Ceritasilat Novel Online

Rahasia Istana Terlarang 10

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 10


Wie serta Thian Tiong Goan ia mundur satu tombak kebelakang dan duduk bersila disitu.
Siauw Ling menyapu sekejap wajah kedua orang bocah berbaju hijau itu, lalu katanya
pula, "Kalian mundurlah sedikit kebelakang cayhe hendak merundingkan keadaan majikan
kalian dengan diri Tootiang."
Kedua orang bocah berbaju hijau itu saling bertukar pandangan, kemudian bersama2
mundur lima langkah kebelakang.
Setelah kedua orang itu berlalu Siauw Ling baru berkata kepada Boe Wie Tootiang,
"Siauwte benar2 tidak mengerti akan ilmu pertabiban, tak kuketahui penyakit apa yang
sebenarnya diderita orang ini, bagaimana kalau tootiang yang memeriksanya?"
Boe wie Tootiang mengangguk, dia pegang urat nadi pada pergelangan kiri Thio Cu Yoe
untuk diperiksa, kemudian dengan alis berkerut ujarnya, "Pinto rasa dia tidak ada tanda2
menderita sakit." "Apakah orang ini sedang pura2 sakit?"
"Aku rasa dia telah terluka!"
Pembicaraan mereka berdua dilakukan degan suara yang amat lirih, sehingga dua
orang bocah berbaju hijau yang memperhatikan secara diam2 tak sanggup mengetahui
sesuatu apapun. "Apakah Tootiang mempunyai cara untuk mengobatinya?" tanya Siauw Ling.
"Pinto hanya bisa membuat resep sesuai dengan hasil pemeriksaan nadi, bisakah
manjur sukar dikatakan!"
"Aaaai, entah siapa yang telah bergurau dengan kita, bukan saja telah meninggalkan
peringatan bahkan menuding diriku yang bisa sembuhkan penyakit ini, dan yang aneh lagi
ternyata Lam Hay Ngo Hiong begitu mempercayai ucapannya."
"Kalau orang yang meninggalkan surat itu ada maksud hendak membantu dirimu untuk
menaklukan Lam Hay Ngo Hiong dia pasti akan membantu kita secara diam2."
"Hingga kini belum ada sesuatu gerak gerik apapun, mungkin dia sengaja hendak
mengacau kita." "Pinto rasa satu2nya jalan yang bisa kita tempuh sekarang adalah membuat dahulu
sebuah resep, lalu suruhlah mereka tunggu sejenak. Kalau tidak ada reaksi juga maka
kaulah yang membuat sebuah resep menuntut petunjukan, sekalipun tidak berhasil
melukai luka dalamnya sedikit banyak tidak sampai mencelakai jiwanya."
"Mengikuti keadaan yang ada saat ini, aku rasa terpaksa kita harus bertindak
demikian." Dalam pada itu Soen seng sekalian yang telah mengundurkan diri sejauh satu tombak
kendati sedang bersemedi namun secara diam2 mereka perhatikan setiap gerak gerik dari
Siauw Ling. Ketika dilihatnya pemuda itu sedang bicara berbisik2 dengan Boe Wie
Tootiang seakan2 sedang merundingkan penyakit dari Thio Cu Yoe terpaksa mereka
menunggu dengan sabar. Siapa sangka setengah jam sudah lewat tanpa menemukan gerak gerik apapun dari
Siauw Ling, akhirnya dia tidak sabar lagi dan segera maju kedepan dengan langkah lebar
serunya seraya menjura, "Lima bersaudara dari Lam Hay telah membuktikan ketulusan
hati kami, semoga Siauw thayhiap suka turun tangan menyembuhkan penyakit yang
diderita toako kami."
Dalam hati Siauw Ling betul2 tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika itu, namun
diluar ia tetap berlagak tenang.
"Menurut denyutan nadi kakak kalian rupanya dia tidak menderita penyakit!"
"Tidak menderita penyakit?" seru sitelapak pembetot sukma Soen seng dengan hati
terperanjat. "Lalu kenapa dia?"
"Rupanya menderita luka dalam yang parah!"
"Kejadian yang sebenarnya cayhe tidak begitu jelas!" kata Soen seng setelah
termenung sejenak. "Ketika aku tiba kembali disini penyakit edan toako kami sedang
kumat bagaimana caranya sampai dia menderita penyakit aneh seperti itu ataukah dia
cuma menderita luka dalam, cayhe tidak mengetahuinya."
"Aaah, kenapa aku tidak tanyakan keadaan penyakitnya lebih dulu?" pikir pemuda kita.
Sinar matanya segera beralih memandang sekejap kearah dua orang bocah berbaju hijau
itu. "Apakah kedua orang murid kakak kalianpun tidak tahu kejadian yang sebenarnya?"
Soen seng segera ulapkan tangannya, dua orang bocah berbaju hijau itu segera
mengiakan dan maju kemuka.
Jilid 21 Diam2 Siauw Ling periksa keadaan dua orang bocah berbaju hijau itu, ia rasa meskipun
usianya masih sangat muda namun sikap maupun tingkah lakunya dingin dan hambar,
diam2 pikirnya, "Entah ilmu silat apakah yang telah dilatih kedua orang ini" usianya masih
sangat muda namun berhasil melatih diri hingga sikap maupun tingkah lakunya dingin
serta hambar"."
Dalam pada itu terdengar Soen Seng telah berkata, "Siauw thayhiap hendak
menanyakan sesuatu kepada kalian, bilamana kamu berdua mengetahuinya segera jawab
dengan sejujurnya, jangan ada yang disimpan dalam hati ataupun dirahasiakan!"
Dua orang bocah berbaju hijau itu mengiakan, empat mata bersama2 dialihkan keatas
wajah Siauw Ling dan bertanya hampir berbareng, "Apa yang hendak Siauw thayhiap
tanyakan?" "Dimanakah suhu kalian terkena penyakit aneh ini?"
"Dalam lembah ini juga" jawab bocah yang ada disebelah kiri. "Karena ada urusan
penting suhu serta Su siok telah berangkat meninggalkan tempat ini, tapi belum sampai
setengah jam mereka telah kembali lagi kesini!"
"Kemudian?" sela Boe Wie Tootiang.
Jawab bocah berbaju hijau yang ada disebelah kanan, "Sejak kedatangan mereka kami
telah melihat tanda2 yang tidak beres diatas wajah suhu serta Su siok, tetapi karena
peraturan perguruan yang keras dan ketat kami tak berani bicara sembarangan ataupun
menegur, begitulah mula2 Su siok yang tidak tahan dan segera roboh diatas tanah,
sedangkan suhu seperti mau mengatakan sesuatu tetapi sebelum kata2 itu sempat
diutarakan beliaupun ikut roboh tidak sadarkan diri. Menjumpai peristiwa yang berada
diluar dugaan ini hati kami jadi gugup bercampur kaget. Maka suheng lantas kuminta
untuk menjaga suhu sedang siauwte pergi mencari susiok berdua."
"Ah, benar" diam2 Boe Wie Tootiang membatin. "Tentu kelima manusia laknat dari Lam
Hay ini telah berjanji untuk menanti ditepi guna menyambut kedatangan Thian tiong
Goan, siapa tahu terjadi perubahan diluar dugaan sehingga rencana mereka gagal total."
Terdengar Soen seng melanjutkan, "Ketika mendengar kabar yang mengejutkan ini
cayhe buru2 lari pulang dan berusaha menyadarkan toako serta sute dengan cara
pengurutan jalan darah, namun kesadaran kedua orang itu tetap buram dan kabur. Bukan
saja tak kenal dengan kawan, saudara sendiripun tak dikenal lagi, begitu bangun dia
segera turun tangan menyerang diriku, karena keadaan yang terpaksa itulah jalan darah
mereka segera kutotok, sesudah bingung dan ribut beberapa jam lamanya barulah kami
temukan secarik surat tertinggal diatas batu cadas, dimana orang itu memberi petunjuk
kepada kami agar pergi mencari Siauw thayhiap untuk menyembuhkan penyakit mereka
berdua. Dan surat itupun sudah Siauw thayhiap baca!"
"Baiklah" Siauw Ling mengangguk. "Siauwte akan segera membuka sebuah resep dan
berikan dulu kepada toako kalian!"
"Bila Siauw thayhiap suka menolong, kami lima bersaudara dari Lam Hay pasti akan
mengingat terus budi kebaikan ini."
"Harap sediakan pit dan bak, cayhe akan membuka resep!"
Soen seng segera perintahkan kedua orang bocah itu untuk mengambil pit dan bak,
sebentar saja mereka telah kembali dengan barang yang diminta.
Dalam hati Siauw Ling merasa serba salah terpaksa ia tulis juga resep obat seperti apa
yang diucapkan Boe Wie Tootiang tadi. Soen seng sendiri tidak tahu apakah pemuda itu
bisa membuka resep atau tidak, sepasang matanya dengan tajam menatap terus gerakan
ujung pit dari Siauw Ling.
Baru saja si anak muda itu menuliskan dua macam nama obat, terdengar Boe Wie
Tootiang secara tiba2 berseru, "Siauw thayhiap tunggu sebentar."
"Ada apa Tootiang?"
"Lebih baik kita rundingkan lebih jauh sebelum membuka resep!"
Air muka Soen seng berubah hebat, rupanya dia mau mengumbar hawa gusarnya
namun akhirnya ditahan juga golakan hatinya itu.
Seakan2 tidak pernah menjumpai perubahan air muka orang she Soen itu, ambil
memandang kearah Siauw Ling ujar toosu tua itu.
"Apakah Siauw thayhiap ada maksud membuka sebuah resep untuk menawarkan racun
yang mengeram dalam tubuh Thio heng?"
Siauw Ling tak tahu apa maksud Boe Wie Tootiang mengucapkan kata2 tersebut,
terpaksa ia manggut. "Sedikitpun tidak salah!"
"Walaupun kita harus sangat hati2 dalam menggunakan obat namun menurut
pandangan pinto keadaan pada saat ini berbeda, kesempatan buat hidup Thio heng ini
sudah tidak lama lagi. Kita harus menggunakan suatu cara yang luar biasa untuk bisa
menghadapinya." Siauw Ling melirik sekejap kearah Soen seng, menyaksikan orang itu berdiri disamping
dengan wajah penuh berharap terpaksa ia berkata, "Seandainya kita salah tangan hingga
melukai orang, bukankah hal ini malah akan menciptakan kesalah pahaman yang amat
besar." "Orang yang meninggalkan surat itu dengan jelas telah mengutarakan bahwa Siauw
thayhiap bisa menyembuhkan penyakit semacam ini, cayhe rasa cara pengobatanmu tentu
luar biasa sekali. Silahkan Siauw thayhiap turun tangan sekehendak hatinya asalkan cara
pengobatannya tidak keliru, meskipun tak bisa disembuhkan juga tak mengapa. Kami lima
bersaudara dari Lam Hay sama saja akan berterima kasih kepadamu!"
Ucapan ini amat cengli dan masuk diakal, sama sekali tidak mengandung nada paksaan
atau main menang sendiri.
Siauw Ling jadi terkesiap setelah mendengar perkataan itu, diam2 pikirnya, "Mereka
menaruh kepercayaan penuh terhadap diriku, seandainya aku gagal untuk menyembuhkan
penyakit gila yang diderita orang ini, bukan saja kegagalan ini akan mengecewakan hati
mereka dalam hati kecil dan orang she Siauw sendiripun akan tidak tentram"."
Sementara dia masih berpikir, mendadak terdengar suara suitan yang amat tinggi dan
nyaring berkumandang datang.
"Suara apakah itu?" seru Soen seng cepat dengan alis berkerut.
"Rupanya mirip suara suitan seseorang biar siauwte pergi memeriksanya!" Thian tiong
Goan sambil bangkit berdiri.
"Ehmm, berhati2lah!"
Thian Tiong Goan mengangguk dia lantas loncat ketengah udara dan melayang kearah
berasalnya suara suitan tadi.
Menggunakan kesempatan itu Boe Wie Tootiang segera berkata dengan ilmu
menyampaikan suara, "Siauw thayhiap, setelah pinto pikirkan berulang kali aku rasa
hanya membuka sebuah resep saja sulit untuk menyembuhkan penyakit yang diderita
Thio Cu Yoe, bahkan ada kemungkinan malahan akan menimbulkan kecurigaan dalam hati
mereka"." "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Menurut pendapat pinto, lebih baik Siauw thayhiap menguruti seluruh jalan darahnya
dengan ilmu Tui Kiong Ko Hiat, dengan urutanmu ini kita akan bikin mereka jadi bingung
dan tak bisa menebak. Setelah itu barulah kita susun rencana lebih jauh!"
"Kurang ajar benar orang yang meninggalkan surat itu" pikir Siauw Ling didalam hati.
"Hingga kini belum ada juga kabar berita darinya, jelas dia ada maksud mengajak
bergurau dengan diriku."
Sejak dilahirkan belum pernah si anak muda ini merasakan kekikukan seperti hari ini,
terang2an dia tidak mengerti apapun tentang ilmu pertabiban namun dia terpaksa harus
berlagak seakan2 mengetahuinya.
Menyaksikan sikap Siauw Ling serta kegelisahan hatinya suatu ingatan dengan cepat
berkelebat dalam benak Soen put shia dia segera menjura kepada Soen seng sambil
berkata, "Suara suitan itu tinggi melengking hingga menembusi awan, aku pengemis tua
rasa yang datang pasti bukan orang Bulim biasa, adikmu seorang belum tentu
tandingannya, bagaimana kalau aku temani dirimu pergi kesitu?"
Soen seng termenung sebentar kemudian mengangguk, kepada dua orang bocah
berbaju hijau itu pesannya, "Baik2lah menjaga suhu kalian!"
Dengan cepat kedua orang itu segera erlalu dari sana dan lenyap dari pandangan.
Sepeninggalnya Soen seng yang mengawasi terus gerak gerik mereka setiap saat,
Siauw Ling tampak lebih tenang, kepada Boe Wie Tootiang segera bisiknya, "Sulit bagi aku
orang she Siauw untuk melakukan pekerjaan yang menempuh bahaya semacam ini, aku
lihat lebih baik kita berterus terang saja kepada mereka."
Belum sempat Boe Wie Tootiang menjawab mendadak tampak bocah berbaju hijau
yang ada disebelah kiri telah menggerakkan bibirnya serentetan suara yang lembut dan
lirih segera memancar masuk kedalam telinga Siauw Ling terdengar ia berkata, "Thio Cu
Yoe terluka karena tusukan jarum emas pada jalan darah yang aneh letaknya. Pada batok
kepala bagian belakangnya tertancap tiga batang jaum emas, asalkan jarum emas itu kau
cabut keluar maka kesadarannya akan segera pulih kembali seperti sedia kala."
Beberapa patah kata yang halus dan lembut itu dalam pendengaran Siauw Ling
dirasakan bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong, seketika dia berdiri
termangu2. Terdengar suara yang halus lembut itu berkumandang kembali, "Sebenarnya aku
hendak memberitahukan rahasia ini sejak tadi, namun karena Soen seng jadi orang terlalu
teliti maka dari pada rahasia ini konangan terpaksa aku harus menanti saat yang tepat.
Sekarang tiada halangannya bagimu untuk mengurut jalan darah disekujur badan Thio Cu
Yoe dengan ilmu Tui Kiong Ko Hiat, menanti Soen seng telah kembali nanti katakan pula
beberapa patah kata yang menakutkan hatinya, setelah itu jarum emas dibelakang batok
kepalanya baru kau cabut"." ia merandek sejenak, kemudian tambahnya lagi, "Ilmu silat
yang dimiliki Lam Hay Ngo Hiong sangat lihay, dengan pelepasan budi pada hari ini akan
mendatangkan manfaat yang besar bagi kalian dikemudian waktu. Urusan selanjutnya
aturlah sendiri! sebab sebelum kentongan pertama malam nanti aku harus kembali untuk
memberikan laporan!"
Bicara sampai disitu suara tadi lantas sirap.
Siauw Ling merasa kaget, terperanjat bercampur malu dengan cepat ia mendongak,
bocah berbaju hijau disebelah kiri tersenyum manis kearahnya kemudian pulih kembali
sikapnya yang dingin dan hambar.
Ketika memeriksa lagi bocah yang ada disebelah kanan, tampak orang itu masih berdiri
dengan wajah yang serius, jelas dia sama sekali tidak merasakan adanya kejadian yang
berlangsung disisinya, tanpa terasa pemuda kita menghela panjang, pikirnya, "Entah
siapakah yang mempunyai keberanian sebesar ini untuk mengatur rencana yang begini
besar dan mengerikan. Dia betul2 luar biasa"."
Dalam pada saat itu terdengar Boe Wie Tootiang telah berkata, "Siauw thayhiap,
urusan telah menjadi begini kalau kita berpura2 terus mungkin Lam Hay Ngo Hiong akan
menaruh curiga terhadap kita. Pinto rasa lebih baik aku ajarkan ilmu menusuk jalan darah
dengan jarum emas kepadamu. Tusukan beberapa kali tubuhnya lalu tinggalkan satu
resep kepadanya. Setelah utu segera kita pamit"."
Siauw Ling mengerti suara yang didengarnya barusan hanya dia seorang saja yang
mendengar, maka ia lantas menjawab, "Tak usah Tootiang kuatirkan lagi, cayhe telah
memperoleh cara untuk menyembuhkan penyakitnya."
"Sungguh?" seru Boe Wie Tootiang tertegun.
"Aku rasa tak bakal salah lagi, menanti Soen seng telah kembali nanti kita segera turun
tangan." Boe Wie Tootiang tahu bahwa Siauw Ling tak pernah bicara tanpa ada keyakinan yang
penuh, tapi iapun bingung darimana secara tiba2 si anak muda ini berhasil memperoleh
cara untuk menyembuhkan penyakit Thio Cu Yoe.
Sebagai orang yang beriman tebal, sekalipun hatinya ingin tahu namun karena Siauw
Ling tak mau bicara diapun tidak bertanya lebih jauh. Tampak Siauw Ling ulur tangan
kanannya memeriksa sejenak urat nadi dipergelangan kiri Thio Cu Yoe, setelah itu tangan
kanannya mulai menguruti beberapa jalan darah ditubuh orang she Thio tadi.
Kurang lebih seperminum teh kemudian Soen put shia, Thian Tiong Goan serta Soen
seng baru muncul kembali disitu.
Siauw Ling segera berhenti mengurut, sambil memandang wajah orang she Soen itu
katanya, "Soen heng, apakah kau telah menemukan seseorang yang mencurigakan?"
Soen seng menggeleng. "Cayhe telah mengelilingi sekitar tempat ini namun tak kujumpai jejak musuh yang
berkeliaran disini."
Siauw Ling mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi, keberaniannya semakin
meningkat, setelah menghembuskan napas panjang katanya, "Cayhe sudah periksa
denyutan nadi toako kalian dengan seksama, dan sama sekali tak kujumpai tanda penyakit
ditubuhnya"." "Tetapi ia menunjukkan gejala2 edan, apakah sengaja dia berbuat demikian?"
"Tentu saja tidak begitu"."
"Lalu apa sebabnya?"
"Dia sudah dibokong orang dengan cara yang luar biasa sekali, urat syarafnya telah
terluka hingga kesadarannya jadi hilang. Reaksinya jadi lamban sekalipun ilmu silatnya
tidak sampai punah sama sekali namun terganggu gerakan oleh sebab itulah kalian
dengan mudah bisa menaklukannya."
"Tidak salah, bagi orang lain tak nanti bisa hadapi toako kami dalam seratus gebrakan
saja"." dia merandek sejenak, setelah tukar napas sambungnya: "Tanda2 penyakit telah
ditemukan, apakah Siauw thayhiap telah mendapatkan pula cara pengobatan?"
"Bila tanda penyakitnya belum ditemukan memang sukar untuk disembuhkan, tapi ini
siauwte telah berhasil menemukan tanda2 penyakit yang diderita toako kalian. Sudah
tentu penyakitnya bisa cayhe sembuhkan hanya saja dewasa ini aku masih belum bisa
memastikan dimanakah letak lukanya baru dapat kusembuhkan."
"Kalau begitu terpaksa harus merepotkan Siauw thayhiap!"
"Setelah cayhe sanggupi, tentu akan kuusahakan dengan segenap tenaga"."
tangannya mulai bergerak dari arah dada Thio Cu Yoe dan diperiksanya keatas.
Boe Wie Tootiang sendiri merasa amat tercengang dengan sikap serta tingkah laku


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Ling, diam2 ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh tubuh untuk
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Ketika berpaling, ia temukan wajah Soen put shia pun diliputi dengan kebimbangan
serta keraguan, jelas sipengemis tua ini pun dibuat bingung tak habis mengerti oleh sikap
pemuda itu. Dengan sepasang mata yang melotot bulat serta memancarkan cahaya tajam Soen
seng menatap terus sepasang tangan Siauw Ling. Jelas walaupun diluar ia bicara lunak
namun dalam hati penuh diliputi kecurigaan, ia tahu Siauw Ling turun tangan keji dengan
menggunakan kesempatan baik itu, maka setiap gerakan kian keatas dan akhirnya mulai
beralih keatas batok kepala.
Mendadak Soen Put shia mendehem dan tegurnya, "siauw thayhiap mungkinkah luka
itu terletak diatas batok kepala?"
"Sedikitpun tidak salah!" jawab Siauw Ling dingin, matanya berkilat dan tangannya
bergerak lebih jauh. Tiba2 dia angkat tangannya, antara jari tengah dan jari telunjuknya menjepit sebatang
jarum emas sepanjang satu coen.
Air muka Soen seng berubah hebat, perlahan2 ia jongkok kebawah.
Sementara itu Cay Wie dan Thian Tiong Goan telah berubung kedepan, seluruh sinar
matanya ditunjukkan keatas telapak tangan Siauw Ling.
Si anak muda itu melirik sekejap wajah bocah berbaju hijau yang ada disebelah kiri itu
kemudian angsurkan jarum emas tadi ketangan Soen seng.
Sitelapak pembetot sukma menerima jarum emas tadi, air mukanya sekarang tercermin
rasa kaget, tertegun bercampur kagum.
Perlahan2 Siauw Ling menyingkap rambut Thio Cu Yoe yang awut2an, tampaklah dua
batang jarum emas telah menembusi batok kepalanya, satu sama lain hanya terpaut satu
coen. "Oooow". sungguh keji serangan bokongan ini" seru Soen seng sambil
menghembuskan napas panjang.
"Nah, sekarang sudah aman" kata Siauw Ling sambil cabut keluar dua batang jarum
lainnya. "Andai kata otak toako kalian tidak terluka, asal istirahat beberapa saat saja
kesadarannya akan pulih kembali seperti sedia kala."
"Seandainya terluka?"
"Wah". rada repot?"
"Siauw thayhiap harap kau suka menolong orang sampai akhir. Kami lima bersaudara
dari Lam Hay tentu tak akan melepaskan budi kebaikanmu ini."
Dalam hati Siauw Ling merasa malu sendiri, tapi ujarnya pula, "Jangan keburu kuatir,
kalau menurut pemeriksaan siauwte aku rasa otak toako kalian belum sampai terluka."
"Moga2 saja demikian adanya"." kepada Cay Wie segera serunya: "Gotong kemari Loo
su kita!" Cay Wie mengiakan, beberapa saat kemudian dia sudah muncul kembali bersama dua
orang lelaki yang menggotong sebuah tandu.
"Ehmm". rupanya dibelakang batu cadas itu dia sudah sembunyikan orang dalam
jumlah banyak" pikir pemuda itu sepasang tangannya segera bekerja cepat, dari belakang
batok kepala Su Hiong dia cabut keluar tiga batang jarum emas.
mendadak Thian Tiong Goan berseru, "Siauw thayhiap, tolong tanya apakah kedua
orang kakak kami perlu diberi obat2an?"
"Tak usah, asalkan istirahat cukup mereka akan sembuh kembali seperti sedia kala.
Nah, sekarang kita tinggal tunggu saat yang tepat untuk membebaskan jalan darah
mereka!" Habis berkata ia bangun berdiri dan menghembuskan napas panjang, seakan2 dengan
hembusan itu dia mau buang semua beban yang menekan hatinya selama ini.
Lima manusia laknat dari Lam Hay yang tersohor akan keganasan serta kekejiannya,
detik ini sudah tunduk dan kagum seratus persen terhadap Siauw Ling, walaupun mereka
ingin cepat2 membebaskan jalan darah toako mereka namun sebelum Siauw Ling
mengijinkan, tak seorangpun diantara mereka yang berani berkutik.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian Siauw Ling baru berkata, "Baiklah, sekarang
jalan darah mereka boleh kalian bebaskan!"
Soen seng mengiakan, tangan kanannya bergerak cepat segera membebaskan jalan
darah Thio Cu Yoe yang tertotok.
Siauw Ling sendiri walaupun sudah diberitahu oleh bocah berbaju hijau itu
bahwasannya kesadaran Thio Cu Yoe berdua akan segera pulih setelah ketiga batang
jarum emas itu dicabut, namun tak urung dia tetap berkuatir juga. Segenap perhatiannya
dipusatkan untuk memperhatikan setiap gerak gerik dari orang she Thio itu.
Terlihatlah Thio Cu Yoe perlahan2 membuka matanya, memandang sekejap kearah
Siauw Ling dan segera bangkit berdiri.
Sebagai pemimpin dari lima manusia laknat kepandaian silatnya bukan saja paling lihay
bahkan otaknya paling tajam dan teliti. Dengan menggunakan kesempatan dikala bangkit
berdiri itu dia periksa keadaan disekeliling situ.
Soen seng mengerti akan kekejaman serta ketelengasan toakonya, karena takut dia
turun tangan secara tiba2 sehingga melukai Siauw Ling maka sambil menuding kearah si
anak muda itu buru2 serunya, "Saudara ini adalah Siauw thayhiap yang sengaja
memenuhi undangan siauwleng untuk mengobati luka toako".!"
Sikap Thio Cu Yoe ketus dan dingin tidak menunggu sampai Soen seng menyelesaikan
katanya dia telah menukas, "Hebatkah luka yang kuderita?"
"Toako dibokong orang. Jalan darahnya ditusuk orang dengan jarum emas"."
Thio Cu Yoe menjemput jarum emas tadi dari tangan Soen seng. Setelah diperiksa
sejenak katanya, "Ceritakanlah kejadian yang telah berlangsung setelah aku terluka"."
"Luka toako terletak diatas batok kepala, beberapa buah jalan darah aneh dibelakang
kepala telah ditusuk orang dengan jarum emas sehingga kesadarannya punah sama
sekali"." Thio Cu Yoe geleng kepalanya, tidak biarkan Soen seng bicara lebih jauh, ia berpaling
kearah Cay Wie dan berseru, "Bebaskan jalan darah dari Su Hiong."
Wajah Thio Cu Yoe dingin kaku, sepasang matanya dengan tajam menatap diatas
wajah saudaranya yang keempat, sepatah katapun tidak diucapkan keluar.
Seketika suasana dalam kalangan jadi sunyi senyap, begitu heningnya sehingga suara
jatuhnya jarum keatas tanahpun dapat kedengaran dengan nyata.
Menanti Su Hiong telah siuman kembali, Thio Cu Yoe aru alihkan sinar matanya kearah
Siauw Ling dan berkata seraya menjura.
"Sebetulnya kami lima bersaudara hendak memusuhi diri Siauw heng, tapi berhubung
Siauw heng telah melepaskan budi pertolongan kepada kami, maka sudah barang tentu
Lam Hay Ngo hengte tidak akan memusuhi dirimu lagi."
Panas hati Soen Put shia mendengar ucapan itu, tanpa terasa ia mendengus dingin.
Dengan pandangan dingin Thio Cu Yoe berpaling memandang sekejap kearah pengemis
tua, lalu ujarnya lagi, "Siauw thayhiap telah menolong cayhe, rasanya kalau Lam Hay Ngo
Hengte tidak memusuhi dirimu lagi itu sudah cukup sebagai tanda terima kasih atas
pertolonganmu. Gunung nan hijau tak akan berubah, kita berpisah sampai disini saja dan
selamat tinggal." Habis bicara sang loo toa dari lima bersaudara ini bangkit berdiri lalu berjalan menuju
kebelakang batu cadas. Sekilas perasaan tidak enak berkelebat diatas wajah Soen seng, dia melirik sekejap
kearah Siauw Ling kemudian mengikuti dibelakang Thio Cu Yoe berlalu pula dari situ.
Berikutnya Sam Hiong, Su Hiong serta Ngo Hiong pun mengintil dibelakang Soen seng
lenyap dibalik batu cadas.
Soen put shia semakin panas hatinya, memandang batu cadas hitam didepan sana
rupa2nya dia mau mengumbar napsu, namun cepat2 Boe Wie Tootiang menghalangi
niatnya itu. "Mari kita pergi saja dari sini!" bisiknya lirih.
Demikianlah ketiga orang itu segera berputar badan dan berlalu, sesaat kemudian tujuh
delapan li telah dilewati.
Soen Put shia menghembuskan napas panjang gerutunya, "Huu".! tahu begini, tidak
seharusnya kita tolong lima manusia laknat dari Lam Hay, agar manusia sombong itu tahu
rasa"." Boe Wie Tootiang tersenyum.
"Kepandaian silat yang dimiliki lima manusia laknat dari Lam Hay memang luar biasa,
namun permusuhan yang mereka ikut dikalangan Bulim pun tak terhingga banyaknya,
terutama sekali perbuatan mereka membasmi partai Go bie serta Cing Shia boleh dibilang
hampir memusnahkan segenap kekuatan inti dari kedua partai tersebut. Menurut apa
yang pinto ketahui kedua partai itu selalu ingat terus akan dendam berdarah sedalam
lautan itu, dan kini mereka telah bekerja sama mempelajari ilmu silat serta bersumpah
kalau tidak berhasil membasmi Lam Hay Ngo Hiong tak akan berkelana lagi didalam dunia
persilatan. Seandainya kita telah mengadakan hubungan dengan kelima manusia laknat
itu, bagaimana tanggung jawab kita dihadapan umat Bulim dikemudian hari."
Soen Put shia termenung sejenak kemudian mengangguk.
"Ehmm, perkataanmu memang tidak salah."
"Nah, itulah dia, apa sebabnya kita mengharapkan mereka baiki kita" asalkan mereka
tidak membantu Djen Bok Hong untuk memusuhi kita lagi, berarti kita sudah kehilangan
beberapa orang musuh tangguh, hasil yang kita peroleh pun boleh dibilang sudah amat
besar sekali." "Tootiang bagaimana pandanganmu terhadap sumber bencana serta kekacauan yang
sedang melanda dunia pesilatan dewasa ini?" mendadak Siauw Ling menyela.
Mendengar si anak muda itu secara tiba2 mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain
Boe Wie Tootiang rada tertegun, setelah termenung sejenak dia lantas balik bertanya,
"Maksud Siauw thayhiap, siapakah pentolan dari sumber bencana serta kekacauan dalam
dunia persilatan dewasa ini?"
"Kalau membicarakan soal pentolan dari sebab2nya terjadi kekacauan dalam Bulim
dewasa ini sudah tentu bukan lain dari pada Djen Bok Hong, maksud cayhe seandianya
kita berhasil membinasakan iblis bongkok ini apakah pertikaian dalam dunia kangouw
segera akan lenyap dan dunia akan jadi aman tenteram?"
Dengan cepat Boe wie Tootiang menggeleng.
"Menurut pandangan pinto, sekalipun kita berhasil membinasakan Djen Bok Hong,
paling banter untuk sementara waktu dunia kangouw akan jadi aman tenang, tetapi dalam
kenyataan dunia persilatan masih berada didalam cengkeraman napsu dan ambisi,
seorang iblis berhasil ditumpas akan muncul lagi iblis lain"."
"Jadi kalau begitu meskipun Djen Bok Hong merupakan gembong iblis yang punya
ambisi besar tetapi dia bukanlah sumber dari segala kekacauan serta bencana yang
melanda dunia persilatn dewasa ini" tukas Siauw Ling.
"Sekalipun Djen Bok Hong amat keji dan telengas tetapi dia tidak lain hanya
melambangkan sebagai seorang iblis yang jahat, kalau mau dicari sumber dari semua
keonaran serta kekacauan yang melanda dunia persilatan dewasa ini maka haruslah kita
katakan anak kunci istana terlaranglah sumbernya. Sejak ribuan tahun berselang ilmu silat
makin berkembang mengikuti perubahan jaman dan pertarungan memperebutkan nama
serta kedudukan. Setelah ilmu silat2 sakti itu beserta jago-jagonya lenyap didalam istana
terlarang maka semua orang tadi tertarik dan ingin tahu apa yang terjadi dalam istana
tersebut, setiap orang mempunyai pendapat yang sama yaitu barang siapa yang berhasil
memasuki istana terlarang berarti dia akan memperoleh hasil yang tak terhingga,
sekalipun setelah memasuki istana terlarang belum tentu bisa menjagoi seluruh Bulim,
tetapi mereka telah berpendapat barang siapa ingin merajai dunia persilatan maka dia
harus masuk dulu kedalam istana terlarang!"
"Kenapa setiap orang berpendapat yang demikian anehnya?"
"Sebab kebanyakan orang percaya bahwa jago-jago sakti yang terkurung didalam
istana terlarang itu pasti telah meninggalkan segenap kepandaian silat sakti yang mereka
miliki selama hidupnya."
"Ooo kiranya begitu."
Boe Wie Tootiang menghembuskan napas panjang dan tertawa.
"Mungkin saja didalam istana terlarang tiada terdapat benda lain kecuali beberapa
sosok kerangka putih"." katanya.
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, "Sebelum pintu istana terlarang dibuka,
siapapun tak bisa menduga apa isinya istana tersebut, dan pinto sendiripun hanya
menduga2 mengikuti jalan pikiranku sendiri. Hanya saja dalam hati pinto ada satu
persoalan yang tidak kupahami, harap Siauw thayhiap suka menerangkan."
"Persoalan apa?"
"Darimana Siauw thayhiap bisa tahu kalau dibelakang batok kepala Thio Cu Yoe telah
ditusuk orang dengan tiga batang jarum emas."
"Oooh soal itu" Aai".! kalau bukan cayhe saksikan dengan mata kepala sendiri dan
mendengar serta melaksanakan dengan tangan, barang siapapun yang beritahu
kepadaku, belum tentu aku mau percaya."
"Saudara Siauw" seru Soen put shia dengan alis berkerut. "Kalau kau tidak berkata
demikian, mungkin aku masih bisa menduga sedikit banyak, tapi sekarang aku sipengemis
tua malah semakin dibuat kebingungan."
"Barang siapa yang tidak tahu duduknya perkara dia tentu anggap kejadian ini rada
aneh dan misterius, aku orang she Siauw lama sekali tidak mengerti akan ilmu pertabiban
dari mana aku bisa tahu kalau dibelakang batok kepala Thio Cu Yoe telah ditusuk orang
dengan tiga batang jarum emas, tetapi kalau kubongkar rahasia ini sebetulnya sama sekali
tak ada harganya, sebab ada orang secara diam2 telah memberi bisikan kepadaku!"
"Siapakah orang itu?" tanya Boe Wie Tootiang.
"Apakah diantara lima manusia laknat dari Lam Hay telah terjadi saling bokong
membokong?" sambung Soen put shia pula.
Siauw Ling segera menggeleng.
"Aaaiii". kalau dikatakan memang akan membuat orang jadi tidak percaya, orang yang
memberi bisikan kepadaku itu bukan lain adalah satu diantara kedua orang bocah berbaju
hijau itu!" "Oooh, kiranya dia sungguh bikin orang sukar untuk percaya."
"Setelah jarum emas itu ditusukkan kedalam jalan darah, kesadaran serta kejernihan
pikiran seorang segera lenyap tak berbekas. Kepandaian ini jelas merupakan satu
kepandaian yang dalamnya luar biasa. Mana mungkin bocah berbaju hijau itu tahu akan
ilmu tersebut?" seru sang pengemis kurang percaya.
"Dalam kenyataan memang dia yang memberi bisikan kepadaku dengan ilmu
menyampaikan suara!"
"Waaah". waaah". kejadian ini sungguh membuat pinto jadi tak habis mengerti."
"Pada bagian yang mana Tootiang merasa tidak mengerti?"
"Pinto rasa kedua orang bocah berbaju hijau itu adalah anak murid dari Thio Cu Yoe,
kenapa secara diam2 mereka malah membantu dirimu?"
"Menurut bocah berbaju hijau itu katanya malam ini sebelum kentongan pertama dia
akan berangkat pulang untuk memberi laporan kepada majikannya, sudah tentu dia bukan
anak murid dari Thio Cu Yoe."
"Jadi maksudmu dia datang karena sedang menjalankan tugas majikannya untuk
membantu kita secara diam2?"
"Orang itu dapat menusukkan tiga batang jarum emas diatas kepala Toa Hing serta Su
Hiong tanpa disadari oleh kedua orang itu, berarti pula kalau dia ingin mencabut nyawa
mereka berdua perbuatan itu bisa dilakukan dengan gampang sekali bagaikan membalik
telapak sendiri" kata Soen put shia memberikan pendapatnya. "Diantara lima manusia
laknat dari Lam Hay ilmu silat Thio Cu Yoe paling tinggi dan paling lihay, tetapi dia masih
bis dikecundangi orang dengan gampang dan mudah. Hal ini semakin membuktikan kalau
dia ingin membinasakan mereka berlima, pekerjaan ini bisa dilakukan tanpa susah payah."
"Benar!" Boe Wie Tootiang membenarkan. "Dia telah memaku jalan darah dibelakang
batok kepala Toa Hiong serta Su Hiong dengan tiga batang jarum emas, kemudian
mengutus pula seseorang untuk menyaru sebagai murid Thio Cu Yoe guna memberi
bisikan kepada kita. Kalau dipikir keberanian orang itu betul2 luar biasa, hasil karyanya
sangat hebat dan sukar disaingi orang lain."
"Orang itu harus mempunyai seorang anak buah yang mempunyai perawakan serta
raut wajah yang mirip dengan murid Thio Cu Yoe kalau tidak rencana ini tidak bisa
dijalankan dengan sempurna."
Boe Wie Tootiang tersenyum.
"Kalau soal itu sih tidak perlu, asal dia memiliki ilmu merubah wajah yang sempurna.
Raut wajah seseorang dapat dirubah sekehendak hatinya!"
"Saudara Siauw, apakah dia telah memberitahukan asal usul kepadamu" tanya sang
pengemis. "Tidak, dia hanya menerangkan bagaimana caranya mencabut jarum emas itu dari jalan
darah diatas kepala, kemudian menerangkan pula sebelum kentongan pertama malam
nanti dia harus pulang memberi laporan, soal asal usulnya tak diungkap barang sepatah
katapun, hanya saja kalau didengar dari nada suaranya aku rasa dia bukan seorang lelaki
tulen." "Maksudmu perempuan yang menyaru jadi lelaki?"
"Betulkah perempuan yang menyaru jadi lelaki aku kurang tahu, hanya saja aku dengar
suara halus dan lembut tidak mirip suara seorang pria!"
"Benar!" Boe Wie Tootiang mengangguk. "Tentu mereka sudah tangkap lebih dahulu
kedua orang pengiring Thio Cu Yoe, kemudian dengan ilmu merubah wajah dia urus pula
anak buahnya untuk menyelinap kesisi Thio Cu Yoe. Berhubung perawakan bocah
pengiring Thio Cu Yoe sangat kecil maka terpaksa ia gunakan perempuan yang menyaru
sebagai pria." "Ehmm! memang beralasan."
"Perduli apakah orang itu pria atau perempuan yang terpenting bagi kita adalah
mengetahui asal usulnya."
"Menurut pandangan pinto dalam waktu singkat belum tentu orang itu suka
memperlihatkan asal usulnya yang sebenarnya."
"Aku sipengemis tua selalu tidak habis mengerti ada banyak orang muncul dalam dunia
persilatan tidak dengan sikap yang terang2an dan terbuka sebaliknya sengaja berlagak
misterius, berbuat kasak kusuk. Entah apa maksud mereka yang sebenarnya?"
"Ada orang berbuat demikian karena keadaan yang terpaksa, misalnya saja pihak
musuh yang terlalu besar, tapi ada pula sebagian orang yang meminjam kemisteriusan


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut untuk merahasiakan asal usulnya sendiri."
"Soen Loocianpwee serta Tootiang sudah banyak tahun berkelana dalam dunia
persilatan, apakah kalian tidak berhsil menemukan sesuatu titik terang?"
Boe Wie Tootiang menggeleng.
"Aku sudah putar otakku banyak waktu tetapi belum berhasil juga untuk mengetahui
siapakah orang itu."
"Kalau sipengemis tua berhasil menemukan sesuatu titik terang, sejak tadi aku sudah
suruh dia tampil kedepan!"
"Kalau dibicarakan menurut keadaan sekarang, rupanya anak buah orang itu lebih
banyak perempuannya daripada kaum pria, bahkan setiap kali selalu membantu kita
dengan segenap tenaga."
Boe Wie Tootiang gerakan bibirnya seperti mau bicara, namun akhirnya dibatalkan
niatnya itu. "Saudara Siauw, kau tak usah buang tenaga dengan percuma untuk memikirkan
persoalan itu" seru Soen Put shia. "Rupanya bukan saja gerak gerik dari Djen Bok Hong
berhasil ia ketahui bagaikan melihat jari tangan sendiri, bahkan gerak gerik kitapun
rasanya telah berada dibawah pengawasannya. Kalau dia ingin berjumpa dengan dirimu
meskipun kau tidak ingin bertempurpun tak mungkin, sebaiknya kalau dia tak ingin
bertemu dengan kita dibicarakanpun tak ada gunanya."
"Aaa".! entah apakah orang ini yang telah menolong ayah ibuku"."
Belum habis dia berbicara tiba2". sreet! sebatang anak panah meluncur datang dan
menancap diatas sebuah pohon besar lima depa disisi Siauw Ling.
Pada ujung anak panah terikat sebuah tabung tadi terdapat sepucuk surat.
Laksana kilat Boe Wie Tootiang melayang kesisi anak panah tadi dan mencabutnya,
terbacalah diatas surat itu bertulisan beberapa patah kata yang berbunyi demikian, "Surat
ini ditujukan untuk Siauw Ling pribadi!"
Karena itu perlahan2 surat tadi segera diserahkan ketangan Siauw Ling.
Sepintas lalu Siauw Ling membaca sampul surat tadi, kemudian membuka isinya dan
segera dibaca. "Rupanya Djen Bok Hong telah sadar bahwa dirimu sukar ditaklukan dan digunakan
tenaganya, maka dia telah mengambil keputusan untuk membinasakan dirimu. Menurut
apa yang kuketahui caranya turun tangan teramat keji dan telengas. Rupanya dia hendak
menggunakan sejenis obat racun yang sangat ganas untuk meracuni dirimu sampai mati.
Disamping itu telah mengutus pula beratus2 orang jago lihay untuk menghadapi kau
seorang. Rencana ini dijalankan Djen bok Hong dengan rapi dan sangat dirahasiakan,
karena itu apa yang kuketahui sangat terbatas, semoga setelah kau membaca surat ini
dalam tingkah lakumu sehari2 bisa lebih waspada dan berhati2."
Dibawah surat tadi tak ada nama ataupun sesuatu tanda pengenal.
Selesai membaca surat itu Siauw Ling menghela napas panjang, dia segera
menyerahkan surat tersebut ketangan Boe Wie Tootiang.
Toosu itu membaca pula isinya, kemudian katanya, "Kita boleh mempercayai akan
kebenaran berita ini, tapi kitapun tak usah jadi patah semangat karena peringatan ini,
bagaimanapun juga memang ada baiknya kalau kita bikin persiapan."
Sementara itu Soen Put shia pun telah selesai pula membaca surat tadi dia lantas
berkata, "Mengenai persoalan ini aku sipengemis tua mempunyai satu akal, yaitu kita
lawan rencana keji Djen Bok Hong dengan siasat pula, kita saksikan saja rencana keji apa
yang telah dipersiapkan Djen Bok Hong terhadap saudara Siauw."
"Entah bagaimana menurut pendapat Loocianpwee?"
"Lebih baik kita kembali dulu kepartai tootiang, disana baru kita bicarakan lagi"."
Pengemis itu merandek sejenak, lalu tambahnya, "Agaknya aku sipengemis tua masih
ingat kalau kau telah memerintahkan sutemu membawa para jago menanti kedatangan
kita dilembah Huang Yang Kok, bukankah begitu?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Sudah banyak tempat yang aku jelajahi, namun tak bisa kubayangkan dimanakah letak
lembah Huang Yang Kok tersebut?"
"Lembah Huang Yang Kok hanyalah suatu kata sandi belaka, biarlah pinto yang
membawa jalan, tidak sampai satu jam kita sudah akan tiba ditempat tujuan."
Tanah pegunungan jarang sekali disinggahi orang, ketiga orang itu segera melakukan
perjalanan dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh, tidak sampai satu jam
sampailah mereka didalam sebuah lembah yang subur dan nyaman.
Dalam lembah itu penuh tumbuh pepohonan yang rindang, tanah seluas beberapa
ratus tombak boleh dikata tampak hijau permai.
"Tempat inikah yang kau maksudkan sebagai lembah Huang Yang Kok".?" tanya Soen
put shia. "Sedikitpun tidak salah. Pinto telah menetapkan tempat ini dinamakan lembah Huang
Yang Kok"." sembari berbicara toosu itu bertepuk tangan tiga kali.
Dari balik pepohonan yang rindang kurang lebih tiga tombak dari kalangan segera
muncul Ceng Yap Cing, serunya sambil menjura, "Selamat datang suheng!"
"Ehmm, bagaimana keadaan luka dari Be Cong Piauw Pacu?"
"Sudah radaan baik" tanpa banyak bicara dia segera membawa beberapa orang
menerobosi pepohonan yang rindang.
Mengikuti dibelakang jago muda dari Bu tong pay, diam2 Siauw Ling memperhatikan
keadaan disekeliling tempat itu, tampaklah sebuah bukit karang yang menonjol keudara
berdiri disebuah bidang tanah kosong seluas tiga tombak persegi, pepohonan nan hijau
mengelilingi sekelilingnya dan menutupi cahaya sang surya, belasan orang anak murid Bu
tong pay dengan pedang masih tersoren dipunggung duduk mengatur pernapasan disitu.
Diam2 Soen put shia menghela napas panjang pikirnya, "Partai Bu tong termasuk juga
suatu partai besar yang tersebar didalam dunia persilatan dewasa ini. Hanya dikarenakan
harus bermusuhan dengan pihak perkumpulan Pek Hoa San cung, terpaksa mereka harus
kumpulkan kekuatan inti partai untuk menyingkir kesana kemari"."
Sementara itu terdengar Siauw Ling Siauw Ling bertanya, "Soen Loocianpwee, apakah
kau mempunyai rencana bagus untuk menghadapi utusan2 yang dikirim Djen Bok Hong?"
Soen Put shia mendongak dan tertawa terbahak2.
"Cara dari aku sipengemis tua hampang sekali, cuma kita musti pandai ilmu merubah
wajah!" "Pinto mengetahui sedikit banyak mengenai ilmu merubah wajah!"
"Kalau begitu kebetulan sekali"."
Dia merandek sejenak, lalu sambungnya lebih jauh, "Dengan pelbagai macam akal Djen
Bok Hong berusaha hendak menculik orang tua saudara Siauw, maksudnya bukan lain
adalah Siauw Ling terjepit dan tenaganya bisa digunakan, tetapi keinginannya ini selalu
tidak berhasil dipenuhi sementara dalam hatinya semakin merasa yakin kalau Siauw Ling
adalah satu2nya musuh tangguh yang bakal menghalangi cita2nya untuk menjagoi Bulim,
maka dalam keadaan begini dia merasa betapapun juga saudara Siauw harus segera
dilenyapkan. Maka itulah dikirim beratus2 orang jago untuk membinasakan saudara
Siauw." "Kendati begitu Djen Bok Hong pun bukan manusia bodoh, dia tentu tahu sampai
dimanakah kepandaian silat yang dimiliki Siauw Ling dan tahu pula sampai dimana
kemampuan dari jago-jagonya. Karena itu menurut pendapatmu para jago lihay yang
dikirim olehnya pasti membawa sesuatu benda yang luar biasa, dan tak usah pikir lebih
lanjut benda itu pasti mengandung racun yang amat keji, karena itu aku sipengemis tua
mengusulkan lebih baik utuslah beberapa orang murid partai Bu tong untuk menyaru
sebagai Siauw Ling yang mana secara diam2 aku serta saudara Siauw akan melindungi
setelah kamipun dirubah wajahnya. Suatu ketika kita berhasil mengetahui senjata keji
apakah yang mereka andalkan, rasanya tidak sulit untuk menghadapi manusia2 tersebut."
Boe Wie Tootiang membungkam beberapa saat lamanya, sementara ia menatap wajah
Siauw Ling tajam2. "Cara yang loocianpwee utarakan memang luar biasa" katanya. "Tetapi pinto rasa
bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk menyaru seperti wajah Siauw thayhiap."
"Itupun tak ada sulitnya, asal kita bisa membali wajahnya sedikit banyak mirip dengan
Siauw thayhiap kemudian kalau siang hari kita bersembunyi didalam rumah penginapan
dan menghindarkan diri dari perjumpaan dengan orang lain, asal kabar ini tersiar orang2
dari Djen Bok Hong pun tidak akan mencari kita."
Boe Wie Tootiang mengangguk.
"Disebabkan nama besar dan pengaruh Djen Bok Hong yang besar dewasa ini partai2
besar tak satupun yang berani memusuhi dirinya secara terang2an, sebaliknya Siauw
thayhiap bisa angkat nama dalam waktu singkat semuanya bukan lain adalah karena dia
berani melawan kekuatan Djen Bok Hong. Sejak dahulu hingga kini jarang sekali kita
menemui manusia macam Siauw thayhiap yang bisa dihormati serta disegani orang dalam
waktu yang tak seberapa lama."
Dia angkat kepala dan menghembuskan napas panjang, sambungnya lebih jauh, "Letak
partai Bu tong boleh dibilang paling dekat dengan perkampungan Pek Hoa San cung
sekarang kami telah menjadi sasaran utama dari Djen Bok Hong. Aaai".! sejak Thio Sam
Hong Couwsu mendirikan Bu tong pay belum pernah partai kami dipaksak orang sehingga
harus mengungsi ketempat lain, pinto sebagai seorang ciangbunjien bukan saja tidak
sanggup menjayakan nama partai sebaliknya malah harus memimpin kekuatan ini Bu tong
pay berkeliaran dimana2"."
"Tootiang, kau tak usah mendendam kewibawaan serta keberanian sediri, didalam
dunia persilatan semua orang sanggup partai Siauw lim sebagai pemimpin tulang
punggungnya dunia kangouw, sebagai pemimpin kalangan lurus, tetapi dalam pandangan
aku sipengemis tua tidaklah demikian, partai kalian dijadikan sasaran terutama dari
perkampungan Pek Hoa San cung, itu berarti Djen Bok Hong lebih memandang tinggi
partai Bu tong dari pada Siauw lim pay."
Boe Wie Tootiang tersenyum.
"Loocianpwee terlalu memuji Djen Bok Hong memandang partai Bu tong sebagai
sasaran yang terutama hal ini bukan lain disebabkan letak gunung kami yang
menguntungkan." "Cayhe merasa tidak habis mengerti akan sesuatu persoalan, tolong tootiang suka
memberi penjelasan" tiba2 Siauw Ling menimbrung dari samping.
"Silahkan Siauw thayhiap utarakan persoalanmu."
"Tootiang membawa semua inti kekuatan partai Bu tong menyingkir kemari, apakah
dalam istana Sam Goan Koan digunung Bu tong san masih ada kekuatan" seandainya
Djen Bok Hong mengutus jago-jagonya untuk menyerang Sam Goan. Bukankah anak
murid tootiang yang ada disitu bakal runyam dan hancur binasa?"
"Tentang soal ini pinto telah memikirkannya" jawab Boe Wie Tootiang setelah
termenung sebentar. "Tetapi aku rasa Djen Bok Hong sebagai jagoan yang licik dan
berambisi besar dia tak nanti akan melakukan hal itu, sebab meskipun dia basmi anak
muridku yang ada dikuil Sam Goan Koan belum berarti partai Bu tong sudah roboh bahkan
dengan adanya peristiwa tersebut mungkin malahan akan membangkitkan semangat
juang jago-jago kami dan memperdalam rasa dendam kami terhadapnya. pinto rasa Djen
Bok Hong yang licik tidak nanti akan berbuat demikian."
"Sedikitpun tidak salah, aku sipengemis tuapun mempunyai pendapat yang sama."
"Aaah, kalau begitu maksud Boe Wie Tootiang dengan membawa jago-jago partainya
berkelana didalam dunia persilatan tidak lain adalah untuk menghindari serbuan secara
besar2an dari Djen Bok Hong" pikir Siauw Ling didalam hati.
Mendadak terlihatlah Soen Put shia mendepakkan kakinya keras2 keatas tanah sambil
berseru, "Hingga kini aku sipengemis tua belum juga habis mengerti, apa sebabnya
sembilan partai besar tidak mau bersatu padu untuk memberikan suatu pelajaran yang
keras atas diri Djen Bok Hong" bila waktu kian hari kian berlarut kekuatan serta pengaruh
Djen Bok Hong akan semakin kuat, apakah mereka baru mau bangkit berdirisetelah alis
mata mereka terbakar".?"
"Ai, meskipun perkataan loocianpwee sedikitpun tidak salah, namun masing2 partai
besar mempunyai kesulitannya masing2" kata Boe Wie Tootiang sambil menghela napas.
"Menurut apa yang pinto ketahui, para ciangbunjien dari pelbagai partai besar bukannya
tidak mengetahui akan pendapat itu. Cuma saja kekuatan dari Djen Bok Hong terlalu
besar dan kuat, siapapun tidak ingin menjadi panglima pembuka jalan. Aaai". satu kali
salah melangkah bisa jadi segenap partainya bakal musnah, oleh sebab itu para partai
besar secara diam2 telah memilih jago-jago andalannya untuk mencari berita anak kunci
istana rahasia dengan jalan menyaru, mereka berharap bisa mendapatkan ilmu silat
peninggalan jago-jago tadi dan berhasil menaklukkan Djen Bok Hong, angkat nama
partainya dan menjagoi Bulim"."
Berbicara sampai disini ia merandek dan menoleh memandang sekejap kearah Siauw
Ling, setelah itu ujarnya lagi, "Pinto ada beberapa persoalan yang rasanya tidak pantas
untuk ditanyakan, namun pinto berharap Siauw thayhiap suka menjawabnya."
"Apakah persoalan itu menyangkut soal kunci istana terlarang" sahut Siauw Ling sambil
tersenyum. "Sedikitpun tidak salah, menurut berita yang tersiar didalam dunia persilatan katanya
anak kunci istana telah jatuh ketangan Gak Im Kauw, entah benarkah kabar tersebut?"
"Kendati boanpwee pernah berjumpa dengan Gak Im Kauw" sahut Siauw Ling seraya
menggeleng. "Namun pada waktu itu boanpwee masih merupakan seorang bocah yang
sama sekali tidak mengetahui urusan Bulim, tentu saja tidak mengerti pula akan persoalan
anak kunci istana terlarang tersebut."
"Menurut kabar beritanya katanya Gak Im Kauw telah meninggal dunia, benar tidak
kejadian ini?" "Kabar tersebut sama sekali bukan berita sensasu, bibi Im ku memang benar2 telah
meninggal dunia." Boe Wie Tootiang menghela napas panjang.
"Pinto akan mengajukan satu pertanyaan lagi, yaitu apakah kunci istana terlarang telah
jatuh ketangan Gak Siauw Tjha?"
Jilid 22 Sebelum Siauw Ling sempat menjawab, mendadak terdengar seseorang tertawa dan
menyahuti, "Sedikitpun tidak salah benda itu memang sudah terjatuh ketangan nona Gak
Siauw." semua orang segera berpaling, tampaklah Tiong Cho Siang ku beserta Suma Kan,
Im Yang Cu sekalian sedang bergerak mendekati, orang yang menjawab barusan bukan
lain adalah Sang Pat. Terdengar si sie poa emas Sang Pat tertawa terbahak2, dia melirik sekejap kearah si
anak muda itu dan lantas membungkam.
Sementara itu Siauw Lingpun melirik sekejap kearah Sang Pat, kemudian ujarnya,
"Mengenai persoalan ini, kedua orang saudaraku mengetahui lebih jelas, lebih baik
Tootiang bertanya kepada mereka saja!"
Sang Pat tertawa jengah, ujarnya, "Menurut pemberitahuan dari nona Gak sendiri,
katanya anak kunci istana terlarang memang betul2 sudah terjatuh ketangannya, tetapi
dia tidak membawa dibadan dan cayhe sendiripun tak tahu benda itu telah disimpan
dimana"." "Ai". kalau begitu, pinto berharap agar nona Gak bisa cepat2 masuk kedalam istana
terlarang, guna mempalajari ilmu sakti dan berhasil menaklukkan Djen Bok Hong."
Mengungkap soal Gak Im Kauw beserta Gak Siauw Tjha, Siauw Ling merasa hatinya
teramat sedih, jenasah Bibi Im nya yang belum dikebumikan, jejak Gak Siauw Tjha yang
lenyap tak berbekas membuat hatinya terasa sangat pedih, tanpa terasa dia menghela
napas panjang dan tundukkan kepalanya rendah2.
Sang Pat sendiri sebetulnya sedang merasa amat bersemangat untuk membicarakan
soal kunci istana terlarang namun menyaksikan kepedihan hati toakonya, dia jadi
bungkam dalam seribu bahasa dan tak berani banyak bicara lagi.
Soen Put Shia menyapu sekejap wajah para jago, kemudian dia berkata, "Gak Im Kauw
telah meninggal dunia, sejak Gak Siauw Tjha tidak diketahui dua berarti kabar berita
mengenai kunci istana terlarang pun sukar ditemukan bagaikan batu yang tenggelam
ditengah samudra, menurut aku sipengemis tua lebih baik urusan ini tak usah dibicarakan
lagi." "Persoalan paling penting yang sedang kita hadapi saat ini adalah bagaimana caranya
menghadapi Djen Bok Hong serta menyelamatkan umat Bulim dari penjagalan besar2an,
apakah sebelum kunci istana terlarang muncul dalam dunia kangouw lantas kita tak
sanggup melenyapkan Djen Bok Hong dari muka bumi?"
"Kepedihan hati Siauw Ling seketika tersapu lenyap dari kobaran semangat dari Soen
put shia barusan, dia segera busungkan dada dan menyahut, "Sedikitpun tidak salah!
dewasa ini para partai besar para orang gagah dari pelbagai daerah tak berani melakukan
perlawanan atas tindak tanduk Djen Bok Hong bukan lain adalah disebabkan karena
mereka sudah dibikin jeri oleh kejadian benggolan iblis tersebut. Menurut pendapat cayhe
lebih baik kita kasih pelajaran buat Djen Bok Hong agar jabar kekalahannya tersebar luas
didalam dunia kangouw, dengan berbuat demikian kemungkinan besar kita bisa
memancing semangat perlawanan dari partai2 besar."
"Sedikitpun tidak salah!"teriak Soen put shia sambil acungkan jempolnya. "Bagus".
bagus sekali, semangat jantan memang biasanya muncul pada usia muda!"
"Siauw thayhiap, meskipun apa yang kau utarakan barusan memang merupakan satu
tindakan yang tepat, namun menurut pinto bilamana kita campurkan pula sedikit rencana
yang masak, niscaya hasil yang kita peroleh akan semakin cepat."
"Bagaimana maksud tootiang?"
"Bilamana kita sudah peroleh sedikit kemenangan maka kita musti sengaja
memperbesar kemenangan itu disamping menyiarkan pula kabar berita yang mengatakan
bahwa Djen Bok Hong ada rencana menyerang sesuatu partai besar, dengan berbuat
demikian ada kemungkinan bisa bangkitkan semangat perlawanan mereka jauh lebih
cepat, asal semua partai besar mau bersatu padu niscaya dengan mudah Djen Bok Hong
dapat disingkirkan dari muka bumi."
"Betul, menggunakan tentara memang musti diimbangi dengan siasat yang lihay makin
licik siasat tersebut makin bagus. Terhadap manusia keji macam dia memang sepantasnya
kalau kita hadapi dengan tindakan apapun."
"Aaaai". tapi ada satu persoalan cayhe harus terangkan terlebih dahulu."
"Persoalan apa?"
"Menurut apa yang cayhe ketahui, dalam tubuh tiap partai besar termasuk juga Kay
pang serta Sin Hong Pang telah disusuni mata2 dari Djen Bok Hong, oleh karena itu setiap
gerak gerik partai2 besar dengan cepat dapat diketahui oleh Djen Bok Hong. Masalah ini
menyangkut mati hidupnya seluruh umat Bulim bagaimanapun juga kita harus rencanakan


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dulu masak2." "Akh, telah terjadi peristiwa itu?" teriak Boe Wie Tootiang tertegun.
"Aku orang she Siauw pernah menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri, sudah tentu
tidak akan salah lagi, hanya saja sayang tatkala mereka bertemu dengan Djen Bok Hong
waktu itu telah mengenakan kain kerudung semua, sehingga sulit bagi cayhe untuk
mengenali mereka." "Oooh, sungguh menakutkan, pinto akan segera membuat surat untuk para partai
besar agar merekapun bisa memperhatikan tentang persoalan ini".!"
Siauw Ling membungkam sesaat, sementara sepasang matanya dengan tajam
menyapu sekejap wajah para jago Bu tong pay yang duduk disekitar sana, setelah itu
katanya, "Dalam tubuh partai Bu tong sendiripun disusupi mata2 perkampungan Pek Hoa
San cung, dikala Tootiang mengutus orang untuk menyampaikan surat kepada para partai
besar alangkah baiknya kalau direncanakan lagi dengan lebih seksama."
"Tentang persoalan ini pinto pasti akan memikirkannya baik2" sahut Boe Wie Tootiang
dengan wajah serius, sinar matanya perlahan2 menyapu sekejap para jago yang ada
disekeliling tempat itu kemudian tegurnya, "Untuk sementara waktu kalian boleh
mengundurkan diri dari sini."
Belasan jagoan Bu tong pay yang duduk disekeliling sama berbareng bangkit berdiri
dan segera mengundurkan diri.
Dengan begitu maka disekitar tempat itu tinggal Soen put shia, Tiong Cho Siang Ku,
Siauw Ling, Suma Kan, Boe Wie Tootiang, Im Yang Cu serta Ceng Yap Ching beberapa
orang. Menanti semua anak muridnya telah pergi jauh, Boe Wie Tootiang baru berkata dengan
suara lirih. "Kita tak boleh terlalu melancarkan kekuatan kita, paling baik dibagi jadi dua
rombongan saja, disamping itu harus sling berhubungan kelompok yang lain. Sehingga
seandainya salah satu rombongan kepergok Djen Bok Hong, kita masih sanggup
menghadapinya dengan seimbang."
"Ucapan tootiang sedikitpun tidak salah."
"Tetapi kita harus menyiapkan pula beberapa orang Siauw Ling gadungan agar
pengawasan Djen Bok Hong terhadap kita jadi semakin kacau" Soen Put shia
mengusulkan. "Memang sudah seharusnya demikian."
Setelah berunding masak maka para jagopun mulai melaksanakan tugasnya masing2.
Dan dengan demikian suatu pertarungan adu kepintaranpun segera berlangsung.
Boe Wie Tootiang sendiri kecuali mengirim beberapa orang muridnya untuk
menyampaikan surat peringatan untuk pelbagai partai besar, diapun memilih enam orang
muridnya yang memiliki ilmu pedang terlihay untuk melepaskan jubah memakai pakaian
biasa dan menyaru sebagai Siauw Ling kemudian dibawah perlindungan Ceng Yap Chin,
Soen Put shia serta Siauw Ling sekalian berangkat meninggalkan lembah Huang Yang Kok.
Im Yang Cu dengan membawa sebagian murid Bu tong Pay mendapat tugas melindungi
keselamatan Be Boen Hwie yang terluka.
Pada saat ini semua jago telah mendapatkan make up yang amat sempurna, tidak
terkecuali pula Boe Wie Tootiang sang ciangbunjien dari partai Bu tong, dia menyaru
sebagai seorang sastrawan yang gagal dalam ujian.
Soen put shia menyaru jadi seorang kusir kereta, Suma Kan sendiri menyaru sebagai
tukang ramal. Bagi Tiong Cho Siang Ku berdua yang sudah sering menyaru, kali ini mereka menyaru
menjadi sepasang kusir keledai.
Ceng Yap Chin dan Siauw Ling memakai jubah lebar dan menyaru jadi kakek setengah
tua, mereka berdua masing2 menunggang seekor keledai.
Enam orang jago Bu tong pay menyaru jadi tukang kuli pikul. Pedagang dan macam2
ragam yang dengan cepat mencampur baurkan diri dengan para pejalan kaki dijalan raya
menuju kota Oh Cioe. Sepanjang jalan diam2 para jago memperhatikan situasi disekitar mereka, sedikitpun
tidak salah mereka telah temukan banyak jago Bulim yang bersimpang siur ditengah jalan.
Dunia persilatan benar2 telah mengalami goncangan yang sangat hebat.
Kendati Djen Bok Hong terkenal akan ketajaman pendengarannya, namun kali ini
mimpipun dia tidak menyangka kalau Boe Wie Tootiang sekalian bakal muncul dalam
dunia persilatan dengan jalan menyaru. Karena itu sepanjang perjalanan mereka tidak
mengalami peristiwa apapun.
Hari itu tatkala sang surya telah condong kearah barat mereka telah tiba diluar kota
Ooh Chioe. Pada saat itulah Sang Pat berbisik kepada Siauw Ling yang menunggang keledai,
"Diluar pintu kota sebelah selatan terdapat sebuah rumah penginapan yang amat besar
bernama Lak Hoo karena kamarnya sangat banyak maka orang yang menginap disitupun
paling banyak ragamnya, seandainya Djen Bok Hong menaruh orang dikota ini maka
sembilan puluh persen mata2 itu pasti berada dirumah penginapan Lak Hoo. Setelah kita
tiba disini alangkah baiknya kalau menginap disini saja!"
"Baiklah!" sahut Siauw Ling sambil mengangguk. "Mari kita percepat sedikit menuju
kesana, tinggalkanlah kode rahasia yang menunjukkan arah tujuan kita, kalau kita
bersama2 memasuki rumah penginapan itu niscaya kehadiran kita akan dicurigai mata2
Djen Bok Hong, keadaan pada saat ini jauh berbeda dengan keadaan dihari2 biasa,
janganlah kita salah bertindak sehingga mengakibatkan keadaan kita ditempat terang dan
musuh ada ditempat kegelapan."
Sang Pat mengangguk dia segera tinggalkan kode rahasia dan segera berangkat
menuju kerumah penginapan Lak Hoo.
Ketika mereka tiba disana, saat itu menunjukkan senja hari.
Sang Pat serahkan keledainya pada sang pelayan dan memesan sebuah ruang berikut
halaman, kemudian melangkah masuk lebih dahulu.
Suasana dalam penginapan terang benderang ketika itu saatnya orang bersantap
malam, dalam sebuah ruang yang sangat luas tertera puluhan meja besar tetapi
kebanyakan telah diisi orang. Hal ini menunjukkan kalau rumah penginapan itu memang
ramai sekali. Diam2 Siauw Ling memperhatikan keadaan sekeliling tempat itu, mendadak ia temukan
dua orang lelaki kekar berbaju hitam yang sedang duduk saling berhadapan. Raut wajah
orang itu sepintas lalu kelihatan sangat dikenal, hanya saja untuk sesaat ia tak sanggup
mengingat2nya siapa gerangan orang tadi.
Ia takut pihak lawan menaruh curiga maka tak berani banyak memandang, mengikuti
dibelakang Sang Pat si anak muda itu segera melangkah masuk kedalam.
Tempat itu merupakan sebuah ruang tamu yang sangat luas, ditengah ruangan tertera
sebuah meja berkaki delapan, mungkin biasanya digunakan untuk bersantap.
Pelayan yang menghantar mereka melirik sekejap kearah Siauw Ling serta Ceng Yap
Chin, menaksikan kedua orang itu memakai baju yang kasar serta bertingkah laku
kampungan segera berkata dengan suara lantang, "Loocianpwee berdua, ruangan ini
mahal sekali, kalau kalian tidak ingin terlalu banyak mengeluarkan uang lebih baik pindah
saja kekamar yang jauh lebih murah."
Sang Pat tidak ingin ribut, cepat2 dia merogoh keluar dua tali emas dari sakunya.
Sambil disodorkan ketangan pelayan itu tanyanya, "Cukup tidak" walaupun kedua orang
wanggwe ini jarang sekali keluar rumah, tetapi dalam mengeluarkan uang mereka amat
royal." Dari ucapan pihak lawan rupanya pelayan menyadari kalau ia telah berjumpa dengan
orang yang sedang berpergian, buru2 ia tertawa paksa.
"Oooh, cukup, cukup, silahkan kalian berempat beristirahat, hamba segera siapkan
sepoci air teh panas untuk kalian."
Menanti pelayan itu sudah lenyap dari pandangan. Siauw Ling lantas berbisik kepada
Sang Pat. "Sang heng, apakah kau telah menemukan manusia2 yang patut dicurigai?"
Sang Pat mengangguk. "Ehmm Kiam Bun Siang Ing! Toa Hong Kiam, sipedang pengejar angin Pey Pek Lie dan
Boe Im Kiam sipedang tanpa bayangan Than Tong."
"Dalam dunia persilatan Kiam Bun Siang Ing merupakan jagoan yang punya nama."
sela Tu Kioe dengan suaranya yang adem. "Tak nyana mereka sudi diperalat oleh Djen
Bok Hong"." "Sussttt".! hati2 kalau bicara!"
Tu Kioe membungkam dan segera berjalan kehalaman tengah.
Menyaksikan Tu Kioe sudah berjaga diluar halaman. Sang Pat baru berkata lagi dengan
suara lirih, "Kalau memang Kiam Bun Siang Ing telah muncul disini, berarti pula pihak
perkampungan Pek Hoa San cung telah mengirim jago-jagonya kekota Ooh Chioe, hanya
ada satu persoalan yang mencurigakan masih tak dapat siauwte pahami."
"Persoalan apa?"
"Djen Bok Hong telah mengutus beratus orang jago lihaynya untuk menemukan jejak
toako dan siap turun tangan keji, tidak mungkin mereka bakal turun tangan secara
terang2an, kalau Kiam Bun Siang Ingpun mendapat tugas untuk membinasakan toako,
tidak nanti dia akan munculkan diri secara terang2an didalam rumah penginapan Lak Hoo
ini"." "Tidak salah, kalau mereka datang dengan jalan menyaru rasanya jauh lebih gampang
membokong diriku." "Kecuali orang yang memberi peringatan kepada kita telah bersekongkol dengan Djen
Bok Hong, rasanya benggola iblis itu tak nanti bisa menyangka kalau kita bisa munculkan
diri didalam kota yang penuh dengan mata2nya."
"Ehmm, ucapanmu memang sangat beralasan" Siauw Ling membenarkan setelah
termenung sejenak. "Seandainya jago-jago perkampungan Pek Hoa San cung berbondong2 muncul disini
setelah toako tampil dikota Ooh Chioe dan ketahui mata2 Djen Bok Hong. Kejadian ini tak
suah diherankan. Tapi sebelum toako muncul jago-jago mereka sudah berdatangan disini,
peristiwa ini benar2 membikin orang tidak habis mengerti."
"Bila kita dapat menawan Kiam Bun Siang Ing dalam keadaan hidup2 mungkin
duduknya perkara bisa kita ketahui dengan jelas" sela Ceng Yap Chin dari samping.
"Cayhe rasa tindakan ini tak boleh sekali2 dilakukan"."
Terdengar suara batuk ringan Tu Kioe berkumandang datang.
Sang Pat segera membungkam.
Ketika berpaling tampaklah sang pelayan dengan tangan kanan membawa poci teh,
tangan kiri membawa sebuah nampan kayu melangkah datang dengan tindakan lebar.
"Kalian berempat ingin makan apa?" tegurnya.
Sang Pat memesan beberapa macam sayur lezat, pelayan itupun mengundurkan diri.
Ceng Yap Chin mendehem perlahan ujarnya, "Sang heng tidak setuju dengan pendapat
siauwte apakah kau mempunyai usul lain yang jauh lebih sempurna?"
"Menurut pendapat siauwte, kedatangan mereka pasti mempunyai rencana lain."
"Lalu bagaimana tindakan kita?"
"Menurut siauwte, lebih baik kita selidik dahulu apa maksud tujuan Kiam Bun Siang Ing
datang kemari." "Kalau tidak kita tangkap mereka berdua, mana bisa kita ketahui maksud kedatangan
mereka?" "Itu sih tak usah, diam2 kita bisa menyelidikinya."
"Menyelidikinya secara diam2?"
"Bagus sekali" seru Siauw Ling. "Kita bisa membagi diri jadi beberapa kelompok untuk
mengawasi dirinya, biarlah cayhe berangkat lebih dahulu"."
"Cayhe rasa lebih baik aku saja yang berangkat lebih dulu" tukas Ceng Yap Chin, dia
lantas bangkit berdiri dan siap berlalu.
"Nanti dulu, nanti dulu"." buru2 Sang Pat mencegah. "Toako serta Ceng heng tak usah
repot2 pergi sendiri, dengan dandanan kamu berdua pada saat ini usia kalian telah
melewati setengah abad, tetapi tingkah lakunya tidak mirip dengan seorang kakek tua,
jangan dikata dalam pandangan Kiam Bun Siang Ing bisa mengetahui penyaruan kalian,
sekalipun seorang manusia biasapun tidak sulit untuk menemukan kelemahan dalam
penyaruan kalian itu."
"Lalu bagaimana kita sekarang?"
Sie poa emas Sang Pat tersenyum.
"Pekerjaan semacam ini tidak pantas dilakukan kita semua, menurut siauwte dikolong
langit dewasa ini hanya ada dua orang yang bisa melakukannya dengan sempurna."
"Siapakah mereka?"
"Yang satu adalah segulung angin Peng In dari Kay pang sedang yang lain adalah
pencuri sakti Siang Hoei, kecuali mereka berdua anak murid Kay pang pun merupakan
pencari berita yang cekatan, hanya sayang Soen Put shia belum tiba, dia adalah Tiang loo
Kay pang. Aku rasa bila dia tampilkan diri untuk turunkan perintah maka para anggota Kay
pang dikota Ooh Chioe pasti akan membantu dirinya."
"Meskipun ucapan tidak salah, tapi Kiam Bun Siang Ing tidak nanti akan menunggu
hingga Soen Loocianpwee tiba disini baru pergi dalam keadaan situasi demikian terpaksa
kita harus berusaha sendiri."
"Baiklah" kata Sang Pat setelah termenung sejenak. "Kalian berdua berjaga2lah disini,
cayhe akan melakukan pemeriksaan sejenak ditempat luaran!" ia berpaling kearah Tu Kioe
dan tambahnya, "Toako serta Ceng heng jarang sekali melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, kau harus berhati2 jangan sampai pihak kita yang malahan diawasi orang."
"Jangan kuatir, kau boleh berangkat dengan hati lega."
Sang Pat segera putar badan dan berlalu dari ruangan, jangan dilihat perutnya yang
buncit dan gede, namun gerak geriknya lincah sekali.
Tu Kioe segera menutup pintu dan berkata dengan suara lirih, "Kalian berdua harap
berada didalam kamar saja, biar aku yang berjaga diluar."
Tiba2 terdengar seseorang berseru keras, "Sayur dan arak telah datang."
Tu Kioe membuka pintu dan menerima sayur serta arak itu, ujarnya, "Setelah
melakukan perjalanan seharian penuh, pada saat ini kami merasa amat lelah mangkuk
dan sumpit harap diambil besok pagi saja."
Pelayan itu tertegun namun akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah!" dengan cepat diapun berlalu.
Tu Kioe membawa sayur dan kedalam kamar, pesannya, "Cepatlah kalian bersantap,
setelah itu padamkan lampu lentera."
Meskipun diluar Siauw Ling tidak bicara namun didalam ia menggerutu tiada hentinya.
"Hu". hidup macam apakah ini" sungguh menyesakkan dada."
Mereka bertiga cepat2 bersantap kemudian Tu Kioe membereskan mangkuk dan sumpit
kemudian padamkan lampu, setelah pintu dan jendela diperiksa semua iapun duduk
bersila didalam ruangan. Satu jam lewat dengan cepat tetapi Sang Pat tak kunjung datang Siauw Ling mulai
kuatir pikirnya, "Karena sudah begitu lama dia belum juga kembali" jangan2 telah
menemui kesulitan"."
Tak tahan lagi dia menghela napas dan bergumam, "Seharusnya Sang heng telah
kembali." Dalam pada itu suasana diruang depan sudah radaan hening, suara ribut dan hiruk
pikuk yang membisingkan telingapun telah banyak berkurang.
Tu Kioe mendehem ringan dan menjawab, "Toako, kau tidak tahu, meskipun diluar
wajahnya Sang Loo jie kelihatan halus dan ramah tetapi rasa ingin tahu dalam hatinya
sangat tebal, dibalik gelak tertawanya yang haha". hihi, dia mempunyai watak yang tak
terima sebelum tujuannya tercapai, setelah ia pergi sebelum duduknya perkara dibikin
jelas tak nanti ia akan kembali."
Mendengar itu Siauw Ling menghela napas panjang, bibirnya bergerak seperti mau
mengucapkan sesuatu namun akhirnya dibatalkan.
Tu Kioe melirik sekejap kearah Siauw Ling lalu berkata kembali, "Toako tak usah selalu
menguatirkan keselamatannya asal dia tak ada minat untuk berkelahi, sekalipun bertemu
dengan musuh tangguh nomor wahid tidak nanti ia bisa terkurung."
"Semoga saja ia dapat kembali dalam keadaan sehat walafiat tanpa kekurangan
sesuatu apapun." "Lebih baik kita tunggu satu jam lagi." usul Ceng Yap Chin. "Apabila dia belum juga
kembali, maka kita harus berusaha menemukan Soen Loocianpwee serta suhengnya untuk
merundingkan masalah ini."
Kiranya Soen put shia serta Siauw Ling sekalian telah berangkat dengan kelompok yang
terpisah, mereka telah berjanji kecuali keadaan situasi yang terlalu mendesak perduli
dalam menginap, melakukan perjalanan atau bertemupun dilarang bercakap2 sehingga
menarik perhatian orang lain.
Sementara beberapa orang itu masih berunding, tiba2 pintu kamar terbuka dan sesosok
bayangan manusia menerjang masuk kedalam.
"Siapa?" hardik Tu Kioe.
Ditengah bentakan badannya berkelebat kedepan menghadang didepan pintu ruangan.
"Aku!" jawab orang itu lirih. "Cepat pasang lampu!"
Tu Kioe segera kenali suara saudaranya, buru2 dia cari korek api dan memasang
lampu. Tampaklah air muka Sang Pat telah berubah jadi hijau membesi. Ketika itu dia berdiri
dengan tangan kanan ditumpangkan keatas lengan kirinya, darah segar membasahi
seluruh baju bagian kirinya.
Siauw Ling jadi terperanjat, buru2 ia mendekati Sang Pat segera menegur, "Saudara
Sang, parahkah luka yang kau derita?"
"Tidak mengapa, hanya sedikit luka luar, siauwte masih sanggup bertahan, asal diberi
obat luka niscaya sudah sembuh."
Dari dalam sakunya Ceng Yap Chin segera ambil keluar sebuah bungkusan, serunya,
"Obat penahan sakit Ci Hiat Ci Thong San dari partai Bu tong kami rasanya pernah Sang
heng dengar bukan?" "Tidak salah, memang sangat terkenal" jawab Tu Kioe sambil menerima bungkusan itu,
dia ambil bubuk obat tadi dan ditebarkan diatas luka, kemudian sambil membalut lengan
tersebut serunya seraya gelengkan kepala berulang kali. "Sungguh berbahaya, sungguh
berbahaya, satu mili saja lebih kedalam, tulangmu pasti sudah terluka."
"Oooh, jadi luka itu tidak sampai mengenai tulang lenganku?"
"Tidak, tapi nyaris sekali hampir terkena"."


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Heee, heee". semula aku kira lengan kiriku pasti akan jadi cacad, sungguh tak nyana
masih bisa ketolong"."
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tegur Siauw Ling.
"Aaaai". tatkala siauwte tiba siruang tengah, kebetulan Kiam Bun Siang Ing sedang
menyelesaikan notanya dan berlalu."
"Kau terlalu banyak kehilangan darah, jangan banyak bicara singkatnya saja!"
Sang Pat mengangguk. "Kuikuti dari belakang mereka melewati beberapa buah jalan, akhirnya sampailah kami
disebuah tempat yang amat ramai, lampu teng2an tergantung dimana2, orang yang
berlalu lalang saling berdesakan kedua belah sisi jalan adalah bangunan rumah yang
tinggi besar"."
"Tempat apakah itu" kok begitu ramai?" jago muda dari Bu tong pay menyela.
"Tempat itu bukan lain adalah sarang pelacuran yang tersohor dikota Ooh Chioe ini."
"Mau apa Kiam Bun Siang Ing pergi kesitu" apakah mereka berduapun orang2 yang
suka main perempuan?"
"Mula2 akupun merasakan tercengang, seandainya Kiam bun Siang Ing memang ada
maksud melepaskan hajatnya ditempat itu sepantasnya kalau mereka ganti pakaian dulu,
apa sebabnya mereka berangkat dengan tergesa2" karena itu kecurigaan siauwte makin
bertambah, aku segera mengejarnya kedalam."
"Oooh jadi Djen Bok Hong telah mendirikan pos mata2nya didalam sarang pelacuran
itu?" tanya Ceng Yap Chin.
"Menurut dugaanku bukan saja tempat itu merupakan sarang mata2nya, bahkan dari
situ pula semua komando dikirimkan"."
Ia merandek sejenak, kemudian terusnya, "Ketika kulihat mereka masuk kedalam
rumah pelacuran yang memakai merek gedung Sam Kang Soe It akupun segera ikut
masuk kedalam"."
"Lalu kenapa kau bisa terluka?"
"Apakah Kiam Bun Siang Ing hendak membinasakan dirimu dihadapan umum?"
sambung Tu Kioe. Sang Pat menggeleng. "Perubahan yang kemudian berlangsung banyak liku2nya, ketika aku mengejar hingga
kedalam gedung Sam Kang Soe It tampaklah orang hilir mudik disini banyak sekali,
perabot yang ada disitupun boleh dibilang sangat mewah, didepan ada kolam serta
gunung2an dikedua belah samping penuh dengan jendela berhorden, boleh dibilang
dagangannya laris dan untung besar."
Sebagian kebiasaan seorang pedagang membicarakan soal untuk maka Sang Pat pun
jadi lupa keadaan dan ngecipris terus tiada hentinya.
"Teruskan!" seru Siauw Ling dengan alis berkerut.
"Heeee". heee". penyakit lamaku memang selamanya sukar dirubah"." Sang Pat
mendehem ringan dan terusnya. "Ketika siauwte melihat Kiam Bun Siang Ing menuju
kebelakang gunung2an dan menuju kehalaman belakang maka aku segera menyusulnya
pula, siapa tahu dibelakang gunung2an situ terdapat sebuah pintu dan pintu tadi dijaga
dua orang pelayan kurang ajar benar kedua orang pelayan tadi, mungkin dipandangannya
pakaian siauwte pakaian amat kasar maka kepergianku segera dihalangi. Sebetulnya
siauwte hendak paksa menerobos kedalam tapi aku takut sudah mengejutkan Kiam Bun
Siang Ing, maka terpaksa aku mengundurkan diri setelah kuperiksa keadaan disekeliling
tempat itu, kucari sebuah tempat yang gelap dan loncat kedalam ruang belakang gedung
Sam Kang Soe It tersebut"."
"Dihalaman belakang penuh ditanami pepohonan bunga, lampu lentera digantung pada
setiap penjuru membuat suasana disekeliling sana jadi terang benderang bagaikan siang
hari, beberapa ruangan tampak tertutup oleh kain horden yang tebal. Sekilas memang
siauwte telah sadar bahwa halaman itu sudah diatur oleh orang lihay, peduli kau ada
disudut manapun sulit untuk menghindarkan diri dari sorotan cahaya lampu. Hal ini
memaksa siauwte harus berdiam beberapa saat diatas atap tanpa sanggup loncat
kehalaman belakang."
Teringat akan lukanya yang belum lama menderita, Siauw Ling tak ingin saudaranya
terlalu banyak bicara tak tahan selanya, "Saudara Sang, persingkat saja ceritamu!"
"Obat luka dari Bu tong pay benar2 sangat manjur, pada saat ini rasa yang siauwte
derita sudah banyak berkurang."
"Baiklah, kalau begitu perlahan sedikit suaramu agar jangan sampai menggetarkan
mulut lukamu!" Sang Pat tersenyum. "Siauwte tengok kesana tengok kemari tetapi belum berhasil juga menemukan dari
mana aku harus meloncat turun, tetapi aku pun tahu kalau harus begitu teruspun bukan
jalan yang tepat, akhirnya aku lantas mengambil keputusan untuk kembali dahulu dan
tukar pakaian"."
Begitu masuk kedalam ruangan Siauw Ling sekalian hanya repot membubuhi lukanya
dengan obat, kini setelah mendengar perkataan tersebut mereka lantas perhatikan
bajunya, ternyata Sang Pat telah tukar sebuah jubah berwarna hitam yang amat panjang.
"Dari mana dapat pakaian ini?" tanya Ceng Yap Chin.
"Kucari seseorang yang mempunyai potongan badan yang rada sama dengan
perawakanku, diam2 kutotok jalan darahnya, melepaskan pakaiannya, setelah
meninggalkan sedikit uang lantas masuk kembali kedalam gedung Sam Kang Soe It."
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas.
"Sedikitpun tidak salah, dengan dandananku sekarang ternyata kedua orang pelayan itu
sama sekali tidak menghalangi jalan pergiku dan biarkan aku masuk kedalam."
"Apakah halaman belakang sana merupakan tempat perkumpulan anak buah Djen Bok
Hong?" "Dihalaman belakang terdapat banyak sekali serambi serta lorong yang berliku2,
perabot disitu jauh lebih mewah dari pada halaman depan, diantaranya hanya ada dua
deret kamar yang tertutup, karena tak tahu Kiam Bun Siang Ing telah masuk kekamar
yang mana, maka diam2 siauwte hitung kamar yang ada disana, semuanya ada dua belas
pintu dan dari tiap kamar menyorot keluar cahaya lampu."
Kembali dia berhenti sebentar, setelah tukar napas sambungnya lebih jauh, "Tidak
salah, setelah kulintasi semua loteng itu satu kali dan tidak berhasil menemukan jejak
Kiam Bun Siang Ing. Diam2 aku mulai merasa bahwa diriku telah terjerumus kedalam
suasana yang penuh dengan mara bahaya."
"pada bagian mana yang tidak beres?"
"Waktu aku mula2 masuk kedalam masih tidak merasakan apa2, tetapi setelah
mengitari tempat itu satu kali aku baru merasakan keadaan yang sedikit tidak beres,
ternyata letak kedua belas buah pintu itu secara diam2 mengandung unsur barisan Pat
Kwa, jelas tempat itu bukan satu tempat pelacuran biasa, setelah kusadari bahwa keadaan
terjerumus dalam keadaan bahaya buru2 aku mengundurkan diri dari situ. Pada saat aku
belok pada tikungan tiba2 terdengar sambaran angin menyapu lewat dari sisi tubuhku,
meski dalam hati aku pasti waspada namun aku tak pernah mengira kalau dibalik tikungan
telah ada seseorang yang menantikan kedatanganku, untuk saat sulit bagiku untuk
meloloskan diri, maka tak ampun lagi lengan kiriku termakan oleh sebuah bacokan"."
"Apakah kau berhasil melihat raut wajah orang itu?" tanya Tu Kioe.
Dia sadar akan kelihayan ilmu silat yang dimiliki Sang Pat, meskipun ada orang secara
mendadak melancarkan serangan bokongan kepadanya, sukar juga untuk bikin jago kate
ini terluka. Sang Pat menggeleng. "Aku tidak berhasil menyaksikan raut wajahnya dan pula tidak sempat bagiku untuk
memeriksa. Sebab sambaran golok yang menerjang diriku menyapu datang dengan
cepatnya, masih untung aku cuma termakan sebuah bacokannya saja, dalam keadaan
begitu aku tak berani menerjang kedalam lebih jauh, sambil mengempos tenaga badanku
segera melayang keatas atap rumah. Ketika itulah puluhan titik cahaya tajam meluncur
secara berbareng kearahku berdiri, daerah seluas delapan depa telah terkurung oleh
serangan senjata rahasia yang rapat, bila aku tidak berhasil mempertahankan rasa
dongkolku untuk melancarkan serangan balasan, niscaya aku telah mati dibawah serangan
senjata rahasia itu."
"Aaah, persiapan yang demikian ketatnya jelas bukan disiapkan untuk menghadapi
siauwte seorang" seru Siauw Ling. "Sebaiknya memang sejak dahulu telah dipersiapkan
untung Sang heng punya akal yang panjang hingga tidak sampai terbokong oleh lawan."
"Ada satu perakalan siauwte merasa kurang paham."
"Persoalan apa?"
"Aku maksudkan bacokan golok yang berhasil melukai lenganku, tatkala untuk pertama
kalinya aku lewat pada jalan tersebut, telah perhatikan dengan seksama siauwte yakin
disitu tak ada orang, kemudian akupun sudah perhatikan lagi suasana disekitar sana yang
bebas dari manusia, lalu dari manakah datangnya sambaran golok tersebut".?"
Siauw Ling termenung sebentar, lalu ia menjawab, "Seandainya dibelakang dinding
terdapat sebuah alat rahasia yang bisa bergerak secara otomatis, dengan sendirinya
serangan golok itupun bisa muncul tanpa diduga."
"Baach benar! siauwte tidak sampai berpikir kesitu. Oooh". suatu persiapan yang
benar2 sangat keji! sekalipun bacokan golok itu tidak sampai membinasakan diriku, tetapi
serangan senjata rahasia berikutnya benar2 luar biasa. Sekalipun seorang jago kelas
satupun belum tentu dapat menyelamatkan diri dengan selamat. Masih untung nasib
siauwte rada baik dan segera loncat keatas atap, dengan demikian jiwaku berhasil
diselamatkan." "Waah". kalau cayhe yang harus menghadapi kejadian seperti itu, aku pasti bakal
terluka diujung senjata rahasia itu" komentar Ceng Yap Chian.
"Setelah kau melarikan diri keatas atap rumah, apakah ada orang yang mengejar
dirimu?" "Bangunan tersebut letaknya dekat dengan halaman depan lagi pula para tamu yang
berkunjung kesana amat banyak, ditambah pula gerakanku cepat sekali tiba2 sudah
menyelinap kedalam gerombolan manusia."
"Kalau begitu gedung Sam Kang Soe It memang radaan kukoay!"
"Djen Bok Hong telah menyebarkan anak buahnya keseluruh dunia untuk mencelakai
Siauw heng kenapa kita tidak obrak abrik pula beberapa markas besarnya agar dia tahu
rasa?" "Perkataan Ceng heng sedikitpun tidak salah, baiklah malam ini kita beristirahat sehari
besok malam kita baru pergi menengok keadaan Sam Kang Soe It."
"Toako, alangkah baiknya kalau kita mengadakan kontak dahulu dengan Boe wie
Tootiang, Soen Loocianpwee, kemudian baru melakukan suatu tindakan" Sang Pat
mengusulkan. "Tapi entah suheng cayhe berdiam pula didalam rumah penginapan Lak Hoo ini atau
tidak." "Mereka sudah menginap disini, ketika siauwte keluar tadi diam2 telah kuperiksa tanda
rahasia yang mereka lepaskan, suhengmu serta Soen loocianpwee telah berada disini
semua. Hanya kita tidak tahu mereka menginap dikamar mana?"
"Mata2 Djen Bok Hong sangat lihay, malam ini kita harus membagi tugas jaga malam."
Malam ini berlalu tanpa menemui kejadian apapun juga, ketika keesokan harinya fajar
baru menyingsing, secara beruntun Boe Wie Tootiang serta Soen Put shia telah
menggabungkan diri dengan mereka."
Siauw Ling memang ada maksud mengundang kedatangan kedua orang itu, begitu
melihat mereka berdua sudah datang maka cepat2 ia sampaikan kisah peristiwa yang
telah dialami Sang Pat kemarin malam.
"Rupanya kita sudah tak dapat menghindarkan diri dari bentrokan langsung dengan
pihak Djen Bok Hong" ujarnya Boe Wie Tootiang selesai mendengarkan cerita itu.
"Menghancurkan sebuah markas rahasianya berarti kita sudah mencukil sebuah matanya.
Dewasa ini meskipun anak buah Djen Bok Hong telah ditempatkan dikota Ooh Chioe tetapi
ia tak bakal pusatkan segenap tenaga serta kekuatannya disini, pinto rasa meskipun
bertemu sendiri dengan dirinya, kita masih mampu untuk mempertahankan diri."
"Ia dirikan markas besarnya didalam sarang pelacur, perbuatannya ini benar2 sangat
lihay" kata Soen Put shia pula. "Sudah kujelajahi hampir segala penjuru dunia, tapi belum
pernah kutemui kejadian seperti ini. Aku sipengemis tua rasanya harus ikut berangkat
untuk menambah pengalamanku."
"Berangkat sih kita harus berangkat, cuma kita harus berangkat dengan suatu susunan
rencana yang ketat dan sempurna."
"Tootiang kau pintar dan banyak akal, aku pengemis tua rasa dalam hatimu tentu
sudah punya rencana bukan?"
Boe wie Tootiang tersenyum.
"Rencana sih memang ada tetapi pinto tak tahu bisakah digunakan dengan cepat,
setelah pinto utarakan nanti seandainya ada bagian yang terasa kurang tepat harap kalian
suka memberi komentar."
Segera dia beberkan rencananya dan menjelaskan hingga bagian2 yang paling
mendetail. "Bagus, bagus!" puji Soen Put shia kemudian. "Kita kacaukan dahulu perhatian musuh,
kemudian baru menerobos masuk!"
Klootaak".! mendadak sebutir batu terjatuh didalam halaman.
"Cuwi sekalian harap berhati2" bisik Boe wie Tootiang sambil ulapkan tangannya.
"Apa yang sudah terjadi?"
Boe wie Tootiang goyangkan tangannya memberi tanda agar Siauw Ling jangan
berbicara. Lewat beberapa saat kemudian dari luar kamar berkumandang lagi dua suara yang
nyaring, saat itulah Boe wie Tootiang baru bangkit berdiri sembari berkata, "Pinto telah
sebarkan anak buahku untuk berjaga2 disekeliling tempat ini, suara nyaring yang
berkumandang tadi menandakan adanya orang mencurigakan mendekati tempat kita."
"Oooh, jadi suara beruntun dua kali barusan menandakan kalau orang yang
mencurigakan itu sudah pergi?"
"Tidak salah!" toosu itu bangkit berdiri dan menambahkan. "Pinto akan pergi lebih
dahulu." "Aku sipengemis tua pun mencari beberapa orang pembantu, aku berpisah pula lebih
dahulu." Murid Kay pang tersebar dimana2, Kota Ooh Chioe sebagai sebuah kota tentu saja
terhindar dari jelajahan murid2 Kay pang. Soen put shia sebagai seorang Tiangloo tentu
saja tidak sukar untuk mendapatkan bala bantuan.
Setelah beberapa orang itu berlalu, Boe wie Tootiang baru memandang sekejap kearah
Sang Pat sambil berkata, "Walaupun luka yang diderita hanya luka luar belaka, tapi kau
sudah terlalu banyak kehilangan darah, lebih baik beristirahatlah selama beberapa hari."
"Siauwte rasa beristirahat setengah haripun rasanya sudah lebih dari cukup."
Ketika sore hampir menjelang, Siauw Ling dengan membawa serta Tiong Cho Siang Ku
serta Ceng Yap Chin berangkat meninggalkan rumah penginapan Lak Hoo dan menuju
kelenteng Koen Eng Loe. Koen Eng Loo adalah rumah makan terbesar dikota Ooh Chioe, ketika Siauw Ling
sekalian tiba disana, Boe wie Tootiang serta Suma Kan sekalian telah duluan.
Kali ini Boe wie Tootiang menyaru sebagai seorang kakek berjubah hijau yang sangat
angker. Seandainya tidak berjanji lebih dahulu mungkin Siauw Ling tidak akan mengenali
dirinya kembali. Suma Kan tetap berdandan sebagai seorang tukang ramal.
Saat itu sore belum tiba, tamu yang ada diatas loteng pun hanya enam bagian Siauw
Ling putar biji matanya menyapu sekejap kesekeliling sana kemudian melangkah masuk
kesebuah kamar. Didalam kamar sana telah menanti dua orang toosu muda yang membawa sebuah
buntalan. Siauw Ling segera tukar pakaian, membersihkan wajahnya dari obat penyaruan dan
memulihkan kembali wajah aslinya. Setelah itu dia baru munculkan diri dan mencari
tempat duduk. Tempat yang dipilih Siauw Ling strategis letaknya, barang siapa pun yang naik keatas
loteng tentu akan menjumpai wajahnya.
Dalam pada itu Sang Pat, Tu Kioe serta Ceng Yap Chin menyebar disekeliling meja
Siauw Ling untuk melindunginya secara diam2, enam buah sorot mata tiada hentinya
mengawasi gerak gerik setiap tamu dengan hati tegang.
Siapapun tidak tahu serangan keji apakah yang telah direncanakan Djen Bok Hong
untuk mencelakai Siauw Ling, mereka takut sedikit melengah mengakibatkan si anak
muda itu terbokong. Tidak selang beberapa saat Siauw Ling duduk disana, mendadak dari sudut timur laut
berdiri seseorang dan segera turun kebawah.
"Hati2 dengan keparat itu" bisik Sang Pat cepat.
Tu Kioe mengangguk, dengan tajam ia perhatikan terus gerak gerik orang itu.
Tampak orang itu berhenti sejenak dimulut loteng, kemudian berpaling dan
memperhatikan lagi diri Siauw Ling, setelah itu baru turun dari loteng dan berlalu.
Beberapa saat kemudian muncul seorang pelayan dan membawa nampan sayur, ia
bagikan dahulu sayur itu pada empat meja tamu, kemudian menghampiri Siauw Ling
sambil menyapa, "Khek koan, kau hendak pesan sayur apa?"
Siauw Ling sebutkan dua macam sayur dan sepoci arak, pelayan itu segera berlalu.
Beberapa saat kemudian pelayan tadi telah muncul kembali menghidangkan sayur
pesanan. Pelayanan yang dilakukan sang pelayan dengan cepatnya ini segera mencurigakan hati
Sang pat, kembali bisiknya kepada Tu Kioe, "Aku rasa keadaan rada tidak beres"."
"Bagaimana yang kurang beres?"
"Baik dalam rumah makan besar maupun dalam rumah makan kecil sudah menjadi
kebiasaan perilakunya suatu peraturan dimana yang datang duluan dilayani lebih dahulu,
tapi coba kau lihat pelayan tersebut kenapa ia melayani Liong tauw toako kita melampaui
batas" kau harus hati2 memperhatikan gerak geriknya."
Sementara itu pelayan tadi sudah mendekati Siauw Ling, diam2 Tu Kioe mengepos
tenaga melakukan persiapan, asal pelayan itu menunjukkan tingkah laku yang
mencurigakan dengan suatu gerakan secepat kilat dia akan melancarkan seragan
mematikan. Tetapi pelayan itu tidak melakukan sesuatu gerakanpun, setelah meletakkan sayur dan


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arak tadi keatas meja dia segera mengundurkan diri.
Diam2 Tu Kioe bernapas lega pikirnya, "Sang Loo jie terlalu berhati2, sekalipun Djen
Bok Hong telah sebarkan mata2nya dimana2, tidak mungkin dia bisa mengutus anak
buahnya jadi pelayan dalam rumah makan Koen Eng Loo ini"."
Dalam pada itu pelayan tadi sudah mendekati Ceng Yap Chin, setelah menanyakan
pesanan sayur dan arak diapun berlalu.
Perlahan2 Siauw Ling angkat cawan araknya hendak diteguk, tapi sebelum cawan
tersebut menempel dibibirnya serentetan suara berbisik yang amat lembut telah
menyusup kedalam telinganya.
"Jangan kau teguk arak itu, dan jangan kau sentuh sayur yang dihidangkan!"
Bukan saja suara itu kedengaran asing sekali bahkan tidak mirip nada pria, dengan
cepat Siauw Ling menyapu sekejap sekeliling tempat itu, menanti dilihatnya diatas loteng
tiada seorang perempuanpun ia baru berpikir dengan hati tercengang, "siapakah orang
itu" kenapa dia memberi peringatan kepadaku"."
Beberapa saat telah lewat, pelayan tadipun muncul kembali seraya memperhatikan
sayur dan arak dimeja Siauw Ling mendadak tegurnya, "Eeeei". Khek Koan kenapa kau"
apakah arakanya kurang panas?"
"Ooooh bukan"."
"Apakah sayurnya kurang sedap?"
"Juga bukan!" "Kalau memang sayur dan arak kami lezat, kenapa Khek Koan tidak bersantap?" tanya
pelayan tadi sambil memandang sekejap sayur dan arak dimeja.
Mendengar teguran tersebut, satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Siauw
Ling. "Seorang pelayan, kenapa dia begitu suka mencampuri urusan orang lain?" pikirnya.
Setelah berkelana beberapa waktu dalam dunia persilatan, pengalamannya sekarang
telah makin bertambah, kendati dalam hatinya telah timbul rasa curiga namun diatas
wajahnya sama sekali tidak diutarakan perasaan tersebut ia tersenyum hambar.
"Cayhe tidak bersantap karena secara lapat2 aku mencium suatu bau yang sangat aneh
dalam sayur serta arak ini"." bisiknya.
"Aaah, Khek Koan pandai benar bergurau!"
"Kalau kau tidak percaya nah coba minumlah sendiri, silahkan". silahkan"."
Sembari berkata tangannya bergerak cepat, tangan kanannya laksana kilat menotok
jalan darah Hong Hu dikaki kanan pelayan itu sementara tangan kirinya yang membawa
cawan dengan disaluri tenaga kweekang segera mencekokkan arak tadi kedalam
mulutnya. Gerakan yang dilakukan si anak muda ini cermat sekali, meskipun dia memaksa pelayan
itu untuk meminum arak dalam cawan, tetapi para tamu yang ada diatas loteng tak
seorangpun yang tahu. Sambil meletakkan cawan arak tadi keatas meja perlahan2 Siauw Ling bangun bediri, ia
tabok punggung pelayan tadi hingga arak dalam mulutnya terteguk kedalam perut,
setelah itu sambil melepaskan jalan darahnya yang tertotok katanya, "Loo heng, semoga
kau tetap sehat walafiat!"
Begitu jalan darahnya terbuka pelayan itu cepat2 lari turun kebawah, tetapi berhubung
racun yang mengeram dalam perutnya sangat keji maka baru saja tiba dimulut loteng ia
sudah jatuh terjungkal dan muntah darah segar.
Hanya dalam sekejap mata darah telah mengucur keluar dari kelima inderanya, setelah
berkelejit sebentar tamatlah riwayat pelayan tersebut.
Diam2 Siauw Ling merinding setelah melihat betapa kejinya racun yang dipersiapkan
untuknya, bilamana tidak ada orang yang memberi peringatan kepadanya, arak tadi
niscaya telah diteguknya kedalam perutnya.
Sementara itu suasana diatas loteng jadi gaduh dan menarik perhatian banyak orang.
Pada saat itulah berdiri seorang tamu dari tempat duduknya, laksana kilat dia sambar
jenasah pelayan tadi dan kabur turun dari loteng.
"Aaah, dalam rumah makan ini tentu masih terdapat banyak sekali jago-jago lihay
perkampungan Pek Hoa San cung yang mencampur baurkan diri dengan para tamu" pikir
Siauw Ling didalam hati. "Musuh dalam kegelapan sedang aku ada ditempat yang terang,
tak baik aku berdiam terlalu lama disini." setelah meletakkan beberapa pecahan uang
perak keatas meja ia segera bangkit berdiri dan turun dari loteng.
Tu Kioe segera berbisik kepada Sang Pat, "Sungguh tak disangka Djen Bok Hong telah
siapkan jebakan maut dalam rumah makan, ayoh kita berangkat!"
Tanpa banyak bicara ia turun lebih dahulu dari atas loteng.
Ceng Yap Chin menyapu sekejap kesekelilingnya, mendadak ia berteriak keras, "Aduh
celaka, dalam sayur dan arak ada racunnya, hati2"."
Robohnya sang pelayan tanpa sebab barusan telah memancing perhatian banyak
orang, setelah mendengar teriakan pula dari Ceng Yap Chin, suasana berubah makin
kalut. Menggunakan kekalutan itu buru2 Ceng Yap Chin meloloskan diri dari atas loteng.
Dalam pada itu Siauw Ling telah turun dari atas loteng dan segera lari kearah luar,
tetapi baru saja ia tiba didepan pintu suara yang lembut halus tadi kembali berkumandang
disisi telinganya. "Hati2 dengan serangan bokongan."
Siauw Ling menoleh, tapi orang itu tidak ditemukan juga, ia lantas berpikir, "Ia tak mau
munculkan diri, berarti belum saatnya ia bersedia untuk menjumpai diriku."
Jilid 23 Jarum2 beracun itu halus bagaikan bulu kerbau, meskipun ada dua orang mati binasa
tanpa diketahui oleh sebabnya namun orang2 yang berada disekitarnya sama sekali tidak
mengerti apa sebabnya mereka bisa mati secara tiba2.
Siauw Ling benar2 naik pitam menyaksikan kekejian orang, dengan sorot mata
bagaikan elang dia periksa setiap manusia yang berada disekitar situ, tapi sayang
berhubung jumlah orang yang terlalu banyak sulit baginya untuk menemukan sang
pembokong tersebut. Dalam pada itu sepasang pedagang dari Tiong Chiu serta Ceng Yap Chin telah turun
dari atas loteng menyaksikan jenasah dua orang yang mulai menghitam tadi, mereka
kaget buru2 mereka loncat keluar dari rumah makan.
Pada saat ini kemarahan berkobar dalam dada Siauw Ling betul2 telah memuncak ia
berdiri didepan pintu sambil menyapu kesana kemari dengan mata melotot, saking
gusarnya hingga si anak muda itu lupa menyingkir dari sana.
"Toako, cepat menyingkir!" buru2 Sang Pat berseru sambil berlalu dari sisinya.
Siauw Ling tersentak kaget dan segera sadar akan keadaan disekelilingnya, teringat
bahwasannya masih ada masalah besar yang harus diselesaikan ia segera berlalu
mengikuti dibelakang Tiong Cho Siang Ku, pikirnya, "Cara Djen Bok Hong mengutus
orang2nya untuk melancarkan serangan bokongan terhadap diriku betul2 tak diduga
sebelumnya, dikemudian hari aku harus bertindak lebih hati2."
Ceng Yap Chin mengikuti dari kurang lebih lima enam depa dibelakang Siauw Ling.
Perhatiannnya dipusatkan pada empat penjuru dan diam2 ia melakukan perlindungan
terhadap keselamatan si anak muda itu.
Hawa amarah yang berkobar dalam dada Siauw Ling belum juga padam, diam2 iapun
waspada dan mepersiapkan diri asalkan orang membokong dirinya ditemukan maka dia
siap menghajar orang itu tanpa ampun.
Setelah melewati dua buah jalan raya sampailah mereka disebuah perempatan jalan,
tampaklah disepanjang tepi jalan penuh dengan penjual kaki lima yang menjajakan
barang dagangannya kepada para pelewat.
Siauw Ling alihkan sinar mata kesekeliling sana, ia jumpai kira2 lima tombak disebelah
kiri terdapat sebuah lorong yang agak sepi, pikirnya, "Melewati jalan yang ramai dan
penuh sesak dengan orang, bahaya yang mengancam semakin besar, sebab ditempat
yang seperti inilah serangan bokongan paling mudah dilancarkan.
Sementara ia ada maksud menyapa Sang Pat dengan ilmu menyampaikan suara, tiba2
tampaklah seorang pengemis setengah baya datang menghampiri dirinya sementara
sepasang matanya mengawasi terus wajahnya tanpa berkedip.
Suatu ingatan berkelebat dalam benak si anak muda itu, kembali dia berpikir, "Sudah
lama kudengar bahwasannya anak murid Kay pang tersebar luas diseluruh penjuru dunia,
orang itu mengawasi terus diriku jangan2 dia telah mendapat perintah dari Soen put shia
untuk menyampaikan pesan padaku."
Belum habis ingatan tadi berkelebat dalam benaknya, pengemis setengah baya itu
sudah tiba kurang lebih tiga empat depa dihadapannya, terdengar orang itu menegur lirih,
"Apakah Siauw thayhiap?"
"Tidak salah, apakah Heng thay adalah anggota Kay pang"."
Belum habis dia berkata mendadak pengemis itu ayunkan sepasang tangannya, tangan
kanan melepaskan segenggam jarum beracun sedangkan tangan kirinya mencabut keluar
sebilah pisau belati dan langsung ditusukan kearah ulu hati si anak muda itu.
Didalam jarak yang sedemikian dekatnya serangan bokongan paling gampang
memperoleh hasil, sebab kendati tusukan pisau belati itu dapat dihindari namun ancaman
jarum beracun sukar dielakkan.
Untung Siauw Ling telah mempersiapkan diri setelah berulang kali mendapat serangan
bokongan, meskipun dia bercakap2 dengan pengemis tadi namun kewaspadaannya sama
sekali tidak dikendorkan, tatkala dilihatnya orang itu ayunkan sepasang telapaknya, ia
segera mengirim satu pukulan dahsyat diikuti badannya berjumpalitan kebelakang dan
bergeser tiga depa dari tempat semula.
Dalam keadaan yang amat terdesak tak mau Siauw Ling harus keluarkan gerakan
jembatan gantung untuk meloloskan diri dari datangnya ancaman jarum beracun itu.
Ilmu silat yang dimiliki pengemis setengah baya itu tidak lemah, tatkala dilihatnya
Siauw Ling menghindar kesamping dengan gerakan yang cepat kemudian mengirim satu
pukulan dahsyat kearah dadanya, iapun segera mengigos dua langkah kesamping. Tangan
kiri digetarkan pisau belati itu segera meluncur kearah si anak muda itu.
Kemudian ia putar badan dan melarikan diri kearah barat.
Terdengar beberapa jeritan ngeri berkumandang ditengah keramaian, empat lima
orang sama2 roboh binasa terhajar jarum beracun itu.
Melihat ada beberapa orang jatuh korban karena termakan jarum beracun tersebut,
kegusaran Siauw Ling yang tadi telah mereda kini berkobar kembali. Dengan cepat ia
sambut datangnya bidikan pisau belati itu, kemudian ia loncat ketengah udara dan ayun
pula senjata tadi kedepan.
Ilmu melepaskan senjata rahasia dari Liuw Sian Cu tersohor akan lihaynya, serangan
yang dilancarkan Siauw Ling dalam keadaan gusar bida dibayangkan betapa hebatnya,
mengiringi satu desiran tajam yang memekikkan telinga senjata tadi meluncur kearah
depan. Gerakan tubuh pengemis setengah baya itu cepat tapi serangan balasan dari Siauw
Ling datangnya jauh lebih cepa lagi.
Sementara itu pengemis tadi tela berada kurang lebih dua tombak jauhnya, sewaktu ia
tak mendengar suara kejaran dari si anak muda itu tanpa sadar pengemis itu telah
berpaling kesamping. Disaat ia menoleh itulah pisau belati tersebut telah menyambar tiba tampak cahaya
putih berkelebat lewat, tidak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri dari pisau
tersebut dengan telak telah menghujam diatas batok kepalanya dan amblas hingga tinggal
gagangnya belaka. Pengemis itu sungguh cekatan, sekalipun batok kepalanya sudah tertembus oleh pisau
belati namun dia masih sanggup untuk mencabutnya keluar, kemudian setelah melihat
beberapa tombak lagi ia baru roboh keatas tanah dan mati.
Suasana ditengah jalan itu segera berubah jadi gaduh, suara teriakan2 kaget
berkumandang dimana2. "Aduh celaka, ada orang mati terbunuh". ada orang mati terbunuh"."
Suasana jadi kacau balau suara hirup pikuk menggema ditengah jalan, orang pada lari
bersiuran mencari perlindungan".
Sang Pat cepat mendekati saudara angkatnya. Sambil menarik ujung baju si anak muda
itu bisiknya, "Ayoh cepat menyingkir, ikutilah dibelakang siauwte!"
Dengan sedih Siauw Ling menghela napas tanpa mengucapkan sepatah katapun ia
berlalu mengintil dibelakang sie poa emas.
Pada saat itu baik Sang Pat maupun Tu Kioe telah memahami situasi disekitar mereka
dewasa ini, meskipun orang2 dari perkumpulan Pek Hoa San cung menyaru jadi pelbagai
corak ragam manusia dan siap melancarkan serangan bokongan namun sasaran yang
dituju hanyalah Siauw Ling seorang, diam2 mereka berdua telah berunding masak2, maka
dengan memisahkan diri satu didepan yang lain dibelakang mereka dilindungi Siauw Ling
mengundurkan diri dari situ.
Setelah membelok masuk kedalam sebuah gang yang sunyi, Sang Pat menyelinap
kebalik pintu loteng yang tinggi dari sakunya dia ambil keluar sebuah topeng dan ujarnya
sambil serahkan benda itu kepada Siauw Ling.
"Toako, cepat kenakan topeng kulit ini!"
Siauw Ling kenakan topeng tadi, sementara itu Tu Kioe telah mempersiapkan sebuah
jubah hijau sambil dikenakan pada tubuh saudaranya iapun menambahkan, "Toako,
setelah kau kenakan jubah ini maka tak akan mengetahui akan dirimu lagi."
Siauw Ling terima pakaian tadi dan cepat2 dikenakan, sementara Ceng Yap Chin pun
telah menyusul tiba, terdengar ia berkata dengan suara gelisah.
"Suasana dijalan raya sangat kacau, para petugas hukum sebentar lagi bakal tiba
disana siauwte rasa tempat ini tak boleh ditinggali terlalu lama, mari kita cepat berlalu!"
Empat orang secara beruntun melewati beberapa buah gang yang sepi dan akhirnya
muncul kembali dijalan besar lainnya.
"Lebih baik kita pura2 saling tidak kenal, tetapi jangan berpisah terlalu jauh" usul Sang
Pat. "Dengan begitu kita bisa saling bantu membantu."
Selanjutnya beberapa orang itu tidak mendapat serangan bokongan lagi, ketika
dilihatnya waktu sudah tidak pagi maka Siauw Ling berjalan masuk kedalam sebuah
rumah makan. Ruangan rumah makan tidak terlalu luas, rupanya khusus digunakan untuk melayani
kaum pedagang kecil dan pekerja besar apalagi waktu makan sudah lewat, yang berada
didalam ruangan hanya tinggal tiga empat orang belaka.
Mereka berempat segera masuk kedalam kedai dan masing2 mengambil tempat duduk
yang terpisah. Kecuali beberapa macam sayur tiada masakan lain yang lebih lezat, terpaksa Siauw
Ling sekalian pesan arak dan perlahan2 bersantap.
Baru saja sayur dan arak dihidangkan, dari luar kedai tiba2 muncul empat orang lelaki
kekar. Dalam kedai itu semuanya hanya ada tujuh buah meja, setelah Siauw Ling sekalian
menempati empat buah meja ditambah pula sisanya tiga meja sudah diisi orang maka tak
ada meja kosong lagi yang sedia.
Keadaan empat orang lelaki itu memakai pakaian ringkas semua, orang pertama
menggembol senjata Giam Ong Pit, suatu senjata berbentul istimewa sedangkan sisanya
tiga orang menggembol sebilah golok.
Siauw Ling dengan tajam memperhatikan keempat orang itu, ia jumpai pada pinggang
masing2 orang tergantung sebuah kantung piauw, kantung itu menonjol tinggi sekali,
siapapun yang melihat segera akan mengetahui isi kantung itu penuh sekali dengan
senjata rahasia. Tampak lelaki pertama bersenjatakan Giam Ong pit tadi langsung berjalan kearah
Siauw Ling dan duduk dihadapannya.
Sedangkan sisanya bertiga masing2 duduk semeja dengan Sang Pat, Tu Kioe serta
Ceng Yap Chin. Baik Tiong Cho Siang Ku maupun Ceng Yang Chin telah menyaru semua dengan
dandanan lain, dalam keadaan begini meskipun seseorang yang kenal dengan merekapun
belum tentu mengetahui akan asal usulnya.
Dalam pada itu lelaki bersenjata Giam Ong Pit tadi sudah duduk dihadapan Siauw Ling,
ia perhatikan sejenak wajah si anak muda itu kemudian secara tiba2 merampas poci arak
yang berada dihadapannya, tanpa minta persetujuan dari sang pemiliknya lelaki itu angkat
poci arak tersebut dan segera diteguk isinya.
Sungguh hebat takaran minum orang itu, bukan saja gerak geriknya cepat bahkan
rakus dalam waktu singkat arak dalam poci tadi sudah disikatnya hingga tak terasa.
Dalam hati Siauw Ling merasa tidak senang dengan tingkah laku orang itu namun dia
paksakan diri untuk bersabar.
Selesai menghabiskan isi poci arak tadi, lelaki tersebut mendorong balik poci kosong itu
kehadapan Siauw Ling. Pemuda kita mnghembuskan napas panjang. Ia tetap membungkam dalam seribu
bahasa. Terdengar lelaki yang duduk semeja dengan Tu Kioe tiba2 berseru dengan suara
lantang, "Sebentar lagi kalau terjadi suatu peristiwa diluar dugaan, harap cuwi sekalian
tetap duduk tak berkutik dimejanya masing2. Dari pada nantinya mengalami nasib malang
atau terluka parah diujung senjata!"
Siauw Ling terperanjat, pikirnya, "Dalam ruangan ini kecuali aku serta kedua orang
saudaraku hanya ada Ceng Yap Chin serta dua orang kakek tua bongkok, apakah mereka
sudah tahu akan asal usul dari kami berempat"."
Belum habis dia berpikir tiba2 pintu kedai dibuka orang, dan muncullah seorang kakek
tua berjubah panjang. Kakek itu memperhatikan sekejap sekeliling ruangan berjalan kehadapan Sang Pat
katanya, "Bolehkah cayhe minta sedikit tempat duduk?"
Disekitar meja Sang Pat telah ditempati seorang lelaki bersenjata golok tunggal, kiri
ditambah pula dengan kakek berjubah hijau itu maka jumlahnya berubah jadi tiga orang.
Sie poa emas Sang Pat sudah lama berkelana didalam dunia persilatan, membicarakan
soal ilmu silatnya boleh dibilang jagoan nomor wahid dalam dunia kangouw, kecerdikan
yang dimilikipun melebihi orang lain kendati ia merasa curiga atas kehadiran kedua orang
itu namun ia tetap bersabar diri, hanya saja secara diam2 diperhatikan sekejap raut wajah
kedua orang itu. Tampak kakek berjubah hijau itu mempunyai sepasang kening yang menonjol tinggi
keluar, jelas dia adalah seorang jagoan kweekang yang lihay, sedangkan lelaki bersenjata
golok tadi meskipun jauh lebih kekar dan kuat tapi kalau dibandingkan dengan kakek


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbaju hijau itu jelas masih terpaut jauh.
"Entah siapakah orang2 itu?" pikir Sang Pat dengan perasaan tercengang. "Tapi kalau
ditinjau keadaan mereka, rupanya bukan sengaja ada maksud memusuhi kami."
Diantara keempat orang rombongan Siauw Ling, Ceng Yap Chinlah yang mula2 tidak
kuat menahan diri. Menyaksikan orang itu duduk seenaknya disitu tanpa permisi hatinya
merasa amat mendongkol bercampur gusar, beberapa kali dia hendak mengumbar napsu
tetapi ketika dilihatnya Siauw Ling sekalian tidak menunjukkan suatu gerakan apapun,
terpaksa diapun bersabar diri.
Lewat beberapa saat kemudian lelaki bersenjata Giam Ong Pit itu tak sanggup
mempertahankan diri, dia bangkit mendekati kakek berjubah hijau itu lalu menjura
dengan penuh hormat, ajarnya, "Cungcu, aku lihat mereka tak akan datang!"
"Tidak mungkin" sahut kakek berjubah hijau itu seraya menggeleng. "Setelah mereka
menjanjikan suatu pertemuan ditempat ini, tak mungkin orang2 itu ingkar janji, kita
tunggu saja beberapa saat lagi!"
"Oooh, kiranya mereka ada janji dengan orang" pikir Siauw Ling didalam hati. "Cuma
entah apa sebabnya mereka memilih tempat ini?"
Sang Pat sendiri dalam hatipun secara lapat2 merasa rada kenal dengan kakek
dihadapannya, cuma untuk sesaat dia merasa lupa siapakah orang itu.
Karena ingin tahu tanpa sadar dia memperhatikan beberapa saat raut wajah kakek
berjubah hijau itu. "Hey, apanya yang bagus dipandang?" tegur lelaki disisinya sambil tertawa dingin.
Sang Pat terperanjat, buru2 ia melengos kesamping.
Tiba2 lelaki bersenjata Giam Ong Pit itu menaruh curiga, dipandangnya Sang Pat
dengan dingin lalu tegurnya, "Siapa saudara?"
"Hamba cuma seorang kusir kereta!"
Tiba2 silelaki itu melancarkan sebuah serangan mencengkeram pergelangan Sang Pat.
Sie poa emas mengerti asal ia menghindar kesamping maka kedudukannya segera akan
Pedang Dan Kitab Suci 1 Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 9

Cari Blog Ini