Prodigy Karya Marie Lu Bagian 3
Elector Republik telah usai. Hari ini presiden Afrika Ntombi Okonjo mengajukan penghentian bantuan PBB untuk Republik sampai ada cukup bukti tentang traktat perdamaian antara negara terisolasi tersebut dengan tetangga sebelah timurnya
Terisolasi. Militan. Keras kepala. Kupandangi katakata itu. Bagiku, Republik telah digambarkan sebagai lambang kekuatan, mesin militer yang kejam dan tak bisa dihentikan. Kaede nyengir melihat ekspresi wajahku seraya membawaku menjauh dari layar. Mendadak Republik tidak tampak sangat kuat, kan" Negara kecil lemah dan tertutup, yang mengemis bantuan internasional" Kuberi tahu kau, Day yang dibutuhkan hanya satu generasi untuk mencuci otak seluruh populasi dan meyakinkan mereka, realitas itu tidak ada.
Kami berjalan melewati sebuah meja dengan dua komputer ramping di atasnya. Pria muda yang ada di dekat komputer adalah pria yang sama dengan yang memberi Kaede tanda V di jalur rel, pria yang kulitnya gelap dan matanya pucat. Kaede menepuk bahunya. Dia tidak lang-sung bereaksi. Dia malah mengetikkan beberapa baris terakhir ke entah apa yang ada di layar. Kemudian, dia berputar dan duduk di meja. Kudapati diriku mengagumi gayanya yang elegan. Pasti seorang Buronan. Dia menyilangkan lengan dan dengan sabar menunggu Kaede memperkenalkan kami.
Day, ini Pascao, kata Kaede padaku. Pascao adalah pemimpin Buronan kami yang reputasinya tak perlu diragukan lagi. Singkatnya, dia sangat ingin bertemu denganmu.
Pascao mengulurkan sebelah tangannya, mata pucatnya menatapku berapi-api. Dia memberiku senyum putih cemerlang. Senang sekali, katanya penuh semangat, terburu-buru sampai lupa bernapas. Pipinya merona merah saat aku membalas senyumnya. Cukup dikatakan bahwa kami telah mendengar begitu banyak kehebatanmu. Aku penggemar beratmu.
Sebelumnya tak pernah kuduga akan ada orang yang memujiku terang-terangan seperti ini, kecuali mungkin se-orang bocah laki-laki yang kuingat dari sektor Blueridge. Senang bertemu Buronan lain, sahutku, menjabat tangannya. Aku yakin aku akan mempelajari beberapa trik baru darimu.
Dia memberiku cengiran nakal saat melihat betapa aku merasa tak nyaman. Oh, kau akan suka apa yang sebentar lagi terjadi. Percayalah, kau takkan menyesal bergabung dengan kami kami akan mengantarkan Amerika ke era baru. Republik takkan tahu apa yang menyerangnya.
Dia melakukan serentetan gerakan bersemangat. Pertama-tama dia merentangkan lengannya lebar-lebar, lalu berpura-pura mengurai ikatan di udara. Diam-diam para Hacker kami menghabiskan beberapa minggu belakangan untuk mengatur ulang kabel-kabel di Menara Gedung Parlemen Denver. Sekarang, yang harus kita lakukan adalah memutarbalikkan sebuah kabel di setiap pengeras suara gedung dan bam, kita menyiarkan ke seluruh Republik. Dia bertepuk tangan sekali dan membunyikan buku-buku jarinya. Semua orang akan mendengarmu. Revolusioner, ya"
Rencana itu terdengar seperti versi lebih kompleks dari apa yang kulakukan di gang tempat sepuluh-detik, ketika pertama kali aku berhadapan dengan June dalam percobaan untuk mendapatkan obat wabah untuk Eden; ketika secara sederhana aku berhasil mengutak-atik kabel pengeras suara gang itu. Tapi & mengatur ulang kabel pengeras suara di gedung ibu kota untuk menyiarkan ke seluruh Republik"
Kedengarannya menyenangkan, kataku. Apa yang akan kita siarkan"
Pascao mengerjap heran ke arahku. Pembunuhan Elector, tentu saja. Matanya beralih cepat ke Kaede, yang mengangguk. Kemudian, Pascao mengeluarkan sebuah alat kecil berbentuk persegi panjang dari kantongnya. Dia membuka tutup alat itu. Kita akan perlu merekam semua bukti, setiap detail terakhir saat
menembaknya. Para Hacker kami siap pergi ke Menara Gedung Parlemen, di mana mereka telah mengatur JumboTrons untuk menyiarkan pembunuhan itu. Kita akan mendeklarasikan kemenangan kita lewat pengeras suara ke seluruh Republik. Mari kita lihat usaha mereka menghentikannya.
Kekejaman rencana itu membuat punggungku terasa dingin. Mengingatkanku pada cara mereka merekam dan menyiarkan kematian John kematian-ku ke seluruh negeri.
Pascao mencondongkan tubuh ke arahku, menekankan tangannya ke telingaku, dan berbisik, Bahkan itu belum bagian terbaiknya, Day. Dia menarik diri cukup jauh sehingga bisa memberiku cengiran lebar yang memperlihatkan gigi
nya. Ingin tahu apa bagian terbaik-nya" Tubuhku berubah kaku. Apa"
Pascao melipat lengannya puas. Menurut Razor, kaulah yang sebaiknya menembak Elector. []
Denver, Colorado. Pukul 19.37.
24" Fahrenheit. Aku tiba di ibu kota dengan kereta (Stasiun 42b) di tengah badai salju, di mana kerumunan orang sudah berkumpul di peron kereta untuk melihatku. Kuintip mereka dari jendela yang tertutup embun, sementara kereta melambat dan berhenti.Meskipun di luar sangat dingin dan beku,warga sipil ini tetap berkerumun di belakang pagar besi darurat, saling dorong satu sama lain seakan-akan Lincoln atau penyanyi selebriti lain baru saja tiba.Tidak kurang dari dua kelompok patroli ibu kota menahan mereka. Teriakan teredam pasukan itu sampai ke tempatku.
Mundur! Semuanya harus mundur ke belakang pembatas. Ke belakang pembatas! Siapa pun yang terlihat
Aneh. Kebanyakan warga sipil itu tampak miskin. Menolong Day pasti telah memberiku reputasi yang bagus di sektor-sektor kumuh. Kubelai kawat tipis cincin penjepit kertas di jariku. Kebiasaan baruku.
Thomas berjalan di lorong kereta menuju kursi tempatku berada, lalu membungkuk untuk bicara pada tentara yang duduk bersamaku. Bawa dia ke pintu, katanya. Cepat. Matanya mengerjap ke arahku, kemudian ke pakaian yang kukenakan (rompi narapidana kuning, kemeja putih tipis). Dia bersikap seakan percakapan kami semalam di ruang interogasi tak pernah terjadi. Aku memusatkan pandangan ke pangkuanku. Memandang wajahnya membuatku mual.
Dia akan kedinginan di luar, katanya pada anak buahnya. Pastikan dia memakai mantel.
Para tentara itu menodongkan senapan ke arahku (model XM-2500, jangkauannya 700 meter, peluru pintar, dapat menembus dua lapis semen), lalu menyeretku. Sepanjang perjalanan tadi, aku terus memandangi kedua serdadu ini dengan tatapan menyala-nyala. Mereka pasti merasa sangat stres sekarang.
Borgol tanganku bergerincing. Dengan senapan seperti itu, satu tembakan saja akan membuatku mati kehabisan darah tak peduli di bagian dadaku yang mana pelurunya mengenaiku. Mungkin mereka berpikir aku berencana merebut senapan dari mereka saat mereka lengah. (Asumsi yang menggelikan, karena aku tak bisa menembak dengan tepat dengan tangan diborgol.)
Sekarang, mereka menggiringku menyusuri lorong kereta sampai ke ujung, di mana empat tentara lagi sudah menunggu di pintu terbuka yang mengarah ke peron stasiun. Embusan angin dingin menerpa kami. Napasku berat. Aku pernah berada di dekat medan perang sekali, ketika Metias dan aku pergi ke satu-satunya misi kami bersama, tapi itu Texas Barat pada musim panas. Aku tak pernah menjejakkan kaki di kota yang terkubur salju seperti ini. Thomas memimpin barisan kecil kami dan memberi isyarat pada salah satu tentaranya untuk menyampirkan mantel di sekelilingku. Aku menerimanya penuh rasa
Kerumunan itu (sekitar sembilan puluh sampai seratus orang) langsung diam sepenuhnya saat mereka melihat rompi napi kuning terang yang kupakai. Sementara aku terus melangkah, bisa kurasakan perhatian mereka membakarku layaknya lampu panas. Kebanyakan dari mereka menggigil, kurus dan pucat dengan pakaian usang yang kemungkinan tidak bisa membuat mereka tetap hangat dalam cuaca seperti ini, juga memakai sepatu penuh lubang. Aku tidak mengerti. Meski dingin begini, mereka tetap kemari untuk melihatku turun dari kereta dan siapa yang tahu sudah berapa lama mereka menunggu. Mendadak aku merasa bersalah karena menerima mantel ini.
Kami berhasil tiba ke ujung peron dan hampir mencapai lobi stasiun saat kudengar satu dari para penonton itu berteriak. Aku berputar sebelum para tentara dapat menghentikanku.
Apa Day hidup" seorang pemuda berseru. Kemungkinan dia lebih tua dariku, hampir melampaui masa remajanya, tapi dia sangat ceking dan pendek sampai orang akan menganggapnya seumuran denganku kalau tidak memperhatikan wajahnya.
Kuangkat kepala dan tersenyum. Seorang penjaga memukul wajah pemuda itu dengan popor senapannya. Tentara yang menjagaku mencengkeram lenganku dan memaksaku berbalik. Kerumunan itu menjadi kacau; seketika teriakanteriakan memenuhi udara. Di tengahtengah itu semua, kudengar beberapa seruan, Day hidup! Day hidup!
Jalan terus, salak Thomas. Kami didorong masuk ke lobi dan kurasakan aliran udara dingin tiba-tiba lenyap saat pintu ditutup di belakang kami.
Aku tidak berkata apa-apa, tapi senyumku cukup mewakili. Ya. Day hidup. Aku yakin kelompok Patriot akan mengapresiasi usahaku menyebarkan rumor ini pada mereka.
Kami berjalan melewati stasiun menuju tiga jip yang sudah menunggu. Sementara kami meninggalkan stasiun
ternganga melihat pemandangan kota yang melintas di jendelaku. Biasanya,orang butuh alasan bagus untuk datang ke Denver. Tak ada seorang pun kecuali warga sipil asli yang diperbolehkan masuk ke sini tanpa izin khusus. Fakta bahwa aku di sini dan dapat melihat sekilas isi kota ini adalah sesuatu yang tidak biasa. Semuanya tertutup selimut putih tapi bahkan di tengah-tengah salju pun aku bisa melihat rangka samar dari dinding gelap luas yang membungkus Denver layaknya tanggul raksasa penahan air banjir. Armor. Aku membaca tentang itu waktu masih SD, tentu, tapi rasanya berbeda ketika melihat dengan mata kepala sendiri.
Gedung-gedung pencakar langit di sini sangat tinggi sampai puncaknya menghilang ke dalam awan kabut bermuatan salju, setiap tingkat bangunannya diselimuti lapisan tebal salju, masing-masing sisinya dilindungi oleh balok-balok logam raksasa. Di antara gedung-gedung, sekilas kulihat Menara Gedung Parlemen. Terkadang, aku melihat lampu sorot menyapu udara dan helikopter mengelilingi gedunggedung pencakar langit. Pada suatu waktu, empat jet tempur melintas di atas kami. Aku mengagumi pesawat-pesawat itu sejenak (X-92 Reapers, pesawat hasil eksperimen yang belum diproduksi di luar ibu kota. Tapi, mereka pasti telah lulus uji terbang jika para insinyurnya mengizinkan mereka meluncur tepat di tengah pusat kota Denver). Ibu kota ini betul-betul kota militer seperti Vegas, bahkan lebih mengintimidasi dari yang kubayangkan.
Suara Thomas mengembalikanku ke alam nyata. Kami akan membawamu ke Aula Colburn, katanya dari kursi depan jip. Itu aula makan malam di Plaza Ibu Kota tempat para Senator terkadang rapat sambil melakukan perjamuan. Elector sering makan di sana.
Colburn" Dari apa yang kudengar, tempat itu adalah tempat pertemuan yang sangat mewah, khususnya kalau mengingat aku awalnya dimaksudkan untuk tinggal di penjara Denver. Ini pasti berita baru juga untuk Thomas. Kupikir dia belum pernah ke ibu kota, tapi seperti seharusnya tentara yang baik, dia tidak membuang waktu
tak sabar ingin melihat seperti apa Plaza Ibu Kota apakah sebesar yang kubayangkan"
Di sana kelompok patroliku akan meninggalkanmu, dan kau akan diserahkan ke salah satu kelompok patroli Komandan DeSoto. Kelompok patroli Razor, tambahku pada diri sendiri. Elector akan menemuimu di ruang imperium Aula. Kusarankan kau berperilaku yang pantas.
Terima kasih tipsnya, sahutku, tersenyum dingin pada bayangan Thomas di kaca spion tengah. Aku yakin akan memberi beliau bungkukan hormatku yang terbaik.
Akan tetapi, sebenarnya aku mulai merasa sedikit gugup. Sejak lahir, aku diajari bahwa Elector adalah orang yang harus dipuja, seseorang yang kupikir aku takkan pernah ragu mengorbankan nyawa untuknya. Bahkan sekarang, setelah semua yang kutahu tentang Republik, aku masih merasakan komitmen yang sudah berakar dalam itu berusaha muncul kembali ke permukaan, semacam selimut familier yang ingin kupakai untuk membungkus diri. Aneh. Aku tidak merasakan ini waktu aku mendengar tentang kematian Elector, atau ketika aku pertama kali melihat pidato Anden di televisi. Perasaan ini tersembunyi sampai sekarang, ketika hanya tinggal beberapa jam lagi aku akan bertemu dengannya secara pribadi.
Aku bukan genius berbakat seperti dulu ketika kami pertama kali bertemu. Apa yang akan dia pikirkan
tentangku" . Aula Colburn, Ruang Jamuan Imperium.
Di sini bergema.Aku duduk sendirian di ujung sebuah meja panjang (kayu ceri gelap sepanjang 3,7 meter, kaki-kaki mejanya pahatan tangan, garis hiasan emas yang kemungkinan dilukis dengan kuas ukuran milimeter dengan detail yang baik). Punggungku tegak bersandar ke bantalan beledu merah. Jauh di dinding seberang, sebuah perapian meretih dan meletup, dengan potret raksasa Elector baru menggantung di atasnya. Delapan lampu emas menerangi sisi ruangan. Tentara patroli ibu kota di mana-mana 52
sementara 6 orang berdiri siaga mengapitku.
Di luar masih sangat dingin, tapi di sini cukup hangat sehingga para pelayan mendandaniku dengan gaun lembut dan bot kulit tipis. Rambutku sudah dicuci, dikeringkan dan disikat, lalu digerai lurus dan berkilau sampai ke tengah punggung, dihiasi untaian mutiara kecil halus (barangkali harganya dua ribu Notes per buah). Mulanya aku mengagumi mutiara-mutiara itu dan hampir menyentuhnya dengan sangat hati-hati tapi kemudian aku teringat orang-orang miskin yang berkumpul di stasiun kereta dalam pakaian usang mereka. Kutarik tanganku dari rambut, merasa jijik pada diri sendiri.
Pelayan lain telah mengoleskan bedak transparan di kelopak mataku hingga berkilau sedikit dalam nyala gemerlap. Gaunku, berwarna putih krem dengan aksen kelabu badai, terjuntai ke kakiku dalam lapisan sifon. Korset dalamnya membuatku kesulitan bernapas. Gaun yang mahal, tidak diragukan lagi. Lima puluh ribu Notes" Enam puluh"
Satu-satunya hal yang tampak tidak cocok dengan seluruh gambaran ini adalah borgol logam berat yang mengikat pergelangan kaki dan tanganku, merantaiku ke kursiku.
Setengah jam berlalu sebelum seorang serdadu lain (mengenakan jubah merah-hitam khusus kelompok patroli ibu kota) memasuki ruangan. Serdadu itu menahan pintu terbuka, berdiri tegak, dan mengangkat dagunya. Elector Primo kita yang agung berada di sini, dia mengumumkan. Silakan berdiri.
Dia berusaha tidak terlihat bicara pada seseorang secara spesifik, tapi cuma aku satu-satunya yang duduk. Aku bangkit dari kursiku dan berdiri dengan rantai bergerincing.
Lima menit lagi berlalu. Kemudian, tepat ketika aku mulai bertanya-tanya apa benar akan ada seseorang yang masuk, seorang pria muda melangkah perlahan melewati pintu dan mengangguk pada para tentara di pintu masuk. Penjaga-penjaga itu menghormat serentak. Aku tidak bisa memberi hormat dengan tangan terbelenggu seperti ini, juga tidak bisa membungkuk atau memberi hormat
semula dan menatap Elector.
Anden tampak hampir sama persis dengan ketika aku pertama kali bertemu dengannya di pesta perayaan itu tinggi, agung, juga dewasa. Rambut gelapnya rapi. Jubah malamnya indah, berwarna kelabu arang dengan strip emas pilot di lengan dan epolet emas di bahu. Mata hijaunya tampak serius, dan bahunya sedikit bungkuk, seolah-olah ada beban berat yang dipikul di sana. Kurasa pada akhirnya kematian ayahnya telah memengaruhinya.
Silakan duduk, katanya, mengulurkan sebelah tangannya yang bersarung tangan putih (sarung tangan penerbangan) ke arahku. Suaranya sangat lembut, tapi tetap terdengar di ruangan besar ini. Kuharap kau merasa nyaman, Miss Iparis.
Aku melakukan apa yang dikatakannya. Ya, terima kasih.
Saat Anden sendiri sudah duduk di ujung lain meja dan semua tentara sudah kembali ke cara berdiri mereka yang biasa, dia bicara lagi. Aku menerima kabar bahwa kau ingin menemuiku secara pribadi. Kurasa kau tidak keberatan mengenakan pakaian yang kusediakan. Dia berhenti selama sepersekian detik, waktu yang cukup untuk sebuah senyum malu-malu mencerahkan roman wajahnya. Kupikir kau tak ingin makan malam dengan seragam narapidana.
Ada nada merendahkan dalam suaranya yang membuatku jengkel. Berani sekali dia mendandaniku seperti boneka" sebagian diriku merasa marah. Pada saat bersamaan, aku kagum dengan kesan berkuasa pada dirinya, juga bagaimana dia menguasai status barunya. Mendadak saja dia diberi kekuasaan yang sangat besar, dan dia merangkulnya dengan sangat percaya diri sampai kesetiaan lamaku menekan dadaku kuat-kuat. Ketidakyakinan yang pernah dia miliki telah lenyap dengan cepat. Pria ini dilahirkan untuk memimpin.
Tampaknya Anden tertarik padamu, Razor pernah bilang. Jadi, aku menundukkan wajah dan menatapnya dari bawah bulu mataku. Kenapa Anda memperlakukan saya sebaik ini" Saya pikir sekarang ini saya musuh negara.
tenar Republik seperti narapidana, katanya hati-hati seraya meluruskan garpu, pisau, dan gelas sampanyenya menjadi satu posisi sempurna. Kau tidak merasa ini buruk, kan"
Tidak sama sekali. Aku kembali menatap sekilas ke sekeliling ruangan ini, mengingat-ingat posisi lampu, dekorasi dinding, lokasi setiap tentara, serta senjata-senjata yang mereka bawa. Elegansi terperinci atas pertemuan ini membuatku sadar bahwa Anden tidak mengatur gaun dan makan malam ini hanya untuk iseng. Dia ingin berita tentang betapa baiknya dia memperlakukanku bocor ke publik, pikirku. Dia ingin rakyat tahu bahwa Elector yang baru memberi perhatian pada penyelamat Day. Rasa tak sukaku goyah pemikiran baru ini menggugah rasa ingin tahuku. Anden pasti sangat menyadari betapa buruk reputasinya di mata publik. Barangkali dia mengharapkan dukungan rakyat. Kalau itu benar, berarti dia bersusah payah melakukan sesuatu yang sedikit sekali dipedulikan oleh Elector sebelumnya. Hal itu juga membuatku bertanyatanya: Jika Anden benar-benar mencari dukungan publik, apa yang dia pikirkan tentang Day" Dia jelas tidak akan mendapat hati rakyat dengan mengumumkan perburuan terhadap kriminalis paling terkenal di Republik.
Dua pelayan membawa nampan-nampan makanan (salad dengan stroberi asli, perut babi panggang yang sangat cantik dengan jantung kelapa), sementara dua pelayan lain meletakkan serbet putih bersih di pangkuan kami dan menuang sampanye ke gelas kami. Para pelayan ini dari kalangan atas (mereka berjalan dengan ketepatan yang menjadi ciri khas orang-orang elite), walaupun mungkin bukan setingkat keluargaku.
Kemudian, hal yang paling mengherankan terjadi. Pelayan yang menuangkan sampanye Anden membawa botol terlalu dekat ke gelasnya. Gelas itu terbalik dan isinya tumpah ke seluruh taplak meja, kemudian gelas tersebut terguling jatuh dari meja dan pecah bertebaran di lantai.
Pelayan itu menjerit dan langsung berlutut. Rambut ikal merah terjulur keluar dari sanggul rapi di belakang kepalanya; beberapa helai jatuh melintangi wajahnya. Kuperhatikan betapa anggun dan sempurna tangannya
Maaf sekali, Elector, kata gadis itu berulang-ulang. Saya mohon maaf. Saya akan segera meminta taplaknya diganti dan memberi Anda gelas baru.
Entah apa yang kupikir akan Anden lakukan. Memarahinya" Memberinya peringatan keras" Atau paling tidak, mengerutkan dahi" Tapi yang membuatku terkejut, dia mendorong kursinya ke belakang, berdiri, dan mengulurkan tangannya pada si Pelayan. Gadis itu tampak membeku. Mata cokelatnya membesar dan bibirnya bergetar. Dalam satu gerakan Anden membungkuk, memegang kedua tangan gadis itu dengan tangannya, dan menariknya berdiri.
Itu cuma gelas sampanye, katanya ringan. Jangan lukai dirimu sendiri. Anden melambaikan sebelah tangan ke para tentara yang berada di dekat pintu. Tolong ambilkan sapu dan pengki. Terima kasih.
Seorang serdadu segera mengangguk. Tentu saja, Elector.
Sementara pelayan itu buru-buru pergi untuk mengambil gelas baru dan seorang tukang bersih-bersih masuk untuk menyapu pecahan gelas, Anden kembali duduk dengan seluruh keanggunan agungnya. Dia mengangkat garpu dan pisau dengan etiket tanpa cacat, lalu mengiris sepotong kecil daging babi. Jadi, beri tahu aku, Agen Iparis. Kenapa kau ingin menemuiku secara pribadi" Dan apa yang terjadi pada malam eksekusi Day"
Aku mengikuti jejaknya mengambil garpu dan pisauku sendiri, lalu memotong dagingku. Rantai di pergelangan tanganku tepat cukup panjang bagiku untuk makan, seolaholah ada yang bersusah payah mengukurnya. Kusingkirkan keterkejutan gara-gara insiden sampanye dari pikiranku dan mulai menanamkan cerita yang telah Razor buatkan untukku. Saya menolong Day kabur dari eksekusinya, dan kelompok Patriot menolong saya. Tapi setelah semua itu usai, mereka tidak membiarkan saya pergi. Tampaknya, saya akhirnya terbebas dari mereka ketika para penjaga Anda menangkap saya.
Anden mengerjap perlahan. Aku ingin tahu apa dia
Patriot selama dua minggu belakangan" katanya setelah aku selesai mengunyah seiris daging babi. Makanan ini luar biasa; dagingnya sangat lembut, hampir meleleh di mulutku.
Ya. Aku mengerti. Suara Anden menegang dalam ketidakpercayaan. Dia mengelap mulutnya dengan kain serbet, lalu meletakkan peralatan makannya dan bersandar ke belakang. Jadi Day hidup, atau dia tadinya hidup waktu kau meninggalkannya" Apa dia juga bekerja sama dengan Patriot"
Saat saya meninggalkannya, ya. Saya tidak tahu kalau sekarang.
Kenapa dia bekerja sama dengan mereka, padahal dulu dia selalu menghindari mereka"
Aku mengangkat bahu sedikit, berusaha pura-pura bingung. Dia butuh bantuan untuk menemukan adiknya, dan dia berutang pada Patriot karena mereka menyembuhkan kakinya. Dia punya luka peluru terinfeksi yang didapatnya dari & semua ini.
Anden terdiam cukup lama untuk menyesap sedikit sampanyenya. Kenapa kau menolongnya kabur"
Kulenturkan pergelangan tanganku sehingga borgolnya tidak meninggalkan bekas di kulitku. Rantai belenggunya bergerincing keras satu sama lain. Karena dia tidak membunuh kakak saya.
Kapten Metias Iparis. Penyebutan nama lengkap kakakku mengirimkan gelombang kesedihan. Apa Anden tahu bagaimana kakakku tewas" Aku turut berduka atas kehilanganmu. Dia menundukkan kepala sedikit, tanda hormat yang tak kusangka-sangka. Itu membuatku merasa kerongkonganku tersekat.
Aku ingat pernah membaca tentang kakakmu waktu aku lebih muda, dia melanjutkan. Aku membaca tentang nilai-nilainya di sekolah, bagaimana bagusnya performa dia saat Ujian, dan khususnya betapa hebat dia dalam bidang komputer.
Kutusuk sebuah stroberi, mengunyahnya sambil
punya penggemar yang sangat menghargainya.
Pada hakikatnya aku bukan penggemar dia, meski tentu saja dia mengesankan. Anden mengangkat gelas sampanye barunya dan menyesap. Aku penggemar-mu.
Ingat, kau harus menampilkan reaksi yang jelas. Buat dia berpikir kau merasa tersanjung. Dan tertarik padanya. Dia memang tampan, itu jelas jadi kucoba fokus pada hal itu. Cahaya dari lampu dinding menangkap pinggiran rambutnya yang bergelombang, membuatnya bersinar; kulit kecokelatannya bercahaya emas dan hangat; matanya kaya akan warna dedaunan musim semi. Berangsur-angsur kurasakan sipu mulai muncul di pipiku. Bagus, terus begitu. Dia punya campuran darah Latin, tetapi sedikit sipit tak kentara di mata besarnya dan kelembutan dahinya menunjukkan suatu jejak keturunan Asia. Seperti Day. Mendadak, perhatianku terpecah, dan yang bisa kulihat hanyalah aku dan Day berciuman di kamar mandi Vegas. Anden tampak pucat jika dibandingkan dengan Day. Sipu kecil di pipiku berubah menjadi panas terang yang membakar.
Elector memiringkan kepalanya dan tersenyum. Aku menghela napas panjang dan menenangkan diri. Syukurlah aku berhasil mendapatkan reaksi yang kucari.
Pernahkah kau berpikir kenapa Republik sangat pemurah, mengampuni pengkhianatanmu pada negara" kata Anden, memainkan garpunya malas-malasan. Orang lain pasti sudah dieksekusi. Tapi kau tidak. Dia menegakkan tubuh di kursinya. Republik telah memperhatikanmu sejak kau meraih nilai sempurna 1500 dalam Ujianmu. Aku telah mendengar nilai-nilaimu, juga performamu di kelas latihan siang di Drake. Beberapa anggota Kongres mencalonkanmu untuk beberapa jabatan politik bahkan sebelum kau menyelesaikan tahun pertamamu di Drake. Tapi akhirnya,mereka memutuskan untuk menempatkanmu di militer, sebab kepribadianmu mencerminkan seorang prajurit. Kau seorang selebriti di lingkaran dalam pemerintahan. Hukuman karena
bagi Republik. Apa Anden tahu kebenaran tentang bagaimana orangtuaku dan Metias dibunuh" Bahwa ketidaksetiaan mereka harus dibayar dengan nyawa" Apa Republik sebegitu menghargaiku sampai mereka ragu untuk mengeksekusiku meskipun baru-baru ini aku melakukan kejahatan dan aku berasal dari keluarga pengkhianat"
Bagaimana Anda melihat saya di sekitar kampus Drake" tanyaku. Saya tidak ingat pernah mendengar Anda kuliah di universitas itu.
Anden memotong jantung kelapa di piringnya. Oh tidak. Kau tidak akan mendengarnya.
Dahiku berkerut penasaran. Apakah Anda & mahasiswa di Drake waktu saya di sana"
Anden mengangguk. Administrasi menjaga identitasku agar tetap rahasia. Waktu itu aku tujuh belas tahun mahasiswa tahun kedua saat kau datang ke Drake pada usia dua belas. Kami semua telah banyak mendengar tentangmu dan keunikanmu. Dia nyengir saat mengatakannya, dan matanya berkilat nakal.
Putra Elector berjalan di antara kami di Drake, dan aku bahkan tidak tahu itu. Dadaku mengembang bangga memikirkan betapa pemimpin Republik memperhatikanku di kampus. Lalu aku menggelengkan kepala, merasa bersalah karena menyukai perhatian tersebut. Yah, saya harap tidak semua yang Anda dengar itu buruk.
Lesung pipi kiri Anden terlihat saat dia tertawa. Suaranya menyejukkan. Tidak. Tidak semuanya.
Bahkan, aku harus tersenyum. Nilai-nilai saya bagus, tapi saya yakin sekretaris dekan senang karena saya tak akan menghantui kantornya lagi.
Miss Whitaker" Anden menggelengkan kepala. Sejenak, dia meluruhkan sikap resminya, mengabaikan etiket dengan bersandar malas di kursinya dan membuat gerakan melingkar dengan garpunya. Aku juga pernah dipanggil ke kantornya. Lucunya, dia sama sekali tak tahu siapa aku. Aku terlibat masalah karena menukar senapan latihan berat di gimnasium dengan senapan karet busa.
Tahun pertama, kelas latihan. Senapan karet busa itu tampak sangat mirip aslinya. Saat para murid membungkuk bersamaan untuk mengangkat apa yang mereka kira senapan berat, mereka semua terpental hebat gara-gara senapan busa itu sampai setengah dari jumlah murid roboh ke belakang pasukan. Kenangan itu membuatku tertawa sungguhan. Itu brilian. Kapten latihan sangat marah.
Setiap orang harus terlibat masalah di kampus setidaknya satu kali, betul" Anden menyeringai dan mengetukngetukkan jari di gelas sampanyenya. Tapi,tampaknya kau yang paling banyak membuat masalah. Bukankah kau yang membuat salah satu kelasmu terpaksa dievakuasi"
Ya. Sejarah Republik Tiga eh, Dua. Kucoba menggaruk leher karena rasa malu sesaat, tapi borgolku menghentikanku. Senior yang duduk di sebelah saya bilang, saya tidak akan bisa mengenai tuas alarm kebakaran dengan senapan latihannya.
Ah. Bisa kulihat kau selalu membuat pilihan bagus. Saya masih junior waktu itu. Harus saya akui, masih agak kekanak-kanakkan, sahutku.
Aku tidak setuju. Semua hal dipertimbangkan. Kubilang kau lebih dewasa dari usiamu. Dia tersenyum dan pipiku jadi merah jambu lagi. Kau punya ketenangan yang dimiliki seseorang yang jauh lebih tua dari lima belas tahun. Aku senang akhirnya bertemu denganmu di pesta perayaan malam itu.
Apa aku benar-benar duduk di sini, makan malam dan mengenang hari-hari indah di kampus bersama Elector Primo" Seperti mimpi. Aku terpesona pada fakta betapa mudahnya bicara dengan Anden, mengobrolkan hal-hal akrab pada saat begitu banyak keanehan mengelilingi hidupku, percakapan yang tidak memungkinkan aku untuk tanpa sengaja menyakiti hati seseorang dengan perkataan tak pikir panjang terkait kelas sosial.
Kemudian, aku teringat alasan sebenarnya aku di sini. Makanan di mulutku terasa bagaikan abu. Ini semua untuk Day. Rasa marah membanjiriku meski aku tahu itu salah.
membunuh seseorang demi dia.
Seorang serdadu menjengukkan kepala dari pintu masuk. Dia memberi hormat pada Anden, lalu berdeham tak nyaman saat menyadari bahwa dirinya pasti telah menyela percakapan kami. Anden memberinya senyum ceria yang tidak dibuat-buat, lalu melambaikan tangan, menyuruh serdadu itu masuk.
Sir, Senator Baruse Kamion ingin bicara dengan Anda secara pribadi, kata serdadu itu.
Katakan padanya aku sibuk, sahut Anden. Aku akan menghubunginya setelah makan malam.
Saya khawatir beliau mendesak harus bicara dengan Anda sekarang. Ini tentang & ah & . Serdadu itu mempertimbangkan keberadaanku, lalu mendekat untuk berbisik di telinga Anden. Tapi, aku masih bisa menangkap beberapa.
Soal stadion. Beliau ingin memberi & . Pesan & . Harus segera mengakhiri makan malam Anda.
Anden mengangkat sebelah alis. Apa itu yang dia katakan" Yah. Aku sendiri yang memutuskan kapan makan malamku berakhir, katanya. Sampaikan kembali pesan itu ke Senator Kamion kapan pun kau rasa tepat. Beri tahu dia bahwa Senator berikutnya yang mengirimiku pesan di luar pembicaraan yang sedang kulakukan akan kupanggil untuk menghadapku langsung secara pribadi.
Serdadu itu memberi hormat dengan penuh semangat, dadanya mengembang sedikit karena memikirkan akan mengantar pesan semacam itu ke seorang Senator. Ya, Sir. Akan segera saya sampaikan.
Siapa namamu, Serdadu" tanya Anden sebelum dia pergi.
Letnan Felipe Garza, Sir.
Anden tersenyum. Terima kasih, Letnan Garza, ujarnya. Aku akan mengingat kebaikanmu ini.
Serdadu itu berusaha menjaga wajahnya tetap datar, tapi aku bisa melihat kebanggaan di matanya dan senyum di balik tampilan luar mukanya. Dia membungkuk pada Anden. Elector, Anda menyanjung saya. Terima kasih, Sir. Kemudian dia keluar.
Razor benar akan satu hal jelas ada ketegangan antara Senat dan Elector baru mereka. Namun, Anden bukan orang bodoh. Dia sudah berkuasa selama kurang dari seminggu, dan dia telah melakukan apa yang tepatnya harus dia lakukan: berusaha merekatkan kesetiaan pihak militer padanya. Aku penasaran apa lagi yang akan dia lakukan untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Tentara Republik telah sangat setia pada ayahnya. Bahkan, mungkin loyalitas itulah yang membuat mendiang Elector sangat berkuasa. Anden tahu itu, dan dia bergerak secepat yang dia bisa. Komplain Senat tak akan berguna melawan pihak militer yang mendukung Anden tanpa pertanyaan.
Tapi, mereka tidak mendukung Anden tanpa pertanyaan, kuingatkan diri sendiri. Ada Razor, juga anak buahnya. Pengkhianat dalam militer bergerak pada tempatnya.
Jadi. Dengan elegan,Anden mengiris daging babinya lagi. Kau membawaku ke sini untuk memberitahuku bahwa kau menolong seorang penjahat kabur"
Sejenak, tak ada suara kecuali bunyi denting garpu Anden beradu dengan piring. Instruksi Razor bergema di telingaku hal-hal yang harus kukatakan, apa yang harus terlebih dulu kukatakan. Tidak & saya ke sini untuk memberi tahu sebuah rencana pembunuhan yang ditujukan untuk Anda.
Anden meletakkan garpunya dan mengarahkan dua jemari langsingnya ke para tentara. Tinggalkan kami.
Elector, Sir, salah satu dari mereka mulai berkata. Kami tidak bisa meninggalkan Anda sendirian.
Anden menarik sebuah pistol dari ikat pinggangnya (model hitam elegan yang belum pernah kulihat sebelumnya) dan menaruhnya di meja, di samping piringnya. Tidak apaapa, Kapten, ujarnya. Aku akan sangat aman. Sekarang, tolong, semuanya. Tinggalkan kami.
Wanita yang Anden panggil Kapten memberi isyarat pada anak buahnya, lalu mereka berbaris keluar tanpa suara. Bahkan,enam penjaga yang berdiri di sebelahku ikut pergi. Aku sendirian di ruangan ini bersama Elector, dipisahkan oleh kayu ceri sepanjang 3,7 meter.
menyatukan jari-jarinya. Kau datang ke sini untuk memperingatkanku"
Ya. Tapi kudengar kau ditangkap di Vegas. Kenapa kau tidak menyerahkan diri"
Saya sedang dalam perjalanan kemari, ke ibu kota. Saya ingin pergi ke Denver sebelum menyerahkan diri sehingga kesempatan saya untuk bicara dengan Anda lebih besar. Jelas saya tidak berencana untuk ditangkap oleh sembarang kelompok patroli di Vegas.
Dan bagaimana caramu kabur dari Patriot" Anden memandangku ragu sekaligus curiga. Di mana mereka sekarang" Mereka pasti mengejarmu.
Aku diam sejenak, menundukkan pandangan, lalu berdeham. Saya melompat dari kereta di perbatasan Vegas pada malam saya berhasil kabur.
Selama beberapa saat, Anden tidak berkata apa-apa. Kemudian, dia meletakkan garpunya dan menyeka mulut. Aku tak yakin dia percaya cerita pelarianku atau tidak.
Dan, apa rencana mereka untukmu kalau kau tidak kabur"
Untuk saat ini, biarkan hal itu tetap samar-samar. Sa-ya tidak tahu seluruh detail rencana mereka untuk saya, sahutku. Tapi, saya tahu mereka merencanakan semacam serangan saat Anda berkunjung ke salah satu medan perang untuk memberi dukungan moril, dan saya seharusnya membantu mereka. Lamar, Westwick, dan Burlington adalah tempat-tempat yang mereka sebutkan. Kelompok Patriot juga sudah menyusupkan orang-orang mereka, Anden di sini, di antara orang-orang lingkaran dalammu.
Aku tahu aku mengambil risiko dengan memanggil nama kecilnya, tapi kucoba mempertahankan hubungan baru ini. Kelihatannya Anden tidak memperhatikan dia hanya membungkuk di atas piringnya sambil menilaiku.
Bagaimana kau tahu ini" tanyanya. Apa kelompok Patriot sadar kau tahu" Apa Day juga terlibat dalam ini semua"
Aku menggeleng. Aku tak pernah sempat mencari
Apakah kau berteman dengannya"
Pertanyaan yang agak aneh. Mungkin dia ingin menemukan Day" Ya, sahutku, berusaha agar perhatianku tidak teralih pada kenangan akan tangan Day yang terjalin di rambutku. Dia punya alasan untuk tinggal aku sendiri punya alasan untuk pergi. Tapi ya, kurasa begitu.
Anden mengangguk tanda berterima kasih. Kau bilang ada orang di lingkaran dalamku yang harus kuketahui. Siapa"
Kuletakkan garpu, lalu kucondongkan tubuh ke arah seberang meja. Ada dua tentara dari pasukan penjaga pribadimu yang akan mencoba membunuhmu.
Anden memucat. Pasukan penjagaku dipilihkan dengan hati-hati untukku. Sangat hati-hati.
Dan siapa yang memilih mereka" aku menyilangkan lengan. Rambutku jatuh ke salah satu bahu, dan dari sudut mataku bisa kulihat mutiara bersinar. Tidak masalah kau percaya padaku atau tidak. Selidikilah. Kalau aku benar, kau takkan mati. Kalau aku salah, aku akan mati.
Yang membuatku terkejut, Anden bangkit dari kursinya, menegakkan tubuh, lalu berjalan ke ujung meja tempatku berada. Dia duduk di kursi di sebelahku dan menggesernya lebih dekat padaku. Aku mengerjap saat dia mempelajari wajahku.
June. Suaranya sangat lembut, nyaris seperti bisikan. Aku ingin percaya padamu & dan aku ingin kau percaya padaku.
Dia tahu aku menyembunyikan sesuatu. Dia bisa melihat di balik tipu muslihatku, dan dia ingin aku tahu itu. Anden bersandar ke meja dan memasukkan tangan ke saku celana panjangnya. Saat ayahku meninggal, dia mulai, mengucapkan setiap kata dengan sangat perlahan-lahan seolah dirinya sedang menapak di air yang berbahaya, aku betul-betul sendirian. Aku duduk di tepi ranjangnya, menemaninya di saat-saat terakhirnya. Tapi aku bersyukur, karena aku tak pernah punya kesempatan seperti itu dengan ibuku. Aku tahu bagaimana rasanya, June, menjadi satusatunya yang tertinggal.
kepercayaannya. Itulah peranku, satu-satunya alasanku berada di sini. Aku turut berduka, bisikku. Dan tentang ibumu juga.
Anden memiringkan kepala, menerima ungkapan dukacitaku. Dulu ibuku Princeps Senat. Tak sekali pun ayahku pernah bicara tentang beliau & tapi aku senang karena sekarang mereka bisa bersama-sama.
Aku pernah dengar rumor tentang mendiang Princeps. Bagaimana dia meninggal karena penyakit autoimun tepat setelah melahirkan. Hanya Elector yang bisa menunjuk pemimpin Senat jadi tak ada Princeps selama dua dekade, tidak sejak ibu Anden meninggal. Kucoba melupakan kenyamanan yang kurasakan saat berbicara tentang Drake, tapi lebih sulit melakukannya daripada yang kubayangkan. Pikirkan Day. Kuingatkan diri betapa bersemangatnya Day akan rencana Patriot, juga tentang Republik yang baru.
Aku senang orangtuamu sudah dalam kedamaian, kataku. Aku sangat mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang tercinta.
Anden merenungkan kata-kataku dengan dua jari menempel di bibir. Rahangnya terlihat kaku dan tak nyaman. Mungkin dia telah menguasai perannya, tapi dia tetap seorang pemuda, kusadari hal itu. Ayahnya adalah figur yang ditakuti, tapi Anden" Dia belum cukup kuat untuk menangani negara ini sendirian. Mendadak aku teringat malam-malam pertama setelah kematian Metias, saat aku menangis sampai pagi buta sebelum fajar,wajah tak bernyawa kakakku terus membakar pikiranku. Apa Anden juga mengalami malam-malam tanpa tidur yang sama" Bagaimana rasanya kehilangan ayah yang tidak boleh kau tangisi di depan umum, tak peduli be-tapa jahatnya ayah itu" Apa Anden menyayangi beliau"
Aku menunggu sementara dia memperhatikanku, makan malamku terlupakan begitu saja. Setelah beberapa lama, Anden menurunkan tangannya dan mendesah. Bukan rahasia lagi ayahku sudah lama sakit. Saat kau menunggu kematian seseorang yang kau sayangi & bertahun-tahun & . Dahinya berkerut tanpa
amat jelas. Yah, aku yakin rasanya pasti beda jika kepergian itu datang & tanpa diduga. Dia menengadah menatapku tepat setelah mengucapkan kata terakhir.
Aku tak yakin apakah dia merujuk pada orangtuaku atau Metias barangkali keduanya tapi caranya mengatakan itu meninggalkan sedikit keraguan dalam benakku. Dia berusaha mengatakan bahwa dia tahu apa yang terjadi pada keluargaku. Dan dia tidak setuju.
Aku tahu pengalamanmu dengan asumsi. Beberapa orang mengira aku meracuni ayahku agar bisa merebut tempatnya.
Itu hampir seperti dia berusaha bicara padaku dalam kode. Kau pernah berasumsi bahwa Day membunuh kakakmu. Bahwa kematian orangtuamu adalah kecelakaan. Tapi sekarang, kau tahu kebenarannya.
Rakyat Republik berasumsi bahwa aku musuh mereka. Bahwa aku orang yang sama dengan ayahku dulu. Bahwa aku tidak ingin negara ini berubah. Mereka pikir aku pemimpin palsu berkepala kosong, boneka yang hanya mewarisi takhta karena keinginan ayahku. Setelah ragu sejenak, dia mengalihkan tatapan padaku dengan kesungguhan yang membuat napasku tersekat. Padahal aku tidak begitu. Tapi, kalau aku tetap sendirian & kalau aku tetap jadi satu-satunya yang tersisa, aku tak bisa mengubah apa-apa. Kalau aku tetap sendirian, aku sama seperti ayahku.
Tidak heran dia ingin makan malam denganku. Sesuatu yang baru tumbuh sedang campur aduk dalam diri Anden. Dan dia butuh aku. Dia tidak mendapat dukungan rakyat, juga Senat. Dia butuh seseorang yang bisa mendapatkan hati rakyat untuknya. Dan, dua orang di Republik yang paling punya kekuatan di antara rakyat & adalah aku dan Day.
Berbeloknya arah percakapan ini membingungkanku. Anden bukan tidak tampak seperti orang yang digambarkan kelompok Patriot; pemimpin boneka yang menghalangi revolusi gilang-gemilang. Seandainya dia
mengatakan yang sebenarnya & kenapa Patriot ingin dia mati" Mungkin ada sesuatu yang tidak kupahami. Mungkin ada sesuatu tentang Anden yang Razor tahu dan aku tidak.
Bisakah aku percaya padamu" kata Anden. Ekspresinya berubah menjadi sangat jujur, dengan alis terangkat dan mata melebar.
Kuangkat dagu dan kubalas tatapannya. Bisakah aku percaya pada-nya" Aku tidak yakin, tapi untuk saat ini, kubisikkan jawaban yang aman. Ya.
Anden menegakkan tubuh dan menjauh dari meja. Aku tidak bisa benar-benar bilang dia memercayaiku. Ini rahasia di antara kita. Akan kuberi tahu penjagaku tentang peringatanmu. Kuharap kita bisa menemukan pengkhianatpengkhianat itu. Anden tersenyum padaku, lalu memiringkan kepala dan tersenyum lagi. Kalau kita menemukan mereka, June, aku ingin kita bicara lagi. Kelihatannya kita punya banyak kesamaan. Kata-katanya membuat pipiku merona.
Dan begitulah. Silakan, selesaikan makan malammu dengan santai. Tentaraku akan membawamu kembali ke sel saat kau sudah siap.
Kugumamkan terima kasih tanpa suara. Anden berbalik dan keluar ruangan sementara para tentara kembali berbaris masuk, gema serentak suara bot mereka memecahkan keheningan yang mengisi ruangan ini beberapa saat sebelumnya. Aku menunduk dan berpurapura menghabiskan sisa makananku.
Ada sesuatu yang lebih tentang Anden, lebih dari yang pertama kupikirkan. Baru sekarang kusadari bahwa napasku lebih pendek dari biasa, dan jantungku berdebar. Bisakah aku memercayai Anden" Atau aku percaya Razor" Kumantapkan diri dengan memegang tepi meja. Apa pun kebenarannya, aku harus bertindak dengan sangat hati-hati. Setelah makan malam, aku tidak dibawa ke sel tawanan khusus, melainkan dikirim ke apartemen mewah dan bersih, sebuah kamar berkarpet dengan pintu ganda tebal dan tempat tidur besar yang lembut. Tidak ada jendela. Selain tempat tidur, tidak ada perabot di kamar ini sama sekali,
Satusatunya dekorasi hanyalah potret Anden yang selalu ada, ditempel di salah satu dinding. Segera saja kucari lokasi kamera sekuriti ada tepat di atas pintu ganda, seperti tombol kecil halus di langit-langit. Setengah lusin penjaga berdiri siaga di luar.
Sepanjang malam,aku tidur-tidur ayam dengan gelisah. Para tentara bergiliran menjaga. Pagi-pagi sekali seorang penjaga menepukku sampai terbangun. Sejauh ini bagus, bisik wanita itu. Ingat siapa musuhnya. Kemudian, dia keluar dari kamar ini dan seorang penjaga baru menggantikannya.
Tanpa suara, aku berganti pakaian dengan gaun malam dari beledu yang hangat. Seluruh indraku kini waspada tingkat tinggi, tanganku gemetar sedikit. Borgol di pergelangan tanganku bergerincing lembut. Sebelumnya aku tak bisa benar-benar yakin, tapi sekarang aku tahu bahwa kelompok Patriot menyaksikan setiap langkahku. Tentara-tentara Razor perlahan-lahan bergerak mendekat dan mempersiapkan diri. Mungkin aku takkan pernah melihat penjaga yang barusan lagi tapi sekarang aku memperhatikan wajah setiap tentara di sekitarku, bertanyatanya siapa yang setia, dan siapa yang Patriot.[] ~142~h t t p
M IMPI LAIN LAGI . Aku bangun terlalu dini pada pagi ulang tahunku yang kedelapan. Cahaya baru mulai masuk dari jendela kami, mengusir warna gelap dan kelabu dari malam yang menghilang. Aku duduk di tempat tidur dan menggosok mata. Gelas berisi air yang setengah kosong berdiri seimbang di dekat pinggiran meja tua di samping tempat tidur. Satu-satunya tanaman yang kami punya tumbuhan menjalar yang dibawa Eden pulang dari kebun tak terawat ada di sudut. Sulur-sulurnya menjulur ke lantai, mencari sinar matahari. John mendengkur keras di pojok. Kakinya terjuntai keluar dari bawah selimut penuh tambalan dan menggantung di ujung ranjang. Eden tidak terlihat di mana pun; mungkin bersama Ibu.
berbaring lagi dan memikirkan sesuatu yang menenangkan seperti burung atau danau, dan akhirnya cukup rileks untuk tidur lagi sedikit lebih lama. Tapi hari ini tidak begitu. Kuayunkan kaki ke tepi tempat tidur dan kukenakan sepasang kaus kaki tak seragam.
Segera setelah aku melangkah ke ruang tamu, aku tahu ada sesuatu yang salah. Ibu tidur di sofa dengan Eden dalam pelukannya, berselimut sampai ke bahu. Tapi Ayah tidak di situ. Pandanganku segera berkelana cepat ke seluruh ruangan. Semalam Ayah baru kembali dari medan perang, dan biasanya dia ada di rumah setidaknya tiga atau empat hari. Terlalu cepat baginya untuk pergi sekarang.
Ayah" bisikku. Ibu bergerak sedikit dan aku terdiam lagi.
Kemudian, kudengar suara lemah pintu kasa kami bersentuhan dengan kayu. Mataku melebar. Aku berlari cepat ke pintu dan melongokkan kepala ke luar. Aliran udara dingin menyambutku. Ayah" aku berbisik lagi.
Mulanya, tak ada siapa pun di sana. Lalu, kulihat sosoknya muncul dari bayang-bayang. Ayah.
Aku mulai berlari tak peduli kerikil dan aspal menggoresku karena bahan kaus kakiku sudah usang. Sosok dalam bayang-bayang itu berjalan beberapa langkah lagi, lalu mendengarku dan berbalik. Sekarang, aku melihat ram-but cokelat terang ayahku dan mata warna madunya yang sipit, janggut tipis di dagunya, tubuhnya yang tinggi, cara berdirinya yang elegan tanpa cacat. Ibu selalu bilang, ayahku terlihat seperti baru keluar dari cerita rakyat Mongolia. Lariku semakin cepat.
Ayah, kataku tanpa berpikir saat aku mencapainya. Dia berlutut dan merengkuhku dalam pelukan. Ayah sudah mau pergi"
Maaf, Daniel, bisiknya. Dia terdengar lelah. Aku sudah dipanggil lagi ke medan perang.
Air mataku berlinang. Sudah dipanggil" Kau harus kembali ke rumah sekarang. Jangan biarkan polisi melihatmu bersikap berlebihan begini.
Ayah hari ini ulang tahunku, aku
Ayahku meletakkan tangan di masing-masing bahuku. Kedua matanya menunjukkan peringatan, sarat akan se-gala yang dia harap dapat diucapkannya keras-keras. Aku ingin tinggal, dia berusaha mengatakan itu. Tapi aku harus pergi. Kau tahu harus bagaimana. Jangan bicarakan ini. Dan dia berkata, Pulanglah, Daniel. Sampaikan salamku pada ibumu.
Suaraku mulai bergetar, tapi kupaksa diriku tetap be-rani. Kapan kami akan bertemu Ayah lagi"
Aku akan segera pulang. Aku sayang kau. Dia meletakkan sebelah tangan di kepalaku. Tunggu saja kapan aku kembali, oke"
Aku mengangguk. Dia berlama-lama denganku sebentar, lalu bangkit dan berjalan pergi. Aku pulang. Itu adalah terakhir kali aku melihatnya. Satu hari berlalu. Aku duduk sendirian di tempat tidur yang kelompok Patriot berikan untukku di salah satu kamar dengan ranjang tingkat, mengamat-amati kalung bandul yang melingkari leherku. Rambutku jatuh di sekeliling wajah, membuatku merasa memperhatikan kalung itu dari balik tirai cerah. Sebelum mandi kemarin, Kaede memberiku sebotol gel yang menghapus warna palsu rambutku. Untuk bagian rencana kita berikutnya, dia memberitahuku. Seseorang mengetuk pintu.
Day" Suara teredam terdengar dari balik pintu. Butuh sedetik bagiku untuk mengembalikan kesadaran dan mengenali Tess. Aku baru saja terbangun dari mimpi burukku tentang ulang tahunku yang kedelapan. Aku masih bisa mengingat segalanya seakan hal itu baru terjadi kemarin, dan mataku terasa merah dan bengkak gara-gara menangis. Saat aku bangun, pikiranku mulai membayangkan gambaran-gambaran Eden diikat di tempat tidur dorong, menjerit saat orangorang lab menyuntiknya dengan bahan kimia. John berdiri dengan penutup mata di depan satu skuadron tentara. Dan Ibu. Aku tak bisa menghentikan semua hal
membuatku sangat marah. Jika aku menemukan Eden, lalu apa" Bagaimana aku membawanya dari Republik" Aku harus berasumsi bahwa Razor bisa membantuku mendapatkan Eden kembali. Dan untuk
mendapatkannya kembali, aku harus benar-benar pastikan Anden mati.
Lenganku sakit gara-gara menghabiskan sepanjang pagi di bawah pengawasan Kaede dan Pascao, belajar bagaimana menembak dengan pistol. Jangan khawatir kalau tembakanmu meleset tidak kena Elector, kata Pascao saat kami memperbaiki bidikanku. Dia menyapukan tangannya di sepanjang lenganku, membuatku tersipu. Itu tidak masalah. Bagaimanapun, akan ada orang-orang lain bersamamu yang akan menyelesaikan pekerjaan itu. Razor hanya ingin gambar dirimu mengacungkan pistol pada Elector. Tidakkah itu sempurna" Elector, sedang memberi pidato dukungan moril ke para tentara di medan perang, ditembak saat ratusan pasukan berada di sekitarnya. Oh, ironis! Pascao memberiku cengiran khasnya. Pahlawan rakyat membunuh sang Tirani. Itu bakal jadi cerita yang hebat. Yeah cerita yang hebat, jelas.
Day" kata Tess dari balik pintu. Kau di dalam" Razor ingin bicara denganmu.
Oh, benar. Dia masih di luar, memanggilku. Yeah, masuklah, sahutku.
Tess menjengukkan kepala ke dalam. Hei, katanya. Sudah berapa lama kau di sini"
Baik-baiklah padanya, Kaede pernah bilang. Kalian berdua serasi. Aku tersenyum kecil pada Tess sebagai sapaan. Tidak tahu, jawabku. Aku beristirahat sebentar. Beberapa jam, mungkin"
Razor memintamu ke ruang utama. Mereka menayangkan siaran langsung June. Kupikir kau mungkin
Siaran langsung" June pasti berhasil. Dia baik-baik saja. Aku melompat. Akhirnya, ada berita tentang June. Memikirkan akan melihatnya lagi, meski hanya lewat
harap cemas. Aku akan segera ke sana.
Saat kami berjalan di koridor pendek menuju ruang utama, beberapa anggota Patriot menyapa Tess. Dia tersenyum setiap kali disapa, bertukar canda halus dan tertawa seolah-olah dia telah mengenal mereka seumur hidup. Dua pemuda memberinya tepukan ramah di bahu.
Cepatlah, Anak-Anak. Jangan buat Razor menunggu.
Kami berdua menoleh dan melihat Kaede berjalan cepat melewati kami ke arah ruang utama. Dia berhenti sejenak untuk melingkarkan sebelah lengan di leher Tess, lalu mengacak rambutnya penuh sayang dan mencium pipinya iseng. Sumpah, kau yang paling lelet di kelompok ini, Sayang.
Tess tertawa dan mendorongnya minggir. Kaede mengedipkan mata sebelum melangkah lagi. Dia menghilang di sudut, masuk ke ruang utama. Aku memperhatikan, agak terkejut karena Kaede menunjukkan kasih sayang pada seseorang. Bukan sesuatu yang kuduga akan dilakukannya. Aku tak pernah memikirkan itu sebelumnya, tapi sekarang kusadari betapa hebatnya Tess dalam menjalin ikatan baru kurasakan ketenteraman para anggota Patriot saat berada di dekatnya, ketenteraman yang sama dengan yang selalu kurasakan saat bersamanya di jalanan. Tidak diragukan lagi, itulah kelebihannya. Dia menyembuhkan. Dia membuat nyaman.
Kemudian, Baxter melewati kami. Tess menundukkan pandangan saat Baxter mengenai lengannya. Kulihat pemuda itu mengangguk singkat padanya sebelum membelalak padaku. Setelah dia jauh dari jangkauan pendengaran, aku membungkuk ke arah Tess. Ada apa dengannya" bisikku.
Tess hanya mengangkat bahu dan membelai lenganku. Jangan hiraukan dia, sahutnya, mengulangi apa yang Kaede katakan padaku saat aku pertama kali tiba di terowongan. Suasana hatinya memang suka naik turun.
mengganggumu, beri tahu aku, gumamku.
Tess kembali mengangkat bahu. Tidak apa-apa, Day. Aku bisa mengatasinya.
Mendadak aku merasa sedikit tolol, menawarkan bantuan layaknya kesatria arogan dalam baju besi berkilauan saat Tess mungkin punya lusinan kawan baru yang dengan senang hati akan menolongnya. Padahal dia bisa menolong dirinya sendiri.
Saat kami tiba di ruang utama, kerumunan kecil telah berkumpul di depan salah satu layar yang lebih besar di dinding, di mana sebuah rekaman kamera sekuriti sedang ditayangkan. Razor berada di depan kerumunan, tangannya disilangkan dengan santai. Sementara itu, Pascao dan Kaede berdiri di sebelahnya. Mereka melihatku dan memberiku isyarat untuk mendekat.
Day, kata Razor, menepuk bahuku. Kaede memberiku anggukan cepat sebagai sapaan. Senang melihatmu di sini. Kau baik-baik saja" Kudengar pagi ini kau sedikit tak bersemangat.
Kepeduliannya menyenangkan mengingatkanku pada cara ayahku bicara denganku dulu.
Aku baik, sahutku. Hanya lelah karena perjalanan kemarin.
Bisa dimengerti. Penerbangannya memang bikin stres. Dia mengedikkan kepala ke layar. Para Hacker kita mengirim rekaman June. Audionya terpisah, tapi kau akan segera mendengarnya. Bagaimanapun, kupikir kau ingin melihat videonya.
Tatapanku terpaku ke layar. Gambarnya tajam dan berwarna, seolah-olah kami berada di sudut ruangan itu. Kulihat sebuah ruang jamuan penuh hiasan dengan meja makan berdekorasi elegan dan tentara berbaris di dinding.
Sang Elector muda duduk di salah satu ujung meja. June duduk di sisi satunya, mengenakan gaun mewah yang membuat jantungku berdebar lebih cepat. Waktu aku menjadi tahanan Republik, mereka menghajarku sampai babak belur dan melemparku ke sel kotor.
untuknya, tapi pada saat bersamaan, aku juga sedikit merasa pahit. Bahkan, setelah mengkhianati Republik, orang dengan asal-usul seperti June tetap bisa melenggang santai, sementara orang sepertiku menderita.
Semua orang memperhatikanku menonton June. Baguslah dia melakukannya dengan baik, kataku pada layar. Aku sudah merasa jijik pada diriku sendiri karena memikirkan gagasan kejam semacam itu.
Pintar dia, memulai pembicaraan dengan Elector tentang tahun-tahun kuliah mereka di Drake, kata Razor, merangkum audionya sementara video itu tayang. Dia menanamkan cerita yang kuberi. Menurutku setelah ini mereka akan mengetesnya dengan detektor kebohongan, dan jalan kita ke Anden akan terbuka lebar kalau June bisa lulus tes itu. Fase kita berikutnya besok akan berjalan lancar.
Kalau June bisa lulus tes itu. Sebuah ikatan awal. Bagus, sahutku, berusaha menjaga agar wajahku tidak mengkhianati pikiranku. Namun, sementara rekamannya terus berputar dan kulihat Anden memerintahkan para tentara untuk keluar dari ruangan itu, kurasakan ada simpul mengencang di tenggorokanku. Pria ini adalah simbol kedewasaan, kekuasaan, dan wibawa. Dia mencondongkan tubuh untuk mengatakan sesuatu pada June, lalu mereka tertawa dan minum sampanye. Aku bisa bayangkan mereka bersama. Mereka serasi.
Dia melakukan kerja bagus, kata Tess seraya menyelipkan rambut di belakang telinga. Elector sangat tertarik padanya.
Aku ingin membantah, tapi Pascao terang-terangan setuju. Tess benar sekali lihat kilau di matanya itu" Kuberi tahu kalian, pria itu terpikat. Elector tergila-gila pada gadis kita. Dalam beberapa hari, June akan membuatnya betulbetul jatuh cinta.
Razor mengangguk, tapi antusiasmenya lebih sedikit. Benar, katanya. Tapi, kita harus pastikan Anden tidak memikat June juga. Anden dilahirkan untuk
pada June. Aku senang Razor menyatakan pengertian dan peringatan pada saat seperti ini, tapi aku harus mengalihkan pandangan dari layar sekarang. Aku tak pernah mempertimbangkan gagasan bahwa Anden mungkin bisa memikat June.
Komentar-komentar semua orang memudar saat aku berhenti mendengarkan. Tess benar, tentu saja; aku bisa melihat hasrat di wajah Elector. Sekarang, dia bangkit dan berjalan ke tempat June duduk dirantai di kursinya, lalu mendekat untuk bicara dengannya. Dahiku berkerut. Bagaimana bisa ada orang tahan pada pesona June" Dia sempurna dalam berbagai hal. Lalu, kusadari bahwa aku bukan marah karena ketertarikan Anden padanya bagaimanapun dia akan segera mati, kan" Yang membuatku sakit hati adalah June tidak terlihat memalsukan tawanya dalam video ini. Dia hampir tampak seperti menikmatinya. Dia selevel dengan pria-pria seperti Anden: aristokrat. Berasal dari kehidupan kelas atas Republik. Bagaimana mungkin dia bisa bahagia dengan seseorang sepertiku, seseorang yang tak punya apa-apa, kecuali segenggam penjepit kertas di sakunya" Aku berbalik dan mulai berjalan pergi meninggalkan kerumunan. Aku sudah melihat semua yang ingin kulihat.
Tunggu! Aku menoleh dan melihat Tess berlari mengejarku, rambutnya beterbangan di sekeliling wajahnya. Kecepatan larinya melambat dan kini dia melangkah di sebelahku. Kau baik-baik saja" tanyanya sambil mempelajari ekspresi wajahku saat kami berjalan lagi di koridor untuk kembali ke kamarku.
Ya, sahutku. Kenapa tidak" Semuanya berjalan & sempurna. Kuberi dia seulas senyum tegang.
Oke. Aku tahu. Aku hanya ingin memastikan. Tess memberiku cengiran berlesung pipi, dan perasaanku padanya kembali melembut.
Aku baik-baik saja, Sepupu. Serius. Kau aman, aku aman, Patriot berada di jalur seharusnya, dan mereka
kurang" Wajah Tess berubah cerah mendengar kata-kataku. Bibirnya melengkung, membentuk seringai menggoda. Ada gosip tentang kau, tahu.
Aku mengangkat alis, pura-pura heran. Oh, masa" Gosip macam apa"
Rumor bahwa kau masih hidup dan sehat menyebar cepat sekali dibicarakan semua orang. Namamu disemprotkan di dinding seluruh negeri, bahkan di beberapa tem-pat, disemprotkan di atas potret Elector. Kau percaya itu" Para pengunjuk rasa bermunculan di mana-mana. Mereka semua melagukan namamu. Energi Tess menyusut sedikit. Bahkan, orang-orang yang dikarantina di Los Angeles. Kurasa sekarang seluruh kota dikarantina.
Mereka menyegel Los Angeles" Kabar ini membuatku terperanjat. Kami tahu sektor-sektor permata telah dipagari, tapi aku tak pernah dengar karantina berskala besar seperti ini. Untuk apa" Wabah"
Bukan karena wabah. Mata Tess melebar penuh semangat. Karena pemberontakan. Republik menyiarkannya secara resmi sebagai karantina wabah, tapi sebenarnya seluruh kota memberontak pada Elector baru. Rumor yang tersebar adalah Elector memburumu dengan semua yang dia punya, dan beberapa anggota Patriot memberi tahu masyarakat bahwa Anden adalah orang yang memerintahkan errr, yang memerintahkan keluargamu untuk & . Tess bimbang, wajahnya berubah merah. Bagaimanapun, Patriot berusaha membuat Anden terdengar buruk, lebih buruk dari ayahnya. Razor bilang, pengunjuk rasa di LA adalah kesempatan besar buat kita. Ibu kota sampai harus memanggil ribuan pasukan tambahan.
Kesempatan besar, aku membeo, teringat bagaimana Republik menumpas protes terakhir di Los Angeles.
Yup, dan semua itu berkat kau, Day. Kau yang menarik pelatuknya atau, setidaknya, rumor bahwa
dengan cerita kaburmu, dan marah akan caramu diperlakukan. Kau adalah satu-satunya yang kelihatannya tidak bisa dikontrol Republik. Semua orang melihatmu, Day. Mereka menunggu langkahmu berikutnya.
Aku menelan ludah, tak berani memercayainya. Itu tidak mungkin Republik takkan pernah membiarkan pemberontakan membesar tak terkendali di salah satu kota terbesar negeri ini. Iya, kan" Apa masyarakat betulbetul membanjiri markas militer lokal di sana" Apa mereka memberontak karena aku" Mereka menunggu langkahmu berikutnya. Tapi, aku bahkan tak tahu apa langkah selanjutnya. Aku cuma berusaha mencari adikku itu saja. Aku menggelengkan kepala, menekan gelombang ketakutan yang mendadak muncul. Aku pernah menginginkan kekuatan untuk melawan balik, kan" Itulah yang kucoba lakukan selama bertahuntahun ini, ya kan" Sekarang, mereka memberikan kekuatan padaku & tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan itu.
Yang benar saja, aku berhasil menyahut. Kau bercanda" Aku cuma bandit jalanan dari LA.
Yeah. Bandit yang terkenal. Senyum Tess yang menular langsung mencerahkan perasaanku. Dia menggandeng lenganku saat kami sampai di pintu kamarku dan masuk. Ayolah, Day. Tidakkah kau ingat kenapa awalnya Patriot setuju untuk merekrutmu" Razor bilang kau akan menjadi sekuat Elector baru. Semua orang di negara ini tahu siapa kau. Dan kebanyakan dari mereka menyukaimu. Sesuatu yang patut dibanggakan, ya"
Aku hanya berjalan ke tempat tidurku dan duduk. Bahkan, aku tidak langsung menyadari Tess duduk di sebelahku.
Dia tenang saja melihat sikap diamku. Kau sangat peduli dengan dia, ya" ujarnya, melicinkan selimut di atas tempat tidur dengan satu tangan. Dia tidak seperti gadisgadis yang dulu kau bodohi waktu di Lake.
masih terus memikirkan betapa Anden tergila-gila pada June. Pipi Tess kini berubah merah jambu, dan mendadak aku merasa tak nyaman duduk hanya berdua dengannya. Matanya yang besar terpaku padaku, rasa sukanya tidak diragukan lagi. Aku selalu bersikap halus pada gadis-gadis yang menyukaiku, tapi mereka semua orang asing. Gadisgadis yang datang dan pergi begitu saja dalam hidupku tanpa konsekuensi. Tess berbeda. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan gagasan bahwa kami bisa menjadi lebih dari teman.
Yah, aku harus bilang apa" tanyaku. Aku ingin memukul diri sendiri segera setelah kata-kata itu terlontar.
Berhenti mencemaskannya aku yakin dia akan baikbaik saja. Dia memuntahkan kalimat terakhir dengan kepahitan mendadak, lalu kembali diam. Yeah, jelas sekali aku salah ngomong.
Aku tidak bergabung dengan Patriot karena aku mau, tahu, Tess bangkit dari tempat tidur dan berdiri menghadapku, punggungnya kaku, tangannya mengepal dan menutup. Aku bergabung dengan Patriot karena kau. Karena aku sangat mengkhawatirkanmu setelah June membawamu pergi dan menahanmu. Kupikir aku bisa minta mereka menyelamatkanmu tapi aku tak punya kemampuan tawar-menawar yang June punya. June bisa melakukan apa pun yang dia inginkan padamu, dan kau akan tetap menerimanya kembali. June bisa melakukan apa pun yang ingin dia lakukan pada Republik, dan mereka juga akan tetap menerimanya kembali. Suara Tess meninggi. Kapan pun June butuh sesuatu, dia mendapatkannya, tapi kebutuhanku bahkan tidak bisa dihargai seember darah babi. Mungkin kalau aku yang menjadi kesayangan Republik, kau juga akan peduli pada-ku.
Kata-katanya menoreh dalam. Itu tidak benar, kataku, bangkit dan mencengkeram tangannya. Bagaimana kau bisa berkata begitu" Kita tumbuh
Diamengatupkanbibirnyarapatrapatdanmenengadah, berusaha tidak menangis. Day, dia mulai lagi, pernahkah kau mempertanyakan kenapa kau sangat menyukai June" Maksudku yah dilihat dari bagaimana kau ditangkap dan semua Aku menggelengkan kepala. Apa maksudmu" Dia menghela napas panjang. Aku pernah dengar ini sebelumnya entah di JumboTrons atau di manalah, saat mereka membicarakan tawanan Koloni. Tentang bagaimana korban penculikan jatuh cinta pada penculiknya.
Dahiku berkerut. Tess yang kukenal lenyap di balik awan kecurigaan dan pikiran gelap.
Kau pikir aku menyukai June karena dia menangkapku" Kau benar-benar berpikir aku sesinting itu"
Day" kata Tess hati-hati. June menyerahkanmu pada Republik.
Prodigy Karya Marie Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kulepas tangan Tess kasar. Aku tak ingin bicara ten-tang ini.
Tess menggelengkan kepala pilu, matanya berkilauan karena air mata yang tidak diusap. Dia membunuh ibumu, Day.
Aku mundur selangkah menjauhi Tess. Aku merasa seolah wajahku telah ditampar. Dia tidak melakukannya, kataku.
Dia sama saja seperti melakukannya, bisik Tess. Bisa kurasakan pertahananku bangkit kembali, menutup diriku dari apa pun. Kau lupa, dia juga menolongku kabur. Dia menyelamatkanku. Dengar, apa kau
Aku menyelamatkanmu lusinan kali. Tapi, kalau aku menyerahkanmu, dan keluargamu tewas gara-gara itu, apa kau akan memaafkanku"
Aku menelan ludah. Tess, aku akan memaafkanmu hampir untuk segala hal.
Bahkan, jika aku bertanggung jawab atas kematian ibumu" Tidak, kurasa tidak. Tatapannya
keras, seolah dibalur tepian baja. Itulah yang kumaksud. Kau memperlakukan June berbeda. Tidak berarti aku tidak peduli padamu. Tess mengabaikan sahutanku dan melanjutkan, Kalau kau harus memilih untuk menyelamatkan satu di antara aku atau June, dan kau tidak boleh membuangbuang waktu & . Apa yang akan kau lakukan"
Bisa kurasakan wajahku menjadi merah karena frustrasi.
Siapa yang akan kau selamatkan" Tess menggunakan lengannya untuk menyeka wajah dan menunggu jawabanku.
Aku mengeluh tak sabar. Kasih tahu saja yang sebenarnya. Kau, oke" Aku akan menyelamatkan-mu.
Ekspresinya melembut, dan pada saat itu kejelekan yang muncul dari rasa cemburu dan kebencian lenyap. Hanya butuh sedikit kemanisan bagi Tess untuk kembali menjadi malaikat. Kenapa"
Entahlah. Aku mengusap rambutku, tak bisa menemukan alasan kenapa aku tidak bisa mengendalikan percakapan ini. Karena June takkan butuh bantuanku.
Tolol, sangat tolol. Alasan yang sangat buruk. Katakata itu keluar begitu saja sebelum aku bisa menghentikannya, dan sekarang sudah terlambat untuk menariknya kembali. Itu bahkan bukan alasan sebenarnya. Aku akan menyelamatkan Tess karena dia Tess, karena aku tak tahan membayangkan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Tapi, aku tak punya waktu untuk menjelaskan itu. Tess berbalik dan mulai berjalan menjauhiku. Terima kasih atas belas kasihanmu, ujarnya.
Aku berlari mengejarnya, tapi saat aku meraih tangannya, dia menyentakkan tanganku. Maaf. Bukan itu yang kumaksud. Aku bukannya mengasihanimu. Tess, aku
Tidak apa-apa, bentaknya. Itu kebenarannya, kan" Yah, kau akan segera berkumpul lagi dengan June. Kalau dia tidak memutuskan kembali pada
tidak berusaha memanis-maniskannya sedikit pun. Baxter pikir kalian akan mengkhianati kami, tahu. Itulah kenapa dia tidak menyukaimu. Dia sudah berusaha meyakinkan aku akan hal itu sejak pertama kali aku bergabung. Entahlah & mungkin dia benar.
Dia meninggalkanku berdiri sendirian di koridor. Rasa bersalah mengiris-iris kulitku, merobek pembuluh darahku. Sebagian diriku marah aku ingin membela June dan memberi tahu Tess semua hal yang June tinggalkan demi aku. Tapi & apa Tess benar" Apa aku hanya menipu diri sendiri"[]
Semalam aku bermimpi buruk. Aku mimpi Anden mengampuni Day atas semua kejahatannya. Kemudian, kulihat kelompok Patriot menyeret Day ke jalanan gelap dan menembaknya tepat di dada. Razor menoleh padaku dan berkata, Hukumanmu, Miss Iparis, karena bekerja sama dengan Elector. Aku tersentak bangun, berkeringat dan gemetar tak terkendali.
Satu malam dan siang (spesifiknya, 23 jam) berlalu sebelum aku melihat Elector lagi. Kali ini aku bertemu dengannya di ruang deteksi kebohongan.
Sementara para penjaga menggiringku di koridor menuju sekumpulan jip yang sudah menunggu di luar, aku mengingat-ingat semua hal yang kupelajari di Drake tentang bagaimana detektor kebohongan bekerja. Pemeriksa akan berusaha mengintimidasiku; mereka akan menggunakan kelemahan-kelemahanku untuk melawanku. Mereka akan menggunakan kematian Metias, atau orangtuaku, atau mungkin bahkan Ollie. Mereka jelas akan
yang kami lalui, memikirkan setiap kelemahanku, lalu memaksanya masuk jauh ke dalam bagian belakang pikiranku. Kubungkam mereka semua.
Kami berkendara membelah ibu kota beberapa blok jauhnya. Kali ini kulihat kota diselimuti kilau setengah kelabu dari pagi yang bersalju. Para tentara dan buruh berjalan cepat di trotoar melewati titik-titik cahaya yang dibuat lampu jalanan di jalan aspal yang licin. JumboTrons di sini besar, beberapa menjulang tinggi sampai lima belas lantai, dan pengeras suara yang berjajar di gedung-gedung lebih baru daripada yang di LA sehingga suara pembaca beritanya tidak pecah.
Kami melewati Menara Gedung Parlemen. Kupelajari dindingnya yang licin, betapa lapisan kaca melindungi setiap balkon sehingga siapa pun yang berpidato akan terlindungi dengan baik. Elector yang lama pernah diserang di situ sebelum ada kacanya seseorang pernah berusaha menembaknya di lantai empat puluh. Setelah itu, dengan cepat Republik memasang penghalang. Terdapat garis-garis bekas basah di JumboTrons Menara yang membuat gambar di layarnya seperti bengkok-bengkok, tapi aku masih bisa membaca beberapa berita utama saat kami melewatinya. Satu berita yang familier menarik perhatianku. DANIEL ALTAN WING DIEKSEKUSI 26 DESEMBER
OLEH REGU PENEMBAK Kenapa mereka masih menayangkan berita itu, sementara berita-berita lain dari waktu yang sama telah diganti berita yang lebih baru" Mungkin mereka mencoba meyakinkan rakyat bahwa berita itu benar.
Berita lain lagi melintas.
ELECTOR AKAN UMUMKAN HUKUM BARU PERTAMA TAHUN INI
HARI INI DI MENARA GEDUNG PARLEMEN
Aku ingin berhenti sejenak dan membaca berita itu lagi tapi mobil ini berlalu cepat dan tahu-tahu kami sudah sampai. Pintu mobil terbuka. Para tentara mencengkeram lenganku dan menarikku keluar. Segera saja aku ditulikan oleh teriakan-teriakan dari arah kerumunan penonton dan lusinan reporter pemerintah yang mengarahkan kamera kotak kecil mereka padaku. Saat aku mulai mempelajari orang-orang di sekeliling kami, kusadari bahwa di samping orang-orang yang berada di sini hanya untuk melihatku, ada pula orang-orang lain. Banyak orang lain. Mereka protes di jalanan, meneriakkan hinaan untuk Elector, dan diseret pergi oleh polisi. Beberapa orang melambaikan poster-poster buatan tangan di atas kepala mereka, bahkan ketika para penjaga membawa mereka pergi.
June Iparis Tidak Bersalah! Begitu tulisan di salah satu poster itu.
Mana Day" Tulis yang lain.
Salah satu penjaga mendorongku maju. Tak ada yang perlu dilihat, teriaknya, menyuruhku melangkah cepat di deretan panjang anak tangga menuju koridor raksasa sebuah gedung pemerintah. Di belakang kami, keributan dari luar memudar menjadi gema langkah kaki kami. Sembilan puluh dua detik kemudian, kami berhenti di depan sederet pintu kaca luas. Kemudian, seseorang memindai sebuah kartu ti-pis (besarnya sekitar 90-150 cm, berwarna hitam, dengan kilauan reflektif dan logo segel emas Republik di salah satu sudut) pada layar di pintu, lalu kami masuk.
Ruang deteksi kebohongan berbentuk silinder, dengan atap melengkung rendah dan dua belas tiang perak berderet di dinding bundar. Para penjaga mengikatku berdiri di sebuah mesin yang melingkari lengan dan pergelangan tanganku dengan gelang logam, dan simpul logam dingin (empat belas di antaranya) menekan pada leher, pipi, dahi, telapak tangan dan pergelangan kakiku. Ada banyak tentara di sini dua puluh totalnya. Enam dari mereka adalah tim pemeriksa, dengan ban lengan putih dan berada di ruang
terbuat dari kaca jernih tanpa cacat (di sana ditanamkan simbol samar setengah lingkaran, yang berarti kaca itu antipeluru satu arah. Jadi, kalau entah bagaimana aku menerobos masuk ke situ, para tentara di luar bisa menembakku menembus kaca, tapi aku tak bisa balas menembak mereka atau memecahkan kaca dari dalam). Di luar ruangan terse-but, kulihat Anden berdiri bersama dua Senator dan 24 penjaga tambahan. Dia tampak tidak senang, dan sedang terlibat dalam pembicaraan serius dengan kedua Senator itu, yang berusaha menutupi ketidaksenangan mereka dengan senyum palsu ala penurut.
Miss Iparis, kata ketua pemeriksa. Mata wanita itu berwarna hijau sangat pucat, rambutnya pirang, kulitnya putih porselen. Dia meneliti wajahku dengan cermat dan tenang sebelum menekan alat hitam kecil yang dia pegang di tangannya. Namaku Dr. Sadhwani. Kami akan menanyaimu serangkaian pertanyaan. Karena kau dulunya agen Republik, aku yakin kau mengerti sebaik aku bagaimana kapabilitas mesin ini. Kami akan menangkap gerakan terkecil darimu, juga gemetar paling tak kentara dari tanganmu. Aku sangat menyarankan agar kau mengatakan yang sebenarnya.
Kata-katanya cuma omongan standar sebelum tes dia berusaha meyakinkanku akan kekuatan penuh alat pendeteksi kebohongan ini. Dia pikir semakin aku takut, semakin banyak reaksi yang akan kuperlihatkan. Kutatap matanya. Ambil napas normal perlahan. Mata rileks, mulut lurus. Oke, sahutku. Tak ada apa pun yang kusembunyikan.
Dokter itu menyibukkan diri mempelajari simpulsimpul yang menempel di kulitku, lalu proyeksi wajahku yang mungkin ditayangkan di sekeliling ruangan di belakangku. Matanya sendiri dengan gugup melihat sekeliling, dan butiran kecil keringat membentuk titik-titik di puncak dahinya. Mungkin dia belum pernah mengetes musuh negara yang terkenal sebelumnya, dan jelas tidak di depan orang sepenting Elector.
Seperti yang sudah kuduga, Dr. Sadhwani memulai dengan pertanyaan sederhana. Namamu June Iparis"
Kapan ulang tahunmu" Sebelas Juli.
Dan usiamu" Lima belas tahun, lima bulan, dua puluh delapan hari. Nada suaraku tetap datar dan tanpa emosi. Tiap kali aku menjawab, aku berhenti selama beberapa detik dan membiarkan napasku mendangkal, yang membuat jantungku berdetak lebih kencang. Jika mereka mengukur angka fisikku, biar saja mereka melihat ketidakstabilan selama pertanyaan kontrol. Akan lebih susah mengetahui kapan saat aku benar-benar berbohong.
Kau dulu sekolah di SD mana" Harion Gold.
Dan setelah itu" Yang spesifik, sahutku. Dr. Sadhwani gentar sesaat, tapi kemudian pulih kembali. Baik, Miss Iparis, ujarnya, kali ini dengan kekesalan pada suaranya. Kau masuk SMP mana setelah Harion Gold"
Kutatap para penonton yang menyaksikanku dari balik kaca. Kedua Senator menghindari pandanganku dengan berpura-pura terpesona pada kabel-kabel yang melilitku, tapi Anden menatap balik tanpa ragu.
Harion High. Untuk berapa lama" Dua tahun.
Kemudian Kubiarkan temperamenku naik, jadi mereka mungkin berpikir aku punya masalah dalam mengontrol emosiku (juga hasil tesku). Kemudian, aku menghabiskan tiga tahun di Universitas Drake, bentakku. Aku diterima saat umurku dua belas dan lulus waktu aku lima belas, karena aku memang sangat pintar. Apa itu menjawab pertanyaan Anda"
Dr. Sadhwani pasti membenciku sekarang. Ya, katanya tegas.
Bagus. Sekarang lanjutkan.
Sang Pemeriksa mengatupkan bibir dan menunduk menatap alat hitamnya sehingga dia tidak perlu melihat
Ternyata dia pindah ke pertanyaan yang lebih kompleks. Kupercepat napasku lagi. Ya.
Pernahkah kau membohongi pejabat pemerintah atau militer"
Ya. Tepat setelah menjawab pertanyaan itu, kulihat serangkaian percikan aneh di tepi penglihatanku. Aku mengerjap dua kali. Mereka menghilang, dan ruangan ini kembali fokus. Selama sedetik aku ragu tapi saat Dr. Sadhwani menangkap hal ini dan mengetikkan sesuatu di alatnya, kupaksa diriku kembali menjadi wadah kosong. Pernahkah kau membohongi profesormu di Drake" Tidak.
Pernahkah kau membohongi kakakmu"
Mendadak, ruangan ini lenyap. Satu gambar berkilauan menggantikannya sebuah ruang keluarga yang familier bermandikan cahaya siang yang hangat perlahan menjadi fokus, dan seekor anjing putih tidur di sebelah kakiku. Seorang remaja tinggi berambut gelap duduk di sampingku dengan lengan terlipat. Itu Metias. Dahinya berkerut dan dia mencondongkan tubuh dengan siku di lututnya.
Pernahkah kau membohongiku, June"
Aku mengerjap terguncang pada pemandangan itu. Ini semua palsu, kataku pada diri sendiri. Detektor kebohongan itu membangkitkan ilusi-ilusi yang didesain untuk meruntuhkan pertahananku. Kudengar, alat semacam ini digunakan di dekat medan perang, di mana sebuah mesin bisa menyimulasi serangkaian peristiwa untuk dimainkan dalam pikiranmu dengan mengopi kemampuan otak untuk menciptakan mimpi yang bagaikan hidup. Tapi, Metias terlihat sangat nyata, rasanya seolah aku bisa menjulurkan tangan dan menyelipkan rambut gelapnya di belakang telinga, atau merasakan tangan kecilku di dalam genggamannya. Aku hampir percaya aku ada di ruangan itu bersamanya. Kupejamkan mata, tapi gambaran itu masih ditanamkan dalam pikiranku, secerah cahaya siang. Ya, kataku. Itu kenyataannya. Mata Metias melebar
bersama Ollie dan sisa apartemen kami. Aku kembali ke tengah-tengah ruang detektor kebohongan yang kelabu, berdiri di depan Dr. Sadhwani sementara dia mencatat beberapa catatan lagi. Dia memberiku anggukan setuju karena menjawab benar. Kucoba memantapkan tanganku yang tetap terkepal dan gemetar di pinggang.
Sangat bagus, gumam Dr. Sadhwani beberapa saat kemudian.
Kata-kataku terdengar sedingin es. Apa Anda berencana menggunakan kakakku untuk semua sisa pertanyaan ini"
Dia mengalihkan pandangan dari catatannya lagi. Kau melihat kakakmu" Dia tampak lebih rileks sekarang, dan keringat di dahinya sudah hilang.
Jadi, mereka tidak bisa mengontrol visi apa yang muncul, dan mereka tidak bisa melihat apa yang kulihat. Tapi, mereka bisa merangsang sesuatu yang memaksa memorimemori ini muncul ke permukaan. Kujaga kepalaku tetap tinggi dan mataku tetap terarah ke dokter itu. Ya.
Pertanyaannya berlanjut. Tahun ke berapa yang kau lewati di Drake" Tahun kedua. Berapa banyak peringatan akan tingkah lakumu yang kau terima saat kau di Drake" Delapan belas. Sebelum kematian kakakmu, pernahkah kau berpikir negatif tentang Republik" Tidak.
Terus dan terus. Aku sadar, dia berusaha membuat otakku tidak peka, membuat pertahananku merendah sehingga dia bisa melihat reaksi fisik saat dia menanyakan sesuatu yang relevan. Dua kali lagi aku melihat Metias. Tiap kali itu terjadi, aku menghela napas panjang dan memaksa diri menghadapinya selama beberapa detik. Mereka terusterusan menanyaiku tentang bagaimana aku kabur dari Patriot, untuk apa misi pengeboman itu dilakukan. Kuulangi apa yang kukatakan pada Anden saat kami makan malam. Sejauh ini bagus. Detektor itu bilang aku mengatakan yang sebenarnya.
Apa Day hidup" Kemudian,Day mewujud di depanku. Dia berdiri hanya beberapa meter jauhnya, dengan mata biru terang
dalamnya. Cengiran ringan mencerahkan wajahnya saat dia melihatku. Mendadak aku sangat merindukannya sampai aku merasa mau jatuh. Dia tidak nyata. Ini semua cuma simulasi. Kujaga agar napasku tetap mantap. Ya.
Kenapa kau menolong Day kabur, padahal kau tahu dia buron karena melakukan banyak kejahatan melawan Republik" Mungkin kau punya perasaan padanya"
Pertanyaan berbahaya. Kukeraskan hati untuk menjawabnya. Tidak. Aku cuma tidak mau dia mati di tanganku karena kejahatan yang tidak dia lakukan.
Sang Dokter berhenti menulis catatan sejenak untuk mengangkat sebelah alis ke arahku. Kau mengambil risiko sangat besar untuk seseorang yang hampir tidak kau kenal.
Aku menyipitkan mata. Kata-kata itu tidak cukup untuk menggambarkannya. Mungkin Anda harus menunggu sampai seseorang hampir dieksekusi untuk sebuah kesalahan yang Anda lakukan.
Dia tidak merespons ketajaman kata-kataku. Ilusi Day menghilang. Aku mendapat beberapa pertanyaan kontrol yang tidak relevan lagi, kemudian: Apa kau dan Day berafiliasi dengan kelompok Patriot"
Day muncul lagi. Kali ini dia mencondongkan tubuh cukup dekat sampai rambutnya, selembut sutra, menyapu pipiku. Dia menarikku ke arahnya dan menciumku lama. Pemandangan itu menghilang, digantikan dengan kasar oleh malam berbadai dan Day berjuang dalam hujan, darah menetes dari kakinya dan meninggalkan jejak di belakangnya. Dia jatuh berlutut di depan Razor sebelum seluruh adegan itu menghilang lagi. Kuupayakan agar suaraku mantap. Dulu aku iya.
Apakah akan ada percobaan pembunuhan pada Elector kita yang agung"
Tak ada gunanya bagiku berbohong untuk yang satu ini. Kubiarkan tatapanku bertemu Anden, yang mengangguk padaku sebagai dorongan. Ya.
Dan, apakah kelompok Patriot sadar kau mengetahui rencana pembunuhan mereka"
Dr. Sadhwani memandang kolega-koleganya, lalu setelah beberapa detik dia mengangguk dan kembali beralih padaku. Detektor itu bilang, aku mengatakan yang sebenarnya. Apa tentara yang dekat dengan Elector yang mungkin mendukung percobaan pembunuhan ini" Ya.
Beberapa detik lagi dalam keheningan sementara dia dan koleganya mengecek jawabanku. Lagi, dia mengangguk. Kali ini dia berputar untuk menatap Anden dan para Senatornya. Dia mengatakan yang sebenarnya.
Anden balas mengangguk. Bagus, ujarnya, suaranya teredam kaca. Tolong lanjutkan. Kedua Senator tetap melipat lengan, bibir mereka terkatup rapat.
Pertanyaan-pertanyaan Dr. Sadhwani tak henti-henti, menenggelamkanku dalam semburan kata-kata tanpa akhir. Kapan percobaan pembunuhan itu dilaksanakan" Pada rute yang sudah direncanakan untuk Elector saat beliau pergi ke Kota Lamar, Colorado. Kau tahu di mana Elector akan aman" Ya. Seharusnya beliau pergi ke mana alih-alih ke sana" Ke kota perbatasan yang lain. Apakah Day akan ambil bagian dalam percobaan pembunuhan ini" Ya. Kenapa dia terlibat" Dia berutang pada Patriot karena telah mengoperasi kakinya yang terluka.
Lamar, gumam Dr. Sadhwani sementara dia mengetikkan lebih banyak catatan ke dalam alat hitamnya. Kurasa Elector akan mengganti rutenya.
Bagian rencana, yang ini telah sukses dilaksanakan. Akhirnya, pertanyaan-pertanyaan itu berakhir. Dr. Sadhwani berpaling dariku untuk bicara dengan yang lain, sementara aku mengembuskan napas dan terkulai di mesin detektor. Aku telah diperiksa di sini selama dua jam lima menit. Pandanganku bertemu dengan Anden. Dia masih berdiri di dekat pintu kaca, kedua sisinya dikelilingi tentara, lengannya terlipat erat di depan dada.
Tunggu, ujarnya. Para pemeriksa berhenti sejenak dari diskusi mereka untuk menengadah menatap Elector.
Dr. Sadhwani mengerjap dan melambai padaku. Tentu saja, Elector. Silakan.
Anden berjalan mendekat ke kaca yang memisahkan kami. Kenapa kau menolongku"
Kutekan bahuku, lalu kutatap dia. Karena aku ingin dimaafkan.
Apa kau setia pada Republik"
Mozaik memori terakhir berubah fokus. Kulihat diriku memegang tangan kakakku di jalanan sektor Ruby kami, lengan kami terangkat untuk memberi hormat ke JumboTrons sementara kami mengucapkan sumpah. Ada wajah Metias, senyumnya, dan juga tatap tegang dan khawatirnya pada malam terakhir aku melihatnya. Kulihat bendera Republik pada pemakaman kakakku. Entri blog rahasia Metias di Internet melintas cepat di mataku katakatanya tentang peringatan, kemarahannya pada Republik. Kulihat Thomas mengarahkan senapan pada ibu Day; kulihat kepala wanita itu tersentak ke belakang gara-gara peluru. Dia roboh. Itu kesalahanku. Kulihat Thomas memegangi kepalanya di ruang interogasi, tersiksa, sebegitu butanya menuruti perintah, selamanya terpenjara akan apa yang telah dia lakukan.
Aku tidak setia lagi. Masihkah aku setia" Aku di sini di ibu kota Republik, menolong kelompok Patriot membunuh Elector baru. Pria yang dulu kuberi sumpah setiaku. Aku akan membunuhnya, lalu aku akan kabur. Aku tahu detektor kebohongan itu akan menunjukkan pengkhianatanku perhatianku teralihkan, aku mengalami dilema karena aku ingin memperbaiki segalanya bersama Day, tapi aku juga benci meninggalkan Republik dalam belas kasih Patriot.
Rasa ngeri merayapiku. Itu semua cuma gambaran. Cuma memori. Aku tetap diam sampai detak jantungku stabil. Aku memejamkan mata, menghela napas panjang, lalu membukanya lagi. Ya, kataku. Aku setia pada Republik.
Kutunggu detektor kebohongan itu menyala merah, berbunyi bip, menunjukkan bahwa aku berbohong. Tapi
mengetik di alatnya. Dia mengatakan yang sebenarnya, akhirnya Dr. Sadhwani berkata.
Aku lulus. Aku tak percaya. Mesin itu bilang aku mengatakan yang sebenarnya. Tapi itu kan, cuma mesin.
Malamnya, aku duduk di pinggir tempat tidur dengan kepala bertumpu di tangan. Borgol masih menjuntai dari pergelangan tanganku, tapi selain itu, aku bebas berjalanjalan. Terkadang, aku masih bisa mendengar suara percakapan teredam di luar kamar. Para penjaga itu masih ada di sana.
Aku sangat lelah. Seharusnya secara teknis tidak, berhubung aku tidak melakukan aktivitas fisik yang menegangkan sejak aku pertama kali ditangkap. Namun, pertanyaan-pertanyaan Dr. Sadhwani berputar di pikiranku, bercampur dengan hal-hal yang Thomas katakan padaku. Semua itu menghantuiku sampai aku harus memegangi kepalaku dalam upaya untuk menangkal sakit kepala ini. Di suatu tempat di luar sana, pemerintah sedang berdebat apakah mereka seharusnya mengampuniku atau tidak. Aku gemetar sedikit meski kutahu kamar ini hangat.
Gejala klasik akan sakit, pikirku suram. Mungkin wabah. Ironi itu mengirim setitik kesedihan dan ketakutan padaku. Tapi aku sudah divaksinasi. Mungkin cuma flu bagaimanapun, Metias selalu bilang aku agak sensitif terhadap perubahan cuaca.
Metias. Sekarang aku sendirian, dan kubiarkan diriku cemas. Jawaban terakhirku dalam tes detektor kebohongan tadi seharusnya membuat mesin itu menyala merah. Tapi ternyata tidak. Apa itu berarti tanpa kusadari aku masih setia pada Republik" Mungkin mesin itu bisa merasakan keraguanku tentang rencana pembunuhan itu.
Namun, kalau aku memutuskan untuk tidak memainkan peranku, apa yang akan terjadi pada Day" Aku butuh cara untuk mengontaknya tanpa Razor tahu. Setelah itu apa" Day pasti tidak akan melihat Elector seperti caraku melihatnya. Dan di samping itu, aku tak punya rencana
yang bisa membuat kami semua tetap hidup.
Kalau kau ingin memberontak, Metias pernah bilang, memberontaklah dari dalam sistem. Aku terus memikirkan itu dalam benakku, walaupun rasa menggigil membuatku sulit berkonsentrasi.
Tiba-tiba aku mendengar keributan di luar. Ada suara hak sepatu dihentakkan cepat bersamaan, pertanda seorang pejabat datang untuk menemuiku. Aku menunggu tanpa suara. Kenop pintu akhirnya berputar. Anden masuk.
Elector, Sir, apa Anda yakin tidak ingin ditemani beberapa penjaga
Anden hanya menggelengkan kepala dan melambaikan tangan ke arah para tentara di luar. Tolong, jangan persulit dirimu sendiri, katanya. Aku mau bicara secara pribadi dengan Miss Iparis. Hanya butuh beberapa menit. Katakatanya mengingatkan aku pada kata-kataku sendiri saat aku mengunjungi Day di selnya di Aula Batalla dulu.
Serdadu itu memberi Anden hormat cepat dan menutup pintu, meninggalkan kami berdua saja. Aku menengadah dari tempatku duduk di pinggir tempat tidur. Borgol yang mengikat tanganku bergerincing dalam keheningan. Sang Elector tidak mengenakan pakaian formalnya yang biasa. Dia memakai mantel hitam panjang dengan strip merah yang membelah bagian depannya sampai ke bawah. Sisa pakaiannya yang lain simpel tapi elegan (kemeja hi-tam, rompi gelap dengan enam kancing berkilauan, celana panjang hitam, sepatu bot pilot hitam). Rambutnya mengilap dan disisir rapi. Sebuah pistol menggantung di pinggangnya, tapi dia takkan bisa cukup cepat menariknya untuk menembakku kalau aku memutuskan untuk menyerangnya. Dia terang-terangan berusaha menunjukkan rasa percayanya padaku.
Razor pernah memberitahuku, kalau aku menemukan momen untuk membunuh Anden sendiri, seharusnya aku melakukannya. Ambil kesempatan itu. Tapi sekarang dia di sini, secara mengejutkan tanpa pertahanan di hadapanku, dan aku tidak bergerak sedikit pun. Di samping itu, kalau aku mencoba membunuhnya di sini, tak ada peluang aku akan melihat Day lagi atau bertahan hidup.
menyisakan jarak di antara kami. Mendadak aku malu dengan penampilanku malas dan lelah, dengan rambut tak tertata dan pakaian malam, duduk di samping pangeran tampan Republik. Namun, aku tetap menegakkan tubuh dan mengangkat kepalaku ke atas seanggun yang kubisa. Aku June Iparis, kuingatkan diriku. Takkan kubiarkan dia melihat kekacauan yang kurasakan.
Aku ingin memberitahumu bahwa kau benar, dia memulai. Ada kehangatan yang jujur dalam suaranya. Dua tentara dalam pasukan penjagaku menghilang tadi siang. Kabur.
Dua anggota Patriot yang merupakan umpan telah kabur sebagaimana direncanakan. Aku mendesah dan memberinya tatapan lega yang sudah kupersiapkan, untuk jaga-jaga seandainya Razor menonton. Di mana mereka sekarang"
Kami tidak yakin. Mata-mata kami sedang berusaha melacak mereka. Sejenak, Anden menggosok-gosokkan kedua tangannya yang bersarung tangan. Komandan DeSoto telah menunjuk rotasi tentara baru yang akan mendampingi kami.
Razor. Dia telah menempatkan tentaranya sendiri, perlahan-lahan bergerak untuk pembunuhan itu.
Aku ingin berterima kasih atas bantuanmu, June, Anden melanjutkan. Dan, aku ingin minta maaf atas tes detektor kebohongan yang harus kau jalani. Aku tahu itu pasti tidak menyenangkan bagimu, tapi itu penting. Bagaimanapun, aku senang dengan jawaban-jawaban jujurmu. Kau akan di sini bersama kami selama beberapa hari lagi, sampai kami yakin bahaya rencana Patriot sudah berlalu. Mungkin kami masih punya beberapa pertanyaan untukmu. Setelah itu, kami akan mencari cara untuk memasukkanmu kembali ke jajaran tentara Republik.
Terima kasih, ujarku meski kata-kata itu tidak bermakna.
Anden mencondongkan tubuh. Aku serius dengan apa yang kukatakan pada makan malam kita, bisiknya, katakatanya keluar cepat dan mulutnya hampir tidak bergerak. Dia gugup. Ketakutan mendadak tiba-tiba
kuberi dia pandangan tajam. Matanya melebar, tapi dia tidak menghindar. Dengan lembut dia menyentuh daguku, lalu menarikku ke arahnya seolah-olah dia mau menciumku. Dia menghentikan bibirnya tepat di samping bibirku, membiarkan bibirnya menyentuh sedikit kulit pipi bawahku. Rasa kesemutan menjalari punggungku, dan bersamaan dengan itu, rasa bersalah terpendam.
Dengan begini, kamera takkan tahu apa yang kita bicarakan, bisiknya. Ini memang cara yang lebih baik untuk bicara secara pribadi. Jika ada penjaga menjengukkan kepala dari pintu, pemandangan ini akan terlihat seperti Anden sedang menciumku alih-alih berbisik padaku. Rumor yang lebih aman untuk menyebar. Dan, kelompok Patriot hanya akan berpikir aku menjalankan rencana mereka dengan baik.
Napas Anden terasa hangat di kulitku. Aku butuh bantuanmu, desisnya. Kalau kau sudah diampuni atas semua kejahatanmu melawan Republik dan dibebaskan, apa kau bisa mengontak Day" Atau hubunganmu dengannya telah usai sekarang karena kau tidak bersama Patriot lagi"
Aku menggigit bibir. Cara Anden mengatakan hubungan membuatnya terdengar seperti dia pikir pernah ada sesuatu antara Day dan aku. Pernah.
Kenapa kau ingin aku mengontaknya" tanyaku. Suaranya mengandung desakan samar perintah yang membuatku merinding. Kau dan Day adalah orang yang paling dielu-elukan di Republik. Kalau aku bisa bekerja sama dengan kalian berdua, aku bisa memenangkan hati rakyat. Kemudian, alih-alih menekan pemberontakan dan berusaha menjaga berbagai hal dari kejatuhan, aku bisa berkonsentrasi untuk menerapkan perubahan yang negara ini butuhkan.
Aku merasa pusing. Ini sangat mendadak, mengejutkan, dan bahkan untuk sesaat aku tak bisa memikirkan respons yang bagus. Anden mengambil risiko besar dengan bicara padaku seperti ini. Aku menelan ludah, pipiku masih terasa membara karena posisinya yang begitu dekat denganku. Aku bergeser sedikit sehingga bisa menatap matanya. Kenapa kami harus percaya padamu"
Day ingin membantumu"
Mata Anden jernih dengan tujuan yang pasti. Aku akan mengubah Republik, dan aku akan memulainya dengan membebaskan adik Day.
Mulutku mengering. Mendadak aku berharap kami bicara cukup keras sehingga Day mendengarnya. Kau akan membebaskan Eden"
Dari awal, tidak seharusnya dia ditahan. Aku akan membebaskannya bersama orang-orang lain yang dimanfaatkan di medan perang.
Di mana dia" bisikku. Kapan kau
Eden telah berpindah-pindah di sepanjang medan perang selama beberapa minggu belakangan. Ayahku membawanya, bersama lusinan yang lain, sebagai bagian dari prakarsa perang baru. Pada dasarnya, mereka akan digunakan sebagai senjata biologis hidup. Wajah Anden menggelap. Aku akan menghentikan kegilaan ini. Besok aku akan mengeluarkan perintah Eden akan dibawa dari medan perang dan dirawat di rumah sakit.
Ini baru. Ini mengubah segalanya.
Aku harus mencari cara untuk memberi tahu Day so-al pembebasan Eden, sebelum dia dan kelompok Patriot membunuh seseorang yang memiliki kekuatan untuk membebaskannya. Bagaimana cara terbaik untuk berkomunikasi dengannya" Kelompok Patriot pasti menonton semua gerakanku dari kamera, pikirku, membiarkan benakku bekerja. Aku perlu memberinya sinyal. Wajah Day muncul dalam pikiranku dan aku ingin berlari ke arahnya. Aku sangat ingin memberitahunya berita baik ini.
Apa ini berita baik" Sisi praktisku menarikku, memperingatkanku untuk memahami ini pelan-pelan. Anden mungkin berbohong, dan semua ini bisa saja jebakan.
Tapi,kalau ini cuma usaha lain untuk menangkap Day, lalu kenapa dia tidak mengancam untuk membunuh Eden saja" Itu akan membuat Day keluar dari persembunyian. Namun, dia malah membiarkan Eden pergi.
Anden menunggu dengan sabar sementara aku terdiam. Aku perlu Day untuk memercayaiku, bisiknya.
bibirku lebih dekat ke telinganya. Aroma Anden seperti kayu cendana dan wol bersih. Aku akan mencari cara untuk menghubungi dan membujuk Day. Tapi, kalau kau membebaskan adiknya, dia akan memercayaimu, aku balas berbisik.
Aku juga akan mendapatkan kepercayaanmu. Aku ingin kau percaya padaku. Aku percaya pada-mu. Aku telah percaya padamu sejak lama. Dia diam sejenak. Napasnya kini lebih cepat, dan tatapannya tiba-tiba berubah. Hilang sudah sensasi wibawanya yang dingin tadi. Saat ini dia hanyalah seorang pria muda, seorang manusia, dan percikan di antara kami terlalu besar. Dalam sekejap, dia menolehkan wajah dan mengecupku.
Aku memejamkan mata. Rasanya sangat ringan. Membuatku mendambakannya. Ciuman Day membara dan terkadang mengandung kemarahan dan keputusasaan. Namun ciuman Anden mengandung keanggunan halus, ciri aristokrat, kekuatan, serta elegan. Rasa senang dan malu menghantamku. Apakah Day melihat ini dari kamera" Pemikiran itu menikamku.
Ciuman itu bertahan selama beberapa detik saja, kemudian Anden menarik diri. Aku mengembuskan napas, membuka mata, dan membiarkan pandanganku kembali fokus. Dia telah menghabiskan cukup waktu di sini lebih lama lagi dan para penjaga di luar mungkin akan mulai khawatir.
Maaf telah mengganggumu, katanya, menundukkan kepala sedikit sebelum berdiri dan meluruskan mantelnya. Dia kembali ke naungan sikap formal, tapi ada sedikit kecanggungan dalam sikap berdirinya, dan ada seulas senyum tipis di sudut bibirnya. Beristirahatlah. Kita akan bicara lagi besok.
Setelah dia pergi dan kamar ini kembali jatuh ke dalam keheningan pekat, aku bergelung dengan lutut di daguku. Kubiarkan pikiranku dipenuhi apa yang baru Anden katakan padaku, dan jemariku terus-terusan mengusap cincin penjepit kertas di tanganku. Kelompok Patriot ingin Day dan aku bergabung dengan mereka untuk membunuh Elector muda ini. Menurut mereka, dengan
membebaskan kami dari Republik. Bahwa kami bisa membawa kembali kejayaan Amerika Serikat yang lama. Tapi, apa artinya itu" Apa yang dimiliki Amerika Serikat yang tidak bisa Anden berikan" Kebebasan" Kedamaian" Kemakmuran" Akankah Republik menjadi negara yang penuh gedung-gedung pencakar langit yang menyala, bersih dan indah, juga penuh sektor-sektor kaya"
Kelompok Patriot telah menjanjikan pada Day untuk menemukan adiknya dan menolong kami kabur ke Koloni. Namun, jika Anden bisa melakukan semua hal ini dengan dukungan yang tepat dan tekad yang benar, jika kami tidak perlu lari ke Koloni, untuk apa pembunuhan ini dilakukan" Anden tidak mirip ayahnya sedikit pun. Tindakan resmi pertamanya sebagai Elector bukan sesuatu seperti yang ayahnya lakukan dulu dia akan membebaskan Eden, bahkan mungkin menghentikan eksperimen wabah. Jika kami membiarkan Anden tetap berkuasa, mungkinkah dia bisa mengubah Republik menjadi lebih baik" Tidakkah dia akan menjadi katalis yang Metias harapkan dalam entrientri jurnalnya yang memberontak"
Ada masalah yang lebih besar yang tidak bisa kumengerti. Setidaknya Razor pasti tahu, bahwa Anden bukan diktator seperti ayahnya. Bagaimanapun, jabatan Razor cukup tinggi untuk mendengar rumor tentang watak memberontak Anden. Razor telah memberi tahu Day dan aku bahwa Kongres tidak menyukai Anden ... tapi dia tak pernah bilang kenapa mereka berselisih.
Kenapa Razor ingin membunuh Elector muda yang akan membantu Patriot mendirikan Republik baru"
Di tengah pikiranku yang berputar-putar, ada satu hal yang tetap jelas.
Sekarang, aku tahu pasti kesetiaanku untuk siapa. Aku tak akan membantu Razor membunuh Elector. Tapi, aku harus memperingatkan Day sehingga dia tidak mengikuti rencana Patriot begitu saja.
Aku butuh isyarat. Kemudian, kusadari mungkin ada satu cara untuk melakukannya, jika Day menonton rekamanku bersama
melakukan ini, tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali. Kurendahkan kepalaku sedikit, lalu kuangkat tanganku yang ada cincin penjepit kertasnya. Kutekankan dua jari di pinggir dahiku. Isyarat yang kami setujui waktu kami pertama kali tiba di jalanan Vegas.
Berhenti.[] M ALAMNYA , AKU PERGI KE RUANG KONFERENSI
utama dan bergabung dengan yang lain untuk mendengar fase berikutnya misi kami. Razor kembali lagi. Empat anggota Patriot melanjutkan bekerja dalam kelompok yang lebih kecil di sudut ruangan. Dari apa yang kulihat, kebanyakan dari mereka adalah Hacker yang sedang menganalisis bagaimana pengeras suara yang ditempelkan di beberapa bangunan atau apalah. Aku mulai mengenali beberapa dari mereka salah seorang Hacker botak dan bongsor seperti tank, tapi sedikit pendek; yang lainnya memiliki hidung raksasa di antara mata bulan sabit di wajah yang sangat kurus; yang ketiga adalah seorang gadis yang kehilangan sebelah mata. Hampir setiap orang punya bekas luka semacam itu.
di depan kerumunan. Sosoknya dibingkai dalam cahaya, dengan peta dunia membentang di belakangnya. Kujulurkan leher untuk melihat apakah aku bisa menemukan Tess berkeliaran dengan yang lain di sini, lalu mengajaknya bicara secara pribadi dan berusaha meminta maaf. Tapi, saat akhirnya aku melihatnya, dia sedang berdiri bersama beberapa Paramedis-dalampelatihan yang lain, memegang semacam daun herbal di telapak tangannya dan dengan sabar menjelaskan bagaimana pemanfaatan daun itu. Kelihatannya saat ini dia tidak butuh aku. Pemikiran itu membuatku sedih dan anehnya, tak nyaman.
Day! Tess akhirnya melihatku. Kubalas sapaannya dengan melambai cepat.
Dia berjalan ke arahku, lalu mengeluarkan dua pil dan segulung kecil perban bersih dari sakunya. Dia menggenggamkan benda-benda itu ke tanganku. Malam ini tetaplah selamat, oke" ujarnya tanpa bernapas seraya memberiku tatapan tegas. Tak ada tanda-tanda ketegangan di antara kami sebelumnya. Aku tahu bagaimana kau saat adrenalinmu terpacu. Jangan lakukan sesuatu yang kelewat gila. Tess mengangguk pada pil-pil biru di tanganku. Obat itu akan menghangatkanmu kalau di luar terlalu dingin.
Sumpah, dia selalu saja bertingkah seolah cukup tua untuk jadi pengasuhku. Kekhawatiran Tess meninggalkan perasaan hangat di perutku. Trims, Sepupu, balasku, memasukkan hadiahnya ke dalam saku. Hei, aku
Dia menghentikan permintaan maafku dengan meletakkan sebelah tangan di lenganku. Matanya selebar biasa, sangat menenteramkan sampai aku berharap dia bisa ikut bersamaku. Sudahlah. Hanya saja ... berjanjilah kau akan hati-hati.
Dia sangat cepat memaafkan. Benarkah dia mengatakan hal-hal buruk itu waktu kami bertengkar" Apa dia masih marah" Aku mencondongkan tubuh dan memberinya pelukan singkat. Aku janji. Dan kau sendiri harus selamat. Dia meremas pergelangan tanganku
dengan kelompok Paramedis muda sebelum aku mencoba minta maaf lagi.
Setelah dia berlalu, kualihkan perhatian kembali pada Razor. Dia menunjuk sebuah video kabur yang menampilkan jalanan dekat jalur rel kereta api Lamar yang dulu pernah Kaede dan aku lewati. Sepasang tentara terburu-buru melintas di layar, kerah mereka ditegakkan melawan hujan es, masing-masing dari mereka mengunyah empanada 6 mengepul. Melihat itu, mulutku berair. Makanan kaleng Patriot memang mewah, tapi ya ampun, apa yang tidak akan kuberikan untuk sebuah pastel daging panas"
Pertama-tama, aku ingin meyakinkan kalian semua lagi bahwa rencana kita ada pada jalur yang benar, kata Razor. Agen kita telah berhasil bertemu Elector dan memberi tahu dia rencana pembunuhan palsu kita. Dengan jarinya, dia melingkari sebuah daerah di layar. Awalnya, Elector telah direncanakan untuk mengunjungi San Angelo dalam tur dukungan morilnya, lalu menuju kemari ke Lamar. Sekarang, rencananya berubah dan dia akan pergi ke Pierra. Beberapa tentara kita akan mengawal Elector menggantikan tentaranya yang asli. Tatapan Razor tertuju ke arahku, lalu dia memberi isyarat ke layar dan tidak bicara lagi.
Sebuah video menggantikan pemandangan jalur rel kereta api Lamar yang kabur itu. Sekarang, kami melihat rekaman sebuah kamar tidur. Hal pertama yang kuperhatikan adalah satu sosok langsing duduk di pinggir tempat tidur, lututnya di bawah dagu. June" Tapi kamar ini bagus jelas sekali tidak tampak seperti sel tahanan bagiku dan tempat tidurnya terlihat lembut dan dilapisi selimut tebal. Aku akan melakukan apa saja untuk bisa memiliki selimut seperti itu waktu aku masih di Lake.
Pendekar Bayangan Malaikat 6 Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi Riwayat Lie Bouw Pek 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama