The Hidden Oasis Karya Paul Sussman Bagian 8
mengulangi hal itu lagi," dia berkata kepadanya dengan tegas,
"Aku perempuan yang sudah menikah dan terhormat!?"
Angleton tak memedulikannya dan menggunakan taksi ke
kantornya di Kedutaan Besar Amerika Serikat. Dia terus bersiaga dari sana (dan menikmati sarapan lengkap yang dikirim
THE HIDDEN OASIS | 405 oleh koki Barney dari dapur di bawah"kurang tidur selalu
membuatnya merasa lapar.)
Pada jam 07.46 dia menerima pesan bahwa Cherokee itu
telah melewati pos pemeriksaan Sohag lagi, menuju utara, dan
delapan puluh menit setelah itu sampai di pos di Asyut. Jelas
Brodie dan Hannen sedang dalam perjalanan kembali ke Kairo.
Kemudian datang kejutan itu. Dengan dasar perjalanan jauh
mereka, dan kenyataan bahwa lalu lintas di jalan lebih ramai
pada siang hari dan karena itu gerak mereka terpaksa melambat,
Angleton memperkirakan mereka akan tiba di Al-Minya sekitar
jam 10.30. Pukul 10.30 tiba dan berlalu. Kemudian 11, 11.30.
Dia mulai gelisah lagi ketika, tepat setelah jam 11.45, dia menerima panggilan yang melaporkan bahwa, jauh mengarah ke
utara, Cherokee telah melapor ke tiga pos pemeriksaan terpisah
di jalan raya padang pasir arah barat daya dari Asyut. Yang disebut
terakhir ini hanya dua puluh kilometer di luar Kharga. Pada
titik ini lebih banyak informasi yang tersaring melalui berbagai
peristiwa di Abydos. Seseorang"terlalu banyak kebetulan jika
bukan Brodie dan Hannen"telah menyelusup masuk ke dalam
kuil, membuat lubang di dinding dan menemukan semacam
ruangan rahasia. Seperti sebelumnya, detailnya masih tetap
membingungkan, tetapi apa pun yang telah mereka temukan
atau lihat, tampaknya hal itu telah membawa mereka keluar ke
padang pasir barat. Menarik. Sangat, sangat menarik.
Dia meneliti lagi peta yang tertempel di dinding, memerhatikannya beberapa saat sebelum kembali ke jendela. Sebagian
dari dirinya tergoda untuk bertahan di sana sedikit lebih lama,
tetap menelusuri kedua orang itu dari kejauhan, dari pos ke pos
pemeriksaan. Masalahnya adalah, cara itu selalu membuatnya
tertinggal selangkah di belakang, dan dengan semakin dekatnya
krisis dari keseluruhan drama ini"saat dia merasakan hal itu
berlangsung dengan cepat"tertinggal selangkah di belakang
sama saja dengan keluar dari permainan ini sama sekali. Tidak
ada gunanya meminta si Mesir untuk mengekor mereka: bila
dia tidak bisa menempel ketat Brodie, mereka pun pasti tidak
406 | PAUL SUSSMAN akan bisa. Dia menimbang-nimbang gagasan untuk meminta
kedua orang itu dihentikan di pos pemeriksaan berikutnya
dan menahan mereka sampai dia tiba di sana, tetapi dengan
cepat dia menghapus pikiran itu: mantan agen yang bugar dan
bermotivasi tinggi melawan sekelompok peserta wajib militer
kampungan yang tak tahu apa-apa"bukan tandingannya.
Dia menatap jauh keluar jendela sesaat lebih lama, menyaksikan beberapa orang berjalan-jalan keluar-masuk kompleks
di bawahnya. Sambil memukul kaca, dia sampai pada sebuah
keputusan dan kembali ke peta. Ini waktunya beraksi"pergi ke
sana, cari tahu apa yang diketahui Brodie dan Hannen dan kemudian singkirkan mereka dari cerita ini. Pertanyannya adalah:
bagaimana" Dan, yang lebih penting: di mana" Dengan jarinya,
dia menelusuri padang pasir mulai dari Asyut ke Kharga ke
Dakhla dan kemudian ke kiri dan turun ke Gilf Kebir. Ke sanalah mereka pada akhirnya mengarah. Pasti"dalam kisah ini,
semua jalan tampaknya mengarah ke sana. Namun demikian,
sebelum Gilf" Dia menggerakkan jarinya kembali ke jalan raya
padang pasir, bergerak di antara Dakhla dan Kharga, bolak-balik
seperti itu seolah sedang bermain eeny meeny miney mo sebelum
akhirnya berhenti di Dakhla. Ini untung-untungan, tentu saja,
tetapi semuanya memang ada dalam permainan ini. Sejauh ini
dia belum terlalu banyak membuat kesalahan dan dia merasa,
jauh di dalam hatinya, dia tidak akan pergi ke sana. Dakhla
adalah pelabuhan mereka berikutnya, dia merasa yakin tentang
hal itu, dan Dakhla adalah tempat dia akan menghadang mereka.
Dia memukulkan ruas buku tangannya yang gemuk dengan
keras pada peta, seolah memukul pintu, dan berjalan ke telepon.
Setelah mengangkat gagang penerima, dia memutar sebuah
nomor. Menanti sejenak, kemudian sebuah suara terdengar dari
ujung satunya. "Aku butuh tiket pesawat ke Dakhla," kata Angleton tanpa
basa-basi. "SESEGERA MUNGKIN. Dan sebuah mobil di
sana. Aku segera menuju bandara sekarang."
Dia meletakkan gagang penerima dan mengangkat sarung
THE HIDDEN OASIS | 407 pistol yang dia gantung di belakang kursinya. Menarik Missy
keluar, dia menggenggam pegangannya dan memerhatikan larasnya, mengarahkannya ke peta dinding di depannya.
"Cyrus segera datang."
Dakhla BARU saja lewat tengah hari ketika mereka akhirnya melewati
pohon palem logam raksasa yang menandai batas timur Oasis
Dakhla. Mereka telah menempuh perjalanan selama lima jam,
Flin mengendarai mobil hampir sepanjang waktu walaupun
Freya juga mengambil-alih di sepanjang bagian tengah yang panjang antara Asyut dan Kharga sehingga Flin bisa tidur sejenak.
Perjalanan itu akan datar-datar saja, seandainya, berkat cara
Flin mengemudi, tidak diselingi peristiwa lain. Pertama, mereka
telah menapak tilas rute itu kembali di sepanjang Lembah Nil
dengan lapangan kebun tanaman dan pedesaan batako yang
terhampar. Kemudian mereka sampai di padang pasir"pasir,
bebatuan, kerikil dan benda kecil lain, satu-satunya buatan
manusia adalah rambu kilometer yang teratur dan sesekali pos
pemeriksaan polisi. Dan tentu saja, jalan itu sendiri: aspal hitam
yang berkilau membentang di lahan berpasir seperti celah besar
yang membelah daratan. Lima belas menit setelah memasuki oasis, mereka mencapai
Mut, saat Freya mengambil-alih kemudi, karena Flin belum
pernah mengunjungi rumah Zahir sebelumnya. Mereka melewati rumah sakit dan kantor polisi"baru 48 jam sejak dia
berada di sana sebelum ini, tetapi sudah terasa seperti bagian
dari kehidupan yang berbeda"dan mengambil jalan menuju
sisi lain kota, melaju melewati kebun jagung dan sawah menuju
dinding tebing padang pasir putih di kejauhan. Akhirnya mereka
mencapai desa tempat tinggal Zahir dan berhenti di jalan di
depan rumahnya. Freya mematikan mesin dan Flin baru saja
408 | PAUL SUSSMAN hendak membuka pintunya. Freya memegang lengan Flin, menahannya.
"Kau kenal Zahir, bukan?"
Flin menoleh menatapnya. "Ya, aku pernah bertemu dengannya beberapa kali. Kami
belum benar-benar akrab, kalau itu yang kau maksud. Aku
menggunakan pemandu lain ketika sedang berada di padang
pasir. Kenapa?" "Aku tidak bisa menjelaskannya," kata Freya, sambil menatap
pintu gerbang rumah itu. "Ada sesuatu yang" Dia tidak begitu
ramah ketika aku bersamanya."
Flin tersenyum. "Aku tak akan terlalu terpengaruh. Memang begitu gaya
orang Badui. Mereka cenderung menahan dan menyembunyikan
emosi. Aku kenal seorang laki-laki?"
"Tapi yang ini lebih daripada itu."
Flin melepaskan gagang pintu mobil dan membalikkan badan
sehingga berhadapan dengan Freya. Mata Freya merah karena
kurang tidur, rambut pirangnya kusut tak teratur, dipenuhi
banyak debu dari rongga di dalam kuil tadi.
"Maksudmu?" tanya Flin.
"Seperti yang aku bilang, aku tak sepenuhnya bisa menjelaskan. Rasanya ada sesuatu dalam dirinya, tindak-tanduknya"
Aku tak memercayainya, Flin."
"Alex percaya sekali," kata Flin. "Sepenuh hati."
Freya mengangkat bahu. "Aku hanya merasa kita harus berhati-hati. Jangan bercerita
terlalu banyak kepadanya."
"Alex pandai menilai?"
"Aku hanya merasa kita harus berhati-hati," ulang Freya.
"Aku tak menyukainya, orang itu licik."
Flin menatap Freya, kemudian mengangguk dan keluar dari
THE HIDDEN OASIS | 409 Jeep. Freya mengikuti Flin dan bersama-sama mereka berjalan
melewati pintu gerbang bata ke halaman depan rumah. Setelah
melewati Land Cruiser Zahir yang lampu depannya rusak,
mereka sampai di depan pintu. Pintu dalam keadaan terbuka
lebar. Freya samar-samar berharap Zahir sedang tidak berada
di rumah. Berharap istrinya akan mempersilakan mereka
masuk untuk melihat foto formasi batu dan bahwa mereka
akan menemukan apa yang diperlukan tanpa harus berurusan
langsung dengan laki-laki itu. Kenyataannya, Flin bahkan
belum sempat mengetuk pintu ketika Zahir berdiri di koridor
di hadapannya. Ketika melihat mereka, wajah pria itu tersenyum
lebar sebelum buru-buru berubah kasar dan kosong yang
tampaknya merupakan ekspresi yang gagal dia sembunyikan.
"Miss Freya," katanya, melangkah menghampiri mereka.
"Aku sangat cemas. Kau menghilang."
Freya bergumam meminta maaf, berkata bahwa dia sedang
punya urusan penting di Kairo. Kata-katanya terdengar sangat
tidak meyakinkan dan laki-laki itu jelas terlihat tidak memercayai
Freya, tetapi dia tak ambil pusing. Sambil mengantarkan keduanya ke dalam rumah, dia mengatakan sesuatu ke arah koridor di
belakangnya. Freya menangkap kata Amrekanaya dan shiy.
"Ana asif, sais Zahir," kata Flin, "Maafkan aku, Zahir, tetapi
kami tak punya banyak waktu untuk minum teh. Kami ingin
menanyakan sesuatu kepadamu."
Perhatian Zahir beralih ke si pria Inggris itu, pertama kali dia
memerhatikan kehadirannya. Walaupun ekspresinya tetap tak
terbaca, sesuatu di matanya dan posisi bahunya mengungkapkan,
kalau bukan perasaan bermusuhan, paling tidak rasa tak
nyaman. "Bertanya?" suaranya terdengar curiga. "Bertanya tentang
apa?" "Tentang foto," kata Freya. "Yang tergantung di ruangan di
belakang rumahmu. Foto batu karang."
410 | PAUL SUSSMAN Zahir menggelengkan kepalanya seolah tidak mengerti apa
yang dikatakan Freya. "Kau tidak ingat" Waktu aku datang ke sini sebelumnya, aku
mencari kamar kecil dan masuk ke kamar yang salah. Ada foto
tergantung di sana, foto kakakku sedang berdiri di sebelah batu
karang." Freya menggerakkan satu tangannya, menggambarkan
sebuah bentuk, bagaimana batu karang itu meliuk ke atas dari
padang pasir seperti sebuah pisau besar yang berdiri tegak.
"Foto itu berada di dinding di atas meja kerjamu. Kau mengatakan bahwa itu ruangan pribadi."
"Kami perlu menanyakan sesuatu tentangnya," kata Flin. "Di
mana lokasi batu karang itu. Dekat Gilf, bukan?"
Mata Zahir beralih dari Freya ke Flin, lalu kembali lagi. Dia
tampak enggan menjawab. Ada keheningan, kemudian pria
Mesir itu melambaikan tangan tanda menolak.
"Kita minum teh dulu. Kemudian bicara."
Dia kembali ke ruang duduk dengan televisi, bangku berbantal, dan pisau yang tergantung di dinding. Flind dan Freya
tetap berdiri di pintu masuk.
"Tolonglah, kami ingin melihat foto itu," kata Flin. "Kami
tak punya banyak waktu."
Zahir menoleh ke arah mereka.
"Mengapa kalian ingin melihat foto itu?" tanyanya, terdengar
nada agresif yang hampir tak terasa dalam suaranya. "Itu cuma
batu karang." Flin dan Freya bertukar pandang.
"Ini berkaitan dengan pekerjaanku," kata Flin. "Aku cukup
mengenal Gilf dengan baik, tetapi aku tak pernah melihat
formasi ini sebelumnya dan aku pikir hal ini mungkin penting,
mungkin" mengandung sesuatu untuk pemahaman kita
tentang pola permukiman Palaeolithik pada masa Holocene
pertengahan." THE HIDDEN OASIS | 411 Kalau Flin berharap bisa memperdaya pria Mesir itu dengan
bahasa teknis, hal itu tak akan berhasil. Zahir tetap berdiri di
tempatnya, tidak bergerak. Ada keheningan yang terasa tak
nyaman, kemudian Freya mulai hilang kesabaran.
"Ayolah, Zahir, aku ingin melihat foto itu," katanya, lebih
tajam daripada yang mungkin dia maksudkan, tetapi dia sudah
begitu lelah dan waktunya semakin sempit. "Kakakku ada di
foto itu dan aku ingin tahu tentang hal itu."
Zahir tersenyum kecut. "Sais Brodie mengatakan dia ingin tahu foto itu untuk pekerjaannya. Kau mengatakan ingin tahu foto itu karena Dokter
Alex ada dalam gambar. Aku tak mengerti."
Mulut Freya mengencang dan untuk sesaat terlihat seolah
dia hampir mengamuk. Namun, sambil menarik napas, dia melangkah mendekati Zahir dan membuka tangannya menyiratkan
permohonan yang mendesak.
"Kumohon," ulangnya. "Demi Alex, jika bukan untukku,
katakan tentang foto itu. Alex ingin kau menolong kami, aku
tahu itu. Kumohon." Mereka berdiri saling berpandangan, satu-satunya suara
adalah koak angsa dari luar, Freya menatap Zahir, Zahir menghindari tatapan itu. Pria itu terlihat ragu dan tidak nyaman.
Detik demi detik berlalu, kemudian sambil mendesah enggan,
dia melangkah masuk kembali ke koridor.
"Kau ingin melihat gambar, aku akan memperlihatkannya,"
katanya, nadanya menyiratkan bahwa dia sama sekali tidak
senang dengan hal itu. "Mari."
Dia membawa mereka berjalan di sepanjang koridor dan
ke halaman belakang rumah. Freya menatap sekilas ke arah
istri dan anaknya di dapur di seberang sebelum perempuan itu
mundur dan masuk ke balik bayangan dan menghilang. Setelah
menyeberang ke pintu terdekat di dinding kanan, Zahir membuka pintu dan mempersilakan mereka masuk.
"Ini gambarnya," dia berkata pedas, sambil berjalan ke meja
412 | PAUL SUSSMAN dan menyentuhkan jarinya ke foto itu, melebarkan lengannya
seolah memperlihatkan tidak ada yang dia sembunyikan. Mereka
memerhatikan batu karang hitam besar dan melengkung dengan
sisinya yang bertakik dan sosok mungil sedang berdiri dalam
bayangan di kaki batu itu. Flin tampak sangat tertegun ketika
menatap foto itu, mencondongkan tubuhnya untuk menelitinya
lebih dekat lagi, kepalanya mengangguk-angguk pelan seolah
tiba-tiba saja dia disodori oleh, kalau bukan jawaban terhadap
teka-teki yang sudah sekian lama dipikirkannya, paling tidak,
harapan baru bahwa dia akan menemukan jawaban.
"Kau yang memotretnya?" tanyanya.
Zahir mengiyakan.
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di mana?" "Jelas di padang pasir."
Flin mengabaikan sikap kasarnya.
"Dekat Gilf Kebir?"
Zahir mengiyakan lagi, enggan.
"Gilf Kebir itu tempat yang luas. Bisakah kau lebih spesi"k?"
Tidak ada jawaban. "Sisi utara atau selatan?" desak Flin.
"Fil"l ganoob," pria Mesir itu menyerah, jelas tidak senang diinterogasi dengan cara seperti itu. "Di sisi selatan. Aku tak ingat
tempat pastinya. Sudah lama sekali."
Flin mengamati foto itu sesaat lebih lama, kemudian beralih
ke Zahir. "Sahebee, aku berada di rumahmu dan aku akan menghormatimu. Tetapi kau juga harus menghormati kami. Foto ini
diambil dalam lima bulan terakhir. Coba kau lihat?"
Flin meletakkan jarinya di foto itu, memberi tanda pada
irisan tipis perak yang bersandar pada batu karang di sisi kakak
Freya itu. "Ini tongkat milik Alex. Dia baru menggunakannya ketika
THE HIDDEN OASIS | 413 sakit November lalu."
Zahir menunduk ke bawah, berdiri tak nyaman.
"Aku tak tahu apa yang sedang kau sembunyikan," lanjut
Flin, sambil mencoba menjaga tekanan suaranya, tetapi jelas
sedang tak berminat untuk berputar-putar, "atau mengapa kau
tidak mau mengatakannya kepada kami tentang foto ini. Bagaimanapun juga aku memintamu sebagai tuan rumah dan juga
sebagai seorang Badui untuk berhenti berbohong dan jawab
yang jujur." Kepala Zahir terangkat, hidungnya kembang-kempis.
"Kalian tak boleh bicara seperti itu kepadaku," ungkapnya.
"Tidak di rumahku, tidak di mana pun juga. Kau mengerti" Kau
jangan menghinaku atau ini tak akan baik bagimu."
"Kau mengancamku, Zahir?"
"Aku tidak mengancammu, aku mengatakan kepadamu. Kau
jangan bicara kepadaku seperti ini."
Suara mereka meninggi dan Freya maju menyela sebelum
situasinya menjadi tak terkendali.
"Zahir, kami datang ke sini bukan untuk menghinamu," kata
Freya, nada suaranya meredakan sekaligus tegas. "Kami hanya
ingin tahu di mana foto ini diambil. Kakakku berpikiran baik
terhadapmu dan seperti yang telah aku katakan tadi, kalau tidak
untuk kami, ini demi dia. Kumohon, katakan kepada kami di
mana batu karang ini dan kami akan segera pergi."
Kali ini Zahir membalas tatapan Freya. Kemarahannya
tampak telah sirna secepat datangnya, digantikan oleh" Freya
tidak dapat menangkap apa yang telah berganti: campuran
kepasrahan dan perasaat takut, seolah Zahir telah menerima kenyataan bahwa dia harus mengatakan kepada mereka apa yang
mereka ingin ketahui, tetapi takut akan konsekuensinya.
"Ayolah, Zahir," ulang Freya.
Zahir diam sesaat, kemudian:
"Kau ingin pergi ke tempat ini?"
414 | PAUL SUSSMAN Flin dan Freya saling menatap, kemudian mengangguk.
"Aku antar," katanya. "Kita pergi bersama."
"Kami hanya ingin tahu di mana lokasinya," kata Flin.
"Gilf Kebir itu jauh. Bahaya, sangat berbahaya. Tidak aman
jika kalian pergi tanpa pemandu. Aku akan pergi bersamamu."
"Kami hanya ingin?"
"Jauh, jauh sekali. Kalau kalian pergi sendiri akan memakan
waktu tiga hari. Aku akan pergi bersama kalian, kurang dari
satu hari. Aku tahu Gilf, aku kenal padang pasir. Aku akan
mengantar kalian." Debat itu berlanjut beberapa saat, seperti ping-pong, ke sanakemari"Zahir memaksa ingin menemani mereka, Flin dan
Freya memaksa bahwa apa yang mereka inginkan hanyalah lokasi
batu karang itu"sebelum akhirnya pria Mesir itu menyerah.
Sambil menjatuhkan diri di kursi di sisi meja, dia melingkarkan
lengannya, mata terpaku ke lantai.
"Kalian tahu Wadi al-Bakht?" tanyanya.
Flin mengiyakan pertanyaan itu.
"Batu itu tiga puluh kilometer di sebelah selatan al-Bakht,
tiga perempat antara al-Bakht dan Delapan Bel. Tebing yang
besar, sangat tinggi. Ada empat batu, lima ratus meter jauhnya
di padang pasir. Kau pergi ke selatan dari al-Bakht, kau tidak
akan tersesat." Dia mendongak, menggelengkan kepalanya seolah mengatakan "Kau tidak tahu akan masuk ke tempat seperti apa." Tanpa
alasan untuk memperpanjang percakapan, mereka berterima
kasih kepada Zahir, mengucapkan salam perpisahan, dan
berjalan ke pintu. Ketika mereka sampai di situ, Zahir berkata:
"Aku mencoba untuk membantumu. Gilf sangat jauh, tiga
ratus lima puluh kilometer, hanya padang pasir, sangat berbahaya.
Aku mencoba membantumu, tetapi kau tak mengerti."
Zahir berdiri, satu tangan merentang ke arah mereka, sorot
matanya memohon. Untuk sesaat lamanya mereka berdiri di
THE HIDDEN OASIS | 415 sana dalam keheningan. Kemudian, setelah mengucapkan terima
kasih, Flin dan Freya melangkah ke halaman luar dan menutup
pintu. Begitu mereka pergi, Zahir berdiri lama merenungkan foto di
dinding itu. Kemudian dia bergegas menuju kamar tidurnya,
ke kolong ranjangnya, dan menarik senjata yang dia simpan di
sana. Dia duduk dan menyeimbangkan senjata itu di lututnya.
Sambil menggerakkan tangannya ke sana-kemari pada larasnya,
dia merogoh saku djellaba-nya dengan tangannya yang lain dan
menarik ponselnya. Dia memutar sebuah nomor dan meletakkan
ponsel itu di telinganya.
"Gadis itu baru saja datang ke sini," katanya ketika panggilannya dijawab. "Dengan Brodie. Mereka tahu tentang batu
karang itu. Mereka akan pergi ke sana."
Sebuah suara terdengar di ujung lain.
"Kita tak punya pilihan," kata Zahir. "Ini tugas kita. Kau ikut
aku?" Suara pelan yang lain. "Tamam. Aku akan menjemputmu tiga puluh menit lagi."
Dia menutup telepon dan bangkit, senjata itu tersimpan
dalam genggamannya. "Yasmin!" panggilnya. "Mohsen! Aku harus pergi. Kemarilah
dan ucapkan selamat jalan!"
Learjet membawa Angleton ke bandara Dakhla sesaat sebelum
pukul 13.00 dan dalam lima menit dia sudah berada di luar dan
berada di dalam mobil sewaan, sebuah Honda Civic hijau limau
yang masa kejayaannya sudah lewat jauh. Dia sudah memikirkan
ulang semua hal dalam penerbangan tadi, mempelajari peta,
416 | PAUL SUSSMAN tahu dengan pasti di mana rumah Alex Hannen berada"
ke sanalah mereka akan menuju, sudah pasti"dan dengan
polisi setempat yang diperintahkan untuk melaporkan hasil
pencatatannya langsung kepadanya, tidak ada alasan bersantaisantai. Sambil mengelap keringat yang mengalir di leher dan
keningnya"Ya Tuhan, panas sekali di sini!"dia menyalakan
mesin Honda, memasukkan gigi dan, ban berdecit pada aspal
yang terbakar matahari, melaju ke luar area parkir. Para penjaga
yang bertugas di gerbang keamanan bandara menepi ketika dia
melesat melewati mereka dan masuk ke jalan raya menuju Mut.
Aneh sekali, tetapi ketika pertama kali mendengar tentang
Oasis Tersembunyi"apakah benar-benar kurang dari dua puluh
empat jam yang lalu?"entah bagaimana Freya merasa bahwa
dia sedang menuju sebuah pembuangan di sisi barat padang
pasir dalam pencarian ini. Walaupun perasaan itu semakin kuat
seiring berjalannya waktu dan oasis itu semakin mendominasi
berbagai kejadian lain, oasis itu pada suatu titik oasis itu tidak
lebih daripada sebuah gagasan abstrak. Baru saat ini, ketika
mereka merobek jalur padang pasir kembali menuju oasis mini
dan rumah Alex, kenyataan perjalanan yang segera akan mereka
lakukan ini benar-benar dirasakannya.
"Kita perlu makanan, bukan?" tanya Freya, sambil berpegangan pada dasbor karena terpental-pental akibat jalan yang tidak
rata. "Bensin dan makanan" Tiga ratus lima puluh kilometer itu
lumayan jauh." "Siap semua," itu saja yang dikatakan Flin. "Percayalah."
Mereka tiba di oasis"semak belukar yang kusut dan rapat
terasa tak seganas sebelumnya ketika terakhir kali Freya berada
di sini"dan mengikuti jalur itu saat dia menukik dan berkelok
di antara pepohonan. Akhirnya mereka tiba di rumah Alex,
berhenti dalam kepulan debu. Freya bertanya-tanya dalam hati
THE HIDDEN OASIS | 417 apakah ada darah berceceran di dalam. Apakah tubuh petani tua
itu tergeletak di lantai. Tetapi bangunan itu kosong"dingin,
bersih, dan teratur, persis sama seperti ketika pertama kali dia
melihatnya. "Coba bawa beberapa pakaian hangat juga," kata Flin, sambil
menunjuk kamar tidur Alex. "Baju hangat, jaket, apa pun sejenisnya: padang pasir cukup dingin di malam hari, kita juga akan
memerlukan air"pasti ada beberapa wadah air di dapur. Isi
saja dari kran, airnya bisa langsung diminum. Kalau kau bisa
menemukan makanan dan kopi, itu bagus sekali, tetapi jangan
berlebihan beban. Semoga kita tidak akan berada di sana lebih
dari dua puluh jam."
"Tetapi Zahir berkata bahwa kita akan memerlukan tiga hari
untuk sampai di sana."
Freya berbicara kepada dirinya sendiri karena Flin sudah
menghilang ke ruang kerja Alex.
Freya diam sejenak, sambil bertanya-tanya, agak terlambat
memang, apakah pria Inggris itu sudah cukup berpengalaman
dalam melakukan ekspedisi seperti ini dan apakah mereka harus
membawa serta Zahir seperti tawarannya. Dia segera menghapus
pikiran itu"lebih baik seseorang yang tidak berkualitas,
pikirnya, daripada seseorang yang tidak dia percaya"dan
kemudian pergi ke kamar tidur kakaknya. Dia menemukan
tas pakaian nilon besar di bawah tempat tidur. Memeriksa
laci dan lemari, dia menarik beberapa baju hangat, kaos tebal,
dan syal wol yang berat; sambil menekankan pakaian itu pada
pipinya, dia merasakan kehadiran kakaknya pada setiap helai
pakaian, kemudian memasukkannya ke dalam tas pakaian. Dia
membawa serta jaket bepergian yang terbuat dari bahan kulit
milik Alex yang tergantung di belakang pintu, mencangklong
tas di bahunya, dan berjalan ke ruang tengah ketika tiba-tiba
dia berbalik dan kembali ke kamar. Ia berjalan mendekati foto
berbingkai di atas meja di samping tempat tidur, mengambil
foto dirinya bersama Alex ketika remaja dalam ukuran paspor
dan menyelipkannya ke dalam saku jelana jinsnya.
418 | PAUL SUSSMAN "Kau tidak berpikir aku akan meninggalkanmu, bukan?"
katanya, sambil menepuk foto itu.
Di dapur ada beberapa wadah air plastik berukuran lima
liter. Seperti yang diminta Flin, dia mengisi wadah itu langsung
dari keran sebelum mencari berbagai barang: teko untuk kopi
instan, beberapa batang coklat, sewadah besar kacang panggang,
dan pembuka kaleng. Setelah memasukkan semuanya ke dalam
tas, dia membawa semua barang bawaan itu ke luar dan memasukkannya ke bagasi Cherokee.
Selama Freya mempersiapkan semua itu, Flin tak terlihat
karena sedang berada di ruang kerja Alex. Bunyi laci yang
dibuka dan gemerisik kertas adalah satu-satunya tanda bahwa
dia masih berada di dalam rumah. Flin muncul sekarang, tepat
ketika Freya menutup pintu belakang Jeep, sambil memegang
koper hitam yang berat di tangan yang satu serta sebuah buku
dan beberapa peta di tangan yang satu lagi.
"Kau tahu ke mana kita akan pergi?" Freya bertanya ketika
dia naik ke dalam Jeep. "Kira-kira," jawab Flin. "Kau sudah bawa semuanya?"
Freya mengangkat ibu jarinya ke arah tas besar dan wadah air
di belakang. Flin mengangguk dan menyalakan mesin.
"Gilf Kebir, kami datang," kata Flin.
Dia memundurkan Cherokee-nya dan membawa mereka
kembali melewati oasis. Ketika sampai di titik di mana jalur
yang berubah-ubah tertinggal pada permukaan tanah yang luas,
dia melaju ke jalur yang lebih kecil yang tidak diperhatikan Freya
sebelumnya. Jalur itu lebih kecil daripada jalan setapak dan Jeep
itu hanya bisa melaju pelan di antara dinding tanaman yang
mengapitnya, rumput tinggi menyapu sisi bawah kendaraan
dengan bunyi gemerisik yang tajam. Mereka tersentak-sentak
selama beberapa menit, lebih sering melaju di bawah 20km/
jam, melewati kandang biri-biri dan waduk beton dengan air
terpompa ke dalamnya sebelum tiba-tiba semak itu terlewati.
Mereka tiba di sisi oasis, di samping gudang berdinding balok
THE HIDDEN OASIS | 419 tempat Freya menjadi buronan dua malam yang lalu. Jauh di
depan, terbentang dataran pasir yang luas yang pernah dilintasi
Freya dalam pelariannya, bekas telapak kakinya masih terlihat
samar pada permukaan padatnya.
Freya beranggapan di sinilah tempatnya, bahwa dari sinilah
Flin akan dengan mudah berkendara melewati padang pasir
dan melaju menuju Gilf Kebir. Namun, dia malah berhenti
di samping gudang, mematikan mesin, dan keluar dari mobil.
Setelah mengangkat koper, peta, buku, dan tas besar, serta
meminta Freya membawa wadah air, dia berjalan ke pintu besi
di bangunan itu, menarik sebuah kunci dari sakunya dan membuka gembok. Dia membuka pintu dan menghilang ke dalam.
Kita tentunya akan pergi dengan mobil lain, pikir Freya
sambil mengangkat wadah air dari tempat duduk belakang dan
mengikutinya. Dari bagian dalam bangunan itu tercium bau
bahan bakar yang kuat dan tersapu oleh sinar, sebagian datang
dari bukaan jendela yang terletak tinggi di dinding, terutama
dari celah di atap akibat terangkatnya beberapa atap palem
oleh baling-baling helikopter si kembar. Sebaris wadah plastik
berukuran 20 liter berjajar di sepanjang dinding di sisi kiri Freya,
diisi cairan bening yang, dari rembesan baunya, dia menduga itu
bahan bakar. Di sampingnya ada kotak pendingin kecil berwarna
oranye, tumpukan selimut wol tebal, dan baki yang berisi obeng
serta perkakas lain. Tetapi apa yang menarik perhatiannya"tak
dapat dihindari"adalah sebuah benda besar yang terletak di
tengah gudang dan memakan sebagian besar tempat pada sisi
panjang, lebar, dan tinggi bangunan. Dia tidak bisa menduga
benda apa itu tepatnya, karena benda itu diselubungi terpal
kanvas, tetapi sudah pasti tidak terlihat seperti mobil yang
pernah dia lihat sebelumnya. Semacam kendaraan model lain.
"Benda apa itu?" tanyanya.
"Miss Piggy," jawab Flin pelan, sambil melewati benda misterius itu dan berjalan ke sisi jauh gudang itu. Tidak seperti sisi
lain gudang itu yang terbuat dari balok sisa arang, sisi gedung
yang ini berdinding pintu gulung baja yang berat. Setelah
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
420 | PAUL SUSSMAN meraih rantai yang menjuntai dari atas roda gulungnya, Flin
mulai menariknya. Pintu menggulung ke atas dengan sendirinya
sambil mengeluarkan bunyi bising dan derak sampai terbuka,
lantai beton gudang tanpa lapisan menyambung ke hamparan
kuning padang pasir. Lagi-lagi Freya bertanya apa yang sedang
dilakukan pria itu, tetapi Flin hanya memberi isyarat kepadanya
dan, sambil memegang satu sudut terpal, memberi tanda bahwa
Freya harus memegang sudut yang lain. Secara bersama-sama
mereka kemudian menarik terpal itu perlahan, membukanya ke
belakang sampai lepas seluruhnya.
"Katakan halo kepada Miss Piggy," katanya. "Microlight bertipe AKA Pegasus Quantum 912 Flec-Wing. Penjelajah padang
pasir, bergaya eksekutif."
"Kau pasti bercanda," desah Freya, berdiri dengan mulut
terbuka. "Tidak mungkin."
Di depannya ada benda yang terlihat seperti persilangan
antara hang glider, go-kart, dan toboggan. Benda itu memiliki
cangkang dua dudukan berbentuk kerucut dalam warna merah
muda terang metalik"sesuai namanya, dia menduga"dengan
tiga roda, baling-baling di bagian belakang dan, melekat pada
sirip ekornya, sebuah layar segitiga besar yang tampaknya
menggantung di atas cangkang seperti burung putih raksasa.
"Tidak mungkin," dia mengulang, sambil mengelilingi mesin
itu, memerhatikannya. "Kau benar-benar bisa menerbangkan
benda ini?" "Mmm, Alex adalah pilot yang sangat terampil," jawab Flin.
"Tetapi, ya, aku baru saja tahu apa yang sedang aku lakukan.
Cukup untuk bisa menerbangkan kita, tentu saja. Apakah aku
bisa mendaratkannya lagi, itu?""
Flin mengedipkan sebelah matanya dan mulai memberikan
instruksi, memperlihatkan kepada Freya bagaimana melekatkan
dua wadah cairan berukuran 20 liter di tas pelana yang bersilang
di sisi cangkang, sementara dia mengisi tangki di bawah tempat
duduk depan dari wadah"wadah sisanya.
THE HIDDEN OASIS | 421 "Apakah bahan bakar ini akan cukup?" Freya bertanya sambil
bekerja, masih belum percaya sepenuhnya tentang apa yang
akan mereka lakukan. "Lumayan," jawab Flin. "Tangki ini bermuatan 49 liter.
Pesawat ini menghabiskan sekitar sebelas liter per jam penerbangan dan kita perlu waktu empat jam menuju Gilf, jadi bahan
bakar kita akan sangat pas-pasan. Terutama karena kapasitas
berat kita maksimal. Kita bisa mengisi bahan bakar lagi di Abu
Ballas, dan seharusnya benda ini bisa mengantarkan kita tanpa
terlalu banyak masalah."
"Ada stasiun bahan bakar di padang pasir?" tanya Freya, meragukan.
Flin tersenyum, dengan ekspresi yang agak nakal, seolah dia
sedang menikmati kebingungan Freya.
"Semuanya akan jelas ketika kita tiba di sana," kata Flin dengan kedipan mata lagi.
Begitu microlight terisi penuh, mereka memuat peralatan
di dalam cangkang"peta, buku, air, tas besar, selimut, kotak
pendingin, kopor hitam milik Flin"dan mengaturnya agar
semua terbawa. Mereka kemudian mendorong pesawat itu ke
luar, ban karetnya mengeluarkan suara berdecit halus ketika
mereka mendorongnya ke permukaan padang pasir yang padat.
Ada dua helm di tempat duduknya, dengan headset dan intercom
yang sudah terpasang dalam pesawat. Setelah memberikan satu
unit kepada Freya, Flin membantunya masuk ke tempat duduk di
belakang dan mengikatnya dengan sabuk pengaman agar aman,
memasang stop kontak headset-nya ke soket di sisi lututnya.
"Cukup nyaman," kata Flin, sambil beringsut duduk di kursi
depan dan memakai helmnya sendiri. Kaki Freya diluruskan ke
kedua sisi Flin seolah dia sedang bermain kuda-kudaan dengan
Flin. "Dan aku khawatir tidak ada layanan katering di dalam
penerbangan. Tetapi kalau kau bisa menyesuaikan diri dengan
keadaan ini, sebenarnya ini bukan cara yang buruk dalam melakukan perjalanan."
422 | PAUL SUSSMAN "Asal kau tak mencelakakan kita, aku senang-senang saja,"
kata Freya, sambil merasa gugup dan, anehnya, juga bersemangat.
Flin melirik jam tangannya"13.39. Sambil mengeklik berbagai tombol dan memutar sebuah kunci pada dasbor, Flin menekan tombol Start dengan jarinya. Mesin terbatuk sekali, dua
kali, kemudian menderu, menyala, baling-baling berputar di
belakang kepala Freya. Aliran udara yang terdesak menyebabkan
kemeja Freya berkibar dan melambai walaupun helmnya cukup
untuk melindunginya dari suara bising.
"Kau yakin kau tahu ke mana kita akan pergi?" teriak Freya.
Flin membuat gerakan memotong dengan tangan kanannya.
"Ke arah barat daya sampai kita mencapai Gilf Kebir," katanya,
suaranya terdengar melalui headset. "Kemudian kita bergerak ke
selatan di sepanjang sisi timur sampai kita menemukan batu
karang. Seharusnya tidak akan terlalu sulit."
"Dan kau yakin kau tahu bagaimana menerbangkan benda
ini?" "Aku kira kita harus membuktikannya," jawabnya, mendorong tuas pada tempat di samping pinggulnya. Putaran mesin
makin kencang dan mereka mulai bergerak, meluncur halus
pada pasir menuju hamparan rumput padang pasir yang menjadi
tempat Freya bersembunyi ketika melarikan diri dari oasis itu.
Setelah seratus meter, Flin memutar pesawat, menyetir dengan
telapak kakinya, dan membawa mereka kembali ke gudang lagi.
"Kita harus mencapai temperatur minyak sampai 50 derajat,"
jelasnya, sambil menunjuk salah satu indikator pada dasbor di
depannya. "Kalau tidak, mesin ini akan mati."
Mereka mengulangi pola itu selama beberapa menit, hilirmudik di lapangan pasir, sampai akhirnya indikator memperlihatkan temperatur yang tepat. Setelah berputar untuk
yang terakhir kalinya di depan bangunan tambahan itu, Flin
kemudian menghentikan pesawat. Dia melakukan beberapa
THE HIDDEN OASIS | 423 pemeriksaan terakhir, kemudian memutar kepalanya ke arah
Freya. "Siap?" Freya mengacungkan ibu jarinya. Flin mengangguk, membalik menghadap ke depan lagi dan, meraih tuas kontrol yang
tergantung dari layar di atas, mendorongnya ke depan.
"Piggy Airways menyambut Anda dalam penerbangan tak
berjadwal menuju ke Gilf Kebir," intonasinya meniru cara bicara
seorang pilot. "Kita akan terbang menjelajah pada ketinggian?"
Dia mendadak terdiam. Tepat ketika mereka akan menambah
kecepatan, ada gerakan samar terlihat di kejauhan di sisi kanan
mereka. Seperti sebuah gabus dari botol sampanye, Honda
Civic hijau limau itu"penuh lumpur dan penyok di sanasini"muncul dari semak belukar, meliuk liar di lapangan pasir
sebelum lurus kembali dan langsung menuju ke arah mereka,
pengemudinya menekan klakson berkali-kali dengan geram.
Sulit untuk mengetahui sosoknya dengan jelas, walaupun bahkan dari kejauhan jelas terlihat bahwa sosok itu adalah seorang
laki-laki bertubuh besar, tubuhnya tampak memenuhi seluruh
bagian depan mobil. Bahu Flin menegang dan tangannya mencengkeram kuat tuas kontrol, suaranya yang parau terdengar
melalui headset. "Angleton!" CYRUS Angleton tidak terlalu menguasai bahasa Arab"bahasa tidak pernah menjadi keterampilannya"dan sungguh
beruntung bahwa ada seorang gadis di toko Kodak di desa
Qalamoun yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang
cukup lumayan. Tambah beruntung karena, selain mampu
berkomunikasi dengannya, dia juga punya sejumlah keterangan
bermanfaat. Lima belas menit sebelumnya, ketika perempuan
424 | PAUL SUSSMAN itu membuka toko setelah istirahat makan siang, sebuah Jeep
putih melaju kencang dan membelok menuju jalur keluar ke
oasis kecil. Ada dua orang di dalamnya, jelasnya, seorang lakilaki dan seorang perempuan. Perempuan itu, dia merasa begitu
yakin, adalah seorang gadis Amerika yang pernah mengunjungi
tokonya beberapa malam lalu. Apakah mereka sudah kembali"
Angleton bertanya. Belum, jawab si penjaga toko, sejauh yang
bisa dia amati. Apakah ada jalan lain menuju atau keluar dari
oasis" Tidak ada, katanya kepada Angleton, ini satu-satunya.
"Bagus!" Angleton tersenyum.
Setelah masuk kembali ke mobil sewaan, dia melaju melintasi
padang pasir, Honda itu terpental dan menyentak di atas jalur
tak rata, gumpalan debu mengepul di belakang kendaraan seperti
asap mobil yang terbakar. Dia mencapai oasis itu, melintasinya,
berhenti di depan rumah Alex Hannen. Tidak ada tanda adanya
Cherokee. Dia berlalu, memeriksa sekeliling halaman belakang
bangunan. Tidak ada apa-apa.
"Brodie!" dia berteriak, tangannya terselip di dalam saku
jaketnya, menggenggam gagang Missy. "Kau di sini?"
Tidak ada jawaban. "Sialan!" Dia berputar ke halaman depan rumah itu lagi. Membuka
pintu dan masuk ke dalam. Ada beberapa laci yang terbuka di
kamar tidur, dapur, dan ruang kerja"seseorang telah mengemas
sesuatu, dengan cepat, terlihat dari keadaan di sana.
"Tidak mungkin," katanya geram. "Tidak seperti ini. Mereka
tidak akan bisa." Dia kembali ke luar dan memeriksa jam tangannya. Mereka
sudah lima belas menit di depannya dan pasti telah menghabiskan
sepuluh menitnya di dalam rumah ini. Jika mereka sedang
menuju padang pasir, dia tentu masih bisa mengejar mereka.
Dia memerlukan titik pandang tinggi untuk bisa mengamati
lanskap. Dia memerhatikan sekelilingnya dan melihat tangga
kayu yang terlihat reyot bersandar di sisi bangunan. Setelah
THE HIDDEN OASIS | 425 berjalan mendekati benda itu, dia mulai memanjat. Anak tangga
pertama rontok karena tekanan berat badannya. Yang kedua
bertahan, meskipun dengan derik yang menyakitkan telinga,
dan dia terus naik, sambil menghapus keringat yang mengalir
di wajahnya, napasnya terengah-engah. Dia tidak pernah berolahraga jenis apa pun, betul-betul tidak pernah, dan apa yang
bagi orang normal merupakan hal biasa seperti memanjat, bagi
dia merupakan usaha "sik yang besar, sering kali berhenti untuk
membiarkan paru-parunya tenang dan ototnya kembali pulih
dari ketegangan karena mengangkut beban berat ke atas.
"Ya Tuhan!" dia terus terengah-engah. "Tuhan Yang Maha
Kuasa!" Akhirnya dia berhasil memanjat sampai ke atap dan berjalan
sampai ke ujung terjauh. Sambil melindungi matanya dari sinar
matahari sore yang terik, dia menatap jauh ke sekeliling padang
pasir, mencermati lapangan pasir, mencari Cherokee. Tidak ada.
"Sialan," gumamnya. "Di mana kalian?"
Selama satu menit matanya menatap ke segala arah pada
gundukan dan gunung pasir yang bergelombang. Kemudian,
tiba-tiba, seolah bagian belakang kepalanya terhantam, dia berbalik.
"Kurang aj?""
Dari suatu tempat di belakangnya, deru motor memecah
keheningan sore hari yang tumpul. Angleton secepat mungkin
bergegas ke sisi lain atap itu dan melemparkan pandangannya ke
sekeliling oasis, mencoba menelusuri sumber suara itu. Dengan
cepat tatapannya tertumpu pertama-tama pada gudang di ujung
paling selatan area perkebunan dan kemudian, beberapa detik
kemudian, pada layar segitiga besar yang bergerak di dataran
pasir rata. "Keparat!" semburnya. "Kau bedebah idiot!"
Dia menarik Missy dari balik jaketnya, melepaskan
pengamannya dan mengaitkan jarinya pada pelatuk, membidik
asal-asalan ke arah microlight itu. Kemudian dia berpikir ulang
426 | PAUL SUSSMAN dan memasukkan kembali senjatanya ke sarung pistol di bahunya. Bukan saja terlalu berisiko menembak dalam jarak seperti
ini, tetapi jika mereka sadar bahwa ada seseorang yang menembaki, mereka akan segera tinggal landas, dan itu artinya
peluangnya hilang. Dia harus segera ke sana, dia harus segera
mendekat. Microlight itu berbelok dan meluncur kembali ke arah
bangunan tambahan. Memanaskan mesin, itulah yang sedang
mereka lakukan, sehingga, paling tidak, hal itu memberinya
waktu beberapa menit. Dia kembali melintasi atap dan turun
dengan tangga, terengah-engah. Setelah mencapai tanah, dia
menuju mobil sewaan dan masuk ke dalamnya. Jika ada jalur
yang menghubungkan rumah itu dengan gudang, dia tak
sempat memerhatikannya dari atas tadi, dan dia tidak ingin
membuang setiap detiknya yang berharga untuk mencari jalur
itu sekarang. Alih-alih, dia malah mengentak tongkat persneling
ke gigi satu dan, dengan ban berputar di permukaan berdebu,
menderu meninggalkan rumah itu dan langsung menuju ladang
di sisi yang jauh, Dia terkocok-kocok di sepanjang jalur dan
masuk ke padang pasir. Tepat ketika mobil menyentuh pasir, dia
membanting setir ke kiri, membelok dengan lengkungan lebar
sebelum melaju lurus dan kencang di tepian oasis itu. Dia sudah
menempuh jarak lima ratus meter sebelum sebuah parit dalam
tiba-tiba melintang di jalur lintasannya, memaksanya membelok
ke kiri dan masuk ke perkebunan. Mobilnya terjerembab di
ladang yang lain, menghantam pagar semak belukar dan memilih semacam jalur ternak yang membawanya berputar ke
tepi rumpun zaitun sebelum langsung terjun ke tirai semak
belukar yang rapat. Momentum mobil itu entah bagaimana
membawanya menerobos keluar ke sisi lain, kembali ke padang
pasir. Jauh di sisi kirinya berdiri sebuah gudang dan di depannya
terlihat layar putih microlight itu. Dia mengontrol kembali
Honda-nya dan melaju ke arah mereka, menyetir dengan satu
tangan sementara tangan yang lain menarik Missy dari sarungnya
dan menekan klakson. THE HIDDEN OASIS | 427 "Tahan dulu, bedebah!" dia berteriak. Paman Cyrus ingin
bicara denganmu!" DI dalam kokpit microlight yang terbuka, Flin menekan tuas
penuh ke depan dan meraih tongkat kontrol dengan kedua
tangannya, matanya beralih dari mobil ke indikator kecepatan
udara pada dasbor dan kembali lagi. Honda itu sedang mengarah ke titik tertentu di depan mereka, tampak jelas bermaksud
menghalangi jalur tinggal landas mereka, sehingga dia mengarahkan hidung pesawat ke kiri, mencoba mengulur jarak tambahan. Pesawat itu dengan cepat menambah kecepatan, berjalan
kencang di landasan pasir. Tetapi mobil itu lebih cepat. Jauh
lebih cepat. Mobil itu melahap jarak di antara mereka, semakin
mendekati mereka. "Kita tak akan bisa terbang!" jerit Freya, tangannya tanpa
sadar terjulur dan menyentuh bahu Flin.
Flin menggeretakkan giginya dan berkonsentrasi pada
bentangan pasir di depannya. Mobil itu tampak lebih besar
dalam pandangan sekilasnya sampai rasanya kedua kendaraan
itu tak terhindarkan lagi akan bertubrukan.
"Dia akan menabrak kita!" Freya menjerit.
Flin bertahan selama beberapa detik yang menegangkan,
kemudian pada saat paling akhir"mendorong tuas kontrol ke
depan dan microlight pun naik dengan anggun ke udara dan
melintas di atas Honda tepat ketika mobil itu memotong jalur
langsung di depan mereka. Kemudian roda pesawat melintas
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beberapa sentimeter saja di atas atap mobil itu.
"Makan itu, dasar gendut!" sembur Flin, sambil mendorong
tuas jauh ke depan dan memiringkannya ke kiri, microlight
menukik naik dan membelok. Di bawah mereka, mobil itu berhenti dan pengemudinya keluar, tercengang menatap mereka,
428 | PAUL SUSSMAN dan mengacungkan pistol. Suara pria itu tertelan deru mesin
dan walaupun dia melepaskan beberapa tembakan dia tampak
melakukannya lebih karena frustasi daripada dengan maksud
untuk mengenai mereka. Peluru terbang melebar dan bentuk
tubuh pria besar dan tambun itu semakin menjauh saat mereka
naik lebih tinggi dan terbang melayang di atas padang pasir.
"Siapa dia?" tanya Freya, sambil memutar kepala menengok
ke bawah untuk melihat pengejar mereka yang masih menggerakgerakkan tangannya.
"Seorang pria bernama Cyrus Angleton," jawab Flin. "Bekerja
di Kedutaan Besar Amerika. Tampaknya dia telah membuntuti
kita, memberikan informasi itu kepada Girgis."
"Kau pikir dia akan mengejar kita?"
"Dengan Honda Civic" Aku ingin melihat dia mencobanya."
Setelah membelok ke kiri, Flin menjulurkan tangan dan
mengacungkan jari tengahnya kepada Angleton.
"Kita bertemu di Gilf!" dia berteriak sebelum menatap lurus
ke depan lagi dan bersiap menuju ke arah barat daya di atas
padang pasir. Mobil itu, gudang itu, oasis itu, Dakhla, semua
tertinggal di belakang sampai mereka kemudian menghilang dan
tidak ada apa-apa lagi yang terlihat kecuali bentangan padang
pasir Sahara yang tak berujung.
Di darat, Angleton menyaksikan sampai microlight itu
menjadi sebuah titik kecil tak menentu. Sambil menggelengkan
kepala, dia memasukkan kembali Missy-nya ke dalam sarung
dan naik kembali ke dalam mobil. Untuk sesaat dia hanya
diam di situ, menatap jauh ke padang pasir, memukul-mukul
permukaan dasbor mobil dengan kepalan tangannya. "Inggris
idiot," dia memaki berulang-ulang. "Dasar Inggris idiot." Kemudian, setelah menyalakan mesin mobil, dia melaju menuju
bandara Dakhla lagi. Waktunya untuk berhenti. Waktunya
untuk berurusan dengan Molly Kiernan.
THE HIDDEN OASIS | 429 Kairo ROMANI Girgis meletakkan telepon nirkabel itu dan melipat
lengannya, menatap jauh ke taman di belakang rumahnya yang
megah. "Nah, mereka sedang terbang."
Di sampingnya, Boutros Salah terbatuk hebat dan mengisap
rokoknya."Kau yakin akan melakukan ini, Romani" Mengapa
tidak membiarkan?" "Aku tidak menunggu selama dua puluh tiga tahun hanya
untuk duduk di belakang sekarang. Aku ingin ke sana, melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
Salah mengangguk, mengisap rokoknya lagi.
"Aku akan mengatakan kepada Usman dan Kasri," katanya.
"Si kembar?" Salah menggerutu. "Masih bermain bilyar. Aku akan meminta mereka turun.
Ada kabar soal?" "Sedang diurus sekarang ini," potong Girgis. "Tidak akan
jadi masalah lebih lama lagi."
Salah mengangguk dan menghilang ke dalam rumah. Untuk
sesaat Girgis berdiri di tempatnya, sambil menerawang berapa
jauh dia telah melakukan perjalanan untuk sampai di titik ini,
berapa jauh dia telah mendaki masa awal hidupnya yang kejam
di daerah kotor dan bau di Manshiet Nasser. Kemudian, dengan
senyuman seorang laki-laki yang mimpinya akhirnya segera akan
terwujud, dia memandangi anak tangga teras menuju helikopter
yang sedang menunggu di lapangan rumput.
430 | PAUL SUSSMAN Di Atas Gurun Barat KAKAKNYA, Freya sadar, telah tewas terbunuh. Dia sendiri sedang
diburu, menjadi target, nyaris dimutilasi. Namun dari semua
itu, penerbangan melintasi Sahara adalah pengalaman yang
paling menakjubkan dalam hidup Freya, kekosongan padang
pasir yang menyelubung melarutkan sejenak segala urusan dan
kekhawatirannya, membuatnya tenang dan damai luar biasa.
Mereka terbang rendah, tidak lebih dari beberapa ratus meter
di atas permukaan pasir. Udara pada ketinggian itu lebih dingin
daripada di darat, tetapi masih cukup hangat, menerpa wajah
dan tubuhnya seolah dia sedang dikipasi pengering rambut
raksasa. Di sekeliling mereka, padang pasir terbentang sejauh
mata memandang"hutan belantara batu cadas dan pasir yang
sangat luas tampak tak wajar dalam ketandusannya. Seolah
mereka telah dipindahkan ke dunia yang berbeda, atau waktu
yang berbeda sama sekali di dalam dunia kita sendiri: suatu masa
yang tak terbayangkan jauhnya ketika seluruh kehidupan telah
dimusnahkan dari planet ini dan yang tersisa hanyalah tulangbelulang bumi. Ada sesuatu yang menakutkan tentangnya,
sesuatu yang terasa meluap, kilometer demi kilometer dataran
tandus yang kosong dan ganas. Namun, sesuatu itu juga terasa
luar biasa indah. Begitu memesona, gelombang pasir yang
menjulang dan formasi batu yang misterius memiliki kemegahan
sehingga di sampingnya karya terbesar manusia bahkan tampak
remeh dan menjemukan. Dan ketika hamparan daratan itu
tampak seperti tanpa kehidupan, semakin jauh mereka terbang
semakin jelas bagi Freya bahwa, pada kenyataannya, ini belum
mengungkapkan semuanya. Padang pasir itu, dengan caranya
sendiri, sangat hidup: mahluk ciptaan yang sadar dan sangat luas
yang perubahan warnanya"suatu saat kuning lembut, kemudian
merah kelabu, di sini putih menyilaukan, di sana hitam suram"
secara aneh mengungkapkan suasana hati dan pola pikir yang
berubah. Bentuk dan teksturnya yang bervariasi"gunung pasir
yang beralih menjadi hamparan kerikil, tumpukan garam yang
THE HIDDEN OASIS | 431 menjadi bukit cadas"juga memberikan kesan menggelisahkan
bahwa lanskap itu bergerak, berkumpul, dan menyebar dengan
sendirinya, melenturkan otot-ototnya.
Heran, kagum, takut, senang luar biasa"Freya mengalami
semuanya. Di atas semua itu, dia merasakan sensasi keterhubungan yang paling kuat dengan, dan kerinduan akan, kakaknya.
Inilah dunia milik Alex, lingkungan yang dia buat sendiri, dan
semakin jauh mereka menjelajah, semakin dekat, bagi Freya, dia
sampai pada saudara kandungnya yang begitu terasingkan. Dia
merogoh sakunya dan menarik keluar sebuah foto berukuran
paspor yang dia ambil dari meja di samping ranjang Alex, dan
surat terakhir yang dikirim oleh kakaknya, yang sudah dia
pindahkan dari celana jins lamanya ketika berganti baju malam
sebelumnya. Dia memegangnya erat-erat di pangkuannya dan
tersenyum, kolase Sahara yang beranak-pinak liar membuka perlahan di bawahnya.
Setelah terbang selama sekitar dua jam, matahari kini perlahanlahan tenggelam ke cakrawala barat, Flin membawa mereka
turun ke dataran berkerikil di samping sebuah bukit kecil berbentuk kerucut. Tebing yang lebih rendah pada perbukitan
itu, yang diamati Freya ketika pesawat meluncur ke arahnya,
diselimuti pecahan keramik.
"Abu Ballas," jelas Flin, sambil mematikan mesin, melepas
helmnya dan turun dari microlight. "Juga dikenal, karena alasan
yang jelas, sebagai Bukit Keramik."
Freya melepas headset-nya dan menggoyangkan kepalanya
sehingga rambutnya tergerai lepas, suhu udara terasa meninggi
secara dramatis ketika baling-baling melambat dan kemudian
berhenti di belakangnya. Flin mengulurkan tangan dan membantunya keluar. "Tidak ada seorang pun yang tahu dari mana
pecahan-pecahan keramik ini berasal," katanya, sambil mengangguk ke arah tumpukan pecahan kendi yang bertebaran.
"Tapi semua orang tampaknya sepakat bahwa benda-benda ini
adalah bagian dari tempat pembuangan air kelompok pengelana
432 | PAUL SUSSMAN Tebu dari selatan Libya. Ada beberapa prasasti batu prasejarah
yang menarik di sisi lain, tetapi aku kira kapan-kapan saja kita
membahasnya." Freya melenturkan tubuhnya dan melihat ke sekeliling, memerhatikan tumpukan pecahan kendi, bukit, gunung pasir yang
bergelombang di belakangnya"semuanya tampak kosong,
hening, dan benar-benar gersang.
"Aku ingat kau bilang kita akan mengisi bahan bakar di sini."
"Memang." "Jadi di mana?""
"Pom bensinnya?" Flin tersenyum, membawa Freya ke tumpukan potongan kendi agak terpisah dari bukit. Kendi-kendi
itu tampaknya sengaja ditumpuk menjadi gunung batu kecil,
dengan kaleng timah terbalik tergeletak di atasnya.
"Pom bensin Abu Ballas," katanya. Sambil berlutut, dia mengangkat potongan besar berbentuk sekop dari tumpukan itu dan
mulai menggali pasir ke satu sisi gundukan batu, menggalinya
cukup dalam sampai dia membentur sesuatu seperti logam.
"Ini akal-akalan yang Alex dan aku pelajari dari para penjelajah padang pasir abad kedua puluh," jelasnya, sambil membersihkan benda itu dengan tangannya, memperlihatkan bagian
atas kaleng logam itu. "Kau simpan beberapa kaleng bahan
bakar di jalur perjalananmu untuk berjaga-jaga kalau kau mulai
terbang rendah. Ada tiga kaleng berisi 20 liter di sekitar sini. Kita
akan mengisi dengan yang satu kaleng dan menyimpan sisanya
di sini, siapa tahu kita kehabisan bakar bakar dalam penerbangan
pulang nanti, walaupun dengan cadangan bahan bakar yang
sudah kita bawa seharusnya tidak akan ada masalah."
Dia menarik kaleng itu dari tanah dan mengangkatnya ke
arah Miss Piggy. Dia mengosongkan isi kaleng itu ke dalam
tangki microlight, udara terisi dengan uap minyak yang tajam.
Begitu selesai, dia memberikan wadah kosong itu kepada Freya
dan memintanya untuk menguburnya kembali?"aku akan
mengisinya kembali kalau datang ke sini lagi nanti?"sementara
THE HIDDEN OASIS | 433 dia sibuk membuka peta yang dibawanya dari rumah Alex. Dia
membentangkan peta itu di tanah dan mengganjal ujungnya dengan batu, lalu membacanya.
"Abu Ballas," jelasnya ketika Freya sudah bergabung dengannya, sambil menunjuk ke yang lebih besar dari dua gra"k
dalam peta, lalu ke segitiga hitam kecil di tengah-tengah lahan
luas kosong berwarna kuning. "Ke sanalah kita pergi."
Jarinya menelusur secara diagonal di bagian bawah peta ke
area di mana warna kuning menggelap menjadi coklat pucat di
bawah legenda "Dataran Tinggi Gilf Kebir", memberikan Freya
waktu sejenak untuk memahami gambaran tempat itu sebelum
meletakkan peta kedua di atas yang pertama. Peta kedua itu
menggambarkan Gilf saja dengan skala 1:750.000, yang terlihat
seperti dua pulau besar, yang satu berada di arah barat laut
dari yang lain, dihubungkan oleh tanah genting sempit dan
dengan beberapa pulau lebih terserak di sekitar keduanya. Garis
pantainya, jika bisa disebut demikian, bergerigi dan putusputus, terpotong oleh palung sungai kering yang dalam dan
mengular dan disertai kumpulan kata yang kecil berupa nama
"tur dan formasi yang terdengar eksotik: Two Breasts (Dua
Payudara), Three Castles (Tiga Kastil), Peter and Paul, Clayton"s
Craters (Kawah Clayton), Celah al-Aqaba (al-Aqaba Gap), Jebal
Uweinat. "Wadi al-Bakht," kata Flin, sambil menunjuk ke salah satu
dari serangkaian lembah yang menurun seperti tangga di sepanjang sisi timur daratan yang semakin mengarah ke selatan.
"Jika Zahir benar, batu karang itu tidak akan sulit ditemukan"
tiga puluh kilometer di selatan al-Bakht, tiga per empat jalan
antara tempat itu dan Eight Bells."
Flin menyentuhkan jarinya pada apa yang terlihat seperti
sebuah rantai delapan pulau kecil yang membentang di bagian
bawah Gilf. "Dan jika dia salah?" tanya Freya, sambil memerhatikan Flin.
Flin melipat peta dan berdiri.
434 | PAUL SUSSMAN "Itu urusan nanti. Untuk saat ini, kita harus bergegas pergi
ke sana." Dia memeriksa jam tangannya: 15.50.
"Kita harus cepat pergi ke sana. Aku tak ingin kita mendarat
saat malam dan sudah gelap. Kau perlu buang air dulu?"
Freya menatapnya dan menggelengkan kepala.
"Kalau begitu, ayo berangkat."
Mereka terbang selama delapan puluh menit lagi, matahari
kini meluncur dengan cepat di sisi barat, udara terasa semakin
dingin. Freya senang karena telah mengenakan beberapa lapis
pakaian sebelum meninggalkan Abu Ballas. Padang pasir terlihat
spektakuler pada bagian pertama perjalanan mereka, cahaya
yang melembut menyiratkan semburat warna-warni"kuning
dan oranye dan lusinan sapuan warna merah yang berbeda"
bayang-bayang yang semakin memanjang membawa dataran
luas itu ke dalam relief yang lebih tajam dan semakin dramatis.
Mereka melewati lautan gunung pasir yang menjulang, danau
kerikil putih seperti kue dadar yang rata dan sangat luas dan
hutan batu berserakan yang asing dan primordial, menjelajah
semakin dalam ke jantung hutan belantara yang misterius.
Akhirnya, dengan matahari tepat berada pada garis cakrawala,
berkas merah berkabut terlihat pada garis penerbangan mereka,
menggantung di depan mereka seperti uap yang menyeruak dari
permukaan padang pasir. Flin menunjuk ke suatu arah.
"Gilf Kebir," suaranya terdengar pada headset. "Djer bagi
bangsa Mesir Kuno"titik batas, ujung dunia."
Flin menyesuaikan posisi pesawat, terbang lebih tinggi
dan membawa mereka semakin ke selatan. Kabut melayang
lebih dekat, tampak meluas dan memekat saat mereka terbang
lebih dekat, warnanya bergerak dan berubah dalam pergantian
sinar senja hari, merah menjadi cokelat dan cokelat menjadi
kuning tua kejinggaan yang lembut. Akhirnya, seperti jin yang
keluar dari botol, terlihat jelas: sebuah dataran tinggi yang luas
THE HIDDEN OASIS | 435 terhampar 300 meter dari permukaan padang pasir dan membentang sejauh mata memandang ke utara, selatan, dan barat.
Di beberapa sisi, permukaannya berupa dinding batu kuning
berdebu yang curam dan tak tertaklukkan, pasirnya dengan
lembut bergelombang pada landasannya seperti riak di sisi
garis pantai. Di sisi lain, tempat itu tampak seperti terkocok,
terpotong oleh lembah dan ceruk yang dalam, tebing memecah
menjadi susunan lereng berbatu yang kemudian melebur ke
dalam kepulauan bukit curam dan berkerikil yang campur
aduk. Dataran tinggi itu tampak terantuk melebur dengan
padang pasir dalam serangkaian anak tangga besar dan tak rata.
Freya dapat menangkap bidang tumbuhan di kejauhan"bintik
dan goresan hijau pada latar belakang kuning"dan juga, saat
mereka semakin dekat, burung aneh itu. Nyaris tidak dipenuhi
tanda-tanda kehidupan, tetapi, setelah areal terpecil dan tandus
yang telah mereka lewati, tempat ini tampaknya benar-benar
kaya dan berlimpah ruah. Peta Gilf berada di pangkuan Flin, terlipat dengan cara sedemikian rupa sehingga hanya kuadran tenggara dataran tinggi
yang terlihat. Setelah membawa mereka mendekati tebing, dia
berbelok ke selatan, terbang sejajar dengan gugusan gunung dan
sedikit di atasnya, memainkan tuas kontrol dengan tangan kanan
sementara tangan kiri memegang peta, jarinya menelusuri jalur
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbang mereka pada permukaan peta. Sepuluh menit berlalu,
matahari terus tenggelam sampai hanya lingkar bagian atasnya
saja yang terlihat, langit sisi barat menyala dengan lingkaran
hijau dan ungu yang cemerlang. Kemudian Flin menunjuk
ke depan dan bawah, ke tempat di mana wajah Gilf tiba-tiba
membuka menjadi lembah berpasir yang luas.
"Lembah al-Bakht," suaranya parau. Dia membelok ke kanan
dan terbang lurus di atasnya. Lembah meliuk ke sisi timur dan
hilang dari pandangan, berganti menjadi dataran tinggi seolah
seseorang telah menorehkan sayatan bergerigi pada batu kasarnya. "Tidak jauh lagi sekarang, hanya tiga puluh kilometer lagi.
Kurang dari dua puluh menit. Amati dengan saksama."
436 | PAUL SUSSMAN Dia terbang menjauhi Gilf lagi dan membawa mereka turun
sehingga kini berada di bawah puncak dataran tinggi. Mereka
terus ke selatan, tebing menjulang di sisi kanan mereka, membuat
microlight begitu kecil seperti capung yang sedang berdengung di
sepanjang sisi pencakar langit. Padang pasir di hadapan mereka
terlihat halus dan kosong, hamparan pasir yang bergelombang
lembut, tanpa ada "tur apa pun. Mereka seharusnya telah melihat formasi batu itu dengan mudah, bahkan tanpa matahari
yang kini telah tenggelam dan senja yang semakin pekat di
sekitar mereka. Dua puluh menit berlalu. Dua puluh lima. Dan
ketika di sisi selatan yang jauh barisan bukit yang mengerucut
mulai tampak samar, Flin menggelengkan kepala dan mulai memutar kembali.
"Itu Eight Bells. Kita sudah terlalu jauh. Kita pasti sudah melewatinya."
"Pasti belum," kata Freya, sambil mengancingkan jaket kulit
milik kakaknya sampai ke leher untuk menahan udara yang
semakin dingin. "Padang pasir ini seluruhnya kosong, kita pasti
bisa melihatnya." Flin hanya mengangkat bahu dan kembali terbang ke arah
utara, semakin rendah. Keduanya menjelajahi padang pasir di
bawahnya, dengan cemas mencari petunjuk tentang keberadaan
batu berbentuk bulan sabit itu ketika sinar kecil yang masih
bertahan surut dengan cepat dan dataran tinggi di sisi kiri menghilang ke dalam kabut abu-abu datar.
Sepuluh menit berlalu dan sepertinya mereka akan menyudahi pencarian untuk malam itu dan mendaratkan microlight
sebelum keadaan benar-benar gelap, ketika tiba-tiba Flin berteriak girang.
"Itu dia!" pekiknya, sambil menjulurkan tangan ke sisi
kanan. Freya tak tahu bagaimana mereka tadi bisa luput melihat
tempat itu. Dia mengenali tebing itu, yang"walaupun telah diselubungi bayang-bayang"masih terlihat menjulang lebih tinggi
THE HIDDEN OASIS | 437 dan lebih ganjil daripada tempat lain di sepanjang bentangan Gilf
itu. Tidak ada tanda apa pun tentang keberadaan batu karang
itu saat mereka melewatinya tadi. Dan ternyata batu karang itu
berada di bawah mereka, garis luarnya terlihat jelas di permukaan
padang pasir yang pucat: puncak batu hitam berukir yang besar
membungkuk ke depan dari pasir kosong sampai ke ketinggian
sekitar sepuluh meter, mendominasi lanskap sekelilingnya. Dia
bahkan tidak bisa menduga kekuatan dahsyat alam macam apa
yang telah membentuk dan meninggikan batu karang itu, yang
membiarkan batu itu berdiri sendiri dan ganjil seperti tulang
rusuk raksasa yang dihujamkan pada hutan belantara. Dia
tidak perduli. Mereka telah menemukannya: itulah yang lebih
penting. Freya menepuk bahu Flin memberi tahu bahwa dia
sudah melihatnya dan menengok ke bawah saat Flin membawa
mereka, menikung lebar memutari batu, sambil mencari bagian
padang pasir yang aman dan cocok untuk mendarat. Tidak
mungkin untuk menilai keadaan permukaan di bawah dengan
pasti, alam sekitar sudah larut ke dalam kabut monokrom
yang suram. Setelah menemukan permukaan padang pasir yang
tampak rata dan padat, dan setelah mengelilinginya beberapa
kali mencari kalau-kalau ada hambatan yang tampak jelas, Flin
mengurangi putaran mesin, menutup katup, dan turun sejauh
beberapa meter di atas permukaan pasir. Setelah mendorong tuas
kontrol ke depan perlahan-lahan, dia mendaratkan microlight
hampir tanpa hentakan, meluncur di permukaan padang pasir
dan berhenti hampir tepat di bawah puncak batu.
"Selamat datang di daerah antah berantah," katanya, mematikan mesin dan listrik. "Kami harap Anda menikmati penerbangan ini."
Untuk sesaat mereka tetap dalam keadaan semula, balingbaling berputar perlahan sampai diam sama sekali di belakang
mereka, keheningan menjadi kehampaan karena mesin tidak
lagi menderu; kesunyian yang lebih dalam, lebih berat, dan lebih
hening yang pernah dirasakan Freya. Kemudian, setelah mematikan intercom yang dipakai dan melepas helm, mereka keluar
438 | PAUL SUSSMAN dari badan pesawat dan berjalan ke menara batu itu. Bentuknya
yang melengkung dan lonjong terlihat di atas mereka, batu hitam
yang membentuknya"obsidian" basal?"semakin menakutkan
dan aneh saat mereka mendekat.
"Aku tak yakin aku tak pernah melihatnya sebelum ini,"
gumam Flin, sambil memerhatikan puncaknya yang berada
sepuluh meter di atas, membayang hitam pada langit malam
seperti ujung taring raksasa. "Aku pasti pernah terbang di atas
area ini lusinan kali, dan ke tempat ini hampir sesering itu juga.
Tidak mungkin aku luput melihatnya. Tidak mungkin."
Mereka mengelilingi batu itu, meraba-raba permukaannya,
yang masih hangat oleh sinar matahari siang tadi dan anehnya
terasa halus, hampir seperti kaca. Kembali ke microlight, mereka
berdiri memerhatikan puncak batu, Gilf terhampar di sisi kiri
mereka, sinar bulan berwarna jingga secara perlahan merambat
naik di kanan mereka. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Freya.
"Kita menunggu."
"Menunggu apa?"
"Matahari terbit. Menunggu sesuatu terjadi di sini saat
matahari terbit." Freya memerhatikannya; wajah Flin masih terlihat dalam kegelapan itu, kurus kaku dan tampan dan dibayangi oleh pangkal
janggut. "Apa yang terjadi?" tanya Freya.
Bukannya menjelaskan, Flin malah kembali ke microlight
dan mencari-cari di dalam cangkang pesawat, menarik keluar
sebuah lampu senter saku Maglite dan buku yang dia bawa dari
rumah Alex. Dia telah menandai halaman yang sudah dia baca
setengahnya. Setelah membukanya, dia memberikan buku itu
kepada Freya dan menyalakan lampu senternya.
"Khepri," katanya, sambil menyorotkan senter ke halaman
itu. "Dewa matahari terbit. Kau mengenali sesuatu?"
THE HIDDEN OASIS | 439 Di depan Freya ada sebuah gambar sosok yang sedang
duduk, memegang tanda ankh di satu tangan dan tongkat
di tangan yang lain. Sementara tubuhnya berwujud manusia,
kedua bahunya tidak dipuncaki oleh kepala dan wajah, tetapi
oleh kumbang hitam besar, tubuh ovalnya memuncak dengan
bentuk sepasang" "Kaki," kata Freya, sambil menyentuhkan jarinya pada
gambar anggota tubuh yang melengkung yang muncul di kedua
sisi kepala kumbang itu. "Terlihat seperti?"
"Tepat sekali," kata Flin, sambil mengangkat lampu senter
dan menyorotkan sinarnya di sepanjang lengkung batu yang terukir di atasnya. "Hanya Tuhan yang tahu, tetapi batu ini sudah
bertahan menjadi bentuk yang hampir mirip dengan kotoran
kaki depan kumbang. Sungguh luar biasa"lihat, ia bahkan
memiliki duri yang digunakan kumbang untuk menggali dan
mencengkeram." Flin memainkan sinarnya di sekitar bagian atas puncak
batu. Permukaannya kasar dan tergores, memberinya tampilan
bergerigi yang aneh, mengingatkan akan tonjolan berduri yang
keluar dari kedua kaki kumbang di dalam gambar itu.
"Orang Mesir kuno mana pun yang melihat batu karang ini
seketika akan menghubungkan hal itu," lanjutnya. "Kita sudah
tahu bahwa Khepri dan oasis itu memang berhubungan erat"
ingat teks pada lempeng batu di Abydos: Ketika Mata Sang
Khepri terbuka, maka oasis itu juga akan terbuka. Ketika matanya
tertutup, oasis tidak akan terlihat, bahkan oleh burung elang yang
paling tajam. Pasti ada rantai yang hilang, bagian penting dari
persamaan itu. Kau menemukannya ketika mengenali gambar
batu karang itu pada lempeng batu. Tampaknya ketika mereka
berbicara tentang Mata Sang Khepri, teks kuno tidak hanya
menggunakan frase dalam aspek "guratif, tetapi merujuk ke
sesuatu yang sangat spesi"k: ini."
Dia menyorotkan lampu senter lagi ke lengkungan dan
sekitarnya pada batu hitam itu.
440 | PAUL SUSSMAN "Aku tidak tahu bagaimana semua ini saling berhubungan"
hanya bahwa ada keterkaitan antara batu, sinar matahari, dan
oasis. Entah bagaimana mereka saling berhubungan, dan hubungan itu akan mengungkapkan asal-usul oasis itu. Atau paling tidak
aku harap akan seperti itu. Jalan yang aku tempuh sudah sangat
jauh dan ini tak mungkin keliru."
Dia menyorotkan lampu senter beberapa saat lagi, kemudian
mematikannya. "Ayo," katanya. "Kita buat tenda."
Kairo ADA masalah dengan pengisian ulang bahan bakar pada Learjet,
dan itu artinya hari sudah gelap ketika Angleton akhirnya
tiba kembali di Kairo. Sejenak dia berpikir untuk mampir ke
Kedutaan untuk mandi dan makan sedikit"dia makan terakhir
kali pada sore sebelumnya"tetapi waktu tidak sedang berpihak
kepadanya dan dia justru naik taksi langsung ke bungalo milik
Molly Kiernan di pinggiran kota di sisi selatan. Tidak ada tandatanda keberadaan perempuan itu di sana dan dia kembali ke
taksi dan menuju gedung USAID. Di sana, penjaga keamanan
di meja depan"Mohamed Shubra, begitu nama yang tertulis
di papan nama yang tersemat di kemejanya"memberitahunya
bahwa Mrs. Kiernan masih berada di dalam gedung, bekerja
sampai larut malam di ruang kerjanya di lantai tiga.
"Kena kau," desis Angleton, sambil memasukkan tangan
ke dalam jaketnya dan menuju lift. Pikirannya sedang kusut
sehingga dia tidak menyadari bahwa penjaga di belakangnya
mengangkat telepon, memutar nomor, dan berbisik pada gagang
penerima. Lantai tiga gelap dan sunyi, satu-satunya tanda kehidupan
adalah sinar tipis lampu yang keluar dari celah di bawah pintu
THE HIDDEN OASIS | 441 di ujung koridor itu. Pintu ruang kerja Kiernan. Setelah mengeluarkan Missy dari sarung pistolnya, memeriksa apakah kunci
pengamannya sudah dilepas, Angleton berjalan ke arah sinar
itu, butir keringat membasahi keningnya walaupun pendingin
udara di gedung itu masih bekerja. Dia sampai di pintu, memeriksa sekali lagi kunci pengaman pada pistolnya, dan mengangkat tangan untuk mengetuk, tapi dibatalkannya. Alih-alih,
dia meraih gagang pintu dan membukanya, Missy siaga, dan
dia melangkah masuk. Molly Kiernan sedang duduk di meja
kerjanya di seberang. Dia baru akan bangkit.
"Bisa aku bantu?""
"Diam dan angkat tangan!" sentak Angleton, sambil mengarahkan senjatanya ke dada Kiernan. "Aku rasa ini saat yang
paling tepat kau dan aku berbicara."
Landasan Udara Militer Sementara
Massawi, Oasis Kharga ROMANI GIRGIS berdiri sambil memerhatikan arus peti kemas
aluminium dibawa keluar dari hanggar dan selanjutnya dimasukkan ke dalam helokopter Chinook CH-47s. Seorang pria
bersetelan putih memberi tanda centang pada masing-masing
kotak di clipboard sebelum menunjuk helikopter mana yang
akan membawa barang itu, semuanya bermandi sinar dingin dari
lusinan lampu lengkung yang tertata di landasan aspal. Seperti
yang diperkirakan, semuanya bergerak seperti operasi militer,
sebaris petugas memindahkan peti dari hanggar ke helikopter
sementara yang lain berkonsentrasi pada daftar cek tabel persenjataan yang impresif"pistol Browning M1911, senapan
serbu XM8, senapan submesin Heckler & Koch MP5, senapan
mesin M249 SAWS, bahkan sepasang pelontar granat M224.
Dan itu saja benda-benda yang dikenalnya. Kadang-kadang
Girgis heran apakah semua ini memang benar-benar diperlukan,
442 | PAUL SUSSMAN kalau mereka tidak akan berhasil: daya tembaknya sangat hebat,
perkakas teknisnya sangat banyak. Namun demikian, setelah
sekian waktu dan begitu banyak risiko, dia menerima kenyataan
bahwa lebih baik berbuat salah karena hati-hati dan waspada.
Dan bagaimanapun, semua sudah berada di luar kendalinya saat
ini. Mereka boleh membawa seluruh pasukan bersama mereka,
asalkan dia mendapat bayaran. Seperti yang segera akan didapatnya. Lima puluh juta dolar, langsung ke rekeningnya di bank
Swiss. Hanya masalah waktu.
Dia menarik tisu basah dari bungkusnya di dalam sakunya
dan melihat ke sekeliling, mencari anak buahnya. Ahmed Usman
berada di dalam hanggar, berbicara dengan lebih banyak petugas
berpakaian overall putih. Mohamed Kasri sedang lalu-lalang
di sisi Chinook, berbicara penuh semangat melalui ponselnya,
menyampaikan perincian rencana penerbangan mereka kepada
Jenderal Zawi sehingga mereka diberikan izin terbang oleh
militer Mesir. Dan si kembar" Tampaknya mereka sedang menghilang ke kamar kecil. Sulit dipercaya: keduanya bahkan buang
air kecil bersama-sama. "Berapa lama sampai kita bisa terbang?" tanyanya, sambil
menggulung tisunya dan membuangnya ke samping.
Di sampingnya, Boutros Salah mengisap dalam-dalam rokok
terakhirnya, sampai ke bagian "lternya.
"Empat puluh menit," desisnya. "Satu jam paling lama. Kita
sudah mempersiapkan orang di darat, jadi tidak ada satu pun
yang akan luput. Kairo?"
"Siaga," jawab Girgis, sambil mengangkat telepon ponselnya.
"Lear kini sedang dalam perjalanan, lepas landas lima belas
menit lalu." "Tampaknya semua sudah siap."
"Kelihatannya begitu."
Salah mematikan rokoknya dan menyalakan batang
berikutnya. "Dan kau benar-benar yakin semuanya akan berjalan seperti
THE HIDDEN OASIS | 443 yang mereka katakan" Bahwa semua benar adanya?"
Girgis mengangkat bahu, mengusap rambutnya dengan
tangan. "Usman tentunya berpendapat sama. Dan Brodie juga, bagaimanapun. Kita hanya perlu menunggu dan melihat keadaan."
"Luar biasa. Benar-benar sangat luar biasa."
"Lima puluh juta dolar, Boutros, benar-benar luar biasa.
Yang lain hanyalah?"
Girgis mengangkat bahu lagi dan menggerakkan tangan
mengabaikan, keduanya menyaksikan ketika semakin banyak
peti alumunium diangkut dari hanggar ke helikopter yang
sedang menunggu. Gurun Barat kejauhan, benda itu terlihat seperti kumbang putih kecil
yang sedang merayap di permukaan daratan, memanjat gunung
pasir, tergesa-gesa melewati areal berkerikil, satu matanya menyorotkan sinar ke alam liar yang berwarna timah. Hanya ketika
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semakin dekat ia menjelma ke dalam bentuk nyatanya"Toyota
Land Cruiser yang berjalan berkelok melintasi padang pasir.
Rak barang di atapnya diisi oleh beberapa wadah air berukuran
20 liter, sinar lampu tajam menyorot ke depan dari satu lampu
yang masih berfungsi, memancarkan pola berganti-ganti pada
hamparan daratan saat ia bermanuver ke sana-sini. Walaupun
permukaan daratan terpatah-patah dan tak rata, berlipat-lipat
menjadi dinding pasir yang menjulang dan formasi batu bergerigi, pengemudinya tampak benar-benar tahu bagaimana
mengendalikan kendaraan pada kelokan dan tikungan dengan
halus. Bahkan pada bentang labirin berliku, dia masih menjaga
kecepatan yang wajar, jarang berada di bawah kecepatan lima
puluh kilometer per jam, dan dua kali lebih cepat ketika melintasi
DARI 444 | PAUL SUSSMAN permukaan pasir dan kerikil rata yang menghiasi lanskap
seperti danau-danau besar. Tidak mungkin mengetahui berapa
orang yang berada di dalam kendaraan itu karena interiornya
gelap gulita, walaupun pada satu titik mobil itu berhenti dan
seseorang muncul dari kursi penumpang, melepas djellaba-nya
dan buang air kecil, jadi paling tidak pasti ada dua orang di
dalamnya. Selain itu, dan kenyataan bahwa pengendaranya jelas
tampak terburu-buru, hal lain tentang mobil itu benar-benar
misterius: sebuah titik putih yang bergerak sendirian melintasi
tempat pembuangan yang tandus, deru mesinnya menggema
di permukaan pasir, hidungnya berayun ke sana-kemari seolah
mengendus bau yang enak menuju barat daya.
Gilf Kebir MEREKA menemukan tumpukan kayu kering yang ditumpuk
rapi di bawah birai di kaki formasi batu"praktik Badui tradisional, jelas Flin, membiarkannya di samping tanda padang
pasir yang tampak jelas itu. Dia mengambil beberapa batang
kayu, lalu membangun perapian kecil dan membuatnya menyala cukup besar. Mereka mengenakan pakaian berlapis-lapis
penahan dingin malam dan menggelar selimut di tanah. Setelah
membuka kotak pendingin, Fllin mengeluarkan berbagai wadah
yang sudah hitam karena terbakar, mulai membuat kopi dan
memanaskan kacang bakar yang ditemukan Freya di dapur
kakaknya. "Ini mengingatkanku akan masa ketika aku dan Alex masih
anak-anak," katanya, sambil bergeser mendekati api unggun
dan melingkarkan lengan pada kakinya, menatap bulan berbias
oranye yang menggantung di atas gunung pasir di sisi timur.
"Ayah dulu selalu membawa kami berkemah. Kami membangun
api, makan kacang, pura-pura menjadi orang Indian atau para
perintis awal Amerika"kami lebih sering tidur di alam terbuka
THE HIDDEN OASIS | 445 daripada di dalam ruangan."
Flin meneguk kopinya dan menyorongkan tubuhnya ke
depan untuk mengaduk wadah kacang yang sedang dipanaskan.
"Aku iri kepadamu. Ide ayahku untuk bersenang-senang
adalah mengirim aku dan saudara laki-lakiku ke Ashmolean
untuk menggambar pot antik."
"Kau punya saudara laki-laki?"
Untuk alasan tertentu Freya terkejut dengan keterbukaan ini.
"Pernah punya seorang saudara laki-laki. Howie wafat ketika
aku berusia sepuluh tahun."
"Maafkan, aku tak bermaksud?"
Dia menggeleng, terus mengaduk wadah kacang.
"Dia diberi nama Howard Carter, nama seorang pria yang menemukan Tutankhamun. Punya nama yang sama dan ironisnya
meninggal dunia karena mengidap jenis kanker yang persis
sama, walaupun Carter paling tidak bisa bertahan hidup sampai
usia enam puluhan. Howie hanya sampai usia tujuh tahun.
Kadang aku merindukannya. Seringkali, sebenarnya."
Flin mengaduk untuk yang terakhir kali, kemudian mengangkat wadah itu dari api.
"Aku rasa hidangan ini sudah siap."
Setelah menyendok kacang ke beberapa piring plastik, dia
memberikan satu kepada Freya dan mengambil yang lain untuk
dirinya sendiri. Mereka menikmati kacang dalam diam, menatap
api unggun, mata mereka sesekali berkedip dan bersiborok.
Setelah selesai, Flin membersihkan piring"menggosoknya
dengan pasir dan menyiramnya dengan air"dan keduanya kemudian menikmati kopi dan coklat batang yang dibawa Freya.
Flin bersandar di batu, Freya duduk di dekat perapian.
Kumpulan bintang pertama sudah mulai menampakkan
diri ketika mereka tergantung di udara, dan kini langit malam
terang benderang dengan jaringan sinar bintang. Sambil terlentang, Freya menatap ke atas, merasakan sesuatu yang telah dia
446 | PAUL SUSSMAN rasakan selama penerbangan di atas padang pasir: tenang, damai,
bahkan membahagiakan. Keheningan dan kediaman ini membungkusnya seperti sehelai selimut lembut. Aku bahagia berada
di alam terbuka ini, pikirnya. Terlepas dari semua yang terjadi.
Aku bahagia di sini, di tempat yang amat disukai kakakku, hanya
aku dan pasir dan ribuan bintang. Dan Flin juga. Aku bahagia
berada di sini bersama Flin.
"Siapa gadis itu?" tanya Freya.
"Maaf?" Freya melirik ke arah Flin dan kemudian kembali menatap
langit. Bintang jatuh berpendar singkat di langit, menghilang
hampir sesegera kemunculannya.
"Waktu di Kairo itu, ketika kita meninggalkan apartemen,
Molly menyebut seorang gadis. "Ini tidak ada kaitannya dengan
gadis itu." Aku hanya ingin tahu siapa dia."
Flin meneguk kopinya, mengaduk-aduk bara api dengan
ujung sepatu botnya. "Sesuatu yang sudah lama terjadi sebelum ini," katanya,
"Ketika aku masih bergabung dengan MI6."
Nada suaranya menyiratkan bahwa dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini dan Freya pun membiarkannya. Dia
kemudian duduk, melilitkan selimut di bahunya. Batu yang
menjulang tinggi di atas mereka terasa menakutkan, tetapi pada
saat yang sama terasa menyenangkan, seolah mereka sedang
berada dalam ayunan lengan raksasa. Keadaan begitu hening,
dipecahkan hanya oleh desis dan gemeretak kayu yang terbakar;
kemudian Flin mengangkat teko kopi dan mengisi gelasnya lagi.
"Ini mungkin terdengar sangat naif sekarang, tetapi aku
sebenarnya bergabung dengan Dinas itu karena ingin melakukan
kebajikan. Membantu menjadikan dunia ini" ya, jika bukan
sebagai tempat yang lebih baik, paling tidak sedikit lebih aman."
Suaranya rendah, hampir tak terdengar, seolah dia sedang
berbicara kepada diri sendiri daripada kepada Freya. Matanya
terkunci menatap api. THE HIDDEN OASIS | 447 "Walaupun kalau dipaksa, aku mungkin harus mengakui
bahwa alasanku yang lain adalah untuk menentang kehendak
ayahku juga. Dia sama sekali tidak setuju dengan segala urusan
seperti MI6. Benar-benar tidak setuju dengan apa pun di luar
dunia akademis." Flin tersenyum masam, menggambar berbagai pola di pasir
dengan jarinya. Apa kaitannya dengan pertanyaannya, Freya
belum tahu, tetapi dia menangkap bahwa ini hal yang penting
bagi Flin sehingga tak ingin memotongnya.
"Aku bergabung dengan MI6 setelah lulus sebagai doktor,"
lanjutnya setelah hening sejenak. "Pada 1994. Menghabiskan beberapa tahun di meja tugas di London, kemudian ditempatkan
di luar negeri. Pertama di Kairo, di sanalah aku bertemu Molly.
Dan kemudian di Baghdad. Mencoba untuk masuk ke lingkaran dalam Saddam dan program persenjataannya. Bukan jalur
yang mudah untuk ditembus"kau tidak akan percaya tingkat
ketakutan dan paranoia yang dihasilkan Saddam"tetapi
sekitar setahun di sana aku bertemu dengan seorang pria dari
MIMI: Ministry for Industry and Military Industrialization (Kementerian Industri dan Industrialisasi Militer). Dia mendekatiku,
mengatakan bahwa dia bersedia memberikan informasi, urusan
tingkat tinggi"persis seperti apa yang kami perlukan."
Flin menatap Freya dan menunduk lagi. Seekor serigala melolong di kejauhan.
"Seperti yang dapat kau bayangkan, dia agak gelisah dengan semua hal, memaksa untuk memanfaatkan anak
perempuannya sebagai perantara, dan mengatakan bahwa hal
itu akan meminimalkan kecurigaan. Sejak awal aku sudah menentangnya"anaknya itu baru berusia tiga belas tahun, demi
Tuhan"tetapi dia tidak mau menggunakan cara lain untuk
menjalankan urusan ini dan ini adalah kesempatan yang terlalu
baik untuk dilewatkan, jadi akhirnya aku setuju. Dia membuat
salinan dokumen dari Kementerian, gadis kecil itu membawa
dokumen tersebut dalam perjalanan ke sekolah, memberikannya
kepadaku ketika dia berjalan di taman Zawra di Baghdad pusat.
448 | PAUL SUSSMAN Sederhana, hanya butuh waktu beberapa detik."
Dua ekor serigala melolong sekarang, saling memanggil di
gunung pasir di sisi timur. Freya hampir tak memerhatikannya,
larut dalam cerita yang sedang disampaikan Flin.
"Untuk sementara segalanya berjalan lancar dan kami menerima materi yang berharga. Kemudian, sekitar lima bulan
setelahnya, aku tak bisa memenuhi pertemuan itu. Hal seperti
ini kadang-kadang memang terjadi, tetapi dalam kasusku hal
itu disebabkan karena aku mabuk pada malam sebelumnya dan
tertidur. Aku minum cukup banyak ketika itu, memang seperti
itu sesekali, sebagian besar minum Scotch, walaupun ketika
aku bangun dengan kaget" Ya Tuhan, minyak pun akan aku
minum kalau ada orang yang menuangkan dan menambahkan
es batu ke dalamnya."
Dia menggelengkan kepalanya, mengusap pelipisnya.
Rintihan serigala yang rendah dan melengking, terdengar lebih
melankolis daripada mengancam, memberikan latar belakang
suara harmonis yang anehnya sesuai dengan narasi yang dia
sampaikan. "Kami memiliki aturan ketat dalam hal penyerahan dokumen," dia melanjutkan. "Jika salah satu dari kami tidak ada
di taman, pihak lain harus segera berlalu, dan bukannya menunggu di sana. Mukharabat"dinas intelijen Saddam"ada
di mana-mana, selalu mengawasi, dan amat disarankan untuk
tidak melakukan apa pun yang terlihat tidak biasa. Aku tak tahu
mengapa Amira"gadis kecil itu"melanggar aturan, memutuskan untuk menunggu, tetapi itulah yang dilakukannya. Dia
tertangkap, diciduk, ditahan. Begitu juga dengan ayahnya dan
anggota keluarganya yang lain."
Flin mendesah dalam, meletakkan cangkir kopinya ke pasir
di sebelahnya. Serigala tadi tiba-tiba berhenti melolong. Suasana
sunyi, hening. "Hanya Tuhan yang tahu apa yang mereka lakukan terhadap
keluarga itu, tetapi mereka tidak pernah menyebut namaku. Aku
THE HIDDEN OASIS | 449 selamat, mereka semua menghilang ke dalam Abu Ghraib"Abu
Ghraib yang itu"dan tidak pernah lagi terlihat dalam keadaan
hidup. Akhirnya jasad Amira ditemukan sebulan kemudian. Di
tempat pembuangan sampah di luar kota, diperkosa beramairamai, gigi dicabuti, jari kuku" kau tidak akan sanggup membayangkannya."
Dia menyandarkan kepalanya ke belakang dan menatap
batu besar itu, suaranya monoton, kering, tanpa emosi, seolah
dia mencoba memisahkan diri dengan apa yang ingin dijelaskannya, menghindari terlibat kembali dengan peristiwa yang
sangat menakutkan itu. Tapi tak berhasil. Tangannya, Freya memerhatikan, mulai gemetar.
"Tentu saja ada penyelidikan internal. Aku mengundurkan
diri, kembali menekuni ilmu peradaban Mesir, berada di sini,
dan benar-benar mulai sering minum. Akan terus begitu kalau
saja aku tak bertemu Alex. Dia menarikku dari tepi jurang, membersihkan aku lagi. Menyelamatkan hidupku, malah. Walau
aku tidak patut diselamatkan. Anak usia tiga belas tahun, demi
Tuhan. Kau tidak akan sanggup membayangkannya."
Flin mengangkat lututnya dan menyandarkan sikunya pada
keduanya, menekankan keningnya pada telapak tangannya,
bulan yang sudah menampakkan diri sepenuhnya menyinari
padang pasir dalam kilau lembut merkuri. Tanpa merasa yakin
mengapa dia melakukannya, bahkan hampir tidak menyadari
bahwa dia sedang melakukannya, Freya pun berdiri, berjalan ke
sekitar api dan duduk di sebelah Flin, meletakkan tangannya di
bahu pria itu. "Molly benar, tentu saja," kata Flin. "Semuanya adalah tentang: Sand"re, Girgis, oasis"selama ini semua hanya tentang
hal itu. Mencoba membuat perbaikan dengan cara tertentu,
menebus kesalahanku karena telah mengirim anak usia tiga
belas tahun ke ruang penyiksaan Saddam. Aku tidak dapat
mengembalikan dirinya dan keluarganya, membatalkan rasa
sakit yang dia derita, tetapi paling tidak aku dapat" kau tahu"
mencobanya?" 450 | PAUL SUSSMAN Suaranya parau dan dia berhenti bicara. Ada jeda, Flin menarik napas berat, kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Freya.
"Dengar, Freya," katanya. "Apa pun yang mungkin aku
pikirkan tentang invasi ke Irak"dan tak satu pun yang baik"
aku tak bisa menyalahkan Bush yang menggulingkan Saddam,
betapa pun buruk dia telah merusaknya. Orang itu monster.
Monster keparat." Flin memalingkan wajahnya. Meluruskan kakinya, menarik
cangkir dari pasir dan menghabiskan isinya. Freya ingin mengatakan sesuatu, mencoba membuatnya merasa agak nyaman, tetapi
apa pun yang melintas di benak tampaknya hanya bujukan
dangkal dan terasa tolol, sama sekali tidak sesuai dengan ketragisan kisah yang baru saja Flin ceritakan. Alih-alih, dia melakukan sesuatu yang dia anggap dapat menunjukkan bahwa
dia memahami apa yang dirasakan laki-laki itu, bahwa dia juga
tahu seperti apa rasanya ketika hari-harinya"dan juga masa
istirahatnya di malam hari"dirusak oleh perasaan bersalah dan
penyesalan. "Apakah kakakku pernah menceritakan apa yang terjadi di
antara kami?" tanya Freya, sambil melepaskan tangannya dari
bahu Flin dan melingkarkannya pada tubuhnya sendiri. "Soal
mengapa kami tidak berbicara untuk waktu yang begitu lama?"
Flin menatapnya lagi. "Tidak. Dia tidak pernah menceritakan
hal itu." Freya mengangguk. Kini tatapan matanya yang terpaku pada
bara api, kayu yang terbakar meletup dan berkelip seolah mereka
hidup. Ada keheningan lagi"dia tidak pernah mendiskusikan
hal ini dengan siapa pun, tidak pernah sama sekali, karena terlalu menyakitkan"kemudian, sambil menarik napas, dia bercerita kepada Flin.
Bagaimana setelah kematian kedua orangtua mereka akibat
kecelakaan mobil, Alex dan tunangannya Greg kembali ke
rumah keluarga sehingga dapat menjaga adiknya. Tentang Greg
THE HIDDEN OASIS | 451 yang begitu perhatian kepada Freya, bercanda dan menggoda,
dan bagaimana godaan itu meningkat ketika laki-laki itu hidup
bersama Freya dan Alex dalam satu atap. Tentang bagaimana
awalnya Greg memulai segalanya, tetapi setelah beberapa saat,
karena terhanyut, Freya juga mulai menggodanya. Tentang apa
yang dimulai dengan ciuman dan sikap manja"salah, tentu
saja, tetapi sebenarnya bisa dihindari"dengan cepat memilin
menjadi sesuatu yang benar-benar menjijikkan, dia dan Greg
melompat ke ranjang bersama begitu Alex pergi bekerja setiap
pagi sampai beberapa saat sebelum Alex kembali ke rumah
pada malam hari. Tentang bagaimana hal itu terus berlangsung
bahkan ketika Alex dan Greg sedang merencanakan pernikahan
mereka, sampai suatu hari kakaknya pulang lebih awal, dan
tak pelak lagi"secara mendadak"menangkap basah mereka
berdua, Greg sedang tidur bersama Freya, yang semakin
membuat pengkhianatan itu lebih fantastis dan memalukan,
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
walaupun Freya tidak menceritakan bagian itu kepada Flin. Kenangan itu masih terlalu pahit untuk diceritakan, bahkan setelah
sekian lama berlalu. "Dia tidak marah," kata Freya, sambil mengusapkan lengan
bawahnya di matanya. "Saat dia masuk ke kamar tidur. Terkejut,
ya, tetapi tidak marah. Sebetulnya akan lebih baik jika dia
marah, menjerit dan berteriak, menyerangku, tetapi dia hanya
menatap dengan pandagan yang begitu sedih, begitu sepi?"
Freya tersedu, menghapus air matanya lagi. Flin menjulurkan
tangannya dan meraih tangan Freya, gerakan tangan re"eks,
menenangkan, keduanya duduk di sana dalam diam, terhipnotis
oleh percikan lidah api. Serigala mulai melolong lagi, di belakang
mereka sekarang, di sisi utara, lolongannya merambati malam
seperti senandung duka. "Itukah yang terkait dengan urusan si Hassan itu?" Flin bertanya setelah beberapa saat. "Setuju untuk telanjang di hadapannya. Semacam?""
"Menyeimbangkan keadaan?" Freya mengangkat bahu. "Aku
kira kita sama-sama memiliki sesuatu yang sedang coba untuk
452 | PAUL SUSSMAN kita tebus." Genggaman tangan Flin semakin erat.
"Kakakmu menyayangimu, Freya. Dia selalu menceritakan
tentang dirimu, pemanjatan yang kau lakukan"sangat bangga
terhadapmu. Apa pun yang telah terjadi, itu bagian dari masa
lalu. Dia ingin kau tahu tentang itu. Ingin kau tahu betapa berharganya kau baginya."
Freya menggigit bibirnya, menyentuh sakunya, meraba garis
luar surat yang dikirim Alex kepadanya.
"Aku tahu itu," bisik Freya. "Yang menyakitkan adalah aku
tak sempat mengatakan hal yang sama kepadanya."
Dia mendesah dan menatap Flin. Kali ini mata mereka bersiborok dan bertahan beberapa saat. Untuk sesaat mereka tetap
seperti itu, tangan Flin masih menggenggam tangan Freya.
Kemudian, secara perlahan, wajah mereka saling mendekat.
Bibir mereka bersentuhan, kemudian keduanya larut. Tangan
Freya menyentuh wajah Flin. Flin mengangkat tangannya dan
mengusap rambut Freya, sebelum keduanya melepaskan diri
dan diam, menyadari bahwa itu bukan waktu dan tempat untuk
melakukan itu. Tidak saat ini, tidak setelah semua yang mereka
ungkapkan. "Kita harus segera tidur," kata Flin. "Kita harus bangun pagipagi besok."
Mereka kemudian menambah nyala api, membuka lembar
selimut, dan merebahkan tubuh"di sisi di seberang api sekarang.
Mata mereka saling memandang untuk sesaat lamanya. Kemudian, sambil mengangguk, mereka memiringkan tubuh menjauh dan hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Serigala
masih melolong di kejauhan.
Empat ratus meter dari sana, seseorang menyesuaikan teropong malam harinya. Dia mengawasi sesaat lebih lama sebelum
mundur ke balik bibir gunung pasir, menyalakan transceiver
dan gelombang radionya. Hanya memakan waktu singkat:
THE HIDDEN OASIS | 453 mereka sudah tidur, tidak ada gerakan, tidak ada lagi yang harus
dilaporkan. Dalam semenit dia telah mulai kembali berjagajaga"teropong menempel di matanya, senapan M25 tergeletak
di pasir di sisinya"lupa akan semuanya kecuali pada dua sosok
tak bergerak yang berbaring di bawah lengkung batu yang menjulang. Api di antara mereka perlahan mengecil sampai sama
sekali redup, titik kecil oranye di permukaan padang pasir luas
yang diterangi sinar bulan.
Sudah tiga hari berlalu sejak Freya dapat beristirahat cukup,
dan tidurnya begitu nyenyak dan tak bermimpi, bebas dari
pikiran dan kekhawatiran, sebuah alam gelap kosong tempat dia
tenggelam ke dalamnya, seolah pikirannya diselimuti beludru
hitam pekat. Ketika subuh mulai membersitkan warna di timur,
dan berkas lembut abu merah jambu tersirat di cakrawala, dia
perlahan kembali ke kesadarannya. Bukan karena telah tidur
cukup nyenyak"dia bisa saja terus tidur selama beberapa jam
lagi"tetapi dia tersadar karena bunyi deru aneh yang bahkan
dalam kelelapan tidurnya terdengar janggal di padang pasir yang
terpencil seperti ini. Untuk sesaat lamanya dia hanya mendengarkan, masih
separuh terjaga, menarik selimut lebih ketat lagi membalut
dirinya untuk melawan dinginnya pagi, mencoba mengetahui
apa yang sedang terjadi. Suara itu menghilang dan kemudian
menguat, seolah ada sesuatu yang membuatnya muncul dan
menghilang, kadang terdengar lebih dekat, kadang menjauh.
Setelah miring ke samping, dia mencari Flin untuk mengetahui
apakah pria itu menyadari hal yang sama. Flin tidak ada di sana.
Dia menoleh ke arah lain, mencari microlight, tetapi juga tidak
ada. Freya tersentak, terjaga penuh dan segera bengkit berdiri,
berputar memeriksa sekeliling, dan mengamati langit.
Dalam beberapa menit sejak dia terjaga, dunia sudah lebih
454 | PAUL SUSSMAN terang dan lebih jelas dan dia segera dapat melihat microlight
itu, meluncur di atas Gilf seperti burung besar bersayap putih.
Dia tidak tahu bagaimana Flin bisa terbang tanpa membangunkannya"dia pasti benar-benar tak menyadarinya"dan dalam
waktu secepat kilat dia tersengat kaget, mengira Flin meninggalkan dirinya. Pikiran itu sirna sebelum terwujud penuh
karena Flin tampak jelas sedang terbang berputar, bukan menjauh. Berputar dan meliuk di atas dataran tinggi yang rata di
puncak Gilf, dia menuju ke selatan dan kemudian ke utara pada
sirkuit yang luas yang sumbu sentralnya tampak di garis arah
barat dari formasi batu yang di bawahnya Freya sedang berdiri.
Freya berdiri memerhatikan microlight itu terbang tinggi ke
sisi terjauh dari pandangannya, mengecil menjadi titik yang
hampir tak terlihat pada langit kelabu sebelum secara perlahan
terlihat membesar dan kembali terlihat jelas. Sepuluh menit
berlalu, kemudian pesawat menjauh dari dataran tinggi itu
dan, setelah terbang merendah di atas padang pasir, melayang
tepat di atas kepala. Saat itu Flin agak memiringkan layar dan
berteriak, sambil menggerakkan tangannya ke arah permukaan
tanah. Freya melebarkan lengannya ke atas mengisyaratkan
bahwa dia tidak mengerti, memintanya membelok dan berbalik
lagi. Setelah terbang semakin rendah dan menunjuk ke api,
Flin menggerakkan mulutnya membentuk kata "kopi". Freya
tersenyum dan mengacungkan kedua ibu jarinya. Flin mengeluarkan tangannya dengan jari-jari membuka, menandakan dia
akan terbang selama lima menit lagi, kemudian naik meninggi
kembali dan menuju ke arah Gilf lagi. Deru mesin microlight
yang seperti suara orang berkumur perlahan menghilang ketika
Flin kembali menyelidiki gugusan dataran tinggi itu.
Freya mengumpulkan kayu dan rabuk, menjaga api tetap
menyala dan menjerang air di atasnya. Flin memutari dataran
tinggi beberapa kali lagi sebelum keluar dari lingkaran dan membawa microlight itu terbang rendah untuk mendarat, lalu meluncur sampai berhenti di sisi batu karang tepat ketika air mulai
mendidih dan Freya menuangkannya ke dalam gelas.
THE HIDDEN OASIS | 455 "Kau melihat sesuatu?" dia bertanya ketika Flin turun dari
cangkang pesawat. Flin menggeleng. "Aku menjelajah ke utara, selatan, dan barat sejauh dua
puluh kilometer , tetapi aku tidak menemukan apa-apa, hanya
pasir dan batu dan beberapa bidang dengan pohon akasia di
sana-sini. Apa pun yang terjadi di sini pada pagi hari, sudah pasti
kita tidak akan menemukan oasis itu."
Sambil mengangguk berterima kasih, dia menerima gelas
dari Freya dan menyeruputnya.
"Aku hanya tak mengerti. Sama sekali tidak ada cara lain
dalam menafsirkan teks itu. Ketika Mata Sang Khepri terbuka,
maka Oasis pun akan terbuka. Oasis itu berada di dekat sini, dan
pada saat matahari terbit, batu karang ini entah bagaimana menunjukkan jalan. Pasti seperti itu artinya. Kau tidak dapat membaca dan memahaminya dengan cara lain. Kecuali?"
Flin melangkah mundur, mengamati puncak batu melengkung yang menjulang tinggi.
"Apakah ada sesuatu pada batu itu sendiri?" gumamnya,
lebih kepada diri sendiri daripada kepada Freya. "Prasasti, tanda
arah" Apakah itu yang sedang dikatakannya kepada kita?"
Tatapannya bergerak dari atas ke bawah pada permukaan
puncak yang berkaca-kaca itu, matanya mengecil. Sambil berjalan perlahan mengelilingi batu itu, dia mencari tanda atau
irisan atau hieroglif, tanda apa pun yang menunjukkan campur
tangan manusia. Tidak ada apa-apa: batu itu halus dan hitam
dan polos dari dasar sampai puncaknya. Apa yang tergores
di sana jelas merupakan tindakan alam dan bukan perbuatan
manusia. Hanya satu "tur yang membuatnya berhenti untuk
merenung, sesuatu yang luput dari pengamatan mereka dengan
lampu senter pada malam sebelumnya: lensa kristal kuning
yang suram sebesar kepalan tangan, melubangi permukaan batu
dari satu sisi ke sisi lain, sekitar tiga perempat dari panjangnya,
seperti lubang miniatur. Ini hal yang aneh, anomali geologi yang
456 | PAUL SUSSMAN ganjil di sekeliling batu itu. Hampir selama satu menit Flin
mengamatinya sebelum dengan enggan menyimpulkan bahwa
benda itu juga merupakan bagian alamiah dari formasi itu.
Sambil menggeleng, dia berlalu dan mengisi kembali gelasnya.
"Aku bingung bila aku tahu," kata Flin. "Oasis itu seharusnya
ada di sini, dan itu?" dia menunjukkan ibu jarinya ke belakang
melalui bahunya?"seharusnya ada di sini menunjukkan benda
itu kepada kita. Aku tak mengerti."
"Barangkali batu ini adalah pengalih perhatian," ungkap
Freya, sambil membungkuk ke dekat api dan mengisi lagi gelasnya. "Belum menemukan sesuatu yang terkait dengan oasis itu
sejauh ini?" Flin mengangkat bahu dan memeriksa jam tangannya.
"Matahari naik hanya beberapa menit lagi, jadi kita lihat
saja dulu apa yang terjadi nanti, tetapi dengan bukti saat ini aku
curiga bahwa kau benar dan akulah yang sudah melenceng. Ini
bukan pertama kalinya aku berbuat begitu."
Flin meneguk kopinya dan memandangi sisi timur. Padang
pasir terbentang datar sejauh beberapa ratus meter sebelum
melebur menjadi kumpulan gunung pasir yang semrawut, dan
lereng pasir semakin tinggi dan lebih curam dengan semakin
jauhnya gunung-gunung pasir itu. Freya mengikuti Flin dan
bersama-sama mereka menyaksikan saat di depan mereka ufuk
semakin menguat dan melebar, langit tersapu warna hijau dan
merah jambu, lanskap berangsur-angsur benderang dari monokrom abu-abu ke kuning dan oranye pucat. Beberapa menit
berlalu, tepian langit terbakar dalam warna merah yang semakin
dalam. Kemudian, secara perlahan, seperti gelembung lahar cair,
bingkai atas matahari mulai menampakkan diri di atas puncak
gunung pasir, lengkung tipis magenta naik ke cakrawala, padang
pasir di sekeliling tampak melengkung dan dan berkilau seolah
melebur dalam panas matahari yang kuat. Udara dengan cepat
semakin terasa hangat ketika lengkung itu semakin membesar
menjadi kubah dan kubah menjadi lingkaran. Mata mereka
bergerak ke segala arah, dari matahari ke batu yang menjulang
THE HIDDEN OASIS | 457 dan kembali lagi saat mereka menunggu sesuatu, apa pun itu,
terjadi, semacam tanda yang memperlihatkan dirinya sendiri.
Batu karang itu berdiri di sana, hitam dan melengkung, tak
berubah, tak mundur, tak mengungkapkan apa pun, sementara
matahari terus menanjaki langit sampai terbebas dari cakrawala
dan dini hari merekah menjadi pagi. Flin dan Freya menatap
pemadangan itu sedikit lebih lama, panas matahari merambati
wajah mereka, cukup menggigit bahkan di awal hari seperti itu,
kemudian mereka saling menatap dan menggelengkan kepala.
Harapan mereka untuk melihat suatu petunjuk tak terwujud.
Perjalanan mereka terasa sia-sia.
"Paling tidak kita sudah melihat panorama yang indah," kata
Freya dengan murung. Mereka mengguyur api dengan pasir dan mulai mengumpulkan peralatan berkemah, bersiap untuk penerbangan kembali ke
peradaban. "Kita masih memiliki cukup bahan bakar," kata Flin sambil
menjepit penutup kotak pendingin dan menyimpannya di dalam
cangkang microlight. "Jadi kita masih bisa terbang berkeliling,
untuk melihat apakah ada hal yang tertinggal. Aku rasa kita
menuju?" Dia tidak melanjutkan kalimatnya, karena Freya berseru dan
meraih pergelangan tangannya.
"Lihat! Di sana!"
Lengan Freya yang satu lagi menunjuk ke arah barat, ke
permukaan Gilf. Flin mengukuti arah lengan itu, menyipitkan
mata, mengamati sejenak sebelum menangkap apa yang ditunjuk
Freya. Pada dinding tebing yang tinggi, sekitar sepuluh meter
dari permukaan padang pasir, ada lempeng cahaya kecil, jelas
terlihat pada batu berwarna kuning keoranyean di sekelilingnya.
"Ya ampun, apa?"
Flin melangkah maju. Freya mengikuti, tangannya masih melingkar pada lengan Flin saat keduanya memerhatikan gumpalan
berkilau itu, mencoba mengetahui lebih pasti tentang benda itu,
458 | PAUL SUSSMAN dan apa yang menjadi sebabnya.
"Apakah ada sesuatu di tebing itu?" tanya Freya. "Memantulkan sinarnya ke arah kita?"
Flin berdiri dengan satu tangannya melindungi mata, alis
mengernyit berkonsentrasi sebelum tiba-tiba dia menarik lengannya dari Freya dan melangkah balik, melihat tebing dari posisi
yang lebih jauh dan memerhatikan bagian atas menara batu
yang melengkung. Jeda sejenak, kemudian:
"Ya Tuhan, ini luar biasa!"
Freya juga mundur, berjalan ke sampingnya, menarik napas
saat melihat apa yang dilihat Flin: kolam emas cair kecil pada
sekitar tiga perempat dari tinggi menara batu di mana sinar
matahari menyorot melalui lensa kristal padang pasir, membuatnya berkilau dan mengirim berkas sinar tembus pandang
yang menyorot ke barat ke arah permukaan batu karang.
"Tataplah Mata Khepri," bisik Flin, suaranya berdesis, terpukau.
Mereka menatap ke atas, mulut terbuka karena tercengang
ketika kristal tampak membakar sekeliling batu seperti lidah api
menelan kertas hitam, sinarnya semakin kuat sebelum secara
perlahan, hampir tak terlihat, mulai memucat, sinarnya melemah, kristal memudar kembali menjadi bayangan bara yang
redup. "Sialan!" pekik Flin.
Dia berputar dan mulai berlari kencang, tergopoh-gopoh melintasi pasir menuju ke sisi Gilf, mata terpaku pada berkas sinar
yang meredup"noda menakutkan pada batu.
"Ini pasti terlihat hanya ketika matahari berada di sudut
tertentu," dia berteriak sambil menoleh ke arah Freya yang
sedang mengikuti di belakangnya. "Perhatikan terus"kita harus
melihat ke mana ia menyorot. Itulah makna yang tersirat dalam
prasasti. Matahari yang bersinar menunjuk ke sesuatu di permukaan tebing. Kita tak boleh kehilangan momen ini."
THE HIDDEN OASIS | 459 Menara batu itu berada dalam jarak empat ratus meter dari
Gilf dan mereka telah menempuh separuh dari jarak itu ketika
sinarnya benar-benar hilang, titik terangnya sirna, meninggalkan
dinding batu kuning berdebu yang kosong.
"Di sana," Flin berteriak, memperlambat larinya sampai berjalan dan mengangkat lengannya, menunjuk. "Di sanalah sinar
itu. Tepat di atas birai itu."
Freya sedang melihat ke titik yang sama, matanya terpaku
pada permukaan batu. Mereka terus melangkah sampai mereka
berada tepat di kaki menara batu, tebingnya menjulang tinggi di
atas mereka. "Ada sesuatu di sana," kata Flin. "Semacam lubang. Kau bisa
melihatnya?"
The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Freya melihatnya: lubang persegi kecil, tidak lebih dari lima
puluh sentimeter tingginya dengan lebar separuhnya, tepat di
atas rak batu yang menonjol pada ketinggian sepuluh meter,
hampir tak terlihat kecuali kau menatap langsung ke arahnya,
itu pun masih sulit ditangkap mata. Tak diragukan lagi, lubang
itu memang buatan manusia, semua sisinya terukir rapi penuh
riasan, terlalu simetris untuk sebuah "tur alam, dan tampaknya
penuh berisi semacam material yang membuatnya membaur
dalam permukaan tebing di sekelilingnya. Freya mulai bertanyatanya apa yang ada dalam pikiran Flin tentang hal itu, tetapi Flin
sudah memanjat. Setelah menyelipkan jari-jarinya pada retakan
sempit, dia mengangkat tubuhnya ke atas, satu jari kakinya
terselip pada saku batu yang dangkal, yang lain mencari-cari
tempat berpijak pada permukaan batu yang polos. Pijakan
kakinya terlepas dan dan dia turun kembali, menggerutu. Dia
mencoba lagi dengan hasil yang sama, dan lagi. Setelah bergerak
ke kiri, dia berusaha mencoba jalur lain, kali ini berhasil naik
sejauh dua kali dari jarak pertama sebelum pegangan tangan
dan pijakan kakinya terlepas dan jatuh kembali, terhempas pada
padang pasir dengan gedebuk keras. Flin berusaha bangkit, membersihkan pasir, dan baru saja hendak mencoba lagi ketika Freya
melangkah ke depan dan mendorongnya perlahan.
460 | PAUL SUSSMAN "Boleh aku coba?"
Dengan cepat Freya mengamati dinding, membuat peta
jalur yang akan dilewatinya. Setelah menguncir rambutnya, dia
mengunci jemarinya pada patahan yang digunakan Flin tadi,
berpijak pada saku batu yang sama dan naik memanjat. Semenit
kemudian dia sudah mencapai lubang itu dan menyeimbangkan
dirinya pada birai yang terletak satu meter di bawahnya.
"Aku rasa lebih baik aku menekuni ilmu peradaban Mesir
sajalah," gerutu Flin. "Apa yang kau lihat?"
"Mirip seperti apa yang kita lihat dari bawah sana," kata
Freya. "Lubang yang dijejali dengan kain linen di dalamnya.
Jelas sekali buatan manusia."
"Ada prasasti?"
Freya berjongkok"lebar birai itu lebih dari cukup"dan meneliti batu di sekitar lubang itu. Kosong, hampir tidak ada apa
pun, bahkan yang sedikit menyerupai tulisan hieroglif atau yang
lain. "Tidak ada apa-apa," katanya berteriak ke bawah. "Aku akan
menarik kain ini ke luar, melihat ada apa di dalam."
"Hati-hati dengan ular," kata Flin berteriak. "Mereka banyak
berkeliaran di sekitar sini dan kita tidak punya anti-bisa ular."
"Bagus," gumam Freya, sambil menarik kain dengan gugup,
mengeluarkannya dari rongga itu. Kain itu ditenun secara kasar,
berwarna kuning tua suram"warna yang sama dengan batu di
sekitarnya"dan dikemas dengan sangat padat, seolah untuk
mencegah apa pun masuk ke dalam lubang. Freya menduga
benda itu pasti benda kuno, tetapi tampak sangat terpelihara
dan semakin dia menariknya semakin Freya yakin bahwa benda
itu sebenarnya adalah sesuatu yang modern dan tidak ada urusannya dengan Mesir kuno sama sekali. Dia menyampaikan keraguannya ini kepada Flin, tetapi pria itu mengabaikannya.
"Kain selalu bertahan lama di padang pasir," teriaknya.
"Udara di sini kering. Aku pernah melihat kain pembungkus
mumi berusia lima ribu tahun yang terlihat seakan mereka baru
THE HIDDEN OASIS | 461 saja dipasang. Sudah kau tarik semua?"
"Hampir." Freya terus menariknya, semakin banyak kain yang muncul
keluar"jelas, kain itu terdiri dari beberapa potongan terpisah
dan bukan satu lembaran besar. Akhirnya, dengan suara kering,
lembar berat terakhir meletup keluar dari lubang dan ruang itu
pun bersih. Dia menendang beberapa kali tumpukan kain itu
dengan ujung sepatunya, masih dengan perasaan takut akan
ular yang mungkin melingkar di dalam lipatannya, kemudian
berjongkok dan menempatkan tangan pada salah sisi lubang.
Setelah menyesuaikan posisinya sedikit agar tidak menghalangi
sinar matahari, Freya mengintip ke dalam.
"Ada sesuatu?" suara Flin terdengar dari bawah, berharapharap.
Hening sejenak ketika mata Freya menyesuaikan diri dengan
kesuraman di dalam rongga itu, kemudian:
"Ya." Hening lagi. "Apa isinya, demi Tuhan?"
"Seperti?" Freya terdiam, mencari kata yang tepat.
"Pegangan." "Apa yang kau maksud dengan pegangan?"
"Pegangan, tuas. Seperti tuas rem pada kereta gantung."
"Aku tak pernah berada di dalam kereta gantung!" Flin memutar lengannya kesal. "Jelaskan saja."
Tuas kayu, itulah yang dilihat Freya, tepat di sisi belakang
rongga, yang telah terpotong lebih dari satu meter di belakang
tebing. benda itu memiliki lembar kulit yang terlilit pada gagangnya dan tergeletak dalam slot horisontal yang dalam di lantai
rongga, lantai rongga itu mungkin adalah saluran tempat tuas
itu bisa ditarik"dia bahkan belum sempat menduga untuk
apa. Pemandangan itu begitu aneh dan mengancam, seperti me462 | PAUL SUSSMAN nemukan tombol sinar di permukaan Mars, dan sebagian darinya tak pelak lagi merasa agak takut karenanya.
"Jadi?" pekik Flin.
Freya menjelaskan apa yang dilihatnya. Flin mengernyit dan
menggigit bibirnya, berpikir. Kemudian dia berteriak kepada
Freya. "Tarik saja." "Begitu?" Ada keraguan dalam suara Freya. "Aku tak tahu
Rahasia Istana Terlarang 10 Nona Berbunga Hijau ( Kun Lun Hiap Kek ) Karya Kho Ping Hoo Dewi Penyebar Maut X I 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama