Ceritasilat Novel Online

Pride And Prijudice 1

Pride And Prijudice Karya Jane Austen Bagian 1


Tentang Penulis Tak pernah diragukan bahwa nama Jane Austen selalu lekat dalam hati pencinta sastra dunia. Novel-novelnya seperti Pride and Prejudice, Emma, dan Sense and Sensibility tak pernah lekang dimakan waktu, bahkan setelah 150 tahun berlalu. Gaya penulisannya banyak menginspirasi penulis-penulis masa kini, juga dikagumi karena kejujuran dan kekhasannya.
Novelis Inggris yang lahir pada tahun 1775 ini mengawali karier menulisnya dengan membuat puisi, cerita pendek, dan drama yang hanya ditujukan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Keahliannya adalah menulis cerita dengan genre roman, yang diwarnai fakta tentang keadaan sosial pada masan ya.
Dari seluruh karyanya, tokoh Elizabeth Bennet dalam Pride and Prejudice merupakan tokoh favorit Austen. Per angain ya yang tegas, feminis, dan pada saat bersamaan ceria, memb uatnya menjadi salah satu tokoh wanita yang paling dik agumi dalam literatur Inggris.[]
S udah menjadi rahasia umum bahwa seorang pemuda kaya
tentu ingin mencari istri.
Meskipun tidak banyak yang mengetahui perasaan atau pandangan pemuda semacam itu ketika dia baru saja memasuki sebuah lingkungan baru, suatu anggapan telah terpatri di pikiran para orangtua di sekelilingnya, bahwa dia adalah calon pasangan yang tepat bagi salah seorang putri mereka.
Suamiku Mr. Bennet tersayang, kata Mrs. Bennet kepada suaminya pada suatu hari, sudahkah kau mendengar bahwa akhirnya ada yang menyewa Netherfield Park"
Mr. Bennet menjawab dia belum mendengar tentang hal itu.
Tetapi, itulah kenyataannya, jawab Mrs. Bennet, karena Mrs. Long baru saja dari sana dan dia menceritakannya kepadaku.
Mr. Bennet tidak menanggapi.
Apa kau tidak ingin tahu siapa pembelinya" seru istrinya dengan tidak sabar.
Bab 1 E"e" Kau ingin memberitahuku, dan aku tidak keberatan mendengarnya.
Ini dianggap sebagai undangan oleh Mrs. Bennet. Nah, sayangku, kau harus tahu, Mrs. Long mengatakan bahwa Netherfield telah dibeli oleh seorang pria muda kaya raya dari wilayah utara Inggris; bahwa dia datang Senin lalu dengan kereta yang ditarik empat ekor kuda untuk melihatlihat tempat itu, dan dia merasa puas sehingga langsung membuat kesepakatan dengan Mr. Morris. Dia akan menempati tempat itu sebelum perayaan Michaelmas, dan beberapa pelayann ya akan tiba di sana pada akhir minggu depan. Siapa namanya"
Bingley. Dia sudah menikah atau masih lajang"
Oh, aku yakin dia lajang, sayangku! Seorang bujangan kaya raya; penghasilannya empat atau lima ribu setahun. Sungguh hal yang menguntungkan bagi anak-anak gadis kita! Bagaimana mungkin" Apa pengaruhnya bagi mereka" Suamiku sayang, jawab istrinya, jangan menyebalkan beg itu! Kau pasti tahu aku berpikir dia akan menikahi salah seo rang dari mereka.
Itukah tujuannya menetap di sini"
Tujuan! Kadang-kadang, bicaramu memang konyol! Tap i, sangat mungkin baginya untuk jatuh cinta dengan sal ah satu dari anak-anak kita, dan karena itulah kau harus mengunjunginya segera setelah dia tiba.
Aku tidak punya alasan untuk melakukan itu. Kau dan anak-anak boleh pergi, atau suruh saja mereka pergi sendiri, yang mungkin akan lebih baik, karena Mr. Bingley mungkin justru akan terpesona pada kecantikanmu yang setara dengan mereka.
Sayangku, kau membuatku tersanjung. Gurat-gurat kec ant ikanku memang masih terlihat, tapi sekarang aku tidak akan berpura-pura menjadi seseorang yang memesona. Ketika seo rang wanita memiliki lima orang putri yang telah dewasa, dia harus berhenti memikirkan kecantikannya sendiri.
Itu berarti wanita itu tidak benar-benar memiliki kecantika n yang harus dipikirkannya.
Tapi, sayangku, kau benar-benar harus pergi menemui Mr. Bingley segera setelah dia tiba di sini.
Aku tidak perlu melakukan itu, percayalah. Tapi, pikirkanlah anak-anakmu. Pikirkanlah betapa bag usn ya hal itu untuk mereka. Sir William dan Lady Lucas sud ah bertekad akan pergi hanya untuk urusan itu; kau tahu sendiri biasanya mereka tidak pernah mengunjungi pendatang baru. Kau benar-benar harus pergi karena mustahil bagi kami untuk mengunjunginya jika kau tidak ikut.
Kau memang berlebihan. Aku yakin Mr. Bingley akan san gat senang karena bisa bertemu denganmu; dan aku akan menitipkan sebuah pesan singkat kepadamu untuk meyakinkannya tentang keikhlasanku jika dia ingin menikahi siapa pun dari anak-anak perempuanku yang dipilihnya; meskipun aku pasti akan memuji-muji Lizzy kecilku dalam surat itu.
Jangan sampai kau melakukan itu. Lizzy tidak sedikit pun lebih baik daripada yang lain; dan aku yakin, kecantikannya tidak sampai separuh dari kecantikan Jane, dan selera hum ornya tidak sebaik Lydia. Tapi, kau selalu melebih-lebihkann ya.
Mereka tidak punya banyak kelebihan, jawab Mr. Bennet, karena mereka masih konyol dan tolol seperti gadis-gadis lainnya; tapi, Lizzy lebih cepat tanggap daripada saudara-saudaranya.
Mr. Bennet, bisa-bisanya kau menjelek-jelekkan anakanakmu sendiri begitu" Kau memang senang mengolok-olokku. Kau tidak mengasihani saraf-sarafku yang malang.
Jangan salah paham, sayangku. Aku sangat menghormati saraf-sarafmu. Mereka teman lamaku. Aku sudah sering mendengarmu menyebut-nyebut mereka setidaknya selama dua puluh tahun terakhir ini.
Kau tidak memahami penderitaanku.
Tapi, kuharap kau mampu mengabaikan penderitaanmu, dan dapat hidup lama untuk melihat para pemuda berpenghasilan empat ribu setahun berduyun-duyun pindah kem ari.
Tidak akan ada pengaruhnya bagi kita kalaupun dua pul uh pemuda kaya pindah kemari, karena kau tidak akan mau mengunjungi mereka.
Tergantung keadaannya, sayangku, kalau ada dua puluh pem uda seperti itu, aku akan mengunjungi mereka semua.
Pembawaan Mr. Bennet adalah campuran janggal antara kecepatan menjawab, humor sinis, sifat acuh tak acuh, dan sik ap yang berubah-ubah dengan cepat, sehingga istrinya mas ih belum memahami perangainya bahkan setelah hidup bersama selama dua puluh tiga tahun. Pikiran Mrs. Bennet tidak serumit itu. Dia adalah seorang wanita dengan pemahaman pas-pasan, berpengetahuan sempit, dan bertemperamen angin-anginan. Ketika keinginannya tidak terpenuhi, dia akan merasa gelisah. Tujuan hidupnya adalah menikahkan anak-anak perempuannya; kesenangannya adalah bertamu dan bergunjing.[]
M r. Bennet termasuk di antara orang-orang pertama
yang mengunjungi Mr. Bingley. Dari awal, dia telah bern iat untuk melakukan kunjungan, meskipun dia selalu mey akinkan istrinya bahwa dia tidak akan pergi; dan hingga malam setelah kunjungannya, Mrs. Bennet masih belum men yadari perbuatan suaminya. Perihal kunjungan itu baru diketahui dalam kejadian berikut ini. Sembari mengamati putri keduanya yang sedang asyik menghias sebuah topi, Mr. Bennet tiba-tiba berkata:
Kuharap Mr. Bingley akan menyukainya, Lizzy. Mana mungkin kita tahu apa yang disukai Mr. Bingley, kata Mrs. Bennet dengan ketus, karena kita tidak akan bert amu ke rumahnya.
Tapi, apa kau lupa, Mamma, kata Elizabeth, kita akan bert emu dengannya dalam pertemuan warga, dan Mrs. Long sudah berjanji akan memperkenalkan kita kepadanya.
Aku tidak percaya Mrs. Long akan melakukan itu. Dia send iri punya dua keponakan perempuan. Dia itu wanita
Bab 2 E"e" yang munafik dan mau menang sendiri, dan aku tidak mau membicarakan dia.
Aku juga tidak mau, kata Mr. Bennet, dan aku senang karena kau tidak bergantung kepada Mrs. Long.
Mrs. Bennet menahan diri untuk tidak menjawab, tetapi karena tidak sanggup menutupi kejengkelannya, dia mengomeli salah seorang putrinya.
Jangan batuk-batuk terus, Kitty, demi Tuhan! Kasihanilah saraf-sarafku ini. Kau mencabik-cabiknya.
Kitty tidak bisa mengendalikan batuknya, kata sang ayah. Dia memang sedang sakit.
Aku batuk bukan untuk menyenangkan diriku, jawab Kitty dengan takut. Kapan pesta dansa yang selanjutnya, Lizzy"
Dua minggu lagi. Ah, jadi begitu, seru sang ibu, dan Mrs. Long baru akan pulang sehari sebelumnya; jadi, mana mungkin dia bisa memp erkenalkan kita kepada Mr. Bingley bila dia sendiri tid ak akan sempat berkenalan dengannya"
Kalau begitu, sayangku, kau akan bisa mengungguli tem anm u itu dengan memperkenalkan Mr. Bingley kepadanya.
Mana mungkin, Mr. Bennet, mana mungkin, kalau aku sendiri belum mengenal dia; kenapa kau gemar sekali mengo lok-olokku"
Aku menghargai kecurigaanmu. Dua minggu adalah wakt u yang sangat singkat untuk mengenal seseorang. Kita
tidak mungkin bisa mengetahui watak asli seseorang hanya dalam waktu dua minggu. Tapi, kalau kita tidak melakukannya, orang lain akan mendahului kita; lagi pula, Mrs. Long dan anak-anaknya pasti juga akan memanfaatkan kesempatan ini. Dan, karena dia menganggap memperkenalkan kita kepada Mr. Bingley sebagai tindakan yang mulia, kalau kau menolak tawarannya, aku akan menerimanya.
Gadis-gadis Bennet menatap ayah mereka. Mrs. Bennet hanya mampu berkata, Omong kosong, omong kosong!
Apa maksud seruanmu itu" sambar Mr. Bennet. Apa kau menganggap bahwa perkenalan dan makna yang terk andung di dalamnya adalah sebuah omong kosong" Aku tidak sep endapat denganmu dalam hal ini. Bagaimana menurutmu, Mary" Kau adalah gadis bijaksana yang suka membaca bukubuku bagus dan membuat ringkasannya.
Mary berharap bisa mengatakan sesuatu yang cerdas, tapi dia tidak tahu harus berkata apa.
Sementara Mary memikirkan pendapatnya, Mr. Bennet melanjutkan, mari kita kembali ke Mr. Bingley. Aku sudah muak dengan Mr. Bingley, pekik istrinya. Sayang sekali; tapi kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya" Seandainya aku tahu kau muak padanya, aku tidak akan mengunjunginya pagi tadi. Sungguh menjengkelkan. Tapi, karena aku sudah berkunjung ke rumahnya, kita tidak bisa lagi menghindar dari berkenalan dengannya.
Ketakjuban para wanita di keluarganya tepat seperti yang telah diperkirakan oleh Mr. Bennet. Mrs. Bennetlah yang
pal ing terp ana di antara semuanya, meskipun ketika gelombang keg emb iraan itu telah berlalu, dia menyatakan bahwa dia sud ah men get ahui siasat Mr. Bennet sejak awal.
Kau memang baik hati, sayangku! Aku tahu bahwa akhirn ya aku berhasil membujukmu. Aku yakin kau terlalu men yayangi anak-anakmu untuk mengabaikan kenalan sebaik itu. Betapa senangnya diriku! Dan ini lucu, karena kau sudah berk unjung ke Netherfield pagi ini tanpa mengatakan apa pun kep adaku hingga sekarang.
Sekarang, kau boleh batuk semaumu, Kitty, kata Mr. Bennet sambil meninggalkan ruangan itu, letih mendengar kec erewetan istrinya.
Betapa hebatnya ayah kalian, Anak-anak! kata Mrs. Bennet setelah pintu tertutup. Aku tidak tahu bagaimana kalian akan bisa membalas kebaikannya; atau kebaikanku juga, dalam hal ini. Dalam keadaan seperti sekarang ini, tidaklah terlalu baik bagi kita untuk berkenalan dengan orang baru; tapi demi kalian, kami bersedia melakukan apa pun. Lydia, sayangku, meskipun kau yang termuda dari kalian semua, aku yakin Mr. Bingley akan berdansa denganmu dalam pesta dans a nanti.
Oh! seru Lydia dengan gagah berani. Aku tidak takut; karena meskipun termuda, akulah yang terjangkung.
Sisa malam itu dihabiskan untuk mereka-reka secepat apa Mr. Bingley akan membalas kunjungan Mr. Bennet, dan untuk memutuskan kapan sebaiknya mereka mengundangnya makan malam bersama di rumah mereka.[]
M eskipun telah mengerahkan seluruh pesonanya, Mrs.
Bennet, dibantu oleh kelima putrinya, tidak sanggup memaksa Mr. Bennet untuk memberikan gambaran yang mem uaskan tentang Mr. Bingley. Mereka menyerang sang ayah dengan berbagai cara pertanyaan blak-blakan, tebakan cerd as, dan dugaan-dugaan. Namun, Mr. Bennet dengan lihai mel oloskan diri dari semuanya, dan mereka akhirnya harus bersedia menerima hasil pengamatan tetangga mereka, Lady Lucas. Laporannya berhasil memukau mereka. Sir William menyukai Mr. Bingley. Pria itu cukup muda, sangat tampan, luar biasa menyenangkan, dan, yang paling penting, dia berniat membawa rombongan untuk menghadiri pertemuan warga selanjutnya. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada itu! Kegemaran berdansa adalah langkah pasti menuju jatuh cinta; dan rasa penasaran mereka akan Mr. Bingley untuk sementara terpuaskan.
Seandainya aku bisa melihat salah seorang putriku hid up bahagia di Netherfield, kata Mrs. Bennet kepada suam inya,
Bab 3 E"e" dan keempat putriku yang lain menikah dengan pem uda yang sama baiknya, tidak akan ada lagi yang kuharapk an.
Beberapa hari kemudian, Mr. Bingley membalas kunjungan Mr. Bennet, dan kedua pria itu menghabiskan waktu selama sepuluh menit di perpustakaan. Mr. Bingley berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat gadis-gadis Benn et, yang kecantikannya telah sering didengarnya, tapi dia hanya bertemu dengan sang ayah. Para gadis Bennet lebih beruntung karena mereka mengintai dari jendela atas ketika Mr. Bingley datang. Mereka melihat bahwa dia mengenakan mantel biru dan menunggang seekor kuda hitam.
Sebuah undangan makan malam segera dilayangkan, dan Mrs. Bennet telah menyusun menu yang dapat menunjukkan reputasi bagus rumah tangganya. Namun, sebuah jawaban tiba dan memupuskan seluruh rencananya. Mr. Bingley harus berada di kota keesokan harinya dan, sebagai akibatnya, tidak bisa menerima kehormatan untuk menghadiri undangan mereka. Mrs. Bennet cukup terguncang. Dia tidak mampu membayangkan urusan apa yang telah menanti Mr. Bingley di kota segera setelah kedatangannya di Hertfordshire. Dia mulai mencemaskan kemungkinan bahwa pria itu akan selalu bepergian dari tempat yang satu ke tempat lainnya, dan tidak terus menetap di Netherfield seperti yang seharusnya. Lady Lucas sedikit meredakan ketakutannya dengan berpendapat bahwa Mr. Bingley pergi ke London untuk menjemput rombongan yang akan dibawanya ke pesta dansa; sebuah desas-desus mengatakan bahwa rombongan Mr. Bingley akan terdiri dari
dua belas orang wanita dan tujuh orang pria. Kelima gadis Benn et kecewa mendengar jumlah wanita dalam rombongan itu. Namun, mereka merasa lega sehari sebelum pesta dansa diselenggarakan, karena mereka mendengar bahwa, alih-alih membawa dua belas orang, Mr. Bingley hanya akan membawa enam orang dari London kelima saudara perempuannya dan seorang sepupunya. Dan, ketika rombongan itu memasuki ruang pertemuan, ternyata hanya lima orang yang terlihat Mr. Bingley, kedua saudara perempuannya, suami kakak sul ungn ya, dan seorang pria lain.
Mr. Bingley tampan dan sopan; dia berperangai menyenangkan dan sikapnya tidak dibuat-buat. Saudara-saudara per emp uannya cantik dan gaya berpakaian mereka berkesan menawan. Kakak iparnya, Mr. Hurst, berpenampilan santun. Namun, temannya yang bernama Mr. Darcy segera menarik perhatian semua orang dengan kejangkungan, ketampanan, aura kebangsawanan, dan desas-desus yang telah menyebar dalam waktu lima menit sejak kedatangannya bahwa penghasilannya mencapai sepuluh ribu setahun. Para pria menganggap Mr. Darcy sebagai figur pria yang menarik, dan para wanita menyatakan bahwa dia jauh lebih tampan daripada Mr. Bingley. Semua orang melontarkan tatapan kagum kepada Mr. Darcy sepanjang malam, sampai sikapnya memancing kej engk elan yang kemudian membalikkan popularitasnya; kar ena dia ternyata angkuh; sombong, dan sulit dibuat senang; dan tanah luasnya di Derbyshire sekalipun tidak sanggup menutupi perangai terburuknya. Itu membuatnya sama sekali tid ak layak dibandingkan dengan temannya.
Dalam waktu singkat, Mr. Bingley telah berkenalan dengan semua orang penting yang ada di ruangan itu. Dia cer ia dan ramah, tidak henti-hentinya berdansa, kecewa karena pesta dansa cepat berakhir, dan mengatakan bahwa dia akan men yelenggarakan pesta dansa di Netherfield. Sifatnya yang mem e sona tidak diragukan lagi. Sungguh berkebalikan dengan temannya! Mr. Darcy hanya berdansa sekali bersama Mrs. Hurst dan sekali bersama Miss Bingley. Dia menolak unt uk diperkenalkan dengan wanita lain, dan menghabiskan sisa malam itu dengan berkeliaran di ruang dansa dan sesekali men gobrol hanya dengan anggota rombongannya sendiri. Sifatn ya sudah jelas. Dia adalah pria paling sombong dan menyebalkan di dunia, dan semua orang berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengannya. Mrs. Bennet termasuk orang yang pal ing keras menghujat Mr. Darcy, yang kekesalan terhadap sikapnya menajam menjadi kebencian, karena pria itu telah bers ikap acuh tak acuh kepada salah seorang putrinya.
Elizabeth Bennet terpaksa duduk dan melewatkan dua lagu akibat kelangkaan pasangan dansa, dan selama itu, Mr. Darcy berdiri cukup dekat dengannya sehingga dia bisa mendengar percakapannya dengan Mr. Bingley, yang beristirahat selama beberapa menit untuk memaksa temannya berdansa.
Ayolah, Darcy, kata Mr. Bingley, kau harus berdansa. Aku benci melihatmu berdiri sendirian dan kelihatan konyol. Jauh lebih baik kalau kau berdansa.
Jelas tidak. Kau tahu betapa aku benci berdansa, kecuali jika aku sudah mengenal pasanganku dengan baik. Itu tidak akan terjadi dalam acara semacam ini. Kakak dan adikmu sudah punya pasangan, dan aku akan merasa tersiksa jika harus berd ansa dengan wanita lain di ruangan ini.
Aku tidak akan bersikap pemilih sepertimu, seru Mr. Bingley, demi negeri ini! Demi kehormatanku, seumur hidupku aku tidak pernah bertemu dengan banyak gadis menyenangkan seperti malam ini; dan beberapa di antara mereka lua r biasa cantik.
Kau sedang berdansa dengan satu-satunya gadis cantik di ruangan ini, kata Mr. Darcy, memandang Miss Bennet yang sulung.
Oh! Dia memang gadis tercantik yang pernah kutemui! Tapi, salah satu adiknya duduk di belakangmu, dan dia sangat cantik dan, aku berani bertaruh, sangat ramah. Aku akan meminta pasangan dansaku memperkenalkanmu kepadanya.
Yang mana maksudmu" Mr. Darcy menoleh, dan dia sejenak melihat Elizabeth hingga tatapan mereka bertemu. Dia membuang muka dan dengan dingin berkata, Dia lumay an, tapi tidak cukup cantik untuk membuatku terpikat; aku sedang malas beramah tamah dengan gadis-gadis yang tid ak diminati oleh pria-pria lain. Lebih baik kau kembali kep ada pasanganmu dan menikmati senyumannya, karena kau membuang-buang waktumu bersamaku.
Mr. Bingley menuruti nasihat temannya. Mr. Darcy berl alu, dan Elizabeth tetap tinggal di sana dengan kekesalan
menggunung. Walaupun begitu, Elizabeth menceritakan kejadian ini dengan riang kepada teman-temannya, karena dia mem ang gadis yang ceria, suka bercanda, dan gemar menertawakan hal-hal konyol.
Secara keseluruhan, semua orang menikmati malam itu. Mrs. Bennet melihat bahwa putri sulungnya paling dikagumi oleh rombongan Netherfield. Mr. Bingley berdansa dua kali dengannya, dan saudara-saudara perempuan Mr. Bingley mengi stimewakannya. Jane sama senangnya dengan ibunya akan hal ini meskipun dia menyikapinya dengan lebih tenang. Elizabeth bisa merasakan kesenangan Jane. Mary mendengar Miss Bingley menyebut dirinya sebagai gadis paling berbakat di daerah itu, sementara Catherine dan Lydia cukup beruntung karena selalu mendapatkan pasangan satu-satunya hal yang mereka pedulikan dalam sebuah pesta dansa. Mereka pun pulang dengan riang ke Longbourn, desa tempat keluarga mereka menjadi penduduk utama.
Mereka mendapati Mr. Bennet masih terjaga. Dia memegang sebuah buku yang membuatnya melupakan waktu, dan kali ini, dia sangat penasaran mengetahui bagaimana jal annya acar a yang sangat dinanti-nantikan itu. Dia agak berh arap istrin ya akan kecewa terhadap pria asing itu, tapi dia justru mendengar seb aliknya.
Oh, suamiku sayang! seru Mrs. Bennet saat memasuki ruangan, kami baru saja melalui malam yang paling menyenangkan, sebuah pesta dansa terindah. Seandainya kau ada di sana. Semua orang mengagumi Jane, tidak ada yang mengunggulinya. Semua orang mengatakan betapa cantik dirinya; dan Mr. Bingley menganggapnya cukup cantik, dan berdansa dengannya dua kali! Coba bayangkan itu, sayangku, dia benarbenar berdansa dengan Jane dua kali! Dan, Jane adalah satusatunya orang di ruangan itu yang mendapatkan dua ajakan dansa darinya. Pertama-tama, dia mengajak Miss Lucas. Aku kesal sekali saat melihatnya berdiri bersama Miss Lucas. Tapi, Mr. Bingley sama sekali tidak terpesona kepadanya; yang benar saja, kau tahu tidak akan ada yang terpesona kepadanya. Dan, dia sepertinya langsung terpikat saat melihat Jane berdansa. Dia bertanya tentang Jane, dan mereka berkenalan, lalu Mr. Bingl ey langsung mengajak Jane berdansa hingga dua lagu bert urut-turut. Setelah itu, dia berdansa dengan Miss King, lalu dengan Maria Lucas, lalu dengan Jane lagi, lalu dengan Lizzy, lalu dengan Boulanger
Jika dia memedulikanku, seru sang suami dengan tidak sabar, tentu dia tidak akan berdansa sebanyak itu! Demi Tuhan, jangan melaporkan lagi soal pasangan-pasangannya. Aku benar-benar berharap kakinya terkilir pada dansa yang pert ama!
Oh, sayangku! Aku lumayan menyukainya. Dia tera mat tampan! Dan, saudara-saudara perempuannya menawan. Seumur hidupku, aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih anggun daripada gaun mereka. Aku yakin bahwa renda di gaun Mrs. Hurst
Mr. Bennet kembali menyela. Dia selalu memprotes penggamb aran detail mengenai pernak-pernik. Karena itu,
Mrs. Bennet harus mencari topik pembicaraan lain tentang pest a dans a itu. Dengan perasaan teramat pahit dan gaya berlebihan, Mrs. Bennet menceritakan ketidaksopanan Mr. Darcy.
Tapi, aku bisa meyakinkanmu, dia menambahkan, bahwa Lizzy tidak mendapatkan banyak kerugian meskipun dia tidak bisa menarik perhatian Mr. Darcy. Mr. Darcy adalah pria paling menyebalkan, menjengkelkan, dan sama sekali tidak menyenangkan. Saking angkuh dan pongahnya dia, tidak ada yang tahan menghabiskan waktu dengannya! Dia berjalan ke sana kemari, menganggap dirinya adalah yang pal ing hebat! Tidak cukup tampan untuk dijadikan pasangan dansa! Seandainya kau ada di sana, sayangku, kau akan bisa mendamprat dia. Aku membenci pria itu. []
K etika Jane dan Elizabeth hanya berdua, Jane, yang semula
menahan pujiannya untuk Mr. Bingley, mengungkapkan kepada adiknya betapa dia mengagumi pria itu.
Seperti itulah seharusnya seorang pemuda bersikap, katanya, bijaksana, lucu, ceria. Aku tidak pernah melihat ses eo rang dengan banyak sifat menyenangkan seperti itu! sangat santai, dan kesantunannya sempurna!
Dia juga tampan, kata Elizabeth, seperti itulah seharusn ya seorang pemuda. Dia sosok yang lengkap.
Aku sangat tersanjung saat dia mengajakku berdansa untuk kedua kalinya. Aku tidak menyangka akan mendapatkan pujian semacam itu.
Masa" Aku sudah menyangkanya. Tapi, itulah perbedaan besar di antara kita. Kau selalu terkejut saat mendapatkan pujian, sedangkan aku tidak pernah terkejut. Sangat wajar bila dia mengajakmu berdansa lagi. Dia tentu bisa melihat bahwa kau setidaknya lima kali lebih cantik daripada semua wanita lain di ruangan itu. Sikapnya itu tidaklah mengejutkan. Yah, jelas dia adalah pria yang sangat baik, dan aku memberikan
Bab 4 E"e" restuku kalau kau menyukai dia. Kau sudah pernah menyukai banyak pria yang lebih bodoh.
Lizzy sayang! Oh, kau memang punya kecenderungan untuk terlalu cepat menyukai seseorang. Kau tidak pernah melihat kekurangan dalam diri siapa pun. Semua hal di dunia ini bagus dan menyenangkan di matamu. Aku tidak pernah mendengarmu mengeluhkan seorang manusia pun di dalam hidupmu.
Aku tidak ingin terlalu terburu-buru menilai seseorang, tapi aku selalu mengatakan apa yang ada dalam pikiranku.
Aku tahu itu, dan itulah yang membuatku heran. Den gan perasaan sebaik itu, kau masih mudah buta akan kekon yola n dan omong kosong orang lain! Cukup banyak orang yang berp ura-pura baik kita bisa menemukannya di man a-mana. Tapi, yang berwatak tulus tanpa pamrih yang han ya bisa mel ihat sifat baik seseorang dan memuji-mujinya tanp a men gat ak an satu pun keburukannya hanya dirimu seo rang. Bera rti kau juga menyukai adik-adik perempuannya juga, kan" Per angai mereka tidak sama dengannya.
Tentu saja tidak pada awalnya. Tapi, mereka menyenangkan ketika kau sudah bercakap-cakap dengan mereka. Miss Bingley akan tinggal bersama kakaknya dan merawat rumahnya, dan aku yakin dia akan menjadi tetangga yang san gat manis.
Elizabeth mendengarkan tanpa berkomentar, kendati dia merasa ragu-ragu; perilaku mereka di pertemuan warga sec ara umum tidak bisa dianggap menyenangkan. Selain itu, den gan
pengamatan yang lebih cekatan dan sifat yang tidak sel ugu kakaknya, ditambah penilaian yang tidak dikaburkan oleh perhatian yang didapatkannya, Elizabeth merasa tidak terlalu menyukai mereka. Mereka sesungguhnya sangat menawan, mudah tertawa saat sedang senang, bisa bersikap ramah jika mau, tapi mereka angkuh dan congkak. Mereka cukup cantik, mendapatkan pendidikan di salah satu sem inari swasta terbaik di kota, memiliki kekayaan sebesar dua puluh ribu pound, memiliki kebiasaan mengeluarkan uang lebih banyak daripada yang semestinya, dan bergaul den gan orang-orang dari status sosial yang sama, sehingga mer eka menganggap diri mereka lebih tinggi dan orang lain lebih rendah. Mereka berasal dari sebuah keluarga terhormat di wilayah utara Inggris. Suatu keadaan yang lebih disebabkan oleh leluhur mereka yang kaya, daripada oleh prestasi mereka atau kakak mereka sendiri.
Mr. Bingley mewarisi kekayaan sebesar hampir seratus ribu pound dari ayahnya ayahnya dulu berniat membeli seb uah tanah luas di pedesaan, tapi tidak sempat melakukannya. Mr. Bingley memiliki keinginan yang sama, dan kadang-kadang dia melihat-lihat tanah di wilayah tempatnya tinggal. Namun, karena dia sudah memiliki rumah indah dan rumah peristirahatan, kebanyakan orang yang mengenal sik ap sant ainya menduga bahwa dia tidak akan meninggalkan Net herfi eld, dan akan menyerahkan rencana pembelian tanah itu pada generasi selanjutnya.
Saudara-saudara perempuannya mendesaknya untuk membeli tanah, tetapi meskipun sekarang dia hanya berstatus
sebagai penyewa Netherfield, Miss Bingley dengan senang hati mendampinginya. Begitu pula dengan Mrs. Hurst, yang telah menikah dengan seorang pria yang gaya hidupnya lebih besar daripada penghasilannya, dan menganggap rumah Mr. Bingley sebagai rumahnya sendiri. Mr. Bingley belum dua tahun mem eg ang kekayaannya ketika sebuah penawaran yang tidak terd uga membawanya ke Netherfield House. Dia mendatangi tempat itu dan melihat-lihatnya selama setengah jam. Setelah merasa senang melihat situasi di sana dan keadaan kamarkamar utamanya, dan puas dengan penjelasan pemiliknya, dia langsung menyewanya.
Di antara dirinya dan Darcy terdapat hubungan persahabatan yang sangat erat, meskipun watak keduanya sangat berkebalikan. Darcy menyukai keramahan, keterbukaan, dan keluwesan Bingley, meskipun sifat-sifat itu sama sekali tidak dim ilikinya, dan meskipun dia tidak pernah merasa keberatan dengan perangainya sendiri. Sementara itu, Bingley menyukai ketegasan dan ketajaman penilaian Darcy. Dalam hal pemahama n, tidak ada yang bisa mengalahkan Darcy. Bingley sama sekali tidak bodoh, tapi Darcy sangat pintar. Pada saat bersamaan, dia juga arogan, dingin, dan pemilih, dan meskipun terhormat, perilakunya tidak menawan. Dalam hal ini, Bingley jauh lebih unggul. Jika Bingley akan langsung disukai di mana pun dia berada, Darcy akan langsung dibenci.
Masing-masing dari mereka mempunyai kesan sendiri atas pertemuan di Meryton itu. Bingley merasa belum pernah bertemu dengan orang-orang yang lebih ramah ataupun gadisgadis yang lebih cantik daripada di Meryton seumur hidupn ya. Semua orang sepertinya sangat baik dan mencurahkan perhatian kepadanya, tidak ada formalitas, tidak ada kekakuan. Dal am waktu singkat, dia telah berkenalan dengan seluruh isi rua ngan, khususnya Miss Bennet, yang dianggapnya lebih cantik daripada malaikat. Darcy, sebaliknya, melihat sekumpulan orang yang berpenampilan pas-pasan dan kurang bergaya, karena tidak seorang pun berhasil menarik perhatiannya atau membuatnya senang. Dia mengakui bahwa Miss Bennet cantik, tapi gadis itu terlalu sering tersenyum.
Mrs. Hurst dan adiknya berpikiran sama tapi mer eka tetap mengagumi dan menyukai Miss Bennet, menyeb utnya sebagai seorang gadis manis dan tidak keberatan men gen alnya lebih dekat. Akhirnya, Miss Bennet ditetapkan sebagai seorang gadis manis, dan saudara laki-laki mereka merasa mendapatkan restu untuk menyukainya.[]
T ak jauh dari Longbourn, tinggallah sebuah keluarga
yang akrab dengan keluarga Bennet. Sir William Lucas dahulu berdagang di Meryton. Di sana, dia mendapatkan cukup banyak kekayaan dan dianugerahi gelar kebangsawanan dalam masa jabatannya sebagai walikota. Mungkin, akibat terlalu menghayati gelarnya, dia merasa muak terhadap bisnis dan tempat tinggalnya di sebuah kota perdagangan kecil. Dia meninggalkan keduanya, pindah bersama keluarganya ke sebuah rumah yang terletak sekitar satu mil dari Meryton. Rum ah itu dinamai Lucas Lodge sejak saat itu. Di sana, dia bisa dengan senang hati memikirkan kedudukannya dan, terbebas dari belenggu bisnis, dia menyibukkan diri dengan menebarkan kebaikan ke seluruh dunia. Kedudukan tingginya itu tidak membuatnya congkak; sebaliknya, dia sangat memperh atikan sem ua orang. Terlahir sebagai seorang yang lemah lembut, ram ah, dan baik hati, kehadirannya di St. James justru memb uatn ya semakin bersahaja.
Lady Lucas adalah seorang wanita yang sangat baik meskip un tidak cukup cerdik untuk menjadi tetangga yang
Bab 5 E"e" sep ad an bagi Mrs. Bennet. Mereka memiliki beberapa anak. Putri sulung mereka, seorang wanita muda berumur sekitar dua puluh tujuh tahun yang bijaksana dan pintar, adalah sahab at karib Elizabeth.
Gadis-gadis Lucas merasa perlu bertemu dengan gadisgadis Bennet untuk membahas tentang pesta dansa. Maka, keesokan paginya, gadis-gadis Lucas pun mendatangi Longbourn untuk saling bertukar pendapat.
Kau memulai malam dengan baik, Charlotte, kata Mrs. Bennet dengan sopan kepada Miss Lucas. Kau menjadi pil ihan pertama Mr. Bingley.
Ya, tapi sepertinya dia lebih menyukai pilihan keduanya. Oh, maksudmu Jane, ya, karena dia berdansa dua kali den gan Jane. Sejujurnya, itu sepertinya pertanda bahwa Mr. Bingley mengaguminya aku cukup yakin mengenai hal ini. Aku mendengar kasak-kusuk tentang ini, tapi aku tidak tahu apa tepatnya sesuatu tentang Mr. Robinson.
Mungkin maksud Anda percakapan antara Mr. Bingley dan Mr. Robinson yang tanpa sengaja saya dengar. Apa say a belum menceritakannya kepada Anda" Mr. Robinson menan yak an pendapat Mr. Bingley tentang pertemuan warga Meryt on, dan apakah menurutnya ada banyak wanita cantik di ruang dansa kita, dan siapa menurutnya yang paling cantik. Dia langsung menjawab pertanyaan yang terakhir: Oh! Miss Bennet yang sulung. Itu sudah pasti dan tidak diragukan lagi.
Astaga! Wah, kedengarannya dia sudah sangat yakin. Namun, mungkin juga itu tidak berarti apa-apa.
Isi pembicaraan yang kudengar lebih bagus daripada yang kau dengar, Eliza, kata Charlotte. Lebih baik mendengark an Mr. Bingley daripada Mr. Darcy, kan" Eliza yang mal ang, mendengar Mr. Darcy hanya menganggapmu lumayan.
Kuharap kau tidak membuat Lizzy risau gara-gara kom entarnya, karena Mr. Darcy adalah pria yang sangat menye b alkan, sehingga disukai olehnya sama saja dengan mendapatkan nasib buruk. Mrs. Long memberitahuku semalam bahwa Mr. Darcy duduk di dekatnya selama setengah jam tanp a sekali pun membuka mulutnya.
Apa kau yakin, Mamma" Sepertinya ada yang salah, kata Jane. Aku yakin melihat Mr. Darcy berbicara dengan Mrs. Long.
Ya karena Mrs. Long akhirnya menanyakan apakah dia menyukai Netherfield, dan mau tidak mau, dia harus menjawab. Tapi, kata Mrs. Long, dia sepertinya marah karena diajak bicara.
Miss Bingley memberitahuku, kata Jane, bahwa dia memang tidak banyak bicara, kecuali di antara teman-teman dekatnya. Bagi mereka, dia sangat menyenangkan.
Aku sama sekali tidak percaya itu, sayangku. Kalau dia memang menyenangkan, tentu dia akan berbicara dengan Mrs. Long. Tapi, aku bisa menebak apa yang sesungguhnya terjadi; semua orang mengatakan bahwa dia sangat angkuh,
dan aku yakin dia, entah bagaimana, telah mendengar bahwa Mrs. Long tidak memiliki kereta dan menghadiri pesta dansa dengan gerobak.
Tidak masalah kalau dia mendiamkan Mrs. Long, kata Miss Lucas, tapi, aku berharap dia mau berdansa dengan Eliza.
Lain kali, Lizzy, kata ibunya, aku tidak akan mau berd ansa dengannya, kalau aku menjadi dirimu.
Aku berani berjanji, aku tidak akan pernah berdansa dengannya, Mamma.
Keangkuhannya, kata Miss Lucas, tidak membuatku tersinggung seperti layaknya keangkuhan orang lain, karena dia punya alasan untuk bersikap angkuh. Tidak ada yang bisa menyalahkan kalau seorang pria yang sangat tampan, yang berasal dari keluarga terhormat, kaya raya, dan memiliki segal anya, menganggap tinggi dirinya sendiri. Kalau aku boleh berpendapat, dia memiliki hak untuk bersikap angkuh.
Itu benar sekali, jawab Elizabeth, dan aku bisa dengan mudah memaafkan keangkuhannya, seandainya dia tidak mengh inaku.
Keangkuhan, timpal Mary, yang sebelumnya diam merenung, menurutku adalah sifat buruk yang umum ditemukan. Dari semua yang telah kubaca, aku yakin bahwa sifat itu sangat umum. Manusia rentan terhadap keangkuhan, dan hanya segelintir orang yang tidak merasakan dirinya lebih unggul dalam beberapa hal dibandingkan dengan orang lain, baik secara terang-terangan maupun diam-diam. Kesombongan
dan keangkuhan adalah hal berbeda meskipun kedua kata itu kerap dianggap sama. Seseorang bisa menjadi angkuh tanpa menjadi sombong. Keangkuhan terkait dengan anggapan kita terhadap diri kita sendiri, sedangkan kesombongan terkait dengan bagaimana kita menginginkan orang lain berpendapat tentang diri kita.
Seandainya aku sekaya Mr. Darcy, seru si kecil dari kel uarga Lucas, yang datang bersama kakak-kakaknya, aku tidak akan memedulikan keangkuhanku. Aku akan memelihara sekawanan rubah dan minum sebotol anggur setiap hari.
Kalau begitu, kau akan minum jauh lebih banyak da?"" ripada yang semestinya, kata Mrs. Bennet, dan kalau aku mel ihatmu melakukan itu, aku akan langsung merebut bo?"" tolmu.
Bocah laki-laki itu memprotes, tapi Mrs. Bennet tetap mencecarnya, dan keributan itu berakhir bersamaan dengan
P ara wanita Longbourn segera menunggu kedatangan
rombongan Netherfield. Dalam kurun waktu singkat, rombongan Netherfield pun tiba. Perangai menyenangkan Miss Bennet menjerat hati Mrs. Hurst dan Miss Bingley, dan meskipun ibunya ternyata menjengkelkan dan adik-adiknya tidak layak dibicarakan, harapan untuk bisa berteman disampaikan kepada kedua putri tertua keluarga Bennet. Oleh Jane, perhatian ini diterima dengan penuh rasa syukur. Namun Elizabeth, yang masih melihat bagaimana kedua wanita itu mengangkat sebelah mata kepada semua orang, tanpa terkecuali kepada kakaknya, merasa kesulitan menyukai mereka; kebaikan mereka kepada Jane mungkin saja disebabkan oleh kekaguman saudara mereka kepadanya. Sudah jelas bahwa kapan pun mereka bertemu, Mr. Bingley menunjukkan kekaguman kepada Jane. Sudah jelas pula bahwa ketertarikan yang telah dirasakan Jane pada pertemuan pertama mereka telah berubah menjadi cinta. Meskipun begitu, Jane yakin perasaannya tidak akan diketahui oleh khalayak umum, karena dia telah sebisa mungkin menjaga tingkah lakunya dan
Bab 6 E"e" menunjukkan keceriaan yang akan menghindarkannya dari kecurigaan orang lain. Elizabeth menceritakan hal ini kepada sahabatnya, Miss Lucas.
Mungkin akan melegakan, jawab Charlotte, kalau kita bisa menunjukkan perasaan kita di depan umum. Kadangkadang, menyembunyikan perasaan juga bisa merugikan. Jika seorang wanita menutupi rasa sukanya kepada seseorang, dia mungkin akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya, dan dia salah jika beranggapan dunia tidak mengetahui apa-apa. Ada begitu banyak yang patut disyukuri ataupun dipamerkan di dalam setiap hubungan, dan tidak selayaknya kita diam saja. Kita semua bisa memulainya dengan bebas menunjukkan sedikit ketertarikan adalah hal yang cukup waj ar, tapi hanya ada segelintir wanita yang cukup berani jatuh cinta tanpa dorongan. Dalam sembilan dari sepuluh kas us, seorang wanita sebaiknya menunjukkan lebih banyak ketertarikan daripada yang sesungguhnya dirasakannya. Tidak diragukan lagi, Bingley menyukai kakakmu, tapi dia mungkin tidak akan merasa lebih dari sekadar suka jika Jane tidak menolongnya.
Tapi, Jane sudah menolongnya, sejauh yang bisa dilaku?" kann ya. Kalau aku saja bisa melihat rasa suka Jane kepadanya, Mr. Bingley pasti betul-betul tolol bila tidak menyadar in ya.
Ingatlah, Eliza, bahwa dia tidak mengenal Jane sedalam dirimu.
Tapi, jika seorang wanita menyukai seorang pria, pria itu seharusnya tahu.
Mungkin dia seharusnya tahu, jika mereka sudah saling mengenal. Tapi, meskipun Bingley dan Jane cukup sering bert emu, mereka tidak sampai berjam-jam bersama. Selain itu, mereka selalu bertemu di tengah banyak orang, sehingga must ahil bagi mereka untuk bercakap-cakap berdua. Karena itu, sebaiknya Jane memanfaatkan setengah jam yang mereka miliki dengan sebaik mungkin. Tujuannya adalah untuk men arik perhatiannya. Ketika Jane sudah semakin merasa nyam an ketika berada di dekatnya, dia akan lebih mudah jat uh cinta.
Rencanamu bagus, jawab Elizabeth, bila yang kita ingink an hanyalah menikah dengan bahagia. Aku pasti akan menjalankannya bila aku bertekad untuk mendapatkan suami kaya, atau suami apa pun. Tapi, perasaan Jane tidaklah seperti itu; dia tidak melakukannya dengan sengaja. Saat ini, dia bahkan tidak yakin pada tindakan ataupun pemikirannya sendiri. Dia baru mengenal Bingley selama dua minggu. Jane berdansa empat kali dengannya di Meryton, lalu bertemu dengannya pada suatu pagi di rumahnya, dan sejak saat itu baru empat kali makan malam bersamanya. Itu tidak cukup bagi Jane untuk memahami sifat Bingley.
Menurutku tidaklah demikian. Kalau Jane hanya sekadar makan malam bersamanya, yang akan dia ketahui hanyalah bag aimana selera makan Bingley. Tapi, kau harus ingat bahwa mereka juga telah menghabiskan empat malam bersama dan empat malam bisa mengubah banyak hal.
Ya, keempat malam itu telah berhasil meyakinkan mereka bahwa mereka lebih menyukai permainan kartu Vingt-un daripada Commerce. Tapi, tanpa mengurangi rasa hormatku kepada mereka, aku tidak percaya mereka telah mengetahui ban yak hal.
Yah, kata Charlotte, dengan sepenuh hati aku mengharapkan Jane beruntung, dan seandainya mereka hendak menikah besok, kuharap dia akan mendapatkan kesempatan kebahagiaan yang sama seperti jika dia telah mempelajari sifat Bingley selama setahun. Kebahagiaan dalam pern ikahan hanyalah masalah nasib. Kalaupun kedua belah pihak sudah saling mengetahui sifat masing-masing atau bahkan mem iliki sifat yang sama sebelumnya, itu tidak menjamin mer eka akan berbahagia selamanya. Perbedaan akan selalu tumb uh di ant ara mereka setelah mereka menikah, sehingga akan lebih baik jik a kita lebih sedikit mengetahui tentang calon pas angan hid up kita.
Kau membuatku tertawa, Charlotte, tapi itu salah. Kau tahu itu salah, dan kau sendiri tidak akan berbuat begitu, kan"
Karena terlalu asyik mengamati perhatian Mr. Bingley kepada kakaknya, Elizabeth sama sekali tidak menyadari bahwa dia sendiri telah menjadi objek perhatian dari kawan Mr. Bingley. Mr. Darcy semula tidak menganggap Elizabeth cant ik; di pesta dansa dia memandang Elizabeth tanpa sedikit pun kek ag uma n, dan ketika mereka bertemu dalam kesempatan se lanj utny a, dia hanya memandang Elizabeth untuk
mencelanya. Namun, tak lama setelah dia mengatakan kepada dirinya sendiri dan teman-temannya bahwa Elizabeth berparas biasa-biasa saja, dia mulai menyadari bahwa, ternyata, wajah gadis itu dihiasi sirat kecerdasan istimewa. Kecerdasan itu terlukis dalam matanya yang indah dan berwarna gelap. Bersama kesadaran tersebut, hadirlah kesadaran lain yang sama mengg uncangkannya. Meskipun mata tajam Mr. Darcy telah melihat lebih dari satu kekurangan di sosok Elizabeth, dia terpaksa mengakui bahwa gadis itu manis dan enak dipandang. Dan meskipun gayanya tidak anggun, Mr. Darcy terpikat oleh keceriaannya. Elizabeth sama sekali tidak menyadari hal ini. Baginya, Mr. Darcy hanyalah pria menyebalkan yang tidak menganggapnya cukup cantik untuk diajak berdansa.
Mr. Darcy mulai berharap bisa mengetahui lebih banyak tentang Elizabeth, dan untuk mendapatkan kesempatan berbincang-bincang berdua dengan Elizabeth, dia mengikuti percakapannya dengan yang lain. Perbuatannya itu menarik perhatian Elizabeth. Ini terjadi di kediaman Sir William Lucas, tempat banyak orang sedang berkumpul.
Apa tujuan Mr. Darcy, kata Elizabeth kepada Charlotte, mendengarkan percakapanku dengan Kolonel Forster"
Hanya Mr. Darcy sendirilah yang bisa menjawab pertanyaan itu.
Tapi, kalau dia melakukan itu lagi, aku akan menunjukkan kepadanya bahwa aku mengetahui perbuatannya. Tatapann ya sangat sinis, dan alih-alih membuatku malu, dia malah membuatku ketakutan.
Ketika Mr. Darcy menghampiri mereka tidak lama ke?" mudian, meskipun sepertinya tanpa niat untuk mengajak mereka bercakap-cakap, Miss Lucas menantang Elizabeth untuk menyebutkan satu topik pembicaraan kepadanya, dan Elizabeth, yang langsung terdorong, menoleh ke arah pria itu dan berkata:
Menurutmu, Mr. Darcy, apakah aku bertingkah berlebihan tadi, saat aku merayu Kolonel Forster untuk menyelenggarakan pesta dansa di Meryton"
Kau berbicara dengan semangat berapi-api, tapi pesta dansa memang topik pembicaraan yang selalu membuat seorang gadis bersemangat.
Kali ini giliran Elizabeth yang terayu, kata Miss Lucas, melirik Elizabeth. Aku akan menyiapkan pianonya, Eliza; kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan.
Kau memang sangat aneh untuk ukuran seorang teman selalu menyuruhku bermain musik dan menyanyi di dep an semua orang. Kalau aku mau menyombongkan keahliank u bermain musik, kau tidak ada apa-apanya; tapi untuk saat ini, aku lebih suka duduk di depan orang-orang yang sud ah biasa mendengar aksi pemain musik terbaik. Namun karena Miss Lucas memaksa, dia berkata, Baiklah, kalau mem ang aku harus melakukannya, aku akan melakukannya. Dia menatap Mr. Darcy dengan sendu, Ada sebuah pepatah lama, yang tentu sudah dikenal baik oleh semua orang di sini: Tahan napasmu untuk mendinginkan buburmu , dan aku akan menahan napasku untuk melambungkan laguku.
Penampilan Elizabeth menyenangkan meskipun tidak ada yang istimewa dari permainannya. Setelah satu atau dua lagu, dan sebelum dia terpaksa menuruti permintaan beberapa orang untuk menyanyi lagi, dengan senang hati Elizabeth menyerahkan piano kepada adiknya, Mary. Mary telah belajar dan berlatih dengan keras supaya dia dapat mempercantik sosoknya yang paling biasa-biasa saja di keluarganya, dan selalu bersemangat memamerkan keahliannya.
Mary tidak terlalu pandai ataupun berselera tinggi; dan rasa bangganya, walaupun memberikan kepercayaan diri, juga membuatnya tampak pongah dan congkak. Elizabeth, dengan sikap santai dan tidak dibuat-buat, mendapatkan sambutan yang jauh lebih meriah meskipun permainannya tidak sebaik Mary, dan Mary, di akhir concerto panjangnya, dengan bangga menerima pujian dan sambutan bergaya Skotlandia dan Irlandia atas permintaan adik-adiknya yang, bersama beberapa putri keluarga Lucas dan dua atau tiga orang prajurit, berdansa dengan riang di salah satu sudut ruangan.
Di dekat mereka, Mr. Darcy berdiri diam melihat cara mereka menghabiskan malam, menghindari semua percakapan, dan tenggelam dalam lamunannya sehingga tidak menyadari Sir William Lucas ada di dekatnya sampai pria itu bersuara:
Ini hiburan yang benar-benar meriah untuk kaum muda, Mr. Darcy! Tidak ada yang bisa mengalahkan dansa. Saya menganggapnya sebagai salah satu ciri-ciri utama bangsa yang beradab.
Tentu saja, Sir, bahkan dansa juga menjadi kegemaran bangsa yang kurang beradab di seluruh dunia ini. Semua anggota suku pedalaman bisa menari.
Sir William hanya tersenyum. Kawanmu pintar berdansa, lanjutnya setelah diam sejenak saat melihat Bingley tur ut menari, dan saya yakin kau juga pintar berdansa, Mr. Darcy.
Saya yakin Anda pernah melihat saya berdansa di Meryt on, Sir.
Ya, betul, dan saya sangat senang melihatnya. Apa kau ser ing berdansa di St James s"
Tidak pernah, Sir. Tidakkah berdansa merupakan bentuk penghormatan bagi tempat itu"
Berdansa adalah bentuk penghormatan yang tidak pernah saya lakukan di mana pun seandainya saya bisa menghindarinya.
Kau punya rumah di kota, kan" Mr. Darcy mengangguk.
Aku pernah berpikir untuk tinggal di kota karena aku suka bergaul dengan masyarakat kelas atas, tapi aku tidak yakin apakah udara London akan cocok untuk Lady Lucas.
Dia diam sejenak menantikan jawaban, tapi lawan bicaranya tidak mengatakan apa-apa. Melihat Elizabeth yang keb et ula n sedang berjalan ke arah mereka, Sir William tergerak untuk melakukan tindakan terhormat dan memanggilnya.
Miss Eliza yang baik, kenapa kau tidak berdansa" Mr. Darcy, izinkan aku memasangkan gadis muda ini denganmu. Aku yakin kau tidak akan menolak untuk berdansa jika gadis secantik ini berdiri di hadapanmu. Sir William meraih tangan Elizabeth dan meletakkannya di tangan Mr. Darcy yang, meskipun sepenuhnya terkejut, tidak keberatan menerimanya. Seketika itu juga, Elizabeth menarik tangannya dan berkata dengan gusar kepada Sir William:
Mohon maaf, Sir, aku sedang tidak berminat berdansa. Kuh arap Anda tidak menyangka aku menghampiri Anda untuk memohon agar dicarikan pasangan dansa.
Mr. Darcy, dengan kesopanan yang berat, mengulurkan tangannya kepada Elizabeth, tapi sia-sia saja. Tekad Elizab eth telah bulat sehingga Sir William sekalipun tidak akan bisa memb ujuknya.
Kau sangat pandai berdansa, Miss Eliza. Sungguh kejam jika kau memupuskan kebahagiaanku untuk melihatmu berdansa, dan meskipun pria ini tidak menyukai kemeriahan secara umum, aku yakin dia tidak akan keberatan untuk menyenangkan hati kita selama setengah jam saja.
Mr. Darcy hanya bersikap sopan, kata Elizabeth, tersen yum.
Memang benar. Tapi, tidak heran jika dia bersedia, Miss Eliza yang baik, mengingat imbalan yang akan didapatkannya. Karena, siapa yang bisa menolak pasangan secantik dirim u"
Elizabeth melontarkan tatapan jenaka dan berpaling. Penolakannya tidak melukai hati Mr. Darcy, yang sedang mem ikirkannya dengan geli ketika Miss Bingley tiba-tiba mengh ampirinya:
Aku bisa menduga apa yang kau lamunkan. Kurasa tidak.
Kau sedang memikirkan betapa membosankannya mengh abiskan banyak malam dengan cara seperti ini di tengah masyarakat semacam ini, dan aku sependapat denganmu. Aku tidak pernah sejengkel ini! Mereka lugu, tapi berisik dan obrolan mereka kosong, tapi lihatlah betapa semua orang itu merasa diri mereka penting! Aku bersedia memberikan apa pun untuk mendengar ledekanmu tentang mereka!
Perkiraanmu salah besar. Yang ada dalam pikiranku jau h lebih menyenangkan. Aku sedang memikirkan sepasang mat a indah yang terpancar di wajah seorang wanita cantik.
Miss Bingley menatap wajah temannya lekat-lekat, mengharap dirinya akan segera mengetahui siapa gadis yang mend apatk an pujian itu. Mr. Darcy menjawab dengan lantang: Miss Elizabeth Bennet.
Miss Elizabeth Bennet! ulang Miss Bingley. Aku terkejut sekali. Sejak kapan kau menyukainya" astaga, apakah aku harus memberikan doa restu untuk kalian"
Aku tahu kau pasti akan memberiku pertanyaan itu. Pemikiran seorang gadis memang hebat, dalam sekejap melomp at dari kekaguman menuju cinta, dari cinta menuju pernikahan. Aku tahu kau pasti akan merestuiku.
Lebih daripada itu, kalau kau serius tentang hal ini, aku pasti akan mendukungmu. Kau akan mendapatkan ibu mert ua yang sangat manis dan, tentu saja, dia akan selalu siap sedia di Pemberley bersamamu.
Mr. Darcy mendengarkan dengan acuh tak acuh ocehan Miss Bingley, yang dengan girang mengolok-oloknya. Dan, ledekannya terus berlanjut saat dia tidak mendapatkan sanggahan dari Mr. Darcy.[]
K ekayaan Mr. Bennet nyaris sepenuhnya tergantung
pada tanah warisan senilai dua ribu setahun. Malang bag i putri-putrinya, tanah itu menjadi hak waris seorang saud ara jauh laki-laki. Sementara itu, kekayaan Mrs. Bennet, meskipun cukup untuk memenuhi kebutuhannya, tidak akan cukup untuk menyokong kehidupan mereka. Ayah Mrs. Bennet, seorang pengacara di Meryton, mewariskan empat ribu pound kepadanya.
Mrs. Bennet memiliki seorang saudara perempuan yang menikah dengan seorang pria bernama Mr. Philips, karyawan yang telah banyak membantu bisnis ayah mereka, dan seorang saudara laki-laki yang tinggal di London dan hidup lay ak sebagai pedagang.
Desa Longbourn berjarak hanya satu mil dari Meryton; jarak yang terhitung dekat bagi para gadis, yang biasanya tergoda untuk berjalan-jalan ke sana hingga tiga atau empat kali dalam seminggu untuk mengunjungi bibi mereka dan singg ah di sebuah toko topi dalam perjalanan. Kedua putri term uda keluarga Bennet, Catherine dan Lydia, sering melakuk an
Bab 7 E"e" kegiatan ini. Beban pikiran mereka tidak sebanyak kakakkak akn ya, dan ketika tidak ada kegiatan yang lebih menarik, jalan kaki ke Meryton dijamin dapat mencerahkan pagi mereka dan memberikan bahan omongan untuk malam harinya; dan, sehambar apa pun berita yang ada di desa, mereka selalu mend apatkan sesuatu yang baru dari sang bibi. Untuk saat ini, mereka mendapat berita gembira karena kedatangan seres im e n militer ke daerah mereka; para prajurit itu akan menetap selama musim dingin dan menjadikan Meryton sebagai pangkalan mereka.
Kunjungan-kunjungan mereka ke rumah Mrs. Philips sek arang diwarnai berbagai kabar menarik. Setiap hari, mereka mendapatkan tambahan informasi tentang nama dan pangkat para prajurit. Letak pangkalan mereka sudah bukan rahasia lagi, dan dalam waktu singkat, Catherine dan Lydia telah men genal para prajurit itu. Mr. Philips pernah mengunjungi mereka, dan ini memberikan kegembiraan yang tidak terkira bagi keponakan-keponakannya. Mereka melulu membicarakan para prajurit. Topik tentang kekayaan Mr. Bingley, yang sel alu membawa keceriaan pada ibu mereka, tidak ada apaapan ya di mata mereka jika dibandingkan dengan kedatangan resim en militer.
Setelah mendengarkan letupan kegembiraan mereka dalam membahas topik ini pada suatu pagi, Mr. Bennet dengan santai menanggapi:
Berdasarkan pengamatanku dari cara bicara kalian, kal ian berdua tentu adalah gadis tertolol di negeri ini. Aku sud ah curiga sejak lama, tapi sekarang aku yakin.
Catherine tampak bingung dan tidak menjawab. Namun Lydia, yang mengabaikan ayahnya, terus mengungkapkan kekagumannya kepada Kapten Carter dan harapannya untuk bert emu dengan sang pujaan hati hari itu sebelum dia pergi ke London keesokan paginya.
Aku terkejut, sayangku, kata Mrs. Bennet, karena kau menganggap anak-anakmu sendiri tolol. Kalau aku ingin menc ela anak seseorang, pastinya aku tidak akan melakukannya pada anakku sendiri.
Kalau anak-anakku tolol, aku berharap akan selalu menyadarinya.
Ya tapi faktanya, mereka semua sangat cerdas. Ini adalah satu-satunya hal yang kita tidak sependapat, dan aku bangga karenanya. Aku berharap pendapat kita selalu sama, tapi dalam hal ini, aku sangat berbeda denganmu karena aku berpikir bahwa kedua anak termuda kita sungguh bodoh.
Suamiku sayang, kau tidak boleh mengharapkan gadis seu mur mereka sepandai ayah dan ibu mereka. Ketika mereka seusia kita, aku yakin mereka tidak akan sibuk memikirkan para prajurit, sama seperti kita. Aku ingat masa-masa di saat aku sendiri selalu tergiur saat melihat mantel merah dan, sesungguhnya, sekarang pun diam-diam aku masih begitu dan jika seorang kolonel muda yang pintar, dengan penghasilan lima atau enam ribu setahun, menghendaki putriku, aku tidak akan menolaknya. Dan, kupikir Kolonel Forster kel ih ata n sangat menarik dalam balutan seragamnya malam itu di resimen Sir William.
Mamma, seru Lydia, kata Bibi, Kolonel Forster dan Kapt en Carter sudah jarang mengunjungi rumah Miss Watson dibandingkan ketika mereka baru saja datang; sekarang ini, mer eka lebih sering terlihat di perpustakaan Clarke.
Jawaban Mrs. Bennet terhalang oleh masuknya pelayan yang memberikan pesan untuk Miss Bennet. Pesan itu berasal dari Netherfield, dan si pelayan menantikan surat balasan. Mata Mrs. Bennet berbinar-binar senang, dan dia dengan pen uh semangat memekik-mekik sementara putrinya membaca.
Jadi, Jane, dari siapa surat itu" Apa isinya" Apa kata Mr. Bingley" Ayo, Jane, cepatlah katakan kepada kami, cepatlah, sayangku.
Surat ini dari Miss Bingley, kata Jane, yang kemudian membacakannya keras-keras.
TEMANKU TERSAYANG, Kalau kau menolak undangan makan malam bersamaku dan Louisa hari ini, kita bisa-bisa akan saling membenci seu mur hidup, karena pergunjingan sehari penuh antara dua orang wanita tidak akan berakhir tanpa menimbulkan pertengk ara n. Datanglah segera set elah kau menerima surat ini. Kak akk u dan para pria
lainnya akan makan malam bersama para prajurit. Sahabatmu selalu,
CAROLINE BINGLEY. Dengan para prajurit! seru Lydia. Aku heran kenapa Bibi tidak memberi tahu kita tentang ini.
Makan malam di luar, kata Mrs. Bennet, sayang sek ali.
Bolehkah aku menaiki kereta" kata Jane. Tidak, sayangku, hari ini cuaca sedang mendung. Sebaikn ya kau menunggang kuda. Dengan begitu, kau bisa mengi nap di sana bila hujan turun.
Itu rencana yang bagus, kata Elizabeth, kalau Mamma yakin mereka tidak akan mengantarnya pulang.
Oh! Tapi, Mr. Bingley bersama para pria lainnya akan mengg unakan kereta mereka untuk pergi ke Meryton, dan pas angan Hurst tidak punya kuda.
Aku lebih suka pergi dengan kereta.
Tapi, sayangku, aku yakin ayahmu tidak bisa meminjamkan keretanya. Kereta itu dibutuhkan di pertanian, bukan begitu, suamiku"
Kereta itu lebih sering dibutuhkan di pertanian daripada kupakai sendiri.
Tapi, kalau kereta itu dipakai sekarang, kata Elizabeth, keinginan Mamma tidak akan terlaksana.
Akhirnya, Elizabeth berhasil meyakinkan ayahnya bahwa kereta mereka dibutuhkan di pertanian. Karena itulah,
Jane terpaksa pergi menunggang kuda, dan ibunya melepas kep ergiannya di pintu sembari dengan ceria meramalkan dat angn ya cuaca buruk. Harapan sang ibu terkabul. Hujan leb at tur un tidak lama setelah Jane berangkat. Adik-adiknya merasa cemas, tapi ibunya malah senang. Hujan berlanjut sepanjang malam itu tanpa sedikit pun mereda. Jane tentu saja tidak bisa pulang.
Gagasanku ini benar-benar cemerlang! Mrs. Bennet berkali-kali mengucapkannya, seolah-olah dialah yang menyeb abkan hujan turun. Hingga keesokan paginya, bagaimanapun, sang ibu masih larut dalam kegembiraan karena keberhasilan rencananya.
Sarapan belum berakhir ketika seorang pelayan dari Netherfield datang membawa pesan sebagai berikut untuk Elizabeth:
LIZZY TERSAYANG, Aku merasa sangat tidak enak badan hari ini gara-gara, kupikir, tubuhku basah kuyup karena hujan kemarin. Teman-temanku yang baik hati tidak mengi zinkanku pulang sampai aku sehat kembali. Mereka bersikeras agar aku diperiksa oleh Mr. Jones karena itu, jangan khawatir jika kau mendengar bahwa beliau telah memeriksaku dan, kecuali tenggorokan yang per ih dan kepala yang pening, tidak ada yang perlu dicemask an dariku.
Salam sayang, dll. Yah, sayangku, kata Mr. Bennet setelah Elizabeth memb acakan surat itu keras-keras, kalau putrimu sakit parah kalau putrimu sekarat, akan sangat menyenangkan untuk mengetahui bahwa semua itu disebabkan karena dia men gejar-ngejar Mr. Bingley demi menuruti perintahmu.
Oh, aku yakin dia tidak akan sekarat. Manusia tidak akan meninggal gara-gara masuk angin ringan. Dia akan diraw at dengan baik. Selama dia tinggal di sana, keadaannya akan sangat baik. Aku akan menengoknya jika aku bisa memakai kereta.
Elizabeth, yang sangat cemas, bertekad untuk menengok kakaknya, meskipun dia tidak bisa memakai kereta, dan karena dia tidak lihai menunggang kuda, berjalan kaki adalah satusatunya pilihannya. Dia menyatakan tekadnya.
Jangan tolol begitu, seru ibunya, memikirkan untuk berj alan kaki di tanah yang becek begitu! Kau tidak akan enak dil ihat sesampainya di sana.
Yang penting aku bisa menemui Jane hanya itu keinginanku.
Apa ini petunjuk bagiku, Lizzy, kata ayahnya, untuk meminjamkan keretaku"
Tidak perlu, aku bersedia berjalan kaki. Jarak tidak bera rti apa-apa ketika seseorang punya tekad, hanya tiga mil. Aku sudah akan tiba kembali di rumah pada waktu makan mal am.
Aku mengagumi ketulusanmu, kata Mary, tapi, setiap dor ongan perasaan seharusnya didukung oleh akal sehat, dan
menurut pendapatku, usaha kita seharusnya sepadan dengan hal yang ingin kita capai.
Kami akan menemanimu sampai Meryton, kata Catherine dan Lydia. Elizabeth menerima tawaran mereka, dan ketiga gadis itu pun berangkat bersama.


Pride And Prijudice Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalau kita buru-buru, kata Lydia sembari berjalan, mungk in kita akan bertemu dengan Kapten Carter sebelum dia pergi.
Mereka berpisah di Meryton; kedua putri termuda keluarga Bennet itu singgah di pondok salah seorang istri prajurit. Elizabeth melanjutkan perjalanannya sendirian, melintasi lad ang demi ladang dengan langkah sigap, melompati pagar dan kubangan air dengan lincah, hingga akhirnya dia melihat rumah yang ditujunya. Kakinya pegal, stokingnya kotor, dan wajahnya bersemu merah akibat perjalanan itu.
Dia diantarkan ke ruang sarapan, tempat semua orang kec uali Jane berkumpul. Kedatangannya disambut dengan kaget. Mrs. Hurst dan Miss Bingley sulit untuk memercayai bahwa Elizabeth telah berjalan sejauh tiga mil sepagi itu, di ten gah cuaca seburuk itu, seorang diri pula. Elizabeth yakin ini akan mereka gunakan sebagai bahan celaan. Bagaimanapun, mereka menerimanya dengan sangat sopan, dan Mr. Bingley lebih dari sekadar bersikap sopan kepadanya; dia jenaka dan baik hati. Mr. Darcy tidak banyak bersuara, dan Mr. Hurst tidak mengucapkan apa-apa. Pendapat Mr. Darcy terbelah. Dia terkesima karena perjalanan tiga mil itu membuat Elizabeth semakin menawan, dan pada bersamaan sangsi karena
seorang gadis tidak seharusnya bepergian sejauh itu sendirian. Mr. Hurst hanya sibuk memikirkan sarapannya.
Berbagai pertanyaan Elizabeth atas keadaan kakaknya terj awab sudah. Miss Bennet tertidur dalam keadaan sakit, dan mesk ipun sekarang dia telah terjaga, demamnya masih sangat tinggi sehingga dia belum cukup sehat untuk meninggalkan kamar. Elizabeth merasa lega saat dia langsung diantarkan ke kamar Jane, dan Jane, yang mencemaskan akibat buruk dari suratnya kepada keluarganya, senang saat melihat kedatangan Elizabeth. Namun, dia tidak bisa banyak bicara, dan ketika Miss Bingley meninggalkan mereka, dia hanya bisa mengungkapkan rasa syukurnya karena telah diperlakukan dengan sangat baik di Netherfield. Tanpa banyak bicara, Elizabeth mengh ampiri kakaknya.
Ketika sarapan berakhir, Miss Bingley dan Mrs. Hurst bergabung dengan mereka. Elizabeth pun mulai menyukai kak ak beradik itu saat dia melihat sendiri betapa tulusnya mer eka memperlakukan Jane.
Seorang ahli pengobatan datang, dan setelah memeriksa Jane, dia menyatakan pasiennya itu terserang flu parah, dan bahw a mereka harus merawatnya hingga sembuh, menyarankan Jane untuk kembali ke ranjang, dan mengiming-iminginya dengan permainan dam jika keadaannya telah lebih baik. Jane menuruti nasihat itu karena tubuhnya semakin panas dan kepalanya semakin pening. Elizabeth senantiasa menemaninya, begitu pula Miss Bingley dan Mrs. Hurst, sementara para pria menunggu di luar tanpa melakukan apa-apa di tempat lain.
Ketika jam menunjukkan pukul tiga sore, Elizabeth terp aksa berpamitan dengan sangat berat hati. Miss Bingley menawarkan untuk meminjaminya kereta, dan hanya diperlukan sedikit bujukan agar Elizabeth mau menerimanya. Saat itu juga, Jane mengungkapkan kesedihannya karena harus berpisah dengan Elizabeth, sehingga Miss Bingley mengganti tawarannya dengan undangan untuk menginap di Netherfield. Elizabeth menyambut undangan itu dengan penuh rasa terima kasih, dan seorang pelayan segera diberangkatkan ke Longbourn untuk mengabari keluarga Bennet dan mengambilkan pak aian ganti.[]
P ada pukul lima sore, para wanita berganti pakaian, dan
pada pukul setengah tujuh, Elizabeth dipanggil untuk mak an malam. Elizabeth tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan untuk pertanyaan basa-basi yang dengan genc ar mengalir yang menurutnya sangat berbeda dengan pert anyaan tulus Mr. Bingley. Keadaan Jane sama sekali belum memb aik. Miss Bingley dan Mrs. Hurst, ketika mendengar tent ang hal ini, mengungkapkan hingga tiga atau empat kali bahw a mereka bersedih, bahwa terserang masuk angin yang parah sangat menyengsarakan, dan bahwa mereka sendiri tidak akan suka jika terserang penyakit itu. Setelah itu, mereka tidak membicarakan lagi topik tersebut, dan sikap acuh tak acuh mereka kepada Jane ketika mereka berjauhan dengannya mengembalikan kedongkolan Elizabeth kepada mereka.
Jelas bahwa saudara laki-laki mereka adalah satu-satunya orang di sana yang bersikap tulus. Kecemasannya terhadap Jane sungguh nyata, dan perhatiannya kepada Elizabeth membuatnya merasa diterima di sana, berbeda dengan sikap yang lain yang membuatnya merasa tersisih. Semua orang di sana
Bab 8 E"e" hampir mengabaikan Elizabeth, kecuali Mr. Bingley. Miss Bingley sibuk mengobrol dengan Mr. Darcy, dan saudara peremp uannya sesekali menyambung pembicaraan mereka; sed angk an Mr. Hurst, yang duduk di samping Elizabeth, adal ah seorang pria pemalas yang hidup hanya untuk makan, min um, dan bermain kartu, yang kehabisan pertanyaan setelah mend apatk an jawaban bahwa Elizabeth lebih menyukai saus polos daripada saus daging.
Seusai makan malam, Elizabeth langsung kembali menemani Jane, dan Miss Bingley mulai menggunjingkannya segera setelah dia keluar. Dia menilai tingkah laku Elizabeth sangat buruk, perpaduan antara keangkuhan dan kelancangan; gadis itu tidak punya topik pembicaraan yang menarik, tidak punya selera, dan tidak cantik. Mrs. Hurst, yang berpendapat sama, menambahkan:
Tidak ada yang patut dipuji darinya kecuali bahwa dia pejalan kaki yang hebat. Aku tidak akan pernah melupakan penampilannya pagi tadi. Dia nyaris kelihatan seperti liar.
Betul, Louisa. Aku kesulitan menahan ekspresi wajahku. Itu sangat tidak masuk akal! Kenapa dia harus berjalan kaki melintasi desa hanya karena kakaknya terserang masuk angin" Rambutnya acak-acakan dan wajahnya merah padam begitu!
Ya, dan rok dalamnya; kuharap kau sempat melihat rok dalamnya, yang aku yakin tercelup hingga enam inci ke dalam kubangan lumpur. Dan, gaun yang diturunkannya tidak sanggup menutupi kotoran di ujung rok dalamnya.
Gambaranmu mungkin sangat tepat, Louisa, kata Bingl ey, tapi, aku sama sekali tidak memikirkan itu. Menurutk u Miss Elizabeth Bennet kelihatan sangat manis saat memas uki ruangan ini pagi ini. Rok dalamnya yang kotor luput dari pengamatanku.
Aku yakin kau melihatnya, Mr. Darcy, kata Miss Bingley, dan terpikir olehku bahwa kau pasti tidak ingin adikmu terlihat seperti itu.
Tentu tidak. Berjalan tiga, empat, lima, atau entahlah berapa mil, den gan kaki tercelup di kubangan, dan sendirian, betul-betul sendirian! Apa sebenarnya maksudnya" Menurutku itu men unjukkan sifat congkak yang sangat buruk, yang banyak dim iliki oleh orang kampung yang acuh terhadap sopan santun.
Itu menunjukkan rasa sayangnya kepada kakaknya, dan men urutku itu sangat manis, kata Bingley.
Aku khawatir, Mr. Darcy, Miss Bingley setengah berbisik, bahwa petualangan liar Miss Bennet itu memengaruhi kek agumanmu pada mata indahnya.
Sama sekali tidak, jawab Mr. Darcy, karena itu justru membuat matanya semakin cemerlang. Semua orang terdiam mendengar pernyataan Mr. Darcy, dan Mrs. Hurst berkata:
Aku sangat menyukai Miss Jane Bennet. Dia gadis yang manis sekali, dan dengan sepenuh hatiku aku berharap dia mem iliki kehidupan yang layak. Namun, dengan ayah dan
ibu seperti itu, dan teman-teman dari golongan rendahan, aku khawatir dia tidak akan punya kesempatan.
Sepertinya aku pernah mendengarmu mengatakan bahwa paman mereka adalah seorang pengacara di Meryton.
Ya, dan mereka punya satu paman lagi, yang tinggal di suatu tempat di dekat Cheapside.
Itu di ibu kota, tambah Miss Bingley, dan mereka ber?" dua tertawa terpingkal-pingkal.
Kalaupun mereka punya cukup banyak paman untuk menghuni seluruh Cheapside, seru Bingley, itu tidak akan mengurangi daya tarik mereka secuil pun.
Tapi, secara materi, itu akan sangat mengurangi kesempatan mereka untuk menikah dengan pria berkedudukan penting, jawab Darcy.
Bingley tidak menanggapi komentar Darcy. Sebaliknya, kedua saudarinya tertawa terpingkal-pingkal dan selama beberapa saat membahas gurauan lancang teman mereka.
Namun, setelah meninggalkan ruang makan, mereka kemb ali ke kamar Jane dengan sikap lembut dan duduk menem aninya hingga waktu minum kopi tiba. Keadaan Jane masih sangat buruk, dan Elizabeth tidak mau meninggalkannya sampai larut malam, ketika Jane telah tertidur dan dia merasa sebaiknya dirinya turun, lebih untuk kesopanan dar ip ada kesenangan. Ketika memasuki ruang menggambar, Elizab eth melihat semua orang sedang bermain kartu dan dia pun diminta untuk bergabung. Namun, dia menolak karena mend uga mereka bermain dengan gaya bangsawan. Menjadikan kakaknya alasan, Elizabeth mengatakan dia akan tinggal sejenak di bawah dan menghibur diri dengan membaca buku. Mr. Hurst menatapnya heran.
Apa kau lebih suka membaca daripada bermain kartu" tanyanya, itu agak aneh.
Miss Eliza Bennet, kata Miss Bingley, membenci perm ainan kartu. Dia pembaca hebat dan tidak menikmati hib ura n lainnya.
Aku tidak layak mendapatkan pujian ataupun sindiran semacam itu, seru Elizabeth. Aku bukan pembaca yang hebat, dan aku bisa menikmati berbagai jenis hiburan.
Aku yakin kau menikmati merawat kakakmu, kata Bingley, dan kuharap dia akan lekas membaik.
Elizabeth mengucapkan terima kasih dengan tulus, lalu berjalan menghampiri meja tempat beberapa buku tergeletak. Mr. Bingley langsung menawarkan diri untuk mengambilkan buku-buku lain untuknya semua yang ada di perpustakaannya.
Dan, kuharap koleksiku lebih dari cukup untuk mem uask anmu dan membanggakanku, tapi aku seorang pemalas, dan meskipun punya banyak buku, aku jarang membacanya.
Elizabeth meyakinkan Mr. Bingley bahwa buku-buku yang ada di ruangan itu telah menyenangkannya.
Aku heran, kata Miss Bingley, karena ayahku hanya mew ariskan sedikit buku. Perpustakaanmu di Pemberley benar-benar bagus, Mr. Darcy!
Tentu saja bagus, jawab Mr. Darcy, perpustakaan itu sudah ada sejak bergenerasi-generasi yang lalu.
Apalagi, kau sendiri menambahkan sangat banyak buku ke sana, karena kau selalu membeli buku.
Aku tidak bisa memahami orang-orang yang mengabaikan pentingnya perpustakaan keluarga di masa seperti ini.
Mengabaikan! Aku yakin kau tidak mengabaikan apa pun yang bisa menambah kecantikan tempat mulia itu. Charles, kuharap rumah yang akan kau bangun akan menyamai set engah saja keindahan Pemberley.
Kuharap begitu. Tapi, aku sungguh-sungguh menyarankan kepadamu untuk membeli tanah di wilayah itu dan menjadikan Pemberley sebagai contoh. Tidak ada daerah yang lebih indah daripada Derbyshire di Inggris.
Dengan sepenuh hatiku, aku akan membeli Pemberley kalau Darcy mau menjualnya.
Aku membicarakan soal kemungkinan, Charles. Astaga, Caroline, kupikir lebih baik kita membeli Pemberley daripada menirunya.
Elizabeth tertarik mendengarkan pembicaraan mereka seh ingga meninggalkan perhatiannya yang sangat kecil pada buk unya, dan tak lama kemudian mengabaikannya. Dia beringsut mendekati meja kartu dan duduk di antara Mr. Bingley dan kakak sulungnya, untuk menonton permainan.
Apakah Miss Darcy telah bertambah tinggi sejak musim sem i lalu" tanya Miss Bingley. Akankah dia setinggi aku"
Kurasa begitu. Sekarang, dia telah setinggi Miss Elizabeth Bennet, atau mungkin sedikit lebih tinggi.
Betapa inginnya aku bertemu dengannya lagi! Aku tidak pernah bertemu seseorang yang lebih menyenangkan darinya. Dengan paras secantik itu, sikap sebaik itu! Dan, den gan bakat yang begitu terasah untuk gadis seumurnya! Perm aina n pianonya sungguh menawan.
Sangat menakjubkan bagiku, kata Bingley, melihat sem ua gadis muda punya kesabaran untuk memupuk bakat mer eka.
Semua gadis muda punya bakat! Charles sayang, apa maks udmu"
Ya, semuanya punya bakat, menurutku. Mereka semua bisa melukis, menyulam taplak, dan merajut dompet. Aku tidak mengenal seorang gadis pun yang tidak bisa melakukan sem ua itu, dan aku yakin tidak pernah mendengar seorang gad is disebut-sebut tanpa sebelumnya diberi tahu bahwa dia san gat berbakat.
Daftarmu tentang berbagai jenis bakat umum, kata Darcy, memang benar. Kata berbakat disandangkan ke ban yak wanita yang tidak becus melakukan apa pun selain merajut dompet atau menyulam taplak. Tapi, aku tidak setuju dengan penilaianmu pada para wanita secara umum. Setahuku, aku hanya mengenal kurang dari setengah lusin wanita, dari seluruh kenalanku, yang benar-benar berbakat. Aku juga, pastinya, kata Miss Bingley.
Kalau begitu, kata Elizabeth, standar kalian tentang wanita berbakat pasti sangat tinggi.
Ya, memang begitu, kata Mr. Darcy.
Oh, tentu saja! sambut pengikut setianya, tidak seorang pun layak disebut berbakat jika kemampuannya bias abiasa saja. Seorang wanita harus memiliki pengetahuan menyeluruh tentang musik, menyanyi, menggambar, berdansa, dan bahasa modern untuk mendapatkan sebutan itu; dan di samping semua itu, dia juga harus memiliki aura, cara berjalan, suara, cara bicara, dan mimik wajah tertentu. Kalau tidak, kata itu tidak tepat diberikan kepadanya.
Dia harus memiliki semua itu, Darcy menambahkan, ditambah sesuatu yang lebih penting, yaitu pikiran yang kaya karena gemar membaca.
Aku tidak heran lagi kalau kau hanya mengenal enam orang wanita berbakat. Sekarang, aku justru heran kau mengenal wanita semacam itu.
Sebegitu sangsinyakah dirimu kepada jenis kelaminmu sendiri sehingga meragukan adanya kemungkinan itu"
Aku tidak pernah melihat wanita seperti itu. Aku tidak pernah melihat kemampuan, selera, penerapan, dan keanggunan seperti yang kau sebutkan itu tergabung seluruhnya dal am diri seorang wanita.
Mrs. Hurst dan Miss Bingley langsung berseru menyanggah keraguan Elizabeth, dan keduanya menyebutkan banyak wanita yang sesuai dengan penggambaran itu. Mr. Hurst memb ungkam mereka dengan mengeluhkan kelalaian mereka
terhadap permainan kartu yang masih berjalan. Pembicaraan berakhir, dan Elizabeth meninggalkan ruangan itu tak lama kem udian.
Elizabeth Bennet, kata Miss Bingley setelah pintu tert utup, adalah jenis gadis yang menarik perhatian lawan jenisn ya dengan merendahkan diri. Dan, aku yakin dia berhasil dengan banyak pria lain. Tapi, menurutku, itu adalah cara rend ahan, siasat yang sangat licik.
Tidak diragukan lagi, jawab Darcy, yang menjadi korban utama sindiran Miss Bingley, semua wanita selalu berbuat licik untuk menarik perhatian pria. Apa pun yang mem icu kelicikan memang memuakkan.
Miss Bingley tidak sepenuhnya puas dengan jawaban ini sehingga memilih untuk menutup pembicaraan.
Elizabeth kembali bergabung dengan mereka hanya untuk mengabarkan bahwa keadaan kakaknya memburuk dan dia tidak bisa meninggalkannya. Bingley bersikeras agar Mr. Jones segera dipanggil, sementara kedua saudarinya, yang yakin bahwa pertolongan kampungan tidak akan banyak membantu, menyarankan agar Jane dibawa menemui salah satu dokt er terkenal di kota. Elizabeth menolak saran terakhir itu, tapi dia tidak bisa menyanggah saran Mr. Bingley. Ditetapkanl ah bahw a Mr. Jones akan dijemput pada pagi buta jika kea daan Miss Bennet belum membaik. Bingley agak gelisah, sementara kedua saudarinya menyatakan diri mereka merana. Namun, mereka melupakan penderitaan mereka dengan menyanyi bers ama setelah menikmati kudapan malam, sementara Mr.
Bingley meredakan ketegangan dengan memerintahkan pel ayann ya untuk memberikan seluruh perhatian kepada si sakit dan adikn ya.[]
E lizabeth menghabiskan sebagian besar malam di kamar
kakaknya. Pada pagi harinya, dia dengan lega menyampaikan kabar baik kepada pelayan Mr. Bingley yang dikirim pada pagi buta untuk menanyakan keadaan Jane, juga kepada kedua wanita anggun yang mencemaskan kakaknya beberapa waktu kemudian. Meskipun keadaan Jane telah membaik, Eliz ab eth tetap meminta agar sebuah pesan dikirimkan ke Longb ourn, memohon agar ibunya diizinkan mengunjungi Jane untuk mengambil keputusan tentang kesehatannya. Pesan tersebut segera dikirim, dan keinginan Elizabeth langsung terpenuhi. Mrs. Bennet, beserta kedua putri termudanya, tiba di Netherfield segera setelah sarapan keluarga.
Seandainya Mrs. Bennet mendapati Jane dalam bahaya yang lebih besar, tentu dia akan merasa sangat risau. Namun, dia puas melihat bahwa penyakit Jane tidak parah dan berharap putri sulungnya tidak segera sembuh, karena jika kesehatannya pulih, dia harus meninggalkan Netherfield. Dia menolak mendengarkan permohonan Jane agar diizinkan pulang. Mr. Jones, yang datang pada waktu bersamaan denganBab 9 E"e" nya, setuju dengan Mrs. Bennet dan menganggap nasihatnya baik. Setelah menemani Jane sejenak, Mrs. Bennet dan ketiga putrinya memenuhi undangan Miss Bingley untuk sarapan. Mr. Bingley menyambut mereka dengan harapan Mrs. Bennet tidak mendapati putri sulungnya dalam keadaan yang lebih buruk daripada yang disangkanya.
Sebaliknya, Sir, jawab Mrs. Bennet. Dia terlalu sakit untuk dipindahkan dari sini. Kata Mr. Jones, kami sebaiknya tid ak mencoba memindahkannya. Jika Anda berkenan, kami mem ohon agar dia diizinkan tinggal di sini lebih lama.
Dipindahkan! seru Bingley. Jangan pernah pikirkan itu. Saya yakin adik saya tidak akan mengizinkan dia dipindahk an.
Anda bisa memegang kata-kata saya, Madam, kata Miss Bingley dengan kesopanan yang dingin, bahwa Miss Benn et akan menerima setiap perhatian yang bisa diterimanya sel ama dia tinggal bersama kami.
Mrs. Bennet mengucapkan terima kasih secara berlebihan. Saya yakin, tambahnya. Jika dia tidak berada di tangan teman-teman terbaiknya, entah apa yang akan terjadi kep adanya. Sakitnya sangat parah, dan dia sangat menderita, meskipun dia memiliki kesabaran terbesar di dunia, yang sel amanya menjadi sifatnya. Karena, dia adalah gadis paling lem ah lembut yang saya kenal. Saya sering kali mengatakan kepada anak-anak saya yang lain bahwa mereka tidak ada apaapanya jika dibandingkan dengan Jane. Ruangan ini indah
sekali, Mr. Bingley, dan jalan batu di luar juga indah. Men urut saya, tidak ada tempat lain di daerah ini yang sei ndah Netherfield. Saya harap Anda tidak akan buru-buru men ingg alk annya meskipun masa sewa Anda di sini hanya seb entar.
Saya selalu melakukan segala sesuatu dengan buru-buru, jawab Bingley, dan karena itulah, seandainya saya telah mem utuskan untuk meninggalkan Netherfield, saya tentu akan melakukannya dalam waktu lima menit saja. Namun untuk saat ini, saya merasa cukup betah di sini. Itu tepat seperti yang kuduga tentangmu, kata Elizabeth. Kau sudah mulai memahamiku, bukan" seru Bingley, menatap Elizabeth.
Oh, ya! Aku sangat memahamimu.
Aku berharap bisa menganggapnya sebagai pujian, tapi aku merasa menjadi orang yang menyedihkan karena kau bisa dengan mudah membaca diriku.
Memang begitulah adanya. Bukan berarti sifat yang leb ih dalam dan rumit akan lebih sulit dibaca.
Lizzy, tukas Mrs. Bennet, ingatlah siapa dirimu, dan jan gan bertingkah lancang seperti di rumahmu sendiri begitu.
Aku baru tahu, Bingley cepat-cepat melanjutkan, bahwa kau bisa membaca sifat orang lain. Mempelajari tentang hal itu tentu menyenangkan.
Ya, tapi sifat yang rumitlah yang paling menarik. Membacanya lebih menantang.
Daerah pedesaan, kata Darcy, secara umum hanya menawarkan sedikit subjek pembelajaran. Di lingkungan desa, jenis masyarakatnya terbatas dan kurang bervariasi.
Tetapi, manusia punya sangat banyak sifat, sehingga akan selalu ada yang bisa dipelajari dari mereka.
Ya, benar, seru Mrs. Bennet, yang tersinggung oleh cara Mr. Darcy menyebut daerah pedesaan. Saya bisa meyakinkan Anda bahwa kegiatan di desa sama banyaknya dengan di kota.
Semua orang terkejut, dan Darcy, setelah menatap Mrs. Bennet sejenak, berpaling tanpa mengatakan apa-apa. Mrs. Bennet, yang menganggap dirinya menang, meneruskan kejayaannya.
Menurut saya, tidak banyak kelebihan London daripada wilayah pedesaan, kecuali toko-toko dan tempat-tempat umumnya. Desa jauh lebih menyenangkan, bukan begitu, Mr. Bingley"
Ketika saya berada di desa, jawabnya, saya tidak pernah berkeinginan meninggalkannya. Dan, hal yang kurang lebih sama terjadi saat saya berada di kota. Kota dan des a memiliki kelebihannya masing-masing, dan saya sama sen angn ya berada di keduanya.
Ah, itu karena kamu berhati baik. Tapi pria itu, Mrs. Bennet menatap Darcy, sepertinya menganggap desa sebagai sesuatu yang tidak berarti.
Mamma salah mengerti, kata Elizabeth, malu menanggapi tingkah ibunya. Mamma salah memahami perkataan
Mr. Darcy. Dia hanya bermaksud mengatakan bahwa jenis orang yang bisa ditemui di kota lebih banyak daripada di desa, dan Mamma harus mengakui bahwa itu benar.
Tentu saja, sayangku, tidak ada yang mengatakan kalau itu salah. Tapi, tentang tidak bertemu banyak orang di desa ini, aku yakin itu salah. Aku pernah makan malam dengan dua puluh empat keluarga di sini.
Demi menjaga perasaan Elizabeth, Bingley menahan ekspresi wajahnya. Kedua saudarinya, yang tidak sepeka dirinya, melirik Mr. Darcy dan tersenyum penuh arti. Elizabeth, yang mencari topik pembicaraan lain untuk mengalihkan pik iran ibunya, menanyakan apakah Charlotte Lucas datang ke Longbourn selama dia pergi.
Ya, dia datang kemarin bersama ayahnya. Sir William adalah seorang pria terhormat, bukan begitu, Mr. Bingley" Seorang pria berselera tinggi! Sangat santun dan luwes! Beliau selalu bisa memulai pembicaraan dengan semua orang. Menurut saya, itulah yang disebut perangai yang baik, dan orang-orang yang menganggap dirinya sendiri sangat penting, dan tidak pernah membuka mulut, salah tentang hal ini. Apakah Charlotte makan malam bersama kalian" Tidak, dia pulang. Sepertinya dia harus membuat penganan. Sedangkan saya, Mr. Bingley, saya selalu menyuruh para pelayan melakukan pekerjaan mereka; putri-putri saya dibesarkan dengan cara yang sangat berbeda. Tapi, semua orang berhak menentukan jalan hidup mereka sendiri, dan saya meyakinkan Anda bahwa gadis-gadis Lucas sangat baik.
Sayangnya, mereka tidak cantik! Bukannya saya menganggap wajah Charlotte sangat biasa bagaimanapun, dia adalah kawan baik kami.
Dia sepertinya wanita muda yang sangat menyenangkan.
Oh, tentu saja! Ya, tapi dia biasa-biasa saja. Lady Lucas sendiri sering mengatakannya, dan dia iri kepada saya karena kecantikan Jane. Saya tidak suka membangga-banggakan anak saya sendiri, tapi sejujurnya, Jane Anda pasti jarang melihat siapa pun yang lebih cantik daripada dia. Semua orang bilang begitu. Saya tidak memercayai pandangan saya sendiri. Waktu dia masih berumur lima belas tahun, ada seorang pria di kota, di dekat kediaman keluarga saudara saya Gardiner, yang jatuh cinta setengah mati kepadanya, sampai-sampai ipar saya yakin dia akan menyampaikan lamaran sebelum kami pulang. Tapi, ternyata pria itu tidak melamar. Mungkin menurutnya Jane masih terlalu muda. Meskipun begitu, dia menulis puisi untuk Jane, dan sungguh indah puisi itu.
Dan berakhirlah cintanya, kata Elizabeth dengan kesal. Menurutku banyak orang yang akan melakukan hal yang sama. Entah siapa yang pertama kali menyadari bahwa puisi efektif untuk memupuskan cinta!
Aku pernah beranggapan bahwa puisi adalah gizi bagi cinta, kata Darcy.
Cinta yang kuat dan sehat, mungkin. Semuanya bisa memberikan gizi bagi sesuatu yang sudah kuat sejak awal.
Tapi, untuk ketertarikan yang hanya singgah sejenak, aku yakin satu soneta indah akan cukup untuk mengusirnya.
Darcy hanya tersenyum, dan keheningan yang menyusul membuat Elizabeth gemetar lantaran khawatir ibunya akan mempermalukan dirinya lagi. Dia ingin mengutarakan ses uatu, tapi tidak bisa memikirkan apa pun. Beberapa saat kem ud ian, Mrs. Bennet kembali mengulang-ulang ucapan terima kasihnya kepada Mr. Bingley atas kebaikannya kepada Jane, diiringi oleh permintaan maaf atas kerepotan yang mereka timbulkan dan Lizzy yang bertingkah menyebalkan. Mr. Bingley menjawab dengan sopan dan memaksa adiknya untuk turut bersikap sopan dengan hanya mengatakan apa yang perlu dikatakan. Miss Bingley menjalankan perannya tanpa ban yak keanggunan, tapi Mrs. Bennet sepertinya merasa puas dan segera meminta agar kereta mereka disiapkan. Menganggap hal ini sebagai sinyal, kedua putri termudanya angkat bic ara. Kedua gadis itu telah saling berbisik sejak mereka tiba di Netherfi eld, dan hasilnya adalah si bungsu mencecar Mr. Bin gl ey mengenai janjinya untuk menyelenggarakan pesta dans a di Netherfield.
Lydia adalah seorang gadis bongsor berumur lima belas tahun, dengan kulit merona dan wajah jenaka, putri kesayangan ibunya yang telah bersikeras membawanya ke acara umum pada usia dini. Dia memiliki semangat menggebu-gebu dan sikap percaya diri yang semakin meningkat seiiring pergaulannya dengan para prajurit yang menjadi teman makan malam pamannya. Karena itulah, dia bisa mengingatkan Mr.
Bingley dengan sikap yakin dan mendadak, dan menambahkan bahwa akan sangat memalukan jika dia melanggar janjinya. Jawaban Mr. Bingley atas serangan mendadak ini terdengar merdu di telinga Mrs. Bennet:
Yakinlah bahwa aku sepenuhnya siap untuk memenuhi janjiku, dan jika kakakmu sudah sembuh, kau sendirilah yang akan menentukan tanggal yang tepat untuk pesta dansa itu. Tapi, jangan berpesta selama dia masih sakit.
Lydia menunjukkan bahwa dirinya puas. Oh, ya! Akan jauh lebih baik jika kita menanti Jane sembuh, dan pada saat itu, kemungkinan besar Kapten Carter telah tiba di Meryton lagi. Dan, karena kau sudah menyelenggarakan pesta dansa, dia menambahkan, aku akan membujuknya untuk menyelenggarakan pesta dansa lain. Aku akan mengatakan kepada Kolonel Forster bahwa akan memalukan jika dia diam saja.
Mrs. Bennet dan kedua putrinya pulang, dan Elizabeth langsung kembali menemani Jane, membiarkan perilakunya dan keluarganya menjadi topik pembicaraan kedua saudari Mr. Bingley dan Mr. Darcy. Mr. Darcy, bagaimanapun, berusaha untuk tidak menanggapi, meskipun Miss Bingley men yind irn ya dengan berkali-kali menyebut tentang sepasang mata indah.[]
H ari itu berjalan seperti sebelumnya. Mrs. Hurst dan
Miss Bingley menghabiskan sebagian pagi mereka bers ama si sakit yang berangsur-angsur membaik. Kemudian, pada malam harinya, Elizabeth bergabung bersama mereka di ruang menggambar. Meja kartu di malam sebelumnya tidak terl ihat malam itu. Mr. Darcy sedang menulis, dan Miss Bingl ey, yang duduk di sampingnya, mengamati isi surat itu, berkali-kali membuyarkan konsentrasi Mr. Darcy dengan menyampaikan pesan-pesan untuk adiknya. Mr. Hurst dan Mr. Bingley sedang bermain piquet permainan kartu untuk dua orang dan Mrs. Hurst menonton permainan mereka.
Elizabeth menyulam dan cukup senang karena bisa mendengarkan percakapan antara Darcy dan temannya. Si wanita terus-menerus memujinya, entah itu untuk bentuk tulisan tangannya, atau kelurusan baris tulisannya, atau panjang sur atnya. Dia terlihat tidak peduli apakah lawan bicaranya menerima pujiannya, menanggapinya, atau setuju dengan pend apatnya.
Bab 10 E"e" Miss Darcy pasti senang karena akan menerima surat seindah itu!
Mr. Darcy tidak menghiraukannya. Kecepatan menulismu luar biasa. Kau salah. Aku menulis dengan lambat.
Pasti kau telah menulis sangat banyak surat dalam setahun! Termasuk surat bisnis! Menyebalkan sekali jika harus memikirkan soal itu!
Untunglah aku yang harus melakukannya, bukan
kau. Tolong katakan kepada adikmu bahwa aku ingin bertemu dengannya.
Aku sudah sekali mengatakannya, berdasarkan permintaanmu.
Sepertinya penamu tidak enak dipakai. Aku akan memp erbaikinya untukmu. Aku sangat pintar memperbaiki pena.
Terima kasih tapi aku selalu memperbaiki sendiri penaku.
Bagaimana kau bisa menulis setegak itu" Mr. Darcy tidak menjawab.
Tolong katakan kepada adikmu bahwa aku ingin mendengar tentang perkembangannya dalam mempelajari harpa, dan katakan kepadanya bahwa aku terpesona pada lukisan indah karyanya, dan menurutku lukisan itu lebih bagus daripada karya Miss Grantley.
Bolehkah aku menyampaikan keterpesonaanmu itu di suratku yang selanjutnya" Saat ini, tidak ada ruang untuk menuliskannya.
Oh, tidak apa-apa! Aku akan menemui Miss Darcy Januari nanti. Tapi, apa kau selalu menulis surat yang panjang dan indah kepadanya, Mr. Darcy"
Suratku biasanya panjang, tapi bukan aku yang berhak menilai apakah surat ini indah atau tidak.
Aku yakin sekali bahwa seseorang yang bisa menulis surat yang panjang dengan mudah tidak akan menulis sesuatu yang buruk.
Itu bukan pujian yang cocok untuk Darcy, Caroline, seru Mr. Bingley, karena dia tidak menulis dengan mudah. Dia terlalu banyak memakai kata dengan empat suku kata. Bukan begitu, Darcy"
Gaya menulisku jauh berbeda denganmu. Oh! seru Miss Bingley. Charles adalah penulis yang paling ceroboh. Dia menghapus setengah suratnya, lalu mencoret setengah yang lainnya.
Gagasanku mengalir sangat deras sehingga aku tidak sempat menuangkannya yang artinya, surat-suratku kadang-kadang tidak menyampaikan gagasan apa pun kepada pen er imanya.
Kerendahan hatimu, Mr. Bingley, kata Elizabeth, sungg uh mengagumkan.
Tidak ada yang lebih menipu, kata Darcy, daripada ker endahan hati. Sering kali itu hanya menjadi ungkapan
sem ata, dan terkadang justru disampaikan menyombongkan diri secara diam-diam.
Dan, dari golongan yang manakah menurutmu kerendahan hatiku tadi"
Kau secara tidak langsung menyombongkan diri, karena kau sangat membanggakan kekuranganmu dalam menulis, karena kau menganggapnya sebagai akibat dari kecepatan berp ikir dan ketergesa-gesaan yang menurutmu akan membuatmu tampak terhormat, atau setidaknya sangat menarik. Kemampuan untuk melakukan apa pun dengan cepat selalu mendapatkan sanjungan dari semua orang, sering kali tanpa memedulikan kekurangan yang menjadi akibatnya. Ketika kau mengatakan kepada Mrs. Bennet pagi ini bahwa seandainya kau memutuskan untuk meninggalkan Netherfield, maka kau akan pergi dalam lima menit, kau bermaksud menyanjung dirimu sendiri. Padahal, adakah yang bisa dibanggakan dari tind akan terburu-buru yang menyebabkan urusan penting terbengkalai dan tidak bermanfaat bagi dirimu sendiri ataupun orang lain"
Ah, seru Bingley, sulit sekali untuk mengingat segala kebodohan yang terucap berjam-jam yang lalu. Tetap saja, dem i kehormatanku, aku yakin bahwa perkataanku jujur, dan aku masih meyakininya saat ini. Setidaknya, dengan kata lain, aku tidak bermaksud menunjukkan sikap serampangan unt uk menarik perhatian kaum wanita.
Aku yakin itu, tapi aku tidak yakin kau akan pergi secepat itu. Sama seperti semua pria lain yang kukenal, tindakanmu selalu dipicu oleh kesempatan. Dan jika, ketika kau naik ke punggung kudamu, seorang temanmu mengatakan, Bingley, sebaiknya kau pergi minggu depan saja, kau mungkin akan menurutinya. Kau mungkin tidak akan jadi pergi; dengan kata lain, kau mungkin akan tinggal hingga bulan ber ikutnya.
Kau hanya ingin mengatakan, tukas Elizabeth, bahwa Mr. Bingley tidak bisa menilai sikapnya sendiri. Dengan mengatakan ini, kau telah menghakimi dirinya lebih dari yang bisa dia lakukan pada dirinya sendiri.
Aku sangat berterima kasih, kata Bingley, karena kau mengubah sindiran temanku menjadi pujian atas betapa man isnya aku. Tapi, sepertinya bukan itu yang dia maksud, karena dia pasti tahu, jika situasi itu menimpaku, aku akan langs ung menyanggah dan melarikan diri secepatnya.
Mungkinkah Mr. Darcy menganggap bahwa ketergesaanmu lebih diakibatkan oleh keteguhanmu dalam memegang pendapatmu"
Wah, aku tidak bisa menjelaskan dengan pasti mengenai itu; Darcy sendirilah yang harus mengatakannya.
Kau menyuruhku mengungkapkan pendapat yang menurutmu milikku, padahal aku tidak pernah mengakuinya. Dalam kasus ini, bagaimanapun, berdasarkan pandanganmu, harus kau ingat, Miss Bennet, bahwa temannya itu memang mengharapkannya kembali ke rumah dan membatalkan rencananya, dan dia memintanya tanpa mengajukan alasan demi kesopanan.
Menyerah begitu saja pada bujukan teman bukanlah sesuatu yang baik.
Menyerah tanpa keyakinan juga bukan sesuatu yang dapat dimengerti.
Menurutku, Mr. Darcy, kau tidak pernah membiarkan pertemanan dan rasa sayang memengaruhi keputusanmu. Pertimbangan tentang siapa yang meminta sering kali membuat seseorang bersedia begitu saja tanpa perlu alasan. Aku tidak secara khusus membicarakan situasi yang kau andaikan kepada Mr. Bingley. Kita mungkin sebaiknya menunggu hingga situasi itu betul-betul terjadi sebelum kita mendiskusikan sikap Mr. Bingley. Tapi, dalam kasus yang umum dan biasa terjadi di antara teman, ketika salah seorang dari mereka menghendaki perubahan mendadak, bukankah sebaiknya kau menuruti kemauannya tanpa membutuhkan alasan apa pun"
Tidakkah sebaiknya, sebelum meneruskan topik ini, kita menentukan derajat kepentingan yang mendasari permintaa n itu, begitu pula derajat keakraban di antara kedua belah pih a k"
Ya ampun, seru Bingley, mari kita dengarkan semua derajatnya, dan jangan lupakan pula tinggi dan besar badan mer eka, karena itu juga harus dijadikan pertimbangan, Miss Bennet, lebih daripada segalanya. Aku meyakinkanmu, jika Darcy tidak sejangkung itu dibandingkan diriku, aku tidak akan memedulikannya. Aku menyatakan bahwa aku tidak pernah mengenal seseorang yang lebih menjengkelkan daripada
Darcy; terutama saat dia di rumahnya, dan pada Minggu malam, ketika dia sedang tidak ada kegiatan.
Mr. Darcy tersenyum, tapi Elizabeth dapat melihat bahwa dia agak tersinggung. Elizabeth memaksakan diri untuk tidak tertawa. Miss Bingley dengan hangat menghiburnya dan dengan penuh semangat mencecar kakaknya yang telah meng h ina sahabatnya sendiri.
Aku tahu maksudmu, Bingley, kata Darcy. Kau tidak menyukai perbedaan pendapat sehingga kau ingin memb ungkam kami.
Mungkin begitu. Perbedaan pendapat hampir sama dengan pertengkaran. Jika kau dan Miss Bennet bersedia menahan perbedaan pendapat kalian hingga aku keluar dari sini, aku akan sangat berterima kasih, dan setelah itu, kalian boleh mengatakan apa pun yang kalian inginkan tentang aku.
Aku akan dengan senang hati menghentikan ini, kat a Elizabeth, dan Mr. Darcy sebaiknya menyelesaikan sur atnya.
Mr. Darcy menuruti saran Elizabeth dan menyelesaikan suratnya.
Ketika urusannya telah selesai, Mr. Darcy mengajak Miss Bingley dan Elizabeth menghibur diri dengan musik. Miss Bingley dengan sigap menghampiri piano, dan setelah men awarkan kepada Elizabeth untuk bermain yang ditolakn ya secara halus dia langsung duduk dan memulai permaina nn ya.
Mrs. Hurst berduet bersama adiknya. Sementara mereka berdua asyik menyanyi, Elizabeth mau tidak mau memperhatikan, bahwa ketika dia sedang membolak-balik halaman buku-buku musik yang tergeletak di atas piano, Mr. Darcy sering kali mencuri pandang ke arahnya. Dia tidak paham bagaimana pria sehebat itu bisa menjadikannya objek kekaguman, tapi akan lebih aneh jika Mr. Darcy mengamatinya kar ena tidak menyukainya. Bagaimanapun, Elizabeth hanya dapat menduga bahwa dirinya menarik perhatian Mr. Darcy karena, berdasarkan cara berpikir pria itu, ada sesuatu yang salah dan sulit dipahami dari diri Elizabeth, yang membedakannya den gan orang-orang lain di sana. Kemungkinan itu tidak meris auk an Elizabeth. Kekesalannya kepada Mr. Darcy menceg ahn ya untuk memedulikan pendapat pria itu.
Setelah memainkan beberapa lagu Italia, Miss Bingley menc erahkan suasana dengan memainkan irama Skotlandia yang ceria, dan sejenak kemudian, Mr. Darcy menghampiri Elizabeth dan berkata:
Tidakkah kau merasakan dorongan yang kuat, Miss Bennet, untuk berdansa dengan diiringi lagu ini"
Elizabeth tersenyum, tapi tidak menjawab. Mr. Darcy mengulangi pertanyaannya, dengan sedikit nada terkejut karena Elizabeth diam saja.
Oh! katanya, aku mendengarmu, tapi aku tidak bisa langsung memutuskan jawabanku. Aku tahu kau menginginkanku mengatakan Ya agar kau bisa menghina seleraku; tapi, aku selalu siap untuk menolak siasat itu, dan mengecewakan
orang yang berpikiran buruk tentangku. Oleh karena itu, aku mengambil keputusan dan memberitahumu bahwa aku sama sekali tidak ingin berdansa denganmu dan sekarang, hinalah aku kalau kau berani.
Sungguh, aku tidak berani.
Elizabeth, yang telah siap melawan, terperangah melihat kesopanan Mr. Darcy. Namun, bagi Darcy, perpaduan antara kelemahlembutan dan kekeraskepalaan dalam sikap Elizabeth tidak terlihat sebagai suatu penghinaan, dan Darcy tidak pernah seterpesona itu kepada seorang wanita sebelumnya. Dia yak in, seandainya kelas sosial Elizabeth tidak lebih rendah dar in ya, dirinya akan berada dalam kesulitan besar.
Miss Bingley melihat semua itu, dan kecurigaannya cuk up untuk membakar api cemburunya. Harapan besarnya agar Jane lekas pulih sejalan dengan hasratnya untuk menyingkirk an Elizabeth.
Berkali-kali, dia menghasut agar Darcy membenci tam u mereka itu dengan membicarakan rencana pern ik ahan mereka dan kebahagiaannya akan hal itu.
Kuharap, kata Miss Bingley ketika mereka berjalanjalan di taman keesokan harinya, kau akan memberikan beb erapa petunjuk kepada ibu mertuamu, jika peristiwa itu ben ar-benar terjadi, agar dia bisa menahan lidahnya. Lalu, kalau kau bisa, sembuhkanlah penyakit mengejar-ngejar prajurit yang diderita oleh gadis-gadis itu. Dan, kalau aku boleh membicarakan topik yang agak sensitif, jangan lupa menganalisis sifat angkuh dan tidak sopan yang dimiliki kekasihmu.
Kau punya saran lain untuk kelanggengan rumah tanggak u"
Oh, ya! Jangan lupa memasang gambar paman dan bibi Philipsmu di galeri Pemberley. Letakkanlah di dekat gamb ar paman buyutmu yang berprofesi sebagai hakim. Kau tahu profesi mereka sama, hanya bidangnya yang berbeda. Sedangkan gambar Elizabeth, sebaiknya kau tidak usah memasangnya, karena pelukis manakah yang bisa menggambarkan keindahan matanya"
Menangkap ekspresinya memang tidak akan mudah, tapi warna dan bentuknya, juga bulu matanya yang sangat ind ah, semua itu bisa dilukis.
Tepat ketika itu, mereka berpapasan dengan Mrs. Hurst dan Elizabeth sendiri.
Aku tidak tahu kalau kalian juga sedang berjalan-jalan, kata Miss Bingley kebingungan, khawatir pembicaraannya dengan Mr. Darcy terdengar oleh Elizabeth.
Kalian menyebalkan, jawab Mrs. Hurst, pergi begitu saja tanpa memberi tahu kami bahwa kalian akan keluar.
Kemudian, seraya menyambar lengan Mr. Darcy yang masih bebas, Mrs. Hurst meninggalkan Elizabeth sendirian. Jalan itu hanya cukup untuk menampung tiga orang. Mr. Darcy, yang merasakan kekasaran mereka, langsung mengatakan:
Jalan ini tidak cukup untuk kita semua. Sebaiknya kita perg i ke jalan raya.
Tetapi, Elizabeth, yang tidak berminat menghabiskan waktu bersama mereka, menjawab sambil tertawa:
Tidak, tidak, tetaplah di sini. Kalian sudah membentuk kelompok yang pas. Anggota keempat hanya akan merusak keindahannya. Selamat tinggal.
Kemudian, dia berlari dengan riang meninggalkan mereka, dan merasa senang ketika menggumamkan harapan bahw a dirinya akan berada di rumah lagi dalam satu atau dua hari. Jane telah pulih dengan pesat sehingga bisa meninggalkan kam arn ya selama beberapa jam malam itu.[]
S eusai makan malam, Elizabeth mendatangi kakaknya.
Melihat bahwa keadaan Jane telah membaik, Elizabeth membawanya ke ruang menggambar, tempat kedua temannya menyambutnya dengan penuh kehangatan. Elizabeth tid ak pernah melihat Miss Bingley dan Mrs. Hurst bersikap ser amah itu sebelum para pria muncul. Percakapan mereka sangat berbobot. Mereka menceritakan hal-hal menarik, anekdot lucu, dan tertawa dengan ceria.
Tetapi, setelah para pria datang, Jane tidak lagi menjadi pusat perhatian mereka. Mata Miss Bingley langsung terarah kepada Darcy, dan dia telah mengajaknya berbicara, bahkan sebelum pria itu duduk. Darcy dengan sopan memberikan ucapan selamat kepada Miss Bennet. Mr. Hurst sedikit menga ngguk dan mengatakan senang sekali , tapi keceriaan dan kehangatan hanya ditunjukkan oleh sapaan Bingley. Dia menunjukkan sikap gembira dan penuh perhatian. Setengah jam pertamanya di ruangan itu dihabiskan untuk menyalakan api di perapian agar Jane tetap merasa hangat. Berdasarkan perm intaannya jugalah Jane duduk di dekat perapian, sejauh
Bab 11 E"e" mungkin dari pintu. Kemudian, Bingley duduk di samping Jane dan berbicara sedikit sekali dengan orang lain di sana. Elizabeth, yang sedang merajut di sudut lain ruangan, menyaksikannya dengan senang.
Seusai minum teh, Mr. Hurst mengajak adik iparnya berm ain kartu, tapi sia-sia saja. Mengetahui bahwa Mr. Darcy tidak ingin bermain kartu, Miss Bingley pun menolak undangan terbuka dari Mr. Hurst tersebut. Miss Bingley meneg askan kepadanya bahwa tidak seorang pun di sana ingin bermain kart u, dan keengganan semua orang untuk men yambut ajakan Mr. Hurst dijadikannya alasan. Karena tidak mem iliki kesibukan lain, Mr. Hurst berbaring di salah satu sofa dan mem ejamkan mata. Darcy mengambil sebuah buku, Miss Bingley mengikutinya, dan Mrs. Hurst, yang asyik mem aink an sej umlah gelang dan cincinnya, sesekali menimpali obrolan antara Mr. Bingley dan Miss Bennet.
Miss Bingley lebih tertarik untuk memperhatikan kemajuan Mr. Darcy dengan bukunya daripada membaca bukunya sendiri, dan dia berkali-kali bertanya atau melongok ke buku Mr. Darcy. Namun, dia tidak bisa melibatkan Darcy dalam perc akapan karena pria itu hanya menjawab pertanyaannya sambil tetap membaca. Akhirnya, lelah oleh usahanya mencari hiburan dari buku yang dipegangnya, yang dipilihnya hanya karena Darcy sedang membaca jilid pertamanya, Miss Bingley menguap lebar-lebar dan berkata, Sungguh menyenangkan menghabiskan malam dengan cara seperti ini! Dengan ini, aku menyatakan bahwa tidak ada hiburan yang lebih mengasyikkan daripada membaca! Buku tidak akan mungkin menimbulk an kebosanan! Jika aku punya rumah sendiri, aku akan merana jika perpustakaanku buruk.
Tak seorang pun menimpalinya. Miss Bingley pun men guap lagi, menyingkirkan bukunya, dan mengedarkan pand angan ke seluruh ruangan untuk mencari hiburan. Ketika mend engar Mr. Bingley menyebut-nyebut tentang pesta dansa kepada Miss Bennet, dia langsung berpaling ke arahnya dan berkata:
Omong-omong, Charles, apa kau serius akan menyelenggarakan pesta dansa di Netherfield" Kalau aku boleh menyarankan, sebelum memutuskan tentang hal itu, lebih baik kau mengobrolkannya terlebih dahulu dengan kami. Karena aku yakin sekali ada teman kita yang lebih menganggap pesta dansa sebagai siksaan daripada kesenangan.
Kalau yang kau maksud adalah Darcy, kata kakaknya, dia boleh tidur sebelum acara dimulai, jika dia mau tapi mengenai pesta dansa itu, aku sudah menetapkannya. Jadi, set elah Nicholls membuat cukup banyak sup krim, aku akan men yebarkan undangan.
Aku akan lebih menyukai pesta dansa, jawab Miss Bingl ey, jika diselenggarakan dengan cara yang berbeda; tapi, pesta dansa biasa sungguh membosankan. Akan jauh lebih masuk akal jika waktu untuk bercakap-cakap dibuat lebih ban yak daripada waktu untuk berdansa.
Aku juga menganggap itu jauh lebih masuk akal, Car oline sayang, tapi acara semacam itu tidak akan disebut pesta dansa.
Miss Bingley tidak menjawab, dan sejenak kemudian, dia berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruangan itu. Sosokn ya anggun dan langkahnya terayun dengan menarik, tapi Darcy, yang diharapkannya akan memperhatikannya, tetap menekuni bukunya. Di tengah keputusasaannya, Miss Bingley menjalankan satu lagi taktik; dan, sambil menoleh ke arah Elizabeth, dia berkata:
Miss Eliza Bennet, mari ikuti contohku. Kita akan berj alan mondar-mandir di ruangan ini. Percayalah, ini akan san gat menyegarkanmu setelah duduk diam berlama-lama.
Elizabeth terkejut, tapi tidak kuasa menolak. Miss Bingley berhasil mendapatkan keinginannya; Mr. Darcy mend ongak. Sama seperti Elizabeth, dia heran melihat tingkah Miss Bingley, dan tanpa sadar menutup bukunya. Miss Bingl ey langs ung mengajaknya bergabung dengan mereka, tapi dia me nolaknya. Dia mengatakan, bahwa dalam pikirannya, mer eka berdua memiliki dua tujuan berjalan mondar-mandir bersama di dalam ruangan itu, dan jika dia bergabung, maka dia akan mengganggu keduanya. Apa maksudnya" Apa kau mengerti maksudnya" Miss Bingley bertanya kepada Eliza - beth.
Sama sekali tidak, jawab Elizabeth. Tapi, yang jelas, dia bermaksud mencela kita. Jangan menyenangkannya dengan menanyakan maksudnya.
Namun, Miss Bingley tidak sanggup mengecewakan Mr. Darcy dalam urusan apa pun. Maka, gadis itu meminta penjelasan atas dua tujuan yang dimaksud Mr. Darcy.
Aku sama sekali tidak keberatan menjelaskannya, kat a Darcy, segera setelah Miss Bingley bertanya kepadanya. Kalian memilih cara ini untuk menghabiskan malam karena kalian berdua saling memercayai dan ingin membahas sesuatu yang bersifat rahasia, atau karena kalian sadar bahwa kalian tampak paling memesona ketika sedang berjalan. Untuk yang pertama, aku hanya akan mengganggu kalian, dan untuk yang kedua, aku akan bisa melihat kalian dengan lebih jelas dari temp at dudukku di dekat perapian.
Oh, astaga! seru Miss Bingley. Aku tidak pernah mend engar ucapan selancang itu. Bagaimana sebaiknya kami mengh uk ummu karena telah berbicara seperti itu"
Tidak akan mudah, kalau yang kau miliki hanya niat, kata Elizabeth. Kita semua bisa saling mengganggu dan menghukum. Mengolok-olok dia, menertawakan dia. Kalian sangat akrab, jadi kau pasti tahu apa yang sebaiknya kau lakukan kepadanya.
Tapi, aku bersumpah, aku tidak tahu. Percayalah bahwa keakrabanku dengannya belum mengajariku apa pun tentang itu. Mengolok-olok ketenangan perilaku dan ketajaman pikiran! Tidak, tidak kurasa dia mungkin akan menantang kita. Sedangkan untuk tertawa, jangan sampai kita mempermalukan diri kita dengan tertawa tanpa sebab. Mr. Darcy mungkin akan memeluk dirinya sendiri jika kita melakukan itu.
Mr. Darcy tidak pantas untuk ditertawakan, ternyata! seru Elizabeth. Tertawa adalah senjata yang luar biasa, dan kuharap kita bisa memanfaatkannya nanti, karena aku akan sangat menyesal jika menghambur-hamburkannya. Aku cinta tertawa.
Miss Bingley, kata Darcy, telah memberiku pujian yang lebih besar daripada seharusnya. Orang terbaik dan terbijak bukan, tindakan orang terbaik dan terbijak mungkin akan dianggap konyol oleh orang yang menganggap lelucon seb agai tujuan hidupnya.
Tentu saja, jawab Elizabeth ada orang-orang yang seperti itu, tapi aku berharap diriku bukan bagian dari mereka. Aku berharap diriku tidak pernah menertawakan orang-orang yang baik dan bijaksana. Orang-orang yang tolol dan berbicara omong kosong, gila dan plin-plan, oh, aku akan menertawakan mereka kapan pun aku bisa. Tapi, yang jelas, kau tidak term asuk di dalam golongan mereka.
Mungkin tidak ada seorang pun yang termasuk di dalam golongan itu. Tapi, sepanjang hidupku, aku berusaha menghindari kelemahan yang sering kali membuka celah untuk ditertawakan oleh orang lain.
Misalnya keangkuhan dan kesombongan. Ya, keangkuhan adalah kelemahan. Namun, kesombongan kesombongan selalu hadir mengikuti kepandaian. Elizabeth berpaling untuk menyembunyikan senyumnya. Pemeriksaanmu atas Mr. Darcy sudah berakhir, sepertinya, kata Miss Bingley, dan apakah hasilnya"
Aku yakin sepenuhnya bahwa Mr. Darcy tidak memiliki kelemahan. Kalaupun ada, dia menyembunyikannya dengan sangat baik.
Tidak, kata Darcy, aku tidak menyembunyikan apa-apa. Aku punya cukup banyak kelemahan, tapi kuhar ap orang-orang tidak mengetahuinya. Aku tidak berani menj amin perangaiku. Aku yakin, sebagian besar orang akan mengangg apn ya sebagai kelemahan: aku tidak bisa dengan cepat melup akan kesalahan dan kebodohan orang lain ataupun tindakan buruk mereka kepadaku. Perasaanku tidak akan lenyap begitu saja meskipun aku berusaha menyingkirkannya. Tindak-tandukku mungkin dianggap menyebalkan. Pendapat baikk u, sekalinya hilang, akan hilang selamanya.
Itu betul-betul kelemahan! seru Elizabeth. Dendam yang tak ada akhirnya adalah bayangan gelap dalam sifat ses eo rang. Tapi, kau telah memilih kelemahanmu dengan san gat baik. Aku tidak bisa menertawakannya. Kau selamat darik u.
Aku yakin, ada kecenderungan untuk keburukan tertentu kelemahan alami dalam diri semua orang, yang bahkan tidak bisa ditanggulangi oleh pendidikan terbaik sek alip un.
Dan kelemahanmu adalah membenci semua orang.
Sedangkan kelemahanmu, jawab Darcy sambil tersenyum, adalah dengan rela membiarkan dirimu salah memahami sifat mereka.
Mari kita mendengarkan musik, seru Miss Bingley, yang muak mendengarkan percakapan yang tidak melibatkannya. Louisa, apa kau keberatan jika aku membangunkan Mr. Hurst"
Setelah mendapatkan persetujuan kakaknya, piano pun dibuka, dan Darcy, setelah merenung selama beberapa saat, memutuskan bahwa dia tidak menyesal. Dia mulai merasakan bahayanya mencurahkan terlalu banyak perhatian kepada Elizabeth.[]
S etelah mendapatkan persetujuan dari Jane, Elizabeth
menulis surat kepada ibu mereka keesokan paginya, memohon agar sebuah kereta dikirim untuk menjemput mereka hari itu juga. Namun Mrs. Bennet, yang telah memperhitungkan bahwa kedua putrinya akan tinggal di Netherfield hingga Selasa, yang artinya tepat seminggu sejak kedatangan Jane di sana, menyambut surat itu dengan gusar. Jawabannya terasa menyesakkan, setidaknya bagi Elizabeth, yang tidak sabar ingin segera pulang. Mrs. Bennet menulis kepada mereka bahwa kereta baru bisa dikirim pada hari Selasa. Sebagai tambahan, dia mengatakan bahwa jika Mr. Bingley dan adiknya bersikeras agar mereka tinggal lebih lama, maka dia memberikan izinnya. Elizabeth menolak untuk tinggal lebih lama dan khawatir mereka akan dianggap sebagai penyusup karena terlalu lama berada di rumah itu, maka dia mendesak Jane untuk secepatnya meminjam kereta Mr. Bingley. Mereka sepakat untuk memberi tahu Mr. Bingley bahwa mereka akan meninggalkan Netherfield pagi itu, dan mereka pun menyampaikannya.
Bab 12 E"e" Pembicaraan itu menimbulkan banyak kekhawatiran dan rentetan permohonan, supaya mereka setidaknya tinggal sampai keesokan harinya agar kondisi Jane lebih baik. Mereka harus tetap tinggal di Netherfield hingga saat itu. Kendati demikian, Miss Bingley menyesal karena telah mengusulkan penundaan itu, karena kecemburuan dan kekesalannya kepada Elizabeth jauh melampaui kesukaannya kepada Jane.
Sang tuan rumah mendengarkan keinginan mereka dengan penuh kesedihan. Dia berkali-kali membujuk Miss Bennet, mengatakan bahwa perjalanan tidak baik bagi kesehatannya bahwa dia belum sepenuhnya pulih. Tetapi, Jane bersikeras memegang pendapatnya.
Namun, keinginan itu disambut dengan senang hati oleh Mr. Darcy Elizabeth telah tinggal cukup lama di Netherfield. Gadis itu telah memikatnya lebih daripada yang dikehendakinya selain itu, Miss Bingley bersikap jahat kepada Elizabeth dan menggoda dirinya lebih sering daripada biasanya. Dengan bijak, Mr. Darcy bertekad untuk menyemb unyikan perasaannya, sehingga tidak ada tanda-tanda kekaguman yang bisa terlihat darinya, dan tidak ada yang akan melambungkan Elizabeth dengan harapan dirinya akan terbuka kepadanya. Pada hari terakhir Elizabeth di Netherfield, perlakuan Mr. Darcy mencerminkan tekadnya. Memegang teguh rencananya, dia hanya mengucapkan tidak lebih dari sepuluh patah kata kepada Elizabeth sepanjang hari Sabtu, dan meskipun mereka sempat menghabiskan waktu berdua
Bidadari Dari Sungai Es 2 Wiro Sableng 182 Delapan Pocong Menari Vampire Academy 2

Cari Blog Ini