakang celana jinsnya dan menutupinya dengan ekor
kemejanya, dia menarik Freya untuk berdiri.
"Bagaimana caramu melakukannya?" dia berbisik, suaranya
parau, tak percaya. "Semua pengejar itu kena tembak. Bagaimana
kau?"" "Nanti saja," katanya. "Kita harus segera pergi dari sini.
Ayo." Flin membantu Freya keluar dari kandang babi itu dan melewati dinding yang terbuat dari tumpukan sisa arang, warga
sekitar berteriak ke arah mereka dari atas, sambil menggerakgerakkan tangan. Raungan sirene semakin keras. Mereka terus
berlari, menyusuri lapangan sampah dan menapaki jalan sempit
dan gelap, keduanya terlalu tegang untuk berbicara. Setelah
lima puluh meter, suara derap kaki yang berlari dari sudut
jalan memaksa mereka mengendap-endap di pintu yang berbau
busuk. Sekelompok anak berlarian, berceloteh penuh semangat,
ingin melihat apa yang terjadi. Flin dan Freya menunggu mereka
menghilang, kemudian kembali bergegas, jalan menurun tajam,
berliku-liku, dan semakin lama semakin melebar. Mereka melewati toko yang terang benderang dan kemudian kedai buahbuahan dengan terang lampu sedang, dan kemudian kafe. Semakin banyak orang hadir di sekitar mereka, semakin banyak
lampu dan aktivitas, dan jalan menjadi hidup jauh di bawah
280 | PAUL SUSSMAN bukit yang telah mereka lewati. Flin dan Freya tahu dari cara
mata orang-orang memandang bahwa mereka tadi mendengar
kejadian tembak-menembak itu, dan dengan pakaian penuh
lumpur serta kemeja Flin yang penuh bercak darah, mereka
langsung dikaitkan dengan kerusuhan yang terjadi. Mereka
mempercepat langkah kaki, segera ingin menghilang dari sana.
Banyak jari menunjuk ke arah mereka, berbagai suara diarahkan
kepada mereka, dua kali orang-orang menghampiri dan mencoba
menghentikan mereka. Flin mengusir mereka, memegang erat
lengan Freya dan membawanya menerobos kerumunan massa
sampai akhirnya jalan menurun tajam dan kemudian merata
di areal pembuangan sampah. Ada beberapa mobil terparkir di
sana, deretan keranjang sampah raksasa, jalur kereta api, dan di
baliknya"seperti sungai mengalir yang membagi sudut khas
Kota Kairo itu dari bagian kota yang lain"jalan raya dengan
tiga jalur yang sangat sibuk dengan lalu lintas dua arah. Mereka
berlari kencang, masuk ke batas jalan raya dan dengan panik
menghentikan sebuah taksi.
Awalnya, si pengemudi enggan membawa mereka. Mobil
baru saja dibersihkan, jelasnya, dan tempat duduknya baru saja
diganti pembungkusnya, dia tidak ingin mereka mengotori
kendaraannya. Hanya ketika Flin memperlihatkan dompetnya
dan menghitung tumpukan tebal uang tunai, dia mengalah dan
mempersilakan mereka masuk ke mobil. Flin duduk di kursi
penumpang di depan, Freya"yang pucat, mata kemerahan, kelelahan"duduk di belakang.
"Mau ke mana Anda?" tanya pengemudi.
"Ke mana saja," jawab Flin. "Menjauh dari tempat ini. Menyetir sajalah. Cepat."
Sambil melirik kemeja penumpangnya yang penuh bercak
darah, pengemudi itu mengangkat bahu, menyalakan argometer
dan melesat ke tengah lalu lintas. Flin menoleh dan melihat
ke arah Freya, mata mereka beradu pandang sejenak sebelum
Flin memandang kembali ke depan. Dia kemudian mengambil
beberapa helai kertas tisu dari kotak di dasbor, menekankannya
THE HIDDEN OASIS | 281 pada lengannya dan membuangnya ke kotak plastik murahan
di depannya. Ketika dia melakukannya, dia merasa Freya menyorongkan badan ke belakangnya, wajahnya mendekat ke
telinga Flin. "Aku ingin berterima kasih kau telah menyelamatkan hidupku," katanya, suaranya dingin dan ditekan.
Flin memberikan komentar mengabaikan, dan berkata bahwa
seharusnya dialah yang berterima kasih kepada Freya.
"Aku juga ingin kau berhenti membohongiku," lanjut Freya,
memotongnya. Dia kemudian membungkuk sedikit, menarik
pistol dari bagian belakang celana jins Flin dan menekan
moncong senjata itu ke ginjal Flin. "Aku ingin kau mengatakan
kepadaku siapa dirimu sebenarnya, apa yang telah terjadi dan
apa yang telah kau lakukan dengan melibatkan kakakku. Dan
demi Tuhan, kalau kau tidak mengatakannya, pengemudi ini
akan membersihkan lebih dari sekadar kotoran babi dari jok
barunya ini. Sekarang bicaralah."
Si kembar tidak senang ketika mereka menerima telepon
dari Girgis, sama sekali tidak senang. Pertandingan baru saja
masuk ke waktu ekstra setelah gol menakjubkan yang dicetak
Mohamed Abu Treika di menit ke-88 membawa El-Ahly ke kedudukan 2-2 dan masih ada tiga skor lagi, termasuk pemimpin
kemenangan Osama Hosny. Dan kini mereka diperintahkan
untuk menghentikan segalanya dan segera berangkat ke
Manshiet Nasser saat itu juga. Jika ada orang lain yang menyela,
mereka harus menolaknya. Tetapi Girgis adalah Girgis, dan
walaupun mereka tidak menyukainya"mereka benci diganggu
saat menikmati pertandingan bola, benci sekali"dia masih
tetap bos mereka. Sambil mengerutu, mereka meninggalkan
perangkat DVD dan menyelimuti ibu mereka dengan kain.
Setelah memeriksa persediaan makanan dan minuman ibunya
282 | PAUL SUSSMAN untuk esok hari dan uang di laci dapur, mereka pun pergi.
"Orang tolol," gerutu yang satu ketika mereka menuruni
tangga perumahan kumuh itu ke jalan di bawah.
"Orang tolol," ulang saudaranya.
"Kita masih akan seperti ini hanya untuk beberapa bulan
lagi?" "Lalu kita membangun urusan kita sendiri."
"Tanpa bos." "Hanya kita berdua."
"Dan Mama." "Tentu saja. Mama."
"Pasti hebat." "Sangat hebat."
Mereka sampai di anak tangga terbawah dan masuk ke
jalan, lengan berpegangan, mendiskusikan torly dan hak menjual makanan dan Mohamed Abu Treika dan di mana di
dunia ini mereka bisa mendapatkan seprai plastik dan paku di
malam seperti ini sehingga mereka dapat melakukan apa yang
diperintahkan Girgis begitu mereka menangkap kedua orang
Barat itu. "Freya, aku tak tahu apa yang kau pikirkan?"
"Akan kukatakan apa yang aku pikirkan," katanya, mendekatkan diri ke telinga Flin dan tetap menjaga suaranya sepelan
mungkin sehingga pengemudi tidak dapat mendengar apa yang
dia katakan. "Aku kira agak aneh ketika ada ahli peradaban
Mesir yang tahu bagaimana menggunakan senjata seperti yang
baru kau lakukan. Kau juga berhasil meraih Cambridge Blue
dalam hal itu, "kan?"
THE HIDDEN OASIS | 283 "Freya, ayolah?"
Flin baru akan menengok ke arahnya, tetapi Freya mendorong
pistol lebih keras lagi ke bawah tulang iganya.
"Aku memang belum pernah bertemu banyak ahli peradaban
Mesir, tetapi aku berani bertaruh bahwa tidak banyak yang
seperti dirimu, Profesor Brodie. Aku berterima kasih atas segala
hal yang telah kau lakukan untukku, tetapi aku ingin tahu siapa
dirimu dan apa yang sedang terjadi. Dan aku ingin tahu itu saat
ini juga." Flin memutar lehernya lebih jauh lagi, mencoba menatap
mata Freya. Kemudian, setelah mengangguk, dia menggeser
duduknya dan menghadap ke depan lagi. Dia tiba-tiba terlihat
lelah. "Baiklah, baiklah. Turunkan dulu pistolnya."
Freya mundur, meletakkan pistol di sisinya, tangannya masih
memegang gagangnya "Bicaralah." Flin tidak segera bicara, hanya menatap ke luar jendela bersama dengan lajunya kendaraan. Bayangan suram Manshiet
Nasser perlahan menghilang di belakang mereka, seiris kegelapan terangkat di bawah dinding tebing Muqqatam yang bermandi cahaya. Si pengemudi menyalakan sebatang rokok dan
memasukkan sebuah kaset ke dalam stereo di dasbor taksi itu,
membuat mobil dipenuhi suara perempuan yang dibarengi
alunan sumbang lengking biola. Sebuah sepeda motor melintas, seekor biri-biri diikat menyilang pada sadel di belakang
pengendaranya, dengan wajah bosan dan pasrah. Hampir satu
menit berlalu dan Freya sampai pada titik untuk mengingatkan
Flin bahwa dia menginginkan jawaban, ketika Flin bergerak
ke arah dasbor, mengambil ponsel si pengemudi dan bertanya
apakah dia boleh memakainya. Terjadi negosiasi"istrinya
sedang sakit, jelas pengemudi, mereka belum membayar uang
sewa, biaya telepon mahal. Akhirnya Flin harus mengeluarkan
setumpuk uang lagi sebelum diizinkan memakai ponsel itu. Dia
284 | PAUL SUSSMAN menekan nomor dan meletakkan ibu jarinya pada tombol Call,
lalu membatalkannya. "Siapa orang yang tahu kau datang menemuiku?" tanya Flin,
sambil menatap telepon. "Apa?" "Di American University. Sore tadi. Siapa orang yang tahu
kau datang menemuiku?"
"Kau yang seharusnya menjawab pertanyaan, "kan?"
"Ayolah, Freya."
Freya mengangkat bahu. "Tidak ada. Mmm, Molly Kiernan. Aku meninggalkan pesan
di mesin penjawab teleponnya. Kau tidak mengatakan bahwa
dia terlibat dengan semua ini, bukan?"
"Tidak, bukan seperti yang kau bayangkan," katanya. "Molly
dan aku di belakang, mengamati."
"Jadi apa maksud omonganmu?"
Lagi-lagi Flin tidak menjawab pertanyaan Freya, hanya terus
memerhatikan telepon, kemudian menekan tombol Cancel,
menghapus nomor yang akan dipanggilnya. Kemudian sebagai
gantinya dia mengetik SMS, ibu jarinya menekan tomboltombol. Freya menjulurkan tubuhnya ke depan, mencoba melihat apa yang ditulisnya, tetapi layar telepon penuh dengan
bahasa Arab dan dia tidak dapat membacanya. Flin selesai
mengetik dan menekan tombol Send, sambil berkata pelan
"Shukran awi" kepada pengemudi dan meletakkan telepon itu di
dasbor kembali. "Aku menunggu," kata Freya.
"Bersabarlah, Freya. Banyak sekali hal" aku tak dapat"
tidak di sini. Kita harus pergi ke suatu tempat dulu. Aku akan
menjelaskan segalanya, aku berjanji, tetapi ini bukan tempat
yang tepat. Ayolah, percayalah kepadaku dalam hal ini."
Flin melirik Freya, kemudian berbicara kepada si pengemudi
dalam bahasa Arab, memberikan beberapa instruksi sebelum ber
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
THE HIDDEN OASIS | 285 sandar kembali ke tempat duduknya dan menatap langit-langit
mobil. Mereka berkendara selama tiga puluh menit"separuh dari
waktu itu habis terjebak dalam lalu lintas yang padat"menuju
utara, duga Freya, walaupun dia tidak yakin seratus persen.
Mereka melewati perkuburan, dan semacam markas militer, dan
stadion besar yang terang benderang sebelum meninggalkan
Autoroute dan mengikuti jalan besar yang dihiasi pohon-pohon
palem di sepanjang sisinya. Dari sana mereka berbelok ke jalan
berdebu yang membosankan dan tak menarik yang terletak di
antara bangunan-bangunan apartemen beton berlantai empat
yang semuanya tampak sama. Lampu di sisi jalan melarutkan
segalanya dalam kilau kekuningan, seolah bangunan dan jalan
trotoar itu sedang menderita penyakit kuning. Si pengemudi
benar-benar tidak tahu ke mana dia menuju, terserah kepada
Flin untuk mengarahkan, memberi instruksi untuknya untuk
berbelok kanan di sini, belok kiri di sana, lurus saja di persimpangan ini, sampai akhirnya mereka berhenti di luar salah
satu bangunan yang tidak dapat dibedakan dari para tetangganya,
kecuali pola jemuran yang sedang digantung di balkon yang
agak berbeda. Ketika Flin menyerahkan uang tip cukup banyak
di luar yang telah dia bayarkan kepada si pengemudi, Freya
menyelipkan pistol di kursi depan, tahu bahwa dia tidak akan
pernah menggunakan barang itu dan tidak perlu membawabawanya. Mereka turun dari mobil.
"Kau mau mengatakan kepadaku di mana kita sekarang ini?"
tanya Freya ketika mereka berjalan ke pintu masuk gedung,
suara musik berangsur hilang ketika taksi tadi berlalu di belakang
mereka, meninggalkan segalanya dalam keheningan.
"Ain Shams," jawab Flin. "Ini daerah pinggiran kota di sisi
utara Kairo. Cukup lumayan, menurutku, mengingat lingkungannya yang seperti ini."
Freya mengangkat alisnya, bertanya apa maksudnya.
"Kau ingat lontar yang kita lihat di museum" Imti-Khentika
menulisnya di kuil matahari agung di Heliopolis, dan reruntuhan
286 | PAUL SUSSMAN kuil matahari agung di Heliopolis?"
Flin menginjakkan kaki di tanah.
"Pusat agama paling penting di Mesir kuno kini sudah berubah menjadi perumahan." Flin menggeleng dengan lelah. "Kemajuan."
Mereka melewati area serambi berdebu"sederet tabung gas
berada di satu dindingnya, tumpukan kursi rusak di sisi yang
lain"dan menaiki tangga.
"Kau tinggal di sini?"
Flin menggeleng kepalanya.
"Hanya suatu tempat yang mereka gunakan."
Freya menanti kelanjutan kalimat itu, menunggu dia menjelaskan siapa "mereka" itu, tetapi Flin mengajaknya naik ke lantai
tiga dan berjalan di sepanjang koridor suram, berhenti di depan
sebuah pintu di tengah koridor. Flin berhenti, kepalanya miring,
mendengarkan"apakah suara dari dalam apartemen atau
dari di koridor belakang, Freya tak yakin"kemudian, sambil
mengangkat tangan, Flin mengetuk kencang tiga kali. Hampir
seketika itu, seolah seseorang memang sedang menunggu di
belakang pintu itu, terdengar suara pelan langkah yang terseret
ketika lubang intip pada pintu ditarik, dan kemudian pintu itu
terbuka. Di depan mereka berdiri Molly Kiernan.
"Puji Tuhan," kata Molly, sambil meraih tangan Flin dan
kemudian tangan Freya, mengajak mereka masuk ke apartemen
dan menutup pintu. "Aku sudah sangat cemas."
Walaupun kurang dari 48 jam sejak Freya melihatnya terakhir
kali, Molly terlihat agak lebih tua, lebih tertekan, matanya
sembab karena kurang tidur, kulitnya kusut dan kusam. Molly
menatap keduanya, memerhatikan pakaian mereka yang kotor
dan lusuh, lengan Flin yang berlumuran darah, kemudian mengajak mereka ke ruang tengah yang berpenerangan lembut, sambil
Flin menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi. Tidak
ada cerita terperinci, hanya pandangan umum, mulai dengan
apa yang dikatakan Freya kepadanya tentang mayat di padang
THE HIDDEN OASIS | 287 pasir, peta, "lm fotogra", dan kemudian berpindah ke berbagai
peristiwa yang terjadi pada sore dan malam itu. Ketika Flin
berbicara, Freya menangkap kesan yang mengganggu dari cara
dia menceritakan semua itu, bagaimana dia tampaknya begitu
yakin bahwa Kiernan akan tahu tentang hal seperti Oasis Tersembunyi dan Rudi Schmidt dan Romani Girgis dan Gilf Kebir,
bahwa sementara hal spesi"k tentang apa yang telah mereka
alami mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi Molly, tetapi
karakter dan tempat yang terlibat hampir pasti tidak.
Di ruang tengah Kiernan mempersilakan mereka duduk di
sofa dan kemudian berlalu. Sesaat kemudian dia kembali dengan
semangkuk air hangat, obat-obatan, dan wadah baja untuk pembedahan yang berisi berbagai alat penyuntik dan botol kaca.
"Flin mengirim pesan kepadaku bahwa kau sedang dalam keadaan kacau," jelasnya kepada Freya sambil berlutut di depan Flin
dan, dengan menjentikkan jarinya, memberi isyarat kepada Flin
untuk menggulung lengan bajunya. "Ada handuk dan pakaian
bersih di kamar tidur"aku harus menebak ukuran kalian dulu,
aku rasa"tetapi terlebih dahulu aku harus menangani kalian
dulu. Ow!" Freya meringis ketika melihat luka di lengan Flin, robekan
berukuran sepuluh sentimeter di lengan bawahnya.
"Lepas kemejanya, ayo."
Flin bergumam. "Ya ampun, ini bukan sesuatu yang belum pernah dilihat
Freya dan aku sebelumnya. Ayolah, lepas kemejanya."
Dengan enggan Flin berdiri. Membuka beberapa kancing,
menarik keluar beberapa foto oasis"tak lecet kecuali beberapa
sapuan lumpur di bagian paling atas"dan meletakkannya di
lantai sebelum melepas sisa kancing. Kemudian dia melepas
kemeja itu dari bahunya dan duduk kembali. Bidang dadanya
tegap berotot dan kokoh, dadanya dipenuhi rambut hitam. Terlihat cekatan dan profesional, Kiernan memakai sepasang sarung
tangan bedah dan siap bekerja menyeka lengan Flin dengan air
288 | PAUL SUSSMAN dan kapas, sebelum dengan lembut membersihkan luka dengan
kain disinfektan. "Ibuku dulu seorang perawat," jelasnya kepada Freya sambil
merawat luka Flin. "Aku sudah melakukan hal seperti ini di
sepanjang hidupku. Kau sudah menjalani vaksinasi tetanus dan
hepatitis?" "Aku tidak tahu," kata Freya. "Begini, aku ingin tahu?"
"Silakan membersihkan diri dahulu, baru kemudian kita
bicara." Nada suara Kiernan begitu lembut tetapi tegas, seperti ibu
asrama, tidak memberikan kesempatan untuk berargumen. "Aku
akan mengurus Flin dulu, kemudian memberimu suntikan
penguat. Kau tentu tidak ingin mengalami hal yang tidak diinginkan jika kau telah merayap di tempat seperti Manshiet
Nasser. Tempat itu adalah rumah bagi setiap kuman yang sudah
Lorong Batas Dunia 2 Wiro Sableng 133 Lorong Kematian Gerhana Di Gajahmungkur 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama