Ceritasilat Novel Online

Pride And Prijudice 3

Pride And Prijudice Karya Jane Austen Bagian 3


Di tengah kehebohan yang melanda keluarga Bennet, Charlotte Lucas datang untuk menghabiskan harinya bersama mereka. Lydia menyambutnya di serambi, menyongsongnya dan berbisik nyaring, Aku senang karena kau datang, karena suasana di sini sedang seru! Coba tebak apa yang terjadi tadi pagi" Mr. Collins melamar Lizzy, dan Lizzy menolaknya.
Sebelum Charlotte sempat menjawab, Kitty bergabung dan mengabarkan hal yang sama; dan tidak lama setelah mereka memasuki ruang sarapan, tempat Mrs. Bennet sedang mengh abiskan waktunya seorang diri, keluhan tentang topik yang sama pun dimulai. Mrs. Bennet memohon belas kasiha n Charlotte dan memintanya membujuk Lizzy agar mau memperh atikan kepentingan seluruh keluarganya. Tolonglah, Miss Lucas tersayang, tambah Mrs. Bennet dengan nada melankolis, karena tidak ada seorang pun yang mau mendukungku, tidak ada seorang pun yang mau berpihak kepadaku. Aku telah diperlakukan dengan semena-mena, tidak ada yang memedulikan saraf-sarafku yang malang.
Charlotte terselamatkan dari kewajiban untuk menjawab berkat kehadiran Jane dan Elizabeth.
Ah, dia datang, kata Mrs. Bennet, dengan sikap acuh tak acuhnya, tidak peduli pada kita seakan-akan kita berada di York, mengira dia bisa mengambil keputusan sendiri. Tapi, aku akan memberitahumu, Miss Lizzy kalau kau bersikeras menolak semua lamaran yang menghampirimu, kau tidak akan pernah mendapatkan suami dan aku tidak tahu siapa yang mau mengurusmu jika ayahmu meninggal nanti. Aku tidak akan sanggup membiayaimu ketahuilah itu. Urusanku denganmu telah selesai hari ini. Kau tahu bahwa di perpustakaan aku sudah mengatakan untuk tidak akan pernah bicara denganmu lagi, dan aku serius. Aku tidak berminat berbicara dengan anak yang tidak tahu diuntung. Bukannya aku berminat berbicara dengan siapa pun. Orang-orang yang punya masalah dengan saraf sepertiku seharusnya tidak banyak bicara. Tidak seorang pun tahu sebesar apa penderitaanku! Tetapi, memang selalu begitu keadaannya. Orang yang tidak pernah mengeluh tidak akan dikasihani.
Gadis-gadis Bennet mendengarkan ledakan kemarahan ibu mereka tanpa berkata-kata, paham betul bahwa setiap upaya untuk memberikan penjelasan atau meredakan amarah sang ibu hanya akan memperparah keadaan. Maka, Mrs. Bennet pun mencerocos tanpa henti dan baru bungkam ketika Mr. Collins memasuki ruangan dengan sikap lebih tegas daripada biasanya. Ketika melihat siapa yang datang, Mrs. Bennet berkata kepada para putrinya, Sekarang, aku meminta kalian,
sem uanya, menahan omongan kalian dan membiarkanku berc ak ap-cakap dengan Mr. Collins.
Tanpa berkata-kata, Elizabeth keluar dari ruangan itu, diikuti oleh Jane dan Kitty, tapi Lydia bergeming, bertekad unt uk mendengarkan semua yang bisa didengarnya. Charlotte, yang tertahan mula-mula oleh pertanyaan basa-basi Mr. Collins tentang kabar dirinya dan seluruh keluarganya, lalu oleh sedikit rasa penasaran, memuaskan diri dengan berjalan ke dekat jendela dan berpura-pura tidak mendengar. Dengan nada merana, Mrs. Bennet memulai pembicaraan: Oh, Mr. Collins!
Madam yang baik, jawab Mr. Collins, marilah kita selamanya tidak membicarakan lagi tentang masalah ini. Tidak ada dalam pikiran saya, lanjutnya dengan suara yang menandakan kekesalan, untuk membenci perilaku putri Anda. Menerima kejahatan yang tidak terhindarkan adalah tugas berat bagi kita semua; tugas yang aneh bagi seorang pemuda yang telah mendapatkan cukup keberuntungan seperti saya, dan karena itulah saya rela. Mungkin saya bersedih karena sepupu saya yang cantik telah menolak uluran tangan saya, tetapi saya sering kali mengamati bahwa kerelaan baru akan sempurna ketika kita telah kehilangan harapan kita. Saya harap, Madam, Anda tidak akan menganggap saya telah menghina keluarga Anda dengan mencoba membujuk putri Anda tanpa sebelumnya memohon kepada Anda dan Mr. Bennet untuk menyampaikan lamaran saya. Anda mungkin akan memandang rendah diri saya karena saya begitu saja
menerima penolakan dari bibir putri Anda tanpa menunggu pen egasan dari Anda. Tetapi, kita semua tidak luput dari kes alahan. Selama ini, saya bermaksud baik. Tujuan saya adal ah mendapatkan pasangan yang sesuai untuk saya dan mend atangkan manfaat bagi seluruh keluarga Anda, dan jika sikap saya tidak bisa diterima, saya mohon Anda mau me - maafkan saya. []
180 P embahasan mengenai lamaran Mr. Collins hampir mencapai titik akhir, dan Elizabeth hanya perlu menanggung kegundahan yang diakibatkannya, terutama akibat sind ira n pedas yang sesekali dilontarkan oleh ibunya. Mr. Coll ins sendiri menunjukkan perasaannya kepada Elizabeth buk an melalui sikap malu ataupun merana, atau dengan beru saha menghindarinya, melainkan dengan sikap kaku dan keheninga n yang mengandung kebencian. Mr. Collins jarang berb icara kepadanya. Sepanjang sisa hari itu, perhatian yang biasan ya dicurahkannya kepada Elizabeth disalurkan kepada Miss Lucas, yang kesabarannya dalam mendengarkan ocehan Mr. Collins melegakan mereka semua, terutama Elizabeth.
Kemarahan dan kerisauan Mrs. Bennet belum mereda kee sokan harinya. Mr. Collins juga masih dirundung kemaraha n akibat harga dirinya yang terluka. Elizabeth berharap amarah akan mempersingkat kunjungan Mr. Collins, tapi rup an ya itu tidak memengaruhi rencananya. Dia telah mengatak an akan pulang pada hari Sabtu, dan dia menunggu hingga Sabt u tiba.
Bab 21 E"e" Setelah sarapan, para gadis berjalan kaki ke Meryton untuk menanyakan kapan Mr. Wickham akan kembali dan memb ahas ketidakhadirannya dalam pesta dansa Netherfield. Mereka bertemu dengan pria itu ketika memasuki kota, dan dia mengawal mereka hingga tiba di rumah bibi mereka sembari menyampaikan penyesalan, kecemasan, juga kerisauannya pada semua orang. Namun, kepada Elizabeth, dia dengan suka rela mengungkapkan bahwa alasan kepergiannya adalah untuk menghindari seseorang.
Saat itu, aku merasa, katanya, bahwa mungkin aku tid ak akan tahan berada di ruangan atau acara yang sama den gan Mr. Darcy selama berjam-jam, dan bahwa peristiwa yang mungk in terjadi selanjutnya tidak akan menyenangkan. Buk an hanya bagiku, melainkan juga bagi orang lain.
Elizabeth menyetujui ketabahan Wickham, dan mereka membahasnya dengan penuh semangat, juga dengan simpati yang mereka berikan dengan hangat kepada satu sama lain. Secara khusus, Wickham mendampingi Elizabeth dalam perjalanan kembali ke Longbourn. Kawalannya membuahkan dua keuntungan; selain merasa tersanjung, Elizabeth juga mendapatkan kesempatan yang tepat untuk memperkenalkan pria itu kepada ayah dan ibunya.
Tak lama setelah mereka tiba di rumah, sepucuk surat yang ditujukan kepada Miss Bennet tiba dari Netherfield. Amplop itu berisi selembar kertas kecil dan anggun oleh tulisan indah seorang wanita, dan Elizabeth melihat ekspresi wajah kakaknya berubah ketika membacanya. Tatapan Jane terpusat
pada bagian tertentu surat itu, berkali-kali membacanya. Namun, Jane segera memulihkan diri dan menyingkirkan sur at itu, berusaha bergabung dengan percakapan ceria mereka tent ang topik-topik umum. Walaupun begitu, Elizabeth bisa merasakan kegalauan kakaknya, yang bahkan berhasil mengalihkan perhatiannya dari Wickham. Segera setelah Wickham dan temannya pergi, Jane melirik Elizabeth, mengisyaratkan kepada adiknya agar mengikutinya ke atas. Ketika tel ah berada di kamar mereka, Jane mengeluarkan surat tersebut dan berkata:
Surat ini dari Caroline Bingley. Isinya sangat mengejutkanku. Mereka semua telah meninggalkan Netherfield saat ini dan berada dalam perjalanan menuju kota tanpa niat unt uk kembali kemari lagi. Kau sebaiknya mendengarkan send iri penjelasannya.
Kemudian, dengan nyaring Jane membacakan kalimat pertama surat itu, yang menginformasikan bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk mengikuti Mr. Bingley ke kota dan berharap dapat tiba di Grosvenor Street, rumah Mr. Hurst, pada waktu makan malam. Penjelasan tersebut diikuti oleh kata-kata berikut ini:
Aku tidak akan berpura-pura menyesali apa pun yang kutinggalkan di Hertfordshire, kecuali persahabatan darimu, temanku tersayang. Tetapi, kami berharap akan sering bertemu kembali denganmu dan menikmati persahabatan kita di masa yang akan datang. Untuk sementara, kita bisa mengurangi
kepedihan akibat perpisahan ini dengan sesering mungkin berk irim surat. Aku memercayaimu dalam hal ini.
Elizabeth mendengarkan seluruh ungkapan kesedihan itu dengan sangsi, dan meskipun kepergian mendadak mereka mengejutkannya, dia tidak menyesalinya. Kepergian mereka dari Netherfield tidak akan mencegah kehadiran Mr. Bingley di sana; dan untuk hilangnya pertemanan dari kedua saudari Mr. Bingley, dia membujuk Jane agar menghapus kesedihannya, demi Mr. Bingley.
Sayang sekali, kata Elizabeth setelah terdiam sejenak, kau tidak bisa melepas kepergian teman-temanmu. Tapi, bukankah sebaiknya kita berharap bahwa kebahagiaan di masa yang akan datang, seperti yang dikatakan oleh Miss Bingley, akan terwujud lebih cepat, dan bahwa hubungan pertemanan kalian yang indah akan berubah menjadi persaudaraan" Mr. Bingl ey tidak akan tinggal lebih lama di London hanya garagara mereka.
Caroline dengan jelas mengatakan bahwa tak satu pun dari mereka yang akan kembali ke Hertfordshire musim dingin nanti. Aku akan membacakan suratnya:
Ketika kakakku meninggalkan kami kemarin, dia mengir a urusannya di London akan dapat dibereskan dalam wakt u tiga atau empat hari. Tetapi, karena kami yakin bahwa itu mustahil terjadi, dan pada saat yang sama juga yakin bahwa ses ampainya Charles di kota, dia tidak akan terburu-buru pergi lagi, maka kami pun
mem ut usk an untuk mengikutinya ke sana agar dia tid ak terpaksa menghabiskan waktu senggangnya di hot el yang tidak nyaman. Sebagian besar teman kami telah tiba di kota untuk menghabiskan musim dingin. Aku berharap bisa mendengar bahwa dirimu, sahabatku tersayang, juga berniat untuk menjadi salah seorang di antaranya tapi aku tidak akan berharap banyak. Dengan tulus, aku mendoakan agar Nat al yang akan kau rayakan di Hertfordshire mendatangkan ke g embiraa n, dan kau akan dikelilingi oleh pria-pria tampan agar rasa kehilanganmu terhadap ketiga temanmu dapat tered akan.
Jelas disebutkan dalam surat ini, lanjut Jane, bahwa Mr. Bingley tidak akan kembali kemari pada musim dingin ini.
Yang jelas, itulah yang diinginkan oleh Miss Bingley. Kenapa kau berpikir begitu" Sudah jelas bahwa ini adalah siasat Mr. Bingley. Dialah yang merencanakan segalanya. Tapi, kau belum mendengar semuanya. Aku akan membacakan bagian yang benar-benar menyakiti perasaanku. Aku tidak akan merahasiakannya dari-mu.
Mr. Darcy tidak sabar lagi untuk bertemu dengan adiknya; dan, sejujurnya, kami juga merasakan hal yang sama. Aku benar-benar beranggapan bahwa tidak ada yang bisa men and ingi Georgiana Darcy dalam hal kecantikan, keangguna n, dan keterampilan. Kasih sayang yang diberikannya kepadaku dan Louisa membuat kam i semakin bersyukur, karena kami berharap dia akan menjadi saudara kami suatu hari nanti. Aku tidak ingat apakah aku pernah mengungkapkan perasaa nku men genai hal ini, tetapi aku tidak akan pergi tanpa menc eritak annya kepadamu, dan aku yakin kau akan mem ah aminya. Kakakku sangat terpesona kepada Miss Darcy; dan kini, dia akan mendapatkan banyak kesempatan untuk berj ump a dengan nya. Miss Darcy sendiri juga mengharapkan hal yang sam a. Aku berpend apat bahwa Charles sanggup untuk merebut hati sem ua wanita, dan penilaian seorang adik tidak akan salah. Den gan semua keadaan ini, dan tanpa adan ya hal anga n apa pun, salahkah aku, Jane tersayang, untuk memimpik an per ist iwa yang akan mengh adirkan kebahag iaan di hati san gat ban yak orang"
Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini, Lizzy sayang" kata Jane setelah selesai membaca. Bukankah semuanya sudah cukup jelas" Bukankah Caroline telah menjelaskan dengan gamblang melalui suratnya bahwa dia tidak berharap aku akan menjadi saudaranya; bahwa dia yakin sepenuhnya tentang ketidakpedulian kakaknya kepadaku; dan bahwa kalaupun dia telah mencurigai perasaanku kepada kakaknya, dia bermaksud (dengan sangat baik!) memperingatkanku" Mungkinkah ada penjelasan lain mengenai hal ini"
Ya, ada; karena pemahamanku sepenuhnya berbeda. Maukah kau mendengarnya"
Dengan senang hati. Aku hanya akan memberikan penjelasan singkat. Miss Bingley melihat bahwa kakaknya telah jatuh cinta kepadamu, padahal dia berharap Mr. Bingley akan menikah dengan Miss Darcy. Dia mengikuti kakaknya ke kota dengan maksud untuk menahannya di sana dan berusaha membujuknya agar melupakanmu.
Jane menggeleng. Sungguh, Jane, kau harus memercayaiku. Tidak seorang pun yang pernah melihat kalian menghabiskan waktu bersama akan meragukan perasaannya kepadamu. Aku yakin Miss Bingl ey tidak bisa menerimanya begitu saja. Dia tidak bodoh. Seandainya Mr. Darcy memberinya setengah saja dari perhatian Mr. Bingley kepadamu, dia tentu akan langsung memesan gaun pengantin. Tetapi, inilah masalahnya: Kita tidak cukup kaya atau terpandang untuk mereka, dan dia lebih senang jika kakaknya menikah dengan Miss Darcy. Itu karena dia percaya bahwa pernikahan pertama di antara keluarga mereka akan memudahkan jalan bagi pernikahan kedua. Sebuah pemikiran yang cerdas, dan aku berani bertaruh bahwa dia akan berhasil seandainya tidak ada Miss de Bourgh yang menghalangi jalannya. Tapi, Jane tersayang, jangan berpikir bahwa hanya karena Miss Bingley memberitahumu kakaknya telah terpikat pada Miss Darcy, maka perasaan Mr. Bingley kepadamu telah berubah sejak dia terakhir kalinya menjumpaimu Selasa
lalu. Dan, jangan berpikir Miss Bingley bisa dengan mudah membujuk kakaknya untuk melupakan cintanya kepadamu dan mengalihkannya kepada Miss Darcy.
Seandainya kita berpendapat sama tentang Miss Bingley, jawab Jane, penilaianmu ini tentu akan mampu mengusir kegalauanku. Tapi, aku tahu ini tidak adil. Caroline tidak mungk in menjalankan siasat licik seperti itu kepada siapa pun; dan aku hanya bisa berharap bahwa dia telah salah menilai keadaan.
Itu benar. Kau kesulitan memikirkan gagasan yang lebih baik karena kau tidak mau menerima pendapatku. Yakinlah bahwa dia telah salah menilai, jika memang itu maumu. Kau tidak memiliki urusan apa pun lagi dengannya dan tidak ada lagi yang perlu kau cemaskan.
Tapi, adikku sayang, bisakah aku bahagia, bahkan jika kemungkinan terbaiklah yang terjadi, jika aku bisa bersanding dengan pria idamanku padahal saudara-saudara dan temantemannya mengharapkan dia menikah dengan orang lain"
Hanya kau seoranglah yang bisa mengambil keputusan untuk dirimu sendiri, kata Elizabeth, dan, jika kau berpikir bahwa menjaga perasaan kedua saudari Mr. Bingley lebih berarti daripada kebahagiaan yang akan kau dapatkan jika kau menjadi istrinya, maka aku menyarankan kepadamu agar kau sebisa mungkin menjauhi pria itu.
Bagaimana kau bisa berkata begitu" kata Jane, tersenyum lemah. Kau tentu tahu bahwa meskipun aku akan
sangat sedih jika tidak mendapatkan restu dari mereka, aku tidak akan mundur.
Aku juga berpikir begitu; dan, jika memang begitu adanya, aku akan mendukungmu dengan sepenuh hatiku.
Tapi, jika dia tidak kembali kemari lagi pada musim dingin ini, aku akan berubah pikiran. Seribu peristiwa mungkin terjadi dalam kurun waktu enam bulan!
Elizabeth mengabaikan kemungkinan bahwa Bingley tidak akan kembali ke sana lagi. Baginya, itu hanyalah harapan Caroline, dan dia sama sekali tidak berpendapat harapan itu bisa memengaruhi sikap seorang pria merdeka, meskipun disampaikan secara lihai dan memperdaya.
Segamblang mungkin, Elizabeth menyampaikan kepada Jane mengenai perasaannya akan hal ini, dan dia puas ketika melihat dampaknya. Jane mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan sedikit demi sedikit menumbuhkan harapannya lagi, meskipun pikiran bahwa Bingley tidak akan kembali ke Netherfield untuk memenuhi panggilan hatinya masih sesekali merisaukannya.
Mereka sepakat untuk memberi tahu Mrs. Bennet mengen ai kabar kepergian para penghuni Netherfield tanpa men yert aka n penjelasan dari Miss Bingley. Tetapi, sekelumit kab ar ini pun telah sanggup meresahkannya, dan dia tak hent ihentinya menyesali fakta bahwa Miss Bingley dan Mrs. Hurst pergi sebelum mereka semua sempat menjalin keakraba n. Namun, setelah sekian lama mengeluh, dia akhirnya menenangkan diri dengan mengatakan bahwa Mr. Bingley akan segera
kembali dan menghadiri undangan makan malam di Longbourn. Dia menyatakan kesimpulan tersebut, lalu menambahkan bahwa meskipun undangannya kepada Mr. Bingley hanya berbentuk acara makan malam untuk satu keluarga, dia tetap akan men yajikan dua jenis sajian istimewa.[]
190 K eluarga Bennet makan malam bersama keluarga Lucas
setelah, sepanjang hari itu, Miss Lucas berbaik hati mendengarkan celotehan Mr. Collins. Elizabeth memanfaatkan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada sahabatnya. Kemarahannya telah mereda, kata Elizabeth, dan aku berutang budi kepadamu, lebih daripada yang bisa kuungkapkan dengan kata-kata.
Charlotte menegaskan kepada sahabatnya dia merasa senang karena dapat membantu, dan bahwa ucapan terima kasih Elizabeth telah cukup untuk menebus pengorbanan kecilnya terhadap waktunya. Perbuatan Charlotte sungguh baik, tapi di balik kebaikannya, Charlotte ternyata menyemb unyikan siasat yang tidak disadari oleh Elizabeth. Tujuan perbuatannya tidak lain adalah untuk menampung keluh kesah Mr. Collins sehingga pria itu mengalihkan perhatian kepada dirinya. Itulah siasat Miss Lucas. Keadaan sepertinya menjanjikan, karena ketika mereka berpisah malam itu, dia hampir yakin akan kesuksesannya, seandainya Mr. Collins tidak secepat itu meninggalkan Hertfordshire. Namun, Miss Lucas telah
Bab 22 E"e" salah memahami sifat Mr. Collins; akibat perbuatannyalah Mr. Collins mengendap-endap keluar dari Longbourn House keesokan paginya dan bergegas menuju Lucas Lodge untuk berlutut di hadapannya. Mr. Collins berhati-hati agar kepergiannya luput dari perhatian sepupu-sepupunya, karena dia tahu mereka akan langsung mengetahui tujuannya jika melihat ke mana dia pergi. Dia tidak ingin upayanya diketahui, kecuali jika dia telah berhasil, karena meskipun merasa yakin yang cukup beralasan, karena Charlotte sendiri telah memberikan dorongan yang nyata kepadanya dia masih bimbang akibat penolakan Elizabeth beberapa hari sebelumnya. Bagaimanapun, dia mendapatkan sambutan yang sangat hangat di Lucas Lodge. Miss Lucas melihat kedatangannya dari jendela lantai atas dan langsung turun untuk menemuinya di tangga depan rumah. Tetapi, Charlotte tidak menyangka bahwa pernyataan cinta telah menantinya di sana.
Setelah Mr. Collins menyampaikan pidato panjangnya dalam waktu sesingkat mungkin, segala sesuatu di antara mereka pun ditetapkan hingga keduanya merasa puas. Kemud ian, setelah mereka memasuki rumah, dengan tulus Mr. Collins menanyakan kepada Charlotte kapan tepatnya mereka menikah; dan meskipun sah saja jika pertanyaan seperti itu diabaikan saat ini, Charlotte tidak berniat merusak kegembiraan Mr. Collins. Keluguan yang telah menjadi sifat dasar pria itu melandasi kekerasan hatinya dalam melindungi hubungan mereka. Dan Miss Lucas, yang menerima uluran tangannya murni karena keinginannya untuk mendapatkan kehidupan
yang layak, tidak memedulikan secepat apa cita-citanya akan terwujud.
Sir William dan Lady Lucas secepatnya dilibatkan dalam urusan mereka, dan keduanya menyambutnya dengan san gat bahagia. Keadaan Mr. Collins saat ini menjadikannya pas angan yang serasi bagi putri mereka, yang hanya akan mendapatkan sedikit kekayaan dari mereka. Prospek kekayaan Mr. Collins di masa depan pun sangat menjanjikan. Lady Lucas langsung memperhitungkan, dengan semangat yang tidak pernah ditunjukkannya sebelumnya, berapa tahun lagi Mr. Bennet akan hidup; dan Sir William memberikan pendapatnya, bahwa kapan pun Mr. Collins mewarisi Longbourn, dia dan istrinya akan langsung mengunjungi St James s.
Singkatnya, seluruh keluarga Lucas menyambut gembira peristiwa ini. Adik-adik perempuan Charlotte berharap dapat diperkenalkan ke khalayak umum satu atau dua tahun lebih cepat daripada yang semestinya, dan adik-adik laki-lakinya merasa lega karena Charlotte tidak akan meninggal sebagai seorang perawan tua. Charlotte sendiri cukup gembira. Dia tel ah mendapatkan tujuannya dan memiliki waktu untuk memp ert imbangkannya. Kepuasan terpancar dari dirinya. Mr. Collins, bisa dipastikan, bukanlah seseorang yang pintar ataup un menyenangkan; kecerewetannya menyebalkan, dan ket ert arikannya kepada Charlotte bisa dipastikan hanyalah khay alan. Tetap saja, pria itu akan menjadi suaminya. Tanpa berp ikir muluk-muluk tentang pria ataupun pesta pernikahan, keh idupan berumah tangga selalu menjadi tujuan utamanya.
Pern ik aha n adalah satu-satunya sumber penghidupan bagi wanita terp elajar yang miskin, dan walaupun kebahagiaan tidak bisa dip astikan, pernikahan tetap menjadi impian terindah mer eka. Dan, impian terindah Charlotte telah nyaris terwujud; pada umur dua puluh tujuh tahun, tanpa dikaruniai kecantikan, hanya keberuntunganlah yang bisa diharapkannya. Satusatunya hal yang memberatkannya hanyalah keterkejutan yang bisa dipastikan akan dialami oleh Elizabeth Bennet, yang persahabatannya dihargainya lebih daripada apa pun. Elizabeth akan bertanya-tanya, dan mungkin akan menyalahkannya; dan walaupun keputusan Elizabeth tidak akan tergoyahkan, per asaa nn ya pasti akan terluka karenanya.
Charlotte memutuskan untuk mengabarkan hal ini secara pribadi kepada Elizabeth. Sebelum Mr. Collins kembali ke Longbourn untuk makan malam, Charlotte memintanya agar tidak memberikan sedikit pun petunjuk mengenai pert unanga n mereka kepada keluarga Bennet. Mr. Collins den gan serius berjanji untuk merahasiakan kabar ini, tapi mem eg angnya tidak semudah yang disangkanya. Setibanya Mr. Collins di Longbourn, rasa penasaran yang ditimbulkan oleh selang waktu kepergiannya disampaikan dalam ledakan pertanyaanpertanyaan langsung, dan pada saat yang sama, dia kesulitan men yimpan rahasia karena berharap bisa mengu mumkan keberhasilan cintanya.
Karena Mr. Collins akan berangkat pada pagi buta keesoka n harinya, dia berpamitan sebelum para wanita mohon diri ke kamar tidur. Mrs. Bennet, dengan sangat sopan dan
han gat, mengatakan bahwa dia akan dengan senang hati menyamb ut Mr. Collins kembali di Longbourn, kapan pun pria itu berkesempatan mengunjungi mereka.
Madam, jawabnya, undangan ini saya terima dengan penuh rasa syukur karena saya telah berharap untuk mendapatkannya, dan yakinlah bahwa saya akan sesegera mungkin memenuhinya.
Jawaban itu mengagetkan mereka semua, dan Mr. Bennet, yang sama sekali tidak mengharapkan kedatangan Mr. Collins dalam waktu dekat, langsung mengatakan:
Tetapi, tidakkah Lady Catherine akan merasa keberatan, Sir" Anda lebih baik mengabaikan kerabat Anda daripada harus mengambil risiko menyinggung perasaan patron Anda.
Sir, jawab Mr. Collins, saya sangat berterima kasih kepada Anda karena telah mengingatkan saya akan hal itu, tapi yakinlah bahwa saya tidak akan melangkah tanpa seb elumnya memohon izin dari Lady Catherine.
Jangan berlaku seenaknya. Jangan sampai beliau merasa tersinggung; dan, seandainya Lady Catherine tidak mengingink an Anda mengunjungi kami lagi yang sepertinya sangat mungkin terjadi tetaplah tinggal di rumah dan bersyukurl ah karena kami tidak akan keberatan.
Percayalah, Sir, saya sangat berterima kasih karena telah diterima dengan baik di sini; dan saya akan memastikan bahwa Anda secepatnya menerima surat berisi ucapan terima kasih dari saya untuk sambutan Anda dan juga untuk semua kebaikan Anda selama saya menginap di Hertfordshire. Sedangkan untuk sepupu-sepupu saya yang cantik, meskipun saya tidak akan lama meninggalkan mereka, saya tetap akan mendoakan agar mereka senantiasa dilimpahi kesehatan dan kebahagiaan, tidak terkecuali untuk sepupu saya Elizabeth.
Dengan sopan, para wanita mohon diri; mereka semua terk ejut karena Mr. Collins berencana untuk kembali dalam waktu dekat. Mrs. Bennet berharap hal itu dipicu oleh rencana Mr. Collins untuk mendekati anak-anaknya yang lebih muda, dan Mary mungkin akan mau menerima pria itu. Di antara saudari-saudarinya, Mary jauh lebih menghargai kemampuan Mr. Collins. Terdapat kekuatan dalam renungan Mr. Collins yang sering kali membuat Mary terkesan, dan Mrs. Bennet menganggap bahwa meskipun tidak sepintar Mary, Mr. Collins akan menjadi pasangan yang sesuai untuk putri ketiganya, jika dia didorong untuk banyak membaca dan memperbaiki dirinya dengan mengikuti teladan Mary.
Tetapi, keesokan paginya, seluruh harapan tersebut kandas. Miss Lucas datang segera setelah waktu sarapan berakhir. Dalam sebuah pembicaraan pribadi bersama Elizabeth, dia menceritakan peristiwa yang terjadi sehari sebelumnya.
Kemungkinan bahwa Mr. Collins telah jatuh cinta kepada Charlotte sudah terpikir oleh Elizabeth dalam satu atau dua hari terakhir ini, tapi fakta bahwa Charlotte sendiri yang mendorongnya tampak nyaris mustahil baginya. Ini terd engar seperti Elizabeth sendirilah yang mendorong Mr. Collins,
sampai-sampai kekagetannya akibat pertunangan mer eka terwujud dalam sebuah pekikan:
Bertunangan dengan Mr. Collins! Charlotte sayang man a mungkin!
Raut muka tenang yang dipertahankan oleh Miss Lucas sekonyong-konyong berubah menjadi keruh saat dia mendengar reaksi spontan sahabatnya, meskipun ini telah diduganya. Sejenak kemudian, dia memulihkan ketenangannya, dan dengan santai menjawab:
Kenapa kau terkejut, Eliza sayang" Apakah menurutmu mustahil jika wanita lain menganggap Mr. Collins sebagai pria baik hanya karena kau tidak menyukainya"
Tetapi, Elizabeth telah berhasil memulihkan diri sekarang. Dengan usaha keras, dia mampu meyakinkan sahabatnya bahwa dia sangat bersyukur untuk hubungan mereka, dan bahw a dia akan mendoakan agar Charlotte bahagia.
Aku memahami perasaanmu, jawab Charlotte. Kau past i terkejut, teramat terkejut karena Mr. Collins baru saj a berniat menikahimu. Tapi, jika kau sudah memiliki wakt u untuk memikirkan hal ini, kuharap kau akan merestui perbuata nk u. Aku bukan gadis romantis, kau tahu; aku tidak pern ah begitu. Yang kudambakan hanyalah sebuah rumah yang nyaman. Dengan mempertimbangkan sifat, kerabat, dan pengh idupan Mr. Collins, aku yakin bahwa kesempatanku untuk berbahagia bersamanya sama bagusnya dengan sebagian besar pasangan lainnya yang sedang berada di ambang pern ikahan.
Dengan lirih Elizabeth menjawab, Tidak diragukan lagi. Lalu, setelah jeda yang membuat keduanya canggung, mereka kembali bergabung bersama yang lain. Charlotte singgah tidak terlalu lama, dan Elizabeth mendapatkan kesempatan untuk merenungkan perkataan sahabatnya. Lama kemudian, dia baru menyadari betapa tidak serasinya pasangan itu. Keanehan Mr. Collins yang mengajukan dua lamaran pernikahan hanya dalam waktu tiga hari tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Charlotte yang mau menerimanya.
Elizabeth selalu merasa bahwa pandangan Charlotte mengenai pernikahan tidak sepenuhnya sama dengan pandangannya sendiri. Namun, dia tidak pernah menyangka bahwa ketika saatnya tiba, Charlotte akan menukarkan semua kemung?" kinan yang lebih baik dengan sesuatu yang bersifat duniaw i. Charlotte sebagai istri Mr. Collins adalah gambaran yang pal ing memalukan! Dan, kepedihan akibat sahabatnya telah mel ecehk an diri sendiri dan mengabaikan kehormatannya, men amb ah keyakinan Elizabeth bahwa mustahil bagi Charlotte untuk mendapatkan kebahagiaan melalui jalan yang tel ah dipilihnya.[]
198 E lizabeth sedang duduk bersama ibu dan saudari-saudarinya, merenungkan kabar yang baru saja didengarnya. Dia menimbang-nimbang apakah sebaiknya menyampaikannya kepada keluarganya, ketika Sir William Lucas datang, atas perm int aa n putrinya, untuk mengabarkan pertunangan itu kepada keluarga Bennet. Dengan banyak sanjungan kepada mereka dan ungkapan syukur atas prospek bersatunya keluarga mereka, Sir William mengutarakan semuanya kepada para pend en gar yang tidak sekadar bertanya-tanya, tetapi juga tidak perc aya. Mrs. Bennet, lebih dengan sikap keras hati daripada sopan, mengatakan bahwa Sir William pasti telah salah paham; dan Lydia, yang selalu tidak bisa mengendalikan diri dan bersikap lancang, dengan nyaring berseru:
Astaga! Sir William, kenapa Anda berbohong kepada kami" Tidak tahukah Anda bahwa Mr. Collins ingin menikahi Lizzy"
Perilaku semacam itu tentu saja menimbulkan kemarahan, kecuali bagi orang yang memiliki kesantunan seluas samudra; tetapi, perangai Sir William yang baik menolongnya
Bab 23 E"e" melewati semuanya. Dan, meskipun dia memohon agar mereka memercayai kabar yang disampaikannya, dia menden garkan seluruh sanggahan mereka dengan tenang.
Elizabeth merasakan kewajiban untuk membebaskan Sir William dari situasi yang tidak menyenangkan ini. Dia men egaskan ucapan pria itu dengan menceritakan bahwa dia telah mendengar berita tersebut dari mulut Charlotte sendiri. Berusaha membungkam pekikan-pekikan kaget dari ibu dan adik-adiknya, dia, diikuti Jane, dengan tulus mengucapkan selamat kepada Sir William dan menyampaikan harapan untuk kebahagiaan pasangan itu, juga komentar atas kebaikan Mr. Collins dan jarak antara Hunsford dan London yang cukup dekat.
Mrs. Bennet terkulai lemas dan tidak sanggup mengatakan apa-apa di hadapan Sir William, tapi segera setelah pria itu pergi, dia mencurahkan seluruh perasaannya. Pertama, dia bersikeras untuk menyanggah semuanya; kedua, dia sangat yakin Mr. Collins telah ditipu; ketiga, dia percaya bahwa Mr. Collins dan Charlotte tidak akan pernah berbahagia; dan keemp at, hubungan itu mungkin akan kandas. Bagaiman ap un, Mrs. Bennet menarik dua kesimpulan dari semua pem ikiran ini: pertama, Elizabeth adalah penyebab utama kem alangan ini; dan kedua, dirinya telah ditipu habis-habisan oleh mereka semua; dan dua hal inilah yang dipegangnya den gan teguh sepanjang hari itu.
Tidak ada yang bisa menenangkannya, apalagi menenteramkannya. Kemarahannya tidak kunjung reda dalam hitunga n hari. Seminggu berlalu sebelum dia bisa memandang Elizabeth tanpa mengomelinya, sebulan berlalu sebelum dia bisa berbicara kepada Sir William atau Lady Lucas tanpa nada kasar, dan berbulan-bulan berlalu sebelum dia bisa memaafkan Charlotte.
Mr. Bennet menerima kabar itu dengan jauh lebih santai, bahkan menyebutnya sebagai kabar paling menggembirakan. Katanya, dia bersyukur mengetahui bahwa Charlotte Lucas, yang selama ini dianggapnya lumayan pintar, ternyata setolol istrinya dan lebih tolol daripada putrinya!
Jane mengakui bahwa dirinya agak terkejut, tapi dia lebih banyak mengungkapkan harapan tulus atas kebahagiaan mereka daripada kekagetannya; Elizabeth sekalipun tidak mampu memancingnya untuk mengatakan bahwa harapan itu mustahil terjadi. Kitty dan Lydia jauh dari mencemburui Miss Lucas, karena Mr. Collins hanyalah seorang pendeta, sehingga mereka hanya menganggap kabar ini seperti kabarkabar lain yang beredar di Meryton.
Lady Lucas tidak bisa menyembunyikan kegembiraan karena unggul dari Mrs. Bennet dalam hal memiliki putri yang akan menikah. Dia lebih sering mengunjungi Longbourn sekadar untuk mengatakan bahwa dia sangat bahagia, meskipun ekspresi masam dan sikap dingin Mrs. Bennet cukup untuk mengusir kebahagiaan siapa pun.
Di antara Elizabeth dan Charlotte terdapat pembatas yang menyebabkan mereka menjauhi topik ini, dan Elizabeth merasa tidak akan ada lagi rasa saling percaya di antara mereka. Kekecewaannya terhadap Charlotte membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu bersama kakaknya, yang dapat diandalkan ketulusan dan kebaikannya, dan yang impian akan kebahagiaannya semakin hari tampak semakin kabur, karena Bingley telah pergi selama seminggu tanpa mengirimkan kabar mengenai kapan dia akan kembali. Jane secepatnya membalas surat Caroline dan menghitung hari hingga balasan dari temannya diharapkannya tiba.
Surat berisi ucapan terima kasih yang dijanjikan oleh Mr. Collins tiba pada hari Selasa, dialamatkan kepada ayah mereka dan ditulis dengan rasa syukur menggunung, seolah-olah Mr. Collins telah tinggal bersama mereka selama setahun. Setelah berlama-lama berkutat dalam ucapan terima kasih, Mr. Collins melanjutkan suratnya dengan memberi tahu mereka, dengan berbagai ekspresi berbunga-bunga, mengenai kebahagiaannya karena telah berhasil merebut hati tetangga mereka yang manis, Miss Lucas. Dia menjelaskan, bahwa demi mengakrabkan diri dengan lingkungan Miss Lucas, dia siap memenuhi keinginan mereka agar dirinya secepatnya berkunjung kembali ke Longbourn. Dia berharap bisa berangkat pada Senin, dua mingg u mendatang; karena Lady Catherine, tambahnya, tel ah memberikan restu dengan tulus untuk pernikahannya dan berh arap peristiwa bahagia itu terjadi secepatnya. Mr. Collins yakin dukungan walinya akan menjadi alasan yang tak terban t ahkan baginya untuk meminta Charlottenya yang man is men entukan tanggal yang akan menjadikannya pria terbah agia.
Rencana kedatangan Mr. Collins di Hertfordshire tidak lagi disambut gembira oleh Mrs. Bennet. Sebaliknya, dia menjadik ann ya bahan keluhan untuk suaminya. Aneh sekali jika pria itu berniat mendatangi Longbourn alih-alih Lucas Lodge. Sangat tidak nyaman dan merepotkan pula. Dia menolak menerima tamu saat kesehatannya sedang buruk, terlebih lagi orang yang sedang jatuh cinta, karena mereka adalah orang yang paling menjengkelkan. Mrs. Bennet berkali-kali menggum amk annya, dan dia semakin risau karena Mr. Bingley tid ak kunjung mengirim kabar.
Baik Jane maupun Elizabeth merasa gelisah setiap kali mendengar topik tersebut. Hari demi hari berlalu tanpa adanya kabar baru tentang Mr. Bingley, dan desas-desus bahwa dia tidak akan kembali ke Netherfield selama musim dingin segera terdengar di Meryton. Desas-desus itu semakin meresahkan Mrs. Bennet, meskipun dia selalu dengan gigih menganggapnya sebagai gosip murahan.
Bahkan, Elizabeth pun mulai khawatir, bukan karena Bingl ey tidak memberikan kabar, melainkan karena kedua saud arinya mungkin telah berhasil menjauhkannya dari Jane. Meskipun tidak ingin menyetujui pendapat yang bisa menghancurkan kebahagiaan Jane dan membuatnya meragukan kesetiaan kekasihnya, Elizabeth tidak bisa mengabaikannya. Den gan cemas Elizabeth berpikir, bahwa gabungan upaya ked ua saudarinya yang licik dan sahabatnya yang pongah, dit amb ah daya tarik Miss Darcy dan kemeriahan kehidupan
di London bisa jadi terlalu berat bagi kekuatan cinta Bingley kepada Jane.
Bagi Jane, kecemasannya dalam situasi ini tentu saja leb ih menyiksa daripada yang dirasakan oleh Elizabeth. Namun, apa pun yang merisaukannya, dia bisa menutupinya, sehingga topik itu tidak pernah menjadi pembahasan antara dirinya dan Elizabeth. Tetapi, karena ibu mereka tidak berpembawaan setenang itu, jarang sekali satu jam berlalu tanpa Mrs. Bennet membicarakan Bingley. Dia mengungkapkan ketidaksabarannya dalam menunggu kehadiran pria itu, atau bahkan memaksa Jane untuk mengakui bahwa seandainya Bingley tidak kembali, berarti dia telah dibodohi. Jane harus mengerahkan seluruh ketenangannya untuk menanggulangi serangan-serangan itu dengan kalem.
Mr. Collins tiba tepat waktu pada hari Senin dua minggu kemudian, tapi sambutan yang diterimanya di Longbourn tidak sehangat ketika dia pertama kali tiba. Namun, dia terlalu bahagia untuk mendambakan lebih banyak perhatian, dan untung bagi yang lain, urusan memadu kasih lebih sering menj auhkann ya dari mereka. Mr. Collins menghabiskan setiap harinya di Lucas Lodge, dan terkadang, dia kembali ke Longb ourn tepat sebelum seluruh keluarga Bennet beristirahat dan han ya sempat memohon maaf untuk kepergiannya.
Mrs. Bennet tidak berminat memberikan belas kasihan. Setiap percakapan yang menyangkut pasangan baru itu dapat memancing kemarahannya, padahal ke mana pun dia pergi, topik itu selalu didengarnya. Melihat Miss Lucas membuatnya
muak. Sebagai nyonya rumah yang akan menggantikannya di Longbourn, Mrs. Bennet memandangnya dengan cemburu. Setiap kali Charlotte datang untuk menemui mereka, Mrs. Bennet berpendapat gadis itu sedang menghitung waktu sebelum bisa menguasai rumah itu. Dan, setiap kali Charlotte berbicara dengan suara lirih kepada Mr. Collins, dia yakin mereka sedang membicarakan Longbourn dan siasat untuk mend epak dirinya dan anak-anaknya dari sana segera setelah Mr. Bennet meninggal. Dia mengeluhkan semua ini dengan nada pahit kepada suaminya.
Sungguh, suamiku, katanya, sulit sekali bagiku untuk menerima bahwa Charlotte Lucas akan menjadi nyonya rumah di sini, bahwa aku harus menyingkir untuk menyerahkan semua ini kepadanya dan melihatnya menguasai tempat ini!
Sayangku, jangan membiarkan pikiran suram semacam itu mengganggumu. Marilah kita mengharapkan kebaikan. Lebih baik kita berdoa agar aku hidup lebih lama dari Mr. Collins.
Ucapan Mr. Bennet tidak cukup untuk menenangkan istrinya, dan karena itu, alih-alih menjawab, dia melanjutkan keluhannya.
Aku tidak sanggup memikirkan mereka akan memiliki seluruh rumah dan tanah ini. Jika bukan gara-gara masalah warisan ini, aku tidak perlu memikirkannya.
Apa yang tidak perlu kau pikirkan" Aku tidak perlu memikirkan apa pun.
Mari kita bersyukur karena kau dijauhkan dengan keadaan seperti itu.
Mana bisa aku bersyukur, suamiku, jika aku harus memikirkan soal warisan ini. Bagaimana mungkin seseorang yang berakal sehat tidak mewariskan tanah dan rumahnya untuk putri-putrinya sendiri. Aku tidak mengerti, dan semuanya dem i Mr. Collins! Kenapa harus dia, dari semua orang yang ada, yang harus mendapatkan tempat ini"
Kuserahkan padamu untuk memikirkannya, kata Mr. Bennet.[]
206 S urat Miss Bingley tiba dan mengakhiri semua keraguan.
Dia mengawali suratnya dengan menegaskan bahwa mereka semua akan menetap di London selama musim dingin. Dia mengakhirinya dengan menyampaikan penyesalan kakaknya karena tidak sempat berpamitan dengan teman-temannya di Hertfordshire sebelum meninggalkan desa itu.
Harapan pun pupus sudah, sepenuhnya pupus; dan seusai membaca surat itu, Jane nyaris tidak merasakan apa pun, kecuali ungkapan kasih sayang penulisnya yang bisa memb erinya kenyamanan. Pujian terhadap Miss Darcy menjadi pembahasa n utama dalam surat itu. Berbagai macam daya tariknya sekali lagi dipaparkan, dan Caroline, dengan penuh sukacita, membanggakan hubungan mereka yang semakin akrab, selain menguraikan kembali harapan yang telah diungkapkannya di surat sebelumnya. Dia juga menulis betapa kakaknya menikmati menjadi penghuni rumah Mr. Darcy, dan dengan penuh semangat menyebutkan beberapa rencana Mr. Darcy sehubungan dengan pembaruan perabot di rumahnya.
Bab 24 E"e" Elizabeth mendengarkan tanpa berkata-kata ketika Jane membacakan surat itu untuknya. Hatinya terbelah antara kekhawatiran untuk kakaknya dan kemarahan kepada yang lain. Dia mengabaikan cerita Caroline tentang Bingley dan keakrabannya dengan Miss Darcy. Bahwa Bingley sangat menyukai Jane, Elizabeth tidak pernah meragukannya; dan meskipun Elizabeth selalu menyukainya, dia tidak bisa berpikir tanpa kem arahan atau kekesalan mengenai perangainya yang terlalu santai, yang selalu menginginkan kemudahan. Perangai yang sekarang telah menjadikannya budak dalam siasat temantemannya dan mendorongnya untuk mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi memenuhi kepentingan mereka.
Seandainya yang dikorbankan oleh Bingley hanyalah keb ah agi aa nn ya sendiri, terserah padanya untuk memilih melakukan apa pun yang dianggapnya terbaik, tapi Jane juga terl ibat dalam hal ini, sehingga Bingley seharusnya mempertimb angk annya. Singkatnya, ini adalah topik yang sulit dipahami meskipun telah dipikirkan secara mendalam. Elizabeth tidak mampu memikirkan hal lain, meskipun pendapatnya men gen ai Bingley bisa dipastikan telah dipengaruhi oleh kemar ahann ya; entah apakah rasa suka Bingley telah padam atau dia menyerah pada paksaan teman-temannya; entah apakah dia mengetahui Jane menyukainya atau rasa suka itu luput dari perhatiannya. Apa pun masalahnya, keadaan kakaknya tetap sama. Hati Jane telah terluka.
Satu atau dua hari berlalu sebelum Jane mempunyai kek uatan untuk mencurahkan perasaannya kepada Elizabeth.
Namun, ketika Mrs. Bennet meninggalkan mereka berdua set elah mengomel lebih lama daripada biasanya tentang Netherfi eld dan tuan rumahnya, Jane tidak sanggup menahan diri lagi:
Oh, Mamma seharusnya bisa menjaga ucapannya! Tidakkah dia menyadari kepedihan yang kurasakan gara-gara dia membicarakan Bingley sepanjang waktu" Tapi, aku tak akan bersedih. Ini hanya akan berlangsung sebentar. Dia akan kul upa k an, dan kita akan kembali seperti dahulu.
Elizabeth menatap kakaknya dengan penuh kasih sayang, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Kau meragukanku, seru Jane, wajahnya merona. Sungguh, kau tak punya alasan untuk meragukanku. Dia mungk in akan tetap hidup di dalam kenanganku sebagai pria pal ing menyenangkan yang pernah kukenal, tapi itu saja. Aku tidak pun ya harapan atau kekhawatiran, atau apa pun yang berk aitan dengannya. Terima kasih, Tuhan! Aku tidak merasak an sakit hati sebesar itu. Sebentar lagi, aku akan berusaha agar keadaanku membaik.
Dengan nada lebih tegas, Jane segera menambahkan, Aku sudah merasa lebih baik karena kupikir aku salah telah berh arap padanya, dan karena tidak ada yang bersedih karena kes alahan ini, kecuali aku sendiri.
Jane sayang! seru Elizabeth, kau baik sekali. Kau manis dan tidak mementingkan diri sendiri, seperti malaikat saja. Aku tidak tahu harus mengatakan apa kepadamu. Aku merasa
seolah-olah aku tidak pernah memperlakukanmu dengan adil, atau mencintaimu seperti yang pantas kau dapatkan.
Jane dengan gigih menyanggah pujian adiknya dan membalasnya dengan sanjungan penuh kehangatan.
Tidak, kata Elizabeth, ini tidak adil. Kau berharap bis a menganggap seluruh dunia ini terhormat dan merasa sakit hati jika aku menyebutkan keburukan orang lain. Aku hanya ingin kau berpikir bahwa dirimu sempurna, dan kau malah men yanggahnya. Jangan takut aku menghalangi jalanmu, atau menghentikan niat baikmu. Kau tidak perlu takut. Hanya ada sedikit orang yang benar-benar kucintai, dan lebih sedikit lagi yang kuanggap sebagai orang baik. Semakin banyak aku melihat dunia, semakin aku merasa kecewa, dan setiap hari yang berlalu menegaskan keyakinanku, bahwa sifat manusia begitu mudah tergoyahkan, dan betapa sulit bagi kita untuk percaya pada kebaikan maupun akal sehat. Aku menemui dua contohnya baru-baru ini, yang pertama tidak bisa kusebutkan, dan yang kedua adalah pernikahan Charlotte. Itu sungguh aneh! Dilihat dari mana pun, itu sungguh aneh!
Lizzy sayang, jangan merisaukan perasaan-perasaan sep erti itu. Itu hanya akan menghancurkan kebahagiaanmu. Kau tidak punya cukup pengetahuan untuk menilai keadaan dan sifat seseorang. Pandanglah Mr. Collins sebagai seorang pria terhormat, dan Charlotte adalah seorang wanita yang berp end irian teguh dan bijaksana. Ingatlah bahwa dia adalah angg ota sebuah keluarga besar, bahwa dalam hal kekayaan, mereka san gat serasi; dan bersiap-siaplah untuk meyakini, demi
sem ua orang, bahwa Charlotte mungkin akan menghormati dan men gag umi sepupu kita.
Untuk mematuhimu, aku akan berusaha memercayai hampir semua hal, tapi tidak ada orang lain yang akan diuntungkan oleh kepercayaan seperti ini. Bila aku yakin Charlotte akan menghormati Mr. Collins, berarti aku meragukan kepandaiannya, sama seperti yang kulakukan saat ini pada hatinya. Jane sayang, Mr. Collins adalah seorang pria yang sombong, angkuh, picik, dan bodoh; kau mengenalnya, seperti halnya aku. Dan kau pasti merasa, seperti halnya aku, bahwa siapa pun wanita yang mau menikah dengannya pasti sudah gila. Jan gan membela, meskipun yang sedang kita bicarakan ini adal ah Charlotte Lucas. Janganlah, demi seseorang, mengubah makn a prinsip dan kejujuranmu, dan jangan pula berupaya meyakinkan dirimu sendiri ataupun aku bahwa keegoisan adalah hal yang baik, dan bahwa bersikap masa bodoh terhadap bahaya akan menjanjikan kebahagiaan.
Aku harus mengatakan bahwa kau terlalu menyangsikan mereka berdua, jawab Jane, dan kuharap kau akan yakin saat melihat mereka berdua hidup bahagia. Tapi, sudahlah. Ada hal lain yang meresahkanmu. Kau menyebutkan dua contoh. Aku tidak akan salah paham, tapi aku memohon kepadamu, Lizzy sayang, janganlah menyakitiku dengan menyalahkan orang itu dan mengatakan betapa buruknya pendapatmu mengenai dia. Jangan menganggap siapa pun sengaja menyakiti kita. Jan gan menganggap penilaian seorang pemuda ramah selalu benar. Sering kali, kekerasan hati kita sendirilah yang menipu kita.
Kek aguman yang disampaikan kepada wanita sering kali dianggap lebih tinggi daripada nilai yang sesungguhnya. Dan pria tahu itu.
Jika itu memang siasat mereka, tidak tahu diuntung sekali. Tapi, aku tidak tahu apakah memang ada begitu banyak siasat buruk di dunia ini, seperti yang dibayangkan sebagian orang.
Aku tidak menganggap yang dilakukan oleh Mr. Bingl ey sebagai siasat buruk, kata Elizabeth, namun, tanpa sias at untuk melakukan keburukan atau membuat orang lain bers ed ih sekalipun, manusia tetap rentan oleh kesalahan, dan ke m al anga nlah yang mengikuti. Sikap sembrono, keinginan unt uk mend a patkan perhatian, dan keinginan untuk dituruti adal ah sebagian di antaranya.
Lalu, apa menurutmu Mr. Bingley seperti itu" Ya, semuanya. Tapi, kalau aku melanjutkan omonganku, aku akan membuatmu marah karena mengungkapkan pendapatku mengenai orang-orang yang kau sukai. Hentikanlah aku selagi kau bisa.
Kau yakin, kalau begitu, bahwa kedua saudarinya telah mem en garuhinya"
Ya, dan mereka bekerja sama dengan temannya. Aku tidak percaya ini. Kenapa mereka harus memengaruhi dia" Mereka seharusnya mengharapkan kebahagiaannya, dan jika dia memilihku, wanita lain tidak akan bisa merebut hatinya.
Anggapan pertamamu salah. Mereka mungkin saja mengharapkan banyak hal selain kebahagiaannya; mereka mungkin mengharapkan kekayaan dan kekuasaannya bertambah; mereka mungkin mengharapkan dia menikah dengan seorang gadis yang memiliki kekayaan besar, darah bangsawan, dan keangkuhan.
Tidak diragukan lagi, mereka memang mengharapkan dia memilih Miss Darcy, jawab Jane, namun, mungkin unt uk alasan-alasan yang lebih baik daripada yang telah kauseb utk an. Mereka telah mengenal gadis itu jauh lebih lama darip ada mereka mengenalku, wajar saja jika mereka lebih men yay angin ya. Tapi, apa pun harapan mereka, mustahil mereka menentang saudara mereka sendiri. Adik macam apa yang akan merasa dirinya bebas melakukan tindakan semacam itu, kecuali jika memang ada sesuatu yang membuatnya sangat keberatan" Jika mereka yakin bahwa dia mencintaiku, mereka tidak akan memisahkan kami; jika dia memang mencintaiku, mereka tidak akan berhasil. Dengan memelihara prasangkamu itu, kau menjadikan semua orang tampak berkelakuan janggal dan bersalah, dan membuatku sangat bersedih. Janganlah menyusahkan aku dengan gagasanmu itu. Aku tidak malu jika dugaanku akan perasaannya salah atau, setidaknya, itu hal sepele jika dibandingkan dengan perasaanku jika harus berpikir buruk mengenai dirinya atau kedua saudarinya. Biarkanlah aku tetap menjaga prasangka baikku, karena dengan cara itulah aku ingin memahaminya.
Elizabeth tidak mampu menyanggah kakaknya, dan sejak saat itu, nama Mr. Bingley jarang disebutkan di antara mereka.
Mrs. Bennet masih terus mempertanyakan dan mencemaskan kemungkinan bahwa pria itu tidak akan kembali, dan Elizabeth tidak ingat satu hari pun yang berlalu tanpa adanya ungkapan keresahan dari ibunya. Jane berusaha meyakinkan ibunya tentang sesuatu yang dia sendiri tidak memercayainya, bahwa perhatiannya kepada Jane hanya ditimbulkan oleh per asaan sesaat yang menghilang ketika mereka tidak lagi bers ama. Tetapi, meskipun mengakui kemungkinan itu, Mrs. Bennet tetap mengulang-ulang cerita yang sama setiap hari. Har apa n terbaiknya adalah Mr. Bingley akan datang kembali saat musim panas tiba.
Mr. Bennet memandang masalah itu dari sudut pandang lain. Jadi, Lizzy, katanya pada suatu hari, kulihat kakakmu sedang patah hati. Aku memberikan selamat padanya. Daripada menikah, seorang gadis lebih suka sesekali patah hati. Itu memberikan sesuatu untuk dipikirkan dan memberinya sem acam keistimewaan di antara teman-temannya. Kapan gil ira nmu tiba" Jangan mau dikalahkan oleh Jane. Sekarang adalah waktumu. Ada cukup banyak prajurit di Meryton yang bisa mengecewakan semua gadis di desa ini. Jadikanlah Wickh am kekasihmu. Dia pemuda yang menyenangkan dan akan mengh ancurk an hatimu dengan baik.
Terima kasih, Sir, tapi seorang pria yang tidak semenyenangkan itu pun sudah cukup buatku. Kita tidak boleh berharap akan seberuntung Jane.
Betul, kata Mr. Bennet, tapi, akan lebih menenangkan jika kau berpikir bahwa apa pun yang akan membuatmu patah hati, kau selalu punya seorang ibu yang penuh kasih sayang, yang akan memperparah penderitaanmu.
Kehadiran Mr. Wickham cukup untuk menyingkirkan mendung yang akhir-akhir ini menyelimuti para penghuni Longbourn. Mereka sering berjumpa dengan prajurit itu, dan dia semakin membuka diri kepada mereka. Semua yang telah didengar oleh Elizabeth, terutama tuduhannya terhadap Mr. Darcy yang menjadi penyebab semua penderitaannya, sekarang disampaikan secara terbuka kepada semua orang. Para pendengarnya pun senang karena mengetahui betapa mereka telah membenci Mr. Darcy, bahkan sebelum mereka men getahui tentang masalah itu.
Jane adalah satu-satunya orang yang yakin bahwa ada sisi lain dari masalah itu yang luput dari pengetahuan masyarakat Hertfordshire. Dengan kelembutan budinya, dia selalu meminta penjelasan lain dan mempertanyakan kemungkinan adanya kesalahan tapi semua orang telah menganggap Mr. Darcy sebagai pria terjahat.[]
215 S etelah mengabdikan satu pekan demi cinta dan impian
kebahagiaan, Mr. Collins terenggut dari sisi Charlottenya yang manis karena kedatangan hari Sabtu. Kepedihan perpisahan itu, bagaimanapun, terasa lebih ringan baginya berkat persiapan resepsi mempelainya. Seperti yang diharapkannya, segera setelah dia kembali ke Hertfordshire, tanggal pernikahan akan ditetapkan. Dia meninggalkan para kerabatnya di Longbourn dengan kekhidmatan yang lebih mendalam daripada sebelumnya; sekali lagi, dia berdoa untuk kesehatan dan kebahagiaan sepupu-sepupunya yang cantik dan berjanji untuk mengirim surat berisi ucapan terima kasih kepada ayah mereka.
Pada Senin berikutnya, Mrs. Bennet menerima kedatangan adik laki-lakinya beserta istrinya, yang berniat merayakan Natal di Longbourn. Mr. Gardiner adalah pria terhormat yang jauh lebih unggul daripada kakaknya, terutama dalam hal sifat dan pendidikan. Para wanita Netherfield kesulitan memahami bahwa seorang pria yang bermatapencaharian sebagai pedagang dan tinggal tidak jauh dari gudang bisa menjadi sepandai
Bab 25 E"e" dan seterhormat itu. Mrs. Gardiner, yang beberapa tahun lebih muda daripada Mrs. Bennet dan Mrs. Phillips, adalah seorang wanita ramah, pintar, anggun, dan menjadi bibi kesayangan semua keponakannya di Longbourn. Dia paling akrab dengan kedua putri tertua keluarga Bennet. Jane dan Elizabeth telah sering menginap di rumahnya di kota.
Yang pertama dilakukan oleh Mrs. Gardiner setelah kedat anga nnya adalah membagikan berbagai hadiah dan menceritakan tren-tren terbaru di kota. Ketika urusan ini tel ah selesai, tibalah gilirannya untuk mendengarkan. Mrs. Benn et berbagi banyak kesedihan dan keluhan. Seluruh keluarga Bennet telah tertimpa banyak kemalangan sejak terakhir kalin ya mer eka berjumpa. Kedua anak perempuannya telah bera da di amb ang pern ikahan, tapi ternyata tidak ada kel anjuta nn ya.
Aku tidak menyalahkan Jane, lanjutnya, karena Jane akan bisa mendapatkan Mr. Bingley kalau dia mau. Tapi, Lizzy! Oh, adikku! Sulit sekali bagiku untuk melupakan bahwa dia bisa saja telah menjadi istri Mr. Collins saat ini, seandainya bukan karena kekerasan hatinya sendiri. Mr. Collins telah melamarnya di ruangan ini, dan Lizzy menolaknya. Akibatnya, anak perempuan Lady Lucas akan lebih dulu menikah daripada anak perempuanku, dan Longbourn akan jatuh ke tangan orang lain. Keluarga Lucas memang licik. Mereka akan merebut semua yang bisa mereka raih. Aku tidak suka mengatakannya, tapi memang begitulah adanya. Aku sangat cemas dan merana karena diserang oleh keluargaku sendiri dan karena memiliki tetangga yang mementingkan diri sendiri.
Bag aim anap un, kedatanganmu saat ini sangat menghiburku, dan aku sangat senang mendengar ceritamu tentang gaun berlen gan panjang.
Mrs. Gardiner, yang telah mendengar garis besar peristiwa tersebut dari surat-menyuratnya dengan Jane dan Elizabeth, hanya memberikan jawaban singkat dan, sebagai ungkapa n dukungan untuk kedua keponakannya, mengalihkan pemb icaraan.
Sesudahnya, ketika dirinya hanya tinggal berdua bersama Elizabeth, dia lebih banyak membahas topik itu. Sepertinya dia pasangan yang serasi untuk Jane, katanya. Sayang sekali hub ungan mereka gagal. Tapi, peristiwa semacam ini sering terj adi! Seorang pemuda, seperti yang kau ceritakan tentang Mr. Bingley, bisa dengan sangat mudah jatuh cinta kepada seorang gadis cantik selama beberapa minggu, dan ketika keadaan memisahkan mereka, dengan sangat mudah pula dia melupakan si gadis. Cerita tentang sikap plin-plan seperti itu sangat sering kudengar.
Itu menenangkan juga, kata Elizabeth, namun, tidak cukup untuk kami. Kami tidak menderita karena kebetulan. Ini jarang terjadi. Jarang ada teman-teman yang memengaruhi seorang pemuda untuk menghancurkan masa depannya bersama seorang gadis yang setengah mati dicintainya beberapa hari sebelumnya.
Tapi, ungkapan cinta setengah mati itu sangat berlebiha n, meragukan, bermakna kabur, sehingga aku tidak tah u harus berpikir bagaimana. Perasaan seperti itu biasanya muncul dari perkenalan selama setengah jam, bukan karena rasa cinta yang nyata dan kuat. Jujurlah, sedalam apakah cinta Mr. Bingley"
Aku tidak pernah melihat sikap yang lebih menjanjikan daripada sikapnya; dia tidak memedulikan orang lain saat bers ama Jane, hanyut dalam pesonanya. Setiap kali mereka bert emu, semakin jelas saja semuanya. Dalam pesta dansa yang diselenggarakannya, dia membuat dua atau tiga gadis ters ingg ung dengan tidak meminta mereka berdansa; aku send iri bahkan sempat dua kali mengajaknya bicara tanpa mend apatk an tanggapan. Mungkinkah ada gejala yang lebih jelas darip ada itu" Bukankah mengabaikan orang lain merupakan inti dari cinta"
Oh, ya! Cinta semacam itulah yang kuduga dirasakan Bingley. Jane yang malang! Aku sedih mendengarnya karena, mengingat pembawaan Jane, dia tidak akan bisa melupakannya dengan cepat. Seandainya ini menimpa-mu, Lizzy, kau pasti akan lebih cepat menertawakan dirimu sendiri. Tapi, apak ah menurutmu Jane akan cepat pulih" Perubahan suasana mungk in akan bisa menolongnya dan mungkin sejenak meningg alk an rumah akan bermanfaat baginya.
Elizabeth gembira mendengar tawaran ini, dan dia siap membujuk kakaknya agar mau menerimanya.
Kuharap, lanjut Mrs. Gardiner, dia tidak akan bertemu dengan apa pun yang berhubungan dengan pemuda itu. Kami tinggal di bagian kota yang berbeda, bergaul dengan tem an-teman yang berbeda, dan, seperti yang sudah kau
ket ahui, kami sangat jarang keluar rumah sehingga sangat must ahil mer eka berpapasan di jalan, kecuali jika dia memang dat ang untuk menemui Jane.
Dan itu cukup mustahil karena dia tinggal di rumah sahabatnya, dan Mr. Darcy tidak akan membiarkannya menemui Jane di bagian London itu! Bibiku tersayang, bagaimana menurutmu" Mr. Darcy mungkin bahkan tidak pernah mendengar tentang sebuah tempat bernama Gracechurch Street, atau beranggapan bahwa pencucian dosa selama sebulan penuh tidak akan cukup untuk membersihkan dirinya jika dia mengunjungi tempat itu. Dan, untungnya, Mr. Bingley tidak pernah beranjak dari sampingnya.
Lebih bagus lagi. Kuharap mereka sama sekali tidak bertemu. Tapi, bukankah Jane berkirim surat dengan adik Mr. Bingley" Dia pasti ingin berkunjung.
Mereka tidak akan berteman lagi.
Tetapi, meskipun Elizabeth berbicara dengan penuh keyakinan tentang hal itu, sama seperti keyakinannya bahwa Bingley dilarang menemui Jane, dia merasakan ketenangan karena meyakini satu hal lagi. Setelah memikirkannya kembali, dia berpendapat masih ada harapan untuk hubungan Jane dan Bingley; mungkin saja cinta Bingley kepada Jane akan tumbuh lagi, dan pengaruh dari teman-temannya akan dikalahkan oleh pesona Jane.
Jane menerima undangan dari bibinya dengan senang hati, dan keluarga Bingleylah yang seketika dipikirkannya. Dia berharap Caroline tidak tinggal serumah dengan kakaknya
agar mereka bisa sesekali menghabiskan pagi hari bersamasama tanpa harus mengkhawatirkan kemungkinan bertemu dengan Bingley.
Pasangan Gardiner menginap selama seminggu di Longbourn, dan tidak sehari pun berlalu tanpa adanya acara bers ama keluarga Philips, keluarga Lucas, dan para prajurit. Mrs. Bennet dengan cermat menyelenggarakan acara untuk adik-adikn ya sehingga tidak sehari pun mereka lalui tanpa mak an malam bersama. Dalam setiap acara makan malam, beber apa prajurit selalu diundang Mr. Wickham bisa dipast ikan menjadi salah seorang di antaranya; dan dalam kesempata n-kesempatan itu, Mrs. Gardiner, yang penasaran gara-gara mendengar berbagai pujian Elizabeth tentangnya, secara diam-diam mengamati mereka berdua. Berdasarkan pengamatannya, tanpa serius menganggap mereka berdua sedang jatuh cinta, rasa suka di antara mereka cukup jelas terl ihat. Ini membuat Mrs. Gardiner agak gelisah. Dia memutuskan untuk membicarakan hal ini bersama Elizabeth sebelum meninggalkan Hertfordshire, dengan berlagak seolah-olah dirinya tidak tahu-menahu tentang hubungan mereka.
Di mata Mrs. Gardiner, Wickham adalah seorang pria yang pandai menghibur, di samping berbagai kelebihannya yang lain. Sekitar sepuluh atau dua belas tahun silam, sebelum menikah, Mrs. Gardiner pernah tinggal cukup lama di bagia n Derbyshire yang juga dihuni Wickham. Karena itulah, mereka memiliki banyak kenalan yang sama, dan meskipun Wickham masih kecil ketika ayah Darcy meninggal, Wickham
lebih banyak tahu tentang orang-orang di sana daripada Mrs. Gardiner sendiri.
Mrs. Gardiner pernah melihat Pemberley dan mengenal baik almarhum Mr. Darcy. Ini menjadi topik yang tiada habis-habisnya mereka bahas. Mrs. Gardiner membandingkan ingatannya akan Pemberley dengan gambaran mendetail yang bisa diberikan oleh Wickham, dan keduanya gembira karena Mrs. Gardiner bisa dengan baik menguraikan gambaran tentang almarhum Mr. Darcy. Mengenai perlakuan putra almarhum Mr. Darcy kepada Wickham, Mrs. Gardiner berusaha mengingat-ingat tingkah pria itu ketika masih remaja, dan dia yakin dirinya pernah mendengar desas-desus bahwa Mr. Fitzwilliam Darcy adalah seorang bocah yang sangat angkuh dan bertabiat buruk.[]
222 P eringatan Mrs. Gardiner kepada Elizabeth disampaikannya dengan lemah lembut segera setelah mereka mendapatkan kesempatan untuk berbicara berdua. Setelah berterus terang kepada Elizabeth, Mrs. Gardiner melanjutkan:
Kau gadis yang terlalu pintar, Lizzy, untuk jatuh cinta kepada seseorang hanya karena ada yang menentangmu, dan karena itulah aku tidak khawatir untuk berbicara secara terbuka kepadamu. Sejujurnya, aku ingin memintamu menjaga kewaspadaan. Jangan melibatkan dirimu atau berusaha mendukungnya dalam upayanya untuk memburu harta benda. Aku tidak memiliki alasan apa pun untuk menentang-nya; dia adalah pemuda yang sangat menarik, dan jika dia memegang kekayaan yang semestinya dimilikinya, sepertinya dia akan menjadi lebih menarik. Namun, dalam kasus ini, kuharap kau tidak larut dalam kesukaanmu kepadanya. Kau punya akal sehat, dan kami semua berharap kau akan menggunakannya. Aku yakin bahwa ayahmu mengandalkan keputusan dan penilaianmu. Jangan kecewakan beliau.
Bibiku sayang, ini betul-betul pembicaraan serius.
Bab 26 E"e" Ya, dan kuharap kau juga menanggapinya dengan serius.
Baiklah, kalau begitu, Bibi tidak perlu khawatir. Aku akan menjaga diriku, dan juga Mr. Wickham. Dia tidak akan jatuh cinta kepadaku, jika aku bisa mencegahnya. Elizabeth, kau pasti bergurau.
Maaf, aku akan mencoba lagi. Saat ini, aku tidak sedang jatuh cinta kepada Mr. Wickham; aku bisa memastikannya. Tetapi, dibandingkan dengan siapa pun, dia adalah pria paling menyenangkan yang pernah kutemui. Namun, akan lebih baik jika dia tidak menyukaiku dengan berlebihan. Aku tidak bisa melihat manfaatnya. Oh, Mr. Darcy yang jahat itu. Keyakinan ayahku kepadaku membuatku terharu, dan aku tidak akan mengk hianatinya. Bagaimanapun, beliau mencurigai Mr. Wickham. Singkatnya, bibiku sayang, aku sangat menyesal karena telah membuatmu risau. Namun, setiap hari kita mel i hat bahwa kaum muda yang sedang jatuh cinta jarang memusingkan kekayaan ketika mereka hendak bertunangan. Jadi, bag aim ana mungkin aku bisa berjanji untuk menjadi lebih bijaks ana daripada rekan-rekan senasibku, jika aku memang telah tergoda" Atau, bagaimana mungkin aku tahu bahwa menolaknya adalah tindakan yang bijaksana" Yang bisa kujanjikan kepada Bibi adalah tidak mengambil langkah dengan terburu-buru. Aku tidak akan terburu-buru dalam mey akini bahwa diriku adalah pilihan pertamanya. Saat aku mengh abisk an waktu bersamanya, aku tidak akan banyak berha rap. Singkatnya, aku akan melakukan yang terbaik.
Mungkin, akan lebih baik jika kau melarangnya datang kemari sesering itu. Setidaknya, jangan ingatkan ibumu untuk mengundang dia.
Aku sudah melakukannya kemarin, kata Elizabeth samb il tersenyum penuh arti. Benar sekali, lebih baik jika kami tidak terlalu sering bertemu. Tapi, jangan bayangkan bahw a dia sesering itu berada di sini. Kebetulan saja dia sering berkunjung minggu ini. Bibi tahu sendiri betapa pentingnya Mamma menganggap pertemuan rutin dengan teman-temannya. Tapi, aku akan bersumpah demi kehormatanku untuk mencoba melakukan hal yang kuanggap paling bijaksana; dan sekarang, kuharap Bibi puas.
Sang bibi menegaskan kepuasannya, dan mereka berpisah setelah Elizabeth mengucapkan terima kasih kepadanya untuk peringatannya, sebuah nasihat indah yang diberikan dengan penuh kelembutan.
Mr. Collins tiba di Hertfordshire tidak lama setelah pas angan Gardiner beserta Jane berangkat; tetapi, karena dia akan menginap di rumah keluarga Lucas, Kedatangannya tidak berarti apa-apa bagi Mrs. Bennet. Tanggal pernikahan mereka semakin dekat, dan akhirnya Mrs. Bennet mengakui bahwa peristiwa itu tidak akan terhindarkan lagi. Dia bahkan berkalikali mengatakan, dengan nada jengkel, bahwa dia berharap mereka akan bahagia. Kamis ditetapkan sebagai har i pernikahan mereka, dan pada hari Rabu, Miss Lucas berk unjung untuk mengucapkan selamat tinggal. Ketika Charlotte bangkit dari kursinya, Elizabeth, yang merasa malu karena ibunya menyampaikan ucapan selamat dengan kasar dan ogah-ogahan, dengan tulus menemaninya keluar. Ketika mereka bersamasama menuruni tangga, Charlotte mengatak an: Kuharap kau akan sering mengirimiku surat, Eliza. Aku tentu akan melakukan itu.
Dan, aku ingin sekali lagi meminta tolong kepadamu. Maukah kau datang dan menengokku"
Kuharap kita akan sering bertemu di Hertfordshire. Sepertinya aku tidak akan meninggalkan Kent dalam waktu lama. Karena itu, berjanjilah kepadaku untuk datang ke Hunsford.
Elizabeth tidak bisa menolak meskipun dia kesulitan memb ayangkan adanya kesenangan dalam kunjungan itu.
Ayahku dan Maria akan pergi ke Kent Maret nanti, tambah Charlotte, dan kuharap kau mau bergabung bersama mereka. Sungguh, Eliza, kedatanganmu akan kusambut sehangat kedatangan mereka.
Pernikahan itu pun terjadi. Di depan gereja, semua orang melepas kedua mempelai untuk keberangkatan mereka ke Kent, dan seperti biasanya, sangat banyak ucapan selamat yang terdengar. Surat pertama dari Charlotte untuk Elizabeth tiba beberapa waktu kemudian, dan korespondensi di antara mereka berlangsung sesering dan seteratur mungkin, tanpa adanya surat yang tidak terbalas. Elizabeth tidak pernah berhasil menyapa Charlotte tanpa merasa bahwa seluruh rasa nyam an dalam kedekatan mereka telah berakhir. Dia menjaga hubungannya dengan Charlotte demi masa lalu, bukan demi
masa kini. Surat-surat pertama Charlotte diterimanya dengan penuh semangat; Elizabeth penasaran ingin mengetahui bag aimana Charlotte akan membicarakan rumah barunya, apak ah dia akan menyukai Lady Catherine, dan sebahagia apa dirinya. Meskipun begitu, setelah membaca surat-surat itu, Elizab eth merasa Charlotte menceritakan semuanya tepat sep erti yang telah diramalkannya. Dia menulis dengan ceria, seo lah-olah senantiasa diliputi oleh kenyamanan, dan tidak men yeb utk an apa pun yang bisa dicelanya. Rumahnya, perabotn ya, lingkungannya, dan jalan-jalan di sana, semuanya sesuai dengan seleranya, dan Lady Catherine sangat ramah dan penuh perhatian. Itu adalah versi lembut dari penggambaran Mr. Collins atas Hunsford dan Rosings, dan Elizabeth memutuskan untuk menunggu waktu kunjungannya tiba agar bisa mengetahui kea daan yang sesungguhnya.
Jane telah menulis surat kepada adiknya untuk memberitahukan kedatangan mereka di London; dan, ketika dia men ulis lagi, Elizabeth berharap Jane akan mengatakan sesuatu tentang keluarga Bingley.
Kesabarannya menantikan kedatangan surat kedua itu pun terbayar. Jane menyatakan bahwa setelah seminggu tingg al di kota, dia tidak sekali pun bertemu atau mendengar kab ar dari Caroline. Tetapi, Jane menduga surat terakhir yang dik irimn ya dari Longbourn kepada temannya itu telah hilang di jalan.
Besok, lanjutnya, Bibi akan pergi ke bagian kota itu, dan aku akan mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Grosvenor Street.
Jane menulis surat kembali setelah dia berkunjung dan berjumpa dengan Miss Bingley. Sepertinya Caroline sedang tidak enak badan, begitulah katanya, namun, dia sangat senang melihatku dan mengomeliku karena tidak memberitahukan kedatanganku di London. Dugaanku bahwa dia tidak pernah menerima surat terakhirku untuknya ternyata benar. Aku menanyakan kabar kakaknya, tentu saja. Dia baik-baik saja, tapi selalu sibuk bersama Mr. Darcy sehingga mereka jarang melihatnya. Dia memberitahuku bahwa Miss Darcy akan makan malam bersama mereka. Aku berharap bisa bert emu dengannya. Kunjunganku hanya sebentar karena Car ol ine dan Mrs. Hurst akan keluar. Namun, aku yakin akan segera bert emu dengan mereka lagi di sini.
Elizabeth menggeleng setelah membaca surat ini. Dia semakin yakin bahwa kebetulan sematalah yang bisa mempertemukan Mr. Bingley dan kakaknya di kota.
Empat minggu telah berlalu, dan Jane belum sekali pun berjumpa dengan Bingley. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa hal ini tidak membuatnya bersedih; tetapi, dia tidak bisa lagi memungkiri kenyataan bahwa Miss Bingley telah mengabaikannya. Setelah Jane menunggu selama dua minggu dan menciptakan alasan baru untuk Miss Bingley setiap harinya, temannya itu akhirnya muncul; tapi kunjungannya yang singk at, ditambah dengan perubahan sikapnya, mendorong
Jane untuk berhenti menipu dirinya sendiri. Surat yang ditulisnya kepada Elizabeth setelah kejadian itu membuktikan perasaannya.
Lizzyku sayang, aku yakin kau pasti senang karena penilaianm u ternyata memang lebih baik daripada pen ilaia nk u. Aku mengaku bahwa diriku telah tertipu oleh sikap Miss Bingl ey kepadaku. Tetapi, adikku sayang, meskipun kau telah terb ukti benar, janganlah menga nggapku keras kepala jika aku masih membelanya, mengingat perlakuannya kepadaku dahulu, karena keyakinanku kepadanya memang setara dengan kecurigaa nmu. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa dia ingin akrab denganku, tapi seandainya kejadian itu terulang, aku yakin aku akan tertipu lagi. Caroline baru memb alas kunjunganku kemarin; dan tidak ada sel emb ar surat pun, sebaris pesan pun, yang kuterima seb elumn ya. Ketika dia datang, jelas terlihat bahwa dia tidak menikmatinya; dia menyampaikan permintaan ma af yang singkat dan resmi karena baru bisa datang, dan tidak mengatakan apa pun yang mencerminkan kei ngina nnya untuk bertemu kembali denganku. Dia sangat berubah, sehingga setelah dia pergi, aku bertekad untuk mengakhiri pertemanan kami. Aku kasihan kepadanya, meskipun, mau tidak mau, aku juga menyalahkannya. Dia sendiri merasa sangat bersalah karena telah mengabaikanku seperti itu aku yakin
dialah yang pertama kali memulai pertemanan kami. Tetapi, aku kasihan kepadanya karena dia pasti bisa merasakan bahwa tindakannya salah, dan karena aku yakin itu disebabkan oleh rasa tidak enaknya terh adap sikap kakaknya kepadaku. Aku tidak perlu menjelaskannya lebih lanjut, dan meskipun kita tahu bahwa seharusnya dia tidak perlu merasa begitu, tapi jika memang itu yang dirasak ann ya, itu akan menjelaskan sikapnya kepadaku. Karena dia sangat menyayangi kakaknya, perasaan tidak enak yang dia kib atk an oleh sikap kakaknya sungguh wajar dan bisa dip ahami. Namun, aku tidak mengerti mengapa Caroline menc emask an hal itu, karena jika memang kakaknya masih mem ed ulik anku, kami pasti telah bertemu sejak lama. Berdasarkan sesuatu yang dikatakan oleh Caroline sendiri, aku yakin kakaknya tahu aku ada di kota. Tapi sepertinya, dari caranya berbicara, Caroline seolah-olah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa kakaknya benar-benar menyukai Miss Darcy. Aku tidak bisa memahaminya. Seandainya aku tidak rag u menetapkan prasangka buruk, aku nyaris tergoda untuk mengatakan bahwa sepertinya dia berpura-pura. Tetapi, aku akan berusaha menghapus semua pikiran burukku dan hanya memikirkan hal-hal yang akan membuatku bahagia kasih sayangmu, dan kebaikan yang dicurahkan oleh paman dan bibi kita tersayang kepadaku.
Balaslah suratku secepatnya. Miss Bingley sekilas mengatakan bahwa kakaknya tidak akan kembali ke Netherfield lagi, tentang rumah mereka yang akan dibiarkan kosong, tapi tidak ada kepastian dalam katakatanya. Kita sebaiknya tidak perlu membicarakan ini lagi. Aku sangat senang karena kau mendengar kabar gembira dari teman-teman kita di Hunsford. Pergilah menemui mereka bers ama Sir William dan Maria. Aku yakin kau akan merasa san gat nyaman di sana. Salam manis, dll.
Kepedihan melanda Elizabeth ketika membaca surat itu, tapi semangatnya kembali setelah dia menyadari bahwa Jane tidak akan teperdaya lagi, oleh sang adik, setidaknya. Seluruh pengharapan Jane akan sang kakak telah pupus. Dia bahkan tidak ingin lagi memperbaiki hubungan mereka. Sosok Bingley berubah buruk di mata Elizabeth, dan sebagai huk uma n untuknya, sekaligus untuk keuntungan Jane, Elizabeth berdoa agar Bingley segera menikah dengan adik Mr. Darcy, karena menurut Wickham, gadis itu akan membuat Bingley setengah mati menyesali perbuatannya.
Kurang lebih pada waktu yang sama, Mrs. Gardiner mengi ngatkan dan bertanya kepada Elizabeth tentang janjinya menyangkut Wickham. Elizabeth membalasnya dengan jawaban yang lebih memuaskan sang bibi daripada dirinya sendiri. Pameran rasa suka Wickham kepada Elizabeth telah berkurang, limpahan perhatiannya telah terhenti, dan dia
sepertinya menyukai orang lain. Elizabeth cukup waspada sehingga menyadari semua itu, tapi dia bisa melihat dan menulisk annya tanpa merasa sedih. Hatinya baru sedikit tersentuh, dan harga dirinya terselamatkan oleh keyakinan bahwa dirinya akan menjadi pilihan utama Wickham seandainya dia kay a. Kepemilikan mendadak atas kekayaan senilai sepuluh ribu pound adalah pesona utama gadis yang sekarang berhasil mer ebut hati Wickham; tapi Elizabeth, yang mungkin lebih waspada dalam kasus ini daripada kasus Charlotte, tidak mengh alangi keinginan Wickham untuk meninggalkannya. Seb aliknya, tidak ada yang lebih wajar daripada itu; dan, selain sanggup mengatakan bahwa Wickham dengan mudah berpaling darinya, Elizabeth juga bisa memberikan penilaian yang bijaksana kepada keduanya dan mengucapkan ucapan selamat yang tulus kepada Wickham.
Semua itu disampaikannya kepada Mrs. Gardiner, dan setelah memaparkan permasalahannya, dia melanjutkan: Sekarang aku yakin, bibiku sayang, bahwa aku belum pernah jatuh cinta, karena seandainya aku benar-benar mengalami gair ah yang murni dan abadi itu, maka aku akan mengutuk namanya saat ini dan mendoakan agar segala macam keburukan menimpanya. Tetapi, perasaanku kepadanya biasa-biasa saja; aku bahkan bersimpati kepada Miss King. Aku sama sekali tidak membencinya atau setidaknya enggan menyebutnya gadis yang sangat baik. Tidak ada cinta yang dilibatkan dalam situasi ini. Kewaspadaanku ternyata berdampak baik, dan mesk ip un aku pasti akan tampak lebih menarik di mata
teman-temanku seandainya aku jatuh cinta kepadanya, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku menyesali tindakanku sebelumnya. Kadang-kadang, kita memang terlalu menghargai ses uatu yang sepele. Kitty dan Lidya jauh lebih sakit hati gar a-gara sikap Wickham daripada aku. Mereka masih muda dan belum bisa memahami kenyataan menyakitkan bahwa pria yang tampan pasti menginginkan sesuatu yang bisa menjamin kehidupannya, sama halnya dengan pria-pria berwajah biasa-biasa saja. []
233 J anuari dan Februari berlalu tanpa adanya peristiwa besar
yang terjadi di keluarga Longbourn hanya diwarnai oleh perjalanan-perjalanan ke Meryton yang terkadang kotor dan dingin. Pada bulan Maret, Elizabeth melakukan perjalanan ke Hunsford. Mula-mula, dia tidak memikirkan secara serius kepergiannya ke sana; tapi setelah mendapati bahwa Charl otte telah mengidam-idamkan rencana ini, Elizabeth bera ngsurangsur mempertimbangkannya dengan lebih banyak ant usias m e dan kepastian. Lenyap sudah keengganannya untuk bert emu kembali dengan Charlotte dan berkurang sud ah kek esala nn ya kepada Mr. Collins. Dia bisa melihat keb aika n di dalam rencana mereka, dan berhubung ibunya tak hentihentinya mengomel dan adik-adiknya tidak bisa menj adi teman yang cocok untuknya, rumah bukan lagi temp at yang bisa memberinya kenyamanan untuk saat ini. Sed ikit perubahan suasana akan disambutnya dengan gembira. Perjalanan itu juga akan memberinya kesempatan untuk melihat Jane; dan, singkatnya, ketika waktu semakin dekat, dia sama sekali tidak mengharapkan sedikit pun penundaan. Segalanya berjalan
Bab 27 E"e" lancar, dan kepergian mereka pun ditetapk an berdasarkan rencana awal Charlotte. Elizabeth akan menyertai Sir William dan putri keduanya. Rencana itu pun semakin semp urna setelah mereka menambahkan niat menginap semal am di London.
Satu-satunya hal yang disesali oleh Elizabeth adalah keharusan meninggalkan ayahnya, yang tentu akan merindukannya dan yang, hingga saat itu tiba, selalu berusaha mencegah kepergiannya. Mr. Bennet menyuruh Elizabeth menulis surat dan nyaris berjanji akan membalasnya.
Perpisahan antara Elizabeth dan Mr. Wickham berlangsung dengan sangat hangat; terlebih dari sisi pria itu. Kekasih barunya membuatnya lupa bahwa Elizabeth adalah gadis pertama yang diperhatikannya sejak kedatangannya di Meryton, yang pertama mau mendengarkan keluh kesahnya dan mengasihaninya, yang pertama dikaguminya.
Ketika Mr. Wickham mengucapkan selamat jalan, Elizabeth merasakan kekhawatiran dan ketulusan yang akan selalu ada di antara mereka. Mr. Wickham mendoakannya agar menikmati liburannya, mengingatkannya akan sosok seperti apa Lady Catherine de Bourgh, dan menyatakan bahwa pendapat mereka tentang wanita itu tentang semua orang akan selalu sama. Elizabeth pun berpisah dengan Wickham disertai keyakinan bahwa pria itu, entah dalam keadaan menikah ataup un lajang, akan selalu ada dalam ingatannya sebagai seseo rang yang ramah dan menyenangkan.
Kedua teman seperjalanan Elizabeth keesokan harinya bukan jenis orang yang sanggup melunturkan pesona Wickham. Sir William Lucas dan putrinya, Maria, seorang gadis ceria tapi singkat akal, sama seperti ayahnya, tidak men gatak an apa pun yang layak didengar, meskipun celotehan mereka seribut derak roda-roda kereta. Elizabeth menyukai ceritacerita aneh, tapi dia sudah sejak dahulu mendengar semua yang diutarakan oleh Sir William.Tidak ada yang baru dalam kisah-kisahnya tentang kunjungannya di istana, dan dirinya pun menjadi membosankan seperti cerita-ceritanya.
Perjalanan itu hanya sejauh dua puluh empat mil, dan mer eka berangkat sepagi mungkin agar bisa tiba di Gracechurch Street pada tengah hari. Sementara itu, Jane menantikan kedatangan mereka di dekat jendela ruang menggambar di kediaman Mr. Gardiner. Ketika kereta mereka memasuki jalan, dia berlari keluar untuk menyambut mereka, dan Elizabeth, yang menatap wajah Jane dengan penuh pengharapan, merasa lega saat melihat wajahnya yang sehat dan cantik seperti biasanya. Di tangga, telah menanti sepasukan anak-anak lelaki dan perempuan, yang enggan menanti di ruang menggambar lantaran terlalu gembira melihat kemunculan sepupu mereka setelah setahun berlalu. Kegembiraan dan kehangatan meliputi mereka. Hari itu berlalu dengan menyenangkan; mereka menghabiskan pagi hari dengan berjalan-jalan dan berbelanja, dan malam harinya mereka menonton teater.
Kemudian, Elizabeth berkesempatan mengobrol bersama bibinya. Topik pertama mereka adalah Jane, dan alih-alih terk ejut, Elizabeth sedih ketika mendengar jawaban dari pertanyaa nn ya, bahwa meskipun Jane selalu berusaha tampak
ceria, ada masa ketika dia merana akibat ditolak. Namun, cuk up masuk akal untuk berharap bahwa masa itu segera berlalu. Mrs. Gardiner juga menuturkan tentang kunjungan Miss Bingley di Gracechurch Street dan mengulang berbagai perc akapa n antara dirinya dan Jane, yang membuktikan bahwa Jane serius mengakhiri pertemanannya dengan Miss Bingley.
Setelah itu, Mrs. Gardiner menuntut cerita tentang Wickham dan memuji Elizabeth yang telah menjalani semuanya dengan baik.
Tapi, Elizabeth sayang, lanjut Mrs. Gardiner, gadis mac am apakah Miss King ini" Aku sedih karena teman kita tern yata mata duitan.
Ayolah, bibiku sayang, memangnya dalam hal pernikahan, apa perbedaan antara tujuan untuk mendapatkan harta dan tujuan yang bijaksana" Di manakah batas antara kebijaksanaan dan keserakahan" Saat Natal lalu, Bibi takut dia akan menikahiku karena hal itu tidak bijaksana; dan sekarang, Bibi menganggapnya mata duitan karena dia berusaha mendapatkan seorang gadis yang kekayaannya hanya sepuluh ribu pound.
Kalau kau mau memberitahuku gadis macam apa Miss King ini, aku akan tahu harus beranggapan seperti apa.
Aku yakin dia gadis yang sangat baik. Aku tidak mengetahui keburukannya.
Tapi, Wickham baru memberinya perhatian setelah kak ekn ya meninggal dan mewariskan kekayaan kepadanya.
Jadi, dia harus bagaimana" Jika dia memang tidak tertarik kepadaku karena aku tidak punya uang, apa untungnya baginya menjadi kekasih seorang gadis yang tidak dicintainya dan semiskin dirinya"
Tapi, sepertinya dia cepat sekali mengalihkan perhatiannya darimu setelah peristiwa itu terjadi.
Seorang pria yang sedang terdesak tidak akan punya waktu untuk bersikap anggun demi memuaskan pengamatan orang lain. Jika Miss King saja tidak keberatan, kenapa kita harus mempermasalahkannya"
Hanya karena Miss King tidak keberatan, bukan berarti tindakan Wickham benar. Ini hanya menunjukkan bahwa gadis itu juga kekurangan sesuatu akal sehat atau perasaan.
Baiklah, seru Elizabeth, terserah Bibi saja. Wickham mungkin memang mata duitan, dan Miss King mungkin memang bodoh.
Tidak, Lizzy, bukan itu maksudku. Kau tahu, aku sedih saat berpikiran buruk pada seorang pemuda yang sudah tinggal lama di Derbyshire.
Oh! Kalau begitu, berarti para pemuda yang tinggal di Derbyshire memang payah; dan sahabat-sahabat mereka yang tinggal di Hertfordshire juga sama saja. Aku muak terhadap mereka semua. Syukurlah, aku besok akan pergi ke tempat seorang pria yang kelakuannya menyebalkan, yang tidak punya akal sehat ataupun kesopanan. Lagi pula, pria-pria bodoh memang paling layak dikenal.
Berhati-hatilah, Lizzy, bicaramu itu benar-benar menunjukk an kemarahanmu.
Sebelum mereka mengakhiri pembicaraan itu, kegembiraan Elizabeth kembali muncul ketika dia mendapatkan undangan tak terduga dari paman dan bibinya. Mereka memintanya bergabung dalam acara pesiar pada musim panas mendatang.
Kami belum memutuskan akan pergi sejauh apa, kata Mrs. Gardiner, tapi mungkin kita akan ke danau.
Tidak ada rencana yang sepertinya lebih menyenangkan Elizabeth, dan dia segera menerima undangan itu dengan bah agia. Oh, bibiku tersayang, pekiknya senang, sungguh menyenangkan! Sungguh mendebarkan! Bibi memberikan kesegaran dan semangat baru kepadaku. Selamat tinggal kekecewaan dan amarah. Apa artinya laki-laki jika dibandingkan dengan bebatuan dan pegunungan" Oh, betapa lamanya kita akan pergi! Dan setelah pulang, kita tidak akan seperti para petualang lainnya yang suka melantur saat berbicara. Kita akan tahu pasti ke mana kita telah pergi kita akan bercerita tentang apa saja yang telah kita lihat. Danau, gunung, dan sungai tidak akan saling berjejalan di dalam alam imajinasi kita. Kita bahkan tidak akan bertengkar ketika sedang mencoba menggambarkan pemandangan tertentu. Kita akan menjadi orang pertama di antara para petualang itu yang omongannya bisa diandalkan. []
239 P emandangan dalam perjalanan keesokan harinya tampak
baru dan menarik di mata Elizabeth. Dia bersemangat untuk menikmati segalanya, karena segala kekhawatiran tentang kesehatan Jane sirna setelah dia melihat kakaknya seg ar bugar. Selain itu, prospek liburan ke wilayah utara juga dinanti-nantikannya dengan hati riang.


Pride And Prijudice Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah meninggalkan jalan raya dan memasuki wilayah Hunsford, mereka mengedarkan pandangan untuk mencari Parsonage, tempat tinggal sang pendeta. Setiap kali kereta berbelok, mereka berharap akan melihatnya. Pagar Rosings Park membatasi salah satu sisi jalan. Elizabeth tersenyum ket ika teringat cerita-cerita yang didengarnya mengenai pengh uni Rosings.
Akhirnya, Parsonage pun tampak di hadapan mereka. Kebunnya yang landai berbatasan dengan jalan, sebuah rumah berdiri di tengah-tengahnya. Pagar hijau, juga deretan pohon salam, semuanya mengumumkan kehadiran mereka. Mr. Coll ins dan Charlotte menyambut di pintu, dan kereta pun berh enti di depan gerbang kecil.Seruas jalan batu pendek
Bab 28 E"e" mengh ubungkan gerbang itu dengan pintu rumah. Semua orang saling tersenyum dan mengangguk. Sejenak kemudian, mereka semua telah turun dari kereta dan mensyukuri pertemuan itu. Mrs. Collins memberikan sambutan terhangat kepada temannya, dan Elizabeth tidak menyesali kedatangannya setelah mengetahui bahwa dirinya begitu dinanti-nantikan.
Dia langsung bisa melihat bahwa pembawaan sepupunya tidak berubah karena pernikahan; sikapnya tetap formal seperti sebelumnya, dan dia menahan Elizabeth di depan pagar selama beberapa menit untuk menanyakan kabar seluruh anggota keluarga Bennet. Kemudian, tanpa adanya penundaan selain untuk mendengar pujian Mr. Collins atas kerapian kebunnya sendiri, mereka pun memasuki rumah. Segera setelah mereka tiba di beranda, Mr. Collins memberikan sambutan untuk ked ua kalinya dengan sikap terformal dan mengulang-ulang tawaran istrinya agar mereka menyegarkan badan.
Elizabeth telah siap menjumpai Mr. Collins di tengah kejayaannya; dan mau tidak mau dia memperhatikan bahwa ketika memamerkan bagian dalam rumahnya, penataan dan perabotnya, Mr. Collins berbicara secara khusus kepadanya, seolah-olah membuat Elizabeth menyesal karena telah menolaknya. Tetapi, meskipun segala sesuatu di rumah itu tampak rapi dan nyaman, Elizabeth enggan menyanjungnya bahkan dengan desahan sekalipun. Dia justru memandang penasaran kepada Charlotte yang bisa tetap ceria bersama pasangan semacam itu. Ketika Mr. Collins mengatakan sesuatu yang semestinya bisa mempermalukan istrinya, yang tidak jarang terjadi,
Elizabeth langsung mencuri pandang ke arah Charlotte. Satu atau dua kali, dia bisa melihat pipi Charlotte bersemu merah, tapi secara umum, Charlotte dengan bijaksana memilih untuk mengabaikan perkataan suaminya. Setelah mereka dud uk cukup lama untuk mengagumi setiap perabot yang ada dar i lemari pajangan hingga pagar pembatas perapian sert a menceritakan perjalanan mereka dan semua yang terjadi di London, Mr. Collins mengajak mer eka berjalan-jalan di keb un, yang luas dan tertata rapi, dan dirawat sendiri hingga subur olehnya. Bekerja di kebun ini adalah kenikmatan tak terkira baginya, dan Elizabeth men gag umi ekspresi tenang Charlotte ketika mengungkapkan betapa menyehatkannya kegiatan tersebut, dan menyarankan Elizabeth agar melakukann ya sesering mungkin.
Dari kebunnya, memimpin para tamunya melewati jalan setapak dan han ya sesekali memberikan jeda kepada mereka untuk mengu capkan pujian yang dimintanya, Mr. Collins memamerkan setiap detail pemandangan di wilayah itu tanpa melewatkan apa pun. Dia bisa menyebutkan jumlah ladang yang ada di set iap penjuru dan pohon yang berdiri di petak tanah terjauh sek alipun. Tetapi, pemandangan yang terlihat dari kebunnya, atau yang ada di seluruh desa atau bahkan negeri itu, tid ak seb anding dengan keindahan Rosings, yang bisa dilihat mel alui celah di antara pepohonan yang membatasi taman, jarakn ya tak jauh dari depan rumahnya. Bangunan Rosings adal ah bangunan modern yang indah, terletak tepat di tanah yang menanjak.
Setelah memamerkan kebunnya, Mr. Collins ingin menga jak para tamunya mengelilingi kedua padang rumput mil ikn ya, tapi para wanita, yang sepatunya tidak cocok dig una?" ka n di tengah sisa-sisa lapisan es putih, memilih untuk kembali ke rumah. Sementara Sir William menemani suam inya, Charlotte mengajak adik dan temannya memasuki rum ah, luar biasa puas, mungkin, karena mendapatkan kesemp atan untuk memamerkan isi rumahnya tanpa disela oleh suaminya. Rumah itu agak kecil, tapi kokoh dan nyaman, dan bagian dalamnya tertata dengan keapikan khas Charlotte. Setelah Mr. Collins terlupakan, kehangatan terpancar di sel ur uh ruangan dan, melihat kebahagiaan yang tampak di waj ah Charlotte, Elizabeth berpikir bahwa dia tentu sering mel upak an suaminya itu.
Charlotte mengatakan bahwa Lady Catherine masih tinggal di desa. Elizabeth mendengarnya lagi saat makan malam, ketika Mr. Collins mengatakan:
Ya, Miss Elizabeth, kau akan mendapatkan kehormatan untuk berjumpa dengan Lady Catherine de Bourgh pada hari Minggu nanti di gereja, dan harus saya katakan bahwa kau pasti akan menyukai beliau. Beliau sangat hangat dan terpandang, dan saya berani menjamin bahwa kau akan mendapatkan kehormatan dari sapaan beliau seusai peribadatan. Tanpa sedikit pun keraguan, saya berani mengatakan bahwa beliau akan mencantumkanmu dan adik saya, Maria, di dalam setiap undangan yang disampaikannya kepada kami selama kalian menginap di sini. Sikap beliau terhadap Charlotte tersayang
sungguh baik. Kami makan malam di Rosings dua kali setiap pekan dan tidak pernah sekali pun diizinkan pulang dengan berjalan kaki. Beliau selalu meminjamkan kereta untuk kami. Atau lebih tepatnya, salah satu kereta beliau, karena beliau pun ya beberapa.
Lady Catherine memang seorang wanita yang sangat pint ar dan terhormat, tambah Charlotte, dan seorang tetangg a yang penuh perhatian.
Benar sekali, sayangku, itulah yang kukatakan. Beliau adalah jenis wanita yang pantas diperlakukan secara terhormat.
Sebagian besar malam itu mereka habiskan dengan membicarakan berbagai kabar dari Hertfordshire dan menceritakan kembali hal-hal yang tertulis di surat-surat mereka. Di akhir malam, di tengah keheningan kamarnya, Elizabeth mem ikirkan rona bahagia di wajah Charlotte, nada ceria dalam suaranya, dan sikapnya dalam menghadapi suaminya, lal u menyimpulkan bahwa segalanya baik-baik saja. Dia juga mem ikirkan bagaimana dirinya akan melewati hari-harinya di sana; bagaimana menghadapi kesunyian tempat itu, rangkaian interupsi dari Mr. Collins, dan kemeriahan yang akan din ikmat in ya di Rosings. Sebuah khayalan ceria seketika men yel im utin ya.
Kurang lebih pada tengah hari besoknya, ketika Elizabeth sedang berada di kamarnya dan mempersiapkan diri untuk berjalan-jalan, seluruh penghuni rumah tiba-tiba kalang kab ut gara-gara keributan yang secara mendadak terjadi di
bawah. Dan, setelah sejenak menajamkan pendengaran, dia mendengar seseorang berlari tergesa-gesa menaiki tangga dan memanggil-manggil namanya dengan nyaring. Dia membuka pintu dan melihat Maria yang berbicara sambil terengahengah:
Oh, Eliza sayang! Cepatlah turun ke ruang makan, karena ada pemandangan hebat di sana! Aku tidak akan memberitahumu sekarang. Cepatlah, turunlah sekarang juga.
Sia-sia saja Elizabeth bertanya, karena Maria tidak mau mengatakan apa pun kepadanya. Dia pun bergegas mengikuti Maria ke ruang makan, yang berada tepat di depan lorong, untuk memuaskan rasa penasarannya. Sebuah kereta terbuka tampak berhenti di depan gerbang kebun; dua wanita duduk di atasnya.
Hanya itu" pekik Elizabeth. Kupikir ada babi mengamuk di kebun, tapi ternyata yang kau tunjukkan hanyalah Lad y Catherine dan putrinya.
Astaga, Elizabeth! kata Maria, tampak kaget mendengar komentar sembarangan Elizabeth, itu bukan Lady Cather ine. Yang tua itu adalah Mrs. Jenkinson, yang tinggal bersama mereka; dan yang satunya lagi adalah Miss de Bourgh. Lih atl ah dia. Ternyata dia mungil. Siapa yang menyangka gad is itu ternyata kecil dan kurus begitu"
Dia tidak sopan karena telah menahan Charlotte sangat lama di luar, di tengah deru angin yang sehebat itu. Kenapa dia tidak masuk saja"
Oh, kata Charlotte, dia tidak pernah masuk. Suatu keh ormatan besar kalau Miss de Bourgh bersedia memasuki rum ah ini.
Aku suka penampilannya, kata Elizabeth, sebuah pikiran lain seketika terlintas di benaknya. Dia kelihatan ringkih dan sakit-sakitan. Ya, dia sangat cocok dengan Darcy. Mereka akan menjadi pasangan serasi.
Mr. Collins dan Charlotte berdiri di gerbang, bercakapcakap dengan kedua wanita itu, dan Elizabeth kesulitan menahan tawa ketika melihat Sir William berdiri di ambang pintu rumah, terperangah melihat kejadian hebat di depan matanya dan membungkuk penuh hormat setiap kali Miss de Bourgh melayangkan tatapan ke arahnya.
Akhirnya, setelah semua orang kehabisan kata-kata, ked ua wanita itu pun berlalu dan para penghuni rumah kemb ali masuk. Ketika melihat Elizabeth dan Maria, Mr. Collins langs ung mengucapkan selamat atas keberuntungan mereka. Charlotte menjelaskan bahwa Lady Catherine telah mengundang mereka semua untuk makan malam di Rosings besok.[]
246 K ebanggaan Mr. Collins semakin utuh berkat undangan
makan malam dari patronnya. Kesempatan untuk memuaskan rasa penasaran tamunya atas kemewahan Rosings dan kebaikan hati sang patron kepadanya dan istrinya sesuai betul dengan dambaannya. Mengenai betapa cepatnya dambaan itu terwujud, tidak ada sanjungan yang cukup bagi kemurahan hati Lady Catherine.
Saya mengakui, katanya, bahwa saya sama sekali tidak terkejut ketika beliau mengundang kita minum teh dan menghabiskan malam di Rosings hari Minggu nanti. Berdasarkan pengetahuan saya akan keramahannya, saya sudah mengira ini akan terjadi. Tetapi, siapa yang bisa menduga beliau akan memberikan perhatian sebesar itu" Siapa yang berani membayangkan bahwa kita akan mendapatkan undangan untuk makan malam di sana (terlebih lagi, undangan itu melibatkan kalian semua) segera setelah kedatangan kalian!
Aku tidak seterkejut itu ketika melihat kejadian ini, jaw ab Sir William, karena jalan hidupku sendiri telah memberiku banyak pengetahuan tentang bagaimana kaum bangs aBab 29 E"e" wan cenderung bersikap. Di lingkungan kerajaan, keanggunan sikap semacam itu banyak terlihat.
Kecuali tentang kunjungan mereka ke Rosings, nyaris tidak ada topik lain yang mereka bicarakan sepanjang hari itu. Dengan runut, Mr. Collins memaparkan hal yang akan mer eka lihat di sana, betapa mereka akan terpesona melihat keadaan ruangan-ruangan tertentu, jumlah pelayan, dan kemewahan hidangan.
Setelah Charlotte dan Maria mohon diri untuk bersiapsiap, Mr. Collins mengatakan kepada Elizabeth
Jangan terlalu mencemaskan penampilanmu, sepupu saya yang baik. Meskipun penampilan Lady Catherine dan putrin ya sangatlah anggun, beliau tidak pernah menuntut par a tamunya untuk berpenampilan demikan. Bagaimanapun, saya menyarankan untuk mengenakan pakaian terbaik yang kaumiliki karena tidak akan ada peristiwa lain yang lebih layak lagi untuk itu. Lady Catherine tidak akan meremehkanmu han ya karena kau berpenampilan sederhana. Beliau sangat mengh argai perbedaan kelas sosial.
Ketika mereka sedang berpakaian, Mr. Collins mengetuk pintu mereka tiga atau empat kali untuk mengingatkan agar berd andan dengan cepat, karena Lady Catherine tidak akan sen ang jika harus menunggu lama. Kedisiplinan dan gaya hid up Lady Catherine cukup menggentarkan Maria Lucas, yang belum terbiasa berada di lingkungan serupa, dan dia mengangg ap debutnya di Rosings setara dengan debut ayahnya di St James s.
Karena cuaca hari itu sangat cerah, mereka berjalan kaki dengan ceria sejauh setengah mil melintasi taman. Semua tam an terlihat menjanjikan dan menyimpan keindahan. Elizab eth melihat banyak hal yang memuaskannya, meskipun reaksinya tidak sehebat yang diharapkan Mr. Collins. Banyaknya jendela yang berderet di bagian depan rumah dan besarnya biaya yang dihabiskan Sir Lewis de Bourgh untuk membangun tempat itu pun tidak terlalu mengesankannya.
Ketika mereka menaiki tangga menuju aula, Maria meningk atkan kewaspadaannya, dan Sir William sekalipun sep ertin ya gelisah. Elizabeth tetap tenang. Dari berbagai kabar yang didengarnya, tidak satu pun yang mengatakan bahwa Lady Cat herine memiliki keahlian luar biasa ataupun kemampuan untuk menghadirkan mukjizat, sedangkan kedudukan ataupun kekayaan tidak pernah menciutkan nyalinya.
Dari aula depan, yang setiap keindahan penataan dan kec antikan perabotnya ditunjuk Mr. Collins dengan penuh sem an gat, mereka mengikuti para pelayan melewati koridor, menuju ruangan tempat Lady Catherine, putrinya, dan Mrs. Jenkinson duduk. Lady Catherine, dengan penuh keagungan, bangkit untuk menyambut mereka. Setelah duduk di samping suaminya, Mrs. Collins bertugas memperkenalkan rombongan mer eka dengan cara resmi, tanpa menyertakan permintaan maa f dan ucapan terima kasih yang dianggap sebagai sebuah keh arusan oleh suaminya.
Meskipun pernah memasuki istana St James s, Sir William tetap terpana melihat kemewahan di sekelilingnya,
seh ingg a dia hanya sanggup membungkuk dalam-dalam dan dud uk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sementara itu, putr in y a, yang ketakutan setengah mati, duduk di tepi kursi, tidak yakin harus mem and ang ke mana. Karena menganggap dirin ya set ara den gan semua orang di ruangan itu, Elizabeth tanp a gent ar mem andang ketiga wanita di hadapannya.
Lady Catherine adalah seorang wanita berperawakan tingg i besar, dan gurat-gurat kecantikan masih terlihat di wajahn ya. Aura dingin terpancar dari dirinya, begitu pula sikapnya dalam menerima mereka, yang seolah-olah mengingatk an bahwa mereka berkedudukan lebih rendah darinya. Ketika diam, dia tampak baik-baik saja; tapi setiap kali dia berbic ara, kekuasaan selalu tecermin dalam nada memerintah yang dig unak annya. Itu mengingatkan Elizabeth pada cerita Mr. Wick ham; dan dari pengamatannya selama sehari itu, dia bisa melihat bahwa sosok Lady Catherine ternyata sesuai betul dengan gambaran Wickham.
Setelah mengamati sang ibu, yang memiliki kemiripan wajah dan pembawaan dengan Mr. Darcy, Elizabeth mengalihk an perhatian kepada sang putri, dan dia nyaris sama terper angahnya dengan Maria ketika menyadari kekurusan dan kem ungilan gadis itu. Tidak ada kemiripan, baik di wajah maup un sosok kedua wanita itu. Miss de Bourgh tampak pucat dan sakit-sakitan; penampilannya, walaupun tidak bisa dibilang sederhana, terlihat biasa-biasa saja; dan dia sangat jarang bersuara ataupun bergerak, kecuali saat berbicara dalam nada lirih kepada Mrs. Jenkinson Mrs. Jenkinson adalah wanita
sed erhana yang selalu siap mendengar ucapan anak asuhnya, dan selalu membenahi letak pelindung matanya.
Setelah duduk-duduk selama beberapa menit, mereka semua menghampiri salah satu jendela untuk menikmati pemandangan. Mr. Collins menuturkan garis besar keindahan wilayah itu, dan Lady Catherine memberi tahu mereka bahwa semuanya jauh lebih indah saat musim panas.
Hidangan yang disajikan sungguh cantik, dengan banyak pelayan dan semua peralatan makan seperti yang telah dijanjikan Mr. Collins. Dan, tepat seperti yang selalu dikatakannya, dia duduk di salah satu ujung meja atas permintaan patronnya, dan dari ekspresinya, tampaknya tidak ada yang lebih membahagiakannya daripada hal ini. Mr. Collins memotong-motong dan memakan makanannya, lalu memujinya dengan sepenuh hati. Setiap menu mendapatkan sanjungan; pertama-tama olehn ya, kemudian oleh Sir William, yang sekarang telah cukup pulih sehingga sanggup meniru apa pun yang dikatakan men antunya. Elizabeth bertanya-tanya bagaimana Lady Catherine tahan menghadapi sikap kedua pria itu. Tetapi, Lady Catherine hanya tersenyum anggun, sepertinya menikmati sanjungan berlebihan dari mereka, terutama menyangkut hid angan yang sedang mereka nikmati. Tidak banyak percakapan yang terjadi. Elizabeth siap membuka mulut setiap kal i ada jeda yang memungkinkannya untuk berbicara, tapi dia duduk di antara Charlotte dan Miss de Bourgh yang pertama sibuk mendengarkan perkataan Lady Catherine, dan yang kedua tidak sekali pun menegurnya sepanjang makan
malam. Mrs. Jenkinson sibuk mengomentari betapa sedikitnya Miss de Bourgh makan, membujuknya agar mencoba menu lain dan mencemaskan kemungkinan dia akan sakit. Maria tidak berani bersuara, dan para pria tidak melakukan apa pun, kecuali makan dan menyanjung.
Sekembalinya para wanita ke ruang menggambar, yang bisa mereka lakukan hanyalah mendengarkan celotehan Lady Catherine, yang baru berhenti saat kopi dihidangkan. Wanita itu menyampaikan pendapatnya dengan tegas dalam setiap topik pembicaraan, menandakan bahwa tidak seorang pun pernah menyanggahnya. Dia bertanya tentang urusan rumah tangga Charlotte dengan ramah dan penuh perhatian, lalu memb eri saran untuk mengatasi setiap permasalahan. Selain men gatakan kepada Charlotte bahwa sudah semestinya segala sesuatu di dalam keluarga kecilnya teratur, Lady Catherine juga memberikan instruksi mengenai cara merawat ternak sapi dan unggasnya. Elizabeth bisa melihat bahwa tidak ada sesuatu pun yang luput dari perhatian wanita berkuasa itu, yang sejalan dengan sifatnya yang suka memerintah orang lain.
Di tengah jeda percakapannya dengan Mrs. Collins, Lady Catherine melontarkan berbagai pertanyaan kepada Mar ia dan Elizabeth, terutama kepada Elizabeth, karena dia sed ikit banyak tahu tentangnya. Kepada Mrs. Collins, dia men gatakan bahwa Elizabeth sangat cantik dan lemah lembut. Kemudian, dia menanyakan kepada Elizabeth tentang juml ah saudaranya, apakah mereka lebih tua atau lebih muda darin ya, apakah mer eka akan menikah dalam waktu dekat,
apakah mereka cant ik, apakah mereka berpendidikan, juga jenis kereta yang dim iliki oleh ayahnya dan nama gadis ibunya. Elizabeth tidak mer asak an pentingnya pertanyaan-pertanyaan itu, tapi dia tetap menj awab semuanya dengan sangat sopan. Kemudian, Lady Catherine bertanya:
Tanah dan rumah ayahmu akan diwariskan kepada Mr. Collins, bukan" Untukmu, Lady Catherine menoleh ke arah Charlotte, saya ikut senang; tapi secara pribadi, saya tidak melihat adanya masalah dalam mewariskan harta kepada anak perempuan. Ini tidak pernah diperdebatkan di keluarga Sir Lewis de Bourgh. Apakah kamu bisa bermain musik dan menyanyi, Miss Bennet"
Sedikit. Oh! Kalau begitu, lain kali kami akan senang jika bisa mend engarmu. Piano kami benar-benar bagus. Cobalah kapan-kapan. Apakah saudari-saudarimu juga bisa bermain musik dan menyanyi.
Salah seorang adik saya bisa.
Kenapa kalian semua tidak belajar" Kalian semua seharusnya belajar. Semua gadis dari keluarga Webb bisa bermain musik, dan ayah mereka bahkan tidak sekaya ayahmu. Apa kal ian bisa menggambar"
Tidak, tidak bisa. Tidak seorang pun dari kalian bisa menggambar" Benar.
Ini aneh sekali. Tapi, mungkin penyebabnya adalah kar ena kalian tidak punya kesempatan. Ibu kalian seharusnya
memb awa kalian ke kota setiap musim semi agar kalian bisa mengi kuti berbagai macam kursus.
Ibu saya tidak akan keberatan, tapi ayah saya membenci London.
Apa pengasuh kalian pergi"
Kami tidak pernah punya pengasuh.
Tidak ada pengasuh! Bagaimana mungkin" Lima anak perempuan dibesarkan di dalam satu rumah tanpa adanya penga suh! Saya belum pernah mendengar yang seperti itu. Ibum u pasti bekerja keras layaknya budak untuk mendidik kal ian.
Elizabeth tidak mampu menahan senyum ketika meyakinkan Lady Catherine bahwa keadaan keluarganya baik-baik saja.
Kalau begitu, siapa yang mendidik kalian" Siapa yang menga suh kalian" Tanpa adanya pengasuh, kalian pasti terabaik an.
Untuk beberapa keluarga lain, saya yakin bahwa pendapat Anda benar. Kami memang harus selalu bekerja keras. Kami selalu dibiasakan untuk membaca dan diharuskan untuk mempelajari segala sesuatu sendiri. Siapa pun yang lebih suka bermalas-malasan tentu tidak akan menguasai apa-apa.
Ah, tidak diragukan lagi; tapi, semua itu akan terhindark an oleh kehadiran seorang pengasuh, dan seandainya say a mengenal ibumu, saya pasti akan menasihatinya untuk memp ekerjakan seorang pengasuh. Saya selalu mengatakan bahw a tanpa adanya keteraturan dan pengulangan, pendidikan
han ya akan jalan di tempat, dan hanya seorang pengasuhlah yang sanggup memberikan itu semua. Saya selalu bersyukur setiap kali mengingat betapa banyak keluarga yang kualitasnya membaik gara-gara mengikuti nasihat saya itu. Saya selalu senang jika bisa menempatkan seorang pengasuh dalam keluarga teman-teman saya. Keempat keponakan Mrs. Jenkinson memperoleh pekerjaan yang bagus karena nasihat saya. Dan bar u kemarin, saya merekomendasikan seorang gadis muda yang hanya secara kebetulan saya dengar namanya, dan keluarga yang mendapatkannya merasa cukup puas. Mrs. Collins, bukankah saya sudah menceritakan kepadamu bahwa kemarin Lady Metcalf datang untuk berterima kasih kepada saya" Beliau menanggap Miss Pope sebagai harta karun. Lady Catherine, katanya, Anda telah memberi saya harta karun. Apakah adik-adikmu senang keluar rumah, Miss Bennet" Ya, Ma am, semuanya.
Semuanya! Maksudmu, kalian berlima keluar bersamasama" Aneh sekali! Dan, kamu adalah anak kedua. Jadi, orangtuam u membiarkan anak-anak mereka yang lebih muda kel uar rum ah, bahkan sebelum anak sulung mereka menikah! Adik-adikm u tentu masih sangat muda, bukan"
Ya, adik bungsu saya belum lagi enam belas tahun. Mungk in dia memang masih terlalu muda untuk memasuki dunia pergaulan. Tetapi, sungguh, Ma am, menurut saya akan san gat berat bagi para adik jika mereka dilarang bergaul dan bers enang-senang, hanya karena kakak mereka tidak bern iat untuk cepat-cepat menikah. Anak bungsu memiliki
hak yang sama dengan anak sulung dalam hal menikmati masa muda. Apa jadinya jika anak bungsu harus dikurung di dalam rumah untuk tujuan seperti itu! Menurut saya, hal itu sama sekali tidak mencerminkan kelembutan sikap dan kasih sayang antara saudara.
Astaga, kata Lady Catherine, kau punya pendapat yang sangat tegas untuk ukuran gadis seumurmu. Katakanlah, ber apa umurmu"
Dengan tiga orang adik yang telah beranjak dewasa, jawab Elizabeth, tersenyum, mau tidak mau saya harus bisa berp endapat tegas.
Lady Catherine sepertinya terkejut karena tidak mendapatkan jawaban langsung, dan Elizabeth menyangka dirinya adalah orang pertama yang memiliki keberanian menyanggah pendapat wanita itu.
Aku yakin umurmu belum juga dua puluh. Karena itulah, kau tidak perlu menyembunyikan usiamu yang sesungguhnya.
Belum lagi dua puluh satu tahun.
Setelah para pria bergabung bersama mereka dan waktu minum teh berakhir, meja-meja kartu pun ditata di sana. Lad y Catherine, Sir William, dan pasangan Collins duduk berh adap-hadapan untuk bermain quadrille; dan, karena Miss de Bourgh memilih untuk bermain di kasino, kedua gadis lainn ya mendapatkan kehormatan untuk bermain bersama Mrs. Jenkinson. Permainan mereka membosankan. Hanya kata-kata yang berhubungan dengan permainanlah yang terucap, kecuali ketika Mrs. Jenkinson mengungkapkan kekhawatirannya tentang udara yang terlalu panas atau dingin, atau cahaya yang terlalu suram atau terang untuk Miss de Bourgh. Meja sebelah tampak lebih hidup. Suara Lady Catherine paling sering terdengar menyebutkan kesalahan ketiga pemain yang lain atau menceritakan anekdot. Mr. Collins sibuk mengiyakan semua perkataan patronnya, mengucapkan terima kasih untuk semua ikan yang dimenanginya, dan meminta maaf ketika merasa dirinya terlalu sering menang. Sir William tidak banyak bicara. Dia sedang menjejali ingatannya dengan sejumlah anekdot dan nama besar yang didengarnya malam ini.
Setelah Lady Catherine dan putrinya puas bermain, meja-meja kartu pun disingkirkan, dan kereta ditawarkan kepada Mrs. Collins, yang langsung menyambutnya dengan penuh syukur. Kemudian, semua orang berkumpul di sekeliling perapian untuk mendengar Lady Catherine memutuskan kegiatan apa yang akan mereka lakukan besok. Derak kereta yang menjemput para tamu mengakhiri malam itu dan, diiringi oleh rentetan ucapan terima kasih dari Mr. Collins dan anggukan penuh hormat dari Sir William, mereka pun pulang. Segera setelah mereka menjauh dari pintu, Mr. Collins menanyakan pendapat Elizabeth tentang segala sesuatu yang telah dilihatnya di Rosings. Demi Charlotte, Elizabeth membagus-baguskan semua jawabannya. Tetapi, meskipun Elizabeth mengatakannya dengan susah payah, jawabannya berhasil memuaskan hati Mr. Collins, dan pria itu pun turun
tangan dengan menyampaikan pujian setinggi langit kepada patronnya.[]
258 S ir William hanya tinggal selama sepekan di Hunsford,
tapi kunjungan itu cukup untuk meyakinkannya bahwa putrinya telah nyaman bersama suaminya dan memiliki tetangga yang jarang ditemuinya. Selama Sir William menginap di rumah mereka, Mr. Collins mengabdikan paginya untuk menga jak mertuanya berkeliling desa dengan menggunakan kereta mungilnya. Tetapi, setelah Sir William pergi, seluruh keluarga kembali melakukan kegiatan sehari-hari mer eka, dan Elizabeth bersyukur karena perubahan ini tidak mengh aruskannya sering bertemu dengan sepupunya. Saat ini, waktu di antara sarapan dan makan malam lebih banyak dih ab isk an Mr. Collins untuk bekerja di kebun, menulis, memb aca, atau memandang ke luar jendela ruang baca yang mengh adap jalan.
Ruangan para wanita berkumpul terletak di bagian belakang rumah. Mula-mula, Elizabeth bertanya-tanya menga pa Charlotte tidak menggunakan ruang makan saja untuk kep erlua n umum, karena ruangan itu lebih luas dan memiliki leb ih ban yak aspek keindahan. Namun, dia seg era menyadari bahw a Charlotte melakukannya dengan alasan yang tepat; kar ena Mr.
Bab 30 E"e" Collins bisa dipastikan akan keluar dari ruangannya setiap kali mereka membuat keributa n. Untuk pengaturan rua nga n ini, Elizabeth mengakui kepintaran Charlotte.
Eng Djiauw Ong 29 Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin Lembah Nirmala 26

Cari Blog Ini