Prodigy Karya Marie Lu Bagian 2
Akuakanmemberitahunyatentangrencanapembunuhan palsu yang akan membawaku pada pengampunan penuh atas semua tindak kriminalku melawan Republik.
Kemudian,aku akan mengumpankannya ke pembunuhan yang sebenarnya.
Itulah peranku. Memikirkan itu adalah satu hal; melakukannya adalah hal lain. Kutatap tanganku dan berpikir apakah aku siap mengotorinya dengan darah, apakah aku siap membunuh seseorang. Apa yang selalu Metias bilang padaku" Sedikit orang pernah membunuh karena alasan yang benar, June. Tapi kemudian, aku teringat kata-kata Day di kamar mandi. Menghabisi orang yang paling berkuasa bagaikan harga murah yang harus dibayar untuk memulai sebuah revolusi. Tidakkah kau pikir begitu"
Republik telah mengambil Metias dariku. Aku memikirkan Ujian, kebohongan-kebohongan tentang kematian orangtuaku. Wabah yang dirancang. Dari bangunan tinggi nan mewah ini aku bisa melihat stadion Ujian Vegas berkilauan di kejauhan, di balik gedunggedung pencakar langit. Sedikit orang membunuh karena alasan yang benar, tetapi jika alasan apa pun adalah yang benar itu, maka harus dilakukan. Iya, kan"
Tanganku gemetar sedikit. Aku memantapkannya. Saat ini sunyi di apartemen. Razor sudah pergi lagi (dia keluar dengan seragam lengkap pada pukul 03.32), sementara Kaede tidur-tidur ayam di ujung sofa yang kududuki. Kalau aku menjatuhkan sebuah peniti di lantai ubin marmer ini, suaranya mungkin akan menyakiti telingaku. Setelah beberapa saat, kualihkan perhatian ke layar kecil di dinding. Tidak ada suaranya, tapi aku masih bisa menyaksikan putaran berita yang sudah sangat kukenali.
Peringatan banjir, peringatan badai. Waktu kedatangan dan keberangkatan pesawat zeppelin. Kemenangan melawan Koloni di medan perang. Kadang-kadang, aku bertanyatanya apakah Republik mengarang-ngarang semua
kalah dalam perang. Berita-berita utama silih berganti. Bahkan, ada pengumuman peringatan publik bahwa warga sipil mana pun yang ketahuan memiliki corengan merah di rambutnya akan ditangkap.
Tiba-tiba putaran berita itu berhenti. Aku menegakkan tubuh saat melihat cuplikan siarannya: untuk pertama kalinya, Elector baru akan berpidato secara langsung di depan publik.
Aku ragu sejenak, lalu melirik Kaede sekilas. Tampaknya dia tidur sangat nyenyak. Aku bangkit, menyeberangi ruangan dengan langkah pelan, kemudian menyentuhkan jari ke layar untuk mengeraskan suara.
Suaranya kecil, tapi cukup untuk kudengar. Aku menyaksikan saat Anden (atau lebih tepatnya, Elector Primo) melangkah anggun ke podium. Dia mengangguk pada serangan kata-kata dari para wartawan pilihan pemerintah di hadapannya. Dia tampak persis seperti yang kuingat, versi lebih muda ayahnya, dengan kacamata kecil dan posisi dagu miring yang memberi kesan agung. Pakaiannya tanpa cela, seragam hitam resmi bergaris emas dengan dua baris kancing berkilauan.
Sekarang saatnya perubahan besar. Ketetapan hati kita diuji lebih dari sebelumnya, dan perang dengan musuh kita telah mencapai klimaks, ujarnya. Dia berbicara seolah-olah ayahnya tidak meninggal, seakan-akan dia selalu menjadi Elector Primo. Kita telah memenangi tiga pertempuran terakhir kita dan merebut tiga kota selatan Koloni. Kita berada di ambang kemenangan, dan takkan lama lagi Republik akan menjangkau hingga tepi Samudra Atlantik. Ini adalah takdir nyata kita.
Dia terus melanjutkan, meyakinkan rakyat tentang kekuatan militer kami dan berjanji akan mengumumkan perubahan-perubahan yang ingin diterapkannya siapa yang tahu seberapa banyak kata-katanya yang benar. Aku kembali mempelajari wajahnya. Suaranya mirip ayahnya, tapi kudapati diriku tertarik pada ketulusan di dalamnya. Dua puluh tahun. Mungkin sebenarnya dia memercayai semua yang dia katakan, atau barangkali dia hanya benarbenar pandai menyembunyikan semua keraguannya.
ayahnya, dan bagaimana dia bisa, pada konferensi pers seperti ini, cukup menguasai diri untuk dapat berperan sebagai beliau. Tidak diragukan lagi Kongres ingin sekali memanipulasi Elector muda ini, mencoba menjalankan pertunjukan dari balik layar dan menyingkirkannya seperti bidak catur. Berdasarkan apa yang Razor katakan, mereka pastilah berselisih setiap hari. Mungkin Anden haus kekuasaan seperti ayahnya kalau dia menolak mendengarkan Senat sama sekali.
Apa tepatnya perbedaan antara Anden dan ayahnya" Apa yang Anden pikirkan tentang bagaimana Republik seharusnya dan tentang hal itu, apa yang aku pikirkan"
Kumatikan lagi suara layar itu dan berjalan menjauh. Jangan terlalu memikirkan siapa Anden. Aku tidak bisa berpikir tentangnya seolah-olah dia seseorang yang nyata seseorang yang harus kubunuh.
Akhirnya, setelah sinar pertama fajar mulai memenuhi ruangan, Tess keluar dari kamar operasi membawa kabar bahwa Day sudah sadar dan siaga. Dia baik-baik saja, katanya pada Kaede. Sekarang dia duduk, dan dia akan bisa berjalan-jalan dalam beberapa jam. Kemudian, dia melihatku dan senyumnya lenyap. Um. Kau bisa menjenguknya kalau kau mau.
Kaede membuka sebelah mata, mengangkat bahu, lalu kembali tidur. Kuberi Tess senyum paling bersahabat yang bisa kutampilkan, kemudian menghela napas panjang dan pergi ke kamar operasi.
Day ditopang dengan bantal. Selimut tebal menutupi tubuhnya sampai ke dada. Dia pasti lelah, tapi dia masih mengedipkan mata saat aku melangkah masuk. Bahasa tubuh yang membuat jantungku melonjak. Rambutnya tergerai di sekelilingnya dalam lingkaran berkilauan. Beberapa penjepit kertas bengkok bertebaran di pangkuannya (diambil dari boks peralatan di sudut kutebak dia telah mencoba bangun). Rupanya dia tengah membuat sesuatu dari penjepit kertas itu. Aku mendesah lega ketika menyadari dia tidak sedang kesakitan. Hei, kataku padanya. Senang melihatmu hidup.
Pandangannya mengikutiku waktu aku duduk di sampingnya di tempat tidur. Apa aku melewatkan sesuatu"
Yeah. Kau tidak mendengar Kaede mendengkur di sofa. Untuk ukuran orang yang selalu lari dari hukum, dia tidur sangat nyenyak.
Day tertawa kecil. Aku kagum dengan semangat tingginya, sesuatu yang belum kulihat lagi selama beberapa minggu belakangan. Pandanganku teralih ke bagian selimut yang menutupi kakinya. Bagaimana keadaan kakimu"
Dengan cepat,Day menyingkap selimut. Di bawahnya, terdapat pelat logam halus (baja dan titanium) di tempat lukanya dulu berada. Paramedis juga mengganti lutut buruknya dengan lutut buatan, dan sekarang sepertiga bagian kakinya adalah logam. Dia mengingatkanku pada tentara-tentara yang baru kembali dari medan perang, dengan tangan, lengan, dan kaki sintetis mereka, logam di tempat yang dulunya kulit. Paramedis itu pasti familier dengan luka-luka peperangan. Tidak diragukan lagi koneksi Razor sebagai pejabat telah menolong Paramedis tersebut mendapatkan sesuatu yang sama mahalnya dengan operasi penyelamatan yang dia lakukan pada Day. Aku membuka telapak tanganku, lalu Day menggenggamkan tangannya di situ.
Bagaimana rasanya" Day menggelengkan kepala tak percaya. Seperti tidak ada rasanya. Sepenuhnya ringan dan tidak sakit. Cengiran nakal melintas di wajahnya. Sekarang, kau akan bisa melihat bagaimana aku benar-benar memanjat dinding, Sayang. Bahkan,lutut retak tidak akan menggangguku lagi, kan" Sungguh kado ulang tahun yang bagus.
Ulang tahun" Aku tak tahu. Selamat ulang tahun yang terlambat, kataku sambil tersenyum. Tatapanku tertuju pada penjepit kertas yang bertebaran di pangkuannya. Kau sedang apa"
Oh. Day mengangkat satu dari benda yang sedang dibuatnya, sesuatu yang terlihat seperti lingkaran logam. Hanya menghabiskan waktu. Dia mengangkat lingkaran itu ke arah cahaya, lalu memegang tanganku. Dia
untukmu. Aku memperhatikannya lebih lekat. Lingkaran itu terbuat dari empat penjepit kertas yang sudah diuraikan hati-hati, terjalin satu sama lain dalam sebuah spiral, lalu disatukan dari ujung ke ujung sehingga membentuk cincin kecil. Sederhana dan rapi. Bahkan artistik. Aku bisa melihat cinta dan kepedulian di dalam jalinan logam itu, sedikit bengkok pada kawat itu di mana jari-jari Day bekerja terus dan terus untuk membentuk lengkungan yang benar. Dia membuatnya untukku. Aku memakainya ke jariku dan cincin itu meluncur mudah sebagaimana mestinya. Indah. Aku tersipu, tersanjung tanpa bisa bicara. Aku tak ingat kapan terakhir kali ada orang benar-benar membuat sendiri sesuatu untukku.
Day tampak kecewa dengan reaksiku, tapi menyembunyikannya dengan tawa ceroboh. Aku tahu kalian orang kaya punya tradisi-tradisi mewah, tapi di sektor-sektor kumuh, pertunangan dan tanda kasih sayang biasanya seperti ini.
Pertunangan" Jantungku melonjak di dalam dada. Mau tak mau aku tersenyum. Dengan cincin penjepit kertas"
Oh, tidak. Aku memaksudkan itu sebagai pertanyaan ingin tahu yang jujur, tapi setelah kata-kata itu telanjur keluar dari mulutku, baru kusadari aku terdengar sarkastis.
Wajah Day merona sedikit. Seketika aku marah pada diriku sendiri karena keseleo lidah lagi.
Dengan sesuatu buatan tangan, ralatnya setelah beberapa saat. Dia menunduk, sepenuhnya malu, dan aku merasa tak enak karena akulah yang menyebabkannya. Maaf karena cincin itu terlihat bodoh, katanya dalam suara rendah. Kuharap aku bisa membuatkanmu sesuatu yang lebih baik.
Tidak, tidak, selaku, berusaha memperbaiki apa yang tadi kukatakan. Aku sangat menyukainya. Kubelai cincin itu dengan jari-jariku, kupertahankan tatapanku ke situ sehingga aku tidak perlu menatap mata Day. Apa dia kira aku tidak menganggap ini cukup bagus" Katakan sesuatu, June.
baja berlapis listrik tanpa disepuh. Ini material bagus, tahu. Lebih kuat dari logam campuran, masih lentur, dan tidak akan berkarat. Ini
Aku berhenti saat melihat tatapan sayu Day. Aku menyukainya, ulangku. Reaksi bodoh, June. Kenapa dulu kau tidak meninju wajahnya saja. Aku bahkan menjadi lebih bingung saat teringat diriku pernah memukul wajahnya dengan popor senapan. Romantis.
Sama-sama, katanya, memasukkan sisa penjepit kertas yang belum dibengkokkan ke sakunya.
Ada jeda panjang. Aku tak yakin dia ingin aku membalas apa, tapi kemungkinan bukan dengan daftar sifat-sifat fisik penjepit kertas. Mendadak merasa tak yakin pada diriku sendiri, aku bergeser mendekat dan merebahkan kepalaku di dada Day. Dia bernapas cepat seolah aku telah membuatnya terperanjat, lalu perlahan dia melingkarkan lengannya ke sekeliling tubuhku. Ya, begitu lebih baik. Kupejamkan mata. Sebelah tangannya menyisiri rambutku, menyebabkan bulu roma di sepanjang lenganku berdiri. Kuizinkan diriku berfantasi sebentar menuruti kata hati kubayangkan jarinya menyusuri garis rahangku, menurunkan wajahnya mendekati wajahku.
Day mencondongkan tubuh ke dekat telingaku. Bagaimana perasaanmu tentang rencana itu" bisiknya.
Aku mengangkat bahu, membuang kekecewaanku. Bodoh sekali aku berfantasi mencium Day pada saat seperti ini. Apa sudah ada yang memberitahumu apa yang harus kau lakukan"
Belum. Tapi, aku yakin ada semacam siaran nasional untuk memberi tahu negeri ini bahwa aku masih hidup. Sudah seharusnya aku membuat masalah, kan" Menyebabkan hiruk pikuk" Day tertawa kering, tapi wajahnya tidak tampak geli. Apa pun yang bisa mendekatkanku pada Eden, kukira.
Kukira juga begitu, kataku.
Kemudian, dia menarikku sampai aku duduk tegak menatap wajahnya. Aku tak tahu apakah mereka akan membiarkan kita berkomunikasi satu sama lain, katanya.
dapat mendengarnya. Rencana itu kedengaran bagus, tapi jika terjadi sesuatu
Mereka akan mengawasiku, aku yakin, selaku. Razor pejabat Republik. Dia akan menemukan cara untuk menyelamatkanku jika rencana itu bermasalah. Untuk komunikasi & . Aku menggigit bibir, berpikir. Aku akan mencari cara.
Day menyentuh daguku, menarikku mendekat sampai hidungnya bersentuhan dengan hidungku. Jika terjadi sesuatu, jika kau berubah pikiran, atau jika kau butuh bantuan, kirimi aku sinyal. Kau mengerti"
Kata-katanya membuat bulu kudukku merinding. Oke, bisikku.
Day mengangguk halus, lalu menarik diri dan kembali bersandar ke bantalnya. Aku mengembuskan napas.
Kau siap" dia bertanya. Aku tahu kata-katanya lebih dari itu, tapi dia tidak mengatakan lanjutannya. Kau siap membunuh Elector"
Kuberi dia cengiran terpaksa. Siap seperti biasa. Kami tetap seperti itu untuk waktu lama, sampai cahaya yang masuk dari jendela menjadi terang dan kami mendengar sumpah pagi menggaung ke seluruh kota. Akhirnya, kudengar pintu depan terayun membuka dan menutup, disusul suara Razor. Langkah kaki mendekati kamar ini, dan Razor melongokkan kepala tepat ketika aku duduk menegakkan tubuh.
Bagaimana kakimu" dia menanyai Day. Wajahnya sekalem biasanya, matanya tanpa ekspresi di balik kacamata. Day mengangguk. Baik.
Bagus sekali. Razor tersenyum simpati. Kuharap kau sudah menghabiskan cukup waktu dengan pacarmu, Miss Iparis. Kita akan pergi dalam satu jam.
Kupikir Paramedis ingin aku berbaring untuk Day baru mulai berkata.
Maaf, sahut Razor seraya berbalik. Kita harus mengejar pesawat. Yang penting jangan paksa kaki itu bekerja terlalu keras dulu. []
K ELOMPOK PATRIOT MENYIAPKAN PENYAMARAN UNTUKKU SEBELUM KAMI BERANGKAT .
Kaede memotong rambutku sampai di bawah bahu, kemudian dia mewarnai helaian rambut pirang platinaku menjadi merah kecokelatan gelap. Dia menggunakan semacam semprotan untuk melakukannya, sesuatu yang bisa dihapus dengan pembersih khusus jika mereka perlu menghilangkan warnanya. Razor memberiku sepasang lensa kontak cokelat yang sepenuhnya menyembunyikan warna biru cerah mataku. Hanya aku yang tahu mata itu palsu; aku masih bisa melihat setitik bintik ungu kecil di irisnya. Lensa kontak ini sendiri mahal orang-orang kaya menggunakannya untuk mengubah warna mata mereka untuk bersenang-senang. Benda itu bisa berguna
mendapatkannya. Kaede menambahkan bekas luka buatan di pipiku, kemudian menyudahi penyamaranku dengan seragam pasukan udara tahun pertama; setelan hitam atas bawah dengan garis merah panjang di masing-masing kaki celana.
Akhirnya, dia melengkapiku dengan earpiece dan mikrofon kecil sewarna daging yang pertama ditanamkan tanpa terlihat di telingaku, sementara yang kedua di dalam pipiku.
Razor sendiri berpakaian lengkap dalam seragam standar pejabat Republik. Kaede mengenakan pakaian terbang sempurna jumpsuit 2 hitam dengan strip sayap perak melingkar di masing-masing lengan, sarung tangan penerbangan putih yang serasi, serta goggle untuk penerbang. Di Patriot dia bukan Pilot tanpa alasan menurut Razor, dia bisa melakukan gerakan Split-S 3 di udara lebih baik dari siapa pun. Tentunya Kaede tidak akan mengalami kesulitan menyamar sebagai pilot tempur Republik.
Tess sudah pergi satu setengah jam lalu, dengan cepat dibawa pergi oleh seorang serdadu yang Razor bilang anggota lain Patriot. Tess terlalu muda untuk menyamar menjadi tentara level apa pun, jadi menyelundupkannya ke PR Dynasty berarti mendandaninya dengan kemeja cokelat sederhana dan celana panjang, pakaian buruh yang menangani ratusan kompor di zeppelin itu.
Kemudian ada June. Dalam diam, June menonton perubahanku dari sofa. Dia belum banyak bicara sejak percakapan terakhir kami di tempat tidur penyembuhanku. Sementara aku dan yang lain mengenakan berbagai pakaian, June tidak berubah tanpa riasan, matanya masih gelap dan tajam, rambutnya masih dikuncir kuda menyilaukan. Dia memakai seragam polos taruna yang Razor berikan semalam. Bahkan, June tidak tampak terlalu berbeda dengan foto di ID militernya. Dia satusatunya di antara kami yang tidak dilengkapi dengan
sudah jelas. Kucoba menangkap pandangannya beberapa kali selama Kaede bekerja menyamarkan penampilanku.
2 Jumpsuit: Baju terusan untuk penerjun payung. (sumber: Wikipedia) 3 Split-S adalah gerakan pesawat tempur yang kebanyakan digunakan untuk mundur dari pertempuran. Untuk melakukan gerakan tersebut, pilot harus memutar pesawatnya setengah putaran terbalik dan terbang turun setengah lingkaran sehingga pesawat meluncur ke arah sebaliknya pada ketinggian yang lebih rendah. (sumber: Wikipedia)
Kurang dari satu jam kemudian, kami menuju ruas jalan utama Vegas dengan jip resmi Razor. Kami melewati beberapa piramida pertama dermaga Alexandria, Luxor, Kairo, Sphinx. Semuanya dinamai berdasarkan beberapa peradaban kuno sebelum Republik, atau setidaknya begitulah yang diajarkan pada kami dulu, ketika Republik benar-benar mengizinkanku sekolah. Piramida-piramida itu tampak berbeda pada siang hari. Lampu mercusuarnya padam dan bagian pinggirnya tidak menyala sehingga piramidapiramida itu tampak seperti kuburan hitam raksasa di tengah-tengah gurun pasir. Para tentara sibuk keluarmasuk. Senang melihat begitu banyak aktivitas lebih mudah bagi kami untuk membaur.
Kuperiksa seragamku lagi. Mengilap dan asli. Aku tidak bisa terbiasa dengan seragam ini, meski secara teknis June dan aku telah menghabiskan bermingguminggu dengan menyamar sebagai tentara. Kerah ini menggores leherku, dan lengannya terasa terlalu kaku. Aku tak tahu bagaimana June bisa tahan memakai baju ini sepanjang waktu. Setidaknya, apakah dia menyukai penampilanku dalam seragam ini" Bahuku memang tampak jadi sedikit lebih bidang.
Berhenti menarik-narik seragammu, bisik June saat melihatku memainkan pinggiran jaket tentaraku.
Itu adalah kata-kata terbanyak yang kudengar dari mulutnya dalam satu jam ini. Kau hanya gugup, sahutku.
June ragu-ragu, lalu kembali memalingkan wajah. Rahangnya terkatup seolah dia berusaha agar tidak keceplosan mengatakan sesuatu. Cuma berusaha membantu, gumamnya.
Tak lama kemudian, aku meraih tangannya dan meremasnya. Dia balik meremas tanganku.
Akhirnya, kami tiba di Pharaoh, dermaga pendaratan tempat PR Dynasty menunggu untuk lepas landas. Razor mengantar kami keluar, lalu menyuruh kami berdiri tegak dalam posisi siap. Hanya June yang tidak di barisan. Dia berdiri di samping Razor, menghadap ke salah satu sisi jalan. Diam-diam aku memperhatikannya.
Sedetik kemudian, seorang serdadu muncul dari keramaian dan mengangguk pada Razor, kemudian pada June. Gadis itu meluruskan bahu, mengikuti di belakang serdadu tersebut, lalu menghilang kembali ke keramaian jalanan. Lenyap dari penglihatan begitu saja. Aku mengembuskan napas, merasa ada lubang dalam diriku karena dia tibatiba pergi.
Aku takkan melihatnya lagi sampai semua ini selesai. Jika semuanya berjalan lancar.
Jangan berpikir begitu. Rencana ini akan berjalan lancar.
Kami masuk bersama gelombang tentara-tentara lain yang keluar-masuk Pharaoh. Bagian dalamnya besar. Jauh di atas pintu masuk utama, langit-langitnya membentang sepenuhnya sampai ke puncak piramida dan berakhir di dasar PR Dynasty, di mana aku bisa melihat bentuk-bentuk kecil mendarat di labirin bidang miring dan jalur-jalur lintasan. Deretan pintu barak berjajar di setiap sisi tingkat piramida. Di setiap dinding, papan pengumuman panjang tak henti-henti menampilkan informasi kedatangan dan keberangkatan. Lif t-lif t diagonal menyusuri keempat sisi utama piramida.
berjalan terus, dan detik berikutnya dia mendadak berbalik ke keramaian di luar dan melebur dalam lautan seragam. Kaede terus berjalan tanpa ragu, tetapi cukup lambat sehingga kami bisa berjalan bersisian. Aku hampir tidak bisa melihat bibirnya bergerak, tapi suaranya bergema sejelas silet dari earpiece-ku.
Razor akan berangkat dengan Dynasty dengan para pejabat lain, tapi kita tidak bisa masuk ke sana bersama para tentara tanpa dimintai identitas. Jadi, menyelinap masuk adalah pilihan terbaik kita
Aku menengadah dan memandangi dasar pesawat zeppelin itu, memindai sekilas seluruh sudut dan celah yang melapisi sisinya. Aku teringat saat aku menyusup ke sebuah zeppelin yang sedang mendarat dan mencuri dua tas penuh makanan kaleng. Atau ketika aku menenggelamkan zeppelin yang lebih kecil di danau Los Angeles dengan membuat banjir mesinnya. Dalam kedua kasus itu, ada satu cara mudah untuk masuk tanpa terdeteksi. Saluran pembuangan sampah, aku balas berbisik dengan mikrofonku.
Dengan cepat, Kaede memberiku seringai setuju. Perkataan seorang Buronan sejati.
Kami berjalan membelah keramaian sampai kami mencapai terminal lif t di salah satu sudut piramida. Di sini kami berbaur dengan kelompok kecil yang berkerumun di depan pintu lif t. Kaede mematikan mikrofonnya agar bisa bercakap-cakap sedikit denganku, dan aku berhati-hati agar tidak bertatapan dengan tentara-tentara lain. Begitu banyak di antara mereka yang lebih muda dari yang kubayangkan, bahkan hampir seumuranku, dan beberapa di antaranya sudah memiliki luka permanen tungkai logam seperti punyaku, sebelah telinga hilang, tangan tertutup bekas luka bakar. Aku kembali melirik sekilas Dynasty di atas, kali ini cukup lama untuk memperhatikan semua saluran pembuangan sampah yang terbuka di sisi lambung pesawat. Jika kami akan memanjat naik ke pesawat ini, kami harus
Lif t segera datang. Kami bergerak naik, dengan perjalanan yang membuat mual, ke sisi diagonal piramida. Kemudian, kami menunggu di puncak ketika semua orang berbaris keluar. Kami keluar terakhir. Kaede menoleh padaku ketika orang-orang lain bertebaran di sisi-sisi aula puncak yang menuju tangga pintu masuk pesawat.
Satu penerbangan lagi untuk kita, ujarnya, mengangguk ke arah set tangga sempit di ujung aula yang mengarah ke dalam langit-langit piramida. Aku memperhatikannya tanpa bicara. Kaede benar. Tangga itu menuju bagian dalam langit-langit (dan kemungkinan akan membawa kami ke atap). Seluruh langit-langit ini terbentuk dari jalinan rumit perancah logam dan balokbalok penyangga yang silang-menyilang. Dari sini, bagian belakang zeppelin yang masuk ke dok menghasilkan bayangan melewati langit-langit, membungkus bagian tersebut ke dalam kegelapan. Jika dari puncak tangga kami bisa melompat sampai ke tengah dan memanjat ke balok-balok logam yang tidak beraturan itu, dalam kegelapan kami bisa membuka jalan tanpa terdeteksi menuju zeppelin dan memanjat ke sisi gelap lambung pesawat. Dari dekat situ, suara ventilasi udara terdengar bising. Ditambah lagi, ingar-bingar dan kesibukan di basis pendaratan akan menutupi suara apa pun yang kami buat.
Di sinilah aku berharap kaki baruku bisa bertahan. Aku mengentakkan kaki dua kali untuk mengujinya. Tidak sakit, tapi ada sedikit tekanan ketika dagingku bertemu logam, seolah-olah keduanya belum sepenuhnya menyatu. Tetap saja, mau tak mau aku tersenyum.
Ini akan menyenangkan, ya" kataku. Setidaknya untuk sesaat, aku hampir kembali menjadi diriku sendiri, kembali ke kondisi terbaikku.
Kami berhasil mencapai puncak tangga yang tertutup bayang-bayang itu, lalu masing-masing dari kami melompat pendek ke perancah dan memanjat balok-balok. Kaede duluan. Dia harus berjuang sedikit
mendapat pegangan mantap setelah beberapa kali harus menyeret kaki. Kemudian giliranku. Tanpa kesulitan aku berayun ke balok-balok dan menyembunyikan diri di dalam bayang-bayang. Sejauh ini kakiku baik-baik saja. Kaede mengamatiku dengan puas.
Rasanya luar biasa, bisikku. Bisa kulihat.
Kami bergerak dalam diam. Kalung bandulku beberapa kali keluar dari bajuku sehingga harus kumasukkan kembali. Kadang-kadang, aku melihat ke bawah atau ke zeppelin. Lantai basis pendaratan penuh oleh taruna semua pangkat. Saat ini sebagian besar kru Dynasty yang sebelumnya telah keluar dari pesawat, sementara kru yang baru mulai membentuk antrean panjang di depan tangga yang menuju pintu masuk. Aku memperhatikan satu demi satu melewati pemeriksaan cepat, cek identitas, serta scan tubuh. Jauh di bawah kami, lebih banyak taruna berkerumun di depan pintu lif t.
Mendadak aku berhenti. Ada apa" bentak Kaede.
Aku mengangkat satu jari. Mataku terpancang ke bawah, terpaku pada satu sosok familier yang sedang berjalan membelah keramaian.
Thomas. Si Berengsek itu mengejar kami terus dari Los Angeles. Sekarang, dia berhenti beberapa kali untuk menanyai beberapa tentara secara acak. Bersamanya ada seekor anjing yang sangat putih. Dari ketinggian ini, anjing itu berdiri seperti mercusuar. Kugosok mataku untuk memastikan aku tidak berhalusinasi. Yap, Thomas masih di sana. Dia meneruskan langkahnya menyelip-nyelip di antara keramaian.
Sebelah tangan di pistolnya di pinggang, sementara tangan satunya lagi memegang tali si Anjing Besar. Sebaris kecil tentara mengikutinya. Seketika tungkaiku terasa kebas, dan mendadak aku hanya melihat Thomas yang mengangkat senapan dan
menghajarku sampai babak belur di ruang interogasi Aula Batalla. Penglihatanku dipenuhi air mata berang.
Kaede menangkap apa yang menyita perhatianku dan ikut melongokkan kepala ke bawah. Suaranya menyadarkanku dari lamunan. Dia di sini karena June, bisiknya. Jalan terus.
Segera saja aku mulai merangkak lagi meskipun seluruh tubuhku bergetar. June" aku balas berbisik. Bisa kurasakan kemarahanku bangkit. Kalian pilih dia untuk mengejar June"
Ada alasannya. Dan apa itu"
Kaede mendesah tak sabar. Thomas tidak akan menyakitinya.
Tetap tenang, tetap tenang, tetap tenang. Kupaksa diriku tetap bergerak. Tak ada pilihan lain selain memercayai Kaede sekarang. Tatapan ke depan. Jalan terus. Tanganku gemetar dan kucoba memantapkannya, menekan kebencianku. Pikiran tentang Thomas mengejar June untuk menangkap dan menghukumnya lebih dari yang bisa kutahan. Kalau sekarang aku memikirkan hal itu, aku takkan bisa berkonsentrasi pada apa pun.
Tetap. Tenang. Di bawah kami, kelompok patroli Thomas membelah keramaian. Perlahan-lahan dia bergerak menuju lif t.
Kami tiba di lambung pesawat. Dari sini, aku bisa melihat antrean tentara yang menunggu untuk masuk ke pesawat lewat tangga. Saat itulah kudengar gonggongan pertama si Anjing Putih. Thomas dan pasukannya kini berkumpul di salah satu terminal lif t. Yang sama dengan yang kami naiki tadi. Anjing itu menyalak tanpa rasa iba, hidungnya terarah ke pintu lif t, ekornya dikibaskan. Tatapan ke depan. Jalan terus.
Aku melirik sekilas ke bawah. Satu tangan Thomas menekan kuat ke sesuatu yang pastilah earpiece-nya. Selama semenit dia berdiri di sana, seakan dia
tiba-tiba saja, dia berteriak pada orang-orangnya dan mereka mulai menjauh dari lif t. Kembali ke keramaian para tentara.
Mereka pasti sudah menemukan June.
Dengan dinaungi bayang-bayang, kami berhasil melewati langit-langit piramida sampai kami bertengger cukup dekat ke bagian gelap lambung pesawat, beberapa meter jauhnya. Lambung itu tampak bagus, dengan hanya sebuah tangga logam memanjang vertikal di sisinya menuju dek pesawat. Kaede mengatur kembali keseimbangannya di balok logam, kemudian menoleh padaku. Kau lompat duluan, katanya. Kau lebih jago.
Saatnya bergerak. Kaede bergeser sedikit sehingga aku bisa mendapat sudut yang bagus ke arah pesawat. Kuatur pijakan untuk menopang tubuh, berharap agar kakiku tetap utuh, lalu melompat jauh. Tubuhku terhempas membentur tiang tangga dengan bunyi gedebuk teredam. Aku menggertakkan gigi agar tidak berteriak. Rasa sakit menusuk bagian atas dan bawah kakiku yang sedang dalam masa penyembuhan. Kutunggu beberapa detik sampai ketegangan di kakiku lenyap, lalu aku mulai memanjat lagi. Dari sisi belakang ini aku tidak bisa melihat kelompok patroli lagi, tapi itu berarti semoga mereka juga tidak bisa melihat kami. Lebih baik lagi kalau mereka sudah pergi. Di belakang, kudengar Kaede juga melompat dan membentur anak tangga beberapa kaki di bawahku.
Akhirnya, akutibadilubangmasuk saluranpembuangan sampah. Aku meloncat dari tangga tanganku menangkap sisi saluran dan lenganku mengayunkan tubuhku tepat ke dalam kegelapan. Ada rasa sakit menyentak lagi, tapi kakiku masih berdenyut penuh energi baru, kuat untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Kusapu debu dari tanganku, lalu berdiri. Hal pertama yang kuperhatikan di dalam saluran ini adalah udaranya yang dingin. Mereka pasti telah mendinginkan bagian dalam pesawat sebelum lepas landas.
dalam. Dia mengernyitkan dahi, menggosok lengannya yang masih digips, kemudian mendorong dadaku. Jangan tibatiba berhenti begitu di tengah-tengah pendakian, bentaknya. Kau tidak boleh terus-terusan bersikap impulsif.
Maka jangan beri aku alasan untuk bersikap impulsif, aku balas membentak. Kenapa kalian tidak memberitahuku Thomas ke sini karena June"
Aku tahu sejarahmu dengan kapten itu, sahut Kaede. Dia memicingkan mata dalam kegelapan, kemudian memberi isyarat agar kami mulai memanjat salurannya. Dan Razor pikir kau tidak perlu mengkhawatirkan itu dulu.
Aku siap menyerang balik, tapi Kaede memberiku tatapan peringatan. Dengan susah payah, aku berhasil menelan kemarahanku. Kuingatkan diri kenapa aku di sini. Ini untuk Eden. Jika Razor pikir June paling aman berada dalam pengawasan Thomas, berarti begitulah. Tapi, apa yang akan mereka lakukan pada June saat mereka menangkapnya" Bagaimana jika sesuatu terjadi, dan Kongres atau pengadilan melakukan sesuatu yang tidak direncanakan Razor" Bagaimana Razor bisa sangat yakin semuanya akan berjalan lancar"
Kaede dan aku memanjat saluran sampai kami mencapai tingkat terbawah Dynasty. Kami tetap bersembunyi di belakang lorong tangga di belakang ruang mesin yang sepi sampai pesawat lepas landas, ketika katup uap menyala dan kami merasakan tekanan mendorong kaki kami karena gerakan pesawat terbang naik dari basis pendaratan. Kudengar suara kabel raksasa putus dari sisi-sisi pesawat dan riuh tepuk tangan para kru basis, merayakan satu lagi peluncuran yang sukses.
Setelah setengah jam berlalu, ketika kemarahanku akhirnya reda, kami keluar dari lorong tangga. Ayo lewat sini, bisik Kaede saat kami mencapai sebuah ruangan kecil dengan dua jalan satu ke ruang mesin dan satunya lagi langsung naik ke lantai bawah
mendadak di pintu masuk dek bawah. Kita akan mendapat lebih sedikit masalah di ruang mesin. Dia berhenti sejenak, menekan sebelah tangan ke belakang telinganya dengan dahi berkerut penuh konsentrasi.
Ada apa" Kedengarannya Razor di dalam, sahutnya. Kakiku terasa agak sakit saat kami melanjutkan, dan kudapati diriku berjalan dengan sedikit pincang tak kentara. Kami menaiki tangga lain yang menuju ruang mesin, berpapasan dengan sepasang tentara di tengah jalan, sampai kami menginjak lantai bertanda 6 di mana tangganya selesai. Kami berjalan mengelilingi ruangan ini selama beberapa saat sebelum berhenti di depan sebuah pintu sempit. Ada tanda bertuliskan KE RUANG MESIN A, B, C, D.
Seorang penjaga menunggui pintu itu sendirian. Dia mengangkat kepala sekilas, melihat kami, dan menegakkan tubuh yang tadinya membungkuk. Kalian mau apa" sungutnya.
Kami bertukar hormat seperti biasa. Kami dikirim ke sini untuk menemui seseorang, dusta Kaede. Staf ruang mesin.
Oh ya" Siapa" Dia menyipitkan mata tak senang pada Kaede. Kau pilot, kan" Seharusnya kau di dek atas. Mereka sedang melakukan inspeksi.
Kaede siap memprotes, tapi aku menyelanya dan memasang wajah bersalah. Kukatakan satu-satunya hal yang kupikir tidak akan dipertanyakan penjaga itu. Baiklah, antara kita sesama tentara saja, bisikku ke si Penjaga, mencuri pandang sekilas ke samping Kaede. Kami, ah &
kami mencari tempat bagus untuk & kau tahulah. Kami kira ruang mesin bisa. Aku mengedipkan mata padanya, meminta maaf. Sudah berminggu-minggu aku mencoba mendapatkan ciuman dari gadis ini. Operasi lututlah yang akhirnya meluluhkannya. Aku berhenti sejenak dan mendemonstrasikan versi berlebihan pincangku padanya.
tawa kaget, seakan-akan dia senang mendapat peran dalam sesuatu yang nakal. Ah, aku mengerti, katanya, sekilas menatap simpati pada kakiku. Dia gadis yang manis.
Aku tertawa bersamanya, sementara Kaede ikut berakting dengan memutar matanya.
Seperti yang kau bilang, kata Kaede pada si Penjaga ketika dia membuka pintu untuk kami. Aku terlambat untuk inspeksi. Kami akan cepat kami akan ke dek atas dalam beberapa menit.
Semoga berhasil, dasar kalian ini, serunya ketika kami masuk. Kami bertukar hormat malas dengannya.
Aku sudah menyiapkan cerita yang sangat bagus untuknya, bisik Kaede saat kami berjalan. Tapi ceritamu juga bagus. Kau memikirkan semua itu sendiri" Dia tersenyum licik dan memandangiku dari kepala sampai ujung
kaki. Sialsekaliakuterperangkapdenganfiguranjeleksepertimu.
Kuangkat kedua tanganku, pura-pura membela diri. Sial sekali aku terperangkap dengan pembohong sepertimu.
Kami terus menyusuri koridor silinder yang diselimuti cahaya merah redup. Bahkan di bawah sini, layar-layar datar menampilkan aliran berita dan kabar terbaru zeppelin. Layar-layar itu menayangkan daf tar tempat tujuan semua zeppelin aktif Republik, lengkap dengan tanggal dan jadwal. Rupanya ada dua belas zeppelin yang sedang terbang sekarang. Sembari melewati salah satu layar, mataku memindai cepat ke jadwal PR Dynasty.
Pesawat Republik Dynasty | Berangkat:
08.51 Waktu Standar Samudra, 13 Januari dari Dermaga Pharaoh, Las Vegas, Nevada | Tiba: 17.04 Waktu Standar Perbatasan, 13 Januari di
Colorado Lamar. Kami pergi ke kota medan perang di utara. Selangkah lebih dekat ke Eden, kuingatkan diriku. June akan baik-baik saja. Seluruh misi ini akan segera selesai.
Ruang pertama yang kami masuki besar deretan ketel uap dan ventilasi yang berdesis, dengan lusinan buruh mengoperasikan masing-masing satu. Beberapa memeriksa temperatur, sementara yang lain melemparkan batu bara ke tungku. Mereka semua mengenakan pakaian yang sama dengan yang Tess pakai sebelum meninggalkan kami di Venezia. Kami berjalan cepat melewati salah satu deretan ketel uap sampai kami mendorong pintu berikutnya. Ada lorong tangga lagi. Kemudian, kami keluar di dek bawah Dynasty.
Zeppelin ini besar. Sebelumnya aku pernah berada di zeppelin terbang, tentu saja. Saat aku tiga belas tahun, aku menyelinap ke dek penerbangan PR Pacifica dan mencuri bahan bakar dari tiga jet tempur F-170, lalu menjualnya di pasar ilegal dengan harga mahal. Tapi, aku belum pernah berada di dalam zeppelin seukuran ini.
Kaede memimpin keluar pintu lorong tangga dan menyusuri koridor logam yang menampilkan pemandangan seluruh lantai di atas kami. Tentara di mana-mana. Kami berjalan bersama mereka, berhatihati menjaga agar wajah kami tetap tanpa ekspresi. Di sini, di lantai paling bawah, beberapa formasi pasukan dilatih berulang-ulang. Pintupintu berjajar di sepanjang koridor, dan pada setiap empat pintu terdapat sebuah layar datar menyiarkan berita. Potret Elector baru digantung di atas layar itu. Mereka benar-benar bergerak cepat, ya"
Kantor Razor adalah satu dari setengah lusin yang berderet di dinding dek keempat, dengan lambang perak Republik ditanamkan di pintunya. Kaede
menyuruh kami masuk, dia mengantar kami ke dalam, lalu dengan hati-hati menutup pintu di belakangnya dan mengeluarkan suara untuk menarik perhatian. Kuikuti jejaknya. Sepatu bot kami berbunyi saat beradu dengan lantai kayu keras. Sesuatu di ruangan ini samar-samar berbau seperti melati. Sementara aku memperhatikan hiasan ruang, lampu dinding bundar dan potret Elector di dinding belakang, kusadari betapa dingin di sini.
Razor berdiri di dekat mejanya dengan kedua tangan di belakang punggung, elegan dalam seragam komandan resminya, sedang bicara pada seorang wanita yang mengenakan pakaian serupa.
Butuh sedetik bagiku untuk menyadari bahwa wanita itu adalah Komandan Jameson.
Kaede dan aku sama-sama membeku di tempat. Setelah kaget melihat Thomas, dengan mudahnya aku berasumsi bahwa jika Komandan Jameson berada di suatu tempat di Vegas, dia pastilah di dermaga piramida, mengawasi kemajuan perburuan kaptennya. Aku tak pernah berpikir dia akan berada di pesawat ini. Kenapa dia pergi ke medan perang"
Razor mengangguk ke arah kami, sementara Kaede dan aku memberi hormat padanya. Istirahat, katanya pada kami, lalu kembali mengalihkan perhatian pada Komandan Jameson. Bisa kurasakan ketegangan Kaede di sampingku. Insting jalananku langsung bekerja. Jika Kaede gelisah, itu berarti kelompok Patriot tidak merencanakan kehadiran Komandan Jameson di sini.
Mataku terarah cepat ke kunci pintu; kubayangkan diriku berputar, lari cepat keluar pintu, dan berayun melewati balkon susuran tangga menuju dek bawah. Desain pesawat ini muncul di pikiranku seperti peta tiga dimensi. Aku harus siap lari jika dia mengenaliku. Harus menyiapkan rute kaburku.
Aku telah dinasihati untuk terus waspada, kata Komandan Jameson pada Razor. Pria itu tampak sepenuhnya tak terganggu bahunya rileks, dan dia menampilkan senyum ringan. Dan seharusnya kau juga begitu, DeSoto. Jika kau menemukan keanehan, beri
Tentu saja. Razor menyentuh ujung kepalanya dengan hormat pada Komandan Jameson, meskipun lencana-lencana di seragamnya menunjukkan bahwa dirinya senior wanita itu. Yang terbaik untukmu, juga untuk Los Angeles.
Mereka bertukar hormat seperti biasa, kemudian Komandan Jameson mulai berjalan ke pintu. Kupaksa diriku tetap tenang, tapi setiap ototku menjerit agar aku kabur.
Komandan Jameson melewatiku, dan aku menunggu dalam diam saat dia memperhatikanku lekat-lekat dari kepala sampai ujung kaki. Dari sudut mataku, aku bisa melihat garis wajahnya yang keras dan bibir merah tuanya yang tipis. Hanya ada kekosongan dingin di balik ekspresinya ketiadaan emosi sepenuhnya yang menyuntikkan ketakutan dan kebencian sekaligus ke dalam darahku. Kemudian aku sadar, tangannya diperban. Masih luka gara-gara aku menggigit tangannya sampai hampir kena tulang saat dia menahanku di Aula Batalla.
Dia tahu siapa aku, pikirku. Butiran keringat bercucuran di punggungku. Dia pasti tahu. Bahkan hanya dengan pandangan singkat ini, dia bisa melihat tepat ke balik samaranku, ke balik rambut pendek gelap, bekas luka buatan dan lensa kontak cokelat ini. Kutunggu dia membunyikan alarm. Posisi sepatu botku miring di lantai, siap kabur. Kakiku yang sedang dalam masa penyembuhan berdenyut.
Namun sekejap berlalu, dan tatapan Komandan Jameson beralih ketika dia mencapai pintu. Aku selamat dari tepi jurang.
Seragammu kusut, Serdadu, dia berseru jijik padaku. Andai aku Komandan DeSoto, akan kuhukum kau lari keliling lusinan putaran.
Dia melangkah pergi, melewati pintu, lalu menghilang. Kaede mengunci pintu lagi bahunya menurun, dan kudengar dia mengembuskan napas. Nyaris, ujarnya pada Razor seraya menghempaskan tubuh di sofa kantor. Suaranya mengandung kesinisan. Razor memberi isyarat padaku untuk duduk juga.
Karena memberikan penyamaran yang bagus untuk teman muda kita. Kaede berseri-seri mendengar pujian itu. Aku minta maaf atas kejutan tak terduga tadi. Komandan Jameson sudah mendengar kabar penangkapan June. Dia ingin naik zeppelin ini untuk melihat apa terjadi sesuatu yang lain. Dia duduk di belakang mejanya. Sekarang, dia naik pesawat kembali ke Vegas.
Aku merasa lemas. Sementara aku beristirahat di sofa di samping Kaede, mau tak mau aku mengawasi jendela untuk berjaga-jaga kalau Komandan Jameson kembali untuk suatu hal. Jendela itu terbuat dari kaca baur. Bisakah siapa pun di bawah melihat kami di atas sini"
Kaede sudah kembali rileks, mengobrol riuh dengan Razor tentang langkah kami berikutnya. Jam berapa kami mendarat, kapan kami harus berkelompok lagi di Lamar, apakah tentara-tentara umpan di ibu kota berada di tempatnya. Tapi, aku hanya duduk dan memikirkan ekspresi Komandan Jameson. Dari semua pejabat Republik yang pernah kutemui, mungkin kecuali Chian, hanya tatapan Komandan Jameson yang bisa membekukanku sampai ke dalam. Aku menyingkirkan ingatan saat dia memerintahkan kematian ibuku juga eksekusi John. Jika Thomas menangkap June, apa yang akan Komandan Jameson lakukan padanya" Bisakah Razor benar-benar melindungi June" Kupejamkan mata dan kucoba mengirimkan pikiran tanpa suara pada June.
Tetaplah selamat. Aku ingin melihatmu lagi setelah semua ini berakhir.[]
Aku tidak sampai hati menatap Day lagi sebelum meninggalkannya. Saat bawahan Patriot Razor membawaku pergi dari depan pintu masuk piramida Pharaoh, kujaga agar wajahku benar-benar tidak mengarah padanya. Ini yang terbaik, kataku pada diri sendiri. Jika misi ini berjalan lancar, perpisahan ini hanya sebentar.
Kekhawatiran Day akan keselamatanku benar-benar masuk akal sekarang. Rencana Razor untukku terdengar bagus, tapi sesuatu bisa terjadi. Bagaimana kalau, aku bukannya dibawa bertemu Elector, melainkan langsung ditembak saat ditemukan" Atau, mereka menyekapku di ruang interogasi dan membuatku pingsan. Sudah berkalikali kulihat itu terjadi di kepalaku. Aku bisa mati sebelum hari ini berakhir, jauh sebelum Elector tahu aku sudah ditangkap. Berjuta hal bisa berjalan tak sesuai rencana. Itulah mengapa aku harus fokus, kuingatkan diriku. Dan,
Saat ini anggota Patriot itu memanduku masuk ke piramida dan menyusuri lorong sempit di sepanjang salah satu sisi dinding. Di sini ribut dan kacau. Ratusan tentara berdesakdesakan di lantai dasar. Razor telah memberitahuku bahwa kelompok Patriot akan membawaku ke ruang barak kosong di lantai pertama, di mana aku akan pura-pura bersembunyi sebelum mencoba menyelinap ke PR Dynasty. Saat tentara Republik masuk ke ruang itu dan berusaha menangkapku, aku akan kabur. Sebaik mungkin.
Kupercepat langkah untuk menyamai pemanduku. Sekarang kami tiba di ujung lorong, di sana terdapat sebuah pintu terkunci (lebarnya 1,5 meter, tingginya 3 meter) yang menuntun dari lantai utama menuju koridor barak-barak lantai pertama. Pemanduku menggesek kartu di pintu. Terdengar bunyi bip, lalu slotnya menyala hijau dan pintu berayun membuka.
Melawanlah saat mereka datang untuk menangkapmu, kata si Patriot dalam suara yang hampir tak bisa kudengar. Penampilannya tidak berbeda dengan kebanyakan tentara di sini, dengan seragam gelap dan rambut disisir ke belakang. Buat mereka percaya bahwa kau tak ingin ditangkap. Kau sedang berusaha bisa sampai di Denver. Oke"
Aku mengangguk. Perhatiannya teralih dariku. Dia mempelajari koridor ini, memiringkan kepalanya ke atas untuk memeriksa langit-langit. Deretan kamera sekuriti berjajar di koridor ini totalnya delapan masing-masing menghadap ke setiap pintu barak. Sebelum kami sepenuhnya berjalan di koridor itu, pemanduku mengeluarkan pisau saku dan menggunakannya untuk mencungkil salah satu kancing berkilauan di jaketnya. Kemudian,dia menopang tubuhnya menempel ke pintu, menekan masing-masing kakinya ke setiap sisi bingkai pintu dan melompat naik.
Aku kembali menatap koridor. Saat ini tidak ada tentara di sini, tapi bagaimana kalau tiba-tiba ada yang muncul" Bukan kejutan jika mereka menangkap-ku di sini (bagaimanapun, itulah tujuan kami), tapi bagaimana
Dia mencapai kamera sekuriti pertama, lalu menggunakan pisaunya untuk mengerik pembungkus karet yang melindungi kabel kamera. Ketika sedikit karet sudah berhasil terkikis dan memperlihatkan kabel-kabel di baliknya, dia melilitkannya ke jemari sampai sepanjang lengannya dan menekankan kancing logam ke kabel.
Muncul percik ledakan tanpa suara. Aku terkejut karena setiap kamera sekuriti di koridor ini langsung mati.
Bagaimana kau merusak semuanya hanya dengan satu " aku mulai berbisik.
Pemanduku melompat turun dan memberiku isyarat untuk bergerak cepat. Aku Hacker, dia balas berbisik sembari kami berlari. Aku pernah bekerja di pusat komando di sini. Aku mengatur ulang kabelnya sedikit agar rencana kita lancar. Dia tersenyum bangga, memperlihatkan gigi putih rapi. Tapi ini bukan apa-apa. Tunggu saja sampai kau mendengar apa yang telah kami lakukan terhadap Menara Gedung Parlemen Denver.
Mengesankan. Kalau Metias bergabung dengan Patriot, dia akan menjadi Hacker juga. Kalau dia masih hidup.
Kami berlari cepat menyusuri koridor itu sampai kami berhenti di depan salah satu pintu. Barak 4A. Di sini dia mengeluarkan sebuah kartu kunci dan menggeseknya di panel akses pintu. Terdengar bunyi klik dan pintunya terbuka sedikit di dalam, delapan baris loker dan ranjang tingkat berjajar dalam kegelapan.
Si Hacker menoleh padaku. Razor ingin kau menunggu di sini untuk memastikan tentara yang tepat menangkapmu. Sudah ada kelompok patroli tertentu dalam pikirannya.
Tentu saja. Sangat masuk akal. Pernyataan itu meyakinkanku bahwa Razor tidak ingin aku babak belur dengan membiarkan sembarang kelompok patroli Republik menangkapku.
Siapa " aku mulai bertanya, tapi dia menepuk pinggiran topi tentaranya sebelum aku selesai.
Kami akan terus mengawasi misimu dari kamera.
menyusuri koridor dan memutari sudut sehingga aku tak bisa melihatnya lagi.
Aku menghela napas panjang. Aku sendirian. Saatnya menunggu para tentara menangkapku.
Cepat-cepat aku masuk ke kamar barak itu dan menutup pintu. Di dalam sini sangat gelap tidak ada jendela, bahkan tak ada sepotong cahaya pun dari celah bawah pintu. Tempat yang jelas cukup dipercaya untukku bersembunyi. Aku tidak repot-repot melangkah lebih jauh ke dalam kamar; aku sudah tahu isinya: deretan ranjang tingkat dan kamar mandi bersama. Aku hanya lebih merapatkan diri ke dinding, tepat di sebelah pintu. Lebih baik tetap di sini.
Aku menggapai-gapai dalam kegelapan dan menemukan kenop pintu. Dengan menggunakan tangan untuk mengukur, kukira-kira seberapa jauh kenop itu dengan lantai (1,1 meter). Kemungkinan, jarak antara kenop dan bagian atas bingkai pintu juga segitu. Kuingatingat saat aku dan si Hacker masih berdiri di koridor luar. Kubayangkan berapa jarak antara bagian tepi bingkai pintu dan langit-langit. Harusnya lebih sedikit dari 0,6 meter.
Oke. Sekarang,semuadetailkusudahpadatempatnya. Aku kembali bersandar ke dinding, memejamkan mata, dan menunggu.
Dua belas menit berlalu. Kemudian, dari kejauhan koridor, kudengar suara gonggongan anjing.
Mataku membuka. Ollie. Aku akan mengenali gonggongan itu di mana pun anjingku masih hidup. Hidup, berkat sebuah keajaiban. Kegembiraan dan kebingungan melandaku. Sebenarnya apa yang terjadi di sini" Kudekatkan telingaku ke pintu, mendengarkan. Beberapa detik lagi berlalu dalam keheningan. Lalu, kudengar gonggongan itu lagi.
Anjing putihku ada di sini.
Sekarang, berbagai pikiran berlomba di benakku. Satusatunya alasan kenapa Ollie di sini adalah karena dia bersama sekelompok patroli kelompok patroli yang memburuku. Dan, hanya ada satu tentara yang akan
mengendusku: Thomas. Kata-kata si Hacker terngiang kembali. Razor ingin tentara yang tepat menangkapku. Sudah ada kelompok patroli tertentu dalam pikirannya.
Tentu saja kelompok patroli orang yang ada dalam pikiran Razor adalah Thomas.
Thomas pasti diperintahkan oleh Komandan Jameson untuk mengejarku. Dia menggunakan Ollie untuk membantu. Namun, dari semua kelompok patroli yang kuinginkan untuk menangkapku, Thomas ada di urutan terakhir. Tanganku mulai gemetar. Aku tak ingin melihat pembunuh kakakku lagi.
Gonggongan Ollie terus mengeras. Bersamanya terdengar langkah kaki dan suara-suara manusia. Kudengar suara Thomas di koridor luar, berteriak pada bawahannya. Aku menahan napas dan mengingatkan diri pada angkaangka yang sudah kuhitung.
Sekarang, mereka tepat berada di luar pintu. Sudah tidak ada suara, digantikan oleh bunyi-bunyi klik (pistol penuh peluru, kedengarannya semacam seri M. Senapan standar).
Kejadian berikutnya seperti terjadi dalam gerakan lambat. Pintu berderit membuka dan cahaya memenuhi kamar. Aku segera melompat. Diam-diam kuangkat sebelah kaki ke kenop saat pintunya berayun ke arahku. Ketika para tentara masuk ke kamar ini dengan senapan terangkat, aku menjulurkan tangan dan mencengkeram bagian atas bingkai pintu dengan memanfaatkan kenop sebagai pijakan. Kutarik tubuhku ke atas. Seperti kucing, aku bertengger di bagian atas pintu yang terbuka tanpa suara.
Mereka tidak melihatku. Kemungkinan mereka tidak bisa melihat apa pun, kecuali kegelapan di sini. Dalam sekejap kuhitung mereka semua. Thomas memimpin grup itu bersama Ollie di sisinya (aku kaget Thomas tidak mengangkat pistolnya), dan di belakangnya terdapat sekelompok pasukan yang terdiri dari empat serdadu. Lebih banyak tentara di luar kamar, tapi aku tak tahu ada berapa.
Dia di sini, salah satu dari mereka berkata, tangannya menekan telinga. Dia belum punya kesempatan untuk menyusup ke zeppelin mana pun. Komandan DeSoto baru
masuk ke sini. Thomas tidak berkata apa-apa. Kulihat dia mengamati kamar gelap ini, lalu pandangannya beralih ke pintu. Mata kami bertemu.
Aku melompat turun dan menjatuhkannya ke lantai. Dalam kemarahan buta sesaat, sebenarnya aku ingin mematahkan lehernya dengan tangan kosong. Pasti akan sangat mudah.
Para tentara yang lain berteriak sambil mengacungkan senapan, tapi di tengah kekacauan itu kudengar Thomas memekikkan perintah. Jangan tembak! Jangan tembak! Dia mencengkeram lenganku. Aku hampir berhasil melepaskan diri, berlari cepat melewati para tentara dan keluar dari pintu, tapi ada tentara yang mendorongku kembali. Mereka mengelilingiku sekarang, kelebatan seragam menarik lenganku dan menyeretku. Thomas terus berteriak pada anak buahnya agar berhati-hati.
Razor benar tentang Thomas. Dia ingin membiarkanku tetap hidup untuk Komandan Jameson.
Akhirnya, mereka memborgol tanganku dan mendorongku sangat keras sampai aku jatuh ke lantai dan tak bisa bergerak. Suara Thomas terdengar dari atas kepalaku. Senang melihatmu lagi, Miss Iparis. Suaranya bergetar. Kau ditangkap karena menyerang tentara Republik, menimbulkan gangguan di Aula Batalla, serta mengabaikan posisi militermu. Kau punya hak untuk tetap diam. Apa pun yang kau katakan bisa dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan hukum. Kuperhatikan dia tidak mengatakan apa pun tentang membantu seorang kriminalis. Dia masih tetap berpura-pura Republik telah mengeksekusi Day.
Mereka menarik kakiku dan menggiringku kembali ke koridor. Saat kami sudah berada di bawah cahaya matahari, lebih banyak tentara yang lewat berhenti untuk menonton. Anak buah Thomas mendorongku kasar ke tempat duduk belakang sebuah jip patroli yang sudah menunggu. Mereka merantai tanganku ke pintu jip dan mengunci lenganku dengan belenggu logam. Thomas duduk di sebelahku dan mengarahkan pistol ke kepalaku. Menggelikan. Jip itu
duduk di kursi depan jip mengawasiku dari spion tengah. Mereka bersikap seolah-olah aku ini semacam senjata yang lepas kendali dan mengenai itu, kurasa betul juga.
Seluruh ironi ini membuatku ingin tertawa. Day seorang tentara Republik yang sedang terbang bersama PR Dynasty, dan aku buronan Republik yang paling berharga. Kami telah bertukar tempat.
Thomas berusaha mengabaikanku sepanjang perjalanan, tapi mataku tak pernah meninggalkannya. Dia terlihat lelah, dengan bibir pucat dan lingkaran gelap mengelilingi matanya. Pangkal janggut membentuk titiktitik di dagunya, mengejutkan normalnya, Thomas takkan pernah menampakkan wajahnya tanpa dicukur bersih sempurna. Komandan Jameson pasti telah membuatnya letih karena dia membiarkanku kabur dari Aula Batalla. Mungkin mereka menginterogasinya terkait hal itu.
Menit-menit berlalu. Tak satu pun tentara-tentara itu bicara. Serdadu yang menyetir tetap mempertahankan pandangan ke jalan, dan yang bisa kami dengar hanyalah dengung mesin jip dan suara-suara teredam dari jalanan di luar. Aku bersumpah yang lain pasti bisa mendengar detak jantungku yang bertalu-talu. Dari sini aku bisa melihat jip satunya lagi di depan kami, dan melalui kaca belakangnya terkadang aku bisa melihat kilasan bulu putih yang membuatku luar biasa gembira. Ollie. Kuharap dia di jip yang sama denganku.
Akhirnya, aku menoleh pada Thomas. Terima kasih karena tidak menyakiti Ollie.
Aku tidak mengharapkannya menjawab. Kapten tidak bicara dengan kriminalis, dia pernah bilang. Tapi yang membuatku terkejut, dia membalas tatapanku. Sepertinya dia masih mau melanggar protokol untukku. Anjingmu telah membuktikan dirinya berguna.
Dia anjing Metias. Kemarahanku mulai bangkit lagi, tapi aku menahannya. Sia-sia saja marah pada sesuatu yang tak akan membantu rencanaku. Menarik sekali melihat dia menjaga Ollie tetap hidup dia bisa memburuku tanpanya. Ollie bukan anjing polisi dan tidak pernah dilatih mengendus target. Dia tidak akan menolong saat mereka
hanya berguna dalam jarak yang sangat dekat. Itu berarti Thomas membiarkannya hidup untuk alasan-alasan lain. Karena dia peduli padaku" Atau & mungkin dia masih peduli pada Metias. Pikiran itu membuatku heran.
Mata Thomas mengerjap, lalu tatapannya beralih ketika aku tidak menyahut. Setelah itu, ada keheningan panjang lagi.
Ke mana kau membawaku"
Kau akan ditahan di Lembaga Pemasyarakatan sampai kau selesai diinterogasi, lalu pengadilan akan memutuskan ke mana kau selanjutnya.
Saatnya melakukan rencana Razor. Setelah interogasiku, bisa kujamin pengadilan akan mengirimku ke Denver.
Salah satu penjaga yang duduk di depan menyipitkan mata ke arahku, tapi Thomas mengangkat sebelah tangan. Biarkan dia bicara, katanya. Yang penting kita mengantarnya tanpa terluka. Kemudian,dia menatapku sejenak. Dia terlihat lebih kurus dibanding saat terakhir kali aku melihatnya bahkan rambutnya, yang disisir rapi ke satu sisi, tidak mengilap dan layu. Dan kenapa begitu"
Aku punya informasi yang mungkin akan sangat menarik bagi Elector.
Mulut Thomas berkedut dia gatal ingin menanyaiku sekarang, ingin mengungkap rahasia apa pun yang mungkin kusembunyikan. Tapi itu di luar protokol, dan dia sudah melanggar cukup banyak peraturan karena bercakap-cakap denganku. Tampaknya dia memutuskan untuk tidak menekanku lebih jauh. Akan kita lihat apa yang bisa kami dapatkan darimu.
Kemudian, kusadari bahwa agak aneh mereka mengirimku ke lapas Vegas. Seharusnya aku diinterogasi dan diadili di negara bagian tempatku berasal. Kenapa aku ditahan di sini" tanyaku. Bukankah mestinya aku dalam perjalanan ke Los Angeles"
Sekarang, Thomas menjaga pandangannya tetap ke depan. Karantina, sahutnya. Dahiku berkerut. Apa, sekarang karantinanya menyebar ke Batalla juga" Jawabannya membuat punggungku terasa dingin. Los
Lembaga Pemasyarakatan. Ruang 416 (1,9 x 1,1 meter persegi).
Pukul 22.24; hari yang sama dengan penangkapanku. Aku duduk beberapa meter jauhnya dari Thomas. Hanya sebuah meja tipis yang memisahkan kami yah, kalau aku tidak menghitung tentara-tentara yang berdiri menjaga di sampingnya.Mereka bergerak tak nyaman setiap kali mataku menatap mereka. Aku membungkuk sedikit di kursiku untuk melawan rasa lelah, lalu menggoyangkan rantai yang mengikat lenganku di belakang punggung.Pikiranku mulai berkelana aku terus teringat apa yang Thomas katakan tentang Los Angeles dan karantinanya. Tidak ada waktu untuk terus memikirkan itu sekarang,kataku pada diri sendiri, tapi pikiran itu tidak mau pergi. Kucoba membayangkan Universitas Drake diberi tanda wabah, jalanan sektor Ruby penuh dengan patroli wabah. Bagaimana mungkin" Bagaimana bisa seluruh kota dalam karantina"
Kami telah berada di ruangan ini selama enam jam, dan Thomas tidak mencapai kemajuan apa pun denganku. Jawaban-jawabanku atas pertanyaan-pertanyaannya membawa kami berputar-putar, dan aku melakukan itu dengan cara yang sangat halus sehingga dia tidak sadar aku telah memanipulasi percakapan sampai dia membuangbuang satu jam lagi. Dia berusaha mengancam untuk membunuh Ollie. Yang kubalas dengan ancaman untuk membawa informasi yang kupunya ke liang kubur. Dia berusaha mengancam-ku. Yang kubalas dengan mengingatkannya tentang membawa-informasi-ke-liangkubur. Dia bahkan mencoba beberapa permainan pikiran yang tak satu pun berjalan lancar. Aku hanya terus menanyainya kenapa Los Angeles dikarantina. Aku telah mendapat didikan tentang taktik interogasi sebanyak dia, dan itu menjadi senjata makan tuan baginya. Dia belum menyiksaku secara fisik seperti yang dia lakukan pada Day. (Ini adalah detail lain yang menarik. Tak peduli seberapa besar perhatian Thomas padaku jika atasannya menyuruh untuk menggunakan kekerasan fisik, dia akan melakukannya. Karena dia belum melukaiku, berarti
itu. Aneh.) Meski demikian, sepertinya kesabarannya terhadapku mulai menipis.
Beri tahu aku, Miss Iparis, katanya setelah hening sejenak. Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna darimu"
Kujaga agar wajahku tetap tanpa ekspresi. Sudah kubilang tadi. Aku akan memberimu jawaban untuk sebuah permintaan. Aku punya informasi untuk Elector.
Kau tidak dalam posisi untuk menawar. Dan kau tidak bisa terus seperti ini. Thomas menyandarkan punggung ke kursi, dahinya berkerut. Cahaya lampu berkilauan menghasilkan bayangan panjang di bawah matanya. Kontras dengan dinding putih polos ruangan ini (di samping dua bendera Republik dan potret Elector), Thomas tampak menonjol muram dalam seragam kaptennya yang berwarna hitam dan merah. Dulu Metias memakai seragam seperti itu. Aku tahu Day hidup, dan kau tahu bagaimana kami bisa menemukannya. Kau akan bicara setelah beberapa hari tanpa makan minum.
Jangan menduga-duga apa yang akan dan tidak akan kulakukan, Thomas, sahutku. Mengenai Day, kurasa jawabannya sudah jelas. Kalau dia masih hidup, dia akan pergi menyelamatkan adiknya. Orang bodoh mana pun bisa menebak itu.
Thomas berusaha mengabaikan kata-kataku yang menusuk, tapi aku bisa melihat kekesalan di wajahnya. Kalau dia masih hidup, dia takkan pernah menemukan adiknya. Lokasinya rahasia. Aku tak perlu tahu ke mana Day ingin pergi. Aku perlu tahu di mana dia sekarang.
Tidak ada bedanya. Bagaimanapun, kau takkan pernah menangkapnya. Dia tidak akan tertipu dua kali oleh trik yang sama.
Thomas melipat lengan. Apa benar baru beberapa minggu lalu kami berdua duduk bersama, makan malam di kafe Los Angeles" Pikiran tentang LA membawaku kembali ke berita karantina. Kubayangkan kafe itu kosong, dipenuhi pemberitahuan tentang karantina.
Miss Iparis, kata Thomas, menekankan telapak
Kau bisa tetap mengejek dan menggeleng sampai kau pingsan kelelahan. Aku tak ingin melukaimu. Kau punya kesempatan untuk menebus dosamu pada Republik. Di samping segala hal yang telah kau lakukan, atasanku bilang mereka masih menganggapmu sangat berharga.
Jadi, Komandan Jameson memang terlibat untuk memastikan diriku tidak dilukai selama interogasi. Baik sekali, sahutku, membiarkan kesinisan tersirat dalam katakataku. Aku lebih beruntung dari Metias.
Thomas mengeluh, menundukkan kepala, dan meremas ujung hidungnya frustrasi. Dia duduk dalam posisi begitu selama beberapa saat. Kemudian, dia memberi isyarat pada tentara yang lain. Semua keluar, bentaknya.
Ketika para tentara itu sudah meninggalkan kami sendiri, dia kembali menatapku dan mencondongkan tubuh untuk menumpukan lengannya di meja. Aku menyesal karena kau harus berada di sini, katanya perlahan. Kuharap kau mengerti, Miss Iparis, bahwa aku terikat kewajibanku untuk melakukan ini.
Mana Komandan Jameson" sahutku. Dia yang mengendalikanmu, kan" Kupikir dia akan datang menginterogasiku juga.
Thomas tidak gentar dengan ejekanku. Saat ini beliau sedang mengontrol Los Angeles, mengatur karantina dan melaporkan situasi pada Kongres. Dengan segala hormat, dunia ini tidak hanya berputar di sekitarmu.
Mengontrol Los Angeles. Kata-kata itu membuatku merasa dingin. Apa sekarang wabahnya seburuk itu" Kuputuskan untuk bertanya lagi. Tatapan mataku tertuju lekat pada wajah Thomas. Apa LA dikarantina karena ada yang sakit"
Dia menggeleng. Rahasia.
Kapan karantinanya dicabut" Apa semua sektor dikarantina"
Berhenti bertanya. Sudah kubilang, seluruh kota dikarantina. Bahkan,jika aku tahu kapan karantinanya dicabut, aku tetap tak punya alasan untuk memberitahumu.
Dari ekspresinya, aku langsung tahu bahwa yang
memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi di sana, jadi aku tak tahu apa-apa. Kenapa Komandan Jameson perlu membiarkan Thomas tidak tahu"
Apa yang terjadi di kota" aku menekan, berharap dapat mengorek lebih dalam darinya.
Itu tidak ada hubungannya dengan interogasimu, sahut Thomas, mengetukkan jarinya tidak sabar di lengannya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan Los Angeles lagi, Miss Iparis.
Los Angeles kampung halamanku, sahutku. Aku tumbuh besar di sana. Metias tewas di sana. Tentu saja aku khawatir.
Thomas diam saja. Tangannya terangkat untuk mendorong rambut gelapnya ke belakang, dan matanya mengawasiku. Menit-menit berlalu. Jadi begitu, akhirnya dia berbisik. Aku bertanya-tanya apakah dia mengatakan ini karena dia juga lelah setelah enam jam berada di ruangan ini. Miss Iparis, apa yang terjadi pada kakakmu
Aku tahu apa yang terjadi, selaku. Suaraku bergetar karena kemarahan yang timbul. Kau membunuhnya. Kau menjualnya pada negara. Kata-kata itu sangat menyakitkan sampai aku hampir tidak mampu mengucapkannya.
Ekspresinya goyah. Dia terbatuk dan duduk lebih tegak di kursinya. Perintah itu datang langsung dari Komandan Jameson, dan hal terakhir yang akan kulakukan adalah tidak mematuhi perintah langsung dari beliau. Kau kenal peraturan ini sebaik aku meski harus kuakui kau tak pernah cukup baik dalam menaatinya.
Apa" Jadi,kau bersedia menangani Metias begitu saja, hanya karena dia menemukan fakta tentang bagaimana orangtua kami meninggal" Dia temanmu, Thomas. Kau tumbuh bersamanya. Komandan Jameson tidak akan mau bicara denganmu kau tidak akan duduk di seberang meja ini sekarang kalau Metias tidak merekomendasikanmu ke kelompok patrolinya. Atau kau sudah lupa itu" suaraku meninggi. Kau tidak bisa sedikit saja membahayakan keselamatanmu untuk menolongnya"
Komandan Jameson tidak untuk dipertanyakan. Apa kau tidak mengerti" Beliau tahu Metias membobol basis data orang-orang yang sudah meninggal, juga sederet panjang lain katalog-katalog pemerintah yang sangat dilindungi. Kakakmu melanggar hukum, berkali-kali. Komandan Jameson tidak bisa terima kapten yang sangat dihormati dalam kelompok patrolinya melakukan kejahatan tepat di bawah hidungnya.
Prodigy Karya Marie Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku menyipitkan mata. Dan karena itulah kau membunuhnya di gang gelap itu, lalu menjebak Day" Karena kau dengan senangnya mengikuti perintah komandanmu untuk melakukan hal mengerikan itu"
Thomas menggebrak meja cukup keras sampai membuatku terlonjak. Itu perintah yang ditandatangani pemerintah California, teriaknya. Kau mengerti apa yang kukatakan" Aku tak punya pilihan yang lebih baik. Kemudian, matanya membesar dia tidak menduga katakata itu akan keluar, tidak dengan cara begitu. Kata-kata itu juga membuatku terguncang. Dia terus bicara, kali ini dalam tempo yang lebih cepat. Tampaknya dia bertekad untuk menghapus kata-kata tadi. Ada kilatan cahaya aneh di matanya, sesuatu yang tak bisa kugambarkan dengan tepat. Apa itu"
Aku tentara Republik. Waktu bergabung dengan militer, aku bersumpah untuk mematuhi semua perintah atasanku apa pun risikonya. Metias juga bersumpah begitu, tapi dia melanggarnya.
Ada sesuatu yang aneh dengan caranya merujuk pada Metias, suatu emosi tersembunyi yang membingungkanku.
Pemerintah sudah hancur. Aku menghela napas panjang. Dan,kau pengecut karena menyerahkan Metias dalam kekuasaan mereka.
Aku teringat kakakku lagi. Kali ini yang berputarputar di kepalaku adalah tahun-tahun yang dia habiskan bersama Thomas. Metias sudah mengenal Thomas sejak mereka masih kecil, jauh sebelum aku lahir. Kapan pun ayah Thomas, tukang bersih-bersih di apartemen kami, membawa Thomas untuk menemaninya bekerja, Thomas
Thomas usai. Video game tentara. Pistol mainan. Setelah kubayangkan itu, aku teringat percakapan-percakapan mereka di ruang tamu kami, dan seberapa sering mereka menghabiskan waktu bersama. Aku ingat skor Ujian Thomas: 1365. Sangat bagus untuk anak dari sektor kumuh, tapi rata-rata saja untuk anak-anak sektor Ruby. Metias adalah yang pertama membangkitkan ketertarikan penuh semangat Thomas untuk menjadi tentara. Dia menghabiskan seluruh siang untuk mengajari Thomas semua yang dia tahu. Thomas takkan pernah berhasil masuk Universitas Highland di sektor Emerald tanpa bantuan kakakku.
Napasku berubah dangkal ketika kusadari sesuatu terasa cocok. Aku ingat cara Metias berlama-lama menatap Thomas dalam sesi latihan mereka. Aku selalu mengira itu cuma cara kakakku untuk mempelajari postur dan ketepatan hasil latihan Thomas. Aku ingat betapa sabar dan lembutnya Metias saat menjelaskan berbagai hal. Caranya menyentuh bahu Thomas. Malam ketika aku makan edame 4 di kafe itu bersama Thomas dan Metias, ketika pertama kali Metias berhenti menjadi bawahan Chian. Cara tangan Metias yang terkadang memegangi lengan Thomas lebih lama dari seharusnya. Obrolanku dengan kakakku saat dia merawatku pada hari pelantikannya. Bagaimana dia tertawa. Aku tidak butuh pacar. Aku punya adik perempuan yang harus kuurus. Dan itu benar. Dia pernah berkencan dengan beberapa gadis saat masih kuliah, tapi tak pernah lebih dari seminggu, dan selalu dengan ketidaktertarikan yang sopan.
Sangat jelas. Bagaimana mungkin aku tidak melihat ini sebelumnya"
Tentu saja Metias tidak pernah mengatakan ini padaku. Hubungan antara atasan dan bawahan sangat dilarang. Akan dihukum keras. Metias-lah yang merekomendasikan Thomas untuk masuk kelompok patroli Komandan Jameson & . Dia pasti melakukannya demi Thomas, meskipun dia tahu bahwa hal itu berarti kesempatan untuk sebuah hubungan menjadi tidak mungkin.
Semua itu melintas cepat di pikiranku dalam sekejap. Metias mencintaimu, bisikku.
Thomas tidak menyahut. Jadi" Apa itu benar" Kau pasti tahu.
Thomas masih tidak menjawab. Alih-alih demikian, dia menumpukan kepalanya di tangan dan mengulangi, Aku sudah bersumpah.
Tunggu sebentar. Aku tidak mengerti. Aku bersandar lagi di kursiku dan menghela napas panjang. Pikiranku sekarang kacau, jungkir balik. Diamnya Thomas menceritakan lebih banyak hal dari apa pun yang dikatakannya keras-keras.
Metias mencintaimu, ujarku perlahan. Kata-kataku bergetar. Dan melakukan begitu banyak hal untukmu. Tapi kau masih mengkhianatinya" Kugelengkan kepala tak percaya. Bagaimana bisa"
Thomas mengangkat kepala dari tangannya. Sekilas kebingungan mewarnai wajahnya. Aku tak pernah melaporkan dia.
Kami bertatapan lama. Akhirnya, sambil menggertakkan gigi aku berkata, Ceritakan apa yang terjadi, kalau begitu.
Thomas memandang hampa ke atas. Admin sekuriti menemukan jejak yang Metias tinggalkan ketika dia membobol lubang keamanan sistem, sahutnya. Menuju basis data penduduk sipil yang sudah meninggal. Awalnya admin itu melaporkannya padaku, dengan pemahaman bahwa aku akan meneruskan pesan itu ke Komandan Jameson. Aku selalu memperingatkan Metias tentang hacking. Kau sudah terlalu banyak membobol rahasia Republik. Pada akhirnya kau akan tamat. Tetaplah setia. Tapi dia tak pernah mendengarkan. Tak satu pun dari kalian melakukannya.
Jadi kau menyimpan rahasianya"
Thomas kembali menjatuhkan kepalanya ke tangan. Mulanya aku mengonfrontasi Metias tentang hal itu. Dia mengakuinya padaku. Aku berjanji padanya tidak akan
Aku tak pernah menyimpan rahasia dari Komandan Jameson. Dia berhenti sejenak. Ternyata diamku itu tidak membuat perbedaan. Admin sekuriti memutuskan untuk meneruskan pesan itu langsung ke Komandan Jameson. Itulah bagaimana beliau tahu. Lalu, beliau menugaskanku untuk mengurus Metias.
Aku mendengarkan dalam diam, terguncang. Thomas tak pernah ingin membunuh Metias. Kucoba membayangkan skenario yang tak sanggup kuterima. Mungkin Thomas berusaha membujuk Komandan Jameson untuk memberi misi itu ke orang lain. Tapi dia menolak, dan akhirnya Thomas memilih untuk melakukannya.
Aku bertanya-tanyaapakah Metias pernah menunjukkan ketertarikannya, dan bagaimana respons Thomas. Karena mengenal Thomas, aku meragukannya. Apa dia balas mencintai Metias" Dia telah mencoba menciumku pada malam setelah perayaan penangkapan Day.
Pesta perayaan itu, renungku, kali ini mengucapkannya keras-keras. Aku tak perlu menjelaskan malam yang dimaksud karena Thomas pasti tahu apa yang kubicarakan. Waktu kau mencoba & .
Aku terus memandanginya saat Thomas menatap lantai, ekspresinya berubah-ubah antara kehampaan dan rasa sakit. Akhirnya, dia mengusap rambutnya dengan sebelah tangan dan menggumam, Aku berlutut di samping Metias dan menyaksikannya mati. Tanganku di pisau itu. Dia & .
Aku menunggu, pusing mendengar kata-katanya. Dia berpesan padaku untuk tidak melukaimu, lanjut Thomas. Kata-kata terakhirnya adalah tentang kau. Entahlah. Saat eksekusi Day, aku berusaha mencari cara untuk mencegah Komandan Jameson menangkapmu. Tapi, kau membuatnya sangat sulit bagi orang-orang yang ingin melindungimu, June. Kau melanggar sangat banyak peraturan. Seperti Metias. Malam itu di pesta saat aku menatap wajahmu Suaranya pecah. Kupikir aku bisa
membuatmu berada di dekatku, dengan mendapatkan hatimu. Entahlah, ulangnya pahit. Bahkan, Metias kesulitan mengawasimu. Kesempatan apa yang kupunya untuk membuatmu tetap aman"
Malam eksekusi Day. Apa Thomas berusaha menolongku saat dia menemaniku ke tempat penyimpanan bom di bawah tanah" Bagaimana kalau Komandan Jameson sudah bersiap menangkapku, dan Thomas berusaha mencapaiku lebih dulu" Untuk apa, menolongku kabur" Aku tidak mengerti.
Aku peduli pada Metias, kau tahu, katanya saat melihatku diam. Dia berpura-pura terdengar gagah, semacam profesionalisme palsu. Tetap saja, aku menangkap sedikit nada sedih. Tapi aku juga tentara Republik. Aku melakukan apa yang harus kulakukan.
Kudorong meja ke pinggir dan kuterjang dia walaupun aku tahu aku dirantai di kursiku. Thomas melompat ke belakang. Aku tersandung dalam posisiku yang terkekang, jatuh berlutut, lalu kucengkeram kakinya. Untuk segalanya. Kau gila. Kau sangat sinting. Aku ingin membunuhnya. Aku tak pernah sangat menginginkan sesuatu seperti ini seumur hidupku.
Tidak, itu tidak benar. Aku ingin Metias hidup lagi. Para penjaga di luar pasti mendengar keributan ini karena mereka berhamburan masuk. Sebelum sadar, aku sudah diringkus beberapa tentara, dibelenggu dengan beberapa borgol tambahan, lalu dilepaskan dari kursiku. Mereka menyeretku. Aku menendang-nendang marah, mendaftar dalam kepalaku setiap serangan yang kupelajari di sekolah, dengan histeris berusaha membebaskan diri. Thomas sangat dekat. Dia hanya beberapa meter di depan.
Thomas hanya menatapku. Kedua tangannya menjuntai sampai pinggang. Itu cara terbaik baginya untuk pergi, serunya. Muak rasanya karena aku tahu dia benar. Metias pasti akan disiksa sampai mati kalau Thomas tidak membawanya ke gang itu. Tapi aku tak peduli. Aku buta, dibanjiri oleh kemarahan dan kebingungan. Bagaimana Thomas bisa melakukannya pada seseorang yang dia cintai" Bagaimana dia bisa berusaha membenarkan
Setelah kematian Metias, pada malam-malam ketika Thomas duduk sendirian di rumah, pernahkah dia meluruhkan topengnya" Pernahkah dia menanggalkan identitasnya sebagai tentara dan membiarkan sisi dirinya sebagai warga sipil berduka"
Aku diseret keluar ruangan dan kembali ke koridor. Tanganku gemetar kucoba memantapkan napasku, menenangkan debaran jantungku, menyimpan kembali Metias di sudut aman pikiranku. Sebagian kecil diriku berharap aku salah tentang Thomas. Bahwa dia bukan orang yang membunuh kakakku.
Pagi berikutnya, seluruh jejak emosi telah hilang dari wajah Thomas. Dia memberitahuku bahwa pengadilan Denver telah mendengar permintaanku untuk Elector dan telah memutuskan untuk mentransferku ke Penjara Colorado.
Aku berangkat ke ibu kota.[]
K AMI TIBA DI LAMAR , C OLORADO , pada pagi yang
dingin dan hujan, tepat sesuai jadwal. Razor pergi dengan skuadronnya. Kaede dan aku menunggu di lorong tangga gelap yang ada di luar pintu belakang kantor Razor sampai suara-suara di luar telah berkurang dan sebagian besar kru zeppelin sudah pergi. Kali ini tidak ada penjaga memeriksa sidik jari atau identitas, jadi kami bisa langsung mengikuti tentara terakhir keluar pesawat. Kami membaur cepat dengan pasukan-pasukan lain yang benar-benar ada di sini, siap berperang untuk Republik.
Lapisan hujan es berjatuhan ke basis pendaratan saat kami melangkah keluar dari dermaga piramida menuju cuaca kelabu pekat di tempat ini. Langit sepenuhnya diselimuti awan badai yang bergulunggulung. Dermagadermaga pendaratan berjajar di sisi
yang tak enak dilihat membentang di satu arah, licin dan mengilap karena hujan. Udaranya terasa pengap dan basah. Jip-jip penuh tentara melaju bolak-balik, mencipratkan lumpur dan kerikil ke trotoar. Wajah semua tentara di sini dicat belang hitam, lebarnya melintasi mata dari satu telinga ke telinga lain. Pasti semacam gaya gila di medan perang.
Bagian lain kota ini tampak di depan kami bangunanbangunan pencakar langit yang kemungkinan digunakan sebagai barak tentara, beberapa di antaranya masih baru dengan sisi-sisi halus dan jendela kaca berwarna. Sementara yang lainnya bopeng dan bobrok seakan mereka berdiet, hanya diberi makan granat secara teratur. Ada pula yang berdebu dan hancur. Dindingnya tinggal satu, mengarah ke atas layaknya monumen rusak. Di sini tidak ada bangunan berteras, tidak pula halaman berumput yang dipenuhi sekawanan ternak.
Kami berlari cepat menyusuri jalan dengan kerah jaket kaku kami ditinggikan. Usaha menyedihkan untuk melindungi diri dari hujan. Tempat ini sudah dibom, ya" bisikku pada Kaede. Gigiku gemeletuk pada setiap kata.
Kaede membuka mulutnya pura-pura terkejut. Wow. Gila. Kau genius, tahu"
Aku tidak mengerti. Kupelajari bangunanbangunan bobrok yang menjadi titik-titik di cakrawala. Kenapa di sini terlihat kacau gara-gara perang" Bukankah pertempuran yang sebenarnya terjadi jauh dari sini"
Kaede mencondongkan tubuh sehingga tentaratentara lain di jalan tidak mendengar kami. Koloni telah masuk ke bagian perbatasan ini sejak umurku, berapa ya, tujuh belas" Pokoknya sudah bertahun-tahun. Mungkin mereka juga sudah menguasai ratusan mil dari apa yang Republik klaim sebagai garis batas Colorado.
Setelah sekian tahun terus-menerus mendengar siraman propaganda Republik, rasanya mengejutkan saat seseorang mengatakan yang sebenarnya. Apa
suara rendah. Sekarang ini mereka sudah menang untuk beberapa waktu. Aku yang pertama mengatakannya padamu, ya. Tunggu beberapa tahun lagi, Nak, dan Koloni akan berada tepat di halaman belakang rumahmu. Dia terdengar agak jijik. Mungkin masih ada sisa-sisa kemarahannya pada Koloni. Lakukan apa yang ingin kau lakukan, bisiknya. Aku di sini cuma demi uang.
Aku diam saja. Koloni akan menjadi Amerika Serikat yang baru. Mungkinkah hal itu akhirnya benar-benar terjadi" Mungkinkah perang ini berakhir" Kucoba membayangkan dunia tanpa Republik tanpa Elector, Ujian, wabah. Koloni sebagai pemenang. Ya ampun, terlalu indah untuk dibayangkan. Dan dengan rencana pembunuhan Elector, mungkin hal itu akan lebih cepat terwujud. Aku berusaha memaksa Kaede bercerita lebih banyak, tapi Kaede menyuruhku diam sebelum aku mulai. Pada akhirnya, kami berjalan dalam diam.
Beberapa blok kemudian, kami berbelok dan mengikuti dua baris jalur rel kereta yang terasa seperti bermil-mil. Akhirnya, kami berhenti ketika tiba di sudut jalan yang jauh dari barak-barak, gelap karena tertutupi bayang-bayang bangunan rusak di sepanjang pinggirnya. Di sana-sini banyak serdadu berjalan sendirian.
Sekarang ini perang sedang dalam masa tenang, bisik Kaede seraya menatap rel. Sudah beberapa hari. Tapi pasti akan segera mulai lagi. Kau akan sangat bersyukur berada bersama kami; tidak satu pun dari tentara-tentara Republik ini akan memiliki tempat persembunyian mewah di bawah tanah ketika bom mulai berjatuhan.
Bawah tanah" Tapi, perhatian Kaede tertuju pada seorang serdadu yang berjalan tepat ke arah kami di sepanjang salah satu sisi jalur rel. Aku mengerjapkan air dari mataku, berusaha melihat serdadu itu lebih baik. Pakaiannya sama dengan kami: jaket taruna basah dengan kain penutup diagonal menyelimuti bagian
gelapnya licin di balik tirai hujan yang turun, dan rambut keriting pendeknya diperban ke kepala. Napasnya berupa asap putih. Saat dia mendekat, bisa kulihat matanya kelabu pucat, menampakkan keheranan.
Dia berjalan melewati kami tanpa menyapa, tapi dia memberi Kaede isyarat yang sangat tak kentara: dua jari tangan kanannya membentuk huruf V.
Kami melintasi jalur ini dan meneruskan sampai beberapa blok lagi. Di sini bangunan-bangunannya padat berdekatan dan jalanannya sangat sempit sehingga hanya dua orang yang muat di sini sekali jalan. Pasti dulunya ini daerah tempat tinggal warga sipil. Banyak jendela tertutup dan beberapa lainnya dilapisi kain compang-camping. Kulihat beberapa bayangan orang di dalamnya, diterangi cahaya lilin yang bergoyanggoyang. Siapa pun yang bukan tentara di kota ini tentunya melakukan apa yang dulu ayahku lakukan memasak, bersih-bersih, dan merawat para tentara. Ayah pasti juga tinggal dalam kemelaratan seperti ini setiap dia pergi ke medan perang untuk melakukan tugasnya.
Kaede membuyarkanku dari lamunan dengan menarikku kasar ke salah satu gang sempit yang gelap. Bergerak cepat, bisiknya.
Kau tahu kan, kau sedang bicara dengan siapa" Dia mengabaikanku, berlutut di samping salah satu dinding di mana terdapat jeruji logam di tanah. Kemudian, dengan lengannya yang sehat dia mengeluarkan suatu alat hitam kecil. Dengan cepat digerakkannya alat itu di sepanjang pinggiran jeruji. Satu detik berlalu. Jeruji itu terlepas dari engselnya, terangkat dari tanah dan bergeser membuka tanpa suara, memperlihatkan lubang hitam. Kusadari bahwa logamnya sengaja didesain usang dan kotor, tapi lubanginitelahdimodifikasimenjadipintumasukrahasia.Kaede membungkuk dan melompat masuk ke lubang. Aku menyusul. Sepatu botku menjejak ke air dangkal, dan jeruji di atas kami kembali bergeser menutup.
Kaede mencengkeram tanganku dan memimpinku melewati sebuah terowongan. Baunya pengap di sini,
sedingin es menetes dari langit-langit, jatuh ke rambutku yang basah. Kami hanya berjalan beberapa meter sebelum berbelok tajam, membiarkan kegelapan menelan kami seutuhnya.
Dulu ada bermil-mil terowongan seperti ini di setiap kota medan perang, bisik Kaede dalam keheningan.
Oh, ya" Untuk apa"
Menurut rumor yang beredar, terowonganterowongan tua ini digunakan oleh penduduk timur Amerika yang berusaha menyelinap ke barat untuk menghindari banjir. Bahkan, mereka bisa kembali sebelum perang dimulai. Jadi, setiap terowongan ini menuju tepat ke bawah barikade medan perang antara Republik dan Koloni. Dengan tangannya, Kaede memberi isyarat untuk bergeser, yang hampir tidak bisa kulihat dalam kegelapan. Setelah perang dimulai, masing-masing negara mulai menggunakan terowonganterowongan ini untuk menyerang, jadi Republik menghancurkan semua pintu masuk di perbatasan mereka dan Koloni melakukan hal yang sama di ujung lain. Diamdiam Patriot berhasil menggali dan membangun ulang lima terowongan. Kita akan menggunakan terowongan Lamar ini dia berhenti untuk menatap langit-langit yang terus meneteskan air dan yang satunya di Pierra. Kota dekat sini.
Kucoba membayangkan seperti apa dulu itu, ketika tak ada Republik maupun Koloni. Hanya ada satu negara di tengah Amerika Utara. Dan tak ada yang tahu terowongan ini di sini"
Kaede mendengus. Kau pikir kami akan menggunakannya kalau Republik tahu" Bahkan Koloni tidak tahu. Tapi, terowongan ini sangat berguna untuk misi-misi Patriot.
Kalau begitu, Koloni mensponsori kalian, ya" Kaede tersenyum kecil mendengarnya. Siapa lagi yang bisa memberi kami cukup uang untuk membiayai terowongan seperti ini" Aku belum pernah bertemu sponsor kami di sana Razor yang menangani itu. Tapi
pekerjaan kami. Kami berjalan sejenak tanpa bicara. Mataku telah cukup terbiasa dengan kegelapan sehingga aku bisa melihat kerak berkarat di sisi terowongan.
Kau senang mereka menang" tanyaku setelah beberapa menit. Semoga dia mau bicara tentang Koloni lagi. Maksudku, mereka kan hampir menendangmu dari negara mereka. Kenapa awalnya kau pergi"
Kaede tertawa pahit. Suara sepatu bot kami memercikkan air menggema di terowongan. Yeah, kurasa aku senang, katanya. Pilihan lain apa" Melihat Republik menang" Katakan, mana yang lebih baik" Tapi, kau tumbuh besar di Republik. Entah apa yang kau pikirkan tentang Koloni. Mungkin kau pikir tempat itu surga.
Ada alasan kenapa aku tidak boleh berpikir begitu" sahutku. Dulu ayahku sering bercerita tentang Koloni. Dia bilang, listrik sepenuhnya menyala di kotakota di sana.
Ayahmu bekerja untuk gerakan perlawanan atau apa"
Aku tak yakin. Dia tak pernah mengatakannya keraskeras. Tapi, seluruh keluargaku mengira dia pasti melakukan sesuatu di belakang Republik. Dia membawa pulang & perhiasan kecil yang berhubungan dengan Amerika Serikat. Benda-benda yang terlalu aneh untuk dimiliki orang biasa. Dia akan bicara tentang membawa kami pergi dari Republik suatu hari nanti. Aku berhenti di situ, sejenak tersesat dalam kenangan lama. Kalung bandulku terasa berat di sekeliling leher. Sepertinya aku tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya dia lakukan.
Kaede mengangguk. Yah, aku tumbuh besar di salah satu garis pantai timur Koloni yang berbatasan dengan Atlantik Utara. Sudah bertahun-tahun aku tidak pulang aku yakin sekarang airnya sudah mencapai setidaknya belasan meter ke daerah pedalaman. Nah, lalu aku masuk ke salah satu Akademi Zeppelin dan menjadi salah satu calon pilot papan atas.
mereka memilih siapa-siapa saja yang boleh masuk sekolah" Aku bertanya-tanya. Bagaimana caranya"
Membunuh seseorang, sahut Kaede. Dia mengatakannya seolah hal itu adalah hal paling alami di dunia. Dalam kegelapan, dia bergeser mendekatiku dan tanpa ragu menatap wajahku tajam. Apa" Hei, jangan melihatku begitu itu kecelakaan. Pemuda itu iri karena komandan penerbangan kami sangat menyukaiku, jadi dia berusaha mendorongku jatuh dari tepi zeppelin. Sebelah mataku terluka dalam pergulatan itu. Kutemui dia di ruang lokernya dan kubuat dia pingsan. Dia mengeluarkan suara jijik. Ternyata aku terlalu keras memukul kepalanya, dan dia tak pernah sadar lagi. Sponsorku mencabut bantuannya setelah insiden kecil itu menodai reputasiku di korps bukan karena aku membunuh pemuda itu. Siapa yang menginginkan pegawai seorang pilot tempur dengan penglihatan buruk, bahkan setelah operasi" Dia berhenti berjalan dan menunjuk mata kanannya. Aku terluka parah dan hargaku jatuh di mata orang-orang. Lalu, Akademi itu memecatku setelah sponsorku melepaskanku. Memalukan, jujur saja. Aku kehilangan tahun terakhir pelatihanku gara-gara si Keparat itu.
Aku tidak mengerti beberapa istilah yang Kaede gunakan korps, pegawai tapi kuputuskan untuk menanyainya lain kali. Aku yakin, perlahan-lahan aku akan mendapatkan lebih banyak informasi tentang Koloni darinya. Sekarang, aku masih ingin tahu lebih jauh tentang orang-orang yang
kuberi jasaku ini. Lalu kau bergabung dengan Patriot"
Dia menjentikkan tangan tak acuh dan meregangkan lengannya ke depan. Aku teringat betapa tinggi tubuh Kaede, betapa bahunya sejajar dengan bahuku.
Fakta yang penting adalah, Razor membayarku. Bahkan, terkadang aku boleh terbang. Tapi, aku di sini untuk uang, Nak, dan selama aku mendapatkannya,
menyatukan kembali Amerika Serikat. Kalau itu berarti membiarkan Republik jatuh, baiklah. Atau kalau itu berarti Koloni mengambil alih, oke. Selesaikan perang ini, juga perihal Amerika Serikat itu. Buat orang-orang hidup normal lagi. Itulah yang kupedulikan.
Mau tak mau aku merasa agak geli. Meskipun Kaede berusaha terlihat netral, bisa kukatakan dia bangga menjadi seorang Patriot. Yah, tampaknya Tess cukup menyukaimu, sahutku. Jadi, kupikir katakatamu itu pasti benar.
Kaede tertawa tulus. Harus kuakui, dia memang manis. Aku senang aku tidak membunuhnya dalam pertarungan Skiz itu. Kau lihat tak ada satu Patriot pun yang tidak menyukainya. Jangan lupa, sekali-kali tunjukkanlah rasa sayangmu padanya, oke" Aku tahu kau punya perasaan pada June, tapi Tess tergila-gila padamu. Kalau-kalau kau tidak tahu.
Kata-kata itu membuat senyumku memudar sedikit. Kurasa aku tak pernah benar-benar berpikir begitu tentang dia, gumamku.
Dengan masa lalu-nya itu, dia berhak dicintai, kan"
Kurentangkan tangan untuk menghentikan Kaede. Dia menceritakan masa lalunya padamu"
Kaede melirik sekilas padaku. Dia tak pernah menceritakannya padamu, ya" katanya, betul-betul heran.
Aku tak pernah bisa membuatnya bercerita. Dia selalu menghindarinya, jadi setelah beberapa waktu aku tidak mencoba lagi.
Kaede menenangkanku. Mungkin dia hanya tak ingin kau merasa kasihan padanya, akhirnya dia berkata. Dia yang termuda dari lima bersaudara. Kalau tidak salah, waktu itu dia sembilan tahun. Orangtuanya tidak mampu memberi makan mereka semua, jadi suatu malam mereka mengunci dia di luar rumah dan tak pernah membiarkannya masuk lagi. Katanya, berhari-hari dia mengetuk pintu.
Aku tidak bisa bilang terkejut mendengar itu.
dengan anak yatim piatu jalanan yang tidak akan dilirik dua kali. Cinta keluargaku adalah semua yang kupunya untuk bertahan pada tahun-tahun pertamaku di jalanan. Ternyata, Tess bahkan tidak memiliki itu. Tak heran dia selalu menempel padaku saat aku pertama kali bertemu dengannya. Pasti aku satu-satunya orang di dunia ini yang peduli padanya.
Aku tak tahu itu, bisikku.
Yah, sekarang kau tahu, sahut Kaede. Setialah kepadanya kalian berdua pasangan serasi, tahu. Kata-kata itu membuatnya terkekeh. Kalian berdua sangat optimis. Aku tak pernah bertemu pasangan matahari-dan-pelangi di antara bandit-bandit sektor kumuh.
Aku tidak merespons. Dia benar, tentu saja aku tak pernah sungguh-sungguh memikirkan itu, tapi Tess dan aku memang pasangan serasi. Tess sangat paham dari mana aku berasal. Dia bisa membuatku ceria lagi pada hari-hari terburukku, seolah-olah dia datang dari keluarga yang sangat bahagia, bukan seperti apa yang baru saja Kaede ceritakan. Aku merasakan kehangatan yang membuat rileks saat memikirkan itu, tiba-tiba sadar betapa aku berharap untuk bertemu Tess lagi. Ke mana pun dia pergi, aku pergi, dan sebaliknya. Tak terpisahkan.
Kemudian ada June. Bahkan, memikirkan namanya pun membuatku sulit bernapas. Aku hampir malu dengan reaksiku. Apa aku dan June pasangan serasi" Tidak. Itu kata pertama yang muncul di benakku.
Tapi tetap saja. Percakapan kami berhenti sampai di situ. Terkadang, aku melirik sekilas ke belakang bahuku, antara berharap dan tidak melihat secercah cahaya. Tidak adanya cahaya berarti terowongan ini tidak memanjang tepat di bawah jeruji-jeruji di seluruh kota sehingga kami takkan terlihat oleh orang-orang yang berjalan di atas. Tanah ini juga terasa miring. Kami terus
tanah. Kupaksa diri bernapas stabil saat dinding terowongan menyempit, merapat di sekelilingku. Terowongan yang menyebalkan. Aku akan memberikan apa saja agar bisa kembali ke tempat terbuka.
Kami berjalan bagaikan selamanya, tapi akhirnya Kaede tiba-tiba berhenti. Gema suara bot kami di air terdengar berbeda sekarang kurasa kami berhenti di depan semacam rangka padat bangunan. Mungkin sebuah din-ding.
Dulunya ini bungker peristirahatan untuk para buronan, bisik Kaede. Di dekat bagian belakang bungker inilah terowongannya berlanjut, tepat menuju Koloni. Kaede berusaha membuka pintu dengan tuas kecil di satu sisi. Ketika percobaan itu gagal, dengan lembut diketuknya pintu dengan buku-buku jarinya. Ketukan itu terdiri dari sepuluh atau sebelas rentetan ketukan yang rumit.
Roket, serunya. Kami menunggu, menggigil. Tak ada sahutan. Kemudian, sebuah persegi panjang kecil suram di dinding bergeser membuka. Sepasang mata cokelat-kuning mengerjap ke arah kami. Hai, Kaede. Zeppelinnya tepat waktu, ya" kata gadis di balik dinding itu, sebelum menyipitkan mata ke arahku. Siapa temanmu"
Day, sahut Kaede. Sekarang lebih baik hentikan semua omong kosong ini dan biarkan aku masuk. Aku membeku, nih.
Oke, oke. Cuma mengecek. Mata itu menatapku dari atas sampai bawah. Aku heran dia bisa melihat banyak hal dalam kegelapan. Akhirnya, persegi panjang itu bergeser menutup. Kudengar beberapa bunyi bip dan suara orang lain. Dindingnya bergeser membuka, memperlihatkan koridor sempit dengan sebuah pintu di ujungnya. Sebelum salah satu dari kami bergerak, tiga sosok melangkah maju dari belakang dinding dan mengacungkan pistol tepat ke kepala kami.
Masuk, salah seorang dari mereka menyalak. Itu gadis yang baru saja membuka lubang intip di dinding. Kami melakukan apa yang diperintahkannya. Dinding
sambil memecahkan balon permen karet yang dikunyahnya keras-keras.
Alexander Hamilton, sahut Kaede tak sabar. Sekarang, ketiga pistol itu terarah padaku alih-alih ke Kaede. Day, eh" kata si Gadis. Dengan cepat, dia meniup lagi balon permen karetnya. Kau yakin"
Butuh beberapa saat bagiku untuk menyadari bahwa pertanyaan keduanya itu ditujukan pada Kaede alih-alih padaku. Kaede mengeluh frustrasi dan memukul lengan gadis tersebut. Ya, ini memang dia. Jadi, turunkan itu semua.
Pistol-pistol itu diturunkan. Aku mengembuskan napas yang tanpa sadar kutahan sejak tadi. Gadis yang menyuruh kami masuk memberi isyarat agar kami berjalan ke pintu kedua. Saat kami mencapainya, dia menggeser tuas kecil yang sama dengan yang Kaede coba di sisi kiri pintu luar. Terdengar beberapa bunyi bip lagi.
Masuklah, kata gadis itu. Kemudian, dia mengedikkan dagunya ke arahku. Satu gerakan mendadak dan aku akan menembakmu sebelum kau sempat berkedip.
Pintu kedua bergeser membuka. Udara hangat mengalir saat kami melangkah ke sebuah ruangan besar yang penuh orang sibuk di sekeliling meja-meja dan layar-layar yang menempel di dinding. Lampu listrik ada di langit-langit; aroma samar tapi menyengat dari jamur dan karat tak mau hilang dari udara. Pastinya ada dua puluh atau tiga puluh orang di bawah sini, tapi ruangan ini masih terasa luas.
Proyeksi besar sebuah lambang menghiasi dinding belakang ruangan itu. Aku segera mengenalinya sebagai versi singkat dari bendera resmi Patriot satu bintang perak besar, dengan tiga huruf V perak berjajar di bawahnya. Kusadari betapa mereka pintar membuat proyeksi itu, jadi mereka bisa mengangkatnya dan segera pergi jika diperlukan. Beberapa layar menayangkan jadwal zeppelin yang juga kulihat saat terbang bersama Dynasty. Yang lainnya menampilkan
ruangan pejabat, jalanan kota Lamar yang diambil secara luas, atau video dari dek penerbangan zeppelin tepat di langit medan perang. Salah satunya bahkan menayangkan perputaran pendek propaganda pemompa semangat kelompok Patriot yang sangat mengingatkanku pada iklan-iklan Republik. Kata-kata itu berbunyi KEM BALIKAN AMERIKA SERIKAT, diikuti TANAH KEBEBAS AN, serta KITA SE MUA ORANG AMERIKA. Layar lainnya lagi menampilkan gambar Benua Amerika yang dinodai titik-titik aneka war-na dan dua layar menayangkan peta dunia.
Selama beberapa saat, aku ternganga. Seumur hidup aku tak pernah melihat peta dunia. Bahkan, aku tak yakin ada peta dunia di Republik. Tapi, di sini aku bisa melihat samudra-samudra mengelilingi Amerika Utara, sepenggal teritori pulau yang dilabeli AMERIKA SELATAN, kepulauan kecil yang disebut Kepulauan Inggris, daratan raksasa bernama Afrika dan Antartika, negara China (dengan sekumpulan titik-titik merah kecil tersebar tepat di samudra yang mengelilingi tepi pulau).
Inilah dunia yang sebenarnya, bukan dunia yang Republik tunjukkan ke warga sipilnya.
Setiap orang di ruangan itu memperhatikanku. Kualihkan pandangan dari peta dan menunggu Kaede mengucapkan sesuatu. Dia hanya mengangkat bahu dan menepuk punggungku. Jaketku yang basah mengeluarkan bunyi percikan.
Ini Day. Mereka semua menanti dalam keheningan, meskipun bisa kulihat tanda-tanda penghargaan menyinari mata mereka saat mendengar namaku. Kemudian, seseorang bersuit. Hal itu memecahkan ketegangan terdengar kor kekeh dan tawa, lalu sebagian besar orang kembali mengerjakan apa yang sedang mereka kerjakan sebelumnya.
Kaede memimpinku melewati meja-meja yang berantakan. Beberapa orang berkumpul mengelilingi sebuah diagram, kelompok yang lain membuka karduskardus. Ada sedikit yang bersantai, menonton siaran
depan layar di sudut bergantian melempar tantangan sambil bermain video game: balapan semacam makhluk biru berduri. Mereka memainkannya dengan melambaikan tangan mereka di depan layar. Bahkan, game ini pasti diatur khusus untuk Patriot, sebab seluruh objek di permainan itu berwarna biru dan putih.
Seorang pemuda terkekeh saat aku lewat. Sejumput rambutnya dicat pirang dan dicuatkan ke atas membentuk model faux hawk 5 . Kulitnya serupa tembaga gelap. Bahunya yang bidang sedikit bungkuk, seolah dia selalu siap menerkam. Segumpal daging hilang dari daun telinganya. Kusadari bahwa dia adalah orang yang sama dengan yang bersuit tadi.
Jadi kau orangnya yang membuang Tess" Ada sikap arogan dalam dirinya yang membuatku kesal. Dia menilaiku, meremehkan. Aku tak mengerti kenapa gadis seperti dia bergaul dengan bandit sepertimu. Beberapa malam di penjara Republik meremas keluar seluruh udara di dadamu"
Aku melangkah mendekatinya dan meringis riang. Dengan segala hormat, aku tidak melihat Republik menempelkan poster buronan dengan wajah tampanmu di sana.
Diam. Kaede mendorong kami berdua dan menusukkan satu jari di dada pemuda itu. Baxter, tidakkah seharusnya kau siap untuk perjalanan besok malam"
Pemuda itu hanya menggerutu ke arahku dan berbalik. Masih tidak mengerti kenapa kita memercayai pencinta Republik, omelnya.
Kaede menepuk bahuku dan berjalan terus. Jangan hiraukan pengacau itu, ujarnya padaku. Baxter bukan
Varian model rambut mohawk. Pada model rambut ini, bagian tengah rambut dicuatkan ke atas, tapi bagian kiri-kanannya tidak dicukur seperti pada model mohawk. (sumber: Wikipedia)
memberimu sedikit masalah, jadi cobalah tetap lihat sisi baiknya, ya" Kau akan harus bekerja sama dengannya. Dia juga seorang Buronan.
Dia" kataku. Aku takkan menduga seorang berotot bisa menjadi Buronan yang dapat bergerak cepat tapi dipikir lagi, tenaganya mungkin bisa menolongnya mencapai tempat yang tak bisa kucapai.
Yup. Kau mengambil tempatnya dalam hierarki para Buronan. Kaede menyeringai. Dan kau pernah menggagalkan misi Patriot yang ada dianya. Kau bahkan tak pernah menyadarinya.
Oh" Dan misi apakah itu"
Meledakkan mobil Chian si Administrator di Los Angeles.
Wow sudah lama sekali sejak aku menghadapi Chian. Mana kutahu Patriot juga merencanakan serangan pada saat yang sama. Betapa tragisnya, sahutku sambil menelusuri wajah-wajah di ruangan ini setelah Baxter menyebut-nyebut Tess.
Kalau kau mencari Tess, dia sudah tiba lebih dulu. Sekarang dia bersama Paramedis yang lain. Kaede memberi isyarat ke bagian belakang ruangan, di mana beberapa pintu berjajar di dinding. Mungkin dia di bangsal, memperhatikan seseorang menjahit luka. Dia cepat belajar, si Tess itu.
Kaede mendahuluiku melewati meja-meja dan Patriot-Patriot lain, lalu berhenti di depan peta dunia. Taruhan, kau belum pernah lihat sesuatu seperti ini.
Belum. Kupelajari daratan-daratan di sana, masih terkejut dengan fakta bahwa sangat banyak masyarakat yang hidup di luar perbatasan Republik. Di sekolah dasar kami belajar bahwa bagian dunia yang tidak dikendalikan Republik hanyalah negara-negara hancur yang berjuang untuk bangkit. Apa negara sebanyak ini berjuang untuk bangkit" Atau mereka sangat maju mungkin bahkan makmur"
Kenapa kau butuh peta dunia"
Pergerakan kami di sini telah menelurkan beberapa gerakan yang sama di seluruh dunia, jawab
rakyat yang marah pada pemerintahnya. Bagi kami, memajang peta ini di dinding adalah semacam pemompa semangat.
Saat dia melihatku terus menganalisis peta itu dengan dahi berkerut, dengan cepat jarinya menyusuri bagian tengah Amerika Utara. Di sinilah Republik yang kita tahu dan cintai. Dan ini Koloni. Dia menunjuk daratan yang lebih kecil dan lebih tercerai-berai, berbatasan dengan bagian timur Republik. Kupelajari lingkaran-lingkaran merah yang menandai kota-kota Koloni. New York City, Pittsburgh, St. Louis, Nashville. Apa kota-kota itu berkilauan seperti yang ayahku bilang"
Kaede melanjutkan, menyapu tangannya ke utara atas dan selatan bawah. Kanada dan Meksiko, masing-masing sangat mempertahankan zona bebas militer di antara mereka, juga dengan Republik maupun Koloni. Meksiko turut andil dalam membiayai Patriot. Lalu, inilah yang tersisa dari Amerika Selatan. Semua ini dulunya benua besar, tahu.
Ini Brasil dia menunjuk pulau segitiga besar di selatan jauh Republik Chili, dan Argentina.
Dengan riang, Kaede menunjukkan benua-benua lain sambil memberi tahu sejarahnya. Apa yang kulihat sebagai Norwegia, Prancis, Spanyol, Jerman dan Kepulauan Inggris dulunya bagian dari daratan yang lebih besar bernama Eropa. Sisa-sisa penduduk Eropa, kata Kaede, lari ke Afrika. Mongolia dan Rusia bukan negara yang sudah punah, berbeda dengan yang diajarkan Republik. Dulu Australia merupakan satu daratan utuh.
Kemudian ada negara adidaya. Kota-kota metropolitan yang besar dan mengapung di China dibangun sepenuhnya di atas air dan langitnya hitam permanen. Hai Cheng, Kaede menyisipkan di tengah penjelasannya. Kota air.
Aku belajar bahwa Afrika tidak selalu makmur dan berteknologi maju seperti sekarang. Perlahan-lahan, benua itu dipenuhi universitas, gedung-gedung pencakar langit, dan pengungsi internasional. Dan
ditinggali dan sepenuhnya diselimuti es. Sekarang, seperti China dan Afrika, Antartika menjadi pusat teknologi dunia dan menarik para turis untuk menanam saham.
Teknologi Republik dan Koloni sangat menyedihkan kalau dibandingkan dengan mereka, Kaede menambahkan. Aku ingin mengunjungi Antartika suatu hari nanti. Pasti luar biasa.
Dia memberitahuku bahwa dulu Amerika Serikat juga salah satu negara adidaya. Lalu ada perang, Kaede melanjutkan, dan semua pemikir terbaik mereka kabur ke dataran tinggi. Antartika menyebabkan banjir, tahu. Keadaan sudah sangat memburuk, tapi kemudian matahari menggila dan mencairkan seluruh es Antartika. Banjir yang bahkan tidak bisa kau dan aku bayangkan. Jutaan orang meninggal karena perubahan suhu. Sekarang, hal itu pasti sudah jadi pertunjukan besar, ya" Pada akhirnya matahari kembali seperti semula, tapi iklimnya tidak. Seluruh air bersih tercampur dengan air laut dan segalanya berubah sejak saat itu.
Republik tidak pernah membicarakan semua ini. Kaede memutar mata. Oh, ayolah. Itu Republik, lho. Kenapa juga mereka mau cerita" Dia menunjuk salah satu layar kecil di sudut yang kelihatannya sedang menayangkan berita. Kau mau lihat seperti apa Republik dalam perspektif orang asing" Sini.
Saat aku lebih memusatkan perhatian pada berita itu, kusadari bahwa suara si Pembicara dalam bahasa yang tidak kumengerti. Bahasa Antartika, jelas Kaede saat aku menatapnya penuh tanya. Kami berlangganan salah satu saluran mereka. Baca teks terjemahannya.
Layar itu menampilkan pemandangan sebuah benua yang disorot dari atas, dengan tulisan Republik Amerika melayang-layang di atas pulau itu. Terdengar suara seorang wanita sebagai narator, dan tepat di bawah layar ada teks berjalan yang menerjemahkan kata-katanya: untuk menemukan cara baru bernegosiasi dengan negara militan yang keras kepala
Sang Pengintai 1 Thalita Karya Stephanie Zen Bidadari Cadar Putih 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama